Tumor Intrakranial

66
TUMOR INTRAKRANIAL dr. Syaiful Saanin,Sp.BS

description

3

Transcript of Tumor Intrakranial

Page 1: Tumor Intrakranial

TUMOR INTRAKRANIAL

dr. Syaiful Saanin,Sp.BS

Page 2: Tumor Intrakranial

2

DAFTAR ISI

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 3: Tumor Intrakranial

3

TUMOR INTRAKRANIAL

Dr. Syaiful Saanin, [email protected]

Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang

PENDAHULUAN Insidens Tumor otak primer terjadi pada sekitar enam kasus per 100.000 populasi per tahun. Lebih sedikit pasien dengan tumor metastatik yang datang kepusat bedah-saraf, walau insidens sebenarnya harus sebanding, bahkan melebihi tumor primer. Sekitar 1 dari tumor otak primer terjadi pada anak-anak usia dibawah 15 tahun. Lokasi Pada dewasa, 80-85 persen terjadi supratentorial. Tumor terbanyak adalah glioma, metastase dan meningioma. Pada anak-anak 60 persen terjadi infratentorial. Medulloblastoma dan astrositoma serebeler adalah pre- dominan. Patologi Tumor intrakranial sering diuraikan sebagai 'jinak' dan 'ganas', namun istilah ini tidak dapat langsung diban- dingkan dengan tumor yang terjadi ekstrakranial: Tumor intrakranial jinak mempunyai efek membinasa- kan karena ia berkembang didalam rongga tengkorak yang berdinding kaku. Astrositoma jinak bisa menginfiltrasi jaringan otak secara luas hingga mencegah untuk peng- angkatan total, atau mengisi daerah neurologis yang kritis yang bahkan mencegah pengangkatan parsial seka- lipun. Tumor intrakranial ganas berarti pertumbuhan yang cepat, diferensiasi yang buruk, selularitas yang ber- tambah, mitosis, nekrosis dan proliferasi vaskuler. Na- mun metastasis ke daerah ekstrakranial jarang terjadi. Klasifikasi Patologis Tahun 1979, WHO mengajukan dan disetujui secara inter- nasional, klasifikasi tumor intrakranial berdasarkan pada jaringan asal tumornya. Ini mencegah pemakaian is- tilah 'glioma', yang sebelumnya mencakup astrositoma, oligodendroglioma, ependimoma, dan glioblastoma multi-

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 4: Tumor Intrakranial

4

forme. Karena sel asal glioblastoma yang sangat ganas tidak diketahui, ia diklasifikasikan kedalam tumor yang berasal embrionik. KLASIFIKASI PATOLOGIS Neuroepitelial Astrosit Astrositoma: Adalah tumor otak primer yang paling se- ring terjadi. Gambaran histologis memungkinkan pemisah- an kedalam empat tingkat tergantung tingkat keganasan. Penderajatan ini ketepatannya terbatas dan hanya me- nunjukkan gambaran contoh biopsi dan tidak selalu mewa- kili tumor keseluruhan. Jenis paling ganas, astrositoma anaplastik (derajat IV), terjadi paling sering dan menginfiltrasi jaringan sekitarnya secara luas. Astro- sitoma derajat rendah yang lebih jarang terjadi, anta- ranya jenis pilositik (juvenil) dan fibriler, proto- plasmik dan gemistositik. Oligodendrosit Oligodendroglioma: Biasanya tumbuh lambat, tumor berba- tas tegas. Variannya antara lain bentuk anaplastik (ga- nas) dan 'campuran' astrositoma oligodendroglioma. Sel ependimal dan pleksus khoroid Ependimoma: Terjadi dimana saja sepanjang sistema ven- trikuler dan kanal spinal, namun terutama terjadi pada ventrikel keempat dan kauda ekuina. Ia menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan mungkin menyebar melalui jalur CSS. Variannya antara lain jenis anaplastik dan sube- pendimoma yang berasal dari astrosit subependimal. Papiloma pleksus khoroid: Tumor yang jarang dan terka- dang sebagai penyebab hidrosefalus akibat produksi CSS yang berlebihan. Biasanya jinak namun terkadang dalam bentuk ganas. Sel saraf Ganglioglioma/Gangliositoma/Neuroblastoma: Tumor jarang berisi sel ganglion dan neuron abnormal. Terjadi dalam berbagai tingkat keganasan. Sel pineal Pineositoma/Pineoblastoma: Tumor yang sangat jarang. Yang disebut terakhir kurang berdiferensiasi dengan ba- ik dan memperlihatkan pertumbuhan yang lebih ganas. Sel berdiferensiasi buruk dan sel embrionik Glioblastoma multiforme: Tumor sangat ganas. Dengan ti- dak adanya diferensiasi sel, mencegah identifikasi ja- ringan asal.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 5: Tumor Intrakranial

5

Medulloblastoma: Tumor ganas anak-anak berasal dari vermis serebeler. Kelompok kecil sel yang terkumpul pa- dat sering membentuk roset sekeliling akson yang rusak. Mungkin menyebar melalui jalur CSS. Meningioma Meningioma: Berasal dari granulasi arakhnoid, biasanya sangat dekat dengan sinus venosa namun juga ditemukan diatas konveksitas hemisferik. Tumor lebih bersifat me- nekan dari pada menginvasi otak sekitarnya. Ia juga terjadi pada orbit dan tulang belakang. Kebanyakan ji- nak (walau cenderung menginvasi tulang berdekatan) na- mun beberapa mengalami perubahan sarkomatosa. Secara histologis memperlihatkan whorls jaringan fibrosa serta sel kumparan. Tampak badan psammoma dan kalsifikasi. Histologis terdiri jenis sinsitial, transisional, fib- roblastik, dan angioblastik. Sarkoma meningeal dan Melanoma meningeal primer: Tumor yang sangat jarang. Sel Selubung Saraf Tumor intrakranial sel selubung saraf yang biasanya me- ngenai saraf akustik, dan terkadang saraf trigeminal. Neurinoma (sin. shwannoma, neurilemmoma): Tumor tumbuh lambat, non invasif, terletak erat pada sisi saraf a- salnya. Histologis terdiri dari Antoni jenis A; kelom- pok padat sel yang dangkal atau berbentuk lingkaran ('whorl'), berkelompok atau membentuk pallisade, dan Antoni jenis B; jaringan kelompok sel stelata yang ber- hubungan secara renggang. Neurofibroma: Tumor difusa, meluas keseluruh saraf, me- lalui mana serabut saraf lewat. Tumor ini berhubungan dengan sindroma von Recklinghausen dan mempunyai kecen- derungan yang besar menjadi ganas dibanding neurinoma. Pembuluh Darah Hemangioblastoma: Terjadi didalam parenkhima serebeler atau cord spinal. 1926, Lindau menguraikan sindroma yang berkaitan dengan hemangioblastoma serebeler dan a- tau spinal dengan tumor yang serupa pada retina (penya- kit von Hippel) serta lesi sistik dipankreas dan gin- jal.

Sel Germinal Germinoma: tumor sel sferoid primitif sejenis seminoma testis.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 6: Tumor Intrakranial

6

Teratoma: Tumor mengandung campuran jaringan berdife- rensiasi baik; dermis,otot,tulang. Keduanya adalah tumor jarang pada regio pineal (yang tidak berasal dari sel pineal). Tumor Karena Gangguan Perkembangan Kraniofaringioma: Asal dari sisa sel epitel bukal dan terletak dalam hubungan yang erat dengan tangkai pitui- tari. Biasanya nonnoduler dengan daerah sistik berisi cairan kehijauan serta material kholesteatomatosa. Sista epidermoid/dermoid: Tumor sistik jarang, berasal dari sisa sel yang akan membentuk epidermis/dermis. Sista koloid: Tumor sistik berasal dari sisa embriolo- gis pada atap ventrikel ketiga. Kelenjar Pituitari Anterior Adenoma pituitari: Tumor jinak, biasanya mengsekresikan jumlah yang berlebihan dari hormon prolaktin, pertum- buhan dan adrenokortikotropik. Adenokarsinoma: Tumor ganas yang terkadang terjadi pada pituitari. Ekstensi Lokal Dari Tumor Berdekatan Khordoma: Tumor jarang, berasal dari sisa sel noto- khord. Mungkin terjadi dimana saja dari sfenoid hingga koksiks, namun tersering didaerah basi-oksipital dan sakrokoksigeal, menginvasi dan menghancurkan tulang se- kitarnya. Tumor glomus jugulare (sin. khemodektoma): Tumor vasku- ler berasal dari jaringan glomus jugulare yang terletak baik pada bulbus vena jugular internal atau pada mukosa telinga tengah. Tumor menginvasi tulang petrosa dan bi- sa meluas kefossa posteior atau leher. Tumor lokal lainnya: Antara lain khondroma, khondrosar- koma, dan silindroma. Limfoma Maligna Primer (sin. mikrogliomatosis): Terben- tuk sekitar pembuluh darah parenkhimal. Bisa soliter a- tau multifokal. Sebagian pasien kelainannya mengenai ekstrakranial; yang mana yang merupakan fokus primer (intra atau ekstrakranial) tetap belum diketahui. Tumor metastatik: Bisa berasal dari semua fokus primer, namun paling sering berasal dari brokhus atau mamma.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 7: Tumor Intrakranial

7

KLASIFIKASI MENURUT LOKASI Hemisfer Serebral ekstrinsik: meningioma kista (dermoid, epidermoid, arakhnoid) intrinsik : astrositoma glioblastoma oligodendroglioma ganglioglioma limfoma metastasis Hipotalamus astrositoma Daerah Seller/Supraseller adenoma pituitari kraniofaringioma * meningioma glioma saraf optik * sista epidermoid/dermoid Dasar Tengkorak dan Sinus karsinoma: nasofaringeal / bisa berakibat sinus, telinga / meningitis karsinomatosa khordoma tumor glomus jugulare osteoma (mukosel) Sistema ventrikuler sista koloid papiloma pleksus khoroid ependimoma germinoma teratoma meningioma pineositoma/pineoblastoma astrositoma Daerah Pineal ependimoma germinoma teratoma meningioma pineositoma/pineoblastoma astrositoma Fossa Posterior ekstrinsik: neurilemmoma (VIII, V) meningioma sista epidermoid/dermoid sista arakhnoid intrinsik : metastasis

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 8: Tumor Intrakranial

8

hemangioblastoma medulloblastoma * astrositoma * : serebelum batang otak

* predominan pada anak-anak. ETIOLOGI Penyebab dari kebanyakan tumor otak tetap tidak dike- tahui, namun beberapa tumor, faktor predisposisinya di- ketahui: Iradiasi Kranial: Pengamatan jangka panjang setelah ra- diasi kepala menyeluruh (antaranya untuk tinea kapitis) memperlihatkan peninggian insidens tumor jinak maupun ganas; astrositoma, meningioma. Terapi Immunosupressif: Meninggikan insidens limfoma dan tumor limforetikuler. Neurofibromatosis: Berkaitan dengan peninggian insidens glioma saraf optik serta meningioma. Sklerosis Tuberosa: berhubungan dengan pembentukan as- trositoma subependimal. INSIDENS Sebagai contoh, tabel berikut diambil dari Adams, Graham dan Doyle,'82, populasi 2.7 juta, dalam persen: Supratentorial Dewasa Anak Astrositoma anaplastik 40 7 (termasuk glioblastoma multiforme) Meningioma 15 - Metastasis 12 - Astrositoma 8 7 Adenoma pituitari 4 - Kraniofaringioma 1 13 Oligodendroglioma 1 1 Sista koloid <1 - Limfoma <1 - Lain-lain 1 9 Infratentorial Dewasa Anak Neurilemmoma 6 - Metastasis 4 - Hemangioblastoma 2 - Astrositoma 1 27 Meningioma 1 - Medulloblastoma 1 24 Dermoid/epidermoid 1 1 Ependimoma 1 6 Lain-lain 1 4

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 9: Tumor Intrakranial

9

------------------------------------------------------- Total Pasien dalam 5 tahun 876 70 GAMBARAN KLINIS Gejala cenderung timbul perlahan, bertahap memburuk da- lam beberapa minggu atau beberapa tahun, tergantung de- rajat keganasan (bandingkan dengan onset akut yang ter- jadi pada cerebrovascular accident diikuti perbaikan bertahap bila pasien bertahan hidup). Kadang-kadang tu- mor menampilkan gejala akut akibat perdarahan atau ter- bentuknya hidrosefalus. Tumor supratentorial Tumor infratentorial /------- Efek massa -------/ obstruksi | | jalur CSS |---> Tanda dan gejala <---| | peninggian TIK | | | /---> Herniasi tentorial | | | ! | Herniasi tonsiller <-/ /------ Kerusakan fokal ---/ | | |-------> Epilepsi | | | /-----> Gangguan fungsi <--/ | | | | | | | | Kerusakan saraf <-/ | | /-> Kerusakan saraf kranial I - VI ! ! Kranial III - XII Serebral Serebeler Efek Klinis (lihat bab-bab sebelumnya) Peninggian TIK: nyeri kepala, muntah, edema papil. Pergeseran otak: perburukan tingkat kesadaran, dilatasi pupil. Epilepsi: terjadi pada 30 persen pasien dengan tumor o- tak. Bisa umum, fokal, atau fokal berkembang menjadi u- mum. Bangkitan parsial membantu lokalisasi lokasi tu- mor: - Bangkitan motor Jacksonian timbul dari korteks motor, tonik atau klonik, dimuka atau anggota kontralateral.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 10: Tumor Intrakranial

10

- Bangkitan sensori timbul dari korteks sensori dan me- nyebabkan baal dan tingling muka dan anggota kontra- lateral. - Bangkitan visual atau auditori sejati jarang. - Bangkitan partial kompleks (lobus temporal) timbul dari lobus temporal medial, membentuk halusinasi vi- sual atau auditori, perasaan rasa abnormal, perasaan cemas, deja vu, tidak familier atau depersonalisasi serta automatisme. Gangguan Fungsi: Supratentorial Lobus Frontal: - Kelemahan muka, lengan, tungkai kontralateral Disfasia ekspresif (hemisfer dominan) Perubahan personalitas: tabiat antisosial kehilangan inhibisi kehilangan inisiatif gangguan intelektual --? ditemukan demensia terutama bila korpus kalo- sum terkena (terkenanya jalur fronto-ponto-serebeler mungkin me- nyerupai penyakit serebeler) Lobus Temporal: - Disfasia reseptif (hemisfer dominan) Defek lapang pandang, kuadrantanopia homonim atas Lobus Oksipital: - Defek lapang pandang, hemianopia homonim Korpus Kalosum: - Sindroma diskoneksi Apraksia Buta kata-kata Lobus Parietal: - Gangguan sensasi: lokalisasi sentuh diskriminasi dua titik gerak pasif astereognosis inatensi sensori Gangguan lapang pandang, kuadrantanopia homonim bawah Hemisfer dominan: disfasia reseptif konfusi kiri/kanan agnosia jari akalkulia agrafia Hemisfer nondominan: apraksia agnosia

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 11: Tumor Intrakranial

11

Hipotalamus/Pituitari: - Disfungsi endokrin Tumor supratentorial mungkin langsung merusak saraf kranial I dan II. Penekanan atau invasi pada sinus ka- vernosus mungkin mengenai saraf kranial III-VI.

Infratentorial Otak Tengah/Batang Otak: - Lesi saraf kranial III-XII Tanda traktus panjang, motor dan sensori Perburukan tingkat kesadaran Tremor (nukleus merah) Gangguan gerak mata Abnormalitas pupil Muntah, tersedu (medulla) Serebelum: - Langkah ataksik Tremor intensi Inkoordinasi Disartri Nistagmus Tumor batang otak intrinsik berlawanan dengan yang eks- trinsik, lebih sering menimbulkan tanda traktus panjang (motor dan sensori) pada awal perjalanan penyakit. PEMERIKSAAN Foto toraks dan LED: Tingginya insidens tumor metasta- tik menyebabkan pemeriksaan ini diwajibkan pada pasien yang diduga dengan tumor intrakranial. Foto tengkorak: Kalsifikasi oligodendroglioma meningioma (cari juga hiperostosis tulang sekitarnya) kraniofaringioma Lesi Osteolitik tumor tulang primer atau sekunder dermoid/epidermoid khordoma karsinoma nasofaringeal mieloma retikulosis Tanda Peninggian TIK

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 12: Tumor Intrakranial

12

diastasis sutura (pada bayi) gambaran 'beaten brass', nilainya terbatas karena bisa terjadi secara normal pada anak-anak dan be- berapa orang dewasa erosi klinoid posterior (mungkin juga terjadi akibat tekanan lokal, misalnya kraniofaringioma pergeseran pineal (pastikan bukan karena rotasi film) CT scanning

Lokasi misalnya frontal, oksipital dll - ekstrinsik: diluar jaringan otak, misal meningioma - intrinsik: didalam jaringan otak, misal astrositoma Efek Massa pergeseran garis tengah kompresi ventrikuler hidrosefalus (sekunder terhadap lesi ventrikel ketiga atau fossa posterior) Efek Terhadap Tulang Berdekatan misal hiperostosis akibat meningioma Lesi Singel atau Multipel misal multipel, kemungkinan metastasis Efek Penguatan Kontras misal tak ada: astrositoma derajat rendah irreguler: astrositoma ganas homogen: meningioma CT scan definisi tinggi (lebar antar slice sempit) Berguna untuk mendeteksi tumor orbital, pituitari dan fossa posterior Rekonstruksi Koronal dan Sagital, CT scan koronal langsung Berguna untuk memperlihatkan perluasan vertikal dan hubungan tumor, terutama bila intraventrikuler atau timbul dari fossa pituitari atau dasar tengkorak. Angiografi: Walau angiografi bisa menampilkan blush tumor atau pergeseran pembuluh, hanya kadang-kadang diperlukan untuk melengkapi hasil CT scan. Pada beberapa kasus diperlukan untuk informasi prabedah seperti mengeta- hui pembuluh pencatu tumor, atau terkenanya atau kon- striksi pembuluh utama oleh tumor. M.R.I Mungkin lebih baik dari CT scan, terutama basis teng- korak.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 13: Tumor Intrakranial

13

Sidik Isotop Berguna bila tidak memiliki CT scanner, namun tidak bisa membedakan asal tumor. Pemeriksaan CSS Pungsi lumbar kontra indikasi bila ada dugaan tumor intrakranial. Bila CSS didapat dari sumber lain, mi- sal drainase ventrikuler atau saat operasi pintas, pemeriksaan sitologis mungkin akan menampilkan sel tumor.

Penanda Tumor Usaha untuk mencari substansi yang menunjukkan per- tumbuhan tumor spesifik dari darah atau CSS terbatas pada hubungan antara peninggian alfa feto protein dan gonadotrofin khorionik manusia dengan germinoma ven- trikel ketiga yang membantu diagnosis. Perkembangan antibodi monoklonal, dengan perbaikan pada sensitivi- tasnya mungkin memberikan pendekatan yang bermanfaat untuk lokalisasi tumor serta identifikasinya dimasa yang akan datang. PENYEBAB LAIN LESI MASSA INTRAKRANIAL SELAIN TUMOR Vaskuler hematoma aneurisma raksasa malformasi arteriovenosa infark dengan edema trombosis vena Trauma hematoma kontusi Infeksi abses tuberkuloma sarkoidosis ensefalitis Sista arakhnoid parasitik (hidatid) PENGELOLAAN Terapi Steroid Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tu- mor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor. Dosis pembebanan dekasametason 12 mg. iv, diikuti

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 14: Tumor Intrakranial

14

4 mg. q.i.d. sering mengurangi perburukan klinis yang progresif dalam beberapa jam. Setelah beberapa hari pengobatan, dosis dikurangi bertahap untuk menekan ri- siko efek samping yang tak diharapkan. Tumor seller atau paraseller kadang-kadang tampil dengan insufisiensi steroid. Pada pasien ini perlin- dungan steroid merupakan sarat mutlak tindakan aneste- tik atau operatif. Tindakan Operatif Kebanyakan pasien dengan tumor intrakranial memerlukan satu atau lebih pendekatan bedah-saraf. Contohnya anta- ra lain sebagai berikut: Kraniotomi: Flap tulang dipotong dan dibuka dengan melipat. Burr hole: Untuk biopsi langsung atau stereotaktik. Pendekatan Transsfenoid: Melalui sinus sfenoid kefossa pituitari. Pendekatan Transoral: Membuang arkus atlas, peg odon- toid dan klivus memberikan jalan mencapai aspek ante- rior batang otak dan cord servikal atas. Jarang digu- nakan. Biasanya untuk tumor letak depan seperti ne- urofibroma, khordoma. Kraniektomi: Burr hole diikuti pengangkatan tulang se- kitarnya untuk memperluas bukaan, rutin digunakan un- tuk pendekatan pada fossa posterior. Prosedur biopsi, pengangkatan tumor parsial/ dekompresi internal atau pengangkatan total tumor tergantung asal dan lokasi tumor. Tumor ganas primer yang infiltratif mencegah pengangkatan total dan sering operasi dilaku- kan terbatas untuk biopsi atau dekompresi tumor. Pros- pek pengangkatan total membaik pada tumor jinak seperti meningioma atau kraniofaringioma; bila banyak tumor yang terabaikan, atau bagian tumor mengenai struktur dalam, bisa berakibat rekurensi. Radioterapi Saat ini tindakan terhadap tumor intrakranial mengguna- kan salah satu dari cara berikut: sinar-x megavoltase sinar gama dari kobalt60

berkas elektron dari akselerator linear partikel yang dipercepat dari siklotron, seperti neutron,

nuklei dari helium, proton Sebagai alternatif, tumor ditindak dari dalam (brakhiterapi) dengan mengimplantasikan butir radioak- tif seperti ytrium90. Kontras dengan metoda tua dengan 'terapi sinar-x dalam', tehnik modern memberikan penetrasi jaringan le-

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 15: Tumor Intrakranial

15

bih dalam dan mencegah kerusakan radiasi terhadap per- mukaan kulit. Efek radioterapi tergantung dosis total, biasanya hingga 6.000 rad, dan durasi pengobatan. Harus terdapat keseimbangan terhadap risiko pada struktur normal se- kitar. Umumnya, makin cepat sel membelah, makin besar sensitivitasnya. Radioterapi terutama bernilai pada pe- ngelolaan tumor ganas; astrositoma maligna, metastasis, medulloblastoma dan germinoma, namun juga berperan pen- ting pada beberapa tumor jinak; adenoma pituitari, kra- niofaringioma. Karena beberapa tumor menyebar melalui jalur CSS seperti medulloblastoma, iradiasi seluruh ak- sis neural menekan risiko terjadinya rekurensi dalam selang waktu singkat. Komplikasi Radioterapi: Setelah tindakan, perburukan pasien bisa terjadi karena beberapa hal: selama tindakan: peningkatan edema, reversibel setelah beberapa minggu/bulan: demielinasi enam bulan-10 tahun: radionekrosis, irreversibel (biasanya satu hingga dua tahun) Komplikasi serupa mungkin mengenai cord spinal setelah iradiasi tumor spinal. Sensitiser sel hipoksik: Saat radioterapi, bagian dari proses destruktif adalah konversi oksigen ke ion hid- roksil. Adanya area hipoksik didalam jaringan tumor me- nambah radioresistensi. Penggunaan sensitiser sel hi- poksik seperti misonidazol, bertujuan meningkatkan sen- sitivitas didalam regio ini. Manfaat zat ini masih da- lam pengamatan. Khemoterapi Manfaatnya belum jelas. Yang biasanya digunakan adalah BCNU, CCNU, metil CCNU, prokarbazin, vinkristin dan me- totreksat. Obat khemoterapeutik ideal adalah membunuh sel tu- mor secara selektif; namun respon sel tumor berkaitan langsung dengan dosis. Tak dapat dihindarkan, dosis tinggi menyebabkan toksisitas 'bone marrow'. Dalam praktek, kegagalan menimbulkan tanda depresi 'marrow' (antara lain leukopenia) menunjukkan dosis yang tidak adekuat. Efek samping merintangi pemakaian khemoterapi pada tumor jinak atau 'derajat rendah'. Pada pasien dengan tumor ganas, beberapa penelitian menunjukkan terapi tunggal atau kombinasi menghasilkan beberapa remisi tu- mor, namun penelitian terkontrol acak memperlihatkan hasil yang tak sesuai. Pada astrositoma maligna, BCNU mungkin bermanfaat sedang. Pada medulloblastoma, terapi

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 16: Tumor Intrakranial

16

kombinasi CCNU dan vinkristin mungkin memperlambat re- kurensi. Antibodi Monoklonal Tehnik produksi antibodi monoklonal memberi harapan yang lebih baik dalam mengelola tumor ganas, walau pengangkutan dan lokalisasinya masih merupakan masa- lah. Antibodi monoklonal berperam sebgai karier, yang membawa obat sitotoksik, toksin atau radionuklida lang- sung kedaerah tumor. PROGNOSIS Tergantung jenis tumor spesifik.

TUMOR INTRINSIK HEMISFER SEREBRAL Tumor intrinsik berasal dari dalam jaringan otak. ASTROSITOMA Astrositoma terjadi pada semua usia, tersering antara 40-60 tahun. Pria:wanita = 2:1. Lokasi primer: Ditemukan insidensnya sebanding pa- da regio frontal, temporal, parietal dan talamik, namun kurang sering di lobus oksipital. Klasifikasi mikrosko- pik dibagi empat tingkat (Kernohan I-IV), namun kete- patannya terbatas. Penjelasan paling praktis untuk kli- nisi adalah membagi tumor kedalam 'maligna' dan 'dera- jat rendah'. Astrositoma Maligna/Glioblastoma Multiforme Astrositoma maligna (derajat III/IV) dan glioblastma multiforme (derajat IV) merupakan lebih dari 40 persen dari semua tumor primer intrakranial. Usia insidens puncak adalah 55 tahun. Tumor ini menginfiltrasi otak sekitar secara luas; tumbuh cepat. Pada autopsi, peme- riksaan mikroskopik menunjukkan penyebaran kebanyak tempat yang jauh. 75 persen memperlihatkan penyebaran kehemisfer kontraleteral. Beberapa memperlihatkan tumor korpus kalosal bilateral atau 'astrositoma kupu-kupu'. Saat operasi tampat giri mendatar dan pucat. Area nek- rotik sering bergabung membentuk rongga sistik. Astrositoma Derajat Rendah

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 17: Tumor Intrakranial

17

Astrositoma derajat rendah (derajat I/II) merupakan 14 persen dari semua tumor primer intrakranial dan terjadi pada usia yang lebih muda dibanding yang maligna (se- kitar 40 tahun). Tumor ini tumbuh difus dan lambat ser- ta dibangun oleh sel astrosit berdiferensiasi baik dan dibagi kedalam jenis fibrilari, protoplasmik, dan ge- mistositik. Walau 'jinak', ia menginfiltrasi otak seki- tar secara luas serta tidak mempunyai tepi atau kapsul yang jelas. Jenis berikut, astrositoma pilositik (atau juvenil), terjadi diregio hipotalamik, saraf optik dan serebelum. Karena reseksi parsial terkadang menyebabkan penyembuhan, ada yang menganggap astrositoma pilositik sebagai 'hamartoma' dibanding tumor sejati. Pada astro- sitoma fibriler, tumor tampak keras, seperti karet, de- ngan atau tanpa daerah sistik. Menginfiltrasi otak se- kitar, namun dengan efek massa dan kerusakan neuronal minimal. Gambaran Klinis Astrosit mungkin tampil dengan: epilepsi tanda dan gejala kerusakan otak fokal; disfasia, he- miparesis, perubahan personal. tanda dan gejala peninggian TIK; nyeri kepala, mun- tah,penekanan tingkat kesadaran Dengan kekecualian epilepsi, gejala biasanya tim- bul bertahap, berjalan beberapa minggu, bulan atau ta- hun, kecepatan tergantung derajat keganasan. Perburukan mendadak menunjukkan perdarahan pada daerah nekrotik. Pada pasien dengan epilepsi yang sudah berlangsung la- ma, perkembangan yang cepat gejala selanjutnya mungkin akibat perubahan keganasan pada lesi yang semula 'dera- jat rendah'. Pemeriksaan Foto polos tengkorak: bernilai terbatas; pergeseran pi- neal yang berkalsifikasi atau erosi dorsum sella menun- jukkan adanya massa intrakranial. CT scan: menunjukkan variasi; umumnya lesi maligna dan derajat rendah menunjukkan karakter berbeda. Pada astrositoma maligna/glioblastoma multiforme dijumpai daerah berdensitas campuran, penguatan iregu- ler dengan kontras. Tak ada daerah pembatas antara tu- mor dan otak menunjukkan infiltrasi. Daerah sentralnya berdensitas rendah menunjukkan area nekrotik atau ruang sistik; masing-masing tidak diperkuat oleh kontras. E-

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 18: Tumor Intrakranial

18

fek massa berupa kompresi ventrikuler serta pergeseran garis tengah yang jelas. Daerah sekitarnya berdensitas rendah menunjukkan edema atau tumor infiltratif Pada astrositoma derajat rendah tampak daerah den- sitas rendah, biasanya tidak diperkuat kontras, menun- jukkan lesi infiltratif derajat rendah; deteksi sering sulit pada tahap dini. Terkadang terjadi kalsifikasi. Beberapa tumor derajat rendah mensekresikan cairan yang bisa mengelilingi lesi: 'astrositoma sistika jinak'. Pengelolaan Pengelolaan bervariasi untuk pasien dengan lesi massa yang menyebabkan peninggian TIK atau tanda-tanda fokal, dan untuk yang tampil dengan epilepsi akibat tumor in- filtratif yang kecil. a. Pasien dengan peninggian TIK atau tanda-tanda fokal Terapi Steroid: Dosis pembebanan 12 mg. i.v. diikuti 4 mg. q.i.d. mengurangi edema peritumoral dan berakibat perbaikan gejala secara cepat. Setelah beberapa hari, dosis diturunkan bertahap untuk mencegah toksisitas. Konfirmasi Diagnosis: CT scan saja jarang mencukupi un- tuk mendiagnosis tumor maligna dengan kepastian sempur- na. Tak adanya konfirmasi asal lesi bisa berakibat tin- dakan yang tidak tepat dari kelainan jinak seperti ab- ses, tuberkuloma, atau sarkoidosis atau penghindaran radioterapi terhadap lesi sangat radiosensitif seper- ti limfoma. Jadi pengambilan jaringan untuk pemeriksaan histologis adalah esensial. Identifikasi jenis tumor dan derajatnya baik dengan biopsi burr hole atau terbu- ka memberikan pengarah prognostik dan membantu tindakan selanjutnya. Biopsi Burr hole: Kanula otak Dandy diinsersikan kedae- rah abnormal (terkadang terasa perbedaan konsistensi) hingga bisa melakukan aspirasi sejumlah kecil jaringan untuk pemeriksaan segera (apus atau seksi dingin) dan tunda (seksi parafin). Pemberian steroid hanya sedikit mencegah risiko, namun terkadang biopsi berakibat atau memperberat defisit fokal atau menyebabkan perdarahan fatal. Disamping itu aspirasi cairan dari ruang sistik memberikan dekompresi temporer. Untuk lesi dalam yang tak bisa dicapai (seperti hipotalamus), metoda stereotaktik yang dituntun CT scan, memungkinkan peletakan kanula secara akurat pada daerah yang dituju. Walau mengurangi kerusakan jaring- an, contoh jaringan yang kecil membuat pemeriksaan his- tologis menjadi sulit. Derajat keganasan bervariasi dari daerah kedaerah dalam satu lesi dan ini membatasi ketepatan biopsi. Bi-

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 19: Tumor Intrakranial

19

la temuan bervariasi, daerah dengan tingkat keganasan tertinggi menunjukkan derajat tumor. Kraniotomi: Flap tulang dibalik diatas regio yang ber- sangkutan hingga dapat menginspeksi langsung permukaan korteks. Dilakukan untuk biopsi terbuka, dekompresi tu- mor internal dan lobektomi. Operator harus menginsersikan kanula otak kedaerah abnormal untuk mendapatkan biopsi 'terbuka', membuka rongga tumor, dan membuang jaringan sebanyak yang mung- kin, dekompresi internal, atau sesuai konfirmasi his- tologi dilakukan lobektomi (frontal, oksipital atau temporal nondominan) dengan harapan sebagian besar ja- ringan tumor terangkat. Radioterapi: Paling aktif pada tumor maligna yang tum- buh cepat, derajat III dan IV. Radioterapi memperpan- jang usia, namun tidak menyembuhkan Khemoterapi: Berbagai kombinasi agen khemoterapeutik (seperti BCNU, 5-fluorourasil, PCV) sudah digunakan da- lam perawatan astrositoma maligna dan glioblastoma mul- tiforme. Walau sebagian tumor tak diragukan lagi ber- reaksi terhadap khemoterapi, penelitian gagal memperli- hatkan perpanjangan hidup yang bermakna. Pemilihan Tindakan dan Prognosis Setelah memastikan diagnosis, tindakan selanjutnya ter- gantung derajat keganasan, lokasi tumor, beratnya seti- ap defisit neurologis dan usia pasien. Kualitas hidup harus dipikirkan seperti juga durasinya. Astrositoma maligna/glioblastoma multiforme: Walau teh- nik modern, tumor primer terbanyak ini tetap mempunyai prognosis yang sangat ekstrem, dengan tidak mengindah- kan tindakan yang dipilih. Walau banyak kemajuan dalam tindakan operasi agre- sif, manfaatnya tetap tak meyakinkan. Reseksi luas tu- mor memperpanjang usia hanya satu hingga dua bulan; da- lam satu tahun, persentasi pasien yang hidup sedikit bervariasi, tak peduli reseksi atau biopsi yang dilaku- kan. Pengangkatan lengkap tidak mungkin; bahkan hemis- ferektomi gagal akibat penyebaran interhemisferik. Radioterapi memperlihatkan efek yang besar, mem- perpanjang usia tiga hingga empat bulan. Kebijaksanaan pengelolaan sangat bervariasi. Secara umum, reseksi parsial atau lengkap (dengan radioterapi) dilakukan untuk: pasien muda pasien dengan lesi yang dapat dicapai, misalnya kutub frontal

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 20: Tumor Intrakranial

20

pasien dengan gejala tekanan, tetapi belum ada tanda fokal Sedangkan biopsi burr hole diagnostik saja cukup untuk: pasien tua pasien dengan kecacadan yang nyata misalnya disfasia berat Jenis tindakan lama hidup rata-rata (bulan) ------------------------------------------------------- Biopsi burr hole 3-4 Reseksi tumor 6 Biopsi burr hole + radioterapi 6-8 Reseksi tumor + radioterapi 9-10 Astrositoma derajat rendah: Bila biopsi menunjukkan as- trositoma derajat rendah ( derajat I-II), prognosis re- latif lebih baik, namun masa hidup rata-rata hanya dua tahun untuk derajat II dan empat tahun untuk derajat I. Pada beberapa keadaan, pasien hidup lebih dari 20 ta- hun. Bila CT scan memperlihatkan massa tumor berbatas jelas, dapat lalu dilakukan operasi dekompresi yang la- yak; beberapa, infiltrasi tumor difus akan membatasi reseksi tumor. Beberapa ahli menganjurkan radioterapi walau sensitivitasnya terbatas. b. Pasien dengan hanya bergejala epilepsi Daerah kecil berbatas tidak jelas dengan densitas ren- dah pada CT scan, tanpa penguatan kontras, mencurigakan akan astrositoma derajat rendah. Pada pasien ini, biop- si harus ditunda hingga CT scan ulang atau adanya tanda fokal yang menunjukkan progresi. OLIGODENDROGLIOMA Jauh lebih jarang dibanding astrositoma. Terjadi pada usia sedikit lebih muda (30-50 tahun), dan biasanya me- ngenai lobus frontal. Kadang-kadang mengenai dinding ventrikuler akibat penyebaran melalui CSS. Kalsifikasi radiologis terjadi pada 40 persen. Berbeda dengan astrositoma, tepi tumor sering tam- pil jelas. Tingkat kecepatan pertumbuhan dan keganasan oligodendroglioma bervariasi. Banyak tumor memperlihat- kan gambaran histologis campuran dengan daerah perubah- an astrositik tersebar diantara oligodendroglia. Pende- rajatan ditentukan oleh komponen astrositiknya. Peru- bahan maligna menyebabkan gambaran histologis menyeru- pai glioblastoma multiforme.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 21: Tumor Intrakranial

21

Pengelolaan Sesuai dengan astrositoma. Tumor derajat rendah lebih menguntungkan bila dilakukan eksisi lengkap atau parsi- al. Pada tomor maligna, radioterapi mungkin berefek ba- ik. ASTROSITOMA HIPOTALAMIK Tumor hipotalamik biasanya terjadi pada anak-anak; bi- asanya astrositoma jenis pilositik (juvenil). Gambaran klinis bermacam bentuk. Mulanya tampak a- nak gagal untuk tumbuh dan menjadi kurus kering. Mung- kin tampak pertanda panhipopituitarisme. Dapat terjadi fase anabolik dimana berakibat obesitas bersamaan de- ngan diabetes insipidus dan pubertas yang terlambat. Pertumbuhan tumor keatas dapat mengobstrksi fora- men Monro dan menimbulkan hidrosefalus. Pengenaan regio tuberal berakibat pubertas prekoks dengan perkembangan karakteristik seksual sekunder pada anak mungkin terja- di pada usia beberapa tahun saja. Perluasan kebawah menginvasi khiasma optik dan menyebabkan gangguan peng- lihatan. Pengelolaan Lokasi lesi mencegah tindakan operasi; biopsi stereo- taktik membantu identifikasi tumor. Bila terjadi hidro- sefalus, pintas ventrikuloperitoneal/atrial bilateral mengurangi gejala tekanan. Radioterapi tidak jelas man- faatnya. TUMOR METASTATIK Semua tumor ganas mungkin bermetastase keotak. Melanoma ganas memperlihatkan frekuensi tertinggi (60 % pasien); ini berbeda dengan tumor serviks atau uterus dimana ku- rang dari tiga persen bermatastasis keintrakranial. Tu- mor intrakranial metastasis yang tersering berasal dari bronkhus dan breast; dari pasien dengan karsinoma ini, 25 persen bermetastase intrakranial. Lokasi primer tu- mor umumnya bronkhus, susu, ginjal, tiroid, lambung, prostat, testis dan melanoma. Hingga pada 50 persen pasien, tumornya multipel. Penyebaran Biasanya hematogen. Terkadang metastasis kelengkung tengkorak menimbulkan nodula atau plak diatas permukaan

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 22: Tumor Intrakranial

22

dural. Lokasi Intrakranial Tigaperempatnya terjadi dihemisfer serebral, dan seper- empatnya diserebelum. Terkenanya dinding ventrikuler a- tau tertembusnya sisterna basal menyebabkan penyebaran sel tumor sepanjang jalur CSS. Makroskopik tampak dike- lilingi edema yang jelas, tepi yang berbatas tegas, dan daerah nekrotik membentuk rongga sistik berisi cairan seperti pus. Gambaran Klinis Pasien dengan tumor metastatik supratentorial bisa tam- pil dengan epilepsi, atau dengan tanda dan gejala keru- sakan fokal atau peninggian TIK. Metastasis keserebelum dibicarakan pada pembicaraan tumor metastasis serebe- lum. Meningitis karsinomatosa menyebabkan palsi saraf kranial singel atau multipel dan mungkin mengobstruksi aliran CSS. Pemeriksaan CT scan memperlihatkan lesi singel atau multipel berba- tas tegas dengan berbagai ukuran. Sering area berdensi- tas rendah yang luas, menunjukkan edema, mengelilingi lesi. Lesi metastatik biasanya diperkuat oleh kontras. Tampilan seperti cincin mirip dengan abses, namun din- dingnya ireguler dan tebal. Pelacakan lesi primer harus mencakup pemeriksaan klinis dan foto torak. Pemeriksaan lain termasuk peme- riksaan barium, CT scan abdominal, ultrasonografi dan sputum serta sitologi urin nilainya dipertanyakan, ke- cuali ada indikasi klinis. Pengelolaan dan Prognosis a. Lesi soliter: Bila tumor terletak didaerah yang ter- jangkau, eksisi lengkap diikuti radioterapi memberikan hasil yang baik, masa hidup biasanya tergantung luasnya kelainan ekstrakranial dan kemampuan berreaksi terhadap pengobatan dibanding dengan rekurensi intrakranial. Secara umum, pasien dengan tanpa bukti adanya kan- ser sistemik lainnya, periode masa hidup rata-rata men- capai dua tahun setelah operasi intrakranial. Pasien dengan bukti kelainan sistemik lain, hasilnya kurang baik dengan masa hidup rata-rata delapan bulan. b. Lesi multipel: Pada pasien ini, pengangkatan opera-

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 23: Tumor Intrakranial

23

tif jarang dilakukan atau memungkinkan. Tidak ada kera- guan atas diagnosisnya (singkirkan yang mempunyai gam- baran serupa: abses multipel atau tuberkuloma), kemudi- an dilakukan iradiasi seluruh otak. LIMFOMA (MIKROGLIOMATOSIS) Tumor singel atau multifokal terjadi didaerah hemisfer. Beberapa merupakan lesi diskreta, lainnya menginvasi luas otak sekitarnya. Cenderung timbul pada pasien de- ngan immunosuppresi. Histologis memperlihatkan selubung sel retikulum primitif sekitar dan menonjol keluar dari pembuluh darah. CT scan memperlihatkan baik daerah densitas rendah yang tidak/sedikit diperkuat atau daerah hiperdens ho- mogen yang sangat diperkuat oleh kontras. Multiplisitas juga mencurigakan limfoma. Pengelolaan Biopsi memastikan asal lesi. Radioterapi bisa berhasil dramatis. GANGLIOGLIOMA Tumor jarang, terjadi pada usia lebih muda (<30 tahun), terbentuk dari pertumbuhan neuronal abnormal bercampur dengan komponen glial. Proporsi setiap komponen berva- riasi. Pertumbuhannya lambat dan perubahan keganas ja- rang; bila terjadi, mungkin yang berkembang adalah kom- ponen glial. Pengelolaan seperti pada astrositoma derajat ren- dah. NEUROBLASTOMA Secara jarang terjadi intrakranial pada anak <10 tahun. Sangat seluler, lesi maligna yang dibangun oleh sel bundar kecil, sebagian memperlihatkan diferensiasi neu- ronal.

TUMOR EKSTRINSIK HEMISFER SEREBRAL Tumor ekstrinsik berasal dari luar substansi otak. MENINGIOMA

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 24: Tumor Intrakranial

24

Merupakan seperlima dari tumor intrakranial primer. Tumbuh lambat dan berasal dari granulasi arakhnoid. Terletak dalam konsentrasi terbesar sekitar sinus vena, namun juga berhubungan dengan cabang-cabang vena permu- kaan. Karenanya dapat tumbuh pada semua daerah meninge- al. Terkadang multipel. Tumor didaerah parasagital/falsin kejadiannya se- kitar 24 %, konveksitas 18 %, alur olfaktori 10 %, sup- raseller 10 %, sayap sfenoid 18 %, tentorial 3 %, fossa posterior 8 %. Sisanya timbul di fossa media, atap or- bital, dan ventrikel lateral. Meningioma tampil terutama pada kelompok usia 40- 60 dan sedikit lebih banyak pada wanita. Dasarnya tumor jinak walau terkadang muncul ganas. Patologi Berbagai jenis histologis; sinsitial, transisional, fibroblastik dan angioblastik; jenis berbeda dapat tam- pil pada tumor yang sama. Pembedaan tersebut mempunyai arti kecil, walau penting untuk mengenal varian hemang- ioperisitk dari kelompok angioblastik seperti juga je- nis maligna, ini sering menunjukkan pertumbuhan yang cepat dan tingkat rekurensi tinggi setelah pengangkat- an. Tampilan makroskopik Dural asal tumor biasanya bergabung dengan arteria pen- catu utama. Permukaan tumor walau sering berlobulasi, ia berbatas tegas dari otak sekitarnya dan melekat ha- nya melalui vena bridging kecil. Edema yang jelas se- ring terjadi pada otak disekelilingnya. Hiperostosis reaktif terjadi pada tulang berdekat- an, membentuk pembengkakan pada tabula dalam. Hiperos- tosis yang mengenai tabula luar mungkin menimbulkan benjolan yang teraba. Jaringan tumor juga bisa mengin- filtrasi tulang sekitar. Meningioma En-plak: Pada beberapa pasien,tumor bukannya tumbuh sferis, namun menyebar 'en-plak' diatas permuka- an dural. Jenis ini sering terjadi pada aspek terluar sayap sfenoid. Gambaran Klinis Sekitar seperempat pasien meningioma menampilkan epi- lepsi; sering dengan komponen fokal. Sisanya, onsetnya perlahan dengan efek tekanan (nyeri kepala, muntah, e-

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 25: Tumor Intrakranial

25

dema papil) sering timbul sebelum tanda neurologis fo- kal menjadi jelas. Terjadinya gambaran khas yang timbul, tergantung lokasi tumor: Parasagital/parafalsin: Tumor terletak dekat verteks mengenai area motor dan sensori tungkai dan kaki. Bang- kitan parsial atau kelemahan 'piramidal' mungkin terja- di pada tungkai (terutama mengenai dorsifleksi kaki, lalu fleksi lutut dan panggul). Ekstensi lesi melalui falks menimbulkan kelemahan tungkai bilateral. Tumor parasagital yang terletak lebih keposterior tampil de- ngan hemianopia homonim. Tumor yang timbul lebih kede- pan mungkin membesar sangat luas sebelum menyebabkan tanda fokal; terkadang sedikit gangguan memori, inte- lek, personalitas, berkembang menjadi demensia berat. Sayap sfenoid dalam: Tumor mungkin menekan saraf optik dan mengakibatkan gangguan visual. Pemeriksaan bisa mendapatkan skotoma sentral atau defek lapang pandang dan atrofi optik. (Pada sindroma Foster Kennedy, tumor menyebabkan atrofi optik pada satu fundus akibat pene- kanan langsung dan edema papil pada lainnya akibat pe- ninggian TIK). Terkenanya sinus kavernosus atau fisura orbital superior bisa menyebabkan ptosis dan gangguan gerak ma- ta (palsi saraf III,IV dan VI) atau nyeri dan anestesi fasial (kerusakan saraf V1). Proptosis terkadang ter- jadi akibat obstruksi vena atau perluasan tumor kedalam orbit. Alur olfaktori: Tumor menghancurkan bulbus dan traktus olfaktori menyebabkan anosmia unilateral yang diikuti bilateral. Sering hal ini tak disadari pasien; dengan perluasan tumor, terjadi demensia secara bertahap. Supraseller: Lihat perihal tumor seller/supraseller. Pemeriksaan Foto polos tengkorak: Tanda peninggian TIK lama, anta- ranya erosi prosesus klinoid posterior. Hiperostosis tulang, terkadang tampak efek sunray berupa spikula yang radier. Ditemukan kalsifikasi pada 15 persen ka- sus. Alur meningeal media melebar. CT scan: Tanpa kontras, meningioma tampak berbatas te- gas, densitas biasanya lebih tinggi atau sama dengan o- tak sekitarnya dikelilingi daerah densitas rendah (ede- ma). Mungkin tampak kalsifikasi. Dengan kontras, tampak penguatan densitas yang ho- mogen.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 26: Tumor Intrakranial

26

Angiografi: Khas memperlihatkan lesi sangat vaskuler dengan blush tumor yang khas. Angiografi memberi infor- masi prabedah penting, seperti lokasi pembuluh catu u- tama seperti pada meningioma sayap sfenoid dalam yang mungkin mengelilingi dan mengkonstriksi arteria karotid internal. Kateterisasi selektif serta embolisasi pembuluh catu karotid eksternal dapat mengurangi vaskularitas tumor dan mengurangi risiko operasi atas perdarahan yang hebat. Pengelolaan Tujuannya mengangkat tumor secara lengkap beserta asal- nya tanpa merusak otak sekitarnya; namun ini tergantung lokasi tumor serta asalnya. Bahkan pada tumor konveksi- tas dimana eksisi lengkap dural asal dimungkinkan, se- potong kecil tumor yang terabaikan yang terjepit pada otak berdekatan akan menimbulkan rekurensi. Ini teruta- ma terjadi pada meningioma maligna dimana batasnya se- ring tak jelas. Pada meningioma parasagital, tumor yang mengenai bagian sepertiga anterior sinus sagital memungkinkan reseksi total tumor beserta asalnya. Reseksi duapertiga posterior sinus sagital berakibat risiko berat infarksi venosa bilateral yang tak dapat diterima; pada daerah ini tumor didiseksi dari sinus dan asal tumor didiater- mi. Tumor yang timbul dari dasar tengkorak jarang me- mungkinkan untuk mengeksisi asalnya. Terkadang usia pa- sien atau lokasi tumor mencegah operasi atau hanya me- mungkinkan untuk pengangkatan yang terbatas; pada kea- daan ini radioterapi sering dilakukan namun manfaatnya tak diketahui. Radioterapi harus dilakukan pada tumor maligna. Hasil operasi: Dengan tehnik modern, motalitas operasi turun hingga 5-10 persen tergantung posisi dan ukuran tumor. Rekurensi Tumor Tergantung terutama pada kelengkapan pengangkatan. Je- nis tumor tampaknya kurang penting walau tingkat yang tinggi dari rekurensi dilaporkan pada varian hemangio- perisitik dari kelompok angioblastik seperti halnya tu- mor yang memperlihatkan gambaran maligna. Meningioma rekuren pada hingga sepertiga pasien yang diamati lebih dari 10 tahun.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 27: Tumor Intrakranial

27

SISTA ARAKHNOID Sista ini mengkoleksi cairan seperti CSS di fisura Syl- vian, sisterna khiasmatika, sisterna magna atau diatas konveksitas hemisfer. Beberapa berhubungan dengan meni- ngitis infektif sebelumnya yang diikuti adesi. Namun kebanyakan penyebabnya tak diketahui. Yang terjadi pada fisura Sylvian mungkin berkaitan dengan agenesis lobus temporal. Terkadang sista arakhnoid tampil sebagai massa in- trakranial, namun lebih sering dijumpai secara kebetul- an pada CT scan. CT scan: Memperlihatkan lesi berbatas tegas berdensitas rendah (densitas CSS),terkadang berekspansi ketulang sekitar. Tindakan: Hanya diperlukan bila efek massa menjadi ber- gejala: marsupialisasi atau pintas sistoperitoneal. SISTA EPIDERMOID/DERMOID Lebih sering dijumpai difossa posterior, terkadang di- fisura Sylvian atau interhemisferik. Mungkin tampil de- ngan epilepsi, gambaran peninggian TIK atau dengan tan- da neurologis fokal. Ruptur ke ruang subarakhnoid me- nyebabkan meningitis kimia. Pada CT scan, penguatan yang sangat rendah isi sista adalah khas. Gejala mungkin mengharuskan evakua- si isi sista. Pengangkatan dinding sista sering tidak mungkin dan reakumulasi akan terjadi.

TUMOR INTRINSIK FOSSA POSTERIOR METASTASIS SEREBELER Pada dewasa, metastasis adalah tumor tersering dihemis- fer serebeler. Lokasi primer sesuai dengan lesi supra- tentorial. Gambaran Klinis Mungkin timbul secara akut atau berjalan dalam beberapa bulan. Hidrosefalus akibat obstruksi CSS menimbulkan

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 28: Tumor Intrakranial

28

tanda dan gejala peninggian TIK. Tanda serebeler bisa berupa ataksia, nistagmus, disartria dan inkoordinasi. Perluasan kesudut serebelopontin merusak saraf kranial V-XII, terutama bila terbentuk plak karsinomatosa. Pemeriksaan CT scan memperlihatkan lesi solid atau sistik berbatas tegas terletak didalam hemisfer serebeler dan diperkuat ireguler oleh kontras. Hidrosefalus obstruktiva sering tampak pada potongan CT scan yang lebih tinggi. Tampak ventrikel keempat tergeser. Pengelolaan Pengangkaatan secara bedah metastasis tunggal melalui kraniektomi suboksipital memberi manfaat pada pasien yang tumor primernya memberikan prognosis yang layak. Risiko operasi kecil; reseksi hemisfer serebeler eks- tensif (pada satu sisi) jarang berakibat defisit perma- nen yang berat. Operasi harus diikuti radioterapi. Hi- drosefalus obstruktif persisten memerlukan operasi pin- tas ventrikuloperitoneal/atrial. HEMANGIOBLASTOMA Tumor berasal vaskuler terjadi terutama pada usia mene- ngah; sedikit lebih banyal pada pria. Pada beberapa pa- sien, hemangioblastoma terjadi pada tempat lain, yaitu cord spinal dan retina dan mungkin berkaitan dengan pa- tologi lain seperti polisitemia dan sista pankreas ser- ta ginjal, penyakit von Hippel Lindau. Nodul tumor berwarna coklat kemerahan, biasa de- ngan ruang sistik berisi cairan xantokhrom. Pembuluh abnormal sering tampak pada permukaan serebeler. Gambaran Klinis Tanda dan gejala serebeler atau efek obstruksi CSS tim- bul perlahan. Terkadang terjadi perdarahan subarakhno- id. Pada pasien wanita, gejala sering timbul saat ha- mil. Pemeriksaan CT scan memperlihatkan daerah sistik berbatas tegas berdensitas rendah pada serebelum dengan nodul yang dindingnya sangat diperkuat kontras. Kadang-kadang tam- pak lesi yang multipel.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 29: Tumor Intrakranial

29

Pengelolaan Pada kebanyakan pasien, dilakukan pengangkatan secara bedah terhadap nodul, namun rekurensi (atau tumor lain ditempat lain seperti tulang belakang) terjadi pada 20 persen. MEDULLOBLASTOMA Terjadi terutama pada usia kanak-kanak, dengan usia puncak insidens sekitar lima tahun. Ia timbul dari ver- mis serebeler dan biasanya meluas keventrikel keempat. Semuanya sangat maligna dan mudah menyebar melalui ja- lur CSS, sering menyebar keventrikel lateral atau teka spinal. Gambaran Klinis Destruksi vermis serebeler menyebabkan ataksia trunkal dan langkah yang sering timbul dalam beberapa minggu. Lainnya, pasien tampil dengan tanda dan gejala pe- ninggian TIK akibat pembendungan pengaliran CSS. Pada anak sangat muda, kegagalan menemukan gambaran tersebut berakibat buta permanen akibat edema papil berat. Pemeriksaan CT scan memperlihatkan lesi garis tengah isodens pada vermis serebeler, menekan dan menggeser ventrikel ke- empat dan sangat diperkuat oleh kontras. Potongan yang lebih tinggi dapat memperlihatkan hidrosefalus. Penye- baran tumor melalui CSS harus dicari. Pengelolaan Operasi: Tujuannya mengangkat sebanyak mungkin tumor, dengan hanya mengakibatkan kerusakan sekecil mungkin pada jaringan sekitar, terutama lantai ventrikel keem- pat. Beberapa pasien memerlukan pintas CSS, walau ini memberikan jalur yang potensial untuk penyebaran tumor. Radioterapi: Medulloblastoma radiosensitif. Seluruh aksis neural diiradiasi untuk mencakup semua penyebaran yang tak terdeteksi. Khemoterapi: Merupakan tindakan tambahan yang efektif, namun reaksi inisialnya memerlukan penilaian seksama.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 30: Tumor Intrakranial

30

Prognosis Pada dekade terakhir, masa hidup lima tahunnya sekitar 40-50 persen. Dengan metoda saat ini, diharap akan me- ningkat hingga 60-70 persen. ASTROSITOMA SEREBELER Berbeda dengan astrositoma hemisfer serebral, astrosi- toma serebeler bisanya tumor derajat rendah jenis fib- rilari atau pilositik. Terutama sering pada anak dan memberikan prognosis yang baik. Terkadang jenis yang lebih difus atau anaplastik terjadi dengan outcome yang kurang baik. Biasanya terletak pada hemisfer serebeler atau vermis, namun terkadang meluas melalui pedunkel kebatang otak. Beberapa mempunyai komponen sistik. Gambaran klinis Tanda dan gejala serebeler cenderung berkembang berta- hap dalam beberapa bulan; bila terjadi obstruksi CSS, pasien mungkin secara akut mendapatkan nyeri kepala, e- dema papil dan perburukan derajat kesadaran. Pemeriksaan CT scan menunjukkan perubahan densitas dan derajat pe- nguatan kontras bervariasi. Sering daerah sistik ber- densitas rendah mengelilingi massa tumor. Tampak ven- trikel keempat tergeser.

Pengelolaan Idealnya, pengangkatan operatif lengkap adalah usaha untuk mencegah agar batang otak tidak dikenai. Tumor pilositik 'juvenil' sering dengan masa hidup panjang. Bahkan setelah pengangkatan parsial, 'penyembuhan' per- nah dilaporkan; walau histologisnya serupa dengan yang terjadi supratentorial, karakteristik pertumbuhannya nyata berbeda. Hidrosefalus persisten mungkin memerlu- kan pintas ventrikuloperitoneal/atrial. ASTROSITOMA BATANG OTAK Astrositoma jarang timbul dibatang otak. Kebanyakan je- nis fibriler atau pilositik dan meluas difus pada regio pontin. Terutama terjadi pada anak-anak atau dewasa mu- da.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 31: Tumor Intrakranial

31

Gambaran klinis Palsi saraf kranial dan tanda traktus panjang berkem- bang bertahap sesuai perkembangan tumornya. Tingkat ke- sadaran bisa terganggu. Pemeriksaan CT scan memperlihatkan hilangnya sisterna disekeliling batang otak. Tampak pergeseran keposterior ventrikel keempat. Potongan yang lebih atas memperlihatkan dila- tasi ventrikuler. Sering tampak daerah dengan densitas rendah dipons. Pengelolaan Eksplorasi operatif jarang diindikasikan. Biasanya ra- dioterapi dilakukan tanpa pemastian diagnosis secara histologis. Prognosis Kebanyakan pasien mati dalam beberapa tahun, walau be- berapa bertahan hidup hingga 20 tahun dengan cacad mi- nimum.

TUMOR EKSTRINSIK FOSSA POSTERIOR NEURINOMA AKUSTIKA / NEUROFIBROMA Tumor selubung saraf adalah tumor infratentorial terse- ring, merupakan enam persen dari semua tumor intrakra- nial primer. Biasanya tampak pada usia menengah (40-50 tahun) dan terjadi lebih sering pada wanita. Adalah tumor yang jinak, tumbuh lambat yang teru- tama terjadi pada bagian vestibuler saraf kranial VIII dan terletak disudut serebelopontin; daerah bentuk baji dikelilingi tulang petrosa, pons, dan serebelum. Jarang timbul dari saraf kranial V. Patologi Terdapat dua jenis tumor selubung saraf: Neurinoma (sin. neurilemmoma, schwannoma): tumbuh dari sel Schwann, namun tumbuh pada permukaan batang saraf.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 32: Tumor Intrakranial

32

Neurofibroma: juga tumbuh dari sel Schwann, namun melu- as difus pada batang saraf, memisahkan serabut dan fa- sikulus saraf. Neurofibroma merupakan bagian penyakit von Reck- linghausen dan mungkin berhubungan dengan lesi lain se- perti meningioma, stenosis akuaduktus, bercak cafe au lait. Neurinoma biasanya lesi soliter, namun pada von Recklinghausen dapat dijumpai tumor multipel. Perubahan maligna terkadang terjadi, lebih sering pada neurofib- roma. Gambaran klinis Pasien dengan tumor akustika sering mengeluh nyeri ok- sipital pada sisi tumor. Sebagai tambahan dapat dijum- pai kerusakan saraf VIII menyebabkan tuli sensorineural progresif bertahap, yang ditemukan dalam beberapa bulan atau tahun. Vertigo jarang dikeluhkan karena pertumbuh- an tumor yang perlahan memungkinkan kompensasi. Hal se- rupa, tinnitus biasanya minimal. Kelemahan fasial secara mengejutkan jarang terjadi walau jelas terjadi penekanan saraf VII. Kerusakan sa- raf IX, X dan XII jarang terjadi namun terkadang tumor yang besar menyebabkan kesulitan menelan, perubahan su- ara dan kelemahan palatal. Kerusakan saraf V menyebab- kan nyeri fasial, baal dan parestesia. Depresi refleks korneal adalah tanda dini yang penting. Penekanan akuaduktus dan ventrikel keempat bisa menyebabkan hidrosefalus dengan tanda dan gejala pe- ninggian TIK. Tumor yang besar dapat menekan serebelum dan menyebabkan ataksia, inkoordinasi ipsilateral dan nistagmus. Kerusakan pontin berakibat hemiparesis kon- tralateral.

Pemeriksaan Tes neuro-otologis: audiometri, tone decay, lodness re- cruitment, diskriminasi suara, brain stem auditory evo- ked potential, membantu membedakan tuli karena defisit konduktif atau karena defisit sensorineural, baik defi- sit kokhlear maupun retrokokhlear seperti tumor akus- tik. Tes kalorik; secara tidak tetap menunjukkan tiada atau terganggunya respons pada sisi yang terkena. Tomografi meatus auditori internal (MAI): mungkin memperlihatkan erosi dan dilatasi pada sisi yang terke- na. CT scan: Sering tampak dilatasi MAI. Kontras i.v. ada- lah penting karena tumor akustika sering isodens. Sete-

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 33: Tumor Intrakranial

33

lah pemberian kontras, tumor sangat diperkuat dan ter- letak dekat MAI. Daerah sistik berdensitas rendah ter- kadang tampak. Pasien dengan kompresi ventrikel keempat mungkin memperlihatkan dilatasi ventrikel ketiga dan ventrikel lateral. CT scan metrizamida: pemasukan kontras kesisterna basal (melalui pungsi lumbar atau sisternal) membantu memastikan tumor akustika kecil yang muncul dari MAI. Pilihan lain, insuflasi udara dapat digunakan. Tehnik CT scan ini menggantikan ensefalografi miodil; kegagal- an miodil memasuki MAI, secara tak langsung menunjukkan adanya tumor akustika. Pemeriksaan CSS: Sering memperlihatkan kadar protein tinggi, yaitu hingga 10g/l. Pungsi kontraindikasi untuk tumor yang besar. Pengelolaan Tindakan terhadap tumor akustika adalah pengangkatan o- peratif. Pendekatan konservatif tidak memberikan apa- apa; risiko operasi tergantung ukuran tumor, makin be- sar tumor, makin besar mortalitas operasi dan makin ke- cil kesempatan untuk mempertahankan fungsi saraf VII. Tehnik Pendekatan fossa media: Retraksi lobus temporal menam- pilkan tumor akustik dan saraf fasial dari bawah. Ten- torium serebeli dan sinus petrosus superior dipisahkan bila perlu. Pendekatan translabirintin: Pendekatan melalui sel uda- ra mastoid dan labirin memungkinkan identifikasi segera saraf fasial; diikuti dekompresi tumor dan pengangkatan tumor. Pendekatan suboksipital: Sudut serebelopontin dicapai dari bawah dengan membuka tulang oksipital dan retrak- si serebelum. Debulking tumor membantu diseksi kapsul tumor dari jaringan sekitarnya, termasuk saraf fasial. Menggerus menjauhi atap meatus internal menampilkan tumor dan sa- raf fasial yang terletak didalam kanal. Semua cara mempunyai alasan masing-masing. Terba- tasnya lapang pandang atas struktur batang otak pada pendekatan translabirintin tidak layak untuk tumor yang besar. Tak dapat dielakkan bahwa pendekatan ini merusak pendengaran. Pada tumor yang sangat kecil (yang biasa- nya timbul dari bagian vestibuler saraf), pengangkatan hati-hati melalui jalan suboksipital mungkin menyela-

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 34: Tumor Intrakranial

34

matkan fungsi saraf kokhlear seperti juga fasial. Hasil Tingkat mortalitas berhubungan dengan ukuran tumor dan mencapai 20 persen pada tumor sangat besar. Kematian biasanya akibat kerusakan struktur vaskuler penting (seperti arteria serebeler anterior inferior) atau aki- bat pembengkakan serebelum pasca bedah. Insidens penga- manan saraf fasial juga tergantung ukuran tumor. Pada kebanyakan pasien dengan tumor kecil (misal dibawah 2 sm) integritas saraf fasial dapat dipertahankan, diban- dingkan dengan 20 persen pada tumor besar (misalnya le- bih dari 4 sm), walau pemulihan mungkin perlu waktu berbulan-bulan. Penutupan kelopak mata tak lengkap mungkin memerlukan tarsorafi untuk mencegah ulserasi kornea. Bila palsi saraf fasial menetap, anastomosis hipoglosal-fasial mungkin memberikan perbaikan hasil akhir kosmetik. Kesulitan menelan akibat kerusakan saraf kranial X jarang menetap; pemberian cairan i.v. atau oral dengan hati-hati selama periode ini akan mencegah aspirasi. Pada 10-30 persen pasien, pengangkatan tumor tak lengkap berakibat rekurensi tunda dan memerlukan opera- si selanjutnya. Pada orang tua, pengangkatan subtotal intrakapsuler intensional mungkin merupakan pendekatan yang paling aman. NEURINOMA TRIGEMINAL Neuronoma jarang berasal dari ganglion trigeminal atau akar saraf. Ia terletak difossa media atau meluas kesu- dut serebelopontin, menekan struktur sekitarnya: sinus kavernosa, otak tengah dan pons, serta mengerosi apeks tulang petrosa. Gambaran klinis biasanya berjalan lama: nyeri fa- sial, parestesi, dan baal. Kompresi struktur fossa pos- terior berakibat nistagmus, ataksia dan hemiparesis. Foto polos tengkorak memperlihatkan erosi apeks petrosa dan CT scan memperlihatkan lesi yang diperkuat meluas ke fossa media dan posterior. Pengelolaan Pengangkatan operatif, bahkan subtotal, memberikan ke- untungan dalam jangka lama. Tumor dicapai baik melalui fossa media atau melalui kraniektomi suboksipital, ter- gantung daerah predominan. MENINGIOMA

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 35: Tumor Intrakranial

35

Sekitar delapan persen dari semua meningioma intrakra- nial terjadi difossa posterior. Gambaran Klinis Sangat tergantung lokasi tumor. Yang timbul diatas kon- veksitas serebeler mungkin tidak menampilkan gejala hingga massa mengobstruksi aliran CSS. Meningioma yang terjadi disudut serebelopontin mungkin mengenai semua saraf kranial dari V hingga VIII. Meningioma klivus mungkin tampil dengan palsi saraf VI bilateral sebelum penekanan pontin menyebabkan tanda traktus panjang. Tumor yang tumbuh pada foramen magnum, menekan sambungan servikomedullari, menimbulkan efek khas: ke- lemahan piramidal dimulai dengan mengenai lengan ipsi- lateral, diikuti tungkai ipsilateral, menyebar keanggo- ta kontralateral dengan pertumbuhan tumor selanjutnya. Pemeriksaan CT scan mengidentifikasi lokasi tepat tumor. Kebanyakan meningioma menguat homogen dengan kontras. Pada CT scan sudut serebelopontin, tiadanya dilatasi MAI mendukung diagnosis meningioma dibanding neurinoma akustik. Pengelolaan Seperti meningioma supratentorial, sasaran tindakan a- dalah pengangkatan tumor lengkap. Difossa posterior, terkenanya saraf kranial membuatnya menjadi sulit dan mengesalkan. SISTA EPIDERMOID/DERMOID Sista yang berasal embriologis, terjadi dari sel yang seharusnya menjadi epidermis atau dermis. Paling se- ring terjadi disudut serebelopontin, namun bisa juga disekitar sisterna supraseller, ventrikel lateral dan fisura Sylvian, sering meluas dalam kejaringan otak. Patologi Tergantung sel asal. Epidermoid (epidermis)): dinding sista tipis transparan sering melekat erat kejaringan sekitar. Isinya: debris yang berkeratinisasi serta kristal kolesterol membentuk tampilan putih 'pearly'.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 36: Tumor Intrakranial

36

Dermoid (dermis): serupa diatas, namun lebih tebal, dan sebagai tambahan, berisi folikel rambut dan jaringan kelenjar. Sista dermoid garis tengah terletak difossa posterior sering berhubungan dengan kulit permukaan me- lalui defek tulang. Ini merupakan jalur potensial untuk infeksi. Gambaran KLinis Bila terletak disudut serebelopontin, sista dermoid/e- pidermoid sering menyebabkan neuralgia trigeminal. Te- muan neurologis berkisar dari depresi refleks korneal hingga palsi saraf kranial multipel. Ruptur dan terle- pasnya kolesterol keruang subarakhnoid berakibat meni- ngitis kimia yang berat dan terkadang fatal. Adanya 'dimple' suboksipital bersamaan dengan serangan mening- itis infektif, harus meningkatkan kecurigaan sista der- moid fossa posterior dengan fistula kutanosa. Pemeriksaan CT scan memperlihatkan lesi densitas rendah yang khas (sering densitas 'lemak'), tak berubah setelah pembe- rian kontras, atau memperlihatkan hanya sedikit pengu- atan perifer. Mungkin terdapat kalsifikasi. Tindakan Perlengketan dinding sista kestruktur penting jelas mencegah pengangkatan lengkap, namun evakuasi isi mem- berikan perbaikan gejala. Rekoleksi debris yang berke- ratinisasi memerlukan beberapa tahun.

TUMOR SELLER/SUPRASELLER ADENOMA PITUITARI Tumor kelenjar pituitari merupakan sekitar lima persen tumor intrakranial. Berasal dari bagian anterior kelen- jar dan biasanya jinak. Klasifikasi Dengan tehnik immuno assay (immunositokimia, dengan tehnik ultrastruktur), klasifikasi praktis berdasar pa- da jenis hormon yang disekresikan. Sekitar setengah a- denoma khromofob 'non-functioning' mensekresikan pro-

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 37: Tumor Intrakranial

37

laktin. Hipersekretori: adenoma pensekresi prolaktin (prolaktinoma) adenoma pensekresi GH adenoma pensekresi ACTH adenoma pensekresi TSH adenoma pensekresi FSH/LH adenoma stem cell adenoma dengan seret campuran Nonfungsional Dahulu pernah dilakukan klasifikasi berdasar jenis sel tumor yang tampak pada mikroskop cahaya: adenoma eosinofilik: prolaktin hormon pertumbuhan adenoma basofilik: ACTH TSH hormon gonadotropik: FSH LH adenoma khromofob: non-functional Gambaran Klinis Efek massa lokal Nyeri kepala: terjadi pada kebanyakan pasien dengan pembesaran fossa pituitari. Tidak spesifik akan lokasi ataupun asalnya. Defek lapang pandang: Tekanan pada aspek inferior khi- asma optik menyebabkan kuadrantanopia temporal superior mulanya, kemudian menjadi hemianopia bitemporal. Kompresi sinus kavernosus: Pada beberapa tumor pituita- ri, perluasan kelateral mungkin menekan saraf yang ter- letak didinding sinus kavernosus. Saraf III adalah yang paling terancam. tumor besar --> efek massa lokal ---> kompresi struktur | neural sekitar | /--> kompresi kelenjar pituitari sekitar tumor kecil --> efek endokrin ------> menghalangi out- (mikro- | put hormonal adenoma) | | | ! | panhipo

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 38: Tumor Intrakranial

38

| pituitarisme | /--> sekresi berlebih hormon spesifik, a.l. prolaktin, GH, ACTH (biasa lebih dari 1 hor- mon disekresikan) Efek endokrin 1. HIPERSEKRESI Gejala klinis yang terjadi tergantung hormon yang disekresikan. Hormon pertumbuhan (GH) GH merangsang pertumbuhan dan berperan dalam mengontrol protein, lemak, dan karbohidrat. Merupakan 15-25 % dari adenoma pituitari. Kelebihan GH pada dewasa menyebabkan akromegali. Terjadi perluasan jaringan lunak, kartilago dan tulang pada muka, tangan dan kaki. Kulit menjadi kasar. Tangan menjadi lembut serta seperti adonan. Terjadi pembesaran jaringan lunak jari serta bantalan tumit. Tampak prog- nathisme dan makroglosia. Pada visera terjadi pembesar- an jantung, hati dan tiroid. Diabetes terjadi pada 10 persen kasus. Nyeri kepala dijumpai pada 50-75 % ka- sus. Juga djumpai artralgia dan letargi. Pada anak sebelum terjadinya fusi sutura tulang, kelebihan GH menyebabkan gigantisme. Kadar GH biasanya meningkat hingga > 10ng/ml (nor- malnya 2-5 ng/ml). Hiperglikemi biasanya menekan sekresi GH. Contoh GH diambil bersamaan dengan glukosa darah saat tes to- leransi glukosa. Gagalnya supresi GH setelah pemberian glukosa memberikan kepastian adanya tumor. Prolaktin Hormon ini membantu memacu laktasi. Tehnik immuno-assay menunjukkan prolaktinemia merupakan jenis tumor pitui- tari tersering (30-70 % adenoma pituitari) dan membantu diagnostik dini mikroadenoma prolaktin. Tumor ini tampil dengan infertilitas, amenore dan galaktore. Amenore primer lebih jarang dibanding peng- hentian menstruasi pada menarkhe normal. Pada pria mungkin dengan impotensi, nyeri kepala, perubahan visu- al, atau tetap tak terdeteksi hingga terjadi efek te- kanan. Umumnya prolaktin serum 360U/l dianggap tak normal namun sebelum memutuskan adanya tumor pensekresi pro- laktin, penyebab lain harus disingkirkan. Hiperprolak- tinemia bisa disebabkan stres, hamil, obat (terutama

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 39: Tumor Intrakranial

39

antagonis dopamin), hipotiroidisme, kelainan ginjal, a- denoma pituitari dan lesi hipotalamik atau seksi tang- kai pituitari. Banyak obat termasuk klorpromazina, me- til dopa, dan estrogen meninggikan prolaktin serum. Ka- rena hormon tirotropik (TRH) merangsang pelepasan pro- laktin, kadar prolaktin tinggi pada hipotiroidisme. Prolaktin berbeda dari hormon pituitari anterior lainnya karena dikontrol oleh hipotalamus. Lesi hipota- lamik atau tangkai pituitari menyebabkan defisiensi da- ri faktor inhibitori prolaktin (PIF) dengan akibat pe- ninggian prolaktin serum. Tes berikut mengarahkan adanya tumor pensekresi prolaktin, namun kemampuannya terbatas: tak adanya fluktuasi diurnal normal kadar prolaktin tak ada atau berkurangnya respons terhadap injeksi TRH (normalnya meninggi 500 X) tak adanya respons terhadap metoklopramida (normalnya meninggi 2000 X) Terpenting adalah tes kadar prolaktin serum basal, yang berkisar dari 5-20ng/ml pada orang normal. Kadar 50ng/ ml dijumpai pada 25 % penderita prolaktinoma. 100ng/ml pada sekitar 50 %, dan kadar 200-300 ng/ml pada 100 %. Peninggian ringan (<200ng/ml) mungkin juga pada ter- ganggunya tangkai pituitari, setelah pengurangan inhi- bisi dopamin normal atas sekresi prolaktin Hormon adrenokortikotrofik (ACTH) ACTH merangsang sekresi kortisol dan androgen. Hiper- sekresi menyebabkan hiperplasia adrenal yang tampil de- ngan gambaran khas sindroma Cushing. Merupakan 5 % dari adenoma pituitari. Sindroma tersebut juga disebabkan oleh tumor adre- nal atau sekresi ektopik dari karsinoma bronkhial, na- mun pemberian steroid adalah penyebab tersering. Tampilan klinik biasanya moon face, obesitas (trunkal) jenis buffalo, stria ungu pada perut dan pinggang, memar dan fragilitas kapiler, penyembuhan lu- ka tidak baik, intoleransi glukosa, kelemahan dan pe- ngecilan otot; sering dengan miopati proksimal, osteo- porosis, DM laten, hipertensi, akne, hirsutisme dan ke- botakan, peninggian akan ancaman infeksi. Oligomenore, amenore atau impotensi terjadi pada 70-80 % kasus. Gam- baran klinis tumor ini terutama karena sekresi berle- bihan glukokortikoid. Diagnosis dipastikan dengan temuan peninggian ka- dar kortisol urin dan plasma yang tak tersupresi oleh pemberian deksametason. Pada penyakit Cushing kadar kortisol plasma umum- nya meninggi walau kadar yang bervariasi luas membatasi nilai kadar plasma yang didapat. Kehilangan variasi di-

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 40: Tumor Intrakranial

40

urnal normal pada kadar kortisol plasma lebih membantu dalam diagnosis sebagai jumlah dari urin 24 jam korti- sol bebas dan 17-OH kortikosteroid. pengukuran langsung ACTH plasma umumnya tak membantu. Paling kritis, pada penyakit Cushing kadar kortisol tak disupresi oleh do- sis rendah deksametason (4 X 0.5mg/hari) selama dua ha- ri namun tersupresi oleh dosis tinggi (4 X 2mg) selama dua hari, hingga kurang dari 50 % nilai dasar. Nonsup- resi oleh dosis tinggi deksametason, peninggian korti- sol, dan kadar ACTH rendah abnormal pada darah menun- jukkan tumor adrenal atau hiperplasia adrenal dibanding adenoma pituitari pensekresi ACTH. Adrenalektomi bilateral untuk penyakit Cushing terkadang diikuti timbulnya sindroma Nelson: kadar ACTH tinggi, pembesaran pituitari dan pigmentasi kulit men- colok. Lain-lain Tumor pensekresi TSH,FSH, LH jarang dijumpai. Adenoma yang besar menekan kelenjar dan mengaki- batkan endokrinopati multipel. Tes fungsi tiroid basal, kadar FSH, LH, kortisol, dan prolaktin harus dilakukan. 2. NONFUNGSIONAL 20-25 % adenoma pituitari adalah nonfungsional secara endokrimologis. Adenoma 'null cell' ini diklasifikasi- kan kedalam onkositik dan nononkositik. Karena tumor i- ni tak mensekresikan hormon, sering tak terdeteksi hingga ukurannya besar, sering meluas keluar sella, de- ngan gejala disebabkan massanya sendiri. 72 % kasus mengalami kehilangan penglihatan, 61 % dengan hipopitu- itarisme, dan 36 % dengan nyeri kepala. Banyak tumor pituitari didiagnosis sebelum timbul panhipopituitarisme, namun tumor besar mungkin menye- babkan gangguan bertahap dari sekresi hormon pituitari. GH dan gonadotrofin adalah yang pertama terkena, diiku- ti TSH, dan ACTH. Panhipopituitarisme hanya terjadi bi- la lebih dari 80 % pituitari anterior rusak. Gangguan sekresi GH pada anak-anak menyebabkan dwarfisme pituitari, terhambatnya pertumbuhan skeletal, perkembangan seksual terhambat, episoda hipoglikemik, intelegensia normal. Gangguan sekresi gonadotrofin pada dewasa menimbulkan amenore, sterilitas dan hilangnya libido. Sedang gangguan sekresi ACTH pada orang dewasa menyebabkan defisiensi glukokortikoid dan androgen, ke- lemahan otot dan lesu. Sekresi TSH yang terganggu pada orang dewasa berakibat hipotiroidisme sekunder, BMR ba- sal rendah, sensitif terhadap dingin, fisik dan mental yang 'malas', rambut kasar. Gangguan sekresi prolaktin berakibat kegagalan laktasi. Sekresi prolaktin paling tahan terhadap kerusakan pituitari. Defisiensi jarang nyata, biasanya hanya tam-

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 41: Tumor Intrakranial

41

pil setelah perdarahan post-partum (sindroma Seehan) sebagai kegagalan laktasi dan gambaran lain panhipopi- tuitarisme. Hormon-assay pituitari tak dapat membedakan kadar 'normal' rendah dengan gangguan sekresi, namun kadar yang rendah hormon pituitari disertai adanya hormon or- gan target yang rendah memastikan hiposekresi, misalnya kadar TSH rendah walau tiroksin serum rendah. Hilangnya respons terhadap tes yang dirancang untuk meningkatkan hormon pituitari spesifik memberikan konfirmasi tambahan atas hipofungsi: 1. GH,ACTH: Tes toleransi insulin; Aksi hipoglikemia melalui aksis hipotalamik-pituitari akan meninggikan kadar GH dan ACTH, yang terakhir menyebabkan pening- katan kortisol plasma secara bermakna. 2. Gonadotrofin: Injeksi hormon pelepas gonadotrofin (GnRH) menyebabkan peninggian cepat LH dan peninggian yang lebih lambat dari FSH. 3. Injeksi hormon pelepas tirotrofin (TRH) meninggikan kadar plasma baik TSH maupun prolaktin. Tes diatas dapat dilakukan bersama sebagai 'Tes Stimulasi Pituitari Kombinasi'. Insulin, GnRH dan TRH diinjeksikan i.v. dan semua hormon pituitari diukur da- ri contoh darah berulang yang diambil dengan selang dua jam. Kadar glukosa juga diperiksa untuk memastikan ade- kuasi hipoglikemia. Apopleksi Pituitari Pertama dijelaskan Cushing sebagai perdarahan kedalam adenoma. Infarksi dengan pembengkakan dapat menimbulkan gambaran klinis serupa seperti nyeri kepala dengan onset mendadak, perburukan visus mendadak dan/atau pal- si okulomotor, serta hipopituarisme akuta. Merupakan komplikasi jarang tumor pituitari. Kematian menyusul kecuali tindakan segera dilakukan. Adenoma pituitari adalah kelainan yang sangat luar biasa banyak, 20-35 % dari kelenjar pituitari yang di- periksa pada seri autopsi yang besar. Pada suatu seri klinis dijumpai sekitar 35 % adenoma adalah invasif, namun tidak ganas. Walau adenoma adalah lesi seller dan supraseller tersering, lainnya yang bisa menyerupai adenoma yang harus dipikirkan adalah aneurisma arteria karotid; kraniofaringioma; sista arakhnoid. epidermoid dan celah Rathke; hamartoma; tumor demoid, epidermoid, glioma, meningioma, dan metastatik. Pemeriksaan Neuroradiologis

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 42: Tumor Intrakranial

42

Foto polos tengkorak Tetap berguna sebagai penilai adenoma pituitari. Tumor besar menyebabkan pelebaran atau ballooning fossa pitu- itari, penipisan dorsum sella, dan mungkin mengerosi lantai atau hilangnya lamina dura yang membentuk lan- tai, elevasi atau erosi prosesus klinoid anterior. Eks- pansi fossa yang asimetris memberikan gambaran 'dou- ble floor sejati' pada aspek lateral. Tomografi berguna untuk menentukan erosi lantai fossa. Mikro adenoma mungkin menimbulkan mangkuk erosif kecil pada lantai, terbaik dilihat pada tampilan anteroposterior. Angiografi dan sinogram kavernosa Aneurisma arteria karotid bisa tampil sebagai massa in- traseller dan mungkin dikira sebagai adenoma pituitari. Operasi transfenoid dengan ruptur aneurisma dan kemati- an pernah terjadi. Karenanya arteriografi harus dilaku- kan. Sinogram dapat memperlihatkan terkenanya sinus ka- vernosus. CT scan Mempunyai kemampuan diagnostik sangat besar. Serial pra dan pasca kontras harus didapatkan termasuk tampilan aksial dan koronal dari sella. Mikroadenoma yang hanya 3-4 mm diameternya dapat dilihat sebagai massa hipodens didalam kelenjar pituitari. Peninggian tinggi kelenjar melebihi 9 mm juga menunjukkan adanya tumor. Lesi yang lebih besar tampak berakibat erosi sella. Perluasan in- tra dan supraseller dari makroadenoma dapat ditentukan dengan tepat seperti juga hubungannya dengan tangkai pituitari dan khiasma optik. CT scan definisi tinggi memberikan lebih banyak informasi. Tumor besar dapat dilihat dalam tampilan ak- sial atau koroner baik dengan pelacakan langsung maupun rekonstruksi. Mikroadenoma diperlihatkan pada 'slices' yang hanya satu hingga dua milimeter sebagai daerah berdensitas rendah didalam jaringan glandula atau mem- perlihatkan deviasi tangkai pituitari dari garis te- ngah. Insidens negatif palsu walau bagaimanapun cukup tinggi. MRI Juga berguna dan memberikan keuntungan tampilan sagital yang istimewa pada daerah ini. Adenoma biasanya ber- intensitas rendah pada citra pembebanan T-1 dan ber- intensitas tinggi pada citra pembebanan T-2.

Sisternogram basal Bila scanner berdefinisi tinggi tidak dimiliki, sister- nogram basal dapat dilakukan dan jelas memperlihatkan perluasan lesi supraseller. Kontras radiopak disuntik- kan kesisterna magna dan menyebar sepanjang dasar teng- korak. Adanya defek pengisian supraseller berarti ada- nya ekstensi vertikal dari tumor.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 43: Tumor Intrakranial

43

Pengelolaan Pengelolaan tumor pituitari tergantung jenis penampil- an. Bila tampil sebagai lesi massa, diperlukan dekom- presi serta koreksi kelainan endokrin. Pada mikroadeno- ma, pengobatan gangguan hormonal diutamakan. Tindakan dini akan mencegah perkembangan lesi massa kemudian ha- ri. Metodanya adalah dekompresi operatif, radioterapi dan obat-obatan. Adenoma pituitari nonfungsional umumnya tampil se- bagai massa yang besar. Indikasi operasinya jelas: gangguan visual progresif baik ketajaman maupun lapang pandang, disfungsi saraf kranial III,IV, atau VI, pe- ninggian TIK akibat efek massa lokal, obstruksi CSS dan hidrosefalus, apopleksi pituitari, serta kebocoran CSS. Terapi medikal tak ada manfaatnya. Terapi radiasi di- lakukan pada pasien yang reseksi tumornya tak bisa se- cara lengkap. Perluasan tumor keluar fossa pituitari berrisiko kerusakan visual permanen. Operasi memberikan dekompre- si cepat dan dengan cara transfenoidal atau transethmo- idal, risikonya minimal. Tumor besar tak pernah teram- bil sempurna, karenanya dilanjutkan dengan radioterapi sebagai pelengkap. Bila radioterapi sebagai tindakan primer, akan terjadi pembengkakan tumor, sedang penge- rutan dan pengembalian kadar hormon biasanya lambat terjadinya. Pada adenoma yang fungsional, operasi tetap tin- dakan terpilih pada pasien dengan kelainan Cushing, ak- romegali atau sindroma Nelson. Keputusan lebih rumit pada prolaktinoma. Bromokriptin ternyata dapat menor- malkan kadar prolaktin serum pada pasien dengan mikro dan makroadenoma. (Bromokriptin adalah agonis dopamin, yang menurunkan kadar abnormal hormon yang bersirkula- si, terutama prolaktin. Pada dosis tinggi juga mengu- rangi sekresi GH). Selanjutnya pengerutan ukuran tumor dijumpai bahkan pada tumor besar. Beberapa memikirkan bromokriptin sebagai terapi inisial untuk tumor pensek- resi prolaktin, terutama karena terbatasnya efek buruk- nya. Adenektomi selektif transfenoidal memperlihatkan tingkat rekurensi rendah, dan dianjurkan sebagai terapi garis pertama, terutama pada wanita usia beranak. Bebe- rapa pasien tidak mentolerasi bromikriptin, bahkan pada dosis rendah dan operasi adalah pilihan yang baik. Pa- sien yang menghendaki kehamilan sering ditindak secara bedah namun beberapa kasus juga ditindak dengan obat, dengan pengawasan sangat ketat selama hamil. Pada kea- daan ini, pilihan bedah atau medikal harus dipertim- bangkan untuk masing-masing pasien. Prolaktinoma yang memperlihatkan pertumbuhan progresif walau dengan tin- dakan medikal adekuat atau pada adanya kehilangan peng- lihatan progresif, apopleksi, disfungsi okulomotor, hi-

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 44: Tumor Intrakranial

44

drosefalus, atau peninggian TIK, operasi jelas diindi- kasikan. Bromokriptin memang suatu alternatif untuk mikroa- denoma pensekresi prolaktin. Penurunan kadar prolaktin akan memungkinkan kehamilan dilanjutkan, namun terka- dang hal ini akan menginduksi perluasan tumor secara cepat. Teoritis, namun belum terbukti, ia berrisiko te- ratogenik. Obat ini kurang bermanfaat dalam mengontrol tumor pensekresi GH dan ACTH. Bromokriptin hanya akan berakibat pengerutan tumor pada 60 % kasus, lainnya te- tap bertumbuh. Mikroadenoma dicapai melalui jalur transfenoidal yang dipopulerkan lagi oleh Hardy. Bahkan kebanyakan makroadenoma bisa dicapai secara transfenoidal sebanyak tumor yang jatuh ke sella selama proses operasi. Perlu- asan besar keanterior dekat lobus frontal atau kelate- ral kefossa media mungkin memerlukan operasi transkra- nial. Operasi ini morbiditas dan mortalitasnya lebih besar dari jalur transfenoidal, termasuk risiko besar perburukan visual. Pada mikroadenoma, seluruh tumor berada dalam fos- sa pituitari hingga sedikit risiko segera kerusakan vi- sual dan tindakan diarahkan pada pengurangan kadar hor- mon. Pendekatan transfenoidal atau transethmoidal me- ngembalikan secara cepat kadar hormon ketingkat normal pada 80-90 % kasus. Radiasi supervoltase memperlihatkan perbaikan tingkat bebas rekurensi. Indikasinya sisa tumor yang tampak jelas pada CT scan setelah operasi, kegagalan o- perasi (rekurensi tumor atau keadaan hipersekretori), dan tumor besar yang tak dapat direseksi total dengan aman. Adenoma pituitari adalah radiosensitif dan biasa- nya dilakukan secara eksternal. Terkadang butir ytrium atau emas diimplantasikan kefossa pituitari baik mela- lui pendekatan transfenoidal maupun stereotaktik mela- lui burr hole frontal. Pendekatan operasi Dari bawah: 1. Transfenoidal: melalui insisi gusi atas ,mukosa hi- dung disisihkan dari septum dan fossa pituitari dicapai melalui sinus sfenoid. 2. Transethmoidal: Insisi dibuat pada dinding orbital medial dan fossa pituitari dicapai melalui sinus eth- moid dan sfenoid. Dengan kedua cara diatas, kelenjar pituitari langsung dilihat dan dieksplorasi mikro adenomanya. Bahkan tumor besar dengan ekstensi supraseller dapat dibuang dari bawah, mencegah perlunya kraniotomi. Dari atas:

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 45: Tumor Intrakranial

45

3. Transfrontal: Melalui kraniotomi, lobus frontal di- retraksi untuk mendapatkan jalur langsung ketumor pitu- itari. Pendekatan ini biasanya dicadangkan untuk tumor dengan perluasan yang besar kefrontal dan lateral. Semua pasien memerlukan perlindungan steroid sebelum setiap tindakan anestetik atau bedah. KRANIOFARINGIOMA Tumor sistik yang merupakan tiga persen dari tumor pri- mer intrakranial. Terutama pada anak-anak dan dewasa muda namun gejala bisa terjadi pada semua usia. Walau jinak, ia terletak sekitar struktur penting hingga me- nimbulkan masalah yang rumit pada penanganannya. Keba- nyakan kraniofaringioma memiliki komponen solid epitel skuamosa dengan debris yang berkalsifikasi serta satu atau lebih daerah sistik berisi cairan kholesteatoma- tosa kehijauan. Beberapa, tumor seluruhnya solid. Walau kapsul tampak berbatas tegas, pemeriksaan histologis menunjukkan projeksi seperti jari kejaringan sekitarnya dengan gliosis jelas sekelilingnya. Lokasi Tumbuh biasanya dekat tangkai pituitari, namun bisa me- nyebar kesegala arah. Gambaran Klinis tergantung letak dan ukuran tumor. Tumbuhnya lambat dan kebanyakan tanda dan gejala terjadi perlahan. Massa in- trakranial dan/atau obstruksi CSS pada foramen Monro meninggikan TIK dengan gejalanya (nyeri kepala, muntah, edema papil, gangguan penglihatan). Perluasan kefrontal dan ventrikel ketiga menyebabkan demensia ringan hingga berat. Kompresi pada khiasma optik berakibat atrofi op- tik dan hemianopia bitemporal. Kerusakan hipotalamik/ pituitari menimbulkan panhipopituitarisme, dwarfisme pituitari dan diabetes insipidus. Karena tekanan pada khiasma cenderung dari atas, biasanya yang terjadi per- tama adalah kuadrantanopia temporal inferior. Pemeriksaan Foto polos tengkorak: Memperlihatkan kalsifikasi diatas atau didalam fossa pituitari pada 80 % kasus. CT scan: Memperlihatkan lesi dengan densitas campuran berisi komponen solid dan sistik, terletak didaerah

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 46: Tumor Intrakranial

46

supraseller. Pada anak, tampak kalsifikasi. Kapsula sista sering diperkuat oleh kontras. Rekonstruksi koro- nal atau sagital membantu memperlihatkan hubungan pas- ti tumor dengan ventrikel ketiga. Tes fungsi pituitari: Sering memperlihatkan perlunya penggantian hormon. Pengelolaan Lebih agresif tindakan, lebih besar risiko, namun lebih rendah tingkat rekurensi. Semua pasien memerlukan perlindungan steroid se- belum tindakan anestesi atau operasi. Pengangkatan operatif biasanya kraniotomi subfron- tal atau subtemporal, walau jalur transfenoidal memung- kinkan untuk tumor yang benar-benar intraseller. 1. Eksisi tumor total ( + radioterapi bila terjadi re- kurensi) 2. Eksisi tumor subtotal + radioterapi 3. Drainase sista + ------- radioterapi (dengan kateter | atau tetap dan /--- implantasi ytrium90

reservoar) Eksisi total berrisiko kerusakan hipotalamus yang membawa kematian, namun bila berhasil akan mencegah ra- dioterapi segera dengan risikonya terhadap otak yang sedang tumbuh. Mortalitas operasi antara 10-30 % dan tergantung lokasi tumor dan perluasan pengangkatan yang dilakukan. Tingkat rekurensi 50 % dalam 10 tahun pada yang dilakukan pengangkatan total. Hal ini mungkin aki- bat sisa tumor yang perluasannya terletak diluar kap- sul. Pengangkatan subtotal tingkat rekurensinya menca- pai 90 %, namun dengan radioterapi turun hingga 30-50 %. Perencanaan untuk pengangkatan total atau subtotal memerlukan pertimbangan ketat. Pemeriksaan preoperatif membantu, namun keputusan akhir sering menunggu eks- plorasi langsung. ASTROSITOMA (GLIOMA) SARAF OPTIK Tumor yang jarang, biasanya terjadi pada anak dibawah 10 tahun. Hingga sepertiga berkaitan dengan penyakit von Recklinghausen. Tumor tumbuh meluas pada saraf de- ngan bentuk fusiform. Beberapa perluasan keanterior ke- orbit, lainnya keposterior mengenai khiasma optik. Se- mua berjenis pilositik dan tumbuh lambat.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 47: Tumor Intrakranial

47

Gambaran Klinis Skotoma lapang pandang berangsur memberat menjadi buta lengkap. Perluasan orbital menyebabkan proptosis. Pada beberapa pasien perluasan keposterior keluar khiasma menyebabkan kerusakan hipotalamik dan/atau hidrosefa- lus. Foto polos foramen orbital memperlihatkan dilatasi dan CT scan memperlihatkan massa dengan penguatan kon- tras campuran didalam orbit atau terletak diregio supra seller. Pengelolaan Prognosis Lesi unilateral - eksisi lengkap - Baik dengan enukleasi bila perlu Lesi mengenai - pendekatan - Visus bisa diper- khiasma optik konservatif tahankan beberapa (nilai radio te- tahun; masa hidup rapi tak dike- sering panjang. tahui) Bila dengan keru- sakan hipotalamik prognosis buruk. MENINGIOMA SUPRASELLER Tumbuh dariI tuberkulum sella, sering tampil dini seba- gai akibat kompresi khiasmal dan defek lapang pandang, biasanya dengan hemianopia bitemporal. Foto polos terarah memperlihatkan hiperostosis tu- berkulum sella atau planum sfenoidal. CT scan memperli- hatkan massa supraseller bulat, sering sebagian dengan kalsifikasi, diperkuat homogen oleh kontras. Sayangnya defek visual sering persisten setelah o- perasi, namun pengangkatan tumor adalah esensial untuk mencegah perburukan lebih lanjut. MENINGIOMA SELUBUNG SARAF OPTIK Jarang. Berasal dari selubung saraf optik, biasanya me- luas bentuk dumbell melalui foramen optik. Beberapa mempenetrasi dura orbital dan menginvasi isi orbital. Eksisi total penting tanpa mengorbankan saraf optik di- dekatnya. LAIN-LAIN Epidermoid/dermoid supraseller: Lihat hal tumor fossa

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 48: Tumor Intrakranial

48

posterior. Seperti telah dijelaskan, aneurisma besar menyeru- pai tumor seller/supraseller pada CT scan. Demikian ju- ga granuloma besar (TB, sarkoid). Bila ragu, lakukan a- ngiografi sebelum operasi eksplorasi.

TUMOR REGIO PINEAL Tumor didaerah pineal relatif jarang. Terdiri dari ber- bagai jenis patologis yang berbeda dan sebagai akibat hubungan anatomis langsung dengan ventrikel ketiga, termasuk juga tumor yang tumbuh didaerah ini. Kurang dari 20 % nyatanya berasal dari sel 'pineal'. Jenis Patologis Teratoma: Tumor berdiferensiasi baik, terutama terjadi pada pria, dibentuk oleh berbagai jenis sel; otot, tu- lang, kartilago, dermis. Konsistensi tergantung jenis sel predominan. Pada kebanyakan pasien batas sel berbatas tegas. Terkadang terjadi tumor yang berdiferensiasi buruk dan maligna. Germinoma: Tumor maligna, sejenis germinoma testis. Tu- mor melekat erat kejaringan sekitar dan sel mudah me- nyebar kelantai atau dinding anterior ventrikel ketiga. Sel mungkin menyebar melalui jalur CSS ke cord spinal atau kauda ekuina. Pineositoma: Tumor tumbuh lambat, berdiferensiasi baik. Pineoblastoma: Tumor sangat maligna, berdiferensiasi buruk. Pineositoma dan pineoblastoma merupakan tumor yang benar-benar bera- sal dari pineal. Keduanya jarang. Tumor sel glia: Astrositoma: Terjadi dari sel didalam kelenjar pineal. Ependimoma: Terjadi dari sel yang mem- batasi ventrikel ketiga. Meningioma, dermoid, epidermoid: Jarang terjadi diregio pineal. Gambaran Klinis Efek massa lokal: Tekanan pada pelat tektal menyebabkan sindroma Parinaud (gangguan gaze keatas, abnormalitas pupil). Kompresi akuaduktus Sylvius menyebabkan hidro-

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 49: Tumor Intrakranial

49

sefalus obstruktif dengan tanda dan gejala peninggian TIK. Efek akibat penyebaran keventrikel ketiga: Germinoma menyebabkan kerusakan hipotalamus, diabetes insipidus, hipo/hiperfagia, pubertas prekoks, hipopituitarisme; terkenanya khiasma optik, defek lapang pandang. Pemeriksaan CT scan memperlihatkan massa yang menonjol keaspek pos- terior ventrikel ketiga dengan disertai dilatasi ven- trikel ketiga dan lateral. Pineositoma bisa menunjukkan kalsifikasi. Teratoma mungkin mengandung densitas cam- puran dari lemak ke kalsifikasi. Sitologi CSS: terkadang menunjukkan sel maligna dan mungkin menunjukkan jenis sel. Gonadotrofin khorionik manusia dan fetoprotein alfa se- rum: Bisa meninggi pada pasien germinoma. Pengelolaan Hidrosefalus sering memerlukan tindakan segera dengan pintas ventrikuloperitoneal/atrial. Tumor besar yang menyumbat foramen Monro, memerlukan drainase ventriku- ler bilateral. Lokasi tumor daerah pineal menjadikan tindakan o- peratif sulit. Walau tehnik modern menekan risiko ope- rasi langsung, kebanyakan ahli bedah saraf menganjurkan tindakan inisial dengan radioterapi (tanpa diagnosis jaringan). Sekitar 70 % tumor adalah radiosensitif dan memperlihatkan pengurangan ukuran yang dramatis. Kega- galan respons menunjukkan perlunya diagnosis jaringan; umumnya dilakukan biopsi stereotaktik atau eksplorasi operasi langsung. Rute pendekatan langsung: Infratentorial Supratentorial Transventrikuler Pasien yang mendapatkan pintas CSS diikuti radioterapi, masa hidup rata-ratanya empat tahun.

TUMOR SISTEMA VENTRIKULER

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 50: Tumor Intrakranial

50

EPENDIMOMA Ependimoma intrakranial berasal dari sel yang membatasi sistema ventrikuler. Kebanyakan tumbuh dari ventrikel keempat dan lokasi ini terutama terjadi pada anak-anak. Baik bentuk jinak maupun ganas dapat ditemukan dan sel tumor dapat menyebar melalui jalur CSS. Pada ventrikel keempat, ependimoma tampil dengan tanda-tanda serebeler atau, lebih sering dengan tanda dan gejala peninggian TIK akibat obstruksi CSS. Muntah sering terjadi dan merupakan pertanda dini. CT scan memperlihatkan massa isodens, dengan atau tanpa kalsifikasi, terletak didalam ventrikel keempat dan biasanya diperkuat kontras. Pengelolaan Tujuannya adalah pengangkatan operatif lengkap, walau infiltrasi lantai ventrikel keempat mungkin menghalang- inya. Umumnya dianjurkan radioterapi setelah operasi, namun nilainya terbatas pada tumor derajat rendah. Prognosis Walau relatif tumbuh lambat, masa hidup lima tahun ber- kisar antara 20-50%. PAPILLOMA PLEKSUS KHOROID Jarang. Suatu tumor jinak dengan permukaan granuler dan tekstur yang seperti berpasir. Tumbuh dari pleksus kho- roid, diventrikel keempat pada dewasa, dan pada ventri- kel lateral pada anak-anak. Bentuk ganas terkadang ter- jadi pada anak-anak. Kebanyakan pasien tampil dengan hidrosefalus, baik akibat obstruksi maupun sekresi CSS yang berlebihan da- ri tumor. CT scan memperlihatkan massa hiperdens didalam sistema ventrikuler. Pengangkatan operatif memberi ha- sil yang baik. SISTA KOLOID VENTRIKEL KETIGA Sista jinak, berisi cairan mukoid yang mungkin berasal dari sisa embrional pada atap ventrikel ketiga. Bila ukurannya cukup (sekitar 2sm), akan mengoklusi aliran CSS dari masing-masing ventrikel lateral lewat foramen Monro.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 51: Tumor Intrakranial

51

Gambaran Klinis Gejalanya intermiten, mungkin karena efek katup-bola, dengan episoda kehilangan kesadaran atau kelemahan tungkai mendadak. CT scan menunjukkan massa bulat kecil dengan den- sitas meninggi, terletak setinggi foramen Monro, menye- babkan dilatasi ventrikel lateral. Pengangkatan opera- tif melalui ventrikel lateral kanan hanya menimbulkan sedikit risiko. MENINGIOMA Kadang-kadang terjadi diventrikel lateral. Sering dengan gejala ringan dan berlangsung lama. Pengangkatan operatif hanya perlu bila tanda dan gejala muncul. GERMINOMA, TERATOMA Lihat tumor daerah pineal.

TUMOR ORBITA Rongga orbital dibatasi sebelah medial oleh tulang yang membentuk dinding luar sinus ethmoid dan sfenoid. Sebe- lah superior oleh lantai fossa anterior, dan sebelah lateral oleh zigoma, tulang frontal dan sayap sfenoid besar. Sebelah inferior oleh atap sinus maksilari. Patologi Tumor bisa tumbuh dari struktur yang terletak didalam atau sekitar orbit: Kelenjar lakrimal: Adenoma fleomorfik: biasanya jinak, tapi rekurensi ter- jadi bila tidak dilakukan eksisi kengkap. Karsinoma Jaringan limfoid: Limfoma: Tumbuh primer didalam orbit, atau sekunder a- tas kelainan menyeluruh pada tubuh. Retina: Retinoblastoma: Tumor anak-anak yang sangat ganas. Melanoma

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 52: Tumor Intrakranial

52

Tulang: Osteoma: biasanya mengenai sinus frontal atau ethmoid, bisa menyebabkan mukosel frontal. Sista dermoid Sista epidermoid Sinus paranasal, nasofaring: Karsinoma: Sering menginvasi dinding medial orbit pada tahap dini penyakit. Selubung saraf optik: Meningioma: sering meluas keintrakranial melalui fora- men optik. Saraf optik: Glioma (astrositoma pilositik): Tumbuh sangat lambat. Neurofibroma/neurinoma Jaringan ikat: Rabdomiosarkoma: Tumor anak-anak ganas dengan pertum- buhan dan penyebaran lokal cepat. Metastasis melalui darah: Dewasa: Karsinoma 'breast' Karsinoma bronkhial Anak-anak: Neuroblastoma Sarkoma Ewing Leukemia Tumor testikuler Lesi orbital non-neoplastik: Hemangioma/limfangioma kavernosa: Lesi jinak yang se- ring terjadi pada dewasa. Pseudotumor Eksoftalmos endokrin Granulomatosis Wagener Histiositosis X Sarkoidosis Fistula karotid-kavernosa tampil dengan eksoftalmos pulsatif. Tanda dan Gejala Klinis Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh ce- pat, namun juga merupakan gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa. Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau ce- pat (lesi ganas). Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor,

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 53: Tumor Intrakranial

53

eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa. Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan dis- torsi kelopak atau bola mata, terutama dengan tumor ke- lenjar lakrimal atau dengan mukosel. Pulsasi: menunjukkan lesi vaskuler; fistula karotid- kavernosa atau malformasi arteriovenosa, dengarkan ada- nya bruit. Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus. Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung aki- bat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak lang- sung akibat kerusakan vaskuler. Pemeriksaan Foto polos orbit: mungkin menunjukkan erosi lokal (ke- ganasan), dilatasi foramen optik (meningioma, glioma saraf optik) dan terkadang kalsifikasi (retinoblastoma, tumor kelenjar lakrimal). Meningioma sering menyebabkan sklerosis lokal. CT scan orbit: menunjukkan lokasi tepat patologi intra- orbital dan memperlihatkan adanya setiap perluasan ke- intrakranial. Venografi orbital: mungkin membantu. Pengelolaan Tumor jinak: memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservativ. Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga berreaksi baik dengan khemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal. Pendekatan operatif: Orbital medial: untuk tumor anterior, terletak dimedial saraf optik. Transkranial-frontal: untuk tumor dengan perluasan in- trakranial atau terletak posterior dan medial dari sa- raf optik. Lateral: untuk tumor yang terletak superior, lateral, atau inferior dari saraf optik. PSEUDOTUMOR (GRANULOMA ORBITAL) Nyeri orbital tiba-tiba dengan pembengkakan kelopak, proptosis dan khemosis akibat infiltrasi limfosit dan sel plasma pada berbagai struktur didalam orbit.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 54: Tumor Intrakranial

54

Keadaan ini biasanya terjadi pada usia menengah dan jarang terjadi bilateral. CT scan memperlihatkan lesi orbital difus, walau mungkin lebih dominan pada satu struktur, misalnya saraf optik, otot ekstra-oku- ler atau kelenjar lakrimal. Bila diagnostik tetap mera- gukan, diperlukan biopsi. Kebanyakan pasien memperli- hatkan respons yang dramatis terhadap steroid. Bila ge- jala menetap, lesinya akan berreaksi baik terhadap ra- dioterapi. EKSOFTALMOS ENDOKRIN Pasien tirotoksik dengan eksoftalmos bilateral tidak sulit untuk didiagnosis, namun eksoftalmos endokrin, dengan edema kelopak yang jelas, retraksi kelopak, dan oftalmoplegia mungkin terjadi unilateral dan dengan ti- roksin dan triiodotironin serum normal. Bila curiga, tes stimulasi TRH mungkin membantu menegakkan diagno- sis. Pada beberapa pasien penyakitnya berlangsung terus dan menyebabkan ulserasi korneal, edema papil dan bah- kan kebutaan. Pada keadaan ini dekompresi orbital sa- ngat bermanfaat. TUMOR DASAR TENGKORAK Ganas Karsinoma: Karsinoma nasofaring, sinus para nasal atau telinga bi- sa meluas keintrakranial baik melalui erosi langsung atau melalui foramina tengkorak. Sering menembus dura (berbeda dengan karsinoma metastatik cord spinal) dan mungkin mengenai hampir semua saraf kranial. Penyebaran melalui jalur CSS menyebabkan meningitis karsinomatosa dan bisa menyebabkan palsi saraf kranial multipel. Foto polos dan CT scan memperlihatkan lesi osteo- litik dasar tengkorak. Tindakan biasanya terbatas pada biopsi retrofaringeal dan radioterapi. Khordoma: Tumor jarang yang berasal dari sisa sel notokhord ter- jadi terutama pada daerah sfenoido-oksipital dan sakro- koksigeal. Walau pertumbuhan mulai pada garis tengah, sering meluas tak simetris keruang intrakranial. Khor- doma tampil pada semua usia, namun puncak insidensnya pada dekade keempat. Metastasis jarang terjadi. Klinis, kebanyakan pasien menunjukkan obstruksi nasal. Palsi saraf kranial biasanya mengikuti dan ter- gantung pada lokasi tumor. Foto polos memperlihatkan massa jaringan lunak de- ngan lesi osteolitik pada sfenoid, basi-oksiput atau a- peks petrosa. CT scan menampilkan adanya massa berkal- sifikasi sebagian yang menyebabkan destruksi tulang

Compiled by Moh. Habib, S.Ked

Page 55: Tumor Intrakranial

55

yang jelas dan meluas keruang nasofaringeal. Lokasi tumor mencegah pengangkatan total. Biasanya dilakukan debulking ekstensif (terkadang melalui rute transoral) dikombinasikan dengan radioterapi. Kebanyak- an pasien mati dalam 10 tahun sejak tampilan pertama. Jinak Tumor glomus jugulare: Tumor jarang yang berasal dari sel kemoreseptor pada bulbus jugulare atau dari sel serupa dimukosa telinga tengah. Perluasannya mengerosi foramen juguler dan tu- lang petrosa; beberapa pasien tampil dengan palsi saraf kranial, terutama IX-XII. Foto polos dan CT scan memperlihatkan lesi osteo- litik mengenai foramen juguler. Angiografi menampilkan tumor vaskuler, biasanya hanya diisi dari arteria karo- tid eksterna, namun terkadang dari cabang vertebral. Kecuali benar-benar terbatas pada telinga, usaha eksisi mungkin berrisiko. Karena kebanyakan tumor dicatu arteria karotid eksterna, tehnik mutakhir dengan embolisasi selektif tampaknya memberikan pendekatan yang lebih aman. Osteoma: Tumor jarang, biasanya terjadi pada sinus frontal dan mengerosi kedalam orbit, ruang nasal, atau fossa ante- rior. Bila drainase sinus tersumbat, terjadi mukosel, sering dengan isi terinfeksi. Lesi ini memerlukan eksi- si, baik melalui pendekatan ethmoidal atau melalui kra- niotomi frontal.

Compiled by Moh. Habib, S.Ked