Aplikasi persamaan linear dalam manajemen listrik rumah tangga

8
1 Aplikasi Persamaan Linear dalam Manajemen Listrik Rumah Tangga Oleh Yudi Guntara Pendidikan Fisika 2010 Energi listrik merupakan sumber energi yang urgen dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan di zaman modern ini. Hampir pada setiap aktivitas kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari penggunaan energi ini. Namun penggunaan listrik yang berlebihan menyebabkan ketergantungan. Seandainya bila listrik tidak ada, kemungkinan aktivitas rumahan maupun perusahaan akan diam bahkan akan mengalami kemunduran. Sifat ketergantungan ini, menyebabkan permintaan atau pemenuhan energi listrik untuk masyarakat menjadi semakin besar. Padahal jumlah pembangkit listrik khususnya di Indonesia masih sangat terbatas, hanya mengandalkan panas bumi, angin, bahan bakar fosil, dan sebagainya. Keterbatasan tersebut menyebabkan krisis yakni lonjakan permintaan yang tidak sebanding dengan pemenuhannya. Krisis ini menyebabkan banyak kerugian kepada semua pihak. Para pengusaha bingung, aktivitas masyarakat terhambat karena diharuskan untuk melakukan penghematan listrik. Inilah kenyataan yang melanda kehidupan masyarakat di Indonesia, khususnya pulau Jawa berupa berkurangnya suplai listrik yang berimbas pada pemadaman bergilir. Namun, apakah yang mengakibatkan krisis ini hanya karena keterbatasan pembangkit listrik saja? Jawabannya tentu tidak tetapi banyak faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah konsumen. Dari hasil pengamatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009, masyarakat di daerah pulau Jawa yang menggunakan listrik sebagian besar didominasi oleh rumah tangga. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Provinsi Kabupaten Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik Jawa Barat Sukabumi Garut 96,52% 95,69% Jawa Tengah Banjarnegara 96,26%

Transcript of Aplikasi persamaan linear dalam manajemen listrik rumah tangga

1

Aplikasi Persamaan Linear dalam Manajemen Listrik Rumah Tangga

Oleh Yudi Guntara

Pendidikan Fisika 2010

Energi listrik merupakan sumber energi yang urgen dalam kehidupan

manusia untuk memenuhi kebutuhan di zaman modern ini. Hampir pada setiap

aktivitas kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari penggunaan energi ini.

Namun penggunaan listrik yang berlebihan menyebabkan ketergantungan.

Seandainya bila listrik tidak ada, kemungkinan aktivitas rumahan maupun

perusahaan akan diam bahkan akan mengalami kemunduran.

Sifat ketergantungan ini, menyebabkan permintaan atau pemenuhan energi

listrik untuk masyarakat menjadi semakin besar. Padahal jumlah pembangkit

listrik khususnya di Indonesia masih sangat terbatas, hanya mengandalkan panas

bumi, angin, bahan bakar fosil, dan sebagainya. Keterbatasan tersebut

menyebabkan krisis yakni lonjakan permintaan yang tidak sebanding dengan

pemenuhannya.

Krisis ini menyebabkan banyak kerugian kepada semua pihak. Para

pengusaha bingung, aktivitas masyarakat terhambat karena diharuskan untuk

melakukan penghematan listrik. Inilah kenyataan yang melanda kehidupan

masyarakat di Indonesia, khususnya pulau Jawa berupa berkurangnya suplai

listrik yang berimbas pada pemadaman bergilir.

Namun, apakah yang mengakibatkan krisis ini hanya karena keterbatasan

pembangkit listrik saja? Jawabannya tentu tidak tetapi banyak faktor yang

mempengaruhi salah satunya adalah konsumen. Dari hasil pengamatan Badan

Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009, masyarakat di daerah pulau Jawa yang

menggunakan listrik sebagian besar didominasi oleh rumah tangga. Hasil

pengamatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Provinsi Kabupaten

Persentase Rumah

Tangga Pengguna

Listrik

Jawa Barat Sukabumi

Garut

96,52%

95,69%

Jawa Tengah Banjarnegara 96,26%

2

Wonogiri

Rembang

99,23%

99,74%

Jawa Timur

Pacitan

Trenggalek

Madiun

98,04%

98,96%

99,44%

Dari data di atas terlihat bahwa rumah tangga menyumbangkan angka

persentase yang begitu besar. Tentu saja dalam kehidupan rumah tangga biasanya

ibu-ibu untuk melakukan aktivitasnya masih banyak menggunakan peralatan yang

menggunakan listrik, seperti kompor, setrika, mesin cuci, dan lain-lain.

Selain itu, kemungkinan rumah tangga yang menggunakan batas daya 450

dan 900 VA tidak mendapatkan kenaikan biaya berdasarkan Tarif Dasar Listrik

(TDL) 2010 ,maka dalam penggunaan listrik tidak ada manajemen atau usaha

untuk memperkirakan biaya yang harus dibayar dari penggunaan listrik. Sehingga

sebagian besar masyarakat hanya dapat protes bila biaya yang harus dibayar

dianggapnya terlalu besar padahal tagihan tersebut sesuai dengan apa yang telah

mereka gunakan. Hal ini merupakan tindakan kurang bijaksana yang hanya ingin

menyalahkan satu pihak saja.

Sebenarnya masyarakat dapat melakukan manajemen yang sangat mudah

dengan memperkirakan tagihan listrik sekaligus salah satu cara penghematan.

Tapi dalam perhitungan tersebut, banyak masyarakat yang kurang mengerti. Maka

dari itu, inilah langkah nyata dari pengaplikasian ilmu matematika.

Aplikasi matematika yang digunakan adalah persamaan linear. Kita tahu

bahwa persamaan linear adalah sebuah persamaan aljabar, yang tiap sukunya

mengandung konstanta, atau perkalian konstanta dengan variabel tunggal maupun

banyak variabel. Persamaan ini dikatakan linear sebab hubungan ini dapat

digambarkan sebagai garis lurus dalam sistem koordinat kartesius. Sistem

persaman linear yang akan digunakan tidak hanya mengandung satu variabel saja

melainkan ada banyak variabel, sebagai contoh :

Persamaan linear yang rumit, dapat ditulis dengan menggunakan hukum

aljabar agar menjadi bentuk yang lebih sederhana.

3

dimana dalam bentuk ini, digambarkan bahwa a1 adalah koefisien untuk variabel

pertama, x1, dan n merupakan jumlah variabel total, serta y adalah hasil.

Sebelum memasukan kedalam persamaan di atas, langkah pertama adalah

meninjau terlebih dahulu mekanisme pembayaran tagihan listrik yang diterapkan

di Indonesia. Mekanisme pembayaran tagihan listrik dibagi menjadi dua, yaitu

penggunaan model lama berdasarkan daya pemakaian dan menggunakan listrik

prabayar yaitu penggunaan pulsa seperti pengisian pulsa pada handphone.

Pada model lama, perhitungan tagihan listrik sesuai dengan TDL 2010.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan perhitungan yaitu

berapa daya yang tersambung, jam nyala per bulan, dan total daya pemakaian

selama satu bulan. Pada kasus rumah biasa, kemungkinan hanya terdapat lampu,

setrika, TV atau radio.

Contoh aplikasi :

setrika : 300 W

kipas angin : 25 W

lampu : 60 W

TV : 100 W

maka digunakan persamaan:

sehingga daya total:

300x1 + 25x2 + 60x3 + 100x4 = daya total

Variabel x menunjukkan jumlah waktu pemakaian per bulan untuk

masing-masing peralatan tersebut dengan menggunakan satuan jam. Bila semua

peralatan digunakan selama 2 jam yang berarti , maka:

daya total = 300(2) + 25(2) + 60(2) + 100(2)

= 600+50+120+200

= 970 Wh

kemudian dibagi 1000 supaya satuan menjadi kWh

= 970/1000

daya total = 0.97 kWh

4

biaya beban untuk pengguna batas daya 900V adalah Rp.18.000,- sehingga besar

tagihan = 18.000 + 275y

= 18.000 + 275(0.97)

= Rp. 18.266,75 (belum termasuk PPJ)

Untuk pembayaran jenis kedua yaitu penggunaan listrik prabayar,

perhitungan didasarkan pada Permen ESDM 07 2010 dan TDL 2010. Perhitungan

ini pun dapat diubah menjadi sebuah persamaan. Perhitungannya sama seperti

jenis pertama, namun untuk mekanisme ini tujuannya untuk mencari daya yang

bisa digunakan setiap pembelian pulsa dengan nominal tertentu.

Sebagai contoh, seseorang membeli pulsa listrik denagn nominal

Rp.100.000,- untuk batas daya 900 VA, menurut peraturan perhitungannya

sebagai berikut :

1. mula-mula harga dipotong semua biaya

a. dipotong biaya materai : Rp 0 (< Rp 250.000,-),

b. dipotong biaya admin: Rp 3.000,- (Bank BCA),

c. dipotong PPJ, jumlahnya tergantung pemerintah daerah masing-

masing.

2. baru dapat menghitung berapa kWh yang dapat digunakan, dengan membagi

biaya listrik prabayar dengan tarif yang berlaku untuk batas daya tertentu,

batas daya 900 VA dikenakan biaya Rp.605,-/ kWh.

Supaya lebih sederhana, langkah tersebut diubah ke bentuk persamaan

yakni :

a. pulsa (x) = Rp.100.000,-

b. sisa pulsa(y) = x – 3000

= 100000-3000

= Rp.97.000,-

c. daya yang dapat dipakai = y/605

= 97.000/605

= 160.33 kWh (belum dipotong PPJ)

Dari kedua contoh perhitungan, ternyata persamaan dalam matematika ini

sangat bermanfaat sekali. Semua biaya yang sudah ditetapkan dijadikan suatu

konstanta sedangkan waktu penggunaan listriknya dijadikan suatu variabel.

5

Persamaan yang tidak terlalu rumit memungkinkan masyarakat awam

dapat mempraktikannya tanpa melihat tabel TDL 2010. Hal ini menunjukkan

bahwa penjabaran dari matematika itu bukan hanya sekadar teori saja, melainkan

dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

6

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. Perhitungan Rekening. http://www.pln.co.id/?p=559. Diakses

tanggal 30 September 2011

Anonim.2011. Tarif Tenaga Listrik. http://www.pln.co.id/?p=49. Diakses pada

tanggal 30 September 2011

Anonim.2011. Persamaan Linear. http://id.wikipedia.org/wiki/Persamaan_linear.

Diakses pada tanggal 01 Oktober 2011

Anonim. 2010. Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik dan Telepon

Menurut Kabupaten Derah Tertinggal di Provinsi Jawa Barat Tahun

2009. http://kpdt.bps.go.id/index.php?Infrastruktur/tabel1#. Diakses pada

tanggal 01 Oktober 2011

Anonim. 2010. Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik dan Telepon

Menurut Kabupaten Derah Tertinggal di Provinsi Jawa Tengah Tahun

2009. http://kpdt.bps.go.id/index.php?Infrastruktur/tabel2#. Diakses pada

tanggal 01 Oktober 2011

Anonim. 2010. Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik dan Telepon Menurut

Kabupaten Derah Tertinggal di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009.

http://kpdt.bps.go.id/index.php?Infrastruktur/tabel3#. Diakses pada tanggal

01 Oktober 2011

7

Lampiran

Tarif Dasar Listrik untuk Keperluan Rumah Tangga

No Gol.

Tarif

Batas

Daya

REGULER

Biaya beban

(Rp/kva/bulan)

Biaya pemakaian (Rp/kwh) dan

Biaya kVArh (Rp/kVArh)

Pra bayar

(Rp/kWh)

1. R-1/TR

450 VA

11.000

Blok I : 0 s.d. 30 kwh : 169

Blok ll : di atas 30 kwh s.d 60

kWh : 360

Blok Ill : di atas 60 kwh : 495

415

2.

R-

I/TR

900 VA

20.000

Blok I : 0 s.d. 20 kwh : 275

Blok ll : di atas 20 kwh s.d 60

kWh : 445

Blok Ill : di atas 60 kwh : 495

605

3.

R-

1/TR

1.300

VA

*)

790

790

4.

R-

1/TR

2.200

VA

*)

795

795

5.

R-

2/TR

3.500 s.d

5.500 VA

*) 890 890

6. R-3/TR

6.600

VA

ke atas

**)

Blok I : HI x 890

Blok II : H2 x 1.380

1.330

8