86439189-1-KINEMATIKA-ADSORPSI
-
Upload
hendry-stiaone -
Category
Documents
-
view
15 -
download
2
Transcript of 86439189-1-KINEMATIKA-ADSORPSI
LAPORAN MINGGUAN
KIMIA FISIK 2
No. / Judul Percobaan : Kinematika Adsorpsi
Tanggal Percobaan : 16 Maret 2012
Disusun Oleh :
Nama : Eunike Lois Palapessy
NIM : 1007035007
Kelompok : 5 A
Asisten : Ahmad Maulana
NIM : 0907035028
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK, ANORGANIK DAN FISIK
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kinetika kimia merupakan pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia.
Besi lebih cepat berkarat dalam udara lembab daripada dalam udara kering;
makanan lebih cepat membusuk bila tidak didinginkan ; kulit (bule) lebih cepat
menjadi gelap pada musim panas daripada dalam musim dingin. Ini merupakan
tiga contoh lazim dari perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang beraneka
menurut kondisi reaksi. Yang lebih mendasar daripada sekedar laju reaksi adalah
bagaimana perubahan kimia berlangsung.
Proses pada permukaan menentukan kebanyakan aspek kehidupan sehari-
hari, termasuk kehidupan itu sendiri. Bahkan jika kita membatasi perhatian kita
pada permukaan padat saja, pentingnya proses itu hampir tidak berkurang.
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi
digunakan untuk menyatakan bahwa zat lain yang terserap pada zat itu. Misalnya
karbon aktif dapat menyerap molekul-molekul asam asetat dalam larutannya.
Pada praktikum “Kinetika Adsorpsi” kali ini, kami menggunakan zeolit
sebagai adsorben, yang akan menyerap molekul-molekul asam asetat dalam
larutan pada varisi waktu yang telah ditentukan.
Yang melatarbelakangi praktikum “Kinetika Adsorpsi” ini adalah agar
praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinetika adsorpsi,
Menentukan nilai k pada orde reaksi satu, orde reaksi dua, dan orde reaksi tiga,
serta dapat mengetahui pengaruh waktu terhadap adsorpsi.
1.2. Tujuan
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinetika adsorpsi
- Menentukan nilai k pada orde reaksi satu, orde reaksi dua, dan orde
reaksi tiga secara praktek
- Mengetahui pengaruh waktu terhadap adsorpsi secara praktek
1.3. Prinsip
Praktikum “Kinetika Adsorpsi” ini berprinsipkan pada pengaruh variasi
waktu pengadukan selama 10 menit, 20 menit, 30 menit dan 40 menit terhadap
campuran zeolit dan asam asetat apakah menyebabkan perubahan konsentrasi
pada asam asetatnya setelah diadsorpsi, dimana zeolit sebagai adsorben akan
menyerap molekul-molekul asam asetat, yang menjadi adsorbatnya yaitu zat
yang akan diserap oleh adsorben. Dalam hal ini, konsentrasi asam asetat setelah
diadsorpsi didapatkan setelah dititrasi dengan larutan NaOH, asam asetat
sebelumnya ditambahi beberapa tetes indikator pp sehingga titik akhir titrasi
ditandai oleh perubahan warna larutan menjadi merah lembayung.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kinetika kimia merupakan pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia.
Besi lebih cepat berkarat dalam udara lembab daripada dalam udara kering;
makanan lebih cepat membusuk bila tidak didinginkan. Ini merupakan contoh
lazim dari perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang beraneka menurut
kondisi reaksi. Yang lebih mendasar daripada sekedar laju reaksi adalah
bagaimana perubahan kimia berlangsung.
Adsorpsi . Banyak zat padat yang bertindak sebagai katalis, dapat
mengikat cukup banyak kuantitas gas dalam cairan pada permukaan mereka
berdasarkan adsorpsi. Nikel yang bubuk halus dan platinum dikenal dengan
kemampuannya mengadsorpsi sejumlah besar anekaragam gas. Molekul yang
teradsorpsi seringkali lebih aktif daripada molekul yang tak teradsorpsi. Dalam
beberapa hal naiknya kereaktifan ini dapat disebabakan oleh naiknya konsentrasi
molekul yang teradsorpsi; mereka berjejalan pada permukaan zat padat itu,
sedangkan dalam keadaan gas mereka terpisah jauh satu sama lain.
( Keenan, dkk. 1984 )
Proses pada permukaan menentukan kebanyakan aspek kehidupan sehari-
hari, termasuk kehidupan itu sendiri. Proses pada permukaan padat, menentukan
kelangsungan hidup industri, baik yang konstruktif, seperti dalam katalisis,
maupun yang destruktif seperti dalam korosi.
Akumulasi partikel pada permukaan, disebut absorpsi. Zat yang
mengabsorpsi disebut absorbat dan material yang dibawahnya merupakan
adsorben atau substrat. Kebalikan dari absorpsi adalah desorpsi.
Molekul dan atom dapat menempel pada permukaaan dengan dua cara.
Dalam fisisorpsi (kependekan dari “adsorpsi fisika”), terdapat antaraksi van Der
Waals (contohnya dispersi atau antaraksi dipolar) antara absorpat dan substrat.
Dalam kimisorpsi (kependekan sari “adsorpsi kimia”), partikel melekat
pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan
cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan
substrat. Entalpi kimisorpsi jauh lebih besar daripada unutk fisisorpsi, dan nilai
khasnya adalah sekitar -200kJ mol-1
. Molekul yang terkimisorpsi, dapat terpisah
karena tuntutan valensi atom permukaan yang tidaak terpenuhi. Adanya fragmen
molekul pada permukaan, sebagai hasil kimisorpsi, merupakan salah satu alasan
mengapa permukaan mengkatalisa reaksi.
Laju tertutupnya permukaan oleh absorpat, bergantung pada kemampuan
substrat untuk menghamburkan energi partikel datang sebagai gerakan termal,
saat partikel itu menabrak permukaan. Jika energi itu tidak dihamburkan dengan
cepat, partikel itu bermigrasi di atas permukaan, sampai sebuah vibrasi
mengeluarkannnya ke dalam gas pelapis, atau partikel itu mencapai tepian.
Perbandingan antara tabrakan dengan permukaan yang menghasilkan absorpsi
disebut peluang melekat s :
Penyebutnya dapat dihitung dari teori kinetika, dengan pembilangnya
dapat diukur dengan mengamati laju perubahan tekanan.
(Atkins, P.W. 1996)
Dalam struktur silikat dan borat jenis kation atau bahkan muatannya relatif
tidak penting, selama muatan positif total setara dengan muatan negatif total. Pada
struktur pyroxene yang dijumpai dalam banyak mineral, bisa didapatkan MgSiO3,
CaMg(SiO3)2, dan sebagainya. Kation terletak di anatara rantai, sehingga
identitasnya yang khas tidak begitu berperan dalam struktur, sejauh muatan positif
yang diperlukan memang tersedia.Begitu pula dalam hal anion lembaran, kation
berada di antara lembaran. Zat semacam itu diharapkan dapat mudah dibelah;
mica menunjukkan sifart tersebut karena merupakan silikat lembaran.
Jika keempat atom oksigen pada setiap tetrahedron SiO4 digunakan
bersama, terjadilah struktur silika – SiO2. Namun bila beberapa ion Si4+
diganti
oleh Al3+
, maka rangka harus bermuatan negatif, dan ion lawan yang positif harus
didistribusikan ke dalamnya.
Mineral rangka semacam itu adalah alumininasilikat. Ini merupakan
mineral silikat alam yang paling beragam, banyak didapatkan, dan sangat
bermanfaat. Banyak aluminasilikat sintetik dapat dibuat, beberapa diproduksi
secara industri untuk digunakan sebagai penukar ion (bila basah) dan sebagai
penapis molekul (bila kering).
Di antara aluminasilikat yang paling penting adalah zeolit. Ciri-cirinya
yang utama adalah kerangaka [(Al,Si)O2]n yang selalu terbuka. Komposisinya
selalu dengan tipe Mx/n [(AlO2)x(SiO2)y] z H2O dimana n adalah muatan kation
logam , Mn+
, yang selalu Na+, K
+, atau Ca
2+, dan z adalah jumlah mol air hidrasi
yang sangat beragam. Keterbukaan struktur ini dihasilkan dalam pembentukan
saluran dan rongga dengan ukuran garis tengah yang berbeda-beda meranah dari 2
sampai 11 . Molekul dengan ukuran yang tepat dapat terperangkap dalam
lubang, dan sifat inilah yang memungkinkan penggunaanya sebagai adsorben
yang selektif. Zeolit dinamakan juga “penapis molekul”, digunakan juga sebagai
pendukung logam-logam yang kompleks atau logam kompleks yang dipakai
dalam reaksi katalis heterogen. Zeolit yang dipakai, terutama sintetis. Misalnya,
kristalisasi lambat dari gel natrium aluminasilikat pada , kondisi yang diawasi
dengan cermat dan komposisi yang tepat menghasilkan senyawaan kristal
Na12[(AlO2)12(SiO2)12] 27 H2O. Bentuk terhidrat ini dapat dipakai sebagai nukar
kation dalam larutan basa.
Dalam hidrat, semua rongga mengandung molekul air, dalam keadaan
anhidrat yang diperoleh dengan pemanasan dalam vakum sampai kira-kira 350o,
rongga yang terisi oleh molekul lain yang bersentuhan dengan zeolit,
menghasilkan suatu molekul yang dapat menekan melalui celah yang
menghubungkan rongga-rongga. Molekul-molekul dalam rongga-rongga.
Molekul-molekul dalam rongga kemudian cenderung untuk bertahan disana
dengan gaya tarik elektrostatis dan gaya van der Waals. Jadi, zeolit dapat
menahan dan menahan secara kuat molekul-molekul yang tepat cukup kecil untuk
masuk ke dalam rongga. Zeolit tidak akan memnyerap molekul-molekul yang
terlalu besar untuk masuk ke dalam rongga, dan tidak menyerap molekul-molekul
lemah yang sangat kecil atau atom-atom yang dapat masuk tapi mudah akan
terlepas kembali. Misalnya, hidrogen karbon berantai lurus dapat diserap, tapi
yang berantai cabang dan aromatis tidak.
(Cotton, F.Albert & Wilkinson, Geoffrey. 1989)
Adsorpsi suatu zat pada permukaan adsorben bergantung pada beberapa
faktor dan memiliki pola isoterm adsorpsi tertentu. Untuk proses adsorpsi yang
terjadi dalam larutan, jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada : (1) jenis
adsorben, (2) jenis adsorbat atau zat yang teradsorpsi, (3) luas permukaan
adsorben, (4) konsentrasi zat terlarut, dan (5) temperatur. Terdapat tiga pola
isoterm adsorpsi, yaitu isoterm adsorpsi Freundlich, Lamngmuir, dan BET
(Brunauer, Emmet dan Teller). Adsorpsi molekul atau ion pada permukaan
padatan umumnya terbatas pada lapisan satu molekul (monolayer). Dengan
demikian adsorpsi tersebut biasanya mengikuti persamaan adsorpsi Freundlich
dan atau Langmuir. Menurut hasil penelitian Rumiati (2007), adsorpsi ion Cr3+
oleh abu sekam padi varietas IR 64 mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir.
Menurut Fatria (2006), adsorpsi ion Cr3+
oleh serbuk gergaji kayu kamper juga
sesuai dengan pola isoterm adsorpsi Langmuir. Menurut Mawardi (2000),
adsorpsi ion Pb2+
oleh dedak padi sesuai dengan pola isoterm adsorpsi Langmuir.
Menurut Redhana (1994), adsorpsi amoniak dalam larutan air oleh karbon aktif
sesuai dengan pola isoterm adsorpsi Freundlich dan Langmuir.
(I Nyoman Suardana, et all. 2008)
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh
adsorben dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena
adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul
pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam,
karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini
menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda
dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam absorbens
sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada permukaannya
(Sukardjo, 1990).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
Buret
Labu Erlemenyer
Labu Ukur
Corong kaca
Gelas Beker
Pipet Tetes
Stopwatch
Spatula
Neraca Analitis
Termal shaker
Tiang statip
Klem
3.1.2. Bahan
Kertas saring
Tissue
Aquades
Zeolit
Indikator pp
Larutan CH3COOH
Larutan NaOH
3.2. Prosedur Percobaan
Ditimbang 10 gram Zeolit & dimasukkan ke dalam beaker glass
Di tambahkan 20 ml asam asetat ke dalam beaker glass
Dikocok beaker glass selama 10 menit, 20 menit, 30 menit, dan 40
menit
Disaring masing-masing filtrat & diukur volumenya untuk yang 10
menit, 20 menit, 30 menit dan 40 menit
Dimasukkan ke dalam labu Erlemenyer, filtrat yang telah
didapatkan , masing-masing ditambahkan indikator pp
Dititrasi filtrat yang telah di dapatkan dengana NaOH 0,5 M
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel Pengamatan
t [CH3COOH]0
V
CH3COOHS
[CH3COOH]S [NaOH] V NaOH
10 0,5 17 0,52 0,5 17,8
20 0,5 16 0,48 0,5 15,2
30 0,5 16 0,50 0,5 16,1
40 0,5 16 0,52 0,5 16,5
t In [CH3COOH]
10 -0,654 1,923 3,698
20 -0,734 2,083 4,34
30 -0,693 2 4
40 -0,654 1,923 3,698
4.2. Reaksi
4.2.1. CH3COOH + NaOH
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
4.2.2. Indikator PP + NaOH
OH
C
OH
C
O
O
ONa
C
COONa
O
+ NaOH + H2O
4.2.3. Indikator PP + CH3COOH
OH OH
C
C
O
O
+ CH3COOH
4.3. Perhitungan
4.3.1. Konsentrasi [CH3COOH] setelah dititrasi
- t = 10 menit
17mL . M1 = 0,5 M . 17,8 mL
M1 = 0,52 mL
- t = 20 menit
16mL . V1 = 0,5 M . 15,2 mL
V1 = 0,48 mL
- t = 30 menit
16mL . V1 = 0,5 M . 16,1 mL
V1 = 0,50 mL
- t = 40 menit
16mL . V1 = 0,5 M . 16,5 mL
V1 = 0,52 mL
4.3.2. Penentuan nilai k secara teori
4.3.2.1.Orde Satu
In C = -kt + In Co Co = 0,5 M
k =
In Co = - 0,693
- t = 10 menit
In C = -kt + In Co
k =
k =
k =
k =
k = 0,1347
- t = 20 menit
In C = -kt + In Co
k =
k =
k =
k =
k = 0,07135
- t = 30 menit
In C = -kt + In Co
k =
k =
k =
k =
k = 0,0693
- t = 40 menit
In C = -kt + In Co
k =
k =
k =
k =
k = 0,033675
4.3.2.2.Orde Dua
C0 = 0,5 M
- t = 10 menit
k
k = - 0,0077
- t = 20 menit
k
k = 0,0415
- t = 30 menit
k
k = 0
- t = 40 menit
k
k = - 0,001925
4.3.2.3.Orde Tiga
Co = 0,5
=
- t = 10 menit
=
=
k = 0,0151
- t = 20 menit
=
=
k = 0,00850695
- t = 30 menit
=
=
k = 0
- t = 40 menit
=
=
k = 0,003775
4.3.3. Penentuan nilai k secara praktek
4.3.3.1.Orde Satu
y = ax + b
k = a
y = 0,0004x - 0,694
k = 0,0004
4.3.3.2.Orde Dua
y = ax + b
k = a
y = -0,0008x + 2,003
k = -0,0008
4.3.3.3.Orde Tiga
y = ax + b
k = a
y = -0,0034x + 4,019
k = -0,0034
4.4. Grafik
4.4.1. Orde 1
y = 0.0004x - 0.694 R² = 0.0192
-0.74
-0.72
-0.7
-0.68
-0.66
-0.64
0 10 20 30 40 50In C
t
Orde 1
Series1
Linear (Series1)
4.4.2. Orde 2
4.4.3. Orde 3
4.5. Pembahasan
Kinetika kimia adalah pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia.
Adsorpsi adalah penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Absorpsi adalah
penyerapan suatu zat dari dalam zat tersebut. Desorpsi adalah pelepasan kembali
molekul-molekul yang telah diserap oleh suatu zat. Adsorben adalah substansi
yang bertindak sebagai penyerap molekul tertentu pada substansi lain. Adsorbat
adalah substansi yang terserap atau substansi yang akan dipisahkan dari zat lain.
y = -0.0008x + 2.003 R² = 0.0197
1.9
1.95
2
2.05
2.1
0 10 20 30 40 50
t
Orde 2
Series1
Linear (Series1)
1/([CH3COOH])
c R² = 0,0206
3.6
3.7
3.8
3.9
4
4.1
4.2
4.3
4.4
0 10 20 30 40 50
t
Orde 3
Series1
Linear (Series1)
1/[CH3COOH]2
Contoh adsorben yang saya ketahui adalah kapas, zeolit, karbon aktif
(norit), kapas, silika gel,bentonit.
Secara umum peristiwa adsorpsi yang terjadi pada larutan terbagi atas dua
bagian yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika merupakan
adsorpsi yang disebabkan oleh gaya Van der Waals yang ada pada permukaan
adsorben, panas adsorben biasanya rendah dan terjadi di lapisan pada permukaan
adsorben yang umumnya lebih besar dari satu mol. Sedangkan adsorpsi kimia
adalah adsorpsi yang terjadi karena adanya reaksi antara zat yang diserap dan
adsorben, lapisan molekul pada permukaan adsorben hanya satu lapis dan panas
adsorpsinya tinggi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi suatu
adsorben diantaranya adalah sebagai berikut:
1.Luas permukaan adsorben
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap,
sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter
partikel maka semakin luas permukaan adsorben.
2.Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatan
adsorpsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0.1 mm,
sedangkan ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh.
3.Waktu kontak
Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan penempelan
molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-zat organik akan turun
apabila kontaknya cukup dan waktu kontak biasanya sekitar 10-15 menit.
4.Distribusi ukuran pori
Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang
masuk ke dalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorben
merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada
dinding-dinding pori atau letak-letak tertentu didalam partikel terse.
5. Macam adsorben
Jenis adsorben yang kita pakai, dapat mempengaruhi adsorpsi,karena setiap
adsorben pasti memiliki ukuran pori-pori yang berbeda sehingga daya serapnya
pun berbeda pula
6. Macam zat yang diadsorpsi
Sama halnya dengan jenis adsorben, zat yang diadsorpsi memilki ukuran partikel
yang berbeda-beda pula, apabila ukurannya sama dengan ukuran pori-pori pada
adsorben maka dapat mempercepat adsorpsi. Selain itu, semakin kecil ukuran
partikel maka semakin banyak pula partikel yang mampu diserap oleh
adsorbennya.
7. Temperatur
8. Tekanan
9. Konsentrasi
Kinetika adsorpsi adalah menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat
oleh adsorben dalam fungsi waktu. Laju reaksi proses penyerapan molekul
tertentu pada suatu zat (adsorbat) oleh suatu zat lain(adsorben) pada konsentrasi
tertentu pada variasi waktu yang ditetapkan, apakah mempengaruhi perubahan
konsentrasi zat (adsorbat) tersebut atau tidak. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat
padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat.
Pada praktikum ini, kita mempelajari bagaimana pengaruh waktu terhadap
kinetika adsorpsi. Perlakuan pertama , ditimbang 10 gram Zeolit, yang digunakan
sebagai adsorben untuk menyerap molekul pada suatu larutan. Penimbangan
dilakukan untuk memastikan bahwa berat zeolit yang digunakan sesuai denagn
prosedur yang ada.Setelah ditimbang zeolit sebanyak 4 kali, dimasukkan ke dalam
beaker glass masing-masing. Sebelum dicampur dengan larutan asam asetat, zeolit
dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kelebihan kapur dan pengotor lainnya
pada zeolit. Pada setiap beaker glass, diberi label masing-masing secara berturut
10 menit, 20 menit, 30 menit, dan 40menit. Lalu ke dalam ke empat beaker glass
tersebut dimasukkan masing-masing 20mL asam asetat 0,5 M, dan diaduk dalam
termal shaker sesuai dengan waktu yang tertera. Larutan asam asetat ini bertindak
sebagai adsorbat, dimana zeolit akan menyerap molekul asam asetat.
Setelah pengadukan selesai, campuran zeolit dan larutan asam asetat yang
warnannya keruh kekuningan tersebut masing-masing disaring dengan kertas
saring untuk memisahkan zeolit dari larutan asam asetat, sehingga didapatkan lagi
asam asetat sebagai filtratnya bening. Lalu filratnya ini dimasukkan ke dalam labu
Erlemenyer dan ditambahkan indikator pp. Indikator pp sebagai indikator yang
akan mendeteksi adanya ion OH- dalam larutan yang ditandai dengan perubahan
warna larutan menjadi merah lembayung dan menandakan TAT. Lalu filratnya
dititrasi masing-masing dengan NaOH 0,5M dan dihitung masing-masing
konsentrasi asam asetatnya setelah di standarisasi. Titrasi bertujuan untuk
menstandarisasi larutan asam asetat yang telah melalui adsorpsi, sehingga dapat
dihitung konsentrasinya.
Pada 10 menit, konsentrasi asam asetatnya adalah 0,52 M. Pada 20menit,
0,48M. Pada 30 menit adalah 0,50 M dan pada 40 menit adalah 0,52 M.
Kemudian, dihitung nilai k secara teori pada variasi waktu untuk orde satu, orde
dua, dan orde tiga. Hasilnya pada t = 10 menit,nilai k pada orde 1, orde 2, dan
orde 3 secara berturut adalah 0,01347 ; -0,0077, dan 0,0151. Hasilnya pada t =20
menit, nilai k orde 1, orde 2, dan orde 3 secara berturut adalah 0,07135 ; 0,0415,
dan 0,00850695. Hasilnya pada t = 30 menit, nilai k orde 1, orde 2, dan orde 3
secara berturut adalah 0,0693 ;0 dan 0. Hasilnya pada t =20 menit, nilai k orde 1,
orde 2, dan orde 3 secara berturut adalah 0,033675 ; 0,001925 dan 0,003775.
Adapun nilai k secara praktek berdasarkan grafiknya pada orde1 ,orde 2 dan orde
3 secar berturut adalah 0,0004 ; -0,0008 dan -0,0034.
Adapun faktor-faktor kesalahan yang terjadi pada saat praktikum adalah :
kurangteliti dalam menimbang bahan
kurang bersihnya pencucian zeolit karena masih mengandung kapur
kurang maksimalnya pengadukan
penetesan indikator pp tidak merata pada setiap larutan
jenis zeolit yang dipakai bukan zeolit yang murni
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
- Faktor-faktor yang mempengaruhi kinetika adsorpsi , yaitu : luas
permukaan adsorben, ukuran partikel, macam adsorben, jenis zat yang
diadsorpsi, tekanan, temperatur, konsentrasi, distribusi ukuran pori, dan
waktu kontak.
- Nilai k pada orde 1, orde 2 dan orde 3 secara praktek secara berturut
adalah 0,0004 ; -0,0008 dan 0,0034.
- Dalam hal ini, seharusnya semakin lama waktu kontak antara adsorbat
dan adsorben maka semakin banyak zat yang teradsorpsi oleh
adsorbennya. Namun, pada praktikum ini kenyataannya tidak, karena
sepertinya zelit yang dipakai tidak benar-benar murni zeolit karena
masih mengandung zat lain.
5.2. Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat digunakan jenis adsorben lain
seperti kapas, karbon aktif (norit), kapas, silika gel,bentonit.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika Edisi keempat Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Cotton, F.Albert & Wilkinson, Geoffrey. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta :
UI-Press.
Keenan, Charles W dkk. 1984. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
I Nyoman Suardana, et all. 2008. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains &
Humaniora 2(1) : Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion
Kromium (III).
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.