Post on 06-Feb-2023
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan tujuan
Maksud dilaksanakan ekskursi ini adalah untuk
melakukan aplikasi secara langsung ilmu yang telah ddapat
pada praktikum. Adapun tujuan penyelenggaraan fieldtrip
kali ini adalah:
1. Agar praktikan mampu menganalisis suatu singkapan
baik secara petrologi maupun paleontologi
2. Agar praktikan dapat merekonstruksi dan menganalisa
data fosil yang diperoleh langsung dilapangan
I.2 Alat dan Bahan
Palu Geologi
Kompas
Lup
HCL
Kertas skala
Tongkat Jacob
Ponco
Kolom MS
Buku Catatan Lapangan
Sepatu lapangan
Alat tulis
Pakaian lapangan
1 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
Pensil warna
Clip board
Plastik Sempel
I.3 Pencapaain Lokasi
Pencapain lokasi dilkaukan dengan menggunakan sepeda
motor dari kampus UPN "Veteran" Yogyakarta, perjalanan
dimulai pukul 09.00 WIB perjalanan melalu jalanan
beraspal dan baik hingga memasuki kawasan Kasihan,
2 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Peta indeks kecamaatan Kasihan, Kab. Bantul
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
Kabupaten Bantul, menuju Lokasi singkapan jalanan cukup
menanjak dan curam dengan lokasi jalan yang sedikit
rusak, pencapaian lokasi dilakukan selama + 1 jam
perjalanan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Geologi Regional
II.1.1. Fisiografi Regional
Berdasarkan letaknya, Kulon Progo merupakan bagian
dari zona Jawa Tengah bagian selatan maka daerah Kulon
Progo merupakan salah satu plato yang sangat luas yang
terkenal dengan nama Plato Jonggrangan (Van Bemellen,
1948). Daerah ini merupakan daerah uplift yang memebentuk
dome yang luas. Dome tersebut relatif berbentuk persegi
3 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
panjang dengan panjang sekitar 32 km yang melintang dari
arah utara - selatan, sedangkan lebarnya sekitar 20 km
pada arah barat - timur. Oleh Van Bemellen Dome tersebut
diberi nama Oblong Dome.
Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah kabupaten
Kulon Progo dibagi menjadi beberapa satuan geomorfologi
antara lain, yaitu :
A. Satuan Pegunungan Kulon Progo
Satuan pegunungan Kulon Progo mempunyai ketinggian
berkisar antara 100 – 1200 meter diatas permukaan laut
dengan kemiringan lereng sebesar 150 – 160. Satuan
Pegunungan Kulon Progo penyebarannya memanjang dari utara
ke selatan dan menempati bagian barat wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta, meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo
dan Samigaluh. Daerah pegunungan Kulon Progo ini sebagian
besar digunakan sebagai kebun campuran, permukiman, sawah
dan tegalan.
B. Satuan Perbukitan Sentolo
Satuan perbukitan Sentolo ini mempunyai penyebaran
yang sempit dan terpotong oleh kali Progo yang memisahkan
wilayah Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul.
Ketinggiannya berkisar antara 50 – 150 meter diatas
permukaan air laut dengan besar kelerengan rata – rata 15
4 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
0. Di wilayah ini, satuan perbukitan Sentolo meliputi
daerah Kecamatan Pengasih dan Sentolo.
C. Satuan Teras Progo
Satuan teras Progo terletak disebelah utara satuan
perbukitan Sentolo dan disebelah timur satuan Pegunungan
Kulon Progo, meliputi kecamatan Nanggulan dan Kali
Bawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo
D. Satuan Dataran Alluvial
Satuan dataran alluvial penyebarannya memanjang dari
barat ke timur, daerahnya meliputi kecamatan Temon,
Wates, Panjatan, Galur dan sebagian Lendah. Daerahnya
relatif landai sehingga sebagian besar diperuntukkan
untuk pemukiman dan lahan persawahan.
E. Satuan Dataran Pantai
Subsatuan Gumuk Pasir
Subsatuan gumuk pasir ini memiliki penyebaran di
sepanjang pantai selatan Yogyakarta, yaitu pantai Glagah
dan Congot. Sungai yang bermuara di pantai selatan ini
adalah kali Serang dan kali Progo yang membawa material
berukuran besar dari hulu. Akibat dari proses
pengangkutan dan pengikisan, batuan tersebut menjadi
batuan berukuran pasir. Akibat dari gelombang laut dan
5 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
aktivitas angin, material tersebut diendapkan di dataran
pantai dan membentuk gumuk – gumuk pasir.
Subsatuan Dataran Alluvial Pantai
Subsatuan dataran alluvial pantai terletak di
sebelah utara subsatuan gumuk pasir yang tersusun oleh
material berukuran pasir halus yang berasal dari
subsatuan gumuk pasir oleh kegiatan angin. Pada subsatuan
ini tidak dijumpai gumuk - gumuk pasir sehingga digunakan
untuk persawahan dan pemukiman penduduk.
II.1.2. Struktur Geologi Regional
Struktur ini dapat dikenali dengan adanya kenampakan
pegunungan yang dikelilingi oleh dataran alluvial. Secara
umum struktur geologi yang bekerja adalah sebagai berikut
:
1. Struktur Dome
Menurut Van Bemellen (1948), pegunungan Kulon Progo
secara keseluruhan merupakan kubah lonjong yang mempunyai
diameter 32 km mengarah NE – SW dan 20 km mengarah SE –
NW. Puncak kubah lonjong ini berupa satu dataran yang
luas disebut jonggrangan plateu. Kubah ini memanjang dari
utara ke selatan dan terpotong dibagian utaranya oleh
6 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
sesar yang berarah tenggara – barat laut dan tertimbun
oleh dataran magelang, sehingga sering disebut oblong
dome. Pemotongan ini menandai karakter tektonik dari zona
selatan jawa menuju zona tengah jawa. Bentuk kubah
tersebut adalah akibat selama pleistosen, di daerah
mempunyai puncak yang relative datar dan sayap – sayap
yang miring dan terjal. Dalam kompleks pegunungan Kulon
Progo khususnya pada lower burdigalian terjadai penurunan
cekungan sampai di bawah permukaan laut yang menyebabkan
terbentuknya sinklin pada kaki selatan pegunungan Menoreh
dan sesar dengan arah timur – barat yang memisahkan
gunung Menoreh denagn vulkan gunung Gadjah. Pada akhir
miosen daerah Kulon Progo merupakan dataran rendah dan
pada puncak Menoreh membentang pegunungan sisa dengan
ketinggian sekitar 400 m. secara keseluruhan kompleks
pegunungan Kulon Progo terkubahkan selama pleistosen yang
menyebabkan terbentuknya sesar radial yang memotong
breksi gunung ijo dan Formasi Sentolo, serta sesar yang
memotong batu gamping Jonggrangan. Pada bagian tenggara
7 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
kubah terbentuk graben rendah.
Skema blok diagram dome Pegunungan Kulon Progo yang digambarkan Van Bemmelen (1945,
hlm. 596).
2. Unconformity
Di daerah Kulon Progo terdapat kenampakan
ketidakselarasan (disconformity) antar formasi penyusun Kulon
Progo. Kenampakan telah dijelaskan dalam stratigrafi
regional berupa formasi andesit tua yang diendapkan tidak
selaras di atas formasi Nanggulan, formasi Jonggrangan
diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Andesit
Tua, dan formasi Sentolo yang diendapkan secara tidak
selaras diatas formasi Jonggrangan.
II.1.3. Stratigrafi Regional
Berdasarkan system umur yang ditentukan oleh penyusun
batuan stratigrafi regional menurut Wartono Rahardjo
dkk(1977), Wirahadikusumah (1989), dan Mac Donald dan
partners (1984), daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4
formasi, yaitu :
8 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
1. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari
batu pasir, sisipan lignit, napal pasiran dan batu
lempungan dengan konkresi limonit, batu gamping dan tuff,
kaya akan fosil foraminifera dan moluska dengan ketebalan
300 m. berdasarkan penelitian tentang umur batuannya
didapat umur formasi nanggulan sekitar eosen tengah
sampai oligosen atas. Formasi ini tersingkap di daerah
Kali Puru dan Kali Sogo di bagian timur Kali Progo.
Formasin Nanggulan dibagi menjadi 3, yaitu :
Axinea Beds
Formasi paling bawah dengan ketebalan lapisan sekitar 40
m, terdiri dari abut pasir, dan batu lempung dengan
sisipan lignit yang semuanya berfasies litoral, axiena
bed ini memiliki banyak fosil pelecypoda.
Yogyakarta beds
Formasi yang berada di atas axiena beds ini diendapkan
secara selaras denagn ketebalan sekitar 60 m. terdiri
dari batu lempung ynag mengkonkresi nodule, napal, batu
lempung, dan batu pasir. Yogyakarta beds mengandung
banyak fosil poraminifera besar dan gastropoda.
Discocyclina beds
9 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
Formasi paling atas ini juga diendapkan secara selaras
diatas Yogyakarta beds denagn ketebalan sekitar 200m.
Terdiri dari batu napal yang terinteklasi dengan batu
gamping dan tuff vulakanik, kemudian terinterklasi lagi
dnegan batuan arkose. Fosil yang terdapat pada
discocyclina beds adalah discocyclina.
2. Formasi Andesit Tua
Formasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi
andesit, lapili tuff, tuff, breksi lapisi , Aglomerat,
dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang tersingkap
di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkan secara
tidak selaras dengan formasi nanggulan dengan ketebalan
660 m. Diperkirakan formasi ini formasi ini berumur
oligosen – miosen.
3. Formasi Jonggrangan
Formasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa
tufa, napal, breksi, batu lempung dengan sisipan lignit
didalamnya, sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari
batu gamping kelabu bioherm diselingi dengan napal dan
batu gamping berlapis. Ketebalan formasi ini 2540 meter.
Letak formasi ini tidak selaras dengan formasi andesit
tua. Formasi jonggrangan ini diperkirakan berumur miosen.
Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah poraminifera,
pelecypoda dan gastropoda.
10 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
4. Formasi Sentolo
Formasi Sentolo ini mempunyai batuan penyusun berupa
batu pasir napalan dan batu gamping, dan pada bagian
bawahnya terdiri dari napal tuffan. Ketebalan formasi ini
sekitar 950 m. Letak formasi initak selaras dengan
formasi jonggrangan. Formasi Sentolo ini berumur sekitar
miosen bawah sampai pleistosen.
Sedang menurut Van Bemellen Pegunungan Kulon Progo
dikelompokkan menjadi beberapa formasi berdasarkan batuan
penyusunnya. Formasi tersebut dimulai dari yang paling
tua yaitu sebagai berikut :
1. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari
batu pasir, sisipan lignit, napal pasiran dan batu
lempungan dengan konkresi limonit, batu gamping dan tuff,
kaya akan fosil foraminifera dan moluska dengan ketebalan
300 m. berdasarkan penelitian tentang umur batuannya
didapat umur formasi nanggulan sekitar eosen tengah
sampai oligosen atas. Formasi ini tersingkap di daerah
Kali Puru dan Kali Sogo di bagian timur Kali Progo.
Formasin Nanggulan dibagi menjadi 3, yaitu
Axinea Beds
Formasi paling bawah dengan ketebalan lapisan sekitar 40
m, terdiri dari abut pasir, dan batu lempung dengan
11 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
sisipan lignit yang semuanya berfasies litoral, axiena
bed ini memiliki banyak fosil pelecypoda.
Yogyakarta beds
Formasi yang berada di atas axiena beds ini diendapkan
secara selaras denagn ketebalan sekitar 60 m. terdiri
dari batu lempung ynag mengkonkresi nodule, napal, batu
lempung, dan batu pasir. Yogyakarta beds mengandung
banyak fosil poraminifera besar dan gastropoda.
Discocyclina beds
Formasi paling atas ini juga diendapkan secara selaras
diatas Yogyakarta beds denagn ketebalan sekitar 200m.
Terdiri dari batu napal yang terinteklasi dengan batu
gamping dan tuff vulakanik, kemudian terinterklasi lagi
dnegan batuan arkose. Fosil yang terdapat pada
discocyclina beds adalah discocyclina.
2. Formasi Andesit Tua
Formasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi
andesit, lapili tuff, tuff, breksi lapisi , Aglomerat,
dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang tersingkap
di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkan secara
12 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
tidak selaras dengan formasi nanggulan dengan ketebalan
660 m. Diperkirakan formasi ini formasi ini berumur
oligosen – miosen.
3. Formasi Jonggrangan
Formasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa
tufa, napal, breksi, batu lempung dengan sisipan lignit
didalamnya, sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari
batu gamping kelabu bioherm diselingi dengan napal dan
batu gamping berlapis. Ketebalan formasi ini 2540 meter.
Letak formasi ini tidak selaras dengan formasi andesit
tua. Formasi jonggrangan ini diperkirakan berumur miosen.
Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah poraminifera,
pelecypoda dan gastropoda.
4. Formasi Sentolo
Formasi Sentolo ini mempunyai batuan penyusun berupa
batu pasir napalan dan batu gamping, dan pada bagian
bawahnya terdiri dari napal tuffan. Ketebalan formasi ini
sekitar 950 m. Letak formasi initak selaras dengan
formasi jonggrangan. Formasi Sentolo ini berumur sekitar
miosen bawah sampai pleistosen
5. Formasi Alluvial dan gumuk pasir
Formasi ini iendapan secara tidak selaras terhadap
lapisan batuan yang umurnya lebih tua. Litologi formasi
ini adalah batu apsr vulkanik merapi yang juga disebut
13 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
formasi Yogyakarta. Endapan gumuk pasir terdiri dari
pasir – pasir baik yang halus maupun yang kasar,
sedangkan endapan alluvialnya terdiri dari batuan
sediment yang berukuran pasir, kerikir, lanau dan lempung
secara berselang – seling.
Dari seluruh daerah Kulon Progo, pegunungan Kulon
Progo sendiri termasuk dalam formasi Andesit tua. Formasi
ini mempunyai litologi yang penyusunnya berupa breksi
andesit, aglomerat, lapili, tuff, dan sisipan aliran lava
andesit. Dari penelitian yang dilakukan Purmaningsih
(1974) didapat beberapa fosil plankton seperti
Globogerina Caperoensis bolii, Globigeria Yeguaensis”
weinzeierl dan applin dan Globigerina Bulloides blow.
Fosil tersebut menunjukka batuan berumur Oligosen atas.
Karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada
bagian terbawah gunung berumur eosin bawah, maka oleh Van
bemellen andesit tua diperkirakan berumur oligosen atas
sampai miosen bawah dengan ketebalan 660 m.
II.2. Geologi Lokal
Daerah telitian termasuk dalam Formasi Sentolo.
Litologi penyusun Formasi Sentolo ini di bagian bawah,
terdiri dari Aglomerat dan Napal, semakin ke atas berubah
menjadi Batugamping berlapis dengan fasies neritik.
Batugamping koral dijumpai secara lokal, menunjukkan umur
yang sama dengan formasi Jonggrangan, tetapi di beberapa
14 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
tempat umur Formasi Sentolo adalah lebih muda (Harsono
Pringgoprawiro, 1968, hal.9).
Berdasarkan penelitian fosil Foraminifera yang
dilakukan Darwin kadar (1975) dijumpai beberapa spesies
yang khas, seperti : Globigerina insueta CUSHMAN & STAINFORTH,
dijumpai pada bagian bawah dari Formasi Sentolo. Fosil-
fosil tersebut menurut Darwin Kadar (1975, vide Wartono
Rahardjo, dkk, 1977) mewakili zona N8 (Blow, 1969) atau
berumur Miosen bawah. Menurut Harsono Pringgoprawiro
(1968) umur Formasi Sentolo ini berdasarkan penelitian
terhadap fosil Foraminifera Plantonik, adalh berkisar
antara Miosen Awal sampai Pliosen (zona N7 hingga N21).
Formasi Sentolo ini mempunyai ketebalan sekitar 950 meter
( wartono rahardjo, dkk, 1977).
BAB III
PEMBAHASAN
III.1. Stratigrafi Lokal
Daerah telitian termasuk kedalam Formasi Sentolo yang
memiliki dominasi litologi berupa batugamping pasiran.
15 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
Foto singkapan dengan arah azimuth N350°E
Melalui hasil pembuatan Profil di Lapangan
didapatkan 7 Lapisan dengan litologi Kalkarenite, yang
anatar lapisannya hanya dibedakan oleh ukuran butirnya
dan komposisi serta warna.
Deskripsi Litologi
16 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
Foto parameter lapisan 6 azimuth N338°E
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Klastik
Warna : Putih kekuningan (segar), Oranye
kekuningan - kuning kehitaman
(lapuk)
Struktur : Perlapisan Sejajar
Tekstur : Ukuran Butir : Arenite (0,062
–2 mm)
Derajat Pembundaran : Membundar
Derajat Pemilahan : Terpilah Baik
Kemas (fabric) : Tertutup
Komposisi Mineral : Allochem : Interclast, Skeletal
17 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
Sparit : Kalsit, Dolomit
Nama Batuan : Kalkarenite
III.2 Hasil Analisa
Berikut adalah hasil analisa dari sampel lapisan 6 :
1. Analisa Ratio Plankton dan Bentos
Lebar analisa ( Terlampir )
Pada hasil analisa rasio plankton dan bentos didapatkan
nilai 33,8 % dengan dominasi foraminifera bentos dengan
lingkungan pengendapan neritik tengah
2. Anlisa Umur Relatif
Lembar analisa ( terlampir )
Lapisan 6
Pada lapisan ini terdapat fosil :
Planktonik:
1. Globorotalia lenguaensis yang berumur Miosen tengah - akhir
(N14 - N16).
2. Globorotalia fohsi yang berumur Miosen tengah (N12).
3. Globorotalia mayeri yang berumur Miosen tengah (N9 - N14).
4. Globorotalia lobata yang berumur Miosen tengah (N11 - N12).
18 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
5. Globorotalia plesiotumida yang berumur Miosen akhir - Pliosen
awal (N17 - N18).
6. Globigerina seminula yang berumur Miosen - Pliosen (N8 -
N20).
7. Globigerinoides diminutus yang berumur Miosen awal - tengah
(N7 - N9).
8. Globoquadrina dehiscens yang berumur Miosen - Pliosen (N4 -
N19).
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa umur relatif dari
batuannya berdasarkan Blow, 1969 adalah sekitar Miosen
Tengah (N12).
3. Analisa Zona Bathimetri
Lembar analisa ( terlampir )
Fosil foram bentos yang terdapat pada lapisan 6, yaitu
1. Peneroplis carinalus (11 ft)
2. Spirolina arietina (16-25 ft)
3. Lagena favoso-punctata (17ft)
4. Discorbis australis (18 ft)
5. Pielolina australensis (2-10 ft)
19 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
6. Pyrgo denticulata (8 ft)
Sehingg dapat ditarik kesimpulan bahwa lapisan ini berada
pada zona bathimetri berada di neritik tepi dengan
kisaran 14 - 45 m.
20 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2
Laporan Ekskursi Mikropaleontologi
2013
Singkapan yang ditemukan termasuk kedalam Formasi
Sentolo dengan litologi batugamping. Pada lapisan 6
didapatkan litologi berupa kalkarenite dengan komposisi
allochem interclast, dan skeletal yang berupa cangkang
Pelecypoda, dan sparit yang berupa kalsit dan dolomit
Penentuan umur relatif berdasarkan foram plankton
didapatkan umur relatif Miosen Tengan (N12), sedangkan
untuk zona bathimetri deigunakan foram bentos dan
didapatkan pada lingkungan neritik tepi dengan kisaran
kedalaman (14 - 45 m). Pada perhitungan rasio didapatkan
33,8 % yaitu termasuk neritik tengah.
22 Luthfian Azmi Ibadi111.110.104
PLUG 2