Post on 11-Apr-2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi
yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka
kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh
populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber
daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0.1%
dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta
pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
American Assosiation on Mental Retardation (AAMR) mengungkapkan bahwa
Retardasi mental yaitu : Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul
pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase
kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai
keterbatasan lain. Berikut ini adalah klasifikasi retardasi
mental yang ditunjukkan dengan bagan (Dr.wiguna & ika, 2005)
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber
kecemasan bagi keluarga dan masyarakat.Demikian pula dengan
diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah
yang tidak kecil.
Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang
memiliki kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO). Retardasi
mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi
pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih
gangguan dari maturasi, proses belajar dan penyesuaian diri
1
secara sosial. RM adalah suatu keadaan yang di tandai dengan
fungsi intelektual berada di bawah normal, timbul pada masa
perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses
belajar dan adaptasi sosial.
Retardasi mental diartikan sebagai kelemahan atau
ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum
usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal
(IQ 70 – 75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area berikut :berbicara dan berbahasa;ketrampilan
merawat diri, ADL; ketrampilan sosial; penggunaan sarana
masyarakat; kesehtan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja
dan rileks, dll.
Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang
ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di
bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.
Retardasi mental tertuju pada sekelompok kelainan pada fungsi
intelektual dan defisit pada kemampuan adaptif yang terjadi
sebelum usia dewasa. Akan tetapi, klasifikasi retardasi mental
lebih bergantung pada hasil penilaian IQ dari pada kemampuan
adaptif.
Menurut Rusdi Maslim (2001) retardasi mental adalah suatu
keadaan perkem-bangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang
terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara
menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan
sosial.
2
Menurut The American Association on Mental Deficiency
(AAMD), definisi retardasi mental mencakup dua dimensi utama
yaitu perilaku adaptif dan kecerdasan. Retardasi mental
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana fungsi intelektual umum dibawah
rerata normal disertai dengan kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang
muncul pada periode perkembangan (Grossman, 1983 cit Drew, 1986, Cytryn
dan Lourie, 1980).
Kaplan (1985) mengemukakan bahwa dalam konsep definisi
retardasi mental terdapat dua model pendekatan yang dipakai yaitu
model pendekatan biomedik dan pendekatan sosiokultural. Dari
pendekatan biomedik lebih menitikberatkan pada perubahan-
perubahan dasar pada sistem otak, sedangkan pendekatan
sosiokultural menyotroti fungsi-fungsi sosial dan adaptasi secara
umum untuk mengikuti norma-norma yang berlaku.
Beberapa istilah yang dipakai untuk retardasi mental adalah
keterbelakangan mental, lemah ingatan, cacat mental, tuna mental.
Istilah asing yang sering digunakan adalah mental deficiency,
oligophrenia, amentia, dan mental subnormality (Rumini, 1987).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Retardasi mental ?
2. Apa penyebab dari retardasi mental pada anak ?
3. Apa saja klasifikasi dari retardasi mental ?
4. Bagaimana penatalaksanaan medis terhadap anak yang
mengalami retardasi mental ?
3
C. Tujuan Umum Dan Khusus
C.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan kasus ini adalah untuk
memberikan gambaran dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan diagnose medis Retardasi Mental dengan menggunakan
metode pendekatan proses keperawatan.
C.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah untuk
memberikan gambaran tentang :
1. Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami
Retardasi Mental.
2. Diagnose keperawatan pada klien yang mengalami
Retardasi Mental.
3. Perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami
Retardasi Mental.
4. Penatalaksanaan keperawatan pada klien yang mengalami
Retardasi Mental.
5. Evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang
mengalami Retardasi Mental.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak
mencukupi (menurut WHO).
Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
fungsi intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa
perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses
belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).
Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidak mampuan individu
5
untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas
kemampuan yang di anggap normal.(Carter CH).
Retardasi mental yaitu apabila jelas terdapat fungsi
intelegensi yang rendah,yang di sertai adanya kendala dalam
penyesuaian perilaku,dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.
(Crocker AC).
B. Etiologi
Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan
multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang
potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti
yang dinyatakan oleh Taft LT dan Shonkoff JP dibawah ini :
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental
:
1. Non-organik
a) Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
b) Faktor sosiokultural
c) Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
d) Penelantaran anak
2. Organik
a) Faktor prakonsepsi
· Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik,
kelainan neurocutaneos, dll.)
· Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-
X) – syndromepolygenic familial.
6
b) Faktor prenatal
Ganguan pertumbuhan otak trimester I
1. Kelainan kromosom (trisomi,mosaik,dll)
2. Infeksi intrauterin,misalnya TORCH,HIV (Human
immunodeficiency virus)
3. Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi dll)
4. Disfungsi plasenta
5. Kelainan congenital dari otak (idiopatik).
Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
1. Infeksi intrauterin, misalnya torch,hiv
2. Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat, dll)
3. Ibu: diabetes militus,pku (phenylketonuria)
4. Toksemia gravidarum
5. Disfungsi plasenta
6. Ibu malnutrisi
Faktor perinatal
1. Sangat premature
2. Asfiksia neonatorum
3. Trauma lahir: pendarahan intra cranial
4. Meningitis
5. Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia
Faktor post natal
7
1. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
2. Neuro toksin, misalnya logam berat
3. CVA (Cerebrovascular accident)
4. Anoksia, misalnya tenggelam
5. Metabolik
6. Gizi buruk
7. Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid,
pseudohipoparatiroid
8. Aminoaciduria, misalnya PKU (Phenyl ketonuria)
9. Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll
10. Infeksi
Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal
dari golongan social ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi
dari lingkungannya sehingga secara bertahap menurunkan IQ yang
bersamaan dengan terjadinya mutasi. Demikian pula pada keadaan
social ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organik dari
retardasi mental,
C. Diagnosis dan Gejala klinis
Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan
menggunankan DDST (Denver Developmental Screening Test), maka
diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis yang
baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat membantu
dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6 tahun dapat
dilakukan test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas
8
dan tidak dapat diambl kesimpulan. Pada kasusu seperti ini,
apabila tidak ada kelainan pada system susunan saraf pusat,
perlu, anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat,
mencari masalah lingkungan/factor nonorganic lainnya dimana
diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat
sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata
kongenita, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik
dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a) Katarak
b) Bintik cherry-merah pada daerah macula
c) Kornea keruh
2. Kejang :
a) Kejang umum tonik klonik
b) Kejang pada masa neonatal
3. Kelainan pada kulit :
a) Bintik-café-au-lait
4. Kelainan rambut :
a) Rambut rontok
b) Rambut cepat memutih
c) Rambut halus
5. Kepala :
a) Mikrosefali
b) Makrosefali
9
6. Perawakan pendek :
a) Kretin
b) Sindrom prader-willi
7. Distonia :
a) Sindrom hallervorden
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya,
adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi
mental. Kebanyakan dari kelompok ini termasuk dalam tipe social
budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak
naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain
dapat diajar baca tulis bahkan sampai kelas 4-6 SD, juga bias
silatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan
mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada
umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap
membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi
mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf
kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja,
tetapai dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu
misalnya pertukangan,pertanian dll. Dan apabila bekerja nanti
mereka ini perlu pengawasan.Mereka juga perlu dilatih bagaimana
mengurus diri sendiri.Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi
10
stress dan kurang dapat mandiri,sehingga memerlukan bimbingan dan
pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk
kelompok ini.Diagnosis mudah ditegakkan secara dini,karena selain
adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari
orang tua dimana anak sejak awal sudah tedapat keterlambatan
perkembangan motorik dan bahasa.Kelompok ini termasuk tipe
klinik.Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan
berbicara yang sederhana,tidak dapat dilatih keterampilan
kerja,dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe
klinik.Diagnosa ini mudah dibuat karena gejala baik mental dan
fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya sangat minimal.Mereka
ini seluruh hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya
D. Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi
E. Pemeriksaan Penunjang
11
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang
menderita retardasi mental,yaitu:
a. Kromosom kariotipe
b. EEG (Elektro Ensefalogram)
c. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
d. Titer virus untuk infeksi congenital
e. Serum asam urat (Uric acid serum)
f. Laktat dan piruvat
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
h. Serum seng (Zn)
i. Logam berat dalam darah
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
k. Serum asam amino atau asam organik
l. Plasma ammonia
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
n. Urin mukopolisakarida
o. Urin reducing substance’
p. Urin ketoacid
q. Urin asam vanililmandelik
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah
multidimensi dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa
tidak semua anak penanganan multidisiplin merupakan jalan yang
12
baik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi
setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak
tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatakn psikolog
untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan
kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik anak,menganalisis
penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada.
Juga kehadiran pekerja social kadang-kadanng diperlukan untuk
menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi
terapi. Seringkali melibatkan lebih banyak ahli lagi,misalnya
ahli saraf bila anka juga menderita epilepsi,palsiserebral,dll.
Psikiater,bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau
bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli
rehabilitasi,bila diperlukan untuk merangsang perkembangan
motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara,untuk memperbaiki
gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicarnya.
Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang
retardasi mental ini.
Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas
mengenai keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari
terapi yang diberikan. kadang-kadang diperlukan waktu yang lama
untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya, maka perlu
konsultasi pula dengan psikolog dan psikiater. Disamping itu
diperlukan kerja sama yang baik antara guru dengan orang
tuanya,agar tidak terjadi kesimpang siurandalam strategi
penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya
juga harus diberi pengertian. Disamping itu masyarakat perlu
13
diberikan penerangan tenteng retardasi mental,agar mereka dapat
menerima anak
Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-
C.Di sekolah ini diajarkan keterampilan-keterampilan dengan
harapan mereka dapat mandiri dikemudian hari. Diajarkan pula
tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu,sehingga mereka
diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji,seperti
mencuri,merampas,kejahatan seksual,dll.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan
perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan
monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini sering juga
disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus.
G. Pencegahan
Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit
yang potensial dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya
melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan
yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan bersaling
pada tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu
menurunkan angka kejadian rfetardasi mental. Demikian pula dengan
mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan
pendidikan yang baik, memperbaiki senitasi lingkungan,
meningkatkan gizi keluarga, akan meningkatkan ketahanan terhadap
penyakit. Dengan adanya program BKB (Bina Keluarga dan
Balita)yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan
14
dan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan
anak.
Diagnosis ini sangat penting, dengan melakukan skrining
sedini mungkin, terutama pada tahun pertama, maka dapat dilakukan
intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terapi
dini hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan retardasi mnetal.
Detaksi dan intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu
memperkecil retardasi yang terjadi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
An. A umur 6 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena terdapat
banyak luka sayatan di tangannya. Ibu B mengatakan anaknya sering
bersikap aneh misalnya sering melukai diri sendiri dan sering
mengancam jiwa orang lain. Ibu B mengatakan anaknya sering
menolak ketika diajak bermain oleh teman – temannya. Ibu B
mengatakan An. A belum bisa menulis, membaca dan melakukan
aktivitasnya sendiri.
15
Saat dilakukan pengkajian terdapat banyak luka sayatan di
tangan An. A. saat diajak berinteraksi, respon An. A sangat
lambat dan jawaban An. A juga menyimpang dari pertanyaan yang
diberikan oleh perawat. Ketika diamati tubuh An. A terlihat
kurus, kecil, tidak seperti anak umur 6 tahun pada umumnya. Saat
diberikan mainan oleh perawat An. A terlihat kurang berminat.
Saat dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil :
TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit
S : 36,5 o C
N : 110x/menit
A. PENGKAJIAN
Nama perawat : Ns Donny
Tanggal pengkajian : 20 November 2012
Jam pengkajian : 10.30
1. Biodata Pasien
Nama klien : An.A
Umur : 6 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl. Raya Tejem 60
16
Diagnosa Medis : Retardasi
Mental
Tanggal masuk RS : 20 April 2015
Penanggung jawab
Nama : Ibu B
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Raya Tejem 60
Hub. dengan klien : Ibu Klien
2. Keluhan Utama:
An.A Mengalami banyak perdarahan di tangannya
Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat penyakit sekarang :
klien mengatakan anaknya mengalami perdarahan karna sayatan di
tangannnya
b. Riwayat penyakit dahulu :
Penyakit yang Pernah dialami : klien pernah mengalami diare
sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi
parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.klien juga
17
mengatakan tidak ada alergi makanan atau obat dan baru
melakukan imunisasi pada umur 5 tahun
c. Riwayat Penyakit keluarga
Bapak E mengatakan kalau neneknya pernah mengalami penyakit
Diabetes Millitus
3. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
a. Aktivitas Latihan
An.A sebelum di bawa ke rumah sakit sering menolak
ketika di ajak bermain oleh teman-temannya dan tidak nyambung
ketika diajak bicara
Setelah dibawa ke rumah sakit An.A sering bersikap aneh dan
sering melukai dirinya sendiri.
b. Tidur dan istirahat
Sebelum di bawa ke rumah sakit klien mengatakan tidak
ada masalah saat istirahat selama 6 jam untuk tidur malam dan 2
jam untuk tidur siang
Setelah di bawa ke rumah sakit klien mengatakan sulit tidur dan
terbangun serta sering rewel dikarenakan 4 jam dan tidak bisa
tidur siang
c. Kenyamanan dan nyeri
P :dari reaksi non verbalnya klien terlihat menahan sakit
dan meringis
18
Q :dari reaksi non verbalnya klien sering menangis dan rewel
R :Nyeri klien berada di telapak tangan
S :Skala nyeri antara 1-10 klien menunjukkan skala
nyerinya di angka 7
T :dari reaksi non verbalnya klien merasakan nyeri saat
beraktivitas
d. Nutrisi
Sebelum sakit klien makan 2x sehari dengan nutrisi yang
cukup dan porsi yang di berikan selalu di habiskan klien. Selama
sakit klien tidak mau makan karena sering rewel menahan sakit.
e. Cairan dan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami perdarahan klien hanya minum 3
gelas standar 250 cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL
20tts/mnt, sebelum dibawa ke rumah sakit klien hanya minum 5
gelas standar 250cc perhari.
f. Oksigenasi
Klien tidak mengalami gangguan pada pernafasan dan
klien tidak terpasang alat bantu pernafasan.
g. Eliminasi bowel
Sebelum dan setelah di bawa ke rumah sakit BAB klien Normal.
h. Eliminasi urin
19
Sebelum dibawa ke rumah sakit anak N bisa BAK 5x sehari
dengan konsistensi warna urin kuning bening
Setelah dibawa ke rumah sakit anak N bisa BAK 3x sehari
dengan konsistensi warna urin kuning pekat.klien juga tidak
terpasang kateter.
i. Sensori persepsi dan kognitif
Setelah dilakukan pengkajian ternyata klien mengalami
gangguan retardasi mental yang di tandai dengan sulitnya di ajak
berinteraksi dengan orang lain dan menolak jika di ajak bermain.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Keadaan pasien saat ini adalah lemas,gelisah dan rewel dengan
tanda-tanda vital :
S :36,5 C
N :110/80 mmHg
RR :32x/menit
1) Kepala
Kulit kepala klien normal,bersih, tidak ada lesi dan
benjolan. Rambut hitam dan kering. Wajah klien tampak pucat
dan meringis. Mata bengkak dan merah. Bibir klien kering.
2) Leher
Leher An.A tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pembesaran tonsil dan tidak ada masalah pada tenggorokan.
3) Dada
20
tidak terkaji
4) Abdomen
Peristaltik usus normal 5-35x/menit
5) Genetalia
Genetalia klien normal tidak ada lesi tidak ada cairan yang
keluar dari vagina
6) Rectum
Rektum klien normal,tidak ada luka
7) Ekstermitas
Kekuatan tangan klien lemah dan sangat sakit ketika di
gerakkan
5. PSIKO-SOSIO-BUDAYA- SPIRITUAL
Psikologis
Klien terlihat cemas,gelisah,dan rewel menahan sakit
Sosial
Ibu B mengatakan anaknya sering tidak nyambung ketika di ajak
bicara,menolak jika di ajak bermain,dan menyimpang dari
pertanyaan yang di berikan perawat
Budaya
Dalam kesehariannya klien berbahasa Jawa
Spiritual
An.A beragama Islam
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
21
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang
menderita retardasi mental, yaitu (Shonkoff JP, 1992):
1. Kromosomal kariotipe
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic
Resonance Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi congenital
5. Serum asam urat (Uric acid serum)).
6. Pemeriksaan kromosom
7. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus.
ANALISA DATA
Tanggal/
Jam
Data Fokus Etiologi Problem
20-04-
2015
Ds : Ibu B mengatakan
anaknnya malu untuk bertemu
teman-teman sebayanya.
Do: Saat diajak
berinteraksi, respon An A
sangat lambat dan jawaban
An A juga menyimpang.
Do : An A terlihat kurang
berminat untuk diajak
Gangguan
proses pikir
Hambatan
interaksi
sosial
22
bicara.20-04-
2015
Ds : Ibu B mengatakan An. A
belum bisa menulis, membaca
dan melakukan aktivitasnya
sendiri.
Ds : Ibu B mengatakan
anaknnya malu untuk bertemu
teman-teman sebayanya.
Ds : Ibu B mengatakan
anaknya menolak jika diajak
bermain oleh teman-teman
sebayanya.
Do : An A terlihat kurang
berminat untuk diajak
bicara.
Keterlambatan
dalam
menyelesaikan
tugas
perkembangan
Isolasi
sosial
20-04-
2015
Ds : Saat diajak
berinteraksi, respon An A
sangat lambat dan jawaban
An A juga menyimpang.
Do : Ketika perawat
menyuruh An A berhitung, An
A tidak bisa.
Inteligensia
yang rendah
Gangguan
penyesuaian
individu
20-04-
2015
Ds : Ibu B mengatakan
anaknya sering mengeluh
kesakitan pada daerah luka
Agen cedera
fisik
Nyeri akut
23
sayatan.
Do : Ketika diinspeksi
terlihat banyak luka
sayatan ditangan An A.20-04-
2015
Ds : Ibu B mengatakan
anaknya susah untuk makan.
Do : Ketika diamati tubuh
An A terlihat kurus, kecil,
tidak seperti anak umur 6
tahun pada umumnya.
Faktor
psikologis
Ketidakseimba
ngan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
PERIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan penyesuaian individu b.d Intelegensi yang
rendah.
2. Hambatan interaksi social b.d Gangguan proses pikir.
3. Isolasi social b.d Keterlambatan dalam menyelesaikan
tugas perkembangan
INTERVENSI
Nama Klien : An. A No. RM : 11130032Umur : 6 Tahun Alamat : Jl. Raya
Tejem 60Bangsal : Melati Dx. Medis :
24
NO DIAGNOSAKEPERAWATAN
TUJUAN DANKRITERIA HASIL
INTERVENSI NAMA/TTD
1
.
Gangguan
penyesuaian
individu b.d
Intelegensi
yang rendah.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam
maka Gangguan
penyesuaian belum
teratasi dengan
criteria hasil :
1. Belum
bisa menggunakan
strategi koping
yang baik.
2. Belum
bisa
mempertahankan
produktivitas.
1. Bantu
pasienuntuk
mengidentifikasiberb
agai perandalam
kehidupan.
2. Bantu
pasienuntuk
mengidentifikasipera
n yang biasadalam
keluarga.
3. Bantu
pasienuntuk
mengidentifikasistra
tegi positifuntuk
perubahanperan.
Annedewa
ri
2
.
Hambatan
interaksi
social b.d
Gangguan
proses pikir.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam
maka Hambatan
interaksi sosial
belum teratasi
1. Dorong pasie
n untukmengungkapkan
perasaan yang
berhubungan
dengan masalah
pribadinya.
Annedewa
ri
25
dengan riteria
hasil :
1. Belum
bisa
mempertahankan
fungsi kognitif.
2. Belum
bisa
mempertahankan
keterampilan
bahasanya.
3. Belum
bisa
mempertahankan
keterampilan
dalam pemecahan
masalah.
2. Identifity s
uatuketerampilan
sosial tertentu
yang akanmenjadi
fokusdari pelatihan.
3. Berikan
penkes kepada
keluarga untuk
melatih klien supaya
keterampilan
sosialnya semakin
berkembang.
3
.
Isolasi
social b.d
Keterlambatan
dalam
menyelesaikan
tugas
perkembangan.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam
maka isolasi
sosial belum
teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Belum
1. Identifikasi
kebutuhankeamananpas
ien,berdasarkantingk
at
fungsifisik,kognitif
danperilaku.
2. Ciptakan
lingkungan yang aman
Annedewa
ri
26
bisa
berkomunikasi
dengan orang
lain.
2. Belum
bisa beradaptasi
dengan lingkungan
bagi pasien.
3. Batasi
pengunjung yang
ingin bertemu dengan
pasien.
IMPLEMENTASI
Nama Klien : An. A No. RM : 11130032Umur : 6 Tahun Alamat : Jl. Raya
Tejem 60Bangsal : Melati Dx. Medis : Retardasi
Mental
Hari ke 1NO TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
1
.
20-04-
2015
08.
001. Membantu pasienuntuk
mengidentifikasiberbagai
peran dalam kehidupan.
S :
O : Klien terlihat mulai
menyesuaikan diri dengan
S :
Keluarga
mengataka
n belum
ada
perubahan
27
lingkungan.
2. Membantu pasienuntuk
mengidentifikasiperan yang
biasa dalam keluarga.
S :
O : Klien terlihat dekat
dengan keluarganya.
3. Membantu pasienuntuk
mengidentifikasistrategi
positif untuk perubahan peran.
S :
O : Klien terlihat sedikit ada
perubahan.
yang
signifika
n pada
anaknya.
O : Klien
terlihat
lambat
untuk
menyesuai
kan diri.
A :
tujuan
belum
tercapai.
P :
Intervens
i
dilanjutk
an.2
.
20-04-
2015
08.
001. Mendorong pasien
untukmengungkapkan
perasaan yang berhubungan
denganmasalah pribadinya.
S :
O : Klien terlihat belum bisa
mengungkapkan masalah
S :
Keluarga
mengataka
n anaknya
belum
bisa
berintera
28
pribadinya.
2. Mengidentifikasi
suatu keterampilan
sosial tertentu
yangakan menjadi
fokusdari pelatihan.
S :
O : Klien terlihat tidak
memiliki keterampilan yang
banyak.
3. Memberikan penkes
kepada keluarga untuk melatih
klien supaya keterampilan
sosialnya semakin berkembang.
S : Keluarga mengatakan
keterampilan anak belum
berkembang.
O : Keluarga terlihat mengerti
dengan penkes yang diberikan
oleh perawat.
ksi
dengan
lingkunga
nnya.
O : Klien
terlihat
belum
bisa
berintera
ksi
dengan
lingkunga
n.
A :
Tujuan
belum
tercapai.
Intervens
i
dilanjutk
an.3
.
20-04-
2015
08.0
01. Mengidentifikasi
kebutuhan keamananpasien, berd
asarkantingkat
fungsifisik,kognitif
danperilaku.
S :
Keluarga
mengataka
n klien
belum ada
29
S :
O : Klien terlihat belum bisa
berinteraksi dengan
lingkungan.
2. Menciptakan lingkungan
yang aman bagi pasien.
S :
O : Klien terlihat tidak
memiliki pengaruh terhadap
lingkungan rumah sakit.
3. Membatasi pengunjung
yang ingin bertemu dengan
pasien.
S :
O : Klien terlihat nyaman.
perubahan
.
O : Klien
terlihat
belum
berubah.
A :
Tujuan
belum
tercapai.
P :
Intervens
i
dihentika
n.
Hari ke 2
NO TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
1. 21-04-
2015
08.
001. Membantu pasienuntuk
mengidentifikasiberbagai
peran dalam kehidupan.
S :
O : Klien terlihat mulai
S :
Keluarga
mengataka
n belum
ada
30
menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
2. Membantu pasienuntuk
mengidentifikasiperan yang
biasa dalam keluarga.
S :
O : Klien terlihat dekat
dengan keluarganya.
3. Membantu pasienuntuk
mengidentifikasistrategi
positif untuk perubahan peran.
S :
O : Klien terlihat sedikit ada
perubahan.
perubahan
yang
signifika
n pada
anaknya.
O : Klien
terlihat
lambat
untuk
menyesuai
kan diri.
A :
tujuan
belum
tercapai.
P :
Intervens
i
dilanjutk
an.2. 21-04-
2015
08.
00
1. Mendorong pasien
untukmengungkapkan
perasaan yang berhubungan
denganmasalah pribadinya.
S :
O : Klien terlihat belum bisa
S :
Keluarga
mengataka
n anaknya
belum
bisa
31
mengungkapkan masalah
pribadinya.
2. Mengidentifikasi
suatu keterampilan
sosial tertentu
yangakan menjadi
fokusdari pelatihan.
S :
O : Klien terlihat tidak
memiliki keterampilan yang
banyak.
3. Memberikan penkes
kepada keluarga untuk melatih
klien supaya keterampilan
sosialnya semakin berkembang.
S : Keluarga mengatakan
keterampilan anak belum
berkembang.
O : Keluarga terlihat mengerti
dengan penkes yang diberikan
oleh perawat.
berintera
ksi
dengan
lingkunga
nnya.
O : Klien
terlihat
belum
bisa
berintera
ksi
dengan
lingkunga
n.
A :
Tujuan
belum
tercapai.
Intervens
i
dilanjutk
an.
32
3. 20-04-
2015
08.
00
1. Mengidentifikasi
kebutuhan keamananpasien, berd
asarkantingkat
fungsifisik,kognitif
danperilaku.
S :
O : Klien terlihat belum bisa
berinteraksi dengan
lingkungan.
2. Menciptakan
lingkungan yang aman bagi
pasien.
S :
O : Klien terlihat tidak
memiliki pengaruh terhadap
lingkungan rumah sakit.
3. Membatasi pengunjung
yang ingin bertemu dengan
pasien.
S :
O : Klien terlihat nyaman.
S :
Keluarga
mengataka
n klien
belum ada
perubahan
.
O : Klien
terlihat
belum
berubah.
A :
Tujuan
belum
tercapai.
P :
Intervens
i
dihentika
n.
33
Hari ke 3
NO TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
1. 22-04-
2015
08.
00
1. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi berbagai
peran dalam kehidupan.
S :
O : Klien terlihat mulai
menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
2. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi peran yang
biasa dalam keluarga.
S :
O : Klien terlihat dekat
dengan keluarganya.
3. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi strategi
positif untuk perubahanperan.
S :
O : Klien terlihat sedikit ada
perubahan.
S :
Keluarga
mengatakan
belum ada
perubahan
yang
signifikan
pada
anaknya.
O : Klien
terlihat
lambat
untuk
menyesuaik
an diri.
A : tujuan
belum
tercapai.
P :
Intervensi
dilanjutka
n.2. 22-04-
2015
08.
00
1. Mendorong pasien
untukmengungkapkan
S :
Keluarga
34
perasaanyang berhubungan
denganmasalah pribadinya.
S :
O : Klien terlihat belum bisa
mengungkapkan masalah
pribadinya.
2. Mengidentifikasi
suatuketerampilan
sosial tertentu
yang akan menjadi
fokusdari pelatihan.
S :
O : Klien terlihat tidak
memiliki keterampilan yang
banyak.
3. Memberikan penkes
kepada keluarga untuk melatih
klien supaya keterampilan
sosialnya semakin berkembang.
S : Keluarga mengatakan
keterampilan anak belum
berkembang.
O : Keluarga terlihat mengerti
dengan penkes yang diberikan
oleh perawat.
mengatakan
anaknya
belum bisa
berinterak
si dengan
lingkungan
nya.
O : Klien
terlihat
belum bisa
berinterak
si dengan
lingkungan
.
A : Tujuan
belum
tercapai.
Intervensi
dilanjutka
n.
35
3. 20-04-
2015
08.
00
1. Mengidentifikasi
kebutuhankeamananpasien,berdas
arkantingkat
fungsifisik,kognitif
dan perilaku.
S :
O : Klien terlihat belum bisa
berinteraksi dengan
lingkungan.
2. Menciptakan lingkungan
yang aman bagi pasien.
S :
O : Klien terlihat tidak
memiliki pengaruh terhadap
lingkungan rumah sakit.
3. Membatasi pengunjung
yang ingin bertemu dengan
pasien.
S :
O : Klien terlihat nyaman.
S :
Keluarga
mengatakan
klien
belum ada
perubahan.
O : Klien
terlihat
belum
berubah.
A : Tujuan
belum
tercapai.
P :
Intervensi
dihentikan
.
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak
mencukupi (menurut WHO).
Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
fungsi intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa
perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses
belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).
Pada bab ini membahas tentang kasus asuhan keperawatan Anak
A 6 tahun dibawa oleh ibunya ke RS pada tanggal 20 September 2012
dengan gangguan pada saraf. Setelh dilakukan pemeriksaan medis
anak A mengalami retardasi mental. Adapun ruang lingkup dari
pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan proses keperawatan
yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Proses pengkajian pada klien dengan gangguan syaraf
dilakukan oleh perawat dengan wawancara, observasi dan
pemeriksaan fisik langsung kepada klien. Selain itu perawat
mendapatkan keterangan dari keluarga klien, diskusi dengan
perawat di ruangan dan dokter.
37
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan
tetapi disesuaikan dengan kondisi klien saat di kaji. Pada saat
dilakukan pengkajian klien dan keluarga cukup terbuka dan sudah
terjalin hubungan saling percaya antara klien,keluarga dan
perawat sehingga mempermudah perawat dalam mengkaji pasien dan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan
klien mau menjawab pertanyaan dari perawat walaupun responnya
lambat dan jawabannya menyimpang dari pertanyaan. Selain itu
keluarga juga mau menerima saran yang diberikan. Dari hasil
pengkajian TTV: TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit, S : 36,5 o C, N : 110x/menit
Dari hasil pengkajian tersebut menunjukkan tanda-tanda dan
gejala yang ada pada klien tidak jauh berbeda dengan konsep teori
yang ada.
Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan
identifikasi masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan data
fokus dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau masalah
keperawatan.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan teoritis pada BAB II, pada
klien dengan retardasi mental di dapatkan 3 diagnosa yang
diangkat, meliputi :
1. Gangguan penyesuaian individu b.d Intelegensi yang rendah.
2. Hambatan interaksi social b.d Gangguan proses pikir.
38
3. Isolasi social b.d Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas
perkembangan.
Setelah diagnosa atau masalah keperawatan ditegakan
selanjutnya dilakukan pembuatan rencana tindakan dan kriteria
hasil untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada pada klien.
C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah
data terkumpul, dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah
keperawatan. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah
yang disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah masalah ditentukan
berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan keperawatan ditetapkan.
Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau jangka pendek,
harus jelas, dapat diukur dan realistis. Ditegaskan dalam bentuk
perubahan, kriteria hasil sebagai alat ukur pencapaian tujuan
yang mengacu pada tujuan yang disusun pada rencana keperawatan.
D. Pelaksanaan/ Implementasi
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian
dilanjutkan dengan pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang diberikan
pada anak Adengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik
yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan dan
39
ilmu – ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan
yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
rencana asuhan keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain, keterbatasan sumber
referensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat yang tersedia,
pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak
lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari
mulai masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau
fasilitas rumah sakit yang kurang memadai dan keberadaan penulis
di ruang tempat klien di rawat terbatas.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan.
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan
data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakah
tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian
atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu di
kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik
rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan yang
diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan
lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan pada anak A
adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai dengan
kriteria waktu yang telah ditetapkan.
40
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidak mampuan individu
untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas
kemampuan yang di anggap normal.(Carter CH).
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
41
Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit-penyakit dalam keperawatan anak salah satunya pada
retardasi mental dan juga meningkatkan kemampuan dalam membuat
asuhan keperawatan yang baik dan benar.
2. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan
ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawtan serta
pengetahuan sehingga dapat memberikan asuhan keperawtan yang
optimal khususnya pada anak yang menderita retardasi mental
dan perawat mampu menjadi edukator yang baik bagi pasien dan
keluarganya.
42
DAFTAR PUSTAKA
Mooihead,soe dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 4.
Mas By Eiseuiere: LISA.
McCloskey, Joanne, dkk. 2000. Nursing Interventions Classification
(NIC) edisi 4. Mosby Elsevien: LISA.
Rosdiana. Kamus Keperawatan
Sumarwati, made, dkk. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. EGC: Buku Kedokteran.
Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008.
Jakarta: EGC.
43