Via Mutiara Ratri 08320147 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ...

282
i KUALITAS HIDUP PADA REMAJA PENYANDANG AUTISME SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat S1 Psikologi Oleh : Via Mutiara Ratri 08320147 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2012

Transcript of Via Mutiara Ratri 08320147 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ...

i

KUALITAS HIDUP PADA REMAJA PENYANDANGAUTISME

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat S1 Psikologi

Oleh :

Via Mutiara Ratri08320147

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2012

ii

KUALITAS HIDUP PADA REMAJA PENYANDANG

AUTISME

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat S1 Psikologi

Oleh :

Via Mutiara Ratri

08320147

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2012

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul:

KUALITAS HIDUP PADA REMAJA PENYANDANG

AUTISME

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi

Sebagian Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

Pada Tanggal

Oleh:VIA MUTIARA RATRI

08320147

Mengesahkan,

Program Studi Psikologi

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia

Ketua

Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc. Sc.

Dewan Penguji Tanda tangan,

1. RA Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si., Psikolog

2. Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc. Sc.

3. Rr. Indahria Sulistyarini, S.Psi., MA.Psi

iv

PERNYATAAN ETIKA AKADEMIK

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Via Mutiara Ratri

No. Mahasiswa : 08320147

Program Studi : FPSB/Psikologi

Judul Skripsi : Kualitas Hidup Pada Remaja Penyandang Autis

Melalui surat ini saya menyatakan bahwa :

1. Selama melakukan penelitian dan pembuatan laporan penelitian skripsi

saya tidak melakukan tindak pelanggaran etika akademik dalam bentuk

apapun, seperti penjiplakan, pembuatan skripsi oleh orang lain atau

pelanggaran lain yang bertentangan dengan etika akademik yang dijunjung

tinggi Universitas Islam Indonesia. Karena itu, skripsi yang saya buat

merupakan karya ilmiah saya sebagai penulis, bukan karya jiplakan atau

karya orang lain.

2. Apabila dalam ujian skripsi saya terbukti melanggar etika akademik, maka

saya siap menerima sanksi sebagaimana aturan yang berlaku di

Universitas Islam Indonesia.

3. Apabila di kemudian hari, setelah saya lulus dari Fakultas Psikologi dan

Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia ditemukan bukti secara

meyakinkan bahwa skripsi ini adalah karya jiplakan atau karya orang lain,

maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang ditetapkan

Universitas Islam Indonesia.

Yogyakarta, 12 Maret 2012

Yang menyatakan

Via Mutiara Ratri

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillaahi Robbil’aalamiin

Segala puji syukur bagi Allah SWT, atas nikmat, karunia dan hidayah-Nya

Sehingga karya sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalutercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW

Dengan penuh sujud syukur dan cinta, spesial kupersembahkan karya ini

Kepada:

Ibunda Astuti dan Ayah Rio tercinta

Terima kasih untuk segala doa, kasih sayang, nasihat, perhatian dan semangatyang diberikan pada ananda yang tidak dapat terbalas oleh apapun

Kakak dan adikku ( mbak Putri dan dek Dzaky)

Terima kasih atas doa, semangat dan perhatiannya dalam hal apapun

Sapto Himawan

Terima kasih atas dukungan, bantuan, semangat dan perhatiannya dalammenghadapi kesulitan apapun

Semua subyek penelitianku (“Td”, “Os”. Ibu Desy, dan Ibu Henny)

Terima kasih telah berbagi kisah kalian yang sangat inspiratif dan semoga selaludiberikan jalan terbaik atas setiap keterbatasan yang ada.

vi

HALAMAN MOTTO

Artinya:

“ Dan tidaklah sekali-kali apa yang dijanjikan Tuhan itubakan didapatkan,kecuali bagi orang-orang yang bersabar. Dan siapa-siapa yang mendapatkannyamaka berarti dia sudah mendapatkan keberuntungan yang luar biasa besarnya.”

(Q.S Fushshilat:35)

Artinya:

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-

orang yang beriman.”(Q.S AL-Imran:139)

vii

PRAKATA

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segal

petunjuk, kemudahan, dan kelancaran-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semata-mata

adalah Rahmat dari Allah yang maha pemurah lagi maha Penyayang. Shalawat

serta salam selalu terurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, pada

keluarga beliau, sahabat, dan umat Allah sampai akhir zaman kelak.

Penulis menyadari bahwa proses penelitian serta penyusunan skripsi ini

tidak terlepas

dari banyaknya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa moral,

material, dan spiritual sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog., selaku Dekan Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

2. Ibu Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc.Sc., selaku ketua program studi

Psikologi Fakultas Psikologi Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

3. Ibu RA. Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si., Psikolog., selaku Dosen

Pembimbing Skripsi yang penuh dengan kesabaran dalam memberikan

bimbingan, arahan dan semangatnya. Terima kasih segalanya Bu.

viii

4. Ibu Rr Indah Ria Sulistyarini, S.Psi., M.A., Psikolog., selaku Dosen

Pembimbing Akademik yang telah mendampingi penulis selama menuntut

ilmu di Fakultas Psikologi Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

5. Ibu Rr Indah Ria Sulistyarini, S.Psi., M.A., Psikolog., dan Ibu Yulianti Dwi

Astuti, S.Psi., M.Soc.Sc., selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih banyak

atas bimbingan dan arahannya selama proses perbaikan skripsi.

6. Seluruh dosen pengajar Program Studi Psikologi, yang telah memberikan

banyak ilmu, pelajaran, dan pengalaman yang berharga. Terimakasih banyak

untuk Pak Sony, Pak Thobagus, Pak Haris, Pak Bachtiar, Pak Fuad, Pak Toto,

Pak Yapsir, Pak Alif, Bu Endah, Bu Rina, Bu Ratna, Bu Hepi, Bu Mira, Bu

Miftah, Bu Yulianti, Bu Sukarti, Bu Nunuk, Bu Dian, Bu Resnia, Bu Ully, Bu

Rumiani, Bu Nita.

7. Seluruh karyawan Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, yang telah memberikan

pelayanan dan informasi yang berguna demi kelancaran selama saya kuiah

dan menyelesaikan skripsi ini.

8. Para responden penelitianku beserta keluarga, terimakasih atas kerjasama dan

bantuan yang diberikan. Tetap semangat, tercapailah semua harapan dan

selalu mensyukuri kehidupan ini. Allah Maha Mengetahui jalan yang terbaik

bagi Hamba-Nya.

9. Para guru dan karyawan Sekolah Lanjutan Khusus Autisme, atas bantuannya

mengijinkan dan memberikan informasi demi mendapatkan responden

ix

penelitian serta memberikan ilmu dan data yang dibutuhkan dalam penelitian

ini.

10. Ayahanda Riyo Sumbogo dan Ibunda Budi Astuti tercinta yang telah

memberikan segenap cinta, doa, nasehat, dukungan, perhatian, pengertian,

dan pengorbanan di setiap langkahku yang tidak dapat terbalas oleh apapun.

Semoga karya ini dapat memberi kebanggaan dan kebahagiaan bagi papa dan

mama tercinta.

11. Kakak dan adikku tersayang, Parama Ariasti Putri dan Rafif Dzaky Saputra,

atas dukungan dan perhatiannya selama ini.

12. Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan dukungan sehingga penulis

dapat semangat dan sabar dalam mengerjakan skripsi ini.

13. Sapto Himawan, terimakasih atas dukungan, motivasi dan bantuannya untuk

menjadi tempat keluh kesahku menjadikan aku tetap pantang menyerah dan

bersabar dalam mengerjakan skripsi ini.

14. Sahabat-sahabatku selama kuliah, Hajma Zakiya, Festiana Nurul..kita

lulusnya urut umur ya. Terimakasih atas dukungan dan doanya, semoga

semua rencana-rencana kita dapat tercapai ya, amin.

15. Semua teman-teman psikologi seperjuangan angkatan 2008 yang tidak dapat

saya sebutkan satu per satu. Saya akan merindukan saat kita berbagi ilmu dan

menjalani masa kuliah yang sangat menyenangkan ini.

16. Teman-teman KKN UNIT 51 yang telah menambah kisah dalam perjalanan

kehidupanku. Terima kasih untuk kebersamaan, pengalaman-pengalaman

lucu dan mengesankan yang kita lalui bersama.

x

17. Para guru dan teman-teman alumni SMP N 2 Depok angkatan 2003 dan SMA

N 2 Ngaglik angkatan 2005. Terima kasih untuk segala doa, semangat, dan

perhatiannya.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis tidak dapat

melakukan hal lain untuk membalas dukungan dan bantuan dari berbagai

pihak, kecuali dengan panjatan doa agar amal kebaikan kelian semua

mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Akhir kata, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua

dan dalam penyususan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari

sempurna sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, Maret 2012

Via Mutiara Ratri

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................... v

PRAKATA ................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv

INTISARI .................................................................................................. xvi

BAB I. PENGANTAR ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

C. Manfaat Penelitian ................................................................... 9

D. Keaslian Penelitian .................................................................. 10

xii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 15

A. Kualitas Hidup ........................................................................ 15

1. Pengertian Kualitas Hidup ................................................. 15

2. Aspek-aspek Kualitas Hidup .............................................. 17

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ........... 19

B. Autisme .................................................................................... 22

1. Pengertian Autisme ............................................................. 22

2. Kriteria Diagnostik Gangguan Autisme ............................. 24

3. Karakteristik Autisme ........................................................ 25

4. Penyebab Autisme ............................................................. 28

5. Intervensi Untuk Anak Autisme ....................................... 29

6. Diet Dalam Autisme .......................................................... 31

C. Remaja .................................................................................... 33

1. Pengertian Remaja ............................................................. 33

D. Kualitas Hidup Pada Remaja Autis ........................................ 35

E. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 40

BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................... 41

A. Fokus Penelitian ...................................................................... 41

B. Desain Penelitian ..................................................................... 41

C. Subjek Penelitian ..................................................................... 43

D. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 44

E. Metode Analisis Data .............................................................. 53

xiii

F. Kredibilitas Data Penelitian ..................................................... 54

BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ..................... 56

A. Orientasi Kancah dan Persiapan .............................................. 56

1. Orientasi Kancah .............................................................. 56

2. Persiapan Penelitian ......................................................... 57

B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 59

C. Hasil Penelitian ....................................................................... 63

1. Deskripsi Umum Subjek .................................................. 63

2. Deskripsi Umum Significant other .................................. 63

3. Hasil Penilaian Skala ....................................................... 70

4. Hasil Wawancara ............................................................. 71

5. Tema, Sub Kategori, Kategori ......................................... 109

6. Dinamika Psikologis ........................................................ 145

D. Pembahasan ............................................................................ 153

BAB V. PENUTUP ................................................................................... 164

A. Kesimpulan ........................................................................... 164

B. Saran-saran ........................................................................... 166

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 168

LAMPIRAN ..............................................................................................

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Panduan Wawancara ......................................................... 46

Tabel 2. Teknik Observasi .............................................................. 50

Tabel 3. Hasil Penilaian Skala ........................................................ 70

Tabel 4. Tema, Sub Kategori, Kategori .......................................... 109

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

Gambar 1. Faktor Subjek Pertama .................................................. 148

Gambar 2. Faktor Subjek Kedua ...................................................... 152

Gambar 3. Kualitas Hidup Pada Remaja Penyandang Autis ........... 163

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Verbatim subjek penelitian pertama ............................. 171

Lampiran 2. Verbatim subjek penelitian kedua ................................ 186

Lampiran 3. Verbatim significant other penelitian pertama ............. 218

Lampiran 4. Verbatim significant other penelitian kedua ................ 242

Lampiran 5. Panduan Observasi ....................................................... 251

Lampiran 6. Observasi Subjek Penelitian Pertama ........................... 252

Lampiran 7. Observasi Subjek Penelitian Kedua ............................. 255

Lampiran 8. Skala WHO Pada Subjek Penelitian Pertama ............... 258

Lampiran 9. Surat Ijin Melakukan Penelitian ................................... 263

Lampiran 10. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek

Penelitian ..................................................................... 264

Lampiran 11. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ......... 268

xvii

QUALITY OF LIFE IN ADOLESCENTS WITH AUTISM

Via Mutiara RatriRA Retno Kumolohadi

ABSTRACT

This study aims to find out the quality of life in adolescents with autism.Subjects in this study were autistic adolescents aged 17 years and 22 years, tocommunication, have an educational background since childhood to get adequatecare (treathment). Subjects in this study amounted to two people and subject'sparents as a significant other.

This study used a qualitative approach to the case study method. The samplingtechnique of this study was purposive sampling. Data collection methods used wasinterviews, scales, and observations. The data analyzed this research by contentanalysis.

These results indicate that the quality of life in people with autism to viewedfrom four aspects: physical health, psychological health, social relationships, andenvironment. For people with autism have a positive psychological impact, namely anoptimistic attitude and high motivation, negative psychological impact as people withautism to get pressure and the refusal from the public/society on limitations.All efforts are influenced by factors of education, parent’s support in developing thepotential. In this study acquired a new aspect that can improve the psychological qualityof life and social relations indirectly.

Key words: Quality of life, People with autism

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Autisme merupakan gangguan perkembangan yang dapat terjadi

pada siapa saja, tidak memandang status social ekonomi, pendidikan dan

budaya. Autisme merupakan gangguan pervasive yang paling berat dalam

perkembangan anak yang ditandai dengan gangguan kognitif, bahasa,

periaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autisme adalah cara berpikir

yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri, menanggapi

dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas.

(Kartono, 1989). Secara neurologis, anak autis adalah anak yang

mengalami hambatan perkembangan otak terutama pada area bahasa,

sosial, dan fantasi. Hambatan perkembangan inilah yang menjadikan anak

autis memiliki perilaku yang berbeda dengan anak-anak biasanya. Pada

beberapa bentuk perilaku anak autis memiliki kecenderungan yang

ekstrem.

Autisme masih dipandang sebagai kekurangan dan kelainan pada

masyarakat. Padahal, dalam hal akademik juga sering ditemukan anak-

anak yang memiliki kemampuan spesifik dan melebihi kemampuan anak

seusianya. Sekalipun demikian, rata-rata anak autis tidak memiliki

kemampuan yang sama di semua bidang. Penelitian baru-baru ini

mengungkapkan bahwa banyak penyandang autis tidak hanya lulus

sarjana, namun juga memiliki kualitas dan kemampuan yang melebihi

2

orang-orang normal pada umumnya. "Data terbaru dan pengalaman

pribadi saya menyarankan saatnya untuk mulai berpikir tentang autisme

sebagai suatu kelebihan dalam beberapa bidang, bukan beban yang harus

ditanggung," kata Dr Laurent Mottron di University of Montreal's Centre

for Excellence in Pervasive Development Disorders.

Menurut Ginanjar sampai saat ini belum ada data resmi mengenai

jumlah anak autis di Indonesia, namun lembaga sensus Amerika Serikat

melaporkan bahwa pada tahun 2004 jumlah anak dengan ciri-ciri autis di

Indonesia mencapai 475.000 orang (Kompas, 20 Juli 2005). Jumlah

penderita autisme dalam dekade terakhir ini meningkat yaitu terjadi pada 5

dari setiap 10.000 kelahiran dengan ratio perbandingan jumlah penderita

laki-laki empat kali lebih besar dibandingkan penderita wanita (Maulana,

2007). Menurut Autism Society of Canada, terdapat sekitar 200.000 orang

yang memiliki dengan spektrum autisme dan diperkirakan satu dari setiap

165 anak yang lahir di Kanada memiliki kondisi tersebut.

Gejala autisme dapat dikenal dari adanya kelainan perilaku yang

dimunculkan anak yang tidak seperti anak lainnya, misalnya menolak atau

menghindari bertatap muka dengan orang lain, terlambat bicara atau tidak

dapat berbicara, gangguan pada bahasa, menolak sentuhan dari orangtua,

gangguan lainnya dalam hal perilaku dan bermain, seperti tidak mengerti

cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan yang sama

berulang-ulang sampai berjam-jam. Dari aspek ditunjukkan dengan

perasaan dan emosi, seperti kurangnya rasa empati, misal melihat anak

3

menangis tidak merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak

yang sedang menangis akan dipukulnya. Gangguan pada persepsi sensoris,

misalnya mencium-cium, menggigit, atau menjilat semua benda,

tidak menyukai rabaan dan pelukan . Bila digendong cenderung merosot

untuk melepaskan diri dari pelukan (http:// www.infoibu.com/mod.php?

mod=publisher&op=viewarticle&artid=67/2011/09/28).

Gangguan autisme ini tidak dapat disembuhkan sepenuhnya

dengan berbagai macam terapi namun symptom atau gejala yang muncul

pada anak dapat dikurangi sehingga anak mampu hidup mandiri dan dapat

berinteraksi dengan orang lain, bahkan pada anak yang memiliki IQ

normal mampu mengikuti pelajaran di kelas sekolah umum. Berdasarkan

kajiannya terhadap semua studi yang dipublikasikan, Lotter (dalam

Davison, 2004) menyimpulkan bahwa hanya 5 hingga 17 persen anak

autistik yang dapat melakukan penyesuaian yang relatif baik pada masa

dewasa, menjalani hidup mandiri, namun tetap mengalami beberapa

masalah residual, seperti kegugupan sosial.

"Dawson dan individu autis lainnya telah membuktikan bahwa

penyandang autis membutuhkan lebih dari kesempatan, namun banyak

dukungan dan sedikit pengobatan. Autisme harus dijelaskan sebagai

variasi yang diterima spesies manusia, bukan sebagai kecacatan," pungkas

Mottron (www.detik.com/2011/12/28). Setiap anak yang lahir di dunia ini

berhak mempunyai tujuan hidup yang mereka inginkan, hal-hal yang perlu

dicapai dan dipenuhi. Setiap individu memiliki kualitas hidup yang

4

berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi

permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan sikap

positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika

menghadapi dengan cara yang negatif maka akan buruk pula kualitas

hidupnya. Oleh karena itu, sama halnya dengan seorang anak normal, para

penyandang autisme pun akan memiliki kualitas hidup mencukupi atau

belum mencukupi tergantung cara mereka menyikapi segala kekurangan

dan memaksimalkan segala kelebihannya.

Menurut Calman yang dikutip oleh Hermann (1993),

mengungkapkan bahwa konsep dari kualitas hidup adalah bagaimana

perbedaan antara keinginan yang ada dibandingkan perasaan yang ada

sekarang, definisi ini dikenal dengan sebutan “Calman’s Gap”. Calman

mengungkapkan pentingnya mengetahui perbedaan antara perasaan yang

ada dengan keinginan yang sebenarnya, dicontohkan dengan

membandingkan suatu keadaan antara “dimana seseorang berada” dengan

“di mana seseorang ingin berada”. Jika perbedaan antara kedua keadaan

ini lebar, ketidakcocokan ini menunjukkan bahwa kualitas hidup seseorang

tersebut rendah. Sedangkan kualitas hidup tinggi jika perbedaan yang ada

antara keduanya kecil.

Definisi kualitas hidup yang sedikit berbeda dibuat berdasarkan

WHO (2003) yakni kualitas hidup sebagai persepsi individu mengenai

posisi mereka dalam kehidupan dilihat dari konteks budaya dan sistem

nilai dimana mereka tinggal, serta hubungannya dengan tujuan, harapan,

5

standard dan hal-hal lain yang menjadi perhatian individu. Definisi

kualitas hidup berdasarkan WHO menekankan adanya persepsi dari

individu mengenai posisi kehidupan mereka saat ini dan persepsi individu

ini dapat dipengaruhi oleh budaya dan sistem nilai dimana individu

tinggal.

Aspek-aspek kualitas hidup berdasarkan Kolman (dalam Molnar,

2009) antara lain: kehidupan keluarga (hubungan dan situasi didalam

keluarga), kesejahteraan psikologis (struktur psikologis manusia),

fungsional (pekerjaan seseorang), somatis (kesehatan), lingkungan (kerja

sama dengan lingkungan sekitar), eksistensial (kondisi kehidupan).

Bergner (dalam O’Connor, 1993) menemukan bahwa kualitas

hidup akan meningkat seiring dengan menipisnya diSkrepansi antara

tujuan yang telah dicapai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan

hal ini O’Connor (1993) mengemukakan bahwa persepsi individu

mengenai diskrepansi antara apa yang ada atau terjadi saat ini dengan apa

yang mungkin dapat ada atau terjadi merupakan faktor utama penentu

kualitas hidup individu. Dengan demikian, dapat disimpulkan pula bahwa

tinggi rendahnya kualitas hidup seseorang dapat dilihat dari diskrepansi

yang dirasakan oleh individu itu sendiri antara kondisinya kehidupan saat

ini dengan kondisi kehidupan tertentu yang ia inginkan.

Gangguan autisme pada anak dapat menjadi tekanan psikologis,

dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis yang juga merupakan salah

satu aspek yang dapat mengganggu terwujudnya suatu persepsi positif

6

dapat menentukan kualitas hidup seseorang. Namun anak yang memiliki

gangguan tersebut dapat mempunyai cara pandang tersendiri sebagai

bentuk penerimaan atas keadaan mereka terhadap pengalaman yang pernah

mereka lalui sepanjang hidup mereka. Apalagi jika penyandang autis

tersebut sudah beranjak remaja. Remaja menurut Ubaydillah (2008) adalah

masa transisi perkembangan fisik dan mental yang terjadi antara masa

anak-anak dan dewasa. Dimana, masa remaja merupakan masa pencarian

identitas seseorang, dan dimasa ini persepsi akan kualitas hidupnya mulai

ditumbuhkan, bisa berupa persepsi positif maupun negatif yang dapat

mempengaruhi kualitas kehidupan individu tersebut.

Peneliti melakukan wawancara awal dengan seorang remaja

penyandang autis, sebut saja inisial “Os”. “Os” mengaku bahwa saat

mengetahui dirinya sebagai penyandang autis, dia merasa berbeda, namun

“Os” memiliki motivasi untuk dapat diterima dalam masyarakat dan

bersyukur mendapatkan dukungan dari semua orang, sehingga dia dapat

kuliah di sebuah Universitas ternama.

Ketika wawancara “Os” menuturkan:

“Terkadang saya sedih, tapi saya harus berpikir sejenak agarkemudian bagaimana saya bisa seperti orang lainnya dan bisa diterimasama orang normal, ya bersyukur karena semuanya ya ibu saya ituterutama ee..bapak saya juga mengupayakan susah payah mencarikansekolah sampai saya ya seperti ini, walaupun semuanya itu ya kembai..eekembali pada pribadi saya sendiri juga gitu untuk berusaha, walaupunbelum baik semua, namun saya sedang dalam berusaha dan sudah dalamee setengah jalan”

Kisah lain juga dialami, sebut saja dengan inisial “Td” yang

merupakan remaja penyandang autis yang sedang bersekolah di sekolah

7

lanjutan khusus autisme. Ibu “Td” mengatakan bahwa anaknya sering

merasa putus asa sebagai penyandang autis dan dia tidak memaksakan agar

“Td” berbaur dengan lingkungan, yang terpenting anaknya dapat nyaman

dan tidak stres. Disebabkan “Td” selalu ditolak lingkungannya dan masih

sering berperilaku hiperaktif.

Sama halnya dengan yang dilakukan oleh orangtua “Os” dan “Td”

yang memiliki cara berbeda dalam meningkatkan kualitas hidup anak

mereka. Seperti yang dialami Tifanny, seorang penyandang autisme yang

berusia 20 tahun. Tiffany didiagnosa autis sejak kecil dan sekarang

kegiatan Tiffany adalah Kursus lukis, terapi, kursus musik (untuk melatih

perasaan). Ibu Tiffany mengatakan bahwa mengetahui potensi Tiffany

saat melihat dia melukis.

“Selama les lukis , sudah sering lukisan Tiffany oleh sanggarnyadikirim untuk bisa ikut lomba atau berpartisipasi dalam pameran yangdiadakan di luar negeri seperti Korea, India, Polandia, Jepang dll. Waktuitu sih lukisannya masih pakai Crayon saja tidak yang lain.Sekali waktu kita juga dapat info ada tempat kursus musik yang mauterima anak SN. Jadi Tiffany juga kursus musik disana. Mulanya vokaltrus ganti keyboard. Waktu kursus musiknya mau bikin rekaman anakdidiknya,Tiffany ikut di rekam 1 lagu. Jadi ada 1 lagu di Cdnya”.(http://www.ychicenter.org/index.php?option=com_content&view=article&id=93&Itemid=81/2011/09/28)

Dari beberapa kasus tersebut dapat dilihat bahwa gambaran awal

quality of life pada remaja yang mengalami gangguan autisme cenderung

unik, karena autisme merupakan gangguan yang berfokus pada perilaku

seseorang yang mempunyai kecenderungan anti sosial maupun interaksi

terhadap lingkungan sekitar, anak hanya fokus pada diri sendiri. Padahal

interaksi sosial merupakan salah satu aspek kualitas hidup seseorang.

8

Apalagi masa remaja itu merupakan masa transisi atau masa pencarian

identitas mereka. Dengan karakteristik seperti di atas, remaja autis

memiliki pandangan yang berbeda dengan remaja yang normal seusianya

dan memiliki cara tersendiri untuk menyikapi kekurangannya untuk

melewati fase-fase perkembangan yang terjadi di dalam hidupnya.

Kualitas hidup penyandang autis selalu dipertanyakan dalam masyarakat

karena kekurangan yang dimiliki. Oleh karena itu seseorang remaja

penyandang autis juga mempunyai sisi-sisi potensi atau bakat tersendiri

untuk menunjukan kualitas hidupnya. Untuk menunjang menggali potensi

atau bakat pada penyandang autis diperlukan pendidikan dari usia dini

hingga dewasa. Penyandang autis menghadapi banyak tantangan. Menurut

pengamatan Mottron, para penyandang autis lebih cocok untuk berkarir

dalam penelitian dan ilmu pengetahuan akademik (www.detik.com). Oleh

karena itu, pentingnya pendidikan untuk anak autis adalah agar anak autis

mampu memperbaiki kualitas hidupnya. Dari uraian-uraian di atas

pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana kualitas hidup pada remaja

penyandang autisme?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

kualitas hidup pada remaja penyandang autisme.

9

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah

kajian tentang kualitas hidup pada anak yang menderita autis yang

dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu psikologi. Selain itu

juga untuk menambah kajian, khususnya dalam bidang psikologi

klinis dan psikologi perkembangan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini yang dapat diambil bagi

subjek penelitian adalah untuk menambah informasi atau sudut

pandang tentang kualitas hidup dari orangtua dan anak yang di

diagnosis menderita autis.

Manfaat untuk orangtua adalah meningkatkan kualitas hidup

yang positif bagi yang memiliki anak autis, serta dapat lebih optimis

untuk mendampingi anak mereka.

Manfaat Praktis bagi lembaga terkait seperti sekolah dan

tempat terapi autis adalah membantu para pengajar, terpis dan anak

autis bahwa anak autis pun memiliki kualitas hidup yang positif,

memberikan mereka semangat, sebuah sudut pandang dan persepsi

bahwa anak autis juga mempunyai tujuan hidup yang dapat membuat

mereka tetap bisa merasakan kebahagiaan dengan kekurangan dan

10

kelebihan mereka yang dapat berupa keterampilan yang mampu

mengasah perkembangan anak.

Manfaat peneliti selanjutnya, yaitu penelitian ini dapat

dilakukan kembali pada subjek yang berbeda, untuk menambah

wawasan tentang kualitas hidup dari sudut pandang anak autis yang

berbeda-beda.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang kualitas hidup anak autisme ini belum

pernah dilakukan yang sama sebelumnya, namun penelitian tentang

kualitas hidup pernah di lakukan sebelumnya. Ada perbedaan

penelitian ini dengan sebelumnya. Penelitian tentang kualitas yang di

lakukan sebelumnya yaitu Quality of life in a sample of schizophrenic

patients with and without metabolic syndrome yang di lakukan oleh

Toma´s Sa´nchez-Aran˜a Moreno, Sergio Ruiz-Doblado, Jose´ Luis

Herna´ndez-Fleta, Ramon Tourin˜o-Gonzalez, Petra Leo´n-Pe´rez.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Membandingkan Kualitas

Hidup Pada Pasien Skizofrenia dengan sindrom metabolism dan tanpa

sindrom metabolic. Subjek penelian ini adalah pasien Skizofrenia

yang berjumlah 136 (39 diantaranya menderita sindrom metabolik).

Hasil yang ditemukan dari penelitian ini adalah penelitian pada pasien

Skizofrenia, sindrom metabolik dikaitkan dengan usia (p=0.035),

penerima pensiun (p=0.0005), pengobatan antipsikotik (p=0.017),

11

years of evolution (p=0.008), dan juga skor yang lebih rendah pada

EuroQol 5D ‘kondisi kesehatan saat ini ’ (p=0.035) dan

‘mobilitas’(p=0.011) ukuran. Analisis multivarian (kemunduran

logistik) menunjukan kualitas hidup terutama terkait dengan usia

(OR=3.2), sindrom metabolistik (OR=2.6), dan masalah mobilitas

(OR=2). Ketika merawat pasien Skizofrenia kita harus

mempertimbangkan komordibitas dengan sindrom metabolik, karena

selain untuk mewakili factor resiko kardiovaskular yang signifikan

dapat juga mempengaruhi, ditambah masalah pengobatan, faktor

penyakit dan variabel sosial serta lingkungan, dan kualitas hidup

pasien.

Penelitian lainnya adalah kualitas hidup orangtua yang hidup

dengan kecacatannya. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan

pemahaman kita tentang pengalaman orang tua yang hidup dengan

kecacatan termasuk bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas

hidupnya. Subyek penelitian ini adalah 143 orang tua dengan usia 51-

91 tahun dengan enam jenis cacat : demensia, depresi, cacat

intelektual, rheumatoid arthritis, cacat sensorik dan stoke. Hasil dari

penelitian ini menunjukan bahwa kemandirian dan ketergantungan

merupakan konsep subjektif, cacat pada orang tua memerlukan

perawatan yang berpusat (fokus atau intensif). Kecacatan cenderung

memberikan pengaruh negatif terhadap kualitas hidup. Efek kecacatan

terhadap kualitas hidup dapat diatasi dengan menangani dengan baik

12

kecacatan tersebut. Sifat psikologis individu dapat memungkinkan

mereka untuk mengatasi dengan baik kekurangan mereka. Dukungan

sosial juga dapat mengurangi dampak dari kecacatan apapun pada

kualitas hidup.

1. Keaslian Topik

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya diantaranya

mengambil tema “Kualitas Hidup Pasien Schizophrenia dengan

atau tanpa Sindrom Metabolik”, sedangkan penelitian yang ingin

dilakukan peneliti saat ini adalah “Kualitas Hidup pada Remaja

Autis”. Sehingga ada perbedaan dari aspek yang ingin diteliti oleh

peneliti saat ini dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh

penelitian sebelumnya.

2. Keaslian Teori

Teori yang digunakan pada penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu Quality of life in a sample of schizophrenic

patients with and without metabolic syndrome, dimana terdapat

satu teori yang sama dan ada yang berbeda karena sumber yang

digunakan juga tidak jauh berbeda yaitu dari WHOQOL (1993),

ada beberapa teori kualitas hidup yang mengambil dari penelitian

sebelumnya sehingga tidak jauh perbedaan teori yang digunakan

antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

13

3. Keaslian Metode Penelitian

Pada penelitian ini metode yang akan digunakan adalah

pendekatan kualitatif yang mengacu pada kualitas hidup remaja

autis, dengan wawancara dan observasi dua orang remaja autis.

Skala ini berdasarkan persepsi seorang remaja autis tentang

kualitas hidupnya.

Terdapat penelian sebelumnya yaitu Quality of life, emotional,

and cognitive function following acute respiratory distress

syndrome yang menggunakan metode penelitian wawancara face

to face dengan penderita dan survey menggunakan kuisioner SF-

36V2 untuk mengukur kualitas kesehatan, kuisioner Self-Esteem,

Skala Rosenberg untuk mengukur kepercayaan diri, menggunakan

The Katz Index of Independence in Activities of Daily Living

(indeks Katz atau kemandirian aktivitas sehari-hari) untuk

mengukur kemandirian.

4. Keaslian Subjek Penelitian

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah

mengambil 447 siswa autis remaja dan anak-anak dari sembilan

sekolah, usia remaja autis yang digunakan maksimal berusia 19

tahun 8 bulan. Sedangkan, penelitian yang akan dilakukan peneliti

saat ini adalah menggunakan subyek remaja autis yang berusia 16

14

tahun dan 22 tahun. Serta orangtua atau seseorang yang berperan

dalam hidup remaja autis tersebut sebagai significant other.

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Hidup

1. Pengertian Kualitas hidup

Menurut Fayers & Machin (dalam Kreitler & Ben, 2004) kualitas

hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka

di dalam bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu

terhadap posisi mereka di dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan

sistem nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu,

harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu.

Cohen dan Lazarus menyatakan kualitas hidup adalah sebuah

tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu yang dinilai

dari proses kehidupan mereka. Keunggulan seorang individu dapat dinilai

dari tujuan hidupnya, kontrol pribadi, hubungan interpersonal,

perkembangan pribadi, intelektual, serta kondisi materi.

WHO ( World Health Organization) mendefinisikan kualitas

hidup sebagai persepsi individu tentang keberadaannya di kehidupan

dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana dia hidup dan dalam

hubungannya dengan tujuan, harapan, norma-norma, dan perhatiannya.

Jadi merupakan konsep dengan skala luas, meliputi berbagai sisi

kehidupan sesorang baik dari segi fisik, psikologis, kepercayaan pribadi,

16

dan hubungan sosial untuk berinteraksi dengan lingkungannya

(WHOQOL, 1996).

Brown dkk (1996) menyatakan kualitas hidup merupakan konsep

yang cukup sederhana, secara umum diartikan sebagai keunggulan pada

kehidupan seseorang. Bullinger (dalam brown, dkk 1996) berpendapat

bahwa kualitas hidup merupakan acuan dari kesejahteraan diri, peran fisik,

mental, emosi, sosial dan dimensi kehidupan sehari-hari yang dihadapi

seseorang.

Renwick (1996) menyatakan bahwa kualitas hidup berfokus pada

adanya perhatian langsung pada lingkungan yang ada pada masyarakat

serta karakteristik individu seperti sikap, kepercayaan, dan perilaku.

Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa kualitas hidup adalah suatu persepsi yang subyektif suatu individu

terhadap posisi kehidupannya saat ini dengan kondisi kehidupan yang ia

inginkan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup

dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang

menjadi perhatian individu.

17

2. Aspek-aspek Kualitas Hidup

Menurut WHO (World Health Organization, 1996), aspek kualitas

hidup dilihat dari seluruh kualitas hidup dan kesehatan secara umum,

yaitu:

a. Kesehatan Fisik ( physical health)

Kesehatan fisik ini mencakup penyakit dan kegelisah, tidur dan

beristirahat, energi dan kelelahan, mobilitas, aktivitas sehari-hari,

ketergantungan pada obat dan bantuan medis, kapasitas pekerjaan.

b. Psikologis ( psychological health)

Mencakup kemampuan berperasaan positif, kognitif (berfikir;

belajar; mengingat; dan konsentrasi), self-esteem, penampilan dan

gambaran jasmani, perasaan negatif, kepercayaan individu.

c. Hubungan Sosial ( social relationship)

Terkait dengan hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas

seksual.

d. Lingkungan ( environment)

Mencakup kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan,

lingkungan rumah, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian

sosial, peluang untuk memperoleh keterampilan dan informasi baru,

keikutsertaan dan peluang untuk berekreasi, aktivitas di lingkungan,

serta transportasi.

18

Renwick (1996) menyatakan aspek kualitas hidup yaitu adanya :

a. Kesejahteraan fisik, menggambarkan kondisi kesehatan fisik yang

dirasakan penderita, kebutuhan istirahat serta kemampuan dalam

melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari.

b. Kesejahteraan psikis, meliputi kepuasan, penerimaan diri,

penyesuaian emosi dan keyakinan religius dan spiritual.

c. Kesejahteraan sosial, meliputi interaksi interpersonal antara

individu dengan orang lain dan lingkungan sosial yang lebih luas,

keterlibatan individu dalam kegiatan sosial serta adanya dukungan

sosial yang diperoleh individu.

Menurut Bushchak (2004) indikator kualitas hidup antara lain :

1. Situasi ekonomi

Terkait dengan kondisi keuangan dan level ekonomi.

2. Kondisi rumah dan lingkungan sekitar

Terkait dengan bagaimana kondisi keluarga, standart akomodasi,

kepemilikan terkait suatu hal (rumah atau barang lainnya), family

support, dan lingkungan

3. Pekerjaan, pendidikan dan ketrampilan

Kehilangan pekerjaan, cara mempertahankan pekerjaan, level

pekerjaan, level pendidikan, penggunaan internet, keseimbangan

dalam bekerja.

19

4. Keseimbangan dalam bekerja

Tidak terhambat dalam melakukan aktivitas

5. Kesehatan dan pemeliharaannya

Bagaimana kondisi kesehatanannya dan pemeliharaannya

6. Subjectivie well being

Level kepuasan dan kebahagiaan, motivasi untuk kepuasan dan

ketidakpuasan, pengharapan tentang masa depan, optimis dengan

masa depan dengan kelompoknya,

7. Hubungan sosial

Bagaimana hubungan sosialnya, kentungan sisitem social yang

diperolehnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka aspek kualitas hidup dalam

penelitian ini mengacu pada WHO (World Health Organization) adalah

empat sumber yang mendasar pada kualitas hidup, yaitu kesehatan fisik,

psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Alasannya adalah penelitian

yang dikeluarkan oleh WHO indikatornya lebih lengkap dan sesuai dengan

penelitian yang digunakan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Pendapat Renwick, dkk. (1996) tentang faktor – faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup seseorang adalah adanya kepentingan dan

kesempatan terhadap kesenangan yang sifatnya moderat, bentuknya adalah

bagaimana individu mampu menggunakan kesempatan potensial dalam

20

area being, belonging & becoming sehingga individu akan mampu

menerima dirinya pada setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupannya

dengan berjalannya proses. Gibson (1998) mengemukakan bahwa kualitas

hidup yang baik ditentukan oleh situasi, kebutuhan, faktor emosi dan

gambaran diri seseorang, termasuk di dalamnya adalah menerima dirinya.

Kualitas hidup subjek dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut

Ghozally (2005) antara lain mengenali diri sendiri, adaptasi, merasakan

penderitaan orang lain, perasaan kasih dan sayang, bersikap optimis,

mengembangkan sikap empati.

Beberapa penelitian menemukan faktor-faktor individual yang

mempengaruhi kualitas hidup, menurut O’Connor (1993) mengatakan

bahwa kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh standard referensi seseorang

seperti harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara individu

sendiri dengan orang lain. Seseorang dengan harapan yang tinggi akan

memiliki energy lebih untuk memotivasi diri berperan aktif dalam

penyelesaian masalah, dan terus berkembang (Marilyn, 2004). Aspirasi

merupakan harapan dan tujuan untuk keberhasilan masa yang akan datang,

level aspirasi yang rendah akan membuat kita tidak dapat meningkatkan

performa sekaligus tidak dapat meraih kepuasan diri. Perasaan mengenai

persamaan antara individu dengan orang lain akan menumbuhkan

kepercayaaan diri dan optimism mengenai kualitas hidup yang sama yang

bisa dicapai.

21

Selain itu, terdapat juga penelitian yang menemukan faktor-faktor

budaya yang mempengaruhi kualitas hidup, menurut Fadda dan Jiron

(1999) mengemukakan bahwa kualitas hidup bervariasi antara individu

yang tinggal di kota atau antara wilayah satu dengan yang lain bergantung

pada konteks budaya, sistem, dan berbagai kondisi yang berlaku pada

wilayah tertentu.

Berikut merupakan faktor-faktor demografi yang mempengaruhi

kualitas hidup menurut penelitian yang dilakukan para ahli, antara lain:

a. Jenis Kelamin atau gender

Menurut Ryff dan Singer ( dalam Papalia, Sterns, Feldman & Camp,

2007), mengatakan bahwa secara umum kesejahteraan laki-laki dan

perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait

dengan aspek hubungan yang bersifat positif, sedangkan kesejahteraan

laki-laki lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih

baik.

b. Usia

Menurut Wagger, Abbot, dan Lett (2004), menemukan adanya

perbedaan yang terkait usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting

pada suatu individu.

c. Pendidikan

Menurut penelitian yang dilakukan Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal,

dan Moum (2004) menemukan bahwa kualitas hidup individu akan

22

meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang

didapatkan oleh individu tersebut.

d. Pekerjaan

Menurut Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) menemukan

bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus

sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja

(atau sedang mencari pekerjaan), maupun penduduk yang tidak mampu

bekerja (atau memiliki disability tertentu).

Dari penelitian dan argumentasi beberapa ahli di atas faktor-faktor

yang mempengaruhi kualitas hidup dapat dibedakan, secara garis besar

menjadi tiga, yaitu secara individual, konteks budaya, dan faktor

demografi yang mencakup jenis kelamin, usia, pendidikan, serta pekerjaan.

B. Autisme

1. Pengertian Autisme

Kata Autis berasal dari bahasa Yunani yaitu autos yang berarti

“diri sendiri” dan isme yang berarti suatu aliran. Autisme berarti suatu

paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri. Autisme merupakan

suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi,

interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Gejala autis mulai tampak sebelum

anak berusia 3 tahun, bahkan pada autisme infantil gejalanya sudah ada

sejak lahir (Depdiknas, 2002).

23

Menurut Kanner (dalam Safaria, 2005) autisme sebagai

gangguan ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain,

gangguan bahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda,

ecolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitif

dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk

mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.

Menurut Hadis (2006) menjelaskan bahwa anak autis adalah

anak yang mengalami gangguan perkembangan berat yang mempengaruhi

cara seseorang untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Autisme yang terjadi pada masa kanak-kanak merupakan salah satu

gangguan yang terdapat pada kelompok gangguan perkembangan pervasif

yang dapat muncul sebelum usia 3 tahun. Gangguan ini dikenal dengan

istilah autisme infantil. Kelompok gangguan ini ditandai dengan

abnormalitas secara kualitatif dalam interaksi sosial dan pola komunikasi

yang disertai minat dan gerakan yang terbatas dan berulang-ulang. Pervasif

berarti gangguan tersebut sangat berat dan luas yang dapat mempengaruhi

fungsi individu secara mendalam dalam berbagai situasi.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan secara

kualitatif yang berupa ketidakmampuan berkomunikasi dan berhubungan

dengan orang lain.

24

2. Kriteria Diagnostik Gangguan Autisme

APA (American Psychiatric Assosiation) telah menetapkan

Kriteria Diagnostik Gangguan Autisme, berdasarkan Diagnostic &

Statistical Manual of Mental Disorder IV, sebagai berikut :

A. Harus ada sedikitnya gejala dari (1), (2), dan (3)

(1). Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.

Minimal harus ada dua dari gejala-gejala di bawah ini:

a. Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai,

kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-

gerik yang kurang setuju.

b. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya (sesuai dengan usia

anak)

c. Tidak bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain.

d. Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.

(2). Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi, seperti ditunjukkan

minimal tedapat satu dari gejala-gejala di bawah ini:

a. Bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang( tidak ada

usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa

bicara)

b. Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi.

c. Sering menggunakn bahasa yang aneh dan diulang-ulang.

25

d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang

bisa meniru.

(3). Ada suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam

perilaku, minat dan kegiatan. Sedikitnya terdapat satu dari gejala-

gejala di bawah ini:

a. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang

sangat khas dan berlebih-lebihan.

b. Terpaku pada satu kegiatan ritualistik atau ruinitas yang tidak

ada gunanya.

c. Melakukan gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-

ulang.

d. Sering kali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.

B. Gejala-gejala diatas timbul sebelum usia 3 tahun, dan adanya

keterlambatan atau gangguan dalam bidang: (1) Interaksi sosial, (2)

Bicara atau berbahasa, (3) Cara bermain baik simbolik atau imajinatif.

C. Tidak termasuk Sindrom Rett, Gangguan Disintegrasi Masa Kanak-

kanak, dan Sindroma Asperger.

3. Karakteristik Autisme

Depdiknas dalam Hadis (2006) mendeskripsikan karakteristik anak

autis berdasarkan jenis masalah atau gangguan dalam bidang sebagai

berikut :

1. Komunikasi Verbal maupun Non Verbal

26

a. Perkembangan bahasa lambat atau tidak ada sama sekali

b.Tampak seperti tuli, sulit berbicara atau pernah berbicara

kemudian sirna

c. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, bahasanya tidak dimengerti

orang lain

d. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa

yang diinginkan, misalnya bila ingin minum menarik tangan

orang lain menuju ke tempat minum

e. Senang meniru atau membeo (echolalia)

2. Interaksi Sosial

a. Suka menyendiri

b. Tidak menengok pada saat dipanggil

c. Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk

bertatapan

d. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh

3. Gangguan Sensoris

a. Sangat sensitif terhadap sentuhan, tekstur atau warna tertentu,

seperti tidak suka dipeluk, risih dan gelisah memakai baju atau

kaos bertekstur yang terasa seperti “menggelitik” dan “mengiris”

kulitnya

b. Bila mendengar suara keras, langsung menutup telinga

c. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda

d. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut atau sebaliknya

27

4. Pola Bermain

a. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya

b. Tidak memiliki kreativitas dan tidak memiliki imajinasi

c. Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda tidak

dinaiki tetapi dibalikkemudian rodanya diputar-putar

d. Menyukai benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda

e. Dapat lekat dengan benda tertentu, yang akan dipegang dan

dibawa kemana-mana, misalnya seutas tali, raket

5. Gangguan pada Perilaku

a. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-

goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar

mendekatkan mata ke televisi, lari atau berjalan bolak-balik dan

melakukan gerakan secara berulang-ulang

b. Dapat berperilaku berlebihan (excessive) atau berkekurangan

(deficient)

c. Tidak suka perubahan

d. Dapat duduk berjam-jam dengan tatapan kosong, tanpa kegiatan

6. Gangguan Emosi

a. Sering marah-marah, tertawa-tawa, dan menangis tanpa alasan

yang jelas

b. Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau

tidak dituruti keinginannya

c. Terkadang suka menyerang atau merusak

28

d. Terkadang suka berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri

(menjambak rambut, menggigit tangan, memukul kepala, atau

membanting-banting badan ke lantai)

4. Penyebab Autisme

Fakta menunjukkan kepada kita bahwa masalah anak autisme telah

menjadi isu hangat yang dibicarakan oleh para pakar psikologi,

neurology, pemerhati masalah autisme, pekerja sosial, para pendidik

khusus, dan masyarakat dewasa ini.

a. Faktor-faktor genetik

Studi genetik mengenai autisme sulit dilakukan karena gangguan

ini jarang terjadi. Metode keluarga memunculkan masalah

tersendiri karena penyandang autisme hampir tidak pernah

menikah. Meskipun demikian, bukti-bukti yang muncul sangat

menunjukkan adanya basis genetik dalam gangguan autisme.

Risiko autisme pada saudara-saudara kandung dari orang-orang

yang mengalami gangguan tersebut 75 kali lebih besar dibanding

jika kasus indeks tidak mengalami gangguan autistik (McBride,

Anderson, & Shaphiro, 1996). Bukti lebih kuat mengenai transmisi

genetik autisme diperoleh dari berbagai studi terhadap orang

kembar, menemukan 60 hingga 91 persen kesesuaian bagi autisme

antara kembar identik, dibandingkan dengan tingkat kesesuaian

yang berkisar 0 hingga 20 persen pada kembar fraternal (Bailey

dkk., 1995; LeCouteur dkk., 1996; Steffenberg dkk., 1989)

29

b. Faktor-faktor neurologis

Berbagai studi EEG terdahulu terdapat anak-anak autistik

mengindikasikan bahwa banyak diantaranya yang memiliki pola

gelombang otak abnormal (a.l., Hutt dkk., 1964). Pada masa

remaja, 30 persen penyandang autistik berat dimasa kanak-kanak

mulai mengalami kejang-kejang. Prevelensi pada anak-anak yang

ibunya terinfeksi rubella semasa hamil hampir 10 kali lebih besar

dibanding pada anak-anak dalam populasi umum, dan kita

mengetahui bahwa virus rubella pada ibu hamil membahayakan

otak janin. Suatu sindrom yang mirip dengan autisme kadang

terjadi setelah sembuh dari meningitis (penyakit karena bakteri

yang menyebabkan peradangan pada membran yang melapisi

otak), ensefalitis (peradangan pada otak), dan tuberus sklerosis

(pengerasan jaringan otak) yang semuanya dapat mempengaruhi

fungsi sistem syaraf pusat. Berbagai temuan tersebut, bersama

dengan tingkat retardasi mental yang umum terdapat pada autisme,

tampaknya memperkuat adanya keterkaitan antara autisme dan

kerusakan otak (Courchesne dkk., 1988)

5. Intervensi untuk anak autisme

Berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli terhadap kelainan pada

anak autis, di peroleh beberapa bentuk perlakuan khusus untuk

meminimalisasi gangguan autis, antara lain:

30

a. Terapi biologis dengan menggunakan vitamin B6 dosis tinggi yang

dikombinasikan dengan magnesium dan dymethylglycerine (DMG)

dapat menurunkan gejala-gejala penyimpangan perilaku.

b. Play therapy, seperti bermain dengan alat sederhana yang dapat

membantu orangtua untuk berinteraksi secara aktif dengan anak

autistik. Play therapy meningkatkan kemampuan anak untuk

bersosialisasi, berkomunikasi, gerak dan kognisi, imajinasi,

sensoris dan integrasi.

c. Pendekatan melalui terapi khusus terhadap sensoris integratif atau

sensory integrative therapy approach. Pendekatan ini dilakukan

dengan modifikasi saraf neurologis yang tidak berfungsi melalui

belajar. Terapi ini dilakukan dengan pendekatan terapi berdasarkan

asumsi bahwa otak dapat dilatih untuk merasa, mengingat, dan

mampu melakukan perencanaan gerak yang lebih baik A. Jean

(dalam Geddes, 1981).

d. Pendekatan dengan intervensi biomedis. Intervensi medis baru

dapat dilaksanakan setelah diperoleh hasil tes laboratorium.

Gangguan metabolisme dapat diperbaiki dengan obat, vitamin,

suplemen, makanan, maupun dengan pengaturan diet (Budiman,

M, 2002)

e. Sosialisasi ke sekolah reguler.

Di lingkungan sekolah reguler anak-anak ini dapat dilatih untuk

kemampuan berkomunikasi dengan anak-anak sebayanya.

31

Sedangkan materi akademiknya jika mengalami kesulitan, tetap

dapat diajarkan secara one on one. perlu diingat pula bahwa bagi

anak yang autisme yang masuk sekolah reguler harus di “bayangi”

terus oleh shadower atau helper atau prompter.

d. Sekolah khusus.

Di dalam pendidikan khusus ini beiasanya telah diterapkan terapi

perilaku, terapi wicara, dan terapi okupasi. Penerapan ramuan

tersebut merupakan kelompok-kelompok materi dan aktivitas yang

diberikan dengan metode Lovaas. Pendidikan anak dengan

kebuthan khusus tidak dapat disamakan dengan pendidikan normal

atau regular, karena kelainannya sangat bervariatif dan usia mereka

juga berbeda-beda.

6. Diet Dalam Autisme

a. Diet bebas gluten dan bebas kasein ( diet GF/CF)

Menurut penelitian yang dilakukan Dr. Karl Reichelt di Universitas

Oslo, ia menemukan dua kondisi yang tidak normal disebabkan

makanan kita sehari-hari. Makanan yang dimaksud, yaitu produk

susu, gandum havermut, barli (padi-padian, bijinya dipakai sabagai

bahan pembuat bir dan wiski), spelt ( jenis gandum yang pertama

dikonsumsi manusia sebelum gandum hibrida yang banyak

dibudidayakan sekarang), dan gandum hitam. Reichelt manguji

hipotesisnya dan menemukan bahwa manghilangkan makanan

pemicu tersebut dari diet seorang autis membawa kemajuan yang

32

sangat significant, baik dalam hal perilaku maupun kondisi fisik

penderita.

b. Diet karbohidrat tertentu

Penelitian yang dilakukan Dr. Sidney Haas, telah memelopori suatu

diet yang disebut Specific Carbohydrate Diet (SCD) yang

membatasi karbohidrat untuk dikonsumsi hanya dari jenis

monosakarida. Belum lama ini telah terbukti banyak anak penderita

spektrum autisme yang pencernaannya terganggu, menunjukkan

perkembangan yang signifikan pasca-penerapan diet SCD.

c. Makanan cair

Diet ini bukan makanan yang dicairkan, melainkan resep dokter

yang dibutuhkan tubuh dari otak, dapat diserap secara efisien oleh

usus yang meradang, serta dapat dicerna dengan mudah oleh tubuh.

Manfaat diet makanan cair ini adalah hilangnya gejala autisme dan

gangguan pencernaan secara menyeluruh, pola tidur penderita

menjadi lebih teratur dan kemampuan belajar menjadi lebih efektif.

d. Diet rendah oksalat

Baru-baru ini, muncul kecurigaan adanya peran oksalat dalam

autisme. Para peneliti telah menemukan kadar glutathione yang

rendah pada pasien autisme yang memiliki masalah pada saluran

sulfasi. Dengan menelusuri jalur biokimia, yang digabungkan

dengan penelitian tentang makanan yang menyebabkan timbulnya

33

gejala autisme termasuk timbulnya rasa sakit, membuat sebagian

orangtua mencoba menerapkan diet rendah oksalat.

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Pardede (2002), masa remaja merupakan fase

perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu.

Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang

dianggap sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik

didalam itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama

kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Selain itu, remaja

remaja dalam taraf pematangan sosial menghadapi proses belajar

penyesuaian diri pada kehidupan sosial orang dewasa.

Menurut Cobb (2007), mendefinisikan remaja adalah sebagai masa

transisi dan periode yang membingungkan dalam tahap perkembangan

antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Durasi, karakteristik, dan

eksistensi individu pada masa ini sangat tergantung pada faktor

sejarah, sosial, budaya dan ekonomi.

Dalam masa pencarian jati diri dan identitas diri ini remaja akan

banyak menghadapi konflik-konflik internal maupun eksternal.

Menurut Yusuf (2008) secara umum masa remaja dibagi menjadi

tiga bagian, antara lain:

a. Masa remaja awal ( 12-15 tahun)

34

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai

anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu

yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus pada

tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik

serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

b. Masa remaja pertengahan ( 15-18 tahun)

Pada masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan

berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang

penting, namun individu telah mampu mengarahkan diri sendiri

(self directed). Pada masa ini remaja mulai mengembangkan

kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas

dan mampu membuat keputusan-keputusan awal yang

berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai.

Penerimaan lawan jenis juga sangat penting bagi individu.

c. Masa remaja akhir ( 19-22 tahun)

Pada masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki

peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha

memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of

personal identity atau pengertian terhadap identitas diri,

keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam

kelompok teman sebaya dan orang dewasa.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

masa remaja adalah masa transisi, dimana individu telah

35

melewati masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja

secara psikologis adalah usia dimana individu terintregrasi

kedalam masyarakat dewasa dan usia dimana individu mulai

mencapai kematangan mental, fisik, emosional, sosial, serta

mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual.

D. Kualitas hidup pada remaja Autis

Bagi kebanyakan remaja, secara umum remaja merupakan usia

dimana masa transisi dan tahap perkembangan dari kanak-kanak ke

masa dewasa. Dalam pencarian jati diri remaja akan menemukan

konflik internal maupun konflik eksternal. Konflik internal seperti

keterbatasan yang individu miliki yang dapat menimbulkan konflik

eksternal di kemudian hari. Seperti seorang remaja autis yang

memiliki keterbatasan dalam hal komunikasi, hubungan sosial, dan

emosional. Salah satunya merupakan aspek kualitas hidup individu.

Pada umumnya.

Sebagian besar masyarakat luas belum mengetahui secara

mendetail tentang autisme. Banyak orang beranggapan bahwa anak

autis adalah anak yang memiliki perilaku atau kebiasaan berbeda

dengan anak normal seusianya yang tidak dapat dipahami oleh

sebagian masyarakat awam. Oleh karena itu, sebagian masyarakat

kurang menerima dan mengakui keberadaan anak-anak autis ini.

Penolakan terhadap anak autis ini terlihat ketika mereka sulit diterima

36

untuk belajar di sekolah-sekolah umum sebagaimana anak-anak

lainnya. Hal ini dapat menjadi beban bagi sebagian orangtua yang

memiliki anak autis. ada perasaan malu dan perasaan menjauh dari

kehidupan sosialnya (Marijani, 2003) yang dapat menyebabkan

perasaan pesimis dan tidak mengupayakan semaksimal mungkin bakat

atau potensi yang dimiliki remaja autis. Hal demikian yang

menjadikan kualitas hidup negatif. Adapula, sebuah keluarga yang

mempunyai penerimaan terhadap kondisi anak mereka yang

mengalami autisme dan mengupayakan semaksimal mungkin untuk

mengembangkan dan mengasah kemampuan lain atau bakat yang

dimiliki anak, hal demikian yang menjadikan kualitas hidup positif.

Dalam mengejar keterlambatan perkembangan yang dialami oleh

anak yang menderita autisme harus diberikan pendidikan khusus anak

autisme secara dini, untuk mengidentifikasi kemampuan lain yang

dimiliki kecuali kemampuan-kemampuan yang terhambat. Pendidikan

orang yang berkebutuhan khusus Menurut Schmid, Penny, & Johnston

(1977) merupakan suatu profesi yang mempersiapkan dan

merencanakan variabel-variabel pendidikan yang menuju pada

prevensi, pengurangan, dan penghilangan berbagai kondisi yang

secara signifikan menghasilkan keterhambatan dalam bidang

skolastik, komunikasi, gerakan (locomotor), atau fungsi penyesuaian

diri dari anak-anak. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi kualitas hidup individu.

37

Menurut Wenar, C. Dan Kerig, P (2006), salah satu

kekurangan kemampuan yang cukup tinggi pada anak autis adalah

mind blindness, yang merupakan kelangkaan dalam memahami

keadaan psikis terhadap diri sendiri atau orang lain. Dampak dari

keterhambatan ini adalah dapat berpengaruh terhadap hubungan sosial

dan perkembangan bahasa, seperti kurangnya minat dan motivasi

dalam berbagai pengalaman dengan orang lain; berpengaruh juga

dalam perkembangan emosional, misalnya kurangya pemahaman

terhadap persesuaian antara perasaan dalam dirinya dengan ekspresi

pura-pura; serta berpengaruh pula terhadap kemampuan

berkomunikasi, misalnya kesulitan untuk dapat menyesuaikan

pandangan-pandangannya dengan orang yang dapat diajak bicara.

Keterbatasan anak autis lainnya adalah perilaku repetitif atau

berulang-ulang, perilaku stereotip dan minat yang terbatas, sarta

keterampilan visual spatial. Kekurangan yang dialami tersebut akan

berdampak terhadap anak autistik terutama dalam hubungan sosial

(social relationship) dan perkembangan bahasa (language

development). Dalam mengekspresikan emosional penyandang

autistik, mereka tidak menatap wajah orang yang diajak berbicara,

hambatan tersebut dapat berpengaruh dalam perkembangan otaknya.

(Delphie, 2009)

Kualitas hidup yang positif karena penanganan yang tepat

misalnya lingkungan harus disesuaikan dengan penyandang autisme,

38

dengan memberikan pandangan yang jelas terhadap kemampuan

penyandang autisme: kemampuan mana yang telah dicapai, mana

yang terlalu sulit, dan kemampuan mana yang akan muncul. Semakin

banyak kegiatan yang diberikan berdasarkan pada minat mereka

sendiri, makin besar pula kesempatan untuk memberikan motivasi

kerja kepada mereka, ini adalah sebuah elemen penting dalam

menciptakan lingkungan belajar dan lingkungan hidup yang positif

(Peeters, 2004)

Menentukan tujuan hidup dibutuhkan bagi pengembangan

kemampuan dimasa dewasa. Kemampuan mana yang dibutuhkan oleh

seseorang penyandang autisme untuk menimbulkan rasa mantap pada

dirinya sendiri ketika menginjak pada masa dewasa, seperti

komunikasi, kemampuan sosial, kemampuan menggunakan waktu

luang, kemampuan bekerja, dan kemampuan berperilaku kerja,

kemampuan menolong diri sendiri, dan kemampuan rumah tangga.

Bagi para penyandang autisme berkemampuan tinggi, seperti

kemampuan fungsional akademis, sehingga mereka dapat

mengembangkan kemampuan yang berbeda di lingkungan yang

berbeda pula. Oleh karena itu, sangat penting bagi penanganan dan

pendidikan yang baik bagi para penyandang autisme (Peeters, 2004)

Laki laki dilaporkan memiliki kualitas hidup yang lebih baik

dibandingkan wanita, demikian juga usia yang lebih muda dan orang

dengan pendidikan yang lebih tinggi dan pendapatan lebih banyak

39

secara umum mempunyai kualitas hidup yang lebih baik (Rubin,

2000).

Pandangan tersebut akan sejalan dengan keadaan remaja yang

memiliki gangguan autisme dan orangtua yang memiliki anak autisme

dalam menjalani kehidupannya. Aspek yang dapat menaikan kualitas

hidup pada anak dan keluarga yang memiliki gangguan dan anak autis

adalah secara psikologis dengan selalu berpikir positif, memberikan

harapan, memberikan pendidikan yang tepat dan pada aspek

lingkungan memberikan lingkungan yang menerima penyandang autis

seperti pada subjek kedua, dimana lingkungan tempat tinggalnya

mendukung dan menerima subjek.

Pada aspek hubungan sosial yang terkait dukungan sosial yang

baik untuk anak autis. Keadaan seperti ini akan dapat memberikan

kenyamanan dan ketentraman bagi anak yang memiliki gangguan

autis dan keluarganya dalam menjadi pribadi yang baik dan

mempunyai kualitas hidup yang positif, seperti pada kedua subjek

yang mendapatkan dukungan sosial dari keluarga, walaupun dengan

cara berbeda, dimana orangtua subjek pertama lebih mengutamakan

kenyamanan dan tidak mengembangkan kemampuan interaksi dengan

oranglain, sebaliknya orangtua subjek kedua selalu menanamkan

bagaimana caranya harus dapat memahami lingkungan sekitar dan

dapat berbaur dilingkungan.

40

E. Pertanyaan penelitian

Pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana kualitas hidup

pada remaja penyandang autis?

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada kualitas hidup remaja penyandang

autis yang mendapatkan intervensi dalam bidang pendidikan di sekolah

khusus autisme dan sekolah inklusi.

B. Desain Penelitian

Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya untuk mengetahui

masalah sosial berdasarkan suatu gambaran yang kompleks dan

menyeluruh (holistik), dibentuk dengan kata-kata atau deskripsi dengan

melaporkan pandangan-pandangan yang rinci dari informan dan dilakukan

dalam setting yang alamiah (Moleong, 2007). Menurut Denzin (2004),

menjelaskan bahwa dilihat dari perspektif interaksionis simbolik,

pengamatan berperan-serta, wawancara, dan metode analisis dokumen

unggul dalam arti bahwa metode-metode tersebut memungkinkan peneliti

memadukan simbol dan interaksi, mengambil peran pihak yang diamati,

memasuki dunia sosial subjek penelitian dan menghubungkan simbol-

simbol dengan dunia sosial tersebut, merekam berbagai situasi perilaku,

mengungkapkan perubahan dan proses dan membuat konsep-konsep yang

lebih terarah.

Peneliti menyusun desain yang secara terus-menerus disesuaikan

dengan kenyataan dilapangan. Jadi tidak menggunakan desain yang telah

42

disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Metode

kualitatif digunakan dengan pertimbangan : 1). Menyesuaikan metode

kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. 2).

Menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan subjek.

3). Lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah metode

studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang individu atau unit sosial

secara terperinci selama kurun waktu tertentu. Studi kasus memberikan

peluang atau akses yang luas terhadap peneliti untuk menelaah secara

detail, mendalam, dan menyeluruh terhadap individu yang diteliti (Bungin,

2003).

Menurut Bungin (2003), tujuan studi kasus adalah memberikan

informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses-proses

yang memerlukan pemahaman dan penjelasan yang lebih luas dan

memberikan wawasan mengenai konsep dasar perilaku manusia. Peneliti

juga dapat menemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang tidak

dapat diduga sebelumnya dengan melakukan penyelidikan intensif. Selain

itu, studi kasus juga menyajikan data dan temuan yang bermanfaat sebagai

dasar untuk membangun latar belakang dalam permasalahan bagi

perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam. Hal ini dapat

disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk memperoleh suatu

pemahaman yang mendalam mengenai kualitas hidup pada penyandang

43

Autisme. Studi kasus dalam penelitian ini sangat banyak manfaatnya,

dimana kasus yang diangkat merupakan kasus orang-orang tertentu

ataupun kelompok dengan karakteristik tertentu, kasus yang diambil

adalah kasus yang dianggap mewakili.

C. Subjek Penelitian

Menurut Sugiyono (2009), penelitian kualitatif tidak menggunakan

populasi karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada

pada situasi sosial tertentu. Peneliti masuk pada situasi sosial tertentu

kemudian melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang

mengalami atau dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Sugiyono

(2009) mengungkapkan bahwa penentuan sumber data pada orang yang

diwawancarai dilakukan secara purposive karena pengambilan sampel

tidak diambil secara random atau acak, tetapi dipilih dengan pertimbangan

dan tujuan tertentu. Salah satu pertimbangannya adalah terdapat diagnosa

autisme dari seorang psikolog.

Penelitian kualitatif ini mengambil dua penyandang autis dan

orangtua atau orang-orang yang dekat serta sangat berperan untuk

kesembuhan subyek menjadi significant other. Karakteristik yang harus

terpenuhi agar dapat dijadikan sebagai subjek penelitian, yaitu remaja yang

menderita autis, sudah atau sedang melalui pendidikan anak berkebutuhan

khusus maupun pendidikan di sekolah inklusi, sudah dapat diajak

berkomunikasi.

44

D. Metode Pengumpulan Data

Kualitas hidup pada penyandang autis merupakan sesuatu yang

bersifat pribadi sehingga diperlukan cara yang tepat untuk mengetahui

kualitas hidup pada penyandang autis tersebut. Cara yang dapat digunakan

peneliti untuk memperoleh data berupa, yaitu:

1) Skala Kualitas Hidup bertujuan untuk mengetahui tingkat atau

level kualitas hidup yang dimiliki.

Skala kualitas hidup dari WHO (World Health Organizations),

yang terdiri dari dua puluh enam item pertanyaan, yang telah

mewakili dari berbagai aspek kualitas hidup. Pada bagian pertama

terdapat identitas subyek, intruksi cara menjawab pertanyaan,

contoh pertanyaan. Pada pertanyaan 1 dan 2 masih mengungkap

kualitas hidup secara umum, kemudian pada pertanyaan nomor 3,

4, 10, 15, 16, 17, 18 mencakup aspek kesehatan fisik, sedangkan

pada pertanyaan nomor 5, 6, 7, 11, 19, 26 mencakup aspek

psikologis, kemudian aspek hubungan sosial terdapat pada

pertanyaan nomor 20, 21, 22 serta nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24,

25 merupakan pertanyaan yang mmencakup lingkungan individu.

2) Wawancara mendalam (in depth interview).

Menurut Meleong (2007), wawancara adalah percakapan

yang mengandung maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Tujuan wawancara

45

adalah untuk mengetahui penjelasan tentang pertanyaan penelitian

dan diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih mendalam.

Menurut Esterberg (Sugiyono, 2009), terdapat beberapa

macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur

dan tidak terstruktur. Jenis wawancara semi terstruktur termasuk

dalam kategori in depth interview. Model wawancara semi

terstruktur, yaitu wawancara terfokus pada permasalahan yang akan

digali, namun ada kemungkinan pertanyaan akan terus melebar

disesuaikan dengan informasi yang diperoleh untuk mendapatkan

informasi yang lebih banyak. Komunikasi yang terjalin antara

peneliti dan subjek penelitian tidak bersifat formal sehingga subjek

dapat lebih leluasa dan tenang dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan dari peneliti.

Dalam wawancara, peneliti membuat persiapan wawancara

terlebih dahulu, yaitu pembuatan panduan wawancara (interview

guide). Pembuatan panduan wawancara ini disesuaikan dengan

pertanyaan penelitian. Interview guide ini berisi pertanyaan-

pertanyaan yang dapat mengungkap kualitas hidup pada remaja

penyandang autis. Interview guide disusun agar dalam pelaksanaan

wawancara tetap berada dalam konteks penelitian yang dilakukan,

lebih terfokus, dan data yang diperoleh secara detail dan

mendalam.

46

Berikut ini interview guide yang digunakan dalam

penelitian ini untuk mengungkap kualitas hidup remaja penyandang

autisme:

Tabel 1

Interview guide

Aspek

Isi ( content) Pertanyaan

Kesehatan fisik - Bagaimana kondisi kesehatan anda secara

umum?

- Apa saja kegiatan yang anda lakukan

akhir-akhir ini?

- Sejauh mana kesehatan fisik

mengganggu aktivitas keseharian anda?

- Apakah istirahat anda cukup?

- Apakah anda memerlukan perawatan

medis untuk membantu kehidupan

sehari-hari?

Psikologis - Menurut anda, seperti apa hidup anda?

- Menurut anda, bagaimana menyikapi

keterbatasan yang dimiliki?

- Ceritakan kelebihan dan kekurangan

anda?

47

- Apakah anda puas dengan diri anda?

- Seberapa baik anda mampu

berkonsentrasi?

- Menurut anda, apa hikmah di balik

keterbatasan yang anda miliki?

- Sejauh mana emosional anda

mengganggu aktivitas sosial?

- Pernahkah anda merasa sangat sedih dan

tidak ada yang bisa menghibur anda?

- Menurut anda, bagaimana penampilan

anda secara jasmani?

Hubungan

sosial

- Coba ceritakan dukungan yang diberikan

oleh keluarga maupun lingkungan kepada

anda?

- Apakah anda memiliki teman lawan

jenis?bagaimana pendapat anda tentang

mereka?

- Seberapa nyaman dan amankah anda saat

berada di lingkungan sosial?

- Apa yang tidak anda sukai saat

berinteraksi dengan oranglain?

Lingkungan - Bagaimana lingkungan rumah anda?

- Bagaimana sumber keuangan anda

48

selama ini?

- Apakah selama ini anda merasa cukup

dalam hal materi?

- Menurut anda, bagaimana peluang anda

untuk berprestasi?

- Ceritakan bagaimana anda mendapatkan

informasi dan keterampilan yang telah

anda miliki?

- Bagaimana pendapat anda mengenai

lingkungan disekitar anda?

- Apakah anda terlibat dalam aktivitas di

lingkungan?

- Kendaraan apa yang biasanya anda

gunakan untuk menunjang aktivitas

anda?

- Apakah hobi anda?

- Coba ceritakan apa cita-cita anda?atau

hal yang ingin dicapai dalam hidup anda?

Selain pertanyaan-pertanyaan yang ada di interview guide,

terdapat beberapa pertanyaan lain yang lebih detail sebagai probing

dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Kemudian, terdapat juga

49

pertanyaan-pertanyaan tambahan yang dapat digunakan sebagai

pendukung untuk menggali data yang lebih mendalam.

Wawancara dilakukan peneliti pada waktu dan tempat yang

telah disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian. Suasana saat

berjalannya proses wawancara diusahakan santai dan senyaman

mungkin sehingga subjek dan peneliti tidak merasakan ketegangan

yang dapat menghambat proses wawancara. Seluruh proses

wawancara direkam menggunakan tape recorder dengan ijin

subjek.

3) Metode Observasi

Selain wawancara, penelitian ini juga menggunakan metode

observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan

sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Penelitian secara

observasi ini akan dilakukan sebelum dan selama wawancara

berlangsung untuk membantu peneliti mengingat dan mengecek

kembali peristiwa atau hasil wawancara pada data yang bias.

Alasan peneliti menggunakan metode observasi adalah untuk

memungkinkan peneliti mengetahui lebih jelas tentang informasi

yang dibutuhkan dan sesuai dengan keadaan sebenarnya serta

bersifat eksploratif.

50

Teknik observasi

Tabel 2. Rating scale

Kegiatan dan Perilaku Subjek (Diluar Wawancara)

Fisik Mata tidak sayu

Wajah terlihat segar

Sikap berdiri

Psikologis Belajar

Beribadah

Memakai pakaian rapi

Meminta maaf jika mau meminta tolong

Senang berbicara didepan umum

51

Hubungansosial

Membantu orang lain

Menyapa orang yang dikenal

Mengunjungi teman

Bermain dengan teman sebaya

Mengucapkan terima kasih

Lingkungan Keadaan rumah bersih

Memiliki fasilitas pendukung

Suka bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahui

Bermain dengan teman di lingkungan rumah

Membaca koran atau buku

52

Kegiatan dan Perilaku Subjek (Didalam Wawancara)

Ekspresifisik Terjalin kontak mata

Bersalaman

Menggerakan tangan melakukan ritual autisme

Bergumam sendiri

Mengangguk / menggelengkan kepala

Tersenyum

53

E. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk analisis data dalam

penelitian ini, yaitu analisa kualitatif. Jorgensen (Poerwandari,

2005) menjelaskan bahwa analisis adalah memecah, memisah, atau

menguraikan materi penelitian kedalam bagian-bagian, elemen-

elemen atau unit-unit. Langkah-langkah yang akan dilakukan

peneliti dalam menganalisis data yang pertama adalah menelaah

seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber melalui

wawancara, observasi, dan sebagainya. Kemudian, peneliti

mereduksi data dengan membuat rangkuman yang inti, proses dan

pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga agar tetap di dalamnya.

Selanjutnya, peneliti akan melakukan koding yang merupakan

proses penguraian data, pengkonsepan, dan penyusunan kembali

dengan cara baru.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan

menggunakan content analysis. Pada conten analysis ini dibagi

pada beberapa tahap, yaitu open coding, axial coding dan selective

coding. Open coding adalah seluruh teks dikode baris perbaris,

setelah itu dimasukkan dalam setiap tema yang berbeda. Axial

coding, yaitu kode-kode yang telah dimasukkan dalam tema dibuat

menjadi kategori-kategori. Selective coding, yaitu mencari

54

hubungan antara kategori yang selanjutnya diuji dan tema baru

dapat dikembangkan.

Setelah melakukan koding kemudian peneliti melakukan

kategorisasi, yaitu merupakan pengelompokan konsep atau tema

berdasarkan kesamaannya kemudian dilakukan pemeriksaan

keabsahan data. Setelah data diperiksa keabsahannya, kemudian

peneliti dapat masuk pada tahap interpretasi. Patton (Poerwandari,

2005) menjelaskan bahwa proses analisis dapat melibatkan konsep-

konsep yang muncul dari kata-kata atau jawaban subjek sendiri

(indigenous concepts) maupun konsep-konsep yang dikembangkan

atau dipilih peneliti untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis

(sensitizing concepts) kata-kata kunci diambil dari istilah yang

dipakai oleh subjek sendiri dimana oleh peneliti dianggap benar-

benar tepat dan dapat mewakili fenomena yang dijelaskan.

F. Kredibilitas Data Penelitian

Penelitian kualitatif harus memiliki kriteria standar validitas

dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif standar validitas dan

reliabilitas memiliki spesifikasi tersendiri. Paling sedikit terdapat

empat standar atau kriteria utama untuk menjamin keabsahan hasil

penelitian, yaitu antara lain standar kredibilitas, standar

transferabilitas, standar dependabilitas, dan standar konformitas

(Bungin, 2003).

55

Kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilan

mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan

setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks.

Untuk meningkatkan kredibilitas dapat dilakukan dengan

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data (Moleong,

2006)

Kredibilitas dalam penelitian ini dicapai dengan ketekunan

melakukan pengamatan, membandingkan data hasil observasi

dengan data hasil wawancara, melakukan wawancara lebih dari

satu kali agar dapat melakukan pengecekan data dan memperoleh

data yang dapat dipercaya, selaain itu, dilakukan juga wawancara

dengan significant other atau informan dari subjek penelitian.

56

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan

1. Orientasi Kancah

Pada penelitian ini dilakukan di Yogyakarta. Awalnya peneliti

sedikit mengalami kesulitan dalam mencari subjek penelitian. disebabkan

jarangnya karakteristik yang dicari oleh peneliti.

Penelitian mengenai kualitas hidup dilakukan dirumah subjek

dimana letak rumah subjek berada di pinggir kota terletak didekat

perumahan. Pada rumah subjek pertama ini dapat dikenali dengan pagar

yang tinggi dan merupakan rumah yang paling besar diantara satu

kompleks. Pertama kali saat pintu pagar dibuka terlihat beberapa mobil

berderet disamping taman yang indah. Penelitian dilakukan dirumah

subjek karena jarak antara rumah subjek dan peneliti tidak terlalu jauh,

selain itu karena permintaan orangtua subjek. Selain melakukan

pengambilan data di rumah subjek peneliti juga melakukan penelitian

dengan observasi di SLB tepatnya di salah satu kelas subjek yang terdiri

dari beberapa meja dan laptop. aktivitas subjek di rumah tidak jauh

berbeda dengan aktivitasnya di sekolah, yaitu bermain game dan laptop.

Penelitian pada subjek kedua dilakukan di kos subjek dimana letak

kos subjek berada di perumahan dosen sebuah Universitas ternama di

Yogyakarta dan tepat di belakang fakultas subjek. Di beranda kos yang

57

tidak terlalu luas tersebut terdapat dua bangku kecil dan satu meja yang

terbuat dari kayu yang di sampingnya terdapat beberapa pot bunga.

Aktivitas subjek kedua ini sebagian besar waktunya di habiskan di kos

dengan bermain game dan online karena pada semester ini subjek hanya

mengambil satu mata kuliah. Setiap dua minggu sekali subjek pulang ke

rumahnya di Bekasi dengan naik pesawat.

2. Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa

persiapan, antara lain persiapan administrasi, persiapan alat ukur, dan

persiapan pengambilan data. Berikut menjelaskan mengenai persiapan-

persiapan tersebut.

a. Persiapan Administrasi

Sebelum melakukan pengambilan data penelitian, peneliti

meminta ijin atau kesediaan Subjek untuk dijadikan Subjek penelitian

dalam memberikan informasi berkenaan dengan penelitian yang

dilakukan. Persyaratan menjadikan Subjek antara lain, membuat surat

permohonan ijin penelitian yang dikeluarkan oleh universitas dan

surat pernyataan dari subyek yang menyatakan kesediaan menjadi

subjek penelitian.

b. Persiapan Alat Ukur

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian

ini adalah metode kualitatif sehingga alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-

58

pertanyaan penelitian dengan tujuan untuk mengungkap dan menggali

lebih dalam tentang kualitas hidup remaja autis. oleh karena itu,

sebelum peneliti turun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan

informasi, peneliti merancang pedoman wawancara (interview guide)

yang digunakan untuk menggali data yang ada dilapangan.

Penyusunan pedoman wawancara bertujuan agar dalam pelaksanaan

wawancara dapat menggali dan mengumpulkan informasi yang sesuai

dengan tujuan dan pertanyaan penelitian. Selain itu dapat mengetahui

tingkat kualitas hidup dapat digunakan juga skala kualitas hidup, yang

bertujuan untuk mengetahui tingkat kualitas hidup remaja autis,

kemudian peneliti juga menggunakan lembar observasi yang berupa

rating scale. Selain itu, pada awalnya penelitian juga menggunakan

skala QOL untuk mengetahui tingkat kualitas hidup masing-masing

subjek, tetapi pada subjek pertama tidak dapat dilakukan karena

keadaan subjek sebagai penyandang autis dengan tingkat pemahaman

yang kurang tidak dapat mengisi skala tersebut dan hanya dapat

dilakukan pada subjek kedua. Kemudian dikarenakan kesalahan skala

yang baru disadari peneliti saat akan skoring, maka pengisian skala

diulang dan pengisian dilakukan subjek melalui email karena subjek

sedang tidak berada dikos.

c. Persiapan Pengambilan Data

Pertama kali yang dilakukan peneliti adalah membangun

rapport dengan subjek penelitian. Metode pengumpulan data dalam

59

penelitian ini adalah skala, wawancara, dan observasi. Oleh karena itu

sebelumnya peneliti mempersiapkan lembaran skala, mempersiapkan

lembaran kertas interview guide, lembar observasi, alat tulis dan alat

perekam berupa handphone untuk mempermudah peneliti dalam

mengingat informasi yang telah disampaikan oleh subjek penelitian.

B. Pelaksanaan Penelitian

Peneliti ingin mengetahui bagaimana subjek memandang seberapa

berkulitas hidupnya sebagai penyandang autis. Peneliti mulai melakukan

pengumpulan data untuk penelitian ini, yaitu pada bulan September 2011.

Setelah peneliti menemukan subjek yang sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan maka subjek penelitian ini terdiri dari dua remaja individu

penyandang autistik. Pengambilan data dalam penelitian ini berlokasi di

Yogyakarta karena memang kedua subyek sedang menempuh ilmu dan

merupakan tempat tinggal salah satu subyek dan peneliti sehingga dapat

mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data. Wawancara subjek

pertama dilakukan di rumah subjek, sedangkan wawancara subjek kedua

dilakukan di beranda kos subjek dikarenakan subjek kedua ini berasal dari

bekasi. Tempat wawancara disesuaikan dengan keinginan masing-masing

subjek dengan harapan agar subjek dapat nyaman dalam menyampaikan

informasi.

60

Pada awalnya, peneliti magang di sebuah sekolah khusus autis,

namun disana penyandang autis tidak memenuhi kriteria yang dapat

dijadikan subjek. Kemudian dari sana peneliti mendapatkan informasi

tentang sekolah lanjutan khusus penyandang autis yang memenuhi kriteria

peneliti dan peneliti langsung mengunjungi sekolah khusus autis tersebut.

Di salah salah satu sekolah lanjutan khusus autis, yang bernama Fredofios

terdapat remaja autis yang memenuhi kriteria untuk dijadikan subjek

penelitian pertama. Berdasarkan informasi dari pihak sekolah Fredofios,

peneliti mendapatkan informasi bahwa ada penyandang autis yang sedang

menempuh pendidikan di salah satu universitas ternama diYogyakarta

yang memenuhi kriteria sebagai subjek kedua. Setelah menjalin hubungan

baik dan memberikan penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan

dengan kedua subjek beserta pihak sekolah dan keluarganya, peneliti

meminta ijin atas kesediaan menjadi subjek penelitian. Akhirnya setelah

memasukkan proposal penelitian dan surat ijin penelitian kedua subjek

atau remaja penyandang autis dapat berpartisipasi dalam memberikan

informasi atau data dalam penelitian ini. Sedangkan observasi yang

digunakan sebagai pelengkap dan penguat data penelitian, dilakukan

sejalan pada sebelum wawancara untuk membangun raport terhadap

masing-masing subjek dan saat wawancara penggalian informasi pada

subjek penelitian. Dalam pengambilan data melalui metode wawancara,

peneliti berusaha untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

fleksibel dan tidak terlalu terpaku pada urutan interview guide. Peneliti

61

mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan interview guide kemudian

melakukan probing yang bertujuan untuk menggali dan mengeksplorasi

secara mendalam maksud pernyataan-pernyataan dari subjek.

Menurut peneliti hal yang menarik dalam proses pengambilan data

penelitian ini adalah komunikasi yang terjadi antara subjek dengan

peneliti. Hal tersebut dikarenakan subjek merupakan penyandang autis,

jadi antara pertanyaan dan jawaban terkadang tidak sesuai. Kesungguhan

dan antusiasme pihak keluarga subjek untuk menceritakan dan berbagi

pengetahuan tentang autisme. Hal tersebut terlihat dari saat membangun

raport dan wawancara, yaitu dengan sikap yang sangat ramah dan

kekeluargaan. Pihak keluarga subjek juga memudahkan peneliti dan

menyediakan data-data yang diperlukan untuk mendukung penelitian

Wawancara pertama dilakukan dengan subjek pertama yang

dilakukan pada hari Rabu, 7 Desember 2011, pukul 16.15 – 16.45 WIB,

bertempat di rumah Subjek. Pertemuan kedua dilakukan pada hari Kamis,

15 Desember 2011 di sekolahan subjek, yaitu di sekolah lanjutan khusus

autis untuk melakukan observasi. Selanjutnya, Subjek kedua yang

diwawancarai pada hari Selasa, 13 Desember 2011, pukul 16.45 – 18.00

WIB, bertempat di beranda kos subjek di daerah Yogyakarta. Observasi

lanjutan subjek kedua dilakukan pada hari Minggu, 18 Desember 2011 di

tempat sekitar kos subjek dan dekat lingkungan kampus subjek.

62

Selain melakukan wawancara dengan subjek penelitian, peneliti

juga melakukan wawancara dengan para significant other penelitian yang

bertujuan untuk pengecekan data dan mencari informasi yang tidak didapat

dari subjek. Peneliti melakukan wawancara dengan dua significant other,

yaitu dengan pihak keluarga adalah ibu dari subjek pertama dan subjek

kedua. Significant other tersebut adalah orang yang sangat berperan

terhadap kehidupan subjek dan tahu persis bagaimana subjek melakukan

aktivitas sehari-hari didalam kehidupannya. Saat pengambilan data

berlangsung subjek pertama tidak dapat menangkap pertanyaan peneliti

dikarenakan kekurangan dalam pemahaman menjawab pertanyaan. Oleh

karena itu sebagian pertanyaan di jawab oleh significant other. Sedangkan,

pada subjek kedua dapat memberikan informasi yang sangat lengkap,

tetapi peneliti tetap bertanya kepada orangtua subjek untuk mengkroscek

jawaban subjek melalui email dikarenakan ibu subyek tinggal di Bekasi

dan berhalangan untuk bertemu secara langsung dengan peneliti

disebabkan tidak dapat meninggalkan aktivitas. Pada saat wawancara,

significant other penelitian terlihat antusias dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti sehingga informasi yang di peroleh

lengkap dan mendalam.

Wawancara dengan significant other juga dilakukan di Yogyakarta.

Wawancara dengan significant other subjek pertama, yaitu ibu subjek.

wawancara dilakukan pada hari yang sama dengan subjek, yaitu pada hari

Rabu, 7 Desember 2011, pukul 16.45 – 17.30 WIB, bertempat di rumah

63

subjek di Sleman. Sedangkan, wawancara dengan significant other kedua

dilakukan pada hari Minggu, 1 Januari 2012, pukul 07.15-11.05 WIB,

melalui email dikarenakan significant other bertempat tinggal di Bekasi

dan memiliki banyak kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan.

C. Hasil Penelitian

Setelah melakukan proses yang cukup panjang dari penyusunan

latar belakang masalah hingga pengumpulan data, maka diperoleh hasil

penelitian, sebagai berikut:

1. Deskripsi Umum

a. Subjek Pertama

Nama responden : “Td”

Umur : 17 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Siswa sekolah lanjutan khusus autis

Agama : Islam

Asal : Jember

Suku : Jawa

Alamat : Perumahan dosen, Bulaksumur.

b. Subjek Kedua

Nama responden : “Os”

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

64

Pekerjaan : Mahasiswa jurusan Arkeologi

Agama : Islam

Asal : Bekasi

Suku : Jawa

Alamat : Jaban, Sleman.

Kedua subjek di diagnosa sebagai penyandang autisme sejak masih

kanak-kanak, dengan cara pemeriksaan yang berbeda pada masing-masing

subjek, seperti pada subjek pertama di diagnosa ASD (Autistic Spektrum

Disorder) dengan CHAT (Ceklist for autism) saat subjek berusia 12 tahun.

Sedangkan, pada subjek kedua di diagnosa mengalami autis pada usia usia

3,5 tahun dengan pemeriksaan EEG (elektroensefalografi) dan pernyataan

dari seorang orthopedagog.

Terkait kualitas hidup yang berkaitan dengan beberapa aspek, pada

aspek pertama terdapat perbedaan dari kedua subjek ini, yaitu aspek

kesehatan fisik, dimana selain sebagai penyandang autis subjek pertama

juga memiliki penyakit kejang-kejang dan membutuhkan perawatan medis

secara teratur seperti mengkonsumsi obat-obatan dua kali sehari dan

melakukan perawatan syaraf satu bulan sekali. Sedangkan, subjek kedua

secara keseluruhan kesehatan fisiknya seperti anak normal dan tidak

membutuhkan perawatan medis karena saat SMP sudah tidak boleh

mengkonsumsi obat-obatan oleh dokter. Hanya terkadang sakit ringan

seperti flu atau pusing dikarenakan pola makan.

65

Aspek psikologis pada kedua Subjek menunjukkan beberapa

kesamaan, antara lain kedua subjek sama-sama menyadari bahwa mereka

berbeda dengan orang lain dan mengerti bahwa mereka adalah penyandang

autis, terkadang masih muncul perasaan negatif berupa perasaan putus asa

dan merasa sedih saat menerima perbedaan perilaku dari orang sekitar

terkait dengan mereka adalah penyandang autis. Persamaan kedua berupa

sikap patuh akan larangan-larangan dari orang tua, sikap disiplin atau

senang akan sesuatu yang teratur, melakukan diet yang berupa tidak

makan makanan pantangan yang menyebabkan muncul perilaku tantrum.

Sedangkan, perbedaan kedua subjek adalah cara menyikapi keterbatasan

mereka. Subjek pertama memilih selalu berada di rumah dan melakukan

kegiatan yang tidak melibatkan orang lain dan lebih senang bersama

teman-temannya yang memiliki nasib yang sama. Sedangkan, subjek

kedua menyadari bahwa dirinya berbeda dengan teman sebayanya, tetapi

subjek kedua berusaha untuk membaur dan melakukan upaya untuk

diterima dalam lingkungan normal, antara lain subjek selalu meminta

nasihat kepada ibu dan saudaranya agar dapat diterima di lingkungan

dimana subjek kedua berada.

Selanjutnya kedua subjek menunjukkan persamaan dalam aspek

hubungan sosial, dimana kedua subjek akan nyaman berada dalam

lingkungan sosial dimana individu yang berada didalamnya memiliki

minat yang sama dengan dirinya, kesenangan akan melakukan kegiatan

yang menimbulkan penasaran seperti permainan komputer dan betah

66

bermain game berjam-jam atau menonton acara yang disukai hingga

mengorbankan waktu istirahat. Aktivitas kedua subjek juga terganggu

akibat autis namun terdapat perbedaan dalam kuantitasnya. Perbedaan

lainnya adalah bentuk dukungan keluarga agar kedua subjek dapat hidup

seperti anak normal lainnya. Pada subjek pertama pihak orangtua

mengutamakan kenyamanan anak dalam beraktivitas, namun pada subjek

kedua pihak keluarga terutama orang tua melakukan berbagai usaha agar

anak dapat berbaur dengan lingkungannya dengan memberikan

pengetahuan tambahan, seperti mengikuti berbagai les berupa les vokal,

berenang, musik, dan les pelajaran tambahan di sekolah SLB untuk masuk

pada lingkungan yang berbeda serta bertemu dengan guru, teman-teman

yang berbeda, upaya ini bertujuan untuk mengasah kemampuan dan

perkembangan pengetahuan dalam berinteraksi dan bersosialisasi.

Aspek lingkungan memperlihatkan persamaan dalam sumber

keuangan dimana fasilitas yang menunjang keterampilan kedua subjek

terpenuhi. Sedangkan, perbedaan dalam kendaraan yang dipakai kedua

subjek melakukan aktivitas, subjek pertama diantar jemput oleh supir

menggunakan mobil dan subjek kedua naik sepeda untuk menunjangnya

pergi kemanapun karena orang tua subjek kedua merasa khawatir dan tidak

mengijinkan subjek menggunakan kendaraan bermotor. Kebebasan dalam

lingkungan, perasaan aman serta kepercayaan orangtua yang diberikan

kepada kedua subjek berbeda, pada subjek pertama orangtua bersikap

sangat protektif sejak subjek mengalami kejang-kejang. Sedangkan, pada

67

subjek kedua mendapatkan kepercayaan lebih dari orangtua karena subjek

diijinkan menuntut ilmu jauh dari orangtua. perbedaan lingkungan tempat

tinggal dimana lingkungan subjek kedua lebih kondusif dan memahami

kondisi autisnya. Pada subjek pertama lingkungan tempat tinggal tidak

memiliki pemahaman tentang autis dan cenderung menjadikan subjek

sebagai objek jika berada di lingkungan rumah. Oleh karena itu, subjek

pertama tidak suka berada di luar rumah dia merasa nyaman berada di

dalam rumah. Selanjutnya kedua subjek memiliki perbedaan dalam

memperoleh keterampilan dan informasi baru disebabkan latar belakang

pendidikan dan cara berpikir atau pandangan orangtua kedua subjek

berbeda dalam upaya mengasah keterampilan kedua subjek.

Ekspresi fisik kedua subjek menunjukkan cara mereka berinteraksi

atau berekspresi terhadap hal-hal tertentu. Walaupun dengan terbatas dan

hanya sesaat subjek menunjukkan ekspresi terekam dalam data observasi,

antara lain: saat subjek pertama menjawab pertanyaan terkadang subjek

tersenyum dan melakukan kontak mata dalam waktu beberapa detik

kemudian mengalihkan perhatian pada hal yang sedang dia lakukan lagi.

Sedangkan pada subjek kedua kontak mata dilakukan sama, namun saat

wawancara subjek selalu tersenyum dalam menanggapi setiap pertanyaan

peneliti. Ekspresi yang menunjukkan ritual autisme juga muncul saat

wawancara berlangsung, seperti pada subjek pertama selalu melakukan

streotip dan selalu bergumam sendiri. Namun, pada subjek kedua tidak

68

pernah bergumam sendiri dan terkadang masih melakukan kegiatan

streotip atau mengulang.

Secara keseluruhan ekspresi maupun perilaku pada penyandang

autis dalam berbagai aspek dapat terlihat jelas. Walaupun, dengan waktu

yang sangat singkat dan dengan berbagai keterbatasan.

2. Deskripsi Umum Significant other

a. Significant other pertama

Nama subjek : Desi Prawoto

Umur : 44 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Asal : Yogya

Suku : Jawa

Alamat : Jaban, Sleman

Significant other pertama adalah ibu kandung dari subjek pertama

(“Td”). Sebagai ibu kandung yang telah merawat dan membesarkan

subjek, significant other juga merupakan orang yang sangat berpengaruh

pada kehidupan subjek. Hubungan subjek dengan ibu sangat dekat.

Seringkali subjek menceritakan apa yang dia alami dan rasakan, mengeluh

berbagai hal yang tidak disukai. Significant other sangat mengetahui

perasaan dan peristiwa apa saja yang telah Subjek alami. Ibu “Td” selalu

69

memberikan dukungan penuh untuk menunjang kemampuan subjek dan

berusaha memecahkan permasalahan yang subjek hadapi.

b. Significant other kedua

Nama : Herniwatty Krisnandi

Umur : 53 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Asal : Jawa barat

Suku : Sunda

Alamat : Bekasi

Significant other kedua adalah ibu kandung dari subjek kedua

(“Os”). Significant other ini adalah orang yang paling berpengaruh dalam

hidup subjek, dengan usaha dan kerja keras beliau subjek mampu

berkomunikasi, mengenyam pendidikan seperti sekarang ini dan mulai

dapat beradaptasi pada lingkungan baru. Saat Subjek memutuskan untuk

kuliah di Yogyakarta, subjek tinggal terpisah dengan significant other

yang tinggal di Bekasi. Walaupun begitu Hubungan subjek dengan

significant other terjalin sangat dekat dan menurut significant other subjek

merupakan orang yang selalu terbuka menceritakan perlakuan yang

diterimanya dari teman-teman barunya dan selalu mendengarkan solusi

yang diberikan keluarga untuk mengatasinya

70

3. Hasil Penilaian Skala

4.

Berdasarkan penilaian skala dari WHO yang dilakukan untuk

mengetahui tingkat kualitas hidup subjek secara pengukuran, maka skor

yang diperoleh dalam berbagai aspek sebagai berikut:

- Pada domain pertama atau aspek kesehatan fisik skor yang diperoleh

adalah 63

- Pada domain kedua atau aspek yang meliputi kesehatan psikologis

skornya adalah 69

- Pada domain ketiga atau aspek hubungan sosial skor menunjukkan 56

- Pada domain keempat atau aspek yang meliputi keadaan lingkungan

subjek skor yang diperoleh adalah 63

Cara penilaian Rawscore

Hasil Skor

4-20 0-100Domain 1 (6-Q3) + (6-Q4) + Q10 + Q15

+ Q16 + Q17 + Q1824 14 63

Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19+ (6-Q26)

23 15 69

Domain 3 Q20 + Q21 + Q22 10 13 56Domain 4 Q8 + Q9 + Q12 + Q13 + Q14

+ Q23 + Q24 + Q2528 14 63

71

3. Hasil Wawancara

Berdasarkan data yang ditemukan pada saat wawancara dengan

subjek diperoleh data sebagai berikut:

a. Kesehatan fisik subjek

Subjek pertama secara fisik cukup sehat, namun kadang

mengalami kejang-kejang.

“Yaa, ehh kan kemarin pas dia enam belas tahundia kan kena kejang gitu ya, maksudnya kan kejangini itu bisa juga waktu kecilnya itu step, sakit apakayak panas. Ternyata itu bisa timbul lagi setelahdia besar gitu lho” (S1-W1, 325-337)

“Kalau udah pusing itu kejang mbak” (S1-W1, 197-204)

Subjek kedua cukup sehat dan tidak memiliki penyakit yang

serius

“Kondisi kesehatan secara umum cukup baikbahkan baik ya, apalagi mungkin kalau musimhujan begini ya kalau drop paling ya enggak, palingbatuk, sedikit batuk aku” (S2-W1, 15-23)

“Jarang sakit, alhamdulilah”(S2-W1, 23-24)

Pusing membatasi kedua subjek melakukan aktivitas

keseharian

“Hmm, paling pernah pusing waktu itu hmmakhirnya terpaksa satu semester satu pernah sakitpusing batuk itu terpaksa ikut ujiannya itu ikut ujiansusulan, jadi pusing dan batuk tu mengganggu,cukup mengganggu saya dan dapat mempengaruhikonsentrasi saya terhadap ujian” (S2-W1, 48-66)

72

“Bisa dia, iya “Td” apa yang dirasakan, kepalasaya berat, pusing saya pusing mama. Jadi kalau“Td” udah ngomong aduh saya pusing mama, Jadikalau “Td” udah ngomong aduh saya pusing mama,aduh waahh saya udah ini kalau “Td” udah begitu”( SO1-W1, 311-324).

“Enggak ada pengaruh cuman dia jadi enggaknyaman gitu. Saya juga jadi ketakutan, jadi kalau dirumah, ma besuk aku enggak ikut renang. Jadi, hariyang paling menakutkan saya itu hari jumat, karenaapa kalau dia harus renang itu gitu lho. Saya itukuatir kadang-kadang, kan enggak mungkin kalaumama aku mau renang, mau ini lho, kan enggakmungkin enggak boleh” (SO1-W1, 350-358).

Subjek pertama menggunakan bantuan medis berupa obat-

obatan dan perawatan syaraf untuk mengobati kejangnya tidak

berpengaruh dengan autis yang diderita.

“Iya, waktu kecil iya nah pas besar ini timbul lagijadi takutnya ah makanya harus di apa, konsumsiobat kejang juga sejak dua tahun yang lalu”

“ Bukan, bukan bukan buat autisnya tapi untukkejangnyaa” (SO1-W1, 338-341)

“Iya, “Td” karena kejangnya aja, jadi diamemerlukan perawatan medis sebulan sekali buatsyarafnya”

“Iya tapi bukan karena autisnya aja, untukkejangnya aja” (S1-W1,269-286)

Subjek kedua sudah tidak mengkonsumsi obat-obatan untuk

autis, subjek kedua mendapatkan fasilitas kesehatan dari UGM untuk

menunjang kesehatannya dari penyakit ringan.

73

“Enggak ngaruh sih buat saya obat ya” (R3-W2,125-132)

“ehh Iya, awal SMP itu stop sama dokter enggakboleh lagi” (R3-W2, 133-144)

“Kalau sakit, kalau waktu-waktu sakit iya karenakan di UGM tu ada ini apa, ehh graha medicalcenter jadi kalau udah megang kartu asuransi yangsudah dibayarkan sama spp bisa itu kalopenyakitnya ringan itu, kayak penyakit ringan ituapa batuk, pusing gitu” (S2-W1, 116-124)

Kedua subjek sama-sama melakukan diet, namun berbeda

kuantitas pengaruhnya. Subjek pertama melakukan diet ketat dan

makanan diet sangat berpengaruh pada perilakunya.

“Nah saya terapi disitu kan memang cocok-cocokan ya disitu akhirnya dikasih, eh ini eh apauntuk dietnya ini ini ini ini jadi glutein, kafein danapa ya glukosa, ya itu terus saya jalankan, yaalhamdulilah ada perkembangannya gitu lho”(SO1-W1, 75-83)

“Kalau dia itu kan kebetulan dietnya itu ketat ya,jadi enggak kalu dia. Asalkan dengan pola makananyang bener-bener ini dia. “Os” pun bilang “Os”pun kalau minum susu yang itu” ( SO1-W1, 252-265)

“ Ehh pokoknya yang tidak mengandungglukosa, ehh gula, kemudian susu murni danolahannya keju dan segala macem itu dan kemudiantepung terigu” ( SO1-W1, 266-272)

“Sangat, kalau “Td” iya”“Pernah, jadi seperti apel, apel itu juga enggakbisa dia. Buah itu yang bisa pisang, pisang itu jugaenggak bisa banyak, jeruk, semangka bisa, melonjuga enggak bisa, ehh terus ini salak itu bisa”(SO1-W1, 273-289)

74

“Warung padang karena dia diet, jadi satu-satunya yang dia boleh makan itu di mak engkingmakan udang”“Iya tapi kan udangnya boleh, tapi gak pake bumbuapa-apa, kan udangnya kan udang galah disanasama di rumah makan padang, makan apa “Td””

“Ayam pop dan udang” (S1-W1, 390-413)

Subjek kedua melakukan diet, tetapi bukan sebagai larangan

melainkah sebagai pantangan saja.

“Eh kalau “Os” sih diet itu mie”“Spageti, atau dia dari protein susu yaspageti”

“He’eem bahannya tapi dari protein susu murnijuga gak bisa”

“Roti bisa tapi enggak bisa banyak”“Susu sapi murni yang bener-bener asli darisapinya” (S2-W1, 1045-1058)

“Pernah tapi jarang kalau mie kadang-kadang, seminggu sekali itu mungkin lima harisekali”“Pantangan iya tapi enggak dilarang” (S2-W1,1059-1066)

Subjek pertama perilaku tantrum yang muncul akibat makan

makanan diet berupa perilaku hiperaktif sehingga kehilangan kontrol.

“ Tapi ya perilaku selanjutnya ya gitulah lari-lari,hiperaktif gitu ya, karena memang kontrolnyakurang” (SO1-W1, 58-63)

“Ya itulah lari-lari ke sana ke mari hiperaktifnyake luar gitu lho, hiperaktifnya keluar terus. Sayatadinya juga karena udah lama ya dari usia delapantahun dia kayak gitu kan, dari usia delapan tahuntapi dia tadinya ini apa lupa, awalnya saya kirakesurupan jadi enggak kenal jadi lari-lari gini gitu

75

lho tapi ternyata karena makanannya” (SO1-W1,290-301)

“Iya jadi rasanya dia enggak bisa mengontroldirinya sendiri. Pernah saya tanya kenapa, katanyaiya ma, pusing, dia itu kan enggak bisa kontroldirinya sendiri kan” (SO1-W1, 302-310)

Subjek kedua perilaku tantrum yang muncul akibat makan

makanan diet tidak berupa perilaku hiperaktif, melainkan emosi yang

labil.

“Pusing beberapa saat terus emosi naik labil,cenderung labil” (S2-W1, 1067-1070)

“Hilang sendiri biasanya beberapa waktu tapienggak nyampe sehari, enggak nyampe dua belasjam juga enggak nyampe” (S2-W1, 1071-1078)

Kedua subjek memiliki kesamaan senang bermain game atau

menonton televisi sehingga menyita waktu istirahat mereka.

“Jam sepuluh, main hp dulu dari pada ngapain”

“Tidur ni, kalau filmnya seru ya ditonton aja”

“ Iya, kalau gak seru ya tidur aja, kalau gak seru”(S1-W1, 215-230)

“Bangunnya jam setengah tujuh pagi,tidurnya jam dua belas malem paling cepet ya”“Setengah satu itu paling lambat” (S2-W1, 97-109)

“Ya biasa Main gitu, maen sih maen di kos juga,enggak main ke mana-mana”“Main game” (S2-W1, 110-115)

b. Kemampuan kognitif

Subjek pertama memiliki kemampuan dalam hitungan

76

“ Ya terus kalau dari segi pelajaran mungkin adabeberapa yang kecuali seperti bahasa indonesia,kemudian ips, ppkn mungkin susah ya untuk dia gitulho. Tapi, kalo yang seperti ipa, matematika, segalamacem itu” (SO1-W1, 105-111)

Ingatan yang kuat tentang suatu keadaan secara menyeluruh

“Kelebihan tu ya mungkin saya lebih mudahmengingat jalan nama-nama jalan, jalan kondisiehh nama-nama jalan, kondisi jalan, kondisijalanannya apa baik, rusak atau gimana berkelok-kelok” (R3-W2, 233-241)

Sebelum ujian subjek kedua belajar dengan mengingat dan

pemahaman sebagai satu kesatuan yang di anggap penting

“Tergantung materinya sih kalau dalam bentukujian take home saya enggak perlu asal saya udahbaca buku tinggal di salin” (S2-W1, 1014-1020)

“Iya, bukan sudah inget juga tapi paham, udahinget pun udah satu kesatuan yang gak bisadipisahin, hafal aja tapi enggak paham susah” (S2-W1, 1021-1024)

Berpikir untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi

“ Dibalik keterbatasan kita, kita harus pintar-pintar berpikir bagaimana eh bagaimana kita bisakeluar dari permasalahan ini” (S2-W1, 342-348)

c. Kemampuan berperasaan positif

Kedua subjek termasuk individu yang terbuka dengan

orangtua atas apa yang mereka alami dalam kesehariannya.

“Cerita kalau dia suka telepon suka eh sms gitu kankelihatan ya” (SO1-W1, 662-666)

77

“Pengalaman sehari-hari ya, oh ya tadi ehpengalaman sehari-hari biasanya ibu cerita tentangmasalah ni, eh ujian ini ni, ujian kalau ngeluhmasalah-masalah kuliah, kalau ngeluh masalahsikap ke temen, kalau ngeluh masalah eh matakuliahnya susah apa gitu, curhat” (S2-W1, 1176-1186)

Subjek kedua berusaha memunculkan perasaan positif

berupa penerimaan diri atas perbedaan dirinya dengan teman

sebayanya.

“Puas sih dibilang puas banget ya enggak ya, puasya karena manusia itu mempunyai keunikanmasing-masing buat saya enggak puas-puas bangettapi cukup puas, sudah puas gitu lah” (S2-W1, 301-309)

“Mau enggak mau ya suka enggak suka di terima,sekolah sama yang lainnya, namanya ya sekolah”(S2-W1, 706-710)

“Pokoknya kita selama kita tu bisamenikmati hidup itu kenapa enggak gitu jadi Cumaitu berbalik ke pribadinya orang masing-masingjadi buat aku sih hidup enggak usah dibikin repot,enggak usah dibikin, enggak usah dibikin pusingpokoknya nikmatin hidup ” (S2-W1, 145-155)

Subjek kedua mampu mengambil hikmah dari

keterbatasannya dengan bersyukur dan merasa bahagia

“Saya hikmah itu harusnya kita tu bersyukur karenamungkin masih ada banyak orang lain ya walaupunkita terbatas tapi masih ada orang lain yang jauhlebih dibawah kita jadi hikmahnya itu mampumensyukuri karena masih ada orang itu jauh jauhdibawah kita bahkan lebih parah dari saya banyakkasus-kasus seperti itu” (S2-W1, 352-363)

78

“Mencapai hidup bahagia, kalau hidup itukadang bahagia kadang enggak tapi bahagia tuudah ungkapan kesenangan kita dalamberkehidupan tu kita bisa lebih enjoy bisa lebihsantai, bahagia lah ” (S2-W1, 1331-1338)

“Bahagia sudah , karena cukup bahagia karenakebutuhan saya melebihi sudah dipenuhi yang tidakmampu tidak memahami,Alhamdulillah itu jugasudah , bahagia udah punya tabungan itu bahagia”(S2-W1, 1339-1345)

Subjek kedua dapat menahan diri dari keinginan membeli

sesuatu yang baru

“Kalau materi mungkin tergoda dengan hal-halyang baru tapi usahakan konsisten dalam hal yangudah di miliki saat ini. saya juga terpikir kalauganti-ganti barang itu pasti ntar repot lagi pasang-pasang nomor telepon apa gitu” (S2-W1, 897-907)

Optimis dalam mencapai prestasi

“Ehh untuk berprestasi tu agak susah ya karenaberprestasi itu tergantung di balik ke pribadinyamasing-masing buat “Os” tu misalnya “Os”nyamau berusaha apa gitu kan pasti sesuatu yangmustahil itu akan terjadi misalnya eh juara satu apagitu kalau selalu berusaha tapi orang tua akan tetepmenghargaiya apapun juaranya atau apa gitu, tidakmemaksa juga” (S2-W1, 914-928)

“Supaya saya tu paham, ngerti ya saya itu bisamelakukan yang penting saya berusaha gitu” (S2-W1, 644-647)

d. Perasaan negatif

Subjek pertama merasa putus asa saat menyadari sebagai

penyandang autis.

79

“Mengerti, menyadari dia juga sering mengeluhapalagi pada masa puber ini kan” (SO1-W1, 648-658)

“Dia beberapa kali itu mengeluh, mama saya iniautis saya kapan sembuhnya, saya capek jadi autis”(SO1-W1, 659-661)

“Dia bilang papa mama aku kapan ya autisnyagitu, dia tahu aku itu autis aku beda dengan yanglain gitu lho” (SO1-W1, 667-669)

Subjek kedua terkadang juga merasa putus asa saat masih tidak

bisa seperti orang lain

“kalau diingatkan supaya bisa punya kepekaanmembaca situasi, kadang dia suka nangis sedih danputus asa merasa masih saja belum bisa sepertiorang lain”(SO2-W1, email 1-01)

Ketidakpuasan terhadap upaya pengobatan yang sedang

dijalani

“Makanya kadang-kadang bulan mei, bulankemarin ke dokter bilang gini. Eh dokter, saya udahbosen deh berobat kesini, kenapa enggak sembuh-sembuh, saya mendingan berobat ke alternative ajaya dia bilang begitu” (SO1-W1,670-679)“kalau dari dokter enggak sembuh e dipuskesmas,enggak sembuh e”“Tradisional, murni, alami yang bagus enggak pakebahan kimia” (S1-W1, 52-71)

“Pokoknya saya minta ke pengobatan tradisionalaja, daripada ke dokter males” (S1-W1, 205-209)

Memendam perasaan

“Saya gak sedih, karena ditahan” (S1-W1, 361-375)

“Dalam hati gitu a pa kalau ada temen ini datengitu temen ini dateng, temen kampus apa temen

80

kampus dateng tapi dalam hati sebel eh orang sihenggak tahu tapi sebenernya marah tiba-tibamungkin itu ” (S2-W1, 390-398)

Subjek kedua, menunjukkan perasaan kecil hati dengan merasa

tidak berguna dan menyalahkan diri sendiri karena tidak dapat

melakukan sesutu seperti orang lain

“Kalau misalnya saya saya mungkin saya lempengatau bagaimana saya mungkin emosi karena sayaenggak bisa seperti orang lain, orang lain enakudah tinggal ekspresi apa aja bisa langsung bisamungkin sedikit apa jadi kadang pengen emosisama temen gak bisa apa” (S2-W1, 377-383)

“Eh enggak sih paling ini benda tapi enggakkasar-kasar juga, dimarahin ibu tapi karena“Os”nya enggak ngerti, enggak ngerti ,enggakngerti malah nyalahin diri sendiri akhirnyaterluapkanlah itu rasa nyalahin diri sendirinya itu”(S2-W1, 418-428)

“saya aduh marah saya seolah-olah saya ituenggak bisa apa-apa padahal sebenarnya saya itubisa kata ibu saya, tapi saya menganggap diri ituenggak bisa apa-apa” (S2-W1, 442-445)

“Marah sama diri sendiri jadi nyalahin diri sendirikarena merasa enggak bisa gitu, salah pahamdisitu” (S2-W1, 451-455)

e. Kepuasan penampilan fisik

Subjek pertama puas dengan penampilan fisiknya yang

perutnya kecil dan tidak gemuk

“Ya keren tapi perutnya”“ Enggak, perutnya kecil nih, kecil ni, kecil kan”“Iya, aku enggak seneng gemuk” (S1-W1, 29-51)

81

Subjek kedua puas dengan penampilan fisiknya yang tinggi

dan gigi sudah tertata rapi.

“Ya cukup puas, ya karena tinggi secara fisikpostur udah sangat tinggi udah enggak perlumenambah tinggi lagi, hehe” (S2-W1, 544-555)

“He’ee karena dulu giginya berantakan, puasakhirnya ya sudah perawatan gigi di majuin, dikawat itu di majuin gigi saya, memperbaiki rahang”(S2-W1, 556-560)

f. Harga diri

Subjek pertama ingin menunjukkan kelebihannya dalam hal

berprestasi dengan penuh pertimbangan sebelum mengikuti lomba

untuk menunjukkan self esteem di mata masyarakat

“Ohh penalti ya tendang bola gitu, dia misalkanuntuk lomba bertanding segala macem gitu maunyamenang terus, gak mau dia kalau kalah gitu” (S1-W1, 496-501)

“Iyaa yang bisa, kalau yang gak bisa banget diagak mau” (S1-W1, 502-504)

Subjek kedua berusaha menunjukkan self esteem nya dengan

meminimalkan perbedaan dirinya dengan orang lain

“Keterbatasan “Os” paling ya kita berusahamencari jalan keluar apa saja yang solusi-solusiyang ada, berpikir sejenak, menghindari darikeramaian orang, berpikir sejenak bagaimanacaranya supaya saya itu bisa supaya tetep tidakkelihatan berbeda dengan temen-temen yang laingitu” (S2-W1, 156-166)

82

g. Kemampuan personality

Subjek pertama memiliki sifat kemandirian yang tinggi untuk

mengerjakan pekerjaan rumah

“Nah, iyakan akhirnya seperti itu, makanya yaudahlah saya berubah haluan karena untukmemaksimalkan anak itu kan menurut sayaalhamdulilah maksud saya itu walaupun “Td” itudirumah sendiri, bagaimana dia tidak akan pernahkelaparan karena dia sudah bisa makanmasakannya sendiri. Dia bisa makan, dia bisa ini,terus dia bisa mencuci, dia bisa setrika gitu lho”(SO1-W1, 223-234)

“Kering pake, kering pake ya udah kalau sayaenggak ada pembantu, anggak ada ini ya silahkandi setrika sendiri di cuci sendiri” (SO1-W1, 242-251)

Subjek kedua menunjukkan kemandiriannya yang tinggi

semenjak tinggal berjauhan dengan keluarga

“Eh iya, kalau eh soalnya jagain rumah karenayang lainnya pada pergi kerumah pernah, bersih-bersih nyapu, ngepel pernah, jaga rumah tu kalaulagi enggak ada orang sama sekali” (S2-W1, 1241-1252)

“Keinginannya sekolah di arkeologi UGM ikutmemacu keinginnanya mengasah kemampuanmandirinya, dan alhamdulillah ibu berterimakasihpada UGM yang telah membantu “Os” berkembangpesat kemandirinannya, tapi memang padadasarnya sejak kecil dulu ibu sdh melatihnya pelan,tapi boomnya justru pada saat dia kuliah,subhanallah alhamdulillah! Kalau untukkemampuannnya beradaptasi memang tidaksepesat pengembangan kemandiriannya”(SO2-W1,email 1-01)

83

Subjek pertama merupakan individu yang dapat bertanggung

jawab atas dirinya sendiri.

“Sampai saat ini saya sudah senang ya karenaapa untuk memang untuk dirinya sendiri dia sudahtidak merepotkan saya ya, minimal itu ya” (SO1-W1, 863-871)

“Ya kalau saya sih itu ya mbak ya, pernah lhokemarin pas puasa, ehh pas lebaran aduh capek e,pembantu kan enggak ada gitu lho, harus masak,banyak tamu ini saya ketiduran. Makanan “Td”lupa bangun-bangun udah agak sore gitu, adu matiaku makanan “Td” belum aku masakin, “Td” “Td”“Td” ehh maaf ya mama belum buat masakan“Td”, hmm apaan ma orang aku udah makan siangbikin nasi goreng” (SO1-W1,976-992)

Subjek kedua memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi

terutama dalam bidang akademik dengan rajin masuk kuliah.

“Iya, makanya kuliah dari semester satu masukkarena kuliah ini sistem mata kuliah berantai yangberlanjut, satu kesatuan mau enggak mau sayaharus masuk terus karena nanti siapa tahu yangbuat ujian itu di keluarin, karena biasanya bacabuku, fotocopy buku yang dipelajari walaupunpersiapannya enggak banyak” (S2-W1, 1025-1034)

“Ya paling ini dua kali enggak masuk, palingdua kali enggak masuk enggak pernah tiga kali,enggak pernah empat kali” (S2-W1, 1035-1044)

Kedua subjek memiliki sikap patuh yang tinggi terhadap

perintah orang tua.

“Oh, iya dia udah mengerti jadi maksudnya sepertidia misalkan gini. “Td”, eh kemarinkan sempetkena cacar, “Td” enggak boleh mandi kalau mandiboleh tapi enggak boleh pakai sabun pakai detol aja

84

gitu, antiseptik aja udah. Dia enggak mandi kanenggak mau gitu” (SO1-W1, 373-395)

“Terus ini nanti habisnya sekali pake langsungditaruh di ini biar virusnya enggak kemana-mana,dia nurut kalau seperti itu gitu lho. Misalkan, “Td”kan batuk enggak boleh makan gorengan danenggak bakalan dia makan gorengan gitu lho”(SO1-W1, 373-395)

“Iya, nurut nurut dia he’ee. “Td” enggak bolehmakan es, enggak boleh makan ini iya, karena diakarena kalau sakit dia sendiri yang merasakan gitulho makanya dia nurut. Kalau makan-makanan ituenggak bakalan dia nyuri di belakang, enggakbakalan, coba dikasih chiki dibelakang saya ataubagaimana kalau dia mau dan enggak bakalanmau” (SO1-W1, 396-411)

“Iya soalnya kemarin pas di fredofios juga kantemannya pada kalau pintu kebuka kan padakeluar-keluar semua, “Td” sih enggak dia malahenggak keluar sendiri, hehe” (SO1-W1, 522-527)

“Enggak di kasih ijin”“Kadang, ngelanggar paling kadang enggakboleh”“Enggak” (S2-W1, 1133-1146)

Subjek pertama memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam

melakukan sesuatu dan tidak menyukai hal yang tidak disiplin

hingga subjek menjadi pelit saat kakak meminjam barang miliknya

karena kakak subjek tidak disiplin

“Eh masalahnya begini lho kadang-kadang yaitulah bedanya ya, kakaknya itu enggak disiplinsebenarnya kakaknya yang salah jadi maksudnyadia kalau pinjem laptop aku setelah pake itu kabel-kabelnya dimasukin disini tapi kakaknya kanenggak kadang-kadang gitu lho, pinjem set set settaruh gitu kan”“Ya itu yang enggak suka kalau kakaknya pinjemlaptopnya dia ditungguin sampai selesai”

85

“Sama “Td”, kakaknya kan risih juga kan, udahbelum sih aku udah ngantuk, hehe emang sihkadang-kadang kakaknya yang enggak enggaktertib gitu lho he’ee” (SO1-W1, 621-647)

h. Kepercayaan individu

Pada dasarnya subjek pertama merupakan anak yang cukup

percaya diri, sebelum subjek menyadari bahwa dirinya adalah

penyandang autis.

“Bisa, iya gitu bisa dia. Oh les dia les dimana diprimagama juga ikut gitu lho makudnya pede anakini gitu lho” (SO1-W1, 112-114)

Subjek pertama merasa kurang percaya diri sejak dia

menyadari bahwa dirinya sebagai penyandang autis.

“Malu” (S1-W1, 96-105)“Kalau di hall enggak seneng”

Kedua subjek memiliki sikap religiusitas tinggi dan selalu

melaksanakan ibadah dalam keadaan apapun, walaupun terkadang

terlambat.

“Iya, persis terus mama sholat dulu biar Allahsembuh kan ya, kalau adzan kan langsung dia”(SO1-W1, 519-521)

“Iya walaupun mungki telat ya, telat maksudnyasetelah adzan, kalau pagi telat, selalu telat kalopagi” (S2-W1, 1326-1330)

Subjek kedua memiliki kesadaran atau percaya diri untuk

memperbaiki perilaku diri sendiri

“Siapa yang pengen mengubah sikap sayamaksudnya ngubah sikap itu tergantung ke saya

86

nya, ibu saya cuma bisa menasehati tapi enggakbisa mengubah saya gitu” (S2-W1, 509-513)

i. Upaya keluarga dalam mengatasi keterbatasan

Upaya orang tua subjek pertama untuk memaksimalkan

kemandirian dan membuat subjek merasa nyaman, karena subjek

pertama tidak nyaman dalam bidang akademik.

“Gitu saya pikir-pikir anak ini stres, saya juga stresakhirnya cari solusinya. Bagaimana solusi supayaanak ini nyaman gitu. Saya nyari sekolah-sekolahinklusi-inklusi itu, yah saya bilang susah yaa cumanteoritis saja ya” (SO1-W1, 137-157)

“Iya tapi itu tergantung sekolahnya, yang pentingkan lingkungannya, yang penting dia nyaman”(SO1-W1, 1043-1046)

“Makanya akhirnya saya mikir saya seperti iniharus memaksimalkan kemampuan dia” (SO1-W1,184-189)

“He’ee yang lain, maksudnya memandirikan anakini, bagaimana supaya dia bisa mandiri gitu lho.Akhirnya saya pilih fredofios tes nya juga, seleksinya juga bisa masuk disana, akhirnya ya udah sayaitu aja, jadi berbalik gitu lho” (SO1-W1, 190-194)

Upaya orang tua untuk memperkenalkan lingkungan pekerjaan

kepada subjek kedua

“Jadi kemarin e juga untuk bagaimana kita untukanak-anak ini jadi magang dimana nanti di gajiwalaupun yang menggaji mungkin orang tua nya”“He’ee melalui mereka gitu jadi biar sama temen-temennya kalau gitu lho, dia agar tahu bahwa kalauini itu harus kerja gitu lho”

“He’ee melalui mereka gitu jadi biar sama temen-temennya kalau gitu lho, dia agar tahu bahwa kalauini itu harus kerja gitu lho” (SO1-W1, 915-925)

87

Usaha orangtua subjek kedua untuk memberikan pemahaman

dan dukungan secara emosional agar subjek dapat memahami

perasaan orang lain.

“Ibu itu sudah jelasin berkali-kali kenapa kamuitu enggak ngerti-ngerti jadi seolah-olah kayakorang tuli enggak denger apa-apa gitu padahal ibubilang enggak tuli enggak, kamu enggak bodoh,kamu enggak apa gitu, tapi kamu enggak ngerti,kamu enggak berusaha memahami kadang” (S2-W1, 433-441)

“Menghiburnya itu ibu saya, ibu sayanenangin diri, nenangin saya gitu supaya sayaenggak nyalahin diri sendiri tu dan saya haruspaham, memahami, mengerti perasaan orang lain”(S2-W1, 468-480)

“Iya ibu walaupun dengan nada tegas apa gitutapi akhirnya, ehh akhirnya sekarang ngerti, enggaklangsung gitu mengajari saya mumpung ibu sayamasih hidup kalau ibu saya meninggal siapa yangnasehatin kamu” (S2-W1, 502-508)

Ibu subjek melakukan berbagai cara agar subjek memahami

atau dapat mengikuti semua pelajaran seperti teman sebayanya

dengan penuh kerja keras dan kesabaran.

“ibu mengambil inisiatif untuk tetap bertahan di SDAl Azhar karena kebetulan sekolahnya pagi,sedangkan sore hari ibu bawa untuk bimbinganremedialnya ke SLB, dengan harapan guru2 SLBtentu akan lebih mampu memahami anak2berkebutuhan khusus dibanding guru2 di sekolahreguler, dan tak jauh dari dugaan memangbimbingan remedial oleh guru2 SLB bisa membantu“Os” memahami dan menyerap pelajaran lebihbanyak dibanding dengan kemampuannya ketikabelajar di sekolah, kombinasi ini cukup membawa

88

banyak perubahan apalagi ibu memang juga selalumelibatkan diri untuk mengajari nya di rumahdengan berbekal obrolan2 santai ibu dengan guru2disekolah maupun terapis wicara danpembimbing2nya di SLB, ibu tidak mau hanyamengandalkan mereka semua, karena pikir ibujustru ibulah yang paling banyak waktu bersama“Os” dibanding mereka, jadi ibu selalu berusahamengisi waktu ibu dirmah untuk menerapkansemua teori dari tempat terapi, sekolah maupunpembimbingnya di SLB untuk ibu praktekkandirumah, dulu waktu “Os” mulai belajarmatematika ibu harus cari akal untuk bisamembantunya memahami”(SO2-W1, email 1-01)

Upaya ibu subjek kedua dalam mengatasi kesulitan belajar

subjek dan meningkatkan prestasi akademiknya.

“seperti ketika “Os” kesulitan belajar pecahanbilangan, ibu mendapat masukan dari terapisnyabahwa “Os” itu lebih mampu memahami banyakhal yang riil dan dapat dilihat, sangat tidak mampumemahami hal yg abstrak, berangkat dari info ituibu mulai coba2 dengan mengajarinya pecahanmelalui buah dan makanan kesukaannya yg ibubelah2/potong sesuai jumlah bilangan pecahanyang sedang diajarkan, begitu jg ketika “Os”belajar tentang ukuran, ibu sampai membelikannyatimbangan bebek(timbangan pasar), mengukur airdengan tabung takaran, sendok takaran danmembawanya menyusuri jalan keluar kota ,menunjukkan patok2 penunjuk jarak tempuh sambilmenghitung waktu tempuh, pergi ke bank hanyauntuk mencari uang2 receh yang sdh tak ada lagidipasaran untuk mengajarinya tentang nilai uangsekaligus mengajarinya cara melakukan transaksimenggunakan uang dan membedakannya dengancara berbarter , tapi yg paling sulit sewaktu ibumembantunya be;lajar memahami pelajaran bahasaIndonesia terutama ketika belajar peribahasa, diaselalu tidak bisa konsentrasi ketika membacaperibahasa, sibuk tertawa-tawa geli dan tidak bisamemperhatikan apa yg ibu sampaikan, dan selalumengulang ulang peribahasa yang menurutnyapaling lucu, dia sangat suka peribahasa "bagai

89

membeli kucing dalam karung", sampai sekarangkata2 itu masih bisa membuatnya tertawa gelikarena yg dia bayangkan ada orang membelikarung dan kebingungan karena karung ygdibelinya itu bergerak gerak, ya itulah kesulitananak autis , pemahaman katanya sangat terbatas,untunglah dengan bertambahnya usia “Os” sdhbisa mengalami perkembangan pesat sampai bsseperti sekarang”(SO2-W1, email 01-01)

“Dulu pernah tapi enggak fanatik-fanatik bangetCuma untuk persiapan untuk pemantapan supayaenggak remedial walaupun hasilnya ya sedikitwalaupun enggak ini-ini banget ya kecuali lesprivat, saya les privat dengan bantuan guru-guru,akhirnya saya bisa les privat dengan syaratgurunya kalau di sekolah tidak boleh, tidak bolehmengikuti les dengan guru yang mengajar gituharus beda guru itu di usahain sama ibu saya” (S2-W1, 970-982)

Upaya Ibu agar subjek kedua dapat berinteraksi dengan

lingkungan berupa selalu memperkenalkan subjek dengan

lingkungan baru

“Mengenai pertanyaan Via tadi tentang sekolahapa yang membantunya bisa seperti anak lainsebayanya?, ibu pikir bukan hanya sekolah tapijuga semua pihak yang terlibat dalampenanganannya, tapi yang paling utama tentunyaadalah keluarganya sendiri, dan juga lingkungantetangga maupun lingkungan tempat “Os” ibu beripengetahuan tambahan(les renang, les musik, lesvocal dlsb), semakin banyak ibu membawanyamasuk kelingkungan yang berbeda , teman2 ygberbeda, guru2 yg berbeda, tentu itu jadi satuterapi yang tak ada teorinya untuk perkembanganpengetahuan dan kemampuan “Os” berinteraksidan bersosialisasi”(SO2-W1, email 1-01)

90

Usaha orangtua untuk mencarikan pendidikan yang terbaik

“Beberapa waktu kemudian karena jaranginformasi pada tahun 1990, walau ada terapi apa,usaha cari sekolah-sekolah gitu, cari sekolahregular itu, cari tempat yang pas untuk sayawalaupun saya terbatas seperti ini itu tetep usahamati-matian nyari terbaik buat saya pendidikan”(S2-W1, 662-669)

j. Dukungan yang diperoleh

Kedua subjek mendapatkan dukungan dari pihak sekolah

maupun pihak keluarga agar mereka merasa tidak sendiri dan tidak

kecil hati

“Jadi alhamdulilah kita sekeluarga ini kan, eh anakkita ini kan hee kalau di fredofios kan ada kayakgethring-gethring gitu ya kegiatan bareng orang tuakegiatan yang bersama-sama gitu, jadi merekaanak-anak itu tu tidak sendiri gitu lho mereka punyaorang tua dalam keadaan seperti iu mereka tidaksendiri” (SO1-W1, 587-595)

“Hanya menyarankan gitu trus dukungannya itusupport apa saja ehh proposal pokoknyamendukung juga proposal skripsi apalah sesuaidengan minat dan kemampuan pustaka yang adagitu dan ya itu dukungannya, salah satu bentukdukungan itu” (S2-W1, 595-601)

“Ya supportnya pokoknya gimana caranya supaya“Os” tu enggak putus asa, ya pokoknya usaha gakapa-apa udah usaha nilai jelek atau apa enggakapa-apa, dihargai apapun hasilnya asal ada usahadan berdoa udah” (S2-W1, 602-609)

“Dukungan itu jelas karena, ehh karena saya dilingkungan normal, mau enggak mau saya harus dibekali oleh ibu saya atau siapa ehh bapak sayasupaya ketika dua-dua nya meninggal saya bisa,saya bisa apa ya istilahnya saya mampu, mau ehhsaya mampu beradaptasi, mampu berhubungan

91

dengan orang lain dengan baik jadi sekarang diberi cara pelan-pelan itu maksudnya” (S2-W1,627-643)

k. Keselamatan fisik dan keamanan

Subjek pertama perlu pengawasan keselamatan akibat sering

mengalami kejang dan membuat perilakunya terbatas

“Sebenarnya kalau tidak ada kejangnya sayamerasa aman ya mbak ya tapi kalau ada kejangnyaini saya itu, heee”

“Eh,hee iya kawatir,kalau enggak ada kejangnyaaman mbak, orang kalau ke mall misalkan kitamakan itu mama aku mau ke kamar mandi itusendiri dia” (SO1-W1, 412-425)

“Iya, sendiri dia kalau pesen makanan ataubagaimana, ma aku pengen ehh, ini nasi putih, diakan suka nasi putih yang dicetak gitu ya dia itusuka, oh iya pesennya disana gitu bisa. Cuma paske kamar mandi itu kita ikutin gitu, he’ee” ( SO1-W1, 426-445)

“Iya, tapi sejak kejang itu kita bawa ke mall itujuga enggak berani gitu ya. Ya, enggak apa enggakseperti dulu gitu” ( SO1-W1, 426-445)

“Enggak, belum ya alhamdulilah selama ini sihbelum pernah habis renang terus dia ada kejadiangitu sih enggak. Tapi, semoga jangan gitu ya,cuman saya aja yang jadi gitu ya saya mintapengawasan lebih lah sama “Td” gitu ya, kalaupusing “Td” enggak usah renang” (SO1-W1, 364-372)

Sikap Ibu mengantisipasi perilaku subjek pertama untuk

menjaga perasaan subjek agar tidak merasa kecewa

“Ya gitulah saya selalu bilang, saya selalu bilangsama bu dewi kan nanti kalau ada guru-guru yang

92

magang tolong dikasih tahu kalau enggak maudiganggu , enggak mau ditelepon, enggak mau disms jangan ngasih nomor telepon dengan “Td” gitulho maksudnya” (SO1-W1, 721-727)

l. Hubungan subjek dengan teman lawan jenis

Kedua subjek memiliki rasa ketertarikan terhadap lawan jenis

kedua subjek dapat mengekspresikan perasaan dengan berbagai

cara

“He’ee lagi zamannya ya, lagi masanya gitu”(SO1-W1, 690-699)

“Iya suka, kalau ketemu foto, kalau ketemu mintafoto berdua” (SO1-W1, 700-706)

“Pernah waktu SMP kelas dua itu temen sekelas,tinggi, ehh tingginya sama. Awalnya dia masihsingle ternyata udah punya cowok tapi baru ajaputus ternyata, beberapa waktu kemudian udahtahu kalau putus gitu” (S2-W1, 804-811)

“Ya nembak, tapi akhirnya enggak jadi, jadinyakaren dia udah punya pacar gitu”

“Berani sampai temen-temen nyorak-nyorak,temen sekelas tu waktu SMP” (S2-W1, 812-817)

Subjek kedua merasa saat ini tidak memikirkan lawan jenis

dan menganggap semua teman adalah sama, perempuan sebagai

orang yang dapat dipercaya pada bidang akademik

“Perempuan, eh perempuan sih kalau konteksnya temen sih oke, temen kuliah karena bisa lebihdi, kalau perempuan buat saya sih lebih bisa dipercaya, misalnya ini menginformasikan sesuatumisalnya tugas atau misalnya apa tugas-tugasdibanding laki-laki, karena laki-laki biasanya apalebih cuek sama tugas, jadi saya tu lebih,perempuan tu lebih mudah buat saya untuk

93

manfaatkan untuk misalnya itu formatnya tugasapa” (S2-W1, 723-735)

“Enggak ada sih biasa lah, semuanya tetep temantapi hubungannya biasa” (S2-W1, 736-739)

“Iya, perempuan tu Cuma lebih, eh lebih bisa dipercaya masalah seperti itu”(S2-W1, 740-742)

Subjek pertama mendapatkan perilaku dari lawan jenis yang

dapat menimbulkan perasaan suka

“Iya kalau laras itu mahasiswa yang magangdisana, ya mungkin sama “Td” kan, ya memangsaya lihat kalau ketemu kadang-kadang suka meluk,suka ini jadikan dia merasa seperti itu kan?” (SO1-W1, 707-720)

Subjek pertama telah memahami bahwa sikap lawan jenisnya

tidak mengeartikan apapun dan dirinya telah ditolak

“Enggak, kalau masalah itu sih enggak tapi yakalau dia autis ya pas dia naksir cewek itu tadi,karena di tolak kan selalu ditolak” (SO1-W1, 820-827)

“Oh enggak, enggak karena kan ternyata mbaklaras itu udah punya pacar, ternyata ini tu udahpunya suami” (SO1-W1, 828-836)

“Ya itu aja tapi kalau kehidupan sehari-harinyaenggak ya, ya pas itu tadi giliran pas dia naksircewek dan segala macem dia merasa dia itu bedagitu lho” (SO1-W1, 798-803)

m. Tanggapan negatif dari lingkungan terhadap autisme

Penolakan guru atau tenaga pengajar mengenai kemampuan

akademik

94

Ya udah di SMP gurunya mulai udah enggaknyaman, lingkungannya udah enggak bisa nerimadia”

“Gurunya itu ada yang mengerti ada yang tidak,kan beda dengan SD. Kalau SD kan gurunya cumansatu wali kelas kan paling guru agama kan gitu,tiga lah paling. Tapi, kalau SMP kan enggak satumata kuliah dan tidak semua guru kan bisamenerima” (SO1-W1, 115-129)

“Yang ibu ingin sampaikan adalah “Os” masuk disekolah reguler itu bukan karena ibu ga tahu diriatau ga nau'in kekurangan anaknya, melainkankarenna tidak ada pilihan lain, karena sewaktu ibumemutuskan untuk memasukkan “Os” ke SLB danSLB borderline dua2nya menolak dan berpendapatbahwa “Os” akan mampu bersekolah di sekolahreguler, tapi sewaktu di SD ke;as 1 sampai kelas 3kemampuannya betul2 makin tiarap, makin seringmenerima keluhan dari guru2nya, karena merekakecewa “Os” tak mampu menyerap pelajaran ygdiberikan” (SO2-W1, email 1-01)

Subjek pertama dikucilkan di lingkungan tempat tinggal dan

sering menjadi obyek

“Karena jadi objek dia, jadi dia bener-bener gaksuka gitu, jadi kalau disini gak pernah jalan-jalan,gak pernah keluar gitu, karena ya itu tadi jadiobyek orang-orang disini mereka itu enggak tahuautis itu apa” (S1-W1, 427-432)

Subjek kedua di remehkan oleh teman-teman barunya

“sewaktu KKN kemaren sempat banyak mengeluhkarena kan teman2 KKN nya ini kan bukan teman dikosan atau teman sejurusan/sefakultas yg sdh pastitidak bisa memahami perilaku anehnya dan malahbeberapa justru memperlakukannnya sebagai anakidiot yg tidak mengerti apa2,

95

menyedihkan memang tapi mau gimanalagi?”(SO2-W1, email 1-01)

“Ya itu aja tapi kalau kehidupan sehari-harinyaenggak ya, ya pas itu tadi giliran pas dia naksircewek dan segala macem dia merasa dia itu bedagitu lho” (SO1-W1, 798-803)

n. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan

Perubahan pola pikir orang tua subjek pertama dari fokus ke

akademik menjadi fokus pada kemandirian anak

“Inklusi yang mana lagi, orang setiap kita nyariinformasi, tetep aja di lempar sana di lempar sini,jadi mereka tidak terima juga gitu lho he’ee.Akhirnya saya coba ke fredofios, eh eh pola pikirsaya jadi berubah ya pola pikir saya jadi berubahbegini anak ini suruh belajar ipa, suruh belajarmatematika, suruh belajar ini terus mau untuk apagitu kan untuk apa” (SO1-W1, 158-165)

Lingkungan berpengaruh pada kenyaman subjek kedua dalam

masuk pada suasana baru seperti akan bekerja

“Tapi yang harus di kondisikan itu adalahlingkungan kerjanya gitu lho, itu yang harus dikondisikan dulu. Memang anak autis itu lebihnyaman kalau dilingkungan sendiri gitu ya”“Lingkungan sendiri misal, saya punya cateringatau apa dia kerja dengan saya dan itu lebih aman,tenang gitu lho lebih aman tapi kan susah yatergantung anak juga gitu lho” (SO1-W1, 936-950)

Lingkungan dan suasana yang cenderung dalam komunitas

sedikit berpengaruh pada konsentrasi subjek kedua

“Saya mampu berkonsentrasi ketika ehh saya baikjika kondisi-kondisi di situasi tempat sepi, eh bukanenggak ada orang sama sekali tapi orangnya sedikitehh enggak terlalu banyak tapi enggak terlalusedikit jadi ya medium-medium gitu saya misalnya

96

dikelas. Di kelas nih di arkeologi tu di angkatansaya cuma dua puluh orang”“ Nah dua puluh orang menurut saya di kelaskuliah itu ya medium lah tapi menengah cenderungmenengah ke bawah kelasnya jadi saya lebih mudahberkonsentrasi, jadi dosen lebih mudah gampangmengenalinya dan suara dosen itu lebih kedengaranjelas gitu” (S2-W1, 310-328)

Lingkungan atau teman-teman yang dapat memahami sangat

berpengaruh terhadap perilaku adaptasi subjek kedua

“yang ke empat bisa adaptasi, cepat adapasi situasiyang enggak pernah kita, cepet adaptasi tu udahseneng banget itu,” (S2-W1, 1355-1362)

“Barang kali belum parameter tadi belum,terutama tadi masalah pertemanan maupun merekasih tidak ngapa-ngapain saya, Cuma saya yangagak sulit deketin mereka gitu, tapi udah setengahjalan gitulah Hmm lupa, hehe” (S2-W1, 1363-1365)

“Mengenai perilaku memang sampai saat ini,masih jadi pe er besar untuk ibu karena “Os”masih saja suka menyendiri, msih sering merasa taknyaman berkumpul dengan teman2nya kecualiteman yg benaS2 bisa memahami” (SO2-W1, email1-01)

o. Kepedulian sosial penyandang autis terhadap lingkungan

Subjek menunjukkan perhatian terhadap orangtuanya saat

mereka sedang sakit, perilaku tersebut subjek meniru saat ibu

memperlakukan subjek di kondisi yang sama

“Iya disiplin terus dia tu rasa empatinnyayaitu luar biasa dari pada yang lain” (SO1-W1,446-458)

97

“Iya empatinya ya, terutama pas saya sakit gitu.Dia itu duh “Td” mama sakit, loh mama kenapa,mama sakit terus dia akan pengumuman samasaudaranya, kakak mama sakit ini mama mau apa,mau dibikinin teh anget ya, ini ini ini, dia seperti ituseperti apa yang saya lakukan sama dia gitu lhomisalan dia sakit”

“Iya, terus kalau misalkan saya sakit gitu diapaling ya ngecek masuk kamar, mama gimanamama sakit ya, iya gitu yang bikin saya apa yasayang sama dia gitu makanya rasa empati diabagus dia” (SO1-W1, 459-480)

“Iya, itu menurut saya lho ya yang sayarasakan terutama kalau saya sakit, kalau saya inigitu dia seperti itu, kalau saudaranya sakit ataubagaimana juga begitu dia, mama kakak sakit iniini ini nanti masuk di giniin( tangannya ditempelkandijidat) gitu lho ya, ya seperti apa yang sayalakukan sama dia, seperti itu dia, ma aku ini yakamu jangan ini ya ini ya gitu. Sama saya jugabegitu nanti setengah jam satu jam, dia kan punyakamar sendiri nanti dia masuk kamar saya, mamasih sakit ya masih ini. ya enggak ngerti apa itumembeo atau apa ya tapi kan minimal dia udah adarasa ya dia dateng gitu” (SO1-W1, 481-500)

“Iya jadi seperti itu, he’ ee saya misalkan kankalo misalkan dia sakit saya itu kan misalkan ayo“Td” kita berdoa yuk, misalkan sholat kan ayo“Td” sholat dulu minta sama Allah ya minta samaAllah buat disembuhkan, lha nah dia itu gitu lhomaksudnya” (SO1-W1, 508-518)

Subjek menunjukkan kepedulian terhadap temannya dengan

mendoakan jika ada teman atau orang yang sakit

“Kalau terhadap temen-temennya saya enggak tahuya cuman dia itu misalkan ada yang sakit siapapunlah dia denger kabar sakit, ayo kita berdoa sama-sama, kita ini” (SO1-W1, 501-507)

98

p. Pandangan anak autis terhadap lingkungan

Subjek kedua lebih merasa nyaman berada di komunitas kecil

“Iya kalau yang menurut saya yang biasa itu kankelompok kecil tapi bukan ya saya semua temen ituya temen walaupun enggak ada geng-geng an apaapalagi pokoknya kelompok temennya yang anakkuantitas sedikit, bukan temennya sedikit ya kalautemen yang kenal baik sedikit supaya saya lebihgampang untuk ngobrol-ngobrol” (S2-W1, 179-189)

Subjek kedua merasa kesulitan untuk bersosialisasi dengan

teman satu jurusan yang berbeda minat dengan dirinya

“Iya mungkin kalau sama temen satu jurusansedikit ya kesulitan” (S2-W1, 190-193)

“Tiba-tiba topik yang diomongin itu yang enggaksuka atau topik yang kurang kita minati gitu karenakan perbedaan minat itu wajar tetapi karena “Os”si karena belum bisa menerima seratus persen kangitu jadi menganggap topik udah beda ahhmenyingkir gitu, cuman sebentar habis itu nyingkir”(S2-W1, 215-232)

Subjek kedua menyadari konsep bermasyarakat dengan

berusaha mendekatkan diri terhadap lingkungan

“Ya lihat orang, lihat orang sikapnyabagaimana, sikap ini karena orang normal jadi maugak mau saya harus ngikutin mereka gitu, itukannorma kesopanan apa itu tu sebagian dari normakesopanan jadi kalau saya melanggar saya enggakditerima sama temen-temen. ” (S2-W1, 288-296)

“Kalau melanggar norma norma, normakesopanan, kalau ngulang-ngulang gitu kan

99

melanggar ya orang jadi bosen gitu” (S2-W1,297-300)

Subjek kedua dapat mengerti sikap dan perilaku yang tidakbaik

“Enggak sih, iya enggak sampe meng ini-ini bangetya, karena kelakuan temen arkeo tu ada beberapasebagian yang amburadul”“Ya mungkin apa, misalnya ada yang minum-minum gitu, minum bir pas acara pelepasan gitu.Padahal pernah dapet di kasih tahu temen katanyaada salah satu senior yang suka minum, adabeberapa yang gitu jadi itu yang bikin terkadang tuhati tu” (S2-W1, 514-527)

Subjek kedua dapat menjalin hubungan persahabatan dengan

teman yang sebagian besar memiliki minat yang sama

“Cowok-cowoknya ni satu jurusan suka bolasebagian ya tapi kalau disini mungkin ada satutemen yang enggak suka bola juga jadi istilahnyasaya gampang bersosialisasi karena dia sama-samaenggak suka apa ya”“Iya, enggak suka ngikutin bola, enggak sukangikutin apa tapi kalau lagu misalnya walaupunbeda alirannya tapi sama-sama lagu ada cukupnyambung jadi bisa lebih enak” (S2-W1, 194-209)

“Gini gini Gini, gitu kok, ada temen beda jurusan,saya menilai ini kok temennya kos lebih enak itu”(S2-W1, 536-543)

q. Peluang memperoleh keterampilan dan informasi baru

Subjek pertama mendapatkan informasi tentang pengobatan

tradisional dari televisi yang merupakan media yang terdekat oleh

subjek

“ Weh bisa, saya pernah lihat di TV kok, di TVbisa” (S1-W1, 210-214)

100

Subjek pertama mendapatkan informasi dari majalah

“ Kalau pulang, kalau habis sekolah mampirsebentar ke kios koran kemarin, mampir”“Saya beli majalah bola” (S1-W1, 522-530)

Subjek pertama mendapatkan keterampilan tentang melakukan

kegiatan sehari-hari dari sekolahnya

“ Iya, mencuci juga kan, disana diajarin juga,setrika juga di ajarin.kadang-kadang, dia maunyakalau pakai baju disukai ya dipakai terus ya?”(SO1-W1, 235-241)

“Oh iya tahu, he’ee udah tahu kan disekolahan jugaudah di ajarin” (SO1-W1,993-997)

Subjek kedua memperoleh keterampilan dan informasi baru

dari mengikuti berbagai les, seperti les musik untuk mengasah

keterampilan permainan biola

“Diajari, belajar, ikut, inisiatif ikut, pengen les,minta dibeliin biola belajar sama temen-temenmaksudnya ada gurunya gitu” (S2-W1, 260-264)

Subjek kedua mendapatkan informasi kebanyakan dari majalah

atau berita online

“Enggak kalau majalah, kan sekarang ada beritaonline jadi seneng berita online” (S2-W1, 955-966)

“He’ee jadi selalu update kayak kompas.com apagitu detik news” (S2-W1, 967-969)

r. Keterampilan yang dimiliki

Subjek pertama memiliki keterampilan berenang

“Dia jago mbak”“He’ee nyelem juga bisa, dia sukanya nyelemmalahan” (SO1-W1, 359-363)

101

Subjek pertama memiliki keterampilan memasak berbagai

jenis makanan

“Masak”“Nasi goreng sama telor”“Terus bikin apa lagi?eee, apalagi yang kemarinitu?bikin kue tahu ya?”“He’e iya”“Terus bikin apa lagi?pancake ya?”“Iya”“Terus sop bisa gak?”“Iya bisa” (S1-W1, 287-303)

“Jadi apa yang harus dia lakukan, telornya segalamacem. Dia kalau dirumah dia kalau mau masak,kita enggak boleh ikut jadi harus dia, mulai ngupasbumbu, ehh nggiling bumbu, tumis semuanya dia”(SO1-W1, 998-1006)

Subjek kedua memiliki keterampilan sekaligus merupakan

salah satu hobi memainkan alat musik yang subjek pikir memiliki

ciri khas berupa bermain alat musik biola

“Kalau musik biola tapi sekarang sedang vakumdulu sebentar”(S2-W1, 247-250)

“Alat musik yang menarik yang gitu, alat musikyang menarik yang punya ciri khas tersendiri yangbeda dengan piano mungkin ya banyak orang mainpiano apa gitu. Piano gitar itu udah banyak pasti”(S2-W1, 265-275)

s. Peluang mengembangkan keterampilan

Di sekolah subjek pertama mengadakan skill center untuk

mengembangkan kemampuan yang dimiliki masing-masing siswa

“jadi kemarin pas dirapat saya juga mengusulkanbagaimana kalau di skill center itu ee kan selama

102

ini untuk magang itu anak cuman satu minggu itucuma satu hari”“Belum, dan enam hari itu sekolah terus sayamengusulkan bagaimana kalau anak ini tu yangudah besar-besar itu enggak usah sekolah lagi,maksud saya kalau magang, magang aja supayaanak itu enggak bingung” (SO1-W1, 876-889)

“Tapi kalau untuk kedepannya saya mengharapkansama skill center ini gitu lho” (SO1-W1, 872-875)

“Iya lha ini baru baru di bicarakan kemarin karenauntuk tahun depan pertemuan autis itu kitamengharapkan sudah ada skill center” ( SO1-W1,951-954)

Kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berupa

tawaran dari berbagai tempat untuk magang dan sebagai sarana

belajar mengenal lingkungan pekerjaan sesungguhnya

“sekarang ini ada di bu sukinah itu kemarin jugamenawarkan seperti ini jadi apa namanya kyakpercetakan, fotocopi ada yang ini, ada ada yangmenawarkan gitu lho” (SO1-W1, 926-935)

“Kemarin juga ada yang menawarkan kalu “Td”tertarik, ini ada kue ini dijual untuk anak-anakautis, oh iya nanti bisa dibikin gitu lho seperti itudia juga menawarkan” (SO1-W1, 1020-1027)

“Hehehehe, iya disitu he’ee harapan saya itu jadiya minimal itu ada juga yang ngeluarin pabrik rotiya” (SO1-W1, 1036-1042

Subjek kedua mengembangkan keterampilan dengan perasaan

ingin tahunya yang besar dan mengikuti berbagai macam les

“Keterampilan, ehh dari mana ya, les-les gitu yamungkin rasa ingin tahu, rasa ingin tahu, rasa ingintahu sama nanyananya ini gimana, ini les nyangadain apa aja ni kegiatannya apa aja ni, gitubanyak” (S2-W1, 938-954)

103

t. Gambaran masa depan penyandang autis

Subjek pertama memiliki keinginan sederhana dalam hidupnya

untuk segera bekerja untuk memperoleh uang dan dapat membeli

sesuatu yang dia inginkan, seperti subjek ingin berjualan kerupuk

agar sorenya langsung mendapatkan uang.

“Aku maunya di pabrik kerupuk aja”“Pabrik kerupuk, aku maunya jualan”“Iya, ehh puter nanti sore saya balik, mingguistirahat” (S1-W1, 537-550)

Nah, kemudian misalkan untuk untuk ya khususnyauntuk anak saya yang sudah mata duitan ya” (SO1-W1, 890-893)

“Hehe, jadi jadi udah harus dikasih pengertianbahwa kalau dengan bekerja kamu akanmendapatkan uang dan dia tahu, dia mau jualankerupuk karena nanti dapat uang gitu” (SO1-W1,894-899)

Subjek kedua memiliki cita-cita menjadi seorang arkeolog

kemudian ingin menjadi seorang dosen untuk mengembangkan

kemampuannya dalam berkomunikasi

“Awalnya karena pengen masuk arkeologi,pengennya ya jadi arkeolog lah” (S2-W1,1290-1299)

“Tapi ada entah kenapa suatu hari mungkinberubah lagi pengen jadi dosen karena ada ngeliatdosen senior tu waktu mengajar ngajarnya enak,jelas mudah di pahami tu, itu yang bikin terinspirasikarena menyampaikan materi ke mahasiswa gitu,memperbaiki kemampuan secara komunikasi juga,saya juga jadi dosen komunikasinya harus bagus”(S2-W1, 1300-1303)

104

u. Harapan masa depan penyandang autis

Subjek pertama dan orangtua memiliki harapan untuk

mengembangkan keterampilannya dan menjadi seorang ahli masak.

Ya itu harapannya saya, dia bisa mengembangkanmaksudnya untuk kedepannya itu, e ada misalnyasekolah untuk yang bisa, kalau dibilang chef terlalutinggi ya” (SO1-W1, 1007-1019)

Subjek kedua memiliki harapan untuk melanjutkan pendidikan

ke luar negeri dengan beasiswa

“Pengennya sih jauh ke luar negeri”

“Belanda nyari beasiswa entar” (S2-W1, 1304-1310)

Subjek kedua menginginkan kehidupan yang bahagia, dapat

mandiri, dapat membahagiakan kedua orangtua, diterima di

lingkungan serta dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya

“Hal yang ingin di capai itu “Os” mandiri karenadengan mandiri walaupun orang tua sudahmeninggal tapi biar enggak nyusahin apa” (S2-W1,1311-1318)

“kalau terjadi apa-apa, yang kedua lulus, bisalulus SO1, syukur-syukur bisa kuliah di SO2, doktordi S3 gitu” (S2-W1, 1319-1321)

“ itu harapan juga yang ketiga pengen dibanggaintetep enggak ngecewain di keluarga terutama orangtua, karena orang tua udah usahain susah payahgimanapun juga, usahain apa-apa buat saya gitu”(S2-W1, 1322-1325)

“Parameter kebahagiaan itu untuk mahasiswaseperti saya nilainya, enggak ngulang mata kuliahparameternya, yang pertama enggak ngulang matakuliah, yang ke dua bisa di terima di pergaulan baik

105

temen maupun kampus kakak angkatan, yang ketiga bisa nyenengin orang tua” (S2-W1, 1346-1354)

v. Kepuasan finansial

Subjek pertama merasa fasilitas yang di inginkan telah

terpenuhi

““Td” pengen apa?kalau TV kan ada ya, “Td”suka TV?”“Iya”“Oh terus sepatu ada ya?”“Iya”“Terus apa lagi yang buat sekolah ada semua

kan?”“Iya”“TV punya kan?”“He’e”“Handphone punya?”“Iya, laptop juga iya”“Suka laptop juga kan?semua kan?”“Iya, PS iya” “Udah semua” (S1-W1, 445-475)

Subjek kedua merasa secara materi sangat terpenuhi baik

dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari maupun mendukung

fasilitas untuk kuliah

“Eh cukup, pas jadi enggak terlalu kurang, tapiberlebih juga enggak tapi taraf yang cukup”“Iya itu pas malah lebih dari pas”“ barapa ya Dapat satu ehh satu” (S2-W1, 857-868)

“Eh kalau yang ehh iya kalau yang Penting-penting iya bisa tapi kadang juga patungan ditambahin patungan”(S2-W1, 873-880)

“Handphone, modem, laptop,” ( S2-W1, 881-887)

106

“Iya, bisa beli alat tulis atau apa, buku kuliahsudah ada, bisa fotocopy bisa apalah pokoknya buatkuliah penting-penting” (S2-W1, 908-913)

“Cukup terpenuhi ya karena untuk disini ya karenaselama tinggal orang tua sudah mencukupi uang”(S2-W1, 1366-1370)

w. Pendapat subjek tentang kualitas hidupnya

Subjek kedua merasa telah memiliki kualitas hidup yang cukup

baik, karena merasa kesehatannya baik dan cukup dalam hal materi

“Iya cukup baik, parameternya ya apa,kesehatan udah, paling dulu pernah sakit tapisekarang udah enggak sakit, eh parameternyajarang sakit” (S2-W1, 1371-1377)

“Yang ke dua biaya hidupnya sudah cukup, udahlebih dari cukup, biaya hidupnya dari orang tua, ehapalagi ya, ya dua itu parameter utama” (S2-W1,1378-1381)

x. Sifat autis yang masih melekat pada diri subjek

Subjek pertama belum dapat membedakan bagaimana orang

yang baik dan bagaimana orang yang tidak baik

“Enggak, enggak bisa dia, bagi dia itu semua orangbaik, enggak ada orang enggak baik, semua orangbaik” (SO1-W1, 850-854)

Subjek pertama tidak mengerti aturan kesopanan dalam

bermasyarakat, hanya mementingkan kebutuhannya sendiri dengan

menelpon orang lain tengah malam karena kepentingannya sendiri.

“Ya itu karena kan “Td” enggak tahu waktu,enggak tahu ini gitu lho maksudnya, he’ee enggaktahu kepentingan, enggak tahu tempat yang dia tahu

107

hanya kebutuhannya sendiri, orang kadang-kadangsama kepala sekolahnya sendiri sama gurunya jugajam sepuluh malem dia juga nelpon”“Iya, ehhehehehhee pernah waktu itu saya anfaldirumah gitu ya enggak ngerti sakit itu, malam itusakit jam dua belas malam dan dia langsungtelepon gurunya, pak agung ini mama sakit gimanaya, aduh hehhehe, di teleponin gitu lho semuagurunya, kan gurunya jadi bingung juga gitu lho, yadia tu gitu gitu lho, hehe( tertawa)”(SO1-W1, 728-755)

Subjek kedua masih memiliki perilaku mengulang-ulang

perkataan hingga sering menimbulkan konflik dengan Ibu.

“Kekurangannya mungkin kalau ngomong gituterkadang suka diulang-ulang sampe kadang tubikin orang kesel” (S2-W1, 276-281)“Kadang sama ibu tu suka berantem karenangomongnya sering di ulang-ulang terus atauenggak terlalu yang masalah sebenernya sepele tapidi gede-gedein gitu suka gede-gede in masalah. Yadua itu kekurangan yang sedang saya perbaiki”(S2-W1, 282-285)

y. Pengaruh pendidikan terhadap kehidupan Subjek

Sekolah subjek pertama memberikan fasilitas penunjang bakat

untuk lebih mengasah kemampuan mandirinya.

“He’eee makanya “Td” dengan warungnya, kansekarang di fredofios kan setiap hari selasa gitu kanada warung kita gitu lho.” (SO1-W1, 955-961)

Subjek kedua merasa bahwa pendidikan sangat penting dan

mempengaruhi wawasan yang dimiliki

“Kalau mungkin bagi orang tua iya karenaparameternya itu sampai jenjang pendidikan tinggi,jadi udah sampai itu udah semua, masuk UMPTNitu pokoknya parameternya itu yang penting udah

108

sampai jenjang pendidikannya itu” (S2-W1, 1253-1263)

“Penting karena dengan pendidikan itu kita terusberilmu tapi ilmu juga enggak cukup”

“Sikap apa wawasan itu juga perlu, pendidikankarena menurut saya kaya SO2 S3 berarti kanmakin memperdalam kan makin, makin menyempitmateri dan makin tantangannya makin besar”(S2-W1, 1264-1274)

109

5. Tema, Sub kategori, Kategori

Tabel 3Tema, Sub kategori, kategori

KATEGORI SUB KATEGORI TEMAFisik Penyakit ringan “Kondisi kesehatan secara

umum cukup baik bahkan baikya, apalagi mungkin kalaumusim hujan begini ya kalaudrop paling ya enggak, palingbatuk, sedikit batuk aku” (S2-W1, 15-23)“Jarang sakit, alhamdulilah”(S2-W1, 23-24)

Menderita kejang-kejang

“Yaa, ehh kan kemarin pas diaenam belas tahun dia kan kenakejang gitu ya, maksudnya kankejang ini itu bisa juga waktukecilnya itu step, sakit apakayak panas. Ternyata itu bisatimbul lagi setelah dia besargitu lho” (S1-W1, 325-337)“Kalau udah pusing itu kejangmbak” (S1-W1, 197-204)

Bantuan medis Pengobatan syaraf danobat-obatan

“Iya, waktu kecil iya nah pasbesar ini timbul lagi jaditakutnya ah makanya harus diapa, konsumsi obat kejangjuga sejak dua tahun yanglalu”“ Bukan, bukan bukan buatautisnya tapi untukkejangnyaa” (SO1-W1, 338-341)“Iya, “Td” karena kejangnyaaja, jadi dia memerlukanperawatan medis sebulansekali buat syarafnya”“Iya tapi bukan karenaautisnya aja, untuk kejangnyaaja” (S1-W1,269-286)

Tidak memerlukanpengobatan yang

serius

“Enggak ngaruh sih buat sayaobat ya” (R3-W2, 125-132)

“ehh Iya, awal SMP itu stopsama dokter enggak boleh

110

lagi” (R3-W2, 133-144)“Kalau sakit, kalau waktu-waktu sakit iya karena kan diUGM tu ada ini apa, ehhgraha medical center jadikalau udah megang kartuasuransi yang sudahdibayarkan sama spp bisa itukalo penyakitnya ringan itu,kayak penyakit ringan itu apabatuk, pusing gitu” (S2-W1,116-124)

Diet “Nah saya terapi disitu kanmemang cocok-cocokan yadisitu akhirnya dikasih, eh inieh apa untuk dietnya ini ini iniini jadi glutein, kafein dan apaya glukosa, ya itu terus sayajalankan, ya alhamdulilah adaperkembangannya gitu lho”(SO1-W1, 75-83)“Kalau dia itu kan kebetulandietnya itu ketat ya, jadienggak kalu dia. Asalkandengan pola makanan yangbener-bener ini dia. “Os” punbilang “Os” pun kalau minumsusu yang itu” ( SO1-W1, 252-265)“ Ehh pokoknya yangtidak mengandung glukosa,ehh gula, kemudian susu murnidan olahannya keju dan segalamacem itu dan kemudiantepung terigu”( SO1-W1, 266-272)“Sangat, kalau “Td” iya”“Pernah, jadi seperti apel,apel itu juga enggak bisa dia.Buah itu yang bisa pisang,pisang itu juga enggak bisabanyak, jeruk, semangka bisa,melon juga enggak bisa, ehhterus ini salak itu bisa” (SO1-W1, 273-289)“Warung padang karena dia

111

diet, jadi satu-satunya yangdia boleh makan itu di makengking makan udang”“Iya tapi kan udangnya boleh,tapi gak pake bumbu apa-apa,kan udangnya kan udang galahdisana sama di rumah makanpadang, makan apa “Td””Ayam pop dan udang” (S1-W1, 390-413)“Eh kalau “Os” sih diet itumie”“Spageti, atau dia dariprotein susu ya spageti”“He’eem bahannya tapi dariprotein susu murni juga gakbisa”“Roti bisa tapi enggak bisabanyak”“Susu sapi murni yangbener-bener asli darisapinya” (S2-W1, 1045-1058)“Pernah tapi jarang kalaumie kadang-kadang, seminggusekali itu mungkin lima harisekali”“Pantangan iya tapi enggakdilarang” (S2-W1, 1059-1066)

Pengaruhperilaku autis

terhadapaktivitas

Aktivitas terganggu “Hmm, paling pernah pusingwaktu itu hmm akhirnyaterpaksa satu semester satupernah sakit pusing batuk ituterpaksa ikut ujiannya itu ikutujian susulan, jadi pusing danbatuk tu mengganggu, cukupmengganggu saya dan dapatmempengaruhi konsentrasisaya terhadap ujian” (S2-W1,48-66)“Bisa dia, iya “Td” apa yangdirasakan, kepala saya berat,pusing saya pusing mama. Jadikalau “Td” udah ngomongaduh saya pusing mama, Jadikalau “Td” udah ngomongaduh saya pusing mama, aduh

112

waahh saya udah ini kalau“Td” udah begitu” ( SO1-W1,311-324).“Enggak ada pengaruh cumandia jadi enggak nyaman gitu.Saya juga jadi ketakutan, jadikalau di rumah, ma besuk akuenggak ikut renang. Jadi, hariyang paling menakutkan sayaitu hari jumat, karena apakalau dia harus renang itu gitulho. Saya itu kuatir kadang-kadang, kan enggak mungkinkalau mama aku mau renang,mau ini lho, kan enggakmungkin enggak boleh” (SO1-W1, 350-358).

Waktu istirahatkurang

“Jam sepuluh, main hp duludari pada ngapain”“Tidur ni, kalau filmnya seruya ditonton aja”“ Iya, kalau gak seru ya tiduraja, kalau gak seru” (S1-W1,215-230)“Bangunnya jam setengahtujuh pagi, tidurnya jam duabelas malem paling cepet ya”“Setengah satu itu palinglambat” (S2-W1, 97-109)“Ya biasa Main gitu, maen sihmaen di kos juga, enggak mainke mana-mana”“Main game” (S2-W1, 110-115)

Perilaku tantrum Perilaku hiperaktif “Ya itulah lari-lari ke sana kemari hiperaktifnya ke luar gitulho, hiperaktifnya keluar terus.Saya tadinya juga karena udahlama ya dari usia delapantahun dia kayak gitu kan, dariusia delapan tahun tapi diatadinya ini apa lupa, awalnyasaya kira kesurupan jadienggak kenal jadi lari-lari ginigitu lho tapi ternyata karenamakanannya” (SO1-W1, 290-

113

301)“Iya jadi rasanya dia enggakbisa mengontrol dirinyasendiri. Pernah saya tanyakenapa, katanya iya ma,pusing, dia itu kan enggak bisakontrol dirinya sendiri kan”(SO1-W1, 302-310)

Kondisi emosi “Pusing beberapa saatterus emosi naik labil,cenderung labil” (S2-W1,1067-1070)“Hilang sendiri biasanyabeberapa waktu tapi enggaknyampe sehari, enggak nyampedua belas jam juga enggaknyampe” (S2-W1, 1071-1078)

Kemampuankognitif

Berhitung “ Ya terus kalau dari segipelajaran mungkin adabeberapa yang kecuali sepertibahasa indonesia, kemudianips, ppkn mungkin susah yauntuk dia gitu lho. Tapi, kaloyang seperti ipa, matematika,segala macem itu” (SO1-W1,105-111)

Ingatan yang kuat “Kelebihan tu ya mungkinsaya lebih mudah mengingatjalan nama-nama jalan, jalankondisi ehh nama-nama jalan,kondisi jalan, kondisijalanannya apa baik, rusakatau gimana berkelok-kelok”(R3-W2, 233-241)

Belajar sebelum ujian “Tergantung materinya sihkalau dalam bentuk ujian takehome saya enggak perlu asalsaya udah baca buku tinggal disalin” (S2-W1, 1014-1020)“Iya, bukan sudah inget jugatapi paham, udah inget punudah satu kesatuan yang gakbisa dipisahin, hafal aja tapienggak paham susah” (S2-W1,1021-1024)

Berpikir mencari “ Dibalik keterbatasan

114

solusi kita, kita harus pintar-pintarberpikir bagaimana ehbagaimana kita bisa keluardari permasalahan ini” (S2-W1, 342-348)

Kemampuanberperasaan

positif

Terbuka “Cerita kalau dia suka teleponsuka eh sms gitu kan kelihatanya” (SO1-W1, 662-666)“Pengalaman sehari-hari ya,oh ya tadi eh pengalamansehari-hari biasanya ibu ceritatentang masalah ni, eh ujianini ni, ujian kalau ngeluhmasalah-masalah kuliah, kalaungeluh masalah sikap ketemen, kalau ngeluh masalaheh mata kuliahnya susah apagitu, curhat” (S2-W1, 1176-1186)

Penerimaan diri “Puas sih dibilang puasbanget ya enggak ya, puas yakarena manusia itu mempunyaikeunikan masing-masing buatsaya enggak puas-puas bangettapi cukup puas, sudah puasgitu lah” (S2-W1, 301-309)“Mau enggak mau ya sukaenggak suka di terima, sekolahsama yang lainnya, namanyaya sekolah” (S2-W1, 706-710)“Pokoknya kita selamakita tu bisa menikmatihidup itu kenapa enggak gitujadi Cuma itu berbalik kepribadinya orang masing-masing jadi buat aku sih hidupenggak usah dibikin repot,enggak usah dibikin, enggakusah dibikin pusing pokoknyanikmatin hidup ” (S2-W1, 145-155)

Bersyukur dan merasabahagia

“Saya hikmah itu harusnyakita tu bersyukur karenamungkin masih ada banyakorang lain ya walaupun kita

115

terbatas tapi masih ada oranglain yang jauh lebih dibawahkita jadi hikmahnya itu mampumensyukuri karena masih adaorang itu jauh jauh dibawahkita bahkan lebih parah darisaya banyak kasus-kasusseperti itu” (S2-W1, 352-363)“Mencapai hidup bahagia,kalau hidup itu kadangbahagia kadang enggak tapibahagia tu udah ungkapankesenangan kita dalamberkehidupan tu kita bisa lebihenjoy bisa lebih santai,bahagia lah ” (S2-W1, 1331-1338)“Bahagia sudah , karenacukup bahagia karenakebutuhan saya melebihi sudahdipenuhi yang tidak mamputidak memahami,Alhamdulillahitu juga sudah , bahagia udahpunya tabungan itu bahagia”(S2-W1, 1339-1345)

Menahan diri “Kalau materi mungkintergoda dengan hal-hal yangbaru tapi usahakan konsistendalam hal yang udah di milikisaat ini. saya juga terpikirkalau ganti-ganti barang itupasti ntar repot lagi pasang-pasang nomor telepon apagitu” (S2-W1, 897-907)

Optimis “Ehh untuk berprestasi tuagak susah ya karenaberprestasi itu tergantung dibalik ke pribadinya masing-masing buat “Os” tu misalnya“Os”nya mau berusaha apagitu kan pasti sesuatu yangmustahil itu akan terjadimisalnya eh juara satu apagitu kalau selalu berusaha tapiorang tua akan tetepmenghargaiya apapun

116

juaranya atau apa gitu, tidakmemaksa juga” (S2-W1, 914-928)“Supaya saya tu paham,ngerti ya saya itu bisamelakukan yang penting sayaberusaha gitu” (S2-W1, 644-647)

Perasaan negatif Putus asa “Mengerti, menyadari dia jugasering mengeluh apalagi padamasa puber ini kan” (SO1-W1,648-658)“Dia beberapa kali itumengeluh, mama saya iniautis saya kapan sembuhnya,saya capek jadi autis” (SO1-W1, 659-661)“Dia bilang papa mama akukapan ya autisnya gitu, diatahu aku itu autis aku bedadengan yang lain gitu lho”(SO1-W1, 667-669)“kalau diingatkan supaya bisapunya kepekaan membacasituasi, kadang dia suka nangissedih dan putus asa merasamasih saja belum bisa sepertiorang lain”(SO2-W1, email 1-01)

Ketidakpuasan “Makanya kadang-kadangbulan mei, bulan kemarin kedokter bilang gini. Eh dokter,saya udah bosen deh berobatkesini, kenapa enggak sembuh-sembuh, saya mendinganberobat ke alternative aja yadia bilang begitu” (SO1-W1,670-679)“kalau dari dokter enggaksembuh e dipuskesmas, enggaksembuh e”“Tradisional, murni, alamiyang bagus enggak pake bahankimia” (S1-W1, 52-71)“Pokoknya saya minta kepengobatan tradisional aja,

117

daripada ke dokter males”(S1-W1, 205-209)

Memendam perasaanmarah dan sedih

“Saya gak sedih, karenaditahan” (S1-W1, 361-375)“Dalam hati gitu a pa kalauada temen ini dateng itu temenini dateng, temen kampus apatemen kampus dateng tapidalam hati sebel eh orang sihenggak tahu tapi sebenernyamarah tiba-tiba mungkin itu ”(S2-W1, 390-398)

Kecil hati,menyalahkan diri

sendiri dan merasatidak berguna

“Kalau misalnya saya sayamungkin saya lempeng ataubagaimana saya mungkinemosi karena saya enggak bisaseperti orang lain, orang lainenak udah tinggal ekspresi apaaja bisa langsung bisamungkin sedikit apa jadikadang pengen emosi samatemen gak bisa apa” (S2-W1,377-383)“Eh enggak sih paling inibenda tapi enggak kasar-kasarjuga, dimarahin ibu tapikarena “Os”nya enggakngerti, enggak ngerti ,enggakngerti malah nyalahin dirisendiri akhirnya terluapkanlahitu rasa nyalahin dirisendirinya itu” (S2-W1, 418-428)“saya aduh marah sayaseolah-olah saya itu enggakbisa apa-apa padahalsebenarnya saya itu bisa kataibu saya, tapi sayamenganggap diri itu enggakbisa apa-apa” (S2-W1, 442-445)“Marah sama diri sendiri jadinyalahin diri sendiri karenamerasa enggak bisa gitu, salahpaham disitu” (S2-W1, 451-455)

118

Kepuasanpenampilan fisik

Puas dengan perutkecil dan tidak gemuk

“Ya keren tapi perutnya”“ Enggak, perutnya kecil nih,kecil ni, kecil kan”“Iya, aku enggak senenggemuk” (S1-W1, 29-51)

Puas dengan tinggibadan dan gigi yang

sudah dirawat

“Ya cukup puas, ya karenatinggi secara fisik postur udahsangat tinggi udah enggakperlu menambah tinggi lagi,hehe” (S2-W1, 544-555)“He’ee karena dulu giginyaberantakan, puas akhirnya yasudah perawatan gigi dimajuin, di kawat itu di majuingigi saya, memperbaikirahang”(S2-W1, 556-560)

Harga diri Memperlihatkankelebihannya

“Ohh penalti ya tendang bolagitu, dia misalkan untuk lombabertanding segala macem gitumaunya menang terus, gakmau dia kalau kalah gitu” (S1-W1, 496-501)“Iyaa yang bisa, kalau yanggak bisa banget dia gak mau”(S1-W1, 502-504)

Meminimalisirperbedaaan

“Keterbatasan “Os” paling yakita berusaha mencari jalankeluar apa saja yang solusi-solusi yang ada, berpikirsejenak, menghindari darikeramaian orang, berpikirsejenak bagaimana caranyasupaya saya itu bisa supayatetep tidak kelihatan berbedadengan temen-temen yang laingitu” (S2-W1, 156-166)

Kemampuanpersonality

Mandiri “Nah, iyakan akhirnya sepertiitu, makanya ya udahlah sayaberubah haluan karena untukmemaksimalkan anak itu kanmenurut saya alhamdulilahmaksud saya itu walaupun“Td” itu dirumah sendiri,bagaimana dia tidak akanpernah kelaparan karena diasudah bisa makan masakannya

119

sendiri. Dia bisa makan, diabisa ini, terus dia bisamencuci, dia bisa setrika gitulho” (SO1-W1, 223-234“Kering pake, kering pake yaudah kalau saya enggak adapembantu, anggak ada ini yasilahkan di setrika sendiri dicuci sendiri” (SO1-W1, 242-251)“Eh iya, kalau eh soalnyajagain rumah karena yanglainnya pada pergi kerumahpernah, bersih-bersih nyapu,ngepel pernah, jaga rumah tukalau lagi enggak ada orangsama sekali” (S2-W1, 1241-1252)“Keinginannya sekolah diarkeologi UGM ikut memacukeinginnanya mengasahkemampuan mandirinya, danalhamdulillah ibuberterimakasih pada UGMyang telah membantu “Os”berkembang pesatkemandirinannya, tapimemang pada dasarnya sejakkecil dulu ibu sdhmelatihnya pelan, tapiboomnya justru pada saat diakuliah, subhanallahalhamdulillah! Kalau untukkemampuannnya beradaptasimemang tidak sepesatpengembangankemandiriannya”(SO2-W1,email 1-01)

Tanggung jawab atasdirinya sendiri

“Sampai saat ini saya sudahsenang ya karena apa untukmemang untuk dirinya sendiridia sudah tidak merepotkansaya ya, minimal itu ya” (SO1-W1, 863-871)“Ya kalau saya sih itu ya mbakya, pernah lho kemarin pas

120

puasa, ehh pas lebaran aduhcapek e, pembantu kan enggakada gitu lho, harus masak,banyak tamu ini sayaketiduran. Makanan “Td” lupabangun-bangun udah agaksore gitu, adu mati akumakanan “Td” belum akumasakin, “Td” “Td” “Td” ehhmaaf ya mama belum buatmasakan “Td”, hmm apaan maorang aku udah makan siangbikin nasi goreng” (SO1-W1,976-992)“Iya, makanya kuliah darisemester satu masuk karenakuliah ini sistem mata kuliahberantai yang berlanjut, satukesatuan mau enggak mausaya harus masuk terus karenananti siapa tahu yang buatujian itu di keluarin, karenabiasanya baca buku, fotocopybuku yang dipelajari walaupunpersiapannya enggak banyak”(S2-W1, 1025-1034)“Ya paling ini dua kalienggak masuk, paling dua kalienggak masuk enggak pernahtiga kali, enggak pernah empatkali” (S2-W1, 1035-1044)

Sikap patuh “Oh, iya dia udah mengertijadi maksudnya seperti diamisalkan gini. “Td”, ehkemarinkan sempet kena cacar,“Td” enggak boleh mandikalau mandi boleh tapi enggakboleh pakai sabun pakai detolaja gitu, antiseptik aja udah.Dia enggak mandi kan enggakmau gitu” (SO1-W1, 373-395)“Terus ini nanti habisnyasekali pake langsung ditaruh diini biar virusnya enggakkemana-mana, dia nurut kalauseperti itu gitu lho. Misalkan,

121

“Td” kan batuk enggak bolehmakan gorengan dan enggakbakalan dia makan gorengangitu lho” (SO1-W1, 373-395)“Iya, nurut nurut dia he’ee.“Td” enggak boleh makan es,enggak boleh makan ini iya,karena dia karena kalau sakitdia sendiri yang merasakangitu lho makanya dia nurut.Kalau makan-makanan ituenggak bakalan dia nyuri dibelakang, enggak bakalan,coba dikasih chiki dibelakangsaya atau bagaimana kalau diamau dan enggak bakalan mau”(SO1-W1, 396-411)“Iya soalnya kemarin pas difredofios juga kan temannyapada kalau pintu kebuka kanpada keluar-keluar semua,“Td” sih enggak dia malahenggak keluar sendiri, hehe”(SO1-W1, 522-527)“Enggak di kasih ijin”“Kadang,ngelanggar palingkadang enggak boleh”“Enggak” (S2-W1, 1133-1146)

Sikap disiplin “Eh masalahnya begini lhokadang-kadang ya itulahbedanya ya, kakaknya ituenggak disiplin sebenarnyakakaknya yang salah jadimaksudnya dia kalau pinjemlaptop aku setelah pake itukabel-kabelnya dimasukindisini tapi kakaknya kanenggak kadang-kadang gitulho, pinjem set set set taruhgitu kan”“Ya itu yang enggak sukakalau kakaknya pinjemlaptopnya dia ditungguinsampai selesai”“Sama “Td”, kakaknya kan

122

risih juga kan, udah belum sihaku udah ngantuk, hehe emangsih kadang-kadang kakaknyayang enggak enggak tertib gitulho he’ee” (SO1-W1, 621-647)

Kepercayaanindividual

Beribadah bentukkepercayaan kepada

Tuhan

“Iya, persis terus mamasholat dulu biar Allah sembuhkan ya, kalau adzan kanlangsung dia” (SO1-W1, 519-521)“Iya walaupun mungki telatya, telat maksudnya setelahadzan, kalau pagi telat, selalutelat kalo pagi” (S2-W1, 1326-1330)

Percaya diri “Bisa, iya gitu bisa dia. Oh lesdia les dimana di primagamajuga ikut gitu lho makudnyapede anak ini gitu lho” (SO1-W1, 112-114)“Siapa yang pengen mengubahsikap saya maksudnya ngubahsikap itu tergantung ke sayanya, ibu saya cuma bisamenasehati tapi enggak bisamengubah saya gitu” (S2-W1,509-513)

Tidak percaya diri “Malu” (S1-W1, 96-105)“Kalau di hall enggak seneng”

Usaha keluargauntuk mengatasi

keterbatasan

Memberikankenyamanan

“Gitu saya pikir-pikir anak inistres, saya juga stres akhirnyacari solusinya. Bagaimanasolusi supaya anak ini nyamangitu. Saya nyari sekolah-sekolah inklusi-inklusi itu, yahsaya bilang susah yaa cumanteoritis saja ya” (SO1-W1,137-157)“Iya tapi itu tergantungsekolahnya, yang penting kanlingkungannya, yang pentingdia nyaman” (SO1-W1, 1043-1046)

Memaksimalkankemandirian

“Makanya akhirnya saya mikirsaya seperti ini harusmemaksimalkan kemampuan

123

dia” (SO1-W1, 184-189)“He’ee yang lain, maksudnyamemandirikan anak ini,bagaimana supaya dia bisamandiri gitu lho. Akhirnyasaya pilih fredofios tes nyajuga, seleksi nya juga bisamasuk disana, akhirnya yaudah saya itu aja, jadi berbalikgitu lho” (SO1-W1, 190-194)

Memberikanpemahaman

“Ibu itu sudah jelasinberkali-kali kenapa kamu ituenggak ngerti-ngerti jadiseolah-olah kayak orang tulienggak denger apa-apa gitupadahal ibu bilang enggak tulienggak, kamu enggak bodoh,kamu enggak apa gitu, tapikamu enggak ngerti, kamuenggak berusaha memahamikadang” (S2-W1, 433-441)“Menghiburnya itu ibusaya, ibu saya nenangin diri,nenangin saya gitu supayasaya enggak nyalahin dirisendiri tu dan saya haruspaham, memahami, mengertiperasaan orang lain” (S2-W1,468-480)“Iya ibu walaupun dengannada tegas apa gitu tapiakhirnya, ehh akhirnyasekarang ngerti, enggaklangsung gitu mengajari sayamumpung ibu saya masihhidup kalau ibu sayameninggal siapa yangnasehatin kamu” (S2-W1, 502-508)

Meningkatkankemampuan akademis

“ibu mengambil inisiatif untuktetap bertahan di SD Al Azharkarena kebetulan sekolahnyapagi, sedangkan sore hari ibubawa untuk bimbinganremedialnya ke SLB, denganharapan guru2 SLB tentu akan

124

lebih mampu memahami anak2berkebutuhan khususdibanding guru2 di sekolahreguler, dan tak jauh daridugaan memang bimbinganremedial oleh guru2 SLB bisamembantu “Os” memahamidan menyerap pelajaran lebihbanyak dibanding dengankemampuannya ketika belajardi sekolah, kombinasi ini cukupmembawa banyak perubahanapalagi ibu memang jugaselalu melibatkan diri untukmengajari nya di rumahdengan berbekal obrolan2santai ibu dengan guru2disekolah maupun terapiswicara dan pembimbing2nyadi SLB, ibu tidak mau hanyamengandalkan mereka semua,karena pikir ibu justru ibulahyang paling banyak waktubersama “Os” dibandingmereka, jadi ibu selaluberusaha mengisi waktu ibudirmah untuk menerapkansemua teori dari tempat terapi,sekolah maupunpembimbingnya di SLB untukibu praktekkan dirumah, duluwaktu “Os” mulai belajarmatematika ibu harus cari akaluntuk bisa membantunyamemahami”(SO2-W1, email 1-01)“seperti ketika “Os” kesulitanbelajar pecahan bilangan, ibumendapat masukan dariterapisnya bahwa “Os” itulebih mampu memahamibanyak hal yang riil dan dapatdilihat, sangat tidak mampumemahami hal yg abstrak,berangkat dari info itu ibumulai coba2 dengan

125

mengajarinya pecahan melaluibuah dan makanankesukaannya yg ibubelah2/potong sesuai jumlahbilangan pecahan yang sedangdiajarkan, begitu jg ketika“Os” belajar tentang ukuran,ibu sampai membelikannyatimbangan bebek(timbanganpasar), mengukur air dengantabung takaran, sendoktakaran dan membawanyamenyusuri jalan keluar kota ,menunjukkan patok2 penunjukjarak tempuh sambilmenghitung waktu tempuh,pergi ke bank hanya untukmencari uang2 receh yang sdhtak ada lagi dipasaran untukmengajarinya tentang nilaiuang sekaligus mengajarinyacara melakukan transaksimenggunakan uang danmembedakannya dengan caraberbarter , tapi yg paling sulitsewaktu ibu membantunyabe;lajar memahami pelajaranbahasa Indonesia terutamaketika belajar peribahasa, diaselalu tidak bisa konsentrasiketika membaca peribahasa,sibuk tertawa-tawa geli dantidak bisa memperhatikan apayg ibu sampaikan, dan selalumengulang ulang peribahasayang menurutnya paling lucu,dia sangat suka peribahasa"bagai membeli kucing dalamkarung", sampai sekarangkata2 itu masih bisamembuatnya tertawa gelikarena yg dia bayangkan adaorang membeli karung dankebingungan karena karung ygdibelinya itu bergerak gerak,ya itulah kesulitan anak autis,

126

pemahaman katanya sangatterbatas, untunglah denganbertambahnya usia “Os” sdhbisa mengalami perkembanganpesat sampai bs sepertisekarang”(SO2-W1, email 01-01)“Dulu pernah tapi enggakfanatik-fanatik banget Cumauntuk persiapan untukpemantapan supaya enggakremedial walaupun hasilnya yasedikit walaupun enggak ini-inibanget ya kecuali les privat,saya les privat dengan bantuanguru-guru, akhirnya saya bisales privat dengan syaratgurunya kalau di sekolah tidakboleh, tidak boleh mengikutiles dengan guru yangmengajar gitu harus beda guruitu di usahain sama ibu saya”(S2-W1, 970-982)

Mengenalkan padaberbagai lingkungan

baru

“Mengenai pertanyaan Viatadi tentang sekolah apayang membantunya bisaseperti anak lain sebayanya?,ibu pikir bukan hanya sekolahtapi juga semua pihak yangterlibat dalam penanganannya,tapi yang paling utamatentunya adalah keluarganyasendiri, dan juga lingkungantetangga maupun lingkungantempat “Os” ibu beripengetahuan tambahan(lesrenang, les musik, les vocaldlsb), semakin banyak ibumembawanya masukkelingkungan yang berbeda ,teman2 yg berbeda, guru2 ygberbeda, tentu itu jadi satuterapi yang tak ada teorinyauntuk perkembanganpengetahuan dan kemampuan“Os” berinteraksi dan

127

bersosialisasi”(SO2-W1,email 1-01)

Mencarikanpendidikan yang

terbaik

“Beberapa waktu kemudiankarena jarang informasi padatahun 1990, walau ada terapiapa, usaha cari sekolah-sekolah gitu, cari sekolahregular itu, cari tempat yangpas untuk saya walaupun sayaterbatas seperti ini itu tetepusaha mati-matian nyariterbaik buat saya pendidikan”(S2-W1, 662-669

Dukungan yangdiperoleh

Dari pihak sekolah “Jadi alhamdulilah kitasekeluarga ini kan, eh anakkita ini kan hee kalau difredofios kan ada kayakgethring-gethring gitu yakegiatan bareng orang tuakegiatan yang bersama-samagitu, jadi mereka anak-anak itutu tidak sendiri gitu lho merekapunya orang tua dalamkeadaan seperti iu merekatidak sendiri” (SO1-W1, 587-595)

Dukungan darikeluarga

“Hanya menyarankan gitu trusdukungannya itu support apasaja ehh proposal pokoknyamendukung juga proposalskripsi apalah sesuai denganminat dan kemampuan pustakayang ada gitu dan ya itudukungannya, salah satubentuk dukungan itu” (S2-W1,595-601)“Ya supportnya pokoknyagimana caranya supaya “Os”tu enggak putus asa, yapokoknya usaha gak apa-apaudah usaha nilai jelek atau apaenggak apa-apa, dihargaiapapun hasilnya asal adausaha dan berdoa udah” (S2-W1, 602-609)“Dukungan itu jelas

128

karena, ehh karena saya dilingkungan normal, mauenggak mau saya harus dibekali oleh ibu saya atau siapaehh bapak saya supaya ketikadua-dua nya meninggal sayabisa, saya bisa apa yaistilahnya saya mampu, mauehh saya mampu beradaptasi,mampu berhubungan denganorang lain dengan baik jadisekarang di beri cara pelan-pelan itu maksudnya” (S2-W1,627-643)

Keamanan Memerlukanpengawasan secara

fisik

“Sebenarnya kalau tidakada kejangnya saya merasaaman ya mbak ya tapi kalauada kejangnya ini saya itu,heee”“Eh,hee iya kawatir,kalauenggak ada kejangnya amanmbak, orang kalau ke mallmisalkan kita makan itu mamaaku mau ke kamar mandi itusendiri dia” (SO1-W1, 412-425)“Iya, sendiri dia kalau pesenmakanan atau bagaimana, maaku pengen ehh, ini nasi putih,dia kan suka nasi putih yangdicetak gitu ya dia itu suka, ohiya pesennya disana gitu bisa.Cuma pas ke kamar mandi itukita ikutin gitu, he’ee” ( SO1-W1, 426-445)“Iya, tapi sejak kejang itukita bawa ke mall itu jugaenggak berani gitu ya. Ya,enggak apa enggak sepertidulu gitu” ( SO1-W1, 426-445)“Enggak, belum yaalhamdulilah selama ini sihbelum pernah habis renangterus dia ada kejadian gitu sihenggak. Tapi, semoga jangan

129

gitu ya, cuman saya aja yangjadi gitu ya saya mintapengawasan lebih lah sama“Td” gitu ya, kalau pusing“Td” enggak usah renang”(SO1-W1, 364-372)

Pengawasanpsikologis

“Ya gitulah saya selalu bilang,saya selalu bilang sama budewi kan nanti kalau ada guru-guru yang magang tolongdikasih tahu kalau enggak maudiganggu , enggak mauditelepon, enggak mau di smsjangan ngasih nomor telepondengan “Td” gitu lhomaksudnya” (SO1-W1, 721-727)

Hubungandengan lawan

jenis

Ketertarikan dalammenunjukkan

perasaan

“He’ee lagi zamannya ya,lagi masanya gitu” (SO1-W1,690-699)“Pernah waktu SMP kelasdua itu temen sekelas, tinggi,ehh tingginya sama. Awalnyadia masih single ternyata udahpunya cowok tapi baru ajaputus ternyata, beberapawaktu kemudian udah tahukalau putus gitu” (S2-W1,804-811)“Iya suka, kalau ketemu foto,kalau ketemu minta fotoberdua” (SO1-W1, 700-706)“Ya nembak, tapi akhirnyaenggak jadi, jadinya karen diaudah punya pacar gitu”“Berani sampai temen-temen nyorak-nyorak, temensekelas tu waktu SMP” (S2-W1, 812-817)

Berhubungan sekedaruntuk urusan

akademik

“Perempuan, ehperempuan sih kalau konteksnya temen sih oke, temenkuliah karena bisa lebih di,kalau perempuan buat saya sihlebih bisa di percaya, misalnyaini menginformasikan sesuatu

130

misalnya tugas atau misalnyaapa tugas-tugas dibandinglaki-laki, karena laki-lakibiasanya apa lebih cuek samatugas, jadi saya tu lebih,perempuan tu lebih mudahbuat saya untuk manfaatkanuntuk misalnya itu formatnyatugas apa” (S2-W1, 723-735)“Enggak ada sih biasa lah,semuanya tetep teman tapihubungannya biasa” (S2-W1,736-739)“Iya, perempuan tu Cumalebih, eh lebih bisa di percayamasalah seperti itu”(S2-W1,740-742)

Perlakuan lawan jenisterhadap subjek

“Iya kalau laras itu mahasiswayang magang disana, yamungkin sama “Td” kan, yamemang saya lihat kalauketemu kadang-kadang sukameluk, suka ini jadikan diamerasa seperti itu kan?”(SO1-W1, 707-720)

Menyadari penolakandari lawan jenis

“Enggak, kalau masalah itusih enggak tapi ya kalau diaautis ya pas dia naksir cewekitu tadi, karena di tolak kanselalu ditolak” (SO1-W1, 820-827)“Oh enggak, enggak karenakan ternyata mbak laras ituudah punya pacar, ternyata initu udah punya suami” (SO1-W1, 828-836)“Ya itu aja tapi kalaukehidupan sehari-harinyaenggak ya, ya pas itu tadigiliran pas dia naksir cewekdan segala macem dia merasadia itu beda gitu lho” (SO1-W1, 798-803)

Tanggapannegatif darilingkungan

Penolakan guruterhadap kondisi

akademik

“Ya udah di SMP gurunyamulai udah enggak nyaman,lingkungannya udah enggak

131

bisa nerima dia”“Gurunya itu ada yangmengerti ada yang tidak, kanbeda dengan SD. Kalau SDkan gurunya cuman satu walikelas kan paling guru agamakan gitu, tiga lah paling. Tapi,kalau SMP kan enggak satumata kuliah dan tidak semuaguru kan bisa menerima”(SO1-W1, 115-129)“Yang ibu ingin sampaikanadalah “Os” masuk di sekolahreguler itu bukan karena ibuga tahu diri atau ga nau'inkekurangan anaknya,melainkan karenna tidak adapilihan lain, karena sewaktuibu memutuskan untukmemasukkan “Os” ke SLB danSLB borderline dua2nyamenolak dan berpendapatbahwa “Os” akan mampubersekolah di sekolah reguler,tapi sewaktu di SD ke;as 1sampai kelas 3 kemampuannyabetul2 makin tiarap, makinsering menerima keluhan dariguru2nya, karena merekakecewa “Os” tak mampumenyerap pelajaran ygdiberikan” (SO2-W1, email 1-01)

Sering dijadikanobyek di lingkungan

tempat tinggal

“Karena jadi objek dia, jadidia bener-bener gak suka gitu,jadi kalau disini gak pernahjalan-jalan, gak pernah keluargitu, karena ya itu tadi jadiobyek orang-orang disinimereka itu enggak tahu autisitu apa” (S1-W1, 427-432)

Dianggap anak idiot “sewaktu KKN kemarensempat banyak mengeluhkarena kan teman2 KKN nyaini kan bukan teman di kosanatau teman

132

sejurusan/sefakultas yg sdhpasti tidak bisa memahamiperilaku anehnya dan malahbeberapa justrumemperlakukannnya sebagaianak idiot yg tidak mengertiapa2,menyedihkan memang tapimau gimana lagi?”(SO2-W1,email 1-01)“Ya itu aja tapi kalaukehidupan sehari-harinyaenggak ya, ya pas itu tadigiliran pas dia naksir cewekdan segala macem dia merasadia itu beda gitu lho” (SO1-W1, 798-803)

Pengaruhlingkungan

terhadapperkembangan

Perubahan pola pikir “Inklusi yang mana lagi, orangsetiap kita nyari informasi,tetep aja di lempar sana dilempar sini, jadi mereka tidakterima juga gitu lho he’ee.Akhirnya saya coba kefredofios, eh eh pola pikir sayajadi berubah ya pola pikir sayajadi berubah begini anak inisuruh belajar ipa, suruhbelajar matematika, suruhbelajar ini terus mau untuk apagitu kan untuk apa” (SO1-W1,158-165)

Adaptasi lingkungankerja

“Tapi yang harus dikondisikan itu adalahlingkungan kerjanya gitu lho,itu yang harus di kondisikandulu. Memang anak autis itulebih nyaman kalaudilingkungan sendiri gitu ya”“Lingkungan sendiri misal,saya punya catering atau apadia kerja dengan saya dan itulebih aman, tenang gitu lholebih aman tapi kan susah yatergantung anak juga gitu lho”(SO1-W1, 936-950)

Pengaruh komunitas “Saya mampu berkonsentrasi

133

kecil terhadapkonsentrasi

ketika ehh saya baik jikakondisi-kondisi di situasitempat sepi, eh bukan enggakada orang sama sekali tapiorangnya sedikit ehh enggakterlalu banyak tapi enggakterlalu sedikit jadi ya medium-medium gitu saya misalnyadikelas. Di kelas nih diarkeologi tu di angkatan sayacuma dua puluh orang”“ Nah dua puluh orangmenurut saya di kelas kuliahitu ya medium lah tapimenengah cenderungmenengah ke bawah kelasnyajadi saya lebih mudahberkonsentrasi, jadi dosenlebih mudah gampangmengenalinya dan suara dosenitu lebih kedengaran jelasgitu” (S2-W1, 310-328)

Pengaruh padaperilaku adaptasi

“yang ke empat bisa adaptasi,cepat adapasi situasi yangenggak pernah kita, cepetadaptasi tu udah senengbanget itu,” (S2-W1, 1355-1362)“Barang kali belumparameter tadi belum,terutama tadi masalahpertemanan maupun merekasih tidak ngapa-ngapain saya,Cuma saya yang agak sulitdeketin mereka gitu, tapi udahsetengah jalan gitulah Hmmlupa, hehe” (S2-W1, 1363-1365)“Mengenai perilaku memangsampai saat ini, masih jadi peer besar untuk ibu karena“Os” masih saja sukamenyendiri, msih seringmerasa tak nyaman berkumpuldengan teman2nya kecualiteman yg benaS2 bisa

134

memahami” (SO2-W1, email1-01)

Kepeduliansosial

Empati “Iya disiplin terus dia turasa empatinnya yaitu luarbiasa dari pada yang lain”(SO1-W1, 446-458)

Sikap perhatian saatkeluarga sakit

“Iya empatinya ya, terutamapas saya sakit gitu. Dia itu duh“Td” mama sakit, loh mamakenapa, mama sakit terus diaakan pengumuman samasaudaranya, kakak mama sakitini mama mau apa, maudibikinin teh anget ya, ini iniini, dia seperti itu seperti apayang saya lakukan sama diagitu lho misalan dia sakit”“Iya, terus kalau misalkansaya sakit gitu dia paling yangecek masuk kamar, mamagimana mama sakit ya, iya gituyang bikin saya apa ya sayangsama dia gitu makanya rasaempati dia bagus dia” (SO1-W1, 459-480)“Iya, itu menurut saya lhoya yang saya rasakanterutama kalau saya sakit,kalau saya ini gitu dia sepertiitu, kalau saudaranya sakitatau bagaimana juga begitudia, mama kakak sakit ini iniini nanti masuk di giniin(tangannya ditempelkan dijidat)gitu lho ya, ya seperti apa yangsaya lakukan sama dia, sepertiitu dia, ma aku ini ya kamujangan ini ya ini ya gitu. Samasaya juga begitu nantisetengah jam satu jam, dia kanpunya kamar sendiri nanti diamasuk kamar saya, ma masihsakit ya masih ini. ya enggakngerti apa itu membeo atauapa ya tapi kan minimal diaudah ada rasa ya dia dateng

135

gitu” (SO1-W1, 481-500)“Iya jadi seperti itu, he’ eesaya misalkan kan kalomisalkan dia sakit saya itu kanmisalkan ayo “Td” kita berdoayuk, misalkan sholat kan ayo“Td” sholat dulu minta samaAllah ya minta sama Allahbuat disembuhkan, lha nah diaitu gitu lho maksudnya” (SO1-W1, 508-518)

Berdoa untuk temanyang sakit

“Kalau terhadap temen-temennya saya enggak tahu yacuman dia itu misalkan adayang sakit siapapun lah diadenger kabar sakit, ayo kitaberdoa sama-sama, kita ini”(SO1-W1, 501-507)

Pandangan anakautis terhadap

lingkungan

Lebih nyaman beradadi komunitas kecil

“Iya kalau yang menurutsaya yang biasa itu kankelompok kecil tapi bukan yasaya semua temen itu ya temenwalaupun enggak ada geng-geng an apa apalagi pokoknyakelompok temennya yang anakkuantitas sedikit, bukantemennya sedikit ya kalautemen yang kenal baik sedikitsupaya saya lebih gampanguntuk ngobrol-ngobrol” (S2-W1, 179-189)

Kesulitan ngobroldengan teman yang

berbeda minat

“Iya mungkin kalau samatemen satu jurusan sedikit yakesulitan” (S2-W1, 190-193)“Tiba-tiba topik yangdiomongin itu yang enggaksuka atau topik yang kurangkita minati gitu karena kanperbedaan minat itu wajartetapi karena “Os” si karenabelum bisa menerima seratuspersen kan gitu jadimenganggap topik udah bedaahh menyingkir gitu, cumansebentar habis itu nyingkir”

136

(S2-W1, 215-232)Menyadari diterima

oleh lingkunganadalah hal penting

“Ya lihat orang, lihatorang sikapnya bagaimana,sikap ini karena orang normaljadi mau gak mau saya harusngikutin mereka gitu, itukannorma kesopanan apa itu tusebagian dari normakesopanan jadi kalau sayamelanggar saya enggakditerima sama temen-temen. ”(S2-W1, 288-296)“Kalau melanggar normanorma, norma kesopanan,kalau ngulang-ngulang gitukan melanggar ya orang jadibosen gitu” (S2-W1,297-300)

Terdapat teman yangperilakunya tidak baik

“Enggak sih, iya enggaksampe meng ini-ini banget ya,karena kelakuan temen arkeotu ada beberapa sebagian yangamburadul”“Ya mungkin apa, misalnyaada yang minum-minum gitu,minum bir pas acarapelepasan gitu. Padahalpernah dapet di kasih tahutemen katanya ada salah satusenior yang suka minum, adabeberapa yang gitu jadi ituyang bikin terkadang tu hatitu” (S2-W1, 514-527)

Menjalin pershabatandengan teman yang

memiliki minat yangsama

“Cowok-cowoknya ni satujurusan suka bola sebagianya tapi kalau disini mungkinada satu temen yang enggaksuka bola juga jadi istilahnyasaya gampang bersosialisasikarena dia sama-sama enggaksuka apa ya”“Iya, enggak suka ngikutinbola, enggak suka ngikutin apatapi kalau lagu misalnyawalaupun beda alirannya tapisama-sama lagu ada cukupnyambung jadi bisa lebih

137

enak” (S2-W1, 194-209)“Gini gini Gini, gitu kok, adatemen beda jurusan, sayamenilai ini kok temennya koslebih enak itu” (S2-W1, 536-543)

Peluangmemperolehketerampilandan informasi

baru

Informasi pengobatantradisional dari

televisi

“ Weh bisa, saya pernah lihatdi TV kok, di TV bisa” (S1-W1, 210-214)

Informasi olahragadari majalah

“Subjek pertama mendapatkaninformasi dari majalah Kalaupulang, kalau habis sekolahmampir sebentar ke kios korankemarin, mampir”“Saya beli majalah bola” (S1-W1, 522-530)

Mendapatkanketerampilan kegiatan

sehari-hari darisekolah

“ Iya, mencuci juga kan,disana diajarin juga, setrikajuga di ajarin.kadang-kadang,dia maunya kalau pakai bajudisukai ya dipakai terus ya?”(SO1-W1, 235-241)“Oh iya tahu, he’ee udah tahukan disekolahan juga udah diajarin” (SO1-W1,993-997)

Memperolehketerampilan bermain

biola dari les

“Diajari, belajar, ikut, inisiatifikut, pengen les, minta dibeliinbiola belajar sama temen-temen maksudnya ada gurunyagitu” (S2-W1, 260-264)

Mengakses informasidari internet

“Enggak kalau majalah, kansekarang ada berita online jadiseneng berita online” (S2-W1,955-966)“He’ee jadi selalu updatekayak kompas.com apa gitudetik news” (S2-W1, 967-969)

Keterampilanyang dimiliki

Memilikiketerampilan

berenang

“Dia jago mbak”“He’ee nyelem juga bisa, diasukanya nyelem malahan”(SO1-W1, 359-363)

Memilikiketerampilan

memasak

“Masak”“Nasi goreng sama telor”“Terus bikin apa lagi?eee,

138

apalagi yang kemarin itu?bikinkue tahu ya?”“He’e iya”“Terus bikin apa

lagi?pancake ya?”“Iya”

“Terus sop bisa gak?”“Iya bisa” (S1-W1, 287-303)

“Jadi apa yang harus dialakukan, telornya segalamacem. Dia kalau dirumah diakalau mau masak, kita enggakboleh ikut jadi harus dia, mulaingupas bumbu, ehh nggilingbumbu, tumis semuanya dia”(SO1-W1, 998-1006)

Memilikiketerampilan bermain

biola

“Kalau musik biola tapisekarang sedang vakum dulusebentar”(S2-W1, 247-250)“Alat musik yang menarikyang gitu, alat musik yangmenarik yang punya ciri khastersendiri yang beda denganpiano mungkin ya banyakorang main piano apa gitu.Piano gitar itu udah banyakpasti” (S2-W1, 265-275)

Peluangmengembangkan

keterampilan

Skill center ataumagang

“jadi kemarin pas dirapat sayajuga mengusulkan bagaimanakalau di skill center itu ee kanselama ini untuk magang ituanak cuman satu minggu ituCuma satu hari”“Belum, dan enam hari itusekolah terus sayamengusulkan bagaimana kalauanak ini tu yang udah besar-besar itu enggak usah sekolahlagi, maksud saya kalaumagang, magang aja supayaanak itu enggak bingung”(SO1-W1, 876-889)“Tapi kalau untuk kedepannyasaya mengharapkan sama skillcenter ini gitu lho” (SO1-W1,872-875)

139

“Iya lha ini baru baru dibicarakan kemarin karenauntuk tahun depan pertemuanautis itu kita mengharapkansudah ada skill center” ( SO1-W1, 951-954)

Mendapat tawaranmagang

“sekarang ini ada di busukinah itu kemarin jugamenawarkan seperti ini jadiapa namanya kayakpercetakan, fotocopi ada yangini, ada ada yang menawarkangitu lho” (SO1-W1, 926-935)“Kemarin juga ada yangmenawarkan kalu “Td”tertarik, ini ada kue ini dijualuntuk anak-anak autis, oh iyananti bisa dibikin gitu lhoseperti itu dia jugamenawarkan” (SO1-W1,1020-1027)“Hehehehe, iya disitu he’eeharapan saya itu jadi yaminimal itu ada juga yangngeluarin pabrik roti ya”(SO1-W1, 1036-1042

memiliki rasa ingintahu yang besar

dengan mengikutiberbagai les

“Keterampilan, ehh darimana ya, les-les gitu yamungkin rasa ingin tahu, rasaingin tahu, rasa ingin tahusama nanyananya ini gimana,ini les nya ngadain apa aja nikegiatannya apa aja ni, gitubanyak” (S2-W1, 938-954)

Gambaran masadepan

penyandangautis

Bekerja dan cepatmendapatkan uang

“Aku maunya di pabrikkerupuk aja”“Pabrik kerupuk, aku maunyajualan”“Iya, ehh puter nanti soresaya balik, minggu istirahat”(S1-W1, 537-550)“Nah, kemudian misalkanuntuk untuk ya khususnyauntuk anak saya yang sudahmata duitan ya” (SO1-W1,890-893)

140

“Hehe, jadi jadi udah harusdikasih pengertian bahwakalau dengan bekerja kamuakan mendapatkan uang dandia tahu, dia mau jualankerupuk karena nanti dapatuang gitu” (SO1-W1, 894-899)

Keinginan menjadiarkeolog

“Awalnya karena pengenmasuk arkeologi, pengennyaya jadi arkeolog lah” (S2-W1,1290-1299)

Menjadi dosen agardapat memperbaiki

komunikasi

“Tapi ada entah kenapa suatuhari mungkin berubah lagipengen jadi dosen karena adangeliat dosen senior tu waktumengajar ngajarnya enak,jelas mudah di pahami tu, ituyang bikin terinspirasi karenamenyampaikan materi kemahasiswa gitu, memperbaikikemampuan secara komunikasijuga, saya juga jadi dosenkomunikasinya harus bagus”(S2-W1, 1300-1303)

Pengharapanmasa depan

Dapat masuk sekolahmemasak agarmenjadi chef

“Ya itu harapannya saya, diabisa mengembangkanmaksudnya untuk kedepannyaitu, e ada misalnya sekolahuntuk yang bisa, kalau dibilangchef terlalu tinggi ya” (SO1-W1, 1007-1019)

Hidup mandiri “Hal yang ingin di capai itu“Os” mandiri karena denganmandiri walaupun orang tuasudah meninggal tapi biarenggak nyusahin apa” (S2-W1, 1311-1318)

Sekolah ke luar negeri “Pengennya sih jauh ke luarnegeri”“Belanda nyari beasiswaentar” (S2-W1, 1304-1310)

Melanjutkanpendidikan setinggi-

tingginya

“kalau terjadi apa-apa, yangkedua lulus, bisa lulus SO1,syukur-syukur bisa kuliah diSO2, doktor di S3 gitu” (S2-

141

W1, 1319-1321)Membanggakan

orangtua“ itu harapan juga yang ketigapengen dibanggain tetepenggak ngecewain di keluargaterutama orang tua, karenaorang tua udah usahain susahpayah gimanapun juga,usahain apa-apa buat sayagitu” (S2-W1, 1322-1325)

Dapat nilai bagus danditerima dilingkungan

“Parameter kebahagiaan ituuntuk mahasiswa seperti sayanilainya, enggak ngulang matakuliah parameternya, yangpertama enggak ngulang matakuliah, yang ke dua bisa diterima di pergaulan baik temenmaupun kampus kakakangkatan, yang ke tiga bisanyenengin orang tua” (S2-W1,1346-1354)

Kepuasanfinansial

Semua fasilitas yangdinginkan terpenuhi

““Td” pengen apa?kalau TVkan ada ya, “Td” suka TV?”“Iya”“Oh terus sepatu ada ya?”

“Iya”“Terus apa lagi yang buatsekolah ada semua kan?”“Iya”“TV punya kan?”

“He’e”“Handphone punya?”“Iya, laptop juga iya”“Suka laptop juga kan?semuakan?”“Iya, PS iya” “Udah semua”(S1-W1, 445-475)

Fasilitis kuliahterpenuhi

“Eh cukup, pas jadi enggakterlalu kurang, tapi berlebihjuga enggak tapi taraf yangcukup”“Iya itu pas malah lebih daripas”“ barapa ya Dapat satu ehhsatu” (S2-W1, 857-868)“Eh kalau yang ehhiya kalau yang Penting -

142

penting iya bisa tapi kadangjuga patungan di tambahinpatungan”(S2-W1, 873-880)“Handphone, modem, laptop,”( S2-W1, 881-887)“Iya, bisa beli alat tulisatau apa, buku kuliah sudahada, bisa fotocopy bisa apalahpokoknya buat kuliah penting-penting” (S2-W1, 908-913)“Cukup terpenuhi ya karenauntuk disini ya karena selamatinggal orang tua sudahmencukupi uang” (S2-W1,1366-1370)

PandanganSubjek tentangkualitas hidup

Sudut pandangkesehatan fisik

“Iya cukup baik,parameternya ya apa,kesehatan udah, paling dulupernah sakit tapi sekarangudah enggak sakit, ehparameternya jarang sakit”(S2-W1, 1371-1377)

Sudut pandangkeuangan

“Yang ke dua biaya hidupnyasudah cukup, udah lebih daricukup, biaya hidupnya dariorang tua, eh apalagi ya, yadua itu parameter utama”(S2-W1, 1378-1381)

Sifat autis yangmasih melekat

Tidak dapatmembedakan sifat

seseorang

“Enggak, enggak bisa dia,bagi dia itu semua orang baik,enggak ada orang enggak baik,semua orang baik” (SO1-W1,850-854)

Hanya mementingkankepentingannya

sendiri

“Ya itu karena kan “Td”enggak tahu waktu, enggaktahu ini gitu lho maksudnya,he’ee enggak tahukepentingan, enggak tahutempat yang dia tahu hanyakebutuhannya sendiri, orangkadang-kadang sama kepalasekolahnya sendiri samagurunya juga jam sepuluhmalem dia juga nelpon”“Iya, ehhehehehhee pernahwaktu itu saya anfal dirumah

143

gitu ya enggak ngerti sakit itu,malam itu sakit jam dua belasmalam dan dia langsungtelepon gurunya, pak agung inimama sakit gimana ya, aduhhehhehe, di teleponin gitu lhosemua gurunya, kan gurunyajadi bingung juga gitu lho, yadia tu gitu gitu lho, hehe(tertawa)”(SO1-W1, 728-755)

Perilaku mengulang “Kekurangannya mungkinkalau ngomong gitu terkadangsuka diulang-ulang sampekadang tu bikin orang kesel”(S2-W1, 276-281)“Kadang sama ibu tu sukaberantem karena ngomongnyasering di ulang-ulang terusatau enggak terlalu yangmasalah sebenernya sepeletapi di gede-gedein gitu sukagede-gede in masalah. Ya duaitu kekurangan yang sedangsaya perbaiki” (S2-W1, 282-285)

Pengaruhpendidikan

terhadapkehidupan

Pendidikan akademisSarana untuk

membanggakan orangtua

“Kalau mungkin bagi orangtua iya karena parameternyaitu sampai jenjang pendidikantinggi, jadi udah sampai ituudah semua, masuk UMPTNitu pokoknya parameternya ituyang penting udah sampaijenjang pendidikannya itu”(S2-W1, 1253-1263)

Mengembangkanwawasan yang

dimiliki

“Penting karena denganpendidikan itu kita terusberilmu tapi ilmu juga enggakcukup”“Sikap apa wawasan itu jugaperlu, pendidikan karenamenurut saya kaya SO2 S3berarti kan makinmemperdalam kan makin,makin menyempit materi danmakin tantangannya makinbesar”(S2-W1, 1264-1274)

144

Pendidikan sekolahkhusus

Mengembangkan hobimenjadi keterampilan

yang bermanfaat

“He’eee makanya “Td”dengan warungnya, kansekarang di fredofios kansetiap hari selasa gitu kan adawarung kita gitu lho.” (SO1-W1, 955-961)

145

6. Dinamika Psikologis Subjek Pertama

Sebagai penyandang autis, subjek memiliki kondisi kesehatan fisik

yang tidak begitu baik, disebabkan sejak berumur 16 tahun subjek

menunjukkan gejala penyakit lain berupa demam tinggi dan step yang

setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut subjek menderita kejang-

kejang. Oleh karena itu subjek memerlukan bantuan medis untuk

menunjang aktivitasnya sehari-hari berupa pengobatan yang teratur dengan

mengkonsumsi obat-obatan dua kali sehari dan melakukan perawatan

syaraf satu bulan sekali. Sebagai upaya meminimalisir perilaku autisme

dengan mengontrol perilaku hiperaktif subjek melakukan diet ketat.

Sebelum subjek masuk ke sekolah lanjutan khusus autis, subjek

pernah duduk di sekolah reguler sampai kelas dua SMP dan orang tua

subjek memutuskan mencari sekolah yang sesuai dikarenakan pada

lingkungan normal tidak dapat bertoleransi atas keterlambatan akademis

yang dialami subjek dan lingkungan tempat tinggal tidak menerima subjek

sebagai penyandang autis.

Kehidupan sebagai penyandang autis memberikan dampak

psikologis tersendiri dalam diri subjek, yang mencakup dampak positif dan

negatif. Dampak positif dari diri subjek sebagai seorang penyandang autis,

yaitu subjek lebih memiliki kemandirian yang tinggi, dapat bertanggung

jawab atas dirinya sendiri. Dampak psikologis yang positif dapat dirasakan

oleh subjek karena adanya dukungan sosial dari keluarga. Dampak

psikologis positif pun tidak akan dapat dirasakan oleh subjek apabila pihak

146

keluarga tidak memberikan dukungan berupa usaha penyembuhan untuk

meminimalkan keadaan autisnya dan memaksimalkan segala kelebihan

yang dimiliki subjek.

Dampak negatif sebagai penyandang autis yang dirasakan oleh

subjek, yaitu perasaan putus asa saat mengetahui bahwa dirinya sebagai

penyandang autis. Subjek menyadari pada masa puberitas dimana subjek

memiliki rasa ketertarikan terhadap lawan jenis. Subjek benar-benar

menyadari bahwa dirinya memiliki perbedaan dengan lingkungan

disekitarnya saat subjek mendapatkan penolakan dari lawan jenis yang

disukai dan subjek sering mengeluhkan hal seperti itu dengan orangtuanya

menyampaikan bahwa subjek merasa lelah dengan keterbatasan yang

dimiliki. Sampai saat sedang memeriksakan diri di dokter Subjek

mengeluhkan kepada dokter yang menanganinya bahwa subjek merasa

capek karena autisnya dan mempertanyakan kapan subjek sembuh dari

autis dan tidak lagi menjadi berbeda dengan lingkungannya khususnya

dengan teman lawan jenis subjek. Semua dampak negatif yang dialami

subjek membuat orang tua subjek melakukan suatu upaya atau tindakan

untuk dapat mengurangi perasaan negatif tersebut, di antaranya

memaksimalkan kemampuan lain yang dimiliki subjek. Keterampilan yang

dapat menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas hidup subjek,

seperti keterampilan yang dimiliki yaitu dapat memasak dan memiliki

banyak kesempatan untuk mengembangkan bakat yang subjek miliki.

Salah satu peluang mengembangkan bakat subjek adalah adanya skill

147

center yang merupakan program kemandirian di sekolah, dimana subjek

dikenalkan pada dunia pekerjaan.

Sikap enggan subjek keluar rumah dan berbaur dengan lingkungan

masyarakat yang tidak menerima keadaan subjek, tidak membuat rasa

kepedulian yang tinggi pada keluarga berkurang. Subjek merupakan

individu yang menunjukkan kepedulian terhadap keluarga yang sedang

sakit, walaupun perilaku empatinya meniru apa yang dilakukan orang tua

subjek saat subjek mengalami kondisi yang sama. Subjek memiliki cara

tersendiri untuk membuat kenyamanan pada dirinya sendiri dengan lebih

senang melakukan kegiatan dirumah yang tidak melibatkan orang lain

seperti menonton televisi, bermain play station dan bermain game internet

di laptop. Selain kenyamanan yang diperoleh dari barang yang di sukainya,

subjek mendapatkan kenyamanan dari dalam diri dengan rajin beribadah

dan berdoa saat sedang sakit ataupun teman dan keluarganya yang sedang

sakit.

Perilaku subjek diatas dapat menunjukkan bagaimana kelebihan

yang dimiliki dan keterbatasan sebagai seorang penyandang autistik dalam

menjalani kehidupan dapat saling melengkapi walaupun kualitas hidup

subjek belum mencukupi disebabkan belum adanya pemahaman secara

keseluruhan.

Dinamika psikologis pada subjek pertama dijelaskan dalam gambar

dibawah ini:

148

149

Dinamika Psikologis Subjek Kedua

Subjek kedua merupakan penyandang autis berusia 22 tahun, anak ketiga

dari tiga bersaudara. Diketahui sebagai penyandang autis saat duduk di kelas tiga

sekolah dasar, namun sebelum didignosa autistik orang tua subjek sudah

mengetahui ada yang berbeda dikarenakan hasil tes laboratorium yang

menyatakan bahwa terjadi pengapuran dan kerusakan di beberapa pusat syaraf.

Sejak saat itu subjek melakukan beberapa terapi untuk menunjang

perkembangannya, terutama untuk mengatasi masalah keterlambatan bidang

akademis.

Sebagai penyandang autis, subjek menunjukkan kondisi fisik yang sudah

baik, dikarenakan subjek sudah tidak membutuhkan bantuan medis seperti obat-

obatan sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama karena sudah

diberhentikan oleh dokter yang menangani, tetapi subjek masih melakukan diet

yang berpengaruh pada kestabilan emosi dan yang berpengaruh pada rasa pusing.

Latar belakang pendidikan subjek sebelum masuk ke Universitas Gajah

Mada, subjek selalu masuk di sekolah reguler dengan bantuan remidial dari

tenaga pengajar sekolah luar biasa dan melalui bimbingan Ibu subjek, dimana Ibu

subjek ikut belajar dan mentransfer ilmu dari terapis-terapis subjek untuk

mengajarkan sendiri dirumah. Oleh karena itu orangtua khususnya Ibu merupakan

orang yang paling berperan dalam memberikan pemahaman tentang berbagai

pelajaran dengan cara-cara yang dapat dimengerti oleh subjek.

Kehidupan sebagai penyandang autis memberikan dampak psikologis

tersendiri dalam diri subjek, yang mencakup dampak positif dan negatif. Dampak

150

positif dari diri subjek sebagai seorang penyandang autis, yaitu subjek memiliki

keterampilan lain yang dapat diasah, dapat berpikir positif, baik dalam

kemandiriannya, mengerti dan menyadari atas keterbatasan yang dimilikinya.

Subjek memiliki sikap optimisme dan mau selalu belajar memahami sekelilingnya

agar dapat diterima didalam lingkungan bermasyarakat, mau berusaha untuk

keluar dari keterbatasan yang dimiliki dengan membuka wawasan dan mau

menyesuaikan dengan lingkungan normal serta semangat untuk berhasil dalam

akademik untuk pencapaian karirnya. Dampak psikologis positif dapat dirasakan

oleh subjek karena adanya dukungan yang besar dari pihak keluarga, diri sendiri

maupun lingkungan. Dampak positif oleh subjek tidak dapat dirasakan oleh

subjek, apabila keluarga tidak mengupayakan berbagai cara untuk memberikan

penanganan secara dini, pendidikan yang tepat untuk menggali kemampuan

subjek, baik kemampuan akademik maupun kemampuan yang menunjang

bakatnya dan membekali subjek dengan nasihat yang dapat subjek terapkan dalam

kehidupan bermasyarakat.

Dampak negatif sebagai penyandang autistik yang dirasakan oleh subjek

yaitu merasa kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, dimana masa-

masa sulit yang dirasakan subjek dalam beradaptasi adalah saat tahun-tahun ajaran

baru. Selain itu, subjek merasa berbeda dari teman-teman sebayanya, sulit

mengekspresikan perasaan dan memahami orang lain, terkadang muncul perasaan

sedih serta diabaikan dilingkungan sosial. Semua dampak negatif yang dialami,

membuat subjek melakukan suatu upaya atau tindakan untuk dapat mengatasi dan

mengalihkan perasaan negatif tersebut. Diantaranya dengan mendekatkan diri

151

kepada Allah dengan rajin beribadah dan berdoa, mengasah rasa empati dan

memahami lingkungan sekitar serta selalu berusaha melakukan berbagai cara

dengan meminta nasihat dan pendapat dari saudara untuk masuk dan diterima

dalam lingkungan sosial. Rasa optimisme yang tinggi terhadap masa depan dan

keinginan untuk menyelesaikan kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang paling tinggi. Adanya usaha penerimaan diri terhadap keterbatasan membuat

subjek merasa bersyukur dan mengambil hikmah dari setiap keterbatasannya

untuk selalu berusaha bahagia.

Dinamika psikologis pada subjek kedua dijelaskan dalam gambar dibawah

ini:

152

Subjek kedua

Kualitas hidup remaja autis

153

D. Pembahasan

Penyandang autis memiliki gangguan ketidakmampuan untuk

berinteraksi dengan orang lain, gangguan bahasa yang ditunjukkan dengan

penguasaan yang tertunda, ecolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya

aktivitas bermain repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan

keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam

lingkungannya. Kanner (dalam Safaria, 2005). Oleh karena itu, individu

autistik sering dipandang memiliki dunia sendiri, perilaku tersebut dapat

dirubah dengan dukungan penuh dari pihak keluarga untuk memberikan

terapi yang tepat dan mengalihkan perilaku autistiknya ke kegiatan yang

dapat mengembangkan potensinya.

Secara umum dikarenakan gangguan yang dialami penyandang

autis menjalani kehidupannya dengan berbagai keterbatasan yang

memberikan pengaruh dalam memaknai kualitas hidupnya. Sikap

lingkungan masyarakat yang seringkali menganggap remeh seorang

penyandang autis menambah sekat sosialisasi para penyandang autis

terhadap lingkungan. Pada umumnya penyandang autis hanya dapat

menggantungkan dirinya kepada keluarga dikarenakan

ketidakmampuannya dalam menyelesaikan tugas.

Berdasarkan hasil analisis data maka diperoleh tingkat kualitas

hidup yang berbeda pada masing-masing subjek. setelah menjabarkan

temuan penelitian berupa tema-tema ke dalam sub kategori dan kategori

154

maka selanjutnya dilakukan pembahasan mengenai kualitas hidup pada

penyandang autis.

Berdasarkan data yang diperoleh, Dua Subjek menjalani kehidupan

sebagai penyandang autis. Kehidupan seperti layaknya orang normal dan

perilaku yang dapat diterima didalam lingkungan bermasyarakat

merupakan keterbatasan yang paling mendominasi seorang penyandang

autis, dimana penerimaan lingkungan sosial adalah salah satu aspek yang

menunjukkan kualitas hidup positif seseorang. Hal ini sesuai pendapat

Raphael (dalam Renwick dkk, 1996) menyatakan bahwa kualitas hidup

berfokus pada adanya perhatian langsung pada lingkungan yang ada pada

masyarakat serta karakteristik individu seperti sikap, kepercayaan, dan

perilaku.

Berdasarkan karakteristik autisme, ciri khas penyandang autis

adalah kelemahan dalam berkomunikasi, seperti yang terjadi pada kedua

Subjek dimana gejala pertama yang terlihat adalah keterlambatan berbicara

dan walaupun sudah dapat berkomunikasi secara verbal, kedua Subjek

terkadang masih kesulitan dalam pemahaman kata-kata dan sering tidak

nyambung dalam komunikasi dengan orang lain yang berpengaruh

terhadap pola interaksi kepada individu lain, apalagi pada Subjek pertama

yang sering menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan pertanyaan yang

diajukan. Hal itu sesuai dengan Paul (dalam Davison, 2004) yang

menunjukkan bahwa kelemahan komunikasi dapat menjadi penyebab

kelemahan sosial pada anak-anak dengan autisme dan bukan sebaliknya.

155

Hubungan kausal tersebut diperkuat oleh sering munculnya perilaku afeksi

dan bergantung yang spontan pada anak-anak tersebut setelah mereka

dilatih untuk berbicara, meskipun demikian, sekalipun mereka telah belajar

berbicara, orang-orang dengan autisme sering kali kurang memiliki

spontanitas verbal dan jarang berekspresi secara verbal serta penggunaan

bahasa mereka tidak selalu tepat. Hal ini juga selaras dengan Subjek

kedua, yaitu merasa kesulitan dalam keinginan menunjukkan ekspresi

perasaan melalui ekspresi wajah dan merasa memiliki ekspresi muka

lempeng yang sering memicu kekesalan subjek karena menjadi individu

yang berbeda dengan orang normal.

Masalah lain yang sering kali menghambat pembelajaran anak-

anak dengan autisme adalah selektivitas mereka yang berlebihan dalam

mengarahkan perhatian, bila perhatian si anak terfokus pada suatu aspek

tertentu dalam suatu tugas atau situasi, maka muatan lain, termasuk yang

memiliki relevansi dapat diabaikan sama sekali (Lovaas dkk, 1971). Hal

tersebut sesuai dengan keadaan kedua subjek. Pada subjek pertama

menunjukkan ketertarikan pada suatu hal akan terlihat saat akan membeli

sesuatu atau yang berkaitan dengan barang elektroniknya, subjek akan

menanyakan hal-hal yang sangat detail kepada penjualnya hingga sering

kali penjualnya tidak dapat menjawab pertanyaan subjek. Sama halnya

dengan subjek pertama, bahwa Subjek kedua juga sangat antusias jika

sesuatu terkait dengan minatnya maka subjek akan mengulang-ulang

perkataannya sampai sering kali menimbulkan konflik dengan orang tua

156

yang menginginkan subjek kedua menghilangkan kebiasaannya, tetapi jika

tiba-tiba ada teman dalam komunitas yang mengobrol tentang hal yang

bukan minatnya maka subjek akan menarik diri dari komunitas tersebut

dan hal itu merupakan suatu yang dapat menghambat subjek dalam

beradaptasi di lingkungan baru.

Pendidikan menjadi sangat penting bagi penyandang autis, dimana

kemampuan dan keterampilan yang dimiliki dapat terasah dan berkembang

akibat pendidikan yang sesuai dengan masing-masing anak bisa juga

berupa terapi yang tepat. Menurut penelitian yang dilakukan Wahl,

Rustoen, Hanestad, Lerdal, dan Moum (2004) menemukan bahwa kualitas

hidup individu akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat

pendidikan yang didapatkan oleh individu tersebut. Sesuai dengan keadaan

Subjek kedua dimana subjek telah menempuh pendidikan sampai jenjang

Universitas. Berbeda dengan subjek kedua, pada subjek pertama terakhir

mendapatkan pendidikan akademis saat duduk di kelas dua SMP dan

melanjutkan pendidikan di sekolah khusus autisme (Priyatna, 2010)

menyatakan bahwa tidak seperti disekolah pada umumnya, tipe sekolah

khusus autis mempunyai kurikulum pendidikan yang berbeda. Dimana di

sekolah ini lebih menekankan pada pengembangan keahlian dalam

berkomunikasi dan kompetensi sosial.

Dampak positif sebagai penyandang autis yang dirasakan, yaitu

pada subjek pertama memiliki sikap empati yang tinggi terhadap

kesusahan yang dialami oleh keluarga dan teman-teman dilingkungan

157

tertentu berupa perhatian, sikap khawatir akan keadaan keluarga dan selalu

mendoakan jika ada keluarga yang sakit. Hal ini merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi kualitas hidup individu menurut Ghozally

(dalam Larasati, 2005) antara lain mengenali diri sendiri, adaptasi,

merasakan penderitaan orang lain, perasaan kasih dan sayang, bersikap

optimis, mengembangkan sikap empati. Selanjutnya, pada subjek kedua

menunjukkan sikap berusaha beradaptasi, sikap optimis dalam menatap

masa depan walaupun dengan keterbatasan yang subjek sadari. Kedua

subjek penyandang autis ini menyadari perbedaan yang mereka miliki

dengan orang lain, menyadari keterbatasan yang ada pada diri mereka.

Oleh karena itu kedua subjek cukup mengenali diri sendiri walaupun

dengan cara yang berbeda.

Kualitas hidup seseorang erat kaitannya dengan gambaran

kehidupan individual. Menurut O’Connor (1993) faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup adalah standard referensi seseorang seperti

harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara individu sendiri

dengan orang lain. Sama halnya pada dua Subjek yang memiliki perasaan

peka terhadap persamaan dengan individu lain, dimana mereka menyadari

sebagai seorang penyandang autis memiliki sedikit persamaan dan merasa

lebih berbeda dengan teman sebaya maupun orang di lingkungan subjek.

Level aspirasi yang rendah akan membuat kita tidak dapat meningkatkan

performa sekaligus tidak dapat meraih kepuasan diri. Hal ini serupa

dengan kedua subjek yang masih sering kali merasa sedih dan putus asa

158

saat lingkungan memperlakukan mereka sebagai orang yang berbeda

dengan lingkungan normal.

Seseorang dengan harapan yang tinggi akan memiliki energi lebih

untuk memotivasi diri berperan aktif dalam penyelesaian masalah, dan

terus berkembang (Bluvoldan Marilyn, 2004). Pada subjek kedua yang

sejak awal berada di lingkungan pendidikan reguler, sudah cukup ditempa

dengan konsekuensi dapat mengejar keterlambatan perilaku maupun

akademik, dengan demikian subjek kedua memiliki cita-cita yang

merupakan hasil pemikiran dari pengalaman sebelumnya dan memiliki

pengharapan yang tinggi akan hidupnya, subjek kedua ini memiliki

harapan untuk menjadi seorang arkeolog atau seorang dosen dimana

membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik, ingin melanjutkan

pendidikan setinggi-tingginya dan dapat hidup mandiri serta diterima

dilingkungan dimana subjek berada. Subjek dapat memiliki harapan

tersebut karena motivasi yang besar dari pihak keluarga terutama ibu yang

telah bersusah payah mengupayakan pendidikan yang terbaik bagi subjek

dan menanamkan sikap positif dan motivasi dari diri sendiri yang sangat

kuat untuk menyesuaikan dengan lingkungan normal, bersikap adaptif

dengan diri sendiri dan memiliki kemauan yang besar untuk hidup normal.

Berbeda dengan subjek kedua yang memiliki harapan dan motivasi dari

dalam dirinya, justru pada subjek pertama yang memiliki harapan tentang

masa depan adalah orangtua, karena pada subjek pertama belum dapat

memahami dan berpikir sendiri mencari solusi atas masalah yang sedang

159

dialami berupa keterbatasannya sebagai penyandang autis. Oleh karena itu

subjek pertama hanya menjalani apa yang diusahakan oleh orangtua untuk

mengasah bakat yang dimiliki menjadi peluang untuk membuka masa

depan subjek pertama. Kedua Subjek masing-masing memiliki dampak

psikologis positif dan negatif. Memiliki usaha yang berbeda dalam

mengatasi permasalahan dan keterbatasan yang dimiliki dengan dukungan

dari keluarga.

Subjek kedua lebih dapat mengambil hikmah dari permasalahan

yang ada dan terus belajar untuk dapat diterima di lingkungan masyarakat.

Berbagai studi pemantauan yang memfokuskan pada individu

autistik yang tidak mengalami retardasi mental dan memiliki

keberfungsian tinggi mengidentifikasikan bahwa sebagian besar tidak

membutuhkan perawatan dirumah penampungan dan beberapa diantaranya

mampu belajar di perguruan tinggi dan membiayai diri sendiri dengan

bekerja Yirmiya & Sigman (dalam Davison, 2004). Namun, banyak orang

dewasa dengan autisme yang mampu berfungsi secara mandiri tetap

menunjukkan hendaya dalam hubungan sosial (Howlin, Mawhood, &

Rutter 2001). Hal tersebut sesuai dengan keadaan kedua subjek

penyandang autis, dimana pada subjek pertama memiliki orientasi dalam

menghasilkan uang dan memiliki peluang untuk bekerja. Pada subjek

kedua, dimana penyandang autis ini sedang menempuh pendidikan

disebuah Universitas dan memiliki harapan untuk melanjutkan pendidikan

setinggi-tingginya dan menjadi seorang arkeolog ataupun dosen.

160

Pendidikan yang menjadi salah satu faktor terpenting yang

mempengaruhi kualitas hidup penyandang autis terdapat peran yang besar

dari orangtua, dimana pendidikan yang diberikan pada orangtua lebih

bermanfaat bagi anak daripada penanganan berbasis klinik atau rumah

sakit. Orangtua hadir dalam berbagai situasi yang berbeda dan waktu yang

lebih panjang dengan anak autis sehingga dapat membantu anak-anak

menggeneralisasikan manfaat yang mereka peroleh. Koegel dan para

koleganya (1982) menunjukkan bahwa 25 hingga 30 jam pelatihan bagi

orangtua sama efektifnya dengan 200 jam penanganan langsung di klinik

dalam memperbaiki perilaku anak-anak autistik.

Sebagai remaja penyandang autisme, dimana kedua subjek dalam

ketidakmampuannya melakukan segala hal ini orangtua yang melakukan

berbagai usaha untuk memaksimalkan segala potensi penyandang autis

agar dapat menjalani kehidupan secara baik dalam berbagai aspek.

Menurut Pandawa (2011) pada dasarnya sikap over protective ibu muncul

karena rasa sayang dan khawatir berlebihan terhadap anak. Tapi justru

sikap yang berlebihan ini akan memberikan dampak yang kurang baik bagi

anak, seperti tidak bisa mandiri, tidak punya rasa tanggungjawab, anak jadi

egois, tidak bisa menerima kritik, dan tidak percaya diri. Sama halnya

dengan subjek pertama, dimana subjek pertama tidak suka berbaur dengan

lingkungan tempat tinggal, itu disebabkan prioritas orangtua subjek lebih

menekankan pada kenyamanan dan kemandirian subjek yang menjadikan

subjek tidak mengasah rasa percaya diri dalam berbaur dilingkungan

161

masyarakat. Hal tersebut dikarenakan latar belakang kesehatan, tingkat

keparahan autisme, dan penolakan dari lingkungan normal, selain sebagai

penyandang autis subjek juga mengalami kejang-kejang yang cukup

membuat ibu subjek trauma karena pernah jatuh dari motor karena subjek

tiba-tiba kejang saat dibonceng ibunya. Berbeda dengan subjek pertama.

Subjek kedua mengalami kesulitan dalam beradaptasi di lingkungan baru

dan penolakan dari pihak tertentu dikarenakan keterlambatan akademik,

namun orangtua subjek berusaha meningkatkan kemampuan subjek

dengan segala macam cara dan selalu menanamkan sikap unuk selalu

berusaha memahami lingkungan normal.

Sebagai seorang remaja penyandang autis banyak hal positif yang

telah dilakukan kedua subjek untuk meningkatkan kualitas hidup. Kualitas

hidup pada masa dewasa penyandang autis dapat diprediksikan, antara

lain: optimalisasi minat dan bakat para penyandang autis sejak dini agar

pada masa dewasa menjadi individu yang bermanfaat untuk diri sendiri

dan orang banyak, dalam lingkungan penyandang autis harus berusaha

berbaur dengan lingkungan karena tidak selamanya dapat bergantung pada

orangtua.

Jika penyandang autis ingin memiliki quality of life yang baik,

maka perlu ditempuh upaya-upaya yang sebagian besar telah dilakukan

kedua subjek, sebagai berikut: dari dalam diri penyandang autis sendiri,

yaitu motivasi dan sikap positif yang harus selalu ditanamkan untuk

menghindarkan dari sifat putus asa dan kecil hati dalam menghadapi

162

ketidakmampuan dalam berbagai aspek kehidupan dan optimis dalam

mengembangkan potensi untuk masa depan penyandang autis. kemudian

dari lingkungan penyandang autis diharapkan memahami kondisi dan ikut

membantu para penyandang autis untuk berbaur dengan lingkungan.

Secara umum, dinamika temuan dalam penelitian ini dijelaskan

dalam gambar dibawah ini:

164

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisis data pada penelitian ini, dapat diperoleh

kesimpulan bahwa kualitas hidup tergantung pada cara memandang kehidupan

dan cara lingkungan menanggapi penyandang autis memiliki pengaruh pagi

penyandang autis untuk menentukan kualitas hidupnya, diantaranya kesehatan

fisik, psikologis, hubungan sosial, lingkungan, dan spiritual.

Dilihat dari kedua subjek ini terdapat dampak positif dan negatif yang

dapat mencerminkan kualitas hidup yang baik. Untuk mendapatkan kualitas hidup

yang baik dengan penelitian ini menggabungkan sisi positif dari kedua subjek,

yaitu: memiliki kepedulian dan rasa empati terhadap keluarga dan teman tertentu

yang sedang sakit, rasa percaya diri, adaptif terhadap diri sendiri, dapat berpikir

positif dan memiliki usaha yang keras untuk memahami lingkungan. Fokus

orangtua untuk meminimalisir ketidakmampuan penyandang autis dengan

berbagai cara, antara lain: pengobatan yang teratur dan memaksimalkan potensi

yang dimiliki pada masing-masing anak. Pada kedua subjek memiliki sisi spiritual

yang baik, namun saat beranjak remaja spiritual lebih mewarnai kualitas hidup

subjek pertama walaupun sisi spiritual tidak terlihat eksplisit, namun berperan

penting dalam menumbuhkan aspek psikologis dan hubungan sosial.

Dampak negatif sebagai penyandang autis yang dirasakan subjek, yaitu

merasakan putus asa karena merasa diperlakukan berbeda dilingkungan sosial,

165

merasa sedih saat merasa berbeda dengan orang normal, merasa memiliki

keterbatasan dalam melakukan hal tertentu. Dan untuk subjek pertama merasa

tidak puas dengan pengobatan secara medis karena merasa tidak dapat sembuh.

Dari kedua subjek menunjukkan terdapat perbedaan karakteristik kualitas

hidup, terdapat 4 aspek yang mempengaruhi kualitas hidup, para subjek memiliki

aspek kualitas hidup yang dominan berbeda pada masing-masing subjek

dikarenakan latar belakang pendidikan yang berbeda. dari kedua subjek, yang

semua aspek mewakili apa yang terjadi dan yang sedang diusahakan untuk

menggambarkan kualitas hidup lebih baik, yaitu subjek kedua, dimana dalam

kesehatan dan psikologis sudah cukup baik dan dapat memaknai hidupnya untuk

selalu bahagia, aspek lingkungan pun sebagian besar dapat mendukung kondisi

subjek, kemudian pada aspek hubungan sosial subjek menyadari dan berusaha

untuk dapat lebih diterima dalam lingkungan sosial. Jadi kedua subjek memiliki

kemampuan dalam meningkatkan kualitas hidup dengan tingkatan yang berbeda

dan sudut pandang yang berbeda. dimana kualitas hidup subjek kedua lebih

mencukupi.

Dalam penelitian ini ditemukan aspek baru, yaitu spiritual dimana aspek

ini menumbuhkan aspek psikologis dan sosial dan berpengaruh dalam pola asuh

keluarga subjek dalam menumbuhkan kualitas hidup yang baik.

166

B. Saran

Berdasarkan proses dan hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa

saran yang relevan kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bagi subjek

Bagi subjek diharapkan melakukan aktivitas yang dapat

mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan minat masing-

masing subjek. Seperti pada subjek pertama dengan memgembangkan potensi

memasak dan pada subjek kedua dapat mulai bermain musik, mengasah

keterampilan dalam bermain alat musik lainnya dan mengembangkan potensi

akademik yang dimiliki.

2. Bagi keluarga dan masyarakat

Keluarga merupakan pihak yang terpenting untuk memberikan

pengobatan dan memaksimalkan kemampuan subjek, teman, dan masyarakat

sehingga masing-masing subjek dapat diterima dan dipahami dilingkungan

masyarakat dan tidak merasa di kucilkan karena dilahirkan sebagai penyandang

autis.

3. Bagi penyandang autis

Bagi penyandang autis dengan berbagai kekurangan dan kelebihan yang

dimiliki diharapkan dapat lebih menerima keadaannya, tetapi dengan tetap

selalu berusaha memperbaiki kondisi diri dan dan mengembangkan potensi

yang dimilikinya untuk menjalani kehidupan dengan positif walaupun sebagai

167

penyandang autis sekaligus. Ikutilah berbagai pengobatan untuk

meminimalisasi perilaku autis dan mentaati diet. Selain itu, berusaha membuka

diri untuk masuk kedalam lingkungan normal sedikit demi sedikit dan jangan

pernah puus asa untuk berusaha terus belajar memahami sesama, berdoa, dan

tetap mensyukuri kehidupan walaupun menjadi penyandang autis karena

kondisi tersebut merupakan anugerah dari Allah dan masih ada hikmah dari

keterbatasan yang dirasakan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Setelah mendapatkan jawaban dari penelitian ini, ditemukan aspek baru

yang berperan penting dalam kualitas hidup penyandang autisme, yaitu

spiritual. Oleh karena itu, peneliti mengajukan saran kepada peneliti

selanjutnya, yaitu diharapkan agar dapat meneliti variabel spiritual lebih lanjut,

karena spiritual bisa menjadi aspek penting dalam dalam membangun kualitas

hidup yang baik. Penelitian kualitas hidup penyandang autis ini semoga dapat

dijadikan suatu pedoman bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

171

Lampiran 1

Koding: S1-W1

A. Identitas Subjek

Nama subjek : “Td”

Usia : 17 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Jenis pekerjaan : Siswa sekolah lanjutan khusus autis

Alamat : jalan Sunan Ampel 161A, Jaban, Sleman.

B. Waktu dan Lokasi Wawancara

Tanggal Wawancara : 7 Desember 2011

Waktu Wawancara : Pukul 16.15 – 16.45 WIB

Lokasi Wawancara : Rumah subjek di Jalan Sunan Ampel, Sleman.

C. Keterangan

IE : Interviewee

IR : Interviewer

172

Baris Uraian Tema1

5

10

15

20

25

30

35

40

45

IR : “Hmm Kamu, mau mbak via mau tanyayaa?”

IE : “Diam (mengangguk)”IR : “Oh ya nama lengkap kamu siapa?”IE : “Malu e”IR : “Nama lengkap kok”IE : “Darmayu Pratyakso atau Nyipratno

panggilnya nunung”IR : “Siapa tadi? Harmayo”IE : “Darmayo Pratyakso”IR : “Oh Darmayo Pratyakso”IE : “Kalo Nyipratno panggilannya nunung”IR : “Nama lengkap kamu?”IE : “Iya kamu, kalau nunung tuNyiprayetno”IR : “Itu nunung siapa?”IE : “Nyi prayetno atau nunung”IR : “Itu siapa?”IE : “Pelawak”IR : “Oh pelawak”IE : “Tau nunung enggak?”IR : “Tau”IE : “Nyi prayetno”IR : “Kalau nama lengkap kamu?”IE : “Darmayu pratyekso”IR : “Tapi kok bisa di panggil todi?”IE : “Kalau nunung tu nama asli”IR : “Kalau kamu kok?”IE : “Enggak apa-apa”IR : “Oh iya, kalau kamu seneng enggak sama

penampilan fisik eh jasmani kamusekarang?”

IE : “Ehh”IR : “ Tinggi badan kamu, rambut kamu udah

puas belum?”IE : “Belum, enggak puas e, opick itu enggak

keren kan perutnya”IR : “Kalau kamu keren enggak?”IE : “Ya keren tapi perutnya”IR : “berarti kamu udah seneng ya?udah

seneng? enggak kayak opick?”IE : “ Enggak, perutnya kecil nih, kecil ni,

kecil kan”IR : “Iya, berarti udah seneng kan kamu?”IE : “Udah”

Pembukaan(W1, 1-7)

Saat ditanya tidaknyambung(S1-W1, 8- 28)

Puas denganpenampilan fisik(S1-W1, 29-51)

173

50

55

60

65

70

75

80

85

90

IR : “Kamu seneng enggak gemuk?”IE : “Iya, aku enggak seneng gemuk”IR : “Kalau gemuk jalannya susah ya?”IE : “Iya ni”IR : “ Kalau badan kamu kan enak ya buat

jalan?”IE : “Iya”IR : “Kamu sering capek enggak?”IE : “Eh tau kimia enggak?”IR : “Tau”IE : “obat kimia tu enggak sembuh e

dipuskesmas, enggak sembuh e”IR : “Sembuhnya pake obat apa?”IE : “Tradisional, murni, alami yang bagus

enggak pake bahan kimia”IR : “Misalnya apa?minyak kayu putih?”IE : “Bukan obat tradisional”IR : “Kamu seneng ya pake obattradisional?”IE : “Iya, daripada obat kimia rumah sakit”IR : “kenapa?”IE : “Yang di rumah sakit, itu ada bahan

kimianya e”IR : “Jadi sembuh enggak?”IE : “ Jadi, kalau obat dari kimia itu enggak

bisa sembuh e, enggak bisa”IR : “Tapi kamu seneng?”IE : “Belum pernah e, belum pernah e”IR : “Kamu sering capek enggak?kalau

sekolah, pergi gitu?”IE : “Enggak, aku di rumah”IR : “Dirumah istirahat ya?kamu liburan mau

ke mana?”IE : “Di rumah aja, aku takut e”IR : “Kamu sering liburan enggak kalau libur?

pergi kemana gitu?”IE : “Ke rumah”IR : “Kalau liburan pernah enggak pergi sama

mama papa?”IE : “(Diam)”IR : “Kamu enggak seneng liburan?”IE : “Seneng sih tapi di rumah aja”IR : “Pernah liburan enggak kamu?”IE : “Pernah”IR : “Kemana?”IE : “Ke jember ke jawa barat ke pengobatan

Suka obat tradisionaldaripada obat dokter(S1-W1, 52-71)

Merasa nyaman didalam rumah (S1-W1, 72-85)

Ingin sekali kepengobatantradisional(S1-W1, 86-90)

Suka mengunjungi

174

95

100

105

110

115

120

125

130

135

tradisional”IR : “ Liburannya kemana aja? Ke Jember

terus?”IE : “Bandung”IR : “Ngapain aja kamu disana?”IE : “Ke tempatnya jarum cokelat”IR : “Kamu merasa percaya diri enggak?”IE : “Eh kenapa?”IR : “Kamu merasa percaya diri enggak?malu-

malu enggak?”IE : “Malu”IR : “Kalau di depan orang gitu kamu malu

enggak?”IE : “Iya”IR : “Kenapa?”IE : “Enggak tahu”IR : “ Ada enggak kamu kalau kamu

kesulitan ada yang mbantuingitu?yang sering bantuin kamu siapa?”

IE : “Bantuin nyiram”IR : “Nyiram apa?”IE : “Tanaman”IR : “Siapa? kamu?”IE : “Aku enggak pernah bantuin”IR : “ Kalau orang yang suka bantuin kamu

siapa? Kalau kamu ngapain enggakbisa yang bantuin kamu siapa?”

IE : “Enggak tahu”IR : “Oh yang sering bantuin mama ya?”IE : “Enggak pernah”IR : “Enggak pernah?”IE : “Iya”IR : “Kalau kamu sedih gitu yang hibursiapa?”IE : “Hibur?”IR : “Yang nghibur kamu biar kamuketawa?”IE : “Anu eh almarhum, almarhum pelawak

saya”IR : “Menghibur kamu nya gimana? Kamu biar

bisa ketawanya gimana?”IE : “Ketawa sambil itu nonton ku sebut

namamu, tau ku sebut namamuenggak?”

IR : “Siapa itu kamu?siapa? siapa?”IE : “Ehh”

produk iklan(S1-W1, 91-95)

Tdpemalu

(S1-W1, 96-105)

Tidak sukamembantu (S1-W1,106-113)

Merasa terhibur saatmenonton idolanya(S1-W1, 114-133)

Tidak suka tanaman(S1-W1, 134-143)

175

140

145

150

155

160

165

170

175

180

IR : “Kamu siapa yang ngasih semangat?”IE : “Yang ngasih semangat itu siapa?”IR : “Iya kalau kamu lagi males sekolah itu

yang ngasih semangat siapa?mama”IE : “Males apa?”IR : “Ya males sekolah atau males ngapain”IE : “Males pertanian”IR : “Pertanian ngapain?bunga?”IE : “Iya males pertanian”IR : “ Eh apa, kamu secara umum itu

kesehatannya gimana? kamu sehatgak?”

IE : “Sehat”IE2 : “Terus?”IE : “Baik”IE2 : “Suka sakit apa?”IE : “Itu pusing”IE2 : “Pusing?”IE : “He’e”IR : “Terus kegiatan kamu akhir-akhir ini

apa?”IE : “Main dirumah”IR : “Terus?”IE : “Main hp dirumah, komputer iya, PS iya,

nontonTV iya”

IE2 : “Kalau nonton TV, nontonnya apa?”IE : “Cuma satu MNC TV ma”IE2 : “Iya, apa yang ditonton?sukanya nonton

apa? nonton kuis atau nonton apa?”IE : “Kuis,”IE2 : “Kuis apa yang ditonton?”IE : “Deal or no deal”IR : “He’e”IE2 : “Terus?”IE : “Udah itu aja ma”IE2 : “Kenapa suka nonton itu?”IE : “Karna aku mau ke jakarta untuk main”IE2 : “Kenapa kok pengen main?”IE : “Iya karna aku pengen main soalnya”IE2 : “Biar apa?”IE : “Biar dapet uang banyak”IE2 : “Terus uangnya untuk apa?”IE : “Untuk beli, untuk beli anu, untuk beli

elektronik saya”IE2 : “Emang kalau dapet uang banyak mau

Kondisi saat ini sehat(S1-W1, 144-149)

Penyakit yang seringdialami adalah pusing(S1-W1, 150-153)

Senang main mediaelektronik(S1-W1, 154-159)

Suka menonton acaraMNC TV(S1-W1, 160-169)

Alasan sukamenonton kuis (S1-W1, 170-175)

Konsumtif padabarang elektronik(S1-W1, 176-191)

176

185

190

195

200

205

210

215

220

225

untuk beli apa?”IE : “Anu, laptop”IE2 : “Lho kan udah punya?”IE : “Bukan begitu, nanti kalau rusak saya

beli lagi saja”IE2 : “Terus beli apa lagi?”IE : “Beli pulsa, beli pulsa iya, hmm”IR : “Terus beli apa lagi?”IE : “Hmm”IE2 : “Beli apa lagi?pulsa, laptop terus beli apa

lagi?”IE : “Hmm, pulsa, laptop”IE2 : “Udah?”IE : “Kalau Ipad saya enggak berani”IR : “Kenapa?”IE : “Kan uangnya banyak e soalnya”IE2 : “Hmm, Kalau Ipad mahal”IR : “Oh mahal iya, terus kalau kamu sakit apa

pusing gitu mengganggu aktivitaskamu gak?”

IE : “Iya ganggu”IR : “Kenapa?apa alasannya?”IE : “Anu”IE2 : “Kalau udah pusing itu kejang mbak”IR : “Ohh iyaa,”IE : “Pokoknya saya minta ke pengobatan

tradisional aja, daripada ke doktermales”

IR : “Kenapa ?”IE : “Diobati”IE2 : “ Kan diobati, kalau di pengobatan

tradisional kan gak bisa nyembuhinpusing”

IE : “ Weh bisa, saya pernah lihat di TVkok, di TV bisa”

IR : “Kalau kamu istirahatnya cukupenggak?”IE : “Iya cukup, eehh”IE2 : “Tidurnya jam berapa kamu coba?”IE : “Kalau filmnya seru”IE2 : “Tidurnya jam berapa kalau malem?”IE : “Jam sepuluh, main hp dulu dari pada

ngapain”IE2 : “Terus kalau siang jam berapa?”IE : “Siang gak tau”IE2 : “Kok gak tau, berarti gak pernah tidur

Mengerti barang yangmahal (RI-W1, 192-196)

Pusingmengakibatkankejang (S1-W1, 197-204)

Tidak puas denganpengobatan dokter(S1-W1, 205-209)

Sumber informasiutama adalah televisi(S1-W1, 210-214)

Istirahat tergantungacara televisi (S1-W1, 215-230)

177

230

235

240

245

250

255

260

265

270

275

ni”IE : “Tidur ni, kalau filmnya seru ya ditonton

aja”IE2 : “gak tidur siang?”IE : “ Iya, kalau gak seru ya tidur aja, kalau

gak seru”IR : “Ohh”IE : “Karna soalnya saya suka sama MNC TV

daripada”IR : “Kalau seru itu gimana kamu?”IE : “Contohnya almarhum Hendra cipta,terus

almarhum basuki, eh jangan dinkmaaf”

IE2 : “Film yang disukai apa?Hidayahmu ya?”IE : “Enggak”IE2 : “Apa?”IE : “Cerita siang sama layar kemilau”IR : “ Hmm”IE : “Terus nanti kalau ada konser saya beli

kaosnya aja daripada daripada yanglain”

IR : “Kenapa?”IE : “MNC TV MNC”IE2 : “Kalau, kalau apa namanya, dia kalau

minta kaos itu, kaos yang lain gakmau, itu kaos-kaos iklan

gitu, iklan rokok yaa? ”IE : “Bukan, seperti kaos ini MNC TV kalau

besuk ada konser sini, mending sayabeli kaos MNC TV ajadaripada TV yang lain”

IR : “Kenapa bagus yaa?”IE : “Iya”IE2 : “Kalau ada SCTV gak beli?”IE : “Beli kemarin terus”IE2 : “Kalau ada nanti kamu gak beli?”IE : “Enggak, ehh kalau MNC TV daripada

daripada aku ke makasar, daripadasaya ke makasar, mama

aja yang ke makasar”IE2 : “He’e beli apa?”IE : “Liburan aja, tapi jangan belikan aku kaos

anu lho yang sana”IR : “Iya”IE : “Udah selesai?”IE2 : “Belum”

Suka denganalmarhum HendraCipta (S1-W1, 231-237)

Suka menontoncerita siang dan layarkemilau (S1-W1,238-242)

Menyukai kaosproduksi MNC TV(S1-W1, 243-268)

Membutuhkanperawatan syaraf danobat(S1-W1,269-286)

178

280

285

290

295

300

305

310

315

320

IR : “Bentar y, terus kamu memerlukanperawatan medis gitu gak ya kamu?”

IE2 : “Iya, Kamu karena kejangnya aja, jadi diamemerlukan perawatan medis sebulansekali buat syarafnya.”

IR : “Ohh”IE2 : “Iya tapi bukan karena autisnya aja, untuk

kejangnya aja, setiap hari minum obatberapa kali kamu?”

IE : “Dua”IE2 : “Pagi sekali, sore sekali ya?”IE : “Iya”IE2 : “Tapi bukan untuk autisnya”IR : “ Ohh iyaa, terus tadi kamu minum obat

ya?”IE : “He’e”IR : “ Oh kalau menurut kamu, kamu apa ya,

punya kelebihan apa?”IE2 : “Kamu pinternya apa?”IR : “Iya, pinternya apa?”IE : “Main”IE2 : “Selain main?”IE : “Masak”IR : “Iya, terus masak apa kamu?”IE : “Nasi goreng sama telor”IR : “Hmm iyaa”IE2 : “Terus bikin apa lagi?eee, apalagi yang

kemarin itu?bikin kue tahu ya?”IE : “He’e iya”IE2 : “Terus bikin apa lagi?pancake ya?”IE : “Iya”IE2 : “Terus sop bisa gak?”IE : “Iya bisa, aduh udah belum ini”IE2 : “Belum”IE : “Aduh, laptopku selak rusak ni”IE2 : “Apanya yang rusak?”IE : “Laptopku selak rusak ni (gelisah)”IE2 : “Bi, matiin laptopnya ( berteriak

memanggil bibi dirumah)”IE : “Laptopnya selak rusak, ada modemnya”IE2 : “ Enggak, nini laptopnya kamu bawa

kesini”IE : “Selak rusak ini”IE2 : “Iya, nini bawa laptopnya kesini”IR : “Terus, apa kamu gak sukanya apa?”IE : “Gak suka nari, yang suka itu”

Keterampilan berupamemasak (S1-W1,287-303)

Panik kalaubarangnya rusak (S1-W1, 304-314)

Tidak suka nari (S1-W1, 315-337)

179

325

330

335

340

345

350

355

360

365

IE2 : “Gak suka nari dia, kenapa kamu itu gaksuka nari?”

IE : “Karena ivan pelajarannya lain, makanyasaya itu pilih ikut aja, saya pilih ikutaja, ivan atau opick”

IE2 : “Dia bilang kalau nari itu cewek”IE : “Ikut..ikut aja”IR : “Oh, soalnya enggak ada temennya ya

kamu?”IE : “Iya”IE2 : “Kalau nari cewek-cewek ya?”IE : “Iya, soalnya musim kemarin, musim

kemarin saya ikut nari tapi lakinyasaya cuma satu”

IE2 : “Hehe, ohh laki-lakinya Cuma satu”IR : “Hehe”IE : “Iya,musim kemarin, musim lalu”IE2 : “ Jadi karena yang besar-besar seperti

kayak ivan sama opick, dia maunyasama kayak ivan sama opick, makanyadia juga enggak mau ikut”

IR : “ Oh, hehe, ehh apa sejauh mana emosikamu mengganggu aktivitas?”

IE2 : “Eh, kalo pas lagi ini aja mbak, kalononton film yang kekerasan yangpakai pukul-pukulan itu dia sukaterbawa emosinya, suka mukulpapanya, tapi sekarangsudah enggak ya kamu?”

IE : “Iya”IE2 : “Sudah pinter ya sekarang ya, kalau

dulu”IE : “ Iya terus wallpapernya Hendra sucipto

tak taruk ke hp nya papa”IE2 : “Kenapa?”IE : “Ya buat papa aja, daripada foto lain

wallpapernya”IE2 : “Kan bagusan fotonya mama kalau gitu,

cantikan mama daripada Hendro ciptokan?”

IR : “Hehehe”IE2 : “Iyakan?”IE : “He’ee”IE2 : “Ya itu, ya gini”IR : “Kalau kamu pernah merasa sedih?”IE : “Iya sedih, karena”

Emosi mudahterpancing (S1-W1,338-348)

Memiliki sikapmengatur (S1-W1,349-360)

Menyembunyikanperasaan sedih (S1-W1, 361-375)

180

370

375

380

385

390

395

400

405

410

IE2 : “Iya apa, kalau apa?”IE : “Kalau pas layat saya gak sedih”IE2 : “Oh pas layat gak sedih, kenapa kok gak

sedih?”IE : “Layat ke tempatnya pak catur”IE2 : “Iya, kenapa gak sedih coba?”IE : “Saya gak sedih, karena ditahan”IE2 : “Oh ditahan”IR : “Iyaa”IE : “Iya aku cuma diem aja”IE2 : “Ohh diem aja, pak catur itu gurunya dia,

deket sama dia, waktu pak caturmeninggal dia layat kesana gitu”

IR : “Oh yaa, lalu”IE2 : “Tapi dia enggak mengerti, bahwa karena

dia nonton disinetron itu kalau orangmeninggal itu hidup lagi”

IR : “Oh iyaa”IE2 : “ Nah, ternyata pak catur kok gak

kembali-kembali setelah itu dia barumenyadari kok pak catur gak ada yagitu lho maksudnya, terus pak catursekarang dimana coba?”

IE : “Di makamIE2 : “Dimakam, dibawah tanah yaa?”IE : “Iya, sudah dipanggil sama Allah, masuk

surga sudah dipanggil sama Allah”IR : “Iyaa oh, kamu rasa senangnya kalau

kenapa?”IE2 : “Kamu merasa senang kalau apa?pas

waktu apa? kalau senang”IE : “Eeee, pas opo yo”IE2 : “Dapet duit ya?”IE : “Dapet rezeki”IE2 : “Dapat rezeki dia senang, trus makan

dimana yang kamu senang kamu?”IE : “Diwarung”IE2 : “Diwarung mana?”IE : “Padang sama udang”IE2 : “Warung padang karena dia diet, jadi

satu-satunya yang dia boleh makan itudi mak engking makan udang”

IR : “Ohh itu seafood ya?”IE2 : “Iya tapi kan udangnya boleh, tapi gak

pake bumbu apa-apa, kan udangnyakan udang galah disana sama di rumah

Sinetronmempengaruhipemahamannya (S1-W1, 376-379)Memahami sesuatudengan berjalannyawaktu (S1-W1, 380-389)

Senang saatmendapat rezeky danmakanan yangdisukai(S1-W1, 390-413)

181

415

420

425

430

435

440

445

450

455

makan padang, makan apa kamubiasanya?”

IE : “Ayam pop dan udang”IE2 : “Ayam pop itu yang bikin dia seneng

gitu”IR : “Eee ohh terus menurut kamu tu

dukungan yang diberikan olehkeluarga dan lingkungan itu sepertiapa?”

IE2 : “Enggak ngerti dia”IR : “Hee enggak ngerti ya, oh kamu seneng

gak kalau berada dilingkungan luargitu?”

IE : “Kalo aku”IE2 : “Kamu suka enggak kalau ke masjid

gitu?”IE : “Enggak seneng”IE2 : “Kenapa enggak seneng?”IE : “Mending disini aja, dirumah”IE2 : “Karena jadi objek dia, jadi dia bener-

bener gak suka gitu, jadi kalau disinigak pernah jalan-jalan, gak pernahkeluar gitu, karena ya itu tadi jadiobyek orang-orang disini mereka ituenggak tahu autis itu apa”

IR : “Eee iyaa, ee kamu yang enggak disukaisaat bicara sama orang lain itu apa?”

IE2 : “Tu kamu ngobrol sama mbak viasebelnya kenapa?”

IR : “Eh iya”IE2 : “Suka enggak ngomong sama mbak via

sekarang ini?”IE : “Enggak tahu, gini ada yang lupa ni pak

catur meninggal pada juni lalu pasditinggal mama pergi”

IR : “Oh yaa”IE : “Iya”IE2 : “Enggak bisa dia”IR : “Iya, ehh menurut kamu, kamu

fasilitasnya terpenuhi enggak?”IE2 : “Apa yang kurang dirumah ini kamu,

kamu pengen apa yang enggak adadirumah ini coba?”

IE : “Yang enggak ada rumah?”IE2 : “Kamu pengen apa?kalau TV kan ada ya,

kamu suka TV?”

Tidak suka beradadilingkungan luarrumah (S1-W1, 414-426)

Dikucilkan olehlingkungan tempattinggal (S1-W1, 427-432)

Tidak mengerti artitidak suka denganoranglain(S1-W1,433-444)

Semua fasilitasterpenuhi (S1-W1,445-475)

182

460

465

470

475

480

485

490

495

500

505

IE : “Iya”IE2 : “Oh terus sepatu ada ya?”IE : “Iya”IE2 : “Terus apa lagi yang buat sekolah ada

semua kan?”IE : “Iya”IE2 : “TV punya kan?”IE : “He’e”IE2 : “Handphone punya?”IE : “Iya, laptop juga iya”IE2 : “Suka laptop juga kan?semua kan?”IE : “Iya, PS iya”IE2 : “He’ee jadi kamu apa yang gak punya?

pengen apa lagi tapi masih belumada?”

IE : “Hee..eee”IE2 : “Udah semua?”IE : “Dipikir dulu aja nanti”IE2 : “Lho”IR : “Eehh hee”IE : “Bingung e”IE2 : “Berarti enggak tu mbak”IE : “Liburan nanti aku mau ke jakarta mau

main kuis”IR : “Ehh deal or no deal ya”IE : “Iya, mau main”IR : “Terus Kamu berprestasi, peluang buat

berprestasi apa? Kalau disekolahprestasinya kamu apa?”

IE2 : “Kamu seneng jadi juara apa?”IE : “Juara lomba semester dua”IE2 : “Terus, ehh dulu pernah lomba apa ya

yang lomba anak berkebutuhan khususjuara apa?masukin bola ya?”

IE : “Iya”IE2 : “Masukin bola pernah, terus juara apa

kamu?”IE : “Lupa e yang dibantul, kalo yang di

cangkringan juara satu”IR : “Ohh iya iyaa”IE2 : “Juara satu lomba apa?”IE : “Penalti”IE2 : “Ohh penalti ya tendang bola gitu, dia

misalkan untuk lomba bertandingsegala macem gitu maunya menangterus, gak mau dia kalau kalah gitu”

Ingin liburan kejakarta (S1-W1,476-479)

Prestasi yang diraih(S1-W1, 480-495)

Ingin menonjolkanprestasi (S1-W1, 496-501)

Penuh pertimbangan(S1-W1, 502-504)

Senang mengikuti

183

510

515

520

525

530

535

540

545

550

IR : “Hmm”IE2 : “Dia harus harus”IR : “Yang bisa?”IE2 : “Iyaa yang bisa, kalau yang gak bisa

banget dia gak mau”IR : “Terus besuk mau lomba apa?”IE : “Besuk belum tahu, besuk desember ini

belum ada pengumuman e”IR : “Ohh”IE : “Nunggu pengumuman e, tapi desember

ini lombanya disekolah aja, disekolahaja”

IR : “Tapi kamu seneng ya ikut lomba?”IE : “Iya”IR : “Kenapa?”IE : “Karena desember itu semester satu dua

kali, ikut lomba dua kali, juni samadesember”

IR : “Hmm kamu kalau berangkat sekolah naikapa?”

IE : “Naik bareng mbak tia”IE2 : “Naik mobil dijemput”IE : “Nanti mbak tia mampir”IR : “Mampir kesini?”IE : “Kalau pulang, kalau habis sekolah

mampir sebentar ke kios korankemarin, mampir”

IR : “Kalo ke kios koran kamu beli apa?”IE : “Saya beli majalah bola”IR : “Kamu senang baca bola?”IE : “Iya”IR : “Kalau keterampilan yang kamu punya?

kamu bisa apa lagiketerampilannya?bisa buat apa?”

IE : “Menggambar”IR : “Iya”IE : “Kalau ke eee”IR : “Oh iyaa, kamu besuk mau jadi apa?”IE2 : “Kalau besar kamu mau jadi apa?”IE : “Aku mau kerja disini aja”IE2 : “Kerja dimana?”IE : “Ehh hee disinni ada pabrik kerupuk gak

ya?”IE2 : “Lohh hoho”IE : “Aku maunya di pabrik kerupuk aja”IE2 : “Oh pabrik kerupuk”

berbagai lomba (S1-W1, 505-517)

Transportasi kesekolah(S1-W1, 518-521)

Suka membacamajalah olahraga (S1-W1, 522-530)

Senang menggambar(S1-W1, 531-536)

Keinginan bekerjayang waktu kerjanyapasti(S1-W1, 537-550)

Orientasi kamu lebih

184

555

560

565

570

575

580

585

590

595

IR : “Iya”IE : “Pabrik kerupuk, aku maunya jualan”IE2 : “Oh jualan kerupuk?”IE : “Iya, ehh puter nanti sore saya balik,

minggu istirahat”IE2 : “Kenapa pilih jual kerupuk?”IE : “Karena pengen uang”IE2 : “Oh gitu, dia pengen cepet punya uang,

makanya besuk sekolahan dia maungadakan skill center”

IE : “Minggunya istirahat”IE2 : “Jadi apa namanya itu, anak-anaknya

nanti bekerja, magang dan sebagainyagitu, jadi masih segini udah mataduitan hehe”

IR : “Ohh hehehe iyaa”IE2 : “Tapi dia sudah mengenal uang gitu,

untuk beli pulsa dan segala macem”IR : “Kamu seneng enggak ngomong di

banyak orang?”IE : “Kalau di hall enggak”IR : “Enggak seneng?”IE : “Enggak”IR : “Kenapa?”IE : “Enggak apa-apa”IR : “Malu ya?”IE : “He’ee, pas nonton video kemarin aku di

marahin mama e suruh pulang kerumah”

IR : “Enggak boleh nonton video? Kenapaenggak boleh? Mama marahnyagimana kamu?”

IE : “Saya nonton sendiri”IR : “Mama enggak tahu?”IE : “Enggak”IR : “Kalau di rumah enggak pernah nonton

video?”IE : “Pernah”IR : “Tapi mama tahu enggak?”IE : “Pernah”IR : “Tapi mama tahu enggak? Mama tahu

enggak?”IE : “Mama marah besar e”IR : “Kalau kamu nonton video?”IE : “Iya”IR : “Emang kamu nonton video apa?”

pada mendapatkanuang(S1-W1, 551-560)

Pemahaman tentangmanfaat uang (S1-W1, 561-563)Tidak percaya diridalam lingkungan(S1-W1, 564-571)

Dilarang orangtuamenonton videosinetron (572-595)

Suka mendengarkanmusik dengan suara

185

600

605

610

615

620

625

630

635

IE : “Itu hidayahmu, karena saya suka MNCTV soalnya”

IR : “Iya, tapi mama enggak boleh?”IE : “He’ee”IR : “Bolehnya nonton tv aja?”IE : “He’ee kalau tv sama aja”IR : “Kalau nonton tv boleh?IE : “Iya tapi kan videonya mati papa lagi

nyetir enggak boleh keras-kerasvideonya”

IR : “Oh kalau di mobil enggak boleh?”IE : “He’ee”IR : “Berarti kalau nonton video di mobil

enggak boleh ya?”IE : “Iya boleh sih tapi”IR : “Enggak boleh keras-keras?”IE : “Iya kan aku enggak nyetir”IR : “Tapi kamu senengnya nonton videoya?”IE : “He’ee, aku suka sama dewa e”IR : “Seneng nyanyi?”IE : “Dengerin musik”IR : “Kamu deket enggak sama kakak?”IE : “Aku enggak berani e”IR : “Kenapa?”IE : “Takut”IR : “Takut sama kakak? Sama kakak kamu?

kenapa? kenapa kamu kenapa takut?”IE : “(diam)”IR : “Kamu deket sama kakak?”IE : “Enggak”IR : “Sama adik?”IE : “Adik juga enggak mau”IR : “Siapa yang enggak mau?”IE : “(Diam)”IR : “Oh jadi ya sudah itu saja”IE : “Iya, terimakasih”IR : “Terimakasih ya”IE : “Iya waktunya habis”IE2 : “Hehehehe (Tersenyum)”IR : “Hehehe”IE : “Mau melanjutkan main e”

keras (S1-W1, 596-612)

Kedekatan dengansaudara kurang (S1-W1, 613-625)

Penutupan(S1-W1, 626-639)

186

Lampiran 2

Koding: S2-W1

A. Identitas Subjek

Nama subjek : “Os”

Usia : 22 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Jenis pekerjaan : Mahasiswa Universitas Negeri

Alamat : Pondok timur mas C I/6 Bekasi

B. Waktu dan Lokasi Wawancara

Tanggal Wawancara : 13 Desember 2011

Waktu Wawancara : Pukul 16.45 – 18.00 WIB

Lokasi Wawancara : Beranda Kos Subjek di perumahan dosen UGM

Bulak Sumur blok E3-B55281 Yogyakarta.

C. Keterangan

IE : Interviewee

IR : Interviewer

187

Uraian Tema1

5

10

15

20

25

30

35

40

IR : “selamat sore Anda”IE : “Selamat sore”IR : “Eh apa, saya eh aku kita udah kenal ya,

saya mau minta bantuan Anda untukpenelitian ya, wawancara jadi sayalangsung tanya aja ya. Eh nama lengkapAnda siapa? ”

IE : “Natrio catra yosusha”IR : “umurnya? ”IE : “22 tahun”IR : “Hmm, Anda berapa bersaudara? ”IE : “tiga bersaudara dan tiga bersaudara”IR : “Anda anak terakhir? ”IE : “Tiga dari tiga bersaudara. Ragil”IR : “Terus menurut Anda tu bagaimana kondisi

kesehatan Anda secara umum? ”IE : “Kondisi kesehatan secara umum cukup

baik bahkan baik ya, apalagi mungkinkalau musim hujan begini ya”

IR : “Kenapa kalau musim hujan? ”IE : “Kalau drop paling ya enggak, paling

batuk, sedikit batuk aku”IR : “Jadi Anda jarang sakit ya? ”IE : “Jarang sakit, alhamdulilah”IR : “Iya, terus kegiatan yang Anda lakukan apa

akhir-akhir ini? ”IE : “Hari ini? ”IR : “Akhir-akhir ini”IE : “Akhir-akhir ini, oh paling yah kemarin

hehe, pulang kerumah karna eh”IR : “Karena libur ya? ”IE : “Bukan libur sih , dosennya dosennya

enggak ada terus habis itu pengenmelarikan diri saja karena materinyamungkin itu kurang menarik aja materipertemuan itu, terus ya paling akhir-akhirini ya kuliah ini kan udah mau selesai,kuliah kuliah kuliah, kuliah cuma sekaliseminggu terus ke perpus”

IR : “Terus kalau hari libur atau hari kosong ituselain kuliah Anda ngapain aja? ”

IE : “Main”IR : “Main sama temen? ”

Pembukaan(W2, 1-14)

Kesehatannyasehat (S2-W1, 15-24)

Menghindar darihal yang tidakmenarik (S2-W1,25-36)

Kegiatan dikampus (S2-W1,37-39)Aktivitas diluarkampus (S2-W1,40-47)

188

45

50

55

60

65

70

75

80

85

IE : “Main sama temen kos”IR : “Kalau di kos Anda ngapain? ”IE : “Jalan sama temen kos kadang, maen ke

kamar temen kos”IR : “ Sejauh mana kesehatan fisik,

mengganggu apa aktivitas kesehariannyaAnda? ”

IE : “Kesehatan fisik mengganggu? ”IR : “Iya”IE : “Apa? Sejauh mana kegiatan? ”IR : “Sejauh mana kesehatan fisik itu

mengganggu aktivitas Anda, jadiseandainya Anda mau ngapain tapi enggakjadi gara-gara pusing atau kenapa gitupernah enggak? ”

IE : “Hmm, paling pernah pusing waktu ituhmm akhirnya terpaksa satu semester satupernah sakit pusing batuk itu terpaksa ikutujiannya itu ikut ujian susulan, jadi pusingdan batuk tu mengganggu, cukupmengganggu saya dan dapatmempengaruhi konsentrasi saya terhadapujian

IR : “Pusingnya itu kenapa Anda? ”IE : “Waktu itu pusingnya mungkin karena pola

makannya enggak teratur gitu, apa makanmemang tiga kali sehari tapi telat gitu”

IR : “Oh, he’emm tapi itu sering makan telat? ”IE : “Jarang”IR : “Ohh jarang”IE : “Hanya waktu-waktu tertentu, situasi-

situasi tertentu yang memaksa untukterpaksa”

IR : “Misalnya apa situasi tertentu? ”IE : “Kegiatan-kegiatan dikampus apa acara-

acara, mungkin acara sama temen atauapa”

IR : “Kalau di kampus Anda kegiatannya apa?Ikut organisasi atau apa? ”

IE : “Enggak, enggak ikut kegiatan apa-apa”IR : “Cuma main aja ya? ”IE : “He’eee, kampus - ngampus, ngampus-

perpus, ngampus-perpus walaupun perpusitu enggak setiap saat itu terkadang”

IR : “Kalau di perpus berarti Anda bacanyabuku, buku jurusan kuliah? ”

Pusingmenggangguaktivitas (S2-W1,48-66)

Penyebab pusingadalah pola makan(S2-W1, 67-76)

Kegiatan yangmempengaruhipola makan (S2-W1, 77-80)Tidak aktiforganisasi (S2-W1,81-84)

Waktu ke perpus(S2-W1, 85-87)

Kegiatan keperpustakaan (S2-

189

90

95

100

105

110

115

120

125

130

135

IE : “Perpus jurusan, he’ee, materi-materibiasanya saya ke perpus buat keperluantugas, keperluan tugas, keperluankelompok, ujian, untuk referensi-referensidi suruh sama dosen atau mungkinbiasanya mungkin ngobrol bentar samatemen-temen”

IR : “Anda istirahatnya itu cukup enggak? ”IE : “Iya berubah-berubah sih, kadang mungkin

tengah malem bangun jam tujuh, jamsetengan tujuh itu”

IR : “Setengah tujuh malem? ”IE : “Apa? Oh bukan”IR : “Oh tidurnya? ”IE : “Bangunnya jam setengah tujuh pagi,

tidurnya jam dua belas malem palingcepet ya”

IR : “Paling cepet jam dua belas malemmalahan? ”

IE : “Setengah satu itu paling lambat”IR : “Anda kok tidur kok malam banget

kenapa? ”IE : “Ya biasa Main gitu, maen sih maen di kos

juga, enggak main ke mana-mana”IR : “Mainnya tu main game apa? ”IE : “Main game”IR : “Anda memerlukan perawatan medis gak

buat aktivitas sehari-hari? ”IE : “Kalau sakit, kalau waktu-waktu sakit iya

karena kan di UGM tu ada ini apa, ehhgraha medical center jadi kalau udahmegang kartu asuransi yang sudahdibayarkan sama spp bisa itu kalopenyakitnya ringan itu, kayak penyakitringan itu apa batuk, pusing gitu”

IR : “Oh Anda apa sekarang sering minumobat enggak? ”

IE : “Apa? ”IR : “Obat, ya kalau misalnya buat autisnya

gitu enggak ya? ”IE : “Enggak ngaruh sih buat saya obat ya”IR : “Oh enggak ya? ”IE : “Enggak ada reaksi apa-apa, sejauh ini ya”IR : “Minum obatnya dulu ya soalnya ibu

pernah bilang kalau Anda minum obatnyaitu pas stopnya tu pas SMP ya kalau

W1, 88-96)

Kebiasaan tidurlarut malam (S2-W1, 97-109)

Alasan tidur larutmalam adalahmain game (S2-W1, 110-115)

Fasilitas kesehatandi UGM (S2-W1,116-124)

Obat tidakmemberikan efekpada autisnya (S2-W1, 125-132)

Tidak minum obatautis sejak tigaSMP (S2-W1, 133-

190

140

145

150

155

160

165

170

175

180

enggak salah? ”IE : “ehh Iya, awal SMP itu stop sama dokter

enggak boleh lagi”IR : “Jadi sampai sekarang Anda enggak

pernah minum obat”IE : “He’ee ya kecuali kalau obat misalnya lagi

sakit, ohh beda ya”IR : “Iya ya, kalau sakit biasa aja ya? ”IE : “ Sakit biasa aja kalau batuk, pilek, flu”IR : “Eh menurut Anda tu seperti apa hidup

Anda? ”IE : “Hidup, eh unik”IR : “Terus? ”IE : “Pokoknya kita selama kita tu bisa

menikmati hidup itu kenapa enggak gitujadi Cuma itu berbalik ke pribadinyaorang masing-masing jadi buat aku sihhidup enggak usah dibikin repot, enggakusah dibikin, enggak usah dibikin pusingpokoknya nikmatin hidup ”

IR : “Kalau menurut Anda tu, bagaimanamenyikapi keterbatasan Anda gitumisalnya? ”

IE : “Keterbatasan Anda paling ya kita berusahamencari jalan keluar apa saja yang solusi-solusi yang ada, berpikir sejenak,menghindari dari keramaian orang,berpikir sejenak bagaimana caranyasupaya saya itu bisa supaya tetep tidakkelihatan berbeda dengan temen-temenyang lain gitu”

IR : “Tapi Anda senang keramaian enggak? ”IE : “Terkadang iya, terkadang tidak hanya

kondisi-kondisi tertentu”IR : “Misalnya apa? ”IE : “Kalau terlalu rame itu mungkin kalau

yang nonton konser, nonton acara yangorangnya penuh satu gedung itu enggakberaturan pokoknya enggak beraturangitu, kayak nonton acara konser apa yangsemuanya itu dapet tempat duduk gitu”

IR : “Kalau itu mau ya? ”IE : “He’ee”IR : “Kalau sama temen-temen gitu sering

ngobrol-ngobrol gitu ? ”IE : “Iya kalau yang menurut saya yang biasa

144)

Pandangan dancara menikmatihidup (S2-W1,145-155)

Upayamemperoleh hargadiri yang baik(S2-W1, 156-166)

Tidak suka halyang tidakberaturan (S2-W1,167-178)

Senang bertemandengan jumlahsedikit (S2-W1,

191

185

190

195

200

205

210

215

220

225

itu kan kelompok kecil tapi bukan ya sayasemua temen itu ya temen walaupunenggak ada geng-geng an apa apalagipokoknya kelompok temennya yang anakkuantitas sedikit, bukan temennya sedikitya kalau temen yang kenal baik sedikitsupaya saya lebih gampang untukngobrol-ngobrol”

IR : “Jadi Anda merasa kesulitan enggak buatbersosialisasi? ”

IE : “Iya mungkin kalau sama temen satujurusan sedikit ya kesulitan”

IR : “Misalnya apa kesulitannya? ”IE : “Ngobrol bola gitu kan Anda enggak suka

bola ni ”IR : “Iya”IE : “Cowok-cowoknya ni satu jurusan suka

bola sebagian ya tapi kalau disini mungkinada satu temen yang enggak suka bolajuga jadi istilahnya saya gampangbersosialisasi karena dia sama-samaenggak suka apa ya”

IR : “Bola? ”IE : “Iya, enggak suka ngikutin bola, enggak

suka ngikutin apa tapi kalau lagu misalnyawalaupun beda alirannya tapi sama-samalagu ada cukup nyambung jadi bisa lebihenak”

IR : “Kalau Anda suka lagu apa? ”IE : “Klasik, klasik kecuali rok, kecuali jazz”IR : “Klasik tu misalnya lagunya? ”IE : “Lagunya kubahannya mozart, kick

fourten”IR : “Oh yaa, Anda kalau berhadapan sama

orang ini enggak sukanya apa? ”IE : “Apanya? ”IR : “Kalau enggak suka sama orang

berhadapan gitu enggak sukanya apa? ”IE : “Tiba-tiba topik yang diomongin itu yang

enggak suka atau topik yang kurang kitaminati gitu karena kan perbedaan minat ituwajar tetapi karena Saya si karena belumbisa menerima seratus persen kan gitu jadimenganggap topik udah beda ahhmenyingkir gitu, cuman sebentar habis itunyingkir”

179-189)

Kesulitansosialisasi denganteman satu jurusan(S2-W1, 190-193)Merasa nyamandengan yangmemiliki hobisama (S2-W1, 194-209)

suka musik klasik(S2-W1, 210-214)

kesulitanbersosialisasidisebabkanperbedaan minatlawan bicara (S2-W1, 215-232)

192

230

235

240

245

250

255

260

265

270

IR : “Berarti Anda lebih seneng sama orangyang hobinya sama ya? ”

IE : “Apa enggak ya enggak harus mirip persistapi walaupun serupa tapi gak bangetmaksudnya”

IR : “Ceritakan kelebihan dan kekurangan Andaitu gimana? ”

IE : “Kelebihan tu ya mungkin saya lebihmudah mengingat jalan nama-nama jalan,jalan kondisi ehh nama-nama jalan,kondisi jalan, kondisi jalanannya apa baik,rusak atau gimana berkelok-kelok”

IR : “Anda hafal gitu ya? ”IE : “He’ee nama-nama jalan terus”IR : “Terus Anda sukanya apa?hobinya Anda

Apa? ”IE : “Hobi paling ya main internet, internet

working gitu ”IR : “Kalau musik? ”IE : “Kalau musik biola tapi sekarang sedang

vakum dulu sebentar”IR : “Kenapa? Eh ini kuliah ya? ”IE : “Iya proposal itu”IR : “Kalau dulu Anda sering main biola ya? ”IE : “Iya”IR : “Dimana? ”IE : “Macem-macem, dulu waktu SD saya ikut

asamble of sama temen-temen SD saya,temen SD Saya tu yang kebetulan ikuteskul itu jadi dalam acara perpisahannyakelas enam SD waktu itu kelas empat SDmembawakan lagu untuk perpisahan”

IR : “Jadi bisa sendiri apa? ”IE : “Diajari, belajar, ikut, inisiatif ikut, pengen

les, minta dibeliin biola belajar samatemen-temen maksudnya ada gurunyagitu”

IR : “Tapi Andanya sendiri yang pengenmain biola? ”

IE : “Iya”IR : “Kenapa pengen main biola? ”IE : “Alat musik yang menarik yang gitu, alat

musik yang menarik yang punya ciri khastersendiri yang beda dengan pianomungkin ya banyak orang main piano apagitu. Piano gitar itu udah banyak pasti”

Hafal nama dankondisi jalan (S2-W1, 233-241)

Hobi berupa bioladan online (S2-W1, 242-246)

Alasan vakummain biola (S2-W1, 247-250)

Peluang berprestasimain biola (S2-W1, 251-259)

Cara mengasahketerampilan (S2-W1, 260-264)

Senang dengansesuatu yangberbeda (S2-W1,265-275)

193

275

280

285

290

295

300

305

310

315

IR : “Oh Anda mau yang beda gitu ya? ”IE : “He’ee”IR : “Hmm kalau menurut Anda, Anda

punya kekurangan apa? ”IE : “Kekurangannya mungkin kalau ngomong

gitu terkadang suka diulang-ulang sampekadang tu bikin orang kesel”

IR : “He’ee”IE : “Kadang sama ibu tu suka berantem karena

ngomongnya sering di ulang-ulang terusatau enggak terlalu yang masalahsebenernya sepele tapi di gede-gedein gitusuka gede-gede in masalah. Ya dua itukekurangan yang sedang saya perbaiki”

IR : “Terus Anda cara menyikapinya itugimana? ”

IE : “Ya lihat orang, lihat orang sikapnyabagaimana, sikap ini karena orang normaljadi mau gak mau saya harus ngikutinmereka gitu, itukan norma kesopanan apaitu tu sebagian dari norma kesopanan jadikalau saya melanggar saya enggakditerima sama temen-temen. ”

IR : “He’ee”IE : “Kalau melanggar norma norma, norma

kesopanan, kalau ngulang-ngulang gitukan melanggar ya orang jadi bosen gitu”

IR : “Eh apakah Anda tu puas enggak sama diriAnda? ”

IE : “Puas sih dibilang puas banget ya enggakya, puas ya karena manusia itumempunyai keunikan masing-masing buatsaya enggak puas-puas banget tapi cukuppuas, sudah puas gitu lah”

IR : “Sudah bersyukur ya? ”IE : “He’ee”IR : “Seberapa baik Anda tu mampu

berkonsentrasi dalam suatu hal gitu? ”IE : “Saya mampu berkonsentrasi ketika ehh

saya baik jika kondisi-kondisi di situasitempat sepi, eh bukan enggak ada orangsama sekali tapi orangnya sedikit ehhenggak terlalu banyak tapi enggak terlalusedikit jadi ya medium-medium gitu sayamisalnya dikelas. Di kelas nih di arkeologitu di angkatan saya Cuma dua puluh

Perilakumengulang (S2-W1, 276-281)

Masalah yangmenimbulkankonflik (S2-W1,282-285)Memperbaiki sikap(S2-W1,286-287)Menyikapiperbedaan denganmematuhi aturandalam masyarakat(S2-W1, 288-296)

Memahamikonsekuensibermasyarakat (S2-W1,297-300)Puas dengankeunikan yangdimiliki (S2-W1,301-309)

dapatberkonsentrasiditempat yangcenderung sepi(S2-W1, 310-328)

194

320

325

330

335

340

345

350

355

360

365

orang”IR : “He’emm”IE : “ Nah dua puluh orang menurut saya di

kelas kuliah itu ya medium lah tapimenengah cenderung menengah ke bawahkelasnya jadi saya lebih mudahberkonsentrasi, jadi dosen lebih mudahgampang mengenalinya dan suara dosenitu lebih kedengaran jelas gitu

IR : “ Jadi seangkatan itu Cuma dua puluhorang? ”

IE : “Iya”IR : “Ohh itu satu kelas ya? ”IE : “ He’ehh, satu angkatan, satu angkatan sih

karena jumlah mahasiswa arkeologi tutergolong sedikit ya minimal empat, puluhpaling banyak empat puluh”

IR : “ Itu biasanya tu kalau di arkeologi tubanyakan cowok apa cewek Anda? ”

IE : “Seimbang”IR : “Oh seimbang”IE : “Kalau di angkatan Saya ya”IR : “ Kalau menurut Anda tu ehh apa

hikmahnya dibalik keterbatasan Anda? ”IE : “ Dibalik keterbatasan kita, kita harus

pintar-pintar berpikir bagaimana ehbagaimana kita bisa keluar daripermasalahan ini”

IR : “He’ehh”IE : “Apa ya dengan kata lain tu kita dengan di

kasih Allah tu dengan cara berpikirbagaimana dan kemudian yang itu ya buatsaya hikmah itu harusnya kita tubersyukur karena mungkin masih adabanyak orang lain ya walaupun kitaterbatas tapi masih ada orang lain yangjauh lebih dibawah kita jadi hikmahnya itumampu mensyukuri karena masih adaorang itu jauh jauh dibawah kita bahkanlebih parah dari saya banyak kasus-kasusseperti itu”

IR : “Jadi Anda bersyukur gitu ya? ”IE : “He’ee dua hikmah itu berpikir sama

bersyukur”IR : “Berpikir sama bersyukur he’ee, eh sejauh

mana emosional Anda tu mempengaruhi

Jumlah mahasiswaarkeologi sedikit(S2-W1, 329-336)

Mahasiswaarkeologiseimbang antargender (S2-W1,337-341)Mencari solusi ataspermasalahan (S2-W1, 342-348)

Hikmahnya adalahdapat berpikir (S2-W1, 349-351)Bersyukur (S2-W1, 352-363)

Perasaan yangmenonjol adaah

195

370

375

380

385

390

395

400

405

410

aktivitas Anda? ”IE : “Emosional itu elemen yang salah satu

elemen yang berpengaruh”IR : “He’ee”IE : “Eh elemen ini dimana karena emosional

itu menjadikan supaya kita itu tu supayadidalam konteks apa? ”

IR : “Eh ee sejauh mana emosional itumengganggu aktivitas Anda? ”

IE : “Emosi itu? ”IR : “Iya emosi”IE : “Kalau misalnya saya saya mungkin saya

lempeng atau bagaimana saya mungkinemosi karena saya enggak bisa sepertiorang lain, orang lain enak udah tinggalekspresi apa aja bisa langsung bisamungkin sedikit apa jadi kadang pengenemosi sama temen gak bisa apa”

IR : “Kalau Anda sering enggak marah tiba-tibaatau sedih tiba-tiba gitu? ”

IE : “Oh kalau marah tiba-tiba mungkin jarangya enggak sering”

IR : “Tapi pernah Anda? ”IE : “Pernah”IR : “Kenapa?misalkan apa? ”IE : “Dalam hati gitu a pa kalau ada temen ini

dateng itu temen ini dateng, temenkampus apa temen kampus dateng tapidalam hati sebel eh orang sih enggak tahutapi sebenernya marah tiba-tiba mungkinitu ”

IR : “Didalam hati ya? ”IE : “Simpan didalam hati ”IR : “Tapi Anda enggak menunjukkan? ”IE : “Daripada berantem, daripada bertengkar

lebih baik saya simpan saja mau ngomongjuga salah”

IR : “Tapi Anda enggak pernah menunjukkangitu ya? ”

IE : “Enggak, malah berantem entar”IR : “Kalau dirumah gitu Anda pernah enggak

tiba-tiba marah? ”IE : “Eh kesel karena, kesel karena apa itu

misalnya ih enggak dapet ya”IR : “Misalnya apa? ”IE : “Eh nonton TV, TV nya udah ada, bapak

emosi (S2-W1,364-376)

Tidak dapatmengekspresikanperasaan lewatekspresi muka (S2-W1, 377-383)

Mengontrol emosi(S2-W1, 384-389)

Memendamperasaan marah(S2-W1, 390-398)

Tidakmenunjukkanperilaku agresif(S2-W1, 399-405)

Mengerti bahwatidak perlumemperbesarmasalah (S2-W1,406-417)

196

415

420

425

430

435

440

445

450

455

pengen nonton di atas itu kadang kesel,harusnya masalah sepele kok gitu kan adaTV juga yang nganggur gitu eh kesel gitu”

IR : “Eh keselnya tapi cuma didalem hati ajagitu?”

IE : “He’ee”IR : “Enggak yang marah-marah gitu? ”IE : “Marah sih iya”IR : “Marahnya gimana? Anda pernah enggak

marah mukul meja apa apa gitu? ”IE : “Eh enggak sih paling ini benda tapi

enggak kasar-kasar juga, dimarahin ibutapi karena Sayanya enggak ngerti, enggakngerti ,enggak ngerti malah nyalahin dirisendiri akhirnya terluapkanlah itu rasanyalahin diri sendirinya itu”

IR : “Misalnya gimana itu biasanya? ”IE : “Ya dinasehatin itu karena ngulang-

ngulang pembicaraan dan masalah sepeledi gede-gedein itu”

IR : “Ibu tu biasanya marahnya itu gimana, ehkalau Anda ngulang-ngulang? ”

IE : “Ibu itu sudah jelasin berkali-kali kenapakamu itu enggak ngerti-ngerti jadi seolah-olah kayak orang tuli enggak denger apa-apa gitu padahal ibu bilang enggak tulienggak, kamu enggak bodoh, kamuenggak apa gitu, tapi kamu enggak ngerti,kamu enggak berusaha memahami kadangsaya aduh marah saya seolah-olah saya ituenggak bisa apa-apa padahal sebenarnyasaya itu bisa kata ibu saya, tapi sayamenganggap diri itu enggak bisa apa-apa”

IR : “Anda tapi ngomong sama ibu enggakitu?”

IE : “Enggak sih, enggak bentak-bentak sihCuma miss comunication jadi salahpaham”

IR : “Oh tapi Anda merasa marah sama dirisendiri?”

IE : “Marah sama diri sendiri jadi nyalahin dirisendiri karena merasa enggak bisa gitu,salah paham disitu”

IR : “Pernah enggak Anda merasa sangat sedihgitu? ”

IE : “Sedih, sedih gitu mungkin apa, ehh

Suka menyalahkandiri sendiri (S2-W1, 418-428)

Mengulangpembicaraan (S2-W1, 429-432)

Cara ibu memberipemahaman padaOs (S2-W1, 433-441)

menganggap dirisendiri tidakberguna (S2-W1,442-445)memahami kesalahpahaman dengandiri sendiri (S2-W1, 446-450)

menyalahkan dirisendiri (S2-W1,451-455)

Sedih saatkeinginannya tidak

197

460

465

470

475

480

485

490

500

505

keinginan sesuatu tu enggak kesampaianmisalnya kayak keinginan apa kakak gituapa ya, enggak tahu juga ya gmanapokoknya sedihnya itu karena suatu halyang keinginan-keinginannya tidakkesampaian, misalnya mungkin enggakenggak bisa liburan nih semester ini,semester ini kayaknya enggak bisa karenaacara-acara keluarga gitu”

IR : “Pernah enggak Anda itu sedih gitu tapienggak ada yang menghibur? ”

IE : “Sedih? ”IR : “He’ee Anda merasa sedih, sedih merasa

seandainya kayak Anda apa, Andamenyalahkan diri sendiri kan Anda sedih,lha itu pernah enggak ada yang menghiburgitu? ”

IE : “Menghiburnya itu ibu saya, ibu sayanenangin diri, nenangin saya gitu supayasaya enggak nyalahin diri sendiri tu dansaya harus paham, memahami, mengertiperasaan orang lain, tapi karena sayabener-bener masih rasa nyalahin dirisendirinya masih itu akhirnya saya emosi,ibu saya jadi emosi juga gitu”

IR : “He’ee”IE : “Jadilah”IR : “Biasanya kalau emosi-emosi gitu

gimana?”IE : “Awalnya tenang tapi karena kesalahan

saya, sikap saya”IR : “Hmm terus berarti kalau sama-sama

emosi gitu Anda eh tapi enggak berantemsama ibu?”

IE : “Ya mungkin berantem kecil, tapi enggak,bukan yang gimana gitu”

IR : “Ohh”IE : “Cuma miss comunication, salah paham”IR : “Berarti biasanya yang sering menghibur

Anda itu ibu ya? ”IE : “Iya ibu walaupun dengan nada tegas apa

gitu tapi akhirnya, ehh akhirnya sekarangngerti, enggak langsung gitu mengajarisaya mumpung ibu saya masih hidupkalau ibu saya meninggal siapa yangnasehatin kamu, siapa yang pengen

terpenuhi (S2-W1,456-467)

Ibu mengajarkanOs memahamioranglain (S2-W1,468-480)

Menyalahkan dirisendiri memicuemosi denganibu(S2-W1, 481-485)Menyadarikesalahan (S2-W1,486-501)

Pengaruh nasihatibu terhadapperubahan sikapOs (S2-W1, 502-508)

198

510

515

520

525

530

535

540

545

550

mengubah sikap saya maksudnya ngubahsikap itu tergantung ke saya nya, ibu sayaCuma bisa menasehati tapi enggak bisamengubah saya gitu”

IR :“Kalau sama temen-temen gitu Andasering enggak, ehh curhat cerita-ceritagitu? ”

IE : “Paling ya, tapi bukan masalah pribadi,masalah temen tapi yang komunitas kecil,komunitas kecil”

IR : “Kalau Anda enggak suka gitu ya? ”IE : “Enggak sih, iya enggak sampe meng ini-

ini banget ya, karena kelakuan temenarkeo tu ada beberapa sebagian yangamburadul”

IR : “Misalnya apa amburadulnya Anda? nakalgitu ya? ”

IE : “Mungkin apa”IR : “Gimana? ”IE : “Ya mungkin apa, misalnya ada yang

minum-minum gitu, minum bir pas acarapelepasan gitu. Padahal pernah dapet dikasih tahu temen katanya ada salah satusenior yang suka minum, ada beberapayang gitu jadi itu yang bikin terkadang tuhati tu”

IR : “Gimana?kok gini gitu ya? ”IE : “Gini gini Gini, gitu kok, ada temen beda

jurusan, saya menilai ini kok temennyakos lebih enak itu”

IR : “Oh temennya Anda yang deket itu malahbukan satu jurusan? ”

IE : “He’ee”IR : “Beda jurusan? ”IE : “Iya sastra”IR : “Hmm kalau menurut Anda tu bagaimana

penampilan Anda secara jasmani? Andapuas gak? ”

IE : “Ya cukup puas, ya karena tinggi secarafisik postur udah sangat tinggi udahenggak perlu menambah tinggi lagi, hehe”

IR : “Hehe”IE : “Enggak perlu tinggi lagi”IR : “Berarti Anda seneng tinggi? ”IE : “Iya, gigi juga sudah diperbaiki karena

kemarin juga sudah dikawat, ditambal

Kesadaranmerubah perilakusendiri (S2-W1,509-513)

Perilaku kenakalanteman (S2-W1,514-535)

Bersahabat denganbeda jurusan (S2-W1, 536-543)

Sangat puasdengan penampilanfisik (S2-W1, 544-555)

199

555

560

565

570

575

580

585

590

595

600

untuk gigi”IR : “Oh Anda dulu pernah di kawat? ”IE : “He’ee karena dulu giginya berantakan,

puas akhirnya ya sudah perawatan gigi dimajuin, di kawat itu di majuin gigi saya,memperbaiki rahang”

IR : “Berarti Anda secara personal udah puassoalnya udah di perbaiki ya? ”

IE : “Dan posturnya udah terlalu tinggi itu,sudah cukup”

IR : “Tapi Anda seneng enggak postur tubuhtinggi gitu? ”

IE : “Ya seneng mungkin karena ehh karenamisal ngambil buku di perpus, ada yangrak buku, ada yang ngambil tangga untukitu mungkin sejengkal bisa aku ambil gitu,itu kadang suka di manfaatin sama temen,temen pengen nyari buku tapi tinggi itukalau di rumah suruh ambil bendatangannya itu yang bisa nyampe cumaSaya itu”

IR : “Cuma Anda? ”IE : “He’ee dirumah”IR : “Berarti Anda apa merasa, ehh sudah

merasa puas ya? ”IE : “Iya”IR : “Coba ceritakan dukungan yang diberikan

keluarga maupun lingkungan, emmkepada Anda? ”

IE : “Contohnya Orang Tua,eh saya kuliah diarkeologi UGM, universitas ternamamungkin ya”

IR : “He’ee”IE : “Ya yang ternama gitu mungkin ya jelas

dosen-dosennya, waktu itu ya mendukungusaha, mendukung apa lagi ya untuksemester ini mendukung banget kalausemakin cepat lulus itu semakin baguswalaupun tidak memaksa”

IR : “Ohh ya”IE : “Hanya menyarankan gitu trus

dukungannya itu support apa saja ehhproposal pokoknya mendukung jugaproposal skripsi apalah sesuai denganminat dan kemampuan pustaka yang adagitu dan ya itu dukungannya, salah satu

Merawatpenampilan(S2-W1, 556-560)

Manfaat berbadantinggi (S2-W1,561-580)

Percaya diri (S2-W1, 581-587)

Dukungan bidangakademis (S2-W1,588-594)

Keluargamendukung minatOs (S2-W1, 595-601)

200

605

610

615

620

625

630

635

640

645

bentuk dukungan itu”IR : “Tapi dukungannya secara support

dukungan gitu ya?”IE : “Ya supportnya pokoknya gimana caranya

supaya Saya tu enggak putus asa, yapokoknya usaha gak apa-apa udah usahanilai jelek atau apa enggak apa-apa,dihargai apapun hasilnya asal ada usahadan berdoa udah”

IR : “Anda terbuka enggak sama ibu kalaunilainya jelek gini?”

IE : “Iya”IR : “Anda bilang?”IE : “Iya, bu iya bilang kadang nilai segini bu,

IP”IR : “Kalau IP Anda berapa?”IE : “Ehh”IR : “IP Anda?”IE : “Berapa ya, terendah tu 2,95”IR : “Punya Anda berapa?”IE : “Terendah”IR : “Terendah di mana? Di satu jurusan?”IE : “Terendah di satu semester”IR : “IP nya Anda?”IE : “He’ee tapi ada temen yang jauh, jauh di

bawah lagi”IR : “Kalau dukungan apa, dukungan untuk

kesembuhan Anda itu?”IE : “Kenapa?”IR : “Ehh kalau dukungan yang di berikan

keluarga untuk kesembuhan Anda gittu?”IE : “He’ee”IR : “Kalau Anda udah bisa jadi seperti ini”IE : “Dukungan itu jelas karena, ehh karena

saya di lingkungan normal, mau enggakmau saya harus di bekali oleh ibu sayaatau siapa ehh bapak saya supaya ketikadua-dua nya meninggal saya bisa, sayabisa apa ya istilahnya saya mampu, mauehh saya mampu beradaptasi, mampuberhubungan dengan orang lain denganbaik jadi sekarang di beri cara pelan-pelanitu maksudnya”

IR : “Diberi cara pelan-pelan maksudnya?”IE : “Supaya saya tu paham, ngerti ya saya itu

bisa melakukan yang penting saya

Keluargamenumbuhkansikap optimis Os(S2-W1, 602-609)

Sikap terbuka atasnilai (S2-W1, 610-615)

IP cukup baik (S2-W1, 616-623)

Percaya diri bidangakademik ( S2-W1,624-626)Peran orangtuauntuk Osberadaptasidilingkungan (S2-W1, 627-643)

Hal yangterpenting adalahberusaha (S2-W1,

201

650

655

660

665

670

675

680

685

690

berusaha gitu”IR : “Kalau, ehh kalau apa yang di lakukan ibu

Anda biar Anda sembuh gitu dari kecil?”IE : “Ehh iya ehh apa ya, dukungan sih cukup

berhasil ya, keberhasilan tu”IR : “Diobatin enggak gitu sama ibu?”IE : “Ya pokoknya sih, ya kurang pas ya

pokoknya keberhasilan, tolak ukurparameter keberhasilan, keberhasilan gitudeh di berhasilkan untuk usaha apapungimana ya itu penanganan saya secaradini, penanganan secara dini, terapi apa,terapi gitu walau mungkin masalah diet-diet itu”

IR : “He’ee”IE : “Beberapa waktu kemudian karena jarang

informasi pada tahun 1990, walau adaterapi apa, usaha cari sekolah-sekolahgitu, cari sekolah regular itu, cari tempatyang pas untuk saya walaupun sayaterbatas seperti ini itu tetep usaha mati-matian nyari terbaik buat sayapendidikan”

IR : “Oh Anda dulu sekolahnya di sekolahreguler terus?”

IE : “Reguler terus, reguler terus walaupun yadengan terpaksa gitu akhirnya di terimadengan itu”

IR : “Dengan terpaksa gimana? Yang terpaksapihak sekolahnya itu atau?”

IE : “Iya sekolah, pihak sekolahnya terpaksa”IR : “Kenapa?”IE : “Karena kemampuan akademiknya pas-pas

an dulu ya”IR : “Tapi Anda bisa mengikuti?”IE : “Nyaris enggak naik kelas tapi di naikkan”IR : “Oh Anda dulu pernah, nyaris enggak naik

kelas?”IE : “Iya”IR : “Itu kelas berapa?”IE : “Kelas satu SD”IR : “Oh kelas satu SD, masih kecil kok ya”IE : “Iya langganan remedial kalo dulu”IR : “Tapi masih SD?”IE : “Iya”IR : “SMP nya Anda?”

644-647)Keberhasilanpenanganan Os(S2-W1, 648-661)

Usaha orangtuamencaripendidikan terbaik(S2-W1, 662-669)

Keterpaksaanpihak sekolah (S2-W1, 670-678)

Kemampuanakademik yangkurang padaawalnya (S2-W1,679-691)

Masalah utama

202

695

700

705

710

715

720

725

730

735

IE : “Sudah cukup membaik walaupun waktusemester satu anjlok lagi karena masalahadaptasi, waktu semester dua udahmengalami peningkatan, ranking naik,naik drastis gitu. Pokoknya penyakit itumulai pas awal-awal karena itu masalahadaptasi kan adaptasi itu orang itu beda-beda, tapi adaptasi buat saya tapi di awaltu susah banget gitu”

IR : “Susahnya gimana Anda?”IE : “Adaptasi pastinya sama temen-temennya,

lingkungannya, cara mengajar guru-gurunya ada yang enak ada yang enggak”

IR : “Kalau misal enggak enak gitu Andangapain?”

IE : “Mau enggak mau ya suka enggak suka diterima, sekolah sama yang lainnya,namanya ya sekolah”

IR : “Jadi Anda enggak pernah ya sekolah disekolah khusus autis gitu ya?”

IE : “Enggak, dulu belum ada ya, dulu karenabukan belum ada tapi jarang lah”

IR : “Iya, eh kebanyakan tu temen Anda tu laki-laki apa ada yang lawan jenis?”

IE : “Apa ya?”IR : “Temennya Anda tu laki-laki atau

perempuan?”IE : “Seimbang sih ya”IR : “Kalau yang deket Anda?”IE : “Laki”IR : “Oh laki-laki, kalau pendapat Anda tentang

perempuan itu gimana?”IE : “Perempuan, eh perempuan sih kalau

konteks nya temen sih oke, temen kuliahkarena bisa lebih di, kalau perempuan buatsaya sih lebih bisa di percaya, misalnya inimenginformasikan sesuatu misalnya tugasatau misalnya apa tugas-tugas dibandinglaki-laki, karena laki-laki biasanya apalebih cuek sama tugas, jadi saya tu lebih,perempuan tu lebih mudah buat sayauntuk manfaatkan untuk misalnya ituformatnya tugas apa”

IR : “Kalau temen deket perempuan gitu Andapernah enggak?”

IE : “Enggak ada sih biasa lah, semuanya tetep

adalah penyesuaiandengan lingkunganbaru (S2-W1, 692-705)

Penerimaan diri(S2-W1, 706-710)

Saat itu jarang adasekolah autis (S2-W1, 711-714)

Dapat bertemandengan berbagaigender (S2-W1,715-722)

Pandangan tentangperempuan segiakademik (S2-W1,723-735)

Menganggapsemua teman (S2-W1, 736-739)

203

740

745

750

755

760

765

770

775

780

teman tapi hubungannya biasa”IR : “Anda lebih suka gitu ya?”IE : “Iya, perempuan tu Cuma lebih, eh lebih

bisa di percaya masalah seperti itu”IR : “Hmm seberapa aman dan nyaman gitu

apa Anda saat berada di lingkungansosial? Nyaman enggak Anda ada dilingkungan sosial? Rasa aman gak?adakekhawatiran apa gitu enggak?”

IE : “Oh enggak kekhawatiran. Saya kawatir,saya tetep khawatir karena angkatanarkeolog ni kadang meledek saya, tidaklangsung meledek-meledek saya tapi sayaenggak bisa bales bercandaannya temenmungkin susah gitu”

IR : “Meledeknya misalnya apa Anda?”IE : “Gimana ya bercanda itu, bales bercandaan

orang susah agak”IR : “Pernah enggak Anda di ejek?”IE : “Udah lupa, tapi zaman masih SD kelas

satu sampai SD kelas berapa pokoknyaawal-awal SD masih sering hampir tiaphari rasanya itu enggak enak di gangguingitu di gangguin apalah”

IR : “Kalau di gangguin itu Anda ngapain?Diem aja apa?”

IE : “Takut, panik, cemas terus pengen nangisgitu”

IR : “Tapi enggak marah-marah gitu?”IE : “Marah tapi udah lupa ya gimana”IR : “He’ee “IE : “Udah lama soalnya “IR : “Kalau di SMP, SMA, kuliah ini pernah

enggak?”IE : “Apa?”IR : “Kalau semenjak SMA, kuliah gitu pernah

enggak?”IE : “Tapi jumlahnya udah jauh lebih

berkurang, udah enggak ada, tapi bercandagitu”

IR : “Oh bercandanya itu tetep ngeledekin Andagitu?”

IE : “Tapi enggak, ehh iya gitu enggak separahwaktu zaman SD itu udah jauh lebihberkurang”

IR : “Tapi kadang-kadang ada enggak temen

Kelebihanperempuan (S2-W1, 740-742)Kesulitanberinteraksidengan orang lain(S2-W1, 743-756)

Sikap teman saatOs SD (S2-W1,757-762)

Perasaan tidaknyaman (S2-W1,763-770)

Mulai SMPlingkungan sudahmendukung (S2-W1, 771-783)

Merasa

204

785

790

795

800

805

810

815

820

825

830

yang menyinggung perasaan Anda?”IE : “Kata-kata temen yang meyinggung

perasaan itu ada ya”IR : “Misalnya?”IE : “Gimana ya? Bingung saya”IR : “He’ee, pernah enggak temen ngatain Anda

autis gitu pernah enggak?”IE : “Enggak, enggak pernah di kampus juga

enggak pernah”IR : “Berarti Anda merasa nyaman?”IE : “Sebenarnya kalau merasa nyaman

mungkin iya tapi ada tabiat-tabiat temenyang bikin saya risih deket trus gitu,sebenernya sih nyaman”

IR : “Iya”IE : “Karena enggak ada yang ngejek-ngejek

gila apa, enggak-enggak, enggak ada yangkayak gitu. SMA SMP juga enggakpernah”

IR : “Kalau dulu zaman-zaman SMA gitupernah enggak Anda naksir cewek?”

IE : “Pernah waktu SMP kelas dua itu temensekelas, tinggi, ehh tingginya sama.Awalnya dia masih single ternyata udahpunya cowok tapi baru aja putus ternyata,beberapa waktu kemudian udah tahu kalauputus gitu”

IR : “Tapi apa yang dilakukan Anda?”IE : “Ya nembak, tapi akhirnya enggak jadi,

jadinya karen dia udah punya pacar gitu”IR : “Tapi Anda berani nembak gitu?”IE : “Berani sampai temen-temen nyorak-

nyorak, temen sekelas tu waktu SMP”IR : “Iya, kalau SMA gitu?”IE : “Enggak”IR : “Oh enggak, kalau kuliah ini juga

enggak?”IE : “Enggak”IR : “Kenapa enggak?”IE : “Mau konsentrasi kuliah dulu”IR : “Terus apa yang enggak Anda sukai saat

berinteraksi dengan orang lain itu apa?”IE : “Misalnya tiba-tiba ngobrol sama temen-

temen tu tapi dengan inisiatif ngomongtapi dengan ehh topik yang tidak sayasukai misalnya tentang bola, ehh

tersinggung (S2-W1, 784-786)Lingkungankampusmendukung (S2-W1, 787-793)

Sikap teman yangsedikitmengganggu (S2-W1, 794-799)

Teman yangpengertian (S2-W1, 800-803)

Perempuan yangdisukai (S2-W1,804-811)

Menunjukanperasaan suka (S2-W1, 812-817)

Hanya fokuskuliah (S2-W1,818-824)

Topik yang tidakmenarik (S2-W1,825-834)

205

835

840

845

850

855

860

865

870

875

bagaimana segala hal tentang bola,mungkin film tidak terlalu update tentangfilm walaupun Cuma tahu gitu-gitudoang”

IR : “Kalau berinteraksi kayak apa eh tatapmuka atau bersalaman itu udah enggakmasalah ya buat Anda?”

IE : “Enggak sih”IR : “Kadang-kadang risih gitu enggak?”IE : “Enggak”IR : “Oh ya, bagaimana lingkungan rumahnya

Anda? Eh Anda tu lingkungannya di kotaatau?”

IE : “Ya masuk kota sih sebenernya”IR : “Dimana? Bekasi ya?”IE : “He’ee Bekasi”IR : “Kalau di lingkungan rumah Anda tu ehh

jadi rumahnya banyak gitu apa gimana?”IE : “Ohh iya tapi karena anak-anaknya udah

pada gede jadi rumahnya terasa sepi gitujadi udah udah sering gimana ya,pokoknya nyaman, karena anak-anaknyaudah pada gede-gede gitu udah padakuliah atau apa mencar-mencar gitu, adayang ke luar kota gimana jadi tetepkondusif”

IR : “He’ee, bagaimana sumber keuangan Andaselama ini?”

IE : “Eh cukup, pas jadi enggak terlalu kurang,tapi berlebih juga enggak tapi taraf yangcukup”

IR : “Biasanya Anda uang tu di pakai sebulanya?”

IE : “Iya itu pas malah lebih dari pas”IR : “Biasanya berapa Anda?”IE : “ barapa ya Dapat satu ehh satu”IR : “Satu juta gitu?”IE : “Iya”IR : “Ditabung , ehh seneng enggak Anda di

tabung?”IE : “Di tabung kalau memungkinkan di

tabung”IR : “Jadi kalau Anda butuh buku atau apa gitu

bilang sama ibu?”IE : “Eh kalau yang ehh iya kalau yang

Penting -penting iya bisa tapi kadang juga

Tidak bermasalahdengan kontakfisik (S2-W1, 835-840)

Nyaman dankondusif denganlingungan rumahyang sepi (S2-W1,841-856)

Keuangan yangterpenuhi (S2-W1,857-868)

Suka menabung(S2-W1, 869-872)

Dapat mengaturkeuangan (S2-W1,873-880)

206

880

885

890

895

900

905

910

915

920

patungan di tambahin patungan”IR : “Ditambahin sama tabungannya Anda?”IE : “He’ee patungan dengan orang tua

misalnya”IR : “Kalau fasilitas Anda itu terpenuhi enggak

disini?”IE : “Fasilitas?”IR : “He’ee”IE : “Fasilitas itu ya terpenuhi “IR : “Misalnya apa handphone, laptop?”IE : “Handphone, modem, laptop,”IR : “Ada enggak keinginan Anda yang belum

terpenuhi gitu?”IE : “Liburan ke luar negeri itu”IR : “He’ee”IE : “Liburan ke negeri tetangga gitu, memori

eksternal karena kapasitasnya kecil karenakapasitasnya hard disk sudah terpakai jadibutuh alat penyimpanan, media biarkinerjanya enggak berat”

IR : “Berarti selama ini Anda cukup enggakdalam hal materi?”

IE : “Kalau materi mungkin tergoda dengan hal-hal yang baru tapi usahakan konsistendalam hal yang udah di miliki saat ini.saya juga terpikir kalau ganti-ganti barangitu pasti ntar repot lagi pasang-pasangnomor telepon apa gitu”

IR : “Jadi Anda telah merasa cukup?”IE : “Cukup, ya walaupun enggak puas tapi

levelnya ya cukup”IR : “Yang penting kebutuhan-kebutuhan Anda

kuliah terpenuhi ya?”IE : “Iya, bisa beli alat tulis atau apa, buku

kuliah sudah ada, bisa fotocopy bisaapalah pokoknya buat kuliah penting-penting”

IR : “Menurut Anda tu bagaimana peluangAnda untuk berprestasi?”

IE : “Peluang?”IR : “Iya”IE : “Peluang buat berprestasi?”IR : “He’ee”IE : “Ehh untuk berprestasi tu agak susah ya

karena berprestasi itu tergantung di balikke pribadinya masing-masing buat Saya tu

Fasilitas terpenuhi( S2-W1, 881-887)

Keinginan yangbelum terpenuhi(S2-W1, 888-896)

Kemampuanmenahan diri (S2-W1, 897-907)

Fasilitas kuliahterpenting (S2-W1,908-913)

Optimis (S2-W1,914-928)

207

925

930

935

940

945

950

955

960

965

misalnya Sayanya mau berusaha apa gitukan pasti sesuatu yang mustahil itu akanterjadi misalnya eh juara satu apa gitukalau selalu berusaha tapi orang tua akantetep menghargaiya apapun juaranya atauapa gitu, tidak memaksa juga”

IR : “Kalau selama ini Anda pernah enggakdapet juara apa gitu?”

IE : “Pernah dulu juara harapan aritmatika”IR : “Terus?”IE : “Ya udah lupa itu karena udah lama banget

itu”IR : “Terus kalau main musik itu pernah

enggak Anda dapet juara?”IE : “Enggak”IR : “Ceritakan bagaimana Anda tu

mendapatkan informasi dan keterampilangitu yang udah Anda miliki?”

IE : “Apa ya? Informasi?”IR : “Informasi he’ee, Anda dapet informasi itu

biasanya darimana?”IE : “ Info apa?”IR : “Info ehh dari keterempilan yang Anda

miliki gitu?”IE : “He’eehh”IR : “Itu biasanya Anda dapat informasi itu

darimana?”IE : “Keterampilan, ehh dari mana ya, les-les

gitu ya mungkin rasa ingin tahu, rasa ingintahu, rasa ingin tahu sama nanyananya inigimana, ini les nya ngadain apa aja nikegiatannya apa aja ni, gitu banyak”

IR : “Jadi Cuma nanya-nanya? Ada dari TVatau majalah gitu enggak Anda?”

IE : “Apa?”IR : “Kalau informasi-informasi, Anda seneng

baca buku gitu enggak?”IE : “Enggak sih baca buku sih enggak, paling

baca buku kuliah ya kadang iya, kadangenggak”

IR : “Kalau buku majalah atau novel apa gituseneng enggak?”

IE : “Enggak kalau majalah, kan sekarang adaberita online jadi seneng berita online

IR : “Jadi seneng online ya?”IE : “He’ee jadi selalu update kayak

Prestasi bidangakademik (S2-W1,929-937)

Peluangmemperolehketerampilan (S2-W1, 938-954)

Suka mengaksesinformasi online(S2-W1, 955-966)

Sumber informasi(S2-W1, 967-969)

208

970

975

980

985

990

995

1000

1005

1010

kompas.com apa gitu detik news”IR : “Jadi kayak keterampilan, ehh jadi Anda

dulu tu les-les pelajaran ya”IE : “Dulu pernah tapi enggak fanatik-fanatik

banget Cuma untuk persiapan untukpemantapan supaya enggak remedialwalaupun hasilnya ya sedikit walaupunenggak ini-ini banget ya kecuali les privat,saya les privat dengan bantuan guru-guru,akhirnya saya bisa les privat dengan syaratgurunya kalau di sekolah tidak boleh,tidak boleh mengikuti les dengan guruyang mengajar gitu harus beda guru itu diusahain sama ibu saya”

IR : “Kalau di kuliah ini Anda kesulitan enggakkalau buat belajar?”

IE : “Eh bahasa inggrisnya tebel diktatnya gitu,refleknya kadang suka susah gitu,bacaannya banyak”

IR : “Kesulitannya Cuma itu?”IE : “Bacaannya banyak, sulit”IR : “Pelajaran yang Anda sukai kuliah ini

apa?”IE : “Eh apa ya, bingung.. fosiologi karena

tentang permusiuman jadi standarisasimuseum jadi bagaimana museum diindonesia tahu kenapa museum itu sepigitu, ada strategi apa supaya itu menjadihal yang menarik apa bukan hanyamenyimpan benda-benda antik gitu”

IR : “Awalnya Anda kenapa bisa tertarik samaarkeologi gitu?”

IE : “Arkeologi itu kan mempelajar ilmupeninggalan masa lalu tapi bisamenjelaskan berbagai hal tentang sudutpandang tidak seperti waktu zamansekolah hanya bisa menjelaskan yangsudah di jelaskan dibuku itu tapi melaluiberdasarkan penelitian-penelitian iniakhirnya jadi tahu ini mengapa jadikenapa candi di dirikan jadi ada berbagaimacam alasan yang membuat sayasemakin berpikir dari pendapat berapa ahliini, borobudur ini ada beberapa ahli yangmengatakan ini ini ini gini “

IR : “Anda hafal enggak materi-materi di luar

Upayameningkatkanakademik denganles dan privat (S2-W1, 970-982)

Kesulitan bahasainggris (S2-W1,983-989)

Berpikir kreatif(S2-W1, 990-998)

Ketertarikanterhadap bendabersejarah (S2-W1,999-1013)

Ingatan yang kuat

209

1015

1020

1025

1030

1035

1040

1045

1050

1055

1060

kepala gini?”IE : “Tergantung materinya sih kalau dalam

bentuk ujian take home saya enggak perluasal saya udah baca buku tinggal di salin “

IR : “Jadi enggak perlu di cari-cari udah ingetya?”

IE : “Iya, bukan sudah inget juga tapi paham,udah inget pun udah satu kesatuan yanggak bisa dipisahin, hafal aja tapi enggakpaham susah”

IR : “Anda biasanya kalau baca harus pahamya?”

IE : “Iya, makanya kuliah dari semester satumasuk karena kuliah ini sistem matakuliah berantai yang berlanjut, satukesatuan mau enggak mau saya harusmasuk terus karena nanti siapa tahu yangbuat ujian itu di keluarin, karena biasanyabaca buku, fotocopy buku yang dipelajariwalaupun persiapannya enggak banyak”

IR : “Berarti Anda kuliahnya sering eh pernahenggak, enggak masuk gitu?”

IE : “Ya paling ini dua kali enggak masuk,paling dua kali enggak masuk enggakpernah tiga kali, enggak pernah empatkali”

IR : “Berarti dari dulu Anda sering masuk ya?”IE : “Apa?”IR : “Sering berangkat kuliah?”IE : “Iya”IR : “Kemarin yang tentang diet itu ya Anda,

itu dietnya apa aja?”IE : “Eh kalau Saya sih diet itu mie”IR : “He’ee”IE : “Spageti, atau dia dari protein susu ya

spageti”IR : “Karena dari tepung terigu juga ya”IE : “He’eem bahannya tapi dari protein susu

murni juga gak bisa”IR : “Roti gitu?”IE : “Roti bisa tapi enggak bisa banyak”IR : “Terus apa lagi Anda?”IE : “Susu sapi murni yang bener-bener asli

dari sapinya”IR : “Itu juga bener-bener enggak boleh makan

itu?”

(S2-W1, 1014-1020)

Pemahaman kuat(S2-W1, 1021-1024)

Tanggung jawabatas kuliahnya (S2-W1, 1025-1034)

Rajin berangkatkuliah (S2-W1,1035-1044)

Jenis makanan diet(S2-W1, 1045-1058)

Pantanganmakanan (S2-W1,1059-1066)

210

1065

1070

1075

1080

1085

1090

1095

1100

1105

IE : “Pernah tapi jarang kalau mie kadang-kadang, seminggu sekali itu mungkin limahari sekali”

IR : “Oh tapi pantangan tapi enggak begituya?”

IE : “Pantangan iya tapi enggak dilarang”IR : “Oh jadi kalo seandainya melanggar Anda

dampaknya apa?”IE : “Pusing beberapa saat terus emosi naik

labil, cenderung labil”IR : “Terus habis itu hilang?”IE : “Hilang sendiri biasanya beberapa waktu

tapi enggak nyampe sehari, enggaknyampe dua belas jam juga enggaknyampe”

IR : “Tapi emosinya hanya di dalam diri gituya?”

IE : “Iya, secara fisik ya”IR : “Terus bagaimana pendapat Anda

mengenai lingkungan sekitar Anda?”IE : “Eh lingkungan bagi saya itu cukup

terbuka, dalam arti eh dalam arti semuabisa menerima, saya memiliki kebebasanuntuk ya berekspresi kebebasan untukmenyampaikan pendapat, kebebasan untukberbicara, kebebasan untuk apa ya selamakebebasan itu ya itu termasuk pada teman-teman”

IR :“Berarti lingkungan Anda mendukung ya?”IE : “Cukup mendukung”IR : “Berarti Anda enggak ada masalah kalau di

lingkungan?”IE : “He’ee cukup mendukung lah”IR : “Eh Anda terlibat enggak dalam aktivitas

di lingkungan?”IE : “Kalau terlibat aktivitas sih enggak ikut

apa-apa ya, enggak ikut organisasi apa-apaterus enggak ikut ehh, enggak ikutpokoknya enggak ikut yang sifatnya BEMapa gitu, paling ya hee terlibatnya dalamarti misalnya diperbantukan dalamkegiatan apa, kegiatan apa gitu

IR : “Oh terkadang aja gitu?”IE : “Eh pernah dulu waktu zaman-zamannya

baru masuk kuliah khusus jurusan, itubikin stan terus jaga, kerjasama terlibat

Makananberpengaruh padaemosi (S2-W1,1067-1070)Kuantitasgangguan emosi(S2-W1, 1071-1078)

Dukunganlingkungan berupakebebasan (S2-W1, 1079-1093)

Keterlibatan dalamlingkungan (S2-W1, 1094-1107)

211

1110

1115

1120

1125

1130

1135

1140

1145

1150

saya dilibatkan”IR : “Anda juga seneng?”IE : “Seneng sih karena selain itu nambah

pengalaman, juga kerja gitu ada jugawaktu ini latihan inagurasi di libatkanwalaupun hanya pemain figuran itu,pokoknya wajib eh wajib ikut tanpakecuali”

IR : “Terus Anda kalau pergi kemana-mana itubiasanya pakai kendaraan apa?”

IE : “Eh kendaraan sepeda karena sepeda motoritu sebenarnya ada di rumah cuma orangtua enggak kasih ijin”

IR : “Ehh”IE : “Katanya takutnya resikonya eh resikonya

khawatir resiko”IR : “Itu kalau pergi jauh-jauh gitu Anda?”IE : “Oh kalau pergi jauh-jauh?”IR : “He’ee”IE : “Kendaraan umum kayak trans jogya”IR : “Oh iyaa”IE : “Angkot ya sampe yang cuma sampai

ashar gitu, oh mungkin kalau ada acara-acara apa-apa mungkin misalnya waktuacara jurusan ke candi-candi gitunumpang ke motor temen gitu”

IR : “Eh tapi Anda bisa naik motor enggak?”IE : “Enggak, dulu sih pernah latihan tapi di

rumah sudah lupa”IR : “Enggak boleh sama ibu ya?”IE : “Enggak di kasih ijin”IR : “Anda pernah enggak melanggar misalnya

ibu enggak boleh ini terus Andamelanggar itu pernah enggak?”

IE : “Kadang, ngelanggar paling kadangenggak boleh, ngelanggar apa, banyak?”

IR : “Ya seandainya ibu enggak bolehinngijinin naik motor, pernah enggak Andanyuri-nyuri naik motor gitu?”

IE : “Enggak”IR : “Enggak ya?”IE : “Enggak, karena dari SMA sebelum naik

sepeda bolak-balik, naik ojek”IR : “Soalnya biar lebih aman aja ya?”IE : “Iya, terus karena sekolahnya sama dengan

kakak jadi boncengan sama kakak, eh

Dapat berbaurdenganlingkungan( S2-W1, 1108-1114)

Alattransportasinyaadalah sepeda dankendaraan umum(S2-W1, 1115-1128)

Sikap memintabantuan (S2-W1,1129-1132)

Patuh denganperintah orangtua(S2-W1, 1133-1146)

Memiliki sikaptolong menolongterhadap saudara(S2-W1, 1147-1154)

212

1155

1160

1165

1170

1175

1180

1185

1190

1195

waktu itu kakak tu SMA saya SMPboncengan bareng”

IR : “Terus Anda kedekatan sama saudara,keluarga itu gimana?”

IE : “Gimana ya kalau saudara, terus keluargaitu mungkin kalau saudara ya jarangketemu ya”

IR : “Iya”IE : “Maksudnya ya bukan keluarga inti karena

ketemunya saat moment-moment tertentukayak lebaran atau mungkin ada acarakeluarga apa resepsi dan lain sebagainyatapi kalau keluarga inti itu dekat karenaselama saya ada di rumah itu setiap hariketemu gitu walaupun eh sekarang kakak-kakak saya itu, kakak kedua saya terutamaenggak ketemu bahkan baru tengah malembaru ketemu karena ngelembur kerja,kalau kakak pertama masih bisa ketemu,setiap hari ketemu karena pulang itumungkin paling telat itu jam delapan, jamtujuh kalau enggak ada lembur juga tapisibuk kerja”

IR : “Anda sering cerita berukar pikiran gituenggak?”

IE : “Sering”IR : “Sama kakak?”IE : “Pengalaman sehari-hari ya, oh ya tadi eh

pengalaman sehari-hari biasanya ibu ceritatentang masalah ni, eh ujian ini ni, ujiankalau ngeluh masalah-masalah kuliah,kalau ngeluh masalah sikap ke temen,kalau ngeluh masalah eh mata kuliahnyasusah apa gitu, curhat”

IR : “Oh tapi kalau kakak kedua emang enggakpernah ketemu ya Anda?”

IE : “Kenapa?”IR : “Kalau kakak kedua emang lagi jarang di

rumah ya?”IE : “Setiap hari ada cuma pulangnya kalau hari

kerja dari pagi sampai malem, malemnyajuga malem menjelang dini hari palingcepet ya jam setengah dua belas malemtapi ya tetap masih bertatap muka ya kalausaya belum tidur, kalau sekarang-sekarangya”

Jarang bertemudengan keluargabesar (S2-W1,1155-1164)

Perhatian dengansaudara (S2-W1,1165-1175)

Kebiasaan sharingdengan anggotakeluarga (S2-W1,1176-1186)

Kepedulianterhadap keluarga(S2-W1, 1187-1204)

213

1200

1205

1210

1215

1220

1225

1230

1235

1240

IR : “Iya”IE : “Masih job training”IR : “Oh berarti apa Anda apa tu kakaknya udah

kerja semua?”IE : “He’ee, udah kerja, yang satu udah nikah,

yang kedua tahun depan insyaallah”IR : “Anda sering enggak menghubungi

keluarga kalau di kos?”IE : “Paling kontak eh dulu pernah waktu

zaman-zaman masuk awal kuliah paketelpon cdma esia ya”

IR : “Oh iyaa yaa”IE : “Itu terkadang-kadang kalau ada yang

darurat banget apa gitu baru, tapi kalausekarang kan ada bb, semua pakai bb jadibbman paling maksimal itu”

IR : “Setiap hari Anda bbm an sama ibu itu?”IE : “Eh enggak terkadang, kadang-kadang

enggak setiap hari”IR : “Kalau ibu sering ngontrol kegiatan Anda

enggak setiap hari?ngapain aja ini”IE : “Eh kadang, enggak sih kalau sekarang

enggak ya, jarang bukannya enggakpernah ya jarang”

IR : “Oh ya menurut Anda tu kemandiriannyaAnda tu udah mandiri belum dalampekerjan rumah atau apa-apa?”

IE : “Belum karena kalau alasannya beberapaalasan ni karena saya misalnya sayabersih-bersih kapan susah ngatur jadwalbersih-bersih kamar gitu, di rumahterbiasa dengan pembantu gitu jadi agaksulit gitu, itu kesulitan yang pertama”

IR : “He’ee”IE : “Kesulitan yang kedua ngatur-ngatur

jadwal, misalnya kapan ya oke kalaukuliah ya no problem karena udah jamnya,udah itu kecuali ada kuliah penggantingatur jadwal lagi kapan harus lama di kosjuga harus di kampus dengan pengertian tuya untuk keperluan tugas itu sedikit sulitjuga sih tapi enggak sulit-sulit amat sih”

IR : “Anda kalau di rumah berarti pernahmengerjakan pekerjaan rumah enggak?”

IE : “Selalu kalau zaman sekolah dulu”IR : “Jadi bantu-bantu ibu gitu?”

Memaksimalkanteknologi (S2-W1,1205-1214)

Intensitaskomunikasi denganorangtua (S2-W1,1215-1222)

Hambatanmengerjakanpekerjaan rumah(S2-W1, 1223-1240)

Sikap bertanggungjawab (S2-W1,1241-1252)

214

1245

1250

1255

1260

1265

1270

1275

1280

1285

1290

IE : “Eh iya, kalau eh soalnya jagain rumahkarena yang lainnya pada pergi kerumahpernah, bersih-bersih nyapu, ngepelpernah, jaga rumah tu kalau lagi enggakada orang sama sekali”

IR : “Jadi Anda bisa kok ya mengerjakanpekerjaan rumah?”

IE : “Cukup bisa alhamdulilah”IR : “Oh ya kalau menurut Anda tu Anda sudah

bisa di banggakan gitu enggak?”IE : “Kalau mungkin bagi orang tua iya karena

parameternya itu sampai jenjangpendidikan tinggi, jadi udah sampai ituudah semua, masuk UMPTN itu pokoknyaparameternya itu yang penting udahsampai jenjang pendidikannya itu”

IR : “Tinggi ya?”IE : “Tinggi enggak males - malesan,

parameternya ya enggak Cuma itu aja”IR : “Kalau menurut Anda itu pendidikan itu

penting enggak Anda?”IE : “Penting karena dengan pendidikan itu kita

terus berilmu tapi ilmu juga enggak cukupya?”

IR : “Iya”IE : “Sikap apa wawasan itu juga perlu,

pendidikan karena menurut saya kaya S2S3 berarti kan makin memperdalam kanmakin, makin menyempit materi danmakin tantangannya makin besar”

IR : “Berarti menurut Anda tu pendidikan tuberpengaruh ya buat kehidupan Anda?”

IE : “Jelas, sepertinya kalau S1 tu kurang ya,ada yang kurang gitu?”

IR : “Iya”IE : “Kalau S2 kan ada peminatan ini

peminatan itu”IR : “Jadi kalau Anda bisa seperti ini tu

pendidikan dari dulu, dari kecil tuberpengaruh sekali ya?”

IE : “Berpengaruh”IR : “Oh ya hobi Anda apa?”IE : “Hobi tu biasa kadang nonton tv, main

internet, baca berita, sosial working, maingame online, main game”

IR : “Oh ya coba ceritakan cita-cita Anda itu

Pendidikan suatuyangmembanggakan(S2-W1, 1253-1263)

Sikap danwawasan adalahpelengkappendidikan (S2-W1, 1264-1274)

Tidak mudahmerasa puas (S2-W1, 1275-1281)

Pendidikan sangatberpengaruh (S2-W1, 1282-1285)

Senang pada mediaelektronik (S2-W1,1286-1289)

Telah memilikiperubahan cara

215

1295

1300

1305

1310

1315

1320

1325

1330

1335

apa?”IE : “Awalnya karena pengen masuk arkeologi,

pengennya ya jadi arkeolog lah”IR : “He’eem”IE : “Tapi ada entah kenapa suatu hari mungkin

berubah lagi pengen jadi dosen karena adangeliat dosen senior tu waktu mengajarngajarnya enak, jelas mudah di pahami tu,itu yang bikin terinspirasi karenamenyampaikan materi ke mahasiswa gitu,memperbaiki kemampuan secarakomunikasi juga, saya juga jadi dosenkomunikasinya harus bagus”

IR : “Jadi Anda pengen S2 ngelanjutinpendidikan gitu enggak?”

IE : “He’ee”IR : “Anda pengen S2 ke mana?”IE : “Pengennya sih jauh ke luar negeri”IR : “Oh”IE : “Belanda nyari beasiswa entar”IR : “Terus hal yang ingin di capai Anda dalam

kehidupan itu apa?”IE : “Hal yang ingin di capai?”IR : “He’ee”IE : “Hal yang ingin di capai itu Saya mandiri

karena dengan mandiri walaupun orangtua sudah meninggal tapi biar enggaknyusahin apa, kalau terjadi apa-apa, yangkedua lulus, bisa lulus S1, syukur-syukurbisa kuliah di S2, doktor di S3 gitu, ituharapan juga yang ketiga pengendibanggain tetep enggak ngecewain dikeluarga terutama orang tua, karena orangtua udah usahain susah payah gimanapunjuga, usahain apa-apa buat saya gitu”

IR :“Kalau Anda apa sering ibadah gitu enggakAnda?”

IE : “Iya walaupun mungkin telat ya, telatmaksudnya setelah adzan, kalau pagi telat,selalu telat kalo pagi”

IR : “Berarti apa hal yang ingin dicapai Andatadi itu tadi ada lagi gak Anda? Apa yangbermanfaat gitu?”

IE : “Mencapai hidup bahagia, kalau hidup itukadang bahagia kadang enggak tapibahagia tu udah ungkapan kesenangan kita

pandang (S2-W1,1290-1299)

Inginmengembangkankemampuan (S2-W1, 1300-1303)Keinginanmelanjutkanpendidikan (S2-W1, 1304-1310)

Keinginan mandiri(S2-W1, 1311-1318)

Pendidikan tinggi(S2-W1, 1322-1325)

Selalu beribadah(S2-W1, 1326-1330)

Bahagia adalahungkapan rasasyukur (S2-W1,1331-1338)

216

1340

1345

1350

1355

1360

1365

1370

1375

1380

dalam berkehidupan tu kita bisa lebihenjoy bisa lebih santai, bahagia lah ”

IR : “Menurut Anda, sekarang Anda sudahbahagia belum?”

IE : “Bahagia sudah , karena cukup bahagiakarena kebutuhan saya melebihi sudahdipenuhi yang tidak mampu tidakmemahami,Alhamdulillah itu juga sudah ,bahagia udah punya tabungan itu bahagia”

IR : “Parameter kebahagiaan Anda apa?”IE : “Parameter kebahagiaan itu untuk

mahasiswa seperti saya nilainya, enggakngulang mata kuliah parameternya, yangpertama enggak ngulang mata kuliah,yang ke dua bisa di terima di pergaulanbaik temen maupun kampus kakakangkatan, yang ke tiga bisa nyenenginorang tua, yang ke empat eh pokoknyayang ke empat bisa adaptasi, cepat adapasisituasi yang enggak pernah kita, cepetadaptasi tu udah seneng banget itu,”

IR : “Terus Anda menurut Anda apa sudah bisaberadaptasi?”

IE : “Barang kali belum parameter tadi belum,terutama tadi masalah pertemanan maupunmereka sih tidak ngapa-ngapain saya,Cuma saya yang agak sulit deketin merekagitu, tapi udah setengah jalan gitulahHmm lupa, hehe”

IR : “Oh ya menurut Anda tu kualitas hidupAnda tu gimana? Apa udah”

IE : “Cukup terpenuhi ya karena untuk disini yakarena selama tinggal orang tua sudahmencukupi uang”

IR : “Berarti menurut Anda tu apa, eh kualitashidup Anda tu udah cukup baik apa?”

IE : “Iya cukup baik, parameternya ya apa,kesehatan udah, paling dulu pernah sakittapi sekarang udah enggak sakit, ehparameternya jarang sakit”

IR : “He’eeh”IE : “Yang ke dua biaya hidupnya sudah cukup,

udah lebih dari cukup, biaya hidupnya dariorang tua, eh apalagi ya, ya dua ituparameter utama”

IR : “Anda sudah merasa senang kok ya? Ada

Merasa bahagia(S2-W1, 1339-1345)

Harapan berhasildalam akademik,keluarga, danditerimadilingkungan (S2-W1, 1346-1354)

Kesulitan dalamberteman adalahberadaptasi (S2-W1, 1355-1357)Berusaha berteman(S2-W1, 1358-1365)

Materi sangatterpenuhi (S2-W1,1366-1370)

Sehat secara fisik(S2-W1, 1371-1377)

Biaya hidupterpenuhi (S2-W1,1378-1381)

Perasaan khawatir

217

1385

1390

1395

1400

1405

1410

enggak Anda hal yang mengganjal apagitu?”

IE : “Mengganjal paling ya apa sih belummandiri seratus persen takutnya orang tuameninggal, kadang kepikiran gitu kokkalau di yogya ibu lagi sakit, khawatir, dihati itu ada yang nyangkut itu”

IR : “Cuma itu aja Anda?”IE : “ hah?”IR : “Cuma itu aja berarti?”IE : “Iya, keluarga iya”IR : “Jadi menurut Anda, Anda tu kualitas

hidupnya sudah cukup baik ya?”IE : “Sudah”IR : “Jadi sampai sekarang dari kecil Anda

peningkatannya sudah bagus gitu yaAnda?”

IE : “Iya semakin, eh kalau grafik berarti naik”IR : “Hehe”IE : “Kalau grafik”IR : “Iya, eh jadi itu aja Anda, eh jadi makasih

eh apa Anda udah banyak bantuin untukskripsi”

IE : “Iya sama-sama, kalau buat skripsi enggakapa-apa, penting gitu, Seneng bisa bantugitu”

IR : “Iya, soalnya apa Anda udah bantu banget,udah banyak manfaatnya”

IE : “Eh gak apa-apa, jadi punya temen barujuga”

IR : “Iya, makasih banyak ya Anda”IE : “Iya”

(S2-W1, 1382-1389)

Merasa berkualitashidup positif (S2-W1, 1390-1396)

Banyak kemajuan(S2-W1, 1397-1402)

Ikhlas membantu(S2-W1, 1403-1412)

Penutupan (S2-W1, 1413-1414)

218

Lampiran 3

Koding: SO1-W1

A. Identitas Subjek

Nama subjek : Prihatsari Prawoto

Usia : 44 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Jenis pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jalan Sunan Ampel 161A, Jaban, Sleman.

B. Waktu dan Lokasi Wawancara

Tanggal Wawancara : 7 Desember 2011

Waktu Wawancara : Pukul 16.45 – 17.30 WIB

Lokasi Wawancara : Rumah significant other di Jalan Sunan Ampel,

Sleman

C. Keterangan

IE : Interviewee

IR : Interviewer

219

Baris Uraian Tema1

5

10

15

20

25

30

35

40

45

IR : “Ibu, saya mau tanya juga sama ibu?”IE : “Boleh boleh boleh”IR : “ Apa, ya kalau ini tadi jenis yang

dialami “Td” ini asperger ya bu?”IE : “Asperger iya, jenisnya asperger”IR : “Terus pendidikan yang seperti apa bu

yang sudah pernah “Td” jalani darimasih kecil ?”

IE : “Oh kalau masih kecil itu kebetulankan saya pindah-pindah ya, jadimaksudnya bapaknya pindah-pindah, dari saya mengetahui diaautis itu eh pada waktu usia tigatahun, kenapa anak ini gak bisangomong, cuman gak ngerti ini apagitu, kalau ke dokter itu diperiksasemuanya sehat semuanya gitu kan,cuman saya ngerasa kok ada yangbeda dengan perilaku anak ini, padawaktu itu kami tugasnya dikalimantan , terus akhirnya kesinidiperiksa ke tumbuh kembang anak.Di Profesor Sumartini”.

IR : “Oh iyaa”IE : “He’ee terus diperiksa disitu, terus

dilihat..lihat-lihat, oh ini sepertinyaada gangguan pada syarafsosialisasinya gitu yang tidakberkembang imbang gitu lho. Jadiwaktu itu tu autis tu bener-bener apasih ini gitu lho kenapa sih ini terusakhirnya saya, waktu itu gakngomong sama sekali, akhirnya sayaitu dikasih karena jauh ya dikasihbekal untuk menerapi dia sendirigitu lho”

IR : “Oh iyaa, jadi ibu sendiri?”IE : “ Saya terapi sendiri, jadi kalau

misalkan dia makan segala macemuntuk mefokuskan eh matanya jugaseperti itu. Jadi kalau misalkan,makan kan biasanya cuman nyari,nunjuk dan kita kasih gitu ya”

IR : “He’ee, iya”IE : “Jadi itu udah langsung dirubah

Pembukaan(W1, 1-5)

Gejala autis berupaketerlambatanbicara(SO1-W1, 6-19)

Diagnosa awal berupagangguan pada syaraf(SO1-W1, 20-29)

Minimnya penetahuantentang autis (SO1-W1, 30-33)

Terapi wicaradilakukan ibu sendiri(SO1-W1, 34-50)

220

50

55

60

65

70

75

80

85

90

polanya gitu lho, pola pola itunyadirubah. Makan, M-A-K-A-N jadidia harus ngomong, harus ngomong,harus dia ngomong kalau gakngomong enggak dikasih makan,biarin aja kan lama-lama dia akanterdesak kan jadi terpaksa dia untukngomong gitu lho”.

IR : “Iya”IE : “Emang keras sih saya ini, tapi

alhamdulilah dia ngomong”.IR : “He’eemm”IE : “ Tapi ya perilaku selanjutnya ya

gitulah lari-lari, hiperaktif gitu ya,karena memang kontrolnya kurang,terus dari itu kita pindah keSelekonto, selekonto itu”

IR : “ He’eem”IE : “ Terus itu “Td” tu pas dua SD. Anak

ini ada kenapa ya kok anak ini,cuman di TK itu dia udah bisa nulis,udah bisa ini”.

IR : “Ohh”IE : “Udah bisa ini jadi nulis langsung gak

usah ngajarin gitu lho, apa bisa nulisbisa gitu lho”

IR : “Eh, hee’ee jadi TK sama SD nya jugaSD biasa ya?”

IE : “ He umum umum, terus di ini sayatahu eh terapi Profesor Keni”

IR : “Oh yaa”IE : “Nah saya terapi disitu kan memang

cocok-cocokan ya disitu akhirnyadikasih, eh ini eh apa untuk dietnyaini ini ini ini jadi glutein, kafein danapa ya glukosa, ya itu terus sayajalankan, ya alhamdulilah adaperkembangannya gitu lho. Dia SDSD normal gitu lho, masuknya SDumum”

IR : “He’ee”IE : “Iya, he’ee juga lulusnya di sini juga”IR : “SD nya disini?”IE : “He’eh, lulus SD nya disitu itu”IR : “Jadi ibu pas udah pindah-pindah disini?”IE : “Iya, pindah disini, he’ee, kelas lima saya

Keberhasilan terapiwicara( SO1-W1, 51-57)

Perilakunya berupahiperaktif (SO1-W1,58-63)

Bagus dalamketerampilan motorikhalus (SO1-W1, 64-74)

Terapi yang cocokadalah diet (SO1-W1,75-83)

Kehidupan masihseperti anak normal(SO1-W1, 84-104)

221

95

100

105

110

115

120

125

130

135

pindah disini. Naik sepeda sendiri,kan SD nya disitu, naik sepedasendiri, ini sendiri gak masalah,berangkat pagi pulang, ini-ini sendirigitu lho, dia tidak itu, dari SD keSMP, SMP nah ini mulai adaproblem gitu lho, maksudnyaproblem dengan lingkungannya gitu”.

IR : “Jadi “Td” sempet sekolah di SMP?”IE : “SMP, SMP umum, MAN disini”IR : “Oh, ya”IE : “ Ya terus kalau dari segi pelajaran

mungkin ada beberapa yang kecualiseperti bahasa indonesia, kemudianips, ppkn mungkin susah ya untukdia gitu lho. Tapi, kalo yang sepertiipa, matematika, segala macem itu”.

IR : “Bisa?”IE : “Bisa, iya gitu bisa dia. Oh les dia les

dimana di primagama juga ikut gitulho makudnya pede anak ini gitu lho.Ya udah di SMP gurunya mulai udahenggak nyaman, lingkungannyaudah enggak bisa nerima dia”.

IR : “ Tapi gurunya mengerti enggak ya bu?”IE : “Gurunya itu ada yang mengerti ada

yang tidak, kan beda dengan SD.Kalau SD kan gurunya cuman satuwali kelas kan paling guru agamakan gitu, tiga lah paling. Tapi, kalauSMP kan enggak satu mata kuliahdan tidak semua guru kan bisamenerima”.

IR : “Iya”IE : “Akhirnya gitu mulai timbul, kenapa

begini begini begini dan yangmenyedihkan lagi itu hampir setiaphari itu saya dipanggil di sekolahan,yang katanya “Td” mukulin oranglah, yang katanya ini. “Td” kenapa,katanya saya disuruh dengan temensaya dengan ini gitu lho. Akhirnyakan lingkungannya enggakmendukung ya”.

IR : “Iya”IE : “Gitu saya pikir-pikir anak ini stres, saya

Menguasai hitungandaripada pemahaman(SO1-W1, 105-111)

Sebenarnya “Td” anakpercaya diri(SO1-W1,112-114)Penolakan oleh guru(SO1-W1, 115-129)

Lingkungan tidakmendukung (SO1-W1,130-136)

Gagal mencari sekolah

222

140

145

150

155

160

165

170

175

180

juga stres akhirnya cari solusinya.Bagaimana solusi supaya anak ininyaman gitu. Saya nyari sekolah-sekolah inklusi-inklusi itu, yah sayabilang susah yaa cuman teoritis sajaya”

“Inklusi itu barangkali untuk cacatfisik, mereka bisa menerimanya.Tapi, kalau yang seperti anak autis,down syndrom mereka enggak mauuntuk itu. Jadi cuman ngomong aja”.

IR : “Iya, jadi Cuma di teori nya aja ya?”.IE : “Teorinya mereka inklusi anu anu

anu, enggaktidak tidak”.IR : “Tapi pernah di coba enggak bu, itu

“Td” di masukin sekolah inklusi?”.IE : “Inklusi yang mana lagi, orang setiap

kita nyari informasi, tetep aja dilempar sana di lempar sini, jadimereka tidak terima juga gitu lhohe’ee. Akhirnya saya coba kefredofios, eh eh pola pikir saya jadiberubah ya pola pikir saya jadiberubah begini anak ini suruh belajaripa, suruh belajar matematika, suruhbelajar ini terus mau untuk apa gitukan untuk apa”.

IR : “Iya”IE : “ He’ ee, ya maaf bukan saya

mengecilkan arti anak autis, tohmemang dia, eh eh apa namanya luarbiasa ibaratnya itu. Seperti osha, kalauosha itu lingkungannya enak karenamulai TK sampai dia kuliah eh SMAitu sekolahnya sama, temennya sama,guru-guru nya sama”.

IR : “Ohh, iya”IE : “He’ee, jadi kan mulai ini sama terus

jadi temennya itu udah tahu gitu lho”.IR : “Oh iya, jadi enaknya ya?”.IE : “He’ee enaknya disitu, kalau disini

kan enggak ada, enggak ada yangmempunyai seperti itu, Al-azhar kangak ada, muhamadiyah pun kanpindah-pindah, tidak ada yang satusekolahan terus gitu, nah seperti itu,

inklusi(SO1-W1, 137-157)

Perubahan pola pikirberupa tidakberorientasi padapendidikan akademik(SO1-W1, 158-165)

Pengaruh lingkunganpada pendidikan(SO1-W1, 166-183)

223

185

190

195

200

205

210

215

220

225

makanya akhirnya saya mikir sayaseperti ini harus memaksimalkankemampuan dia”.

IR : “Iya, yang lain ya?”IE : “He’ee yang lain, maksudnya

memandirikan anak ini, bagaimanasupaya dia bisa mandiri gitu lho.Akhirnya saya pilih fredofios tes nyajuga, seleksi nya juga bisa masukdisana, akhirnya ya udah saya ituaja, jadi berbalik gitu lho”.

IR : “Ohh iya arahnya ya?.IE : “Berbalik berbalik gitu, saya pikir

sekarang orang-orang yang normalaja tidak tentu gitu lho”.

IR : “Iya”IE : “Iya kan?”IR : “Iya”IE : “Kenapa buang-buang waktu untuk

memikirkan akademiknya untukanak ini gitu lho, kalaupun kalau itukalau dia merasa nyaman si enggakapa-apa gitu kayak javelin gitu, diamerasa nyaman lingkungannyamendukung gak masalah.Sebenarnya ada satu juga saudarakita yang autis juga, maksudnyaanaknya temen gitu ya, di semarang.SMP dulu dia gak ngalaminsekarang di SMA dia ngalamingurunya tidak nyaman, mulai seringdipanggil ibunya sering ini itulahkadang-kadang, karena apa guru-guru gak mau itu yang mereka koar-koar inklusi inklusi inklusi ituternyata itu gurunya yang tidaksiap”.

IR : “Iya, akhirnya itu yang terpenting itupengajarnya ya bu?”.

IE : “Nah, iyakan akhirnya seperti itu,makanya ya udahlah saya berubahhaluan karena untukmemaksimalkan anak itu kanmenurut saya alhamdulilah maksudsaya itu walaupun “Td” itu dirumahsendiri, bagaimana dia tidak akan

Fokus orangtua adalahkemandirian anak(SO1-W1, 184-189)

Solusi kemandirianberupa sekolah khususautis (SO1-W1, 190-194)

“Td” tidak nyamandengan pendidikanakademik (SO1-W1,195-206)

Permasalah utamaanak autis adalahlingkungan (SO1-W1,207-222)

Dapat mengerjakanpekerjaan rumah(SO1-W1, 223-234)

224

230

235

240

245

250

255

260

265

270

275

pernah kelaparan karena dia sudahbisa makan masakannya sendiri. Diabisa makan, dia bisa ini, terus diabisa mencuci, dia bisa setrika gitulho”.

IR : “Mencuci ini di kucek itu?”.IE : “ Iya, mencuci juga kan, disana

diajarin juga, setrika juga diajarin.kadang-kadang, dia maunyakalau pakai baju disukai ya dipakaiterus ya?”.

IR : “Iya, he’ee”.IE : “Kering pake, kering pake ya udah

kalau saya enggak ada pembantu,anggak ada ini ya silahkan di setrikasendiri di cuci sendiri”.

IR : “Tapi enggak membahayakan gitubu?”.

IE : “Oh, enggak kan udah di ajarin gitulho”.

IR : “Oh iya”IE : “Seperti itu, berubahlah gitu he’emm”IR : “Terus menurut ibu tu, perilaku di

rumah tu gimana bu?”.IE : “Kalau dia itu kan kebetulan dietnya itu

ketat ya, jadi enggak kalu dia.Asalkan dengan pola makanan yangbener-bener ini dia. Osha pun bilangosha pun kalau minum susu yangitu”.

IR : “Susu murni”.IE : “Iya, susu murni dia pusing gitu lho”.IR : “He’ee”IE : “Ya memang seperti itu”.IR : “Kalau “Td” biasanya apa bu?”.IE : “Banyak”IR : “Pokoknya yang boleh cuman itu tadi

ya?”.IE : “ Ehh pokoknya yang tidak

mengandung glukosa, ehh gula,kemudian susu murni dan olahannyakeju dan segala macem itu dankemudian tepung terigu”.

IR : “Ohh, itu dampaknya juga terlihatkalo “Td”?”.

IE : “Sangat, kalau “Td” iya”.

Peluang memperolehketerampilan (SO1-W1, 235-241)

“Td” merupakan anakyang mandiri (SO1-W1, 242-251)

Melakukan diet ketat( SO1-W1, 252-265)

Makanan diet “Td”( SO1-W1, 266-272)

Pengaruh diet (SO1-W1, 273-289)

225

280

285

290

295

300

305

310

315

320

IR : “ Kalau pernah salah maka n itupernah?”.

IE : “Pernah, jadi seperti apel, apel itujuga enggak bisa dia. Buah itu yangbisa pisang, pisang itu juga enggakbisa banyak, jeruk, semangka bisa,melon juga enggak bisa, ehh terusini salak itu bisa”.

IR : “Ehh, iya”.IE : “Kalau lainnya, pernah saya kasih

apel, saya pikir kan, apa salahnyaapel lho ya”.

IR : “Hehe, iya”.IE : “Tapi enggak bisa ternyata”.IR : “Tahunya enggak bisa gimana itu

bu?”.IE : “Ya itulah lari-lari ke sana ke mari

hiperaktifnya ke luar gitu lho,hiperaktifnya keluar terus. Sayatadinya juga karena udah lama yadari usia delapan tahun dia kayakgitu kan, dari usia delapan tahun tapidia tadinya ini apa lupa, awalnyasaya kira kesurupan jadi enggakkenal jadi lari-lari gini gitu lho tapiternyata karena makanannya”.

IR : “Ternyata karena makanannya jadiberpengaruh?”.

IE : “Iya jadi rasanya dia enggak bisamengontrol dirinya sendiri. Pernahsaya tanya kenapa, katanya iya ma,pusing, dia itu kan enggak bisakontrol dirinya sendiri kan?”.

IR : “Iya”.IE : “Mau gimana mau gimana”.IR : “Iya, soalnya osha juga pernah bilang

kok pernah temennya ngajak minumsusu. Tapi, katanya dia pusingbanget, iya”.

IE : “Oh, ho’oo iya pusing banget memangseperti itu”.

IR : “Ehh, kalau “Td” belum bisamengutarakan seperti itu?”.

IE : “Bisa dia, iya “Td” apa yangdirasakan, kepala saya berat, pusingsaya pusing mama. Jadi kalau “Td”

Diet berpengaruh padahiperaktif(SO1-W1,290-301)

Saat hiperaktif “Td”kehilangan kontrol(SO1-W1, 302-310)

Gejala tantrum adalahpusing ( SO1-W1,311-324)

226

325

330

335

340

345

350

355

360

365

udah ngomong aduh saya pusingmama, aduh waahh saya udah inikalau “Td” udah begitu”.

IR : “Kalau “Td” bilang pusing, ibu gimanabu?”.

IE : “Yaa, ehh kan kemarin pas dia enambelas tahun dia kan kena kejang gituya, maksudnya kan kejang ini itubisa juga waktu kecilnya itu step,sakit apa kayak panas. Ternyata itubisa timbul lagi setelah dia besar gitulho”.

IR : “Tapi, “Td” mengalami waktu kecilstep?”.

IE : “Iya, waktu kecil iya nah pas besar initimbul lagi jadi takutnya ah makanyaharus di apa, konsumsi obat kejangjuga sejak dua tahun yang lalu”.

IR : “Jadi obatnya kejang bukan obatautis?”.

IE : “ Bukan, bukan bukan buat autisnyatapi untuk kejangnyaa”.

IR : “Pengaruh enggak tu bu kejangnyasama autisnya?”.

IE : “Enggak”.IR : “Oh enggak sama sekali ya?”.IE : “Enggak ada pengaruh cuman dia jadi

enggak nyaman gitu. Saya juga jadiketakutan, jadi kalau di rumah, mabesuk aku enggak ikut renang. Jadi,hari yang paling menakutkan sayaitu hari jumat, karena apa kalau diaharus renang itu gitu lho. Saya itukuatir kadang-kadang, kan enggakmungkin kalau mama aku maurenang, mau ini lho, kan enggakmungkin enggak boleh”.

IR : “Tapi “Td”nya malah mau renang?”.IE : “Dia jago mbak”IR : “Oh jagoo, hee?”.IE : “He’ee nyelem juga bisa, dia sukanya

nyelem malahan”.IR : “Tapi kadang-kadang malah itu ya?”.IE : “Enggak, belum ya alhamdulilah

selama ini sih belum pernah habisrenang terus dia ada kejadian gitu sih

“Td” menderitakejang-kejang (SO1-W1, 325-337)

Mengkonsumsi obatakibat kejang (SO1-W1, 338-341)

Kejang tidakmempengaruhi autis (SO1-W1, 342-349)

Pusing dan kejangmengganggu aktivitas(SO1-W1, 350-358)

“Td” pintar berenang(SO1-W1, 359-363)

Memerlukanpengawasan khusus(SO1-W1, 364-372)

227

370

375

380

385

390

395

400

405

410

enggak. Tapi, semoga jangan gituya, cuman saya aja yang jadi gitu yasaya minta pengawasan lebih lahsama “Td” gitu ya, kalau pusing“Td” enggak usah renang”.

IR : “Tapi “Td” tau ya bu, oh saya pusingjadi enggak ikut renang?”.

IE : “Oh iya tau dia, he’ee tau”.IR : “Jadi dia sebenernya sudah, ehh apa

ya mengetahui perasaannya ini?”.IE : “Oh, iya dia udah mengerti jadi

maksudnya seperti dia misalkan gini.“Td”, eh kemarinkan sempet kenacacar, “Td” enggak boleh mandikalau mandi boleh tapi enggak bolehpakai sabun pakai detol aja gitu,antiseptik aja udah. Dia enggakmandi kan enggak mau gitu”.

IR : “Iya”.IE : “Terus ini nanti habisnya sekali pake

langsung ditaruh di ini biar virusnyaenggak kemana-mana, dia nurutkalau seperti itu gitu lho. Misalkan,“Td” kan batuk enggak boleh makangorengan dan enggak bakalan diamakan gorengan gitu lho”.

IR : “Ya malah lebih nurut dari pada anakbiasa lebih nurut ya?”.

IE : “Iya, nurut nurut dia he’ee. “Td”enggak boleh makan es, enggakboleh makan ini iya, karena diakarena kalau sakit dia sendiri yangmerasakan gitu lho makanya dianurut. Kalau makan-makanan ituenggak bakalan dia nyuri dibelakang, enggak bakalan, cobadikasih chiki dibelakang saya ataubagaimana kalau dia mau danenggak bakalan mau”.

IR : “Berarti dia sudah mempunyai rasapatuh ya?”.

IE : “Iya, kalau patuhnya sih iya soalnyakalau ada apa-apa yang dia rasakandia sendiri kan bukan kita gitu”.

IR : “Oh, lha terus kalau ibu tu sebagaiorang tua “Td” tu sudah merasa

Sikap patuh tinggi(SO1-W1, 373-395)

Bertanggung jawabatas dirinya sendiri(SO1-W1, 396-411)

Kejang berpengaruhpada kemandirian dan

228

415

420

425

430

435

440

445

450

455

aman belum bu kalau melepaskan“Td”?”.

IE : “Sebenarnya kalau tidak adakejangnya saya merasa aman yambak ya tapi kalau ada kejangnya inisaya itu, heee”.

IR : “Kawatir ya bu ya?”.IE : “Eh, hee iya kawatir, kalau enggak

ada kejangnya aman mbak, orangkalau ke mall misalkan kita makanitu mama aku mau ke kamar mandiitu sendiri dia”.

IR : “Eh, he’ee”.IE : “Iya, sendiri dia kalau pesen makanan

atau bagaimana, ma aku pengen ehh,ini nasi putih, dia kan suka nasi putihyang dicetak gitu ya dia itu suka, ohiya pesennya disana gitu bisa. Cumapas ke kamar mandi itu kita ikutingitu, he’ee”.

IR : “He’ee, tapi kalau dikamar mandi, ohhdi kamar mandi umum ya?”.

IE : “Iyaa, dikamar mandi umum, bukandirumah ya kalau di mall gitu, ehhtapi kalau dulu mah enggak, kalaudulu kalau dulu ma, aku mau kekamar mandi, oh iya sebelah sanabisa dia”.

IR : “Oh seelum kejang-kejang ya?”.IE : “Iya, tapi sejak kejang itu kita bawa

ke mall itu juga enggak berani gituya. Ya, enggak apa enggak sepertidulu gitu”.

IR : “Kalau menurut ibu tu apa kelebihan“Td” bu?”.

IE : “Apa ya kelebihan dia itu , kalaumenurut saya disiplin ya dia itu, diadisiplin ya memang semua autis itudisiplin ya tapi kadang-kadang kanada juga yang enggak disiplin ya?”.

IR : “Iya ada bu”.IE : “Iya disiplin terus dia tu rasa

empatinnya yaitu luar biasa daripada yang lain”.

IR : “Itu malah justru empatinya ya?”.IE : “Iya empatinya ya, terutama pas saya

kepercayaan orangtua(SO1-W1, 412-425)

Kepercayaan orangtuaakibat kejang ( SO1-W1, 426-445)

Memiliki kedisplinandan sikap empati yangtinggi(SO1-W1, 446-458)

Menunjukkan

229

460

465

470

475

480

485

490

495

500

505

sakit gitu. Dia itu duh “Td” mamasakit, loh mama kenapa, mama sakitterus dia akan pengumuman samasaudaranya, kakak mama sakit inimama mau apa, mau dibikinin tehanget ya, ini ini ini, dia seperti ituseperti apa yang saya lakukan samadia gitu lho misalan dia sakit”.

IR : “Ohh, he’ee”.IE : ““Td” harus begini harus begini dan

dia juga begitu”.IR : “Dan dia menyerap informasi gitu?”.IE : “Iya, terus kalau misalkan saya sakit

gitu dia paling ya ngecek masukkamar, mama gimana mama sakitya, iya gitu yang bikin saya apa yasayang sama dia gitu makanya rasaempati dia bagus dia”.

IR : “Padahal biasanya kalau anak autis ituyang terganggu kan emosinya yatante?”.

IE : “Iya, he’ee”.IR : “Tapi itu kok malah empatinya yang

bagus ya?”.IE : “Iya, itu menurut saya lho ya yang

saya rasakan terutama kalau sayasakit, kalau saya ini gitu dia sepertiitu, kalau saudaranya sakit ataubagaimana juga begitu dia, mamakakak sakit ini ini ini nanti masuk diginiin( tangannya ditempelkandijidat) gitu lho ya, ya seperti apayang saya lakukan sama dia, sepertiitu dia, ma aku ini ya kamu janganini ya ini ya gitu. Sama saya jugabegitu nanti setengah jam satu jam,dia kan punya kamar sendiri nantidia masuk kamar saya, ma masihsakit ya masih ini. ya enggak ngertiapa itu membeo atau apa ya tapi kanminimal dia udah ada rasa ya diadateng gitu”.

IR : “Kalau terhadap temen-temennya diajuga gitu?”.

IE : “Kalau terhadap temen-temennya sayaenggak tahu ya cuman dia itu

perhatian (SO1-W1,459-480)

Memiliki kepedulianyang tinggi padakeluarga (SO1-W1,481-500)

Sikap empati padatemannya(SO1-W1, 501-507)

230

510

515

520

525

530

535

540

545

550

misalkan ada yang sakit siapapun lahdia denger kabar sakit, ayo kitaberdoa sama-sama, kita ini”.

IR : “He’ee, he’ee ohh”.IE : “Iya jadi seperti itu, he’ ee saya

misalkan kan kalo misalkan dia sakitsaya itu kan misalkan ayo “Td” kitaberdoa yuk, misalkan sholat kan ayo“Td” sholat dulu minta sama Allahya minta sama Allah buatdisembuhkan, lha nah dia itu gitu lhomaksudnya”.

IR : “Oh iyaa, he’ee persis gitu ya tante?”.IE : “Iya, persis terus mama sholat dulu

biar Allah sembuh kan ya, kalauadzan kan langsung dia”.

IR : “Langsung sholat ya?”.IE : “Iya, he’ee”.IR : “Iya soalnya kemarin pas di fredofios

juga kan temannya pada kalau pintukebuka kan pada keluar-keluarsemua, “Td” sih enggak dia malahenggak keluar sendiri, hehe”.

IE : “Hehe, he’ee”.IR : “Jadi kalau kegiatan “Td” yang

kegiatannya mengganggukesehatannya ya cuma yang kejangya?”.

IE : “Iya, kalau kejang yang pertama ituyang bikin saya trauma kan pas sayanaik motor itu, pas naik motor mbakjatuh gluduk gluduk gluduk gitu”.

IR : “Tiba-tiba gitu ya?”.IE : “Tiba - tiba he’ee, itulah yang bikin

saya he’emm”.IR : “Tapi itu enggak apa-apa?”.IE : “Alhamdulilah enggak apa-apa lah

gitu, itulah yang bikin saya traumasekali”.

IR : “Tapi kalau autisnya enggak masalahya berarti? kerena mungkin autis itukalau salah makan aja ya tante?”.

IE : “Iya, salah makan aja, ehh ini nya salahmakan”.

IR : “Ehh kalau menurut ibu tu “Td” pernahmemperlihatkan perasaan

Meniru sikap orangtua(SO1-W1, 508-518)

Rajin untuk beribadah,(SO1-W1, 519-521)

Taat pada aturan(SO1-W1, 522-527)

Alasan ibu “Td”khawatir (SO1-W1,528-542)

Tantrum autisdisebabkan karenasalah makan (SO1-W1, 543-547)

Sedih saatkeinginannya tidakterpenuhi (SO1-W1,548-571)

231

555

560

565

570

575

580

585

590

595

sedihnya?”IE : “Oh iyaa, kalau sedih terutama kalau ini

ya, apa namanya kalau enggakditurutin, terus kalau apa yaemosinya itu kalau papa nyaharusnya jadwalnya pulang terusenggak pulang itu tu dia ini”

IR : “Dia sedih?”IE : “Sedih”IR : “Terus memperlihatkannya gimana

tante?”IE : “Eh, heee raut wajahnya maksudnya gitu

lho. Papa kok enggak jadi pulangsih ma terus papa kalau ngapain sihma kok ini sih ma gitu lho gitu”

IR : “Jadi pedulinya tinggi sekali ya?”IE : “Oh iya bukan gitu kalau papa nya

pulang itu pasti kan adakepengenannya itu pengen apa

pengen apa gitu”IR : “Oh itu ya, hehe”IE : “Itu jadi sedihnya di situ, hehe”IR : “Kalau sama, ehh kalo “Td” tu berapa

bersaudara tante?”IE : “Tiga”IR : “Tiga, eh “Td” anak?”IE : “Anak kedua”IR : “Anak kedua he’ee”IE : “Jadi dia punya kakak ada adiknya”IR : “Kalau kakaknya udah kelas berapa?”IE : “Udah kuliah, he’ee”IR : “Jauh ya jaraknya?”IE : “Eh enggak sih, enggak terlalu jauh

semester lima kakaknya kelahirantahun sembilan dua, dia kelahiransembilan empat, enggak jauh”

IR : “Eh enggak jauh”IE : “Jadi alhamdulilah kita sekeluarga ini

kan, eh anak kita ini kan hee kalau difredofios kan ada kayak gethring-gethring gitu ya kegiatan barengorang tua kegiatan yang bersama-sama gitu, jadi mereka anak-anak itutu tidak sendiri gitu lho merekapunya orang tua dalam keadaanseperti iu mereka tidak sendiri”

“Td” merupakan anakkedua (SO1-W1, 572-586)

Dukungan anak autisadalah keluarga(SO1-W1, 587-595)

Saudaramemperlakukan “Td”

232

600

605

610

615

620

625

630

635

640

IR : “Eh terus kalau saudara-saudara nya“Td” menyikapi perilaku “Td”gitu?”

IE : “Oh enggak masalah”IR : “Enggak masalah itu ya”IE : “Iya enggak masalah dan mereka

misalkan mereka enggak sukamereka ya bilang enggak suka gitulho. Kan kadang-kadang “Td” sukapelit kan?”

IR : “Oh iyaa yaa,”IE : “He’ee dia pelit gitu, eh misalkan

kakaknya mau pinjem laptop punyadia, ehh dia ini kan ini ini ini enggakboleh, terus suatu saat “Td” maupinjem laptopnya kakaknya, ohhenggak bisa gini gini gini kamuharus begini begini gitu lho, hehe.Jadi mereka juga memperlakukanhal yang sama gitu lho.”

IR : “Jadi memperlakukannya seperti anakbiasa”

IE : “Seperti anak biasa, kalau enggakcocok “Td” salah ya dimarahin, sayapun seperti itu kalau salah yadimarahin”

IR : “Tapi “Td” tu kalau kakak nya pinjemlagi gitu boleh gak tante?”

IE : “Eh masalahnya begini lho kadang-kadang ya itulah bedanya ya,kakaknya itu enggak disiplinsebenarnya kakaknya yang salah jadimaksudnya dia kalau pinjem laptopaku setelah pake itu kabel-kabelnyadimasukin disini tapi kakaknya kanenggak kadang-kadang gitu lho,pinjem set set set taruh gitu kan”

IR : “He’eeh”IE : “Ya itu yang enggak suka kalau kakaknya

pinjem laptopnya dia ditungguinsampai selesai”

IR : “Sama “Td”?”IE : “Sama “Td”, kakaknya kan risih juga

kan, udah belum sih aku udahngantuk, hehe emang sih kadang-kadang kakaknya yang enggak

sama dengan anaknormal (SO1-W1,596-602)

Aturan dalam keluarga“Td” adalah sebabakibat (SO1-W1, 603-620)

“Td” tidak senangdengan perilaku yangtidak disiplin (SO1-W1, 621-647)

233

645

650

655

660

665

670

675

680

685

enggak tertib gitu lho he’ee”IR : “Kalau “Td”nya sih malah biasa aja

ya tante?”IE : “Iya, enggak enggak enggak gitu sih

enggak kalau saya bilang tidak bisabegitu kamu yang enggak tertib kekakaknya gitu.”

IR : “Eh, he’ee kalau menurut ibu tu“Td” tu sudah mengerti belum kalaudia tu apa beda sama anak lainnyagitu?”

IE : “Mengerti, menyadari dia juga seringmengeluh apalagi pada masa puberini kan”

IR : “Iya”IE : “Dia ada beberapa cewek yang dia

taksir gitu ya yang anak magang-magang gitu”

IR : “Oh oh iya”IE : “Dia beberapa kali itu mengeluh,

mama saya ini autis saya kapansembuhnya, saya capek jadi autis”

IR : “Terus emang bisa kalau, ehh ehhtante taunya “Td” sukanya itu diacerita ya?”

IE : “Cerita kalau dia suka telepon suka ehsms gitu kan kelihatan ya, dia bilangpapa mama aku kapan ya autisnyagitu, dia tahu aku itu autis aku bedadengan yang lain gitu lho, makanyakadang-kadang bulan mei, bulankemarin ke dokter bilang gini. Ehdokter, saya udah bosen deh berobatkesini, kenapa enggak sembuh-sembuh, saya mendingan berobat kealternative aja ya dia bilang begitu,saya enggak enak sama dokkternyadikiranya saya yang ngajarin, kokalternative gitu lho”

IR : “Oh he’ee”IE : “Iya soalnya itu bisa menyembuhkan

penyakit kejang, bisamenyembuhkan penyakit eh apaautis gitu”

IR : “Berarti mendapat informasi itudarimana tante?”

Menyadari perilakuautis(SO1-W1, 648-658)

Merasa putus asa(SO1-W1, 659-661)

“Td” merupakanindividu yang terbuka(SO1-W1, 662-666)

“Td” merasa berbeda(SO1-W1, 667-669)

“Td” tidak puasdengan pengobatandokter (SO1-W1,670-679)

Pandangan “Td”tentang alternative(SO1-W1, 680-683)

Sumber informasi“Td” adalah televisi(SO1-W1, 684-687)

Perasa (SO1-W1, 688-689)

234

690

695

700

705

710

715

720

725

730

735

IE : “Dari TV”IR : “Oh dari TV ya”IE : “He’ee kan sering ada. Iya gitu merasa

dia kalau beda”IR : “Jadi dari segi menyukai lawan jenis

itu aja ya tante?”IE : “Iya, he’ee karena memang sekarang

ini kan lagi ini lagi”IR : “Puber ya?”IE : “He’ee lagi zamannya ya, lagi

masanya gitu”IR : “Tapi dia mengungkapkan enggak

tante kalo suka ceweknya tu yanggini gini”

IE : “Oh enggak, dia tu enggak adaspesifik untuk dia”

IR : “Cuman suka ini”IE : “Iya suka, kalau ketemu foto, kalau

ketemu minta foto berdua”IR : “Yang minta “Td”?”IE : “Iya, ayoo foto berdua dulu”IR : “Kalau magang itu sekolahnya masih

tante?”IE : “Oh enggak kalau magang ini yang

mahasiswa-mahasiswa ini”IR : “Oh itu mahasiswa?”IE : “Iya kalau laras itu mahasiswa yang

magang disana, ya mungkin sama“Td” kan, ya memang saya lihatkalau ketemu kadang-kadang sukameluk, suka ini jadikan dia merasaseperti itu kan?”

IR : “Iya, laras kan merasanya masih kecilgitu-gitu ya?”

IE : “Ya gitulah saya selalu bilang, sayaselalu bilang sama bu dewi kan nantikalau ada guru-guru yang magangtolong dikasih tahu kalau enggakmau diganggu , enggak mauditelepon, enggak mau di sms janganngasih nomor telepon dengan “Td”gitu lho maksudnya. Ya itu karenakan “Td” enggak tahu waktu, enggaktahu ini gitu lho maksudnya, he’eeenggak tahu kepentingan, enggaktahu tempat yang dia tahu hanya

“Td” sedang masapuber (SO1-W1, 690-699)

Dapatmengekspresikanperasaan (SO1-W1,700-706)

Sikap mahasiswamagang pada “Td”(SO1-W1, 707-720)

Sikap ibumengantisipasiperilaku “Td” (SO1-W1, 721-727)

“Td” hanya mengertikepentingan dankebutuhannya sendiri,(SO1-W1, 728-755)

235

740

745

750

755

760

765

770

775

780

kebutuhannya sendiri, orang kadang-kadang sama kepala sekolahnyasendiri sama gurunya juga jamsepuluh malem dia juga nelpon”

IR : ““Td”?”IE : “He’ee hehehe”IR : “Nelpon kepala sekolahnya?”IE : “Iya, ehhehehehhee pernah waktu itu

saya anfal dirumah gitu ya enggakngerti sakit itu, malam itu sakit jamdua belas malam dan dia langsungtelepon gurunya, pak agung inimama sakit gimana ya, aduhhehhehe, di teleponin gitu lho semuagurunya, kan gurunya jadi bingungjuga gitu lho, ya dia tu gitu gitu lho,hehe( tertawa)”

IR : “Kalau dia ya biasa aja ya telepon gituya?”

IE : “Iya, ya telepon gimana ini gimanamamaku mamaku sakit ini gitu lho,hehehehehe. Jadi memang enggakmengerti waktu yang dia tahu adalahkepentingan saya gitu kan?”

IR : “He’ee, terus seberapa besar menurutibu, “Td” bisa memahami sesuatuhal?”

IE : “ Aduh, tergantung ya”IR : “He’ee”IE : “Maksudnya tergantung dia tertarik

dengan hal itu atau enggak, kalauenggak ya enggak bakalan diapaham-paham gitu.”

IR : “Kalau tertariknya sama apa?”IE : “Ya ini sama play station, ini kan

masuk bengkel”IR : “Oh rusak?”IE : “He’ ee rusak. Sebenarnya hari ini

udah jadi tapi ah nanti aja lah rabu,ya itu dia kan ini udah ribut dia kanini udah jadi ini gitu, tu kan diatanya ancer-ancernya, trus bilang tudek bawa kaset satu untuk nyobananti itu, kadang enggak ngerti dia,tu kan udah ribut sendiri, hehe”

IR : “Iya, hehe”

“Td” akan memahamisesuatu sedetail-detailnya jika sesuaidengan minat(SO1-W1,756-784)

236

785

790

795

800

805

810

815

820

825

IE : “Tu jangan sampe ke banting jangansampe ini kan”

IR : “Hehehe”IE : “Hehe, sebenernya udah banyak yang

kepotong”IR : “Jadi kalau memahami suatu hal itu

yang dia sukai aja ya itu tante?”IE : “Iya yang dia sukai, yang di sukai

kalau misalkan beli handphone gitu.Ayo “Td” beli handphone yaudahkita nungguin dia yang tanya selalusama mbaknya”

IR : “Jadi “Td” memperlakukannya hampirsama aja ya tante sama anaknormal?”

IE : “Ya kalau saya biasa aja sihmemperlakukan biasa ya”

IR : “Iya”IE : “He’ee enggak membedakan dia gitu

lho”IR : “Jadi dia mungkin persepsi nya”IE : “Ya itu aja tapi kalau kehidupan

sehari-harinya enggak ya, ya pas itutadi giliran pas dia naksir cewek dansegala macem dia merasa dia itubeda gitu lho, Seperti makanan diamemang di masakkan sendiri tapisebisa mungkin kan kita miripkanmbak. Jadi misalkan soto, kitamasak soto dia juga soto, kita capcaydia juga capcay tapi beda bumbugitu lho, beda bumbu, beda minyak,beda bahan”

IR : “Jadi “Td” punya sendiri ya?”IE : “Punya sendiri Cuma kita masakkan

beda. Misalkan, kita bikin bihunyaudah bihun ya sama gitu lho tapibeda bumbu juga gitu lho, jadi kalaumakanan dirumah ya sebisa mungkindisamakan dan kalau di luar kitamakan yang kira-kira “Td” bisamakan”

IR : ““Td”nya juga enggak merasa terbeda-beda kan ya tante?”

IE : “Enggak, kalau masalah itu sih enggaktapi ya kalau dia autis ya pas dia

Tahu kemauan sendiri(SO1-W1, 785-789)

Perlakuan keluargaterhadap “Td” (SO1-W1, 790-797)

Merasa ditolak karenaautis(SO1-W1, 798-803)

Sikap keluargameminimalisirperbedaan “Td” (SO1-W1, 804-819)

Penolakan dari orangyang disukai (SO1-W1, 820-827)

237

830

835

840

845

850

855

860

865

870

naksir cewek itu tadi, karena di tolakkan selalu ditolak”

IR : “Iya”IE : “Selalu di tolak gitu”IR : “Tapi mungkin penolaknnya juga

mungkin “Td” udah mengerti kalauoh ini berarti di tolak?”

IE : “Ya karena,”IR : “Apa “Td” mengungkapkan?”IE : “Oh enggak, enggak karena kan

ternyata mbak laras itu udah punyapacar, ternyata ini tu udah punyasuami”

IR : “Jadi “Td” naksirnya malah sama yanglebih tua ya tante?”

IE : “Ya iyaa yang ngayomi dia, dia kanenggak tahu tua apa enggak”

IR : “Eh, iyaa”IE : “Maksudnya ya pokoknya yang baik

sama dia, ini dia”IR : “Kalau sebaya ya enggak mungkin ya

tante?”IE : “Kalau sebaya enggak”IR : “Ohh, tapi dia tahu suka tahu arti suka

gitu?”IE : “Tahu, tahu artinya suka”IR : “Apa “Td” tu bisa memahami oh orang

ini enggak baik , orang ini baik gitu”IE : “Enggak, enggak bisa dia, bagi dia itu

semuaorang baik, enggak ada orangenggak baik, semua orang baik”

IR : “Tapi kalau dia ehh pergi kemanasendiri maksudnya tante takutenggak kalau dibohongi apagimana?”

IE : “Eh, enggak ya kan selalu dengan sayagitu lho dan kalau sama saya,kembalian dia juga tahu gitu.Enggak sih memang.”

IR : “Eh kalau ibu sudah puas blum buterhadap kemajuan-kemajuansekarang ini?”

IE : “Saat ini?”IR : “Iya”IE : “Sampai saat ini saya sudah senang

ya karena apa untuk memang untuk

Mengerti arti sebuahpenolakan (SO1-W1,828-836)

Merasakan rasa sukadari apa yang diarasakan (SO1-W1,837-849)

Perasaan positif (SO1-W1, 850-854)

Selalu ditemani (SO1-W1, 855-862)

Mengandalkan dirisendiri (SO1-W1, 863-871)

Peluangmengembangkan

238

875

880

885

890

895

900

905

910

915

dirinya sendiri dia sudah tidakmerepotkan saya ya, minimal itu ya”

IR : “He’ee”IE : “Tapi kalau untuk kedepannya saya

mengharapkan sama skill center inigitu lho. Jadi di skill center beginijadi kemarin pas dirapat saya jugamengusulkan bagaimana kalau diskill center itu ee kan selama iniuntuk magang itu anak cuman satuminggu itu Cuma satu hari”

IR : “Eh iya”IE : “Satu hari dia magang”IR : “Oh “Td” itu magang ya?”IE : “Belum, dan enam hari itu sekolah

terus saya mengusulkan bagaimanakalau anak ini tu yang udah besar-besar itu enggak usah sekolah lagi,maksud saya kalau magang, magangaja supaya anak itu enggak bingung.Nah, kemudian misalkan untukuntuk ya khususnya untuk anak sayayang sudah mata duitan ya”

IR : “Iya”IE : “Hehe, jadi jadi udah harus dikasih

pengertian bahwa kalau denganbekerja kamu akan mendapatkanuang dan dia tahu, dia mau jualankerupuk karena nanti dapat uanggitu”

IR : “Tapi kenapa ehh”IE : “Kenapa?”IR : “Kenapa dia kok tahu jualan kerupuk”IE : “Nah kalau jualan kan kita suka

kerupuk, kerupuk kan begitu ini ehhini begitu dia kerja kerupuknya initetep dia dapet uang”

IR : “Oh iya”IE : “Kan begitu langsung dapet uang, kan

cepet, paling seneng kan belikerupuk”

IR : “Oh iya ya”IE : “Mungkin enak ya jadi tukang

kerupuk itu begitu ini langsung ini”IR : “Hmmm”IE : “Jadi kemarin e juga untuk bagaimana

keterampilan(SO1-W1, 872-875)Upaya orangtua agaranak magang (SO1-W1, 876-889)

“Td” sangat mengertiuang (SO1-W1, 890-893)

“Td” mengerti tujuanbekerja (SO1-W1,894-899)

Memahami sesuatumelalui apa yang diasuka(SO1-W1,900-906)

Ingin cepat dapat uang(SO1-W1, 907-914)

Cara pihak sekolahdan orangtuamengenalkan duniapekerjaan (SO1-W1,915-925)

239

920

925

930

935

940

945

950

955

960

965

kita untuk anak-anak ini jadi magangdimana nanti di gaji walaupun yangmenggaji mungkin orang tua nya”

IR : “He’ee yang penting dia tahu ya”IE : “He’ee orang tua sendiri tapi melalui”IR : “Melalui sana ya?”IE : “He’ee melalui mereka gitu jadi biar

sama temen-temennya kalau gitulho, dia agar tahu bahwa kalau ini ituharus kerja gitu lho”

IR : “Tapi biasanya itu tu magang dimanasih?”

IE : “Banyak ya banyak”IR : “Oh banyak”IE : “sekarang ini ada di bu sukinah itu

kemarin juga menawarkan seperti inijadi apa namanya kyak percetakan,fotocopi ada yang ini, ada ada yangmenawarkan gitu lho”

IR : “Oh gitu”IE : “Tapi yang harus di kondisikan itu

adalah lingkungan kerjanya gitu lho,itu yang harus di kondisikan dulu.Memang anak autis itu lebih nyamankalau dilingkungan sendiri gitu ya”

IR : “Oh, he’ee iya”IE : “Lingkungan sendiri misal, saya punya

catering atau apa dia kerja dengansaya dan itu lebih aman, tenang gitulho lebih aman tapi kan susah yatergantung anak juga gitu lho”

IR : “Iya”IE : “Itu tetep di gaji tapi yang nggaji

orang tua nya tapi melalui mereka”IR : “Oh biasanya gitu?”IE : “Iya lha ini baru baru di bicarakan

kemarin karena untuk tahun depanpertemuan autis itu kitamengharapkan sudah ada skill center”

IR : “Jadi “Td” tu lebih ke memasak gitu yatante?”

IE : “He’eee makanya “Td” denganwarungnya, kan sekarang di fredofioskan setiap hari selasa gitu kan adawarung kita gitu lho.”

IR : “Ohh”

Banyak tawaranmagang (SO1-W1,926-935)

Tidak berusahamenyesuaikan diridenganlingkungan(SO1-W1,936-950)

Harapan orangtuauntuk anak autisadalah skill center(SO1-W1, 951-954)Fasilitas penunjangbakat disekolahterpenuhi (SO1-W1,955-961)

Dapat bekerjasamadilingkungan tertentu(SO1-W1, 962-975)

240

970

975

980

985

990

995

1000

1005

1010

IE : “Jadi dia masak, jadi setiap pagi diananya teman-temannya mau pesenapa, mau pesen apa”

IR : “Yng masak “Td”?”IE : “Iya yang masak “Td”, yang belanja

itu tia kayaknya ya, he’ee tia, yangnjualin yang ngantar-ngantat kan ituini, terus yang nerima duitnya itusiapa gitu lho”

IR : “Oh oh soalnya kemarin denger “Td”bilang mau mau tanya sama gurunyamau masak apa gitu, hehe”

IE : “Oh gitu, hehehe, he’ee”IR : “He’ee iya”IE : “Ya kalau saya sih itu ya mbak ya,

pernah lho kemarin pas puasa, ehhpas lebaran aduh capek e, pembantukan enggak ada gitu lho, harusmasak, banyak tamu ini sayaketiduran. Makanan “Td” lupabangun-bangun udah agak sore gitu,adu mati aku makanan “Td” belumaku masakin, “Td” “Td” “Td” ehhmaaf ya mama belum buat masakan“Td”, hmm apaan ma orang akuudah makan siang bikin nasi goreng”

IR : “Beli nasi?”IE : “Iya bikin nasi”IR : “Oh bikin sendiri?”IE : “He’ ee bikin sendiri udah he’ ee

hehehe”IR : “Jadi “Td” udah tahu bahannya “Td” tu

ini ini ini?”IE : “Oh iya tahu, he’ee udah tahu kan

disekolahan juga udah di ajarin”IR : “Oh iya”IE : “Jadi apa yang harus dia lakukan,

telornya segala macem. Dia kalaudirumah dia kalau mau masak, kitaenggak boleh ikut jadi harus dia,mulai ngupas bumbu, ehh nggilingbumbu, tumis semuanya dia”

IR : “Masaknya buat “Td” sendiri apa?”IE : “Untuk dia sendiri, he’ee untuk dia

sendiri he’ee”IR : “Oh, terus kalau tante itu harapannya

Memiliki inisiatif(SO1-W1,976-992)

Sekolah mengajarkanbanyak hal(SO1-W1,993-997)

Melakukan pekerjaanpenuh (SO1-W1, 998-1006)

Peluang masa depan(SO1-W1, 1007-1019)

241

1015

1020

1025

1030

1035

1040

1045

1050

155

apa tante?”IE : “Ya itu harapannya saya, dia bisa

mengembangkan maksudnya untukkedepannya itu, e ada misalnyasekolah untuk yang bisa, kalaudibilang chef terlalu tinggi ya”

IR : “Iya”IE : “Sekolah masak untuk bikin mandiri

gitu, misalnya untuk bikin kuekering, untuk di jual minimal untukanak autis itu aja”

IR : “Oh iya”IE : “Kemarin juga ada yang menawarkan

kalu “Td” tertarik, ini ada kue inidijual untuk anak-anak autis, oh iyananti bisa dibikin gitu lho seperti itudia juga menawarkan”

IR : ““Td” juga memang dia potensinyasudah memasak gitu ya?”

IE : “Iya, he’eem dia seneng gitu lho”IR : “Jadi malah kalau dipikir “Td” malah

lebih mandirinya udah kuat yatante?”

IE : “Iya”IR : “KemandiriannyaIE : “Iya, malah kakaknya udah kuliah

suruh masak aja susah”IR : “Iya, saya juga gitu, hehehe”IE : “Hehehehe, iya disitu he’ee harapan

saya itu jadi ya minimal itu ada jugayang ngeluarin pabrik roti ya”

IR : “He’ee”IE : “Pabrik roti itu juga nawarin

bagaimana kalau magang di tempatdia”

IR : “Oh malah nawarin ya?”IE : “Iya tapi itu tergantung sekolahnya,

yang penting kan lingkungannya,yang penting dia nyaman”

IR : “Oh iya”IE : “Ya gitu lah orang tua autis, hehehe”IR : “Hehehe, iya makasih ya tante udah

bantuin”IE : “Iya, sama-sama”

Kesempatan yang baik(SO1-W1, 1020-1027)

Anak yang palingmandiri (SO1-W1,1028-1035)

Banyak kesempatan(SO1-W1, 1036-1042)

Rasa nyaman adalahfokus orangtua “Td”(SO1-W1, 1043-1046)

Penutupan(SO1-W1, 1047-1055)

242

Lampiran 4

Koding: SO2-W1

A. Identitas Subjek

Nama subjek : Herniwatty Krisnandi

Usia :53 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Jenis pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Pondok Timur Mas C I/6 Bekasi.

B. Waktu dan Lokasi Wawancara

Tanggal Wawancara : 1 Januari 2012

Waktu Wawancara : Pukul 07.15-11.05 WIB

Lokasi Wawancara : Melalui Email

C. Keterangan

IE : Interviewee

IR : Interviewer

243

Dari: Via Mutiara ratri <[email protected]>Kepada: "[email protected]" <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 7:15Judul: wawancara :))

selamat pagi bu, maav ya bu, saya meminta waktu ibu sebentar..untuk melengkapidata saya tentang “Os”, saya mau mewawancarai ibu selaku ibunya “Os” yangpastinya memiliki peran yang sangat penting untuk pencapaian “Os” sampai saatini ya bu..eh pertanyaan pertama saya, upaya penyembuhan dan pendidikanseperti apa saja yang telah “Os” jalani sejak kecil yang membuat “Os” sampaiseperti sekarang ini bu?

Dari: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Kepada: Via Mutiara ratri <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 7:27Judul: Bls: wawancara :))

Selamat pagi Via, tidak apa , kebetulan ibu sedang sedikit santai pagi ini.Mengenai “Os” karena ibu baru mendapat diagnosa autis pada “Os” daridokternya itu pada saat “Os” sudah kelas 3 SD, jadi waktu “Os” usia sebelum ituibu tidak terlalu banyak berpikir ini itu, ibu sebagai orangtua ya hanya melakukanapapun yang ibu lakukan pada “Os” itu tidak jauh beda dengan apa yg ibu lakukanpada anak2 ibu yang lain, hanya saja karena saat itu sudah ada peringatan daridokter syarafnya bahwa dari hasil test lab nya terdeteksi ada pengapuran padabeberapa bagian syaraf yang menandakan bahwa “Os” pernah mengalami infeksidan peradangan pada otak dan sudah sembuh, ibu berusaha tidak terlalumenekankan tuntutan akademis pada “Os” seperti pada kakak2nya, ibu berusahauntuk menahan diri dan mengikuti saja alur dan aliran perkembangankemampuannya saja, tapi setelah mengetahui kondisi yang sesungguhnya , ibuberusaha mencari informasi tentang autis , penyebab dan penanganannya, tapi saatitu di Indonesia memang informasi tentang autis masih susah didapat, kebetulanfak Psi Univ Atmajaya mengundang pakar autis dari Ausie, ibu memberanikandiri ikut seminar dan pelatihan terapi dengan menggunakan teori Lovaas, tapikarena kemampuan bahasa Inggris ibu sangat terbatas, dan juga memang aksen

244

Australianya itu susah sekali ibu tangkap, jadinya ibu coba pelajari sendiri sajasecara garis besarnya, selebihnya betul2 hanya mengandalkan naluri seorang ibuyang sudah seharusnya mengetahui kebutuhan anak berkebutuhan khususnya

Dari: Via Mutiara ratri <[email protected]>Kepada: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 7:40Judul: Bls: wawancara :))

iyaa bu, kemudian dengan kemampuan akademik “Os” sekarang ini yang bisadibilang bagus ya bu, sekolah apa saja yang bisa membuat pendidikan “Os”seperti pada anak sebaya nya?”Os” sekolah di sekolah regular terus ya bu?

Dari: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Kepada: Via Mutiara ratri <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 7:50Judul: Bls: wawancara :))

Seperti yang ibu paparkan dalam buku Tumbuh di tengah badai, ibu selaluberusaha untuk tidak banyak menuntut terutama dari sisi akademis, olehkarenanya ibu sambil berusaha mencari sekolah yang mau menerimanya ibu jugaberusaha keras mencari dan menggali potensi lain yg “Os” miliki yangmemungkinkan untuk dikembangkan sebagai tindakan antisipatifbilamana memang taka ada sekolah yang mau menerimanya sebagai siswa..Yabetul “Os” selalu sekolah di sekolah reguler karena tak punya pilihan lain sepertisekarang, dulu satu2nya harapan untuk bersekolah hanya sekolah reguler, tidakada sekolah khusus , home schooling atau inklusi seperti sekarang, memangsempat putus asa sewaktu menghadapi kenyataan tak ada satupun sekolah yangmau menerimanya ,setiap playgroup yg didatangi selalu menolak dengan halusmaupun ketus...sempat terpuruk dan baru bisa punya harapan setelah bertemudengan ibu Kasur, “Os” sempat bersekolah disana selama 2 tahun(sampai kelasTK kecil) dan ketika TK besar karena ketidak tahuan, ibu melakukan perbuatanbodoh dengan mengeluarkannya dari sekolah bagus itu, terbontang bantingmencari sekolah lain yang menurut ibu akan bisa memberikan pelajaran calistunguntuk persiapan tes masuk ke SD , begitu bodohnya ibu saat itu karena andaikata

245

ibu mau bersabar dan tidak menuntut banyak pada “Os” yg memiliki keterbatasankemampuan saat itu, mungkin “Os” bisa menjadi lebih baik dari sekarang, tapiakhirnya ibu sadari bahwa kesalahan ibu ini juga mungkin adalah jalan dari Tuhanuntuk “Os” bisa sampai di SD Al Azhar walau dengan cara yg sama sekali takpernah bisa ibu tebak

Dari: Via Mutiara ratri <[email protected]>Kepada: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 8:15Judul: Bls: wawancara :))

iyaa bu, kemudian dengan kemampuan akademik “Os” sekarang ini yang bisadibilang bagus ya bu, sekolah apa saja yang bisa membuat pendidikan “Os”seperti pada anak sebaya nya?”Os” sekolah di sekolah regular terus ya bu?

Dari: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Kepada: Via Mutiara ratri <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 8:33Judul: Bls: wawancara :))

Yang ibu ingin sampaikan adalah “Os” masuk di sekolah reguler itu bukankarena ibu ga tahu diri atau ga nau'in kekurangan anaknya, melainkan karennatidak ada pilihan lain, karena sewaktu ibu memutuskan untuk memasukkan “Os”ke SLB dan SLB borderline dua2nya menolak dan berpendapat bahwa “Os” akanmampu bersekolah di sekolah reguler, tapi sewaktu di SD ke;as 1 sampai kelas 3kemampuannya betul2 makin tiarap, makin sering menerima keluhan dariguru2nya, karena mereka kecewa “Os” tak mampu menyerap pelajaran ygdiberikan, ibu mengambil inisiatif untuk tetap bertahan di SD Al Azhar karenakebetulan sekolahnya pagi, sedangkan sore hari ibu bawa untuk bimbinganremedialnya ke SLB, dengan harapan guru2 SLB tentu akan lebih mampumemahami anak2 berkebutuhan khusus dibanding guru2 di sekolah reguler, dantak jauh dari dugaan memang bimbingan remedial oleh guru2 SLB bisamembantu “Os” memahami dan menyerap pelajaran lebih banyak dibandingdengan kemampuannya ketika belajar di sekolah, kombinasi ini cukup membawabanyak perubahan apalagi ibu memang juga selalu melibatkan diri untuk

246

mengajari nya di rumah dengan berbekal obrolan2 santai ibu dengan guru2disekolah maupun terapis wicara dan pembimbing2nya di SLB, ibu tidak mauhanya mengandalkan mereka semua, karena pikir ibu justru ibulah yang palingbanyak waktu bersama “Os” dibanding mereka, jadi ibu selalu berusaha mengisiwaktu ibu dirmah untuk menerapkan semua teori dari tempat terapi, sekolahmaupun pembimbingnya di SLB untuk ibu praktekkan dirumah, dulu waktu “Os”mulai belajar matematika ibu harus cari akal untuk bisa membantunya memahami,seperti ketika “Os” kesulitan belajar pecahan bilangan, ibu mendapat masukandari terapisnya bahwa “Os” itu lebih mampu memahami banyak hal yang riil dandapat dilihat, sangat tidak mampu memahami hal yg abstrak, berangkat dari infoitu ibu mulai coba2 dengan mengajarinya pecahan melalui buah dan makanankesukaannya yg ibu belah2/potong sesuai jumlah bilangan pecahan yang sedangdiajarkan, begitu jg ketika “Os” belajar tentang ukuran, ibu sampaimembelikannya timbangan bebek(timbangan pasar), mengukur air dengan tabungtakaran, sendok takaran dan membawanya menyusuri jalan keluar kota ,menunjukkan patok2 penunjuk jarak tempuh sambil menghitung waktu tempuh,pergi ke bank hanya untuk mencari uang2 receh yang sdh tak ada lagi dipasaranuntuk mengajarinya tentang nilai uang sekaligus mengajarinya cara melakukantransaksi menggunakan uang dan membedakannya dengan cara berbarter , tapi ygpaling sulit sewaktu ibu membantunya be;lajar memahami pelajaran bahasaIndonesia terutama ketika belajar peribahasa, dia selalu tidak bisa konsentrasiketika membaca peribahasa, sibuk tertawa-tawa geli dan tidak bisamemperhatikan apa yg ibu sampaikan, dan selalu mengulang ulang peribahasayang menurutnya paling lucu, dia sangat suka peribahasa "bagai membeli kucingdalam karung", sampai sekarang kata2 itu masih bisa membuatnya tertawa gelikarena yg dia bayangkan ada orang membeli karung dan kebingungan karenakarung yg dibelinya itu bergerak gerak, ya itulah kesulitan anak autis ,pemahaman katanya sangat terbatas, untunglah dengan bertambahnya usia “Os”sdh bisa mengalami perkembangan pesat sampai bs seperti sekarang

Dari: Via Mutiara ratri <[email protected]>Kepada: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 8:45Judul: Bls: wawancara :))

iyaa bu, mungkin karena masuk disekolah reguler itu malah justru dapat membuatperilaku “Os” meniru perilaku teman sebayanya sedikit demi sedikit yaa bu..kemudian perilaku “Os” dirumah dan lingkungan sekitar bagaimana saat inibu?menurut wawancara saya dengan “Os” bahwa menurut saya “Os” telah dapatberinteraksi dan berusaha untuk diterima dalam lingkungannya..benarkan bu?

247

Dari: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Kepada: Via Mutiara ratri <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 8:56Judul: Bls: wawancara :))

Mengenai pertanyaan Via tadi tentang sekolah apa yang membantunya bisaseperti anak lain sebayanya?, ibu pikir bukan hanya sekolah tapi juga semua pihakyang terlibat dalam penanganannya, tapi yang paling utama tentunya adalahkeluarganya sendiri, dan juga lingkungan tetangga maupun lingkungan tempat“Os” ibu beri pengetahuan tambahan(les renang, les musik, les vocal dlsb),semakin banyak ibu membawanya masuk kelingkungan yang berbeda , teman2 ygberbeda, guru2 yg berbeda, tentu itu jadi satu terapi yang tak ada teorinya untukperkembangan pengetahuan dan kemampuan “Os” berinteraksi dan bersosialisasi

Dari: Via Mutiara ratri <[email protected]>Kepada: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 9:05Judul: Bls: wawancara :))

iya bu, dan berarti ibu sengaja membwa “Os” pada lingkungan agar “Os” dapatmemahami lingkungan kan bu?dan menurut ibu bagaimana dengan kemandirian“Os” bu?dan menurut saya sepertinya “Os” saat ini tertarik pada akademik ya bukarena “Os” memiliki rencana-rencana untuk melanjutkan pendidikan yang lebihtinggi..subhanallah:))

Dari: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Kepada: Via Mutiara ratri <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 9:25Judul: Bls: wawancara :))

Keinginannya sekolah di arkeologi UGM ikut memacu keinginnanya mengasahkemampuan mandirinya, dan alhamdulillah ibu berterimakasih pada UGM yangtelah membantu “Os” berkembang pesat kemandirinannya, tapi memang padadasarnya sejak kecil dulu ibu sdh melatihnya pelan, tapi boomnya justru pada saatdia kuliah, subhanallah alhamdulillah! Kalau untuk kemampuannnya beradaptasi

248

memang tidak sepesat pengembangan kemandiriannya, tapi setidaknya dia selaluberusaha terus dengan sesekali konsultasi ke ibu atau kakak2nya mengenai carayang lebih baik untuk lbh diterima lingkungannnya, masih blm sesempurna oranglain tapi itu adalah satu prestasi yg luar biasa di mata ibu

Dari: Via Mutiara ratri <[email protected]>Kepada: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 9:35Judul: Bls: wawancara :))

oh ya perilaku dirumah dan lingkungan sekitar pada saat ini ya bu

Dari: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Kepada: Via Mutiara ratri <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 10:00Judul: Bls: wawancara :))

Mengenai perilaku memang sampai saat ini, masih jadi pe er besar untuk ibukarena “Os” masih saja suka menyendiri, msih sering merasa tak nyamanberkumpul dengan teman2nya kecuali teman yg benar2 bisa memahami , sewaktuKKN kemaren sempat banyak mengeluh karena kan teman2 KKN nya ini kanbukan teman di kosan atau teman sejurusan/sefakultas yg sdh pasti tidak bisamemahami perilaku anehnya dan malah beberapa justru memperlakukannnyasebagai anak idiot yg tidak mengerti apa2, menyedihkan memang tapi maugimana lagi?, seperti sekarang ”Os” lama libur dirumah, dia jarang keluar kamar ,tidak ada usaha untuk kontak teman2 SMA ato SMPnya dulu utnuk ketemuan,atau main kerumah mereka, padahal ibu sudah berusaha selalu mengingatkansupaya dia tidak menutup diri seperti itu, kalau dengan anggota keluarga sihmalah kadang suka menjengkelkan karena suka mengajak ngobrol justru pada saatorang lain sedang ada kesibukan, kalau diingatkan supaya bisa punya kepekaanmembaca situasi, kadang dia suka nangis sedih dan putus asa merasa masih sajabelum bisa seperti orang lain

Dari: Via Mutiara ratri <[email protected]>Kepada: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 10:10Judul: Bls: wawancara :))

tapi ada upaya “Os” untuk memperbaiki saat menyadari dia berbeda bu?

249

berarti “Os” hanya dapat berinteraksi dengan lingkungan yang telah dapatmemahami “Os” bu?apakah dilingkungan kos dan kampus “Os” mengetahui kalau“Os”autis?

Dari: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Kepada: Via Mutiara ratri <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 10:42Judul: Bls: wawancara :))

iya dan untuk menyiapkan ”Os” ibu sudah membekalinya dengan selalumembangkitkan rasa pe de nya , mengatakan bahwa autis bknlah aib, tapi justruterimalah sebagai satu kelebihan yg Tuhan berikan, oleh karena ibu sdh yakin“Os” bisa pe de dan tdk akan membuat kata autis itu menjadikannya minder, ibuselalu berusaha terbuka dan berterus terang mengenai kondisi “Os”, ibu selalumenekankan pada siapapun bahwa kondisi autis pada “Os” itu bkn keinginannya ,juga bkn keinginan ortunya,melainkan takdir Tuhanlah yang membuatnya sepertiitu sama seperti takdir orang menjadi miskin, menjadi kaya, menjadi terkenaldsejenisnya, semua itu adalah rahasia Illahi, ibu juga selalu mengatakan bahwa“Os” tdk butuh simpati melainkan empati, “Os” tidk butuh dikasihani melainkanditerima dan dipahami apa adanya , kebanyakan sih bisa mengerti tapi ada jugayang masih sulit mengerti...yah itulah realita yang harus “Os” dan keluarga hadapi

Dari: Via Mutiara ratri <[email protected]>Kepada: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 10:51Judul: Bls: wawancara :))

iya bu kemudian menurut ibu kualitas hidup “Os” dari kesehatannya, hubungansosialnya dan lingkungannya telah cukup baik?apakah ibu sudah percaya danyakin untuk kehidupan “Os” yang akan datang?

Dari: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Kepada: Via Mutiara ratri <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 10:55Judul: Bls: wawancara :)

250

Kalau rasa gamang sudah pasti ada, tapi ibu sangat yakin dan percaya bahwaAllah tak akan membiarkan “Os” sendiri, sekalipun ibu mungkin nanti sdh tiadadengan melihat kehidupan “Os” sekarang, ibu sudah jauh lebih bisa pervcayabahwa dia akan selalu mampu mengembangkan kemampuannya denganpertolongan Allah

Dari: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Kepada: Via Mutiara ratri <[email protected]>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 10:59Judul: Bls: wawancara :)

o ya Via satu hal yang perlu ibu ingatkan bahwa autisme itu bukan penyakitmelainkan kelainan pada perkembangan syaraf otak , jadi tidak ada istilah sembuhmelainkan perbaikan kwalitas hidup agar bisa survive ketika dia harus hidupsendiri dan terjun ditengah masyarakat dan mampu memberikan sumbangsihuntuk sesama, agama , bangsa dan negara dengan segala kemampuan ygdimilikinya...

Dari: Via Mutiara ratri <[email protected]>Kepada: Herniwatty Krisnandi <[email protected]>Dikirim: Sabtu, 1 Januari 2011 11:05Judul: Bls: wawancara :))

yaa bu, dan “Os” sudah dapat mengembangkan kualitas hidup menjadi lebih baikya bu..dan selamat ya untuk ibu yang telah menjadi ibu yang hebat pastinyaa..ohya terimakasih ya bu, sekian dulu wawancara kita, banyak sekali hal yang sayapelajari dari ibu dan “Os”, saya ingin terus belajar smoga menjadi pribadi pantangmenyerah seperti ibu :)

251

PANDUAN OBSERVASI

Tujuan : Mengetahui kegiatan dan perilaku sehari-hari subjek,

khususnya yang berkaitan dengan data dan informasi yang

diberikan.

Objek yang diteliti : Penyandang autis

Hal yang diamati (Di luar sesi wawancara):

1. Perlakuan lingkungan, keluarga, dan orang sekitar terhadap penyandang autis

2. Sikap subjek terhadap keluarga, lingkungan, dan orang sekitar

3. Kegiatan yang dilakukan

Hal yang diamati (Dalam sesi wawancara):

1. Ekspresi fisik

252

Lampiran 6

HASIL OBSERVASI

a. Subjek Pertama

Tujuan : Acuan pertanyaan wawancara dan memperkuat data

wawancara

Tempat : Rumah subjek dan lingkungan sekolah subjek

Waktu : Sebelum wawancara, saat wawancara, dan setelah

wawancara

Teknik observasi : Covert, Non-Partisipan, Alamiah

Metode : Rating scale

Kegiatan dan Perilaku Subjek (DiluarWawancara)

Fisik Mata tidaksayu

Wajah terlihat segar

Sikap berdiri

Psikologis Belajar

Beribadah

253

Memakai pakaian rapi

Meminta maaf jika mau meminta tolong

Senang berbicara didepan umum

Hubungan sosial Membantu orang lain

Menyapa orang yang dikenal

Mengunjungi teman

Bermain dengan teman sebaya

Mengucapkan terimakasih

Lingkungan Keadaan rumah bersih

Memiliki fasilitas pendukung

254

Suka bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahui

Senangbermaindenganteman di lingkunganrumah

Membaca Koran atau buku

Kegiatan dan Perilaku Subjek (DiluarWawancara)

Ekspresi fisik Terjalin kontak mata

Bersalaman

Menggerakan tangan melakukan ritual autisme

Bergumam sendiri

Mengangguk / menggelengkan kepala

Tersenyum

255

Lampiran 7

HASIL OBSERVASI

b. Subjek Kedua

Tujuan : Acuan pertanyaan wawancara dan memperkuat data

wawancara

Tempat : Kos subjek dan lingkungan kampus subjek

Waktu : Sebelum wawancara, saat wawancara, dan setelah

wawancara

Teknik observasi : Covert, Non-Partisipan, Alamiah

Metode : Behavioral Check List

Kegiatan danPerilakuSubjek (Diluar Wawancara)

Fisik Mata tidak sayu

Wajah terlihat segar

Sikap berdiri

Psikologis Belajar

Beribadah

256

Memakai pakaian rapi

Meminta maaf jika mau meminta tolong

Senang berbicara didepan umum

Hubungan sosial Membantu orang lain

Menyapa orang yang dikenal

Mengunjungi teman

Bermain dengan teman sebaya

Mengucapkan terimakasih

Lingkungan Keadaan rumah bersih

Memiliki fasilitas pendukung

257

Suka bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahui

Bermain dengan teman di lingkungan rumah

Membaca Koran atau buku

Kegiatan dan Perilaku Subjek (Didalam Wawancara)

Ekspresi fisik Terjalin kontak mata

Bersalaman

Menggerakan tangan melakukan ritual autisme

Bergumam sendiri

Mengangguk / menggelengkan kepala

Tersenyum

258

Skala subjek kedua

Sebelum Anda mulai kami ingin meminta Anda untuk menjawab beberapapertanyaan umum tentang diri Anda: dengan melingkari jawaban yang dianggapbenar atau dengan mengisi di tempat yang disediakan

Apa jenis kelamin anda? Laki-laki perempuan

Kapankah anda lahir? 20 / 11 / 1989

hari / bulan / tahunApa pendidikan tertinggi yang anda terima? Tidak ada sama sekali

sekolah dasar

sekolah lanjutan

sekolah tinggi

apa status perkawinan anda? Singlemenikah

Apakah saat ini Anda sakit? Iya tidak

Jika ada sesuatu yang salah dengan kesehatan Anda,

apa yang Anda pikirkan? Merasa tidak nyaman dan segera berobat terhadappenyakit/masalah

intruksi

Penilaian ini bertanya bagaimana tentang kualitas hidup anda, kesehatan, ataubidang lain dalam kehidupan Anda. Jawablah semua pertanyaan. Jika Anda tidakyakin tentang yang respon untuk memberikan sebuah pertanyaan, silahkan pilihsalah satu yang muncul mostappropriate. Hal ini sering dapat respon pertamaAnda

Perlu diketahui standar Anda, harapan, kesenangan dan kekhawatiran. Kamimeminta Anda berpikir tentang kehidupan Anda dalam dua minggu terakhir.Misalnya, berpikir tentang dua minggu terakhir, pertanyaannya sebagai berikut:

Apakah Anda mendapatkanjenis dukungan yang Andabutuhkan dari orang lain?

Tidak pernah

1

Jarang

2

Kadang

3

Sering

4

penuh

5

259

Anda harus melingkari angka yang paling cocok berapa banyak dukungan yangAnda dapatkan dari orang lain selama dua minggu terakhir. Jadi, Anda akanlingkaran nomor 4 jika Anda mendapat banyak dukungan dari orang lain sebagaiberikut:

Apakah Anda mendapatkanjenis dukungan yang Andabutuhkan dari orang lain?

Tidak pernah

1

Jarang

2

Kadang

3

Sering

4

penuh

5

Anda akan melingkari nomor 1 jika Anda tidak mendapatkan dukungan yang Andabutuhkan dari orang lain dalam dua minggu terakhir.

Silahkan baca setiap pertanyaan, menilai perasaan-perasaan Anda, dan lingkarannomor pada skala untuk setiap pertanyaan yang memberikan jawaban terbaikuntuk Anda

Sangatburuk

Buruk Sedang Baik Baiksekali

1 bagaimana anda menilaitingkat kualitas hidupanda?

1 2 3 4 5

Sangattidakpuas

Tidakpuas

Sedang Puas Sangatpuas

2 seberapa puaskah andadengan kesehatan anda?

1 2 3 4 5

260

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini menanyakan tentang berapa banyak Anda telahmengalami hal-hal tertentu dalam dua minggu terakhir

Tidakpernah

Jarang Kadang sering Selalu

3 Sejauh mana anda merasabahwa rasa sakit secarafisik menghalangi untukmelakukan apa yang perludilakukan?

1 2 3 4 5

4 Berapa banyak andamemerlukan perawatan

medis yangberfungsi dalam kehidupanAnda?

1 2 3 4 5

5 Berapa banyak andamenikmati hidup?

1 2 3 4 5

6 Seberapa besar Andamerasa hidup anda menjadilebih bermakna?

1 2 3 4 5

7 Seberapa baik andamampu berkonsentrasi?

1 2 3 4 5

8 Seberapa aman yang Andarasakan dalam kehidupansehari-hari Anda?

1 2 3 4 5

9 seberapa sehatkahlingkungan fisik anda?

1 2 3 4 5

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini menanyakan tentang bagaimana Anda mengalami ataumampu melakukan beberapa hal dalam dua minggu terakhir

Tidakpernah

Jarang Kadang Sebagianbesar

Selalu

10 Apakah Anda memilikienergi yang cukup untukkehidupan sehari-hari?

1 2 3 4 5

11 Apakah Anda dapat 1 2 3 4 5

261

menerima penampilantubuh Anda?

12 Apakah Anda memilikiuang yang cukup untukmemenuhi kebutuhanAnda?

1 2 3 4 5

13 bagaimana ketersediaaninformasi yang andaperlukan dalamkeseharian hidup anda?

1 2 3 4 5

14 Sejauh mana Andamempunyai kesempatanuntuk liburan?

1 2 3 4 5

Sangatburuk

Buruk Sedikitburuk

Baik Baiksekali

15 Seberapa baik yang andadapatkan disekitar anda?

1 2 3 4 5

Pertanyaan-pertanyaan berikut meminta anda untuk mengatakan seberapa baik atau puasanda tentang berbagai aspek kehidupan selama dua minggu terakhir

Sangattidakpuas

Tidakpuas

Sedang Puas Sangatpuas

16 Seberapa puaskah andadengan tidur anda?

1 2 3 4 5

17 Seberapa puas andadengan kemampuanuntuk melakukanaktivitas kesehariananda?

1 2 3 4 5

18 seberapa puas andadengan kapasitas bekerjaanda?

1 2 3 4 5

262

19 Seberapa puas andadengan diri anda sendiri?

1 2 3 4 5

20 Seberapa puas andadengan hubungan pribadianda?

1 2 3 4 5

21 Seberapa puas andadengan kehidupan seksualanda?

1 2 3 4 5

22 Seberapa puas andamendapatkan dukungandari teman?

1 2 3 4 5

23 Seberapa puas andadengan kondisi tempattinggal anda?

1 2 3 4 5

24 Seberapa puas andadengan akses andaterhadap pelayanankesehatan?

1 2 3 4 5

25 Seberapa puas andadengan transportasi anda?

1 2 3 4 5

Pertanyaan berikut mengacu pada beberapa sering anda merasa atau mengalami hal-haltertentu dalam dua minggu terakhir

Tidakpernah

Jarang Kadang Sering Selalu

26 Seberapa sering andamemiliki perasaan negatifseperti suasana hatiburuk, putus asa,kecemasan, dan depresi?

1 2 3 4 5

Apakah seseorang anda membantu untuk mengisi ini? Tidak Sama Sekali

Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk mengisi form ini? 1-2 Jam

263

Apakah anda mempunyai komentar tentang penilaian ini?

Penilaian ini menjadi salah satu tolok ukur bagaimana mengetahui dan melihat tingkatkelayakan seseorang atau individu dari berbagai aspek seperti kesehatan dan psikologis,sehingga hasil yang diharapkan mampu mengetahui tingkat kelayakan individu tersebutdalam menjalani kehidupannya

Terimakasih atas bantuannya ^_^

264

265

266

267

268

269