UAS PSIKOLOGI FINISH (Autosaved)

25
BAB I PENDAHULUAN A. Ringkasan Cerita Cerita pendek ini menceritakan seorang wanita cantik bernama Anahita. Ia hidup seorang diri setelah orang tuanya meninggalkan dia. Ibunya telah meninggal. Ia sangat merindukan ibunya. Kerinduan dan kesepian itu membuatnya melakukan hal yang tidak masuk akal bagi orang-orang disekitanya. Tingkah lakunya bisa dibilang aneh, Ia menjadi wanita yang sangat narsis, seperti memuji-muji dirinya sendiri jika ia wanita cantik, memotret dirinya sendiri lalu ia menunjukkan ke atas langit karena ia beranggapan jika ibunya benar-benar melihat dirinya dan selain itu saat ia tampil sangat pink dari ujung kepala hingga kaki, ia menatap dirinya dicermin kemudian menciumnya. Ia selalu memanggil ibunya dan selalu bermimpi untuk menemui ibunya dengan cara membunuh dirinya. Ia sudah melakukan hal itu sebanyak tiga kali. Untuk percobaan pertama, ia berdiri di ujung tebing untuk melompat namun seorang laki-laki menggagalkan bunuh diri itu dengan menarik tangan Anahita. Kemudian percobaan kedua, saat ia berada di kantin kantor kerjanya, setelah pelayan memberikan pesanannya ia menuang semacam racun kedalam makananya, ketika sendok yang berisi makanan beracun itu ingin ia makan, anak-anak kecil berlarian melewatinya dan menyenggolnya, makananya pun berantakan. Kegaduhan pun muncul, tak lama Bapak Bos datang dengan emosinya. Ia 1

Transcript of UAS PSIKOLOGI FINISH (Autosaved)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Ringkasan Cerita

Cerita pendek ini menceritakan seorang wanita cantik

bernama Anahita. Ia hidup seorang diri setelah orang tuanya

meninggalkan dia. Ibunya telah meninggal. Ia sangat

merindukan ibunya. Kerinduan dan kesepian itu membuatnya

melakukan hal yang tidak masuk akal bagi orang-orang

disekitanya. Tingkah lakunya bisa dibilang aneh, Ia menjadi

wanita yang sangat narsis, seperti memuji-muji dirinya

sendiri jika ia wanita cantik, memotret dirinya sendiri lalu

ia menunjukkan ke atas langit karena ia beranggapan jika

ibunya benar-benar melihat dirinya dan selain itu saat ia

tampil sangat pink dari ujung kepala hingga kaki, ia menatap

dirinya dicermin kemudian menciumnya.

Ia selalu memanggil ibunya dan selalu bermimpi untuk

menemui ibunya dengan cara membunuh dirinya. Ia sudah

melakukan hal itu sebanyak tiga kali. Untuk percobaan

pertama, ia berdiri di ujung tebing untuk melompat namun

seorang laki-laki menggagalkan bunuh diri itu dengan menarik

tangan Anahita. Kemudian percobaan kedua, saat ia berada di

kantin kantor kerjanya, setelah pelayan memberikan

pesanannya ia menuang semacam racun kedalam makananya,

ketika sendok yang berisi makanan beracun itu ingin ia

makan, anak-anak kecil berlarian melewatinya dan

menyenggolnya, makananya pun berantakan. Kegaduhan pun

muncul, tak lama Bapak Bos datang dengan emosinya. Ia

1

menyuruh Anahita untuk pergi saja dan ia dipecat, namun

dengan emosi dan berani ia menarik kerah bosnya. Dia sangat

marah karena kedua percobaan itu berhasil di gagalkan oleh

mereka.

Pada percobaan ketiga, ia pun berhasil. Setelah pulang

kantor ia berdandan layaknya ratu. Ia memakai blush on pink,

gaun pink hingga high heels pink juga. Ia bercemin memandang

dirinya lewat cermin dan menciumnya. Ia pun memotret dirinya

sendiri, hasilnya ia pegang, dan pada saat itu juga ia

mengambil pisau lalu sambil memejamkan mata, ia mengucapkan

“bu, putri cantik kamu ini akan datang kepadamu”. Dengan

tersenyum ia menyayat pisau itu di pergelangan tangan

kirinya dan darah mengalir keluar. Dia meletakkan tangan

kanannya ke samping dan menutup matanya.

B. Permasalahan

Dalam cerita pendek ini Anahita seorang wanita yang

hidupnya selalu memuji dirinya sendiri atau Narsisme yang ia

tunjukkan kepada ibunya, hal tersebut membuat dirinya ingin

bunuh diri berkali-kali ia mencoba hingga akhirnya ia bunuh

diri dengan menyayat pergelangan kirinya dengan pisau.

C. Asumsi

Asumsi yang saya dapat pada cerita pendek “The Blissful

Poison” karya Abreshmina adalah Narsisme yang Mengakibatkan Naluri

Kematian .

2

D. Landasan Teori

1. Pendekatan Sastra

a. Metode Perwatakan

Perwatakan adalah kualitas nalar dan perasaan para

tokoh di dalam suatu karya fiksi yang dapat mencakup

tidak saja tingkah laku atau tabiat dan

kebiasaan,tetapi juga penampilan. Untuk menganalisis

perwatakan, sudut pandang dengan berbagai teknik

pencerita dapat digunakan oleh pengarang dengan

menampilkan pencerita atau narrator. 1

Untuk mengetahui bagaimana narrator menceritakan

cerita pendek “The Blissful Poison” saya menggunakan

teknik sudut pandang.

Sudut pandang adalah suatu metode narasi yang

menentukan posisi atau sudut pandang dari mana cerita

disampaikan. Sudut pandang pesona ketiga― “diaan”

―digunakan dalam pengisahan cerita dengan gaya “dia”.

Narrator atau pencerita adalah seseorang yang

menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama

atau menggunakan kata ganti orang seperti “ia”, “dia”

atau “mereka”. 2

Sudut pandang yang digunakan dalam teknik

penceritaan cerita pendek “The Blissful Poison ialah

Sudut Pandang “diaan” mahatahu.

1 Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, 2005:952 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:81

3

Sudut pandang “diaan” mahatahu adalah narrator

yang berada di luar cerita dan bisa pula menjadi tohoh

dalam cerita. Disebut “mahatahu” (an all-knowing

presence) karena ia dapat berkisah dengan bebas,

mendramatisir, menginterpretasi, merangkum,

berspekulasi, berfilosofi, menilai secara moral, atau

menghakimi apa yang disampaikannya. Sudut pandang

pesona ketiga atau penggunaan “diaan” tidak selalu

menggunakan kata ganti orang ketiga, tetapi

dimungkinkan terjadi dialig―adanya “kau” dan “aku”. Hal

ini terjadi karena si narrator sedang membiarkan para

tokoh mengekspresikan dirinya.3

b. Konsep Tema

Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide

pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat

suatu tulisan. Di setiap tulisan pastilah mempunyai

sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan

harus memikirkan tema apa yang akan dibuat.

Dalam menulis cerpen,puisi,novel,karya tulis, dan

berbagai macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah

tema. Jadi jika diandaikan seperti sebuah rumah, tema

adalah fondasinya. Tema juga hal yang paling utama

dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya

menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan

tersebut.4

3 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:814 http://id.wikipedia.org/wiki/Tema, 23 April 2014

4

2. Pendekatan Psikologi Sastra

a. Konsep Narsisme

Menurut Sigmund Freud konsep narsisisme pada anak,

yakni menganggap dirinya sebagai objek cinta secara

menyeluruh. Kerap kali anak, menurut Freud,

mengosongkan atau menahan isi perutnya untuk memperoleh

kesenangan diri orang yang mengasuhnya.5

Konsep dan istilah narsisisme berawal dari sebuah

mitologi Yunani kuno tentang seorang pemuda tampan dari

Thespian bernama Narsisus yang ditakdirkan untuk hidup

hingga ia melihat dirinya dan jatuh hati pada citra

diri yang dilihatnya.

Berdasarkan mitologi tersebut berkembanglah

konsep narcisism (dalam tulisan ini penulis menggunakan

kata: narsisisme) yang pada mulanya digunakan untuk

menggambarkan orang yang jatuh cinta dengan citra

dirinya sendiri atau suatu bentuk hukuman bagi orang-

orang yang tidak dapat mencintai orang lain. Pada tahun

1899, Paul Nacke, seorang psikiater berkebangsaan

Jerman menggunakan istilah Narcismus yang merujuk pada

“attitude of a person who treats his own body in the same way as

otherwise the body of sexual object is treated. ”. Dengan perkataan

lain , seseorang mengalami kenikmatan seksual pada saat

menatap, membelai dan mencintai tubuhnya. Konsep

narsisisme dari Nacke inilah yang kemudian menjadi

dasar bagi konsep narsisisme yang digunakan oleh Freud

5 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:475

(1914). Dalam perkembangannya, pemahaman narsisisme

dalam teori Freud tidak hanya mengenai perilaku

abnormal dalam kehidupan seksual individu, tetapi lebih

menekankan pada instink untuk melindungi diri sendiri

(self perseveration) yang ada pada setiap makhluk hidup.

Freud (1914) Konsep ini digunakan untuk

menggambarkan tahapan perkembangan libido normal antara

tahap autoerotik (autoeroticism) dan object love. Narsisisme

timbul ketika libido (energi psikis) diinvestasikan

untuk memenuhi kepuasan diri sendiri sehingga ada

ketidakmampuan untuk menginvestasikannya kepada orang

lain atau demi kepentingan orang lain. Perilaku yang

muncul sebagai akibat dari narsisisme ini terlihat

sebagai rasa cinta diri (self love) yang berlebihan. 6

b. Konsep Naluri Kematian

Naluri menurut Freud adalah

kekuatan id mengungkapkan tujuan hakiki kehidupan

organisme individu. Hal ini tercakup dalam pemenuhan

kepuasan. Id tidak mampu mewujudnyatakan tujuan

mempertahankan kehidupan atau melindungi kondisi dari

bahaya. Ini menjadi tugas ego, termasuk mencari cara

memenuhi kebutuhan dan kepuasan. Superego mengendalikan

keinginan-keinginan tersebut.7

6 http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/kepribadian-mainmenu-61/narsisisme#sthash.pdO8cOaK.dpuf

77 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:276

Menurut konsep Freud, naluri atau instink

merupakan representasi psikologis bawaan dari eksitasi

(keadaan tegang dan terangsang) akibat muncul suatu

kebutuhan tubuh. Bentuk naluri menurut Freud adalah

pengurangan tegangan (tension reduction), cirinya regresif

dan bersifat konservatif (berupaya memelihara

keseimbangan) dengan memperbaiki keadaan kekurangan.

Proses naluri berulang-ulang (tenang, tegang dan

tenang) – repetition compulsion.8

Naluri kematian (death instincts- Thanatos) yang

mendasari tindakan agresif dan destruktif. Walaupun

berada di alam bawah sadar menjadi kekuatan motivasi.

Naluri kematian dapat menjurus pada tindakan bunuh diri

atau pengrusakan diri (self-destructive behavior) atau

bersikap agresif terhadap orang lain.9 Agresi dibedakan

menjadi dua, yaitu agresi langsung dan agresi yang

dialihkan. Agresi langsung dapat berupa pengungkapan

rasa marah yang disampaikan langsung kepada lawan

bicara, sedangkan agresi yang dialihkan dapat terjadi

bila seseorang mengalami rasa tidak puas kepada sumber

frustasi yang tidak jelas atau tidak tersentuh.

8 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:27

9 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:277

BAB II

NARSISME YANG MENGAKIBATKAN NALURI KEMATIAN

A. Telaah Perwatakan Melalui Pendekatan Sastra

Perwatakan adalah kualitas nalar dan perasaan para

tokoh di dalam suatu karya fiksi yang dapat mencakup tidak

saja tingkah laku atau tabiat dan kebiasaan,tetapi juga

penampilan. Untuk menganalisis perwatakan, sudut pandang

dengan berbagai teknik pencerita dapat digunakan oleh

pengarang dengan menampilkan pencerita atau narrator. 10

Melalui sudut pandang “diaan” mahatahu saya mentelaah

perwatakan tokoh pada cerita pendek “The Blissful Poison”

karya Ambreshmina. Seperti yang tertera pada Bab I, Sudut

pandang “diaan” mahatahu adalah narrator yang berada di luar

cerita dan bisa pula menjadi tohoh dalam cerita. Disebut

“mahatahu” (an all-knowing presence) karena ia dapat

berkisah dengan bebas, mendramatisir, menginterpretasi,

10 Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, 2005:958

merangkum, berspekulasi, berfilosofi, menilai secara moral,

atau menghakimi apa yang disampaikannya. Sudut pandang

pesona ketiga atau penggunaan “diaan” tidak selalu

menggunakan kata ganti orang ketiga, tetapi dimungkinkan

terjadi dialig―adanya “kau” dan “aku”. Hal ini terjadi

karena si narrator sedang membiarkan para tokoh

mengekspresikan dirinya.11

Pada cerita pendek “The Blissful Poison”, perwatakan yang

saya dapat dari tokoh Anahita, antara lain:

Selfie

Tokoh Anahita merupakan wanita yang selfie, setiap waktu

ia menyempatkan dirinya untuk memotret dirinya sendiri:

She pulled out her camera from her purse and clickedher picture. She held the photograph in her handraising it towards the sky.

Selfie yang pertama tokoh lakukan sebelum ia mencoba

bunuh diri , ia memotret dirinya sendiri lalu ia tunjukan

ke langit yang seakan-akan ibunya akan melihatnya.

She clicked her photograph and placed it on the table.She traced her fingers on the photograph and kissedher photograph.

Tohoh Anahita melakukan selfie yang kedua pada percobaan

bunuh dirinya kedua yang ia lakukan di kantin kantor.

Meskipun ada banyak orang ia tidak perduli, yang

11 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:819

terpenting baginya ia dapat memotret dirinya sebelum

mati.

She leaned by the railing and clicked her picturesfrom both the camera. She held both thephotographs in her hand and showed it to the sky.She showed her front photograph.

Untuk ketiga kalinya tokoh Anahita selfie yang ia lakukan

di rumahnya dan ia tunjukan kembali ke langit. Karena ia

beranggapan ibunya sedang melihatnya.

Narsis

Selain suka selfie, Anahita merupakan wanita yang narsis,

setiap saat ia suka memuji dirinya sendiri:

“Look at this picture mom. Your daughter is theperfect lady of today. You taught me to love myselfand look, I love myself. I love only myself and I lovemyself immensely more than I love u mom.”

Narsis menganggap dirinya wanita sempurna. Tokoh memuji

dirinya sendiri, ia sangat percaya diri kalau dia adalah

wanita yang sempurna dan ia akan mencintai dirinya.

“Mom, see the beauty of your daughter. I knowyou’re proud of my beauty and I will forever keepyou that proud.”

Narsis yang ia tunjukan terhadap ibunya itu begitu besar,

disini ia menggap dirinya wanita cantik yang bertekat

membuat bangga ibunya pada kecantikannya.

10

She went downstairs and wore her pink gown. Sheapplied light pink blush on her cheeks and appliedlight pink lipstick. She wore her dark pink heels andstood in front of the mirror.

“Anahita, you’re the most beautiful girl in theuniverse. Mom is proud of u.”

Dengan narsisnya tokoh Anahita bersolek diri,

mempercantik diri dan bercermin didepan kaca. Tohoh

Anahita begitu narsis ia menganggap dirinya wanita

tercantik sejagat raya dan ibunya pastilah bangga

terhadap dirinya.

Pemarah

Anahita wanita yang mudah tersulut emosinya atau bisa

dibilang mudah marah terhadap sesuatu hal yang membuat

dirinya kesal, hal ini ia tunjukan saat percobaan

mengakhiri hidupnya:

Anahita looked at him with her eyes spitting fire. Shewanted to strangle this man who just broke her mostprized dream. The man looked at her scared. He couldsee the anger in her eyes. He realised that somethingwas wrong with her. He quickly left her hand and ranaway for his life. Anahita crushed her picture andlooked up in anger.

Tokoh Anahita memperlihatkan kemarahannya kepada seorang

lelaki yang berhasil menggagalkan percobaan bunuh dirinya

yang pertama. Disini terlihat, ia tunjukkan kemarahannya

melalui matanya dan ia seperti ingin menghajar orang

tersebut. Dan karena begitu marahnya ia melampiaskan

11

dengan menyobek hasil fotonya menjadi potongan kecil-

kecil.

The waiter looked at her shocked and scared. Hequickly went inside the kitchen and closed the door.Anahita’s anger was getting out of control. Shepushed and pulled down every table and messed upthe whole canteen. The entire office was gettingscared now. Soon, Anahita’s boss arrived there.

Kemarahan Anahita terlihat kembali pada percobaan bunuh

dirinya yang kedua. Ia sangat marah hingga membuat

pelayan merasa takut. Kemarahannya yang tidak terkontrol

itu disebabkan oleh sekelompok anak kecil yang berlarian

di kantin kantornya dan anak kecil itu menabrak mejanya

dan sendok ditangan yang berisi makanan yang sudah ia

beri racun pun berantakan. Hingga akhinya bosnya datang.

Anahita looked at him and held his collar.

“You can’t throw me out.”

Anahita’s eyes scared the boss. She had some strange look in her eyes and he couldn’t fathom the reason. He somehow managed to untangle himself.

Kemarahan tokoh Anahita masih berlanjut saat bosnya

datang karena keributan yang ia buat, dengan berani ia

memenggang kerah bosnya dan matanya membuat takut

bosnya, ia tidak bisa terima jika ia dipecat.

Takut

12

Anahita wanita yang memilki rasa takut atau bisa dibilang

penakut. Ketakutannya terjadi sebelum ia mengakhiri

hidupnya:

“I’m sorry mom. How could I crush myself? No, younever taught me to punish myself for others.”

Rasa takut yang dialami tokoh , tokoh tidak bisa

menghukum dirinya sendiri karena dulu ibunya tidak pernah

mengajarkan itu.

“See mom, I look the prettiest girl in the world. I don’twant to grow old mom. I don’t want to die with mywrinkled face and hands. I don’t want to die with myteeth gone. I don’t want to die without giving theworld a memoir of my miraculous looks. I’m comingmom. I’m coming to you being as beautiful withoutany trace of old age.”

Tokoh takut akan masa tua yang jika mati tidak memiliki

gigi serta wajah dan tangan yang keriput dan takut jika

tidak memberikan kepada dunia mengenai kenangan dirinya.

Ia ingin cantik saat mati.

“See my beautiful and silky hair mom. See the textureof my hair mom. They are just like your hair. They areslightly curly and black. I want to die with my perfecthair, mom. I don’t want to die with my hair white. Idon’t want to die with my hair thin, mom. I’m comingto you mom with my as pretty hair.”

Anahita takut saat mati rambutnya memutih jika ia mati di

usia tua, karena ibunya mati muda dengan rambut indahnya,

ia ingin mati seperti ibunya.

13

B. Telaah Perwatakan Melalui Pendekatan Psikologi

Setelah saya mentelaah perwatakan tokoh Anahita dengan

menggunakan metode sudut pandang “Diaan” mahatahu. Seperti

pada Bab I, sudut pandang “Diaan” mahatahu ialah narrator

yang berada di luar cerita dan bisa pula menjadi tohoh dalam

cerita. Disebut “mahatahu” (an all-knowing presence) karena

ia dapat berkisah dengan bebas, mendramatisir,

menginterpretasi, merangkum, berspekulasi, berfilosofi,

menilai secara moral, atau menghakimi apa yang

disampaikannya. Sudut pandang pesona ketiga atau penggunaan

“diaan” tidak selalu menggunakan kata ganti orang ketiga,

tetapi dimungkinkan terjadi dialig―adanya “kau” dan “aku”.

Hal ini terjadi karena si narrator sedang membiarkan para

tokoh mengekspresikan dirinya.12

Dalam analisis pada bagian psikologi saya menggunakan

dua konsep yang menurut saya sesuai dengan cerita “The

Blissful Poison” ini. Dua konsep tersebut antara lain :

Narsisime dan Naluri Kematian.

a. Tokoh Anahita yang Menunjukkan Narsisme

Menurut Sigmund Freud konsep narsisisme pada anak,

yakni menganggap dirinya sebagai objek cinta secara

menyeluruh.13 Konsep ini digunakan untuk menggambarkan

tahapan perkembangan libido normal antara tahap

autoerotik (autoeroticism) dan object love. Narsisisme timbul

12 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:8113 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:47

14

ketika libido (energi psikis) diinvestasikan untuk

memenuhi kepuasan diri sendiri sehingga ada

ketidakmampuan untuk menginvestasikannya kepada orang

lain atau demi kepentingan orang lain. Perilaku yang

muncul sebagai akibat dari narsisisme ini terlihat

sebagai rasa cinta diri (self love) yang berlebihan. 14

Perwatakan Anahita yang sudah dijelaskan diatas

yaitu selfie dan narsis. Apabila saya kaitkan watak

tersebut dengan Narsisme, watak tersebut sesuai dengan

konsep Narsisme , sehingga saya alihkan watak selfie

tersebut menjadi suka memotret diri sendiri dan narsis

menjadi memuji-muji diri sendiri. Perwatakan tokoh

Anahita tersebutlah yang menggambarkan Narsisme karena

tokoh Anahita setelah ditinggal pergi kedua orang tuanya

hingga menjadi wanita yang hidup seorang diri, merasa

sangat sedih dan sangat kehilangan ibunya, hal ini

membuatnya menjadi wanita yang gemar memotret dirinya dan

hampir setiap saat ia memotret dirinya karena ia ingin

menunjukkan hasil potretannya kepada ibunya dengan

menghadapkan hasil fotonya ke langit. Ia beranggapan jika

ibunya melihat dia. Anahita memotret dirinya sediri di

berbagai tempat seperti di tepi tebing, di kantin kantor

dan juga di teras rumahnya, tanpa menghiraukan orang

disekitar nya, ia asyik memotret dirinya sendiri dengan

14http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/kepribadian-mainmenu-61/

narsisisme#sthash.pdO8cOaK.dpuf

15

alasan jika ia mati kelak akan ada kenangan mengenai

dirinya tersebut:

Narsisme dengan memotret dirinya sendiri lalu ia tunjukan

ke langit yang seakan-akan ibunya akan melihatnya.

She pulled out her camera from her purse and clickedher picture. She held the photograph in her handraising it towards the sky.

Narsisme Anahita saat berada di kantin kantornya meskipun

ada banyak orang ia tidak perduli, yang terpenting

baginya ia dapat memotret dirinya sebelum mati.

She clicked her photograph and placed it on the table.She traced her fingers on the photograph and kissedher photograph.

Memotret diri sendiri di teras rumahnya dan ia tunjukan

kembali ke arah langit. Narsisme dengan memotret diri

sendiri yang terakhir yang ia lakukan.

She leaned by the railing and clicked her picturesfrom both the camera. She held both thephotographs in her hand and showed it to the sky.She showed her front photograph.

Selain itu narsisme yang dialami tokoh Anahita ialah

tokoh sangat gemar memuji-muji dirinya sendiri. Gemar

memuji diri sendiri merupakan alihan kata dari watak

narsis. Tokoh melakukan hal tersebut yaitu gemar memuji-

muji dirinya sendiri karena bagi Anahita ibunya merupakan

wanita cantik, ia ingin seperti ibunya tersebut, dia

selalu menganggap dan memuji dirinya wanita yang16

tercantik sejagat raya, wanita yang sempurna, wanita yang

selalu menjadi kebanggaan ibunya dan akhir dari

kenarsisannya tersebut dengan bersolek diri menghadap

cermin dan tanpa segan ia mencium dirinya itu pada

cermin:

Narsisime tokoh yang gemar memuji dirinya sendiri, ia

sangat percaya diri kalau dia adalah wanita yang sempurna

dan ia akan mencintai dirinya melebihi rasa cintanya

kepada ibunya.

“Look at this picture mom. Your daughter is theperfect lady of today. You taught me to love myselfand look, I love myself. I love only myself and I lovemyself immensely more than I love u mom.”

Narsisme tokoh masih memuji dirinya yang ia ucapkan

kepada ibunya, disini ia memuji dirinya wanita cantik dan

bertekat membuat ibunya bangga terhadap kecantikannya.

“Mom, see the beauty of your daughter. I knowyou’re proud of my beauty and I will forever keepyou that proud.”

Narsisime Anahita melalui bersolek diri, mempercantik

diri dan bercermin didepan kaca. Pakainan yang ia kenakan

merupakan wujud dari narsisme nya juga. Kemudian Narsisme

Anahita tetap memuji dirinya lagi jika ia wanita

tercantik bahkan tercantik sejagat raya dan ia selalu

berfikir jika ibunya pastilah bangga terhadap dirinya

yang cantik.

17

She went downstairs and wore her pink gown. Sheapplied light pink blush on her cheeks and appliedlight pink lipstick. She wore her dark pink heels andstood in front of the mirror.

“Anahita, you’re the most beautiful girl in theuniverse. Mom is proud of u.”

Kutipan-kutipan diatas tersebut menunjukkan Narsisme pada

tokoh Anahita yang sangat mencintai dirinya sendiri.

Memotret dirinya sendiri dan memuji-muji dirinya sendiri.

Narsisme yang dilakukan Anahita semua itu ia tunjukan

hanya kepada orang yang ia cinta, ia sayang, dan juga

menjadi panutannya untuk menjemput ajalnya, orang

tersebut ialah ibu dari tokoh Anahita.

b. Tokoh Anahita yang menunjukkan Naluri Kematian

Naluri kematian (death instincts- Thanatos) yang mendasari

tindakan agresif dan destruktif. Walaupun berada di alam

bawah sadar menjadi kekuatan motivasi. Naluri kematian

dapat menjurus pada tindakan bunuh diri atau pengrusakan

diri (self-destructive behavior) atau bersikap agresif terhadap

orang lain.15 Agresi dibedakan menjadi dua, yaitu agresi

langsung dan agresi yang dialihkan. Agresi langsung dapat

berupa pengungkapan rasa marah yang disampaikan langsung

kepada lawan bicara, sedangkan agresi yang dialihkan

dapat terjadi bila seseorang mengalami rasa tidak puas

1515 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:27

18

kepada sumber frustasi yang tidak jelas atau tidak

tersentuh.

Jika saya gabungkan dengan perwatakan Anahita yang

sudah dijelaskan di bagian telaah perwatakan melalui

pendekatan sastra dengan psikologi naluri kematian.

Psikologis Anahita yang emosian serta rasa takut

merupakan wujud dari naluri kematian. Naluri kematian

yang menjurus pada bunuh diri juga karena adanya narsisme

di awal yang terjadi oleh tokoh Anahita. Selanjutnya

naluri itu berkembang menjadi suatu agresi langsung yang

tokoh ungkapkan rasa marahnya kepada orang lain karena

ada yang penggagalan usaha bunuh dirinya itu. Sehingga

Anahita menjadi wanita yang emosian. Selain itu nalurinya

yang ingin mengakhiri hidupnya di usia muda disebabkan ia

takut mati di usia tua karena ia ingin mati di usia muda

seperti ibunya terdahulu:

Emosi Anahita merupakan wujud naluri kematian dari

agresi langsung kepada orang lain karena ia merasa sangat

kesal dan kecewa ketika niat bunuh dirinya tersebut

digagalkan. Selain itu, emosi yang tersulut juga karena

bosnya memecatnya dari tempat kerjanya. Dengan berani ia

memegang kerah baju bosnya. Tanpa menghiraukan kedudukan

jabatan orang Anahita tetap marah kepada orang. Naluri

kematian berupa amarah Anahita:

19

Naluri kematian tokoh Anahita ini memperlihatkan agresi

kemarahannya kepada seorang laki-laki yang berhasil

menggagalkan percobaan bunuh dirinya yang pertama. Pada

kutipan ini juga ia menunjukkan kemarahannya melalui

tatapan matanya dan ia seperti ingin menghajar atau

memukul orang tersebut. Emosinya tersebut ia lampiaskan

melalui objek fotonya yang ia sobek-sobek menjadi bagian-

bagian kecil.

Anahita looked at him with her eyes spitting fire. Shewanted to strangle this man who just broke her mostprized dream. The man looked at her scared. He couldsee the anger in her eyes. He realised that somethingwas wrong with her. He quickly left her hand and ranaway for his life. Anahita crushed her picture andlooked up in anger.

Emosi Anahita terhadap naluri kematiannya terlihat

kembali pada percobaan bunuh dirinya yang kedua. Emosinya

bergejolak hingga membuat pelayan merasa takut. Emosinya

yang tidak terkontrol itu disebabkan oleh sekelompok anak

kecil yang berlarian di kantin kantornya dan anak kecil

itu menabrak meja dan sendok ditangan yang berisi makanan

yang sudah ia beri racun jadi berantakan. Hingga akhinya

bosnya datang.

The waiter looked at her shocked and scared. Hequickly went inside the kitchen and closed the door.Anahita’s anger was getting out of control. Shepushed and pulled down every table and messed upthe whole canteen. The entire office was gettingscared now. Soon, Anahita’s boss arrived there.

20

Rasa marah tokoh Anahita masih berlanjut saat bosnya

datang akibat keributan yang tokoh buat, dengan berani ia

memenggang kerah bosnya dan tatapan matanya membuat

bosnya takut, ia tidak bisa terima jika ia dipecat.

Anahita looked at him and held his collar.

“You can’t throw me out.”

Anahita’s eyes scared the boss. She had some strange look in her eyes and he couldn’t fathom the reason. He somehow managed to untangle himself.

Selain amarah dalam tokoh Anahita yang menunjukan naluri

kematian, rasa takut Anahita juga menunjukan hal sama

atas naluri kematian yang ingin bunuh diri di usia muda.

Anahita bertekat untuk mengakhiri hidupnya di usia muda

dikarenakan ia ingin seperti ibunya yang mati di usia

muda juga, ia takut jika ia mati di usia tua oleh karena

itu setelah pulang kantor ia pun mengakhiri diri dengan

menyayat pisau ke pergelangan tangannya:

Rasa takut yang dialami tokoh, ketika tidak bisa

menghukum dirinya sendiri karena dulu ibunya tidak pernah

mengajarkan itu. Karena ini naluri kematiannya muncul

untuk menghukum diri dengan bunuh diri.

“I’m sorry mom. How could I crush myself? No, younever taught me to punish myself for others.”

Tokoh Anahita takut jika ia mati di usia tua tidak

memiliki gigi serta wajah dan tangan yang keriput dan

takut jika tidak memberikan kepada dunia mengenai

21

kenangan dirinya. Ia ingin cantik saat mati. Nalurinya

tetap ingin mati di usia muda.

“See mom, I look the prettiest girl in the world. I don’twant to grow old mom. I don’t want to die with mywrinkled face and hands. I don’t want to die with myteeth gone. I don’t want to die without giving theworld a memoir of my miraculous looks. I’m comingmom. I’m coming to you being as beautiful withoutany trace of old age.”

Anahita takut saat mati rambutnya memutih jika ia mati di

usia tua, karena ibunya mati muda dengan rambut indahnya,

ia ingin mati seperti ibunya. Dorongan karena ibunya

itulah ia bertekat mati di usia muda. Naluri kematian

pada Anahita juga bisa disebabkan kerinduan terhadap

ibunya itu. Hal ini juga membuatnya ingin cepat

mengakhiri hidupnya.

“See my beautiful and silky hair mom. See thetexture of my hair mom. They are just like your hair.They are slightly curly and black. I want to die withmy perfect hair, mom. I don’t want to die with myhair white. I don’t want to die with my hair thin,mom. I’m coming to you mom with my as prettyhair.”

Dari hasil analisis tokoh Anahita bahwa naluri kematian

yang menghadapi dirinya dalam cerita pendek ini adalah

sebagai wanita yang hidup sendiri karena ditinggal mati

oleh ibunya, Anahita menjadi wanita yang tak seperti

wanita lainnya. Ia selalu ingin mengakhiri hidupnya.

Amarah dan takut merupakan ungkapan dirinya sebelum ia

mengakhiri hidupnya yang juga merupakan naluri kematian.

22

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya, pada cerita pendek “The Blissful Poison” karya

Ambreshmina dengan menggunakan sudut pandang untuk menentukan

watak tokoh dan pendekatan sastra narsisme dan naluri kematian

untuk mengetahui psikologis dari Anahita, kemudian dapat

disimpulkan tokoh Anahita yang merupakan wanita pekerja dan

hidup seorang diri dirumahnya yang besar. Anahita terlihat

seperti orang yang tidak mempunyai harapan untuk hidup.

23

Karena dalam cerita pendek ini Anahita diceritakan

sebagai wanita yang cantik. Tindakan-tindakan yang sering ia

lakukan juga berhubungan dengan kecantikannya, yaitu selfie

dan narsis. Tindakan tersebut selalu ia tunjukan kepada ibunya

yang telah meninggal. Keintensifannya yang selalu menunjukan

hasil foto dan pujiannya kepada ibunya itu, dapat saya

simpulkan kembali jika hubungan antara Anahita dan ibunya itu

sangat dekat. Kedekatannya tersebut juga tergambar dengan

dorongan Anahita yang ingin mengakhiri hidupnya agar bisa

bertemu dengan ibunya. Selain itu, dapat disimpulkan juga

bahwa tohoh Anahita tidak bisa hidup seorang diri tanpa

kehadiran ibunya. Ibu merupakan hal yang terpenting di dunia

ini dan tidak bisa tergantikan. Betapa cinta, sayang dan

dekatnya seorang anak terhadap ibunya itu membuatnya gelap

mata dan berakhir dengan bunuh diri.

DAFTAR PUSTAKA

24

Minderop, Albretine, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia,2005.

Minderop, Albretine, Psikologi Sastra-Karya Sastra Metode, Teori, dan Contoh

Kasus, Jakarta : Yayasan Obor, 2011.

http://id.wikipedia.org/wiki/Tema. Diakses: 23 April 2014

http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/kepribadian-mainmenu-

61/narsisisme. Diakses : 25 April 20014

http://yourstoryclub.com. Diakses : 22 April 2014

25