UAS PSIKOLOGI FINISH (Autosaved)
Transcript of UAS PSIKOLOGI FINISH (Autosaved)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Ringkasan Cerita
Cerita pendek ini menceritakan seorang wanita cantik
bernama Anahita. Ia hidup seorang diri setelah orang tuanya
meninggalkan dia. Ibunya telah meninggal. Ia sangat
merindukan ibunya. Kerinduan dan kesepian itu membuatnya
melakukan hal yang tidak masuk akal bagi orang-orang
disekitanya. Tingkah lakunya bisa dibilang aneh, Ia menjadi
wanita yang sangat narsis, seperti memuji-muji dirinya
sendiri jika ia wanita cantik, memotret dirinya sendiri lalu
ia menunjukkan ke atas langit karena ia beranggapan jika
ibunya benar-benar melihat dirinya dan selain itu saat ia
tampil sangat pink dari ujung kepala hingga kaki, ia menatap
dirinya dicermin kemudian menciumnya.
Ia selalu memanggil ibunya dan selalu bermimpi untuk
menemui ibunya dengan cara membunuh dirinya. Ia sudah
melakukan hal itu sebanyak tiga kali. Untuk percobaan
pertama, ia berdiri di ujung tebing untuk melompat namun
seorang laki-laki menggagalkan bunuh diri itu dengan menarik
tangan Anahita. Kemudian percobaan kedua, saat ia berada di
kantin kantor kerjanya, setelah pelayan memberikan
pesanannya ia menuang semacam racun kedalam makananya,
ketika sendok yang berisi makanan beracun itu ingin ia
makan, anak-anak kecil berlarian melewatinya dan
menyenggolnya, makananya pun berantakan. Kegaduhan pun
muncul, tak lama Bapak Bos datang dengan emosinya. Ia
1
menyuruh Anahita untuk pergi saja dan ia dipecat, namun
dengan emosi dan berani ia menarik kerah bosnya. Dia sangat
marah karena kedua percobaan itu berhasil di gagalkan oleh
mereka.
Pada percobaan ketiga, ia pun berhasil. Setelah pulang
kantor ia berdandan layaknya ratu. Ia memakai blush on pink,
gaun pink hingga high heels pink juga. Ia bercemin memandang
dirinya lewat cermin dan menciumnya. Ia pun memotret dirinya
sendiri, hasilnya ia pegang, dan pada saat itu juga ia
mengambil pisau lalu sambil memejamkan mata, ia mengucapkan
“bu, putri cantik kamu ini akan datang kepadamu”. Dengan
tersenyum ia menyayat pisau itu di pergelangan tangan
kirinya dan darah mengalir keluar. Dia meletakkan tangan
kanannya ke samping dan menutup matanya.
B. Permasalahan
Dalam cerita pendek ini Anahita seorang wanita yang
hidupnya selalu memuji dirinya sendiri atau Narsisme yang ia
tunjukkan kepada ibunya, hal tersebut membuat dirinya ingin
bunuh diri berkali-kali ia mencoba hingga akhirnya ia bunuh
diri dengan menyayat pergelangan kirinya dengan pisau.
C. Asumsi
Asumsi yang saya dapat pada cerita pendek “The Blissful
Poison” karya Abreshmina adalah Narsisme yang Mengakibatkan Naluri
Kematian .
2
D. Landasan Teori
1. Pendekatan Sastra
a. Metode Perwatakan
Perwatakan adalah kualitas nalar dan perasaan para
tokoh di dalam suatu karya fiksi yang dapat mencakup
tidak saja tingkah laku atau tabiat dan
kebiasaan,tetapi juga penampilan. Untuk menganalisis
perwatakan, sudut pandang dengan berbagai teknik
pencerita dapat digunakan oleh pengarang dengan
menampilkan pencerita atau narrator. 1
Untuk mengetahui bagaimana narrator menceritakan
cerita pendek “The Blissful Poison” saya menggunakan
teknik sudut pandang.
Sudut pandang adalah suatu metode narasi yang
menentukan posisi atau sudut pandang dari mana cerita
disampaikan. Sudut pandang pesona ketiga― “diaan”
―digunakan dalam pengisahan cerita dengan gaya “dia”.
Narrator atau pencerita adalah seseorang yang
menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama
atau menggunakan kata ganti orang seperti “ia”, “dia”
atau “mereka”. 2
Sudut pandang yang digunakan dalam teknik
penceritaan cerita pendek “The Blissful Poison ialah
Sudut Pandang “diaan” mahatahu.
1 Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, 2005:952 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:81
3
Sudut pandang “diaan” mahatahu adalah narrator
yang berada di luar cerita dan bisa pula menjadi tohoh
dalam cerita. Disebut “mahatahu” (an all-knowing
presence) karena ia dapat berkisah dengan bebas,
mendramatisir, menginterpretasi, merangkum,
berspekulasi, berfilosofi, menilai secara moral, atau
menghakimi apa yang disampaikannya. Sudut pandang
pesona ketiga atau penggunaan “diaan” tidak selalu
menggunakan kata ganti orang ketiga, tetapi
dimungkinkan terjadi dialig―adanya “kau” dan “aku”. Hal
ini terjadi karena si narrator sedang membiarkan para
tokoh mengekspresikan dirinya.3
b. Konsep Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide
pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat
suatu tulisan. Di setiap tulisan pastilah mempunyai
sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan
harus memikirkan tema apa yang akan dibuat.
Dalam menulis cerpen,puisi,novel,karya tulis, dan
berbagai macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah
tema. Jadi jika diandaikan seperti sebuah rumah, tema
adalah fondasinya. Tema juga hal yang paling utama
dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya
menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan
tersebut.4
3 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:814 http://id.wikipedia.org/wiki/Tema, 23 April 2014
4
2. Pendekatan Psikologi Sastra
a. Konsep Narsisme
Menurut Sigmund Freud konsep narsisisme pada anak,
yakni menganggap dirinya sebagai objek cinta secara
menyeluruh. Kerap kali anak, menurut Freud,
mengosongkan atau menahan isi perutnya untuk memperoleh
kesenangan diri orang yang mengasuhnya.5
Konsep dan istilah narsisisme berawal dari sebuah
mitologi Yunani kuno tentang seorang pemuda tampan dari
Thespian bernama Narsisus yang ditakdirkan untuk hidup
hingga ia melihat dirinya dan jatuh hati pada citra
diri yang dilihatnya.
Berdasarkan mitologi tersebut berkembanglah
konsep narcisism (dalam tulisan ini penulis menggunakan
kata: narsisisme) yang pada mulanya digunakan untuk
menggambarkan orang yang jatuh cinta dengan citra
dirinya sendiri atau suatu bentuk hukuman bagi orang-
orang yang tidak dapat mencintai orang lain. Pada tahun
1899, Paul Nacke, seorang psikiater berkebangsaan
Jerman menggunakan istilah Narcismus yang merujuk pada
“attitude of a person who treats his own body in the same way as
otherwise the body of sexual object is treated. ”. Dengan perkataan
lain , seseorang mengalami kenikmatan seksual pada saat
menatap, membelai dan mencintai tubuhnya. Konsep
narsisisme dari Nacke inilah yang kemudian menjadi
dasar bagi konsep narsisisme yang digunakan oleh Freud
5 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:475
(1914). Dalam perkembangannya, pemahaman narsisisme
dalam teori Freud tidak hanya mengenai perilaku
abnormal dalam kehidupan seksual individu, tetapi lebih
menekankan pada instink untuk melindungi diri sendiri
(self perseveration) yang ada pada setiap makhluk hidup.
Freud (1914) Konsep ini digunakan untuk
menggambarkan tahapan perkembangan libido normal antara
tahap autoerotik (autoeroticism) dan object love. Narsisisme
timbul ketika libido (energi psikis) diinvestasikan
untuk memenuhi kepuasan diri sendiri sehingga ada
ketidakmampuan untuk menginvestasikannya kepada orang
lain atau demi kepentingan orang lain. Perilaku yang
muncul sebagai akibat dari narsisisme ini terlihat
sebagai rasa cinta diri (self love) yang berlebihan. 6
b. Konsep Naluri Kematian
Naluri menurut Freud adalah
kekuatan id mengungkapkan tujuan hakiki kehidupan
organisme individu. Hal ini tercakup dalam pemenuhan
kepuasan. Id tidak mampu mewujudnyatakan tujuan
mempertahankan kehidupan atau melindungi kondisi dari
bahaya. Ini menjadi tugas ego, termasuk mencari cara
memenuhi kebutuhan dan kepuasan. Superego mengendalikan
keinginan-keinginan tersebut.7
6 http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/kepribadian-mainmenu-61/narsisisme#sthash.pdO8cOaK.dpuf
77 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:276
Menurut konsep Freud, naluri atau instink
merupakan representasi psikologis bawaan dari eksitasi
(keadaan tegang dan terangsang) akibat muncul suatu
kebutuhan tubuh. Bentuk naluri menurut Freud adalah
pengurangan tegangan (tension reduction), cirinya regresif
dan bersifat konservatif (berupaya memelihara
keseimbangan) dengan memperbaiki keadaan kekurangan.
Proses naluri berulang-ulang (tenang, tegang dan
tenang) – repetition compulsion.8
Naluri kematian (death instincts- Thanatos) yang
mendasari tindakan agresif dan destruktif. Walaupun
berada di alam bawah sadar menjadi kekuatan motivasi.
Naluri kematian dapat menjurus pada tindakan bunuh diri
atau pengrusakan diri (self-destructive behavior) atau
bersikap agresif terhadap orang lain.9 Agresi dibedakan
menjadi dua, yaitu agresi langsung dan agresi yang
dialihkan. Agresi langsung dapat berupa pengungkapan
rasa marah yang disampaikan langsung kepada lawan
bicara, sedangkan agresi yang dialihkan dapat terjadi
bila seseorang mengalami rasa tidak puas kepada sumber
frustasi yang tidak jelas atau tidak tersentuh.
8 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:27
9 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:277
BAB II
NARSISME YANG MENGAKIBATKAN NALURI KEMATIAN
A. Telaah Perwatakan Melalui Pendekatan Sastra
Perwatakan adalah kualitas nalar dan perasaan para
tokoh di dalam suatu karya fiksi yang dapat mencakup tidak
saja tingkah laku atau tabiat dan kebiasaan,tetapi juga
penampilan. Untuk menganalisis perwatakan, sudut pandang
dengan berbagai teknik pencerita dapat digunakan oleh
pengarang dengan menampilkan pencerita atau narrator. 10
Melalui sudut pandang “diaan” mahatahu saya mentelaah
perwatakan tokoh pada cerita pendek “The Blissful Poison”
karya Ambreshmina. Seperti yang tertera pada Bab I, Sudut
pandang “diaan” mahatahu adalah narrator yang berada di luar
cerita dan bisa pula menjadi tohoh dalam cerita. Disebut
“mahatahu” (an all-knowing presence) karena ia dapat
berkisah dengan bebas, mendramatisir, menginterpretasi,
10 Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, 2005:958
merangkum, berspekulasi, berfilosofi, menilai secara moral,
atau menghakimi apa yang disampaikannya. Sudut pandang
pesona ketiga atau penggunaan “diaan” tidak selalu
menggunakan kata ganti orang ketiga, tetapi dimungkinkan
terjadi dialig―adanya “kau” dan “aku”. Hal ini terjadi
karena si narrator sedang membiarkan para tokoh
mengekspresikan dirinya.11
Pada cerita pendek “The Blissful Poison”, perwatakan yang
saya dapat dari tokoh Anahita, antara lain:
Selfie
Tokoh Anahita merupakan wanita yang selfie, setiap waktu
ia menyempatkan dirinya untuk memotret dirinya sendiri:
She pulled out her camera from her purse and clickedher picture. She held the photograph in her handraising it towards the sky.
Selfie yang pertama tokoh lakukan sebelum ia mencoba
bunuh diri , ia memotret dirinya sendiri lalu ia tunjukan
ke langit yang seakan-akan ibunya akan melihatnya.
She clicked her photograph and placed it on the table.She traced her fingers on the photograph and kissedher photograph.
Tohoh Anahita melakukan selfie yang kedua pada percobaan
bunuh dirinya kedua yang ia lakukan di kantin kantor.
Meskipun ada banyak orang ia tidak perduli, yang
11 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:819
terpenting baginya ia dapat memotret dirinya sebelum
mati.
She leaned by the railing and clicked her picturesfrom both the camera. She held both thephotographs in her hand and showed it to the sky.She showed her front photograph.
Untuk ketiga kalinya tokoh Anahita selfie yang ia lakukan
di rumahnya dan ia tunjukan kembali ke langit. Karena ia
beranggapan ibunya sedang melihatnya.
Narsis
Selain suka selfie, Anahita merupakan wanita yang narsis,
setiap saat ia suka memuji dirinya sendiri:
“Look at this picture mom. Your daughter is theperfect lady of today. You taught me to love myselfand look, I love myself. I love only myself and I lovemyself immensely more than I love u mom.”
Narsis menganggap dirinya wanita sempurna. Tokoh memuji
dirinya sendiri, ia sangat percaya diri kalau dia adalah
wanita yang sempurna dan ia akan mencintai dirinya.
“Mom, see the beauty of your daughter. I knowyou’re proud of my beauty and I will forever keepyou that proud.”
Narsis yang ia tunjukan terhadap ibunya itu begitu besar,
disini ia menggap dirinya wanita cantik yang bertekat
membuat bangga ibunya pada kecantikannya.
10
She went downstairs and wore her pink gown. Sheapplied light pink blush on her cheeks and appliedlight pink lipstick. She wore her dark pink heels andstood in front of the mirror.
“Anahita, you’re the most beautiful girl in theuniverse. Mom is proud of u.”
Dengan narsisnya tokoh Anahita bersolek diri,
mempercantik diri dan bercermin didepan kaca. Tohoh
Anahita begitu narsis ia menganggap dirinya wanita
tercantik sejagat raya dan ibunya pastilah bangga
terhadap dirinya.
Pemarah
Anahita wanita yang mudah tersulut emosinya atau bisa
dibilang mudah marah terhadap sesuatu hal yang membuat
dirinya kesal, hal ini ia tunjukan saat percobaan
mengakhiri hidupnya:
Anahita looked at him with her eyes spitting fire. Shewanted to strangle this man who just broke her mostprized dream. The man looked at her scared. He couldsee the anger in her eyes. He realised that somethingwas wrong with her. He quickly left her hand and ranaway for his life. Anahita crushed her picture andlooked up in anger.
Tokoh Anahita memperlihatkan kemarahannya kepada seorang
lelaki yang berhasil menggagalkan percobaan bunuh dirinya
yang pertama. Disini terlihat, ia tunjukkan kemarahannya
melalui matanya dan ia seperti ingin menghajar orang
tersebut. Dan karena begitu marahnya ia melampiaskan
11
dengan menyobek hasil fotonya menjadi potongan kecil-
kecil.
The waiter looked at her shocked and scared. Hequickly went inside the kitchen and closed the door.Anahita’s anger was getting out of control. Shepushed and pulled down every table and messed upthe whole canteen. The entire office was gettingscared now. Soon, Anahita’s boss arrived there.
Kemarahan Anahita terlihat kembali pada percobaan bunuh
dirinya yang kedua. Ia sangat marah hingga membuat
pelayan merasa takut. Kemarahannya yang tidak terkontrol
itu disebabkan oleh sekelompok anak kecil yang berlarian
di kantin kantornya dan anak kecil itu menabrak mejanya
dan sendok ditangan yang berisi makanan yang sudah ia
beri racun pun berantakan. Hingga akhinya bosnya datang.
Anahita looked at him and held his collar.
“You can’t throw me out.”
Anahita’s eyes scared the boss. She had some strange look in her eyes and he couldn’t fathom the reason. He somehow managed to untangle himself.
Kemarahan tokoh Anahita masih berlanjut saat bosnya
datang karena keributan yang ia buat, dengan berani ia
memenggang kerah bosnya dan matanya membuat takut
bosnya, ia tidak bisa terima jika ia dipecat.
Takut
12
Anahita wanita yang memilki rasa takut atau bisa dibilang
penakut. Ketakutannya terjadi sebelum ia mengakhiri
hidupnya:
“I’m sorry mom. How could I crush myself? No, younever taught me to punish myself for others.”
Rasa takut yang dialami tokoh , tokoh tidak bisa
menghukum dirinya sendiri karena dulu ibunya tidak pernah
mengajarkan itu.
“See mom, I look the prettiest girl in the world. I don’twant to grow old mom. I don’t want to die with mywrinkled face and hands. I don’t want to die with myteeth gone. I don’t want to die without giving theworld a memoir of my miraculous looks. I’m comingmom. I’m coming to you being as beautiful withoutany trace of old age.”
Tokoh takut akan masa tua yang jika mati tidak memiliki
gigi serta wajah dan tangan yang keriput dan takut jika
tidak memberikan kepada dunia mengenai kenangan dirinya.
Ia ingin cantik saat mati.
“See my beautiful and silky hair mom. See the textureof my hair mom. They are just like your hair. They areslightly curly and black. I want to die with my perfecthair, mom. I don’t want to die with my hair white. Idon’t want to die with my hair thin, mom. I’m comingto you mom with my as pretty hair.”
Anahita takut saat mati rambutnya memutih jika ia mati di
usia tua, karena ibunya mati muda dengan rambut indahnya,
ia ingin mati seperti ibunya.
13
B. Telaah Perwatakan Melalui Pendekatan Psikologi
Setelah saya mentelaah perwatakan tokoh Anahita dengan
menggunakan metode sudut pandang “Diaan” mahatahu. Seperti
pada Bab I, sudut pandang “Diaan” mahatahu ialah narrator
yang berada di luar cerita dan bisa pula menjadi tohoh dalam
cerita. Disebut “mahatahu” (an all-knowing presence) karena
ia dapat berkisah dengan bebas, mendramatisir,
menginterpretasi, merangkum, berspekulasi, berfilosofi,
menilai secara moral, atau menghakimi apa yang
disampaikannya. Sudut pandang pesona ketiga atau penggunaan
“diaan” tidak selalu menggunakan kata ganti orang ketiga,
tetapi dimungkinkan terjadi dialig―adanya “kau” dan “aku”.
Hal ini terjadi karena si narrator sedang membiarkan para
tokoh mengekspresikan dirinya.12
Dalam analisis pada bagian psikologi saya menggunakan
dua konsep yang menurut saya sesuai dengan cerita “The
Blissful Poison” ini. Dua konsep tersebut antara lain :
Narsisime dan Naluri Kematian.
a. Tokoh Anahita yang Menunjukkan Narsisme
Menurut Sigmund Freud konsep narsisisme pada anak,
yakni menganggap dirinya sebagai objek cinta secara
menyeluruh.13 Konsep ini digunakan untuk menggambarkan
tahapan perkembangan libido normal antara tahap
autoerotik (autoeroticism) dan object love. Narsisisme timbul
12 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:8113 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:47
14
ketika libido (energi psikis) diinvestasikan untuk
memenuhi kepuasan diri sendiri sehingga ada
ketidakmampuan untuk menginvestasikannya kepada orang
lain atau demi kepentingan orang lain. Perilaku yang
muncul sebagai akibat dari narsisisme ini terlihat
sebagai rasa cinta diri (self love) yang berlebihan. 14
Perwatakan Anahita yang sudah dijelaskan diatas
yaitu selfie dan narsis. Apabila saya kaitkan watak
tersebut dengan Narsisme, watak tersebut sesuai dengan
konsep Narsisme , sehingga saya alihkan watak selfie
tersebut menjadi suka memotret diri sendiri dan narsis
menjadi memuji-muji diri sendiri. Perwatakan tokoh
Anahita tersebutlah yang menggambarkan Narsisme karena
tokoh Anahita setelah ditinggal pergi kedua orang tuanya
hingga menjadi wanita yang hidup seorang diri, merasa
sangat sedih dan sangat kehilangan ibunya, hal ini
membuatnya menjadi wanita yang gemar memotret dirinya dan
hampir setiap saat ia memotret dirinya karena ia ingin
menunjukkan hasil potretannya kepada ibunya dengan
menghadapkan hasil fotonya ke langit. Ia beranggapan jika
ibunya melihat dia. Anahita memotret dirinya sediri di
berbagai tempat seperti di tepi tebing, di kantin kantor
dan juga di teras rumahnya, tanpa menghiraukan orang
disekitar nya, ia asyik memotret dirinya sendiri dengan
14http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/kepribadian-mainmenu-61/
narsisisme#sthash.pdO8cOaK.dpuf
15
alasan jika ia mati kelak akan ada kenangan mengenai
dirinya tersebut:
Narsisme dengan memotret dirinya sendiri lalu ia tunjukan
ke langit yang seakan-akan ibunya akan melihatnya.
She pulled out her camera from her purse and clickedher picture. She held the photograph in her handraising it towards the sky.
Narsisme Anahita saat berada di kantin kantornya meskipun
ada banyak orang ia tidak perduli, yang terpenting
baginya ia dapat memotret dirinya sebelum mati.
She clicked her photograph and placed it on the table.She traced her fingers on the photograph and kissedher photograph.
Memotret diri sendiri di teras rumahnya dan ia tunjukan
kembali ke arah langit. Narsisme dengan memotret diri
sendiri yang terakhir yang ia lakukan.
She leaned by the railing and clicked her picturesfrom both the camera. She held both thephotographs in her hand and showed it to the sky.She showed her front photograph.
Selain itu narsisme yang dialami tokoh Anahita ialah
tokoh sangat gemar memuji-muji dirinya sendiri. Gemar
memuji diri sendiri merupakan alihan kata dari watak
narsis. Tokoh melakukan hal tersebut yaitu gemar memuji-
muji dirinya sendiri karena bagi Anahita ibunya merupakan
wanita cantik, ia ingin seperti ibunya tersebut, dia
selalu menganggap dan memuji dirinya wanita yang16
tercantik sejagat raya, wanita yang sempurna, wanita yang
selalu menjadi kebanggaan ibunya dan akhir dari
kenarsisannya tersebut dengan bersolek diri menghadap
cermin dan tanpa segan ia mencium dirinya itu pada
cermin:
Narsisime tokoh yang gemar memuji dirinya sendiri, ia
sangat percaya diri kalau dia adalah wanita yang sempurna
dan ia akan mencintai dirinya melebihi rasa cintanya
kepada ibunya.
“Look at this picture mom. Your daughter is theperfect lady of today. You taught me to love myselfand look, I love myself. I love only myself and I lovemyself immensely more than I love u mom.”
Narsisme tokoh masih memuji dirinya yang ia ucapkan
kepada ibunya, disini ia memuji dirinya wanita cantik dan
bertekat membuat ibunya bangga terhadap kecantikannya.
“Mom, see the beauty of your daughter. I knowyou’re proud of my beauty and I will forever keepyou that proud.”
Narsisime Anahita melalui bersolek diri, mempercantik
diri dan bercermin didepan kaca. Pakainan yang ia kenakan
merupakan wujud dari narsisme nya juga. Kemudian Narsisme
Anahita tetap memuji dirinya lagi jika ia wanita
tercantik bahkan tercantik sejagat raya dan ia selalu
berfikir jika ibunya pastilah bangga terhadap dirinya
yang cantik.
17
She went downstairs and wore her pink gown. Sheapplied light pink blush on her cheeks and appliedlight pink lipstick. She wore her dark pink heels andstood in front of the mirror.
“Anahita, you’re the most beautiful girl in theuniverse. Mom is proud of u.”
Kutipan-kutipan diatas tersebut menunjukkan Narsisme pada
tokoh Anahita yang sangat mencintai dirinya sendiri.
Memotret dirinya sendiri dan memuji-muji dirinya sendiri.
Narsisme yang dilakukan Anahita semua itu ia tunjukan
hanya kepada orang yang ia cinta, ia sayang, dan juga
menjadi panutannya untuk menjemput ajalnya, orang
tersebut ialah ibu dari tokoh Anahita.
b. Tokoh Anahita yang menunjukkan Naluri Kematian
Naluri kematian (death instincts- Thanatos) yang mendasari
tindakan agresif dan destruktif. Walaupun berada di alam
bawah sadar menjadi kekuatan motivasi. Naluri kematian
dapat menjurus pada tindakan bunuh diri atau pengrusakan
diri (self-destructive behavior) atau bersikap agresif terhadap
orang lain.15 Agresi dibedakan menjadi dua, yaitu agresi
langsung dan agresi yang dialihkan. Agresi langsung dapat
berupa pengungkapan rasa marah yang disampaikan langsung
kepada lawan bicara, sedangkan agresi yang dialihkan
dapat terjadi bila seseorang mengalami rasa tidak puas
1515 Minderop, Psikologi Sastra, 2011:27
18
kepada sumber frustasi yang tidak jelas atau tidak
tersentuh.
Jika saya gabungkan dengan perwatakan Anahita yang
sudah dijelaskan di bagian telaah perwatakan melalui
pendekatan sastra dengan psikologi naluri kematian.
Psikologis Anahita yang emosian serta rasa takut
merupakan wujud dari naluri kematian. Naluri kematian
yang menjurus pada bunuh diri juga karena adanya narsisme
di awal yang terjadi oleh tokoh Anahita. Selanjutnya
naluri itu berkembang menjadi suatu agresi langsung yang
tokoh ungkapkan rasa marahnya kepada orang lain karena
ada yang penggagalan usaha bunuh dirinya itu. Sehingga
Anahita menjadi wanita yang emosian. Selain itu nalurinya
yang ingin mengakhiri hidupnya di usia muda disebabkan ia
takut mati di usia tua karena ia ingin mati di usia muda
seperti ibunya terdahulu:
Emosi Anahita merupakan wujud naluri kematian dari
agresi langsung kepada orang lain karena ia merasa sangat
kesal dan kecewa ketika niat bunuh dirinya tersebut
digagalkan. Selain itu, emosi yang tersulut juga karena
bosnya memecatnya dari tempat kerjanya. Dengan berani ia
memegang kerah baju bosnya. Tanpa menghiraukan kedudukan
jabatan orang Anahita tetap marah kepada orang. Naluri
kematian berupa amarah Anahita:
19
Naluri kematian tokoh Anahita ini memperlihatkan agresi
kemarahannya kepada seorang laki-laki yang berhasil
menggagalkan percobaan bunuh dirinya yang pertama. Pada
kutipan ini juga ia menunjukkan kemarahannya melalui
tatapan matanya dan ia seperti ingin menghajar atau
memukul orang tersebut. Emosinya tersebut ia lampiaskan
melalui objek fotonya yang ia sobek-sobek menjadi bagian-
bagian kecil.
Anahita looked at him with her eyes spitting fire. Shewanted to strangle this man who just broke her mostprized dream. The man looked at her scared. He couldsee the anger in her eyes. He realised that somethingwas wrong with her. He quickly left her hand and ranaway for his life. Anahita crushed her picture andlooked up in anger.
Emosi Anahita terhadap naluri kematiannya terlihat
kembali pada percobaan bunuh dirinya yang kedua. Emosinya
bergejolak hingga membuat pelayan merasa takut. Emosinya
yang tidak terkontrol itu disebabkan oleh sekelompok anak
kecil yang berlarian di kantin kantornya dan anak kecil
itu menabrak meja dan sendok ditangan yang berisi makanan
yang sudah ia beri racun jadi berantakan. Hingga akhinya
bosnya datang.
The waiter looked at her shocked and scared. Hequickly went inside the kitchen and closed the door.Anahita’s anger was getting out of control. Shepushed and pulled down every table and messed upthe whole canteen. The entire office was gettingscared now. Soon, Anahita’s boss arrived there.
20
Rasa marah tokoh Anahita masih berlanjut saat bosnya
datang akibat keributan yang tokoh buat, dengan berani ia
memenggang kerah bosnya dan tatapan matanya membuat
bosnya takut, ia tidak bisa terima jika ia dipecat.
Anahita looked at him and held his collar.
“You can’t throw me out.”
Anahita’s eyes scared the boss. She had some strange look in her eyes and he couldn’t fathom the reason. He somehow managed to untangle himself.
Selain amarah dalam tokoh Anahita yang menunjukan naluri
kematian, rasa takut Anahita juga menunjukan hal sama
atas naluri kematian yang ingin bunuh diri di usia muda.
Anahita bertekat untuk mengakhiri hidupnya di usia muda
dikarenakan ia ingin seperti ibunya yang mati di usia
muda juga, ia takut jika ia mati di usia tua oleh karena
itu setelah pulang kantor ia pun mengakhiri diri dengan
menyayat pisau ke pergelangan tangannya:
Rasa takut yang dialami tokoh, ketika tidak bisa
menghukum dirinya sendiri karena dulu ibunya tidak pernah
mengajarkan itu. Karena ini naluri kematiannya muncul
untuk menghukum diri dengan bunuh diri.
“I’m sorry mom. How could I crush myself? No, younever taught me to punish myself for others.”
Tokoh Anahita takut jika ia mati di usia tua tidak
memiliki gigi serta wajah dan tangan yang keriput dan
takut jika tidak memberikan kepada dunia mengenai
21
kenangan dirinya. Ia ingin cantik saat mati. Nalurinya
tetap ingin mati di usia muda.
“See mom, I look the prettiest girl in the world. I don’twant to grow old mom. I don’t want to die with mywrinkled face and hands. I don’t want to die with myteeth gone. I don’t want to die without giving theworld a memoir of my miraculous looks. I’m comingmom. I’m coming to you being as beautiful withoutany trace of old age.”
Anahita takut saat mati rambutnya memutih jika ia mati di
usia tua, karena ibunya mati muda dengan rambut indahnya,
ia ingin mati seperti ibunya. Dorongan karena ibunya
itulah ia bertekat mati di usia muda. Naluri kematian
pada Anahita juga bisa disebabkan kerinduan terhadap
ibunya itu. Hal ini juga membuatnya ingin cepat
mengakhiri hidupnya.
“See my beautiful and silky hair mom. See thetexture of my hair mom. They are just like your hair.They are slightly curly and black. I want to die withmy perfect hair, mom. I don’t want to die with myhair white. I don’t want to die with my hair thin,mom. I’m coming to you mom with my as prettyhair.”
Dari hasil analisis tokoh Anahita bahwa naluri kematian
yang menghadapi dirinya dalam cerita pendek ini adalah
sebagai wanita yang hidup sendiri karena ditinggal mati
oleh ibunya, Anahita menjadi wanita yang tak seperti
wanita lainnya. Ia selalu ingin mengakhiri hidupnya.
Amarah dan takut merupakan ungkapan dirinya sebelum ia
mengakhiri hidupnya yang juga merupakan naluri kematian.
22
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, pada cerita pendek “The Blissful Poison” karya
Ambreshmina dengan menggunakan sudut pandang untuk menentukan
watak tokoh dan pendekatan sastra narsisme dan naluri kematian
untuk mengetahui psikologis dari Anahita, kemudian dapat
disimpulkan tokoh Anahita yang merupakan wanita pekerja dan
hidup seorang diri dirumahnya yang besar. Anahita terlihat
seperti orang yang tidak mempunyai harapan untuk hidup.
23
Karena dalam cerita pendek ini Anahita diceritakan
sebagai wanita yang cantik. Tindakan-tindakan yang sering ia
lakukan juga berhubungan dengan kecantikannya, yaitu selfie
dan narsis. Tindakan tersebut selalu ia tunjukan kepada ibunya
yang telah meninggal. Keintensifannya yang selalu menunjukan
hasil foto dan pujiannya kepada ibunya itu, dapat saya
simpulkan kembali jika hubungan antara Anahita dan ibunya itu
sangat dekat. Kedekatannya tersebut juga tergambar dengan
dorongan Anahita yang ingin mengakhiri hidupnya agar bisa
bertemu dengan ibunya. Selain itu, dapat disimpulkan juga
bahwa tohoh Anahita tidak bisa hidup seorang diri tanpa
kehadiran ibunya. Ibu merupakan hal yang terpenting di dunia
ini dan tidak bisa tergantikan. Betapa cinta, sayang dan
dekatnya seorang anak terhadap ibunya itu membuatnya gelap
mata dan berakhir dengan bunuh diri.
DAFTAR PUSTAKA
24
Minderop, Albretine, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia,2005.
Minderop, Albretine, Psikologi Sastra-Karya Sastra Metode, Teori, dan Contoh
Kasus, Jakarta : Yayasan Obor, 2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tema. Diakses: 23 April 2014
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/kepribadian-mainmenu-
61/narsisisme. Diakses : 25 April 20014
http://yourstoryclub.com. Diakses : 22 April 2014
25