Untitled - Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Untitled - Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa ...
v
MOTTO
Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk
luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di
hadapan anak manusia
(Lukas 21 : 36)
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan
(Amsal 1 : 7)
Dalam kehidupan, jadilah tinta emas yang selalu menyumbang banyak kebaikan
untuk dunia
(Juang Astrajingga)
Jangan takut untuk menjadi dirimu sendiri. Jangan takut menjadi jujur.
Berkaryalah, orang suka atau tidak, itu urusan mereka
(Raymond A. Halawa)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan Syukur saya haturkan kepada sang khalikku, Tuhan Yesus dan
Bunda Maria. Karena Rahmat, belas kasih dan penyertaannya yang begitu besar
telah memberikan kekuatan, kesehatan dan semangat bagi penulis untuk
menyelesaikan sedikit demi sedikit tulisan ini. Begitupun mulai dari awal penulis
mengenyam pendidikan hingga selesai dan mendapat gelar sarjana, saya sangat
berterimakasih dan bersyukur kepada-Mu Tuhan.
Sepatutnya penulis sangat berterimakasih sedalam-dalamnya untuk
lingkungan, orang dan berbagai dimensi yang menjadi keseharian penulis dalam
melakukan kegiatannya. Penulis menyadari sebagai ciptaan yang masih penuh
dengan kekurangan, sehingga tidak lepas dari bantuan dan pertolongan tangan
dari orang lain, terlebih untuk berproses dalam kehidupan ini. Pahit dan manis di
jalani oleh penulis dalam menyelesaikan tulisan ini, yang tidak dapat di ceritakan
semuanya. Sehingga, dengan penuh kerendahan hati, saya persembahkan tugas
akhir ini kepada orang-orang yang saya cintai dan kasihi, yang memberikan
dukungan kepada saya, serta yang selalu terpatri di dalam lubuk hati ini.
1. Teristimewa kepada kedua orang tua saya, yang sangat saya cintai dan sayangi,
Bapa Samson Sohkiato Halawa dan Mama Martilina Harefa, yang tak pernah
lelah memberikan dukungan doa, materi dan semangat untuk saya sebagai
anak. Serta didikan dan nasehat yang tiada henti-hentinya di berikan kepada
saya. Terimakasih bapa dan mama atas ketulusan hati yang telah diberikan
kepada anakmu ini. Maaf jika anakmu ini masih belum bisa memberikan yang
vii
terbaik untuk kalian, tetapi sedang berusaha menjadi kebanggaan di tengah-
tengah keluarga. serta hanya sebuah harapan dan doa yang selalu saya pinta
dan haturkan, agar bapa dan mama sehat selalu, serta diberkati Tuhan.
2. Untuk adik dan saudara kandung saya, Aldi Vebrian Halawa yang sedang
menggapai cita-citanya. Terimakasih dukungan doa yang telah di berikan.
Abang minta maaf, apabila belum menjadi seorang teladan yang baik. Tetapi,
abang selalu menghaturkan doa, agar segala yang engkau cita-citakan dapat
terwujud.
3. Kepada keluarga besar yang sangat saya cintai dan sayangi. Terimakasih atas
nasehat, dukungan, dan doa yang tak henti-hentinya diberikan kepada saya
hingga sampai saat ini. Sehingga, saya bisa menyelesaikan pendidikan S1 saya.
4. Kepada wanita hebat dan kesayanganku nono Irene Berta Meida Zalukhu,
yang selalu menjadi tempat saling curhat, saling memberi semangat dan saling
mendoakan. Terimakasih atas ketulusan hati dan cintanya yang selalu hadir
dalam kehidupan ini. Sebuah ucapan doa dan syukur yang selalu saya
haturkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, agar kita selalu diberkati.
5. Kepada teman seperjuangan dan sahabat saya di perantauan, Alexander B.L.
Dede, S.IP. Teman yang humoris, penyabar dan baik. Yang selalu mendengar
curhatan saya. Serta seorang pasangan yang setia kepada cece Bella Natasyah,
S.IP dan sedang menyelesaikan pendidikan untuk mendapat gelar magister.
Terimakasih dukungan doa dan semangatnya. Tuhan Yesus senantiasa
memberkati kalian berdua.
viii
6. Terimakasih kepada dosen pembimbing saya, Bapak Drs. RY Gatot Raditya,
M.Si. Dosen yang penuh kesabaran dalam membimbing saya untuk
menyelesaikan tugas akhir ini. Saya mendoakan, semoga bapak dan keluarga,
selalu diberi kesehatan dan perlindungan disetiap langkah kehidupan yang
dijalani.
7. Untuk saudara dan saudariku yang sedang berjuang menggapai cita-citanya
(Tessa, Tiara, Aldi, Archi, Betran, Waldus, kak Winne dan lainnya). Semoga
Tuhan Yesus selalu memberkati dan melindungi.
8. Kepada teman-teman dan adik-adik organisasi UKM Katolik St. Maria
Assumpta. Organisasi tempat saya berproses dan belajar.
9. Kepada organisasi Ikatan Talifuso Nias (Bang Leo, Bang Ano, Bang Elman,
Putri, Verlin, Ivan dan lainnya). Terimakasih saudara-saudaraku, atas
dukungan doa dan semangat dari kalian.
10. Kepada organisasi Korps Mahasiswa Ilmu Pemerintahan. Terimakasih sudah
memberikan ruang bagi saya untuk belajar dan berproses selama saya
menjalani pendidikan.
11. Kepada teman-teman seperjuangan di kampus (hamny, inka, feli, ensi, emel).
Teman saya satu daerah (vika Zega dan Forman Halawa). Saya sangat
berterimakasih sudah mengenal kalian.
12. Kepada teman-teman dan saudara-saudariku yang belum sempat saya
sebutkan. Dengan kerendahan hati saya berterimakasih atas doa, berkat dan
dukungannya. Sehingga, tulisan ini bisa saya selesaikan.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan rahmat kasih-Nya yang berlimpah sehingga skripsi dengan
judul “Pelaksanaan Rekrutmen Dukuh ngabean dan staf Di Desa Triharjo,
Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul“ dapat diselesaikan dengan baik serta
lancar. Sebagai salah satu syarat akademik untuk memperoleh gelar sarjana pada
Program Studi Ilmu Pemerintahan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa “APMD” Yogyakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari akan segala kekurangan
baik materi dan susunan bahasa. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
dan berterimakasih bila ada masukan yang bersifat membangun, penulis akan
menerimanya dengan hati yang terbuka untuk semakin menyempurnakan tulisan
ini.
Penulis juga menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain, tulisan ini
tidak akan di selesaikan dengan baik. Sehingga penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Guno Tri Tjahjoko, M.A selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
3. Bapak Drs. RY Gatot Raditya, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, saran dan masukkan kepada penulis dengan penuh
kesabaran dan ketelitian hingga akhir penulisan skripsi ini.
x
4. Bapak Drs. Triyanto, P.R., B.E., M.Si selaku penguji I.
5. Ibu Utami Sulistiana, S.P., M.P selaku penguji II.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama
penulis menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa “APMD” Yogyakarta.
7. Kepada seluruh karyawan dan karyawati yang selalu memberikan dukungan
dan semangat kepada penulis.
8. Kepada Pemerintah Desa Triharjo yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian dan membantu dalam membenrikan informasi serta data
yang dibutuhkan.
9. Kepada Bapak Suwardi, S.Pd selaku Lurah Desa Triharjo, pamong Desa, BPD
dan panitia pelaksana rekrutmen pamong desa di desa Triharjo yang sudah
membantu dalam memberikan informasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Penulis selalu terbuka dan berterimakasi atas saran dan kritik yang bersifat
membangun dan tentunya akan menjadi pelajaran yang tidak akan penulis lupakan.
Yogyakarta, 4 Maret 2021
Penulis
xvi
INTISARI
Pelaksanaan rekrutmen pamong desa di setiap daerah yang ada di
Indonesia, masing-masing berbeda. Baik itu dari cara pemilihannya dan
perekrutannya. Begitupun juga halnya perekrutan staf desa yang masih ada saja
permasalahan. Apabila Lurah Desa berganti, maka pamong desa dan juga staf
desanya berganti dan itu tanpa adanya seleksi. Pada perekrutan pamong desa dan
staf, masih ada saja tindakan oknum-oknum yang mengambil kesempatan untuk
menguntungkan dirinya, seperti adanya money politik, transaksi uang, nepotisme,
dan sebagainya ataupun di dalam panitia pelaksana rekrutmen pun selalu
menimbulkan sebuah permasalahan. Sehingga peneliti dalam hal menyusun
skripsi, mengangkat judul “Pelaksanaan Rekrutmen Dukuh Ngabean dan Staf Di
Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul”. Rumusan masalah dalam
penelitian skripsi ini adalah Bagaimana Pelaksanaan Rekrutmen Dukuh Ngabean
dan Staf di Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang berusaha untuk
melakukan penelitian dan menyajikan data, serta menggambarkan atau
melukiskan fakta-fakta yang diperoleh. Maka selanjutnya ditafsirkan, dianalisis
dan disimpulkan berdasarkan dengan fakta-fakta yang ada. Teknik pengumpulan
datanya adalah dokumentasi, interview (wawancara) dan observasi. Subjek
penelitian/informannya terdiri dari 8 (delapan) orang yang terdiri dari Lurah 1
(satu) orang, Badan Permusyawaratan Desa 3 (tiga) orang, Panitia Pelaksana
Rekrutmen 2 (dua) orang dan peserta tes pamong desa 2 (dua) orang. Dalam
menentukan informan, peneliti menggunakan teknik purposive yaitu pengambilan
informan tidak secara acak, namun ditentukan sendiri oleh peneliti. Teknik
analisis datanya, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil peneliti adalah pelaksanaan rekrutmen Dukuh Ngabean dan Staf di
Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul dilakukan secara bersamaan.
Agar pengisian lowongan pamong desa dan staf di desa Triharjo berjalan dengan
baik, maka Lurah Desa membentuk panitia yang terdiri dari 7 (tujuh) orang dan
sudah menjadi ketentuan dalam perda Kabupaten Bantul Nomor 5 Tahun 2018
tentang pamong desa. Dalam ketentuan itu, Panitia pelaksanaan rekrutmen
pamong desa, terdiri dari 3 (tiga) orang pamong desa, 2 (dua) orang BPD dan 2
(dua) orang lembaga kemasyarakatan desa atau tokoh masyarakat. Lurah Desa
menghunjuk Kasi Pemerintahan sebagai ketua panitia. Kemudian, menghunjuk 1
(satu) orang sekretaris dan 5 (lima) orang anggota. Dalam hal ini, 1 (satu) orang
sekretaris panitia berasal dari staf desa, serta anggota yang lain diambil dari 2 (dua)
orang BPD, 1 (satu) orang ketua karang taruna, 1 (satu) orang staf desa dan 1
(satu) orang anggota lembaga kemasyarakatan desa. Pada pemilihan panitia,
belum sesuai dengan ketentuan peraturan yang telah berlaku tentang pamong desa
dan masih kurangnya demokratisasi, serta musyawarah. Berkaitan dengan hal
tersebut, pada ketentuan peraturan daerah yang ada, staf desa tidak termasuk
dalam bagian dari unsur kepanitiaan. Adapun dalam perekrutan staf desa,
sebenarnya tidak harus di lakukan tes, tetapi bisa langsung duhunjuk oleh Lurah
Desa dan sudah menjadi kewenangan dari Lurah Desa sendiri.
Kata Kunci : Rekrutmen, Pamong Desa dan Staf Desa
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dalam tatanan negara yang demokratis, memberikan ruang
kebebasan bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi secara demokratis di
dalam sistem dan kelembagaan yang berjalan di negara Indonesia, partisipasi
itu mengikut sertakan seluruh masyarakat. Maka dari itu, melalui
demokrasilah dapat memberikan keadilan diantara masyarakat Indonesia.
Harapan setiap masyarakat pada umumnya juga ialah dapat hidup sejahtera,
baik itu lahir dan batin, serta penegakkan keadilan di setiap masyarakat.
Begitupun tidak terkengkang oleh pihak manapun. Secara manusiawi, negara
memang harus memberikan kebebasan kepada setiap masyarakat untuk
menjalani kehidupannya dengan mengedepankan hak-haknya sebagai manusia
yang sejahtera. Hadirnya masyarakat dalam artian juga hadirnya negara.
Karena tanpa masyarakat, negara tidak akan ada.
Melihat hal ini di negara Indonesia yang sudah merdeka dan tidak lagi
mengalami yang namanya penjajahan oleh negara lain. Maka, ini menjadi
sebuah pencapaian kepada masyarakat Indonesia untuk saling bergotong
royong dalam mewujudkan kesejahteraan. Kemerdekaan yang sudah di capai
oleh negara Indonesia, memberikan kebahagiaan tersendiri untuk setiap
individu masyarakat. Karena, tidak ada lagi penindasan, pengekangan ataupun
pemberontakan yang dialami oleh setiap masyarakat. Berlakunya sistem
2
demokrasi juga, menambah kekuatan baru bagi setiap masyarakat. Yang mana
demokrasi merupakan simbol peradaban modern untuk bangsa-bangsa di
dunia. Begitupun di Indonesia melalui kemerdekaan, dapat tercapai dan
terwujudnya sistem demokrasi yang memajukan negara. Maka dari itu negara
Indonesia tidak boleh mengekang hak dalam berpolitik setiap masyarakatnya
ataupun membatasi hak-hak yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Selain itu,
tujuan negara Indonesia ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kalimat ini sudah tercantum di dalam pembukaan UUD 1945, yang mana
sebagai konstitusi negara.
Saat ini bahwa negara Indonesia telah mengalami era reformasi,
sehingga dalam segala bidang, baik itu politik, ekonomi, sosial dan sebagainya.
Menjadi sektor penting yang perlu diperhatikan oleh negara. Karena, bidang-
bidang tersebut yang turut serta dalam memajukan Indonesia. Begitupun,
masyarakat sangat berperan penting dalam kemajuan negara Indonesia dan
tidak lupa juga, bahwa masyarakat perlu peka akan peradabadan yang semakin
modern. Karena, bisa dilihat pada sebuah keadaan yang terjadi, apabila
masyarakat selalu menetap pada kehidupan yang tidak membuat
perkembangan atau dapat dikatakan masih tradisional di lingkungan
masyarakat. Maka, akan mengalami ketertinggalan zaman.
3
Begitupun dalam berjalannya dinamika yang terjadi di dalam negara,
tidak terpisahkan dari sistem pemerintahan yang ada di dalamnya dan bertugas
untuk mengatur, serta mengurus negara. Indonesia dengan menganut trias
politica yang dikemukakan oleh Montesquieu, yaitu terdiri dari lembaga
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Sehingga, melalui lembaga pemerintahan
inilah nantinya yang akan menjadi bagian terpenting dalam pencapaian
kemajuan, kesejahteraan, kemakmuran dan keamanan kepada masyarakat.
Selain itu pemerintahan yang hadir di dalam negara memiliki tugas
dalam pembentukan kebijakan yang berisi regulasi untuk mengatur kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Kebijakan tersebut juga disepakati bersama-
sama dengan masyarakat melalui musyawarah secara demokratis. Saat ini,
sistem pemerintahan di Indonesia adalah sistem presidensial, yang dipimpin
oleh seorang presiden dan menjabat sebagai kepala negara, sekaligus kepala
pemerintahan. Tugas-tugas presiden juga dibantu para menteri yang dipilih
langsung oleh presiden.
Indonesia sendiri sangat beragam suku, bahasa, ras, agama dan
budayanya. Sehingga, menciptakan keunikan tersendiri. Negara Indonesia
juga, yang mana kewenangan pemerintahannya telah terbagi menjadi
pemerintahan daerah Provinsi, Kabupaten/Kota dan desa. Adapun dari
masing-masing pemerintahan daerah tersebut memiliki kesempatan dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui pengelolaan sumber-
sumber kekayaan yang terdapat di masing-masing daerah. Pembagian
kewenangan tersebut dinamakan juga sistem desentralisasi, melalui sistem
4
desentralisasi memberikan ruang bagi masing-masing daerah untuk mengurus
daerahnya dan sudah tidak ikut campur tangan lagi pemerintah pusat.
Begitupun dari pembagian kewenangan ini memudahkan tugas-tugas setiap
pemerintahan, agar berjalan dengan semestinya dan tidak amburadul.
Pendapat Cheema dan Rondinelli dalam Solekhan (1983), mengatakan
bahwa desentralisasi memungkinkan representasi yang lebih luas dari berbagai
kelompok politik, etnis dan keagamaan di dalam proses politik serta
memberikan peluang kepada berbagai kelompok masyarakat di tingkat lokal
untuk berpartisipasi secara langsung dalam pembuatan kebijakan. Dalam hal
ini, dapat dikatakan bahwa otonomi daerah sebagai ruang kepada masyarakat
untuk proses politik. Indonesia sendiri, sebagai negara kepulauan dan
masyarakatnya sebagian besar bertempat tinggal di desa, serta banyak terdapat
potensi alam yang sangat luar biasa di masing-masing desa. Maka, dengan
adanya desentralisasi, desa-desa saat ini di Indonesia memiliki hak dan
kewenangan tersendiri dalam mengelola sumber daya alamnya dan juga
pemerintahannya. Karena, desa merupakan bagian terpenting di negara
Indonesia dan salah satu kekuatan penting dalam negara.
Desa-desa yang terdapat di Indonesia begitu banyak, mulai dari sabang
sampai marauke, dengan jumlah lebih dari 79 ribu desa. Sehingga,
mengharuskan Indonesia untuk lebih mengedepankan desa sebagai salah satu
kekuatan negara agar bisa menjadi negara maju. Sehingga, Pemerintah
Indonesia perlu memperhatikan desa-desa, karena desa adalah bagian yang
terdekat bagi masyarakat. Desa sekarang sudah tidak diragukan lagi
5
kehadirannya dan para birokrat pemerintah sudah tidak bisa lagi menjadikan
desa sebagai bagian bisnis untuk kepentingan pribadi atau kelompok, sekarang
desa sudah memiliki undang-undang tersendiri yang menjadikan desa sebagai
subjek dan bukan objek.
Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang desa, yang mana undang-
undang inilah membuat desa di Indonesia menjadi bagian terdepan dan
terpenting. Dijelaskan bahwa Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang
disebut dengan nama lain. Selanjutnya disebut desa adalah satu kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Maka, dengan itu hadirnya pemerintahan desa
dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat desa dan juga pemberdayaan.
Sebagaimana yang dikatakan Rasyid dalam Solekhan (1996), bahwa hakekat
keberadaan pemerintahan dan birokrasi adalah dalam rangka menjalankan
tugas memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.
Sehingga hal ini desa-desa yang ada di Indonesiapun, mulai dari yang
tertinggal hingga desa yang maju dan berkembang. Memiliki hak untuk
menjalankan pemerintahannya sendiri dan mensejahterakan masyarakat
desanya tanpa adanya campur tangan pemerintah pusat. Tolak ukur utama
sekarang ini atau prioritas utama dalam ukuran keberhasilan negara Indonesia
adalah desa. Berbeda pada masa sebelum adanya Undang-Undang No. 6
6
Tahun 2014 tentang desa. Yang mana saat itu desa masih dijadikan sebagai
objek bagi para pemangku kekuasaan atau kepentingan dalam mengisi pundi-
pundi kekayaannya. Sehingga, masyarakat desa hanya dijadikan sebagai
pekerja yang di beri gaji sedikit dan keuntungan besar oleh pemerintah pusat
sendiri.
Berbicara desa sekarang ini, dengan hadirnya Undang-Undang desa,
membuat desa semakin diperhatikan oleh pemerintah dan saat ini sudah
menjadi subjek untuk mensejahterakan masyarakat desa sendiri. Artinya,
kewenangan sepenuhnya diberikan kepada desa untuk mengelola segala
sumber daya alam yang dimiliki oleh desa. Sehingga, semua yang dikelola itu
sudah menjadi hak masyarakat untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan
dan tidak ada ikut campur tangan pemerintah pusat dalam pengelolaan
sumber-sumber alam yang ada di setiap desa. Meski begitu, dalam
perjalanannya, masih ada saja masalah-masalah yang hadir di desa, yakni
masalah kemiskinan, peningkatan sumber daya manusia dan infrastruktur
sebagai penunjang mobilitas masyarakat desa yang masih sangat kurang.
Sehingga, untuk menjawab segala persoalan dan menjadi tanggung jawab
dalam hal itu semua adalah masyarakat desa dan pemerintah desa itu sendiri.
Melihat persoalan-persolan yang masih terjadi di desa-desa, tentunya
sangat diharapkan dapat diselesaikan. Adapun, dengan Undang-Undang No. 6
Tahun 2014 tentang desa yang telah diatur sedemikian rupa terkait bagaimana
peran dan fungsi serta partisipasi aparatur pemerintah desa maupun
masyarakat desa dalam mewujudkan kemajuan dan kemandirian desa. Tidak
7
hanya itu, kapasitas masyarakat desa dan pemerintah desa juga menjadi tolak
ukur akan kemajuan desa. Sehingga, sangat diharapkan bahwa aparatur
pemerintah dan perangkat desa memiliki kemampuan lebih dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab, selain itu mampu melihat dan
menafsirkan peluang yang bisa dicapai dalam kemajuan dan kesejahteraan
desa.
Sekarang ini hal yang menjadi permasalahan mendasar di banyak desa
yang ada di Indonesia ialah kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh aparatur
pemerintah desa untuk memegang tanggung jawab. Salah satu yang menjadi
kesulitan di setiap desa yang ada di Indonesia adalah bagaimana pelaksanaan
seleksi perangkat desa yang ada di setiap desa. Ada banyak masyarakat desa
yang ingin menjadi perangkat desa. Akan tetapi, masih menimbulkan masalah
yang terjadi saat proses seleksi. Misalnya masyarakat desa yang mengikuti
seleksi, masih sebagian besar tidak memiliki latar belakang yang mempuni
dan kapasitas dibidangnya. Selain itu juga, ditambah adanya kecurangan-
kecurangan antara panitia penyeleksi dan aparatur pemerintah.
Permasalahan yang terjadi ketika seleksi perangkat desa, seperti di
Kabupaten Sragen para peserta dan anggota legislatif menduga telah terjadi
sejumlah kejanggalan dalam tataran teknis. seorang ketua Komisi I DPRD
Sragen mengatakan bahwa “adanya proses transaksional dalam perekrutan
perangkat desa yang terlalu vulgar dan saya melihat nilai seperti ada
kejanggalan di operator pada saat memantau seleksi” ujarnya lagi bahwa “dari
beberapa kriteria, misal satu orang beberapa item nilainya 85 semua” uangkap
8
Suroto, Rabu (08 Agustus 2018). Adanya indikasi transaksi dalam proses
rekrutmen perangkat desa, sudah menjadi rahasia umum. Begitupun sejumlah
calon perangkat desa yang mengikuti tes juga, merasakan kejanggalan pada
rekrutmen perangkat desa tersebut. Salah satu peserta calon seleksi bernama
Kunto Cahyono yang mewakili peserta seleksi lain menduga tiga calon
perangkat desa di dukung kepala desa setempat. Karena jauh-jauh hari sudah
melihat bahwa tersiar kabar calon tersebut orang dekat kepala desa. Ujar
Kunto Cahyono bahwa “di antara calon sekretaris desa dari lulusan paket C.
Jadi kami 11 calon perangkat desa merasa dikibuli oleh pihak-pihak tertentu.
Kami merasa kecewa dengan nilai PDLT (prestasi, dedikasi, loyalitas dan
tidak tercela). Tiga calon perangkat desa yang di curigai tadi nilainya tinggi
semua”.
(https://radarsolo.jawapos.com/read/2018/08/08/92247/peserta-endus-
kejanggalan-terkait-seleksi-perangkat-desa)
Jabatan perangkat desa memang salah satu posisi yang sangat diminati
di kalangan masyarakat desa, begitupun di kabupaten Sragen ini. Berbagai
cara dilakukan demi menduduki kursi perangkat desa. Adanya dugaan
nepotisme yang dilakukan antara kepala desa dan peserta calon, menjadi salah
satu pelanggaran dalam penyeleksian perangkat desa. Terlihat bahwa hasil
nilai yang ada, telah di atur oleh kepala desa dan panitia seleksi. Ini
kemungkinan dilakukan oleh kepala desa, agar bisa menguatkan posisinya
dalam pemilihan kepala desa yang akan dilakukan selanjutnya.
9
Begitupun terjadi di desa Pendoworejo, kecamatan Girimulyo, telah
terjadi kisruh pada hasil ujian pengisian lowongan perangkat desa yang
berbuntut panjang. Audiensipun yang mempertemukan antara peserta dengan
panitia penyelenggara pengisian lowongan perangkat desa di aula Balai Desa
Pendoworejo. Peserta calon menduga terjadi adanya kecurangan dan
menginginkan ujian diulangi. Sementara panitia tidak bersedia dan meminta
penyelesaian masalah melalui jalur hukum. Diketahui bahwa pemerintah desa
Pendoworejo membuka lowongan perangkat desa untuk mengisi tiga posisi,
yakni kasi Pemerintahan, kepala Dukuh Balak dan kepala Dukuh Kluwih.
Salah satu peserta yang bernama Novi Woro dan mengisi posisi kasi
Pemerintahan mengungkapkan hasil ujian inilah yang kemudian menjadi salah
satu masalah. Dia melihat adanya keanehan lantaran selisih yang signifikan
antara nilai tertinggi dengan peserta lainnya.
Ujarnya bahwa “ketimpangan nilai ini tidak wajar, yang sudah-sudah
ujian perangkat desa di sini itu paling tinggi dapat 90, tapi saat ini ada yang
dapat 96 sementara peserta lainnya di kisaran 60 an kebawah”. Begitulah yang
dikatakan oleh Novi kepada awak media. Kejanggalan lainnya yakni dugaan
bocornya soal di Dusun Kluwih. Selain itu selama proses ujian, kejanggalan
yang muncul di antaranya, kunci jawaban yang harusnya disimpan di amplop
justru disimpan di laptop panitia, kisi-kisi soal ujian yang tidak sesuai saat
pelaksanaan serta adanya kebijakan penandatanganan berita acara sebelum
seluruh proses ujian selesai.
10
(https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2018/12/01/514/956213/kisruh-
hasil-ujian-perangkat-desa-di-kulonprogo-bakal-berujung-ke-ranah-hukum)
Terlihat bahwa dari seleksi di desa Pendoworejo, kecamatan
Girimulyo. Bahwa pelanggaran dalam penyeleksian perangkat desa berbuntut
di ranah hukum. Ini diakibatkan karena hasil nilai yang di dapat tidak sesuai
bagi peserta calon yang sudah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan tes. Diketahui juga bahwa adanya kerjasama antara panitia
penyeleksi dengan calon peserta tes perangkat desa. Sehingga, dalam
penyeleksian tersebut menimbulkan ketidak adilan dari panitia. Desa-desa
tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak desa yang ada di Indonesia
dalam pelaksanaan rekrutmen pamong desa terjadi kecurangan. Sehingga,
penyeleksian pamong desa ini membuat demokrasi yang sudah dibangun di
tengah-tengah masyarakat Indonesia, terlebih di masyarakat desa semakin
terkikis.
Desa Triharjo merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten
Bantul, yang melakukan pelaksanaan rekrutmen pamong desa dan juga staf.
Maka, penelitipun tertarik dalam melakukan penelitian di desa, yaitu Desa
Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. Karena di desa Triharjo
sendiri diadakannya pelaksanaan rekrutmen staf desa. Padahal staf desa
sendiri bisa dihunjuk langsung oleh Lurah Desa dan sudah menjadi
kewenangan Lurah Desa, serta tidak usah melalui tes rekrutmen.
11
B. Rumusan Masalah
Melalui permasalahan yang bersumber dari latar belakang masalah,
maka rumusan masalah dari penulis adalah :
Bagaimana Pelaksanaan Rekrutmen Dukuh Ngabean dan Staf di Desa Triharjo,
Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam melakukan penelitian tentang Pelaksanaan Rekrutmen
Dukuh Ngabean dan Staf Desa Triharjo sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan Pelaksanaan Rekrutmen Dukuh Ngabean dan Staf
di Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul.
D. Manfaat Penelitian
Melalui hasil penelitian tentang Pelaksanaan Rekrutmen Dukuh
Ngabean dan Staf di Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah bahan kepustakaan dan
pembangunan ilmu pengetahuan maupun penelitian lebih lanjut dalam
Pelaksanaan Rekrutmen Dukuh Ngabean dan staf, penelitian ini dapat
memberikan referensi baru tentang Pelaksanaan Rekrutmen Dukuh
Ngabean dan staf ataupun menguatkan referensi-referensi yang sudah ada.
Berguna bagi masyarakat pada umumnya dan bagi mahasiswa Ilmu
Pemerintahan pada Khususnya.
12
2. Secara Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah desa pada Pelaksanaan Rekrutmen Dukuh
Ngabean dan Staf di Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul
dan sebagai masukan bagi masyarakat, pemerintah daerah maupun
pemerintah desa, mahasiswa, pembaca serta instansi-instansi terkait
lainnya.
E. Kerangka Konseptual
1. Pemerintahan Desa
Pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, pasal 1, ayat (2)
tentang Desa menjelaskan, bahwa Pemerintahan Desa adalah
“Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia”. Dalam hal ini penyelenggaranya adalah Pemerintah Desa,
yaitu Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan dibantu oleh
perangkat Desa atau yang disebut dengan nama lain. Sehingga,
penyelenggaraan pemerintahan Desa tersebut berdasarkan asas kepastian
hukum, tertib penyelenggaraan pemerintahan, kearifan lokal, partisipatif
dan lain sebagainya. Di dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 18, ayat
1 dikatakan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia di bagi atas
daerah-daerah provinsi, dari daerah provinsi itu dibagi atas daerah
Kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
13
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang”.
Desa dalam Undang-Undang tersebut dapat dikatakan menjadi bagian dari
pemerintahan daerah. Hadirnya undang-undang tentang desa, menjadikan
desa saat ini di Indonesia memiliki haknya dalam menjalankan
pemerintahan dan juga otonominya. Maka dari itu desa merupakan
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan mengatur dan
mengurus kepentingannya sendiri.
Hak otonomi yang dimiliki oleh desa, yaitu otonomi berdasarkan
pada asal-usul dan adat istiadat. Dengan kata lain, bahwa otonomi
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat mengandung pengertian
otonomi yang telah dimiliki sejak dulu kala dan menjadi adat istiadat yang
melekat dalam masyarakat desa yang bersangkutan. Seorang ahli
berpendapat, bahawa daerah otonomi yang terbawah ialah desa, nagari,
kota kecil dan sebagainya. Itu berarti bahwa desa ditaruh di dalam
lingkungan pemerintahan yang modern tidak ditarik di luarnya sebagai
waktu yang lampau. Pada zaman itu, tentunya pemerintahan penjajah
mengerti, bahwa desa sebagai sendi Negara harus diperbaiki segala-
galanya, diperkuat dan dinamisir, supaya dengan begitu Negara bisa
mengalami kemajuan (Hanif Nurcholis, 2011:234).
Melalui otonomi, dapat menempatkan kedudukan desa dengan
perubahan yang lebih baik. Menurut pendapat seorang ahli bahwa
“menempatkan kedudukan desa otonom akan membawa perubahan
pelaksanaan pemerintahan desa lebih baik, antara lain: (1) Satuan-satuan
14
desentralisasi (otonom) lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai
perubahan yang terjadi dengan cepat, (2) Satuan-satuan desentralisasi
(otonom) dapat melaksanakan tugas lebih efektif dan lebih efisien, (3)
Satuan-satuan desentralisasi (otonom) lebih inovatif, dan (4) Satuan-satuan
desentralisasi (otonom) mendorong tumbuhnya sikap moral yang lebih
tinggi, komitmen yang lebih tinggi dan lebih produktif” (Didik dalam
Solekhan, 2010:227).
2. Organisasi Pemerintah Desa
Pemerintah Desa adalah penyelenggara pemerintahan Desa
sebagaimana diatur dalam Permendagri Nomor 84 tahun 2015 tentang
Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa yang terdiri dari
Kepala Desa dan dibantu oleh perangkat Desa. Adapun perangkat Desa
terdiri atas sekretaris Desa, pelaksana kewilayahan dan pelaksana teknis,
serta berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Desa.
Kepala Desa berkedudukan sebagai Kepala Pemerintah Desa yang
memimpin dan bertugas dalam menyelenggarakan pemerintahan Desa,
melaksanakan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas, Kepala Desa
memiliki fungsi-fungsi, yaitu :
a. Menyelenggarakan Pemerintahan Desa, seperti tata praja Pemerintahan,
penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan,
pembinaan ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya
15
perlindungan masyarakat, administrasi kependudukan, dan penataan
dan pengelolaan wilayah.
b. Melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana
perdesaan, dan pembangunan pendidikan, kesehatan.
c. Pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban
masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat,
keagamaan dan ketenagakerjaan.
d. Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi
masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup,
pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga dan karang taruna.
e. Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan
lembaga lainnya.
Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur pimpinan Sekretaris
Desa dan bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi
pemerintah. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Desa mempunyai
fungsi, yaitu :
a. Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi
surat menyurat, arsip dan akspedisi.
b. Melaksanakan urusan umum seperti penataan administrasi perangkat
desa, penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat,
pengadministrasian aset, investarisasi, perjalanan dinas dan pelayanan
umum.
16
c. Melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi
keuangan, administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran,
verifikasi administrasi keuangan dan administrasi penghasilan Kepala
Desa, Perangkat Desa, BPD dan lembaga pemerintahan desa lainnya.
d. Melaksanakan urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran
pendapatan dan belanja desa, menginventarisir data-data dalam rangka
pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta
penyusunan laporan.
Kepala urusan berkedudukan sebagai unsur staf sekretariat dan
bertugas membantu Sekretaris Desa dalam urusan pelayanan administrasi
pendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Dalam melaksanakan
tugasnya, kepala urusan mempunyai fungsi, yaitu :
a. Kepala urusan tata usaha dan umum memiliki fungsi seperti
melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi
surat menyurat, arsip, dan ekspedisi, dan penataan administrasi
perangkat desa, penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor,
penyiapan rapat, pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan
dinas dan pelayanan umum.
b. Kepala urusan keuangan memiliki fungsi seperti melaksanakan urusan
keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan, administrasi
sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi
keuangan, dan administrasi penghasilan Kepala Desa, Perangkat Desa,
BPD dan lembaga pemerintahan desa lainnya.
17
c. Kepala urusan perencanaan memiliki fungsi mengoordinasikan urusan
perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan
belanja desa, menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan,
melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan
laporan.
Kepala seksi berkedudukan sebagai unsur pelaksana teknis dan
bertugas membantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional.
Dalam melaksanakan tugas, kepala seksi mempunyai fungsi, yaitu :
a. Kepala seksi pemerintahan mempunyai fungsi melaksanakan
manajemen tata praja Pemerintahan, menyusun rancangan regulasi
desa, pembinaan masalah pertanahan, pembinaan ketentraman dan
ketertiban, pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat,
kependudukan, penataan dan pengelolaan wilayah, serta pendataan dan
pengelolaan Profil Desa.
b. Kepala seksi kesejahteraan mempunyai fungsi melaksanakan
pembangunan sarana prasarana perdesaan, pembangunan bidang
pendidikan, kesehatan, dan tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat
di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan
keluarga, pemuda, olahraga dan karang taruna.
c. Kepala seksi pelayanan memiliki fungsi melaksanakan penyuluhan dan
motivasi terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat,
meningkatkan upaya partisipasi masyarakat, pelestarian nilai sosial
budaya masyarakat, keagamaan dan ketenagakerjaan.
18
Pada Permendagri No. 84 tahun 2015 di pasal 10 menjelaskan
bahwa, kepala kewilayahan atau sebutan lainnya berkedudukan sebagai
unsur satuan tugas kewilayahan yang bertugas membantu Kepala Desa
dalam pelaksanaan tugasnya di wilayahnya. Dalam melaksanakan tugas,
kepala kewilayahan/kepala dusun memiliki fungsi, yaitu :
a. Pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya
perlindungan masyarakat, mobilitas kependudukan, dan penataan dan
pengelolaan wilayah.
b. Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya.
c. Melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan
kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya.
d. Melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjang
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
3. Perangkat Desa
Dalam Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang desa, telah
dijelaskan beberapa pengertian dan unsur-unsur pemerintahan desa
termasuk perangkat Desa, definisinya sebagai berikut : “Perangakat Desa
adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam penyusunan
kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam Sekretariat Desa, dan
unsur pendukung tugas Kepala Desa dalam pelaksanaan kebijakan yang
diwadahi dalam bentuk pelaksana teknis dan unsur kewilayahan.”
19
Pengertian perangkat desa menurut Undang-Undang No. 6 Tahun
2014. Tentang Desa (pasal 48) mengamanatkan bahwa Perangkat Desa
terdiri atas :
a. Sekretaris desa;
b. Pelaksana kewilayahan; dan
c. Pelaksana teknis.
Penggolongan perangkat desa, sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014, Tentang Desa yaitu yang menjadi sekretariat desa
adalah termasuk sekretaris desa, staf desa, urusan-urusan umum aparatur
desa dan aset, urusan perencanaan dan keuangan. Sedangkan yang menjadi
pelaksana kewilayahan yaitu semua dukuh yang ada di desa, sehingga
jumlah dari pelaksana kewilyahan tidak sama antara desa satu dengan desa
yang lainnya. Sedangkan untuk perangkat desa yang menjadi pelaksana
teknis yaitu seksi pemerintahan, seksi pembangunan, pemberdayaan, serta
seksi kemasyarakatan.
Semua perangkat desa bertugas untuk membantu kepala desa
dalam menjalankan tugas dan wewenang kepala desa, sehingga dalam
menjalankan tugas dan wewenang perangkat desa bertanggungjawab
sepenuhnya kepada kepala desa. Selain itu, sesuai yang dijelaskan dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, perangkat desa juga
diangkat oleh kepala desa.
Dalam pengertian perangkat desa menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
20
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Pasal 61 Ayat 1 dan
2) mengamanatkan bahwa (1) Perangkat Desa terdiri atas : a. Sekretariat
Desa; b. Pelaksanaan kewilyahan; dan c. Pelaksana teknis. (2) Perangkat
Desa berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala Desa.
Dapat dilihat pada pasal 2 diatas, bahwa dijelaskan perangkat desa
berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala desa. Artinya bahwa setiap
kegiatan atau tugas yang dijalankan oleh perangkat desa, semata-mata
membantu melaksanakan tugas kepala desa, sehingga pertanggung
jawabannya perangkat desa, bertanggung jawab atas segala yang
dilakukan kepada kepala desa.
Dalam peraturan pemerintah dalam negeri nomor 83 tahun 2015
tentang pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa, Perangkat Desa
diangkat oleh Kepala Desa dari warga Desa yang telah memenuhi
persyaratan umum dan khusus. Persyaratan umumnya yaitu :
a) Berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang
sederajat;
b) Berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua)
tahun;
c) Terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran; dan
d) Memenuhi kelengkapan persyaratan administrasi.
21
Persyaratan khususnya adalah dengan memperlihatkan hak asal
usul dan nilai sosial budaya masyarakat setempat dan syarat lainnya, serta
ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
4. Rekrutmen
a. Pengertian Rekrutmen
Menurut Schuler dan Youngblood (Sukamti, 1989:133) rekrut
(recruitmen) adalah serentetan kegiatan dan proses yang digunakan
untuk mendapatkan secara sah orang-orang yang tepat dan dalam
jumlah yang cukup. Pada tepat dan waktu yang tepat sedemikian
sehingga orang dan organisasi dapat memilih satu dengan lainnya
sesuai dengan keinginan mereka dalam jangka waktu pendek dan
panjang. Rekrutmen (penarikan) adalah proses mendapatkan sejumlah
calon tenaga kerja yang kompeten untuk jabatan/pekerjaan utama di
lingkungan suatu organisasi atau perusahaan (Nawawi, 2000:167).
Simamora (1997:212) dalam buku Manajemen Personalia
menyatakan bahwa “Rekrutmen (Recruitmen) adalah serangkaian
aktivitas mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi,
kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang diperlukan guna
menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan
kepegawaian.”
Yoder (1981:261) menjelaskan bahwa Recruitment, including
the identification and begins of source, is a major step in the total
staffing process. That Process begins with the determination of
22
manpower needs for the organization, It continues. Penarikan pegawai
mencangkup identifikasi dan evaluasi sumber-sumbernya, tahapan
dalam proses keseluruhan untuk organisasi, kemudian dilanjutkan
dengan mendaftar kemampuan penarikan, seleksi, penempatan dan
orientasi.
Tahap-tahap dalam proses rekrutmen dalam upaya
mendapatkan pegawai yang baik dan memiliki komitmen yang tinggi
memerlukan rancangan program rekrutmen yang baik. Menurut
Rosidah (2009:172) menyatakan dasar program rekrutmen yang baik
mencakup faktor-faktor yaitu :
a. Program rekrutmen memikat banyak pelamar yang memenuhi
syarat.
b. Program rekrutmen tidak pernah mengkompromikan standar seleksi.
c. Berlangsung atas dasar yang berkesinambungan.
d. Program rekrutmen itu kreatif, imajinatif dan inovatif.
Proses rekrutmen harus didasarkan pada kompetensinya, dengan
fokus pada keahlian, pengalaman dan kualifikasi yang dibutuhkan
untuk pekerjaan, bukan pada ras, warna kulit, jenis kelamin, agama,
pendapat politik, kebangsaan status sosial pemohon. Kunci untuk
memanfaatkan potensi tenaga kerja yang beragam adalah memastikan
bahwa semua pekerja termotivasi dan mampu berkontribusi dari
pengalaman unik, keterampilan dan bakat mereka (SCORE, 2013:32).
23
Jadi rekrutmen perangkat desa adalah proses mencari,
menemukan, mengajak dan menetapkan sejumlah orang dari dalam
desa maupun dari luar desa sebagai calon perangkat desa dengan
karakteristik tertentu seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan
sumber daya manusia.
b. Rekrutmen Perangkat Desa
Surbakti memberikan pendapat mengenai rekrutmen, yakni
“Rekrutmen yaitu seleksi atau pemilihan atau seleksi untuk
pengangkatan seseorang atau sekelompok orang dalam melaksanakan
sejumlah peran dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan
pada khususnya. Pengertian diatas mengandung arti bahwa rekrutmen
dilakukan dengan dua sifat, yaitu pertama, bersifat terbuka yaitu
seleksi melalui pemilihan yang dilakukan oleh orang banyak. Misalnya,
dalam pemilihan umum baik Presiden, Kepala Daerah, maupun
Legislatif mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Dan jika tertutup
melalui pengangkatan. Hal ini dapat kita jumpai pada pengisian
jabatan-jabatan yang merupakan jenjang karir pada tubuh birokrasi.
(Surbakti, 1992;118).”
Czudnowski, dalam Greenstein dan Polsby juga memberikan
definisi tentang proses rekrutmen politik, yaitu “Rekrutmen Politik
adalah proses dimana individu dilibatkan dalam peran-peran politik
aktif (Czudnowski, dalam Greenstein dan Polsby, 1975;155).”
24
Melalui pengertian mengenai rekrutmen diatas, peneliti
merangkum mengenai pengertian rekrutmen perangkat desa, maka
dapat disimpulkan bahwa rekrutmen perangkat desa adalah
penyelenggaraan dalam menyeleksi seseorang yang siap menjadi
perangkat desa dan siap di seleksi baik secara administrasi dan ujian
tertulis. Dalam hal ini tentunya panitia yang melakukan penyeleksian
mempunyai metode atau suatu sistem dalam rangka penyelenggaraan
seleksi rekrutmen perangkat desa.
Menurut Permendagri Nomor 83 Tahun 2015 Tentang
Pengangkatan Dan Pemberhentian Perangkat Desa, mekanisme
pengangkatan perangkat desa dilaksanakan sebagai berikut :
a) Kepala Desa dapat membentuk tim yang terdiri dari seorang ketua,
seorang sekretaris dan minimal seorang anggota;
b) Kepala Desa melakukan penjaringan dan penyaringan calon
Perangkat Desa yang dilakukan oleh tim;
c) Pelaksanaan penjaringan dan penyaringan bakal calon Perangkat
Desa dilaksanakan paling lama 2 (dua) bulan setelah jabatan
perangkat desa kosong atau diberhentikan;
d) Hasil penjaringan dan penyaringan bakal calon Perangkat Desa
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang calon dikonsultasikan oleh
Kepala Desa kepada Camat;
e) Camat memberikan rekomendasi tertulis terhadap calon Perangkat
Desa selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja;
25
f) Rekomendasi yang diberikan Camat berupa persetujuan atau
penolakan berdasarkan persyaratan yang ditentukan;
g) Dalam hal Camat memberikan persetujuan, Kepala Desa
menerbitkan Keputusan Kepala Desa tentang Pengangkatan
Perangkat Desa;
h) Dalam hal rekomendasi Camat berisi penolakan, Kepala Desa
melakukan penjaringan dan penyaringan kembali calon Perangkat
Desa.
Adapun penjelasan mengenai mekanisme rekrutmen perangkat desa
atau disebut juga pamong Desa, tempat dimana peneliti melakukan
penelitian. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul
Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Pamong Desa, sebagai berikut :
a. Mekanisme Pengangkatan Pamong Desa
Pengisian jabatan Pamong Desa yang kosong paling lambat 2
(dua) bulan sejak Pamong Desa yang bersangkutan berhenti dan Lurah
Desa melaporkan kepada camat setempat mengenai rencana pengisian
lowongan Pamong Desa paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum
pembentukan panitia. Pada pengisian pamong Desa dapat dilakukan
melalui :
1) Mutasi jabatan antar Pamong Desa di lingkungan Pemerintah Desa;
dan
2) Penjaringan dan penyaringan calon Pamong Desa.
26
b. Pembentukan Panitia Seleksi Pamong Desa
Lurah membentuk panitia dalam melaksanakan penjaringan
dan penyaringan calon Pamong Desa, adapun panitia ditetapkan
dengan keputusan dari Lurah. Dalam hal ini panitia dibentuk
berjumlah 7 (tujuh) orang, yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 1
(satu) orang sekretaris dan 5 (lima) orang anggota. Unsur-unsur
tersebut terdiri atas : 1) Pamong Desa sebanyak 3 (tiga) orang, 2)
Badan Permusyawaratan Desa sebanyak 2 (dua) orang, dan 3)
Lembaga Kemasyarakatan Desa dan/atau tokoh masyarakat sebanyak
2 (dua) orang. Melalui kepanitiaan yang dibentuk ini, perlu
memperhatikan keterwakilan unsur perempuan.
c. Tugas Panitia dalam Penyeleksian Pamong Desa
Panitia yang dibentuk oleh Lurah dalam penyeleksian Pamong
Desa, memiliki tugas sebagai berikut :
a) Menyusun rencana kegiatan pengisian lowongan Pamong Desa;
b) Membuat dan menetapkan tata tertib pengisian lowongan Pamong
Desa yang telah disetujui Lurah Desa;
c) Menetapkan jadwal proses pencalonan;
d) Mengumumkan secara terbuka rencana pengisian calon Pamong
Desa paling sedikit memuat formasi, persyaratan, waktu dan
tempat seleksi;
e) Mengadakan sosialisasi lowongan Pamong Desa dan mekanisme
pengisian lowongan Pamong Desa;
27
f) Melakukan penjaringan dan penyaringan persyaratan administrasi;
g) Mengumumkan di papan pengumuman yang terbuka, nama-nama
Calon Pamong Desa yang telah memenuhi persyaratan administrasi;
h) Melaksanakan seleksi Calon Pamong Desa; dan
i) Membuat laporan pelaksanaan pengisian lowongan Pamong Desa.
d. Penjaringan
Penjaringan adalah proses dimana panitia pelaksana rekrutmen
Pamong Desa melakukan penerimaan pendaftaran seleksi calon
Pamong Desa. Dalam hal ini panitia menerima dan meneliti berkas-
berkas persyaratan administrasi calon Pamong Desa. Apabila berkas-
berkas persyaratan administrasi calon Pamong Desa belum lengkap,
maka panitia mengembalikan berkas persyaratan administrasi dan
memberikan waktu untuk dilengkapi, sampai saat yang sudah
ditentukan batas pendaftaran.
Panitia mengumumkan calon Pamong Desa yang sudah lolos
seleksi persyaratan administrasi dan untuk mengikuti tahapan seleksi
selanjutnya. Dalam hal pendaftaran calon Pamong Desa ini, hanya
diperbolehkan mendaftar 1 (satu) formasi jabatan Pamong Desa.
e. Penyaringan
Seleksi penyaringan yang dilakukan untuk menyeleksi Pamong
Desa terdiri dari ujian tertulis, wawancara, tes psikologi dan ujian
praktik. Pada tahapan ujian tertulis ini, berisikan soal pancasila,
undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 dan
pengetahuan umum. Adapun dalam bentuk uraian budaya lokal dan
28
kepemimpinan. Pada proses pelaksanaan ujian seleksi yang
diselenggarakan ini, harus melibatkan kerja sama pihak ketiga.
Kerjasama pihak ketiga ini, dituangkan dalam perjanjian kerja sama
antara Lurah dengan pihak ketiga.
Hasil ujian seleksi yang telah dilaksanakan dan hasil penilaian
sudah ada, maka panitia membuat berita acara hasil ujian seleksi dan
melaporkan kepada Lurah. Kemudian hasil ujian seleksi diumumkan
oleh Lurah di papan pengumuman Desa paling lambat 1 (satu) hari
setelah ujian seleksi selesai. Lurah menyampaikan 2 (dua) orang calon
Pamong Desa yang memperoleh rangking tertinggi untuk dimohonkan
rekomendasi kepada camat. Selanjutnya, menunggu rekomendasi
tertulis dari camat, menyetujui atau menolak permohonan konsultasi
dari Lurah paling lambat 7 (tujuh) hari kerja, sejak diterimanya surat
permohonan konsultasi pengangkatan calon Pamong Desa.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dijelaskan, peneliti ingin
mengetahui lebih lanjut mengenai Pelaksanaan Rekrutmen Dukuh Ngabean
dan staf di Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. Maka, ruang
lingkup penelitiannya sebagai berikut:
1. Persiapan dan Pembentukan panitia rekrutmen Dukuh Ngabean dan staf
desa
2. Penjaringan calon peserta seleksi Dukuh Ngabean dan staf desa
29
3. Penyaringan calon Dukuh Ngabean dan staf desa
4. Hasil rekrutmen Dukuh Ngabean dan staf desa
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Deskriptif menurut Moloeng “Pada mulanya
bersumber pada pengamatan kualitatif. Pengamatan kualitatif melibatkan
pengukuran tingkatan ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam
pengamatan, pengamatan harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu
itu. Dipihak lain penelitian kualitatif menunjuk segi alamiah yang di
pertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut. atas pertimbangan
itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai
penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.” (Moloeng, 2014).
Menurut Bogdan dkk, menjelaskan bahwa metode kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Bisa dikatakan bahwa, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
secara menyeluruh (holistic). Ini berarti bahwa individu tidak boleh
diisolasi atau diorganisasikan ke variabel atau hipotesis, namun perlu
dipandang sebagai suatu keutuhan. Selain itu, metode deskriptif adalah
suatu metode yang digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia,
30
suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. (Bogdan dkk dalam Prastowo, 2012:22)
Sehingga deskriptif kualitatif berusaha untuk melakukan penelitian
dan menyajikan data apa adanya, serta menggambarkan atau melukiskan
fakta-fakta yang diperoleh. Maka selanjutnya adalah ditafsirkan, dianalisis
dan disimpulkan berdasarkan dengan fakta-fakta yang ada.
2. Unit Analisis
Dalam penelitian ini, adapun unit analisis yang dilakukan pada
Pelaksanaan Rekrutmen Pamong Desa dan Staf, yaitu :
a. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian kualitatif menurut Spradley disebut
sosial situation atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu
tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. (Sugiono dalam Prastowo, 2012:199)
Jadi, pada penelitian ini yang akan dijadikan sebagai objek
penelitian adalah Pelaksanaan Rekrutmen Dukuh Ngabean dan staf di
Desa Triharjo.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah informan. Informan adalah “orang
dalam” pada latar penelitian. Informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar (lokasi atau tempat) penelitian. (Sugiono dalam Prastowo,
2012:195)
31
Sehingga dalam penelitian ini, yang akan dijadikan sebagai
subjek penelitian adalah pelaku dalam rekrutmen Dukuh Ngabean dan
staf antara lain terdiri dari :
a) Lurah : 1 orang
b) Badan Permusyawaratan Desa : 3 orang
c) Panitia Pelaksana Rekrutmen : 2 orang
d) Peserta Tes Pamong Desa : 2 orang
Melalui penelitian ini, yang menjadi subjek penelitiannya
terdiri dari informan laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian tentang
Pelaksanaan Rekrutmen Dukuh Ngabean dan staf di Desa Triharjo,
Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. Melibatkan 8 (delapan) orang
informan, yang terdiri dari Lurah Triharjo, Badan Permusyawaratan
Desa, Panitia Pelaksana Rekrutmen dan Peserta Tes Pamong Desa.
Peneliti mengambil delapan orang informan, karena sudah mencukupi
dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Data informan yang di
dapatkan dengan cara peneliti menggunakan teknik purposive yaitu
pengambilan sampel tidak secara acak, namun ditentukan sendiri oleh
peneliti. Peneliti menggunakan teknik purposive, karena memerlukan
kriteria khusus agar sampel yang diambil nantinya sesuai dengan
tujuan penelitian.
32
Tabel I.1 Nama – nama informan
No. Nama Umur Jenis
Kelamin Pendidikan Pekerjaan
Jabatan
panitia seleksi
pamong desa
1.
Suwardi 49 Laki-laki S1 Lurah Desa
Penanggung
jawab
pembentukan
panitia
2. Suratminingsih 55 Perempuan S1 Ketua BPD -
3. Subarjo 58 Laki-laki SMA Wakil Ketua BPD -
4. Hery Sumiati 50 Perempuan SMA Anggota BPD -
5. Sudarmanta 53 Laki-laki SMA Kasi Pemerintahan
Ketua panitia
pelaksana
rekrutmen
pamong desa
6.
Dimas A.
Nugraha 29 Laki-laki SMA
Wiraswasta/Ketua
karang Taruna
Panitia
pelaksana
rekrutmen
pamong desa
7. Marwanto 41 Laki-laki SMA Wiraswasta -
8. Dika Yunanto 25 Laki-laki S1 Dukuh Ngabean -
Sumber : Hasil Wawancara Desember 2020
Berdasarkan tabel I.1 diatas menunjukkan bahwa informan di
dalam penelitian ini terdiri dari 8 (delapan) orang. Dengan rentang usia
antara 25 hingga 58 tahun. Pendidikan dan pekerjaanpun berbed-beda.
Latar belakang pendidikan mulai dari SMA Sederajat hingga Strata I
(S-1). Informan yang diwawancarai oleh peneliti, meliputi Lurah, tiga
orang bagian BPD, dua orang yang pernah menjadi panitia dalam
pelaksanaan rekrutmen pamong desa dan dua orang yang mengikuti
seleksi pamong desa.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan data-data berupa catatan, gambar, karya-karya,
33
peraturan kebijakan, naskah-naskah monografi, yang memiliki
hubungan dengan masalah yang akan diteliti. (Sugiono, 2013:326).
Karena semua data yang akan dijadikan unit analisis dan hanya
bersumber dari dokumentasi. Maka, teknik pengumpulan data yang
utama dalam penelitian ini adalah mendokumentasikan data yang
diperlukan, dalam hal ini proses rekrutmen calon kandidat pamong
Desa. Pada pendokumentasian ini, diperlukan beberapa dokumen-
dokumen resmi, seperti :
a) Dokumen tentang pamong Desa khususnya di pemerintah Desa
Triharjo
b) Aturan-aturan terkait tentang pengangkatan dalam rekrutmen
pamong Desa, dalam hal ini persyaratan-persyaratan calon pamong
desa dan tata tertib pengisian lowongan Dukuh Ngabean dan Staf di
Desa Triharjo.
b. Interview (wawancara)
Wawancara kualitatif merupakan salah satu teknik untuk
mengumpulkan data dan informasi. Menurut Moleong, wawancara
adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
atau pihak yang mengajukan pertanyaan kepada informan penelitian
dan dilakukan dengan maksud tertentu. (Moleong, 2007:200).
Sedangkan jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara
terstruktur. Dimana wawancara terstruktur adalah wawancara yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-
34
pertanyaan yang akan diajukan dan bertujuan untuk mencari jawaban
terhadap hipotesis kerja. Untuk itu pertanyaan-pertanyaan disusun
dengan rapi dan ketat.
Wawancara secara terstruktur dapat membantu peneliti dalam
mendapatkan data langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah
disediakan oleh peneliti sendiri. Wawancara diperlukan untuk
mendukung hasil pengamatan di lapangan, selain itu juga guna
menghasilkan penelitian yang objektif. Sehingga, terkait dalam hal
wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti, maka wawancara dalam
penelitian ini akan dilakukan kepada 8 (delapan) orang informan, yang
terdiri dari : Lurah (1) satu orang, Badan Permusyawaratan Desa (3)
tiga orang, panitia pelaksana rekrutmen (2) dua orang dan peserta tes
pamong Desa (2) dua orang. Berkaitan dalam hal peneliti melakukan
wawancara kepada informan dilakukan dengan rentan waktu dua
setengah bulan, yang dimulai pada pertengahan Desember dan selesai
pada akhir bulan Februari.
c. Observasi
Teknik pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pengamatan partisipatif moderat (moderate participation) atau
pengamatan yang dilakukan apa yang dikerjakan orang, mendengarkan
apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka
secara seimbang, yakni antara menjadi orang dalam dengan orang luar.
Dalam pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan partisipatif
35
hanya dalam beberapa bagian kegiatan dan tidak seluruhnya. (Prastowo,
2012:233-244)
Observasi dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan
peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar dan
kebiasaan, dimana teknik observasi juga memungkinkan melihat dan
mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Observasi yang
peneliti lakukan terkait dengan fokus penelitian tentang Pelaksanaan
Rekrutmen Dukuh Ngabean dan staf di Desa Triharjo, Kecamatan
Pandak, Kabupaten Bantul.
Peneliti melakukan observasi di desa Triharjo kurang lebih
delapan kali dan peneliti ketika sampai di desa Triharjo, yang di
datangi pertama sekali oleh peneliti adalah balai desa tepatnya
sekretaris desa.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data
deskriptif kualitatif. Melalui analisis data secara deskriptif kualitatif, maka
proses pengolahan data yang diperoleh yaitu berupa ucapan dan tulisan
selanjutnya akan digambarkan dalam kata-kata atau kalimat dengan
mengelompokkan atau mengklasifikasi semua data serta menghubungkan
aspek-aspek yang berkaitan. (Moleong, 2007:288).
Selanjutnya dalam analisis data penelitian kualitatif ini, peneliti
menggunakan analisis dalam model Miles dan Huberman, yaitu :
36
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Sehingga dengan
reduksi data dengan demikian mendapatkan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa, hingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. (Miles
dan Huberman dalam Prastowo, 2012:242-243).
Data diperoleh sebanyak-banyaknya, jikalau diperlukan semua
dokumentasi yang ada pada rekrutmen pamong Desa, dipilah-pilah
sehingga menemukan mekanisme dan langkah-langkah dalam proses
rekrutmen. Dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan dengan
memperoleh model rekrutmen pamong Desa di Desa Triharjo.
b. Penyajian Data (Display)
Data yang telah terkumpul kemudian dipaparkan apa adanya.
Dalam hal ini semua data yang dianggap penting berupa teks normatif,
gambar maupun tabel disajikan apa adanya.
c. Penarikan Kesimpulan
Merupakan tahap akhir dari suatu penelitian. Dalam penelitian
ini hasil temuan dan pemberian makna oleh peneliti dikaitkan dengan
konseptual yang ada sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.
37
Peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan data
yang diperoleh dari hasil dokumentasi dan wawancara. Hal ini akan
mempermudah peneliti dalam melakukan analisis dengan
menggunakan data tersebut.
38
BAB II
PROFIL DESA TRIHARJO
A. Sejarah Desa
Sejarah lahirnya Republik Indonesia yang perkembangannya pada saat
itu selalu diikuti oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX ditandai dengan
adiknya yang duduk di BPUPKI/PPKI yaitu Poeroebojo saat usia 39 tahun
(tiga puluh sembilan tahun) dan Bintoro saat usia 31 tahun (tiga puluh satu
tahun), merupakan sebuah bentuk penghormatan dan dukungan, maka
Hamengku Buwono IX dan Paku Alaman VIII terhadap terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dukungan juga disampaikan melalui telegram
mengucapkan selamat kepada Pusat atas telah di Proklamasikan Kemerdekaan
dan ucapan selamat serta dukungan pengangkatan Sukarno dan Hatta sebagai
presiden dan wakil presiden.
Setelah mendengar pendapat Komite Nasional Indonesia Daerah, Sri
Sultan Hamengku Buwono IX mengeluarkan “Amanat 5 September 1945”
untuk diindahkan oleh seluruh penduduk Yogyakarta, yaitu :
1. Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah
Istimewa dari Negara Republik Indonesia,
2. Sultan sebagai kepala daerah memegang segala kekuasaan dalam Negeri
Ngayogyakarta Hadiningrat. Berhubung keadaan darurat maka segala
urusan Pemerintahan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat mulai saat
ini berada di tangan Sultan, demikian pula kekuasaan-kekuasaan lainnya,
39
3. Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintaha
pusat Negara Republik Indonesia bersifat langsung dan Sultan
bertanggung jawab atas Negeri Ngayogyakarta langsung kepada presiden
Republik Indonesia.
Dilihat dari sejarah berdirinya Negeri Republik Indonesia maka dapat
diidentifikasi bahwa Negeri Ngayogyakarta telah ada sebelum Negara
Republik Indonesia. Begitu pula dengan desa-desa yang berada di Negeri
Ngayogyakarta merupakan wilayah yang menjadi bagian sistem dari Negeri
Ngayogyakarta.
Sejak Negara Indonesia berdiri dan Kraton Ngayogyakarta menyatakan
bergabung, maka dilakukanlah beberapa perubahan dalam sistem
pemerintahan di wilayah Negeri Ngayogyakarta, termasuk Kalurahan
Siyangan, Kalurahan Gunturan dan Kalurahan Tirto dikukuhkan dengan
menyesuaikan peraturan dan pedoman Negeri Ngayogyakarta, baik dalam
Tata Kaprajan (Pemerintahan) dan hukum-hukum adat yang sudah mengakar
di masyarakat Yogyakarta. Beberapa Punggowo Projo, Lurah dan Pamong
Projo yang selalu melakukan pertemuan-pertemuan di Kapanewon Pandak
(Kecamatan Pandak) memiliki kesempatan untuk bergabung dari Kalurahan
Siyangan, Kalurahan Gunturan dan Kalurahan Tirto. Sehingga melebur
bergabung menjadi satu Kalurahan yang di beri nama “Triharjo” pada tanggal
30 Oktober 1946.
Triharjo berasal dari kata Tri yang artinya tiga dan Harjo sebuah
penggalan kalimat Raharjo yang mempunyai arti sejahtera. Sejahtera yang di
40
maksud adalah kecukupan pada 3 (tiga) hal yang menjadi kebutuhan dasar
orang hidup, yaitu kecukupan pangan, kecukupan sandang dan kecukupan
papan atau tempat tinggal. Triharjo juga memiliki makna/arti yang
menggambarkan bersatunya 3 (tiga) Kalurahan dan melebur bergabung
menjadi satu.
Kalurahan Siyangan dengan wilayahnya Cengkiran, Siyangan,
Kasokan dan Juwono. Kalurahan Gunturan dengan wilayahnya Ngabean,
Dringo, Dukuh, Gunturan, Kalisat, Kiyudan, Ciren, Ciren Nengahan, Ciren
Gedong dan Payungan, serta Kalurahan Tirto dengan wilayah Jalakan,
Bakalan, Jigudan, Tirto, Karang Padang, Karang Joho, Sumber, Dukuh, Jaten,
Polodadi, Cengkiran Gunung, Gandokan, Nglarang, Salam dan Gandekan.
Setelah bergabung menjadi Kalurahan Triharjo wilayahnya hanya terbagi
menjadi 10 Pedukuhan, Yaitu Pedukuhan Siyangan, Juwono, Ngabean,
Gunturan, Ciren, Jalakan, Jigudan, Tirto, Jaten dan Nglarang.
Berikut nama-nama Lurah atau bisa disebut juga kepala desa yang
pernah menjabat di desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul :
Tabel II.1 Nama-nama Lurah atau kepala desa yang pernah menjabat
No Nama Masa Jabatan Keterangan
1. Sastro Diharjo 1958 - 1962 Lurah Desa Pertama
2. Dono Joyo 1962 - 1973 Lurah Desa Kedua
3. Supandri 1973 - 2003 Lurah Desa Ketiga
4. M. Ariesman Heru Susesno 2003 - 2005 Penjabat Lurah Desa
5. Bardiyanto 2005 - 2009 Lurah Desa Keempat
6. M. Ariesman Heru Susesno 2009 - 2011 Penjabat Lurah Desa
7. Suwardi, S.Pd 2011 - 2017 Lurah Desa Kelima
8. Sarwanto, S.IP., M.M 2017 - 2018 Penjabat Lurah Desa
9. Suwardi, S.Pd 2018 -
sekarang Lurah Desa Keenam
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
41
Berdasarkan pada tabel II.1 kepala Desa atau disebut juga Lurah
Triharjo telah dilakukan enam kali pergantian kepemimpinan, yang dimulai
pada tahun 1958 sudah ada kepala desa yang memimpin di desa Triharjo.
Adapun, masing-masing kepala Desa memiliki masa jabatan yang berbeda-
beda. Diantara nama-nama tersebut, masa jabatan kepala desa atau Lurah yang
terlama adalah 30 tahun. Dimulai pada tahun 1973 – 2003 dan kepala desa
tersebut bernama Supandri. Jika dibandingkan dengan masa jabatan kepala
desa atau lurah yang lainnya, tidak ada yang sampai 30 tahun lamanya. Saat
ini desa Triharjo di pimpin oleh Suwardi, yang sudah menjabat 2 kali periode
di masa kepemimpinannya sampai sekarang.
B. Kondisi Geografis
1. Pembagian Wilayah Desa
Desa Triharjo merupakan desa yang letaknya berada di wilayah
dataran rendah dan berada pada ketinggian 27 mdpl. Sehingga, tanah yang
berada di desa Triharjo cocok pada kondisi tanah persawahan dan tanah
pertanian. Sehingga, persawahan dan pertanian yang berada di desa
Triharjo terhampar luas. Adapun, Masyarakat desa Triharjo sebagian besar
bekerja sebagai buruh tani. Sehingga dari lahan yang begitu luas dan
sangat sesuai di tanami padi. Maka, masyarakat desa Triharjo mengambil
kesempatan tersebut untuk menambah penghasilan. Selain bekerja sebagai
petani, masyarakatnya juga bekerja sampingan dengan membuka warung
42
ataupun angkringan. Ini juga merupakan bagian dalam menambah
penghasilan.
Dilihat secara geografis, Desa Triharjo terletak diantara 110˚ 16’
13” sampai 110˚ 17’ 39” Bujur Timur dan 7˚ 54’ 27” sampai 7˚ 54’ 46”
Lintang Selatan. Secara administrasi, Desa Triharjo merupakan bagian dari
75 desa yang berada di Kabupaten Bantul, dan merupakan salah satu dari 4
(empat) desa di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta tepatnya berada di ± 10 Km arah Barat Daya dari pusat kota
Bantul. Luas wilayah Desa Triharjo adalah 64.314.850 Ha (Enam puluh
empat ribu tiga ratus empat belas delapan ratus lima puluh hektare).
Adapun batas wilayah desa Triharjo sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Desa Wirejo dan Desa Sendangsari
b. Sebelah Selatan : Desa Caturharjo dan Desa Trimuri
c. Sebelah Timur : Desa Gilangharjo dan Desa Sidomulyo
d. Sebelah Barat : Sungai Progo (Batas Kabupaten Bantul dengan
Kabupaten Kulon Progo)
43
Gambar II. 1 Peta Desa Triharjo
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Wilayah yang merupakan dataran rendah dan berada pada
ketinggian 27 mdpl, sehingga desa Triharjo kaya akan sumber-sumber
alamnya, baik itu berasal dari material batu kali dan kerikil, tanah urug,
lahan tegalan, lahan persawahan, sungai dan pasir. Sehingga, mata
pencaharian masyarakatnya sebagian besar di dapatkan dari sumber-
sumber alam yang ada. Begitu luas desa Triharjo dengan Enam puluh
empat ribu tiga ratus empat belas delapan ratus lima puluh hektare.
Menjadikan desa Triharjo, sebagai salah satu desa terbaik di Kabupaten
Bantul. Selain itu, adapula tanah kas desa yang bernama bengkok. Tanah
kas tersebutlah yang menjadi salah satu upah perangkat desa Triharjo.
44
Dilihat antara jarak desa Triharjo menuju ke pusat pemerintahan,
bisa dikatakan berbeda-beda, seperti jarak desa ke Kecamatan 3 Km, jarak
desa ke Ibu Kota Kabupaten 8 Km dan jarak desa ke Ibu Kota DIY 29 Km.
Dalam menempuh lokasi pemerintahan tersebut, akses yang penting dan
sangat dibutuhkan adalah jalan. Selain itu, dengan kondisi jalan yang baik
dan teraspal, maka dapat memudahkan transportasi lainnya untuk bisa
berjalan menuju desa Triharjo. Terlebih memudahkan akses ekonomi
masyarakat. Kondisi jalan yang ada di desa Triharjo sudah teraspal,
walaupun masih ada kerusakan-kerusakan yang tidak begitu besar.
Infrastruktur lainnya seperti kebun, lahan untuk bermain bola voli,
puskesmas, sekolah mulai dari SD-SMA, dan sarana prasarana umum
lainnya.
Secara administratif Desa Triharjo terbagi menjadi 10 Pedukuhan
meliputi 63 Rukun Tetangga (RT). Pembagian wilayah sebagai berikut :
Tabel II.2
Pembagian wilayah Desa Triharjo Berdasarkan Pedukuhan
No. Pedukuhan Jumlah RT Keterangan
1. Pedukuhan Siyangan 8 RT RW 01
2. Pedukuhan Juwono 7 RT RW 02
3. Pedukuhan Ngabean 6 RT RW 03
4. Pedukuhan Gunturan 7 RT RW 04
5. Pedukuhan Ciren 7 RT RW 05
6. Pedukuhan Jalakan 6 RT RW 06
7. Pedukuhan Jigudan 6 RT RW 07
8. Pedukuhan Tirto 6 RT RW 08
9. Pedukuhan Jaten 6 RT RW 09
10. Pedukuhan Nglarang 4 RT RW 10
Total 63 RT
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
45
Desa Triharjo terdiri dari 10 (sepuluh) Pedukuhan yang masing-
masing terdiri dari 4 sampai 8 Rukun Tetangga (RT). Pedukuhan yang RT
nya terbanyak ialah Pedukuhan Siyangan dan Pedukuhan ini terletak di
daerah dataran. Selain itu, pedukuhan yang memiliki RT sedikit, yang
mana jumlah RT nya hanya 4 (empat) ialah Pedukuhan Nglarang dan
Pedukuhan ini terletak di daerah lereng perbukitan. Masing-masing
Pedukuhan memiliki kondisi alam yang berbeda-beda. Adapun juga,
sepuluh Pedukuhan ini, telah terbagi di wilayah Barat dan wilayah Timur,
yang mana Pedukuhan yang letaknya di wilayah Barat dan termasuk
daerah dataran ialah Siyangan, Juwono, Ngabean dan Gunturan.
Sedangkan, Pedukuhan yang letaknya di wilayah Timur dan termasuk
daerah lereng perbukitan ialah Ciren, Jalakan, Jigudan, Tirto, Jaten dan
Nglarang.
2. Pemanfaatan Lahan
Tabel II.3
Pemanfaatan Lahan Desa Triharjo
No. Pemanfaatan Lahan Luas (Hektare) Persentase
1. Tanah Sawah 22.421 35,73
2. Tanah Kering 32.255 51,40
3. Fasilitas Umum 5.006 7,10
4. Tanah Hutan 2.500 3,10
5. Lahan Tegalan 171 0,3
6. Lahan Persawahan 388 0,61
Total 62.741 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Berdasarkan pada tabel II.3 pemanfaatan lahan lebih banyak pada
tanah kering seluas 32.255 Hektare atau 51,40 % dari total luas wilayah.
46
Tanah kering ini biasanya berada di daerah dataran. Sehingga, bisa
dipastikan bahwa daerah tanah kering ini, air yang mengaliri masih sangat
kurang. Adapun selanjutnya pemanfaatan tanah sawah. Luas tanahnya ini
adalah 22.421 hektare atau jika di persentasekan menjadi 35,73 % dari luas
wilayah yang ada dan sebagian dari tanah sawah tersebut, hanya sedikit
yang dijadikan sebagai tempat lahan persawahan oleh masyarakat dengan
luas 388 hektare atau 0,61 % dari luas wilayah keseluruhan.
C. Kondisi Demografi
Secara keseluruhan penduduk desa Triharjo terbagi menjadi 10
(sepuluh) Pedukuhan dan menyebar secara merata di wilayah tersebut.
Berdasarkan data kependudukan yang ada di tahun 2018, jumlah penduduk
Desa Triharjo sebanyak 7.658 jiwa dan terbagi jumlah penduduk laki – laki
adalah 3.827 jiwa dan jumlah perempuan adalah 3.831 jiwa. Serta jumlah KK
adalah 7.658.
Terkait penduduk Desa Triharjo, kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul.
Maka, dapat di klasifikasi secara umum dalam 5 (lima) hal, yaitu menurut
jenis kelamin, usia, agama (kepercayaan), tingkat pendidikan dan pekerjaan.
1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel II.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No. Desa Jenis Kelamin
Jumlah Persentase Total
Persentase L P L P
1. Triharjo 3.827 3.831 7.658 49,97 50,02 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
47
Dilihat dari tabel diatas, masyarakat Desa Triharjo dengan jumlah
penduduknya 7.658 jiwa, yang mana lebih banyak penduduk perempuan
dibanding penduduk laki-laki. Jumlah penduduk perempuan ialah 3.831
jiwa atau jika dipresentasekan sebesar 50,02 % sedangkan penduduk laki-
laki ialah 3.827 jiwa atau jika dipresentasekan sebesar 49,97 %.
2. Jumlah Penduduk Menurut Usia
Tabel II.5 Jumlah Penduduk Menurut Usia
No. Kelompok usia Jenis Kelamin
Jumlah Persentase L P
1. 0-12 3 7 10 0,1
2. 1-5 77 69 146 1,90
3. 6-10 119 121 240 3,13
4. 11-15 256 253 509 6,64
5. 16-20 267 264 531 6,93
6. 21-25 271 244 515 6,72
7. 26-30 312 336 648 8,5
8. 31-35 314 304 618 8,1
9. 36-40 364 332 696 9,1
10. 41-45 305 287 592 7,73
11. 46-50 301 292 593 7,74
12. 51-55 280 294 574 7,5
13. 56-60 264 245 509 6,64
14. 61-65 216 204 420 5,5
15. 66-70 136 148 284 3,7
16. 71-75 86 125 211 2,8
17. >75 256 306 562 7,34
Total 3.827 3.831 7.658 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Berdasarkan tabel II.5 penduduk desa Triharjo yang terbanyak
adalah kaum wanita dengan jumlah 3.831 jiwa dan berbeda untuk
penduduk laki-laki yang jumlahnya tidak jauh beda dengan kaum wanita,
yaitu berjumlah 3.824 jiwa. Penduduk yang mendominasi berdasarkan
umur, dengan jumlah 696 jiwa, yaitu di usia 36-40 tahun dan jika
48
dipresentasekan 9,1 %. Jika dilihat dalam pengamatan peneliti, bahwa
penduduk Desa Triharjo ini ialah masyarakat yang sudah masuk dalam
umur yang bisa dibilang dewasa. Selain itu, desa Triharjo ini masuk dalam
bagian penduduk desa yang terbanyak. Adapun penduduk lanjut usia yang
ada di desa ini dengan jumlah 562 jiwa dengan persentasenya 7,34 %.
3. Jumlah Penduduk Menurut Agama (Kepercayaan)
Tabel II.6 Jumlah Penduduk Menurut Agama (Kepercayaan)
No. Agama Jenis Kelamin
Jumlah Presentase L P
1. Islam 3.786 3.779 7.565 98,9
2. Kristen 11 24 35 0,4
3. Katolik 28 26 54 0,7
4. Konghucu 0 1 1 0,01
5.
Kepercayaan
Kepada Tuhan
YME
2 1 3 0,03
Total 3.827 3.831 7.658 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Melalui tabel diatas tentang jumlah penduduk menurut agama,
dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Triharjo mayoritas beragama Islam
dengan jumlah 7.565 jiwa atau jika dipresentasekan sebesar 98,9 %.
Selanjutnya diikuti penduduk yang memeluk agama Katolik dengan
jumlah 54 jiwa atau jika dipresentasekan sebesar 0,7 %. Kemudian
penduduk yang beragama Kristen dengan jumlah 35 jiwa atau jika
dipresentasekan 0,4 % dan penduduk yang memeluk agama yang
kepercayaan kepada Tuhan YME, berjumlah 3 jiwa atau dipresentasekan
sebesar 0,03 %. Terakhir yang menganut agama Konghucu, sebanyak 1
jiwa dan jika dipresentasekan ialah 0,01 %. Demikian desa Triharjo
49
dengan beragam kepercayaan dan mayoritasnya menganut agama islam.
Tetapi, masyarakat desanya menjunjung tinggi toleransi antar beragama
dan saling menghargai satu sama lain.
4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel II.7 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin
Jumlah Presentase L P
1. Belum Masuk TK
(Taman .Kanak-kanak) 45 36 81 1,4
2. Sedang TK/Playgroup 12 11 23 0,4
3. Tidak Pernah Sekolah 12 7 19 0,3
4. Sedang sekolah 242 240 482 8,04
5. Tdk pernah sekolah 19 12 31 0,5
6. Pernah SD tetapi tdk
tamat 18 26 44 0,7
7. Tamat SD/Sederajat 984 942 1.926 32,12
8. Tidak tamat
SMP/Sederajat 180 160 340 5,7
9. Tidak tamat
SMA/Sederajat 239 203 442 7,4
10. Tamat SMP/Sederajat 478 437 915 15,3
11. Tamat SMA/Sederajat 807 722 1.529 25,50
12. Tamat D-1/Sederajat 7 4 11 0,2
13. Tamat D-2/Sederajat 7 11 18 0,3
14. Tamat D-3/Sederajat 8 18 26 0,4
15. Tamat S-1/Sederajat 52 46 98 1,63
16. Tamat S-2/Sederajat 3 3 6 10,0
17. Tamat S-3/Sederajat 0 1 1 0,01
18. Tamat SLB A 1 0 1 0,01
19. Tamat SLB B 1 0 1 0,01
20. Tamat SLB C 1 0 1 0,01
Total 3.116 2.87
9 5.995 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Pada tabel II.7 berkaitan dengan jumlah penduduk menurut tingkat
pendidikan yang ada di desa Triharjo. Menurut tabel yang ada diatas,
bahwa masyarakat desa Triharjo masih sangat antusias untuk mengenyam
50
pendidikan, walaupun masih dalam tingkat dasar. Adapun, masyarakat
dengan tamatan sekolah dasar, masih sangat banyak di desa Triharjo,
dengan jumlah 1.926 jiwa dan jika di presentasekan 32,12 %. Hal
demikian dapat terjadi, akibat kondisi ekonomi yang tidak mampu
membayar biaya pendidikan, usia yang sudah tidak memungkinkan lagi
melanjutkan ke jenjang yang tinggi, memilih menikah muda ataupun lebih
memilih untuk menafkahi keluarga daripada melanjutkan pendidikan.
Selain itu, masyarakat desa yang tingkat pendidikannya di jenjang
SMA/Sederajat pun masih cukup banyak di desa Triharjo, dengan jumlah
1.529 jiwa atau jika dipresentasekan menjadi 25,50 % dan menurut
pengamatan peneliti, sama halnya dengan masyarakat desa yang hanya
menamatkan di jenjang dasar. Ada kemungkinan banyaknya masyarakat
yang hanya sampai tamatan atau lulusan SMA/Sederajat, bisa saja faktor
dari mahalnya biaya pendidikan perguruan tinggi, keinginan untuk masuk
ke perguruan tinggi sangat kurang, ingin ataupun ingin cepat-cepat dapat
kerja.
Berikut tabel prasarana atau fasilitas yang tersedia untuk penunjang
pendidikan yang ada di desa Triharjo, sebagai berikut :
51
Tabel II.8 Prasarana Pendidikan
No. Prasarana Pendidikan Jumlah (Unit)
1. TPA (Taman Penitipan Anak) 1
2. Paud/KB 12
3. TK (Taman Kanak-Kanak) 8
4. SD (Sekolah Dasar) 6
5. Taman Pendidikan Alqur’an 27
6. Perpustakaan Dusun 6
7. Bahasa Jepang 1
Total 61
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Terkait dengan prasarana pendidikan di desa Triharjo, dapat
dikatakan sudah cukup baik. Dalam hal ini untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat desa, telah disediakan perpustakaan di setiap
dusun. Sehingga, masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dari buku-
buku yang dibaca. Begitupun di tingkat PAUD, sudah tersedia di desa
Triharjo yang diperuntukan bagi anak-anak. Terlebih juga desa Triharjo
sudah tersedia taman pendidikan Alqur’an, karena sebagian besar
mayoritas penduduk desa Triharjo beragama islam, maka taman
pendidikan tersedia dengan jumlah 27 unit. Yang mana, sebagai tempat
bagi anak-anak beragama islam dalam mengembangkan pendidikan
agamanya. Tetapi, dilihat pada tabel diatas, bahwa prasarana yang perlu
dihadirkan lagi ialah sekolah baik SMP dan SMA. Sehingga, masyarakat
desa yang ada di Triharjo, tidak menempuh jarak yang cukup jauh untuk
bersekolah.
52
5. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
Masing-masing masyarakat di desa Triharjo, memiliki mata
pencaharian yang berbeda-beda. Mulai dari masyarakat yang kecil,
menengah dan atas. Berikut tabel tentang penduduk desa Triharjo,
Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul menurut pekerjaan :
Tabel II.9 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
No. Pekerjaan Jenis Kelamin
Jumlah Presentase L P
1. Petani 199 89 288 6,93
2. Buruh Tani 553 406 959 23,1
3. Buruh Migran 2 21 23 0,6
4. Pegawai Negeri sipil 65 37 102 2,5
5. Pengrajin 33 47 80 1,92
6. Pedagang Barang Kelontong 18 37 55 1,32
7. Peternak 3 2 5 0,12
8. Montir 17 0 17 0,4
9. Dokter Swasta 1 2 3 0,1
10. Perawat Swasta 7 10 17 0,4
11. Bidan Swasta 0 2 2 0,04
12. Ahli Pengobatan Alternatif 2 0 2 0,04
13. TNI 19 0 19 0,5
14. Polri 25 2 27 0,6
15. Pengusaha Kecil, Menengah
& Besar 10 8 18 0,4
16. Guru Swasta 14 23 37 0,9
17. Dosen Swasta 1 0 1 0,02
18. Seniman/artis 1 0 1 0,02
19. Pedagang Keliling 10 28 38 0,9
20. Penambang 15 0 15 0,4
21. Tukang Kayu 67 0 67 1,62
22. Tukang Batu 49 0 49 1,2
23. Tukang cuci 1 1 2 0,04
24. Pembantu Rumah Tangga 0 14 14 0,3
25. Dukun Tradisional 0 1 1 0,02
26. Arsitektur 4 0 4 0,1
27. Karyawan Perusahaan Swasta 108 116 216 5,2
28. Karyawan Perusahaan
Pemerintah 7 7 14 0,3
29. Wiraswasta 152 103 255 6,13
53
No. Pekerjaan Jenis Kelamin
Jumlah Presentase L P
30 Konsultan manajemen &
teknis 2 2 4 0,1
31. Tdk mempunyai pekerjaan
tetap 164 152 316 7,60
32. Belum Bekerja 175 185 360 8,7
33. Pelajar 232 201 433 10,42
34. Ibu Rumah Tangga 0 327 327 7,9
35. Purnawirawan/pensiunan 9 3 12 0,3
36. Buruh Harian Lepas 137 118 255 6,13
37. Pengrajin 64 46 110 2,64
38. Tukang Jahit 0 1 1 0,02
39. Karyawan Honorer 2 2 4 0,10
40. Tukang Listrik 1 0 1 0,02
Total 2.169 1.993 4.154 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Pada tabel II.9 tentang jumlah penduduk menurut pekerjaan yang
ada di desa Triharjo, dapat dilihat bahwa lebih banyak atau mendominasi
ialah masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani, dengan jumlah 959 jiwa
dan jika di presentasekan 23,1 %. Memang bisa dikatakan bahwa
masyarakat yang bekerja dalam bidang pertanian lebih banyak,
dikarenakan lahan persawahan ataupun pertanian sangatlah luas di desa
Triharjo dan berlimpah. Selain itu, ada juga penduduk yang belum
mendapatkan pekerjaan/pengangguran yang masih banyak di desa Triharjo,
dengan jumlah 360 jiwa penduduk yang masih menganggur dan jika di
presentasekan menjadi 8,7 % dari total keseluruhan persentase.
Persoalan yang masih terjadi di lingkungan masyarakat terlebih
masyarakat desa adalah masih adanya pengangguran. Ini ditimbulkan
karena masih sangat kurangnya lowongan pekerjaan ataupun keterampilan
yang belum memadai bagi masing-masing orang. Sehingga, dalam hal ini
54
peran pemerintah desa sangat penting terkait persoalan tersebut, salah satu
solusinya adalah membuka keterampilan kerja kepada masyarakat desa
dan lowongan pekerjaan yang diperuntukkan kepada masyarakat. Maka,
desa bisa menjalankan kedudukannya mengenai pemenuhan pembinaan
kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat.
D. Kondisi Sosial Ekonomi
Dalam menjalani kehidupan, tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan
pokok, baik itu pangan, papan dan sandang. Ini dikarenakan, dalam melihat
dari sudut pandang sosial, bahwa masing-masing manusia itu membutuhkan
sebuah tempat tinggal yang aman dan nyaman, serta tidak berbahaya bagi
dirinya. Begitupun pakaian yang dikenakan oleh tubuh, yang mana
memberikan perlindungan agar tidak kedinginan ataupun terserang penyakit,
serta sudah sewajarnya manusia sangat membutuhkan sebuah pakaian. Selain
itu, yang dibutuhkan oleh manusia adalah pangan atau disebut juga makanan
yang dikonsumsi. Dilihat dari hal tersebut, maka masyarakat desa Triharjo
berusaha untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Berbagai cara yang dilakukan, baik itu bekerja serabutan, menjadi
buruh, membuka warung warung kecil, menjadi wiraswasta, dan sebagainya.
Terkait dengan kebutuhan yang diusahakan untuk terpenuhi, sebagian besar
masyarakat desa bekerja pada bidang sektor pertanian. Baik itu dari hasil
pertanian sawah, ladang maupun peternakan kecil. Melalui hasil yang didapat
tersebut, ada sebagian masyarakat yang berhasil mendapat keuntungan yang
55
bisa mencukupi kehidupannya dan keluarganya, ada juga yang masih kurang
berhasil mendapat keuntungan dari pekerjaan yang di geluti.
Memenuhi kebutuhan masing-masing orang, tidak terlepas dari
berusaha dan bekerja keras. Dalam artian ada masyarakat desa, melalui dari
usaha dan kerja keras, sudah bisa membangun rumah, membeli kendaraan,
menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi, membeli pangan untuk
dikonsumsi dan sebagainya. Namun, di sisi lain masih ada penduduk desa
lebih dari 75% yang belum mendapatkan kesuksesan dalam hal bekerja
ataupun berusaha, serta masih pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan baik
dirinya ataupun keluarganya. Didesa Triharjo sendiri dengan daerah dataran
yang lebih banyak ditanami oleh tanaman pertanian dengan komoditi
unggulannya adalah padi. Menjadikan desa Triharjo sebagai penghasil beras
yang baik dan di jual ke berbagai tempat. Walaupun begitu, apabila hasil
padinya kurang baik, akibat kurangnya air yang mengaliri tanah persawahan.
Maka laju perekonomianpun akan tersendat-sendat. Oleh sebab itu,
masyarakat perlu membuka sebuah usaha lain untuk menjadi persiapan jika
pendapatan dari hasil padi mengalami penurunan. Ada sebagian dari para
petani beralih ke usaha yang lainnya, karena memiliki keuntungan yang lebih
besar dibanding dari hasil pendapatan sebelumnya. Tetapi, masih banyak
masyarakat juga yang hanya mendapatkan penghasilan dari pertanian, yaitu
padi.
56
Dalam hal sumber penghasilan utama masyarakat desa Triharjo, maka
persentase tertinggi adalah dari hasil pertanian dengan mencapai 23,9 %. Ini
bisa dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel II.10 Sumber Penghasilan Utama Penduduk
No. Sumber Penghasilan Utama Jumlah
(orang) Persentase
1. Pertanian & Perkebunan 1.711 23,9
2. Pertambangan & Penggalian 271 3,8
3. Industri Pengolahan (pabrik, kerajinan, dan lain-
lain) 106 1,8
4. Perdagangan/wiraswasta 349 4,9
5. Pertukangan 211 2,9
6. Buruh 1.528 21,30
7. ASN 166 2,31
8. Karyawan Swasta 538 7,50
9. TNI/Polri 74 1,03
10. Pensiunan 110 1,53
11. Angkutan, Pergudangan dan komunikasi 77 1,8
12. Jasa 118 1,64
13. Lainnya 314 4,4
14. Pengangguran/tidak bekerja 1.600 22,30
Total 7.173 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Pada tabel diatas, menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk
desa Triharjo, lebih banyak adalah di bidang sektor pertanian (agraris) yang
mana dengan persentase, yaitu 23,9 %, kemudian di susul pada sektor buruh
dengan persentase 21,30 % dan karyawan swasta dengan persentase 7,50 %.
Akan tetapi bisa dilihat juga, bahwa dalam lingkup penduduk desa, masih saja
ada penduduk yang mengalami pengangguran atau tidak ada pekerjaan.
Desa Triharjo sebagai daerah agraris, yang memiliki potensi yang
sangat besar dalam bidang pertanian, yaitu padi dan juga perkebunan. Maka,
sebagian besar kehidupan rakyat masih bertumpu pada mata pencaharian
57
dalam bidang pertanian dan dalam hal ini masih mengalami segala
keterbatasan.
Maka dengan itu pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan para
petani merupakan salah satu perwujudan dari cita-cita kemerdekaan menuju
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, lahir dan batin berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Para petani merupakan bagian dari potensi nasional dan telah
menempati posisi yang penting, serta strategis di dalam mengisi pembangunan
di Kabupaten Bantul. Terlebih merupakan sumber daya manusia yang
berperan sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi.
Terkait pada sektor pertanian, dalam peningkatan peran serta tanggung
jawabnya yang perlu mendapat perhatian khusus agar para petani dapat
menambah ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, serta kerja keras
agar lebih mampu menjawab tuntutan dan tantangan masa depan, serta mampu
memperjuangkan kepentingan sendiri dan secara mandiri.
Dari tingkat ketersediaan air bersih di desa Triharjo, dapat dilihat dari
tabel berikut ini :
Tabel II.11 Ketersediaan air bersih
No. Ketersediaan Air Bersih Jumlah (Unit) Persentase
1. Sumur Gali 2.725 71,2
2. Sumur Gali Rawan Kekeringan 512 13,4
3. Sumur Bor 36 0,94
4. Spamdes/Pamismas 532 13,9
5. Tidak Punya Air Bersih 21 0,54
Total 3.826 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
58
Tersedianya air bersih memang sangatlah penting dalam menunjang
kehidupan masyarakat. Karena air merupakan salah satu bagian yang sangat
dibutuhkan, baik itu untuk minum, memasak, mandi dan sebagainya. Oleh
sebab itu, pemerintah desa juga sangat perlu memperhatikan persoalan air
bersih di lingkungan masyarakat. Karena, jika tidak diperhatikan bagian ini,
maka akan dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat, terlebih penyakit.
Disetiap rumah penduduk di desa Triharjo, masing-masing memiliki
ketersediaan air yang berbeda-beda dan yang paling banyak penduduk
menggunakan sumur galian, dengan jumlah 2.725 unit rumah yang
menggunakan sumur gali dan jika dipresentase menjadi 71,2 %. Selanjutnya
rumah penduduk yang menggunakan spamdes atau sistem penyediaan air
minum desa, dengan jumlah rumah 532 unit rumah atau jika dipresentasekan
menjadi 13,9 %.
Apabila dilihat pada tabel juga, masih saja ada rumah penduduk yang
belum memiliki air bersih dengan jumlah 21 unit. Ini bisa saja terjadi, karena
rumah penduduk tersebut belum terjangkau oleh saluran air dan tempatnya
yang cukup pelosok. Atau juga karena beberapa penduduk yang memiliki
penghasilan yang masih rendah, maka untuk membayar biaya untuk
ketersediaan air bersih masih belum mampu. Sehingga, untuk mendapatkan air,
bisa saja diperoleh dari sungai terdekat atau mata air.
Selain itu pentingnya menjaga kebersihan sangatlah diutamakan bagi
masing-masing orang, terlebih di masyarakat desa Triharjo. Karena, dengan
menjaga kebersihan, maka itu artinya juga sudah menjaga kesehatan. Misalnya,
59
lebih memperhatikan air minum yang akan diminum, yaitu dengan terlebih
dahulu dimasak, jangan membiarkan genangan air yang bisa menghasilkan
jentik-jentik nyamuk karena apabila terjadi akan timbul penyakit demam
berdarah, selalu membuang sampah di tempat sampah dan tidak sembarang.
Dari penduduk yang selalu menjaga kebersihan lingkungan, terlebih
membuang sampah. Bisa dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel II.12 Persampahan di Lingkungan Masyarakat Desa
No. Persampahan di Lingkungan
Masyarakat Desa Jumlah (Unit) Persentase
1. Sembarangan 959 28,7
2. Disekitar Rumah 903 27,0
3. Dibakar/ditimbun 1.480 44,25
4. Pengelolaan/Pemilahan
Sampah 2 0,05
Total 3.344 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Pada tabel diatas, bisa dilihat bahwa penduduk desa dalam menjaga
lingkungan dari sampah masih banyak dan ada juga yang belum peduli tentang
kebersihan lingkungan. Jumlah penduduk yang membakar atau menimbun
sampah ialah 1.480 dan jika di presentasekan yaitu 44,25 %. Dengan melihat
jumlah ini, penduduk desa masih lebih mengedapankan kebersihan. Akan
tetapi, dengan membakar sampah bisa saja mencemari lingkungan udara yang
ada. Walaupun itu sudah baik dilakukan.
Selain itu, masih adapun penduduk yang membuang sampah
sembarangan. Tanpa mementingkan akibat yang akan ditimbulkan dari
membuang sampah sembarangan. Baik itu membuang sampah di sungai, parit
dan sebagainya. Semua itu bisa saja dapat berakibat fatal. Penduduk yang
60
masih membuang sampah sembarangan, yang ditunjukkan pada tabel dengan
jumlah 959 dan jika dipresentasekan 28,7 %. Ini sebabnya, penting sekali
untuk memberikan penyuluhan kepada penduduk, bahwa dengan tidak
membuang sampah sembarangan, maka akan membuat kehidupan kita sehat
dan juga alam terjaga.
Listrik di setiap rumah-rumah penduduk amatlah penting dan dengan
tersentuhnya desa oleh listrik, maka penduduk dapat terbantu oleh aktivitas
yang akan dilakukan. Pada tabel berikut ini, terkait dengan jaringan listrik
yang di aliri setiap rumah, di desa Triharjo.
Tabel II.13 Jaringan Listrik
No. Jaringan Listrik Jumlah (Unit) Persentase
1. Rumah 3.346 49,5
2. Rumah Sudah Terlayani Listrik 3.275 48,40
3. Rumah Belum Terlayani Listrik 145 2,14
Total 6.766 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Penduduk desa Triharjo, sudah banyak merasakan aliran listrik. Dan
banyak membantu kerja dan kegiatan-kegiatan lainnya. Terlebih untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Listrik juga membantu penerangan setiap sudut
desa dengan lampu. Sudah menjadi perhatian pemerintah desa tentang listrik
dan juga bagian dari perhatian pemerintah daerah Bantul. Bisa dilihat pada
tabel, bahwa jumlah rumah yang sudah di aliri oleh listrik yaitu 3.275 dan
dengan persentase 48,40 %. Akan tetapi, masih ada saja rumah penduduk yang
belum di aliri oleh listrik, dengan persentase 2,14 % dari jumlah keseluruhan
persentase.
61
Rumah yang belum terlayani oleh listrik ini, bisa terjadi karena
penduduknya masih ingin penerangan yang digunakan, ialah lampu pijar
ataupun dengan kondisi ekonomi yang masih kurang mampu. Sehingga, masih
belum bisa membayar biaya listrik, apabila terjadi tunggakan. Akan tetapi,
usaha dari pemerintah desa sudah maksimal dilakukan untuk penerangan bagi
penduduk desa Triharjo.
Berkat dari jaringan listrik, penduduk bisa memanfaatkannya untuk
berkreatifitas ataupun produktif dengan membuat sesuatu yang bisa di jual
atau bisa dikatakan menghasilkan uang, seperti dengan jaringan listrik maka
dengan mudah teraksesnya saat ini jaringan internet. Adapun, hal yang di
lakukan oleh penduduk desa untuk membuka usaha ekonomi produktif, seperti
terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel II.14 Usaha Ekonomi Produktif
No. Usaha Ekonomi Produktif Jumlah (orang) Persentase 1. Pengrajin Batik 37 4,44 2. Pengrajin Bambu 17 2,04 3. Pengrajin Pot Bunga 202 24,24 4. Pengrajin Sapu 1 0,1 5. Pengrajin Sangkar Burung 2 0,2 6. Pengrajin Cengkrong 1 0,1 7. Pengelola Sampah 3 0,3 8. Penjahit 4 0,4 9. Pedagang Bambu 4 0,4 10. Pedagang Pakaian 7 0,7 11. Foto copy 2 0,2 12. Sablon 100 12,00 13. Usaha Las 38 4,6 14. Mebel 39 4,7 15. Perikanan 84 10,1 16. Olahan Makanan 79 9,5 17. Pengrajin Emping Mlinjo 63 7,6 18. Peternak Gemak & Telur 10 1,20 19. Angkringan 26 3,12 20. Lain – Lain 114 13,7
Total 833 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
62
Pada tabel II.14 dengan usaha ekonomi produktif yang ada pada
penduduk desa, maka dari hal itu menjadi tambahan keterampilan masyarakat
untuk mencari penghasilan. Sekarang ini juga, era dimana teknologi sudah
canggih, terlebih sebagian besar penduduk telah menggunakan smartphone
dan jaringan internet. Maka, Dengan memanfaatkan smartphone dan media
sosial yang ada, untuk memperkenalkan barang-barang yang diproduksi bisa
lewat internet lebih tepatnya media sosial. Karena, saat ini sebagian besar
penduduk sudah mempunyai media sosial. Sehingga, barang-barang yang
dihasilkan dan diproduksi dengan mudah disebarkan lewat media sosial.
Terlihat pada tabel tersebut, usaha ekonomi masyarakat yang banyak
dilakukan adalah pengelolaan pot bunga dengan jumlah 202 orang atau jika
dipresentasekan 24,24 % dari jumlah persentase keseluruhan. Penduduk
banyak mengelola pot bunga, karena bisa menjadi tempat bunga-bunga hias
yang banyak di sukai oleh ibu-ibu ataupun juga anak-anak muda. Selebihnya,
usaha ekonomi yang dimiliki penduduk dengan masing-masing keterampilan
yang mereka miliki.
E. Kondisi Sosial Budaya
Penduduk desa Triharjo yang berasal dari status sosial yang berbeda-
beda, tetapi dapat saling hidup berdampingan secara rukun dan damai.
Terbukti dari setiap dusun dan juga RT, terdapat berbagai pertemuan rutin
yang diikuti oleh anggotanya. Dalam forum tersebut mereka membahas
masalah yang menyangkut sosial kemasyarakatan, masalah pembanguna,
63
masalah ekonomi dan menyelesaikan atau mencari solusinya dengan cara
musyawarah mufakat. Apabila di lingkungannya, salah satu warga yang
sedang mengalami kesusahan ataupun duka, maka warga selalu ikut
berpartisipasi dalam membantu baik itu dalam bentuk materi ataupun tenaga.
Demikian juga dalam pembangunan yang di desa, para warga saling bahu
membahu ataupun bergotong royong dalam melakukan kegiatan tersebut.
Pembangunan yang dilakukan barang tentu sangat penting dalam
kemajuan sebuah desa, terlebih desa Triharjo. Dalam perencanaan secara
partisipatif, terbuka dan demokratis sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat
dalam merencanakan kegiatan pembangunan, serta masyarakat mampu
membangun kemitraan dengan berbagai pihak dalam menggalang berbagai
sumber daya, untuk proses pembangunan. Berikut tabel yang menunjukkan
bahwa pembangunan atau sarana prasarana yang ada di desa Triharjo dan telah
tercapai.
Tabel II.15 Sarana Prasarana Pembangunan
No. Sarana Prasarana
Pembangunan Jumlah (Unit) Persentase
1. Jembatan 48 21,7
2. Masjid 19 8,6
3. Mushola 29 13,12
4. Gereja 2 0,9
5. Gedung Serbaguna 11 4,10
6. Pos Ronda 46 20,8
7. Sarana Olahraga 33 14,9
8. Ruang Terbuka Umum 13 5,9
9. Lapangan Bulutangkis 10 4,5
10. Ipal Komunal 10 4,5
Total 221 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
64
Pada Tabel II.15 dapat dilihat bahwa pembangunan yang sudah
dilakukan pada desa Triharjo sudah cukup baik. Berdasarkan sumber dari
RPJMDes Triharjo, semua sarana prasarana yang terdapat pada tabel tersebut
masih layak digunakan. Dalam pembangunan di desa Triharjo, dapat dilihat
pada tabel, yang sangat penting dan banyak dibangun, yaitu jembatan, jumlah
48 unit dan jika dipresentasekan menjadi 21,7 persen. Ini dikarenakan letak
ataupun lokasi desa Triharjo, ada yang dialiri oleh sungai. Terlebih dusun-
dusun yang ada di desa Triharjo. Sehingga dengan adanya jembatan dapat
membantu aktifitas kegiatan masyarakat.
Hal yang penting dalam pembangunan juga ialah jalan. Di desa
Triharjo sendiri, jalan sudah banyak tersentuh di setiap dusun. Sehingga,
segala aktifitas masyarakat dapat menjadi lebih mudah. Tanpa ada kesusahan
jika melakukan perjalanan. Jalan yang telah dibangun sudah lebih dari 75.900
meter. Penduduk desa pun telah merasakannya.
Kegiatan-kegiatan masyarakat desa Triharjo juga, tidak terlepas dari
peringatan-peringatan hari besar baik itu nasional, agama dan adat budaya. Ini
dilakukan sebagai bentuk jiwa nasionalisme yang sudah dibentuk di dalam diri
masyarakat sejak masih kecil terlebih sebagai masyarakat yang
mempertahankan adat dan budayanya. Berikut tabel peringatan-peringatan
hari besar di desa Triharjo.
65
Tabel II.16 Peringatan Hari Besar Nasional
No. Peringatan Hari Besat
Nasional
Jumlah
(Kelompok) Persentase
1. Upacara Hari Kemerdekaan 46 42,6
2. Hari Kartini 21 19,4
3. Hari Ibu 21 19,4
4. Sumpah Pemuda 8 7,4
5. Malam HUT RI 12 11,1
Total 108 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Pada tabel II.16 bisa dilihat bahwa peringatan hari besar Nasional,
selalu diperingati oleh penduduk desa Triharjo setiap tahunnya. Ini sebagai
bukti bahwa kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
salah satu bentuk untuk peringatan sejarah yang sudah di perjuangkan oleh
para pahlawan. Kegiatan nasional yang tidak pernah terlewatkan adalah Hari
Kemerdekaan. Dapat dilihat bahwa penduduk desa antusias sekali dalam
merayakan setiap tahunnya peringatan hari Kemerdekaan, dengan jumlah 46
kelompok masyarakat atau jika di persentasekan menjadi 42,6%.
Memperingati hari-hari besar nasional merupakan nilai yang sudah
harus ditanam pada jiwa masyarakat desa sejak dini. Agar jiwa nasionalisme
tetap ada dan kecintaan terhadap Indonesia tidak pudar. Itulah peran dari
sebuah pendidikan baik dari sekolah ataupun dari orangtua.
Selain peringatan hari besar nasional, adapun peringatan hari besar
keagamaan, yang dirayakan di lingkungan masyarakat desa Triharjo. Berikut
ini tabel peringatan hari besar Keagamaan yang selalu di peringati oleh
masyarakat desa Triharjo.
66
Tabel II.17 Peringatan Hari Besar Agama
No. Peringatan Hari Besar Agama Jumlah (Kelompok) Persentase
1. Hari Raya Idul Fitri 38 33,9
2. Hari Maulid Nabi 38 33,9
3. Hari Raya Idul Adha 8 7,1
4. Nuzul Quran 26 23,2
5. Natal/Paskah 2 1,8
Total 112 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Perayaan hari keagamaan sudah tentu menjadi bagian penting di
masyarakat desa setiap tahunnya. Karena setiap masyarakat di desa Triharjo,
menganut agama dan kepercayaan yang mereka yakini. Mayoritas penduduk
yang ada di desa Triharjopun menganut agama islam. Sedangkan selebihnya
adalah menganut agama kristiani.
Dengan mayoritas penduduk menganut agama islam, maka setiap
tahunnya, kelompok masyarakat merayakan hari raya Idul Fitri dan juga Hari
raya mauilid Nabi, dengan jumlah 38 kelompok atau jika dipresentasekan
menjadi 33,9 %. Selain itu, masyarakat yang menganut agama kristianipun
selalu merayakan Natal, paskah ataupun perayaan lainnya tanpa ada larangan,
karena minoritas. Tetapi penduduk desa Triharjo selalu saling menghargai
kepercayaan yang berbeda darinya.
Sebagai masyarakat desa yang selalu menjaga adat dan budayanya,
maka penduduk desa Triharjo juga tidak pernah lupa juga akan peringatan hari
besar adat dan budayanya. Berikut tabel tentang peringatan hari besar adat
budaya penduduk desa Triharjo.
67
Tabel II.18 Peringatan Hari Besar Adat Budaya
No. Peringatan Hari Besar Adat
Budaya
Jumlah
(Kelompok) Persentase
1. Merti Dusun 35 35,7
2. Nyadran 26 26,5
3. 1 Muharom 17 17,3
4. Syawalan 15 15,3
5. Majemukan 2 2,0
6. Nguras sendang 2 2,0
7. Nguras belik 1 1,0
Total 98 100
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Pada tabel II.18 pada peringatan hari besar adat budaya di desa
Triharjo, dimana masyarakat desa sangat menjaga adat dan budaya mereka
dengan cara selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang melestarikan adat
budaya. Dalam hal ini, seperti adat budaya Merti Dusun, yang selalu di
lakukan oleh kelompok masyarakat dan kelompok tersebut terdiri dari 35
kelompok masyarakat dan jika dipresentasekan menjadi 35,7 %. Selain itu
juga, adat budaya yang selalu di rayakan seperti Nyadran dan lainnya.
F. Kondisi Pemerintahan Desa
1. Pemerintahan Desa
Pada UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa, disebutkan bahwa dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa dilaksanakan oleh pemerintah Desa
bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sesuai dengan ketugasan
masing-masing lembaga. Pemerintah Desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa yang terdiri dari Lurah Desa dan Pamong Desa, yang
68
unsurnya terdiri dari sekretariat desa, pelaksana teknis dan pelaksana
kewilayahan.
Sekretariat Desa bertugas membantu Lurah Desa dalam bidang
administratif pemerintah desa dan 3 (tiga) urusan, yaitu urusan keuangan,
urusan perencanaan, urusan tata usaha dan umum. Sedangkan pelaksana
teknis terdiri dari 3 seksi, yaitu seksi peerintahan, seksi pelayanan dan
seksi kesejahteraan. Adapun pelaksana kewilayahan terdiri dari 10 dukuh
sesuai pedukuhan di desa Triharjo, yaitu dukuh Siyangan, Juwono,
Ngabean, Gunturan, Ciren, Jalakan, Jigudan, Tirto, Jaten dan Nglarang.
Jika Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga yang
menjalankan fungsi pemerintahan desa bersama pemerintah desa. Badan
Permusyawaratan Desa berkedudukan setara dengan Lurah Desa yang
keanggotaannya terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bidang
penyelenggaraan pemerintahan dan pembinaan kemasyarakatan, bidang
pelaksanaan pembangunan dan bidang pemberdayaan masyarakat, serta
anggota.
Bagan Tata Kerja Pemerintahan Desa. (terlampir) Sebagaimana
yang diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
pemerintahan daerah. Diatur bahwa Pemerintahan Desa terdiri atas :
a. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Triharjo berjumlah
10 orang yang ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten Bantul
Nomor 13 Tahun 2018, tentang perubahan atas peraturan daerah
69
Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2017 tentang Badan
Permusyawaratan Desa, yang keanggotaan sebagai berikut :
Gambar II.2
Bagan Organisasi BPD Triharjo
Sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan Desa, Badan
Permusyawaratan mempunyai tugas, yaitu :
1. Menggali aspirasi masyarakat;
Suratminingsih, S.Pd
(Ketua)
Subarjo
(Wakil Ketua)
Heri Sumiyati
(Sekretaris)
Deni Istriyan
(Staf adm. BPD)
Sri Widiyarti, S.Pd
(Ketua Bid. Pemerintahan
& Pembinaan)
Maryono
(Ketua Bid. Pembangunan
& Pemberdayaan)
Taufiq Bukhori
(anggota) Paryono
(anggota)
Gatot Dwi
(anggota)
Sudar Marssum
(anggota)
Ket. : :Garis Komando :Garis Koordinasi
70
2. Menampung aspirasi masyarakat;
3. Mengelola aspirasi masyarakat;
4. Menyalurkan aspirasi masyarakat;
5. Menyelenggarakan musyawarah BPD;
6. Menyelenggarakan musyawarah Desa;
7. Membentuk panitia pemilihan Lurah Desa;
8. Menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan
Lurah Desa antarwaktu;
9. Membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama
Lurah
10. Melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Lurah Desa
11. Melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
12. Menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah
Desa dan lembaga Desa lainnya; dan
13. Melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Pemerintahan Desa Triharjo
Organisasi pemerintahan desa Triharjo ditetapkan dengan
peraturan Bupati No. 134 Tahun 2019 perubahan atas peraturan daerah
kabupaten Bantul Nomor 55 tahun 2016 tentang pedoman organisasi
dan tata kerja pemerintahan desa, yaitu terdiri dari Kepala Desa,
Sekretaris, 3 (tiga) kepala urusan/Kaur, 3 (tiga) kepala seksi/Kasi, 6
71
(enam) staf dan 10 (sepuluh) kepala pedukuhan. Berikut gambar
struktur pemerintahan desa Triharjo.
Gambar II.3
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
Dalam hal ini di desa Triharjo sendiri, terdiri dari 10 (sepuluh)
Pedukuhan yang masing-masing pedukuhannya dipimpin oleh ketua
Dukuh. Pedukuhan tersebut ialah Pedukuhan Siyangan, Ngabean,
Jigudan, Gunturan, Juwono, Nglarang, Jalakan, Jaten, Tirto dan Ciren.
72
Tabel II.19 Nama dan Jabatan Perangkat Desa Triharjo
No. Nama Jabatan Pendidikan
1. Suwardi Kepala Desa S1
2. Sofuwan A. Kurniawan Sekretaris Desa S1
3. Sudarmanta Kasi Pemerintahan SMU
4. Ismadi Raharjo Kaur Perencanaan SMU
5. Hariyanti Kaur TU dan
umum D3
6. Singgih Estu Raharjo Kaur Keuangan S1
7. Sumardi Kasi Kesejahteraan D3
8. Darsana Kasi Pelayanan SMU
9. Wahyudin Effendi Dukuh Siyangan SMU
10. Dika Yunanto Dukuh Ngabean S1
11. Friyanto Dukuh Jigudan SMU
12. Burhanudin Nuryanto Dukuh Gunturan SMU
13. Sukijan Dukuh Juwono SMU
14. Subowo Dukuh Nglarang SMU
15. Tri Joko Dukuh Jalakan SMU
16. Kiswo Subagyo Dukuh Jaten SMP
17. Panto Riyadi Dukuh Tirto SMU
18. Marsidi Dukuh Ciren SMU
Sumber : RPJMDes Triharjo Periode 2018-2024
2. Kelengkapan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Tugas dan Fungsi aparatur desa tentunya telah diatur pada
peraturan Bupati No. 134 Tahun 2019 perubahan atas peraturan daerah
kabupaten Bantul Nomor 55 tahun 2016 tentang pedoman organisasi dan
tata kerja pemerintahan desa.
a. Kepala Desa
1) Menyelenggarakan Pemerintahan Desa, dalam hal ini tata praja
Pemerintahan, penetapan peraturan desa, pembinaan masalah
pertahanan, pembinaan ketentraman dan ketertiban dan sebagainya.
2) Melaksanakan pembangunan sarana prasarana pedesaan
73
3) Pembinaan kemasyarakatan, seperti partisipasi masyarakat, sosial
budaya masyarakat, keagamaan dan ketenagakerjaan.
4) Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi
masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, dan lingkungan
hidup dan sebagainya. serta
5) Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan
lembaga lainnya.
b. Sekretaris Desa
1) Pelaksanaan urusan ketatausahaan antara lain tata naskah,
administrasi surat menyurat, arsip, dan ekspedisi.
2) Pelaksanaan urusan umum antara lain penataan administrasi
perangkat Kalurahan, penyediaan prasarana perangkat Kalurahan
dan kantor, penyiapan rapat, pengadministrasian aset, inventarisasi,
perjalanan dinas, dan pelayanan umum.
3) Pelaksanaan urusan keuangan antara lain pengurusan administrasi
keuangan, administrasi sumber pendapatan dan pengeluaran,
verifikasi administrasi keuangan, dan administrasi penghasilan
Lurah, Pamong Kalurahan, Badan Permusyawaratan Kalurahan,
dan lembaga pemerintahan Kalurahan lainnya. dan
4) Melaksanakan urusan perencanaan dan pelaporan antara lain
menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja Kalurahan,
menginventarisir data dalam rangka pembangunan, melakukan
monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan laporan.
74
c. Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum
1) Pelaksanaan urusan ketatausahaan.
2) Pelaksanaan urusan administrasi surat-menyurat.
3) Pelaksanaan urusan arsip.
4) Pelaksanaan urusan ekspedisi.
5) Pelaksanaan urusan penataan administrasi perangkat Kalurahan.
6) Pelaksanaan urusan penyediaan prasarana perangkat Kalurahan dan
kantor.
7) Pelaksanaan urusan penyiapan rapat.
8) Pelaksanaan urusan pengadministrasian aset.
9) Pelaksanaan urusan inventarisasi.
10) Pelaksanaan urusan perjalanan dinas. dan
11) Pelaksanaan urusan pelayanan umum.
d. Kepala Urusan Keuangan
1) Pelaksanaan penerimaan sumber pendapatan dan keuangan desa.
2) Pelaksanaan pembukuan, perbendaharaan dan pelaporan keuangan
desa.
3) Pelaksanaan pungutan desa, dan
4) Pelaksanaan penyusunan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan desa.
e. Kepala Urusan Perencanaan
1) Penyusunan rancangan peraturan desa.
2) Penyusunan program kerja pemerintah desa.
75
3) Penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa.
4) Pengendalian, monitoring dan evaluasi program dan kegiatan.
5) Penyusunan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan
desa.
6) Penginventarisasian data dalam rangka perencanaan pembangunan,
dan
7) Pelaksanaan fasilitasi administrasi Badan Permusyawaratan Desa.
f. Kepala Seksi Pemerintahan
1) Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeliharaan ketentraman
dan perlindungan masyarakat.
2) Penyusunan rencana dan pelaksanaan administrasi kependudukan.
3) Penyusunan rencana dan pelaksanaan administrasi pertanahan dan
tata ruang.
4) Penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan pembinaan sosial
politik, kemasyarakatan, ideologi dan hukum.
5) Penyajian data, pengelolaan, pemanfaatan dan pemantauan tanah
desa dan tanah kesultanan.
6) Pengadministrasian tanah desa.
7) Penyusunan peraturan desa terkait tanah desa.
8) Pelaporan dan pertanggungjawaban perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan keamanan.
9) Fasilitasi kerjasama Pemerintah desa, dan
10) Penyelesaian perselisihan warga.
76
g. Kepala Seksi Kesejahteraan
1) Perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pembangunan Kalurahan.
2) Pengembangan sarana dan prasarana perekonomian Kalurahan.
3) Peningkatan dan pengembangan sumber pendapatan Kalurahan.
4) Pengembangan sarana dan prasarana permukiman Kalurahan.
5) Peningkatan peran serta masyarakat dalam pelestarian lingkungan
hidup; dan
6) Pengoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat Kalurahan
sesuai bidang tugasnya.
h. Kepala Seksi Pelayanan
1) Perencanaan dan peningkatan pelaksanaan kegiatan keagamaan.
2) Perencanaan dan pelaksanaan kegaitan bidang sosial, pendidikan
dan kebudayaan.
3) Perencanaan dan pelaksanaan kegaitan di bidang kepemudaan,
olahraga, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
4) Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegaitan kemasyarakatan dan
kegotongroyongan
5) Pendataan potensi budaya desa, dan
6) Pelaksanaan pemiliharan dan pengembangan kebudayaan.
i. Kepala Dukuh
1) Pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.
2) Pelaksanaan peraturan desa.
77
3) Pelaksanaan kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat.
4) Peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
5) Pelaksanaan keamanan, ketertiban dan perlindungan masyarakat.
6) Pelaksanaan pemantauan pemanfaatan tata ruang yang berada di
wilayah masing-masing, dan
7) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Dukuh.
G. Visi Dan Misi
1. Visi
Visi merupakan cita-cita atau impian sebauh organisasi yang ingin dicapai
di masa depan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka
menengah atau panjang. Visi dari Lurah Desa Triharjo :
“TERWUJUDNYA DESA TRIHARJO YANG MAKMUR, SEJAHTERA,
PRODUKTIF, UNGGUL, TENTRAM DAN AGAMIS BERDASARKAN
NILAI-NILAI KEMANUSIAAN DAN KEBANGSAAN DALAM
WADAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA”.
2. Misi
Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat pula
memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian visi. Dalam rangka
mewujudkan visi Lurah Desa Triharjo, maka misi yang akan dijalankan
adalah sebagai berikut :
78
1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, efektif dan efisien
melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.
2. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat di fokuskan pada percepatan
pengembangan perekonomian rakyat, pengentasan kemiskinan dan
terpenuhinya kebutuhan dasar bagi warga masyarakat Desa Triharjo.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas,
terampil, kreatif, inovatif, beretika dan berkepribadian luhur.
4. Mewujudkan masyarakat desa yang memiliki keunggulan dalam
budaya, seni, olahrga dan ilmu teknologi.
5. Meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana prasarana umum,
pemanfaatan pengelolaan sumber daya alam dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup dan pengelolaan resiko bencana.
6. Meningkatkan tata kehidupan masyarakat desa Triharjo yang agamis,
nasionalis, aman, progresif dan harmonis serta berbudaya istimewa.
79
H. Data Hasil Seleksi
1. Nama Peserta dan Jumlah Peserta
Tabel II.20 Nama-nama calon peserta Dukuh Ngabean dan staf
No Nama No
Urut Formasi
1 Marwanto 1 Dukuh Ngabean
2 Wahyudi 2 Dukuh Ngabean
3 Dika Yunanto, S.Pd 3 Dukuh Ngabean
1 Yola Aldea 1 Staf Honorer
2 Agung Dwi Laksono 2 Staf Honorer
3 Sela Silvia 3 Staf Honorer
4 Umi Mukharomah ,A.Md Kep 4 Staf Honorer
5 Deni Istriyani 5 Staf Honorer
6 Ratih Puspitasari,S.Pd 6 Staf Honorer
7 Alfitasari 7 Staf Honorer
8 Nindy Dwi Pratiwi,S.Par 8 Staf Honorer
9 Retnaningsih 9 Staf Honorer
10 Desi Tri Utami,S.Pd 10 Staf Honorer
11 Yayan Susanto 11 Staf Honorer
12 Nanang Hardiyanto 12 Staf Honorer
Sumber : Berita acara rekrutmen Dukuh Ngabean dan staf tahun 2019
Pada tabel II.20 di atas, bisa dilihat bahwa di desa Triharjo pada
tahun 2019 telah melakukan pelaksanaan rekrutmen Dukuh Ngabean dan
staf desa. Dalam pelaksanaan rekrutmennya dilakukan pada 27 November
2019 yang bertempat di Triharjo. Adapun peserta yang mengikuti seleksi
Dukuh terdiri dari 3 (tiga) orang dan peserta yang mengikuti seleksi staf
desa terdiri dari 12 (dua belas) orang.
80
b. Nilai Tes Masing-Masing Peserta Dukuh Ngabean dan Staf Desa
Tabel II.21 Formasi Dukuh Ngabean
No Nama Peserta
NILAI
Ujian
Tulis Pidato Praktik isian
Wawan
cara
Nilai
Akhir
(NA)
1 Dika
Yunanto ,S.Pd
50 85,6 85 82 70,5 74,6
2 MARWANTO 52 80 66,7 78 75 70,3
3 WAHYUDI 50 72,5 60 70 69 64,3
Sumber : Berita acara rekrutmen Dukuh Ngabean dan staf tahun 2019
Pada tabel II.21 di atas merupakan hasil nilai untuk formasi
dukuh Ngabean. Yang mana pesertanya terdiri dari 3 (tiga) orang. Bisa
dilihat bahwa dalam seleksi dukuh Ngabean tersebut, terdiri dari ujian
tertulis, pidato, praktik, isian dan wawancara. Berdasarkan hasil yang
sudah dilakukan oleh panitia pelaksana rekrutmen, maka yang
mendapat nilai tertinggi pada saat rekrutmen tersebut adalah Dika
Yunanto. Begitupun dalam pelaksanaan rekrutmen staf desa, yang bisa
dilihat pada tabel berikut ini.
81
Tabel II.22 Formasi Staf
No Nama Peserta
NILAI
Ujian
Tulis
Praktik Isian Wawan
cara
Nilai
Akhir
1 Ratih Puspitasari,S.Pd 66 81,6 84 74,3 76,5
2 Alfitasari 64 80 72 73,1 72,2
3 Yayan Susanto 61 78,3 75 69,3 70,9
4 Desi Tri Utami, S.Pd 55 83,3 67 75,6 70,2
5 Nanang Hardiyanto 64 80 57 73,7 68,6
6 Retnaningsih 58 75 68 73,1 68,5
7 Umimukharomah,A.Md, Kep. 54 81,6 54 73,1 65,6
8 Nindy Dwi Pratiwi,S.Par 48 75 63 71,8 64,4
9 Deni Istriyani 52 80 53 71,2 64,0
10 Sela Silvia 45 70 69 67,5 62,8
11 Yola Aldea 49 73,3 49 69,3 60,1
12 Agung Dwi Laksono 48 68,3 34 67,5 54,4
Sumber : Berita acara rekrutmen Dukuh Ngabean dan staf tahun 2019
Pada tabel II.22 di atas merupakan hasil nilai untuk formasi staf
Di desa Triharjo. Dalam rekrutmen lowongan staf desa sendiri, peserta
yang mengikuti terdiri dari 12 (dua belas) orang. Tetapi yang di
butuhkan 4 (empat) orang untuk bekerja sebagai staf desa. Sehingga,
pada hasil perekrutan tersebut, peserta yang mendapat nilai tertinggi,
dinyatakan lolos dalam seleksi staf desa. Peserta yang lolos tersebut
ialah Ratih Puspitasari, Alfitasari, Yayan Susanto dan Desi Tri Utami.
Keempat nama tersebutlah yang dinyatakan lolos sebagai staf desa.
82
I. Panitia
PANITIA PENGISIAN LOWONGAN PAMONG DESA DAN STAFF
DESA TRIHARJO KECAMATAN PANDAK KABUPATEN
BANTUL
TAHUN 2019
NO NAMA JABATAN
1 SUDARMANTA KETUA
2 RAGIL TYAS WIWOROYEKTI,A.Md SEKRETARIS
3 KASDIJA ANGGOTA
4 SURATMININGSIH,S.Pd ANGGOTA
5 SUBARJO ANGGOTA
6 TRI HARYANTO ANGGOTA
7 DIMAS ARDHIANTA NUGRAHA ANGGOTA
114
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous (SCORE), 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Kerjasama dan Usaha yang Sukses. Jakarta : International Labour
Organization.
Katz, Richard S. Dan Crotty, William (Asmawi, Ahmad). 2014. Hand Book
Partai Politik. Bandung : Nusa Media.
Larasati, S. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Deepublish.
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa. Jakarta : Erlangga.
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif
Rancangan Penelitian. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA.
Solekhan, Moch. 2014. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis
Partisipasi Masyarakat, Edisi Revisi, Malang : Setara Pers.
Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang
Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa
Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa.
Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Pamong Desa
Peraturan Bupati Nomor 134 Tahun 2019 Perubahan atas Peraturan Daerah
Kabupaten Bantul Nomor 55 Tahun 2016 Tentang Pedoman Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintah Desa
115
Sumber-sumber lain :
Perdana. 2018. “Peserta Endus Kejanggalan Terkait Seleksi Perangkat Desa”.
Dalam JP Radar Solo. https://radarsolo.jawapos.com/. (27 Jan. 2021)
Harian Jogja. 2018. “Kisruh Hasil Ujian Perangkat Desa di Kulonprogo Bakal
Berujung ke Ranah Hukum”. https://jogjapolitan.harianjogja.com/. (28 Jan.
2021)