Tugas 3 Penyajian Ilmiah

33
Tugas 3 Penyajian Ilmiah Tanaman : Artemesia annua L. Perbanyakan: 1. Secara generatif 2. Secara vegetatif Perbanyakan tanaman A. annua L. secara vegetatif dengan Kultur jaringan Perbanyakan dengan metode kultur jaringan meliputi: 1. Persiapan eksplan 2. Media 3. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) 4. Cara sterilisasi Di dalam Zat Pengatur Tumbuh terdapat dua hal, yaitu: a. Jenis ZPT: 1. Auksin 2. Sitokinin 3. Giberelin 4. Etilena 5. Asam absisat b. Konsentrasi Berdasarkan bahan pembuatan, terdapat dua macam sitokinin, yakni : a. ZPT alami Air kelapa b. ZPT buatan 1

Transcript of Tugas 3 Penyajian Ilmiah

Tugas 3 Penyajian IlmiahTanaman : Artemesia annua L.Perbanyakan:

1. Secara generatif2. Secara vegetatif

Perbanyakan tanaman A. annua L. secara vegetatif dengan Kultur jaringanPerbanyakan dengan metode kultur jaringan meliputi:

1. Persiapan eksplan2. Media3. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)4. Cara sterilisasi

Di dalam Zat Pengatur Tumbuh terdapat dua hal, yaitu:a. Jenis ZPT:

1. Auksin2. Sitokinin3. Giberelin4. Etilena5. Asam absisat

b. KonsentrasiBerdasarkan bahan pembuatan, terdapat dua macam sitokinin, yakni :

a. ZPT alamiAir kelapa

b. ZPT buatan

1

MAKALAH PENYAJIAN ILMIAH

KEMUNGKINAN PERANAN AIR KELAPA DALAM MULTIPLIKASI

ARTEMESIA (Artemesia annua L. ) SECARA IN VITRO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata KuliahPenyajian Ilmiah

Dosen Pengampu : Ir. Suharjianto, M.P.

Disusun Oleh :

2

Dwi Anis Fitriyani (2011-41-038)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2014

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada

Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul Peran Kemungkinan Peranan Air Kelapa dalam

Multiplikasi Artemesia (Artemesia annua L. ) Secara in

vitro.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir

semester mata kuliah Penyajian Ilmiah. Atas tersusunnya

makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Ir. Hadi Supriyo, MS selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Muria Kudus.

2. Ir. Suharijianto, M.P. selaku Dosen Pembimbing.

3

3. Keluarga tercinta yang telah membantu penulis

dengan Do’a dan dukungan dalam berbagai hal.

4. Rekan-rekan yang senasib dan seperjuangan yang

telah memberikan bantuan, masukan, kritikan dan

saran-saran.

5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung

terwujudnya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

makalah atau tulisan penulis berikutnya. Semoga

makalah ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat

dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk

perkembangan pertanian .

Kudus, 5 Juli

2014

Penulis

DAFTAR ISI

4

Halaman Judul............................................................................................... i

Kata Pengantar.............................................................................................. ii

Daftar Isi.......................................................................................................

iii

I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang...................................................................................... 1

b. Masalah................................................................................................. 2

c. Tujuan...................................................................................................

2

II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Taksonomi dan Botani Artemesia........................................................ 3

b. Pembiakan Vegetatif............................................................................ 3

5

c. Kultur Jaringan..................................................................................... 4

d. Zat Pengatur Tumbuh...........................................................................

e. Manfaat Air Kelapa.............................................................................. 6

III. PEMBAHASAN.................................................................................... 8

IV. PENUTUP

a. Kesimpulan.......................................................................................... 12

b. Saran....................................................................................................

12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 13

6

7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit malaria merupakan penyakit yang

disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Penyakit ini cukup

serius dan beresiko tinggi karena dapat menyerang

manusia dan menyebabkan kematian. Pil kina selama ini

menjadi obat yang diandalkan untuk mengatasi penyakit

malaria telah resisten terhadap Plasmodium falciparum,

sehingga diupayakan untuk mencari alternatif tanaman

lain yang mampu mengatasi penyebab penyakit tersebut.

Salah satu tanaman obat yang mampu mengatasi

secara efektif Plasmodium falciparum tersebut yaitu

tanaman Artemisia annua L. Tanaman tersebut merupakan

satu-satunya jenis yang mengadung artemisinin dengan

kadar yang cukup tinggi, di alam bervariasi antara 0,1

– 1,8%

Artemesia dapat dibudidayakan secara generatif

maupun vegetatif. Secara generatif, tanaman A. annua L.

dapat dikembangbiakkan dengan bijinya. Masalah yang

dihadapi pada budidaya tanaman ini adalah bahwa biji A.

annua L. mempunyai viabilitas yang sangat rendah dan

tidak mempunyai masa dormansi. Selain itu, variasi

bibit yang dihasilkan dengan biji juga sangat

memengaruhi kandungan zat bioaktif yang dihasilkannya.

1

Oleh karena itu, perlu dilakukan perbanyakan secara

vegetatif, seperti stek dan kultur jaringan.

Salah satu perkembangbiakan secara vegetatif dalam

perbanyakan artemesia adalah dengan kultur jaringan.

Kelebihan teknik kultur jaringan , yakni dapat

menyediakan bibit yang mempunyai kualitas seragam,

mudah dalam perbanyakannya serta unggul secara genetis.

Di dalam kultur jaringan, peran zat pengatur

tumbuh (ZPT) sangat penting. Penambahan zat pengatur

tumbuh ke dalam media merupakan salah satu faktor yang

sangat memperanani keberhasilan kultur jaringan dalam

pembentukan plantlet.

Penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam

perbanyakan tanaman secara in vitro dapat bersifat

sintetik dan alami. Keunggulan dari penggunaan ZPT

alami adalah tidak meracuni kesehatan manusia dan

lingkungan seperti ZPT sintetik. Secara alami zat

pengatur tumbuh dapat diperoleh dari air kelapa,

ekstrak jus tomat, pisang dan sebagainya. Air kelapa

merupakan salah satu bahan alami yang dapat digunakan

sebagai substitusi zat pengatur tumbuh sintetik.

Air kelapa merupakan senyawa organik yang sering

digunakan dalam aplikasi teknik kultur jaringan. Akan

tetapi, sampai saat ini belum diketahui adanya pengaruh

air kelapa terhadap kultur jaringan artemesia. Beberapa

penelitian membuktikan bahwa ada pengaruh penggunaan

2

air kelapa dalam perbanyakan secara kultur jaringan.

Sehingga terdapat kemungkinan bahwa ada peranan air

kelapa pada tanaman artemesia. Oleh karena itu, dalam

makalah ini akan dibahas mengenai kemungkinan peranan

air kelapa terhadap multiplikasi A. annua secara in vitro.

B. Rumusan masalah

Apakah terdapat kemungkinan air kelapa berperan

terhadap multiplikasi A. annua L. secara in vitro ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk

mengetahui kemungkinan peranan air kelapa terhadap

multiplikasi A. annua L. secara in vitro.

BAB II

3

TINJAUAN PUSTAKAA. Botani Tanaman Artemesia

Artemesia adalah tanaman obat tradisional yang

berasal dari keluarga Asteraceae. Klasifikasi tanaman

Artemisia annua L. adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheaobionta

Superdivision : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Asteridae

Ordo : Asterales

Family : Asteracae

Genus : Artemisia

Species : Artemisia annua L.

Tanaman artemisia berasal dari daerah Cina

dengan jumlah spesies berkisar 200- 400 spesies

Tanaman artemisia tumbuh dengan baik pada

ketinggian 1000 – 1500 m dpl, sehingga

budidaya tanaman artemisia masih terbatas di

dataran tinggi (Herry dan Emmyzer, 1992 dalam

Gusmaini dan Nurhayati, 2007).

Menurut Ayanoglu et al., dalam Gusmaini dan

Nurhayati, (2007) tanaman artemisia merupakan

tanaman semusim yang dan tingginya bisa mencapai

2 meter. Batang artemesia berbentuk silindris,4

bercabang di bagian atas dengan tinggi 30-80 cm dan

diameter 2-6 mm. Bagian luar berwarna hijau

kekuningan atau kuning kecoklatan, dengan membujur

dari atas dari ujung ke pangkal, tekstur agak keras,

dan mudah pecah.

Daun tanaman artemisia tidak bertangkai,

helaian daun berbulu, tersusun berseling,

berbentuk oval, tepi daun berjari lima dan panjang

daun antara 2.5 -5 cm.

Tanaman ini memiliki bunga majemuk yang

tersusun dalam rangkaian berupa malai. Bunga tumbuh

merunduk di ketiak daun dan di ujung tangkai.

Artemisia termasuk tanaman menyerbuk silang,

penyerbukan alami dilakukan dengan bantuan angin dan

serangga

Tanaman artemisia termasuk tanaman hari

pendek, sehingga apa bila ditanam di daerah

tropis yang penyinarannya kurang dari 13

jam/hari maka akan merangsang pembungaan.

Artemisia annua L. merupakan tanaman yang

direkomendasikan oleh WHO untuk obat penyakit

malaria (WHO, 2006). Tanaman artemisia

mengandung senyawa lakton seskuiterpene seperti

artemisinin dengan rumus molekul C15H22O5 yang sangat

efektif terhadap Plasmodium. Senyawa artemisinin

yang tinggi terutama terdapat pada jaringan bagian

5

atas tanaman (daun dan bunga), sementara di batang

kandungannya rendah (Ferreira dan Janick, 1996

dalam Gusmaini dan Nurhayati, 2007).

A. annua memiliki adaptasi tinggi, terutama pada

kondisi cerah. Kondisi yang paling cocok untuk

pertumbuhan A. annua ditemukan di daerah tropis yang

lembab, dimana suhu rata-rata selama fase

pertumbuhan adalah 17,6-28,4 ° C dan curah hujan

tahunan 1150-1350 mm. A. annua tumbuh baik pada

ketinggian antara 50-1500 di atas permukaan air laut

(WHO, 2006).

B. Kultur Jaringan

Kultur jaringan adalah suatu metode untuk

mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok

sel atau jaringan yang ditumbuhan dengan kondisi

aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat

memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap

kembali.

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk

membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk

tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara

generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur

jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:

sifat yang identik dengan induknya, dapat

diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak

terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu6

menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu

yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih

terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat

dibandingkan dengan perbanyakan konvensional serta

pengadaan bibit tidak tergantung musim.

Berbagai media merupakan faktor penentu dalam

perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media

yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang

akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya

terdiri dari garam mineral, vitamin, dan Zat

Pengatur Tumbuh (ZPT). Selain itu, diperlukan juga

bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.

ZPT yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya

maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari

kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah

jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol

kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan

dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Anonim,

2008).

C. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Zat pengatur tumbuh adalah sekumpulan senyawa

organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk

secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam

kadar sangat kecil mampu mendorong, menghambat, atau

mengubah pertumbuhan, perkembangan dan pergerakan

(taksis) tumbuhan.7

Zulkarnaen (2009) mengungkapkan bahwa dalam

teknik kultur jaringan, kehadiran zat pengatur

tumbuh sangat nyata peranannya. Sangat sulit untuk

menerapkan teknik kultur jaringan pada upaya

perbanyakan tanaman tanpa melibatkan zat pengatur

tumbuhnya. Berikut merupakan zat pengatur tumbuh

yang biasa digunakan dalam kultur jaringan.

1. Auksin

Auksin merupakan ZPT tanaman seperti

indolasetat yang berfungsi untuk merangsang

pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta

pertumbuhan aksis longitudinal tanaman. Golongan

Auksin antara lain Indole Aceti Acid (IAA), Napthalene

Acetic Acid (NAA), 2,4-D, dan Indole Buthiril Acid (IBA).

Dalam kultur jaringan, auksin berperan untuk:

memacu pembentukan kalus,

menghambat kerja sitokinin,

membentuk klorofil dalam kalus,

mendorong proses morfogenesis kalus,

membentuk akar, dan

mendorong proses embriogenesis.

2. Sitokinin

Sitokinin adalah ZPT turunan adenin

berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan

diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar

dan ditranslokasi melalui pembuluh xylem.

8

Aplikasi Untuk merangsang tumbuhnya tunas pada

kultur jaringan atau pada tanaman induk, namun

sering tidak optimal untuk tanaman dewasa. Ada

beberapa macam sitokinin yang telah diketahui,

diantaranya kinetin, zeatin (pada jagung),

Benziladenin (BA), Thidiazuron (TDZ), dan Benzyl

Adenine atau Benzil Amino Purin (BAP). Sitokinin

ditemukan hampir di semua jaringan meristem.

Peranan sitokinin antara lain:

bersama dengan auksin dan giberelin merangsang

pembelahan sel-sel tanaman,

merangsang morfogenesis ( inisiasi /

pembentukan tunas) pada kultur jaringan,

merangsang pertumbuhan pertumbuhan kuncup

lateral,

merangsang perluasan daun yang dihasilkan dari

pembesaran sel

merangsang pemanjangan titik tumbuh dan

merangsang pembentukan akar cabang,

meningkatkan membuka stomata pada beberapa

spesies,

mendukung konversi etioplasts ke kloroplas

melalui stimulasi sintesis klorofil,

menghambat proses penuaan (senescence) daun,

dan

mematahkan dormansi biji.

9

3. Gibberelin

Giberelin merupakan Zat pengatur tumbuh

turunan terpeniod yang terdapat pada organ-organ

tanaman, yaitu akar, batang, tunas, daun, tunas

bunga, bintil akar, buah dan jaringan khusus. Ada

beberapa macam giberelin, menurut keefektifannya

adalah GA3, GA1 GA2 dan GA4.Giberelin pertama kali

ditemukan oleh ilmuwan Jepang bernama Eiichi

Kurowasa, pada tahun 1926. Semua giberelin yang

ditemukan adalah senyawa diterpenoid. Semua

kelompok terpenoid terbentuk dari unit isoprene

yang memiliki 5 atom karbon (C). Respon terhadap

giberelin meliputi :

merangsang pembelahan sel dan pembesaran sel,

merangsang pertumbuhan batang, dan

meningkatkan besar daun pada beberapa jenis

tumbuhan, besar bunga dan besar buah.

D. Zat Pengatur Tumbuh Alami dari Air Kelapa

Air kelapa merupakan endosperm atau cadangan

makanan cair sumber energi. Selain itu, air kelapa

juga mengandung zat pengatur tumbuh alami kelompok

auksin, sitokinin dan gibberellin . Air kelapa yang

baik untuk kultur jaringan adalah air kelapa muda

yang daging buahnya berwarna putih, belum keras

tetapi masih dapat diambil dengan sendok (Haryadi

dan Pamenang 1983). Hal tersebut karena pada air

10

kelapa muda terdapat kandungan ZPT seperti auksin,

gibberlin dan kelompok sitokinin yang lebih banyak

daripada kelapa tua, sehingga mampu merangsang

pembelahan sel dan diferensiasi terutama dalam

kultur jaringan artemesia. Berikut merupakan hasil

analisis kandungan zat pengatur tumbuh dalam air

kelapa menurut savitri (2005)

Jenis ZPT Konsentrasi (ppm)Muda Tua

Auksin- IAA 0,237 0,102

Sitokinin- Kinetin- Zeatin

0,4410,247

0,2450,097

Gibberlin- GA3- GA5- GA7

0,4600,2550,053

0.1650.1070,027

Tabel 2.1. Hasil analisis ZPT pada sampel air kelapa

menurut Savitri (2005).

11

Air kelapa merupakan senyawa organik yang

sering digunakan dalam aplikasi teknik kultur

jaringan. Hal ini disebabkan air kelapa mengandung

1,3 diphenilurea, zeatin, zeatin gluoksida, dan

zeatin ribosida (Armini et al., 1992), dan harganya

yang murah. Selain itu, air kelapa mengandung

sukrosa, fruktosa, dan glukosa (Netty, 2002).

Baiknya pengaruh air kelapa yang ditambahkan karena

air kelapa selain mengandung gula, menurut Tuleckle

et. al. dalam Erfa dkk (2012) juga mengandung

vitamin, minera;l, asam amino, dan asam nukleat

fosfor dan zat pengatur tumbuh auksin dan gibberelin

yang berfungsi sebagai penstimulir poliferasi

jaringan, memperlancar metabolisme dan respirasi.

Lebih lanjut dikatakan air kelapa mengandung zeatin

dan ribozeatin (sitokoinin) yang dapat merangsang

pembelahan dan deferensiasi sel terutama dalam

pembentukan pucuk tanaman dan pertumbuhan akar.

12

BAB III

PEMBAHASAN

Kemungkinan Peranan Air Kelapa terhadap PertumbuhanArtemesia annua L.

Bedasarkan hasil analisis kandungan zat pengatur

tumbuh oleh Savitri (2005), dalam kelapa muda

mengandung Auksin (0,237 ppm IAA), Sitokinin (0,441

ppm Kinetin, 0,247 ppm Zeatin) dan Giberelin (0,460

ppm GA3, 0,255 ppm GA5, 0,053 ppm GA7). Oleh karena itu,

kemungkinan dalam konsentrasi tertentu akan berperan

terhadap pertumbuhan Artemesia annua L. secara in vitro baik

pertumbuhan akar,tinggi tanaman, tunas dan daun.

Berikut merupakan kemungkinan peranan zat pengatur

tumbuhan dari air kelapa terhadap pertumbuhan

artemesia.

1. Kemungkinan Peranan Air Kelapa terhadap Pertumbuhan

Akar Artemesia

Akar merupakan organ vegetatif utama yang

memasok air, mineral dan bahan - bahan yang penting

untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman

(Gardner.,1991 dalam Samanhudi, 2010). Jumlah akar

yang banyak dapat mengoptimalkan penyerapan nutrisi

yang ada pada media kultur. Secara visual, akar yang

13

terbentuk pada eksplan berwarna putih, mempunyai

percabangan dan terbentuk pada dasar eksplan.

Perakaran dengan kualitas yang baik dalam

perbanyakan tanaman secara in vitro sangat

menentukan keberhasilan dalam tahap aklimatisasi

(Sulistyorini, 2012).

Penambahan air kelapa dalam kultur jaringan

artemesia dimungkinkan memberikan peranan dalam

pembentukan akar. Air kelapa mendorong pembentukan

akar pada kultur krisan pada media MS tanpa ZPT atau

yang dikombinasi dengan IAA (Mandang, 1993). Begitu

pula dalam penelitian Pisecha (2008), bahwa

penambahan air kelapa 10 % dapat memberikan peranan

terhadap pertumbuhan perakaran Poinsestia dengan

panjang akar 3,87 cm pada 3 MSK. Penelitian Seswita

(2010), penambahan air kelapa pada konsentrasi 15%

dapat meningkatkan jumlah akar tanaman temulawak

meskipun peranannya tidak nyata. Penelitian Laisina

(2013), penambahan air kelapa 15 % dapat memberikan

peranan yang nyata dalam perbanyakan akar ubi jalar

secara in vitro. Hal tersebut dikarenakanair kelapa

mengandung zat pengatur tumbuh IAA yang merupakan

kelompok auksin. Penggunaan auksin secara eksogen

bersinergi dengan auksin endogen memacu deferensiasi

akar lebih cepat. Sehingga, dapat diduga bahwa

14

penambahan air kelapa membantu dalam pembentukan

akar A. annua L.

Perlakuan AirKelapa (%) Temulawak Ubi jalar

0510152025

10,6 ab12,4 ab5,8 b

13,2 ab10,4 ab8,0 b

4,81 c

6,62 bc9,00 a6,81 b

Pembanding (BA 1,5 mg/l)

17,8 a

Tabel 3.1. Peranan Air Kelapa dalam Perbanyakan

Akar

2. Kemungkinan peranan air kelapa terhadap Tinggi

Artemesia

Pengaruh penambahan air kelapa pada media

diduga dapat meningkatkan tinggi artemesia. Hal

tersebut dibuktikan oleh Erfi, dkk (2012)

Penambahan air kelapa 225 ml/L menghasilkan

pertumbuhan tinggi seedling paling baik. Penambahan

air kelapa 20% merupakan hasil terbaik dalam

menggantikan peran ZPT sintetik BA. Penambahan air

kelapa diduga karena aktivitas sitokinin yang

merangsang pembelahan sel dan pemanjangan titik

tumbuh sehingga dihasilkan tanaman yang lebih

tinggi.

15

3. Kemungkinan Peranan Air Kelapa terhadap Pertumbuhan

Tunas Artemesia

Tunas merupakan ranting muda yang baru tumbuh

atau calon tanaman baru yang tumbuh dari bagian

tanaman (Rahardja dan Wiryanta, 2003). Jumlah tunas

merupakan faktor terpenting dalam multiplikasi

tanaman pada kultur jaringan. Semakin banyak tunas

yang terbentuk, dapat dilakukan multiplikasi kultur

untuk mendapatkan tunas-tunas baru dalam jumlah yang

semakin banyak pula. Tunas artemesia dapat berasal

dari pemanjangan mata tunas maupun tunas adventif

(bukan berasal dari mata tunas). Namun, tunas yang

pertama kali muncul pada eksplan merupakan

pemanjangan mata tunas yang ada pada ketiak daun.

Penambahan air kelapa dalam kulur jaringan

artemesia diduga memiliki peranan yang nyata dalam

perbanyakan tunas Artemesia. Penambahan air kelapa

dalam konsentrasi tertentu dapat menambah jumlah

tunas. Penambahan air kelapa dalam konsentrasi

rendah, kurang memberikan peranan. Hal tersebut

dikarenakan pada konsentrasi yang rendah, zat

pengatur tumbuh pada air kelapa belum dapat

merangsang pertumbuhan tunas secara optimal.

Sedangkan pada konsentrasi yang terlalu tinggi,

akan menghambat pertumbuhan tunas, karena dalam

16

konsentrasi yang tinggi, Zat pengatur tumbuh dapat

menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan meracuni.

Hal tersebut dibuktikan oleh Seswita (2010)

bahwa penambahan air kelapa 0%-10% belum tampak

adanya benda nyata dalam menginduksi tunas

temulawak. Pada konsentrasi 15% mampu menghasilkan

tunas terbanyak pada perbanyakan temulawak secara

in vitro, yakni 3,4 tunas, namun jika konsentrasi

ditingkatkan di atas 15% jumlah tunas kan mulai

menurun.

Hal serupa juga terdapat dalam penelitian dari

Surachman (2011), Pemberian air kelapa 5%-25% dapat

meningkatkan jumlah tunas nilam.Akan tetapi,

peningkatan tunas tertinggi terdapat dalam

konsentrasi 10% air kelapa. Berikut merupakan

tabel pengaruh air kelapa terhadap jumlah tunas

dari penelitian Seswita (2010) dengan tanaman

temulawaknya dan Surachman (2011) dengan tanaman

nilamnya.

Perlakuan AirKelapa (%) Temulawak Nilam

17

0510152025

1,2 b1,8 b1,4 b3,4 a1,4 b1,0 b

1,002,003,001,601,201,20

Pembanding (BA 1,5 mg/l)

2,4 ab

Tabel 3.2. Peranan Air Kelapa dalam Perbanyakan

Tunas

Penggunaan air kelapa dalam kultur jaringan

dapat meningkatkan jumlah tunas dikarenakan dalam

air kelapa terdapat ZPT auksin dan sitokinin.

Pengggunaan sitokinin dan auksin dalam satu media

dapat memacu poliferasi tunas karena adanya

pengaruh sinergisme antara zat pengatur tumbuh

tersebut (Thorpc, 1987; Davics, 1995; Lestari

2011).

4. Kemungkinan peranan air kelapa terhadap pertumbuhan

daun Artemesia

Daun merupakan salah satu organ penting terutama

untuk fotosintesis supaya tanaman dapat menghasilkan

makanan dan mengalami pertumbuhan optimum. Semakin

bertambah jumlah daun, ukuran panjang serta lebar

daun maka semakin besar pengaruhnya terhadap

pertumbuhan tanaman.

18

Kemungkinan peranan air kelapa terhadap

pertumbuhan daun artemesia yakni air kelapa diduga

dapat meningkatkan jumlah daun dan memperlebar daun

artemsia. Pada penelitian Kristina dan Syahid

(2012), penambahan air kelapa (10%-20%) dapat

meningkatkan jumlah daun temulawak, namun hasil

terbaik ditujukkan pada perlakuan air kelapa

konsentrasi 20 %, yakni 2,11. Begitu pula dengan

hasil penelitian Laisina (2013), bahwa semakin

tinggi konsentrasi air kelapa (10%-20%) semakin

banyak jumlah daun yang dibentuk pada tanaman ubi

jalar. Berikut merupakan peranan air kelapa dalam

perbanyakan jumlah daun temulawak oleh Kristina dan

Syahid (2012), dan ubi jalar oleh Laisina (2013).

Perlakuan AirKelapa (%) Temulawak Ubi jalar

0101520

0,67 b1,33 ab

0,89 b2,11 a

0,75 c1,00bc

1,50ab

2,12 a

Tabel 3.3. Peranan air kelapa terhadap perbanyakan

jumlah daun.

Selain memperbanyak jumlah daun, diduga air

kelapa dapat memperlebar daun artemesia. Pada

19

penelitian Sulistyorini (2012), penggunaan air

kelapa pada semua konsentrasi dapat memperlebar daun

dan penampilan kultur lebih vigor. Hasil yang sama

dilaporkan oleh Pisecha (2008), bahwa penggunaan air

kelapa 10% pada media MS menghasilkan pertumbuhan

daun yang lebar dan besar pada kultur tanaman

Poinsettia.

Air kelapa merupakan endosperm (cadangan

makanan ) sebagai sumber energi yang kaya akan

unsur-unsur hara. Selain mengandung auksin dan

sitokinin, air kelapa mengandung beberapa zat yang

penting untuk pertumbuhan kultur yaitu asam amino,

asam nukleat, purin, asam organik, gula vitamin dan

mineral (George dan Sherington, 1984 dalam

Sulistyorini 2012). Trisna, dkk (2013) Air kelapa

merupakan bahan alami yang mempunyai aktivitas

sitokinin, auksin dan gibberelin untuk pembelahan

sel dan mendorong pembentukan organ, salah satunya

adalah daun.

5. Kemungkinan Peranan Air Kelapa terhadap Vigor dan

Ketahanan Plantlet Artemesia

Kemungkinan peranan air kelapa terhadap

plantlet artemesia adalah air kelapa dapat

memperbaiki vigor tanaman. Pada penelitian

Sulistyorini (2012), penambahan air kelapa

20

mempengaruhi perkembangan plantlet shingga plantlet

lebih vigor dibandingkan dengan penggunaan BA secara

tunggal. Penambahan air kelapa terhadap tanaman

artemesia diduga menjadikan tanaman lebih besar dan

kuat sehingga tanaman menjadi lebih tahan saat

dipindahkan dari lingkungan autotrof ke heterotrof .

Hal tersebut diungkapkan oleh Nasib et al. (2008)

dalam Kristina dan Syahid (2012) bahwa air kelapa

pada tanaman kiwi memperlihatkan efek penting, yakni

tanaman menjadi lebih besar dan kuat. Peranan

tersebut diduga, selain terdapatnya zat pengatur

tumbuh, dalam air kelapa juga mengandung fosfor (P)

sekitar 95%, sehingga tingkat ketahanan dan

kelangsungan hidup tanaman menjadi tinggi. Selain

P,air kelapa jugamengandung karbohidrat tinggi

(lebih dari 96%). Karbohidrat digunakan untuk

memenuhi proses asimilasi. Karbohidrat digunakan

untuk memenuhi proses asimilasi dan menghindari

guncangan fisik akibat pemindahan tanaman ke rumah

kaca (lapang) dari lingkungan autotrof ke

heterotrof.

21

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peranan air kelapa dalam perbanyakan artemesia

secara in vitro diduga dapat membantu meningkatkan

jumlah dan panjang akar, mendorong pertumbuhan

tinggi, memperbanyak tunas, meningkatkan jumlah dan

lebar daun Artemesia annua L. Selain itu, diduga air

kelapa dapat meningkatkan vigor dan ketahanan

plantlet artemesia.

22

B. Saran

Berdasarkan dugaan bahwa ada peranan air kelapa

terhadap perbaikan kultur jaringan artemesia, maka

perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh air

kelapa terhadap multiplikasi Artemesia annua secara in

vitro.

DAFTAR PUSTAKA

23

Armini, N.M., G.A. Wattimena, Dan L.W. Gunawan. 1992.Perbanyakan Tanaman, Dalam G.A. Wattimena., N. A.Mattjik., E. Samsudin, N,M.A. Wiendi, Dan A.Ernawati (Penyusun). Bioteknologi Tanaman.Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Pusat AntarUniversitas, IPB, Bogor. 307 Hlm.

Erfa,L., Ferziana Dan Yuriansyah. 2012.PengaruhFormulasi Media Dan Konsentrasi Air KelapaTerhadap Pertumbuhan Protokorm Anggrek PhalaenopsisIn Vitro. Jurnal Littri 18(3): 125-13.

Gusmaini dan Hera Nurhayati. 2007. PotensiPengembangan Budidaya Artemisia annua L. diIndonesia. Bogor : Balai Penelitian Tanaman Obatdan Aromatik. Perspektif Vol. 6 No. 2 / Desember.Hal 57 – 67.ISSN: 1412-8004.

Haryadi dan Pamenang. 1983. Peranan sukrosa dan airkelapa pada kultur jaringan anggrek. Bul. Agron.14(1): 4-8.

Jane K. J. Laisina.2013 Pengaruh Aspirin Dan Air KelapaDalam Media Pelestarian In Vitro Ubi Jalar Klon421.34 Jurnal Budidaya Pertanian 9(1): 26-32.

Kristina, N.N. Dan S.F.Syahid. 2012 Pengaruh Air KelapaTerhadap Multiplikasi Tunas In Vitro, ProduksiRimpang, Dan Kandungan Xanthorrhizol Temulawak DiLapangan.The Effect Of Coconut Water On In Vitro ShootsMultiplication, Rhyzome Yield, And Xanthorrhizol Content Of JavaTurmeric In The Field Jurnal Littri 18(3): 125-134

Mandang, J.P. 1993. Peranan Air Kelapa Dalam KulturJaringan Tanaman Krisan (Chrysanthemum MorifoliumRamat). Disertasi Program Pascasarjana. InstitutPertanian Bogor. 113 Hlm.

Nasib, A., K. Ali, And S. Khan. 2008. An Optimized AndImproved Method For The In Vitro Propagation Of KiwiFruit (Actinidia Deliciosa) Using Coconut Water. Pak.J. Bot. 40(6): 2355-2360.

24

Netty, W. 2002. Optimasi Medium Untuk MultiplikasiTunas Kana (Canna Hibryda Hort.) Dengan PenambahanSitokinin. J. Biosains Dan Bioteknologi Indonesia.2(1): 27-31.

Pisesha, Pratiwi Amie.2008. Pengaruh Konsentrasi IAA,IBA, BAP, Dan AirKelapa terhadap Pembentukan AkarPoinsettia(Euphorbia pulcherrima Wild Et Klotzch) invitr.Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura.Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Rahardja dan Wiryanta W, 2003. Aneka Cara memperbanyakTanaman . Agromedia Pustaka. Jakarta. Itb.Bandung.

Samanhudi.2010. Kajian Konsentrasi Bap Dan Naa TerhadapMultiplikasi Tanaman Artemisia Annua L. Secara In Vitro.Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian UniversitasSebelas Maret Surakarta: Berk .Penel .Hayati Edisi Khusus:4a (109–113).

Savitri Svh. 2005. Induksi Akar Stek Batang Sambung Nyawa(Gymura Drocumbens( Lour ) Merr.) Menggunakan Air Kelapa[ Skripsi ].Bogor : Fakultas Matematika Dan IlmuPengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Seswita,D. 2010.Penggunaan Air Kelapa Sebagai ZatPengatur Tumbuh Pada Multiplikasi Tunas Temulawak(Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) In Vitro. Jurnal Littri16(4) : 135 – 140.

Sulistyorini, I., Ibrahim, M.S.D, Dan Syafaruddin.2012. Penggunaan Air Kelapa Dan Beberapa AuksinUntuk Induksi Multiplikasi Tunas Dan PerakaranLada Secara In Vitro. Buletin Ristri 3 (3) : 231-238.

Surachman, D. 2011. Teknik Pemanfaatan Air Kelapa UntukPerbanyakan Nilam Secara In Vitro. Buletin TeknikPertanian.16(1) : 31-33.

25

WHO Monograph on Good Agricultureal and Collectionpractices (GACP) for Artemesia annua L. Switzerland:World Health Organization.

Zulkarnaen. 2009. Kultur Jaringan Tanaman: SolusiPerbanyakan Tanaman Budidaya. Jakarta : BumiAksara. WHO. 2006.

26