karya ilmiah batubara

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Loa Kulu merupakan sebuah kecamatan yang terletak di wilayah tengah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kecamatan Loa Kulu memiliki luas wilayah mencapai 1.405,7 km 2 yang dibagi dalam 9 desa dengan jumlah penduduk mencapai 31.523 jiwa (2005). Pada akhir abad ke-19, orang merantau ke Kalimantan Timur bertujuan mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan banyak uang. Salah satunya adalah mereka bekerja di perusahaan-perusahaan batubara. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, Loa Kulu merupakan daerah penghasil batu bara yang cukup besar. Perusahaan penambangan yang terkenal adalah Oost Borneo Maatschapij (OBM). Eksploitasi batu bara di Kecamatan Loa Kulu berakhir pada tahun 1970, tepat 2 tahun setelah diambil alih PN Tambang Batu Bara dari OBM pada tahun 1968. Sejak itu, Loa Kulu yang semula ramai berangsur-angsur mulai sepi ditinggalkan ribuan pekerja tambang. Pada akhir tahun 2008, tambang batu bara telah dibuka

Transcript of karya ilmiah batubara

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah

Loa Kulu merupakan sebuah kecamatan yang terletak di

wilayah tengah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan

Timur. Kecamatan Loa Kulu memiliki luas wilayah mencapai

1.405,7 km2 yang dibagi dalam 9 desa dengan jumlah

penduduk mencapai 31.523 jiwa (2005).

Pada akhir abad ke-19, orang merantau ke Kalimantan

Timur bertujuan mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan

banyak uang. Salah satunya adalah mereka bekerja di

perusahaan-perusahaan batubara. Pada masa pemerintahan

kolonial Hindia Belanda, Loa Kulu merupakan daerah

penghasil batu bara yang cukup besar. Perusahaan

penambangan yang terkenal adalah Oost Borneo Maatschapij

(OBM).

Eksploitasi batu bara di Kecamatan Loa Kulu berakhir

pada tahun 1970, tepat 2 tahun setelah diambil alih PN

Tambang Batu Bara dari OBM pada tahun 1968. Sejak itu,

Loa Kulu yang semula ramai berangsur-angsur mulai sepi

ditinggalkan ribuan pekerja tambang.

Pada akhir tahun 2008, tambang batu bara telah dibuka

kembali. Loa Kulu yang semula sepi berangsur-angsur ramai

kembali. Orang-orang dari berbagai daerah berdatangan.

Kebanyakan dari mereka berasal dari Pulau Jawa dan

Sulawesi. Mereka biasanya tinggal di rumah-rumah penduduk

dengan cara menyewa atau mengontrak. Selain pendatang

dari luar daerah, warga disekitar daerah penambangan juga

dipekerjakan. Tidak kurang dari seribu warga Loa Kulu

yang semula bekerja di perusahaan-perusahaan kayu mulai

pindah bekerja ke perusahaan-perusahaan batu bara. Hal

ini dikarenakan bekerja di perusahaan batu bara lebih

menjanjikan dibanding bekerja di perusahaan kayu yang

kebanyakan mulai bangkrut. Mencarai penghasilan dengan

cara bekerja di penambangan batu bara memang sedang trend

di daerah Loa Kulu.

Penambangan batu bara di Loa Kulu dilakukan dengan cara

pengupasan yaitu membuka lahan yang mengandung batu bara

sampai kedalaman tertentu. Hal ini dilakukan pada areal

yang luas sehingga mempengaruhi keadaan struktur tanah.

Disamping berubahnya struktur tanah, juga ada dampak-

dampak lain yang dirasakan oleh masyarakat sekitar

penambangan termasuk penulis yang merupakan warga Loa

kulu.

B.      Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, penulis menarik

permasalahan sebagai berikut:

1.       Apa dampak positif penambangan batu bara di

Loa Kulu?

2.       Apadampak negatif penambangan batu bara di

Loa Kulu?

3.       Bagaimana cara penanggulangan dampak dari

penambangan batu bara di Loa Kulu?

C.      Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah

4.       Untuk mengetahui dampak positif penambangan

batu bara di Loa Kulu.

5.       Untuk mengetahui dampak negatif penambangan

batu bara di Loa Kulu.

6.       Untuk mengetahui cara penanggulangan dampak

dari penambangan batu bara di Loa Kulu.

D.      Manfaat Penelitian

Setelah melakukan studi pustaka dan penyusunan makalah

ini, penulis mengharapkan :Makalah ini sebagai bahan

pembelajaran di sekolah-sekolah yang sesuai dengan bidang

pembelajarannya seperti pelajaran Geologi.

1.       Agar para siswa mengetahui dampak positif dari

penambangan batu bara.

2.       Agar para siswa mengetahui dampak negatif dari

penambangan batu bara.

3.       Untuk mempelajari cara exsplorasi batu bara.

4.       Untuk mempelajari jenis-jenis batu bara yang ada

di Loa Kulu.

5.       Untuk mengetahui cara pembentukan batu bara.

6.       Siswa mengetahui cara menanggulangi limbah batu

bara.

BAB II

LANDASAN TEORI

A.      Pengertian Batu Bara

Batu bara adalah termasuk salah satu bahan bakar

fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang

dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya

adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses

pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon,

hidrogen dan oksigen.

Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-

sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui

dalam berbagai bentuk.

B.      Umur Batu Bara

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi

tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu

sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340

juta tahun yang lalu, adalah masa pembentukan batu bara

yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu

bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara

terbentuk.

Pada Zaman Permian, kira-kira 270 juta tahun yang

lalu, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang

ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti

Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier

(70 - 13 juta tahun lalu) di berbagai belahan bumi lain.

C.      Materi Pembentuk Batu Bara

Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari

tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan

umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

1.  Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium

dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara

dari perioda ini.

2. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah,

merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara

dari perioda ini.

3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas.

Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di

Eropa dan Amerika Utara. Tumbuhan-tumbuhan tanpa bunga

dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di

iklim hangat.

4. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian

hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji

terbungkus dalam buah, misalnya pinus, mengandung

kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae

seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun

utama batu bara Permian seperti di Australia, India

dan Afrika.

5.  Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini.

Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan

dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding

gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat

terawetkan.

D.      Pembentukan Batu Bara

Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut

hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan

(coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang

terjadi, yakni:

1. Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat

material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk.

Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini

adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan

biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan

(dekomposisi) dan kompaksi material organik serta

membentuk gambut.

2. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses

perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya

antrasit.

E.      Tahap Eksplorasi

Tahap eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan

melalui empat tahap, yakni survei tinjau, prospeksi,

eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi rinci. Tujuan

penyelidikan geologi ini adalah untuk mengidentifikasi

keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran,

kuantitas, serta kualitas suatu endapan batu barasebagai

dasar analisis/kajian kemungkinan dilakukannya investasi.

Tahap penyelidikan tersebut menentukan tingkat keyakinan

geologi dan kelas sumber daya batu bara yang dihasilkan.

1. Survei Tinjau (Reconnaissance)

Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi batu bara

yang paling awal dengan tujuan mengidentifikasi

daerah-daerah yang secara geologis mengandung endapan

batu bara yang berpotensi untuk diselidiki lebih

lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi

geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah.

Kegiatannya, antara lain, studi geologi regional,

penafsiran penginderaan jauh, metode tidak langsung

lainnya, serta inspeksi lapangan pendahuluan yang

menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya

1:100.000.  Prospeksi (Prospecting)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi

daerah sebaran endapan batu bara yang akan menjadi

sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini, di antaranya, pemetaan

geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran

penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan

sumuran, pemboran uji (scout drilling), pencontohan,

dan analisis. Metode eksplorasi tidak langsung,

seperti penyelidikan geofisika, dapat dilaksanakan

apabila dianggap perlu.

2. Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui

gambaran awal bentuk tiga-dimensi endapan batu bara

yang meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi,

sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan

yang dilakukan antara lain, pemetaan geologi dengan

skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran

dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya,

penampangan (logging) geofisika, pembuatan

sumuran/paritan uji, dan pencontohan yang andal.

Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi mulai dapat

dilakukan.

3. Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui

kuantitas dan kualitas serta model tiga dimensi

endapan batu bara secara lebih rinci. Kegiatan yang

harus dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi

dengan skala minimal 1:2.000, pemboran dan pencontohan

yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi

geologinya, penampangan (logging) geofisika, serta

pengkajian geohidrologi dan geoteknik. Pada tahap ini

perlu dilakukan penyelidikan pendahuluan pada batu

bara, batuan, air dan lainnya yang dipandang perlu

sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan

dengan rencana kegiatan penambangan yang diajukan.

F.       Tipe Endapan Batu Bara dan Kondisi

1.       Tipe Endapan Batu Bara

Secara umum endapan batu bara utama di Indonesia

terdapat dalam tipe endapan batu bara Ombilin,

Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Bengkulu. Tipe

endapan batu bara tersebut masing-masing memiliki

karakteristik tersendiri yang mencerminkan sejarah

sedimentasinya. Selain itu, proses pasca pengendapan

seperti tektonik, metamorfosis, vulkanik dan proses

sedimentasi lainnya turut mempengaruhi kondisi geologi

atau tingkat kompleksitas pada saat pembentukan batu

bara.

2.       Kondisi Geologi/Kompleksitas

Berdasarkan proses sedimentasi dan pengaruh

tektonik, karakteristik geologi tersebut dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama : Kelompok

geologi sederhana, kelompok geologi moderat, dan

kelompok geologi kompleks. Uraian tentang batasan umum

untuk masing-masing kelompok tersebut beserta tipe

lokalitasnya adalah sebagai berikut.

a.  Kelompok Geologi Sederhana

Endapan batu baradalam kelompok ini umumnya

tidak dipengaruhi oleh aktivitas tektonik, seperti

sesar, lipatan, dan intrusi. Lapisan batu bara pada

umumnya landai, menerus secara lateral sampai

ribuan meter, dan hampir tidak mempunyai

percabangan. Ketebalan lapisan batu bara secara

lateral dan kualitasnya tidak memperlihatkan

variasi yang berarti. Contoh jenis kelompok ini

antara lain, di lapangan Bangko Selatan dan Muara

Tiga Besar (Sumatera Selatan), Senakin Barat

(Kalimantan Selatan), dan Cerenti (Riau).

b.  Kelompok Geologi Moderat

Batu bara dalam kelompok ini diendapkan dalam

kondisi sedimentasi yang lebih bervariasi dan

sampai tingkat tertentu telah mengalami perubahan

pasca pengendapan dan tektonik. Sesar dan lipatan

tidak banyak, begitu pula pergeseran dan perlipatan

yang diakibatkannya relatif sedang. Kelompok ini

dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi

ketebalan lateral yang sedang serta berkembangnya

percabangan lapisan batu bara, namun sebarannya

masih dapat diikuti sampai ratusan meter. Kualitas

batu bara secara langsung berkaitan dengan tingkat

perubahan yang terjadi baik pada saat proses

sedimentasi berlangsung maupun pada pasca

pengendapan. Pada beberapa tempat intrusi batuan

beku mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas

batu baranya. Endapan batu barakelompok ini

terdapat antara lain di daerah Senakin, Formasi

Tanjung (Kalimantan Selatan)

c.  Kelompok Geologi Kompleks

Batu bara pada kelompok ini umumnya diendapkan

dalam sistim sedimentasi yang komplek atau telah

mengalami deformasi tektonik yang ekstensif yang

mengakibatkan terbentuknya lapisan batu bara dengan

ketebalan yang beragam. Kualitas batu baranya

banyak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang

terjadi pada saat proses sedimentasi berlangsung

atau pada pasca pengendapan seperti pembelahan atau

kerusakan lapisan (wash out).

Pergeseran, perlipatan dan pembalikan (overtumed) yang

ditimbulkan oleh aktivitas tektonik, umum dijumpai dan

sifatnya rapat sehingga menjadikan lapisan batu bara

sukar dikorelasikan. Perlipatan yang kuat juga

mengakibatkan kemiringan lapisan yang terjal. Secara

lateral, sebaran lapisan batu baranya terbatas dan hanya

dapat diikuti sampai puluhan meter. Endapan batu bara

dari kelompok ini, antara lain, diketemukan di Ambakiang,

Formasi Warukin, Ninian, Belahing dan Upau (Kalimantan

Selatan), Sawahluhung (Sawahlunto. Sumatera Barat).

daerah Air Kotok (Bengkulu), Bojongmanik (Jawa Barat),

serta daerah batu bara yang mengalami ubahan intrusi

batuan beku di Bunian Utara (Sumatera Selatan).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.   Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

Menurut Subana (2001), penelitian deskriptif adalah suatu

penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang

berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel,dan fenomena

yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan

apa adanya.

Dalam penelitian ini, penulis berusaha mendeskripsikan

atau menggambarkan data-data yang telah diperoleh dari

observasi, wawancara dan penelusuran pustaka.

B.       Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, penulis melakukan observasi,

penelusuran literatur dari artikel-artikel yang dicari

melalui internet dan melakukan wawancara.

BAB IV

PEMBAHASAN

A.      Dampak Positif Penambangan Batu Bara di Loa Kulu

1. Peningkatan Jumlah Lapangan Pekerjaan

Dengan adanya pembukaan penambangan batu bara di

Loa Kulu banyak menyedot masyarakat Loa Kulu bekerja

di pertambangan batu bara. Kira-kira 50% pekerja

setiap perusahaan batu bara adalah masyarakat Loa

Kulu. Ini dapat membantu mengurangi tingkat

pengangguran di daerah Loa Kulu. Seperti halnya di

daerah Jembayan, banyak sopir taksi, pegawai bangunan,

pegawai perusahaan kayu dan pedagang berpindah kerja

menjadi pegawai di perusahaan batu bara.

2.  Masyarakat Loa Kulu Mendapatkan Dana Bantuan

Perusahaan batu bara memberikan dana royalti kepada

masyarakat loa kulu sebagai tanda terima kasih karena

masyarakat sekitar Loa Kulu telah memberikan informasi

atas adanya batu bara di sekitar Loa Kulu. Dana

royalti tersebut diberikan kepada forum masing-masing

desa dan akan dikelola oleh forum tersebut. Jadi

setiap bulannya, masyarakat Loa Kulu memperoleh dana

royalti sebesar 2,5 US$ setiap tonnya. Apabila suatu

perusahaan penambang batu bara memproduksi sekitar

satu ponton dengan kapasitas 10.000 ton, maka

perusahaan memproduksi batu bara sebesar 300.000 ton

per bulan. Dari produksi tersebut, maka masyarakat Loa

Kulu akan memperoleh dana royalti sebesar 750.000 US$.

Apabila di kurskan ke rupiah  maka masyarakat Loa Kulu

memperoleh uang sebesar Rp. 7.577.625.000,00 yang akan

dibagi kepada 12 desa. Maka dengan dana tersebut

masyarakat Loa Kulu dapat memperbaiki pendidikan,

kesehatan, sarana transportasi dan lain sebagainya.

Contohnya saja di desa Loa Kulu Kota, Forum sudah

memiliki program Rp 141,8 juta untuk penggunaan bidang

Pendidikan, bidang Kesehatan Rp. 106,3 juta, untuk

bidang Kepemudaan dan Sosial Budaya sebesar Rp. 70,9

juta, bidang keagamaan Rp. 70,9 juta, bidang

penanggulangan kemiskinan sebesar Rp. 70,9 juta.

3. Menambah Devisa Daerah

batu bara pemasarannya sebagian diekspor. Salah

satu perusahaan tambang batu bara mengekspor hasil

penambangan ke Filipina, Korea Selatan, dan China.

Biasanya batu bara digunakan untuk pembangkit tenaga

listrik. Komoditi ini telah banyak diusahakan oleh

para investor, akan tetapi jumlah investor yang

beroperasi belum bisa mengeksploitasi seluruh areal

cadangan batu bara yang ada.

B.      Dampak Negatif Penambangan Batu Bara di Loa Kulu

1. Banjir

Sebelum ada penambangan batu bara, di desa

Ponoragan yang merupakan salah satu desa di Kecamatan

Loa Kulu jarang terjadi banjir. Kira-kira terjadi

banjir setiap satu tahun sekali. Itupun kalau hujan

deras yang bersamaan dengan pasang air Sungai Mahakam.

Jarangnya terjadi banjir dikarenakan masih banyaknya

pohon-pohon yang akarnya mengikat butir-butir air.

Tapi sekarang sering terjadi banjir yang disebakan

adanya batu bara tersebut karena air hujan tidak bisa

ditampung oleh pohon-pohon yang telah ditebang untuk

pembukaan lahan batu bara. Banjir yang berkepanjangan

ini menyebabkan banyak kerugian bagi petani padi dan

petani ikan. Bagi petani padi banyak sawah yang gagal

panen karena terkena banjir tersebut. Pada saat akan

menebar benih, lahan sawah masih tergenang air yang

disebabkan oleh banjir sehingga para petani tidak bisa

menanam padi dan padi membusuk. Pada saat pertengahan

tanam, hujan deras membuat lahan sawah terendam dan

banjir sehingga padinya membusuk dan gagal panen.

Biasanya petani Loa Kulu panen 3 kali dalam setahun

tapi sekarang panen hanya setahun sekali.

Bagi petani ikan, banyak petani ikan yang lepas ikut

arus air banjir sehingga banyak petani ikan yang rugi

besar. Setelah banjir, petani ikan akan mengeluarkan

dana lebih banyak lagi untuk merenovasi kolam dan

membeli bibit ikan dan para petani ikan harus memulai

lagi dari nol.

2. Penggundulan Hutan

Banyak hutan yang ditebang untuk pembukaan lahan

batu bara baik oleh masyarakat maupun dari pihak

perusahaan batu bara itu sendiri. Dari masyarakat

banyak yang melakukan pembukaan lahan hutan karena

masyarakat menganggap bahwa tanah tersebut adalah

tanah milik leluhurnya dan masyarakatlah yang menjadi

ahli warisnya. Dari hal tersebut maka ditakutkan

terjadi tanah longsor dan banjir karena tidak ada yang

menahan laju air hujan yang langsung jatuh ke tanah.

Dari hujan yang langsung mencapai tanah tersebut akan

mengakibatkan percikan air yang menyebabkan adanya

erosi pada tanah dan terjadi longsor. Jadi, daerah di

tempat yang lebih rendah menjadi korban tanah longsor

dan korban banjir. Selain itu, dampak dari

penggundulan hutan ini banyak hewan lari dari

habitatnya. Sebagai contoh, di daerah dekat Loa Sumber

pernah ada kera yang lumayan besar yang menyebrang

jalan. Padahal dulu tidak ada kera besar yang

menyebrang jalan. Ini bukti bahwa telah terjadi

penggundulan hutan dan merusak habitat kera.

3. Rusaknya Tanah

Tanah bekas penambangan batu bara jarang dapat

untuk ditanami lagi, karena tanah bekas penambangan

batu bara sudah kehilangan humusnya. Seperti di

beberapa daerah di jalan ke Samarinda banyak lobang-

lobang besar bekas adanya penambangan batu bara. Ini

menjadi bukti bahwa setelah adanya pengerukan batu

bara, perusahaan tidak mengadakan reboisasi. Sehingga,

nanti bekas dari pengerukan batu bara ini akan menjadi

lahan yang gundul dan ekologi di daerah batu bara

rawan rusak.

4. Rusaknya Karamba Ikan

Ponton yang membawa batu bara sering kali menabrak

dan menghancurkan keramba petani ikan. Banyak keramba

yang rusak akibat hal tersebut. Beberapa pendapat

mengatakan bahwa kadang terjadi penabrakan keramba

ikan karena adanya kabut yang cukup tebal dan jarak

pandang yang cukup pendek. Sehingga banyak orang yang

hanya melihat saja karambanya yang rusak. Tapi hal ini

diganti rugi oleh pihak perusahaan batu bara.

Kerusakan karamba membuat petani karamba memulai lagi

dari nol.

5. Tanah Longsor

Tanah di perbukitan sekitar penambangan batu bara

banyak yang longsor ketika terjadi hujan, karena hujan

yang turun langsung mencapai tanah. Sehingga, air

hujan yang langsung sampai ke tanah meengakibatkan

percikan-percikan menyebabkan erosi tanah dan terjadi

longsor karena tanah tidak ada yang menahan karena

gundulnya hutan.

6. Limbah Batu Bara

Dampak negatif dari aktifitas pertambangan batu

bara bukan hanya menyebabkan terjadi kerusakan

lingkungan. Melainkan, ada bahaya lain yang saat ini

diduga sering disembunyikan para pengeoloa

pertambangan batu bara di Indonesia. Kerusakan

permanen akibat terbukanya lahan, kehilangan beragama

jenis tanaman, dan sejumlah kerusakan lingkungan lain

ternyata hanya bagian dari dampak negatif yang

terlihat mata.

Pertambangan batu bara ternyata menyimpan bahaya

lingkungan yang berbahaya bagi manusia. Bahaya lain

dari pertambangan batu bara adalah air buangan tambang

berupa luput dan tanah hasil pencucian yang

diakibatkan dari proses pencucian batu bara yang lebih

popular disebut Sludge

Saat ini banyak analis pertambangan yang tidak mau

mengekspose secara detail tentang bahaya air cucian

batu bara. Limbah cucian batu bara yang ditampung

dalam bak penampung sangat berbahaya karena mengandung

logam-logam beracun yang jauh lebih berbahaya

dibanding proses pemurnian pertambangan emas yang

mengunakan sianida (CN).

Proses pencucian dilakukan untuk menjadikan batu

bara lebih bersih dan murni sehingga memiliki nilai

jual tinggi. Proses ini dilakukan karena pada saat

dilakukan eksploitasi biasanya batu bara bercampur

tanah dan batuan.

Agar lebih mudah dan murah, dibuatlah bak penampung

untuk pencucian. Kolam penampung itu berisi air cucian

yang bercampur lumpur.

Sluge mengandung bahan kimia karsinogenik yang

digunakan dalam pemrosessan batu bara yang logam berat

beracun yang terkandung di batu bara seperti arsenic,

merkuri, kromium, boron, selenium dan nikel.

Dibandingkan tailing dari limbah luput pertambangan

emas, unsur berancun dari logam berat yang ada limbah

pertambangan batu bara jauh lebih berbahaya. Sayangnya

sampai sekarang tidak ada publikasi atau informasi

dari perusahan pertambangan terhadap bahaya sluge

kepada masyarakat di sekitar pertambangan.

Unsur ini menyebabkan penyakit kulit, gangguan

pencernaan, paru dan penyakit kanker otak. Air sungai

tempat buangan limbah digunakan masyarakat secara

terus menerus. Gejala penyakit itu biasa akan tampak

setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh

manusia.

Beberapa perusahaan tambang di Kalimantan Timur

ditengarai tidak melakukan pengelolaan water treatmen

terhadap limbah buangan tambang dan juga tanpa

penggunaan bahan penjernih Aluminum Clorida, Tawar dan

kapur. Akibatnya limbah buangan tambang menyebabkan

sungai sarana pembuagan limbah cair berwarna keruh.

Alangkah bijaknya jika perusahaan pertambangan batu

bara tetap memperhatikan kualitas limbah tambangnya

dengan membuat water treatment dan penggunaan bahan

penjernih air hingga limbah buangan aman bagi

masyarakat dan lingkungan.

7.       Intrusi Sungai Mahakam

Sedimentasi yang terus berlangsung di Sungai

Mahakam menyebabkan air laut berbalik ke arah hulu

sungai sehingga menyebabkan intrusi air laut sepanjang

120 kilometer dari arah muara atau delta Mahakam.

Intrusi air laut ini tidak hanya menyebabkan penduduk

yang bermukim di sekitar Sungai Mahakam kesulitan

mendapatkan air bersih, tetapi berbagai jenis ikan air

tawar juga ikut musnah.

Hal ini disebabkan adanya pembabatan hutan secara

besar-besaran di bagian hulu dan sekitar daerah aliran

sungai (DAS) sehingga menimbulkan sedimentasi atau

pengendapan lumpur. Sedimentasi ini telah menyebabkan

muara Sungai Mahakam menjadi sangat dangkal, tak

sampai satu meter  pada saat air laut sedang surut.

Akibatnya, kapal-kapal besar tidak bisa masuk Sungai

Mahakam pada saat air sedang surut dan harus menunggu

air laut pasang.

Kondisi ini semakin diperburuk lagi dengan kegiatan

tambang emas dan batu bara di bagian hulu Sungai

Mahakam. Sejumlah perusahaan tambang batu bara

diketahui membuang limbahnya langsung ke Sungai

Mahakam sehingga terjadi pencemaran dengan bahan

partikel terlarut (suspended particulate matter/SPM)

yang tinggi dengan konsentrasi 80 miligram/liter.

Bahkan sebuah perusahaan tambang batu bara yang

beroperasi di Kecamatan Loa Kulu, terbukti menutup

sebuah sub daerah aliran sungai Mahakam dan dijadikan

jalan tambang. Padahal, mestinya perusahaan tersebut

membuat gorong-gorong untuk jalan tambang.

C.      Penanggulangan Dampak Negatif Penambangan Batu

Bara di Loa Kulu

Dalam menanggulangi dampak negatif dari penambangan

batu bara di Loa Kulu masyarakat, perusahaan tambang batu

bara, dan pemerintah kabupaten telah mengadakan beberapa

usaha untuk menanggulangi dampak tersebut yaitu :

1. Kerusakan Karamba Ikan

Masyarakat memberi lampu pada setiap karamba supaya

ponton batu bara pada saat malam hari atau pada saat

terjadi kabut tidak menabrak karamba warga di sekitar

sungai mahakam. Dari pihak perusahaan tambang batu

bara apabila telah terjadi kecelakan ponton menabrak

karamba ikan, maka para korban mendapatkan ganti rugi

sesuai dengan berat atau ringannya kerusakan karamba

dan ganti rugi ikan yang lepas akibat rusaknya karamba

tersebut.

2. Erosi Tanah Sekitar Sungai Mahakam

Pemerintah Kabupaten mengadakan pemasangan turap di

sepanjang sungai mahakam di Kecamatan Loa Kulu untuk

mencegah adanya erosi tanah akibat air mahakam. Selain

itu,  juga mencegah sedimentasi lumpur di sungai

mahakam. Pemasangan turap ini juga berfungsi untuk

mencegah air mahakam agar tidak meluap ke jalan pada

saat terjadi pasang besar.

3.  Penanggulangan Limbah Batu Bara

Dalam mengadakan exsplorasi pada tahap pembukaan

singkapan dilakukan penyemprotan air sehingga

menghasilkan lumpur yang bercampur batu bara. Air

tersebut akan mengalir ke sawah penduduk dan sungai.

Hal ini akan bisa menyebabkan gagal panen dan

pencemaran sungai. Agar tidak terjadi hal demikian,

dibuatlah kolam limbah yang bertingkat. Dalam kolam

limbah bertingkat tersebut akan terjadi pengendapan

lumpur dan penyaringan larutan batu bara. Sehingga,

yang keluar dari kolam limbah hanya air.

Di dekat penampungan batu bara sebelum masuk

kompeyor, dibuatkan kolam untuk menampung limbah batu

bara. Karena pada saat hujan, batu bara yang terkena

air akan luntur. Lunturan batu bara tersebut juga sama

bahayanya dengan batu bara apabila masuk ke sungai

karena dapat menyebabkan matinya organisme perairan.

Jadi, di kolam dekat kompeyor akan di tampung hasil

lunturan batu bara dan di tunggu hingga mengendap.

Setelah mengendap, air di kolam tersebut di keluarkan

dengan alkon dan endapan lunturan batu bara di

tinggalkan di kolam penampungan.

BAB V

PENUTUP

A.  Simpulan

Dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dampak dari adanya penambangan batu bara di Loa

Kulu diantaranya meningkatnya jumlah lapangan

pekerjaan, masyarakat Loa Kulu mendapatkan dana

bantuan, menambah devisa negara.

2. Selain membawa dampak positif, penambangan batu

bara juga membawa dampak negatif diantaranya banjir,

penggundulan hutan, rusaknya hutan, rusaknya karamba

ikan, tanah longsor, limbah batu bara, intrusi sungai

mahakam.

3. Dari adanya dampak negatif tersebut masyarakat,

perusahaan tambang batu bara, dan pemkab mengadakan

cara penanggulangan dampak negatif dari penambangan

batu bara. Beberapa hal yang dapat ditanggulangi

antara lain kerusakan karamba ikan, erosi tanah di

sekitar sungai mahakam, dan penanggulangan limbah batu

bara.

B. Saran

Berdasarkan landasan teori dan pembahasan maka penulis

menyarankan  :

1.      Bagi pemerintah supaya memberikan sanksi kepada

perusahaan tambang batu bara yang membuang limbahnya

langsung ke sungai tanpa ada pengolahan limbah.

2.      Bagi perusahaan batu bara sebaiknya mengolah

limbah batu bara terlebih dahulu sebelum dibuang ke

lingkungan.

3.      Bagi generasi muda agar melakukan penelitian

terhadap endapan limbah batu bara sebagai sumber energi

baru.

http://tjahjaniari.blogspot.com/2010/12/karya-ilmiah-

remaja.html?m=1