Proposal Skripsi

47
PERANAN KOOPERATIF LEARNING TIPE PICTURE AND PICTURE TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA NEGERI 113 JAKARTA (PADA POKOK BAHASAN FUNGI) PROPOSAL SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : DWI ASTUTI 1101145018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Transcript of Proposal Skripsi

PERANAN KOOPERATIF LEARNING TIPE PICTURE AND PICTURE

TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

SISWA SMA NEGERI 113 JAKARTA

(PADA POKOK BAHASAN FUNGI)

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

DWI ASTUTI

1101145018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. Dr. HAMKA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan tujuan Kurikulum 2013 dalam proses

pembelajaran guru dan siswa dituntut untuk lebih

aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan

guru juga harus aktif memancing kreatifitas anak

didiknya sehingga komunikasi terjadi dengan sangat

dinamis. Adapun ciri khas dari Kurikulum 2013 dalam

proses pembelajarannya menggunakan pendekatan

saintific (Scientific Approach) dengan proses kegiatan

awal, kegiatan inti yang terdiri dari mengamati,

menanya, mencoba, mengasosiasikan dan

mengkomunikasikan (5M) dan kegiatan akhir. Dalam

kurikulum 2013 juga memberi alokasi waktu pada

kegiatan pengembangan diri peserta didik yang

berkarakter. Peserta didik tidak hanya mengenal

teori, tetapi diajak untuk terlibat dalam sebuah

proses pengalaman belajarnya dengan harapan

menghasilkan individu yang berkualitas.

Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidik

hendaknya melakukan sistem pengajaran yang salah

satunya adalah dengan menggunakan prinsip kurikulum

2013 yang telah ditetapkan. Adapun kurikulum yang

dikembangkan pada saat ini adalah Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 ini disempurnakan dari Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Kurikulum

2013 adalah kurikulum yang mengacu pada keseimbangan

antara sikap, keterampilan dan pengetahuan untuk

membangun soft skills dan hard skills.

Dilapangan faktanya saat ini masih ada guru yang

memilih jalan termudah yang hanya mengejar

pencapaian hasil belajar dengan belum melaksanakan

prinsip Kurikulum 2013 tersebut. Guru mengajarkan

hanya yang ada di buku saja, dengan pelajaran

semacam itu maka dapat mempengaruhi rendahnya minat

siswa atas pelajaran IPA.

Dalam pembelajaran Biologi, prinsip yang telah

ditetapkan dalam Kurikulum 2013 hendaknya

direalisasikan, karena Biologi merupakan salah satu

bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang menyediakan

berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep

dan proses sains yang dasarnya biologi juga

merupakan ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari

dan diketahui karena biologi memberikan pengetahuan

dan informasi mengenai seluk beluk makhluk hidup.

Jika guru tetap tidak memedulikan akan prinsip

Kurikulum 2013 tersebut, maka akan berdampak

negative bagi peserta didik dalam proses

pembelajaran di kelas maupun untuk mencapai tujuan

pendidikan. Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus

memiliki kerangka pembelajaran secara konseptual

agar peserta didik dapat belajar efektif dan

efisien, mencapai pada tujuan yang diharapkan.

Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan

dalam proses pengajaran. Namun, tidak semua model

pembelajaran dapat diterapkan dalam pengajaran,

tentu semuanya harus disesuaikan dengan kebutuhan

yang menyangkut materi yang akan disajikan.

Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

dimana peserta didik bekerja di dalam kelompok-

kelompok kecil sehingga mereka saling membantu

antara satu dengan yang lainnya dalam mempelajari

suatu pokok bahasan. Dalam model pembelajaran

kooperatif yang dikombinasikan dengan metode picture

and picture untuk mempermudah siswa dalam memahami

gambar dan menemukan konsep materi yang diajarkan.

Pembelajaran kooperatif picture and picture adalah

salah satu metode pembelajaran aktif yang

menggunakan gambar dipasangkan menjadi urutan yang

sistematis, seperti menyusun gambar secra berurutan,

menunjukkan gambar, memberi keterangan gambar dan

menjelaskan gambar. Picture and picture ini berbeda

dengan media gambar dimana picture and picture berupa

gambar yang belum disusun secara berurutan dan yang

menggunakannya adalah peserta didik, sedangkan media

gambar berupa gambar utuh yang digunakan oleh guru

dalam proses pembelajaran. Dengan adanya penyusunan

gambar guru dapat mengetahui kemampuan peserta didik

dalam memahami konsep materi dan melatih berpikir

logis dan sistematis, dapat melihat kemampuan

peserta didik dalam menyusun gambar secara

berurutan, menunjukkna gambar, memberi keterangan

dan menjelaskan gambar, sehingga peserta didik dapat

menemukan konsep materi secaca mandiri dengan

membaca gambar. Adanya gambar-gambaryang berkaitan

dengan materi belajar peserta didik lebih aktif dan

dapat tercapai tujuan akhir dari proses pembelajaran

yaitu hasil belajar akan meningkat.

Dalam materi Fungi yang terdapat pada Kurikulum

2013 di kelas X membahas tentang ciri dan

karakteristik jamur serta peranannya dalam

kehidupan. Untuk itu, dalam mengajarkan materi Fungi

ini dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif

kombinasi metode picture and picture dapat menyelidiki

secara langsung ke lingkungan sekitar maupun

berbagai sumber mengenai fungi serta peranannya

dalam kehidupan.

Oleh karena itu pemilihan tipe picture and picture

adalah pemilihan yang tepat dalam membahas materi

ciri dan karakteristik jamur serta perananya dalam

kehidupan, karena dalam hal ini tampak adanya

keterkaitan antara materi yang akan disajikan dalam

pembelajaran dengan ruang lingkup tempat tinggal

sekitar kita. Sehingga penulis tertarik untuk

mengetahui sejauh mana tipe picture and picture

berpengaruh terhadap hasil belajar IPA Biologi

siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah

diuraikan sebelumnya dapat diidentifikasi beberapa

masalah diantaranya :

1. Apakah peranan model pembelajaran kooperatif tipe

picture and picture berpengaruh terhadap hasil belajar

Biologi siswa di kelas X SMA 113 Negeri Jakarta

Timur ?

2. Seberapa besar peranan model pembelajaran

kooperatif tipe picture and picture berpengaruh

terhadap hasil belajar Biologi siswa di kelas X

SMA Negeri 113 Jakarta Timur ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peranan

model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture

terhadap hasil belajar Biologi siswa di kelas X

SMA Negeri 113 Jakarta Timur ?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas, agar penelitian

ini tidak meluas. Maka peneliti membatasi

permasalahan ini pada peranan kooperatif learning tipe

picture and picture terhadap hasil belajar Biologi siswa

di kelas X SMA Negeri 113 Jakarta Timur.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka

penelitian ini dirumuskan pada, ”Apakah peranan

model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture

berpengaruh terhadap hasil belajar Biologi siswa di

kelas X SMA 113 Negeri Jakarta Timur ?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas peranan model

kooperatif learning tipe picture and picture

terhadap hasil belajar Biologi siswa di kelas X SMA

Negeri 113 Jakarta Timur pada pokok bahasan Ciri

dan Karakteristik Jamur serta Peranannya dalam

Kehidupan.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk :

1. Memberi pengalaman kepada penulis dalam melakukan

penelitian model kooperatif learning tipe picture and

picture.

2. Sebagai pengetahuan tambahan bagi penulis dalam

memilih tipe pembelajaran yang efektif dan efisien

serta tepat dalam menyajikan sesuatu materi

pembelajaran, yakni dengan menggunakan tipe picture

and picture.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran Kooperatif Learning

adalah strategi belajar mengajar yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama

dalam struktur kerja sama yang teratur di

dalam kelompok kecil, yang terdiri atas dua

orang atau lebih (Pudjosumedi, 2012:179).

Sedangkan menurut Saptono (2011:68)

mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif

hakikatnya adalah pembelajaran yang

diinspirasi oleh seni hidup yang terdapat

dalam kelompok atau komunitas yang setiap

anggota umumnya memiliki sikap tanggap serta

kesediaan untuk menyumbangkan kemampuan

terbaik yang mereka miliki untuk mencapai

tujuan-tujuan mereka sendiri maupun tujuan-

tujuan kelompok.

Peranan model pembelajaran kooperatif

dapat mengajarkan nilai-nilai kerja sama

antar peserta didik dalam proses

pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif

juga berperan aktif untuk membangun

pendidikan karakter peserta didik karena

dalam prosesnya terjadi interaksi antara satu

dengan yang lain. Menanamkan pendidikan

karakter pada diri peserta didik dengan

adanya kesempatan untuk menjadi anggota

penyumbang dan tindakan yang penuh kebaikan

dalam kelompok sebaya adalah kondusif

terhadap kepedulian tentang anggota kelompok

persahaban, untuk mengembangkan sikap yang

lebih suka menolong, dan kecenderungan yang

lebih besar untuk memperkaya spontanitas

kecenderungan perilaku sosial.

Pembelajaran model kooperatif menggunakan

sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara

empat sampai enam orang yang heterogen.

Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok.

Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan

(reward), jika kelompok mampu menunjukkan

prestasi yang dipersyaratkan. Dengan

demikian, setiap anggota kelompok akan

mempunyai ketergantungan positif.

Ketergantungan semacam itulah yang

selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab

individu terhadap kelompok dan keterampilan

interpersonal dari setiap anggota kelompok

(Sanjaya, 2009:242).

Jadi model pembelajaran kooperatif

merupakan suatu variasi dalam proses

pembelajaran dengan membentuk kelompok-

kelompok kecil yang heterogen. Peserta didik

belajar dan bekerja dalam kelompoknya untuk

saling membantu satu sama lain dalam memahami

dan menyelesaikan suatu pokok bahasan serta

bekerjasama dalam menyelesaikan tugas

kelompok.

Model pembelajaran kooperatif memiliki

banyak bentuk, diantaranya STAD (Student Teams

Achievement Division), TGT (Teams Games

Tournament), TAI (Team Accelarated Instruction),

CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition).

Selain itu ada beberapa tipe model

pembelajaran kooperatif lainnya yaitu

Investigasi Kelompok, Learning Together, Co-Op Co-Op,

dan sebagainya. Model pembelajaran tipe

Jigsaw, Investigasi Kelompok dan Co-Op Co-Op adalah

model-model pembelajaran kooperatif yang

mengedepankan spesialisasi tugas setiap

anggota kelompok di dalam kelompok.

Proses model pembelajaran kooperatif

bermula dengan pembentukan kelompok kecil.

Setiap pasangan peserta didik membuat aktitas

belajar yang berstruktur untuk menyelesaikan

segala tugas melalui perbincangan atau

diskusi. Spesialisasi tugas menyelesaikan

setiap kelompok angota kelompok mendukung

penuh adanya akuntabilitas individu agar

peserta didik dapat memberikan kontribusi

kepada kelompok. Dalam hal ini setiap peserta

didik bertanggung jawab untuk suatu bagian

yang terpisah dari tugas teman-temannya di

dalam suatu kelompok. Tugas kelompok menjadi

benar-benar tergantung pada tugas individu

(Rara, 2010:8). Selain itu, dengan memberikan

tugas yang berbeda-beda dapat membantu

menghindari adanya pembagian antar individu

di dalam kelompok.

b. Landasan Teori Kooperatif

Landasan yang mendukung model

pembelajaran kooperatif ada dua katagori,

yaitu teori motivasi dan kognitif (Slavin,

1995:16):

1) Teori Motivasi

Motivasi menurut Sanjaya (2006:244) adalah

keadaan internal organisme baik manusia

ataupun hewan yang mendorongnya untuk

berbuat sesuatu. Di dalam model

pembelajaran kooperatif, siswa belajar dan

bekerja di dalam kelompoknya, sehingga

dapat terjadi ikatan kerja sama dan ikatan

sosial yang kuat antar anggota kelompok.

2) Teori Kognitif

Teori kognitif lebih menekankan pada efek

dari kerja sama

tersebut pada diri masing-masing siswa. Di

dalam model pembelajaran kooperatif,

terjadi tutorial di antara siswa dalam

memahami materi dan menyelesaikan tugas

kelompok ataupun individu. Pengetahuan

siswa tentang materi sebelum terjadinya

tutorial sebaya akan tersusun kembali

berdasarkan diskusi kelompok yang

diungkapkan oleh siswa dengan kata-kata

yang mudah dimengerti oleh temannya.

3) Tipe Picture and Picture

Pembelajaran kooperatif picture and

picture adalah salah satu metode

pembelajaran aktif yang menggunakan gambar

dan

dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan

yang sistematis, seperti menyusun gambar

secara berurutan, menunjukkan gambar,

memberi keterangan gambar dan menjelaskan

gambar (Suprjiono, 2009). Picture and

picture ini berbeda dengan media gambar

dimana picture and picture berupa gambar

yang belum disusun secara berurutan dan

yang menggunakannya adalah siswa,

sedangkan media gambar berupa gambar utuh

yang digunakan oleh guru dalam proses

pembelajaran. Dengan adanya penyusunan

gambar guru dapat mengetahui kemampuan

siswa dalam memahami konsep materi dan

melatih berpikir logis dan sistematis,

dapat melihat kemampuan siswa dalam

menyusun gambar secara berurutan,

menunjukkan gambar, memberi keterangan dan

menjelaskan gambar, Sehingga siswa dapat

menemukan konsep materi sendiri dengan

membaca gambar. Adanya gambar-gambar yang

berkaitan dengan materi belajar siswa

lebih aktif dan dapat tercapai tujuan

akhir dari proses pembelajaran yaitu hasil

belajar akan meningkat.

B. Kerangka Berpikir

Belajar adalah suatu kegiatan ataupun

aktivitas yang dilakukan oleh manusia yang di

dalamnya terjadi proses interaksi antara manusia

dengan lingkungan di sekitarnya, sehingga

menghasilkan perubahan tingkah laku, pemahaman,

perluasan minat serta kecakapan yang meliputi

seluruh pribadi peserta didik. Di dalam kelas,

terdapat keragaman peserta didik yang biasa

disebut dengan heterogenitas. Agar antara siswa

yang satu dengan yang lain dapat mengenal sikap

dan karakteristiknya masing-masing serta

terjadinya suatu kegiatan pembelajaran yang aktif

dan efisien maka guru perlu memperhatikan

heterogenitas siswa di dalam kelas dalam suatu

proses pembelajaran.

Dengan segala perbedaan yang terdapat dalam

diri siswa tersebut, terutama dalam mengatasi

perbedaan kemampuan akademis siswa (siswa yang

memiliki kemampuan akademis tinggi, rata-rata

hingga rendah) guru perlu memperhatikan model

pembelajaran yang tepat untuk tercapainya tujuan

pembelajaran, sehingga antara siswa yang memiliki

perbedaan kemampuan tersebut dapat melakukan

proses diskusi atau tutor sebaya. Karena dengan

tutor sebaya siswa dapat lebih mudah menerima

pengetahuan yang diberikan oleh temannya, serta

saling membantu dan memberi motivasi untuk

menyelesaikan dan memahami suatu pokok bahasan.

Dengan adanya kenyataan tersebut, maka guru perlu

memperhatikan model pembelajaran yang berbeda,

agar proses belajar tidak monoton dan tidak

membosankan untuk itu perlu adanya variasi dalam

pembelajaran, misalnya proses belajar individual

secara kooperatif.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggitanya terdiri dari empat sampai enam

orang dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen. Model pembelajaran kooperatif

dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif

konstruktivis. Di samping model pembelajaran

kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil

belajar kompetensi akademik, model pembelajaran

kooperatif juga efektif untuk mengembangkan

kompetensi sosial peserta didik. Kegiatan

pembelajaran ini menerapan pembelajaran kooperatif

dengan kombinasi metode picture and picture. Proses

pembelajaran ini dirancang sedemikian rupa, yakni

dengan membentuk siswa menjadi lima sampai enam

kelompok yang heterogen, siswa menyusun kalimat

untuk melengkapi keterangan yang ada pada gambar

sesuai pokok pembahasan yang telah ditentukan guru

dan siswa mengkomunikasikan hasil karyanya untuk

dipresentasikan di depan kelas.

Di dalam materi Fungi yang terdapat pada

silabus Kurikulum2013 di kelas X SMA semester

genap membahas tentang ciri dan karakteristi jamur

serta peranannya dalam kehidupan sehari-hari

selain itu juga membahas mengenai pemanfaatan

jamur secara ekologis. Tipe picture and picture adalah

pilihan yang tepat dalam membahas materi Fungi,

karena dengan menggunakan tipe picture and picture

siswa dapat menalar secara langsung ke lingkungan

sekitar dan berbagai sumber mengenai fungi serta

peranannya dalam kehidupan sehari-hari yang

berdampak langsung terhadap lingkungan. Karena

pada dasarnya karakteristik dari pembelajaran

Biologi yang dijadikan obyek pembelajarannya

adalah makhluk hidup.

Dengan pembelajaran ini diharapkan, dapat

meningkatkan motivasi antar siswa dan memungkinkan

terjadinya peningkatan kognitif siswa tentang

materi yang dipelajari dalam hal ini adalah Ciri

dan Karakteristik Jamur serta Peranannya dalam

Kehidupan Sehari-hari. Dengan adanya tutor sebaya,

siswa yang kurang memahami dan kurang mengerti

tentang materi Fungi dapat dibantu oleh tutor,

yakni teman yang memahami dan mengerti materi

tersebut lewat presentasi di depan kelas

berdasarkan hasil kerja sama siswa tersebut.

Sedangkan bagi tutor tersebut dapat semakin

mengerti dan memahami materi, dikarenakan struktur

kognitifnya akan lebih baik dibandingkan sebelum

memberikan tutorial. Berdasarkan hal tersebut,

maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

picture and picture diduga dapat mempertinggi

pencapaian hasil belajar Biologi siswa.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah

dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian yaitu sebagai berikut:

H ɑ :Nilai hasil belajar yang diajar menggunakan

model pembelajaraan kooperatif tipe picture

and picture lebih tinggi dari nilai hasil

belajar siswa yang diajar menggunakan

pembelajaran konvensional

H 0 : Nilai hasil belajar yang diajar menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe picture

and picture sama dengan nilai hasil belajar

siswa yang diajar menggunakan pembelajaran

konvensional.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan problematika yang telah dirumuskan,

maka kegiatan penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui peranan kooperatif learning dengan tipe

picture and picture terhadap hasil belajar Biologi

siswa pada pokok bahasan ciri dan karakteristik

jamur serta peranannya dalam kehidupan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 113

Jakarta. Adapun waktu penelitian ini direncanakan

pada semester II tahun ajaran 2014-2015 dan

direncanakan pada bulan Januari 2015 – Februari

2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih

dahulu ditentukan populasi penelitian. Populasi

target dalam hal ini adalah seluruh siswa SMA

Negeri 113 Jakarta Timur, sedangkan populasi

terjangkau yaitu siswa kelas X SMA Negeri 113

Jakarta Timur yang terdaftar di sekolah

tersebut pada semester genap tahun ajaran

2014/2015. Jumlah siswa kelas X SMA Negeri 113

Jakarta Timur sebanyak 200 orang yang terbagi

atas 5 kelas yaitu kelas X.MIA(1), X.MIA (2),

X.MIA (3), X.MIA (4), X.MIA (5).

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari

populasi. Sampel diambil secara acak dari

populasi terjangkau sebanyak dua kelas. Satu

kelas dipilih secara random sebagai kelas

eksperimen yaitu kelas X.MIA (1) dan secara

acak pula memilih satu kelas control yaitu

kelas X.MIA (2). Sampel diambil dengan teknik

cluster random sampling, yang perinciannya

dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 3.1

Perincian sampel

No

.

Kelas Jumlah Siswa

1. X.MIA (1) 30

2. X. MIA (2) 30

D. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dugunakan dengan metode

penelitian Quasi Eksperimen yaitu metode yang tidak

memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh

terhadap variabel dan kondisi eksperimen. Peserta

didik terbagi menjadi dua kelompok, pada kedua

kelompok tersebut diberikan perlakuan yang

berbeda, dengan tujuan untuk menyelidiki

kemungkinan saling sebab akibat antara variabel

bebas dan variabel terikat.

Desain penelitian menggunakan model Desain

Kelompok Kontrol Pretes-Postes Beracak (Randomized

Pretest-Posttest Control Group Design). Pada desain ini dua

kelompok yang dipilih random kemudian diberi

pretest untuk mengetahui keadaan awal pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain

eksperimen dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Randomized Pretest-Posttest Control Group

Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

A (kelompok

eksperimen)

O X O

B (kelompok

kontrol)

O O

(Sumber: Sugiono, 2008:112)

Keterangan :

O : Pemberian pretest dam posttest

X :Perlakuan (model pembelajaran kooperatif tipe

picture and picture)

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini meliputi variable

terikat dan variable bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah hasil belajar Biologi siswa,

sedangkan variabel bebasnya adalah model

pembelajaran kooperatif tipe picture and picture.

F. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan proses

pembelajaran pada dua kelas dari lima kelas yang

terdapat di SMAN 113 Jakarta, pengambilan terhadap

dua kelas tersebut dilakukan dengan menggunakan

teknik cluster random sampling, sehingga mendapatkan

kelas eksperimen yang digunakan untuk menerapkan

pengajaran tipe picture and picture dan kelas kontrol

yang digunakan untuk menerapkan pengajaran

konvensional. Adapun tahapan prosedur penelitian

sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Kegiatan ini dilakukan pada tahap persiapan

adalah membuat instrumen penelitian berupa

instrument tes daan instrument non tes.

Instrument tes yang akan digunakan adalah tes

objektif dalam bentuk pilihan ganda (PG) yang

terdiri dari 30 butir soal dengan empat

jawaban yang tersedia, instrument tes akan

dugunakan untuk melihat hasil belajar peserta

didik setelah melaksanakan tes dengan

menggunakan tipe picture and picture dan metode

ceramah, sedangkan instrument non tes berupa

lembar pengamatan lapangan yang akan

digunakan di kelas eksperimen untuk mengamati

aktivitas peserta didik selama melakukan

kegiatan pembelajaran dengan tipe picture and

picture.

b. Melaksanakan uji coba instrument di kelas X.

MIA (1) dan X.MIA (2), yang telah mendapatkan

materi sebelumnya, guna mengetahui kesahihan

instrumen sebagai alat pengukur data.

Pengujian instrumen dilakukan dengan

pengujian validitas, reliabilitas, taraf

kesukaran dan daya pembeda.

c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang akan digunakan sebagai acuan pada

saat melakukan kegiatan pembelajaran.

d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS), berupa LKS

kelompok dan LKS individu. Lembar Kerja Siswa

akan digunakan untuk melakukan kegiatan

penyelidikan kelompok di kelas eksperimen,

sedangkan Lembar Kerja Siswa individu

digunakan di kelas eksperimen dan kontrol

setelah kegiatan pembelajaran berlangsung,

yang digunakan untuk melihat pencapaian hasil

belajar peserta didik pada tiap pertemuannya.

2. Pelaksanaan

a. Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen

Kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen

dilakuakn sebanyak enam kali pertemuan.

Pertemuan Pertama

1) Diadakan pretes untuk mengetahui

kemampuan awal peserta didik mengenai

materi fungi.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai pada kegiatan

pelajaran pada pokok bahasan fungi dan

memotivasi peserta didik.

Pertemuan Kedua

1) Guru menyajikan informasi kepada peserta

didik dengan jalan demonstrasi pada

pokok bahasan fungi.

2) Peserta didik memperhatikan informasi

guru.

Pertemuan Ketiga

1) Guru membentuk kelompok belajar yang

terdiri dari enam peserta didik dan

membimbing setiap kelompok agar

melakukan transisi secara eektif dan

efisien.

2) Guru menjelaskan materi fungi dengan

metode picture and picture.

Pertemuan Keempat

1) Peserta didik melakukan penyusunan kata-

kata sebagai keterangan dari gambar

fungi, selanjutnya peserta didik

menyiapkan hasil kerjanya untuk

dipresentasikan di depan kelas.

2) Peserta didik mengerjakan LKS individu,

mengenai sub pokok bahasan peranan fungi

dalam kehidupan, pada akhir kegiatan

pembelajaran.

Pertemuan Kelima

1) Peserta didik melakukan penyusunan kata-

kata sebagai keterangan dari gambar yang

mengenai peranan fungi dalam kehidupan,

selanjutnya dipresentasikan di depan

kelas.

2) Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi fungi yang telah dipelajari,

kemudian menghargai upaya baik maupun

hasil belajar individu dan kelompok.

Pertemuan Keenam

1) Siswa mengerjakan instrument tes hasil

belajar (postes) mengenai pokok bahasan

fungi.

b. Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Kontrol

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada

kelas kontrol

dilakukan dengan pengajaran konvensional

melalui metode ceramah selama enam kali

pertemuan.

Pertemuan Pertama

1) Diadakan pretes untuk melihat kemampuan

awal siswa mengenai materi fungi.

Pertemuan Kedua

1) Guru menjelaskan subpokok bahasan

pelajaran mengenai fungi.

2) Peserta didik mengerjakan LKS individu

mengenai subpokok bahasan fungi setelah

kegiatan pembelajaran selesai.

Pertemuan ketiga

1) Guru menjelaskan subpokok bahasan

mengenai fungi dalam peranan kehidupan

sehari-hari.

2) Siswa mengerjakan LKS individu mengenai

subpokok bahasan fungi dalam peranan

kehidupan sehari-hari setelah kegiatan

pembelajaran selesai.

Pertemuan Keempat

1) Guru menjelaskan subpokok bahasan

mengenai karakteristik fungi.

2) Siswa mengerjakan LKS individu mengenai

subpokok bahasan ciri-ciri fungi

setelah kegiatan pembelajaran selesai.

Pertemuan Kelima

1) Guru menjelaskan subpokok bahasan

mengenai peranan fungi dalam kehidupan

sehari-hari dengan aspek pemanfaatan

fungi dalam bidang pangan.

2) Siswa mengerjakan LKS individu mengenai

subpokok bahasan peranan fungi dalam

pemanfaatan dibidang pangan, setelah

kegiatan pembelajaran selesai.

Petemuan Keenam

1) Siswa mengerjakan instrument tes hasil

belajar (postes) mengenai pokok bahasan fungi.

3. Evaluasi

Pada tahap ini guru mengevaluasi tes yang telah

diberikan pada siswa kelas X.MIA(1) dan kelas

X.MIA(2) sebelum dan sesudah melakukan kegiatan

pembelajaran untuk mengetahui tingkat pemahaman

siswa pada pokok bahasan Ciri dan Karakteristik

Fungi serta Peranannya dalam Kehidupan sehari-

hari, kemudian hasil belajar peserta didik yang

menggunakan tipe picture and picture dan

pembelajaran konvensional dibandingkan untuk

melihat peranan penggunaan tipe picture and picture.

G. Instrument Penelitian

Dalam pelasanaan penelitian ini, penulis

menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di

kelas kontrol maupun di kelas eksperimen, seangkan

untuk mengukur pencapaian hasil belajar Biologi

peserta didik pada pokok bahaan Fungi, penulis

menggunakan instrument tes dan non tes pada kelas

eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol

menggunakan instrument tes.

Instrumen tes yang digunakan adalah tes

objektif dalam bentuk pilihan ganda (PG), yang

terdiri dari 30 butir soal. Mengacu pada aspek

kognitif yang meliputi ingatan, pemahaman, dan

aplikasi, dengan 1 jawaban yang paling benar dari

4 alternatif jawaban yang tersedia. Tes akan

diberikan setelah peserta didik mempelajari pokok

bahasan Ciri dan Karakteristik Fungi serta

Peranannya dalam Kehidupan Sehari-hari, yang

indikatornya terlampir dalam kisi-kisi instrumen

tes. Dalam hal ini, kegiatan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

picture and picture secara konvensional. Di mana tes

yang digunakan oleh kedua kelas tersebut sama.

Sedangkan untuk menilai proses kegiatan model

pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada

pokok bahasan Ciri dan Karakteristik Fungi serta

Peranannya dalam Kehidupan Sehari-hari, penulis

menggunakan instrumen nontes berupa lembar

pengamatan aktivitas siswa. Pengamatan dilakukan

secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada

objek penelitian, selanjutnya hasil pengamatan

tersebut dimasukkan dalam lembar pengamatan

berdasarkan kriteria skala skor yang telah

ditentukan.

Setelah data diperoleh dari hasil pencatatan

lapangan selama proses pembelajaran, untuk

mengetahui tara-rata skor total kelompok pada

setiap pertemuan terlebih dahulu skor total

kelompok yang diperoleh dari skor total individu

dijumlahkan, kemudia dibagi jumlah siswa yang

terdapat dalam tiap-tiap kelompok, dengan

menggunakan rumus seperti di bawah ini:

Skor total kelompok = ∑ skor individu

Skor tara-rata aktivitas belajar =

∑ skortotalkelompok∑anggotakelompok

H. Analisis Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen tes dan nontes digunakan,

instrumen tersebut

diujicobakan terlebih dahulu guna mengetahui

kesahihan instrumen sebagai alat pengukur data.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil

belajar pokok bahasan Fungi adalah tes objektif

sebanyak 50 butir soal dengan 4 pilihan jawaban.

Skor untuk setiap soal adalah 1 untuk jawaban yang

benar dan nol untuk jawaban yang salah. Nilai

akhir yang diperoleh siswa adalah :

Nilai akhir = Jumlahjawabanbenar50 x 100

Untuk mengetahui apakah 50 soal tersebut memenuhi

syarat soal yang baik, maka dilakukan pengujian

validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan

daya pembeda soal (Arikunto, 2008:57).

1. Pengujian Validitas

Untuk melihat validitas instrumen tes maupun

nontes, baik berupa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

prosedur penelitian dan tes, maka instrumen tes

tersebut hendaknya diukur atau istilahnya

valid/sahih. Dalam penelitian ini menggunakan

validitas konstruksi, validitas isi dan

validitas empiris. Pada validitas konstruksi

baik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

prosedur penelitian dan tes sebelum

diujicobakan terlebih dahulu dikonsultasikan

terlebih dahulu kepada para ahli, maksudnya di

sini adalah dosen pembimbing dan guru Biologi

SMA Negeri 113.

Validitas isi (content validity) pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar

observasi, dan tes yang digunakan disusun

sesuai dengan materi atau isi pelajaran yang

diberikan, yang mewakili kemampuan yang diukur,

yaitu dapat menunjukkan tercapainya tujuan

instruksional khusus yang diinginkan. Sedangkan

validitas empiris ditentukan dengan validitas

internal untuk mengukur kriteria butir soal

secara keseluruhan sebagai kriteria untuk

menentukan butir soal, dengan cara diujicobakan

ke kelas yang telah mendapatkan materi

sebelumnya.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian

suatu alat evaluasi. Suatu alat evaluasi atau

tes disebut reliabel, jika tes tersebut dapat

dipercaya, konsisten atau stabil produktif,

jadi yang diperhitungkan di sini adalah

ketelitiannya. Pengujian reliabilitas ini

menggunakan rumus K-R 20 (Kuder Richardson 20).

3. Pengujian Tingkat Kesukaran

Untuk mengetahui apakah soal itu sukar,

sedang, atau mudah maka soalsoal tersebut

diujikan tingkat kesukarannya terlebih dahulu.

Pengujian taraf kesukaran ini menggunakan

rumus:

P = BJS

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan

benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria indeks kesukaran (Arikunto, 2008:207):

0,0-0,3 : Sukar

0,31-0,7 : Sedang

0,7-1,0 : Mudah

4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir

soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan

soal dalam membedakan siswa yang tergolong

mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang

tergolong kurang mampu.

I. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini direncanakan pada bulan

Januari sampai Februari 2015, pelaksanaan

penelitian ini dilakukan pada kelas X.MIA (1)

sebagai kelas eksperimen dan kelas X.MIA (2)

sebagai kelas kontrol. Dalam penelitian ini,

penulis menggunakan instrumen tes dan non tes pada

kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol

hanya menggunakan instrument tes.

J. Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data, harus diketahui

terlebih dahulu gambaran apa yang terjadi pada

proses dan hasil membelajaran sehingga penulis

dapat gambaran yang jelas untuk teknik analisis

data yang tepat.

Dapat diperkirakan untuk teknik analisis data

ini dalam menguji hipotesis digunakan statistik

uji-t dengan taraf signifikan = 0,05, sebelum

dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t perlu

dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu. Uji

prasyarat yang perlu dilakukan adalah uji

normalitas dan uji kesamaan varians (uji

homogenitas).

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data ini dilakukan untuk dapat

mengetahiu apakah sampel yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan

yang digunakan adalah uji chi-kuadrat.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui

perbedaan antara dua

keadaan atau populasi.

Kriteria pengujian:

H0 diterima jika Fh < Ft H0=data memiliki

varians homogen

H0 ditolah jika Fh > Fh Ha=data tidak memiliki

varians homogeny

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian populasi data

dengan menggunakan uji normalitas dan uji

homogenitas, maka untuk menguji data yang

diperoleh digunakan rumus uji t (Sudjana,

2005:243 ):

Langkah-langkah pengujian hipotesis:

a) Rumusan hipotesis

b) Tentukan uji statistik

c) Tentukan taraf signifikan

Tingkat signifikan yang diambil dalam

penelitian adalah dengan derajat keyakinan

95% dan α = 0,05. Rumus tα = (dk=N-2).

d) Tentukan kriteria pengujian

Untuk menentukan kriteria pengujian pada

pengolahan data dilakukan dengan operasi

perhitungan, pengujiannya dengan melihat

perbandingan antara t hit dengan t tabel.

e) Kesimpulan

Jika hasil operasi perhitungan pada

point (d) ternyata:

• t hit < t tabel , maka terima H0

• t hit > t tabel , maka tolak H0

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada

Media.

Rostiana, Rara. 2010. Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe investigasi Kelompok Terhadap

Hasil Belajar IPA Biologi Siswa SMPN 188 Jakarta. Skripsi.

Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada

Pudjosumedi, 2012. Pengantar Pedagogik Transformatif.

Jakarta: UHAMKA PRESS

Zubaedi, 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group