Proposal skripsi disiplin kerja karyawan PT.pos indonesia (persero) Kandanga Hulu Sungai Selatan
-
Upload
stia-amuntai -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Proposal skripsi disiplin kerja karyawan PT.pos indonesia (persero) Kandanga Hulu Sungai Selatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu perusahaan yang didirikan mempunyai
beberapa tujuan, tujuan yang dimaksud adalah mencari
laba, berkembang kearah yang lebih lebih baik,
memberi lapangan kerja, memenuhi kebutuhan masyarakat
akan barang dan jasa. Tujuan perusahaan dapat dicapai
apabila manajemen mampu mengelola,menggerakkan dan
menggunakan sumber daya manusia yang dimilikinya
secara efektif dan efisien.Perusahaan adalah
organisasi yang merupakan kumpulan orang orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Peranan manusia dalam organisasi sebagai
karyawan memegang peranan yang menentukan, karena
hidup matinya organisasi semata-mata tergantung pada
manusia. Karyawan merupakan faktor penting dalam
setiap organisasi baik dalam pemerintah maupun
swasta. Karyawan merupakan faktor penentu dalam
1
pencapaian tujuan perusahaan ataupun instansi secara
efektif dan efisien, karyawan yang menjadi penggerak
dan penentu jalannya organisasi.Untuk mencapai
produktivitas kerja karyawan yang tinggi bukan hal
yang mudah untuk dilaksanakan. Faktor yang sangat
penting untuk mencapai produktivitas kerja yang
tinggi adalah pelaksanaan disiplin kerja dari para
karyawan,karena hal tersebut merupakan salah satu
faktor penentu bagi keberhasilan dan kemajuan dalam
mencapai tujuan perusahaan.Kedisiplinan adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku Hasibuan (2005: 193 ). Disiplin kerja disini
adalah mengenai disiplin waktu kerja, dan disiplin
dalam menaati peraturan yang telah ditetapkan dalam
perusahaan.Dengan adanya kesadaran yang tinggi dalam
melaksanakan aturan-aturan perusahaan yang diwujudkan
dalam disiplin kerja yang tinggi, maka suatu
produktivitas kerja juga akan tercapai.Perusahaan
tidak perlu bersikap lemah dalam menghadapi karyawan.
2
Seorang pemimpin yang lemah bukan hanya akan
mengacaukan jalannya perusahaan tetapi juga akan
kehilangan rasa hormat dari para karyawannya. Selama
perusahaan telah mempunyai peraturan disiplin kerja
dan telah disepakati bersama, maka pelanggaraan
terhadap peraturan permainan ini haruslah dikenakan
tindakan pendisiplinan Heidjrachman dkk, (2006 :
240).
PT Pos Indonesia (Persero) Kandangan kabupaten
hulu sungai selatan adalah suatu perusahaan yang
bersifat jasa dimana tujuan dari PT Pos Indonesia
(Persero) itu sendiri adalah berorientasi kepada
kepuasan pelanggan. Pelanggan akan merasa puas
apabila semua karyawan bekerja dengan disiplin.
Disiplin harus diterapkan dengan segera dan secepat
mungkin serta di jalankan secara konsisten.
Pelaksanaan disiplin kerja dalam instansi atau
organisasi dimana mereka bekerja akan memperlihatkan
sebagai suatu organisasi yang sehat, suatu organisasi
dengan iklim yang sehat, yang kuat dengan prestasi
3
yang dapat di andalkan. Pada kenyataannya di PT Pos
Indonesia (Persero) Kandangan kabupaten hulu sungai
selatan. Mendapatkan beberapa kendala dalam
melaksanakan disiplin kerja yakni tentang pelaksanaan
tata aturan kerja yang berkaitan dengan pelaksanan
disiplin kerja. Pelaksanaan kerja akan berjalan
dengan sebagaimana seharusnya apabila tenaga jasa
yang di berikan oleh perusahaan yakni karyawan sesuai
dengan volume pekerjaan yang di berikan, di lihat
dari lapangan PT.Pos Indonesia (Persero) kandangan
kabupaten Hulu Sungai Selatan hanya memilik 2 (dua)
pelayan Loket yang harus melayani penerimaan
surat,dokumen, paket serta tentang pembayaran
pembiayaan, dan 2 (dua) pengantar paket yang
wilayahnya di bagi antara paket dengan tujuan kota
dan desa, apa mungkin dengan 2 orang bisa mengatasi
semua paket yang harus di antar dengan tepat waktu ke
tempat tujuan. Saya pikir hal ini akan menyulitkan
karyawan untuk menerapkan disiplin kerja yang mana
pelayanan termasuk ke dalam disiplin kerja (data bagian
4
ketenaga kerjaan PT.Pos Indonesia (Persero) kabupaten
Hulu Sungai Selatan tahun 2014). Berdasarkan fenomena
tersebut belum sesuai dengan teori, maka penulis
perlu melakukan penyusunan tugas akhir dengan judul
“DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT POS INDONESIA
(PERSERO) KANDANGAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN”.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini membatasi masalah disiplin kerja
karyawan PT.POS INDONESIA (Persero) Kandangan
kabupaten hulu sungai selatan tentang :
1. Kehadiran kerja
2. Tupoksi
C. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah pelaksanaan disiplin kerja karyawan
pada PT.POS (Persero) kandangan kabupaten hulu
sungai selatan ?
5
2. Faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan
disiplin kerja karyawan pada PT.POS (Persero)
kandangan kabupaten hulu sungai selatan ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan disiplin kerja
karyawan pada PT.POS (Persero) kandangan kabupaten
hulu sungai selatan
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan
dengan displin kerja karyawan pada PT.POS (Persero)
kandangan kabupaten hulu sungai selatan
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penerapan dan pengembangan ilmu administrasi negara
dalam hal disiplin kerja.serta dapat menjadi
khazanah pustaka bagi sekolah tinggi ilmu
administrasi (STIA) Amuntai.
6
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi manajemen PT Pos
Indonesia (Persero) Kandangan kabupaten hulu sungai
selatan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan
dengan pelaksanaan disiplin kerja karyawan. Serta
memberikan bahan kajian kepada pembaca mengenai
penerapan disiplin kerja.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Disiplin Kerja
1. Pengertian disiplin
Setiap perusahaan pada umumnya menginginkan
agar para karyawan yang bekerja dapat mematuhi
tata tertib atau peraturan yang telah
ditetapkan. Dengan ditetapkannya peraturan baik
tertulis maupun tidak tertulis, diharapkan agar
para karyawan dapat melaksanakan sikap disiplin
dalam bekerja sehingga produktivitasnya pun
meningkat. Menurut Sastrohadiwiryo (2007 : 291)
7
disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu
sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat
terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis serta
sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk
menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar
tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.
Hasibuan (2002 : 193) merumuskan bahwa disiplin
kerja adalah kesadaran dan kesediaan seseorang
menaati semua peraturan dan norma-norma sosial
yang berlaku. kesadaran adalah sikap seseorang
yang secara sukarela menaati semua peraturan dan
sadar akan tugas dan tanggung jawabnya,
kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan
peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun
tidak.
Berdasarkan dua pendapat diatas maka dapat
disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap
pada karyawan untuk berperilaku sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan dimana dia
8
bekerja. Sedangkan tindakan disiplin itu sendiri
adalah pengurangan yang dipaksakan oleh pimpinan
terhadap imbalan yang diberikan oleh organisasi
karena adanya suatu kasus tertentu. Tindakan
disiplin ini tidak termasuk pemberhentian
sementara atau penurunan jumlah tenaga kerja
yang disebabkan oleh kejadian-kejadian perilaku
khusus dari karyawan yang menyebabkan rendahnya
produktivitas atau pelanggaran-pelanggaran
aturan instansi. Disiplin yang mantap pada
hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil
kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber
dari hati nurani manusia akan menghasilkan
disiplin yang lemah dan tidak bertahan lama.
Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui
latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan
dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang
harus dimulai sejak ada dalam lingkungan
keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus
tumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk
9
disiplin yang semakin kuat Prijodarminto (2006 :
25). Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola
tingkah laku, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan
sepenuhnya apa saja telah menjadi norma,
etika dan kaidah yang berlaku.
2. Adanya perilaku yang terkendali dan
ketaatan.
10
Dengan demikian disiplin kerja dapat dilihat
dari :
1. Kepatuhan karyawan terhadap tata tertib yang
berlaku termasuk tepat waktu dan tanggung
jawabnya pada pekerjaan.
2. Bekerja sesuai dengan prosedur yang ada.
3. Memelihara perlengkapan kerja dengan baik.
Disiplin dalam bekerja sangatlah penting
sebab dengan kedisiplinan tersebut diharapkan
sebagian besar peraturan ditaati oleh para
karyawan, bekerja sesuai dengan prosedur, dan
sebagainya sehingga pekerjaan terselesaikan
secara efektif dan efesien serta dapat
meningkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu
bila karyawan tidak menggunakan aturan aturan
yang ditetapkan dalam perusahaan, maka tindakan
disiplin merupakan langkah terakhir yang bisa
diambil terhadap seorang karyawan yang
performansi kerjanya dibawah standar. Tindakan
disiplin ini dapat berupa teguran-teguran
11
(reprimands), penskoran (suspension), penurunan
pangkat atau gaji (reductions in rank or pay) dan
pemecatan (firing). Tindakan disiplin ini tidak
termasuk pemberhentian sementara atau penurunan
jumlah tenaga kerja yang disebabkan oleh
pengurangan anggaran atau kurangnya kerja.
Tindakan tindakan disipliner ini disebabkan oleh
kejadian-kejadian perilaku khusus dari pegawai
yang menyebabkan rendahnya produktivitas atau
pelanggaran-pelanggaran aturan-aturan instansi.
Dalam Gomes (2000 : 232). Pelaksanaan disiplin
berangkat dari asumsi bahwa sejumlah
permasalahan lainnya sudah diatasi, seperti
mengenai rancangan pekerjaan(job design), seleksi,
orientasi, penilaian, performansi, pelatihan dan
kompensasi.
2. Jenis-jenis Disiplin Kerja
Disiplin kerja dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
a) Disiplin Preventif
12
Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
maksud untuk mendorong para karyawan agar
secara sadar mentaati berbagai standart dan
aturan, sehingga dapat dicegah berbagai
penyelewengan atau pelanggaran. Lebih utama
dalam hal ini adalah dapat ditumbuhkan “ Self
Dicipline” pada setiap karyawan tanpa kecuali.
Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk
menciptakan suatu iklim disiplin preventif
dimana berbagai standar diketahui dan
dipahami. Untuk memungkinkan iklim yang penuh
disiplin kerja tanpa paksaan tersebut perlu
kiranya standart itu sendiri bagi setiap
karyawan, dengan demikian dicegah kemungkinan-
kemungkinan pelanggaranpelanggaran atau
penyimpangan dari standart yang ditentukan.
b) Disiplin Korektif
Disiplin ini merupakan kegiatan yang
diambil untuk menangani pelanggaran yang telah
terjadi terhadap aturan-aturan dan mencoba
13
untuk menghindari pelanggaran lebih lanjut.
Kegiatan korektif ini dapat berupa suatu
bentuk hukuman dan disebut tindakan
pendisiplinan (disciplinary action)
c) Disiplin Progresif
Disiplin ini berarti memberikan hukuman-
hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-
pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah
memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
mengambil tindakan korektif sebelum hukuman-
hukuman yang lebih serius dilaksanakan.
Disiplin progresif juga memungkinkan
manajemen untuk membantu karyawan memperbaiki
kesalahan. Disiplin dapat dibedakan
berdasarkan tingkatannya yaitu :
1) Disiplin Pribadi
Disiplin pribadi sebagai perwujudan disiplin
yang lahir dari kepatuhan atas aturan-
aturan yang mengatur perilaku individu.
14
2) Disiplin Kelompok
Disiplin kelompok sebagai perwujudan yang
lahir dari sikap taat, patuh terhadap
aturan-aturan (hukum) dan norma-norma yang
berlaku pada kelompok atau bidang-bidang
kehidupan manusia.
3) Disiplin Nasional
Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang
lahir dari sikap patuh yang ditunjukkan oleh
seluruh lapisan masyarakat terhadap aturan-
aturan,nilai yang belaku secara nasional.
Dalam setiap oragnisasi atau perusahaan yang
di inginkan adalah jenis disiplin preventif yang
timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan dan
kesadaran. Akan tetapi dalam kenyataan selalu
mengatakan bahwa disiplin itu lebih banyak
disebabkan adanya paksaan dari luar dan hak-hak
karyawan sudah menjadi alat pengenalan yang
tepat kepada disiplin karyawan, karena hak-hak
karyawan seringkali merupakan masalah dalam
15
kasus-kasus disiplin karyawan. Demikian juga
dalam penelitian ini jenis-jenis disiplin kerja
yang dikaji adalah disiplin preventif yang
dilaksanakan untuk mendorong karyawan agar
mengikuti aturan yang telah ditetapkan.
3. Pendekatan Dalam Disiplin
Sistem disiplin karyawan dapat dipandang
suatu penerapan modifikasi perilaku untuk
karyawan yang bermasalah atau karyawan yang
tidak produktif. Disiplin yang terbaik adalah
jelas disiplin diri, karena sebagian besar orang
memahami apa yang diharapkan dari dirinya di
pekerjaan dan biasanya karyawan diberi
kepercayaan untuk menjalankan pekerjaannya
secara efektif.. Adapun pendekatan-pendekatan
dalam disiplin kerja karyawan dalam Mathis dkk,
(2002: 314) adalah :
a) Pendekatan Disiplin Positif
Pendekatan disiplin positif dibangun
berdasarkan filosofi bahwa pelanggaran
16
merupakan tindakan yang biasanya dapat
dikoreksi secara konstruktif tanpa perlu
hukuman. Dalam pendekatan ini fokusnya adalah
pada penemuan fakta dan bimbingan untuk
mendorong perilaku yang diharapkan, dan
bukannya menggunakan hukuman (penalti) untuk
mencegah perilaku yang tidak diharapkan
Kekuatan pendekatan positif ini dalam disiplin
adalah fokusnya pada pemecahan masalah. Juga,
karena pegawai merupakan partisipan aktiv
selama proses tersebut, maka perusahaan yang
menggunakan pendekatan ini cenderung
memenangkan tuntutan hukum jika karyawan
mengajukan tuntutan. Kesulitan utama dengan
pendekatan positif terhadap disiplin adalah
jumlah waktu yang sangat lama untuk melatih
para supervisor dan manajer yang diperlukan.
b) Pendekatan Disiplin Progresif
Disiplin progresif melembagakan sejumlah
langkah dalam membentuk perilaku karyawan.
17
Kebanyakan prosedur disiplin progresif
menggunakan peringatan lisan dan tulisan
sebelum berlanjut ke PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja).
Dengan demikian, disiplin progresif
menekankan bahwa tindakan-tindakan dalam
memodifikasi perilaku akan bertambah berat
secara progresif (bertahap) jika karyawan
tetap menunjukkan perilaku yang tidak layak.
Berdasarkan 2 (dua) jenis pendekatan dalam
disiplin tersebut, jenis pendekatan progresif
yang digunakan di PT Pos Indonesia (Persero)
Kandangan yaitu pendekatan disiplin yang
dilakukan dengan menggunakan peringatan lisan
atau tulisan terlebih dahulu baru kemudian
sanksi atau hukuman (penalti) yang akhirnya
berlanjut pada pemutusan hubungan kerja (PHK)
kalau peringatan lisan atau tulisan dan
hukuman masih tidak diindahkan.
4. Indikator-indikator kedisiplinan
18
Menurut Hasibuan (2002 : 195) ada beberapa
indikator yang dapat mempengaruhi tingkat
kedisiplinan karyawan suatu organisasi yaitu
diantaranya adalah :
a) Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi
tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang
akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara
ideal serta cukup menantang bagi kemampuan
karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan
(pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan
harus sesuai dengan kemampuan pihak
bersangkutan, agar dia bekerja sungguh sungguh
dan disiplin dalam mengerjakannya.
b) Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat berperan dalam
menentukan kedisiplinan karyawan Karena
pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh
para bawahannya. Pimpinan jangan mengharapkan
19
kedisiplinan bawahannya baik jika dia sendiri
kurang disiplin.
c) Balas Jasa
Balas jasa ( gaji dan kesejahteraan ) ikut
mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena
balas jasa akan memberikan kepuasan dan
kecintaan karyawan terhadap perusahaan /
pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin
baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka
akan semakin baik pula.
d) Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya
kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat
manusia yang selalu merasa dirinya penting dan
minta diperlakukan sama dengan manusia
lainnya. Dengan keadilan yang baik akan
menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi,
keadilan harus diterapkan dengan baik pada
setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan
perusahaan baik pula.
20
e) Waskat
Waskat (pengawasan melekat ) adalah
tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan.
Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan
moral kerja karyawan. karyawan merasa mendapat
perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan,
dan pengawasan dari atasannya.
f) Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan
akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan
perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas,
bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang
indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang
telah ditetapkan. Ketegasan pimpinan menegur
dan menghukum setiap karyawan yang
indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan yang
baik pada perusahaan tersebut. Sanksi Sanksi
berperan penting dalam memelihara kedisiplinan
karyawan. Dengan sanksi karyawan akan semakin
21
takut melanggar peraturan-peraturan
perusahaan, sikap, perilaku tidak disiplin
akan berkurang.
5. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi disiplin
kerja
a. Motivasi Kerja
Pentingnya kerja karena motivasi kerja adalah
hal yang menyebabkan, menyalurkan dan
mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja
giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
b. Kepemipinan
Kepemimpinan sangat berperan menentukan
kedisiplinan karena pimpinan dijadikan teladan
dan panutan oleh para bawahannya.
c. Komunikasi
Komunikasi merupakan kegiatan untuk saling
memberi keterangan dan ide secara timbal
balik, yang diperlukan dalam setiap usaha
22
kerjasama manusia untuk mencapai tujuan
tertentu.
d. Lingkungan Kerja
Dengan lingkungan kerja yang baik dan aman
maka dapat meningkatkan produktivitas kerja
karyawan
6. Pelaksanaan dan Penetapan Disiplin Kerja
Menurut Heidjrachman, dkk (2000 : 239) untuk
mengkondisikan karyawan perusahaan agar bisa
melaksanakan tindakan disiplin maka terdapat
beberapa prinsip-prinsip pendisiplinan yaitu
ialah diataranya sebagai berikut :
a) Pendisiplinan dilakukan secara pribadi
Pendisiplinan ini dilakukan dengan menghindari
menegur kesalahan didepan orang banyak agar
23
yang bersangkutan tidak merasa malu dan sakit
hati. Hal ini akan memalukan bawahan yang
ditegur (meskipun mungkin memang benar
bersalah) sehingga bisa menimbulkan rasa
dendam.
b) Pendisiplinan harus bersifat membangun
Dalam pendisiplinan ini selain menunjukan
kesalahan yang telah dilakukan oleh karyawan
haruslah diikuti dengan petunjuk cara
pemecahannya yang bersifat membangun, sehingga
karyawan tidak merasa bingung dalam menghadapi
kesalahan yang telah dilakukan dan dapat
memperbaiki kesalahan tersebut.
c) Pendisiplinan dilakukan secara langsung
dengan segera
Suatu tindakan dilakukan dengan segera setelah
terbukti bahwa pegawai telah melakukan
kesalahan sehingga yang bersangkutan dapat
mengubah sikapnya secepat mungkin.
24
d) Keadilan dalam pendisiplinan sangat
diperlukan
Dalam tindakan pendisiplinan dilakukan secara
adil tanpa pilih kasih, siapapun yang telah
melakukan kesalahan harus mendapatkan tindakan
disiplin secara adil tanpa membeda-bedakan.
e) Hendaknya tidak melakukan pendisiplinan
sewaktu karyawan Absen
Pendisiplinan hendaknya dilakukan dihadapan
karyawan yang bersangkutan secara pribadi agar
dia tahu telah melakukan kesalahan.
f) Setelah pendisiplinan hendaknya wajar kembali
Sikap wajar hendaklah dilakukan pemimpin
terhadap karyawan yang telah melakukan
kesalahan tersebut, sehingga proses kerja
dapat berjalan lancar kembali dan tidak kaku
dalam bersikap.
25
Salah satu syarat agar ditumbuhkan disiplin
dalam lingkungan kerja adalah adanya pembagian
pekerjaan yang tuntas sampai kepada karyawan
atau pekerjaan yang paling bawah, sehingga
setiap orang tahu dengan sadar apa tugasnya,
bagaimana melakukannya, kapan pekerjaan dimulai
dan kapan diselesaikan, seperti apa hasil kerja
yang disyaratkan dan kepada siapa ia
mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan itu.
Disiplin harus dipelihara dalam lingkungan
kerja. Salah satu bentuk pemeliharaan aturan
adalah kedisiplinan dalam pelaksanaan secara
tertib dan konsisten. Melalui disiplin yang
tinggi pelaksanaan suatu aturan dapat mencapai
maksud dan dapat dirasakan manfaatnya oleh semua
pihak, dengan ketentuan bahwa aturan itu dibuat
setelah mempertimbangkan asas keadilan dan
kemanfaatan bagi kepentingan umum. Disiplin
kerja dalam pelaksanaannnya harus senantiasa
dipantau dan diawasi, disamping itu harusnya
26
sudah menjadi perilaku yang baku bagi setiap
pekerja dalam suatu organisasi.
Dalam pendisiplinan kerja ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan
1) Pembagian tugas dan pekerjaan telah dibuat
lengkap dan dapat diketahui dengan sadar oleh
para pekerja.
2) Adanya petunjuk kerja yang singkat, sederhana
dan lengkap.
3) Kesadaran setiap pekerja terhadap suatu tugas
atau pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya.
4) Perlakuan adil terhadap setiap penyimpangan
oleh manajer.
5) Adanya keinsyafan para pekerja bahwa akibat
dari kecerobohan atau kelalaian dapat
merugikan organisasi dan dirinya serta ada
kemungkinan membahayakan orang lain.
Penetapan tindakan disiplin dalam perusahaan
sangatlah penting, karena sistem tindakan
27
disiplin dan prosedur-prosedur yang diperlukan
untuk proteksi terhadap hak-hak prosedural dari
karyawan. Tindakan disiplin adalah langkah
terakhir dalam mengawasi karyawan karena
tindakan disiplin itu menandakan adanya
kegagalan untuk saling menyesuaikan dengan
kontrak Gomes (2000:233) tujuan tindakan
disiplin adalah untuk melindungi organisasi dari
para karyawan yang tidak produkif. Prosedur-
prosedur pengaduan disatu pihak dikembangkan
untuk melindungi para karyawan terhadap alokasi
yang tidak adil dari sanksi-sanksi dan imbalan-
imbalan dari organisasi. Banyak karyawan yang
mungkin tidak melaksanakan aturan-aturan
kedisiolinan, karena para karyawan mungkin
merasa bahwa mereka sedang tidak diperlakukan
secara adil sesuai dengan kontribusi yang telah
mereka berikan kepada organisasi, atau
diperlakukan secara tidak adil atau tidak sama
dengan karayawan yang lain. Mereka bisa juga
28
menggunakan sistem pengaduan yang ada untuk
menggugat apa yang mereke anggap tindakan
disiplin yang tidak adil yang dibuat oleh
organisasi. Manajemen seharusnya menetapkan
kebijaksanaan-kebijaksanaan keluhan (grievances)
internal yang secara jelas menetapkan hak
karyawan untuk mengajukan keluhan secara
tertulis mengenai praktek-praktek manajemen yang
diduga keras tidak adil, dan prosedur-prosedur
untuk memeriksa / mendengar (hearing) keluhan-
keluhan itu di dalam instansi. Disiplin dapat
secara positif dikaitkan dengan kinerja, dimana
hal ini mengejutkan orang-orang yang beranggapan
bahwa disiplin dapat merusak perilaku sehingga
disiplin yang efektif sebaiknya diarahkan kepada
perilakunya, karena alasan untuk pendisiplinan
adalah untuk meningkatkan kinerja. karyawan bisa
saja menolak tindakan disiplin yang tidak adil
dari manajernya, namun tindakan yang diambil
mempertahankan standar yang sudah ditetapkan
29
bisa mendorong adanya norma kelompok dan
menghasilkan peningkatan kinerja dan rasa
keadilan.
Beberapa faktor yang mengarah kepada praktik
disiplin yang efektif di perusahaan dalam Mathis
(2002 : 317) adalah:
1) Pelatihan untuk Supervisor
Pelatihan untuk supervisor dan para manajer
tentang kapan dan bagaimana disiplin digunakan
merupakan hal yang kritikal. Melatih para
supervisor tentang keadilan prosedural sebagai
dasar pendisiplinan menyebabkan karyawan maupun
pihak lain melihat disiplin sebagai tindakan
yang lebih adil dibandingkan dengan disiplin
yang dilakukan oleh para supervisor yang tidak
terlatih. Apapun pendekatan disiplin yang
digunakan, adalah penting untuk memberikan
pelatihan mengenai keterampilan konseling dan
komunikasi, karena para supervisor dan manejer
30
akan menggunakannya saat berurusan dengan
masalah kinerja karyawannya.
2) Konsistensi dari Tindakan Pendisiplinan
Para manajer yang mengadministrasikan
pendisiplinan haruslah mempertimbangkan efek
tindakan disiplin yang diambil manajer lain dan
tindakan disiplin lainnya yang diambil di masa
lalu. Disiplin yang konsisten membantu
menetapkan batasan dan menginformasikan orang-
orang mengenai apa yang boleh dan tidak boleh
dikerjakan. Disiplin yang inkonsisten dapat
menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian.
3) Dokumentasi
Disiplin yang efektif mengharuskan adanya
penyimpanan data tertulis yang akurat dan
pemberitahuan tertulis kepada pegawai. Dalam
sejumlah kasus, tidak adanya pemberitahuan
tertulis telah digunakan untuk mendukung
31
argumentasi karyawan bahwa dia “tidak tahu apa-
apa”
4) Tindakan Disiplin yang Segera
Sebagai tambahan, disiplin yang efektif
harus langsung tanpa mengulur waktu. Makin lama
waktu yang terentang antara pelanggaran dan
tindakan disiplin, maka makin kurang efektiflah
tindakan disiplin tersebut.
5) Disiplin yang Impersonal
Pada akhirnya disiplin yang efektif haruslah
di tangani secara impersonal. Para manajer
memang tidak dapat membuat tindakan disiplin
menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan
dengan cara menyampaikan secara impersonal dan
memfokuskan kepada perilakunya,bukan orangnya.
7. Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja
Menurut Sastrohadiwiryo (2001:293), tujuan
utama mengadakan sanksi disiplin kerja bagi
karyawan yang melanggar norma-norma perusahaan
adalah memperbaiki dan mendidik para karyawan
32
yang melakukan pelanggaran disiplin. Sansi atas
pelanggaran disiplin yang dijatuhkan haruslah
setimpal dengan pelanggaran disiplin yang
dilakukan sehingga secara adil dapat diterima.
Pada umumnya sebagai pegangan menajer meskipun
tidak mutlak, tingkat dan jenis sanksi disiplin
kerja terdiri atas sanksi disiplin berat, sanksi
disiplin sedang, dan sanksi disiplin ringan.
Berikut di bawah ini penjelasan tentang sanksi-sanksi disiplin :
a. Sanksi Disiplin Berat
Sanksi disiplin berat misalnya :
1)Tingkat jabatan yang setingkat lebih rendah
dari jabatan / pekerjaan yang diberikan
sebelumnya.
2)Pembebasan dari jabatan / pekerjaan untuk
dijadikan sebagai karyawan biasa bagi yang
memegang jabatan.
33
3)Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas
permintaan sendiri karyawan yang
bersangkutan.
4)Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormat
sebagai karyawan di perusahaan.
b. Sanksi Disiplin Sedang
Sanksi Disiplin Sedang misalnya :
1)Penundaan pemberian kompensasi yang
sebelumnya telah dirancang sebagaimana
karyawan lainnya.
2)Penurunan upah sebesar satu kali upah yang
biasanya diberikan, harian, mingguan, atau
bulanan.
3)Penundaan program promosi bagi karyawan yang
bersangkutan pada jabatan yang lebih tinggi.
c. Sanksi Disiplin Ringan
Sanksi Disiplin Ringan misalnya :
1)Teguran lisan kepada karyawan yang
bersangkutan
2)Teguran Tertulis
34
3)Pernyataan tidak puas secara tertulis
B. Karyawan
1. Pengertian Karyawan
Orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja,
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik
secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk
melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau
kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang
dibayarkan berdasarkan periode tertentu,
penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang
ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi
yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau
bisa juga di artikan sebagai mereka yang bekerja
pada suatu badan usaha atau perusahaan baik swasta
maupun pemerintahan dan di berikan imbalan kerja
sesuai dengan peraturan yang di tentukan baik yang
bersifat harian, mingguan, maupun bulanan.
Karyawan biasanya di gunakan oleh instansi atau
perusahan swasta yang non pemerintahan.
35
2. Jenis-Jenis Karyawan
Adapun jenis-jenis karyawan terdiri dari 2,
yaitu:
1) karyawan Tetap (Permanent)
karyawan yang menerima atau memperoleh
penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan
anggota dewan pengawas yang secara teratur
terus menerus ikut mengelola kegiatan
perusahaan secara langsung, serta karyawan yang
bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka
waktu tertentu sepanjang yang bersangkutan
bekerja penuh (full time) dalam pekerjaan
tersebut.
2) Karyawan Tidak Tetap
Karyawan yang hanya menerima penghasilan
apabila yang bersangkutan bekerja berdasarkan
jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil
pekerjaan yang di hasilkan atau penyelesaian
suatu jenis pekerjaan yang di minta oleh
36
pemberi kerja. Dalam perhitungan pajak
penghasilan. Penghasilan yang di terima oleh
karyawan tidak tetap atau tenaga kerja lepas
tidak boleh di kurangi dengan biaya jabatan.
Penghasilan Yang diterima oleh Karyawan
Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas adlah upah
harian, mingguan, satuan, borongan dan bulanan.
3. Perbedaan karyawan tetap dan tidak tetap
Menurut penulis yang menjadi pebedaan antara
karyawan tetap dan tidak tetap adalah pada
penghasilan yang di dapat yang mana pada karyawan
tetap penghasilannya di dapat secara teratus dan
dengan jumlah yang telah di tentukan, sedangkan
pada karyawan tidak tetap penghasilan nyaa
tergantung dari jumlah hari kerja atau jumlah
unit yang dapat di selesaikan, selain itu masa
kerja juga yang menjadi perbedaan yakni pada
karyawan tetap masa kerja nya sudah ditentukan
dari awal bekerja sedangkan karyawan tidak tetap
hanya bergantung pada batasan unit kerja.
37
C. Kerangka Berpikir Gambar 2.1
38
PT.POS INDONESIA(Persero)Kandangan
DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT. POSINDONESIA (PERSERO) KANDANGANKABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
DISIPLIN KERJA1. KEHADIRAN KERJA
KARYAWAN1. TETAP2. TIDAK
PT.POS INDONESIA(Persero)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT Pos
Indonesia (Persero) Kabupaten Hulu sungai selatan.
Yang menjadi objek penelitian ini adalah karyawan
yang bekerja di PT Pos Indonesia (Persero)
Kandangan kabupaten Hulu Sungai Selatan
B. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode deskriptif kualitatif karena peneliti
mempunyai tujuan untuk membuat atau menyajikan
dan menghasilkan deskripsi atau gambaran akurat
yang lengkap secara sistematis mengenai
permasalahan atau fenomena yang terjadi. Dalam
penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi
jelas tentang subjek penelitian dan akan menggali
39
informasi yang dibutuhkan. Untuk memperoleh data
yang lengkap dan objektif, maka penyusun menyusun
skripsi ini dengan melakukan penelitian lapangan
(field research).
C. Pendekatan Penelitian
Untuk mengamati, mengumpulkan data dan
menganalisa data–data dalam peningkatan disiplin
kerja para karyawan di PT Pos Indonesia (Persero)
Kandangan kabupaten Hulu Sungai Selatan. Maka
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Bogdan dan Taylor (1975:5)
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
D. Instrumen Penelitian
Disamping pengumpulan data tersebut, penulis
menggunakan instrumen penelitian. Menurut Arikunto
40
(2010) “Instrumen adalah alat pada waktu
penelitian menggunakan suatu metode”.
Dalam penelitian ini karena pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif maka yang
menjadi instrumen adalah peneliti tersebut,
kedudukan peneliti pada hal ini cukup bisa
dikatakan rumit karena ia sekaligus merupakan
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
penafsiran data dan akhirnya ia menjadi pelapor
hasil penelitiannya, mengapa demikina karena
peneliti adalah orang yang berperan aktif dalam
memperoleh data dari informan atau oabjek
penelitian.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Eriyanto (2007:61 dan 63), populasi adalah
semua bagian atau anggota dari objek yang di
amati. Populasi berupa bias orang, benda, objek,
peristiwa atau apapun yang menjadi objek dari
survey. Populasi ditentuka oleh topic dan tujuan
41
survey. Populasi adalah konsep abstrak, tidak
bias ditunjuj secara langsung. Agar lebih
operasional (bias diukur dan di hitung), populasi
harus di definisikan secara jelas dan spesifik,
populasi yang sudah di definisikan disebut
populasi sasaran (target sasaran). Jadi objek lah
yang mutlak menjadi sasaran populasi.
Yang menjadi populasi penelitian ini adalah
karyawan PT Pos Indonesia (Persero) Kandangan
kabupaten hulu sungai selatan.
2. Sampel
Menurut sugiono (2012:91) yang di maksud
dengan sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang di milik oleh populasi
tersebut. Adapun teknik sampling yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah non probability sampling
yaitu, teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk di pilih
menjadi sampel
42
Jenis yang di pilih dalam penelitian ini yaitu
sampling purposive, yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan
meneliti tentang perkebunan, maka yang menjadi
sumber utama sampel adalah orang yang memang ahli
di bidang perkebunan. Sampel ini lebih cocok
digunakan untuk penelitian kualitatif atau
penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
Adapun sampel dari penelitian ini adalah
seluruh karyawan PT Pos Indonesia (Persero)
Kandangan kabupaten Hulu Sungai Selatan. yang
terdiri dari :
No Jabatan Jumlah Orang
1 Kepala 1
2 Manejer
Operasional
1
3 Manejer Akutansi 1
4 Manejer SDM 1
43
5 Bendahara 1
6 Pajak 1
7 Kasir 1
8 Loket 1
9 Pengantar Paket 2
Jumlah 10
F. Sumber Data
Data dalam penelitian ini meliputi :
1. Data primer atau data pokok adalah data yang
digali langsung dari informan dalam penelitian
atau bias dikatakan penelitian memperoleh sumber
data secara langsung dari sumbernya..
2. Data sekunder atau data pelengkap adalah data
yang dianggap sebagai data pendukung dari data
primer misalnya gambaran umum lokasi
penelitian, dokumen dan lain-lain.
G. Teknik Pengumpulan Data
44
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data
pada penelitian ini
1. Metode Observasi
Metode observasi (pengamatan),merupakan salah
satu teknik pengumpulan data dalam kebanyakan
penelitian kualitatif, Menurut Sutrisno Hadi
(1986) dalam Sugiyono (2012:166) mengemukankan
bahwa, observasi merupakan suatu proses yang
kompleks,suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis, dua di
antara yang terpenting adala proses pengamatan
dan ingatan. Dalam hal ini observasi dilakukan
dengan cara melihat langsung tentang
pelaksanaan disiplin kerja pegawai di PT Pos
Indonesia (Persero) Kandangan kabupaten Hulu
Sungai Selatan sehingga dapat menemukan
permasalahan yang ada.
2. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif, teknik wawancara
merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan
45
data dalam bentuk percakapan. Lexy J.
Moleong(2010:186) mengemukakan bahwa “Wawancara
adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai
(interview) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.” Cara yang dilakukan dalam
teknik wawancara ini adalah dengan mengajukan
pertanyaan kepada informan untuk mendapatkan
data mengenai permasalahan yang sedang di
teliti. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah
disiapkan dan dibuat kerangka-kerangka
sistematis sebelum berada di lokasi. Dari
pertanyaan yang di berikan kepada informan dapat
berkembang sesua dengan kejelasan jawaban yang
dibutuhkan, meskipun pertanyaan tersebut tidak
tercantum dalam pertanyaan.
3. Dokumentasi
46
Selaian menggunakan wawancara dan observasi,
pengumpulan data juga dapat dilakukan dengan
cara mencatat dokumen yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian
Dalam setiap penelitian diperlukan data yang
bersifat tertulis yang dapat menunjang dalam
penelitian, dengan maksud peneliti mengumpulkan
data dengan mempelajari dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penelitian
H. Teknik Analisis Data
Pengumpulan data merupakan jantung dalam
sebuah penelitian kualitatif dan analisis data
merupaka jiwanya. Langkah yang harus ditempuh
setelah pengumpulan data yaitu analisis data yang
pada fase ini merupakan bagian inti atau
terpenting dalam metode ilmiah, karena analisi
data di gunakan untuk memecahkan masalah yang ada
dalam penelitian.
Tripp dalam Basrowi dan Suwandi (2008:192)
‘analisis data merupakan proses megurai (memecah)
47
sesuatu ke dalam bagian-bagianya. Terdapat tiga
langkah penting dalam analisis data, yaitu
identifikasi apa yang ada dalam data, melihat pola-pola,
dan membuat interpretasi’
Teknik analisa data yang di gunakandalam
penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis
data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman
(1992) mencakup tiga kegiatan yang bersamaan.
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian, pengabstraksian dan pentransformasian
data kasar dari lapangan. Proses ini berlangsung
selama penelitian dilakukan, dari awal sampai
akhir penelitian. Fungsi reduksi untuk menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan,membuang yang tidak
perlu, dan mengorganisasikan sehingga interpretasi
bias ditarik. Dalam proses reduksi ini peneliti
mentangsikan kebenaran data yang diperoleh akan di
cek ulang dengan informan lain ulang dirasa
peneliti lebih mengetahui
48
2. Penyajian Data
Adalah sekumpulan informasi tersusun yang member
kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara
lain berupa teks naratif,matrik,grafik,jaringan
dan bagan. Tujuannya untuk memudahkan membaca dan
menarik kesimpulan. Dalam tahapan ini peneliti
juga melakukan display (penyajian) data secara
sistematis, agar lebih memudahkan untuk di pahami
interaksi antara bagian-bagiabbya dalam konteks
yang utuh bukan segmental atau fragmental terlepas
satu dengan yang lainnya. Dalam peruses ini, data
diklasifikasikan berdasarkan tema-tema inti.
3. Menarik Kesimpulan Verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu
kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-
kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung, makna-makna yang muncul dari data
harus selalu di uji kebenaran dan kesuaiannya
sehingga validasinya terjamin. Dalam tahap ini,
49
peneliti mebuat rumusan proposisi yang terkait
dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai
temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan
mengkaji secara berulang-ulang terhadapat data
yang ada, pengelompokan data yang telah terbentuk,
dan proposisi yang telah dirumuskan. Langkah
selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian
lengkap, dengan ‘temuan baru’ yang berbeda dari
temuan yang sudah ada.
I. Teknik Penarikan Kesimpulan
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan
data, perlu segera digarap oleh peneliti.
Arikunto, (2010). Metode yang digunakan dalam
menganalisis penyusunan tugas akhir ini adalah
bersifat deskriptif kualitatif dengan angka
presentase yaitu analisa yang berwujud keterangan
dan uraian yang menggambarkan objek penelitian
pada saat ini berdasarkan fakta-fakta sebagaimana
adanya, yang digambarkan dengan kata-kata /
kalimat untuk memperoleh kesimpulan. Metode
50
penelitian ini untuk membuat gambaran mengenai
situasi atau kejadian Arikunto (2010). Pertanyaan
yang dirancang dalam wawancara dilakukan dengan
menguraikan masing-masing faktor-faktor disiplin
kerja yang ada dalam perusahaan tersebut. Untuk
mengetahui baik tidaknya tingkat kedisiplinan
kerja karyawan di PT Pos Indonesia (Persero)
kandangan hulu sungai selatan.
51