tipe-tipe struktur pelindung tebing sungai

22
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sungai memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kenyataan ini dapat dilihat dari pemanfaatan sungai yang makin lama makin kompleks, mulai dari sarana transportasi, sumber air baku, sumber tenaga listrik dan sebagainya. Menurut asalnya saluran dapat digolongkan menjadi saluran alam (natural) dan saluran buatan (artificial). Saluran alam meliputi semua alur air yang terdapat secara alamiah di bumi, mulai dari anak selokan kecil di pegunungan, selokan kecil, sungai kecil dan sungai besar sampai ke muara sungai. Sungai merupakan suatu saluran drainase yang terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang mengalir di dalam sungai akan mengakibatkan proses penggerusan tanah dasarnya. Penggerusan yang terjadi secara terus menerus akan membentuk lubang-lubang gerusan di dasar sungai. Proses gerusan dapat terjadi karena adanya pengaruh morfologi sungai yang berupa tikungan atau adanya penyempitan saluran sungai. Aliran yang terjadi pada sungai model shazy shabayek juga disertai proses penggerusan dan endapan sedimen. Gerusan (scouring) merupakan suatu proses alamiah yang 1

Transcript of tipe-tipe struktur pelindung tebing sungai

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGSungai memiliki peranan yang sangat penting bagi

kehidupan manusia. Kenyataan ini dapat dilihat dari

pemanfaatan sungai yang makin lama makin kompleks, mulai

dari sarana transportasi, sumber air baku, sumber tenaga

listrik dan sebagainya.

Menurut asalnya saluran dapat digolongkan menjadi

saluran alam (natural) dan saluran buatan (artificial).

Saluran alam meliputi semua alur air yang terdapat secara

alamiah di bumi, mulai dari anak selokan kecil di

pegunungan, selokan kecil, sungai kecil dan sungai besar

sampai ke muara sungai. Sungai merupakan suatu saluran

drainase yang terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi

sebagai saluran. Air yang mengalir di dalam sungai akan

mengakibatkan proses penggerusan tanah dasarnya.

Penggerusan yang terjadi secara terus menerus akan

membentuk lubang-lubang gerusan di dasar sungai. Proses

gerusan dapat terjadi karena adanya pengaruh morfologi

sungai yang berupa tikungan atau adanya penyempitan saluran

sungai.

Aliran yang terjadi pada sungai model shazy shabayek

juga disertai proses penggerusan dan endapan sedimen.

Gerusan (scouring) merupakan suatu proses alamiah yang

1

terjadi di sungai sebagai akibat pengaruh morfologi sungai

(dapat berupa tikungan atau bagian penyempitan aliran

sungai) atau adanya bangunan air (hydraulic structur)

seperti: jembatan, bendungan, pintu air, dan lain-lain.

Morfologi sungai merupakan salah satu faktor yang

menentukan dalam proses terjadinya gerusan. Hal ini

disebabkan aliran saluran terbuka mempunyai permukaan bebas

(free surface). Kondisi aliran saluran terbuka berdasarkan

pada kedudukan permukaan bebasnya cenderung berubah sesuai

waktu dan ruang, disamping itu ada hubungan ketergantungan

antara kedalaman aliran, debit air, kemiringan dasar

saluran dan permukaan saluran bebas itu sendiri.

Aliran sungai tersebut bisa menyebabkan erosi. Erosi

yang yang terjadi di sungai adalah erosi pada tebing sungai

(river bank erosion). Erosi ini terjadi sebagai akibat

pengikisan tebing sungai oleh air yang mengalir dari bagian

atas tebing atau oleh terjangan aliran sungai yang kuat

pada belokan sungai. Misalnya begini, ketika terjadi banjir

di sungai terjadi peningkatan energi pada aliran air

sehingga arus air mengikis tanah atau tebing sungai. Jika

batuan penyusun tebing sungai tidak kompak maka pengikisan

tanah sangat mudah terjadi. Oleh karena itu perlu adanya

usaha perlindungan tebing sungai agar tidak tejadi

pendangkalan akibat gerusan oleh air terhadap tebing sungai

seperti riprap, bronjong, dinding beton dan sebagainya.

2

Dalam makalah ini akan dibahas beberapa usaha dalam

menjaga sungai akibat gerusan oleh air dan bangunan penarah

arus serta pengendali sedimen.

1.2. Rumusan masalah

1. Apa saja tipe-tipe struktur perlindungan tebing akibatgerusan oleh air?

2. Apa saja tipe-tipe struktur bangunan pengarah arus?

3. Apa saja tipe-tipe struktur pengendali sedimen?

4. Debit rencana untuk soal no 1, 2, dan 3

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe struktur perlindungantebing sungai

2. Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe bangunan pengarah arusbeserta fungsinya

3. Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe bangunan pengendalisedimen

4. Untuk mengetahui debit rencana yang digunakan dalammendesain bangunan-bangunan tersebut

3

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. TIPE-TIPE STRUKTUR PENAHAN TEBING SUNGAI

Perkuatan lereng/Revetments merupakan struktur perkuatan

yang ditempatkan di tebing sungai untuk menyerap energi air

yang masuk guna melindungi suatu tebing alur sungai atau

permukaan lereng tanggul terhadap erosi dan limpasan

gelombang (overtopping) ke darat dan secara kesuluruhan

berperan meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh

tanggul yang dilindungi.

Daerah yang dilindungi revertment adalah daratan tepat

di belakang bangunan. Permukaan bangunan yang menghadap arah

datangnya gelombang dapat berupa sisi vertikal atau miring.

Bangunan ini bisa terbuat dari pasangan batu, beton,

tumpukan pipa (buis) beton, turap, kayu atau tumpukan batu

ataupun beberapa jenis revertment yang di produksi oleh

pabrik. Namun yang sering di jumpai di lapangan adalah

revertment yang terbuat dari tumpukan batu dengan lapis

4

luarnya terdiri dari batu dengan ukuran yang lebih besar.

Adapun jenis-jenis konstruksinya antara lain :

a. Riprap Batu

Gambar 2. 1. Riprap sebagai Revetment

Tipe :

Cara langsung, fleksibel revetment

Gambaran umum

Melindungi bagian tebing dengan lapisan batu

dengan membentuk kemiringan alami tebing

Tujuan:

Melindungi tebing sungai dari gaya erosi air

Penggunaan

Pada sungai kecil hingga sedang dan pada semua

tipe karakter sungai

umumnya digunakan pada sungai dengan kecepatan

air melebihi 2 m/s atau pada tebing dimana

perlindungan dengan tanaman saja tidak cukup.

Pada sungai dengan muka air yang berfluktuasi.

5

33

Pada sungai yang tererosi secara aktif, umumnya

pada sungai yang tidak lurus atau pada tempat

yang diperlukan penurunan energi air.

b. Bronjong Atau Gabion

Gambar 2.2. Bronjong Gambar

2.3. Gabion

Tipe :

Cara langsung, Armoring fleksibel revetment

Gambaran umum

Keranjang kawat atau plastik yang diisi dengan

batu. Keranjang diikatkan bersama untuk membentuk

dinding atau bantalan untuk mengontrol erosi

sepanjang tebing sungai.

Tujuan:

Melindungi lereng tebing sungai dimana terdapat

permasalahan penggerusan dan penggerowongan.

Penggunaan :6

Melapisi dinding tebing sungai.

Pada sungai dari ukuran sedang hingga besar dan

pada semua jenis karakter sungai.

c. Campuran Semen-Tanah

Gambar 2.4. Campuran semen-tanah sebagai revetment

Tipe :

Armoring, rigid revetment

Gambaran umum :

Melindungi bagian tebing dengan lapisan campuran

antara semen dan tahah asli tebing.

Tujuan :

Melindungi tebing sungai secara permanen dari gaya

erosi air

Penggunaan :

Pada daerah yang jarang terdapat bahan riprap,

menggunakan tanah dilokasi yang dicampur dengan

semen dapat menjadi alternatif yang praktis

Pada daerah dengan material tanah mudah dihaluskan

dengan komposisi lanau (silt) dan lempung (clay)

(material dengan kelulusan saringan no.200) tidak

kurang dari15%, tetapi tidak lebih dari 35%. Tanah

7

dengan tekstur lebih baik umumnya lebih sukar

untuk dihaluskan dan memerlukan lebih banyak semen

seperti pada 100% butiran tanah yang tidak lolos

pada saringan no.200.

d. Kantong

Gambar 2.5. Kantong goni berisi pasir

Tipe :

Armoring, rigid revetment

Gambaran umum:

Kantong (goni, kertas, plastik dll) dapat

digunakan untuk melindungi daerah tebing sungai bila

ukuran dan kualitas batuan untuk riprap susah didapat

serta karena alasan biaya.

Tujuan :

Membangun pelindungan sementara atau permanen

untuk mencegah erosi dan penggerusan.

Penggunaan :

Pekerjaan darurat sepanjang tanggul dan tebing

sungai selama banjir.

8

Pada sungai dari ukuran sedang hingga besar dan

pada semua jenis karakter sungai.

e. Dinding Penahan Beton

Gambar 2.6. Dinding penahan dari beton Gambar 2.7.

Dinding penahan dari beton

Gambaran umum :

Perkerasan dengan beton à merupakan perkuatan lereng

dengan beton yang dicorkan langsung pada lereng sungai

yang telah disiapkan tulangannya. Dan petakan-petakan ini

dibatasi dengan beton bertulang.

Tujuan :

Melindungi tebing sungai secara permanen dari gaya

erosi airPenggunaan :

Melapisi dinding tebing sungai. Pada sungai dengan kecepatan aliran rendah hingga

tinggi.

f. A-Jack

9

Gambar 2.8. A-Jack Kombinasi Tanaman Gambar 2.9. A-Jack

Kombinasi Riprap

Gambaran umum :

Beton berbentuk yang berbentuk A-jack yang diletakan pada

kaki tebing.

Tujuan :

Melindungi tebing dari gaya erosi oleh aliran air.

Menstabilkan tanah sepanjang tebing sungai.

Penggunaan :

Sepanjang kaki tebing yang tererosi

Pada sungai dengan kecepatan aliran rendah hingga

tinggi.

2.2. TIPE-TIPE STRUKTUR PENGARAH ARUS

Bangunan pengaturan sungai adalah suatu bangunan air

yang dibangun pada sungai dan berfungsi untuk mengatur

10

aliran air agar tetap stabil  dan sebagai pengendalian

banjir.

a. Krib (spurs)Banguan yang dibuat mulai dari tebing sungai kearah

tengah guna mengatur arus sungai. Funsi utama krib

adalah:

1. Mengatur arah arus sungai

2. Mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing

sungai, mempercepat sedimentasi, dan menjamin keamanan

tanggul / tebing terhadap gerusan.

3. Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur

sungai.

4. Mengkonsentrasikan arus sungai dan memudahkan

penyadapan.

Krib secara garis besar terbagi menjadi 4 tipe

konstruksi, antara lain sebagai berikut :

1) Krib Permeabel

Pada tipe permeabel air dapat mengalir melalui

krib. Krib permeabel tersebut melindungi tebing

terhadap gerusan arus sungai dengan cara meredam

energi yang terkandung dalam aliran sepanjang tebing

sungai dan bersamaan dengan itu mengendapkan sedimen

yang terkandung dalam aliran tersebut.

2) Krib Impermeabel

Krib tipe impermeabel disebut pula krib padat, air

sungai tidak dapat mengalir melalui tubuh krib. Krib

11

tipe ini dipergunakan untuk membelokan arah arus

sungai dan karenanya sering terjadi gerusan yang

cukup dalam di depan ujung krib tersebut atau bagian

di sebelah hilirnya. Krib impermeabel dapat dibedakan

menjadi 2 jenis, yaitu jenis yang terbenam dan jenis

tidak terbenam.

Krib tipe impermeabel disebut pula krib padat, air

sungai tidak dapat mengalir melalui tubuh krib. Krib

tipe ini dipergunakan untuk membelokan arah arus

sungai dan karenanya sering terjadi gerusan yang

cukup dalam di depan ujung krib tersebut atau bagian

di sebelah hilirnya. Krib impermeabel dapat dibedakan

menjadi 2 jenis, yaitu jenis yang terbenam dan jenis

tidak terbenam.

3) Krib Semi –Permeabel

Krib semi permeabel ini berfungsi ganda yaitu

sebagai krib permeabel dan krib padat. Biasanya

bagian yang padat terletak di sebelah bawah dan

berfungsi sebagai pondasi, sedang bagian atasnya

merupakan konstruksi yang permeabel disesuaikan

dengan fungsi dan kondisi setempat. Tujuan dari krib

semi permeabel adalah agar dapat diperoleh efek

positif dari kedua tipe krib di atas, yaitu di satu

pihak lebih meningkatkan kemampuan pengaturan arus

sungai dan dipihak lain meningkatkan stabilitas krib

tersebut dengan penempatan sedemikian rupa, sehingga

dapat dibatasi bahkan dapat mencegah gerusan

yang terlalu dalam.

12

4) Krib -Krib Silang dan Memanjang

Krib yang formasinya tegak lurus atau hampir tegak

lurus arah arus sungai dapat merintangi arus tersebut

dan dinamakan krib melintang (transversal dyke),

sedang krib yang formasinya hampir sejajar arah arus

sungai disebut krib memanjang (longitudinal dyke).

Biasanya gerusan dasar sungai secara intensif terjadi

di depan ujung krib melintang. Oleh karena itu perlu

diadakan pelindung berupa krib memanjang di ujung

depan krib - krib melintang tersebut.

Gambar 2.10. krib

2.3. TIPE-TIPE STRUKTUR PENGENDALI SEDIMEN

Usaha untuk memperlambat proses sedimentasi adalah dengan

mengadakan pekerjaan teknik sipil untuk mengendalikan gerakannya

menuju bagian sungai di sebelah hilir. Pekerjaan teknik sipil

tersebut berupa pembangunan bendung penahan (check dam), kantong

lahar, bendung pengatur (sabo dam), bendung konsolidasi serta

pekerjaan normalisasi alur sungai dan pengendalian erosi di

lereng-lereng pegunungan.

13

a. Bendung Penahan (check dam)

Bendung-bendung penahan dibangun di sebelah hulu yang

berfungsi memperlambat gerakan dan berangsur-angsur

mengurangi volume banjir lahar. Untuk menghadapi gaya-

gaya yang terdapat pada banjir lahar maka diperlukan

bendung penahan yang cukup kuat. Selain itu untuk

menampung benturan batu-batu besar, maka mercu dan sayap

bendung harus dibuat dari beton atau pasangan yang cukup

tebal dan dianjurkan sama dengan diameter maksimum batu-

batu yang diperkirakan akan melintasi. Sangat sering

runtuhnya bendung penahan disebabkan adanya kelemahan

pada sambungan konstruksinya, oleh sebab ini sambungan-

sambungan harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

Walaupun terdapat sedikit perbedaan perilaku gerakan

sedimen, tetapi metode pembuatan desain untuk

pengendaliannya hampir sama, kecuali perbedaan pada

konstruksi sayap mercu serta ukuran pelimpah dan bahan

tubuh bendung. Untuk bendung pengendali gerakan sedimen

secara fluvial yang bahannya berbutir halus, mercunya

dapat dibuat lebih tipis. Bahan untuk tubuh beton selain

beton dan pasangan batu dapat juga dari kayu, bronjong

kawat, atau tumpukan batu. Sedangkan untuk bendung

penahan gerakan massa biasanya digunakan beton dan

pasangan batu. Tipe bendung yang dipakai adalah tipe

gravitasi yang lebih rendah dari 15 m.

14

Gambar 2.11. a. Bendung Penahan (check dam)

b. Bendung Pengatur (sabo dam)

Di samping dapat pula menahan sebagian gerakan

sedimen, fungsi utama bendung pengatur adalah untuk

mengatur jumlah sedimen yang bergerak secara fluvial

dalam kepekatan yang tinggi, sehingga jumlah sedimen yang

meluap ke hilir tidak berlebihan. Dengan demikian

besarnya sedimen yang masuk akan seimbang dengan

kemampuan daya angkut aliran air sungainya, sehingga

sedimentasi pada daerah kipas pengendapan dapat

dihindarkan.

Kadang-kadang sebuah bendung memerlukan beberapa buah

sub-dam, sehingga dapat dicapai kelandaian yang stabil

pada dasar alur sungai di hilirnya. Stabilitas dasar alur

sungai tersebut dapat diketahui dari ukuran butiran

sedimen, debit sungai dan daya angkut sedimen, kemudian

barulah jumlah sub-dam dapat ditetapkan. Selanjutnya

harus pula diketahui kedalaman gerusan di saat terjadi

banjir besar dan menetapkan jumlah sub-dam yang

diperlukan, agar dapat dihindarkan terjadinya keruntuhan

bendung-bendung secara beruntun. Penentuan tempat

15

kedudukan bendung, biasanya didasarkan pada tujuan

pembangunannya sebagaimana tertera di bawah ini:

1) Untuk tujuan pencegahan terjadinya sedimentasi

yang mendadak dengan jurnlah yang sangat besar

yang dapat timbul akibat terjadinya tanah

longsor, sedimen luruh, banjir lahar dan lain-

lain maka tempat kedudukan bendung haruslah

diusahakan pada lokasi di sebelah hilir dari

daerah sumber sedimen yang labil tersebut,

yaitu pada alur sungai yang dalam, agar dasar

sungai naik dengan adanya bendung tersebut

2) Untuk tujuan pencegahan terjadinya penurunan dasar

sungai, tempat kedudukan bendung haruslah sebelah

hilir dari diusahakan penempatannya di ruas sungai

tersebut. Apabila ruas sungai tersebut cukup

panjang, maka diperlukan beberapa buah bendung yang

dibangun secara berurutan membentuk terap-terap

sedemikian, sehingga pondasi bendung yang lebih

hulu dapat tertimbun oleh tumpukan sedimen yang

tertahan oleh bendung di hilirnya.

3) Untuk tujuan memperoleh kapasitas tampung yang

besar, maka tempat kedudukan bendung supaya

diusahakan pada lokasi di sebelah hilir ruas sungai

yang lebar sehingga dapat terbentuk semacam

kantong. Kadang-kadang bendung ditempatkan pada

16

sungai utama di sebelah hilir muara anak-anak

sungai yang biasanya berupa sungai arus deras

(torrent) dapat berfungsi sebagai bendung untuk

penahan sedimen baik dari sungai utama maupun dari

anak-anak sungainya.

Gambar 2.12. Bendung Pengatur (sabo dam)

c. Bendung Konsolidasi

Peningkatan agradasi dasar sungai di daerah kipas

pengendapan dapat dikendalikan dan dengan demikian

alur sungai di daerah ini tidak mudah berpindah-

pindah. Guna lebih memantapkan serta mencegah

terjadinya degradasi alur sungai di daerah kipas

pengendapan ini, maka dibangun bendung-bendung

konsolidasi (consolidation dam). Jadi bendung konsolidasi

tidak berfungsi untuk menahan atau menampung sedimen

yang berlebihan.

Apabila elevasi dasar sungai telah dimanfaatkan

oleh adanya bendung-bendung konsolidasi, maka

17

degradasi dasar sungai yang diakibatkan oleh gerusan

dapat dicegah. Dengan demikian dapat dicegah pula

keruntuhan bangunan perkuatan lereng yang ada pada

bagian sungai tersebut. Selanjutnya bendung-bendung

konsolidasi dapat pula mengekang pergeseran alur

sungai dan dapat mencegah terjadinya gosong pasir.

Tempat kedudukan bendung konsolidasi ditentukan

berdasarkan tujuan pembuatannya dengan persyaratan

sebagai berikut:

1) Untuk tujuan pencegahan degradasi dasar sungai,

bendung-bendung konsolidasi ditempatkan pada

ruas sungai yang dasarnya selalu menurun. Jarak

antara masing-masing bendung didasarkan

pertimbangan kemiringan sungai yang stabil.

2) Apabila terdapat anak sungai, mesti

dipertimbangkan penempatan bendung-bendung

konsolidasi pada lokasi yang terletak di

sebelah hilir muara anak sungai tersebut.

3) Untuk tujuan pencegahan gerusan pada lapisan

tanah pondasi suatu bangunan sungai, bendung-

bendung konsolidasi ditempatkan di sebelah

hilir bangunan tersebut.

18

4) Untuk menghindarkan tergerus dan jebolnya

tanggul pada sungai-sungai arus deras serta

mencegah keruntuhan lereng dan tanah longsor,

bendung-bendung konsolidasi ditempatkan

langsung pada kaki-kaki tanggul, kaki lereng

dan kaki tebing bukit yang akan diamankan.

5) Apabila pembangunan sederetan bendung-bendung

konsolidasi dikombinasikan dengan perkuatan

tebing, jarak antara masing-masing bendung yang

berdekatan supaya diarnbil 1,5 – 2,0 kali lebar

sungai

d. Kantong Lahar

Bahan-bahan endapan hasil letusan gunung berapi

atau hasil pelapukan batuan lapisan atas permukaan

tanah yang oleh pengaruh air hujan bergerak turun

dari lereng-lereng gunung berapi atau pegunungan

memasuki bagian hulu alur sungai arus deras. Oleh

aliran air sungai arus deras ini bahan-bahan endapan

ini bergerak turun baik secara massa maupun secara

fluvial dengan konsentrasi yang tinggi memasuki

bagian sungai di sebelah hilirnya.

Salah satu usaha yang dilaksanakan dalam rangka

mengurangi suplai sedimen ini adalah menampungnya

19

baik untuk selama mungkin atau untuk sementara pada

ruangan-ruangan yang dibangun khusus yang disebut

kantong lahar. Dalam rangka pengendalian banjir

lahar, kantong lahar ini merupakan salah satu

komponen sistem pengendalian banjir lahar. Di saat

terjadinya banjir lahar, bahan-bahan yang berukuran

besar diharapkan dapat tertahan pada deretan bendung

penahan, sedangkan kantong-kantong lahar diharapkan

dapat berfungsi menahan dan menampung bahan-bahan

berbutir lebih halus (pasir dan kerikil), Dengan

demikian suplai sedimen ke bagian hilirnya akan

dapat dikurangi, hingga pada tingkat yang seimbang

dengan kemampuan daya angkut aliran sungai sampai

muaranya.

2.4. Debit rencana

Debit banjir rencana (design flood) adalah besarnya

debit yang direncanakan melewati penampang sungai dengan

periode ulang tertentu. Besarnya debit banjir ditentukan

berdasarkan curah hujan dan aliran sungai antara lain :

besarnya hujan, intensitas hujan, dan luas Daerah

Pengaliran Sungai (DAS).

Untuk mencari debit banjir rencana dapat digunakan

beberapa metode diantaranya

20

hubungan empiris antara curah hujan dengan limpasan. Metode

ini paling banyak dikembangkan sehingga didapat beberapa

rumus diantaranya sebagai berikut :

1. Metode Rasional

2. Metode Melchior.

3. Metode Weduwen.

4. Metode Haspers.

5. Metode FSR Jawa – Sumatera

BAB 3PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Perkuatan lereng/Revetments merupakan struktur perkuatan

yang ditempatkan di tebing sungai untuk menyerap energi air

yang masuk guna melindungi suatu tebing alur sungai atau21

permukaan lereng tanggul terhadap erosi dan limpasan

gelombang (overtopping) ke darat dan secara kesuluruhan

berperan meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh

tanggul yang dilindungi. Sedangkan bangunan pengarah arus

serta pengendali sedimen berfungsi mencegah terjadinya

penggerusan dasar yang membahayakan stabilitas saluran

drainase.

jika tebing sungai tidak di lindungi dengan perkuatan-

perkuatan seperti penjelasan di atas, maka bisa menyebabkan

erosi atau pengikisan tebing dan membentuk sedimen sehingga

terjadinya pendangkalan serta meluapnya air pada intensitas

hujan yang besar.

Pembangunan strutur-struktur bangunan perkuatan tebing

biasanya di bangun pada daerah tikungan sungai, karena pada

daerah tersebut merupakan daerah yang mengalami pergesekan

yang besar antara arus air dengan tebing sungai.

Dalam mendesain bangunan perlindungan tersebut,

diperlukan data hidrologi seperti debit rencana yang

digunakan sebagai acuan untuk memperoleh dimensi bangunan

yang akan dibuat.

22