SKRIPSI MUHAMMAD UBAIDILLAH.pdf

85
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN HUTAN DI ERA OTONOMI KABUPATEN MUARO JAMBI Skripsi Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah Oleh: MUHAMMAD UBAIDILLAH NIM : 105170544 Pembimbing : Drs. H. Amhar Rasyid, L.Sc.,MA Ulya Fuhaidah, S.Hum,MSI PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI JAMBI 2021

Transcript of SKRIPSI MUHAMMAD UBAIDILLAH.pdf

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS

PENGELOLAAN HUTAN DI ERA OTONOMI

KABUPATEN MUARO JAMBI

Skripsi

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Ilmu Pemerintahan

Fakultas Syariah

Oleh:

MUHAMMAD UBAIDILLAH

NIM : 105170544

Pembimbing :

Drs. H. Amhar Rasyid, L.Sc.,MA

Ulya Fuhaidah, S.Hum,MSI

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

JAMBI

2021

i

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Ubaidillah

NIM : 105170544

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Syariah

Alamat : Jln. Lintas timur, Rt. 05, Desa Berembang, Kec. Sekernan, Kab.

Muaro jambi

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S.1) di Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

ii

Pembimbing I : Drs. H. Amhar Rasyid, L.Sc.,MA

Pembimbing II : Ulya Fuhaidah, S.Hum,MSI

Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi

Jl. Jambi – Muaro Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren

Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021

Jambi, September 2021

Kepada:

Yth. Bapak Dekan Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Di

Jambi

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamualaikum Wr. Wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan yang seperlunya, maka kami

berpendapat bahwa skripsi saudara Muhammad Ubaidillah NIM 105170544

dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pengelolaan

Hutan Di Era Otonomi Kabupaten Muaro Jambi”

Telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqosahkan guna

melengkapi tugas-tugas dan syrat-syarat untuk mencapai gelar sarjana strata satu

(S.1) dalam Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

Maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut agar dapat diterima dengan

baik. Demikianlah, kami ucapakan terima kasih, semoga bermanfaat bagi

kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

iii

iv

MOTTO

“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan

tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)

perbuatan mereka, agar mereka kembali kejalan yang benar”

(QS Ash Syura)

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam

penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Di samping itu, tidak lupa pula

iringan shalwat serta salam penulis sampaikan kepada jujungan Nabi Muhammad

SAW.

Skripsi ini diberi judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas

Pengelolaan Hutan Di Era Otonomi Kabupaten Muaro Jambi”

Oleh karen itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih

kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama

sekali kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari MA., Ph.D, sebagai rektor UIN STS

Jambi.

2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag., M.H, sebagai Dekan Fakultas Syariah UIN STS

Jambi.

3. Ibu Dr. Irmawati Sagala S.IP.M.Si dan Bapak Yudi Armansyah, S.Th.I.,

M.Hum, sebagai ketua dan Sekretaris Prodi Ilmu Pemerintahan.

4. H. Amhar Rasyid, L.Sc.,MA dan Ulya Fuhaidah, S.Hum,MSI sebagai

Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, seluruh Karyawan/Karyawati Fakultas

Syariah UIN STS Jambi, dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan

skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung.

vi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata keempurna. Oleh

karenan itu penulis berharap kepada semua pihak untuk dapat memberikan

kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT kita

memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafaanya.

Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SAW yang menciptakan langit dan bumi,

memberikan aku hidup dan merasakan arti penting perjuangan menyelesaiakan

tugas akhir ini, dan kepada Baginda nabi muhammad SWT yang sholawatnya

selalu saya hanturkan dalam setiap doa supaya diberikan kemudahan

penyelesaian tugas akhir ini

Skripsi ini aku persembahkan untuk orang- orang terkasih, ayahanda (SAMANI),

cerminan nan kuat dan tangguh semoga menjadi cerminan diri ini, untuk ibunda

(ERMAWATI) tecinta yang kuat dan selalu memberikan semangatnya, kasih

sayangnya, kelembutan dan kesabarannya tidak akan terbalas dengan apappun

hanya bisa kupersembahkan karya kecil ini. Teruntuk kakakku (USWATUN

HASANAH) yang sudah berbelah kasih dengan penuh kasih sayang dan

kesabaran mendidik adiknya serta terimaksih untuk semangat moril dan

materilnya

Dan tak lupa pula ucapan terimakasih kepada teman-teaman angkatan 2017

terkhusus kelas IP B yang tidak bisa ku sebutkan satu persatu, yang jelas tugas

akhir ini tidak akan selesai tanpa dukungan kalian semua.

viii

ABSTRAK

Nama Muhammad Ubaidillah, NIM 105170544, judul skripsi Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Efektivitas Pengelolaan Hutan Di Era Otonomi Kabupaten

Muaro Jambi”. Menurunnya jumlah hutan di Muaro Jambi disebabkan oleh

keserakahan masyarakat yang berharap memanfaatkannya sebagai penunjang

dunia usaha, ditambah lagi dengan kemarau panjang yang menyebabkan

kebakaran hutan di banyak tempat yang berdampak pada bidang pendidikan,

ekonomi dan sosial, dengan pengelolaan hutan yang baik diharapkan dapat

membantu penjaga kelestariah hutan. Tujuan skripsi ini untuk mengetahuin faktor

yang mendukung pemerintah dalam pengelolaan hutan yang ada di Kabupaten

Muaro Jambi dan untuk mengetahui cara pemerintah menerapkan hukum

pengelolaan hutan. Dalam penelitian ini menggunakan Metode penelitian

deskriptif kualitatif, yakni menggambarkan atau menjelaskan permasalahan yang

ada dengan memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dengan

merujuk pada teori yang bersangkutan dengan permasalahan penelitian dilakukan

(pada saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual, dengan cara

pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Dari

penelitian skripsi ini didapatkan hasil antara lain ; Faktor utama yang mendorong

pemerintah dalam pengelolaan hutan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi

dipengaruhi oleh, kawasan hutan yang semakin lama semakin berkurang,

Banyaknya terjadi pembalakan liar, ilegal logging, pembakaran/pengerusakan

hutan oleh masyarakt maupun pelaku usaha. Adapun Cara Pemerintah Dalam

Menerapkan Hukum Pengelolaan Hutan berdasarkan hasil penelitian yaitu

dilakukan dengan cara sosialisasi, pembinaan, pengawasan serta pengedalian dan

hukum pengelolaan hutan bisa terlaksana dengan baik, dipengaruhi oleh beberapa

Faktor hukum itu sendiri, Faktor penegak hukum, Faktor sarana atau fasilitas yang

mendukung penegakan hukum, Faktor masyarakat, serta Faktor kebudayaan.

Kata Kunci: Hutan, Pengelolaan, Hukum

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... ii

MOTTO ................................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xi

DAFTAR TABEL................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

C. Batasan Masalah........................................................................................... 4

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................. 4

E. Kerangka Teori............................................................................................. 5

F. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 12

BAB II METODE PENELITIAN ...................................................................... 15

A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 15

B. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 15

C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 16

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 18

E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 20

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................... 23

A. Sejarah Singkat Kabupaten Muaro Jambi .................................................. 23

B. Visi dan Misi Dinas Kehutanan Provinsi Jambi ........................................ 24

C. Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Jambi ............................... 25

D. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Dinas Kehutanan Provinsi Jambi ............. 34

x

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ................................... 46

A. Faktor Yang Mendukung Pemerintah Dalam Pengelolaan Hutan Yang Ada

di kabupaten Muaro Jambi ................................................................................ 46

B. Cara Pemerintah Dalam Menerapkan Hukum Pengelolaan Hutan Di

Wilayah Kabupaten Muaro Jambi ..................................................................... 53

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 65

A. Kesimpulan ................................................................................................ 65

B. Saran ........................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA

DOKUMENTASI

xi

DAFTAR SINGKATAN

HPT :Hutan Produksi Terbatas

HPK :Hutan Produksi konversi

HPH :Hak Pengusahaan Hutan Kesatuan

KPHL :Pengelolaan Hutan Lindung

KPHP :Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi

WALHI : Wahana Lingkungan Hidup

xii

DAFTAR TABEL

Tabel.1 Informan Penelitiann Skripsi…………………………………

Tabel.2 Luas Kawasan Fungsi Hutan Muaro Jambi………………….

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1 Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Jambi……….

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumber kehidupan manusia yang berfungsi

sebagai paru-paru dunia penghasilkan oksigen untuk kelangsungan hidup

manusia di dunia secara berkelanjutan. Hutan juga dapat di gunakan sebagai

agen pongkondisi untuk menjaga kestabilan kondisi suhu di permukaan bumi

dan menjaga keutuhan atmosfer bumi dengan cara mencegah pori-pori pada

lapisan ozon akibat pencemaran udara buatan manusia. Secara umum dapat

dikatakan bahwa peran hutan sangat penting terutama untuk keseeimbang

alam, walaupun penelitian telah dilakukan berbagai aspek.

Oleh karena itu, Indonesia salah satu daerah tropis yang memiliki hutan

yang paling luas dengan beranekan ragam jenis pepohonan dan tumbuhan.

Badan dunia memberikan apresiasi yang begitu besar kepada Indonesia dalam

menjaga keutuhan hutan yang ada di wilayah indonesi.

Provinsi Jambi merupakan salah satu aset hutan di Indonesia. Sekitar 60%

dari luas wilayah jambi masih berupa hutan, sehinggah jambi termasuk salah

satu provinsi yang mendapat perhatian khusus dari pemerintahan, karena

selain hutannya yang luas, terdapat banyak spesies dilindungi yang

menjadikan jambi sebagai tempat tinggalnya.

Namun pada kenyataannya, banyak hutan yang telah dibuka hari ni untuk

perlusan untuk dijadikan kawasan komersial bagi pedagang real estate dan

pabrik yang dibangun untuk mendukung produksi produk mereka. Tidak

2

hanya itu, usaha perkebunan juga mulai merambah dan mengubah hutan yang

ada menjadi kawasan usaha perkebunan, khususnya perkebunan kelapa sawit

dan karet yang mejadi mata pencaharian utama masyarakat jambi.

Menurunnya jumlah hutan di gunung jambi disebabkan oleh keserakahan

masyarakat yang berharap memanfaatkannya sebagai penunjang dunia usaha,

ditambah lagi dengan kemarau panjang yang menyebabkan kebakaran hutan di

banyak tempat. Tak heran jika banyak permukiman yang dihuni oleh satwa

liar seperti harimau Sumatra yang membuat panic warga jambi.

Menurut beberapa pemberitaan di media tentang hutan Provinsi Jambi

disebutkan bahwa Provinsi Jambi mengalami deforestasi yang sangat parah,

pada tahun 2012 luas deforestasi di Provinsi Jambi mencapai 76.522 hektar.

Provinsi Jambi akan menghadapi kendala besar terhadapt rencana Indonesia

hijau. Memperluas jumlah lahan utama yang mencapai 1,2 juta hektar. Lahan

kunci meliputi 435.930 hektar kawasan hutan dan 797.661 hektar kawasan

hutan. Hanya 57,11% dari hutan zhanbei yang tertutup vegetasi, sedangkan

42,89% sisanya tidak tertutup vegetasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, pengurangan kawasan hutan mendapat

perhatian khusus dari pemerintah daerah karena untuk menekan dan

memprediksi kemungkinan terjadi bencana alam. Salah satu bentuk

kepedulian pemerintah terhadap perusakan hutan adalah proyek Menuju

Indonesia Hijau. Akan tetapi, seperti disebutkan di atas, rencana tersebut

menghadapi kendala yang sangat besar, oleh karena itu sebagai pengendalian

kondisi hutan, rencana tersebut harus didukung dengan pemberian publisitas

3

dan pengarahan kepada kawasan, dengan tujuan untuk menyusun gambaran

kondisi hutan di kawasan tersebut. Menurut wilayahnya. Data dan informasi

yang lengkap menjadi pedoman.

Kenyataannya, data Provinsi dan Dinas Kehutanan yang ada tidak akan

terus memutakhirkan, data luas hutan yang ada hanyalah data luas kawasan

hutan yang ditentukan beberapa tahun lalu dan baru akan dimutakhirkan bila

pemerintahan pusat melakukan revisi. Dengan cara ini, tidak bisa benar-benar

mendukung rencana pemerintahan.

Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu kabupaten di provinsi

Jambi. Berdasarkan undang-undang nomor 54 tahun 1999, kabupaten ini

merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten Batanghari dengan luas

wilayah 5.246 KM2. secara administratif terdiri dari 11 kecamatan, 150 desa,

dan 5 kelurahan dengan jumlah penduduk 365.700 jiwa dengan tingkat

pertumbuhan 3,93%.1 Muaro jambi merupakan kawasan yang hutannya mulai

tergerus oleh pembangunan pabrik, pembangunan perumahan, dan perluasan

perkebunan kelapa sawit dan karet. Oleh karena itu, diperlukan data lebih

lanjut mengenai hutan yang ada dan laju penurunan jumlah hutan tahunan agar

pemerintah dapat menindaklanjuti untuk menjaga keutuhan hutan dan bumi

serta mendukung rencana pemerintah Provinsi Jambi sebagai wujud

kepedulian.

1 www.muarojambikab.bps.go.id.

4

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas

Pengelolaan Hutan di Era Otonomi Kabupaten Muaro Jambi” .

B. Rumusan Masalah

Melihat uraian latar belakang dan judul penelitian, maka penulis dapat

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja faktor internal dan eksternal yang mendukung pemerintah

dalam pengelolaan hutan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi ?

2. Bagaimana cara pemerintah dalam menerapkan hukum pengelolaan

hutan di wilayah Kabupaten Muaro Jambi ?

C. Batasan Masalah

Batasan merupakan salah satu langkah untuk memberikan arah yang

hendak diteliti menjadi jelas dan mudah di pahami. Selain itu, batasan masalah

dalam penelitian juga diperlukan untuk lebih memusatkan perhatian pada

permasalahan yang hendak diteliti. Agar permasalahan ini tidak terlalu meluas

maka dalam penelitian ini penulis membatasi hanya fokus kepada pengelolaan

hutanan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahuin faktor yang mendukung pemerintah dalam

pengelolaan hutan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi.

5

b. Untuk mengetahui cara pemerintah dalam menerapkan hukum

pengelolaan hutan di wilayah Kabupaten Muaro Jambi.

2. Kegunaan Penelitian

Apabila tujuan tersebut telah tercapai, maka jelas ada manfaat yang

dapat diambil, antara lain :

a) Sebagai bahan rekomendasi yang akan memberikan masukan

terkait Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas

Pengelolaan Hutan di Era Otonomi Kabupaten Muaro Jambi.

b) Sebagai wahana untuk menambah wawasan pengetahuan ilmu

pemerintahan bagi penulis dalam rangka memberi sumbangsi

pemikiran dan untuk mengembangkan bidang keilmuan yang

telah dapat selama bangku perkuliahan.

c) Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata satu

(S1) pada jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

E. Kerangka Teori

1. Efektivitas

Menurut Gie, 1988 Efektivitas merupakan keadaan yang

mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang

dikehendaki, maka perbuatan itu dikatan efektif kalau menimbulkan

akibat atay mencapai maksud sebagaimana yang dikehendaki.

6

2. Hutan

Menurut Herman Hidayat, 2015 hutan adalah suatu kawasan

tempat pepohonan tumbu secara utuh yang merupakan perpaduan antara

alam dan lingkungan alam yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai

hutan.2

Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 hutan adalah

ekosistem yang lengkap berupa sebidang tanah mengandung sumber

daya alam hayati dengan pepohonan di lingkungan alam sebagai badan

utamanya, dan sumber daya alam tersebut tidak dapat dipisahkan satu

sam lain. Kawasan Hutan adalah kawasan tertentu yang ditetapkan dan /

atau diatur oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai

hutan tetap.3

Menurut Bambang Pamuladi, 1999 fakto-faktor yang menekan

perkembangan hutan di Indonesia adalah pemanfaatan spesies hutan

secara berlebihan, degradasi hutan bakau karena dikonversi menjadi

hutan tambak, pencemaran industry dan pertanian hutan basah,

pengabaian atau ketidaktahuan kepemilikan lahan secara tradisional

(adat) dan peranan hak adat dalam memanfaatkan sumber daya alam,

pertumbuhan penduduk dan penyebarannya tidak merata, konversi hutan

2 Herman Hidayat, Pengelolaan Hutan Lestari:Partisipasi, Kolaborasi, Dan

Konflik.Cetakan Pertama (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015) 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Pasal 1 ayat 2

7

untuk pertambangan dan perkembangan perkebunan, dan program

trasmigrasi.4

3. Fungsi Hutan

Fungsi hutan di bagi atas tiga fungsi yaitu fungsi konservasi,

lindung, dan produktif.

a. Hutan konservasi

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, Hutan

konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang

mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan

satwa serta ekosistemnya.5

b. Hutan lindung

Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang

kehutanan “Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,

mencegah banjir, mengendalikan erosi tanah, mencegah intrusi air laut,

dan menjaga kesuburan tanah”.6

Menurut PP No. 44 Tahun 2004, kriteria yang bisa dikatakan

sebagai hutan lindung adalah sebagai berikut:

1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor kemiringan lereng, jenis

tanah dan intensitas curah hujan setelah masing-masing

4 Bambang Pamuladi, Hukum Kehutanan & Pembangunan Bidang Kehutanan, Cetak 3

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hlm 233 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

dan Ekosistem 6 Undang-Undang No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan

8

dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah skor

175 atau lebih.

2. Kawasan hutan yang berada pada ketinggian 2000 meter atau

lebih di atas permukaan air laut.

3. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan sebesar 40%

atau lebih.

4. Kawasan hutan yang mempunyai tanah sangat peka terhadap

erosi dan mempunyai lereng lapangan lebih dari 15%.

5. Kawasan hutan yang merupakan daerah perlindungan pantai.

6. Kawasan hutan yang merupakan daerah resapan air.

c. Hutan produktif

Hutan produksi dibagi menjadi 3 yaitu: hutan produksi tetap

(HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang

dapat dikonversi (HPK):

a. Hutan Produksi Tetap (HP) hutan yang dapat dieksploitasi

dengan perlakuan cara tebang pilih maupun dengan cara

tebang habis.

b. Hutan Produksi Terbatas (HPT) hutan yang hanya dapat

dieksploitasi dengan cara tebang pilih. Hutan Produksi

Terbatas merupakan hutan yang dialokasikan untuk produksi

kayu dengan intensitas yang rendah. Hutan produksi terbatas

pada umumnya berada di wilayah pegunungan di mana lereng-

lereng yang curam mempersulit kegiatan pembalakan.

9

c. Hutan produksi yang dapat di dikonversi (HPK) dibagi

menjadi dua yaitu:

1. kawasan hutan yang memiliki ruang yang dicadangkan

untuk digunakan bagi pengembangan permukiman,

transmigrasi, pertanian dan perkebunan.

2. Kawasan hutan yang dipengaruhi faktor kelas lereng, jenis

tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan

dengan angka penimbang mempunyai nilai 124 atau

kurang di luar hutan suaka alam dan hutan pelestaria alam.

4. Pengelolaan Hutan

Pengelolaan hutan meliputi kegiatan : 1) tata hutan dan

penyusunan rencana pengelolaan hutan, 2) pemanfaatan hutan dan

penggunaan kawasan hutan, 3) rehabilitasi dan reklamasi hutan, 4)

perlindungan hutan dan konservasi alam.

Menurut PP Nomor 6 Tahun 2007 Pasal 1 No 3, Tata hutan

kegiatan rancang bangun di pengelolaan hutan, mencakup kegiatan

pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan

potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan untuk memperoleh

manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.7 Output

dari tata hutan adalah blok dan petak serta pemetaannya berdasarkan

ekosistem, tipe, fungsi dan rencana pemanfaatan hutan serta

intensitasdan efesiensi pengelolaan. Output penyusunan rencana

7 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007

10

pengelolaan adalah rencana pengelolaan jangka panjang dan jangka

pendek.

Rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk memulihkan,

mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga

daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung system

penyangga kehidupan tetap terjaga, yang termasuk kegiatan

rehabilitasi yaitu penghijauan, pemeliharaan, pengayaan tanaman, atau

penerapan teknik konservasi tanah secara vegetative dan sipil teknis,

pada lahan kritis dan tidak produktif. Sedangkan reklamasi hutan

meliputi usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali klahan

dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal

sesuai dengan peruntukannya.

Perlindungan hutan adalah untuk mencegah dan membatasi

kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh

perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan

penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara,

masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,

investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan

(Pasal 1 No 1 PP Nomor 45 Tahun 2004).8

Untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya

hutan secara optimal dan proposional diperlukan suatu kerja sama atau

kolaboratif antara pemerintah, masyarakat dan pihak lain yang

8 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004

11

berkepentingan. Kolaborasi semua pihaklah yang biasa disebut dengan

tata kelola kolaboratif atau Collaborative Governance yaitu kolaborasi

antara berbagai aktor dan pihak dalam proses pembangunan dan

pemerintahan.

Menurut Ansell dan Gash, Collaborative Governance adalah

cara pengelolaan pemerintahan yang melibatkan secara langsung

stakeholder di luar Negara, berorientasi pada konsensus, dan

musyawarah dalam mengambil keputusan kolektif, yang memiliki

tujuan untuk membuat atau melaksanakan kebijakan dan program

publik. Collaborative Governance sebenarnya adalah sebuah

musyawarah antara pemerintah dan masyarakat dalam merumuskan

kebijakan. Dimana pemerintah dan masyarakat memiliki peran yang

sangat penting dalam pelestarian lingkungan dengan melakukan kerja

sama yang baik agar tidak terjadi tumpang tindih kebijakan yang

berpihak sehingga menimbulkan konflik, konflik biasanya terjadi

karena adanya keputusan yang merugikan salah satu dari keduanya.

Menurut Akhmaddhian, dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat, pemerintah dapat memberikan pengarahan dan

kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengelola

hutan sebaik mungkin. Adanya partisipasi masyarakat dapat

mendukung adanya pengelolaan hutan secara berkelanjutan, karena

apabila pemerintah tidak melibatkan masyarakat, maka pengelolaan

hutan tidak akan berjalan dengan baik. Sehingga mengikutsertakan

12

masyarakat yang memahami prinsip kelestarian dan pengelolaan akan

membuat pengelolaan hutan menjadi lebih efektif dan efisien.9

F. Tinjauan Pustaka

Dalam suatu penelitan tidak terlepas dari perolehan data melalui referensi

buku-buku atau literature studi kepustakaan ini dilakukan untuk memenuhi

atau mempelajari serta mengutip pendapat-pendapat dari para ahli yang ada

hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini memiliki

persamaan dengan beberapa penelitian sebelumnya, yaitu :

1) Muhammad Irfan F (Skripsi Mahasiswa Universitas Hasanuddin

Makassar 2014) dengan judul “Tinjauan Yuridis Implementasi

Kewewenangan Pemerintah Kabupaten Sinjai Dalam Alih Fungsi

Hutan Lindung Menjadi Hutan Produksi”. Hasil temuan dalam

penelitian tersebut menjelaskan bahwa alih fungsi lahan atau lazimnya

sebagai konvensi lahan adalah perubahan fungsi sebagai atau seluruh

kawasan lahan dari fungsinya semula. Seperti yang direncanakan

menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif terhadap lingkungan

dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan

sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor

yang secara garis besar meliputi kondisi alih fungsi hutan lindung di

beberapa daerah pada saat ini semakin banyak dan mengkhawatirkan

bagi kondisi ekologi dan ekosistem sekitarnya. Khususnya pegunungan

yang lahan hutan lindungnya menjadi lahan pertanian, lahan

9 Nur Karmila, Pengelolaan Hutan Bersama Pemerintah Dan Unsur-Unsur Yang Ada di

Masyarakat Dalam Menjaga Kawasan Hutan, (Universitas Muhammadiyah, Makassar).

13

perkebunan atau beralih fungsi menjadi perumahan warga yang

dilegalkan oleh pemerintah daerah, pemerintah pusat ataupun bentuk

penyerobotan karena faktor tingkat penduduk yang semakin bertambah.

2) Kauzar Tariq K (Skripsi Mahasiswa Universitas Hasanuddin Makassar

2016) dengan judul “Efektivitas Pengawasan Kawasan Hutan Laposo

Niniconang Kabupaten Soppeng Berdasarkan Undang Undang No.41

Tahun 1999”. Hasil temuan dalam penelitian tersebut menjelaskan

bahwa Pemanfaatan hutan secara tak bijaksana bukan hanya

mengakibatkan kerusakan hutan namun bisa menimbulkan malapetaka

yang lebih besar yaitu hancurnya seluruh aspek kehidupan manusia.

Hutan yang terletak di sekitar kawasan gunung juga berperan dalam

menjaga dan mempertahankan keseimbangan ekologis, keberadaannya

sangat bermanfaat bagi kehidupan yang ada di bawah kawasannya.

Ketersediaan air yang cukup bagi berbagai macam kebutuhan, dan

kelestarian hasil tanaman produksi melalui kesuburan tanah yang

terjaga.

Penelitian dilakukan Muhammad Irfan F dan Kauzar Tariq K

yakni sama-sama membahas tentang kerusakan hutan, namun

perbedaannya Muhammad Irfan K lebih fokus kepada alih fungsi lahan

dari hutan lindung menjadi hutan produksi. Sedangkan Kauzar Tariq K

memfokuskan kepada mempertahankan keseimbangan ekologis antara

manusia dan hutan. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti

memfokuskan kepada faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas

14

pengelolaan hutan di era otonomi. Wilayah penelitian terdahulu di

Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan dan kabupaten Soppeng, Sulawesi

Selatan. Sedangkan penelitian ini dilakukan di dinas kehutanan provinsi

jambi.

15

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Kehutanan Kabupaten

Muaro Jambi, dimulai dari Bulan November 2020 sampai sekarang hingga

tersusunnya proposal skripsi ini.

B. Pendekatan Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif

kualitatif, yakni menggambarkan atau menjelaskan permasalahan yang ada

dengan memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan yang

merujuk pada teori yang bersangkutan dengan permasalahan.Penelitian ini

memusatkan pada permasalahan-permasalahan yang ada pada saat

penelitian dilakukan (pada saat sekarang) atau masalah-masalah yang

bersifat aktual. Maka pemecahan masalah yang ada dilakukan dengan cara

menggambarkan suatu keadaan, data, status fenomena berdasarkan fakta-

fakta yang ada secara jelas dan mendalam.

Sementara metode deskriptif adalah sebagai prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan

subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain)

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

adanya.10

10

Amiruddin, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta:Parama Ilmu,2016), hlm 98

16

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang disajikan dan diperoleh dari sumber-sumber data

yang terdiri dari data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer akan diperoleh oleh peneliti dari hasil wawancara

dan observasi, peneliti juga menggunakan data yang bersumber dari

peraturan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999. Penelitian ini

menggunakan informan dan responden dalam menghimpun data-data

yang dibutuhkan. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang

diminta memberikan keterangan tentang suatu fakta dan pendapat

terkait dengan Pengelolaan Hutan Yang Ada di Kabupaten Muaro

Jambi

Data primer disini berupa informasi yang diperoleh melalui

observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan Kepala dinas

kehutanan dan Masyarakat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang

diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber perantara. Data ini

diperoleh dengan cara mengutip dari sumber lain, sehingga tidak

bersifat autentik, karena sudah diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan

seterusnya. Bahan-bahan data sekunder berupa buku-buku, majalah,

jurnal, makalah dan sebagainya.

17

Data sekunder merupakan data atau sejumlah keterangan yang

diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber perantara. Data ini

diperoleh dengan cara mengutip dari sumber lain.11

Data sekunder yang dimaksud oleh peneliti disini adalah data

yang sudah terdokumentasi terkait dengan tujuan penelitian dan juga

sebagai referensi dari penulisan proposal skripsi ini yang berhubungan

dengan Kehutanan. Data tersebut juga digunakan sebagai data

pendukung terkait Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas

Pengelolaan Hutan di Era Otonomi Kabupaten Muaro Jambi.

2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.

Sumber data disesuaikan dengan instrument pengumpulan data yang

digunakan. Sumber data berupa responden dan informan disebut juga

dengan sumber data berupa orang, sumber data berupa peristiwa disebut

dengan sumber data berupa tempat, dan sumber data berupa

dokumentasi disebut dengan sumber data gambar.

Berikut adalah sumber data dalam penelitian ini:

11

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011),hlm.146

NO Instansi

1 Dinas Kehutanan Provinsi Jambi

2 Masyarakat

3 WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia)

18

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut sugiyono instrument pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Instrument pengumpulan data adalah alat yang digunakan

untuk mengumpulkan data dan fakta penelitian.12

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri-ciri

yang spesifik dibandingkan dengan teknik lain, atau pengamatan dan

pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang akan di selidiki.

Observasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengawasan,

peninjauan dan penyelidikan riset.13

Observasi atau pengamatan

merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara

sistematis.14

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berupa bentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental seseorang.15

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah sejumlah dokumen-

dokumen yang telah dikeluarkan oleh orang lain ataupun dinas terkait,

12

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi,(Edisi Revisi), cet Ke-2 (Jambi:Syari’ah

Press,2014), hlm 37 13 W Gulo, Metode Penelitia, cet. Ke-7, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hlm. 116 14 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif

(edisi kedua), (Yogyakarta:Erlangga, 2009), hlm. 86 15

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, cet. Ke-21, (Bandung:

Alfabeta, 2011), hlm. 242

19

kebijakan-kebijakan pemerintah, catatan hasil musyawarah, dan tulisan-

tulisan yang sesuai dengan penelitian ini.

3. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai.

Akan tetapi, dapat juga diberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu untuk

dijawab pada kesempatan lain.16

Wawancara juga diartikan sebagai proses

interaksi dan komunikasi untuk mendapatkan informasi yang hanya dapat

diperoleh dengan cara bertanya langsung dengan responden.17

wawancara

digunakan untuk mendapatkan data mentah dari informan, sehingga

ditemukan data baru yang tidak terdapat dalm dokumen. Data mentah yang

diperoleh dari informan ini bermanfaat untuk menjawab rumusan masalah

didalam penelitian.18

Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data mentah dari

informan, sehingga dapat ditemukan data baru yang tidak terdapat dalam

dokumen.19

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik snowball

sampling, karena peneliti hanya mengambil sampel yang ditarik sebagai

informasi kunci. Dari banyak populasi yang ada, peneliti hanya mengambil

beberapa orang yang menjadi sampel dan yang dianggap terwakili, antara

lain yang penulis wawancarai pada penelitian ini adalah Kepala Dinas

16

Juliansyah Noor, Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, Karya Ilmiah, cet. Ke-11,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm 138. 17

Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, cet. Ke-19, (Jakarta:

Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), hlm 192. 18

Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, cet. Ke-19, 38 19

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi,(Edisi Revisi), hlm 38

20

Kehutanan Provinsi Muaro Jambi, Staf-staf Dinas Kehutanan, dan

Masyarakat.

E. Teknik Analisis Data

Untuk data kualitatif terutama data dokumen, naskah atau literature

lainnya, analisis ini mengggunakan model analisis isi dan analisis

wacana.20

Berdasarkan hal tersebut, dapat di kemukanan disini bahwa

analisis data yang digunakan peneliti adalah proses menvari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat dipahami dengan mudah,

serta membuat kesimpulan dengan tujuan agar dapat diinformasikan dan

mudah dipahami orang lain. Adapun metode analasis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini

digunakan untuk menentukan objek penelitian berdasarkan sifat tertentu

dimana dalam penelitian sifat dinyatakan tidak dalam angka-angka dan

digunakan untuk menjelaskan analisis data yang diperoleh kemudian

diolah.21

Analisis tersebut penulis dapat melakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul

20

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi,(Edisi Revisi), cet Ke-2 hlm 52 21

Bungin dan Burhan, Penelitian kualitatif, cet. Ke-4 (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2012), hlm 150.

21

dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus

selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah penyusunan data dengan sistematik sesuai

dengan yang telah direncanakan. Penyajian bertujuan untuk memudahkan

dalam membaca dan menarik kesimpulam.22

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bias

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori,

flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini, Miles dan Huberman (1984)

menyatakan “yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”.23

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kulaitiatif dalah penarikan

kesimpulan da verifikasi. Kesimpulan awal dan dikemukakan masih

bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan untuk mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimulan yang

kredibel.

Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin juga tidak baik, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah

22 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rienaka Cipta, 2008),

hlm 123. 23

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan RNB,(Bandung:Alfabeta,2013). Hlm 247

22

dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara

dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpualn

dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada.24

24

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan RNB,hlm 252-253

23

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Kabupaten Muaro Jambi

Kabupaten Muaro Jambi adalah salah satu kabupaten di Provinsi

Jambi, Indonesia. Kabupaten Muaro Jambi dibentuk berdasarkan Undang-

undang nomor 54 Tahun 1999 sebagai pemekaran dari Kabupaten

Batanghari.

Pada awal terbentuknya, Kabupaten Muaro Jambi terdiri dari 7

kecamatan dan 120 desa yang secara administrative berbatasan dengan

Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat di sebelah

utara, Kabupaten Tanjung Jabung Timur di sebelah timur, Kabupaten

Muaro Jambi di sebelah barat perbatasan dengan kabupaten Batanghari,

perbatasan di wilayah Selatan Berbatas dengan Provinsi Sumatra Selatan.

Sejalan dengan perkembangannya Kabupaten Muaro Jambi sekarang

menjadi terdiri dari 11 kecamatan, 5 kelurahan dan 150 desa.

Secara terperinci, batas wilayah administrasi kabupaten Muaro

jambi dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

1. Kecamatan Mestong ibukota Tempino terdiri dari 1 kelurahan dan 14

desa.

2. Kecamatan Sungai Bahar ibukota suka Makmur terdiri dari 11 desa.

3. Kecamatan Bahar Selatan ibukota Bukit subur terdiri dari 10 desa.

4. Kecamatan Bahar Utara ibukota Sumber Mulya terdiri dari 11 dea.

5. Kecamatan Kumpeh Ulu ibukota Muara Kumpe terdiri dari 18 desa.

24

6. Kecamatan Sungai Gelam ibukota Tangkit terdiri dari 15 desa.

7. Kecamatan Kumpe ibukota tanjung terdiri dari 1 kelurahan dan 16

desa.

8. Kecamatan Maro Sebo ibukota Jambi Kecil terdiri dari 1 kelurahan

dan 11 desa.

9. Kecamatan Taman Rajo ibukota Kemingking Dalam terdiri dari 10

desa.

10. Kecamatan Jambi Luar Kota ibukota Pijoan terdiri dari 1 kelurahan

dan 19 desa.

11. Kecamatan Sekernan ibu kota Sengeti terdiri dari 1 kelurahan dan 15

desa.25

B. Visi dan Misi Dinas Kehutanan Provinsi Jambi

Visi “Hutan Lestari, Masyarakat Sejahtera Menuju jambi Tuntas 2021”

1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan daerah yang bersih, transparan,

akuntabel dan partisipatif yang berorientasi pada pelayanan publik.

2. Menjaga situasi daerah yang kondusif, toleransi antara umat beragama

dan kesadaran hukum masyarakat.

3. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas infrastruktur umum,

pengelolaan energy dan sumber daya alam yang berkeadilan dan

berkelanjutan.

25

Data Observasi Tugas Pokok dan fungsi Sekretariat Dinas Kehutanan Provinsi

Jambi.Pada tanggal 8 Juli 2021

25

C. Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Jambi

Gambar.1

STRUKTUR ORGANISASI

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI26

Adapun tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan Provinsi Jambi yaitu

sebagai berikut:

a. Kepala Dinas

1. Menyusun rencana strategis dan akuntabilitas kinerja dinas

2. Menyiapkan rumusan kebijakan dan petunjuk teknis di bidang

kehutanan.

26 Dokumentasi Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Jambi.

26

3. Membina dan melaksanakan program, pengembangan dan

perlindungan hutan.

4. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan instansi terkait

dalam rangka pelaksanaan tugas.

5. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan terkait lingkup

tugas.

6. Melaksanakan tugas dinas lain yang terkait atasan, berkoordinasi

dengan instansi terkait dalam pelaksanaannya.27

b. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas membantu dinas dalam rangka

menyusun, merumuskan, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan

dan mengevaluasi rencana program, pengelolaan urusan tata usaha, tata

laksana kantor, tata keuangan, kepegawaian, data dan informasi informasi

kehutanan, dan pengelolaan barang milik Negara sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Sekretariat menjalankan fungsi sebagai

berikut:

1) Pelaksanaan koordinasi rencana program dan anggaran.

2) Pengelolaan urusan keuangan.

3) Pengelolaan data dan informasi kehutanan.

4) Pengelolaan urusan tata usaha, rumah tangga, kearsipan, dan

dokumentasi, pengelolaan barang milik Negara, kepegawaian,

27 Data Observasi Tugas Pokok dan fungsi Sekretariat Dinas Kehutanan Provinsi

Jambi.Pada tanggal 8 Juli 2021

27

keuangan, pengelolaan asset dinas kehutanan serta hubungan

masyarakat.

5) Pelaksaan fungsi lain yang diberikan atas sesuai dengan bidang

tugasnya.

Selanjutnya sekretariat membawahi Sub Bagian Program dan

Evaluasi, Sub Bagian Keuangan dan Aset, dan Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian.28

c. Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan (PPH)

Tugas pokok Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan membantu

dinas dalam rangka menyiapkan perumusan kebijakan teknis, memberikan

pelayanan administrasi dan regulasi pelaksanaan pada kegiatan tata hutan,

rencana pengelolaan hutan kesatuan pengelolaan hutan kecuali kesatuan

pengelolaan hutan konservasi serta pemanfaatan hutan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan fungsi Bidang

Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan yaitu sebagai berikut:

1) Penyiapan rumusan kebijakan, koordinasi, bimbingan teknis dan

evaluasi penatagunaan hutan, dan penyusunan dan pelaksaan

rencana pengelolaan di KPHP dan KPHL dalam satu provinsi.

2) Penyiapan rumusan kebijakan, koordinasi, bimbingan teknis dan

evaluasi pengembangan promosi, investasi, kerja sama dan

kemitraan, kelembagaan KPH dan sistem informasi tata hutan

KPHP dan KPHL dalam satu provinsi.

28

Data Observasi Tugas Pokok dan fungsi Sekretariat Dinas Kehutanan Provinsi

Jambi.Pada tanggal 8 Juli 2021

28

3) Penyiapan rumusan kebijakan, pembinaan, pengendalian dan

pengawasan perizinan, usaha pemanfaatan kawasan, jasa

lingkungan kecuali pemanfaatan penyimpanan selain karbon,

pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil hutan kayu

pada hutan produksi di wilayah provinsi.

4) Penyiapan rumusan kebijakan rencana kehutanan tingkat provinsi

dan neraca sumber daya hutan provinsi.

5) Pemberian pertimbangan teknis izin dan perpanjang izin usaha

pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi di wilayah

provinsi.

6) Pemberian pertimbangan teknis perubahan status dan fungsi hutan,

perubahan status dari lahan non kawasan hutan menjadi kawasan

hutan, penggunaan serta tukar menukar kawasan hutan di wilayah

provinsi.

7) Penyiapan rumusan kebijakan terkait rencana dan bimbingan teknis

penyusunan dan penetapan rencana kerja usaha pemanfaatan hutan,

izin pemanfaatan kayu (IPK), dan izin koridor di wilayah provinsi.

8) Penyiapan rumusan kebijakan, pengawasan dan pengendalian

penataan usahaan hasil hutan, iuran kehutanan, peredaran hasil

hutan, dan tertib peredaran hasil hutan di provinsi. Dan

9) Penyiapan rumusan kebijakan, pengawsan dan pengendalian

industry primer hasil hutan bukan kayu, izin usaha, dan izin

perluasan industry primer hasil hutan bukan kayu.

29

Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan terdiri dari:

Seksi Perencanaan Tata Hutan.

Seksi Pemanfaatan HUtan dan Penggunaan Kawasan Hutan.

Seksi Pengolahan, Pemasaran dan PNBP.

Masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Bidang

Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan.29

d. Bidang Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem

(PKSDAE)

Bidang perlindungan dan konservasi sumber daya alam ekosistem

(PKSDAE) mempunyao tugas merumuskan kebijakan teknis,

memberikan pelayanan administrasi dan regulasi pelaksaan pada

perlindungan hutan di hutan lindung dan hutan produksi; perlindungan,

pengawetan dan pemanfaatan secara lestari taman hutan saya

(TAHURA) lintas daerah kabupaten/kota perlindungan tumbuhan dan

satwa liat yang tidak dilindungi dan tidak termasuk dalam lampiran

(Appendix) CITES; pengawasan kawasan bernilai ekosistem penting

dan daerah penyangga kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

alam;

Untuk melaksanakan tugas bidang perlindungan dan konservasi

sumber daya dan ekosistem menyelenggarakan fungsi:

29

Data Observasi Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan

Dinas Kehutana Provinsi Jambi.Pada Tanggal 8 Juli 2021

30

1) Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan pencegahandan

pembatasan kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan,

pengamanan hutan dan penegakan hukum, dan pengendalian

kebakaran hutan dan lahan bidang kehutanan di wilayah provinsi;

2) Penyiapan rumusan kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi

perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan di wilayah provinsi;

3) Penyiapan rumusan kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi

pembinaan dan pengendalian dalam pemanfaatan tumbuhan dan

satwa liar yang tidak dilindungi/tidak termasuk lampiran dan

4) Penyiapan rumusan kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi

pengelolaan kawasan bernilai ekosistem penting dan daerah

penyangga kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam,

pembentukan forum kolaborasi dalam perlindungan kawasan

bernilai ekosistem penting di provinsi.

Bidang pembinaan, perlindungan dan ketaatan hukum

terdiri dari:

Seksi pengendalian kerusakan dan pengamanan hutan;

Seksi pengendalian kebakaran hutan dan lahan

Seksi konsevasi sumber daya alam dan ekosistem

31

Masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala

bidang perlindungan dan KSDAE.30

e. Bidang Penyuluhan, Pemerdayaan Masyarakat dan Hutan Adat

Bidang penyuluhan, pemerdaya masyarakat dam hutan adat

mempunyai tugas membantu dinas dalam rangka pengelolaan DAS

dan RLH mempunyai tugas administrasi dan regulasi pelaksanaan pada

kegiatan penyuluhan kehutanan, pemerdaya masyarakat dan

perhutanan sosial.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud ayat (1), bidang

penyuluhan pemerdaya masyarakat dan hutan adat mempunyai

funngsi:

1) Penyusunan kebijakan, koordinasi, bimbingan teknis dan evaluasi

dalam penyuluhan, pendidikan, pelatihan, penguatan kelembagaan

penyuluhan bidang kehutanan.

2) Penyusunan kebijakan, koordinasi, bimbingan teknis dan evaluasi

dalam pemerdaya masyarakat, pengembangan kelompok tani hutan

dan kelembagaan usaha, pengembangan kemitraan kehutanan

dalam provinsi.

3) Penyusunan kebijakan, koordinasi, bimbingan teknis dan evaluasi

dalam pengembangan perhutanan sosial meliputi: hutan

30

Data Observasi Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan

Dinas Kehutana Provinsi Jambi.Pada Tanggal 8 Juli 2021

32

kemasyarakatan, hutan desa, hutan tanaman rakyat dan kemitraan

dalam provinsi.

4) Penyusunan kebijakan, koordinasi, bimbingan teknis dan evaluasi

dalam penetapan masyarakat hutan adat dan kawasan hutan dengan

tujuan khusus untuk religi dalam provinsi.

5) Pelaksanaan pemetaan dan pengukuran areal konflik.

6) Penyusunan rencana anggaran penyelesaian konflik.

7) Pelaksanaan konsultasi ke kementerian LH dan kehutanan dalam

rangka penyelesaian konflik,

8) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi konflik di kawasan bernilai

ekosistem penting dan daerah penyangga kawasan suaka alam dan

kawasan pelestarian alam, dan

9) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atas langsung sesuai dengan

bidang tugas.

Badan penyuluhan, pemerdayaan masyarakat dan hutan

adat terdiri dari:

Seksi penyuluhan kehutanan

Seksi penerdayaan masyarakat

Seksi hutan adat31

f. Bidang Pengelolaan DAS dan RHL

31 Data Observasi Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan

Dinas Kehutana Provinsi Jambi.Pada Tanggal 8 Juli 2021

33

Bidang pengelolaan DAS dan RHL mempunyai tugas merumuskan

kebijakan teknis, memberikan pelayanan administrasi dan regulasi

pelaksanaan pada kegiatan pengelolaan DAS di provinsi dan

rehabilitas di luar kawasan hutan negara; pelaksanaan kegiatan bidang

kehutanan di luar kawasan hutan yang menjadi asset pemerintah

provinsi jambi, dan kawasan hutan dengan tujuan khusus lainnya.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud ayat (1), bidang

DAS dan RHL mempunyai fungsi:

1) Penyusunan kebijakan, koordinasi, bimbingan teknis dan

evaluasi dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS),

pembentukan forum pengelolaan DAS, dan sistem informasi

pengelolaan DAS di wilayah provinsi;

2) Penyusunan kebijakan, koordinasi, bimbingan teknis dan

evaluasi dalam rehabilitas lahan, rehabilitas lahan di kawasan

bergambut, mangrove dan pantai/pesisir, penghijauan /

penanaman, penerapan teknik konservasi tanah dan air di luar

kawasan hutan Negara di wilayah provinsi.

3) Penyusunan kebijakan, koordinasi, bimbingan teknis dan

evaluasi dalam pelaksanaan perbenihan tanaman hutan, sumber

daya genetik tanaman hutan, sertifikasi sumber benih dan mutu

tanaman hutan dalam wilayah provinsi.

34

4) Pelaksanaan pengelolaan kawasan bernilai ekosistem penting,

asset pemerintahan provinsi jambi (tanaman hutan kenali dan

asset lainnya) yang ditugaskan gubernur.

5) Pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan dengan tujuan khusus

dan pengelolaan kawasan bernilai ekosistem penting dan

daerah penyangga kawasan suaka alam dan kawasan

pelestarian alam lainnya selain wilayah kerja KPH.

Bidang pengelolan DAS dan RHL terdiri dari:

Seksi pengelolaan daerah aliran sungai (DAS)

Seksi rehabilitasi hutan dan lahan (RHL)

Seksi perbenihan tanaman hutan

Masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala

bidang pengelolaan DAS dan RHL.32

D. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Dinas Kehutanan Provinsi Jambi

Berdasarkan peraturan Gubernur Jambi Nomor 37 Tahun 2016 Bab II,

kedudukan tugas dan fungsi bidang di Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, terdiri

dari33

:

1. Susunan organisasi dinas terdiri dari :

a. kepala;

b. sekretariat, terdiri dari :

32 Data Observasi Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan

Dinas Kehutana Provinsi Jambi.Pada Tanggal 8 Juli 2021 33 Peraturan Gubernur Jambi Nomor 37 Tahun 2016. Hlm 4

35

1) subbagian program dan evaluasi;

2) subbagian keuangan dan aset; dan

3) subbagian umum dan kepegawaian.

c. bidang perencanaan dan pemanfaatan hutan, terdiri dari :

1) seksi perencanaan tata hutan;

2) seksi pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan; dan

3) seksi pengolahan, pemasaran dan penghasilan negara bukan pajak

(PNPB).

d. bidang perlindungan dan konvensi sumber daya alam dan ekosistem

(KSDAE), terdiri dari :

1) seksi pengendalian, kerusakan dan pengamanan hutan;

2) seksi pengendalian kebakaran hutan dan lahan; dan

3) seksi sumber daya alam dan Cekosistem.

e. bidang pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) dan rehabilitasi hutan dan

lahan (RHL), terdiri dari :

1) seksi pengelolaan daerah aliran sungai ;

2) seksi rehabilitasi hutan dan lahan; dan

3) seksi perbenihan tanaman hutan.

f. bidang penyuluhan, pemberdayaan masyarakat dan hutan adat, terdiri dari :

1) seksi penyuluhan hutan;

2) seksi pemberdayaan masyarakat; dan

3) seksi hutan adat.

g. unit pelaksanan teknis dinas (UPTD);

36

h. cabang dinas; dan

i. kelompok jabatan fungsional34

.

2. Kedudukan Tugas dan Fungsi

a. Sekretariat

1) Tugas

mempunyai tugas membantu dinas dalam rangka menyusun,

merumuskan, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan

mengevaluasi rencana program, pengelolaan urusan tata usaha, tata

laksana kantor, Tata keuangan, kepegawaian, data dan informasi

kehutanan, dan pengelolaan barang milik negara sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2) Fungsi

Sekretariat menyelenggarakan mempunyai fungsi : a. pelaksanaan

koordinasi rencana program dan anggaran; b. pengelolaan urusan

keuangan; c. pengelolaan data dan informasi kehutanan; d. pengelolaan

urusan tata usaha, rumah tangga, kearsipan, dan dokumentasi, pengelolaan

barang milik negara, kepegawaian, keuangan, pengelolaan aset dinas

kehutan serta hubungan masyarakat; dan e. pelaksanaan fungsi lain yang

diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya

b. Subbagian Program dan Evaluasi

1) Tugas

34 Peraturan Gubernur Jambi Nomor 37 Tahun 2016

37

Mempunyai tugas membantu sekretariat dalam rangka menyusun

program anggaran, program pembangunan kehutanan, melakukan

perencanaan anggaran operasional tugas-tugas pembangunan,

mengevaluasi pelaksanaan anggaran di unit-unit kerja, pelayanan

infomasi kehutanan, pembuatan laporan statistik, pembutan laporan

kemajuan anggaran dan pembangunan , pembuatan prosedur kerja,

sasaran kinerja dinas dan pelaksanaan tugas lain sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku35

.

2) Fungsi

Subbagian Program, Evaluasi dan Pelayanan Informasi Kehutanan

menyelenggarakan fungsi:a. penyusunan rencana anggaran operasional

tugas tugas pembangunan dan pemerintahan dinas; b. pembuatan

bahan evaluasi kerja unit-unit organisasi lingkup dinas;

c. pengumpulan, pengevaluasian, pengolahan, penyajian informasi

kehutanan provinsi jambi, yang berkaitan dengan tupoksi dinas;

d. pembuatan laporan bulanan, triwulan, semesteran, tahunan dan

statistik kehutanan dinas; e. penyusunan standar operasional prosedur;

f. pelaksanaan evaluasi pelaksanaan anggaran; g. pengelolaan kegiatan

informasi kehutanan, melalui kegiatan pameran dan promosi bidang

kehutanan; h. pembuat prosedur kerja dinas; i. pembuatan kontrak

kerja dan laporan kinerja dinas; j. pembuatan laporan

pertanggungjawaban keuangan dan pembangunan pemerintah daerah

35 Peraturan Gubernur Jambi Nomor 37 Tahun 2016

38

bidang kehutanan; dan k. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan

atasan sesuai dengan bidang tugasnya.36

c. Subbagian Keuangan dan Aset

1) Tugas

mempunyai tugas membantu sekretariat dalam rangka

melaksanakan manajemen keuangan dan aset yang meliputi penyiapan

bahan penyusunan rencana anggaran pendapatan belanja dinas,

perhitungan anggaran dan verifikasi serta perbendaharaan dan

melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Fungsi

Subbagian Keuangan dan Aset menyelenggarakan fungsi : a.

penyusunan administrasi keuangan; b. penyusunan, pembuatan laporan

dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran; c. penyusunan urusan

kas dan gaji; d. pengelolaan perbendaharaan keuangan; e. penyiapan

bahan pertanggungjawaban keuangan daerah dan pusat; f. pelaksanaan

tindak lanjut hasil pemeriksaan dari tim pemeriksa; g. pelaksanaan

pembukuan,pencatatan dan penyimpanan aset dinas; h. pengelolaan

dan pemeliharaan aset dinas; i. pelaksanaan monitoring dan evaluasi

aset; dan j. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai

dengan bidang tugasnya

d. Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai

36 Peraturan Gubernur Jambi Nomor 37 Tahun 2016

39

1) Tugas

tugas membantu sekretariat dalam rangka mengurus manajemen

sumber daya manusia, manajemen sarana dan prasarana, dan

manajemen perkantoran, melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh

atasan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku37

.

2) Fungsi

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi :

a. perencanaan administrasi perkantoran/tata usaha; b. penghimpunan

dan mengelola surat menyurat meliputi arsip ekspedisi, penggandaan

dan pendistribusian; c. pelaksanaan pengelolaan rumah tangga dan aset

dinas; d. penyiapan perlengkapan pertemuan/rapat; e. pembuatan

analisa beban tugas; f. pembuatan analisa kebutuhan pegawai; g.

pembuatan rencana pengadaan pegawai; h. penyusunan rencana

kebutuhan pendidikan dan pelatihan diklat teknis, fungsional,

administrasi, dan penjenjangan bagi PNS; i. penyusunan dan

pengelola bahan mutasi pegawai dinas; j. penyusunan analisis jabatan

dan analisis beban kerja dinas; k. pembuatan rencana peningkatan

kesejahteraan pegawai; l. penyiapan/mengkoordinasikan absensi

pegawai baik pagi maupun siang atau sore pegawai Dinas; m.

pembinaan, mengarahkan serta memberi teguran baik secara lisan

maupun tulisan kepada pegawai dinas kehutanan melalui atasan

langsungnya bagi pegawai yang melanggar ketentuan disiplin PNS; n.

37 Peraturan Gubernur Jambi Nomor 37 Tahun 2016

40

pelaksanaan koordinasi dengan subbag dan seksi lain yang terkait yang

berhubungan dengan peningkatan kinerja Pegawai; o.

pengkoordinasian sumber daya manusia baik teknis fungsional

kehutanan maupun non kehutanan; p. pemberian masukan kepada

Sekretaris khususnya tentang kinerja pegawai; q. penyelenggaraan

pelayanan informasi kehutanan; dan r. pelaksanaan fungsi lain yang

diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya38

e. Bidang Perencanaan Dan Pemanfaatan Hutan

1) Tugas

Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan mempunyai tugas

membantu dinas dalam rangka dalam rangka menyiapkan perumusan

kebijakan teknis, memberikan pelayanan administrasi dan regulasi

pelaksanaan pada kegiatan tata hutan, rencana pengelolaan hutan

kesatuan pengelolaan hutan kecuali kesatuan pengeloaan hutan

konservasi serta pemanfaatan hutan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

2) Fungsi

Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan

menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan rumusan kebijakan,

koordinasi, bimbingan teknis dan evaluasi penatagunaan hutan,

Penyusunan dan pelaksanaan rencana pengelolaan di kphp/kphl dalam

1 (satu) provinsi; b. penyiapan rumusan kebijakan, koordinasi,

38 Peraturan Gubernur Jambi Nomor 37 Tahun 2016

41

bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan promosi, investasi, kerja

sama kemitraan, kelembagaan kph dan sistem informasi tata hutan

kphp kphl dalam 1 (satu) provinsi; c. penyiapan rumusan kebijakan

rencana kehutanan tingkat provinsi dan neraca sumber daya hutan

provinsi; d. penyiapan rumusan kebijakan, pembinaan, pengendalian

dan pengawasan perizinan, usaha pemanfaatan kawasan, jasa

lingkungan kecuali pemanfaatan penyimpan selain karbon,

pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil hutan kayu,

pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan produksi di wilayah

provinsi; e. penyiapan rumusan kebijakan, pembinaan, pengendalian

dan pengawasan perizinan, usaha pemanfaatan kawasan, jasa

lingkungan kecuali pemanfaatan penyimpanan selain karbon,

pemungutan hasil hutan bukan kayu yang tidak dilindungi pada hutan

lindung di wilayah provinsi; f. pemberian pertimbangan teknis izin dan

perpanjangan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan

produksi di wilayah provinsi; g. pemberian pertimbangan teknis

perubahan status dan fungsi hutan, perubahan status dari lahan non

kawasan hutan menjadi kawasan hutan, penggunaan serta tukar

menukar kawasan hutan di wilayah Provinsi; h. penyiapan rumusan

kebijakan terkait rencana dan bimbingan teknis penyusunan dan

penetapan rencana kerja usaha pemanfaatan hutan, izin pemanfaatan

kayu, dan izin koridor di wilayah provinsi; i. penyiapan rumusan

kebijakan, pengawasan dan pengendalian penata usahaan hasil hutan,

42

iuran kehutanan, peredaran hasil hutan dan tertib peredaran hasil hutan

di Provinsi; k. penyiapan rumusan kebijakan, pengawasan dan

pengendalian industri primer hasil hutan bukan kayu, izin usaha, dan

izin perluasan industri primer hasil hutan bukan kayu; dan. l.

pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang

tugasnya39

.

f. Perencanaan dan Tata Hutan mempunyai

1) Tugas

tugas membantu Bidang dalam rangka merencanakan, menyiapkan

petunjuk teknis pelayanan administrasi, pengendalian tata hutan kph

selain kphk, menyusun rencana pengelolaan hutan dan menyiapkan

bahan neraca sumber daya hutan provinsi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2) Fungsi

Seksi Perencanaan dan Tata Hutan menyelenggarakan fungsi : a.

penyiapan bahan dalam rangka koordinasi dan bimbingan teknis dan

evaluasi terhadap penatagunaan hutan, dan penyusunan rencana

pengelolaan hutan yang dilaksanakan oleh kphp/kphl dalam 1 (satu)

provinsi; b. penyiapan bahan dalam rangka pengembangan promosi,

investasi, kerja sama kemitraan kelembagaan kph dan sistem informasi

tata hutan kphp/kphl dalam 1 (satu) provinsi; c. penyiapan bahan

dalam rangka penyusunan rencana kehutanan tingkat provinsi dan

39 Peraturan Gubernur Jambi Nomor 37 Tahun 2016

43

neraca sumber daya hutan provinsi; d. penyiapan bahan dalam rangka

pemberian perubahan status dan fungsi hutan, perubahan status dari

lahan non kehutanan menjadi kawasan hutan, tukar menukar kawasan

hutan di wilayah Provinsi, serta penggunaan kawasan hutan; e.

penyiapan bahan penyusunan tata ruang daerah dan kabupaten/kota

bidang kehutanan; f. pelaksanaan sinkronisasi dan pembinaan program

kerja kph dengan bidang teknis dinas kehutanan; g. penyiapan bahan

dalam rangka penilaian, monitoring dan evaluasi penggunaan kawasan

hutan; h. pelaksaaan penataan, penelaahan dan pengendalian

penggunaan kawasan hutan untuk keperluan bidang kehutanan dan non

kehutanan; dan i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai

dengan bidang tugasnya

g. Seksi Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan

1) Tugas

Mempunyai tugas membantu bidang dalam rangka menyiapkan

bahan petunjuk teknis pelayanan administrasi dan pengendalian

kegiatan, pemanfaatan kawasan hutan, pemanfaatan hasil hutan bukan

kayu, dan administrasi pemungutan hasil hutan, pengendalian kegiatan

pemanfaatan jasa lingkungan, dan pengendalian kegiatan pemanfaatan

jasa lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku40

.

2) Fungsi

40 Peraturan Gubernur Jambi Nomor 37 Tahun 2016

44

Seksi Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan

menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan dalam rangka penilaian

dan evaluasi perizinan usaha pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan

kecuali pemanfaatan penyimpanan selain karbon, pemanfaatan hasil

hutan bukan kayu, pemungutan hasil hutan kayu, pemungutan hasil

hutan bukan kayu pada hutan produksi dan hutan lindung di wilayah

Provinsi; b. penyiapan bahan dalam rangka pemberian

pertimbangateknis izin dan perpanjangan izin usaha pemanfaatan hasil

hutan kayu pada hutan produksi di wilayah provinsi; dan c. penyiapan

bahan dalam rangka pemberian persetujuan dan penetapan rencana

kerja usaha pemanfaatan hutan, izin pemanfaatan kayu (IPK), dan izin

koridor di wilayah provinsi.

h. Seksi Pengolahan, Pemasaran dan Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP)

1) Tugas

Mempunyai tugas membantu bidang dalam rangka Menyiapkan

bahan petunjuk teknis pengelolaan hasil hutan bukan kayu, pelaksanaan

pengelolaan hasil hutan kayu dengan kapasitas produksi kurang dari

6.000 m3/tahun, administrasi tata usaha hasil hutan, rekonsiliasi PNBP

sektor kehutanan, dan penyiapan bahan promosi dalam rangka investasi

sektor kehutanan provinsi jambi sesuai dengan peraturan

perundangundangan yang berlaku.

2) Fungsi

45

Seksi Pengolahan, Pemasaran dan PNBP menyelenggarakan

fungsi: a. penyiapan bahan dalam rangka penilaian dan evaluasi

perizinan industri primer hasil hutan bukan kayu, dan perizinan industri

primer hasil hutan kayu dengan kapasitas produksi41

41 Peraturan Gubernur Jambi Nomor 37 Tahun 2016

46

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Faktor yang Mendukung Pemerintah Dalam Pengelolaan Hutan Yang

Ada di kabupaten Muaro Jambi

Luas kawasan hutan Provinsi Jambi yang dikelola dari tahun 2010 sampai

dengan tahun 2014 cenderung mengalami penurunan, dimana pada tahun 2010

luas kawasan hutan di Provinsi Jambi adalah sebesar 2.216.530 ha, sedangkan

angka sementara di tahun 2014 menunjukkan bahwa luas kawasan hutan Provinsi

Jambi adalah 2.103.459 ha. Penurunan tersebut terjadi karena konversi lahan dari

kawasan hutan menjadi areal penggunaan lain. Pada tahun 2013, muncul kawasan

hutan konversi dengan luas 11.415 ha dan kawasan hutan penelitian dengan luas

1.169 ha (RPJMD Provinsi Jambi 2016-2021).

Selain mengalami penurunan dari aspek luasan, kawasan hutan Provinsi

Jambi juga mengalami penurunan dari aspek kualitas ekosistem hutan, sebagai

akibat dari pengelolaan yang tidak optimal seperti perambahan, pembalakan liar

(illegal logging), alih fungsi hutan menjadi kebun kelapa sawit dan karet serta

kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan hasil Penelitian yang penulis lakukan

maka faktor yang mendukung pemerintah dalam pengelolaan hutan yang ada di

Kabupten Muaro Jambi :

a. Sosial Budaya

Sosial budaya sangat menentukan sistem masyarakat dalam mengelola

lingkungan dan sumberdaya alam. Odum menyatakan bahwa terjadinya gejala

over-shoot dalam pengelolaan sumberdaya alam berakar pada tidak terkendalinya

47

nilai keserakahan yang berkembang di masyarakat. Terjadinya kerusakan

lingkungan yang berkelanjutan, terutama oleh tindakan over eksploitasi secara

kolekif dan terorganisir, merupakan cerminan kerusakan nilai-nilai budaya yang

ada dalam masyarakat. Dengan memperhatikan terjadinya kerusakan hutan secara

masif di berbagai tempat maka dapat dikatakan bahwa kerusakan budaya saat ini

telah mencapai tingkat yang gawat. Mekanisme check and balance untuk

mencegah dan mengatasi kerusakan alam bisa dikatakan tidak bisa berjalan

efektif. Karena masyarakat telah mengagap ekpolitasi hutan, perambahan hutan

adalah hal yang biasa dilakukan untuk menunjang taraf hidup. Ditambahkan

dengan kemiskinan dan pendidikan yang kurang, membawa dampak yang sangat

dominan dalam perusakan hutan yang ada dimuaro Jambi

Kerusakan hutan berakar pada tidak berkembangnya nilai-nilai budaya dan

modal sosial dalam masyarakat setempat ditambah kurangnya pengetahuan

tentang dampak yang ditimbulka akibat perusakan hutan. Dapat dikatakan bahwa

nilai-nilai budaya adalah penentu utama seberapa jauh aktivitas suatu masyarakat

akan menimbulkan kerusakan alam. Selain itu dapat dikatakan juga bahwa nilai-

nilai budaya mempunyai pengaruh sangat besar terhadap berbagai kesenjangan

yang bersifat multi dimensional pada suatu sistem masyarakat. Masyarakat

pertanian tradisional dan masyarakat industri, dalam faktor sosial dan budaya

harus lebih mengesampingkan ego pribadi dalam pemamfaatan/pengelola hutan

sekitar.

b. Ekonomi

48

Pengelolaan hutan tentu saja memberi manfaat ekonomis bagi masyarakat.

Manfaat ini bersifat langsung maupun tidak langsung. Banyak dari masyarakat

muaro jambi bergantung pada lahan pertanian, dan semua kebutuhan pokok di

dapat dari hasil tani tersebut, tingginya pengeluaran membuat kondisi ini sebagai

pemicu masyarakat begitu ekspansif dalam membuka lahan baru. Dalam

pandangan mereka, semakin luas lahan yang dimiliki, semakin tinggi pendapatan

yang dihasilkan. Sebenarnya jika dikelola dengan teknik yang benar, apalagi bagi

petani karet dan sawit, sebuah potensi pendapatan yang cukup besar bagi

masyarakat pengelola hutan.

Hal tersebut membuat meningkatnya intensitas perambahan, pembalakan liar

dan tindakan pengrusakan sumberdaya hutan ini menjadi faktor penting untuk

pemerintahan muaro jambi melalui Dinas Kehutanan Provinsi Jambi

meningkatkan kontroling terhadap hutan yang ada di Muaro Jambi, mengingat

semakin lama hutan yang ada di Muaro Jambi semakin perlu diperhatiakn sejalan

dengan era reformasi dan berakhirnya era pengelolaan hutan berbasis perusahaan

dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Peralihan penguasaan kawasan

hutan dari pemegang konsesi HPH kepada Pemerintah menyisakan gap pengelola

di tingkat tapak. Absennya pengelola di tingkat tapak menjadikan kawasan hutan

sebagai kawasan “open access” yaitu sebagai kawasan tanpa pengelola dan

pemilik. Maka berbondong-bondong berbagai pihak masuk untuk mengambil

hasil hutan terutama kayu dan menguasai kawasan hutan untuk diubah menjadi

usaha perkebunan. Oleh karena hal tersebut tentunya pentingnya peran dan fungsi

49

pemerintah muaro jambi dalam memuntas kasus-kasus yang sering terjadi di

hutan Muaro jambi.

Upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan penyuluhan kepada

masyarakat mengenai teknik pengelolaan yang benar sehingga pendapatan petani

dapat meningkat tanpa harus menambah jumlah lahan. Pasar dan sistem

pemasaran suatu produk dapat berimplikasi pada sistem produksi. Harga dan

sistem pemasaran yang stabil dan efisien dapat merangsang petani untuk

meningkatkan produksi.

Hasil penelitian menunjukkan masyarakat menjual hasil kebun mereka ke

pedagang pengumpul dan kepada masyarakat sekitar. Para pedagang pengumpul

inilah yang mendatangi petani sehingga penentuan harga dilakukan oleh

pedagang. Penjualan ke masyarakat sekitar, dilakukan dengan cara petani

menawarkan sendiri ke warga masyarakat. Pada hari pasar tersebutlah warga

masyarakat banyak menghabiskan uangnya untuk kebutuhan mereka

sehari.Terkhusus untuk masyaraakat industri besar apalagi bila melakukan

perusakan hutan secara besar-besar harus ditindak tegas sesuai dengan undang-

undang yang mengatur.

Dari penjelasan diatas faktor sosial budaya dan ekonomi menjadi titik

fokus terjadi perusakan hutan karena kebutuhan dan kesenjangan sosial yang ada

membawa dampak terhadap sisi kehidupan.

Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan bapak A. Bestari,SH.,MH

selaku kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi mengatakan bahwa:

“Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi diprovinsi jambi terkhusus

muaro jambi yang disebabkan kemarau panjang, pembukaan lahan oleh

50

masyarakat dengan cara dibakar, ilegal logging dan pembajakan liar

menimbulkan dampak yang besar dari segi lingkungan, hilangnya habibat

yang ada di dalam hutan, terjadinya bencana alam longsor banjir sehingga

berdampak pada bidang pendidikan, politik, ekonomi, kesehatan sehingga

penyalahgunaan hutan yang berdampak pada kebakaran hutan dan lahan di

Provinsi Jambi khusunya Muaro Jambi, membawa hal buruk dimana

intensitas hutan yang kian lama semakin sedikit. Sosialisasi telah kami

gempurkan mulai dari media, sosialisasi langsung dan pemasangan spanduk

dipinggir jalan tentang sanksi keras membakar dan menebang hutan

sebarangan, akan tetapi tetapi saja ada oknum masyarakat atau perusahaan

yang masih belum sadar untuk menjaga lingkungan. Hal tersebut membuat

kami sebagai pemerintahan khususnya Dinas kehutanan Provinsi jambi, lebih

meningkatkan pengawasan ketat terhadap hutan yang ada. Melalui sosialisasi

dalam mencegah terjadinya penurunan kawasan hutan dengan melakukan

kegiatan rehabilitasi, upaya tersebut dilakukan bersama masyarakat untuk

menanami hutan kembali sebagai salah satu upaya pencengahan dan

melindungi hutan. Pemerintah provinsi selalu berupaya mengatasi dan

menindak tegas masyarakat maupun perusahaan yang melakukan

perambahan, pembalakan liar (illegal logging), pembakaran hutan berskala

besar serta hal yang besangkutan alih fungsi hutan menjadi kebun kelapa

sawit dan karet serta kebakaran hutan dan lahan yang ada di Provinsi

Jambi”42

Hal serupa juga dituturlan oleh ibu Dien Novita, SP, M.Si selaku seksi

perencanaan tata hutan sebagai berikut:

“Perambakan dan perusakan hutan diprovinsi Jambi terkhusus

muaro jambi menjadi masalah yang selalu kami prioritas karena dari data

yang ada di Dinas kehutanan, kerusakan hutan pertahunnya diprovinsi

jambi semakin memburuk untuk itu upaya kami memperbaiki tata kelola

hutan, salah satu upaya penting yang dilakukan adalah dengan menyiapkan

rencana pengelolaan hutan yang baik. Rencana pengelolaan ini cukup

sederhana untuk dapat diimplementasikan, tetapi cukup komprehensif

untuk mencapai tujuan pengelolaan sumberdaya hutan yaitu kelestarian

sumberdaya hutan, sumber pendapatan bagi daerah dan kemakmuran

masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Untuk menyusun rencana

pengeloaan yang baik tersebut maka rencana pengelolaan harus berbasis

pada potensi sumberdaya hutan, dan memperhatikan kepentingan

masyarakat. Rencana pengelolaan juga harus memberikan panduan dan

arahan yang jelas terhadap tujuan, program kegiatan yang akan dilakukan

serta indikator untuk menilai capaian program dan kegiatan, serta

diperlukan setiap lini dari pelaksanaan program tersebut mulai dari

42

Wawancara dengan bapak A. Bestari,SH.,MH selaku kepala Dinas Kehutanan Provinsi,

tanggal 15 juli 2021

51

pemerintah hingga masyarakat untuk menjaga hutan yang ada khususnya

di Kabupaten Muaro Jambi, karena jika pemerintah saja yang terus

berupaya melestarikan hutan tanpa dukungan dari masyarakat itu sama

saja dengan bohong, dikarenakan disini peran dan fungsi masyarakat

sangat dibutuhkan untuk membantu pengelolaan hutan dengan baik”43

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang

mendorong pemerintah dalam pengelolaan hutan yang ada di kabupaten Muaro

Jambi dikarenakan kawasan hutan yang semakin lama semakin sedikit karena

kebututuhan ekonomi masyarakat/perusahaan yang melakukan hal-hal yang dapat

merusak hutan, ditambah dengan belum sepenuhnya masyarakat/oknum

kepentingan sadar tentang pentingnya melestarikan hutan karena dalam hutan

terdapat berbagai makhluk baik tumbuhan maupun hewan yang bergantung satu

yang lain. Pelestarian hutan harus dilakukan karena hutan merupakan paru-paru

dunia. Di mana banyak menyimpan oksigen untuk memenuhi kebutuhan setiap

makhluk hidup, termasuk manusia. Selain itu, perlindungan hutan juga untuk

menjaga alam tidak erosi, banjir, longsor, atau mengalami bencana lainnya. Hutan

menyimpan air hujan dan kemudian mengalirkannya ke sungai dan danau,

sehingga pada musim kemarau tidak mengalami kekeringan. Sumber kehidupan

bagi masyarakat dari produk yang dihasilkannya, khususnya masyarakat di sekitar

hutan.

Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KHP) merupakan salah satu

cara menjawab kebutuhan perlunya unit pengelolaan hutan di tingkat bawah,

sekaligus, organisasi pengelolanya. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan prinsip

43

Wawancara dengan ibu Dien Novita, SP, M.Si selaku seksi perencanaan tata hutan,

tanggal 15 juli 2021

52

pengelolaan hutan yang lestari. Sasaran umum yang ingin dicapai melalui

kebijakan KPH ini adalah memberikan kepastian areal kerja pengelolaan hutan,

wilayah tanggung jawab pengelolaan, serta satuan perencanaan pembangunan dan

pengelolaan hutan. Kesemuanya itu, sebagai elemen kunci menuju model

pengelolaan hutan lestari. Secara konseptual, KPH merupakan pendekatan

kewilayahan dalam pengelolaan hutan lestari, yang disesuaikan dengan fungsi

pokok dan peruntukannya. Melalui pendekatan ini, kawasan hutan Muaro Jambi

direncanakan bisa masuk wilayah KPH.

Pengelolaan kawasan hutan yang termasuk dalam KPHP Unit XIII

Kabupaten Muaro Jambi saat ini juga mengalami persoalan yang kompleks antara

lain berupa perambahan dan kebakaran hutan dan lahan. Data tutupan hutan

menunjukkan bahwa hanya 22,74 % berupa hutan primer dan 14,43 % merupakan

hutan sekunder serta hutan tanaman 10,85 % sedangkan sisanya berupa tutupan

semak belukar, pertanian campuran dan perkebunan. Tingginya intensitas

kebakaran hutan dan lahan dapat dilihat dari data titik api yang terjadi di

Kabupaten Muaro Jambi. Kabupaten Muaro Jambi merupakan Kabupaten dengan

jumlah titik api tertinggi di Provinsi Jambi selama periode 2001–2019 yaitu

sebanyak 10.546 lebih titik api.

Untuk menghindari terjadi bencana alam akibat penebangan hutan liar,

kebakaran hutan yang dapat merusak ekosistem maka dapat dilakukan

penghijauan atau reboisasi, melindungi dan menjaga habitat di hutan, menerapkan

sistem tebang pilih, menerapkan sistem tebang-tanam, melakukan penebangan

secara konservatif, mencegah kebakaran hutan, tidak mencoret-coret pohon di

53

hutan, tidak membuang sampah di hutan, menghemat penggunaan kertas,

melakukan daur ulang kertas, melakukan seminar pelestarian hutan karena ada

potensi wisata sebagai sumber penghasilan masyarkat, maka pengelolaan hutan

yang baik oleh pemerintah Kabupaten maupun Provinsi dibantu oleh partisipasi

masyarakat diharapkan pengelolaan hutan yang ada di Muaro Jambi dapat

terlaksana dengan baik sehingga nantinya akan berdampak pada segi pendidikan,

ekonomi dan lingkungan sosial masyarakt.

Jadi berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa faktor utama

pemerintah melakukan pengelolaan hutan Provinsi Jambi terkusus Muaro Jambi

ialah faktor sosial budaya, ekonomi karena banyak sekali kawasan hutan yang

selama ini belum mendapat perhatian penuh dari pemerintah sehingga dijadikan

tempat membuka lahan bagi masyarakat ataupun perusahaan dan hutan menjadi

tempat bebas bagi siapa saja yang ingin memilikinya, dengan cara yang dapat

merusak hutan itu sendiri dengan melakukan ilegal loging, pembalakan liar serta

pembakaran hutan dalam intensitas yang cukup besar. Dari hal tersebut

pemerintah sadar semakin lama membuat kawasan hutan semakin sedikit maka

hal itu yang mendorong pemerintah provinsi terkhusus Kabupaten Muaro Jambi

melakukan pengelolaan hutan.

B. Cara Pemerintah Dalam Menerapkan Hukum Pengelolaan Hutan Di

Wilayah Kabupaten Muaro Jambi

1. Penguatan Perundang-undangan

Salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk menciptakan

model pengelolaan hutan yang optimal efisien dan lestari adalah pembentukan

54

kelembagaan pengelolaan hutan ditingkat tapak yaitu dengan pembentukan

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) pada setiap fungsi kawasan hutan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo PP No. 3 tahun 2008

tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta

Pemanfaatan Hutan menjelaskan bahwa :

“Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disingkat (KPH) adalah

wilayah unit terkecil pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan

peruntukkanya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari”.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor

SK.77/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010 tetang penetapan Wilayah

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan

Produksi (KPHP) Provinsi Jambi meliputi area dengan luas ± 1.458.934 ha terdiri

dari HL dengan luas ± 175.483 HP dengan luas ± 981.530 ha, HPT dengan luas

±301.922. Dari Keputusan Menhut tersebut, salah satu Kesatuan Pengelolaan

Hutan Produksi yang ditetapkan adalah KPHP Unit XIII yang terletak di

Kabupaten Muaro Jambi dengan luas 107.839 ha. Luasan KPHP ini kemudian

dikoreksi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 863/Menhut-

II/2014 menjadi 116.344 ha.

Berikut ini Luas kawasan hutan di Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.863/Menhut-

II/2014 tanggal 29 September 2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Jambi

Tabel. 1

No Fungsi Kawasan Hutan Luas (Ha)

1 Taman Nasional 22.837,05

55

2 Cagar Alam 2,43

3 Taman Hutan Raya 15,528,90

4 Hutan Lindung 24.745,39

5 Hutan Produksi Terbatas 57.391,28

6 Hutan Produksi 43.505,15

7 Hutan Produksi yang dapat di Konversi 4.860,55

Jumlah 153.341,85

Sumber:www.muarojambikab.bps.go.id.

Untuk memperbaiki tata kelola hutan, salah satu upaya penting yang

dilakukan adalah dengan menyiapkan rencana pengelolaan hutan yang baik.

Rencana pengelolaan ini harus cukup sederhana untuk dapat diimplementasikan,

tetapi cukup komprehensif untuk mencapai tujuan pengelolaan sumberdaya hutan

yaitu kelestarian sumberdaya hutan, sumber pendapatan bagi daerah dan

kemakmuran masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Untuk menyusun rencana

pengeloaan yang baik tersebut maka rencana pengelolaan harus berbasis pada

potensi sumberdaya hutan, dan memperhatikan kepentingan masyarakat. Rencana

pengelolaan juga harus memberikan panduan dan arahan yang jelas terhadap

tujuan, program kegiatan yang akan dilakukan serta indikator untuk menilai

capaian program dan kegiatan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang 10 (sepuluh) tahun

bersifat komprehensif dan implementatif yang menjadi acuan bagi penyusunan

rencana pengelolaan jangka pendek dan rencana-rencana teknis yang lebih

operasional di tingkat tapak. Dalam kerangka inilah dokumen Rencana

Pengelolaan KPH Unit XIII disusun sebagai acuan rencana kerja ditingkat tapak

56

dalam bentuk program dan kegiatan pengelolaan hutan secara terintegrasi melalui

kaidah–kaidah pengelolaan hutan yang dapat menjamin keberlangsungan fungsi

sumberdaya hutan (Sustainable forest management) sebagaimana yang

dimandatkan dalam peraturan perundangan.

Ada beberapa cara yang dilakukan pemerintah dalam mensosialisikan

pengelolaan hutan yang ada di Muaro Jambi sebagai berikut:

a. Pembinaan

Pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah terkait dengan pelaksanaan

Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yang terkait dengan pengelolaan

hutan produksi. Selain itu juga mencakup pembinaan terhadap pelaksanaan tugas

dekonsentrasi dan tugasper bantuan, pinjaman dan hibah luar negeri sejauh terkait

dengan pengelolaan KPHP Unit XIII Kabupaten Muaro Jambi.

Berdasarkan Hasil wawancara dengan bapak Denil Irawan , S.ST selaku

Analisis Informasi Sumberdaya Hutan Provinsi Jambi sebagai berikut:

“Pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jambi melalui

Dinas KehutananProvinsi Jambi meliputi pembinaan terhadap pelaksanaan

pengelolaan KPHP Unit XIII Kabupaten Muaro Jambi yang berskala

regional. Pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jambi

meliputi pembinaan terhadap penyelenggaraan pengelolaanKPHP Unit XIII

Kabupaten Muaro Jambi pada skala tapak. Pembinaan yang diberikan dapat

berupa pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan,arahan, dan atau

supervisi. Pembinaan dilakukan secara berkala setiap semester (6 bulan).

Namun dalam keadaan tertentu dapat dilakukan pembinaan secara khusus.

Hasil pembinaan digunakan sebagai bahan evaluasi perbaikan perencanaan

dan pelaksanaan pengelolaan,dan/atau perbaikan terhadap pengelolaan

KPHP Unit XIII Kabupaten Muaro Jambike depan44

”.

44

Hasil wawancara dengan bapak Denil Irawan , S.ST selaku Analisis Informasi

Sumberdaya Hutan Provinsi Jambi. Tanggal 15 Juli 2021

57

Dari hasil wawancara tersebut bisa dilihat bahwa upaya dan program yang

dilakukan pemerintah provinsi jambi dalam pengelolaan dan mensosialisasikan

tentang pentingnya pengelolaan hutan khusus Kabupaten Muaro Jambi, menurut

hemat penulis seberapa program dan kegiatan yang dilakukan kalau masyarakat

kurang partisipasinya dalam menjaga hutan itu akan terbilang sia-sia. Jadi tidak

hanya pemerintah yang semangat turun tangan tapi diharapkan peran dan

kontribusi masyrakat umum juga.

b. Pengawasan

Pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah terkait dengan efektifitas

pelaksanaan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK)yang terkait dengan

pengelolaan hutan produksi. Selain itu juga mencakup pengawasan terhadap

efektifitas pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas perbantuan, pinjaman dan

hibah luar negerisejauh terkait dengan pengelolaan KPHP Unit XIII Kabupaten

Muaro Jambi.

Pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas

Kehutanan Provinsi Jambi meliputi pengawasan terhadap efektifitas pelaksanaan

pembinaanpenyelenggaraan KPHP Unit XIII Kabupaten Muaro Jambi yang

memiliki keterkaitandengan kewenangan Pemerintah Provinsi. Pembinaan yang

dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jambi meliputi pengawasan terhadap

efektifitas pelaksanaanpembinaan penyelenggaraan KPHP Unit XIII Kabupaten

Muaro Jambi pada skala tapak. Pengawasan secara formal dilakukan secara

berkala setiap semester (6 bulan). Namun dalam keadaan tertentu dapat dilakukan

pengawasan secara khusus. Hasil pengawasan digunakan sebagaibahan perbaikan

58

perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan, dan/atauperbaikan terhadap

pengelolaan KPHP Unit XIII Kabupaten Muaro Jambi ke depan.

c. Pengendalian

Pengendalian meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan

kegiatan pengelolaan KPHP Unit XIII Kabupaten Muaro Jambi. Kegiatan

monitoring dilakukan agar hasil yang dicapai dapat memenuhi atau sesuai dengan

target yang telah ditetapkan. Monitoring dan evaluasi secara formal dilakukan

secara berkalasetiap semester (6 bulan). Namun dalam keadaan tertentu dapat

dilakukan monitoring dan evaluasi secara khusus. Hasil pengendalian digunakan

sebagai bahan evaluasi perbaikan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan,

dan/atau perbaikan terhadap pengelolaan KPHP Unit XIII Kabupaten Muaro

Jambi ke depan.

Undang-undang No 32 Tahun 2009 pasal 69 ayat 1 huruf H tentang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara eksplisit undang-undang

ini mengatur bahwa setiap orang dilarang melakukan pembukaan lahan dengan

cara membakar. Ini artinya, membuka lahan dengan cara membakar

diperbolehkan dengan persyaratan tertentu. Namun, ketentuan pembukaan lahan

dengan cara membakar ini memperhatikan dengan sungguh-sungguh kearifan

lokal di daerah masing-masing. Kearifan lokal yang dimaksud dalam ketentuan ini

adalah melakukan pembakaran lahan dengan luas lahan maksimal 2 hektare per-

kepala keluarga untuk ditanami tanaman jenis variateslokal dan dikelilingi oleh

sekat bakar sebagai pencegah penjalaran api ke wilayah sekelilingnya. Ini artinya,

membuka lahan dengan cara membakar diperbolehkan dengan persyaratan

59

tertentu. Adapun ancaman pidana bagi yang melakukan pembakaran lahan adalah

penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 10 tahun serta denda antara Rp 3

M hingga Rp 10

Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan bapak A. Bestari,SH.,MH

selaku kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi menyatakan bahwa:

“Dengan adanya aturan Undang-undang No 32 Tahun 2009 pasal 69

ayat 1 huruf H dapat digunakan sebagai pengontrol bagi masyarakat yang

ceroboh dalam membuka lahan dengan cara dibakar. Dalam aturan undang-

undang ini sudah jelas bahwa adanya ancaman pidana bagi masyarakat yang

membuka lahan dengan caramelakukan pembakaran.”45

Hal serupa juga dituturkan oleh ibu Dien Novita, SP, M.Si selaku seksi

perencanaan tata hutan

“Masyarakat diperbolehkan membuka lahan dengan cara membakar

dengan persyaratan tertentu yaitu dengan cara melakukan pembakaran lahan

dengan luas lahan maksimal 2 hektare per-kepala keluarga untuk ditanami

tanaman jenis variateslokal dan dikelilingi oleh sekat bakar sebagai

pencegah penjalaran api ke wilayah sekelilingnya. Adapun ancaman pidana

bagi masyarakat yang melakukan pembakaran lahan secara berlebihan dan

tidak dijaga maka ancaman bagi mareka adalah penjara paling singkat 3

tahun dan paling lama 10 tahun serta denda antara Rp 3 M hingga Rp 10

M”46

.

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, Dengan adanya

aturan Undang-undang No 32 Tahun 2009 pasal 69 ayat 1 huruf H dapat

digunakan sebagai pengontrol bagi masyarakat yang ceroboh dalam mebuka lahan

dengan cara dibakar. Dalam aturan undang-undang ini sudah jelas bahwa adanya

ancaman pidana bagi masyarakat yang yang membuka lahan dengan cara

45 Wawancara dengan bapak A. Bestari,SH.,MH selaku kepala Dinas Kehutanan Provinsi,

tanggal 15 juli 2021 46

Wawancara dengan ibu Dien Novita, SP, M.Si selaku seksi perencanaan tata hutan,

tanggal 15 juli 2021

60

melakukan pembakaran. Masyarakat diperbolehkan membuka lahan dengan cara

membakar dengan persyaratan tertentu yaitu dengan cara melakukan pembakaran

lahan dengan luas lahan maksimal 2 hektare per-kepala keluarga untuk ditanami

tanaman jenis variateslokal dan dikelilingi oleh sekat bakar sebagai pencegah

penjalaran api ke wilayah sekelilingnya. Adapun ancaman pidana bagi masyarakat

yang melakukan pembakaran lahan secara berlebihan dan tidak dijaga maka

ancaman bagi mareka adalah penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 10

tahun serta denda antara Rp 3 M hingga Rp 10 M apabila ada masyarakat yang

melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak M.tohir toko masyarakat desa

Barembang kabupaten Muaro Jambi menyatakan:

“Sebenarnya sosialisasi tentang menjaga hutan dan tidak boleh

merusak serta membakar sudah banyak digencarkan baik itu secara langsung

maupun tidak langsung, dan disitu jelas tertera sanksi-sanksi bagi para

pelaku yang berlaku curang atau merusak hutan, menurut bapak hukum

tidak berlaku kalau kita tidak tahu, contoh kalau ada orang bakar hutan

sebarangan atau melakukan perusakan tidak ada aduan dari masyarakat juga

pemeritah tidak akan dapat memproses hal tersebut, jadi ada hal-hal yang

penting diperhatikan, kalau pemerintah membuat post-post yang lebih

banyak untuk menjaga hutan serta sering melakukan patroli yang lebih ketat

saya rasa masyarakat akan takut apalagi hukuman tersebut tidak main-main.

Akan tetapi terkadang yang melakukan pembakaran/pengerusakan hutan

bukan saja masyarakat biasa akan tetapi ada perusahaan/ kepetingan yang

tidak diketahui juga ikut andil merusak hutan yang ada. Jadi pemerintah dan

masyarakat harus bersinerga dan bekerja sama untuk melestarikan, menjaga

dan pengelolaan hutan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi ini. Kerjasama

tersebut bukan hanya formalitas maksudnya kalau bisa masyarakat juga

diberi pendidikan atau pengatahuan yang cukup tentang penjagaan

pengelolaa hutan supaya masyarakatpun sadar pentingnya menjaga hutan

yang ada.47

47 wawancara dengan bapak M.tohir toko masyarakat desa Barembang kabupaten

Muaro Jambi, tanggal 15 Juli 2021

61

Dari wawancara diatas dapat terlihat bahwa masyarakat bukan tidak

mengerti aturan dan ketentuan hukum akan tapi ada hal yang masih belum

menjadi kesadaran bagi masyrakat untuk mencintai dan menjaga hutan, apa

mungkin karena ketidaktahuan tentang penting menjaga hutan atau karena

tuntutan ekonomi. Akan tetapi menurut hemat penulis dan berdasarkan hasil

wawancara tersebut tidak hanya masyarakat tapi juga perusahaan kepetingan

yang melakuakan perusakan hutan. Jadi pemerintah harus hadir langsung

ditengah-tengah masyarakat khususnya masyrakat kabupaten Muaro Jambi untuk

bersama-sama menjaga, memelihara serta mengelola hutan yang ada.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Mahendra Widiawan S.Hut

mengatakan bahwa:

““Penegakan hukum pelaku dari pembakaran hutan dan lahan Peraturan

Daerah tahun 2016 pemerintah jambi terkait dengan kebakaran hutan dan

lahan itu jelas mengatur bagaimana penegakkan hukum dari penegakan

hutan dan lahan salah satu contoh dari pasal 5 setiap orang atau badan

hukum dilarang membuka lahan dengan cara dibakar kemudia ada setiap

orang atau badan dalam membuka lahan harus memperoleh izin dari

pemerintah setempat. Terkait ketegasan dan pemerintah muaro jambi sudah

mengatur itu dalam PERDA tahun 2016 untuk penaggakan hukum itu

sendiri dengan adanya patroli polisi, TNI, Polhut menindak tegas pelaku

penegakan hutan secara sengaja. Bentuk kerjasama pemerintah dan walhi

untuk sejauh ini tidak ada namanya kerjasama secara tertulis/ MOU dengan

pemerintah terkait kebakaran hutan dan lahan tapi pemerintah dan walhi

berkomitmen bersama terkait pencengahan dan perlindungan hutan. Walhi

beberapa waktu lalu menjadi bagian dari penyelesaian konfik dengan tim

dari DPR, kalau terkait kerjasama dengan kebakaran hutan dan lahan tidak

ada sejauh ini”48

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa sejauh ini belum ada

kerjasama tertulis antara pemerintah kabupaten Muaro Jambi dengan masyarakat

48

Wawancara online dengan Mahendra widiawan S.hut sebagai Staff walhi pada tanggal 2

November 2021

62

umum ataupun walhi, akan tetapi sudah ada komitmen dalam menjaga hutan yang

ada. Pengelolaan hutan yang baik diperlukan suatu kerja sama atau kolaboratif

antara pemerintah, masyarakat dan pihak lain yang berkepentingan. Kolaborasi

semua pihaklah yang biasa disebut dengan tata kelola kolaboratif atau

Collaborative Governance yaitu kolaborasi antara berbagai aktor dan pihak dalam

proses pembangunan dan pemerintahan. Dengan adanya kerjasama Pemerintah

Provinsi, Kabupaten dan Desa diharapkan program yang direncanakan pemerintah

bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang di direncanakan.

Secara konsepsional, inti dan arti penegakan hukum terletak pada

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam

kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai

tahap penjabaran nilai tahap akhir menciptakan, memelihara dan menjaga Pokok

penegakan hukum sebenarnya dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.

Pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor

yang mungkin mengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti

yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi

faktor-faktor tersebut.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor hukumnya sendiri, dalam hal ini dibatasi pada undang-undang

saja.

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

63

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena

merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur

daripada efektivitas penegakan hukum. Terkhusus dalam penegakan hukum di

sektor kehutanan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi, kelima hal ini mungkin

juga menjadi faktor-faktor yang memengaruhi penegakan hukumnya. menurutnya

hal-hal yang menjadi faktor penegakan hukum di sektor kehutanan yang terutama

adalah faktor masyarakat, di mana kurangnya partisipasi masyarakat dalam upaya

turut serta melindungi kawasan hutan, salah satu contohnya jika terjadi kasus

perambahan hutan atau kasus pembakaran, masyarakat enggan untuk

memberikan keterangan dan kesaksian, bahkan cenderung melindungi

pelaku. Hal ini kemudian berdampak pada sulitnya petugas untuk

menemukan pelaku jika ada perambahan hutan dan pembakaran lahan yang terjadi

yang terjadi di kawasan hutan lindung.

Kemudian faktor kedua adalah faktor penegak hukum, namun yang

dimaksudkan bukanlah penegak hukum yang tidak menjalankan tugasnya dengan

baik, tapi kurangnya penegak hukum atau aparat yang bertugas untuk melakukan

patroli pengamanan di sekitar kawasan hutan sebagai upaya-upaya preventif yang

wajib dilakukan.Akibat kurangnya petugas, patroli yang dijalankan cenderung

kurang intensif dan kurang maksimal untuk mengamankan seluruh kawasan hutan

64

lindung yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Idealnya dalam satu Resort Polisi

Hutan (RPH). dibutuhkan setidaknya 60 personel polisi hutan, namun saat ini

yang ada hanya 10 personel dalam setiap RPH. Faktor yang ke lima ialah

kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh dinas kehutanan

dalam melakukan upaya-upaya pengamanan kawasan hutan lindung. Hal ini juga

berpengaruh pada terhambatnya proses penegakan hukum jika ditemukan

tersangka dari tindak pidana kejahatan di sektor kehutanan. Namun ini tidak

terlalu menjadi suatu hal yang urgen karena masih banyak cara yang dapat

dilakukan untuk dapat menutupi faktor tersebut.

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Faktor utama yang mendorong pemerintah dalam pengelolaan hutan yang

ada di kabupaten Muaro Jambi antara lain meliputi: karena kawasan hutan yang

semakin lama semakin menipis (kawasan hutan semakin berkurang). Banyaknya

terjadi pembalakan liar, ilegal logging, pembakaran hutan oleh oknum maupun

perusahaan. Perlindungan dan pengelolaan hutan juga untuk menjaga alam tidak

erosi, banjir, longsor, atau mengalami bencana lainnya. Sumber kehidupan bagi

masyarakat dari produk yang dihasilkannya, khususnya masyarakat di sekitar

hutan.

Cara Pemerintah Dalam Menerapkan Hukum Pengelolaan Hutan

Kabupaten Muaro Jambi sebagai berikut: Melalui sosialisasi, pembinaan,

pengawasan serta pengedalian sedangkan hukum bisa terlaksana dengan baik,

dipengaruhi oleh beberapa Faktor hukum itu sendiri, Faktor penegak hukum,

Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, Faktor

masyarakat, serta Faktor kebudayaan.

B. Saran

Ada beberapa saran yang akan penulis tuangkan dalam skripsi ini

berdasarkan analisis penulis ialah sebagai dibawah ini :

1. Pemerintah harus membuat data ter-update tentang kawasan hutan baik

itu nasional maupun Provinsi.

66

2. Pemerintah provinsi bekerjasama dengan Kabupaten harus lebih

menekan pada pengawasan ataupun patroli rutin dikawasan hutan, jika

memungkin untuk post/posko untuk mengawasi segala aktivitas yang

ada dihutan sehingga nantinya pengelolaan hutan yang dilakukan

pemerintah dalam sesuai dengan program yang sudah dibuat.

3. Diharapkan keterlibatan masyarakat secara langsung karena hukum

tanpa ada campur tangan masyarakat tidak banyak membantu, jadi

ketika masyarakat dan pemerintahan saling bersinergi diharapkan ada

kesadaran serta partisipatif aktif dari masyarakat dalam pengelolaan,

penjagaan serta pemeliharaan hutan khususnya hutan yang ada di

Kabupaten Muara Jambi.

DAFTAR PUSTAKA

A. Referensi Buku

Amiruddin. 2016. Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta:Parama Ilmu.

Pamuladi, Bambang.1999. Hukum Kehutanan & Pembangunan Bidang

Kehutanan, Cetak 3 Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta:

Rienaka Cipta.

Bungin dan Burhan.2012. Penelitian kualitatif, cet. Ke-4 Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Hidayat, Herman. 2015. Pengelolaan Hutan Lestari:Partisipasi,

Kolaborasi, Dan Konflik.Cetakan Pertama Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Umar, Husein. 1996. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan tesis Bisnis

Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.

Juliansyah Noor, Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, Karya

Ilmiah, cet. Ke-11, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm 138.

Mahmud.2011. Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Pustaka Setia.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan

Kualitatif dan Kuantitatif edisi kedua, Yogyakarta:Erlangga.

Nahruddin, Z. 2018.Colaborative Governance Dalam Lingkungan. INA-

Rxiv, Open Sciense Framework.

Nur Karmila, Pengelolaan Hutan Bersama Pemerintah Dan Unsur-Unsur

Yang Ada di Masyarakat Dalam Menjaga Kawasan Hutan, Universitas

Muhammadiyah, Makassar.

Una, Sayuti. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi,(Edisi Revisi), cet Ke-2

Jambi:Syari’ah Press.

Singarimbun dan Sofian Effendi. 2008. Metode Penelitian Survey, cet. Ke-

19, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Sugiyono.2013. Metode Penelitian Kualitatif dan RNB, Bandung:Alfabeta.

B. Undang-Undang

Undang-Undang No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Pasal 1 ayat2

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistems

C. Lain-lain

www.muarojambikab.bps.go.id.

DOKUMENTASI