Presentasi Kelompok Matkul Masyarakat & Politik di Asia Tenggara

34
Proses Perkembangan Negara Tradisional Thailand Kelompok 2: Dafi Dana Pratiwi Ferdian Indah Merdeka P. Puri Dewayani

Transcript of Presentasi Kelompok Matkul Masyarakat & Politik di Asia Tenggara

Proses Perkembangan Negara Tradisional Thailand

Kelompok 2: Dafi Dana Pratiwi Ferdian Indah Merdeka P. Puri Dewayani

Daerah Thailand kini dulunya lebih dikenal dengan sebutan Siam.

Siam berkedudukan di wilayah Thailand kini dan beberapa negara di sekitarnya, yaitu Cambodia, Laos, Burma, dan sebagian dari wilayah Malaysia.

Penduduk asli Siam berasal dari daerah Cina, Nanchao.

Namun sebelum kedatangan bangsa Siam ini, daerah itu didiami oleh orang-orang Negrito dan Melayu.

Selanjutnya datang bangsa Khmer yang diduga berasal dari Kamboja, yang merupakan awal dari penguasaan bangsa Khmer di Thailand.

Kerajaan KhmerKerajaan Khmer pernah merupakan kerajaan agrikultural terbesar di Asia Tenggara; berpusat di wilayah Kamboja sekarang ini.

Wilayah kekuasaannya meliputi daerah-daerah yang sekarang ini termasuk wilayah Laos, Thailand, dan Vietnam.

Jayawarman II adalah pendiri kerajaan ini. Ia adalah seorang pangeran yang pernah tinggal di keraton Wangsa Syailendra di Jawa Tengah.

Tahun 802 Jayawarman II kembali dari Jawa ke Kamboja dan menyatakan dirinya sebagai Dewa-Raja Jayavarman II yang kerajaannya independen dari kekuasaan Wangsa Syailendra di Jawa.

Kerajaan Khmer memiliki hubungan kebudayaan, politik dan perdagangan yang intensif dengan Jawa dan Kerajaan Sriwijaya.

Agama-agama resmi Kerajaan Khmer adalah Hindu dan Buddha Mahayana (sampai nantinya digantikan oleh Buddha Theravada).

Ibukota dari Kerajaan Khmer adalah Angkor.

Pada tahun 1431 atau 1432, Kerajaan Ayutthaya menyerang Kerajaan Khmer dan berhasil mengalahkannya serta menaklukkan Angkor. Akibatnya, keluarga kerajaan Khmer kemudian pindah ke Phnom Penh.

Perseteruan yang terjadi antara Phnom Penh dan Angkor serta adanya kemunduran ekonomi menyebabkan Kerajaan Khmer runtuh.

Kerajaan Sukhothai

Kerajaan Sukhothai

Merupakan kerajaan tertua di Thailand yang berpusat di sekitar kota Sukhothai, berdiri sejak tahun 1238 sampai 1438.

Pho Khun Bang Klang Hao merupakan raja pertama Sukhothai, dan menamakan dirinya

Pho Khun Si Indrathit (atau Intradit).

Perkembangan Kerajaan Sukhothai

Membentuk aliansi dengan kerajaan-kerajaan Thai lainnya.

Pemerintahan Intradit dilanjutkan oleh anaknya Pho Khun Ban Muang, yang pada tahun 1278 diikuti oleh saudaranya Pho Khun Ramkhamhaeng.

Zaman Keemasan wilayah Sukhothai meliputi Martaban (sekarang di Myanmar) sampai Luang Prabang (sekarang Laos), serta ke arah selatan di Semenanjung Malaysia sampai sejauh Nakhon Si Thammarat (Tambralinga).

Akhir Kerajaan Sukhothai

Setelah kematian Ramkhamhaeng, Sukhothai melemah dan berbagai kerajaan

bawahannya mulai melepaskan diri

Daftar Raja Sukhothai• Raja Pho Khun Sri Indraditya (1249- 1257)• Raja Pho Khun Ban Muang (1257 - 1277)• Raja Pho Khun Ramkhamhaeng (Ramkhamhaeng Agung) (1277- 1298/1317) (disebut dengan nama Rammaraj pada catatan Kerajaan Ayutthaya)

• Raja Pu Phraya Si Songklam: setelah meninggalnya Ramkhamheang, ia memerintah sementara atas nama Loethai yang sedang berada di China. Ia tidak bergelar Pho Khun (tidak dianggap raja).

• Raja Pho Khun Loethai (1298 - 1347)• Raja Pho Khun Nguanamthom (1347)• Raja Phya Lithai, atau Thammaracha I (1347 - 1368/1374)• Raja Thammaracha II, atau Phya Leuthai (1368/1374 - 1399)• Raja Thammaracha III, atau Phya Saileuthai (1399 - 1419)• Raja Thammaracha IV (1419 - 1438)

Kerajaan Ayut’ia• Berdiri pada kurun waktu 1351 sampai

1767 M.• Terjadi hubungan kerja sama dengan

negara lain.• Ayut’ia berhasil menguasai Menam

tengah dan selatan dan banyak daerah-daerah disemenanjung Melayu .

• Pada zaman keemasannya ditandai dengan berkembangnya kesenian kebudayaan di era kerajaan Ayutthaya.

Kerajaan Ayut’ia• Pada zaman keemasannya ditandai dengan berkembangnya kesenian kebudayaan di era kerajaan Ayutthaya.

• Munculnya serangan dari birma menandai hancurnya kerajaan Ayut’ia.

Kerajaan Ayut’ia

Kerajaan Siam Meskipun Siam telah kalah akibat kependudukan

Burma, Siam kembali pulih dengan cepat. Penolakan terhadap aturan Burma dipimpin oleh seorang pemimpin militer keturunan Cina bernama Taksin.

Dalam setahun, ia berhasil merebut kembali daerah Siam dengan menjadikan Thonburi sebagai ibukotanya. Maka dari itu pada 1768, ia dinobatkan sebagai Raja Siam dan lebih dikenal dengan King Taksin The Great.

Pada masa pemerintahannya, ia berhasil mengekspansi wilayah kekuasaan Siam sampai ke Kamboja dan Semenanjung Malaya.

Taksin kemudian digulingkan oleh Chakri yang kemudian memerintah Siam di bawah nama Ramathibodi (Rama I).

Rama IRama I memulihkan sebagian besar sistem sosial dan politik yang hancur di masa kerajaan Ayutthaya, seperti membentuk kode hukum baru, dan menerapkan disiplin pada rahib Buddha.

Sampai akhir kekuasaannya pada tahun 1809, Rama I telah menciptakan Kerajaan Siam mendominasi area jauh lebih besar daripada Thailand modern, dengan sebagian besar daerah Laos kini dan seluruh daratan Kamboja dikuasai Siam.

Rama IIPutra Rama I yang menggantikan takhta ayahnya adalah Phuttaloetla Naphalai (Rama II).

Pada masa pemerintahan Rama II inilah pengaruh Barat mulai masuk ke dalam wilayah Asia Tenggara, dapat dilihat dari kependudukan Inggris di Penang pada 1785 dan pendirian Singapura di tahun 1819.

Rama IIIRama II meninggal pada tahun 1824 dan digantikan oleh putranya Chetsadabodin, yang memerintah sebagai Raja Nangklao (kini lebih dikenal dengan Rama III).

Di tahun 1825 Inggris mengirim misi lain ke Bangkok. Inggris meminta Kerajaan Siam untuk menyerah kepada Inggris, dalam keadaan bagian selatan dari Burma serta semenanjung Malaya telah menjadi daerah kekuasaan Inggris.

Namun Rama III menolak namun akhirnya membuat perjanjian dengan Inggris. Di bawah perjanjian, Siam sepakat untuk membentuk sistem perpajakan yang seragam, untuk mengurangi pajak perdagangan asing dan menghapuskan beberapa monopoli kerajaan.

Namun perjanjian tersebut membuat perdagangan Siam meningkat dengan pesat. Banyak orang asing menetap di Bangkok dan Kerajaan menjadi kaya sehingga menciptakan pasukan bersenjata yang lebih baik.

Rama IVMongkut (Rama IV) memerintah dari tahun 1851, bertekad untuk menyelamatkan Siam dari dominasi kolonial dengan memasukkan nilai modernisasi pada mata pelajaran dalam pendidikan Siam.

Walaupun Siam adalah kerajaan dengan monarki mutlak, kuasanya terbatas. Apalagi karena dasarnya yang merupakan biarawan selama 27 tahun membuat ia tidak memiliki dasar yang kuat dalam memimpin kerajaan.

Usaha pertama reformasi, untuk membangun sistem administrasi modern serta meningkatkan status budak dan perempuan, tidak kunjung berhasil.

Tekanan dari Barat datang lagi pada Siam menuntut adanya perjanjian baru dengan adanya ancaman kekerasan. Sang Raja segera menyetujui perjanjian baru tersebut, yang disebut Perjanjian Bowring, yang membatasi bea masuk hingga 3%, menghapuskan monopoli perdagangan kerajaan, dan pemberian ekstrateritorialitas mata pelajaran Inggris.

Rama VRama IV meninggal pada 1868, dan digantikan oleh putranya yang masih berusia 15 tahun bernama Chulalongkorn (Rama V).

Merupakan raja pertama yang mendapat pendidikan Inggris sejak kecil.

Pada masa ini, Perancis merebut banyak wilayah Siam, yaitu wilayah utara-timur Burma, tepi barat Mekong, selatan Laos, serta Kamboja barat.

Pada akhir pemerintahan Rama V, Siam dapat dikatakan sebagai bentuk awal dari negara modern.

Rama VITahun 1910 ia damai digantikan oleh putranya Vajiravudh, yang memerintah sebagai Rama VI.

Pemerintahan Rama VI makin berkembang secara modern, ditandai dengan didirikannya Universitas pertama, yaitu Chulalongkorn University pada 1916.

Siam pada tahun 1917 menyatakan perang terhadap Jerman bersama-sama dengan Inggris dan Perancis.

Keterlibatan Siam dalam WW I menghasilkan posisi Siam dalam Konferensi Perdamaian Versailles dan Menteri Luar Negeri Siam, Devawongse, menggunakan kesempatan ini untuk mencabut perjanjian yang dibuat dengan kolonial Inggris di abad 19 dan pemulihan kedaulatan penuh Siam.

PrajadhipokBerkuasa menggantikan kakaknya, Rama VI.

Bergelut dengan depresi ekonomi yang terjadi akibat PD I.

Sempat mengusulkan pembentukan parlemen untuk menciptakan sedikit pengaruh demokrasi dalam kerajaannya, namun usulnya ditolak oleh para penasihatnya.

Pada akhirnya menciptakan konstitusi yang menyebutkan bahwa kekuasaannya dibagi bersama-sama dengan Perdana Menteri.

Pemotongan anggaran terhadap militer menyebabkan lahirnya gerakan-gerakan radikal oleh tentara.

Karena kekuasaannya yang semakin melemah, maka pada 24 Juni 1932 ia berhasil digulingkan oleh 49 perwira yang menamakan diri sebagai “Promotor”.

Thailand Pasca Perang Dunia II

Peristiwa Besar1. Pemilu Demokratis

19462. Konstitusi 19493. Pemberontakan

Petani 1970-an4. Gerakan Mahasiswa

1973

Click icon to add clip art

Thailand Era Demokrasi

Di tahun 1973 keterbukaan politik yang berhasil dicapai di Thailand kembali redup dengan naiknya kembali militer melalui suatu kudeta pada tahun 1976.

Rezim baru militer yang kembali berkuasa tahun 1976 mencoba memperkenalkan konstitusi “liberalisasi tanpa demokrasi”.

Liberalisasi oleh militer dimulai tahun 1978 saat Kriangsak membuat kebijakan terhadap Partai Komunis Thailand dan berjanji untuk memberikan amnesti bagi anggota yang bergabung setelah tahun 1976.

Sebagai akibat dari kebijaksanaan ini, realisasi liberalisasi mulai dapat dirasakan sejak tahun 1978.

Pada tahun 1980-an pengaruh partai politik dan kaum politisi dirasakan semakin kuat peran yang dimainkannya, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Sebagai akibat dari pengenalan liberalisasi, peran aktor swasta dan NGO’s (Non-Govermental Organizations) dalam meningkatkan aspirasi dan partisipasi politik rakyat semakin besar. Liberalisasi juga memberikan dampak positif pada pengembangan kebebasan intelektual dan media massa.

Akan tetapi, walaupun telah melakukan liberalisasi, Thailand masih menghadapi ketidakstabilan. Hal ini dikarenakan pihak militer masih terus memberi pengaruh politik.