KEANEKARAGAMAN SULAWESI TENGGARA SEBAGAI ...

34
KEANEKARAGAMAN SULAWESI TENGGARA SEBAGAI BAGIAN DARI INDONESIA NAMA : NENI AISAH NIM : 1944390004 PRODI : SISTEM INFORMASI FAKULTAS : TEKNIK TAHUN : 2019 MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN DOSEN : JAYANTI APRI EMARAWATI, SH., M.M

Transcript of KEANEKARAGAMAN SULAWESI TENGGARA SEBAGAI ...

KEANEKARAGAMAN SULAWESI TENGGARA

SEBAGAI BAGIAN DARI INDONESIA

NAMA : NENI AISAH

NIM : 1944390004

PRODI : SISTEM INFORMASI

FAKULTAS : TEKNIK

TAHUN : 2019

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN

DOSEN : JAYANTI APRI EMARAWATI, SH., M.M

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari

Indonesia ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah

ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Jayanti Apri Emarawati, SH.,

M.M pada mata kuliah Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan tentang keanekaragaman Sulawesi

Tenggara bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan

terima kasih kepada Jayanti Apri Emarawati, SH., M.M , selaku dosen pada

mata kuliah Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini sehingga

dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi

yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat

menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini

masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 14 Maret 2021

Penulis

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………..…………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..…..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………….…..………………..1

1.1. Latar Belakang…………………………………………………...…….………2

1.2. Rumusan Masalah…………………….………………………………..……..2

1.3. Tujuan Penulisan……………….…………………………………………...…2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..…3

2.1. Sulawesi Tenggara Bagian dari Indonesia……..…………….……………..3

2.2. Pemerintahan Sulawesi Tenggara.……………………………..………...…4

2.3. Sumber Daya Alam Sulawesi Tenggara…..…………………………………9

2.3.1 Pertanian………………………………………………………………....9

2.3.2 Perkebunan………………………………………………………….....10

2.3.3 Pertambangan…………………………….……………………………12

2.4. Culture Budaya Sulawesi Tenggara ……………………….………………15

2.4.1. Rumah Adat Sulawesi Tenggara…………………………………….15

2.4.2. Pakaian Adat Sulawesi Tenggara……………………………………18

2.4.3. Kesenian Sulawesi Tenggara………………………………………..21

2.4.4. Kuliner Sulawesi Tenggara…………………………………………...24

2.5. Destinasi Wisata Sulawesi Tenggara………………………………………26

2.5.1. Wisata Alam……………………………………………………………26

2.5.2. Wisata Buatan…………………………………………………………28

BAB III PENUTUP………………………………………………………..……….30

3.1. Kesimpulan…………….………………………………………..……………30

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..…………..31

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya,

ras, suku bangsa, kepercayaan, agama dan bahasa. Sesuai semboyang

Bhineka Tunggal Ika meskipun memiliki keragaman budaya, Indonesia tetap

satu. Keragaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan keindahan

bangsa Indonesia, untuk itu pemerintah akan terus mendorong keberagaman

tersebut menjadi suatu kekuatan untuk bisa mewujudkan persatuan dan

kesatuan nasional menuju Indonesia yang lebih baik. Selain didasari oleh latar

belakang sosial budaya, geografi dan sejarah yang sama, kesatuan bangsa

indonesia juga didasari oleh kesatuan pandangan, ideologi dan falsafah hidup

dalam berbangsa dan bernegara. Pandangan, ideologi dan falsafah hidup

bangsa Indonesia secara holistik tercermin dalam sila-sila Pancasila yang

menjadi dasar negara Indonesia. Sedangkan kesatuan pandangan, ideologi

dan falsafah hidup bangsa Indonesia secara eksplisit tercantum dalam

lambang negara yang bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika”, yang mengandung

makna “beraneka ragam (suku bangsa, agama, bahasa) namun tetap

satu (Indonesia). Kemajemukan bangsa Indonesia tidak hanya terlihat dari

beragamnya jenis suku bangsa, namun terlihat juga dari beragam agama yang

dianut penduduk.. Karena Indonesia terdiri dari beberapa wilayah yang

tersebar di beberapa pulau, maka setiap wilayah memiliki ciri khasnya masing-

masing. Termasuk Sulawesi Tenggara, provinsi yang beribu kota di Kendari

ini memiliki beraneka culture yang membedakan dari provinsi lain. Seperti

misalnya letak strategis, potensi alam, adat istiadat, kuliner, pariwisata, dan

lain-lain. Walaupun terdapat beberapa perbedaan, namun masyarakatnya

tetap harmonis. Suasana kehidupan yang harmonis di lingkungan masyarakat

heterogen dengan berbagai latar belakang agama, suku, budaya dan ras

terbangun karena toleransi yang saling menghargai perbedaan. Berbagai

kegiatan sosial budaya berciri gotong royong memperlihatkan karakter

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 2

masyarakat Indonesia yang saling menghormati antara berbagai perbedaan

golongan, suku bangsa, hingga agama. Itulah yang disebut keanekaragaman.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam menyusun makalah ini, penulis merumuskan beberapa masalah

berkaitan dengan :

1. Bagaimana Sulawesi Tenggara bisa menjadi bagian dari Indonesia?

2. Bagaimana pemerintahan di Sulawesi Tenggara sejak dahulu hingga

sekarang?

3. Bagaimana potensi sumber daya alam di Sulawesi Tenggara?

4. Apa saja culture budaya yang ada di Sulawesi Tenggara?

5. Apa saja destinasi wisata yang terdapat di Sulawesi Tenggara?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagi berikut :

1. Untuk mengetahui tentang Sulawesi Tenggara dan bagaimana bisa

menjadi bagian dari Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemerintahan di Sulawesi Tenggara sejak

dahulu hingga sekarang.

3. Untuk mengetahui apa saja sumber daya alam yang ada di Provinsi

Sulawesi Tenggara.

4. Untuk mengetahui apa saja culture budaya seperti rumah adat, pakaian

adat, kesenian, kuliner dan lain-lain yang meliputi budaya yang ada di

Sulawesi Tenggara.

5. Untuk mengetahui apa saja destinasi wisata yang terdapat di Sulawesi

Tenggara baik buatan ataupun asli dari alam.

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sulawesi Tenggara Bagian dari Indonesia

Sulawesi Tenggara merupakan

sebuah provinsi di Indonesia yang

terletak bagian tenggara pulau

Sulawesi dengan ibu kota Kendari.

Provinsi Sulawesi Tenggara terletak

di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi,

secara geografis terletak di bagian

Selatan garis khatulistiwa di antara

02°45' – 06°15' Lintang Selatan dan

120°45' – 124°30' Bujur Timur serta mempunyai wilayah daratan seluas

38.140 km² (3.814.000 ha) dan perairan (laut) seluas 110.000 km²

(11.000.000 ha). Sulawesi Tenggara awalnya merupakan nama salah satu

kebupaten di provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara dengan

BauBau sebagai ibu kota kabupaten. Sulawesi Tenggara ditetapkan

sebagai Daerah Otonom berdasarkan Perpu No. 2 tahun 1964 Juncto UU

No.13 Tahun 1964. Selanjutnya dengan Undang-Undang No. 29 Tahun 1959,

Kabupaten Sulawesi Tenggara yang dimekarkan menjadi empat kabupaten,

yaitu :

- Kabupaten Buton

- Kabupaten Kendari

- Kabupaten Kolaka

- Kabupaten Muna.

Keempat Daerah Tingkat II tersebut merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi

Selatan dan Tenggara. Betapa sulitnya komunikasi perhubungan pada waktu

itu antara Daerah Tingkat II se Sulawesi Selatan Tenggara dengan pusat

Pemerintahan Provinsi di Makassar, sehingga menghambat pelaksanaan

tugas-tugas pemerintahan maupun pelaksanaan tugas pembangunan.

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 4

Disamping itu gangguan DI/TII pada saat itu sangat menghambat

pelaksanaan tugas-tugas pembangunan utamanya dipedesaan. Daerah

Sulawesi Tenggara terdiri dari wilayah daratan dan kepulauan yang cukup

luas, mengandung berbagai hasil tambang yaitu aspal dan nikel, maupun

sejumlah bahan galian lainya. Demikian pula potensi lahan pertanian cukup

potensial untuk dikembangkan. Selain itu terdapat pula berbagai hasil hutan

berupa rotan, damar serta berbagai hasil hutan lainya. Atas pertimbangan ini

tokoh-tokoh masyarakat Sulawesi Tenggara, membentuk Panitia Penuntut

Daerah Otonom Tingkat I Sulawesi Tenggara. Tugas Panitia tersebut adalah

memperjuangkan pembentukan Daerah Otonom Sulawesi Tenggara pada

Pemerintah Pusat di Jakarta. Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, cita-cita

rakyat Sulawesi Tenggara tercapai dengan keluarnya Perpu No. 2 Tahun

1964 Sulawesi Tenggara di tetapkan menjadi Daerah Otonom Tingkat I

dengan ibu kotanya Kendari. Realisasi pembentukan Daerah Tingkat I

Sulawesi Tenggara dilakukan pada tanggal 27 April 1964, yaitu pada waktu

dilakukannya serah terima wilayah kekuasaan dari Gubernur Kepala Daerah

Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara, Kolonel Inf. A. A Rifai kepada Pejabat

Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, J. Wajong. Pada saat

itu Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara mulai berdiri sendiri terpisah

dari Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan. Oleh karena itu tanggal 27

April 1964 adalah hari lahirnya Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara

yang setiap tahun diperingati. Lalu, dibentuklah satu kota yaitu Kota Kendari,

pemekaran dari Kabupaten Kendari, sekarang Kabupaten Konawe pada 3

Agustus 1995.

2.2 Pemerintahan Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tenggara sejak dahulu telah beberapa kali mengalami

pergantian Gubernur atau Pemimpin Pemerintahan, berikut diantaranya :

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 5

J. WAYONG (1964-1965)

Sejak kelahiran Prov. Sultra pada tanggal 27

April 1964, Gubernur dijabat oleh J. Wayong

dengan Keputusan Presiden tanggal 18

Februari 1964 Nomor 36 tahun 1964. beliau

sebagai peletak dasar pemerintahan di Prov.

Sultra. Jabatan beliau berkahir pada tanggal

18 Juli 1965.

LA ODE HADI (1965-1966)

La Ode Hadi terpilih menjadi Gubernur Prov.

Sultra yang kedua sebagai Gubernur yang

definitif berdasarkan Keputusan Presiden No.

140 tahun 1965 tanggal 24 Mei 1965 dilantik

pada tanggal 28 Juli 1965. untuk melancarkan

roda pemerintahan di Prov. Sultra yang pada

saat itu mengalami kehancuran dan dalam

serba kekurangan di semua bidang akibat

kekacauan yang diwariskan oleh DI/TII.

Wakilnya Jacob Silondae namun tidak berlangsung lama kemudian diganti

oleh Konggoasa yang berstatus sebagai Sekwilda. Masa jabatan La Ode Hadi

cukup singkat, pada tanggal 5 Oktober 1966 diberhentikan dari Gubernur.

Untuk tidak fakumnya pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan di Prov. Sultra,

pimpinan pemerintahan dilaksanakan oleh suatu “Team Panca Tunggal”.

Masa tugasnya dari tanggal 5 Oktober 1966 s/d 20 Oktober 1966.

EDY SABARA (1966-1978)

Brigjen Eddy Sabara ditunjuk sebagai Careteker Kepala Daerah Prov. Sultra

dengan berdasarkan SK. Mendagri tanggal 14 Oktober 1966 dari tahun 1966

yang dilantik tanggal 19 Oktober di Ujung Pandang, pada saat itu didasarkan

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 6

atas pertimbangan gangguan keamanaan dan

ketertiban serta kondisi politik yang tidak

menguntungkan dan sangat mengganggu

pelaksanaan pemerintahan di Sultra kemudian

Brigjen Edy Sabara ditunjuk sebagai Pejabat

Gubernur Kepala Daerah Tk.I Sulawesi

Tenggara dengan Keputusan Presiden R.I.

Nomor 42 tahun 1967 tanggal 1 April 1967. Dan

setelah DPR-GR Prov. Sultra bersidang

menetapkan Edy Sabara terpilih sebagai

Gubernur definitif dengan Keputusan Presiden Nomor : 55 tahun 1967 tanggal

24 April 1967.

Drs. ABDULLAH SILONDAE (1978-1982)

Jabatan Gubernur Drs. Abdullah Silondae

berdasarkan Keputusan Presiden No.

PEM/7/18/39 tanggal 19 Juni 1978.

pelantikannya dilaksanakan pada tanggal 23

Juni 1978 oleh Menko Polkam Jenderal M.

Pangabean, Sekwilda dijabat oleh H.

Konggoasa. Drs. Abdullah Silondae adalah

salah satu Tim Konseptor Penyusunan

Rancangan Perencanaan Program

Pembangunan Daerah Sultra “Pemanfaatan Tanah dan Air” tersebut pada

Pelita I dan Pelita II, ditambah dengan peningkatan kualitas SDM dengan

memperbanyak pembangunan sarana pendidikan mulai dari tingkat SD, SLTP,

SLTA, dan Perguruan Tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Atas kerja

keras dan perjuangan yang gigih dari Gubernur Drs. Abdullah Silondae, maka

pada bulan Agustus 1981 oleh Pemerintah Pusat diresmikan berdirinya

Universitas Negeri Haluoleo di Kendari. Tugas utama Pejabat Gubernur Sultra

Mayjen Eddy Sabara untuk mempersiapkan dan melaksanakan pemilihan

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 7

Gubernur Sultra yang definitif, disamping melanjutkan pelaksanaan tugas-

tugas pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Prov.

Sultra.

Ir. H. ALALA (1982-1987 & 1987-1992)

Periode I (1982-1987) :

Ir. H. Alala sebagai Gubernur Prov. Sultra setelah

dalam sidang DPRD Tk.I Prov. Sultra terpilih,

diangkat berdasarkan Keppres RI tahun 1982,

dilantik oleh Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud

tanggal 23 September 1982. di Kendari. Pada

masa jabatannya, Ir. H. Alala menitik beratkan

pembangunannya yang mencanangkan

pendekatan dan strategi pembangunan wilayah pedesaan yang dinamakan

“GERSAMATA” yang meliputi :

1. Peningkatan produksi pertanian dalam arti masyarakat.

2. Penyediaan dan peningkatan prasarana, sarana fisik dan sosial ekonomi.

3. Pengembangan dan penerapan teknologi pedesaan.

4. Peningkatan kualitas lingkungan hidup.

5. Peningkatan kualitas hidup manusia/masyarakat pedesaan.

Dari lima sasaran pokok diatas, dititik beratkan pada sektor pertanian dalam

arti masyarakat. Dengan wakilnya H. Zainal Arifin Sugianto, dan Sekwilda oleh

Drs. Yahya Malisa, Kemudiakn digantikan oleh Drs. La Ute seterusnya Drs. La

Owu sebagai pelaksana Sekwilda.

Periode II (1987 – 1992) :

Ir. H. Alala sebagai Gubernur Prov. Sultra setelah dalam sidang DPRD Tk.I

Prov. Sultra terpilih kembali untuk masa jabatan kedua kalinya periode 1987 –

1992. Pada periode kedua sasaran pembangunan tetap dititik beratkan pada

pendekatan dan strategi pembangunan wilayah pedesaan “GERSAMATA”

tahap kedua. Gersamata yang telah mendapatkan dukungan dan pengakuan

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 8

dari rakyat Sultra dengan lahirnya Perda No.6 tahun 1986 bukan saja

merupakan Pilitical Will tetapi telah menjadi Political Commitment dan Thema

Sentral dalam pelaksanaan pembangunan di Sultra. Sekwilda dijabat oleh Drs.

La Owu sebagai pelaksana yang kemudian digantikan oleh Drs. Andi Zainul

Arifin sebagai Sekwilda Definitif. Akhirnya Gubernur Ir. H. Alala mengakhiri

masa jabatannya pada tanggal 23 September 1992. Masa jabatannya di

perpanjang selama 2 bulan untuk mempersiapkan pencalonan Gubernur

hingga terpilihnya Gubernur KDH Tk. I Prov. Sultra untuk periode 1992-1997.

Drs. H. LA ODE KAIMUDDIN (1992-1997 &

1997-2002)

Periode I (1992-1997) :

Drs. H. La Ode Kaimuddin terpilih sebagai

Gubernur Sultra yang definitif berdasarkan

Surat Keputusan Presiden No. 334/M/1992

tanggal 7 Desember 1992 pelantikan

dilaksanakan pada tanggal 23 Desember 1992

di Kendari oleh Mendagri Rudini atas nama

Presiden RI. Gubernur Sultra Drs. H. La Ode

Kaimuddin setelah dilantik menertibkan Aparatur Pemerintahan, khususnya di

Kantor Gubernur Prov. Sultra yang sedikit mengalami kegoncangan dan

ketidakpastian. Pada masa pemerintahannya, sasaran berikutnya

Pemuktahiran Data dan Penataan Kota Kendari sebagai ibukota Prov. Sultra

khususnya penataan sarana jalan dan penataan rumah-rumah penduduk

menurut rencana tata kota. Dengan wakil gubernur D. Muhiddin dan Sekwilda

Drs. Andi Zainul Arifin.

Periode II (1997-2002) :

Pada periode ke II, Drs. H. La Ode Kaimuddin terpilih kembali untuk masa

bakti 1997-2002, dengan wakilnya Drs. H. Hoesein Effendy, SH dan Sekwilda

oleh Drs. H. Yokoyama Sinapoy. Program Kerja Drs. H. La Ode Kaimuddin

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 9

adalah pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Melalui Aplikasi Strategi Lima

Sehat Empat Sempurna yang dikukuhkan dengan Keputusan DPRD Prov.

Sultra PERDA No.13 Tahun 1998 dan Keputusan Gubernur No.21 Tahun

1999. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan adalah upaya membangkitkan

kesadaran rakyat untuk mendayagunakan semua potensi yang dimiliki dalam

setiap ekonomi produktif untuk kemudian dinikmati secara bersama-sama.

H. ALI MAZI, SH (2003-2008)

Kerangka Umum Pembangunan Provinsi

Sulawesi Tenggara terdiri dari satu tujuan, satu

wawasan, empat pendekatan dan sebelas

strategi pembangunan. Untuk memudahkan

penyebutan Kerangka Umum ini sering disebut

sebagai DT 1-1-4-11. Tujuan H. Ali Mazsi adalah

mewujudkan masyarakat Sulawesi Tenggara

yang sejahtera, adil dan merata, aman dan

demokratis serta maju dan berkembang secara

berkelanjutan pada era transparansi global dalam rangka mendukung

pengembangan kebudayaan dan peradaban Bangsa dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Ali Mazi juga Kembali menjabat menjadi gubernur

Sulawesi Tenggara periode 2018-2023 yang artinya masih menjabat hingga

sekarang.

2.3. Sumber Daya Alam Sulawesi Tenggara

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya alam

yang sangat melimpah dan tersebar di seluruh provinsi yang ada termasuk

Sulawesi Tenggara. Sulawesi Tenggara memiliki potensi sumber daya alam

yang banyak dalam segi pertanian, perkenunan dan hasil tambang.

2.3.1. Pertanian

Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari 17 kabupaten kota sering

dijuluki dengan sebutan Bumi Anoa. Saat ini dihuni sekitar 2,62 juta jiwa

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 10

dengan wilayah terdiri atas daratan dan kepulauan, kemudian masih tergolong

daerah agraris karena sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani.

Sebagai daerah agraris, tidak heran kalau berbagai komoditas perkebunan

dan pertanian unggulan tumbuh di seluruh provinsi yang berdiri sejak tahun

1964. Komoditas tanaman mete menjadi salah satu produk primadona di

daerah itu, sehingga olahan biji mete yang disebut kacang mete menjadi oleh-

oleh atau buah tangan terpopuler bagi setiap tamu luar Sultra yang berkunjung

di daerah itu. Tanaman mete tumbuh tersebar di 17 kabupaten kota di Sultra,

bahkan menjadi tanaman penopang ekonomi warga yang berprofesi petani di

daerah yang juga dikenal sebagai penghasil tambang nikel terbesar di

Indonesia tersebut. Sederet tanaman perkebunan lainnya juga menjadi

komoditi unggulan di daerah itu, seperti tanaman kakao, pala, cengkih, padi,

jagung, lada, kedelai, kelapa, nilam, kemiri dan kelapa sawit. Seluruh

komoditas tersebut memiliki kecocokan dengan tanah di Sultra, sehingga

komoditas itu bisa dengan mudah ditemukan tumbuh di 17 kabupaten kota.

Menurut Kepala Balai Karantina Kendari, Prayitno Ginting, selama 2020 ada

12 komoditas tanaman perkebunan unggulan Sultra yang memiliki potensi

ekspor atau menembus pasar internasional yakni minyak nilam, kelapa bulat,

kopra, tepung kelapa, kemiri, cengkeh, kakao biji, biji mete, beras, jagung dan

lada biji. Potensi ekspor untuk 12 komoditas unggulan Sultra tersebut pada

tahun 2020 totalnya mencapai 183.294 ton. Yang terbesar adalah Jagung

sebanyak 60.320 ton, beras 31.991 ton, kopra 28.329 ton, mete biji 15.618 ton.

Selanjutnya, lada biji, 4.821 ton, cengkeh 7.707 ton, kakao biji 11.986 ton,

kemiri 1.881 ton, kelapa bulat 12.989 ton, tepung kelapa 836 ton, minyak nilam

65 ton dan inti kelapa sawit 6.747 ton. Tetapi dari 12 komoditas unggulan itu

selama 2020 hanya empat komoditas yang diekspor yakni kacang mete, biji

lada, kakao cair dan kelapa serabut dengan total volume ekspor 196,1 ton

dengan negara tujuan Tiongkok, India, Jerman, Malaysia dan Vietnam.

2.3.2. Perkebunan

Perusahaan perkebunan adalah suatu perusahaan berbentuk badan

usaha atau badan hukum yang bergerak dalam kegiatan budidaya tanaman

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 11

perkebunan diatas lahan yang dikuasai, dengan tujuan ekonomi atau

komersial dan mendapat izin usaha adri instansi yang berwenang dalam

pemberian izin usaha perkebunan. Usaha budidaya tanaman perkebunan

diluar bentuk badan usaha, seperti yang diusahakan perorangan tanpa izin

usaha atau diusahakan oleh rumah tangga petani tidak termasuk dalam

konsep ini dan biasanya disebut usaha perkebunan rakyat. Produksi kebun

atau lazim disebut produksi primer adalah produksi atau hasil yang dipanen

dari usaha perkebunannya tanpa melalui proses pengolahan lebih lanjut.

Contoh produksi kebun atau produksi primer dari :

• Perkebunan karet produksi primernya adalah Latex, Lumb

• Perkebunan kelapa sawit produksi primernya adalah Tandan Buah Segar

• perkebunan kakao produksi primernya adalah Buah Basah

Pada umumnya perusahaan perkebunan mempunyai unit pengolahan sendiri

sehingga produk yang dipasarkan sudah dalam bentuk barang hasil olahan.

Produk olahan adalah produksi primer yang telah diolah menjadi suatu bentuk

barang jadi atau barang setengah jadi, sehingga nilai ekonomisnya lebih tinggi.

Kebun inti adalah kebun yang dibangun oleh perusahaan perkebunan dengan

kelengkapan fasilitas pengolahan dan dimiliki oleh perusahaan perkebunan

tersebut dan dipersiapkan menjadi pelaksana Perkebunan Inti Rakyat. Kebun

plasma adalah kebun yang dibangun dan dikembangkan oleh perusahaan

perkebunan (Kebun Inti), serta ditanami dengan tanaman perkebunan. Kebun

plasma ini semenjak penanamannya dipelihara dan dikelola kebun inti hingga

berproduksi. Setelah tanaman mulai berproduksi, penguasaan dan

pengelolaannya diserahkan kepada petani rakyat (dikonversikan). Petani

menjual hasil kebunnya kepada kebun inti dengan harga pasar dikurangi

cicilan atau angsuran pembayaran hutang kepada kebun inti berupa modal

yang dikeluarkan kebun inti membangun kebun plasma tersebut. Bentuk

produksi perkebunan yang ada di Sulawesi Tenggara adalah karet kering

(karet), daun kering (teh dan tembakau), biji kering (kopi dan coklat), kulit

kering (kayu manis dan kina), serat kering (rami), bunga kering (cengkeh),

refined sugar (tebu dari perkebunan besar), gula mangkok (tebu dari

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 12

perkebunan rakyat), ekivalen kopra (kopra), biji dan bunga (pala) serta minyak

daun (sereh) dengan data terakhir sebagai berikut :

2.3.3 Pertambangan

Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan

galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara

mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi

dan di bawah permukaan air. Pertambangan menurut jenisnya adalah sebagai

berikut :

• Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon,

sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi,

dan kemurniannya. Minyak bumi diambil dari sumur minyak di

pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak ini

didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen,

karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya.

• Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah

bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana (CH4).

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 13

Ia dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang

batu bara.

• Pengilangan Minyak dan Gas Bumi mencakup usaha pemurnian dan

pengilangan minyak dan gas bumi yang menghasilkan avigas, avtur,

gasoline, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, minyak bakar, residu,

LNG, LPG, naptha, pelumas, wax, petroleum coke, dan aspal.

• Non Minyak dan Gas Bumi (Non Migas) mencakup usaha pencarian

kandungan mineral, pemisahan serta penampungan barang tambang.

Hasil pertambangan Non Migas antara lain : batu bara, tembaga, emas,

perak, timah, bauxite, nikel dan aspal.

• Penggalian adalah suatu kegiatan yang meliputi pengambilan segala jenis

barang galian. Barang galian adalah unsur kimia, mineral dan segala

macam batuan yang merupakan endapan alam (tidak termasuk logam,

batubara, minyak dan gas bumi dan bahan radioaktif). Bahan galian ini

biasanya digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong sektor

industri maupun konstruksi. Hasil kegiatan penggalian antara lain, batu

gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu marmer, pasir, pasir silika,

pasir kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain-lain.

Pertambangan dan penggalian memiliki peranan penting dalam

perekonomian di Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan Jenis Bahan

Tambang terdapat 221 perusahaan pertambangan yang lokasinya terbagi di

14 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara. Jenis bahan tambang

yang digali beragam macamnya seperti aspal, nikel, emas, kromit, tembaga,

mangan, pasir besi, dan biji besi. Dari 221 perusahaan, terdapat 148

perusahaan tambang nikel, 37 perusahaan tambang aspal, 27 perusahaan

tambang emas, 4 perusahaan tambang kromit, 1 perusahaan tambang biji

besi, 1 perusahaan tambang pasir besi, 1 perusahaan tambang mangan, 1

perusahaan tambang tembaga dan 1 perusahaan tambang batu gunung.

Daerah yang memiliki jumlah perusahaan tambang nikel terbanyak yaitu

Kabupaten Konawe Utara sebanyak 54 perusahaan, sementara tambang

aspal terbanyak berada di Kabupaten Buton yaitu 29 perusahaan, dan

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 14

perusahaan tambang emas terbanyak berada di Kabupaten Bombana

sebanyak 26 Perusahaaan. Jumlah sampel survei perusahaan non Migas

yang dilakukan BPS Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2020 sebanyak 46

Perusahaan, Galian Badan Usaha 20 Perusahaan, dan Galian Usaha Rumah

Tangga sebanyak 114 rumah tangga. Dalam perekonomian regional, sektor

pertambangan dan penggalian memberikan nilai tambah dalam Produk

Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2019 sebesar

27.419,91 Miliar Rupiah. Sedangkan menurut harga konstan, nilai tambah

kategori Pertambangan dan Penggalian Tahun 2019 sebesar 19.996,10 Miliar

Rupiah atau naik 7,52 persen dari tahun 2018. Pada tahun 2019, sektor

pertambangan dan penggalian merupakan penyumbang kedua terbesar

dalam perekonomian Sulawesi Tenggara setelah kategori pertanian,

kehutanan dan perikanan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kontribusi

pertambangan dan penggalian terhadap Produk Domestik Regional Bruto

Sulawesi Tenggara, yakni sebesar 21,22 persen. Berikut table hasil

pertambangan Nikel dan Aspal di Sulawesi Tenggara :

Produksi Hasil Pertambangan Nikel dan Aspal, 2005-2019

Tahun

Y e a r

Produksi Production

Nikel/Nickel (Ton) Aspal/Asphalt (Ton)

2005 1.157.657 9.892.440

2006 1.486.442 -

2007 2.499.935 1.712.147

2008 3.018.048 -

2009 3.677.299 14.190

2010 6.062.828 12.783

2011 14.342.808 6.630

2012 18.778.406 17.250

2013 29.431.004 15.535

2014 1.387.140 16.851

2015 - -

2016 1.539.426 3.957

2017 9.043.233 15.821

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 15

2018 20.220.717 20.625

2019 23.967.146 71.113

Sumber/Source: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Prov. Sultra/Mining and

Mineral Resources Office of Sulawesi Tenggara Province

2.4. Culture Budaya Sulawesi Tenggara

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ragam budaya

karena Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai wilayah atau

provinsi, dimana berbagai wilayah atau provinsi tersebut menyebabkan

banyaknya juga budaya yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah Provinsi

Sulawesi Tenggara yang beribu kota di Kendari, Sulawesi Tenggara memiliki

banyak culture budaya seperti misalnya kuliner, pakaian adat, rumah adat, dan

lain-lain.

2.4.1 Rumah Adat Sulawesi Tenggara

• Rumah Adat Laikas

Laikas, merupakan rumah

adat dari suku Tolaki yang

mendiami di beberapa

daerah di Sulawesi

Tenggara. Beberaopa

daerah yang ditinggali

suku adat tersebut terdiri

dari Kota Kendari,

Konawe Selatan,

Kabupaten Konawe, Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Utara, dan Konawe

Utara. Rumah adat satu ini, memilki bentuk seperti rumah panggung yang

terdiri dari tiga ataupun empat lantai. Uniknya, bagian bawah atau kolom

rumah tidak ditinggali oleh penghuni rumah, yang membuat rumah satu ini

semakin istimewa, terletak dari bahan yang digunakan untuk

membangunnya. Bisa dikatakan istimewa, lantaran tidak menggunakan

bahan logam sedikitpun dalam proses pembangunannya. Dengan begitu,

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 16

rumah satu ini telah dibangun tidak menggunakan paku untuk

menggabungkan satu komponen dengan komponen lainnya. Sebagai

pengganti paku, masyarakat menggunakan berbagai bahan yang telah

tersedia di alam sekitarnya. Pada bagian kayu pada atapnya saja, suku

Tolaki bisa saja membuatnya dari rumbai alang alang ataupun nipah.

Sedangkan balok kayu, digunakan sebagai tiang penumpu hunian. Lalu

untuk membuat dindingnya, dibangun menggunakan papan kayu. Semua

material tersebut, akan disatukan menjadi sebuah bangunan bersamaan

dengan serat kayu atau pasak kayu. Sebagian masyarakatnya, masih

hidup secara tradisional dengan menggantungkan hidupnya dari melelola

hasil alam. Hingga kini suku Tolaki masih berpegang teguh, dengan

keyakinan dan tradisinya untuk menjaga serta memelihara kelestarian dari

hutan. Bahkan kepercayaan ini terus diwariskan, kepada para anak cucu

mereka. Hal tersebut terbukti, dengan adanya sistem perladangan dan

pemukaan dari kebiasaan turun temurun.

• Rumah Adat Mengkongga

Berbeda dengan rumah

adat sebelumnya, lantaran

hunian ini dibangun oleh

suku Raha atau lebih

dikenal dengan suku

Mekongga. Bangunan satu

ini, memiliki ukuran yang

cukup luas dengan

berbentuk segi empat.

Tidak tanggung tanggung, bangunan tradisional tersebut dibangun di luas

area mencapai 2 Ha. Diadopsi dari bentuk rumah panggung, rumah adat

ini memiliki beberapa buah tiang yang menjulang tinggi. Tiang tersebut

bukan sekedar sebagai hiasan semata, namun berfungsi sebagai

penyangga bangunan. Agar pondasi sempurna, pada umumnya

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 17

bangunan ini diberikan setidaknya 12 tiang penyangga dengan 30 anak

tangga. Tangga tersebut berfungsi sebagai penghubung antara,

permukaan tanah dan lantai pertama hunian. 30 anak tangga tersebut,

memiliki arti sebagai helaian bulu dari burung Kongga. Pada umumnya

hunian satu ini dibangun di tempat yang terbuka, yang terdiri dari 4

ruangan. Bahkan kebanyakan, rumah adat ini berdiri di dalam hutan yang

dikelilingi dengan rumput alang. Tidak dihuni oleh masyarakat biasa,

rumah tradisional satu ini dihuni oleh Raja atau ketua suku Raha.

Biasanya rumah adat ini, digunakan untuk melakukan suatu acara, yang

bersifat seremonial ataupun berbagai upacara adat lainnya.

• Rumah Adat Benua Tada

Bangunan tradisional ini

memiliki bentuk layaknya

rumah panggung. Nama

bangunan ini terdiri dari 2

kata yang memiliki arti,

yaitu Benua dan Tada.

Benua memiliki arti

sebagai rumah,

sedangkan Tada artinya

siku. Ketika digabungkan, rumah satu ini memiliki arti sebagai rumah siku.

Dalam pembangunannya, rumah tradisional ini menggunakan bahan

material yang terbuat dari kayu. Seperti rumah adat Laikas, dalam

pembuatan rumah satu ini tidak menggunakan paku sedikitpun.

Sebenarnya hunian satu ini, merupakan salah satu peninggalan dari

kesultanan Buton. Disana Anda akan menemukan berbagai simbol dan

beberapa hiasan, yang dipengaruhi dari konsep beserta ajaran tasawuf.

Tidak dipasang secara sembarangan, lantaran simbol tersebut memiliki

arti tersendiri. Simbol yang diberikan melambangkan nilai nilai dari

kebudayaan, cerita peradapan dari kesultanan Buton di masa lalu, hingga

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 18

menerapkan kearifan lokal yang ada. Peruntukan Banua Tada terbagi

menjadi 3 jenis yang terdiri dari Kamali atau malige, Nanua Tada Tare

Pata pale, dan Banua Tada Tare Talu Pale. Kamali atau malige,

merupakan rumah adat atau istana yang khusus ditinggali oleh Raja

beserta bagi keluarganya. Banua Tada Tare Pata Pale, menjadi rumah

adat yang berbentuk rumah siku dengan 4 tiang. Pada umumnya, hunian

tradisional satu ini, ditinggali oleh para pejabat hingga para pegawai istana.

Banua Tada Tare Pale, menjadi hunian tradisional yang berbentuk rumah

siku bertiang 3. Pada umumnya, rumah ini biasa ditinggali untuk orang

dewasa. Rumah adat khas Provinsi Sulawesi Tenggara, menjadi bagian

dari budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Bangunan tradisional satu ini,

memiliki model layaknya rumah panggung. Tipe kamarnya, rumah adat

Sulawesi tidak dilengkapi dengan jendela maupun dinding. Setiap

huniannya, jumlah anak tangga yang diberikan pun beragam. Agar lebih

mudah membedakannya, bisa dilihat berdasarkan dari tingkat kedudukan

si pemilik rumah.

2.4.2. Pakaian Adat Sulawesi Tenggara

• Pakaian Adat Buton

Pakaian adat dari suku

Buton, tampil sederhana

dengan memberikan

sarung dan ikat kepala.

Umumnya mereka akan

mengenakan pakaian

tersebut dengan nuansa

biru tanpa mengenakan

baju, melainkan hanyalah

kain biasa. Ciri khas dari pakaian ini, terlihat dari rumbai rumbai yang

berada di ikat pinggangnya (kabokena tanga). Dalam penggunaan ikat

kepalanya juga cukup unik, yaitu dengan menumpuknya hingga menjadi

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 19

beberapa lipatan. Sedangkan pakaian wanitanya, mereka mengenakan

pakaian bernama Kombowa. Pakaian tersebut berbentuk baju dengan

lengan pendek, tanpa disematkan dengan kancing. Pakaian tersebut

biasa disebut sebagai bia bia itanu, yang memiliki motif kotak kotak

dengan ukuran kecil kecil. Para wanitanya juga mengenakan berbagai

perhiasan seperti anting, gelang, hingga cincin yang terbuat dari emas

mulia. Selain digunakan sebagai pakaian sehari hari, masyarakat dari

suku Buton masih memiliki pakaian adat lainnya. Biasanya, pakaian

tersebut akan digunakan, ketika menghadiri acara adat maupun upacara

adat yang sakral. Acara sunatan ataupun memingit anak gadis (Posuo),

menjadi salah satu acara adat yang akan mengenakan pakaian adat

tersebut.

• Pakaian Adat Muna

Suku Mina, menjadi

masyarakat yang

bermukim di Kabupaen

Muna, Sulawesi Tenggara.

Dalam kesehariannya,

para pria mengenakan

pakaian yang tidak biasa

seperti suku lainnya.

Pakaian yang akan dipakai

dalam kesehariannya meliputi sarung (bheta), kopiah (songko), ikat kepala

(kampurui), baju (bhadu), dan celana (sala). Baju yang akan dikenakannya,

merupakan baju dengan lengan pendek berwarna putih layaknya pakaian

model kekinian. Sedangkan ikat pinggangnya beurpa kain yang memiliki

corak batik. Ikat pinggang yang akan dikenakan, terbuat dari logam yang

memiliki warna kuning. Ikat pinggangnya sendiri, berfungsi sebagai

penguat sarung serta menyelipkan senjata tajam. Pada umumnya, sarung

yang biasanya dikenakan yaitu warna merah dengan corak geometris

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 20

horizontal. Bagi kaum perempuannya, akan mengenakan bhadu sebagai

pakaian atasannya. Tidak seperti bhadu bagi kaum lelakinya, sebab

bhadu perempuan berlengan pendek dan panjang. Bhadu para

perempuan, memiliki lubang pada bagian atas pakaian yang berfungsi

untuk memasukkan kepala. Apabila bhadu lelaki berwarna putih, maka

bhadu perempuan berwarna merah ataui biru yang terbuat dari kain satin.

• Pakaian Adat Tolaki

Baju adat dari Tolaki terbagi

menjadi dua jenis, yaitu

Babu Nggawi dan Babu

Nggawi Langgai. Kedua

pakaian tersebut, telah

didaulat menjadi pakaian

adat nasional bagi provinsi

Sulawesi Tenggara. Baju

adat wanita suku Tolaki,

disebut sebagai Babu Nggawi. Pakaian ini terdiri dari atasan yang disebut

Lipa Hinoru, dengan bawahan yang bernama roo mendaa. Maksimalkan

penampilan, para wanitanya akan mengenakan perhiasan yang terbuat

dari emas. Jika diperumpamakan dengan style pakaian jaman sekarang,

baju atasan wanitanya serupa dengan blus yang terbuka pada bagian

atasnya. Baju atasan tersebut, akan dipadu padankan dengan bawahan

yang memiliki warna senada dari atasan yang dikenakannya. Panjang rok

yang dikenakan, setidaknya sampai mata kaki yang dihiasi manik manik

dari emas di bagian depannya. Pakaian bagi lelakinya terdiri dari celana

(saluaro mendoa), ikat pinggang (sulepe) yang terbuat dari logam, destar

(pabele), dan baju yang telah diberikan hiasan berupa sulaman (babu

ngginasamani). Sedangkan para perempuannya, akan menenakan

pakaian yang sedikit berbeda dengan para lelakinya. Atau bahkan pakaian

peremuannya, lebih banyak dan, komplit. Pakaian wanitanya terdiri dari

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 21

sarung (sawu), ikat pinggang (sulepe), dan baju (ngginasamani). Untuk

menunjang penampilan wanita, pakaian tersebut akan dilengkapi sengan

berbagai aksesoris menarik. Aksesoris yang biasa dikenakan bersama

pakaian adat tersebut meliputi anting (andi andi), kalung leher (eno eno),

gelang tangan (bolosu), alas kaki berupa selop (solop), tusuk konde, dan

berbagai hiasan sanggul yang biasanya berbentuk bunga.

2.4.3. Kesenian Sulawesi Tenggara

Terdiri dari banyak pulau, membuat Indonesia memiliki banyak

kesenian tradisional yang patut dibanggakan dan dilestarikan, tidak terkecuali

kesenian tradisional Sulawesi Tenggara. Beragam alat musik, seni tari hingga

upacara adat, menjadi suatu hal yang kini harus diketahui seluruh masyarakat

Indonesia, khususnya generasi muda. Tidak hanya kaya akan seni tari

tradisionalnya saja, tetapi juga memiliki segudang alat musik tradisional dan

upacara adat, yang menjadi ciri khas dari kesenian tradisional Sulawesi

Tenggara itu sendiri.

• Tari Tradisional Molulo

Tari tradisional pertama

yang menjadi kesenian

tradisional Sulawesi

Tenggara adalah Molulo.

Tari yang kerap kali

disebut dengan tari Lula

ini merupakan sebuah

tarian sakral, yang

memiliki banyak makna dan filosofi. Tari ini juga menjadi salah satu tarian

yang digemari oleh suku bangsa Tolaki, karena mencerminkan suku

Tolaki yang cinta damai dan mengutamakan persahabatan serta

persatuan.

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 22

• Tari Tradisional Lariangi

Sebagai bentuk

penghormatan dan apresiasi

kepada para tamu, tari

tradisional Lariangi kerap kali

ditampilkan sebagai tarian

pembukaan pada sebuah

acara pesta pertemuan.

Kesenian tradisional Sulawesi

Tenggara yang satu ini, umumnya ditarikan oleh satu orang penari pria

dan beberapa orang penari wanita. Tetapi sayangnya, tidak semua orang

bisa menarikan tari lariangi. Pasalnya, hanya gadis-gadis keturunan

bangsawan saja yang dapat menarikan tarian ini. Oleh karena itu, tarian

lariangi pada masanya dianggap sebagai tarian sakral. Dalam

pertunjukannya, para penari akan menggunakan kostum yang terdiri dari

kain, hiasan sanggul, logam berukir untuk gelang, serta manik-manik

untuk penari wanita. Sementara, penari pria hanya akan mengenakan

hiasan sarung saja.

• Alat Musik Dimba Nggowuna

Alat musik pertama yang

menjadi kesenian tradisional

Sulawesi Tenggara adalah

Dimba Nggowuna. Terbuat

dari bahan dasar rotan , alat

musik ini pada zaman dahulu

banyak dimainkan oleh para

wanita, saat sedang menenun

kain di rumah. Bagi mereka, memainkan alat musik ini menjadi salah satu

media hiburan, ketika bekerja di rumah agar tidak jenuh. Alat musik yang

memiliki ukuran berkisar 40-45 cm ini, merupakan salah satu bentuk

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 23

perwujudan seni musik leluhur, yang memiliki ciri khas bunyi di setiap

petikannya. Menariknya, alat musik dimba nggowuna ini dipercaya sudah

ada sejak zaman Neolitikum. Namun sayangnya, perkembangan zaman

serta teknologi yang semakin pesat, membuat alat musik suku Tolaki ini

perlahan ditinggalkan oleh masyarakat.

• Alat Musik Ore-ore Nggae

Alat musik yang namanya terdengar

asing di telinga ini, nyatanya

menjadi salah satu kesenian

tradisional Sulawesi Tenggara. Alat

musik Ore-ore Nggae, sebuah alat

musik yang dibuat menggunakan

bahan dasar bambu dan rotan. Jika

melihat bentuknya, alat musik ini

memiliki sebuah kayu kecil yang terletak di antara dawai dan badan alat

musik ini.

• Upacara Adat Motasu

Motasu merupakan salah satu upacara adat suku Tolaki, Sulawesi

Tenggara, yang dilakukan dalam rangka pembukaan ladang baru.

Upacara adat ini sejatinya ditujukan kepada Dewi Kesuburan atau

songgoleobae, untuk menunjukan ladang baru tersebut.

• Upacara Ghoti Katumpu

Upacara adat Sulawesi Tenggara berikutnya adalah Ghoti Katumpu.

Upacara adat yang satu ini, biasanya dilakukan oleh masyarakat Muna

pada awal pembukaan hutan dan setelah panen tiba.

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 24

• Upacara Adat Monahu Ndau

Upacara adat yang terakhir

adalah Monahu Ndau.

Upacara adat yang masuk ke

dalam salah satu kesenian

tradisional Sulawesi Tenggara

ini, diadakan setelah panen

padi dilakukan di lapangan

terbuka. Da lam prosesi

upacara, para pengunjung nantinya akan menarikan tari lulo ngganda

yang akan diiringi dengan musik dari tabuhan okanda.

2.4.4. Kuliner Sulawesi Tenggara

• Jus Patikala

Jus patikala merupakan

minuman khas masyarakat

Sulawesi Tenggara yang bisa

dicoba ketika berkunjung ke

kota Kendari. Jika biasanya

menemukan jus merupakan

sebuah minuman yang diolah

dari buah-buahan yang manis, maka akan sedikit menemukan perbedaan

ketika mengonsumsi jus patikala ini. Jus satu ini terbuat dari buat patikala

yang merupakan buah khas masyarakat Kolaka.

• Sinonggi

Makanan asli suku Kendari, yakni

Tolaki ini merupakan kuliner yang

terbuat dari saripati sagu yang

kemudian diolah dengan rempah-

rempah. Selain itu, sinonggi sendiri

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 25

juga mempunyai cita rasa yang gurih dan segar. Pada umumnya, sinonggi

ini dikonsumsi pada acara adat tertentu seperti pada tradisi Mosonggi.

• Kapusu Nosu

Untuk makanan khas Kendari

selanjutnya adalah Kapusu

Nosu yang merupakan

makanan berupa campuran

bubur jagung dengan kacang

merah khas Wakatobi,

Sulawesi Tenggara. Kapusu

Nosu merupakan makanan

yang menggunakan buliran jagung yang sudah tua dan dicampurkan

dengan kacang merah. Untuk itu, ingin menanbah rasa maka bisa

mencampurkan bubur ini dengan sedikit garam untuk menambah selera

makan anda.

• Kabuto

Selanjutnya, adalah kabuto

yang merupakan makanan khas

Kendari. Kabuto sendiri adalah

kuliner yang terbuat dari

singkong dan ubi yang

dikeringkan hingga berjamur.

Kemudian untuk menyantapnya,

akan ditambahkan parutan

kelapa di bagian atasnya. Untuk Kabuto sendiri, pada umumnya

dikonsumsi dengan tambahan ikan asin goreng dan akan mudah

ditemukan di daerah Muna, Sulawesi Tenggara.

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 26

2.5. Destinasi Wisata Sulawesi Tenggara

Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri dari pulau-pulau kecil dan sekitar 68

lokasi terumbu karang yang telah diidentifikasi yang potensial untuk

pengembangan kawasan ekowisata bahari, diantaranya terdapat di taman laut

nasional Wakatobi dan Taman Wisata Laut Teluk Lasolo dan kepulauan

Padamarang. Selain itu, bagian Muara di Taman Nasional Rawa Aopa

Watumohai juga potensil untuk dikembangkan sebagai obyek pariwisata

bahari. Daftar tempat wisata di Sulawesi Tenggara memang cukup banyak.

Provinsi yang ibu kotanya berada di Kendari ini menyimpan pesona keindahan

alam, peradaban budaya dan sejarah. Semua itu dikelola dengan baik,

sehingga menjadi primadona pariwisata Indonesia bahkan sampai

mancanegara. Wakatobi merupakan salah satu dari tempat wisata yang sudah

mendunia. Selain Wakatobi, masih terdapat lokasi wisata alam dan sejarah

lainnya yang tersebar di tiap Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara.

2.5.1. Wisata Alam

• Danau Biru Kolaka

Danau Biru Kolaka

merupakan danau alami

yang terletak hanya 12

meter dari bibir pantai Laut

Kolaka dengan dinding

tebing karang sebagai

pemisah, destinasi wisata

bahari di Sulawesi Tenggara

menawarkan pemandangan cantik hamparan pasir putih yang dipadu-

padankan dengan birunya perairan sekitar. Danau ini memiliki kedalaman

tujuh meter, menjadikannya salah satu destinasi favorit snorkeling

wisatawan yang ingin melihat berbagai spesies ikan. Danau tersebut juga

menjadi sumber mitos bagi warga setempat. Konon katanya, sebelum

terbentuknya Danau Biru, area tersebut merupakan sebuah hutan yang

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 27

lebat. Oleh karena Putri Raja Mokole yang sedang menyendiri berkunjung

ke daerah tersebut, area yang semula adalah hutan menjelma Danau Biru

Kolaka yang dikenal hingga sekarang.

• Pantai Nirwana

Pantai ini diliputi hamparan

pasir putih yang berpadu

sempurna dengan air laut

yang biru. Sering disebut

sebagai surga wisata

bahari, Pantai Nirwana

terletak di kota Bau-Bau,

Buton, Sulawesi Tenggara.

Untuk mencapai pantai ini, kamu hanya perlu berkendara sekitar 10 menit

dari pusat kota Bau-Bau. Pantai Nirwana memiliki ombak yang relatif

tenang, menjadikannya tempat yang tepat untuk berenang. Selain

menikmati pemandangan pantai yang cantik, turis yang berkunjung ke

pantai ini dapat melakukan beberapa aktivitas menarik, seperti berjalan-

jalan menyusuri garis pantai, berjemur, atau melakukan kegiatan

menyelam.

• Pantai Nambo

Pantai Nambo, sebuah

destinasi wisata pantai

favorit yang terletak di Kota

Kendari. Pantai ini memiliki

pemandangan yang indah

dan menjadi tujuan wajib

para wisatawan domestik

dan wisatawan asing dengan

hamparan pasir putih sejauh 300 meter dan karakter ombak yang tenang.

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 28

Selain bersantai di pinggir pantai, kamu bisa melakukan banyak aktivitas

seru di destinasi wisata bahari di Sulawesi Tenggara ini. Kamu bisa

bermain pasir, bermain voli pantai, berjalan kaki menyusuri garis pantai

atau berjemur.

2.5.2. Wisata Buatan

• Penangkaran Kura-kura Raksasa

Tak hanya tawarkan

pemandangan alamnya

semata, namun disini

pengunjung juga bisa

berinteraksi langsung

dengan para kura kura

yang memiliki ukuran

raksasa. Lokasi wisata

ini juga terletak di deretan pulau pulau kecil dengan pemandangan indah,

sehingga tidak heran bila banyak wisatawan tertarik mengunjunginya. Tak

hanya bisa melihat puluhan kura kura berukuran jumbo, disini pengunjung

juga bisa melihat aneka ikan ikanan yang menambah daya tariknya.

Puluhan kura kura ini berasal dari pantai Meleura, yang ditangkap oleh

para nelayan secara tidak sengaja saat menebarkan jaring ketika mencari

ikan. Hal ini pun terus berlanjut dan semakin lama jumlahnya semakin

meningkat, sehingga mereka pun diletakkan di sebuah penangkaran yang

kemudian berubah menjadi destinasi wisata favorit masyarakat. Termasuk

objek wisata unik dan tak banyak ditemui, banyak wisatawan yang

mengabadikan momen berliburnya tersebut. Lokasi wisata ini berada di

Lakarinta, Lohia, Kab. Muna.

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 29

• Puncak Wakila

Bagi para pecinta fotografi

ataupun yang ingin

mendapatkan foto kekinian,

destinasi wisata satu ini bisa

menjadi pilihan. Di tempat ini,

pengunjung bisa menemukan

berbagai spot cantik dengan

latar belakang mempesona. Bahkan beberapa spot tersebut memang

sengaja dihadirkan, untuk menarik minat pengunjung pergi ke Puncak

Wakila. Spot tersebut terdiri dari spot desain bunga, gembok berbentuk

cinta, dan masih banyak lainnya. Lokasi pariwisata ini berada di

Kondongia, Lohia, Kab. Muna.

• Puncak Lakude

Masih termasuk sebagai

destinasi wisata baru, namun

Puncak Lakude berhasil

menarik perhatian masyarakat.

Adanya jembatan yang terletak

di ketinggian mencapai

puluhan meter, dikatakan

sebagai daya tarik tersendiri yang tidak bisa ditemukan di tempat lainnya.

Para pengunjungnya pun akan dihipnotis dengan keindahan alamnya

yang masih terjaga, sehingga mereka betah berlama lama di lokasi

tersebut. Lokasi pariwisata ini berada di Desa Masalili, Kec. Kontunaga,

Kab. Muna.

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 30

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sulawesi Tenggara merupakan provinsi yang menyimpan banyak

sekali menyimpan keanekaragaman, baik budaya, kuliner, pariwisata, adat

istiadat dan lain-lain. Sulawesi Tenggara juga memiliki sejarah pemerintahan

dan sejarah terbentuknya hingga menjadi bagian dari Indonesia. Sulawesi

Tenggara juga merupakan bagian dari Indonesia yang sangat kaya akan

segala-galanya, jadi kita sebagai warga negara harus bisa melestarikan dan

menjaga apa saja yang ada di bumi Indonesia ini termasuk Sulawesi Tenggara.

Keanekaragaman Sulawesi Tenggara Sebagai Bagian dari Indonesia | 31

DAFTAR PUSTAKA

https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/keragaman-indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenggara

http://www.bpkp.go.id/sultra/konten/1253/Sejarah-Sultra.bpkp

https://www.antaranews.com/berita/1973025/menumbuhkan-semangat-

ekspor-pertanian-sultra

https://sultra.bps.go.id/statictable/2020/05/14/2778/luas-areal-tanaman-

perkebunan-menurut-kabupaten-kota-dan-jenis-tanaman-di-provinsi-

sulawesi-tenggara-ribu-ha-2019.html

https://sultra.bps.go.id/statictable/2020/06/19/2860/produksi-hasil-

pertambangan-nikel-dan-aspal-2005-2019.html

https://www.celebes.co/rumah-adat-sulawesi-

tenggara#:~:text=Rumah%20Adat%20Laikas&text=Laikas%2C%20merupak

an%20rumah%20adat%20dari,Sulawesi%20Utara%2C%20dan%20Konawe

%20Utara

https://www.celebes.co/pakaian-adat-sulawesi-

tenggara#:~:text=Baju%20adat%20dari%20Tolaki%20terbagi,Tolaki%2C%2

0disebut%20sebagai%20Babu%20Nggawi

https://www.cekaja.com/info/kesenian-tradisional-sulawesi-tenggara

https://www.celebes.co/makanan-khas-kendari

https://www.traveloka.com/id-id/explore/destination/destinasi-wisata-bahari-

di-sulawesi-tenggara-acc/38332

https://www.celebes.co/tempat-wisata-muna