Praktik yang Baik (Good Practices): PEMBELAJARAN BERMAKNA BAHASA INDONESIA

75

Transcript of Praktik yang Baik (Good Practices): PEMBELAJARAN BERMAKNA BAHASA INDONESIA

Decentralized Basic Education 3 (DBE3), program yang didukung dana dari USAID, sejak tahun 2005 telah bekerjasama untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SMP dan MTs dengan Dinas Pendidikan dan Departemen Agama, di 44 kabupaten/ kota di enam provinsi, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

DBE3 membantu 330 sekolah mitra (SMP dan MTs) untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih bervariasi, interaktif, dan praktis sehingga pendidikan menjadi lebih menarik dan relevan bagi siswa. Sekolah mitra, terdiri dari sekolah negeri dan swasta yang diseleksi bersama antara DBE3 dan dinas setempat. Tim fasilitator yang dibentuk dari guru, kepala sekolah, dan pengawas mempunyai tugas untuk melatih pengawas sekolah, serta guru mata pelajaran pokok dan kepala sekolah di sekolah mitra. Pelatihan tersebut sangat praktis dan terfokus pada perubahan yang berkaitan dengan lingkungan kelas, peran guru, dan kegiatan belajar siswa.

Dampak positif telah tampak di banyak sekolah mitra DBE3. Akibatnya, banyak sekolah lain di daerah mitra maupun non-mitra meminta pelatihan yang sama. DBE3, dengan dukungan dari fasilitator daerah, telah banyak memberikan pelatihan untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk menunjang pelatihan tersebut, DBE3 telah mengembangkan paket pelatihan dengan nama 'Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 1, 2, 3, dan 4', serta paket pelatihan untuk Kepala Sekolah dan Pengawas. Paket tersebut dapat dibaca dan diunduh di website DBE3: www.inovasipendidikan.net, dan dapat digunakan secara bebas, tanpa hak cipta.

Di banyak sekolah telah tampak praktik-praktik pembelajaran yang baik. Praktik-praktik tersebut dihimpun dalam buku ini yang terdiri dari 6 jilid sebagai berikut:

Mendorong Perubahan di Kelas - Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran yang berisi pengalaman dan gagasan tentang tindakan yang dilakukan kepala sekolah, guru, pengawas, serta pejabat di dinas pendidikan dan kementerian agama dalam mengembangkan sekolah;

Lima buku tentang Praktik yang Baik dalam pembelajaran, yang berisi pengalaman dan gagasan pembelajaran yang menantang dan mengaktifkan siswa;

1. Pembelajaran Bermakna - Matematika 2. Pembelajaran Bermakna - IPA3. Pembelajaran Bermakna - IPS4. Pembelajaran Bermakna - Bahasa Indonesia5. Pembelajaran Bermakna - Bahasa Inggris

Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya dinas pendidikan, kementerian agama, pengawas sekolah, para guru dan kepala sekolah mitra DBE3, yang telah memberikan konstribusi tulisan pengalamannya sehingga buku ini tersusun.

Selamat membaca buku-buku tersebut, mencoba mempraktikan isinya, dan mengembangkan gagasannya. Semoga sekolah Saudara menjadi sekolah yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar, menantang bagi mereka untuk mengembangkan pikiran dan keterampilannya, serta menjadi lingkungan yang 'hangat' bagi mereka dalam mengembangkan sikapnya.

Program DBE3, September 2011Website: www.inovasipendidikan.net

PENGANTARPENGANTAR

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Decentralized Basic Education 3 (DBE3), program yang didukung dana dari USAID, sejak tahun 2005 telah bekerjasama untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SMP dan MTs dengan Dinas Pendidikan dan Departemen Agama, di 44 kabupaten/ kota di enam provinsi, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

DBE3 membantu 330 sekolah mitra (SMP dan MTs) untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih bervariasi, interaktif, dan praktis sehingga pendidikan menjadi lebih menarik dan relevan bagi siswa. Sekolah mitra, terdiri dari sekolah negeri dan swasta yang diseleksi bersama antara DBE3 dan dinas setempat. Tim fasilitator yang dibentuk dari guru, kepala sekolah, dan pengawas mempunyai tugas untuk melatih pengawas sekolah, serta guru mata pelajaran pokok dan kepala sekolah di sekolah mitra. Pelatihan tersebut sangat praktis dan terfokus pada perubahan yang berkaitan dengan lingkungan kelas, peran guru, dan kegiatan belajar siswa.

Dampak positif telah tampak di banyak sekolah mitra DBE3. Akibatnya, banyak sekolah lain di daerah mitra maupun non-mitra meminta pelatihan yang sama. DBE3, dengan dukungan dari fasilitator daerah, telah banyak memberikan pelatihan untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk menunjang pelatihan tersebut, DBE3 telah mengembangkan paket pelatihan dengan nama 'Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 1, 2, 3, dan 4', serta paket pelatihan untuk Kepala Sekolah dan Pengawas. Paket tersebut dapat dibaca dan diunduh di website DBE3: www.inovasipendidikan.net, dan dapat digunakan secara bebas, tanpa hak cipta.

Di banyak sekolah telah tampak praktik-praktik pembelajaran yang baik. Praktik-praktik tersebut dihimpun dalam buku ini yang terdiri dari 6 jilid sebagai berikut:

Mendorong Perubahan di Kelas - Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran yang berisi pengalaman dan gagasan tentang tindakan yang dilakukan kepala sekolah, guru, pengawas, serta pejabat di dinas pendidikan dan kementerian agama dalam mengembangkan sekolah;

Lima buku tentang Praktik yang Baik dalam pembelajaran, yang berisi pengalaman dan gagasan pembelajaran yang menantang dan mengaktifkan siswa;

1. Pembelajaran Bermakna - Matematika 2. Pembelajaran Bermakna - IPA3. Pembelajaran Bermakna - IPS4. Pembelajaran Bermakna - Bahasa Indonesia5. Pembelajaran Bermakna - Bahasa Inggris

Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya dinas pendidikan, kementerian agama, pengawas sekolah, para guru dan kepala sekolah mitra DBE3, yang telah memberikan konstribusi tulisan pengalamannya sehingga buku ini tersusun.

Selamat membaca buku-buku tersebut, mencoba mempraktikan isinya, dan mengembangkan gagasannya. Semoga sekolah Saudara menjadi sekolah yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar, menantang bagi mereka untuk mengembangkan pikiran dan keterampilannya, serta menjadi lingkungan yang 'hangat' bagi mereka dalam mengembangkan sikapnya.

Program DBE3, September 2011Website: www.inovasipendidikan.net

PENGANTARPENGANTAR

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

ISI BUKUISI BUKUPENGANTAR 19. Menuliskan Sebuah Proses dengan Bahasa yang EfektifBERANDA Wijiastutik, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Rejoso DAFTAR ISI Pasuruan, Jawa Timur

20. Parade Band; Sebuah Alternatif Strategi dalam Pembelajaran Musikalisasi PuisiBaren Barnabas, S.Pd, Guru SMPN 2 Cikajang Garut, Jawa Barat

1. 21. Ternyata, Menulis Puisi Itu MengasyikkanJulpan Siregar SMPN 3 Tanjungbalai, Sumatera Utara Khadijah, Guru MTsN Batang Angkola, Tapsel, Sumatera Utara

2. Menulis Buku HarianNanang Syafi’i, Distrik Fasilitator DBE3 Kabupaten Tuban, Jawa Timur

3. Siswa Apresiasi Dongeng dengan KartuRina Rosmayana,Guru Bahasa Indonesia MTsN Garut, Jawa Barat

Pengembangan Ide/ Gagasan Pembelajaran

4. Implementasi Pelatihan BTL2 dan BTL3 di SMPN 1 Tarutung Vanda Manurung,S,Pd. Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Tarutung, Sumatera Utara

5 Menulis Kreatif Puisi Lingkungan Alam Sebagai Sumber inspirasiBaren Barnabas, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Cikajang Garut, Jawa Barat

1. Belajar dari Bungkus Mie Instan 6. Berwawancara dengan Narasumber

2. Melaporkan PeristiwaM. Bayu Firmansyah, Guru Bahasa Indonesia MTs YTI Nguling Pasuruan Jawa Timur

3. Mengajar, Bukan Sekadar Menggugurkan Kewajiban

7. Belajar Menulis Pantun Melalui Bursa Larik4. Belajar untuk Masa Depan Menggunakan Metode DBE3

Drs. Syamsul Agus, Guru SMPN 10 Binjai, Sumatera UtaraSuci Ika Yuniati, siswa kelas 9 SMPN 1 Rejoso Kabupaten Pasuruan8. Menganalisis Unsur-unsur Cerpen

Masnasari, S.Pd, Guru SMPN 2 Pangkajene,Pangkep, 5. Buku Cerita Lebih Menarik

Sulawesi SelatanMelda Oktopiyani Nasution, S.Pd, MTs N Tebing Tinggi, Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara9. Melaporkan Peristiwa

Masnasari, S.Pd, Guru SMPN 2 Pangkajene,Pangkep, 6. Menggambar Komentar

Sulawesi SelatanSMPN 5 Sibolga, Kota Sibolga, Sumut.

10. Asyiknya Bercerita dengan Alat Peraga7. Saya Sadar Kalau Metode Mengajar Saya Harus Diperbaharui

Dra. Sumasri, MM dan Dra. Estik Wiludjeng, M.M, Kurnia Syamsuddin, SMPN 1 Ma’rang Pangkep,

Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Sedati, Jawa TimurSulawesi Selatan

11. Belajar Pantun dengan Berkompetisi 8. Mengubah Kelas Ribut Menjadi Kelas Dinamis dan Progresif

Sulasdi,S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMP 3 Karanganyar, Catatan Pendampingan DF Abdul Khayyi di SMPN 1

Jawa TengahRengasdengklok, Jawa Barat

12. Menabung Pantun, Yuk!9. Guruku Penghulu Yang Bergelar Master

Dra. Siliwarni, Guru MTsN Takalla, Soppeng, Sulawesi SelatanCatatan Pendampingan DF Abdul Khayyi di SMP Islam Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat

13. Nonton Film Bisu untuk Membuat Naskah DramaDrs. Nasir, M.Pd, Guru SMPN 20 Makasar, Sulawesi Selatan

10. Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 2 Baureno14. Memulai Karier Reporter TV di Kelas Nanik Sumarlin, S.Pd dan Dra. Siti Mukhlisoh Hasmin B. Harun guru Bahasa Indonesia Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Baureno SMPN 2 Baranti Sidrap, Sulawesi Selatan Bojonegoro, Jawa Timur

15. Karyawisata dalam Pembelajaran Menulis Laporan11. Mensyukuri Anugerah Ilahi melalui PuisiBaren Barnabas, S.Pd. Guru Bahasa Indonesia

Nur Lailatul Inayah, guru Bahasa Indonesia MTsN Pohjentrek, SMPN 2 Cikajang, Garut, Jawa BaratPasuruan, Jawa Timur

16. Ada Dadu di Kelas Bahasa Pembelajaran dengan “Sirkuit Pantun”12. Cerita Pembelajaran Bermakna Menjadi Inspirasi Ber-PTKAbdul Khayyi,S.Pd, Fasda Mapel Bahasa Indonesia,

Eko Nur Budi, Guru B. Indonesia SMP 2 Jekulo Kudus, Karawang, Jawa Barat Jawa Tengah

17. Menulis Laporan dari Tradisi MangananSutarno, M.Pd, Guru Bahasa Indonesia 13. Meningkatkan Kualitas Proses Belajar Mengajar Melalui Observasi SMPN 2 Semanding Tuban, Jawa Timur Teman Sejawat: Sebuah Refleksi Observer

Baren Barnabas, S.Pd. Guru SMP Negeri 2 Cikajang Kabupaten 18. Menulis Teks Berita Garut, Jawa Barat

Baren Barnabas, S.Pd, Guru SMPN 2 Cikajang Garut, Jawa Barat

iiiiiiv 33

34

2 36

4

640

7

850

50

1051

12

52

14

54

1555

1656

1758

18

60

20

2261

2462

2663

28

64

30

BAGIAN ACERITA/ PENGALAMAN DARI GURU BAHASA INDONESIA

BAGIAN BIDE/GAGASAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAGIAN CSERBA-SERBI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Menulis Berita dengan Metode Kuis Gambar Kelompok

DBE3 (Decentralized Basic Education 3) adalah buku praktik mata pelajaran bahasa Indonesia. Buku program yang didanai USAID bertujuan untuk praktik yang baik mata pelajaran bahasa Indonesia mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dan ini berisi kumpulan praktik yang baik pengalaman Kementerian Agama dalam meningkatkan mutu dan guru sekolah mitra dengan DBE3. Pengalaman itu relevansi pendidikan menengah pertama. Untuk diperoleh setelah mereka menerapkan dan mencapai tujuan tersebut, DBE3 mengembangkan memaksimalkan peran strategisnya pasca pelatihan sebuah paket pelatihan yang diberi nama BTL (Beter Teaching and Learning). Selain itu “Pengajaran Profesional dan Pembelajaran pengalaman tersebut juga dapat diperoleh ketika Bermakna 1, 2, 3, dan 4. melakukan pendampingan pada teman sejawat.

Berbagai perkembangan yang dapat dilihat selama Buku praktik yang baik ini berisi tiga hal penting, pendampingan program DBE 3 di sekolah mitra yaitu: Pengalaman dari Guru, Gagasan pembelajaran, diantaranya ialah para guru berperan menjadi dan serba-serbi. Pengalaman dari guru berisi fakta-fasilitator dalam mendorong interaksi antar siswa, fakta dan pemikiran guru yang dapat diterapkan memberikan tugas yang menantang dan bervariasi oleh guru yang lain. Gagasan pembelajaran seperti diskusi, percobaan, pemecahan masalah, dan memumpun pada ide-ide pembelajaran yang sebagainya. Penggunaan lingkungan dan alat bantú memberi inspirasi pada penguraian KD dalam mengajar menjadi bagian yang tidak terpisahkan kurikulum. Serba-serbi menyuarakan berbagai dalam kegiatan pembelajaran. pihak, baik guru maupun siswa, tentang informasi

ringan yang berkait erat dengan kinerja Hasil pembelajaran aktif yang dapat dilihat ialah pembelajaran.siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, memanfaatkan beragam sumber belajar, Kami berucap terima kasih kepada semua pihak bekerja dalam kelompok, menghasilkan karya yang yang telah berkontribusi aktif untuk penyelesaian merupakan hasil gagasannya sendiri, memajangkan buku ini. Semoga dapat apa yang telah terwujud ini k a r y a t e r s e b u t d a l a m k e l a s s e r t a dapat memicu dan memacu guru untuk lebih mempresentasikannya. mengembangkan kinerjanya menuju

profesionalisasi. Sukses pembelajaran bahasa Semua ide dan pengalaman tersebut tertuang dalam Indonesia!!!!!

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

BERANDABERANDABERANDABERANDA

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

ISI BUKUISI BUKUPENGANTAR 19. Menuliskan Sebuah Proses dengan Bahasa yang EfektifBERANDA Wijiastutik, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Rejoso DAFTAR ISI Pasuruan, Jawa Timur

20. Parade Band; Sebuah Alternatif Strategi dalam Pembelajaran Musikalisasi PuisiBaren Barnabas, S.Pd, Guru SMPN 2 Cikajang Garut, Jawa Barat

1. 21. Ternyata, Menulis Puisi Itu MengasyikkanJulpan Siregar SMPN 3 Tanjungbalai, Sumatera Utara Khadijah, Guru MTsN Batang Angkola, Tapsel, Sumatera Utara

2. Menulis Buku HarianNanang Syafi’i, Distrik Fasilitator DBE3 Kabupaten Tuban, Jawa Timur

3. Siswa Apresiasi Dongeng dengan KartuRina Rosmayana,Guru Bahasa Indonesia MTsN Garut, Jawa Barat

Pengembangan Ide/ Gagasan Pembelajaran

4. Implementasi Pelatihan BTL2 dan BTL3 di SMPN 1 Tarutung Vanda Manurung,S,Pd. Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Tarutung, Sumatera Utara

5 Menulis Kreatif Puisi Lingkungan Alam Sebagai Sumber inspirasiBaren Barnabas, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Cikajang Garut, Jawa Barat

1. Belajar dari Bungkus Mie Instan 6. Berwawancara dengan Narasumber

2. Melaporkan PeristiwaM. Bayu Firmansyah, Guru Bahasa Indonesia MTs YTI Nguling Pasuruan Jawa Timur

3. Mengajar, Bukan Sekadar Menggugurkan Kewajiban

7. Belajar Menulis Pantun Melalui Bursa Larik4. Belajar untuk Masa Depan Menggunakan Metode DBE3

Drs. Syamsul Agus, Guru SMPN 10 Binjai, Sumatera UtaraSuci Ika Yuniati, siswa kelas 9 SMPN 1 Rejoso Kabupaten Pasuruan8. Menganalisis Unsur-unsur Cerpen

Masnasari, S.Pd, Guru SMPN 2 Pangkajene,Pangkep, 5. Buku Cerita Lebih Menarik

Sulawesi SelatanMelda Oktopiyani Nasution, S.Pd, MTs N Tebing Tinggi, Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara9. Melaporkan Peristiwa

Masnasari, S.Pd, Guru SMPN 2 Pangkajene,Pangkep, 6. Menggambar Komentar

Sulawesi SelatanSMPN 5 Sibolga, Kota Sibolga, Sumut.

10. Asyiknya Bercerita dengan Alat Peraga7. Saya Sadar Kalau Metode Mengajar Saya Harus Diperbaharui

Dra. Sumasri, MM dan Dra. Estik Wiludjeng, M.M, Kurnia Syamsuddin, SMPN 1 Ma’rang Pangkep,

Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Sedati, Jawa TimurSulawesi Selatan

11. Belajar Pantun dengan Berkompetisi 8. Mengubah Kelas Ribut Menjadi Kelas Dinamis dan Progresif

Sulasdi,S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMP 3 Karanganyar, Catatan Pendampingan DF Abdul Khayyi di SMPN 1

Jawa TengahRengasdengklok, Jawa Barat

12. Menabung Pantun, Yuk!9. Guruku Penghulu Yang Bergelar Master

Dra. Siliwarni, Guru MTsN Takalla, Soppeng, Sulawesi SelatanCatatan Pendampingan DF Abdul Khayyi di SMP Islam Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat

13. Nonton Film Bisu untuk Membuat Naskah DramaDrs. Nasir, M.Pd, Guru SMPN 20 Makasar, Sulawesi Selatan

10. Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 2 Baureno14. Memulai Karier Reporter TV di Kelas Nanik Sumarlin, S.Pd dan Dra. Siti Mukhlisoh Hasmin B. Harun guru Bahasa Indonesia Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Baureno SMPN 2 Baranti Sidrap, Sulawesi Selatan Bojonegoro, Jawa Timur

15. Karyawisata dalam Pembelajaran Menulis Laporan11. Mensyukuri Anugerah Ilahi melalui PuisiBaren Barnabas, S.Pd. Guru Bahasa Indonesia

Nur Lailatul Inayah, guru Bahasa Indonesia MTsN Pohjentrek, SMPN 2 Cikajang, Garut, Jawa BaratPasuruan, Jawa Timur

16. Ada Dadu di Kelas Bahasa Pembelajaran dengan “Sirkuit Pantun”12. Cerita Pembelajaran Bermakna Menjadi Inspirasi Ber-PTKAbdul Khayyi,S.Pd, Fasda Mapel Bahasa Indonesia,

Eko Nur Budi, Guru B. Indonesia SMP 2 Jekulo Kudus, Karawang, Jawa Barat Jawa Tengah

17. Menulis Laporan dari Tradisi MangananSutarno, M.Pd, Guru Bahasa Indonesia 13. Meningkatkan Kualitas Proses Belajar Mengajar Melalui Observasi SMPN 2 Semanding Tuban, Jawa Timur Teman Sejawat: Sebuah Refleksi Observer

Baren Barnabas, S.Pd. Guru SMP Negeri 2 Cikajang Kabupaten 18. Menulis Teks Berita Garut, Jawa Barat

Baren Barnabas, S.Pd, Guru SMPN 2 Cikajang Garut, Jawa Barat

iiiiiiv 33

34

2 36

4

640

7

850

50

1051

12

52

14

54

1555

1656

1758

18

60

20

2261

2462

2663

28

64

30

BAGIAN ACERITA/ PENGALAMAN DARI GURU BAHASA INDONESIA

BAGIAN BIDE/GAGASAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAGIAN CSERBA-SERBI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Menulis Berita dengan Metode Kuis Gambar Kelompok

DBE3 (Decentralized Basic Education 3) adalah buku praktik mata pelajaran bahasa Indonesia. Buku program yang didanai USAID bertujuan untuk praktik yang baik mata pelajaran bahasa Indonesia mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dan ini berisi kumpulan praktik yang baik pengalaman Kementerian Agama dalam meningkatkan mutu dan guru sekolah mitra dengan DBE3. Pengalaman itu relevansi pendidikan menengah pertama. Untuk diperoleh setelah mereka menerapkan dan mencapai tujuan tersebut, DBE3 mengembangkan memaksimalkan peran strategisnya pasca pelatihan sebuah paket pelatihan yang diberi nama BTL (Beter Teaching and Learning). Selain itu “Pengajaran Profesional dan Pembelajaran pengalaman tersebut juga dapat diperoleh ketika Bermakna 1, 2, 3, dan 4. melakukan pendampingan pada teman sejawat.

Berbagai perkembangan yang dapat dilihat selama Buku praktik yang baik ini berisi tiga hal penting, pendampingan program DBE 3 di sekolah mitra yaitu: Pengalaman dari Guru, Gagasan pembelajaran, diantaranya ialah para guru berperan menjadi dan serba-serbi. Pengalaman dari guru berisi fakta-fasilitator dalam mendorong interaksi antar siswa, fakta dan pemikiran guru yang dapat diterapkan memberikan tugas yang menantang dan bervariasi oleh guru yang lain. Gagasan pembelajaran seperti diskusi, percobaan, pemecahan masalah, dan memumpun pada ide-ide pembelajaran yang sebagainya. Penggunaan lingkungan dan alat bantú memberi inspirasi pada penguraian KD dalam mengajar menjadi bagian yang tidak terpisahkan kurikulum. Serba-serbi menyuarakan berbagai dalam kegiatan pembelajaran. pihak, baik guru maupun siswa, tentang informasi

ringan yang berkait erat dengan kinerja Hasil pembelajaran aktif yang dapat dilihat ialah pembelajaran.siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, memanfaatkan beragam sumber belajar, Kami berucap terima kasih kepada semua pihak bekerja dalam kelompok, menghasilkan karya yang yang telah berkontribusi aktif untuk penyelesaian merupakan hasil gagasannya sendiri, memajangkan buku ini. Semoga dapat apa yang telah terwujud ini k a r y a t e r s e b u t d a l a m k e l a s s e r t a dapat memicu dan memacu guru untuk lebih mempresentasikannya. mengembangkan kinerjanya menuju

profesionalisasi. Sukses pembelajaran bahasa Semua ide dan pengalaman tersebut tertuang dalam Indonesia!!!!!

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

BERANDABERANDABERANDABERANDA

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 1

embelajaran aktif yang dikemas dengan cara kreatif dan menyenangkan, tentu menyisakan Pcerita-cerita berkesan. Kesan itu tidak hanya

tertangkap dari ekpresi siswa tetapi juga dari hasil karya siswa dan proses pembelajaran itu sendiri. Pada bagian ini disajikan sejumlah cerita yang lahir dari praktik pembelajaran aktif.

AA CERITA/ PENGALAMAN DARI GURU BAHASA INDONESIA

CERITA/ PENGALAMAN DARI GURU BAHASA INDONESIA

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 1

embelajaran aktif yang dikemas dengan cara kreatif dan menyenangkan, tentu menyisakan Pcerita-cerita berkesan. Kesan itu tidak hanya

tertangkap dari ekpresi siswa tetapi juga dari hasil karya siswa dan proses pembelajaran itu sendiri. Pada bagian ini disajikan sejumlah cerita yang lahir dari praktik pembelajaran aktif.

AA CERITA/ PENGALAMAN DARI GURU BAHASA INDONESIA

CERITA/ PENGALAMAN DARI GURU BAHASA INDONESIA

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia2

Julpan Siregar, Guru SMPN 3 Tanjungbalai, Sumatera Utara

embelajaran menulis berita sering dianggap Di kelas VIII/2 dengan Kompetensi Dasar 12.2 sulit, baik oleh siswa maupun guru. Berbagai Menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas, Palasan yang dikemukakan menunjukkan saya memadukan beberapa metode untuk

betapa sulitnya menulis berita. Misalnya, minimnya menghasilkan suatu formula pembelajaran. Saya penguasaan kosakata, kakunya kata pembuka yang menyebutnya Kuis Gambar Kelompok (ficture quiz digunakan, banyaknya kalimat yang tidak efektif yang team). Kegiatan ini lebih fokus pada kerja sama digunakan, hingga kesalahan penggunaan ejaan dan dalam kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan-tanda baca. pertanyaan dan tugas yang menyertai beberapa

gambar yang disiapkan. Secara rinci, rangkaian Setelah mengikuti Pelatihan BTL-3, Guru Bahasa kegiatan pembelajaran Kuis Gambar Kelompok ini Indonesia SMP Negeri 3 Tanjungbalai, Sumatera adalah sebagai berikut.Utara, Julpan Siregar, ternyata bisa mengatasi kesulitan pembelajaran menulis berita tersebut. Pengantar (5 menit): digunakan untuk

mengapersepsi, memotivasi, dan meyampaikan Inilah paparan guru bahasa yang bertubuh jangkung tujuan pembelajaran. Penghubung (10 menit): tersebut mengenai pembelajaran yang pernah ia dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi awal lakukan. dan pemodelan dengan menunjukkan sebuah berita

yang unsur-unsurnya (apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana) telah dianalisis.

Menulis Berita dengan Metode Kuis Gambar Kelompok

Guru aktif mendampingi siswa dalam bekerjasama di kelompok.

3

Aplikasi (50 menit): digunakan untuk kegiatan utama Tindak lanjut (5 menit): digunakan untuk yang dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama berisi memberikan kegiatan mandiri tidak terstruktur kegiatan lomba menentukan unsur-unsur berita berupa menulis berita dari berbagai peristiwa yang yang sesuai dengan gambar peristiwa yang dilihat, didengar, atau dialami siswa. Berita yang disediakan guru. Masing-masing kelompok berlomba ditulis siswa lebih dari satu dengan berbagai variasi. cepat-tepat dalam menentukan setiap unsur. Hasil penugasan ini digunakan untuk melihat Setelah seluruh kelompok selesai, kelompok diberi perkembangan kemampuan siswa dan dapat kesempatan untuk presentasi dan ditanggapi digunakan sebagi bagian portofolio.kelompok lainnya. Hasil kerja kelompok juga dinilai berdasarkan rubrik yang telah dirumuskan sebelum Alokasi waktu yang tertuang dalam tulisan ini pembelajaran. dirancang satu kali pertemuan (2 x 40 menit). Jika

dianggap terlalu sempit (mengingat setiap sekolah berbeda kesiapan siswa dan gurunya), bisa dimodifikasi menjadi 4 x 40 menit. Selain itu, bisa digunakan gambar bergerak (video) bisu sebagai pengganti gambar cetak. Untuk memeroleh hasil optimal, kegiatan ini dapat diintegrasikan dengan pembelajaran menggunakan ICT (dekstop, laptop). Dalam hal ini, siswa menghasilkan naskah berita dalam bentuk ketikan komputer.

Selamat mencoba!

Tahap kedua adalah merumuskan berita yang sesuai dengan gambar dan unsur-unsur beritanya. Agar berita yang dihasilkan bervariasi, setiap kelompok harus memulai dari unsur yang berbeda, Misalnya, kelompok I mulai dari apa, kelompok II dari siapa, dan seterusnya. Kegiatan ini juga dilakukan dalam dua bagian, yaitu kerja kelompok dan kerja individual. Setelah berita dirumuskan, dilakukan penyuntingan.

Masing-masing kelompok berdiskusi menemukan dan memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam berita yang mereka tulis. Untuk membantu siswa menyunting, dapat diberikan bacaan tambahan berupa tanda-tanda penyuntingan, ejaan, dan tanda baca. Hasil kerja siswa juga dinilai berdasarkan rubrik.

Penguatan (5 menit): pada tahap ini guru memberikan penguatan dan informasi yang bermanfaat untuk menyempurnakan karya siswa. Refleksi (5 menit): digunakan untuk mengambil umpan balik kegiatan pembelajaran.

CERITA DARI GURU

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

LK yang digunakan dalam pembelajaran.

Perwakilan siswa menyampaikan

hasil kerja kelompoknya

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia2

Julpan Siregar, Guru SMPN 3 Tanjungbalai, Sumatera Utara

embelajaran menulis berita sering dianggap Di kelas VIII/2 dengan Kompetensi Dasar 12.2 sulit, baik oleh siswa maupun guru. Berbagai Menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas, Palasan yang dikemukakan menunjukkan saya memadukan beberapa metode untuk

betapa sulitnya menulis berita. Misalnya, minimnya menghasilkan suatu formula pembelajaran. Saya penguasaan kosakata, kakunya kata pembuka yang menyebutnya Kuis Gambar Kelompok (ficture quiz digunakan, banyaknya kalimat yang tidak efektif yang team). Kegiatan ini lebih fokus pada kerja sama digunakan, hingga kesalahan penggunaan ejaan dan dalam kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan-tanda baca. pertanyaan dan tugas yang menyertai beberapa

gambar yang disiapkan. Secara rinci, rangkaian Setelah mengikuti Pelatihan BTL-3, Guru Bahasa kegiatan pembelajaran Kuis Gambar Kelompok ini Indonesia SMP Negeri 3 Tanjungbalai, Sumatera adalah sebagai berikut.Utara, Julpan Siregar, ternyata bisa mengatasi kesulitan pembelajaran menulis berita tersebut. Pengantar (5 menit): digunakan untuk

mengapersepsi, memotivasi, dan meyampaikan Inilah paparan guru bahasa yang bertubuh jangkung tujuan pembelajaran. Penghubung (10 menit): tersebut mengenai pembelajaran yang pernah ia dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi awal lakukan. dan pemodelan dengan menunjukkan sebuah berita

yang unsur-unsurnya (apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana) telah dianalisis.

Menulis Berita dengan Metode Kuis Gambar Kelompok

Guru aktif mendampingi siswa dalam bekerjasama di kelompok.

3

Aplikasi (50 menit): digunakan untuk kegiatan utama Tindak lanjut (5 menit): digunakan untuk yang dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama berisi memberikan kegiatan mandiri tidak terstruktur kegiatan lomba menentukan unsur-unsur berita berupa menulis berita dari berbagai peristiwa yang yang sesuai dengan gambar peristiwa yang dilihat, didengar, atau dialami siswa. Berita yang disediakan guru. Masing-masing kelompok berlomba ditulis siswa lebih dari satu dengan berbagai variasi. cepat-tepat dalam menentukan setiap unsur. Hasil penugasan ini digunakan untuk melihat Setelah seluruh kelompok selesai, kelompok diberi perkembangan kemampuan siswa dan dapat kesempatan untuk presentasi dan ditanggapi digunakan sebagi bagian portofolio.kelompok lainnya. Hasil kerja kelompok juga dinilai berdasarkan rubrik yang telah dirumuskan sebelum Alokasi waktu yang tertuang dalam tulisan ini pembelajaran. dirancang satu kali pertemuan (2 x 40 menit). Jika

dianggap terlalu sempit (mengingat setiap sekolah berbeda kesiapan siswa dan gurunya), bisa dimodifikasi menjadi 4 x 40 menit. Selain itu, bisa digunakan gambar bergerak (video) bisu sebagai pengganti gambar cetak. Untuk memeroleh hasil optimal, kegiatan ini dapat diintegrasikan dengan pembelajaran menggunakan ICT (dekstop, laptop). Dalam hal ini, siswa menghasilkan naskah berita dalam bentuk ketikan komputer.

Selamat mencoba!

Tahap kedua adalah merumuskan berita yang sesuai dengan gambar dan unsur-unsur beritanya. Agar berita yang dihasilkan bervariasi, setiap kelompok harus memulai dari unsur yang berbeda, Misalnya, kelompok I mulai dari apa, kelompok II dari siapa, dan seterusnya. Kegiatan ini juga dilakukan dalam dua bagian, yaitu kerja kelompok dan kerja individual. Setelah berita dirumuskan, dilakukan penyuntingan.

Masing-masing kelompok berdiskusi menemukan dan memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam berita yang mereka tulis. Untuk membantu siswa menyunting, dapat diberikan bacaan tambahan berupa tanda-tanda penyuntingan, ejaan, dan tanda baca. Hasil kerja siswa juga dinilai berdasarkan rubrik.

Penguatan (5 menit): pada tahap ini guru memberikan penguatan dan informasi yang bermanfaat untuk menyempurnakan karya siswa. Refleksi (5 menit): digunakan untuk mengambil umpan balik kegiatan pembelajaran.

CERITA DARI GURU

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

LK yang digunakan dalam pembelajaran.

Perwakilan siswa menyampaikan

hasil kerja kelompoknya

Menulis Buku HarianMenulis Buku HarianNanang Syafi’i, Distrik Fasilitator DBE3 Kabupaten Tuban, Jawa Timur

eterampilan menulis merupakan salah satu Adapun gambaran rinci kegiatan yang telah keterampilan berbahasa yang masih dianggap dilaksanakan adalah sebagai berikut.Kpaling sulit dikuasai siswa. Hal itu adalah

a. Kegiatan Awal (10 menit)kenyataan yang ditemukan di lapangan. Oleh karena Pada tahap ini siswa diberikan informasi mengenai itu, aspek menulis perlu mendapat perhatian yang

materi ajar, yaitu kompetensi dasar dan tujuan besar dalam pembelajaran keterampilan berbahasa. pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian, siswa Diperlukan adanya model pembelajaran menulis yang diajak bertanya jawab (curah pendapat atau dapat menumbuhkan minat dan semangat siswa. pengalaman berkaitan dengan materi ajar).

Bertolak dari hal di atas, dalam pembelajaran ”Menulis b. Kegiatan Inti ( 60 menit)

buku harian atau pengalaman pribadi dengan 1) Siswa dikelompokkan secara acak dengan

memperhatikan cara pengungkapan dan dengan mempertimbangkan keheterogenan kemampuan

bahasa yang baik dan benar” (KD 4.1), digunakan mereka. Setiap kelompok terdiri atas 5-6 siswa.

model pembelajaran diskusi kelompok kecil (small Setiap siswa secara individu menyelesaikan

groups discusion). Model ini dilakukan agar setiap Lembar kerja yang berisi contoh catatan harian.

siswa memiliki pengalaman pribadi maupun 2) Dalam kelompok, setiap siswa berperan aktif

penga l aman ber in teraks i dengan teman memberikan pendapat sesuai dengan tugas yang

sekelompoknya serta mendapat masukan dari telah diberikan (unsur-unsur buku harian). Setiap

kelompok lain dalam mengerjakan tugas (LK) kelompok lalu mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

4

Siswa berdiskusi kelompok mengenai materi pembelajaran.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

3) Seluruh Siswa memejamkan mata sambil 2) Siswa diberikan tugas individu menulis buku mendengarkan cerita yang dibawakan oleh harian berdasarkan pengalaman pribadinya.guru. Kemudian, mereka menuliskan hal yang 3) Siswa diminta menuliskan penilain tentang ada dalam cerita tersebut ke dalam bentuk proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. buku harian dengan mempertimbangkan unsur-unsurnya secara individu. Hal ini Model Pembelajaran tersebut mendapat dilakukan agar tema yang ada dalam buku respon/tanggapan positif dari siswa, terutama saat harian sama. Setiap hasil karya individu diputar mereka diajak memejamkan mata sambil dalam satu kelompok agar mendapat penilai mendengarkan cerita guru. Kondisi tersebut dar i teman satu kelompok dengan membuat siswa dapat mengimajinasikan hal-hal atau menggunakan rubrik penilain. Tiga Karya situasi yang ada dalam cerita dan memudahkan terbaik dalam satu kelompok mewakili mereka menulis cerita itu ke dalam bentuk buku kelompok untuk ditempel dalam kertas plano harian. yang kemudian akan dipamerkan ke kelompok lain. Selain mengetahui adanya perbedaan kesan siswa

4) Setiap kelompok melihat dan menilai hasil karya meskipun cerita yang didengarnya sama, siswa juga kelompok lain dengan memberi komentar merasa mendapat pengalaman baru dalam melakukan sesuai dengan rubrik penilaian. aktivitas belajarnya. Dengan belajar menulis buku

5) Bersama guru siswa menetukan karya terbaik. harian, siswa juga memperoleh pengetahuan tentang Penulis karya terbaik tersebut membacakan cara menyunting tulisan siswa lain, menghargai hasil karyanya di depan kelas dan mendapatkan masukan siswa lain untuk perbaikan karyanya. Dalam hadiah dari guru. refleksinya, siswa mengharapkan agar setiap

pembelajaran dapat menggunakan model c. Kegiatan Penutup (10 Menit). pembelajaran yang menyenangkan sehingga mereka 1) Pada kegiatan ini, guru memberikan penguatan juga senang/tidak bosan mengikuti pembelajaran.

tentang pentingnya menulis buku harian dan manfaat yang diperoleh siswa apabila memilki kebiasaan menulis buku harian.

5

Daftar Pertanyaan Refleksi

NO

1

2

3

4

PERTANYAAN JAWABAN

Apakah kalian menyukai kegiatan pembelajaran hari ini? Mengapa?

Adakah yang baru pada pembelajaran hari ini? Jelaskan!

Apa manfaat yang kalian peroleh dari pembelajaran hari ini?

Beri masukan yang berkaitan dengan proses pembelajaran hari ini?

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Menulis Buku HarianMenulis Buku HarianNanang Syafi’i, Distrik Fasilitator DBE3 Kabupaten Tuban, Jawa Timur

eterampilan menulis merupakan salah satu Adapun gambaran rinci kegiatan yang telah keterampilan berbahasa yang masih dianggap dilaksanakan adalah sebagai berikut.Kpaling sulit dikuasai siswa. Hal itu adalah

a. Kegiatan Awal (10 menit)kenyataan yang ditemukan di lapangan. Oleh karena Pada tahap ini siswa diberikan informasi mengenai itu, aspek menulis perlu mendapat perhatian yang

materi ajar, yaitu kompetensi dasar dan tujuan besar dalam pembelajaran keterampilan berbahasa. pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian, siswa Diperlukan adanya model pembelajaran menulis yang diajak bertanya jawab (curah pendapat atau dapat menumbuhkan minat dan semangat siswa. pengalaman berkaitan dengan materi ajar).

Bertolak dari hal di atas, dalam pembelajaran ”Menulis b. Kegiatan Inti ( 60 menit)

buku harian atau pengalaman pribadi dengan 1) Siswa dikelompokkan secara acak dengan

memperhatikan cara pengungkapan dan dengan mempertimbangkan keheterogenan kemampuan

bahasa yang baik dan benar” (KD 4.1), digunakan mereka. Setiap kelompok terdiri atas 5-6 siswa.

model pembelajaran diskusi kelompok kecil (small Setiap siswa secara individu menyelesaikan

groups discusion). Model ini dilakukan agar setiap Lembar kerja yang berisi contoh catatan harian.

siswa memiliki pengalaman pribadi maupun 2) Dalam kelompok, setiap siswa berperan aktif

penga l aman ber in teraks i dengan teman memberikan pendapat sesuai dengan tugas yang

sekelompoknya serta mendapat masukan dari telah diberikan (unsur-unsur buku harian). Setiap

kelompok lain dalam mengerjakan tugas (LK) kelompok lalu mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

4

Siswa berdiskusi kelompok mengenai materi pembelajaran.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

3) Seluruh Siswa memejamkan mata sambil 2) Siswa diberikan tugas individu menulis buku mendengarkan cerita yang dibawakan oleh harian berdasarkan pengalaman pribadinya.guru. Kemudian, mereka menuliskan hal yang 3) Siswa diminta menuliskan penilain tentang ada dalam cerita tersebut ke dalam bentuk proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. buku harian dengan mempertimbangkan unsur-unsurnya secara individu. Hal ini Model Pembelajaran tersebut mendapat dilakukan agar tema yang ada dalam buku respon/tanggapan positif dari siswa, terutama saat harian sama. Setiap hasil karya individu diputar mereka diajak memejamkan mata sambil dalam satu kelompok agar mendapat penilai mendengarkan cerita guru. Kondisi tersebut dar i teman satu kelompok dengan membuat siswa dapat mengimajinasikan hal-hal atau menggunakan rubrik penilain. Tiga Karya situasi yang ada dalam cerita dan memudahkan terbaik dalam satu kelompok mewakili mereka menulis cerita itu ke dalam bentuk buku kelompok untuk ditempel dalam kertas plano harian. yang kemudian akan dipamerkan ke kelompok lain. Selain mengetahui adanya perbedaan kesan siswa

4) Setiap kelompok melihat dan menilai hasil karya meskipun cerita yang didengarnya sama, siswa juga kelompok lain dengan memberi komentar merasa mendapat pengalaman baru dalam melakukan sesuai dengan rubrik penilaian. aktivitas belajarnya. Dengan belajar menulis buku

5) Bersama guru siswa menetukan karya terbaik. harian, siswa juga memperoleh pengetahuan tentang Penulis karya terbaik tersebut membacakan cara menyunting tulisan siswa lain, menghargai hasil karyanya di depan kelas dan mendapatkan masukan siswa lain untuk perbaikan karyanya. Dalam hadiah dari guru. refleksinya, siswa mengharapkan agar setiap

pembelajaran dapat menggunakan model c. Kegiatan Penutup (10 Menit). pembelajaran yang menyenangkan sehingga mereka 1) Pada kegiatan ini, guru memberikan penguatan juga senang/tidak bosan mengikuti pembelajaran.

tentang pentingnya menulis buku harian dan manfaat yang diperoleh siswa apabila memilki kebiasaan menulis buku harian.

5

Daftar Pertanyaan Refleksi

NO

1

2

3

4

PERTANYAAN JAWABAN

Apakah kalian menyukai kegiatan pembelajaran hari ini? Mengapa?

Adakah yang baru pada pembelajaran hari ini? Jelaskan!

Apa manfaat yang kalian peroleh dari pembelajaran hari ini?

Beri masukan yang berkaitan dengan proses pembelajaran hari ini?

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

6

Siswa tampak asyik bekerja sama di kelompok, mengapresiasi dongeng dengan kartu.

kemenarikan dongeng yang diperdengarkan

dengan menggunakan bahasa sendiri;

7. kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di

depan kelas dan kelompok lain memberikan

komentar;

8. bersama siswa melakukan refleksi

pembelajaran;

9. menerima tugas untuk mencari dan membaca

dongeng yang disenangi.

Seorang siswa tengah menceritakan dongeng sesuai dengan kartu hasil kerja kelompoknya.

Siswa Apresiasi Dongeng dengan Kartu

ari ini, saya memfasilitasi siswa belajar

SK “Mengapresiasi dongeng yang Hdiperdengarkan” dengan KD

“Menemukan hal-hal menarik dari dongeng

yang diperdengarkan.” Metode pembelajaran

yang saya gunakan meliputi: pemodelan, inkuiri,

penugasan, diskusi, dan presentasi.

Proses belajar ditempuh dengan langkah-

langkah berikut:

1. kegiatan apersepsi, saya bertanya jawab

dengan siswa mengenai manfaat dongeng;

2. membentuk 9 kelompok melalui permainan

kategori nama kota, pulau, dan lain-lain;

3. membacakan dongeng "Kijang Penyabar" dan

siswa mendengarkan dengan seksama;

4. bertanya jawab tentang isi dongeng yang

diperdengarkan dengan kartu acak;

5. secara individu menentukan kemenarikan

dongeng dari segi :

a. tokoh dan penokohan;

b.tempat;

c.yang terjadi dalam dongeng;

d.yang ada dalam dongeng;

e.yang ada dalam dongeng.

6. anggota kelompok mendiskusikan hasil pemikiran

individu untuk membuat kesimpulan tentang

Rina Rosmayana,Guru Bahasa Indonesia MTsN Garut, Jawa Barat

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 7

Berdiskusi untuk Kompetensi Bertelepon Oleh: Vanda Manurung,S,Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Tarutung, Sumatera Utara

aya membelajarkan tata cara bertelepon dengan yang telah ditentukan guru (20 menit). Siswa berlatih KD 10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif berdialog berdasarkan teks bertelepon yang mereka Sdan bahasa yang santun. Untuk mencapai tujuan susun bersama dalam kelompok dan menyepakati dua

pembelajaran, saya menentukan indikator: (1) siswa orang perwakilan kelompok untuk menyimulasikan mampu mendiskusikan tata cara bertelepon yang baik tata cara bertelepon dengan kalimat yang efektif dan dan benar; (2) siswa diharapkan mampu bertelepon bahasa yang santun (5 menit). dengan berbagai mitra bicara sesuai konteks.

Perwakilan setiap kelompok menyimulasikan tata cara Saya menyediakan media pembelajaran(1) variasi bertelepon dengan menggunakan media tiruan gambar orang yang sedang bertelepon untuk pesawat telepon dari kertas, kelompok lain memotivasi siswa menggunakan telepon dengan baik menanggapi untuk penilaian (25 menit). Selanjutnya, dan benar; (2)contoh teks percakapan bertelepon saya memberi penguatan terhadap penampilan dan untuk membantu siswa mengungkapkan pikiran, tanggapan siswa terhadap kegiatan bertelepon serta perasaan, informasi, dan pengalamannya ke dalam menyimpulkan pembelajaran (5 menit).bentuk tulisan sebagai dasar melatih mereka memerankan tata cara bertelepon dengan kalimat Refleksi berlangsung selama 3 menit. Secara bersama, efektif dan berbahasa santun; (3) kertas HVS dibentuk siswa dan guru melakukan refleksi terhadap menjadi pesawat telepon (dengan memberi tanda pengalaman belajar yang sudah dilakukan. Kegiatan itu lubang-lubang suara dan tombol nomor 0-9, dilanjutkan dengan kegiatan extention selama 2 menit. menghubungkan pesawat telepon yang satu dengan S iswa mendengar penekanan guru yang yang lain dengan benang nilon sebagai pengganti kabel menghubungkan kompetensi yang mereka miliki telepon; (4) saya juga membawa alat bantu pesawat dengan kecakapan hidup siswa. telepon rumah dan telepon genggam untuk mengkontekstualkan pembelajaran.

Alokasi waktu yang dirancang 2 x 40 menit. Rincian langkah kegiatan sebagai berikut. Introduksi 10 menit berisi penyampaian tujuan pembelajaran; memotivasi dengan bertanya jawab tentang telepon dan cara bertelepon, memodelkan bertelepon dengan telepon rumah bersama dengan guru lain yangmenggunakan telepon genggam. Koneksi 7 menit dengan kegiatan; a) siswa terbagi dalam lima kelompok yang telah ditentukan; b) setiap kelompok diberi gambar orang yang sedang bertelepon, baik dengan telepon rumah maupun telepon genggam, dengan latar tempat yang berbeda-beda untuk diamati siswa; c) siswa diberi contoh teks dialog bertelepon sebagai perbandingan dalam menyusun teks dialog bertelepon sesuai konteks yang akan disimulasikan siswa di depan kelas.

Aplikasi berlangsung 55 menit. Siswa diberi Lembar Kerja untuk mengidentifikasi tata cara bertelepon dan menyusun teks dialog bertelepon sesuai konteks

Siswa berlatih berdialog berdasarkan teks bertelepon yang mereka susun bersama setelah terlebih dahulu menyepakati 2 orang perwakilan kelompok untuk mensimulasikan tata cara bertelepon.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

6

Siswa tampak asyik bekerja sama di kelompok, mengapresiasi dongeng dengan kartu.

kemenarikan dongeng yang diperdengarkan

dengan menggunakan bahasa sendiri;

7. kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di

depan kelas dan kelompok lain memberikan

komentar;

8. bersama siswa melakukan refleksi

pembelajaran;

9. menerima tugas untuk mencari dan membaca

dongeng yang disenangi.

Seorang siswa tengah menceritakan dongeng sesuai dengan kartu hasil kerja kelompoknya.

Siswa Apresiasi Dongeng dengan Kartu

ari ini, saya memfasilitasi siswa belajar

SK “Mengapresiasi dongeng yang Hdiperdengarkan” dengan KD

“Menemukan hal-hal menarik dari dongeng

yang diperdengarkan.” Metode pembelajaran

yang saya gunakan meliputi: pemodelan, inkuiri,

penugasan, diskusi, dan presentasi.

Proses belajar ditempuh dengan langkah-

langkah berikut:

1. kegiatan apersepsi, saya bertanya jawab

dengan siswa mengenai manfaat dongeng;

2. membentuk 9 kelompok melalui permainan

kategori nama kota, pulau, dan lain-lain;

3. membacakan dongeng "Kijang Penyabar" dan

siswa mendengarkan dengan seksama;

4. bertanya jawab tentang isi dongeng yang

diperdengarkan dengan kartu acak;

5. secara individu menentukan kemenarikan

dongeng dari segi :

a. tokoh dan penokohan;

b.tempat;

c.yang terjadi dalam dongeng;

d.yang ada dalam dongeng;

e.yang ada dalam dongeng.

6. anggota kelompok mendiskusikan hasil pemikiran

individu untuk membuat kesimpulan tentang

Rina Rosmayana,Guru Bahasa Indonesia MTsN Garut, Jawa Barat

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 7

Berdiskusi untuk Kompetensi Bertelepon Oleh: Vanda Manurung,S,Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Tarutung, Sumatera Utara

aya membelajarkan tata cara bertelepon dengan yang telah ditentukan guru (20 menit). Siswa berlatih KD 10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif berdialog berdasarkan teks bertelepon yang mereka Sdan bahasa yang santun. Untuk mencapai tujuan susun bersama dalam kelompok dan menyepakati dua

pembelajaran, saya menentukan indikator: (1) siswa orang perwakilan kelompok untuk menyimulasikan mampu mendiskusikan tata cara bertelepon yang baik tata cara bertelepon dengan kalimat yang efektif dan dan benar; (2) siswa diharapkan mampu bertelepon bahasa yang santun (5 menit). dengan berbagai mitra bicara sesuai konteks.

Perwakilan setiap kelompok menyimulasikan tata cara Saya menyediakan media pembelajaran(1) variasi bertelepon dengan menggunakan media tiruan gambar orang yang sedang bertelepon untuk pesawat telepon dari kertas, kelompok lain memotivasi siswa menggunakan telepon dengan baik menanggapi untuk penilaian (25 menit). Selanjutnya, dan benar; (2)contoh teks percakapan bertelepon saya memberi penguatan terhadap penampilan dan untuk membantu siswa mengungkapkan pikiran, tanggapan siswa terhadap kegiatan bertelepon serta perasaan, informasi, dan pengalamannya ke dalam menyimpulkan pembelajaran (5 menit).bentuk tulisan sebagai dasar melatih mereka memerankan tata cara bertelepon dengan kalimat Refleksi berlangsung selama 3 menit. Secara bersama, efektif dan berbahasa santun; (3) kertas HVS dibentuk siswa dan guru melakukan refleksi terhadap menjadi pesawat telepon (dengan memberi tanda pengalaman belajar yang sudah dilakukan. Kegiatan itu lubang-lubang suara dan tombol nomor 0-9, dilanjutkan dengan kegiatan extention selama 2 menit. menghubungkan pesawat telepon yang satu dengan S iswa mendengar penekanan guru yang yang lain dengan benang nilon sebagai pengganti kabel menghubungkan kompetensi yang mereka miliki telepon; (4) saya juga membawa alat bantu pesawat dengan kecakapan hidup siswa. telepon rumah dan telepon genggam untuk mengkontekstualkan pembelajaran.

Alokasi waktu yang dirancang 2 x 40 menit. Rincian langkah kegiatan sebagai berikut. Introduksi 10 menit berisi penyampaian tujuan pembelajaran; memotivasi dengan bertanya jawab tentang telepon dan cara bertelepon, memodelkan bertelepon dengan telepon rumah bersama dengan guru lain yangmenggunakan telepon genggam. Koneksi 7 menit dengan kegiatan; a) siswa terbagi dalam lima kelompok yang telah ditentukan; b) setiap kelompok diberi gambar orang yang sedang bertelepon, baik dengan telepon rumah maupun telepon genggam, dengan latar tempat yang berbeda-beda untuk diamati siswa; c) siswa diberi contoh teks dialog bertelepon sebagai perbandingan dalam menyusun teks dialog bertelepon sesuai konteks yang akan disimulasikan siswa di depan kelas.

Aplikasi berlangsung 55 menit. Siswa diberi Lembar Kerja untuk mengidentifikasi tata cara bertelepon dan menyusun teks dialog bertelepon sesuai konteks

Siswa berlatih berdialog berdasarkan teks bertelepon yang mereka susun bersama setelah terlebih dahulu menyepakati 2 orang perwakilan kelompok untuk mensimulasikan tata cara bertelepon.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Baren Barnabas, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Cikajang Garut, Jawa Barat

ntuk kompetensi menulis puisi, saya ingin adalah mencermati dan mendiskusikan contoh-berbagi pengalaman mengajar. Caranya contoh puis i yang te lah dis iapkan, la lu Ubegini. Saya mengajak siswa belajar ke luar mengidentifikasi ciri-cirinya secara berkelompok.

kelas. Kegiatan belajar dilaksanakan di sebuah lokasi Setelah mengerjakan lembar kerja, siswa secara yang sudah saya survei dengan mempertimbangkan berkelompok meyimpulkan persamaan antara ciri-kenyamanan, keamanan, serta kesesuaian tempat ciri puisi dengan lagu yang telah diperdengarkan. dengan tujuan pembelajaran. Selama kegiatan, saya berkeliling ke setiap kelompok

untuk memberikan bimbingan. Lokasi itu adalah bukit kebun teh yang hijau. Ada pohon besar, rindang, dan bercabang-cabang di sana. Selanjutnya, siswa menulis kreatif puisi. Tema puisi Cabang-cabangnya seperti sengaja merentang disesuaikan dengan kompetensi dasar: menulis puisi hendak menjangkau cabang-cabang pohon lainnya. berkenaan dengan keindahan alam. Saya terus Dari atas bukit ini terlihat juga hamparan perkebunan mengamati aktivitas siswa. Tiga puluh menit berlalu. teh yang lain seperti Giriawas, bukit-bukit daerah Selanjutnya, siswa diminta untuk menyunting puisi Cikembar, Ciharus, dan Ngamplang, Gunung Cikuray, yang telah diciptakannya sebelum dikumpulkan untuk Gunung Papandayan, hamparan ladang pertanian, diperiksa dan dinilai.perumahan penduduk, serta jalan-jalan desa.

Di bagian bawah bukit ada kolam yang airnya tenang dan jernih serta memantulkan bayangan benda-benda yang ada di atasnya. Udara sejuk di sekeliling bukit itu. Tempat inilah yang saya jadikan sumber inspirasi siswa menulis puisi.

Tiba di puncak bukit, siswa diminta duduk membentuk formasi lingkaran. Saya berdiri di tengah-tengah lingkaran. Pe m b e l a j a r a n d i mu l a i d e n g a n memperdengarkan alunan sebuah lagu yang ada hubungannya dengan alam, yakni ”Membakar Matahari” karya Ebiet G. Ade.

Selanjutnya, saya dan siswa bertanya jawab tentang puisi. Langkah berikutnya

8

Menulis Kreatif Puisi Lingkungan Alam Sebagai Sumber inspirasi

Menulis Kreatif Puisi Lingkungan Alam Sebagai Sumber inspirasi

Di awal sesi, siswa mendapat penjelasan singkat mengenai kreasi cipta puisi berbasis alam.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 9

Ketika proses menulis puisi berlangsung, saya juga membacakan puisi yang diciptakannya. Siswa yang lain melakukan penilaian proses dengan indikator: (1) duduk menyimak. Setelah itu, siswa menyimpulkan perhatian siswa ketika menerima penjelasan; (2) hal-hal penting dalam penciptaan puisi. Saya memberi kesungguhan menulis kreatif puisi; (3) ketepatan penguatan berdasarkan kesimpulan siswa. waktu pengerjaan tugas; (4) kemandirian siswa dalam Pembelajaran selesai. menulis kreatif puisi; dan (5) pemeriksaan tugas secara mandiri sebelum diserahkan. Untuk penilaian Manfaat yang diperoleh siswa dan saya selaku guru hasil, indikator yang digunakan mencakup: (1) rasakan dari kegiatan yang dilakukan antara lain: kesesuaian tema dengan isi puisi; (2) diksi; (3) majas; memberikan semangat baru mengikuti pembelajaran (4) rima; dan (5) kesatuan makna puisi. bahasa Indonesia; memudahkan berinspirasi untuk

menulis; mengimplementasikan pembelajaran Di bagian akhir kegiatan, saya mempersilakan seorang kontekstual sehingga lebih menyenangkan. siswa (yang terbaik hasil karyanya) untuk

Siswa berpencar secara berkelompok untuk mencari inspirasi alam sekaligus mendiskusikannya dalam kelompok. Mereka saling berbagi inspirasi untuk kemudian menuangkannya secara individu menjadi karya puisi.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Baren Barnabas, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Cikajang Garut, Jawa Barat

ntuk kompetensi menulis puisi, saya ingin adalah mencermati dan mendiskusikan contoh-berbagi pengalaman mengajar. Caranya contoh puis i yang te lah dis iapkan, la lu Ubegini. Saya mengajak siswa belajar ke luar mengidentifikasi ciri-cirinya secara berkelompok.

kelas. Kegiatan belajar dilaksanakan di sebuah lokasi Setelah mengerjakan lembar kerja, siswa secara yang sudah saya survei dengan mempertimbangkan berkelompok meyimpulkan persamaan antara ciri-kenyamanan, keamanan, serta kesesuaian tempat ciri puisi dengan lagu yang telah diperdengarkan. dengan tujuan pembelajaran. Selama kegiatan, saya berkeliling ke setiap kelompok

untuk memberikan bimbingan. Lokasi itu adalah bukit kebun teh yang hijau. Ada pohon besar, rindang, dan bercabang-cabang di sana. Selanjutnya, siswa menulis kreatif puisi. Tema puisi Cabang-cabangnya seperti sengaja merentang disesuaikan dengan kompetensi dasar: menulis puisi hendak menjangkau cabang-cabang pohon lainnya. berkenaan dengan keindahan alam. Saya terus Dari atas bukit ini terlihat juga hamparan perkebunan mengamati aktivitas siswa. Tiga puluh menit berlalu. teh yang lain seperti Giriawas, bukit-bukit daerah Selanjutnya, siswa diminta untuk menyunting puisi Cikembar, Ciharus, dan Ngamplang, Gunung Cikuray, yang telah diciptakannya sebelum dikumpulkan untuk Gunung Papandayan, hamparan ladang pertanian, diperiksa dan dinilai.perumahan penduduk, serta jalan-jalan desa.

Di bagian bawah bukit ada kolam yang airnya tenang dan jernih serta memantulkan bayangan benda-benda yang ada di atasnya. Udara sejuk di sekeliling bukit itu. Tempat inilah yang saya jadikan sumber inspirasi siswa menulis puisi.

Tiba di puncak bukit, siswa diminta duduk membentuk formasi lingkaran. Saya berdiri di tengah-tengah lingkaran. Pe m b e l a j a r a n d i mu l a i d e n g a n memperdengarkan alunan sebuah lagu yang ada hubungannya dengan alam, yakni ”Membakar Matahari” karya Ebiet G. Ade.

Selanjutnya, saya dan siswa bertanya jawab tentang puisi. Langkah berikutnya

8

Menulis Kreatif Puisi Lingkungan Alam Sebagai Sumber inspirasi

Menulis Kreatif Puisi Lingkungan Alam Sebagai Sumber inspirasi

Di awal sesi, siswa mendapat penjelasan singkat mengenai kreasi cipta puisi berbasis alam.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 9

Ketika proses menulis puisi berlangsung, saya juga membacakan puisi yang diciptakannya. Siswa yang lain melakukan penilaian proses dengan indikator: (1) duduk menyimak. Setelah itu, siswa menyimpulkan perhatian siswa ketika menerima penjelasan; (2) hal-hal penting dalam penciptaan puisi. Saya memberi kesungguhan menulis kreatif puisi; (3) ketepatan penguatan berdasarkan kesimpulan siswa. waktu pengerjaan tugas; (4) kemandirian siswa dalam Pembelajaran selesai. menulis kreatif puisi; dan (5) pemeriksaan tugas secara mandiri sebelum diserahkan. Untuk penilaian Manfaat yang diperoleh siswa dan saya selaku guru hasil, indikator yang digunakan mencakup: (1) rasakan dari kegiatan yang dilakukan antara lain: kesesuaian tema dengan isi puisi; (2) diksi; (3) majas; memberikan semangat baru mengikuti pembelajaran (4) rima; dan (5) kesatuan makna puisi. bahasa Indonesia; memudahkan berinspirasi untuk

menulis; mengimplementasikan pembelajaran Di bagian akhir kegiatan, saya mempersilakan seorang kontekstual sehingga lebih menyenangkan. siswa (yang terbaik hasil karyanya) untuk

Siswa berpencar secara berkelompok untuk mencari inspirasi alam sekaligus mendiskusikannya dalam kelompok. Mereka saling berbagi inspirasi untuk kemudian menuangkannya secara individu menjadi karya puisi.

embelajaran aktif yang dikenalkan oleh DBE3 sangat bermanfaat bagi saya terutama dalam hal menyusun Prencana pembelajaran dan melaksanakan

pembelajaran sampai pada refleksi. Mulanya ada ketakutan pada diri saya karena dituntut untuk selalu membuat persiapan pembelajaran. Akan tetapi, akhirnya hal tersebut menjadi kebiasaan. Alhamdulillah, teman-teman di lingkungan kerja saya, di MTs YTI Nguling Kabupaten Pasuruan, juga ikut merasakan manfaatnya.

Pembelajaran aktif atau yang biasa kita kenal dengan metode CTL (Contextual Teaching learning) sangat bermanfaat bagi siswa terutama dalam berpikir kritis dan kreatif. Pembelajaran melibatkan siswa secara aktif, kreatif, inovatif, dan tentunya menyenangkan sehingga tuntutan KD tercapai.

M. Bayu Firmansyah, Guru Bahasa Indonesia MTs YTI Nguling Pasuruan Jawa Timur

Berwawancara dengan Narasumber

Siswa mewawancarai seorang narasumber di lingkungan sekolah.Siswa mewawancarai seorang narasumber di lingkungan sekolah.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia10

Siswa kelas VIII B, MTs YTI Nguling Kabupaten tema wawancara dan menentukan narasumber yang Pasuruan awalnya bertanya-tanya seputar akan diwawancarai. kompetensi yang akan dibelajarkan. Mereka menunggu ice breaking yang akan diberikan pada awal Pada tahap Application, saya memberi waktu 30 menit pembelajaran. Ice breaking “tupai pemburu” cukup kepada siswa untuk ke luar kelas mencari membuat mereka “panas” untuk menerima narasumber yang telah mereka tentukan dan pembelajaran. Kemudian, saya pun memulai mewawancarainya. Kurang lebih 10 menit berjalan, pembelajaran dengan Kompetensi Dasar saya menghampiri mereka untuk menanyakan apakah “Berwawancara dengan Narasumber dari Berbagai ada kesulitan dalam melakukan wawancara. Kalangan”.

Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam Agar pembelajaran lebih terkontrol, saya tetap kegiatan berwawancara saya selesaikan melalui tanya menggunakan skenario pembelajaran dengan sistem jawab dengan siswa. Penguatan pembelajaran ini “ICARE”. Introduction cukup membuat mereka dilakukan melalui tahap Refleksi. Mereka menulis terpancing untuk menentukan tema wawancara dan pada selembar kertas kecil di antaranya tentang narasumber yang ada di sekitar MTs YTI Nguling. Pada penguasaan tema dan keberanian ketika kegiatan Connection, siswa saya suruh untuk berwawancara. menempelkan SK/KD di papan tulis agar mereka mengetahui tujuan dari pembelajaran yang Pada tahap Extention, saya memperkuat penguasaan disampaikan. Setelah membagi siswa menjadi 8 kompetensi berwawancara tersebut agar siswa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 membiasakan diri untuk melakukannya dalam s i swa , s ay a member i k an h andou t d an kegiatan sehari-hari.menginstruksikan mereka agar segera mendiskusikan

Siswa mewawancarai seorang narasumber di lingkungan sekolah.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 11

embelajaran aktif yang dikenalkan oleh DBE3 sangat bermanfaat bagi saya terutama dalam hal menyusun Prencana pembelajaran dan melaksanakan

pembelajaran sampai pada refleksi. Mulanya ada ketakutan pada diri saya karena dituntut untuk selalu membuat persiapan pembelajaran. Akan tetapi, akhirnya hal tersebut menjadi kebiasaan. Alhamdulillah, teman-teman di lingkungan kerja saya, di MTs YTI Nguling Kabupaten Pasuruan, juga ikut merasakan manfaatnya.

Pembelajaran aktif atau yang biasa kita kenal dengan metode CTL (Contextual Teaching learning) sangat bermanfaat bagi siswa terutama dalam berpikir kritis dan kreatif. Pembelajaran melibatkan siswa secara aktif, kreatif, inovatif, dan tentunya menyenangkan sehingga tuntutan KD tercapai.

M. Bayu Firmansyah, Guru Bahasa Indonesia MTs YTI Nguling Pasuruan Jawa Timur

Berwawancara dengan Narasumber

Siswa mewawancarai seorang narasumber di lingkungan sekolah.Siswa mewawancarai seorang narasumber di lingkungan sekolah.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia10

Siswa kelas VIII B, MTs YTI Nguling Kabupaten tema wawancara dan menentukan narasumber yang Pasuruan awalnya bertanya-tanya seputar akan diwawancarai. kompetensi yang akan dibelajarkan. Mereka menunggu ice breaking yang akan diberikan pada awal Pada tahap Application, saya memberi waktu 30 menit pembelajaran. Ice breaking “tupai pemburu” cukup kepada siswa untuk ke luar kelas mencari membuat mereka “panas” untuk menerima narasumber yang telah mereka tentukan dan pembelajaran. Kemudian, saya pun memulai mewawancarainya. Kurang lebih 10 menit berjalan, pembelajaran dengan Kompetensi Dasar saya menghampiri mereka untuk menanyakan apakah “Berwawancara dengan Narasumber dari Berbagai ada kesulitan dalam melakukan wawancara. Kalangan”.

Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam Agar pembelajaran lebih terkontrol, saya tetap kegiatan berwawancara saya selesaikan melalui tanya menggunakan skenario pembelajaran dengan sistem jawab dengan siswa. Penguatan pembelajaran ini “ICARE”. Introduction cukup membuat mereka dilakukan melalui tahap Refleksi. Mereka menulis terpancing untuk menentukan tema wawancara dan pada selembar kertas kecil di antaranya tentang narasumber yang ada di sekitar MTs YTI Nguling. Pada penguasaan tema dan keberanian ketika kegiatan Connection, siswa saya suruh untuk berwawancara. menempelkan SK/KD di papan tulis agar mereka mengetahui tujuan dari pembelajaran yang Pada tahap Extention, saya memperkuat penguasaan disampaikan. Setelah membagi siswa menjadi 8 kompetensi berwawancara tersebut agar siswa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 membiasakan diri untuk melakukannya dalam s i swa , s ay a member i k an h andou t d an kegiatan sehari-hari.menginstruksikan mereka agar segera mendiskusikan

Siswa mewawancarai seorang narasumber di lingkungan sekolah.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 11

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia12

Drs. Syamsul Agus, Guru SMPN 10 Binjai, Sumatera Utara

Belajar Menulis Pantun Melalui Bursa Larik

Secara berkelompok, siswa menyusun dan menempelkan larik-larik pantun yang disiapkan di kertas plano

enulis pantun sesuai dengan syarat pantun dapat menyusun larik-larik pantun menjadi bait-bait adalah salah satu kompetensi dasar yang pantun yang utuh. Dari bait-bait pantun yang telah Mterdapat dalam Standar Isi bahasa tersusun, siswa mengidentifikasi syarat-syarat

Indonesia SMP/MTs. Kompetensi dasar ini pantun. Proses inkuiri ini tentunya didapatkan siswa merupakan bagian dari standar kompetensi setelah mencermati dan mendiskusikan hasil kerja mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman mereka di dalam kelompok. Proses pembelajaran melalui pantun dan dongeng. seperti ini lebih menantang dan mengasyikkan

daripada siswa sekadar mendengarkan ceramah Salah satu alternatif pembelajaran menulis pantun guru tentang syarat-syarat pantun.adalah penggunakan media bursa larik. Bursa larik adalah media pembelajaran berupa larik-larik Pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan pantun yang dimasukkan dalam stoples. Larik-larik bursa larik dilakukan dalam dua jam pembelajaran pantun inilah yang akan disusun oleh siswa secara atau 2X40 menit. Tahapan-tahapan dalam berkelompok menjadi bait-bait pantun yang utuh. penerapannya adalah sebagai berikut.Dengan menggunakan bursa larik, diharapkan siswa

Introduction (7’) Guru menampilkan satu bait pantun Pada aplikasi kedua, siswa mengerjakan lembar kerja yang ditempelkan di papan tulis. Selanjutnya siswa pertama. Lembar kerja ini berisi dua bait pantun diajak untuk menyanyikan pantun tersebut dengan yang bagian sampirannya rumpang. Bagian yang irama lagu ”Rasa Sayange”. Hal ini untuk rumpang diisi oleh siswa secara individu. Hasil kerja membangun konsentrasi dan kesiapan siswa. setiap siswa selanjutnya dijadikan bahan diskusi Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan kelompok. Hasil kerja kelompok ditindaklanjuti pembelajaran. dengan kegiatan presentasi. Urutan presentasi

didasarkan pada kecepatan penyelesaian pekerjaan. Conection (8’) Siswa diajak curah pendapat tentang Untuk aplikasi kedua, waktu yang dibutuhkan adalah pengetahuan mereka seputar kebiasaan penggunaan lima belas menit.pantun dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: dalam

Dalam sepuluh menit berikutnya dilakukan aplikasi upacara adat, saat menyambut tamu. ketiga. Setiap siswa mendapat lembar kerja kedua. Aplication (60’) Tahap aplikasi ini dibagi menjadi tiga. Lembar kerja kedua ini berisi sebuah ilustrasi. Siswa Aplikasi pertama berlangsung selama tiga puluh lima ditugasi menbaca dan mencermati ilustrasi tersebut. menit. Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa Berdasarkan ilustrasi itu, siswa menulis satu bait kelompok. Setiap kelompok diwakili oleh satu pantun. Setelah itu, siswa diberikan kesempatan orang siswa untuk mengambil larik-larik pantun dari untuk menyunting sendiri pantun yang ditulisnya. stoples sebanyak enam belas larik. Larik-larik Siswa diminta menempelkan pantun yang dibuat tersebut disusun menjadi empat bait pantun dan dan telah disempurnakan tersebut di kertas fipchart kemudian direkatkan di kertas flipchart. sebagai karya siswa yang akan diberi nilai Berdasarkan empat bait pantun yang telah tersusun berdasarkan rubrik penilaian.utuh, siswa secara berkelompok mengidentifikasi

syarat pantun dan membuat kesimpulan. Hasil kerja Reflection dan Extention (5’) Guru memberi kelompok selanjutnya dipresentasikan untuk kesempatan kepada siswa untuk menulis refleksi. ditanggapi oleh kelompok lain. Pada tahap ini, guru Guru lalu memberikan PR berupa menulis tiga bait memberi penguatan terhadap hasil kesimpulan pantun kepada siswa. PR ini nantinya akan siswa. dikumpulkan dan dijadikan buku berisi pantun-

pantun karya siswa.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 13

Secara berkelompok, siswa menyelesaikan LK tentang menyempurnakan pantun yang rumpang

Pajangan hasil karya siswa yang berbentuk

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia12

Drs. Syamsul Agus, Guru SMPN 10 Binjai, Sumatera Utara

Belajar Menulis Pantun Melalui Bursa Larik

Secara berkelompok, siswa menyusun dan menempelkan larik-larik pantun yang disiapkan di kertas plano

enulis pantun sesuai dengan syarat pantun dapat menyusun larik-larik pantun menjadi bait-bait adalah salah satu kompetensi dasar yang pantun yang utuh. Dari bait-bait pantun yang telah Mterdapat dalam Standar Isi bahasa tersusun, siswa mengidentifikasi syarat-syarat

Indonesia SMP/MTs. Kompetensi dasar ini pantun. Proses inkuiri ini tentunya didapatkan siswa merupakan bagian dari standar kompetensi setelah mencermati dan mendiskusikan hasil kerja mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman mereka di dalam kelompok. Proses pembelajaran melalui pantun dan dongeng. seperti ini lebih menantang dan mengasyikkan

daripada siswa sekadar mendengarkan ceramah Salah satu alternatif pembelajaran menulis pantun guru tentang syarat-syarat pantun.adalah penggunakan media bursa larik. Bursa larik adalah media pembelajaran berupa larik-larik Pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan pantun yang dimasukkan dalam stoples. Larik-larik bursa larik dilakukan dalam dua jam pembelajaran pantun inilah yang akan disusun oleh siswa secara atau 2X40 menit. Tahapan-tahapan dalam berkelompok menjadi bait-bait pantun yang utuh. penerapannya adalah sebagai berikut.Dengan menggunakan bursa larik, diharapkan siswa

Introduction (7’) Guru menampilkan satu bait pantun Pada aplikasi kedua, siswa mengerjakan lembar kerja yang ditempelkan di papan tulis. Selanjutnya siswa pertama. Lembar kerja ini berisi dua bait pantun diajak untuk menyanyikan pantun tersebut dengan yang bagian sampirannya rumpang. Bagian yang irama lagu ”Rasa Sayange”. Hal ini untuk rumpang diisi oleh siswa secara individu. Hasil kerja membangun konsentrasi dan kesiapan siswa. setiap siswa selanjutnya dijadikan bahan diskusi Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan kelompok. Hasil kerja kelompok ditindaklanjuti pembelajaran. dengan kegiatan presentasi. Urutan presentasi

didasarkan pada kecepatan penyelesaian pekerjaan. Conection (8’) Siswa diajak curah pendapat tentang Untuk aplikasi kedua, waktu yang dibutuhkan adalah pengetahuan mereka seputar kebiasaan penggunaan lima belas menit.pantun dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: dalam

Dalam sepuluh menit berikutnya dilakukan aplikasi upacara adat, saat menyambut tamu. ketiga. Setiap siswa mendapat lembar kerja kedua. Aplication (60’) Tahap aplikasi ini dibagi menjadi tiga. Lembar kerja kedua ini berisi sebuah ilustrasi. Siswa Aplikasi pertama berlangsung selama tiga puluh lima ditugasi menbaca dan mencermati ilustrasi tersebut. menit. Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa Berdasarkan ilustrasi itu, siswa menulis satu bait kelompok. Setiap kelompok diwakili oleh satu pantun. Setelah itu, siswa diberikan kesempatan orang siswa untuk mengambil larik-larik pantun dari untuk menyunting sendiri pantun yang ditulisnya. stoples sebanyak enam belas larik. Larik-larik Siswa diminta menempelkan pantun yang dibuat tersebut disusun menjadi empat bait pantun dan dan telah disempurnakan tersebut di kertas fipchart kemudian direkatkan di kertas flipchart. sebagai karya siswa yang akan diberi nilai Berdasarkan empat bait pantun yang telah tersusun berdasarkan rubrik penilaian.utuh, siswa secara berkelompok mengidentifikasi

syarat pantun dan membuat kesimpulan. Hasil kerja Reflection dan Extention (5’) Guru memberi kelompok selanjutnya dipresentasikan untuk kesempatan kepada siswa untuk menulis refleksi. ditanggapi oleh kelompok lain. Pada tahap ini, guru Guru lalu memberikan PR berupa menulis tiga bait memberi penguatan terhadap hasil kesimpulan pantun kepada siswa. PR ini nantinya akan siswa. dikumpulkan dan dijadikan buku berisi pantun-

pantun karya siswa.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 13

Secara berkelompok, siswa menyelesaikan LK tentang menyempurnakan pantun yang rumpang

Pajangan hasil karya siswa yang berbentuk

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia14

Menganalisis Unsur-unsur Cerpen

embelajarkan siswa membaca cerpen kartu kontrol. Pada setiap pos baca, masing-masing dengan kompetensi dasar “menemukan kelompok harus membaca teks yang ada dalam Mtema, latar, dan penokohan pada cerpen kotak baca. Selanjutnya, siswa menjawab pertanyaan

dalam satu kumpulan cerpen” merupakan hal yang pilihan ganda yang ada dalam kartu kontrol yang lumrah dilakukan oleh guru bahasa Indonesia. Akan sesuai dengan isi teks. Apabila pilihan jatuh pada tetapi, membelajarkan kompetensi dasar tersebut jawaban A, siswa harus menjawab pertanyaan yang dengan menggunakan stategi kunjung pos baca dan ada pada kotak A. Jawaban untuk kotak A, B, atau C pemanfaatan kartu kontrol kepada siswa, mungkin harus ditulis oleh siswa. baru Masnasari, S.Pd. Guru SMPN 2 Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Sulsel yang telah Setelah semua kelompok melewati delapan pos, melakukannya. mereka kembali ke kelas (kecepatan siswa

menyelesaikan tugas di tiap pos diperhatikan pada Dengan indikator pembelajaran: (1) mampu saat mereka berlomba memasuki kelas). Ketika mengumpulkan tema cerpen yang sejenis, (2) siswa berada di dalam kelas, setiap kelompok mampu menemukan latar cerpen dengan bukti menyusun delapan kata yang sudah ditemukan pada faktual, dan (3) mampu menemukan karakter tokoh setiap pos baca (guru sudah menentukan kalimat cerpen dengan bukti yang meyakinkan, Masnasari, kunci). Apabila kalimatnya tidak tersusun atau ada S.Pd. menerapkan langkah-langkah pembelajaran kata yang menyebabkan kalimat tidak padu, hal itu sebagai berikut. berarti ada jawaban siswa yang salah pada salah satu

pos. Pada akhirnya, setiap kelompok melaporkan Mula-mula siswa dikelompokkan menjadi delapan hasil kerja mereka.kelompok. Setiap kelompok harus mengunjungi delapan pos baca sesuai urutan yang ada dalam

Secara berkelompok siswa mengunjungi pos-pos baca untuk membaca teks dan menjawab pertanyaan yang tersedia di kotak baca

emampuan melaporkan secara lisan peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar; (2) hasil berbagai peristiwa dengan kalimat yang jelas rekaman dijadikan sebagai media sekaligus bahan Kadalah salah satu kompetensi dasar yang ajar; (3) rekaman peristiwa ditayangkan; (4) siswa

dapat dikembangkan melalui metode Reporting dan bergantian tampil menjadi reporter; (5) guru Presenting. Metode ini sangat efektif untuk menilai rasa percaya diri dan kemampuan siswa membuat siswa aktif, kreatif, bahkan aktraktif dalam melaporkan peristiwa dengan kriteria singkat, lugas, menyampaikan informasi yang berkaitan dengan padat, jelas; (6) siswa yang tidak tampil mengamati suatu peristiwa. Dalam pembelajaran ini guru dan memberi masukan. memanfaatkan perangkat TIK. Guru Bahasa Indonesia terlebih dahulu merekam gambar kejadian/peristiwa seperti: bencana longsor atau banjir atau meng-capture film peristiwa gempa bumi di TV untuk dijadikan sebagai sumber belajar. Gambar atau film peristiwa itu ditayangkan dengan LCD di depan kelas. Siswa secara bergantian bertindak sebagai reporter televisi untuk melaporkan peristiwa yang ditayangkan tersebut. Saat mereka tampil sebagai reporter atau presenter, guru dapat mengukur keterampilan berbicara dan kemampuan siswa menyusun kalimat lisan.

Langkah-langkah penerapkan metode Reporting dan Presenting dalam pembelajaran melaporkan secara lisan berbagai peristiwa adalah (1) merekam

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 15

Melaporkan PeristiwaMasnasari, S.Pd., Guru SMPN 2 Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan

Siswa secara bergantian bertindak sebagai reporter televisi untuk melaporkan peristiwa yang ditayangkan dengan LCD di depan kelasdengan LCD di depan kelas

Masnasari, S.Pd., Guru SMPN 2 Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia14

Menganalisis Unsur-unsur Cerpen

embelajarkan siswa membaca cerpen kartu kontrol. Pada setiap pos baca, masing-masing dengan kompetensi dasar “menemukan kelompok harus membaca teks yang ada dalam Mtema, latar, dan penokohan pada cerpen kotak baca. Selanjutnya, siswa menjawab pertanyaan

dalam satu kumpulan cerpen” merupakan hal yang pilihan ganda yang ada dalam kartu kontrol yang lumrah dilakukan oleh guru bahasa Indonesia. Akan sesuai dengan isi teks. Apabila pilihan jatuh pada tetapi, membelajarkan kompetensi dasar tersebut jawaban A, siswa harus menjawab pertanyaan yang dengan menggunakan stategi kunjung pos baca dan ada pada kotak A. Jawaban untuk kotak A, B, atau C pemanfaatan kartu kontrol kepada siswa, mungkin harus ditulis oleh siswa. baru Masnasari, S.Pd. Guru SMPN 2 Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Sulsel yang telah Setelah semua kelompok melewati delapan pos, melakukannya. mereka kembali ke kelas (kecepatan siswa

menyelesaikan tugas di tiap pos diperhatikan pada Dengan indikator pembelajaran: (1) mampu saat mereka berlomba memasuki kelas). Ketika mengumpulkan tema cerpen yang sejenis, (2) siswa berada di dalam kelas, setiap kelompok mampu menemukan latar cerpen dengan bukti menyusun delapan kata yang sudah ditemukan pada faktual, dan (3) mampu menemukan karakter tokoh setiap pos baca (guru sudah menentukan kalimat cerpen dengan bukti yang meyakinkan, Masnasari, kunci). Apabila kalimatnya tidak tersusun atau ada S.Pd. menerapkan langkah-langkah pembelajaran kata yang menyebabkan kalimat tidak padu, hal itu sebagai berikut. berarti ada jawaban siswa yang salah pada salah satu

pos. Pada akhirnya, setiap kelompok melaporkan Mula-mula siswa dikelompokkan menjadi delapan hasil kerja mereka.kelompok. Setiap kelompok harus mengunjungi delapan pos baca sesuai urutan yang ada dalam

Secara berkelompok siswa mengunjungi pos-pos baca untuk membaca teks dan menjawab pertanyaan yang tersedia di kotak baca

emampuan melaporkan secara lisan peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar; (2) hasil berbagai peristiwa dengan kalimat yang jelas rekaman dijadikan sebagai media sekaligus bahan Kadalah salah satu kompetensi dasar yang ajar; (3) rekaman peristiwa ditayangkan; (4) siswa

dapat dikembangkan melalui metode Reporting dan bergantian tampil menjadi reporter; (5) guru Presenting. Metode ini sangat efektif untuk menilai rasa percaya diri dan kemampuan siswa membuat siswa aktif, kreatif, bahkan aktraktif dalam melaporkan peristiwa dengan kriteria singkat, lugas, menyampaikan informasi yang berkaitan dengan padat, jelas; (6) siswa yang tidak tampil mengamati suatu peristiwa. Dalam pembelajaran ini guru dan memberi masukan. memanfaatkan perangkat TIK. Guru Bahasa Indonesia terlebih dahulu merekam gambar kejadian/peristiwa seperti: bencana longsor atau banjir atau meng-capture film peristiwa gempa bumi di TV untuk dijadikan sebagai sumber belajar. Gambar atau film peristiwa itu ditayangkan dengan LCD di depan kelas. Siswa secara bergantian bertindak sebagai reporter televisi untuk melaporkan peristiwa yang ditayangkan tersebut. Saat mereka tampil sebagai reporter atau presenter, guru dapat mengukur keterampilan berbicara dan kemampuan siswa menyusun kalimat lisan.

Langkah-langkah penerapkan metode Reporting dan Presenting dalam pembelajaran melaporkan secara lisan berbagai peristiwa adalah (1) merekam

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 15

Melaporkan PeristiwaMasnasari, S.Pd., Guru SMPN 2 Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan

Siswa secara bergantian bertindak sebagai reporter televisi untuk melaporkan peristiwa yang ditayangkan dengan LCD di depan kelasdengan LCD di depan kelas

Masnasari, S.Pd., Guru SMPN 2 Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia16

radisi bercerita secara lisan terdapat hampir Mula-mula siswa diajak untuk mendengarkan di seluruh belahan dunia. Si Kancil, Cinderella, potongan sebuah dongeng. Setelah itu, siswa diberi TTimun Mas, Bawang Merah dan Bawang Putih pelepah pisang, potongan kardus bekas, dan kain

adalah beberapa tokoh yang lahir dari tradisi ini dan perca sebagai material pembuatan alat peraga. Tiap masih dikenal hingga sekarang. Seiring dengan anak tampak asyik membuat peraga sesuai dengan perkembangan, kegiatan bercerita ini mulai dikemas karakter yang akan mereka ceritakan. Kreativitas dengan menggunakan alat peraga untuk membantu siswa tersalur dalam aktivitas tersebut. Setelah menguatkan isi cerita. selesai, setiap siswa bercerita kepada teman di dalam

kelompoknya. Mereka lalu memilih para pencerita Sungguh menarik jika kisah-kisah yang sarat makna terbaik di dalam kelompok untuk bercerita di depan tersebut diangkat sebagai bahan dalam proses kelas. Para pencerita tampak menghayati setiap pembelajaran. Hal ini yang dilakukan oleh Dra. karakter yang diceritakan. Intonasi, gerak tubuh, dan Sumasri, M.M. dan Dra. Estik Wiludjeng, M.M., guru ekspresi wajah siswa, sungguh-sungguh dapat Bahasa Indonesia SMPN 2 Sedati Kabupaten Sidoarjo. membangun emosi cerita. Pembelajaran tersebut Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII sangat menyenangkan. dengan kompetensi dasar Bercerita dengan Alat Peraga, kedua guru tersebut membelajarkan siswa mengenai cara bercerita dengan menggunakan alat peraga. Tujuan pembelajaran ini adalah siswa dapat bercerita dengan menggunakan alat peraga yang relevan. Selain itu, kemampuan personal yang ingin digali adalah agar siswa berani berkomunikasi di depan umum tanpa rasa canggung dan malu-malu.

Asyiknya Bercerita dengan Alat Peraga

Seorang siswa sedang membuat peraga untuk mendukung cerita yang akan disampaikan.

Dra. Sumasri, MM di antara para siswa yang sedang bercerita di dalam kelompok.

ara artis sering menggunakan pantun dalam teknik adu cepat antarkelompok. Dalam kegiatan aksi mereka di televisi sehingga pantun biasa pertama, siswa berkompetisi untuk menyusun larik-Pdidengar dan menjadi hal yang menarik bagi larik yang diacak menjadi pantun. Untuk kegiatan

siswa. Tentu saja hal tersebut memberi nilai positif kedua, siswa secara berkelompok adu cepat bagi pembelajaran Bahasa Indonesia, khususya melengkapi pantun-pantun yang rumpang. Kegiatan pembelajaran kompetensi dasar “menulis pantun dilanjutkan dengan memajangkan hasil karya yang sesuai dengan syarat pantun” karena siswa kelompok di papan pajangan. Setelah itu, tiap sudah mendapat gambaran umum mengenai pantun. kelompok menilai hasil karya kelompok lain dengan Nilai plus lainya adalah siswa bersemangat dan rubrik yang telah disediakan. Kegiatan ketiga termotivasi membuat pantun karena dapat meniru dilakukan secara individu berupa adu cepat siswa hal yang dilakukan oleh idolanya. menulis minimal dua bait pantun. Dengan

berkompetisi para siswa berlomba-lomba untuk Pembelajaran dibuka dengan nyayian ”Injit-injit menampilkan yang terbaik, meskipun reward yang semut” yang berisi contoh pantun. Selanjutnya, guru diterima hanya pujian dan tepuk tanganmenggali pengetahuan siswa tentang syarat-syarat dan jenis pantun, serta manfaat kompetensi Guru menutup kegiatan dengan refleksi bersama menulis pantun dalam kehidupan. siswa mengenai apa yang telah dipelajari, hambatan

yang terjadi selama proses pembelajaran, dan Untuk menumbuhkan minat siswa, pada kegiatan pemikiran ke depan tentang menulis pantun. inti siswa mengerjakan Lembar Kerja (LK) dengan

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 17

Belajar Pantun dengan Berkompetisi

Siswa berdiskusi kelompok

Sulasdi,S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 3 Karanganyar, Jawa Tengah

Dra. Sumasri, M.M dan Dra. Estik Wiludjeng, M.M, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Sedati, Jawa Timur

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia16

radisi bercerita secara lisan terdapat hampir Mula-mula siswa diajak untuk mendengarkan di seluruh belahan dunia. Si Kancil, Cinderella, potongan sebuah dongeng. Setelah itu, siswa diberi TTimun Mas, Bawang Merah dan Bawang Putih pelepah pisang, potongan kardus bekas, dan kain

adalah beberapa tokoh yang lahir dari tradisi ini dan perca sebagai material pembuatan alat peraga. Tiap masih dikenal hingga sekarang. Seiring dengan anak tampak asyik membuat peraga sesuai dengan perkembangan, kegiatan bercerita ini mulai dikemas karakter yang akan mereka ceritakan. Kreativitas dengan menggunakan alat peraga untuk membantu siswa tersalur dalam aktivitas tersebut. Setelah menguatkan isi cerita. selesai, setiap siswa bercerita kepada teman di dalam

kelompoknya. Mereka lalu memilih para pencerita Sungguh menarik jika kisah-kisah yang sarat makna terbaik di dalam kelompok untuk bercerita di depan tersebut diangkat sebagai bahan dalam proses kelas. Para pencerita tampak menghayati setiap pembelajaran. Hal ini yang dilakukan oleh Dra. karakter yang diceritakan. Intonasi, gerak tubuh, dan Sumasri, M.M. dan Dra. Estik Wiludjeng, M.M., guru ekspresi wajah siswa, sungguh-sungguh dapat Bahasa Indonesia SMPN 2 Sedati Kabupaten Sidoarjo. membangun emosi cerita. Pembelajaran tersebut Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII sangat menyenangkan. dengan kompetensi dasar Bercerita dengan Alat Peraga, kedua guru tersebut membelajarkan siswa mengenai cara bercerita dengan menggunakan alat peraga. Tujuan pembelajaran ini adalah siswa dapat bercerita dengan menggunakan alat peraga yang relevan. Selain itu, kemampuan personal yang ingin digali adalah agar siswa berani berkomunikasi di depan umum tanpa rasa canggung dan malu-malu.

Asyiknya Bercerita dengan Alat Peraga

Seorang siswa sedang membuat peraga untuk mendukung cerita yang akan disampaikan.

Dra. Sumasri, MM di antara para siswa yang sedang bercerita di dalam kelompok.

ara artis sering menggunakan pantun dalam teknik adu cepat antarkelompok. Dalam kegiatan aksi mereka di televisi sehingga pantun biasa pertama, siswa berkompetisi untuk menyusun larik-Pdidengar dan menjadi hal yang menarik bagi larik yang diacak menjadi pantun. Untuk kegiatan

siswa. Tentu saja hal tersebut memberi nilai positif kedua, siswa secara berkelompok adu cepat bagi pembelajaran Bahasa Indonesia, khususya melengkapi pantun-pantun yang rumpang. Kegiatan pembelajaran kompetensi dasar “menulis pantun dilanjutkan dengan memajangkan hasil karya yang sesuai dengan syarat pantun” karena siswa kelompok di papan pajangan. Setelah itu, tiap sudah mendapat gambaran umum mengenai pantun. kelompok menilai hasil karya kelompok lain dengan Nilai plus lainya adalah siswa bersemangat dan rubrik yang telah disediakan. Kegiatan ketiga termotivasi membuat pantun karena dapat meniru dilakukan secara individu berupa adu cepat siswa hal yang dilakukan oleh idolanya. menulis minimal dua bait pantun. Dengan

berkompetisi para siswa berlomba-lomba untuk Pembelajaran dibuka dengan nyayian ”Injit-injit menampilkan yang terbaik, meskipun reward yang semut” yang berisi contoh pantun. Selanjutnya, guru diterima hanya pujian dan tepuk tanganmenggali pengetahuan siswa tentang syarat-syarat dan jenis pantun, serta manfaat kompetensi Guru menutup kegiatan dengan refleksi bersama menulis pantun dalam kehidupan. siswa mengenai apa yang telah dipelajari, hambatan

yang terjadi selama proses pembelajaran, dan Untuk menumbuhkan minat siswa, pada kegiatan pemikiran ke depan tentang menulis pantun. inti siswa mengerjakan Lembar Kerja (LK) dengan

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 17

Belajar Pantun dengan Berkompetisi

Siswa berdiskusi kelompok

Sulasdi,S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 3 Karanganyar, Jawa Tengah

Dra. Sumasri, M.M dan Dra. Estik Wiludjeng, M.M, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Sedati, Jawa Timur

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia18

Menabung Pantun, Yuk!

Setiap anggota kelompok bekerja sama dengan cepat untuk menemukan dan menyusun larik-larik menjadi pantun yang benar

iswa mampu menuliskan pantun dengan ide Kegiatan inti berlangsung selama 60 menit meliputi dan bahasa sendiri menjadi indikator utama kegiatan kerja kelompok bagian pertama, kerja Ssaya dalam menyajikan KD.8.1 Menulis pantun individu, dan kerja kelompok bagian kedua.

yang sesuai dengan syarat-syarat pantun. Saya berupaya mengefektifkan waktu 2x40 menit dengan KERJA KELOMPOK bagian pertama dilalui mengelola pembelajaran aktif dan menyenangkan dengan kegiatan: (1) membagi siswa ke dalam bagi siswa saya di kelas VII A MTs Negeri Takalalla beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas4 Kabupaten Soppeng. Di awal pembelajaran saya atau 5 orang; (2) setiap kelompok diberi satu melakukan apersepsi dengan mengajak mereka amplop yang berisi beberapa potongan kertas kecil secara bersama-sama menyanyikan pantun. Sebelum yang sudah dituliskan larik-larik pantun; (3) bernyanyi, saya pajangkan larik-larik pantun itu di meminta setiap anggota kelompok bekerja sama white board agar mereka dapat mencermati sajak- dengan cepat untuk menemukan dan menyusun sajaknya. Larik-lariknya juga sederhana. Tujuannya larik-larik tersebut menjadi pantun yang benar. Di adalah mereka dapat mengerti dan menjadikannya sini saya berupaya memfasilitasi setiap kelompok sebagai rujukan atau pola menyusun pantun sesuai agar mereka bekerja aktif menyusun pantun. Proses dengan ide dan kalimatnya sendiri. Usai bernyanyi, ini penting karena saya mengkreasinya sebagai saya meminta mereka menentukan syarat-syarat exercise kerja kelompok untuk menguatkan pantun dengan berpedoman pada pantun yang telah pemahaman siswa tentang isi dan sampiran pantun. dinyanyikan. Ternyata mereka dengan mudah Saya kemudian mengoreksi pantun yang belum menemukannya. sempurna susunannya di setiap kelompok.

KERJA INDIVIDU berlangsung dengan kegiatan: atau 5 pantun yang dibuat secara mandiri setiap (4) membagikan sejumlah potongan kertas kecil kelompok. (7) Siswa memajang hasil karya kelompok. (berukuran lebar 2cm dan panjang 12 cm) ke setiap (8) Penilaian dilakukan bersama. Pada proses ini saya kelompok untuk dipakai menuliskan larik-larik meminta satu kelompok bertanggung jawab menilai pantun dengan kata-kata sendiri; (5) membagikan hasil karya satu kelompok lainnya. Untuk bait-bait Kotak Pantun (kardus kecil) pantun yang benar, saya yang digunakan sebagai m i n t a m e r e k a kotak tabungan pantun. membubuhkan gambar Pada proses ini saya mobile bintang kecil di atasnya, di tengah-tengah kelompok sedangkan gambar bulan mengarahkan setiap siswa sabit kecil di atas bait-bait menulis larik-larik pantun p an tun y an g be l um yang orisinil kreasi sendiri. sempurna. Di sini saya Di s in i saya kembal i meminta mereka secara mengingatkan setiap siswa partisipatif mengoreksi agar memperhatikan isi dan pantun-pantun yang masih sampiran yang dituliskan, menyalahi syarat-syarat sajak, dan jumlah suku kata pantun. (9) Menentukan untuk setiap larik. Setiap kali kelompok juara. Kelompok siswa menyelesaikan satu pemilik hasil karya dengan larik pantun, saya meminta gambar bintang terbanyak menabungnya di Kotak keluar sebagai juara. Pantun. Kesempatan menabung pantun berakhir saat mereka menghabiskan kertas yang jumlahnya lebih Refleksi pembelajaran dilakukan di sesi terakhir. Saya kurang 25 potong untuk setiap kelompok. Kotak meminta mereka menuliskan tanggapan, kesan, dan Tabungan Pantun pun ditutup. hasil yang dicapai di kertas posIt. Saya merasa sangat

puas dengan tanggapan mereka. Mereka menikmati KERJA KELOMPOK bagian kedua dilalui dengan belajar pantun dengan cara ini. “Ternyata saya juga bisa kegaiatan yang meliputi: (6) siswa bekerja sama membuat pantun. Saya suka belajar seperti ini. Saya menyusun larik-larik pantun yang dikeluarkan dari suka menabung pantun,” ujar Irnayani dengan tabungan lalu menempelkannya di kertas yang semangat. berukuran plano. Di sini saya mengingatkan mereka untuk menyusun pantun sesuai dengan isi dan sampiran yang dikreasi saat bekerja individu. Hingga semua larik pantun selesai ditempelkan, didapatkan 4

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 19

Secara berkelompok siswa menyusun larik-larik yang mereka telah buat menjadi pantun

Siswa secara individu menulis larik-larik pantun yang orisinil kreasi sendiri

Siswa memajang hasil karya kelompok

Siswa secara individu menulis larik-larik pantun yang orisinil kreasi sendiri

Dra. Siliwarni, Guru MTs Takkala, Soppeng, Sulawesi Selatan

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia18

Menabung Pantun, Yuk!

Setiap anggota kelompok bekerja sama dengan cepat untuk menemukan dan menyusun larik-larik menjadi pantun yang benar

iswa mampu menuliskan pantun dengan ide Kegiatan inti berlangsung selama 60 menit meliputi dan bahasa sendiri menjadi indikator utama kegiatan kerja kelompok bagian pertama, kerja Ssaya dalam menyajikan KD.8.1 Menulis pantun individu, dan kerja kelompok bagian kedua.

yang sesuai dengan syarat-syarat pantun. Saya berupaya mengefektifkan waktu 2x40 menit dengan KERJA KELOMPOK bagian pertama dilalui mengelola pembelajaran aktif dan menyenangkan dengan kegiatan: (1) membagi siswa ke dalam bagi siswa saya di kelas VII A MTs Negeri Takalalla beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas4 Kabupaten Soppeng. Di awal pembelajaran saya atau 5 orang; (2) setiap kelompok diberi satu melakukan apersepsi dengan mengajak mereka amplop yang berisi beberapa potongan kertas kecil secara bersama-sama menyanyikan pantun. Sebelum yang sudah dituliskan larik-larik pantun; (3) bernyanyi, saya pajangkan larik-larik pantun itu di meminta setiap anggota kelompok bekerja sama white board agar mereka dapat mencermati sajak- dengan cepat untuk menemukan dan menyusun sajaknya. Larik-lariknya juga sederhana. Tujuannya larik-larik tersebut menjadi pantun yang benar. Di adalah mereka dapat mengerti dan menjadikannya sini saya berupaya memfasilitasi setiap kelompok sebagai rujukan atau pola menyusun pantun sesuai agar mereka bekerja aktif menyusun pantun. Proses dengan ide dan kalimatnya sendiri. Usai bernyanyi, ini penting karena saya mengkreasinya sebagai saya meminta mereka menentukan syarat-syarat exercise kerja kelompok untuk menguatkan pantun dengan berpedoman pada pantun yang telah pemahaman siswa tentang isi dan sampiran pantun. dinyanyikan. Ternyata mereka dengan mudah Saya kemudian mengoreksi pantun yang belum menemukannya. sempurna susunannya di setiap kelompok.

KERJA INDIVIDU berlangsung dengan kegiatan: atau 5 pantun yang dibuat secara mandiri setiap (4) membagikan sejumlah potongan kertas kecil kelompok. (7) Siswa memajang hasil karya kelompok. (berukuran lebar 2cm dan panjang 12 cm) ke setiap (8) Penilaian dilakukan bersama. Pada proses ini saya kelompok untuk dipakai menuliskan larik-larik meminta satu kelompok bertanggung jawab menilai pantun dengan kata-kata sendiri; (5) membagikan hasil karya satu kelompok lainnya. Untuk bait-bait Kotak Pantun (kardus kecil) pantun yang benar, saya yang digunakan sebagai m i n t a m e r e k a kotak tabungan pantun. membubuhkan gambar Pada proses ini saya mobile bintang kecil di atasnya, di tengah-tengah kelompok sedangkan gambar bulan mengarahkan setiap siswa sabit kecil di atas bait-bait menulis larik-larik pantun p an tun y an g be l um yang orisinil kreasi sendiri. sempurna. Di sini saya Di s in i saya kembal i meminta mereka secara mengingatkan setiap siswa partisipatif mengoreksi agar memperhatikan isi dan pantun-pantun yang masih sampiran yang dituliskan, menyalahi syarat-syarat sajak, dan jumlah suku kata pantun. (9) Menentukan untuk setiap larik. Setiap kali kelompok juara. Kelompok siswa menyelesaikan satu pemilik hasil karya dengan larik pantun, saya meminta gambar bintang terbanyak menabungnya di Kotak keluar sebagai juara. Pantun. Kesempatan menabung pantun berakhir saat mereka menghabiskan kertas yang jumlahnya lebih Refleksi pembelajaran dilakukan di sesi terakhir. Saya kurang 25 potong untuk setiap kelompok. Kotak meminta mereka menuliskan tanggapan, kesan, dan Tabungan Pantun pun ditutup. hasil yang dicapai di kertas posIt. Saya merasa sangat

puas dengan tanggapan mereka. Mereka menikmati KERJA KELOMPOK bagian kedua dilalui dengan belajar pantun dengan cara ini. “Ternyata saya juga bisa kegaiatan yang meliputi: (6) siswa bekerja sama membuat pantun. Saya suka belajar seperti ini. Saya menyusun larik-larik pantun yang dikeluarkan dari suka menabung pantun,” ujar Irnayani dengan tabungan lalu menempelkannya di kertas yang semangat. berukuran plano. Di sini saya mengingatkan mereka untuk menyusun pantun sesuai dengan isi dan sampiran yang dikreasi saat bekerja individu. Hingga semua larik pantun selesai ditempelkan, didapatkan 4

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 19

Secara berkelompok siswa menyusun larik-larik yang mereka telah buat menjadi pantun

Siswa secara individu menulis larik-larik pantun yang orisinil kreasi sendiri

Siswa memajang hasil karya kelompok

Siswa secara individu menulis larik-larik pantun yang orisinil kreasi sendiri

Dra. Siliwarni, Guru MTs Takkala, Soppeng, Sulawesi Selatan

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia20

Nonton Film Bisu untuk Membuat Naskah Drama

Setiap kelompok bekerja dengan satu unit computer untuk menyusun naskah drama

oto-foto kegiatan dan situasi di sekolah berkarya. Karena itu, saya memberikan LK yang sendiri, SMPN 20 Makassar, saya rangkai mendorong dan menuntun siswa berpikir kritis, Fmenjadi gambar bergerak lewat program bekerja kelompok menyusun ide dan alur cerita,

Movie Maker. Saya menyebutnya film bisu karena di menentukan tokoh dan karakternya, serta dalamnya tanpa penggunaan kata atau clue menyusun naskah drama satu babak. Dalam (petunjuk) yang mengarahkan sekuens peristiwa pembelajaran kooperatif ini, saya membagi siswa ke yang diceritakan foto. Musik instrumentalia Kenny dalam delapan kelompok. Setiap kelompok bekerja G menjadi musik latar film agar dapat menggugah dengan satu unit komputer. Naskah drama yang suasana hati dan pikiran siswa untuk berimajinasi. disusun langsung diketik dan dikoreksi bersama Film bisu berdurasi tujuh menit ini saya jadikan dengan anggota kelompok masing-masing. Untuk sumber belajar untuk mengantar siswa mampu menguatkan pemahaman siswa akan ide dan alur berkreasi menyusun kerangka cerita naskah drama, cerita, tokoh dan pengkarakterannya, serta naskah menentukan tokoh dan karakternya, serta drama satu babak yang baik, setiap kelompok menyusun naskah drama sebabak. Tujuan ini bertanggung jawab mengkritisi satu naskah dari merujuk pada pencapaian Kompetensi Dasar 8.2: kelompok lain. Di monitor mereka langsung Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan menuliskan koreksi atas karya yang dieditnya. Untuk memperhatikan kaidah penulisan naskah drama. penjiwaan naskah drama, di sesi akhir kerja

kelompok, mereka melakonkan karakter tokoh Selama 60 menit kegiatan inti, saya memfasilitasi ciptaannya lewat pentas di depan kelas. siswa berpikir tingkat tinggi, memecahkan masalah, mengembangkan kecakapan kerja sama, serta

Dengan sumber belajar film bisu itu, saya tayangan film, 4) masing-masing kelompok mendapatkan siswa mampu belajar aktif dan menentukan ide ceritanya masing-masing 5) secara berkreasi sesuai imajinasi masing-masing. Dengan berkelompok siswa berdiskusi berdasarkan ide sumber belajar film bisu itu, saya mendapatkan cerita yang telah dipilih, 6) siswa menulis dialog siswa mampu belajar aktif dan berkreasi sesuai naskah drama berdasarkan ide cerita yang dipilih imajinasi masing-masing. Naskah-naskah yang pada komputer masing-masing, 7) setiap kelompok dikreasi memiliki ide yang kuat untuk saling mengunjungi dan menyunting hasil kerja dikembangkan, misalnya Indahnya Persahabatan di kelompok lain, 8) secara klasikal guru mengajukan Sekolah karya Kelompok Fauziyah. Di pembelajaran pertanyaan “Hal-hal apa saja yang perlu ini, saya mencermati beberapa hal positif dari diperhatikan agar naskah drama menarik?”, 9) setiap mereka antara lain: kemampuan mereka kelompok melaporkan hasil karya kelompoknya dan menyatukan persepsi atas ide cerita, alur, latar, kelompok lain menanggapinya. tokoh dan karakternya; kemampuan mereka mengoreksi karya kelompok lain; kemampuan menjiwai karyanya saat mementaskan karakter tokoh imajinatifnya di depan kelas. Mengapresiasi karya siswa, saya menyampaikan kekuatan tiap-tiap karya yang meliputi alur cerita yang runtut, naskah yang sesuai kaidah, serta tokoh dan perwatakannya.

Pengelolaan waktu 80 menit pembelajaran kooperatif ini masing-masing meliputi: 10 menit apersepsi, 60 menit kegiatan inti, dan 10 menit refleksi serta penguatan. Kegiatan inti mengikuti langkah-langkah: 1) siswa bekerja dalam delapan kelompok, 2) setiap kelompok mengoperasikan satu unit komputer, 3) siswa menonton secara cermat

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 21

Naskah drama yang disusun langsung diketik dan dikoreksi bersama dengan anggota kelompok masing-masing

Untuk menguatkan pemahaman siswa akan naskah drama satu babak yang baik, setiap kelompok bertanggung jawab mengkritisi satu naskah dari kelompok lain

Drs. Nasir, M.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 20 Makasar, Sulawesi Selatan

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia20

Nonton Film Bisu untuk Membuat Naskah Drama

Setiap kelompok bekerja dengan satu unit computer untuk menyusun naskah drama

oto-foto kegiatan dan situasi di sekolah berkarya. Karena itu, saya memberikan LK yang sendiri, SMPN 20 Makassar, saya rangkai mendorong dan menuntun siswa berpikir kritis, Fmenjadi gambar bergerak lewat program bekerja kelompok menyusun ide dan alur cerita,

Movie Maker. Saya menyebutnya film bisu karena di menentukan tokoh dan karakternya, serta dalamnya tanpa penggunaan kata atau clue menyusun naskah drama satu babak. Dalam (petunjuk) yang mengarahkan sekuens peristiwa pembelajaran kooperatif ini, saya membagi siswa ke yang diceritakan foto. Musik instrumentalia Kenny dalam delapan kelompok. Setiap kelompok bekerja G menjadi musik latar film agar dapat menggugah dengan satu unit komputer. Naskah drama yang suasana hati dan pikiran siswa untuk berimajinasi. disusun langsung diketik dan dikoreksi bersama Film bisu berdurasi tujuh menit ini saya jadikan dengan anggota kelompok masing-masing. Untuk sumber belajar untuk mengantar siswa mampu menguatkan pemahaman siswa akan ide dan alur berkreasi menyusun kerangka cerita naskah drama, cerita, tokoh dan pengkarakterannya, serta naskah menentukan tokoh dan karakternya, serta drama satu babak yang baik, setiap kelompok menyusun naskah drama sebabak. Tujuan ini bertanggung jawab mengkritisi satu naskah dari merujuk pada pencapaian Kompetensi Dasar 8.2: kelompok lain. Di monitor mereka langsung Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan menuliskan koreksi atas karya yang dieditnya. Untuk memperhatikan kaidah penulisan naskah drama. penjiwaan naskah drama, di sesi akhir kerja

kelompok, mereka melakonkan karakter tokoh Selama 60 menit kegiatan inti, saya memfasilitasi ciptaannya lewat pentas di depan kelas. siswa berpikir tingkat tinggi, memecahkan masalah, mengembangkan kecakapan kerja sama, serta

Dengan sumber belajar film bisu itu, saya tayangan film, 4) masing-masing kelompok mendapatkan siswa mampu belajar aktif dan menentukan ide ceritanya masing-masing 5) secara berkreasi sesuai imajinasi masing-masing. Dengan berkelompok siswa berdiskusi berdasarkan ide sumber belajar film bisu itu, saya mendapatkan cerita yang telah dipilih, 6) siswa menulis dialog siswa mampu belajar aktif dan berkreasi sesuai naskah drama berdasarkan ide cerita yang dipilih imajinasi masing-masing. Naskah-naskah yang pada komputer masing-masing, 7) setiap kelompok dikreasi memiliki ide yang kuat untuk saling mengunjungi dan menyunting hasil kerja dikembangkan, misalnya Indahnya Persahabatan di kelompok lain, 8) secara klasikal guru mengajukan Sekolah karya Kelompok Fauziyah. Di pembelajaran pertanyaan “Hal-hal apa saja yang perlu ini, saya mencermati beberapa hal positif dari diperhatikan agar naskah drama menarik?”, 9) setiap mereka antara lain: kemampuan mereka kelompok melaporkan hasil karya kelompoknya dan menyatukan persepsi atas ide cerita, alur, latar, kelompok lain menanggapinya. tokoh dan karakternya; kemampuan mereka mengoreksi karya kelompok lain; kemampuan menjiwai karyanya saat mementaskan karakter tokoh imajinatifnya di depan kelas. Mengapresiasi karya siswa, saya menyampaikan kekuatan tiap-tiap karya yang meliputi alur cerita yang runtut, naskah yang sesuai kaidah, serta tokoh dan perwatakannya.

Pengelolaan waktu 80 menit pembelajaran kooperatif ini masing-masing meliputi: 10 menit apersepsi, 60 menit kegiatan inti, dan 10 menit refleksi serta penguatan. Kegiatan inti mengikuti langkah-langkah: 1) siswa bekerja dalam delapan kelompok, 2) setiap kelompok mengoperasikan satu unit komputer, 3) siswa menonton secara cermat

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 21

Naskah drama yang disusun langsung diketik dan dikoreksi bersama dengan anggota kelompok masing-masing

Untuk menguatkan pemahaman siswa akan naskah drama satu babak yang baik, setiap kelompok bertanggung jawab mengkritisi satu naskah dari kelompok lain

Drs. Nasir, M.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 20 Makasar, Sulawesi Selatan

22

Reporter TV swasta sedang mewawancarai narasumber di tempat kejadian. Mereka bertanya tentang keadaan dan situasi di lokasi bencana

Pemirsa,

Sekarang saya berada di tengah-tengah pengungsi

Gunung Merapi. Gunung Merapi terus saja

mengeluarkan debu dan awan panas. Hingga saat ini

ribuan penduduk desa yang tinggal di lereng-lereng

gunung itu melarikan diri ketika debu dan udara panas

melanda mereka, namun sebagian terlambat

mengungsi. Sejumlah korban ditemukan. Kondisi

mereka sangat memprihatinkan. Mayoritas korban

terbakar dan beberapa kehilangan organ tubuhnya.

Beberapa saat yang lalu tim penyelamat mengatakan

mereka menemukan sedikitnya 12 mayat yang terbakar

hangus. Sekian, Srikarna TV One melaporkan.

Demikian sepotong laporan singkat yang

disampaikan Srikarna, siswa SMPN 2 Baranti Sidrap.

Ia mewakili kelompoknya menjadi “reporter TV

One” melaporkan situasi terbaru pascaletusan

Gunung Merapi.

Memulai Karier Reporter TV di Kelas

uasana kelas ramai dipenuhi kru media

elektronik dari stasiun TV One, RCTI, dan SMetro TV. Semuanya bekerja secara saksama

mempersiapkan laporan mengenai situasi terbaru

pasca meletusnya Gunung Merapi di Jawa Tengah.

Reportase mereka didasarkan pada foto-foto letusan

Gunung Merapi.Enam kelompok tim reportase siswa

kelas IX E dengan cekatan menemukan pokok-pokok

peristiwa yang ada dalam foto-foto di Lembar Kerja

Siswa. Keenam kelompok itu masing-masing

mengklaim dirinya sebagai kru media dari stasiun TV

tertentu. Pembelajaran dengan KD 2.2 Melaporkan

secara lisan berbagai peristiwa dengan menggunakan

kalimat yang jelas dikembangkan Hasmin B. Harun

melalui metode Reportase.

Mengelola secara efektif waktu 2x40 menit, Ibu

Hasmin mengawali pembelajarannya dengan

apersepsi selama 10 menit. Dirinya memusatkan

perhatian siswa dengan mengajak mereka

mendengarkan lagu tentang bencana alam, Berita

Kepada Kawan oleh Ebit G. Ade. Mengapa lagu ini

perlu kita hubungkan dengan kondisi lingkungan kita

di Indonesia saat ini? Perlukah kita mengoreksi diri

Hasmin B. Harun, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Baranti Sidrap, Sulawesi Selatan

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 23

Demikian ia bertanya untuk menguatkan perhatian karakter seorang reporter. (3) Ibu Hasmin

siswa. Ia lanjut meminta mereka menonton video memfasilitasi siswa untuk saling menilai hasil karya

letusan Merapi selama lima menit di layar InFocus. kelompok. Beliau meminta siswa untuk saling

Ibu Hasmin men-down load video itu untuk menilai kelompok mana yang membuat deskripsi

dijadikan bahan apersepsi yang menginspirasi siswa peristiwa yang paling rinci, dan kelompok mana yang

seperti halnya ia mengundu foto-foto letusan melaporkan dengan bahasa yang lancar dan lugas.

Merapi, banjir dan longsor di Wasior, serta foto-foto (4) Beliau memberikan apresiasi kepada siswa yang

tsunami di Mentawai dari internet untuk dikreasi tampil sebagai reporter terbaik dengan meminta

sebagai bahan Lembar Kerja Siswa. sekali lagi tampil sebagai reporter TV di depan kelas.

Rangkaian kegiatan inti yang dilakukan meliputi: (1) Selama 35 menit siswa bergantian tampil

selama 25 menit Ibu Hasmin memfasilitasi siswa melaporkan peristiwa. Kelompok-kelompok

bekerja kelompok mendeskripsikan pokok-pokok reporter tampak bersaing mengeksplorasi

peristiwa yang tampak pada foto-foto letusan kemampuannya bertutur di depan kelas. Suasana

Merapi. Ibu Hasmin mengarahkan siswa membuat kelas menjelma layaknya dapur redaksi stasiun TV.

deskripsi laporan bencana letusan Gunung Merapi Tak pelak banyak siswa kelas lain datang

yang mencakup 5W dan 1 H. (2) Beliau memandu berkerumun sebagai penonton, termasuk kepala

siswa menjadi seorang reporter TV yang melakukan sekolah Ahmad Dini yang setia mengikuti sesi

reportase langsung dari daerah Merapi. Namun, reportasi hingga selesai. “Saya puas melihat

sebelum siswa menyampaikan laporan, ia kembali pembelajaran ini, dan saya berharap kalian betul-

meminta siswa sejenak mengikuti cuplikan film betul menjadi reporter yang baik, memulai karirnya

reportase seorang wartawan TV One melaporkan di sini.” pesan Kepala Sekolah di depan kelas.

peristiwa meletusnya Gunung Merapi. Tujuannya Berbeda dengan pak kepala sekolah, Hasmin merasa

adalah agar siswa termotivasi untuk menjjiwai terharu melihat siswa-siswa kelas IX ini. “Ternyata

ketertinggalan performance belajar siswa di kelas

tertentu dari kelas lainnya bukan karena kebodohan

siswa, tapi keterbatasan guru membelajarkan

mereka.”tuturnya.

Seorang siswa yang menjadi reporter sedang memberikan laporan pandangan mata kepada pemirsa televisi.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

22

Reporter TV swasta sedang mewawancarai narasumber di tempat kejadian. Mereka bertanya tentang keadaan dan situasi di lokasi bencana

Pemirsa,

Sekarang saya berada di tengah-tengah pengungsi

Gunung Merapi. Gunung Merapi terus saja

mengeluarkan debu dan awan panas. Hingga saat ini

ribuan penduduk desa yang tinggal di lereng-lereng

gunung itu melarikan diri ketika debu dan udara panas

melanda mereka, namun sebagian terlambat

mengungsi. Sejumlah korban ditemukan. Kondisi

mereka sangat memprihatinkan. Mayoritas korban

terbakar dan beberapa kehilangan organ tubuhnya.

Beberapa saat yang lalu tim penyelamat mengatakan

mereka menemukan sedikitnya 12 mayat yang terbakar

hangus. Sekian, Srikarna TV One melaporkan.

Demikian sepotong laporan singkat yang

disampaikan Srikarna, siswa SMPN 2 Baranti Sidrap.

Ia mewakili kelompoknya menjadi “reporter TV

One” melaporkan situasi terbaru pascaletusan

Gunung Merapi.

Memulai Karier Reporter TV di Kelas

uasana kelas ramai dipenuhi kru media

elektronik dari stasiun TV One, RCTI, dan SMetro TV. Semuanya bekerja secara saksama

mempersiapkan laporan mengenai situasi terbaru

pasca meletusnya Gunung Merapi di Jawa Tengah.

Reportase mereka didasarkan pada foto-foto letusan

Gunung Merapi.Enam kelompok tim reportase siswa

kelas IX E dengan cekatan menemukan pokok-pokok

peristiwa yang ada dalam foto-foto di Lembar Kerja

Siswa. Keenam kelompok itu masing-masing

mengklaim dirinya sebagai kru media dari stasiun TV

tertentu. Pembelajaran dengan KD 2.2 Melaporkan

secara lisan berbagai peristiwa dengan menggunakan

kalimat yang jelas dikembangkan Hasmin B. Harun

melalui metode Reportase.

Mengelola secara efektif waktu 2x40 menit, Ibu

Hasmin mengawali pembelajarannya dengan

apersepsi selama 10 menit. Dirinya memusatkan

perhatian siswa dengan mengajak mereka

mendengarkan lagu tentang bencana alam, Berita

Kepada Kawan oleh Ebit G. Ade. Mengapa lagu ini

perlu kita hubungkan dengan kondisi lingkungan kita

di Indonesia saat ini? Perlukah kita mengoreksi diri

Hasmin B. Harun, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Baranti Sidrap, Sulawesi Selatan

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 23

Demikian ia bertanya untuk menguatkan perhatian karakter seorang reporter. (3) Ibu Hasmin

siswa. Ia lanjut meminta mereka menonton video memfasilitasi siswa untuk saling menilai hasil karya

letusan Merapi selama lima menit di layar InFocus. kelompok. Beliau meminta siswa untuk saling

Ibu Hasmin men-down load video itu untuk menilai kelompok mana yang membuat deskripsi

dijadikan bahan apersepsi yang menginspirasi siswa peristiwa yang paling rinci, dan kelompok mana yang

seperti halnya ia mengundu foto-foto letusan melaporkan dengan bahasa yang lancar dan lugas.

Merapi, banjir dan longsor di Wasior, serta foto-foto (4) Beliau memberikan apresiasi kepada siswa yang

tsunami di Mentawai dari internet untuk dikreasi tampil sebagai reporter terbaik dengan meminta

sebagai bahan Lembar Kerja Siswa. sekali lagi tampil sebagai reporter TV di depan kelas.

Rangkaian kegiatan inti yang dilakukan meliputi: (1) Selama 35 menit siswa bergantian tampil

selama 25 menit Ibu Hasmin memfasilitasi siswa melaporkan peristiwa. Kelompok-kelompok

bekerja kelompok mendeskripsikan pokok-pokok reporter tampak bersaing mengeksplorasi

peristiwa yang tampak pada foto-foto letusan kemampuannya bertutur di depan kelas. Suasana

Merapi. Ibu Hasmin mengarahkan siswa membuat kelas menjelma layaknya dapur redaksi stasiun TV.

deskripsi laporan bencana letusan Gunung Merapi Tak pelak banyak siswa kelas lain datang

yang mencakup 5W dan 1 H. (2) Beliau memandu berkerumun sebagai penonton, termasuk kepala

siswa menjadi seorang reporter TV yang melakukan sekolah Ahmad Dini yang setia mengikuti sesi

reportase langsung dari daerah Merapi. Namun, reportasi hingga selesai. “Saya puas melihat

sebelum siswa menyampaikan laporan, ia kembali pembelajaran ini, dan saya berharap kalian betul-

meminta siswa sejenak mengikuti cuplikan film betul menjadi reporter yang baik, memulai karirnya

reportase seorang wartawan TV One melaporkan di sini.” pesan Kepala Sekolah di depan kelas.

peristiwa meletusnya Gunung Merapi. Tujuannya Berbeda dengan pak kepala sekolah, Hasmin merasa

adalah agar siswa termotivasi untuk menjjiwai terharu melihat siswa-siswa kelas IX ini. “Ternyata

ketertinggalan performance belajar siswa di kelas

tertentu dari kelas lainnya bukan karena kebodohan

siswa, tapi keterbatasan guru membelajarkan

mereka.”tuturnya.

Seorang siswa yang menjadi reporter sedang memberikan laporan pandangan mata kepada pemirsa televisi.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia24

Baren Barnabas, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Cikajang, Garut, Jawa Barat

Karyawisata dalam Pembelajaran Menulis Laporan

ula-mula guru menyampaikan tujuan bintang, donat, dan bunga matahari dengan delapan pembelajaran yang ingin dicapai pada warna. Potongan-potongan kertas itu kemudian Mkompetensi dasar ”Menulis laporan dimasukkan ke dalam kotak kapur. Ketua kelas

dengan bahasa yang baik dan benar”, yaitu agar para kemudian berkeliling menyodorkannya kepada siswa: (1) mampu melakukan kegiatan observasi dan seluruh siswa untuk mengambil salah satu potongan wawancara untuk keperluan penulisan laporan yang kertas berwarna-warni tadi. Selanjutnya, para siswa mengandung unsur ekonomi; (2) mampu menyusun dipersilakan untuk bergabung membentuk kerangka laporan berdasarkan urutan tempat kelompok dan memberi nama kelompoknya (ruang), waktu, atau kegiatan; (3) mampu dengan nama media cetak yang menjadi favorit mengembangkan kerangka laporan ke dalam mereka.beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa yang komunikatif; dan (4) mampu menyunting Untuk menanamkan pengertian tentang pentingnya kembali isi laporan dengan memperhatikan ketelitian dalam observasi (pengamatan), siswa ketepatan struktur kalimat, penggunaan ejaan, dan dihibur dengan cerita jenaka yang disajikan guru. tanda baca. Ketika bercerita, guru bersungguh-sungguh

memperlihatkan karakter sesuai dengan karakter Untuk mewujudkan cooperative learning, guru yang diceritakan sehingga para siswa merasa mengeluarkan kertas berbentuk segi tiga, persegi, terkesan dan terhibur. Pesan yang tersirat juga empat persegi panjang, lingkaran, bulan sabit, dapat tertangkap oleh mereka.

Siswa tengah menggali informasi di kantin Mang Heru dan Mang Uden sebagai bahan

laporan.

Kegiatan selanjutnya, setiap kelompok menyimak dan mengamati model laporan yang divisualisasikan guru melalui laptop dan infocus. Model laporan ini dibuat sendiri oleh guru guna mendapat kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.

Bilamana para siswa selesai mencermati model laporan tersebut, guru membagikan LK yang memuat 10 buah soal dengan dua alternatif jawaban, benar (B) dan salah (S). Soal-soal itu menguji informasi-informasi yang didapat dari model laporan yang dicermati para siswa.

Setelah para siswa mengerjakan LK, mereka diminta untuk saling menukarkan hasil pekerjaannya dengan kelompok lain untuk dievaluasi. Kunci jawaban dibacakan oleh guru. Kelompok yang nilainya paling tinggi, ketuanya dikalungi ”bintang emas” yang sudah disiapkan oleh guru.

mengamati salah satu objek yang diminati, yaitu kantin yang ada di areal sekolah. Hasil pengamatan Pelatihan berikutnya adalah mendaftar hal-hal yang dikumpulkan dan diolah oleh tiap-tiap kelompok dilaporkan dalam model laporan. Selain itu, cara sehingga diperoleh berbagai data dan fakta yang mengutip informasi dari narasumber pun dilatihkan lengkap serta akurat sebagai bahan menulis laporan. oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar siswa Kegiatan ini diakhiri dengan presentasi singkat mendapat gambaran tentang laporan yang akan setiap kelompok melalui perwakilannya. ditulis. Guru kembali membagikan LK yang di

dalamnya memuat 15 hal yang dilaporkan. Para Selanjutnya, secara individual, siswa siswa membubuhkan tanda centang (v) jika sesuai mengembangkan data dan fakta yang diperoleh dengan isi dari model laporan dan memberikan menjadi laporan. Laporan yang dihasilkan ditempel tanda silang (x) jika tidak sesuai. Untuk LK cara di dinding kelas. Kegiatan berikutnya adalah ”wisata mengutip informasi dari narasumber, dibuat contoh hasil karya”, yakni melihat-lihat hasil karya teman lima buah kalimat (langsung dan tak langsung) untuk lain. Kegiatan ini berfungsi sebagai studi komparatif. diubah oleh para siswa dengan kalimat yang Guru mengevaluasi hasil kerja mereka, sebaliknya.mendemonstrasikan penyuntingan, dan memberikan penghargaan kepada seluruh kelompok dengan yel-Para siswa lalu ditugaskan secara berkelompok yel khas SMP Negeri 2 Cikajang, yaitu tepuk untuk ”turun gunung” atau karyawisata ke luar ”Fanatik Fantastik”. Tugas rumah untuk siswa adalah kelas guna mempraktikkan hal-hal yang didapat di membaca kembali dan menyunting karyanya dalam kelas. Akan tetapi, pengumpulan data sehingga menjadi karya yang baik. dilakukan secara individu. Mereka diminta

Sejumlah siswa memanfaatkan para pedagang kalilima di halam sekolah sebagau sumber bahan laporan yang mereka susun. Lingkungan sekolah memang merupakan lading informasi yang kaya sebagai ajang pembelajaran menulis laporan.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 25

Perwakilan kelompok menjelaskan hasil kerja kelompok yang telah terpajang di depan kelas. Siswa lain bersiap-siap memberikan komentarnya.

Sejumlah siswa memanfaatkan para pedagang kaki lima di halaman sekolah sebagai sumber bahan laporan yang mereka susun. Lingkungan sekolah memang merupakan ladang informasi yang kaya sebagai ajang pembelajaran menulis laporan.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia24

Baren Barnabas, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Cikajang, Garut, Jawa Barat

Karyawisata dalam Pembelajaran Menulis Laporan

ula-mula guru menyampaikan tujuan bintang, donat, dan bunga matahari dengan delapan pembelajaran yang ingin dicapai pada warna. Potongan-potongan kertas itu kemudian Mkompetensi dasar ”Menulis laporan dimasukkan ke dalam kotak kapur. Ketua kelas

dengan bahasa yang baik dan benar”, yaitu agar para kemudian berkeliling menyodorkannya kepada siswa: (1) mampu melakukan kegiatan observasi dan seluruh siswa untuk mengambil salah satu potongan wawancara untuk keperluan penulisan laporan yang kertas berwarna-warni tadi. Selanjutnya, para siswa mengandung unsur ekonomi; (2) mampu menyusun dipersilakan untuk bergabung membentuk kerangka laporan berdasarkan urutan tempat kelompok dan memberi nama kelompoknya (ruang), waktu, atau kegiatan; (3) mampu dengan nama media cetak yang menjadi favorit mengembangkan kerangka laporan ke dalam mereka.beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa yang komunikatif; dan (4) mampu menyunting Untuk menanamkan pengertian tentang pentingnya kembali isi laporan dengan memperhatikan ketelitian dalam observasi (pengamatan), siswa ketepatan struktur kalimat, penggunaan ejaan, dan dihibur dengan cerita jenaka yang disajikan guru. tanda baca. Ketika bercerita, guru bersungguh-sungguh

memperlihatkan karakter sesuai dengan karakter Untuk mewujudkan cooperative learning, guru yang diceritakan sehingga para siswa merasa mengeluarkan kertas berbentuk segi tiga, persegi, terkesan dan terhibur. Pesan yang tersirat juga empat persegi panjang, lingkaran, bulan sabit, dapat tertangkap oleh mereka.

Siswa tengah menggali informasi di kantin Mang Heru dan Mang Uden sebagai bahan

laporan.

Kegiatan selanjutnya, setiap kelompok menyimak dan mengamati model laporan yang divisualisasikan guru melalui laptop dan infocus. Model laporan ini dibuat sendiri oleh guru guna mendapat kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.

Bilamana para siswa selesai mencermati model laporan tersebut, guru membagikan LK yang memuat 10 buah soal dengan dua alternatif jawaban, benar (B) dan salah (S). Soal-soal itu menguji informasi-informasi yang didapat dari model laporan yang dicermati para siswa.

Setelah para siswa mengerjakan LK, mereka diminta untuk saling menukarkan hasil pekerjaannya dengan kelompok lain untuk dievaluasi. Kunci jawaban dibacakan oleh guru. Kelompok yang nilainya paling tinggi, ketuanya dikalungi ”bintang emas” yang sudah disiapkan oleh guru.

mengamati salah satu objek yang diminati, yaitu kantin yang ada di areal sekolah. Hasil pengamatan Pelatihan berikutnya adalah mendaftar hal-hal yang dikumpulkan dan diolah oleh tiap-tiap kelompok dilaporkan dalam model laporan. Selain itu, cara sehingga diperoleh berbagai data dan fakta yang mengutip informasi dari narasumber pun dilatihkan lengkap serta akurat sebagai bahan menulis laporan. oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar siswa Kegiatan ini diakhiri dengan presentasi singkat mendapat gambaran tentang laporan yang akan setiap kelompok melalui perwakilannya. ditulis. Guru kembali membagikan LK yang di

dalamnya memuat 15 hal yang dilaporkan. Para Selanjutnya, secara individual, siswa siswa membubuhkan tanda centang (v) jika sesuai mengembangkan data dan fakta yang diperoleh dengan isi dari model laporan dan memberikan menjadi laporan. Laporan yang dihasilkan ditempel tanda silang (x) jika tidak sesuai. Untuk LK cara di dinding kelas. Kegiatan berikutnya adalah ”wisata mengutip informasi dari narasumber, dibuat contoh hasil karya”, yakni melihat-lihat hasil karya teman lima buah kalimat (langsung dan tak langsung) untuk lain. Kegiatan ini berfungsi sebagai studi komparatif. diubah oleh para siswa dengan kalimat yang Guru mengevaluasi hasil kerja mereka, sebaliknya.mendemonstrasikan penyuntingan, dan memberikan penghargaan kepada seluruh kelompok dengan yel-Para siswa lalu ditugaskan secara berkelompok yel khas SMP Negeri 2 Cikajang, yaitu tepuk untuk ”turun gunung” atau karyawisata ke luar ”Fanatik Fantastik”. Tugas rumah untuk siswa adalah kelas guna mempraktikkan hal-hal yang didapat di membaca kembali dan menyunting karyanya dalam kelas. Akan tetapi, pengumpulan data sehingga menjadi karya yang baik. dilakukan secara individu. Mereka diminta

Sejumlah siswa memanfaatkan para pedagang kalilima di halam sekolah sebagau sumber bahan laporan yang mereka susun. Lingkungan sekolah memang merupakan lading informasi yang kaya sebagai ajang pembelajaran menulis laporan.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 25

Perwakilan kelompok menjelaskan hasil kerja kelompok yang telah terpajang di depan kelas. Siswa lain bersiap-siap memberikan komentarnya.

Sejumlah siswa memanfaatkan para pedagang kaki lima di halaman sekolah sebagai sumber bahan laporan yang mereka susun. Lingkungan sekolah memang merupakan ladang informasi yang kaya sebagai ajang pembelajaran menulis laporan.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia26

Abdul Khayyi,S.Pd, Fasda Mapel Bahasa Indonesia, Karawang, Jawa Barat

antun sebagai salah satu ragam bentuk tutur memang mirip ular tangga dalam hal digunakannya sudah nyata popularitasnya. Sebagai sebuah dadu, koin warna-warna, atau sejenisnya yang mewakili Pgenre sastra, pantun tidak secara eksklusif hanya tiap pemain serta lintasan yang harus dilalui berupa

dipakai oleh komunitas sastra saja. Penggunaannya kotak-kotak bernomor. Pada nomor-nomor tertentu, merata di semua strata sosial, bahkan bisa menembus ada tangga untuk "melejit" ke kotak bernomor lebih sampai pada acara resmi kenegaraan yang sangat tinggi atau ular yang berakibat dadu peserta harus formal. Terakhir, kita sempat disuguhi pentas berbalas "terjun bebas" ke kotak yang bernomor lebih rendah. pantun antara Presiden SBY dan Menkominfo Tifatul Dadu peserta tidak serta-merta naik atau turun ketika Sembiring dalam sebuah acara yang resmi. berada di kotak-kotak tersebut. Peserta berhak

menaikkan dadunya bila dapat memenuhi tagihan Di dunia hiburan, beberapa karakter sengaja dibentuk sebagaimana terdapat dalam lembar tagihan. Pada dengan ciri khas yang selalu berpantun dalam setiap kotak yang mengharuskan dadu mesti bergeser turun, ucapannya. Ada karakter Uda Faisal dalam sinetron peserta dapat menyelamatkan dadunya apabila dapat komedi “Suami-suami Takut Istri” dan yang sedang memenuhi tagihan-tagihan yang telah ditentukan. sangat popular adalah karakter Jarjit dalam serial Selama permainan, setiap peserta memegang lembar animasi "Upin & Ipin dan Kawan-kawan” keluaran catatan perjalanan berisi setoran-setoran dari tagihan negeri Jiran Malaysia. Demikian juga di dunia terstruktur.komunikasi berbasis telepon genggam, sms berpantun "aneh" bahkan dijadikan pemikat sebuah operator selular untuk menarik minat anak-anak muda generasi "alay".

Trend ini memotivasi saya merancang model pembelajaran yang meningkatkan kemampuan siswa menciptakan pantun dengan waktu yang lebih singkat sesuai dengan konteks bahasa yang dihadapi. Untuk memacu kecepatan mencipta pantun, pembelajaran dikelola dengan menggunakan media “Sirkuit Pantun” yang merupakan modifikasi dari permainan anak-anak bernama ular tangga. Secara umum, permainan ini

Ada Dadu di Kelas BahasaPembelajaran dengan “Sirkuit Pantun”Ada Dadu di Kelas BahasaPembelajaran dengan “Sirkuit Pantun”

27

Pembelajaran berlangsung di kelas VII B SMP Negeri 1 Pakisjaya Kabupaten Karawang. Penggunaan media “Sirkuit Pantun” dalam pembelajaran bukan kali pertama saya lakukan. Sebelumnya, media ini pernah dipakai di kelas VII C. Akan tetapi, dijumpai beberapa k e n d a l a d a n k e k u r a n g a n d a l a m pelaksanaannya. Oleh karena itu, saya melalukan beberapa perbaikan sehingga sampai pada “Sirkuit Pantun” sebagaimana yang dijelaskan di atas.

Sudah dapat diduga, siswa kelas VII B terlihat antusias dengan media ini. Saya melakukan tahap introduction dengan pertanyaan, “Siapa kenal Jarjit dan apa ciri khas tokoh tersebut?”. Hampir semua siswa memberikan jawaban

siswa sebenarnya belum menggunakan komposisi yang sama. Kemudian beberapa siswa mengamati pantun yang benar karena susunannya terbalik, yakni isi beberapa pantun dan sebuah kutipan bait puisi bebas. mendahului sampiran. Hal ini didasari oleh Sebagian besar siswa dengan tepat menemukan bait pertimbangan bahwa penyusunan kalimat sampiran yang bukan pantun. Akan tetapi, ketika saya minta lebih longgar sehingga bisa diakhirkan dan disesuaikan mereka memberi contoh pantun, umumnya siswa dengan pola kalimat isi. Siswa harus menyusun ulang mengemukakan pantun yang memang sudah akrab di baris-baris itu sehingga berpola dua baris sampiran telinga dan bunyinya belum sepenuhnya memenuhi diikuti dua baris isi. Dalam pembelajaran ini, pantun standar pantun yang benar. karangan siswa sengaja diarahkan pada pantun nasihat dengan pola baris isi merupakan kalimat sebab-akibat Tahap Connection diisi dengan memberikan karena pantun jenis ini dipandang paling mudah dalam pemahaman kepada siswa tentang aturan permainan penyusunan dan pencarian ide kalimatnya.“Sirkuit Pantun”. Saya tidak menemui banyak

kesulitan menjelaskan aturan permainan. Agar siswa Pantun produk siswa dikomentari guru dengan memahami betul aturan permainan, penjelasan penguatan pada konsep pantun yang seharusnya. Siswa singkat dilanjutkan dengan simulasi dengan peserta juga berkesempatan memilih pantun favoritnya dan perwakilan tiap kelompok.mengungkapkan kesannya atas pembelajaran yang dialaminya. Kegiatan ini merupakan bagian reflection.Pada tahap application, siswa yang berjumlah 47 orang

dikelompokkan ke dalam 11 kelompok. Jadi, masing-Sebagai tahap extension, siswa ditugasi membuat dua masing kelompok beranggotakan 4-5 orang. buah pantun yang berbalasan. Pantun pertama berisi Beberapa kelompok masih harus didampingi pada ajakan berkenalan, sedangkan pantun kedua berisi awal-awal permainan. Hal yang paling sering jawaban atas ajakan perkenalan tersebut. didiskusikan dalam kelompok adalah benar tidaknya

setoran-setoran yang ditulis oleh setiap peserta. Adalah kepuasan tersendiri bagi saya memberi pengalaman pembelajaran yang berbeda dengan Sembilan kelompok menyelesaikan permainan tepat pembelajaran yang biasa siswa temui sehari-hari. waktu, sedangkan dua kelompok lainnya Meskipun tidak semua siswa sampai berhasil membutuhkan tambahan waktu sekira lima menit. menciptakan pantun dengan benar, model Sambil menunggu kelompok lain menyelesaikan pembelajaran ini tentu akan berkesan dan mudah-permainan, kelompok yang telah menyelesaikan mudahan sampai pada ranah afektif berupa permainan menempelkan semua catatan perjalanan penghargaan siswa atas pantun sebagai salah satu jenis dari tiap peserta dalam kelompoknya dengan karya sastra asli Indonesia.mencantumkan nomor peringkat pencapaian digaris

finis.Pergi ke pasar membeli kainKain dijahit jadi mukenaPada kegiatan akhir dari tahap application, peserta Meski belajar sambil bermaintercepat sampai ke garis finis dari tiap kelompok Ilmu didapat sungguh berguna menyampaikan hasil pencapaian kelompoknya untuk

ditanggapi oleh semua kelompok. Tagihan terstruktur

CERITA DARI GURU

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Untuk memacu kecepatan siswa mencipta pantun, guru menggunakan media “Sirkuit Pantun”

Setiap kelompok mengunjungi karya kelompok lain dan

memberi komentar

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia26

Abdul Khayyi,S.Pd, Fasda Mapel Bahasa Indonesia, Karawang, Jawa Barat

antun sebagai salah satu ragam bentuk tutur memang mirip ular tangga dalam hal digunakannya sudah nyata popularitasnya. Sebagai sebuah dadu, koin warna-warna, atau sejenisnya yang mewakili Pgenre sastra, pantun tidak secara eksklusif hanya tiap pemain serta lintasan yang harus dilalui berupa

dipakai oleh komunitas sastra saja. Penggunaannya kotak-kotak bernomor. Pada nomor-nomor tertentu, merata di semua strata sosial, bahkan bisa menembus ada tangga untuk "melejit" ke kotak bernomor lebih sampai pada acara resmi kenegaraan yang sangat tinggi atau ular yang berakibat dadu peserta harus formal. Terakhir, kita sempat disuguhi pentas berbalas "terjun bebas" ke kotak yang bernomor lebih rendah. pantun antara Presiden SBY dan Menkominfo Tifatul Dadu peserta tidak serta-merta naik atau turun ketika Sembiring dalam sebuah acara yang resmi. berada di kotak-kotak tersebut. Peserta berhak

menaikkan dadunya bila dapat memenuhi tagihan Di dunia hiburan, beberapa karakter sengaja dibentuk sebagaimana terdapat dalam lembar tagihan. Pada dengan ciri khas yang selalu berpantun dalam setiap kotak yang mengharuskan dadu mesti bergeser turun, ucapannya. Ada karakter Uda Faisal dalam sinetron peserta dapat menyelamatkan dadunya apabila dapat komedi “Suami-suami Takut Istri” dan yang sedang memenuhi tagihan-tagihan yang telah ditentukan. sangat popular adalah karakter Jarjit dalam serial Selama permainan, setiap peserta memegang lembar animasi "Upin & Ipin dan Kawan-kawan” keluaran catatan perjalanan berisi setoran-setoran dari tagihan negeri Jiran Malaysia. Demikian juga di dunia terstruktur.komunikasi berbasis telepon genggam, sms berpantun "aneh" bahkan dijadikan pemikat sebuah operator selular untuk menarik minat anak-anak muda generasi "alay".

Trend ini memotivasi saya merancang model pembelajaran yang meningkatkan kemampuan siswa menciptakan pantun dengan waktu yang lebih singkat sesuai dengan konteks bahasa yang dihadapi. Untuk memacu kecepatan mencipta pantun, pembelajaran dikelola dengan menggunakan media “Sirkuit Pantun” yang merupakan modifikasi dari permainan anak-anak bernama ular tangga. Secara umum, permainan ini

Ada Dadu di Kelas BahasaPembelajaran dengan “Sirkuit Pantun”Ada Dadu di Kelas BahasaPembelajaran dengan “Sirkuit Pantun”

27

Pembelajaran berlangsung di kelas VII B SMP Negeri 1 Pakisjaya Kabupaten Karawang. Penggunaan media “Sirkuit Pantun” dalam pembelajaran bukan kali pertama saya lakukan. Sebelumnya, media ini pernah dipakai di kelas VII C. Akan tetapi, dijumpai beberapa k e n d a l a d a n k e k u r a n g a n d a l a m pelaksanaannya. Oleh karena itu, saya melalukan beberapa perbaikan sehingga sampai pada “Sirkuit Pantun” sebagaimana yang dijelaskan di atas.

Sudah dapat diduga, siswa kelas VII B terlihat antusias dengan media ini. Saya melakukan tahap introduction dengan pertanyaan, “Siapa kenal Jarjit dan apa ciri khas tokoh tersebut?”. Hampir semua siswa memberikan jawaban

siswa sebenarnya belum menggunakan komposisi yang sama. Kemudian beberapa siswa mengamati pantun yang benar karena susunannya terbalik, yakni isi beberapa pantun dan sebuah kutipan bait puisi bebas. mendahului sampiran. Hal ini didasari oleh Sebagian besar siswa dengan tepat menemukan bait pertimbangan bahwa penyusunan kalimat sampiran yang bukan pantun. Akan tetapi, ketika saya minta lebih longgar sehingga bisa diakhirkan dan disesuaikan mereka memberi contoh pantun, umumnya siswa dengan pola kalimat isi. Siswa harus menyusun ulang mengemukakan pantun yang memang sudah akrab di baris-baris itu sehingga berpola dua baris sampiran telinga dan bunyinya belum sepenuhnya memenuhi diikuti dua baris isi. Dalam pembelajaran ini, pantun standar pantun yang benar. karangan siswa sengaja diarahkan pada pantun nasihat dengan pola baris isi merupakan kalimat sebab-akibat Tahap Connection diisi dengan memberikan karena pantun jenis ini dipandang paling mudah dalam pemahaman kepada siswa tentang aturan permainan penyusunan dan pencarian ide kalimatnya.“Sirkuit Pantun”. Saya tidak menemui banyak

kesulitan menjelaskan aturan permainan. Agar siswa Pantun produk siswa dikomentari guru dengan memahami betul aturan permainan, penjelasan penguatan pada konsep pantun yang seharusnya. Siswa singkat dilanjutkan dengan simulasi dengan peserta juga berkesempatan memilih pantun favoritnya dan perwakilan tiap kelompok.mengungkapkan kesannya atas pembelajaran yang dialaminya. Kegiatan ini merupakan bagian reflection.Pada tahap application, siswa yang berjumlah 47 orang

dikelompokkan ke dalam 11 kelompok. Jadi, masing-Sebagai tahap extension, siswa ditugasi membuat dua masing kelompok beranggotakan 4-5 orang. buah pantun yang berbalasan. Pantun pertama berisi Beberapa kelompok masih harus didampingi pada ajakan berkenalan, sedangkan pantun kedua berisi awal-awal permainan. Hal yang paling sering jawaban atas ajakan perkenalan tersebut. didiskusikan dalam kelompok adalah benar tidaknya

setoran-setoran yang ditulis oleh setiap peserta. Adalah kepuasan tersendiri bagi saya memberi pengalaman pembelajaran yang berbeda dengan Sembilan kelompok menyelesaikan permainan tepat pembelajaran yang biasa siswa temui sehari-hari. waktu, sedangkan dua kelompok lainnya Meskipun tidak semua siswa sampai berhasil membutuhkan tambahan waktu sekira lima menit. menciptakan pantun dengan benar, model Sambil menunggu kelompok lain menyelesaikan pembelajaran ini tentu akan berkesan dan mudah-permainan, kelompok yang telah menyelesaikan mudahan sampai pada ranah afektif berupa permainan menempelkan semua catatan perjalanan penghargaan siswa atas pantun sebagai salah satu jenis dari tiap peserta dalam kelompoknya dengan karya sastra asli Indonesia.mencantumkan nomor peringkat pencapaian digaris

finis.Pergi ke pasar membeli kainKain dijahit jadi mukenaPada kegiatan akhir dari tahap application, peserta Meski belajar sambil bermaintercepat sampai ke garis finis dari tiap kelompok Ilmu didapat sungguh berguna menyampaikan hasil pencapaian kelompoknya untuk

ditanggapi oleh semua kelompok. Tagihan terstruktur

CERITA DARI GURU

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Untuk memacu kecepatan siswa mencipta pantun, guru menggunakan media “Sirkuit Pantun”

Setiap kelompok mengunjungi karya kelompok lain dan

memberi komentar

Menulis Laporan dari Tradisi MangananSutarno, M.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Semanding Tuban, Jawa Timur

ndonesia kaya akan ragam budaya yang tumbuh dan Manganan. Fakta atau data yang terkumpul kemudian berkembang dari tradisi keseharian masyarakatnya. ditulis dalam bentuk laporan perjalanan (feature) sesuai ITiap daerah memunyai tradisi dan budaya masing- dengan tuntutan kompetensi dasar “Menulis laporan

masing. Tradisi yang berkembang di Pulau Jawa pastilah dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar”. berbeda dengan tradisi di Pulau Sumatera. Tradisi di Berbagai sumber pembelajaran dipakai dalam proses Pulau Sulawesi pastilah tak sama dengan tradisi di ini. Pulau Bali. Namun ironisnya, banyak dari tradisi tersebut yang kini mulai ditinggalkan, tergusur arus modernisasi. Salah satu cara untuk menumbuhkan sikap menghargai budaya dan tradisi yang ada di tengah masyarakat adalah menanamkan sejak dini rasa cinta akan tradisi tersebut.

Menyadari hal tersebut, Sutarno, S.Pd., M.Pd., guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Semanding Kabupaten Tuban, mengajak siswa-siswanya Kelas VIII Semester 1 untuk menengok kembali tradisi yang masih tumbuh di sekitar mereka lewat pembelajaran yang disampaikannya. Di daerah pesisir seperti Kabupaaten Tuban, banyak tradisi yang tumbuh. Tradisi Manganan adalah salah satunya. Tradisi ini di daerah lain sering disebut sebagai sedekah bumi, sebuah wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan karunia-Nya, atas hasil panen yang melimpah. Lewat pembelajaran kali ini, Sutarno mengajak siswa untuk keluar kelas mencari fakta seputar Tradisi

28 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Selain mengamati langsung dari bekas sesaji yang masih tersisa, siswa juga diajak untuk mewawancarai narasumber, yaitu tokoh masyarakat setempat yang paham dengan tradisi ini. Tidak hanya hal itu, siswa juga diajak untuk mencari fakta seputar Tradisi Manganan dari internet.

Setelah semua fakta terkumpul, siswa kemudian menuangkannya ke dalam sebuah peta konsep tentang seluk-beluk seputar Tradisi Manganan. Berdasarkan peta konsep tersebut, siswa menulis laporan secara individu. Siswa cukup antusias. Banyak dari mereka seolah sedang menjadi wartawan yang mendapat tugas untuk mencari fakta seputar Tradisi Manganan. ̈

29Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Masyarakat dapat pula digunakan sebagai sumber belajar. Tampak dalam gambar, salah satu kelompok sedang mewawancarai tokoh masyarakat setempat yang paham mengenai sejarah Upacara Manganan.

Untuk mencari informasi seputar Upacara Manganan, para siswa juga memanfaatkan internet sebagai sumber informasi.

Diskusi kelompok membuat peta konsep tentang Upacara Manganan. Tahapan ini dilakukan setelah para siswa melakukan pencarian informasi tentang Upacara Manganan dari berbagai sumber.

Peta konsep tentang Manganan yang dikembangkan siswa di dalam kelompok untuk penulisan bahan laporan individu.

Whibin“Pelajaran hari ini sangat menyenangkan. Saya bisa bekerjasama dengan teman-teman.”

Ani“Pembelajaran hari ini sangat mengesankan, karena tidak cuma di dalam kelas, tapi juga di luar kelas.”

Menulis Laporan dari Tradisi MangananSutarno, M.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Semanding Tuban, Jawa Timur

ndonesia kaya akan ragam budaya yang tumbuh dan Manganan. Fakta atau data yang terkumpul kemudian berkembang dari tradisi keseharian masyarakatnya. ditulis dalam bentuk laporan perjalanan (feature) sesuai ITiap daerah memunyai tradisi dan budaya masing- dengan tuntutan kompetensi dasar “Menulis laporan

masing. Tradisi yang berkembang di Pulau Jawa pastilah dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar”. berbeda dengan tradisi di Pulau Sumatera. Tradisi di Berbagai sumber pembelajaran dipakai dalam proses Pulau Sulawesi pastilah tak sama dengan tradisi di ini. Pulau Bali. Namun ironisnya, banyak dari tradisi tersebut yang kini mulai ditinggalkan, tergusur arus modernisasi. Salah satu cara untuk menumbuhkan sikap menghargai budaya dan tradisi yang ada di tengah masyarakat adalah menanamkan sejak dini rasa cinta akan tradisi tersebut.

Menyadari hal tersebut, Sutarno, S.Pd., M.Pd., guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Semanding Kabupaten Tuban, mengajak siswa-siswanya Kelas VIII Semester 1 untuk menengok kembali tradisi yang masih tumbuh di sekitar mereka lewat pembelajaran yang disampaikannya. Di daerah pesisir seperti Kabupaaten Tuban, banyak tradisi yang tumbuh. Tradisi Manganan adalah salah satunya. Tradisi ini di daerah lain sering disebut sebagai sedekah bumi, sebuah wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan karunia-Nya, atas hasil panen yang melimpah. Lewat pembelajaran kali ini, Sutarno mengajak siswa untuk keluar kelas mencari fakta seputar Tradisi

28 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Selain mengamati langsung dari bekas sesaji yang masih tersisa, siswa juga diajak untuk mewawancarai narasumber, yaitu tokoh masyarakat setempat yang paham dengan tradisi ini. Tidak hanya hal itu, siswa juga diajak untuk mencari fakta seputar Tradisi Manganan dari internet.

Setelah semua fakta terkumpul, siswa kemudian menuangkannya ke dalam sebuah peta konsep tentang seluk-beluk seputar Tradisi Manganan. Berdasarkan peta konsep tersebut, siswa menulis laporan secara individu. Siswa cukup antusias. Banyak dari mereka seolah sedang menjadi wartawan yang mendapat tugas untuk mencari fakta seputar Tradisi Manganan. ̈

29Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Masyarakat dapat pula digunakan sebagai sumber belajar. Tampak dalam gambar, salah satu kelompok sedang mewawancarai tokoh masyarakat setempat yang paham mengenai sejarah Upacara Manganan.

Untuk mencari informasi seputar Upacara Manganan, para siswa juga memanfaatkan internet sebagai sumber informasi.

Diskusi kelompok membuat peta konsep tentang Upacara Manganan. Tahapan ini dilakukan setelah para siswa melakukan pencarian informasi tentang Upacara Manganan dari berbagai sumber.

Peta konsep tentang Manganan yang dikembangkan siswa di dalam kelompok untuk penulisan bahan laporan individu.

Whibin“Pelajaran hari ini sangat menyenangkan. Saya bisa bekerjasama dengan teman-teman.”

Ani“Pembelajaran hari ini sangat mengesankan, karena tidak cuma di dalam kelas, tapi juga di luar kelas.”

30

Menulis Teks Berita

atu inovasi yang penulis tawarkan sebagai alternatif yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran menulis

teks berita yakni metode ”Baren Wartawan Si Adik Mba”. Metode ini memiliki beberapa keunggulan Sdibandingkan dengan metode menulis lainnya, khususnya untuk menulis teks berita. Mengenai penamaan

metode "Baren Wartawan Si Adik Mba" memiliki makna sebagai berikut.

1. “Baren” merupakan akronim dari ”Beritahu aku rencanamu”.

2. Kata ”wartawan” berasal dari kata ”warta” dan imbuhan ”wan” yang berarti ”orang yang mewartakan” atau

”orang yang memberitakan”. Wartawan bertugas mengumpulkan data dari sebuah peristiwa terkini, lalu

menyiarkannya. Dengan demikian, semua orang dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di muka bumi ini.

3. ”Si Adik Mba” merupakan bekal utama yang harus dibawa wartawan ketika mencari berita. ”Si Adik Mba” ini

adanya di otak, tiada lain adalah pertanyaan-pertanyaan Siapa, Apa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan

BAgaimana. Jadi, makna metode ini adalah: beritahu aku (tentang) rencanamu (mencari berita) wahai

wartawan (yang selalu bertanya) siapa, apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana.

Aplikasi yang dilakukan sebagai berikut:

Baren Barnabas, S.Pd, Guru SMPN 2 Cikajang Garut, Jawa Barat

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 31Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

KARTU PENGENAL PERS

WARTAWAN

Nama : ......................................Media Massa : ......................................

Ketua PWI

ttd BAREN BARNABAS

a. Kegiatan awalKartu Pengenal Pers terbuat dari karton biru

Guru berperan sebagai Ketua PWI dan akan dengan ukuran 10 X 15 Cm. Tiap ujung bagian sudut melantik wartawan (para siswa) dengan cara atas (kiri dan kanan) dilubangi kemudian diikat mengalungkan Kartu Pengenal Pers kepada dengan benang kasur berwarna putih. Panjang mereka. Blankonya disediakan. Para ”wartawan” benang itu kira-kira 65 cm. tinggal mengisi identitas nama lengkap (asli) dan dari media massa mana mereka berasal. Siswa Setelah acara pelantikan selesai, para ”wartawan” diberi kebebasan untuk mencantumkan media itu diberi LK untuk melatih kemampuannya massa yang diplesetkan. Contoh: Harian Umum mengubah beberapa kalimat dengan kalimat lain Kompos, Pikirin Rakyat dan majalah Dewi Sartika, yang sama maksudnya. Dara, Feminim dan sebagainya.

Contoh-contoh pertanyaannya adalah:1. Siapa yang mengalami peristiwa itu? Siapa yang terlibat? Siapa

korbannya? Siapa pelakunya? Siapa yang tahu pertama kali? Siapa yang menolong? Siapa saksinya? Siapa yang memberikan keterangan? (pertanyaannya: Siapa?)

2. Ada apa? Apa yang terjadi? (pertanyaannya: Apa?)3. Di mana peristiwa itu terjadi? Di mana alamatnya? Di mana

disembunyikan? (pertanyaannya: Di mana?)4. Kapan peristiwa itu terjadi? Hari apa? Pukul berapa? Sebelum atau

sesudah apa? (pertanyaannya: Kapan?)5. Mengapa peristiwa itu bisa terjadi? Mengapa orang-orang itu

berunjuk rasa? Mengapa pimpinan perusahaan tidak memperhatikan tuntutan pekerja? (pertanyaannya: Mengapa?)

6. Bagaimana keadaan korban? Bagaimana cara penjahat itu masuk? Bagaimana cara masyarakat menolong korban? (pertanyaannya: Bagaimana?)

MTsN 1 MALANG RESMIKAN FAJAR FM, RADIO KHUSUS SISWA

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Malang menjadi sekolah tingkat SMP pertama di Malang yang memiliki stasiun radio. Stasiun radio bernama Fajar FM yang mengudara di gelombang 92,85 Mhz tersebut diresmikan kemarin, meski sebenarnya telah mengudara sejak 11 Agustus 2003.

Kepala Bagian Radio, Ratna Hidayati mengatakan, Fajar FM diciptakan untuk menampung kreativitas siswa-siswi dalam olah bahasa dan ekspresi. Gagasan tersebut muncul setelah melihat kecenderungan siswa yang gemar acara musik dan acara-acara radio lainnya.

”Kami tidak ingin siswa-siswi salah mengekspresikan bakatnya,” ujar Ratna. Pengajar Bahasa Inggris ini mengatakan, terbentuknya Fajar FM sekaligus merupakan wahana pengembangan bahasa, terutama olah pelajaran Bahasa Indonesia dan bahasa yang lain. Sebab, acara-acara yang bakal dibawakan menggunakan empat bahasa, yaitu Indonesia, Arab, Inggris, dan Jawa.

Fajar FM menyajikan beragam acara, mulai hiburan, pendidikan, anekdot dan cerita humor, hingga psikologi.

Tips Cara Mudah Menulis Teks Berita dengan Si Adik Mba

Setelah itu, siswa ditugasi membaca dengan cermat sebuah model teks berita seperti berikut.

Guru menjelaskan bahwa teks berita tersebut tersusun dari pertanyaan siapa, apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Setelah itu, siswa ditugaskan untuk membuat pertanyaan dengan kata tanya bantu yang disediakan serta jawabannya. LK yang digunakan adalah:

b. Kegiatan inti

Dalam kegiatan ini, ”Ketua PWI” menggunakan media power point untuk membekali para "wartawan" dengan Si Adik Mba sebagai tips cara mudah menulis teks berita.

30

Menulis Teks Berita

atu inovasi yang penulis tawarkan sebagai alternatif yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran menulis

teks berita yakni metode ”Baren Wartawan Si Adik Mba”. Metode ini memiliki beberapa keunggulan Sdibandingkan dengan metode menulis lainnya, khususnya untuk menulis teks berita. Mengenai penamaan

metode "Baren Wartawan Si Adik Mba" memiliki makna sebagai berikut.

1. “Baren” merupakan akronim dari ”Beritahu aku rencanamu”.

2. Kata ”wartawan” berasal dari kata ”warta” dan imbuhan ”wan” yang berarti ”orang yang mewartakan” atau

”orang yang memberitakan”. Wartawan bertugas mengumpulkan data dari sebuah peristiwa terkini, lalu

menyiarkannya. Dengan demikian, semua orang dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di muka bumi ini.

3. ”Si Adik Mba” merupakan bekal utama yang harus dibawa wartawan ketika mencari berita. ”Si Adik Mba” ini

adanya di otak, tiada lain adalah pertanyaan-pertanyaan Siapa, Apa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan

BAgaimana. Jadi, makna metode ini adalah: beritahu aku (tentang) rencanamu (mencari berita) wahai

wartawan (yang selalu bertanya) siapa, apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana.

Aplikasi yang dilakukan sebagai berikut:

Baren Barnabas, S.Pd, Guru SMPN 2 Cikajang Garut, Jawa Barat

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 31Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s enp g eut nr aa l k pers

kart us r pe e peu n p ngt r e ln ga a a ek l np ns eer agre s n l p ek k pl pa a rtur a etu n p e reng s

KARTU PENGENAL PERS

WARTAWAN

Nama : ......................................Media Massa : ......................................

Ketua PWI

ttd BAREN BARNABAS

a. Kegiatan awalKartu Pengenal Pers terbuat dari karton biru

Guru berperan sebagai Ketua PWI dan akan dengan ukuran 10 X 15 Cm. Tiap ujung bagian sudut melantik wartawan (para siswa) dengan cara atas (kiri dan kanan) dilubangi kemudian diikat mengalungkan Kartu Pengenal Pers kepada dengan benang kasur berwarna putih. Panjang mereka. Blankonya disediakan. Para ”wartawan” benang itu kira-kira 65 cm. tinggal mengisi identitas nama lengkap (asli) dan dari media massa mana mereka berasal. Siswa Setelah acara pelantikan selesai, para ”wartawan” diberi kebebasan untuk mencantumkan media itu diberi LK untuk melatih kemampuannya massa yang diplesetkan. Contoh: Harian Umum mengubah beberapa kalimat dengan kalimat lain Kompos, Pikirin Rakyat dan majalah Dewi Sartika, yang sama maksudnya. Dara, Feminim dan sebagainya.

Contoh-contoh pertanyaannya adalah:1. Siapa yang mengalami peristiwa itu? Siapa yang terlibat? Siapa

korbannya? Siapa pelakunya? Siapa yang tahu pertama kali? Siapa yang menolong? Siapa saksinya? Siapa yang memberikan keterangan? (pertanyaannya: Siapa?)

2. Ada apa? Apa yang terjadi? (pertanyaannya: Apa?)3. Di mana peristiwa itu terjadi? Di mana alamatnya? Di mana

disembunyikan? (pertanyaannya: Di mana?)4. Kapan peristiwa itu terjadi? Hari apa? Pukul berapa? Sebelum atau

sesudah apa? (pertanyaannya: Kapan?)5. Mengapa peristiwa itu bisa terjadi? Mengapa orang-orang itu

berunjuk rasa? Mengapa pimpinan perusahaan tidak memperhatikan tuntutan pekerja? (pertanyaannya: Mengapa?)

6. Bagaimana keadaan korban? Bagaimana cara penjahat itu masuk? Bagaimana cara masyarakat menolong korban? (pertanyaannya: Bagaimana?)

MTsN 1 MALANG RESMIKAN FAJAR FM, RADIO KHUSUS SISWA

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Malang menjadi sekolah tingkat SMP pertama di Malang yang memiliki stasiun radio. Stasiun radio bernama Fajar FM yang mengudara di gelombang 92,85 Mhz tersebut diresmikan kemarin, meski sebenarnya telah mengudara sejak 11 Agustus 2003.

Kepala Bagian Radio, Ratna Hidayati mengatakan, Fajar FM diciptakan untuk menampung kreativitas siswa-siswi dalam olah bahasa dan ekspresi. Gagasan tersebut muncul setelah melihat kecenderungan siswa yang gemar acara musik dan acara-acara radio lainnya.

”Kami tidak ingin siswa-siswi salah mengekspresikan bakatnya,” ujar Ratna. Pengajar Bahasa Inggris ini mengatakan, terbentuknya Fajar FM sekaligus merupakan wahana pengembangan bahasa, terutama olah pelajaran Bahasa Indonesia dan bahasa yang lain. Sebab, acara-acara yang bakal dibawakan menggunakan empat bahasa, yaitu Indonesia, Arab, Inggris, dan Jawa.

Fajar FM menyajikan beragam acara, mulai hiburan, pendidikan, anekdot dan cerita humor, hingga psikologi.

Tips Cara Mudah Menulis Teks Berita dengan Si Adik Mba

Setelah itu, siswa ditugasi membaca dengan cermat sebuah model teks berita seperti berikut.

Guru menjelaskan bahwa teks berita tersebut tersusun dari pertanyaan siapa, apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Setelah itu, siswa ditugaskan untuk membuat pertanyaan dengan kata tanya bantu yang disediakan serta jawabannya. LK yang digunakan adalah:

b. Kegiatan inti

Dalam kegiatan ini, ”Ketua PWI” menggunakan media power point untuk membekali para "wartawan" dengan Si Adik Mba sebagai tips cara mudah menulis teks berita.

Setelah berkali-kali pembekalan, para ”wartawan” diterjunkan ke lapangan (luar kelas) serta diberi waktu secukupnya untuk menulis berita sebanyak tiga paragraf, dan masing-masing paragraf terdiri atas 4-5 kalimat.

Ketika para ”wartawan” selesai menulis berita, mereka ditugaskan untuk menyunting berita yang ditulisnya sebelum dibacakan atau disiarkan. Setelah penyuntingan, para ”wartawan” itu diberi kesempatan untuk menyiarkannya di depan kelas. Di sini mereka diminta berperan sebagai penyiar.

c. Kegiatan akhir

Berita ditempel di dinding kelas. Siswa ditugaskan untuk memilih tiga berita terbaik kemudian dipajangkan di majalah dinding. Penghargaan berupa bingkisan berisi alat tulis diberikan pula kepada ketiga penulis berita terbaik tersebut.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 33

i atas meja sudah bertebaran aneka macam kelas menjadi hidup. Tahap kegiatan ini secara tidak perlengkapan keterampilan. Mulai dari gunting, langsung sudah merupakan kegiatan menyunting. Dkertas warna-warni, lem kertas, hingga kawat.

Hari itu Wijiastutik, S.Pd., guru Bahasa Indonesia SMPN Menurut beberapa siswa, model pembelajaran aktif 1 Rejoso Kabupaten Pasuruan, mengajak para siswa seperti ini memudahkan mereka dalam menangkap untuk membuat bunga dahlia dari kertas dengan bahan- materi pelajaran yang disampaikan. Mereka juga bahan yang sudah tersedia. Tujuan dari pembelajaran ini menambahkan bahwa pendekatan pembelajaran yang adalah siswa mampu menuliskan urutan dari sebuah menggunakan aktivitas kelompok seperti ini proses dengan benar dan mengunakan bahasa yang mengajarkan semangat kebersamaan dan kekompakan efektif. Para siswa merespon dengan antusias dan dalam melakukan sebuah pekerjaan. ̈cekatan. Mereka segera membagi kerja di dalam kelompok. Ada yang bertugas memotong kertas, ada yang bertugas melipat, dan ada pula yang bertugas mencatat.

Tak berapa lama kemudian, masing-masing kelompok telah berhasil menyelesaikan tugas tersebut. Kini tibalah giliran mereka untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. Masing–masing kelompok segera menunjuk wakilnya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka berupa petunjuk cara membuat bunga dari kertas. Hal ini sesuai dengan kompetensi dasar “Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif”. Saat presentasi suatu kelompok, kelompok yang lain boleh menambah atau pun menyanggah jawaban kelompok lain. Akibatnya, suasana

Siapa______________________________________________________________Apa yang terjadi? Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Malang mendirikan stasiun radio sendiri.Di mana ___________________________________________________________Kapan ____________________________________________________________Mengapa __________________________________________________________Bagaimana _________________________________________________________Untuk apa _________________________________________________________Apa nama _________________________________________________________Dalam hubungan apa ________________________________________________dst.

Hasil menulis berita ditempel di dinding kelas untuk dievaluasi dan dipilih tiga yang terbaik untuk dipajangkan di majalah dinding.

32 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Salah seorang siswa tengah bersiap-siap untuk menyiarkan berita yang berhasil ditulisnya.

Wijiastutik, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Rejoso, Pasuruan, Jawa Timur

Menuliskan Sebuah Proses dengan Bahasa yang Efektif

Siswa memajang hasil karya setelah melakukan kerja kelompok.

Siswa bekerjasama di dalam kelompok untuk membuat karya. Hasil karya siswa

Setelah berkali-kali pembekalan, para ”wartawan” diterjunkan ke lapangan (luar kelas) serta diberi waktu secukupnya untuk menulis berita sebanyak tiga paragraf, dan masing-masing paragraf terdiri atas 4-5 kalimat.

Ketika para ”wartawan” selesai menulis berita, mereka ditugaskan untuk menyunting berita yang ditulisnya sebelum dibacakan atau disiarkan. Setelah penyuntingan, para ”wartawan” itu diberi kesempatan untuk menyiarkannya di depan kelas. Di sini mereka diminta berperan sebagai penyiar.

c. Kegiatan akhir

Berita ditempel di dinding kelas. Siswa ditugaskan untuk memilih tiga berita terbaik kemudian dipajangkan di majalah dinding. Penghargaan berupa bingkisan berisi alat tulis diberikan pula kepada ketiga penulis berita terbaik tersebut.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 33

i atas meja sudah bertebaran aneka macam kelas menjadi hidup. Tahap kegiatan ini secara tidak perlengkapan keterampilan. Mulai dari gunting, langsung sudah merupakan kegiatan menyunting. Dkertas warna-warni, lem kertas, hingga kawat.

Hari itu Wijiastutik, S.Pd., guru Bahasa Indonesia SMPN Menurut beberapa siswa, model pembelajaran aktif 1 Rejoso Kabupaten Pasuruan, mengajak para siswa seperti ini memudahkan mereka dalam menangkap untuk membuat bunga dahlia dari kertas dengan bahan- materi pelajaran yang disampaikan. Mereka juga bahan yang sudah tersedia. Tujuan dari pembelajaran ini menambahkan bahwa pendekatan pembelajaran yang adalah siswa mampu menuliskan urutan dari sebuah menggunakan aktivitas kelompok seperti ini proses dengan benar dan mengunakan bahasa yang mengajarkan semangat kebersamaan dan kekompakan efektif. Para siswa merespon dengan antusias dan dalam melakukan sebuah pekerjaan. ̈cekatan. Mereka segera membagi kerja di dalam kelompok. Ada yang bertugas memotong kertas, ada yang bertugas melipat, dan ada pula yang bertugas mencatat.

Tak berapa lama kemudian, masing-masing kelompok telah berhasil menyelesaikan tugas tersebut. Kini tibalah giliran mereka untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. Masing–masing kelompok segera menunjuk wakilnya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka berupa petunjuk cara membuat bunga dari kertas. Hal ini sesuai dengan kompetensi dasar “Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif”. Saat presentasi suatu kelompok, kelompok yang lain boleh menambah atau pun menyanggah jawaban kelompok lain. Akibatnya, suasana

Siapa______________________________________________________________Apa yang terjadi? Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Malang mendirikan stasiun radio sendiri.Di mana ___________________________________________________________Kapan ____________________________________________________________Mengapa __________________________________________________________Bagaimana _________________________________________________________Untuk apa _________________________________________________________Apa nama _________________________________________________________Dalam hubungan apa ________________________________________________dst.

Hasil menulis berita ditempel di dinding kelas untuk dievaluasi dan dipilih tiga yang terbaik untuk dipajangkan di majalah dinding.

32 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Salah seorang siswa tengah bersiap-siap untuk menyiarkan berita yang berhasil ditulisnya.

Wijiastutik, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Rejoso, Pasuruan, Jawa Timur

Menuliskan Sebuah Proses dengan Bahasa yang Efektif

Siswa memajang hasil karya setelah melakukan kerja kelompok.

Siswa bekerjasama di dalam kelompok untuk membuat karya. Hasil karya siswa

aya beranjak dari teori Tyasrinestu (dalam Efendi, latar belakang sebagai penyair, seperti: Taufiq Ismail 2008: 99) yang mengungkapkan bahwa musik yang puisinya sering dinyanyikan oleh grup Bimbo dan Smenjadi bahasa yang mudah dimengerti oleh Ebiet G. Ade; Remy Silado sering membuat lagu

siapa saja, juga oleh anak. Ada persamaan antara musik untuk Doel Sumbang dan penyanyi atau grup band dan dunia anak-anak. Keduanya memberi kesan lainnya. Intinya, antara puisi dan lagu memiliki sebagai berikut; menyenangkan dan membahagiakan, hubungan yang sangat erat. Kaitan inilah yang cerah ceria, menakjubkan, mengharukan, melahirkan ide untuk menggelar musikalisasi puisi menggemaskan, dan sebagainya. melalui sebuah acara dengan konsep parade band

demokrasi: dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa. Kesenangan para siswa akan musik, lagu, dan grup band yang diidolakannya dapat dimanfaatkan sebagai Kegiatan pembelajaran yang demikian telah saya salah satu faktor pendukung pembelajaran lakukan di kelas IX/1 dengan Kompetensi Darsar 6.2 musikalisasi puisi. Bukankah sebuah lagu pada mulanya ”Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan adalah sebuah puisi juga? Dapat dikatakan bahwa lagu berpedoman pada kesesuaian isi puisi dan adalah puisi yang diaransemen, diberi nada dan irama, suasana/irama yang dibangun”. Kegiatan pembelajaran serta diiringi dengan bunyi-bunyian dari alat-alat ini saya alokasikan dalam tiga kali pertemuan.musik tertentu. Ba-nyak pencipta lagu yang memiliki

Baren Barnabas, S.Pd, Guru SMPN 2 Cikajang Garut, Jawa Barat

Parade Band; Sebuah Alternatif Strategi dalam Pembelajaran Musikalisasi Puisi

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia34

Salah satu ”grup band” unjuk kebolehan dalam parade musikalisasi puisi

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 35

Pak Baren mengemas pembelajaran musikalisasi puisi dengan model Parade bandPak Baren mengemas pembelajaran musikalisasi puisi dengan model Parade band

Pertemuan pertama, kegiatan difokuskan pada pembelajaran musikalisasi puisi pada pertemuan pemahaman tujuan pembelajaran, penjelasan materi berikutnya. musikalisasi puisi disertai contoh-contoh, diperdengarkannya sebuah lagu puitis ”Saat Kelompok diberi keleluasaan menentukan sendiri Terakhir” dari grup band ST 12. Siswa selanjutnya puisi yang akan dimusikalisasi. Sebagai motivasi secara bersama-sama menentukan suasana lagu kepada mereka agar tampil all out, guru menjanjikan tersebut ditinjau dari susunan kata, cara akan menampilkan band dengan musikalisasi puisi menyanyikan, serta iringan musiknya. terbaik pada acara perpisahan nanti. Mereka juga

menerima kado berupa foto penampilan mereka Setelah itu, siswa berkelompok dengan anggota 4-6 ketika beraksi di kelas dalam parade band orang. Setiap kelompok diberi LK berupa puisi musikalisasi puisi. berjudul ”Buat Saudara Kandung” karya Hartojo Andangdjaja (dan beberapa pertanyaan) untuk Pertemuan ketiga, semua ”grup band” siap dianalisis dari segi suasananya lengkap dengan alasan mengikuti parade musikalisasi puisi. Bermacam-beserta kutipan (kata-kata kuncinya). macam alat musik mereka bawa. Guru segera

memulai pembelajaran dengan mengadakan tanya Langkah berikutnya, menyusun rubrik penilaian jawab mengenai kendala yang dihadapi dan cara untuk menilai presentasi tiap kelompok dalam me- penyelenggaraan parade musikalisasi puisi. nyampaikan hasil diskusinya. Semua LK dipajang di Disarankan agar anggota kelompok dinding kelas. Kelompok diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri dan fungsinya dalam saling melihat hasil kerjanya sambil membubuhkan kelompok, seperti vokalis, backing vocal, gitaris dan komentar. Siswa dan guru melakukan refleksi yang lainnya. Penilaian difokuskan pada kesesuaian pembelajaran. suasana puisi dengan iringan musik, kekompakan

kelompok dalam penampilan serta kreativitas Untuk pekerjaan rumah, setiap kelompok mereka dalam mengemas pertunjukan.menghubungkan suasana puisi dengan nada dan irama yang pas untuk mengiringinya. Pada Begitulah strategi parade band dalam pembelajaran pertemuan berikutnya, setiap kelompok ditugaskan musikalisasi puisi. Strategi ini dapat diujicobakan di membawa alat-alat musik yang diperlukan. sekolah mana saja. Keunggulannya membuat Pertemuan kedua, siswa dan guru bertanya jawab pembelajaran lebih kreatif dan menghidupkan mengenai suasana puisi dengan irama suasana kelas.musikalisasinya. Kemudian, kelompok menampilkan musikalisasi puisi yang telah digubahnya. Agar nuansa parade bandnya terasa, kelompok memberi nama kelompoknya dengan nama yang mencerminkan sebuah band.

Rubrik penilaian disusun bersama dilanjutkan dengan pengundian untuk urutan penampilan. Ketika suatu kelompok menampilkan musikalisasi, kelompok lain melakukan penilaian. Oleh juru bicara setiap kelompok, hasil penilaian itu kemudian dipresentasikan dan diserahkan kepada kelompok yang bersangkutan. Selanjutnya, siswa dan guru melakukan refleksi sekaligus merencanakan

aya beranjak dari teori Tyasrinestu (dalam Efendi, latar belakang sebagai penyair, seperti: Taufiq Ismail 2008: 99) yang mengungkapkan bahwa musik yang puisinya sering dinyanyikan oleh grup Bimbo dan Smenjadi bahasa yang mudah dimengerti oleh Ebiet G. Ade; Remy Silado sering membuat lagu

siapa saja, juga oleh anak. Ada persamaan antara musik untuk Doel Sumbang dan penyanyi atau grup band dan dunia anak-anak. Keduanya memberi kesan lainnya. Intinya, antara puisi dan lagu memiliki sebagai berikut; menyenangkan dan membahagiakan, hubungan yang sangat erat. Kaitan inilah yang cerah ceria, menakjubkan, mengharukan, melahirkan ide untuk menggelar musikalisasi puisi menggemaskan, dan sebagainya. melalui sebuah acara dengan konsep parade band

demokrasi: dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa. Kesenangan para siswa akan musik, lagu, dan grup band yang diidolakannya dapat dimanfaatkan sebagai Kegiatan pembelajaran yang demikian telah saya salah satu faktor pendukung pembelajaran lakukan di kelas IX/1 dengan Kompetensi Darsar 6.2 musikalisasi puisi. Bukankah sebuah lagu pada mulanya ”Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan adalah sebuah puisi juga? Dapat dikatakan bahwa lagu berpedoman pada kesesuaian isi puisi dan adalah puisi yang diaransemen, diberi nada dan irama, suasana/irama yang dibangun”. Kegiatan pembelajaran serta diiringi dengan bunyi-bunyian dari alat-alat ini saya alokasikan dalam tiga kali pertemuan.musik tertentu. Ba-nyak pencipta lagu yang memiliki

Baren Barnabas, S.Pd, Guru SMPN 2 Cikajang Garut, Jawa Barat

Parade Band; Sebuah Alternatif Strategi dalam Pembelajaran Musikalisasi Puisi

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia34

Salah satu ”grup band” unjuk kebolehan dalam parade musikalisasi puisi

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 35

Pak Baren mengemas pembelajaran musikalisasi puisi dengan model Parade bandPak Baren mengemas pembelajaran musikalisasi puisi dengan model Parade band

Pertemuan pertama, kegiatan difokuskan pada pembelajaran musikalisasi puisi pada pertemuan pemahaman tujuan pembelajaran, penjelasan materi berikutnya. musikalisasi puisi disertai contoh-contoh, diperdengarkannya sebuah lagu puitis ”Saat Kelompok diberi keleluasaan menentukan sendiri Terakhir” dari grup band ST 12. Siswa selanjutnya puisi yang akan dimusikalisasi. Sebagai motivasi secara bersama-sama menentukan suasana lagu kepada mereka agar tampil all out, guru menjanjikan tersebut ditinjau dari susunan kata, cara akan menampilkan band dengan musikalisasi puisi menyanyikan, serta iringan musiknya. terbaik pada acara perpisahan nanti. Mereka juga

menerima kado berupa foto penampilan mereka Setelah itu, siswa berkelompok dengan anggota 4-6 ketika beraksi di kelas dalam parade band orang. Setiap kelompok diberi LK berupa puisi musikalisasi puisi. berjudul ”Buat Saudara Kandung” karya Hartojo Andangdjaja (dan beberapa pertanyaan) untuk Pertemuan ketiga, semua ”grup band” siap dianalisis dari segi suasananya lengkap dengan alasan mengikuti parade musikalisasi puisi. Bermacam-beserta kutipan (kata-kata kuncinya). macam alat musik mereka bawa. Guru segera

memulai pembelajaran dengan mengadakan tanya Langkah berikutnya, menyusun rubrik penilaian jawab mengenai kendala yang dihadapi dan cara untuk menilai presentasi tiap kelompok dalam me- penyelenggaraan parade musikalisasi puisi. nyampaikan hasil diskusinya. Semua LK dipajang di Disarankan agar anggota kelompok dinding kelas. Kelompok diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri dan fungsinya dalam saling melihat hasil kerjanya sambil membubuhkan kelompok, seperti vokalis, backing vocal, gitaris dan komentar. Siswa dan guru melakukan refleksi yang lainnya. Penilaian difokuskan pada kesesuaian pembelajaran. suasana puisi dengan iringan musik, kekompakan

kelompok dalam penampilan serta kreativitas Untuk pekerjaan rumah, setiap kelompok mereka dalam mengemas pertunjukan.menghubungkan suasana puisi dengan nada dan irama yang pas untuk mengiringinya. Pada Begitulah strategi parade band dalam pembelajaran pertemuan berikutnya, setiap kelompok ditugaskan musikalisasi puisi. Strategi ini dapat diujicobakan di membawa alat-alat musik yang diperlukan. sekolah mana saja. Keunggulannya membuat Pertemuan kedua, siswa dan guru bertanya jawab pembelajaran lebih kreatif dan menghidupkan mengenai suasana puisi dengan irama suasana kelas.musikalisasinya. Kemudian, kelompok menampilkan musikalisasi puisi yang telah digubahnya. Agar nuansa parade bandnya terasa, kelompok memberi nama kelompoknya dengan nama yang mencerminkan sebuah band.

Rubrik penilaian disusun bersama dilanjutkan dengan pengundian untuk urutan penampilan. Ketika suatu kelompok menampilkan musikalisasi, kelompok lain melakukan penilaian. Oleh juru bicara setiap kelompok, hasil penilaian itu kemudian dipresentasikan dan diserahkan kepada kelompok yang bersangkutan. Selanjutnya, siswa dan guru melakukan refleksi sekaligus merencanakan

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia36

Khadijah, Guru MTsN Batang Angkola, Tapsel, Sumatera Utara

Ternyata, Menulis Puisi Itu Mengasyikkan

aya kali ini masuk di kelas VIII untuk tentukan objek yang mereka amati sebagai bahan membelajarkan Kompetensi Dasar (KD) penulisan, yaitu sungai, gunung, lingkungan sekolah, Smenulis puisi bebas dengan menggunakan sawah, kebun kelapa sawit, dan kebun coklat. Agar

pilihan kata yang sesuai. Indikator ketercapaian siswa tidak berebut memilih objek pengamatan, saya kompetensi dasar tersebut ada dua. Pertama, melakukan pengundian. Pengundian dilakukan mampu membuat larik-larik yang sesuai dengan dengan cara pencabutan kertas yang berisi objek objek yang diamati; kedua, menulis puisi dengan pengamatan oleh ketua kelompok. Proses mengggunakan pilihan kata yang tepat. pengundian berlangsung di dalam kelas.

Saya memilih media alam terbuka yang ada di Selesai mengundi, kami bergegas ke luar ruangan. sekitar lingkungan sekolah. Saya merasa Siswa langsung menuju lokasi untuk mengamati pembelajaran KD tersebut cocok dilakukan di objek sesuai undian. Setiap siswa menulis larik-larik alam terbuka karena siswa langsung melihat objek yang sesuai dengan objek yang mereka amati. Saya yang akan ditulis. Hal itu membantu mereka dalam aktif memantau kelompok secara bergiliran. Kami mengembangkan imajinasi. berada di luar ruangan sekitar 40 menit.Saya membagi mereka ke dalam 6 kelompok. Saya

Kami kembali ke kelas. Para siswa saya minta duduk Selama lima menit kami mengadakan refleksi. Siswa berdasarkan kelompok. Selama 20 menit mereka menyampaikan perasaan mereka selama proses menyatukan setiap larik yang mereka tulis, lalu penulisan puisi. Dari pernyataan mereka, saya setiap siswa memanfaatkan larik-larik yang menyimpulkan bahwa mereka merasa senang dan terkumpul dalam kelompoknya menjadi sebuah lebih bisa mengembangkan imajinasi ketika puisi utuh. Saya mengunjungi setiap kelompok mengamati objek langsung daripada disuruh secara bergiliran dan memberikan saran apabila berkhayal di dalam kelas.diperlukan untuk perbaikan puisi tersebut.Puisi kelompok pun selesai. Tiap-tiap kelompok Karena tugas yang mereka kerjakan tadi baru mengirimkan perwakilan untuk membacakan puisi. merupakan tugas kelompok, saya lalu memberikan Hasilnya sangat memuaskan. Berdasarkan tugas perorangan, yaitu menulis puisi berdasarkan pembelajaran ini saya menarik kesimpulan bahwa atas objek yang mereka amati tadi. Pada pertemuan alam sangat membantu siswa untuk berikutnya, tugas ini akan dikumpulkan. ***mengembangkan imajinasi.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 37

Guru aktif mendampingi siswa saat menulis puisi dengan memanfaatkan keindahan alam.

Usai menuliskan puisi, siswa diberi kesempatan untuk membacakan

puisinya.

Lembar kerja yang dibuat guru untuk memandu siswa menyelesaikan tugasnya.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia36

Khadijah, Guru MTsN Batang Angkola, Tapsel, Sumatera Utara

Ternyata, Menulis Puisi Itu Mengasyikkan

aya kali ini masuk di kelas VIII untuk tentukan objek yang mereka amati sebagai bahan membelajarkan Kompetensi Dasar (KD) penulisan, yaitu sungai, gunung, lingkungan sekolah, Smenulis puisi bebas dengan menggunakan sawah, kebun kelapa sawit, dan kebun coklat. Agar

pilihan kata yang sesuai. Indikator ketercapaian siswa tidak berebut memilih objek pengamatan, saya kompetensi dasar tersebut ada dua. Pertama, melakukan pengundian. Pengundian dilakukan mampu membuat larik-larik yang sesuai dengan dengan cara pencabutan kertas yang berisi objek objek yang diamati; kedua, menulis puisi dengan pengamatan oleh ketua kelompok. Proses mengggunakan pilihan kata yang tepat. pengundian berlangsung di dalam kelas.

Saya memilih media alam terbuka yang ada di Selesai mengundi, kami bergegas ke luar ruangan. sekitar lingkungan sekolah. Saya merasa Siswa langsung menuju lokasi untuk mengamati pembelajaran KD tersebut cocok dilakukan di objek sesuai undian. Setiap siswa menulis larik-larik alam terbuka karena siswa langsung melihat objek yang sesuai dengan objek yang mereka amati. Saya yang akan ditulis. Hal itu membantu mereka dalam aktif memantau kelompok secara bergiliran. Kami mengembangkan imajinasi. berada di luar ruangan sekitar 40 menit.Saya membagi mereka ke dalam 6 kelompok. Saya

Kami kembali ke kelas. Para siswa saya minta duduk Selama lima menit kami mengadakan refleksi. Siswa berdasarkan kelompok. Selama 20 menit mereka menyampaikan perasaan mereka selama proses menyatukan setiap larik yang mereka tulis, lalu penulisan puisi. Dari pernyataan mereka, saya setiap siswa memanfaatkan larik-larik yang menyimpulkan bahwa mereka merasa senang dan terkumpul dalam kelompoknya menjadi sebuah lebih bisa mengembangkan imajinasi ketika puisi utuh. Saya mengunjungi setiap kelompok mengamati objek langsung daripada disuruh secara bergiliran dan memberikan saran apabila berkhayal di dalam kelas.diperlukan untuk perbaikan puisi tersebut.Puisi kelompok pun selesai. Tiap-tiap kelompok Karena tugas yang mereka kerjakan tadi baru mengirimkan perwakilan untuk membacakan puisi. merupakan tugas kelompok, saya lalu memberikan Hasilnya sangat memuaskan. Berdasarkan tugas perorangan, yaitu menulis puisi berdasarkan pembelajaran ini saya menarik kesimpulan bahwa atas objek yang mereka amati tadi. Pada pertemuan alam sangat membantu siswa untuk berikutnya, tugas ini akan dikumpulkan. ***mengembangkan imajinasi.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 37

Guru aktif mendampingi siswa saat menulis puisi dengan memanfaatkan keindahan alam.

Usai menuliskan puisi, siswa diberi kesempatan untuk membacakan

puisinya.

Lembar kerja yang dibuat guru untuk memandu siswa menyelesaikan tugasnya.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia38 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 39

IDE/GAGASAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

agian ini berisi ide/gagasan pembelajaran bahasa Indonesia. Gagasan tersebut beberapa Bmerupakan interpretasi atas KD. Sebagian

sumber lain disarikan dari berbagai RPP yang dibuat oleh fasilitator daerah dan guru mitra DBE 3.

B

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia38 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 39

IDE/GAGASAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

agian ini berisi ide/gagasan pembelajaran bahasa Indonesia. Gagasan tersebut beberapa Bmerupakan interpretasi atas KD. Sebagian

sumber lain disarikan dari berbagai RPP yang dibuat oleh fasilitator daerah dan guru mitra DBE 3.

B

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia40

A. Kompetensi Dasar 8.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun (Kelas VII/1)

1. Menulis pantun melalui bursa larik? Memberikan larik-larik pantun dari potongan-

potongan kertas. Larik pantun serjumlah enam belas larik?Menyusun larik-larik pantun menjadi empat bait

pantun.?Mengidentifikasi syarat pantun dari larik pantun

yang telah disusun.?Mengisi lembar kerja pertama berisi dua bait

pantun yang rumpang. ?Memberikan lembar kerja kedua berisi sebuah

ilustrasi sebagai bahan untuk menulis.?Selanjutnya menyunting dan hasilnya akan

dikumpulkan dan dijadikan buku berisi pantun-pantun karya siswa.

B. Kompetensi Dasar 10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun (Kelas VII/2)

1. Bertelepon dengan menggunakan media gambar bervariasi, teks percakapan, dan miniatur pesawat telepon dari kertas?Memberikan gambar-gambar bertelepon?Mendiskusikan tata cara bertelepon?Menyusun teks?Berlatih berdialog dari teks yang telah tersusun?Mengambil nomor urut tampil?Tiap pasangan praktik bertelepon? Penguatan dari guru

2. Menulis pantun dengan menyimak lagu berisi pantun?Menyimak lagu berisi pantu?Mengidentifikasi syarat pantun dari bait-bait lagu ?Memberikan lembar kerja kedua berisi beberapa

ilustrasi peristiwa sebagai bahan menulis?Menulis pantun sesuai syarat pantun?Selanjutnya menyunting dan hasilnya akan

dikumpulkan dan dijadikan buku berisi pantun-pantun karya siswa.

2. Bertelepon dengan praktik langsung?Memberikan contoh teks percakapan bertelepon?Mengident i f ikas i secara berke lompok

kata/kalimat yang tidak efektif dan tidak santun dari teks yang dibagikan

?Menyusun teks bertelepon dengan kalimat yang efektif

?Praktik bertelepon secara berpasangan secara bergantian

3. Bertelepon langsung dengan anggota keluarga terdekat

Pengembangan Ide/ Gagasan Pembelajaran

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 41

C. Kompetensi Dasar 12.2 Menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas (Kelas VIII/2)

1. Menulis teks berita dengan memanfaatkan media gambar berbagai peristiwa dan kuis?Siswa menerima dan mencermati lembar kerja

yang diberikan guru.?Kelompok siswa berdiskusi dan berlomba

menentukan unsur-unsur berita yang sesuai dengan gambar dalam lembar kerja.

?Secara berkelompok menyusun dua variasi berita dari gambar yang disiapkan dalam lembar kerja.

?Menyunting naskah berita yang telah dibuat.?Mempresentasikan berita yang dibuat dan

kelompok lain mengomentarinya.?Guru memberikan penguatan terhadap hasil

diskusi dan presentasi kelompok.?Setiap siswa diberi lembar kerja yang berisi

gambar suatu peristiwa kemudian ditugasi merumuskan/ menulis berita yang sesuai secara individual.

2. Menulis teks berita dari peristiwa nyata?Menyajikan dua potongan teks berita dari media

massa?Membagikan LK untuk mengidentifikasi contoh

teks berita tersebut untuk menemukan unsur-unsur berita dengan panduan pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, kapan, dan bagaimana

?Siswa diminta mengingat kejadian nyata yang pernah dialami/dilihat dengan panduan pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana.

?Merangkai fakta-fakta yang dialami menjadi minimal dua teks berita yang bervariasi.

?Menyunting

3. Menulis teks berita dari tayangan film?Menyajikan dua potongan teks berita dari media

massa?Membagikan LK untuk mengidentifikasi unsur-

unsur berita dengan panduan pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, kapan, dan bagaimana

?Siswa diminta menyaksikan tayangan film ?Menulis berita berdasar tayangan film menjadi

minimal dua teks berita yang bervariasi.?Menyunting

4. Menulis teks berita dari teks cerpen?Menyajikan dua potongan teks berita dari media

massa?Membagikan LK untuk mengidentifikasi unsur-

unsur berita dengan panduan pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, kapan, dan bagaimana

?Siswa diberi teks cerpen yang ada konteks peristiwa.

?Membaca teks cerpen dan mengidentifikasi unsur-unsur berita yang terdapat dalam cerpen.

?Menulis berita berdasar teks cerpen menjadi minimal dua teks berita yang bervariasi.

?Menyunting

D. Kompetensi Dasar 2.1 Berwawancara

dengan narasumber dari berbagai kalangan d e n g a n m e m p e r h a t i k a n e t i k a berwawancara (Kelas VIII/1)

1. Berwawancara dengan nara sumber yang ada di sekolah?Menentukan tema wawancara dan narasumber ?Membagikan LK dan mendiskusikan berisi

pertanyaan untuk nara sumber sesuai tema wawancara

?Siswa keluar kelas untuk mencari narasumber yang telah mereka tentukan.

?Refleksi yang mereka tulis pada selembar kertas kecil, diantaranya tentang penguasaan tema dan keberanian ketika wawancara.

?Guru memperkuat penguasaan materi wawancara tersebut untuk dilakukan pada kegiatan sehari-hari dengan menggunakan beberapa cara yang terungkap pada materi tersebut.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia40

A. Kompetensi Dasar 8.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun (Kelas VII/1)

1. Menulis pantun melalui bursa larik? Memberikan larik-larik pantun dari potongan-

potongan kertas. Larik pantun serjumlah enam belas larik?Menyusun larik-larik pantun menjadi empat bait

pantun.?Mengidentifikasi syarat pantun dari larik pantun

yang telah disusun.?Mengisi lembar kerja pertama berisi dua bait

pantun yang rumpang. ?Memberikan lembar kerja kedua berisi sebuah

ilustrasi sebagai bahan untuk menulis.?Selanjutnya menyunting dan hasilnya akan

dikumpulkan dan dijadikan buku berisi pantun-pantun karya siswa.

B. Kompetensi Dasar 10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun (Kelas VII/2)

1. Bertelepon dengan menggunakan media gambar bervariasi, teks percakapan, dan miniatur pesawat telepon dari kertas?Memberikan gambar-gambar bertelepon?Mendiskusikan tata cara bertelepon?Menyusun teks?Berlatih berdialog dari teks yang telah tersusun?Mengambil nomor urut tampil?Tiap pasangan praktik bertelepon? Penguatan dari guru

2. Menulis pantun dengan menyimak lagu berisi pantun?Menyimak lagu berisi pantu?Mengidentifikasi syarat pantun dari bait-bait lagu ?Memberikan lembar kerja kedua berisi beberapa

ilustrasi peristiwa sebagai bahan menulis?Menulis pantun sesuai syarat pantun?Selanjutnya menyunting dan hasilnya akan

dikumpulkan dan dijadikan buku berisi pantun-pantun karya siswa.

2. Bertelepon dengan praktik langsung?Memberikan contoh teks percakapan bertelepon?Mengident i f ikas i secara berke lompok

kata/kalimat yang tidak efektif dan tidak santun dari teks yang dibagikan

?Menyusun teks bertelepon dengan kalimat yang efektif

?Praktik bertelepon secara berpasangan secara bergantian

3. Bertelepon langsung dengan anggota keluarga terdekat

Pengembangan Ide/ Gagasan Pembelajaran

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 41

C. Kompetensi Dasar 12.2 Menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas (Kelas VIII/2)

1. Menulis teks berita dengan memanfaatkan media gambar berbagai peristiwa dan kuis?Siswa menerima dan mencermati lembar kerja

yang diberikan guru.?Kelompok siswa berdiskusi dan berlomba

menentukan unsur-unsur berita yang sesuai dengan gambar dalam lembar kerja.

?Secara berkelompok menyusun dua variasi berita dari gambar yang disiapkan dalam lembar kerja.

?Menyunting naskah berita yang telah dibuat.?Mempresentasikan berita yang dibuat dan

kelompok lain mengomentarinya.?Guru memberikan penguatan terhadap hasil

diskusi dan presentasi kelompok.?Setiap siswa diberi lembar kerja yang berisi

gambar suatu peristiwa kemudian ditugasi merumuskan/ menulis berita yang sesuai secara individual.

2. Menulis teks berita dari peristiwa nyata?Menyajikan dua potongan teks berita dari media

massa?Membagikan LK untuk mengidentifikasi contoh

teks berita tersebut untuk menemukan unsur-unsur berita dengan panduan pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, kapan, dan bagaimana

?Siswa diminta mengingat kejadian nyata yang pernah dialami/dilihat dengan panduan pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana.

?Merangkai fakta-fakta yang dialami menjadi minimal dua teks berita yang bervariasi.

?Menyunting

3. Menulis teks berita dari tayangan film?Menyajikan dua potongan teks berita dari media

massa?Membagikan LK untuk mengidentifikasi unsur-

unsur berita dengan panduan pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, kapan, dan bagaimana

?Siswa diminta menyaksikan tayangan film ?Menulis berita berdasar tayangan film menjadi

minimal dua teks berita yang bervariasi.?Menyunting

4. Menulis teks berita dari teks cerpen?Menyajikan dua potongan teks berita dari media

massa?Membagikan LK untuk mengidentifikasi unsur-

unsur berita dengan panduan pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, kapan, dan bagaimana

?Siswa diberi teks cerpen yang ada konteks peristiwa.

?Membaca teks cerpen dan mengidentifikasi unsur-unsur berita yang terdapat dalam cerpen.

?Menulis berita berdasar teks cerpen menjadi minimal dua teks berita yang bervariasi.

?Menyunting

D. Kompetensi Dasar 2.1 Berwawancara

dengan narasumber dari berbagai kalangan d e n g a n m e m p e r h a t i k a n e t i k a berwawancara (Kelas VIII/1)

1. Berwawancara dengan nara sumber yang ada di sekolah?Menentukan tema wawancara dan narasumber ?Membagikan LK dan mendiskusikan berisi

pertanyaan untuk nara sumber sesuai tema wawancara

?Siswa keluar kelas untuk mencari narasumber yang telah mereka tentukan.

?Refleksi yang mereka tulis pada selembar kertas kecil, diantaranya tentang penguasaan tema dan keberanian ketika wawancara.

?Guru memperkuat penguasaan materi wawancara tersebut untuk dilakukan pada kegiatan sehari-hari dengan menggunakan beberapa cara yang terungkap pada materi tersebut.

2. Berwawancara dengan nara sumber ahli?Diskusi untuk menentukan siapa nara sumber

ahli yang akan dihadirkan?Menentukan tema wawancara?Menyusun pertanyaan untuk nara sumber?Berlatih mengemukakan pertanyaan dengan

memperhatikan etika berwawancara?Berwawancara dengan nara sumber?Menulis rangkuman hasil wawancara?Menerbitkan hasil wawancara di buletin sekolah

3. Berwawancara pada tokoh masyarakat di sekitar siswa

a. Pertemuan pertama?Diskusi untuk menentukan siapa tokoh

masyarakat yang akan dihadirkan?Menentukan tema wawancara?Menyusun pertanyaan untuk nara sumber?Berlatih mengemukakan pertanyaan dengan

memperhatikan etika berwawancara

b. Dilakukan di luar jam sekolah dan direkam?Berwawancara dengan nara sumber?Merangkum hasil wawancara?Menyerahkan rekaman dan rangkuman

wawancara pada guru

E. Kompetensi Dasar VIII/2 16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai

1. Menulis puisi dengan media lingkungan sekolah/sekitar sebagai sumber?Membagi siswa ke dalam 6 kelompok?Mentukan objek yang mereka amati sebagai

bahan penulisan, misalnya sungai, gunung, lingkungan sekolah ,sawah,kebun kelapa sawit,dan lain-lain

?Melakukan pengundian oleh ketua kelompok untuk memilih objek pengamatan.

?Siswa langsung ke lokasi untuk mengamati objek masing-masing.

?Siswa menulis kalimat-kalimat yang sesuai dengan objek yang diamati.

?Kembali ke dalam kelas menyatukan setiap kalimat yang tulis untuk dijadikan menjadi sebuah puisi utuh.

?Guru memberikan saran dan menambah atau mengurangi apa yang mereka peroleh dari luar agar lebih baik hasil.

3. Mengkritik/memuji berbagai karya sastra melalui bedah karya sastra

4. Mengkritik/memuji berbagai karya sastra melalui kunjungan ke museum

G. Kompetensi Dasar VII/1 6.2 Bercerita dengan alat peraga (Kelas VII/1)

1. Menggunakan alat peraga buatan siswa untuk bercerita?Mula-mula siswa diajak untuk mendengarkan

penggalan dongeng. ?Setelah itu mereka dibagikan pelepah pisang,

potongan kardus bekas dan kain perca sebagai material pembuatan alat peraga.

?Tiap anak tampak asyik membuat peraga sesuai dengan karakter yang akan mereka ceritakan.

?Setelah selesai, masing-masing siswa kemudian bercerita kepada teman di dalam kelompoknya.

?Memilih para pencerita terbaik di dalam kelompok untuk bercerita di depan kelas. Para pencerita tampak menghayati setiap karakter yang diceritakan.

2. Berbagi peran menggunakan alat peraga untuk bercerita?Membaca beberapa dongeng pendek. ?Membagi siswa menjadi beberapa kelompok

(satu kelompok 2-3 orang)?Diskusi kelompok untuk menentukan dongeng

yang dipilih sebagai bahan bercerita?Membagi LK berisi identifikasi benda/alat yang

terdapat pada cerita?Membagi peran dan berlatih bercerita?(Siswa ditugaskan untuk menyediakan alat peraga

yang mungkin disediakan )?Mencabut nomor urut tampil?Bercerita per kelompok tampil secara bergantian

? Tiap-tiap kelompok mengirimkan utusan untuk membacakan puisi.

? Refleksi. Siswa menyampaikan perasaan mereka selama proses penulisan puisi.

? Tugasnya pribadi menulis kembali apa yang mereka amati tadi.

2. Menulis puisi dengan menonton tayangan klip lagu

3. Menulis puisi dari potongan adegan drama tanpa suara

F. Kompetensi Dasar 2.1 Mengkritik/memuji berbagai karya sastra (seni atau produk dengan bahasa yang lugas dan santun (Kelas IX/1)

1. Mengkritik/memuji berbagai karya sastra menggunakan media potongan kertas berisi kalimat ?Siswa yang sudah dibagi dalam kelompok, akan

diberi potongan kalimat berisi pujian dan kritikan yang disusun secara acak.

?Menganalisis apakah kalimat tersebut termasuk pujian atau kritikan.

?Menyimpulkan jenis kritikan dan pujian?Menulis kritik dan pujian terhadap karya sastra (

misal cerpen)?Saling kunjung karya dan memberi komentar atas

kritik dan pujian yang telah mereka buat.?Akhir dari pembelajaran ini adalah dengan

memilih kritik dan pujian terbaik.

2. Mengkritik/memuji berbagai karya sastra melalui kunjung pameran seni?(Siswa diminta pada penugasan sebelumnya

untuk membawa produk-produk seni yang dimiliki untuk dipamerkan di ruang kelas )

?Membagi siswa menjadi beberpa kelompok (satu kelompok 3-4 orang)

?Memberikan LK berisi contoh-contoh kalimat mengkritik/memuji dengan cara membuat centang untuk membedakannya. (dikerjakan secara pribadi baru disepakati secara kelompok)

?Membahas hasil diskusi?Mencermati untuk membedakan ciri-ciri kalimat

mengkritik/memuji?Kunjung karya pameran?Menulis minimal dua kalimat mengkritik/memuji? Saling mengoreksi hasil?Refleksi

H. Kompetensi dasar 7.1. Menemukan tema, latar, penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen (Kelas IX/1)

1. Strategi kunjungan pos baca dan pemanfaatan kartu kontrol?Siswa dikelompokkan menjadi delapan

kelompok. ?Setiap kelompok harus mengunjungi delapan pos

baca sesuai urutan yang ada dalam kartu kontrol.

?Pada pos baca setiap kelompok harus membaca teks yang ada dalam kotak baca.

?Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan pilihan ganda yang ada dalam kartu kontrol yang sesuai dengan isi teks. Apabila pilihan jatuh pada jawaban A maka siswa harus menjawab pertanyaan yang ada pada kotak A. Jawaban untuk kotak A, B, atau C harus ditulis oleh siswa.

?Setelah semua kelompok melewati delapan pos maka mereka kembali ke kelas (kecepatan siswa menyelesaikan tugas ditiap pos diperhatikan pada saat mereka berlomba memasuki kelas).

?Setelah siswa berada di dalam kelas, setiap kelompok menyusun delapan kata yang sudah ditemukan pada setiap pos baca (guru sudah menentukan kalimat kunci) Apabila kalimatnya tidak tersusun atau ada kata yang menyebabkan kalimat tidak padu maka itu berarti ada pos yang jawabannya salah.

?Setiap kelompok melaporkan hasil pekerjaannya.

2. Metode jigsaw untuk menemukan tema, latar, penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia42 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 43

2. Berwawancara dengan nara sumber ahli?Diskusi untuk menentukan siapa nara sumber

ahli yang akan dihadirkan?Menentukan tema wawancara?Menyusun pertanyaan untuk nara sumber?Berlatih mengemukakan pertanyaan dengan

memperhatikan etika berwawancara?Berwawancara dengan nara sumber?Menulis rangkuman hasil wawancara?Menerbitkan hasil wawancara di buletin sekolah

3. Berwawancara pada tokoh masyarakat di sekitar siswa

a. Pertemuan pertama?Diskusi untuk menentukan siapa tokoh

masyarakat yang akan dihadirkan?Menentukan tema wawancara?Menyusun pertanyaan untuk nara sumber?Berlatih mengemukakan pertanyaan dengan

memperhatikan etika berwawancara

b. Dilakukan di luar jam sekolah dan direkam?Berwawancara dengan nara sumber?Merangkum hasil wawancara?Menyerahkan rekaman dan rangkuman

wawancara pada guru

E. Kompetensi Dasar VIII/2 16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai

1. Menulis puisi dengan media lingkungan sekolah/sekitar sebagai sumber?Membagi siswa ke dalam 6 kelompok?Mentukan objek yang mereka amati sebagai

bahan penulisan, misalnya sungai, gunung, lingkungan sekolah ,sawah,kebun kelapa sawit,dan lain-lain

?Melakukan pengundian oleh ketua kelompok untuk memilih objek pengamatan.

?Siswa langsung ke lokasi untuk mengamati objek masing-masing.

?Siswa menulis kalimat-kalimat yang sesuai dengan objek yang diamati.

?Kembali ke dalam kelas menyatukan setiap kalimat yang tulis untuk dijadikan menjadi sebuah puisi utuh.

?Guru memberikan saran dan menambah atau mengurangi apa yang mereka peroleh dari luar agar lebih baik hasil.

3. Mengkritik/memuji berbagai karya sastra melalui bedah karya sastra

4. Mengkritik/memuji berbagai karya sastra melalui kunjungan ke museum

G. Kompetensi Dasar VII/1 6.2 Bercerita dengan alat peraga (Kelas VII/1)

1. Menggunakan alat peraga buatan siswa untuk bercerita?Mula-mula siswa diajak untuk mendengarkan

penggalan dongeng. ?Setelah itu mereka dibagikan pelepah pisang,

potongan kardus bekas dan kain perca sebagai material pembuatan alat peraga.

?Tiap anak tampak asyik membuat peraga sesuai dengan karakter yang akan mereka ceritakan.

?Setelah selesai, masing-masing siswa kemudian bercerita kepada teman di dalam kelompoknya.

?Memilih para pencerita terbaik di dalam kelompok untuk bercerita di depan kelas. Para pencerita tampak menghayati setiap karakter yang diceritakan.

2. Berbagi peran menggunakan alat peraga untuk bercerita?Membaca beberapa dongeng pendek. ?Membagi siswa menjadi beberapa kelompok

(satu kelompok 2-3 orang)?Diskusi kelompok untuk menentukan dongeng

yang dipilih sebagai bahan bercerita?Membagi LK berisi identifikasi benda/alat yang

terdapat pada cerita?Membagi peran dan berlatih bercerita?(Siswa ditugaskan untuk menyediakan alat peraga

yang mungkin disediakan )?Mencabut nomor urut tampil?Bercerita per kelompok tampil secara bergantian

? Tiap-tiap kelompok mengirimkan utusan untuk membacakan puisi.

? Refleksi. Siswa menyampaikan perasaan mereka selama proses penulisan puisi.

? Tugasnya pribadi menulis kembali apa yang mereka amati tadi.

2. Menulis puisi dengan menonton tayangan klip lagu

3. Menulis puisi dari potongan adegan drama tanpa suara

F. Kompetensi Dasar 2.1 Mengkritik/memuji berbagai karya sastra (seni atau produk dengan bahasa yang lugas dan santun (Kelas IX/1)

1. Mengkritik/memuji berbagai karya sastra menggunakan media potongan kertas berisi kalimat ?Siswa yang sudah dibagi dalam kelompok, akan

diberi potongan kalimat berisi pujian dan kritikan yang disusun secara acak.

?Menganalisis apakah kalimat tersebut termasuk pujian atau kritikan.

?Menyimpulkan jenis kritikan dan pujian?Menulis kritik dan pujian terhadap karya sastra (

misal cerpen)?Saling kunjung karya dan memberi komentar atas

kritik dan pujian yang telah mereka buat.?Akhir dari pembelajaran ini adalah dengan

memilih kritik dan pujian terbaik.

2. Mengkritik/memuji berbagai karya sastra melalui kunjung pameran seni?(Siswa diminta pada penugasan sebelumnya

untuk membawa produk-produk seni yang dimiliki untuk dipamerkan di ruang kelas )

?Membagi siswa menjadi beberpa kelompok (satu kelompok 3-4 orang)

?Memberikan LK berisi contoh-contoh kalimat mengkritik/memuji dengan cara membuat centang untuk membedakannya. (dikerjakan secara pribadi baru disepakati secara kelompok)

?Membahas hasil diskusi?Mencermati untuk membedakan ciri-ciri kalimat

mengkritik/memuji?Kunjung karya pameran?Menulis minimal dua kalimat mengkritik/memuji? Saling mengoreksi hasil?Refleksi

H. Kompetensi dasar 7.1. Menemukan tema, latar, penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen (Kelas IX/1)

1. Strategi kunjungan pos baca dan pemanfaatan kartu kontrol?Siswa dikelompokkan menjadi delapan

kelompok. ?Setiap kelompok harus mengunjungi delapan pos

baca sesuai urutan yang ada dalam kartu kontrol.

?Pada pos baca setiap kelompok harus membaca teks yang ada dalam kotak baca.

?Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan pilihan ganda yang ada dalam kartu kontrol yang sesuai dengan isi teks. Apabila pilihan jatuh pada jawaban A maka siswa harus menjawab pertanyaan yang ada pada kotak A. Jawaban untuk kotak A, B, atau C harus ditulis oleh siswa.

?Setelah semua kelompok melewati delapan pos maka mereka kembali ke kelas (kecepatan siswa menyelesaikan tugas ditiap pos diperhatikan pada saat mereka berlomba memasuki kelas).

?Setelah siswa berada di dalam kelas, setiap kelompok menyusun delapan kata yang sudah ditemukan pada setiap pos baca (guru sudah menentukan kalimat kunci) Apabila kalimatnya tidak tersusun atau ada kata yang menyebabkan kalimat tidak padu maka itu berarti ada pos yang jawabannya salah.

?Setiap kelompok melaporkan hasil pekerjaannya.

2. Metode jigsaw untuk menemukan tema, latar, penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia42 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 43

Syamsul Agus, Drs.SMPN 10 Binjai, SUMUT

Masnasari, s.PdSMPN 2 Pangkajene, Kab. Pangkep, Sulsel

Vanda Manurung, S.PdSMPN 1 Tarutung, SUMUT

Baren Barnabas, S.PdSMPN 2 Cikajang, Kabupaten Garut, Jabar

Julpan Siregar, S.PdSMPN 3 Tanjung Balai, Sumut

Baren Barnabas, S.PdSMPN 2 Cikajang, Kabupaten Garut, Jabar

M.Bayu Firmansyah, S.PdMTs YTI Nguling, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur

Baren Barnabas, S.PdSMPN 2 Cikajang, Kabupaten Garut, Jabar

Abdul Khayyi, S.PdBaren Barnabas, S.PdSMPN 2 Cikajang, Kabupaten Garut, Jabar

Khadijah , S.PdMTsN Batang Angkola, Tapsel, SUMUT

Ernawati, S.Pd

Wijiastutik, S.PdSMPN 1 Rejoso, Kabupaten Pasuruan, Jatim

Dra . Sumasri, M.MSMPN 2 Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jatim

Sutarno, M.PdSMPN 2 Semanding, Kabupaten Tuban, Jatim

Masnasari, s.PdSMPN 2 Pangkajene, Kab. Pangkep, Sulsel

VII/18.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun

IX/1Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa dengan menggunakan kalimat yang jelas

VII/210.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun

VII/216.1 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam

VIII/212.2 Menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas

VIII/212.2 Menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas

VIII/12.1 Berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan dengan memperhatikan etika berwawancara

VIII/14.1. Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar

VII/18.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun

IX/16.2 Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada kesesuaian isi puisi dan suasana/irama yang dibangunVIII/2

16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai

IX/12.1 Mengkritik/memuji berbagai karya sastra (seni atau produk dengan bahasa yang lugas dan santun

VIII/14.3. Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif

VII/16.2 Bercerita dengan alat peraga

VIII/14.1 Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar

IX/17.1 Menemukan tema, latar, penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen

Menulis pantun dengan menggunakan media bursa larik(potongan-potongan larik pantun) yang dimasukkan ke dalam toples

Memanfaatkan hasil rekaman peristiwa yang terjadi di sekitar sekolah sebagai bahan repoetase siswa

Menggunakan media gambar bervariasi dan teks percakapan bertelepon dan miniatur pesawat telepon dari kertas

Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber menulis puisi

Memanfaatkan media gambar berbagai peristiwa dan kuis

Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber menulis berita

Memanfaatkan nara sumber yang ada di sekolah

Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber menulis laporan

Menulis pantun dengan permainan dadu untuk mempercepat proses menulis pantun

Melaksanakan parade musikalisasi puisi untuk setiap kelompok siswa

Memanfaatkan media lingkungan sekolah/sekitar sebagai sumber menulis puisi

Menggunakan media potongan-potongan kalimat yang berisi pijuian dan kritikan

Menggunakan media kertas untuk menulis proses membuat bunga

Menggunakan alat peraga buatan siswa untuk bercerita

Memanfaatkan peristiwa upacara adat di Tuban tentang Tradisi Manganan

Stategi kunjungan pos baca dan pemanfaatan kartu kontrol

1 10

2 11

3 12

4 13

514

6

7

15

8

16

9

NO NODATA PENULIS DATA PENULISKD KDIDE PEMBELAJARAN IDE PEMBELAJARAN

44 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 45Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Syamsul Agus, Drs.SMPN 10 Binjai, SUMUT

Masnasari, s.PdSMPN 2 Pangkajene, Kab. Pangkep, Sulsel

Vanda Manurung, S.PdSMPN 1 Tarutung, SUMUT

Baren Barnabas, S.PdSMPN 2 Cikajang, Kabupaten Garut, Jabar

Julpan Siregar, S.PdSMPN 3 Tanjung Balai, Sumut

Baren Barnabas, S.PdSMPN 2 Cikajang, Kabupaten Garut, Jabar

M.Bayu Firmansyah, S.PdMTs YTI Nguling, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur

Baren Barnabas, S.PdSMPN 2 Cikajang, Kabupaten Garut, Jabar

Abdul Khayyi, S.PdBaren Barnabas, S.PdSMPN 2 Cikajang, Kabupaten Garut, Jabar

Khadijah , S.PdMTsN Batang Angkola, Tapsel, SUMUT

Ernawati, S.Pd

Wijiastutik, S.PdSMPN 1 Rejoso, Kabupaten Pasuruan, Jatim

Dra . Sumasri, M.MSMPN 2 Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jatim

Sutarno, M.PdSMPN 2 Semanding, Kabupaten Tuban, Jatim

Masnasari, s.PdSMPN 2 Pangkajene, Kab. Pangkep, Sulsel

VII/18.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun

IX/1Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa dengan menggunakan kalimat yang jelas

VII/210.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun

VII/216.1 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam

VIII/212.2 Menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas

VIII/212.2 Menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas

VIII/12.1 Berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan dengan memperhatikan etika berwawancara

VIII/14.1. Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar

VII/18.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun

IX/16.2 Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada kesesuaian isi puisi dan suasana/irama yang dibangunVIII/2

16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai

IX/12.1 Mengkritik/memuji berbagai karya sastra (seni atau produk dengan bahasa yang lugas dan santun

VIII/14.3. Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif

VII/16.2 Bercerita dengan alat peraga

VIII/14.1 Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar

IX/17.1 Menemukan tema, latar, penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen

Menulis pantun dengan menggunakan media bursa larik(potongan-potongan larik pantun) yang dimasukkan ke dalam toples

Memanfaatkan hasil rekaman peristiwa yang terjadi di sekitar sekolah sebagai bahan repoetase siswa

Menggunakan media gambar bervariasi dan teks percakapan bertelepon dan miniatur pesawat telepon dari kertas

Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber menulis puisi

Memanfaatkan media gambar berbagai peristiwa dan kuis

Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber menulis berita

Memanfaatkan nara sumber yang ada di sekolah

Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber menulis laporan

Menulis pantun dengan permainan dadu untuk mempercepat proses menulis pantun

Melaksanakan parade musikalisasi puisi untuk setiap kelompok siswa

Memanfaatkan media lingkungan sekolah/sekitar sebagai sumber menulis puisi

Menggunakan media potongan-potongan kalimat yang berisi pijuian dan kritikan

Menggunakan media kertas untuk menulis proses membuat bunga

Menggunakan alat peraga buatan siswa untuk bercerita

Memanfaatkan peristiwa upacara adat di Tuban tentang Tradisi Manganan

Stategi kunjungan pos baca dan pemanfaatan kartu kontrol

1 10

2 11

3 12

4 13

514

6

7

15

8

16

9

NO NODATA PENULIS DATA PENULISKD KDIDE PEMBELAJARAN IDE PEMBELAJARAN

44 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 45Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Nanang Syafi’iDF DBE3 Kab. Tuban

Drs. E. Nur Budi, M.Pd.SMP Negeri 2 Jekulo Kudus

Sodikin, S.Pd.

Drs. E. Nur Budi, M.Pd.SMP Negeri 2 Jekulo Kudus

Rina RosmayanaGuru Bhs. Indonesia MTSN Garut

Ida Wahyuni & St. Ummi WafirohMTs. NU Hasyim Asy’ari 03

SiliwarniGuru MTS Negeri Takalalla, Kab. Soppeng

Ida Wahyuni & St. Ummi WafirohGuru MTs. NU Hasyim Asy’ari 03

Hasmin B. HarunGuru SMPN 2 Baranti

Dra. Sofiyah dan Ikhda Khoirunnisa, S.Pd.Guru MTs. NU. Miftahul Ulum

Nasir, S.Pd., M.Pd.Guru SMPN 20 Makassar

Ida Nurhayati Setiyarini, S.Pd.

Edi SutopoMTsN Cokerto, Grobogan

Sri Wahyuni, S.Pd.Guru SMP 2 Jekulo Kudus

VII/14.1 Menulis buku harian atau pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan dengan bahasa yang baik dan benar

VIII/212.2. Menulis teks berita secara singkat, padat,dan jelas.

VIII/13.2 Mendeskripsikan tempat atau arah dalam konteks yang sesuai dengan yang tertera pada denah

VIII/216.1. Menulis puisi bebas dengan diksi yang sesuai

VII/15.1 Menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng yang diperdengarkan

VII/210.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun

VII/18.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun

VII/215.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinestik yang sesuai dengan isi puisi

IX/12.2 Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa dengan menggunakan kalimat yang jelas

VII/216.1 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam

VIII/22.1 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama

VII/27.1 Menceritakan kembali cerita anak yang dibaca

IX/1 8.2 Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

VII/215.2 Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksikan dalam buku cerita anak baik asli maupun terjemahan

Menulis buku harian dengan menggunakan model pembelajaran diskusi kelompok kecil (Small groups discusion)

Menulis teks berita berdasarkan slide gambar bencana

Mendeskripsikan tempat atau arah dengan memanfaatkan media denah

Menulis puisi dengan memanfaatkan diksi dari puisi yang telah dibaca

Menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng yang diceritakan oleh guru dengan menggunakan kartu acak

Bertelepon dengan menggunakan media film dan strategi sosiodrama

Menulis pantun dengan model menabung pantun untuk menjadi juara

Membaca indah puisi dengan modeling

Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa dengan menggunakan metode reportase serta memanfaatkan media foto-foto dan video peristiwa

Menulis kreatif puisi berdasarkan sumbang kata dari rangsang gambar

Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan rangsang media film bisu (Movie Maker)

Bercerita dengan berpatokan pada pokok-pokok cerita yang telah dibaca

Menulis cerita pendek dengan merangkai peristiwa yang dialami dan diidealkan

Menemukan tokoh utama, watak tokoh utama dan realitas kehidupan anak dalam cerita anak berawal dari kelompok berakhir pada individu

1 9

2

10

3

11

4

12

5

13

6

7

14

8

NO NODATA PENULIS DATA PENULISKD KDIDE PEMBELAJARAN IDE PEMBELAJARAN

46 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 47Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Nanang Syafi’iDF DBE3 Kab. Tuban

Drs. E. Nur Budi, M.Pd.SMP Negeri 2 Jekulo Kudus

Sodikin, S.Pd.

Drs. E. Nur Budi, M.Pd.SMP Negeri 2 Jekulo Kudus

Rina RosmayanaGuru Bhs. Indonesia MTSN Garut

Ida Wahyuni & St. Ummi WafirohMTs. NU Hasyim Asy’ari 03

SiliwarniGuru MTS Negeri Takalalla, Kab. Soppeng

Ida Wahyuni & St. Ummi WafirohGuru MTs. NU Hasyim Asy’ari 03

Hasmin B. HarunGuru SMPN 2 Baranti

Dra. Sofiyah dan Ikhda Khoirunnisa, S.Pd.Guru MTs. NU. Miftahul Ulum

Nasir, S.Pd., M.Pd.Guru SMPN 20 Makassar

Ida Nurhayati Setiyarini, S.Pd.

Edi SutopoMTsN Cokerto, Grobogan

Sri Wahyuni, S.Pd.Guru SMP 2 Jekulo Kudus

VII/14.1 Menulis buku harian atau pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan dengan bahasa yang baik dan benar

VIII/212.2. Menulis teks berita secara singkat, padat,dan jelas.

VIII/13.2 Mendeskripsikan tempat atau arah dalam konteks yang sesuai dengan yang tertera pada denah

VIII/216.1. Menulis puisi bebas dengan diksi yang sesuai

VII/15.1 Menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng yang diperdengarkan

VII/210.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun

VII/18.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun

VII/215.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinestik yang sesuai dengan isi puisi

IX/12.2 Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa dengan menggunakan kalimat yang jelas

VII/216.1 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam

VIII/22.1 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama

VII/27.1 Menceritakan kembali cerita anak yang dibaca

IX/1 8.2 Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

VII/215.2 Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksikan dalam buku cerita anak baik asli maupun terjemahan

Menulis buku harian dengan menggunakan model pembelajaran diskusi kelompok kecil (Small groups discusion)

Menulis teks berita berdasarkan slide gambar bencana

Mendeskripsikan tempat atau arah dengan memanfaatkan media denah

Menulis puisi dengan memanfaatkan diksi dari puisi yang telah dibaca

Menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng yang diceritakan oleh guru dengan menggunakan kartu acak

Bertelepon dengan menggunakan media film dan strategi sosiodrama

Menulis pantun dengan model menabung pantun untuk menjadi juara

Membaca indah puisi dengan modeling

Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa dengan menggunakan metode reportase serta memanfaatkan media foto-foto dan video peristiwa

Menulis kreatif puisi berdasarkan sumbang kata dari rangsang gambar

Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan rangsang media film bisu (Movie Maker)

Bercerita dengan berpatokan pada pokok-pokok cerita yang telah dibaca

Menulis cerita pendek dengan merangkai peristiwa yang dialami dan diidealkan

Menemukan tokoh utama, watak tokoh utama dan realitas kehidupan anak dalam cerita anak berawal dari kelompok berakhir pada individu

1 9

2

10

3

11

4

12

5

13

6

7

14

8

NO NODATA PENULIS DATA PENULISKD KDIDE PEMBELAJARAN IDE PEMBELAJARAN

46 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 47Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

agian ini berisi tulisan-tulisan ringan yang bermanfaat bagi Bpembaca. Tulisan tersebut

dihimpun melalui liputan, cerita pengalaman ringan guru, dan cerita pengalaman siswa.Ada banyak hal menarik yang dapat dipetik dari serba-serbi ini. Semoga bermanfaat

SERBA-SERBI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

C

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia48 49Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

agian ini berisi tulisan-tulisan ringan yang bermanfaat bagi Bpembaca. Tulisan tersebut

dihimpun melalui liputan, cerita pengalaman ringan guru, dan cerita pengalaman siswa.Ada banyak hal menarik yang dapat dipetik dari serba-serbi ini. Semoga bermanfaat

SERBA-SERBI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

C

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia48 49Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia50

umber belajar ternyata melimpah di luar sekolah dan murah, seperti bungkus Mie Smisalnya. Bungkus mie yang kita temui

sehari-hari pun dapat menjadi media belajar untuk membelajarkan siswa tentang bahasa petunjuk, demikian penjelasan pak Arief Budi, guru Bahasa Indonesia MTsN Karangmojo.

Banyak guru beranggapan bahwa program DBE3 identik dengan pembelajaran mahal, padahal saya ternyata mampu berkreasi dengan bungkus mie instan yang menjadi sampah rumah tangga bisa dijadikan media/sumber belajar.

Barang yang sederhana dan banyak dijumpai di lingkungan sekitar dan sudah tidak bermanfaat, ternyata mampu menginspirasi mereka untuk mendalami materi pelajaran. Dampaknya, anak akan lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya dan akan melakukan eksplorasi imajinasinya.

Belajar dari Bungkus Mie Instan

Belajar dari Bungkus Mie Instan

51Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Siswa secara berpasangan memperhatikan petunjuk pembuatan mie instan yang ada di bungkus untuk mengetahui jenis bahasa petunjuk.

Melaporkan PeristiwaSK : Berbicara Mengungkapkan pikiran, perasaan

dan informasi dalam bentuk komentar dan laporan

KD : Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa dengan kalimat yang jelas

Indikator: 1. Mampu mendeskripsikan peristiwa secara rinci 2. Mampu melaporkan berbagai jenis peristiwa

dengan kalimat yang jelas

Langkah-langkah Pembelajaran : 1. Merekam peristiwa yang terjadi di lingkungan

sekitar 2. Hasil rekaman dijadikan media sekaligus bahan ajar 3. Rekaman peristiwa ditayangkan 4. Siswa bergantian tampil layaknya seorang reporter

melaporkan peristiwa yang ada dalam rekaman 5. Hal yang dinilai adalah kemampuan siswa

melaporkan peristiwa secara singkat, padat, jelas, lugas, rasa percaya diri, menarik perhatian, lancar, dan baku.

6. Siswa yang tidak tampil menjadi pengamat, selanjutnya pengamat memberi masukan apabila itu memang dibutuhkan.

Mengajar, Bukan Sekadar Menggugurkan KewajibanMengajar, Bukan Sekadar Menggugurkan Kewajiban

engapa siswa enjoy belajar? Semua guru bisa menjawabnya dengan beragam pendapat. Tapi, Masna Sari, guru Bahasa Indonesia SMPN 2 MPangkep punya jawaban sederhana, yakni karena siswa paham materi

pembelajaran. Jawaban inilah yang menjiwai setiap kegiatan pembelajarannya. Ia merasa pembelajarannya gagal jika siswanya tidak paham materi yang diajarkan. Untuk membuat siswa paham, ia selalu berusaha menghadirkan situasi kontekstual di kelas dan mengatifkan siswa saat belajar.

“Memang capek, tapi mengajar bukan sekedar menggugurkan kewajiban,”katanya. Di bawah, ia berbagi pengalaman tentang bagaimana kecakapan siswanya berbicara dalam simulasi peran sebaga presenter. Bagaimana memampukan siswanya menganalisis cerpen dalam suasana santai.

Perwakilan siswa tengah memodelkan melaporkan suatu peristiwa. Dirinya berbicara dalam simulasi peran sebagai presenter.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia50

umber belajar ternyata melimpah di luar sekolah dan murah, seperti bungkus Mie Smisalnya. Bungkus mie yang kita temui

sehari-hari pun dapat menjadi media belajar untuk membelajarkan siswa tentang bahasa petunjuk, demikian penjelasan pak Arief Budi, guru Bahasa Indonesia MTsN Karangmojo.

Banyak guru beranggapan bahwa program DBE3 identik dengan pembelajaran mahal, padahal saya ternyata mampu berkreasi dengan bungkus mie instan yang menjadi sampah rumah tangga bisa dijadikan media/sumber belajar.

Barang yang sederhana dan banyak dijumpai di lingkungan sekitar dan sudah tidak bermanfaat, ternyata mampu menginspirasi mereka untuk mendalami materi pelajaran. Dampaknya, anak akan lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya dan akan melakukan eksplorasi imajinasinya.

Belajar dari Bungkus Mie Instan

Belajar dari Bungkus Mie Instan

51Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Siswa secara berpasangan memperhatikan petunjuk pembuatan mie instan yang ada di bungkus untuk mengetahui jenis bahasa petunjuk.

Melaporkan PeristiwaSK : Berbicara Mengungkapkan pikiran, perasaan

dan informasi dalam bentuk komentar dan laporan

KD : Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa dengan kalimat yang jelas

Indikator: 1. Mampu mendeskripsikan peristiwa secara rinci 2. Mampu melaporkan berbagai jenis peristiwa

dengan kalimat yang jelas

Langkah-langkah Pembelajaran : 1. Merekam peristiwa yang terjadi di lingkungan

sekitar 2. Hasil rekaman dijadikan media sekaligus bahan ajar 3. Rekaman peristiwa ditayangkan 4. Siswa bergantian tampil layaknya seorang reporter

melaporkan peristiwa yang ada dalam rekaman 5. Hal yang dinilai adalah kemampuan siswa

melaporkan peristiwa secara singkat, padat, jelas, lugas, rasa percaya diri, menarik perhatian, lancar, dan baku.

6. Siswa yang tidak tampil menjadi pengamat, selanjutnya pengamat memberi masukan apabila itu memang dibutuhkan.

Mengajar, Bukan Sekadar Menggugurkan KewajibanMengajar, Bukan Sekadar Menggugurkan Kewajiban

engapa siswa enjoy belajar? Semua guru bisa menjawabnya dengan beragam pendapat. Tapi, Masna Sari, guru Bahasa Indonesia SMPN 2 MPangkep punya jawaban sederhana, yakni karena siswa paham materi

pembelajaran. Jawaban inilah yang menjiwai setiap kegiatan pembelajarannya. Ia merasa pembelajarannya gagal jika siswanya tidak paham materi yang diajarkan. Untuk membuat siswa paham, ia selalu berusaha menghadirkan situasi kontekstual di kelas dan mengatifkan siswa saat belajar.

“Memang capek, tapi mengajar bukan sekedar menggugurkan kewajiban,”katanya. Di bawah, ia berbagi pengalaman tentang bagaimana kecakapan siswanya berbicara dalam simulasi peran sebaga presenter. Bagaimana memampukan siswanya menganalisis cerpen dalam suasana santai.

Perwakilan siswa tengah memodelkan melaporkan suatu peristiwa. Dirinya berbicara dalam simulasi peran sebagai presenter.

Dengan pembelajaran kelompok seperti ini, belajar menjadi lebih menyenangkan.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia52

Suci Ika Yuniati, Siswa Kelas IX SMPN 1 Rejoso, Pasuruan, Jawa Timur

ulu, ketika pertama kali saya mendengar saya dan teman-teman makin meningkat untuk istilah DBE3, saya bingung, karena istilah memenuhi papan tersebut. Dtersebut terasa asing di telinga saya. Ternyata,

DBE3 merupakan singkatan dari Decentralized Basic Sekarang tempat duduk siswa di sekolah saya juga Education 3, yang dapat diartikan sebagai “memberi sudah berubah menjadi berkelompok. Sebenarnya saya otonomi sepenuhnya kepada sekolah untuk tidak suka dengan adanya kerja kelompok. Karena saya melakukan pembelajaran”. tahu, pasti teman-teman akan mengandalkan anggota

kelompok yang lebih pintar. Tapi dengan adanya Sejak guru-guru di sekolah saya mengikuti pelatihan pengawasan dari guru dan juga dari dalam kelompok, DBE3, cara belajar di sekolah saya juga mulai berbeda. hal tersebut bisa dihindari. Selain itu, guru juga Menggunakan media, lembar kerja serta memajang memberikan tugas yang sifatnya individu. Sehingga karya dan itu membuat saya lebih mudah dan mengerti setiap siswa harus menyelesaikan sendiri tugas tentang apa yang sedang dipelajari. Saya senang, sekolah tersebut. Biasanya setelah kami selesai mengerjakan saya menjadi mitra DBE3. Walaupun beban tugas saya tugas kelompok, kami kemudian disuruh untuk melihat menjadi bertambah, tetapi karena untuk kemajuan saya karya kelompok lain. Ini membuat saya lebih tahu pribadi, maka saya tidak keberatan melakukannya. kemampuan dan kreat iv i tas saya dengan

membandingkan hasil kerja kami dengan kelompok Setelah ada kegiatan DBE3, secara fisik ada yang yang lain. pelajaran yang akan dipelajari dan materi yang berubah dari sekolah saya. Yakni adanya papan pajangan penting. Dengan tatanan bangku seperti ini, saya mudah karya siswa di setiap kelas. Hal ini membuat semangat bersosialisasi dengan teman saya.

Belajar untuk Masa Depan Menggunakan Metode DBE3Belajar untuk Masa Depan Menggunakan Metode DBE3

53

Kita tahu bahwa setiap perbuatan pasti ada manfaatnya. Termasuk belajar. Saya contohkan disini adalah saat pelajaran Bahasa Indonesia, karena kebetulan saya menyukai pelajaran ini. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia ada KD Menulis Cerpen dan Naskah Drama Berdasarkan Pengalaman Nyata. Tentu di kehidupan nyata ini akan berguna bagi teman-teman yang mempunyai bakat menulis dan ingin terjun sebagai penulis skenario ataupun sutradara. Satu contoh lagi, ada KD Menulis Teks Pidato. Ini juga akan memunculkan manfaat yang nyata, saat kita sudah terjun di masyarakat nanti. Bila nanti kita terpilih menjadi kepala desa atau yang lain, kita sudah tidak takut lagi untuk memberi sambutan maupun berpidato. Atau jika di sekolah, kita terpilih menjadi ketua OSIS misalnya. Jika tiba- tiba kita disuruh untuk memberi sambutan di suatu acara walaupun tanpa teks, kita akan mampu memberikan sambutan dengan lancar.

Ternyata banyak sekali manfaat dari kegiatan pembelajaran DBE3. Saya tahu, tidak semua sekolah menjadi mitra DBE3. Oleh karena itu, saya berharap sekolah-sekolah yang telah menjadi mitra DBE3 dapat menularkan ilmunya ke sekolah-sekolah lain, sehingga mutu pendidikan di Indonesia akan meningkat secara merata. Terima kasih DBE3.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Perubahan pembelajaran yang kini terjadi di sekolahku.

Dengan pembelajaran kelompok seperti ini, belajar menjadi lebih menyenangkan.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia52

Suci Ika Yuniati, Siswa Kelas IX SMPN 1 Rejoso, Pasuruan, Jawa Timur

ulu, ketika pertama kali saya mendengar saya dan teman-teman makin meningkat untuk istilah DBE3, saya bingung, karena istilah memenuhi papan tersebut. Dtersebut terasa asing di telinga saya. Ternyata,

DBE3 merupakan singkatan dari Decentralized Basic Sekarang tempat duduk siswa di sekolah saya juga Education 3, yang dapat diartikan sebagai “memberi sudah berubah menjadi berkelompok. Sebenarnya saya otonomi sepenuhnya kepada sekolah untuk tidak suka dengan adanya kerja kelompok. Karena saya melakukan pembelajaran”. tahu, pasti teman-teman akan mengandalkan anggota

kelompok yang lebih pintar. Tapi dengan adanya Sejak guru-guru di sekolah saya mengikuti pelatihan pengawasan dari guru dan juga dari dalam kelompok, DBE3, cara belajar di sekolah saya juga mulai berbeda. hal tersebut bisa dihindari. Selain itu, guru juga Menggunakan media, lembar kerja serta memajang memberikan tugas yang sifatnya individu. Sehingga karya dan itu membuat saya lebih mudah dan mengerti setiap siswa harus menyelesaikan sendiri tugas tentang apa yang sedang dipelajari. Saya senang, sekolah tersebut. Biasanya setelah kami selesai mengerjakan saya menjadi mitra DBE3. Walaupun beban tugas saya tugas kelompok, kami kemudian disuruh untuk melihat menjadi bertambah, tetapi karena untuk kemajuan saya karya kelompok lain. Ini membuat saya lebih tahu pribadi, maka saya tidak keberatan melakukannya. kemampuan dan kreat iv i tas saya dengan

membandingkan hasil kerja kami dengan kelompok Setelah ada kegiatan DBE3, secara fisik ada yang yang lain. pelajaran yang akan dipelajari dan materi yang berubah dari sekolah saya. Yakni adanya papan pajangan penting. Dengan tatanan bangku seperti ini, saya mudah karya siswa di setiap kelas. Hal ini membuat semangat bersosialisasi dengan teman saya.

Belajar untuk Masa Depan Menggunakan Metode DBE3Belajar untuk Masa Depan Menggunakan Metode DBE3

53

Kita tahu bahwa setiap perbuatan pasti ada manfaatnya. Termasuk belajar. Saya contohkan disini adalah saat pelajaran Bahasa Indonesia, karena kebetulan saya menyukai pelajaran ini. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia ada KD Menulis Cerpen dan Naskah Drama Berdasarkan Pengalaman Nyata. Tentu di kehidupan nyata ini akan berguna bagi teman-teman yang mempunyai bakat menulis dan ingin terjun sebagai penulis skenario ataupun sutradara. Satu contoh lagi, ada KD Menulis Teks Pidato. Ini juga akan memunculkan manfaat yang nyata, saat kita sudah terjun di masyarakat nanti. Bila nanti kita terpilih menjadi kepala desa atau yang lain, kita sudah tidak takut lagi untuk memberi sambutan maupun berpidato. Atau jika di sekolah, kita terpilih menjadi ketua OSIS misalnya. Jika tiba- tiba kita disuruh untuk memberi sambutan di suatu acara walaupun tanpa teks, kita akan mampu memberikan sambutan dengan lancar.

Ternyata banyak sekali manfaat dari kegiatan pembelajaran DBE3. Saya tahu, tidak semua sekolah menjadi mitra DBE3. Oleh karena itu, saya berharap sekolah-sekolah yang telah menjadi mitra DBE3 dapat menularkan ilmunya ke sekolah-sekolah lain, sehingga mutu pendidikan di Indonesia akan meningkat secara merata. Terima kasih DBE3.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Perubahan pembelajaran yang kini terjadi di sekolahku.

Buku Cerita Lebih MenarikMelda Oktopiyani Nasution, S.Pd, Guru MTs N Tebing Tinggi, Sumatera Utara

nda ingin siswa mampu menemukan unsur pembelajaran hari itu. Ia senang karena anak-anak dan mengomentari sebuah cerita? Anda bisa senang membaca. Ibu Melda senang karena buku cerita Amencoba dua hal ini. Pertama, berikan siswa di sekolahnya cukup banyak.

Anda buku cerita. Kedua, biarkan siswa Anda yang memilih sendiri cerita yang ingin ia baca. Tapi Ibu Melda juga menghadapi tantangan. Jumlah buku

yang terbatas, membuat dua orang siswa harus berbagi Siswa seolah masuk dalam cerita, jika ia menemukan satu buku. Waktu membaca secara bergantian ternyata kisah yang ia senangi. Ia menemukan kegirangan tidak cukup. Apalagi buku yang dibaca cukup tebal. sendiri. Seolah-olah, ia adalah bagian dari cerita. Akibatnya siswa tidak utuh membaca cerita. “ Perasaan itu yang dirasakan Iman dan Nanang, siswa …kedepannya saya akan memilih buku cerita yang lain. kelas VII. Dan sedikit dari segi halaman agar siswa (bisa mendapat

kesempatan membaca dan) merasa lebih baik lagi dalam Iman dan Nanang membaca cerita pendek bertajuk pembelajaran ini,” tulis Ibu Melda dalam refleksinya.Gajah Afrika dan Gajah India. Menurut Iman, cerita pendek itu mempunyai pesan bahwa Gajah tidak sama semuanya.” Pesannya harus bisa membedakan antara Gajah Afrika dan Gajah India,” tulis Iman.

Rizkiah dan Miranda membaca cerpen Belo Jadi Detektif. Menurut Rizkiah, cerita itu berkisah soal Reni yang kehilangan bonekanya. Boneka itu dibuang kakaknya, karena Reni tidak mau belajar. Akhirnya Reni berjanji akan giat belajar jika bonekanya kembali. Sang kakakpun mencari kembali boneka itu.” Pesan cerita ini adalah jangan malas belajar dan jangan suka menuduh orang lain,” pungkas Rizkiah.

Ibu Melda Oktopiyani Nasution, S.Pd cukup puas akan

54 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Topik mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dalam bentuk komentar dan laporan rupanya tidak selamanya berbentuk kalimat. Di SMP Negeri 3 Sibolga, Kota Sibolga, Sumatera Utara topik ini bisa menghasilkan gambar karikatur.

eptiyan Pratama, siswa kelas IX-D sumringah menunjukkan gambar karikaturnya. Deretan Smobil dengan teks mengelitik, membuat kaya

Pratama menarik perhatian. Lewat karikatur ia mengungkapkan perasaannya.”Saya mau semua orang punya kesempatan yang sama,” ujar Pratama.

Gagasan Pratama datang dari berita media massa. Ia diminta Ibu Riamin Tambunan, guru Bahasa Indonesia untuk mengindentifikasi dari laporan media massa. Pratama mencermati point penting dalam sebuah laporan.

Setelah itu, Pratama bersama kelompok diminta membuat rencana penulisan laporan. Penyusunan harus mengacu pada point yang mereka cermati dari laporan sebelumnya. Selama proses, siswa menemukan pokok-pokok laporan yang menarik.

Setelah Pratama berhasil mengidentifikasi, kemudian dilanjutkan dengan membuat format penilaian. Format ini disusun secara partisipatif. Katagori laporan menarik disusun berdasarkan penemuan siswa.

Setelah itu Ibu Tambunan meminta Pratama bekerja perorangan. Mereka diminta menggambarkan komentarnya atas laporan yang ada. Laporan dibuat dalam bentuk gambar karikatur. Menurut Ibu Tambunan, jika anak diminta menuliskan dalam bentuk kalimat, maka akan kesulitan.” Makanya saya suruh mereka menggambar,” terang Ibu Tambunan.

55Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Siswa secara berpasangan memilih dan membaca buku cerita yang mereka

Ini adalah salah satu buku cerita yang paling digemari siswa

Menggambar Komentar

Septiyan Pratama menyusun laporan dalam bentuk gambar karikatur

Septiyan Pratama, Siswa SMPN 5 Sibolga, Sumatera Utara

Buku Cerita Lebih MenarikMelda Oktopiyani Nasution, S.Pd, Guru MTs N Tebing Tinggi, Sumatera Utara

nda ingin siswa mampu menemukan unsur pembelajaran hari itu. Ia senang karena anak-anak dan mengomentari sebuah cerita? Anda bisa senang membaca. Ibu Melda senang karena buku cerita Amencoba dua hal ini. Pertama, berikan siswa di sekolahnya cukup banyak.

Anda buku cerita. Kedua, biarkan siswa Anda yang memilih sendiri cerita yang ingin ia baca. Tapi Ibu Melda juga menghadapi tantangan. Jumlah buku

yang terbatas, membuat dua orang siswa harus berbagi Siswa seolah masuk dalam cerita, jika ia menemukan satu buku. Waktu membaca secara bergantian ternyata kisah yang ia senangi. Ia menemukan kegirangan tidak cukup. Apalagi buku yang dibaca cukup tebal. sendiri. Seolah-olah, ia adalah bagian dari cerita. Akibatnya siswa tidak utuh membaca cerita. “ Perasaan itu yang dirasakan Iman dan Nanang, siswa …kedepannya saya akan memilih buku cerita yang lain. kelas VII. Dan sedikit dari segi halaman agar siswa (bisa mendapat

kesempatan membaca dan) merasa lebih baik lagi dalam Iman dan Nanang membaca cerita pendek bertajuk pembelajaran ini,” tulis Ibu Melda dalam refleksinya.Gajah Afrika dan Gajah India. Menurut Iman, cerita pendek itu mempunyai pesan bahwa Gajah tidak sama semuanya.” Pesannya harus bisa membedakan antara Gajah Afrika dan Gajah India,” tulis Iman.

Rizkiah dan Miranda membaca cerpen Belo Jadi Detektif. Menurut Rizkiah, cerita itu berkisah soal Reni yang kehilangan bonekanya. Boneka itu dibuang kakaknya, karena Reni tidak mau belajar. Akhirnya Reni berjanji akan giat belajar jika bonekanya kembali. Sang kakakpun mencari kembali boneka itu.” Pesan cerita ini adalah jangan malas belajar dan jangan suka menuduh orang lain,” pungkas Rizkiah.

Ibu Melda Oktopiyani Nasution, S.Pd cukup puas akan

54 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Topik mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dalam bentuk komentar dan laporan rupanya tidak selamanya berbentuk kalimat. Di SMP Negeri 3 Sibolga, Kota Sibolga, Sumatera Utara topik ini bisa menghasilkan gambar karikatur.

eptiyan Pratama, siswa kelas IX-D sumringah menunjukkan gambar karikaturnya. Deretan Smobil dengan teks mengelitik, membuat kaya

Pratama menarik perhatian. Lewat karikatur ia mengungkapkan perasaannya.”Saya mau semua orang punya kesempatan yang sama,” ujar Pratama.

Gagasan Pratama datang dari berita media massa. Ia diminta Ibu Riamin Tambunan, guru Bahasa Indonesia untuk mengindentifikasi dari laporan media massa. Pratama mencermati point penting dalam sebuah laporan.

Setelah itu, Pratama bersama kelompok diminta membuat rencana penulisan laporan. Penyusunan harus mengacu pada point yang mereka cermati dari laporan sebelumnya. Selama proses, siswa menemukan pokok-pokok laporan yang menarik.

Setelah Pratama berhasil mengidentifikasi, kemudian dilanjutkan dengan membuat format penilaian. Format ini disusun secara partisipatif. Katagori laporan menarik disusun berdasarkan penemuan siswa.

Setelah itu Ibu Tambunan meminta Pratama bekerja perorangan. Mereka diminta menggambarkan komentarnya atas laporan yang ada. Laporan dibuat dalam bentuk gambar karikatur. Menurut Ibu Tambunan, jika anak diminta menuliskan dalam bentuk kalimat, maka akan kesulitan.” Makanya saya suruh mereka menggambar,” terang Ibu Tambunan.

55Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Siswa secara berpasangan memilih dan membaca buku cerita yang mereka

Ini adalah salah satu buku cerita yang paling digemari siswa

Menggambar Komentar

Septiyan Pratama menyusun laporan dalam bentuk gambar karikatur

Septiyan Pratama, Siswa SMPN 5 Sibolga, Sumatera Utara

56

Saya Sadar Kalau Metode Mengajar Saya Harus Diperbaharui

etelah lebih kurang 20 tahun mengajar kini ia baru menyadari betapa pentingnya ia memperbaharui

metode pembelajarannya. Kurniati adalah guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Ma’rang Pangkep. Kilas balik Spengalaman pembelajarannya selama ini ia ceritakan sesaat setelah penutupan pelatihan Pengajaran

Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2 (BTL2) di SMPN 1 Mnasate’ne (12-15 Pebruari). Nampak begitu

terharu menghayati kuatnya antusiasme belajar siswanya saat melaksanakan praktek mengajar, sebagai bagian

penting dari pelatihan yang diikutinya itu. Dengan membandingkan kekuatan metode pembelajaran aktif, ia

bahkan sempat menyeka air matanya, merasa mengoreksi diri, saat mengungkapkan kekurangan dan kelemahan

metode dan pendekatan pembelajarannya. “Sekitar 20 tahun saya mengajar, sekarang saya sadar kalau metode

mengajar saya harus diperbaharui,”katanya.

Ekspresi kesadaran serupa juga disampaikan sejumlah peserta pelatihan BTL2 di tiga kabupaten inti lainnya,

Enrekang (6-8 Pebruari), Jeneponto dan Luwu (19-22 Pebruari). 190 guru dari lima mapel-Matematika, IPA, IPS,

bahasa Inggris dan Indonesia-kepala sekolah, dan pengwas sekolah di empat kabupaten tersebut sangat aktif

berlatih tentang Pembelajaran Bermakna. Pembelajaran dengan pendekatan CTL ini berintikan pembelajaran

kooperatif, petanyaan tingkat tinggi, pemecahan masalah, apresiasi karya siswa dan refleksi pembelajaran.

Kurnia Syamsuddin, SMPN 1 Ma’rang Pangkep, Sulawesi Selatan

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 57Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

engkritik dan memuji tentu mempunyai teknik tersendiri. Apalagi jika itu Mberhubungan dengan karya sastra. Mengenai

hal ini, Juni Ernawati, S.Pd, guru Bahasa Indonesia MTsN Rengel Kabupaten Tuban mempunyai cara yang unik. Siswa yang sudah dibagi dalam kelompok, akan diberi potongan kalimat berisi pujian dan kritikan yang disusun secara acak. Setelah itu mereka akan menganalisa apakah kalimat tersebut termasuk pujian atau kritikan.

Setelah mereka dapat menyimpulkan jenis kritikan dan pujian, siswa akan diberi tugas untuk menulis kritik dan pujian terhadap karya sastra. Kegiatan ini dilanjutkan dengan saling kunjung karya dan memberi komentar atas kritik dan pujian yang telah mereka buat. Akhir dari pembelajaran ini adalah dengan memilih kritik dan pujian terbaik. Juni Ernawati berharap, melalui pendekatan ini para siswa bisa memberikan kritikan dan pujian terhadap karya sastra dengan bahasa yang lugas dan santun. Persiapan pembelajaran ini tidaklah rumit dan juga tidak membutuhkan banyak biaya karena bisa memanfaatkan media pembelajaran yang ada disekitar. Ditambah lagi, setelah mengikuti pelatihan DBE3 beliau merasa mendapatkan pengetahuan tentang menyusun skenario pembelajaran yang inovatif dan kontekstual. ¨

Mengkritik dan Memuji Perlu Teknik Tersendiri

Suasana proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas yang difasilitasi Kurnia Syamsudin. Semua medorong siswa untuk belajar aktif.

Ernawati, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia MTsN Rengel Kabupaten Tuban, Jawa Timur

Hasil karya siswa berupa kritikan dan pujian terhadap karya sastra yang dipajang di papan tulis. Lewat pembelajaran ini siswa diharapkan bisa mengungkapkan kritikan dan pujian dengan bahasa yang lugas dan santun.

56

Saya Sadar Kalau Metode Mengajar Saya Harus Diperbaharui

etelah lebih kurang 20 tahun mengajar kini ia baru menyadari betapa pentingnya ia memperbaharui

metode pembelajarannya. Kurniati adalah guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Ma’rang Pangkep. Kilas balik Spengalaman pembelajarannya selama ini ia ceritakan sesaat setelah penutupan pelatihan Pengajaran

Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2 (BTL2) di SMPN 1 Mnasate’ne (12-15 Pebruari). Nampak begitu

terharu menghayati kuatnya antusiasme belajar siswanya saat melaksanakan praktek mengajar, sebagai bagian

penting dari pelatihan yang diikutinya itu. Dengan membandingkan kekuatan metode pembelajaran aktif, ia

bahkan sempat menyeka air matanya, merasa mengoreksi diri, saat mengungkapkan kekurangan dan kelemahan

metode dan pendekatan pembelajarannya. “Sekitar 20 tahun saya mengajar, sekarang saya sadar kalau metode

mengajar saya harus diperbaharui,”katanya.

Ekspresi kesadaran serupa juga disampaikan sejumlah peserta pelatihan BTL2 di tiga kabupaten inti lainnya,

Enrekang (6-8 Pebruari), Jeneponto dan Luwu (19-22 Pebruari). 190 guru dari lima mapel-Matematika, IPA, IPS,

bahasa Inggris dan Indonesia-kepala sekolah, dan pengwas sekolah di empat kabupaten tersebut sangat aktif

berlatih tentang Pembelajaran Bermakna. Pembelajaran dengan pendekatan CTL ini berintikan pembelajaran

kooperatif, petanyaan tingkat tinggi, pemecahan masalah, apresiasi karya siswa dan refleksi pembelajaran.

Kurnia Syamsuddin, SMPN 1 Ma’rang Pangkep, Sulawesi Selatan

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 57Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

engkritik dan memuji tentu mempunyai teknik tersendiri. Apalagi jika itu Mberhubungan dengan karya sastra. Mengenai

hal ini, Juni Ernawati, S.Pd, guru Bahasa Indonesia MTsN Rengel Kabupaten Tuban mempunyai cara yang unik. Siswa yang sudah dibagi dalam kelompok, akan diberi potongan kalimat berisi pujian dan kritikan yang disusun secara acak. Setelah itu mereka akan menganalisa apakah kalimat tersebut termasuk pujian atau kritikan.

Setelah mereka dapat menyimpulkan jenis kritikan dan pujian, siswa akan diberi tugas untuk menulis kritik dan pujian terhadap karya sastra. Kegiatan ini dilanjutkan dengan saling kunjung karya dan memberi komentar atas kritik dan pujian yang telah mereka buat. Akhir dari pembelajaran ini adalah dengan memilih kritik dan pujian terbaik. Juni Ernawati berharap, melalui pendekatan ini para siswa bisa memberikan kritikan dan pujian terhadap karya sastra dengan bahasa yang lugas dan santun. Persiapan pembelajaran ini tidaklah rumit dan juga tidak membutuhkan banyak biaya karena bisa memanfaatkan media pembelajaran yang ada disekitar. Ditambah lagi, setelah mengikuti pelatihan DBE3 beliau merasa mendapatkan pengetahuan tentang menyusun skenario pembelajaran yang inovatif dan kontekstual. ¨

Mengkritik dan Memuji Perlu Teknik Tersendiri

Suasana proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas yang difasilitasi Kurnia Syamsudin. Semua medorong siswa untuk belajar aktif.

Ernawati, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia MTsN Rengel Kabupaten Tuban, Jawa Timur

Hasil karya siswa berupa kritikan dan pujian terhadap karya sastra yang dipajang di papan tulis. Lewat pembelajaran ini siswa diharapkan bisa mengungkapkan kritikan dan pujian dengan bahasa yang lugas dan santun.

elas IX-K SMPN 1 Rengasdengklok, program pendampingan DBE3.Karawang, terlanjur mendapat stigma “kelas Kribut.” Kelas ini secara sepintas memang Pembelajaran di kelas IX-K dilaksanakan berdasarkan

terlihat berbeda dari kelas lainnya. Tingkah polah RPP yang disusun Ibu Sri Rokhayati, yang sering siswa laki-laki tampak dominan. Bahkan beberapa dipanggil dengan Bu Sri, dengan kompetensi dasar siswa perempuan terlihat mengimbangi dan turut menulis iklan baris. Kegiatan pembelajaran diawali terlibat dalam “keributan” yang sering dimunculkan dengan pengamatan silang antarsiswa atas iklan baris siswa laki-laki. Kondisi ini membuat para guru yang mereka bawa sesuai tugas Bu Sri sebelumnya. Di cenderung malas bertahan lama-lama di kelas antara mereka ada yang membawa iklan yang tidak tersebut. masuk kategori iklan baris. Selanjutnya, Bu Sri

meminta siswa menyeleksi sendiri iklan-iklan Akan tetapi, Ibu Sri Rohayati dan Ibu Cucum Sumirat, tersebut dalam kerja kelompok dan menentukan dua guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah iklan baris terpilih untuk dianalisis. Pertanyaan tingkat tersebut, menganggap hal itu justru sebagai tantangan. tinggi yang diajukan Bu Sri kepada para siswa adalah: Dengan itikad menghapus stigma “kelas ribut,” dia "Menurut kalian, iklan mana yang paling menarik? menjadikan kelas tersebut sebagai kelas yang akan Mengapa?" diobservasi kegiatan pembelajarannya dalam

68 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Mengubah Kelas RibutMenjadi Kelas Dinamis dan Progresif Catatan Pendampingan DF Abdul Khayyi di SMPN 1 Rengasdengklok, Jawa Barat

Ibu Sri berhasil mengubah kelas IX-K dari stigma “kelas ribut” menjadi kelas yang aktif dan dinamis

Karakter ribut kelas ini terasa manakala mereka mengondisikan diri dalam kelompok-kelompok. Cara mereka memindah-mindahkan meubeler kelas cukup kasar dan sembrono. Bu Sri mencoba mengatasinya dengan petunjuk, “Silakan kalian berkelompok senyaman mungkin dengan syarat ada ruang cukup bagi Ibu untuk ke sana ke mari dan tidak terhalangi bangku-bangku kalian. Bekerjalah dengan efektif, karena ada nilai plus bagi kelompok yang mampu dengan cepat menyelesaikan tugas!” Instruksi ini cukup efektif karena kelas yang awalnya gaduh tidak karuan menjadi gaduh karena dinamisasi masing-masing kelompok.

Secara umum, pembelajaran berlangsung sesuai dengan RPP yang telah disusun. Akan tetapi, pada saat berdiskusi seusai pembelajaran, Bu Sri baru tersadar bahwa ada indikator yang tidak terujikan. Indikator tersebut adalah siswa mampu menulis iklan baris. Terhadap hal tersebut, Bu Sri menyadari akan pentingnya menuliskan indikator atau tujuan pembelajaran di papan tulis pada awal pembelajaran. Sepertinya ada kecenderungan model pembelajaran yang diinspirasikan oleh DBE3 kurang mengoptimalkan papan tulis sebagai alat pembelajaran. Setidak-tidaknya, itu yang barangkali tertangkap oleh para peserta Whole School Training yang lalu.***

Inilah gambaran kondisi awal siswa ketika diminta mengunjungi dan mengomentari karya kelompok lain

Fasilitator Whole School Training memberi komentar tentang pembelajaran yang dikelola Ibu Sri

58Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

elas IX-K SMPN 1 Rengasdengklok, program pendampingan DBE3.Karawang, terlanjur mendapat stigma “kelas Kribut.” Kelas ini secara sepintas memang Pembelajaran di kelas IX-K dilaksanakan berdasarkan

terlihat berbeda dari kelas lainnya. Tingkah polah RPP yang disusun Ibu Sri Rokhayati, yang sering siswa laki-laki tampak dominan. Bahkan beberapa dipanggil dengan Bu Sri, dengan kompetensi dasar siswa perempuan terlihat mengimbangi dan turut menulis iklan baris. Kegiatan pembelajaran diawali terlibat dalam “keributan” yang sering dimunculkan dengan pengamatan silang antarsiswa atas iklan baris siswa laki-laki. Kondisi ini membuat para guru yang mereka bawa sesuai tugas Bu Sri sebelumnya. Di cenderung malas bertahan lama-lama di kelas antara mereka ada yang membawa iklan yang tidak tersebut. masuk kategori iklan baris. Selanjutnya, Bu Sri

meminta siswa menyeleksi sendiri iklan-iklan Akan tetapi, Ibu Sri Rohayati dan Ibu Cucum Sumirat, tersebut dalam kerja kelompok dan menentukan dua guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah iklan baris terpilih untuk dianalisis. Pertanyaan tingkat tersebut, menganggap hal itu justru sebagai tantangan. tinggi yang diajukan Bu Sri kepada para siswa adalah: Dengan itikad menghapus stigma “kelas ribut,” dia "Menurut kalian, iklan mana yang paling menarik? menjadikan kelas tersebut sebagai kelas yang akan Mengapa?" diobservasi kegiatan pembelajarannya dalam

68 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Mengubah Kelas RibutMenjadi Kelas Dinamis dan Progresif Catatan Pendampingan DF Abdul Khayyi di SMPN 1 Rengasdengklok, Jawa Barat

Ibu Sri berhasil mengubah kelas IX-K dari stigma “kelas ribut” menjadi kelas yang aktif dan dinamis

Karakter ribut kelas ini terasa manakala mereka mengondisikan diri dalam kelompok-kelompok. Cara mereka memindah-mindahkan meubeler kelas cukup kasar dan sembrono. Bu Sri mencoba mengatasinya dengan petunjuk, “Silakan kalian berkelompok senyaman mungkin dengan syarat ada ruang cukup bagi Ibu untuk ke sana ke mari dan tidak terhalangi bangku-bangku kalian. Bekerjalah dengan efektif, karena ada nilai plus bagi kelompok yang mampu dengan cepat menyelesaikan tugas!” Instruksi ini cukup efektif karena kelas yang awalnya gaduh tidak karuan menjadi gaduh karena dinamisasi masing-masing kelompok.

Secara umum, pembelajaran berlangsung sesuai dengan RPP yang telah disusun. Akan tetapi, pada saat berdiskusi seusai pembelajaran, Bu Sri baru tersadar bahwa ada indikator yang tidak terujikan. Indikator tersebut adalah siswa mampu menulis iklan baris. Terhadap hal tersebut, Bu Sri menyadari akan pentingnya menuliskan indikator atau tujuan pembelajaran di papan tulis pada awal pembelajaran. Sepertinya ada kecenderungan model pembelajaran yang diinspirasikan oleh DBE3 kurang mengoptimalkan papan tulis sebagai alat pembelajaran. Setidak-tidaknya, itu yang barangkali tertangkap oleh para peserta Whole School Training yang lalu.***

Inilah gambaran kondisi awal siswa ketika diminta mengunjungi dan mengomentari karya kelompok lain

Fasilitator Whole School Training memberi komentar tentang pembelajaran yang dikelola Ibu Sri

58Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

pa yang dilakukan seorang penghulu, yang Tetapi rasanya tidak perlu begitu dipersoalkan karena biasanya berhadapan sepasang mempelai, fokusnya pada cara menggunakan indeks.Akemudian berhadapan dengan puluhan siswa

di kelas? Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX Yang cukup mengesankan, Pak Haji mengawali SMP Islam Rengasdengklok tergolong cukup unik. pembelajaran dengan konteks jalan tol sebagai analogi Pasalnya, yang menjadi guru adalah penghulu yang fungsi indeks. Ini hal baru dan cukup cerdas saya kira. pekerjaan rutinnya adalah menikahkan sepasang Akan tetapi sayang, deskripsi jalan tol yang pengantin. Penghulu itu bernama H. Deni Firman dibandingkan dengan jalan umum yang cenderung Nurhakim,M.Si. Tugas utamanya sebagai penghulu di macet kurang terasa “hidup” dengan pengalaman KUA Jayakerta tidak menghalangi nalurinya menjadi siswa karena kebanyakan dari mereka belum guru. Tentu bukan alasan finansial karena pendapatan mengalami perjalanan di jalan tol.dengan menikahkan yang hanya berlangsung beberapa menit, jelas lebih banyak daripada berdiri dua jam Dalam perbincangan setelah pembelajaran, diperoleh pelajaran di hadapan puluhan siswa. upaya lain memberi pengalaman siswa akan

pentingnya indeks dalam membaca memindai dengan Sarjana alumni UIN Jakarta dan master dari menugasi siswa di awal pembelajaran untuk mencari Universitas Indonesia ini, hari itu mengelola sejumlah kata dalam buku tanpa menyuruhnya pembelajaran di kelas IX dengan kompetensi dasar menggunakan indeks. Setelah pencarian yang cukup membaca memindai dengan indeks. Kualitas melelahkan, baru guru memfasilitasi siswa untuk intelektual Pak Haji, panggilan akrabnya, terlihat menggunakan indeks. Bahkan pada pengalaman dengan buku-buku referensi yang dijadikan objek baca pembelajaran yang pernah dikelola sebelumnya, siswa memindai. Buku-buku tersebut biasa dikonsumsi dapat menemukan sendiri cara itu. Dengan begitu, kaum intelektual muslim, bukan siswa SMP yang pengalaman belajarnya akan melekat lebih kuat dan kemampuan membacanya masih sangat terbatas. memuaskan. Qobiltu, kata sang penghulu.

Catatan Pendampingan DF Abdul Khayyi di SMP Islam Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat

Guruku Penghulu yang Bergelar Master

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia60 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 61

BE3 sudah tidak asing lagi di telinga kita sebagai insan pendidik. Seiring dengan Dberjalannya waktu, keberadaan DBE3

semakin memberikan warna yang indah dalam dunia pendidikan. Sebagai guru, kamipun sudah menerapkan hasil pelatihan dari DBE3 dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Dalam bidang pembelajaran Bahasa Indonesia banyak hal yang dapat dijadikan acuan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga menjadikan peserta didik lebih semangat, antusias dan kreatif dalam mengemukakan ide-idenya. Hal ini tentu membuat pembelajaran lebih bermakna. Misalnya dalam pembelajaran “Menulis Surat Pribadi”, siswa dengan bebas mengekspresikan ide-ide yang dalam pikirannya dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Kegiatan ini juga ditunjang dengan media yang sederhana, murah dan mudah didapatkan.

Hasil karya siswa yang berupa surat pribadi bisa ditempel pada kertas bekas undangan, koran maupun karton dalam berbagai variasi, sehingga lebih menarik. Selanjutnya hasil karya tersebut dipajang di kelas sehingga dapat menumbuhkan motivasi yang kuat bagi siswa untuk belajar pada pembelajaran berikutnya. Sukses.

Siswa asyik mendikusikan secara klasikal hasil presentasi rekannya tentang indeks

Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 2 Baureno Nanik Sumarlin, S.Pd dan Dra. Siti Mukhlisoh, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Baureno Kab. Bojonegoro, Jawa Timur

Aneka macam surat pribadi hasil karya siswa SMPN 2 Baureno Kabupaten Bojonegoro pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

pa yang dilakukan seorang penghulu, yang Tetapi rasanya tidak perlu begitu dipersoalkan karena biasanya berhadapan sepasang mempelai, fokusnya pada cara menggunakan indeks.Akemudian berhadapan dengan puluhan siswa

di kelas? Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX Yang cukup mengesankan, Pak Haji mengawali SMP Islam Rengasdengklok tergolong cukup unik. pembelajaran dengan konteks jalan tol sebagai analogi Pasalnya, yang menjadi guru adalah penghulu yang fungsi indeks. Ini hal baru dan cukup cerdas saya kira. pekerjaan rutinnya adalah menikahkan sepasang Akan tetapi sayang, deskripsi jalan tol yang pengantin. Penghulu itu bernama H. Deni Firman dibandingkan dengan jalan umum yang cenderung Nurhakim,M.Si. Tugas utamanya sebagai penghulu di macet kurang terasa “hidup” dengan pengalaman KUA Jayakerta tidak menghalangi nalurinya menjadi siswa karena kebanyakan dari mereka belum guru. Tentu bukan alasan finansial karena pendapatan mengalami perjalanan di jalan tol.dengan menikahkan yang hanya berlangsung beberapa menit, jelas lebih banyak daripada berdiri dua jam Dalam perbincangan setelah pembelajaran, diperoleh pelajaran di hadapan puluhan siswa. upaya lain memberi pengalaman siswa akan

pentingnya indeks dalam membaca memindai dengan Sarjana alumni UIN Jakarta dan master dari menugasi siswa di awal pembelajaran untuk mencari Universitas Indonesia ini, hari itu mengelola sejumlah kata dalam buku tanpa menyuruhnya pembelajaran di kelas IX dengan kompetensi dasar menggunakan indeks. Setelah pencarian yang cukup membaca memindai dengan indeks. Kualitas melelahkan, baru guru memfasilitasi siswa untuk intelektual Pak Haji, panggilan akrabnya, terlihat menggunakan indeks. Bahkan pada pengalaman dengan buku-buku referensi yang dijadikan objek baca pembelajaran yang pernah dikelola sebelumnya, siswa memindai. Buku-buku tersebut biasa dikonsumsi dapat menemukan sendiri cara itu. Dengan begitu, kaum intelektual muslim, bukan siswa SMP yang pengalaman belajarnya akan melekat lebih kuat dan kemampuan membacanya masih sangat terbatas. memuaskan. Qobiltu, kata sang penghulu.

Catatan Pendampingan DF Abdul Khayyi di SMP Islam Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat

Guruku Penghulu yang Bergelar Master

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia60 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 61

BE3 sudah tidak asing lagi di telinga kita sebagai insan pendidik. Seiring dengan Dberjalannya waktu, keberadaan DBE3

semakin memberikan warna yang indah dalam dunia pendidikan. Sebagai guru, kamipun sudah menerapkan hasil pelatihan dari DBE3 dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Dalam bidang pembelajaran Bahasa Indonesia banyak hal yang dapat dijadikan acuan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga menjadikan peserta didik lebih semangat, antusias dan kreatif dalam mengemukakan ide-idenya. Hal ini tentu membuat pembelajaran lebih bermakna. Misalnya dalam pembelajaran “Menulis Surat Pribadi”, siswa dengan bebas mengekspresikan ide-ide yang dalam pikirannya dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Kegiatan ini juga ditunjang dengan media yang sederhana, murah dan mudah didapatkan.

Hasil karya siswa yang berupa surat pribadi bisa ditempel pada kertas bekas undangan, koran maupun karton dalam berbagai variasi, sehingga lebih menarik. Selanjutnya hasil karya tersebut dipajang di kelas sehingga dapat menumbuhkan motivasi yang kuat bagi siswa untuk belajar pada pembelajaran berikutnya. Sukses.

Siswa asyik mendikusikan secara klasikal hasil presentasi rekannya tentang indeks

Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 2 Baureno Nanik Sumarlin, S.Pd dan Dra. Siti Mukhlisoh, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Baureno Kab. Bojonegoro, Jawa Timur

Aneka macam surat pribadi hasil karya siswa SMPN 2 Baureno Kabupaten Bojonegoro pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia62 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 63

Mensyukuri Anugerah Ilahi melalui Puisi

Mensyukuri Anugerah Ilahi melalui Puisi

anyak cara untuk mengungkapkan perasaan adalah kalender bekas yang memuat gambar-gambar mengenai sesuatu hal. Ada yang keindahan alam. Penggunaan kalender bekas yang Bmengungkapkannya langsung dengan memuat gambar-gambar keindahan alam ini

perkataan dan ada pula yang mengungkapkannya bukannya tanpa sebab, karena hal ini bertujuan melalui tulisan. Salah satu cara untuk untuk membantu siswa menggali inspirasi dalam mengungkapkan perasaan melalui tulisan adalah menciptakan karya. dengan menuliskannya ke dalam larik-larik puisi.

Guru memberi kebebasan kepada para siswa dalam Hal inilah yang coba dikenalkan oleh Nur Lailatul mengerjakan tugas tersebut. Mereka boleh Inayah, guru Bahasa Indonesia MTsN Pohjentrek mengerjakannya di dalam maupun di luar kelas. Kabupaten Pasuruan kepada para siswa di kelasnya. Dengan cukup antusias siswa segera melaksanakan Meski sekolah tersebut terletak jauh dari hiruk tugas tersebut. Rangkaian kata-kata pun mengalir pikuk perkotaan, namun semangat untuk cukup lancar dari ujung pena para siswa. ”Kami melakasanakan pembelajaran yang bermakna senang dengan pelajaran kali ini, karena bisa tumbuh cukup tinggi di jiwa para guru dan siswa. mengekspresikan rasa syukur kami pada Tuhan Dalam pembelajaran saat itu para siswa diajak melalui puisi”, ujar salah seorang siswa saat ditanya untuk mengagumi keindahan alam dengan cara kesannya tentang pembelajaran yang baru saja menuangkannya melalui untaian kata-kata mereka ikuti. ¨ berbentuk puisi. Sebagai sumber pembelajarannya

Nur Lailatul Inayah, Guru Bahasa Indonesia MTsN Pohjentrek, Pasuruan, Jawa Timur

Ibu Nur Lailatul Inayah memanfaatkan kalender bekas untuk mmbelajarkan siswa menulis puisi tentang keindahan alam. Beliau tak lupa menfasilitasi dan memberi kebebasan pada siswanya untuk mengebangkan kreativitas.

Cerita Pembelajaran Bermakna Menjadi Inspirasi Ber-PTK

Cerita Pembelajaran Bermakna Menjadi Inspirasi Ber-PTK Eko Nur Budi, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Jekulo Kudus, Jawa Tengah

emampuan dan kesempatan siswa mempelajari dan menguasai suatu kompetensi tidak sama. Ada beberapa siswa yang kadang kala mengalami kesulitan belajar. Kesulitan itu dapat Kbersumber dari kedangkalan pengetahuan dan pengalaman siswa. Selain itu, kurang menariknya

cara penyampaian materi, kurang bervariasinya metode yang digunakan, serta kurang kreatifnya sistem pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru turut menjadi penyebab kesulitan siswa.

Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, Pak Eko Nur Budi- guru bahasa Indonesia SMP 2 Jekulo Kudus- terinspirasi melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh DBE3. Dalam PTK-nya, Pak Eko menggunakan model pembelajaran bermakna yang berbasis pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dengan tahapan ”TANDUR”. TANDUR merupakan kegiatan pembelajaran dalam Quantum Teaching yang mengharuskan guru melakukan bersama-sama siswa tahapan: tumbuhkan motivasi siswa pada materi pelajaran; alami sendiri hal-hal yang dipelajari; namailah penemuan-penemuan siswa; demonstrasikan hal yang ditemukan oleh siswa; ulangi semua yang telah dilakukan; rayakan penemuan siswa tersebut. Setelah melalui beberapa siklus dalam PTK ini, suasana belajar lebih dinamis dan sesuai dengan karakteristik belajar siswa sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa. Selain itu, kemampuan siswa pun menjadi lebih meningkat.

Inilah suasana pembelajaran yang dikelola Pak Eko Nur Budi dengan menggunakan model pembelajaran bermakna yang berbasis pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dengan tahapan ”TANDUR”

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia62 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 63

Mensyukuri Anugerah Ilahi melalui Puisi

Mensyukuri Anugerah Ilahi melalui Puisi

anyak cara untuk mengungkapkan perasaan adalah kalender bekas yang memuat gambar-gambar mengenai sesuatu hal. Ada yang keindahan alam. Penggunaan kalender bekas yang Bmengungkapkannya langsung dengan memuat gambar-gambar keindahan alam ini

perkataan dan ada pula yang mengungkapkannya bukannya tanpa sebab, karena hal ini bertujuan melalui tulisan. Salah satu cara untuk untuk membantu siswa menggali inspirasi dalam mengungkapkan perasaan melalui tulisan adalah menciptakan karya. dengan menuliskannya ke dalam larik-larik puisi.

Guru memberi kebebasan kepada para siswa dalam Hal inilah yang coba dikenalkan oleh Nur Lailatul mengerjakan tugas tersebut. Mereka boleh Inayah, guru Bahasa Indonesia MTsN Pohjentrek mengerjakannya di dalam maupun di luar kelas. Kabupaten Pasuruan kepada para siswa di kelasnya. Dengan cukup antusias siswa segera melaksanakan Meski sekolah tersebut terletak jauh dari hiruk tugas tersebut. Rangkaian kata-kata pun mengalir pikuk perkotaan, namun semangat untuk cukup lancar dari ujung pena para siswa. ”Kami melakasanakan pembelajaran yang bermakna senang dengan pelajaran kali ini, karena bisa tumbuh cukup tinggi di jiwa para guru dan siswa. mengekspresikan rasa syukur kami pada Tuhan Dalam pembelajaran saat itu para siswa diajak melalui puisi”, ujar salah seorang siswa saat ditanya untuk mengagumi keindahan alam dengan cara kesannya tentang pembelajaran yang baru saja menuangkannya melalui untaian kata-kata mereka ikuti. ¨ berbentuk puisi. Sebagai sumber pembelajarannya

Nur Lailatul Inayah, Guru Bahasa Indonesia MTsN Pohjentrek, Pasuruan, Jawa Timur

Ibu Nur Lailatul Inayah memanfaatkan kalender bekas untuk mmbelajarkan siswa menulis puisi tentang keindahan alam. Beliau tak lupa menfasilitasi dan memberi kebebasan pada siswanya untuk mengebangkan kreativitas.

Cerita Pembelajaran Bermakna Menjadi Inspirasi Ber-PTK

Cerita Pembelajaran Bermakna Menjadi Inspirasi Ber-PTK Eko Nur Budi, Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Jekulo Kudus, Jawa Tengah

emampuan dan kesempatan siswa mempelajari dan menguasai suatu kompetensi tidak sama. Ada beberapa siswa yang kadang kala mengalami kesulitan belajar. Kesulitan itu dapat Kbersumber dari kedangkalan pengetahuan dan pengalaman siswa. Selain itu, kurang menariknya

cara penyampaian materi, kurang bervariasinya metode yang digunakan, serta kurang kreatifnya sistem pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru turut menjadi penyebab kesulitan siswa.

Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, Pak Eko Nur Budi- guru bahasa Indonesia SMP 2 Jekulo Kudus- terinspirasi melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh DBE3. Dalam PTK-nya, Pak Eko menggunakan model pembelajaran bermakna yang berbasis pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dengan tahapan ”TANDUR”. TANDUR merupakan kegiatan pembelajaran dalam Quantum Teaching yang mengharuskan guru melakukan bersama-sama siswa tahapan: tumbuhkan motivasi siswa pada materi pelajaran; alami sendiri hal-hal yang dipelajari; namailah penemuan-penemuan siswa; demonstrasikan hal yang ditemukan oleh siswa; ulangi semua yang telah dilakukan; rayakan penemuan siswa tersebut. Setelah melalui beberapa siklus dalam PTK ini, suasana belajar lebih dinamis dan sesuai dengan karakteristik belajar siswa sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa. Selain itu, kemampuan siswa pun menjadi lebih meningkat.

Inilah suasana pembelajaran yang dikelola Pak Eko Nur Budi dengan menggunakan model pembelajaran bermakna yang berbasis pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dengan tahapan ”TANDUR”

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia64 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 65

Berkenaan dengan LK yang telah disusun guru, dapat dideskripsikan sebagai berikut.

LEMBAR KERJA (LK)Kegiatan : Mengamati Lingkungan Sekitar di Luar SekolahTujuan : 1. Siswa dapat membedakan antara lingkungan (tanah, air, dan udara) yang sehat dengan lingkungan

yang tercemar berdasarkan ada tidaknya bahan pencemar.2. Siswa dapat menyebutkan sumber-sumber pencemaran lingkungan

Pencemaran Lingkungan

Lingkungan sekitar kita ada yang tertata dan terpelihara dengan baik. Ada pula lingkungan yang terbengkalai atau bahkan rusak. Salah satu penyebab penurunan kualitas lingkungan adalah terjadinya pencemaran. Pencemaran menurut tempat terjadinya terbagi ke dalam tiga macam, yaitu (1) pencemaran tanah, (2) pencemaran air, dan (3) pencemaran udara.

Selanjutnya, kalian akan mengamati sebuah lingkungan di luar sekolah. Di sana kalian dapat melihat, apakah lingkungan tersebut tercemar ataukah tidak?

Jadi, apa saja yang harus kalian lakukan?1. Pilihlah lingkungan di luar sekolahmu untuk diamati!2. Amatilah dengan cermat dan hati-hati keadaan lingkungan tersebut, baik keadaan tanah, air, maupun

udaranya!3. Setelah itu, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!4. Sebutkan tiga ciri tanah, air, dan udara yang sehat!5. Berdasarkan hasil pengamatan kalian terhadap lingkungan, apakah tanah, air, dan udaranya telah

memenuhi ciri-ciri seperti pada poin ’a’ di atas?6. Adakah tanah, air, dan udara yang tercemar?7. Jika dalam pengamatan kalian terdapat lingkungan yang tercemar, sebutkan sumber-sumber

pencemarnya!

KesimpulanBerdasarkan hasil pengamatan kelompok kalian terhadap lingkungan, apa yang dapat disimpulkan?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………….........

Meningkatkan Kualitas Proses Belajar Mengajar Melalui Observasi Teman Sejawat: Sebuah Refleksi ObserverBaren Barnabas, S.Pd, Guru SMPN 2 Cikajang Kabupaten Garut, Jawa Barat

ulisan ini merupakan pengalaman saya sewaktu kelas, guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, mendapat tugas dari para instruktur DBE-3 tahap-tahap pembelajaran yang akan ditempuh, LK Tuntuk menjadi observer pada saat ”Pelatihan dan tata cara penyelesaiannya, batas waktu

BTL-2” di SMP Negeri 2 Cikajang. Adapun guru yang penyelesaian LK, format presentasi laporan, jadwal akan saya observasi adalah guru mata pelajaran PLH presentasi, serta pembentukan kelompok secara acak, (Pendidikan Lingkungan Hidup) yang akan melakukan akan tetapi mempertahankan kehomogenan. Jika PBM di kelas VII/G. dikaitkan dengan konsep pembelajaran kooperatif,

guru yang bersangkutan telah mengaplikasikan model Guru memfokuskan tujuan pembelajaran pada dua hal, pembelajaran dengan menggunakan tipe investigasi yaitu (1) Siswa dapat membedakan lingkungan (tanah, kelompok atau kelompok penyelidikan (Zamzani dan air, dan udara) yang sehat dengan lingkungan yang Musfiroh, 2008: 38).tercemar melalui pengamatan ada tidaknya bahan pencemar, dan (2) Siswa dapat menyebutkan sumber pencemaran lingkungan. Selaras dengan upaya pencapaian tujuan-tujuan tersebut di atas, guru mengajak para siswa untuk belajar di luar kelas. Objek yang dituju adalah sebuah lingkungan yang di dalamnya terdapat ladang, kebun (lingkungan darat), kolam, selokan (lingkungan air), dan (tentu saja) udara di sekelilingnya. Objek itu kurang lebih berjarak 185 meter dari sekolah. Jadi, untuk menempuhnya cukup dengan jalan kaki.

Pada awal pembelajaran, ketika masih di dalam ruang

Setelah memahami penjelasan guru tentang langkah-langkah yang harus dilakukan, para siswa secara berkelompok menuju lokasi pengamatan.

Observer tengah mengamati sekelompok siswa yangsedang mendiskusikan hasil pengamatan;

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia64 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 65

Berkenaan dengan LK yang telah disusun guru, dapat dideskripsikan sebagai berikut.

LEMBAR KERJA (LK)Kegiatan : Mengamati Lingkungan Sekitar di Luar SekolahTujuan : 1. Siswa dapat membedakan antara lingkungan (tanah, air, dan udara) yang sehat dengan lingkungan

yang tercemar berdasarkan ada tidaknya bahan pencemar.2. Siswa dapat menyebutkan sumber-sumber pencemaran lingkungan

Pencemaran Lingkungan

Lingkungan sekitar kita ada yang tertata dan terpelihara dengan baik. Ada pula lingkungan yang terbengkalai atau bahkan rusak. Salah satu penyebab penurunan kualitas lingkungan adalah terjadinya pencemaran. Pencemaran menurut tempat terjadinya terbagi ke dalam tiga macam, yaitu (1) pencemaran tanah, (2) pencemaran air, dan (3) pencemaran udara.

Selanjutnya, kalian akan mengamati sebuah lingkungan di luar sekolah. Di sana kalian dapat melihat, apakah lingkungan tersebut tercemar ataukah tidak?

Jadi, apa saja yang harus kalian lakukan?1. Pilihlah lingkungan di luar sekolahmu untuk diamati!2. Amatilah dengan cermat dan hati-hati keadaan lingkungan tersebut, baik keadaan tanah, air, maupun

udaranya!3. Setelah itu, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!4. Sebutkan tiga ciri tanah, air, dan udara yang sehat!5. Berdasarkan hasil pengamatan kalian terhadap lingkungan, apakah tanah, air, dan udaranya telah

memenuhi ciri-ciri seperti pada poin ’a’ di atas?6. Adakah tanah, air, dan udara yang tercemar?7. Jika dalam pengamatan kalian terdapat lingkungan yang tercemar, sebutkan sumber-sumber

pencemarnya!

KesimpulanBerdasarkan hasil pengamatan kelompok kalian terhadap lingkungan, apa yang dapat disimpulkan?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………….........

Meningkatkan Kualitas Proses Belajar Mengajar Melalui Observasi Teman Sejawat: Sebuah Refleksi ObserverBaren Barnabas, S.Pd, Guru SMPN 2 Cikajang Kabupaten Garut, Jawa Barat

ulisan ini merupakan pengalaman saya sewaktu kelas, guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, mendapat tugas dari para instruktur DBE-3 tahap-tahap pembelajaran yang akan ditempuh, LK Tuntuk menjadi observer pada saat ”Pelatihan dan tata cara penyelesaiannya, batas waktu

BTL-2” di SMP Negeri 2 Cikajang. Adapun guru yang penyelesaian LK, format presentasi laporan, jadwal akan saya observasi adalah guru mata pelajaran PLH presentasi, serta pembentukan kelompok secara acak, (Pendidikan Lingkungan Hidup) yang akan melakukan akan tetapi mempertahankan kehomogenan. Jika PBM di kelas VII/G. dikaitkan dengan konsep pembelajaran kooperatif,

guru yang bersangkutan telah mengaplikasikan model Guru memfokuskan tujuan pembelajaran pada dua hal, pembelajaran dengan menggunakan tipe investigasi yaitu (1) Siswa dapat membedakan lingkungan (tanah, kelompok atau kelompok penyelidikan (Zamzani dan air, dan udara) yang sehat dengan lingkungan yang Musfiroh, 2008: 38).tercemar melalui pengamatan ada tidaknya bahan pencemar, dan (2) Siswa dapat menyebutkan sumber pencemaran lingkungan. Selaras dengan upaya pencapaian tujuan-tujuan tersebut di atas, guru mengajak para siswa untuk belajar di luar kelas. Objek yang dituju adalah sebuah lingkungan yang di dalamnya terdapat ladang, kebun (lingkungan darat), kolam, selokan (lingkungan air), dan (tentu saja) udara di sekelilingnya. Objek itu kurang lebih berjarak 185 meter dari sekolah. Jadi, untuk menempuhnya cukup dengan jalan kaki.

Pada awal pembelajaran, ketika masih di dalam ruang

Setelah memahami penjelasan guru tentang langkah-langkah yang harus dilakukan, para siswa secara berkelompok menuju lokasi pengamatan.

Observer tengah mengamati sekelompok siswa yangsedang mendiskusikan hasil pengamatan;

Observer yang berperan mengamati guru dalam PBM dari a-z, diberi bekal lembar observasi (dalam DBE-3 diistilahkan dengan ”Handout Peserta 4.3” [halaman 115]) yang di dalamnya memuat aspek-aspek yang harus diamati, memberi tanda ceklis (v) pada kolom ”ya” atau ”tidak” bila guru melakukan atau tidak melakukan hal yang sesuai, serta mencatat deskripsinya sebagai bukti pengobservasian. Selain itu, observer juga hendaknya dapat mendokumentasikan kegiatan PBM yang diamati, misalnya dengan kamera, video, atau alat lain yang dipandang perlu.

Mengenai aspek-aspek yang harus diamati oleh observer, seluruhnya berjumlah 11 aspek, yaitu apakah guru dalam PBM: (1) memberi pertanyaan yang mendorong siswa berbuat, (2) memberi pertanyaan tingkat tinggi, (3) memberikan pertanyaan klasikal dalam konteks yang tepat, (4) memberikan pertanyaan secara individual, (5) melakukan langkah pembelajaran untuk mencapai kecakapan sosial, (6) melakukan langkah pembelajaran untuk mencapai kecakapan akademik, (7) memfasilitasi siswa untuk mengemukakan solusi, (8) mengatur perabot kelas yang mendukung pembelajaran kooperatif, (9) menggunakan karya siswa sebagai sumber belajar, (10) menggunakan sumber belajar yang bervariasi, dan (11) memberi pembelajaran yang menghasilkan karya siswa.

Kesemua aspek tersebut ternyata terpenuhi saat guru PLH yang saya observasi melakukan PBM di dalam dan luar kelas. Pengelolaan PBM yang baik itu berdampak positif terhadap kinerja siswa yang bersinergi dalam penyelesaian tugas kelompoknya. Mereka secara aktif bersama-sama memilih, menentukan, dan mengamati lingkungan sesuai dengan tugas dalam LK. Guru pun berkeliling mengamati setiap kelompok dan memberikan bimbingan atas permintaan atau pertanyaan mereka.

Ketika pengamatan, pengerjaan LK, dan penyusunan laporan selesai sesuai dengan estimasi waktu yang diberikan, para siswa pun dipersilakan untuk kembali ke dalam kelas guna mempresentasikan hasilnya. Dalam momen inilah, menurut hemat saya, ada hal-hal yang perlu diperhatikan dan disempurnakan oleh guru. Pertama, guru hendaknya memberi waktu istirahat yang cukup, kira-kira 5 s.d. 10 menit agar para siswa dapat melakukan relaksasi sambil mempelajari dan mempersiapkan apa-apa yang akan disampaikan dalam presentasi sebagai pertanggungjawaban kelompok. Hal ini dilakukan agar ketika siswa presentasi tidak terpaku

pada LK dan mengabaikan pendengar/kelompok lain; kedua, saat presentasi akan dimulai, hendaknya guru memerintahkan seluruh siswa untuk mengatur tempat duduknya agar menghadap ke depan kelas di mana perwakilan kelompok menyampaikan presentasinya. Hal ini dimaksudkan agar konsentrasi siswa terfokus pada kegiatan presentasi dan belajar menghargai pendapat orang lain. Jadi, dapat dikatakan bahwa dari kesebelas aspek yang diamati, hanya aspek ”melakukan langkah pembelajaran untuk mencapai kecakapan sosial” (nomor 5) yang memerlukan sedikit penyempurnaan. Hal ini pun telah diungkapkan kepada guru yang bersangkutan dalam kegiatan pendampingan setelah PBM berakhir.

Dari kegiatan yang dilakukan, yakni observasi guru dalam PBM, secara umum dapatlah diambil beberapa manfaat antara lain sebagai berikut.1. Melatih guru bersifat terbuka dan menerima kritikan yang konstruktif;2. Membiasakan guru untuk mengintegrasikan kesebelas aspek (yang diamati) dalam pembelajaran;3. Membudayakan kegiatan untuk saling bertukar pendapat, pikiran, serta pengalaman antarguru

dalam rangka meningkatkan kualitas PBM;4. Memanfaatkan hasil observasi guru sebagai panduan dan atau perbandingan untuk PBM

selanjutnya;5. Mendidik guru untuk selalu berkreasi serta berinovasi dalam mengelola PBM;6. Membimbing guru untuk bersikap jeli dan kritis;7. Meningkatkan kualitas PBM dan profesionalisme keguruan;8. Mengembangkan sikap kekeluargaan dan kegotongroyongan sesama guru;9. Memperluas wawasan dan keilmuan guru dalam mengelola PBM.

Mengingat demikian berlimpahnya manfaat yang dapat diambil dari kegiatan observasi teman sejawat tersebut, sangatlah bijak apabila para guru memanfaatkan waktu luangnya, misalnya saat jadwal kosong (dua jam pelajaran saja), untuk mencoba mengobservasi guru lain melakukan PBM atau diobservasi oleh guru lain ketika PBM, atau mau dua-duanya? Hmm, tentu itu lebih baik lagi, lebih adil, lebih sempurna. Kegiatan ini bisa saja dimodifikasi dengan melibatkan lebih dari satu observer sebagai penyeimbang untuk keakuratan pengamatan serta rekomendasi yang mungkin berbeda untuk penyempurnaan dan peningkatan kualitas PBM yang dilakukan guru dan siswa. Semakin sering mengobservasi atau diobservasi, semakin banyak masukan yang diberikan atau diterima, semakin matang pula perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan, dan semakin kecil kemungkinan guru melakukan ”kekeliruan” dalam mengelola PBM.

Melalui perwakilannya, setiap kelompok mendapat giliran untuk presentasi

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia66 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 67

Observer yang berperan mengamati guru dalam PBM dari a-z, diberi bekal lembar observasi (dalam DBE-3 diistilahkan dengan ”Handout Peserta 4.3” [halaman 115]) yang di dalamnya memuat aspek-aspek yang harus diamati, memberi tanda ceklis (v) pada kolom ”ya” atau ”tidak” bila guru melakukan atau tidak melakukan hal yang sesuai, serta mencatat deskripsinya sebagai bukti pengobservasian. Selain itu, observer juga hendaknya dapat mendokumentasikan kegiatan PBM yang diamati, misalnya dengan kamera, video, atau alat lain yang dipandang perlu.

Mengenai aspek-aspek yang harus diamati oleh observer, seluruhnya berjumlah 11 aspek, yaitu apakah guru dalam PBM: (1) memberi pertanyaan yang mendorong siswa berbuat, (2) memberi pertanyaan tingkat tinggi, (3) memberikan pertanyaan klasikal dalam konteks yang tepat, (4) memberikan pertanyaan secara individual, (5) melakukan langkah pembelajaran untuk mencapai kecakapan sosial, (6) melakukan langkah pembelajaran untuk mencapai kecakapan akademik, (7) memfasilitasi siswa untuk mengemukakan solusi, (8) mengatur perabot kelas yang mendukung pembelajaran kooperatif, (9) menggunakan karya siswa sebagai sumber belajar, (10) menggunakan sumber belajar yang bervariasi, dan (11) memberi pembelajaran yang menghasilkan karya siswa.

Kesemua aspek tersebut ternyata terpenuhi saat guru PLH yang saya observasi melakukan PBM di dalam dan luar kelas. Pengelolaan PBM yang baik itu berdampak positif terhadap kinerja siswa yang bersinergi dalam penyelesaian tugas kelompoknya. Mereka secara aktif bersama-sama memilih, menentukan, dan mengamati lingkungan sesuai dengan tugas dalam LK. Guru pun berkeliling mengamati setiap kelompok dan memberikan bimbingan atas permintaan atau pertanyaan mereka.

Ketika pengamatan, pengerjaan LK, dan penyusunan laporan selesai sesuai dengan estimasi waktu yang diberikan, para siswa pun dipersilakan untuk kembali ke dalam kelas guna mempresentasikan hasilnya. Dalam momen inilah, menurut hemat saya, ada hal-hal yang perlu diperhatikan dan disempurnakan oleh guru. Pertama, guru hendaknya memberi waktu istirahat yang cukup, kira-kira 5 s.d. 10 menit agar para siswa dapat melakukan relaksasi sambil mempelajari dan mempersiapkan apa-apa yang akan disampaikan dalam presentasi sebagai pertanggungjawaban kelompok. Hal ini dilakukan agar ketika siswa presentasi tidak terpaku

pada LK dan mengabaikan pendengar/kelompok lain; kedua, saat presentasi akan dimulai, hendaknya guru memerintahkan seluruh siswa untuk mengatur tempat duduknya agar menghadap ke depan kelas di mana perwakilan kelompok menyampaikan presentasinya. Hal ini dimaksudkan agar konsentrasi siswa terfokus pada kegiatan presentasi dan belajar menghargai pendapat orang lain. Jadi, dapat dikatakan bahwa dari kesebelas aspek yang diamati, hanya aspek ”melakukan langkah pembelajaran untuk mencapai kecakapan sosial” (nomor 5) yang memerlukan sedikit penyempurnaan. Hal ini pun telah diungkapkan kepada guru yang bersangkutan dalam kegiatan pendampingan setelah PBM berakhir.

Dari kegiatan yang dilakukan, yakni observasi guru dalam PBM, secara umum dapatlah diambil beberapa manfaat antara lain sebagai berikut.1. Melatih guru bersifat terbuka dan menerima kritikan yang konstruktif;2. Membiasakan guru untuk mengintegrasikan kesebelas aspek (yang diamati) dalam pembelajaran;3. Membudayakan kegiatan untuk saling bertukar pendapat, pikiran, serta pengalaman antarguru

dalam rangka meningkatkan kualitas PBM;4. Memanfaatkan hasil observasi guru sebagai panduan dan atau perbandingan untuk PBM

selanjutnya;5. Mendidik guru untuk selalu berkreasi serta berinovasi dalam mengelola PBM;6. Membimbing guru untuk bersikap jeli dan kritis;7. Meningkatkan kualitas PBM dan profesionalisme keguruan;8. Mengembangkan sikap kekeluargaan dan kegotongroyongan sesama guru;9. Memperluas wawasan dan keilmuan guru dalam mengelola PBM.

Mengingat demikian berlimpahnya manfaat yang dapat diambil dari kegiatan observasi teman sejawat tersebut, sangatlah bijak apabila para guru memanfaatkan waktu luangnya, misalnya saat jadwal kosong (dua jam pelajaran saja), untuk mencoba mengobservasi guru lain melakukan PBM atau diobservasi oleh guru lain ketika PBM, atau mau dua-duanya? Hmm, tentu itu lebih baik lagi, lebih adil, lebih sempurna. Kegiatan ini bisa saja dimodifikasi dengan melibatkan lebih dari satu observer sebagai penyeimbang untuk keakuratan pengamatan serta rekomendasi yang mungkin berbeda untuk penyempurnaan dan peningkatan kualitas PBM yang dilakukan guru dan siswa. Semakin sering mengobservasi atau diobservasi, semakin banyak masukan yang diberikan atau diterima, semakin matang pula perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan, dan semakin kecil kemungkinan guru melakukan ”kekeliruan” dalam mengelola PBM.

Melalui perwakilannya, setiap kelompok mendapat giliran untuk presentasi

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia66 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia 67

68 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Bahasa Indonesia

Salah satu hasil karya kelompok yang dihasilkan dalam pembelajaran.