Analisis Kontrastif antara bahasa Sunda dengan bahasa Indonesia
-
Upload
kompasiana -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Analisis Kontrastif antara bahasa Sunda dengan bahasa Indonesia
ANALISIS KONSTRASTIF BAHASA SUNDA DENGAN BAHASA INDONESIA PADA
TATARAN MAKNA KOSA-KATA (LEKSIKAL)
Makalah dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis
Konstrastif dan Analisis Kesalahan
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Yumna Rasyid, M.Pd
Disusun Oleh:
Anita Rohani
PENDIDIKAN BAHASA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah system lambang suara yang menghasilkan ucap
manusia yang jelas strukturnya dan juga beragam antar anggota
masyarakat untuk tujuan komunikasi. Bahasa adalah benda yang hidup,
maka dari itu bahasa selalu berkembang seiring berjalannya waktu dan
perkembangan jaman.
Dewasa ini kebutuhan akan bahasa semakin meningkat. Bukan
hanya bahasa yang menjadi bahasa ibu yang telah diajarkan sejak
kecil, namun juga bahasa lain ataupun bahasa yang dimiliki oleh
budaya lain. Baik itu untuk tujuan pribadi seperti akan tinggal di
tempat dengan bahasa yang berbeda ataupun ingin meneliti secara
ilmiah, dan tujuan lainnya.
Bahasa Sunda adalah bahasa ibu (mothertongue; first language)
orang Sunda yang sampai saat ini masih dipakai oleh masyarakatnya.
Baik oleh orang Sunda sendiri maupun oleh orang luar Sunda seperti
Madura, Majenang, Dayeuhluhur, dan Manggung (Jawa Tengah) serta di
tataran masyarakat transmigran asal Jawa Barat seprti di Lampung dan
Bengkulu. (Sudaryat, 2010: 10).
Bahasa Sunda bukan hanya dipelajari oleh orang Sunda secara
mendalam, banyak sekali orang luar Sunda bahkan luar negeri yang
mempelajari bahasa Sunda untuk tujuan penelitian. Bahkan orang yang
pertama “menemukan” bahasa Sunda adalah orang Belanda. Seperti yang
ditulis oleh Mikihiro Moriyama dalam “Semangat Baru” 2005; Sejak
kedatangan para pedagang Belanda pada awal abad ke-17, hanya
segelintir sarjana dan pegawai kolonial yang mempelajari adat-
istiadat dan kebudayaan penduduk Hindia-Belanda, termasuk bahasa dan
kesastraan mereka. Tidak mengherankan bila baru pada awal abad ke-19
mereka “menemukan” bahwa bahasa Sunda merupakan bahasa tersendiri-
bukan varian bahasa lain, Jawa misalnya- Penutur bahasa Sunda
agaknya lebih dahulu menyadari perbedaan budaya mereka dari Jawa,
tetangganya. (Moriyama, 2005:3)
Ia adalah Karel Frederik Holle (1829-1896) seorang Belanda
pemilik perkebunan di daerah Garut yang memiliki ketertarikan yang
tinggi terhadap bahasa daerah khususnya bahasa Sunda.
Kebijakan pemerintah di tingkat provinsi Jawa Barat
mengharuskan seluruh siswa SD, SMP dan SMA wajib mendapatkan
pelajaran Bahasa Sunda. Hal tersebut tersurat dalam Perda No. 5
Tahun 2003. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan
penutur bahasa Sunda yang semakin berkurang. Bahkan pada tahun 2013
pada acara seminar hari bahasa ibu internasional yang
diselenggarakan Dinas Pariwisata Kota Bandung, di Padepokan Seni
"Mayang Sunda", Jln. Peta, Bandung, Kamis (21/2/13), Drs. Mustakim,
M.Hum dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyatakan bahwa
bahasa Sunda akan lebih cepat punah dari pada bahasa Bali. Hal itu
tergambar dari 8 bahasa daerah yang menggambarkan laju kepunahannya
adalah sebagai berikut, bahasa Batak 9.8 persen, bahasa Bugis 8.8
persen, bahasa Minang 7.6 persen, bahasa Jawa 4.1 persen, bahasa
Sunda 3.9 persen, bahasa Banjar 2.5 persen, bahasa Madura 2.2
persen, dan bahasa Bali 2.1 persen. Prosentase itu menunjukkan
prosentase penutur yang tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya.
Namun setelah dilaksanakan, timbul beberapa masalah. Kota
Depok, yang secara administratif adalah bagian dari wilayah Jawa
Barat masyarakatnya sangat heterogen. Dan yang lebih dominan adalah
penduduk non Sunda. Di sekolah pun demikian. Peserta didik yang
berasal dari keluarga Sunda hanya beberapa orang saja.
Maka dari itu diperlukan suatu analisis yang meneliti
persamaan dan perbedaan bahasa yang dipakai oleh siswa sehari hari
dan bahasa sasaran yaitu bahasa yang akan dipelajari oleh siswa Non
Sunda. Tujuannya adalah agar diketahui kesulitan-kesulitan dalam
mempelajari bahasa Sunda sehingga dapat ditemukan metode yang tepat
untuk mengajarkan bahasa Sunda yang paling efektif..
Hal itulah yang melatarbelakangi ditulisnya makalah ini. Agar
tidak terlalu luas, maka penelitian sederhana ini hanya akan
membahas analisis kontrastif Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia dalam
tataran leksikal yang mengambil sampel acak dalam kamus bahasa Sunda
– bahasa Indonesia karya Budi Rahayu Tamsyah, S.Pd tahun 2003.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini ingin diketahui
bagaimana kaidah persamaan-perbedaan bahasa Indonesia – bahasa
Sunda. Bagaimanakah kaidah persamaan-perbedaan bentuk leksikal
bahasa Indonesia – bahasa Sunda tersebut yang berkaitan dengan
leksem mirip bentuk sama makna dan mirip bentuk beda makna?
Diharapkan dengan ditulisnya makalah ini maka guru bahasa Sunda akan
dapat memprediksi kesulitan siswa dalam mempelajari bahasa Sunda dan
dapat menyusun metode pengajaran yang paling tepat.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Analisis Kontrastif
Analisis konstrastif adalah suatu cabang ilmu linguistik yang
membahas persamaan dan perbedaan antara dua bahasa. Analisis
konstrastif berupa prosedur kerja adalah aktivitas atau kegiatan
yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa.
Perbedaan-perbedaan yang diperoleh dan dihasilkan melalui anakon,
dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi
kesulitan-kesulitan atau kendala belajar berbahasa yang akan
dihadapi oleh para siswa di sekolah, terlebih dalam belajar B2.
Anakon membahas tataran mikrolinguistik dan makrolinguistik.
Tataran mikrolinguistik yang dibahas adalah fonologi, morfologi,
kosa kata dan sintaksis. Sedangkan dalam makrolinguistik tataran
yang dibahas adalah analisis wacana dan analisis teks. Makalah ini
akan membahas mengenai Analisis Konstrastif mikrolinguistik tataran
leksikal dengan bahasa sumber (B1) adalah bahasa Indonesia dan
bahasa target (B2) adalah bahasa Sunda. Pada aspek leksikal akan
dibahas tentang pengkontrasan bahasa berdasarkan makna dan
pemakaian kata dalam bahasa. Untuk menyederhanakan pembahasan maka
selanjutnya bahasa Indonesia dan bahasa Sunda akan disingkat BS-BI.
2.2 Teori Tata Bahasa Sunda
Bahasa Sunda masih satu rumpun dengan bahasa kawi,bahasa Jawa,
bahasa Madura, Bahasa Batak, bahasa melayu, bahasa Dayak, Bahasa
Tagalog dan bahasa Malagasi. Salah satu bukti yang menunjukkan bahwa
bahasa di Indonesia satu leluhur, contohnya kata lisung dalam bahasa
Sunda mempunyai bentuk yang hamper sama dengan bahasa daerah
lainnya; seperti lisung (bahasa kawi), lesung (bahasa Jawa), lesong
(bahasa Madura), lesung (Bahasa Batak, bahasa melayu), lisong (bahasa
Dayak), losong (Bahasa Tagalog) dan launa (bahasa Malagasi).
(Sudaryat, 2010: 12)
Bahasa Sunda berubah dari masa ke masa. Oleh sebab itu, bahasa
Sunda yang ada saat ini merupakan hasil dari kemekaran sepanjang
masa. Kemekaran itu ditentukan oleh kehidupan budi akal orang Sunda
yang dipengaruhi oleh suasana tempat dan waktu yang dilalui dalam
sejarah kehidupannya. Sebuah falsafah orang Sunda yang mengatakan
“basa téh cicirén bangsa” bahasa adalah ciri sebuah bangsa. Adat
istiadat, cara berpikir, pekerjaan, khayalan, seni,pengetahuan dan
teknologi, agama termasuk susunan masyarakat suatu bangsa akan
tergambar dari bahasanya.
Seperti juga dalam bahasa Indonesia, bahasa Sunda mempunyai
struktur yang sistemis. Bahasa Sunda mempunyai beberapa subsistem
seperti subsistem fonologis, subsistem gramatikal, dan subsistem
leksikal. Subsistem fonologis meliputi fonetik yang meneliti suara
ucapan (fon) dan fonemik yang meneliti tentang foném. Subsistem
gramatikal meliputi morfologi yang meneliti kata, bagian-bagian kata
(morfem), serta prosesna; dan sintaksis yang meneliti kalimat,
bagian-bagian kalimat (klausa;frasa), serta prosesnya. Subsistem
leksikal (leksikologi) meneliti kosa kata (leksikon).
2.3 Teori Tata Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan, tetapi pasti,
berkembang dan tumbuh terus.akhir-akhir ini perkembangannya itu
menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa ini telah menjelma menjadi
bahasa modern, yang kaya akan kosa kata dan mantap dalam struktur.
(Arifin dan Amran 2009 : 7).
Fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional, adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya
penyatuan berbagai suku-suku bangsa yang memiliki latar belakang
social dan budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu
kesatuan bangsa yang bulat. Dalam kedudukannya sebagai bahasa
Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai dengan
perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Seperti yang sudah dibahas pada sub bab sebelumnya, bahwa
bahasa Sunda dan bahasa Indonesia masih satu rumpun bahasa yaitu
Austronesia atau melayunesia. Maka dari itu menjadi hal yang wajar
jika banyak persamaan atau kemiripan diantara dua bahasa tersebut.
Setiap bahasa di dunia memiliki kosa kata sebagai
perbendaharaan untuk mengembangkan bahasanya dalam bentuk yang lebih
kompleks sehingga membentuk serangkaian bunyi yang memiliki arti dan
dapat dipahami. Bahasa Indonesia, seperti bahasa dunia lainnya juga
memiliki kosa kata dalam perbendaharaannya. Secara umum, kosa kata
bahasa Indonesia ini dibagi dalam kelas-kelas kata seperti kelas
kata kerja (verba), kelas kata sifat (adjektiva), dan kelas kata
benda (nomina). Verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau
perbuatan (Chaer,1994:166). Contohnya, makan, minum, menari, dan
lainnya. Adjektiva yaitu kata yang menerangkan nomina dan secara
umum dapat bergabung dengan kata lebih dan sangat (KBBI, 2007:8).
Misalnya, lebih cantik, sangat tinggi, lebih baik, dan sangat pintar. Chaer juga
menjelaskan nomina adalah kelas kata benda atau yang dibendakan
(1994:166), seperti ayah, ibu, ikan ,pohon, dan lainnya. Kata benda
(nomina) ini terdiri atas dua bagian, yaitu kata benda abstrak dan
kata benda konkret. Kata benda abstrak adalah yang secara fisik
tidak berwujud (Kridalaksana, 2008:1), sedangkan kata benda konkret
adalah mempunyai ciri-ciri fisik yang nampak (tentang nomina),
(Kridalaksana, 2008:132).
Jika kita bandingkan secara fonologi, bahasa Indonesia –
bahasa Sunda mempunyai jumlah bunyi yang berbeda. BS memiliki 7
vokal dan 18 konsonan. BI memiliki 6 vokal, 3 diftong, dan 23
konsonan. Vokal BS yang tidak ditemukan dalam BI adalah vokal atas-
pusat-tak bulat /eu/. Dalam hal ini tampak bahwa bunyi BI lebih
banyak daripada bunyi BS. Namun demikian, karena pengaruh bahasa
asing, baik langsung maupun melalui BI, BS mengenal beberapa
konsonan seperti /f/, /v/, /q/, /x/, dan /z/, hanya pemakaiannya
tidak sesering seperti dalam BI.
2.4 Makna Leksikal
Istilah leksikon berasal dari bahasa yunani kuno. Lexikon yang
berarti “kata”, “ucapan”, atau “cara berbicara”. Kata leksikon
sekerabat dengan kata leksem, leksikografi, leksikograf, leksikal.
Istilah kosakata adalah istilah terbaru yang muncul ketika kita
sedang giat-giatnya mencari kata atau istilah yang tidak berbau
barat. (Abdul Chaer, 2007: 6)
Pada kamus besar bahasa Indonesia, entri leksikon berarti semua
kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Dalam hal kosa-kata bahasa
Indonesia, maka yang disebut kosa-kata bahasa Indonesia adalah semua
kata yang ada dalam bahasa Indonesia seperti yang didaftarkan dalam
kamus-kamus bahasa Indonesia. Bisa juga berarti kata-kata yang
dikuasai oleh seseorang atau sekelompok orang dari lingkungan dari
lingkungan yang sama.
Leksikologi adalah telaah mengenai butir-butir kosakata (leksem-
leksem) suatu bahasa, termasuk makna-makna dan hubungan-hubungannya,
serta perubahan-perubahan dalam bentuk dan makna sepanjang waktu
(Richards 1987 : 165).
Setiap kata mempunyai makna leksikal yaitu makna secara inhern
yang ada dalam leksem tersebut. Sudaryat; 2003:54 menjelaskan bahwa
makna leksikal adalah arti dari unsure-unsur bahasa yang merupakan
lambang benda, hal,kejadian, kaayaan dan seterusnya. Makna leksikal
adalah makna yang dimiliki oleh suatu kata tanpa terikat oleh
konteks penuturnya. Lebih sederhana dapat dikatakan bahwa makna
leksikal adalah makna yang ada dalam kamus.
Jadi analisis konstrastif leksikologi adalah suatu analisis
perbedaan dan persamaan antara dua bahasa dalam tataran makna kosa-
kata.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bentuk leksikal BS-BI dengan leksem mirip bentuk sama makna
Setelah kata-kata dalam kamus Bahasa Sunda-Bahasa Indonesia
dipilih secara acak kemudian dikelompokan menggunakan kartu data,
maka diperoleh bentuk leksikal BS-BI yang memiki kemiripan bentuk
dan sama makna, diantaranya adalah:
NO KATA DALAM
BS
MAKNA KATA DALAM BI MAKNA
1. adi Adik; panggilan
untuk orang yang
lebih muda
usianya
Adik Adik; panggilan
untuk orang
yang usianya
lebih muda
2. alesan Sebab musabab;
karena
alasan Sebab musabab;
karena
3. haseum Masam; asem
(rasa)
asem Masam; asam.
4. bener Benar; betul benar Benar; betul
5. bodo Bodoh; awam bodoh Tidak lekas
mengerti
6. calana celana celana pakaian luar
yang menutup
pinggang sampai
mata kaki,
kadang-kadang
hanya sampai
lutut, yang
membungkus
batang kaki
secara
terpisah,
terutama
merupakan
pakaian lelaki
7. carang Jarang; tipis
membayang;
renggang kurang
rapat
jarang renggang atau
lebar jaraknya
(tidak rapat
terutama
tulisan,
tumbuhan,
tanaman, gigi
8. dalapan Delapan
(bilangan)
delapan delapan
9. dangdan Berdandan;
bersolek
dandan bersolek
10.élmu ilmu ilmu Pengetahuan
tentang suatu
bidang
11.éta Itu; kata ganti
yang menunjukan
barang yang
berada agak jauh
dari si
pembicara atau
barang yang
sudah
diceritakan
sebelumnya
itu Kata penunjuk
bagi benda yang
jauh dari
pembicara
12.eusi isi isi sesuatu yang
ada (termuat,
terkandung,
dsb) di dalam
suatu benda dsb
13.girimis gerimis gerimis Hujan rintik-
rintik
14.gumbira gembira gembira Suka ;
bahagia ;
senang
15.hanyir anyir anyir berbau seperti
bau ikan; amis
16.halis alis alis Bulu di dahi di
atas mata
17.hampas ampas ampas Sisa barang
yang telah
18.ngimpi mimpi mimpi Sesuatu yang
dialami atau
terlihat dalam
tidur
19.inget ingat ingat Berada dalam
pikiran ; tidak
lupa
20.jadi Jadi; tumbuh jadi Langsung
berlaku ; tidak
batal
21.jail jahil jahil membodohi
22.jarami jerami jerami Batang padi
yang sudah
kering
23.jangji janji janji Ucapan yang
menyatakan
kesediaan
berbuat
24.jodo jodoh jodoh Orang yang
cocokmenjadi
suami ; istri ;
imbangan
25.kaliru Keliru Keliru Salah
26.kaméja kemeja Kemeja Baju atasan
yang berkancing
27.kapiting kepiting kepiting Ketam yang
hidup si
pantai, berkaki
sepuluh
28.kebon kebun kebun Sebidang tanah
yang ditanami
buah musiman
29.konéng kuning Kuning Warna yang
serupa dengan
kunyit
30.kuciwa kecewa kecewa Kecil hati ;
tidak puas ;
tidak senang
31.lomari Lemari lemari Peti besar
tempat
menyimpan
sesuatu
32.lambar lembar lembar Kata penggolong
benda yang
lebar dan tipis
33.maén Main; bermain main Melakukan
permainan untuk
menyenangkan
hati
34.malem malam malam Waktu setelah
matahari
terbenam hingga
matahari terbit
35.musna musnah musnah Lenyap; binasa
36.nagara negara negara organisasi dl
suatu wilayah
yang mempunyai
kekuasaan
tertinggi yg
sah dan ditaati
oleh rakyat
37.nami nama nama Kata untuk
menyebut atau
memanggil orang
38.rayat rakyat rakyat Penduduk suatu
negara
39.sabab Sebab; karena sebab Hal yang
menjadikan
timbulnya
sesuatu
40.sarta serta serta dan
41.sedeng Sedang; cukup sedang cukup
42.taliti teliti teliti Cermat ;
seksama
43.tengtrem tenteram tenteram Aman ; damai
3.2 Bentuk leksikal BS-BI dengan leksem mirip bentuk beda makna
Setelah kata-kata dalam kamus Bahasa Sunda-Bahasa Indonesia
dipilih secara acak kemudian dikelompokan menggunakan kartu data,
maka diperoleh bentuk leksikal BS-BI yang memiki kemiripan bentuk
dan beda makna, diantaranya adalah:
NO KATA DALAM BS MAKNA KATA DALAM BI MAKNA
1. alus bagus halus Tidak kasar,
lembut, licin
2. amis manis amis anyir
3. baris akan baris deret, jajar,
banjar
4. angkat pergi;
berangkat
angkat naikan, membawa
keatas
5. imut tersenyum imut Lucu;
menggemaskan
6. bumi rumah bumi Dunia
7. harus nyaring
(suara)
harus Patut; wajib;
mesti
8. buta raksasa buta Tunanetra
9. boros Tunas tumbuh-
tumbuhan yang
berumpun
boros Berlebih-
lebihan dalam
memakai uang
atau barang
10.burung Gila; hilang
ingatan
burung binatang
berkaki dua,
bersayap dan
berbulu, dan
biasanya dapat
terbang
11.cocok Benda untuk
menutupi
lubang
cocok sesuai
12.duka Tidak tahu duka Susah hati ;
sedih hati
13.gelap Petir, geledek gelap Tidak ada
cahaya ;
kelam ; tidak
terang
14.gigih nasi setengah
matang
gigih tetap teguh
pada pendirian
atau pikiran;
keras hati;
mengotot
15.gila jijik gila sakit ingatan
(kurang beres
ingatannya)
16.girang Hulu (lawannya
hilir)
girang Riang, gembira
17.guyur Heboh, gempar guyur Menyiram dengan
menggunakan
gayung
18.hulu kepala hulu Bagian atas
sungai
19.jaga Suatu saat
nanti
jaga Bangun ; tidak
tidur
20.kali menggali kali sungai
21.karang Tahi lalat karang mengarang
22.lada pedas lada merica
23.lebah dekat lebah
24.lemah tanah lemah lemas
25.lembur kampung lembur pekerjaan dinas
yang dikerjakan
di luar jam
(waktu) dinas
26.liar Pergi jauh Liar buas
27.liat alot tidak
mudah putus
Lihat melihat
28.luas Tega; bulat
hati
Luas Lapang ; lebar
29.mangsa waktu mangsa Daging binatang
yang menjadi
makanan
binatang buas
30.mayat Menanjak atau
menurun
sedikit namun
panjang
mayat Bada, tubuh
orang yang
sudah mati
31.mesum Muram mesum Berpikiran
kotor
32.mutu Alat pelumat
dari batu;
ulekan
mutu Ukuran baik-
buruk suatu
benda
33.pacar Tumbuhan yang
daunnya biasa
dipakai untuk
memerahkan
kuku
pacar kekasih
34.bangun seperti bangun Bangkit berdiri
dari duduk
BAB IV
KESIMPULAN
Bahasa Sunda dan bahasa Indonesia merupakan satu rumpun bahasa
yaitu Austronesia atau melayunesia. Maka dari itu menjadi hal yang
wajar jika banyak persamaan atau kemiripan diantara dua bahasa
tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan terdapat pula perbedaan-
perbedaan diantara kedua bahasa tersebut.
Ketika dilakukan analisis kontrastif tataran leksikal pada
kamus bahasa Sunda-bahasa Indonesia karangan Budi Rahayu Tamsyah
tahun 2003, ditemukan setidaknya dua pola makna leksikal. Yang
pertama yaitu leksem yang mirip bentuk dan sama makna dan leksem
yang mirip bentuk namun beda makna.
4.1 Hasil analisis leksem mirip bentuk sama makna
Setelah diambil sampel secara acak pada kamus bahasa Sunda-
Indonesia ditemukan 43 kata dengan leksem atau kata yang bentuknya
mirip, pengucapannya mirip dan maknanya pun sama. Persamaan ini akan
memudahkan siswa dalam memahami teks bahasa Sunda. Dalam analisis
kontrastif persamaan antara dua bahasa disebut transfer positif atau
fasilitator. Maka persamaan bentuk dan persamaan makna dalam bahasa
Sunda dan Bahasa Indonesia ini disebut transfer positif atau
fasilitator.
4.2 Hasil analisis leksem mirip bentuk beda makna
Setelah diambil sampel secara acak pada kamus bahasa Sunda-
bahasa Indonesia karangan Budi Rahayu Tamsyah 2003, ditemukan 34
kata dengan leksem yang bentuknya mirip namun berbeda maknanya.
Perbedaan ini merupakan transfer negative atau interferensi, maka
guru dapat memprediksi bahwa pola ini akan menyulitkan siswa
sehingga guru dapat menyiapkan langkah pembelajaran yang tepat.
BAB V
SARAN
Setelah ditemukan persamaan dan perbedaan bahasa Sunda dalam
tataran leksikal, Guru dapat memprediksi kata-kata dalam bahasa
Sunda yang akan memudahkan dan kata-kata yang akan menyulitkan
siswa. Pada kata yang mirip bentuk namun berbeda makna, akan
menimbulkan kesalahan pemaknaan pada kata hal itu juga
dapatmenimbulkan ambiguitas. Namun guru dapat mengakalinya dengan
melaksanakan metode yang tepat.
Salah satu metode pembelajaran yang direkomendasikan adalah
sebuah metode pembelajaran yang diadaptasi dari materi pembelajaran
bahasa Inggris, yaitu Grammar Translation Method. Metode ini biasa
disingkat dengan GTM. Adalah sebuah metode yang paling lama ada di
dunia pembelajaran sebuah bahasa asing. Indonesia sendiri, masih
menggunakan metode GTM dari sejak pengajaran bahasa Inggris terjadi
hingga saat ini. Mengajarkan bahasa SUnda untuk penutur non Sunda
dapat bisa jadi sama seperti dia belajar bahasa asing. Maka metode
ini bisa digunakan akan siswa lebih focus terhadap kosa-kata.
Ini merupakan metode dimana tata bahasa lebih ditekankan.
Selain tata bahasa, juga terdapat alih bahasa yang paling sering
digunakan untuk mengajarkan kosakata. Guru akan mengajarkan materi
tentang tata bahasa menggunakan rumus, dan kemudian menggunakan alih
bahasa ketika memberikan pengajaran membaca, menulis, serta kosakata
dalam bahasa Sunda.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal, Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Chaer, Abdul., 2007. Leksikologi & Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Moriyama, Mikihiro., 2005. Semangat Baru. Jakarta: KPG
Sudaryat, Yayat., 2004. Élmuning Basa. Bandung; CV. Walatra
Sudaryat, Yayat., 2010. Pedaran Basa Sunda. Bandung: Geger Sunten.
Sunda. Bandung: Pustaka Setia.
Tamsyah, Budi Rahayu., 2003. Kamus Lengkap Sunda-Indonesia, Indonesia-Sunda,
Sunda-
Tarigan, Henry Guntur., 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung:
Angkasa.