Analisis Kontrastif antara bahasa Sunda dengan bahasa Indonesia

27
ANALISIS KONSTRASTIF BAHASA SUNDA DENGAN BAHASA INDONESIA PADA TATARAN MAKNA KOSA-KATA (LEKSIKAL) Makalah dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Konstrastif dan Analisis Kesalahan Dosen Pengampu: Prof. Dr. Yumna Rasyid, M.Pd Disusun Oleh: Anita Rohani PENDIDIKAN BAHASA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2014

Transcript of Analisis Kontrastif antara bahasa Sunda dengan bahasa Indonesia

ANALISIS KONSTRASTIF BAHASA SUNDA DENGAN BAHASA INDONESIA PADA

TATARAN MAKNA KOSA-KATA (LEKSIKAL)

Makalah dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis

Konstrastif dan Analisis Kesalahan

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Yumna Rasyid, M.Pd

Disusun Oleh:

Anita Rohani

PENDIDIKAN BAHASA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

Bahasa adalah system lambang suara yang menghasilkan ucap

manusia yang jelas strukturnya dan juga beragam antar anggota

masyarakat untuk tujuan komunikasi. Bahasa adalah benda yang hidup,

maka dari itu bahasa selalu berkembang seiring berjalannya waktu dan

perkembangan jaman.

Dewasa ini kebutuhan akan bahasa semakin meningkat. Bukan

hanya bahasa yang menjadi bahasa ibu yang telah diajarkan sejak

kecil, namun juga bahasa lain ataupun bahasa yang dimiliki oleh

budaya lain. Baik itu untuk tujuan pribadi seperti akan tinggal di

tempat dengan bahasa yang berbeda ataupun ingin meneliti secara

ilmiah, dan tujuan lainnya.

Bahasa Sunda adalah bahasa ibu (mothertongue; first language)

orang Sunda yang sampai saat ini masih dipakai oleh masyarakatnya.

Baik oleh orang Sunda sendiri maupun oleh orang luar Sunda seperti

Madura, Majenang, Dayeuhluhur, dan Manggung (Jawa Tengah) serta di

tataran masyarakat transmigran asal Jawa Barat seprti di Lampung dan

Bengkulu. (Sudaryat, 2010: 10).

Bahasa Sunda bukan hanya dipelajari oleh orang Sunda secara

mendalam, banyak sekali orang luar Sunda bahkan luar negeri yang

mempelajari bahasa Sunda untuk tujuan penelitian. Bahkan orang yang

pertama “menemukan” bahasa Sunda adalah orang Belanda. Seperti yang

ditulis oleh Mikihiro Moriyama dalam “Semangat Baru” 2005; Sejak

kedatangan para pedagang Belanda pada awal abad ke-17, hanya

segelintir sarjana dan pegawai kolonial yang mempelajari adat-

istiadat dan kebudayaan penduduk Hindia-Belanda, termasuk bahasa dan

kesastraan mereka. Tidak mengherankan bila baru pada awal abad ke-19

mereka “menemukan” bahwa bahasa Sunda merupakan bahasa tersendiri-

bukan varian bahasa lain, Jawa misalnya- Penutur bahasa Sunda

agaknya lebih dahulu menyadari perbedaan budaya mereka dari Jawa,

tetangganya. (Moriyama, 2005:3)

Ia adalah Karel Frederik Holle (1829-1896) seorang Belanda

pemilik perkebunan di daerah Garut yang memiliki ketertarikan yang

tinggi terhadap bahasa daerah khususnya bahasa Sunda.

Kebijakan pemerintah di tingkat provinsi Jawa Barat

mengharuskan seluruh siswa SD, SMP dan SMA wajib mendapatkan

pelajaran Bahasa Sunda. Hal tersebut tersurat dalam Perda No. 5

Tahun 2003. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan

penutur bahasa Sunda yang semakin berkurang. Bahkan pada tahun 2013

pada acara seminar hari bahasa ibu internasional yang

diselenggarakan Dinas Pariwisata Kota Bandung, di Padepokan Seni

"Mayang Sunda", Jln. Peta, Bandung, Kamis (21/2/13), Drs. Mustakim,

M.Hum dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyatakan bahwa

bahasa Sunda akan lebih cepat punah dari pada bahasa Bali. Hal itu

tergambar dari 8 bahasa daerah yang menggambarkan laju kepunahannya

adalah sebagai berikut, bahasa Batak 9.8 persen, bahasa Bugis 8.8

persen, bahasa Minang 7.6 persen, bahasa Jawa 4.1 persen, bahasa

Sunda 3.9 persen, bahasa Banjar 2.5 persen, bahasa Madura 2.2

persen, dan bahasa Bali 2.1 persen. Prosentase itu menunjukkan

prosentase penutur yang tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya.

Namun setelah dilaksanakan, timbul beberapa masalah. Kota

Depok, yang secara administratif adalah bagian dari wilayah Jawa

Barat masyarakatnya sangat heterogen. Dan yang lebih dominan adalah

penduduk non Sunda. Di sekolah pun demikian. Peserta didik yang

berasal dari keluarga Sunda hanya beberapa orang saja.

Maka dari itu diperlukan suatu analisis yang meneliti

persamaan dan perbedaan bahasa yang dipakai oleh siswa sehari hari

dan bahasa sasaran yaitu bahasa yang akan dipelajari oleh siswa Non

Sunda. Tujuannya adalah agar diketahui kesulitan-kesulitan dalam

mempelajari bahasa Sunda sehingga dapat ditemukan metode yang tepat

untuk mengajarkan bahasa Sunda yang paling efektif..

Hal itulah yang melatarbelakangi ditulisnya makalah ini. Agar

tidak terlalu luas, maka penelitian sederhana ini hanya akan

membahas analisis kontrastif Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia dalam

tataran leksikal yang mengambil sampel acak dalam kamus bahasa Sunda

– bahasa Indonesia karya Budi Rahayu Tamsyah, S.Pd tahun 2003.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini ingin diketahui

bagaimana kaidah persamaan-perbedaan bahasa Indonesia – bahasa

Sunda. Bagaimanakah kaidah persamaan-perbedaan bentuk leksikal

bahasa Indonesia – bahasa Sunda tersebut yang berkaitan dengan

leksem mirip bentuk sama makna dan mirip bentuk beda makna?

Diharapkan dengan ditulisnya makalah ini maka guru bahasa Sunda akan

dapat memprediksi kesulitan siswa dalam mempelajari bahasa Sunda dan

dapat menyusun metode pengajaran yang paling tepat.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Analisis Kontrastif

Analisis konstrastif adalah suatu cabang ilmu linguistik yang

membahas persamaan dan perbedaan antara dua bahasa. Analisis

konstrastif berupa prosedur kerja adalah aktivitas atau kegiatan

yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk

mengidentifikasi perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa.

Perbedaan-perbedaan yang diperoleh dan dihasilkan melalui anakon,

dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi

kesulitan-kesulitan atau kendala belajar berbahasa yang akan

dihadapi oleh para siswa di sekolah, terlebih dalam belajar B2.

Anakon membahas tataran mikrolinguistik dan makrolinguistik.

Tataran mikrolinguistik yang dibahas adalah fonologi, morfologi,

kosa kata dan sintaksis. Sedangkan dalam makrolinguistik tataran

yang dibahas adalah analisis wacana dan analisis teks. Makalah ini

akan membahas mengenai Analisis Konstrastif mikrolinguistik tataran

leksikal dengan bahasa sumber (B1) adalah bahasa Indonesia dan

bahasa target (B2) adalah bahasa Sunda. Pada aspek leksikal akan

dibahas tentang pengkontrasan bahasa berdasarkan makna dan

pemakaian kata dalam bahasa. Untuk menyederhanakan pembahasan maka

selanjutnya bahasa Indonesia dan bahasa Sunda akan disingkat BS-BI.

2.2 Teori Tata Bahasa Sunda

Bahasa Sunda masih satu rumpun dengan bahasa kawi,bahasa Jawa,

bahasa Madura, Bahasa Batak, bahasa melayu, bahasa Dayak, Bahasa

Tagalog dan bahasa Malagasi. Salah satu bukti yang menunjukkan bahwa

bahasa di Indonesia satu leluhur, contohnya kata lisung dalam bahasa

Sunda mempunyai bentuk yang hamper sama dengan bahasa daerah

lainnya; seperti lisung (bahasa kawi), lesung (bahasa Jawa), lesong

(bahasa Madura), lesung (Bahasa Batak, bahasa melayu), lisong (bahasa

Dayak), losong (Bahasa Tagalog) dan launa (bahasa Malagasi).

(Sudaryat, 2010: 12)

Bahasa Sunda berubah dari masa ke masa. Oleh sebab itu, bahasa

Sunda yang ada saat ini merupakan hasil dari kemekaran sepanjang

masa. Kemekaran itu ditentukan oleh kehidupan budi akal orang Sunda

yang dipengaruhi oleh suasana tempat dan waktu yang dilalui dalam

sejarah kehidupannya. Sebuah falsafah orang Sunda yang mengatakan

“basa téh cicirén bangsa” bahasa adalah ciri sebuah bangsa. Adat

istiadat, cara berpikir, pekerjaan, khayalan, seni,pengetahuan dan

teknologi, agama termasuk susunan masyarakat suatu bangsa akan

tergambar dari bahasanya.

Seperti juga dalam bahasa Indonesia, bahasa Sunda mempunyai

struktur yang sistemis. Bahasa Sunda mempunyai beberapa subsistem

seperti subsistem fonologis, subsistem gramatikal, dan subsistem

leksikal. Subsistem fonologis meliputi fonetik yang meneliti suara

ucapan (fon) dan fonemik yang meneliti tentang foném. Subsistem

gramatikal meliputi morfologi yang meneliti kata, bagian-bagian kata

(morfem), serta prosesna; dan sintaksis yang meneliti kalimat,

bagian-bagian kalimat (klausa;frasa), serta prosesnya. Subsistem

leksikal (leksikologi) meneliti kosa kata (leksikon).

2.3 Teori Tata Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan, tetapi pasti,

berkembang dan tumbuh terus.akhir-akhir ini perkembangannya itu

menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa ini telah menjelma menjadi

bahasa modern, yang kaya akan kosa kata dan mantap dalam struktur.

(Arifin dan Amran 2009 : 7).

Fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa

nasional, adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya

penyatuan berbagai suku-suku bangsa yang memiliki latar belakang

social dan budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu

kesatuan bangsa yang bulat. Dalam kedudukannya sebagai bahasa

Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar di

lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai dengan

perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Seperti yang sudah dibahas pada sub bab sebelumnya, bahwa

bahasa Sunda dan bahasa Indonesia masih satu rumpun bahasa yaitu

Austronesia atau melayunesia. Maka dari itu menjadi hal yang wajar

jika banyak persamaan atau kemiripan diantara dua bahasa tersebut.

Setiap bahasa di dunia memiliki kosa kata sebagai

perbendaharaan untuk mengembangkan bahasanya dalam bentuk yang lebih

kompleks sehingga membentuk serangkaian bunyi yang memiliki arti dan

dapat dipahami. Bahasa Indonesia, seperti bahasa dunia lainnya juga

memiliki kosa kata dalam perbendaharaannya. Secara umum, kosa kata

bahasa Indonesia ini dibagi dalam kelas-kelas kata seperti kelas

kata kerja (verba), kelas kata sifat (adjektiva), dan kelas kata

benda (nomina). Verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau

perbuatan (Chaer,1994:166). Contohnya, makan, minum, menari, dan

lainnya. Adjektiva yaitu kata yang menerangkan nomina dan secara

umum dapat bergabung dengan kata lebih dan sangat (KBBI, 2007:8).

Misalnya, lebih cantik, sangat tinggi, lebih baik, dan sangat pintar. Chaer juga

menjelaskan nomina adalah kelas kata benda atau yang dibendakan

(1994:166), seperti ayah, ibu, ikan ,pohon, dan lainnya. Kata benda

(nomina) ini terdiri atas dua bagian, yaitu kata benda abstrak dan

kata benda konkret. Kata benda abstrak adalah yang secara fisik

tidak berwujud (Kridalaksana, 2008:1), sedangkan kata benda konkret

adalah mempunyai ciri-ciri fisik yang nampak (tentang nomina),

(Kridalaksana, 2008:132).

Jika kita bandingkan secara fonologi, bahasa Indonesia –

bahasa Sunda mempunyai jumlah bunyi yang berbeda. BS memiliki 7

vokal dan 18 konsonan. BI memiliki 6 vokal, 3 diftong, dan 23

konsonan. Vokal BS yang tidak ditemukan dalam BI adalah vokal atas-

pusat-tak bulat /eu/. Dalam hal ini tampak bahwa bunyi BI lebih

banyak daripada bunyi BS. Namun demikian, karena pengaruh bahasa

asing, baik langsung maupun melalui BI, BS mengenal beberapa

konsonan seperti /f/, /v/, /q/, /x/, dan /z/, hanya pemakaiannya

tidak sesering seperti dalam BI.

2.4 Makna Leksikal

Istilah leksikon berasal dari bahasa yunani kuno. Lexikon yang

berarti “kata”, “ucapan”, atau “cara berbicara”. Kata leksikon

sekerabat dengan kata leksem, leksikografi, leksikograf, leksikal.

Istilah kosakata adalah istilah terbaru yang muncul ketika kita

sedang giat-giatnya mencari kata atau istilah yang tidak berbau

barat. (Abdul Chaer, 2007: 6)

Pada kamus besar bahasa Indonesia, entri leksikon berarti semua

kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Dalam hal kosa-kata bahasa

Indonesia, maka yang disebut kosa-kata bahasa Indonesia adalah semua

kata yang ada dalam bahasa Indonesia seperti yang didaftarkan dalam

kamus-kamus bahasa Indonesia. Bisa juga berarti kata-kata yang

dikuasai oleh seseorang atau sekelompok orang dari lingkungan dari

lingkungan yang sama.

Leksikologi adalah telaah mengenai butir-butir kosakata (leksem-

leksem) suatu bahasa, termasuk makna-makna dan hubungan-hubungannya,

serta perubahan-perubahan dalam bentuk dan makna sepanjang waktu

(Richards 1987 : 165).

Setiap kata mempunyai makna leksikal yaitu makna secara inhern

yang ada dalam leksem tersebut. Sudaryat; 2003:54 menjelaskan bahwa

makna leksikal adalah arti dari unsure-unsur bahasa yang merupakan

lambang benda, hal,kejadian, kaayaan dan seterusnya. Makna leksikal

adalah makna yang dimiliki oleh suatu kata tanpa terikat oleh

konteks penuturnya. Lebih sederhana dapat dikatakan bahwa makna

leksikal adalah makna yang ada dalam kamus.

Jadi analisis konstrastif leksikologi adalah suatu analisis

perbedaan dan persamaan antara dua bahasa dalam tataran makna kosa-

kata.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Bentuk leksikal BS-BI dengan leksem mirip bentuk sama makna

Setelah kata-kata dalam kamus Bahasa Sunda-Bahasa Indonesia

dipilih secara acak kemudian dikelompokan menggunakan kartu data,

maka diperoleh bentuk leksikal BS-BI yang memiki kemiripan bentuk

dan sama makna, diantaranya adalah:

NO KATA DALAM

BS

MAKNA KATA DALAM BI MAKNA

1. adi Adik; panggilan

untuk orang yang

lebih muda

usianya

Adik Adik; panggilan

untuk orang

yang usianya

lebih muda

2. alesan Sebab musabab;

karena

alasan Sebab musabab;

karena

3. haseum Masam; asem

(rasa)

asem Masam; asam.

4. bener Benar; betul benar Benar; betul

5. bodo Bodoh; awam bodoh Tidak lekas

mengerti

6. calana celana celana pakaian luar

yang menutup

pinggang sampai

mata kaki,

kadang-kadang

hanya sampai

lutut, yang

membungkus

batang kaki

secara

terpisah,

terutama

merupakan

pakaian lelaki

7. carang Jarang; tipis

membayang;

renggang kurang

rapat

jarang renggang atau

lebar jaraknya

(tidak rapat

terutama

tulisan,

tumbuhan,

tanaman, gigi

8. dalapan Delapan

(bilangan)

delapan delapan

9. dangdan Berdandan;

bersolek

dandan bersolek

10.élmu ilmu ilmu Pengetahuan

tentang suatu

bidang

11.éta Itu; kata ganti

yang menunjukan

barang yang

berada agak jauh

dari si

pembicara atau

barang yang

sudah

diceritakan

sebelumnya

itu Kata penunjuk

bagi benda yang

jauh dari

pembicara

12.eusi isi isi sesuatu yang

ada (termuat,

terkandung,

dsb) di dalam

suatu benda dsb

13.girimis gerimis gerimis Hujan rintik-

rintik

14.gumbira gembira gembira Suka ;

bahagia ;

senang

15.hanyir anyir anyir berbau seperti

bau ikan; amis

16.halis alis alis Bulu di dahi di

atas mata

17.hampas ampas ampas Sisa barang

yang telah

18.ngimpi mimpi mimpi Sesuatu yang

dialami atau

terlihat dalam

tidur

19.inget ingat ingat Berada dalam

pikiran ; tidak

lupa

20.jadi Jadi; tumbuh jadi Langsung

berlaku ; tidak

batal

21.jail jahil jahil membodohi

22.jarami jerami jerami Batang padi

yang sudah

kering

23.jangji janji janji Ucapan yang

menyatakan

kesediaan

berbuat

24.jodo jodoh jodoh Orang yang

cocokmenjadi

suami ; istri ;

imbangan

25.kaliru Keliru Keliru Salah

26.kaméja kemeja Kemeja Baju atasan

yang berkancing

27.kapiting kepiting kepiting Ketam yang

hidup si

pantai, berkaki

sepuluh

28.kebon kebun kebun Sebidang tanah

yang ditanami

buah musiman

29.konéng kuning Kuning Warna yang

serupa dengan

kunyit

30.kuciwa kecewa kecewa Kecil hati ;

tidak puas ;

tidak senang

31.lomari Lemari lemari Peti besar

tempat

menyimpan

sesuatu

32.lambar lembar lembar Kata penggolong

benda yang

lebar dan tipis

33.maén Main; bermain main Melakukan

permainan untuk

menyenangkan

hati

34.malem malam malam Waktu setelah

matahari

terbenam hingga

matahari terbit

35.musna musnah musnah Lenyap; binasa

36.nagara negara negara organisasi dl

suatu wilayah

yang mempunyai

kekuasaan

tertinggi yg

sah dan ditaati

oleh rakyat

37.nami nama nama Kata untuk

menyebut atau

memanggil orang

38.rayat rakyat rakyat Penduduk suatu

negara

39.sabab Sebab; karena sebab Hal yang

menjadikan

timbulnya

sesuatu

40.sarta serta serta dan

41.sedeng Sedang; cukup sedang cukup

42.taliti teliti teliti Cermat ;

seksama

43.tengtrem tenteram tenteram Aman ; damai

3.2 Bentuk leksikal BS-BI dengan leksem mirip bentuk beda makna

Setelah kata-kata dalam kamus Bahasa Sunda-Bahasa Indonesia

dipilih secara acak kemudian dikelompokan menggunakan kartu data,

maka diperoleh bentuk leksikal BS-BI yang memiki kemiripan bentuk

dan beda makna, diantaranya adalah:

NO KATA DALAM BS MAKNA KATA DALAM BI MAKNA

1. alus bagus halus Tidak kasar,

lembut, licin

2. amis manis amis anyir

3. baris akan baris deret, jajar,

banjar

4. angkat pergi;

berangkat

angkat naikan, membawa

keatas

5. imut tersenyum imut Lucu;

menggemaskan

6. bumi rumah bumi Dunia

7. harus nyaring

(suara)

harus Patut; wajib;

mesti

8. buta raksasa buta Tunanetra

9. boros Tunas tumbuh-

tumbuhan yang

berumpun

boros Berlebih-

lebihan dalam

memakai uang

atau barang

10.burung Gila; hilang

ingatan

burung binatang

berkaki dua,

bersayap dan

berbulu, dan

biasanya dapat

terbang

11.cocok Benda untuk

menutupi

lubang

cocok sesuai

12.duka Tidak tahu duka Susah hati ;

sedih hati

13.gelap Petir, geledek gelap Tidak ada

cahaya ;

kelam ; tidak

terang

14.gigih nasi setengah

matang

gigih tetap teguh

pada pendirian

atau pikiran;

keras hati;

mengotot

15.gila jijik gila sakit ingatan

(kurang beres

ingatannya)

16.girang Hulu (lawannya

hilir)

girang Riang, gembira

17.guyur Heboh, gempar guyur Menyiram dengan

menggunakan

gayung

18.hulu kepala hulu Bagian atas

sungai

19.jaga Suatu saat

nanti

jaga Bangun ; tidak

tidur

20.kali menggali kali sungai

21.karang Tahi lalat karang mengarang

22.lada pedas lada merica

23.lebah dekat lebah

24.lemah tanah lemah lemas

25.lembur kampung lembur pekerjaan dinas

yang dikerjakan

di luar jam

(waktu) dinas

26.liar Pergi jauh Liar buas

27.liat alot tidak

mudah putus

Lihat melihat

28.luas Tega; bulat

hati

Luas Lapang ; lebar

29.mangsa waktu mangsa Daging binatang

yang menjadi

makanan

binatang buas

30.mayat Menanjak atau

menurun

sedikit namun

panjang

mayat Bada, tubuh

orang yang

sudah mati

31.mesum Muram mesum Berpikiran

kotor

32.mutu Alat pelumat

dari batu;

ulekan

mutu Ukuran baik-

buruk suatu

benda

33.pacar Tumbuhan yang

daunnya biasa

dipakai untuk

memerahkan

kuku

pacar kekasih

34.bangun seperti bangun Bangkit berdiri

dari duduk

BAB IV

KESIMPULAN

Bahasa Sunda dan bahasa Indonesia merupakan satu rumpun bahasa

yaitu Austronesia atau melayunesia. Maka dari itu menjadi hal yang

wajar jika banyak persamaan atau kemiripan diantara dua bahasa

tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan terdapat pula perbedaan-

perbedaan diantara kedua bahasa tersebut.

Ketika dilakukan analisis kontrastif tataran leksikal pada

kamus bahasa Sunda-bahasa Indonesia karangan Budi Rahayu Tamsyah

tahun 2003, ditemukan setidaknya dua pola makna leksikal. Yang

pertama yaitu leksem yang mirip bentuk dan sama makna dan leksem

yang mirip bentuk namun beda makna.

4.1 Hasil analisis leksem mirip bentuk sama makna

Setelah diambil sampel secara acak pada kamus bahasa Sunda-

Indonesia ditemukan 43 kata dengan leksem atau kata yang bentuknya

mirip, pengucapannya mirip dan maknanya pun sama. Persamaan ini akan

memudahkan siswa dalam memahami teks bahasa Sunda. Dalam analisis

kontrastif persamaan antara dua bahasa disebut transfer positif atau

fasilitator. Maka persamaan bentuk dan persamaan makna dalam bahasa

Sunda dan Bahasa Indonesia ini disebut transfer positif atau

fasilitator.

4.2 Hasil analisis leksem mirip bentuk beda makna

Setelah diambil sampel secara acak pada kamus bahasa Sunda-

bahasa Indonesia karangan Budi Rahayu Tamsyah 2003, ditemukan 34

kata dengan leksem yang bentuknya mirip namun berbeda maknanya.

Perbedaan ini merupakan transfer negative atau interferensi, maka

guru dapat memprediksi bahwa pola ini akan menyulitkan siswa

sehingga guru dapat menyiapkan langkah pembelajaran yang tepat.

BAB V

SARAN

Setelah ditemukan persamaan dan perbedaan bahasa Sunda dalam

tataran leksikal, Guru dapat memprediksi kata-kata dalam bahasa

Sunda yang akan memudahkan dan kata-kata yang akan menyulitkan

siswa. Pada kata yang mirip bentuk namun berbeda makna, akan

menimbulkan kesalahan pemaknaan pada kata hal itu juga

dapatmenimbulkan ambiguitas. Namun guru dapat mengakalinya dengan

melaksanakan metode yang tepat.

Salah satu metode pembelajaran yang direkomendasikan adalah

sebuah metode pembelajaran yang diadaptasi dari materi pembelajaran

bahasa Inggris, yaitu Grammar Translation Method. Metode ini biasa

disingkat dengan GTM. Adalah sebuah metode yang paling lama ada di

dunia pembelajaran sebuah bahasa asing. Indonesia sendiri, masih

menggunakan metode GTM dari sejak pengajaran bahasa Inggris terjadi

hingga saat ini. Mengajarkan bahasa SUnda untuk penutur non Sunda

dapat bisa jadi sama seperti dia belajar bahasa asing. Maka metode

ini bisa digunakan akan siswa lebih focus terhadap kosa-kata.

Ini merupakan metode dimana tata bahasa lebih ditekankan.

Selain tata bahasa, juga terdapat alih bahasa yang paling sering

digunakan untuk mengajarkan kosakata. Guru akan mengajarkan materi

tentang tata bahasa menggunakan rumus, dan kemudian menggunakan alih

bahasa ketika memberikan pengajaran membaca, menulis, serta kosakata

dalam bahasa Sunda.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal, Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:

Akademika Pressindo.

Chaer, Abdul., 2007. Leksikologi & Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Moriyama, Mikihiro., 2005. Semangat Baru. Jakarta: KPG

Sudaryat, Yayat., 2004. Élmuning Basa. Bandung; CV. Walatra

Sudaryat, Yayat., 2010. Pedaran Basa Sunda. Bandung: Geger Sunten.

Sunda. Bandung: Pustaka Setia.

Tamsyah, Budi Rahayu., 2003. Kamus Lengkap Sunda-Indonesia, Indonesia-Sunda,

Sunda-

Tarigan, Henry Guntur., 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung:

Angkasa.