Pengembangan Silabus Bahasa Arab Berbasis Lingkungan Bahasa dan Budaya
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Pengembangan Silabus Bahasa Arab Berbasis Lingkungan Bahasa dan Budaya
Pengembangan Silabus Bahasa Arab
Berbasis Lingkungan Bahasa dan Budaya1
Pendahuluan
Komisi internasional Unesco untuk memasuki abad -21 merekomendasikan empat
pilar belajar yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together dan learning
to be. Pertama learning to know dimaknai sebagai suatu proses pembelajaran yang
membuat peserta didik menghayati dan akhirnya dapat merasakan serta dapat menerapkan
cara memperoleh pengetahuan, suatu cara yang menimbulkan sikap ilmiah berupa sikap
ingin tahu dan menimbulkan rasa mampu memecahkan masalah secara ilmiah. Kedua,
learning to do, bahwa tujuan dari pendidikan adalah agar lahir genarasi muda yang bekerja
secara cerdas dengan memanfaatkan IPTEK. Selaras dengan pandangan Whitehead, bahwa
tujuan akhir pendidikan adalah the acquition of the art of utilizing knowledge, yaitu
penguasaan seni, menggunakan ilmu pengetahuan. ketiga, learning to live together, sebagai
akibat yang diakui oleh komisi internasional untuk pendidikan abad ke-21 tentang sulitnya
menciptakan kerukunan, toleransi dan saling pengertian dan bebas prasangka. Maka hidup
bersama menjadi tujuan pendidikan. dan keempat, learning to be, maksudnya adalah bahwa
tujuan pendidikan adalah menjadi manusia yang mengenal dirinya setelah ia menjadi
pribadi yang percaya diri karena telah mampu mencari dan menemukan ilmu pengetahuan,
mampu melaksanakan tugas secara cerdas dan mampu bekerjasama, bertenggangrasa dan
toleran terhadap perbedaan2.
Visi Indonesia 2010 dirumuskan oleh Indonesia Forum (yayasan yang dibentuk oleh
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, ISEI, yang diketuai oleh Chairul Tanjung)
mengemukakan bahwa Indonesia menjadi kekuatan ekonomi dunia nomor lima pada tahun
2030, setelah China, India, Amerika Serikat dan Uni Eropa pada saat perkapita Indonesia
mencapai 18.000 dollar AS per tahun3. Sesuatu yang mustahil dan mimpi, namun visi ini
perlu dirumuskan oleh bangsa Indonesia.
Kurikulum Indonesia selalu mendapat kritik dari berbagai pihak, anggapan yang
memandang bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah dianggap sentralistik dan
reduktif dalam mengembangkan pribadi manusia. Maka Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan jawaban yang beroreientasi meluaskan partisipasi guru,
pengelola sekolah, murid bahkan komite dalam hal ini orang tua siswa untuk
mengembangkan kompetensi dasar secara kontekstual dan mempraktikkan konsepsi ideal
mereka tentang pendidikan dan pengajaran4. Kurikulum ini dianggap kurikulum
mencerdaskan jika dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, yang tercerdaskan bukan
hanya peserta didik, namun juga guru, pengelola sekolah dan bahkan masyarakat, karena
masyarakat dilibatkan secara langsung dalam perencanaan dan kontrol pengembangan
kurikulum dalam bentuk silabus dan RPP. Akan tetapi kendala besarnya adalah SDM
Indonesia yang masih lemah menjadi penghambat dan sekolah menjadi lembaga yang
hanya bisa melakukan kopi pasti atas silabus-silabus yang dibuat oleh sekolah lain
disamping lemahnya pribadi sebagian guru.
1 Disampaikan oleh Raswan, M.Pd dalam diskusi dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Novemver
2012. 2 Forum Mangunwijaya, Kurikulum yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif,
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007, Hal. 22-27. 3 Forum Mangunwijaya, Kurikulum yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif,
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007, Hal. 89 4 Forum Mangunwijaya, Kurikulum yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif,
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007, Hal. 37.
Perguruan Tinggi adalah kembaga yang diberikan kewenangan nuntuk
mengembangkan kurikulum sendiri secarapenuh termasuk program sutudi-program studi
yang ada di dalamnya. Oleh karenanya masalah pengembangan kurikulum mutlak
sepenuhnya menjadi tanggungjawab masing-masing prodi. Jurusan Pendidikan Bahasa
Aarab sering kali mendapat kritikan terutama berkaitan dengan lemahnya kemahiran
peserta mahasiswa dalam berbahasa Arab terutama kemahiran istima‟ dan kalam. Hal ini
perlu perlu diindikasikan oleh karena lingkungan bahasa dan budaya Arab belum optimal
diciptakan. Salah satu usaha bisa dilakukan dalam optimalisasi lingkungan bahasa dan
budaya adalah dengan mengembangkan kurikulum termasuk pengembangan silabus bahasa
Arab yang berbasis bahasa dan budaya Arab. yang dimaksud dengan silabus bahasa arab
arab adalah silabus seluruh mata kuliah yang ada di jurusan Pendidikan Bahasa Arab.
bagaimana pengembangan silabus bahasa Arab berbasis bahasa dan budaya Arab yang bisa
direalisasikan? Itu adalah pertanyaan tunggal dan inti pada makalah ini namun sebelumnya
akan dikemukakan terlebih dahulu pembahasan mengenai kurikulum, silabus, lingkungan,
bahasa dan budaya Arab.
Kurikulum, Silabus dan RPP
Dalam bahasa Arab kurikulum (ادلناىج الدراسية), silabus ( /ادلقررادلنهج ) dan RPP (الدورة) penting untuk dikembangkan. Dari melihat maknanya dalam bahasa Arab jelas ada hirarki
dari ketiga istilah dalam pembelajaran tersebut. Kurikulum maknanya lebih umum dari
silabus, dan silabus lebih umum dari RPP.
Kurikulum sebagaimana didefenisikan oleh para ahli adalah sebuah rencana yang
mencakup keseluruhan pengalaman dan proses pendidikan siswa di bawah bimbingan
sekolah. Kurikulum tidak sekadar dokumen yang dicetak atau distensile. Pengembang
kurikulum harus tahu tujuan apa yang dapat tercapai, dalam kondisi yang bagaimana,
sehingga tercapai proses belajar yang efektif.5 Oleh karena itu suatu kurikulum harus
memuat pernyataan tujuan, menunjukan pemilihan dan pereorganisasian bahan pelajaran
serta rancangan evaluasi hasil belajar.6
Sementara menurut sanjaya kurikulum adalah sebuah dokumen perencanaan yang
berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman yang harus dilakukan
siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk
mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen
yang dirancang dalam bentuk nyata7.
Jadi kurikulum adalah rencana pendidikan yang memuat komponen tujuan, materi,
metode pembelajaran, evaluasi dan implementasi nyata kurikulum dalam bentuk
pembelajaran ril.
Selanjutnya, Silabus dimaknai sebagai deratan pengalaman dan sikap kebahasaan
dan pembelajaran yang dirancang untuk peserta didik agar mampu menggunakan bahasa,
oleh karenanya maka harus dikaji prinsip, kriteria pengalaman dan sikap kebahasaan,
dirancang dan disusun serta diurutkan sesuai dengan karakteristik bahasa Arab. dalam
bahasa Arabnya adalah “ ادلنهج ىو رلموعة من اخلربات وادلواقف اللغوية التعليمية اليت ختطـط وتقــدم للدارسنيلتمكينهم من تعلم اللغة استعمااًل وممارسة، ومن مث يلزمهم دراسة األسـس وادلعايري اليت على أساسها ختتار ىذه اخلربات
تتابع مستويات تعلم اللغة.وادلواقف وختطط وتنظم وتسلسل يف مستويات تتتابع ب ”. silabus juga merupakan sarana
mencapai tujuan pembelajaran bahasa oleh sebab itu perlu ada latihan membuat tujuan
5 Prof. Dr. S. Nasution, M.A., Pengembnagan Kurikulum, ( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993),
cet. Ke-5, hal. 10. 6 Dr. Rusman, M.Pd. Manajemen Kurikulum, (Bandung: PT RajaGrafindo Pesada, 2011), cet. Ke-3,
hal. 59. 7 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Parktik Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Pranada Media Grup, 2011, cet. ke-4, Hal. 9-10.
األىداف العامة واألىداف اخلاصة
احملتوى
التنظيم
التقومي
pembelajaran dan menterjemahkannya ke dalam perilaku berbahasa yang bisa
dikembangkan, diteliti dan dianalogikan8.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/
tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar9. Silabus menjawab sedertan
pertanyaan Apa kompetensi (jika basis kurikulumnya kompetensi) yang harus dikuasai
peserta didik? Bagaimana cara mencapainya? Bagaimana cara mengetahui
pencapaiannya?10
Bahkan dalam sumber lain disebutkan ada empat pertanyaan yang harus
dijawab silabus Apa tujuan pendidikan yang harus dicapai?, Pengalaman pendidikan yang
bisa dilaksanakan untuk mencapai tujuan?, Bagaimana memenej pengalama pendidikan
dengan cara yang efektif? Dan Bagaimana cara membuat indikator pencapaiannya? 11
Yang
terakhir bisa digambarkan sebagai berikut:
Untuk menentukan pembuatan silabus ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,
berikut adalah factor yang menentukan pembuatan silabus, yaitu12
:
1. Perkembangan kajian kebahasaan dan pendidikan menentukan munculnya silabus baru
dalam mengkaji bahasa dan munculnya ilmu baru seperi ilmu psikologi bahasa, ilmu
bahasa psikologi, ilmu sosial bahasa dan analisis kontrastif serta munculnya
pendekatan baru dalam pembelajaran bahasa seperti pendekatan iha’i, pendekatan
bahasa integrative, total pisikal respon dll
2. Perkembangan teknologi modern, komputer, audio, visual dan penggunaan multimedia
dalam pendidikan dan berimbas pada pembelajaran individu dan kelompok.
3. Tingginya perhatian terhadap penelitian ilmiah pendidikan dalam pembelajaran bahasa
yang menimbulkan orientasi baru dalam membuat kurikulum dan program-program,
seperti pemrograman, pemodelan dan kompetensi, performansi ...dll
4. Memperhatikan tingkat teknis seorang guru
5. Karakteristik peserta didik dari aspek usia, jenis kelamin, bahasa dan tujuan
6. Eksperimen bangsa lain dalam membelajarkan bahasanya untuk bangsa lain.
. 2102نوفمرب من 10يف يوم اخلميس، http://www.voiceofarabic.netادلنهج يف تعليم اللغة العربية لغري الناطقني هبا، من 89 Depdiknas-Dit. Pembinaan SMA, DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009, Pengembangan Silabus
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.(silde power point), …hal. 7. 10
Depdiknas-Dit. Pembinaan SMA, DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009, Pengembangan Silabus Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.(silde power point), hal. 8. Curriculum Development in Languageاللغة ) تعليم مناىج تطوير، (Jack C. Richardsريتشاردز جاك )00
Taching) ، 67ص. الشويرخ، ناصر بن صاحل .د غايل بن اهلل عبد بن ناصر .دترمجة.
. 2102من نوفمرب 10يف يوم اخلميس، http://www.voiceofarabic.netادلنهج يف تعليم اللغة العربية لغري الناطقني هبا، من 02
Sementara Jonson (1989) mengemukakan langkah-langkah, fungsi pembuat silabus
dan hasil pengembangan silabus sebagaimana table berikut13
:
Langkah Pengembangan Fungsi Pembuatan Silabus Hasil
Perencanaan silabus Pembuat kebijakan politik Kekuatan politik
Deskripsi:
Tujuan
Media
Analis kebutuhan
Pakar dalam Metodologi
Pembelajaran
Silabus
Menerapkan Program Buku Materi Pembelajaran
Pelatih Guru
Materi Pembelajaran
Program Pelatihan Guru
Penerapan di Kelas Guru
Peserta didik
Proses Mengajar
Proses Belajar
Sementara Clark (1987) mengemukakan langkah-langkah pengembangan dan
pembaruan kurikulum adalah sebagai berikut14
:
1. Mengevaluasi prinsif-prinsif proses pembelajajaran bahasa dalam teori linguistik
terapan dan pengalaman di kelas
2. Merevisi silabus dalam hal tujuan umum, tujuan khusus, materi dan metodologi
pembelajaran yang luas
3. Mengevaluasi strategi pembelajaran di kelas
4. Memilih materi (mawaarid), mengatur dan mengubahnya agar mampu
mendeskripsikan pengalaman belajar yang tepat
5. Mengevaluasi analogi desain (qiyas mushammam) untuk memberikan bekal sesuai
dengan perkembangan peserta didik, mendaftar, mendeskripsikan dan menyediakan
bekal-bekal tersebut.
6. Mengevaluasi langkah-langkah di kelas berhubungan dengan yang sudah dijelaskan
7. Mengevaluasi dan menginovasi strategi yang didesain untuk membantu guru
mengevaluasi dan memperbaiki pelaksanaan pembelajaran
Yang bisa dikembangkan dalam silabus adalah Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, materi pokok, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu dan pengembangan
sumber belajar15
. Pengembangan yang dilakukan harus mengidahkan prinsip
pengembangannya, diantara prinsip pengembangan silabus adalah Ilmiah, Relevan,
Sistematis, Konsisten, Memadai, Aktual dan Kontekstual, Fleksibel dan Menyeluruh16
. Dan
yang perlu diperhatikan adalah prinsip membuat silabus khusus bahasa Arab adalah sebagai
berikut:
1. Pengalaman dan praktek berbahasa
2. Karakteristik bahasa Arab
3. Budaya Arab dan Islam
4. Karakteristik pembelajar bahasa
5. Karakteristik proses pembelajaran bahasa arab sebagai bahasa Arab
Jenis-jenis Silabus
Jenis-jenis dilabus yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Arab
adalah sebagai berikut17
:
03
Curriculum Development in Languageاللغة ) تعليم مناىج تطوير، (Jack C. Richardsريتشاردز جاك )
Taching) ، 71ص. الشويرخ، ناصر بن صاحل .د غايل بن اهلل بدع بن ناصر .دترمجة. 04
.70ص. ، ...اللغة تعليم مناىج تطوير(، Jack C. Richardsريتشاردز جاك ) 15
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Parktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)… hal. 170-173. 16
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Parktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)… hal. 168-169. 07
Curriculum Development in Languageاللغة ) تعليم مناىج تطوير(، Jack C. Richardsدز جاك )ريتشار
Taching) ، ر أيضا .201-095ص.الشويرخ، ناصر بن صاحل .د غايل بن اهلل عبد بن ناصر .دترمجةAziz Fachrurrozi dan Erta
a. Silabaus gramatikal/structural (grammatical or structural syllabus/ادلقرر القواعدي) yaitu
silabus yang disusun berdasar pada satuan-satuan kaidah bahasa. Hal ini bisa dilakukan
pada silabus untuk kepentingan umum misal untuk tingkat dasar perlu menyelesaikan
masalah seperti menentukan kaidah yang cukup sesuai waktu yang tersedia,
menentukan urutan materi untuk memudahkan proses pembelajaran dan menentukan
hasil gramatikal yang akan membantu dalam mengembangkan kemahiran komuikasi.
Materi pembelajaran berisi sekumpulan bentuk-bentuk kata dan struktur bahasa yang
diajarkan misal kata benda, kata kerja, kata sifat, pernyataan, pertanyaan, anak kalimat
dll.
b. Silabus leksikal (lexical syllabus/ادلقرر الداليل) adalah adalah silabus yang menekankan
kosa kata sebagai tujuan pembelajarannya. Silabus model inilah yang kini tengah
dikembangkan dalam bahasa inggris. Kosa-kata yang menjadi tujuan pembelajaran
dalam kursus bahasa inggris misalnya 1) tingkat pemula sebanyak 1000 kata, 2) tingkat
menengah 2000 + kata tambahan, 3) pascamenengah 2000 + kata tambahan dan 4)
tingkat edvance sebanyak 2000 kata + kata tambahan.
c. Silabus fungsional (fuctional syllabus/ادلقرر الوظيفي) ada yang menamainya sebagai
silabus nasional adalah silabus yang didesain seputar fungsi-fungsi komunikasi misal
meminta, melaporkan, mengusulkan, menyepakati dls. Silabus ini berusaha
menganalisis definisi kemampuan komunikatif dari mulai komunikasi pribadi sampai
kepada komunikasi umum. Seperti ungkapan salam, minta maaf, meminta dan
memberi tahu, gagasan bahasa seperti usia, warna, perbandingan dan waktu.
d. Silabus situasional (situational syllabus/ادلقرر ادلوقفي) silabus yang disususn seputar
bahasa dalam berbagai penggunaan sesuai situasi yang beragam misal di bandara dan
di hotel. Yang dimaksud dengan situasi adalah lingkup kejadian terjadinya sebuah
komunikasi. Maka kemudian guru akan mengajarkan bahasa yang biasa digunakan
dalam komunikasi di tempat tersebut. Diantara contohnya buku terbaru yang
menggunakan silabus ini adalah buku Passport (Buckingham dan Whitney 1995)
memuat silabus sitausional yang berisi: يف الطائرة، يف مكتب اذلجرة، يف البنك، على اذلاتف، يفالشارع، يف ادلدينة، يف ادلنزل، عند الطبيب، يف ادلكتب، يف ادلطعم، يف ادلقهى، يف احلانة، يف احلافلة، يف ادلتجر، يف .مكتب الربيد، يف السينما، يف الفندق، يف ادلطار
a. Silabus berbasis konten/isi (topical or content-based syllabus/ادلقرر ادلوضوعي أو قوامو احملتوى) adalah silabus yang disusun seputar pokok-pokok pikiran, tema-tema atau satuan-
satuan materi lainnya. Dalam silabus ini materi lah yang menjadi poin utama dalam
mendesain silabus, bukan kaidah, fungsi atau situasi bahkan adakalanya materilah yang
menjadi satu-satunya indikator dalam penyusunakn silabus. Semua jenis silabus
memang memuat adanya materi akan tetapi dalam silabus lain materi sebagai latihan
dan penjelas dari yang lainnya sementara dalam silabus ini materi sebagai alat untuk
menyampaikan bahasa bukan sebaliknya. Misal mengajar PAI dengan pengantar
bahasa Arab, mengajar perbankan dengan menggunakan bahasa Arab atau inggris dls.
e. Silabus berbasis kompetensi (competency-based syllabus/ادلقرر الذي قوامو الكفايات) adalah
silabus yang menekankan kompetensi yang harus dikuasi peserta didik mengenai
situasi dan kegiatan tertentu. Yang dimaksud dengan kompetensi adalah keterampilan,
pengetahuan dan sikap mendasar yang dibutuhkan dalam melakukan sesuatu guna
melakukan kegiatan tertentu. Contoh kompetensi yang berhubungan dengan teman
„menggunakan Telpon/استخدام اذلاتف) adalah membaca nomor-nomor telpon dan
manajeman menggunakan (qurash) telpon, mengetahui bagaimana menjawab telepon
atau ketika melakukan pembicaraan, meminta berbicara dengan seseoang, meminta
Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, Metode Tradisional dan Kontemporer, Jakarta, Bania Publishing,
2011, hal. 11-13. .ولكن يف ىذا الكتاب فقط ستة أنواع ادلقررات
untuk menunggu sebentar, dan menjawab seseorang yang meminta mendaftarkan
tulisan.
f. Silabus berbasis kemahiran (skills syllabus/مقرر ادلهارات) yaitu silabus yang didesain
seputar kemampuan-kemampuan dasar yang beragam mengenai penggunaan bahasa
untuk berbagai tujuan seperti membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Dasar
pemikirannya adalah bahwa pembelajaran kompleks seperti menyimak perkuliahan
memuat penguasaan sejumlah kemahiran individu dan tambahan yang ada di
dalamnya. Misal menulis terdiri dari kemahiran: inovasi kalimat utama untuk sebuah
tema, membedakan adtara kalimat utama dan kalimat penjelas, dan kebebasan individu
(at-tahrir adz-dzati). Kemahiran menyimak adalah mengetahui informasi utama,
mengikuti ungkapan yang tepat, menggunakan simbol-simbol pesan untuk mengetahui
tadaffuq pesan itu. Kemahiran berbicara adalah mengatahui isyarat-isyarat mengambil
posisi (akhdz daur) dan menggunakan strategi komunikasi. Dan kemahiran membaca
adalah membaca untuk mengetahui inti tema, memahami kata berdasar konteks dan
membaca dan mencari petunjuk.
g. Silabus berbasi tugas (task-based syllabus/ادلقرر الذي قوامو ادلهمة) adalah silabus yang
disusun seputar tugas-tugas yang akan diselesaikan oleh peserta didik dalam bahasa
yang dipelajari. Tugas tersebut berupa kegiatan atau tujuan yang dilakukan dengan
menggunakan bahasa. Tugas-tugas tersebut merupakan kegiatan dan tujuan yang
bermakna. Evaluasi keberhasilnya adalah berdasar hasil yang ditentukan dan tugas-
tugas tersebut secara umum mirip dengan penggunaan bahasa dalam dunia nyata. Misal
melamar pekerjaan, memesan makanan melalui telpon, menanyakan jadwal kunjungan
rumah sakit dls.
h. Silabus berbasi wacana (text-based syllabus/ادلقرر الذي قوامو النص) adalah silabus yang
dibangun dengan wacana dan sampel pembicaraan yang dipanjangkan ( عينات اخلطاب silabus ini juga bisa dikategorikan sebagai bagian dari silabus situasi karena poin ,(ادلطول
pertama penyusunan silabus adalah analisis konteks yang akan digunakan peserta
didik. Wacana yang dimaksud adalah wacana mengenai konteks tertentu misal
menceritakan tentang beberpa insinyur di tempat kerjanya, guru di sekolah, dokter di
rumah sakit dls.
i. Silabus integrative (integrated syllabus/مقرر متكامل) adalah silabus yang
menggabungkan antara satu model silabus dengan model silabus lainnya sengan cara
meramunya manjadi satu racikan yang khas. Karena didasarkan pada kenyataan di
lapangan bahwa program pembelajaran selalu butuh gabungan antara kemampuan
fungsional dalam konteks yang luas, mengembangkan pengetahuan struktur dan
kemampuan komunikasi maka yang harus dilakukan adalah menggabungkan antara
pembelajaran fungsional, struktural, situasi dan kemahiran. Dalam beberapa konteks
lainnya bisa juga menentukan kemahiran, tugas, materi, situasi dan fungsi, maka yang
harus dilakukan adalah menggabungkan antara pembelajaran berbasis tugas,
kemahiran, situasi, fungsi dan konten atau isi.
Dalam silabus juga perlu memilih materi pembelajaran, berikut juga adalah kriteria
umum dalam memilih materi silabus pembelajaran bahasa Arab bagi bangsa asing:
a. Materi pembelajaran berhubungan dengan tujuan pembelajaran bahasa -. Materi
pembelajaran bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran
b. Materinya penting dan valid: kandungan bahasa, budaya, dan komunikatif dalam materi
tepat secara ilmu dan materinya berguna bagi pencapaian tujuan pembelajaran.
c. Materi berhubungan dengan kebutuhan peserta didik
d. Materinya komprehensif dan memperhatian perbedaan individu pembelajar
Selanjutnya masteri pembelajaran harus diorganisasikan dengan melakukan
distribusi pengalama materi pada tingkatan pembelajaran yang beragam, waktu berurutan
dan menentukan apa saja materi yang dipelajari? Untuk siapa? Kapan? Dalam konteks ini
perlu mengikuti indikator organisasi materi yaitu:
a. Saling melengkapi (التكامل) yaitu terkaitnya antara materi dengan situasi pembelajaran,
satu situasi berpengaruh pada situasi lainnya, pengalaman bahasa satu berpengaruh pada
pengalaman bahasa lainnya. Seperti istima’ meningkatkan pembelajaran kalam,
pembelajaran kalam meningkatkan kemahiran istima’ demikian halnya kemahiran
menulis dan membaca.
b. Berkelanjutan/kontinyu (استمرار) dimuali dengan materi yang sedikit sampai kepada
materi yang luas dan mendalam.
c. Berurutan (التتابع) kemahiran bahasa diajarkan secara bergradasi yaitu:
- Keseluruhan menuju bagian-bagian
- Simpel menuju kompleks
- Mudah menuju sukar
- Baru menuju lama
- Pendahuluan menuju hasil Seperti mengajarkan kaidah diawali dengan kalimat
fi’liyyah diikuti dengan fa’il kemudian baru maf’ul bih.
Selain kurikulum dan silabus, dalam pembelajaran dan pendidikan dikenal ada yang
namanya RPP (الدورة) yang merupakan implementasi dan jabaran lebih rinci dari silabus.
Jika silabus untuk satu semester maka RPP kepentingannya untuk menggambarkan satu
atau beberapa pertemuan pembelajaran saja. Dalam hal ini PP No.19/2005 tentang SNP
pasal 20 : Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar. Sementara Sanjaya mengemukakan
bahwa RPP adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan
pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP paling luas mencakup 1
(satu) kompetensi dasar yang meliputi 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali
pertemuan atau lebih. Prinsip pengembangannya adalah memperhatikan perbedaan individu
peserta didik, mendorong partisipasi aktif peserta didik, mengembangkan budaya membaca
dan menulis, memberikan umpan balik dan tindak lanjut, keterkaitan dan keterpaduan serta
menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.
Komponen RPP secara lengkap terdiri dari Identitas Mata Pelajaran, Alokasi Waktu,
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi, Tujuan
Pembelajaran, Materi Ajar, Metode Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Penilaian Hasil
Belajar dan Sumber Belajar18
. Sementara standar minimal komponennya adalah Tujuan
Pembelajaran, Materi Ajar, Strategi dan Metode Pembelajaran,Media dan Sumber Belajar
evaluasi19
.
Jadi melihat penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kurikulum sebuah
rencana yang mencakup keseluruhan pengalaman dan proses pendidikan siswa di bawah
bimbingan lembaga. Sementara silabus merupakan deratan pengalaman dan sikap
kebahasaan dan pembelajaran yang dirancang untuk peserta didik agar mampu
menggunakan bahasa. Dan RPP adalah program perencanaan yang disusun sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. Jadi
hirarkinya jelas kurikulum diikuti oleh silabus dan RPP. Silabus adalah penjabaran
kurikulum dan RPP adalah penjabaran dari silabus.
18
Depdiknas-Dit. Pembinaan SMA, DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009, Pengembangan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.(silde power point),…hal. 5. 19
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Parktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)… hal. 174-175.
Potret Pembelajaran Bahasa Arab
Bahasa Dan Budaya
Bahasa
Mengutip pendapat Kridalaksana dalam buku karya Abdul Khaer Bahasa
didefinisikan sebagai suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh
manusia untuk bekerjasama dengan orang lain, berkomunikasi dan mengidentifikasikan
diri20
. Definisi lain bahasa seperti diungkap oleh Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem
simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat
arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok
manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.21
Dari definisi tersebut dapat diturunkan
beberapa batasan bahasa, yaitu bahasa sebagai sebuah sistem dan lambang bunyi, bahasa
adalah bunyi yang bermakna, bahsa bersifat arbitrer, konvensional, produktif, unik,
universal, dinamis, bervariasi dan manusiawi.
Arbitrer dapat diartikan „sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka‟.
Di mana dengan istilah ini tidak diperlukannya hubungan wajib antara lambang bahasa
dengan makna yang dimaksud oleh lambang tersebut. konvensional artinya semua
masyarakat bahasa tersebut mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan
untuk mewakili konsep yang diwakilinya tersebut. Misalnya “anjing” yang telah secara
konvensional digunakan sebagai lambang binatang berkaki empat yang dapat
menggonggong22
.
Dalam kajian nahwu berbahasa adalah pengucapan kata-kata yang tersusun dan
memberikan makna dalam kedaan sadar. Sementara menurut kajian balaghah kegiatan
berbahasa adalah berbicara secara benar baik pengucapan maupun artikulasinya, simpel,
padat makna, (qalla wa dall) serta tepat sasaran sesuai dengan situasi dan kondisi/muqtadha
al-maqaam yang kemudian dirumuskan dengan fshaahah atau baliigh.
Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, artinya mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia23
.
Tylor adalah seorang pakar antropologi yang pertama kali mendefinisikan
pengertian budaya, menurutnya budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan
kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakata.24
Adapun
Kuntjaraningrat (1974) secara lebih terperinci membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur
yang terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi
20 Sri Guni Najib Chaqoqo, "Pengajaran Bahasa Arab dalam Konteks Budaya", dalam Jurnal "Afaq
'Arabiyyah, Vol. 3, No. 2, Desember 2008, hal. 122. 21 Paling tidak ada sepuluh definisi bahasa yang dirumuskan para ahli lihat apa itu bahasa? Sepuluh
Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli, oleh syarif hidayatullah dalam
http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli/ 22 http://tantrapuan.wordpress.com/2009/05/12/bahasa-lambang-arbitrer-dan-konvensional/ diunduh
25 April 2011. 23 http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya diunduh 25 April 2011 24
Lihat Roger, M. Keesing, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer, (Jakarta, PT.
Gelora Aksara Pratama , 1981), hlm 68
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian serta
sistem teknologi dan peralatan.25
Mengutip buku karya Soerjono Sukanto, Budaya sebagaimana banyak diartikan
sebagai sesuatu yang kompleks yang melingkupi manusia sebagai hasil cipta, rasa dan
karsa26
. Fuad Baali sebagai dikutip oleh Sayuti menyatakan bahwa budaya merupakan
seuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, kesenian, undang-undang,
tradisi dan lain-lain yang dimiliki oleh suatu masyarakat melalui proses belajar27
.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.[1]
Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.[1]
Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian
tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang
yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.[1]
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.[2]
Sementara Aqil Yusuf 'Idan menyampaikan definisi bahwa budaya secara global
adalah tatacara hidup, yakni tatanan masyarakat dan yang terkandung di dalamnya, baik
berupa kepercayaan maupun berupa kebiasaan28
.
Banyak definisi budaya lainnya, diantaranya ada yang mendefinisikannya melihat
aspek kehidupan praktis yang menyatakan bahwa budaya berpindah dari generasi yang satu
kepada generasi lainnya melalui proses pembelajaran atau penyampaian. Ada juga yang
mendefinisikan bahasa dari aspek teoritis bahwa bahasa budaya adalah istilah yang
digunakan bagi aspek ruh dan pemikiran. Yang mencakup ilmu pengetahuan, seni, sains,
pilsafat, aqidah dll29
.
Selanjutnya kebudayaan, Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism30
.
Menurut Kariim Zaki Husaam al-Diin, sebagai hasil cipta, rasa dan karsa bahasa
membuahkan dua hasil yaitu hasil dalam bentuk materi: jembatan, gedung, sekolah, masjid,
pakaian, hand-phone, kursi dll dan dalam bentuk non-material: moral, agama, bahasa,
tradisi dan lain-lain. Kebudayaan juga adalah sesuatu yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, adat istiadat dan lain-lain31
. kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat32
. Kuntjaraningrat pun berpendapat bahwa kebudayaan mempunyai dua ranah
25
Lihat Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan, 2005), hlm 261 26 Sri Guni Najib Chaqoqo, "Pengajaran Bahasa Arab dalam Konteks Budaya", dalam Jurnal "Afaq
'Arabiyyah, Vol. 3, No. 2, Desember 2008, hal 123. 27
A. Sayuti A. Nasution, "Memahami Ragam Bahasa Arab Melalui Pendekatan Budaya" dalam
Jurnal "Afaq 'Arabiyyah, Vol. 3, No. 2, Desember 2008. Hal. 110. 28 Aceng Rahmat, Apresiasi ……. 29 D. Hidayat, Tadriis al-Lughah al-'Arabiyyah 'ala Dhau al-Madkhal al-Lughawi al-Ijtimaa'I,
makalah seminar "Pembelajaran Bahasa Arab berbasis Cross Cultural Understanding" Jakarta, 11 Desember
2008. 30 http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya diunduh 25 April 2011 31 A. Sayuti A. Nasution, "Memahami …. Hal. 110. 32 Sri Guni Najib Chaqoqo , "Pengajaran….., hal 123
yaitu wujud dan isi. Ranah wujud terdiri dari sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan
fisik.
Jadi budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan,
kesenian, undang-undang, tradisi dan lain-lain yang dimiliki oleh dan merupakan hasil cipta
rasa dan karsa suatu masyarakat lewat proses belajar. Unsur dominan budaya adalah
bahasa, bahkan bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi dan identitas suatu
individu dan masyarakat.
Bahasa dan Budaya
Bahasa adalah unsur budaya dari tujuh unsur yang dalam sosiologi disebut universal
culture33
. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi
dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya sebagai suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda
dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu
dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya yang brsifat
memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku
yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-
anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan
hidup mereka.34
Bahasa merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya. Karenanya keduanya
merupakan hasil karya yang agung manusia yang saling bertautan. Kalau diperhatikan
hirarkinya, maka bahasa adalah bagian dari budaya. Dengan demikian kegiatan
pembelajaran bahasa yang berhasil harus melibatkan juga pembelajaran budaya. Jika tidak
maka hasilnya akan hambar. Begitu pula dengan bahasa Arab, pembelajarannya harus
dikaitkan dengan budaya Arab35
.
Fungsi bahasa menurut Sayid 'abd al-Fattah Afifi, adalah bukan sekedar alat
komunikasi namun juga yang dominan ia merupakan cerminan budaya penuturnya yang
bisa dipakai sebagai alat penafsir identitasnya. Dengan demikian bahasa bisa dipakai
sebagai identitas kepribadian, identitas budaya, sebagai sarana penghubung antara anggota
keluarga, sebagai sarana transformasi pengetahuan disamping sebagai alat komunikasi antar
warga penuturnya36
.
Cara berbahasa yang baik menurut Tropik (1982) agar mampu menyampaikan isi
informasi dan tujuan berbahasa sebagaimana dikutip oleh Hamam dan Anwar adalah harus
memenuhi tiga kompetensi, yaitu pengetahuan tentang bahasa, keterampilan berinterkasi
dengan bahasa dan pengetahuan tengan budaya yang melatari bahasa tersebut37
. Farhan
berpendapat sebagaimana dikutip oleh Anwar bahwa untuk mengantisipasi komunikasi
global, pembelajar harus menyertakan dimensi kelima yaitu pengetahuan budaya dari
bahasa yang dipelajari selain dari keempat dimensi; menyimak, berbicara, membaca dan
menulis38
.
Jadi bahasa merupakan bagian dari budaya, bahasa tidak bisa dipisahkan dari
budaya, berbahasa tanpa memahami budayanya tidak akan maksimal bahkan akan terjadi
distorsi makna.
33 Sri Guni Najib Chaqoqo , "Pengajaran….., hal 123 34 http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya diunduh 25 April 2011 35 Aceng Rahmat, Apresiasi ……. 36 A. Sayuti A. Nasution, "Memahami ….. Hal. 111. 37 Miftakul Anwar, "Urgensi Pendekatan "Cross-Cultural Understanding" (CCU) dalam
Pembelajaran Bahasa Arab", dalam Jurnal "Afaq 'Arabiyyah, Vol. 3, No. 1, Juni 2008, hal. 62. 38
Miftakul Anwar, "Urgensi …., hal. 62.
Bahasa dan Budaya Arab
Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan bahasa Alquran dan Hadits serta tidak sedikit buku-buku
tentang kajian Islam yang ditulis dalam bahasa Arab. Bahasa ini merupakan salah satu
bahasa rumpun bahasa Semit. Bahasa ini sudah berkembang ribuan tahun sebelum masehi.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa budaya arab telah terbangun jauh sebelum
kemunculan Yunani. Bahkan bisa dipastikan bahwa bahasa Arab sudah eksis di daerah
jazirah Arabia sejak 3000 tahun sebelum masehi39
.
Bahasa Arab muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah Arab Saudi.
Bahasa ini adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur dalam keluarga
bahasa Semitik. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Ibrani dan bahasa Aram.
Bahasa Arab Modern telah diklasifikasikan sebagai satu makrobahasa dengan 27 sub-
bahasa dalam ISO 639-3. Bahasa-bahasa ini dituturkan di seluruh Dunia Arab, sedangkan
Bahasa Arab Baku diketahui di seluruh Dunia Islam. Bahasa Arab Modern berasal dari
Bahasa Arab Klasik yang telah menjadi bahasa kesusasteraan dan bahasa Islam sejak lebih
kurang abad ke-6. Abjad Arab ditulis dari kanan ke kiri.
Bahasa Arab telah memberi banyak kosakata kepada bahasa lain dari dunia Islam,
sama seperti peranan Latin kepada kebanyakan bahasa Eropa. Semasa Abad Pertengahan
bahasa Arab juga merupakan alat utama budaya, terutamanya dalam sains, matematika dan
filsafat, yang menyebabkan banyak bahasa Eropa turut meminjam banyak kata darinya.
Bahasa Arab adalah alat utama untuk mengkomunikasikan budaya Arab. Berikut
adalah karakteristik dari bahasa Arab:
- Bahasa Arab adalah bahasa yang kaya akan bunyi
- Dari aspek sharf bahasa Arab adalah bahasa isytiqaq, shiyaq dan tashrif
- Dari aspek nahwu, merupakan bahasa i'rab dan bahasa yang kaya akan ungkapan uslub
kalimat dan tidak perlu menggunakan keterangan waktu secara nahw
- Dari aspek kosa kata, bahasa Arab memiliki keistimewaan dengan penomena
pemindahan (naql) dalam fungsi-fungsi bahasa dan kalimat-kalimat, satu makna bisa
diungkapkan dengan satu ungkapan lalu bisa juga diungkapkan dengan ungkapan
lainnya.
- Bahasa Arab memiliki bahasa 'amiyah (tazaamah)40
Sementara Usman Amin (1965) sebagai dikutip Syihabudin memaparkan
krakteristik bahasa Arab sebagai berikut41
:
a. Hubungan mentalistik/tidak memerlukan sarana antara subjek-predikat, mubtada
dan khabar
b. Kehadiran individu, setiap kata kerja tidak terlepas dari individu
c. Retorika paralel yang tampak pada pemakaian kata sarana penghubungan antarkata,
antarfrase, antarklausa, antarkalimat dan antarparagraf bukan model linear,
melingkar atau berbunga-bunga. Sebagaimana pembagian retorika oleh Rebert B.
Kapplan (Wahab, 1991: 39-40).
d. Keutamaan makna. Dalam tradisi akademis mereka dikenal ungkapan Tuturan
merupakan pelayan makna; majikan lebih mulia daripada pelayan.
e. Keberadaan I'rab
Yang menjadi keunikan dari bahasa Arab juga adalah tulisan Arab. Hampir
dipastikan siapapun butuh waktu yang lama untuk membantu membaca tulisan Arab.
39
A. Sayuti A. Nasution, "Memahami…... 40 D. Hidayat, Tadriis ….. 41 Syihabuddin, Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Kecerdasan Majemuk (adz-Dzaka' al-
Muta'addid), makalah seminar, hal. 5-6.
Hanya sekedar bisa baca tulisan yang sudah bersyakal saja dibutuhkan waktu yang sangat
lama. Meskipun banyak iklan-iklan metode pembelajaran 4 1/2 jam atau yang sejenisnya42
,
namun kenyataan tidaklah benar, karena 4 1/2 jam yang dimaksud oleh metode tersebut
hanya kenal huruf saja, belum sampai familiar dengan tulisan Arab berharkat.
Untuk bisa lancar baca tulisan Arab saja setelah tahu baca, butuh waktu bertahun-
tahun. Setelah lancar baca tulisan yang berharkat melihat tulisan yang tak berharkat rata-
rata responnya menyataan bahwab membacanya sangat ”menjelimet”. Tulisan Arab betapa
memusingkan. Jadi butuh bertahun-tahun lagi untuk berani membaca tulisan Arab
‟gundul‟. Berbeda dengan bahasa Inggris umpamanya, tulisannya sudah sama dengan
bahasa Indonesia, maka dalam hal tulisan sebetulnya sudah tidak ada masalah.
Budaya Arab
Bahasa adalah wadah budaya, pembelajaran bahasa akan sulit jika tidak memasukan
aspek budaya di dalamnya43
. Jika budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, keyakinan, kesenian, undang-undang, tradisi dan lain-lain yang dimiliki oleh
dan merupakan hasil cipta ras dan karsa suatu masyarakat lewat proses belajar. Maka
budaya Arab adalah seuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan,
kesenian, undang-undang, tradisi dan lain-lain yang dimiliki oleh dan merupakan hasil
cipta, rasa dan karsa masyarakat Arab lewat proses belajar.
Sebagaimana dimaklumi oleh kita semua bahwa setiap bangsa memiliki budaya
masing-masing yang membedakan satu dengan yang lainnya. Budaya setiap bangsa sesuai
dengan nilai-nilai yang dipakai dalam bangsa tersebut. Biasanya ia merupakan hubungan
erat dengan ideologinya, gaya hidup, tujuan hidup, cita-cita, dan ia begitu erat dengan ruh
dan jiwa suatu bangsa.
Tatkala Islam dipeluk oleh mayoritas bangsa Arab maka nilai yang dianut oleh
bangsa Arab adalah nilai-nilai Islam, atau dengan ungkapan lain adalah bahwa budaya Arab
adalah budaya yang mayoritas merupakan budaya Islam44
.
Namun tentunya seiring dengan perkembangan zaman, apalagi dengan majunya
negara Eropa dan Amerika, tentunya budaya Arab bukan lagi hanya mayoritas budaya
Islam. Kini budaya Arab sudah banyak terkontaminasi oleh budaya non Arab. Banyak
budaya Arab yang sudah dimasuki dunia luar, seperti dalam berbahasa, banyak kosa kata
yang di-ta'rȋb dari bahasa luar. Lalu terkait dengan konten, jika kita melihat dunia olahraga,
betapa Arab sudah kian meningkat dalam hal olah raga begitu juga dalam hal musik dan
teknologi. Tentunya ini diperlukan penelitian lanjutan dari para pemerhati bahasa Arab.
Pentingnya Lingkungan Bahasa dan Budaya
Lingkungan sebagai Sumber Pembelajaran Bahasa Arab
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dan menentukan keberhasilan proses
pembelajaran adalah lingkungan (environment, bî’ah), tak terkecuali lingkungan berbahasa.
Keberadaan lingkungan berbahasa Arab menjadi sangat penting karena ia selalu hadir,
melingkupi, memberi nuansa dan konteks pembelajaran bahasa Arab itu sendiri. Jika
lingkungan tempat pembelajaran bahasa Arab itu kondusif, niscaya proses pembelajaran
juga berlangsung kondusif. Sedemikian pentingnya lingkungan pembelajaran itu, sehingga
Nabi Muhammad saw. mengilustrasikan bahwa lingkungan keluarga itu dapat merubah
keyakinan dan agama seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan itu. Sabda Nabi
saw.: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah (lingkungan
42 Lihat dan fahami buku metode Hattaiyyah karya Moh. Hatta atau yang sejenisnya.
43 .7ىـ، ص. 0428، إعداد مواد تعليم اللغة العربية لغري الناطقني هبا )خمتصرات( عبد الرمحن بن ابراىيم الفوزان،
44 D. Hidayat, Tadriis …. Lihat juga “ إعداد مواد تعليم اللغة العربية لغري الناطقني هبا عبد الرمحن بن ابراىيم الفوزان،7ىـ، ص. 0428، )خمتصرات( ”
keluarga) yang kemudian menjadikan anak itu beragama Yahudi, Nashrani, atau
Majusi…” (HR Muslim).45
Kenapa budaya penting diajarkan kepada peserta didik alasannya ada empat. Pertama,
kemampuan komunikasi dengan bangsa arab tidak cukup dengan kemampuan bahasa saja
melainkan harus didukung oleh pemahaman budaya, kebiasaan, cita-cita dan kekhasan
penutur bahasa Arab. kedua, budaya mirip dengan kemahiran bahasa. Ketiga, siswa
memiliki berbagai tujuan mempelajari bahasa dan budaya diantaranya agama, politik,
dagang, fungsional dan akademik. Keempat, bahasa memiliki tingkatan demikian juga
bidaya memiliki tingkatan tersendiri46
.
Menurut hasil penelitian Ahmad ibn Abd al-Rahmân al-Sâmirra'î, tingkat pencapaian
pengetahuan melalui indera penglihatan mencapai 75%, sementara melalui indera
pendengaran hanya 13%. Sedangkan `````melalui indera lain, seperti pengecapan, sentuhan,
penciuman, pengetahuan hanya dapat diperoleh sebesar 12%. Lingkungan pembelajaran
yang dilengkapi dengan gambar-gambar memberikan dampak 3 (tiga) kali lebih kuat dan
mendalam daripada kata-kata (ceramah). Sementara jika gambar dan kata-kata dipadukan,
maka dampaknya enam kali lebih kuat daripada kata-kata saja.47
Karena itu, lingkungan
pendidikan yang berbahasa Arab diyakini memainkan peran penting dalam menunjang
efektivitas pembelajaran bahasa Arab di lembaga pendidikan. Lingkungan berbahasa Arab
tidak hanya dapat menjadi sumber dan motivasi belajar, melainkan juga menjadi aset dan
kebanggaan lembaga pendidikan itu sendiri dalam menunjukkan citra positif dan
keunggulan kualitasnya.
Dalam konteks itu, perlu ditegaskan bahwa tujuan utama penciptaaan lingkungan
berbahasa Arab, tentu, bukan untuk mereduksi "nasionalisme" sebagai warga bangsa,
melainkan menumbuhkan tradisi positif dalam belajar bahasa Arab aktif. Tujuan penciptaan
lingkungan berbahasa Arab, tidak lain, adalah: (1) untuk membiasakan dan membisakan
sivitas akademika dalam memanfaatkan bahasa Arab secara komunikatif, melalui praktik
percakapan (muhâdatsah), diskusi (munâqasyah), seminar (nadwah), ceramah
(muhâdharah) dan berekspresi melalui tulisan (ta'bîr tahrîrî); (2) memberikan penguatan
(reinforcement) pemerolehan bahasa Arab yang sudah dipelajari dalam kelas, sehingga para
mahasiswa lebih memiliki kesempatan untuk mempraktikkan bahasa Arab; dan (3)
menumbuhkan kreativitas dan aktivitas berbahasa Arab yang terpadu antara teori dan
praktik dalam suasana informal yang santai dan menyenangkan.48
Singkatnya, tujuan utama
penciptaan lingkungan berbahasa Arab adalah meningkatkan kemampuan dan keterampilan
mahasiswa, dosen dan lainnya dalam berbahasa Arab secara aktif, baik lisan maupun
tulisan, sehingga proses pembelajaran bahasa Arab di kampus ini menjadi lebih dinamis,
efektif dan bermakna.
Menciptakan Lingkungan Bahasa dan Budaya Arab
Lingkungan pendidikan (educational environment) merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan itu sendiri. Karena itu, para pengelola pendidikan, guru, karyawan dan
stakeholder (pengguna jasa pendidikan) harus memperlakukan lingkungan pendidikan
sebagai faktor yang sangat determinan, meskipun bukan satu-satunya faktor penentu.
45
Lihat Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj, Mukhtashar Shahîh al-Muslim, Tahqîq Muhammad
Nâshir al-Dîn al-Bânî, (Beirut: al-Maktab al-Islâmî, 2000), Cet. I, hadîts No. 1803. 46
.7ـ، ص. …إعداد مواد تعليم اللغة العربية لغري الناطقني هبا عبد الرمحن بن ابراىيم الفوزان، 47
Ahmad ibn 'Abd al-Rahmân al-Samirra'i, Ajhijah al-'Ardh al-Hâithiyyah, dalam http://www.
Tarbawi.com. 48
Diadaptasi dari Hasan Ja'far al-Khalîfah, Fushûl fî Tadrîs al-Lughah al-'Arabiyyah, (Riyadh:
Maktabah al-Rusyd, 2003), Cet. II, h. 373-4.
Keberadaan lingkungan pendidikan merupakan “mata rantai” dari perjalanan panjang
proses pembelajaran.
Beberapa ahli pendidikan membagi lingkungan menjadi tiga bagian, yaitu: (1)
lingkungan keluarga, (2) lingkungan sekolah dan (3) lingkungan masyarakat49
. Jika ketiga
lingkungan tersebut dipandang sebagai satu kesatuan, maka pengelolaan dan penciptaan
lingkungan tidak hanya terbatas pada lingkungan di sekolah. Lingkungan keluarga dan
masyarakat harus dilibatkan dan disinergikan dengan lingkungan pendidikan di sekolah.
Selain itu, ada juga yang mengklasifikasikan lingkungan menjadi empat kategori,
yaitu: (1) lingkungan manusia, meliputi: keluarga, teman bermain, tetangga, guru, teman
sekolah dan sebagainya; (2) lingkungan kesenian, meliputi: berbagai: pertunjukan, gambar,
wayang, sandiwara, film, sinetron, dsb.; (3) lingkungan kesusastraan/budaya, meliputi:
koran, majalah, buku, bacaan, kondisi sosial-budaya, politik, dsb.; dan (4) lingkungan
fisik/tempat, meliputi: tempat sekolah, rumah tinggal peserta didik, iklim, cuaca, dan
sebagainya.50
Dalam konteks pengembangan lingkungan berbahasa Arab, tentunya yang dimaksud
dengan lingkungan mencakup bahasa dan budaya karena keduanya sulit untuk dipisahkan,
setidak-tidaknya, ada 5 macam lingkungan yang perlu mendapat perhatian serius dari
semua pihak. Pertama, lingkungan pandang dan penglihatan (al-bî'ah al-mar'iyyah).
Lingkungan ini dapat berupa gambar, liflet, pengumuman, majalah dinding dan papan
informasi, yang kesemuanya berisi tulisan Arab yang berbudaya Arab. Penulis
membayangkan bahwa ruang belajar di jurusan PBA itu berisi gambar peta, sketsa sejarah
peradaban Islam, jaringan ulama Nahwu, bagan klasifikasi ilmu bahasa Arab dan
sebagainya yang ditulis dalam bahasa Arab. Bahkan, tidak mustahil, setiap kelas
dilengkapi dengan: koran-koran dan majalah-majalah berbahasa Arab.51
Kedua, lingkungan pendengaran dan visual (al-bî'ah al-sam'iyyah wa al-mar'iyyah),
yaitu: lingkungan yang memungkinkan sivitas akademika mende-ngarkan: khuthbah,
pengumuman, perkuliahan, musik, siaran radio dan TV yang memungkinkan mereka
terlatih menyimak secara langsung bunyi bahasa Arab, terutama dari native speaker. Dalam
konteks ini, saya membayangkan pba mempunyai media pengeras suara (idzâ'ah) internal,
yang secara periodik atau dalam waktu tertentu, dapat digunakan untuk memberikan
informasi, pengumuman, atau kultum dalam bahasa Arab kepada sivitas akademika.
Bahkan, sangat mungkin suatu saat nanti, setiap kelas dilengkapi dengan TV yang
menyiarkan siaran berita, sinetron, atau drama berbahasa Arab. Jika "mimpi" ini dapat
terwujud di kemudian hari, maka dosen istimâ', muhâdatsah dan insyâ' akan sangat
terbantu dan perkuliahannya bisa lebih efektif dan menyenangkan. Demikian pula, jika
PBA di kemudian hari memiliki idzâ'ah jâmi'iyyah, maka para dosen maupun mahasiswa
akan semakin terlatih mendengar, menyampaikan informasi, pengumuman, dan siaran
dengan lebih baik..52
Ketiga, lingkungan pergaulangan atau interaksi belajar-mengajar termasuk di
dalamnya desain silabus yang berbasis bahasa danb budaya Arab. Dosen-mahasiswa-
49
Sutari Imam Barnadib, Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), Cet. XV, h.
118. 50
Sutari Imam Barnadib, Loc.cit. 51
Agaknya tidak terlalu sulit mendapatkan koran dan majalah berbahasa Arab. Beberapa kedutaan
besar negara-negara timur tengah di Jakarta, seperti: Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Lebanon, Suriah dan
Kuwait, biasanya kesulitan "membuang" koran bekas mereka, sehingga –asal kita rajin berkunjung ke kantor
mereka, dipastikan kita dapat memanfaatkan "koran-koran" itu untuk kepentingan penciptaan lingkungan
pandang/baca berbahasa Arab. 52
Bandingkan dengan Hasan Syahâtah, Ta'lîm al-Lughah al-'Arabiyyah Baina al-Nazhariyyah wa al-
Tathbîq, (Kairo: al-Dâr al-Mishriyyah al-Lubnâniyyah, 1996), Cet. III, h. 392-4.
pimpinan dan semua karyawan dalam berkomunikasi lisan satu sama lain idealnya
mengutamakan bahasa Arab. Belajar dari pesantren modern Gontor atau LIPIA (Lembaga
Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab), tampaknya kekurangan kita adalah pembiasaan
menggunakan bahasa Arab secara aktif, baik sebagai bahasa perkuliahan maupun sebagai
bahasa pergaulan sehari-hari, minimal di zona wajib berbahasa asing (sekitar jurusan PBA).
Keempat, lingkungan akademik, yakni: adanya kebijakan secara makro universitas
atau institut, bukan hanya mikro Fakultas, mengenai pewajiban penggunaan bahasa asing
pada hari tertentu bagi sivitas akademika universitas dan institut, misalnya Jum'at.
Demikian pula, sudah saatnya, PBA menginisiasi dan memotivasi para mahasiswa untuk
mengembangkan kreativitas mereka dalam berbahasa asing, pada hari dan jam tertentu,
misalnya Jum'at dari jam 07.30-08.30, untuk berlatih: debat, pidato, latihan membaca berita
dan menyanyi dalam bahasa Arab, secara terbuka.
Kelima, lingkungan psikologis yang kondusif bagi pengembangan bahasa Arab.
Hal ini dapat dimulai dengan pembentukan citra positif di mata sivitas akademika Fakultas
Tarbiyah. Cara yang dapat ditempuh, antara lain: (1) memberikan penjelasan kepada para
mahasiswa secara obyektif, realistis dan tidak melebih-lebihkan, tentang peranan bahasa
Arab sebagai bahasa agama Islam, bahasa ilmu pengetahuan, bahasa komunikasi
internasional (bahasa resmi PBB sejak 1973), dan perannya dalam pembentukan [sekitar
13% kosakata] bahasa Indonesia; (2) menjelaskan manfaat memiliki keterampilan
berbahasa Arab dalam kehidupan pribadi, sosial dan dunia kerja, serta tuntutan globalisasi.
Penjelasan tersebut akan mempunyai dampak psikologis yang kuat jika didukung dengan
fakta-fakta dan data kuantitatif yang meyakinkan; dan (3) menampilkan model
pembelajaran bahasa Arab yang menarik, membangkitkan motivasi serta menyenangkan
dan bermanfaat bagi mahasiswa.53
Dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa lingkungan dalam arti luas perlu
direvitalisasi, agar semua potensi dan sumber belajar dapat dimanfaatkan dan dioptimalkan
untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan bahasa Arab itu sendiri.54
. Persoalan kita
selanjutnya adalah: “Bagaimana kita mendesain silabus yang mengintegrasikan lingkungan
bahasa dan budaya yang terpadu dan kondusif serta memberhasilkan bagi pembelajaran
bahasa Arab di di perguruan tinggi?”
Implementasi Bahasa dan Budaya dalam Silabus
Nampaknya silabus yang perlu didesain di jurusan pendidikan bahasa Arab adalah
silabus yang berbasis bahasa dan budaya Arab guna menciptakan Jurusan Pendidikan
bahasa Arab dan Pembelaaran bahasa Arab yang maju sesuai dengan harapan. Silabus yang
dikembangkan harus memuat nilai-nilai bahasa dan budaya Arab baik eksplisit maupun
inpilist.
Silabus yang didesain mengikuti model silabus integratif (integrated syllabus/ مقرر yaitu silabus yang menggabungkan antara satu model silabus dengan model silabus (متكامل
lainnya sengan cara meramunya manjadi satu racikan yang khas. Karena didasarkan pada
kenyataan di lapangan bahwa program pembelajaran selalu butuh gabungan antara
kemampuan fungsional dalam konteks yang luas, mengembangkan pengetahuan struktur
dan kemampuan komunikasi maka yang harus dilakukan adalah menggabungkan antara
pembelajaran fungsional, struktural, situasi dan kemahiran. Dalam beberapa konteks
lainnya bisa juga menentukan kemahiran, tugas, materi, situasi dan fungsi, maka yang harus
53
Ahmad Fuad Effendy, Loc.cit. 54
Conny Semiawan, dkk., Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam
Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 96-97.
dilakukan adalah menggabungkan antara pembelajaran berbasis tugas, kemahiran, situasi,
fungsi dan konten atau isi.
Mata kuliah di jurusan pendidikan bahasa Arab terdiri dari empat jenis mata kulaih
secara umum; yaitu mata kuliah program studi, mata kuliah fakultas, mata kuliah
universitas dan mata kuliah layanan. Mata kuliah program setudi seperti …… biasanya
selalu diajar oleh dosen asli jurusan pendidikan bahasa Arab. Akan tetapi perlu ditekankan
semakin mendalam bahwa pengembangan silabus yang berbasis bahasa dan budaya Arab
sangat penting dilakukan dengan cara menggunakan pengantar silabus berbahasa Arab,
standar kompetensi, kompetensi dasar perlu disusun dan dikembangkan dengan berbasis
bahasa dan budaya Arab. sehingga dalam pembelajaran, 99 persen dosen akan
menggunakan bahasa dan budaya arab sebagai interaksi perkuliahan.
Mata kuliah fakultas atau kependidikan bahasa Arab tidak sedikit diajar oleh dosen
bukan berlatar belakang pendidikan bahasa Arab. tuntutan bagi mata kuliah kependidikan
adalah pengembangan silabus yang berbasis bahasa dan budaya Arab sangat penting
dilakukan dengan cara menggunakan pengantar silabus berbahasa Arab, standar
kompetensi, kompetensi dasar perlu disusun dan dikembangkan dengan berbasis bahasa dan
budaya Arab. Sehingga dalam pembelajaran, 99 persen dosen akan menggunakan bahasa
dan budaya arab sebagai interaksi perkuliahan. Istilah-istilah kependidikan akan dalam
bahasa Arab akan dikuasai oleh mahasiswa karena basisnya adalah bahasa dan budaya
Arab. oleh karenanya dosen pengampu mata kuliah meski bukan asli jurusan pendidikan
bahasa Arab harus yang memiliki latar belakang bahasa Arab yang cukup. Seperti dosen
statistika, jika silabusnya berbasis bahasa dan budaya Arab maka sudah dipastikan
mahasiswa akan terbiasa dengan istilah-istilah statistic dalam bahasa Arab sehingga pada
tahap selanjutnya siswa akan terbantu dalam melakukan penelitian skripsi maupun PPKT
manakala membutuhkan analisis statistic dalam bahasa Arab.
Mata kuliah universitas seperti PPKN, Matematika dasar pun demikian
pengembangan silabus yang berbasis bahasa dan budaya Arab sangat penting dilakukan
dengan cara menggunakan pengantar silabus berbahasa Arab, standar kompetensi,
kompetensi dasar perlu disusun dan dikembangkan dengan berbasis bahasa dan budaya
Arab. sehingga dalam pembelajaran, 99 persen dosen akan menggunakan bahasa dan
budaya arab sebagai interaksi perkuliahan. Istilah-istilah PKN akan bisa dikorelasikan
dengan bahasa dan budaya Arab. bagaimana PKN di Negara-negara Arab bisa
dikontekskan lebih mendalam demikian juga mata kuliah matematika dasar akan sangat
bermakna manakala dikontekskan dengan bahasa dan budaya Arab. jika tidak maka
pembelajaran akan sia-sia belaka. Oleh karenanya dosen pengampu mata kuliah meski
bukan asli jurusan pendidikan bahasa Arab harus yang memiliki latar belakang bahasa Arab
yang cukup.
Mata kuliah layanan bahasa Arab harus memiliki keahlian khusus sesuai dengan
konteks mahasiswa yang akan diajari mata kuliah bahasa Arab misal: di jurusan IPA dosen
bahasa Arab harus dipilih yang memiliki wawasan IPA yang cukup, di juursan Matematika,
dosen harus memahami wawasan matematika yang cukup, di jurusan bahasa Inggris dosen
bahasa Arab yang dipilih harus memiliki wawasan dan keterampilan bahasa Inggris yang
memadai.
Model silabus yang dipilih di jurusan Pendidikan Bahasa Arab harus mengikuti hal-
hal sebagai berikut:
1. Bahasa pengantar silabus menggunakan bahasa Arab, baik itu silabus mata kuliah
program studi, fakultas maupun universitas
2. Standar dalam standar kompetensi harus dijelaskan mengenai bahasa dan budaya Arab
inklud di dalamnya.
3. Model silabus yang dipakai lebih kea rah model integrative
4. Bahasa pengantar dalam perkuliahan harus menggunakan bahasa Arab
5. Dosen semua mata kuliah di Program Studi Bahasa Arab harus yang memahami bahasa
dan budaya Arab termasuk mata kuliah fakultas dan Universitas.
6. Mata kuliah layanan bahasa Arab harus memiliki keahlian khusus sesuai dengan
konteks mahasiswa yang akan diajari mata kuliah bahasa Arab misal: di jurusan IPA
dosen bahasa Arab harus dipilih yang memiliki wawasan IPA yang cukup, di juursan
Matematika, dosen harus memahami wawasan matematika yang cukup, di jurusan
bahasa Inggris dosen bahasa Arab yang dipilih harus memiliki wawasan dan
keterampilan bahasa Inggris yang memadai.
Kesimpulan
Pengembangan silabus…..
Daftar Pustaka
al-Khalîfah, Hasan Ja'far, Fushûl fî Tadrîs al-Lughah al-'Arabiyyah, (Riyadh: Maktabah al-
Rusyd, 2003), Cet. II.
al-Samirra'I, Ahmad ibn 'Abd al-Rahmân, Ajhijah al-'Ardh al-Hâithiyyah, dalam
http://www. Tarbawi.com.
Anwar, Miftakul, "Urgensi Pendekatan "Cross-Cultural Understanding" (CCU) dalam
Pembelajaran Bahasa Arab", dalam Jurnal "Afaq 'Arabiyyah, Vol. 3, No. 1, Juni
2008.
Barnadib, Sutari Imam, Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), Cet.
XV.
Chaqoqo, Sri Guni Najib, "Pengajaran Bahasa Arab dalam Konteks Budaya", dalam Jurnal
"Afaq 'Arabiyyah, Vol. 3, No. 2, Desember 2008.
Depdiknas-Dit. Pembinaan SMA, DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009, Pengembangan Silabus
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.(silde power point).
Depdiknas-Dit. Pembinaan SMA, DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009, Pengembangan Silabus
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.(silde power point).
Effendy, Ahmad Fuad, "Pendekatan Komunikatif untuk Menciptakan Lingkungan Bahasa
Arab (Bî'ah 'Arabiyyah) di Madrasah", Makalah disampaikan dalam Pelatihan
Bahasa Arab Bagi Guru Bahasa Arab di Madrasah, Jakarta, Oktober 2004.
Fachrurrozi, Aziz dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, Metode Tradisional
dan Kontemporer, Jakarta, Bania Publishing, 2011. Hidayat, D., Tadriis al-Lughah al-'Arabiyyah 'ala Dhau al-Madkhal al-Lughawi al-
Ijtimaa'I, makalah seminar "Pembelajaran Bahasa Arab berbasis Cross Cultural
Understanding" Jakarta, 11 Desember 2008.
Hidayatullah, syarif dalam http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-
sepuluh-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli/
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya diunduh 25 April 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya diunduh 25 April 2011
http://tantrapuan.wordpress.com/2009/05/12/bahasa-lambang-arbitrer-dan-konvensional/
diunduh 25 April 2011.
Keesing, Roger, M., Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer, (Jakarta, PT.
Gelora Aksara Pratama , 1981).
Mangunwijaya, Forum, Kurikulum yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidikan
Alternatif, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007.
Metode Hattaiyyah karya Moh. Hatta atau yang sejenisnya.
Muslim ibn al-Hajjâj, Abu al-Husain, Mukhtashar Shahîh al-Muslim, Tahqîq Muhammad
Nâshir al-Dîn al-Bânî, (Beirut: al-Maktab al-Islâmî, 2000), Cet. I, hadîts No. 1803.
Nasution, A. Sayuti A., "Memahami Ragam Bahasa Arab Melalui Pendekatan Budaya"
dalam Jurnal "Afaq 'Arabiyyah, Vol. 3, No. 2, Desember 2008. Nasution, S. , Pengembnagan Kurikulum, ( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), cet.
Ke-5.
Rahmat, Aceng, Apresiasi Sastra dan Budaya dalam Pembelajaran Bahasa Arab, makalah
disampaikan pada seminar "Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Cross-Cultural
Understanding (CCU)", yang diselenggarakan Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
(PBA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 11 Desember 2008.
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Bandung: PT RajaGrafindo Pesada, 2011), cet. Ke-3.
Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Parktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Pranada Media Grup, 2011,
cet. ke-4.
Semiawan, Conny, dkk., Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan
Siswa dalam Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1992).
Sidi, Indra Djadi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan,
(Jakarta: Paramadina dan Logos, 2001).
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan, 2005).
Syahâtah Hasan, Ta'lîm al-Lughah al-'Arabiyyah Baina al-Nazhariyyah wa al-Tathbîq,
(Kairo: al-Dâr al-Mishriyyah al-Lubnâniyyah, 1996), Cet. III.
Syihabuddin, Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Kecerdasan Majemuk (adz-Dzaka' al-
Muta'addid), makalah seminar.
Curriculum Development in Languageاللغة ) تعليم مناىج تطوير، (Jack C. Richardsردز )جاك، ريتشا
Taching) ، الشويرخ ناصر بن صاحل .د غايل بن اهلل عبد بن ناصر .دترمجة.
.ىـ 0428، إعداد مواد تعليم اللغة العربية لغري الناطقني هبا )خمتصرات( عبد الرمحن بن ابراىيم الفوزان،
مرب من نوف 10يف يوم اخلميس، http://www.voiceofarabic.netنهج يف تعليم اللغة العربية لغري الناطقني هبا، من ادل2102 .
من نوفمرب 10ميس، يف يوم اخل http://www.voiceofarabic.netادلنهج يف تعليم اللغة العربية لغري الناطقني هبا، من 2102 .