[Praktek Perancangan Kota] Penerapan Pendekatan Shirvani pada Blok Tugu Pahlawan, Surabaya

22
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 1 PENERAPAN KONSEP PENDEKATAN SHIRVANI BLOK TUGU PAHLAWAN SURABAYA Seri : Kriteria Shirvani Oleh : 3613100055 Dea Siti Nurpiena 3613100056 Astarina Cleosa Damayanti 3613100071 Shafira Aulia Rosyida Irawan 3613100505 Risa Andini 3613100509 Nurul Hasanah 3613100511 Enno Audina Mulyono 3613100703 Eliziaria Febe Gomes Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP. Ardi Maulidy Navastara, ST. MT. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2014

Transcript of [Praktek Perancangan Kota] Penerapan Pendekatan Shirvani pada Blok Tugu Pahlawan, Surabaya

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 1

PENERAPAN KONSEP PENDEKATAN SHIRVANI

BLOK TUGU PAHLAWAN SURABAYA

Seri : Kriteria Shirvani

Oleh : 3613100055 Dea Siti Nurpiena 3613100056 Astarina Cleosa Damayanti 3613100071 Shafira Aulia Rosyida Irawan 3613100505 Risa Andini 3613100509 Nurul Hasanah 3613100511 Enno Audina Mulyono 3613100703 Eliziaria Febe Gomes Dosen Pembimbing :

Ir. Heru Purwadio, MSP. Ardi Maulidy Navastara, ST. MT.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

2014

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan serta

rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Penerapan Konsep Pendekatan

Shirvani pada Blok Tugu Pahlawa, Surabaya . Makalah ini merupakan makalah Tugas

Mata Kuliah Perancangan Kota.

Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ardi Maulidy

Navastara, ST. MT. selaku dosen pembimbing kami dalam mata kuliah Perancangan Kota

yang telah memberikan bimbingan berkenaan dengan substansi dan sumber referens i

data-data terkait makalah ini. Terima kasih kami haturkan kepada pihak-pihak dari

instansi terkait dan teman-teman yang telah membantu kelancaran kebutuhan data

dan penyelesaian makalah. Adapun makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga

penulis sangat membutuhkan kritik serta saran dalam perbaikan tugas kami

selanjutnya.

Surabaya, 13 April 2015

Penulis

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... 3

BAB I .............................................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4

1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 4

1.4 Sistematika Pembahasan .............................................................................................................. 4

BAB II ............................................................................................................................................................. 5

PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 5

2.1. Landasan Teori .............................................................................................................................. 5

2.2. Gambaran pada Lokasi Studi......................................................................................................... 6

BAB III .......................................................................................................................................................... 19

PENUTUP ..................................................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 20

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.2. 1Kendaraan yang arahnya melalui Jalan Pahlawan dan melewati Jalan Tembaan ................. 7

Gambar 2.2. 2 Tugu Pahlawan pada Tahun 1953 ....................................................................................... 11

Gambar 2.2. 3 Gedung Bank Indonesia tampak dari Jalan Kebon Rojo ...................................................... 11

Gambar 2.2. 4 Pandangan ke arah Tugu Bubutan dari Jalan Tembaan bagia Utara .................................. 12

Gambar 2.2. 5 Pandangan ke arah Tugu Pahlawan dari Gedung Gubernur Jatim ..................................... 12

Gambar 2.2. 6 Pandangan ke arah Tugu Pahlawan dari Jalan Tembaan bagian Barat ............................... 12

Gambar 2.2. 7 Pandangan ke arah Tugu Pahlawan dari Jalan Tembaan bagian Timur .............................. 12

Gambar 2.2. 8 Koridor Jalan Tembaan ........................................................................................................ 12

Gambar 2.2. 9 Tugu Pahlawab Tahun 1965 ................................................................................................ 13

Gambar 2.2. 10 Kondisi Eksisting Tugu Pahlawan yang menunjukkan pagar pembatas yang membatasi

areal Tugu Pahlawan dan daerah sekitarnya .............................................................................................. 15

Gambar 2.2. 11 PKL di Timur Bank Indonesia ............................................................................................. 16

Gambar 2.2. 12 Pedestrian di Tugu Pahlawan ............................................................................................ 17

Gambar 2.2. 13 Ruang Terbuka Hijau di Pedestrian kawasan Tugu Pahlawan .......................................... 17

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai Negara yang berkembang. Indonesia memerlukan perencanaan yang komperhensif

untuk melangkah menuju Negara yang maju. Maka dari itu menganalisis suatu keadaan wilayah

tempat perencanaan adalah hal yang diharuskan. Karena proses perencanaan merupakan

pemegang peranan penting dalam pembangunan.

Salah satu dari perencanaan tersebut adalah mengidentifikasi wilayah survey dengan teori-

teori yang sudah ada. Salah satunya adalah teori Shirvani yang mana teori tersebut menjelaskan

tentang kriteria tak terukur suatu wilayah. Shirvani menyebutkan teori tidak terukur tersebut ada

6 macam, yaitu Accessibility, View, Compatibility, Identity, Sense, Livability. Identifikasi dengan

kriteria-kriteria tersebut akan memudahkan untuk memperbaiki masalah-masalah perencanaan

yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis kriteria tidak terukur menurut Shirvani?

2. Bagaimana penerapan konsep kriteria Shirvani pada blok kawasan Tugu Pahlawan Surabaya?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa saja jenis kriteria tidak terukur menurut Shirvani.

2. Mengetahui bagaimana penerapan konsep kriteria Shirvani pada blok kawasan Tugu

Pahlawan Surabaya.

1.4 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dari laporan ini adalah:

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan sistematika pembahasan

dari laporan..

Bab II Pembahasan, berisi pnjelasan dan gambaran kriteria tidak terukur Shirvani yang meliputi

Accessibility, View, Compatibility, Identity, Sense, Livability di blok Tugu Pahlawan Surabaya.

Bab III Penutup, merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari kriteria tidak terukur yang

ada pada lokasi studi.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Landasan Teori

Kriteria tak terukur adalah kriteria yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, tetapi dapat

memberi persepsi yang sama bagi pengamat yang melihatnya. Oleh karena itu, kriteria tak terukur

lebih menekankan pada aspek kualitatif di lapangan. Menurut Hamid Shirvani: 1985, kriteria tak

terukur terdiri dari:

1. Acces (Pencapaian)

Pencapaian dapat ditunjukkan dari kemudahan, kenyamanan, dan keamanan dalam mencapai

tujuan. Maka dari itu, hal ini juga terkait dengan lokasi, sirkulasi, kelengkapan sarana dan

prasarana, pengamanan, dan lainnya. Kemudahan dalam mencapai tujuan berarti perlu

memperhatikan sejauh mana kemampuan orang menuju kesuatu tempat. Sedangkan kenyaman

lebih menekannkan pada kualitas lingkungan kota, seperti meningkatkan kualitas trotoar dan

mengakomodasikan pola jalur pedestrian yang dilengkapi dengan perabot jalan, tanam-tanaman,

disain jalan yang terlindungi dari cuaca maupun terhindar dari pantulan sinar matahari (silau),

atau memiliki ciri tersendiri. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam hal keamanan adalah

kejelasan pintu masuk atau arah fasilitas penting, sehingga orang akan mengetahui kemana dan

apa yang akan dilakukan.

2. Compatibility (Kecocokan)

Compatibility merupakan kecocokan tata letak dengan topografi, bentuk dan massa bangunan,

dan skala. Compatibility terfokus pada estetika dan arsitektural. Disamping itu, aspek lain yang

harus diperhatikan adalah sejarah, budaya, dan komponen yang cocok dengan nilai bangunan.

3. Views (Pemandangan)

Views merupakan kejelasan antara orientasi manusia terhadap massa bangunan yang dapat

ditunjukan oleh adanya suatu landmark yang dapat menjadi ciri khas atau sesuatu yang menarik

pada kawasan tertentu. Views mengandung unsur estetika di dalamnya, sehingga dapat

menimbulkan kesan menarik bagi pengamat dan memberikan kejelasan bentuk dan massa

bangunan yang menggambarkan ciri khas suatu kawasan tersebut bagi pengamatnya. Penilaian

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 6

estetika dapat dilihat dari skala dan pola bangunan, penggunaan warna, tekstur, tinggi, besaran

dan bentuk dari objek yang diamati.

4. Identity (Identitas)

Identity merupakan suatu ciri yang dapat dikenali oleh pengamat (citra). Elemen ini dapat

dikenali melalui landmark dari suatu kawasan yang dapat mencirikan identitas dari kawasan

tersebut.

5. Sense (Rasa)

Sense adalah suasana yang ditimbulkan masih berhubungan dengan aspek budaya. Kriteria ini

dapat dicapai dengan disain bentuk yang khusus atau suatu kegiatan yanag dapat menyentuh hati

masyarakat, merupakan rangkaian ruang yang memiliki fungsi erat, dan berkaitan dnegan

kegiatan sosial maupun proses alami.

6. Livability (Kehidupan)

Merupakan kenyamanan untuk tinggal di dalamnya bagi banyak orang yang masuk di

dalamnya. Untuk mengetahui tingkat kenyamanan tinngal di dalamnya, dibutuhkan indikator

kenyamanan agar memiliki persepsi yang sama.

2.2. Gambaran pada Lokasi Studi

1. Accessibility

Kemudahan diukur melalui komponen lokasi, aksesibilitas, hubungan ruang, sirkulasi dan

fasilitas. Melalui hasil survei terhadap kondisi aktual, kemudahan dalam pencapaian lokasi atau

tapak bagi pengunjung masih kurang.

Adanya akses yang terbatas menyebabkan pejalan kaki hanya mencapai tapak dari sisi

selatan saja, sementara bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi dapat lebih

mudah mencapai sisi selatan yang sekaligus merupakan tempat parkir kendaraan.

Monumen yang menjadi citra utama di area kota Surabaya menjadi pusat suatu koridor

yang berapa pada jalan kolektor primer. Tugu pahlawan dalam hal ini diposisikan sebagai titik

pusat perpotongan sumbu itu, ditempatkan pintu-pintu masuk kawasan tersebut.

Tugu Pahlawan dapat diakses melalui Jl.Ps. Besar Wetan, Jl. Tembaan, Jl. Bubutan dan jl.

Kebon Rojo. Terdapat banyak kendaran yang melewati sekitar koridor Tugu Pahlawan tersebut

baik kendaraan Umum, Kendaraan Privat, dsb. Terlihat aksesbilitasnya sangat baik dikarenakan

sarana jaringan yang sangat memadai sehingga dilalui oleh berbagai jenis kendaraan.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 7

Kondisi aktual yang terdapat sekitar koridor Tugu Pahlawan sangat mendukung berbagai

aktivitas, antara lain aktivitas pemerintahan, perdagangan jasa, pendidikan maupun

permukiman, daerah tersebut juga mudah diakses dari setiap bagian kota dan dilalui oleh

kendaraan umum, mudah dicapai oleh kendaraan maupun pejalan kaki, hal itu didukung oleh

jarigan jalan yang luas dan terkontrol.

Arah yang dapat diakses menuju kawasan Tugu Pahlawan :

1. Batas Selatan; melalui jl. Tembaan merupakan juga jalan yang dengan fungsi sebagai

arteri sekunder yang memiliki satu jalur dan 2 lajur, pada akses jalan tersebut

terdapat banyak kendaraan yang melaluinya, mulai dari kendaraan pribadi, Dinas

maupun kendaraan angkutan barang yang dengan dimensi kecil hingga besar, hal

tersebut dikarenakan disepanjang jalan tersebut terdapat banyak kegiatan yang

dominan yakni perdagangan dan jasa. Berbagai kendaraan yang melewati jl.

Tembaan, kendaraan yang melewati jl. Pahlawan kemudian menuju ke arah jl.

Tembaan selatan.

Gambar 2.2. 1Kendaraan yang arahnya melalui Jalan Pahlawan dan melewati Jalan Tembaan Sumber: Dokumentasi Penulia Tahun 2015

2. Batas Timur; jl. Pahlawan yang merupakan jalan yang memiliki peran dan fungsinya

sebagai jalan arteri sekunder yang dimana menghubungkan kawasan primer dengan

kawasan sekunder ataupun kawasan sekunder dengan sekunder lainnya. jalan yang

memiliki satu jalur dan dua lajur ini melihatkondisi eksisting yang didapatkan pada

survey primer, jalan tersebut sering kali dilalui oleh kendaran pribadi dan kendaran

Dinas. Hal tersebut dikarenakan juga di sepajang koridor jalan terdapat kantor

pemerintahan dan Swasta. Namun terdapat juga berbagai angkutan umum seperti

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 8

kendaran pengangkut barang dan lainnya, terlihat begitu ramai apabila pada siang

hari.

3. Batas Barat; jl. Bubutan berupa jalan yang memiliki fungsi yang sama yakni jalan

arteri sekunder, yang dimana jl. Bubutan dapat diakses melalui arah selatan jl.

Tembaan yang hanya memiliki satu jalur dan 2 lajur menuju ke utara kawasan Tugu

pahlawan. Di sepanjang jalan tersebut terlihat begitu ramai dikarenakan fungsi di

setiap koridornya berupa jasa, sehingga kendaraan yang melewatinya juga dengan

berbagai jenis kendaraan.

4. Batas Utara; jl. Kebon Rojo berupa jalan arteri sekunder yang berada pada batas

utara Tugu Pahlawan. Melalui jalur utara dapat melalui arah jalan Timur yang

dimana adalah jl. Pahlawan.

Aksesibilitas menuju ke kawasan Tugu Pahlawan dapat dilalui oleh banyak arah

jaringan jalan yang dimana sekitar Tugu Pahlawan merupakan jalan yang memiliki fungsi

sebagai Jalan Arteri Sekunder. Berhubung sekitar kawasan tersebut yang letaknya

dipusat kota terdapat banyak kegiatan yang mempengaruhi juga aksesibilitasnya baik

dari jasa maupun kegiatan perdagangan hingga perkantoran. Sehingga mudah untuk

diakses oleh berbagai jenis kendaraan.

Untuk terlihat lebih jelasnya telah digambarkan arah-arah untuk mengakses dalam

peta lampiran.

2. Compatibility

Kawasan sekitar Tugu Pahlawan merupakan Old Central Business District Surabaya.

Dengan adanya kegiatan perniagaan yang ramai tersebut, kawasan ini masih menjadi

pusat aktivitas kota yang ramai dikunjungi. Selain banyaknya pertokoan dan tempat

perniagaan, terdapat pula fasilitas pendidikan serta fasilitas publik yaitu kantor pos dan

kantor pemerintahan. Namun jenis fungsi ini tidak begitu dominan jika dibandingkan

dengan fungsi perdagangan dan jasa. Tugu Pahlawan selain sebagai tempat wisata

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 9

bersejarah, juga merupakan ruang publik atau taman kota karena kawasannya terdiri

dari bangunan dan ruang terbuka (lapangan). Keberadaan ruang terbuka mampu

memberikan morfologi yang baik terhadap lingkungan sekitarnya.

Di kawasan sekitar Tugu Pahlawan selain aktivitas perdagangan dan jasa terdapat

pula aktivitas dari sekolah, yaitu SD Negeri dan SMP Katolik Stella Maris. Keberadaan

sekolah di sekitar kawasan perdagangan jasa yang mempunyai aktivitas padat

sebenarnya kurang cocok. Kawasan perdagangan dan jasa adalah kawasan yang

berfungsi sebagai area publik, zona ini merupakan zona yang produktif, sehingga

dimanfaatkan untuk kegiatan perdagangan dan jasa. Karena komersil cenderung ramai

maka tidak cocok jika berdekatan dengan sekolah yang membutuhkan ketenangan.

Aktivitas pergerakan di jalan sekitar kawasan perdagangan dan jasa juga cenderung

sangat tinggi, sehingga para pelajar harus berhati-hati jika menyebrangi jalan atau

melakukan aktivitas di luar sekolah. Selain itu dapat berdampak pula pada terjadinya

kemacetan pada jam-jam masuk dan pulang sekolah, karena aktivitas pergerakan

perdagangan dan jasa saja cukup padat, apalagi ditambah dengan pergerakan dari

sekolah.

Berdasarkan karakteristik lokasi Tugu Pahlawan, dapat diidentifikasi bahwa kawasan

tersebut sudah sesuai dengan peruntukan. Hal ini dikarenakan kawasan tersebut

mempunyai struktur tanah yang stabil, merupakan lahan yang tidak terlalu subur atau

bukan lahan pertanian yang produktif, memiliki aksesibilitas yang tinggi, tersedia

prasarana fisik, serta mempunyai nilai sejarah. Nilai sejarah dikaitkan dengan peristiwa-

peristiwa perjuangan, ketokohan, politik, sosial, dan budaya yang ada di kawasan Tugu

Pahlawan, serta menjadi simbol nilai kesejarahan tingkat nasional maupun tingkat Kota

Surabaya.

Jika mengidentifikasi berdasarkan fungsi Tugu Pahlawan sebagai Landmark, maka

dapat dikatakan ketinggian bangunan di sekitar Tugu Pahlawan kurang sesuai dengan

fungsi tersebut. Karena pada dasarnya Landmark akan terlihat lebih utuh apabila

diletakkan pada ketinggian atau posisi tertentu, sehingga dari berbagai posisi sudut

pandang dapat dilihat. Ketinggian bangunan di sekitar landmark idealnya tidak

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 10

manyaingi atau bahkan melebihi ketinggian landmark. Dan bangunan landmark harus

dibuat lebih menonjol dan lebih tinggi dari bangunan yang ada di sekitarnya. Jika

melihat kondisi Tugu Pahlawan saat ini, bisa dikatakan bahwa eksistensinya sebagai

landmark di Kota Surabaya sudah menurun. Salah satu penyebabnya dikarenakan

beberapa bangunan di sekitar Tugu Pahlawan memiliki ketinggian yang hampir

menyamai ketinggian Tugu Pahlawan, sehingga tidak semua orang menyadari

keberadaan Tugu Pahlawan itu sendiri.

Kawasan sekitar Tugu Pahlawan merupakan kawasan ‘kota lama’ Surabaya di mana

banyak terdapat bangunan-bangunan tua dengan arsitektur indis (urban heritage).

Sampai saat ini banyak dari bangunan tersebut yang masih dimanfaatkan sebagai

bangunan kantor atau pertokoan. Demikian bangunan yang ada di sekitar Area Tugu

Pahlawan juga memiliki langgam arsitektur De Stijl, termasuk bangunan baru yang harus

menyesuaikan dengan bangunan lama yang ada di sekitarnya. Deret bangunan dengan

arsitektur De Stijl dan Indis ini membentuk townscape yang menarik, berbeda dengan

koridor jalan dengan bangunan modern di bagian kota lainnya. Dengan demikian,

suasana yang dibentuk adanya townscape tersebut dapat menjadi daya tarik bagi

masyarakat Surabaya.

3. View

Tugu Pahlawan merupakan kawasan bersejarah yang berada di Kelurahan Alun-alun

Contong, Kecamatan Bubutan, Surabaya, Indonesia. Hal ini diketahui dari bagaimana sejarah

itu mengalir di dalamnya. Yang mana pada tahun 1950-an, belum banyak bangunan bertingkat

dibangun di sekitar Tugu Pahlawan. Namun seiring berjalannya waktu dan meningkatnya

kebutuhan akan ruang, maka tidak jarang melihat bangunan bertingkat berdiri di kawasan ini.

Kawasan Tugu Pahlawan juga merupakan kawasan bangunan pemerintahan, yang mana

diketahui bahwa Gedung Gubernur Jawa Timur berdiri di sebelah Timur Tugu Pahlawan ini.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 11

Gambar 2.2. 2 Tugu Pahlawan pada Tahun 1953 Sumber: Dokumentasi Penulis 2 Oktober 2014

Tak jarang terlihat wisataman mancanegara maupun domestik mengunjungi Tugu Pahlawan

untuk berfoto atau bahkan mempelajari sejarahnya. Namun, kawasan ini menjadi tidak begitu

istimewa, karena bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya. Seperti misalnya, Bank

Indonesia yang berdiri tepat di belakangnya memiliki tinggi 24 meter, yang membuat

masyarakat tidak dapat memandang betapa tingginya Tugu Pahlawan ini. Sementara pada

sebelah Barat, terdapat bangunan tinggi lainnya yakni CommonWealth Bank, yang memiliki

enam lantai, namun hal ini dapat ditolelir, karena jarak antar gedung dipisahkan oleh jalan

Arteri Sekunder dengan 5 ruas jalan.

Gambar 2.2. 3 Gedung Bank Indonesia tampak dari Jalan Kebon Rojo Sumber: Google Street View 2015

Pada visualisasi keseluruhan, kawasan sekitar Tugu Pahlawan terlihat baik, walaupun hanya

pada beberapa bangunan seperti bangunan pemerintahan dan Bank. Sementara dapat terlihat

kesenjangan lingkungan pada bagian Utara Jalan Bubutan dan pada Jalan Tembaan. Pada Jalan

Bubutan bagian Utara tampak bangunan hanya memiliki satu sampai dua lantai dengan kondisi

yang cukup buruk, sementara pada Jalan Tembaan tampak ruko-ruko yang menghadap

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 12

langsung ke arah Tugu Pahlawan yang merupakan bangunan perdagangan dan jasa, namun hal

ini juga dapat ditolelir, karena pada jalan ini dipisahkan oleh median jalan yang ditumbuhi

pepohonan yang cukup tinggi.

Berikut ini ditampilkan pandangan ke arah Monumen Tugu Pahlawan dari berbagaia sudut.

Pada gambar 2.2.4 pandangan dari Jalan Bubutan sebelah Utara, tampak jika melangkah

sedikit lebih mundur maka monumen tidak akan terlihat dengan jelas. Sementara pada gambar

2.2.6 dan 2.2.7 padangan dari Jalan Tembaan, tampak monumen masih terlihat, walaupun

pepohonan tinggi tampak menghalangi.

Gambar 2.2. 4 Pandangan ke arah Tugu Bubutan

dari Jalan Tembaan bagia Utara Sumber: Google Street View 2015

Gambar 2.2. 5 Pandangan ke arah Tugu Pahlawan

dari Gedung Gubernur Jatim Sumber: Google Street View 2015

Gambar 2.2. 6 Pandangan ke arah Tugu Pahlawan

dari Jalan Tembaan bagian Barat Sumber: Google Street View 2015

Gambar 2.2. 7 Pandangan ke arah Tugu Pahlawan

dari Jalan Tembaan bagian Timur Sumber: Google Street View 2015

Gambar 2.2. 8 Koridor Jalan Tembaan Sumber: Dokumentasi Penulis 2 Oktober 2014

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 13

4. Identity

Identitas atau cirri khas suatu wilayah tidak bisa lepas dari nilai sejarahnya. Lokasi studi

merupakan lokasi di mana monument bersejarah Kota Surabaya dibangun. Dahulu, ketika masa

penjajahan Belanda di lokasi monumen Tugu Pahlawan, berdiri sebuah gedung bernama Raad

Van Justite yang berarti sebuah tempat peradilan bagi orang-orang Belanda Saat pemerintah

Belanda menyerah kepada kekuasaan Jepang, gedung ini dijadikan markas Kenpetai atau Polisi

Militer Jepang pada 1 Oktober 1945. Gedung ini sempat hancur akibat terkena tembakan artileri

sekutu. Kala itu Gedung Kenpetai telah dikuasai Barisan Keamanan Rakyat (BKR), sebagai pusat

perjuangan para pemuda. Untuk mengenang peristiwa yang terjadi pada 10 November 1945,

maka di bekas reruntuhan gedung itu, didirikanlah Monumen Tugu Pahlawan.

Gambar 2.2. 9 Tugu Pahlawab Tahun 1965 Sumber: Ririn, 2013

Kesan khusus yang ditimbulkan dari okasi ini tentu saja “arena bersejarah”. Meski tidak

terlihat secara langsung dari jalan, masyarakat menyadari kehadiran monumen ini. Desain

taman dan segala hal yang ada dalam lokasi ini tidak dimiliki oleh tempat lain, termasuk kesan

hening yang ditimbulkan dalam taman ini, sehingga pada dasarnya lokasi ini sudah menjadi

suatu identitas tersendiri bagi Kota Surabaya. Di samping itu, kehadiran gedung Bank Indonesia

di bagian utaranya juga menjadi ciri khas karena ukuran gedung BI yang memang cukup besar

dan beraksen elegan, tidak seperti gedung perkantoran modern pada umumnya.

Di sekitar Tugu Pahlawan, bangunan-bangunan yang ada didominasi oleh bangunan tua

peninggalan Belanda yang tetap dipertahankan bentuk fisiknya, mulai dari gedung

pemerintahan, kantor perusahaan, hingga rumah toko pun masih dipertahankan bentuk aslinya.

Keberadaan bangunan-bangunan ini memberikan kesan masa lalu yang cukup unik dan

menambah kesan “bersejarah” yang telah dibuat oleh Tugu Pahlawan.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 14

5. Sense

Sense merupakanmerupakan kriteria tak terukur yang memiliki arti suatu tempat tidak

hanya harus cocok dengan lingkungan fisiknya, melainkan juga dengan gambaran dan perasaan

manusia. Kriteria ini dapat dicapai dengan disain bentuk yang khusus atau suatu kegiatan yang

dapat menyentuh hati masyarakat, merupakan rangkaian ruang yang memiliki fungsi erat, dan

berkaitan dengan kegiatan sosial maupun proses alami.

Lokasi survey kami mengambil tempat di areal Tugu Pahlawan surabaya dan sekitarnya.

Tugu Pahlawan Surabaya dibangun pada pada 10 November 1951 merupakan simbolisasi

terhadap perjuangan rakyat Surabaya melawan tentara Belanda dan sekutunya tahun 1945.

Tugu Pahlawan tersebut dibangun pada lahan bekas tempat markas Kanpeitaiberdiri. Monumen

setinggi 45 yard ini kemudian menjadi icon kota Surabaya sekaligus landmark (tetenger)

kawasan sekaligus sebagai ruang terbuka publik kota. Pada tahun 1990 terdapat rencana

pemugaran taman Tugu Pahlawan serta pembangunan museum sebagai wisata pendidikan

untuk warga kota Surabaya sehingga kini menjadi Areal Tugu Pahlawan.

Setelah lebih dari sepuluh tahun masa operasional Areal Tugu Pahlawan, tidak nampak

adanya peningkatan atensi terhadap taman Tugu Pahlawan maupun museumnya. Taman Tugu

Pahlawan sepi oleh pengunjung, begitu pula dengan museum Tugu Pahlawan tersebut.

Beberapa kritik yang datang dari tokoh masyarakat adalah desain dari taman Tugu Pahlawan

yang kurang mengundang secara visual, sehingga seakan-akan “memisahkan” masyarakat

dengan keberadaan monumen tersebut. Beberapa pendapat lain lebih menunjukkan adanya

persoalan desain yang kurang baik secara aksesibilitas sehingga tidak mudah secara pencapaian.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 15

Gambar 2.2. 10 Kondisi Eksisting Tugu Pahlawan yang menunjukkan pagar pembatas yang membatasi areal Tugu Pahlawan dan daerah sekitarnya

Sumber: Bappeko Surabaya 2011

Makna simbolis yang terdapat pada sebuah ruang memang menjadi faktor penentu

timbulnya kekuatan sebuah tempat (sense of place). Terlebih lagi jika makna tersebut muncul

dari peristiwa bersejarah yang amat lekat pada kehidupan kota Surabaya. Namun makna

simbolis tidaklah cukup untuk membentuk kualitas sebuah ruang kota jika tidak diimbangi

dengan adanya tanggapan terhadap kebutuhan interaksi sosial dan fungsi pada ruang publik.

Sebuah ruang tanpa kehidupan menunjukkan kegagalan ruang tersebut untuk menjadi tempat

kehidupan.

Masyarakat di sekitar kawasan merupakan warga kelas mengah, dan menengah ke bawah.

Hal ini dapat dilihat dari situasi lingkungan yang merupakan bagian dari ‘kota lama’ Surabaya

dan memiliki karakter lingkungan yang sangat padat, sehingga hanya kalangan masyarakat

tersebut yang memiliki pilihan untuk menempati lingkungan seperti ini.

6. Livability

Liveability merupakan kriteria atau rasa kenyamanan untuk tinggal dan beraktivitas dalam

suatu kawasan atau obyek. Liveability berkaitan dengan kesempatan untuk berkembang, sesuai

dengan fungsi dan peranannya yang dapat dilihat dari sisi manusia maupun lingkungannya

sehingga diupayakan untuk dapat memberikan dukungan terhadap aktivitas kawasan. Pada

kawasan Tugu Pahlawan penataan para PKL belum teratur ini dikarenakan Sementara itu sesuai

surat perintah walikota di jalan Pahlawan masih diperbolehkan berjualan antara jam 07.00-

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 16

11.00. Namun demikian tidak semua PKL mematuhi jam kegiatan yang telah ditetapkan. Di atas

jam 11.00 sebagian PKL masih tetap berjualan dengan tidak ada tindakan dari pemerintah kota.

Pada hari-hari biasa di seputar jalan Pahlawan khususnya sebelah timur Bank Indonesia

jumlahnya tidak sebanyak pada hari Minggu. Pada hari biasa jumlah PKL di seputar Tugu

Pahlawan dan bank Indonesia sekitar 246 pedagang. Tetapi pada hari minggu jumlahnya

meningkat drastis menjadi sampai 1.041 pedagang. Tidak pelak ruas jalan di seputar jalan

Pahlawan khususnya di sebelah timur bank Indonesia hanya tersisa satu jalur kendaraan.

Sampai-sampai ada sebutan bahwa seputar Tugu Pahlawan dijuluki sebagai TP5. Walaupun

kegiatan PKL itu sendiri menjadi salah satu sektor pendukung ekonomi kota Surabaya, dan

menjadi salah satu daya tarik dari Tugu Pahlwan baik bagi masyarakat setempat maupun

wisatawan.

Gambar 2.2. 11 PKL di Timur Bank Indonesia Sumber: Dokumentasi Penulis 2015

Tugu Pahlawan bukan sebagai landmark Kota Surabaya saja, lebih dari itu Tugu Pahlawan

juga sebagai ruang publik menjadi wadah sosialisasi masyarakat dan tempat masyarakat

beraktivitas, serta menjadi suatu sarana yang bersifat monumental. Maka dari itu, kenyamanan

Tugu Pahlawan juga mesti dilihat dari pedestriannya, mengingat pedestrian merupakan fasilitas

untuk pejalan kaki yang beraktifitas di kawasan Tugu Pahlawan.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 17

Gambar 2.2. 12 Pedestrian di Tugu Pahlawan Sumber: Dokumentasi Penulis 2015

Pedestrian di Tugu Pahlawan mempunyai lebar 8 meter. Hal ini dirasa cukup untuk

memfasilitasi kegiatan masyarakat yang mengunjungi Tugu Pahlawan. Pedestrian di Tugu

Pahlawan dengan lebar 8 meter ini dirasa cukup untuk memberikan kenyamanan bagi pejalan

kaki di Kawasan Tugu Pahlawan.

Mengingat Tugu Pahlawan sebagai sarana ruang publik, maka Ruang Terbuka Hijau juga

harus diperhitungkan dalam hal kenyamanan. Ruang terbuka hijau di kawasan Tugu Pahlawan

terbentang di sepanjang pedestriannya. Ruang Terbuka Hijau ini berfungsi sebagai peneduh dan

juga penghasil oksigen.

Gambar 2.2. 13 Ruang Terbuka Hijau di Pedestrian kawasan Tugu Pahlawan Sumber: Dokumentasi Penulis 2015

Dalam perannya sebagai kawasan wisata, kawasan Tugu Pahlawan menyediakan berbagai

bangunan-bangunan replika yang bertema sejarah, yakni mengenai perjuangan masyarakat

Surabaya dalam melawan penjajahan Belanda. Selain itu, Tugu Pahlawan juga menyediakan satu

monumen yaitu Monumen Sepuluh November yang berisikan replika-replika ilustrasi sejarah

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 18

perjuangan perlawanan penjajahan di Surabaya dan menyimpan berbagai benda peninggalan

sejarah.

Mengenai kenyamanan untuk berwisata, beberapa pengunjung berpendapat bahwa

kurangnya kenyamanan yang diberikan oleh kawasan Tugu Pahlawan adalah kurangnya

kebersihan dan kurangnya rasa nyaman untuk berjalan-jalan di sekitar area tugu dikarenakan

tidak ada fasilitas atau naungan untuk menghindari wisatawan dari rasa panas akibat teriknya

sinar matahari. Ruang Terbuka Hijau yang terdapat di pedestrian sekitar Tugu Pahlawan masih

dianggap kurang dalam perannya sebagai peneduh. Namun, pengunjung berpendapat bahwa di

sisi lain, Tugu Pahlawan juga cukup nyaman untuk dikunjungi karena mempunyai pedestrian

yang lebar serta bebas dari pengendara motor yang melanggar dengan bekendara di pedestrian.

Serta kenyamanan juga ditimbulkan oleh vegetasi yang berada di sekitar Tugu Pahlawan yang

memberikan estetika yang baik.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 19

BAB III

PENUTUP

Sebagai lokasi bersejarah, tentunya banyak hal yang dapat dirasakan melalui kriteria-kriteria tidak

terukur di lokasi Tugu Pahlawan. Banyak kesan yang timbul, mulai dari bentuk bangunannya, lokasinya,

penataan tamannya, hingga masyarakat yang ada di sekitarnya. Berbagai kriteria inilah yang menjadikan

sebuah lokasi memiliki kesan tersendiri bagi masyarakat yang hadir di dalamnya.

Kawasan Tugu Pahlawn merupakan kawasan yang unik dan patut dilestarikan, baik oleh

pemerintah maupun masyarakat sekitar. Perawatannya juga tidak boleh sembarangan.

Pembangunannya pun harus diperhitungkan dan didukung oleh pembangunan di sekitarnya juga. Jangan

sampai kemajuan zaman malah mengikis kesan-kesan sakral dan monumental yang telah lama ada

dalam wilayah ini, agar keasliannya dapat terjaga hingga generasi-generasi berikutnya.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 20

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, B. (2014). Belenggu Persepsi Pada Lapangan Taman Tugu Pahlawan Surabaya. Jurnal RUAS,

Volume 12 No. 1 , 42-52.

Alrianingrum, S. (2010). Cagar Budaya Surabaya Kota Pahlawan. Surakarta: --.

Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. (2011). Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu

Pahlawan. Surabaya: BAPPEKO.

Purwadio, I. H. (2011). Diktat Perancangan Kota. Surabaya: Surabaya.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 21

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 13 April 2015 Page 22