LAPORAN PRAKTEK LAPANG MANAJEMEN PERKEBUNAN KHUSUS

46
LAPORAN PRAKTEK LAPANG MANAJEMEN PERKEBUNAN KHUSUS DI PTPN VI KAYU ARO KERINCI DI SUSUN OLEH: FRENGKI SIREGAR (D0B012036) DOSEN PENGAMPUH: Ir. Hanibal, MP PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGRIBISNIS

Transcript of LAPORAN PRAKTEK LAPANG MANAJEMEN PERKEBUNAN KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK LAPANG MANAJEMEN PERKEBUNAN KHUSUSDI PTPN VI KAYU ARO KERINCI

DI SUSUN OLEH:FRENGKI SIREGAR (D0B012036)

DOSEN PENGAMPUH:Ir. Hanibal, MP

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JAMBI

2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TANAMAN

PERKEBUNAN KHUSUS di PTPN VI KAYU ARO KERINCI yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian Mata Kuliah

MANAJEMEN TANAMAN PERKEBUNAN KHUSUS.

Seiring dengan itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat Bapak Ir. Hanibal, MP yang memberikan

Mata Kuliah ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan

kesehatan serta rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Dalam pembahasan ini ada beberapa pembahasan yakni

mengenai budidaya tanaman teh yang dimulai dari persiapan

lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, panen, proses

produksi, serta pemasaran teh.

Penulis menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian

makalah ini masih jauh sempurna, untuk itu penulis sangat

mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai penyempurnaan

laporan ini, sehingga dikemudian hari laporan ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Jambi, 24 Juni

2014

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkebunan teh merupakan salah satu aspek dari sektor

pertanian yang menguntungkan di Indonesia. Kebutuhan dunia

akan komoditas perkebunan sangat besar khususnya teh. Teh

merupakan minuman penyegar yang disenangi hampir seluruh

penduduk di dunia. Bahkan minuman teh sudah banyak sekali

dijadikan minuman sehari-hari. Selain sebagai minuman yang

menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki khasiat bagi

kesehatan tubuh. Teh hitam dibuat dari pucuk daun muda tanaman

teh (Camellia sinensis L) yang berupa bubuk. Secara

tradisional teh dibagi menjadi tiga jenis yaitu teh hijau, teh

olong, dan teh hitam.

Produk teh di Indonesia terdiri dari dua macam yaitu teh

hitam dan teh hijau. Perbedaan kedua macam teh tersebut

disebabkan oleh perbedaan cara pengolahan. Dalam proses

pengolahan teh hitam memerlukan proses oksidasi enzimatis

sedangkan teh hijau tidak memerlukan proses oksidasi

enzimatis. Untuk mengikuti perkembangan pasar/konsumen, yang

beberapa tahun terakhir lebih menghendaki teh dengan ukuran

partikel yang lebih kecil (broken tea) dan cepat seduh (quick

brewing). Maka proses pengolahan teh hitam pada tahap

penggilingan yang semula menggunakan sistem orthodox murni

sekarang berkembang menjadi orthodox rotorvane. Penambahan

alat rotorvane bertujuan agar proses penghancuran lebih

intensif teh yang dihasilkan memiliki ukuran partikel kecil

yang lebih banyak.

PTPN VI merupakan salah satu perusahaan pengolahan teh

yang berkualitas. Teh yang diproduksi sudah bertaraf ekspor ke

luar negeri. Ini membuktikan kualitas teh PTPN VI tidak kalah

kualitasnya dengan teh yang lain, hal ini juga dapat ditinjau

dari segi teknologi yang digunakan dan mutu produk yang

dihasilkan. Seiring dengan proses globalisasi yang menuntut

produsen untuk menghasilkan produk berkualitas, maka pemberian

jaminan mutu yang pasti dari perusahaan terhadap produk

berkualitas sangat berpengaruh dalam menentukan pasar dan daya

saing, sehingga mendorong penulis untuk mengetahui proses

pengolahan dan pemasaran teh secara rinci. Dalam mata kuliah

kewirausahaan kami melakukan survey beberapa tempat yang

khusus nya pada kelompok 4 untuk mengujungi dan mencari

informasai tentang perkebunan teh PTPN VI di Propinsi Sumatra

Barat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah PTPN VI ?

2. Bagaimana pengolahan the PTPN VI ?

3. Bagaimana pemasaran produk olahan teh PTPN VI ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami sejarah PTPN VI

2. Mengetahui cara pengolahan teh PTPN VI

3. Mengetahui pemasaran produk olahan teh PTPN VI

1.4 Manfaat Praktikum 

- Melalui penelitian dan analisis hasil penelitian dapat

meningkatkan pemahaman tentang produksi bersih.

- Masukan data bagi industri dalam meningkatkan keuntungan

secara ekonomi dan memperkecil resiko lingkungan.

- Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi guna

menambah khasanah pengetahuan terkait dengan penerapan

produksi bersih di pabrik teh.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tanaman Teh

Teh adalah tumbuhan yang daunnya dapat dijadikan sebagai

minuman. Teh mengandung kafein atau sebuah infuse yang dibuat

dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang

dikeringkan dari tanaman Camellia Sinensis dengan air panas.

Istilah teh juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari

buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh

misalnya teh rosehip, teh comomile, krisan, jiaogulan.

Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh Camellia

sinensis) dari familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan

berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan pegunungan yang

berbatasan dengan RRC, India, dan Burma. Tanaman ini dapat

tumbuh subur di daerah tanaman tropik dan subtropik dengan

menuntut cukup sinar matahari dan curah hujan sepanjang tahun

(Siswoputranto, 1978).

Secara sistematika tanaman teh dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Divisio : Spermatophyta (tumbuhan biji)

2. Subdivisio : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)

3. Clas : Dialypatalea

4. Famili : Guttiferales (Elusiale)

5. Subfamili : Cammelliaceae (Tehaceae)

6. Genus : Cammellia

7. Spesies : Cammellia Sinensis

2.2 Morfologi Teh

1. Morfologi Tanaman Teh

Tanaman teh berbentuk pohon. Tingginya bisa mencapai

belasan meter. Namun tanaman teh di perkebunan selalu

dipangkas untuk memudahkan pemetikan, sehingga tingginya

mencapai 90-120 cm. Mahkota tanaman teh terbentuk kerucut.

Daunnya berbentuk jorong atau agak bulat telur berbalik, tapi

daun berigi. Daun tunggal dan letaknya hampir berseling.

Tulang daun menyirip. Permukaan atas daun muda, berbuulu

halus, sedangkan permukaan bawahnya bulunya hanya sedikit

permukaan daun tua halus dan tidak berbulu lagi.

2. Morfologi Pucuk Tanaman Teh

Bunga tunggal dan ada yang tersusun dalam rangkaian

kecil. Bunga muncul dari ketiak daun. Warnanya putih bersih

dan berbau wangi lembut. Namun ada bunga yang berwarna semu

merah jambu. Mahkota bunga berjumlah 5-6 helai, putik dengan

tangkai yang panjang atau pendek dan pada kepalanya terdapat 3

buah sirip. Jumlah benang sari 100-200. Buah teh berupa buah

kotak berwarna hijau kecoklatan. Buah yang masak dan kering

akan pecah dengan sendirinya serta bijinya ikut keluar.

Bijinya berbentuk bulat atau gepeng pada satu sisinya,

berwarna putih sewaktu masih muda dan berubah menjadi coklat

setelah tua. Akar teh berupa akar tunggang dan mempunyai

banyak akar cabang. Apabila akar tunggangnya putus, akar-akar

cabang akan menggantikan fungsinya dengan arah tumbuh yang

semula melintang (horizontal) menjadi ke bawah (vertikal).

Akar bisa tumbuh besar dan cukup dalam, tanaman teh mengalami

pertumbuhan tunas yang silih berganti. Tunas tumbuh pada

ketiak / bekas ketiak daun. Tunas yang tumbuh kemudian diikuti

dengan pembentukan daun. Tunas baru pada teh memiliki daun

kuncup yang menutupi titik tumbuh serba daunnya.

2.3 Pemetikan

Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang

memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula

sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi

tinggi secara berkesinambungan. (Arifin, 1992). Menurut

Siswoputranto (1978), teh dihasilkan dari pucuk-pucuk tanaman

teh yang dipetik dengan siklus 7 sampai 14 hari sekali. Hal

ini bergantung dari keadaan tanaman masing-masing daerah,

karena dapat mempengaruhi jumlah hasil yang diperoleh. Cara

pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga

sangat mempengaruhi mutu teh yang dihasilkan. Cara pemetikan

daun teh dibedakan menjadi dua yaitu pemetikan halus (fine

plucking) dan cara pemetikan kasar (coarse plucking).

Kegiatan pemetikan yang memerlukan karyawan yang

jumlahnya paling besar masih banyak ditemui hasil pemetikan

yang hanya mengejar target tanpa memperhatikan tata cara

pemetikan yang benar. Apalagi menghadapi musim hujan yang

produksinya lebih banyak dari pada musim kemarau maka akan

dibutuhkan lebih banyak lagi karyawan. Hal ini menyebabkan

perlunya pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif dalam

pelaksanaannya (Maulana, 2000).

2.4 Produk Olahan Teh

Teh adalah bahan minuman yang sangat bermanfaat, terbuat

dari pucuk tanaman teh (Camellia sinensis) melalui proses

pengolahan tertentu. Manfaat minuman teh ternyata dapat

menimbulkan rasa segar, dapat memulihkan kesehatan badan dan

terbukti tidak menimbulkan dampak negatif. Teh yang bermutu

tinggi sangat diminati oleh konsumen. Teh semacam ini hanya

dapat dibuat dari bahan baku (pucuk teh) yang benar serta

penggunaan mesin-mesin peralatan pengolahan yang memadai

(lengkap) (Arifin, 1994).

Menurut Hartoyo (2003), teh dapat dikelompokan berdasarkan

cara pengolahan. Pengelompokkan teh berdasarkan tingkat

oksidasi adalah sebagai berikut :

1. Teh Hijau

Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses

setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah

minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan. Teh yang

sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh

atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil.

2. Teh Hitam atau Teh Merah

Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh. Teh hitam masih

dibagi menjadi 2 jenis: Orthodoks (teh diolah dengan metode

pengolahan tradisional) dan CTC (metode produksi teh Crush,

Tear, Curl yang berkembang sejak tahun 1932). Menurut Arifin

(1994), teh wangi dibuat dari teh hijau yang dicampur dengan

bahan pewangi dari bunga melati, melalui proses pengolahan

tertentu untuk mendapatkan cita rasa yang khas, disamping rasa

tehnya masih tetap ada. Seduhan teh wangi mempunyai aroma

bunga yang berkombinasi dengan rasa tehnya sendiri.

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1. Rancangan Praktikum

Praktikum ini merupakan penelitian tindakan yang

dimaksudkan untuk memperoleh peluang-peluang produksi bersih

pada salah satu produksi pertanian yaitu proses produksi teh

yang dimaksudkan untuk pembuatan laporan.

3.2. Ruang lingkup penelitian 

Pengupayaaan Produksi Bersih yang dilakukan oleh PTPN VI

KAYU ARO KERINCI difokuskan pada peluang produksi bersih.

3.3. Lokasi penelitian 

Penelitian dilakukan di PTPN VI KATU ARO Kerinci Jambi.

3.4. Jenis dan sumber data 

Jenis dan data yang digunakan adalah data primer yang

terkait dalam pemilihan peluang produksi bersih dan data

sekunder dari pustaka, internet, catatan-catatan dari

perusahaan dan wawancara langsung dengan karyawan.

3.5. Instrumen penelitian 

Kunjungan Kebun dan Pabrik

Wawancara

Studu Pustaka dan Literatur

3.6. Teknik pengumpulan data 

Pengamatan lapangan

Wawancara

3.7. Analisa data 

Peluang produksi bersih yang dapat diterapkan di

perusahaan teh yang diteliti dievaluasi dari kemungkinan

pengurangan limbah langsung pada sumber dan kemungkinan

pemanfaatan. Dan sebagai tolak ukur evaluasi pengelolaan

lingkungan yang sudah dilakukan oleh perusahaan adalah

dengan menggunakan Baku Mutu Limbah.

3.8. Waktu penelitian 

Kegiatan Penelitian ini dilakukan pada Sabtu 21 Juni 2014

pukul 09:00 WIB sampai selesai. Penelitian dilakukan oleh 40

mahasisiwa Universitas Jambi fakultas pertanian program D3

agribisnis yang mengontrak mata kuliah yang bersangkutan.

BAB IV

GAMBARAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VI (PERSERO) KEBUN

KAYU ARO

4.1 Sejarah singkat Perusahaan

a. Kebun kayu aro dibuka pada tahun 1925 sampai dengan 1928

oleh perusahaan Belanda yaitu NV. HVA (Namlodse Venotchaaf

Handle Veriningging Amsterdam). Penanaman pertama dimulai pada

tahun 1929 dan pabrik teh didirikan tahun 1932. Sejak mulai di

buka, the yang dihasilkan adalah jenis teh hitam (Ortodox).

Pada tahun 1959, melalui PP No. 19 Tahun 1959 tentang

“Penentuan Perusahaan Petani/Perkebunan Milik Belanda yang

dikenakan Nasionalisasi’, dimbil alih Pemerintah Republik

Indonesia.

Sejak itu berturut-turut kebun Kayu Aro mengalami

perubahan status/organisasi dan manajemen sesuai dengan

keadaan yang berlaku, yaitu :

- Tahun 1959 s/d. 1962 Unit Produksi dari PN Aneka Tanaman

VI.

- Tahun 1963 s/d. 1973 bagian dari PNP Wiayah I Sumatera

Utara.

- Mulai tanggal 01 Agustus 1974 menjadi salah satu kebun

dari PT. Perkebunan VIII yang berkedudukan di JL. Kartini

No. 23 Medan.

b. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11/1996 tanggal 14

Pebruari 1996 dari Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.

165/KMK.016/1996. Tanggal 11 Maret 1996. Seluruh PTP yang

adadi Indonesia diadakan kosolidasi Ex. PTP VIII dan PTP

lainnya yang ada di Sumbar/Jambi menjadi PTP Nusantara VI

(Persero).

Maka terhitung mulai tanggal 11 Maret 1996, Kebun Kayu

Aro telah merupakan menjadi salah satu Unit Kebun dari PTP.

Nusantara VI yang berkantor pusat di JL. Khatib Sulaiman No.

54 PO. BOX 349 padang dan JLn. Zanir Haviz No. 1 Kota Baru

Jambi.

4.2 Letak/Tempat Perusahaan

Kebun Kayu Aro terletak di desa bedeng VIII Kecamatan

Kayu Aro Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, dengan jarak :

- Dari Ibukota Kabupaten (Sungai Penuh) ± 37 km- Dari Ibukota Propinsi (Jambi) ± 452 km- Dari Pelabuhan terekat, Teluk Bayur Padang

Via Pesisir Selatan ±325 km Via MUara Labuh ± 237 km

4.3 Data Geografis

a. Elevasi/Tinggi dari Permukaan Laut

- Posisi/Letak Kebun 1°46.978° LS s/d 101° 16.856° BT- Elevasi Pabrik 1.430 m

- Elevasi Kebun terendah 1.401 m

- Elevasi Kebun tertinggi 1.715 m

b. Iklim Cuaca

- Curah Huajn setahun rata-rata 2.000 mm

- Hari Hujan setahun rata-rata 200 Hari

- Sian Matahari setahun rata-rata 6 Jam/hari

- Suhu Udara Antara 17° - 23° C suhu minimum 5° C

- Kelembaban Nisibi/RH antara 70 – 95 %

c. Jenis Tanah

- Jenis tanah dominan Jenis Andonsol

4.4 Areal Hak Guna Usaha (HGU)

Sertifikat HGU No. 2 tanggal 08 mei 2002

a. Luas lahan yang ditanami.

- Tanaman menghasilkan (RKAP 2005) : 2.552,69 Ha

- Tanaman belum menghasilkan 2006 : 72 Ha

- Rencana Tanaman Ulang Tahun 2006 : - Ha

Jumlah areal teh 2.624,69 Ha

b. Luas lahan belum/tidak ditanami

- Emplasment/bangunan : 105,77 Ha

- Jurang/kuburan/Hutan : 227,21 Ha

- Jalan/Jembatan : 56,93 Ha

JUMLAH : 389,91 Ha

c. Luas HGU ( a + b ) : 3.014,60 Ha

4.5 Statistik Produksi

a. Perkembangan Produksi Selama Dasawarsa terakhir sbb :

Tahun Daun Basah Teh Kering1990 22.270.848 kg 4.567.073 kg1991 23.610.479 kg 4.873148 kg1992 24.118.861 kg 5.025.380 kg1993 26.049.594 kg 5.455.686 kg1994 23.334.770 kg 4.914.334 kg1995 25.374.508 kg 5.081.388 kg1996 24.762.283 kg 5.378.745 kg1997 24.445.865 kg 5.495.195 kg

1998 26266.105 kg 5.776.052 kg1999 24.919.610 kg 5.480.285 kg2000 24.811.260 kg 5.458.376 kg2001 27.268.403 kg 6.087.940 kg2002 26.853.130 kg 5.966.234 kg2003 26.998.470 kg 5.902.567 kg2004 25.595.735 kg 5.360.250 kg2005 26.641.249 kg 5.867.514 kg2006 26.447.905 kg 5.817.228 kg

RKAP’2007 28.329.072 KG 6.481.725 kg

Produksi sampai dengan Bulan Desember 2006 :

Daun Basah : 26.447.905 Kg Timb. Kebun

: 26.317.230 Kg Timb. Pabrik

Teh Kering/Jadi : 5.817.228 Kg

b. Pelabuhan Export

1. Pelabuhan Export via pelabuhan Belawan sedang pelabuhan

Teluk Bayur adalah sebagai

Gudang Transit.

2. Pelabuhan Export via Tanjung Priok.

3. Penjualan Export dan Lokal langsung ditangani oleh Kantor

Direksi PTP. Nusantara VI Jambi melalui Kantor Pemasaran

Bersama (kPB) Jakarta dengan menggunakan Sistem Lelang Contoh

(Auction).

c. Pemasaran Teh Export

- Negara Eropa Barat dan Eropa Timur

- Negara Rusia dan Negara-negara bekas pecahan Rusia

- Negara Timur Tengah

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Umum Perkebunan Teh dan Pabrik PTPN VI KAYU ARO

Kerinci

5.1.1 Sejarah Perusahaan

Kebun Kayu Aro dibuka pada tahun 1925 sampai dengan 1928

oleh Perusahaan Belanda yaitu NV. HVA (Namlodse Venotchaaf

Handle Veriniging Amsterdam). Penanaman pertama dimulai pada

tahun 1929 dan Pabrik Teh didirikan tahun 1932. Sejak mulainya

dibuka Teh yang dihasilkan adalah Jenis Teh Hitam (Ortodox).

Pada tahun 1959, melalui PP No. 19 Tahun 1959 tentang “

Penentuan Perusahan Pertanian/Perkebunan milik Belanda yang

dikenakan Nasionalisasi “, diambil alih Pemerintah Republik

Indonesia. Sejak itu berturut-turut Kebun Katu Aro mengalami

perubahan Status/Organisasi dan manajemen sesuai dengan

keadaan yang berlaku, yaitu:

- Tahun 1959 s/d. 1962 Unit Produksi dari PN Aneka Tanaman

VI

- Tahun 1963 s/d. 1973 bagian dari PNP Wilayah I

SumateraUtara

- Mulai tanggal 01 Agustus 1974 menjadi salah satu Kebun

dari PT. Perkebunan VIII yang berkedudukan di JL. Kartini

No. 23 Medan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11/1996 Tanggal 14

Pebruari 1996 dan Surat Keputusan Mentri keuangan RI No.

165/KMK.016/1996 tanggal 11 Maret 1996, PTP VIII Termasuk

Danau kembar dan PTP Lainnya yang ada di Sumbar/Jambi

dikonsilidasi menjadi menjadi PTP Nusantara VI (Persero). Maka

terhitung tanggal 11 Maret 1996, Danau kembar telah menjadi

salah satu Unit Kebun dari PTP Nusantara VI (Persero) yang

berkantor pusat di Jalan Zainir Havis No. 1 Kota Baru Jambi.

4.1.2 Letak/Tempat Perusahaan Dan Geografis

Danau kembar terletak di Desa Bedeng VIII Kecamatan Danau

kembar Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, dengan jarak :

Dari Ibu Kota Kabupaten (Sungai Penuh) ± 37 km.

Dari Ibu Kota Propinsi (Jambi) ± 452 km.

Dari Pelabuan terdekat, Teluk Bayur Padang :

- Via Pesisir Selatan ± 325 km.

- Via Muara Labuh ± 237 km.

Secara geogarfis, Danau kembar terletak pada elevasi/tinggi

dari permukaan laut antara lain :

1. Posisi/letak kebun : 1046, 9780 LS s/d. 1010 16, 8560 BT

2. Elevasi Pabrik : 1.430 m. Dpl

3. Elevasi Kebun Terendah : 1.401 m. Dpl

4. Elevasi Kebun Tertinggi : 1.715 m. Dpl

Di daerah Danau kembar, kondisi iklim/cuaca yang terjadi dalam

1 tahun sebagai berikut:

· Curah hujan setahun rata-rata : 2.000 mm

· Hari hujan setahun rata-rata : 200 Hari

· Sinar Matahari setahun rata-rata : 6 Jam/Hari

· Suhu Udara antara 170 – 230 dan suhu minimum 50 C

· Kelembaban Nisbi/RH antara 70 – 95%

Jenis tanah yang dominan di daerah Danau Kembar adalah

memiliki jenis tanah Andosol.

4.1.3 Areal Hak Guna Usaha (HGU)

Berdasarkan Sertifikat HGU No. 2 tanggal 08 Mei 2002,

Kebun Danau kembar memiliki Areal/lahan yang telah ditanami

dan belum/tidak ditanami antara lain :

1. Areal/Lahan yang ditanami

· Tanaman menghasilkan (RKAP 2009) : 2.338,65 Ha

· Tanaman Non Produktif : 94,04 Ha

· Rencana Tanaman Ulang/Compacting : 114,00 Ha

· Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) : 78,00 Ha

2. Jumlah Areal/Lahan Teh : 2.624,69 Ha

Areal/Lahan Teh tersebut terbagi dalam beberapa bagian

Afdeling :

· Areal/Lahan Afd. A : 274,87 Ha

· Areal/Lahan Afd. B : 280,12 Ha

· Areal/Lahan Afd. C : 308,72 Ha

· Areal/Lahan Afd. D : 390,40 Ha

· Areal/Lahan Afd. E : 330,59 Ha

· Areal/Lahan Afd. F : 356,83 Ha

· Areal/Lahan Afd. G : 369,80 H

· Areal/Lahan Afd. H : 313,36 Ha

3. Jumlah (Afd. A s.d H) : 2.624, 69 Ha

Areal/Lahan belum/tidak ditanami.

· Emplasment/Bangunan : 105,77 Ha

· Jurang/Kuburan/Hutan : 227,21 Ha

· Jalan/Jembatan : 56,93 Ha

Jumlah : 389,91 Ha

Maka jumlah areal/lahan Danau kembar adalah 3.014,60 Ha

4.2 Manajemen Tanaman Teh PTPN VI Kayu Aro Kerinci

4.2.1 Budi Daya Tanaman Teh

1. SYARAT TUMBUH TANAMAN TEH

Iklim untuk budidaya teh yang tepat yaitu dengan curah

hujan tidak kurang dari 2.000 mm/tahun, dengan bulan penanaman

curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Tanaman

memerlukan matahari yang cerah. Suhu udara harian tanaman teh

adalah 13-25o C.Kelembaban kurang dari 70%. Dari segi

penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh.

Makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu

mencapai 30o C pertumbuhan tanaman teh akan terlambat.Pada

ketinggian 400 – 800 m kebun-kebun teh memerlukan pohon

pelindung tetap atau sementara. Disamping itu perlu mulsa

sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu tanah. Suhu tanah

tinggi dapat merusak perakaran tanaman, terutama akar dibagian

atas.

Faktor iklim lain yang harus diperhatikan adalah tiupan

angin yang terus menerus dapat menyebabkan daun rontok. Angin

dapat mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada

penyebaran hama dan penyakit. Untuk media tanamnya jenis tanah

yang cocok untuk teh adalah Andasol, Regosol, dan Latosol.

Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah podsolik

(Ultisol), Gley Humik, Litosol, dan Aluvia. Teh menyukai tanah

dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah, berlempung

sampai berdebu, dan gembur. Derajat kesamaan tanah (pH)

berkisar antara 4,5 sampai 6,0. Berdasarkan ketinggian tempat,

kebun teh di Indonesia dibagi menjadi tiga daerah yaitu

dataran rendah sampai 800 m dpl, da-taran sedang 800-1.200 m

dpl, dan dataran tinggi lebih dari 1.200 m dpl. Perbedaan

ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan

kualitas teh. Ketinggian tempat tergantung dari klon, teh

dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m dpl sampai

ketinggian lebih dari 1000 m dpl.

2. PERSIAPAN LAHAN

Persiapan lahan dimulai dengan pembongkaran

tunggul-tunggul dan pohon sampai ke akar agar tidak menjadi

sumber penyakit akar. Lahan yang digunakan untuk penanaman

baru dapat berupa hutan belantara, semak belukar atau lahan

pertanian lain, yang telah diubah dan dipersiapkan bagi

tanaman teh. Secara umum urutan kerja persiapan lahan bagi

penanaman baru adalah sebagai berikut.

1. Survey dan pemetaan tanah

Survey dan pemetaan tanah perlu dilakukan karena berguna dalam

me-nentukan sarana dan prasarana yang akan dibangun seperti

jalan-jalan kebun untuk transportasi dan kontrol, pembuatan

fasilitas air, serta pembuatan peta kebun dan peta kemampuan

lahan.

2. Pembongkaran pohon dan tunggul

Pelaksanaan Pembongkaran pohon dan tunggul dapat dilakukan

dengan tiga cara berikut.

a. Pohon dan tunggul dibongkar langsung secara tuntas sampai

keakar-akarnya, agar tidak menjadi sumber penyakit akar

bagi tanaman teh.

b. Pohon dapat dimatikan terlebih dahulu sebelum dibongkar

dengan cara pengulitan pohon (ring barking), mulai dari

batas permukaan tanah sampai setinggi 1m. setelah 6-12

bulan, pohon akan kering dan mati.

c. Pohon dimatikan dengan penggunaan racun kimia atau

aborosida seperti Natrium arsenat atau Garlon 480 P.Pada

cara ini kulit batang dikupas berkeliling selebar 10-

20cm, pada ketinggian 50-60 cm dari atas tanah, kemudian

diberikan racun dengan dosis 1,5 g/cm lingkaran batang.

Pohon akan mati setelah 6-12 bulan, yaitu setelah

cadangan pati dalam akar habis. Batang ditebang pada

batang leher akar dan tunggul ditimbun sedalam 10 cm

dengan tanah.

3. Pembersihan semak belukar dan gulma

Setelah dilaksanakan pembongkaran dan pembuangan

pohon, semak belukar dibabat, kemudian digulung kemudian

dibuang ke jurang yang tidak ditanami teh, atau ditumpuk di

pinggir lahan yang akan ditanami. Sampah tersebut tidak boleh

dibakar karena pembakaran akan merusak keadaan teh, membunuh

mikroorganisme tanah yang berguna, dan akan membakar humus

tanah, sehingga akan menyebabkan tanah menjadi tandus.

Pembersihan gulma dapat juga menggunakan bahan kimia yaitu

herbisida dengan dosis yang telah tercantum dalam merk dagang.

4. Pengolahan tanah

Maksud pengolahan tanah adalah mengusahakan tanah

menjadi subur, gembur dan bersih dari sisa-sisa akar dan

tunggul, serta mematikan gulma yang masih tumbuh. Areal yang

akan ditanami dicangkul sebanyak dua kali. Pencangkulan

pertama dilakukan sedalam 60 cm untuk menggemburkan tanah,

membersihkan sisa-sisa akar dan gulma. Sedangkan pencangkulan

kedua dilakukan setelah 2-3 minggu pencangkulan pertama,

dilakukan sedalam 40 cm untuk maratakan lahan.

5. Pembuatan jalan dan saluran drainase

Setelah pengolahan selesai selanjutnya dilakukan

pengukuran dan pematokkan. Ajir/patok dipasang setiap jarak 20

m, baik kearah panjang maupun kearah lebar. Dengan demikian

akan terbentuk petakan-petakan yang berukuran 20m x 20m atau

seluas 400 m2.

Selesai membuat petakan selanjutnya pembuatan

jalan kebun. Dalam pembuatan jalan kebun ini hendaknya

dipertimbangkan faktor kemiringan lahan serta faktor pekerjaan

pemeliharaan dan pengangkutan pucuk. Dengan demikian jalan

kebun dibuat secukupnya, tidak terlalu banyak yang menyebabkan

tanah terbuang dan tidak terlalu sedikit sehingga menyulitkan

pelaksanaan pekerjaan di kebun.

3. PEMBIBITAN

Tanaman teh dapat diperbanyak secara generative

maupun secara vegetative. Pada perbanyakan secara generative

digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan perbanyakan secara

vegetative digunakan bahan tanaman asal setek berupa klon.

Biji yang baik ditandai dengan beberapa ciri, antara lain:

a. Kulit biji berwarna hitam dan mengkilap.

b. Berisi penuh, dengan isi biji berwarna putih.

c. Mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada air,

sehingga apabila dimasukkan kedalam       air akan

tenggelam.

d. Mempunyai bentuk dan ukuran yang normal.

e. Tidak terserang penyakit, cendawan ataupun kepik biji.

Biji yang dipungut untuk dijadikan benih adalah biji yang

telah jatuh ke tanah, dikumpulkan secara teratur setiap hari,

benih yang digunakan adalah benih yang baik. Sebaiknya biji

segera disemai karena daya kecambah biji teh cepat menurun dan

biji teh mudah menjadi busuk.

1. Penyemaian biji

Persiapan lahan untuk persemaian harus dilaksanakan 6 bulan

sebelum penyemaian benih. Tanah dibersihkan dan dicangkul

sedalam 30 cm, ke-mudian dibuat bedengan. Diantara bedengan

dibuat saluran drainase untuk membuang kelebihan air. Bedengan

diberi atap naungan miring timur-barat dengan sudut kemiringan

300. Pengecambahan biji dimaksudkan untuk memperoleh biji yang

tumbuh seragam dan serempak sehingga memudahkan pemindahannya

ke persemaian bibit atau kekantong plastik.

2. Pemeliharaan dipersemaian bibit asal biji

Untuk memperoleh bibit yang baik, yang tumbuh subur dan sehat

serta terhindar dari gangguan hama dan penyakit, bibit

dipersemaian harus dijaga dengan baik.

Pemeliharaan bibit terdiri atas:

- Penyiraman

- Penyulaman

- Penyiangan

- Pemupukan

- Pengendalian hama dan penyakit

- Pengaturan naungan

3. Pemindahan bibit ke lapangan

Setelah bibit berumur dua tahun, benih yang mempunyai ukuran

lebih besar dari pensil, dapat dibongkar untuk dipindahkan ke

kebun.

Cara pembongkaran bibit adalah sebagai berikut:

a. Dua minggu sebelum bibit dibongkar, batang dipotong

setinggi 15-20 cm dari permukaan tanah.

b. Bibit dibongkar dengan cara mencangkul tanah disekitar

bibit sedalam 60 cm, selanjutnya dicabut dengan hati-

hati, akar tunggang dan akar se-rabut yang terlalu

panjang bisa dipotong.

c. Bibit ini disebut bibit stump, yang sebaiknya ditanam

segera pada hari itu juga di kebun yang telah

dipersiapkan.

d. Bibit yang ukuran batangnya lebih kecil dari pensil

sebaiknya tidak di-gunakan.

Pertanaman teh diarahkan pada cara memperoleh produksi

yang tinggi dan mantap, sehingga perusahaan perkebunan teh

menjadi lebih efisien. Hal ini sulit dicapai apabila digunakan

bahan tanam asal biji. Karena biji merupakan hasil per-

silangan yang dapat menimbulkan perubahan sifat pada

keturunannya.

Pembibitan menggunakan stek merupakan cara yang paling cepat

untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah yang banyak, dan

jenis klon yang di-tentukan dapat dipastikan sifat

keunggulannya sama dengan induknya. Untuk memperoleh hasil

pembibitan setek berupa setek bibit yang baik, diperlukan

adanya perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan yang baik dan

tepat waktu.

Adapun lokasi untuk pembibitan, diantaranya:

1. Lokasi terbuka, drainase tanah baik dan tidak becek.

2. Dekat dengan sumber air, untuk keperluan penyiraman.

3. Dekat dengan sumber tanah, untuk mengisi polibag.

4. Lebih baik bila lahan melandai kearah timur, agar

mendapat sinar matahari pagi.

5. Dekat dengan jalan agar memudahkan dalam pengawasan dan

peng-angkutan ke lokasi yang akan ditanami.

Media tanah untuk setek terdiri dari tanah lapisan atas

(topsoil) dan lapisan bawah (subsoil). Syarat-syarat subsoil

yang baik adalah mengandung liat yang relatif tinggi sehingga

dapat menahan ataupun menyerap air lebih lama, kan-dungan

pasir tidak boleh lebih dari 30%, dan bahan organik maksimal

10%. Serta pH ta-nah 4,5 – 5,6. Mengingat pentingnya

penggunaan media yang steril untuk persemaian guna untuk

membantu terciptanya bibit yang sehat dan layak untuk dikem-

bangkan. Karena suatu kondisi media persemaian merupakan salah

satu faktor dalam menentukan keberberhasilan ataupun kegagalan

bibit yang dihasilkan.

Tanah disimpan selama 4-6 minggu dalam bangunan

penyimpanan, dan tanah harus tetap dalam keadaan lembab.

Setelah disimpan, ayaklah tanah menggunakan ayakan kawat yang

berdiameter ± 1 cm. sebelum media tanah di-masukkan kedalam

kantong plastik, terlebih dahulu dicampur dulu dengan pupuk,

fungisida dan tawas. Adapun pengambilan ranting stek atau

stekres mulai dapat diambil 4 bulan setelah pemangkasan. Tanda

bahwa setekres matang ialah apabila pangkal stekres sepanjang

± 10 cm sudah menunjukkan warna coklat. ranting dipotong

dengan pisau tajam. Satu stek terdiri dari satu lembar daun

dengan ruas sepanjang0.5 cm diatas dan 3-4 cm dibawah buku.

Setek ditampung dalam satu tempat yang berisi air bersih. Stek

tidak boleh direndam lebih dari 30 menit. Dari satu ranting

stek hanya digunakan bagian tengahnya saja dan rata-rata

diperoleh 3-4 stek yang baik untuk dijadikan bibit.

Penanaman setek :

1. Satu hari sebelum setek ditanam, kantong plastik/polibag

yang sudah berisi tanah disiram dengan air bersih sampai

cukup basah.

2. Setek dicelupkan dalam larutan Dithane M 45 0,2% selama 1

menit dan Atonik 0,025% selama 2 menit.

3. Setek ditanam dengan mengarah daun ke tangan si penanam.

Arah daun miring ke atas dan tidak boleh saling menutupi

satu sama lain.

4. Setelah itu disiram kembali dengan air bersih secara

hati-hati agar setekan tidak goyah.

5. Bedengan ditutup dengan sungkup plastik

6. Sungkup plastik ditutup selama 3-4 bulan tergantung

pertumbuhan bibit, dan hanya dibuka untuk keperluan

pemeliharaan saja setelah itu segera ditutup kembali

(setelah pemeliharaan selesai)

Langkah-langkah penanaman setek sebagai berikut:

1. Siapkan polibag berukuran 12cm x 25cm yang sudah

berlubang agar memudahkan untuk membuang kelebihan air.

2. Isi kantong plastik dengan media tanah yang sudah dibuat

lebih awal dan telah matang. 1/3 bagian diisi dengan

tanah bawah dan 2/3 bagian diisi dengan tanah bagian

atas.

3. Ambil setek teh yang sudah dipersiapkan dan memenuhi

syarat selanjutnya ditanam dalam polibag tersebut

(Chasandoerjat, 1969).

4. PENANAMAN

Dalam penanaman, hal-hal yang harus diperhatikan adalah

penentuan jarak tanam yang tepat, pengajiran, pembuatan lubang

tanam, teknik penanaman dan penanaman tanaman pelindung yang

diperlukan. Pembuatan lubang tanam dilakukan 1-2 minggu

sebelum dilakukan penanaman. Lubang tanam yang dibuat tepat di

tengah-tengah diantara dua ajir. Ukuran lubang tanamnya

adalah:

1. Untuk bibit asal stump biji: 30 cm x 30 cm x 40 cm.

2. Untuk bibit stek dalam kantong plastik: 20 cm x 20 cm x

40 cm.

Ada dua kegiatan dalam proses penanaman, yaitu:

1. Pemberian pupuk dasar

Pupuk dasar yang dianjurkan terdiri atas Urea 12,5 g + TSP 5 g

+ KCl 5 g per lubang. Apabila pH tanah diatas 6, maka lubang

tanam diberikan belerang murni (belerang cirrus) sebanyak 10-

15 g per lubang.

2. Cara penanaman

a. Menanam bibit stump

Bibit stump biasanya ditanam pada umur 2 tahun. Bibit ditanam

dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam, persis di

tengah-tengah lubang, dengan leher akar tepat dipermukaan

tanah. Selanjutnya lubang tanam ditimbun dan dipadatkan dengan

diinjak. Bibit tidak boleh miring dan tanah di sekitar lubang

tanam diratakan.

b. Menanam bibit asal stek

Mula-mula kantong plastik disobek pada bagian bawah dan

sampingnya untuk memudahkan melepaskan bibit dari plastik.

Ujung kantong plastik bagian bawah yang telah sobek ditarik

keatas sehingga bagian bawah kantong plastik terbuka .

selanjutnya bibit dipegang dengan tangan kiri, disanggga

dengan belahan bambu, kemudian dimasukkan ke dalam lubang,

sementara tangan kanan menimbun lubang dengan tanah yang

berada di sekitar lubang dengan menggunakan kored.

Adapun untuk penanaman pohon pelindung atau pohon naungan

pertanaman teh terdiri atas pohon pelindung sementara dan

pohon pelindung tetap. Untuk dataran rendah dan sedang, pohon

pelindung sangat diperlukan oleh tanaman teh agar

pertumbuhannya baik. Jenis – jenis pohon pelindung, yaitu :

1. Pohon pelindung sementara

Pohon pelindung sementara adalah pupuk hijau seperti Theprosia

sp. atau Crotalaria sp. Penanaman pohon pelindung sementara

dilakukan setelah penanaman teh selesai. Kebutuhan benih pupuk

hijau tersebut adalah 10 kg-12 kg/ha.

2. Pohon pelindung tetap

Penanaman pohon pelindung tetap diutamakan untuk daerah dengan

ketinggian kurang dari 1.000 m dpl. Penggunaan pohon pelindung

tetap bukan jenis Leguminoceae, ini tidak dianjurkan. Jenis

pelindung yang akan ditanam harus dipilih yang memenuhi

persyaratan sebagai pelindung, yaitu memilki mahkota yang

baik, perakarannya dalam dan kuat, dan resistensinya terhadap

serangan hama atau penyakit baik.

Agar pohon pelindung tetap berfungsi baik pada tanaman teh,

pohon pelindung harus sudah dapat melindungi tanaman teh pada

saat tanaman teh berumur 2-3 tahun. Untuk itu, pohon pelindung

sebaiknya ditanam satu tahun sebelum dilakukan penanaman teh.

5. PEMELIHARAAN

1. Pemeliharaan dan pemangkasan

Tanaman teh yang belum menghasilkan mendapat

naungan sementara dari tanaman pupuk hijau seperti Crotalaria

sp. atau Theprosia sp. Namun sementara ini biasa ditanam

selang dua baris dari tanaman teh, dan pada umur sekitar enam

bulan tingginya telah mencapai lebih dari satu meter. Agar

tanaman pupuk hijau ini tidak mengganggu pertumbuhan tanaman

teh, perlu dilakukan pemangkasan.

Pemangkasan dilakukan pada tinggi 50 cm dan sisa

pangkasan dihamparkan sebagai mulsa disekitar tanaman.

Pemangkasan tanaman pupuk hijau dilakukan setiap enam bulan

sekali yaitu pada waktu musim hujan. Jangan melakukan

pemangkasan pada musim kemarau karena pada saat itu tanaman

teh muda membutuhkan naungan.

2. Pengendalian gulma

Pengendalian gulma di perkebunan teh merupakan salah satu

kegiatan rutin yang sangat penting dalam pemeliharaan tanaman

teh. Populasi gulma yang tumbuh tidak terkendali, akan

merugikan tanaman teh karena terjadinya persaingan di dalam

memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang tumbuh.

Jenis-jenis gulma tertentu diduga pula mengeluarkan senyawa

racun (allelopati) yang membahayakan tanaman teh.

Gulma akan menimbulkan masalah besar terutama pada

areal tanaman teh muda atau pada areal tanaman teh produktif

yang baru dipangkas. Hal ini sebabkan sebagian besar permukaan

tanah terbuka dan secara langsung mendapatkan sinar matahari,

sehingga perkecambahan maupun laju per-tumbuhan berbagai jenis

gulma berlangsung sangat cepat. Pengendalian gulma pada

pertanaman teh bertujuan untuk menekan serendah mungkin

kerugian yang ditimbulkan akibat gulma, sehingga diperoleh

laju pertumbuhan tanaman teh dan produksi pucuk yang maksimal.

3. Pengendalian Hama dan Penyakit

Produksi dan kualitas tanaman teh dipengaruhi oleh

adanya tidaknya gangguan yang disebabkan oleh penyakit

tanaman. Penyakit yang sering menyerang tanaman teh dan cara

pengendaliannya sebagai berikut :

a. Penyakit Cacar Teh (Blister blight)

Gejala yang nampak, daun teh yang terserang terlihat bercak

berwarna putih campur hijau. Bercak terlihat seperti benjolan

kecil, terlihat berwarna hitam dan kadang berlubang. Tanaman

yang terserang daunnya mengering dan akhirnya mati.

Cara pengendalian sebagai berikut :

- Mengurangi pohon pelindung atau mengganti pohon pelindung

yang besar dengan pohon pelindung yang kecil

- Mengatur periode pemangkasan

- Pemetikan dilakukan dengan daur yang pendek (kurang dari

9 hari)

- Menanam klon yang tahan terhadap cacar antara lain : PS1,

RB 1, GMB1, GMB 2, GMB 3, GMB 4 dan GMB 5.

- Tanaman yang terserang disemprot dengan Coper oxychloride

50% WP 0,2% atau Perenox 0,2% dengan interval 1 minggu.

Penyakit cacar juga dapat disebabkan oleh jamur

Exobasidium vexans Massae berasal dari Assam, India. Untuk

pertama kalinya penyakit ini ditemukan di Indonesia pada tahun

1949, yaitu di perkebunan Bah Butong, Sumatera Utara. Sejak

saat ini penyakit cacar meluas ke hampur seluruh perkebunan

teh di Indonesia, dan menjadi penyakit yang paling merugikan,

terutama untuk kebun-kebun teh di dataran tinggi. Penyakit

cacar dapat mengakibatkan kehilangan hasil sampai dengan 40%

dan penurunan kuallitas teh jadi, yang ditandai berkurangnya

kandungan theaflavin, thearubigin, kafein, substansi polimer

tinggi, dan fenol total pucuk.

b. Penyakit Cendawan Akar Merah Bata (Poria hypolatertia)

Gejala yang nampak, pada permukaan akar terdapat benang-

benang berwarna putih. Benang ini selanjutnya mengeras dan

liat, warnanya menjadi merah sampai merah tua. Pada serangan

yang sudah lanjut benang ini dapat mengikat butir-butir pasir

dan tanah sehingga terlihat seperti kerak-kerak yang menjalar

diatas tanah. Bila serangan sudah parah, tanaman akan mati dan

benang tersebut berubah warnanya menjadi hitam.

Cara pengendalian :

- Membongkar dan membakar tanaman-tanaman yang terserang,

termasuk pohon pelindung yang terseang sampai ke akar-

akarnya.

- Membuat saluran draenasi secukupnya dan tidak menanam

pohon pelindung yang peka terhadap jamur akar.

- Melakukan fumigasi dengan Methyl Bromida dengan cara

sebagai berikut :

Methyl Bromida dialirkan melalui pipa plastik dengan

dosis 227 gram/10 m2 tanah disungkap selama 14 hari, dan

kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka tanah dapat

ditanami teh,

- Melakukan fumigasi dengan Vapam dengan cara, menyuntikkan

8 ml Vapam pada lubang dengan kedalaman 30 cm dan jarak

antar lubang satu sama lain juga 30 cm. Satu bulan

setelah fumigasi tanah dapat ditanami teh kembali.

c. Penyakit Leher Akar (Ustulina máxima)

Gejala yang nampak, leher akar terjadi infeksi dan bagian

bawahnya terdapat noda-noda hitam. Diantara kayu dan kulit

terlihat benang-benang yang khas berbentuk seperti kipas

berwarna putih. Kayu menjadi kering dan terasa lembek serta

ada garis-garis hitam.

Cara pengendalian :

1. Bila penyakit baru menyerang, kulit dan kayu yang

terserang dipotong dan ditutup dengan obat penutup luka.

Bila penyakit sudah parah, tanaman dibongkar dan dibakar.

2. Melakukan fumigasi dengan Methyl Bromida dengan cara

sebagai berikut :

Methyl Bromida dialirkan melalui pipa plastik dengan

dosis 227 gram/10 m2 tanah disungkap selama 14 hari, dan

kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka tanah dapat

ditanami teh,

3. Melakukan fumigasi dengan Vapam dengan cara, menyuntikkan

8 ml Vapam pada lubang dengan kedalaman 30 cm dan jarak

antar lubang satu sama lain juga 30 cm. Satu bulan

setelah fumigasi tanah dapat ditanami teh kembali.

d. Penyakit akar hitam

Cara pengendalian :

- Membongkar dan membakar tanaman-tanaman yang terserang,

termasuk pohon pelindung yang terseang sampai ke akar-

akarnya serta membersihkan sampah-sampah yang ada pada

tempat yang diserang kemudian dibakar.

- Membuat saluran draenasi secukupnya dan tidak menanam

pohon pelindung yang peka terhadap jamur akar.

- Melakukan fumigasi dengan Methyl Bromida dengan cara

sebagai berikut :

Methyl Bromida dialirkan melalui pipa plastik dengan

dosis 227 gram/10 m2 tanah disungkap selama 14 hari, dan

kemudian satu bulan setelah sungkup dibuka tanah dapat

ditanami teh,

- Melakukan fumigasi dengan Vapam dengan cara, menyuntikkan

8 ml Vapam pada lubang dengan kedalaman 30 cm dan jarak

antar lubang satu sama lain juga 30 cm. Satu bulan

setelah fumigasi tanah dapat ditanami teh kembali.

e. Penyakit Busuk Daun

Penyakit busuk daun biasanya menyerang pada bibit tanaman

melalui stek. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan

Fungisida Benomyl dengan konsentrasi 0,2% yang disemprotkan

kedalam tanah persemaian setelah stek ditanam. Cara lain

adalah dengan melakukan mencelupkan stek yang akan ditanam

kedalam larutan Fungisida Carbamat dengan konsenrasi 0,2%

formulasi.

6. PEMETIKAN

Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman

teh yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. pemetikan

berfungsi pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman agar

mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Panjang

pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan

pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan

tanaman. Pucuk teh di petik dengan periode antara 6-12 bulan.

Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama

yaitu 55 hari sekali. Disamping faktor luar dan dalam,

kecepatan pertumbuhan tunas baru dipengaruhi oleh daun-daun

yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut daun

pemeliharaan.

Tebal lapisan daun pemeliharaan yang optimal adalah 15-20

cm, lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran tersebut

pertumbuhan akan terhambat. kecepatan pertumbuhan tunas akan

mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu: jenis pemetikan,

jenis petikan, daur petik, pengaturan areal petikan,

pengaturan tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.

Beberapa istilah perlu diketahui baik dalam pemetikan maupun

dalam menentukan rumus-rumus pemetikan. Istilah-istilah

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Peko adalah kuncup tunas aktif berbentuk runcing yang

terletak pada ujung pucuk, dalam rumus petikan tertulis

dengan huruf p.

2. Burung adalah tunas tidak aktif berbentuk titik yang

terletak pada ujung pucuk dalam rumus petik tertulis

dengan huruf b.

3. Kepel adalah dua daun awal yang keluar dari tunas yang

sebelahnya tertutup sisik. Sisik ini segera berguguran

apabila daun kepel mulai tumbuh. Mula-mula tumbuh daun

kecil berbentuk lonjong, licin, tidak bergerigi, biasa

disebut kepel ceuli. Selanjutnya kepel ceuli diikuti oleh

pertumbuhan sehelai daun kepel yang lebih besar yang

disebut kepel licin. Setelah daun-daun ini terbentuk,

baru diikuti oleh pertumbuhan daun yang bergerigi atau

normal. Daun kepel ini dalam rumus petikan ditulis dengan

huruf k.

4. Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh setelah

terbentuk daun-daun kepel, berbentuk dan berukuran normal

serta sisinya bergerigi. Dalam rumus petik ditulis dengan

angka 1,2,3,4 dan seterusnya tergantung beberapa helai

daun yang terdapat pada pucuk tersebut.

5. Daun muda adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum

terbuka seluruhnya, dan dalam rumus pemetikan ditulis

dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m, 3m).

6. Daun tua adalah daun yang berwarna hijau gelap, terasa

keras, dan bila dipatahkan berserat. Dalam rumus

pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t,

3t).

7. Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai

dengan sistem pemetikan yang telah ditentukan.

Macam dan rumus petikan adalah sebagai berikut:

1. Petikan imperial: bila yang dipetik hanya kuncup peko (p

+ 0).

2. Petikan pucuk pentil: bila yang dipetik peko dan satu

lembar daun dibawahnya (p + 1m).

3. Petikan halus: bila yang dipetik peko dengan satu lembar

atau dua lembar daun burung dengan satu lembar daun muda

(p + 1m, b + 1m).

4. Petikan medium: bila yang dipetik peko dengan dua lembar

atau tiga lembar daun muda dan pucuk burung dengan satu,

dua atau tiga lembar daun muda ( p + 2m, p + 3m, b + 1m,

b + 2m, b + 3m).

5. Petikan kasar: bila yang dipetik dengan tiga lembar daun

tua atau lebih daun burung dengan satu, dua, tiga lembar

daun tua (p + 3, p + 4, b + 1t, b + 2t, b + 3t).

6. Petikan kepel: bila daun yang ditinggalkan pada perdu

hanya kepel (p + n/k, b + n/k).

Jenis pemetikan yang dilakukan selama satu daun pangkas

terdiri dari:

1. Pemetikan jendangan

Pemetikan jendangan ialah pemetikan yang dilakukan pada tahap

awal setelah tanaman dipangkas, untuk membentuk bidang petik

yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan

yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang

tinggi.

2. Pemetikan produksi

Pemetikan produksi dilakukan terus menerus dengan

daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu sampai tanaman

dipangkas kembali. Pemetikan produksi yang dilakukan menjelang

tanaman dipangkas disebut “petikan gendesan”, yaitu memetik

semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa

memperhatikan daun yang ditinggalkan.

4.2.2 Proses Produksi

Proses produksi yang dilaksanakan di Kebun Kayu Aro

terdiri dari beberapa tahap, yaitu yang pertama kegiatan

penyediaan bahan baku, kegiatan ini meliputi pemetikan,

pengangkutan dan penerimaan pucuk.

1. Pemetikan

Pemetikan adalah pekerjaan mengambil sebagian dari tunas-

tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian

diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditi

perdagangan. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-

ketentuan sistem petikan daun dan syarat-syarat pengolahan

yang berlaku. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk

kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara

berkesinambungan. Ada dua macam ranting daun yang dipetik dan

digunakan dalam pengolahan teh, yaitu ranting peko dan ranting

burung. Jika dianalisa maka ranting peko akan menghasilkan teh

hijau dengan kualitas lebih baik daripada rantai burung.

Rantai peko adalah ranting yang masih kuncup, masih tergulung

dan tumbuh aktif. Sedangkan ranting burung adalah ranting yang

tidak memiliki kuncup dan merupakan ranting yang tidak aktif

atau dorman. Periode pemetikan dilaksanakan setiap tujuh hari

sekali, dengan system rotasi. Dari area satu bergilir ke are

yang lain. Masa petik produksi yang diterapkan adalah selama

empat tahun. Setelah empat tahun, akan dilakukan pemangkasan

yang tujuannya untuk meningkatkan produktivitas tanaman teh.

Dalam sekali panen bisa mencapai 5 ton daun teh basah per hari

pada musim kemarau dan 20 ton daun the basah per hari pada

musim penghujan.

2. Pengangkutan Pucuk

Pengangkutan pucuk merupakan kegiatan mengangkut pucuk dari

kebun ke pabrik. Sebelum melaksanakanproses pengolahan, pucuk

teh harus dalam keadaan baik, artinya keadaannya tidak

mengalami perubahan selamapemetikan sampai ke lokasi

pengolahan. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan teh yang

bermutu tinggi. Olehkarena itu, proses pengangkutan memiliki

peranan yang sangat penting.Hal yang dilakukan untuk mencegah

kerusakan daun untuk antara lain:

a. Jangan terlalu menekan daun agar daun tidak terperas.

b. Dalam membongkar daun, jangan menggunakan barang-barang

dari besi atau yang tajam agar daun tidak robekatau

patah.

c. Hindari terjadinyan penyinaran terik matahari dalam

waktu lama, lebih dari 3 jam.

d. Jangan menumpuk daun sebelum dilayukan dalam waktu yang

lama (daun segera dilayukan).

3. Penerimaan Pucuk

Pucuk yang sudah sampai di pabrik harus segera diturunkan dari

truk untuk menghindari kerusakan pucuk, selanjutnyapucuk akan

segera ditimbang dan diangkut ke whitering through untuk

dilayukan.

4.2.3 Proses Pembuatan Teh

1. Pemanenan

Dipetik daun teh dari kebun teh. Diusahakan daun teh yang

dipetik adalah pucuk daun (peko), hal ini bertujuan agar mutu

teh yang dihasilkan pada akhir proses memiliki kualitas yang

bagus.

2. Pelayuan

Menggunakan kotak untuk melayukan daun, merupakan kotak yang

diberikan kipas untuk menghembuskan angin ke dalam kotak atau

daun teh disebar secara merata di atas rak dan diangin-

anginkan secara alami selama 24 jam.Proses pelayuan merupakan

langkah pertama pada pengolahan teh hitam. Proses ini

bertujuan memekatkan cairan sel sampai kondisi optimum untuk

berlangsungnya proses oksidasi enzimatis polifenol teh. Selain

itu pelayuan akan menghasilkan kondisi fisik daun yang

optimum untuk digulung. Pengurangan air secara drastis pada

pelayuan dapat menyebabkan perubahan struktur enzirn yang

berperan dalam oksidasi polifenol, oleh sebab itu tingkat

layu dan laju pelayuan selalu menuntut pengendalian yang

serius.

3. Pembalikan 2 – 3 kali

Bertujuan untuk meratakan proses pelayuan.

4. Penggilingan

Bertujuan untuk memecah sel-sel daun, sehingga cairan dalam

sel serta enzim dapat keluar dan proses fermentasi dapat

berlangsung secara merata.

Penggilingan bertujuan mempertemukan polifenol teh dengan

enzirn oksidase dengan jalan merusak membran dan dinding sel

sehingga cairan sel keluar kepermukaan pucuk dan bertemu

dengan oksigen dari udara. Peristiwa ini merupakan awal

oksidasi senyawa polifenol secara enzimatis yang akan

membentuk mutu dalam “inner quality” teh jadi ”made tea”. Hasil

penggilingan dipengaruhi oleh tekanan pada bahan olah,

kecepatan putar silinder penggiling dan lamanya waktu

penggilingan. Dengan mengendalikan faktor-faktor yang

berpengaruh tersebut mutu bubuk hasil penggilingan dapat

terkendali.

5. Fermentasi

Proses fermentasi dimulai sejak proses penggulungan dimulai

dan berakhir pada saat proses pengeringan dilakukan. Proses

ini merupakan reaksi oksidasi yang sekaligus bertanggung jawab

atas pembentukan flavor, aroma dan warna dari teh hitam yang

dihasilkan. Selama proses oksidasi ini, warna daun teh berubah

menjadi gelap dan mulai terbentuk rasa pahit. Proses oksidasi

harus dihentikan pada saat aroma dan flavor dari teh hitam telah

muncul atau terbentuk. Pengendalian oksidasi polifenol

(fermentasi) teh bertujuan untuk mengatur komposisi substansi

tanin/katekin dan hasil oksidasinya berupa tehaflavin dan

teharubigin. Jumlah substansi tehaflavin dan teharubigin yang

dihasilkan selama proses oksidasi akan menentukan sifat air

seduhan yang sering digambarkan oleh “tea taster” sebagai colour,

strength, quality dan briskness. Komposisi terbaik antara tehaflavin

dengan teharubigin teh hasil olahan orthodox adalah 1/10

sampai 1/12. Teh akan kehilangan briskness dan strength pada

komposisi ratio tehaflavin dengan teharubigin lebih besar atau

sama dengan 1/20. Selama proses ini berlangsung terjadi

perubahan warna dari hijau ke coklat dan kemudian menjadi

hitam. Perubahan warna ini dapat dimanfaatkan untuk

mendapatkan tingkat oksidasi polifenol yang optimum.

6. Pengeringan

Proses pengeringan ini akan menghentikan proses fermentasi

yang terjadi dengan menghentikan aktifitas enzim yang berperan

dalam proses fermentasi tersebut. Selama proses ini

berlangsung yang perlu diperhatikan adalah suhu dan lama

pengeringan. Hal ini untuk memastikan bahwa produk telah

kering secara merata. Jika proses pengeringan dilakukan

terlalu cepat maka produk akhir yang dihasilkan nanti akan

memiliki kualitas yang rendah.

7. Sortasi

Teh yang berasal dari pengeringan ternyata masih heterogen

atau masih bercampur baur, baik bentuk maupun ukurannya.

Selain iu teh juga masih mengandung debu, tangkai daun, dan

kotoran lain yang akan sangat berpengaruh pada mutu teh

nantinya. Untuk itu sangat dibutuhkan proses penyortiran atau

pemisahan yang bertujuan untuk mendapatkan suatu bentuk dan

ukuran teh yang seragam sehingga cocok untuk dipasarkan dengan

mutu terjamin. Setiap jenis teh mempunyai standar ukuran

berdasarkan besar kecilnya partikel yang dipisah-pisahkan oleh

ayakan dengan ukuran mesh nomor yang berbeda-beda sesuai

dengan standar yang telah ditentukan. Didalam mesin sortasi

terdapat beberapa jenis ayakan yang kasar sampai yang halus,

sehingga teh kering yang keluar dari mesin sortir akan terbagi

menjadi tiga golongan besar yaitu:

1. Teh Daun (Leafy grades)

a. Orange pecco (OP)

b. Pecco (P)

c. Pecco Souchon (PS)

d. Souchon (S)

2. Teh Remuk (Broken grades)

a. Broken Orange Pecco(BOP)

b. Broken Pecco (BP)

c. Broken Tea (BT)

3. Teh Halus

a. Fanning (F)

b. Dust (D)

Proses sortasi kering di Perkebunan Teh Kayu Aro bertujuan

untuk mendapatkan bentuk, ukuran partikel teh yang seragam dan

bersih sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan.

Selain tujuan diatas sortasi di Kebun Kayu Aro juga bertujuan

untuk :

a. Memisahkan teh kering menjadi beberapa grade sesuai dengan

ukuran partikel.

b. Membersihkan teh dari serat, tangkai dan bahan-bahan lain

misalnya debu.

Adapun nama-nama produk Teh Kebun Kayu Aro antara lain yaitu

1. Teh Celup 25T :Rp. 3.100

2. Teh Seduh 250 Gram :Rp. 5.500

3. Teh Seduh 50 Gram :Rp. 1.200

4. Teh Seduh 50 Gram Special Blend :Rp. 1.000

5. Teh Seduh 500 Gram Resto :Rp.7.000

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Kebun ini dibangun oleh NV. HVA ( Holand Vereniging

Amasterdam tahun 1925, setahun kemudian hamparan lahan yang

berbukit-bukit mulai ditanam teh, sampai saat ini luas kebun

teh Danau Kembar mencapai 3000 hektar. “ Keistimewaan Teh Kayu

Aro ini. Tanaman yang ada sekarang merupakan tanaman varitas

yang ditanam sejak tahun 1926. Setiap tahun produksi kebun

Danau Kembar ini mencapai 5.500 ton dalam jenis teh hitam

orthodox. Diolah dipabriknya di Bedeng Delapan, Danau kembar,

yang merupakan pabrik teh terbesar di dunia, dengan pengolahan

teknologi tradisional. Pabrik ini dibangun tahun 1970 lalu.

Produksi teh hitam ini di ekspor ke manca negara, seperti

Eropah Barat, Eropah Timur, Rusia, Timur Tengah, India,

Srilangka, Amerika dan Australia. Sekitar delapan puluh lima

persen. Produksi teh Danau Kembar diekspor, sisa nya untuk

dalam negeri.

Keunikan teh Danau Kembar adalah dari aroma dan cita rasa yang

spesifik, banyak digunakan produsen sebagai bahan utama

pencampur untuk memperoleh citarasa teh yang berkualitas. Teh

Danau Kembar dalam proses produksinya tanpa dicampur bahan

kimia ( bahan pengawet, pewarna dan perasa) sehingga sangat

bermanfaat untuk kesehatan karena mengandung zat antara lain

Riboflavin zat yang membantu pertumbuhan pencernaan dan

vitalitas serta zat polifenol yang merupakan anti oksidan

jenis biovanoid yang 100 kali lebih efektiv dari vitamin C dan

25 kali lebih efentif dari vitamin E.

5.2 Saran

Bagi perusahaan seharusnya tidak menjual semua produk teh yang

berkualitas tinggi ke luar negeri.

LAMPIRAN