Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Kemerdekaan

28
MAKALAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA PADA MASA KEMERDEKAAN Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Semester Pendek Bahasa Indonesia Tahun Akademik 2014 / 2015 Oleh : Nama : Reja Abdillah NPM : 1123109 Kelas : D3TI3C

Transcript of Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Kemerdekaan

MAKALAHPERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

PADA MASA KEMERDEKAAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Semester Pendek Bahasa Indonesia Tahun Akademik 2014 / 2015

Oleh :

Nama : Reja Abdillah

NPM : 1123109

Kelas : D3TI3C

PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK INFORMATIKAPOLITEKNIK POS INDONESIA

BANDUNG2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada

penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Karya

Ilmiah yang berjudul ”Perkembangan Bahasa Indonesia pada

Masa Kemerdekaan” tepat pada waktunya.

Disadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan Karya

Ilmiah ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan dari

segi isi maupun bahasa, oleh karena itu kritik dan saran

penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan

datang.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penulis berupa moril maupun

materil. Dengan hati tulus penulis mengucapkan terima

kasih banyak kepada :

1. Allah SWT, dengan Rahmat dan Karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

2. Orang tua penulis tercinta, yang telah tulus dan

ikhlas membantu penulis baik berupa moril maupun

materil.

3. Dr. Ir. Agus Purnomo, M.T., selaku Direktur

Politeknik Pos Indonesia.

4. Iwan Setiawan, ST, selaku Ketua Program Studi D3

Teknik Informatika.

5. Dra. Sri Nuryuliawati, M.Pd, selaku dosen pengajar

mata kuliah Bahasa Indonesia.

6. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu penulis menyusun Karya Ilmiah ini yang

tidak bisa penulis ucapkan secara satu – persatu.

Bandung, 20 Maret

2015

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………….. i

Daftar Isi …………………………………………………………………… ii

BAB I Pendahuluan ………………………………………………………... I-1

1.1 Latar

Belakang ………………………………………………..... I-1

1.2 Rumusan

Masalah ……………………………………………… I-2

1.3 Tujuan

Penulisan ………………………………………………. I-2

1.4 Metode

Penulisan ………………………………………………. I-2

1.5 Sistemat

ika Penulisan ………………………………………….. I-2

BAB II Pembahasan ……………………………………………………….. II-1

2.1 Bahasa

Indonesia ………………………………………………. II-1

2.2 Sejarah

Perkembangan Bahasa Indonesia

pada Masa Prakemerdekaan …………………………………… II-1

2.3 Sejarah

Perkembangan Bahasa Indonesia

pada Masa Pascakemerdekaan …………………………………. II-3

2.4 Peristiw

a - peristiwa yang mempengaruhi

perkembangan bahasa Indonesia ………………………………. II-4

2.5 Sejarah

Perkembangan EYD …………………………………… II-6

2.6 Perkemba

ngan Bahasa Indonesia Masa Reformasi ……………. II-9

2.7 Keduduka

n dan fungsi bahasa Indonesia ………………………. II-9

BAB III Kesimpulan dan Saran ……………………………………………. III-1

3.1 Kesimpul

an …………………………………………………….. III-1

3.2 Saran

………………………………………………………….... III-1

Daftar Pustaka ……………………………………………………………… iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi di era globalisasi merupakan salah satu

hal vital dan paling cepat kemajuannya. Komunikasi

merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting.

Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau memberi

informasi dari atau kepada orang lain. Berkomunikasi

dengan orang lain merupakan salah bentuk dari interaksi

sosial. Dalam komunikasi lisan, bahasa sejak dahulu

merupakan salah satu syarat media dalam berkomunikasi.

Bahasa saat ini berjumlah sekitar 6.912 macam yang

tersebar di seluruh dunia. Keberagaman bahasa

memungkinkan untuk bertambah ataupun berkurang seiring

dengan kemunculan atau kepunahan bahasa di suatu daerah.

Setiap negara memiliki satu bahasa yang ditetapkan

sebagai bahasa resmi. Negara Indonesia memiliki bahasa

resmi nasional Bahasa Indonesia, sebagaimana ditetapkan

dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Bahasa

Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia

yang telah diakui oleh pemerintah sebagai bahasa

nasional.

Bahasa merupakan idenditas bagi suatu bangsa. Namun

tidak sedikit orang – orang yang mengetahui perkembangan

dari bahasa Indonesia. Kurangnya kesadaran orang – orang

untuk mengetahui sejarah dan perkembangan bahasa

Indonesia, serta masih belum terlalu banyaknya orang –

orang yang tertarik mengangkat sejarah dan perkembangan

bahasa Indonesia ini sebagai suatu bahasan. Untuk itu

perlu adanya media yang mengangkat mengenai sejarah dan

perkembangan bahasa Indonesia. Melalui makalah ini,

penulis ingin menyampaikan mengenai sejarah dan

perkembangan bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan

masalah dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada

masa prakemerdekaan ?

2. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada

masa pascakemerdekaan ?

3. Apa saja peristiwa - peristiwa yang mempengaruhi

perkermbangan bahasa Indonesia ?

4. Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia ( Ejaan

Yang Disempurnakan ) ?

5. Bagaimana Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa

reformasi ?

6. Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan

penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada

masa prakemerdekaan

2. Memberi wawasan sejarah perkembangan Bahasa Indonesia

pada masa pascakemerdekaan

3. Memberitahukan peristiwa - peristiwa yang

mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia

4. Mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia ( Ejaan

Yang Disempurnakan )

5. Memberi pengetahuan perkembangan Bahasa Indonesia

pada masa reformasi

6. Mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia

1.4 Metode Penulisan

Metode penilitian / metode pengumpulan data karya

ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Deskripstif : Metode Deskriptif adalah

metode pengumpulan data

yang berusaha mendeskripsikan suatu

gejala, peristiwa, kejadian yang

terjadi.

1.5 Sistematika Penulisan

Karya ilmiah ini terdiri dari 3 bagian, diantaranya

diuraikan sebagai berikut :

- Bagian Pembuka

1. Cover

2. Halaman judul

3. Kata pengantar

4. Daftar isi

- Bagian Isi

Bab I Pendahuluan

1. Latar belakang

2. Rumusan masalah

3. Tujuan penulisan

4. Metode penulisan

5. Sistematika penulisan

Bab II Pembahasan

1. Bahasa Indonesia

2. Sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa

prakemerdekaan

3. Sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa

pascakemerdekaan

4. Peristiwa - peristiwa yang mempengaruhi

perkermbangan bahasa Indonesia

5. Sejarah ejaan Bahasa Indonesia ( Ejaan Yang

Disempurnakan

6. Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi

7. Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia

Bab III Penutup

1. Kesimpulan

2. Saran

- Bagian penutup

1. Daftar Pustaka

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik

Indonesia yang telah diakui oleh pemerintah sebagai

bahasa nasional. Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28

Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda yang berbunyi, ”Kami

putera dan puteri Indonesia mengaku bertanah air satu, Tanah Air

Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang

satu, Bangsa Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung

bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”. Bahasa Indonesia

dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa Negara pada

tanggal 18 Agustus 1945, pada saat itu UUD 1945 disahkan

sebagai UUD RI. Di dalam UUD 1945 disebutkan bahwa

”Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia.” ( pasal 36 )

2.2 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa

Prakemerdekaan

Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa

Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai

sebagai bahasa penghubung antar suku di nusantara dan

sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara

pedagang dari dalam nusantara dan dari luar nusantara.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih

jelas dari berbagai peninggalan - peninggalan misalnya :

1. Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye

Tujoh, Aceh pada tahun 1380

2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.

3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.

4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun

686.

5. Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada

Tahun 688.

Pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:

1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku - buku yang

berisia aturan - aturan hidup dan sastra.

2. Bahasa perhubungan ( Lingua Franca ) antar suku di

indonesia.

3. Bahasa perdagangan, baik bagi suku yang ada di

Indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar

indonesia.

4. Bahasa resmi kerajaan.

Bahasa Melayu menyebar ke pelosok nusantara

bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah

nusantara, serta semakin berkembang dan bertambah kokoh

keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh

masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar

pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar

kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara

mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan

dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para

pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan

pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi

bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh

bangsa Indonesia. ( Sumpah Pemuda, 28

Oktober 1928 ).

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu

diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :

1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di

Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa

perdangangan.

2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari

karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan

bahasa ( bahasa kasar dan bahasa halus ).

3. Suku jawa, suku sunda dan suku - suku yang lainnya

dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi

bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai

sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap

sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh

Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa

Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan

keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan

Semenanjung Malaya.

Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia -

Belanda melihat bahwa bahasa Melayu ( Tinggi ) dapat

dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai

pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa

Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk

semula bahasa Melayu Riau - Johor. Bahasa Melayu di

Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca

( bahasa pergaulan ), namun pada waktu itu belum banyak

yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih

menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360

bahasa.

Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace

menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni

Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang

bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari

Negara - negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah

yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia

Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di

seluruh Hindia Belanda.”

Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi

dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi

ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di

bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

2.3 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa

Pascakemerdekaan

Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok

nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di

wilayah nusantara. Serta makin berkembang dan bertambah

kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah diterima

oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan

antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan

antar kerajaan.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara

mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan

dan rasa persatuan bangsa Indonesia oleh karena itu para

pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan

pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi

bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk

seluruh bangsa Indonesia.

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928.

Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok

nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar :

1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah

darah yang satu, Tanah Air Indonesia.

2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa

yang satu, Bangsa Indonesia.

3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung

tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah

Pemuda”. Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan

pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa

persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 bahasa

Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa

nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya

sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945,

karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan

sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di

dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara adalah

Bahasa Indonesia”, ( pasal 36 ). Proklamasi Kemerdekaan

Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah

mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara

konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa

Indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat

indonesia.

2.4 Peristiwa - peristiwa yang mempengaruhi perkembangan

bahasa Indonesia

1. Budi Otomo

Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan

organisasi yang bersifat kenasionalan yang pertama

berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar bangsa

Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat - syarat

untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan. Pada

kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik

dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan bahasa

Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utam untuk

melanjutkan pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.

2. Serikat Islam

Sarekat Islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula

partai ini hanya bergerak dibidang perdagangan, namun

bergerak dibidang sosial dan politik juga. Sejak

berdirinya, serikat Islam yang bersifat non kooperatif

dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna

mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka

pergunakan ialah bahasa Indonesia.

3. Balai Pustaka

Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai

pustaku ini didirikan. Mulanya badan ini bernama

Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya

berubah menjadi balai pustaka. Selain menerbitkan buku -

buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.

Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai

pustaka terhadap perkembangan bahasa melau menjadi bahasa

Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Meberikan kesempatan kepada pengarang - pengarang

bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam

bahasa Melayu.

2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk

membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa

Melayu.

3. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan

masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan

melukiskan hal - hal yang dialami oleh bangsanya dan

hal - hal yang menjadi cita - cita bangsanya.

4. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa

Melayu sebab diantara syarat - syarat yang harus

dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan di

balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa Melayu yang

bersusun baik dan terpelihara.

4. Sumpah Pemuda

Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres

pemuda yang diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta.

Pada hal sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula

diadakan kongres pemuda yang tepat penyelenggaraannya

juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata -

mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga

bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama

( 1926 ) tidak akan bisa dipisahkan dari perkembangan

cita - cita atau benih - benih kebangkitan nasional yang

dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan

Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya

kongres itu adalah untuk mempersatukan berbagai

organisasi kepemudaan pada waktu itu.

Pada tahun itu organisasi - organisasi pemuda

memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih besar

Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi

pemuda itu mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang

menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian

lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu

itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, Negara,

bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.

Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa

Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media

dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu

memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern.

Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita - cita itu

sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya

menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga

menjadi bahasa sastra indonesia baru.

2.5 Sejarah Perkembangan EYD

Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata

dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa. Dengan adanya

ejaan diharapkan para pemakai menggunakan bahasa

Indonesia dengan baik dan benar sesuai aturan-aturan

yanga ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang

mudah dan enak didengar dan dipergunankan dalam

komonikasi sehari hari. Sesuai dengan apa yang telah

diketahui bahwa penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia

terdiri dari :

1. Ejaan van Ophuijsen

Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf

Latin. Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi

Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun

ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang

kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu

resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri -

ciri dari ejaan ini yaitu:

1. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai

akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri

dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga

digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam

Soerabaïa.

2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah,

sajang, dsb.

3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe,

oemoer, dsb.

4. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema,

untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’,

dsb.

2. Ejaan Soewandi

Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa

Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini

kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi,

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini

mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen

yang mulai berlaku sejak tahun 1901.

1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu,

umur, dsb.

2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada

kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.

3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada

kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.

4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis

serangkai dengan kata yang mendampinginya.

Perbedaan - perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van

Ophuijsen ialah:

1. huruf ‘oe’ menjadi ‘u’, seperti pada goeroe → guru.

2. bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya

dinyatakan dengan (‘) ditulis dengan ‘k’, seperti

pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.

3. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti

ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.

4. awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ kedua-duanya

ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Kata depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak

dibedakan dengan imbuhan ‘di-’ pada dibeli, dimakan.

Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu

digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ) pada

masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972

Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan

dalam bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi.

Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu

dengan mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor

departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl.

Cilacap.

3. Ejaan Yang Disempurnakan

Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ) adalah ejaan Bahasa

Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini

menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan

Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama

telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada

masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan

bersama tersebut mengandung persetujuan untuk

melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli

dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang

Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan

Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem

ejaan Latin ( Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia )

bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia

ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama

( ERB ). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.

Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan

Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan

yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975

memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.

  Perbedaan - perbedaan antara EYD dan ejaan

sebelumnya adalah :

‘tj’ menjadi ‘c’ : tjutji → cuci

‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak

‘oe’ menjadi ‘u’ : oemoem → umum

‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → sayang

‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk

‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat

‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir

Awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan

penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di

sawah”, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara

‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata

yang mengikutinya.

2.6 Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi

Munculnya Bahasa Media Massa ( bahasa Pers ) :

1. Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim)

2. Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa

asing adalam surat kabar.

Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah

baru, kata-kata dan ungkapan baru, seperti KKN ( Korupsi,

Kolusi, Nepotisme ), kroni, konspirasi, proaktif,

rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar, dan

sebagainya. Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi

bahasa kedua setelah Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul.

Selain itu, dipengaruhi pula oleh media iklan maupun

artis yang menggunakan istilah baru yang merupakan

penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa Indonesia

maupun mencampuradukan bahasa Inggris dan Bahasa

Indonesia.

2.7 Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia

1. Bahasa Nasional

Bahasa Indonesia kedudukannya berada diatas bahasa -

bahasa daerah. Hasil perumusan Seminar Politik Bahasa

Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25

- 28 Februari 1975 menegaskan bahwa dalam kedudukannya

sebagai bahasa Nasional, bahasa Indonesia berfungsi

sebagai berikut :

a. Lambang kebanggaan Nasional

Sebagai lambang kebanggaan, bahasa Indonesia

mencerminkan nilai - nilai sosial budaya yang

mendasari rasa kebangsaan. Dengan bahasa Indonesia,

bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai -

nilai budaya yang dijadikan pegangan hidup.

b. Lambang identitas Nasional

Sebagai lambang identitas Nasional, bahasa Indonesia

merupakan lambang identitas dari bangsa Indonesia.

Dengan demikian, bahasa Indonesia dapat mengetahui

identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah laku, dan

watak sebagai bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia

menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang

sebenarnya dan bebas dari unsur - unsur bahasa lain,

terutama bahasa asing.

c. Media pemersatu berbagai suku bangsa

Sebagai media yang mempersatukan berbagai suku

bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan

bahasa yang berbeda - beda ke dalam satu kesatuan

yang bulat, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai

suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai

bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan

identitas suku dan kesetiaan kepada nilai - nilai

sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah

yang bersangkutan. Dengan bahasa Nasional, dapat

meletakkan kepentingan nasional jauh di atas

kepentingan daerah atau golongan.

d. Media penghubung antar budaya dan antar daerah

Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling

berhubungan dengan orang lain sehingga kesalah

pahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang

sosial budaya dan bahasa dapat dihindari.

2. Bahasa Negara

Dalam hasil perumusan Seminar Politik Bahasa

Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25

- 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam

kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia

befungsi sebagai :

a. Bahasa remi kenegaraan

Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi

kenegaraan adalah digunakannya bahasa Indonesia

dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai

saat itu bahasa Indonesia digunakan dalam segala

upacara, peristiwa serta kegiatan kenegaraan baik

secara lisan maupun tulisan.

b. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan

Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di

lembaga - lembaga pendidikan baik formal maupun non

formal, mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan

perguruan tinggi. Untuk memperlancar kegiatan

belajar mengajar, materi pelajaran yang berbentuk

media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia.

Apabila hal ini dilakukan, sangat membantu

peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai

bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi ( iptek ).

c. Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan

pemerintah

Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antar badan

pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada

masyarakat. Sehubungan dengan itu, hendaknya

diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu

media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan

peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang

disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima

oleh masyarakat.

d. Media pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan

teknologi

Penggunaan bahasa Indonesia dalam penyebarluasan

ilmu dan teknologi modern agar jangkauan

pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan

teknologi, baik melalui buku - buku, maupun media

cetak lain, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia.

Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal - balik

dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis

melalui lembaga - lembaga pendidikan.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik

Indonesia yang telah diakui oleh pemerintah sebagai

bahasa nasional. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan

fungsi, yaitu :

1. Sebagai bahasa Negara

2. Sebagai bahasa Nasional

3.2 Saran

Saran - saran yang dapat penulis sampaikan pada

kesempatan ini adalah :

1. Pembaca diharapkan lebih memahami dan menghargai

bahasa Indonesia

2. Pembaca diharapkan lebih mencintai bahasa Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anak Pesisir. 2012. Sejarah Perkembangan Bahasa

Indonesia. [ Online ]. Diakses di :

http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-

perkembangan-bahasa-indonesia.html. Di akses di

waktu : 15 April 2015 12:20 WIB.

[2] Kartika Nur Ramadha. 2009. Sejarah Perkembangan

Bahasa Indonesia. [ Online ]. Diakses di :

http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-

perkembangan-bahasa-indonesia.html. Di akses di waktu

: 15 April 2015 13:00 WIB.