PERKEMBANGAN BELAJAR MASA REMAJA

27
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia dengan tujuan untuk mendewasakan diri dan mengalami pendewasaan serta perubahan. Remaja adalah tahap perkembangan manusia, dimana ia telah berada diantara masa anak-anak dengan masa dewasa. Masa remaja dipenuhi dengan hal-hal yang baru yang diharapkan dirinya mampu mencoba, namun ada pembatasan-pembatasan yang mengharuskan individu untuk tidak berbuat demikian. Perkembangan remaja merupakan bagian dari perkembangan proses belajar yang saling berhubungan dan berpengaruh. Selain mampu mengasah fungsi kognitif, belajar juga mendewasakan beberapa hal seperti moral, sosial, religi, afeksi, kepribadian, bahasa, konasi,dan psikomotor. Dewasa ini banyak sekali remaja yang mengalami banyak masalah dalam hidupnya dan mempengaruhi perkembangan belajarnya. Mengapa hal ini bisa

Transcript of PERKEMBANGAN BELAJAR MASA REMAJA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan

manusia dengan tujuan untuk mendewasakan diri dan

mengalami pendewasaan serta perubahan. Remaja

adalah tahap perkembangan manusia, dimana ia telah

berada diantara masa anak-anak dengan masa dewasa.

Masa remaja dipenuhi dengan hal-hal yang baru yang

diharapkan dirinya mampu mencoba, namun ada

pembatasan-pembatasan yang mengharuskan individu

untuk tidak berbuat demikian.

Perkembangan remaja merupakan bagian dari

perkembangan proses belajar yang saling

berhubungan dan berpengaruh. Selain mampu

mengasah fungsi kognitif, belajar juga

mendewasakan beberapa hal seperti moral, sosial,

religi, afeksi, kepribadian, bahasa, konasi,dan

psikomotor.

Dewasa ini banyak sekali remaja yang mengalami

banyak masalah dalam hidupnya dan mempengaruhi

perkembangan belajarnya. Mengapa hal ini bisa

2

terjadi ? jawabannya adalah dalam pembahasan akan

sedikit banyak disinggung.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan fisik dan perilaku

psikomotor remaja ?

2. Bagaimana perubahan perilaku sosial, moral dan

religi remaja ?

3. Bagaimana perkembangan bahasa dan kognisi

remaja ?

4. Bagaimana perkembangan perilaku afeksi, konasi

dan kepribadian remaja ?

5. Bagaimana hubungan antara perkembangan-

perkembangan dengan proses belajar ?

C. Tujuan

1. Memahami perubahan fisik dan perilaku

psikomotor remaja

2. Memahami perkembangan perilaku sosial, moral

dan religi remaja

3. Memahami perkembangan bahasa dan kognisi remaja

4. Memahami perkembangan afeksi, konasi, dan

kepribadian remaja

5. Memahami hubungan antara beragam perkembangan

dengan proses belajar.

3

BAB II

4

PEMBAHASAN

A. Perubahan Fisik dan Psikomotor Remaja

1. Perubahan Fisik (Motor)

Istilah motor digunakan sebagai istilah yang

menunjukkan pada hal, keadaan dan kegiatan yang

melibatkan otot-otot dan gerakan-gerakannya,

juga kelenjar-kelenjar da sekresinya

(pengeluaran cairan atau getah). Atau dapat

dikatakan sebagai segala keadaan yang

meningkatkan atau menghasilkan stimulasi atau

rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.

Perkembangan manusia terjadi dalam dua dekade

(dua dasawarsa) sejak ia lahir. Perkembangan

ini terjadi ketika memasuki masa remaja yaitu

rentang usia 12 atau 13 tahun hingga 21 atau 22

tahun. Pada beberapa bagian tubuh akan

berkembang dan menjadi matang.

Perubahan fisik erat kaitannya dengan tiga hal

sebagai dasar, yaitu :

a. Pubertas

Pubertas adalah sebuah periode dimana

kematangan fisik berlangsung cepat, yang

melibatkan perubahan hormonal dan tubuh, yang

terutama berlangsung pada masa remaja awal.

Walaupun terkadang masa pubertas berakhir

jauh sebelum masa remaja berakhir.

5

Masa ini menunjukkan beberapa perkembangan

pada kondisi fisik seseorang terutama pada

bagian tubuh remaja. Untuk wanita akan

mengalami menstruasi. Kemudian akan ada

perubahan hormonal, hormon adalah substansi

kimiawi yang dikeluarkan oleh kelenjar

endokrin dan dibawa keseluruh tubuh dengan

bantuan aliran darah, hormonal ini

mempengaruhi bentuk dan perubahan fisik

remaja.

b. Otak

Berdasarkan sebuah penelitian (Bava

dkk.,2010;Lenroot dkk.,2009) menyebutkan

bahwa perkembangan otak mengalami perubahan

dalam hal struktur secara signifikan. Corpus

Callosum, dimana serat optik menghubungkan

hemisphere otak sebelah kiri dengan sebelah

kanan, semakin tebal pada masa remaja,

sehingga meningkatkan kemampuan remaja dalam

memproses informasi (Giedd,2008).

c. Seksualitas Remaja

Remaja adalah masa dimana mereka

mengeksplorasi dan eksperimen seksual, masa

fantasi dan realitas seksual, masa

mengintegrasikan seksualitas kedalam

identitas seseorang. Remaja memiliki rasa

ingin tahu dan seksualitas yang hampir tidak

6

dapat dipuaskan. Remaja memikirkan tentang

apakah dirinya secara seksual menarik, cara

melakukan hubungan seksual dan dan

bagaimanankan nasib kehidupan seksualitas

mereka.

2. Psikomotor

Perkembangan psikomotorik merupakan

perkembangan terkait dengan perilaku motorik

(koordinasi fungsional neuromuscular system)

dan fungsi psikis (kognitif, afektif dan

konatit). Dua prinsip perkembangan utama yang

tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik

ialah bahwa perkembangan itu berlangsung dari

yang sederhana kepada yang kompleks, dan dari

yang kasar dan global (grass bodily movements)

kepada yang harus dan spesifik tetapi

terkoordinasikan (finely coordinated

movements).

Perkembangan psikomotorik pada masa remaja

ditandai dengan keterampilan psikomotorik

berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran

tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan

fisiologi. Kemampuan psikomotorik terus

meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan

daya tahan. Secara umum, perkembangan

psikomotorik pada laki-laki lebih tinggi dari

7

perempuan karena perkembangan psikomotorik pada

perempuan akan terhenti setelah mengalami

menstruasi.

B. Perkembangan Sosial, Moral dan Religi

1. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial adalah kemajuan yang

progresif melalui kegiatan yang terarah dari

individu dalam pemahaman atas warisan sosial

dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes.

Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang

layak antara dirinya dengan warisan sosial itu.

Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan

sosial adalah kemampuan seseorang dalam

bersikap atau tata cara perilakunya dalam

berinteraksi dengan unsur sosialisasi di

masyarakat.

Menururut Singgih D Gunarsah, perkembangan

sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir,

dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus

melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan

sosialnya yang menyangkut norma-norma dan

sosial budaya masyarakatnya.

Perkembangan sosial akan menekankan

perhatiannya kepada pertumbuhan yang bersifat

progresif. Seorang individu yang lebih besar

tidak bersifat statis dalam pergaulannya,

8

karena dirangsang oleh lingkungan sosial, adat

istiadat, kebiasaan-kebiasaan kelompok dimana

ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.

Jadi pengertian perkembangan sosial adalah

sebuah proses interaksi yang dibangun oleh

seseorang dengan orang lain. Perkembangan

sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan

orang lain, mulai dari orang tua, saudara,

teman bermain, hingga masyarakat secara luas.

Perkembangan sosial adalah proses belajar

mengenal normal dan peraturan dalam sebuah

komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam

kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah

mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari,

beradaptasi dan menyesuaikan diri.

Karakteristik perkembangan sosial remaja, pada

jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup

kompleks, interaksi sosial dan pergaulan remaja

telah cukup luas. Anak mulai memiliki

kesanggupan menyesuaikan diri sendiri

(egosentris) kepada sikap yang kooperatif

(bekerja sama) atau sosiosentris (mau

memperhatikan kepentingan orang lain). Dalam

penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja

telah mulai memperlihatkan dan mengenal

berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan

9

norma yang berlaku sebelumnya di dalam

keluarganya.

a. Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan

dan mengenal berbagai norma pergaulan.

Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan

sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di

samping harus memperhatikan norma pergaulan

sesama remaja juga terselip pemikiran adanya

kebutuhan masa depan untuk memilih teman

hidup.

b. Pada masa remaja berkembang ”social

cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami

orang lain. Remaja memahami orang lain sebagi

individu yang unik, baik menyangkut sifat

pribadi, minat, nilai-nilai, maupun

perasaannya.

c. Menurut “Erick Erison” Bahwa masa remaja

terjadi masa krisis, masa pencarian jati

diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati

diri seseorang didorong oleh sosiokultural.

Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial

remaja didorong oleh dan berorientasi pada

kepentingan seksual.

d. Pada masa ini juga berkembang sikap

”conformity”, yaitu kecenderungan untuk

menyerah atau megikuti opini, pendapat,

10

nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan

orang lain (teman sebaya).

1) Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti

menampilkan sikap dan perilaku yang secara

moral dan agama dapat

dipertanggungjawabkan maka kemungkinan

besar remaja tersebut akan menampilkan

pribadinya yang baik.

2) Sebaliknya, apabila kelompoknya itu

menampilkan sikap dan perilaku yang

melecehkan nilai – nilai moral maka sangat

dimungkinkan remaja akan melakukan

perilaku seperti kelompoknya tersebut.

e. Kehidupan sosial remaja ditandai dengan

menonjolnya fungsi intelektual dan emosional.

Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial

yang tertutup sehubungan dengan masalah yang

dialaminya.

f. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam

bentuk kelompok – kelompok, baik kelompok

besar maupun kelompok kecil.

2. Perkembangan Moral

Tahap perkembangan moral menurut Piaget adalah

otonomi, realisme dan resiprositas moral (dalam

tahap perkembangan kognitif formal operasional)

yang mana memiliki ciri khas mempertimbangkan

11

tujuan-tujuan perilaku moral, menyadari bahwa

aturan moral adalah kesepakatan tradisi yang

dapat berubah. Sedangkan menurut Kohlberg

bahwa perkembangan moral terbagi dalam moral

konvensional dan pascakonvensional karena

remaja berada di dua titik ini. Dimana menurut

kohlberg remaja akan berperilaku sesuai dengan

aturan dan patokan moral agar memperoleh

persetujuan orang dewasa bukan untuk

menghindari hukuman. Perbuatan baik dan buruk

dinilai berdasarkan tujuannya, jadi ada

perkembangan kesadaran terhadap perlunya

aturan. Memiliki sikap pasti terhadap wewenang

dan peraturan. Hukum harus ditaati oleh semua

orang. Senantiasa memperatikan hak

perseorangan dan memperhatikan prinsip-prinsip

etika.

3. Perkembangan Religi

Dalam pembagian tahap perkembangan manusia,

maka masa remaja menduduki tahap progresif.

Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja

mencakup masa Juvenilitas (adolescantium), pubertas,

dan nubilitas.

Perkembangan agama pada remaja ditandai oleh

beberapa faktor perkembangan jasmani dan

12

rohaninya. Perkembangan itu antara lain menurut

W. Starbuck adalah :

a. Pertumbuhan Pikiran dan Mental

Ide dan dasar keyakinan beragama yang

diterima remaja dari masa kanak-kanaknya

sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat

kritis terhadap ajaran agama mulai timbul.

Selain masalah agama mereka pun sudah

tertarik dari masalah kebudayaan, sosial,

ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.

Dalam penelitian Allport, Gillesphy, dan

Young menyatakan bahwa agama yang ajarannya

bersifat lebih konservatif lebih banyak

berpengaruh bagi para remaja untuk tetap taat

kepada ajaran agamanya. Namun sebaliknya

agama yang ajarannya kurang konservatif-

dogmatis dan agak liberal akan mudah

merangsang pemiikiran pengembangan pikiran

dan mental para remaja sehingga mereka banyak

meninggalkan agamanya

b. Perkembangan Perasaan

Berbagai perasaan telah berkembang pada masa

remaja. Perasaan sosial, etis,  dan estesis

mendorong remaja untuk menghayati

perikehidupan yang terbiasa dalam

lingkungannya. Kehidupan religius akan

cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke

13

arah hidup yang religius pula. Sebaliknya,

bagi remaja yang kurang mendapat pendidikan

dan siraman ajaran agama akan lebih mudah

didominasi dorongan seksual.

c. Pertimbangan Sosial

Corak keagamaan para remaja juga ditandai

oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam

kehidupan keagamaan mereka timbul konflik

antara pertimbangan moral dan material.

Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi

akan kepentingan materi, maka para remaja

cenderung sifatnya materialis. Hasil

penyelidikan Ernest Harms terhadap 1789

remaja Amerika antara usia 18-29 tahun

menunjukan bahwa 70% pemikiran remaja

ditujukan bagi kepentingan keuangan,

kesejahteraan, kebahagiaan, kehormatan diri

dan masalah kesenangan pribadi lainnya.

Sedangkan masalah masalah akhirat dan

keagamaan hanya sekitar 3,6%, dan masalah

sosial 5,8%.

d. Perkembangan Moral

Perkembangan moral para remaja bertitik tolak

dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari

proteksi. Tipe moral yang juga terlihat pada

para remaja juga mencakupi:

14

1) Self-directive, taat terhadap agama atau moral

berdasarkan pertimbangan pribadi.

2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan

tanpa mengadakan kritik.

3) Submissive, merasakan adanya keraguan

terhadap ajaran moral dan agama.

4) Unnajusted, belum meyakini akan keberadaan

ajaran agama dan moral.

5) Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan

serta tatanan moral masyarakat.

e. Sikap dan Minat

Sikap dan minat remaja terhadap masalah

keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan

hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil

serta lingkungan agama yang mempengaruhi

mereka (besar kecil minatnya)

f. Ibadah

Pandangan para remaja terhadap ajaran agama

(ibadah), mereka hanya menganggap ibadah

adalah sebuah media untuk bermeditasi dan

sedikit remaja yang mengatakan bahwasanya

ibadah adalah alat untuk berkomunikasi

terhadap Tuhan. Hal tersebut terbukti karena

lebih banyaknya remaja yang tidak

melaksanakan ibadah dibandingkan remaja yang

melaksanakan ibadah secara benar.

15

C. Perkembangan Bahasa dan Kognitif

1. Perkembangan Bahasa

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

bahasa remaja adalah:

a. Kesehatan / kondisi fisik

Maksud dari kedua itu adalah keadaan

kesehatan remaja tersebut yang dapat

menunjang awal dari komunikasinya. Apabila

pada masa kecilnya mengalami sering sakit

maka dalam penambahan kosa kata remaja

tersebut kurang, karena apabila sakit remaja

tersebut jarang melakukan interaksi dengan

teman-teman sebayanya. Begitu juga dengan

remaja yang mengalami cacat mental, mereka

sangat lambat dalam melakukan komunikasi

dengan seseorang.

b. Intelegensi / kecerdasan remaja

Yang dimaksudkan adalah kecerdasan remaja

yang mempengaruhi seorang remaja dalam

pemahaman penggunaan bahasa, apabila remaja

tersebut memiliki intelegensi yang tinggi

maka remaja tersebut pintar dan pandai dalam

penggunaan bahasa yang baik. Tapi bagi remaja

yang intelegensinya rendah maka remaja

tersebut tidak sepandai remaja yang memiliki

intelegensinya tinggi sehingga akan membuat

16

remaja tersebut dalam pemahaman penggunaan

bahasa tiak sepandai remaja yang

intelegensinya tinggi.

c. Status  Sosial Ekonomi Keluarga

Yang dimaksud adalah, apabila seorang remaja

berasal dari keluarga yang memiliki status

sosial dan keadaan ekonomi yang baik serta

berasal dari keluarga yang berpendidikan maka

bahasa yang digunakan jauh lebih baik dari

pada dari seorang remaja yang memiliki status

sosial serta keadaan ekonomi yang rendah. Itu

semua sangat berkaitan dengan penggunaan

bahasa.

d. Hubungan keluarga

Dalam hal ini perkembangan bahasa sangat

berkaitan karena dalam sebuah keluarga adalah

sekumpulan orang yang selalu ada apabila kita

membutuhkan atau dalam apapun. Contohnya

pengeruh keluarga dalam perkembangan bahasa,

seorang remaja akan menggunakan bahasa yang

lugas serta percaya diri tinggi akan yang

dikatakan apabila mereka memiliki keluarga

yang selalu mengutamakan pendapat mereka

serta mereka mendapatkan semangat, kasih

sayang, dll. Berbeda dengan remaja yang

17

memiliki keluarga yang selalu memarahinya,

menci maki, dll yang tidak pernah memberi

semangat ubtuk maju, remaja tersebut akan

merasa terbelakang dan akan merasa takut

dalam berbicara untuk memberikan pendapatnya

kepada orang lain.

e. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan dimana remaja itu tinggal

atau remaja itu sering datangi juga

mempengaruhi dalam perkembangan bahasa

seorang remaja, apabila remaja tersebut

tinggal disebuah desa, tidak akan sama bahasa

yang digunakannya dalam kesehariannya dengan

orang kota.

2. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang

remaja termotivasi untuk memahami dunia karena

perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam

pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun

dunia kognitif mereka, di mana informasi yang

didapatkan tidak langsung diterima begitu saja

ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah

mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide

yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu

remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut.

Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa

18

yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu

mengolah cara berpikir mereka sehingga

memunculkan suatu ide baru.

Perkembangan kognitif adalah perubahan

kemampuan mental seperti belajar, memori,

menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam

Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada

masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu

interaksi dari struktur otak yang telah

sempurna dan lingkungan sosial yang semakin

luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja

untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap

perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi

formal (dalam Papalia & Olds, 2001).

Tahap formal operations adalah suatu tahap

dimana seseorang sudah mampu berpikir secara

abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas

pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang

benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap

operasi formal remaja dapat berpikir dengan

fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu

menemukan alternatif jawaban atau penjelasan

tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak

yang baru mencapai tahap operasi konkret yang

hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk

suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir

secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan

19

suatu situasi yang masih berupa rencana atau

suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat

memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada

saat ini dapat memiliki efek pada masa yang

akan datang. Dengan demikian, seorang remaja

mampu memperkirakan konsekuensi dari

tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang

dapat membahayakan dirinya.

Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu

berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka

sudah mulai membayangkan sesuatu yang

diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif

yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat

dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir

lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola

berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu

membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu

tujuan di masa depan (Santrock, 2001).

Salah satu bagian perkembangan kognitif masa

kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan

oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir

egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds,

2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di

sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal

dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan

Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al.,

1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan

20

salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme

yang dikenal dengan istilah personal fabel.

Personal fabel adalah "suatu cerita yang kita

katakan pada diri kita sendiri mengenai diri

kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah

benar" . Kata fabel berarti cerita rekaan yang

tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-

tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi

keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan

memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang

diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut

pandang orang lain dan fakta sebenarnya.

Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind

menjelaskan “personal fable” sebagai berikut

“Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa

diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh

hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong

perilaku merusak diri [self-destructive] oleh

remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara

magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang

remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak

mungkin hamil [karena perilaku seksual yang

dilakukannya], atau seorang remaja pria

berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal

dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil],

atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang

[drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami

21

kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa

hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain,

bukan pada dirinya”.

Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam

perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa

diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian

yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang

populer dalam penjelasan berkaitan perilaku

berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom,

dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja

biasanya dipandang memiliki keyakinan yang

tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat

melakukan perilaku yang dipandang berbahaya

tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.

Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan

bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa

memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan

atau tidak melakukan perilaku yang berisiko

merusak diri (self-destructive). Mereka juga

mengemukakan adanya derajat yang sama antara

remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-

invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan

melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan

mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-

Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa

adalah sama.

22

D. Perkembangan Afeksi, Konasi dan Kepribadian

1. Perkembangan Afeksi

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak

hanya akan membuahkan kecakapan kognitif tetapi

juga menghasilkan kecakapan ranah afektif.

Afeksi berkaitan dengan perasaan atau emosi,

ada beragam emosi Emosi anak seringkali berbeda

dengan emosi remaja dan orang dewasa.

Orang dewasa yang tidak memahami hal ini

cenderung menganggap anak belum matang secara

emosional. Ciri khas penampilan atau ekspresi

emosi remaja antara lain: (1) reaksi emosinya

kuat terhadap situasi yang sederhana/remeh

maupun yang serius, namun dapat berubah dengan

bertambahnya usia remaja; (2) seringkali tampak

bentuk eskpresi fisik dan gejala, misalnya

perubahan roman muka, dan gerakan tubuh, dan

ada juga remaja yang menjadi gelisah, melamun,

dan menggigit kuku; (3) bersifat sementara,

kalau sedih remaja menangis tapi setelah itu

cepat berhenti bila perhatiannya dialihkan;

serta (4) reaksi emosi mencerminkan

individualitas remaja, misalnya jika remaja

ketakutan, ada yang menangis, menjerit, lari,

dan bersembunyi di balik seseorang.

23

2. Perkembangan Konasi

Perilaku konatif merupakan perilaku yang

berhubungan dengan motivasi atau faktor

penggerak perilaku seseorang yang bersumber

dari kebutuhan-kebutuhannya. Freud (Di Vesta &

Thompson dalam Abin Syamsuddin, 2003). Bahwa

remaja akan :

Daerah Sensitif DaerahPemuasan

SasaranPemuasan

Hidup kembalidaerah sensitifwaktu masa kanak-kanak.

Akhirnya,siapberfungsinya alatkelamin

Mengurangicara-carawaktu masakanak –kanak

Munculnyacara orangdewasamemperolehpemuasan

Menyenangi dirisendiri(narcisism)atau objekoediphus-nya

Objekpemuasannyamungkin dirisendiri/sejenishomosexual)atau lainjenis(heterosexual)

3. Perkembangan Kepribadian

Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian

adalah perubahan cara individu berhubungan

dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik;

sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan

dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia &

Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang

penting pada masa remaja adalah pencarian

24

identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian

identitas diri adalah proses menjadi seorang

yang unik dengan peran yang penting dalam hidup

(Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih

melibatkan kelompok teman sebaya dibanding

orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001).

Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih

banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti

kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain

dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds,

2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran

kelompok teman sebaya adalah besar.

Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam

menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun

remaja telah mencapai tahap perkembangan

kognitif yang memadai untuk menentukan

tindakannya sendiri, namun penentuan diri

remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi

oleh tekanan dari kelompok teman sebaya

(Conger, 1991).

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi

pertimbangan dan keputusan seorang remaja

tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993;

Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia &

Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds

(2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya

25

merupakan sumber referensi utama bagi remaja

dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan

dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman

menjadi sumber informasi misalnya mengenai

bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik

atau film apa yang bagus, dan sebagainya

(Conger, 1991).

E. Hubungan Antara Perkembangan dengan Proses Belajar

Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh besar

terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain

mengemban fungsi pengajaran juga fungsi

pendidikan. Dalam kaitan pendidikan sekolah dalam

istilahnya ‘rumah kedua’ bagi siswa, merupakan

tempat rujukan dan perlindungan jika remaja

mengalami masalah.  Upaya-upaya yang dapat

dilakukan pengajar dalam hal memahami siswa

sebagai sosok remaja, yaitu:

1. Membantu siswa dalam menemukan jati diri dan

menghadapi kegagalan yang dihadapinya.

2. Emosi yang memuncak adalah karakteristik dari

remaja. Guru dapat membimbing  remaja untuk

pengendalian emosi negative.

3. Mengajari cara memahami orang lain dan

toleransi merupakan cara guru dalam mendidik

remaja.

26

Dengan mempelajari berbagai karakteristik remaja

akan sangat membantu siswa yang masih dalam masa

remaja, untuk keberhasilan proses pengajaran.

Karena setiap remaja berbeda,maka guru mau tidak

mau harus bisa menjadi teman dan orang tua bagi

remaja itu sendiri. Diperlukan sikap polos,

objektif terhadap siswa,adil dan menunjukkan

perhatian serta rasa simpatik dalam menghadapi

remaja.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan remaja adalah suatu tahapan

perkembangan kehidupan manusia yang memasuki

tahapan usia 11 tahun keatas. Dimana secara

kognitif memasuki tahapan operasional formal,

dimana individu mampu berfikir lebih logis dan

cenderung realistis.

Dari segi yang lain remaja akan lebih memahami

norma-norma sosial, agama dan masyarakat dengan

baik. Memahami pentingnya berperilaku baik

27

terhadap sesama dan mampu mencintai diri sendiri

sebagaimana tugas perkembangannya.

Menjadi pribadi yang baik pada usia remaja akan

membawa dampak positif dalam kemampuan sosial

emosionalnya. Akan peka terhadap lingkungan

sekitar dan kemampuan berbahasa yang baik akan

menjadikan kelancaran dalam komunikasi.

B. Saran

1. Remaja akan menjadi baik apabila memahami

tentang tugas perkembangannya

2. Tidak akan terganggu jika memahami hal-hal yang

boleh dan tidak boleh berkaitan dengan norma

dan hukum.