PERKEMBANGAN BELAJAR MASA REMAJA
Transcript of PERKEMBANGAN BELAJAR MASA REMAJA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan
manusia dengan tujuan untuk mendewasakan diri dan
mengalami pendewasaan serta perubahan. Remaja
adalah tahap perkembangan manusia, dimana ia telah
berada diantara masa anak-anak dengan masa dewasa.
Masa remaja dipenuhi dengan hal-hal yang baru yang
diharapkan dirinya mampu mencoba, namun ada
pembatasan-pembatasan yang mengharuskan individu
untuk tidak berbuat demikian.
Perkembangan remaja merupakan bagian dari
perkembangan proses belajar yang saling
berhubungan dan berpengaruh. Selain mampu
mengasah fungsi kognitif, belajar juga
mendewasakan beberapa hal seperti moral, sosial,
religi, afeksi, kepribadian, bahasa, konasi,dan
psikomotor.
Dewasa ini banyak sekali remaja yang mengalami
banyak masalah dalam hidupnya dan mempengaruhi
perkembangan belajarnya. Mengapa hal ini bisa
2
terjadi ? jawabannya adalah dalam pembahasan akan
sedikit banyak disinggung.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perubahan fisik dan perilaku
psikomotor remaja ?
2. Bagaimana perubahan perilaku sosial, moral dan
religi remaja ?
3. Bagaimana perkembangan bahasa dan kognisi
remaja ?
4. Bagaimana perkembangan perilaku afeksi, konasi
dan kepribadian remaja ?
5. Bagaimana hubungan antara perkembangan-
perkembangan dengan proses belajar ?
C. Tujuan
1. Memahami perubahan fisik dan perilaku
psikomotor remaja
2. Memahami perkembangan perilaku sosial, moral
dan religi remaja
3. Memahami perkembangan bahasa dan kognisi remaja
4. Memahami perkembangan afeksi, konasi, dan
kepribadian remaja
5. Memahami hubungan antara beragam perkembangan
dengan proses belajar.
4
PEMBAHASAN
A. Perubahan Fisik dan Psikomotor Remaja
1. Perubahan Fisik (Motor)
Istilah motor digunakan sebagai istilah yang
menunjukkan pada hal, keadaan dan kegiatan yang
melibatkan otot-otot dan gerakan-gerakannya,
juga kelenjar-kelenjar da sekresinya
(pengeluaran cairan atau getah). Atau dapat
dikatakan sebagai segala keadaan yang
meningkatkan atau menghasilkan stimulasi atau
rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.
Perkembangan manusia terjadi dalam dua dekade
(dua dasawarsa) sejak ia lahir. Perkembangan
ini terjadi ketika memasuki masa remaja yaitu
rentang usia 12 atau 13 tahun hingga 21 atau 22
tahun. Pada beberapa bagian tubuh akan
berkembang dan menjadi matang.
Perubahan fisik erat kaitannya dengan tiga hal
sebagai dasar, yaitu :
a. Pubertas
Pubertas adalah sebuah periode dimana
kematangan fisik berlangsung cepat, yang
melibatkan perubahan hormonal dan tubuh, yang
terutama berlangsung pada masa remaja awal.
Walaupun terkadang masa pubertas berakhir
jauh sebelum masa remaja berakhir.
5
Masa ini menunjukkan beberapa perkembangan
pada kondisi fisik seseorang terutama pada
bagian tubuh remaja. Untuk wanita akan
mengalami menstruasi. Kemudian akan ada
perubahan hormonal, hormon adalah substansi
kimiawi yang dikeluarkan oleh kelenjar
endokrin dan dibawa keseluruh tubuh dengan
bantuan aliran darah, hormonal ini
mempengaruhi bentuk dan perubahan fisik
remaja.
b. Otak
Berdasarkan sebuah penelitian (Bava
dkk.,2010;Lenroot dkk.,2009) menyebutkan
bahwa perkembangan otak mengalami perubahan
dalam hal struktur secara signifikan. Corpus
Callosum, dimana serat optik menghubungkan
hemisphere otak sebelah kiri dengan sebelah
kanan, semakin tebal pada masa remaja,
sehingga meningkatkan kemampuan remaja dalam
memproses informasi (Giedd,2008).
c. Seksualitas Remaja
Remaja adalah masa dimana mereka
mengeksplorasi dan eksperimen seksual, masa
fantasi dan realitas seksual, masa
mengintegrasikan seksualitas kedalam
identitas seseorang. Remaja memiliki rasa
ingin tahu dan seksualitas yang hampir tidak
6
dapat dipuaskan. Remaja memikirkan tentang
apakah dirinya secara seksual menarik, cara
melakukan hubungan seksual dan dan
bagaimanankan nasib kehidupan seksualitas
mereka.
2. Psikomotor
Perkembangan psikomotorik merupakan
perkembangan terkait dengan perilaku motorik
(koordinasi fungsional neuromuscular system)
dan fungsi psikis (kognitif, afektif dan
konatit). Dua prinsip perkembangan utama yang
tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik
ialah bahwa perkembangan itu berlangsung dari
yang sederhana kepada yang kompleks, dan dari
yang kasar dan global (grass bodily movements)
kepada yang harus dan spesifik tetapi
terkoordinasikan (finely coordinated
movements).
Perkembangan psikomotorik pada masa remaja
ditandai dengan keterampilan psikomotorik
berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran
tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan
fisiologi. Kemampuan psikomotorik terus
meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan
daya tahan. Secara umum, perkembangan
psikomotorik pada laki-laki lebih tinggi dari
7
perempuan karena perkembangan psikomotorik pada
perempuan akan terhenti setelah mengalami
menstruasi.
B. Perkembangan Sosial, Moral dan Religi
1. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah kemajuan yang
progresif melalui kegiatan yang terarah dari
individu dalam pemahaman atas warisan sosial
dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes.
Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang
layak antara dirinya dengan warisan sosial itu.
Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan
sosial adalah kemampuan seseorang dalam
bersikap atau tata cara perilakunya dalam
berinteraksi dengan unsur sosialisasi di
masyarakat.
Menururut Singgih D Gunarsah, perkembangan
sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir,
dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus
melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan
sosialnya yang menyangkut norma-norma dan
sosial budaya masyarakatnya.
Perkembangan sosial akan menekankan
perhatiannya kepada pertumbuhan yang bersifat
progresif. Seorang individu yang lebih besar
tidak bersifat statis dalam pergaulannya,
8
karena dirangsang oleh lingkungan sosial, adat
istiadat, kebiasaan-kebiasaan kelompok dimana
ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.
Jadi pengertian perkembangan sosial adalah
sebuah proses interaksi yang dibangun oleh
seseorang dengan orang lain. Perkembangan
sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan
orang lain, mulai dari orang tua, saudara,
teman bermain, hingga masyarakat secara luas.
Perkembangan sosial adalah proses belajar
mengenal normal dan peraturan dalam sebuah
komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam
kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah
mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari,
beradaptasi dan menyesuaikan diri.
Karakteristik perkembangan sosial remaja, pada
jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup
kompleks, interaksi sosial dan pergaulan remaja
telah cukup luas. Anak mulai memiliki
kesanggupan menyesuaikan diri sendiri
(egosentris) kepada sikap yang kooperatif
(bekerja sama) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain). Dalam
penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja
telah mulai memperlihatkan dan mengenal
berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan
9
norma yang berlaku sebelumnya di dalam
keluarganya.
a. Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan
dan mengenal berbagai norma pergaulan.
Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan
sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di
samping harus memperhatikan norma pergaulan
sesama remaja juga terselip pemikiran adanya
kebutuhan masa depan untuk memilih teman
hidup.
b. Pada masa remaja berkembang ”social
cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami
orang lain. Remaja memahami orang lain sebagi
individu yang unik, baik menyangkut sifat
pribadi, minat, nilai-nilai, maupun
perasaannya.
c. Menurut “Erick Erison” Bahwa masa remaja
terjadi masa krisis, masa pencarian jati
diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati
diri seseorang didorong oleh sosiokultural.
Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial
remaja didorong oleh dan berorientasi pada
kepentingan seksual.
d. Pada masa ini juga berkembang sikap
”conformity”, yaitu kecenderungan untuk
menyerah atau megikuti opini, pendapat,
10
nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan
orang lain (teman sebaya).
1) Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti
menampilkan sikap dan perilaku yang secara
moral dan agama dapat
dipertanggungjawabkan maka kemungkinan
besar remaja tersebut akan menampilkan
pribadinya yang baik.
2) Sebaliknya, apabila kelompoknya itu
menampilkan sikap dan perilaku yang
melecehkan nilai – nilai moral maka sangat
dimungkinkan remaja akan melakukan
perilaku seperti kelompoknya tersebut.
e. Kehidupan sosial remaja ditandai dengan
menonjolnya fungsi intelektual dan emosional.
Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial
yang tertutup sehubungan dengan masalah yang
dialaminya.
f. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam
bentuk kelompok – kelompok, baik kelompok
besar maupun kelompok kecil.
2. Perkembangan Moral
Tahap perkembangan moral menurut Piaget adalah
otonomi, realisme dan resiprositas moral (dalam
tahap perkembangan kognitif formal operasional)
yang mana memiliki ciri khas mempertimbangkan
11
tujuan-tujuan perilaku moral, menyadari bahwa
aturan moral adalah kesepakatan tradisi yang
dapat berubah. Sedangkan menurut Kohlberg
bahwa perkembangan moral terbagi dalam moral
konvensional dan pascakonvensional karena
remaja berada di dua titik ini. Dimana menurut
kohlberg remaja akan berperilaku sesuai dengan
aturan dan patokan moral agar memperoleh
persetujuan orang dewasa bukan untuk
menghindari hukuman. Perbuatan baik dan buruk
dinilai berdasarkan tujuannya, jadi ada
perkembangan kesadaran terhadap perlunya
aturan. Memiliki sikap pasti terhadap wewenang
dan peraturan. Hukum harus ditaati oleh semua
orang. Senantiasa memperatikan hak
perseorangan dan memperhatikan prinsip-prinsip
etika.
3. Perkembangan Religi
Dalam pembagian tahap perkembangan manusia,
maka masa remaja menduduki tahap progresif.
Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja
mencakup masa Juvenilitas (adolescantium), pubertas,
dan nubilitas.
Perkembangan agama pada remaja ditandai oleh
beberapa faktor perkembangan jasmani dan
12
rohaninya. Perkembangan itu antara lain menurut
W. Starbuck adalah :
a. Pertumbuhan Pikiran dan Mental
Ide dan dasar keyakinan beragama yang
diterima remaja dari masa kanak-kanaknya
sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat
kritis terhadap ajaran agama mulai timbul.
Selain masalah agama mereka pun sudah
tertarik dari masalah kebudayaan, sosial,
ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.
Dalam penelitian Allport, Gillesphy, dan
Young menyatakan bahwa agama yang ajarannya
bersifat lebih konservatif lebih banyak
berpengaruh bagi para remaja untuk tetap taat
kepada ajaran agamanya. Namun sebaliknya
agama yang ajarannya kurang konservatif-
dogmatis dan agak liberal akan mudah
merangsang pemiikiran pengembangan pikiran
dan mental para remaja sehingga mereka banyak
meninggalkan agamanya
b. Perkembangan Perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa
remaja. Perasaan sosial, etis, dan estesis
mendorong remaja untuk menghayati
perikehidupan yang terbiasa dalam
lingkungannya. Kehidupan religius akan
cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke
13
arah hidup yang religius pula. Sebaliknya,
bagi remaja yang kurang mendapat pendidikan
dan siraman ajaran agama akan lebih mudah
didominasi dorongan seksual.
c. Pertimbangan Sosial
Corak keagamaan para remaja juga ditandai
oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam
kehidupan keagamaan mereka timbul konflik
antara pertimbangan moral dan material.
Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi
akan kepentingan materi, maka para remaja
cenderung sifatnya materialis. Hasil
penyelidikan Ernest Harms terhadap 1789
remaja Amerika antara usia 18-29 tahun
menunjukan bahwa 70% pemikiran remaja
ditujukan bagi kepentingan keuangan,
kesejahteraan, kebahagiaan, kehormatan diri
dan masalah kesenangan pribadi lainnya.
Sedangkan masalah masalah akhirat dan
keagamaan hanya sekitar 3,6%, dan masalah
sosial 5,8%.
d. Perkembangan Moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak
dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari
proteksi. Tipe moral yang juga terlihat pada
para remaja juga mencakupi:
14
1) Self-directive, taat terhadap agama atau moral
berdasarkan pertimbangan pribadi.
2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan
tanpa mengadakan kritik.
3) Submissive, merasakan adanya keraguan
terhadap ajaran moral dan agama.
4) Unnajusted, belum meyakini akan keberadaan
ajaran agama dan moral.
5) Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan
serta tatanan moral masyarakat.
e. Sikap dan Minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah
keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan
hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil
serta lingkungan agama yang mempengaruhi
mereka (besar kecil minatnya)
f. Ibadah
Pandangan para remaja terhadap ajaran agama
(ibadah), mereka hanya menganggap ibadah
adalah sebuah media untuk bermeditasi dan
sedikit remaja yang mengatakan bahwasanya
ibadah adalah alat untuk berkomunikasi
terhadap Tuhan. Hal tersebut terbukti karena
lebih banyaknya remaja yang tidak
melaksanakan ibadah dibandingkan remaja yang
melaksanakan ibadah secara benar.
15
C. Perkembangan Bahasa dan Kognitif
1. Perkembangan Bahasa
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa remaja adalah:
a. Kesehatan / kondisi fisik
Maksud dari kedua itu adalah keadaan
kesehatan remaja tersebut yang dapat
menunjang awal dari komunikasinya. Apabila
pada masa kecilnya mengalami sering sakit
maka dalam penambahan kosa kata remaja
tersebut kurang, karena apabila sakit remaja
tersebut jarang melakukan interaksi dengan
teman-teman sebayanya. Begitu juga dengan
remaja yang mengalami cacat mental, mereka
sangat lambat dalam melakukan komunikasi
dengan seseorang.
b. Intelegensi / kecerdasan remaja
Yang dimaksudkan adalah kecerdasan remaja
yang mempengaruhi seorang remaja dalam
pemahaman penggunaan bahasa, apabila remaja
tersebut memiliki intelegensi yang tinggi
maka remaja tersebut pintar dan pandai dalam
penggunaan bahasa yang baik. Tapi bagi remaja
yang intelegensinya rendah maka remaja
tersebut tidak sepandai remaja yang memiliki
intelegensinya tinggi sehingga akan membuat
16
remaja tersebut dalam pemahaman penggunaan
bahasa tiak sepandai remaja yang
intelegensinya tinggi.
c. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Yang dimaksud adalah, apabila seorang remaja
berasal dari keluarga yang memiliki status
sosial dan keadaan ekonomi yang baik serta
berasal dari keluarga yang berpendidikan maka
bahasa yang digunakan jauh lebih baik dari
pada dari seorang remaja yang memiliki status
sosial serta keadaan ekonomi yang rendah. Itu
semua sangat berkaitan dengan penggunaan
bahasa.
d. Hubungan keluarga
Dalam hal ini perkembangan bahasa sangat
berkaitan karena dalam sebuah keluarga adalah
sekumpulan orang yang selalu ada apabila kita
membutuhkan atau dalam apapun. Contohnya
pengeruh keluarga dalam perkembangan bahasa,
seorang remaja akan menggunakan bahasa yang
lugas serta percaya diri tinggi akan yang
dikatakan apabila mereka memiliki keluarga
yang selalu mengutamakan pendapat mereka
serta mereka mendapatkan semangat, kasih
sayang, dll. Berbeda dengan remaja yang
17
memiliki keluarga yang selalu memarahinya,
menci maki, dll yang tidak pernah memberi
semangat ubtuk maju, remaja tersebut akan
merasa terbelakang dan akan merasa takut
dalam berbicara untuk memberikan pendapatnya
kepada orang lain.
e. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan dimana remaja itu tinggal
atau remaja itu sering datangi juga
mempengaruhi dalam perkembangan bahasa
seorang remaja, apabila remaja tersebut
tinggal disebuah desa, tidak akan sama bahasa
yang digunakannya dalam kesehariannya dengan
orang kota.
2. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang
remaja termotivasi untuk memahami dunia karena
perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam
pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun
dunia kognitif mereka, di mana informasi yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja
ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah
mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide
yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu
remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut.
Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa
18
yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu
mengolah cara berpikir mereka sehingga
memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan
kemampuan mental seperti belajar, memori,
menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam
Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada
masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu
interaksi dari struktur otak yang telah
sempurna dan lingkungan sosial yang semakin
luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja
untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap
perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi
formal (dalam Papalia & Olds, 2001).
Tahap formal operations adalah suatu tahap
dimana seseorang sudah mampu berpikir secara
abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas
pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang
benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap
operasi formal remaja dapat berpikir dengan
fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu
menemukan alternatif jawaban atau penjelasan
tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak
yang baru mencapai tahap operasi konkret yang
hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk
suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir
secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan
19
suatu situasi yang masih berupa rencana atau
suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat
memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada
saat ini dapat memiliki efek pada masa yang
akan datang. Dengan demikian, seorang remaja
mampu memperkirakan konsekuensi dari
tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang
dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu
berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka
sudah mulai membayangkan sesuatu yang
diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif
yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat
dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir
lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola
berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu
membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu
tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa
kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan
oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir
egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds,
2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di
sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal
dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan
Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al.,
1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan
20
salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme
yang dikenal dengan istilah personal fabel.
Personal fabel adalah "suatu cerita yang kita
katakan pada diri kita sendiri mengenai diri
kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah
benar" . Kata fabel berarti cerita rekaan yang
tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-
tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi
keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan
memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang
diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut
pandang orang lain dan fakta sebenarnya.
Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind
menjelaskan “personal fable” sebagai berikut
“Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa
diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh
hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong
perilaku merusak diri [self-destructive] oleh
remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara
magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang
remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak
mungkin hamil [karena perilaku seksual yang
dilakukannya], atau seorang remaja pria
berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal
dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil],
atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang
[drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami
21
kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa
hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain,
bukan pada dirinya”.
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam
perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa
diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian
yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang
populer dalam penjelasan berkaitan perilaku
berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom,
dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja
biasanya dipandang memiliki keyakinan yang
tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat
melakukan perilaku yang dipandang berbahaya
tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan
bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa
memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan
atau tidak melakukan perilaku yang berisiko
merusak diri (self-destructive). Mereka juga
mengemukakan adanya derajat yang sama antara
remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-
invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan
melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan
mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-
Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa
adalah sama.
22
D. Perkembangan Afeksi, Konasi dan Kepribadian
1. Perkembangan Afeksi
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak
hanya akan membuahkan kecakapan kognitif tetapi
juga menghasilkan kecakapan ranah afektif.
Afeksi berkaitan dengan perasaan atau emosi,
ada beragam emosi Emosi anak seringkali berbeda
dengan emosi remaja dan orang dewasa.
Orang dewasa yang tidak memahami hal ini
cenderung menganggap anak belum matang secara
emosional. Ciri khas penampilan atau ekspresi
emosi remaja antara lain: (1) reaksi emosinya
kuat terhadap situasi yang sederhana/remeh
maupun yang serius, namun dapat berubah dengan
bertambahnya usia remaja; (2) seringkali tampak
bentuk eskpresi fisik dan gejala, misalnya
perubahan roman muka, dan gerakan tubuh, dan
ada juga remaja yang menjadi gelisah, melamun,
dan menggigit kuku; (3) bersifat sementara,
kalau sedih remaja menangis tapi setelah itu
cepat berhenti bila perhatiannya dialihkan;
serta (4) reaksi emosi mencerminkan
individualitas remaja, misalnya jika remaja
ketakutan, ada yang menangis, menjerit, lari,
dan bersembunyi di balik seseorang.
23
2. Perkembangan Konasi
Perilaku konatif merupakan perilaku yang
berhubungan dengan motivasi atau faktor
penggerak perilaku seseorang yang bersumber
dari kebutuhan-kebutuhannya. Freud (Di Vesta &
Thompson dalam Abin Syamsuddin, 2003). Bahwa
remaja akan :
Daerah Sensitif DaerahPemuasan
SasaranPemuasan
Hidup kembalidaerah sensitifwaktu masa kanak-kanak.
Akhirnya,siapberfungsinya alatkelamin
Mengurangicara-carawaktu masakanak –kanak
Munculnyacara orangdewasamemperolehpemuasan
Menyenangi dirisendiri(narcisism)atau objekoediphus-nya
Objekpemuasannyamungkin dirisendiri/sejenishomosexual)atau lainjenis(heterosexual)
3. Perkembangan Kepribadian
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian
adalah perubahan cara individu berhubungan
dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik;
sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan
dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia &
Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang
penting pada masa remaja adalah pencarian
24
identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian
identitas diri adalah proses menjadi seorang
yang unik dengan peran yang penting dalam hidup
(Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih
melibatkan kelompok teman sebaya dibanding
orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001).
Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih
banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti
kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain
dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds,
2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran
kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam
menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun
remaja telah mencapai tahap perkembangan
kognitif yang memadai untuk menentukan
tindakannya sendiri, namun penentuan diri
remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi
oleh tekanan dari kelompok teman sebaya
(Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi
pertimbangan dan keputusan seorang remaja
tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993;
Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia &
Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds
(2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya
25
merupakan sumber referensi utama bagi remaja
dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan
dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman
menjadi sumber informasi misalnya mengenai
bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik
atau film apa yang bagus, dan sebagainya
(Conger, 1991).
E. Hubungan Antara Perkembangan dengan Proses Belajar
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh besar
terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain
mengemban fungsi pengajaran juga fungsi
pendidikan. Dalam kaitan pendidikan sekolah dalam
istilahnya ‘rumah kedua’ bagi siswa, merupakan
tempat rujukan dan perlindungan jika remaja
mengalami masalah. Upaya-upaya yang dapat
dilakukan pengajar dalam hal memahami siswa
sebagai sosok remaja, yaitu:
1. Membantu siswa dalam menemukan jati diri dan
menghadapi kegagalan yang dihadapinya.
2. Emosi yang memuncak adalah karakteristik dari
remaja. Guru dapat membimbing remaja untuk
pengendalian emosi negative.
3. Mengajari cara memahami orang lain dan
toleransi merupakan cara guru dalam mendidik
remaja.
26
Dengan mempelajari berbagai karakteristik remaja
akan sangat membantu siswa yang masih dalam masa
remaja, untuk keberhasilan proses pengajaran.
Karena setiap remaja berbeda,maka guru mau tidak
mau harus bisa menjadi teman dan orang tua bagi
remaja itu sendiri. Diperlukan sikap polos,
objektif terhadap siswa,adil dan menunjukkan
perhatian serta rasa simpatik dalam menghadapi
remaja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan remaja adalah suatu tahapan
perkembangan kehidupan manusia yang memasuki
tahapan usia 11 tahun keatas. Dimana secara
kognitif memasuki tahapan operasional formal,
dimana individu mampu berfikir lebih logis dan
cenderung realistis.
Dari segi yang lain remaja akan lebih memahami
norma-norma sosial, agama dan masyarakat dengan
baik. Memahami pentingnya berperilaku baik
27
terhadap sesama dan mampu mencintai diri sendiri
sebagaimana tugas perkembangannya.
Menjadi pribadi yang baik pada usia remaja akan
membawa dampak positif dalam kemampuan sosial
emosionalnya. Akan peka terhadap lingkungan
sekitar dan kemampuan berbahasa yang baik akan
menjadikan kelancaran dalam komunikasi.
B. Saran
1. Remaja akan menjadi baik apabila memahami
tentang tugas perkembangannya
2. Tidak akan terganggu jika memahami hal-hal yang
boleh dan tidak boleh berkaitan dengan norma
dan hukum.