Esai Kegiatan Remaja Islam

22
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEGIATAN REMAJA Penulis : Kresna Susilo Zaelani (4115140801) PPKn A 2014 Dosen Pengampu : Dr. Eva Fahrun Nisa Amrullah, MA FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK

Transcript of Esai Kegiatan Remaja Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KEGIATAN REMAJA

Penulis :Kresna Susilo Zaelani (4115140801)

PPKn A 2014

Dosen Pengampu :Dr. Eva Fahrun Nisa Amrullah, MA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2014

Seni Islam dalam Era Globalisasi

Kesenian adalah suatu hal yang tidak bisa lepas dari

kebudayaan, tanpa kesenian kebudayaan tidak akan

menjadi lengkap, begitu sebaliknya. Seni Islam bukan

hanya seni yang hanya berfokus agama tetapi juga

mencakup kebudayaan Islam yang kaya dan berbagai.

Terlebih Seni Islam banyak mengadopsi dari kesenian

Arab. Tetapi seiring berjalannya waktu, perubahan

zaman, dan globalisasi dan modernisasi datang. Umat

Islam lebih memilah-milah mana yang sesuai dengan agama

dan mana yang jauh dari ajaran agama. Untuk

meninggalkan sisi jahiliyah banyak inovasi-inovasi yang

digunakan oleh Umat Islam, salah satunya dengan

menyiapkan kesenian Islam sebagai media dakwah.

Sehingga Seni Islam pasti harus sesuai dengan syari’at

agama.

Indonesia merupakan salah satu Negara yang mayoritas

penduduknya beragama Islam. Menurut hasil sensus tahun

2010, 87,18% dari 237.641.326 adalah pemeluk Islam,

6,96% Protestan, 2,9% Katolik, 1,69% Hindu, 0,72%

Budha, 0,05% Kong Hu Cu, 0,13% agama lainnya, dan 0,38%

tidak terjawab atau tidak ditanyakan. Dengan memiliki

dasar sebagai mayoritas, seharusnya kesenian Islam

berkembang dengan baik di Indonesia, tetapi dalam era

globalisasi dan modernisasi, Seni Islam mungkin tidak

lebih populer dari kesenian diluar Islam. Bahkan orang

Islam sendiri lebih banyak meminati seni yang tidak

mengandung makna agamanya.

Pengembangan kesenian Islam pun kini banyak

digalakan oleh orang-orang yang peduli dengan seni

Islam tersebut. Mulai dari pemerintah, instansi

terkait, bahkan sekolah-sekolah. Para remaja Kota

Bogor, khususnya para siswa MA Negeri 2 Bogor

mempunyai ide yang kreatif, dan inovatif mengenai

permasalahan tersebut dengan membangun ekstrakulikuler

yang mencakup Seni Islam didalamnya. Ekstrakulikuler

tersebut bernama ASIMA (Asosiasi Seni Islam MAN 2 Kota

Bogor), didirikan pada tanggal 25 Juni tahun 2008 oleh

seorang siswa yang bernama Fadli Ubaidillah. ASIMA

memiliki 3 divisi didalamnya, yaitu nasyid, marawis,

dan qasidah. Semuanya bergerak dalam seni musik Islam.

Nasyid adalah salah satu Seni Islam dalam bidang

seni suara. Biasanya merupakan nyanyian yang mengandung

kata-kata nasihat, kisah para nabi, memuji Allah, dan

yang sejenisnya. Biasanya nasyid dinyannyikan secara

acapella (suara lisan) dengan hanya diiringi gendang.

Metode itu muncul karena banyak ulama Islam yang

berpendapat melarang penggunaan alat musik kecuali alat

musik perkusi. Nasyid sendiri berasal dari bahasa Arab

yang berarti senandung. Kata ini mengalami penyempitan

makna dari senandung secara umum menjadi senandung yang

bernafaskan Islam. Nasyid juga dipercaya sudah ada

sejak zaman Nabi Muhammad SAW, syair thola’al badru ‘alaina

(yang artinya telah muncul rembulan ditengah kami) yang

kini kerap dinyanyikan oleh tim qasidah dan majelis

ta’lim, adalah syair yang digunakan kaum anshar

menyambut kedatangan Rasullullah SAW ketika pertama

kali hijrah ke Madinah. Nasyid kemudian berkembang

seiring dengan situasi dan kondisi saat itu. Menurut

data pengamat musik, nasyid mulai masuk ke Indonesia

pada era tahun 80-an. Perkembangannya diawali oleh

aktifis-aktifis kajian Islam yang mulai tumbuh di

kampus pada masa itu. Pada awalnya nyanyian yang

dinyanyikan adalah syair asli berbahasa Arab, namun

akhirnya berkembang dengan adanya nasyid berbahasa

Indonesia dan dengan tema yang semakin luas bukan hanya

yang bertemakan jihad dan syahid. Menurut pendapat

Sunni, Rasulullah telah menyebutkan instrumen musik

adalah haram. Dari Abu `Amir Abu Malik Al-Ashari, Rasulullah berkata,

"Dari umatku akan ada beberapa orang menganggap melakukan

perzinahan, memakai sutra, meminum minuman beralkohol, dan

menggunakan instrumen musik, sebagai hal yang halal.”

Diluar pendapat dari Sunni, generasi baru artis

nasyid memakai beberapa varian instrumen musik dalam

seni mereka. Banyak diantara para artis baru adalah

non-Arab yang berbahasa berbeda seperti Inggris dan

Turki. Beberapa kelompok nasyid Indonesia telah muncul

diawal tahun 1990, seperti Snada, artisnya seperti

Haddad Alwi dan Sulis. Dan terdapat pula dari Negara

lain seperti Outlandish dan Raihan. Artis-artis yang

terkenal seperti Sami Yusuf, Maher Zain.

Di MA Negeri 2 Kota Bogor sendiri telah memiliki 10

tim nasyid ikhwan (bernama Solid Voice) dan 6 tim

nasyid akhwat (bernama Azmi Voice). Mereka tetap

bernasyid walau telah lulus dari sekolahnya. Biasanya

berawal dari perlombaan, mengisi seminar-seminar,

hingga acara pernikahan.

Divisi kedua adalah Marawis, marawis adalah salah

satu jenis band tepuk dengan perkusi sebagai alat musik

utamanya. Kesenian ini merupakan kolaborasi antara

musik Timur Tengah (khususnya Yaman) dan Betawi.

Marawis biasanya memiliki 6-12 anggota dalam 1 tim.

Lirik lagu yang dibawakan biasanya merupakan pujian dan

kecintaan kepada Sang Khalik. Nama Marawis berasal dari

nama salah satu alat musik yang dipergunakan dalam

kesenian ini. Secara keseluruhan, terdapat alat musik

hajir (gendang besar) berdiameter sekitar 45 cm dengan

tinggi 60-70 cm, marawis (gendang kecil) berdiameter

sekitar 20 cm dengan tinggi sekitar 15 cm, dumbuk atau

jimbe (sejenis gendang yang berbentuk seperti dandang,

berdiameter yang berbeda pada kedua sisinya), serta dua

potong kayu yang bulat berdiameter sekitar 10 cm, dan

satu kecrek (symbal) yang berdiameter kecil dilengkapi

dengan tamborin. Lagu-lagu yang dibawakan berirama

padang pasir atau gambus.

Marawis juga memiliki beberapa jenis tepukan,

menurut katalog Pekan Musik Daerah, Dinas Kebudayaan

DKI, 1997, terdapat tiga jenis pukulan atau nada, yaitu

zapin, sarah dan zahifah. Pukulan zapin mengiringi

lagu-lagu gembira saat pentas dipanggung seperti lagu

berbalas pantun. Dan sering pula mengiringi lagu-lagu

pujian terhadap Nabi Muhammad SAW. Tempo nada zapin

lebih lambat dan tidak terlalu menghentak, sehingga

banyak digunakan untuk mengiringi lagu-lagu Melayu.

Pukulan sarah biasa dipakai untuk mengarak

pengantin.sedangkan Zahefah mengiringi lagu di majlis.

Kedua nada itu lebih banyak digunakan untuk irama yang

menghentak dan membangkitkan semangat. Dalam marawis

juga dikenal dengan istilah ngepang yang artinya

berbalas pukul dan angkat. Di ASIMA (Asosiasi Seni

Islam MA Negeri 2 Bogor) sendiri, terdiri dari tim

akhwat dan ikhwan, bahkan alumni marawis kini mulai

banyak tampil diacara-acara seperti bintang tamu pada

perlomban, acara seminar, dan acara pernikahan.

Terkadang untuk membangkitkan semangat, beberap

orang dari kelompok tersebut bergerak sesuai dengan

irama lagu. Untuk ikhwan biasanyagerkan bersifat cepat

dan berenergi, sedangkan untuk gerakan akhwat lebih

lemah lembut dan tidak meninggalkan kodratnya sebagai

wanita.

Yang terakhir ialah divisi qasidah, merupakan

penampilan menyanyikan syair epik dari kesusastraan

Arab. Penyanyi menyanyikan lirik berisi pujian bagi

Allah SWT, bagi Rasul SAW dan untuk kaum muslimin.

Qasidah pun hampir sama dengan marawis yang mengadopsi

irama Timur Tengah, tetapi ada perbedaan dari alat

musiknya yaitu rebana. Rebana adalah sejenis alat

tradisional yang berasal dari kayu, di buat dalam

bentuk lingkaran yang dilobangi pada bagian tengahnya

yang kemudian di tempat yang dilobangi itu di tempelkan

kulit binatang yang telah dibersihkan bulu-bulunya.

Awal kata rebana berasal dari kata Rabbana yang artinya

wahai Tuhan kami. Karena dahulu sering digunakan untuk

memuji Allah SWT. Lagu qasidah modern pun kini ada yang

berbahasa Indonesia, biasanya dipandu dengan suara

merdu penyanyinya, dan saat ini banyak yang

mengkolaborasikan dengan alat musik modern seperti

biola, keyboard, girt listrik. Di Indonesia perintis

lagu qasidah modern ialah grup Nasida Ria yang berasal

dari semarang yang semua personilnya adalah akhwat.

Lagu yang top ialah syair “Perdamaian”. Pada tahun

1970-an, muncul grup qasidah modern bermunculan,

seperti Koes Plus, Bimbo dan AKA. Di ASIMA (Asosiasi

Seni Islam MA Negeri 2 Bogor) hanya ada tim qasidah

dari akhwat, mungkin karena pemikiran anak zaman

sekarang yang berpikir bahwa qasidah indentik dengan

ibu-ibu pengajian dan akhwat saja. Sehingga para ikhwan

enggan untuk berpartisipasi untuk divisi yang satu ini.

Sama halnya dengan 2 divisi lain, divisi qasidah pun

sudah melahirkan banyak generasi dari tahun 2008, yang

biasanya tampil pada perlombaan, dan acara-acara yang

berbau ke-Islam-an.

Kegiatan ASIMA berfokus pada syiar, sesuai dengan

jargonnya yakni “Gemakan Syi’ar Islam dengan Syair”.

Jadi setiap kali tampil, baik itu lomba, pengisi acara

sekali pun, para anggota ASIMA wajib melandaskan niat

semata-mata untuk mengembangkan Islam. Karena bersyair

yang berisi tentang nilai-nilai Islam juga bisa dinilai

sebagai dakwah. Ini juga menjadi solusi bagi orang yang

ingin berdakwah tetapi enggan untuk tampil sendiri

didepan publik.

Biasanya penerimaan anggota baru dibuka saat MOPDB

(Masa Orientasi Peserta Didik Baru) sudah digelar,

adapun expo yang digunakan untuk menarik hari para

siswa baru yang selanjutnya mungkin menjadi pengurus di

ASIMA ( Asosiasi Seni Islam MA Negeri 2 Bogor), saat

expo biasanya terdapat penampilan-penampiln dari siswa-

siswi yang sebelumnya telah lebih dahulu hadir di

ASIMA. Saat penerimaan ASIMA tidak melihat mana yang

mempunyai bakat dan yang tidak memiliki bakat dibidang

kesenian, tetapi lebih menitik beratkan pada kemuan

para calon anggota untuk bersemangat menyiarkan agama

Allah.

Seharusnya pemuda-pemudi Islam tidak termakan

pengaruh, yang akhirnya menilai Seni Islam adalah seni

yang kuno, membosankan. Tetapi mereka seharusnya

melihat dari hakikat Seni Islam yang sangat amat baik

untuk diri dan orang lain, terdapat banyak pesan dakwah

yang bisa disampaikan. Selain ketiga divisi dalam

ASIMA, masih terdapat banyak kesenian Islam yang terbar

dalam berbagai bidang, misalnya dalam seni rupa ada

kaligrafi (kesenian melukis atau menggambar kalimat-

kalimat yang baik, biasanya berbahasa Arab, mulai dari

kalimat tauhid hingga potongan ayat-ayat Al-Qur’an. Ada

juga seni rupa yang bergerak dibidang dekorasi yang

sifatnya lebih menghias yang sifatnya kontemporer,

yakni berupa, masjid, karpet/permadani, gambar, dan

istana-istana kerajaan Islam. Ada juga seni baca Islam

yang biasa disebut Tilawatil Qur’an, dan masih banyak

lagi.

Mungkin dengan adanya organisasi seperti ASIMA,

kesenian Islam dapat terpelihara dan lestari. Munculnya

organisasi Seni Islam muncul bukan hanya di MA Negeri 2

Bogor, tetapi juga muncul di banyak sekolah-sekolah

yang peduli dengan Islam dan memiliki rasa keislaman

yang tinggi. Kita tahu bahwa Indonesia berpotensi

sebagai Negara maju, dan untuk menjadi Negara maju,

haruslah ia memiliki paduan hidup yaitu agama, dengan

agama Islam yang menjadi mayoritas, seharusnya

Indonesia dapat menjadi maju lebih cepat. Termasuk

menghargai kesenian-kesenian Islam yang tidak lain

memiliki pesan dakwah.

Foto tentang ASIMA :