PERAN INTENSITAS MENONTON SINETRON REMAJA INDONESIA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA

140
PERAN INTENSITAS MENONTON SINETRON REMAJA INDONESIA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA AWAL DALAM BERPACARAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Oleh: Fadhlillah Ghali Farand 115120301111008 Peminatan Psikologi Perkembangan PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Transcript of PERAN INTENSITAS MENONTON SINETRON REMAJA INDONESIA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA

PERAN INTENSITAS MENONTON SINETRON REMAJA

INDONESIA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA

AWAL DALAM BERPACARAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

Fadhlillah Ghali Farand

115120301111008

Peminatan Psikologi Perkembangan

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

ii

iii

iv

v

PERAN INTENSITAS MENONTON SINETRON REMAJA INDONESIA

TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA AWAL DALAM

BERPACARAN

Fadhlillah Ghali Farand

Psikologi – Universitas Brawijaya

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada peran intensitas

menonton sinetron remaja Indonesia terhadap perilaku seksual remaja awal yang

berpacaran. Subjek penelitian ini adalah 108 orang remaja dari tiga SMP Negeri di

Kota Malang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode

cluster sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan skala intensitas menonton

sinetron remaja Indonesia dan skala perilaku seksual remaja yang berpacaran.

Teknik analisis uji hipotesis menggunakan regresi linear sederhana. Hasil analisis

menunjukkan bahwa nilai signifikan (p) adalah 0,98 di mana 0,98 > 0,05, maka

hasilnya tidak signifikan. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa tidak ada

peran intensitas intensitas menonton sinetron remaja Indonesia terhadap perilaku

seksual remaja awal dalam berpacaran.

Kata kunci : intensitas menonton, perilaku seksual, remaja.

vi

The Role of Watching Indonesian Teen Soap Opera Toward Early Adolescent

Sexual Behavior When Dating

Fadhlillah Ghali Farand

Psychology – Brawijaya University

Abstract

The purpose of this study is to find out whether there is a role of the

intensity of watching Indonesian teen soap opera toward early adolescent sexual

behavior when dating relationship. Subject of this study are 108 student from three

public junior high school in Malang. The sampling method in this study uses cluster

sampling method. Research data were collected using intensity watching

Indonesian teen soap opera scale and adolescent sexual behavior when dating

relationship scale. Hypothesis test analysis technique use simple linier regression.

The result shows that, there is no significant role intensity of watching Indonesian

teen soap opera toward adolescent sexual behavior when dating relationship (p 0,98

> 0,05).

Keywords: watching intensity, sexual behavior, adolescent

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, rezeki, serta kesehatan sehingga penulis mampu

menyelesaikan penyusunan Skripsi berjudul: Peran Intensitas Menonton Sinetron

Remaja Indonesia Terhadap Perilaku Seksual Remaja Awal dalam Berpacaran.

Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini bukan semata-mata atas

kemampuan dan usaha penulis sendiri, namun juga berkat bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

1. Ibu MM.Susmiantien, SE dan Bapak Ir.Totok Soebandrio, MP. (Mama dan

Papa) yang selalu memberikan kasih sayang, doa, finansial dan dukungannya.

2. Kedua kakak tersayangku (Debbie Vidya Pramesti, SE. dan Fannia Damara

Zerlina, S.Farm, Apt.) serta semua keluarga penulis yang tercinta.

3. Ibu Ari Pratiwi, S.Psi., M.Psi. dan Ibu Afia Fitriani, S.Psi., M.Psi. selaku dosen

pembimbing atas kesediannya meluangkan waktu untuk membimbing dan

kesabarannya dalam mengarahkan penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Faizah S.Psi, M.Psi dan Ibu Unita Werdi Rahajeng, S.Psi., M.Psi. selaku

dosen penguji skripsi, yang telah memberikan sarannya.

5. Bapak Yoyon Supriyono, S.Psi., M.Psi. selaku Ketua Program Studi Psikologi

serta dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi,

bimbingan, dan bantuan selama masa studi.

6. Seluruh dosen dan staff Program Studi Psikologi yang telah memberikan ilmu

pengetahuannya, bimbingan, dan bantuan selama masa studi.

viii

7. Dora Ratna Puspitasari, Asri Fauziyah Husain, Ignatius Ryan selaku sahabat

penulis yang telah banyak membantu dan selalu ada dalam setiap kesempatan.

8. Teman-teman penulis di Psikologi Brawijaya (Milda Faraddina, Irene

Pangaribuan, M.Faisal Akbar, Fatiya Halum Husna, Amalia Rahminingrum,

dan Nazala Ayunda) yang telah menjadi teman yang baik. Kemudian teruntuk

Maria Ulfatul selaku teman baik penulis terimakasih masukan dan

bimbingannya dalam hal akademik terutama dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Elma Feby Ikawati yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat.

10. Kania Galuh, Nizar Sapta, Karina Sophia, Bela Dwi dan semua teman-teman

semasa SMA yang masih memberikan dukungan dan doanya.

11. Teman-teman penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu (Alumni SMAN

1 Banjarbaru 2011, Psikologi Brawijaya 2011, HIMAPSI, MAC Allstar,

SIPUPA) dan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam

pembuatan tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam pembuatan skripsi ini masih ada

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran-saran dan

kritikan dari pihak manapun dalam memperbaiki skripsi ini sehingga bermanfaat

untuk menjadikannya lebih sempurna di kemudian hari. Demikian atas perhatian

Bapak/Ibu/saudara/i, penulis ucapkan terima kasih.

Malang, 1 Juni 2015

Hormat saya

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................. i

Lembar Persetujuan .......................................................................................... ii

Lembar Pengesahan ............................................................................................ iii

Pernyataan .......................................................................................................... iv

Abstrak ................................................................................................................ v

Kata Pengantar ................................................................................................... vii

Daftar Isi .............................................................................................................. ix

Daftar Tabel ......................................................................................................... xii

Daftar Gambar .................................................................................................... xiv

Daftar Bagan ....................................................................................................... xv

Daftar Lampiran ................................................................................................. xvi

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

E. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 8

F. Kekhasan Penelitian ............................................................................. 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 13

A. Intensitas Menonton Sinetron Remaja Indonesia ................................. 13

1. Intensitas Menonton ......................................................................... 13

2. Sinetron Remaja Indonesia .............................................................. 14

B. Perilaku Seksual Remaja dalam Berpacaran ....................................... 19

x

1. Perilaku Seksual . ............................................................................ 19

2. Pacaran .............................................................................................. 26

C. Remaja ................................................................................................. 27

1. Definisi ............................................................................................. 27

2. Karakteristik Remaja Awal .............................................................. 28

D. Hubungan Intensitas Menonton Sinetron Remaja Indonesia dan Perilaku

Seksual Remaja Awal dalam Berpacaran ............................................. 30

E. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 31

F. Hipotesis ................................................................................................ 32

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 33

A. Desain Penelitian ................................................................................... 33

B. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 33

C. Definisi Operasional............................................................................... 34

1. Intensitas Menonton Sinetron Remaja Indonesia ............................. 35

2. Perilaku Seksual Remaja Awal dalam Berpacaran .......................... 35

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............................. 36

1. Populasi ............................................................................................ 36

2. Sampel ............................................................................................. 36

3. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 36

E. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 37

F. Data ........................................................................................................ 40

G. Intrumen Penelitian ................................................................................ 40

H. Pengujian Alat Ukur ............................................................................... 49

1. Uji Validitas ..................................................................................... 49

2. Uji Reliabilitas ................................................................................. 50

3. Daya Diskriminasi ............................................................................ 51

I. Analisis Data .......................................................................................... 51

xi

1. Uji Asumsi ....................................................................................... 52

a. Uji Normalitas ............................................................................ 52

b. Uji Linearitas .............................................................................. 53

c. Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 53

2. Uji Hipotesis .................................................................................... 54

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 55

A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 55

1. Analisis Deskriptif ........................................................................... 55

a. Data Demografis Subjek Penelitian ........................................... 56

2. Deskripsi Data .................................................................................. 58

a. Kategorisasi Subjek Penelitian ................................................... 58

3. Uji Asumsi ...................................................................................... 61

a. Uji Normalitas ............................................................................ 61

b. Uji Linearitas .............................................................................. 62

c. Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 63

4. Uji Hipotesis ................................................................................... 64

a. Uji Regresi Linear Sederhana .................................................... 64

B. Pembahasan ............................................................................................ 65

C. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 70

BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 75

A. Kesimpulan ........................................................................................... 75

B. Saran ...................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 78

LAMPIRAN ......................................................................................................... 86

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor Alternatif Pilihan pada Skala .......................................................... 41

Tabel 2 Blue Print Rancangan Skala Intensitas Menonton Sinetron Remaja

Indonesia ................................................................................................. 43

Tabel 3 Blue Print Rancangan Skala Intensitas Menonton Sinetron Remaja

Indonesia Setelah Uji Coba .................................................................. 43

Tabel 4 Nomor Aitem Skala Intensitas Menonton Sinetron Remaja

Indonesia Setelah Uji Coba .................................................................... 45

Tabel 5 BluePrint Skala Intensitas Menonton Sinetron Setelah Disusun Ulang . 46

Tabel 6 Blue Print Rancangan Skala Perilaku Seksual Remaja Awal dalam

Berpacaran. ............................................................................................. 47

Tabel 7 Blue Print Skala Perilaku Seksual Remaja Awal dalam Berpacaran-

Setelah Uji-Coba.………………………………………………………. 47

Tabel 8 Nomor Aitem Skala Perilaku Seksual Remaja Awal dalam Berpacaran

Setelah- Uji Coba ………….……………………………………………47

Tabel 9 Blue Print Rancangan Skala Perilaku Seksual RemajaAwal

dalam Berpacaran Setelah Disusun Ulang ............................................... 48

Tabel 10 Indeks Koefisien Reliabilitas ................................................................ 51

Tabel 11 Data Demografis Subjek dan Uji Perbedaan Terhadap Perilaku Seksual-

Remaja Awal dalam Berpacaran ............................................................ 56

Tabel 12 Data Lama Berpacaran Remaja ............................................................ 57

Tabel 13 Data Pacaran Remaja ............................................................................. 57

Tabel 14 Data Program Televisi Favorit Remaja ................................................. 57

xiii

Tabel 15 Data Remaja Penyuka Sinetron Remaja Indonesia ................................ 58

Tabel 16 Judul Sinetron Remaja Indoensia Favorit .............................................. 58

Tabel 17 Data Tayangan Teleisi .......................................................................... 58

Tabel 18 Rumus Skor Hipotetik ........................................................................... 59

Tabel 19 Deskripsi Statistik ................................................................................. 59

Tabel 20 Kategorisasi Subjek Penelitian untuk Variabel Intensitas Menonton -

Sinetron Remaja Indonesia .................................................................. 60

Tabel 21 Kategorisasi Subjek Penelitian untuk Variabel Perilaku Seksual Remaja-

Awal dalam Berpacaran ......................................................................... 60

Tabel 22 Kolmogorov-Smirno Test Uji Normalitas ............................................ 61

Tabel 23 Anova Uji Linearitas ............................................................................. 62

Tabel 24 Persamaan Regresi Linear ..................................................................... 64

Tabel 25 Uji Pengaruh Variabel Intensitas Menonton Sinetron Remaja Indonesia-

Terhadap Variabel Perilaku Seksual Remaja Awal dalam Berpacaran 65

xiv

DAFTAR GAMBAR

Tabel 1 Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................ 63

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Skema Kerangka Pemikiran ................................................................... 32

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Penelitian ................................................................................ 80

Lampiran 2 Hasil Perhitungan Sampel G-Power ................................................. 89

Lampiran 3 Output Uji Reliabilitas ...................................................................... 90

1. Skala Perilaku Seksual Remaja Awal dalam Berpacaran ............ 90

2. Skala Intensitas Menonton Sinetron Remaja Indonesia .............. 95

Lampiran 4 Output Deskripsi Statistik .................................................................. 98

Lampiran 5 Output Uji Asumsi .......................................................................... 102

1. Uji Normalitas Perilaku Seksual Remaja Awal dalm Bepacaran 102

2. Uji Normalitas Intensitas Menonton Sinetron Remaja Indonesia 105

3. Uji Linearitas ............................................................................... 108

4. Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 110

Lampiran 6 Output Uji Hipotesis ......................................................................... 111

1. Uji Regresi Linear Sederhana ...................................................... 111

Lampiran 7 Dokumentasi Turun Lapangan .......................................................... 113

Lampiran 8 Surat-surat ......................................................................................... 114

1. Kartu Kendali Skripsi Pembimbing 1 ........................................... 115

2. Kartu Kendali Skripsi Pembimbing 2 ........................................... 116

3. Berita Acara Seminar Proposal Skripsi ......................................... 117

4. Surat Permohonan Ijin Penelitian Skripsi .................................... 118

5. Surat Rekomendasi Penelitian dari Dinas Pendidikan ................ 119

6. Konfirmasi Pelaksanaan Ujian Skripsi ......................................... 120

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara permasalahan remaja memang selalu menarik dan tidak pernah

ada habisnya. Bukan hanya karena remaja sedang dalam proses melewati fase

perubahan fisik, namun yang lebih menarik adalah perubahan non fisik remaja itu

sendiri yang penuh gejolak, berpotensi dan dinamis (Santrock, 2007). Fase ini lebih

dikenal dengan proses pencarian jati diri dan pemahaman diri.

Masa remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan

manusia. Masa ini merupakan bagian kehidupan yang cukup penting dalam siklus

perkembangan individu (Haryanto, 2011). Pada masa remaja ini terjadi perubahan

yang cepat baik fisik maupun psikologis diantaranya peningkatan emosional,

kematangan seksual, ketertarikan dengan orang lain (Jahja, 2012). Pada periode ini

terdapat masa pematangan organ reproduksi, sehingga seringkali remaja sering

disebut masa pubertas.

Terjadinya proses kematangan seksual dan reproduksi pada diri remaja

menjadikan seseorang bergejolak untuk menjalin hubungan khusus dengan lawan

jenis yang disebut dengan pacaran. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh

BKKBN (Dimyati, 2013), terungkap sebanyak 85% remaja usia 12-16 tahun

mengaku sudah pernah berpacaran. Dikutip oleh majalah online Tempo Interaktif

(Anshor, 2013) remaja Indonesia sudah melakukan pacaran kala usia mereka 12

tahun. Menurut survei kesehatan reproduksi yang dilakukan BKKBN (Aminuddin,

2013), sekitar 92% remaja yang berpacaran saling berpegangan tangan, 82% yang

2

saling berciuman, dan 63% saling meraba bagian tubuh kekasih mereka yang

seharusnya belum masanya untuk dilakukan. Hal ini senada dengan pendapat

Hurlock (Mayasari, 2000), yang mengungkapkan bahwa aktivitas seksual

merupakan salah satu bentuk ekspresi atau tingkah laku berpacaran dan rasa cinta.

Kedekatan fisik maupun kontak fisik yang terjadi antara remaja dengan

pacar tentunya akan berbeda dengan teman atau keluarga (Yulifah, 2012).

Kedekatan fisik inilah yang akhirnya akan mengarah pada perilaku seksual.

Menurut Saraswati (Liana, 2007) remaja umumnya mempunyai dorongan

keingintahuan yang sangat kuat tentang seksualitas. Hasil survey Liana (2007)

menyatakan bahwa 20,52% remaja di kota besar melakukan hubungan seksual agar

dianggap modern. Data yang didapatkan dari Demanik (2012), 66,7% remaja

melakukan senggama dengan pacar mereka. Sarwono (2002) menyatakan bahwa

perilaku yang termasuk perilaku seksual remaja dalam berpacaran adalah ketika

didalam menjalankan hubungan tersebut terdapat kissing, necking, petting dan

intercourse.

Banyak media massa, seperti internet, televisi, koran atau majalah yang

menyampaikan informasi secara bebas. Keingintahuan remaja tentang seksualitas

tidak sebanding dengan pengetahuan yang dimiliki, sehingga remaja berusaha

mencari informasi sendiri (Liana, 2007). Apabila informasi ini tidak akurat dan

tidak dapat dipertanggungjawabkan maka mengakibatkan remaja semakin

terjerumus dalam perilaku seksual. Sementara menurut Santrock (2007), walaupun

remaja telah mencapai kematangan kognitif, namun dalam kenyataannya mereka

belum mampu mengolah informasi yang diterima tersebut secara benar. Mayasari

3

(2000) mengungkapkan bahwa pacaran remaja saat ini sering dibumbui perilaku

seksual, dan diperkuat dengan banyaknya media massa baik cetak atau elektronik

selalu memberikan informasi tentang pacaran baik itu yang menyenangkan ataupun

tidak (Admasari, 2013). Bahkan akhir-akhir ini menurut Amin (2014), berbagai

stasiun televisi sering menayangkan tayangan dengan konten sepasang remaja

beradegan mesra dan menjerumus kepada perilaku seksual seperti berciuman

ataupun berpelukan. Hal tersebut juga memiliki kemungkinan dapat mempengaruhi

perilaku seksual remaja yang sedang berpacaran.

Dewasa ini, televisi sebagai media penyampaian informasi dan hiburan yang

sangat dibutuhkan masyarakat secara umum. Khususnya Remaja saat ini

merupakan salah satu konsumen media televisi yang populasinya besar (Zubaedi,

2005). Seperti yang dilansir akarpadinews.com (Rofiq, 2013) saat ini media televisi

masih mendapat porsi atensi tinggi dari konsumsi media di Indonesia. Survey

Nielsen yaitu sebuah lembaga rating Indonesia pada Oktober 2010, mengatakan

bahwa 94% orang Indonesia lebih suka menonton televisi daripada saluran media

lain, bahkan, program serial televisi seperti sinetron meraih porsi tertinggi yaitu

ditonton 24% orang Indonesia (Rofiq, 2013). Media televisi banyak menentukan

perilaku penontonnya, karena televisi mampu menyajikan informasi jauh lebih

cepat dan menarik dari pada media massa lainnya. Masalah muncul karena televisi

tidak hanya menyiarkan hiburan dan informasi yang bermanfaat bagi remaja,

melainkan banyak informasi yang tidak baik juga disaksikan seperti kekerasan dan

perilaku negatif lainnya.

4

Pada tahun 2014 ini lembaga Survei Nielsen kembali merilis bahwa

masyarakat Indonesia paling banyak memilih menonton sinetron yaitu sebanyak 1,4

jutanya menonton sinetron secara aktif dengan durasi yang lama (Wardhani, 2014).

Tidak hanya itu, populasi remaja usia 10-19 menempati kategori penonton paling

konsumtif menonton sinetron dan FTV terlama yaitu 3,1 jam perhari (Parwadi,

2005). Penelitian yang dilakukan oleh Martiana (2007) menunjukkan 85,9% remaja

menonton televisi pada malam hari pukul 18.00 sampai 22.00. Hal tersebut

diperparah dengan penayangan program sinetron yang masuk pada kategori prime

time atau waktu tayang utama di media elektronik yang paling banyak

penontonnya. Penayangan program sinetron yang dikategorikan dalam waktu prime

time juga menjadi alasan sebuah pengaruh dan dampak perilaku remaja. Sehingga

perilaku menonton tayangan sinetron pada remaja yang dapat mempengaruhi

perilaku ini patut mendapat perhatian serius (Septianie, 2013).

Jenis sinetron yang sedang booming adalah sinetron yang mengangkat

kehidupan anak sekolah yang tayang stripping (Laurensia, 2012). Sinetron

stripping merupakan sinetron yang tayang di stasiun televisi yang sama setiap

harinya di waktu yang biasanya sama (Anindito, 2009). Terbukti dengan lebih dari

5 jenis sinetron yang sedang aktif tayang stripping di berbagai stasiun televisi saat

ini (Anita, 2014). Ganteng-ganteng Serigala, Diam-Diam Suka, Samson dan

Dahlia, Cantik-cantik Magic, 7 Manusia Harimau, Jakarta Love Story merupakan

sinetron stripping dengan tema percintaan remaja di sekolahan yang sedang

booming saat ini (Peoplehopecommunity, 2015). Menurut Sanjaya (2012) sinetron

5

saat ini banyak memunculkan adegan yang mengekspresikan kedekatan dan

intensitas hubungan pria dan wanita, seperti ciuman dan pelukan.

Sinetron seperti Ganteng-Ganteng Serigala yang tayang di SCTV telah

memberikan pengaruh bagi para remaja di Indonesia terutama dalam hal

berpacaran. Hal ini telah terjadi di SMA Negeri 17 Medan, pada tanggal 14

Desember 2014 seorang siswanya mengatakan cinta kepada seorang siswi seusai

pulang sekolah di tengah jalan raya, dan disaksikan oleh seluruh teman sekolahnya.

Setelah mengatakan cintanya kedua remaja ini tidak malu untuk berpelukan

ditengah keramaian tersebut. Setelah diwawancarai siswa ini mengatakan

terinspirasi mengatakan cintanya di depan teman-temannya setelah menyaksikan

sinetron remaja Indonesia yang sedang booming saat ini yaitu GGS (Ganteng-

ganteng Serigala), (Alfido, 2014)

Televisi telah menjadi faktor yang tak terpisahkan dalam membentuk diri

kita (Pitriawanti, 2010). Menurut Admasari (2013) adegan sinetron pun seringkali

ditiru dalam perilaku remaja sehari-hari, dengan semakin seringnya waktu yang

digunakan menonton televisi maka akan semakin kuat pula pengaruh yang

diberikan televisi. Apalagi jika alur cerita yang disajikan malah mengekploitasi sisi

buruk dari kehidupan remaja. Percintaan seolah-olah merupakan hal yang menjadi

fokus utama dalam kehidupan remaja.

Perilaku akibat adanya proses meniru tersebut dalam psikologi dikenal

dengan teori belajar sosial atau learning social theory milik Albert Bandura,

(Hergenhahn, 2008). Teori ini mengatakan bahwa orang belajar dari yang lain,

melalui observasi, peniruan, dan pemodelan. Dalam penelitian Frisnawati (2012)

6

tentang intensitas menonton reality show dan perilaku prososial menghasilkan

bahwa perilaku menonton televisi memberikan sumbangan efektif sebesar 9,9%

terhadap kecenderungan perilaku prososial pada remaja. Selain itu seperti penelitian

Mutaqin (2008), televisi mampu membuat orang mengingat 50% dari apa yang

mereka lihat dan dengar di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Maka

bisa dikatakan bahwa remaja belajar mengenai lingkungan sosialnya bisa melalui

televisi dan hasil dari belajar inilah yang kemudian berfungsi sebagai panduan

untuk bertindak dan menyebabkan perubahan perilaku. Peristiwa ini dikatakan para

psikolog ‘what they see is what they do’.

Penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh sinetron terhadap

penontonnyapun semakin memperkuat, bahwa sinetron mampu memberikan

dampak baik positif maupun negatif bagi penonton setianya. Perilaku negatif

remaja secara umum masih menjadi sorotan, namun belum ada penelitian tentang

bagaimana perilaku seksual remaja (khususnya remaja awal di SMP) yang

berpacaran tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian yang berjudul “Peran Intensitas Menonton Tayangan

Sinetron Remaja Indonesia terhadap Perilaku Seksual Remaja Awal dalam

Berpacaran”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada peran intensitas

menonton tayangan sinetron remaja Indonesia terhadap perilaku seksual remaja

awal dalam berpacaran?

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui adanya peran intensitas

menonton tayangan sinetron remaja Indonesia terhadap perilaku seksual remaja

awal dalam berpacaran.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik secara teoritis

maupun secara praktis:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengembangan serta

evaluasi terhadap peran menonton tayangan sinetron remaja Indonesia pada

remaja.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi peran

menonton tayangan sinetron remaja Indonesia pada remaja dan perilaku seksual

remaja dalam berpacaran, terutama dalam bidang perkembangan remaja.

Melalui peran variabel yang akan diteliti, maka nantinya akan diketahui

bagaimana tayangan sinetron dalam mempengaruhi perilaku seksual remaja

dalam berpacaran.

8

E. Penelitian Terdahulu

1. Amin, A. (2014) dalam penelitian yang berjudul Hubungan Membaca Cerita

Percintaan dengan Perilaku Seks Remaja. (Jurnal)

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Antartika Sidoarjo

dan SMA Hang Tuah 2 Waru Sidoarjo yang berjumlah keseluruhan 2545

siswa. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pemilihan remaja SMA

adalah pelajar SMA sebagai usia yang dianggap mewakili kelompok remaja

dalam konteks kelompok remaja di kota besar yang sudah terpengaruh oleh

media cetak seperti buku. Penelitian dilakukan guna mengetahui apakah ada

hubungan membaca buku cerita percintaan dengan perilaku seks remaja.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Dengan menggunakan alat

ukur seks bebas yang kemudian dikorelasikan dengan alat ukur intensitas

membaca cerita percintaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukan

bahwa intensitas membaca cerita percintaan yang dilakukan para remaja

SMA menunjukkan ada korelasi positif dengan perilaku seks bebas, yang

artinya semakin sering membaca buku percintaan maka semakin tinggi

perilaku seks bebas yang akan dilakukan.

2. Admasari, Y., Kumalasari, D., dan Kriswahyuni, I. (2013) dalam penelitian

yang berjudul Hubungan Pengetahuan Tentang Pacaran Dengan Perilaku

Seks Pranikah Pada Remaja Kelas XI di UPTD SMS Negeri 1 Gurah

Kabupaten Kediri (Jurnal)

9

Subjek yang digunakan dalam penelitian adalah 59 orang dengan rata-rata

umur 16-17 tahun. Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara pengetahuan tentang pacaran dengan perilaku seks

pranikah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan dengan

pendekatan cross sectional. Dengan hasil pengetahuan responden tentang

pacaran adalah baik, dan memiliki perilaku positif terhadap seks pranikah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika responden memiliki pengetahuan

tentang pacaran yang baik maka responden tidak akan melakukan hubungan

seks diluar pernikahan.

3. Rahmadhani, D.A. (2012), dalam penelitian yang berjudul Pengaruh

Sinetron Terhadap Perubahan Perilaku Negatif Remaja di Desa Demangan

Siman Ponorogo. (Skripsi)

Penelitian ini mengambil dua orang remaja 16 dan 18 tahun sebagai subjek

penelitian. Penelitian dilakukan guna mengetahui bagaimana pengaruh

sinteron terhadap perubahan perilaku negatif remaja di desa Demangan

Siman Ponorogo. Dengan kata lain, penelitian ini akan mengkaji pengaruh

sinetron dari aspek afektif dan aspek behavioral, hingga faktor-faktor yang

menyebabkan perubahan perilaku negatif remaja akibat tayangan sinetron.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskritf kualitatif. Teknik

pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah sinetron remaja

dengan mengambil tujuh gambar yang mewakili sinetron tersebut. Dari hasil

observasi dan wawancara yang dilakukan didapatkan hasil bahwa sinetron

10

dapat mempengaruhi perubahan perilaku negatif remaja di desa Demangan

Siman Ponorogo. Diantaranya gaya berpakaian, gaya hidup, gaya bahasa,

tindakan kriminal, meminum minuman keras, dan pergaulan bebas.

4. Rivadeneyraa, R., and Lebob, M.J. (2008). Dalam penelitiannya The

Association Between Television-Viewing Behaviors And Adolescent Dating

Role Attitudes And Behaviors. (Jurnal)

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 215 remaja dengan usia 14-16

tahun. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku dan sikap berkencan

para remaja di USA. Dengan pendekatan kuantitatif penelitian dalam jurnal

ini menghasilkan data bahwa program televisi romontis mempengaruhi

perilaku berkencan. Semakin sering menonton maka perilaku berkencan

remaja sudah sama seperti orang dewasa yang memiliki pengalaman

berkencan bertahun-tahun, karena pengaruh tayangan romantis yang begitu

kuat dan dapat diingat sebagian besar penontonnya.

5. Ward, L.M. and Friedman,K. (2006). Using TV as a Guide: Associations

Between Television Viewing and Adolescents’ Sexual Attitudes and

Behavior. (Jurnal)

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 244 siswa SMA. Guna

penelitian ini adalah untuk menunjukkan hubungan sebab akibat antara

melihat televisi dan sikap dan perilaku seksual remaja. Penelitian ini

menggunakan metode korelasional dan eksperimental, yang bertujuan untuk

mengetahui apakah tayangan televisi berpengaruh terhadap penontonnya.

Hasil dari penelitian ini adalah menonton tayangan televisi di waktu

11

primetime yang lebih intens dengan tontonan seperti sinetron, talkshow, dan

tayangan yang menampilkan keseksian lainnya membuat pengalaman dan

perilaku seksual remaja SMA semakin baik.

F. Kekhasan Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada siswa SMP dengan usia 12-15 Tahun.

Pemilihan subjek remaja SMP sendiri adalah salah satu kekhasan penelitian karena

dari beberapa penelitian yang sejenis menggunakan subjek remaja SMA. Selain itu

usia berpacaran di Indonesia pun semakin memuda, sehingga pemilihan subjek

SMP ini dirasa cukup penting. Pemilihan intensitas menonton tayangan sinetron

remaja Indonesia sendiri karena sudah terbukti mampu mempengaruhi perubahan

perilaku penontonnya. Sedangkan perilaku seksual remaja yang berpacaran adalah

variabel terikat yang dipilih sebagai kekhasan karena dalam penelitian sebelumnya

kebanyakan mengambil perilaku negatif secara umum atau perilaku seks pranikah,

sedangkan penelitian ini menekankan pada perilaku seksual remaja yang

berpacaran.

Setiap tahunnya tayangan di televisi memang memberikan pengaruh baik

positif ataupun negatif bagi penontonnya, sehingga penelitian ini bertujuan apakah

tayangan televisi seperti sinetron remaja Indonesia ini memiliki peran terhadap

perilaku seksual remaja awal dalam berpacaran. Karena usia pacaran remaja saat ini

pun semakin memuda, sehingga sangat riskan sekali melihat remaja awal ini yang

sudah berani melakukan hubungan seksual pada pasangannya Kemudian saat ini

12

media informasi sudah sangat dekat sekali dengan remaja. Remaja bisa

memperoleh informasi apapun yang mereka inginkan. Media informasi yang cukup

dekat dengan remaja saat ini salah satunya adalah televisi. Sehingga peneliti

berusaha meneliti apakah sinetron remaja Indonesia yang ditayangakan di televisi

juga mampu berperan terhadap perilaku negatif pada remaja awal terutama perilaku

seksualnya.

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Intensitas Menonton Sinetron Remaja Indonesia

1. Intensitas Menonton

Menurut Ajzen (Frisnawati, 2012) intensitas merupakan suatu usaha

seseorang atau individu dalam melakukan tindakan tertentu. Seseorang yang

melakukan suatu usaha tertentu memiliki jumlah pada pola tindakan dan perilaku

yang sama, yang didalamnya adalah usaha tertentu dari orang tersebut untuk

mendapatkan pemuas kebutuhannya. Sesuatu yang menyangkut tindakan yang

dilakukan pada kurun waktu tertentu memiliki jumlah volume tindakan yang

dikatakan memiliki intensitas. Azwar (2000) menyatakan bahwa intensitas adalah

kekuatan atau kedalaman sikap terhadap sesuatu.

Selanjutnya, dalam kamus Bahasa Inggris intensitas di istilahkan dengan

intensity, diartikan dengan kehebatan atau kekuatan. Menurut Echols dan Shadily

(Saputri, 2009) intensitas dalam kehidupan sehari-hari menggambarkan tingkat atau

ukuran. Intensitas ini merupakan sebuah istilah yang terkait dengan “pengeluaran

energi” atau banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam waktu

tertentu. Intensitas berarti kualitas dari tingkat kedalaman: kemampuan, kekuatan,

daya atau konsentrasi terhadap sesuatu atau tingkat keseringan atau kedalaman cara

atau sikap, perilaku seseorang (Saputri, 2009).

Menonton sama dengan melihat pertunjukan, gambar hidup, dsb. (KBBI,

2008). Menurut Wahyuningsih (2011) melihat merupakan salah satu cara anak

untuk belajar, yaitu melalui media visual. Menonton televisi yaitu aktivitas melihat

14

siaran televisi sebagai media audio visual dengan tingkat perhatian tertentu. Salah

satu media visual adalah televisi.

Menurut Jauhari (2006) menonton adalah proses persepsi yang terjadi

karena adanya rangsangan terhadap panca indera. Proses tersebut diawali oleh

penafsiran terhadap masukan sensoris yang dipengaruhi oleh pengalaman masa

lampau seseorang yang terlibat kecerdasan emosi, dan intensitas konsentrasi

berfikir. Penggabungan dari semua unsur tersebut akan menghasilkan persepsi yang

diperoleh dari objek yang berbentuk film/tayangan di televisi.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat diartikan bahwa intensitas

menonton adalah seberapa besar respon individu atas suatu stimulus yang ada atau

seberapa sering menonton.

2. Sinetron Remaja Indonesia

Menurut Soenarto (2007) program tayangan di televisi terbagi menjadi dua

jenis, yaitu drama dan non-drama. Program Drama merupakan program siaran

drama berisi cerita fiksi. Istilah ini juga disebut sinetron cerita. Format sinetron

yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu: sinetron drama modern, sinetron drama

legenda, sinetron drama komedi, sinetron drama saduran dan sinetron yang yang

dikembangkan dari cerita atau buku novel, cerita pendek dan sejarah (Soenarto,

2007).

Menurut Mulyadi (2013) sinetron merupakan akronim dari sinema

elektronik, yakni sebuah film seri yang ditayangkan melalui media elektronik

(televisi). Di Barat, sering dikenal dengan soap opera atau opera sabun, atau

15

disebut juga telenovela (Natalia, 2011). Natalia (2011) menyebutkan sinetron

adalah sebuah tayangan sinema (film) berseri yang ditonton melalui media

elektronik yaitu televisi. Penayangan sinetron sendiri berbeda-beda ada yang tayang

setiap hari (stripping) dan ada pula yang berkala sesuai jadwal penayangannya

(Anandito, 2009). Perbedaan sinetron dengan film adalah tayangan sinetron

merupakan tayangan berseri yang dibuat hingga berpuluh- puluh episode (Karo,

2010).

Karo (2010) juga menyatakan bahwa sinetron pada umumnya bercerita

tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik, misalnya kehidupan

remaja dengan intrik-intrik cinta segi tiga, kehidupan keluarga yang penuh

penistaan, dan kehidupan alam gaib. Namun sebenarnya terdapat beberapa jenis

sinetron yaitu sinetron religi, sinetron komedi, sinetron horor, sinetron mistis,

sinetron legenda, sinetron dewasa, sinetron remaja, sinetron anak dan sinetron

keluarga yang mengisahkan kehidupan sehari-hari (Karo, 2010).

Natalia (2011) juga mengatakan bahwa sinetron remaja merupakan sebuah

karya cipta budaya yang merupakan media komunikasi massa yang dapat

dipandang dan didengar melalui stasiun penyiaran televisi dengan pemeran utama

dan jalan cerita tentang anak remaja. Sedangkan pengertian sinetron dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia adalah film yang dibuat khusus untuk penayangannya di

media elektronik seperti televisi.

Pengertian sinetron yang digunakan dalam penelitian ini tidak jauh berbeda

dengan pengertian-pengertian sinetron di atas, yaitu suatu karya seni budaya

seseorang berupa cerita-cerita kehidupan sehari-hari yang dikemas secara drama

16

dan dibuat berseri (berpuluh-puluh episode) dapat disaksikan di media massa yaitu

televisi. Sinetron ini dibatasi yaitu yang diproduksi dari, dan disiarkan untuk

Indonesia, serta dengan pemeran utama dan jalan cerita tentang kehidupan remaja.

Menurut Hidayah (2012), indikator dari kebiasaan menonton sinetron di

antaranya:

a. Sering menonton sinetron

b. Hafal beberapa bagian dari cerita sinetron yang ditonton.

c. Mengikuti ekspresi sang artis.

d. Lama menonton sinetron.

e. Banyaknya judul sinetron yang diingat atau diikuti.

f. Mengetahui tema-tema sinetron tersebut.

g. Mengenal atau mengetahui nama-nama pemain-pemain sinetron dewasa.

Menurut Ahmad (2012), aspek-aspek intensitas menonton yang dapat

diukur adalah frekuensi, durasi, dan atensi. Selain ketiga itu penghayatan

merupakan salah satu aspek yang dapat diukur juga dalam intensitas (Hidayah,

2012). Keempat aspek yang dikemukakan tersebutlah yang menjadi dimensi dalam

penelitian ini, yaitu:

a. Frekuensi

Frekuensi menonton adalah keseringan menonton acara tertentu (Asmar, 2009).

Frekuensi merupakan banyaknya pengulangan perilaku yang menjadi target.

Menonton tayangan televisi dapat berlangsung dalam frekuensi yang berbeda-

beda, dapat seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali,

17

tergantung dari individu yang bersangkutan. Menurut Soekadji, cara paling

sederhana untuk mengetahui perilaku ini adalah menghitung jumlah munculnya

perilaku menonton sinetron itu muncul, (Liana, 2007).

b. Durasi

Menurut Asmar (2009) durasi menonton adalah total waktu yang digunakan

untuk menonton. Durasi menonton tayangan televisi berarti lamanya selang

waktu yang dibutuhkan untuk menonton sebuah tayangan televisi (Ahmad,

2012). Cara pengukurannya adalah dengan mengetahui lamanya perilaku

menonton sinetron dalam satu waktu (Liana, 2007)

c. Atensi

Menurut Solso (2008) atensi adalah cara-cara kita secara aktif memproses

sejumlah informasi yang terbatas dari sejumlah besar informasi yang disediakan

oleh indra, memori yang tersimpan, dan oleh proses-proses kognitif kita yang

lain. Atensi membantu kita mengaitkan masa lalu (memori) dan masa kini

(pencerapan), memberikan kita pemahaman tentang kontinuitas pengalaman.

Atensi biasa juga disebut perhatian, perhatian merupakan ketertarikan terhadap

objek tertentu yang menjadi target perilaku. Perhatian dalam menonton

tayangan televisi berarti berupa tersitanya perhatian maupun waktu dan tenaga

individu untuk menonton tayangan-tayangan tersebut yang disajikan di televisi

(Muttaqin, 2008). Cara melihat atensi melihat tayangan adalah dengan

mengetahui hal-hal apa saja yang berhubungan dengan tayangan yang dilihat,

dan tidak mau terganggu oleh hal lain selain melihat tayangan televisi (Hidayah,

2012)

18

d. Penghayatan

Penghayatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata diartikan

sebagai pengalaman batin; memahami; dan meresapi. Setelah itu, dalam

penghayatan maka juga membahas interpretasi dan ekspresi. Interpretasi adalah

menafsirkan apa makna yang terkandung dalam objek. Sedangkan ekspresi

adalah pengungkapan atau proses menyatakan, memperlihatkan dan memahami

maksud, gagasan, atau perasaan, (Ayken, 2013). Penghayatan dalam menonton

tayangan televisi berarti meliputi pemahaman dan penyerapan terhadap

tayangan-tayangan tersebut, kemudian dijadikan informasi baru yang disimpan

sebagai pengetahuan oleh individu yang bersangkutan. Cara menilai

penghayatan adalah dengan mengetahui apakah penonton hafal atau paham

dengan apa yang disaksikan, kemudian merasa akting artis adalah nyata adanya

(Hidayah, 2012).

Menurut teori yang sudah diungkapakan diatas maka, intensitas menonton

tayangan sinetron adalah usaha melihat tayangan sinema elektronik yang terlihat

dari frekuensi, durasi, atensi, dan penghayatan. dengan cerita drama sehari-hari

yang berepisode di media elektronik televisi melalui bantuan panca indera.

19

B. Perilaku Seksual Remaja Awal dalam Berpacaran

1. Perilaku Seksual

Menurut Skinner, (Hergenhahn & Olson, 2008) perilaku merupakan respon

atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena

perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan

kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-

R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Perilaku manusia dapat dikatakan

merupakan semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,

maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Perilaku seksual menurut Sarwono (2002) adalah segala tingkah laku yang

didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis.

Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik

hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek seksualnya bisa

berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Menurut Nevid (Yufdel,

2014) mendefinisikan perilaku seks sebagai semua jenis aktifitas fisik yang

menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau perasaan afeksi.

Perbedaan perilaku seksual remaja dalam berpacaran dengan perilaku seks

pranikah/bebas adalah dalam komitmen dan perasaan emosional yanglebih

mendalam pada perilaku seksual remaja berpacaran. Nevid, mengungkapkan bahwa

perilaku seks pranikah adalah hubungan seks antara pria dan wanita meskipun

tanpa adanya ikatan selama ada ketertarikan secara fisik (Mayasari dan Hadjam,

2000)

a. Bentuk Perilaku Seksual

20

Perilaku seksual dibagi menjadi beberapa tahapan oleh London, 1978

(Yufdel, 2014), tahapan tersebut adalah:

1) Awakening and eksploration

Rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film,

dan membaca buku-buku porno.

2) Autosexuality:Masturbation

Perilaku merangsang diri sendiri dengan melakukan masturbasi untuk

mendapatkan kepuasan seksual.

3) Heterosexuality:kissing and necking

Saling merangsang dengan pasangannya, tetapi tidak mengarah ke daerah

sensitif pasangannya, hanya sebatas cium bibir dan leher pasangannya.

4) Heterosexuality

A. Light petting : perilaku saling menempelkan anggota tubuh dan masih

dalam keadaan memakai pakaian.

B. Heavy petting : perilaku saling menggesek-gesekkan alat kelamin dan

dalam keadaan tidak memakai pakaian untuk mencapai kepuasan. Tahap

ini adalah awal terjadinya hubungan seks.

5) Heterosexuality : Copulaation

Perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual

masing-masing.

Menurut Sarwono (2002) bentuk perilaku seks ada empat, dan keempat

bentuk perilaku seksual ini senada dengan yang dikemukakan oleh Santrock (2007),

yaitu:

21

1) Kissing :

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti di

bibir. Berciuman dengan mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah

itulah yang disebut french kiss. Kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman

mendalam/ soul kiss.

2) Necking :

Berciuman di sekitar leher ke bawah. Necking merupakan istilah yang

digunakan untuk menggambarkan ciuman disekitar leher.

3) Petting :

Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti payudara

dan organ kelamin.

4) Intercourse :

Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan

wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina

untuk mendapatkan kepuasan seksual.

Hasil penelitian Maryatun (2013) mengemukakan perilaku seksual remaja

meliputi:

1) Berkunjung ke rumah pacar atau dikunjungi pacar

2) Berjalan berdua

3) Berpegangan tangan

4) Mencium pipi

5) Mencium bibir

6) Memegang payudara

22

7) Memegang organ seksual dari luar baju

8) Memegang organ seksual dari dalam baju

9) Melakukan hubungan seksual

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual remaja

adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyalurkan dorongan

seksual yang dimiliki dari tahap paling rendah sampai tahap paling tinggi,

penelitian ini mengacu pada aspek-aspek yang telah diungkapkan oleh Sarwono

(Maryatun 2013). Peneliti mengambil aspek ini sebagai alat ukur karena pada

penelitan untuk GRK (Gerakan Remaja untuk Kependudukan) dalam (Maryatun,

2013) sama-sama menggunakan subjek remaja. Pertimbangan lainnya adalah teori

ini mewakili perilaku seksual yang masih dianggap tidak pantas dilakukan oleh

seorang remaja awal sebagai subjek penelitian.

1) Kontak Mata

Kontak mata merupakan alat komunikasi nonverbal paling penting (Maryatun,

2013). Menurut Djuhdie (2012) kontak mata dalam hubungan kencan

merupakan tanda pasti adanya ketertarikan dan kenyamanan dalam hubungan

tersebut. Menurut Petter (2001) kontak mata dapat dilihat dari berdampingan

tanpa melihat lawan bicara, saling menatap mata, dan durasi ketika saling

menatap.

2) Melakukan kontak suara

Secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan

dan pengolahan pesan yang terjadi antara dua atau lebih dengan tujuan

23

tertentu. Menurut Deddy (2005) istilah kontak suara diartikan sebagai

hubungan dengan orang lain untuk penyampaian pesan melalui sarana

pertukaran informasi berupa suara. Kontak suara ini dilihat dari timing (waktu

yang tepat), topic, dan intonasi (kejelasan dan nada suara) (Ahira, 2013).

3) Berpegangan tangan.

Menurut Hargrave berpegangan tangan adalah saling bersatunya tangan antar

dua manusia atau pasangan. Berpegangan tangan ini dibagi menjadi dua yaitu

bisa dengan salah satu memegangan pergelangan pasangannya atau saling

merekatkan jari-jari ke rongga jari-jari pasangan biasanya pegangan tangan

jenis ini terasa lebih intim (Maryatun, 2013).

4) Berpelukan

Aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai

rangsangan seksual (Primawardani, 2010). Mendekatkan tubuh pasangan

untuk berada dekat dan menempel dengan tubuh kita. Pelukan bisa dengan

melingkarkan kedua tangan pada bagian bahu dan pinggang. Bagian pinggang

ini biasanya sudah memasuki fase yang lebih intim.

5) Berciuman

Saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau pasangan yang didorong

oleh hasrat seksual (Santrock, 2007). Menurut Sarwono (2002) ciuman yang

dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, ciuman sendiri dibagi

menjadi dua yaitu ciuman basah yanitu ciuman pada bagian bibir yang saling

terbuka, dan ciuman kering yaitu pada bagian kening, pipi, dagu dan bagian

wajah lainnya.

24

6) Meraba daerah erogen pasangannya.

Meraba bagian sensitif milik pasangan, dengan masih adanya penghalang

pakaian. Daerah erogen ini seperti belakang telinga, leher, atau paha (Sauki,

2010).

b. Faktor-faktor Perilaku Seksual

Menurut Sarwono (2002), terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi perilaku seksual remaja . Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:

1. Faktor internal

Faktor internal ini meliputi beberapa aspek, diantaranya, pengetahuan, aspek-

aspek kesehatan reproduksi seperti perubahan hormonal, sikap terhadap layanan

kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap

resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa

percaya diri, usia, agama, dan status perkawinan.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal ini meliputi beberapa aspek diantaranya, kontak dengan

sumber-sumber informasi, keluarga, lingkungan, teman pergaulan, sosial-budaya,

nilai dan norma tertentu.

c. Dampak Perilaku Seksual Pada Remaja

Menurut Reproduction Health Counselling (Darmasih, Setyadi, dan Gama,

2011) perilaku seksual remaja dapat menimbulkan berbagai dampak negatif,

diantaranya sebagai berikut :

25

1) Dampak psikologis, seperti perasaan marah, cemas, depresi, rendah diri,

bersalah dan berdosa.

2) Dampak fisiologis, seperti menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan

aborsi.

3) Dampak social, antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja

perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi

tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut

4) Dampak fisik, berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan

remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS)

yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual

dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta

meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.

26

2. Pacaran

Pacaran didefinisikan sebagai interaksi-interaksi antara pria dan wanita yang

didasari komitmen perasaan suka atau mencintai, tanpa perlu disahkan lewat satu

momentum pernikahan (Dudung, 2006). Menurut Pujiati, Soesanto dan Wahyuni

(2013), pacaran merupakan masa pendekatan antar individu dari kedua lawan jenis,

yang ditandai dengan saling pengenalan pribadi baik kekurangan dan kelebihan dari

masing-masing individu. Menurut DeGenova & Rice (Hariyono, 2012) pacaran

adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan

serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain.

Kusumaningtyas (2013) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua

orang yang berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana

hubungan ini didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati

masing-masing. Pacaran merupakan hubungan lawan jenis secara permanen yang

dirasakan nyaman, disukai, dan berkemungkinan untuk dilanjutkan kearah

pernikahan (Jono, 2009). Menurut Papalia, Olds & Feldman (2004), pacaran

merupakan hubungan keintiman dua individu yang meliputi adanya rasa

kepemilikan.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti

adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi

antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mengenal

dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum

menikah.

27

C. Remaja

1. Definisi

Menurut Hurlock (1999) remaja berasal dari kata latin adolensence yang

berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti

yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.

Menurut Stanley Hall (Sari, 2011) masa remaja sering pula disebut sebagi

adolesensi (adolescere = adultus yang diartikan menjadi dewasa atau dalam

perkembangan menjadi dewasa. Antara masa kanak-kanak dan masa remaja tidak

terdapat batas yang jelas, namun tampak adanya suatu gejala yang tiba-tiba dalam

permulaan masa remaja.

Hurlock (1999) menyebutkan secara global remaja berlangsung antara umur

12 sampai 21 tahun dengan pembagian, 12-15 tahun tersebut masa remaja awal, 15-

18 tahun disebut masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun disebut masa remaja

akhir. Sedangkan menurut Haryanto (2010), remaja merupakan masa peralihan

antara masa kanak-kanak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu

antara usia 11 sampai dengan 20 tahun.

Ketika seseorang memasuki masa remaja, mereka berusaha untuk

melepaskan diri dari lingkungan orang tua dengan maksud untuk menemukan jati

dirinya. Erikson (Santrock, 2007) menamakan proses tersebut sebagai proses

mencari “identitas ego”. Usia remaja merupakan awal dari perkembangan sosial

yang ditandai dengan mulai berkembangannya interaksi dengan orang lain dalam

lingkungan sosial. Masa remaja merupakan usia dimana individu berbaur dengan

masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang–

28

orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, setidaknya

dalam masalah hak.

Menurut Hurlock (1999), masa remaja digolongkan menjadi tiga tahap yaitu

pra remaja, remaja awal, dan remaja akhir. Oleh karena penelitian ini menggunakan

subjek siswa SMP maka yang digunakan adalah masa remaja awal (12-15 tahun).

Hurlock mengatakan bahwa masa remaja awal ini seorang masih benar-benar dalam

penyesuaian perubahan yang muncul pada tubuh dan dorongan yang menyertai

perubahan tersebut (Amin, 2014). Remaja sangat cemas akan perkembangan

fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu membuktikan bahwa mereka bukan anak-

anak lagi. Menurut Sarwono remaja tersebut mengembangkan pikiran, dan sangat

cepat tertarik pada lawan jenis, serta mudah terangsang secara erotis, karena

hormon-hormon seksualnya begitu pesat (Amin, 2014). Kasus-kasus pada

permasalahan seksual remaja terjadi pada masa ini, karena terjadi kegagalan dalam

perkembangannya. Kepekaan yang bertambah tidak didukung dengan kemampuan

kendali ego, sehingga remaja sulit untuk dimengerti dan mengerti. Kebingungan

mereka ditambah dengan labilnya emosi, dan perasaan seksual yang begitu kuat.

2. Karakteristik Remaja Awal

Menurut Hurlock (1999) terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol

pada remaja, yaitu :

1. Terjadinya ketidakseimbangan proposi tinggi dan berat badan.

2. Mulai timbulnya ciri – ciri seks sekunder

29

3. Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan untuk bebas dari dominasi

dengan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi

kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua

4. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan

kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

5. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat

kemurahan dan keadilan tuhan

6. Reaksi dan ekspesi emosi masih labil.

7. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri

yang sesuai dengan dunia sosial

8. Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas.

Menurut Yusuf (2004) ciri-ciri penting pada masa remaja awal yaitu:

a. Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat seksual

b. Masa remaja awal merupakan periode yang singkat

c. Masa remaja awal merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat

d. Masa remaja awal merupakan masa negatif

Berdasarkan penjabaran definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian

perilaku seksual remaja berpacaran adalah segala tingkah laku yang didorong oleh

hasrat seksual terhadap lawan jenis yang berstatus sebagai pacar yang dimulai dari

adanya kontak mata, kontak suara, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman,

hingga meraba daerah erogen pasangannya.

30

D. Hubungan Intensitas Menonton Sinetron Remaja Indonesia dan

Perilaku Seksual Remaja Awal dalam Berpacaran

Televisi merupakan salah satu media elektronik yang sudah populer dan

sangat efektif untuk menyampaikan informasi atau pesan (Rofiq, 2013). Menurut

data survey Nielson sinetron juga merupakan acara yang paling digemari saat ini,

karena sinetron mengangkat tema kehidupan sehari-hari yang ringan dan

ditayangkan pada waktu prime time sehingga tidak heran sinetron menjadi tayangan

yang paling dinanti, termasuk para remaja (Martiana, 2007). Faktanya menurut

Oetomo (2008) tayangan sinetron sangat mempengaruhi perilaku penontonnya

(Parwadi, 2005).

Diperparah dengan cerita dari sinetron banyak menampilkan hal-hal yang

tidak pantas ditiru seperti hubungan pacaran yang berlebihan, kekerasan, hidup

mewah, penindasan dan lain sebagainya (Anita, 2014). Selain belajar dari

pengalaman langsung, manusia juga banyak belajari dari mengamati perilaku orang

lain seperti dikatakan Bandura (Frisnawati, 2012).

Menurut Hurlock (1999) remaja memiliki banyak karakteristik seperti

dalam tahap pematangan secara seksual, mulai menyukai lawan jenis dan menjalin

hubungan pacaran, tingkat kognitif yang lebih baik dari anak-anak, namun belum

terlalu matang dalam segala hal. Tentunya dengan adanya tayangan sinetron yang

menampilkan perilaku seksual yang berlebihan, bisa saja memperparah perilaku

berpacaran remaja saat ini. Sehingga dari uraian tersebut menunjukkan bahwa

kemungkinan adanya peran antara intensitas menonton tayangan sinetron terhadap

perilaku seksual remaja awal yang berpacaran.

31

E. Kerangka Pemikiran

Menurut Hurlock (1999) remaja awal berusia 12-15 tahun merupakan masa

transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Dimana mereka mendapatkan banyak

perubahan sehingga butuh penyesuaian lebih dibandingkan dengan masa

perkembangan yang lain. Menurut Merliana (2012) remaja itu sangat cepat tertarik

pada lawan jenis, serta mudah terangsang secara erotis. Syilviani (2013)

mengatakan bahwa remaja Indonesia sudah melakukan pacaran kala usia mereka 12

tahun. Tidak heran saat mulai beranjak remaja awal atau pada usia SMP, mereka

baru merasakan cinta yang lebih bergejolak dengan melakukan hubungan pacaran

dengan lawan jenis mereka.

Pada usia ini mereka juga selalu ingin mencoba hal baru, dengan pesatnya

penyampaian informasi saat ini menjadikan remaja menerima semua informasi

apapun. Penerimaan informasi ini bisa didapatkan darimanapun termasuk media

elektronik seperti televisi. Sayangnya saat ini televisi tidak hanya menyiarkan

informasi yang bermanfaat dan hiburan saja, melainkan banyak tontonan yang tidak

mendidik. Keadaan semakin parah ketika fakta menyebutkan bahwa remaja

menempati kategori penonton paling konsumtif menonton sinetron dan FTV

terlama yaitu 3,1 jam perhari (Parwadi, 2005). Melalui media sinetron dan proses

belajar observasional remaja dapat meniru banyak perilaku yang dilakoni oleh artis

kesayangan mereka. Termasuk pacaran dengan bumbu-bumbu kontak fisik yang

seharusnya belum mereka lakukan di usia ini.

32

Bagan 1. Skema Kerangka Pemikiran

Oleh karena itu dalam penelitian ini akan diteliti apakah intensitas

menonton sinetron memberikan peran terhadap perilaku seksual pada remaja awal

dalam berpacaran.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih

perlu dibuktikan, atau dugaan sementara (Azwar, 1998). Sehingga hipotesis dari

penelitian ini adalah ada peran intensitas menonton sinetron remaja Indonesia

terhadap perilaku seksual remaja awal dalam berpacaran.

INTENSITAS

MENONTON SINETRON

REMAJA INDONESIA

PERILAKU SEKSUAL

REMAJA AWAL DALAM

BERPACARAN (12-15

Tahun)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan

dan pelaksanaan penelitian (Hartanto, 2003). Desain penelitian merupakan salah

satu langkah penting didalam penelitian agar penelitian dapat berjalan baik, dan

sistematis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuntitatif dalam melihat

pengaruh antar variabel terhadap objek yang diteliti, sehingga dalam penelitiannya

ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari

seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

(Sugiyono, 2010). Menurut Azwar (1998) penelitian dengan pendekatan kuantitatif

menekankan analisisnya pada data-data numerik (angka) yang diolah dengan

metoda statistika.

Selanjutnya jika dipandang dari kategori fungsinya, maka penelitian ini

diklasifikasikan dalam jenis penelitian eksplanatif, artinya penelitian ini bertujuan

untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi

(Sekaran, 2006). Peneliti ini mencari pengaruh antara variabel X, yaitu intensitas

menonton sinetron remaja Indonesia dengan variabel Y, yaitu perilaku seksual

remaja awal dalam berpacaran.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian

34

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Variabel

memiliki kedudukan yang sangat penting dalam suatu penelitian. Dalam penelitian

ini dua varibel tersebut adalah :

1. Variabel bebas

Variabel bebas atau variabel independent ini adalah suatu variabel yang

variasinya mempengaruhi variabel lain (Azwar, 1998). Variabel bebas

dalam penelitian ini yaitu intensitas menonton sinetron remaja

Indoenesia.

2. Variabel terikat

Variabel terikat atau variabel dependent ini adalah suatu variabel yang

diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain

(Azwar, 1998). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu perilaku

seksual remaja awal dalam berpacaran.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat

diamati (Azwar, 1998). Cara pengukuran variabel yang telah didefinisikan secara

operasional akan dijelaskan secara detail pada bagian instrumen penelitian (Sub bab

III G). Penelitian dapat dilakukan apabila menggunakan konsep yang jelas dan

oprasional dari variabel-variabel yang hendak diukur, tidak hanya mendasarkan

pada konsep teoritis. Maka dari itu definisi operasional yang dirumuskan dari

variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

35

1) Intensitas Menonton Sinetron Remaja Indonesia

Intensitas menonton sinetron adalah menyaksikan sinetron yang berseri

dengan tema kehidupan sehari-hari remaja seperti percintaan, patah hati,

pernikahan, pacaran dan pertengkaran pacaran, yang ditayangkan di televisi.

Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus dan berulang kali. Dalam penelitian

ini, istilah intensitas diartikan sebagai seberapa sering dan lamanya remaja

menonton tayangan sinetron yang terdapat dalam suatu media massa audiovisual,

dan menyebabkan ada rangsangan terhadap indera penglihatan dan pendengaran

sehingga menghasilkan persepsi dari atensi dan penghayatan. Batasan sinetron

dalam penelitian ini yaitu yang diproduksi dari, dan disiarkan untuk Indonesia, serta

dengan pemeran utama dan jalan cerita tentang kehidupan remaja.

2) Perilaku Seksual Remaja Awal dalam Berpacaran

Perilaku seksual remaja yang berpacaran diartikan sebagai tingkah laku

sepasang remaja lawan jenis dengan usia 12-15 tahun yang sedang menjalin

hubungan khusus dan didasari komitmen perasaan suka atau mencintai. Sepasang

remaja ini menjalani serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (rasa

kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi antara pria dan

wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mengenal dan melihat

kesesuaian antara satu sama lain. Dalam keintiman ini ada hubungan fisik antara

sepasang remaja. Perilaku yang menjadi fokus adalah Memandang tubuh lawan

bicara tetapi menghindari adanya kontak mata, mengadakan kontak mata,

melakukan kontak suara, berpegangan tangan, memeluk atau dipeluk bahu,

memeluk bagian pinggang, berciuman, meraba daerah erogen pasangannya.

36

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1) Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang menjadi sasaran penelitian.

Menurut Azwar (1998) populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang

hendak dikenai generalisasi. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki

kriteria sesuai dengan karakteristik yang ditentukan, hal ini untuk mendapatkan

populasi yang jelas, dan berbeda dengan kelompok subjek yang lain. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang berpacaran dengan usia 12-15

tahun dan berstatus sebagai siswa/siswa SMP di Malang.

2) Sampel

Berdasarkan pengertian sampel Azwar (1998) menjelaskan bahwa sampel

penelitian merupakan sebagian dari populasi yang harus memiliki ciri-ciri dari

populasinya. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 107 orang siswa

kelas VII dan VIII dari dua SMP Negeri di Kota Malang yaitu SMPN X Malang,

SMPN Y Malang dan SMPN Z Malang.

3) Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah cluster random

sampling. Teknik ini menggunakan randomisasi terhadap kelompok, bukan

terhadap subjek secara individual (Azwar, 1998).

37

Penelitian ini populasinya adalah remaja awal dalam berpacaran dengan

usia 12-15 tahun, dan berstatus sebagai siswa-siswi SMP di Kota Malang (hal ini

untuk mempermudahkan peneliti dalam menemukan sampel atau subjek

penelitian) dengan subkelompok populasinya adalah SMPN X Malang, SMPN Y

Malang dan SMPN Z Malang, yang dipilih secara random (undian) melalui teknik

cluster rondom sampling. Kemudian sampelnya hanya kelas VII dan VIII karena

siswa kelas IX telah fokus dengan Ujian Nasional dan kelulusan sehingga mereka

akan lebih fokus belajar daripada menonton sinetron atau pacaran.

Jumlah sampel yang digunakan peneliti adalah 107 orang, angka tersebut

melalui tahap perhitungan G-Power yaitu aplikasi statistik dalam menentukan

jumlah sampel apabila populasi tidak diketahui jumlah pastinya. Selain itu jumlah

sampel menurut Azwar (1998) adalah minimal 30 responden, sehingga 107 orang

dirasa sudah cukup mewakili poupulasi sesungguhnya.

E. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Tahapan persiapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

a. Melakukan studi pustaka tentang variabel yang telah ditentukan untuk

mendapatkan konsep teoritis dan operasionalnya.

b. Menentukan sampel dan desain penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian

38

c. Mengajukan perizinan kepada Program Studi Psikologi dan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya, yang ditujukan

kepada kepala sekolah SMPN X,Y, dan Z Malang.

d. Koordinasi dengan pihak sekolah mengenai jumlah subjek dan jadwal

pelaksanaan penelitian

e. Menyiapkan alat ukur yang digunakan dalam pengambilan data.

f. Melakukan uji coba tryout yang berfungsi untuk mengetahui tingkat

keabsahan dan keandalan dari item-item yang ada.

g. Melakukan revisi alat ukur yaitu dengan cara mempertahankan item

yang lolos uji validitas dan realibilitas nya dan membuang item-item

yang gugur. Kemudian menyusun kembali dalam alat ukur yang akan

digunakan untuk pengambilan data.

2) Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian yang dilakukan seperti

a. Setelah mendapatkan persetujuan dari tiga sekolah untuk melakukan

penelitian, maka peneleti mulai mencari jadwal untuk mulai penelitian

atau menyebarkan kuesioner

b. Sekolah X memperbolehkan peneliti masuk kedalam kelas saat mata

pelajaran Bimbingan Konseling. Peneliti masuk keenam kelas di SMP

X selama enam hari (10-16 Maret 2015). Peneliti mendapatkan 180

orang siswa, dan menyaringnya menjadi 70 siswa untuk menjadi

subjek penelitian karena sesuai dengan karakteristik penelitian.

39

c. SMP Y dan Z tidak mengizinkan peneliti masuk ke dalam kelas untuk

menyebarkan kuesioner sehingga peneliti menyebarkannya diluar

sekolah saat istirahat dan jam pulang sekolah. Pada SMP Y peneliti

mendapatkan 24 orang siswa/siswi dan menyaringnya menjadi 18

orang sebagai sampel yang sesuai dengan karakteristik, sedangkan di

SMP Z dari 32 orang menjadi 20 subjek.

d. Teknik pemberian kuesioner disetiap sekolah hamper sama, meminta

kesedian para responden untuk mengisi kuesioner, dan menjelaskan

tujuan dan cara pengisian kuesioner. Setelah selesai peneliti

mengambil seluruh kuesioner yang telah dibagikan.

3) Tahap Analisis Data

Analisis data akan dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan, yaitu

a. Pengolahan data, yaitu dengan melakukan scoring pada setiap hasil

skala, menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh untuk

kemudian dibuat table data, dan melakukan analisis data dengan

menggunakan perhitungan statistik untuk menguji hipotesis penelitian.

Tahap ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 20 for windows.

b. Pembahasan dilakukan dengan cara menginterpretasikan hasil analisis

statistik berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang diajukan

sebelumnya dan merumuskan kesimpulan hasil penelitian.

40

F. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer

adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan

alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai informasi

yang dicari (Azwar, 2012). Data primer didapatkan melalui alat-alat ukur yang ada,

yakni skala psikologi intensitas menonton sinetron yang di modifikasi dari dua

penelitian sebelumnya oleh Ahmad (2012) dan Hidayah (2012). Alat ukur satunya

adalah skala psikologi perilaku seksual remaja awal dalam berpacaran dari aspek

yang dikemukan oleh Sarwono (Maryatun, 2013).

Skala psikologi tersebut telah memiliki pilihan atau alternatif jawaban yang

dapat dipilih responden dan diharapakan jawaban tersebut mempresentasikan

keadaan sebenarnya. Kaitannya dengan analisis statistik, jenis data yang akan

disajikan dalam penelitian ini adalah data interval, atau merupakan data numerik

dengan urutan tertentu, tidak memiliki nol mutlak, dan dapat dioperasionalisasikan

secara matematis.

G. Intrumen Penelitian

Intrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

psikologi. Menurut Anastasi (Sary, 2012), skala psikologi adalah alat ukur yang

mengukur aspek atau atribut psikologis melalui indikator-indikator perilaku yang

diterjemahkan dalam item-item pernyataan atau pertanyaan. Penelitian ini

digunakan beberapa instrumen atau alat ukur penelitian sesuai dengan dua variabel

yang hendak diukur dalam penelitian ini.

41

Skala yang digunakan untuk mengukur intensitas menonton tayangan

sinetron pada remaja adalah skala yang dimodifikasi dari skala penelitian Ahmad

(2012) dan Hidayah (2012), dengan teori intensitas menonton milik Friederich dan

Stein. Sedangkan skala psikologi yang digunakan untuk mengukur perilaku seksual

remaja awal dalam berpacaran adalah skala yang dibuat dibuat sendiri oleh peneliti

dengan aspek yang dikemukan oleh Sarwono (Maryatun, 2013).

Kedua skala psikologi ini berisi item-item berupa pertanyaan dengan empat

alternative respon pada setiap item dengan system skor skala Likert yang

dimodifikasi menjadi empat skor skala sebagai berikut:

Tabel 1. Skor Alternatif Pilihan pada Skala

ITEM FAVORABLE ITEM UNFAVORABLE

ALTERNATIF PILIHAN SKOR ALTERNATIF PILIHAN SKOR

Sangat Setuju 4 Sangat Setuju 1

Setuju 3 Setuju 2

Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 4

Item favorable mewakil item yang mendukung variabel. Sebaliknya Item

unfavorable mewakil item yang tidak mendukung variabel. Respon skala oleh

responden dilakukan dengan memilih alternatif respon yang disusun berdasarkan

derajat kesesuaian yang paling sesuai dengan kondisi dirinya yang dinyatakan

dalam sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Semakin tinggi

skor yang dimiliki responden dalam skala intensitas menonton sinetron remaja

Indonesia, maka semakin tinggi intensitasnya menonton sinteron remaja Indonesia.

Begitupula dengan skala perilaku seksual remaja awal dalam berpacaran, semakin

tinggi skor yang dimiliki responden maka semakin parah perilaku seksualnya.

42

Skala intensitas menonton tayangan sinetron remaja Indonesia bertujuan

mengungkapkan beberapa aspek yang dirasa peneliti pas dalam penelitian ini.

Aspek ini diungkapkan oleh Frederich dan Stein dalam dua penelitian yang berbeda

yaitu milik Ahmad (2012) dan Hidayah (2012). Aspek tersebut dipilih karena

memiliki kesesuaian dengan konteks penelitian, dan dua penelitian yang dijadikan

acuan adalah penelitian yang menggunakan aspek Frederich dan Stein dan dapat

peneliti temukan, aspek tersebut yaitu:

a) Frekuensi

b) Durasi

c) Atensi

d) Penghayatan

Sedangkan skala perilaku seksual remaja awal dalam berpacaran bertujuan

untuk mengungkap beberapa aspek yang dikemukan oleh Sarwono (Maryatun,

2013),

a) Kontak mata

b) Melakukan kontak suara

c) Berpegangan tangan

d) Berpelukan

e) Berciuman

f) Menyentuh daerah erogen pasangannya.

Skala intensitas menonton tayangan sinetron terdiri dari 20 item dan skala

perilaku seksual remaja yang berpacaran dari 20 item. Berikut blue print dari kedua

skala dalam penelitian ini

43

Tabel 2. Blue Print Rancangan Skala Intensitas Menonton Sinetron

Remaja Indonesia

NO DIMENSI INDIKATOR ITEM JUMLAH FAVORABLE UNFAVORABLE

1 Frekuensi Seringnya

menonton sinetron

1,2,10 9,17 5

2 Durasi Lama menonton

sinetron

4,18 11 3

3 Atensi

Mengetahui tema,

dan judul-judul

sinetron

6 5 2

Tidak mau

terganggu saat

menonton

14 3,19 3

Mengenal atau

mengetahui pemain

dalam sinetron

20 13 2

4 Penghayatan Hafal isi cerita

sinetron

7 8 2

Mengikuti ekspresi

sang artis

12,15,16 3

TOTAL 20

Berdasarkan blue print diatas, dapat diketahui bahwa keseluruhan item

favorable berjumlah 10 item, dengan item unfavorable berjumlah 10 item, sehingga

jumlah item secara keseluruhan adalah 20 item.

Setelah dilakukan uji coba pada skala intensitas menonton tayangan

sinetron, terdapat 8 item yang tidak reliabel, dan 12 item lainnya dinyatakan valid

dan reliabel. Berikut adalah rincian item setelah melakukan uji coba,

Tabel 3. Blue Print Rancangan Skala Intensitas Menonton Sinetron

Remaja Indonesia Setelah Uji Coba

NO DIMENSI INDIKATOR ITEM Reliabel Tidak Reliabel

1 Frekuensi Seringnya

menonton sinetron

10,17 1,2,9

2 Durasi Lama menonton

sinetron

4, ,11 18

44

3 Atensi

Mengetahui tema,

dan judul-judul

sinetron

6 5

Tidak mau

terganggu saat

menonton

14,19 3

Mengenal atau

mengetahui pemain

dalam sinetron

20 13

4 Penghayatan Hafal isi cerita

sinetron

7,8

Mengikuti ekspresi

sang artis

15,16 12

TOTAL 12 8

Setelah dilakukan uji coba, item-item yang valid berdasarkan analisis

validitas korelasi item dengan total (rit) disusun kembali dan digunakan dalam skala

peneltian. Berikut ini blue print skala intensitas menonton sinetron setelah uji coba

dan disusun kembali

Tabel 4. Nomor Item Skala Intensitas Menonton Sinetron Remaja Indonesia

Setelah Uji Coba

Nomor Item Lama Korelasi Item Total Nomor Item Baru

1 - -

2 - -

3 - -

4 0.401 1

5 - -

6 0.614 2

7 0.558 3

8 0.386 4

9 - -

10 0.538 5

11 0.367 6

12 - -

13 - -

14 0.639 7

15 0.455 8

45

16 0.351 9

17 0.392 10

18 - -

19 0.361 11

20 0.378 12

Ket : Item yang tidak dicantumkan angka korelasi item totalnya adalah item yang

korelasi item nya kurang dari 0,3 sehingga dinyatakan tidak valid dan harus

digugurkan.

Untuk memperjelas, nomor item skala intensitas menonton sinetron setelah

disusun ulang disajikan dalam blue print berikut

Tabel 5. BluePrint Skala Intensitas Menonton Sinetron Remaja Indonesia

Setelah Disusun Ulang

NO DIMENSI INDIKATOR ITEM

JUMLAH FAVORABLE UNFAVORABLE

1 Frekuensi Seringnya

menonton sinetron

5 10 2

2 Durasi Lama menonton

sinetron

1 6 2

3 Atensi

Mengetahui tema,

dan judul-judul

sinetron

2 1

Tidak mau

terganggu saat

menonton

7 11 2

Mengenal atau

mengetahui pemain

dalam sinetron

12 1

4 Penghayatan Hafal isi cerita

sinetron

3 4 2

Mengikuti ekspresi

sang artis

8,9 2

TOTAL 12

46

Skala kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku

seksual remaja yang berpacaran

Tabel 6. Blue Print Rancangan Skala Perilaku Seksual Remaja Awal

dalam Berpacaran

NO DIMENSI INDIKATOR ITEM JUMLAH FAVORABLE UNFAVORABLE

1 Kontak mata Saling menatap 6 1, 3 3 Lama waktu ketika

saling menatap 2, 21 2

2

Melakukan

kontak suara

Timing 5, 22 2

Topic 4,25 23 3

Intonasi 24 7 2 3 Berpegangan

Tangan

Memegang pergelangan

tangan 9,26 2

Menyatukan antar jari

pasangan

8 10 2

4 Berpelukan Pelukan pada bagian

bahu 11 1

Pelukan pada bagian

pinggang 12, 16 2

5

Berciuman

Ciuman Kering 13 17 2 Ciuman Basah 14 18 2

6 Menyentuh

bagian erogen

Bagian sensitive 15 19, 20 3

Total 26

Berdasarkan blue print diatas, dapat diketahui bahwa keseluruhan item

favorable berjumlah 16 item, dengan item unfavorable berjumlah 10 item, sehingga

jumlah item secara keseluruhan adalah 26 item.

Setelah dilakukan uji coba pada skala intensitas menonton tayangan

sinetron, terdapat 6 item yang tidak reliabel, dan 20 item lainnya dinyatakan valid

dan reliabel. Berikut adalah rincian item setelah melakukan uji coba,

47

Tabel 7. Blue Print Skala Perilaku Seksual Remaja dalam Berpacaran

Setelah Uji Coba

NO DIMENSI INDIKATOR ITEM Reliabel Tidak Reliabel

1 Kontak mata Saling menatap 3, 6 1 Lama waktu ketika

saling menatap 2, 21

2

Melakukan

kontak suara

Timing 5, 22

Topic 4 23,25

Intonasi 24 7 3 Berpegangan

Tangan

Memegang pergelangan

tangan 9,26

Menyatukan antar jari

pasangan

8 10

4 Berpelukan Pelukan pada bagian

bahu 11

Pelukan pada bagian

pinggang 12, 16

5

Berciuman

Ciuman Kering 13 17 Ciuman Basah 14 18

6 Menyentuh

bagian erogen

Bagian sensitive 15 19, 20

TOTAL 18 8

Setelah dilakukan uji coba, item-item yang valid berdasarkan analisis

validitas korelasi item dengan total (rit) disusun kembali dan digunakan dalam skala

peneltian. Berikut ini blue print skala intensitas menonton sinetron setelah uji coba

dan disusun kembali

Tabel 8. Nomor Item Skala Perilaku Seksual Remaja dalam

Berpacaran Setelah Uji Coba

Nomor Item Lama Korelasi Item Total Nomor Item Baru

1 - -

2 0.633 1

3 0.389 2

4 0.415 3

5 0.489 4

6 0.580 5

7 - -

48

8 0.565 6

9 0.581 7

10 0.497 8

11 0.501 9

12 0.552 10

13 0.451 11

14 0.661 12

15 0.412 13

16 0.632 14

17 - -

18 - -

19 - -

20 - -

21 0.491 15

22 0.459 16

23 - -

24 0.552 17

25 - -

26 0.429 18

Ket : Item yang tidak dicantumkan angka korelasi item totalnya adalah item yang

korelasi item nya kurang dari 0,3 sehingga dinyatakan tidak valid dan harus

digugurkan.

Untuk memperjelas, nomor item skala perilaku seksual remaja yang

berpacaran setelah disusun ulang disajikan dalam blue print berikut

Tabel 9. Blue Print Rancangan Skala Perilaku Seksual Remaja dalam

Berpacaran Setelah Disusun Ulang

NO DIMENSI INDIKATOR ITEM JUMLAH FAVORABLE UNFAVORABLE

1 Kontak mata Saling menatap 5 2 2 Lama waktu ketika

saling menatap 1,16 2

2

Melakukan

kontak suara

Timing 4,17 2

Topic 3 1

Intonasi 18 1 3 Berpegangan

Tangan

Memegang pergelangan

tangan 7,19 2

Menyatukan antar jari

pasangan

6 8 2

49

4 Berpelukan Pelukan pada bagian

bahu 9 1

Pelukan pada bagian

pinggang 10,14 2

5

Berciuman

Ciuman Kering 11 1 Ciuman Basah 12 15 2

6 Menyentuh

bagian erogen

Bagian sensitive 13 1

TOTAL 18

H. Pengujian Alat Ukur

1) Uji Validitas

Pengujian validitas ini digunakan untuk mengetahui apakah skala mampu

menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Validitas merupakan

sejauhmana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

(Azwar, 2012). Uji validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang

seharusnya diukur (Sary, 2012). Suatu skala dapat dikatakan valid apabila

pertanyaan pada skala mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh skala

tersebut.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content

validity), Azwar (2012) mengatakan validitas menunjukkan sejauh mana item-item

dalam skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan

tingkat relevansinya. Validitas ini dibagi menjadi dua yaitu (Azwar, 2012):

50

a) Validitas Muka

Validitas ini didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan, ini

cukup penting karena mengukur apakah skala nampak meyakinkan untuk

diisi secara benar oleh responden.

b) Validitas Logik

Validitas ini menunjuk pada sejauhmana isi tes merupakan wakil dari ciri-

ciri atribut yang hendak diukur sebagaimana telah ditetapkan dalam

kawasan ukur.

Syarat yang digunakan untuk menentukan apakah item dalam skala

memiliki validitas yang tinggi adalah apabila item tersebut memiliki nilai korelasi

diatas 0,30 (Azwar, 2012). Jika koefisien korelasi item bernilai negative maka

terdapat kesalahan atau cacat dalam item tersebut. Penelitian ini menggunakan

expert judgments yaitu dosen psikologi UB dan melakukan tryout untuk melihat

apakah item dapat diterima semua sebagai alat ukur skala penelitian ini.

2) Uji Reliabilitas

Uji realibilitas mengarah pada konsistensi hasil ukur, yang mengandung

sebera tinggi kecermatan pengukuran (Azwar, 2012). Intinya realibilitas ini untuk

melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Apabila hasil yang

dilakukan secara berulang relatif sama, maka skala tersebut memiliki tingkat

realibilitas yang baik.

Penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan tujuan

untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam tes itu sendiri.

51

Perhitungannya menggunaka uji realibilitas Cronbach Alpha dengan pengujian jika

koefisien yang Cronbach Alpha > 0,6 maka variabel tersebut realiabel. Alasan

penggunaan Cronbach Alpha karena koefisien alpha memberikan harga yang lebih

kecil atau sama besar dengan reliabilitas yang sebenarnya, sehingga ada

kemungkinan realiabilitas tes lebih tinggi daripada koefisien alpha. Hasil yang

diperoleh lebih murni dan hasil reliabilitas dengan menggunakan teknik ini akan

lebih cermat karena dapat mendekati hasil yang sebenarnya (Azwar, 2012).

Tabel 10. Indeks Koefisien Reliabilitas

NO NILAI INTERVAL KRITERIA

1 <0,20 Sangat Rendah

2 0,20 - 0,39 Rendah

3 0,40 - 0,59 Cukup

4 0,60 - 0,79 Tinggi

5 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

3) Daya Diskriminasi

Daya diskriminasi ini digunakan untuk melihat sejauh mana item yang

bersangkutan berfungsi sebagai skala (Azwar, 2000). Menurut Azwar (2000) daya

diskriminasi yang digunakan dalam alat ukur penelitian ini menggunakan koefisien

korelasi >0,30. Sehingga apabila ada item yang memiliki nilai koefisien korelasi

<0,30 maka item tersebut dinyatakan gugur. Pengujian daya diskriminasi dilakukan

dengan melihat nilai item-total correlation menggunakan program SPSS 20 for

windows.

I. Analisis Data

Analisis data kuantitatif adalah analisa yang didasarkan pada angka-angka

dengan bantuan analisis statistik (Azwar, 1998). Metode yang digunakan dalam

52

penelitian ini adalah metode analisis regresi linier sederhana yaitu sekumpulan

teknik statistik yang digunakan untuk mengukur apakah ada peran intensitas

menonton sinetron terhadap perilaku seksual remaja yang berpacaran. Metode

analisis data ini terdiri dari uji asumsi dan uji hipotesis. Dalam pelaksanaannya,

metode analisis data ini juga dilakukan dengan bantuan program SPSS 20.0 for

windows, baik dalam uji asumsi maupun uji hipotesis.

1) Uji Asumsi

Beberapa asumsi yang harus terpenuhi sebagai uji syarat untuk melakukan

analisis regresi linier adalah data harus berdistribusi normal yang akan diuji dengan

uji normalitas, sampel harus random, dan hubungan variabel bebas dan terikat

merupakan hubungan lurus yang akan diuji dengan uji linearitas.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel

kedua variabel memenuhi persyaratan distribusi normal maka dapat

dilakukan analisis data dengan menggunakan statistik parametrik yang

mengharuskan pemenuhan atas persyaratan asumsi-asumsi dasar

distribusi data pada variabel yang digunakan dalam analisis (Sugiyono,

2010).

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan One-Sample

Kolmogorov Smirnov. Data diikatakan terdistribusi normal jika taraf

signifikansinya lebih dari 0,05. Uji persyaratan analisis menggunakan uji

normalitas data Kolmogorov Smirnov (K-S)

53

b) Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua variabel

dalam penelitian memiliki hubungan yang linear atau tidak. Pengujian ini

digunakan untuk menguji sekumpulan data terhadap pembentukan garis

linear yang akan digunakan untuk mempredeksi variabel bebas. Dalam

penelitian ini uji linearitas dilakukan dengan menggunakan uji F untuk

mengetahui apakah kedua variabel berkorelasi secara langsung atau

tidak. Idealnya, hubungan dikatakan linear apabila signifikansi lebih dari

0,05.

c) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu

pengamatan kepengamatan lain. Jika varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas,

namun jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik

adalah homoskedastisitas (Singarimbun, 2013). Heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan menampilkan scatterplot dari nilai ZPRED (sumbu X,

nilai prediksi) dengan SRESID (sumbu Y, nilai residual. Model yang

baik adalah apabila tidak, terdapat pola tertentu pada grafik, pola tertentu

tersebut seperti mengumpul ditengah, menyempitk kemudian melebar

atau sebaliknya.

54

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan scatterplot dengan

bantuan IBM SPSS Statistic 20 for Windows. Apabila titik-titik menyebar

secara acak, baik dibagian atas angka nol atau dibawah angka 0 dari

sumbu vertical atau sumbu Y, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas dalam model regresi.

2) Uji Hipotesis

Kegunaan dari uji hipotesis adalah untuk mengetahui peran antara intensitas

menonton sinetron terhadap perilaku seksual remaja yang berpacaran pada siswa

SMP di Malang. Pengujian ini bertujuan untuk melihat hipotesis dalam penelitian

ini dapat diterima atau ditolak. Metode analisis regresi linier sederhana dipilih

dalam penelitian ini. Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear

antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini

untuk mengetahui apakah ada peran variabel independen terhadap variabel

dependen. Perhitungan persamaan regresi sederhana dilakukan dengan aplikasi

SPSS 20.0 for windows.

Pengujian hipotesis dapat didasarkan dengan menggunakan dua hal, yaitu:

tingkat signifikasi atau probabilitas (a) dan tingkat kepercayaan atau confidence

interval. Didasarkan tingkat signifikansi pada umumnya menggunakan 0,05.

Kisaran tingkat signifikansi mulai dari 0,01 sampai dengan 0,1. Tingkat signifikansi

adalah probabilitas melakukan kesalahan menolak hipotesis ketika hipotesis

tersebut benar. Tingkat kepercayaan umumnya 95%, yaitu dimana nilai sampel

tersebut mewakili populasi dari sampel berasal.

55

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Penjelasan ini meliputi deskripsi data, uji asumsi, dan uji hipotesis apakah ada

peran intensitas menonton sinetron remaja Indonesia terhadap perilaku seksual

remaja awal dalam berpacaran dengan sampel siswa/siswi yang berpacaran pada

tiga SMP Negeri di Malang.

Pengambilan data dalam penelitian mengenai peran intensitas menonton

sinetron remaja Indonesia terhadap perilaku seksual remaja awal yang berpacaran

ini dilakukan selama 6 hari. Peneliti menyebarkan kuesioner di tiga sekolah yang

berbeda dengan mendapatkan 236 orang siswa, dari hasil itu peneliti menyortir dan

memakai remaja yang sedang dan pernah berpacaran saja sebagai sampel

penelitian. Sebanyak 108 orang remaja yang berstatus sebagai siswa SMP Negeri

di Malang menjadi sampel dalam penelitian ini.

1. Analisis Deskriptif

Metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif digunakan untuk

mendapatkan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang sedang diselidiki.

56

a. Data Demografis Subjek Penelitian

Data demografi dalam penelitian dapat dianalisis dengan metode analisis

deskriptif dengan cara mengkategorikan subjek penelitian. Subjek penelitian yang

digunakan adalah siswa-siswi di tiga SMP Negeri di Kota Malang yang berjumlah

108 orang, dengan karakteristik yaitu berstatus sebagai pelajar, usia 12-15 tahun,

kelas 7 dan 8, dan sedang atau pernah berpacaran dengan lawan jenisnya.

Ketegorisasi data demografis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11. Data Demografis Subjek dan Uji Perbedaan Terhadap

Perilaku Seksual Remaja yang Berpacaran

Data Demografi Kategori Jumlah Prosentase

Usia 12 tahun 2 1,85%

13 tahun 50 46,30%

14 tahun 52 48,15%

15 tahun 4 3,70%

Total 108 100%

Kelas VII 39 36,11%

VIII 69 63,89%

Total 108 100%

Jenis Kelamin Laki-laki 48 44,44%

Perempuan 60 55,55%

Total 108 100%

Tabel diatas menggambarkan bahwa subjek yang paling banyak menjadi

responden dalam penelitian ini adalah remaja perempuan dengan jumlah 60 dari

108 orang, kemudian, remaja yang berpacaran paling banyak adalah siswa kelas

VIII dengan jumlah 69 orang atau sebesar 63,89%, serta paling banyak berusia 14

tahun yaitu sebanyak 52 orang atau dengan prosentase sebesar 48,15%.

Selain data demografis di atas, peneliti juga memberikan gambaran tentang

beberapa data mengenai topik penelitian seputar tayangan di telvisi dan pacaran

remaja. Berikut ini tabel prosentase data tersebut

57

Tabel 12. Data Lama Berpacaran Remaja

Lama Berpacaran Jumlah Prosentase

Kurang dari 1 Bulan 31 28.70%

1-6 Bulan 55 50.93%

6-12 Bulan 13 12.04%

Lebih dari 1 tahun 9 8.33%

Total 108 100%

Tabel 13. Data Pacaran Remaja

Hubungan Pacaran Jumlah Prosentase

Diketahui Keluarga 31 28.70%

Diketahui Teman Saja 72 66.67%

Tidak diketahui siapapun 5 4.63%

Total 108 100%

Tabel 14. Data Program Televisi Favorit Remaja

NO Tayangan Paling Disuka Jumlah Prosentase

1 Film 19 17.59%

2 Drama (Korea dan India) 16 14.81%

3 Kartun 15 13.89%

4 FTV 13 12.04%

5 Musik 13 12.04%

6 Sport 11 10.19%

7 Sinetron 8 7.41%

8 Talk Show 6 5.56%

9 Lawak 5 4.63%

10 Berita 2 1.85%

Total 108 100%

58

Tabel 15. Data Remaja Penyuka Sinetron Remaja Indonesia

Menyukai Sinetron Jumlah Prosentase

Iya 40 37.04%

Biasa Saja 59 54.63%

Tidak 9 8.33%

Total 108 100%

Tebel 16. Judul Sinetron Remaja Indonesia Favorit

No Judul Sinetron Remaja Dipilih Prosentase

1 Diam-Diam Suka 19 19.19%

2 Samson Dan Dahlia 9 9.09%

3 Ganteng Ganteng Serigala 24 24.24%

4 Cantik-Cantik Magic 23 23.23%

5 Kambing Genit 2 2.02%

6 7 Manusia Harimau 3 3.03%

7 Jakarta Love Story 14 14.14%

8 Manusia Harimau 5 5.05%

Total 108 100%

Tabel 17. Data Tayangan Televisi

Tayangan Televisi Pilihan Terbanyak

Waktu paling sering menonton sinetron Malam Hari

Rata-rata menonton sinetron dalam sehari 2 Jam Perhari

Rata-rata menonton sinetron dalam seminggu 3 Hari

Ketujuh tabel diatas menggambarkan beberapa data yang didapatkan setelah

penelitian melalui lembar kuesioner yang telah dibagikan.

2. Deskripsi Data

a. Kategorisasi Subyek Penelitian

Hasil data penelitian yang didapat dibagi menjadi 2 kategorisasi skor

yaitu skor hipotetik dan empirik. Skor empirik didapatkan dari perhitungan

menggunakan SPSS 20 for Windows, sedangkan skor hipotetik didapat dari

perhitungan secara manual dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Tabel 18. Rumus Skor Hipotetik

59

Statistik Persamaan

Nilai minimum hipotetik Skor aitem terendah x jumlah aitem

Nilai maksimum hipotetik Skor aitem tertinggi x jumlah aitem

Mean hipotetik Jumlah aitem X nilai tengah dari skor aitem

Standar deviasi hipotetik

Tabel 19. Deskripsi Statistik

Variabel Statistik Hipotetik Empirik

Intensitas

Menonton Sinetron

Nilai Minimal 12 12

Nilai Maksimal 48 41

Mean (μ) 30 27.65

Std. Deviasi (σ) 6 6.55

Perilaku Seksual

Remaja yang

Berpacaran

Nilai Minimal 18 24

Nilai Maksimal 72 75

Mean (μ) 45 47.19

Std. Deviasi (σ) 9 14.16

Berdasarkan skor empirik dan hipotetik tersebut, maka dapat diperoleh

gambaran pada variabel dependen. Pada variabel perilaku seksual reamaja yang

berpacaran digolongkan menjadi 3 kategori yaitu perilaku seksual rendah, perilaku

seksual sedang dan perilaku seksual tinggi. Norma yang digunakan mengacu pada

nilai rata-rata empirik (µ) dan nilai standar deviasi empirik (σ). Pada kategorisasi

rendah berdasarkan keputusan x < ( µ - σ ), sedangkan pada kategorisasi sedang

berdasarkan keputusan ( µ - σ ) ≤ x < ( µ + σ ), dan pada kategorisasi tinggi

berdasarkan keputusan ( µ + σ ) ≤ x (Azwar, 2012).

Tabel 20. Kategorisasi Subjek Penelitian untuk Variabel Intensitas

Menonton Sinetron Remaja Indonesia

Kategori Rata-rata skor periferal Jumlah subjek Persentase (%)

Rendah x < 21,10 19 17.60

Sedang 21,10 ≤ x < 34,2 67 62.03

Tinggi 34,2 ≤ x 22 20.37

TOTAL 108 100%

60

Pada tabel tersebut diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat

intensitas menonton sinetron rendah berjumlah 19 subjek atau 17,60% sedangkan

responden yang memiliki tingkat intensitas menonton sinetron sedang berjumlah 67

subjek atau sebesar 62,03% dan responden yang memiliki tingkat intensitas

menonton sinetron tinggi berjumlah 22 subjek atau sebesar 20,37%. Dapat

disimpulkan bahwa intensitas menonton sinetron responden dalam penelitian ini

berada pada tingkat sedang.

Tabel 21. Kategorisasi Subjek Penelitian untuk Variabel Perilaku

Seksual Remaja Awal yang Berpacaran

Kategori Rata-rata skor periferal Jumlah subjek Persentase (%)

Rendah x < 33,03 24 22.22

Sedang 33,03 ≤ x < 61,35 61 56.48

Tinggi 61,35 ≤ x 23 21.30

TOTAL 108 100%

Pada tabel tersebut diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat

perilaku seksual rendah berjumlah 24 subjek atau 22,22% sedangkan responden

yang memiliki tingkat perilaku seksual sedang berjumlah 61 subjek atau sebesar

56,48% dan responden yang memiliki tingkat perilaku seksual tinggi berjumlah 23

subjek atau sebesar 21,30%. Disimpulkan bahwa pada variabel perilaku seksual

remaja yang berpacaran juga lebih banyak berada pada tingkat sedang.

3. Uji Asumsi

Menurut Sarjono dan Julianita (2011), model regresi linear dapat

disebut sebagai model yang baik jika memenuhi asumsi klasik. Oleh karena

itu sebelum dilakukan analisa data, ada beberapa syarat yang harus

dilakukan terlebih dahulu yaitu uji normalitas sebaran data pada variabel

penelitian. Selain itu, dilakukan pula uji linearitas untuk mengetahui bentuk

61

korelasi dari kedua variabel, serta uji heterodasitas. Pengujian asumsi ini

dilakukam dengan menggunakan program SPSS 20 for windows.

a. Uji Normalitas

Menurut Sarjono dan Julianita (2011), uji normalitas perlu dilakukan untuk

mengetahui distribusi data penelitian telah menyebar secara normal atau tidak. Uji

normalitas dilakukan karena data penelitian yang diperoleh akan dianalisis dengan

pendekatan parametrik, sehingga data harus berdistribusi normal. Data dikatakan

normal jika subyek menjawab dengan beragam jawaban dan tidak ditemukan

kecenderungan subyek untuk menjawab dengan pola yang sama. Uji normalitas

dapat dilakukan melalui uji Kolmogrov Smirnov menggunakan SPSS 20 for

windows.

Tabel 22. Kolmogorov-Smirnov Test Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Perilaku Seksual Intensitas Menonton Sinetron

Kolmogorov-Smirnov Z 0.20 0.06

Asymp. Sig. (2-tailed)

Dasar pengambilan keputusan menurut Sarjono dan Julianita (2011) metode

Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk data pengamatan berjumlah besar (50 atau

lebih). Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal apabila angka signifikan

uji Kolmogorov-Smirnov > 0,05.Pada penelitian ini, data pengamatan berjumlah

108, sehingga menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan data di

atas, maka dapat diketahui bahwa nilai Sig. baik skala Intensitas Menonton

Sinetron Remaja Indonesia maupun skala Perilaku Seksual Remaja Awal yang

Berpacaran adalah lebih dari (>) 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua

data terdistribusi secara normal.

62

b. Uji Linearitas

Menurut Sarjono dan Julianita (2011) uji linieritas dilakukan untuk

mengetahui apakah kedua variabel dalam penelitian memiliki hubungan yang linier

atau tidak. Pengujian akan dilihat dari nilai signifikansi pada Deviation from

Linearity. Berikut adalah hasil pengujian linearitas

Tabel 23. Anova Uji Linearitas

ANOVA Table

Signifikansi

Perilaku Seksual terhadap Intensitas

Menonton Sinetron

0.39

Dasar pengambilan keputusan adalah apabila Sig. atau signifikansi pada

linearity >0,05 maka hubungan antarvariabel adalah linear. Berdasarkan data di

atas, maka dapat diketahui bahwa Sig. (p) adalah 0,39 di mana 0,39>0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel x dan variabel y adalah linear.

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Sarjono dan Julianita (2011), uji heteroskedastisitas digunakan

untuk mengetahui adanya ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Cara melakukan uji heterokdesitas dengan melihat pola titik-

titik pada scatterplots regresi antara standardized predicted value (ZPRED) atau

sumbu Y dengan studentized residual (SRESID) atau sumbu X. Model regresi yang

baik adalah tidak terjadi heterokedasitas melainkan homokedatisitas. Dibawah ini

merupakan gambar scatterplot hasil uji heterokedastisitas :

63

Gambar 1. Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas

Grafik plot pada gambar diatas tidak menunjukkan pola tertentu dan sebaran

residunya juga berada diatas dan dibawah titik nol pada sumbu Y. Hal ini

membuktikan tidak terdapat gejala heterokedatisitas.

4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah prosedur yang akan menghasilkan satu

keputusan, yaitu keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis yang sudah

ditentukan sebelumnya (Hasan, 2006). Pada dasarnya peneliti ingin mengetahui

apakah ada peran dari intensitas menonton sinetron terhadap perilaku seksual

remaja awal dalam berpacaran pada siswa SMP di Malang.

a. Uji Regresi Linear Sederhana

Tabel 24. Persamaan Regresi Linear

64

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std.

Error

Beta

1 (Constant) 4.43 0.35 12.54 0.00

Intensitas Menonton

Sinetron

-.00 0.14 -0.00 -0.02 0.98

Dependent Variable: Perilaku Seksual

Dasar Pengambilan Keputusan adalah apabila nilai Sig. < 0,05 maka

terdapat peran yang signifikan. Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui

bahwa Sig. (p) adalah 0,98 di mana 0,98 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada peran yang signifikan antara Intensitas Menonton Sinetron Remaja

Indonesia (X) terhadap Perilaku Seksual Remaja dalam Berpacaran (Y)

65

Tabel 25. Uji Pengaruh Variabel Intensitas Menonton Sinetron

Terhadap Variabel Perilaku Seksual Remaja Awal dalam Berpacaran

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 0.002a 0.050 -0.009 1.054

A. Predictors: (Constant), Intensitas Menonton Sinetron

B. Dependent Variable: Perilaku Seksual

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa R Square (R2)=0,050

dapat diartikan bahwa besarnya peran Intensitas Menonton Sinetron Remaja

Indonesia (X) terhadap Perilaku Seksual Remaja yang Berpacaran (Y) adalah

sebesar 5% dan besarnya variabel lain yang berperan dalam Perilaku Seksual

Remaja yang Berpacaran (Y) adalah sebesar 95%.

B. Pembahasan

Berdasarkan uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari

penelitian ini adalah sebesar 0,98 dan lebih besar dari nilai koefisien yaitu 0,05.

Kemudian nilai t dalam penelitian ini -0,02, dartinya nilai t yang kecil atau

mendekati nilai 0 maka hipotesis ditolak. Sebagai data tambahan saja, peneliti juga

melihat uji pengaruh atau effect size, intensitas menonton sinetron remaja Indonesia

memiliki peran sebesar 5%, terhadap perilaku seksual remaja awal dalam

berpacaran. Oleh karena peran faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini

lebih besar atau 95%, maka peran intensitas menonton sinetron remaja Indonesia

terhadap perilaku seksual remaja dalam berpacaran tidak signifikan.

Hasil dalam penelitian Bachtiar (2004) menyatakan bahwa sikap

pergaulan bebas tidak hanya timbul dari kegemaran mereka menonton

66

sinetron remaja yang ditayangkan di televisi, akan tetapi juga dapat timbul

dari lingkungan sekitar, keluarga, serta pengaruh dari teman. Menurut Dariyo

(2004) perubahan secara seksual yang terjadi pada remaja diantaranya timbul

proses perkembangan dan kematangan organ reproduksi. Kematangan organ

reproduksi tersebut mendorong remaja melakukan hubungan sosial baik

dengan teman sejenis maupun dengan lawan jenis. Dalam melakukan

hubungan sosial dengan lawan jenis, remaja berupaya mengembangkan diri

melalui pergaulan dengan membentuk teman sebaya (peer group). Teman

sebaya (peers) merupakan salah satu faktor yang cukup kuat dalam

mempengaruhi perilaku remaja dalam berpacaran. Pada kebanyakan remaja,

mereka menganggap teman sebaya merupakan hal yang terpenting dalam

kehidupan mereka (Dariyo, 2004). Remaja mulai belajar mengenai pola

hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi dengan teman

sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan

pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan

dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Pengaruh

teman sebaya ini cukup erat dalam menentukan pergaulan remaja, termasuk

pergaulan seksual (Masland, 2004)

Internet ternyata lebih dekat dengan remaja, diperkuat dengan bukti

dari survey UNICEF bersama dengan Kementerian Komunikasi dan

Informasi nasional mengenai penggunaan internet para remaja Indonesia.

Studi ini memperlihatkan bahwa ada setidaknya 30 juta orang remaja di

Indonesia yang mengakses internet secara reguler. Remaja bisa mendapatkan

67

lebih banyak informasi dan apapun yang mereka inginkan dimanapun dan

kapanpun, sehingga internet dengan perangkat atau media ini lebih mudah dan

dekat dengan remaja daripada televisi. Data yang didapatkan menyebutkan

media yang digunakan untuk online, PC sebanyak 69%, 34% menggunakan

laptop, 52% persen menggunakan handphone, 21% menggunakan

smartphone, dan 4% menggunakan tablet (Lukman, 2014).

Tidak hanya itu, hasil dari penelitian ini mendapatkan bahwa ternyata

sinetron bukan merupakan tayangan televisi yang paling disukai remaja usia

12-15 tahun. Terbukti data program televisi favorit remaja (tabel 14), sinetron

menempati urutan ke-7 dengan prosentase 7,41%. Menurut Parwadi (2005)

walaupun sinetron lebih disukai remaja, namun remaja tersebut berada dalam

kategori remaja akhir. Penelitian Parwadi (2005) tersebut mendapatkan

prosentase penyuka tayangan sinetron di usia 17-22 tahun adalah sebesar

73,87%. Sehingga ada kemungkinan tidak signifikannya penelitian ini

dikarenakan subjek rata-rata berusia 14 tahun. Selain itu adanya pengaruh

hormonal remaja awal belum kuat seperti remaja akhir, dan untuk

permasalahan seksual remaja awal hanya sebatas ingin tahu namun tidak

sampai disalurkan dalam perilaku nyata (Liana, 2007). Sehingga subjek dalam

penelitian ini ternyata hanya menjalin hubungan pacaran yang belum

mengarah pada perilaku seksual yang kompleks.

Data program televisi favorit remaja (tabel 14) menghasilkan bahwa

sinetron menempati urutan ke-7 dengan prosentase 7,41% atau hanya dipilih 8

dari 108 responden yang ada. Enam program televisi diatas sinetron yaitu

68

Film, Drama Korea dan India, Kartun, FTV, Musik dan Sport. Bahkan dari

tabel 15 tentang data remaja penyuka sinetron remaja Indonesia menghasilkan

bahwa hanya sebanyak 40 dari 108 orang responden yang benar-benar

menyukai sinetron atau sebanyak 37,04% sisanya mengakui biasa saja bahkan

tidak menyukai tayangan sinetron. Film barat yang ditayangkan di televisi

ternyata lebih memiliki tempat dikalangan siswa SMP ini, dan untuk beberapa

genre film tersebut memiliki bumbu-bumbu perilaku seksual yang lebih

banyak (Yusran, 2014).

Kemudian dimensi yang dipakai pada variabel perilaku seksual remaja

yang berpacaran dalam penelitian ini, mulai dari tahapan adanya kontak mata

hingga tahapan menyentuh bagian erogen. Namun ternyata subjek dengan

usia 12-15 atau yang tergolong remaja awal ini perilaku seksualnya belum

sampai pada tahapan itu. Sehingga ketika berpacaran subjek mungkin belum

mengalami tahapan perilaku seksual sampai sejauh itu. Seperti penelitian

Pujiati (2013), tentang gambaran perilaku pacaran remaja di Semarang

dengan subjek 72 remaja berusia 12-15 tahun, sebanyak 68 atau 94%

responden mengaku berperilaku baik saat berpacaran (pacaran sehat secara

psikis,fisik dan sosial).

Walaupun data dari BKKBN (Aminuddin, 2013), menyebutkan bahwa

usia 12 tahun adalah usia rata-rata seorang remaja mulai berpacaran, namun

pada kenyataannya pacaran yang dilakukan belum sampai pada perilaku

seksual yang parah atau tidak sampai pada dimensi berciuman dan menyentuh

bagian erogen pasangannya. Artinya kemungkinan tahapan perilaku seksual

69

yang sudah dilakukan remaja awal hanya dari tahapan adanya kontak mata,

melakukan kontak suara, berpegangan tangan hingga berpelukan. Rata-rata

masa pacaran siswa SMP yang hanya 1-6 bulan (tabel 12) ini juga

mempengaruhi perilaku seksual, dimana karena kedekatan subjek ketika

pacaran masih belum intim, namun masa pacaran sudah harus berakhir.

Pandangan dari sudut kognisi seorang remaja menurut De Fleur

(Parwadi, 2005) setiap individu menanggapi isi media berdasarkan

kepentingan mereka, dan dipengaruhi lingkungan individu tersebut yang telah

menanamkan kepercayaan, sikap dan nilai yang terus dipercaya Jalan cerita

sinetron yang semakin dibuat-buat membuat anak-anak remaja tidak banyak

meniru hal-hal yang memang tidak logis. Sesuai dengan teori psikologi umum

yaitu konsep persepsi selektif, individu akan menerima informasi secara

selektif tidak serta merta meniru apa yang mereka saksikan (Wade & Tavris,

2007).

Menurut Setiono (2007) masa remaja merupakan masa puncak dimana

seseorang mulai berpikir dan bertanggung jawab terhadap tingkah laku dan

pola berpikirnya. Kemudian perkembangan kognitif remaja merupakaan

periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal.

Sehingga wajar remaja pada usia 12-15 tahun walaupun suka menonton

televisi dengan informasi yang mungkin belum pantas diterima, remaja

tersebut sudah mampu menyaring informasi yang benar. Kapasitas berpikir

remaja pada sampel penelitian juga mungkin sudah berada dalam pemikiran

logis dan abstrak serta berpikir multidimensi (melihat dari berbagai sudut

70

pandang dan dari berbagai kemungkinan yang ada). Remaja juga sudah tidak

menerima informasi apa adanya (Liana, 2007).

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan dan dapat mempengaruhi

hasil penelitian secara keseluruhan. Keterbatasan tersebut seperti

1. Bahasan yang sensitif dalam penelitian ini pasti membuat para responden

akan sulit memberikan fakta yang sebenarnya, sehingga kemungkinan

adanya bias jawaban.

2. Teknik sampling yang dilakukan masih kurang efisien dan efektif.

Penelitian ini mengharuskan memberikan kuesioner pada seluruh siswa

untuk menghindari prasangka subjek, dan kemudian menyortir sesuai

karakteristik yang dibutuhkan. Sehingga banyak kuesioner yang terbuang,

dari 236 kuesioner yang dibagikan hanya diambil 108 yang memenuhi

karakteristik dalam penelitian ini atau hanya 45% kuesioner yang terpakai.

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tiga SMP Negeri di

Kota Malang, dan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis regresi linear sederhana antara intensitas menonton sinetron

remaja Indonesia dengan perilaku seksual remaja awal dalam berpacaran

menunjukkan nilai signifikansi dari penelitian ini adalah sebesar 0,98 dan

lebih besar dari nilai koefisien yaitu 0,05. Maka tidak ada peran antara

intensitas menonton sinetron remaja Indonesia terhadap perilaku seksual

remaja awal dalam berpacaran, sehingga hipotesis penelitian ini ditolak.

2. Kategorisasi subjek penelitian dalam skala intensitas menonton sinetron

remaja Indonesia serta perilaku seksual remaja awal dalam berpacaran

sama-sama berada pada tingkat sedang.

3. Sumbangan efektif variabel intensitas menonton sinetron terhadap perilaku

seksual remaja yang berpacaran sebesar 5%. Artinya sinetron memiliki

dampak terhadap perilaku seksual namun tidak terlalu signifikan dan

sisanya dipengaruhi faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

4. Berdasarkan data tambahan, dapat diketahui bahwa siswa SMP memiliki

rentan lama berpacaran hanya 1-6 bulan, dan hubungan tersebut biasanya

hanya diketahui oleh teman-teman mereka saja. Kemudian untuk tayangan

televisi, tayangan terfavorit remaja awal mulai dari yang terfavorit adalah

72

Film, Drama Korea dan India, Kartun, FTV, Musik, Sport, baru kemudian

Sinetron. Empat sinetron remaja Indonesia yang paling disukai remaja awal

adalah Ganteng-Ganteng Serigala, Cantik-Cantik Magic, Diam-Diam Suka,

dan Jakarta Love Story. Hasil tersebut didapatkan melalui 108 orang

responden remaja awal di Kota Malang.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah

diuraikan sebelumnya, peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Penelitian tentang intensitas menonton sinetron terhadap perilaku

seksual remaja yang berpacaran ini terbukti tidak secara signifikan

memiliki pengaruh, sehingga perlu adanya pemasangan variabel lain

yang dapat mempengaruhi variabel perilaku seksual remaja yang

berpacaran seperti internet, film barat, atau video porno. Selain itu

variabel intensitas menonton sinetron bisa dikaitkan dengan variabel lain

seperti gaya berpakaian, gaya hidup, gaya bahasa, tindakan kriminal,

dan kecanduan minuman keras.

b. Selain itu untuk mengurangi faking jawaban ada baiknya penelitian

tidak dilakukan di lingkungan sekolah, walaupun hal ini akan memakan

waktu yang cukup lama. Namun keuntungannya adalah bisa

memberikan kuesioner hanya pada yang memenuhi karakteristik

penelitian.

73

2. Bagi Pembaca

Menurut uraian yang telah dipaparkan oleh peneliti, perkembangan media

informasi sangat cepat dan semakin mengkhawatirkan. Sehingga perlu

adanya penyaringan informasi, tidak serta merta langsung diterima mentah-

mentah. Bagi orang tua perlu mulai memberikan informasi seksual

sewajarnya untuk putra-putrinya, sehingga tidak timbul perasaan ingin tahu

yang berlebihan. Kemudian karena intensitas menonton sinetron remaja

Indonesia tidak memiliki peran yang signifikan, maka jangan selalu

mengambing hitamkan tayangan di televisi sebagai penyebab utama

perilaku negatif, mungkin masih banyak faktor penyebab perilaku negatif

remaja selain tayangan televisi.

74

DAFTAR PUSTAKA

Admasari, Y., Kumalasari, D., dan Kriswahyuni, I. (2013) Hubungan Pengetahuan

Tentang Pacaran Dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Kelas XI di

UPTD SMS Negeri 1 Gurah Kabupaten Kediri . Studi di STIKes Bhakti Mulia.

Ahira, A. (2013). Komunikasi Verbal. Diakses dalam

http://www.anneahira.com/contoh-komunikasi-verbal.htm pada tanggal 27

Januari 2015, pukul 09.00 WIB.

Ahmad H.( 2012). Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Acara Memasak Di

Televisi Terhadap Pengetahuan Bidang Boga Pada Sisw Smk Negeri 6

Yogyakarta. Skripsi.

Alfido. (2014) . Tiru Adegan Pacaran Sinetron. Diakses dalam

http://media.kompasiana.com/new-media 2014/12/10/tiru-adegan-pacaran-di-

ftv-siswa-sma-n-17-medan-menembak-pacarnya-di-tengah-jalan-raya/ pada

tanggal 22 Januari 2014. Pukul 11.00 WITA.

Amin, A. (2014). Hubungan Membaca Cerita Percintaan Dengan Perilaku Seks

Remaja. UYP: Jurnal Heritage Volume 2 Nomor 2. Januari 2014.

Aminuddin, A.W. (2013). 80 Persen Remaja Indonesia Berciuman Ketika Pacaran.

Artikel diakses dalam http://tempointeraktif.com/khusus/selusur/remaja

/page02.php . pada tanggal 17 November 2014, pukul 09.30.

Anindito, B. (2009). Audio Visual Dictionary. Di akses dalam

http://warungfiksi.net/dictionary. Pada tanggal 13 Desember 2014, pukul 06.00.

Anita. (2014). Buruknya Pertelevisian Di Indonesia. Artikel diakses dalam h

ttp://media.kompasiana.com/mainstream-media/2014/11/12/buruknya-

pertelevisian-di-indonesia-702793.html , pada tanggal 17 November 2014.

Pukul 11.30.

Anshor. (2013). Acara TV Ini Paling Digemari Penonton Indonesia. Artikel diakses

dalam http://www.tempo.co/read/news/2013/03/06/090465467/Acara-TV-Ini-

Paling-Digemari-Penonton-Indonesia, pada tanggal 15 November 2014. Pukul

09.00.

Asmar N.R. (2009). Motivasi, Pola, Dan Kepuasan Menonton Televisi Lokal Serta

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Skripsi Institut Pertanian Bogor.

Ayken, F. (2013). Penghayatan Seni. Diakses dalam

http://hiburan.kompasiana.com/musik/2013/12/24/penghayatan-lagu6260.html

Pada tanggal 30 Desember 2014. Pukul 13.00.

Azwar, S. (1998) Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Azwar, S.. (2000). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi

Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Azwar, S. . (2012) Realibilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Bachtiar, A. (2004). Menikahlah, Maka Engkau Akan Bahagia. Yogyakarta:

Saujana.

75

Damanik, H.R. (2013). Analisis Faktor Penyebab Timbulnya Perilaku Seks

Pranikah Remaja. Thesis UNIB Fakultas Sosial dan Ilmu Politik.

Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan: Ghalia

Indonesia.

Darmasih, R., Setyadi, N.A. dan, Gama, A. (2011). Kajian Perilaku Sex Pranikah

Remaja SMA di Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2.

Deddy M. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Dimyati, V. (2013). Perilaku Pacaran Remaja Mengkhawatirkan. Jurnal Jurnas

BKKBN 2014

Djuhdie, A. (2010). Komunikasi Lebih Dari Sekedar Lisan .Diakses dalam

http://media.kompasiana.com/new-media/2012/03/29/kontak-mata-sebagai-

model-komunikasi-nonverbal-445876.html. Pada tanggal 27 Januari 2015.

Pukul 07.30 WIB.

Dudung, F. (2006). Buah Berpacaran. http://forum.dudung.net. Diakses tanggal 2

November 2014.

Frisnawati, A. (2012). Hubungan Antara Intensitas Menonton Reality Show Dengan

Kecenderungan Perilaku Prososial Pada Remaja. Yogyakarta : Jurnal Empathy

Vol.I No.1 Desember 2012 Universitas Ahmad Dahlan, Fakultas Psikologi.

Hartanto, R. (2003). Modul Metodelogi Penelitian. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Haryanto. (2010). Pengertian Remaja. Diakses dalam

http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/ . Pada tanggal 25 November

2014, pukul 12.00

Hariyono. (2012). Hubungan Menonton Televisi Terhadap Perilaku Siswa Di SMA

Negeri 8 Medan 2. Skripsi Universitas Sumatera Utara.

Hasan, I. (2006). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta : PT Bumi

Aksaras

Hergenhahm, B.R., Olson, M.H. (2008). Theories of Learning, Edisi Ketujuh.

Jakarta: Prenada Media Group.

Hidayah, N. (2012). Kebiasaan Mendengarkan Lagu-Lagu Bertema Dewasa Dan

Menonton Sinetron Dewasa Pengaruhnya Terhadap Perilaku Anak Di Mi

Ma’arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi Stain

Salatiga Jurusan Tarbiyah PGMI

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga,

Jahja. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Diakses dalam

http://library.fip.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=7403. Pada

tanggal 17 November 2014. Pukul 10.00

76

Jauhari, A.M. (2006). Tindakan Masyarakat Menonton Tayangan Extravaganza Di

Trans TV (Studi Pada Masyarakat Desa Rengel, Kecamatan Rengel, Kabupaten

Tuban). Tthesis University of Muhammadiyah Malang.

Jono, S. (2009). Ekperimentasi Seksual Bagi Remaja. Diakses dalam

http://ruangpsikologi.com/sosial/pacaran-eksperimentasi-seksual/ pada tanggal

1 Desember 2014. Pukul 16.00.

Karo, S.B. (2010). Potret Sinetron Remaja di RCTI dan SCTV 2007-2008. Skripsi

Institut Ilmu Sosial dan Politik Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2008). Badan Bahasa Kamus Besar

Bahasa Indonesia Online. Diakses dalam

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/ tanggal 1 Desember 2014. Pukul

14.30.

Kusumaningtyas, A. (2013) . Waspadai Bila Kekasih Pelaku Kekerasan! : Fokus

Edisi 41. Diakses dalam

http://www.rahima.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=104

0:waspadai-bila-kekasih-pelaku-kekerasan-fokus-sr-41&catid=32:fokus-suara-

rahima&Itemid=47 pada tanggl 2 Desember 2014. Pukul 19.00.

Laurensia, D. (2012). Televisi yang Tercoreng. Diakses dalam

http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/06/15/televisi-yang-tercoreng-

469900.html pada tanggal 2 Januari 2015. Pukul 13.00.

Liana, D. (2007). Perilaku Seksual pada Remaja ditinjau dari Komunikasi Orang

Tua dan Anak tentang Seksualitas. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas

Katolik Soegijapranata.

Lukman, E. (2014). 30 Juta Pengguna Internet di Indonesia adalah Remaja.

Diakses dalam http://id.techinasia.com/laporan-30-juta-pengguna-internet-di-

indonesia-adalah-remaja/ Pada tanggl 14 Mei 2015, pukul 13.30 WIB.

Martiana, M. (2007). Hubungan Antara Durasi Menonton TV dan Sikap Seksual

Remaja. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Maryatun. (2013). Perbedaan Kecenderungan Perilaku Seksual antara Remaja Yang

Mendapatkan Pendidikan Seks dengan Metode Pendidikan Teman Sebaya.

Jurnal Universitas Islam Indonesia.

Masland. R.P dan Estridge, D. (2004). Apa yang Ingin Diketahui Remaja Tentang

Seks. Jakarta: Bumi Aksara

Mayasari, F. dan, Hadjam, M. (2000). Perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran

Ditinjau Dari Harga Diri Berdasarkan Jenis Kelamin. Jogjakarta : Jurnal

Psikologi Universitas Gadjah Mada, No. 2.

Merliana, N. (2012). Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Seks Bebas

Dengan Pencegahan Seks Bebas Pada Remaja Putri Di Sekolah Menengah

Kejuruan Negeri 5 Semarang. Skripsi Universitas Negeri Malang,

77

Mulyadi (2013) Penjajahan Intelektualitas dalam Sinetron. Diakses dalam

http://www.academia.edu/5503963/Penjajahan_intelektualitas_dalam_sinetron

pada tanggal 3 Desember 2014, pukul 07.00.

Mutaqin. (2008). Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Sinetron

Religius Dengan Pelaksanaan Shalat Lima Waktu. Skripsi Fakultas Psikologi

dan Ilmu Sosial UMP.

Natalia, S. (2011). Persepsi Khalayak Tentang Sinetron "Putri Yang Ditukar" Di

Rcti (Studi Deskriptif Terhadap Penonton Sinetron "Putri Yang Ditukar" Di

Jakarta). Undergraduate Thesis, Binus.

Oetomo, R.K. (2008). Pengaruh Tayangan Sinetron Remaja di Televisi Terhadap

Anak. Artikel Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga.

Papalia, D.E, Olda, S.W., & Feldman, R.D. (2004). Human Development (9th

ed).

New York: McGraw-Hill, Inc.

Parwadi, R. (2005). Potret Penggunaan Media Televisi pada kalangan Remaja

menuju Dewasa Awal di Yogyakarta. Jurnal Dirjen Dikti 2005.

Peoplehopecommunity. (2015). Sinetron Indonesia. Diakses dalam

www.peoplehope.com/sinetronindonesia pada tanggal 1 Maret 2015, pukul

09.00 WIB.

Peter, Bull (2001). How our bodies can speak volumes. Journal The Psychologist

Vol 14 No 12.

Pitriawanti, A. (2010). Pengaruh Intensitas Menonton Televisi dan Komunikasi

Orang tua – Anak terhadap Kedisiplinan Anak dalam Mentaati Waktu Belajar.

Jurnal Universitas Diponegoro.

Primawardani, A. (2010). Perilaku Seks Bebas pada Remaja (Studi Kasus pada

Siswi SMU). Jurnal Universitas Gunadarma.

Pujiati, S., Soesanto, E., dan Wahyuni, D. (2013). Gambaran Perilaku Pacaran

Remaja Di Pondok Pesantren Putri K.H Sahlan Rosjidi. Jurnal Universitas

Muhammadiyah Semarang.

Rivadeneyraa, R., and Lebob, M.J. (2008). The Association Between Television-

Viewing Behaviors And Adolescent Dating Role Attitudes And Behaviors.

Journal of Adolescence 31 (2008) 291–30 Elsevier

Rofiq, N.B. (2013). Orang Indonesia 94 Persen SukaNonton TV, 24 Persen Pilih

Nonton Sinetron. Artikel diakses dalam

http://akarpadinews.com/read/hiburan/orang-indonesia-94-persen-sukanonton-

tv-24-ipersen-pilih-nontonsinetron pada 15 November 2014. Pukul 11.30.

Sanjaya, Y. (2012). Hubungan Antara Intensitas Menonton Televisi Dengan

Perilaku Remaja Di SMA Shalahuddin Malang. Jurnal Universitas Negeri

Malang.

Santrock, J.W. (2007). Remaja Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga

78

Saputri , S.D. (2009). Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Sinetron

Drama Remaja Dengan Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja. Skripsi Universitas

Islam Indonesia

Sari, I.P. (2011). Persepsi Remaja Tentang Aspek Ponografi Pada Film-Film Layar

lebar Bertema Komedi Seks. Skripsi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas

Maret.

Sarjono, H, dan Jualianita, W. (2011). SPSS vs Lisrei. Sebuah Pengantar Aplikasi

untuk Riset. Jakarta: Salemba Empat

Sarwono, S. W. (2002). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Sary, N.P. (2012). Hubungan Efikasi Diri Dengan Orientasi Masa Depan Bidang

Pekerjaan Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 3 Pamekasan. Skripsi Universitas

Brawijaya.

Sauki, M. (2010). Khitan Perempuan Perspektif Hadis dan Sirkumsisi Perempuan

Menurut WHO. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sekaran, U. (2006). Research Methods for Bussiness. Jakarta: Salemba Empat.

Septianie, A. (2013). Pengaruh Menonton Tayangan Sinetron Love In Paris

Terhadap Perubahan Perilaku Remaja Pada Siswa SMA Negeri 4 Samarinda.

Ejournal Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman.

Setiono L. (2007). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer.

Komunitas eLearning IlmuKomputer.com.

Singarimbun, S.N. (2013). Peran Viktimisasi Teman Sebaya (Overt, Relational, dan

Reputation) dalam Menjelaskan Kepuasan Menjalin Hubungan Komunal

dengan Teman Sebaya ditinjau dari Remaja Obesitas. Skripsi Universitas

Brawijaya.

Soenarto, R.M. (2007). Program Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh

Siaran, FFTV. Diakses dalam

http://www.library.binus.ac.id/buku.programtelevisi . Pada 2 januari 2015.Pukul

13.30.

Solso, R., Maclin, O., & Maclin, M. (2008). Psikologi Kognitif. Edisi Kedelapan.

Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sylviani, R. (2012). Pergaulan Bebas Remaja Jaman Sekarang. Diakses dari

Harian Kompas Online,

http://m.kompasiana.com/post/read/614683/1/pergaulan-bebas-remaja-jaman-

sekarang.html pada tanggal 4 Desember 2014. Pukul 11.30.

Wade, C. dan, Tavris, C. (2007). Psychology 9th

Edition. Jakarta: Erlangga.

Wahyuningsih, R.A. (2011). Efektivitas Penggunaan Media Audio-Visual Dalam

Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa Prancis Pada Siswa Kelas X Man 1

Yogyakarta. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.

79

Ward, L.M. and Friedman,K. (2006). Using TV as a Guide: Associations Between

Television Viewing and Adolescents’ Sexual Attitudes and Behavior.

University of Michigan : Journal Of Research On Adolescence, Society for

Research on Adolescence.

Wardhani, D. (2014). Strategi Media Literasi. Diakses dalam

http://www.academia.edu/7612121/Strategi_Media_Literasi , pada tanggal 4

Desember 2014. Pukul 12.00.

Yufdel. (2014). Pengaruh Teman Sebaya dan Sumber Informasi Terhadap Perilaku

Seksual Pranikah pada Siswa SMA Negeri 2 Medan Tahun 2012. Jurnal Ilmu

Kesehatan Masyarakat USU.

Yulifah, R., Yuswanto, T.J. (2012). Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta:

Salemba Medika.

Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

Zubaedi, (2005). Mengontrol Tayangan Televisi. Wacana Suara Merdeka. Diakses

dalam http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/17/opi04.htm . Pada tanggal

19 November 2014. Pukul 12.30.

80

Lampiran 1

81

Dengan Hormat,

Sebelumnya saya meminta maaf karena telah mengganggu waktu anda

belajar, dan saya mengucapkan terimakasih banyak atas partisipasinya dalam

mengisi kuesioner ini.

Kuesioner ini merupakan penelitian tentang remaja, pada tugas akhir saya.

Skala ini hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah semata, sehingga

kerahasiaan anda sepenuhnya dijamin oleh peneliti.

Harapannya partisipasi dari saudara-saudari sekalian dapat membantu saya,

dan membantu penelitian ini.

Terimakasih, dan selamat mengerjakan.

Peneliti,

Fadhlillah Ghali Farand

82

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. Isilah terlebih dahulu identitas diri anda, pada kolom ini

Nama (boleh inisial)

Kelas

Usia

Jenis Kelamin

2. Baca dan pahamilah terlebih dahulu pernyataan-pernyataan pada lembar

berikut dengan seksama.

3. Pilihlah jawaban yang anda anggap paling benar dan sesuai dengan

pendapat anda.

4. Berilah tanda check (√ ) pada kolom jawaban yang tersedia.

5. Semua jawaban yang anda berikan adalah benar.

6. Jawablah SESUAI DENGAN KEADAAN DIRI ANDA yang sebenarnya

dengan sejujur-jujurnya, bukan berdasarkan jawaban terbaik.

7. Apabila anda telah selesai mengerjakan, mohon periksa kembali jangan

sampai ada pernyataan yang terlewatkan untuk anda isi.

83

Berilah tanda check (√ ) untuk jawaban yang sesuai dengan diri

anda

1. Apakah anda saat ini memiliki seorang pacar?

YA

TIDAK

a. Bila Ya, silahkan langsung menjawab pada soal no 2 dan seterusnya

b. Bila tidak, apakah anda pernah berpacaran?

YA

TIDAK

c. Bila, ya kapan terakhir anda berpacaran?

1-3 Bulan yang lalu

4-6 Bulan yang lalu

1-2 Tahun yang lalu

Lebih dari dua tahun yang lalu

d. Bila anda TIDAK PERNAH BERPACARAN sebelumnya (1a dan 1b

menjawab TIDAK), maka tidak usah melanjutkan pengisian Kuesioner

ini, dan tetap menunggu teman anda yang lain. Terimakasih.

2. Berapa lama anda menjalin hubungan dengan pacar anda yang terakhir?

Kurang dari satu bulan

1-6 Bulan

6-12 Bulan

Lebih dari 1 Tahun

3. Sejauh mana hubungan anda dengan pacar anda?

Sudah diketahui keluarga

Sebatas diketahui oleh teman-teman saja

Tidak diketahui oleh siapapun

84

85

Source: www.PeopleHope.com

2 Maret 2015

4. Tayangan atau acara televisi apa yang paling anda sukai? (pilih satu

saja)

Berita Drama (Korea, India) Film

FTV Kartun Lawak

Musik Reality Show Sinetron

Sport Talk Show Lainnya :

5. Apakah anda termasuk menyukai tayangan sinetron?

Iya

Tidak

Biasa saja

6. Sinetron remaja Indonesia apa yang paling anda senangi? (boleh

memilih lebih dari satu)

NO STASIUN

TELEVISI

JUDUL SINETRON JAM

TAYANG

Pilihan

1 SCTV Diam-diam Suka (sudah tidak

tayang)

2 Samson dan Dahlia 18.15-19.15

3 Ganteng-ganteng Serigala 19.15-20.45

4 Cantik-cantik Magic 20.45-22.00

5 RCTI Kambing Genit 17.00-17.45

6 7 Manusia Harimau 19.45-21.15

7 Jakarta Love Story 21.15-22.45

8 MNC TV Manusia Harimau (terakhir

tayang 18

Januari 2015)

9 Lainnya :

7. Kapan menurut anda waktu yang paling tepat untuk menonton

sinetron?

Saat santai (kapan pun) Siang dan Sore Hari Malam Hari

8. Berapa kali anda menonton sinetron dalam seminggu?

Setiap hari

86

1-3 hari seminggu

4-6 hari seminggu

9. Berapa lama anda menonton sinetron setiap harinya?

30 Menit 1-2 Jam 3-4 Jam 5 Jam

87

SKALA I

NO PERNYATAAN

PILIHAN JAWABAN

SANGAT

SETUJU SETUJU

TIDAK

SETUJU

SANGAT

TIDAK

SETUJU

1 Saya dan pacar saya

saling bertatapan untuk

waktu yang lama saat

bersama

2 Ketika pacaran, kami

tidak mau saling menatap

mata

3 Saya memperbincangkan

apa saja dengan pacar

saya

4 Ketika sedang berbicara

dengan pacar saya, kami

sering lupa waktu

5 Ketika sedang dalam

suasana romantis saya dan

pacar saya saling menatap

mata

6 Saat suasana mendukung,

saya dan pacar saya akan

saling berpegangan

tangan

7 Ketika jalan bersama,

saya dan pacar saya

berpegangan tangan pada

pergelangan tangan

88

8 Saya menjaga jarak

dengan pacar saya saat

jalan bersama agar tidak

saling bergandengan

tangan

9 Saya menghindari

berpelukan di bagian bahu

dengan pacar saya

10 Ketika situasi dan kondisi

mendukung, saya dan

pacar saya saling

berpelukan pada bagian

pinggang

11 Saya

memberikan/menerima

ciuman dikening/pipi

ketika berpisah dengan

pacar saya

12 Saya dan pasangan

mencari tempat-tempat

sepi untuk bisa saling

berciuman dibibir

13 Saya suka membisikan

kata-kata halus

dibelakang telinga pacar

saya

14 Saya terbiasa

dipeluk/memeluk pada

bagian pinggang dengan

89

pacar saya

15 Saya dan pacar saya bisa

menghabiskan waktu

yang lama untuk sekedar

saling bertatapan

16 Saya dan pacar saya

memiliki waktu khusus

untuk mengobrol

17 Apabila saya dan pacar

saya berdua saja, kami

sering berbicara dengan

nada yang memanja dan

lembut

18 Saya sering memegang/

dipegang bagian

pergelangan tangan oleh

pacar saya didepan umum

90

SKALA II

NO PERNYATAAN

PILIHAN JAWABAN

SANGAT

SETUJU SETUJU

TIDAK

SETUJU

SANGAT

TIDAK

SETUJU

1 Saya tidak mengganti chanel

televisi ketika saya sedang

menonton sineton

2 Saya hafal judul-judul sinetron

yang sedang tayang di televisi

3 Saya hafal sebagian besar isi

sinetron yang sedang tayang

4 Saya tidak membahas kembali

isi cerita maupun pemain yang

saya lihat dalam sinetron

5 Saya tidak pernah melewatkan

setiap ada jadwal tayangan

sinetron di televisi

6 Saya tidak menonton tayangan

sinetron sampai selesai

7 Saya marah apabila ada yang

mengganggu saya ketika

sedang asyik menonton

sinetron.

91

8 Saya mempraktikan apa yang

idola saya lakukan di dalam

sinetron

9 Saya akan ikut menangis, dan

tertawa ketika melihat adegan

yang mendukung dalam

sinetron

10 Saya mengabaikan setiap ada

sinetron di televisi

11 Saya tidak terusik bila

diganggu saat sedang asyik

menonton sinetron

12 Saya tahu nama artis dalam

sinetron favorit saya

92

Lampiran 2

HASIL PERHITUNGAN SAMPEL G-POWER

[1] -- Saturday, January 1, 2015 -- 11:29:06

F tests - Simple Linear Regression: Fixed model, R² deviation from zero

Analysis: A priori: Compute required sample size

Input: Effect size f² = 0.15

α err prob = 0.05

Power (1-β err prob) = 0.95

Number of predictors = 2

Output: Noncentrality parameter λ = 16.0500000

Critical F = 3.0837059

Numerator df = 2

Denominator df = 104

Total sample size = 107

Actual power = 0.9518556

93

Lampiran 3

Output Uji Reliabilitas

1. SKALA PERILAKU SEKSUAL REMAJA AWAL DALAM BERPACARAN

PUTARAN KE-1

Notes

Output Created 10-MAR-2015 15:17:02

Comments

Input

Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 30

Matrix Input

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data for all

variables in the procedure.

Syntax

RELIABILITY

/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003

VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007

VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011

VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015

VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019

VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023

VAR00024 VAR00025 VAR00026 /SCALE('ALL

VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA/STATISTICS=SCALE

/SUMMARY=TOTAL MEANS VARIANCE.

Resources Processor Time 00:00:00.02

Elapsed Time 00:00:00.03

94

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.838 .840 26

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range Maximum / Minimum Variance N of Items

Item Means 2.433 1.533 2.933 1.400 1.913 .106 26

Item Variances .496 .286 .833 .547 2.912 .026 26

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item

Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 60.5333 67.016 -.104 . .847

VAR00002 60.7667 59.357 .620 . .823

VAR00003 60.4333 62.392 .385 . .832

VAR00004 60.3333 61.540 .437 . .830

VAR00005 60.7333 58.961 .569 . .824

VAR00006 60.6333 60.585 .562 . .826

VAR00007 60.5333 63.223 .266 . .836

VAR00008 60.7000 60.148 .501 . .827

VAR00009 60.8000 59.338 .535 . .826

VAR00010 60.7000 61.114 .449 . .830

VAR00011 60.9667 59.551 .472 . .828

VAR00012 60.9667 59.620 .532 . .826

95

VAR00013 61.0333 61.551 .406 . .831

VAR00014 61.1000 56.783 .634 . .820

VAR00015 60.8000 62.372 .403 . .832

VAR00016 61.0333 59.551 .557 . .825

VAR00017 61.2333 62.806 .194 . .841

VAR00018 61.2333 60.806 .342 . .834

VAR00019 61.3667 67.344 -.127 . .851

VAR00020 61.7333 64.961 .054 . .846

VAR00021 60.9333 61.375 .437 . .830

VAR00022 60.3667 61.137 .509 . .828

VAR00023 60.6000 66.869 -.093 . .845

VAR00024 60.7333 61.099 .550 . .827

VAR00025 60.5667 63.220 .333 . .834

VAR00026 60.8333 62.351 .409 . .832

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

63.2667 66.340 8.14495 26

PUTARAN KE-2

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.882 .883 20

Summary Item Statistics

96

Mean Minimum Maximum Range Maximum / Minimum Variance N of Items

Item Means 2.483 2.033 2.933 .900 1.443 .058 20

Item Variances .487 .286 .833 .547 2.912 .025 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item

Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00002 47.1667 53.316 .633 . .872

VAR00003 46.8333 56.282 .389 . .879

VAR00004 46.7333 55.720 .415 . .879

VAR00005 47.1333 53.913 .489 . .877

VAR00006 47.0333 54.447 .580 . .874

VAR00008 47.1000 53.541 .565 . .874

VAR00009 47.2000 52.924 .581 . .873

VAR00010 47.1000 54.645 .497 . .876

VAR00011 47.3667 53.275 .501 . .876

VAR00012 47.3667 53.482 .552 . .874

VAR00013 47.4333 55.082 .451 . .878

VAR00014 47.5000 50.672 .661 . .870

VAR00015 47.2000 56.234 .412 . .879

VAR00016 47.4333 52.875 .632 . .872

VAR00018 47.6333 55.826 .261 . .886

VAR00021 47.3333 54.851 .491 . .876

VAR00022 46.7667 55.564 .459 . .877

VAR00024 47.1333 55.085 .552 . .875

VAR00025 46.9667 57.551 .278 . .882

VAR00026 47.2333 56.116 .429 . .878

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

49.6667 60.092 7.75190 20

PUTARAN KE-3

97

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.887 .886 18

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range Maximum / Minimum Variance N of Items

Item Means 2.496 2.167 2.933 .767 1.354 .050 18

Item Variances .481 .323 .833 .510 2.580 .020 18

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item

Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00002 42.4333 46.944 .631 .835 .877

VAR00003 42.1000 49.472 .418 .667 .884

VAR00004 42.0000 49.172 .415 .781 .884

VAR00005 42.4000 47.972 .440 .664 .884

VAR00006 42.3000 48.010 .577 .759 .879

VAR00008 42.3667 46.999 .579 .790 .879

VAR00009 42.4667 46.189 .618 .766 .877

VAR00010 42.3667 48.102 .504 .600 .881

VAR00011 42.6333 46.792 .508 .657 .882

VAR00012 42.6333 47.206 .538 .826 .880

VAR00013 42.7000 48.493 .460 .712 .883

VAR00014 42.7667 44.530 .652 .790 .876

VAR00015 42.4667 49.706 .406 .471 .884

VAR00016 42.7000 46.493 .633 .836 .877

VAR00021 42.6000 48.179 .511 .611 .881

98

VAR00022 42.0333 49.068 .455 .783 .883

VAR00024 42.4000 48.731 .533 .805 .881

VAR00026 42.5000 49.500 .436 .695 .883

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

44.9333 53.306 7.30108 18

Output Uji Reliabilitas

2. INTENSITAS MENONTON SINETRON REMAJA INDONESIA

Notes

Output Created 05-MAR-2015 06:00:26

Comments

Input

Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 30

Matrix Input

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data for all

variables in the procedure.

Syntax

RELIABILITY

/VARIABLES=AITEM1 -AITEM20

/SCALE('INTENSITAS MENONTON SINETRON')

ALL /MODEL=ALPHA

/STATISTICS=SCALE

/SUMMARY=TOTAL MEANS VARIANCE.

Resources Processor Time 00:00:00.00

Elapsed Time 00:00:00.05

Case Processing Summary

N %

99

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.780 .771 20

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range Maximum / Minimum Variance N of Items

Item Means 2.693 2.333 3.033 .700 1.300 .032 20

Item Variances .495 .317 .810 .493 2.554 .015 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item

Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

AITEM1 51.10 35.403 .260 . .776

AITEM2 51.13 36.671 .143 . .782

AITEM3 51.20 37.890 -.009 . .790

AITEM4 51.33 34.230 .401 . .767

AITEM5 51.07 36.892 .125 . .783

AITEM6 51.37 31.206 .614 . .748

AITEM7 51.17 33.178 .558 . .756

AITEM8 51.10 34.645 .386 . .768

AITEM9 51.13 37.499 .025 . .790

AITEM10 51.13 32.740 .538 . .756

AITEM11 51.33 34.506 .367 . .769

AITEM12 51.40 35.421 .257 . .776

AITEM13 51.13 35.844 .225 . .778

AITEM14 51.07 32.478 .639 . .750

AITEM15 51.53 33.913 .455 . .763

AITEM16 51.00 33.931 .351 . .771

AITEM17 50.97 34.999 .392 . .768

100

AITEM18 51.47 35.982 .280 . .774

AITEM19 51.00 35.103 .361 . .770

AITEM20 50.83 34.764 .378 . .769

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

53.87 38.189 6.180 20

PUTARAN KE-2

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.807 .807 12

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range Maximum / Minimum Variance N of Items

Item Means 2.714 2.333 3.033 .700 1.300 .041 12

Item Variances .535 .369 .810 .441 2.196 .017 12

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item

Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

AITEM4 30.03 21.551 .381 .621 .800

AITEM6 30.07 18.961 .625 .718 .775

AITEM7 29.87 20.602 .560 .627 .784

AITEM8 29.80 21.959 .353 .347 .802

AITEM10 29.83 20.489 .501 .722 .789

AITEM11 30.03 21.620 .370 .251 .801

AITEM14 29.77 20.047 .643 .623 .776

101

AITEM15 30.23 21.151 .460 .558 .793

AITEM16 29.70 21.114 .356 .645 .804

AITEM17 29.67 22.023 .399 .542 .798

AITEM19 29.70 21.459 .483 .431 .791

AITEM20 29.53 22.120 .334 .588 .803

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

32.57 24.668 4.967 12

Lampiran 4

Output Deskripsi Statistik

Frequencies

Notes

Output Created 25-MAR-2015 18:22:01

Comments

Input

Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 108

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax

FREQUENCIES

VARIABLES=IntensitasMenontonSinetron

/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM

MEAN

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.03

Elapsed Time 00:00:00.04

Statistics

102

IntensitasMenontonSinetron

N Valid 108

Missing 0

Mean 27.65

Std. Deviation 6.546

Minimum 12

Maximum 41

IntensitasMenontonSinetron

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

12 1 .9 .9 .9

14 2 1.9 1.9 2.8

15 1 .9 .9 3.7

16 2 1.9 1.9 5.6

17 3 2.8 2.8 8.3

18 1 .9 .9 9.3

19 4 3.7 3.7 13.0

20 1 .9 .9 13.9

21 4 3.7 3.7 17.6

22 4 3.7 3.7 21.3

23 4 3.7 3.7 25.0

24 5 4.6 4.6 29.6

25 7 6.5 6.5 36.1

26 9 8.3 8.3 44.4

27 7 6.5 6.5 50.9

28 4 3.7 3.7 54.6

29 9 8.3 8.3 63.0

30 3 2.8 2.8 65.7

31 6 5.6 5.6 71.3

32 2 1.9 1.9 73.1

33 4 3.7 3.7 76.9

34 4 3.7 3.7 80.6

35 8 7.4 7.4 88.0

103

36 3 2.8 2.8 90.7

37 4 3.7 3.7 94.4

38 3 2.8 2.8 97.2

40 2 1.9 1.9 99.1

41 1 .9 .9 100.0

Total 108 100.0 100.0

Statistics

PerilakuSeksualRemajayangBerpacaran

N Valid 108

Missing 0

Mean 47.19

Std. Deviation 14.159

Minimum 24

Maximum 75

PerilakuSeksualRemajayangBerpacaran

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

24 2 1.9 1.9 1.9

25 3 2.8 2.8 4.6

26 2 1.9 1.9 6.5

27 2 1.9 1.9 8.3

28 2 1.9 1.9 10.2

29 3 2.8 2.8 13.0

30 3 2.8 2.8 15.7

31 3 2.8 2.8 18.5

32 2 1.9 1.9 20.4

104

33 2 1.9 1.9 22.2

34 2 1.9 1.9 24.1

35 3 2.8 2.8 26.9

36 2 1.9 1.9 28.7

37 2 1.9 1.9 30.6

38 1 .9 .9 31.5

39 2 1.9 1.9 33.3

40 3 2.8 2.8 36.1

41 3 2.8 2.8 38.9

42 3 2.8 2.8 41.7

43 3 2.8 2.8 44.4

44 2 1.9 1.9 46.3

45 2 1.9 1.9 48.1

46 2 1.9 1.9 50.0

47 2 1.9 1.9 51.9

48 2 1.9 1.9 53.7

49 2 1.9 1.9 55.6

50 2 1.9 1.9 57.4

51 2 1.9 1.9 59.3

52 2 1.9 1.9 61.1

53 3 2.8 2.8 63.9

54 2 1.9 1.9 65.7

55 2 1.9 1.9 67.6

56 2 1.9 1.9 69.4

57 2 1.9 1.9 71.3

58 2 1.9 1.9 73.1

59 2 1.9 1.9 75.0

60 2 1.9 1.9 76.9

61 2 1.9 1.9 78.7

62 2 1.9 1.9 80.6

63 1 .9 .9 81.5

64 4 3.7 3.7 85.2

65 3 2.8 2.8 88.0

66 2 1.9 1.9 89.8

67 2 1.9 1.9 91.7

105

68 2 1.9 1.9 93.5

69 2 1.9 1.9 95.4

70 2 1.9 1.9 97.2

71 2 1.9 1.9 99.1

75 1 .9 .9 100.0

Total 108 100.0 100.0

106

Lampiran 5

Output Uji Asumsi

UJI NORMALITAS

1) PERILAKU SEKSUAL REMAJA AWALDALAM BERPACARAN Explore

Notes

Output Created 20-MAR-2015 05:13:42

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 108

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for dependent variables

are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on cases with no missing values

for any dependent variable or factor used.

Syntax EXAMINE VARIABLES=PERILAKUSEKSUAL

/PLOT STEMLEAF NPPLOT

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Resources Processor Time 00:00:02.11

Elapsed Time 00:00:03.32

[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PERILAKUSEKSUAL 108 100.0% 0 0.0% 108 100.0%

107

Descriptives

Statistic Std. Error

PERILAKUSEKSUAL Mean 4.4244 .10104

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 4.2241

Upper Bound 4.6247

5% Trimmed Mean 4.4400

Median 4.3300

Variance 1.103

Std. Deviation 1.05004

Minimum v1.92

Maximum 6.58

Range 4.66

Interquartile Range 1.56

Skewness -.154 .233

Kurtosis -.497 .461

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PERILAKUSEKSUAL .060 108 .200* .986 108 .307

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

PERILAKUSEKSUAL

PERILAKUSEKSUAL Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

1.00 1 . 9

3.00 2 . 124

6.00 2 . 556779

9.00 3 . 000013344

13.00 3 . 5555667778888

25.00 4 . 0000000111111112333333344

17.00 4 . 55556666666778999

11.00 5 . 00000223344

15.00 5 . 555555555567899

6.00 6 . 000004

2.00 6 . 55

Stem width: 1.00

Each leaf: 1 case(s)

108

109

UJI NORMALITAS

2) INTENSITAS MENONTON SINETRON REMAJA INDONESIA

Explore

Notes

Output Created 20-MAR-2015 05:16:15

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 108

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for dependent variables are

treated as missing.

Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for

any dependent variable or factor used.

Syntax EXAMINE

VARIABLES=INTENSITASMENONTONSINETRON

/PLOT STEMLEAF NPPLOT

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Resources Processor Time 00:00:00.48

Elapsed Time 00:00:00.42

[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

INTENSITASMENONTONSINETRON 108 100.0% 0 0.0% 108 100.0%

110

Descriptives

Statistic Std. Error

INTENSITASMENONTONSINETRON Mean 2.4703 .07167

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2.3282

Upper Bound 2.6123

5% Trimmed Mean 2.4644

Median 2.4400

Variance .555

Std. Deviation .74479

Minimum 1.28

Maximum 3.94

Range 2.66

Interquartile Range 1.32

Skewness .083 .233

Kurtosis -1.191 .461

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

INTENSITASMENONTONSINETRON .083 108 .066 .953 108 .001

a. Lilliefors Significance Correction

INTENSITASMENONTONSINETRON

INTENSITASMENONTONSINETRON Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

8.00 1 . 22233333

9.00 1 . 444555555

9.00 1 . 666667777

7.00 1 . 8888899

12.00 2 . 001111111111

8.00 2 . 22233333

7.00 2 . 4445555

10.00 2 . 6666777777

111

5.00 2 . 88888

10.00 3 . 0000011111

10.00 3 . 2233333333

6.00 3 . 445555

6.00 3 . 666777

1.00 3 . 9

Stem width: 1.00

Each leaf: 1 case(s)

112

3. UJI LINEARITAS

[DataSet1] D:\SPSS TURUN LAPANGAN\data sinetron dan pacaran.sav

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

PERILAKUSEKSUAL *

INTENSITASMENONTONSINETRON

108 100.0% 0 0.0% 108 100.0%

Report

PERILAKUSEKSUAL

INTENSITASMENONTONSINETRON Mean N Std. Deviation

1.28 4.3033 3 .79034

1.33 4.4800 4 1.81565

1.39 4.3300 1 .

1.44 4.2533 3 1.90941

1.50 4.8300 1 .

1.56 4.3020 5 .57024

1.61 4.2200 3 1.54153

1.67 4.0000 2 .00000

1.72 4.0850 2 1.88798

1.78 4.2100 2 .65054

1.83 5.4150 4 1.05181

1.89 3.8300 1 .

1.94 2.4200 2 .70711

2.00 5.2500 1 .

2.06 2.4200 1 .

2.11 4.7767 6 .63626

113

2.17 4.3750 4 1.23899

2.22 3.6700 1 .

2.28 3.9150 2 1.18087

2.33 4.7275 4 1.33645

2.39 4.6700 1 .

2.44 4.9433 3 1.18154

2.50 4.8350 2 .23335

2.56 3.5000 2 .70711

2.61 5.4550 2 .17678

2.67 5.0800 2 1.06066

2.72 4.5800 1 .

2.78 4.6340 5 .71360

2.83 5.0000 3 .86971

2.89 4.5000 2 .70711

3.00 6.4200 1 .

3.06 4.6450 4 1.20171

3.11 4.6700 1 .

3.17 5.0625 4 1.04443

3.22 3.4200 1 .

3.28 3.8300 1 .

3.33 3.8300 1 .

3.39 4.1329 7 .63108

3.44 3.1650 2 .94045

3.50 3.7950 2 .53033

3.56 5.0850 2 1.29401

3.61 2.6250 2 .06364

3.67 3.7500 1 .

3.72 4.5833 3 .64787

3.94 6.0000 1 .

Total 4.4244 108 1.05004

114

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

PERILAKUSEKSUAL *

INTENSITASMENONTONSINETRON

Between Groups

(Combined) 50.073 44 1.138 1.056 0.416

Linearity .000 1 .000 .000 0.985

Deviation from Linearity 50.073 43 1.164 1.080 0.385

Within Groups 67.903 63 1.078

Total 117.976 107

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

PERILAKUSEKSUAL *

INTENSITASMENONTONSINETRON

-.002 .000 .651 .424

115

4. UJI HETEROSKEDASTISITAS Regression Charts

116

Lampiran 6

Output Uji Hipotesis

UJI REGRESI LINEAR SEDERHANA

Regression

[DataSet0]

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 INTENSITASMENONTONSINETRONb . Enter

a. Dependent Variable: PERILAKUSEKSUAL

b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .002a .050 -.009 1.05498

a. Predictors: (Constant), INTENSITASMENONTONSINETRON

b. Dependent Variable: PERILAKUSEKSUAL

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .000 1 .000 .000 .986b

Residual 117.976 106 1.113

Total 117.976 107

a. Dependent Variable: PERILAKUSEKSUAL

b. Predictors: (Constant), INTENSITASMENONTONSINETRON

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.

117

Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.431 .353 12.545 .000

INTENSITASMENONTONSINETRON -.002 .137 -.002 -.018 .986

a. Dependent Variable: PERILAKUSEKSUAL

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 4.4208 4.4274 4.4244 .00185 108

Std. Predicted Value -1.973 1.598 .000 1.000 108

Standard Error of Predicted Value .102 .225 .140 .031 108

Adjusted Predicted Value 4.3453 4.4973 4.4255 .02295 108

Residual -2.50576 2.15729 .00000 1.05004 108

Std. Residual -2.375 2.045 .000 .995 108

Stud. Residual -2.392 2.063 .000 1.005 108

Deleted Residual -2.54133 2.19573 -.00102 1.07089 108

Stud. Deleted Residual -2.448 2.096 -.001 1.012 108

Mahal. Distance .002 3.894 .991 .895 108

Cook's Distance .000 .071 .010 .015 108

Centered Leverage Value .000 .036 .009 .008 108

a. Dependent Variable: PERILAKUSEKSUAL

119

120

121

122

123

124

125

Lampiran 7

Dokumentasi

Gambar 1. Siswa-siswi SMP X saat mengisi

kuesioner.

Gambar 2. Siswa-siswi SMP X saat mengisi

kuesioner.

Gambar 4. Siswa-siswi SMP X saat mengisi

kuesioner.

Gambar 1. Siswa-siswi SMP X saat mengisi

kuesioner.