analisis strategi coping oleh remaja korban
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of analisis strategi coping oleh remaja korban
ANALISIS STRATEGI COPING OLEH REMAJA KORBAN PERUNDUNGAN (BULLYING)
(STUDI KASUS DI JAKARTA SELATAN)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
s
Oleh:
RATU PUTRI YULIANDARI
NIM :1113054100077
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
ABSTRAK
Ratu Putri Yuliandari
Analisis Strategi Coping Pada Remaja Korban Perundungan (Studi Kasus Pada
Tiga Remaja Di Jakarta)
Ketika individu dihadapkan pada sebuah kondisi yang menekan karena adanya suatu permasalahan, maka individu akan berusaha untuk mengurangi atau meghilangkan perasaan stres yang dialaminya tersebut dengan melakukan strategi coping. Hal ini juga yang dilakukan oleh remaja yang menjadi korban bullying.
Penelitian ini memiliki rumusan masalah yaitu bagaimana strategi coping yang diakukan oleh remaja yang pernah mengalami tindakan perundungan (bullying). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan serangkaian observasi, wawancara dan dokumentasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi coping yang dilakukan oleh remaja korban perundungan. Pada dasarnya, strategi coping merupakan respon individu dalam mengatasi masalah, respon tersebut sesuai dengan apa yang dirasakan dan dipikirkan untuk mengontrol atau mengurangi efek negatif dari situasi yang dihadapi. sedangkan korban perundungan adalah seseorang yang secara berulang kali mendapatkan perlakuan negatif yang dilakukan oleh satu maupun beberapa orang.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa reaksi setiap orang akan berbeda dalam menghadapi tekanan. dengan demikian, strategi coping yang dilakukan pun akan berbeda pada setiap individu, tergantung pada bagaimana individu itu memandang permasalahan atau peristiwa yang sedang mereka hadapi. Adapun strategi coping yang dilakukan oleh ke tiga informan antara lain: (1) Strategi coping yang digunakan oleh informan BDH adalah tidak bertindak secara langsung menghadapi pelaku, memiliki kontrol diri dan dukungan sosial yang baik, dan dapat mengambil hal positif dari masalahnya. (2) Strategi coping yang dilakukan oleh informan LF adalah dengan menghadapi para pelaku, informan mendapatkan dukungan sosial dari teman-temannya, lalu memblokir sosial media yang berhubungan dengan pelaku, melakukan escaping, dan menjadi lebih selektif dalam memilih pertemanan. (3) Strategi coping yang dilakukan oleh informan AMR adalah dengan cara informan melakukan perlawanan kepada para pelaku bullying, seeking social support dari teman-temannya, memandang masalah dengan positif bahwa sebagai korban bullying bukan berarti informan harus melakukan hal itu lagi kepada adik kelasnya kelak, dan informan melakukan escaping dengan cara banyak bermain dan merokok bersama teman-temnnya.
Key words : bullying, coping, remaja
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat
islam, iman dan kemudahan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar. Shalawat serta salam tidak lupa kita panjatkan kepada baginda Nabi
besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya, ada beberapa hambatan
yang penulis temukan di dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bimbingan,
dorongan, doa serta bantuan dari bebagai pihak, Alhamdulillah semua ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar. Dengan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Suparto,
M. Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Roudhonah, MA
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M.Si selaku
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial. terimakasih atas bimbingannya dan nasehatnya. Juga kepada Hj.
Nunung Khairiyah selaku sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Ibu Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku dosen pembimbing yang telah
membantu mengarahkan, membimbing, memotivasi dan telah bersedia
meluangkan waktunya sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.
iii
4. Seluruh dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak memberikan ilmunya kepada peneliti.
5. Kepada seluruh informan yang telah bersedia meluangkan waktunya kepada
peneliti, terimakasih telah berbagi cerita dan pengalaman kalian sehingga
membuat peneliti dapat lebih memahami mengenai penelitian ini.
6. Kepada mama ku tercinta yang selalu mendoakan tiada henti dan mendukung
langkah penulis, terimakasih untuk energi positifnya, terimakasih untuk
perjuangan yang tanpa lelah membesarkan dan mendidik empat orang
anaknya seorang diri, im so proud of you the strongest woman in this planet.
Words can’t describe how much I love you, Ma. Thanks for the positive
energy.
7. Kepada bapak yang selalu memberikan doa terbaiknya, semoga bapak sehat
selalu ya pak.
8. Untuk teteh, Aa, adik beserta saudara saudara ku lainnya yang telah banyak
mendoakan, membantu dan mendukung langkah penulis.
9. Untuk Mba Iaili Fitriyah, Ka Nae, Ka Fela, Ka Ana, Ka Elita, Ka Ayu, Ka
Ririn. Terimakasih untuk pelajaran hidup yang kalian berikan padaku, wanita-
wanita kuat yang mengajarkanku untuk hidup mandiri, sabar, selalu berbuat
baik, dan selalu menghargai perjuangan orang lain, senang sekali bisa
dipertemukan dengan kalian yang bisa membuatku terus berkembang menjadi
lebih baik, membuat pandanganku menjadi lebih terbuka akan segala hal.
iv
Kalian benar-benar luar biasa. Im happy to have all of you girls. You’re
rockin’!
10. Untuk BIDADARI, yang tidak lain adalah teman-teman dekatku di kampus
yang aku kenal sejak pertama masuk kuliah. Aya Aisyah, Indah Juanita, Ayu
Retnodewi, Oktaviani, Prawita Hartati, Fatma Rakhmatullah, Risha Desiana,
Syifa Fauziah, Dini Lisnawati. Yang telah membuat hari-hari ku di kampus
menjadi lebih berwarna, lebih asik, lebih hidup. You guys are amazing.
11. Untuk RUBIK. Sahabatku, Putra Persada, Zaki Hadiputra dan Prawita Hartati.
Terimakasih karena telah menjadi sahabat-sahabat yang luar biasa baik dan
tulus. Sahabat yang selalu ada baik susah maupun senang. Bersama kalian,
aku bisa menjadi diriku sendiri. I thank you for your part in my journey.
12. Untuk sahabatku Prawita hartati, sahabat seperjuangan, yang paling mengerti
keadaanku, yang paling bisa diandalkan, yang paling bisa dipercaya. Thanks
for always listening to me, believe in me and supporting me. I love and
appreciate you. You’re the best.
Jakarta, September 2017
Ratu Putri Yuliandari
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ................................................................. 9
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
D. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 11
BAB II. KAJIAN TEORI .................................................................................... 12
A. Strategi Coping .................................................................................................. 12
1. Definisi Coping .............................................................................................. 12
2. Apek-Aspek Strategi Coping .......................................................................... 14
3. Bentuk-Bentuk Strategi Coping ..................................................................... 20
4. Faktor Yang Mempengaruhi Coping ............................................................. 22
B. Remaja ................................................................................................................. 23
1. Pengertian Remaja ........................................................................................... 23
2. Ciri-Ciri Remaja............................................................................................... 25
3. Tahap-Tahap Perkembangan Remaja ............................................................. 27
4. Tugas-Tugas Masa Perkembangan Remaja ................................................... 29
vi
C. Korban Bullying ................................................................................................... 30
1. Pengertian Korban ........................................................................................... 30
2. Pengertian Bullying ......................................................................................... 31
3. Bentuk-Bentuk Bullying .................................................................................. 32
4. Dampak Bullying ............................................................................................. 36
5. Faktor Penyebab Terjadinya Bullying ............................................................ 37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 41
A. Pendekatan Penelitian ......................................................................................... 41
B. Jenis Penelitian ..................................................................................................... 41
C. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................................................ 41
D. Teknik Pemilihan Informan ................................................................................. 41
E. Sumber Data ......................................................................................................... 43
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 43
G. Teknik Analisis Data............................................................................................ 45
H. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 46
I. Teknik Penelitian ................................................................................................... 46
BAB IV. HASIL TEMUAN DAN ANALISIS .................................................. 49
A. Identitas Informan ............................................................................................... 49
1. Data Informan 1 ............................................................................................... 49
2. Data Informan 2 ............................................................................................... 49
3. Data Informan 3 ............................................................................................... 50
B. Analisis Intra kasus (Strategi Coping Pada Remaja Korban Perundungan) ..... 51
1. Analisis Kasus Informan 1 ............................................................................... 51
vii
A. Kronologi Terjadinya Bulying .................................................................. 51
B. Strategi Coping Yang Digunakan ............................................................. 53
2. Analisis Kasus Informan 2 ............................................................................. 64
A. Kronologi Terjadinya Bulying .................................................................. 64
B. Strategi Coping Yang Digunakan ............................................................. 65
3. Analisis Kasus Informan 3 ............................................................................. 73
A. Kronologi Terjadinya Bulying .................................................................. 73
B. Strategi Coping Yang Digunakan ............................................................. 74
C. Analisis Antar Kasus .......................................................................................... 82
BAB V. PENUTUP ............................................................................................... 90
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 90
B. Saran ..................................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 93
LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 – Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 – Pedoman Wawacara
Lampiran 3 – Transkip Wawancara
Lampiran 4 – Hasil Observasi Informan
Lampiran 5 – Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bullying yang terjadi di Indonesia bukanlah fenomena yang baru di
lingkungan sekolah, kampus, tempat tinggal dan lingkungan bermain, bullying
merupakan hasrat untuk menyakiti yang diaktualisasikan dalam aksi sehingga
menyebabkan seorang individu atau kelompok menderita. Aksi ini dilakukan
secara langsung oleh seseorang yang lebih kuat.1
Indonesia merupakan negara yang menghadapi kekerasan terhadap anak
cukup kompleks, salah satunya adalah dalam bentuk bullying. Dalam berbagai
bentuk kekerasan tersebut, anak dapat menjadi korban atau pelaku, atau korban
dan sekaligus pelaku. Bullying biasanya paling banyak terjadi di lingkungan
pendidikan. Baik sekolah maupun kampus. Kekerasan terhadap anak di dalam
dunia pendidikan merupakan persoalan bangsa yang perlu segera di hentikan dan
diputus mata rantainya karena terkait langsung dengan pemenuhan hak anak
untuk dilindungi oleh negara serta menentukan nasib bangsa dimasa mendatang.
Bullying merupakan suatu tindakan dengan menggunakan kekuatan atau
kekerasan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal,
fisik maupun psikologis sehingga membuat korban merasa tertekan takut dan tak
berdaya, adapun bentuk-bentuk bullying antara lain: bullying verbal, Yang
1 Ponny Retno, 3 Cara Meredam Bullying, (Jakarta: PT. Gramedia Wiudasarana Indfonesia,
2008), h. 3
2
termasuk dalam bentuk bullying ini adalah mengejek, menghina, mengolok-olok,
menakuti lewat telpon, ancaman kekerasan, pemerasan, mencela, gosip,
menyebarkan rumor, penghinaan ras, mengancam lewat alat komunikasi
elektronik, pesan-pesan tanpa pengirim, dan lain-lain. Yang kedua adalah bullying
fisik, Yang termasuk dalam bentuk ini adalah menonjok, menampar, memukul,
mendorong atau melakukan sesuatu yang menyebabkan terjatuh, mencekik,
menendang, meninju, menggigit, mencubit, mencakar, meludahi, mencengkeram,
menodongkan senjata, dan lain-lain. Yang ketiga adalah bullying psikologis, yang
termasuk dalam bentuk ini adalah mengucilkan, mengisolir, menjauhkan,
mendiamkan, memfitnah, memandang dengan hina, dan lain sebagainya.2
Sedangkan di dalam islam sendiri sudah sangat jelas bahwa islam sangat
melarah untuk berperilaku yang menyakiti atau merendakhan orang lain . hal ini
dijelaskan pada sebuah ayat Al-Quran dalam suat Al-Hujurat ayat 11 :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan, seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
2 Sejiwa.org/a-z/, diakses pada 20 maret 2017
3
barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (Q.S. Al-Hujurat:11)3
Perilaku bullying dapat dilihat ketika seseorang atau sekelompok orang
berulang kali mencoba untuk menyakiti seseorang yang lemah seperti memukul,
menendang atau dengan menggunakan nama panggilan yang kurang baik,
mengejek menghina serta menggoda atau dengan cemoohan seksual,
menyebarkan rumor atau mencoba membuat orang lain menolak seseorang. Hal
ini dapat menyebabkan anak-anak tegang dan takut, serta tertekan. Dalam kasus
yang serius, remaja yang terkena bullying, mengambil langkah-langkah bereaksi
untuk melawan, jika tidak mampu melawan maka akan melakukan tindakan
bunuh diri. Bullying memberi efek seumur hihup. Kedua anak baik yang mem-
bully dan yang di bully memiliki persoalan yang serius.4
Adalah suatu fakta bahwa usia remaja merupakan korban cukup besar dari
kasus kekerasan yang ada. Tak jarang anak usia remaja bukan hanya menjadi
korban tetapi juga menjadi pelaku kekerasan. Menurut data pengaduan KPAI
pada tahun 2012 terjadi 2.626 kasus, pada tahun 2013 naik menjadi 3.339 kasus,
sementara pada tahun 2014 terjadi 5.666 kasus, lalu pada tahun 2015 turun terjadi
3.820 kasus.
Plan International dan International Center For Research On Women (ICRW)
Melaporkan bahwa terdapat 84% anak Indonesia mengalami kekerasan bullying,
angka tersebut lebih tinggi dari tren dikawasan Asia yakni 70%. Riset ini
3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Quran Dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005), Cetakan ke-3, h. 515
4http://edukasi.kompas.com, diakses pada 10 april 2017
4
dilakukan oleh 5 negara, yakni Vietnam, Kamboja, Nepal, Pakistan dan Indonesia
yang diambil dari Jakarta dan Serang. Ragam data terkait kekerasan terhadap
anak usia remaja dapat menjadi catatan kritis. Namun jumlah tersebut belum
mempresentasikan fakta kekerasan yang sesungguhnya terjadi di lingkungan
satuan pendidikan karena tak semua kasus kekerasan terdata, terlaporkan dan
tertangani oleh lembaga layanan, sehingga datanya belum terakumulasi secara
nasional.5
Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika.
Dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat
pesat. Pada periode ini, terdapat resiko tinggi terjadinya kenakalan remaja baik
sebagai korban maupun sebagai pelaku dari tindak kekerasan. Hal ini didasari
oleh masalah yang banyak dialami remaja yang disebabkan oleh hubungan
sosialnya salah satunya adalah bullying.6
Korban bullying memiliki karakteristik mudah merasa takut, tidak menyukai
dirinya sendiri dan cenderung berdiam diri. Bullying juga memiliki pengaruh
jangka panjang dan jangka pendek terhadap korban bullying. Pengaruh jangka
pendek yang ditimbulkan akibat perilaku bullying adalah depresi karena
mengalami penindasan, menurutnya minat belajar dan lain sebagainya, sedangkan
akibat yang ditimbulkan dalam jangka panjang dari penindasan ini seperti
mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap lingkungannya,
5www.kpai.go.id, diakses pada tanggal 20 maret 2017 6Psychology.binus.ac.id, diakses pada 20 maret 2017
5
selalu merasa cemas akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari
teman-temannya dan perilaku menarik diri dari lingkungannya. Selain
menurunnya prestasi belajar, bullying juga mengakibatkan dampak fisik seperti
kehilangan selera makan dan migrain, Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu
yang lama, maka akan mempengaruhi self-esteem seseorang, meningkatkan
isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan
terhadap stres dan depresi serta rasa tidak aman.7
Ada beberapa kasus bullying yang sempat ramai menjadi pemberitaan di
media adalah yang terjadi di SMA di Jakarta. Yaitu kasus bullying di SMA 90
jakarta, siswa kelas 1 dipaksa buka baju, push up, lari dan ditampar oleh
seniornya. Kemudian kasus Ade Fauzan siswa kelas 1 SMA yang menjadi korban
kekerasan dari siswa kelas 3 di SMA 82 jakarta, ade sampai harus mendapatkan
perawatan di RSPP. Lalu di SMA 46 jakarta, siswa bernama Okke Budiman
dianiaya oleh seniornya karena tidak mau meminjamkan motornya. Selain itu juga
ada kasus bullying di SMA 70 jakarta, seorang siswi dihardik, dipukul dan di
cengkeram oleh 3 seniornya hingga lebam-lebam hanya gara-gara tidak memakai
kaos dalam. Sementara itu dari SMA Don Bonco Pondok Indah siswa bernama
Ary dipukul dan disundut rokok oleh seniornya.8lalu ada lagi kasus bullying yang
sempat menghebohkan masyarakat baru-baru ini, yaitu kasus bully yang
dilakukan sejumlah mahasiswa Universitas Gunadarma terhadap teman sekelas
7 Leli Nurul Ikhsani, Studi Fenomenologi Dinamika Psikologis Korban Bullying Pada
Remaja, Naskah Publikasi, 2015, Fakultas Psikologi UMS 8 m.detik.com, 5 kasus bullying SMA di Jakarta, diakses pada 20 maret 2017
6
mereka yang berkebutuhan khusus bernama farhan. Kelakuan tak terpuji itu
terungkap setelah video aksi mengerjai anak jenius berkebutuhan khusus viral di
media sosial. Farhan yang merupakan mahasiswa semester II angkatan 2016,
jurusan Sistem Informasi fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi,
dibuat bulan-bulanan dan bahan ejekan. Puncaknya, farhan berontak dengan
melempar tong sampah kepada pelaku. Kasus bullying lain yang sempat viral di
media sosial adalah yang terjadi di Tamrin City, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Kejadian bermula ketika korban berinisial SB sempat adu mulut dengan salah
satu pelaku, keesokan harinya, korban dihadang di dekat sekolah untuk datang ke
Thamrin City, saat korban tiba di Thamrin City, pelaku bersama teman-temannya
sudah menunggu korban. Setelah itu, terjadi kekerasan terhadap SB oleh para
pelaku.Video yang beredar di media sosial memperlihatkan adanya bullying
terhadap korban yang masih SMP, korban mendapat kekerasan dari sejumlah
siswi lain. Korban ditampar, dipukul, bahkan disuruh mencium tangan serta
berlutut mencium kaki pelaku. Korban sama sekali tidak melakukan perlawanan.
Tindak kekerasan (bullying) yang dialami oleh seorang anak adalah perlakuan
yang akan berdampak jangka panjang dan akan menjadi mimpi buruk yang tidak
pernah hilang dari ingatan seseorang yang menjadi korban. Dampak yang dialami
seseorang yang menjadi korban antara lain kurangnya motivasi atau harga diri,
mengalami problem kesehatan mental, mimpi buruk, memiliki rasa ketakutan dan
tidak jarang tindak kekerasan terhadap anak juga berujung pada terjadinya
7
kematian pada korban. 9Individu yang menjadi korban bullying akan mengalami
tekanan atau stres.
Dalam hal ini, Lazarus mengungkapkan bahwa stres adalah suatu disebabkan
karena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal yang menimpa
dirinya. Pada saat individu dihadapkan pada kondisi yang menekan karena adanya
suatu permasalahan, maka secara otomatis individu tersebut berusaha untuk
mengurangi atau menghilangkan perasaan stres yang dialaminya tersebut. Hal ini
juga yang dilakukan oleh remaja yang menjadi korban bullying.
Ketika remaja mengalami tekanan atau stres yang diakibatkan oleh perilaku
bullying maka akan terjadi suatu proses penyesuaian terhadap situasi tersebut
yang lazim disebut sebagai coping atau strategi mengatasi masalah, dimana setiap
individu dalam menghadapi tekanan-tekanan atau stres akan memberikan reaksi
yang berbeda dalam menghadapinya. Untuk mengatasi berbagai tekanan tersebut,
tentu diharapkan setiap individu memiliki strategi coping yang tepat. Dan setiap
individu memiliki strategi coping yang berbeda-beda dalam mengatasi
masalahnya.
Coping adalah respon individu terhadap situasi yang negatif atau menekan
(stresor). Sedangkan strategi coping menurut Stuart dan Sundeen adalah suatu
cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi
perubahan yang terjadi, dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun
9 Bagong suyatno, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: kencana Prenanda Media Group, 2010), h.
102
8
perilaku. Coping adalah sebuah usaha baik kearah tindakan, tingkah laku maupun
pikiran untuk mengatasi tuntutan lingkungan dan tutuntutan internal atau konflik
diantara keduanya.10
Menurut Lazarus, strategi coping pada individu dapat dibedakan menjadi dua
yaitu strategi coping yang berfokus pada masalah (Problem Focused Coping) dan
berfokus pada emosi (Emotion Focused Coping). Problem Focused Coping
merupakan usaha individu untuk mengurangi atau menghilangkan stress dengan
cara menghadapi masalah yang menjadi penyebab timbulnya stress secara
langsung. Sedangkan Emotion Focused Coping adalah usaha yang dilakukan
individu untuk mengurangi atau menghilangkan stress yang dirasakan, tidak
dengan menghadapi masalah secara langsung tetapi lebih diarahkan untuk
menghadapi tekanan-tekanan emosi atau perilaku yang bertujuan untuk
menangani distress emosional yang berhubungan dengan situasi yang menekan.11
Yang termasuk dalam kategori Problem Focused Coping antara lain: confrontatif
coping, planful prblem solving, dan seeking social support sedangkan untuk
Emotion Focused Coping antara lain mencakup: self control, positive reapraisal,
acceptance, ascape/avoidance.
10 Rina Rahmatika, Jurnal Psikogenesis : Hubungan Antara Emotion Focus Coping Dan Stres
Kehamilan, Volume 3, No. 1 Desember 2014 11Marsha Caesarena Rianko Putri, Skripsi : Hubungan Antara Coping Dan Psychologi
Distress Pada Istri Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Fakultas Psikologi UI, 2012
9
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
tertarik untuk melihat lebih jauh lagi mengenai bagaimana “Analisis Strategi
Coping Pada Remaja Korban Perudungan (Bullying) (Studi Kasus Di
Jakarta Selatan)’’
A. Pembatasan Dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, fokus dan tidak meluas.Maka peneliti
membatasi fokus permasalahan untuk dijadikan penelitian. Yang menjadi
pembatasan masalah pada penelitian ini adalah mengenai strategi coping
yang dilakukan oleh remaja korban bullying dalam usaha untuk
mengurangi dan menghilangkan stress atau tekanan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah penelitian diatas, maka masalah
yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah
- Bagaimana strategi coping yang dilakukan oleh remaja yang pernah
mengalami tindakan perundungan (bullying) ?
B. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi
coping yang dilakukan oleh remaja yang mengalami perundungan
(bullying)
10
2. Manfaat Penelitian
- Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang ilmu
kesejahteraan sosial mengenai kajian tentang strategi coping.
Khususnya strategi coping pada remaja korban bullying.
- Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak baik kepada guru,
orangtua, lembaga yang menangani masalah bullying sehingga dapat
melakukan intervensi secara tepat dalam menangani kasus yang
berkaitan dengan permasalahan bullying.
11
C. Sistematika Penulisan
Secara garis besar skripsi ini akan dibagi dalam lima (5) bab dan setiap bab.
Antara lain :
BAB I : Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : Pada bab ini berisi tentang landasan teori mengenai
Pengertian coping strategies, aspek-aspek strategi coping,
bentuk-bentuk strategi coping, faktor-faktor yang
mempengaruhi coping, pengertian remaja, ciri-ciri masa
remaja, tahap-tahap perkembangan remaja, tugas-tugas
perkembangan pada masa remaja, pengertian korban bullying,
bentuk-bentuk bullying, faktor penyebab terjadinya bullying.
BAB III : Pada bab ini akan membahas mengenai meted penelitian
yaitu meliputi: pendekatan penelitian, jenis penelitian, tempat
dan waktu penelitian, teknik pemilihan informan, sumber data,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik
keabsahan data.
BAB IV : Pada bab ini peneliti mencoba memberikan temuan dan
analisa terhadap strategi coping pada remaja korban bullying.
BAB V : Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran dengan daftar
pustaka dan lampiran-lampiran
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Strategi Coping
1. Pengertian Strategi Coping
Strategi Coping adalah suatu cara yang dilakukan untuk menghadapi stress
atau upaya yang digunakan untuk mengatasi kondisi yang membahayakan,
mengancam, dan juga tantangan ketika respon langsung tidak dapat dilakukan.
Tujuannya adalah untuk mengurangi keadaan sumber stress yang penuh
tekanan dari individu dan mempengaruhi pikiran serta perilaku individu.
Menurut Bron dan Byrne, strategi coping adalah respon individu dalam
mengatasi masalah, respon tersebut sesuai dengan apa yang dirasakan dan
dipikirkan untuk mengontrol, mentolerir, dan mengurangi efek negatif dari
situasi yang dihadapi. Coping yang efektif menghasilkan adaptasi yang
menetap yang nerupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang lama.
Sedanglan coping yang tidak efektif berakhir dengan mal-adaptif yaitu
perilaku yang menyimpang yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang
lain atau lingkungan.12
Menurut Lazarus dan Folkman strategi coping merupakan usaha-usaha
baik secara kognitif maupun prilaku untuk mengatasi, meredakan, mentolerir,
tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal. Tuntutan disebabkan oleh
12 Rusman, Stress Coping dan Adaptasi, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 30
13
interaksi antara individu dengan peristiwa-peristiwa yang dinilai dapat
menimbulkan stress.13
Strategi coping sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk
mengelola stress yang ada dengan cara tertentu. Menurut Lazarus, strategi
coping menekankan pada peran kunci dari proses kognitif dalam mengatasi
stress dan pentingnya strategi coping dalam menentukan kualitas dan
intensitas reaksi emosional terhadap stress. Proses dimana individu mencoba
untuk mengelola jarak yang ada diantara tuntutan-tuntutan, baik itu tuntutan
yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan.
Billings mengatakan bahwa tanggapan individu terhadap stress juga
beragam , ada yang menggunakan strategi aktif dan berorientasi pada
permasalahan yang ada, namun ada pula yang berusaha menekan dengan
melakukan penghindaran terhadap masalah.14
Dapat disimpulkan bahwa strategi coping adalah segala cara yang
dilakukan oleh individu untuk mengatur tuntutan lingkungan atau konflik
yang muncul, mengurangi ketidaksesuaian atau kesenjangan persepsi antara
tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan individu dalam memenuhi
tuntutan tersebut. Setiap individu akan berusaha lepas dari stresor atau sumber
stress yang dihadapinya. Strategi coping bertujuan untuk memanajemen
tingkah laku kepada pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis.
13 Richard S. Lazarus, Emotion And Adaptation, (New York: Oxford University Press, 1991). h. 112
14 Pestonjee, Stress And Coping, (London, Sage Publications, 1992), h. 169-171
14
2. Aspek-Aspek Strategi Coping
A. Problem Focused Coping
Problem focused coping merupakan strategi coping untuk menghadapi
masalah secara langsung melalui tindakan yang ditujukan untuk
menghilangkan atau mengubah sumber-sumber stress. Problem Focused
Coping memungkinkan individu membuat rencana dan tindakan lebih lanjut.
Berusaha menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi untuk
memperoleh apa yang direncanakan dan diinginkan sebelumnya.15 Dalam hal
ini, individu mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru
untuk digunakan dalam mengubah situasi, keadaan atau pokok permasalahan.
Individu akan menggunakan strategi ini apabila dirinya yakin dapat mengubah
situasi. Strategi ini membawa pengaruh pada individu, yaitu perubahan atau
pertambahan pengetahuan individu tentang masalah yang dihadapinya berikut
dampak-dampak dari masalah tersebut, sehingga individu mengetahui masalah
dan konsekuensi yang dihadapinya. Contohnya, membuat individu yang
bersangkutan menerima tanggung jawab untuk menyelesaikan atau
mengontrol masalah yang menimbulkan stress dengan merubah situasi dari
masalah yang bersangkutan dan diharapkan efek stresnya juga akan
menghilang.Jadi, Problem Focused Coping merupakan respon yang berusaha
memodifikasi sumber stress dengan menghadapi situasi sebenarnya.
15Aldwin & Reverson, 1987. Does Coping Help ? A Reexamination Of The Relation
Between Coping And Mental Healthy, Journal Of Personality An d Social Psychology, Vol 53, No. 2, 337-348
15
Folkman dan lazarus menyebutkan bahwa problem focused coping merupakan
jenis perilaku coping yang berfokus pada masalah. Pemecahan masalah problem
focused coping menurut lazarus antara lain :
a. Confrontative Coping
Merupakan cara individu untuk mengubah situasi yang dianggap menekan
dengan melakukan suatu tindakan untuk mengubah suatu keadaan dengan
cara yang agresif dan adanya keberanian dari orang tersebut untuk
mengambil resiko dari tindakan yang dia lakukan.
a. Planful Problem Solving
usaha individu dalam berfikir tentang bagaimana mengatasi penyebab
stress. Atau memikirkan suatu rencana tindakan untuk untuk mengubah
dan memecahkan situasi dengan kehati-hatian, individu mengetahui apa
yang harus dilakukannya, Contohnya dengan cara membuat strategi-
strategi untuk bertindak dan memikirkan tentang langkah apa yang harus
diambil dalam menangani masalahnya.
b. Seeking Social Support (Dukungan Sosial)
Dalam hal ini adalah mencari dukungan sosial seperti nasihat, bantuam
atau informasi dari orang lain, upaya yang biasa dilakukan adalah dengan
cara membicarakan masalah yang dihadapinya dengan orang lain yang
dapat memberikan saran maupun alternatif pemecahan masalah secara
koknret. 16 Folkman dan Lazarus mengatakan bahwa indikator yang
menunjukan strategi yang berorientasi pada problem focused coping
terbagi menjadi tiga bagian antara lain :
16Charles S. Carver, Assessing Coping Strategies: A Theoretically Based Approach, Journal Of Personality And Social Psychology, Vol 56 : 2 (1989) h. 268
16
c. Coutinousness (Kehati-hatian)
adalah individu yang berfikir dan mempertimbangkan beberapa alternatif
pemecahan masalah yang tersedia, meminta pendapat orang lain, berhati-
hati dalam memutuskan masalah serta mengevaluasi strategi yang pernah
dilakukan sebelumnya
d. Instrumental Action (Tindakan Instrumental)
adalah tindakan individu yang diarahkan pada penyelesaian masalah
secara langsung serta menyusun langkah yang akan dilakukan.
e. Negotiation (Negosiasi)
Individu melakukan beberapa usaha untuk membicarakan serta mencari
cara penyelesaian masalah dengan orang lain yang terliat di dalamnya
dengan harapan masalah akan terselesaikan. Usaha yang dapat dilakukan
mengubah pikiran dan pendapat seseorang melakukan perundingan atau
kompromi untuk mendapatkan sesuatu yang positif dari situasi.
Problem focused coping merupakan usaha yang dilakukan individu dengan cara
menghadapi secara langsung sumber masalah.17
B. Emotion Focused Coping
Emotion focused coping lebih menekankan pada pengaturan emosi
individu. Merupakan strategi untuk meredakan emosi individu yang
ditimbulkan oleh stresor (sumber stress) tanpa berusaha untuk mengubah
situasi yang menjadi sumber stress secara langsung. Emotion Focused Coping
cenderung dilakukan apabila individu tidak mampu atau merasa tidak mampu
17 Emma Indirawati, Hubungan Antara Kematangan Beragama Dengan Strategi Coping,
Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol 3 : 2 (2006), h. 73
17
merubah kondisi yang penuh dengan tekanan, yang dilakukan individu adalah
mengatur emosinya. Contohnya dalam hal ini adalah, individu menggunakan
alkohol, narkoba, mencari dukungan sosial dari teman-teman dan mengikut
berbagai aktivitas seperti berolah raga atau menonton televisi yang dapat
mengalihkan perhatian individu dari masalahnya. Emotion Focused Coping
adalah upaya untuk mencari dan memperoleh rasa nyaman dan memperkecil
tekanan yang dirasakan yang diarahkan untuk mengubah faktor dalam diri
sendiri dalam cara memandang atau mengartikan situasi yang memerlukan
adaptasi. Menurut folkman dan lazarus, emotion focused coping terbagi
menjadi:
a. Self Control
Merupakan suatu bentuk penyelesaian masalah dengan cara
mengendalikan diri, menahan diri, mengatur perasaan, selalu teliti dan
tidak tergesa-gesa dalam mengambil tindakan. Umumnya individu
menggunakan strategi ini akan berusaha untuk menyimpan masalah yang
dihadapinya.
b. Positive Reapraisal
Merupakan respon dari individu dengan cara merubah dan
mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil
pandangan positif dari sebuah masalah. Atau dengan kata lain membuat
makna positif dari suatu situasi dan terlibat hal-hal yang bersifat religius
atau individu lebih memfokuskan diri pada pengembangan diri.
18
c. Acceptance
Merupakan penerimaan individu untuk menjalani masalah yang
dihadapinya, memikirkan jalan keluar dan mengambil tanggung jawab
penyelesaan masalah, individu mengakui bahwa dirinya memiliki peran
dalam permasalahan yang ada. Dalam artian individu mencoba menerima
masalah yang dihadapinya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik.
d. Escape/Avoidance
adalah suatu cara individu dengan berusaha menyanggah atau mengingkari
dan melepakan masalah-masalah yang terjadi pada dirinya. Individu akan
melarikan diri dari masalah yang dihadapinya dan sering berkhayal untuk
menghindar dari situasi yang menekan, individu yang melakukan
escape/avoidance akan berharap bawha situasi yang dihadapinya akan
segera berakhir.
Sedangkan indikator yang menunjukan strategi yang berorientasi pada emotion
focused coping terbagi menjadi tiga bagian antara lain :
a. Escapism
Usaha yang dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan cara
berkhayal atau membayangkan hasil yang akan terjadi atau menghayal
seandainya ia berada dalam situasi yang lebih baik dari situasi yang
dialaminya. Cara yang dilakukan untuk menghindari masalah dengan tidur
lebih banyak, minum-minuman keras, penyalahgunaan obat-obatan
terlarang dan menolak kehadiran orang lain.
19
b. Minimization (Menganggap masalah seringan mungkin)
Usaha yang dilakukan individu untuk mengingkari masalah dengan cara
menolak memikirkan masalah dan menganggap seakan-akan masalah
tersebut tidak ada dan menekan masalah menjadi seringan mungkin.
c. Self Blame (menyalahkan diri sendiri)
merupakan cara seseorang saat menghadapi masalah dengan menyalahkan
serta menghukum diri sendiri secara berlebihan sambil menyesali tentang
apa yang terjadi.
d. Seeking Meaning ( mencari hikmah yang tersirat)
adalah suatu proses dimana individu mencari arti kegagalan yang dialami
bagi dirinya sendiri dan mencoba mencari segi-segi yang menurutnya
penting dalam hidupnya.18
3. Jenis Coping Positif (Konstruktif) dan jenis Coping Negatif
(Destruktif)
1. Coping Positif (Konstruktif)
Coping yang positif merupakan coping yang mampu memdukung
integritas ego, misalnya :
a. Problem Solving
Adalah suatu usaha untuk emmecahkan suatu masalah. Masalah harus
di hadapi dan di selesaikan, bukan dihindari atau ditekan seakan akan
masalah itu tidak ada. Dengan demikian, sedikit apapun masalah yang
terjadi yang terjadi sebaiknya harus di selesaikan. Strategi pemecahan
masalah bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi masalah atau
18Emma Indirawati, Hubungan Antara Kematangan Beragama Dengan Strategi Coping, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol 3 : 2 (2006), h. 73
20
ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan yang realistis.
Beberapa contoh strategi pemecahan masalah yang dapat digunakan
adalah :
a. Meminta bantuan kepada orang lain
b. Secara besar hati mampu mengungkapkan perasaan sesuai dengan
situasi yang ada
c. Mencari lebih banyak informasi terjait dengan masalah yang
dihadapi, sehingga masalah tersebut dapat di hadapi secara realistis
d. Menyususn beberapa rencana untuk memecahkan masalah
e. Meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah. Sesungguhnya
bayangan pikiran yang dimiliki setiap orang memberikan pengaruh
yang besar dalam kehidupan pribadi pikiran tersebut mengenai apa
yang harus dilakukan, sebab segala sesuatu yang dilakukan
seseorang adalah reaksi langsung dari apa yang ada didalam
pikirannya.
b. Social Support
Merupakan tindak lanjut dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi,
ketika masalah itu belum terselesaikan. Hal ini tidak lepas dari
keterbatasan manusia dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk
itu sebagai makhluk sosial, bila seseorang tidak mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri, seharusnya tidak disimpan sendiri dalam
pikirannya, namun carilah dukungan orang lain yang dapat dipercaya
dan mampu memberikan bantuan dalam bentuk masukan dan saran
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya tersebut. Semakin
21
banyak dukungan dari orang lain, maka semakin efektif pula upaya
penyelesaian masalahnya.
2. Coping Negatif (Destruktif)
Merupakan bentuk coping yang akan menurunkan integritas ego,
dalam penentuan gaya coping justru akan merusak dan merugikan diri
sendiri. Bentuk coping destrutif antara lain :
a. Avoidance
Merupakan bentuk dari proses internalisasi terhadap suatu pemecahan
masalah kedalam alam bawah sadar yang menghilangkan atau
membebaskan diri dari suatu tekanan mental akibat masalah-masalah
yang dihadapi. Cara ini dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengatasi
situasi tertekan dengan lari dari dari situasi tersebut atau menghindari
masalah yang berujung pada penumpukan masalah dikemudian hari.
Bentuk pelarian diri diantaranya adalah denga beralih pada hal lain
berupa makanan, minuman, merokok, atau menghilangkan masalah
sesaat untuk tujuan sesaat, padahal hanya sebagai upaya untuk
menunda masalah dan bukan menyelesaikan masalah.
b. Self Blame
Merupaka bentuk dari ketidakberdayaan atas masalah sendiri tanpa
evaluasi diri yang optimal, kegagalan orang lain dialihkan dengan
menylahkan diri sendiri sehingga menekan kreativitas dan ide yang
berdampak pada penarikan diri dari lingkungan sosial.
22
c. Wishfull Thinking
Kegagalan dalam mencapai tujuan yang dihadapi menjadikan
seseorang berada pada kesedihan yang mendalam. Hal ini terjadi
karena dalam penentuan standar diri, riset atau dikondisikan terlalu
tinggi sehingga sulit untuk dicapai. Penentuan standar tang terlalu
tinggi menjadikan seseorang terbuai khayalan dan impian tanpa
kehadiran fakta yang nyata. Menyesali kegagalan berakibat kesedihan
yang mendalam merupakan bentuk dari berduka yang disfungsional.
Dimana hal tersebut merupakan pintu dari seseorang mengalami
gangguan jiwa.19
4. Bentuk-Bentuk Strategi Coping
Dalam beberapa literatur, terdapat beberapa macam strategi coping yang
umumnya digunakan sebagai perilaku manusia dalam menyelesaikan
masalah. Antara lain :20
a. Coping Psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis
tergantung pada dua faktor antara lain :
Bagaimana penerimaan individu terhadap stressor, yaitu seberapa berat
ancaman yang dirasakan oleh individu terhadap stressor yang
diterimanya.
19Miranda, Strategi Coping Dan Kelelahan emosional,
e.Journal.psikologi.fisip.unmul.org 20Rasmun, Stress Coping Dan Adaptasi,(Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 30
23
Keefektifan strategi coping yang digunakan individu dalam
menghadapi stressor. Jika strategi yang digunakan efektif maka
menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam
kehidupan, begitupun sebaliknya jika adaptasinya buruk maka akan
menghasilkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
b. Coping Psikososial
Coping psikososial adalah reaksi psikososial terhadap adanya stimulus
stress yang diterima atau yang dihadapi oleh individu. Terdapat 2
kategori coping yang biasa dilakukan untuk mengatasi stress dan
kecemasan antara lain :
Fight (Perilaku Menyerang). Artinya individu melakukan perlawanan
dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya, perilaku yang
ditampilkan dapat berupa penyelesaian masalah dengan menggunakan
kata-kata terhadap rasa ketidaksenangan dan dapat pula tindakan
agresif (menyerang) terhadap sasaran atau objek seperti benda, barang,
orang bahkan terhadap dirinya sendiri, serta sikap bermusuhan seperti
memiliki rasa benci dan dendam atau marah berkepanjangan.
Withdrawl (Perilaku Menarik Diri). Adalah perilaku yang menunjukan
pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain. Yaitu individu
dengan sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor.
Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis,
pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada
individu.
24
Kompromi, merupakan tindakan yang dilakukan individu untuk
menyelesaikan masalah. Seperti melakukan musyawarah dan negosiasi
untuk menyelesaikan masalah yang akan dihadapi.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Coping
Mu’tadsin mengatakan bahwa cara individu menangani situasi yang
mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu sendiri yang
meliputi :
a. Kesehatan fisik : kesehatan merupakan hal yang penting karena
selama dalam usaha mengatasi stress individu dituntut untuk
mengerahkan tenaga yang cukup besar.
b. Keyakinan atau pandangan positif : keyakinan menjadi sumber
daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib
(eksternal locus of control) yang mengarahkan individu pada
penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan
kemampuan strategi coping tipe problem-solving focused coping.
c. Keterampilan memecahkan masalah : keterampilan ini meliputi
kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan
alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif
tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada
akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan
yang tepat.
25
d. Keterampilan sosial : keterampilan ini meliputi kemampuan untuk
berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai
dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.
e. Dukungan sosial : dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan
kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang
diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman,
dan lingkungan masyarakat sekitar.21
6. Strategi Coping Dalam Perspektif Islam
Dalam islam, Allah telah mengatur dan memberi manusia berbagai
cara untuk mengatasi masalah dalam hidup. Menilik akibat yang sangat
besar pada stres suatu masalah, maka dibutuhkan kemampuan untuk
mengelola stress, stress tidak mungkin selamanya dihindari karena ujian
dan cobaan dari Allah SWT tidak dapat diatur oleh manusia. Langkah
terbaik adalah menyiapkan sikap dan perilaku mengelola masalah
sehingga mampu menangkal akibat stres.
Secara rinci, beberapa cara dalam mengelola stress yang telah
diajarkan oleh islam adalah sebagai berikut :
a. Niat Ikhlas. Upaya yang dilakukan oleh individu senantiasa diliputi
oleh bermacam motivasi. Motivasi inilah yang menentukan bagaimana
upaya yang dilakukan dan bagaimana bila tujuan tidak tercapai. Islam
sudah mengajarkan agar senantiasa berniat ikhlas dalam berusaha,
dengan tujuan agar nilai usaha tinggi di mata Allah SWT dan dia
21 Mutadin, Z, Strategi Coping, (http://www.e-psikologi.com/remaja/220702.htm, 2002)
26
mendapat ketenangan apabila usaha tidak berhasil sesuai harapan.
Ketenangan ini bersumber dari motif hanya karena Allah, bukan
karena yang lain, sehingga kegagalan juga akan selalu dikembalikan
kepada Allah SWT
b. Sabar dan Shalat. Sabar dalam Islam adalah mampu berpegang teguh
dan mengikuti ajaran agama untuk menghadapi atau menentang
dorongan hawa nafsu. Orang yang sabar akan mampu mengambil
keputusan dalam menghadapi stressor yang ada. Melalui shalat maka
individu akan mampu merasakan betul kehadiran Allah SWT. Segala
kepenatan fisik, masalah, beban pikiran, dan emosi yang tinggi kita
tanggalkan ketika shalat secara khusyuk. Dengan demikian, shalat itu
sendiri sudah menjadi obat bagi ketakutan yang muncul dari stressor
yang dihadapi. Selain itu, shalat secara teratur dan khusyuk akan
mendekatkan individu kepada penciptanya. Hal ini akan menjembatani
hubungan Allah SWT dengan individu sehingga Allah SWT tidak akan
membiarkan individu tersebut sendirian. Segala permasalahan yang
ada akan selalu dibantu oleh Allah SWT dalam menyelesaikannya.
Keyakinan terhadap hal ini dapat menenangkan hati dan mengurangi
kecemasan atau rasa terancam yang muncul.
c. Bersyukur dan Berserah diri (Tawakkal). Salah satu kunci dalam
menghadapi stressor adalah dengan selalu bersyukur dan menerima
segala pemberian Allah SWT. Cara berpikir negaatif yang menekankan
kepada persepsi stressor sebagai sesuatu yang mengancam dan
merugikan, perlu diubah menjadi berpikir positif yang menekankan
27
kepada pengartian stressor sebagai sesuatu yang tidak perlu
dicemaskan. Bahkan individu perlu melihat adanya peluang-peluang
untuk mengatasi stressor dan harapan-harapan positif lainnya. Saat
stressor musibah datang menghampiri, biasanya akan mudah timbul
rasa kehilangan sesuatu dari dalam diri. Hal ini membutuhkan rasa
percaya (keimanan) bahwa diri kita ini bukan siapa-siapa, diri ini
adalah milik Allah SWT, dan apa pun yang ada pada sekeliling kita
adalah milik Allah SWT. Mensyukuri apa yang sudah diberikan dan
selalu berserah diri akan menghindarkan kita dari perasaan serakah dan
beban pikiran lainnya.
d. Doa dan Dzikir. Sebagai insan beriman, doa dan dzikir menjadi
sumber kekuatan bagi kita dalam berusaha. Adanya harapan yang
tinggi disandarkan kepada Allah SWT, demikianpun apabila ada
kekhawatiran terhadap suatu ancaman, maka sandaran kepada Allah
SWT senantiasa melalui doa dan dzikir. Melalui dzikir, perasaan
menjadi lebih tenang dan khusyuk, yang pada akhirnya akan mampu
meningkatkan konsentrasi, kemampuan berpikir secara jernih, dan
emosi menjadi lebih terkendali. Hentakan kemarahan dan kesedihan,
ataupun kegembiraan yang berlebihan senantiasa dapat dikendalikan
dengan baik. Ketenangan hati (emosi) ini akan mengarahkan individu
pada kekuatan untuk menyelesaikan masalah.22
22Susatyo Yuwono, Mengelola Stress Dalam Perspektif Islam Dan Psikologi, PSYCHO
IDEA, Tahun 8 No.2, ISSN 1693-1076
28
e. Pengaturan Perilaku
Stress dapat terjadi karena adanya keinginan untuk mengontrol hasil
yang berlebihan. Dalam hal ini agama islam mengajarkan baha
manusia wajib berusaha, namun Allah yang menentukan. Menurut
ajaran islam, perasaan harap kepada Allah merupakan hal yang harus
tetap ditumbuhkan dalam hidup. Kepercayaan bahwa Allah akan
membantu dan tidak membebani manusia sesuatu yang tidak mampu
dipikulnya, merupakan suatu yang penting dalam menghadapi
masalah.
f. Dukungan Sosial
Selain itu, hubungan antar sesame manusia juga penting sebagai
dukungan sosial dalam mengatasi segala masalah, terutama dukungan
untuk bersabar dan melakukan hal yang benar sesuai dengan jalan
Allah.23
B. Remaja
1. Pengertian Remaja
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata lain Adolenscere
(kata belanda, Adolencentia yang berarti remaja) yang berati tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah Adolescence, seperti yang dipergunakan
saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental,
emosional, spasial dan fisik.
Pieget mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia
dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak
23Hasan Aliyah, Pengantar Psikologi Kesehatan Islami, (Jakarta: Rajawali Press, 2008),
h. 87
29
tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan
berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah
hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek
efektif, kurang lebih berhubunhan dengan masa puber termasuk juga
perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas
dari cara berfikir remaja ini memungkinkanya untuk mencapai integrasi
dalam hubungan sosial orang dewasa yang kenyataannya merupakan ciri
khas yang umum dari periode perkembangan ini.24
Monks mengungkapkan bahwa remaja adalah individu yang berusia
antara 12-21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa
anak-anak ke masa dewasa. Dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja
awal, 15-18 yahun masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun masa remaja
akhir.25
Pada tahun 1974, WHO memberkan definisi tentang remaja yang lebih
bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria
biologik, psikolgik dan ssial ekonomi, remaja adalah suatu masa dimana :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dari pola
identifikasi dan kanak-kanak menjadi dewasa.
24Elizabeth B Hurlock, Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan
oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997) h. 206
25Frans J.Monks, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbgai Bagiannya. Terjemahan Siti Rahayu Haditomo, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999)
30
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan ssial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.26
2. Ciri-Ciri Masa Remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang
kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri
tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Masa remaja merupakan periode yang penting
Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan penting
dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian
mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.27
a. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang
telah terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan dari
satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya
akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang
akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru
pada tahap berikutnya.28
26Sarlito W Sarwono, Psikolgi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994) h. 9 27Elizabeth B Hurlock, Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan
oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997) h. 207
28Elizabeth B Hurlock, Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997) h. 207
31
b. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik, ada 5 perubahan selama masa
remana. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung
pada tingkat perubahan fisik dan psikolgis yang terjadi. Kedua,
perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok
sosial. Ketiga, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda,
masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit
diselesaikan dibanding masalah yang dihadapi sebelumnya. Keempat,
dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga
berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak di anggap penting,
sekarang setelah hampir dewasa dianggap tidak penting lagi. Kelima,
sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan,
mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering
takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan
mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.29
c. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian
diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap
individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awal
masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Namun lambat
29Elizabeth B Hurlock, Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan
oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997) h. 207
32
laun mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin
menjadi peribadi yang berbeda dengan orang lain.30
d. Masa remaja sebgai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang
tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak ,
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi
kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak
simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
e. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia ingkinkan dan bukan sebagaimana adanya.
Terlebih dalam hal cita-cita. Semakin tidak realistis cita-citanya ia
semakin menjadi marah, remaja akan sakit hati dan kecewa apabila
orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai
tujuan yang ditetapkannya sendiri.31
3. Tahap Perkembangan Remaja
a. Remaja awal (12-15 tahun)
Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai
perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-
pikiran baru, tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara
30Elizabeth B Hurlock, Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997) h. 208
31Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan:” Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan”. Terjemahan Istiwidayanti & Soedjarno, (Jakarta: Erlangga, 1997)
33
erotis. Kepekaan yang berlebih ini ditambah dengan berkurangnya
pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan
dimengerti oleh orang dewasa.
b. Remaja madya (15-18 tahun)
Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman, ada
kecenderungan naristik yaitu mencintai dirinya sendiri dengan cara lebih
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan
dirinya. Pada tahap ini remaja dalam kondisi kebingungan karena masih
ragu untuk memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri,
optimis taua pesimis, dan lain sebagainya.
c. Remaja akhir (18-21 tahun)
Tahap ini adalah masa mendekati kedewasan yang ditandai dengan
pencapaian:
- Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
- Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.
- Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain.
- Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
- Tumbuhnya dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat
umum.32
32Frans J. Monks, Psikologi Perkembanga: Pengantar Dalam Berbgai Bagiannya.
Terjemahan Siti Rahayu Haditomo, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999)
34
4. Tugas-Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Ada empat ciri-ciri utama yang harus diperhatikan dalam perkembangan
kehidupan remaja, antara lain :33
a. Adanya kesadaran akan adanya perubahan-perubahan dalam
kenyataan dirinya sebagai makhluk biologis, terutama adanya
perubahan perubahan pada bentuk tubuh sebagai akibat dari
fisiologis karena bekerjanya kelenjar-kelenjar tertentu menjadi
lebih aktif.
b. Sejak masa anak sekolah sampai tiba pada masa remaja, si anak
yang menjadi remaja merasakan adanya keterkaitan kepada teman
kelompok sebaya dalam lingkup “heterosexsualitas”
c. Timbulnya dorongan untuk mencapai kebebasan pribadi dalam
usaha memantapkan status dirinya dalam lingkungan hidupnya
sebgai individu yang berdiri sendiri (a separate self)
d. Adanya keinginan remaja untuk memantapkan filsafat hidupnya
dan pola tertentu berdasarkan kesatuan norma kehidupan yang
dianutnya. Yang akan dijadikan pedoman didalam ia bertingkah
laku dalam perkembangan sebagai manusia dewasa.
Sedangkan tugas perkembangan remaja menurut Havighurst adalah
sebagai berkut :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman
sebaya baik pria maupun wanita
33 John w Santrock, Adolescence – Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2003), h.
84-87
35
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif
d. Mengharapkan dan mencapai prilaku sosial yang bertanggung
jawab
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya
f. Mempersiapkan karir ekonomi
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan
untuk berperilaku.34
C. Bullying
1. Pengertian Bullying
Perundungan atau Bullying didefinisikan sebagai opresi yang dilakukan secara
berulang-ulang dari seseorang atau kelompok orang yang memiliki kekuasaan
yang ditujukan kepada seseorang atau kelompok yang tidak memiliki
kekuasaan baik berupa kekerasan fisik maupun psikologis.35
Bullying melibatkan sebuah niat untuk menyakiti, perbuatan yang
menyakiti, kekuasaan yang tidak setara, dilakukan secara berulang-ulang,
34Elizabeth B Hurlock, Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan
oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997) h. 10
35Rigby, Bullying in School and What to Do About It, (Australia: Acerr Press, 2007), h. 11
36
penyalahgunaan kekuasaan, sebagai bentuk kepuasan bagi pelaku dan
perasaan tertekan bagi korban.36
Peristiwa bullying dapat terjadi ketika adanya ketidakseimbangan
kekuasaan antar individu atau kelompok di sekolah yakni ketika orang yang
lebih memiliki kekuasaan menggunakan kesempatan untuk menjatuhkan pihak
lain. Siklus terjadinya bullying dimulai ketika seorang korban potensial
terlihat sebagai orang yang lemah dan rentan dari berbagai serangan dari pihak
lain. Pihak korban cenderung terlihat sebagai orang yang introvert. Secara
fisik lebih lemah dibandingkan rata-rata orang, memiliki gejala kecemasan,
terisolasi dari kehidupan sosial, dan sebagai objek prasangka dari pihak lain.
Kemudian pihak yang lebih memiliki kekuasaan memutuskan untuk
menjadikan korban potensial itu sebagai target dari berbagai bentuk
penyalahgunaan kekuasaan. Jika korban cenderung pasif dan tidak melakukan
perlawanan, siklus tersebut akan kembali terulang beebrapa kali. Korbanpun
merasa terancam dan ketakutan yang menampakan tanda-tanda terganggu atau
bingung. Dalam keadaan yang seperti ini, pelaku bullying telah mengalami
kesuksesan dalam melakukan bullying terhadap korbannya sehingga dapat
menikmati kepuasan sebagai pihak yang dominan.37
2. Bentuk-Bentuk Bullying
Salah satu faktor besar dari perilaku bullying pada remaja disebabkan
adanya teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dengan cara
36 Rigby, New Perspectives on Bullying, (London & Philadelphia: Jessica Kingsley Publisher, 2002), h. 51
37 Rigby, New Perspectives on Bullying, (London & Philadelphia: Jessica Kingsley
Publisher, 2002), h. 65-66
37
menyebarkan ide (baik secara aktif maupun pasif) bahwa bullying bukanlah
suatu masalah besar dan merupakan suatu hal yang wajar untuk dilakukan.
Pada masanya, remaja memiliki keinginan untuk tidak lagi tergantung pada
keluarganya dan mulai mencari dukungan dan rasa aman dari kelompok
sebayanya. Jadi, bullying terjadi karena adanya tuntutan konformitas.38
Sejauh ini, masih ada anggapan bahwa, intimidasi atau bullying disekolah
dianggap sebagai pengalaman khas masa kecil atau ritual bahwa semua siswa
harus bertahan hidup, anak-anak harus belajar berurusan dengan pengganggu
itu sendiri. Meskipun pandangan ini bertentangan dengan pemahaman yang
dianut banyak kalangan pendidik bahwa siswa harus merasa aman untuk
belajar.
Terdapar beberapa jenis bullying. Bullying dapat berbentuk tindakan fisik
ata verbal yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. SEJIWA
membagi jenis-jenis bullying kedalam 4 jenis, antara lain :
1. Bullying secara verbal
Perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam,
penghinaan, pernyataan-pernyataan yang berupa ajakan seksual atau
pelecehan seksual, terror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan
yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gossip dan sebagainya.
Bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah
dilakukan dan bullying bentuk verbal akan menjadi awal perilaku bullying
38Djuwita R, Bullying: Kekerasan Terselubung Di Sekolah, 2007. http://www.anakku.net,
diakses pada 28 april 2017
38
yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yng
lebih lanjut.
2. Bullying secara fisik
Bullying secara fisik meliputi memukul, menendang, menampar, mencekik,
menggigit, mencakar, meludahi dan merusak serta menghancurkan barang-
barang milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang paling
tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying dalam
bentuk fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja yang
melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan remaja yang paling
bermasalah dan cenderung akan beralih pada tindakan-tindakan criminal yang
lebih lanjut.
3. Bullying secara relasional
Bullying secara rasional adalah pelemahan harga diri korban secara sistematis
melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat
mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif,
lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang
mengejek. Bullying dalam bentuk ini cenderung perilaku bullying yang paling
sulit dideteksi dari luar. Bullying secara rasional mencapai puncak
kekuatannya diawal masa remaja, karena saat itu terjadi perubahan fisik,
mental emosional dan seksual remaja. Ini adalah saat remaja mencoba
mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya
39
4. Bullying elektronik
Bullying elektronik merupakan bentuk bullying yang dilakukan pelakunya
melalui sarana elektronik seperti computer, handphone, internet, website,
chating room, email, sms dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror
korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video
atau film yang sifatnya menintimidasi, menyakiti, atau menyudutkan. Bullying
jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki
pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan media
elektronik lainnya.39
Adapun bentuk-bentuk bullying menurut McCulloh Barbara antara lain :
a. Verbal Bullying : mengatakan atau menulis hal-hal yang berarti.
Verbal intimidasi meliputi sindiran, saling mengata-ngatai,
komentar seksual yang tidak pantas, mengejek, mengancam untuk
menyebabkan kerusakan.
b. Sosial Bullying : sosial intimidasi meliputi, meninggalkan seorang
pada tujuan mengatakan anak-anak lain untuk tidak berteman
dengan seseorang, memalukan seseorang didepan umum.
c. Fisik Intimidasi : fisik intimidasi meliputi memukul, menendang,
mencubit, peludahan, tripping/mendorong, mengambil atau
merusak barang seseorang, membuat gerakan yang kasar.
d. Cyberbullying : didefinisikan dalam istilah hukum sebagai berikut
(1) tindakan yang menggunakan teknologi informasi dan
39Sejiwa, Bullying: mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak, (Jakarta
: Grafindo, 2008)
40
komunikasi untuk mendukung perilaku bermusuhan secara
disengaja dan atau berulang oleh seseorang individu atau kelompok
yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain atau yang lain. (2)
penggunaan teknologi informasi untuk tujuan merugikan orang
lain. (3) penggunaan layanan internet dan teknologi mobile seperti
halaman web dan grup diskusi serta pesan instan melalui SMS
dengan maksud merugikan orang lain.40
3. Dampak Bullying
Bullying memiliki dampak serius bagi anak-anak korban bullying dibanding
dengan teman yang lainnya, mereka menjadi depresi, kesepian dan cemas,
memiliki harga diri yang rendah, merasa tidak sehat, selalu sakit kepada dan
migrain, serta mungkin berfikir tentang hunuh diri.41
Beberapa dampak yang ditimbulkan oleh perilaku bullying antara lain:
a. Dampak Terhadap Kehidupan Individu
- Gangguan psikologis seperti cemas dan kesepian
- Konsep diri korban bullying menjadi lebih negative karena korban
merasa tidak diterima oleh teman-temannya.
- Menjadi penganiaya ketika dewasa
- Agresif dan kadang-kadang melakukan tindakan kriminal
40Masdin, Fenomena Bullying Dalam Pendidikan, Jurnal Al-Ta’disb, Vol. 6, N0.2,
Desember 2013, h. 5-6 41Carter & Vicky Spencer, The Fear Factor: Bullying And Students With Disabbilities,
International Jurnal Of Special Education, Vol.21, N0.1 h. 11
41
- Korban bullying merasa stress, depresi, tertekan, benci terhadap
pelaku, dendang, ingin keluar sekolah, merana, malu, dan
terancam.
- Menggunakan obat-obatan atau alkohol.
- Membenci lingkungan sosialnya
- Korban akan merasa rendah diri dan tidak berharga
- Cacat fisik permanen
- Gangguan emosional bahkan dapat menjurus pada gangguan
kepribadian
- Keinginan untuk bunuh diri
b. Dampak Terhadap Kehidupan Akademik
Penelitian menunjukan bahwa bullying ternyata berhubungan
dengan meningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai akademik,
dan tindak bunuh diri. Bullying juga menurunkan skor kecerdasan dan
kemampuan analisis para siswa
c. Dampak Terhadap Perilaku Sosial
Remaja korban bullying sering mengalami ketakutan dan menjadi
tidak percaya diri, merasa tidak nyaman dan tidak bahagia, aksi bullying
menyebabkan seseorang menjadi terisolasi dari kelompok sebayanya,
karena teman sebaya korban bullying khawatir akan menjadi korban
bullying seperti teman sebayanya, mereka menghindari akhirnya korban
bullying sekamin terisolir dari pergaulan sosial.
42
4. Faktor Penyebab Terjadinya Bullying
Faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain:
a. Keluarga
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa sikap melindungi
orang tua yang berlebihan terhadap anaknya,membuat mereka rentan
terkena bullying, anak-anak yang memiliki orang tua yang terlalu
mengekang lebih mungkin menjadi korban intimidasi fisik dan psikis atau
bullying dari teman-temannya. Dan orang tua yang terlalu melindungi
anak-anaknya dari pengalaman yang tidak menyenangkan akan membuat
mereka lebih rentan terhadap praktek bullying, serta anak-anak yang
memiliki orang tua yang keras merupakan anak-anak paling mungkin
mengalami perlakuan bullying. Pola hidup orang tua yang berantakan,
terjadi perceraian orang tua, orang tua tidak stabil perasaan dan
pikirannya, kemampuan dan tingkah lakunya, orang tua saling mencaci
maki, menghina, bertengkar dihadapan anak-anaknya, bermusuhan dan
tidak pernah akur, memicu munculnya depresi dan stress bagi anak.
Semua orang menganggap, perilaku bullying acap terjadi di
sekolah, namun sebenarnya intimidasi benar-benar dimulai dari rumah.
Dia berharap bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang
bersikap keras paling mungkin menjadi mangsa para pelaku intimidasi.
Seandainya anak-anak mampu menghadapi persoalan yang sulit, mereka
menjadi tahu bagaimana menangani konflik. Jika orang tua selalu
mengambil alih, maka anak-anak itu memiliki strategi mengatasinya dan
lebih mungkin dia menjadi target bully.
43
b. Media Massa
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari
segi tayangan yang mereka tampilkan. Tayangan Tv, film dan bahan
bacaan lain, dapat memberi efek perilaku negatif; seperti anti sosial,
rendahnya rasa sensitifitas pada kekerasan, meningkatnya rasa ketakutan
menjadi korban bullying dan mempelajari sikap agresif.
c. Teman Sebaya
Salah satu faktor besar dari perilaku bullying pada remaja
disebabkan oleh adanya teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif
dengan cara menyebarkan ide (baik secara aktif maupun pasif) bahwa
bullying bukanlah suatu masalah besar dan merupakan suatu hal yang
wajar untuk dilakukan. Remaja memiliki keinginan untuk tidak lagi
tergantung pada keluarganya dan mulai mencari dukungan serta rasa aman
dari kelompok sebayanya. Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah
dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk
melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha
untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu,
meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
d. Lingkungan sosial budaya
Kondisi lingkungan sosial dapat menjadi penyebab timbulnya
perilaku bullying. Faktor kriminal budaya merupakan salah satu penyebab
munculnya perilaku bullying. Suasana politik yang kacau balau, ekonomi
yang tidak menentu, ketidakadilan dalam masyarakat, penggusuran,
pemerasan, perampokan, perkosaan, kemiskinan, semua itu dapat memicu
44
munculnya perilaku abnormal, muncul kecemasan-kecemasan,
kebingungan, dan perilaku patologis, hal ini pula yang mendorong para
remaja masuk dalam kecanduan obat-obatan terlarang, alkohol dan
narkoba, dan banyak yang menjadi neurotis dan psikotis yang akhirnya
berperilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan sosial yang
menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup
dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan
hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi
pemalakan antar siswanya.42
5. Kategori Bentuk Bully Ringan Dan Bully Berat
a. Bullying yang dilakukan secara verbal adalah bullying yang sering
digunakan
Bully secara verbal adalah jenis bully yang dilakukan. Biasanya
pelaku akan melakukan intimidasi kepada korban dengan cara verbal.
Pelaku juga akan melakukan intimidasi secara verbal ini kepada seseorang
yang memiliki kebutuhan khusus atau kepada mereka yang memiliki
perbedaan dari orang kebanyakan. Kebanyakan korban yang
mengalami bully verbal seperti ini akan mengalami bekas emosional yang
mendalam.
b. Bully secara beramai atau kelompok
Bully dengan cara bersama-sama memojokkan seseorang
merupakan bully yang sering kali juga kita lihat. Bullydengan cara seperti
42Masdin, Fenomena Bullying Dalam Pendidikan, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 6, N0.2,
Desember 2013, h. 6-9
45
ini juga sama persis dengan kasus bully yang belakangan ramai.
Korban bully seperti ini cenderung meejek, menghina, mengabaikan,
mengucilkan, dan mengintimidasi. Biasanya bully ini terjadi di
kalangan anak sekolah menengah dan di luar pengawasan orang tua dan
guru. Tujuan para pelakunya sendiri adalah demi menunjukkan kedudukan
sosial atau unjuk diri kalau dirinya lebih dari yang lainnya.
c. Bully fisik tingkat bully yang lebih berbahaya
Ketika seseorang sudah berani untuk melakukan kontak fisik
bahkan kekerasan terhadap orang lain, tujuan pelaku adalah untuk
menyakiti target mereka. Meski bully secara fisik ini mugkin lebih
mendapatkan perhatian lebih dari lingkungan sekitar, karena
tindakan bully seperti ini lebih mudah dikenali dibandingkan
tindakan bullylainnya yang cenderung lebih halus, meski dapat menyakiti
psikis para korban juga. Namun, tindakan bully fisik, seperti memukul,
menendang, atau melakukan penyerangan secara fisik seperti ini tidak
hanya menyakiti korbannya secara batin tapi juga secara fisik. Tentu,
dampaknya lebih berbahaya.
d. Sexual Bullying. Bully yang paling memalukan dan menyakitkan
dibandingkan dengan jenis bully lainnya,
tinggat sexual bullying merupakan tindakan bully yang berbahaya,
menyakitkan, dan memalukan. Pelaku akan menargetkan korbannya dan
melakukan hal-hal yang memalukan, contohnya komentar kasar, isyarat
vulgar, hingga sentuhan tak diundang.43
43trivia.id, Batas-batas bully yang harus kamu tahu. Dari yang paling ringan sampai
yang paling berat. Diakses pada 10 desember 2017.
46
6. Faktor Penyebab Tindakan Bullying Di Usia Remaja
Ada banyak penyebabnya tindakan bullying kerap sekali dilakukan oleh
anak berusia remaja, antara lain adalah :
a. Kurangnya Perhatian
Rendahnya keterlibatan serta perhatian orang tua kepada anak
membuat anak jadi suka mencari perhatian di lingkungan sekitarnya. Ada
yang memilih untuk berprestasi dan menunjukan kemampuannya demi
mendapatkan perhatian. Namun, sayangnya, ada juga yang memilih untuk
melakukan bullying dan membuat onar bahkan keributan demi
mendapatkan perhatian orang tuanya. Hal ini sangat penting diperhatikan
bagi kamu yang akan menjadi orang tua agar selalu menjaga kadar
perhatian kepada sang buah hati dengan memberikan perhatian yang
cukup.
b. Ingin Berkuasa
Anak yang suka melakukan tindakan bullying biasanya sedang
menunjukan kekuasaan dan kekuatannya demi mendapatkan pengakuan
dari sekitar dengan menindas yang lemah dan menginginkan anak lain
untuk mengikutinya di bawah tekanan rasa takut. Kalau kamu melihat
orang yang arogan, bersikap bossy, bisa jadi dia suka menindas orang
lemak dan anak yang tidak mau menurut dengannya.
c. Pola Asuh Dalam Keluarga
Tak salah jika banyak yang mengatakan bahwa keluarga adalah
faktor utama permasalahan yang terjadi pada anak karena keluarga
merupakan pendidik pertama dan utama. Sikap bullying merupakan
47
pengembangan dari sikap anak yang agresif. Mereka yang
mengembangkan perilaku agresif tumbuh dalam pengasuhan yang tidak
kondusif, mulai dari kedekatan yang tidak aman dengan pengasuhnya,
tuntutan disiplin yang terlalu tinggi dari orang tuanya dan bahkan masalah
hubungan kedua orang tuanya: konflik suami-istri, depresi, antisosial dan
bahkan melakukan tindakan kekerasan di rumah. Hal tersebut
menyebabkan sang anak merasa pelampiasan terhadap tekanannya
tersebut.
d. Ekspose Kekerasan Dari Media
Tak dapat dipungkiri bahwa media memiliki peran yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Bahkan, media juga menjadi kebutuhan
pokok yang harus dipenuhi. Mulai dari televisi, surat kabar dan bahkan
media online mengandung topik yang berkembang begitu pesat. Tak
heran, tindak kekerasan juga banyak ditemukan di media, seperti adegan
dalam sinetron atau reality show yang menunjukan adegan
kekerasan, bullying, game atau melalui sosial media. Pada dasarnya, anak-
anak yang masih dalam tahap belajar dan memiliki rasa penasaran tinggi
akan menirukan hal-hal yang mereka lihat tersebut tanpa menyaringnya.
e. Pernah Jadi Korba Kekerasan
Biasanya, anak yang pernah menjadi korban kekerasan memiliki
keinginan untuk membalas apa yang sudah didapatkannya. Kekerasan
tersebut bisa didapatkan dari orang tua atau menjadi korban orang asing.
Kekerasan yang terjadi dari orang tua bisa jadi sebagai bentuk
pendisiplinan dari orang tua terhadap anak dan sang anak tidak
48
diperkenankan untuk melawan orang tua. Akhirnya, karena tidak memiliki
kekuatan untuk membalas, sang anak hanya memendam perasaan tersebut
dan membalaskan dendamnya kepada orang lain.
f. Faktor Pubertas Dan Krisis Identitas
Faktor utama yang mencakup semua permasalahan yang telah
disebutkan adalah faktor pubertas. Pubertas dan krisis identitas adalah hal
yang normal terjadi di kalangan remaja. Dalam tahap mencari identitas dan
juga eksistensi, biasanya para remaja hobi membentuk geng. Namun, ada
geng yang normal, ada juga geng yang suka membuat onar dan melakukan
hal-hal menyimpang.44
44 www.kompasiana.com
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sebab di dalam
proses penelitian diharapkan mampu memperoleh data secara langsung
dari orang-orang atau pelaku yang diamati baik lisan maupun tulisan.
Melalui metode kualitatif, peneliti dapat mengenal orang (subjek) secara
pribadi dan melihat mereka mengembangkan definisi mereka tentang suatu
hal.45
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, yakni penelitian
yang menggambarkan sebuah situasi dilapangan. Data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut berasal
dari wawancara secara langsung , observasi dan dokumentasi.46
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di daerah Jakarta sesuai dengan
domisili informan yang akan diteliti, dengan waktu penelitian dari bulan
april 2017 sampai dengan bulan september 2017.
D. Teknik Pemilihan Informan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Purposive
Sampling dan Snowball Sampling . Teknik Purposive Sampling adalah
teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Artinya orang
45Lexy J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3
46 Burhan Bugin, Analisis Data Dan Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 20013), cet ke 2, h. 39
50
tersebut dianggap mengetahui tentang apa yang peneliti harapkan sehingga
akan memudahkan peneliti untuk menjelajahi objek atau situasi yang
diteliti. Konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan
bagaimana dengan memilih informan yang orang tersebut dianggap paling
tahu tentang apa yang kita harapkan. Yang terpenting disini bukan jumlah
informannya, melainkan potensi dari setiap kasus untuk dapat memberikan
secara teoritis mengenai aspek yang dipelajari.47
Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sample yang pada
awalnya jumlahnya sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang
lengkap, maka harus mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai
sumber data.48
Jadi penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilkukan saat
peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung.
Caranya yaitu seorang peneliti memili orang tertentu yang di
pertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya
berdasarkan data atau informasi yang diperolah dari sampel sebelumnya
itu peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan
memberikan data yang lebih lengkap.49
E. Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer
(pokok) dan data sekunder (pendukung)
47 Prof. Dr. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), cet
ke 5, h. 54 48Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasia, 1996), h.31 49Sugiono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008)
h. 301
51
7. Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui hasil wawancara
dengan informan korban bullying.
8. Data sekunder adalah data yang didapatkan melalui buku, jurnal, laporan
penelitian, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan fokus
penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan.50
Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara terstruktur
yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan
disampaikan kepada informan. Selain itu juga peneliti menggunakan jenis
wawancara pembicaraan informal. Dalam jenis ini, pertanyaan sangat
tergantung pada pewawancara, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam
mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara
dengan terwawancara adalah dalam situasi biasa, wajar. Sedangkan
pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam
kehidupan sehari-hari. Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara
50 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), h. 135
52
malah barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa ia sedang
di wawancarai.51
2. Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Melalui observasi, peneliti mengetahui tentang perilaku dan makna dari
perilaku tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi
langsung serta menggunakan jenis observasi partisipatif. Dengan observasi
langsung, peneliti melakukan pengamatan untuk mencari data yang
nantinya menjadi salah satu sumber data yang kemudian dapat diolah
menjadi bahan analisis52
3. Dokumentasi
Dokumen adalah setiap bahan yang tertulis atau foto, sehingga
dengan adanya bantuan dokumen, peneliti terbantu mendapatkan data yang
sesuai dengan masalah penelitian. Dokumentasi adalah setiap bahan
tertulis, foto atau film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena
adanya permintaan seseorang penyelidik atau peneliti. Dokumentasi sudah
lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam
banyak hal dokumentasi sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan bahkan untuk meramalkan.53
51 Lexy J. Moleong, Metode penelitian Kualitatif(bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) cet ke 26, h. 187
52Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008) h. 227
53 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 216
53
4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif, yang data
diperoleh melalui wawancara dan pengamatan tersebut dideskripsikan
dalam bentuk uraian. Menurut Bogdam, analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain., sehingga dapat
mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.54
Pada saat menganalisisis data hasil wawancara, peneliti mengamatinya
secara detail dan dilakukan berulang-ulang dari awal sampai akhir
kemudian menyimpulkannya. Setelah itu menganalisa kategori-kategori
yang terlihat pada data-data tersebut. Analisa data melibatkan upaya
mengidentifikasi suatu objek dan peristiwa. Kategori dari analisa data
diperoleh berdasarkan fenomena yang terlihat pada tempat penelitian
tersebut.
5. Teknik Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data, peneliti menggunakan teknik
triangulasi. Merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data pengecekan atau
perbandingan terhadap dua data tersebut. Teknik triangulasi yang banyak
digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lainnya.55
54Prof. Dr. Sugiono, Metode penelitian Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009),
cet 8, h. 224 55Lexy. J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009) Cetakan ke-18 edisi revisi, h. 330
54
6. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literature)
yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada
penelitian skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk
membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan
untuk penelitian skripsi ini. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian
skripsi ini, peneliti menggunakan literatur antara lain :
1. Penelitian dari Dina Amalia dengan judul skripsi ‘Hubungan Persepsi
Tentang Bullying Dengan Intensitas Melakukan Bullying Siswa
SMAN 82 Jakarta’- UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Psikologi – 2010
Penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara persepsi bullying dengan intensi melakukan bullying. Artinya
semakin positif persepsi siswa tentang bullying, maka akan semakin
tinggi intensi siswa melakukan bullying. Intensi merupakan aspek yang
sangat erat hubungannya dengan munculnya suatu tingkah laku.Hal ini
disebabkan karena bahwa tingkah laku individu seringkali didahului
oleh adanya niat atau intensi untuk berperilaku.
2. Farisa Handini, dengan judul penelitian ‘Hubungan Konsep Diri
Dengan Kecenderungan Berperilaku Bullying Siswa SMA Negri 70
Jakarta’ - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Psikologi – 2010
Penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan negatif yang
signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan berperilaku
bullying. Dengan kata lain, semakin tinggi (positif) konsep diri
55
seseorang maka semakin rendah kecenderungan seseorang untuk
berperilaku bullying atau sebaliknya semakin rendah (negatif) konsep
diri maka semakin tinggi kecenderungan berperilaku bullying
3. Annisa Elfa Ariany, dengan judul skripsi ‘Faktor Penyebab Terjadinya
Bullying Di SMA Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan’ - UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi –
2016
Penelitian ini menjelaskan bahwa karakteristik perilaku bullying
sebagian besar hanya perilaku mengintimidasi seseorang yang berada
dibawahnya. Seperti perbedaan kelas, senioritas, status sosial, baik
dalam bentuk cibiran, ejekan, tatapan intimidasi. Faktor penyebab
adanya bullying di SMA Al-Azhar juga dikarenakan siswa yang
merasa dirinya lebih dari orang lain. Baik dalam penampilan maupun
lebih tinggi kelasnya. Selain itu, perilaku bullying biasanya adalah
mereka yang pernah menjadi korban bullying dan ketika mereka
menjadi senior, maka mereka akan melakukan hal yang sama pada
juniornya.
4. Jasmine Nadhilah, dengan judul penelitian ‘Gambaran perilaku
bullying dan faktor penyebab terjadinya bullying pada siswa XI SMK
Muhammadiyah 4 Jakarta’ - Universitas Bina Nusantara, Fakultas
Psikologi – 2013
Penelitian ini menjelaskan bahwa pada faktor penyebab bullying tradisi
merupakan faktor tertinggi disusul faktor pemahaman nilai yang salah
atas korban. juga dikatakan banyak guru yang menganggap tidak serius
56
perilaku bullying dan menganggap hal biasa. Untuk faktor
pemahamkan yang salah atas nilai korban yang merupakan faktor
tertinggi kedua adalah faktor yang memang banyak terjadi oleh siswa
dan pelaku. Faktor pemahaman nilai yang salah atas korban adalah
ketika pelaku bullying menganggap perilaku/korban itu sendiri
dianggap salah.
5. C. Anne Broussard, Alfred L. Joseph and Marco Thompson ‘Stressors
and Coping Strategies Used by Single Mothers Living in Poverty’ -
Journal Of Women And Social Work (27) 2 190-204, University Of
South Australia (AU), july 6, 2015.
Penelitian mengenai strategi coping dalam ranah pekerja sosial disini
menjelaskan bahwa metode coping dapat dipengaruhi oleh berbagai
setting, antara lain dukungan emosional dari keluarga anggota dan
teman, memiliki iman-spiritualitas yang baik, olahraga untuk
mendapatkan kesehatan fisik, kekuatan internal dalam penyelesian
masalahnya, harapan, dukungan dari lingkungan sekitar. merupakan
berbagai metode coping yang bisa digunakan untuk dapat
menyelesaikan masalah. dalam membantu proses coping dari
seseorang yang sedang mengalami tekanan atau stres adalah dengan
cara memberdayakan orang tersebut dengan melihat berbagai potensi
yang ada dalam dirinya dan percaya bahwa seseorang bisa
menyelesaikan masalahnya dengan mengoptimalkan potensi yang ada
dalam dirinya. Dengan begitu, seseorang akan merasa memiliki
kekuatan dalam dirinya sendiri untuk dapat menyelesaikan masalahnya
57
melalui bentuk coping yang adaptif dan tidak merugikan diri sendiri
dan orang lain. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, Strategi coping
yang digunakan pada diri seseorang tentunya dipengaruhi oleh
berbagai macam setting baik itu keluarga, sekolah, teman sebaya
maupun lingkungan sekitar dan juga memengaruhi keberfungsian
sosialnya. Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang dilakukan
individu-individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas kehidupan
dan memenuhi kebutuhannya. keberfungsian sosial berkaitan dengan
pemenuhan tanggungjawab seseorang terhadap masyarakat secara
umum, terhadap lingkungan terdekat dan terhadap dirinya sendiri. Jika
seseorang dapat menggunakan perilaku coping dengan bentuk yang
baik maka ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya
dengan baik pula begitu pun keberfungsian sosialnya baik fisik, mental
mapun hubungan sosialnya.
58
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
A. Identitas Informan
1. Data Informan 1
- Nama : BDH
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Oktober 1998
- Usia : 19 Tahun
- Jenis Kelamin : Laki-Laki
- Domisili : Jakarta – Petukangan Selatan
- Agama : Islam
- Hobby : Menggambar
- Suku : Betawi
- Pekerjaan : Mahasiswa
- Pendidikan Terakhir : SMA
- Jumlah Saudara Kandung : 2
- Jenis Bully : Bully Verbal
2. Data Informan 2
- Nama : LF
- Tempat Tanggal Lahir : 21 Desember 1998
- Usia : 19 Tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
59
- Domisili : Jakarta – Radio Dalam
- Agama : Islam
- Hobby : Membaca
- Suku : Betawi
- Pekerjaan : Mahasiswa
- Pendidikan Terakhir : SMA
- Jumlah Saudara Kandung : 2
- Jenis Bully : Bully Verbal
3. Data Informan 3
- Nama : AMR
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Januari 1999
- Usia : 18 Tahun
- Jenis Kelamin : Laki-Laki
- Domisili : Kebayoran Baru
- Agama : Islam
- Hobby : Bermusik
- Suku : Betawi
- Pekerjaan : Pelajar
- Pendidikan Terakhir : SMA
- Jumlah Saudara Kandung : 1
- Jenis Bully : Bully Fisik
60
B. Strategi Coping
1. Analisis Kasus Informan I
a. Kronologi Terjadinya Bullying
Informan BDH mengalami tindakan bullying sejak dia duduk di kelas
1 SMA, bahkan hingga saat kuliah sekarang dia masih mengalami tindakan
bullying akan tetapi intensitasnya tidak sesering atau tidak separah ketika dia
SMA. Bullying yang diterima oleh BDH berupa bullying verbal antara lain
pengucilan, berkata yang tidak sopan kepada pelaku, menyuruh-nyuruh,
memalak, merendahkan.56Tindakan bullying yang dia terima pada saat SMA
antara lain seniornya menyuruhnya untuk menyanyi salah satu lagu di tengah
lapangan sampi harus menanggung malu dengan teman-temannya, tidak
hanya itu, dia juga pernah disuruh seniornya untuk memakan kotoran kucing
entah pelaku berniat hanya bercanda atau tidak tapi BDH merasa perlakuan itu
tidak pantas, selain itu juga BDH sering sekali disuruh-suruh untuk membeli
makanan atau minuman memakai uangnya akan tetapi jarang sekali diganti,
selain itu BDH juga tidak memiliki teman yang banyak atau orang yang susah
bergaul karena memang peneliti melihat BDH adalah orang yang ‘Nerd’ atau
orang yang kutu buku selain itu juga BDH merupakan orang yang diam
sehingga sangat memungkinkan untuk menjadi sasaran bullying. Kronolgi
terjadinya bullying itu diungkapkan sendiri oleh BDH pada saat wawancara:
‘’Banyak banget sih, emang gapernah dalam bentuk kekerasan fisik gitu, kaya misalkan aku waktu SMA aku pernah disuruh nyanyi sendiri
56Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying 3 Cara Efektif Mengatasi kekerasan Pada Anak,
(Jakarta: PT. Grasiindo, 2008), h. 22
61
ditengah lapangan sama senior aku sampe aku malu banget sama semuanya, mau ngelawan tapi aku takut banget ya namanya juga senior. terus juga pas SMA aku gabung diorganisasi tapi nama aku jarang ada di susunan kepanitiaan mungkin karna mereka ngeliat aku gabisa apa-apa kali ya, itu juga bikin aku sedih banget, aku mikir aku disini juga pengen belajar tapi malah gitu. Terus jarang dapet temen main juga, terus juga aku sering disuruh-suruh beli makanan dan minuman pake uang aku tapi mereka gapernah ganti uang aku, ada sih beberapa yang ganti, beberapa doang yang ngerasa gaenak aja tapi tetep aja mereka nyuruh-nyuruh. Sering banget mereka kaya gitu. Terus ada lagi sebenernya yang lebih nyakitin lagi, waktu SMA aku disuruh makan kotoran kucing, entah itu mereka becanda atau serius tapi disitu aku sedih banget ngerasa rendah banget. Sedih banget deh kak kalo diinget inget mah jaman SMA, kalo pas kuliah sih ga separah SMA, kalo pas dikampus seringnya disuruh-suruh beli makanan aja tapi pake uang aku tapi jarang banget digantiin’’57
Informan merupakan orang yang ‘Nerd’, pendiam dan suaranya pun sedikit
kurang jelas, jadi dalam mewawancara informan, peneliti sedikit kesulitan
untuk mengerti apa maksud perkataan informan sehingga harus mengulang
kembali pertanyaan dan menggali terus sampai semuanya jelas.58
Dalam upaya memecahkan masalahnya itu, informan BDH melakukan dengan
beberapa strategi coping, baik itu Problem Focused Coping ataupun Emotion
Focused Coping, strategi tersebut antara lain :
b. Confrontative Coping
Cofrontative coping dalam hal ini adalah usaha individu dalam merespon
masalah dengan cara yang agresif dan berani untuk menghadapi pelaku dan
menerima segala resiko dari tindakannya, melawan dengan kemarahannya, hal
tersebut dilakukan karena individu tidak terima dan sudah sangat marah
57Wawancara pribadi dengan informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017 58Hasil Observasi Informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017
62
sehingga tidak ada cara lain selain menghampiri pelaku dan membalas
perlakuan mereka.59 Dalam kasus BDH, BDH merupakan orang yang sangat
hati-hati dalam mengambil keputusan, dia selalu memikirkan bahwa akan
besar sekali masalahnya jika iya justru malah membalas tindakan orang-orang
yang membullynya, dia juga tidak akan gegabah untuk melakukan suatu hal
terlebih jika hal itu akan merugikan dan membuat keadaan menjadi semakin
rumit, juga BDH merasa takut jika nantinya masalahnya akan semakin besar
karna pelakunya juga adalah kebanyakan dari senior BDH di sekolahnya. Hal
ini serupa dengan yang diucapkannya melalui wawancara:
“Hmm.. kalo untuk ngebales tindakan mereka enggak pernah sih, selain karena takut aku males juga. Cuma pernah sih mikir untuk ngadepin mereka gitu saking keselnya, tapi aku mikir-mikir lagi, hati-hati banget takutnya aku malah bikin keributan, akunya takut juga. Terus kata temen deket aku juga mending diemin aja karena kalo diladenin balik juga gaakan nyelesain masalah. 60
Informan terlihat sedih ketika dia tidak bisa melakukan apapun untuk
melawan pelaku karena takut terjadi sesuatu yang tidak dinginkan informan.61
Menurut BDH, sebenarnya dia ingin sekali melawan atau melaporkan
tindakan teman-temannya, akan tetapi tidak pernah punya keberanian,
informan BDH selalu merasa takut karena BDH juga tidak punya banyak
teman untuk membelanya, sedangkan teman-teman yang membullynya lebih
banyak punya kumpulan bermain atau disebut dengan genk.
59Ridwan Saptoto, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kemampuan Coping Adaptif, Jurnal
Psikolgi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Vol 37, No 1, Juni 2010, h.14 60Wawancara pribadi dengan informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017 61Hasil Observasi Informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017
63
“kalo aku ngelawan mereka, aku gapunya banyak temen untuk ngebela aku, aku cuma punya beberapa teman dekat.kalo mereka kanbanyak temen-temennya, cowok kan ada kumpulannya gitu mainnya pada barengan kumpul-kumpul nanti malah aku yang di sorakin, diledekin, dibilang ini lah itu lah terus di keroyok jadi malah tambah di buli yang ada, makanya aku milih diem aja”62
Dari pernyataan informan diatas jelas bahwa informan BDH bukanlah tipe
orang yang berani memberontak, BDH merupakan orang yang penuh
pertimbangan dalam melakukan suatu hal karena dia tidak ingin nantinya
tindakannya tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain, dia
memikirkan segala resiko dari tindakannya walaupun sebenarnya informan
sudah sangat muak mendapatkan perlakuan bullying tersebut.
c. Planful Problem Solving
Merupakan suatu bentuk tindakan yang peneliti lakukan untuk menganalisis
informan dalam melihat masalahnya dan melihat bagaimana individu
membentuk suatu cara maupun strategi yang digunakannya untuk
menghilangkan dan mengatasi stress, individu melakukan strategi ini dengan
cara yang hati-hati dan analitis karena tidak ingin salah langkah nantinya,
individu mengambil tindakan langsung untuk mengatasai
masalahnya.63Dalam kasus informan BDH, terlihat bahwa BDH memiliki
strategi atau cara pemecahan masalah dengan cara mengikuti les bahasa
inggris di L** dan juga les Design Animasi di B**** C***** atas
62Wawancara pribadi dengan infrman BDH, Jakarta 30 Juli 2017 63Dwi Putri Anggarwati, Siti Urbayatun, Strategi Coping Pada orang Yang memiliki Indera
ke Enam, Jurnal Fakultas Psikolgi Universitas Ahmad Dahlan, Vol 1, No 2, Desember 2013
64
kemauannya sendiri. Selain ingin lebih mahir bahasa inggris, informan juga
sangat ingin menjadi animator terkenal. Cara informan dalam mengatasi
masalahnya ini diungkapkan oleh informan melalui wawancara:
“aku udah bosen berurusan sama temen-temen aku yang pada gitu ga ada gunanya juga untuk ngelawan atau ngerjain mereka malah jadi ribet nanti. jadi aku lebih peduli sama diri aku sendiri kesenangan aku sendiri, misalkan aku juga dilesin bahasa inggris di L** sama les Design Animasi di B**** C***** semuanya aku lakuin biar aku ada kesibukan lain yang seneng-seneng gitu dan bisa ngasah skill aku juga supaya aku bisa berkembang di bidang yang aku suka, i knew what had to be done, so i doubled my efforts to make things work.”64
Menurut peneliti, informan BDH merupakan orang yang cerdas, dilihat dari
cara dia berbicara yang menggunakan bahasa inggris di sela-sela
pembicaraan, selain itu, Informan BDH juga memiliki bakat menggambar atau
design animasi, dibuktikan dengan dia menunjukan bukti gambar design
animasinya melalui account instagramnya kepada peneliti, selain itu juga
informan BDH suka sekali mengikuti event-event cospley dari negara jepang
sehingga dia bertemu dengan orang yang memiliki hoby yang sama
dengannya dan bisa mendapatkan ilmu, ia tidak ingin menyia-nyiakan
waktunya. Dengan mengikuti kegiatan tersebut, informan mengakui bahwa
dia senang bertemu dengan orang-orang baru yang lebih menghargai dia.
Informan juga menambahkan bahwa orang tuanya juga sangat mensupport dia
untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bisa mengasah kemampuannya,
64Wawancara pribadi dengan informan BDH, 30 Juli 2017
65
sehingga orang tuanya juga sangat senang dan tidak keberatan saat informan
meminta les bahasa inggris dan design.
d. Seeking Social Support (Dukungan Sosial)
Merupakan suatu cara individu untuk mendapatkan dukungan dari orang-
orang disekitarnya baik itu dari keluarga maupun teman-temannya, bentuk
dukungan yang sosial yang diberikan sangat penting bagi proses pemecahan
masalah individu, karena dengan adanya dukungan, individu akan merasa
lenih tenang dan bisa mendapatkan masukan-masukan untuk menyelesaikan
masalahnya. Dengan meminta pendapat orang lain, individu mampu berfikir
dan mempertimbangkan beberapa pemecahan masalah serta mengevaluasi
strategi-strategi yang pernah dilakukan sebelumnya.65Berdasarkan wawancara
dengan informan, BDH tidak menceritakan tindakan bullying tersebut kepada
keluarganya karena merasa hal ini hanya akan merepotkan saja, akan tetapi
dia menceritakan hal tersebut kepada teman dekatnya yang ia percaya, BDH
pun mengaku bahwa dengan bercerita dia bisa merasa mendapatkan teman
untuk mencurahkan isi hatinya, mendapatkan semangat dan merasa lebih
tenang menghadapi masalahnya. BDH menjelaskan bahwa :
“Ada sih temen cewek aku, aku seringnya main sama dia, cerita sama dia apa-apa juga termasuk masalah aku yang sering dapet bullian, dia peduli banget sama aku, dia orangnya baik, dia seneng kalo denger cerita aku, dia juga seneng main sama aku, jadi akunya juga kaya punya tempat cerita dan dapet dukungan gitu untuk gak nyerah atau gaak sedih. Orangnya emang baik banget sama semua orang, dia
65Rizkia Annisa Frabandani, Agus Wahyudi Riana, Santoso Tri Rahajo, Pekerjaan Sosial
Sekolah Dan Coping Behavior Siswa SMA Dalam Menghadapi Lingkungan Sosial Di Sekolah, Artikel Ilmu kesejahteraan Sosial UNPAD, 2015, h. 149
66
nganggap semua orang sama gak ada bedanya makanya aku seneng punya temen kaya dia”66
BDH mengungkapkan bahwa teman wanitanya sering memberikan saran
kepadanya untuk tidak meladeni apapun perlakuan dari seniornya, karena jika
nekad melawan, justru seniornya akan lebih merasa tertantang dan nantinya
akan lebih berani lagi untuk membully BDH. Temannya hanya khawatir jika
nantinya BDH lebih diperlakukan tidak baik oleh seniornya. Informan pun
mengungkapkan lebih baik memiliki sedikit teman yang tulus daripada
memaksa bergaul dengan orang banyak yang tidak menjadikan diri kita apa
adanya dan yang tidak menghargai kita.
“Ya temen aku bilangnya cuekin aja orang-orang yang kaya gitu sama aku, gaada gunanya juga ngeladenin. Yang ada malah nambah ribet, aku mikir iya juga sih ribet lah berurusan sama orang-orang kaya gitu. aku cerita sama dia dan dia Cuma dengerin aja aku udah seneng, soalnya dia tipe pendengar yang baik gitu jadi bener-bener ngerasa ada yang meduliin aku, jadinya ngerasa tenang damai aja gitu kak kalo udah ngeluarin unek-unek”67
Sejak masuk SMA sampai sekarang di bangku kuliah pun, informan tidak
memiliki banyak teman, informan hanya memiliki satu atau dua teman dekat
saja. Karna dia merasa untuk apa punya banyak teman tapi tidak pernah
menganggap kehadirannya dan hanya memanfaatkan saja, lebih baik punya
sedikit tapi mereka menganggap ada dan sangat menghargainya dengan segala
kekurangan dia, tidak pernah menyuruh atau menuntut macam-macam, dan
66Wawancara pribadi dengan informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017 67Wawancara pribadi dengan infrman BDH, 30 Juli 2017
67
juga tidak munafik mereka hanya tulus ingin berteman.Walaupun temannya
hanya sedikit, tapi pemberian dukungan dari teman-temannya menjadi sunber
pengaruh positif bagi dirinya, bisa menurunkan tingkat emosional, dan
meningkatkan kepercayaan diri informan.68
e. Self Control
Self control dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dengan melihat
kemungkinan-kemungkinan positif pada diri kita, maka kita lebih mungkin
untuk merencanakan dan melaksanakan suatu strategi untuk meraih
keberhasilan. Self control atau juga sering disebut dengan istilah regulasi diri
terjadi ketika seseorang berusahan mendekati atau menghindari akibat atau
hasil tertentu melalui tindakan-tindakan, keadaan-keadaan atau sifat-sifat
mereka sendiri dengan melakukan atau tidak melakukan sesuatu.69Self control
merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan oleh individu atau
suatu kecakapan individu dalam membaca situasi diri dan lingkungannya,
selain itu juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola perilaku sesuai
dengan situasi dan kondisi agar menjadi lebih baik.70Informan BDH
menjelaskan bahwa dia tidak ingin berbuat yang tidak-tidak yang justru akan
memperkeruh suasana saja. Informan menjelaskan :
“Enggak pernah sih ngelawan mereka, males juga. Aku coba nahan diri aku untuk gak berbuat yang aneh-aneh takutnya malah bikin
68Lou Lu, Social Support, Reciprocity, And Well-Being, The Journal Of Social Psychology,
1997, 137:5, 618-628 69Ikhwan Luthfi, Gazi Salom, Hamdan Yasun, Psikologi Sosial,Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. h, 33 70Mukhtar, Yusuf, Budiaman, Program Layanan Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan
Self-Control Siswa, Psikopedagogia, Universitas Ahmad Dahlan 2016, Vol.5, No.1
68
keruh suasana walaupun sebenernya kesel dan pengen banget marah sama mereka tapi aku gaberani juga, karena yang ngebully aku kan bukan hanya temen sekeas aku aja, tapi juga kaka kelas aku yang pada belagu-belagu dan sombong”71
Selain itu juga informan ini sebenarnya bisa berfikir panjang, dia memikirkan
bagaimana jika orang tuanya bisa tahu mengenai keadaannya disekolah maka
dipastikan akan sedih, oleh karena itu dia berusaha menahan diri untuk tidak
ingin melawan tau ataupun membuat tindakan yang aneh-aneh terlebih masih
di lingkungan sekolah, seperti dijelaskan oleh BDH :
“ya kan mereka gimanapun senior aku kak, mereka pasti akan menang karna mikirnya junior mah bisa diapa-apain, lagian itu dilingkungan sekolah aku takut malah tambah ribet kal sekolah tau terus nanti orang tua aku dipanggil kesekolah kan kasian”72
Menurut analisis peneliti, informan ini memiliki kontrol diri yang sangat
bagus, ditengah emosi dan kemarahannya dia masih bisa menahan untuk tidak
melakukan tindakan apapun bahkan sampai dia lulus dari SMA tersebut, hal
ini dikarenakan informan sangat memikirkan orang tuanya yang pasti akan
khawatir dan cemas, dan dia juga tidak ingin merepotkan orang lain, selain
itu dia juga memikirkan keamanan dirinya, karena dia tidak memiliki banyak
pendukung atau teman yang membelanya, itu sebabnya dia hanya diam saja
tanpa bertindak apapun.
71Wawancara pribadi dengan informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017 72Wawancara pribadi dengan informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017
69
f. Positive Reappraisal
Dalam hal ini, informan mencoba berfikir positif dari masalahnya dan bisa
mengambil pelajaran dari masalah yang dihadapinya. Penilain positif dapat
memberikan pengaruh positif bagi seseorang agar dapat melihat setiap
masalah dari berbagai sisi.73
“perasaan aku diperlakukan seperti itu sih ya pasti kesel lah kak, sedih juga, siapa sih yang suka dapet perlakuan kaya gitu. Kaya ngerasa sendiri dan gak pernah dianggep ada kaya ngerasa direndahin, di suruh-suruh, gapunya temen, padahal aku mikir aku salah apa, aku juga perasaan gapernah yang aneh-aneh sama mereka, masih ada aja orang kaya mereka gitu. Ya tapi aku coba mikir positifnya aja, kali aja mereka yang gituin aku dapet karmanya dan sadar kalo tindakan mereka itu gak baik. Aku selalu berdoa sama Allah untuk dikuatkan, untuk bisa jalanin masa-masa ketika aku dapet bullyian buktinya aku sekarang baik-baik aja, malah aku semakin kuat dan bisa ngembangun bakat aku di passion aku, i was inspired to do something creative.”74
Pada saat informan mengungkapkan masalah bullyingnya, terlihat raut wajah
kesal dan sedih dari informan jika mengingat kembali tindakan dari teman-
temannya tersebut, informan akan selalu mengingat perlakuan itu sampai
kapanpun karena perlakuan tersebut menurutnya sudah keterlaluan. Tapi
walau bagaimanapun, dari hal tersebut, dia bisa belajar banyak hal, untuk
tidak melakukan tindakan yang tidak pantas itu kepada adik-adik kelasnya,
dan dia bisa membuktikan kepada teman-temannya bahwa dia orang punya
kemampuan, dibuktikan dengan gambar-gambar yang ditunjukannya kepada
peneliti.
73Ericka Kilburn, Janis Whitlock, Cornel Research Program On Self-Injurious Behavior In Adlenecents And Young Adults, WWW.drchadcoren.com, Diakses Pada 11 Agustus 2017.
74Wawancara pribadi dengan informan, Jakarta 30 Juli 2017
70
g. Acceptance
Penerimaan dalam penelitian ini berkaitan dengan tindakan informan dalam
mengatasi masalahnya ketika dalam keadaan stress dimana informan yang
melakukan acceptance akan menerima situasi atau keadaan dari masalah yang
terjadi pada dirinya.75Dalam kasus informan, walaupun informan sebenarnya
tidak terima dengan tindakan itu, tapi informan tdak bisa melakukan apa-apa.
Dalam wawancaranya, informan BDH menjelaskan bahwa:
“kalo dibilang nerima atau enggak sih ya sejujurnya enggak terima ya, enggak sama sekali, tapi ya gimana yaa aku juga gabisa ngelakuin banyak untuk ngeberotak atau gimana-gimana, aku mikir ini dijadikan pelajaran buat aku aja kedepannya”76
Pada dasarnya, informan ini tidak terima diperlakukan seperti itu dan tidak
ada orang yang bisa menerima jika diperlakukan seperti itu, tindakan teman-
temannya itu sudah sangat keterlaluan dan informan merasa tidak dihargai,
akan tetapi informan juga tidak bisa berbuat banyak, dia berfikir masalahnya
tersebut dapat dijadikan pelajaran untuk masa depannya nanti. Yang
terpenting pada saat sekarang dia sudah kuliah, perlakuan bulliyng itu sudah
jarang iya terima dan tidak separah pada saat dia SMA. Dalam hal
ini,walaupun informan tidak terima dengan perlakuan tersebut akan tetapi
informan mampu menahan egonya untuk tidak gegabah dalam bertindak.
Menurut Sigmund Freud sistem ego yang berfungsi dengan baik merupakan
75Laila Mufida Sadikin, E.M.A Subekti, Coping Stress Pada Penderita Diabetes melitus
Pasca Amputasi, Jurnal Psikolgi Klinis Dan Kesehatan mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Vol. 2 No. 03, Desember 2013
76Wawancara pribadi dengan informan BDH, Juakarta 30 Juli 2017
71
prasyarat agar seseorang tersebut dapat bertahan dalam suatu lingkungan
sosial. Sejalan dengan teori tersebut, Informan mampu bertahan di lingkungan
sosialnya karena mempunyai sistem ego yang baik.77
h. Escape/Avoidance
Yang dimaksud dalam hal ini adalah, informan berusaha menghindarkan diri
dari pemecahan masalah yang sedang dihadapinya.78 Pelarian diri dari
masalah bisa dengan berbagai cara contohnya: dengan tidur lebih banyak,
merokok, meminum alkohol, atau menolak kehadiran orang lain. dalam kasus
yang di alami oleh informan BDH, BDH tetap melanjutkan sekolahnya tidak
peduli seberapa sering teman-temannya membullynya, karena walau
bagaimana pun informan mengungkapkan bahwa pendidikan itu penting
untuk masa depannya.
“yaa gak gimana-gimana sih kak, gak yang aneh-aneh, aku juga walaupun di bully tapi tetep mau sekolah, karna aku sadar kalo sekolah itu penting dan kasian juga sama ibu, walaupun yaa terkadang males juga untuk ketemu mereka tapi aku gapeduli sama hal itu, Selain itu juga ada hal-hal yang lebih penting untuk aku lakuin. aku lebih asik sama hobi aku sendiri, gambar-gambar gitu deh, aku suka banget gambar ya walaupun masih belum bagus tapi aku belajar terus biar tambah mahir, biar ngasah skill aku juga dan selain itu juga aku lebih nyaman ngabisin waktu dengan ngegambar. Aku sadar aku punya kemampuan gambar animasi dan aku ingin skill aku ini lebih ditingkatkan lagi sampe aku minta les design animasi ke orang tua aku biar lebih terasah”79
77Dr.sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (jakarta : CV Rajawali, 2010) h.
146 78Rizkia Annisa Frabandani, Agus Wahyudi Riana, Santoso Tri Raharjo, Pekerjaan Sosial
Sekolah Dan Coping Behavior Siswa SMA dalam Menghadapi Lingkungan Sosial Di Sekolah, Share Social Work Jurnal, Jurnal.unpad.ac.id, Vol 4, No 2, 2014
79Wawancara pribadi dengan informan BDH, jakarta 30 Juli 2017
72
Selain itu juga informan BDH tidak pernah melakukan hal-hal yang buruk
dalam upaya penyelesaian masalahnya yang justru merusak dirinya sendiri.
Jadi, individu lebih menyibukan dirinya kepada hal-hal yang positif dan lebih
pada pengembangan diri. Seperti halnya yang dikatakan informan melalui
wawancara :
“oh enggak kak, aku bukan perokok, aku juga gapernah minum atau clubing yang kaya gitu mah bukan solusi nyelesain masalah kak tapi malah nambah masalah baru dan cuma ngerusak diri sendiri aja, aku gamau kaya gitu. yang biasa-basa aja sih kak gapernah yang aneh-aneh”80
Individu yang melakukan Denial akan menolak untuk percaya bahwa stresor
itu nyata dan bertindak seolah-olah masalah itu tidak ada.81 Dalam kasus
informan BDH, informan bukanlah orang yang lari dari masalahnya dan
melampiaskannya kepada hal-hal yang buruk atau yang dapat merusak dirinya
sendiri. Justru informan lebih ingin menggali potensi dirinya dan ingin
membuktikan kepada teman-temannya bahwa dia bisa menjadi orang yang
berhasi nantinya.
80Wawancara pribadi dengan informan BDH, jakarta 30 Juli 2017 81Laila Mufida Sadikin, E.M.A Subekti, Coping Stress Pada Penderita Diabetes melitus
Pasca Amputasi, Jurnal Psikolgi Klinis Dan Kesehatan mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Vol. 2 No. 03, Desember 2013
73
2. Analisis Kasus Informan 2
a. Kronolgi Terjadinya Bullying
Bullying yang dialami oleh informan LF berupa tindakan yang mengarah pada
pelecehan yang di lakukan berulang-ulang oleh pelaku, informan merasa
tindakan tersebut dirasa sudah sangat melecehkan informan, bukan hanya
ajakan seksual saja, pelaku juga sering mengirim gambar-gambar yang porno
melalui chat pribadi dengan informan. Hal tersebut dilakukan oleh teman
sekelasnya ketika dia masih kuliahnya semester I di salah satu universitas di
jakarta. Lebih lengkap dijelaskan oleh informan melaui wawancara pribadi
dengan informan:
“Hmm.. sebenernya sih aku gaenak ngomongnya, lebih ke ajakan seksual gitu kak, pernyataan-pernyataan ke arah seksual gitu secara terus menerus. Misalkan dia ngajak aku nginep di hotel, dia suka pegang aku, terus dia juga pernah tiba-tiba rangkul aku gitu, aku kaget banget aku langsung tepak tangannya. Terus bilang ‘payudara lu kecil, gedein lagi deh biar enak’, terus sama ngirimin gambar-gamar porno ke whatsapp, terus dia minta aku kirimin foto payudara aku ke dia, terus dia juga pernah ngirimin foto dia lagi telanjang dada sama pake celana pendek doang, Pokoknya banyak deh yang ke arah-arah seksual gitu deh kak. Waktu itu dia suka banget ngirimin gambar-gambar gitu sama aku, walaupun aku gapernah ladenin gapernah bales tetep aja dia kirimin. Masih ada kok nih di hape aku chatingannya dia, tapi kalo gambar-gambar gitu udah aku hapusin kak karna takut diliat orang. 82
Dari penjelasan informan diatas, individu menerima tindakan bullying berupa
bullying verbal, bullying dengan menggunakan kata-kata untuk membuat
seseorang berada di dalam tekanan dan membuat orang yang melakukan
verbal bullying tersebut menjadi lebih superior. Tipe bullying verbal bisa
82Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017
74
mengakibatkan efek yang lebih berbahaya daripada bullying secara fisik.
Kalau bully secara fisik dapat diketahui dengan cepat dikarenakan ada tanda-
tanda yang muncul, misalkan ada luka atau memar di tubuh korban karena
kasus kekerasan fisik, lain halnya dengan bullying verbal, tipe bullying seperti
ini bisa meningggalkan efek psikologis yang lebih dalam daripada bully
secara fisik.83
Pada saat menceritakan kejadian bullying tersebut, informan merasa sedikit
malu dan sedikit menurunkan nada suaranya karena tidak ingin jika ada orang
lain yang mendengarnya, dan sedikit berfikir lama untuk menceritakannya
karena peneliti merupakan orang baru yang ia temui jadi ia juga merasa takut
menceritakannya kepada sembarang orang.84
b. Confrontative Coping
Hasil penelitian didapatkan bahwa informan LF melakukan suatu bentuk
usaha secara langsung ketika dia sudah merasa muak dengan perlakuan orang
yang membullynya, awalnya memang dia diam saja tapi semakin lama juga
dia semakin geram dengan tindakan pelaku, dia pernah menghadapi secara
langsung pelaku untuk menyuruhnya berenti mengganggu dia ataupun
mengirim gambar-gambar aneh dan jorok melalui chat pribadi. Hal ini
merupakan suatu tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
Berikut ini adalah ungkapan dari informan yang melakukan tindakan langsung
dengan menghadapi pelaku :
83www.kompasiana.com, Verbal Bullying, Diakses Pada 13 Agustus 2017 84Hasil observasi informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017
75
“kalo ngebales sih iya, tapi enggak sering-sering banget juga sih kak, pernah suatu hari aku sontrongin dia biar dia kapok dan gak gangguin aku lagi, terus aku bilang ‘lu kenapa sih ngomong kaya gitu mulu sama gua, kaya gaada hal lain yang bisa diomongin aja, jorok banget ngomongnya, yang sopan dong lu pikir lucu’ aku gituin. Aku berasa puas banget pas udah ngomong langsung gitu sama dia. Seneng banget bisa nyamperin dia langsung gitu ngasha pelajaran buat dia”85
Akan tetapi temannya seperti tidak menggubris dan malah menganggap hal itu
biasa saja, pelaku juga tidak merasa takut dengan perkataan informan
mungkin merasa informan ini adalah seorang wanita yang hanya bisa
mengancam saja tidak akan melakukan tindakan yang aneh-aneh. Seperti yang
dikatakan oleh informan melalui wawancara :
“Dia ekspresinya biasa aja gitu ngiranya aku becandaan kali, padahal aku kesel banget sama dia, aku muak banget sama dia, tapi pas aku gituin kayaknya dia gaada takut-takutnya aku omongin kaya gitu padahal aku bilangnya sambil nada kesel. Ya emang sih nadanya bukan nada keras, malu juga ngomong keras-keras ntar dikirain aku kenapa lagi, aku juga gapengen bikin keributan”86
c. Planful Problem Solving
Untuk menghadapi masalahnya ini, informan melakukan suatu tindakan yakni
lebih memilih untuk tidak ingin lagi berhubungan dengan pelaku walaupun
informan merupakan teman satu kampus dengan pelaku, informan
menghadapi langsung dengan pelaku tidak peduli resikonya seperti apa karena
informan sudah sangat terganggu sekali dengan tindakan pelaku, selain itu
85Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017 86Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017
76
juga informan memblokir segala sosial media yang berhubungan dengan
pelaku.
“hmm.. Aku mendingan diem, lebih milih untuk pergi, terus aku ada group chat gitu sama dia di whatsapp, aku lebih milih untuk left group chat aja, aku block semua sosmednya dia biar dia gak ganggu aku lagi, biar gak chat atau ngirim gambar yang aneh-aneh lagi. Aku rasa ini udah cara paling ampun untuk gak digangguin lagi sama dia. Pokoknya disitu aku udah ngerasa kesel banget sama dia, marah banget jadinya aku block aja sosmednya dia”87
Dari pernyataan informan, informan justru tidak peduli nantinya seperti apa,
yang paling penting pada saat itu adalah dia sudah melakukan tindakan yang
tepat untuk menghadapi pelaku dengan cara seperti itu. Dalam situasi tersebut,
Informan sudah mencapai puncak kemarahannya jadi dia tidak bisa
mengontrol emosinya.
d. Seeking Social Support (Dukungan Sosial)
Dalam hal ini, informan sering bercerita dengan sahabat dekat perempuannya
dikampus, informan tidak ingin menceritakan hal ini kepada keluarganya
karena masih takut dengan orang tuanya, oleh sebab itu, dia hanya bercerita
kepada temannya dikampus, setelah bercerita informan lebih merasa nyaman
dan tenang karena tidak memendamnya sendiri. Sahabatnya pun sering
memberikan solusi terkait masalahnya agar pelaku tidak semakin kurang ajar
kepadanya, temannya ini menyuruh dia untuk menghadapi secara langsung si
pelaku. Hal ini diungkapkan langsung melalui wawancara dengan informan :
87Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017
77
“Ada kak sahabat aku, kenapa aku cerita sama dia ya karna dia orangnya baik mau dengerin cerita aku mulu, aku Cuma ceritanya sama dia aja gaada yang lain karena aku pikir dia orang yang bisa dipercaya dan gaakan bocorin rahasia ini. Aku cerita semua soal ini sama dia. Dia temen aku dari awal masuk kuliah jadi aku tau dia gimana aku percaya sama dia.88
Pada awalnya informan sangat takut menceritakan ini kepada temannya, akan
tetapi karena temannya peduli jadi menanyakan hal tersebut kepada informan,
pada saat informan sudah siap, informan baru menjelaskannya kepada
temannya, informan mengatakan rasanya memang sangat tenang sekali jika
sudah bercerita, dengan bercerita dia bisa mendapatkan berbagai masukan
atau tanggapan dari temannya untuk memecahkan masalahnya.
“terus tanggapan temen aku ya jelas dia marah kak, namanya juga temen sendiri digituin pasti kesel lah, dia juga pengen nyamperin langsung orangnya, terus dia suruh aku untuk ngadepin langsung orang itu dan bilang gausah ganggu-ganggu atau ngelakuin yang aneh-aneh ke aku lagi, temen aku juga pas tau dia kaya gitu jadi hati-hati sama dia, jaga jarak gitu gara-gara aku ceritain soal dia yang kaya gitu”89
Dukungan sosial dari orang terdekat memang sangat penting bagi
penyelesaian permasalahan seseorang, karena selain merasa lebih tenang,
informan juga bisa mendapatkan solusi dari permasalahnanya dan bisa melihat
pemecahan masalahnya dari berbagai pandangan. Jika individu kurang
mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang terdekatnya maka
88Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017 89Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017
78
dikhawatirkan akan memberikan dampak atau hasil yang buruk bagi
perkembangan fisik maupun psikologis korban.90
e. Self Control
Dalam hal kontrol diri, Informan menghadapi si pelaku dengan tindakan
langsung tanpa pikir panjang, tanpa rasa takut, tanpa memikirkan resikonya
nanti akan seperti apa, sampai dia tidak peduli jika tidak berteman lagi atau
menjauhi diri dengan pelaku. Karena sudah terlalu emosi dan geram dengan
tindakan pelaku yang selalu menerornya terlebih melalui media sosial.
Informan menjelaskan bahwa pada awalnya dia bisa mengontrol dirinya untuk
berhati-hati dalam bertindak, tapi semakin lama pelaku malah semakin kurang
ajar kepadanya sehingga dia juga nekad untuk berhadapan dengan pelaku
walaupun hanya dengan mendatangi si pelaku dan mengatakan untuk tidak
mengganggunya dan tidak berbuat macam-macam kepadanya.Seperti yang
diungkapkan oleh pelaku sendiri dalam wawancara :
“jadi gini kak, pada awalnya aku emang biasa aja sama dia gajadi masalah karena aku kira Cuma jadi bahan becandaan aja ya aku mikir namanya juga cowok. Tapi makin kesini aku gabisa terima terus-terusan digituin, ngirim gambar, ngajak ke hotel dan yang lain-lainnya, aku jadi gabisa kontrol diri aku, aku marah lah sama dia, aku gabisa dong diem aja kalo di gituin karena ini masalah sensitif kan apalagi aku perempuan. Nah pada akhirnya aku mikir aku harus memberanikan diri aku, ini juga benuk perlindunagn untuk diri aku sendiri. Gitu sih kak”91
90C. Anne Broussard, Alfred L Joseph, Marco Thomson, Stressors And Coping Strategies
Used By Single Mothers Living In poverty, Journal Of Women And Social Work 27 (2) 190-204 91Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017
79
Menurut analisis peneliti, informan ini adalah orang yang cukup frontal dalam
melakukan suatu tindakan jika memang hal tersebut sudah mengusik
kenyamanan dirinya. Terlebih lagi, dalam kasus informan ini sudah mengarah
pada hal-hal yang melecehkan yang sifatnya sensitif sekali.
f. Positive Reappraisal
Dengan adanya masalah seperti ini, informan jadi lebih selektif dalam
memilih teman, terlebih teman laki-laki, informan megungkapkan bahwa hal
ini menjadi pembelajaran buat dia untuk hati-hati dalam bergaul dan memilih
teman, selain itu, informan juga jadi lebih berani bertindak jika nantinya ada
hal-hal yang mengganggu atau melecehkan dia. Informan juga berharap si
pelaku agar cepat sadar karena tindakannya itu sangat mengganggu sekali.
“yaa pasti pernah lah kak, aku berharap masalah ini akan cepat selesai, dijauhkan dari orang yang otaknya mesum gitu, kayaknya ini bentuk pembelajaran juga sih buat aku biar hati-hati milih cowok dan hati-hati juga dalam berteman, jadi lebih selektif gitu loh kak”92
Informan mengatakan, coba saja dia bisa mengambil tindakan lebih cepat
sejak awal, efeknya mungkin tidak akan seperti ini dan masalahnya tidak akan
berlaut-larut juga. Karena memang pada awalnya informan masih belum
berani menghadapi si pelaku.
92Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017
80
g. Acceptance
dalam hal penerimaan terhadap masalahnya, informan jelas tidak terima
dengan permasalahan sepert ini, masalah seperti ini sudah sangat
merendahkan bagi informan, dan benar-benar sudah mengusik kenyamanan
hidup informan. informan berharap tidak ingin bertemu lagi dengan pelaku
walaupun mereka satu kampus, informan selalu berusaha untuk menghindar.
“Gaenak lah kak, ga terima banget aku digituin, gaenak banget pokoknya kaya di intmidasi gitu. kaya seolah-olah disitu aku rendah banget gitu mau di goda-godain padahal aku sebel banget, aku marah banget sama dia, aku sempet mikir kenapa ada orang kaya gitu di muka dunia ini, apa-apa mikirnya mesum mulu. Aku sampe gamau kenal lagi sama dia, gapengen ketemu lag pokoknya, amit-amit aku ketemu orang macem gitu hih, dengan begitu justru aku jadi lebih tenang kak”93
Individu pun selalu bertanya-tanya mengapa harus dirinya yang menjadi
sasaran si pelaku, mengapa harus dirinya yang mendapat masalah seperti ini,
informan sangat merasa terganggu dan juga merasa bingung, karena dengan
adanya permasalahannya ini, banyak dampak yang dirasakan oleh informan,
antara lain informan selalu merasa terganggu, risih, takut, waswas, malas
belajar dan malas untuk pergi ke kampus. Hal ini dungkapkan melalui
wawancara dengan informan :
“Awalnya aku ngira ini cuma buat becandaan aja, tapi makin kesini dia jadi makin berani sampe ngirimin gambar-gambar porno gitu sama aku apakali maksudnya. Ini kan masalahnya udah ke masalah seksual, sensitif jadi wajar lah aku takut namanya juga jaga diri. Aku suka bingung kenapa harus aku yang jadi sasaran dia, kenapa gak cewek lain aja, kenapa hal yang kaya gini harus terjadi sama aku,
93Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017
81
kenapa aku diketemuin sama dia, kan kalo kaya gini aku jadi males ngapa-ngapain”94
h. Escape/Avoidance
Selain itu, informan merespon masalahnya dengan tidak ingin memperdulikan
si pelaku, dan tidak ingin bertemu apalagi untuk berbicara lagi dengan pelaku
karena informan sudah trauma dengan kejadian seperti ini, informan mencari
jalan keluar untuk memecahkan masalahnya ini dengan cara lebih banyak
bermain dengan teman-temannya, atau hanya berdiam diri berada di rumah
saja, atau pergi ke Mall dan juga jalan-jalan atau hal-hal lain yang
membuatnya dirinya senang dan tidak ingin mengingat masalahnya itu :
“Aku jadi lebih diem, gamau banyak omong, aku gamau ketemu sama dia, aku lebih milih untuk ga peduli lagi,bahkan sekedar nyapa aja aku gamau apalagi ngobrol, karena takut diapa apain dan justru lebih kurang ajar lagi. Boro-boro ngobrol, liat mukanya aja aku enek. Bener-bener ngasih dampak gaenak banget lah buat aku
“Ya selain aku pernah samperin dia untuk ngomong langsung sama dia, aku juga males kuliah karna males ketemu orang kaya gitu, ya di rumah aja tidur atau ngemall, jalan-jalan, atau ngapain kek gitu yang enak-enak. Kalo inget-inget yang kaya gitu mah justru nambah jijik kak”95
Masalah seperti ini juga berakibat pada akademis informan, terlebih lagi
pelakunya adalah teman satu kampus, informan jadi lebih malas untuk pergi
ke kampus dan lebih ingin menghindari orang tersebut.
94Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017 95Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017
82
3. Analisis Informan 3
a. Kronologi Terjadinya Bulying
Bullying yang terjadi pada informan AMR adalah jenis bullying kekerasan
fisik, yakni informan di pukuli oleh teman-temannya setelah sebelumnya
dipalak sejumlah uang dan rokok tapi informan menolaknya. Tindakan
bulying ini terjadi di sekolah korban ketika sedang istirahat berlangsung.
Informan sedang berjalan tiba-tiba di hadang oleh beberapa temannya untuk
dimintai uang, informan menolak memberikannya karena memang kebetulan
sedang tidak ada tapi para pelaku tidak percaya dan dan langsung mendorong
korban sehingga terjadilah percekcokan adu mulut sampai pada korban di
keroyok sampai berdarah, berikut penuturan informan mengenai kejadian
bullyingnya :
“jadi ceritanya tuh sebenernya dia malak aku gitu beberapa kali, malaknya berupa uang atau enggak rokok. Nah sebelum-sebelumnya sih aku kasih-kasih aja karna emang kebetulan lagi ada juga tapi pernah juga gangasih, nah tiba-tiba disuatu hari, aku lg jalan gitu mereka ngehadang aku kan sama 2 orang temennya, minta uang kalo enggak rokok, nah aku gak kasih karena lagi abis juga, tapi mereka malah bilang ‘boong lu suka pura-pura aja, gua tau lu ada sini gak, macem-macem lu sama gue’ aku tetep bilang gaada kan, nah dari situ mereka bilang ‘bong aja lu’ terus tiba-tiba dorong badan aku sampe jatoh sakit dong kak aku lawan balik tapi gabisa aku malah di dorong lagi badan dia kuat banget terus badan aku dipukul-pukul sampe di injek-injek sakit banget kak sampe bedarah bengkak aku gabisa ngapa ngapain, nah udah gitu galama kemudian, ada guru aku dateng kak misahin gitu rame dah pokoknya itu sekolah, nah si guru aku yang misahin itu manggil kepala sekolah, sambil bilang ‘ada apaan ini ?’ aku bilang dong aku di palak sama dia sampe badan aku berdarah gini, nah si kepala seolah ini langsung mukul orang yang malak aku ini kak sambil di bawa ke kantor gitu abis gitu kepala sekolah aku
83
ngedatengin pak polisi aku langsung takut aja, tapi ternyata Cuma dikasih pengarahan aja. Gkurang ebih gitu sih kak ceritanya”96
Pelaku bullying merupakan kakak kelas informan di sekolahnya, sejak awal
masuk sekolah informan memang sering mendapatkan tindakan bullying dari
seniornya itu, akan tetapi korban tidak pernah melawan dikarenakan takut
mencari masalah, akan tetapi tindakan bullying itu terus saja terjadi, dia
dipalak berupa uang maupun rokok, jika tidak memberikan, maka kepala
informan di tempeleng, informan pernah melawan tetapi hanya dengan
omongan saja tidak berani memukul kembali.
b. Confrontative Coping
Pada kasus informan AMR, informan melakukan tindakan langsung dengan
melawan korban, pada awalnya informan memang tidak pernah melawan,
kalaupun melawan juga hanya sekedar omongan saja, puncaknya adalah
ketika informan didorong dan dipukuli oleh pelaku, dan informan tidak
terima, informan sudah terlanjur kesal dan terbawa emosi karena seniornya
tersebut sering memalaknya, informan pun mencoba melawan tindakan
tersebur akan tetapi informan terjatuh dan pelaku terus memukuli informan
hingga dia babak belur. Jadi, jika seseorang dihadapkan pada situasi seperti
ini, seorang individu memiliki kecenderungan untuk mengambil sikap atas
tidakan atau perilaku yang dilakukan oleh teman-temannya.97 Pada saat itu,
informan tidak memikirkan resikonya akan seperti apa, yang dia tahu dia
96Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017 97Prof.Dr.Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suantu Pengantar) Edisi Revisi, (Yogyakarta : C.V
ANDI OFFEST, 2003) h. 124
84
harus melawan seniornya karena sudah bosan dengan perlakuan mereka,
dalam hal ini, informan melakukan tindakan dengan cara yang agresif untuk
mengubah keadaan yang menekan atau membahayakan dirinya dan berusaha
untuk mendapatkan apa yang dia inginkan atau mempertahankan diri ketika
diserang, di olok-olok, di ancam atau yang lainnya dengan cara membalas
memukul, menendang dan lain sebagainya.98
“aku sih lebih ke diem aja karena kan mereka senior aku kan ya, pernah juga aku ngelawan tapi gasering Cuma adu mulut aja, karena ga terima dong mereka malak aku berkali-kali malakin rokok sama uang. Sampe yang kejadian aku di keroyok itu aku lagi puncak keselnya banget dan mereka emang yang mulai duluan, aku gapeduli gimana disitu keadaannya aku pengen banget ngelawan dia karena kebawa emosi juga, saking keselnya ya aku tanggepin aja walaupun disitu resikonya aku jadi babak belur tapii aku pengen ngelawan balik dia banget”99
Pada saat menceritakan kejadian perkelahian tersebut, raut wajah informan
terlihat sangat kesal sambil tangannya memperagakan bagaimana iya
memukul dan melawan balik si pelaku.100
c. Planful Problem Solving
Selama informan di bully, tidak ada sebuah tindakan atau perencanaan yang
dilakukan informan untuk menyelesaikan masalahnya, informan
mengungkapkan bahwa dirinya merasa bingung dan serba salah, dia hanyalah
junior sedangkan senior bisa melakukan apa saja jika juniornya bertindak
semena-mena, jadi informan berfikir jika hal itu dapat membahayakan dirinya,
98Pusppita Sari, Coping Stress Pada Remaja Korba Bullying Di Sekolah ‘X’, Jurnal Psikolgi
Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Vol. 8, No. 2, Desember 2010 99Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017 100Hasil observasi informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017
85
lebih baik informan tidak melakukan tindakan yang macam-macam, kata-kata
yang sering diucapkan oleh informan ketika menolak dimintai uang atau
rokok adalah “Apaan sih! Gua gapunya duit, minta aja sama yang lain sana
atau minta sama rang tua lu”. Informan hanya berani melontarkan kata-kata
saja, tidak berani bertindak lebih.
“gaada yang gimana-gimana sih kak, aku bingung juga harus gimana kalo masalah kaya gini bertindaknya harus gimana, sering-sering ngelawan juga aku males dan takut juga, di diemin juga malah makin jadi, yaa paling pas kejadian berantem itu masalah aku jadi berkurang sama dia, bersyukur juga waktu itu berantem, jadinya setelah di nasehatin dan dikasih teguran sama guru, dia jadi galagi malakin aku, takut di keluarin dari sekolah kali dia”101
Informan merasa senang karena atas kejadian pengeroyokan tersebut,
seniornya tidak lagi membullynya, walaupun badannya harus bonyok dan
berdarah- darah akan tetapi ada hikmahnya dari puncak kejadian tersebut.
d. Seeking Social Support (Dukungan Sosial)
Informan memiliki beberapa teman dekat laki-laki disekolahnya untuk
menceritakan masalahnya ini, teman-temannya ini sering menolong informan
jika sedang dalam kesusahan, temannya pun sering memberikan saran untuk
menyuruhnya menghadapi pelaku, bahkan temannya pun siap membantu jika
informan membutuhkan bantuan. Dalam hal ini, peneliti melihat bahwa
informan merupakan orang yang baik dimata teman-temannya sehingga
temannya pun siap membantu informan jika ada masalah. masalah seperti ini
memang tidak bisa dilakukan sendiri, karena pelaku merupakan kaka kelas
101Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017
86
korban dan biasanya junior takut jika menghadapinya sendiri, walaupun
begitu, informan selalu menerima masukan dari teman-temannya walaupun
memang ia tidak melakukan apa yang disarankan oleh temannya, yang
terpenting informan tahu bahwa teman-temannya sangat peduli padanya.
Teman-temannya pernah menawarkan kepadanya untuk mengumpulkan
temannya yang lain agar bisa menghadapi kaka kelasnya bersama-sama.
Semakin banyak orang yang memberikan dukungan sosial maka akan
semakin tenang orang tersebut dalam menyelesaikan masalahnya, karena akan
banyak sekali yang memberikan dorongan semangat, dan nasihat maupun
saran untuk memecahkan masalah seseorang.102 Dalam wawancara, informan
mengungkapkan :
“temen yang bisa diajak cerita ya pasti ada kak temen baik aku temen main, temen nongkrong, temen sekolah juga. Kalo kita cerita kan enak kak dari pada di pendem sendiri, mereka juga kadang suka ngasih solusi soalnya, lebih tenang aja gitu kalo udah cerita sama temen, banyak yang ngedukung kita, aku jadi gangerasa sendiri, temen-temen itu penting banget buat aku kak, mereka yang selalu support aku. Tanggapan mereka yaa mereka suruh aku lawan balik kalo mereka gituin aku lagi, jangan mau di injek-injek atau apalah gitu, atau enggak disuruh laporin ke guru biar mereka kapok biar mereka dapet hukuman, atau juga pernah disuruh ngumpulin temen-temen buat ngelawan mereka ramean toh mereka juga kalo di lawan sama orang rame-rame mah pasti takut kan, tapi aku males aja nyari masalah”103
Dengan mendapatkan dukungan sosial dari teman-temannya, bukan berarti
membuat informan gegabah mengambil keputusan untuk bertindak, apalagi
102Ani Marni, Rudi Yuniawati, Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri
Pada Lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta, Jurnal Fakultas Psikologi Ahmad Dahlan, Vol.3, No 1, Juli 2015
103Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017
87
melawan dengan tindakan kekerasan yang nantinya justru akan timbul
keributan. informan hanya ingin menunggu waktu yang tepat dan tidak ingin
terburu-buru, karena dia yakin masalahnya pasti akan selesai. Bystander
mengungkapkan bahwa dukungan dari orang-orang yang berada di dekat
korban mempunyai peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi seserang
dalam bersikap, melakukan atau tidak melakukan seseuatu.104
e. Self Control
Pada awalnya informan mampu mengontrol dirinya untuk tindak melakukan
perlawanan kepada pelaku, akan tetapi sejak ada kejadian pengeroyokan
tersebut, informan menjadi sangat emosi dan tidak bisa menahan amarahnya
karena sudah terlalu sering dia mendapatkan perlakuan seperti itu. informan
berfikir bahwa jika dia terlalu banyak melawan maka masalahnya akan
semakin besar, maka dari itu, informan mencoba sabar untuk menahan dirinya
agar tidak salah langkah.
“aku mikir kalo aku terlalu sering ngelawan masalahnya akan lebih besar, aku tahan-tahan aja dulu, aku coba sabar aja sampe waktunya tepat baru aku ambil tindakan, walaupun gatau sih tindakannya seperti apa, bingung juga, serba salah gitu lah, mau ngelapor guru juga takut gaada yang mau percaya sama aku, karena kan gaada buktinya Tapi pada akhirnya masalahnya selesai juga semenjak ada kejadian di datengin polisi itu”105
Informan baru sekali itu meladeni tindakan pemukulan dari pelaku, tapi
informan tidak menyangka bahwa imbasnya akan sangat besar sekali.
104Sarito W Sarwono, Eko A meinarno, Psikolgi Sosial, (Jakarta:Salemba Humanika, 20014)
h. 131 105Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017
88
f. Positive Reappraisal
Penilaian positif dalam melihat suatu masalah, disisi lain berarti mengatasi
dimana emosi seseorang kembali berhadapan dengan stuasi stress dan
mencoba mencari sisi positif dari masalah yang ada.106 Pada kasus informan,
dengan adanya kejadian seperti itu, tidak membuat informan melakukan hal
yang sama kepada juniornya, informan meyadari bahwa hal seperti itu tidak
ada gunanya hanya merugikan orang lain saja. Informan berharap bahwa si
pelaku dan tidak lagi mengulangi tindakannya karena tindakan bullying akan
memberikan efek yang sangat buruk bagi perkembangan seserang baik itu
fisik maupun psikologisnya seperti yang diungkapkan leh informan berikut ini
:
“hmm.. aku berfikir di bully itu gaenak, jadi aku gaakan ngelakuin hal tersebut sama adik kelas aku, bully itu ngasih dampak yang buruk buat yang ngalaminnya, yaa kaya aku jadi males sekolah dan males belajar, terus aku juga berharap si pelaku bsa sadar dan berenti ngelakuin hal-hal yang kaya gitu, karena bisa ngerugiin buat si korban”107
Ketika seseorang sedang dalam keadaan stress, maka dengan berfikir positif
dapat menurunkan tingkat kecemasan dan lebih memberikan ketenangan bagi
seseorang. Sebaliknya, pikiran-pikiran negatif yang sering muncul akan dapat
menyebabkan stress berlebih bahkan depresi.108
106Nur Saadah M.A, Siti Hajar A.B, M. Rezaul Islam, Coping Strategies Among Mothers Of Chronically III Chldren: A Case Study In Malaysia, Journal Of Social Service Research, 1-8, 2014
107Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017 108Enik Nur Kholidah, Berfikir Positif Untuk Menurunkan Stress Psikologis, Jurnal Psikolgi
FKIP Universitas PGRI Yogyakarta, Vol. 39, No 1, Juni 2002, h. 69
89
g. Acceptance
Dalam hal ini, informan jelas tidak terima dengan kejadian seperti ini,
informan merasa sakit hati atas perlakuan tersebut, karena informan merasa
tidak pernah mencari masalah apapun dengan seniornya, kejadian tersebut
adalah hal yang paling parah yang pernah ia alami disekolahnya.
“perasaan aku digituin kesel lah kak, aku gaterima dapet perlakuan semacam itu, jelas aku sakit hati banget kan aku gasalah apa-apa kenapa harus dipukulin, sampe bengkak dan bedarah gara-gara diinjekin, aku sempet nangis waktu kejadian itu. mereka itu sok ngerasa paling jagoan paling di hormati di sekolah paling segala-galanya dah kesel banget. Pengen banget rasanya nonjok dia sampe babak belur biar dia tau rasanya dipukulin atau dipalakin tuh gaenak. Tapi yaa gmana lagi aku tahan-tahan aja, sabar-sabarin lah, daripada masalahnya tambah besar, akhirnya pas kejadian pengeroyokan itu masalahnya bisa terselesaikan sendiri, ada aja jalannya mah”109
Kasus bullying yang masih sering di jumpai di lingkungan sekolah adalah
kasus senioritas atau adanya intimidasi dari siswa yang lebih senior tehadap
adik kelasnya baik secara fisik maupun non-fisik.110 Seperti contoh yang
dialami oleh informan AMR yang menjadi korban senioritas di sekolahnya.
h. Escape – Avoidance
Informan mencoba menghindari masalahnya dengan tidak ingin bersekolah
dan tidak ingin belajar juga malas bertemu dan berinteraksi dengan orang lain
terutama orang yang membullynya karena ada rasa ketakutan akan hal-hal
yang akan dilakukan oleh seniornya, informan melampiaskannya dengan
109Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017 110Dara Agnis Septiyuni, Pengaruh Kelompk Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Prilaku
Bullying Siswa Di Sekolah, Jurnal Sosietas, Vol 5, No 1
90
nongkrong bersama teman tongkrongannya, sambil merokok atau main musik
dari pada harus sekolah. Namun, seiring berjalannya waktu, motivasi belajar
itu muncul lagi ketika informan teringat dengan ibunya. Informan merasa
kasihan jika harus membolos sekolah terus, walau bagaimanapun, orang tua
ingin anaknya sekolah dan melanjutkan masa depannya, walaupun memang
rasa malas itu sering melanda informan, tapi sampai saat ini informan masih
melanjutkan sekolahnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini :
“aku juga nanggepin mereka kak tapi ga sering gasampe ada kekerasan, walaupun pada awalnya diem aja, karena kesel jadi aku lawan juga selain itu juga aku kan jadi males banget sekolah yaa aku nongkrong aja gitu sambil ngerokok atau main musik kek dari pada masuk sekolah malesin bawaannya mending main”111
Salah satu hal yang membuat seorang indvidu memiliki motivasi untuk belajar
lagi adalah yang berasal dari motivasi ekstrinsik atau motivasi yang berasal
dar luar indvidu yaitu kepedulian maupun kasih sayang yang diberikan oleh
orang tuanya.
111Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017
91
C. Analisis Antar Kasus
NO Analisis Strategi Coping
Informan BDH Informan LF Informan AMR
1 Confrontative Coping
informan tidak melakukan perlawanan kepada pelaku dikarenakan takut mencari masalah yang lebih besar lagi, karena tidak hanya teman sekelas yang membullynya, akan tetapi seniornya juga jadi informan merasa takut untuk melawan. informan lebih memilih untuk diam.
Informan menghadapi para pelaku dengan mendatangi langsung karena sudah muak mendapatkan perlakuan seperti itu terlebh sering mengirim gambar-gambar porno, walaupun para pelaku tidak begitu merespon tindakannya, akan tetapi informan merasa puas karena sudah menghadapi langsung pelakunya
Informan awalnya tidak ingin melawan, dia tidak ingin mencari masalah, tapi pada saat kejadian pengeroyokan itu informan menjadi terbawa emosi dan melawan pelaku walapun tidak punya kekuatan melawan pelaku dan kalah.
2 Planful Problem Solving
Untuk mengatasi masalahnya, informan lebih memilih untuk mengikuti les bahasa inggris di L** dan mengikuti les design animasi di B**** C*****. Informan berfikir ada banyak hal bermanfaat yang bisa dia lakukan untuk mengasah kemampuan dirinya.
Informan memblokir semua sosial media yang berhubungan dengan pelaku dan tidak ingin berteman lagi dengan pelaku karena khawatir akan terjadi hal-hal yang lebih buruk lagi. Informan berfikir hal itu merupakan cara yang paling baik yang bisa dia lakukan.
Informan pernah melawan pelaku akan tetapi hanya dengan perkataan saja, kejadian pengeroyokan itu hanya sekali terjadi di sekolahnya tapi imbasnya sangat besar, selain itu juga informan tidak ingin berteman dengan pelaku.
3 Seeking Social Support
(Dukungan Sosial)
Informan Memiliki teman dekat wanita dikampusnya yang selalu siap mendengarkan masalah informan dan memberikan solusi serta semangat kepada informan.
Memiliki sahabat dikampus untuk bercerita segalanya, dia hanya menceritakan masalah ini kepada sahabatnya tersebut karena menurut informan masalahnya sensitif, jadi informan tidak ingin menceritakan masalahnya kepada
Informan Memiliki teman dekat di sekolah maupun teman tongkrongan yang selalu memberikan solusi dan selalu ada jika informan memebutuhkan bantuan
92
orang lain selain sahabatnya itu yang bisa is percaya.
4 Self Control Informan BDH menahan diri untuk tidak melawan para pelaku karena takut dan juga tidak ingin memperkeruh suasana padahal informan sudah tidak tahan dengan perlakuan teman-temannya yang sudah sering membulynya
Karena sudah terlalu kesal dengan pelaku, informan mencoba berbicara langsung dengan pelaku untuk tidak mengganggunya lagi, awalnya informan sangat berhati-hati, tapi semakin lama pelaku justru semakin kurang ajar terlebih sering mengirim gambar-gambar porno kepadanya, sehingga informan tidak bisa tinggal diam
Informan pada awalnya bisa menahan diri untuk diam dan tidak melakukan tindakan apapun, akan tetapi dia tidak terima sejak kejadian pengeroyokan pada dirinya sehingga informan terbawa emosi untuk melawan si pelaku
5 Positif Reappraisal
Informan menjelaskan bahwa “i was inspired to do smething” dengan adanya masalah seperti ini, informan bisa melakukan hal-hal yang baik yang bisa mengasah skillnya lebih baik lagi di bidang menggambar infrman tidak ingin larut dalam masalahnya, sehingga dia ingin mengisi waktunya dengan hal-hal yang bermanfaat.
Dengan adanya masalah seperti ini, informan lebih selektif dalam memilih teman dan lebih berhati-hati dalam bergaul. Informan tidak ingin hal seperti ni terulang kembali.
Walaupun informan sangat emosi atas kejadian tersebut, tapi ia berharap hal seperti ini tidak terjadi lagi pada siapapun, dan dia tidak ingin melakukan hal serupa kepada adik kelasnya karena hal seperti itu sangat merugikan dan memberikan efek yang sangat buruk bagi korbannya.
6 Acceptance Informan menjadikan masalah ini sebagai sebuah pelajaran hidup untuk dirinya, pada dasarnya informan sangat tidak terima terus-terusan diperlakukan seperti itu, akan tetapi informan merasa bingung dan
Dengan adanya masalah seperti ini, informan merasa seperti di intimidasi, apalagi informan sering mendapat kiriman gambar-gambar tidak senonoh dari pelaku, atau mendapatkan sindiran-sindiran yang
Karena sejak awal informan merasa tidak pernah mencari masalah dengan pelaku jadi dia merasa bingung mengapa dirinya harus menjadi sasaran bullying dari para seniornya, informan tidak terima pada saat dipukuli hingga berdarah
93
tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan hal tersebut. informan merupakan orang yang ‘Nerd’, sedikit pendiam, itu sebabnya iya selalu diam ketika mendapat perlakuan seperti itu karena merasa bingung harus bagaimana.
tidak etis, informan merasa di rendahkan karena ha yang seperti ini merupakan hal yang sensitif. Informan merasa tidak ada yang aneh pada dirinya tapi mengapa dia mendapatkan perlakuan seperti itu.
dan babak belur, akan tetapi hal seperti itu justru bisa membuat masalahnya cepat selesai.
7 Escaping Untuk mengatasi masalahnya ini, Informan tidak pernah melakukan hal-hal yang buruk yang justru merusak masa depannya, justru informan lebih menyibukkan dirinya kepada hal-hal yang positif seperti les bahasa dan Design Aniomasi
Untuk mengalihkan perhatianya dari masalah ini, informan lebih banyak bermain dengan teman-temannya, atau pergi berbelanja ke mall, nonton atau jalan-jalan.
Informan mengalihkannya dengan bermain atau nongkrong bersama teman-temannya sambil merokok dan bermain musik, karena dengan melakukan hal tersebut, informan bisa mendapatkan ketenangan.
Dari analisis kasus semua informan diatas, dapat dilihat bahwa setiap informan
memiliki penyelesaian masalah atau strategi coping yang berbeda-beda, pada strategi
coping yang berfokus pada penyelesaian masalah (Problem Focuse Coping), setiap
informan pun tidak semuanya menggunakan confrontative coping atau tindakan
langsung dan penuh resiko dalam penyelesaian masalahnya, karena untuk mengambil
tindakan langsung banyak pertimbangan yang harus mereka pikirkan misalkan masih
merasa takut jika harus melawan, membuat masalah menjadi semakin rumit, belum
siap dengan segala resikonya, dan lain sebagainya. Misalkan pada informan BDH
yang memilih untuk tidak melawan dikarenakan takut dan tdak ingin membuat
94
masalah semakin besar , berbeda dengan informan LF dan AMR yang berani untuk
menghadapi pelaku walaupun pada awalnya mereka juga hanya diam saja. begitupun
dengan perencanaan-perencanaan penyelesaian masalah, setiap informan memiliki
perencanaan yang berbeda-beda, ada yang positif dengan cara meningkatkan skill dan
melakukan hal-hal positif lain yang menjadi passionnya seperti informan BDH. Ada
yang bentuk penyelesaian masalahnya dengan cara menjauhi atau menarik diri dari
masalahnya karena tidak ingin berlarut-larut ada dalam masalah tersebut seperti pada
informan LF dan AMR. akan tetapi terkait dengan seeking social support atau
dukungan sosial, semua informan sangat membutuhkan dukungan sosial dari orang-
orang terdekatnya untuk memberikan solusi dan juga motivasi bagi semua informan
dalam menghadapi masalahnya, dukungan sosial merupakan strategi coping yang
penting untuk penyelesaian masalah semua informan, dengan adanya dukungan dari
temen-temannya maupun orang terdekat lainnya, setiap informan menjadi semakin
kuat dan tenang dalam menghadapi masalahnya, jika individu kurang mendapatkan
dukungan sosial maka dikhawatirkan akan semakin tertekan dan depresi sehingga
tidak bisa merespon masalahnya dengan baik. Dukungan sosial bisa diberikan melalui
keluarga, saudara maupun teman-teman dekatnya. Dalam kasus semua informan
disini, informan menceritakan masalahnya hanya pada teman-teman dekatnya, semua
informan masih memiliki rasa takut jika harus menceritakan masalahnya pada orang
tua meraka jadi lebih memilih untuk bercerita kepada teman-temannya saja, lebih
nyaman dan merasa lebih terbuka.
95
Begitupun dengan strategi coping emotion focused coping atau coping yang
berfokus pada emosi, setiap individu melakukannya dengan cara yang berbeda-beda.
misalkan terkait dengan kontrol diri pada informan, ada yang bisa mengontrol dirinya
untuk tidak berbuat gegabah untuk bertindak seperti yang dilakukan oleh informan
BDH, ada pula yang tidak bisa mengontrol emosinya karena sudah sangat kesal dan
emosi sehingga lebih memilih untuk menghadapi langsung pelaku seperti yang
dilakukan oleh informan LF dan AMR, mereka tidak peduli resikonya seperti apa
karena mereka merasa sudah tidak tahan diperlakukan seperti itu. pada strategi coping
yang lain yang berfokus pada regulasi emosi, seperti pandangan positif pada suatu
masalah yang dilakukan oleh semua informan dalam merespon masalahnya, misalkan
dengan berfikir si pelaku cepat diberikan kesadaran dan tidak mengulang
kesalahannya lagi. Selain itu, dalam hal penerimaan diri individu terhadap
masalahnya, semua informan juga tidak ingin diperlakukan seperti itu karena dinilai
merendahkan, melecehkan dan sudah keteraluan. Selain itu juga dalam hal avoidance
atau pelaran diri dari masalah, pada informan BDH tidak pernah berfikir untuk
melarikan diri dari masalahnya kepada hal-hal yang dapat merusak dirinya, justru
lebih menyibukan diri kepada hal-hal pengembangan diri. berbeda dengan informan
LF dan AMR yang tidak ingin memperdulikan masalahnya dan lebih ingin
melampiaskannya pada hal-hal lain seperti merokok, bermain, berbelanja, nongkrong,
jalan-jalan, tidur, dan lain sebaganya.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai strategi coping pada
remaja korban perundungan (bullying) dapat disimpulkan bahwa dalam
melakukan strategi coping, semua informan menggunakan strategi coping
baik dengan coping yang berfokus pada penyelesaian masalah antara lain:
(Planful Problem Solving, Confrontative Coping, seeking Social Support),
ataupun juga dengan menggunakan strategi pemecahan masalah yang
berfokus pada emosi antara lain: (Self Control, Positive Reappraisal,
Acceptance, Escaping). Setiap informan memiliki strategi coping yang
berbeda-beda tergantung kepada kepribadian informan.
Dalam upaya untuk menyelesaikan masalahnya, Pada informan
pertama (BDH), mekanisme coping yang digunakan adalah menggunakan
coping yang berfokus pada masalah diantaranya Planful Problem Solving dan
Seeking Sosial Support, dan Coping yang berfokus pada emosi dintaranya Self
Control dan Positive Reapraisal. Kepribadian informan yang pendiam atau
introvert membuat dia tidak punya keberanian untuk melawan dan tidak ingin
mengambil resiko yang lebih berat lagi, informan lebih memilih untuk diam
saja tanpa melakukan perlawanan apapun.
97
Sedangkan pada informan kedua (LF) dan ketiga (AMR), lebih
menggunakan tindakan-tindakan langsung seperti Confrontative coping
(tindakan agresif, penuh keberanian dalam mengambil resiko) dan seeking
Social Support dari teman-temannya, sedangkan untuk yang berfokus pada
Emotion Focused Coping kedua informan melakukan Self Control, Positive
Reappraisal dan Escaping.
A. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengeni strategi coping pada
remaja korban bullying yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Saran Praktis
a. Bagi korban bullying, diharapkan mampu mengoptimalkan strategi coping
sebagai suatu pemecahan masalah yang dihadapi dan mampu memahami
dirinya dan juga lingkungannya sehingga korban mampu menyikapi
masalahnya dengan strategi coping yang positif. Diharapkan juga para
korban dapat membuka diri, jangan takut untuk menceritakan masalah
kepada orang-orang terdekat misalkan pada saudara maupun orang tua.
b. Untuk para orang tua, diharapkan bisa lebih mengawasi, lebih peduli, dan
lebih peka terhadap permasalahan anaknya, terutama masalah yang
berhubungan dengan perundungan baik di sekolah maupun di lingkungan
bermainnya, karena hal tersebut dapat mengganggu segala aspek dalam
diri anak baik fisik, psikologis, sosial maupun akademis anak terlebih bagi
98
anak remaja yang belum bisa berfikir jernih dalam melihat masalahnya.
Sehingga ketika anak mendapatkan masalah bullying, orang tua mampu
cepat bertindak dan mencari jalan keluarnya.
2. Saran Metodologis
a. Saran untuk pekerja sosial yang menangani permasalahan anak terutama
pada anak korban bullying diharapkan bisa mendampingi dan
membimbing setiap proses coping pada korban bullying agar mendapatkan
hasil coping yang adaptif atau positif. Karena pada remaja yang emosinya
masih labil, sangat mungkin untuk menyelesaikan masalah (coping) yang
justru sifatnya maladaptif yang nantinya akan sangat merugikan diri
sendiri. Seperti menarik diri dari lingkunganya, dan melarikan diri kepada
hal-hal yang negatif. Oleh karena itu, diperlukan peran pekerja sosial agar
dapat membantu atau membimbing para korban bullying dalam
memecahkan masalah mereka dengan menggunakan kemampuan mereka
secara lebih efektif.
b. Karena keterbatasan waktu yang peneliti miliki, peneliti berharap bagi
para peneliti selanjutnya, hendaknya dapat dilakukan penelitian lebih
lanjut sehubungan dengan strategi coping terhadap korban perundungan
karena peneliti merasa bahwa penelitian ini masih butuh penyempurnaan
dari peneliti-peneliti yang lain.
99
DAFTAR PUSTAKA
Buku, Jurnal, Skripsi :
Anggarwati, Dwi Putri. Strategi Coping Pada orang Yang memiliki Indera ke Enam, Jurnal Fakultas Psikolgi Universitas Ahmad Dahlan, Vol 1, No 2, Desember 2013
Bugin, Burhan. Analisis Data Dan Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013), cet ke 2 Caesarena, Marsha. (Skripsi : Hubungan Antara Coping Dan Psychologi Distress
Pada Istri Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Fakultas Psikologi UI, 2012)
Frabandani, Rizkia Annisa, dkk, Pekerjaan Sosial Sekolah Dan Coping Behavior
Siswa SMA Dalam Menghadapi Lingkungan Sosial Di Sekolah, Artikel Ilmu kesejahteraan Sosial UNPAD, 2015
Hurlock, Elizabeth B. Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan
oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997)
Indirawati, Emma. Hubungan Antara Kematangan Beragama Dengan Strategi
Coping, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol 3 : 2 (2006) Ikhsani, Leli. Studi Fenomenologi Dinamika Psikologis Korban Bullying Pada
Remaja, Naskah Publikasi Fakultas Psikolgi UMS, 2015 J.Monks, Frans. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbgai Bagiannya.
Terjemahan Siti Rahayu Haditomo, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999)
Luthfi, Ikhwan, dkk, Psikologi Sosial,Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2009. Lazarus, Emotion And Adaptation, (New York: Oxford University Press,1991) Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000) Marni, Ani. Rudi Yuniawati, Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan
Penerimaan Diri Pada Lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta, Jurnal Fakultas Psikologi Ahmad Dahlan, Vol.3, No 1, Juli 2015
100
Mukhtar, Program Layanan Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan Self-Control Siswa, Psikopedagogia, Universitas Ahmad Dahlan 2016, Vol.5, No.1
Masdin, Fenomena Bullying Dalam Pendidikan, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 6, N0.2,
Desember, 2013
Nur Kholidah, Enik. Berfikir Positif Untuk Menurunkan Stress Psikologis, Jurnal Psikolgi. FKIP Universitas PGRI Yogyakarta, Vol. 39, No 1, Juni 2002)
Novalia & Tri Dayakisni. Perilaku Asertif dan Kecsenderungan Menjadi Korban Bullying. Fakultas Psikologi, Jurnal Ilmiah Psikologi terapan. Vol. 01, No. 01, Januari 2013
Prof. Dr. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009),
cet ke 5 Prof. Dr .Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suantu Pengantar) Edisi Revisi,
(Yogyakarta : C.V ANDI OFFEST, 2003) Rahmatika, Rina. Jurnal Psikogenesis : Hubungan Antara Emotion Focus Coping
Dan Stres Kehamilan, Volume 3, No. 1 Desember 2014 Rusman, Stress Coping dan Adaptasi, (Jakarta: Sagung Seto, 2004)
Retno, Ponny. 3 Cara Meredam Bullying, (Jakarta: PT. Gramedia Wiudasarana Indonesia, 2008)
Rigby, Bullying in School and What to Do About It, (Australia: Acerr Press, 2007)
Rigby, New Perspectives on Bullying, (London & Philadelphia: Jessica Kingsley , Publisher,2002
Saptoto, Ridwan. Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kemampuan Coping Adaptif, Jurnal Psikolgi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Vol 37, No 1, Juni 2010
Sadikin, Laila Mufida. E.M.A Subekti, Coping Stress Pada Penderita Diabetes
melitus Pasca Amputasi, Jurnal Psikolgi Klinis Dan Kesehatan mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Vol. 2 No. 03, Desember 2013
Sarlito, Psikolgi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994)
Sejiwa, Bullying: mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak, (Jakarta : Grafindo, 2008)
101
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008)
Sarlito, Eko A meinarno. Psikolgi Sosial, (Jakarta:Salemba Humanika, 2014) Suyatno, Bagon. Masalah Sosial Anak, (Jakarta: kencana Prenanda Media Group,
2010) Septiyuni, Dara Agnis. Pengaruh Kelompk Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap
Prilaku Bullying Siswa Di Sekolah, Jurnal Sosietas, Vol 5, No 1 Sari, Puspita. Coping Stress Pada Remaja Korba Bullying Di Sekolah ‘X’, Jurnal
Psikolgi Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Vol. 8, No. 2, Desember 2010
Saadah, Nur, dkk, Coping Strategies Among Mothers Of Chronically III Chldren: A
Case Study In Malaysia, Journal Of Social Service Research, 1-8, 2014 Santrock, Adolescence – Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2003) Jurnal Internasional :
Aldwin & Reverson, 1987. Does Coping Help ? A Reexamination Of The Relation Between Coping And Mental Healthy, Journal Of Personality An d Social Psychology, Vol 53, No. 2
Charles S. Carver, Assessing Coping Strategies: A Theoretically Based Approach,
Journal Of Personality And Social Psychology, Vol 56 : 2, 1989 Carter & Vicky Spencer, The Fear Factor: Bullying And Students With Disabbilities,
International Jurnal Of Special Education, Vol.21, N0.1 C. Anne Broussard, Alfred L Joseph, Marco Thomson, Stressors And Coping
Strategies Used By Single Mothers Living In poverty, Journal Of Women And Social Work 27 (2) 190-204
Lou Lu, Social Support, Reciprocity, And Well-Being, The Journal Of Social
Psychology, 1997, 137:5, 618-628
102
Media Online:
Djuwita R, Bullying: Kekerasan Terselubung Di Sekolah, 2007. http://www.anakku.net, diakses pada 28 april 2017
http://edukasi.kompas.com, diakses pada 10 april 2017
Mutadin, Z, Strategi Coping, (http://www.e-psikologi.com/remaja/220702.htm, 2002)
m.detik.com, 5 kasus bullying SMA di Jakarta, diakses pada 20 maret 2017
Psychology.binus.ac.id, diakses pada 20 maret 2017
Sejiwa.org/a-z/, diakses pada 20 maret 2017
www.kpai.go.id, diakses pada tanggal 20 maret 2017
www.kompasiana.com, Verbal Bullying, Diakses Pada 13 Agustus 2017
PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN
IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Tempat Tanggal Lahir :
Usia :
Domisili :
Agama :
Pekerjaan :
Tanggal Wawancara :
Tempat Wawancara :
DAFTAR PERTANYAAN
A. Riwayat Bullying
1. Apakah anda pernah mengalami tindakan bullying ?
2. Kapan dan dimana tindakan bullying itu terjadi ?
3. Siapa saja orang yang membully anda ?
4. Seperti apa bentuk bullying yang anda terima ?
5. Kenapa mereka bisa membuli anda ?
B. Confrontative Coping
1. Ketika anda di bully, apa yang anda lakukan ?
2. Apakah anda pernah bersikap menghadapi secara langsung orang-orang yang
membully anda ?
3. Ketika anda mendapatkan prilaku yang tidak menyenangkan tersebut, Apakah
anda sering membalas tindakan mereka ?
4. Seperti apa bentuk-bentuk tindakan yang anda lakukan tersebut ?
C. Planful Problem Solving
1. Apakah ada rencana-rencana yang anda lakukan untuk mengatasai masalah
anda ?
2. Apakah anda pernah mengaggap bahwa apa yang anda alami hanyalah
masalah sepele saja dan seolah-olah menganggap masalah itu tidak ada ?
3. Bagamana cara anda mengatasi situasi yang penuh tekanan tersebut ?
D. Seeking Social Support
1. Siapa orang yang sering anda ajak bicara mengenai masalah anda ?
2. Mengapa anda memilih orang tersebut untuk menceritakan masalah anda ?
3. Lalu setelah anda menceritakannya, bagaimana tanggapan mereka ?
4. Apakah anda menceritakan masalah anda kepada orang tua anda ?
5. Lalu bagaimana tanggapan orang tua anda, dan apa yang mereka lakukan
untuk menyelesaikan masalah anda ?
6. Bagaimana perasaan anda ketika dapat menceritakan masalah anda kepada
orang terdekat ?
7. Apakah anda selalu mendengarkan dan melakukan apapun saran atau solusi
yang diberikan oleh teman-teman anda ?
E. Self Control
1. Bagaimana cara anda mengontrol diri ketika mendapatkan perlakuan seperti
itu dari temen-teman anda ?
2. Bagaimana sikap yang anda tunjukan terhadap teman-teman anda setelah
adanya kejadian tersebut ?
F. Positive Reapraisal
1. Apakah anda pernah berfikir hal-hal positif dari masalah yang menimpa anda
?
2. Pernahkan anda berfikir lebih religius atas masalah yang terjadi pada anda ?
3. Atau justru anda meyalahkan tuhan dan tidak terima atas masalah yang anda
terima tersebut ?
G. Acceptance
1. Bagaimana perasaan anda ketika di bully ?
2. Adakah dampak yang anda rasakan dari tindakan bullying tersebut?
3. Apakah anda menerima kejadian tersebut sebagai sebuah pelajaran atau justru
mengganggapnya sebagai sebuah masalah yang besar dan rumit ?
H. Escaping/Avoidance
1. Bagaimana hubungan anda dengan lingkungan bermain anda atau teman-
teman anda ?
2. Apakah anda pernah bersikap tidak perduli atau menarik diri dari lingkungan
anda ?
3. Apakah anda memiliki kesibukan lain selain dari aktivitas anda sekarang ?
4. Bagamana tindakan yang anda lakukan untuk untuk mengalihkan
5. perhatian ketika anda mengingat kejadian bully tersebut ?
TRANSKIP WAWANCARA
INFORMAN 1
Nama : BDH
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Oktober 1998
Usia : 19 Tahun
Domisili : Jakarta, Petukangan Selatan
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Hari / Tanggal Wawancara : Minggu, 30 Juli 2017
Waktu Wawancara : 17.00 WIB
Tempat Wawancara : KFC Bintaro Plaza
6. Pernah gak sih kamu punya pengalaman di bully ?
Jawaban : Iya pernah sih, tapi kalo sampe dipukulin gitu gapernah, lebih ke
semacam disuruh-suruh dan dikucilin gitu.
7. Kapan dan dimana tindakan bully itu dilakukan ?
Jawaban : Waktu aku SMA bahkan sampe aku kuliah sekarang, waktu SMA
sih sering banget, pas kuliah gak terlalu sering kaya waktu di SMA, kalo
kuliah Cuma disuruh-suruh gitu. Kalo tempatnya sih random, kadang dikelas,
dilapangan, dikantin.
8. Emang siapa aja orang yang suka ngebully kamu?
Jawaban : Seringnya sih sama temen sekelas, tapi waktu SMA pernah juga
sama senior aku.
9. Kaya gimana sih bentuk bullynya ? coba ceritain ?
Jawaban : Banyak banget sih, emang gapernah dalam bentuk kekerasan fisik
gitu, kaya misalkan aku waktu SMA aku pernah disuruh nyanyi sendiri
ditengah lapangan sama sinior aku sampe aku malu banget sama semuanya,
mau ngelawan tapi aku takut banget ya namanya juga senior. terus juga pas
SMA bahkan sampe masuk kuliah aku gabung diorganisasi tapi nama aku
jarang ada di susunan kepanitiaan mungkin karna mereka ngeliat aku gabisa
apa-apa kali ya, itu juga bikin aku sedih banget, aku mikir aku disini juga
pengen belajar tapi malah gitu. Terus jarang dapet temen main juga, terus juga
aku sering disuruh-suruh beli makanan dan minuman pake uang aku tapi
mereka gapernah ganti uang aku, ada sih beberapa yang ganti, beberapa doang
yang ngerasa gaenak aja tapi tetep aja mereka nyuruh-nyuruh. Sering banget
mereka kaya gitu. Terus ada lagi sebenernya yang lebih nyakitin lagi, waktu
SMA aku disuruh makan kotoran kucing, entah itu mereka becanda atau
serius tapi disitu aku sedih banget ngerasa rendah banget. Sedih banget deh
kak kalo diinget inget mah jaman SMA, kalo pas kuliah sih ga separah SMA,
kalo pas dikampus seringnya disuruh-suruh beli makanan aja tapi pake uang
aku tapi jarang banget digantiin.
10. Kenapa mereka bisa membuli kamu ?
Jawaban : Ya aku juga kurang tau kenapa, mungkin karena aku diliatnya
aneh kali. Terlebih aku gapernah ngelawan balik kalo lagi di bully jadi mereka
makin semena-mena sama aku.
11. Ketika kamu di bully, apa yang kamu lakukan ?
Jawaban : Pas lagi di bully gitu aku diem aja sih gaberani ngapa-ngapain,
mau ngelawan juga aku takut, takut jadi ribet dan malah nantinya mereka
ngajak temen-temennya gitu aku kan temennya gak banyak cuma beberapa
aja.
12. Kalo yang ngebuly itu seringnya cewek apa cowok ?
Jawaban : kalo seringnya sih cowok ya, kalo cewek jarang banget, mungkin
kalo cewek ngeliatnya masih kasian kali sama aku, kalo cowok kan pada
berani seenaknya sendri tanpa mikir gimana-gimana, ngerasa dirinya paling
jago, pada songong-songong gitu gayanya.
13. Pernah gak ngebales tindakan mereka ?
Jawaban : Hmm.. enggak pernah sih, selain karena takut aku males juga.
Cumapernah sih mikir untuk ngadepin mereka gitu saking keselnya, tapi aku
mikir-mikir lagi, hati-hati banget takutnya aku malah bikin keributan, akunya
takut juga. Terus kata temen deket aku juga mending diemin aja. Soalnya kalo
cowok kan ada kumpulannya gitu mainnya pada barengan kumpul-kumpul
nanti malah aku di sorakin terus di keroyok jadi malah tambah di buli yang
ada.
14. Pernah gak nganggep masalah kamu ini masalah yang sepele aja dan
nganggep seolah-lah masalah kaya ginin tuh gak terjadi sama kamu?
Jawaban : Awalnya iya aku nganggep masalahnya biasa aja, hal sepele gitu,
aku mikir ‘ah yaudahlah biarin aja’ tapi malah jadi makin sering mereka kaya
gitu aku jadi mikir ‘apaan sih ini’ jadinya kesel juga. Tapi aku mikir lagi,
waktu SMA aku udah bisa lewatin ini, karena pas waktu SMA kan bullynya
parah banget kaya yang aku jelasin tadi. Pas sekarang kuliah juga aku mikir
pasti bisa lewatin ini yang penting aku kuliah aku belajar yang bener aja.
15. Gimana tuh perasaan kamu pas di buly ?
Jawaban : perasaan aku ya pasti kesel lah, sedih juga, siapa sih yang suka
dapet perlakuan kaya gitu. Kaya ngerasa sendiri dan gak pernah dianggep ada
kaya ngerasa direndahin, gapunya temen, padahal aku mikir aku salah apa,
aku juga perasaan gapernah yang aneh-aneh sama mereka, masih ada aja
orang kaya mereka gitu. Ya tapi aku coba mikir positifnya aja, kali aja mereka
yang gituin aku dapet karmanya dan sadar kalo tindakan mereka itu gak baik.
Aku selalu berdoa sama Allah untuk dikuatkan, untuk bisa jalanin masa-masa
ketika aku dapet bullyian buktinya aku sekarang baik-baik aja, malah aku
semakin kuat dan bisa ngembangin bakat aku di passion aku, i inspired to do
something creative”
16. Terus kamu terima-terima aja mereka memperlakukan kamu kaya gitu ?
Jawaban : kalo dibilang nerima atau enggak sih ya sejujurnya enggak terima
ya, enggak sama sekali, tapi ya gimana yaa aku juga gabisa ngelakuin banyak
untuk ngeberotak atau gimana-gimana, aku mikir ini dijadikan pelajaran buat
aku aja kedepannya.
17. Kamu ngerasain dampak apa aja setelah dapet bullyan itu ?
Jawaban : Hmmm.. apa yaa, dampaknya banyak lah, aku jadi males ngapa-
ngapain juga, males ketemu sama temen-temen aku karna takut disuruh-suruh
dan lain lain, males main sama jadi males gabung juga, kadang jadi males
kuliah juga, jadi suka moodyan gitu. Kesel sih bawaannya.
18. Kamu ceritain masalah ini ke orang tua kamu ?
Jawaban : Nyeritain tapi gak semuanya aku ceritain, gak sering aku
ceritanya. gaenak juga aku takut bikin mereka sedih. ya paling cuma ceritain
temen main aku yang itu-itu aja sih, aku lebih nyeritain yang seneng-
senengnya aja, karna kalo mereka tau pasti bakal marah juga. Jadi daripada
aku bikin mereka sedih soal temen-temen aku yang begitu, aku mending diem
aja.
19. Orang tua kamu pernah ngomong sesuatu gak semacam ngasih masukan gitu
ke kamu ?
Jawaban : iya pernah sih kaya memotivasi gitu, kalo kata ayah aku sih,
bilangnya aku harus berbaur, kalo lagi sama temen-temen gitu aku harus aktif
ngobrol atau sharing, akunya yang ngajak ngobrol duluan gitu jangan diem
aja. Ya tapi gimana ya mau ngajak ngobrolnya juga.. aku bingung mau mulai
ngobrol kaya gimana, topiknya apa, takut gapenting dan dianggap aneh aja,
jadi aku milih untuk diem aja. Tapi pas ayah bilang gitu sih aku iya iya aja
masuk telinga kanan keluar telinga kiri hehehe
20. Cara kamu ngatasin situasi kaya gini gimana kira-kira ?
Jawaban : yaa gak gimana-gimana sih kak, gak yang aneh-aneh, aku juga
walaupun di bully tapi tetep mau sekolah, karna aku sadar kalo sekolah itu
penting dan kasian juga sama ibu, walaupun yaa terkadang males juga untuk
ketemu mereka tapi aku gapeduli sama hal itu, Selain itu juga ada hal-hal
yang lebih penting untuk aku lakuin. aku lebih asik sama hobi aku sendiri,
gambar-gambar gitu deh, aku suka banget gambar ya walaupun masih belum
bagus tapi aku belajar terus biar tambah mahir, biar ngasah skill aku juga dan
selain itu juga aku lebih nyaman ngabisin waktu dengan ngegambar. Aku
sadar aku punya kemampuan gambar animasi dan aku ingin skill aku ini lebih
ditingkatkan lagi sampe aku minta les design animasi ke orang tua aku biar
lebih terasah.
21. Apa yang kamu lakuin untuk bisa nyelesain masalah kamu ?
Jawaban : aku udah bosen berurusan sama temen-temen aku yang pada gitu
ga ada gunanya juga untuk ngelawan malah jadi ribet nanti. jadi sekarang aku
lebih peduli sama kesenangan aku sendiri, misalkan aku juga dilesin bahasa
inggris di L** sama les Design Animasi di B**** C*****, semuanya aku
lakuin biar aku ada kesibukan lain yang seneng-seneng gitu dan bisa ngasah
skill aku juga, i knew what had to be done, so i doubled my efforts to make
things work.”
22. Kamu gapernah merokok, atau minum, atau clubing gitu yang sekiranya bisa
ngilangin stress kamu ?
Jawaban : oh enggak kak, aku bukan perokok, aku juga gapernah minum atau
clubing yang kaya gitu mah bukan solusi nyelesain masalah kak tapi malah
nambah masalah baru dan cuma ngerusak diri sendiri aja, aku gamau kaya
gitu. yang biasa-basa aja sih kak gapernah yang aneh-aneh.
23. Ada gak orang yang paling deket yang suka diajak curhat ?
Jawaban : Ada sih temen cewek aku, aku seringnya main sama dia, cerita
sama dia apa-apa juga termasuk masalah aku yang sering dapet bullian, dia
peduli banget sama aku, dia orangnya baik, dia seneng kalo denger cerita aku,
dia juga seneng main sama aku, jadi akunya juga kaya punya tempat cerita
dan dapet dukungan gitu untuk gak nyerah atau gaak sedih. Orangnya emang
baik banget sama semua orang, dia nganggap semua orang sama gak ada
bedanya makanya aku seneng punya temen kaya dia.
24. Terus tannggapan dia gimana pas kamu cerita soal bullying itu?
Jawaban : Ya dia bilangnya cuekin aja orang-orang yang kaya gitu sama aku,
gaada gunanya juga ngeladenin. Yang ada malah nambah ribet, aku mikir iya
juga sih ribet lah berurusan sama orang-orang kaya gitu. aku cerita sama dia
dan dia Cuma dengerin aja aku udah seneng, soalnya dia tipe pendengar yang
baik gitu jadi bener-bener ngerasa ada yang meduliin aku.
25. Hubungan kamu sama temen-temen kamu gimana ?
Jawaban : Ya dibilang baik juga enggak sih, akunya males gitu sama orang-
orang kaya gitu. Terlebih sama orang-orang yang suka manfaatin aku. Aku
mikirnya selalu aku takut dimanfaatin aja karna udah sering dapet perlakuan
kaya gitu. tapi kalo yang baik sama aku sih ya aku biasa-biasa aja, cuma sama
mereka aja aku kaya gitu. males deh pokoknya males.
26. Pernah gak ngadepin langsung orang-orang yang ngebully kamu ?
Jawaban : Enggak pernah sih, males juga. Aku coba nahan diri aku untuk gak
berbuat yang aneh-aneh takutnya malah bikin keruh suasana walaupun
sebenernya kesel banget tapi aku gaberani, karena yang ngebully aku itu
bukan hanya temen kelas aja, tapi kaka kelas aku juga”
27. Harusnya kamu berani dong, kan mereka juga udah keterlaluan sama kamu ?
Jawaban : ya kan mereka gimanapun senior aku kak, mereka pasti akan
menang karna mikirnya junior mah bisa diapa-apain, lagian itu dilingkungan
sekolah aku takut malah tambah ribet kal sekoah tau terus nanti orang tua aku
dipanggil kesekolah kan kasian
28. Pernah gak kamu bersikap gak peduli dan menarik diri dari lingkungan kamu
?
Jawaban : Ya pernah lah, siapa sih yang pengen dapet perlakuan kaya gitu,
aku gak terima lah. Aku pernah nyoba berbaur sama mereka malah sering
didiemin dan malah sering dimanfaatin, jadii suka disuruh-suruh,ya udah aku
pergi aja, terus aku berfikir yaudahlah bodo amat biarin aja. Aku bersikap
kaya gitu juga temen-temen aku gak ada yang peduli juga karena selama ini
mereka gak pernah peduli sama aku mau aku gimana juga.
29. Terus apa alasan kamu untuk tetep mau kesekolah pada saat itu padahal kan
pasti ketemu mereka ?
Jawaban : yaa waktu itu aku mikir, kalo aku gasekolah, kasian sama ibu yang
udah biayain sekolah aku, terus nanti masa depan aku gimana kalo ga sekolah
yaudah aku sabar-sabarin ketemu mereka sampe lulus akhirnya aku bisa
lewatin masa-masa itu.
30. Punya kesibukan lain selain kuliah?
Jawaban : Kalo di kampus, aku lagi coba ikut K*** ‘Komunitas Indie Film
U*****’ paling ya itu aku lg les di L** sama les design animasi di B****
C*****.
31. Pernah gak coba ngobrol atau diskusi sama keluarga soal masalah ini ?
Jawaban : Aku gapernah cerita soal masalah bullying aku, jadi gapernah sih
kalo diskusi yang serius-serius gitu masalah bulying. Masih belum berani, yah
yang penting aku ada temen cerita dikampus jadi aku gak mendem sendiri
juga, masih ada orang yang peduli sama masalah aku dan tulus temenan sama
aku tanpa ada niat manfaatin
INFORMAN 2
Nama : LF
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 21 Desember 1998
Usia : 19 Tahun
Domisili : Jakarta, Radio Dalam
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Hari / Tanggal : Rabu, 2 Agustus 2017
Waktu Wawancara : 10.00 WIB
Tempat Wawancara : McD Ciputat
DAFTAR PERTANYAAN
1. Pernah gak sih kamu ngalamin tindakan bullying ?
Jawaban : di bullynya kaya gimana dulu nih.. kalo di bully pake kekerasan
fisik sih gapernah ya kak, cuma kaya lebih ke melecehkan gitu jatohnya, dan
itu sering secara terus-menerus.Dia terus-terusan ngirimin gambar-gambar
porno waktu dia lagi Cuma pake celana pendek aja atau chatingan yang ke
arah-arah seksual gitu kak.
2. Kapan dan dimana tindakan bullying itu dilakukan ?
Jawaban : itu pas aku lagi semester 1, dia suka kaya gitu kadang suka tiba-
tiba megang-megang gitu, ngerangkul gitu, terus di chat pribadi suka ngirimin
gambar-gambar porno, akunya risih banget
3. Emang siapa orang yang ngebully kamu ?
Jawaban : ada kak temen kuliah aku cowok, Awal-awal sih aku temenan baik
sama dia, tapi sekarang karna dia kaya gitu aku jadi males temenan atau
deket-deket sama dia. Abis dia orangnya jorok, mikirnya mesum terus dikira
aku cewek apaan kali.
4. Bisa ceritain gak bentuk bullyingnya kaya apa ?
Jawaban : Hmm.. sebenernya sih aku gaenak ngomongnya, lebih ke ajakan
seksual gitu kak, pernyataan-pernyataan ke arah seksual gitu secara terus
menerus. Misalkan dia ngajak aku nginep di hotel, dia suka pegang aku, terus
dia juga pernah tiba-tiba rangkul aku gitu, aku kaget banget aku langsung
tepak tangannya. Terus bilang ‘payudara lu kecil, gedein lagi deh biar enak’,
terus sama ngirimin gambar-gamar porno ke whatsapp, terus dia minta aku
kirimin foto payudara aku ke dia, terus dia juga pernah ngirimin foto dia lagi
telanjang dada sama pake celana pendek doang, Pokoknya banyak deh yang
ke arah-arah seksual gitu deh kak. Waktu itu dia suka banget ngirimin
gambar-gambar gitu sama aku, walaupun aku gapernah ladenin gapernah
bales tetep aja dia kirimin. Masih ada kok nih di hape aku chatingannya dia,
tapi kalo gambar-gambar gitu udah aku hapusin kak karna takut diliat orang.
5. Kok dia bisa sih kaya gitu sama kamu ?
Jawaban : Aku juga gangerti kenapa dia kaya gitu sama aku, padahal aku
biasa aja sih kalo aku pikir-pikir tapi gatau deh kalo dipikiran dia gimana.
Gatau juga deh ya kalo sama yang lain dia gimana.
6. Ketika kamu di bully, apa yang kamu lakuin ?
Jawaban : Awalnya aku ladenin aja soalnya aku ngiranya buat becanda-
becandaan seru-seruan gitu. Tapi makin kesini kok jadi makin kurang ajar
akunya jadi takut. Aku juga saking keselnya pernah marah sama dia baik itu
di chating ataupun secara langsung.
7. Apakah anda sering membalas tindakan mereka ?
Jawaban : kalo ngebales sih iya, tapi enggak sering-sering banget juga sih
kak, pernah suatu hari aku sontrongin dia biar dia kapok dan gak gangguin
aku lagi, terus aku bilang ‘lu kenapa sih ngomong kaya gitu mulu sama gua,
kaya gaada hal lain yang bisa diomongin aja, jorok banget ngomongnya, yang
sopan dong lu pikir lucu’ aku gituin. Aku berasa puas banget pas udah
ngomong langsung gitu sama dia. Seneng banget bisa nyamperin dia langsung
gitu ngasha pelajaran buat dia.
8. Terus gimana tanggapan dia ?
Jawaban : Dia ekspresinya biasa aja gitu ngiranya aku becandaan kali,
padahal aku kesel banget sama dia. Kayaknya dia gaada takut-takutnya aku
omongin kaya gitu padahal aku bilangnya sambil nada kesel. Ya emang sih
nadanya bukan nada keras, malu juga ngomong keras-keras ntar dikirain apa
cuma kesel aja.
9. Pernah gak sih nganggap masalah kamu masalah sepele atau cuma masalah
biasa?
Jawaban : Awalnya iya karna aku ngiranya Cuma buat becandaan aja, tapi
makin kesini dia jadi makin berani sampe ngirimin gambar-gambar porno gitu
sama aku apakali maksudnya. Ini kan masalahnya udah ke masalah seksual,
sensitif jadi wajar lah aku takut namanya juga jaga diri. Aku bingung kenapa
harus aku yang jadi sasaran dia, kenapa gak cewek lain aja, kenapa hal yang
kaya gini harus terjadi sama aku, kenapa aku diketemuin sama dia, kan kalo
kaya gini aku jadi males ngapa-ngapain”
10. Perasaan kamu dapet perlakuan kaya gitu gimana ?
Jawaban : Gaenak lah kak, ga terima banget aku digituin, gaenak banget
pokoknya kaya di intmidasi gitu. kaya seolah-olah disitu aku rendah banget
gitu mau di goda-godain padahal aku sebel banget, aku marah banget sama
dia, aku sempet mikir kenapa ada orang kaya gitu di muka bumi ini, apa-apa
mikirnya mesum mulu. Aku sampe gamau kenal lagi sama dia, amit-amit aku
ketemu orang macem gitu hih!
11. Kamu ngerasain dampaknya kaya gimana ?
Jawaban : Aku jadi lebih diem, gamau banyak omong, aku gamau ketemu
sama dia, gamau nyapa apalagi ngobrol karena takut diapa apain dan malah
jadi tambah kurang ajar nantinya. Boro-boro ngobrol, liat mukanya aja aku
enek. Bener-bener ngasih dampak gaenak banget lah buat aku.
12. Kamu ceritain ini sama orang tua ?
Jawaban : Gapernah lah kak, kalo aku bilang mereka bisa marah lah, yang
mereka tau kuliah aku baik-baik aja gada masalah. Tapi nanti mungkin aku
akan bilang, nanti tapi gak sekarang.
13. Cara kamu untuk ngatasin masalah kaya gini gimana tuh ?
Jawaban : hmm.. Aku mendingan diem, lebih milih untuk pergi, terus aku
ada group chat gitu sama dia di whatsapp, aku lebih milih untuk left group
chat aja, aku block semua sosmednya dia biar dia gak ganggu aku lagi, biar
gak chat atau ngirim gambar yang aneh-aneh lagi. Aku rasa ini udah cara
paling ampun untuk gak digangguin lagi sama dia. Pokoknya disitu aku udah
ngerasa kesel banget sama dia, marah banget jadinya aku block aja sosmednya
dia.
14. Apa yang kamu lakuin untuk nyelesain masalah kamu ?
Jawaban : Ya selain aku pernah samperin dia untuk ngomong langsung sama
dia, aku juga males kuliah karna males ketemu orang kaya gitu, ya di rumah
aja tidur atau ngemall, jalan-jalan, atau ngapain kek gitu yang enak-enak.
Kalo inget-inget yang kaya gitu mah justru nambah jijik kak.
15. Ada gak orang yang sering kamu ajak curhat soal masalah ini, temen atau
sahabat kamu gitu ?
Jawaban : Ada kak sahabat aku, kenapa aku cerita sama dia ya karna dia
orangnya baik mau dengerin cerita aku mulu, aku Cuma ceritanya sama dia
aja gaada yang lain karena aku pikir dia orang yang bisa dipercaya dan gaakan
bocorin rahasia ini. Aku cerita semua soal ini sama dia. Dia temen aku dari
awal masuk kuliah jadi aku tau dia gimana aku percaya sama dia.
16. Terus tanggapan sahabat kamu itu gimana?
Jawaban : Ya jelas dia marah kak, namanya juga temen sendiri digituin pasti
kesel lah, dia juga pengen nyamperin langsung orangnya, terus dia suruh aku
untuk ngadepin langsung orang itu dan bilang gausah ganggu-ganggu atau
ngelakuin yang aneh-aneh ke aku lagi, temen aku juga jadi hati-hati sama dia,
jaga jarak gitu gara-gara aku ceritain soal dia yang kaya gitu.
17. Terus hubungan kamu sekarang sama dia gimana ?
Jawaban : Kalo sama yang lain sih aku baik-baik aja, Cuma sama dia doang
yang gak baik. Ya gimana mau baik orangnya begitu. Dibaikin malah makin
ngelunjak ya mending gausah dibaikin sekalian.
18. Pernah ngadepin langsung orang yang di bully ?
Jawaban : Pernah kak, tapi orangnya malah jadi makin berani. Katanya kalo
aku marah jadi makin ‘HOT’ bilangnya, sumpah aku jadi makin serem sama
orang kaya gitu. aku kesel bangt sumpah ih, bingung nanggepin orang yang
kaya gitu gimana, gangerti sama jalan pikirannya. Kayaknya kalo orang kaya
gitu kalo diomongin gabakal mempan deh, otaknya udah keras banget.
19. Pernah gak kamu bersikap gak peduli dan narik diri dari lngkungan kamu ?
Jawaban : Iyalah pernah, apalagi kalo ketemu dia, aduh rasanya udah kaya
ketemu sama penjahat aja. Pas dia ngirimin gambar-gambar gitu aku pernah
gapengen kuliah biar gaketemu sama dia, biar galiat muka dia.
20. Gimana caranya kamu bisa mengontrol diri kamu untuk gak bertindak
gegabah ?
Jawaban : jadi gini kak, pada awalnya aku emang biasa aja sama dia gajadi
masalah karena aku kira Cuma jadi bahan becandaan aja ya aku mikir
namanya juga cowok. Tapi makin kesini aku gabisa terima terus-terusan
digituin, ngirim gambar, ngajak ke hotel dan yang lain-lainnya, aku jadi
gabisa kontrol diri aku, aku marah lah sama dia, aku gabisa dong diem aja
kalo di gituin karena ini masalah sensitif kan apalagi aku perempuan. Nah
pada akhirnya aku mikir aku harus memberankan diri aku, ini juga benuk
perlindunagn untuk diri aku sendiri. Gitu sih kak
21. Ada kesibukan lain gak selain kuliah?
Jawaban : Sejauh ini aku Cuma dikampus aja sih, ngerjain tugas-tugas aja
dan paling main-main aja sama temen-temen gaada sibuk yang gimana-
gimana aku juga gak ikutan organisasi di kampus.
22. Bener-bener ga pernah sharing sama keluarga soal ini ?
Jawaban : Aku gak pernah menceritakan atau sharing sama keluarga aku soal
ini kak, ya paling aku nyeritainnya sama temen aku aja. Dia juga baik kok
orangnya suka ngasih solusi gitu.
23. Pernah gak mikir positif dari masalah kamu ini :
Jawaban : yaa pasti pernah lah kak, aku berharap masalah ini akan cepat
selesai, dijauhkan dari orang yang otaknya mesum gitu, kayaknya ini bentuk
pembelajaran juga sih buat aku biar hati-hati milih cowok dan hati-hati juga
dalam berteman, jadi lebih selektif gitu loh kak. Aku juga berharap biar dia
cepet-cepet sadar lah jangan kurang ajar begitu.
INFORMAN 3
Nama : AMR
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Januari 1999
Usia : 18 tahun
Domisili : Kebayoran
Agama : islam
Pekerjaan : Pelajar
Hari / Tanggal : Minggu, 5 Agustus 2017
Waktu Wawancara : 17.00 WIB
Tempat Wawancara : Bintaro Xchange Mall
DAFTAR PERTANYAAN
1. Pernah gak sih kamu ngalamin tindakan bullying ?
Jawaban : Iya kak pernah waktu pas disekolah.
2. Kapan dan dimana tindakan bullying itu dilakukan ?
Jawaban : waktu itu pas aku masih kelas 1 SMA, biasanya sih di belakang
sekolah aku kak kejadiannya, masih di sekitaran sekolah aku sih.
3. Emang siapa orang yang ngebully kamu ?
Jawaban : kaka kelas aku kak, mereka kelas 2, biasa lah kak senioritas gitu.
sok pada belagu.
4. Bisa ceritain gak bentuk bullyingnya kaya apa ?
Jawaban : jadi ceritanya tuh sebenernya dia malak aku gitu beberapa kali,
malaknya berupa uang atau enggak rokok. Nah sebelum-sebelumnya sih aku
kasih-kasih aja karna emang kebetulan lagi ada juga tapi pernah juga
gangasih, nah tiba-tiba disuatu hari, aku lg jalan gitu mereka ngehadang aku
kan sama 2 orang temennya, minta uang kalo enggak rokok, nah aku gak
kasih karena lagi abis juga, tapi mereka malah bilang ‘boong lu suka pura-
pura aja, gua tau lu ada sini gak, macem-macem lu sama gue’ aku tetep bilang
gaada kan, nah dari situ mereka bilang ‘bong aja lu’ terus tiba-tiba dorong
badan aku sampe jatoh sakit dong kak aku emosi juga, aku lawan balik tapi
gabisa aku malah di dorong lagi badan dia kuat banget terus badan aku
dipukul-pukul sampe di injek-injek sakit banget kak sampe bedarah bengkak
aku gabisa ngapa ngapain, nah udah gitu galama kemudian, ada guru aku
dateng kak misahin gitu rame dah pokoknya itu sekolah, nah si guru aku yang
misahin itu manggil kepala sekolah, sambil bilang ‘ada apaan ini ?’ aku bilang
dong aku di palak sama dia sampe badan aku berdarah gini, nah si kepala
seolah ini langsung mukul orang yang malak aku ini kak sambil di bawa ke
kantor gitu abis gitu galama kemudian kepala sekolah aku ngedatengin pak
polisi aku langsung takut aja, tapi ternyata Cuma dikasih pengarahan aja.
kurang ebih gitu sih kak ceritanya
5. Kok dia bisa sih kaya gitu sama kamu ?
Jawaban : karena mungkin awalnya aku gapernah ngelawan sama mereka ya
nurut-nurut aja jadi seenak-enaknya, jadi mereka malah makin berani gitu,
sampe pas kejadian pemukulan itu paling parahnya sampe ada kepala sekolah
dan ada polisi segala.
6. Ketika kamu di bully, apa yang kamu lakuin ?
Jawaban : diem aja sih kebanyakan karena kan mereka senior aku kan ya,
pernah juga aku ngelawan tapi gasering cuma adu mulut aja, karena ga terima
dong mereka malak aku berkali-kali malakin rokok sama uang. Sampe yang
kejadian aku di keroyok itu aku lagi puncak keselnya banget dan mereka
emang yang mulai duluan, aku gapeduli gimana disitu keadaannya aku pengen
banget ngelawan dia karena kebawa emosi juga, saking keselnya ya aku
tanggepin aja walaupun disitu resikonya aku jadi babak belur tapii aku pengen
ngelawan balik dia banget.
7. Kamu sering membalas tindakan mereka ?
Jawaban : gak sering, ngelawan biasa aja sih kak pake omongan gitu belum
pernah pake kekerasan atau gimana, cuma pas waktu itu aja dia juga lagi kesel
kali makanya ngedorong aku terus malah mukulin aku jadilah disitu aku
berantem sama dia.
8. Terus gimana tanggapan dia ?
Jawaban : yaa namanya senior lah kak mana mau sih kalah sama adik kelas,
ya pasti dia ngelawan juga lah, adu mulut gitu apalagi temen-temennya juga
sama aja kaya dia orang-orangnya songong tengil.
9. Pernah gak sih nganggap masalah kamu cuma masalah biasa?
Jawaban : sampe kejadian pas dia mukul aku sampe injek-injek aku itu
menurut aku udah parah banget, udah kekerasan gitu jatohnya. seneng pas dia
di tempeleng sama guru aku dan dipanggil polisi ya walaupun Cuma dikasih
pengarahan tapi setidaknya itu ngasih efek jera sama dia.
10. Perasaan kamu dapet perlakuan kaya gitu gimana ?
Jawaban : perasaan aku digituin kesel lah kak, aku gaterima dapet perlakuan
semacam itu, jelas aku sakit hati banget kan aku gasalah apa-apa kenapa harus
dipukulin, sampe bengkak dan bedarah gara-gara diinjekin, aku sempet nangis
waktu kejadian itu. mereka itu sok ngerasa paling jagoan paling di hormati di
sekolah paling segala-galanya dah kesel banget. Pengen banget rasanya
nonjok dia sampe babak belur biar dia tau rasanya dipukulin atau dipalakin
tuh gaenak. Tapi yaa gmana lagi aku tahan-tahan aja, sabar-sabarin lah,
daripada masalahnya tambah besar, akhirnya pas kejadian pengeroyokan itu
masalahnya bisa terselesaikan sendiri, ada aja jalannya mah.
11. Terus caranya kamu buat nahan diri kamu untuk gak berbuat yang aneh-aneh
itu gimana ?
Jawaban : aku mikir kalo aku terlalu sering ngelawan masalahnya akan lebih
besar, aku tahan-tahan aja dulu, aku coba sabar aja sampe waktunya tepat baru
aku ambil tindakan, walaupun gatau sih tindakannya seperti apa, bingung
juga, serba salah gitu lah, mau ngelapor juga takut gaada yang mau percaya
sama aku. Tapi pada akhirnya masalahnya selesai juga semenjak ada kejadian
di datengin polisi itu.
12. Kamu ngerasain dampaknya kaya gimana ?
Jawaban : aku males sekolah kak males ketemu orang-orang macem mereka
yang sok jagoan, aku juga males belajar. Kalo mau sekolah tuh suka mikir,
‘ada apalagi nanti disekolah yaa, ngapain lagi mereka yaa’. Aku suka mikir
gitu sih.
13. Terus yang memotivasi kamu untuk tetep kesekolah apa ?
Jawaban : Kasian sama nyokap sih, walaupun emang kadang masih suka
males gara-gara kejadian waktu itu, tapi kalo inget nyokap jadi semangat.
14. Pernah gak sih kamu mikir gimana caranya untuk ngelawan mereka dan bikin
mereka gak nge bully kamu lg ?
Jawaban : ya pasti pernah kak kalo mikir kaya gitu mah, pernah mikir untuk
laporin ke guru, Cuma kan masalahnya mereka senior aku, mereka bisa
ngelakuin apa aja sama aku apalagi kalo aku lagi sendiri, dan bisa aja dia
bawa temen-tememennya buat ngeroyok aku, makanya aku jadinya mikir-
mikir lagi, hati-hati lagi buat ngambil tindakan takutnya gegabah dan makin
banyak masalah.
15. Terus langkah-langkah apa aja yang udah kamu lakuin untuk ngatasin
masalah kamu pada saat itu ?
Jawaban : gaada yang gimana-gimana sih kak, aku bingung juga harus
gimana kalo masalah kaya gini bertindaknya harus gimana, sering-sering
ngelawan juga aku males dan takut juga, di diemin juga malah makin jadi, yaa
paling pas kejadian berantem itu masalah aku jadi berkurang sama dia,
bersyukur juga waktu itu berantem, jadinya setelah di nasehatin dan dikasih
teguran sama guru, dia jadi galagi malakin aku, takut di keluarin dari sekolah
kali dia.
16. Kamu ceritain ini sama orang tua ?
Jawaban : pas belum ada kejadian pengeroyokan itu sih aku gapernah cerita,
tapi pas ngeliat aku babak belur ya pasti mereka tanya kenapa bisa begini, ya
akhirnya aku ceritain aja kalo aku di kroyok sama temen-temen aku disekolah.
Tapi aku juga bilang kalo semuanya udah diberesin terus udah di datengin
polisi juga orang tua aku jadi gak khawatir gitu karena kan sekolah udah tau.
17. Cara kamu untuk ngatasin masalah kaya gini gimana tuh ?
Jawaban : aku juga nanggepin mereka kak tapi ga sering gasampe ada
kekerasan, walaupun pada awalnya diem aja, karena kesel jadi aku lawan juga
selain itu juga aku kan jadi males banget sekolah yaa aku nongkrong aja gitu
sambil ngerokok atau main musik kek dari pada masuk sekolah malesin
bawaannya mending main.
18. Ada gak orang yang sering kamu ajak curhat soal masalah ini, temen atau
sahabat kamu gitu ?
Jawaban : temen yang bisa diajak cerita ya pasti ada kak temen baik aku
temen main, temen nongkrong, temen sekolah juga. Kalo kita cerita kan enak
kak dari pada di pendem sendiri, mereka juga kadang suka ngasih solusi
soalnya, lebih tenang aja gitu kalo udah cerita sama temen, banyak yang
ngedukung kita, aku jadi gangerasa sendiri, temen-temen itu penting banget
buat aku kak, mereka yang selalu support aku.
19. Terus tanggapan sahabat kamu itu gimana?
Jawaban : Ya mereka suruh aku lawan balik kalo mereka gituin aku lagi,
jangan mau di injek-injek atau apaalah gitu, atau enggak disuruh laporin ke
guru biar mereka kapok biar mereka dapet hukuman, atau juga pernah disuruh
ngumpulin temen-temen buat ngelawan mereka ramean toh mereka juga kalo
di lawan sama orang rame-rame mah pasti takut kan, tapi aku males aja nyari
masalah.
20. Terus hubungan kamu sekarang sama dia gimana ?
Jawaban : aku sejujurnya males temenan dengan orang kaya gtu kak,
walaupun kejadiannya udah lewat, tapi aku masih sakit hati aja kalu di inget-
inget lagi kok bisa ngelakuin kaya gitu sama aku, jadi aku gapeduli sih da
gimana.
21. Pernah ngadepin langsung orang yang di bully ?
Jawaban : awal-awalnya sih gapernah karena takut nyari masalah juga kan,
tapi pernah sih ngelawan mereka sambil adu mulut gitu tapi gapernah sampe
ada kekerasan, yang sampe ada kekerasan itu Cuma pas waktu itu aja dah
yang paling parah. Cuma ya temen-temen aku juga suka ngomporin gitu sih
suruh ngelawan balik ah tapi aku males juga kalo keseringan.
22. Pernah gak kamu bersikap gak peduli dan narik diri dari lngkungan kamu ?
Jawaban : aku lebih gapeduli sama orang yang ngebully itu, sebenernya dia
mau ditangkep polisi juga ga masalah sih justru aku seneng-seneng aja biar
dia kapok sama apa yang udah dia lakuin. Terus yaa paling imbasnya jadi
males ekolah aja gitu kak males belajar males ngapa-ngapain dah.
23. Ada kesibukan lain gak selain sekolah?
Jawaban : enggak sih, Cuma sekolah sama main-main aja, main musik juga
tapi yaa itu buat iseng-iseng sama buat seneng-seneng doang.
24. Pernah gak berfikir positif dari masalah yang kamu alami pada waktu itu ?
Jawaban : hmm.. aku berfikir di bully itu gaenak, jadi aku gaakan ngelakuin
hal tersebut sama adik kelas aku, bully itu ngasih dampak yang buruk buat
yang ngalaminnya, yaa kaya aku jadi males sekolah dan males belajar, terus
aku juga berharap si pelaku berenti ngelakuin hal-hal yang kaya gitu, karena
bisa ngerugiin buat si korban.
HASIL OBSERVASI INFORMAN
Hasil Observasi Informan BDH
Waktu Observasi : Minggu, 30 Juli 2017 – 17.00 WIB
Tempat Observasi : KFC Bintaro Plaza
Orang Yang Terlihat : Informan BDH
Kami bertemu di KFC bintaro plaza yang pada saat itu peneliti sudah
datang terlebih dahulu, waktu itu tempatnya tidak begitu ramai dan kami
duduk jauh dari lalu lalang orang. tidak berapa lama informan pun datang
setelah sebelumnya ia memesan makanan dan minuman terlebih dahulu,
setelah berkenalan dan ngobrol-ngobrol cukup lama sembari informan
menghabiskan makanannya, barulah kita mulai membicarakan mengenai
pengalaman bullying informan, pada saat informan menceritakan pengalaman
bullyingnya, ada sedikit kesulitan peneliti untuk memahami, pasalnya suara
informan sedikit tidak jelas jadi peneliti harus kembali mengulang pertanyaan.
Pada saat informan menceritakan masalah bullying nya pun, raut muka
informan terlihat sedih hingga peneliti pun mencoba mencairkan suasana
sampai informan bisa lebih tenang dalam menceritakan masalahnya. akhirnya
informanpun bisa menceritakan masalahnya sampai selesai. Sepertinya
informan masih merasa kesal dan trauma dengan kejadian tersebut terlebih
pada saat kejadian bullying di SMA. Jika dilihat dari fisik informan, informan
merupakan orang yang ‘Nerd’ atau disebut juga dengan kutu buku yang
menggunakan tas ransel dan kacamata besar yang ia pakai, informan juga tdak
terlalu banyak bicara, informan memiliki perawakan yang tinggi dan kurus.
Hasil Observasi Informan LF
Waktu Observasi : Rabu, 12 Agustus 2017 – 10.00 WIB
Tempat Observasi : McD Ciputat Tangerang Selatan
Orang Yang Terlihat : Informan LF
Pada awalnya informan masih malu-malu untuk menceritakan
masalahnya kepada peneliti dan kami hanya membicarakan mengenai hal-hal
yang umum saja belum menceritakan kepada hal-hal yang menjurus pada
tindakan bully informan. Setelah beberapa lama, dan informan sudah merasa
nyaman dengan peneliti, barulah informan bisa menceritakan permasalahan
bullynya. Permasalahan bully yang terjadi pada informan ini merupakan bully
verbal yang jarang terjadi, yaitu lebih menjurus pada pelecehan seksual, oleh
sebab itu wajar saja jika informan merasa malu untuk menceritakannya
kepada peneliti. Pada saat menceritakan masalahnya pun, informan masih
terlihat emosi terlebih pada saat ia menyebutkan nama si pelaku, informan
tidak ingin menyebutkan nama asli pelaku, ia menyebutnya dengan sebutan
“Si Otak Mesum” karena informan sampai saat ini masih merasa kesal dengan
pelaku jika mengingat kejadian itu. Jika dilihat dari hasil observasi peneliti,
informan ini bukan orang yang mudah menceritakan masalahnya kepada
orang lain, termasuk juga kepada peneliti, butuh waktu yang lumayan lama
untuk membuat dia bisa menceritakan masalahnya tersebut. Jika dilihat dari
fisik informan, informan memiliki perawakan yang tidak begitu tinggi tapi
cukup berisi, pada saat datang informan pun menggunakan baju rapih dan
menyapa peneliti dengan sopan.
Hasil Observasi Informan AMR
Waktu Observasi : Minggu, 5 Agustus 2017 – 17.00 WIB
Tempat Observasi : Bintaro Xchange Mall
Orang Yang Terlihat : Informan AMR
Peneliti datang terlebih dahulu ke tempat yang sudah di janjikan, tidak
berapa lama informan pun datang sambil membawa minuman yang
dipesannya. Peneliti melihat bahwa Informan AMR merupakan orang yang
cukup terbuka, jadi tidak sulit bagi peneliti untuk memulai pembicaraan dan
membuat informan menceritakan masalahnya kepada peneliti. Pada awalnya
juga kami tidak langsung membicarakan masalah bullying informan, kami
membicarakan mengenai yang sifatnya umum terlebih dahulu. Setelah berapa
lama, barulah kami membicarakan mengenai masalah intinya. Di tengah-
tengan pembicaraan mengenai kejadian bully tersebut, terlihat raut wajah
informan menjadi kesal ketika informan menceritakan kejadian pengeroyokan
oleh pelaku dan beberapa temannya, informan menceritakannya sambil
memperagakan tangannya yang mengepal dan juga sambil memegang
rokoknya. informan masih mengingat dengan jelas kejadian tersebut sehingga
ia begitu lancar menceritakannya. informan tidak ragu untuk menceritakan
masalahnya tersebut kepada peneliti, jadi tanpa peneliti banyak bertanya pun,
informan sudah bisa menceritakan masalahnya dengan jelas. Setelah kami
banyak mengobrol sampai malam hari, informan pun pamit pulang duluan
karena ada urusan lain dengan temannya.