analisis strategi coping oleh remaja korban

148
ANALISIS STRATEGI COPING OLEH REMAJA KORBAN PERUNDUNGAN (BULLYING) (STUDI KASUS DI JAKARTA SELATAN) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) s Oleh: RATU PUTRI YULIANDARI NIM :1113054100077 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of analisis strategi coping oleh remaja korban

ANALISIS STRATEGI COPING OLEH REMAJA KORBAN PERUNDUNGAN (BULLYING)

(STUDI KASUS DI JAKARTA SELATAN)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

s

Oleh:

RATU PUTRI YULIANDARI

NIM :1113054100077

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

i

ABSTRAK

Ratu Putri Yuliandari

Analisis Strategi Coping Pada Remaja Korban Perundungan (Studi Kasus Pada

Tiga Remaja Di Jakarta)

Ketika individu dihadapkan pada sebuah kondisi yang menekan karena adanya suatu permasalahan, maka individu akan berusaha untuk mengurangi atau meghilangkan perasaan stres yang dialaminya tersebut dengan melakukan strategi coping. Hal ini juga yang dilakukan oleh remaja yang menjadi korban bullying.

Penelitian ini memiliki rumusan masalah yaitu bagaimana strategi coping yang diakukan oleh remaja yang pernah mengalami tindakan perundungan (bullying). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan serangkaian observasi, wawancara dan dokumentasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi coping yang dilakukan oleh remaja korban perundungan. Pada dasarnya, strategi coping merupakan respon individu dalam mengatasi masalah, respon tersebut sesuai dengan apa yang dirasakan dan dipikirkan untuk mengontrol atau mengurangi efek negatif dari situasi yang dihadapi. sedangkan korban perundungan adalah seseorang yang secara berulang kali mendapatkan perlakuan negatif yang dilakukan oleh satu maupun beberapa orang.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa reaksi setiap orang akan berbeda dalam menghadapi tekanan. dengan demikian, strategi coping yang dilakukan pun akan berbeda pada setiap individu, tergantung pada bagaimana individu itu memandang permasalahan atau peristiwa yang sedang mereka hadapi. Adapun strategi coping yang dilakukan oleh ke tiga informan antara lain: (1) Strategi coping yang digunakan oleh informan BDH adalah tidak bertindak secara langsung menghadapi pelaku, memiliki kontrol diri dan dukungan sosial yang baik, dan dapat mengambil hal positif dari masalahnya. (2) Strategi coping yang dilakukan oleh informan LF adalah dengan menghadapi para pelaku, informan mendapatkan dukungan sosial dari teman-temannya, lalu memblokir sosial media yang berhubungan dengan pelaku, melakukan escaping, dan menjadi lebih selektif dalam memilih pertemanan. (3) Strategi coping yang dilakukan oleh informan AMR adalah dengan cara informan melakukan perlawanan kepada para pelaku bullying, seeking social support dari teman-temannya, memandang masalah dengan positif bahwa sebagai korban bullying bukan berarti informan harus melakukan hal itu lagi kepada adik kelasnya kelak, dan informan melakukan escaping dengan cara banyak bermain dan merokok bersama teman-temnnya.

Key words : bullying, coping, remaja

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat

islam, iman dan kemudahan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan lancar. Shalawat serta salam tidak lupa kita panjatkan kepada baginda Nabi

besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya, ada beberapa hambatan

yang penulis temukan di dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bimbingan,

dorongan, doa serta bantuan dari bebagai pihak, Alhamdulillah semua ini dapat

terselesaikan dengan baik dan lancar. Dengan ini penulis menyampaikan terimakasih

kepada :

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Suparto,

M. Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Roudhonah, MA

selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M.Si selaku

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan

Sosial. terimakasih atas bimbingannya dan nasehatnya. Juga kepada Hj.

Nunung Khairiyah selaku sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.

3. Ibu Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku dosen pembimbing yang telah

membantu mengarahkan, membimbing, memotivasi dan telah bersedia

meluangkan waktunya sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

iii

4. Seluruh dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah

Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah banyak memberikan ilmunya kepada peneliti.

5. Kepada seluruh informan yang telah bersedia meluangkan waktunya kepada

peneliti, terimakasih telah berbagi cerita dan pengalaman kalian sehingga

membuat peneliti dapat lebih memahami mengenai penelitian ini.

6. Kepada mama ku tercinta yang selalu mendoakan tiada henti dan mendukung

langkah penulis, terimakasih untuk energi positifnya, terimakasih untuk

perjuangan yang tanpa lelah membesarkan dan mendidik empat orang

anaknya seorang diri, im so proud of you the strongest woman in this planet.

Words can’t describe how much I love you, Ma. Thanks for the positive

energy.

7. Kepada bapak yang selalu memberikan doa terbaiknya, semoga bapak sehat

selalu ya pak.

8. Untuk teteh, Aa, adik beserta saudara saudara ku lainnya yang telah banyak

mendoakan, membantu dan mendukung langkah penulis.

9. Untuk Mba Iaili Fitriyah, Ka Nae, Ka Fela, Ka Ana, Ka Elita, Ka Ayu, Ka

Ririn. Terimakasih untuk pelajaran hidup yang kalian berikan padaku, wanita-

wanita kuat yang mengajarkanku untuk hidup mandiri, sabar, selalu berbuat

baik, dan selalu menghargai perjuangan orang lain, senang sekali bisa

dipertemukan dengan kalian yang bisa membuatku terus berkembang menjadi

lebih baik, membuat pandanganku menjadi lebih terbuka akan segala hal.

iv

Kalian benar-benar luar biasa. Im happy to have all of you girls. You’re

rockin’!

10. Untuk BIDADARI, yang tidak lain adalah teman-teman dekatku di kampus

yang aku kenal sejak pertama masuk kuliah. Aya Aisyah, Indah Juanita, Ayu

Retnodewi, Oktaviani, Prawita Hartati, Fatma Rakhmatullah, Risha Desiana,

Syifa Fauziah, Dini Lisnawati. Yang telah membuat hari-hari ku di kampus

menjadi lebih berwarna, lebih asik, lebih hidup. You guys are amazing.

11. Untuk RUBIK. Sahabatku, Putra Persada, Zaki Hadiputra dan Prawita Hartati.

Terimakasih karena telah menjadi sahabat-sahabat yang luar biasa baik dan

tulus. Sahabat yang selalu ada baik susah maupun senang. Bersama kalian,

aku bisa menjadi diriku sendiri. I thank you for your part in my journey.

12. Untuk sahabatku Prawita hartati, sahabat seperjuangan, yang paling mengerti

keadaanku, yang paling bisa diandalkan, yang paling bisa dipercaya. Thanks

for always listening to me, believe in me and supporting me. I love and

appreciate you. You’re the best.

Jakarta, September 2017

Ratu Putri Yuliandari

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ................................................................. 9

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 10

D. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 11

BAB II. KAJIAN TEORI .................................................................................... 12

A. Strategi Coping .................................................................................................. 12

1. Definisi Coping .............................................................................................. 12

2. Apek-Aspek Strategi Coping .......................................................................... 14

3. Bentuk-Bentuk Strategi Coping ..................................................................... 20

4. Faktor Yang Mempengaruhi Coping ............................................................. 22

B. Remaja ................................................................................................................. 23

1. Pengertian Remaja ........................................................................................... 23

2. Ciri-Ciri Remaja............................................................................................... 25

3. Tahap-Tahap Perkembangan Remaja ............................................................. 27

4. Tugas-Tugas Masa Perkembangan Remaja ................................................... 29

vi

C. Korban Bullying ................................................................................................... 30

1. Pengertian Korban ........................................................................................... 30

2. Pengertian Bullying ......................................................................................... 31

3. Bentuk-Bentuk Bullying .................................................................................. 32

4. Dampak Bullying ............................................................................................. 36

5. Faktor Penyebab Terjadinya Bullying ............................................................ 37

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 41

A. Pendekatan Penelitian ......................................................................................... 41

B. Jenis Penelitian ..................................................................................................... 41

C. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................................................ 41

D. Teknik Pemilihan Informan ................................................................................. 41

E. Sumber Data ......................................................................................................... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 43

G. Teknik Analisis Data............................................................................................ 45

H. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 46

I. Teknik Penelitian ................................................................................................... 46

BAB IV. HASIL TEMUAN DAN ANALISIS .................................................. 49

A. Identitas Informan ............................................................................................... 49

1. Data Informan 1 ............................................................................................... 49

2. Data Informan 2 ............................................................................................... 49

3. Data Informan 3 ............................................................................................... 50

B. Analisis Intra kasus (Strategi Coping Pada Remaja Korban Perundungan) ..... 51

1. Analisis Kasus Informan 1 ............................................................................... 51

vii

A. Kronologi Terjadinya Bulying .................................................................. 51

B. Strategi Coping Yang Digunakan ............................................................. 53

2. Analisis Kasus Informan 2 ............................................................................. 64

A. Kronologi Terjadinya Bulying .................................................................. 64

B. Strategi Coping Yang Digunakan ............................................................. 65

3. Analisis Kasus Informan 3 ............................................................................. 73

A. Kronologi Terjadinya Bulying .................................................................. 73

B. Strategi Coping Yang Digunakan ............................................................. 74

C. Analisis Antar Kasus .......................................................................................... 82

BAB V. PENUTUP ............................................................................................... 90

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 90

B. Saran ..................................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 93

LAMPIRAN

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 – Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 – Pedoman Wawacara

Lampiran 3 – Transkip Wawancara

Lampiran 4 – Hasil Observasi Informan

Lampiran 5 – Dokumentasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bullying yang terjadi di Indonesia bukanlah fenomena yang baru di

lingkungan sekolah, kampus, tempat tinggal dan lingkungan bermain, bullying

merupakan hasrat untuk menyakiti yang diaktualisasikan dalam aksi sehingga

menyebabkan seorang individu atau kelompok menderita. Aksi ini dilakukan

secara langsung oleh seseorang yang lebih kuat.1

Indonesia merupakan negara yang menghadapi kekerasan terhadap anak

cukup kompleks, salah satunya adalah dalam bentuk bullying. Dalam berbagai

bentuk kekerasan tersebut, anak dapat menjadi korban atau pelaku, atau korban

dan sekaligus pelaku. Bullying biasanya paling banyak terjadi di lingkungan

pendidikan. Baik sekolah maupun kampus. Kekerasan terhadap anak di dalam

dunia pendidikan merupakan persoalan bangsa yang perlu segera di hentikan dan

diputus mata rantainya karena terkait langsung dengan pemenuhan hak anak

untuk dilindungi oleh negara serta menentukan nasib bangsa dimasa mendatang.

Bullying merupakan suatu tindakan dengan menggunakan kekuatan atau

kekerasan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal,

fisik maupun psikologis sehingga membuat korban merasa tertekan takut dan tak

berdaya, adapun bentuk-bentuk bullying antara lain: bullying verbal, Yang

1 Ponny Retno, 3 Cara Meredam Bullying, (Jakarta: PT. Gramedia Wiudasarana Indfonesia,

2008), h. 3

2

termasuk dalam bentuk bullying ini adalah mengejek, menghina, mengolok-olok,

menakuti lewat telpon, ancaman kekerasan, pemerasan, mencela, gosip,

menyebarkan rumor, penghinaan ras, mengancam lewat alat komunikasi

elektronik, pesan-pesan tanpa pengirim, dan lain-lain. Yang kedua adalah bullying

fisik, Yang termasuk dalam bentuk ini adalah menonjok, menampar, memukul,

mendorong atau melakukan sesuatu yang menyebabkan terjatuh, mencekik,

menendang, meninju, menggigit, mencubit, mencakar, meludahi, mencengkeram,

menodongkan senjata, dan lain-lain. Yang ketiga adalah bullying psikologis, yang

termasuk dalam bentuk ini adalah mengucilkan, mengisolir, menjauhkan,

mendiamkan, memfitnah, memandang dengan hina, dan lain sebagainya.2

Sedangkan di dalam islam sendiri sudah sangat jelas bahwa islam sangat

melarah untuk berperilaku yang menyakiti atau merendakhan orang lain . hal ini

dijelaskan pada sebuah ayat Al-Quran dalam suat Al-Hujurat ayat 11 :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan, seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan

2 Sejiwa.org/a-z/, diakses pada 20 maret 2017

3

barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (Q.S. Al-Hujurat:11)3

Perilaku bullying dapat dilihat ketika seseorang atau sekelompok orang

berulang kali mencoba untuk menyakiti seseorang yang lemah seperti memukul,

menendang atau dengan menggunakan nama panggilan yang kurang baik,

mengejek menghina serta menggoda atau dengan cemoohan seksual,

menyebarkan rumor atau mencoba membuat orang lain menolak seseorang. Hal

ini dapat menyebabkan anak-anak tegang dan takut, serta tertekan. Dalam kasus

yang serius, remaja yang terkena bullying, mengambil langkah-langkah bereaksi

untuk melawan, jika tidak mampu melawan maka akan melakukan tindakan

bunuh diri. Bullying memberi efek seumur hihup. Kedua anak baik yang mem-

bully dan yang di bully memiliki persoalan yang serius.4

Adalah suatu fakta bahwa usia remaja merupakan korban cukup besar dari

kasus kekerasan yang ada. Tak jarang anak usia remaja bukan hanya menjadi

korban tetapi juga menjadi pelaku kekerasan. Menurut data pengaduan KPAI

pada tahun 2012 terjadi 2.626 kasus, pada tahun 2013 naik menjadi 3.339 kasus,

sementara pada tahun 2014 terjadi 5.666 kasus, lalu pada tahun 2015 turun terjadi

3.820 kasus.

Plan International dan International Center For Research On Women (ICRW)

Melaporkan bahwa terdapat 84% anak Indonesia mengalami kekerasan bullying,

angka tersebut lebih tinggi dari tren dikawasan Asia yakni 70%. Riset ini

3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Quran Dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005), Cetakan ke-3, h. 515

4http://edukasi.kompas.com, diakses pada 10 april 2017

4

dilakukan oleh 5 negara, yakni Vietnam, Kamboja, Nepal, Pakistan dan Indonesia

yang diambil dari Jakarta dan Serang. Ragam data terkait kekerasan terhadap

anak usia remaja dapat menjadi catatan kritis. Namun jumlah tersebut belum

mempresentasikan fakta kekerasan yang sesungguhnya terjadi di lingkungan

satuan pendidikan karena tak semua kasus kekerasan terdata, terlaporkan dan

tertangani oleh lembaga layanan, sehingga datanya belum terakumulasi secara

nasional.5

Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika.

Dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat

pesat. Pada periode ini, terdapat resiko tinggi terjadinya kenakalan remaja baik

sebagai korban maupun sebagai pelaku dari tindak kekerasan. Hal ini didasari

oleh masalah yang banyak dialami remaja yang disebabkan oleh hubungan

sosialnya salah satunya adalah bullying.6

Korban bullying memiliki karakteristik mudah merasa takut, tidak menyukai

dirinya sendiri dan cenderung berdiam diri. Bullying juga memiliki pengaruh

jangka panjang dan jangka pendek terhadap korban bullying. Pengaruh jangka

pendek yang ditimbulkan akibat perilaku bullying adalah depresi karena

mengalami penindasan, menurutnya minat belajar dan lain sebagainya, sedangkan

akibat yang ditimbulkan dalam jangka panjang dari penindasan ini seperti

mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap lingkungannya,

5www.kpai.go.id, diakses pada tanggal 20 maret 2017 6Psychology.binus.ac.id, diakses pada 20 maret 2017

5

selalu merasa cemas akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari

teman-temannya dan perilaku menarik diri dari lingkungannya. Selain

menurunnya prestasi belajar, bullying juga mengakibatkan dampak fisik seperti

kehilangan selera makan dan migrain, Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu

yang lama, maka akan mempengaruhi self-esteem seseorang, meningkatkan

isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan

terhadap stres dan depresi serta rasa tidak aman.7

Ada beberapa kasus bullying yang sempat ramai menjadi pemberitaan di

media adalah yang terjadi di SMA di Jakarta. Yaitu kasus bullying di SMA 90

jakarta, siswa kelas 1 dipaksa buka baju, push up, lari dan ditampar oleh

seniornya. Kemudian kasus Ade Fauzan siswa kelas 1 SMA yang menjadi korban

kekerasan dari siswa kelas 3 di SMA 82 jakarta, ade sampai harus mendapatkan

perawatan di RSPP. Lalu di SMA 46 jakarta, siswa bernama Okke Budiman

dianiaya oleh seniornya karena tidak mau meminjamkan motornya. Selain itu juga

ada kasus bullying di SMA 70 jakarta, seorang siswi dihardik, dipukul dan di

cengkeram oleh 3 seniornya hingga lebam-lebam hanya gara-gara tidak memakai

kaos dalam. Sementara itu dari SMA Don Bonco Pondok Indah siswa bernama

Ary dipukul dan disundut rokok oleh seniornya.8lalu ada lagi kasus bullying yang

sempat menghebohkan masyarakat baru-baru ini, yaitu kasus bully yang

dilakukan sejumlah mahasiswa Universitas Gunadarma terhadap teman sekelas

7 Leli Nurul Ikhsani, Studi Fenomenologi Dinamika Psikologis Korban Bullying Pada

Remaja, Naskah Publikasi, 2015, Fakultas Psikologi UMS 8 m.detik.com, 5 kasus bullying SMA di Jakarta, diakses pada 20 maret 2017

6

mereka yang berkebutuhan khusus bernama farhan. Kelakuan tak terpuji itu

terungkap setelah video aksi mengerjai anak jenius berkebutuhan khusus viral di

media sosial. Farhan yang merupakan mahasiswa semester II angkatan 2016,

jurusan Sistem Informasi fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi,

dibuat bulan-bulanan dan bahan ejekan. Puncaknya, farhan berontak dengan

melempar tong sampah kepada pelaku. Kasus bullying lain yang sempat viral di

media sosial adalah yang terjadi di Tamrin City, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Kejadian bermula ketika korban berinisial SB sempat adu mulut dengan salah

satu pelaku, keesokan harinya, korban dihadang di dekat sekolah untuk datang ke

Thamrin City, saat korban tiba di Thamrin City, pelaku bersama teman-temannya

sudah menunggu korban. Setelah itu, terjadi kekerasan terhadap SB oleh para

pelaku.Video yang beredar di media sosial memperlihatkan adanya bullying

terhadap korban yang masih SMP, korban mendapat kekerasan dari sejumlah

siswi lain. Korban ditampar, dipukul, bahkan disuruh mencium tangan serta

berlutut mencium kaki pelaku. Korban sama sekali tidak melakukan perlawanan.

Tindak kekerasan (bullying) yang dialami oleh seorang anak adalah perlakuan

yang akan berdampak jangka panjang dan akan menjadi mimpi buruk yang tidak

pernah hilang dari ingatan seseorang yang menjadi korban. Dampak yang dialami

seseorang yang menjadi korban antara lain kurangnya motivasi atau harga diri,

mengalami problem kesehatan mental, mimpi buruk, memiliki rasa ketakutan dan

tidak jarang tindak kekerasan terhadap anak juga berujung pada terjadinya

7

kematian pada korban. 9Individu yang menjadi korban bullying akan mengalami

tekanan atau stres.

Dalam hal ini, Lazarus mengungkapkan bahwa stres adalah suatu disebabkan

karena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal yang menimpa

dirinya. Pada saat individu dihadapkan pada kondisi yang menekan karena adanya

suatu permasalahan, maka secara otomatis individu tersebut berusaha untuk

mengurangi atau menghilangkan perasaan stres yang dialaminya tersebut. Hal ini

juga yang dilakukan oleh remaja yang menjadi korban bullying.

Ketika remaja mengalami tekanan atau stres yang diakibatkan oleh perilaku

bullying maka akan terjadi suatu proses penyesuaian terhadap situasi tersebut

yang lazim disebut sebagai coping atau strategi mengatasi masalah, dimana setiap

individu dalam menghadapi tekanan-tekanan atau stres akan memberikan reaksi

yang berbeda dalam menghadapinya. Untuk mengatasi berbagai tekanan tersebut,

tentu diharapkan setiap individu memiliki strategi coping yang tepat. Dan setiap

individu memiliki strategi coping yang berbeda-beda dalam mengatasi

masalahnya.

Coping adalah respon individu terhadap situasi yang negatif atau menekan

(stresor). Sedangkan strategi coping menurut Stuart dan Sundeen adalah suatu

cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi

perubahan yang terjadi, dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun

9 Bagong suyatno, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: kencana Prenanda Media Group, 2010), h.

102

8

perilaku. Coping adalah sebuah usaha baik kearah tindakan, tingkah laku maupun

pikiran untuk mengatasi tuntutan lingkungan dan tutuntutan internal atau konflik

diantara keduanya.10

Menurut Lazarus, strategi coping pada individu dapat dibedakan menjadi dua

yaitu strategi coping yang berfokus pada masalah (Problem Focused Coping) dan

berfokus pada emosi (Emotion Focused Coping). Problem Focused Coping

merupakan usaha individu untuk mengurangi atau menghilangkan stress dengan

cara menghadapi masalah yang menjadi penyebab timbulnya stress secara

langsung. Sedangkan Emotion Focused Coping adalah usaha yang dilakukan

individu untuk mengurangi atau menghilangkan stress yang dirasakan, tidak

dengan menghadapi masalah secara langsung tetapi lebih diarahkan untuk

menghadapi tekanan-tekanan emosi atau perilaku yang bertujuan untuk

menangani distress emosional yang berhubungan dengan situasi yang menekan.11

Yang termasuk dalam kategori Problem Focused Coping antara lain: confrontatif

coping, planful prblem solving, dan seeking social support sedangkan untuk

Emotion Focused Coping antara lain mencakup: self control, positive reapraisal,

acceptance, ascape/avoidance.

10 Rina Rahmatika, Jurnal Psikogenesis : Hubungan Antara Emotion Focus Coping Dan Stres

Kehamilan, Volume 3, No. 1 Desember 2014 11Marsha Caesarena Rianko Putri, Skripsi : Hubungan Antara Coping Dan Psychologi

Distress Pada Istri Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Fakultas Psikologi UI, 2012

9

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti

tertarik untuk melihat lebih jauh lagi mengenai bagaimana “Analisis Strategi

Coping Pada Remaja Korban Perudungan (Bullying) (Studi Kasus Di

Jakarta Selatan)’’

A. Pembatasan Dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, fokus dan tidak meluas.Maka peneliti

membatasi fokus permasalahan untuk dijadikan penelitian. Yang menjadi

pembatasan masalah pada penelitian ini adalah mengenai strategi coping

yang dilakukan oleh remaja korban bullying dalam usaha untuk

mengurangi dan menghilangkan stress atau tekanan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah penelitian diatas, maka masalah

yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah

- Bagaimana strategi coping yang dilakukan oleh remaja yang pernah

mengalami tindakan perundungan (bullying) ?

B. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi

coping yang dilakukan oleh remaja yang mengalami perundungan

(bullying)

10

2. Manfaat Penelitian

- Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang ilmu

kesejahteraan sosial mengenai kajian tentang strategi coping.

Khususnya strategi coping pada remaja korban bullying.

- Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak baik kepada guru,

orangtua, lembaga yang menangani masalah bullying sehingga dapat

melakukan intervensi secara tepat dalam menangani kasus yang

berkaitan dengan permasalahan bullying.

11

C. Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini akan dibagi dalam lima (5) bab dan setiap bab.

Antara lain :

BAB I : Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Pada bab ini berisi tentang landasan teori mengenai

Pengertian coping strategies, aspek-aspek strategi coping,

bentuk-bentuk strategi coping, faktor-faktor yang

mempengaruhi coping, pengertian remaja, ciri-ciri masa

remaja, tahap-tahap perkembangan remaja, tugas-tugas

perkembangan pada masa remaja, pengertian korban bullying,

bentuk-bentuk bullying, faktor penyebab terjadinya bullying.

BAB III : Pada bab ini akan membahas mengenai meted penelitian

yaitu meliputi: pendekatan penelitian, jenis penelitian, tempat

dan waktu penelitian, teknik pemilihan informan, sumber data,

teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik

keabsahan data.

BAB IV : Pada bab ini peneliti mencoba memberikan temuan dan

analisa terhadap strategi coping pada remaja korban bullying.

BAB V : Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran dengan daftar

pustaka dan lampiran-lampiran

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Strategi Coping

1. Pengertian Strategi Coping

Strategi Coping adalah suatu cara yang dilakukan untuk menghadapi stress

atau upaya yang digunakan untuk mengatasi kondisi yang membahayakan,

mengancam, dan juga tantangan ketika respon langsung tidak dapat dilakukan.

Tujuannya adalah untuk mengurangi keadaan sumber stress yang penuh

tekanan dari individu dan mempengaruhi pikiran serta perilaku individu.

Menurut Bron dan Byrne, strategi coping adalah respon individu dalam

mengatasi masalah, respon tersebut sesuai dengan apa yang dirasakan dan

dipikirkan untuk mengontrol, mentolerir, dan mengurangi efek negatif dari

situasi yang dihadapi. Coping yang efektif menghasilkan adaptasi yang

menetap yang nerupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang lama.

Sedanglan coping yang tidak efektif berakhir dengan mal-adaptif yaitu

perilaku yang menyimpang yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang

lain atau lingkungan.12

Menurut Lazarus dan Folkman strategi coping merupakan usaha-usaha

baik secara kognitif maupun prilaku untuk mengatasi, meredakan, mentolerir,

tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal. Tuntutan disebabkan oleh

12 Rusman, Stress Coping dan Adaptasi, (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 30

13

interaksi antara individu dengan peristiwa-peristiwa yang dinilai dapat

menimbulkan stress.13

Strategi coping sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk

mengelola stress yang ada dengan cara tertentu. Menurut Lazarus, strategi

coping menekankan pada peran kunci dari proses kognitif dalam mengatasi

stress dan pentingnya strategi coping dalam menentukan kualitas dan

intensitas reaksi emosional terhadap stress. Proses dimana individu mencoba

untuk mengelola jarak yang ada diantara tuntutan-tuntutan, baik itu tuntutan

yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan.

Billings mengatakan bahwa tanggapan individu terhadap stress juga

beragam , ada yang menggunakan strategi aktif dan berorientasi pada

permasalahan yang ada, namun ada pula yang berusaha menekan dengan

melakukan penghindaran terhadap masalah.14

Dapat disimpulkan bahwa strategi coping adalah segala cara yang

dilakukan oleh individu untuk mengatur tuntutan lingkungan atau konflik

yang muncul, mengurangi ketidaksesuaian atau kesenjangan persepsi antara

tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan individu dalam memenuhi

tuntutan tersebut. Setiap individu akan berusaha lepas dari stresor atau sumber

stress yang dihadapinya. Strategi coping bertujuan untuk memanajemen

tingkah laku kepada pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis.

13 Richard S. Lazarus, Emotion And Adaptation, (New York: Oxford University Press, 1991). h. 112

14 Pestonjee, Stress And Coping, (London, Sage Publications, 1992), h. 169-171

14

2. Aspek-Aspek Strategi Coping

A. Problem Focused Coping

Problem focused coping merupakan strategi coping untuk menghadapi

masalah secara langsung melalui tindakan yang ditujukan untuk

menghilangkan atau mengubah sumber-sumber stress. Problem Focused

Coping memungkinkan individu membuat rencana dan tindakan lebih lanjut.

Berusaha menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi untuk

memperoleh apa yang direncanakan dan diinginkan sebelumnya.15 Dalam hal

ini, individu mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru

untuk digunakan dalam mengubah situasi, keadaan atau pokok permasalahan.

Individu akan menggunakan strategi ini apabila dirinya yakin dapat mengubah

situasi. Strategi ini membawa pengaruh pada individu, yaitu perubahan atau

pertambahan pengetahuan individu tentang masalah yang dihadapinya berikut

dampak-dampak dari masalah tersebut, sehingga individu mengetahui masalah

dan konsekuensi yang dihadapinya. Contohnya, membuat individu yang

bersangkutan menerima tanggung jawab untuk menyelesaikan atau

mengontrol masalah yang menimbulkan stress dengan merubah situasi dari

masalah yang bersangkutan dan diharapkan efek stresnya juga akan

menghilang.Jadi, Problem Focused Coping merupakan respon yang berusaha

memodifikasi sumber stress dengan menghadapi situasi sebenarnya.

15Aldwin & Reverson, 1987. Does Coping Help ? A Reexamination Of The Relation

Between Coping And Mental Healthy, Journal Of Personality An d Social Psychology, Vol 53, No. 2, 337-348

15

Folkman dan lazarus menyebutkan bahwa problem focused coping merupakan

jenis perilaku coping yang berfokus pada masalah. Pemecahan masalah problem

focused coping menurut lazarus antara lain :

a. Confrontative Coping

Merupakan cara individu untuk mengubah situasi yang dianggap menekan

dengan melakukan suatu tindakan untuk mengubah suatu keadaan dengan

cara yang agresif dan adanya keberanian dari orang tersebut untuk

mengambil resiko dari tindakan yang dia lakukan.

a. Planful Problem Solving

usaha individu dalam berfikir tentang bagaimana mengatasi penyebab

stress. Atau memikirkan suatu rencana tindakan untuk untuk mengubah

dan memecahkan situasi dengan kehati-hatian, individu mengetahui apa

yang harus dilakukannya, Contohnya dengan cara membuat strategi-

strategi untuk bertindak dan memikirkan tentang langkah apa yang harus

diambil dalam menangani masalahnya.

b. Seeking Social Support (Dukungan Sosial)

Dalam hal ini adalah mencari dukungan sosial seperti nasihat, bantuam

atau informasi dari orang lain, upaya yang biasa dilakukan adalah dengan

cara membicarakan masalah yang dihadapinya dengan orang lain yang

dapat memberikan saran maupun alternatif pemecahan masalah secara

koknret. 16 Folkman dan Lazarus mengatakan bahwa indikator yang

menunjukan strategi yang berorientasi pada problem focused coping

terbagi menjadi tiga bagian antara lain :

16Charles S. Carver, Assessing Coping Strategies: A Theoretically Based Approach, Journal Of Personality And Social Psychology, Vol 56 : 2 (1989) h. 268

16

c. Coutinousness (Kehati-hatian)

adalah individu yang berfikir dan mempertimbangkan beberapa alternatif

pemecahan masalah yang tersedia, meminta pendapat orang lain, berhati-

hati dalam memutuskan masalah serta mengevaluasi strategi yang pernah

dilakukan sebelumnya

d. Instrumental Action (Tindakan Instrumental)

adalah tindakan individu yang diarahkan pada penyelesaian masalah

secara langsung serta menyusun langkah yang akan dilakukan.

e. Negotiation (Negosiasi)

Individu melakukan beberapa usaha untuk membicarakan serta mencari

cara penyelesaian masalah dengan orang lain yang terliat di dalamnya

dengan harapan masalah akan terselesaikan. Usaha yang dapat dilakukan

mengubah pikiran dan pendapat seseorang melakukan perundingan atau

kompromi untuk mendapatkan sesuatu yang positif dari situasi.

Problem focused coping merupakan usaha yang dilakukan individu dengan cara

menghadapi secara langsung sumber masalah.17

B. Emotion Focused Coping

Emotion focused coping lebih menekankan pada pengaturan emosi

individu. Merupakan strategi untuk meredakan emosi individu yang

ditimbulkan oleh stresor (sumber stress) tanpa berusaha untuk mengubah

situasi yang menjadi sumber stress secara langsung. Emotion Focused Coping

cenderung dilakukan apabila individu tidak mampu atau merasa tidak mampu

17 Emma Indirawati, Hubungan Antara Kematangan Beragama Dengan Strategi Coping,

Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol 3 : 2 (2006), h. 73

17

merubah kondisi yang penuh dengan tekanan, yang dilakukan individu adalah

mengatur emosinya. Contohnya dalam hal ini adalah, individu menggunakan

alkohol, narkoba, mencari dukungan sosial dari teman-teman dan mengikut

berbagai aktivitas seperti berolah raga atau menonton televisi yang dapat

mengalihkan perhatian individu dari masalahnya. Emotion Focused Coping

adalah upaya untuk mencari dan memperoleh rasa nyaman dan memperkecil

tekanan yang dirasakan yang diarahkan untuk mengubah faktor dalam diri

sendiri dalam cara memandang atau mengartikan situasi yang memerlukan

adaptasi. Menurut folkman dan lazarus, emotion focused coping terbagi

menjadi:

a. Self Control

Merupakan suatu bentuk penyelesaian masalah dengan cara

mengendalikan diri, menahan diri, mengatur perasaan, selalu teliti dan

tidak tergesa-gesa dalam mengambil tindakan. Umumnya individu

menggunakan strategi ini akan berusaha untuk menyimpan masalah yang

dihadapinya.

b. Positive Reapraisal

Merupakan respon dari individu dengan cara merubah dan

mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil

pandangan positif dari sebuah masalah. Atau dengan kata lain membuat

makna positif dari suatu situasi dan terlibat hal-hal yang bersifat religius

atau individu lebih memfokuskan diri pada pengembangan diri.

18

c. Acceptance

Merupakan penerimaan individu untuk menjalani masalah yang

dihadapinya, memikirkan jalan keluar dan mengambil tanggung jawab

penyelesaan masalah, individu mengakui bahwa dirinya memiliki peran

dalam permasalahan yang ada. Dalam artian individu mencoba menerima

masalah yang dihadapinya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik.

d. Escape/Avoidance

adalah suatu cara individu dengan berusaha menyanggah atau mengingkari

dan melepakan masalah-masalah yang terjadi pada dirinya. Individu akan

melarikan diri dari masalah yang dihadapinya dan sering berkhayal untuk

menghindar dari situasi yang menekan, individu yang melakukan

escape/avoidance akan berharap bawha situasi yang dihadapinya akan

segera berakhir.

Sedangkan indikator yang menunjukan strategi yang berorientasi pada emotion

focused coping terbagi menjadi tiga bagian antara lain :

a. Escapism

Usaha yang dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan cara

berkhayal atau membayangkan hasil yang akan terjadi atau menghayal

seandainya ia berada dalam situasi yang lebih baik dari situasi yang

dialaminya. Cara yang dilakukan untuk menghindari masalah dengan tidur

lebih banyak, minum-minuman keras, penyalahgunaan obat-obatan

terlarang dan menolak kehadiran orang lain.

19

b. Minimization (Menganggap masalah seringan mungkin)

Usaha yang dilakukan individu untuk mengingkari masalah dengan cara

menolak memikirkan masalah dan menganggap seakan-akan masalah

tersebut tidak ada dan menekan masalah menjadi seringan mungkin.

c. Self Blame (menyalahkan diri sendiri)

merupakan cara seseorang saat menghadapi masalah dengan menyalahkan

serta menghukum diri sendiri secara berlebihan sambil menyesali tentang

apa yang terjadi.

d. Seeking Meaning ( mencari hikmah yang tersirat)

adalah suatu proses dimana individu mencari arti kegagalan yang dialami

bagi dirinya sendiri dan mencoba mencari segi-segi yang menurutnya

penting dalam hidupnya.18

3. Jenis Coping Positif (Konstruktif) dan jenis Coping Negatif

(Destruktif)

1. Coping Positif (Konstruktif)

Coping yang positif merupakan coping yang mampu memdukung

integritas ego, misalnya :

a. Problem Solving

Adalah suatu usaha untuk emmecahkan suatu masalah. Masalah harus

di hadapi dan di selesaikan, bukan dihindari atau ditekan seakan akan

masalah itu tidak ada. Dengan demikian, sedikit apapun masalah yang

terjadi yang terjadi sebaiknya harus di selesaikan. Strategi pemecahan

masalah bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi masalah atau

18Emma Indirawati, Hubungan Antara Kematangan Beragama Dengan Strategi Coping, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol 3 : 2 (2006), h. 73

20

ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan yang realistis.

Beberapa contoh strategi pemecahan masalah yang dapat digunakan

adalah :

a. Meminta bantuan kepada orang lain

b. Secara besar hati mampu mengungkapkan perasaan sesuai dengan

situasi yang ada

c. Mencari lebih banyak informasi terjait dengan masalah yang

dihadapi, sehingga masalah tersebut dapat di hadapi secara realistis

d. Menyususn beberapa rencana untuk memecahkan masalah

e. Meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah. Sesungguhnya

bayangan pikiran yang dimiliki setiap orang memberikan pengaruh

yang besar dalam kehidupan pribadi pikiran tersebut mengenai apa

yang harus dilakukan, sebab segala sesuatu yang dilakukan

seseorang adalah reaksi langsung dari apa yang ada didalam

pikirannya.

b. Social Support

Merupakan tindak lanjut dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi,

ketika masalah itu belum terselesaikan. Hal ini tidak lepas dari

keterbatasan manusia dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk

itu sebagai makhluk sosial, bila seseorang tidak mampu menyelesaikan

masalahnya sendiri, seharusnya tidak disimpan sendiri dalam

pikirannya, namun carilah dukungan orang lain yang dapat dipercaya

dan mampu memberikan bantuan dalam bentuk masukan dan saran

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya tersebut. Semakin

21

banyak dukungan dari orang lain, maka semakin efektif pula upaya

penyelesaian masalahnya.

2. Coping Negatif (Destruktif)

Merupakan bentuk coping yang akan menurunkan integritas ego,

dalam penentuan gaya coping justru akan merusak dan merugikan diri

sendiri. Bentuk coping destrutif antara lain :

a. Avoidance

Merupakan bentuk dari proses internalisasi terhadap suatu pemecahan

masalah kedalam alam bawah sadar yang menghilangkan atau

membebaskan diri dari suatu tekanan mental akibat masalah-masalah

yang dihadapi. Cara ini dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengatasi

situasi tertekan dengan lari dari dari situasi tersebut atau menghindari

masalah yang berujung pada penumpukan masalah dikemudian hari.

Bentuk pelarian diri diantaranya adalah denga beralih pada hal lain

berupa makanan, minuman, merokok, atau menghilangkan masalah

sesaat untuk tujuan sesaat, padahal hanya sebagai upaya untuk

menunda masalah dan bukan menyelesaikan masalah.

b. Self Blame

Merupaka bentuk dari ketidakberdayaan atas masalah sendiri tanpa

evaluasi diri yang optimal, kegagalan orang lain dialihkan dengan

menylahkan diri sendiri sehingga menekan kreativitas dan ide yang

berdampak pada penarikan diri dari lingkungan sosial.

22

c. Wishfull Thinking

Kegagalan dalam mencapai tujuan yang dihadapi menjadikan

seseorang berada pada kesedihan yang mendalam. Hal ini terjadi

karena dalam penentuan standar diri, riset atau dikondisikan terlalu

tinggi sehingga sulit untuk dicapai. Penentuan standar tang terlalu

tinggi menjadikan seseorang terbuai khayalan dan impian tanpa

kehadiran fakta yang nyata. Menyesali kegagalan berakibat kesedihan

yang mendalam merupakan bentuk dari berduka yang disfungsional.

Dimana hal tersebut merupakan pintu dari seseorang mengalami

gangguan jiwa.19

4. Bentuk-Bentuk Strategi Coping

Dalam beberapa literatur, terdapat beberapa macam strategi coping yang

umumnya digunakan sebagai perilaku manusia dalam menyelesaikan

masalah. Antara lain :20

a. Coping Psikologis

Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis

tergantung pada dua faktor antara lain :

Bagaimana penerimaan individu terhadap stressor, yaitu seberapa berat

ancaman yang dirasakan oleh individu terhadap stressor yang

diterimanya.

19Miranda, Strategi Coping Dan Kelelahan emosional,

e.Journal.psikologi.fisip.unmul.org 20Rasmun, Stress Coping Dan Adaptasi,(Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 30

23

Keefektifan strategi coping yang digunakan individu dalam

menghadapi stressor. Jika strategi yang digunakan efektif maka

menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam

kehidupan, begitupun sebaliknya jika adaptasinya buruk maka akan

menghasilkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.

b. Coping Psikososial

Coping psikososial adalah reaksi psikososial terhadap adanya stimulus

stress yang diterima atau yang dihadapi oleh individu. Terdapat 2

kategori coping yang biasa dilakukan untuk mengatasi stress dan

kecemasan antara lain :

Fight (Perilaku Menyerang). Artinya individu melakukan perlawanan

dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya, perilaku yang

ditampilkan dapat berupa penyelesaian masalah dengan menggunakan

kata-kata terhadap rasa ketidaksenangan dan dapat pula tindakan

agresif (menyerang) terhadap sasaran atau objek seperti benda, barang,

orang bahkan terhadap dirinya sendiri, serta sikap bermusuhan seperti

memiliki rasa benci dan dendam atau marah berkepanjangan.

Withdrawl (Perilaku Menarik Diri). Adalah perilaku yang menunjukan

pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain. Yaitu individu

dengan sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor.

Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis,

pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada

individu.

24

Kompromi, merupakan tindakan yang dilakukan individu untuk

menyelesaikan masalah. Seperti melakukan musyawarah dan negosiasi

untuk menyelesaikan masalah yang akan dihadapi.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Coping

Mu’tadsin mengatakan bahwa cara individu menangani situasi yang

mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu sendiri yang

meliputi :

a. Kesehatan fisik : kesehatan merupakan hal yang penting karena

selama dalam usaha mengatasi stress individu dituntut untuk

mengerahkan tenaga yang cukup besar.

b. Keyakinan atau pandangan positif : keyakinan menjadi sumber

daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib

(eksternal locus of control) yang mengarahkan individu pada

penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan

kemampuan strategi coping tipe problem-solving focused coping.

c. Keterampilan memecahkan masalah : keterampilan ini meliputi

kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,

mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan

alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif

tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada

akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan

yang tepat.

25

d. Keterampilan sosial : keterampilan ini meliputi kemampuan untuk

berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai

dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.

e. Dukungan sosial : dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan

kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang

diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman,

dan lingkungan masyarakat sekitar.21

6. Strategi Coping Dalam Perspektif Islam

Dalam islam, Allah telah mengatur dan memberi manusia berbagai

cara untuk mengatasi masalah dalam hidup. Menilik akibat yang sangat

besar pada stres suatu masalah, maka dibutuhkan kemampuan untuk

mengelola stress, stress tidak mungkin selamanya dihindari karena ujian

dan cobaan dari Allah SWT tidak dapat diatur oleh manusia. Langkah

terbaik adalah menyiapkan sikap dan perilaku mengelola masalah

sehingga mampu menangkal akibat stres.

Secara rinci, beberapa cara dalam mengelola stress yang telah

diajarkan oleh islam adalah sebagai berikut :

a. Niat Ikhlas. Upaya yang dilakukan oleh individu senantiasa diliputi

oleh bermacam motivasi. Motivasi inilah yang menentukan bagaimana

upaya yang dilakukan dan bagaimana bila tujuan tidak tercapai. Islam

sudah mengajarkan agar senantiasa berniat ikhlas dalam berusaha,

dengan tujuan agar nilai usaha tinggi di mata Allah SWT dan dia

21 Mutadin, Z, Strategi Coping, (http://www.e-psikologi.com/remaja/220702.htm, 2002)

26

mendapat ketenangan apabila usaha tidak berhasil sesuai harapan.

Ketenangan ini bersumber dari motif hanya karena Allah, bukan

karena yang lain, sehingga kegagalan juga akan selalu dikembalikan

kepada Allah SWT

b. Sabar dan Shalat. Sabar dalam Islam adalah mampu berpegang teguh

dan mengikuti ajaran agama untuk menghadapi atau menentang

dorongan hawa nafsu. Orang yang sabar akan mampu mengambil

keputusan dalam menghadapi stressor yang ada. Melalui shalat maka

individu akan mampu merasakan betul kehadiran Allah SWT. Segala

kepenatan fisik, masalah, beban pikiran, dan emosi yang tinggi kita

tanggalkan ketika shalat secara khusyuk. Dengan demikian, shalat itu

sendiri sudah menjadi obat bagi ketakutan yang muncul dari stressor

yang dihadapi. Selain itu, shalat secara teratur dan khusyuk akan

mendekatkan individu kepada penciptanya. Hal ini akan menjembatani

hubungan Allah SWT dengan individu sehingga Allah SWT tidak akan

membiarkan individu tersebut sendirian. Segala permasalahan yang

ada akan selalu dibantu oleh Allah SWT dalam menyelesaikannya.

Keyakinan terhadap hal ini dapat menenangkan hati dan mengurangi

kecemasan atau rasa terancam yang muncul.

c. Bersyukur dan Berserah diri (Tawakkal). Salah satu kunci dalam

menghadapi stressor adalah dengan selalu bersyukur dan menerima

segala pemberian Allah SWT. Cara berpikir negaatif yang menekankan

kepada persepsi stressor sebagai sesuatu yang mengancam dan

merugikan, perlu diubah menjadi berpikir positif yang menekankan

27

kepada pengartian stressor sebagai sesuatu yang tidak perlu

dicemaskan. Bahkan individu perlu melihat adanya peluang-peluang

untuk mengatasi stressor dan harapan-harapan positif lainnya. Saat

stressor musibah datang menghampiri, biasanya akan mudah timbul

rasa kehilangan sesuatu dari dalam diri. Hal ini membutuhkan rasa

percaya (keimanan) bahwa diri kita ini bukan siapa-siapa, diri ini

adalah milik Allah SWT, dan apa pun yang ada pada sekeliling kita

adalah milik Allah SWT. Mensyukuri apa yang sudah diberikan dan

selalu berserah diri akan menghindarkan kita dari perasaan serakah dan

beban pikiran lainnya.

d. Doa dan Dzikir. Sebagai insan beriman, doa dan dzikir menjadi

sumber kekuatan bagi kita dalam berusaha. Adanya harapan yang

tinggi disandarkan kepada Allah SWT, demikianpun apabila ada

kekhawatiran terhadap suatu ancaman, maka sandaran kepada Allah

SWT senantiasa melalui doa dan dzikir. Melalui dzikir, perasaan

menjadi lebih tenang dan khusyuk, yang pada akhirnya akan mampu

meningkatkan konsentrasi, kemampuan berpikir secara jernih, dan

emosi menjadi lebih terkendali. Hentakan kemarahan dan kesedihan,

ataupun kegembiraan yang berlebihan senantiasa dapat dikendalikan

dengan baik. Ketenangan hati (emosi) ini akan mengarahkan individu

pada kekuatan untuk menyelesaikan masalah.22

22Susatyo Yuwono, Mengelola Stress Dalam Perspektif Islam Dan Psikologi, PSYCHO

IDEA, Tahun 8 No.2, ISSN 1693-1076

28

e. Pengaturan Perilaku

Stress dapat terjadi karena adanya keinginan untuk mengontrol hasil

yang berlebihan. Dalam hal ini agama islam mengajarkan baha

manusia wajib berusaha, namun Allah yang menentukan. Menurut

ajaran islam, perasaan harap kepada Allah merupakan hal yang harus

tetap ditumbuhkan dalam hidup. Kepercayaan bahwa Allah akan

membantu dan tidak membebani manusia sesuatu yang tidak mampu

dipikulnya, merupakan suatu yang penting dalam menghadapi

masalah.

f. Dukungan Sosial

Selain itu, hubungan antar sesame manusia juga penting sebagai

dukungan sosial dalam mengatasi segala masalah, terutama dukungan

untuk bersabar dan melakukan hal yang benar sesuai dengan jalan

Allah.23

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata lain Adolenscere

(kata belanda, Adolencentia yang berarti remaja) yang berati tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Istilah Adolescence, seperti yang dipergunakan

saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental,

emosional, spasial dan fisik.

Pieget mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia

dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak

23Hasan Aliyah, Pengantar Psikologi Kesehatan Islami, (Jakarta: Rajawali Press, 2008),

h. 87

29

tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan

berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah

hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek

efektif, kurang lebih berhubunhan dengan masa puber termasuk juga

perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas

dari cara berfikir remaja ini memungkinkanya untuk mencapai integrasi

dalam hubungan sosial orang dewasa yang kenyataannya merupakan ciri

khas yang umum dari periode perkembangan ini.24

Monks mengungkapkan bahwa remaja adalah individu yang berusia

antara 12-21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa

anak-anak ke masa dewasa. Dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja

awal, 15-18 yahun masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun masa remaja

akhir.25

Pada tahun 1974, WHO memberkan definisi tentang remaja yang lebih

bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria

biologik, psikolgik dan ssial ekonomi, remaja adalah suatu masa dimana :

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-

tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologik dari pola

identifikasi dan kanak-kanak menjadi dewasa.

24Elizabeth B Hurlock, Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan

oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997) h. 206

25Frans J.Monks, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbgai Bagiannya. Terjemahan Siti Rahayu Haditomo, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999)

30

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan ssial-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.26

2. Ciri-Ciri Masa Remaja

Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang

kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang

membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri

tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Masa remaja merupakan periode yang penting

Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan penting

dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian

mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.27

a. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang

telah terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan dari

satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya. Dengan

demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya

akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang

akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru

pada tahap berikutnya.28

26Sarlito W Sarwono, Psikolgi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994) h. 9 27Elizabeth B Hurlock, Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan

oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997) h. 207

28Elizabeth B Hurlock, Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997) h. 207

31

b. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja

sejajar dengan tingkat perubahan fisik, ada 5 perubahan selama masa

remana. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung

pada tingkat perubahan fisik dan psikolgis yang terjadi. Kedua,

perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok

sosial. Ketiga, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda,

masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit

diselesaikan dibanding masalah yang dihadapi sebelumnya. Keempat,

dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga

berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak di anggap penting,

sekarang setelah hampir dewasa dianggap tidak penting lagi. Kelima,

sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan,

mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering

takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan

mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.29

c. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian

diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap

individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awal

masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Namun lambat

29Elizabeth B Hurlock, Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan

oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997) h. 207

32

laun mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin

menjadi peribadi yang berbeda dengan orang lain.30

d. Masa remaja sebgai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang

tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak ,

menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi

kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak

simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

e. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis

Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang ia ingkinkan dan bukan sebagaimana adanya.

Terlebih dalam hal cita-cita. Semakin tidak realistis cita-citanya ia

semakin menjadi marah, remaja akan sakit hati dan kecewa apabila

orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai

tujuan yang ditetapkannya sendiri.31

3. Tahap Perkembangan Remaja

a. Remaja awal (12-15 tahun)

Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan

yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai

perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-

pikiran baru, tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara

30Elizabeth B Hurlock, Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997) h. 208

31Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan:” Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan”. Terjemahan Istiwidayanti & Soedjarno, (Jakarta: Erlangga, 1997)

33

erotis. Kepekaan yang berlebih ini ditambah dengan berkurangnya

pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan

dimengerti oleh orang dewasa.

b. Remaja madya (15-18 tahun)

Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman, ada

kecenderungan naristik yaitu mencintai dirinya sendiri dengan cara lebih

menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan

dirinya. Pada tahap ini remaja dalam kondisi kebingungan karena masih

ragu untuk memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri,

optimis taua pesimis, dan lain sebagainya.

c. Remaja akhir (18-21 tahun)

Tahap ini adalah masa mendekati kedewasan yang ditandai dengan

pencapaian:

- Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

- Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.

- Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

dengan orang lain.

- Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi

- Tumbuhnya dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat

umum.32

32Frans J. Monks, Psikologi Perkembanga: Pengantar Dalam Berbgai Bagiannya.

Terjemahan Siti Rahayu Haditomo, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999)

34

4. Tugas-Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja

Ada empat ciri-ciri utama yang harus diperhatikan dalam perkembangan

kehidupan remaja, antara lain :33

a. Adanya kesadaran akan adanya perubahan-perubahan dalam

kenyataan dirinya sebagai makhluk biologis, terutama adanya

perubahan perubahan pada bentuk tubuh sebagai akibat dari

fisiologis karena bekerjanya kelenjar-kelenjar tertentu menjadi

lebih aktif.

b. Sejak masa anak sekolah sampai tiba pada masa remaja, si anak

yang menjadi remaja merasakan adanya keterkaitan kepada teman

kelompok sebaya dalam lingkup “heterosexsualitas”

c. Timbulnya dorongan untuk mencapai kebebasan pribadi dalam

usaha memantapkan status dirinya dalam lingkungan hidupnya

sebgai individu yang berdiri sendiri (a separate self)

d. Adanya keinginan remaja untuk memantapkan filsafat hidupnya

dan pola tertentu berdasarkan kesatuan norma kehidupan yang

dianutnya. Yang akan dijadikan pedoman didalam ia bertingkah

laku dalam perkembangan sebagai manusia dewasa.

Sedangkan tugas perkembangan remaja menurut Havighurst adalah

sebagai berkut :

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman

sebaya baik pria maupun wanita

33 John w Santrock, Adolescence – Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2003), h.

84-87

35

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif

d. Mengharapkan dan mencapai prilaku sosial yang bertanggung

jawab

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya

f. Mempersiapkan karir ekonomi

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan

untuk berperilaku.34

C. Bullying

1. Pengertian Bullying

Perundungan atau Bullying didefinisikan sebagai opresi yang dilakukan secara

berulang-ulang dari seseorang atau kelompok orang yang memiliki kekuasaan

yang ditujukan kepada seseorang atau kelompok yang tidak memiliki

kekuasaan baik berupa kekerasan fisik maupun psikologis.35

Bullying melibatkan sebuah niat untuk menyakiti, perbuatan yang

menyakiti, kekuasaan yang tidak setara, dilakukan secara berulang-ulang,

34Elizabeth B Hurlock, Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan

oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997) h. 10

35Rigby, Bullying in School and What to Do About It, (Australia: Acerr Press, 2007), h. 11

36

penyalahgunaan kekuasaan, sebagai bentuk kepuasan bagi pelaku dan

perasaan tertekan bagi korban.36

Peristiwa bullying dapat terjadi ketika adanya ketidakseimbangan

kekuasaan antar individu atau kelompok di sekolah yakni ketika orang yang

lebih memiliki kekuasaan menggunakan kesempatan untuk menjatuhkan pihak

lain. Siklus terjadinya bullying dimulai ketika seorang korban potensial

terlihat sebagai orang yang lemah dan rentan dari berbagai serangan dari pihak

lain. Pihak korban cenderung terlihat sebagai orang yang introvert. Secara

fisik lebih lemah dibandingkan rata-rata orang, memiliki gejala kecemasan,

terisolasi dari kehidupan sosial, dan sebagai objek prasangka dari pihak lain.

Kemudian pihak yang lebih memiliki kekuasaan memutuskan untuk

menjadikan korban potensial itu sebagai target dari berbagai bentuk

penyalahgunaan kekuasaan. Jika korban cenderung pasif dan tidak melakukan

perlawanan, siklus tersebut akan kembali terulang beebrapa kali. Korbanpun

merasa terancam dan ketakutan yang menampakan tanda-tanda terganggu atau

bingung. Dalam keadaan yang seperti ini, pelaku bullying telah mengalami

kesuksesan dalam melakukan bullying terhadap korbannya sehingga dapat

menikmati kepuasan sebagai pihak yang dominan.37

2. Bentuk-Bentuk Bullying

Salah satu faktor besar dari perilaku bullying pada remaja disebabkan

adanya teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dengan cara

36 Rigby, New Perspectives on Bullying, (London & Philadelphia: Jessica Kingsley Publisher, 2002), h. 51

37 Rigby, New Perspectives on Bullying, (London & Philadelphia: Jessica Kingsley

Publisher, 2002), h. 65-66

37

menyebarkan ide (baik secara aktif maupun pasif) bahwa bullying bukanlah

suatu masalah besar dan merupakan suatu hal yang wajar untuk dilakukan.

Pada masanya, remaja memiliki keinginan untuk tidak lagi tergantung pada

keluarganya dan mulai mencari dukungan dan rasa aman dari kelompok

sebayanya. Jadi, bullying terjadi karena adanya tuntutan konformitas.38

Sejauh ini, masih ada anggapan bahwa, intimidasi atau bullying disekolah

dianggap sebagai pengalaman khas masa kecil atau ritual bahwa semua siswa

harus bertahan hidup, anak-anak harus belajar berurusan dengan pengganggu

itu sendiri. Meskipun pandangan ini bertentangan dengan pemahaman yang

dianut banyak kalangan pendidik bahwa siswa harus merasa aman untuk

belajar.

Terdapar beberapa jenis bullying. Bullying dapat berbentuk tindakan fisik

ata verbal yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. SEJIWA

membagi jenis-jenis bullying kedalam 4 jenis, antara lain :

1. Bullying secara verbal

Perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam,

penghinaan, pernyataan-pernyataan yang berupa ajakan seksual atau

pelecehan seksual, terror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan

yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gossip dan sebagainya.

Bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah

dilakukan dan bullying bentuk verbal akan menjadi awal perilaku bullying

38Djuwita R, Bullying: Kekerasan Terselubung Di Sekolah, 2007. http://www.anakku.net,

diakses pada 28 april 2017

38

yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yng

lebih lanjut.

2. Bullying secara fisik

Bullying secara fisik meliputi memukul, menendang, menampar, mencekik,

menggigit, mencakar, meludahi dan merusak serta menghancurkan barang-

barang milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang paling

tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying dalam

bentuk fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja yang

melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan remaja yang paling

bermasalah dan cenderung akan beralih pada tindakan-tindakan criminal yang

lebih lanjut.

3. Bullying secara relasional

Bullying secara rasional adalah pelemahan harga diri korban secara sistematis

melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat

mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif,

lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang

mengejek. Bullying dalam bentuk ini cenderung perilaku bullying yang paling

sulit dideteksi dari luar. Bullying secara rasional mencapai puncak

kekuatannya diawal masa remaja, karena saat itu terjadi perubahan fisik,

mental emosional dan seksual remaja. Ini adalah saat remaja mencoba

mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya

39

4. Bullying elektronik

Bullying elektronik merupakan bentuk bullying yang dilakukan pelakunya

melalui sarana elektronik seperti computer, handphone, internet, website,

chating room, email, sms dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror

korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video

atau film yang sifatnya menintimidasi, menyakiti, atau menyudutkan. Bullying

jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki

pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan media

elektronik lainnya.39

Adapun bentuk-bentuk bullying menurut McCulloh Barbara antara lain :

a. Verbal Bullying : mengatakan atau menulis hal-hal yang berarti.

Verbal intimidasi meliputi sindiran, saling mengata-ngatai,

komentar seksual yang tidak pantas, mengejek, mengancam untuk

menyebabkan kerusakan.

b. Sosial Bullying : sosial intimidasi meliputi, meninggalkan seorang

pada tujuan mengatakan anak-anak lain untuk tidak berteman

dengan seseorang, memalukan seseorang didepan umum.

c. Fisik Intimidasi : fisik intimidasi meliputi memukul, menendang,

mencubit, peludahan, tripping/mendorong, mengambil atau

merusak barang seseorang, membuat gerakan yang kasar.

d. Cyberbullying : didefinisikan dalam istilah hukum sebagai berikut

(1) tindakan yang menggunakan teknologi informasi dan

39Sejiwa, Bullying: mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak, (Jakarta

: Grafindo, 2008)

40

komunikasi untuk mendukung perilaku bermusuhan secara

disengaja dan atau berulang oleh seseorang individu atau kelompok

yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain atau yang lain. (2)

penggunaan teknologi informasi untuk tujuan merugikan orang

lain. (3) penggunaan layanan internet dan teknologi mobile seperti

halaman web dan grup diskusi serta pesan instan melalui SMS

dengan maksud merugikan orang lain.40

3. Dampak Bullying

Bullying memiliki dampak serius bagi anak-anak korban bullying dibanding

dengan teman yang lainnya, mereka menjadi depresi, kesepian dan cemas,

memiliki harga diri yang rendah, merasa tidak sehat, selalu sakit kepada dan

migrain, serta mungkin berfikir tentang hunuh diri.41

Beberapa dampak yang ditimbulkan oleh perilaku bullying antara lain:

a. Dampak Terhadap Kehidupan Individu

- Gangguan psikologis seperti cemas dan kesepian

- Konsep diri korban bullying menjadi lebih negative karena korban

merasa tidak diterima oleh teman-temannya.

- Menjadi penganiaya ketika dewasa

- Agresif dan kadang-kadang melakukan tindakan kriminal

40Masdin, Fenomena Bullying Dalam Pendidikan, Jurnal Al-Ta’disb, Vol. 6, N0.2,

Desember 2013, h. 5-6 41Carter & Vicky Spencer, The Fear Factor: Bullying And Students With Disabbilities,

International Jurnal Of Special Education, Vol.21, N0.1 h. 11

41

- Korban bullying merasa stress, depresi, tertekan, benci terhadap

pelaku, dendang, ingin keluar sekolah, merana, malu, dan

terancam.

- Menggunakan obat-obatan atau alkohol.

- Membenci lingkungan sosialnya

- Korban akan merasa rendah diri dan tidak berharga

- Cacat fisik permanen

- Gangguan emosional bahkan dapat menjurus pada gangguan

kepribadian

- Keinginan untuk bunuh diri

b. Dampak Terhadap Kehidupan Akademik

Penelitian menunjukan bahwa bullying ternyata berhubungan

dengan meningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai akademik,

dan tindak bunuh diri. Bullying juga menurunkan skor kecerdasan dan

kemampuan analisis para siswa

c. Dampak Terhadap Perilaku Sosial

Remaja korban bullying sering mengalami ketakutan dan menjadi

tidak percaya diri, merasa tidak nyaman dan tidak bahagia, aksi bullying

menyebabkan seseorang menjadi terisolasi dari kelompok sebayanya,

karena teman sebaya korban bullying khawatir akan menjadi korban

bullying seperti teman sebayanya, mereka menghindari akhirnya korban

bullying sekamin terisolir dari pergaulan sosial.

42

4. Faktor Penyebab Terjadinya Bullying

Faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain:

a. Keluarga

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa sikap melindungi

orang tua yang berlebihan terhadap anaknya,membuat mereka rentan

terkena bullying, anak-anak yang memiliki orang tua yang terlalu

mengekang lebih mungkin menjadi korban intimidasi fisik dan psikis atau

bullying dari teman-temannya. Dan orang tua yang terlalu melindungi

anak-anaknya dari pengalaman yang tidak menyenangkan akan membuat

mereka lebih rentan terhadap praktek bullying, serta anak-anak yang

memiliki orang tua yang keras merupakan anak-anak paling mungkin

mengalami perlakuan bullying. Pola hidup orang tua yang berantakan,

terjadi perceraian orang tua, orang tua tidak stabil perasaan dan

pikirannya, kemampuan dan tingkah lakunya, orang tua saling mencaci

maki, menghina, bertengkar dihadapan anak-anaknya, bermusuhan dan

tidak pernah akur, memicu munculnya depresi dan stress bagi anak.

Semua orang menganggap, perilaku bullying acap terjadi di

sekolah, namun sebenarnya intimidasi benar-benar dimulai dari rumah.

Dia berharap bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang

bersikap keras paling mungkin menjadi mangsa para pelaku intimidasi.

Seandainya anak-anak mampu menghadapi persoalan yang sulit, mereka

menjadi tahu bagaimana menangani konflik. Jika orang tua selalu

mengambil alih, maka anak-anak itu memiliki strategi mengatasinya dan

lebih mungkin dia menjadi target bully.

43

b. Media Massa

Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari

segi tayangan yang mereka tampilkan. Tayangan Tv, film dan bahan

bacaan lain, dapat memberi efek perilaku negatif; seperti anti sosial,

rendahnya rasa sensitifitas pada kekerasan, meningkatnya rasa ketakutan

menjadi korban bullying dan mempelajari sikap agresif.

c. Teman Sebaya

Salah satu faktor besar dari perilaku bullying pada remaja

disebabkan oleh adanya teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif

dengan cara menyebarkan ide (baik secara aktif maupun pasif) bahwa

bullying bukanlah suatu masalah besar dan merupakan suatu hal yang

wajar untuk dilakukan. Remaja memiliki keinginan untuk tidak lagi

tergantung pada keluarganya dan mulai mencari dukungan serta rasa aman

dari kelompok sebayanya. Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah

dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk

melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha

untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu,

meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

d. Lingkungan sosial budaya

Kondisi lingkungan sosial dapat menjadi penyebab timbulnya

perilaku bullying. Faktor kriminal budaya merupakan salah satu penyebab

munculnya perilaku bullying. Suasana politik yang kacau balau, ekonomi

yang tidak menentu, ketidakadilan dalam masyarakat, penggusuran,

pemerasan, perampokan, perkosaan, kemiskinan, semua itu dapat memicu

44

munculnya perilaku abnormal, muncul kecemasan-kecemasan,

kebingungan, dan perilaku patologis, hal ini pula yang mendorong para

remaja masuk dalam kecanduan obat-obatan terlarang, alkohol dan

narkoba, dan banyak yang menjadi neurotis dan psikotis yang akhirnya

berperilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan sosial yang

menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup

dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan

hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi

pemalakan antar siswanya.42

5. Kategori Bentuk Bully Ringan Dan Bully Berat

a. Bullying yang dilakukan secara verbal adalah bullying yang sering

digunakan

Bully secara verbal adalah jenis bully yang dilakukan. Biasanya

pelaku akan melakukan intimidasi kepada korban dengan cara verbal.

Pelaku juga akan melakukan intimidasi secara verbal ini kepada seseorang

yang memiliki kebutuhan khusus atau kepada mereka yang memiliki

perbedaan dari orang kebanyakan. Kebanyakan korban yang

mengalami bully verbal seperti ini akan mengalami bekas emosional yang

mendalam.

b. Bully secara beramai atau kelompok

Bully dengan cara bersama-sama memojokkan seseorang

merupakan bully yang sering kali juga kita lihat. Bullydengan cara seperti

42Masdin, Fenomena Bullying Dalam Pendidikan, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 6, N0.2,

Desember 2013, h. 6-9

45

ini juga sama persis dengan kasus bully yang belakangan ramai.

Korban bully seperti ini cenderung meejek, menghina, mengabaikan,

mengucilkan, dan mengintimidasi. Biasanya bully ini terjadi di

kalangan anak sekolah menengah dan di luar pengawasan orang tua dan

guru. Tujuan para pelakunya sendiri adalah demi menunjukkan kedudukan

sosial atau unjuk diri kalau dirinya lebih dari yang lainnya.

c. Bully fisik tingkat bully yang lebih berbahaya

Ketika seseorang sudah berani untuk melakukan kontak fisik

bahkan kekerasan terhadap orang lain, tujuan pelaku adalah untuk

menyakiti target mereka. Meski bully secara fisik ini mugkin lebih

mendapatkan perhatian lebih dari lingkungan sekitar, karena

tindakan bully seperti ini lebih mudah dikenali dibandingkan

tindakan bullylainnya yang cenderung lebih halus, meski dapat menyakiti

psikis para korban juga. Namun, tindakan bully fisik, seperti memukul,

menendang, atau melakukan penyerangan secara fisik seperti ini tidak

hanya menyakiti korbannya secara batin tapi juga secara fisik. Tentu,

dampaknya lebih berbahaya.

d. Sexual Bullying. Bully yang paling memalukan dan menyakitkan

dibandingkan dengan jenis bully lainnya,

tinggat sexual bullying merupakan tindakan bully yang berbahaya,

menyakitkan, dan memalukan. Pelaku akan menargetkan korbannya dan

melakukan hal-hal yang memalukan, contohnya komentar kasar, isyarat

vulgar, hingga sentuhan tak diundang.43

43trivia.id, Batas-batas bully yang harus kamu tahu. Dari yang paling ringan sampai

yang paling berat. Diakses pada 10 desember 2017.

46

6. Faktor Penyebab Tindakan Bullying Di Usia Remaja

Ada banyak penyebabnya tindakan bullying kerap sekali dilakukan oleh

anak berusia remaja, antara lain adalah :

a. Kurangnya Perhatian

Rendahnya keterlibatan serta perhatian orang tua kepada anak

membuat anak jadi suka mencari perhatian di lingkungan sekitarnya. Ada

yang memilih untuk berprestasi dan menunjukan kemampuannya demi

mendapatkan perhatian. Namun, sayangnya, ada juga yang memilih untuk

melakukan bullying dan membuat onar bahkan keributan demi

mendapatkan perhatian orang tuanya. Hal ini sangat penting diperhatikan

bagi kamu yang akan menjadi orang tua agar selalu menjaga kadar

perhatian kepada sang buah hati dengan memberikan perhatian yang

cukup.

b. Ingin Berkuasa

Anak yang suka melakukan tindakan bullying biasanya sedang

menunjukan kekuasaan dan kekuatannya demi mendapatkan pengakuan

dari sekitar dengan menindas yang lemah dan menginginkan anak lain

untuk mengikutinya di bawah tekanan rasa takut. Kalau kamu melihat

orang yang arogan, bersikap bossy, bisa jadi dia suka menindas orang

lemak dan anak yang tidak mau menurut dengannya.

c. Pola Asuh Dalam Keluarga

Tak salah jika banyak yang mengatakan bahwa keluarga adalah

faktor utama permasalahan yang terjadi pada anak karena keluarga

merupakan pendidik pertama dan utama. Sikap bullying merupakan

47

pengembangan dari sikap anak yang agresif. Mereka yang

mengembangkan perilaku agresif tumbuh dalam pengasuhan yang tidak

kondusif, mulai dari kedekatan yang tidak aman dengan pengasuhnya,

tuntutan disiplin yang terlalu tinggi dari orang tuanya dan bahkan masalah

hubungan kedua orang tuanya: konflik suami-istri, depresi, antisosial dan

bahkan melakukan tindakan kekerasan di rumah. Hal tersebut

menyebabkan sang anak merasa pelampiasan terhadap tekanannya

tersebut.

d. Ekspose Kekerasan Dari Media

Tak dapat dipungkiri bahwa media memiliki peran yang sangat

penting dalam kehidupan manusia. Bahkan, media juga menjadi kebutuhan

pokok yang harus dipenuhi. Mulai dari televisi, surat kabar dan bahkan

media online mengandung topik yang berkembang begitu pesat. Tak

heran, tindak kekerasan juga banyak ditemukan di media, seperti adegan

dalam sinetron atau reality show yang menunjukan adegan

kekerasan, bullying, game atau melalui sosial media. Pada dasarnya, anak-

anak yang masih dalam tahap belajar dan memiliki rasa penasaran tinggi

akan menirukan hal-hal yang mereka lihat tersebut tanpa menyaringnya.

e. Pernah Jadi Korba Kekerasan

Biasanya, anak yang pernah menjadi korban kekerasan memiliki

keinginan untuk membalas apa yang sudah didapatkannya. Kekerasan

tersebut bisa didapatkan dari orang tua atau menjadi korban orang asing.

Kekerasan yang terjadi dari orang tua bisa jadi sebagai bentuk

pendisiplinan dari orang tua terhadap anak dan sang anak tidak

48

diperkenankan untuk melawan orang tua. Akhirnya, karena tidak memiliki

kekuatan untuk membalas, sang anak hanya memendam perasaan tersebut

dan membalaskan dendamnya kepada orang lain.

f. Faktor Pubertas Dan Krisis Identitas

Faktor utama yang mencakup semua permasalahan yang telah

disebutkan adalah faktor pubertas. Pubertas dan krisis identitas adalah hal

yang normal terjadi di kalangan remaja. Dalam tahap mencari identitas dan

juga eksistensi, biasanya para remaja hobi membentuk geng. Namun, ada

geng yang normal, ada juga geng yang suka membuat onar dan melakukan

hal-hal menyimpang.44

44 www.kompasiana.com

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sebab di dalam

proses penelitian diharapkan mampu memperoleh data secara langsung

dari orang-orang atau pelaku yang diamati baik lisan maupun tulisan.

Melalui metode kualitatif, peneliti dapat mengenal orang (subjek) secara

pribadi dan melihat mereka mengembangkan definisi mereka tentang suatu

hal.45

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, yakni penelitian

yang menggambarkan sebuah situasi dilapangan. Data yang dikumpulkan

berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut berasal

dari wawancara secara langsung , observasi dan dokumentasi.46

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di daerah Jakarta sesuai dengan

domisili informan yang akan diteliti, dengan waktu penelitian dari bulan

april 2017 sampai dengan bulan september 2017.

D. Teknik Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Purposive

Sampling dan Snowball Sampling . Teknik Purposive Sampling adalah

teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Artinya orang

45Lexy J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3

46 Burhan Bugin, Analisis Data Dan Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 20013), cet ke 2, h. 39

50

tersebut dianggap mengetahui tentang apa yang peneliti harapkan sehingga

akan memudahkan peneliti untuk menjelajahi objek atau situasi yang

diteliti. Konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan

bagaimana dengan memilih informan yang orang tersebut dianggap paling

tahu tentang apa yang kita harapkan. Yang terpenting disini bukan jumlah

informannya, melainkan potensi dari setiap kasus untuk dapat memberikan

secara teoritis mengenai aspek yang dipelajari.47

Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sample yang pada

awalnya jumlahnya sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang

lengkap, maka harus mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai

sumber data.48

Jadi penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilkukan saat

peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung.

Caranya yaitu seorang peneliti memili orang tertentu yang di

pertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya

berdasarkan data atau informasi yang diperolah dari sampel sebelumnya

itu peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan

memberikan data yang lebih lengkap.49

E. Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer

(pokok) dan data sekunder (pendukung)

47 Prof. Dr. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), cet

ke 5, h. 54 48Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasia, 1996), h.31 49Sugiono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008)

h. 301

51

7. Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui hasil wawancara

dengan informan korban bullying.

8. Data sekunder adalah data yang didapatkan melalui buku, jurnal, laporan

penelitian, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan fokus

penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan.50

Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara terstruktur

yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan

disampaikan kepada informan. Selain itu juga peneliti menggunakan jenis

wawancara pembicaraan informal. Dalam jenis ini, pertanyaan sangat

tergantung pada pewawancara, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam

mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara

dengan terwawancara adalah dalam situasi biasa, wajar. Sedangkan

pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam

kehidupan sehari-hari. Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara

50 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2000), h. 135

52

malah barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa ia sedang

di wawancarai.51

2. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

Melalui observasi, peneliti mengetahui tentang perilaku dan makna dari

perilaku tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi

langsung serta menggunakan jenis observasi partisipatif. Dengan observasi

langsung, peneliti melakukan pengamatan untuk mencari data yang

nantinya menjadi salah satu sumber data yang kemudian dapat diolah

menjadi bahan analisis52

3. Dokumentasi

Dokumen adalah setiap bahan yang tertulis atau foto, sehingga

dengan adanya bantuan dokumen, peneliti terbantu mendapatkan data yang

sesuai dengan masalah penelitian. Dokumentasi adalah setiap bahan

tertulis, foto atau film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena

adanya permintaan seseorang penyelidik atau peneliti. Dokumentasi sudah

lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam

banyak hal dokumentasi sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,

menafsirkan bahkan untuk meramalkan.53

51 Lexy J. Moleong, Metode penelitian Kualitatif(bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) cet ke 26, h. 187

52Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008) h. 227

53 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 216

53

4. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif, yang data

diperoleh melalui wawancara dan pengamatan tersebut dideskripsikan

dalam bentuk uraian. Menurut Bogdam, analisis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain., sehingga dapat

mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.54

Pada saat menganalisisis data hasil wawancara, peneliti mengamatinya

secara detail dan dilakukan berulang-ulang dari awal sampai akhir

kemudian menyimpulkannya. Setelah itu menganalisa kategori-kategori

yang terlihat pada data-data tersebut. Analisa data melibatkan upaya

mengidentifikasi suatu objek dan peristiwa. Kategori dari analisa data

diperoleh berdasarkan fenomena yang terlihat pada tempat penelitian

tersebut.

5. Teknik Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data, peneliti menggunakan teknik

triangulasi. Merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data pengecekan atau

perbandingan terhadap dua data tersebut. Teknik triangulasi yang banyak

digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lainnya.55

54Prof. Dr. Sugiono, Metode penelitian Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009),

cet 8, h. 224 55Lexy. J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2009) Cetakan ke-18 edisi revisi, h. 330

54

6. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literature)

yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada

penelitian skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk

membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan

untuk penelitian skripsi ini. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian

skripsi ini, peneliti menggunakan literatur antara lain :

1. Penelitian dari Dina Amalia dengan judul skripsi ‘Hubungan Persepsi

Tentang Bullying Dengan Intensitas Melakukan Bullying Siswa

SMAN 82 Jakarta’- UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas

Psikologi – 2010

Penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara persepsi bullying dengan intensi melakukan bullying. Artinya

semakin positif persepsi siswa tentang bullying, maka akan semakin

tinggi intensi siswa melakukan bullying. Intensi merupakan aspek yang

sangat erat hubungannya dengan munculnya suatu tingkah laku.Hal ini

disebabkan karena bahwa tingkah laku individu seringkali didahului

oleh adanya niat atau intensi untuk berperilaku.

2. Farisa Handini, dengan judul penelitian ‘Hubungan Konsep Diri

Dengan Kecenderungan Berperilaku Bullying Siswa SMA Negri 70

Jakarta’ - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Psikologi – 2010

Penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan negatif yang

signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan berperilaku

bullying. Dengan kata lain, semakin tinggi (positif) konsep diri

55

seseorang maka semakin rendah kecenderungan seseorang untuk

berperilaku bullying atau sebaliknya semakin rendah (negatif) konsep

diri maka semakin tinggi kecenderungan berperilaku bullying

3. Annisa Elfa Ariany, dengan judul skripsi ‘Faktor Penyebab Terjadinya

Bullying Di SMA Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan’ - UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi –

2016

Penelitian ini menjelaskan bahwa karakteristik perilaku bullying

sebagian besar hanya perilaku mengintimidasi seseorang yang berada

dibawahnya. Seperti perbedaan kelas, senioritas, status sosial, baik

dalam bentuk cibiran, ejekan, tatapan intimidasi. Faktor penyebab

adanya bullying di SMA Al-Azhar juga dikarenakan siswa yang

merasa dirinya lebih dari orang lain. Baik dalam penampilan maupun

lebih tinggi kelasnya. Selain itu, perilaku bullying biasanya adalah

mereka yang pernah menjadi korban bullying dan ketika mereka

menjadi senior, maka mereka akan melakukan hal yang sama pada

juniornya.

4. Jasmine Nadhilah, dengan judul penelitian ‘Gambaran perilaku

bullying dan faktor penyebab terjadinya bullying pada siswa XI SMK

Muhammadiyah 4 Jakarta’ - Universitas Bina Nusantara, Fakultas

Psikologi – 2013

Penelitian ini menjelaskan bahwa pada faktor penyebab bullying tradisi

merupakan faktor tertinggi disusul faktor pemahaman nilai yang salah

atas korban. juga dikatakan banyak guru yang menganggap tidak serius

56

perilaku bullying dan menganggap hal biasa. Untuk faktor

pemahamkan yang salah atas nilai korban yang merupakan faktor

tertinggi kedua adalah faktor yang memang banyak terjadi oleh siswa

dan pelaku. Faktor pemahaman nilai yang salah atas korban adalah

ketika pelaku bullying menganggap perilaku/korban itu sendiri

dianggap salah.

5. C. Anne Broussard, Alfred L. Joseph and Marco Thompson ‘Stressors

and Coping Strategies Used by Single Mothers Living in Poverty’ -

Journal Of Women And Social Work (27) 2 190-204, University Of

South Australia (AU), july 6, 2015.

Penelitian mengenai strategi coping dalam ranah pekerja sosial disini

menjelaskan bahwa metode coping dapat dipengaruhi oleh berbagai

setting, antara lain dukungan emosional dari keluarga anggota dan

teman, memiliki iman-spiritualitas yang baik, olahraga untuk

mendapatkan kesehatan fisik, kekuatan internal dalam penyelesian

masalahnya, harapan, dukungan dari lingkungan sekitar. merupakan

berbagai metode coping yang bisa digunakan untuk dapat

menyelesaikan masalah. dalam membantu proses coping dari

seseorang yang sedang mengalami tekanan atau stres adalah dengan

cara memberdayakan orang tersebut dengan melihat berbagai potensi

yang ada dalam dirinya dan percaya bahwa seseorang bisa

menyelesaikan masalahnya dengan mengoptimalkan potensi yang ada

dalam dirinya. Dengan begitu, seseorang akan merasa memiliki

kekuatan dalam dirinya sendiri untuk dapat menyelesaikan masalahnya

57

melalui bentuk coping yang adaptif dan tidak merugikan diri sendiri

dan orang lain. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, Strategi coping

yang digunakan pada diri seseorang tentunya dipengaruhi oleh

berbagai macam setting baik itu keluarga, sekolah, teman sebaya

maupun lingkungan sekitar dan juga memengaruhi keberfungsian

sosialnya. Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang dilakukan

individu-individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas kehidupan

dan memenuhi kebutuhannya. keberfungsian sosial berkaitan dengan

pemenuhan tanggungjawab seseorang terhadap masyarakat secara

umum, terhadap lingkungan terdekat dan terhadap dirinya sendiri. Jika

seseorang dapat menggunakan perilaku coping dengan bentuk yang

baik maka ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya

dengan baik pula begitu pun keberfungsian sosialnya baik fisik, mental

mapun hubungan sosialnya.

58

BAB IV

HASIL TEMUAN DAN ANALISIS

A. Identitas Informan

1. Data Informan 1

- Nama : BDH

- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Oktober 1998

- Usia : 19 Tahun

- Jenis Kelamin : Laki-Laki

- Domisili : Jakarta – Petukangan Selatan

- Agama : Islam

- Hobby : Menggambar

- Suku : Betawi

- Pekerjaan : Mahasiswa

- Pendidikan Terakhir : SMA

- Jumlah Saudara Kandung : 2

- Jenis Bully : Bully Verbal

2. Data Informan 2

- Nama : LF

- Tempat Tanggal Lahir : 21 Desember 1998

- Usia : 19 Tahun

- Jenis Kelamin : Perempuan

59

- Domisili : Jakarta – Radio Dalam

- Agama : Islam

- Hobby : Membaca

- Suku : Betawi

- Pekerjaan : Mahasiswa

- Pendidikan Terakhir : SMA

- Jumlah Saudara Kandung : 2

- Jenis Bully : Bully Verbal

3. Data Informan 3

- Nama : AMR

- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Januari 1999

- Usia : 18 Tahun

- Jenis Kelamin : Laki-Laki

- Domisili : Kebayoran Baru

- Agama : Islam

- Hobby : Bermusik

- Suku : Betawi

- Pekerjaan : Pelajar

- Pendidikan Terakhir : SMA

- Jumlah Saudara Kandung : 1

- Jenis Bully : Bully Fisik

60

B. Strategi Coping

1. Analisis Kasus Informan I

a. Kronologi Terjadinya Bullying

Informan BDH mengalami tindakan bullying sejak dia duduk di kelas

1 SMA, bahkan hingga saat kuliah sekarang dia masih mengalami tindakan

bullying akan tetapi intensitasnya tidak sesering atau tidak separah ketika dia

SMA. Bullying yang diterima oleh BDH berupa bullying verbal antara lain

pengucilan, berkata yang tidak sopan kepada pelaku, menyuruh-nyuruh,

memalak, merendahkan.56Tindakan bullying yang dia terima pada saat SMA

antara lain seniornya menyuruhnya untuk menyanyi salah satu lagu di tengah

lapangan sampi harus menanggung malu dengan teman-temannya, tidak

hanya itu, dia juga pernah disuruh seniornya untuk memakan kotoran kucing

entah pelaku berniat hanya bercanda atau tidak tapi BDH merasa perlakuan itu

tidak pantas, selain itu juga BDH sering sekali disuruh-suruh untuk membeli

makanan atau minuman memakai uangnya akan tetapi jarang sekali diganti,

selain itu BDH juga tidak memiliki teman yang banyak atau orang yang susah

bergaul karena memang peneliti melihat BDH adalah orang yang ‘Nerd’ atau

orang yang kutu buku selain itu juga BDH merupakan orang yang diam

sehingga sangat memungkinkan untuk menjadi sasaran bullying. Kronolgi

terjadinya bullying itu diungkapkan sendiri oleh BDH pada saat wawancara:

‘’Banyak banget sih, emang gapernah dalam bentuk kekerasan fisik gitu, kaya misalkan aku waktu SMA aku pernah disuruh nyanyi sendiri

56Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying 3 Cara Efektif Mengatasi kekerasan Pada Anak,

(Jakarta: PT. Grasiindo, 2008), h. 22

61

ditengah lapangan sama senior aku sampe aku malu banget sama semuanya, mau ngelawan tapi aku takut banget ya namanya juga senior. terus juga pas SMA aku gabung diorganisasi tapi nama aku jarang ada di susunan kepanitiaan mungkin karna mereka ngeliat aku gabisa apa-apa kali ya, itu juga bikin aku sedih banget, aku mikir aku disini juga pengen belajar tapi malah gitu. Terus jarang dapet temen main juga, terus juga aku sering disuruh-suruh beli makanan dan minuman pake uang aku tapi mereka gapernah ganti uang aku, ada sih beberapa yang ganti, beberapa doang yang ngerasa gaenak aja tapi tetep aja mereka nyuruh-nyuruh. Sering banget mereka kaya gitu. Terus ada lagi sebenernya yang lebih nyakitin lagi, waktu SMA aku disuruh makan kotoran kucing, entah itu mereka becanda atau serius tapi disitu aku sedih banget ngerasa rendah banget. Sedih banget deh kak kalo diinget inget mah jaman SMA, kalo pas kuliah sih ga separah SMA, kalo pas dikampus seringnya disuruh-suruh beli makanan aja tapi pake uang aku tapi jarang banget digantiin’’57

Informan merupakan orang yang ‘Nerd’, pendiam dan suaranya pun sedikit

kurang jelas, jadi dalam mewawancara informan, peneliti sedikit kesulitan

untuk mengerti apa maksud perkataan informan sehingga harus mengulang

kembali pertanyaan dan menggali terus sampai semuanya jelas.58

Dalam upaya memecahkan masalahnya itu, informan BDH melakukan dengan

beberapa strategi coping, baik itu Problem Focused Coping ataupun Emotion

Focused Coping, strategi tersebut antara lain :

b. Confrontative Coping

Cofrontative coping dalam hal ini adalah usaha individu dalam merespon

masalah dengan cara yang agresif dan berani untuk menghadapi pelaku dan

menerima segala resiko dari tindakannya, melawan dengan kemarahannya, hal

tersebut dilakukan karena individu tidak terima dan sudah sangat marah

57Wawancara pribadi dengan informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017 58Hasil Observasi Informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017

62

sehingga tidak ada cara lain selain menghampiri pelaku dan membalas

perlakuan mereka.59 Dalam kasus BDH, BDH merupakan orang yang sangat

hati-hati dalam mengambil keputusan, dia selalu memikirkan bahwa akan

besar sekali masalahnya jika iya justru malah membalas tindakan orang-orang

yang membullynya, dia juga tidak akan gegabah untuk melakukan suatu hal

terlebih jika hal itu akan merugikan dan membuat keadaan menjadi semakin

rumit, juga BDH merasa takut jika nantinya masalahnya akan semakin besar

karna pelakunya juga adalah kebanyakan dari senior BDH di sekolahnya. Hal

ini serupa dengan yang diucapkannya melalui wawancara:

“Hmm.. kalo untuk ngebales tindakan mereka enggak pernah sih, selain karena takut aku males juga. Cuma pernah sih mikir untuk ngadepin mereka gitu saking keselnya, tapi aku mikir-mikir lagi, hati-hati banget takutnya aku malah bikin keributan, akunya takut juga. Terus kata temen deket aku juga mending diemin aja karena kalo diladenin balik juga gaakan nyelesain masalah. 60

Informan terlihat sedih ketika dia tidak bisa melakukan apapun untuk

melawan pelaku karena takut terjadi sesuatu yang tidak dinginkan informan.61

Menurut BDH, sebenarnya dia ingin sekali melawan atau melaporkan

tindakan teman-temannya, akan tetapi tidak pernah punya keberanian,

informan BDH selalu merasa takut karena BDH juga tidak punya banyak

teman untuk membelanya, sedangkan teman-teman yang membullynya lebih

banyak punya kumpulan bermain atau disebut dengan genk.

59Ridwan Saptoto, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kemampuan Coping Adaptif, Jurnal

Psikolgi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Vol 37, No 1, Juni 2010, h.14 60Wawancara pribadi dengan informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017 61Hasil Observasi Informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017

63

“kalo aku ngelawan mereka, aku gapunya banyak temen untuk ngebela aku, aku cuma punya beberapa teman dekat.kalo mereka kanbanyak temen-temennya, cowok kan ada kumpulannya gitu mainnya pada barengan kumpul-kumpul nanti malah aku yang di sorakin, diledekin, dibilang ini lah itu lah terus di keroyok jadi malah tambah di buli yang ada, makanya aku milih diem aja”62

Dari pernyataan informan diatas jelas bahwa informan BDH bukanlah tipe

orang yang berani memberontak, BDH merupakan orang yang penuh

pertimbangan dalam melakukan suatu hal karena dia tidak ingin nantinya

tindakannya tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain, dia

memikirkan segala resiko dari tindakannya walaupun sebenarnya informan

sudah sangat muak mendapatkan perlakuan bullying tersebut.

c. Planful Problem Solving

Merupakan suatu bentuk tindakan yang peneliti lakukan untuk menganalisis

informan dalam melihat masalahnya dan melihat bagaimana individu

membentuk suatu cara maupun strategi yang digunakannya untuk

menghilangkan dan mengatasi stress, individu melakukan strategi ini dengan

cara yang hati-hati dan analitis karena tidak ingin salah langkah nantinya,

individu mengambil tindakan langsung untuk mengatasai

masalahnya.63Dalam kasus informan BDH, terlihat bahwa BDH memiliki

strategi atau cara pemecahan masalah dengan cara mengikuti les bahasa

inggris di L** dan juga les Design Animasi di B**** C***** atas

62Wawancara pribadi dengan infrman BDH, Jakarta 30 Juli 2017 63Dwi Putri Anggarwati, Siti Urbayatun, Strategi Coping Pada orang Yang memiliki Indera

ke Enam, Jurnal Fakultas Psikolgi Universitas Ahmad Dahlan, Vol 1, No 2, Desember 2013

64

kemauannya sendiri. Selain ingin lebih mahir bahasa inggris, informan juga

sangat ingin menjadi animator terkenal. Cara informan dalam mengatasi

masalahnya ini diungkapkan oleh informan melalui wawancara:

“aku udah bosen berurusan sama temen-temen aku yang pada gitu ga ada gunanya juga untuk ngelawan atau ngerjain mereka malah jadi ribet nanti. jadi aku lebih peduli sama diri aku sendiri kesenangan aku sendiri, misalkan aku juga dilesin bahasa inggris di L** sama les Design Animasi di B**** C***** semuanya aku lakuin biar aku ada kesibukan lain yang seneng-seneng gitu dan bisa ngasah skill aku juga supaya aku bisa berkembang di bidang yang aku suka, i knew what had to be done, so i doubled my efforts to make things work.”64

Menurut peneliti, informan BDH merupakan orang yang cerdas, dilihat dari

cara dia berbicara yang menggunakan bahasa inggris di sela-sela

pembicaraan, selain itu, Informan BDH juga memiliki bakat menggambar atau

design animasi, dibuktikan dengan dia menunjukan bukti gambar design

animasinya melalui account instagramnya kepada peneliti, selain itu juga

informan BDH suka sekali mengikuti event-event cospley dari negara jepang

sehingga dia bertemu dengan orang yang memiliki hoby yang sama

dengannya dan bisa mendapatkan ilmu, ia tidak ingin menyia-nyiakan

waktunya. Dengan mengikuti kegiatan tersebut, informan mengakui bahwa

dia senang bertemu dengan orang-orang baru yang lebih menghargai dia.

Informan juga menambahkan bahwa orang tuanya juga sangat mensupport dia

untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bisa mengasah kemampuannya,

64Wawancara pribadi dengan informan BDH, 30 Juli 2017

65

sehingga orang tuanya juga sangat senang dan tidak keberatan saat informan

meminta les bahasa inggris dan design.

d. Seeking Social Support (Dukungan Sosial)

Merupakan suatu cara individu untuk mendapatkan dukungan dari orang-

orang disekitarnya baik itu dari keluarga maupun teman-temannya, bentuk

dukungan yang sosial yang diberikan sangat penting bagi proses pemecahan

masalah individu, karena dengan adanya dukungan, individu akan merasa

lenih tenang dan bisa mendapatkan masukan-masukan untuk menyelesaikan

masalahnya. Dengan meminta pendapat orang lain, individu mampu berfikir

dan mempertimbangkan beberapa pemecahan masalah serta mengevaluasi

strategi-strategi yang pernah dilakukan sebelumnya.65Berdasarkan wawancara

dengan informan, BDH tidak menceritakan tindakan bullying tersebut kepada

keluarganya karena merasa hal ini hanya akan merepotkan saja, akan tetapi

dia menceritakan hal tersebut kepada teman dekatnya yang ia percaya, BDH

pun mengaku bahwa dengan bercerita dia bisa merasa mendapatkan teman

untuk mencurahkan isi hatinya, mendapatkan semangat dan merasa lebih

tenang menghadapi masalahnya. BDH menjelaskan bahwa :

“Ada sih temen cewek aku, aku seringnya main sama dia, cerita sama dia apa-apa juga termasuk masalah aku yang sering dapet bullian, dia peduli banget sama aku, dia orangnya baik, dia seneng kalo denger cerita aku, dia juga seneng main sama aku, jadi akunya juga kaya punya tempat cerita dan dapet dukungan gitu untuk gak nyerah atau gaak sedih. Orangnya emang baik banget sama semua orang, dia

65Rizkia Annisa Frabandani, Agus Wahyudi Riana, Santoso Tri Rahajo, Pekerjaan Sosial

Sekolah Dan Coping Behavior Siswa SMA Dalam Menghadapi Lingkungan Sosial Di Sekolah, Artikel Ilmu kesejahteraan Sosial UNPAD, 2015, h. 149

66

nganggap semua orang sama gak ada bedanya makanya aku seneng punya temen kaya dia”66

BDH mengungkapkan bahwa teman wanitanya sering memberikan saran

kepadanya untuk tidak meladeni apapun perlakuan dari seniornya, karena jika

nekad melawan, justru seniornya akan lebih merasa tertantang dan nantinya

akan lebih berani lagi untuk membully BDH. Temannya hanya khawatir jika

nantinya BDH lebih diperlakukan tidak baik oleh seniornya. Informan pun

mengungkapkan lebih baik memiliki sedikit teman yang tulus daripada

memaksa bergaul dengan orang banyak yang tidak menjadikan diri kita apa

adanya dan yang tidak menghargai kita.

“Ya temen aku bilangnya cuekin aja orang-orang yang kaya gitu sama aku, gaada gunanya juga ngeladenin. Yang ada malah nambah ribet, aku mikir iya juga sih ribet lah berurusan sama orang-orang kaya gitu. aku cerita sama dia dan dia Cuma dengerin aja aku udah seneng, soalnya dia tipe pendengar yang baik gitu jadi bener-bener ngerasa ada yang meduliin aku, jadinya ngerasa tenang damai aja gitu kak kalo udah ngeluarin unek-unek”67

Sejak masuk SMA sampai sekarang di bangku kuliah pun, informan tidak

memiliki banyak teman, informan hanya memiliki satu atau dua teman dekat

saja. Karna dia merasa untuk apa punya banyak teman tapi tidak pernah

menganggap kehadirannya dan hanya memanfaatkan saja, lebih baik punya

sedikit tapi mereka menganggap ada dan sangat menghargainya dengan segala

kekurangan dia, tidak pernah menyuruh atau menuntut macam-macam, dan

66Wawancara pribadi dengan informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017 67Wawancara pribadi dengan infrman BDH, 30 Juli 2017

67

juga tidak munafik mereka hanya tulus ingin berteman.Walaupun temannya

hanya sedikit, tapi pemberian dukungan dari teman-temannya menjadi sunber

pengaruh positif bagi dirinya, bisa menurunkan tingkat emosional, dan

meningkatkan kepercayaan diri informan.68

e. Self Control

Self control dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dengan melihat

kemungkinan-kemungkinan positif pada diri kita, maka kita lebih mungkin

untuk merencanakan dan melaksanakan suatu strategi untuk meraih

keberhasilan. Self control atau juga sering disebut dengan istilah regulasi diri

terjadi ketika seseorang berusahan mendekati atau menghindari akibat atau

hasil tertentu melalui tindakan-tindakan, keadaan-keadaan atau sifat-sifat

mereka sendiri dengan melakukan atau tidak melakukan sesuatu.69Self control

merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan oleh individu atau

suatu kecakapan individu dalam membaca situasi diri dan lingkungannya,

selain itu juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola perilaku sesuai

dengan situasi dan kondisi agar menjadi lebih baik.70Informan BDH

menjelaskan bahwa dia tidak ingin berbuat yang tidak-tidak yang justru akan

memperkeruh suasana saja. Informan menjelaskan :

“Enggak pernah sih ngelawan mereka, males juga. Aku coba nahan diri aku untuk gak berbuat yang aneh-aneh takutnya malah bikin

68Lou Lu, Social Support, Reciprocity, And Well-Being, The Journal Of Social Psychology,

1997, 137:5, 618-628 69Ikhwan Luthfi, Gazi Salom, Hamdan Yasun, Psikologi Sosial,Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. h, 33 70Mukhtar, Yusuf, Budiaman, Program Layanan Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan

Self-Control Siswa, Psikopedagogia, Universitas Ahmad Dahlan 2016, Vol.5, No.1

68

keruh suasana walaupun sebenernya kesel dan pengen banget marah sama mereka tapi aku gaberani juga, karena yang ngebully aku kan bukan hanya temen sekeas aku aja, tapi juga kaka kelas aku yang pada belagu-belagu dan sombong”71

Selain itu juga informan ini sebenarnya bisa berfikir panjang, dia memikirkan

bagaimana jika orang tuanya bisa tahu mengenai keadaannya disekolah maka

dipastikan akan sedih, oleh karena itu dia berusaha menahan diri untuk tidak

ingin melawan tau ataupun membuat tindakan yang aneh-aneh terlebih masih

di lingkungan sekolah, seperti dijelaskan oleh BDH :

“ya kan mereka gimanapun senior aku kak, mereka pasti akan menang karna mikirnya junior mah bisa diapa-apain, lagian itu dilingkungan sekolah aku takut malah tambah ribet kal sekolah tau terus nanti orang tua aku dipanggil kesekolah kan kasian”72

Menurut analisis peneliti, informan ini memiliki kontrol diri yang sangat

bagus, ditengah emosi dan kemarahannya dia masih bisa menahan untuk tidak

melakukan tindakan apapun bahkan sampai dia lulus dari SMA tersebut, hal

ini dikarenakan informan sangat memikirkan orang tuanya yang pasti akan

khawatir dan cemas, dan dia juga tidak ingin merepotkan orang lain, selain

itu dia juga memikirkan keamanan dirinya, karena dia tidak memiliki banyak

pendukung atau teman yang membelanya, itu sebabnya dia hanya diam saja

tanpa bertindak apapun.

71Wawancara pribadi dengan informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017 72Wawancara pribadi dengan informan BDH, Jakarta 30 Juli 2017

69

f. Positive Reappraisal

Dalam hal ini, informan mencoba berfikir positif dari masalahnya dan bisa

mengambil pelajaran dari masalah yang dihadapinya. Penilain positif dapat

memberikan pengaruh positif bagi seseorang agar dapat melihat setiap

masalah dari berbagai sisi.73

“perasaan aku diperlakukan seperti itu sih ya pasti kesel lah kak, sedih juga, siapa sih yang suka dapet perlakuan kaya gitu. Kaya ngerasa sendiri dan gak pernah dianggep ada kaya ngerasa direndahin, di suruh-suruh, gapunya temen, padahal aku mikir aku salah apa, aku juga perasaan gapernah yang aneh-aneh sama mereka, masih ada aja orang kaya mereka gitu. Ya tapi aku coba mikir positifnya aja, kali aja mereka yang gituin aku dapet karmanya dan sadar kalo tindakan mereka itu gak baik. Aku selalu berdoa sama Allah untuk dikuatkan, untuk bisa jalanin masa-masa ketika aku dapet bullyian buktinya aku sekarang baik-baik aja, malah aku semakin kuat dan bisa ngembangun bakat aku di passion aku, i was inspired to do something creative.”74

Pada saat informan mengungkapkan masalah bullyingnya, terlihat raut wajah

kesal dan sedih dari informan jika mengingat kembali tindakan dari teman-

temannya tersebut, informan akan selalu mengingat perlakuan itu sampai

kapanpun karena perlakuan tersebut menurutnya sudah keterlaluan. Tapi

walau bagaimanapun, dari hal tersebut, dia bisa belajar banyak hal, untuk

tidak melakukan tindakan yang tidak pantas itu kepada adik-adik kelasnya,

dan dia bisa membuktikan kepada teman-temannya bahwa dia orang punya

kemampuan, dibuktikan dengan gambar-gambar yang ditunjukannya kepada

peneliti.

73Ericka Kilburn, Janis Whitlock, Cornel Research Program On Self-Injurious Behavior In Adlenecents And Young Adults, WWW.drchadcoren.com, Diakses Pada 11 Agustus 2017.

74Wawancara pribadi dengan informan, Jakarta 30 Juli 2017

70

g. Acceptance

Penerimaan dalam penelitian ini berkaitan dengan tindakan informan dalam

mengatasi masalahnya ketika dalam keadaan stress dimana informan yang

melakukan acceptance akan menerima situasi atau keadaan dari masalah yang

terjadi pada dirinya.75Dalam kasus informan, walaupun informan sebenarnya

tidak terima dengan tindakan itu, tapi informan tdak bisa melakukan apa-apa.

Dalam wawancaranya, informan BDH menjelaskan bahwa:

“kalo dibilang nerima atau enggak sih ya sejujurnya enggak terima ya, enggak sama sekali, tapi ya gimana yaa aku juga gabisa ngelakuin banyak untuk ngeberotak atau gimana-gimana, aku mikir ini dijadikan pelajaran buat aku aja kedepannya”76

Pada dasarnya, informan ini tidak terima diperlakukan seperti itu dan tidak

ada orang yang bisa menerima jika diperlakukan seperti itu, tindakan teman-

temannya itu sudah sangat keterlaluan dan informan merasa tidak dihargai,

akan tetapi informan juga tidak bisa berbuat banyak, dia berfikir masalahnya

tersebut dapat dijadikan pelajaran untuk masa depannya nanti. Yang

terpenting pada saat sekarang dia sudah kuliah, perlakuan bulliyng itu sudah

jarang iya terima dan tidak separah pada saat dia SMA. Dalam hal

ini,walaupun informan tidak terima dengan perlakuan tersebut akan tetapi

informan mampu menahan egonya untuk tidak gegabah dalam bertindak.

Menurut Sigmund Freud sistem ego yang berfungsi dengan baik merupakan

75Laila Mufida Sadikin, E.M.A Subekti, Coping Stress Pada Penderita Diabetes melitus

Pasca Amputasi, Jurnal Psikolgi Klinis Dan Kesehatan mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Vol. 2 No. 03, Desember 2013

76Wawancara pribadi dengan informan BDH, Juakarta 30 Juli 2017

71

prasyarat agar seseorang tersebut dapat bertahan dalam suatu lingkungan

sosial. Sejalan dengan teori tersebut, Informan mampu bertahan di lingkungan

sosialnya karena mempunyai sistem ego yang baik.77

h. Escape/Avoidance

Yang dimaksud dalam hal ini adalah, informan berusaha menghindarkan diri

dari pemecahan masalah yang sedang dihadapinya.78 Pelarian diri dari

masalah bisa dengan berbagai cara contohnya: dengan tidur lebih banyak,

merokok, meminum alkohol, atau menolak kehadiran orang lain. dalam kasus

yang di alami oleh informan BDH, BDH tetap melanjutkan sekolahnya tidak

peduli seberapa sering teman-temannya membullynya, karena walau

bagaimana pun informan mengungkapkan bahwa pendidikan itu penting

untuk masa depannya.

“yaa gak gimana-gimana sih kak, gak yang aneh-aneh, aku juga walaupun di bully tapi tetep mau sekolah, karna aku sadar kalo sekolah itu penting dan kasian juga sama ibu, walaupun yaa terkadang males juga untuk ketemu mereka tapi aku gapeduli sama hal itu, Selain itu juga ada hal-hal yang lebih penting untuk aku lakuin. aku lebih asik sama hobi aku sendiri, gambar-gambar gitu deh, aku suka banget gambar ya walaupun masih belum bagus tapi aku belajar terus biar tambah mahir, biar ngasah skill aku juga dan selain itu juga aku lebih nyaman ngabisin waktu dengan ngegambar. Aku sadar aku punya kemampuan gambar animasi dan aku ingin skill aku ini lebih ditingkatkan lagi sampe aku minta les design animasi ke orang tua aku biar lebih terasah”79

77Dr.sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (jakarta : CV Rajawali, 2010) h.

146 78Rizkia Annisa Frabandani, Agus Wahyudi Riana, Santoso Tri Raharjo, Pekerjaan Sosial

Sekolah Dan Coping Behavior Siswa SMA dalam Menghadapi Lingkungan Sosial Di Sekolah, Share Social Work Jurnal, Jurnal.unpad.ac.id, Vol 4, No 2, 2014

79Wawancara pribadi dengan informan BDH, jakarta 30 Juli 2017

72

Selain itu juga informan BDH tidak pernah melakukan hal-hal yang buruk

dalam upaya penyelesaian masalahnya yang justru merusak dirinya sendiri.

Jadi, individu lebih menyibukan dirinya kepada hal-hal yang positif dan lebih

pada pengembangan diri. Seperti halnya yang dikatakan informan melalui

wawancara :

“oh enggak kak, aku bukan perokok, aku juga gapernah minum atau clubing yang kaya gitu mah bukan solusi nyelesain masalah kak tapi malah nambah masalah baru dan cuma ngerusak diri sendiri aja, aku gamau kaya gitu. yang biasa-basa aja sih kak gapernah yang aneh-aneh”80

Individu yang melakukan Denial akan menolak untuk percaya bahwa stresor

itu nyata dan bertindak seolah-olah masalah itu tidak ada.81 Dalam kasus

informan BDH, informan bukanlah orang yang lari dari masalahnya dan

melampiaskannya kepada hal-hal yang buruk atau yang dapat merusak dirinya

sendiri. Justru informan lebih ingin menggali potensi dirinya dan ingin

membuktikan kepada teman-temannya bahwa dia bisa menjadi orang yang

berhasi nantinya.

80Wawancara pribadi dengan informan BDH, jakarta 30 Juli 2017 81Laila Mufida Sadikin, E.M.A Subekti, Coping Stress Pada Penderita Diabetes melitus

Pasca Amputasi, Jurnal Psikolgi Klinis Dan Kesehatan mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Vol. 2 No. 03, Desember 2013

73

2. Analisis Kasus Informan 2

a. Kronolgi Terjadinya Bullying

Bullying yang dialami oleh informan LF berupa tindakan yang mengarah pada

pelecehan yang di lakukan berulang-ulang oleh pelaku, informan merasa

tindakan tersebut dirasa sudah sangat melecehkan informan, bukan hanya

ajakan seksual saja, pelaku juga sering mengirim gambar-gambar yang porno

melalui chat pribadi dengan informan. Hal tersebut dilakukan oleh teman

sekelasnya ketika dia masih kuliahnya semester I di salah satu universitas di

jakarta. Lebih lengkap dijelaskan oleh informan melaui wawancara pribadi

dengan informan:

“Hmm.. sebenernya sih aku gaenak ngomongnya, lebih ke ajakan seksual gitu kak, pernyataan-pernyataan ke arah seksual gitu secara terus menerus. Misalkan dia ngajak aku nginep di hotel, dia suka pegang aku, terus dia juga pernah tiba-tiba rangkul aku gitu, aku kaget banget aku langsung tepak tangannya. Terus bilang ‘payudara lu kecil, gedein lagi deh biar enak’, terus sama ngirimin gambar-gamar porno ke whatsapp, terus dia minta aku kirimin foto payudara aku ke dia, terus dia juga pernah ngirimin foto dia lagi telanjang dada sama pake celana pendek doang, Pokoknya banyak deh yang ke arah-arah seksual gitu deh kak. Waktu itu dia suka banget ngirimin gambar-gambar gitu sama aku, walaupun aku gapernah ladenin gapernah bales tetep aja dia kirimin. Masih ada kok nih di hape aku chatingannya dia, tapi kalo gambar-gambar gitu udah aku hapusin kak karna takut diliat orang. 82

Dari penjelasan informan diatas, individu menerima tindakan bullying berupa

bullying verbal, bullying dengan menggunakan kata-kata untuk membuat

seseorang berada di dalam tekanan dan membuat orang yang melakukan

verbal bullying tersebut menjadi lebih superior. Tipe bullying verbal bisa

82Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017

74

mengakibatkan efek yang lebih berbahaya daripada bullying secara fisik.

Kalau bully secara fisik dapat diketahui dengan cepat dikarenakan ada tanda-

tanda yang muncul, misalkan ada luka atau memar di tubuh korban karena

kasus kekerasan fisik, lain halnya dengan bullying verbal, tipe bullying seperti

ini bisa meningggalkan efek psikologis yang lebih dalam daripada bully

secara fisik.83

Pada saat menceritakan kejadian bullying tersebut, informan merasa sedikit

malu dan sedikit menurunkan nada suaranya karena tidak ingin jika ada orang

lain yang mendengarnya, dan sedikit berfikir lama untuk menceritakannya

karena peneliti merupakan orang baru yang ia temui jadi ia juga merasa takut

menceritakannya kepada sembarang orang.84

b. Confrontative Coping

Hasil penelitian didapatkan bahwa informan LF melakukan suatu bentuk

usaha secara langsung ketika dia sudah merasa muak dengan perlakuan orang

yang membullynya, awalnya memang dia diam saja tapi semakin lama juga

dia semakin geram dengan tindakan pelaku, dia pernah menghadapi secara

langsung pelaku untuk menyuruhnya berenti mengganggu dia ataupun

mengirim gambar-gambar aneh dan jorok melalui chat pribadi. Hal ini

merupakan suatu tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.

Berikut ini adalah ungkapan dari informan yang melakukan tindakan langsung

dengan menghadapi pelaku :

83www.kompasiana.com, Verbal Bullying, Diakses Pada 13 Agustus 2017 84Hasil observasi informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017

75

“kalo ngebales sih iya, tapi enggak sering-sering banget juga sih kak, pernah suatu hari aku sontrongin dia biar dia kapok dan gak gangguin aku lagi, terus aku bilang ‘lu kenapa sih ngomong kaya gitu mulu sama gua, kaya gaada hal lain yang bisa diomongin aja, jorok banget ngomongnya, yang sopan dong lu pikir lucu’ aku gituin. Aku berasa puas banget pas udah ngomong langsung gitu sama dia. Seneng banget bisa nyamperin dia langsung gitu ngasha pelajaran buat dia”85

Akan tetapi temannya seperti tidak menggubris dan malah menganggap hal itu

biasa saja, pelaku juga tidak merasa takut dengan perkataan informan

mungkin merasa informan ini adalah seorang wanita yang hanya bisa

mengancam saja tidak akan melakukan tindakan yang aneh-aneh. Seperti yang

dikatakan oleh informan melalui wawancara :

“Dia ekspresinya biasa aja gitu ngiranya aku becandaan kali, padahal aku kesel banget sama dia, aku muak banget sama dia, tapi pas aku gituin kayaknya dia gaada takut-takutnya aku omongin kaya gitu padahal aku bilangnya sambil nada kesel. Ya emang sih nadanya bukan nada keras, malu juga ngomong keras-keras ntar dikirain aku kenapa lagi, aku juga gapengen bikin keributan”86

c. Planful Problem Solving

Untuk menghadapi masalahnya ini, informan melakukan suatu tindakan yakni

lebih memilih untuk tidak ingin lagi berhubungan dengan pelaku walaupun

informan merupakan teman satu kampus dengan pelaku, informan

menghadapi langsung dengan pelaku tidak peduli resikonya seperti apa karena

informan sudah sangat terganggu sekali dengan tindakan pelaku, selain itu

85Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017 86Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017

76

juga informan memblokir segala sosial media yang berhubungan dengan

pelaku.

“hmm.. Aku mendingan diem, lebih milih untuk pergi, terus aku ada group chat gitu sama dia di whatsapp, aku lebih milih untuk left group chat aja, aku block semua sosmednya dia biar dia gak ganggu aku lagi, biar gak chat atau ngirim gambar yang aneh-aneh lagi. Aku rasa ini udah cara paling ampun untuk gak digangguin lagi sama dia. Pokoknya disitu aku udah ngerasa kesel banget sama dia, marah banget jadinya aku block aja sosmednya dia”87

Dari pernyataan informan, informan justru tidak peduli nantinya seperti apa,

yang paling penting pada saat itu adalah dia sudah melakukan tindakan yang

tepat untuk menghadapi pelaku dengan cara seperti itu. Dalam situasi tersebut,

Informan sudah mencapai puncak kemarahannya jadi dia tidak bisa

mengontrol emosinya.

d. Seeking Social Support (Dukungan Sosial)

Dalam hal ini, informan sering bercerita dengan sahabat dekat perempuannya

dikampus, informan tidak ingin menceritakan hal ini kepada keluarganya

karena masih takut dengan orang tuanya, oleh sebab itu, dia hanya bercerita

kepada temannya dikampus, setelah bercerita informan lebih merasa nyaman

dan tenang karena tidak memendamnya sendiri. Sahabatnya pun sering

memberikan solusi terkait masalahnya agar pelaku tidak semakin kurang ajar

kepadanya, temannya ini menyuruh dia untuk menghadapi secara langsung si

pelaku. Hal ini diungkapkan langsung melalui wawancara dengan informan :

87Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017

77

“Ada kak sahabat aku, kenapa aku cerita sama dia ya karna dia orangnya baik mau dengerin cerita aku mulu, aku Cuma ceritanya sama dia aja gaada yang lain karena aku pikir dia orang yang bisa dipercaya dan gaakan bocorin rahasia ini. Aku cerita semua soal ini sama dia. Dia temen aku dari awal masuk kuliah jadi aku tau dia gimana aku percaya sama dia.88

Pada awalnya informan sangat takut menceritakan ini kepada temannya, akan

tetapi karena temannya peduli jadi menanyakan hal tersebut kepada informan,

pada saat informan sudah siap, informan baru menjelaskannya kepada

temannya, informan mengatakan rasanya memang sangat tenang sekali jika

sudah bercerita, dengan bercerita dia bisa mendapatkan berbagai masukan

atau tanggapan dari temannya untuk memecahkan masalahnya.

“terus tanggapan temen aku ya jelas dia marah kak, namanya juga temen sendiri digituin pasti kesel lah, dia juga pengen nyamperin langsung orangnya, terus dia suruh aku untuk ngadepin langsung orang itu dan bilang gausah ganggu-ganggu atau ngelakuin yang aneh-aneh ke aku lagi, temen aku juga pas tau dia kaya gitu jadi hati-hati sama dia, jaga jarak gitu gara-gara aku ceritain soal dia yang kaya gitu”89

Dukungan sosial dari orang terdekat memang sangat penting bagi

penyelesaian permasalahan seseorang, karena selain merasa lebih tenang,

informan juga bisa mendapatkan solusi dari permasalahnanya dan bisa melihat

pemecahan masalahnya dari berbagai pandangan. Jika individu kurang

mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang terdekatnya maka

88Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017 89Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017

78

dikhawatirkan akan memberikan dampak atau hasil yang buruk bagi

perkembangan fisik maupun psikologis korban.90

e. Self Control

Dalam hal kontrol diri, Informan menghadapi si pelaku dengan tindakan

langsung tanpa pikir panjang, tanpa rasa takut, tanpa memikirkan resikonya

nanti akan seperti apa, sampai dia tidak peduli jika tidak berteman lagi atau

menjauhi diri dengan pelaku. Karena sudah terlalu emosi dan geram dengan

tindakan pelaku yang selalu menerornya terlebih melalui media sosial.

Informan menjelaskan bahwa pada awalnya dia bisa mengontrol dirinya untuk

berhati-hati dalam bertindak, tapi semakin lama pelaku malah semakin kurang

ajar kepadanya sehingga dia juga nekad untuk berhadapan dengan pelaku

walaupun hanya dengan mendatangi si pelaku dan mengatakan untuk tidak

mengganggunya dan tidak berbuat macam-macam kepadanya.Seperti yang

diungkapkan oleh pelaku sendiri dalam wawancara :

“jadi gini kak, pada awalnya aku emang biasa aja sama dia gajadi masalah karena aku kira Cuma jadi bahan becandaan aja ya aku mikir namanya juga cowok. Tapi makin kesini aku gabisa terima terus-terusan digituin, ngirim gambar, ngajak ke hotel dan yang lain-lainnya, aku jadi gabisa kontrol diri aku, aku marah lah sama dia, aku gabisa dong diem aja kalo di gituin karena ini masalah sensitif kan apalagi aku perempuan. Nah pada akhirnya aku mikir aku harus memberanikan diri aku, ini juga benuk perlindunagn untuk diri aku sendiri. Gitu sih kak”91

90C. Anne Broussard, Alfred L Joseph, Marco Thomson, Stressors And Coping Strategies

Used By Single Mothers Living In poverty, Journal Of Women And Social Work 27 (2) 190-204 91Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017

79

Menurut analisis peneliti, informan ini adalah orang yang cukup frontal dalam

melakukan suatu tindakan jika memang hal tersebut sudah mengusik

kenyamanan dirinya. Terlebih lagi, dalam kasus informan ini sudah mengarah

pada hal-hal yang melecehkan yang sifatnya sensitif sekali.

f. Positive Reappraisal

Dengan adanya masalah seperti ini, informan jadi lebih selektif dalam

memilih teman, terlebih teman laki-laki, informan megungkapkan bahwa hal

ini menjadi pembelajaran buat dia untuk hati-hati dalam bergaul dan memilih

teman, selain itu, informan juga jadi lebih berani bertindak jika nantinya ada

hal-hal yang mengganggu atau melecehkan dia. Informan juga berharap si

pelaku agar cepat sadar karena tindakannya itu sangat mengganggu sekali.

“yaa pasti pernah lah kak, aku berharap masalah ini akan cepat selesai, dijauhkan dari orang yang otaknya mesum gitu, kayaknya ini bentuk pembelajaran juga sih buat aku biar hati-hati milih cowok dan hati-hati juga dalam berteman, jadi lebih selektif gitu loh kak”92

Informan mengatakan, coba saja dia bisa mengambil tindakan lebih cepat

sejak awal, efeknya mungkin tidak akan seperti ini dan masalahnya tidak akan

berlaut-larut juga. Karena memang pada awalnya informan masih belum

berani menghadapi si pelaku.

92Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017

80

g. Acceptance

dalam hal penerimaan terhadap masalahnya, informan jelas tidak terima

dengan permasalahan sepert ini, masalah seperti ini sudah sangat

merendahkan bagi informan, dan benar-benar sudah mengusik kenyamanan

hidup informan. informan berharap tidak ingin bertemu lagi dengan pelaku

walaupun mereka satu kampus, informan selalu berusaha untuk menghindar.

“Gaenak lah kak, ga terima banget aku digituin, gaenak banget pokoknya kaya di intmidasi gitu. kaya seolah-olah disitu aku rendah banget gitu mau di goda-godain padahal aku sebel banget, aku marah banget sama dia, aku sempet mikir kenapa ada orang kaya gitu di muka dunia ini, apa-apa mikirnya mesum mulu. Aku sampe gamau kenal lagi sama dia, gapengen ketemu lag pokoknya, amit-amit aku ketemu orang macem gitu hih, dengan begitu justru aku jadi lebih tenang kak”93

Individu pun selalu bertanya-tanya mengapa harus dirinya yang menjadi

sasaran si pelaku, mengapa harus dirinya yang mendapat masalah seperti ini,

informan sangat merasa terganggu dan juga merasa bingung, karena dengan

adanya permasalahannya ini, banyak dampak yang dirasakan oleh informan,

antara lain informan selalu merasa terganggu, risih, takut, waswas, malas

belajar dan malas untuk pergi ke kampus. Hal ini dungkapkan melalui

wawancara dengan informan :

“Awalnya aku ngira ini cuma buat becandaan aja, tapi makin kesini dia jadi makin berani sampe ngirimin gambar-gambar porno gitu sama aku apakali maksudnya. Ini kan masalahnya udah ke masalah seksual, sensitif jadi wajar lah aku takut namanya juga jaga diri. Aku suka bingung kenapa harus aku yang jadi sasaran dia, kenapa gak cewek lain aja, kenapa hal yang kaya gini harus terjadi sama aku,

93Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017

81

kenapa aku diketemuin sama dia, kan kalo kaya gini aku jadi males ngapa-ngapain”94

h. Escape/Avoidance

Selain itu, informan merespon masalahnya dengan tidak ingin memperdulikan

si pelaku, dan tidak ingin bertemu apalagi untuk berbicara lagi dengan pelaku

karena informan sudah trauma dengan kejadian seperti ini, informan mencari

jalan keluar untuk memecahkan masalahnya ini dengan cara lebih banyak

bermain dengan teman-temannya, atau hanya berdiam diri berada di rumah

saja, atau pergi ke Mall dan juga jalan-jalan atau hal-hal lain yang

membuatnya dirinya senang dan tidak ingin mengingat masalahnya itu :

“Aku jadi lebih diem, gamau banyak omong, aku gamau ketemu sama dia, aku lebih milih untuk ga peduli lagi,bahkan sekedar nyapa aja aku gamau apalagi ngobrol, karena takut diapa apain dan justru lebih kurang ajar lagi. Boro-boro ngobrol, liat mukanya aja aku enek. Bener-bener ngasih dampak gaenak banget lah buat aku

“Ya selain aku pernah samperin dia untuk ngomong langsung sama dia, aku juga males kuliah karna males ketemu orang kaya gitu, ya di rumah aja tidur atau ngemall, jalan-jalan, atau ngapain kek gitu yang enak-enak. Kalo inget-inget yang kaya gitu mah justru nambah jijik kak”95

Masalah seperti ini juga berakibat pada akademis informan, terlebih lagi

pelakunya adalah teman satu kampus, informan jadi lebih malas untuk pergi

ke kampus dan lebih ingin menghindari orang tersebut.

94Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017 95Wawancara pribadi dengan informan LF, Jakarta 2 Agustus 2017

82

3. Analisis Informan 3

a. Kronologi Terjadinya Bulying

Bullying yang terjadi pada informan AMR adalah jenis bullying kekerasan

fisik, yakni informan di pukuli oleh teman-temannya setelah sebelumnya

dipalak sejumlah uang dan rokok tapi informan menolaknya. Tindakan

bulying ini terjadi di sekolah korban ketika sedang istirahat berlangsung.

Informan sedang berjalan tiba-tiba di hadang oleh beberapa temannya untuk

dimintai uang, informan menolak memberikannya karena memang kebetulan

sedang tidak ada tapi para pelaku tidak percaya dan dan langsung mendorong

korban sehingga terjadilah percekcokan adu mulut sampai pada korban di

keroyok sampai berdarah, berikut penuturan informan mengenai kejadian

bullyingnya :

“jadi ceritanya tuh sebenernya dia malak aku gitu beberapa kali, malaknya berupa uang atau enggak rokok. Nah sebelum-sebelumnya sih aku kasih-kasih aja karna emang kebetulan lagi ada juga tapi pernah juga gangasih, nah tiba-tiba disuatu hari, aku lg jalan gitu mereka ngehadang aku kan sama 2 orang temennya, minta uang kalo enggak rokok, nah aku gak kasih karena lagi abis juga, tapi mereka malah bilang ‘boong lu suka pura-pura aja, gua tau lu ada sini gak, macem-macem lu sama gue’ aku tetep bilang gaada kan, nah dari situ mereka bilang ‘bong aja lu’ terus tiba-tiba dorong badan aku sampe jatoh sakit dong kak aku lawan balik tapi gabisa aku malah di dorong lagi badan dia kuat banget terus badan aku dipukul-pukul sampe di injek-injek sakit banget kak sampe bedarah bengkak aku gabisa ngapa ngapain, nah udah gitu galama kemudian, ada guru aku dateng kak misahin gitu rame dah pokoknya itu sekolah, nah si guru aku yang misahin itu manggil kepala sekolah, sambil bilang ‘ada apaan ini ?’ aku bilang dong aku di palak sama dia sampe badan aku berdarah gini, nah si kepala seolah ini langsung mukul orang yang malak aku ini kak sambil di bawa ke kantor gitu abis gitu kepala sekolah aku

83

ngedatengin pak polisi aku langsung takut aja, tapi ternyata Cuma dikasih pengarahan aja. Gkurang ebih gitu sih kak ceritanya”96

Pelaku bullying merupakan kakak kelas informan di sekolahnya, sejak awal

masuk sekolah informan memang sering mendapatkan tindakan bullying dari

seniornya itu, akan tetapi korban tidak pernah melawan dikarenakan takut

mencari masalah, akan tetapi tindakan bullying itu terus saja terjadi, dia

dipalak berupa uang maupun rokok, jika tidak memberikan, maka kepala

informan di tempeleng, informan pernah melawan tetapi hanya dengan

omongan saja tidak berani memukul kembali.

b. Confrontative Coping

Pada kasus informan AMR, informan melakukan tindakan langsung dengan

melawan korban, pada awalnya informan memang tidak pernah melawan,

kalaupun melawan juga hanya sekedar omongan saja, puncaknya adalah

ketika informan didorong dan dipukuli oleh pelaku, dan informan tidak

terima, informan sudah terlanjur kesal dan terbawa emosi karena seniornya

tersebut sering memalaknya, informan pun mencoba melawan tindakan

tersebur akan tetapi informan terjatuh dan pelaku terus memukuli informan

hingga dia babak belur. Jadi, jika seseorang dihadapkan pada situasi seperti

ini, seorang individu memiliki kecenderungan untuk mengambil sikap atas

tidakan atau perilaku yang dilakukan oleh teman-temannya.97 Pada saat itu,

informan tidak memikirkan resikonya akan seperti apa, yang dia tahu dia

96Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017 97Prof.Dr.Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suantu Pengantar) Edisi Revisi, (Yogyakarta : C.V

ANDI OFFEST, 2003) h. 124

84

harus melawan seniornya karena sudah bosan dengan perlakuan mereka,

dalam hal ini, informan melakukan tindakan dengan cara yang agresif untuk

mengubah keadaan yang menekan atau membahayakan dirinya dan berusaha

untuk mendapatkan apa yang dia inginkan atau mempertahankan diri ketika

diserang, di olok-olok, di ancam atau yang lainnya dengan cara membalas

memukul, menendang dan lain sebagainya.98

“aku sih lebih ke diem aja karena kan mereka senior aku kan ya, pernah juga aku ngelawan tapi gasering Cuma adu mulut aja, karena ga terima dong mereka malak aku berkali-kali malakin rokok sama uang. Sampe yang kejadian aku di keroyok itu aku lagi puncak keselnya banget dan mereka emang yang mulai duluan, aku gapeduli gimana disitu keadaannya aku pengen banget ngelawan dia karena kebawa emosi juga, saking keselnya ya aku tanggepin aja walaupun disitu resikonya aku jadi babak belur tapii aku pengen ngelawan balik dia banget”99

Pada saat menceritakan kejadian perkelahian tersebut, raut wajah informan

terlihat sangat kesal sambil tangannya memperagakan bagaimana iya

memukul dan melawan balik si pelaku.100

c. Planful Problem Solving

Selama informan di bully, tidak ada sebuah tindakan atau perencanaan yang

dilakukan informan untuk menyelesaikan masalahnya, informan

mengungkapkan bahwa dirinya merasa bingung dan serba salah, dia hanyalah

junior sedangkan senior bisa melakukan apa saja jika juniornya bertindak

semena-mena, jadi informan berfikir jika hal itu dapat membahayakan dirinya,

98Pusppita Sari, Coping Stress Pada Remaja Korba Bullying Di Sekolah ‘X’, Jurnal Psikolgi

Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Vol. 8, No. 2, Desember 2010 99Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017 100Hasil observasi informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017

85

lebih baik informan tidak melakukan tindakan yang macam-macam, kata-kata

yang sering diucapkan oleh informan ketika menolak dimintai uang atau

rokok adalah “Apaan sih! Gua gapunya duit, minta aja sama yang lain sana

atau minta sama rang tua lu”. Informan hanya berani melontarkan kata-kata

saja, tidak berani bertindak lebih.

“gaada yang gimana-gimana sih kak, aku bingung juga harus gimana kalo masalah kaya gini bertindaknya harus gimana, sering-sering ngelawan juga aku males dan takut juga, di diemin juga malah makin jadi, yaa paling pas kejadian berantem itu masalah aku jadi berkurang sama dia, bersyukur juga waktu itu berantem, jadinya setelah di nasehatin dan dikasih teguran sama guru, dia jadi galagi malakin aku, takut di keluarin dari sekolah kali dia”101

Informan merasa senang karena atas kejadian pengeroyokan tersebut,

seniornya tidak lagi membullynya, walaupun badannya harus bonyok dan

berdarah- darah akan tetapi ada hikmahnya dari puncak kejadian tersebut.

d. Seeking Social Support (Dukungan Sosial)

Informan memiliki beberapa teman dekat laki-laki disekolahnya untuk

menceritakan masalahnya ini, teman-temannya ini sering menolong informan

jika sedang dalam kesusahan, temannya pun sering memberikan saran untuk

menyuruhnya menghadapi pelaku, bahkan temannya pun siap membantu jika

informan membutuhkan bantuan. Dalam hal ini, peneliti melihat bahwa

informan merupakan orang yang baik dimata teman-temannya sehingga

temannya pun siap membantu informan jika ada masalah. masalah seperti ini

memang tidak bisa dilakukan sendiri, karena pelaku merupakan kaka kelas

101Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017

86

korban dan biasanya junior takut jika menghadapinya sendiri, walaupun

begitu, informan selalu menerima masukan dari teman-temannya walaupun

memang ia tidak melakukan apa yang disarankan oleh temannya, yang

terpenting informan tahu bahwa teman-temannya sangat peduli padanya.

Teman-temannya pernah menawarkan kepadanya untuk mengumpulkan

temannya yang lain agar bisa menghadapi kaka kelasnya bersama-sama.

Semakin banyak orang yang memberikan dukungan sosial maka akan

semakin tenang orang tersebut dalam menyelesaikan masalahnya, karena akan

banyak sekali yang memberikan dorongan semangat, dan nasihat maupun

saran untuk memecahkan masalah seseorang.102 Dalam wawancara, informan

mengungkapkan :

“temen yang bisa diajak cerita ya pasti ada kak temen baik aku temen main, temen nongkrong, temen sekolah juga. Kalo kita cerita kan enak kak dari pada di pendem sendiri, mereka juga kadang suka ngasih solusi soalnya, lebih tenang aja gitu kalo udah cerita sama temen, banyak yang ngedukung kita, aku jadi gangerasa sendiri, temen-temen itu penting banget buat aku kak, mereka yang selalu support aku. Tanggapan mereka yaa mereka suruh aku lawan balik kalo mereka gituin aku lagi, jangan mau di injek-injek atau apalah gitu, atau enggak disuruh laporin ke guru biar mereka kapok biar mereka dapet hukuman, atau juga pernah disuruh ngumpulin temen-temen buat ngelawan mereka ramean toh mereka juga kalo di lawan sama orang rame-rame mah pasti takut kan, tapi aku males aja nyari masalah”103

Dengan mendapatkan dukungan sosial dari teman-temannya, bukan berarti

membuat informan gegabah mengambil keputusan untuk bertindak, apalagi

102Ani Marni, Rudi Yuniawati, Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri

Pada Lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta, Jurnal Fakultas Psikologi Ahmad Dahlan, Vol.3, No 1, Juli 2015

103Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017

87

melawan dengan tindakan kekerasan yang nantinya justru akan timbul

keributan. informan hanya ingin menunggu waktu yang tepat dan tidak ingin

terburu-buru, karena dia yakin masalahnya pasti akan selesai. Bystander

mengungkapkan bahwa dukungan dari orang-orang yang berada di dekat

korban mempunyai peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi seserang

dalam bersikap, melakukan atau tidak melakukan seseuatu.104

e. Self Control

Pada awalnya informan mampu mengontrol dirinya untuk tindak melakukan

perlawanan kepada pelaku, akan tetapi sejak ada kejadian pengeroyokan

tersebut, informan menjadi sangat emosi dan tidak bisa menahan amarahnya

karena sudah terlalu sering dia mendapatkan perlakuan seperti itu. informan

berfikir bahwa jika dia terlalu banyak melawan maka masalahnya akan

semakin besar, maka dari itu, informan mencoba sabar untuk menahan dirinya

agar tidak salah langkah.

“aku mikir kalo aku terlalu sering ngelawan masalahnya akan lebih besar, aku tahan-tahan aja dulu, aku coba sabar aja sampe waktunya tepat baru aku ambil tindakan, walaupun gatau sih tindakannya seperti apa, bingung juga, serba salah gitu lah, mau ngelapor guru juga takut gaada yang mau percaya sama aku, karena kan gaada buktinya Tapi pada akhirnya masalahnya selesai juga semenjak ada kejadian di datengin polisi itu”105

Informan baru sekali itu meladeni tindakan pemukulan dari pelaku, tapi

informan tidak menyangka bahwa imbasnya akan sangat besar sekali.

104Sarito W Sarwono, Eko A meinarno, Psikolgi Sosial, (Jakarta:Salemba Humanika, 20014)

h. 131 105Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017

88

f. Positive Reappraisal

Penilaian positif dalam melihat suatu masalah, disisi lain berarti mengatasi

dimana emosi seseorang kembali berhadapan dengan stuasi stress dan

mencoba mencari sisi positif dari masalah yang ada.106 Pada kasus informan,

dengan adanya kejadian seperti itu, tidak membuat informan melakukan hal

yang sama kepada juniornya, informan meyadari bahwa hal seperti itu tidak

ada gunanya hanya merugikan orang lain saja. Informan berharap bahwa si

pelaku dan tidak lagi mengulangi tindakannya karena tindakan bullying akan

memberikan efek yang sangat buruk bagi perkembangan seserang baik itu

fisik maupun psikologisnya seperti yang diungkapkan leh informan berikut ini

:

“hmm.. aku berfikir di bully itu gaenak, jadi aku gaakan ngelakuin hal tersebut sama adik kelas aku, bully itu ngasih dampak yang buruk buat yang ngalaminnya, yaa kaya aku jadi males sekolah dan males belajar, terus aku juga berharap si pelaku bsa sadar dan berenti ngelakuin hal-hal yang kaya gitu, karena bisa ngerugiin buat si korban”107

Ketika seseorang sedang dalam keadaan stress, maka dengan berfikir positif

dapat menurunkan tingkat kecemasan dan lebih memberikan ketenangan bagi

seseorang. Sebaliknya, pikiran-pikiran negatif yang sering muncul akan dapat

menyebabkan stress berlebih bahkan depresi.108

106Nur Saadah M.A, Siti Hajar A.B, M. Rezaul Islam, Coping Strategies Among Mothers Of Chronically III Chldren: A Case Study In Malaysia, Journal Of Social Service Research, 1-8, 2014

107Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017 108Enik Nur Kholidah, Berfikir Positif Untuk Menurunkan Stress Psikologis, Jurnal Psikolgi

FKIP Universitas PGRI Yogyakarta, Vol. 39, No 1, Juni 2002, h. 69

89

g. Acceptance

Dalam hal ini, informan jelas tidak terima dengan kejadian seperti ini,

informan merasa sakit hati atas perlakuan tersebut, karena informan merasa

tidak pernah mencari masalah apapun dengan seniornya, kejadian tersebut

adalah hal yang paling parah yang pernah ia alami disekolahnya.

“perasaan aku digituin kesel lah kak, aku gaterima dapet perlakuan semacam itu, jelas aku sakit hati banget kan aku gasalah apa-apa kenapa harus dipukulin, sampe bengkak dan bedarah gara-gara diinjekin, aku sempet nangis waktu kejadian itu. mereka itu sok ngerasa paling jagoan paling di hormati di sekolah paling segala-galanya dah kesel banget. Pengen banget rasanya nonjok dia sampe babak belur biar dia tau rasanya dipukulin atau dipalakin tuh gaenak. Tapi yaa gmana lagi aku tahan-tahan aja, sabar-sabarin lah, daripada masalahnya tambah besar, akhirnya pas kejadian pengeroyokan itu masalahnya bisa terselesaikan sendiri, ada aja jalannya mah”109

Kasus bullying yang masih sering di jumpai di lingkungan sekolah adalah

kasus senioritas atau adanya intimidasi dari siswa yang lebih senior tehadap

adik kelasnya baik secara fisik maupun non-fisik.110 Seperti contoh yang

dialami oleh informan AMR yang menjadi korban senioritas di sekolahnya.

h. Escape – Avoidance

Informan mencoba menghindari masalahnya dengan tidak ingin bersekolah

dan tidak ingin belajar juga malas bertemu dan berinteraksi dengan orang lain

terutama orang yang membullynya karena ada rasa ketakutan akan hal-hal

yang akan dilakukan oleh seniornya, informan melampiaskannya dengan

109Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017 110Dara Agnis Septiyuni, Pengaruh Kelompk Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Prilaku

Bullying Siswa Di Sekolah, Jurnal Sosietas, Vol 5, No 1

90

nongkrong bersama teman tongkrongannya, sambil merokok atau main musik

dari pada harus sekolah. Namun, seiring berjalannya waktu, motivasi belajar

itu muncul lagi ketika informan teringat dengan ibunya. Informan merasa

kasihan jika harus membolos sekolah terus, walau bagaimanapun, orang tua

ingin anaknya sekolah dan melanjutkan masa depannya, walaupun memang

rasa malas itu sering melanda informan, tapi sampai saat ini informan masih

melanjutkan sekolahnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini :

“aku juga nanggepin mereka kak tapi ga sering gasampe ada kekerasan, walaupun pada awalnya diem aja, karena kesel jadi aku lawan juga selain itu juga aku kan jadi males banget sekolah yaa aku nongkrong aja gitu sambil ngerokok atau main musik kek dari pada masuk sekolah malesin bawaannya mending main”111

Salah satu hal yang membuat seorang indvidu memiliki motivasi untuk belajar

lagi adalah yang berasal dari motivasi ekstrinsik atau motivasi yang berasal

dar luar indvidu yaitu kepedulian maupun kasih sayang yang diberikan oleh

orang tuanya.

111Wawancara pribadi dengan informan AMR, Jakarta 4 Agustus 2017

91

C. Analisis Antar Kasus

NO Analisis Strategi Coping

Informan BDH Informan LF Informan AMR

1 Confrontative Coping

informan tidak melakukan perlawanan kepada pelaku dikarenakan takut mencari masalah yang lebih besar lagi, karena tidak hanya teman sekelas yang membullynya, akan tetapi seniornya juga jadi informan merasa takut untuk melawan. informan lebih memilih untuk diam.

Informan menghadapi para pelaku dengan mendatangi langsung karena sudah muak mendapatkan perlakuan seperti itu terlebh sering mengirim gambar-gambar porno, walaupun para pelaku tidak begitu merespon tindakannya, akan tetapi informan merasa puas karena sudah menghadapi langsung pelakunya

Informan awalnya tidak ingin melawan, dia tidak ingin mencari masalah, tapi pada saat kejadian pengeroyokan itu informan menjadi terbawa emosi dan melawan pelaku walapun tidak punya kekuatan melawan pelaku dan kalah.

2 Planful Problem Solving

Untuk mengatasi masalahnya, informan lebih memilih untuk mengikuti les bahasa inggris di L** dan mengikuti les design animasi di B**** C*****. Informan berfikir ada banyak hal bermanfaat yang bisa dia lakukan untuk mengasah kemampuan dirinya.

Informan memblokir semua sosial media yang berhubungan dengan pelaku dan tidak ingin berteman lagi dengan pelaku karena khawatir akan terjadi hal-hal yang lebih buruk lagi. Informan berfikir hal itu merupakan cara yang paling baik yang bisa dia lakukan.

Informan pernah melawan pelaku akan tetapi hanya dengan perkataan saja, kejadian pengeroyokan itu hanya sekali terjadi di sekolahnya tapi imbasnya sangat besar, selain itu juga informan tidak ingin berteman dengan pelaku.

3 Seeking Social Support

(Dukungan Sosial)

Informan Memiliki teman dekat wanita dikampusnya yang selalu siap mendengarkan masalah informan dan memberikan solusi serta semangat kepada informan.

Memiliki sahabat dikampus untuk bercerita segalanya, dia hanya menceritakan masalah ini kepada sahabatnya tersebut karena menurut informan masalahnya sensitif, jadi informan tidak ingin menceritakan masalahnya kepada

Informan Memiliki teman dekat di sekolah maupun teman tongkrongan yang selalu memberikan solusi dan selalu ada jika informan memebutuhkan bantuan

92

orang lain selain sahabatnya itu yang bisa is percaya.

4 Self Control Informan BDH menahan diri untuk tidak melawan para pelaku karena takut dan juga tidak ingin memperkeruh suasana padahal informan sudah tidak tahan dengan perlakuan teman-temannya yang sudah sering membulynya

Karena sudah terlalu kesal dengan pelaku, informan mencoba berbicara langsung dengan pelaku untuk tidak mengganggunya lagi, awalnya informan sangat berhati-hati, tapi semakin lama pelaku justru semakin kurang ajar terlebih sering mengirim gambar-gambar porno kepadanya, sehingga informan tidak bisa tinggal diam

Informan pada awalnya bisa menahan diri untuk diam dan tidak melakukan tindakan apapun, akan tetapi dia tidak terima sejak kejadian pengeroyokan pada dirinya sehingga informan terbawa emosi untuk melawan si pelaku

5 Positif Reappraisal

Informan menjelaskan bahwa “i was inspired to do smething” dengan adanya masalah seperti ini, informan bisa melakukan hal-hal yang baik yang bisa mengasah skillnya lebih baik lagi di bidang menggambar infrman tidak ingin larut dalam masalahnya, sehingga dia ingin mengisi waktunya dengan hal-hal yang bermanfaat.

Dengan adanya masalah seperti ini, informan lebih selektif dalam memilih teman dan lebih berhati-hati dalam bergaul. Informan tidak ingin hal seperti ni terulang kembali.

Walaupun informan sangat emosi atas kejadian tersebut, tapi ia berharap hal seperti ini tidak terjadi lagi pada siapapun, dan dia tidak ingin melakukan hal serupa kepada adik kelasnya karena hal seperti itu sangat merugikan dan memberikan efek yang sangat buruk bagi korbannya.

6 Acceptance Informan menjadikan masalah ini sebagai sebuah pelajaran hidup untuk dirinya, pada dasarnya informan sangat tidak terima terus-terusan diperlakukan seperti itu, akan tetapi informan merasa bingung dan

Dengan adanya masalah seperti ini, informan merasa seperti di intimidasi, apalagi informan sering mendapat kiriman gambar-gambar tidak senonoh dari pelaku, atau mendapatkan sindiran-sindiran yang

Karena sejak awal informan merasa tidak pernah mencari masalah dengan pelaku jadi dia merasa bingung mengapa dirinya harus menjadi sasaran bullying dari para seniornya, informan tidak terima pada saat dipukuli hingga berdarah

93

tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan hal tersebut. informan merupakan orang yang ‘Nerd’, sedikit pendiam, itu sebabnya iya selalu diam ketika mendapat perlakuan seperti itu karena merasa bingung harus bagaimana.

tidak etis, informan merasa di rendahkan karena ha yang seperti ini merupakan hal yang sensitif. Informan merasa tidak ada yang aneh pada dirinya tapi mengapa dia mendapatkan perlakuan seperti itu.

dan babak belur, akan tetapi hal seperti itu justru bisa membuat masalahnya cepat selesai.

7 Escaping Untuk mengatasi masalahnya ini, Informan tidak pernah melakukan hal-hal yang buruk yang justru merusak masa depannya, justru informan lebih menyibukkan dirinya kepada hal-hal yang positif seperti les bahasa dan Design Aniomasi

Untuk mengalihkan perhatianya dari masalah ini, informan lebih banyak bermain dengan teman-temannya, atau pergi berbelanja ke mall, nonton atau jalan-jalan.

Informan mengalihkannya dengan bermain atau nongkrong bersama teman-temannya sambil merokok dan bermain musik, karena dengan melakukan hal tersebut, informan bisa mendapatkan ketenangan.

Dari analisis kasus semua informan diatas, dapat dilihat bahwa setiap informan

memiliki penyelesaian masalah atau strategi coping yang berbeda-beda, pada strategi

coping yang berfokus pada penyelesaian masalah (Problem Focuse Coping), setiap

informan pun tidak semuanya menggunakan confrontative coping atau tindakan

langsung dan penuh resiko dalam penyelesaian masalahnya, karena untuk mengambil

tindakan langsung banyak pertimbangan yang harus mereka pikirkan misalkan masih

merasa takut jika harus melawan, membuat masalah menjadi semakin rumit, belum

siap dengan segala resikonya, dan lain sebagainya. Misalkan pada informan BDH

yang memilih untuk tidak melawan dikarenakan takut dan tdak ingin membuat

94

masalah semakin besar , berbeda dengan informan LF dan AMR yang berani untuk

menghadapi pelaku walaupun pada awalnya mereka juga hanya diam saja. begitupun

dengan perencanaan-perencanaan penyelesaian masalah, setiap informan memiliki

perencanaan yang berbeda-beda, ada yang positif dengan cara meningkatkan skill dan

melakukan hal-hal positif lain yang menjadi passionnya seperti informan BDH. Ada

yang bentuk penyelesaian masalahnya dengan cara menjauhi atau menarik diri dari

masalahnya karena tidak ingin berlarut-larut ada dalam masalah tersebut seperti pada

informan LF dan AMR. akan tetapi terkait dengan seeking social support atau

dukungan sosial, semua informan sangat membutuhkan dukungan sosial dari orang-

orang terdekatnya untuk memberikan solusi dan juga motivasi bagi semua informan

dalam menghadapi masalahnya, dukungan sosial merupakan strategi coping yang

penting untuk penyelesaian masalah semua informan, dengan adanya dukungan dari

temen-temannya maupun orang terdekat lainnya, setiap informan menjadi semakin

kuat dan tenang dalam menghadapi masalahnya, jika individu kurang mendapatkan

dukungan sosial maka dikhawatirkan akan semakin tertekan dan depresi sehingga

tidak bisa merespon masalahnya dengan baik. Dukungan sosial bisa diberikan melalui

keluarga, saudara maupun teman-teman dekatnya. Dalam kasus semua informan

disini, informan menceritakan masalahnya hanya pada teman-teman dekatnya, semua

informan masih memiliki rasa takut jika harus menceritakan masalahnya pada orang

tua meraka jadi lebih memilih untuk bercerita kepada teman-temannya saja, lebih

nyaman dan merasa lebih terbuka.

95

Begitupun dengan strategi coping emotion focused coping atau coping yang

berfokus pada emosi, setiap individu melakukannya dengan cara yang berbeda-beda.

misalkan terkait dengan kontrol diri pada informan, ada yang bisa mengontrol dirinya

untuk tidak berbuat gegabah untuk bertindak seperti yang dilakukan oleh informan

BDH, ada pula yang tidak bisa mengontrol emosinya karena sudah sangat kesal dan

emosi sehingga lebih memilih untuk menghadapi langsung pelaku seperti yang

dilakukan oleh informan LF dan AMR, mereka tidak peduli resikonya seperti apa

karena mereka merasa sudah tidak tahan diperlakukan seperti itu. pada strategi coping

yang lain yang berfokus pada regulasi emosi, seperti pandangan positif pada suatu

masalah yang dilakukan oleh semua informan dalam merespon masalahnya, misalkan

dengan berfikir si pelaku cepat diberikan kesadaran dan tidak mengulang

kesalahannya lagi. Selain itu, dalam hal penerimaan diri individu terhadap

masalahnya, semua informan juga tidak ingin diperlakukan seperti itu karena dinilai

merendahkan, melecehkan dan sudah keteraluan. Selain itu juga dalam hal avoidance

atau pelaran diri dari masalah, pada informan BDH tidak pernah berfikir untuk

melarikan diri dari masalahnya kepada hal-hal yang dapat merusak dirinya, justru

lebih menyibukan diri kepada hal-hal pengembangan diri. berbeda dengan informan

LF dan AMR yang tidak ingin memperdulikan masalahnya dan lebih ingin

melampiaskannya pada hal-hal lain seperti merokok, bermain, berbelanja, nongkrong,

jalan-jalan, tidur, dan lain sebaganya.

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai strategi coping pada

remaja korban perundungan (bullying) dapat disimpulkan bahwa dalam

melakukan strategi coping, semua informan menggunakan strategi coping

baik dengan coping yang berfokus pada penyelesaian masalah antara lain:

(Planful Problem Solving, Confrontative Coping, seeking Social Support),

ataupun juga dengan menggunakan strategi pemecahan masalah yang

berfokus pada emosi antara lain: (Self Control, Positive Reappraisal,

Acceptance, Escaping). Setiap informan memiliki strategi coping yang

berbeda-beda tergantung kepada kepribadian informan.

Dalam upaya untuk menyelesaikan masalahnya, Pada informan

pertama (BDH), mekanisme coping yang digunakan adalah menggunakan

coping yang berfokus pada masalah diantaranya Planful Problem Solving dan

Seeking Sosial Support, dan Coping yang berfokus pada emosi dintaranya Self

Control dan Positive Reapraisal. Kepribadian informan yang pendiam atau

introvert membuat dia tidak punya keberanian untuk melawan dan tidak ingin

mengambil resiko yang lebih berat lagi, informan lebih memilih untuk diam

saja tanpa melakukan perlawanan apapun.

97

Sedangkan pada informan kedua (LF) dan ketiga (AMR), lebih

menggunakan tindakan-tindakan langsung seperti Confrontative coping

(tindakan agresif, penuh keberanian dalam mengambil resiko) dan seeking

Social Support dari teman-temannya, sedangkan untuk yang berfokus pada

Emotion Focused Coping kedua informan melakukan Self Control, Positive

Reappraisal dan Escaping.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengeni strategi coping pada

remaja korban bullying yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Saran Praktis

a. Bagi korban bullying, diharapkan mampu mengoptimalkan strategi coping

sebagai suatu pemecahan masalah yang dihadapi dan mampu memahami

dirinya dan juga lingkungannya sehingga korban mampu menyikapi

masalahnya dengan strategi coping yang positif. Diharapkan juga para

korban dapat membuka diri, jangan takut untuk menceritakan masalah

kepada orang-orang terdekat misalkan pada saudara maupun orang tua.

b. Untuk para orang tua, diharapkan bisa lebih mengawasi, lebih peduli, dan

lebih peka terhadap permasalahan anaknya, terutama masalah yang

berhubungan dengan perundungan baik di sekolah maupun di lingkungan

bermainnya, karena hal tersebut dapat mengganggu segala aspek dalam

diri anak baik fisik, psikologis, sosial maupun akademis anak terlebih bagi

98

anak remaja yang belum bisa berfikir jernih dalam melihat masalahnya.

Sehingga ketika anak mendapatkan masalah bullying, orang tua mampu

cepat bertindak dan mencari jalan keluarnya.

2. Saran Metodologis

a. Saran untuk pekerja sosial yang menangani permasalahan anak terutama

pada anak korban bullying diharapkan bisa mendampingi dan

membimbing setiap proses coping pada korban bullying agar mendapatkan

hasil coping yang adaptif atau positif. Karena pada remaja yang emosinya

masih labil, sangat mungkin untuk menyelesaikan masalah (coping) yang

justru sifatnya maladaptif yang nantinya akan sangat merugikan diri

sendiri. Seperti menarik diri dari lingkunganya, dan melarikan diri kepada

hal-hal yang negatif. Oleh karena itu, diperlukan peran pekerja sosial agar

dapat membantu atau membimbing para korban bullying dalam

memecahkan masalah mereka dengan menggunakan kemampuan mereka

secara lebih efektif.

b. Karena keterbatasan waktu yang peneliti miliki, peneliti berharap bagi

para peneliti selanjutnya, hendaknya dapat dilakukan penelitian lebih

lanjut sehubungan dengan strategi coping terhadap korban perundungan

karena peneliti merasa bahwa penelitian ini masih butuh penyempurnaan

dari peneliti-peneliti yang lain.

99

DAFTAR PUSTAKA

Buku, Jurnal, Skripsi :

Anggarwati, Dwi Putri. Strategi Coping Pada orang Yang memiliki Indera ke Enam, Jurnal Fakultas Psikolgi Universitas Ahmad Dahlan, Vol 1, No 2, Desember 2013

Bugin, Burhan. Analisis Data Dan Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2013), cet ke 2 Caesarena, Marsha. (Skripsi : Hubungan Antara Coping Dan Psychologi Distress

Pada Istri Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Fakultas Psikologi UI, 2012)

Frabandani, Rizkia Annisa, dkk, Pekerjaan Sosial Sekolah Dan Coping Behavior

Siswa SMA Dalam Menghadapi Lingkungan Sosial Di Sekolah, Artikel Ilmu kesejahteraan Sosial UNPAD, 2015

Hurlock, Elizabeth B. Developmental Psycologi A Life Span Approach, Terjemahan

oleh istiwidayanti Dkk dalam psikolgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, (Jakarta: Erlangga 1997)

Indirawati, Emma. Hubungan Antara Kematangan Beragama Dengan Strategi

Coping, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol 3 : 2 (2006) Ikhsani, Leli. Studi Fenomenologi Dinamika Psikologis Korban Bullying Pada

Remaja, Naskah Publikasi Fakultas Psikolgi UMS, 2015 J.Monks, Frans. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbgai Bagiannya.

Terjemahan Siti Rahayu Haditomo, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999)

Luthfi, Ikhwan, dkk, Psikologi Sosial,Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2009. Lazarus, Emotion And Adaptation, (New York: Oxford University Press,1991) Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000) Marni, Ani. Rudi Yuniawati, Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan

Penerimaan Diri Pada Lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta, Jurnal Fakultas Psikologi Ahmad Dahlan, Vol.3, No 1, Juli 2015

100

Mukhtar, Program Layanan Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan Self-Control Siswa, Psikopedagogia, Universitas Ahmad Dahlan 2016, Vol.5, No.1

Masdin, Fenomena Bullying Dalam Pendidikan, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 6, N0.2,

Desember, 2013

Nur Kholidah, Enik. Berfikir Positif Untuk Menurunkan Stress Psikologis, Jurnal Psikolgi. FKIP Universitas PGRI Yogyakarta, Vol. 39, No 1, Juni 2002)

Novalia & Tri Dayakisni. Perilaku Asertif dan Kecsenderungan Menjadi Korban Bullying. Fakultas Psikologi, Jurnal Ilmiah Psikologi terapan. Vol. 01, No. 01, Januari 2013

Prof. Dr. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009),

cet ke 5 Prof. Dr .Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suantu Pengantar) Edisi Revisi,

(Yogyakarta : C.V ANDI OFFEST, 2003) Rahmatika, Rina. Jurnal Psikogenesis : Hubungan Antara Emotion Focus Coping

Dan Stres Kehamilan, Volume 3, No. 1 Desember 2014 Rusman, Stress Coping dan Adaptasi, (Jakarta: Sagung Seto, 2004)

Retno, Ponny. 3 Cara Meredam Bullying, (Jakarta: PT. Gramedia Wiudasarana Indonesia, 2008)

Rigby, Bullying in School and What to Do About It, (Australia: Acerr Press, 2007)

Rigby, New Perspectives on Bullying, (London & Philadelphia: Jessica Kingsley , Publisher,2002

Saptoto, Ridwan. Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kemampuan Coping Adaptif, Jurnal Psikolgi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Vol 37, No 1, Juni 2010

Sadikin, Laila Mufida. E.M.A Subekti, Coping Stress Pada Penderita Diabetes

melitus Pasca Amputasi, Jurnal Psikolgi Klinis Dan Kesehatan mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Vol. 2 No. 03, Desember 2013

Sarlito, Psikolgi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994)

Sejiwa, Bullying: mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak, (Jakarta : Grafindo, 2008)

101

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008)

Sarlito, Eko A meinarno. Psikolgi Sosial, (Jakarta:Salemba Humanika, 2014) Suyatno, Bagon. Masalah Sosial Anak, (Jakarta: kencana Prenanda Media Group,

2010) Septiyuni, Dara Agnis. Pengaruh Kelompk Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap

Prilaku Bullying Siswa Di Sekolah, Jurnal Sosietas, Vol 5, No 1 Sari, Puspita. Coping Stress Pada Remaja Korba Bullying Di Sekolah ‘X’, Jurnal

Psikolgi Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Vol. 8, No. 2, Desember 2010

Saadah, Nur, dkk, Coping Strategies Among Mothers Of Chronically III Chldren: A

Case Study In Malaysia, Journal Of Social Service Research, 1-8, 2014 Santrock, Adolescence – Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2003) Jurnal Internasional :

Aldwin & Reverson, 1987. Does Coping Help ? A Reexamination Of The Relation Between Coping And Mental Healthy, Journal Of Personality An d Social Psychology, Vol 53, No. 2

Charles S. Carver, Assessing Coping Strategies: A Theoretically Based Approach,

Journal Of Personality And Social Psychology, Vol 56 : 2, 1989 Carter & Vicky Spencer, The Fear Factor: Bullying And Students With Disabbilities,

International Jurnal Of Special Education, Vol.21, N0.1 C. Anne Broussard, Alfred L Joseph, Marco Thomson, Stressors And Coping

Strategies Used By Single Mothers Living In poverty, Journal Of Women And Social Work 27 (2) 190-204

Lou Lu, Social Support, Reciprocity, And Well-Being, The Journal Of Social

Psychology, 1997, 137:5, 618-628

102

Media Online:

Djuwita R, Bullying: Kekerasan Terselubung Di Sekolah, 2007. http://www.anakku.net, diakses pada 28 april 2017

http://edukasi.kompas.com, diakses pada 10 april 2017

Mutadin, Z, Strategi Coping, (http://www.e-psikologi.com/remaja/220702.htm, 2002)

m.detik.com, 5 kasus bullying SMA di Jakarta, diakses pada 20 maret 2017

Psychology.binus.ac.id, diakses pada 20 maret 2017

Sejiwa.org/a-z/, diakses pada 20 maret 2017

www.kpai.go.id, diakses pada tanggal 20 maret 2017

www.kompasiana.com, Verbal Bullying, Diakses Pada 13 Agustus 2017

LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN

IDENTITAS INFORMAN

Nama :

Jenis Kelamin :

Tempat Tanggal Lahir :

Usia :

Domisili :

Agama :

Pekerjaan :

Tanggal Wawancara :

Tempat Wawancara :

DAFTAR PERTANYAAN

A. Riwayat Bullying

1. Apakah anda pernah mengalami tindakan bullying ?

2. Kapan dan dimana tindakan bullying itu terjadi ?

3. Siapa saja orang yang membully anda ?

4. Seperti apa bentuk bullying yang anda terima ?

5. Kenapa mereka bisa membuli anda ?

B. Confrontative Coping

1. Ketika anda di bully, apa yang anda lakukan ?

2. Apakah anda pernah bersikap menghadapi secara langsung orang-orang yang

membully anda ?

3. Ketika anda mendapatkan prilaku yang tidak menyenangkan tersebut, Apakah

anda sering membalas tindakan mereka ?

4. Seperti apa bentuk-bentuk tindakan yang anda lakukan tersebut ?

C. Planful Problem Solving

1. Apakah ada rencana-rencana yang anda lakukan untuk mengatasai masalah

anda ?

2. Apakah anda pernah mengaggap bahwa apa yang anda alami hanyalah

masalah sepele saja dan seolah-olah menganggap masalah itu tidak ada ?

3. Bagamana cara anda mengatasi situasi yang penuh tekanan tersebut ?

D. Seeking Social Support

1. Siapa orang yang sering anda ajak bicara mengenai masalah anda ?

2. Mengapa anda memilih orang tersebut untuk menceritakan masalah anda ?

3. Lalu setelah anda menceritakannya, bagaimana tanggapan mereka ?

4. Apakah anda menceritakan masalah anda kepada orang tua anda ?

5. Lalu bagaimana tanggapan orang tua anda, dan apa yang mereka lakukan

untuk menyelesaikan masalah anda ?

6. Bagaimana perasaan anda ketika dapat menceritakan masalah anda kepada

orang terdekat ?

7. Apakah anda selalu mendengarkan dan melakukan apapun saran atau solusi

yang diberikan oleh teman-teman anda ?

E. Self Control

1. Bagaimana cara anda mengontrol diri ketika mendapatkan perlakuan seperti

itu dari temen-teman anda ?

2. Bagaimana sikap yang anda tunjukan terhadap teman-teman anda setelah

adanya kejadian tersebut ?

F. Positive Reapraisal

1. Apakah anda pernah berfikir hal-hal positif dari masalah yang menimpa anda

?

2. Pernahkan anda berfikir lebih religius atas masalah yang terjadi pada anda ?

3. Atau justru anda meyalahkan tuhan dan tidak terima atas masalah yang anda

terima tersebut ?

G. Acceptance

1. Bagaimana perasaan anda ketika di bully ?

2. Adakah dampak yang anda rasakan dari tindakan bullying tersebut?

3. Apakah anda menerima kejadian tersebut sebagai sebuah pelajaran atau justru

mengganggapnya sebagai sebuah masalah yang besar dan rumit ?

H. Escaping/Avoidance

1. Bagaimana hubungan anda dengan lingkungan bermain anda atau teman-

teman anda ?

2. Apakah anda pernah bersikap tidak perduli atau menarik diri dari lingkungan

anda ?

3. Apakah anda memiliki kesibukan lain selain dari aktivitas anda sekarang ?

4. Bagamana tindakan yang anda lakukan untuk untuk mengalihkan

5. perhatian ketika anda mengingat kejadian bully tersebut ?

TRANSKIP WAWANCARA

INFORMAN 1

Nama : BDH

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Oktober 1998

Usia : 19 Tahun

Domisili : Jakarta, Petukangan Selatan

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Hari / Tanggal Wawancara : Minggu, 30 Juli 2017

Waktu Wawancara : 17.00 WIB

Tempat Wawancara : KFC Bintaro Plaza

6. Pernah gak sih kamu punya pengalaman di bully ?

Jawaban : Iya pernah sih, tapi kalo sampe dipukulin gitu gapernah, lebih ke

semacam disuruh-suruh dan dikucilin gitu.

7. Kapan dan dimana tindakan bully itu dilakukan ?

Jawaban : Waktu aku SMA bahkan sampe aku kuliah sekarang, waktu SMA

sih sering banget, pas kuliah gak terlalu sering kaya waktu di SMA, kalo

kuliah Cuma disuruh-suruh gitu. Kalo tempatnya sih random, kadang dikelas,

dilapangan, dikantin.

8. Emang siapa aja orang yang suka ngebully kamu?

Jawaban : Seringnya sih sama temen sekelas, tapi waktu SMA pernah juga

sama senior aku.

9. Kaya gimana sih bentuk bullynya ? coba ceritain ?

Jawaban : Banyak banget sih, emang gapernah dalam bentuk kekerasan fisik

gitu, kaya misalkan aku waktu SMA aku pernah disuruh nyanyi sendiri

ditengah lapangan sama sinior aku sampe aku malu banget sama semuanya,

mau ngelawan tapi aku takut banget ya namanya juga senior. terus juga pas

SMA bahkan sampe masuk kuliah aku gabung diorganisasi tapi nama aku

jarang ada di susunan kepanitiaan mungkin karna mereka ngeliat aku gabisa

apa-apa kali ya, itu juga bikin aku sedih banget, aku mikir aku disini juga

pengen belajar tapi malah gitu. Terus jarang dapet temen main juga, terus juga

aku sering disuruh-suruh beli makanan dan minuman pake uang aku tapi

mereka gapernah ganti uang aku, ada sih beberapa yang ganti, beberapa doang

yang ngerasa gaenak aja tapi tetep aja mereka nyuruh-nyuruh. Sering banget

mereka kaya gitu. Terus ada lagi sebenernya yang lebih nyakitin lagi, waktu

SMA aku disuruh makan kotoran kucing, entah itu mereka becanda atau

serius tapi disitu aku sedih banget ngerasa rendah banget. Sedih banget deh

kak kalo diinget inget mah jaman SMA, kalo pas kuliah sih ga separah SMA,

kalo pas dikampus seringnya disuruh-suruh beli makanan aja tapi pake uang

aku tapi jarang banget digantiin.

10. Kenapa mereka bisa membuli kamu ?

Jawaban : Ya aku juga kurang tau kenapa, mungkin karena aku diliatnya

aneh kali. Terlebih aku gapernah ngelawan balik kalo lagi di bully jadi mereka

makin semena-mena sama aku.

11. Ketika kamu di bully, apa yang kamu lakukan ?

Jawaban : Pas lagi di bully gitu aku diem aja sih gaberani ngapa-ngapain,

mau ngelawan juga aku takut, takut jadi ribet dan malah nantinya mereka

ngajak temen-temennya gitu aku kan temennya gak banyak cuma beberapa

aja.

12. Kalo yang ngebuly itu seringnya cewek apa cowok ?

Jawaban : kalo seringnya sih cowok ya, kalo cewek jarang banget, mungkin

kalo cewek ngeliatnya masih kasian kali sama aku, kalo cowok kan pada

berani seenaknya sendri tanpa mikir gimana-gimana, ngerasa dirinya paling

jago, pada songong-songong gitu gayanya.

13. Pernah gak ngebales tindakan mereka ?

Jawaban : Hmm.. enggak pernah sih, selain karena takut aku males juga.

Cumapernah sih mikir untuk ngadepin mereka gitu saking keselnya, tapi aku

mikir-mikir lagi, hati-hati banget takutnya aku malah bikin keributan, akunya

takut juga. Terus kata temen deket aku juga mending diemin aja. Soalnya kalo

cowok kan ada kumpulannya gitu mainnya pada barengan kumpul-kumpul

nanti malah aku di sorakin terus di keroyok jadi malah tambah di buli yang

ada.

14. Pernah gak nganggep masalah kamu ini masalah yang sepele aja dan

nganggep seolah-lah masalah kaya ginin tuh gak terjadi sama kamu?

Jawaban : Awalnya iya aku nganggep masalahnya biasa aja, hal sepele gitu,

aku mikir ‘ah yaudahlah biarin aja’ tapi malah jadi makin sering mereka kaya

gitu aku jadi mikir ‘apaan sih ini’ jadinya kesel juga. Tapi aku mikir lagi,

waktu SMA aku udah bisa lewatin ini, karena pas waktu SMA kan bullynya

parah banget kaya yang aku jelasin tadi. Pas sekarang kuliah juga aku mikir

pasti bisa lewatin ini yang penting aku kuliah aku belajar yang bener aja.

15. Gimana tuh perasaan kamu pas di buly ?

Jawaban : perasaan aku ya pasti kesel lah, sedih juga, siapa sih yang suka

dapet perlakuan kaya gitu. Kaya ngerasa sendiri dan gak pernah dianggep ada

kaya ngerasa direndahin, gapunya temen, padahal aku mikir aku salah apa,

aku juga perasaan gapernah yang aneh-aneh sama mereka, masih ada aja

orang kaya mereka gitu. Ya tapi aku coba mikir positifnya aja, kali aja mereka

yang gituin aku dapet karmanya dan sadar kalo tindakan mereka itu gak baik.

Aku selalu berdoa sama Allah untuk dikuatkan, untuk bisa jalanin masa-masa

ketika aku dapet bullyian buktinya aku sekarang baik-baik aja, malah aku

semakin kuat dan bisa ngembangin bakat aku di passion aku, i inspired to do

something creative”

16. Terus kamu terima-terima aja mereka memperlakukan kamu kaya gitu ?

Jawaban : kalo dibilang nerima atau enggak sih ya sejujurnya enggak terima

ya, enggak sama sekali, tapi ya gimana yaa aku juga gabisa ngelakuin banyak

untuk ngeberotak atau gimana-gimana, aku mikir ini dijadikan pelajaran buat

aku aja kedepannya.

17. Kamu ngerasain dampak apa aja setelah dapet bullyan itu ?

Jawaban : Hmmm.. apa yaa, dampaknya banyak lah, aku jadi males ngapa-

ngapain juga, males ketemu sama temen-temen aku karna takut disuruh-suruh

dan lain lain, males main sama jadi males gabung juga, kadang jadi males

kuliah juga, jadi suka moodyan gitu. Kesel sih bawaannya.

18. Kamu ceritain masalah ini ke orang tua kamu ?

Jawaban : Nyeritain tapi gak semuanya aku ceritain, gak sering aku

ceritanya. gaenak juga aku takut bikin mereka sedih. ya paling cuma ceritain

temen main aku yang itu-itu aja sih, aku lebih nyeritain yang seneng-

senengnya aja, karna kalo mereka tau pasti bakal marah juga. Jadi daripada

aku bikin mereka sedih soal temen-temen aku yang begitu, aku mending diem

aja.

19. Orang tua kamu pernah ngomong sesuatu gak semacam ngasih masukan gitu

ke kamu ?

Jawaban : iya pernah sih kaya memotivasi gitu, kalo kata ayah aku sih,

bilangnya aku harus berbaur, kalo lagi sama temen-temen gitu aku harus aktif

ngobrol atau sharing, akunya yang ngajak ngobrol duluan gitu jangan diem

aja. Ya tapi gimana ya mau ngajak ngobrolnya juga.. aku bingung mau mulai

ngobrol kaya gimana, topiknya apa, takut gapenting dan dianggap aneh aja,

jadi aku milih untuk diem aja. Tapi pas ayah bilang gitu sih aku iya iya aja

masuk telinga kanan keluar telinga kiri hehehe

20. Cara kamu ngatasin situasi kaya gini gimana kira-kira ?

Jawaban : yaa gak gimana-gimana sih kak, gak yang aneh-aneh, aku juga

walaupun di bully tapi tetep mau sekolah, karna aku sadar kalo sekolah itu

penting dan kasian juga sama ibu, walaupun yaa terkadang males juga untuk

ketemu mereka tapi aku gapeduli sama hal itu, Selain itu juga ada hal-hal

yang lebih penting untuk aku lakuin. aku lebih asik sama hobi aku sendiri,

gambar-gambar gitu deh, aku suka banget gambar ya walaupun masih belum

bagus tapi aku belajar terus biar tambah mahir, biar ngasah skill aku juga dan

selain itu juga aku lebih nyaman ngabisin waktu dengan ngegambar. Aku

sadar aku punya kemampuan gambar animasi dan aku ingin skill aku ini lebih

ditingkatkan lagi sampe aku minta les design animasi ke orang tua aku biar

lebih terasah.

21. Apa yang kamu lakuin untuk bisa nyelesain masalah kamu ?

Jawaban : aku udah bosen berurusan sama temen-temen aku yang pada gitu

ga ada gunanya juga untuk ngelawan malah jadi ribet nanti. jadi sekarang aku

lebih peduli sama kesenangan aku sendiri, misalkan aku juga dilesin bahasa

inggris di L** sama les Design Animasi di B**** C*****, semuanya aku

lakuin biar aku ada kesibukan lain yang seneng-seneng gitu dan bisa ngasah

skill aku juga, i knew what had to be done, so i doubled my efforts to make

things work.”

22. Kamu gapernah merokok, atau minum, atau clubing gitu yang sekiranya bisa

ngilangin stress kamu ?

Jawaban : oh enggak kak, aku bukan perokok, aku juga gapernah minum atau

clubing yang kaya gitu mah bukan solusi nyelesain masalah kak tapi malah

nambah masalah baru dan cuma ngerusak diri sendiri aja, aku gamau kaya

gitu. yang biasa-basa aja sih kak gapernah yang aneh-aneh.

23. Ada gak orang yang paling deket yang suka diajak curhat ?

Jawaban : Ada sih temen cewek aku, aku seringnya main sama dia, cerita

sama dia apa-apa juga termasuk masalah aku yang sering dapet bullian, dia

peduli banget sama aku, dia orangnya baik, dia seneng kalo denger cerita aku,

dia juga seneng main sama aku, jadi akunya juga kaya punya tempat cerita

dan dapet dukungan gitu untuk gak nyerah atau gaak sedih. Orangnya emang

baik banget sama semua orang, dia nganggap semua orang sama gak ada

bedanya makanya aku seneng punya temen kaya dia.

24. Terus tannggapan dia gimana pas kamu cerita soal bullying itu?

Jawaban : Ya dia bilangnya cuekin aja orang-orang yang kaya gitu sama aku,

gaada gunanya juga ngeladenin. Yang ada malah nambah ribet, aku mikir iya

juga sih ribet lah berurusan sama orang-orang kaya gitu. aku cerita sama dia

dan dia Cuma dengerin aja aku udah seneng, soalnya dia tipe pendengar yang

baik gitu jadi bener-bener ngerasa ada yang meduliin aku.

25. Hubungan kamu sama temen-temen kamu gimana ?

Jawaban : Ya dibilang baik juga enggak sih, akunya males gitu sama orang-

orang kaya gitu. Terlebih sama orang-orang yang suka manfaatin aku. Aku

mikirnya selalu aku takut dimanfaatin aja karna udah sering dapet perlakuan

kaya gitu. tapi kalo yang baik sama aku sih ya aku biasa-biasa aja, cuma sama

mereka aja aku kaya gitu. males deh pokoknya males.

26. Pernah gak ngadepin langsung orang-orang yang ngebully kamu ?

Jawaban : Enggak pernah sih, males juga. Aku coba nahan diri aku untuk gak

berbuat yang aneh-aneh takutnya malah bikin keruh suasana walaupun

sebenernya kesel banget tapi aku gaberani, karena yang ngebully aku itu

bukan hanya temen kelas aja, tapi kaka kelas aku juga”

27. Harusnya kamu berani dong, kan mereka juga udah keterlaluan sama kamu ?

Jawaban : ya kan mereka gimanapun senior aku kak, mereka pasti akan

menang karna mikirnya junior mah bisa diapa-apain, lagian itu dilingkungan

sekolah aku takut malah tambah ribet kal sekoah tau terus nanti orang tua aku

dipanggil kesekolah kan kasian

28. Pernah gak kamu bersikap gak peduli dan menarik diri dari lingkungan kamu

?

Jawaban : Ya pernah lah, siapa sih yang pengen dapet perlakuan kaya gitu,

aku gak terima lah. Aku pernah nyoba berbaur sama mereka malah sering

didiemin dan malah sering dimanfaatin, jadii suka disuruh-suruh,ya udah aku

pergi aja, terus aku berfikir yaudahlah bodo amat biarin aja. Aku bersikap

kaya gitu juga temen-temen aku gak ada yang peduli juga karena selama ini

mereka gak pernah peduli sama aku mau aku gimana juga.

29. Terus apa alasan kamu untuk tetep mau kesekolah pada saat itu padahal kan

pasti ketemu mereka ?

Jawaban : yaa waktu itu aku mikir, kalo aku gasekolah, kasian sama ibu yang

udah biayain sekolah aku, terus nanti masa depan aku gimana kalo ga sekolah

yaudah aku sabar-sabarin ketemu mereka sampe lulus akhirnya aku bisa

lewatin masa-masa itu.

30. Punya kesibukan lain selain kuliah?

Jawaban : Kalo di kampus, aku lagi coba ikut K*** ‘Komunitas Indie Film

U*****’ paling ya itu aku lg les di L** sama les design animasi di B****

C*****.

31. Pernah gak coba ngobrol atau diskusi sama keluarga soal masalah ini ?

Jawaban : Aku gapernah cerita soal masalah bullying aku, jadi gapernah sih

kalo diskusi yang serius-serius gitu masalah bulying. Masih belum berani, yah

yang penting aku ada temen cerita dikampus jadi aku gak mendem sendiri

juga, masih ada orang yang peduli sama masalah aku dan tulus temenan sama

aku tanpa ada niat manfaatin

INFORMAN 2

Nama : LF

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 21 Desember 1998

Usia : 19 Tahun

Domisili : Jakarta, Radio Dalam

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Hari / Tanggal : Rabu, 2 Agustus 2017

Waktu Wawancara : 10.00 WIB

Tempat Wawancara : McD Ciputat

DAFTAR PERTANYAAN

1. Pernah gak sih kamu ngalamin tindakan bullying ?

Jawaban : di bullynya kaya gimana dulu nih.. kalo di bully pake kekerasan

fisik sih gapernah ya kak, cuma kaya lebih ke melecehkan gitu jatohnya, dan

itu sering secara terus-menerus.Dia terus-terusan ngirimin gambar-gambar

porno waktu dia lagi Cuma pake celana pendek aja atau chatingan yang ke

arah-arah seksual gitu kak.

2. Kapan dan dimana tindakan bullying itu dilakukan ?

Jawaban : itu pas aku lagi semester 1, dia suka kaya gitu kadang suka tiba-

tiba megang-megang gitu, ngerangkul gitu, terus di chat pribadi suka ngirimin

gambar-gambar porno, akunya risih banget

3. Emang siapa orang yang ngebully kamu ?

Jawaban : ada kak temen kuliah aku cowok, Awal-awal sih aku temenan baik

sama dia, tapi sekarang karna dia kaya gitu aku jadi males temenan atau

deket-deket sama dia. Abis dia orangnya jorok, mikirnya mesum terus dikira

aku cewek apaan kali.

4. Bisa ceritain gak bentuk bullyingnya kaya apa ?

Jawaban : Hmm.. sebenernya sih aku gaenak ngomongnya, lebih ke ajakan

seksual gitu kak, pernyataan-pernyataan ke arah seksual gitu secara terus

menerus. Misalkan dia ngajak aku nginep di hotel, dia suka pegang aku, terus

dia juga pernah tiba-tiba rangkul aku gitu, aku kaget banget aku langsung

tepak tangannya. Terus bilang ‘payudara lu kecil, gedein lagi deh biar enak’,

terus sama ngirimin gambar-gamar porno ke whatsapp, terus dia minta aku

kirimin foto payudara aku ke dia, terus dia juga pernah ngirimin foto dia lagi

telanjang dada sama pake celana pendek doang, Pokoknya banyak deh yang

ke arah-arah seksual gitu deh kak. Waktu itu dia suka banget ngirimin

gambar-gambar gitu sama aku, walaupun aku gapernah ladenin gapernah

bales tetep aja dia kirimin. Masih ada kok nih di hape aku chatingannya dia,

tapi kalo gambar-gambar gitu udah aku hapusin kak karna takut diliat orang.

5. Kok dia bisa sih kaya gitu sama kamu ?

Jawaban : Aku juga gangerti kenapa dia kaya gitu sama aku, padahal aku

biasa aja sih kalo aku pikir-pikir tapi gatau deh kalo dipikiran dia gimana.

Gatau juga deh ya kalo sama yang lain dia gimana.

6. Ketika kamu di bully, apa yang kamu lakuin ?

Jawaban : Awalnya aku ladenin aja soalnya aku ngiranya buat becanda-

becandaan seru-seruan gitu. Tapi makin kesini kok jadi makin kurang ajar

akunya jadi takut. Aku juga saking keselnya pernah marah sama dia baik itu

di chating ataupun secara langsung.

7. Apakah anda sering membalas tindakan mereka ?

Jawaban : kalo ngebales sih iya, tapi enggak sering-sering banget juga sih

kak, pernah suatu hari aku sontrongin dia biar dia kapok dan gak gangguin

aku lagi, terus aku bilang ‘lu kenapa sih ngomong kaya gitu mulu sama gua,

kaya gaada hal lain yang bisa diomongin aja, jorok banget ngomongnya, yang

sopan dong lu pikir lucu’ aku gituin. Aku berasa puas banget pas udah

ngomong langsung gitu sama dia. Seneng banget bisa nyamperin dia langsung

gitu ngasha pelajaran buat dia.

8. Terus gimana tanggapan dia ?

Jawaban : Dia ekspresinya biasa aja gitu ngiranya aku becandaan kali,

padahal aku kesel banget sama dia. Kayaknya dia gaada takut-takutnya aku

omongin kaya gitu padahal aku bilangnya sambil nada kesel. Ya emang sih

nadanya bukan nada keras, malu juga ngomong keras-keras ntar dikirain apa

cuma kesel aja.

9. Pernah gak sih nganggap masalah kamu masalah sepele atau cuma masalah

biasa?

Jawaban : Awalnya iya karna aku ngiranya Cuma buat becandaan aja, tapi

makin kesini dia jadi makin berani sampe ngirimin gambar-gambar porno gitu

sama aku apakali maksudnya. Ini kan masalahnya udah ke masalah seksual,

sensitif jadi wajar lah aku takut namanya juga jaga diri. Aku bingung kenapa

harus aku yang jadi sasaran dia, kenapa gak cewek lain aja, kenapa hal yang

kaya gini harus terjadi sama aku, kenapa aku diketemuin sama dia, kan kalo

kaya gini aku jadi males ngapa-ngapain”

10. Perasaan kamu dapet perlakuan kaya gitu gimana ?

Jawaban : Gaenak lah kak, ga terima banget aku digituin, gaenak banget

pokoknya kaya di intmidasi gitu. kaya seolah-olah disitu aku rendah banget

gitu mau di goda-godain padahal aku sebel banget, aku marah banget sama

dia, aku sempet mikir kenapa ada orang kaya gitu di muka bumi ini, apa-apa

mikirnya mesum mulu. Aku sampe gamau kenal lagi sama dia, amit-amit aku

ketemu orang macem gitu hih!

11. Kamu ngerasain dampaknya kaya gimana ?

Jawaban : Aku jadi lebih diem, gamau banyak omong, aku gamau ketemu

sama dia, gamau nyapa apalagi ngobrol karena takut diapa apain dan malah

jadi tambah kurang ajar nantinya. Boro-boro ngobrol, liat mukanya aja aku

enek. Bener-bener ngasih dampak gaenak banget lah buat aku.

12. Kamu ceritain ini sama orang tua ?

Jawaban : Gapernah lah kak, kalo aku bilang mereka bisa marah lah, yang

mereka tau kuliah aku baik-baik aja gada masalah. Tapi nanti mungkin aku

akan bilang, nanti tapi gak sekarang.

13. Cara kamu untuk ngatasin masalah kaya gini gimana tuh ?

Jawaban : hmm.. Aku mendingan diem, lebih milih untuk pergi, terus aku

ada group chat gitu sama dia di whatsapp, aku lebih milih untuk left group

chat aja, aku block semua sosmednya dia biar dia gak ganggu aku lagi, biar

gak chat atau ngirim gambar yang aneh-aneh lagi. Aku rasa ini udah cara

paling ampun untuk gak digangguin lagi sama dia. Pokoknya disitu aku udah

ngerasa kesel banget sama dia, marah banget jadinya aku block aja sosmednya

dia.

14. Apa yang kamu lakuin untuk nyelesain masalah kamu ?

Jawaban : Ya selain aku pernah samperin dia untuk ngomong langsung sama

dia, aku juga males kuliah karna males ketemu orang kaya gitu, ya di rumah

aja tidur atau ngemall, jalan-jalan, atau ngapain kek gitu yang enak-enak.

Kalo inget-inget yang kaya gitu mah justru nambah jijik kak.

15. Ada gak orang yang sering kamu ajak curhat soal masalah ini, temen atau

sahabat kamu gitu ?

Jawaban : Ada kak sahabat aku, kenapa aku cerita sama dia ya karna dia

orangnya baik mau dengerin cerita aku mulu, aku Cuma ceritanya sama dia

aja gaada yang lain karena aku pikir dia orang yang bisa dipercaya dan gaakan

bocorin rahasia ini. Aku cerita semua soal ini sama dia. Dia temen aku dari

awal masuk kuliah jadi aku tau dia gimana aku percaya sama dia.

16. Terus tanggapan sahabat kamu itu gimana?

Jawaban : Ya jelas dia marah kak, namanya juga temen sendiri digituin pasti

kesel lah, dia juga pengen nyamperin langsung orangnya, terus dia suruh aku

untuk ngadepin langsung orang itu dan bilang gausah ganggu-ganggu atau

ngelakuin yang aneh-aneh ke aku lagi, temen aku juga jadi hati-hati sama dia,

jaga jarak gitu gara-gara aku ceritain soal dia yang kaya gitu.

17. Terus hubungan kamu sekarang sama dia gimana ?

Jawaban : Kalo sama yang lain sih aku baik-baik aja, Cuma sama dia doang

yang gak baik. Ya gimana mau baik orangnya begitu. Dibaikin malah makin

ngelunjak ya mending gausah dibaikin sekalian.

18. Pernah ngadepin langsung orang yang di bully ?

Jawaban : Pernah kak, tapi orangnya malah jadi makin berani. Katanya kalo

aku marah jadi makin ‘HOT’ bilangnya, sumpah aku jadi makin serem sama

orang kaya gitu. aku kesel bangt sumpah ih, bingung nanggepin orang yang

kaya gitu gimana, gangerti sama jalan pikirannya. Kayaknya kalo orang kaya

gitu kalo diomongin gabakal mempan deh, otaknya udah keras banget.

19. Pernah gak kamu bersikap gak peduli dan narik diri dari lngkungan kamu ?

Jawaban : Iyalah pernah, apalagi kalo ketemu dia, aduh rasanya udah kaya

ketemu sama penjahat aja. Pas dia ngirimin gambar-gambar gitu aku pernah

gapengen kuliah biar gaketemu sama dia, biar galiat muka dia.

20. Gimana caranya kamu bisa mengontrol diri kamu untuk gak bertindak

gegabah ?

Jawaban : jadi gini kak, pada awalnya aku emang biasa aja sama dia gajadi

masalah karena aku kira Cuma jadi bahan becandaan aja ya aku mikir

namanya juga cowok. Tapi makin kesini aku gabisa terima terus-terusan

digituin, ngirim gambar, ngajak ke hotel dan yang lain-lainnya, aku jadi

gabisa kontrol diri aku, aku marah lah sama dia, aku gabisa dong diem aja

kalo di gituin karena ini masalah sensitif kan apalagi aku perempuan. Nah

pada akhirnya aku mikir aku harus memberankan diri aku, ini juga benuk

perlindunagn untuk diri aku sendiri. Gitu sih kak

21. Ada kesibukan lain gak selain kuliah?

Jawaban : Sejauh ini aku Cuma dikampus aja sih, ngerjain tugas-tugas aja

dan paling main-main aja sama temen-temen gaada sibuk yang gimana-

gimana aku juga gak ikutan organisasi di kampus.

22. Bener-bener ga pernah sharing sama keluarga soal ini ?

Jawaban : Aku gak pernah menceritakan atau sharing sama keluarga aku soal

ini kak, ya paling aku nyeritainnya sama temen aku aja. Dia juga baik kok

orangnya suka ngasih solusi gitu.

23. Pernah gak mikir positif dari masalah kamu ini :

Jawaban : yaa pasti pernah lah kak, aku berharap masalah ini akan cepat

selesai, dijauhkan dari orang yang otaknya mesum gitu, kayaknya ini bentuk

pembelajaran juga sih buat aku biar hati-hati milih cowok dan hati-hati juga

dalam berteman, jadi lebih selektif gitu loh kak. Aku juga berharap biar dia

cepet-cepet sadar lah jangan kurang ajar begitu.

INFORMAN 3

Nama : AMR

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Januari 1999

Usia : 18 tahun

Domisili : Kebayoran

Agama : islam

Pekerjaan : Pelajar

Hari / Tanggal : Minggu, 5 Agustus 2017

Waktu Wawancara : 17.00 WIB

Tempat Wawancara : Bintaro Xchange Mall

DAFTAR PERTANYAAN

1. Pernah gak sih kamu ngalamin tindakan bullying ?

Jawaban : Iya kak pernah waktu pas disekolah.

2. Kapan dan dimana tindakan bullying itu dilakukan ?

Jawaban : waktu itu pas aku masih kelas 1 SMA, biasanya sih di belakang

sekolah aku kak kejadiannya, masih di sekitaran sekolah aku sih.

3. Emang siapa orang yang ngebully kamu ?

Jawaban : kaka kelas aku kak, mereka kelas 2, biasa lah kak senioritas gitu.

sok pada belagu.

4. Bisa ceritain gak bentuk bullyingnya kaya apa ?

Jawaban : jadi ceritanya tuh sebenernya dia malak aku gitu beberapa kali,

malaknya berupa uang atau enggak rokok. Nah sebelum-sebelumnya sih aku

kasih-kasih aja karna emang kebetulan lagi ada juga tapi pernah juga

gangasih, nah tiba-tiba disuatu hari, aku lg jalan gitu mereka ngehadang aku

kan sama 2 orang temennya, minta uang kalo enggak rokok, nah aku gak

kasih karena lagi abis juga, tapi mereka malah bilang ‘boong lu suka pura-

pura aja, gua tau lu ada sini gak, macem-macem lu sama gue’ aku tetep bilang

gaada kan, nah dari situ mereka bilang ‘bong aja lu’ terus tiba-tiba dorong

badan aku sampe jatoh sakit dong kak aku emosi juga, aku lawan balik tapi

gabisa aku malah di dorong lagi badan dia kuat banget terus badan aku

dipukul-pukul sampe di injek-injek sakit banget kak sampe bedarah bengkak

aku gabisa ngapa ngapain, nah udah gitu galama kemudian, ada guru aku

dateng kak misahin gitu rame dah pokoknya itu sekolah, nah si guru aku yang

misahin itu manggil kepala sekolah, sambil bilang ‘ada apaan ini ?’ aku bilang

dong aku di palak sama dia sampe badan aku berdarah gini, nah si kepala

seolah ini langsung mukul orang yang malak aku ini kak sambil di bawa ke

kantor gitu abis gitu galama kemudian kepala sekolah aku ngedatengin pak

polisi aku langsung takut aja, tapi ternyata Cuma dikasih pengarahan aja.

kurang ebih gitu sih kak ceritanya

5. Kok dia bisa sih kaya gitu sama kamu ?

Jawaban : karena mungkin awalnya aku gapernah ngelawan sama mereka ya

nurut-nurut aja jadi seenak-enaknya, jadi mereka malah makin berani gitu,

sampe pas kejadian pemukulan itu paling parahnya sampe ada kepala sekolah

dan ada polisi segala.

6. Ketika kamu di bully, apa yang kamu lakuin ?

Jawaban : diem aja sih kebanyakan karena kan mereka senior aku kan ya,

pernah juga aku ngelawan tapi gasering cuma adu mulut aja, karena ga terima

dong mereka malak aku berkali-kali malakin rokok sama uang. Sampe yang

kejadian aku di keroyok itu aku lagi puncak keselnya banget dan mereka

emang yang mulai duluan, aku gapeduli gimana disitu keadaannya aku pengen

banget ngelawan dia karena kebawa emosi juga, saking keselnya ya aku

tanggepin aja walaupun disitu resikonya aku jadi babak belur tapii aku pengen

ngelawan balik dia banget.

7. Kamu sering membalas tindakan mereka ?

Jawaban : gak sering, ngelawan biasa aja sih kak pake omongan gitu belum

pernah pake kekerasan atau gimana, cuma pas waktu itu aja dia juga lagi kesel

kali makanya ngedorong aku terus malah mukulin aku jadilah disitu aku

berantem sama dia.

8. Terus gimana tanggapan dia ?

Jawaban : yaa namanya senior lah kak mana mau sih kalah sama adik kelas,

ya pasti dia ngelawan juga lah, adu mulut gitu apalagi temen-temennya juga

sama aja kaya dia orang-orangnya songong tengil.

9. Pernah gak sih nganggap masalah kamu cuma masalah biasa?

Jawaban : sampe kejadian pas dia mukul aku sampe injek-injek aku itu

menurut aku udah parah banget, udah kekerasan gitu jatohnya. seneng pas dia

di tempeleng sama guru aku dan dipanggil polisi ya walaupun Cuma dikasih

pengarahan tapi setidaknya itu ngasih efek jera sama dia.

10. Perasaan kamu dapet perlakuan kaya gitu gimana ?

Jawaban : perasaan aku digituin kesel lah kak, aku gaterima dapet perlakuan

semacam itu, jelas aku sakit hati banget kan aku gasalah apa-apa kenapa harus

dipukulin, sampe bengkak dan bedarah gara-gara diinjekin, aku sempet nangis

waktu kejadian itu. mereka itu sok ngerasa paling jagoan paling di hormati di

sekolah paling segala-galanya dah kesel banget. Pengen banget rasanya

nonjok dia sampe babak belur biar dia tau rasanya dipukulin atau dipalakin

tuh gaenak. Tapi yaa gmana lagi aku tahan-tahan aja, sabar-sabarin lah,

daripada masalahnya tambah besar, akhirnya pas kejadian pengeroyokan itu

masalahnya bisa terselesaikan sendiri, ada aja jalannya mah.

11. Terus caranya kamu buat nahan diri kamu untuk gak berbuat yang aneh-aneh

itu gimana ?

Jawaban : aku mikir kalo aku terlalu sering ngelawan masalahnya akan lebih

besar, aku tahan-tahan aja dulu, aku coba sabar aja sampe waktunya tepat baru

aku ambil tindakan, walaupun gatau sih tindakannya seperti apa, bingung

juga, serba salah gitu lah, mau ngelapor juga takut gaada yang mau percaya

sama aku. Tapi pada akhirnya masalahnya selesai juga semenjak ada kejadian

di datengin polisi itu.

12. Kamu ngerasain dampaknya kaya gimana ?

Jawaban : aku males sekolah kak males ketemu orang-orang macem mereka

yang sok jagoan, aku juga males belajar. Kalo mau sekolah tuh suka mikir,

‘ada apalagi nanti disekolah yaa, ngapain lagi mereka yaa’. Aku suka mikir

gitu sih.

13. Terus yang memotivasi kamu untuk tetep kesekolah apa ?

Jawaban : Kasian sama nyokap sih, walaupun emang kadang masih suka

males gara-gara kejadian waktu itu, tapi kalo inget nyokap jadi semangat.

14. Pernah gak sih kamu mikir gimana caranya untuk ngelawan mereka dan bikin

mereka gak nge bully kamu lg ?

Jawaban : ya pasti pernah kak kalo mikir kaya gitu mah, pernah mikir untuk

laporin ke guru, Cuma kan masalahnya mereka senior aku, mereka bisa

ngelakuin apa aja sama aku apalagi kalo aku lagi sendiri, dan bisa aja dia

bawa temen-tememennya buat ngeroyok aku, makanya aku jadinya mikir-

mikir lagi, hati-hati lagi buat ngambil tindakan takutnya gegabah dan makin

banyak masalah.

15. Terus langkah-langkah apa aja yang udah kamu lakuin untuk ngatasin

masalah kamu pada saat itu ?

Jawaban : gaada yang gimana-gimana sih kak, aku bingung juga harus

gimana kalo masalah kaya gini bertindaknya harus gimana, sering-sering

ngelawan juga aku males dan takut juga, di diemin juga malah makin jadi, yaa

paling pas kejadian berantem itu masalah aku jadi berkurang sama dia,

bersyukur juga waktu itu berantem, jadinya setelah di nasehatin dan dikasih

teguran sama guru, dia jadi galagi malakin aku, takut di keluarin dari sekolah

kali dia.

16. Kamu ceritain ini sama orang tua ?

Jawaban : pas belum ada kejadian pengeroyokan itu sih aku gapernah cerita,

tapi pas ngeliat aku babak belur ya pasti mereka tanya kenapa bisa begini, ya

akhirnya aku ceritain aja kalo aku di kroyok sama temen-temen aku disekolah.

Tapi aku juga bilang kalo semuanya udah diberesin terus udah di datengin

polisi juga orang tua aku jadi gak khawatir gitu karena kan sekolah udah tau.

17. Cara kamu untuk ngatasin masalah kaya gini gimana tuh ?

Jawaban : aku juga nanggepin mereka kak tapi ga sering gasampe ada

kekerasan, walaupun pada awalnya diem aja, karena kesel jadi aku lawan juga

selain itu juga aku kan jadi males banget sekolah yaa aku nongkrong aja gitu

sambil ngerokok atau main musik kek dari pada masuk sekolah malesin

bawaannya mending main.

18. Ada gak orang yang sering kamu ajak curhat soal masalah ini, temen atau

sahabat kamu gitu ?

Jawaban : temen yang bisa diajak cerita ya pasti ada kak temen baik aku

temen main, temen nongkrong, temen sekolah juga. Kalo kita cerita kan enak

kak dari pada di pendem sendiri, mereka juga kadang suka ngasih solusi

soalnya, lebih tenang aja gitu kalo udah cerita sama temen, banyak yang

ngedukung kita, aku jadi gangerasa sendiri, temen-temen itu penting banget

buat aku kak, mereka yang selalu support aku.

19. Terus tanggapan sahabat kamu itu gimana?

Jawaban : Ya mereka suruh aku lawan balik kalo mereka gituin aku lagi,

jangan mau di injek-injek atau apaalah gitu, atau enggak disuruh laporin ke

guru biar mereka kapok biar mereka dapet hukuman, atau juga pernah disuruh

ngumpulin temen-temen buat ngelawan mereka ramean toh mereka juga kalo

di lawan sama orang rame-rame mah pasti takut kan, tapi aku males aja nyari

masalah.

20. Terus hubungan kamu sekarang sama dia gimana ?

Jawaban : aku sejujurnya males temenan dengan orang kaya gtu kak,

walaupun kejadiannya udah lewat, tapi aku masih sakit hati aja kalu di inget-

inget lagi kok bisa ngelakuin kaya gitu sama aku, jadi aku gapeduli sih da

gimana.

21. Pernah ngadepin langsung orang yang di bully ?

Jawaban : awal-awalnya sih gapernah karena takut nyari masalah juga kan,

tapi pernah sih ngelawan mereka sambil adu mulut gitu tapi gapernah sampe

ada kekerasan, yang sampe ada kekerasan itu Cuma pas waktu itu aja dah

yang paling parah. Cuma ya temen-temen aku juga suka ngomporin gitu sih

suruh ngelawan balik ah tapi aku males juga kalo keseringan.

22. Pernah gak kamu bersikap gak peduli dan narik diri dari lngkungan kamu ?

Jawaban : aku lebih gapeduli sama orang yang ngebully itu, sebenernya dia

mau ditangkep polisi juga ga masalah sih justru aku seneng-seneng aja biar

dia kapok sama apa yang udah dia lakuin. Terus yaa paling imbasnya jadi

males ekolah aja gitu kak males belajar males ngapa-ngapain dah.

23. Ada kesibukan lain gak selain sekolah?

Jawaban : enggak sih, Cuma sekolah sama main-main aja, main musik juga

tapi yaa itu buat iseng-iseng sama buat seneng-seneng doang.

24. Pernah gak berfikir positif dari masalah yang kamu alami pada waktu itu ?

Jawaban : hmm.. aku berfikir di bully itu gaenak, jadi aku gaakan ngelakuin

hal tersebut sama adik kelas aku, bully itu ngasih dampak yang buruk buat

yang ngalaminnya, yaa kaya aku jadi males sekolah dan males belajar, terus

aku juga berharap si pelaku berenti ngelakuin hal-hal yang kaya gitu, karena

bisa ngerugiin buat si korban.

HASIL OBSERVASI INFORMAN

Hasil Observasi Informan BDH

Waktu Observasi : Minggu, 30 Juli 2017 – 17.00 WIB

Tempat Observasi : KFC Bintaro Plaza

Orang Yang Terlihat : Informan BDH

Kami bertemu di KFC bintaro plaza yang pada saat itu peneliti sudah

datang terlebih dahulu, waktu itu tempatnya tidak begitu ramai dan kami

duduk jauh dari lalu lalang orang. tidak berapa lama informan pun datang

setelah sebelumnya ia memesan makanan dan minuman terlebih dahulu,

setelah berkenalan dan ngobrol-ngobrol cukup lama sembari informan

menghabiskan makanannya, barulah kita mulai membicarakan mengenai

pengalaman bullying informan, pada saat informan menceritakan pengalaman

bullyingnya, ada sedikit kesulitan peneliti untuk memahami, pasalnya suara

informan sedikit tidak jelas jadi peneliti harus kembali mengulang pertanyaan.

Pada saat informan menceritakan masalah bullying nya pun, raut muka

informan terlihat sedih hingga peneliti pun mencoba mencairkan suasana

sampai informan bisa lebih tenang dalam menceritakan masalahnya. akhirnya

informanpun bisa menceritakan masalahnya sampai selesai. Sepertinya

informan masih merasa kesal dan trauma dengan kejadian tersebut terlebih

pada saat kejadian bullying di SMA. Jika dilihat dari fisik informan, informan

merupakan orang yang ‘Nerd’ atau disebut juga dengan kutu buku yang

menggunakan tas ransel dan kacamata besar yang ia pakai, informan juga tdak

terlalu banyak bicara, informan memiliki perawakan yang tinggi dan kurus.

Hasil Observasi Informan LF

Waktu Observasi : Rabu, 12 Agustus 2017 – 10.00 WIB

Tempat Observasi : McD Ciputat Tangerang Selatan

Orang Yang Terlihat : Informan LF

Pada awalnya informan masih malu-malu untuk menceritakan

masalahnya kepada peneliti dan kami hanya membicarakan mengenai hal-hal

yang umum saja belum menceritakan kepada hal-hal yang menjurus pada

tindakan bully informan. Setelah beberapa lama, dan informan sudah merasa

nyaman dengan peneliti, barulah informan bisa menceritakan permasalahan

bullynya. Permasalahan bully yang terjadi pada informan ini merupakan bully

verbal yang jarang terjadi, yaitu lebih menjurus pada pelecehan seksual, oleh

sebab itu wajar saja jika informan merasa malu untuk menceritakannya

kepada peneliti. Pada saat menceritakan masalahnya pun, informan masih

terlihat emosi terlebih pada saat ia menyebutkan nama si pelaku, informan

tidak ingin menyebutkan nama asli pelaku, ia menyebutnya dengan sebutan

“Si Otak Mesum” karena informan sampai saat ini masih merasa kesal dengan

pelaku jika mengingat kejadian itu. Jika dilihat dari hasil observasi peneliti,

informan ini bukan orang yang mudah menceritakan masalahnya kepada

orang lain, termasuk juga kepada peneliti, butuh waktu yang lumayan lama

untuk membuat dia bisa menceritakan masalahnya tersebut. Jika dilihat dari

fisik informan, informan memiliki perawakan yang tidak begitu tinggi tapi

cukup berisi, pada saat datang informan pun menggunakan baju rapih dan

menyapa peneliti dengan sopan.

Hasil Observasi Informan AMR

Waktu Observasi : Minggu, 5 Agustus 2017 – 17.00 WIB

Tempat Observasi : Bintaro Xchange Mall

Orang Yang Terlihat : Informan AMR

Peneliti datang terlebih dahulu ke tempat yang sudah di janjikan, tidak

berapa lama informan pun datang sambil membawa minuman yang

dipesannya. Peneliti melihat bahwa Informan AMR merupakan orang yang

cukup terbuka, jadi tidak sulit bagi peneliti untuk memulai pembicaraan dan

membuat informan menceritakan masalahnya kepada peneliti. Pada awalnya

juga kami tidak langsung membicarakan masalah bullying informan, kami

membicarakan mengenai yang sifatnya umum terlebih dahulu. Setelah berapa

lama, barulah kami membicarakan mengenai masalah intinya. Di tengah-

tengan pembicaraan mengenai kejadian bully tersebut, terlihat raut wajah

informan menjadi kesal ketika informan menceritakan kejadian pengeroyokan

oleh pelaku dan beberapa temannya, informan menceritakannya sambil

memperagakan tangannya yang mengepal dan juga sambil memegang

rokoknya. informan masih mengingat dengan jelas kejadian tersebut sehingga

ia begitu lancar menceritakannya. informan tidak ragu untuk menceritakan

masalahnya tersebut kepada peneliti, jadi tanpa peneliti banyak bertanya pun,

informan sudah bisa menceritakan masalahnya dengan jelas. Setelah kami

banyak mengobrol sampai malam hari, informan pun pamit pulang duluan

karena ada urusan lain dengan temannya.

DOKUMENTASI

Wawancara dengan informan BDH

Wawancara dengan informan LF