Upaya Guru PAI dalam Mengatasi Kenakalan Remaja
Transcript of Upaya Guru PAI dalam Mengatasi Kenakalan Remaja
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA
DI SMAN 7 MALANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh : Dobrian Andariyon
02110061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
Juli, 2007
LEMBAR PERSETUJUAN
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA
DI SMAN 7 MALANG
SKRIPSI
Oleh : Dobrian Andariyon
02110061
Telah disetujui pada tanggal 07 Juli 2007 Oleh Dosen Pembimbing :
Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag NIP. 150 287 892
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M.Pd.I
NIP.150 267 235
LEMBAR PENGESAHAN
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA DI SMAN 7 MALANG
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh
Dobrian Andariyon (02110061)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
20 Juli 2007 dengan nilai B+
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
pada tanggal 20 Juli 2007
Panitia Ujian
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag Triyo Supriyatno, S.Pd, M.Ag NIP. 150 287 892 NIP. 150 311 702 Penguji Utama, Pembimbing,
Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag NIP. 150 214 978 NIP. 150 287 892
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Prof.Dr. H.M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Dobrian Andariyon Malang, 07 Juli 2007
Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Di Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini :
Nama : Dobrian Andariyon
Nim : 02110061
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi
Masalah Kenakalan Siswa di SMAN 7 Malang
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
Demikian harap di maklumi adanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing
Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag
NIP . 150 287 892
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 07 Juli 2007
Dobrian Andariyon
MOTTO
Artinya :
“Jadilah Engkau Pemaʹaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maʹruf, serta berpalinglah dari pada
orang‐orang yang bodoh”.
(Q. S. Al-A’raaf ayat 199)
Allah SWT, Tuhan manusia yang mutlak kuasa-Nya, tempat mengadu, berkeluh kesah dan meminta pertolongan
Bapak dan Ibuku terkasih, tersayang Terimakasih sepenuh hati.. ..i love u so much..
Bapak Sujono dan Ibu Sri Sundari, Bapak Ibu tercintaku yang selalu menyayangi dan penuh kasih belum seberapa yang aku persembahkan & belum banyak yang bisa aku berikan sbg balas kasih sayangmu. Engkau selalu membimbing dan menjaga, yang telah bekerja keras dan memberi kepercayaan&semangat hidup serta doa restu sehingga membuat aku belajar memahami hidup ini, TerimaKasihku yang dalam...dengan segenap hati. Serta mas-masku Odiek Debar Andariyon dan Leo Rizal Andariyon, Terima kasih dukungannya.
Keluarga Om Edy, Mbahku Munasih, Keluarga Mbah Kun, Mas
Rudi family, keluarga Emak, MasGio, Mas Putut, Tyas+Rafi=”si kecil novel”, Mbak Dewi. Dan Semua Familyku. Terima kasih Doa dan dukungannya.
Family baru di Jombang. Bapak Thoyib & ibu‘dah + ade’ Ari (matur
suwun doanya, PKL kenangan terindah, terimakasih sudah membagi rumahnya untuk kami tempati, maaf pak bu’ ngrepoti…), Mas Ilyas & Mbak Alim (terima kasih doanya, terima
kasih dukungannya, terima kasih sarannya. Terima kasih pula sudah memberikan kesempatan walaupun akhirnya Tuhan berkehendak lain, ini hanya masalah takdir saja mbak, terimakasih banyak mbak, Insya’allah saya pasti akan main kesana kok), Novi cute+Tia cantik+Ayu manis (makasih bangEt lo doa&dukungan kalian. Eh kalian janGan sentimEnt Gitu donk, jangan jadikan aku musuh bersama lho ya, enJoy aja lagi, yang kemaren hanya sejarah, biarlah Bibi bahagia toh hati selalu bisa merasa, aku sih ikut seneng bila kalian+Bibi bahagia, belajar yang rajin yach…!!!)
Keluarga besar IMM “nihilis” UIN malang,,,perjuangan belum berakhir dulur (pesi @e...hih..): Kakanda Kholis (thank’s advicenya), Kakanda Zainul (trim’s infonya,kapan realisasie? tak enteni!!), Kakanda Asy’ari+Wahid (ada salam dari Mba’Shofi, jarene kangen puool sama diskusi dulu waktu di kelas!! nostalgia jes...??), Kakanda Usman (bang sory,mek ngono tok!!wes assalamu’alaikom), Rofiq “sibo” (peq aku dukung target nikah 2,3 tahun lagi atau 5 tahun lagikah?wah sa’karepmu wes!!pokok’e tak enteni nikahmu???), Wasis (bangga kenal sodaRa, linuwih,merdeka..), Hamrozi (kawan sentimentilku, Ji kalo perlu partner di tempat kerja call me, ok!!), Dedy“bledex’s” (jal ndang fitnes ce’ne wetengmu kotak g’ bunder, ojrit...), Jun (wes g’ beban neh se rek,lha wong wes ujian loh, wayahe balas jasa,ok!), Rofiq“gundul” (peq aku nduwe film, yuk nonton bareng yuk...), Taufiq (peq, bisnis+politik = keSukSeSan,Hih..), Sujak (wisuda disik=sukses disik,amin Ya Allah,amin), Setiono (thenkyu banget editane ok ?), Habibi+Nurdiansyah (seLamaT menjalankan tugas sbg KetUM IMM, gOOdLuck!), serta seluruh Immawan&Immawati trima kasih yo Doa & dukungannya. i love u all……emmmmmmuah…!!
$hOhib + koNcO PKLan,,,kebersamaan hanya menunggu waktu untuk berpisah,bismillah $uk$e$ kabeh...amin,,!!, TErima kAsih Doa&dukungannya YacH!!! Oktavian“kecEng”Hendriko (wes‐wes wong urip Ceng, mumpung se’ enom di lakoni kabeh,realisasi impian!!!), Ma’mun“boby”Mahbub S.PdI (enak ‘e rek–rek sarjana disik ‘an!! He...!’ndang mergawe selak di enteni lho yo...???ngElu rek sing mariki kate nikah,hiii….mecah duren se rek‐rek,uenak oe, melok opo’o? ngga’ wes, sELamat meNikmaTi saja!!), M. Zaenal
Arifin”ArPas” (wes mangana?ndang kono, ojo mikir abot2 engko kuru lo yo, ha…ha…ha, bersama wisuda bareng oyi tok!!), Abdul QaDir JaYlani(Tuhan menunggu kita MbaMb0ng, yo’opo sido ta...?mboH kah,jalani saja lah. He!! tak enteni wisudamu, sekedar berucap sElamaT sama2 sudah punya gelar saRjana <saRjaNa MbamBOng> ), Wawan(he! Ojo suwi–suwi nikahe rek–rek, sakno lho yo sing ngenteni...???ketimbang nyesel di disik ‘i wong liyo lho yo???Hih...), Muhammad “Bogrek” Subhan (‘ndang mari rek-rek kuliahe, lha lapo...??lha iyo mboh...), M.Aris (kapan luluse dulur...?jarene kate nikah???),K.M.Jamal (2007 babak baru,dadi Bapak se rek-rek,seLamaT dulur...!), A.M.I.Bedon (Mif, sepakat kenapa harus takut? tapi yo di akal disik rek-rek,oyi..tapi dunia selalu terasa indah dengan celotehmu,Qita tunggu ceritera mu berikutnya, cerito o ojo mandeq lho yo..!), Didik (dunia terasa indah saat bisa berbagi,ok!),
K@w@n lan saDuluRan,,,ikatan tali silaturahmi tetep yo dijogo ojo sampe’ pedot,ok!! Dika (podo g’ po-po se rek, thenkyu baNgEt sudah berkenan meminjami tapi sing liyane wakeh sing podo pisan,wealah bah…), Hamim (G’nang Bali maneh ta? Rilek’s ae dulur,Sing Kuoso Paling Weroh. tapi pancen repot wes kebacut tresno, don’t giveUp dulur!! aDa yang lebih baik bagimu,ok! Alhamdulillah amanatnya sudah saya jalankan dengan baik, dia sudah saya antar Kontrol ke PusKesMas), Uswatun Hasanah (Wealah, critane mbuLet tapi asyik, eh tiba’e gLethek!!! Di balik Wajah CeRiamu tersembunyi sosok yg rapuh, klo bingung i‘ll be there for u,he..he..he.. sElamaT nempuh hidup baru Bi’. i know what u feel n thinking, bahagia saja + banyak anak lho yach!!), mba’Shofi (makasih mba’ ya doanya. kapan2 lagi sharing, di tungGu ya mba’.lekas dapat jodoh lho), shodiq (kesempatan dimanfaatkan aja gae nambah pengalaman, oyi tok wes...), slamet “Ngopi”purnomo dkk sabatansa (pur yo’opo g’ nang martabak ta?aku selalu ada untuk yang satu itu, entekno a ewes…ojrit), bang Tajab (sam suwun, ujiane lancar+guyonan thok)
Teman-temanku di fakultas Tarbiyah jurusan PAI 2002,.Seneng punya teman kuliah kalian. Sory tidak bisa nyebut satu persatu, pokok’e terimakasih semuanya... semoga pertemanan kita tidak akan hilang hanya karena jarak dan waktu.
Teman-temanku semua yang ada dimana-mana yang terlalu banyak disebutkan satu persatu, yang aku kenal ataupun yang belum sempat kenalan, yang berada dalam satu komunitas tertentu, yang masih aktif kuliah atau yang sudah tidak lagi kuliah, terima kasih doa&dukungannya
yo...Good luck!!!
Lha lapo…? Lha yo bah a…? wealah mboh karepmu…! Kowe seneng aku yo melu seneng,wes yo…BYE
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah
SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktu yang direncanakan dengan judul :
“Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Problem Kenakalan
Siswa Di SMUN 7 Malang”.
Tujuan Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu tugas yang wajib
ditempuh oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Malang guna mendapatkan
gelar kesarjanaan.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini, tentunya tidak lepas dari bantuan
beberapa pihak, tentunya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada pihak yang telah banyak membantu penulis,
antara lain :
1. Bapak dan Ibu tercinta atas do’a, kasih sayang, dorongan dan semangat.
2. Bapak Prof Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Malang.
3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang.
4. Bapak Drs. M. Padil, M.Pd.I, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negeri Malang.
5. Bapak Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang
banyak mengarahkan dan memotivasi Penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan ilmunya.
7. Bapak Drs Budi, selaku Kepala Sekolah SMUN 7 Malang yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Seluruh Guru dan Staf karyawan SMUN 7 Malang yang telah berkenaan
memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Akhirnya menjadi suatu keniscayaan bahwa tiada sesuatu yang sempurna
di dunia ini, karena hanyalah Allah SWT, demikian pula penyusunan skripsi ini
yang masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis semata. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Malang, Juli 2007
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL.……………………….……………………………………….i
LEMBAR PERSETUJUAN..……………………………………………………ii
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………..iii
NOTA DINAS……………………………………………………………………iv
SURAT PERNYATAAN………………………………………………………...v
MOTTO……………….…………………………………………...…………….vi
PERSEMBAHAN………...………………..…………………………………...vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….viii
DAFTAR ISI…………………………………………………..……………..…...x
DAFTAR TABEL…………………………………………….………..............xiii
ABSTRAK………………………………………………………………………xv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….1
A. Latar Belakang…………………………………………………...…..1
B. Rumusan Masalah………...……………………………………….....5
C. Tujuan Penelitian……………………………………….…...…….....5
D. Kegunaan Penelitian…..………………………………...………....…5
E. Ruang Lingkup Pembahasan...……………………………………….6
F. Sistematika Pembahasan……………………………………………..6
BAB II KAJIAN TEORI……………...…………………………………........9
A. Pengertian Remaja……………………………………………………9
B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja…………….....12
C. Problem-Problem Kenakalan Remaja………………………………..14
1. Pengertian Kenakalan Remaja……......……………………….....14
2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja……………………………....16
3. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan
Remaja............................................................................................22
D. Tinjauan Tentang Guru Agama Islam……………...……………......27
1. Pengertian Guru Agama Islam...………………………………....27
2. Syarat-Syarat Guru Agama Islam……………………………......28
3. Kode Etik Profesi Guru Agama Islam ……..……………………29
4. Peranan Dan Tugas Guru Agama Islam Dalam Membentuk
Kepribadiaan Siswa...………………………………………….…31
E. Upaya-Upaya Penangulangan Kenakalan Remaja………….………..33
1. Upaya Penangulangan Secara Preventif……........…………….....35
2. Upaya Penangulangan Secara Kuratif……………………………38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………….……………..40
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian……………………………………40
B. Lokasi Penelitian………………….………………………………...40
C. Metode Penelitian………….…………….………………………….41
D. Tahap-Tahap Penelitian………………………………………….…42
E. Teknik Pengumpulan Data …………….…………..…………….....43
F. Analisa Data……………………………………………………..….46
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data……………………………….46
BAB IV HASIL PENELITIAN…………………….………….……………..50
A. Latar Belakang Obyek Penelitian……………....……….…...……....50
1. Sejarah Berdirinya SMUN 7…..……..………......…50
2. Struktur Organisasi…………………………………..………...…53
3. Keadaan Siswa………………..………………………………….54
4. Keadaan Sarana Dan Prasarana…………...…………………...…54
5. Keadaan Guru Dan Karyawan…………………………………...56
B. Penyajian Data Dan Analisis Data…………………………………...58
1. Bentuk-Bentuk Kenakalan Siswa Di SMK PGRI
Singosari………………………………………………………….58
2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa Di SMUN
7…………………………………………………...66
3. Upaya-Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Problem Kenakalan
Siswa Di SMUN 7………………………………….73
BAB V PENUTUP…….……………...………………………..…………......80
A. Kesimpulan………………….…………………………..…………...80
B. Saran...……………………..…………………...…..………………...81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK Andariyon, Dobrian, 2007. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Masalah Kenakalan Siswa di SMAN 7 Malang. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Dosen pembimbing : Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag.
Dalam dunia pendidikan, kenakalan pelajar merupakan sebuah fenomena yang selalu menarik untuk dibahas. Bagaimana tidak pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa akan menentukan maju tidaknya suatu bangsa. Oleh karena itu perlu adanya pembinaan yang terarah bagi pelajar sebagai generasi penerus bangsa, sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang dicita-citakan.
Sampai saat ini pendidikan agama Islam masih dianggap belum mampu mengatasi berbagai pengaruh negatif yang timbul dan berpengaruh pada generasi muda sekarang ini. Guru Pendidikan Agama Islam sangat berperan untuk mengatasi berbagai masalah kenakalan remaja yang terjadi pada siswa, sehingga generasi muda di masa yang akan datang lebih baik dan tidak mudah terjerumus dalam perbuatan yang merugikan dirinya sendiri.
Oleh karena itu berdasarkan dari latar belakang diatas maka peneliti mengambil sebuah rumusan yaitu, 1) Bagaimana bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang?, 2) Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan siswa di SMAN 7 Malang?, 3) Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi masalah kenakalan siswa di SMAN 7 Malang?.
Penelitian yang peneliti lakukan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan ini dalam pelaksanaan penelitiannya memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskiripsi secara alamiah. Disamping itu dalam mengumpulkan data penulis mengunakan metode observasi, interview dan dokumentasi. Tahap-tahap penelitian meliputi : orientasi, tahap pengumpulan data (lapangan), tahap pengumpulan data. Analisa data meliputi teknik analisis deskriptif kualitatif, sehingga hasil dari penelitian ini lebih banyak menghasilkan data-data yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perlilaku yang diamati.
Dari penelitian ini diperoleh sebuah kesimpulan bahwa, 1) bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain : kenakalan-kenakalan kategori ringan seperti : membolos, ramai sewaktu pelajaran berlangsung, tidak mengerjakan tugas, kelengkapan seragam kurang. 2) faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain : lingkungan keluarga karena perceraian orang tua, lingkungan masyarakat karena salah dalam memilih teman bergaul, 3) upaya-upaya untuk mengatasi problem kenakalan siswa di SMAN7 Malang, antara lain : upaya preventif (pencegahan) dan upaya kuratif (penyembuhan).
Kata Kunci : Guru Pendidikan Agama Islam, Kenakalan Siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang menyadari bahwa harapan dimasa yang akan datang
terletak pada putra-putrinya, sehingga hampir setiap orang berkeinginan agar
putra-putrinya kelak menjadi orang yang berguna, oleh karena itu perlu adanya
pembinaan yang terarah bagi putra-putrinya sebagai generasi penerus bangsa,
sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang dicita-citakan.
Berbicara mengenai kenakalan siswa merupakan masalah yang
dirasakan sangatlah penting dan menarik untuk dibahas karena seseorang yang
namanya siswa yang merupakan bagian dari generasi muda adalah aset nasional
dan merupakan tumpuan harapan bagi masa depan Bangsa dan Negara serta
Agama. Untuk mewujudkan kesemuanya demi kejayaan Bangsa dan Negara serta
Agama kita ini, maka sudah barang tentu menjadi kewajiban dan tugas kita semua
baik orang tua, guru dan pemerintah. Untuk mempersiapkan generasi muda
menjadi generasi yang tangguh dan berwawasan/berpengetahuan yang luas
dengan jalan membimbing dan mengarahkan mereka semua sehingga menjadi
warga negara yang baik dan bertanggung jawab secara moral. Berkaitan dengan
hal ini maka winarno Surakhmad, menyatakan1 :
“Adalah suatu fakta didalam sejarah pembangunan umat yang akan
memelihara kelangsungan hidupnya untuk senantiasa menyerahkan dan
1 Winarno Surakmad, Psikologi Pemuda,(Bandung : Jenmars, 1997), hlm. 12-13
mempercayakan hidupnya didalam tangan generasi yang lebih muda itulah yang
kemudian memikul tanggung jawab untuk memelihara kelangsungan hidup
umatnya tetapi juga meningkatkan harkat hidup tersebut. Apabila generasi muda
yang seharusnya menerima tugas penelitian sejarah bangsanya tidak memiliki
kesiapan dan kemampuan yang diperlukan oleh kehidupan bangsa itu, niscaya
berlangsung kearah kegersangan menuju kepada kekerdilan dan akhirnya sampai
pada kehancuran. Karena itu, kedudukan generasi muda dalam suatu masyarakat
adalah vital bagi masyarakat itu” .
Bentuk-bentuk kenakalan siswa itu berbeda-beda seperti halnya di
SMUN 7 MALANG, namun yang jelas telah melanggar hukum, norma agama,
dan tuntutan sosial kemasyarakatan. Dan pada akhir-akhir ini sering terjadi adanya
berbagai bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa, misalnya mabuk-mabukan,
menggunakan obat-obat terlarang, berbuat kejahatan yang merusak ketenangan
umum, kebut-kebutan di jalan raya, berkelahi, merampok, dan lain sebagainya.
Sudah barang tentu kondisi seperti ini sangat bertentangan dengan tujuan
pembangunan nasional dan mengambil tujuan nasional2.
Apakah yang menimbulkan kenakalan siswa tersebut ? barangkali
jawaban pertanyaan inilah yang dapat dipakai sebagai landasan berpijak untuk
menemukan berbagai alternatif pemecahannya. Menurut Dr Zakiah Daradjat
dalam bukunya “Kesehatan Mental”, mengemukakan beberapa faktor penyebab
terjadinya kenakalan siswa antara lain :
1. Kurang pendidikan.
2. Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan.
2 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental,( Jakarta : CV Haji Mas Agung, 1998), hlm. 111
3. Kurang teraturnya pengisian waktu.
4. Tidak stabilnya keadaan sosial, politik dan ekonomi.
5. Banyaknya film, dan buku-buku bacaan yang tidak baik.
6. Merosotnya moral dan mental orang dewasa.
7. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik.
8. Kurangnya perhatian masyarakat dalam pendidikan anak.
Untuk mengatisipasi hal-hal tersebut maka hal utama yang juga perlu
diperhatikan terhadap generasi muda adalah adanya penghayatan terhadap nilai-
nilai PAI. Usaha ini memiliki nilai baku yang tidak dapat dikesampingkan,
terutama pada proses belajar mengajar dalam sistem pendidikan formal antara
pendidik (guru) dan siterdidik (siswa) akan banyak saling mendukung dan
menunjang proses penghayatan terhadap nilai-nilai PAI (akhlak) tersebut. Namun
dalam hal ini, peran orang tua, remaja mempunyai peran yang tidak kalah
pentingnya dengan guru di sekolah. Karena orang tua juga memberikan contoh
atau suri tauladan yang baik secara langsung terutama yang berhubungan dengan
nilai-nilai akhlak di atas.
Selain itu peranan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang
ketiga setelah keluarga dan sekolah juga memiliki tanggung jawab terhadap
generasi muda (anak-anak remaja) untuk itu serta mengontrol dan melindungi
mereka dari tindakan yang dapat merusak nilai-nilai luhur agama dan berupa
aspek pokok yang terkandung didalamnya serta norma-norma hukum yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis.
Dewasa ini masyarakat sedang mengalami keprihatinan dengan sering
terjadinya kenakalan yang dilakukan oleh para remaja yang mempunyai status
siswa atau pelajar sekolah. Lebih serius lagi masyarakat yang telah menuduh
sekolah sebagai penyebab terjadinya kenakalan tersebut, karena
kelalaian/ketidakmampuan pihak sekolah dalam mengendalikan tingkah laku
siswa yang dalam keadaan labil dan sensitif. Dipihak lain ada yang menuduh
keluarga sebagai penyebab utamanya, karena di dalam keluargalah pendidikan
pertama anak, sehingga anak remaja dalam berbagai masalah yang menyangkut
dirinya harus benar-benar mendapat bimbingan terarah dari orang tuanya, agar
tidak terjerumus pada perbuatan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada.
Mengingat betapa pentingnya peranan remaja sebagai generasi muda
bagi masa depan bangsa, maka masalah tersebut mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian terhadap remaja yang masih mempunyai status siswa.
Dengan demikian peneliti dapat melihat lebih dekat terhadap kehidupan remaja,
khususnya remaja atau siswa yang pernah atau sedang terlibat kenakalan. Maka
dari itu peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran
Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Masalah Kenakalan Siswa di
SMUN 7 Malang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa pokok
permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut yaitu:
1. Bagaimana bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMUN 7 Malang ?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan siswa di
SMUN 7 Malang ?
3. Bagaimana peran guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa di SMUN 7
Malang ?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah tersebut diatas, maka tujuan
penelitian dan pembahasan adalah :
1. Ingin mengetahui bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMUN 7 Malang.
2. Ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya
kenakalan siswa di SMUN 7 Malang.
3. Ingin memperoleh gambaran tentang peranan apa saja yang dilakukan guru
Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah kenakalan siswa di
SMUN 7 Malang.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun harapan dari penulis semoga penelitian ini berguna :
1. Bagi Peneliti :
a. Penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga yang dapat
dijadikan sebagai bekal bagi peneliti.
b. Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang luas sehingga
peneliti dapat tanggap terhadap keadaan yang dihadapi.
2. Bagi sekolah : Sebagai bahan pertimbangan mengambil kebijakan dalam
mengatisipasi adanya kenakalan siswa.
E. Ruang Lingkup Pembahasan
Karena adanya keterbatasan waktu, tenaga dan dana, dan agar penelitian
ini dapat dilakukan secara mendalam dan sistematis, maka penulis perlu
memberikan ruang lingkup yang berkaitan dengan, yaitu :
1. Bentuk-bentuk Penyebab Kenakalan Siswa di SMUN 7 Malang.
2. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Siswa di SMUN 7 Malang.
3. Tindakan Dan Usaha Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi
Masalah Kenakalan Siswa di SMUN 7 Malang.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis
membagi pembahasan dalam beberapa bab yang terdiri dari sub bab yaitu :
Bab pertama : Pendahuluan
Pada bab ini penulis menjadikan berbagai hal yang berkaitan
dengan permasalahan dimana didalamnya mengulas tentang : latar
belakang, rumusan masalah, tujuan pembahasan, kegunaan
penelitian, ruang lingkup pembahasan serta sistematika
pembahasan.
Bab kedua : Kajian Teori
Pada bab ini penulis menjadikan berbagai hal yang berkaitan
dengan permasalahan dimana didalamnya mengulas tentang :
pengertian remaja, faktor yang mempengaruhi perkembangan
remaja, masalah-masalah kenakalan remaja, tinjauan tentang guru
pendidikan agama Islam, tindakan dan usaha mengatasi masalah
kenakalan remaja
Bab ketiga : Metodologi penelitian
Pada bab ini penulis menjadikan berbagai hal yang berkaitan
dengan metode penelitian yang dimana didalamnya mengulas
tentang : pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, metode
penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data,
analisa data, teknik pengecek keabsahan data.
Bab keempat : Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan menyampikan hasil penemuan
penulis yang dilakukan pada obyek penelitian yaitu pada SMUN 7
Malang. Dan bagian yang ingin dilaporkan meliputi :
1) Latar Belakang Obyek Penelitian, 2) Penyajian Data dan
Analisis Data dengan berpedoman pada rumusan permasalahan
serta teknik analisa data yang telah dirumuskan.
Bab kelima : Kesimpulan dan saran-saran
Sebagai bahasan terakhir dan sebagai jawaban atas rumusan
masalah juga sebagai alternatif pemecahan masalah.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembahasan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Teoritis
Dan Praktis, Guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau
kepandaian tertentu kepada seseorang atau kelompok orang, sedangkan guru
sebagai pendidik adalah seseorang yang berjasa terhadap masyarakat dan negara3.
Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa beliau memandang seorang guru
bukan hanya sebatas pada seseorang yang secara langsung bisa melakukan
interaksi dengan murid atau yang biasa disebut guru di sekolah, dan memandang
bahwa semua orang bisa menjadi guru asalkan orang tersebut pernah memberikan
suatu ilmu atau kepandaian kepada orang atau kelompok lain.
Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, guru
adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagaian tanggung jawab pendidikan yang terpikul
dipundak orang tua4.
Seorang guru adalah pendidik yang profesional maksudanya adalah
menjadi seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap yang baik,
bisa dijadikan tauladan oleh anak didiknya dan menjadi orang tua yang baik bagi
3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Islam Dan Teoritis Praktis, Rosda Karya, Bandung, 1995, hal. 138 4 Zakiyah Darajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta,1996, hal. 39
siswa. Dengan adanya pendidik yang profesional maka diharapkan bisa
menciptakan hasil yang baik sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
Seorang guru memiliki 2 tugas yaitu mendidik dan mengajar. Mendidik
adalah membimbing anak atau memimpin mereka agar memiliki tabiat dan
kepribadian yang utama (insan kamil), sedangkan mengajar adalah memberikan
pengetahuan kepada anak agar mereka dapat mengetahui peristiwa-peristiwa,
hukum-hukum ataupun proses dari suatu ilmu pengetahuan5, maksudanya adalah
tugas guru yaitu membentuk kepribadian anak didik yang berakhlak mulia dan
bertanggung jawab terhadap segala perbuatan serta berguna bagi bangsa dan
Negara..
Menurut Muhaimin dkk, dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar,
siapapun dapat menjadi pendidik ajaran islam, asalkan dia mempunyai
pengetahuan, kemampuan, mampu mengimplisitkan nilai relevan (dalam
pengetahuan itu), sebagai penganut agama yang patut dicontoh dalam agama yang
diajarkan, dan bersedia menularkan pengetahuan agama serta nilainya kepada
orang lain6.
Dari pendapat Muhaimin di atas dapat disimpulkan bahwa siapapun bisa
menjadi pendidik ajaran islam, asalkan dia mempunyai pengetahuan tetang agama
islam dan mengajarkan pengetahuan itu kepada orang lain serta mampu untuk
mengamalkan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa
dijadikan contoh terhadap apa yang diajarkannya.
5 Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, Ramadhani, Solo, 1993, hal. 10 6 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, Citra Media, Surabaya, 1996, hal. 12
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.7
Berdasarkan pengertian tentang guru di atas yang dikemukakan oleh para
ahli pendidikan, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud guru pendidikan
agama Islam adalah seseorang yang dengan sadar membimbing anak didik ke arah
pencapaian kedewasaan, serta terbentuknya kepribadian anak didik yang islami
sehingga terjalin keseimbangan, kebahagiaan dunia dan akhirat. Seorang guru
agama harus mampu membimbing anak didiknya ke arah yang lebih baik.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Guru mempunyai tugas yang tidak ringan, terlebih lagi guru pendidikan
agam Islam di sekolah. Karena guru harus menghadapi keanekaragaman pribadi
dan pengalaman agama yang dibawa oleh anak didiknya dari rumahnya masing-
masing. Ada anak yang mempunyai sikap positif terhadap agama, karena orang
tuanya tekun beragama dan sudah barang tentu didalam pribadinya telah banyak
terdapat unsur-unsur keagamaan. Maka dia mengharapkan agar guru agama dapat
menambah pengalamannya dalam agama. Mungkin pula terdapat anak yang orang
tuanya mempunyai sikap yang kurang peduli terhadap pendidikan agama,
sehingga anak mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap pendidikan agama
7 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002, hal. 75-76.
dan membuat anak tersebut tidak tertarik pada pelajaran pendidikan agama islam
karena kurang perhatian orang tua terhadap agama..
Menurut Muhaimin, tugas Guru Pendidikan Agama Islam adalah :
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaannya terhadap Allah SWT yang telah
ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b. Menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama serta
mengembangkannya secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi oaring lain.
c. Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-
kelemahannya dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
d. Menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayaan, paham atau
budaya lain yang membahayakan dan menghambat pengembangan
keyakinan siswa.
e. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial yang sesuai dengan ajaran Islam.
f. Menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
g. Mampu memahami, melalui pengetahuan agama Islam secara menyeluruh
sesuai dengan daya serap dan keterbatasan waktu yang tersedia.8
Dari pendapat Muhaimin di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tugas
guru PAI sangat kompleks sekali, bukan hanya sebatas pada meningkatkan
keiman dan ketakwaan anak didik kepada Allah SWT tetapi tugas guru PAI juga
8 Ibid, hal. 83
harus bisa menuntun anak didik untuk bisa mengembangkan potensi yang dimiliki
oleh mereka terutama dalam bidang keagamaan dan membimbing anak didik ke
arah yang lebih baik sehigga tercapai keseimbangan kebahagian di dunia dan
akhirat.
Dalam rangka merealisasikan tugasnya dalam membentuk kepribadian
muslim siswa yang merupakan tujuan akhir dari pendidikan agama itu sendiri
perlulah kita ketahui fungsi dari guru itu sendiri. Menurut Syaiful Bahri D. dalam
buku Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif mengklasikasikan fungsi
guru agama antara lain :
a. Guru sebagai komunikator
Sebagai komunikator seorang guru harus mampu menyiapkan sumber
informasi sebanyak mungkin dan sevalid mungkin, menyeleksi dan mengevaluasi
serta mengolah menjadi sumber informasi yang sesuai dengan keadaan siswa.
b. Guru sebagai inovator
Seorang guru haruslah berwawasan dan berorientasi ke masa depan.
Seorang guru harus mampu menyiapkan anak didiknya untuk masa depan dan
membekalinya dengan pengetahuan yang mampu menjawab tantangan di masa
depan.
c. Guru sebagai emansipator
Di samping sebagai komunikator dan inovator, seorang guru juga
berfungsi sebagai emansipator, baik dari segi pengetahuannya, ketrampilan
maupun dari segi sikapnya sehingga dapat mandiri. Seorang guru harus penuh
semangat untuk membantu anak didiknya menuju ke tingkat perkembangan
kepribadian yang tinggi dan mulia serta mengalami peningkatan dari yang semula.
d. Guru sebagai transformator dari nilai-nilai budaya bangsa
Seorang guru sebagaimana pengertian secara umum yaitu memberikan
pengetahuan pada anak didiknya, maka seorang guru harus mampu mentransfer
nilai-nilai budaya bangsa dan agama pada diri siswa untuk dimiliknya.
e. Guru sebagai motivator
Seorang guru harus mampu memotivasi siswanya untuk lebih giat dan
aktif dalam belajar dan bekerja serta dinamis dalam mengembangkan dirinya9.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tugas guru agama tidaklah
ringan, karena disamping secara akademik ia dituntut untuk mengajarkan ilmu
pengetahuan agama kepada anak didik, juga dituntut dalam penanaman nilai-nilai
keagamaan ke dalam pribadi siswa. Sehingga diharapkan siswa akan menjadi
lebih dewasa baik dalam intelektualnya maupun kepribadannya atau akhlaknya.
Seorang pendidik dituntut untuk mampu memainkan peranan dan
fungsinya dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Hal ini untuk menghindari
adanya benturan fungsi dan peranan, sehingga seorang pendidik dapat
menempatkan kepentingannya sebagai individu, anggota masyarakat, warga
negara dan sebagai guru, jadi antara keguruan dan tugas lainnya harus
ditempatkan secara proporsional.
Dalam paradigma “jawa”, pendidik diidentikan dengan guru yang artinya
“digugu dan ditiru (ditiru dan dicontoh). Namun dalam paradigma baru, pendidik
tidak hanya bertugas sebagai pengajar tetapi juga sebagai motifator dan fasilitator
proses belajar mengajar, yaitu refleksi dan aktualisasi sifat-sifat alami manusia
9 Syaiful Bahri D, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukarif, Rineka Cipta, Jakarta,
2000, hal. 43-48
dangan cara aktualisasi potensi-potensi manusia untuk mengimbangi kelemahan-
kelemahan yang dimiliki.10
Betapa beratnya tugas seorang guru, terutama guru pendidikan agama
islam terutama tanggung jawab moral untuk digugu dan ditiru perbuatannya. Di
rumah mereka menjadi tumpuan keluarga, di sekolah mereka menjadi pedoman
atau ukuran tata tertib kehidupan sekolah yaitu pendidik bagi murid-muridanya.
Menurut Cece Wijaya dan Tabrani, tanggung jawab guru antara lain:
a. Tanggung jawab moral, yakni setiap guru harus memiliki kemampuan,
menghayati prilaku, dan etika yang sesuai dengan moral pancasila dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, yakni setiap guru
harus menguasai cara belajar mangajar yang efektif, mampu membuat
satuan pelajaran, mampu kurikulum dengan baik, mampu mengajar di kelas,
mampu memberikan nasehat, menguasai teknik-teknik pemberian
bimbingan dan layanan, mampu membuat dan melaksanakan evaluasi dan
lain-lain.
c. Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan, yaitu turut serta
mensukseskan pembangunan dalam masyarakat, yakni untuk itu guru harus
mampu membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat.
d. Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan, yakni guru selaku ilmuan,
bertanggung jawab dan turut serta memajukan ilmu, terutama ilmu yang
10 Hasan Langulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad XXI, Al-Husna, 1998, hal. 86
telah menjadi spesialisasinya, dengan melaksanakan penelitian dan
pembangunan11.
Tangung jawab guru dalam membina hubungan dengan masyarakat berarti
guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian integral dari
masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat. Pendidikan bukan hanya
tanggung jawab masyarakat. Untuk itu guru dituntut untuk dapat menumbuhkan
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Sebagai bagian dari tugas dan tanggung jawab profesinya, guru harus
dapat membina hubungan baik dengan masyarakat dengan meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran baik di sekolah maupun di masyarakat.
Dalam situasi sekarang tugas dan tanggung jawab guru dalam
pengembangan profesi dan membina hubungan dengan masyarakat nampaknya
belum banyak dilakukan oleh banyak guru. Yang paling menonjol hanyalah tugas
dan tanggung jawab sebagai pengajar dan sebagai administrator kelas.12
Dapat diketahui bahwasanya guru agama dalam proses pendidikan itu
tidak hanya mengajarkan bidang studi, tetapi lebih jauh lagi mendidik
perkembangan jasmani dan rohani anak, membentuk sikap dan pribadi anak sesuai
dengan ajaran islam. Tugas guru agama sehari–hari di kelas adalah mengatur
waktu dalam proses pembelajaran, dan membangkitkan semangat belajar anak,
dan tugas yang pokok adalah mengajarkan ilmu pengetahuan agama,
menanamkan keimanan dalam jiwa anak didik agar anak didik taat dalam
manjalankan ajaran agama, serta berbudi pekerti luhur.
11 Cece Wijaya, Kemapuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Rosda Karya, Bandung. 1992, hal. 19
12 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Al-Gensindo, Bandung, 1989, hal. 117
B. Pembahasan Tentang Kenakalan Remaja
1. Pengertian Remaja
Menurut Melly Sri Sulastri Rifa’i remaja adalah pemuda pemudi yang
berada pada masa perkembangan disebut masa “adolescence” (masa remaja
menuju masa kedewasaan).13 Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam
kehidupan manusia, di mana seorang sudah tidak dapat disebut anak kecil lagi,
tetapi juga belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada
umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak
menuju kearah kedewasaan.
Masa remaja adalah masa perlihan diri anak menjadi dewasa yang dimulai
dengan timbulnya tanda-tanda puber yang pertama dan berakhir pada waktu
remaja mencapai kematangan fisik dan mental. Hakikat remaja adalah disaat
menemukan dirinya sendiri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba
yang baru untuk menjadi pribadi yang dewasa.14
Masa remaja dibagi menjadi dua tingkat yaitu:
1. Masa remaja awal kira-kira-kira pada usia 13-16 tahun, dimana
pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjalan sangat cepat.
2. Masa remaja akhir, kira-kira usia 17-21 tahun. Dalam rentangan masa ini
terjadi proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek-
13 Melly Sri Sulastri Rifa’i, Psikologi Perkembangan Remaja, Bina Aksara Remaja, 1987,
hal. 1 14 Samadi Suryo Broto, Psikologi Perkembangan, Rake Saran, Yogyakarta, 1993, hal. 129
aspek psikis yang telah dimulai sejak masa-masa sebelumnya. Arahnya
adalah kesempurnaan kematangan.15
Pada masa seperti ini remaja mengalami perkembangan baik dari segi fisik
maupun psikis. Dari segi psikis pada remaja sering terjadi pemberontakan dalam
jiwa, emosi yang tidak stabil sehingga mendorong seorang remaja untuk berbuat
seenaknya sendiri tanpa memikirkan akibatnya karena mereka merasa bahwa
dirinya sudah dewasa dan mampu untuk mempertanggungjawabkan semua yang
telah diperbuatnya. Padahal pada masa seperti ini merupakan masa peralihan
untuk mencapai kesenpurnaan kematangan atau masa dewasa. Mereka tidak bisa
disebut sebagai anak-anak lagi dan belum bisa disebut sebagai orang dewasa.
2. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja bisa diartikan sebagai suatu kelalaian tingkah laku,
perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial yang melanggar norma-
norma dalam masyarakat. Sedang ditinjau dari segi agama, jelas sudah bahwa apa
yang dilarang dan apa yang disuruh oleh agama. Dan sudah barang tentu semua
yang dianggap oleh umum sebagai perbuatan nakal, adalah hal-hal yang dilarang
agama16. Kenakalan remaja adalah suatu penyimpangan tingkah laku yang
dilakukan oleh remaja hingga menggangu ketentraman diri sendiri dan orang lain.
Bila ditinjau dari segi ilmu jiwa maka kenakalan adalah sebagai
manivestasi dari gangguan jiwa atau akibat dari tekanan-tekanan batin yang tidak
15 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya, 1990, hal. 36 16 Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental, Bulan Bintang, Jakarta, 1989, hal. 112
dapat diungkapkan dengan wajah. Atau dengan kata lain bahwa kenakalan anak
remaja adalah ungkapan dari ketegangan perasaan, kegelisahan dan kecemasan
atau tekanan batin17.
Sudah dijelaskan dari berbagai pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah tindakan dan perbuatan yang
dilakukan anak remaja dan perbuatan itu bersifat melawan hukum, anti sosial,
susila dan melanggar norma agama.
3. Jenis-jenis Kenakalan Remaja
Masalah kenakalan merupakan masalah yang menjadi perhatian orang
dimana saja, masalah ini semakin dirasakan dan meresahkan masyarakat terutama
dilingkungan sekolah. Jensen membagi kenakalan remaja ini menjadi 4 jenis,
yaitu:
a) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti:
perkelahian, pemerkosaan , perampokan, pembunuhan dan lain-lain.
b) Kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti: perusakan,
pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
c) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain
seperti: pelacuran, penyalahgunaan obat dan juga hubungan seks sebelum
menikah.
d) Kenakalan yang melawan status, misalnya: mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan cara membolos, megingkari status orang tua
17 Ibid, hal. 112-113
dengan cara pergi dari rumah atau membantah perintah orang tua dan
sebagainya18.
Sedangkan menurut Y. Singgih Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa
mengelompokkan kenakalan remaja dalam dua kelompok besar sesuai dengan
kaitannya dengan norma hukum, yaitu: kenakalan remaja yang banyak terjadi
pada saat ini adalah yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diakui dalam
undang-undang. Adapun perilaku a-moral dan a-sosial tersebut indikasikasinya
adalah sebagai berikut:
a. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran
hukum.
b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai
dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan
melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.19
Kenakalan yang banyak dijumpai pada saat ini adalah yang bersifat a-
moral dan a-sosial, indikasinya adalah sebagai berikut: berbohong, membolos,
kabur dari rumah, keluyuran, memiliki dan membawa benda yang membahayakan
orang lain, bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, berpesta pora
semalam suntuk tanpa pengawasan, membaca dan menonton film porno, turut
dalam pelacuran atau melacurkan diri, berpakaian tidak pantas dan minum-
minuman keras atau menghisap ganja atau pemakaian narkoba
18 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Rajawali Pres, Jakarta, 1991, hal. 200-201 19 Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, Mulia, Jakarta, 1990,
hal. 19
Sedangkan kenakalan yang dianggap melanggar hukum diselesaikan
melalui hukum dan seringkali bisa di sebut dengan istilah kejahatan. Adapun
kenakalan yang di anggap melangar hukum tersebut indikasinya adalah sebagai
berikut: perjudian, pencurian, penggelapan barang, penipuan, pelanggaran tata
susila, menjual gambar dan film porno, pemerkosaan, pemalsuan uang dan
pemalsuan surat-surat keterangan resmi, pembunuhan dan tindakan-tindakan anti
sosial: perbuatan yang merugikan milik orang lain, pengguguran kandungan. 20
Sedangkan Zakiyah Darajat, beliau mengatakan bahwa kenakalan remaja
dibagi dalam tiga bagian:
a. Kenakalan ringan diantaranya: tidak patuh pada orang tua, lari atau bolos
dari sekolah, sering berkelahi. cara berpakaian.
b. Kenakalan yang menggangu ketentraman orang lain, yaitu: mencuri,
menodong, kebut-kebutan, minum-minuman keras, penyalahgunaan
Narkotika.
c. Kenakalan seksual meliputi: kenakalan terhadap terhadap jenis lain dan
kenakalan terhadap orang sejenis. 21
a. Kenakalan ringan.
Yang dimaksud dengan kenakalan ringan disini adalah suatu kenakalan
yang tidak sampai pada pelangaran hukum.
1. Tidak patuh pada orang tua.
Hal seperti ini biasanya terjadi pada kalangan remaja, dia tidak segan-
segan menentang apa yang dikatakan orang tua dan gurunya bila tidak sesuai
20 Ibid hal. 20-22 21 Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-NilaiMoral, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hal. 9-10
denga pikirannya. Remaja mulai mengalami konflik atau pertentangan dengan
orang tua atau guru yang biasanya keduanya masih berpegang pada nilai-nilai
lama, yaitu nilai yang tidak sesuai dengan zaman sekarang. Remaja tidak mau
patuh pada semua perintah pada orang tua. Padahal Allah memerintakahkan
untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.
2. Lari atau bolos dari sekolah.
Banyak kita temui dipinggir jalan, hanya sekedar melepas kejenuhan di
sekolah, remaja tidak luput dari kelihan para guru. Hasil presentasipun menurun
tudak hanya mengecewakan wali murid dan guru. Kadang remaja berlagak alim
di rumah denga pakaian seragam sekolan mereka pergi entah ke mana, dan bila
waktu sekolah merekapun pulang pada tepat waktunya. Guru seolah-olah
kehabisan cara untuk menarik minat remaja agar tidak lari dari sekolah
khususnya pada jam pelajaran. Namun begitu masih saja ada saja remaja yang
masih berusa melarikan diri dari sekolah dengan alasan ke belakang sebentar,
namun akhirya tudak kembali kekelas lagi.
3. Sering berkelahi.
Sering berkelahi adalah merupakan salah satu dari gejala kenakalan
remaja, remaja dengan perkembangan emosi yang tidak stabil yang telah
mengikutu kehendak tanpa memperdulikan orang lain, remaja yang sering
berkelahi biasanya kurang perhatiannya dari oaring tua tau lingkungannya
sehinnga ia mencari perhatian orang lain untuk menunjukan kekuatannya yang
dianggap sebagai orang yang hebat yang hanya sekedar untuk membela diri.
4. Cara pakaian.
Remaja pada dasarnya mempunyai sifat meniru orang lain, terutama pada
pakaian yang lain yang terlihat pada iklan-iklan ataupun yang dipakai oleh
bintang pujaanya. Di rumah atau di sekolah remaja dengan bergaya roker
memakai celana ketat dan baju yang kedodoran., dan memakai corak baju yang
biasanya dipakai oleh remaja walaupun tidak sesui dengan keadaan dirinya,
yang penting baginya mengikuti mode zaman sekarang. Pakaian yang baik
adalah pakaian yang tidak memancing hasrat dan gairah biologis misalnya
bajunya ketat, tipis lebih-lebih bagi wanita karena akan mengundang fitnah.
b. Kenakalan yang menggangu ketentraman dan keamanan orang lain.
Kenakalan ini adalah suatu kenakalan yang dapat digolongkan pada
pelanggaran hukum sebab kenakalan ini menggangu ketentraman dan keamanan
masyarakat.
1. Mencuri.
Mencuri adalah suatu perbuatan yang mengambil milik orang lain tanpa
izin.Banyak sudah kita temukan kejadian pencurian yang dilakukan oleh remaja,
karena tidak terpenuhinya kebutuhan remaja ataupun juga sudah terpenuhi
kebutuhan tetapi karena hanya untuk mencari jati dirinya atau status dirinya.
Pencurian yang dilakukan remaja kebanyakan terjadi dikota-kota besar karena
keadaan lingkungan atau teman bergaul. Mencuri sangat dibenci oleh Allah
karena merugikan orang lain dan pencurian membuat jiwanya cenderung
bermalas-malasan. Allah berfirman dalam Surah Al-Maidah ayat 38:
ä− Í‘$ ¡¡9 $# uρ èπ s%Í‘$ ¡¡9 $# uρ (# þθãèsÜ ø%$$sù $yϑßγ tƒ ω÷ƒ r& L™!# t“ y_ $ yϑÎ/ $t7 |¡x. Wξ≈ s3 tΡ z⎯ ÏiΒ «!$# 3 ª!$# uρ ͕ tã ÒΟŠ Å3 ym ∩⊂∇∪
Artinya :
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”22.
2. Menodong.
Menodong adalah suatu perbuatan remaja yang lebih berani lagi
dibandingkan dengan mencuri, sebab remaja sudah berani berhadapan langsung
dengan korbannya.perbuatan senacam ini biasanya dilakukan remaja denganm
teman-teman sekelompoknya. Remaja seperti ini biasanya tidak me,mperhatikan
lingkungannya lagi, sebab bagi dirinya yang terpenting kebutuhannya terpenuhi.
3. Kebut-kebutan dijalan raya.
Sudah tidak heran lagi bagi kita mendengar atu melihat para remaja
mengadakan kebut-kebutan dijalan umum, sehingga perbuatanya ini tidak hanya
meresahkan orang tuanya tetapi juga masyarak umum. Perbuatan semacam ini
hanyalah untuk untuk menunjukan keheban yang mereka miliki dan perhatian
dari orang lain. Mereka akan lebih berani lagi melakukan atraksi yang
mengerikan bila mendapat tepuk tangan yang meriah. Bila orang tua atau
lingkungan tidak menyalurkan bakat yang ia miliki mengakibatkan akan lebih
22 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, CV Karya Utama, Surabaya, 2000
parah lagi, akibatnya remaja akan melakukan kebut-kebutan disembarang
tempat dan meresahkan lingkungan untuk itu orang tua yang bijaksan
memasukan anaknya pada kelompok atau mengarahkan pada kegiatan yang
kebih positif lagi. Anak yang biasanya kebut-kebutan dimasukan cross agar
bakat yang dimiliki tersalurkan dengan positif dan mendapatkan prestasi.
4. Minum-minuman keras.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa minum-minuman keras yang
mengandung alkohol yang berlibihan mempunyai dampak terhadap system
syaraf manusia yang menimbulkan semangat dan keberanian yang menyebabkan
ngantuk yang bisa menimbulkan rasa tenang dan nikmat. Sebagaian orang
mengetahui alkohol dari dosis yang berlebihan bisa membahayakan jiwa orang
yang bersangkutan. Minum-minuman keras sangat dilarang Allah, Sebagaimana
terdapat dalam surat Al-Maidah Ayat 90, yang berbunyi:
$pκ š‰ r'̄≈ tƒ t⎦⎪ Ï% ©!$# (#þθãΨ tΒ# u™ $yϑ̄ΡÎ) ãôϑsƒ ø:$# çÅ£ øŠyϑø9 $# uρ Ü>$|ÁΡF{ $# uρ ãΝ≈ s9 ø—F{ $# uρ Ó§ô_Í‘ ô⎯ ÏiΒ È≅ yϑtã Ç⎯≈ sÜ ø‹ ¤±9 $# çνθ ç7 Ï⊥ tGô_$$sù öΝ ä3 ª=yè s9 tβθßsÎ=ø è? ∩®⊃∪
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum) Khomer, berjudi,
mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaitan, maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan”23
5. Penyalahgunaan narkotika.
23 Depag RI, Op Cit
Masalah pengggunaan narkotika pada remaja pada hakekatnya bukan
masalah yang berdiri sendiri, melainkan musuh yang ternyata mempunytai
sangkut paut dengan faktor-faktor lainnya, yang timbul dalam kehidupan
manusia. Dengan demikian penyalahgunaan narkotika oleh para remaja
merupakan suatun pernyataan yang mendapat perhatian khusus dari semua
pihak yang merasa bertanggung jawab dalam pembinaan generasi muda.
c. Kenakalan seksual
Pengertian seksual tidak terbatas pada masalah fisik saja, melainkan juga
masalah psikis dimana perasaan ingin tahu anak-anak terhadap masalah seksual
mulai muncul. Perkembangan masalah seksual baik secara fisik maupun psikis,
kerap sekali tidak disertai dengan pengertian yang cukup untuk
mengahadapinya, baik dari anak sendiri maupun pendidik serta orang tua yag
tertutup dengan masalah tersebut. Sehingga timbullah masalah kenakalan
seksual, baik antara lawan jenis maupun sesama jenis.
Kenakalan seksual meliputi:
1. Kenakalan seksual terhadap lawan jenis.
Dengan perkembangan dan kematangan seksual maka seorang anak akan
tertarik pada lawan jenisnya dan menginginkan belaian kasih sayang dari lawan
jenisnya. Bila seorang remaja tidak mendapatkan pengarahan atau didikan
tetang tentang bahayanya seks bebas (free sex), maka ia akan mencari teman
kencan atau pasangannya yang suatu saat bias menimbulkan keintiman seksual,
dan akhirnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti: hamil di luar nikah
bagi si wanita, terjangkit virus HIV dan lai-lain.
2. Kenakalan seksual terhadap orang sejenis
Bila seorang remaja memiliki rasa kagum terhadap sesame jenisnya,
akhirnya menyebabkan ikatan dan terbentuknya pola tingkah laku seksual yang
menyimpang yaitu yang biasa disebut homo seksual. Remaja mengalami
kelainan tersebut biasanya dipengaruhi oleh buku-buku bacaan, lingkungan serta
film-film yang dilihatnya.
4. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja
Dalam menanggapi banyak kasus yang menimpa pada anak remaja
khususnya para pelajar, kita kembalikan terhadap kemampuan orang tua dalam
mendidik anaknya. Orang tua dianggap kurang mampu menanamkan keimanan
pada anaknya. Lingkungan yang kurang mendukung juga ikut dianggap sebagai
penyebabnya, gurupun ikut dianggap tanggung jawab secara garis besar faktor
kenakalan remaja dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: faktor keluarga, sekolah
dan masyarakat.
a). Faktor keluarga
Keluarga merupakan wadah pembentukan pribadi dan tumpuan dasar
fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak, lingkungan keluarga
secara potensial dapat membentuk pribadi anak untuk hidup secara lebih
bertanggung jawab, namun apabila usaha pendidikan dalam keluarga itu gagal
akan terbentuk seorang anak yang cenderung melakukan tindakan -tindakan
kriminal. Dalam islam ditegaskan oleh hadis nabi, bahwa orang tua atau
keluarga faktor yang paling menentukan, sebagaiman hadits Rasulullah Saw:
ع َ ن ِ ا ْ ل أ َ س ْ و َ د ِ ب ْ ن َ س َ ِ ر ب ْ ع ٍ
أ َ ن ّ َ ا ل ن ّ َ ب ِ ى ُ م ص ق َ ا ل َ : ك ُ ل ّ ُ
م َ و ْ ل ُ و ْ د ٍ ُي و ْ ل َ د ُ ع َ ل َ ى
ا ل ْ ف ِ ط ْ ر َ ة ِ ح َ ت ّ َ ى ي ُ ع ْ ر َ ب ُ
ع َ ن ْ ه ُ ل سِ َ ا ن ُ ه ُ ف َ ا َ ب ْ و َ ا ه ُ
ي َ ه ُ و ْ د َ ا ن ِ ه ِ أ َ و ْ
ي ُ ن َ ص ّ ِ ر َ ا ن ِ ه ِ أ َ و ْ
ي ُ م َ ج ّ ِ س َ ا ن ِ ه ِ ر ) و ا ه أ ب و ي ع ل ي
ا ل ط ب ر ا ن ي و ا ل ب ي ه ق (ي
Artinya:
“ Dari Aswad bin Sari sesungguhnya nabi bersabda: setiap anak yang
dilahirkan dalam keadaan suci, sampai lidahnya fasih dalam berbicara,
maka orang tuanyalah yang menjadikan anak menjadi Yahudi, Nasrani
dan Majusi”. (HR: Abu Ya’la, Tabrani dan Baihaqi)24
Adapun diantara faktor keluarga yang menjadi penyebab terjadinya
kenakalan remaja adalah:
1. Kurangnya perhatian pada anak
Kehidupan dalam rumah tangga kadang terjadi apa yang dimaksud
dengan tidak adanya pertimbangan perhatian maksudanya adalah
pertimbanggan orang tua dengan tugas tugasnya harus menyuruh. Masing-
masing tugas menuntut perhatian yang penuh dengan sesuai dengan
posisinya. Kalau tidak demikian akan terjadi keseimbangan yang
dibebankan orang tua dalam perkembagan anak. Artinya tidak dibutuhkan
24 Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, Ramadhani, Solo, 1993, hal. 21
stabilitas keluarga, pendidikan, pemeliharaan fisik dan psikis termasuk
kehidupan relegius. Kalau perhatian orang tua terhadap tugas-tugas sebagai
seorang pendidik dan sekaligus ayah atau ibu bagi anak tidak seimbangan
berarti kebutuhan anak dapat terpenuhi yang menyebabkan anak tersebut
bisa menempuh jalan yang bengkok tanpa ada kontrol dari orang tua, serta
membaca majalah-majalah cabul dan menikmati gambar-gambar telanjang.
2. Kurang tauladan dari orang tua.
Ketauladanan yang baik dari orang tua sangat diperlukan, baik dalam
bentuk tingkah laku seorang ayah atau ibu, adiknya, kakak-kakaknya
maupun terhadap lingkungan sekitarnya. Banyak anak yang merosot
moralnya karena sikap ayah atau ibu kurang baik. Bila orang tua tidak
memberi tauladan yang baik mengenai sikap tersebut akan berpengaruh
terhadap perkembangan moral anak secara tidak langsung, yaitu melalui
proses peniruan sebab orang tua adalah orang yang paling dekat dengan
dirinya dan ditemui setiap hari.
3. Kurangnya pendidikan agama dalam keluarga.
Kadang orang tua beranggapan pendidikan itu hanya diberikan di
sekolah saja sedang di rumah tidak perlu lagi, orang tua tidak menyadari
bahwa kehidupan di rumah lebih lama dibanding di sekolah yang hanya
beberapa jam saja. Dan yang lebih fatal lagi bila orang tua beranggapan
masalah pendidikan agama tidak lebih penting, yang lebih penting adalah
pendidikan umum.
Bila keluarga mempunyai anggapan seperti itu, maka akan terjadi
kebingungan pada anak. Lain halnya bila orang tua memperhatikan
pendidikan agama dalam kebutuhan sehari-hari dan sungguh-sungguh orang
tua menghayati kepercayaan kepada Tuhan, akan mempengaruhi sikap dan
tindakannya. Hal ini juga akan berpengaruh juga terhadap cara orang tua
dalam mengasuh, memelihara, mengajar, dan mendidik anaknya. Anak yang
dibekali dengan ajaran agama, semua itu dapat menjadi dasar yang kuat
untuk perkembangan moral anak serta keseluruhan kehidupan di kemudian
hari. Sebaliknya bila anak tidak mendapat ajaran agama dari kelurga, anak
menjadi goyah dan tidak terkontrol lagi bagi dirinya, halal dan haram akan
mereka kerjakan.
4. Keadaan sosial ekonomi rendah
Keluarga yang sejahtera ekonominya kemungkinan kecil terjadi
disorganisasi keluarga, kebutuha pokok keluarga sudah terpenuhi rumah,
sandang, papan dan pangan memenuhi ukuran standart, hiburan dan sekolah
cukup memadai hal ini lebih banyak menimbulkan sikap positif dan
sehatbagi keluarga.
Bila sosial ekonomi rendah kebutuhan pokok tidak terpenuhi, sehingga
secara ekonomi beban ekonomi itu mempengaruhi orang tua hingga
mungkin sering terjadi pertengkaran yang dikarenakan kebutuhan pokok
ekonomi tidak terpenuhi dengan layak.
5. Broken Home
Sudarsono memaparkan bahwa pada broken home ada kemungkinan
besar terjadinya kenakalan anak remaja. Beliau menandaskan terutama pada
perceraian dan perpisahan orang tua. Broken home bisa berupa:
a. salah satu dari orang tua atau keduanya meninggal dunia.
b. perceraian orang tua.
c. orang tua terpisah tidak bisa hadir secara kontinyu25.
Pada keluarga yang mengalami broken home, rentan sekali terjadi
ketidak harmonisan dalam keluarga sehingga akan membuahkan
permasalahan atau tetakan psikis pada anak dan sering terjadi konflik yang
dapat menyebabkan timbulnya kenakalan remaja.
b). Lingkungan Sekolah.
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah pendidikan
dalam lingkungan keluarga, bagi anak yang sudah bersekolah maka lingkungan
yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah sekolahnya. Anak
remaja yang sudah duduk di bangku SLTP atau SLTA umunya menghabiskan
waktu 7 jam sehari di sekolahnya. Ini berarti hampir setiap hari dilewatkan
remaja di sekolah. Tidak mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap
perkembangan jiwa remaja cukup besar. Selama mereka menempuh pendidikan
di sekolah terjadi interaksi antara remaja dengan pendidik. Interaksi yang
mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat sampingan yang negatif
bagi perkembagan mental sehingga anak remaja menjadi nakal.
Adapun diantara faktor lingkungan yang menjadi penyebab terjadinya
kenakalan remaja adalah:
1. Pengaruh teman sekolah
Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semua berwatak baik.Mereka
juga ada yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan kepentingan
25 Sudarsono, Kenakalan Remaja, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal. 126
anak dalam belajar yang kerap kali berpengaruh pada teman yang lain. Sesuai
dengan keadaan seperti ini, sekolah-sekolah sebagai tempat pendidikan anak
dapat menjadi sumber terjadinya konflik-konflik psikologis yang pada
prinsipnya memudahkan anak menjadi nakal.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah barang tentu diharapkan
dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan jiwa remaja.
Sebagaimana keluarga, sekolah juga berfungsi menanamkan nilai-nilai atau
norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat disamping mengajarkan berbagai
ketrampilan dan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya, sehingga anak
remaja setelah lulus selain memiliki ketrampilan dan ilmu pengetahuan juga
diharapkan memiliki nilai-nilai dan norma-norma sebagai bekal dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Hubungan Guru dengan siswa
Guru di sekolah memiliki peranan penting dalam membantu remaja
untuk mengatasi kesulitannya, yang kadang-kadang kurang mampu memusatkan
perhatiannya terhadap pelajaran, mudah tersinggung atau condong bertengkar
dengan temannya. Keterbukaan hati guru menerima remaja yang demikian akan
menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.26
Namun dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil,
hukuman atau sangsi-sangsi yang kurang menunjang tercapainya tujuan
pendidikan, ancapan yang tiada putus-putusnya disertai disiplin yang terlalu
ketat,disharmonis antara peserta didik dan pendidik, kurangnya kesibukan
belajar di rumah, proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi
26 Zakiyah Daradjat, Remaja Harapan Dan Tantangan, Ruhama, Jakarta, 1995, hal. 79
perkembangan jiwa anak kerap kali memberi pengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap peserta didik di sekolah sehingga dapat menimbulkan
kenakalan remaja.(juvenile delinquency).27
c). Keadaan Masyarakat
Masyarakat sebagai lingkungan tertier adalah lingkungan yang terluas
bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan28. Pada
lingkungan itulah remaja dihadapkan pada berbagai bentuk kenyataan yang ada
dalam kehidupan masyarakat yang berbeda-beda. Apalagi pada era globalisasi
seperti sekarang ini perkembangan moral, budaya, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi berkembang dengan pesat, sehingga membawa perubahan yang
sangat berarti tetapi juag timbul masalah yang mengejutkan jika remaja tersebut
tidak pandai-pandai dalam memfilter nilai-nilai moral dan budaya dari luar yang
sedang berkembang pada saat ini. Maka dalam situasi itulah yang menimbulkan
melemahnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat yang kurang
berlandaskan pada agama dan masyarakat yang acuh terhadap lingkungan
sekitarnya.
Remaja mengalami sosialisasi dalam hidup di tengah-tengah masyarakat.
Pengaruh baik dan buruk selalu muncul. Masa transisi pada kehidupan remaja
dalam pencarian identitas dirinya, remaja sangat terpengaruh oleh pergaulan
sosial masyarakat di sekitarnya. Jika masyarakat di sekitarnya baik maka remaja
tersebut juga akan berkembag menjadi baik dan sebaliknya.
27 Sudarsono. Kenakalan Remaja. Rineka Cipta. Jakarta, 1991, hal. 130 28 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Rajawali Press, Jakarta, 1991, hal. 128
Pada dasarnya kondisi ekonomi global memiliki hubungan yang erat
dengan timbulnya kejahatan. Di dalam kehidupan sosial adanya kekayaan dan
kemiskinan mengakibatkan bahaya besar bagi jiwa manusia, sebab kedua hal
tersebut akan mempengaruhi keadaan jiwa manusia didalam hidupnya termasuk
anak-anak remaja. Dalam kenyataannya, ada sebagaian anak remaja miskin
yang memiliki perasaan rendah diri dalam masyarakat. Sehingga anak-anak
tersebut melakukan perbuatan melawan hukum terhadap hak milik orang lain
seperti penipuan, pencurian, dan penggelapan. Biasanya hasil dari perbuatan
tersebut mereka gunakan untuk bersenang-senang seperti membeli pakaian yang
bagus-bagus, nonton film sebagainya. Dalam hal ini ada kesan bahwa perbuatan
delinquent tersebut timbul sebagai kompensasi untuk menyamakan dirinya
sebagai kehidupan para keluarga kaya yang biasa hidup gemerlapan dan
berfoya-foya. Kemiskinan keluarga ekonomi lemah bukanlah penyebab satu-
satuntya bagi timbulya kanakalan remaja, akan tetapi memiliki titik singgung
didalamnya. Pendapan lain yang dikemukakan oleh Syaikh al-Utsmani bahwa
faktor-foktor terpenting kenakalan ramaja antara lain:
1) Kekosongan jiwa.
2) Kesenjangan antara kelompok remaja dan kaum tua
3) Bergaul dan berinteraksi dengan kelompok yang menyimpang
4) Buku-buku bacaan yang merusak
5) Angapan yang salah terhadap Islam.29
29 Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsmin. Problematika Remaja dan Solusinya Dalam Islam.
At-tibyan. Solo, hal. 27
Selain itu ada beberapa faktor penyebab kemerosotan moral remaja di
lingkungan masyarakat yaitu:
1. Kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat.
Keyakinan beragama didasarkan atas pengertian yang sungguh-sungguh
pelaksanaan dan sehat tentang ajaran yang dianutnya, kemudian diselingi
dengan ajaran tersebut merupakan benteng yang kokoh. Jika terjadi
tarikan dari orang lain apakah hal itu sesuai dengan ajaran agama atau
larangan dari agama maka anak itu bisa memilahnya sendiri. Disinilah
remaja mulai goyah, bagi remaja yang didasari agama yang kuat baginya
tiada masalah, tetapi sebaliknya bagi remaja yang tidak didasari dengan
agama yang kuat maka mereka akan terlibat kemerosotan moral.
2. Sikap masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya
Sikap masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya juga mempengaruhi
perkembangan moral anak, bila lingkungan acuh terhadap lingkungan
sekitarnya maka yang terjadi kesewenang-wenangan. Bila masyarakat
bersikap kekeluargaan terhadap lingkungan sekitarnya maka akan damai
yang diperoleh masyarakatnya. Seperti hidup saling tolong-menolong,
bersatu dan saling menghormati maka akan terbentuk moral yang baik
dalam masyarakat itu.
Dari faktor-faktor diatas, maka jelaslah bahwa faktor itu saling
mempengaruhi terhadap perkembangan moral remaja. Bila lingkungan baik maka
akan terbentuk moral yang baik, namun bila lingkungan rusak maka akan
terbentuk moral yang rusak juga.
C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kenakalan
Remaja.
Penanggulangan dalam pencegahan kenakalan remaja telah banyak
dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Kesemuanya memiliki tujuan
dan harapan yang sama, yaitu menjadikan remaja bisa menerima keadaaan diri
dan lingkungan secara wajar.
Zakiah Darajat berupaya memberikan alternative menghadapi
kenakalan anak-anak remaja dalam bukunya Kesehatan Mental sebagai berikut :
1. Pendidikan agama : pendidikan agama harus dimulai dari rumah tangga, sejak
anak masih kecil. Yang terpenting adalah upayaan jiwa percaya kepada tuhan,
membiasakan mematuhi dan menjaga nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang
ditentukan oleh ajaran agama.
2. Orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan, pendidikan dan perlakuan
yang diterima oleh anak sejak kecil merupakan suatu pokok dari kenakalan
anak, maka orang tua harus mengetahui bentuk-bentuk dasar pengetahuan
yang minimal tentang jiwa anak dan pokok pendidikan yang harus dilakukan
dalam menghadapi bermacam-macam sifat anak.
3. Pengisian waktu luang dengan teratur, cara pengisian waktu luang kita jangan
membiarkan anak mencari jalan sendiri. Terutama anak yang sedang
menginjak remaja, karena pada masa ini anak banyak menghadapi perubahan
yang bermacam-macam dan banyak menemui problem pribadi. Bila tidak
pandai mengisi waktu luang, mungkin akan tenggelam dalam memikirkan diri
sendiri dan menjadi pelamun.
4. Membentuk markas-markas bimbingan dan penyuluhan, adanya markas-
markas bimbingan dan penyuluhan disetiap sekolah ini akan menampung
kesukaran anak-anak nakal.
5. Pengertian dan pengalaman ajaran agama, hal ini untuk dapat menghindarkan
masyarakat dari kerendahan budi dan penyelewengan yang dengan sendirinya
anak-anak akan tertolong.
6. Penyaringan buku-buku cerita, film-film dan sebagainya, sebab kenakalan
anak tidak dapat kita pisahklan dari pendidikan dan perlakuan yang diterima
oleh anak dari orang tua, sekolah dan masyarakat30.
Akhir–akhir ini wujud/jenis kenakalan remaja tidak lagi bernilai
kenakalan biasa, akan tetapi sudah menjurus pada tindakan kriminal yang cukup
mengganggu dan meresahkan masyarakat. Peran guru Pendidikan Agama Islam
dalam mengatasi kenakalan siswanya dilaksanakan secara prefentif (pencegahan)
dan secara kuratif (penyembuhan) penjelasan berikut memaparkan beberapa peran
yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam. Oleh sebab itu merupakan
suatu kewajiban bersama untuk menanggulangi terhadap terjadinya kenakalan
remaja, baik penaggulangan secara Preventif maupun Kuratif.
1. Peran Preventif Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi
kenakalan remaja.
Usaha untuk mengatasi kenakalan siswa secara preventif,yaitu asas yang
bersifat mencegah, (supaya jangan sampai terjadi). Maksudanya usaha yang
dilakukan sebelum anak/siswa terlibat atau melakukan kenakalan yang mengarah
pada pelanggaran norma atau hukum yang berlaku.
30 Zakiah Daradjat, Op. Cit, hlm. 121-125
Secara garis besar beberapa tindakan preventif yang dapat dilakukan di
antara lain:
a. Memberi pendidikan agama secara baik kepada siswa.
Pendidikan agama tidak berarti memberikan pelajaran agam
kepada anak-anak yang belum mengerti dan menangkap berbagai pengertian
yang bersifat abstrak. Akan tetapi pada sisi siswa harus ditanamkan jiwa
percaya kepada Allah, membiasakan mematuhi dan manjaga nilai-nilai dan
aqidah agama.
Menurut pendapat ahli jiwa, “yang dapat mengendalikan tindakan
dan kelakuan seorang adalah priadinya”.31 Kepribadian seseorang itu
terbentuk dan tumbuh sejak lahir. Bila menginginkan tingkah laku atau
perbuatan seseorang anak itu baik., berkepribadian sehat dan kuat, maka
harus memberikan berbagai pengalaman yang baik pada diri anak,
mengenalkan pada nilai-nilai moral yang baik, membiasakan anak
mengamalkan ajaran agama. Berbagai pengalaman yang terbentuk akan
menjadi bahan dalam kepribadian dan dapat membentuk prilaku beragama
siswa.
Dalam memberkan pendidikan agama pada anak, maka akan
terbentuk pengalaman yang baik pada diri anak, yaitu pengalaman
kehidupan, pengalaman menjalankan sifat-sifat baik dengan akhlaqul
karimah, maka dengan sendirinya kaidah dan nilai moral agama akan
menjadi sendi-sendi dalam pertumbuhan moral dan kepribadiannya. Yang
selanjutnya kepribadian itu dapat mengembalikan keinginan yang tidak baik
31 Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental, PT Toko Agung, Jakarta, 1996, hal. 112
atau yang bertentangan dengan ajaran moral beragama dan dapat
menngangu kepentingan orang lain.
b. Pengisian waktu luang yang teratur
Seorang anak dalam perkembagannya diusia sekolah sangat sibuk
dengan dirinya sendiri, karena meraka sedang menghadapi perubahan yang
bermacam-macam dan menemui banyak sekali problem pribadi. Oleh karena
itu dalam pengisian waktu luang jangan dibiarkan mencari jalan sendiri.
Disamping banyak memikirkan dirinya sendiri, mereka juga
mempunyai banyak energi yang mendorong untuk aktif mengeluarkan
tenaga, yang bila tidak tersalurkan pada cara yang wajar dan sehat, akan
tersalur kearah yang kurang baik dan mencoba kebiasaan yang kurang baik.
Untuk menyalurkan keinginan dan hasrat anak yang
menggelorakan, dengan semangat yang meluap, sangat perlu dicarikan jalan
yang baik dan wajar, misalnya dengan jalan berolah raga, menyelenggarakan
kegiatan ekstra kulikuler yang dapat menyalurkan bakat, dan hobinya
sehingga memberikan tambahan ketrampilan positif, memasukan
perkumpulan atau kelompok sosial kemasyrakatan yang mendukung
perkembangan anak dan sebagainya. Dengan demikian anak akan senantiasa
memperoleh pembinaan, nasehat, kesempatan dan bantuan untuk
mengembangkan minatnya, sehingga mereka terhindar dari kekosongan
yang sering membawa pada akibat yang kurang baik.
c. Senantiasa tanggap terhadap gejala penyimpangan tingkah laku yang
bersifat negatif sebab pengaruh dari luar.
Timbulnya kenakalan siswa pada dasarnya tidak dapat dipisahkan
dari pendidikan dan perlakuan yang diterima anak-anak dari orang tua,
sekolah dan masyarakat. Selain itu salah satu sifat seorang anak adalah lebih
mudah meniru tingkah laku dari siapa saja yang membuat mereka terkesan
ditempatkan sebagai tokoh idolanya. Oleh karena itu setiap cerita yang
dibaca, dilihat atau didengar oleh aak dikontrol dan dipilihkan yang
mempumyai mutu dan nilai-nilai psikologis, agar jangan sampai anak- anak
menemukan teladan yang tidak baik.
Anak lebih cenderung untuk meniru, menghayalkan atau
mengidentifikasikan dirinya dengan cerita-cerita tersebut. Hal ini akan
berakibat tidak baik pada mereka karena ingin merasakan pula. Oleh karena
itu perlu partisipasi dari orang tua, masyarakat maupun pemerintah, untuk
menyaring dan memilih media informasi yang sesuai dengan pertumbuhan
kepribadian remaja, agar tumbuh sehat dan positif.
Dalam mengatasi kenakalan remaja sebagiamana yang sudah
dijelaskan diatas, masih banyak yang dapat dilakukan berkaitan dengan
usaha-usaha tersebut, antara lain: menghndari keretakan dan ketidak
tentraman rumah tangga, menghindari sikap terlalu memanjakan anak orang
tua harus memberikan perhatian penuh serta kasih sayang pada anak secara
adil dan lain sebagainya.
Untuk mewujudkan upaya tersebut, maka perlu dilakukan langkah-
langkah yang tepat untuk dapat melakukan upaya preventif ini.
1. Dalam Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama
dalam membentuk pribadi anak, sehingga langkah yang dapat ditempuh dalam
upaya preventif antara lain:
- Menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dengan menghindari
percekcokan antara ayah dan ibu atau kerabat yang lain.
- Menjaga agar dalam keluarga jangan sampai terjadi perceraian, sehingga
dalam keluarga tidak terjadi broken home
- Orang tua hendaknya banyak meluangkan waktu di rumah, sehingga
mereka mempunyai waktu untuk memberi perhatian terhadap pendidikan
anaknya.
- Orang tua harus berupaya memahami kebutuhan anak-anaknya, baik
kebutuhan yang bersifat biologis maupun psikologis. Dalam memenuhi
kebutuhan tersebut orang tua hendaknya tidak bersikap yang berlebihan,
sehingga anak tidak menjadi manja serta menanamkan disiplin pada
anaknya.
- Orang tua tidak terlalu mengawasi dan mengatur setiap gerak anak,
sehingga kebebasan berdiri sendiri akan tertanam.
2. Dalam Lingkungan Sekolah
Langkah-langkah untuk melakukan pencegahan dalam lingkungan
sekolah yaitu:
- Guru hendaknya dalam menyampaikan materi pelajaran tidak
membosankan, jangan terlalu sulit sehingga motivasi belajar tidak
menurun. Guru harus memiliki disiplin yang tinggi terutama frekuensi
kehadiran yang lebih teratur didalam mengajar.
- Antar pihak sekolah dan orang tua secara teratur dapat mengadakan kerja
sama dalam membentuk pertemuan untuk membicarakan masalah
pendidikan dan prestasi siswa.
- Pihak sekolah mengadakan operasi ketertiban secara kontinyu dalam
waktu tertentu. Adanya sarana dan prasarana yang memadai guna
mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar, sehingga siswa
merasa kerasan di sekolah.
3. Dalam Lingkungan Masyarakat
Langkah-langkah pencegahan yang harus ditempuh oleh masyarakat yaitu:
- Menciptakan kondisi sosial yang sehat, sehingga akan mendukung
perkembangan dan pertumbuhan anak. Perlu adanya pengawasan atau
kontrol sosial dengan jalan menyeleksi masuknya unsur-unsur baru.
- Mengadakan penyesoran film-film secara ketat. Serta mengadakan
pengawasan terhadap peredaran buku-buku, komik, majalah ataupun
pemasangan iklan-iklan.
- Perlu adanya pengawasan terhadap kelompok remaja yang ada dalam
masyarakat. Memberi kesempatan untuk beremansipasi pada bentuk
kegiatan yang lebih relevan dengan kebutuhan anak muda zaman
sekarang.
2. Peran Kuratif Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi
kenakalan remaja
Istilah kuratif dalam kamus besar bahasa Indonesia, mengandung
pengertian (dapat) menolong menyembuhkan (penyakit dan sebagainya).”32
Tindakan kuratif dalam mengatasi kenakalan remaja berarti usaha untuk
memulihkan kembali dan perkembangan yang normal atau sesuai dengan aturan-
aturan/norma-norma hukum yang berlaku, sehingga pada diri remaja tumbuh
kesadaran dan terhindar dari keputusasaan (frustasi).
Dalam memberikan pertolongan pada remaja/siswa yang terlibat
kenakalan, guru harus mengetahui dan memahami jenis-jenis kenakalan yang
dialami siswanya.
a. Untuk mengatasi kenakalan siswa karena keretakan keluarga, hal-hal yang
dapat dilakukan antara lain:
1) Membantu memulihkan kembali suasana tenang dan tentram dalam
keluarga (rumah tangga)
2) Mengadakan pembicaraan dengan remaja dari hati ke hati, dengan
orientasi masalah yang dihadapi dengan bertitik tolak pada agama.
3) Arah pembicaraan dari hati ke hati, untuk membantu anak menemukan
kesadaran dirinya pada sendi agama. Kemudian anak dijak aktif
menjalankan tugas keagamaan, seperti sholat, puasa,zkir,(senantiasa
mengingat Allah) dan lain-lain.
b. Cara mengatasi anak nakal disebabkan oleh kurangnya perhatian dan
kasih sayang orang tua.
32 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesi, Jakarta, 1990,
hal. 470
1) Hal yang penting dilakukan adalah kesadaran orang tua untuk
menunjukan kasih sayang dan perhatian kepada anak yang bermasalah
tersebut.
2) Setelah anak tenang dan tentram, maka kepadanya diberikan arahan
dan nasehat yang bersifat agamis/keagamaan.
3) Mengajak anak untuk aktif menjalankan ibadah, mengikut sertakan
mereka pada perkumpulan/organisasi keagamaan yang ada, guna
menambah pengetahuan keagamaan yang dimilikinya.
4) Peran penting dari orang tua hendaknya anak yang telah menemukan
kesadarannya, senantiasa memperoleh perhatian dan kasih sayang,
serta selalu mengawasi tingkah laku anak (memberi kontrol) dengan
jalan mengadakan pembicaraan dari hati ke hati orang tua dan remaja,
agar anak dan orang tua dapat tercipta saling terbuka hal ini akan
berguna bagi orang tua dalam menyelesaikan berbagai tindakan yang
dilakukan oleh anak remaja.
Contoh di atas merupakan salah satu tindakan kuratif dalam mengatasi
kenakalan remaja/siswa, yang perlu di perhatikan dalam mengatasinya adalah
berorientasi pada prinsip dan fungsi bimbingan bagi siswa, agar mereka berhasil
dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa memberikan
pelayanan, bimbingan sekolah, berarti pula memberikan pelayanan belajar bagi
setiap siswa.
Bimbingan di sekolah merupakan suatu proses bantuan kepada anak didik
yang dilakukan secara terus menerus supaya anak didik dapat memahami dirinya
sendiri, sehingga sanggup mengarahkan diri dan tingkah laku yang wajar, sesuai
dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.33
Dengan bimbingan di sekolah tersebut, diharapkan siswa dapat menemukan
potensi yang dimilikinya sehingga siswa bisa diterima oleh masyarakat sekitar.
33 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal. 103
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. Sebab itu
pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan
deskriptif kualitatif ini dalam pelaksaan penelitiannya memang terjadi secara
alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi kadaan dan
kondisinya, menekankan pada deskiripsi secara alamiah34. Dan data-data yang
dikumpulkan berasal dari observasi, Interview dan dokumentasi, serta untuk
memperluas data dengan menyebarkan angket. Sehingga tujuan dalam penelitian
ini adalah mengambarkan realitas.
B. Lokasi Penelitian
Berangkat dari analisis yang ada serta permasalahan yang penulis
lakukan guna mendukung penelitian tentang Upaya Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam Mengatasi Masalah Kenakalan Siswa di SMA Negeri 7 singosari,
yang terletak di Jl. Morotanjek No 206 Kecamatan Singosari kabupaten Malang.
C. Metode Penelitian
a. Populasi
Dalam melakukan penelitian, terlebih dahulu harus ditetapkan keseluruhan
obyek yang dijadikan sebagai sumber informasi. Dengan demikian terlebih dahulu
ditetapkan populasi. Populasi menurut Suharsimi adalah “Keseluruhan subyek
34Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Yogyakarta : PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 11
penelitian”35. Sedangkan menurut Marzuki adalah “Keseluruhan bahan /elemen
yang diselidiki”36. Dari pendapat-pendapat diatas dapat di fahami bahwa populasi
adalah individu-individu atau keseluruhan obyek yang akan diteliti dalam
penelitian, maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa-
siswi SMA Negeri 7 Singosari angkatan tahun 2006/2007.
b. Sampel
Sampel adalah“Sebagian atau wakil populasi yang diteliti”37. Jadi
yang dimaksud sampel disini adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diteliti. Karena dalam pengambilan sampel harus mewakili populasi yang
ada sehingga dalam pengambilannya tidak dapat dilakukan begitu saja tanpa
sebuah pertimbangan yang matang terhadap karakteristik populasi.
Dalam peneilitian ini sampelnya adalah kelas III anak yang berusia
16-18 tahun, oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode sampling dan
jenis cluster sampling (kelompok sampel). Dalam pengambilan sampel ini
mengambil anak-anak yang mempunyai kasus atau nakal sebagai wakil dari
sampel ini atau Cluster Sampling adalah cara pengambilan sampel berdasarkan
sekelompok individu dan tidak diambil secara individu atau perorangan.
Mengingat jumlah murid cukup banyak serta keterbatasan waktu dan
biaya yang ada, maka populasi tidak akan memungkinkan untuk diambil
semuanya.
35 Ibid, hlm. 108 36 Marzuki, Metodologi Resarch,(Yogyakarta : Penerbit Fakultas Psikologi UII, 1981), hlm. 52 37 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 109
D. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap yaitu : 1. Orientasi 2. Tahap
pengumpulan data (lapangan) 3. Tahap pengumpulan data.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Lexi J.moleong, bahwa
prosedur pertama ialah mengetahui sesuatu tentang apa yang belum diketahui,
tahap ini dikenal dengan tahap orientasi yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran yang tepat tentang latar penelitian. Tahap kedua adalah tahap
elesplorasi focus, pada tahap ini mulai memasuki proses pengumpulan data, yaitu
cara-cara yang digunakan dalam pengumpulan data. Dan tahap ketiga adalah
rencana tentang teknik yang digunakan untuk melakukan pengecekan dan
pemeriksaan keabsahan data.
Ketiga tahap penelitian tersebut diatas akan diikuti dan dilakukan oleh
peneliti, Pertama adalah orientasi yaitu mengunjungi dan bertatap muka dengan
kepala sekolah. Pada tahap ini (orientasi) kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
adalah :
1. Mohon izin kepada kepala sekolah untuk penelitian.
2. Merancang usulan penelitian.
3. Menentukkan populasi dan sampel.
4. Menyiapkan kelengkapan penelitian.
5. Mengkosultasikan rencana penelitian.
Kedua adalah eksplorasi focus yaitu setelah mengadakan orientasi diatas,
kegiatan yang dilakukan penelitian adalah pengumpulan data dengan cara :
1. Interview dengan subyek yang telah dipilih yaitu : Kepala Sekolah, Guru
BP,Guru PAI, Waka Kesiswaan.
2. Menggali dokumen, berupa faktor-faktor yang berkaitan dengan
penelitian.
3. Angket.
Ketiga adalah tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengadakan pengecekan
data pada subyek atau dokumen untuk membuktikan validitas data yang diperoleh.
E. Teknik Pengumpulan Data
Agar mendapatkan data yang falid pada suatu penelitian, maka teknik
pengumpulan data sangat membentuk dan menentukkan kualitas dari
penelitiannya dengan kecermatan memilih dan menyusun. Teknik pengumpulan
data ini memungkinkan pemecahan masalah yang falid, dengan ini penulis
mengunakan metode :
1. Metode Interview
Menurut Sutrisno Hadi Interview berarti “ Cara mengumpulkan data
dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan cara sistematik dan
berlandaskan pada tujuan penelitian38”.
Penulis juga mengadakan pertanyaan secara bebas, sehingga terkesan
tidak terlalu kaku dan sambil bercanda pertanyaan terus mengalir, sehingga
wawancara kelihatan luwes. Metode interview ini dilakukan dengan kepala
sekolah untuk mendapatkan sehubung dengan sejarah berdirinya SMA NEGERI 7
Singosari, Tokoh pendirinya, Visi dan Misi serta untuk mengetahui keadaan siswa
38 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, ( Yogyakarta : Andi Offset, 1990), hlm. 193
dan keadaan guru/karyawan, serta mewancarai Guru BP, Guru PAI serta Waka
Kesiswaan untuk mengetahui keadaan bentuk-bentuk kenakalan siswa, faktor
yang menyebabkan serta PERAN Guru BP, Guru PAI serta Waka Kesiswaan di
SMA NEGERI 7 Singosari dalam mengatasi kenakalan siswa, untuk memperoleh
data tentang siswa secara langsung serta dari pendapat mereka.
2. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan secara sistematis metode ini
digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan keadaan lokasi kondisi
serta obyek39. Yang hal ini dapat sebagai pengantar dan pendekatan sistematika
fenomena-fenomena yang diselidiki, yang dalam hal ini sebagai teknik
pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap fenomena atau gejala yang ada dilapangan. Dalam metode ini
dimaksudkan untuk memperoleh data tentang berbagai kondisi obyektif penelitian
secara langsung, seperti keadaan sekolah, gedung, sarana dan prasarana serta
berkaitan dengan keadaan murid.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan
mengkaji dan menelaah berbagai macam data yang bersumber dari penelitian.
Suharsimi Arikunto memberikan batasan metode dokumentasi sebagai berikut :
“ Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang berarti barang-barang tertulis.
Dokumen sebagai metode berarti peneliti menyelidiki benda-benda tertulis,
39 Suharsimi Arikunto, OP. Cit, hlm 204
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”40. Penggunan
metode ini untuk mendapatkan tentang dokumen-dokumen tentang keadaan
sekolah yang berkaitan dengan sarana prasarana sekolah.
F. Analisa Data
Dalam menganalisis data untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang keadaan obyek sebagai hasil penelitian digunakan analisis sesuai dengan
data-data yang ada untuk mendapatkan kejelasan dari data yang telah
disampaikan, maka peneliti menyajikan analisis data karena data yang telah
dikumpulkan seringkali belum memberikan hasil yang cukup memuaskan jika
diambil kesimpulan seadanya.
Mengenai analisa data ini menurut Patton (1980)mengungkapkan
sebagai berikut :
“Analisa data adalah Proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar”41.
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif,
sehingga hasil dari penelitian ini lebih banyak menghasilkan data-data yang
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perlilaku yang diamati.
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria
tertentu. Menurut Lexi J. Moleong ada 4 kreteria yang digunakan yaitu : derajat
40 Suharsimi Arikunto, OP. Cit, hlm. 206 41 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 103
Kepercayaan (credibility), Keteralihan (transferability), Kebergantungan
(depanbility) dan Kepastian (confirmability)42.
1) Kepercayaan (credibility) adalah data yang digunakan dalam penelitian
untuk membuktikan kesesuaian antara hasil pengamatan dilapangan.
Apakah data/informasi yang diperoleh sesuai dengan apa yang sebenarnya
terjadi dilapangan untuk memperoleh kredibilitas data, peneliti mengacu
kepada rekomendasi Lincoln dan Guba (1985) yang memberi 7 teknik
pencapaian kredibilitas : 1. Memperpanjang observasi 2. Pengamatan
yang terus menerus 3. Triangulasi 4. Pengecekkan sejawat 5. Menganalis
kasus negative 6. Kecukupan referensial 7. Pengecekkan anggota. Dari ke
7 teknik pencapaian kredibilitas tersebut diatas peneliti memilih langkah-
langkah sebagai berikut :
a) Ketekunan pengamatan adalah mengadakan pengamatan atau
observasi terus menerus terhadap subyek yang diteliti guna
memahasmi gejala lebih mendalam, sehingga mengetahui aspek
penting, terfokus dan releven dengan topik penelitian.
b) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan berbagai sumber diluar data tersebut sebagai bahan
perbandingan. Triangulasi yang digunakan oleh peneliti ada 3 yaitu
:
1. Triangulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data
hasil pengamatan dengan hasil interview, yaitu dengan
cara membandingkan data hasil interview, dengan
42 ibid, hlm 173
dokumentasi, dan data hasil pengamatan dengan
dokumentasi.
2. Triangulasi metode, dilakukan peneliti untuk pencarian
data tentang fenomena yang sudah diperoleh dengan
menggunakan metode yang berbeda yaitu wawancara,
observasi dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dengan
menggunakan metode yang berbeda itu dengan
membandingkan dan disimpulkan sehingga memperoleh
data yang dipercaya.
3. Triangulasi sumber yang dilakukan peneliti dengan cara
membandingkan kebenaran suatau fenomena berdasarkan
data yang diperoleh oleh peneliti baik dilihat dari dimensi
waktu maupun sumber lainnya, misalnya
membandingkam data yang diperoleh melalui interview
baik dengan guru.
2) Keteralihan (transferability) ini merupakan keteralihan temuan peneliti ke
latar lain yang memiliki ciri-ciri yang sama. Peneliti tidak bisa menjamin
validitas eksternal, dimana keteralihan itu dipandang sebagai suatu
kemungkinan. Nilai transfer sepertinya tergantung pada kesamaan
karakteristik.
3) Kebergantugan (Depenbilitas) ini dapat dilakukan dengan cara
mengadakan audit trad, yaitu suatu usaha untuk memeriksa proses
penelitian termasuk data dan sumber datanya, dari awal sampai dengan
akhir yang dilakukan oleh peneliti dengan bantuan pembimbing serta
melakukan wawancara terhadap seluruh hasil penelitian.
4) Kepastian (confirmability) dalam penelitian ini dilakukan bersamaan
dengan depenbilitas, perbedaannya terletak pada orientasi penilaiannya.
Konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil (produk) peneliti, terutama
yang berkaitan dengan diskripsi temuan peneliti sedangkan depenbilitas
digunakan untuk menilai proses penelitian, mulai pengumpulan data
sampai pada bentuk laporan yang terstruktur dengan baik. Dengan adanya
depenbility dan konfirmability ini diharapkan hasil penelitian memenuhi
standar penelitian kualitatif yaitu truth value, applicability, consistence dan
neutrality43.
43 Ibid, hlm 174
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Latar Belakang Obyek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMAN 7 Malang44
SMA Negeri 7 Malang terletak di jalan Cengger Ayam I/14
Kelurahan Tulusrejo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang No. 11 Tahun 2000 tentang
Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi
Perangkat Daerah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Malang
Batas Wilayah :
• Utara : Kecamatan Karangploso
• Timur : Kecamatan Blimbing
• Barat ; Kecamatan Dau (Kabupaten Malang)
• Selatan : Kecamatan Klojen
• Luas Wilayah : 2089,513 Ha
• Kondisi Geografis : Dataran tinggi dari permukaan laut (460 m)
• Suhu Max / Min 20 C s/d 28 C
• Curah Hujan rata-rata 2.71 mm
Awalnya keberadaan SMA Negeri penyebarannya masih belum
merata yaitu terpusat di kecamatan klojen dan kedungkandang saja. Wilayah
kecamatan Blimbing yang berada di bagian utara Kota Malang masih belum
memiliki SMA Negeri. Hal tersebut mendorong tekad Pemerintah daerah
44 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007
TK. II Kota Malang untuk mengajukan permintaan satu SMA Negeri lagi,
dengan persiapan berupa lahan dan sarana pendidikan lain di desa
Kendalsari Kelurahan Tulusrejo Kecamatan Lowokwaru. Oleh karena itu
pada awal berdirinya SMA Negeri 7 Malang bernama ” Sekolah Penunjang”
artinya fasilitas awal disiapkan oleh Pemerintah Daerah sedangkan Dinas
Pendidikan Nasional menyiapkan personilnya.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai tanggal 28 Juli 1982
bertempat sementara di SMA Negeri 4 Malang. Kepala sekolah dirangkap
oleh Kepala SMA Negeri 4 Malang yaitu Bapak Drs. Soekotjo. Sedangkan
secara hukum berdirinya SMA Negeri 7 Malang yaitu tanggal 9 Oktober
1982 sesuai dengan SK Operasional Nomor : 0298/0/1982 dan Nomor
Statistik Sekolah : 301056104043.
Sejak tanggal 18 juli 1983 kegiatan KBM menempati gedung
sendiri yakni di “Bhumi Sabhatansa” jalan Kendalsari 20 (Sekarang jalan
Cenger Ayam I/14) Malang.
Seiring dengan perjalanan waktu dan peningkatan pelayanan
pendidikan, maka SMA Negeri 7 Malang berupaya memberikan layanan
pada peserta didik secara maksimal.
Pimpinan sekolah yang pernah bertugas di SMA Negeri 7 sejak awal
berdirinya (1982) adalah45 :
NAMA PERIODE TUGAS
45 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007
1. Drs. Soekotjo Tahun 1982 s/d 1983
2. Drs. Sudibyo, SH Tahun 1982 s/d 1983 (PJS)
3. Drs. Soejono Tahun 1983 s/d 1986
4. Drs. Moenawar Tahun 1986 s/d 1989
5. Drs. H. Soejitno
Hadisaputro
Tahun 1989
6. Drs. Djohan Arifin Tahun 1989 s/d 1991
7. Drs. H.M. Kamilun
Muhtadin
Tahun 1991 s/d 1995
8. Drs. Sagi Siswanto Tahun 1995 s/d 1998
9. Dra. Hj. Isponida, MA Tahun 1998 s/d 2002
10. Dra. Hj. Kamsinah, M. Pd Tahun 2002 s/d 2004
11. Drs. Katino Wihatmo, MM Tahun 2004 s/d 2006
12. Drs. H. Suryani Ali Pandi Juli - November 2006 (PLH)
13. Drs. H. Budi Harsono November 2006 - sekarang
2.2 Visi dan Misi 46
46 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007
Perkembangan dan tantangan masa depan seperti: perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi; globalisasi yang sangat cepat; era informasi;
dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan
memicu sekolah untuk merespon tantangan sekaligus peluang itu. SMA
Negeri 7 Malang memiliki citra moral yang menggambarkan profil sekolah
yang diinginkan di masa datang yang diwujudkan dalam Visi sekolah
berikut:
VISI SMA NEGERI 7 MALANG
TERPUJI DALAM CITRA UNGGUL DALAM PRESTASI
Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita sekolah dengan memperhatikan
citra dan prestasi, sesuai dengan norma dan harapan masayarakat.
Untuk mewujudkannya, Sekolah menentukan langkah-langkah strategis
yang dinyatakan dalam Misi berikut:
MISI SMA NEGERI 7 MALANG
1. Menciptakan sekolah yang berwawasan Imtaq dan IPTEK 2. Meningkatkan mutu sekolah dengan MBS ( Managemen Berbasis
Sekolah) yang mampu bersaing dalam era globalisasi. 3. Meningkatkan mutu sekolah yang mempunyai nilai tambah. 4. Menciptakan sekolah sebagai wawasan Wiyata Mandala.
2.3 Ketenagaan47
47 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007
Berikut adalah tenaga pengajar dan karyawan di SMA Negeri 7 Malang
NO N A M A JABATAN STATUS
1 Drs. H. Budi Harsono Kepala Sekolah PNS
2 Dra. Hj. Maesaroh Guru Agama Islam PNS
3 Drs. Sadjid Guru Agama Islam PNS
4 Drs. Moh. Alwan Guru Agama Islam PNS
5 Drs. Gerardus Gili Guru Agama Katholik GTT
6 Drs. Sugeng Armadi Guru Agama Kristen GTT
7 Drs. I. Nyoman Sumartika Guru Agama Hindu GTT
8 Drs. H. Muh. Jazuli Guru PPKN PNS
9 Drs. Dewantara Guru PPKN PNS
10 Sri Sulasmi, S.Pd Guru PPKN PNS
11 Moch. Chusnul Irfandi, S.Pd Guru PPKN PNS
12 Drs. Eko Mudjiono Guru PPKN GURU BANTU
13 Drs. Aslan Samsul Guru BIN/Sastra Ind PNS
14 Lilis Indrawati, S.Pd Guru Bhs. Indonesia PNS
15 Merie Margaretha, S.Pd Guru Bhs. Indonesia PNS
16 Yudhanto, S.Pd Guru Bhs. Indonesia GURU BANTU
17 Mutmainah, S.Pd Guru Bhs. Indonesia GTT
18 Titik Wulandari, S.Pd Guru Bhs. Indonesia GTT
19 Laili Ivana, S. Pd Guru Bhs. Indonesia CPNS
20 Rakhmad Fajar Wijaya, S.Pd Guru Tek. Infor & Kom GTT
21 Farida Agustiningsih, S.Si Guru Tek. Infor & Kom GTT
22 Endah Ariani, S.Pd Guru Conversation GTT
23 Heni Setyaningsih, S.S Guru Conversation GTT
24 M. Danang Ibrahim, S. Kom Guru Tek. Infor & Kom GTT
25 Dra. Suhertin Guru Sejarah PNS
26 Drs. Mulyono, S.H. Guru Sejarah PNS
27 Sugeng Santoso, S.Pd Guru Sejarah GTT
28 Sumarmi, S.Pd Guru Sosiologi PNS
29 Dewi Tutriani, S.Sos Guru Sosiologi GTT
30 Dra. Hj. Ratna Nur'aini Guru Bahasa Inggris PNS
31 Nurhenik Sukriawati, S.Pd. Guru Bahasa Inggris PNS
32 Dra. Heny Kusumawaty Guru Bahasa Inggris PNS
33 Dra. Dewi Larasati Guru Bahasa Inggris PNS
34 Wiwid Murwati, S.Pd Guru Bhs Inggris/Jerman PNS
35 Martina Retno Dewi, S.Pd Guru Bahasa Inggris PNS
36 Dra. Hj. Endang Larasati Guru Bahasa Inggris PNS
37 Agustina Puji Astuti, S.Si Guru Bhs Inggris/Jepang GTT
38 A. Rahman, S.Pd Guru Penjaskes PNS
39 Wahyudi, S.Pd Guru Penjaskes PNS
40 Kurnia Subiantoro, S.Pd Guru Penjaskes GTT
41 Dra. Hj. Rr. Dewi Zuhriah Guru Matematika PNS
42 Dra. Sri Rahayuningsih Guru Matematika PNS
43 Dra. Hj. Sri Lestari Guru Matematika PNS
44 Dra. Agustina Dwi Astuti Guru Matematika PNS
45 Drs. Sumarwoto Guru Matematika PNS
46 Dody Rachman W, S.Pd Guru Matematika PNS
47 Arik Wahyu Utari, S.Pd Guru Matematika PNS
48 Dra. Hj. Kustilah Guru Fisika PNS
49 Dra. Hj. Netty Sulastri Guru Fisika PNS
50 Dra. Muktiasih Guru Fisika PNS
51 Drs. Didik Dwi Tjahjono Guru Fisika PNS
52 Dra. Catur Wagiyati Guru Fisika PNS
53 Dra. Hj. Lilik Pujihandayani Guru Biologi PNS
54 Dra. Sarwi Muliastuti Guru Biologi PNS
55 Dra. Susiloningsih, M.Pd Guru Biologi PNS
56 Lilik Nurhayati, S.Pd Guru Biologi PNS
57 Dra. Hj. Elly Udiarti, M.Si Guru Biologi PNS
58 Dra. Ida Ritaningsih Guru Kimia PNS
59 Dra. Ambar Puspoweni Guru Kimia PNS
60 Dra. Aunul Chimah Guru Kimia PNS
61 Dra. Susy Tjahyawati Guru Kimia PNS
62 Yanti Ariyanti, S.Pd Guru Kimia PNS
63 Dra. Hj. Nunuk Swastawati Guru Akuntansi PNS
64 Bahgya Susetyo Guru Akuntansi PNS
65 Dra. Aning Sriwiyani Guru Ekonomi PNS
66 Dra. Hj. Elly Yulistyoningsih Guru Ekonomi PNS
67 Hj. Kusdiati, S.Pd Guru Ekonomi PNS
68 Dra. Rachmawati Guru Ekonomi PNS
69 Drs. Sumanto Guru Geografi PNS
70 Drs. H. Subandi Guru Geografi PNS
71 Lilik Sri Utari, S.Pd Guru Antropologi / Sosiologi PNS
72 Dra. M.T. Rahayu D.N Guru Kesenian/Sosiologi PNS
73 Dra. Amrit Saptari W. Guru Kesenian PNS
74 Dra. Siti Khomsatun Guru BP/BK PNS
75 Dra. Hj. Siti Zaenab Guru BP/BK PNS
76 Dra. Hj. Sri Hartatik Guru BP/BK PNS
77 Drs. Wakit Guru BP/BK PNS
78 Drs. Widjayadi Guru BP/BK PNS
79 Mujahidin, S.Pd Guru BP/BK CPNS
80 Sodikin Ka. Tata Usaha PNS
81 Yustina Maria SM Karyawan Tata Usaha PNS
82 Riyono Karyawan Tata Usaha PNS
83 Sutamar Karyawan Tata Usaha PNS
84 Subiyanto Karyawan Tata Usaha PTT
85 Eny Suhartatik Petugas Perpustakaan PTT
86 Nur Aisyah Petugas Perpustakaan PTT
87 Indah Sri Rahayu Karyawan Tata Usaha PTT
88 Titin Winarni Karyawan Tata Usaha PTT
89 Nur Maharani Laboran PTT
90 Misdi Pramu Kebun/Penjaga PTT
91 Paimin Pramu Kebun/Penjaga PTT
92 Tekad Supeno Satpam PTT
93 Suprayitno Penjaga Malam PTT
94 Hendri Sumarsono Karyawan Tata Usaha PTT
2.4 Keadaan Siswa 48
Jumlah siswa-siswi SMA NEGERI 7 MALANG Pada tahun pelajaran
2006-2007 dengan rincian sebagai berikut :
TABEL-1
JUMLAH SISWA SMA NEGERI 7 MALANG
Jenis kelamin NO KELAS
Laki-Laki Perempuan
JUMLAH
1.
2.
3.
X
XI
XII
135
134
123
139
143
154
274
277
277
828
48 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007
2.5 Fasilitas 49
1. Sarana dan Prasarana.
a. Tanah dan Halaman
Tanah sekolah sepenuhnya milik negara. Luas areal seluruhnya
18.050 m2. Sekitar sekolah dikelilingi oleh pagar sepanjang 425 m.
Keadaan Tanah Sekolah SMA Negeri 7 Malang
Status : Milik Negara
Luas Tanah : 18.050 m2
Luas Bangunan : 13.195 m2
Pagar : 425 m
b. Gedung Sekolah
Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah ruang
kelas untuk menunjang kegiatan belajar memadai.
Keadaan Gedung Sekolah SMA Negeri 7 Malang
Luas Bangunan : 13.195
m2
Masjid : 1
Baik
Ruang Kepala Sekolah : 1
Baik
Ruang Osis : 1
Baik
Ruang TU : 1
Baik
Ruang Unit Aktifitas
Siswa
: 6
Baik
Ruang Guru : 1
Baik
Ruang Otomotif : 1
Baik
49 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007
Ruang Kelas : 21
Baik
Ruang Koperasi
Siswa
: 1
Baik
Ruang Tata Tertib : 1
Baik
Ruang Band : 1
Baik
Ruang Bimbingan
Konselor
: 1
Baik
Kantin Sekolah : 5
Baik
Ruang Lab. Bahasa : 1
Baik
Wartel Sekolah : 1
Baik
Ruang Lab. Komputer : 1
Baik
Dapur Sekolah : 1
Baik
Ruang Lab. Biologi &
Kimia
: 1
Baik
Ruang UKS : 1
Baik
Ruang Lab. Fisika : 1
Baik
Ruang Fotocopy : 1
Baik
Ruang Perpustakaan : 1
Baik
Ruang/Gedung Serba
Guna
: 1
Baik
2. Anggaran Sekolah
Anggaran sekolah dituangkan dalam RAPBS setiap tahun dengan sumber
berasal dari dana pemerintah dan dana yang dihimpun dari orang tua
peserta didik, dengan mata anggaran sebagai berikut :
a. Gaji Pegawai
b. Belanja dan Pemeliharaan
c. Belanja Daya dan Jasa
d. Belanja Barang
e. Program Unggulan
f. KBM dan Peningkatan Mutu
g. Kesiswaan
h. Administrasi
i. Sarana Prasarana
j. Kegiatan Perjalanan Dinas
k. Koordinasi dengan Instansi
lain
l. Insentif GT, GTT dan PTT
m. Biaya oprasional Kepala
Sekolah
n. Lain-lain
2.6 Tujuan Sekolah 50
Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
B. Bentuk-bentuk Kenakalan siswa di SMAN 7 Malang
Berdasarkan hasil interview yang dilakukan oleh peneliti dengan guru
BP Bapak Drs. Widjayadi51, tentang bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7
Malang, antara lain :
1. Memalsu tanda tangan
2. Mencuri
3. Berkelahi
50 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007 51 Sumber : Hasil Interview tanggal 08 Mei 2007
4. Corat-coret buku & VCD porno
5. Bawa & edarkan barang
6. Berurusan dengan polisi
7. Merokok/obat terlarang
8. Memalsu raport
9. Membolos
10. Surat ijin palsu
11. Tidak sopan/menentang
12. Melompat pagar
13. Terlambat masuk
14. Meninggalkan jam pelajaran
15. Seragam tidak benar
16. Berambut panjang/dicat
17. Berhias berlebihan
18. Memakai gelang/kalung
19. Memakai sepatu sandal
20. Buang sampah sembarangan
21. Beli makanan jam pelajaran
22. Di kantin waktu jam pelajaran
23. Terlambat membayar SPP (dipakai)
24. Parkir kendaraan sembarangan
25. Tidak piket kelas
26. Tidak mengikuti upacara
27. Kelengkapan seragam
28. Tidak bawa buku Tatib
Bentuk kenakalan siswa yang diungkapkan oleh Bapak Widjayadi
tersebut merupakan identifikasi bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7
Malang. Kenakalan yang sering dilakukan siswa sebenarnya masuk dalam
kategori kenakalan ringan, artinya kenakalan tersebut masih dalam batas yang
wajar dan tidak membahayakan, walaupun sebagian yang dilakukan siswa ada
yang termasuk kategori kenakalan yang menggangu ketenteraman dan
mengganggu keamanan warga sekitar sekolah.
Begitu juga dengan hasil interview dengan Kepala SMAN 7 Malang
Bapak Drs. H. Budi Harsono 52, bahwa bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7
Malang ini memang beranekaragam dan yang jelas berkisar tentang pelanggaran
tata tertib diantaranya adalah :
a. Melanggar ketentuan seragam sekolah.
b. Tidak masuk sekolah tanpa izin/keterangan.
c. Pulang belum waktunya.
d. Tidak mengikuti upacara.
e. Kelengkapan seragam kurang
f. Di kantin waktu jam pelajaran.
g. Berambut panjang bagi laki – laki /dicat.
Lain lagi dengan yang disampaikan oleh Ibu Mutmainah53 guru
Bahasa Indonesia, menurutnya bentuk – bentuk kenakalan siswa yang terjadi saat
beliau mengajar adalah :
52 Sumber : Hasil Interview tanggal 08 Mei 2007 53 Sumber : Hasil Interview tanggal 08 Mei 2007
a. Pada waktu pelajaran berlangsung sulit diarahkan.
b. Ijin kebelakang tapi tidak ke kamar mandi melainkan ke kantin.
c. Cuek saat ditegur.
d. Merasa ingin menang sendiri dan benar sendiri.
e. Terlalu menganggap gampang pelajaran.
Begitu juga hasil interview dengan salah satu guru Pendidikan Agama
Islam Ibu Maesaroh54, beliau menyebutkan macam - macam kenakalan siswa,
antara lain :
a. Minat dalam pelajaran agama kurang.
b. Ramai saat pelajaran berlangsung.
c. Dalam melaksanakan sholat lima waktu masih belum sempurna.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Subandi55 yang mengajar
mata pelajaran Geografi, beliau mengidentifikasi kenakalan siswa, antara lain :
a. Bolos dalam jam pelajaran.
b. Diterangkan, ramai sendiri dan baca buku komik.
c. Saat pelajaran berlangsung mainan HP dan sms-an.
Lain halnya hasil interview dengan Bapak Mulyono56 guru mata
pelajaran Sejarah, menurutnya kenakalan siswa yang terjadi di SMAN 7 Malang
masih dalam batas kenakalan ringan tidak sampai berurusan dengan polisi.
Macam - macam kenakalan siswa yang sering terjadi di SMAN 7 Malang, antara
lain ;
a. Tidak tertib.
54 Sumber : Hasil Interview tanggal 11 Mei 2007 55 Sumber : Hasil Interview tanggal 15 Mei 2007 56 Sumber : Hasil Interview tanggal 15 Mei 2007
b. Sudah tahu adzan masih saja sepak bola.
c. Pada waktu khotbah berlangsung bicara sama temannya.
d. Waktu pelajaran di kantin.
e. Ijin kebelakang tapi ngrumpi di kantin
f. Menggunakan sepatu yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah.
g. Rambut panjang.
h. Menggunakan buku tatib temannya.
Sedangkan hasil interview dengan Bapak Alwan57 guru kedua mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, menurut beliau jenis – jenis kenakalan siswa
yang terjadi di SMAN 7 Malang adalah :
a. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung ramai, bicara
dengan teman sebangku.
b. Tidak mengikuti pelajaran.
c. Tidak mengerjakan tugas.
d. Pada saat ujian atau ulangan siswa – siswa ada yang mencontek.
e. Ada siswa yang berani melawan dan melakukan perlawanan ketika
diberitahu/diperingatkan.
f. Terpengaruh oleh pergaualan di luar yang cenrderung bebas.
g. Melanggar aturan – aturan sekolah seperti : Cara berpakaian tidak
benar, Terlambat masuk kelas walupun bel sudah lama berbunyi.
h. Persengkongkolan membuat gaduh di kelas.
i. Sekelompok siswa bermain Playstation disaat jam pelajaran
berlangsung.
57 Sumber : Hasil Interview tanggal 19 Mei 2007
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Sadjid58 guru ketiga mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, menurutnya kenakalan yang terjadi di SMAN
7 Malang masih dalam batas wajar tidak sampai menjurus ke masalah kriminal.
Beliau mengidentifikasi jenis kenakalan siswa di SMAN 7 Malang antara lain :
a. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa ramai.
b. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung ada siswa bicara
dengan temannya.
c. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung ada siswa tidak
memperhatikan pelajaran.
Jadi berdasarkan hasil interview yang peneliti peroleh dari beberapa
guru bahwa bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang memang
beranekaragam, dan yang jelas berkisar sebagaimana bentuk-bentuk kenakalan
yang telah di paparkan oleh Zakiah Daradjat yang terbagi dalam 3 bagian yaitu :
kenakalan ringan, kenakalan yang mengganggu keamanan dan ketentraman orang
lain serta yang terakhir adalah kenakalan seksual. Sedangkan sebagian besar
kenakalan-kenakalan siswa di SMAN 7 Malang termasuk dalam kategori
kenakalan ringan.
Untuk mendukung data yang peneliti peroleh dari interview
sebagaimana diatas, berikut peneliti sertakan hasil interview dengan beberapa
siswa sebagai data pelengkap (tambahan) saja yang fungsinya memperkuat data-
data yang peneliti peroleh dari hasil observasi, interview maupun dokumentasi.
58 Sumber : Hasil Interview tanggal 19 Mei 2007
Seperti yang diungkapkan oleh siswa yang bernama Maya Indah
Sari59, kelas XI-IPA-1, menurutnya kenakalan yang selama ini dia lakukan, antara
lain :
a. Memakai sepatu yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah.
b. Rambut di cat.
c. Bolos waktu pelajaran.
d. Ramai sendiri dengan teman sebangku.
Hal yang sama juga dilakukan oleh siswi yang bernama Bagus Arta
Wijaya60 kelas XI-IPA-1, kenakalan yang selama ini dia lakukan ialah :
a. Memakai gelang/kalung.
b. Pada waktu pelajaran berlangsung membuat gaduh di kelas.
c. Di kantin waktu jam pelajaran.
d. Kelengkapan seragam kurang.
e. Tidak mengikuti upacara.
f. Tidak sopan pernah menentang sewaktu diperingatkan.
g. Membolos sekolah ataupun tidak masuk pada waktu pelajaran.
Kenakalan ringan yang pada umumnya dilakukan oleh pelajar putri
seperti mengecat rambut, berdandan berlebihan hanya untuk dibilang temannya
cantik juga dilakukan oleh siswi yang bernama Frita Puspitasari61 kelas XI-IPS-2.
Lain lagi kenakalan yang sering dilakukan oleh Kun Prabowo Firman
Adrianzah62 kelas XI-IPS-2, antara lain :
a. Tidak mengikuti upacara. 59 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007 60 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007 61 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007 62 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007
b. Terlambat masuk kelas.
c. Berambut panjang.
d. Ramai sendiri ketika guru menerangkan plajaran.
e. Membolos.
Kenakalan yang sama juga dilakukan oleh Nurul Rismawati63 kelas
XI-IPA-3, antara lain :
a. Membuat surat ijin palsu.
b. Datang terlambat.
c. Bicara dengan teman sewaktu pelajaran berlangsung.
d. Memalsu tanda tangan.
Sama dengan teman – temannya yang lain, siswa yang bernama Kemal
Fahmi Iqbal 64kelas XI-IPS-2, juga sering melakukan pelanggaran yaitu sering
datang terlambat, membolos, disamping itu pada saat pelajaran berlangsung
seringkali menjadi bahan tertawaan temannya karena sering diperingatkan guru
tetapi tetap tidak diindahkan.
Begitu juga dengan siswa yang bernama Imam Wahyu Indrawan65
kelas XI-IPS-2, kenakalan dan pelanggaran yang dilakukannya ialah :
a. Tidak mengikuti upacara.
b. Kelengkapan seragam kurang.
c. Sering datang terlambat.
d. Kurang memperhatikan guru saat menerangkan.
e. Merokok sewaktu istirahat di kantin.
63 Sumber : Hasil Interview tanggal 26 Mei 2007 64 Sumber : Hasil Interview tanggal 26 Mei 2007 65 Sumber : Hasil Interview tanggal 26 Mei 2007
Berbicara tentang siswa, tidak semua mempunyai perilaku yang sama
antara satu sama lain. Dalam arti ada yang termasuk kategori nakal dan tidak
nakal, begitu juga di SMAN 7 Malang. Mengenai hal ini dapat dijelaskan bahwa
berdasarkan interview yang dilakukan dan data yang diperoleh diketahui bahwa
dari jumlah siswa yang ada, jumlah siswa yang nakal dan tidak nakal secara angka
tidak dipastikan karena pada dasarnya kenakalan seseorang itu bersifat relatif
artinya siswa yang saat ini nakal bisa jadi berubah dan penilaian orang tentang
kenakalan pun tidak sama. Ada kalanya perilaku siswa dianggap nakal oleh
seseorang tetapi tidak bagi yang lainnya.
C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa di SMAN 7
MALANG
Kenakalan yang terjadi pada siswa merupakan hal yang wajar karena
kondisi yang ada pada siswa cenderung masih labil sehingga ia masih diombang-
ambingkan oleh segala sesuatu yang ada disekitar mereka. Begitu juga dengan
kenakalan/pelanggaran yang mereka lakukan dapat dikatakan sebagai aktualisasi
dari keadaan jiwa dan kebutuhan yang diinginkan. Akan tetapi kesemuanya itu
tidak mungkin terjadi dengan sendirinya tanpa ada faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan hasil interview yang peneliti peroleh dari beberapa guru
tentang faktor-faktor penyebab kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain :
Hasil interview dengan bapak Drs. H. Budi Harsono, Kepala SMAN 7
Malang, menurutnya faktor yang melatarbelakangi terjadinya kenakalan siswa
karena adanya masalah yang terjadi di lingkungan rumah atau keluarganya
sehingga berdampak pada perilaku siswa di sekolah yang cenderung sering
membuat pelanggaran dan tidak mau mematuhi tata tertib sekolah. Disamping
karena factor lingkungan di rumah atau di keluarganya, bisa juga karena factor
dari lingkungan masyarakatnya. Beliau menjelaskan bahwa siswa yang sering
membuat ulah yang sering melanggar peraturan sekolah seringkali dipengaruhi
oleh teman-teman di lingkungan masyarakatnya karena dalam pergaulannya
mereka sudah terlalu bebas sehingga sangat mungkin terpengaruh oleh teman-
teman bermainnya.
Penjelasan dari Bapak Kepala Sekolah juga dibenarkan oleh Guru BP
yaitu bapak Bapak Drs. Widjayadi. Menurutnya dari beberapa kasus yang terjadi
sering kali yang menjadi faktor penyebab kenakalan siswa yaitu faktor keluarga
dan pengaruh dari lingkungan masyarakatnya. Teman sepermainan di lingkungan
masyarakat mempunyai pengaruh besar terhadap tingkah laku siswa di sekolah.
Pergaulan yang sudah terlalu bebas akhirnya berakibat kepada tindakan
pelanggaran tata tertib sekolah.
Sedangkan faktor dari keluarga, menurutnya juga merupakan faktor
penyebab kenakalan siswa, karena dalam keluarga siswa tersebut mengalami
keretakan atau orang tuanya bercerai sehingga anaknya tidak terurus dengan baik
akhirnya berakibat kepada tingkah laku siswa yang sulit diatur ataupun sering
melanggar tata tertib sekolah.
Begitu juga hasil interview dengan Ibu Maesaroh, beliau menyebutkan
bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi kenakalan siswa, antara lain :
a. Faktor keluarga ; Broken Home (perceraian keluarga), menurut beliau
sangat berpengaruh terhadap jiwa siswa, karena siswa tidak mendapat
ketenangan dalam keluarga, kurang perhatian dari orang tua, adanya ke
tidak harmonisan tersebut menyebab terjadinya kenakalan siswa, termasuk
juga faktor ekonomi.
b. Faktor lingkungan ; terpengaruh dengan pergaulan dari luar yang terlalu
bebas. Pergaulan siswa dalam lingkungan keseharian mereka juga
merupakan salah satu faktor penyebab kenakalan siswa. Sehingga siswa
harus benar-benar bisa memilih dan memilah dalam bergaul dengan teman
dan lingkungannya. Menurut beliau lingkungan yang baik akan membawa
siswa kepada sikap dan perbuatan yang baik dan begitu pun sebaliknya
Sedangkan hasil interview dengan Ibu Mutmainah, faktor-faktor yang
melatar belakangi terjadinya kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain :
a. Ingin diperhatikan.
b. Perhatian dari orang tua kurang.
c. Terpengaruh pergaulan bebas.
d. Terpengaruh teman bermain.
Lain lagi dengan penjelasan Bapak Subandi mengenai faktor-faktor
yang melatar belakangi kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain :
a. Latar belakang ekonomi yang kurang mampu.
b. Orang tua tidak memperhatikan.
c. Pergaulan di lingkungannya yang terlalu bebas.
Tapi dari hasil interview dengan Bapak Mulyono, menurutnya selain
faktor dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, yang juga sangat
berpengaruh terhadap penyebab kenakalan siswa adalah dari pribadi masing-
masing siswa yang kebanyakan malas dalam belajar. beliau mengidentifikasi
faktor-faktor penyebab kenakalan siswa antara lain :
a. Semangat belajar rendah.
b. Untuk membeli buku sulit.
c. Perpustakaan kurang representatif.
d. Terlambat masuk kelas.
e. Kurang perhatian dalam mengikuti pelajaran.
Sedangkan hasil interview dengan Bapak Alwan, menurutnya ada
beberapa faktor penyebab kenakalan siswa, antara lain :
a. System pendidikan yang masih menerapkan system sekuler.
b. Pengaruh pergaulan di luar.
c. System di sekolah belum mendukung.
d. Perangkat atau media kurang lengkap.
e. Contoh keteladanan dari guru kurang sehingga banyak terjadi pelanggaran
yang dilakukan oleh siswa.
Dan hasil interview dengan Bapak Sajid, beliau menyebutkan ada dua
kategori yang menjadi faktor penyebab kenakalan yang dilakukan oleh siswa,
pertama lingkungan rumah atau keluarga. Keluarga sangat berperan terhadap
perkembangan anak. Kalau dalam keluarga itu mengalami disharmoni sering
terjadi pertengkaran maka bisa berdampak pada perilaku anak di sekolah yang
pada akhirnya sering melakukan tindakan-tindakan menyalahi peraturan sekolah.
Kedua lingkungan masyarakat (teman bermain). Beliau menambahkan,
celakanya lagi kalau dalam lingkungan keluarga sudah tidak harmonis diperparah
dengan salah dalam memilih teman bermain yang akhirnya justru merugikan diri
anak tersebut. Sehingga perilaku anak di sekolahan cenderung membuat onar dan
melanggar peraturan sekolah.
Sebagaimana hasil dari interview dengan para guru tentang faktor-
faktor penyebab kenakalan siswa, diperkuat juga dengan hasil interview dengan
beberapa siswa yang mengungkapkan bahwa perbuatan negatif yang dilakukan
oleh siswa berasal dari mencoba-coba dan akhirnya melakukan. Hal ini memang
karakter seorang siswa yang senantiasa timbul rasa ingin mencoba-coba yang
menurutnya masih baru. Selain itu, masa remaja bagi siswa adalah masa transisi
untuk mencari jati diri sehingga timbul perasaan selalu dan selalu ingin
diperhatikan.
D. Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah
kenakalan siswa di SMAN 7 Malang
Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan
siswanya dilaksanakan secara preventif (pencegahan) dan secara kuratif
(penyembuhan) penjelasan berikut memaparkan beberapa upaya yang dilakukan
oleh guru pendidikan agama Islam yaitu :
a. Upaya Preventif (pencegahan) dalam mengatasi kenakalan siswa.
Upaya preventif guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi
kenakalan siswa bertujuan untuk mencegah agar tidak terjadi kenakalan yang
serupa dari siswa lainnya. Selain itu upaya ini juga bertujuan untuk
menghindarkan siswa dari berbagai bentuk kenakalan yang berupa pengaruh dari
siswa lainnya. Selain upaya ini juga bertujuan untuk menghindarkan siswa dari
bentuk kenakalan lainnya yang bukan tidak mungkin akan mempengaruhi
perkembangannya. Sebab masalah kenakalan tersebut berkembang dari
lingkungan sosial seperti Penggunaan Narkoba, Mabuk-mabukan, judi/taruhan
dan sebagainya.
Oleh karena itu sebelum semua mempengaruhi perkembangan mental
siswa, guru Pandidikan Agama Islam berkewajiban melakukan langkah-langkah
preventif untuk mencegahnya. Berdasarkan hasil interview dengan Bapak Alwan,
beliau menyebutkan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kenakalan
siswa di SMAN 7 Malang, antara lain :
1. Adanya kegiatan PHBI.
2. Adanya kegiatan Ramadhan.
3. Proses keteladanan yang dilakukan guru untuk meminimalisir perilaku
siswa yang masih cenderung labil dan suka meniru perilaku orang lain.
4. Memberdayakan organisasi ekstra dengan segala macam programnya
khususnya Badan Dakwah Islam.
5. Program pondok ramadhan.
6. Mentoring yaitu dengan membagi – bagi kelompok yang kemudian diisi
dengan kajian agama Islam. Materi yang diajarkan meliputi akidah,
akhlak, fiqh, syari’at, ibadah dan dakwah.
Sedangkan hasil interview dengan Ibu Maysaroh tentang upaya –
upaya yang dilakukan dalam mengatasi kenakalan siswa adalah :
1. Memberi contoh secara konkrit.
2. Mengingatkan.
3. Menasehati.
4. Diajak dialog / sharing tentang masalahnya.
5. Setiap 1 minggu sekali diadakan kajian agama membahas tentang
berbagai masalah yang meliputi akidah, akhlak, fiqh, ibadah.
Dan hasil interview dengan Bapak Sajid, beliau mengatakan bahwa
upaya yang dilakukan dalam mengatasi kenakalan siswa sama halnya dengan
kebanyakan guru yang lainnya. Artinya sama yaitu sebagai guru sudah pasti akan
melakukan upaya semaksimal mungkin agar anak didiknya tidak sampai
terjerumus dalam melakukan hal – hal negatif. Beberapa upaya yang dilakukan
antara lain :
1. Pendekatan guru terhadap siswa perlu dilakukan secara intens untuk
mencegah perilaku siswa yang berlebihan.
2. Mengadakan istighosah.
3. Adanya kegiatan mentoring kegiatan pembelajaran atau pendalaman
ajaran agama Islam.
4. PHBI.
5. Pondok Ramadhan.
Dari beberapa upaya yang dilakukan oleh guru agama dalam
mengatasi kenakalan siswa, kegiatan mentoring, PHBI, dan pondok ramadhan
merupakan kegiatan rutin yang sudah menjadi agenda utama guru agama Islam.
Kegiatan mentoring dilakukan setiap hari jum’at setelah melaksanakan sholat
jum’at. Dari kegiatan mentoring yang dilakukan setiap satu minggu sekali cukup
memberikan pencerahan dan pemahaman tentang agama Islam sehingga ilmu
yang diperoleh dalam kegiatan mentoring dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari – hari.
b. Upaya Kuratif
Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan yang
bersifat kuratif (penyembuhan) dilaksanakan dengan jalan mengadakan
pendekatan kepada siswa yang bermasalah dan diharapkan dapat berjalan efektif
dalam mengatasi kenakalan siswa.
Upaya kuratif guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi
kenakalan siswa bersifat general artinya dari hasil interview dengan ketiga guru
Pendidikan Agama Islam diperoleh jawaban yang hampir sama dalam menangani
siswa yang bermasalah. Langkah – langkah yang diambil oleh ketiga guru
Pendidikan Agama Islam merupakan langkah – langkah yang sudah semestinya
yang dilakukan oleh seorang guru dalam menangani siswanya yang bermasalah.
Beberapa langkah yang ditempuh oleh ketiga guru Pendidikan Agama Islam
didasarkan pada jenis kenakalan dan faktor penyebabnya, antara lain :
1. Langkah penanganan secara umum
Langkah penanganan secara umum yang dilakukan guru Pendidikan
Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa :
a. Memberikan teguran dan nasihat kepada siswa yang bermasalah dan
menggunakan pendekatan keagamaan.
b. Memberikan perhatian khusus pada siswa yang bermasalah yang
dilakukan secara wajar agar tidak tercipta kecemburuan sosial.
c. Menghubungi orang tua siswa/wali siswa perihal kenakalan siswanya
agar mereka mengetahui perkembangan putranya.
2. Langkah penanganan secara khusus
Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengadakan penanggulangan
masalah secara khusus kepada siswa yang terlibat kenakalan dilaksanakan dengan
pendekatan khusus, perkasus secara individual. Beberapa hal yang dilakukan guru
Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan masalah ini antara lain : Untuk
mengatasi timbulnya kenakalan siswa sebab kurangnya perhatian orang tua
langkah yang ditempuh adalah :
a. Memberikan bimbingan dengan pengertian kepada anak akan cinta kasih
dan kasih sayang orang tua dalam mencari nafkah bagi dirinya.
b. Memberikan kontrol terhadap tindak dan tingkah laku siswa berupa
perhatian khusus yang diberikan kepadanya secara wajar.
c. Memberikan perhatian kepadanya berupa tanggung jawab kepada dirinya
agar pada dirinya muncul rasa percaya diri dan tanggung jawab pada
kegiatan yang dilaksanakan.
Untuk mengatasi kenakalan siswa akibat pengaruh lingkungan hal-hal
yang dilakukan adalah :
a. Senantiasa memberikan pengertian kepada siswa tentang berbagai hal
yang perlu ditiru (diteladani) dan yang perlu dicontoh.
b. Memantau perkembangan siswa dan bila terjadi penyimpangan tingkah
laku yang membahayakan untuk segera mungkin diambil pemecahan.
c. Mengharuskan siswa untuk berbuat baik sesuai dengan aqidah agama serta
mampu bertingkah laku sesuai dengan aturan norma dan tata tertib yang
ada di sekolah.
Dari hasil interview dengan ketiga guru Pendidikan Agama Islam,
upaya kuratif yang dilakukan dalam mengatasi kenakalan siswa tentunya juga
bekerjasama dengan guru – guru mata pelajaran lain dan khususnya dengan guru
BP. Menurut Ibu Maysaroh ketika menghadapi siswa yang sudah melampaui
batas toleransi maka siswa yang bersangkutan diserahkan ke guru BP untuk
diberikan sanksi dan kalau masih saja tetap melakukan pelanggaran maka sudah
menjadi kewenangan Kepala Sekolah untuk di keluarkan dari sekolah atau
diberikan kesempatan agar tidak mengulangi pelanggaran lagi.
Begitu juga dengan Bapak Alwan dan Bapak Sajid, ketika upaya
preventif dan upaya kuratif sudah dilakukan semaksimal mungkin tetapi kalau
siswa yang bersangkutan tetap saja mengulangi perbuatannya maka langkah yang
kemudian dilakukan yaitu dengan menyerahkan siswa yang bersangkutan ke guru
BP. Tetapi kalau dalam penanganan guru BP siswa yang bersangkutan masih sulit
untuk merubah perilakunya maka langkah terakhir diserahkan kepada Kepala
Sekolah untuk diberikan sanksi dikeluarkan dari sekolah.
Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah
kenakalan siswa merupakan usaha dan tindakan yang memang harus dilakukan
dalam rangka membimbing dan mendidik anak didik. Permasalahan yang
dihadapi guru dalam mendidik dan membimbing anak didiknya sangat komplek.
Sebab usia anak yang menginjak remaja mengalami penyesuaian diri yang
berawal dari adanya tuntutan kebutuhan biologis pada diri anak, serta untuk
memperoleh kesenangan. Apabila kebutuhan yang demikian itu terhalang atau
tidak terpenuhi, maka terjadilah frustasi, yakni perasaan kecewa sebab terjadinya
kegagalan dalam mencapai keinginan. Rasa frustasi itulah yang kemudian
menimbulkan berbagai aspek psikologi, misalnya sikap iri, benci, permusuhan,
berprsangka dan sebagainya.
Sedangkan anak yang tidak bisa melepaskan diri dari perasaan kecewa
tersebut akan mengalami ketidakmampuan didalam mengadakan penyesuaian diri
dengan lingkungannya. Ketidakmampuan yang demikian itu akhirnya
berkembang menjadi penyimpangan tingkah laku/kenakalan. Bagi guru
Pendidikan Agama Islam permasalahan ini harus dipahami sepenuhnya agar dapat
memberikan solusi yang tepat, apabila menghadapi berbagai kenakalan siswanya.
Oleh karenanya masalah kenakalan siswa tentunya tidak saja menjadi
tanggung jawab guru agama saja melainkan harus ada kerjasama yang simultan
dari para guru untuk bisa menanggulangi masalah tersebut. Sehingga harapan dan
cita – cita bersama dapat terwujud.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis jelaskan dalam bab-bab dimuka, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang sebagai berikut: a. Melanggar
ketentuan seragam sekolah, b. Tidak masuk sekolah tanpa izin/keterangan,
c. Pulang belum waktunya, d. Tidak mengikuti upacara, e. Kelengkapan
seragam kurang, f. Di kantin waktu jam pelajaran, g. Berambut panjang
bagi laki – laki /dicat, h. Ramai saat pelajaran berlangsung, i. Merokok,
j. Tidak mengerjakan tugas, k. Tidak mengikuti pelajaran dan bermain
playstation
2. Faktor penyebab kenakalan siswa di SMAN 7 Malang adalah :
1)Lingkungan keluarga : Broken home/perceraian orang tua, kurang
perhatian dan kurang kasih sayang dari orang tua, 2)Lingkungan
masyarakat : Salah dalam memilih teman bermain, pengaruh pergaulan
yang sudah terlalu bebas.
3. Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah kenakalan
siswa di SMAN 7 Malang, Bersifat Preventif yaitu: Kegiatan PHBI,
Kegiatan Ramadhan, Istighosah, mentoring/ kajian agama Islam. Bersifat
Kuratif yaitu :
1) Langkah penanganan secara umum berupa :
a) Teguran dan nasehat dengan pendekatan keagamaan.
b) Memberikan perhatian khusus secara wajar kepada siswa yang
bermasalah.
c) Melakukan kerjasama dengan orang tua siswa yang bermasalah
dalam mengatasi kenakalan anaknya.
2) Langkah penanganan secara khusus bagi siswa yang bermasalah
dengan jalan melakukan pendekatan kasus perkasus secara
individual.
B. Saran
Berikut ini merupakan sumbangan pemikiran atau saran peneliti
tentang beberapa hal yang bersifat kondusif. Demi keberhasilan upaya guru agama
Islam dalam mengatasi kenakalan siswa yaitu :
1. Untuk mencapai hasil yang maksimum dalam mengatasi kenakalan siswa
hendaknya guru Pendidikan Agama Islam meningkatkan kerjasama
dengan sesama guru maupun pihak-pihak terkait dalam pengelolaan
pendidikan dalam lembaga tersebut.
2. Agar terjadi komunikasi kondusif antar sekolah, orang tua, masyarakat
disarankan agar pihak sekolah terutama guru Pendidikan Agama Islam
melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat, orang tua siswa,
baik melalui saluran kelembagaan yang ada.
3. Hendaknya guru Pendidikan Agama Islam menyadari bahwa pendidikan
agama bukanlah sekedar pengetahuan agama dan melatih ketrampilan
anak dalam melaksanakan ibadah akan tetapi lebih luas dari pada itu yaitu
membentuk kepribadian anak menuju terciptanya insan kamil.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Amin, Muhammad, 1992. Pengantar Pendidikan Islam. Pasuruan: Goreda Boena Islam.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Darajat, Zakiyah. 1995. Remaja Harapan Dan Tantangan. Jakarta: Ruhama.
---------. 1978. Membina Nilai-Nilai Moral. Jakarta: Bulan Bintang.
---------. 1989. Kesehatan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.
---------(dkk). 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Faisal, Sanafiah. 1998. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Ghafir, Abd (dkk). 1983. Metodologi Pendidikan Islam. Solo: Ramdhani.
Gunarsa, Singgih. 1998. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Ihsan, Hamdani. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Khir Fatimah, Muhammad. 2002. Etika Muslim Sehari-Hari. Jakarta Timur: Pustaka al-Kausar.
Langulung, Hasan. 1998. Pendidikan Islam Menghadapi Abad XXI. Jakarta: Al-
Husna. Muhaimin, (dkk). 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media.
Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Ramaja Rosdakarya.
Moleong, J. Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Rustam, Tabrani. 1992. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Sahartian, Piet dan Ida Alieda Sahartian. 2002. Supervise Pendidikan Dalam
Ramgka Program Inservice Education. Jakarta: Rineka cipta. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru al-Gasindo. Sri Sulastri Rifa’i Melly. 1987. Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung: Bina
Aksara Remaja. Suryo Broto, Samadi. 1993. Psikoloagi Perkembangan. Yogyakaarta: Rake
Sarasana. Soesilowindradini. 1998. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Sudarsono. 1990. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1997. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Shalih al-Ustman, Syaikh Muhammad. 1998. Problematika Remaja Dan
Solusinya Dalam Islam. Solo: at-Tibyan. Purwanto, Ngalim. 1995. Ilmu Pendidikan Islam Dan Teoritis Praktis. Bandung:
Rosdakarya. Wirawan Sarwono, Sarlito. 1989. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Zuhairini (dkk). 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo: Ramadhani.