Upaya Guru PAI dalam Mengatasi Kenakalan Remaja

103
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA DI SMAN 7 MALANG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) Oleh : Dobrian Andariyon 02110061 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Juli, 2007

Transcript of Upaya Guru PAI dalam Mengatasi Kenakalan Remaja

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA

DI SMAN 7 MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh : Dobrian Andariyon

02110061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

Juli, 2007

LEMBAR PERSETUJUAN

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA

DI SMAN 7 MALANG

SKRIPSI

Oleh : Dobrian Andariyon

02110061

Telah disetujui pada tanggal 07 Juli 2007 Oleh Dosen Pembimbing :

Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag NIP. 150 287 892

Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M.Pd.I

NIP.150 267 235

LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA DI SMAN 7 MALANG

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh

Dobrian Andariyon (02110061)

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal

20 Juli 2007 dengan nilai B+

dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

pada tanggal 20 Juli 2007

Panitia Ujian

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag Triyo Supriyatno, S.Pd, M.Ag NIP. 150 287 892 NIP. 150 311 702 Penguji Utama, Pembimbing,

Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag NIP. 150 214 978 NIP. 150 287 892

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Prof.Dr. H.M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag

Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Dobrian Andariyon Malang, 07 Juli 2007

Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Di Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa

maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di

bawah ini :

Nama : Dobrian Andariyon

Nim : 02110061

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi

Masalah Kenakalan Siswa di SMAN 7 Malang

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak

diajukan untuk diujikan.

Demikian harap di maklumi adanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing

Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag

NIP . 150 287 892

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 07 Juli 2007

Dobrian Andariyon

MOTTO

Artinya :

“Jadilah Engkau Pemaʹaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maʹruf, serta berpalinglah dari pada  

orang‐orang yang bodoh”.   

(Q. S. Al-A’raaf ayat 199)

Allah SWT, Tuhan manusia yang mutlak kuasa-Nya, tempat mengadu, berkeluh kesah dan meminta pertolongan

Bapak dan Ibuku terkasih, tersayang Terimakasih sepenuh hati.. ..i love u so much..

Bapak Sujono dan Ibu Sri Sundari, Bapak Ibu tercintaku yang selalu menyayangi dan penuh kasih belum seberapa yang aku persembahkan & belum banyak yang bisa aku berikan sbg balas kasih sayangmu. Engkau selalu membimbing dan menjaga, yang telah bekerja keras dan memberi kepercayaan&semangat hidup serta doa restu sehingga membuat aku belajar memahami hidup ini, TerimaKasihku yang dalam...dengan segenap hati. Serta mas-masku Odiek Debar Andariyon dan Leo Rizal Andariyon, Terima kasih dukungannya.

Keluarga Om Edy, Mbahku Munasih, Keluarga Mbah Kun, Mas

Rudi family, keluarga Emak, MasGio, Mas Putut, Tyas+Rafi=”si kecil novel”, Mbak Dewi. Dan Semua Familyku. Terima kasih Doa dan dukungannya.

Family baru di Jombang. Bapak Thoyib & ibu‘dah + ade’ Ari (matur 

suwun  doanya,  PKL  kenangan  terindah,  terimakasih  sudah membagi  rumahnya  untuk  kami  tempati,  maaf  pak  bu’ ngrepoti…), Mas Ilyas & Mbak Alim (terima kasih doanya, terima 

kasih  dukungannya,  terima  kasih  sarannya.  Terima  kasih  pula sudah  memberikan  kesempatan  walaupun  akhirnya  Tuhan berkehendak lain, ini hanya masalah takdir saja mbak, terimakasih banyak mbak,  Insya’allah saya  pasti  akan main  kesana  kok), Novi cute+Tia  cantik+Ayu manis  (makasih  bangEt  lo  doa&dukungan kalian. Eh kalian  janGan sentimEnt Gitu donk,  jangan  jadikan aku musuh  bersama  lho  ya,  enJoy    aja  lagi,  yang  kemaren  hanya sejarah,  biarlah  Bibi  bahagia  toh  hati  selalu  bisa merasa,  aku  sih ikut seneng bila kalian+Bibi bahagia, belajar yang rajin yach…!!!) 

Keluarga besar IMM “nihilis” UIN malang,,,perjuangan belum berakhir dulur (pesi @e...hih..): Kakanda Kholis (thank’s advicenya), Kakanda Zainul (trim’s infonya,kapan realisasie? tak enteni!!), Kakanda Asy’ari+Wahid (ada salam dari Mba’Shofi, jarene kangen puool sama diskusi dulu waktu di kelas!! nostalgia jes...??), Kakanda Usman (bang sory,mek ngono tok!!wes assalamu’alaikom), Rofiq “sibo” (peq aku dukung target nikah 2,3 tahun lagi atau 5 tahun lagikah?wah sa’karepmu wes!!pokok’e tak enteni nikahmu???), Wasis (bangga kenal sodaRa, linuwih,merdeka..), Hamrozi (kawan sentimentilku, Ji kalo perlu partner di tempat kerja call me, ok!!), Dedy“bledex’s” (jal ndang fitnes ce’ne wetengmu kotak g’ bunder, ojrit...), Jun (wes g’ beban neh se rek,lha wong wes ujian loh, wayahe balas jasa,ok!), Rofiq“gundul” (peq aku nduwe film, yuk nonton bareng yuk...), Taufiq (peq, bisnis+politik = keSukSeSan,Hih..), Sujak (wisuda disik=sukses disik,amin Ya Allah,amin), Setiono (thenkyu banget editane ok ?), Habibi+Nurdiansyah (seLamaT menjalankan tugas sbg KetUM IMM, gOOdLuck!), serta seluruh Immawan&Immawati trima kasih yo Doa & dukungannya. i love u all……emmmmmmuah…!!

$hOhib + koNcO PKLan,,,kebersamaan hanya menunggu waktu untuk berpisah,bismillah $uk$e$ kabeh...amin,,!!, TErima  kAsih  Doa&dukungannya  YacH!!! Oktavian“kecEng”Hendriko  (wes‐wes  wong  urip  Ceng, mumpung  se’  enom  di  lakoni  kabeh,realisasi  impian!!!), Ma’mun“boby”Mahbub S.PdI (enak ‘e rek–rek sarjana disik ‘an!! He...!’ndang mergawe  selak di enteni  lho yo...???ngElu  rek  sing mariki kate nikah,hiii….mecah duren se rek‐rek,uenak oe, melok opo’o?  ngga’  wes,  sELamat  meNikmaTi  saja!!),  M.  Zaenal 

Arifin”ArPas” (wes mangana?ndang kono, ojo mikir abot2 engko kuru lo yo, ha…ha…ha, bersama wisuda bareng oyi tok!!), Abdul QaDir JaYlani(Tuhan menunggu kita MbaMb0ng, yo’opo sido ta...?mboH kah,jalani saja lah. He!! tak enteni wisudamu, sekedar berucap sElamaT sama2 sudah punya gelar saRjana <saRjaNa MbamBOng> ), Wawan(he! Ojo suwi–suwi nikahe rek–rek, sakno lho yo sing ngenteni...???ketimbang nyesel di disik ‘i wong liyo lho yo???Hih...), Muhammad “Bogrek” Subhan (‘ndang mari rek-rek kuliahe, lha lapo...??lha iyo mboh...), M.Aris (kapan luluse dulur...?jarene kate nikah???),K.M.Jamal (2007 babak baru,dadi Bapak se rek-rek,seLamaT dulur...!), A.M.I.Bedon (Mif, sepakat kenapa harus takut? tapi yo di akal disik rek-rek,oyi..tapi dunia selalu terasa indah dengan celotehmu,Qita tunggu ceritera mu berikutnya, cerito o ojo mandeq lho yo..!), Didik (dunia terasa indah saat bisa berbagi,ok!),

K@w@n lan saDuluRan,,,ikatan tali silaturahmi tetep yo dijogo ojo sampe’ pedot,ok!! Dika (podo g’ po-po se rek, thenkyu baNgEt sudah berkenan meminjami tapi sing liyane wakeh sing podo pisan,wealah bah…), Hamim (G’nang Bali maneh ta? Rilek’s ae dulur,Sing Kuoso Paling Weroh. tapi pancen repot wes kebacut tresno, don’t giveUp dulur!! aDa yang lebih baik bagimu,ok! Alhamdulillah amanatnya sudah saya jalankan dengan baik, dia sudah saya antar Kontrol ke PusKesMas), Uswatun Hasanah (Wealah, critane mbuLet tapi asyik, eh tiba’e gLethek!!! Di balik Wajah CeRiamu tersembunyi sosok yg rapuh, klo bingung i‘ll be there for u,he..he..he.. sElamaT nempuh hidup baru Bi’. i know what u feel n thinking, bahagia saja + banyak anak lho yach!!), mba’Shofi (makasih mba’ ya doanya. kapan2 lagi sharing, di tungGu ya mba’.lekas dapat jodoh lho), shodiq (kesempatan dimanfaatkan aja gae nambah pengalaman, oyi tok wes...), slamet “Ngopi”purnomo dkk sabatansa (pur yo’opo g’ nang martabak ta?aku selalu ada untuk yang satu itu, entekno a ewes…ojrit), bang Tajab (sam suwun, ujiane lancar+guyonan thok)

Teman-temanku di fakultas Tarbiyah jurusan PAI 2002,.Seneng punya teman kuliah kalian. Sory tidak bisa nyebut satu persatu, pokok’e terimakasih semuanya... semoga pertemanan kita tidak akan hilang hanya karena jarak dan waktu.

Teman-temanku semua yang ada dimana-mana yang terlalu banyak disebutkan satu persatu, yang aku kenal ataupun yang belum sempat kenalan, yang berada dalam satu komunitas tertentu, yang masih aktif kuliah atau yang sudah tidak lagi kuliah, terima kasih doa&dukungannya

yo...Good luck!!!

Lha lapo…? Lha yo bah a…? wealah mboh karepmu…! Kowe seneng aku yo melu seneng,wes yo…BYE

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah

SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktu yang direncanakan dengan judul :

“Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Problem Kenakalan

Siswa Di SMUN 7 Malang”.

Tujuan Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu tugas yang wajib

ditempuh oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan

Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Malang guna mendapatkan

gelar kesarjanaan.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini, tentunya tidak lepas dari bantuan

beberapa pihak, tentunya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada pihak yang telah banyak membantu penulis,

antara lain :

1. Bapak dan Ibu tercinta atas do’a, kasih sayang, dorongan dan semangat.

2. Bapak Prof Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Malang.

3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Malang.

4. Bapak Drs. M. Padil, M.Pd.I, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam Universitas Islam Negeri Malang.

5. Bapak Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang

banyak mengarahkan dan memotivasi Penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah

memberikan ilmunya.

7. Bapak Drs Budi, selaku Kepala Sekolah SMUN 7 Malang yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Seluruh Guru dan Staf karyawan SMUN 7 Malang yang telah berkenaan

memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Akhirnya menjadi suatu keniscayaan bahwa tiada sesuatu yang sempurna

di dunia ini, karena hanyalah Allah SWT, demikian pula penyusunan skripsi ini

yang masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis semata. Penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Malang, Juli 2007

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.……………………….……………………………………….i

LEMBAR PERSETUJUAN..……………………………………………………ii

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………..iii

NOTA DINAS……………………………………………………………………iv

SURAT PERNYATAAN………………………………………………………...v

MOTTO……………….…………………………………………...…………….vi

PERSEMBAHAN………...………………..…………………………………...vii

KATA PENGANTAR………………………………………………………….viii

DAFTAR ISI…………………………………………………..……………..…...x

DAFTAR TABEL…………………………………………….………..............xiii

ABSTRAK………………………………………………………………………xv

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….1

A. Latar Belakang…………………………………………………...…..1

B. Rumusan Masalah………...……………………………………….....5

C. Tujuan Penelitian……………………………………….…...…….....5

D. Kegunaan Penelitian…..………………………………...………....…5

E. Ruang Lingkup Pembahasan...……………………………………….6

F. Sistematika Pembahasan……………………………………………..6

BAB II KAJIAN TEORI……………...…………………………………........9

A. Pengertian Remaja……………………………………………………9

B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja…………….....12

C. Problem-Problem Kenakalan Remaja………………………………..14

1. Pengertian Kenakalan Remaja……......……………………….....14

2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja……………………………....16

3. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan

Remaja............................................................................................22

D. Tinjauan Tentang Guru Agama Islam……………...……………......27

1. Pengertian Guru Agama Islam...………………………………....27

2. Syarat-Syarat Guru Agama Islam……………………………......28

3. Kode Etik Profesi Guru Agama Islam ……..……………………29

4. Peranan Dan Tugas Guru Agama Islam Dalam Membentuk

Kepribadiaan Siswa...………………………………………….…31

E. Upaya-Upaya Penangulangan Kenakalan Remaja………….………..33

1. Upaya Penangulangan Secara Preventif……........…………….....35

2. Upaya Penangulangan Secara Kuratif……………………………38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………….……………..40

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian……………………………………40

B. Lokasi Penelitian………………….………………………………...40

C. Metode Penelitian………….…………….………………………….41

D. Tahap-Tahap Penelitian………………………………………….…42

E. Teknik Pengumpulan Data …………….…………..…………….....43

F. Analisa Data……………………………………………………..….46

G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data……………………………….46

BAB IV HASIL PENELITIAN…………………….………….……………..50

A. Latar Belakang Obyek Penelitian……………....……….…...……....50

1. Sejarah Berdirinya SMUN 7…..……..………......…50

2. Struktur Organisasi…………………………………..………...…53

3. Keadaan Siswa………………..………………………………….54

4. Keadaan Sarana Dan Prasarana…………...…………………...…54

5. Keadaan Guru Dan Karyawan…………………………………...56

B. Penyajian Data Dan Analisis Data…………………………………...58

1. Bentuk-Bentuk Kenakalan Siswa Di SMK PGRI

Singosari………………………………………………………….58

2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa Di SMUN

7…………………………………………………...66

3. Upaya-Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Problem Kenakalan

Siswa Di SMUN 7………………………………….73

BAB V PENUTUP…….……………...………………………..…………......80

A. Kesimpulan………………….…………………………..…………...80

B. Saran...……………………..…………………...…..………………...81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ABSTRAK Andariyon, Dobrian, 2007. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Masalah Kenakalan Siswa di SMAN 7 Malang. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Dosen pembimbing : Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag.

Dalam dunia pendidikan, kenakalan pelajar merupakan sebuah fenomena yang selalu menarik untuk dibahas. Bagaimana tidak pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa akan menentukan maju tidaknya suatu bangsa. Oleh karena itu perlu adanya pembinaan yang terarah bagi pelajar sebagai generasi penerus bangsa, sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang dicita-citakan.

Sampai saat ini pendidikan agama Islam masih dianggap belum mampu mengatasi berbagai pengaruh negatif yang timbul dan berpengaruh pada generasi muda sekarang ini. Guru Pendidikan Agama Islam sangat berperan untuk mengatasi berbagai masalah kenakalan remaja yang terjadi pada siswa, sehingga generasi muda di masa yang akan datang lebih baik dan tidak mudah terjerumus dalam perbuatan yang merugikan dirinya sendiri.

Oleh karena itu berdasarkan dari latar belakang diatas maka peneliti mengambil sebuah rumusan yaitu, 1) Bagaimana bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang?, 2) Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan siswa di SMAN 7 Malang?, 3) Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi masalah kenakalan siswa di SMAN 7 Malang?.

Penelitian yang peneliti lakukan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan ini dalam pelaksanaan penelitiannya memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskiripsi secara alamiah. Disamping itu dalam mengumpulkan data penulis mengunakan metode observasi, interview dan dokumentasi. Tahap-tahap penelitian meliputi : orientasi, tahap pengumpulan data (lapangan), tahap pengumpulan data. Analisa data meliputi teknik analisis deskriptif kualitatif, sehingga hasil dari penelitian ini lebih banyak menghasilkan data-data yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perlilaku yang diamati.

Dari penelitian ini diperoleh sebuah kesimpulan bahwa, 1) bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain : kenakalan-kenakalan kategori ringan seperti : membolos, ramai sewaktu pelajaran berlangsung, tidak mengerjakan tugas, kelengkapan seragam kurang. 2) faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain : lingkungan keluarga karena perceraian orang tua, lingkungan masyarakat karena salah dalam memilih teman bergaul, 3) upaya-upaya untuk mengatasi problem kenakalan siswa di SMAN7 Malang, antara lain : upaya preventif (pencegahan) dan upaya kuratif (penyembuhan).

Kata Kunci : Guru Pendidikan Agama Islam, Kenakalan Siswa.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang menyadari bahwa harapan dimasa yang akan datang

terletak pada putra-putrinya, sehingga hampir setiap orang berkeinginan agar

putra-putrinya kelak menjadi orang yang berguna, oleh karena itu perlu adanya

pembinaan yang terarah bagi putra-putrinya sebagai generasi penerus bangsa,

sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang dicita-citakan.

Berbicara mengenai kenakalan siswa merupakan masalah yang

dirasakan sangatlah penting dan menarik untuk dibahas karena seseorang yang

namanya siswa yang merupakan bagian dari generasi muda adalah aset nasional

dan merupakan tumpuan harapan bagi masa depan Bangsa dan Negara serta

Agama. Untuk mewujudkan kesemuanya demi kejayaan Bangsa dan Negara serta

Agama kita ini, maka sudah barang tentu menjadi kewajiban dan tugas kita semua

baik orang tua, guru dan pemerintah. Untuk mempersiapkan generasi muda

menjadi generasi yang tangguh dan berwawasan/berpengetahuan yang luas

dengan jalan membimbing dan mengarahkan mereka semua sehingga menjadi

warga negara yang baik dan bertanggung jawab secara moral. Berkaitan dengan

hal ini maka winarno Surakhmad, menyatakan1 :

“Adalah suatu fakta didalam sejarah pembangunan umat yang akan

memelihara kelangsungan hidupnya untuk senantiasa menyerahkan dan

1 Winarno Surakmad, Psikologi Pemuda,(Bandung : Jenmars, 1997), hlm. 12-13

mempercayakan hidupnya didalam tangan generasi yang lebih muda itulah yang

kemudian memikul tanggung jawab untuk memelihara kelangsungan hidup

umatnya tetapi juga meningkatkan harkat hidup tersebut. Apabila generasi muda

yang seharusnya menerima tugas penelitian sejarah bangsanya tidak memiliki

kesiapan dan kemampuan yang diperlukan oleh kehidupan bangsa itu, niscaya

berlangsung kearah kegersangan menuju kepada kekerdilan dan akhirnya sampai

pada kehancuran. Karena itu, kedudukan generasi muda dalam suatu masyarakat

adalah vital bagi masyarakat itu” .

Bentuk-bentuk kenakalan siswa itu berbeda-beda seperti halnya di

SMUN 7 MALANG, namun yang jelas telah melanggar hukum, norma agama,

dan tuntutan sosial kemasyarakatan. Dan pada akhir-akhir ini sering terjadi adanya

berbagai bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa, misalnya mabuk-mabukan,

menggunakan obat-obat terlarang, berbuat kejahatan yang merusak ketenangan

umum, kebut-kebutan di jalan raya, berkelahi, merampok, dan lain sebagainya.

Sudah barang tentu kondisi seperti ini sangat bertentangan dengan tujuan

pembangunan nasional dan mengambil tujuan nasional2.

Apakah yang menimbulkan kenakalan siswa tersebut ? barangkali

jawaban pertanyaan inilah yang dapat dipakai sebagai landasan berpijak untuk

menemukan berbagai alternatif pemecahannya. Menurut Dr Zakiah Daradjat

dalam bukunya “Kesehatan Mental”, mengemukakan beberapa faktor penyebab

terjadinya kenakalan siswa antara lain :

1. Kurang pendidikan.

2. Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan.

2 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental,( Jakarta : CV Haji Mas Agung, 1998), hlm. 111

3. Kurang teraturnya pengisian waktu.

4. Tidak stabilnya keadaan sosial, politik dan ekonomi.

5. Banyaknya film, dan buku-buku bacaan yang tidak baik.

6. Merosotnya moral dan mental orang dewasa.

7. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik.

8. Kurangnya perhatian masyarakat dalam pendidikan anak.

Untuk mengatisipasi hal-hal tersebut maka hal utama yang juga perlu

diperhatikan terhadap generasi muda adalah adanya penghayatan terhadap nilai-

nilai PAI. Usaha ini memiliki nilai baku yang tidak dapat dikesampingkan,

terutama pada proses belajar mengajar dalam sistem pendidikan formal antara

pendidik (guru) dan siterdidik (siswa) akan banyak saling mendukung dan

menunjang proses penghayatan terhadap nilai-nilai PAI (akhlak) tersebut. Namun

dalam hal ini, peran orang tua, remaja mempunyai peran yang tidak kalah

pentingnya dengan guru di sekolah. Karena orang tua juga memberikan contoh

atau suri tauladan yang baik secara langsung terutama yang berhubungan dengan

nilai-nilai akhlak di atas.

Selain itu peranan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang

ketiga setelah keluarga dan sekolah juga memiliki tanggung jawab terhadap

generasi muda (anak-anak remaja) untuk itu serta mengontrol dan melindungi

mereka dari tindakan yang dapat merusak nilai-nilai luhur agama dan berupa

aspek pokok yang terkandung didalamnya serta norma-norma hukum yang

tumbuh dan berkembang dalam masyarakat baik yang tertulis maupun yang tidak

tertulis.

Dewasa ini masyarakat sedang mengalami keprihatinan dengan sering

terjadinya kenakalan yang dilakukan oleh para remaja yang mempunyai status

siswa atau pelajar sekolah. Lebih serius lagi masyarakat yang telah menuduh

sekolah sebagai penyebab terjadinya kenakalan tersebut, karena

kelalaian/ketidakmampuan pihak sekolah dalam mengendalikan tingkah laku

siswa yang dalam keadaan labil dan sensitif. Dipihak lain ada yang menuduh

keluarga sebagai penyebab utamanya, karena di dalam keluargalah pendidikan

pertama anak, sehingga anak remaja dalam berbagai masalah yang menyangkut

dirinya harus benar-benar mendapat bimbingan terarah dari orang tuanya, agar

tidak terjerumus pada perbuatan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada.

Mengingat betapa pentingnya peranan remaja sebagai generasi muda

bagi masa depan bangsa, maka masalah tersebut mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian terhadap remaja yang masih mempunyai status siswa.

Dengan demikian peneliti dapat melihat lebih dekat terhadap kehidupan remaja,

khususnya remaja atau siswa yang pernah atau sedang terlibat kenakalan. Maka

dari itu peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran

Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Masalah Kenakalan Siswa di

SMUN 7 Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa pokok

permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut yaitu:

1. Bagaimana bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMUN 7 Malang ?

2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan siswa di

SMUN 7 Malang ?

3. Bagaimana peran guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa di SMUN 7

Malang ?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah tersebut diatas, maka tujuan

penelitian dan pembahasan adalah :

1. Ingin mengetahui bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMUN 7 Malang.

2. Ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya

kenakalan siswa di SMUN 7 Malang.

3. Ingin memperoleh gambaran tentang peranan apa saja yang dilakukan guru

Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah kenakalan siswa di

SMUN 7 Malang.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun harapan dari penulis semoga penelitian ini berguna :

1. Bagi Peneliti :

a. Penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga yang dapat

dijadikan sebagai bekal bagi peneliti.

b. Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang luas sehingga

peneliti dapat tanggap terhadap keadaan yang dihadapi.

2. Bagi sekolah : Sebagai bahan pertimbangan mengambil kebijakan dalam

mengatisipasi adanya kenakalan siswa.

E. Ruang Lingkup Pembahasan

Karena adanya keterbatasan waktu, tenaga dan dana, dan agar penelitian

ini dapat dilakukan secara mendalam dan sistematis, maka penulis perlu

memberikan ruang lingkup yang berkaitan dengan, yaitu :

1. Bentuk-bentuk Penyebab Kenakalan Siswa di SMUN 7 Malang.

2. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Siswa di SMUN 7 Malang.

3. Tindakan Dan Usaha Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi

Masalah Kenakalan Siswa di SMUN 7 Malang.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis

membagi pembahasan dalam beberapa bab yang terdiri dari sub bab yaitu :

Bab pertama : Pendahuluan

Pada bab ini penulis menjadikan berbagai hal yang berkaitan

dengan permasalahan dimana didalamnya mengulas tentang : latar

belakang, rumusan masalah, tujuan pembahasan, kegunaan

penelitian, ruang lingkup pembahasan serta sistematika

pembahasan.

Bab kedua : Kajian Teori

Pada bab ini penulis menjadikan berbagai hal yang berkaitan

dengan permasalahan dimana didalamnya mengulas tentang :

pengertian remaja, faktor yang mempengaruhi perkembangan

remaja, masalah-masalah kenakalan remaja, tinjauan tentang guru

pendidikan agama Islam, tindakan dan usaha mengatasi masalah

kenakalan remaja

Bab ketiga : Metodologi penelitian

Pada bab ini penulis menjadikan berbagai hal yang berkaitan

dengan metode penelitian yang dimana didalamnya mengulas

tentang : pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, metode

penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data,

analisa data, teknik pengecek keabsahan data.

Bab keempat : Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis akan menyampikan hasil penemuan

penulis yang dilakukan pada obyek penelitian yaitu pada SMUN 7

Malang. Dan bagian yang ingin dilaporkan meliputi :

1) Latar Belakang Obyek Penelitian, 2) Penyajian Data dan

Analisis Data dengan berpedoman pada rumusan permasalahan

serta teknik analisa data yang telah dirumuskan.

Bab kelima : Kesimpulan dan saran-saran

Sebagai bahasan terakhir dan sebagai jawaban atas rumusan

masalah juga sebagai alternatif pemecahan masalah.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembahasan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Teoritis

Dan Praktis, Guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau

kepandaian tertentu kepada seseorang atau kelompok orang, sedangkan guru

sebagai pendidik adalah seseorang yang berjasa terhadap masyarakat dan negara3.

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa beliau memandang seorang guru

bukan hanya sebatas pada seseorang yang secara langsung bisa melakukan

interaksi dengan murid atau yang biasa disebut guru di sekolah, dan memandang

bahwa semua orang bisa menjadi guru asalkan orang tersebut pernah memberikan

suatu ilmu atau kepandaian kepada orang atau kelompok lain.

Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, guru

adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya

menerima dan memikul sebagaian tanggung jawab pendidikan yang terpikul

dipundak orang tua4.

Seorang guru adalah pendidik yang profesional maksudanya adalah

menjadi seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap yang baik,

bisa dijadikan tauladan oleh anak didiknya dan menjadi orang tua yang baik bagi

3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Islam Dan Teoritis Praktis, Rosda Karya, Bandung, 1995, hal. 138 4 Zakiyah Darajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta,1996, hal. 39

siswa. Dengan adanya pendidik yang profesional maka diharapkan bisa

menciptakan hasil yang baik sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat.

Seorang guru memiliki 2 tugas yaitu mendidik dan mengajar. Mendidik

adalah membimbing anak atau memimpin mereka agar memiliki tabiat dan

kepribadian yang utama (insan kamil), sedangkan mengajar adalah memberikan

pengetahuan kepada anak agar mereka dapat mengetahui peristiwa-peristiwa,

hukum-hukum ataupun proses dari suatu ilmu pengetahuan5, maksudanya adalah

tugas guru yaitu membentuk kepribadian anak didik yang berakhlak mulia dan

bertanggung jawab terhadap segala perbuatan serta berguna bagi bangsa dan

Negara..

Menurut Muhaimin dkk, dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar,

siapapun dapat menjadi pendidik ajaran islam, asalkan dia mempunyai

pengetahuan, kemampuan, mampu mengimplisitkan nilai relevan (dalam

pengetahuan itu), sebagai penganut agama yang patut dicontoh dalam agama yang

diajarkan, dan bersedia menularkan pengetahuan agama serta nilainya kepada

orang lain6.

Dari pendapat Muhaimin di atas dapat disimpulkan bahwa siapapun bisa

menjadi pendidik ajaran islam, asalkan dia mempunyai pengetahuan tetang agama

islam dan mengajarkan pengetahuan itu kepada orang lain serta mampu untuk

mengamalkan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa

dijadikan contoh terhadap apa yang diajarkannya.

5 Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, Ramadhani, Solo, 1993, hal. 10 6 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, Citra Media, Surabaya, 1996, hal. 12

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa

dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan

untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama

dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.7

Berdasarkan pengertian tentang guru di atas yang dikemukakan oleh para

ahli pendidikan, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud guru pendidikan

agama Islam adalah seseorang yang dengan sadar membimbing anak didik ke arah

pencapaian kedewasaan, serta terbentuknya kepribadian anak didik yang islami

sehingga terjalin keseimbangan, kebahagiaan dunia dan akhirat. Seorang guru

agama harus mampu membimbing anak didiknya ke arah yang lebih baik.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

Guru mempunyai tugas yang tidak ringan, terlebih lagi guru pendidikan

agam Islam di sekolah. Karena guru harus menghadapi keanekaragaman pribadi

dan pengalaman agama yang dibawa oleh anak didiknya dari rumahnya masing-

masing. Ada anak yang mempunyai sikap positif terhadap agama, karena orang

tuanya tekun beragama dan sudah barang tentu didalam pribadinya telah banyak

terdapat unsur-unsur keagamaan. Maka dia mengharapkan agar guru agama dapat

menambah pengalamannya dalam agama. Mungkin pula terdapat anak yang orang

tuanya mempunyai sikap yang kurang peduli terhadap pendidikan agama,

sehingga anak mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap pendidikan agama

7 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002, hal. 75-76.

dan membuat anak tersebut tidak tertarik pada pelajaran pendidikan agama islam

karena kurang perhatian orang tua terhadap agama..

Menurut Muhaimin, tugas Guru Pendidikan Agama Islam adalah :

a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaannya terhadap Allah SWT yang telah

ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b. Menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama serta

mengembangkannya secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk

dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi oaring lain.

c. Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-

kelemahannya dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam

dalam kehidupan sehari-hari.

d. Menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayaan, paham atau

budaya lain yang membahayakan dan menghambat pengembangan

keyakinan siswa.

e. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun

lingkungan sosial yang sesuai dengan ajaran Islam.

f. Menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

g. Mampu memahami, melalui pengetahuan agama Islam secara menyeluruh

sesuai dengan daya serap dan keterbatasan waktu yang tersedia.8

Dari pendapat Muhaimin di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tugas

guru PAI sangat kompleks sekali, bukan hanya sebatas pada meningkatkan

keiman dan ketakwaan anak didik kepada Allah SWT tetapi tugas guru PAI juga

8 Ibid, hal. 83

harus bisa menuntun anak didik untuk bisa mengembangkan potensi yang dimiliki

oleh mereka terutama dalam bidang keagamaan dan membimbing anak didik ke

arah yang lebih baik sehigga tercapai keseimbangan kebahagian di dunia dan

akhirat.

Dalam rangka merealisasikan tugasnya dalam membentuk kepribadian

muslim siswa yang merupakan tujuan akhir dari pendidikan agama itu sendiri

perlulah kita ketahui fungsi dari guru itu sendiri. Menurut Syaiful Bahri D. dalam

buku Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif mengklasikasikan fungsi

guru agama antara lain :

a. Guru sebagai komunikator

Sebagai komunikator seorang guru harus mampu menyiapkan sumber

informasi sebanyak mungkin dan sevalid mungkin, menyeleksi dan mengevaluasi

serta mengolah menjadi sumber informasi yang sesuai dengan keadaan siswa.

b. Guru sebagai inovator

Seorang guru haruslah berwawasan dan berorientasi ke masa depan.

Seorang guru harus mampu menyiapkan anak didiknya untuk masa depan dan

membekalinya dengan pengetahuan yang mampu menjawab tantangan di masa

depan.

c. Guru sebagai emansipator

Di samping sebagai komunikator dan inovator, seorang guru juga

berfungsi sebagai emansipator, baik dari segi pengetahuannya, ketrampilan

maupun dari segi sikapnya sehingga dapat mandiri. Seorang guru harus penuh

semangat untuk membantu anak didiknya menuju ke tingkat perkembangan

kepribadian yang tinggi dan mulia serta mengalami peningkatan dari yang semula.

d. Guru sebagai transformator dari nilai-nilai budaya bangsa

Seorang guru sebagaimana pengertian secara umum yaitu memberikan

pengetahuan pada anak didiknya, maka seorang guru harus mampu mentransfer

nilai-nilai budaya bangsa dan agama pada diri siswa untuk dimiliknya.

e. Guru sebagai motivator

Seorang guru harus mampu memotivasi siswanya untuk lebih giat dan

aktif dalam belajar dan bekerja serta dinamis dalam mengembangkan dirinya9.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tugas guru agama tidaklah

ringan, karena disamping secara akademik ia dituntut untuk mengajarkan ilmu

pengetahuan agama kepada anak didik, juga dituntut dalam penanaman nilai-nilai

keagamaan ke dalam pribadi siswa. Sehingga diharapkan siswa akan menjadi

lebih dewasa baik dalam intelektualnya maupun kepribadannya atau akhlaknya.

Seorang pendidik dituntut untuk mampu memainkan peranan dan

fungsinya dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Hal ini untuk menghindari

adanya benturan fungsi dan peranan, sehingga seorang pendidik dapat

menempatkan kepentingannya sebagai individu, anggota masyarakat, warga

negara dan sebagai guru, jadi antara keguruan dan tugas lainnya harus

ditempatkan secara proporsional.

Dalam paradigma “jawa”, pendidik diidentikan dengan guru yang artinya

“digugu dan ditiru (ditiru dan dicontoh). Namun dalam paradigma baru, pendidik

tidak hanya bertugas sebagai pengajar tetapi juga sebagai motifator dan fasilitator

proses belajar mengajar, yaitu refleksi dan aktualisasi sifat-sifat alami manusia

9 Syaiful Bahri D, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukarif, Rineka Cipta, Jakarta,

2000, hal. 43-48

dangan cara aktualisasi potensi-potensi manusia untuk mengimbangi kelemahan-

kelemahan yang dimiliki.10

Betapa beratnya tugas seorang guru, terutama guru pendidikan agama

islam terutama tanggung jawab moral untuk digugu dan ditiru perbuatannya. Di

rumah mereka menjadi tumpuan keluarga, di sekolah mereka menjadi pedoman

atau ukuran tata tertib kehidupan sekolah yaitu pendidik bagi murid-muridanya.

Menurut Cece Wijaya dan Tabrani, tanggung jawab guru antara lain:

a. Tanggung jawab moral, yakni setiap guru harus memiliki kemampuan,

menghayati prilaku, dan etika yang sesuai dengan moral pancasila dan

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, yakni setiap guru

harus menguasai cara belajar mangajar yang efektif, mampu membuat

satuan pelajaran, mampu kurikulum dengan baik, mampu mengajar di kelas,

mampu memberikan nasehat, menguasai teknik-teknik pemberian

bimbingan dan layanan, mampu membuat dan melaksanakan evaluasi dan

lain-lain.

c. Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan, yaitu turut serta

mensukseskan pembangunan dalam masyarakat, yakni untuk itu guru harus

mampu membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat.

d. Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan, yakni guru selaku ilmuan,

bertanggung jawab dan turut serta memajukan ilmu, terutama ilmu yang

10 Hasan Langulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad XXI, Al-Husna, 1998, hal. 86

telah menjadi spesialisasinya, dengan melaksanakan penelitian dan

pembangunan11.

Tangung jawab guru dalam membina hubungan dengan masyarakat berarti

guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian integral dari

masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat. Pendidikan bukan hanya

tanggung jawab masyarakat. Untuk itu guru dituntut untuk dapat menumbuhkan

partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran di

sekolah. Sebagai bagian dari tugas dan tanggung jawab profesinya, guru harus

dapat membina hubungan baik dengan masyarakat dengan meningkatkan mutu

pendidikan dan pengajaran baik di sekolah maupun di masyarakat.

Dalam situasi sekarang tugas dan tanggung jawab guru dalam

pengembangan profesi dan membina hubungan dengan masyarakat nampaknya

belum banyak dilakukan oleh banyak guru. Yang paling menonjol hanyalah tugas

dan tanggung jawab sebagai pengajar dan sebagai administrator kelas.12

Dapat diketahui bahwasanya guru agama dalam proses pendidikan itu

tidak hanya mengajarkan bidang studi, tetapi lebih jauh lagi mendidik

perkembangan jasmani dan rohani anak, membentuk sikap dan pribadi anak sesuai

dengan ajaran islam. Tugas guru agama sehari–hari di kelas adalah mengatur

waktu dalam proses pembelajaran, dan membangkitkan semangat belajar anak,

dan tugas yang pokok adalah mengajarkan ilmu pengetahuan agama,

menanamkan keimanan dalam jiwa anak didik agar anak didik taat dalam

manjalankan ajaran agama, serta berbudi pekerti luhur.

11 Cece Wijaya, Kemapuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Rosda Karya, Bandung. 1992, hal. 19

12 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Al-Gensindo, Bandung, 1989, hal. 117

B. Pembahasan Tentang Kenakalan Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Melly Sri Sulastri Rifa’i remaja adalah pemuda pemudi yang

berada pada masa perkembangan disebut masa “adolescence” (masa remaja

menuju masa kedewasaan).13 Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam

kehidupan manusia, di mana seorang sudah tidak dapat disebut anak kecil lagi,

tetapi juga belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada

umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

menuju kearah kedewasaan.

Masa remaja adalah masa perlihan diri anak menjadi dewasa yang dimulai

dengan timbulnya tanda-tanda puber yang pertama dan berakhir pada waktu

remaja mencapai kematangan fisik dan mental. Hakikat remaja adalah disaat

menemukan dirinya sendiri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba

yang baru untuk menjadi pribadi yang dewasa.14

Masa remaja dibagi menjadi dua tingkat yaitu:

1. Masa remaja awal kira-kira-kira pada usia 13-16 tahun, dimana

pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjalan sangat cepat.

2. Masa remaja akhir, kira-kira usia 17-21 tahun. Dalam rentangan masa ini

terjadi proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek-

13 Melly Sri Sulastri Rifa’i, Psikologi Perkembangan Remaja, Bina Aksara Remaja, 1987,

hal. 1 14 Samadi Suryo Broto, Psikologi Perkembangan, Rake Saran, Yogyakarta, 1993, hal. 129

aspek psikis yang telah dimulai sejak masa-masa sebelumnya. Arahnya

adalah kesempurnaan kematangan.15

Pada masa seperti ini remaja mengalami perkembangan baik dari segi fisik

maupun psikis. Dari segi psikis pada remaja sering terjadi pemberontakan dalam

jiwa, emosi yang tidak stabil sehingga mendorong seorang remaja untuk berbuat

seenaknya sendiri tanpa memikirkan akibatnya karena mereka merasa bahwa

dirinya sudah dewasa dan mampu untuk mempertanggungjawabkan semua yang

telah diperbuatnya. Padahal pada masa seperti ini merupakan masa peralihan

untuk mencapai kesenpurnaan kematangan atau masa dewasa. Mereka tidak bisa

disebut sebagai anak-anak lagi dan belum bisa disebut sebagai orang dewasa.

2. Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja bisa diartikan sebagai suatu kelalaian tingkah laku,

perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial yang melanggar norma-

norma dalam masyarakat. Sedang ditinjau dari segi agama, jelas sudah bahwa apa

yang dilarang dan apa yang disuruh oleh agama. Dan sudah barang tentu semua

yang dianggap oleh umum sebagai perbuatan nakal, adalah hal-hal yang dilarang

agama16. Kenakalan remaja adalah suatu penyimpangan tingkah laku yang

dilakukan oleh remaja hingga menggangu ketentraman diri sendiri dan orang lain.

Bila ditinjau dari segi ilmu jiwa maka kenakalan adalah sebagai

manivestasi dari gangguan jiwa atau akibat dari tekanan-tekanan batin yang tidak

15 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya, 1990, hal. 36 16 Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental, Bulan Bintang, Jakarta, 1989, hal. 112

dapat diungkapkan dengan wajah. Atau dengan kata lain bahwa kenakalan anak

remaja adalah ungkapan dari ketegangan perasaan, kegelisahan dan kecemasan

atau tekanan batin17.

Sudah dijelaskan dari berbagai pengertian tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah tindakan dan perbuatan yang

dilakukan anak remaja dan perbuatan itu bersifat melawan hukum, anti sosial,

susila dan melanggar norma agama.

3. Jenis-jenis Kenakalan Remaja

Masalah kenakalan merupakan masalah yang menjadi perhatian orang

dimana saja, masalah ini semakin dirasakan dan meresahkan masyarakat terutama

dilingkungan sekolah. Jensen membagi kenakalan remaja ini menjadi 4 jenis,

yaitu:

a) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti:

perkelahian, pemerkosaan , perampokan, pembunuhan dan lain-lain.

b) Kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti: perusakan,

pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

c) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain

seperti: pelacuran, penyalahgunaan obat dan juga hubungan seks sebelum

menikah.

d) Kenakalan yang melawan status, misalnya: mengingkari status anak

sebagai pelajar dengan cara membolos, megingkari status orang tua

17 Ibid, hal. 112-113

dengan cara pergi dari rumah atau membantah perintah orang tua dan

sebagainya18.

Sedangkan menurut Y. Singgih Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa

mengelompokkan kenakalan remaja dalam dua kelompok besar sesuai dengan

kaitannya dengan norma hukum, yaitu: kenakalan remaja yang banyak terjadi

pada saat ini adalah yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diakui dalam

undang-undang. Adapun perilaku a-moral dan a-sosial tersebut indikasikasinya

adalah sebagai berikut:

a. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam

undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran

hukum.

b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai

dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan

melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.19

Kenakalan yang banyak dijumpai pada saat ini adalah yang bersifat a-

moral dan a-sosial, indikasinya adalah sebagai berikut: berbohong, membolos,

kabur dari rumah, keluyuran, memiliki dan membawa benda yang membahayakan

orang lain, bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, berpesta pora

semalam suntuk tanpa pengawasan, membaca dan menonton film porno, turut

dalam pelacuran atau melacurkan diri, berpakaian tidak pantas dan minum-

minuman keras atau menghisap ganja atau pemakaian narkoba

18 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Rajawali Pres, Jakarta, 1991, hal. 200-201 19 Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, Mulia, Jakarta, 1990,

hal. 19

Sedangkan kenakalan yang dianggap melanggar hukum diselesaikan

melalui hukum dan seringkali bisa di sebut dengan istilah kejahatan. Adapun

kenakalan yang di anggap melangar hukum tersebut indikasinya adalah sebagai

berikut: perjudian, pencurian, penggelapan barang, penipuan, pelanggaran tata

susila, menjual gambar dan film porno, pemerkosaan, pemalsuan uang dan

pemalsuan surat-surat keterangan resmi, pembunuhan dan tindakan-tindakan anti

sosial: perbuatan yang merugikan milik orang lain, pengguguran kandungan. 20

Sedangkan Zakiyah Darajat, beliau mengatakan bahwa kenakalan remaja

dibagi dalam tiga bagian:

a. Kenakalan ringan diantaranya: tidak patuh pada orang tua, lari atau bolos

dari sekolah, sering berkelahi. cara berpakaian.

b. Kenakalan yang menggangu ketentraman orang lain, yaitu: mencuri,

menodong, kebut-kebutan, minum-minuman keras, penyalahgunaan

Narkotika.

c. Kenakalan seksual meliputi: kenakalan terhadap terhadap jenis lain dan

kenakalan terhadap orang sejenis. 21

a. Kenakalan ringan.

Yang dimaksud dengan kenakalan ringan disini adalah suatu kenakalan

yang tidak sampai pada pelangaran hukum.

1. Tidak patuh pada orang tua.

Hal seperti ini biasanya terjadi pada kalangan remaja, dia tidak segan-

segan menentang apa yang dikatakan orang tua dan gurunya bila tidak sesuai

20 Ibid hal. 20-22 21 Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-NilaiMoral, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hal. 9-10

denga pikirannya. Remaja mulai mengalami konflik atau pertentangan dengan

orang tua atau guru yang biasanya keduanya masih berpegang pada nilai-nilai

lama, yaitu nilai yang tidak sesuai dengan zaman sekarang. Remaja tidak mau

patuh pada semua perintah pada orang tua. Padahal Allah memerintakahkan

untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.

2. Lari atau bolos dari sekolah.

Banyak kita temui dipinggir jalan, hanya sekedar melepas kejenuhan di

sekolah, remaja tidak luput dari kelihan para guru. Hasil presentasipun menurun

tudak hanya mengecewakan wali murid dan guru. Kadang remaja berlagak alim

di rumah denga pakaian seragam sekolan mereka pergi entah ke mana, dan bila

waktu sekolah merekapun pulang pada tepat waktunya. Guru seolah-olah

kehabisan cara untuk menarik minat remaja agar tidak lari dari sekolah

khususnya pada jam pelajaran. Namun begitu masih saja ada saja remaja yang

masih berusa melarikan diri dari sekolah dengan alasan ke belakang sebentar,

namun akhirya tudak kembali kekelas lagi.

3. Sering berkelahi.

Sering berkelahi adalah merupakan salah satu dari gejala kenakalan

remaja, remaja dengan perkembangan emosi yang tidak stabil yang telah

mengikutu kehendak tanpa memperdulikan orang lain, remaja yang sering

berkelahi biasanya kurang perhatiannya dari oaring tua tau lingkungannya

sehinnga ia mencari perhatian orang lain untuk menunjukan kekuatannya yang

dianggap sebagai orang yang hebat yang hanya sekedar untuk membela diri.

4. Cara pakaian.

Remaja pada dasarnya mempunyai sifat meniru orang lain, terutama pada

pakaian yang lain yang terlihat pada iklan-iklan ataupun yang dipakai oleh

bintang pujaanya. Di rumah atau di sekolah remaja dengan bergaya roker

memakai celana ketat dan baju yang kedodoran., dan memakai corak baju yang

biasanya dipakai oleh remaja walaupun tidak sesui dengan keadaan dirinya,

yang penting baginya mengikuti mode zaman sekarang. Pakaian yang baik

adalah pakaian yang tidak memancing hasrat dan gairah biologis misalnya

bajunya ketat, tipis lebih-lebih bagi wanita karena akan mengundang fitnah.

b. Kenakalan yang menggangu ketentraman dan keamanan orang lain.

Kenakalan ini adalah suatu kenakalan yang dapat digolongkan pada

pelanggaran hukum sebab kenakalan ini menggangu ketentraman dan keamanan

masyarakat.

1. Mencuri.

Mencuri adalah suatu perbuatan yang mengambil milik orang lain tanpa

izin.Banyak sudah kita temukan kejadian pencurian yang dilakukan oleh remaja,

karena tidak terpenuhinya kebutuhan remaja ataupun juga sudah terpenuhi

kebutuhan tetapi karena hanya untuk mencari jati dirinya atau status dirinya.

Pencurian yang dilakukan remaja kebanyakan terjadi dikota-kota besar karena

keadaan lingkungan atau teman bergaul. Mencuri sangat dibenci oleh Allah

karena merugikan orang lain dan pencurian membuat jiwanya cenderung

bermalas-malasan. Allah berfirman dalam Surah Al-Maidah ayat 38:

ä− Í‘$ ¡¡9 $# uρ èπ s%Í‘$ ¡¡9 $# uρ (# þθãèsÜ ø%$$sù $yϑßγ tƒ ω÷ƒ r& L™!# t“ y_ $ yϑÎ/ $t7 |¡x. Wξ≈ s3 tΡ z⎯ ÏiΒ «!$# 3 ª!$# uρ ͕ tã ÒΟŠ Å3 ym ∩⊂∇∪

Artinya :

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan

keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan

sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana”22.

2. Menodong.

Menodong adalah suatu perbuatan remaja yang lebih berani lagi

dibandingkan dengan mencuri, sebab remaja sudah berani berhadapan langsung

dengan korbannya.perbuatan senacam ini biasanya dilakukan remaja denganm

teman-teman sekelompoknya. Remaja seperti ini biasanya tidak me,mperhatikan

lingkungannya lagi, sebab bagi dirinya yang terpenting kebutuhannya terpenuhi.

3. Kebut-kebutan dijalan raya.

Sudah tidak heran lagi bagi kita mendengar atu melihat para remaja

mengadakan kebut-kebutan dijalan umum, sehingga perbuatanya ini tidak hanya

meresahkan orang tuanya tetapi juga masyarak umum. Perbuatan semacam ini

hanyalah untuk untuk menunjukan keheban yang mereka miliki dan perhatian

dari orang lain. Mereka akan lebih berani lagi melakukan atraksi yang

mengerikan bila mendapat tepuk tangan yang meriah. Bila orang tua atau

lingkungan tidak menyalurkan bakat yang ia miliki mengakibatkan akan lebih

22 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, CV Karya Utama, Surabaya, 2000

parah lagi, akibatnya remaja akan melakukan kebut-kebutan disembarang

tempat dan meresahkan lingkungan untuk itu orang tua yang bijaksan

memasukan anaknya pada kelompok atau mengarahkan pada kegiatan yang

kebih positif lagi. Anak yang biasanya kebut-kebutan dimasukan cross agar

bakat yang dimiliki tersalurkan dengan positif dan mendapatkan prestasi.

4. Minum-minuman keras.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa minum-minuman keras yang

mengandung alkohol yang berlibihan mempunyai dampak terhadap system

syaraf manusia yang menimbulkan semangat dan keberanian yang menyebabkan

ngantuk yang bisa menimbulkan rasa tenang dan nikmat. Sebagaian orang

mengetahui alkohol dari dosis yang berlebihan bisa membahayakan jiwa orang

yang bersangkutan. Minum-minuman keras sangat dilarang Allah, Sebagaimana

terdapat dalam surat Al-Maidah Ayat 90, yang berbunyi:

$pκ š‰ r'̄≈ tƒ t⎦⎪ Ï% ©!$# (#þθãΨ tΒ# u™ $yϑ̄ΡÎ) ãôϑsƒ ø:$# çÅ£ øŠyϑø9 $# uρ Ü>$|ÁΡF{ $# uρ ãΝ≈ s9 ø—F{ $# uρ Ó§ô_Í‘ ô⎯ ÏiΒ È≅ yϑtã Ç⎯≈ sÜ ø‹ ¤±9 $# çνθ ç7 Ï⊥ tGô_$$sù öΝ ä3 ª=yè s9 tβθßsÎ=ø è? ∩®⊃∪

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum) Khomer, berjudi,

mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan

syaitan, maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan”23

5. Penyalahgunaan narkotika.

23 Depag RI, Op Cit

Masalah pengggunaan narkotika pada remaja pada hakekatnya bukan

masalah yang berdiri sendiri, melainkan musuh yang ternyata mempunytai

sangkut paut dengan faktor-faktor lainnya, yang timbul dalam kehidupan

manusia. Dengan demikian penyalahgunaan narkotika oleh para remaja

merupakan suatun pernyataan yang mendapat perhatian khusus dari semua

pihak yang merasa bertanggung jawab dalam pembinaan generasi muda.

c. Kenakalan seksual

Pengertian seksual tidak terbatas pada masalah fisik saja, melainkan juga

masalah psikis dimana perasaan ingin tahu anak-anak terhadap masalah seksual

mulai muncul. Perkembangan masalah seksual baik secara fisik maupun psikis,

kerap sekali tidak disertai dengan pengertian yang cukup untuk

mengahadapinya, baik dari anak sendiri maupun pendidik serta orang tua yag

tertutup dengan masalah tersebut. Sehingga timbullah masalah kenakalan

seksual, baik antara lawan jenis maupun sesama jenis.

Kenakalan seksual meliputi:

1. Kenakalan seksual terhadap lawan jenis.

Dengan perkembangan dan kematangan seksual maka seorang anak akan

tertarik pada lawan jenisnya dan menginginkan belaian kasih sayang dari lawan

jenisnya. Bila seorang remaja tidak mendapatkan pengarahan atau didikan

tetang tentang bahayanya seks bebas (free sex), maka ia akan mencari teman

kencan atau pasangannya yang suatu saat bias menimbulkan keintiman seksual,

dan akhirnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti: hamil di luar nikah

bagi si wanita, terjangkit virus HIV dan lai-lain.

2. Kenakalan seksual terhadap orang sejenis

Bila seorang remaja memiliki rasa kagum terhadap sesame jenisnya,

akhirnya menyebabkan ikatan dan terbentuknya pola tingkah laku seksual yang

menyimpang yaitu yang biasa disebut homo seksual. Remaja mengalami

kelainan tersebut biasanya dipengaruhi oleh buku-buku bacaan, lingkungan serta

film-film yang dilihatnya.

4. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Dalam menanggapi banyak kasus yang menimpa pada anak remaja

khususnya para pelajar, kita kembalikan terhadap kemampuan orang tua dalam

mendidik anaknya. Orang tua dianggap kurang mampu menanamkan keimanan

pada anaknya. Lingkungan yang kurang mendukung juga ikut dianggap sebagai

penyebabnya, gurupun ikut dianggap tanggung jawab secara garis besar faktor

kenakalan remaja dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: faktor keluarga, sekolah

dan masyarakat.

a). Faktor keluarga

Keluarga merupakan wadah pembentukan pribadi dan tumpuan dasar

fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak, lingkungan keluarga

secara potensial dapat membentuk pribadi anak untuk hidup secara lebih

bertanggung jawab, namun apabila usaha pendidikan dalam keluarga itu gagal

akan terbentuk seorang anak yang cenderung melakukan tindakan -tindakan

kriminal. Dalam islam ditegaskan oleh hadis nabi, bahwa orang tua atau

keluarga faktor yang paling menentukan, sebagaiman hadits Rasulullah Saw:

ع َ ن ِ ا ْ ل أ َ س ْ و َ د ِ ب ْ ن َ س َ ِ ر ب ْ ع ٍ

أ َ ن ّ َ ا ل ن ّ َ ب ِ ى ُ م ص ق َ ا ل َ : ك ُ ل ّ ُ

م َ و ْ ل ُ و ْ د ٍ ُي و ْ ل َ د ُ ع َ ل َ ى

ا ل ْ ف ِ ط ْ ر َ ة ِ ح َ ت ّ َ ى ي ُ ع ْ ر َ ب ُ

ع َ ن ْ ه ُ ل سِ َ ا ن ُ ه ُ ف َ ا َ ب ْ و َ ا ه ُ

ي َ ه ُ و ْ د َ ا ن ِ ه ِ أ َ و ْ

ي ُ ن َ ص ّ ِ ر َ ا ن ِ ه ِ أ َ و ْ

ي ُ م َ ج ّ ِ س َ ا ن ِ ه ِ ر ) و ا ه أ ب و ي ع ل ي

ا ل ط ب ر ا ن ي و ا ل ب ي ه ق (ي

Artinya:

“ Dari Aswad bin Sari sesungguhnya nabi bersabda: setiap anak yang

dilahirkan dalam keadaan suci, sampai lidahnya fasih dalam berbicara,

maka orang tuanyalah yang menjadikan anak menjadi Yahudi, Nasrani

dan Majusi”. (HR: Abu Ya’la, Tabrani dan Baihaqi)24

Adapun diantara faktor keluarga yang menjadi penyebab terjadinya

kenakalan remaja adalah:

1. Kurangnya perhatian pada anak

Kehidupan dalam rumah tangga kadang terjadi apa yang dimaksud

dengan tidak adanya pertimbangan perhatian maksudanya adalah

pertimbanggan orang tua dengan tugas tugasnya harus menyuruh. Masing-

masing tugas menuntut perhatian yang penuh dengan sesuai dengan

posisinya. Kalau tidak demikian akan terjadi keseimbangan yang

dibebankan orang tua dalam perkembagan anak. Artinya tidak dibutuhkan

24 Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, Ramadhani, Solo, 1993, hal. 21

stabilitas keluarga, pendidikan, pemeliharaan fisik dan psikis termasuk

kehidupan relegius. Kalau perhatian orang tua terhadap tugas-tugas sebagai

seorang pendidik dan sekaligus ayah atau ibu bagi anak tidak seimbangan

berarti kebutuhan anak dapat terpenuhi yang menyebabkan anak tersebut

bisa menempuh jalan yang bengkok tanpa ada kontrol dari orang tua, serta

membaca majalah-majalah cabul dan menikmati gambar-gambar telanjang.

2. Kurang tauladan dari orang tua.

Ketauladanan yang baik dari orang tua sangat diperlukan, baik dalam

bentuk tingkah laku seorang ayah atau ibu, adiknya, kakak-kakaknya

maupun terhadap lingkungan sekitarnya. Banyak anak yang merosot

moralnya karena sikap ayah atau ibu kurang baik. Bila orang tua tidak

memberi tauladan yang baik mengenai sikap tersebut akan berpengaruh

terhadap perkembangan moral anak secara tidak langsung, yaitu melalui

proses peniruan sebab orang tua adalah orang yang paling dekat dengan

dirinya dan ditemui setiap hari.

3. Kurangnya pendidikan agama dalam keluarga.

Kadang orang tua beranggapan pendidikan itu hanya diberikan di

sekolah saja sedang di rumah tidak perlu lagi, orang tua tidak menyadari

bahwa kehidupan di rumah lebih lama dibanding di sekolah yang hanya

beberapa jam saja. Dan yang lebih fatal lagi bila orang tua beranggapan

masalah pendidikan agama tidak lebih penting, yang lebih penting adalah

pendidikan umum.

Bila keluarga mempunyai anggapan seperti itu, maka akan terjadi

kebingungan pada anak. Lain halnya bila orang tua memperhatikan

pendidikan agama dalam kebutuhan sehari-hari dan sungguh-sungguh orang

tua menghayati kepercayaan kepada Tuhan, akan mempengaruhi sikap dan

tindakannya. Hal ini juga akan berpengaruh juga terhadap cara orang tua

dalam mengasuh, memelihara, mengajar, dan mendidik anaknya. Anak yang

dibekali dengan ajaran agama, semua itu dapat menjadi dasar yang kuat

untuk perkembangan moral anak serta keseluruhan kehidupan di kemudian

hari. Sebaliknya bila anak tidak mendapat ajaran agama dari kelurga, anak

menjadi goyah dan tidak terkontrol lagi bagi dirinya, halal dan haram akan

mereka kerjakan.

4. Keadaan sosial ekonomi rendah

Keluarga yang sejahtera ekonominya kemungkinan kecil terjadi

disorganisasi keluarga, kebutuha pokok keluarga sudah terpenuhi rumah,

sandang, papan dan pangan memenuhi ukuran standart, hiburan dan sekolah

cukup memadai hal ini lebih banyak menimbulkan sikap positif dan

sehatbagi keluarga.

Bila sosial ekonomi rendah kebutuhan pokok tidak terpenuhi, sehingga

secara ekonomi beban ekonomi itu mempengaruhi orang tua hingga

mungkin sering terjadi pertengkaran yang dikarenakan kebutuhan pokok

ekonomi tidak terpenuhi dengan layak.

5. Broken Home

Sudarsono memaparkan bahwa pada broken home ada kemungkinan

besar terjadinya kenakalan anak remaja. Beliau menandaskan terutama pada

perceraian dan perpisahan orang tua. Broken home bisa berupa:

a. salah satu dari orang tua atau keduanya meninggal dunia.

b. perceraian orang tua.

c. orang tua terpisah tidak bisa hadir secara kontinyu25.

Pada keluarga yang mengalami broken home, rentan sekali terjadi

ketidak harmonisan dalam keluarga sehingga akan membuahkan

permasalahan atau tetakan psikis pada anak dan sering terjadi konflik yang

dapat menyebabkan timbulnya kenakalan remaja.

b). Lingkungan Sekolah.

Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah pendidikan

dalam lingkungan keluarga, bagi anak yang sudah bersekolah maka lingkungan

yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah sekolahnya. Anak

remaja yang sudah duduk di bangku SLTP atau SLTA umunya menghabiskan

waktu 7 jam sehari di sekolahnya. Ini berarti hampir setiap hari dilewatkan

remaja di sekolah. Tidak mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap

perkembangan jiwa remaja cukup besar. Selama mereka menempuh pendidikan

di sekolah terjadi interaksi antara remaja dengan pendidik. Interaksi yang

mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat sampingan yang negatif

bagi perkembagan mental sehingga anak remaja menjadi nakal.

Adapun diantara faktor lingkungan yang menjadi penyebab terjadinya

kenakalan remaja adalah:

1. Pengaruh teman sekolah

Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semua berwatak baik.Mereka

juga ada yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan kepentingan

25 Sudarsono, Kenakalan Remaja, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal. 126

anak dalam belajar yang kerap kali berpengaruh pada teman yang lain. Sesuai

dengan keadaan seperti ini, sekolah-sekolah sebagai tempat pendidikan anak

dapat menjadi sumber terjadinya konflik-konflik psikologis yang pada

prinsipnya memudahkan anak menjadi nakal.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah barang tentu diharapkan

dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan jiwa remaja.

Sebagaimana keluarga, sekolah juga berfungsi menanamkan nilai-nilai atau

norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat disamping mengajarkan berbagai

ketrampilan dan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya, sehingga anak

remaja setelah lulus selain memiliki ketrampilan dan ilmu pengetahuan juga

diharapkan memiliki nilai-nilai dan norma-norma sebagai bekal dalam

kehidupan bermasyarakat.

2. Hubungan Guru dengan siswa

Guru di sekolah memiliki peranan penting dalam membantu remaja

untuk mengatasi kesulitannya, yang kadang-kadang kurang mampu memusatkan

perhatiannya terhadap pelajaran, mudah tersinggung atau condong bertengkar

dengan temannya. Keterbukaan hati guru menerima remaja yang demikian akan

menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.26

Namun dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil,

hukuman atau sangsi-sangsi yang kurang menunjang tercapainya tujuan

pendidikan, ancapan yang tiada putus-putusnya disertai disiplin yang terlalu

ketat,disharmonis antara peserta didik dan pendidik, kurangnya kesibukan

belajar di rumah, proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi

26 Zakiyah Daradjat, Remaja Harapan Dan Tantangan, Ruhama, Jakarta, 1995, hal. 79

perkembangan jiwa anak kerap kali memberi pengaruh langsung atau tidak

langsung terhadap peserta didik di sekolah sehingga dapat menimbulkan

kenakalan remaja.(juvenile delinquency).27

c). Keadaan Masyarakat

Masyarakat sebagai lingkungan tertier adalah lingkungan yang terluas

bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan28. Pada

lingkungan itulah remaja dihadapkan pada berbagai bentuk kenyataan yang ada

dalam kehidupan masyarakat yang berbeda-beda. Apalagi pada era globalisasi

seperti sekarang ini perkembangan moral, budaya, kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi berkembang dengan pesat, sehingga membawa perubahan yang

sangat berarti tetapi juag timbul masalah yang mengejutkan jika remaja tersebut

tidak pandai-pandai dalam memfilter nilai-nilai moral dan budaya dari luar yang

sedang berkembang pada saat ini. Maka dalam situasi itulah yang menimbulkan

melemahnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat yang kurang

berlandaskan pada agama dan masyarakat yang acuh terhadap lingkungan

sekitarnya.

Remaja mengalami sosialisasi dalam hidup di tengah-tengah masyarakat.

Pengaruh baik dan buruk selalu muncul. Masa transisi pada kehidupan remaja

dalam pencarian identitas dirinya, remaja sangat terpengaruh oleh pergaulan

sosial masyarakat di sekitarnya. Jika masyarakat di sekitarnya baik maka remaja

tersebut juga akan berkembag menjadi baik dan sebaliknya.

27 Sudarsono. Kenakalan Remaja. Rineka Cipta. Jakarta, 1991, hal. 130 28 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Rajawali Press, Jakarta, 1991, hal. 128

Pada dasarnya kondisi ekonomi global memiliki hubungan yang erat

dengan timbulnya kejahatan. Di dalam kehidupan sosial adanya kekayaan dan

kemiskinan mengakibatkan bahaya besar bagi jiwa manusia, sebab kedua hal

tersebut akan mempengaruhi keadaan jiwa manusia didalam hidupnya termasuk

anak-anak remaja. Dalam kenyataannya, ada sebagaian anak remaja miskin

yang memiliki perasaan rendah diri dalam masyarakat. Sehingga anak-anak

tersebut melakukan perbuatan melawan hukum terhadap hak milik orang lain

seperti penipuan, pencurian, dan penggelapan. Biasanya hasil dari perbuatan

tersebut mereka gunakan untuk bersenang-senang seperti membeli pakaian yang

bagus-bagus, nonton film sebagainya. Dalam hal ini ada kesan bahwa perbuatan

delinquent tersebut timbul sebagai kompensasi untuk menyamakan dirinya

sebagai kehidupan para keluarga kaya yang biasa hidup gemerlapan dan

berfoya-foya. Kemiskinan keluarga ekonomi lemah bukanlah penyebab satu-

satuntya bagi timbulya kanakalan remaja, akan tetapi memiliki titik singgung

didalamnya. Pendapan lain yang dikemukakan oleh Syaikh al-Utsmani bahwa

faktor-foktor terpenting kenakalan ramaja antara lain:

1) Kekosongan jiwa.

2) Kesenjangan antara kelompok remaja dan kaum tua

3) Bergaul dan berinteraksi dengan kelompok yang menyimpang

4) Buku-buku bacaan yang merusak

5) Angapan yang salah terhadap Islam.29

29 Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsmin. Problematika Remaja dan Solusinya Dalam Islam.

At-tibyan. Solo, hal. 27

Selain itu ada beberapa faktor penyebab kemerosotan moral remaja di

lingkungan masyarakat yaitu:

1. Kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat.

Keyakinan beragama didasarkan atas pengertian yang sungguh-sungguh

pelaksanaan dan sehat tentang ajaran yang dianutnya, kemudian diselingi

dengan ajaran tersebut merupakan benteng yang kokoh. Jika terjadi

tarikan dari orang lain apakah hal itu sesuai dengan ajaran agama atau

larangan dari agama maka anak itu bisa memilahnya sendiri. Disinilah

remaja mulai goyah, bagi remaja yang didasari agama yang kuat baginya

tiada masalah, tetapi sebaliknya bagi remaja yang tidak didasari dengan

agama yang kuat maka mereka akan terlibat kemerosotan moral.

2. Sikap masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya

Sikap masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya juga mempengaruhi

perkembangan moral anak, bila lingkungan acuh terhadap lingkungan

sekitarnya maka yang terjadi kesewenang-wenangan. Bila masyarakat

bersikap kekeluargaan terhadap lingkungan sekitarnya maka akan damai

yang diperoleh masyarakatnya. Seperti hidup saling tolong-menolong,

bersatu dan saling menghormati maka akan terbentuk moral yang baik

dalam masyarakat itu.

Dari faktor-faktor diatas, maka jelaslah bahwa faktor itu saling

mempengaruhi terhadap perkembangan moral remaja. Bila lingkungan baik maka

akan terbentuk moral yang baik, namun bila lingkungan rusak maka akan

terbentuk moral yang rusak juga.

C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kenakalan

Remaja.

Penanggulangan dalam pencegahan kenakalan remaja telah banyak

dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Kesemuanya memiliki tujuan

dan harapan yang sama, yaitu menjadikan remaja bisa menerima keadaaan diri

dan lingkungan secara wajar.

Zakiah Darajat berupaya memberikan alternative menghadapi

kenakalan anak-anak remaja dalam bukunya Kesehatan Mental sebagai berikut :

1. Pendidikan agama : pendidikan agama harus dimulai dari rumah tangga, sejak

anak masih kecil. Yang terpenting adalah upayaan jiwa percaya kepada tuhan,

membiasakan mematuhi dan menjaga nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang

ditentukan oleh ajaran agama.

2. Orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan, pendidikan dan perlakuan

yang diterima oleh anak sejak kecil merupakan suatu pokok dari kenakalan

anak, maka orang tua harus mengetahui bentuk-bentuk dasar pengetahuan

yang minimal tentang jiwa anak dan pokok pendidikan yang harus dilakukan

dalam menghadapi bermacam-macam sifat anak.

3. Pengisian waktu luang dengan teratur, cara pengisian waktu luang kita jangan

membiarkan anak mencari jalan sendiri. Terutama anak yang sedang

menginjak remaja, karena pada masa ini anak banyak menghadapi perubahan

yang bermacam-macam dan banyak menemui problem pribadi. Bila tidak

pandai mengisi waktu luang, mungkin akan tenggelam dalam memikirkan diri

sendiri dan menjadi pelamun.

4. Membentuk markas-markas bimbingan dan penyuluhan, adanya markas-

markas bimbingan dan penyuluhan disetiap sekolah ini akan menampung

kesukaran anak-anak nakal.

5. Pengertian dan pengalaman ajaran agama, hal ini untuk dapat menghindarkan

masyarakat dari kerendahan budi dan penyelewengan yang dengan sendirinya

anak-anak akan tertolong.

6. Penyaringan buku-buku cerita, film-film dan sebagainya, sebab kenakalan

anak tidak dapat kita pisahklan dari pendidikan dan perlakuan yang diterima

oleh anak dari orang tua, sekolah dan masyarakat30.

Akhir–akhir ini wujud/jenis kenakalan remaja tidak lagi bernilai

kenakalan biasa, akan tetapi sudah menjurus pada tindakan kriminal yang cukup

mengganggu dan meresahkan masyarakat. Peran guru Pendidikan Agama Islam

dalam mengatasi kenakalan siswanya dilaksanakan secara prefentif (pencegahan)

dan secara kuratif (penyembuhan) penjelasan berikut memaparkan beberapa peran

yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam. Oleh sebab itu merupakan

suatu kewajiban bersama untuk menanggulangi terhadap terjadinya kenakalan

remaja, baik penaggulangan secara Preventif maupun Kuratif.

1. Peran Preventif Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi

kenakalan remaja.

Usaha untuk mengatasi kenakalan siswa secara preventif,yaitu asas yang

bersifat mencegah, (supaya jangan sampai terjadi). Maksudanya usaha yang

dilakukan sebelum anak/siswa terlibat atau melakukan kenakalan yang mengarah

pada pelanggaran norma atau hukum yang berlaku.

30 Zakiah Daradjat, Op. Cit, hlm. 121-125

Secara garis besar beberapa tindakan preventif yang dapat dilakukan di

antara lain:

a. Memberi pendidikan agama secara baik kepada siswa.

Pendidikan agama tidak berarti memberikan pelajaran agam

kepada anak-anak yang belum mengerti dan menangkap berbagai pengertian

yang bersifat abstrak. Akan tetapi pada sisi siswa harus ditanamkan jiwa

percaya kepada Allah, membiasakan mematuhi dan manjaga nilai-nilai dan

aqidah agama.

Menurut pendapat ahli jiwa, “yang dapat mengendalikan tindakan

dan kelakuan seorang adalah priadinya”.31 Kepribadian seseorang itu

terbentuk dan tumbuh sejak lahir. Bila menginginkan tingkah laku atau

perbuatan seseorang anak itu baik., berkepribadian sehat dan kuat, maka

harus memberikan berbagai pengalaman yang baik pada diri anak,

mengenalkan pada nilai-nilai moral yang baik, membiasakan anak

mengamalkan ajaran agama. Berbagai pengalaman yang terbentuk akan

menjadi bahan dalam kepribadian dan dapat membentuk prilaku beragama

siswa.

Dalam memberkan pendidikan agama pada anak, maka akan

terbentuk pengalaman yang baik pada diri anak, yaitu pengalaman

kehidupan, pengalaman menjalankan sifat-sifat baik dengan akhlaqul

karimah, maka dengan sendirinya kaidah dan nilai moral agama akan

menjadi sendi-sendi dalam pertumbuhan moral dan kepribadiannya. Yang

selanjutnya kepribadian itu dapat mengembalikan keinginan yang tidak baik

31 Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental, PT Toko Agung, Jakarta, 1996, hal. 112

atau yang bertentangan dengan ajaran moral beragama dan dapat

menngangu kepentingan orang lain.

b. Pengisian waktu luang yang teratur

Seorang anak dalam perkembagannya diusia sekolah sangat sibuk

dengan dirinya sendiri, karena meraka sedang menghadapi perubahan yang

bermacam-macam dan menemui banyak sekali problem pribadi. Oleh karena

itu dalam pengisian waktu luang jangan dibiarkan mencari jalan sendiri.

Disamping banyak memikirkan dirinya sendiri, mereka juga

mempunyai banyak energi yang mendorong untuk aktif mengeluarkan

tenaga, yang bila tidak tersalurkan pada cara yang wajar dan sehat, akan

tersalur kearah yang kurang baik dan mencoba kebiasaan yang kurang baik.

Untuk menyalurkan keinginan dan hasrat anak yang

menggelorakan, dengan semangat yang meluap, sangat perlu dicarikan jalan

yang baik dan wajar, misalnya dengan jalan berolah raga, menyelenggarakan

kegiatan ekstra kulikuler yang dapat menyalurkan bakat, dan hobinya

sehingga memberikan tambahan ketrampilan positif, memasukan

perkumpulan atau kelompok sosial kemasyrakatan yang mendukung

perkembangan anak dan sebagainya. Dengan demikian anak akan senantiasa

memperoleh pembinaan, nasehat, kesempatan dan bantuan untuk

mengembangkan minatnya, sehingga mereka terhindar dari kekosongan

yang sering membawa pada akibat yang kurang baik.

c. Senantiasa tanggap terhadap gejala penyimpangan tingkah laku yang

bersifat negatif sebab pengaruh dari luar.

Timbulnya kenakalan siswa pada dasarnya tidak dapat dipisahkan

dari pendidikan dan perlakuan yang diterima anak-anak dari orang tua,

sekolah dan masyarakat. Selain itu salah satu sifat seorang anak adalah lebih

mudah meniru tingkah laku dari siapa saja yang membuat mereka terkesan

ditempatkan sebagai tokoh idolanya. Oleh karena itu setiap cerita yang

dibaca, dilihat atau didengar oleh aak dikontrol dan dipilihkan yang

mempumyai mutu dan nilai-nilai psikologis, agar jangan sampai anak- anak

menemukan teladan yang tidak baik.

Anak lebih cenderung untuk meniru, menghayalkan atau

mengidentifikasikan dirinya dengan cerita-cerita tersebut. Hal ini akan

berakibat tidak baik pada mereka karena ingin merasakan pula. Oleh karena

itu perlu partisipasi dari orang tua, masyarakat maupun pemerintah, untuk

menyaring dan memilih media informasi yang sesuai dengan pertumbuhan

kepribadian remaja, agar tumbuh sehat dan positif.

Dalam mengatasi kenakalan remaja sebagiamana yang sudah

dijelaskan diatas, masih banyak yang dapat dilakukan berkaitan dengan

usaha-usaha tersebut, antara lain: menghndari keretakan dan ketidak

tentraman rumah tangga, menghindari sikap terlalu memanjakan anak orang

tua harus memberikan perhatian penuh serta kasih sayang pada anak secara

adil dan lain sebagainya.

Untuk mewujudkan upaya tersebut, maka perlu dilakukan langkah-

langkah yang tepat untuk dapat melakukan upaya preventif ini.

1. Dalam Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama

dalam membentuk pribadi anak, sehingga langkah yang dapat ditempuh dalam

upaya preventif antara lain:

- Menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dengan menghindari

percekcokan antara ayah dan ibu atau kerabat yang lain.

- Menjaga agar dalam keluarga jangan sampai terjadi perceraian, sehingga

dalam keluarga tidak terjadi broken home

- Orang tua hendaknya banyak meluangkan waktu di rumah, sehingga

mereka mempunyai waktu untuk memberi perhatian terhadap pendidikan

anaknya.

- Orang tua harus berupaya memahami kebutuhan anak-anaknya, baik

kebutuhan yang bersifat biologis maupun psikologis. Dalam memenuhi

kebutuhan tersebut orang tua hendaknya tidak bersikap yang berlebihan,

sehingga anak tidak menjadi manja serta menanamkan disiplin pada

anaknya.

- Orang tua tidak terlalu mengawasi dan mengatur setiap gerak anak,

sehingga kebebasan berdiri sendiri akan tertanam.

2. Dalam Lingkungan Sekolah

Langkah-langkah untuk melakukan pencegahan dalam lingkungan

sekolah yaitu:

- Guru hendaknya dalam menyampaikan materi pelajaran tidak

membosankan, jangan terlalu sulit sehingga motivasi belajar tidak

menurun. Guru harus memiliki disiplin yang tinggi terutama frekuensi

kehadiran yang lebih teratur didalam mengajar.

- Antar pihak sekolah dan orang tua secara teratur dapat mengadakan kerja

sama dalam membentuk pertemuan untuk membicarakan masalah

pendidikan dan prestasi siswa.

- Pihak sekolah mengadakan operasi ketertiban secara kontinyu dalam

waktu tertentu. Adanya sarana dan prasarana yang memadai guna

mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar, sehingga siswa

merasa kerasan di sekolah.

3. Dalam Lingkungan Masyarakat

Langkah-langkah pencegahan yang harus ditempuh oleh masyarakat yaitu:

- Menciptakan kondisi sosial yang sehat, sehingga akan mendukung

perkembangan dan pertumbuhan anak. Perlu adanya pengawasan atau

kontrol sosial dengan jalan menyeleksi masuknya unsur-unsur baru.

- Mengadakan penyesoran film-film secara ketat. Serta mengadakan

pengawasan terhadap peredaran buku-buku, komik, majalah ataupun

pemasangan iklan-iklan.

- Perlu adanya pengawasan terhadap kelompok remaja yang ada dalam

masyarakat. Memberi kesempatan untuk beremansipasi pada bentuk

kegiatan yang lebih relevan dengan kebutuhan anak muda zaman

sekarang.

2. Peran Kuratif Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi

kenakalan remaja

Istilah kuratif dalam kamus besar bahasa Indonesia, mengandung

pengertian (dapat) menolong menyembuhkan (penyakit dan sebagainya).”32

Tindakan kuratif dalam mengatasi kenakalan remaja berarti usaha untuk

memulihkan kembali dan perkembangan yang normal atau sesuai dengan aturan-

aturan/norma-norma hukum yang berlaku, sehingga pada diri remaja tumbuh

kesadaran dan terhindar dari keputusasaan (frustasi).

Dalam memberikan pertolongan pada remaja/siswa yang terlibat

kenakalan, guru harus mengetahui dan memahami jenis-jenis kenakalan yang

dialami siswanya.

a. Untuk mengatasi kenakalan siswa karena keretakan keluarga, hal-hal yang

dapat dilakukan antara lain:

1) Membantu memulihkan kembali suasana tenang dan tentram dalam

keluarga (rumah tangga)

2) Mengadakan pembicaraan dengan remaja dari hati ke hati, dengan

orientasi masalah yang dihadapi dengan bertitik tolak pada agama.

3) Arah pembicaraan dari hati ke hati, untuk membantu anak menemukan

kesadaran dirinya pada sendi agama. Kemudian anak dijak aktif

menjalankan tugas keagamaan, seperti sholat, puasa,zkir,(senantiasa

mengingat Allah) dan lain-lain.

b. Cara mengatasi anak nakal disebabkan oleh kurangnya perhatian dan

kasih sayang orang tua.

32 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesi, Jakarta, 1990,

hal. 470

1) Hal yang penting dilakukan adalah kesadaran orang tua untuk

menunjukan kasih sayang dan perhatian kepada anak yang bermasalah

tersebut.

2) Setelah anak tenang dan tentram, maka kepadanya diberikan arahan

dan nasehat yang bersifat agamis/keagamaan.

3) Mengajak anak untuk aktif menjalankan ibadah, mengikut sertakan

mereka pada perkumpulan/organisasi keagamaan yang ada, guna

menambah pengetahuan keagamaan yang dimilikinya.

4) Peran penting dari orang tua hendaknya anak yang telah menemukan

kesadarannya, senantiasa memperoleh perhatian dan kasih sayang,

serta selalu mengawasi tingkah laku anak (memberi kontrol) dengan

jalan mengadakan pembicaraan dari hati ke hati orang tua dan remaja,

agar anak dan orang tua dapat tercipta saling terbuka hal ini akan

berguna bagi orang tua dalam menyelesaikan berbagai tindakan yang

dilakukan oleh anak remaja.

Contoh di atas merupakan salah satu tindakan kuratif dalam mengatasi

kenakalan remaja/siswa, yang perlu di perhatikan dalam mengatasinya adalah

berorientasi pada prinsip dan fungsi bimbingan bagi siswa, agar mereka berhasil

dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa memberikan

pelayanan, bimbingan sekolah, berarti pula memberikan pelayanan belajar bagi

setiap siswa.

Bimbingan di sekolah merupakan suatu proses bantuan kepada anak didik

yang dilakukan secara terus menerus supaya anak didik dapat memahami dirinya

sendiri, sehingga sanggup mengarahkan diri dan tingkah laku yang wajar, sesuai

dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.33

Dengan bimbingan di sekolah tersebut, diharapkan siswa dapat menemukan

potensi yang dimilikinya sehingga siswa bisa diterima oleh masyarakat sekitar.

33 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal. 103

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. Sebab itu

pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

deskriptif kualitatif ini dalam pelaksaan penelitiannya memang terjadi secara

alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi kadaan dan

kondisinya, menekankan pada deskiripsi secara alamiah34. Dan data-data yang

dikumpulkan berasal dari observasi, Interview dan dokumentasi, serta untuk

memperluas data dengan menyebarkan angket. Sehingga tujuan dalam penelitian

ini adalah mengambarkan realitas.

B. Lokasi Penelitian

Berangkat dari analisis yang ada serta permasalahan yang penulis

lakukan guna mendukung penelitian tentang Upaya Guru Pendidikan Agama

Islam Dalam Mengatasi Masalah Kenakalan Siswa di SMA Negeri 7 singosari,

yang terletak di Jl. Morotanjek No 206 Kecamatan Singosari kabupaten Malang.

C. Metode Penelitian

a. Populasi

Dalam melakukan penelitian, terlebih dahulu harus ditetapkan keseluruhan

obyek yang dijadikan sebagai sumber informasi. Dengan demikian terlebih dahulu

ditetapkan populasi. Populasi menurut Suharsimi adalah “Keseluruhan subyek

34Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Yogyakarta : PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 11

penelitian”35. Sedangkan menurut Marzuki adalah “Keseluruhan bahan /elemen

yang diselidiki”36. Dari pendapat-pendapat diatas dapat di fahami bahwa populasi

adalah individu-individu atau keseluruhan obyek yang akan diteliti dalam

penelitian, maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa-

siswi SMA Negeri 7 Singosari angkatan tahun 2006/2007.

b. Sampel

Sampel adalah“Sebagian atau wakil populasi yang diteliti”37. Jadi

yang dimaksud sampel disini adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya

hendak diteliti. Karena dalam pengambilan sampel harus mewakili populasi yang

ada sehingga dalam pengambilannya tidak dapat dilakukan begitu saja tanpa

sebuah pertimbangan yang matang terhadap karakteristik populasi.

Dalam peneilitian ini sampelnya adalah kelas III anak yang berusia

16-18 tahun, oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode sampling dan

jenis cluster sampling (kelompok sampel). Dalam pengambilan sampel ini

mengambil anak-anak yang mempunyai kasus atau nakal sebagai wakil dari

sampel ini atau Cluster Sampling adalah cara pengambilan sampel berdasarkan

sekelompok individu dan tidak diambil secara individu atau perorangan.

Mengingat jumlah murid cukup banyak serta keterbatasan waktu dan

biaya yang ada, maka populasi tidak akan memungkinkan untuk diambil

semuanya.

35 Ibid, hlm. 108 36 Marzuki, Metodologi Resarch,(Yogyakarta : Penerbit Fakultas Psikologi UII, 1981), hlm. 52 37 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 109

D. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap yaitu : 1. Orientasi 2. Tahap

pengumpulan data (lapangan) 3. Tahap pengumpulan data.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Lexi J.moleong, bahwa

prosedur pertama ialah mengetahui sesuatu tentang apa yang belum diketahui,

tahap ini dikenal dengan tahap orientasi yang bertujuan untuk memperoleh

gambaran yang tepat tentang latar penelitian. Tahap kedua adalah tahap

elesplorasi focus, pada tahap ini mulai memasuki proses pengumpulan data, yaitu

cara-cara yang digunakan dalam pengumpulan data. Dan tahap ketiga adalah

rencana tentang teknik yang digunakan untuk melakukan pengecekan dan

pemeriksaan keabsahan data.

Ketiga tahap penelitian tersebut diatas akan diikuti dan dilakukan oleh

peneliti, Pertama adalah orientasi yaitu mengunjungi dan bertatap muka dengan

kepala sekolah. Pada tahap ini (orientasi) kegiatan yang dilakukan oleh peneliti

adalah :

1. Mohon izin kepada kepala sekolah untuk penelitian.

2. Merancang usulan penelitian.

3. Menentukkan populasi dan sampel.

4. Menyiapkan kelengkapan penelitian.

5. Mengkosultasikan rencana penelitian.

Kedua adalah eksplorasi focus yaitu setelah mengadakan orientasi diatas,

kegiatan yang dilakukan penelitian adalah pengumpulan data dengan cara :

1. Interview dengan subyek yang telah dipilih yaitu : Kepala Sekolah, Guru

BP,Guru PAI, Waka Kesiswaan.

2. Menggali dokumen, berupa faktor-faktor yang berkaitan dengan

penelitian.

3. Angket.

Ketiga adalah tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data.

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengadakan pengecekan

data pada subyek atau dokumen untuk membuktikan validitas data yang diperoleh.

E. Teknik Pengumpulan Data

Agar mendapatkan data yang falid pada suatu penelitian, maka teknik

pengumpulan data sangat membentuk dan menentukkan kualitas dari

penelitiannya dengan kecermatan memilih dan menyusun. Teknik pengumpulan

data ini memungkinkan pemecahan masalah yang falid, dengan ini penulis

mengunakan metode :

1. Metode Interview

Menurut Sutrisno Hadi Interview berarti “ Cara mengumpulkan data

dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan cara sistematik dan

berlandaskan pada tujuan penelitian38”.

Penulis juga mengadakan pertanyaan secara bebas, sehingga terkesan

tidak terlalu kaku dan sambil bercanda pertanyaan terus mengalir, sehingga

wawancara kelihatan luwes. Metode interview ini dilakukan dengan kepala

sekolah untuk mendapatkan sehubung dengan sejarah berdirinya SMA NEGERI 7

Singosari, Tokoh pendirinya, Visi dan Misi serta untuk mengetahui keadaan siswa

38 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, ( Yogyakarta : Andi Offset, 1990), hlm. 193

dan keadaan guru/karyawan, serta mewancarai Guru BP, Guru PAI serta Waka

Kesiswaan untuk mengetahui keadaan bentuk-bentuk kenakalan siswa, faktor

yang menyebabkan serta PERAN Guru BP, Guru PAI serta Waka Kesiswaan di

SMA NEGERI 7 Singosari dalam mengatasi kenakalan siswa, untuk memperoleh

data tentang siswa secara langsung serta dari pendapat mereka.

2. Metode Observasi

Metode observasi adalah pengamatan secara sistematis metode ini

digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan keadaan lokasi kondisi

serta obyek39. Yang hal ini dapat sebagai pengantar dan pendekatan sistematika

fenomena-fenomena yang diselidiki, yang dalam hal ini sebagai teknik

pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung

terhadap fenomena atau gejala yang ada dilapangan. Dalam metode ini

dimaksudkan untuk memperoleh data tentang berbagai kondisi obyektif penelitian

secara langsung, seperti keadaan sekolah, gedung, sarana dan prasarana serta

berkaitan dengan keadaan murid.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan

mengkaji dan menelaah berbagai macam data yang bersumber dari penelitian.

Suharsimi Arikunto memberikan batasan metode dokumentasi sebagai berikut :

“ Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang berarti barang-barang tertulis.

Dokumen sebagai metode berarti peneliti menyelidiki benda-benda tertulis,

39 Suharsimi Arikunto, OP. Cit, hlm 204

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”40. Penggunan

metode ini untuk mendapatkan tentang dokumen-dokumen tentang keadaan

sekolah yang berkaitan dengan sarana prasarana sekolah.

F. Analisa Data

Dalam menganalisis data untuk memperoleh gambaran yang jelas

tentang keadaan obyek sebagai hasil penelitian digunakan analisis sesuai dengan

data-data yang ada untuk mendapatkan kejelasan dari data yang telah

disampaikan, maka peneliti menyajikan analisis data karena data yang telah

dikumpulkan seringkali belum memberikan hasil yang cukup memuaskan jika

diambil kesimpulan seadanya.

Mengenai analisa data ini menurut Patton (1980)mengungkapkan

sebagai berikut :

“Analisa data adalah Proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar”41.

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif,

sehingga hasil dari penelitian ini lebih banyak menghasilkan data-data yang

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perlilaku yang diamati.

G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik

pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria

tertentu. Menurut Lexi J. Moleong ada 4 kreteria yang digunakan yaitu : derajat

40 Suharsimi Arikunto, OP. Cit, hlm. 206 41 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 103

Kepercayaan (credibility), Keteralihan (transferability), Kebergantungan

(depanbility) dan Kepastian (confirmability)42.

1) Kepercayaan (credibility) adalah data yang digunakan dalam penelitian

untuk membuktikan kesesuaian antara hasil pengamatan dilapangan.

Apakah data/informasi yang diperoleh sesuai dengan apa yang sebenarnya

terjadi dilapangan untuk memperoleh kredibilitas data, peneliti mengacu

kepada rekomendasi Lincoln dan Guba (1985) yang memberi 7 teknik

pencapaian kredibilitas : 1. Memperpanjang observasi 2. Pengamatan

yang terus menerus 3. Triangulasi 4. Pengecekkan sejawat 5. Menganalis

kasus negative 6. Kecukupan referensial 7. Pengecekkan anggota. Dari ke

7 teknik pencapaian kredibilitas tersebut diatas peneliti memilih langkah-

langkah sebagai berikut :

a) Ketekunan pengamatan adalah mengadakan pengamatan atau

observasi terus menerus terhadap subyek yang diteliti guna

memahasmi gejala lebih mendalam, sehingga mengetahui aspek

penting, terfokus dan releven dengan topik penelitian.

b) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan berbagai sumber diluar data tersebut sebagai bahan

perbandingan. Triangulasi yang digunakan oleh peneliti ada 3 yaitu

:

1. Triangulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data

hasil pengamatan dengan hasil interview, yaitu dengan

cara membandingkan data hasil interview, dengan

42 ibid, hlm 173

dokumentasi, dan data hasil pengamatan dengan

dokumentasi.

2. Triangulasi metode, dilakukan peneliti untuk pencarian

data tentang fenomena yang sudah diperoleh dengan

menggunakan metode yang berbeda yaitu wawancara,

observasi dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dengan

menggunakan metode yang berbeda itu dengan

membandingkan dan disimpulkan sehingga memperoleh

data yang dipercaya.

3. Triangulasi sumber yang dilakukan peneliti dengan cara

membandingkan kebenaran suatau fenomena berdasarkan

data yang diperoleh oleh peneliti baik dilihat dari dimensi

waktu maupun sumber lainnya, misalnya

membandingkam data yang diperoleh melalui interview

baik dengan guru.

2) Keteralihan (transferability) ini merupakan keteralihan temuan peneliti ke

latar lain yang memiliki ciri-ciri yang sama. Peneliti tidak bisa menjamin

validitas eksternal, dimana keteralihan itu dipandang sebagai suatu

kemungkinan. Nilai transfer sepertinya tergantung pada kesamaan

karakteristik.

3) Kebergantugan (Depenbilitas) ini dapat dilakukan dengan cara

mengadakan audit trad, yaitu suatu usaha untuk memeriksa proses

penelitian termasuk data dan sumber datanya, dari awal sampai dengan

akhir yang dilakukan oleh peneliti dengan bantuan pembimbing serta

melakukan wawancara terhadap seluruh hasil penelitian.

4) Kepastian (confirmability) dalam penelitian ini dilakukan bersamaan

dengan depenbilitas, perbedaannya terletak pada orientasi penilaiannya.

Konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil (produk) peneliti, terutama

yang berkaitan dengan diskripsi temuan peneliti sedangkan depenbilitas

digunakan untuk menilai proses penelitian, mulai pengumpulan data

sampai pada bentuk laporan yang terstruktur dengan baik. Dengan adanya

depenbility dan konfirmability ini diharapkan hasil penelitian memenuhi

standar penelitian kualitatif yaitu truth value, applicability, consistence dan

neutrality43.

43 Ibid, hlm 174

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Latar Belakang Obyek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMAN 7 Malang44

SMA Negeri 7 Malang terletak di jalan Cengger Ayam I/14

Kelurahan Tulusrejo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang No. 11 Tahun 2000 tentang

Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi

Perangkat Daerah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Malang

Batas Wilayah :

• Utara : Kecamatan Karangploso

• Timur : Kecamatan Blimbing

• Barat ; Kecamatan Dau (Kabupaten Malang)

• Selatan : Kecamatan Klojen

• Luas Wilayah : 2089,513 Ha

• Kondisi Geografis : Dataran tinggi dari permukaan laut (460 m)

• Suhu Max / Min 20 C s/d 28 C

• Curah Hujan rata-rata 2.71 mm

Awalnya keberadaan SMA Negeri penyebarannya masih belum

merata yaitu terpusat di kecamatan klojen dan kedungkandang saja. Wilayah

kecamatan Blimbing yang berada di bagian utara Kota Malang masih belum

memiliki SMA Negeri. Hal tersebut mendorong tekad Pemerintah daerah

44 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007

TK. II Kota Malang untuk mengajukan permintaan satu SMA Negeri lagi,

dengan persiapan berupa lahan dan sarana pendidikan lain di desa

Kendalsari Kelurahan Tulusrejo Kecamatan Lowokwaru. Oleh karena itu

pada awal berdirinya SMA Negeri 7 Malang bernama ” Sekolah Penunjang”

artinya fasilitas awal disiapkan oleh Pemerintah Daerah sedangkan Dinas

Pendidikan Nasional menyiapkan personilnya.

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai tanggal 28 Juli 1982

bertempat sementara di SMA Negeri 4 Malang. Kepala sekolah dirangkap

oleh Kepala SMA Negeri 4 Malang yaitu Bapak Drs. Soekotjo. Sedangkan

secara hukum berdirinya SMA Negeri 7 Malang yaitu tanggal 9 Oktober

1982 sesuai dengan SK Operasional Nomor : 0298/0/1982 dan Nomor

Statistik Sekolah : 301056104043.

Sejak tanggal 18 juli 1983 kegiatan KBM menempati gedung

sendiri yakni di “Bhumi Sabhatansa” jalan Kendalsari 20 (Sekarang jalan

Cenger Ayam I/14) Malang.

Seiring dengan perjalanan waktu dan peningkatan pelayanan

pendidikan, maka SMA Negeri 7 Malang berupaya memberikan layanan

pada peserta didik secara maksimal.

Pimpinan sekolah yang pernah bertugas di SMA Negeri 7 sejak awal

berdirinya (1982) adalah45 :

NAMA PERIODE TUGAS

45 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007

1. Drs. Soekotjo Tahun 1982 s/d 1983

2. Drs. Sudibyo, SH Tahun 1982 s/d 1983 (PJS)

3. Drs. Soejono Tahun 1983 s/d 1986

4. Drs. Moenawar Tahun 1986 s/d 1989

5. Drs. H. Soejitno

Hadisaputro

Tahun 1989

6. Drs. Djohan Arifin Tahun 1989 s/d 1991

7. Drs. H.M. Kamilun

Muhtadin

Tahun 1991 s/d 1995

8. Drs. Sagi Siswanto Tahun 1995 s/d 1998

9. Dra. Hj. Isponida, MA Tahun 1998 s/d 2002

10. Dra. Hj. Kamsinah, M. Pd Tahun 2002 s/d 2004

11. Drs. Katino Wihatmo, MM Tahun 2004 s/d 2006

12. Drs. H. Suryani Ali Pandi Juli - November 2006 (PLH)

13. Drs. H. Budi Harsono November 2006 - sekarang

2.2 Visi dan Misi 46

46 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007

Perkembangan dan tantangan masa depan seperti: perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi; globalisasi yang sangat cepat; era informasi;

dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan

memicu sekolah untuk merespon tantangan sekaligus peluang itu. SMA

Negeri 7 Malang memiliki citra moral yang menggambarkan profil sekolah

yang diinginkan di masa datang yang diwujudkan dalam Visi sekolah

berikut:

VISI SMA NEGERI 7 MALANG

TERPUJI DALAM CITRA UNGGUL DALAM PRESTASI

Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita sekolah dengan memperhatikan

citra dan prestasi, sesuai dengan norma dan harapan masayarakat.

Untuk mewujudkannya, Sekolah menentukan langkah-langkah strategis

yang dinyatakan dalam Misi berikut:

MISI SMA NEGERI 7 MALANG

1. Menciptakan sekolah yang berwawasan Imtaq dan IPTEK 2. Meningkatkan mutu sekolah dengan MBS ( Managemen Berbasis

Sekolah) yang mampu bersaing dalam era globalisasi. 3. Meningkatkan mutu sekolah yang mempunyai nilai tambah. 4. Menciptakan sekolah sebagai wawasan Wiyata Mandala.

2.3 Ketenagaan47

47 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007

Berikut adalah tenaga pengajar dan karyawan di SMA Negeri 7 Malang

NO N A M A JABATAN STATUS

1 Drs. H. Budi Harsono Kepala Sekolah PNS

2 Dra. Hj. Maesaroh Guru Agama Islam PNS

3 Drs. Sadjid Guru Agama Islam PNS

4 Drs. Moh. Alwan Guru Agama Islam PNS

5 Drs. Gerardus Gili Guru Agama Katholik GTT

6 Drs. Sugeng Armadi Guru Agama Kristen GTT

7 Drs. I. Nyoman Sumartika Guru Agama Hindu GTT

8 Drs. H. Muh. Jazuli Guru PPKN PNS

9 Drs. Dewantara Guru PPKN PNS

10 Sri Sulasmi, S.Pd Guru PPKN PNS

11 Moch. Chusnul Irfandi, S.Pd Guru PPKN PNS

12 Drs. Eko Mudjiono Guru PPKN GURU BANTU

13 Drs. Aslan Samsul Guru BIN/Sastra Ind PNS

14 Lilis Indrawati, S.Pd Guru Bhs. Indonesia PNS

15 Merie Margaretha, S.Pd Guru Bhs. Indonesia PNS

16 Yudhanto, S.Pd Guru Bhs. Indonesia GURU BANTU

17 Mutmainah, S.Pd Guru Bhs. Indonesia GTT

18 Titik Wulandari, S.Pd Guru Bhs. Indonesia GTT

19 Laili Ivana, S. Pd Guru Bhs. Indonesia CPNS

20 Rakhmad Fajar Wijaya, S.Pd Guru Tek. Infor & Kom GTT

21 Farida Agustiningsih, S.Si Guru Tek. Infor & Kom GTT

22 Endah Ariani, S.Pd Guru Conversation GTT

23 Heni Setyaningsih, S.S Guru Conversation GTT

24 M. Danang Ibrahim, S. Kom Guru Tek. Infor & Kom GTT

25 Dra. Suhertin Guru Sejarah PNS

26 Drs. Mulyono, S.H. Guru Sejarah PNS

27 Sugeng Santoso, S.Pd Guru Sejarah GTT

28 Sumarmi, S.Pd Guru Sosiologi PNS

29 Dewi Tutriani, S.Sos Guru Sosiologi GTT

30 Dra. Hj. Ratna Nur'aini Guru Bahasa Inggris PNS

31 Nurhenik Sukriawati, S.Pd. Guru Bahasa Inggris PNS

32 Dra. Heny Kusumawaty Guru Bahasa Inggris PNS

33 Dra. Dewi Larasati Guru Bahasa Inggris PNS

34 Wiwid Murwati, S.Pd Guru Bhs Inggris/Jerman PNS

35 Martina Retno Dewi, S.Pd Guru Bahasa Inggris PNS

36 Dra. Hj. Endang Larasati Guru Bahasa Inggris PNS

37 Agustina Puji Astuti, S.Si Guru Bhs Inggris/Jepang GTT

38 A. Rahman, S.Pd Guru Penjaskes PNS

39 Wahyudi, S.Pd Guru Penjaskes PNS

40 Kurnia Subiantoro, S.Pd Guru Penjaskes GTT

41 Dra. Hj. Rr. Dewi Zuhriah Guru Matematika PNS

42 Dra. Sri Rahayuningsih Guru Matematika PNS

43 Dra. Hj. Sri Lestari Guru Matematika PNS

44 Dra. Agustina Dwi Astuti Guru Matematika PNS

45 Drs. Sumarwoto Guru Matematika PNS

46 Dody Rachman W, S.Pd Guru Matematika PNS

47 Arik Wahyu Utari, S.Pd Guru Matematika PNS

48 Dra. Hj. Kustilah Guru Fisika PNS

49 Dra. Hj. Netty Sulastri Guru Fisika PNS

50 Dra. Muktiasih Guru Fisika PNS

51 Drs. Didik Dwi Tjahjono Guru Fisika PNS

52 Dra. Catur Wagiyati Guru Fisika PNS

53 Dra. Hj. Lilik Pujihandayani Guru Biologi PNS

54 Dra. Sarwi Muliastuti Guru Biologi PNS

55 Dra. Susiloningsih, M.Pd Guru Biologi PNS

56 Lilik Nurhayati, S.Pd Guru Biologi PNS

57 Dra. Hj. Elly Udiarti, M.Si Guru Biologi PNS

58 Dra. Ida Ritaningsih Guru Kimia PNS

59 Dra. Ambar Puspoweni Guru Kimia PNS

60 Dra. Aunul Chimah Guru Kimia PNS

61 Dra. Susy Tjahyawati Guru Kimia PNS

62 Yanti Ariyanti, S.Pd Guru Kimia PNS

63 Dra. Hj. Nunuk Swastawati Guru Akuntansi PNS

64 Bahgya Susetyo Guru Akuntansi PNS

65 Dra. Aning Sriwiyani Guru Ekonomi PNS

66 Dra. Hj. Elly Yulistyoningsih Guru Ekonomi PNS

67 Hj. Kusdiati, S.Pd Guru Ekonomi PNS

68 Dra. Rachmawati Guru Ekonomi PNS

69 Drs. Sumanto Guru Geografi PNS

70 Drs. H. Subandi Guru Geografi PNS

71 Lilik Sri Utari, S.Pd Guru Antropologi / Sosiologi PNS

72 Dra. M.T. Rahayu D.N Guru Kesenian/Sosiologi PNS

73 Dra. Amrit Saptari W. Guru Kesenian PNS

74 Dra. Siti Khomsatun Guru BP/BK PNS

75 Dra. Hj. Siti Zaenab Guru BP/BK PNS

76 Dra. Hj. Sri Hartatik Guru BP/BK PNS

77 Drs. Wakit Guru BP/BK PNS

78 Drs. Widjayadi Guru BP/BK PNS

79 Mujahidin, S.Pd Guru BP/BK CPNS

80 Sodikin Ka. Tata Usaha PNS

81 Yustina Maria SM Karyawan Tata Usaha PNS

82 Riyono Karyawan Tata Usaha PNS

83 Sutamar Karyawan Tata Usaha PNS

84 Subiyanto Karyawan Tata Usaha PTT

85 Eny Suhartatik Petugas Perpustakaan PTT

86 Nur Aisyah Petugas Perpustakaan PTT

87 Indah Sri Rahayu Karyawan Tata Usaha PTT

88 Titin Winarni Karyawan Tata Usaha PTT

89 Nur Maharani Laboran PTT

90 Misdi Pramu Kebun/Penjaga PTT

91 Paimin Pramu Kebun/Penjaga PTT

92 Tekad Supeno Satpam PTT

93 Suprayitno Penjaga Malam PTT

94 Hendri Sumarsono Karyawan Tata Usaha PTT

2.4 Keadaan Siswa 48

Jumlah siswa-siswi SMA NEGERI 7 MALANG Pada tahun pelajaran

2006-2007 dengan rincian sebagai berikut :

TABEL-1

JUMLAH SISWA SMA NEGERI 7 MALANG

Jenis kelamin NO KELAS

Laki-Laki Perempuan

JUMLAH

1.

2.

3.

X

XI

XII

135

134

123

139

143

154

274

277

277

828

48 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007

2.5 Fasilitas 49

1. Sarana dan Prasarana.

a. Tanah dan Halaman

Tanah sekolah sepenuhnya milik negara. Luas areal seluruhnya

18.050 m2. Sekitar sekolah dikelilingi oleh pagar sepanjang 425 m.

Keadaan Tanah Sekolah SMA Negeri 7 Malang

Status : Milik Negara

Luas Tanah : 18.050 m2

Luas Bangunan : 13.195 m2

Pagar : 425 m

b. Gedung Sekolah

Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah ruang

kelas untuk menunjang kegiatan belajar memadai.

Keadaan Gedung Sekolah SMA Negeri 7 Malang

Luas Bangunan : 13.195

m2

Masjid : 1

Baik

Ruang Kepala Sekolah : 1

Baik

Ruang Osis : 1

Baik

Ruang TU : 1

Baik

Ruang Unit Aktifitas

Siswa

: 6

Baik

Ruang Guru : 1

Baik

Ruang Otomotif : 1

Baik

49 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007

Ruang Kelas : 21

Baik

Ruang Koperasi

Siswa

: 1

Baik

Ruang Tata Tertib : 1

Baik

Ruang Band : 1

Baik

Ruang Bimbingan

Konselor

: 1

Baik

Kantin Sekolah : 5

Baik

Ruang Lab. Bahasa : 1

Baik

Wartel Sekolah : 1

Baik

Ruang Lab. Komputer : 1

Baik

Dapur Sekolah : 1

Baik

Ruang Lab. Biologi &

Kimia

: 1

Baik

Ruang UKS : 1

Baik

Ruang Lab. Fisika : 1

Baik

Ruang Fotocopy : 1

Baik

Ruang Perpustakaan : 1

Baik

Ruang/Gedung Serba

Guna

: 1

Baik

2. Anggaran Sekolah

Anggaran sekolah dituangkan dalam RAPBS setiap tahun dengan sumber

berasal dari dana pemerintah dan dana yang dihimpun dari orang tua

peserta didik, dengan mata anggaran sebagai berikut :

a. Gaji Pegawai

b. Belanja dan Pemeliharaan

c. Belanja Daya dan Jasa

d. Belanja Barang

e. Program Unggulan

f. KBM dan Peningkatan Mutu

g. Kesiswaan

h. Administrasi

i. Sarana Prasarana

j. Kegiatan Perjalanan Dinas

k. Koordinasi dengan Instansi

lain

l. Insentif GT, GTT dan PTT

m. Biaya oprasional Kepala

Sekolah

n. Lain-lain

2.6 Tujuan Sekolah 50

Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

B. Bentuk-bentuk Kenakalan siswa di SMAN 7 Malang

Berdasarkan hasil interview yang dilakukan oleh peneliti dengan guru

BP Bapak Drs. Widjayadi51, tentang bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7

Malang, antara lain :

1. Memalsu tanda tangan

2. Mencuri

3. Berkelahi

50 Sumber: Dokumentasi SMAN 7 Malang Tahun 2007 51 Sumber : Hasil Interview tanggal 08 Mei 2007

4. Corat-coret buku & VCD porno

5. Bawa & edarkan barang

6. Berurusan dengan polisi

7. Merokok/obat terlarang

8. Memalsu raport

9. Membolos

10. Surat ijin palsu

11. Tidak sopan/menentang

12. Melompat pagar

13. Terlambat masuk

14. Meninggalkan jam pelajaran

15. Seragam tidak benar

16. Berambut panjang/dicat

17. Berhias berlebihan

18. Memakai gelang/kalung

19. Memakai sepatu sandal

20. Buang sampah sembarangan

21. Beli makanan jam pelajaran

22. Di kantin waktu jam pelajaran

23. Terlambat membayar SPP (dipakai)

24. Parkir kendaraan sembarangan

25. Tidak piket kelas

26. Tidak mengikuti upacara

27. Kelengkapan seragam

28. Tidak bawa buku Tatib

Bentuk kenakalan siswa yang diungkapkan oleh Bapak Widjayadi

tersebut merupakan identifikasi bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7

Malang. Kenakalan yang sering dilakukan siswa sebenarnya masuk dalam

kategori kenakalan ringan, artinya kenakalan tersebut masih dalam batas yang

wajar dan tidak membahayakan, walaupun sebagian yang dilakukan siswa ada

yang termasuk kategori kenakalan yang menggangu ketenteraman dan

mengganggu keamanan warga sekitar sekolah.

Begitu juga dengan hasil interview dengan Kepala SMAN 7 Malang

Bapak Drs. H. Budi Harsono 52, bahwa bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7

Malang ini memang beranekaragam dan yang jelas berkisar tentang pelanggaran

tata tertib diantaranya adalah :

a. Melanggar ketentuan seragam sekolah.

b. Tidak masuk sekolah tanpa izin/keterangan.

c. Pulang belum waktunya.

d. Tidak mengikuti upacara.

e. Kelengkapan seragam kurang

f. Di kantin waktu jam pelajaran.

g. Berambut panjang bagi laki – laki /dicat.

Lain lagi dengan yang disampaikan oleh Ibu Mutmainah53 guru

Bahasa Indonesia, menurutnya bentuk – bentuk kenakalan siswa yang terjadi saat

beliau mengajar adalah :

52 Sumber : Hasil Interview tanggal 08 Mei 2007 53 Sumber : Hasil Interview tanggal 08 Mei 2007

a. Pada waktu pelajaran berlangsung sulit diarahkan.

b. Ijin kebelakang tapi tidak ke kamar mandi melainkan ke kantin.

c. Cuek saat ditegur.

d. Merasa ingin menang sendiri dan benar sendiri.

e. Terlalu menganggap gampang pelajaran.

Begitu juga hasil interview dengan salah satu guru Pendidikan Agama

Islam Ibu Maesaroh54, beliau menyebutkan macam - macam kenakalan siswa,

antara lain :

a. Minat dalam pelajaran agama kurang.

b. Ramai saat pelajaran berlangsung.

c. Dalam melaksanakan sholat lima waktu masih belum sempurna.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Subandi55 yang mengajar

mata pelajaran Geografi, beliau mengidentifikasi kenakalan siswa, antara lain :

a. Bolos dalam jam pelajaran.

b. Diterangkan, ramai sendiri dan baca buku komik.

c. Saat pelajaran berlangsung mainan HP dan sms-an.

Lain halnya hasil interview dengan Bapak Mulyono56 guru mata

pelajaran Sejarah, menurutnya kenakalan siswa yang terjadi di SMAN 7 Malang

masih dalam batas kenakalan ringan tidak sampai berurusan dengan polisi.

Macam - macam kenakalan siswa yang sering terjadi di SMAN 7 Malang, antara

lain ;

a. Tidak tertib.

54 Sumber : Hasil Interview tanggal 11 Mei 2007 55 Sumber : Hasil Interview tanggal 15 Mei 2007 56 Sumber : Hasil Interview tanggal 15 Mei 2007

b. Sudah tahu adzan masih saja sepak bola.

c. Pada waktu khotbah berlangsung bicara sama temannya.

d. Waktu pelajaran di kantin.

e. Ijin kebelakang tapi ngrumpi di kantin

f. Menggunakan sepatu yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah.

g. Rambut panjang.

h. Menggunakan buku tatib temannya.

Sedangkan hasil interview dengan Bapak Alwan57 guru kedua mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam, menurut beliau jenis – jenis kenakalan siswa

yang terjadi di SMAN 7 Malang adalah :

a. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung ramai, bicara

dengan teman sebangku.

b. Tidak mengikuti pelajaran.

c. Tidak mengerjakan tugas.

d. Pada saat ujian atau ulangan siswa – siswa ada yang mencontek.

e. Ada siswa yang berani melawan dan melakukan perlawanan ketika

diberitahu/diperingatkan.

f. Terpengaruh oleh pergaualan di luar yang cenrderung bebas.

g. Melanggar aturan – aturan sekolah seperti : Cara berpakaian tidak

benar, Terlambat masuk kelas walupun bel sudah lama berbunyi.

h. Persengkongkolan membuat gaduh di kelas.

i. Sekelompok siswa bermain Playstation disaat jam pelajaran

berlangsung.

57 Sumber : Hasil Interview tanggal 19 Mei 2007

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Sadjid58 guru ketiga mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam, menurutnya kenakalan yang terjadi di SMAN

7 Malang masih dalam batas wajar tidak sampai menjurus ke masalah kriminal.

Beliau mengidentifikasi jenis kenakalan siswa di SMAN 7 Malang antara lain :

a. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa ramai.

b. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung ada siswa bicara

dengan temannya.

c. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung ada siswa tidak

memperhatikan pelajaran.

Jadi berdasarkan hasil interview yang peneliti peroleh dari beberapa

guru bahwa bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang memang

beranekaragam, dan yang jelas berkisar sebagaimana bentuk-bentuk kenakalan

yang telah di paparkan oleh Zakiah Daradjat yang terbagi dalam 3 bagian yaitu :

kenakalan ringan, kenakalan yang mengganggu keamanan dan ketentraman orang

lain serta yang terakhir adalah kenakalan seksual. Sedangkan sebagian besar

kenakalan-kenakalan siswa di SMAN 7 Malang termasuk dalam kategori

kenakalan ringan.

Untuk mendukung data yang peneliti peroleh dari interview

sebagaimana diatas, berikut peneliti sertakan hasil interview dengan beberapa

siswa sebagai data pelengkap (tambahan) saja yang fungsinya memperkuat data-

data yang peneliti peroleh dari hasil observasi, interview maupun dokumentasi.

58 Sumber : Hasil Interview tanggal 19 Mei 2007

Seperti yang diungkapkan oleh siswa yang bernama Maya Indah

Sari59, kelas XI-IPA-1, menurutnya kenakalan yang selama ini dia lakukan, antara

lain :

a. Memakai sepatu yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah.

b. Rambut di cat.

c. Bolos waktu pelajaran.

d. Ramai sendiri dengan teman sebangku.

Hal yang sama juga dilakukan oleh siswi yang bernama Bagus Arta

Wijaya60 kelas XI-IPA-1, kenakalan yang selama ini dia lakukan ialah :

a. Memakai gelang/kalung.

b. Pada waktu pelajaran berlangsung membuat gaduh di kelas.

c. Di kantin waktu jam pelajaran.

d. Kelengkapan seragam kurang.

e. Tidak mengikuti upacara.

f. Tidak sopan pernah menentang sewaktu diperingatkan.

g. Membolos sekolah ataupun tidak masuk pada waktu pelajaran.

Kenakalan ringan yang pada umumnya dilakukan oleh pelajar putri

seperti mengecat rambut, berdandan berlebihan hanya untuk dibilang temannya

cantik juga dilakukan oleh siswi yang bernama Frita Puspitasari61 kelas XI-IPS-2.

Lain lagi kenakalan yang sering dilakukan oleh Kun Prabowo Firman

Adrianzah62 kelas XI-IPS-2, antara lain :

a. Tidak mengikuti upacara. 59 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007 60 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007 61 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007 62 Sumber : Hasil Interview tanggal 24 Mei 2007

b. Terlambat masuk kelas.

c. Berambut panjang.

d. Ramai sendiri ketika guru menerangkan plajaran.

e. Membolos.

Kenakalan yang sama juga dilakukan oleh Nurul Rismawati63 kelas

XI-IPA-3, antara lain :

a. Membuat surat ijin palsu.

b. Datang terlambat.

c. Bicara dengan teman sewaktu pelajaran berlangsung.

d. Memalsu tanda tangan.

Sama dengan teman – temannya yang lain, siswa yang bernama Kemal

Fahmi Iqbal 64kelas XI-IPS-2, juga sering melakukan pelanggaran yaitu sering

datang terlambat, membolos, disamping itu pada saat pelajaran berlangsung

seringkali menjadi bahan tertawaan temannya karena sering diperingatkan guru

tetapi tetap tidak diindahkan.

Begitu juga dengan siswa yang bernama Imam Wahyu Indrawan65

kelas XI-IPS-2, kenakalan dan pelanggaran yang dilakukannya ialah :

a. Tidak mengikuti upacara.

b. Kelengkapan seragam kurang.

c. Sering datang terlambat.

d. Kurang memperhatikan guru saat menerangkan.

e. Merokok sewaktu istirahat di kantin.

63 Sumber : Hasil Interview tanggal 26 Mei 2007 64 Sumber : Hasil Interview tanggal 26 Mei 2007 65 Sumber : Hasil Interview tanggal 26 Mei 2007

Berbicara tentang siswa, tidak semua mempunyai perilaku yang sama

antara satu sama lain. Dalam arti ada yang termasuk kategori nakal dan tidak

nakal, begitu juga di SMAN 7 Malang. Mengenai hal ini dapat dijelaskan bahwa

berdasarkan interview yang dilakukan dan data yang diperoleh diketahui bahwa

dari jumlah siswa yang ada, jumlah siswa yang nakal dan tidak nakal secara angka

tidak dipastikan karena pada dasarnya kenakalan seseorang itu bersifat relatif

artinya siswa yang saat ini nakal bisa jadi berubah dan penilaian orang tentang

kenakalan pun tidak sama. Ada kalanya perilaku siswa dianggap nakal oleh

seseorang tetapi tidak bagi yang lainnya.

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa di SMAN 7

MALANG

Kenakalan yang terjadi pada siswa merupakan hal yang wajar karena

kondisi yang ada pada siswa cenderung masih labil sehingga ia masih diombang-

ambingkan oleh segala sesuatu yang ada disekitar mereka. Begitu juga dengan

kenakalan/pelanggaran yang mereka lakukan dapat dikatakan sebagai aktualisasi

dari keadaan jiwa dan kebutuhan yang diinginkan. Akan tetapi kesemuanya itu

tidak mungkin terjadi dengan sendirinya tanpa ada faktor yang mempengaruhinya.

Berdasarkan hasil interview yang peneliti peroleh dari beberapa guru

tentang faktor-faktor penyebab kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain :

Hasil interview dengan bapak Drs. H. Budi Harsono, Kepala SMAN 7

Malang, menurutnya faktor yang melatarbelakangi terjadinya kenakalan siswa

karena adanya masalah yang terjadi di lingkungan rumah atau keluarganya

sehingga berdampak pada perilaku siswa di sekolah yang cenderung sering

membuat pelanggaran dan tidak mau mematuhi tata tertib sekolah. Disamping

karena factor lingkungan di rumah atau di keluarganya, bisa juga karena factor

dari lingkungan masyarakatnya. Beliau menjelaskan bahwa siswa yang sering

membuat ulah yang sering melanggar peraturan sekolah seringkali dipengaruhi

oleh teman-teman di lingkungan masyarakatnya karena dalam pergaulannya

mereka sudah terlalu bebas sehingga sangat mungkin terpengaruh oleh teman-

teman bermainnya.

Penjelasan dari Bapak Kepala Sekolah juga dibenarkan oleh Guru BP

yaitu bapak Bapak Drs. Widjayadi. Menurutnya dari beberapa kasus yang terjadi

sering kali yang menjadi faktor penyebab kenakalan siswa yaitu faktor keluarga

dan pengaruh dari lingkungan masyarakatnya. Teman sepermainan di lingkungan

masyarakat mempunyai pengaruh besar terhadap tingkah laku siswa di sekolah.

Pergaulan yang sudah terlalu bebas akhirnya berakibat kepada tindakan

pelanggaran tata tertib sekolah.

Sedangkan faktor dari keluarga, menurutnya juga merupakan faktor

penyebab kenakalan siswa, karena dalam keluarga siswa tersebut mengalami

keretakan atau orang tuanya bercerai sehingga anaknya tidak terurus dengan baik

akhirnya berakibat kepada tingkah laku siswa yang sulit diatur ataupun sering

melanggar tata tertib sekolah.

Begitu juga hasil interview dengan Ibu Maesaroh, beliau menyebutkan

bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi kenakalan siswa, antara lain :

a. Faktor keluarga ; Broken Home (perceraian keluarga), menurut beliau

sangat berpengaruh terhadap jiwa siswa, karena siswa tidak mendapat

ketenangan dalam keluarga, kurang perhatian dari orang tua, adanya ke

tidak harmonisan tersebut menyebab terjadinya kenakalan siswa, termasuk

juga faktor ekonomi.

b. Faktor lingkungan ; terpengaruh dengan pergaulan dari luar yang terlalu

bebas. Pergaulan siswa dalam lingkungan keseharian mereka juga

merupakan salah satu faktor penyebab kenakalan siswa. Sehingga siswa

harus benar-benar bisa memilih dan memilah dalam bergaul dengan teman

dan lingkungannya. Menurut beliau lingkungan yang baik akan membawa

siswa kepada sikap dan perbuatan yang baik dan begitu pun sebaliknya

Sedangkan hasil interview dengan Ibu Mutmainah, faktor-faktor yang

melatar belakangi terjadinya kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain :

a. Ingin diperhatikan.

b. Perhatian dari orang tua kurang.

c. Terpengaruh pergaulan bebas.

d. Terpengaruh teman bermain.

Lain lagi dengan penjelasan Bapak Subandi mengenai faktor-faktor

yang melatar belakangi kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain :

a. Latar belakang ekonomi yang kurang mampu.

b. Orang tua tidak memperhatikan.

c. Pergaulan di lingkungannya yang terlalu bebas.

Tapi dari hasil interview dengan Bapak Mulyono, menurutnya selain

faktor dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, yang juga sangat

berpengaruh terhadap penyebab kenakalan siswa adalah dari pribadi masing-

masing siswa yang kebanyakan malas dalam belajar. beliau mengidentifikasi

faktor-faktor penyebab kenakalan siswa antara lain :

a. Semangat belajar rendah.

b. Untuk membeli buku sulit.

c. Perpustakaan kurang representatif.

d. Terlambat masuk kelas.

e. Kurang perhatian dalam mengikuti pelajaran.

Sedangkan hasil interview dengan Bapak Alwan, menurutnya ada

beberapa faktor penyebab kenakalan siswa, antara lain :

a. System pendidikan yang masih menerapkan system sekuler.

b. Pengaruh pergaulan di luar.

c. System di sekolah belum mendukung.

d. Perangkat atau media kurang lengkap.

e. Contoh keteladanan dari guru kurang sehingga banyak terjadi pelanggaran

yang dilakukan oleh siswa.

Dan hasil interview dengan Bapak Sajid, beliau menyebutkan ada dua

kategori yang menjadi faktor penyebab kenakalan yang dilakukan oleh siswa,

pertama lingkungan rumah atau keluarga. Keluarga sangat berperan terhadap

perkembangan anak. Kalau dalam keluarga itu mengalami disharmoni sering

terjadi pertengkaran maka bisa berdampak pada perilaku anak di sekolah yang

pada akhirnya sering melakukan tindakan-tindakan menyalahi peraturan sekolah.

Kedua lingkungan masyarakat (teman bermain). Beliau menambahkan,

celakanya lagi kalau dalam lingkungan keluarga sudah tidak harmonis diperparah

dengan salah dalam memilih teman bermain yang akhirnya justru merugikan diri

anak tersebut. Sehingga perilaku anak di sekolahan cenderung membuat onar dan

melanggar peraturan sekolah.

Sebagaimana hasil dari interview dengan para guru tentang faktor-

faktor penyebab kenakalan siswa, diperkuat juga dengan hasil interview dengan

beberapa siswa yang mengungkapkan bahwa perbuatan negatif yang dilakukan

oleh siswa berasal dari mencoba-coba dan akhirnya melakukan. Hal ini memang

karakter seorang siswa yang senantiasa timbul rasa ingin mencoba-coba yang

menurutnya masih baru. Selain itu, masa remaja bagi siswa adalah masa transisi

untuk mencari jati diri sehingga timbul perasaan selalu dan selalu ingin

diperhatikan.

D. Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah

kenakalan siswa di SMAN 7 Malang

Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan

siswanya dilaksanakan secara preventif (pencegahan) dan secara kuratif

(penyembuhan) penjelasan berikut memaparkan beberapa upaya yang dilakukan

oleh guru pendidikan agama Islam yaitu :

a. Upaya Preventif (pencegahan) dalam mengatasi kenakalan siswa.

Upaya preventif guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi

kenakalan siswa bertujuan untuk mencegah agar tidak terjadi kenakalan yang

serupa dari siswa lainnya. Selain itu upaya ini juga bertujuan untuk

menghindarkan siswa dari berbagai bentuk kenakalan yang berupa pengaruh dari

siswa lainnya. Selain upaya ini juga bertujuan untuk menghindarkan siswa dari

bentuk kenakalan lainnya yang bukan tidak mungkin akan mempengaruhi

perkembangannya. Sebab masalah kenakalan tersebut berkembang dari

lingkungan sosial seperti Penggunaan Narkoba, Mabuk-mabukan, judi/taruhan

dan sebagainya.

Oleh karena itu sebelum semua mempengaruhi perkembangan mental

siswa, guru Pandidikan Agama Islam berkewajiban melakukan langkah-langkah

preventif untuk mencegahnya. Berdasarkan hasil interview dengan Bapak Alwan,

beliau menyebutkan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kenakalan

siswa di SMAN 7 Malang, antara lain :

1. Adanya kegiatan PHBI.

2. Adanya kegiatan Ramadhan.

3. Proses keteladanan yang dilakukan guru untuk meminimalisir perilaku

siswa yang masih cenderung labil dan suka meniru perilaku orang lain.

4. Memberdayakan organisasi ekstra dengan segala macam programnya

khususnya Badan Dakwah Islam.

5. Program pondok ramadhan.

6. Mentoring yaitu dengan membagi – bagi kelompok yang kemudian diisi

dengan kajian agama Islam. Materi yang diajarkan meliputi akidah,

akhlak, fiqh, syari’at, ibadah dan dakwah.

Sedangkan hasil interview dengan Ibu Maysaroh tentang upaya –

upaya yang dilakukan dalam mengatasi kenakalan siswa adalah :

1. Memberi contoh secara konkrit.

2. Mengingatkan.

3. Menasehati.

4. Diajak dialog / sharing tentang masalahnya.

5. Setiap 1 minggu sekali diadakan kajian agama membahas tentang

berbagai masalah yang meliputi akidah, akhlak, fiqh, ibadah.

Dan hasil interview dengan Bapak Sajid, beliau mengatakan bahwa

upaya yang dilakukan dalam mengatasi kenakalan siswa sama halnya dengan

kebanyakan guru yang lainnya. Artinya sama yaitu sebagai guru sudah pasti akan

melakukan upaya semaksimal mungkin agar anak didiknya tidak sampai

terjerumus dalam melakukan hal – hal negatif. Beberapa upaya yang dilakukan

antara lain :

1. Pendekatan guru terhadap siswa perlu dilakukan secara intens untuk

mencegah perilaku siswa yang berlebihan.

2. Mengadakan istighosah.

3. Adanya kegiatan mentoring kegiatan pembelajaran atau pendalaman

ajaran agama Islam.

4. PHBI.

5. Pondok Ramadhan.

Dari beberapa upaya yang dilakukan oleh guru agama dalam

mengatasi kenakalan siswa, kegiatan mentoring, PHBI, dan pondok ramadhan

merupakan kegiatan rutin yang sudah menjadi agenda utama guru agama Islam.

Kegiatan mentoring dilakukan setiap hari jum’at setelah melaksanakan sholat

jum’at. Dari kegiatan mentoring yang dilakukan setiap satu minggu sekali cukup

memberikan pencerahan dan pemahaman tentang agama Islam sehingga ilmu

yang diperoleh dalam kegiatan mentoring dapat diaplikasikan dalam kehidupan

sehari – hari.

b. Upaya Kuratif

Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan yang

bersifat kuratif (penyembuhan) dilaksanakan dengan jalan mengadakan

pendekatan kepada siswa yang bermasalah dan diharapkan dapat berjalan efektif

dalam mengatasi kenakalan siswa.

Upaya kuratif guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi

kenakalan siswa bersifat general artinya dari hasil interview dengan ketiga guru

Pendidikan Agama Islam diperoleh jawaban yang hampir sama dalam menangani

siswa yang bermasalah. Langkah – langkah yang diambil oleh ketiga guru

Pendidikan Agama Islam merupakan langkah – langkah yang sudah semestinya

yang dilakukan oleh seorang guru dalam menangani siswanya yang bermasalah.

Beberapa langkah yang ditempuh oleh ketiga guru Pendidikan Agama Islam

didasarkan pada jenis kenakalan dan faktor penyebabnya, antara lain :

1. Langkah penanganan secara umum

Langkah penanganan secara umum yang dilakukan guru Pendidikan

Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa :

a. Memberikan teguran dan nasihat kepada siswa yang bermasalah dan

menggunakan pendekatan keagamaan.

b. Memberikan perhatian khusus pada siswa yang bermasalah yang

dilakukan secara wajar agar tidak tercipta kecemburuan sosial.

c. Menghubungi orang tua siswa/wali siswa perihal kenakalan siswanya

agar mereka mengetahui perkembangan putranya.

2. Langkah penanganan secara khusus

Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengadakan penanggulangan

masalah secara khusus kepada siswa yang terlibat kenakalan dilaksanakan dengan

pendekatan khusus, perkasus secara individual. Beberapa hal yang dilakukan guru

Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan masalah ini antara lain : Untuk

mengatasi timbulnya kenakalan siswa sebab kurangnya perhatian orang tua

langkah yang ditempuh adalah :

a. Memberikan bimbingan dengan pengertian kepada anak akan cinta kasih

dan kasih sayang orang tua dalam mencari nafkah bagi dirinya.

b. Memberikan kontrol terhadap tindak dan tingkah laku siswa berupa

perhatian khusus yang diberikan kepadanya secara wajar.

c. Memberikan perhatian kepadanya berupa tanggung jawab kepada dirinya

agar pada dirinya muncul rasa percaya diri dan tanggung jawab pada

kegiatan yang dilaksanakan.

Untuk mengatasi kenakalan siswa akibat pengaruh lingkungan hal-hal

yang dilakukan adalah :

a. Senantiasa memberikan pengertian kepada siswa tentang berbagai hal

yang perlu ditiru (diteladani) dan yang perlu dicontoh.

b. Memantau perkembangan siswa dan bila terjadi penyimpangan tingkah

laku yang membahayakan untuk segera mungkin diambil pemecahan.

c. Mengharuskan siswa untuk berbuat baik sesuai dengan aqidah agama serta

mampu bertingkah laku sesuai dengan aturan norma dan tata tertib yang

ada di sekolah.

Dari hasil interview dengan ketiga guru Pendidikan Agama Islam,

upaya kuratif yang dilakukan dalam mengatasi kenakalan siswa tentunya juga

bekerjasama dengan guru – guru mata pelajaran lain dan khususnya dengan guru

BP. Menurut Ibu Maysaroh ketika menghadapi siswa yang sudah melampaui

batas toleransi maka siswa yang bersangkutan diserahkan ke guru BP untuk

diberikan sanksi dan kalau masih saja tetap melakukan pelanggaran maka sudah

menjadi kewenangan Kepala Sekolah untuk di keluarkan dari sekolah atau

diberikan kesempatan agar tidak mengulangi pelanggaran lagi.

Begitu juga dengan Bapak Alwan dan Bapak Sajid, ketika upaya

preventif dan upaya kuratif sudah dilakukan semaksimal mungkin tetapi kalau

siswa yang bersangkutan tetap saja mengulangi perbuatannya maka langkah yang

kemudian dilakukan yaitu dengan menyerahkan siswa yang bersangkutan ke guru

BP. Tetapi kalau dalam penanganan guru BP siswa yang bersangkutan masih sulit

untuk merubah perilakunya maka langkah terakhir diserahkan kepada Kepala

Sekolah untuk diberikan sanksi dikeluarkan dari sekolah.

Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah

kenakalan siswa merupakan usaha dan tindakan yang memang harus dilakukan

dalam rangka membimbing dan mendidik anak didik. Permasalahan yang

dihadapi guru dalam mendidik dan membimbing anak didiknya sangat komplek.

Sebab usia anak yang menginjak remaja mengalami penyesuaian diri yang

berawal dari adanya tuntutan kebutuhan biologis pada diri anak, serta untuk

memperoleh kesenangan. Apabila kebutuhan yang demikian itu terhalang atau

tidak terpenuhi, maka terjadilah frustasi, yakni perasaan kecewa sebab terjadinya

kegagalan dalam mencapai keinginan. Rasa frustasi itulah yang kemudian

menimbulkan berbagai aspek psikologi, misalnya sikap iri, benci, permusuhan,

berprsangka dan sebagainya.

Sedangkan anak yang tidak bisa melepaskan diri dari perasaan kecewa

tersebut akan mengalami ketidakmampuan didalam mengadakan penyesuaian diri

dengan lingkungannya. Ketidakmampuan yang demikian itu akhirnya

berkembang menjadi penyimpangan tingkah laku/kenakalan. Bagi guru

Pendidikan Agama Islam permasalahan ini harus dipahami sepenuhnya agar dapat

memberikan solusi yang tepat, apabila menghadapi berbagai kenakalan siswanya.

Oleh karenanya masalah kenakalan siswa tentunya tidak saja menjadi

tanggung jawab guru agama saja melainkan harus ada kerjasama yang simultan

dari para guru untuk bisa menanggulangi masalah tersebut. Sehingga harapan dan

cita – cita bersama dapat terwujud.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis jelaskan dalam bab-bab dimuka, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang sebagai berikut: a. Melanggar

ketentuan seragam sekolah, b. Tidak masuk sekolah tanpa izin/keterangan,

c. Pulang belum waktunya, d. Tidak mengikuti upacara, e. Kelengkapan

seragam kurang, f. Di kantin waktu jam pelajaran, g. Berambut panjang

bagi laki – laki /dicat, h. Ramai saat pelajaran berlangsung, i. Merokok,

j. Tidak mengerjakan tugas, k. Tidak mengikuti pelajaran dan bermain

playstation

2. Faktor penyebab kenakalan siswa di SMAN 7 Malang adalah :

1)Lingkungan keluarga : Broken home/perceraian orang tua, kurang

perhatian dan kurang kasih sayang dari orang tua, 2)Lingkungan

masyarakat : Salah dalam memilih teman bermain, pengaruh pergaulan

yang sudah terlalu bebas.

3. Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah kenakalan

siswa di SMAN 7 Malang, Bersifat Preventif yaitu: Kegiatan PHBI,

Kegiatan Ramadhan, Istighosah, mentoring/ kajian agama Islam. Bersifat

Kuratif yaitu :

1) Langkah penanganan secara umum berupa :

a) Teguran dan nasehat dengan pendekatan keagamaan.

b) Memberikan perhatian khusus secara wajar kepada siswa yang

bermasalah.

c) Melakukan kerjasama dengan orang tua siswa yang bermasalah

dalam mengatasi kenakalan anaknya.

2) Langkah penanganan secara khusus bagi siswa yang bermasalah

dengan jalan melakukan pendekatan kasus perkasus secara

individual.

B. Saran

Berikut ini merupakan sumbangan pemikiran atau saran peneliti

tentang beberapa hal yang bersifat kondusif. Demi keberhasilan upaya guru agama

Islam dalam mengatasi kenakalan siswa yaitu :

1. Untuk mencapai hasil yang maksimum dalam mengatasi kenakalan siswa

hendaknya guru Pendidikan Agama Islam meningkatkan kerjasama

dengan sesama guru maupun pihak-pihak terkait dalam pengelolaan

pendidikan dalam lembaga tersebut.

2. Agar terjadi komunikasi kondusif antar sekolah, orang tua, masyarakat

disarankan agar pihak sekolah terutama guru Pendidikan Agama Islam

melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat, orang tua siswa,

baik melalui saluran kelembagaan yang ada.

3. Hendaknya guru Pendidikan Agama Islam menyadari bahwa pendidikan

agama bukanlah sekedar pengetahuan agama dan melatih ketrampilan

anak dalam melaksanakan ibadah akan tetapi lebih luas dari pada itu yaitu

membentuk kepribadian anak menuju terciptanya insan kamil.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Amin, Muhammad, 1992. Pengantar Pendidikan Islam. Pasuruan: Goreda Boena Islam.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta. Darajat, Zakiyah. 1995. Remaja Harapan Dan Tantangan. Jakarta: Ruhama.

---------. 1978. Membina Nilai-Nilai Moral. Jakarta: Bulan Bintang.

---------. 1989. Kesehatan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.

---------(dkk). 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Faisal, Sanafiah. 1998. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.

Ghafir, Abd (dkk). 1983. Metodologi Pendidikan Islam. Solo: Ramdhani.

Gunarsa, Singgih. 1998. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Ihsan, Hamdani. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Khir Fatimah, Muhammad. 2002. Etika Muslim Sehari-Hari. Jakarta Timur: Pustaka al-Kausar.

Langulung, Hasan. 1998. Pendidikan Islam Menghadapi Abad XXI. Jakarta: Al-

Husna. Muhaimin, (dkk). 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media.

Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Ramaja Rosdakarya.

Moleong, J. Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Rustam, Tabrani. 1992. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Sahartian, Piet dan Ida Alieda Sahartian. 2002. Supervise Pendidikan Dalam

Ramgka Program Inservice Education. Jakarta: Rineka cipta. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru al-Gasindo. Sri Sulastri Rifa’i Melly. 1987. Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung: Bina

Aksara Remaja. Suryo Broto, Samadi. 1993. Psikoloagi Perkembangan. Yogyakaarta: Rake

Sarasana. Soesilowindradini. 1998. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Sudarsono. 1990. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1997. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Shalih al-Ustman, Syaikh Muhammad. 1998. Problematika Remaja Dan

Solusinya Dalam Islam. Solo: at-Tibyan. Purwanto, Ngalim. 1995. Ilmu Pendidikan Islam Dan Teoritis Praktis. Bandung:

Rosdakarya. Wirawan Sarwono, Sarlito. 1989. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Zuhairini (dkk). 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo: Ramadhani.