Isu Murtad dalam Kalangan Saudara Baru: 1 Kajian di Selangor
Strategi Mengatasi Korupsi di Kalangan Pejabat
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Strategi Mengatasi Korupsi di Kalangan Pejabat
STRATEGI MEMBERANTAS KORUPSI DI KALANGAN
PEJABAT PEMERINTAH YANG MERUGIKAN
KEUANGAN NEGARA
MAKALAH
Oleh:
IRA DHATUL HASANAH
NIM 130210301035
PENDIDIKAN EKONOMI
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
DAFTAR ISI
1
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….... 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………….. 2
1.4 Manfaat……………………………………………………………… 3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Penyebab korupsi di Indonesia……………………………………… 4
2.2 Perkembangan korupsi di Indonesia…………………………………
8
2.3 Dampak yang ditimbulkan
korupsi………………………………….12
2.4 Peran lembaga-lembaga terkait dalam
memberantas korupsi………16
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………………..20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….21
2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah korupsi adalah masalah besar dan rumit
yang dihadapi oleh Negara kita sekarang ini. Masalah
korupsi adalah masalah yang banyak seginya, banyak
sangkut-pautnya dan tidak tentu ujung pangkalnya.
Selain itu masalah korupsi merupakan masalah yang
sudah mendarah daging dalam diri setiap rakyat
Indonesia, karena itu masalah korupsi bukan
merupakan masalah yang baru bagi Bangsa ini. Oleh
karena itu sangat sulit untuk mencegah masalah ini.
Korupsi berasal dari bahasa latin “corruputio” atau
“corruptus” yang berarti kerusakan atau kebobrokan.
Menurut kamus Bahasa Indonesia karangan WJS
3
Purwadarminta (1976) pengertian korupsi adalah
Korup : Busuk, buruk, suka menerima uang sogok,
memakai kekuasaan untuk kepentingna sendiri dan
sebagainya. Jadi korupsi memiliki pengertian yang
sangat luas, selain itu korupsi juga sering
didefinisikan perilaku pejabat publik, mau politikus
atau pegawai negeri, yang secara tidak wajar
berusaha untuk memperkaya diri sendiri, orang lain
atau lembaga dengan cara menyalahgunakan kekuasaan
publik yang dipercayakan kepada mereka yang secara
langsung merugikan Negara.
Korupsi tidak terjadi begitu saja, ada faktor-
faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor-faktor yang
menjadi penyebabnya yaitu faktor sejarah,
kebudayaan, ekonomis, struktur, dan partai politik.
Dari faktor-faktor di atas faktor ekonomis adalah
faktor yang paling berpengaruh dalam kegiatan
korupsi dan pelaksanaannya pun mudah dilakukan,
karena kurangnya pengawasan dari pemerintah dan
masyarakat.
Korupsi di Indonesia mengalami perkembangan setiap
tahunnya. Bangsa Indonesia mengenal korupsi sebelum
Indonesia Merdeka yang didorong oleh kekuasaan,
kekayaan dan wanita. Setelah itu korupsi terus
berkembang dari masa ke masa, setelah kemerdekaan,
masa Orde Baru sampai Reformasi sekarang ini. Dan
4
korupsi sangat berkembang sejak awal perkembangannya
dan ini dibuktikan dengan Indonesia menduduki
peringkat ke 3 dunia.
Korupsi di Indonesia sudah sangat memprihatinkan
dan hal ini berdampak buruk bagi Negara kita.
Dampak-dampak yang ditimbulkan akibat korupsi yaitu
merugikan Negara dan dapat merusak sendi-sendi
kebersamaan bangsa. Korupsi dapat merugikan Negara
karena dapat menghambat pemerintah dalam menjalankan
kegiatan perekonomian yang berdampak langsung pada
penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat. Di
tinjau dari sudut apapun, korupsi tidak memberikan
manfaat.
Masalah korupsi adalah masalah yang kompleks dan
tidak ada ujung pangkalnya. Namun meskipun demikian
korupsi tetap harus di cegah dan di berantas supaya
dapat mengurangi korupsi di Indonesia. Dalam
mencegah korupsi perlu kerjasama dari berbagai pihak
dan lembaga terkait, begitu pula dengan cara
memberantas korupsi juga perlu adanya kerjasama
antara dari berbagai pihak lapisan masyarakat dan
lembaga pemerintahan untuk membersihkan Indonesia
dari Korupsi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa penyebab korupsi di Indonesia?
5
1.2.2 Bagaimana perkembangan korupsi di Indonesia?
1.2.3 Bagaimana dampak yang ditimbulkan korupsi?
1.2.4 Bagaimana peran lembaga-lembaga terkait dalam
memberantas korupsi?
1.3 Tujuan
Untuk mendeskripsikan pengertian korupsi
Untuk mendeskripsikan perkembangan korupsi di
Indonesia
Untuk mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan
korupsi
Untuk mendeskripsikan peran lembaga terkait dalam
mencegah dan memberantas korupsi
1.4 Manfaat
Bagi Penulis : Memberikan pengetahuan tentang apa
korupsi itu, apa penyebab seseorang
melakukan korupsi dan bagimana kiat-kiat
untuk memberantas korupsi, karena kata
tersebut hamper setipa hari saya dengar,
baik itu di media massa, media cetak
serta media sosial lainnya.
Bagi Pembaca : Memberikan pengetahuan tentang
korupsi serta dapat dijadikan acuan
dalam rang menganalisis tentang korupsi
6
di Indonesia untuk di kembangkan kembali
menjadi karya ilmiah ataupun sumber
informasi dalam menyikapi korupsi.
Bagi Masyarakat : Memberika pengetahuan tentang
bagamana cara untuk menghindari korupsi
dalam kehidupa sehari-hari dan
melaporkan kepada pijak yang berwajib
jika ada praktek dalam masyarakat yang
mengarah pada tindak pidana korupsi,
supaya masyarakat tidak apatis terhadap
perkembangan korupsi yang semakin subur.
7
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Penyebab korupsi di Indonesia
2.1.1 Faktor Sejarah
Sejarah banyak memberikan pengaruh bagi
terjadinya tindak pidana korupsi. Hal ini
dikarenakan sejarah merupakan sebuah peristiwa
yang banyak mengandung makna dan dijadikan sebagai
pedoman atau tata cara melakukan sesuatu. Dan
sebagai pemuda-pemuda bangsa kita harus selektif
dalam mempelajari suatu sejarah, jangan mengambil
informasi yang tidak baik dari sejarah suatu
masyarakat seperti halnya korupsi. Korupsi muncul
dan berkembang jauh sebelum Indonesia Merdeka.Dan
hal ini berawal pada masa kolonial Belanda.
Clive Day (1966:100-103), “orang-orang yang bekerja pada kompeni Belandaitu “menerima gaji yang terlalu rendahdan mudah terkena tiap godaan yangdiberikan oleh gabungan dari organisasipribumi yang lemah, peluang yang luarbiasa dalam perdagangan dan pengawasanyang hamper tidak ada sama sekali dariNegara asal atau di Jawa…Pejabat menjadikaya karena mencuri dari perusahaaan.Beberapa bentuk pencurian datang padawaktunya untuk berhak mendapat nama yangkurang kasar, karena bebtuk-bentuk itu
8
begitu baru dan terbuka, sehingga dapatdianggap legal.”
Korupsi dan sejarah adalah dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Ini dikarenakan korupsi
muncul karena ada sejarah dan tata cara tentang
korupsi di masa lalu. Korupsi yang terjadi di
Indonesia mendapat pengaruh yang besar dari
Belanda. Sejarah mencatat Indonesia dijajah oleh
Belanda kurang lebih 3,5 abad. Artinya korupsi
yang terjadi saat bersumber dari sejarah Bangsa
Indonesia sendiri.
2.1.2 Faktor Kebudayaan
Kebudayaan merupakan suatu kebiasaan yang
dilakukau oleh individu atau sekelompok orang
yang akhirnya membentuk suatu kebudayaan.
Kebudayaan tumbuh dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Kebudayaan yang dimiliki Bangsa
Indonesia sangat beragam dan tiap daerah memiliki
budaya masing-masing. Setiap perilaku perbuatan
dan yang dilakukanberawal dari kebudayaan yang ada
di masyarakat.
Korupsi berkembang di Indonesia seiringan
dengan budaya korupsi. Korupsi sudah menjadi
budaya masyarakat Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari. Korupsi sudah ada sejak zaman
9
penjajahan Belanda akibat dari ketidakadilan yang
dilakukan oleh kolonial Belanda terhadap rakyat
Indonesia. Kolonial Belanda menerapkan korupsi
dalam semua bidang kehidupan mulai dari kekuasaan,
pelasanaan pemerintahan dan penindasan terhadap
rakyat Indonesia.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia,
penduduk desa yang sekarang anik derajatnya
menjadi seorang pegawai pemerintahan baik itu
tingkat kota atau daerah mempunyai perilaku dan
nilai korup yang dianggap legal. Ini dikarenakan
sebagian besar pegawai negeri dilahirkan dan
dibesarkan di desa dan di dalam diri mereka pasti
sudah membawa nilai-nilai tradisional ke dalam
jabatan mereka. Inilah yang menyebabkan korupsi
tertanam di dalam diri rakyat Indonesia dan
membuat gerakan anti-korupsijarang bertahan
terlalu lama.
2.1.3 Faktor Ekonomis
Kebutuhan adalah faktor yang menjadi alasan
utama seseorang melakukan korupsi. Manusia selalu
berusaha untuk memenuhi kebutuhannya melalui
berbagai cara. Dengan kebutuhan yang
beraneakaragam yang mendorong manusia menghalalkan
berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
10
yang dilakukan oleh mereka yang ingin cepat kaya
dan pemerintah harus berupaya untuk mengatasi
masalah tersebut.
Sejak awal zaman penjajahan, gaji yang tidak
cukup untuk pegawai Indonesia menjadi masalah
terus-menerus. Ini menggambarkan kesenjangan yang
berlaku antara gaji pokok pemerintah dan kebutuhan
minimal rupiah tiap bulan dari berbagai kelompok
pegawai negeri. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
seorang pejabat pun dapat hidup dengan gajinya
dari pemerintah saja. Di sinilah dibutuhkan peran
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya dengan menaikkan upah dan gaji bagi
pegawai negeri dan menetapkan UMR.
2.1.4 Faktor Struktur
Pembatasan yang nyata terdapat pada
kemampuan para pembuat kebijakan untuk melakukan
pembaruan struktur yang berkembang. Mereka tidak
dapat mengubah sejarah dan kebudayaan Indonesia.
Akan tetapi ada hubungna antara korupsi dengan
struktur pemerintah sekarang. Ini menunjukkan
bahwa struktur desentralisasi sangat memungkinkan
korupsi yang menyebabkan korupsi tidak dapat
dihindarkan. Hubungan antara Wakil Rakyat di pusat
11
dengan daerah menimbulkan praktek-praktek korupsi
yang tidak bisa dihindarkan.
World Bank menyatakan bahwa “LahirnyaUndang-Undang Otonomi Daerah ternyatatidak serta-merta membawa angin segarbagi pemberantasan korupsi. Faktanya,korupsi justru semakin tumbuh subur diera desentralisasi.”
2.1.5 Faktor Partai Politik
Partai-partai politik, khususnya partai
politik baru rentan akan tindak pidana korupsi.
Hal ini dikarenakan partai politik baru lebih
banyak membutuhkan pembiayaan yang tinggi dan
hanya dapat dipenuhi secara tidak teratur dan
biasanya terjadi pada negara-negara berpenghasilan
rendah seperti Indonesia. Investasi organisasi dan
pembelian dukungan memerlukan uangyang tidak
sedikit dan cara termudah adalah dengan mengambil
uang negara. Ini membuktikan bahwa partai politik
menpunyai peran bagi terlaksananya korupsi di
kalangan pejabat pemerintah.
2.1.6 Hukum yang Tidak Tegas dan Kurang Konsisten
Negara Indonesia telah mengatur tindak
pidana korupsi dalam instrument perundang-
undangan.Namun, kenyataannya implementasi
12
perundang-undangan tersebut tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Seringkali, para pelaku
korupsi mendapatkan hukuman di bawah standar
hukuman penjaradan denda yang tercantumdalam
pasal-pasal perundang-undangan tersebut. Hasilnya
hokum dianggap ‘loyo’ dalam memberantas korupsi,
kolusi dan nepotisme, serta dianggap gagal dalam
memberantas korupsi.
2.1.7 Apatis Masyarakat
Ketidakpedulian masyarakat terhadap para
penyelenggara pemerintah, mempengaruhi semakin
mudahnya tindak pidana korupsi, kolusi dan
nepotisme dilakukan. Banyak orang yang tahu bahwa
perbuatan tidak terpuji tersebut telah dilakukan
seseorang, namun mereka lebih memilih diam karena
menganggap bukan mereka yang dirugikan dari
perbuatan tersebut. Selain itu mereka juga tidak
peduli terhadap perbuatan yang dulakukan oleh
orang lain.
2.1.8 Norma Agama yang Semakin Luntur
Segala perbuatan yang tidak terpuji di muka
bumi ini disebabkan karena penyerapan norma-norma
agama yang semakin dangkal. Hal ini dikarenakan
kurangnya pengetahuan akan agama yang berkembang
13
di masyarakat mulai luntur terkikis peradaban
zaman yang semakin modern dan serba boleh. Agama
merupakan pondasi seseorang dalam bertindak dan
mengambil suatu keputusan, jika seseorang sudah
jauh dari agamanya maka segala tindakan dan
perbuatannya tidak akan sesuai dengan ajaran
agamanya. Akibatnya norma agama ditinggalkan dan
luntur oleh waktu dan digantikan dengan perbuatan
yang serba boleh termasuk melakukan KKN.
2.2 Perkembangan korupsi di Indonesia
Perkembangan peradaban dunia semakin hari seakan-
akan berlari menuju moderniasasi. Perkembangan yang
selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan
tampak lebih nyata. Seiring itu pula kejahatan juga
senantiasa mengalami perkembangan zaman dan
bertransformasi ke dalam bentuk-betuk yang semakin
canggih dan beraneka ragam. Kejahatan dalam bidang
teknologi dan ilmu pengetahuan senantiasa turut
mengikutinya. Kejahatan saat ini memang tidak lagi
menggunakan cara-cara lama yang telah terjadi selama
bertahun-tahun seiring dengan usia bumi ini. Bisa kita
lihat contohnya seperti, kejahatan dunia maya
(cybercrime), tindak pidana pencucian uang (money
loundering), tindak pidana korupsi dan tindak pidana
lainnya.
14
Salah satu tindak pidana yang menjadi musuh
seluruh bangsa di dunia ini adalah korupsi.
Sesungguhnya fenomena korupsi sudah ada di masyarakat
sejak lama, tetapi baru menarik perhatian dunia setelah
perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia fenomena
korupsi sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Salah satu
bukti yang menunjukkan bahwa korupsi sudah ada dalam
masyarakat Indonesia zaman penjajahan yaitu adanya
tradisi pemberian upeti oleh beberapa golongan
masyarakat kepada penguasa setempat.
Kemudian setelah perang dunia kedua, muncul era
baru, gejolak korupsi meningkat di Negara yang sedang
berkembang, Negara yang baru memperoleh Kemerdekaan,
salah satunya Indonesia. Masalah korupsi sangat
berbahaya karena dapat mengahancurkan jaringna sosial,
yang secara tidak langsung dapat mengganggu ketahanan
nasional serta eksistensi suatu bangsa. Reimon Aron
seorang psikolog berpendapat bahwa korupsi dapat
mengundang gejolak revolusi, alat yang mampu
mengkreditkan suatu bangsa. Bukanlah tidak mungkin
penyaluran korupsi akan tumbuh semakin subur apabila
penguasa tidak secepatnya menyelesaikan masalah
korupsi.
Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik.
Bagi banyak orang korupsi bukan lagi suatu pelanggaran
15
hukum, melainkan hanya sekedar kebiasaan. Korupsi bukan
hal yang tabu lagi bagi masyarakat Indonesia. Korupsi
yang terjadi di Indonesia sudah terstruktur dengan
rapi. Di Indonesia praktik korupsi sudah sedemikian
parah dan akut. Korupsi seperti sebuah penyakit yang
menjalar ke sel-sel public organ public.
Prof. Dr. Selo Soemardjan (1998), “Dalamdasawarsa 1950-an ada seorang dosen diUniversitas Yogyakarta pada sebuah seminarmengatakan, bahwa korupsi di Indonesiasudah membudaya. Melihat perkembangankorupsi di kalangan pemerintahan dansedikitnya usaha untuk memberantasnya makaucapan dosen itu menyebar dan dibenarkanoleh banyak pemimpin serta pejabat yangmengecam korupsi, akan tetapi tidakmempunyai kekuatan untuk memberantasnya.Sekarang (1998) korupsi dikalanganpemerintahan sudah sudah tumbuh ke atasdalam hierarki dan mendatar ke daerah-daerah dengna kolusi yang melibatkanpemerintah dan pengusaha kaya untukmendapatkan keuntungan bersama. Ditambahlagi dengan gejala suap atau pungli(pungutan liar) yang disetorkankepadapejabat pemerintah yang memegang kekuasaanvital dala urusan business atau hokum bagiorang yang berkepentingan.”
Korupsi telah berkembang ke dalam sendi-sendi
kehidupan masyarakat Indonesia. Kehidupan masyarakat
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari korupsi, karena
tanpa di sadari korupsi telah dilakukan oleh
masyarakat Indonesia sendiri. Perilaku yang sering
16
dilakukan oleh masyarakat Indonesia yaitu pemberian
Gratifikasi baik itu kepada anak-anak atau orang
dewasa sebagai suatu penghargaan kepada mereka.
Gratifikasi dianggap korupsi jika kita menerima
hadiah yang tidak semestinya kita dapatkan.
Perkembangan korupsi di Inonesia di kelompokkan
sebagai berikut:
2.2.1 Era Sebelum Kemerdekaan
Sejarah sebelum Indonesia merdeka sudah
diwarnai oleh “budaya tradisi-korupsi” yang tida
henti karena didorang oleh motif kekuasaan,
kekayaan dan wanita. Kita dapat menyimak bagaimana
tradisi korupsi terjadi pada masa kekuasaan
Kerajaan Singosari yang disertai dengan perebutan
tahta. Perbutan kekuasaan ini bukan hanya
dilakukan pada masa kerajaan-kerajaan saja kan
tetapi juga dilakukan pada masa kolonial Belanda.
2.1.2 Era Setelah Kemerdekaan
Budaya korupsi sudah mendarah daging sejak
awal sejarah Indonesia dimulai, seperti telah
diuraikan di atas, rupanya muncul kembali di masa
setelah Kemerdekaan Indonesia, baik itu terjadi di
Era Orde Lama maupun di Era Orde Baru. Persoalan
korupsi sebenarnya adalah masyarakat yang belum
17
melihat kesungguhan pemerintah dalam upaya untuk
memberantas korupsi. Ibarat penyakit, sebenarnya
korupssudah ditemukan penyebabnya, namun obat
mujarab untuk penyembuhan belum bisa ditemukan.
2.2.3 Era Orde Baru
Pada pidato kenegaraan di depan anggota DPR/MPR
tanggal 16 Agustus 1967, Presiden Soeharto
menyalahkan rezim Orde Lama yang tidak mampu
memberantas korupsi sehingga, segala kebijakan
ekonomi dan politik berpusat di Istana. Pidato
tersebut member isyarat bahwa Soeharto bertekad
untuk membasmi korupsisampai ke akar-akarnya. Dan
sebagai wujud dari tekad tersebut tidak lama
kemudian dibentuklah Tim Pemberantasan Korupsi
(TPK) yang diketuai Jaksa Agung.
Tahun 1970, terdorong oleh ketidak-seriusan
TPK dalam memberantas korupsi seperti komitmen
Soeharto, mahasiswa dan pelajar melakukan unjuk
rasa memprotes keberadaan TPK. Perusahaan-
perusahaan negara seperti, Bulog, Pertamina,
serta Departemen Kehutanan banyak disorot
masyarakat karena dianggap sebagai sarang
korupsi. Maraknya protes dan unjuk rasa yang
dilakukan oleh mahasiswa. Akhirnya ditanggapi
Soeharto dengna membentuk Komite Empat
18
beranggotakan tokoh-tokoh tua yang dianggap
bersih dan berwibawa seperti Prof. Johannes, I.J
Kasimo, Mr. Wilopo dan A Tjokroaminoto. Tugas
utama mereka adalah membersihkan antara lain
Departemen Agama, Bulog, CV Waringin, PT
Mantrust, Telkom dam Pertamina. Namun temuan ini
tidak mendapat respon dari pemerintah. Ini
membuktikan bahwa korupsi sudah berkembang sampai
tingkatan yang tinggi karena telah meliputi
badan-badan lembaga negara (BUMN).
2.2.4 Era Reformasi
Jika pada masa Orde Baru dan sebelumnya
“korupsi” lebih banyak dilakukan oleh lembaga
elit pemerintahan, maka pada masa Reformsi hamper
seluruh elemen penyelenggara negara sudah
terjangkit “Virus Korupsi” yang sangat ganas. Di
era Orde Baru, korupsi sudah membudaya sekali,
kebenarannya tidak terbantahkan. Orde Baru yang
bertujuan untuk meluruskan dan melakukan koreksi
total tehadap ORLA serta melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, namun
terjadi justru Orde Baru lama-lama menjadi Orde
Lama juga dan Pancasila maupun UUD 1945 belum
pernah diamalkan secara murni, kecuali secara
“konsekuen” atau terlalu lama.
19
Kemudian, Presiden BJ Habibie mengeluarkan UU
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
yang bersih dan bebas KKN berikut pembentukan
berbagai komisi atau badan baru seperti KPKPN,
KPPU atau lembaga Ombudsman. Presiden berikutnya
Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan
Pemberantasa Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK).
Badan ini dibentuk dengna Keppres di masa Jaksa
Agung Marzuki Darusman dan dipimpin Hakim agung
Andi andojo. Namun di tengah semangat menggebu-
gebu untuk memberantas korupsi dari anggota tim
TGPTPK akhirnya dibubarkan. Sejak itu Indonesia
mengalami kemunduran dalam upaya pemberantasan
KKN. Nasib serupa tetapi tidak sama dialami oleh
KPKPN, dengan dibentuknya Komisi Pemberantasan
Korupsi, tugas KPKPN melebur masuk ke dalam KPK,
sehingga KPKPN sendiri hilang dan menguap.
Artinya, KPK-lah lembaga pemberantasan korupsi
terbaru yang masih eksis.
Korupsi di Indonesia sudah melampaui batas karena
bencana ini melanda tiga lembaga kekuasaan yaitu
eksekutif, legislstif dan yudikatif. “Korupsi yang
terjadi di Indonesia sudah melampaui batas tau bisa
dikatakan bangsa ini dilanda bencana korupsi,
terbukti sejumlah oknum aparat di tiga lemabaga
kekuasaan tersebut melakukan korupsi” kata Wiwieq--
20
sapaan akrab R. Siti Zuhro--kepada Antara Jateng,
Jumat pagi.
2.3 Dampak yang ditimbulkan korupsi
Kehidupan masyarakat Indonesia jauh dari
kesejahteraan. Kemiskinan di Indonesia setiap tahunnya
bukan mengalami penurunan tetapi sebaliknya,
kemiskinan di Indonesia meningkat setiap tahunnya.
Inilah yang menyebabkan tingkat kesejahteraan di
Indonesia sangat rendah. Pemerintah mempunyai
kewajiban untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang
dialami rakyatnya dengna melakukan berbagai cara,
salah satunya dengan memberikan bantuan, membuka
lapangan pekerjaan baru. Namun, hal tersebut tidak
dapat terwujud karena anggran yang semestinya
digunakan untuk kesejahteraan rakyat ternyata
dikorupsi oleh para penyelenggara pemerintahan. Jadi
korupsi sangat berdampak buruk terhadap kehidupan
rakyatnya karena dapat menurunkan tingkat
kesejahteraan rakyatnya.
2.3.1 Dampak Korupsi terhadap Perekonomian
Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor
publik dan meningkatkan pembelanjaan pemerintah
untuk sektor publik. Korupsi juga memberi
kontribusi pada nilai defisit fiskal yamg besar,
21
meningkatkan income inequality, dikarenakan korupsi
membedakan kesempatan individu dalam posisi
tertentu untuk mendapatkan keuntungan dari
aktivitas pemerintah pada biaya yang sesungguhnya
di tanggung oleh masyarakat. Ada indikasi yang
kuat, bahwa meningkatnya perubahan pada distribusi
pendapatan disebabkan oleh korupsi.
Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk
melakukan perbaikan dalam bentuk peraturan dan
control akibat kegagalan pasar (market failure).
Ketika kebijakan dilakukan dalam pengaruh korupsi
yang kuat maka pengenaan peraturan dan kebijakan,
misalnya, pada perbankan, pendidikan, distribusi
makanan dan sebagainya, malah akan mendorong
terjadinya inefisiensi. Korupsi mereduksi peran
fundamental pemerintah, mengurangi legitimasi dari
peran pasar pada perekonomian, dan juga proses
demokrasi. Pada akhirnya hal ini akan memberikan
pengaruh yang negative pada pertumbuhan ekonomi
yang dicapai.
Korupsi memperbesar angka kemiskinan, ini
sangat wajar. Selain dikarenakan program-program
pemerintah sebagaimana disebut di atas tidak
mencapai sasaran, korupsi juga mengurangi potensi
pendapatan yang mungkin diterima si miskin.
22
Beberapa tahun terakhir, banyak dilakukan
penelitian mengenai dampak yang ditimbulkan
korupsi dalam bidang perekonomian yaitu korupsi
mengurangi nilai investasi. Hal ini disebabkan
sejumlah investor kurang percaya untuk menanamkan
modalnya di Indonesia dan lebih memilih
menginvestasikannya ke negara-negara yang lebih
aman seperti Cina. Selain itu korupsi juga
mengurangi pengeluaran pada bidang pendidikan dan
kesehatan, mengurangi pengeluaran untuk biaya
operasi dan perawatan infrastruktur, menurunkan
produktivitas dari investasi publik dan
infrastruktur suatu negara, menurunkan pendapatn
pajak.
2.3.2 Orang semakin malas ikut Pemilu
Dengan korupsi yang semakin berkembang bahkan
sampai menyeret nama Hakim MK, ini menyebabkan
semakin rendahnya paetisipasi orang Indonesia
dalam pemilu. Bahkan fenomena penolakan untuk
terlibat dalam prosesi pemilu seperti kesediaan
terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap juga telah
muncul seperti dalam penolakan 11 ribu santri di
Jawa Timur. Ini dapat dilihat dari daftar Golput
yang semakin tinggi. Banyak data yang dikumpulkan
oleh Karyudi yang merupakan tenaga ahli di DPR
23
dari tiga pemilu di masa reformasi. Pemillu 1999
6,3%, Pemilu 2004 16% dan Pemilu 2009 29,1%.
Banyak yang meprediksi dalam pemilu 2014 nanti
angka Golput akan menembus 40%.
Angka-angka yang ditulis oleh Karyudi semankin
menambah pesimisme terhadap pemilu 2014. PPATIK
mengatakan bahwa lebih dari 2000 transaksi
keuangan yang mencurigakan dilakukan oleh anggota
DPR. ICW mencatat dalam tiga tahu terakhir 756
terdakwa dalam Pengadilan Tipikor kebanyakan
adalah anggota DPR/DPRD. Sejak paruh kedua tahun
2010 hingga akhir tahun 2013 tercatat 181
legislator terlibat korupsi. Khusus anggota DPR
pusat sejak tahun 1999 sedikitnya tercatat 94
anggota dewan melakukan korupsi. Dan kesimpulan
temuan PPATIK periode 2009-2014 paling banyak
terindikasi pencucian uang dan korupsi sebesar
42,71 %.
Angka-angka fantastis itu berbanding terbalik
dengan kinerja produk hasil pemilu. Kinerja
legislasi DPR sangat rendah. Selama tahun siding
2012-2013 DPR mengesahkan 33 RUU menjadi UU. Tahun
2012 DPR mengesahkan 30 RUU dari target 69 RUU.
Pada 2010 target 70 RUU masuk Prolegnas tetapi
hanya 18 RUU yang disahkan, pada tahun 2011 hanya
24
22 RUU yang disahkan. Angka-angka ini semakin
lengkap ditambah dengan Mahkamah Konstitusi yang
mencatat 11 UU yang digugat dan dilakukan uji
materi.
Lumrah saja kalau banyak orang tidak bisa
melihat manfaat yang baik dari penyelenggaraan
demokrasi lima tahunan ini. Bagaimana orang bisa
percaya jika di media massa yang melimpah pada
saat ini dipenuhi berita perilaku orang partai
politik dan politisi yang gontok-gontokan, debat
kusir, intelektual kelas kambing, korup, tukang
piknik dan pemalas. Akibatnya, orang semakin malas
ikut serta dalam pemilu karena dinilai hasil
diselenggarakannya pemilu tersebut hanya membuang-
buang waktu, tenaga dan menguras keuangan negara.
2.3.3 Demokrasi
Korupsi menunjukkan tantangan serius terhadap
pembangunan. Di dalam dunia politik, korupsi
mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang
baik dengan cara menghaucurkan proses formal.
Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislative
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di
pembentukan kebijakan, korupsi di sistem
25
pengadilan menghentikan ketertiban hukum dan
korupsi di pemerintahan publik menghasilkan
ketidakseimbangan dalam pelayanan
masyarakat.Secara umum korupsi mengikis kemampuan
institusi dari pemerintah, karena pengabaian
prosedur, penyedotan sumber daya dan pejabat
diangkat atau dinaikkan bukan karena prestasi.
Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit
legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi
seperti kepercayaan dan demokrasi.
2.3.4 Bagi Rakyat Miskin
Korupsi tentu saja berdampak sangat luas,
terutama bagi rakyat miskin di desa dan di kota.
Awalnya, korupsi menyebabkan Anggara Pembangunan
dan Belanja Nasional kurang jumlahnya. Untuk
memenuhi anggaran pemerintah menaikkan anggaran
pendapatan negara, salah satu contohnya dengan
menaikkan harga BBM. Pemerintah sama sekali tidak
mempertimbangkan akibat dari adanya kenaikan harga
BBM, akibatnya harga-harga kebutuhan pokok seperti
beras semakin tinggi, biaya pendidikan semakin
mahal dan pengangguran bertambah.
Tanpa disadari, masyarakat miskin telah
menyetor 2 kali kepada koruptor. Pertama,
masyarakat miskin membayar kewajibannya keapad
26
negara lewat pajak dan retribusi, misalnya pajak
tanah dan retribusi puskesmas. Namun oleh negara
hak mereka tidak diperhatikan, karena ‘uangnya
rakyat miskin’ tersebut telah dikuras untuk
kepentingan pejabat. Kedua, upaya menaikkan
pendapatan negara melalui kenaikan BBM, masyarakat
miskin ‘menyetor’ uang keapda negara untuk
kepentingan para koruptor, meskipun dengan dalih
untuk subsidi rakyat miskin. Padahal seharusnya
negara meminta kepada koruptor untuk mengembalikan
uang rakyat yang mereka korupsi, bukan sebaliknya,
malah menambah beban rakyat miskin.
Fenomena korupsi terjadi mulai dari pejabat di
Pusat (Jakarta), sampai pamong di tingkat desa
atau dusun. Pejabat tidak lagi memiliki kepedulian
kepada rakyat miskin yang terus menerus menderita.
Pejabat tanpa rasa bersalah dan malu terus menerus
menyakiti hati rakyatnya. Bahkan disaat Presiden
SBY memerangi setan korupsi ini, DPR dengan
mudahnya justru meminta Dana Serap Aspirasi. Ini
menjadi bukti dan daya bahwa korupsi adalah
budaya, bukan aib yang memalukan. Pemerintah yang
seharusnya menjadi mandate rakyat untuk memajukan
pembangunan dan mensejahterakan rakyat justru
seperti ‘Antara Ada dan Tiada’. Masyarakat sendiri
bingung dan saya sendiri sempat merinding, ketika
27
hamper setiap pagi di berita-berita media
elektronik maupun media cetak, tersiar banyak
pejabat yang ditahan karena diduga sebagai pelaku
korupsi.
2.4 Peran lembaga-lembaga terkait dalam memberantas
korupsi
2.4.1 Peran Pemerintah
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat
dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya pemerintah
melalui lembaga KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
dan aparat hukum yang lain seperti Kejaksaan dan
Polri. KPK yang ditetapkan melalui Undan-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak pidana Korupsi untuk mengatasi,
menganggulangi dan memberantas korupsi, merupakan
komisi independen yang diharapkan mampu menjadi
‘martir’ bagi para pelaku KKN. Selain itu KPK juga
mempunyai agenda sebagai berikut:
a. membangun kultur yang mendukung
pemberantasan korupsi,
b. mendorong pemerintah melakukan reformasi
public sector dengna mewujudkan good governance,
c. membangun kepercayaan masyarakat,
28
d. mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap
pelaku korupsi.
Selain melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi, pemerintah juga harus membuat kebijakan
anti-korupsi dengan cara:
a. selektif dalam memilih pegawai,
b. mengubah imbalan dan hukuman,
c. mengubah struktur hubungan atasan-pegawai-
klien,
d. mengubah sikap terhadap korupsi, dan
e. mengumpulkan dan menganalisis informasi
tentang korupsi.
2.4.2 Peran Lembaga Swadaya masyarakat
Selain pemerintah sebagai alat penyelenggara
negara dalam memberantas korupsi, LSM juga
mempunyai peran serta dalam memberantas korupsi di
Negara ini, salah satunya adalah sebagai berikut:
a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah
organisasi non-pemerintah yang mengawasi dan
melaporkan kepada public mengenai korupsi di
Indonesia dan terdiri dari sekumpulan orang
yang memiliki komitmen untuk memberantas
korupsi melalui usaha pemberdayaan rakyat
untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW
29
lahir di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1998
di tengah-tengah gerakan reformasi yang
menghendaki pemerintahan setelah Soeharto
yang bebas korupsi.
b. Transparency International (TI) adalh
organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di
Jerman sebagai organisasi nirlaba dan
sekarang menjadi organisasi non-pemerintah
yang bergerak menuju organisasi yang
demokratis. Publikasi tahunan oleh TI yang
terkenal adalah Laporan Korupsi Global.
Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks
Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 2004
menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota
terkorup di Indonesia. Dan sekarang
Indonesia menempati posisi ketiga negara
terkorup di dunia.
Dengan adanya lembaga swadaya masyarakat,
diharapkan dapat menekan laju korupsi di
Indonesia. Karena korupsi adalah masalah yang
sangat sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu,
LSM dapat membantu pemerintah memberantas korupsi
di Indonesia.
2.4.3 Peran Masyarakat
30
Selain pemerintah dan lembaga swadaya
masyarakat, masyarakat sendiri memiliki peran dalam
memberantas korupsi di negeri ini, yaitu dengan
melakukan:
a. menciptakan kepedulian semangat anti-
korupsi, penciptaan kepeduliantersebut
dapat dilakukan dengna cara mencari tahu
hal-hal yang berkaitan dengna korupsi,
sehingga berbekal pengetahuan tersebut
masyarakat mulai menjauhkan diri dari
perbuatan-perbuatan kecil yang sudah
dianggap budaya, yang pada hakikatnya
adalah akar dari korupsi itu sendiri,
misalnya memberikan uang pelican atau
menyogok petugsa pemerintah agar urusan
dalam pembuatan KTP, SIM atau sejenisnya
dapat cepat selesai dan lebih lancer. Tidak
hanya itu saja, berbekal pengetahuan akan
korupsi di lingkungan terdekat, seperti
keluarga dan lingkungan di mana mereka
tinggal.
b. Menjalankan peranannya sebagai watch dog.
Masyarakat sepatutnya menyadari peran
pentingnya sebagai watch dog bagi setiap
kebijakan atau keputusan yang diambil oleh
pengambilan keputusan oleh pemerintah
31
terdapat keputusan-keputusan yang tidak
masuk akal atau tidak berpihak kepada
kepentingan negara, masyarakat dapat
langsung mengambil tindakan nyata seperti
memprotes kebijakan tersebut agar
dievaluasi kembali (studi kasus untuk
dilakukan DPR RI, yang sudah sewarnya
mendukung kinerja KPK dalam penanganan
korupsi di Indonesia). Demikian pula halnya
apabila kasus-kasus korupsi telah
diberitakan oleh media massa, masyarakat
pun harus turut menjadi pengawas akan
keberlangsungan kasus tersebut sampai
akhirnya menemukan penyelesaian, apakah
terduga kasus korupsi dinyatakan terbukti
bersalah atau tidak. Itulah peran
masyarakat sebagai watch dog sangatlah
penting. Adapun beberapa masyarakat yang
dimaksud dalam poin ini adalah media massa,
lembaga riset dan universitas, organisasi
kemasyarakatan, dan asosiasi professional.
c. Ikut serta dan berperan aktif dalam setipa
kampanye anti-korupsi. Dengan ikut serta
dan berperan aktif, masyarakat dapat
menciptakan semangat tinggi anti-korupsi
kepada lingkungan terdekatnya, khususnya
32
kepada yang masih apatis dan tidak peduli
akan pentingnya pemberantasan korupsi. Hal
ini sangat mudah dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu dengan memanfaatkan media
sosila, semacam facebook, twitter, blog, dan
sebagainya. Dengan menyebarkan artikel-
artikel ataupun berita yang berkaitan
dengan korupsi melalui akum media sosial
yang dimiliki, masyarakat dapat
meningkatkan kepedulian antara sesamanya.
Ketiga peran diatas memiliki hubungan yang
sangat erat. Pemerintah tidaka dapat memberantas
korupsi, jika LSM dan masyarakat bersikap apatis
terhadap praktek korupsi ynag mreka temui. LSM tidak
dapat memberikan sanksi kepada koruptor karena LSM
bukan pihak yang berwenang melakukan itu melainkan
pemerintah. Dan masyarakat hanya dapat melakuka control
saja tanpa harus melaporkannya kepada pihak yang
berwajib jika tidak ada aparat penegak hukum
(pemerintah). Jadi peran dari pemerintah, LSM, dan
masyarakat, semuanya saling berhubungan satu sama lain.
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
33
Korupsi adalah perilaku pejabat publik. Baik
politikus atau pegawai negeri, yang secara tidak
wajar dan tidak legal memperkaya diri sendiri atau
memperkaya mereka yang dekat dengan dirinya, dengan
cara menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka.
Perkembangan korupsi di Indonesia sudah akut. Di
setiap tingkatan kekuasaan hamper terdapat korupsi
yang sudah dianggap budaya bukan suatu yang tabu lagi
di Indonesia. Karena korupsi sudah merasuk ke dalam
sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Namun,
kita tidak boleh pesimis menanggapi masalah tersebut
karena sebesar apapun masalah yang dihadapi pasti ada
jaln keluar untuk mengatasi masalah tersebut.
Meskipun sampai saat ini belum ada cara yang efektif
dalam memberantas korupsi. Karena korupsi telah
menyentuh tiga lembaga kekuasaan tinggi negara yaitu,
legislative, eksekutif dan yudikatif.
Perlu adanya kerjasama oleh beberapa pihak dalam
memberantas korupsi. Pihak-pihak tersebut adalah
pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan aparat
pelaksana hokum, LSM sebagai wadah masyarakat dalam
melihat dan menyikapi perkembangan korupsi dan
masyarakat sebagai alat pengontrol kebijakan dan
34
pelaksana kebijakan yang sangat dekat dengan praktek
korupsi di dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Klitgaard, Robert. 1998. Membasmi Korupsi. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Lubis, Mochtar & James, C.S.1973. Korupsi Politik.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Saleh, K.Wantik. 1974 .Tindak Pidana Korupsi. Jakarta:
Ichtiar Baru
World,Bank.2007.http://www.hukumonline.com/
berita/baca/hol16966/world-bank-desentralisasi-
penyebab-maraknya-korupsi (Diakses tanggal 19
Desember)
http://www.bimbingan.org/penyebab-terjadinya-
korupsi-kolusi-dan-nepotisme.htm (Diakses tanggal
19 December 2013)
35
Siti,Zuhro.2013.http://www.antarajateng.com/
detail/index.php?id=87194 (Diakses tanggal 19
Desember 2013)
Syafieh.2013.http://syafieh74.blogspot.com/
2013/05/korupsi-dan-perkembangannya-di-
indonesia.html. (Diakses tanggal 17 Desember
2013)
Soejonokarni.2010.http://
soejonokarni.wordpress.com/2010/04/17/
perkembangan-korupsi-dan-pemberantasan-korupsi-di-
indonesia/ (Diakses tanggal 20 Desember 2013)
Ahmad Sufahri Kurniawan.2010. http://fahri-
3192.blogspot.com/2010/10/dampak-negatif-yang-
ditimbulkan dari_31.html (Diakses tanggal 20
Desember 2013)
Nurul Solikha Nofiani. 2011.
http://nurulsolikha.blogspot.com/2011/03/upaya-
pemberantasan-korupsi-di.html (Diakses tanggal 20
Desember 2013)
Kompasiana.2013.
http://regional.kompasiana.com/2013/01/28/peran-
masyarakat-dan-pemberantasan-korupsi-529217.html
(Diakses tanggal 20 Desember 2013)
36