Perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP

70
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui sistem pendidikan antara lain dilakukan melalui proses pendidikan yang terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien, sehingga diharapkan setiap individu diberi kesempatan untuk mengembangkan semua potensi pribadinya. Sekolah merupakan salah satu sistem pendidikan yang merfungsi untuk membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dari pendidikan ang diterima anak bangsa di bangku sekolah, akan mampu mengubah pola pikir dan daya kreativitas untuk menciptakan negara dengan taraf kesejahteraan yang baik dan perekonomian yang meningkat. Sekolah ada merupakan bagian dari

Transcript of Perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada

kebudayaan bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui sistem

pendidikan antara lain dilakukan melalui proses pendidikan yang

terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien, sehingga

diharapkan setiap individu diberi kesempatan untuk mengembangkan

semua potensi pribadinya.

Sekolah merupakan salah satu sistem pendidikan yang

merfungsi untuk membantu meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Dari pendidikan ang diterima anak bangsa di bangku

sekolah, akan mampu mengubah pola pikir dan daya kreativitas

untuk menciptakan negara dengan taraf kesejahteraan yang baik dan

perekonomian yang meningkat. Sekolah ada merupakan bagian dari

rancangan yang dibuat oleh pemeritah di bidang pendidikan dengan

landasan operasionalnya adalah kurikulum. Dari kurikulum inilah

tujuan dari pendidikan bangsa diharapkan dapat tersusun dengan

sistematis untuk mencapai tujuan bangsa dan negara Indonesia.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang

tujuan, isi dan bahan pelajaran yang dikembangkan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan

pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan

potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik serta

kebutuhan lapangan kerja. Subandiyah (2001:4-6) mengemukakan ada

4 komponen kurikulum yaitu, komponen tujuan, komponen isi/materi,

komponen media (sarana dan prasarana), komponen strategi, dan

komponen proses belajar mengajar.

Kurikulum yang digunakan saat ini di Indonesia adalah

kurikulum KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah

sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia.

KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam

sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan

Pemerintah tersebut memberikan arahan tentang perlunya disusun

dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu:

standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar

pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,

standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian

pendidikan.

Namun, isu terhangat saat ini adanya penyempurnaan kurikulum

KTSP menjadi kurikulum 2013 yang mendapatkan pro dan kontra dari

berbagai pihak baik dari kalangan pendidikan maupun dari

masyarakat umum. Kurikulum 2013 justru dianggap dapat memasung

kreativitas dan otonomi di bidang pendidikan karena kurikulum dan

persiapan proses pembelajaran akan disediakan dalam bentuk produk

jadi (completely-built up product). Di sisi lain, sebagian orang

beranggapan justru dengan adanya kurikulum 2013 dapat memicu

pengembangan kompetensi siswa kearah yang lebih analisis dan

tuntutan guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran

karena guru dianggap mampu semua hal yang dapat membantu siswa

berkembang.

Hal ini sangat menarik untuk menjadi bahan analisis dan

diskusi bagi kita, apakah kurikulum KTSP lebih baik dari

kurikulum 2013, atau justru adanya pengembangan kurikulum KTSP

menjadi kurikulum 2013 ini akan melahirkan output yang sesuai

dengan tuntutan masyarakat saat ini dan yang akan datang.

B.     Tujuan Analisis

Tujuan dari analisis kurikulum ini adalah untuk

mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Melihat bagaimana bentuk tujuan, SK-KD, dan evaluasi

kurikulum KTSP.

2. Melihat bagaimana bentuk tujuan, SK-KD, dan evaluasi

kurikulum 2013.

3. Mengetahui perbedaan tujuan, SK-KD, evaluasi antara

kurikulum KTSP dan kurikulum 2013.

C.    Manfaat Analisis

1.      Bagi penulis adalah memberikan pengetahuan tentang

pengembangan kurikulum yang ada saat ini di indonesia, khususnya

kurikulum yang sedang digunakan saat ini yaitu kurikulum KTSP dan

isu terbaru tentang penyempurnaan kurikulum lama menjadi

kurikulum 2013 yang sedang dalam proses percobaan di beberapa

sekolah yang sudah dalam tahap pelaksanaan.

2.      Bagi pembaca dan pemerintah, memberikan sumbangan pada

pengembangan ilmu dan wawasan dalam pengembangan kurikulum yang

ada di indonesia dan mencari solusi bersama untuk terus

mengembangkan kurikulum ke arah yang lebih baik dari saat ini

untuk memenuhi tuntutan zaman yang akan datang guna mencerdaskan

bangsa.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1.      Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

Standar Nasional Pendidikan Bab 1 Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah “Kurikulum operasional

yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan.” KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004

(KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan

oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich,

2007:17). Kurikulum tersebut telah diberlakukan secara

berangsung-angsur mulai tahun pelajaran 2006/2007, pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah.

Berdasarkan definisi tersebut, maka pihak sekolah diberikan

kewenangan penuh untuk mengembangkan dan mengimplementasikan

kurikulum. Implementasi KTSP menuntut kemampuan sekolah dengan

cara memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dalam

pengembangan kurikulum, karena masing-masing sekolah lebih

mengetahui tentang kondisi satuan pendidikannya.

Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus

diselesaikan oleh siswa serta rencana pembelajaran yang dibuat

oleh guru dan sejumlah pengalaman belajar yang harus dilakukan

oleh siswa. Dalam penyelenggaraan pendidikan perlu adanya

komponen-komponen pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan,

diantaranya adalah tenaga pendidik, peserta didik, lingkungan,

alat-alat pendidikan, kurikulum dan fasilitas yang mendukung

tercapainya tujuan pendidikan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan

penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK). KTSP diwujudkan dalam

bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar dan telah disahkan

penggunaannya di sekolah, baik negeri maupun swasta, yang

diberlakukan secara bertahap pada tahun pelajaran 2006/2007, pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah pusat

(Depdiknas) mengharapkan paling lambat tahun pelajaran 2009/2010,

semua sekolah telah menerapkan KTSP (Mulyasa, 2007:1-2).

2.      Landasan KTSP

KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Muslich, 2008:1). Dalam penyusunannya, KTSP jenjang

pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang

Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, dan berpedoman pada panduan yang

disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Landasan penyusunan KTSP sekurang-kurangnya menunjukkan (1)

adanya undang-undang yang jelas sebagai acuan dalam penyusunan

KTSP; (2) adanya PP dan Permendiknas yang dijadikan acuan dalam

penyusunan KTSP; (3) khusus untuk madrasah, adanya Surat

Keputusan/Edaran Dirjen Pendidikan Islam atau Direktur Pendidikan

Madrasah yang dijadikan acuan dalam penyusunan KTSP; dan (4)

adanya rencana pengembangan sekolah/madrasah yang dijadikan acuan

dalam penyusunan KTSP (Muhaimin, Sutiah, dan Sugeng Listyo,

2008:46). Berikut ini akan dikemukakan landasan penyusunan KTSP

adalah:

1.      Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Ketentuan di dalam UU No. 20 Tahun

2003 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat

(1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat

(2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2),

(3); Pasal 38 ayat (1), (2).

2.      Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Ketentuan di dalam PP No. 19 Tahun 2005 yang

mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5

ayat (1), (2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4),

(5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat

(1), (2), (3); Pasal 11 (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1),

(2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1),

(2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1),

(2), (3); dan Pasal 20.

3.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi.

4.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Dengan adanya landasan penyusunan KTSP berupa undang-undang,

peraturan pemerintah, dan peraturan menteri pendidikan nasional

menjadi landasan yang sangat kuat dalam mengelola penyelenggaraan

otonomi pendidikan di sekolah. Kebijakan otonomi pendidikan ini

merupakan suatu keniscayaan dan harus diimplementasikan pada

tataran praktis, tidak hanya sebuah wacana semata-mata. Kebijakan

desentralisasi pendidikan akan berhasil dengan baik apabila

didukung oleh stakeholders dan anggota masyarakat yang sangat

peduli dengan urgensi pendidikan bagi masa depan bangsa

Indonesia.

3.      Karakteristik KTSP

Pada KTSP, kewenangan tingkat satuan pendidikan atau sekolah

untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum lebih diperbesar.

Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memungkinkan berkurangnya materi

pembelajaran yang banyak dan padat, tersusunnya perangkat standar

dan patokan kompetensi yang perlu dikuasai oleh peserta didik,

berkurangnya beban tugas guru yang selama ini sangat banyak dan

beban belajar siswa yang selama ini sangat berat, serta

terbukanya kesempatan bagi sekolah untuk mengembangkan

kemandirian sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah. Sebagai

sebuah konsep dan program, KTSP memiliki karakteristik sebagai

berikut: (1) KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa

baik secara individual maupun klasikal.

Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang

pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri;

(2) KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan

keberagaman; (3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan

pendekatan dan metode yang bervariasi; (4) sumber belajar bukan

hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur

edukatif; (5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar

dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi

(Kunandar, 2007:138).

Dalam KTSP hanya dideskripsikan standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Guru sendiri yang harus menentukan indikator

dan materi pokok pelajaran, disesuaikan dengan situasi daerah dan

minat peserta didik. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan

KTSP di sekolah (kepala sekolah dan guru) diberikan otonomi yang

lebih besar dalam pengembangan kurikulum dengan tetap

memperhatikan karakteristik KTSP, karena masing-masing sekolah

dipandang lebih tahu tentang kondisi satuan pendidikannya.

Keberhasilan atau kegagalan implementasi kurikulum di sekolah

sangat bergantung pada kepala sekolah dan guru, karena dua figur

tersebut merupakan kunci yang menentukan dan menggerakkan

berbagai komponen di lingkungan sekolah. Setiap sekolah dapat

mengelola dan mengembangkan berbagai potensinya secara optimal

dalam kaitannya dengan implementasi KTSP.

4.      Komponen dan Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

a.       Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan

menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan

berikut.

         Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

         Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

         Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut sesuai dengan kejuruannya.

b.      Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata

pelajaran sebagai berikut.

         Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

         Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

         Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

         Kelompok mata pelajaran estetika

         Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

         Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan

dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP

19/2005 Pasal 7.

         Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan

dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada

satuan pendidikan.

Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan

diri termasuk ke dalam isi kurikulum.

1.      Mata pelajaran

Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat

satuan pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang

tercantum dalam SI.

2.      Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan

potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak

sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu

banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.

Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak

terbatas pada mata pelajaran keterampilan.

Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan

pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan.

Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran

muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun

satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran

muatan lokal.

3.      Kegiatan Pengembangan Diri

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat,

setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan

pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor,

guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk

kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat

dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang

berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial,

belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan

keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.

Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri

terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan

karier. Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus

menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian

sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Pengembangan diri

bukan merupakan mata pelajaran.

Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara

kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.

4.      Pengaturan Beban Belajar

         Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat

satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar

maupun mandiri, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar. Beban

belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan oleh

SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK

kategori standar. Beban belajar dalam sistem kredit semester

(SKS) digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri.

         Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem

paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.

Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang

terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran

dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang

tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam

pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam

pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik

dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata

pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak terdapat di dalam

struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.

         Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan

mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0%

- 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60%

dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.

Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan

kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.

         Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di

sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di

luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.

         Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan

kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan

SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem SKS mengikuti aturan

sebagai berikut.

                                                            i.            Satu SKS pada SMP/MTs

terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur

dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

                                                          ii.            Satu SKS pada

SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit

kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

5.      Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan

dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria

ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan

pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan

mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik,

kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung

dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan

meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus

untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. Pelaporan hasil belajar

(raport) peserta didik diserahkan pada satuan pendidikan dengan

memperhatikan rambu-rambu yang disusun oleh di rektorat teknis

terkait.

6.      Kenaikan Kelas dan Kelulusan

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran.

Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat

teknis terkait. Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat

(1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada

pendidikan dasar dan menengah setelah:

         menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

         memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk

seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak

mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata

pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,

olahraga, dan kesehatan;

         lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran

ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

         lulus Ujian Nasional. Ketentuan mengenai penilaian akhir dan

ujian sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan peraturan

Menteri berdasarkan usulan BSNP.

7.      Penjurusan

Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA.

Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis terkait.

Penjurusan pada SMK/MAK didasarkan pada spektrum pendidikan

kejuruan yang diatur oleh direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Kejuruan.

8.      Pendidikan Kecakapan Hidup

         Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB,

SMK/MAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang

mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik

dan/atau kecakapan vokasional.

         Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral

dari pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul

yang direncanakan secara khusus.

         Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari

satuan pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan

pendidikan formal lain dan/atau nonformal.

9.      Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

         Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah

pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya

saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi

informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya

bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.

         Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat

memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

         Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat

merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi

mata pelajaran muatan lokal.

         Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta

didik dari satuan pendidikan formal lain dan/atau satuan

pendidikan nonformal.

c.       Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender

pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah,

kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan

kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran

yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata

pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam

kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban

belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum.

Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi

lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan

bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum merupakan salah satu

indikator yang menentukan berhasil tidaknya suatu pendidikan dan

harus dikelola secara baik dan profesional. Pengembangan KTSP

berdasarkan prinsip bahwa sebaiknya dilakukan secara terus-

menerus untuk merespon dan mengantisipasi perkembangan dan

tuntutan zaman.

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum adalah (1) prinsip

relevansi, yaitu kesesuaian antara program pendidikan dengan

tuntunan kehidupan masyarakat. Pendidikan dikatakan relevan bila

hasil yang diperoleh akan berguna bagi kehidupan seseorang; (2)

prinsip efektivitas, yaitu sejauh mana perencanaan kurikulum

dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan; (3)

prinsip efisiensi, yaitu dengan modal atau biaya, tenaga, dan

waktu yang sekecil-sekecilnya akan dicapai hasil yang memuaskan;

(4) prinsip kesinambungan, yaitu saling terkait antara tingkat

pendidikan, jenis program pendidikan, dan bidang studi; (5)

prinsip fleksibilitas, yaitu tidak kaku dan adanya ruang gerak

yang memberikan kebebasan dalam bertindak; (6) prinsip

berorientasi tujuan, yaitu sebelum bahan ditentukan, langkah yang

perlu dilakukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujuan

terlebih dahulu sehingga dapat menentukan secara tepat metode

mengajar, alat pengajaran, dan evaluasi; (7) prinsip dan model

pengembangan kurikulum, yaitu pengembangan kurikulum dilakukan

secara bertahap dan terus menerus dengan implikasi bahwa

kurikulum senantiasa mengalami revisi dan bersifat dinamis (Idi,

2007:179-183).

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tersebut merupakan

dasar pokok untuk mengkaji pembelajaran dan pengembangan

kurikulum lebih lanjut. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah

mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat

mempengaruhi perkembangan siswa, seperti; bangunan sekolah, alat

pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman

sekolah, dan lain-lain yang pada gilirannya menyediakan

kemungkinan belajar secara efektif.

Khusus untuk kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP

telah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap

kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi

dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama kabupaten/kota

untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.

Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada

panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta

memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan

KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh

dinas pendidikan propinsi dan berpedoman pada SI dan SKL serta

panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.

Pengembangan KTSP, antara lain menggunakan pendekatan KBK

yang memiliki ciri-ciri:

         Menitikberatkan pencapaian target (attainment targets) kompetensi

daripada penguasaan materi;

         Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya

pendidikan yang tersedia;

         Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana

pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan

program pendidikan sesuai dengan kebutuhan (Muhaimin, Sutiah, dan

Sugeng Listyo, 2008:5-6).

Menurut Rusman (2009:474-475), prinsip-prinsip pengembangan

KTSP adalah:

         Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan

kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

         Beragam dan terpadu

         Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni.

         Relevan dengan kebutuhan kehidupan

         Menyeluruh dan berkesinambungan

         Belajar sepanjang hayat

         Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP di atas pada

praktek pengajaran di dalam kelas sangat tergantung pada situasi

dan kondisi peserta didik di sekolah sehingga setiap guru

memiliki kebebasan untuk menentukan materi pelajaran (standar

kompetensi dan kompetensi dasar), indikator, metode, media, dan

ketercapaiannya. Selain itu, prinsip-prinsip tersebut menunjukkan

bahwa kalau terjadi perubahan kurikulum hendaknya terjadi

perubahan secara menyeluruh termasuk materi, metode, guru,

sarana, dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan proses

pembelajaran sehingga dampak positif dari perubahan kurikulum

akan dirasakan manfaatnya oleh semua pihak.

5.      Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Untuk melihat keunggulan atau kelebihan KTSP dengan

kurikulum-kurikulum sebelumnya perlu dicari bahan pembanding.

Karena sesuatu dianggap lebih baik kalau dapat dibandingkan

dengan sesuatu yang lain untuk menunjukkan keunggulannya. Oleh

karena itu, kita perlu mengetahui kelebihan dan kelemahan KTSP

terlebih dahulu, kemudian baru kita mengetahui perbedaan antara

KTSP dan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Misalnya antara KTSP dan

KBK 2004 atau KTSP dan kurikulum 1994.

Setiap kurikulum memiliki kelebihan dan kelemahan masing-

masing tergantung kepada situasi dan kondisi, dimana kurikulum

tersebut diberlakukan. Menurut Fasli Jalal (dalam Imam Hanafie,

2008:1-5), kelebihan yang dimiliki KTSP adalah:

         Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan

pendidikan.

     Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen

sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam

penyelenggaraan program pendidikan.

       KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk

menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang

akseptabel bagi kebutuhan siswa.

         KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat

dan memberatkan kurang lebih 20 %.

         KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-

sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan

kebutuhan.

Sementara beberapa kelemahan dalam KTSP maupun penerapannya,

antara lain:

         Kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan mampu

menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.

         Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai

kelengkapan.

         Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara

komprehensif baik konsep penyusunan maupun prakteknya di

lapangan.

         Penerapan KTSP merekomendasikan pengurangan jam pelajaran

akan berdampak berkurang pendapatan para guru.

Beberapa kelebihan KTSP tersebut merupakan faktor pendukung

bagi sekolah untuk meningkatan mutu pembelajarannya. Sedangkan

faktor kelemahannya merupakan faktor penghambat yang harus

diantisipasi dan diatasi oleh pihak sekolah dan juga menjadi

perhatian bagi pemerintah agar pemberlakuan KTSP tidak hanya akan

menambah daftar persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan

kita.

Dengan demikian, ide dasar KTSP adalah mengembangkan

pendidikan demokratis dan non monopolistik dengan cara memberikan

otonomi yang lebih besar kepada sekolah dalam pengembangan

kurikulum, karena masing-masing sekolah dipandang lebih tahu

tentang kondisi satuan pendidikannya.

6.      Langkah-Langkah Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

Implementasi KTSP bermuara pada pelaksanaan pembelajaran,

yakni bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum (standar

kompetensi dan kompetensi dasar) dapat diterima oleh peserta

didik secara tepat dan optimal. Pada umumnya pelaksanaan

pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yaitu pembukaan, pembentukan

kompetensi, dan penutup.

         Kegiatan pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan

guru untuk memulai atau membuka pembelajaran. Membuka

pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan

mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal agar

memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar.

         Kegiatan inti dalam proses pembelajaran merupakan tahapan

kegiatan pembelajaran yang paling utama untuk pembentukan

kompetensi peserta didik selama berlangsungnya proses belajar

mengajar di kelas. Pembentukan kompetensi peserta didik merupakan

kegiatan inti pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian

informasi tentang materi pokok dan membahas materi pokok untuk

membentuk kompetensi peserta didik. Pembentukan kompetensi

peserta didik perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan. Hal

tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam

menciptakan lingkungan yang kondusif.

         Kegiatan penutup adalah kegiatan mengakhiri materi

pembelajaran. Kegiatan menutup pembelajaran perlu dilakukan

secara profesional agar mendapatkan hasil yang memuaskan dan

menimbulkan kesan yang menyenangkan (Mulyasa, 2008:180-187).

Uraian di atas memberikan pemahaman bahwa kurikulum dalam

dimensi kegiatan adalah sebagai manifestasi dari upaya untuk

mewujudkan kurikulum yang masih bersifat tertulis menjadi aktual

dalam bentuk serangkaian kegiatan pembelajaran di sekolah.

Implementasi KTSP memberikan pemahaman tentang situasi dan

kondisi sekolah, sasaran implementasi yang efektif dan efisien,

serta harapan sekolah terhadap kurikulum yang diimplementasikan.

Ada dua hal pokok yang perlu disiapkan oleh pihak sekolah,

yaitu kesiapan materil (sumber daya alamiah sekolah) dan non

materil (sumber daya manusia sekolah). Bentuk kesiapan materil

sekolah dapat dilihat dari dimensi perangkat kurikulum, sarana

dan prasarana sekolah, keuangan, dan lingkungan sekolah yang

mencakup lingkungan fisik (gedung) dan lingkungan sosial.

Sedangkan bentuk kesiapan non materil sekolah dapat dilihat dari

dimensi kepemimpinan kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua

(Susilo, 2008:180-191). Hal senada dikemukakan oleh Rusman

(2009:202-205), banyak komponen yang berpengaruh terhadap

kegagalan atau keberhasilan pendidikan, antara lain (1) kepala

sekolah; (2) guru; (3) kurikulum; (4) sarana pendidikan; (5)

sistem penerapan pendidikan; dan (6) suasana sosial dan

lingkungan sekolah. Sejalan dengan uraian di atas, Muhaimin,

Sutiah, dan Sugeng Listyo (2008:37-38) mengemukakan tingkat

kesiapan sekolah dalam pengembangan KTSP. Untuk menjawab

persoalan ini perlu melihat kondisi nyata sekolah dalam membangun

kemampuannya (capacity building), yang secara sederhana dapat

dipetakan ke dalam beberapa tahap berikut ini:

         Tahap Pra-formal, yakni sekolah yang belum memenuhi standar

teknis, atau belum dapat memiliki sumber-sumber pendidikan (guru,

sarana dan prasarana pendidikan, dan sebagainya) yang memadai

untuk menyelenggarakan pelayanan pendidikan secara minimal.

         Tahap Formalitas, yakni sekolah yang sudah memiliki sumber-

sumber pendidikan yang memadai secara minimal atau mencapai

standar teknis minimal, seperti jumlah dan kualifikasi guru,

jumlah dan kualitas ruang kelas, jumlah dan kualitas buku

pelajaran, dan jumlah dan kualitas fasilitas pendidikan lainnya.

         Tahap Transisional, yakni sekolah yang sudah mampu memberikan

pelayanan minimal pendidikan bermutu, seperti kemampuan

mendayagunakan sumber-sumber pendidikan secara optimal,

meningkatnya kreativitas guru, pendayagunaan perpustakaan secara

optimal, kemampuan menambah anggaran dan dukungan fasilitas

pendidikan dari sumber masyarakat, dan lain-lain.

    Tahap Otonomi, yakni sekolah yang berada pada tahap penyelesaian

capacity building menuju profesionalisasi dan pelayanan

pendidikan yang bermutu.

Strategi membangun kemampuan (capacity building) yang bisa

dilakukan agar layak atau semakin layak untuk mengembangkan KTSP,

antara lain:

         Terhadap sekolah tahap pra-formal, strategi capacity building

dilakukan melalui upaya melengkapi sumber-sumber pendidikan

dengan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan

secara minimal, tetapi memadai untuk dapat mencapai tahap

perkembangan berikutnya.

         Terhadap sekolah yang sudah mencapai tahap formalitas,

strategi capacity building dilakukan melalui pelatihan dan

pengembangan kemampuan tenaga kependidikan, seperti kepala

sekolah agar mampu mendayagunakan sumber-sumber pendidikan secara

optimal dengan tanpa banyak pemborosan. Bagi tenaga pengajar

dikembangkan kemampuan untuk dapat melaksanakan proses

pembelajaran secara kreatif dan inovatif, serta dapat melakukan

penelitian terhadap pendekatan pembelajaran yang paling efektif.

         Terhadap sekolah yang sudah mencapai tahap transisional,

perlu dikembangkan sistem manajemen berbasis sekolah yang

didukung oleh partisipasi masyarakat dalam pendidikan serta

mekanisme akuntabilitas pendidikan melalui fungsi Dewan

Pendidikan dan Komite Sekolah.

         Terhadap sekolah yang sudah mencapai tahap otonomi perlu

ditingkatkan pengembangannya secara optimal dan menyeluruh yang

mencakup seluruh komponen pendidikan yang ada didalamnya,

sehingga dapat dikembangkan ke arah sekolah nasional yang

berstandar internasional.

Demikian uraian langkah-langkah implementasi KTSP yang telah

dijelaskan di atas, yang akan mempengaruhi perkembagan lembaga

pendidikan di masa sekarang dan masa yang akan datang. Semua

komponen yang berada dalam sistem pendidikan adalah penentu bagi

keberhasilan atau kegagalan suatu proses belajar mengajar

berdasarkan KTSP di sekolah. KTSP merupakan sikap peduli

pemerintah (dalam hal ini pemerintah pusat) dalam menjawab

tuntutan zaman. Ditinjau dari perubahan kurikulum terakhir, yaitu

kurikulum 2006 (KTSP), kiranya memang sudah waktunya pemerintah

melakukan penyempurnaan kurikulum dan ide memperbaiki kurikulum

merupakan lebih baik daripada statis. Hambatan KTSP adalah

masalah implementasi, artinya perencanaan yang baik belum tentu

akan menghasilkan produk yang baik. Hal tersebut tergantung pada

implementasi, di mana harus ada dukungan dari semua pihak

(stakeholders).

7.      Pengembangan Silabus

a.       Pengertian Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau

kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

b.      Prinsip Pengembangan Silabus

         Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

         Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi

dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,

intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

         Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional

dalam mencapai kompetensi.

         Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara

kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran,

pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

         Memadai

Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar,

sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang

pencapaian kompetensi dasar.

         Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu,

teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa

yang terjadi.

         Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman

peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di

sekolah dan tuntutan masyarakat.

         Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,

afektif, psikomotor).

c.       Unit Waktu Silabus

         Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi

waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan

pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

       Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan

per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain

yang sekelompok.

    Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan

silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada

struktur kurikulum. Bagi SMK/MAK menggunakan penggalan silabus

berdasarkan satuan kompetensi.

d.      Pengembang Silabus

Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara

mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau

beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.

         Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang

bersangkutan mampu mengenali karakteristik peserta didik, kondisi

sekolah/madrasah dan lingkungannya.

         Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat

melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak

sekolah/madrasah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru

mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan

oleh sekolah/madrasah tersebut.

         Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas

VI, menyusun silabus secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata

pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh guru

yang terkait.

         Sekolah/Madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus

secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah

sekolah/madrasah-madrasah lain melalui forum MGMP/PKG untuk

bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh

sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dalam lingkup MGMP/PKG

setempat.

         Dinas Pendidikan/Departemen yang menangani urusan

pemerintahan di bidang agama setempat dapat memfasilitasi

penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari

para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing.

e.       Langkah-langkah Pengembangan Silabus

         Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-

hal berikut:

1)      urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau

tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan

yang ada di SI;

2)      keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar

dalam mata pelajaran;

3)      keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar

antar mata pelajaran.

         Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang

pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:

1)      potensi peserta didik;

2)      relevansi dengan karakteristik daerah,

3)      tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial,

dan spritual peserta didik;

4)      kebermanfaatan bagi peserta didik;

5)      struktur keilmuan;

6)      aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;

7)      relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan

lingkungan; dan

8)      alokasi waktu.

         Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman

belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi

antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan

sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui

penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat

pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup

yang perlu dikuasai peserta didik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan

pembelajaran adalah sebagai berikut.

1)      Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada

para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses

pembelajaran secara profesional.

2)      Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus

dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai

kompetensi dasar.

3)      Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan

hierarki konsep materi pembelajaran.

4)      Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal

mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan

pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

         Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang

ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan

sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan

pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja

operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator

digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

         Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik

dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan

menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan,

pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya

berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan

penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk

memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan

hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam

pengambilan keputusan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.

1)      Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

2)      Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa

yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses

pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang

terhadap kelompoknya.

3)      Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang

berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,

kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar

yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui

kesulitan peserta didik.

4)      Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.

Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya,

program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya

di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta

didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.

5)      Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar

yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika

pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka

evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses)

misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan

observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.

         Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan

pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per

minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,

kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi

dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan

perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang

dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

         Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak

dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam,

sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada

standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi.

f.       Contoh Model Silabus

Dalam menyusun silabus dapat menggunakan salah satu format yang

sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan. Pada dasarnya ada dua

jenis, yaitu jenis kolom (format 1) dan jenis uraian (format 2).

Dalam menyusun format urutan KD, urutan penempatan materi

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator dan

seterusnya dapat ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan,

sejauh tidak mengurangi komponen-komponen dalam silabus.

Format 1

CONTOH SILABUS

Nama Sekolah : SD ... Kediri, Jawa Timur

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelas/semester : IV/2 (dst, sama dengan format secara umum)

Standar Kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan

kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

Kompetensi Dasar : 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan

transportasi serta pengalaman menggunakannya

Alokasi Waktu : 12 x 35 Menit

Format 2

CONTOH SILABUS

Nama Sekolah : SMP ... Padang, Sumatera Barat

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas/Semester : VII/1

I.          Standar Kompetensi: Menunjukkan sikap positif terhadap

norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

II.       Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan hakikat norma-norma,

kebiasaan, adat istiadat, peraturan, yang berlaku dalam

masyarakat

III.    Materi Pokok/Pembelajaran: Sikap positif terhadap norma-

norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang berlaku di

masyarakat.

IV.    Kegiatan Pembelajaran:

         Mencari informasi dari berbagai sumber tentang norma-norma

yang berlaku dalam masyarakat Minang Kabau

         Mencari informasi dari berbagai sumber tentang kebiasaan yang

berlaku dalam masyarakat Minang Kabau

         Mencari informasi dari berbagai sumber tentang adat-istiadat

yang berlaku dalam masyarakat Minang Kabau

         Mencari informasi dari berbagai sumber tentang peraturan yang

berlaku dalam masyarakat Minang Kabau

         Mendiskusikan perbedaan macam-macam norma yang berlaku di

masyarakat Minang Kabau

         Mencari informasi akibat dari tidak mematuhi norma-norma,

kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang berlaku dimasyarakat

Minang Kabau

         Membuat laporan

V.                Indikator:

         Menjelaskan pengertian norma-norma dan peraturan yang berlaku

dalam masyarakat

         Menjelaskan pengertian kebiasaan dan adat istiadat yang

berlaku dalam masyarakat

         Memberi contoh norma-norma, kebiasaan, adat istiadat,

peraturan, yang berlaku dalam masyarakat

         Menunjukkan sikap mematuhi norma, kebiasaan, adat istiadat,

peraturan yang berlaku dalam masyarakat

VI.             Penilaian:

         Tes tertulis dalam bentuk uraian

         Perilaku siswa dalam bentuk laporan

VII.          Alokasi Waktu: 4 x 40 menit

VIII.       Sumber Belajar:

         Buku Teks PKn Kelas VII

         Perpustakaan

         Narasumber

g.      Pengembangan Silabus Berkelanjutan

Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan

ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan

dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan

hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan

pembelajaran),dan evaluasi rencana pembelajaran.

8.      Evaluasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Evaluasi atau penilaian dalam KTSP dibedakan menjadi dua,

yaitu evaluasi yang dilakukan oleh pihak dalam (guru dan

pengelola sekolah) yang selanjutnya disebut evaluasi diri dan

evaluasi oleh pihak luar (badan indpenden atau badan akreditasi

sekolah). Sasaran evaluasi secara garis besar mencakup masukan

(termasuk program), proses, dan hasil (Wahyono, 2013:1).

Diberakukannya KTSP mengharapkan adanya perubahan dalam

kegiatan pembelajaran termasuk dalam penilaian. Mulyasa

(2007:258) menjelaskan, “penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat

dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian

akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, dan

penilaian program.”

Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a.       Penilaian Kelas

Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan

umum, dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai

proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu. Ulangan

harian terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para

peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan

konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga

kali setiap semester.

Ulangan harian ini terutama ditujukan untuk memperbaiki

program pembelajaran, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan

untuk tujuan-tujuan lain, misalnya sebagai bahan pertimbangan

dalam memberikan nilai bagi para peserta didik. Ulangan umum

dilaksanakan setiap akhir semester, dengan bahan yang diujikan

sebagai berikut:

         Ulangan umum semester pertama soalnya diambil dari materi

semester pertama.

         Ulangan umum semester kedua soalnya merupakan gabungan dan

semester pertama dan kedua, dengan penekanan pada materi semester

kedua.

Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan. Bahan-

bahan yang diujikan meliputi seluruh kompetensi dasar yang telah

diberikan, dengan penekanan pada kompetensi dasar yang dibahas

pada kelas-kelas tinggi. Hasil evaluasi ujian akhir ini terutama

digunakan untuk menentukan kelulusan bagi setiap peserta didik,

dan layak tidaknya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat

diatasnya.

Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui

kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiaknosa kesulitan

belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan

prosespembelajaran, dan menentukan kenaikan kelas.

b.      Tes Kemampuan Dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan

membaca, menulis, dan berhitung yang diberlakukan dalam rangka

memperbaiki program pembelajaran (program remedial). Tes

kemampuan dasar dilakukan pada setiap tahun akhir kelas III.

c.       Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi

Pada setiap semester dan tahun pelajaran diselenggarakan

kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan

menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan

waktu tertentu.

d.      Benchmarking

Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja

yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu

keunggulan yang memuaskan. Hasil penilaian tersebut dapat dipakai

untuk melihat keberhasilan, keberhasilan kurikulum dan pendidikan

secara keseluruhan dan dapat digunakan untuk memberikan peringkat

kelas, tetapi tidak untuk memberikan nilai akhir peserta didik.

Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu dasar untuk pembinaan guru

dan kinerja sekolah.

e.       Penilaian Program

Penilaian program dilakukan oleh kementrian pendidikan dan

kebudayaan dan dinas pendidikan secara kontinu dan

berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui

kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan

nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan

masyarakat dan kemajuan zaman.

B.     Kurikulum 2013 untuk SMA/MA

Kurikulum 2013 untuk SMA/MA dijelaskan secara terperinci

oleh Kemendikbud (2012), dengan urutan sebagai berikut:

1.      Organisasi Kompetensi

Mata pelajaran adalah unit organisasi terkecil dari

Kompetensi Dasar. Untuk kurikulum SMA/MA, organisasi Kompetensi

Dasar dilakukan dengan cara mempertimbangkan kesinambungan

antarkelas dan keharmonisan antar mata pelajaran yang diikat

dengan Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar SMA/MA diorganisasikan

atas dasar pengelompokan mata pelajaran yang wajib diikuti oleh

seluruh peserta didik dan mata pelajaran yang sesuai dengan

bakat, minat, dan kemampuan peserta didik (peminatan).

Substansi muatan lokal termasuk bahasa daerah diintegrasikan

ke dalam mata pelajaran Seni Budaya. Substansi muatan lokal yang

berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan

ke dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan

Kesehatan. Sedangkan Prakarya dan Kewirausahaan merupakan mata

pelajaran yang berdiri sendiri.

2.      Tujuan Satuan Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana

yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010

tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan

membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang:

a.       beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, dan berkepribadian luhur;

b.      berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;

c.       sehat, mandiri, dan percaya diri; dan

d.      toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

3.      Struktur Kurikulum dan Beban Belajar

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten

kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata

pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam

semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran

dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur

kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep

pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan

pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.

Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang

digunakan adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian

beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam

pelajaran per semester. Struktur kurikulum juga gambaran

mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang

siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan

atau jenjang pendidikan. Lebih lanjut, struktur kurikulum

menggambarkan posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka

harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum

dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada

siswa untuk menentukan

berbagai pilihan.

Struktur kurikulum pendidikan menengah terdiri atas

sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender

pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:

         Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di

satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang

pendidikan.

         Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik

sesuai dengan pilihan mereka.

Mata pelajaran wajib merupakan mata pelajaran yang harus

diambil oleh setiap peserta didik di SMA/MA dan SMK/MAK.

Sedangkan mata pelajaran pilihan untuk SMA/MA berbeda dengan

untuk SMK/MAK. Untuk SMA/MA mata pelajaran pilihan

bersifat akademik, sedangkan SMK/MAK mata pelajaran pilihan

bersifat akademik dan vokasi.

a.       Struktur Kurikulum SMA/MA

Struktur Kurikulum SMA/MA terdiri atas:

         Kelompok mata pelajaran wajib yaitu kelompok A dan

kelompok B. Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan

orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan

afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang

lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.

         Kelompok Mata Pelajaran Peminatan terdiri atas 3 (tiga)

kelompok yaitu Peminatan Matematika dan Sains, Peminatan Sosial,

dan Peminatan Bahasa.

         Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat yaitu mata pelajaran

yang dapat diambil oleh peserta didik di luar Kelompok

Mata Pelajaran Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam

Kelompok Peminatan lainnya. Misalnya bagi peserta didik yang

memilih Kelompok Peminatan Bahasa dapat memilih mata

pelajaran dari Kelompok Peminatan Sosial dan/atau Kelompok

Peminatan Matematika dan Sains.

         Mata Pelajaran Pendalaman dimaksudkan untuk mempelajari

salah satu mata pelajaran dalam kelompok Peminatan untuk

persiapan ke perguruan tinggi.

         Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat dan Mata Pelajaran

Pendalaman bersifat opsional, dapat dipilih keduanya atau salah

satu.

b.      Kelompok Mata Pelajaran Wajib

Kelompok Mata Pelajaran Wajib merupakan bagian dari

kurikulum pendidikan menengah yang bertujuan untuk memberikan

pengetahuan tentang bangsa, bahasa, sikap sebagai bangsa,

dan kemampuan penting untuk mengembangkan logika dan

kehidupan pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa,

pengenalan lingkungan fisik dan alam, kebugaran jasmani, serta

seni budaya daerah dan nasional.

Struktur kelompok mata pelajaran wajib dalam kurikulum

SMA/MA adalah sebagai berikut:

Struktur Kurikulum SMA untuk Mata Pelajaran Wajib menurut

Kurikulum 2013

c.       Kelompok Mata Pelajaran Peminatan

Kelompok mata pelajaran peminatan bertujuan (1) untuk

memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan minatnya

dalam sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat keilmuannya

di perguruan tinggi, dan (2) untuk mengembangkan minatnya

terhadap suatu disiplin ilmu atau keterampilan tertentu.

Struktur mata pelajaran peminatan dalam kurikulum SMA/MA

adalah sebagai berikut:

Struktur Kurikulum SMA untuk Mata Pelajaran

Peminatan menurut Kurikulum 2013Kurikulum SMA/MA dirancang untuk memberikan kesempatan

kepada peserta didik belajar berdasarkan minat mereka.

Struktur kurikulum memperkenankan peserta didik melakukan

pilihan dalam bentuk pilihan Kelompok Peminatan, pilihan

Lintas Minat, dan/atau pilihan Pendalaman Minat.

Kelompok Peminatan terdiri atas Peminatan Matematika dan

Sains, Peminatan Sosial, dan Peminatan Bahasa. Sejak kelas X

peserta didik sudah harus memilih kelompok peminatan yang akan

dimasuki. Pemilihan peminatan berdasarkan nilai rapor di SMP/MTs

dan/atau nilai UN SMP/MTs dan/atau rekomendasi guru BK di

SMP/MTs dan/atau hasil tes penempatan (placement test) ketika

mendaftar di SMA/MA dan/atau tes bakat minat oleh psikolog

dan/atau rekomendasi guru BK di SMA/MA.

Pada akhir minggu ketiga semester pertama peserta didik

masih mungkin mengubah pilihan peminatannya berdasarkan

rekomendasi para guru dan ketersediaan tempat duduk. Untuk

sekolah yang mampu menyediakan layanan khusus maka setelah

akhir semester pertama peserta didik masih mungkin mengubah

pilihan peminatannya. Semua mata pelajaran yang terdapat

dalam suatu Kelompok Peminatan yang dipilih peserta didik

harus diikuti.

Setiap Kelompok Peminatan terdiri atas 4 (empat) mata

pelajaran dan masing-masing mata pelajaran berdurasi 3 jam

pelajaran untuk kelas X, dan 4 jam pelajaran untuk kelas XI dan

XII. Setiap peserta didik memiliki beban belajar per semester

selama 42 jam pelajaran untuk kelas X dan 44 jam pelajaran

untuk kelas XI dan XII. Beban belajar ini terdiri atas

Kelompok Mata Pelajaran Wajib A dan B dengan durasi 24 jam

pelajaran dan Kelompok Mata Pelajaran Peminatan dengan durasi

12 jam pelajaran untuk kelas X dan 16 jam pelajaran untuk

kelas XI dan XII.

Untuk Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat dan/atau

Pendalaman Minat kelas X, jumlah jam pelajaran pilihan per

minggu berdurasi 6 jam pelajaran yang dapat diambil

dengan pilihan sebagai berikut:

         Dua mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang

dipilihnya tetapi masih dalam Kelompok Peminatan lainnya,

dan/atau

         Mata pelajaran Pendalaman Kelompok Peminatan yang dipilihnya.

Sedangkan pada kelas XI dan XII, peserta didik mengambil

Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat dengan jumlah

jam pelajaran pilihan per minggu berdurasi 4 jam pelajaran

yang dapat diambil dengan pilihan sebagai berikut:

         Satu mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang

dipilihnya tetapi masih dalam Kelompok Peminatan lainnya,

dan/atau

         Mata pelajaran Pendalaman Kelompok Peminatan yang dipilihnya.

d.      Beban Belajar

Dalam struktur kurikulum SMA/MA ada penambahan jam belajar

per minggu sebesar 4-6 jam sehingga untuk kelas X bertambah

dari 38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI dan

XII bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar. Sedangkan

lama belajar untuk setiap jam belajar adalah 45 menit.

Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan

pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki

keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran

yang berorientasi siswa aktif belajar. Proses pembelajaran siswa

aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses

pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu

latihan untuk melakukan mengamati, menanya, mengasosiasi, dan

berkomunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan guru

menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta didik

karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam

belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil

belajar.

4.      Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi

SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah

menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau

jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi

utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan,

dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang

harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas

dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan

kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi

(organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur

pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk

organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi

Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah

keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau

jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga

memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang

berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa.

Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara

konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten

Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu

pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses

saling memperkuat. Kompetensi Inti dirancang dalam empat

kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap

keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi

2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan

pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi

acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam

setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang

berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara

tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta

didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan

penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).

Kompetensi Inti SMA/MA adalah sebagai berikut:

KELAS X KELAS XI KELAS XII         Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

         Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.

         Menghayati danmengamalkan ajaran agama yangdianutnya.

        

Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,santun, ramah lingkungan, gotong royong,

        

Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab,peduli, santun,ramah lingkungan, gotong royong,

         Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan,gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif),

kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektifdengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alamserta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsadalam pergaulandunia.

menunjukkan sikapsebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa, serta memosisikan diri sebagai agen transformasi masyarakat dalam membangun peradaban bangsa dan dunia.

         Memahami dan menerapkanpengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasankemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,

         Memahami, menerapkan, danmenjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, danmetakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

         Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untukmemecahkan masalah.

kebangsaan, kenegaraan, danperadaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, sertamenerapkan pengetahuan prosedural padabidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkaitpenyebab fenomenadan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untukmemecahkan masalah.

         Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait denganpengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

         Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkaitdengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

         Mencoba, mengolah, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret danranah abstrak terkait dengan pengembangan dariyang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakanmetoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran

untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti.

Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas

sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada

kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.

Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan

karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri

dari suatu mata pelajaran.

Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk

menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu

diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat

berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan

perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi

konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau

non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi

rekonstruksi sosial, progresif atau pun humanisme. Karena

filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik

seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi maka nama mata

pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan

dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi

esensialisme dan perenialisme.

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran

untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti.

Kompetensi Dasar SMA/MA untuk setiap mata pelajaran tercantum

pada Lampiran 1A s.d. Lampiran 5F yang mencakup: mata

pelajaran Wajib Kelompok A, Wajib Kelompok B, Kelompok

Peminatan Matematika dan Sains, Kelompok Peminatan Sosial, dan

Kelompok Peminatan Bahasa.

Contoh bentuk KI dan KD untuk SMA/MA Mata Pelajaran

Ekonomi/Akuntansi:

Kelas X

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar1.      Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1.      Mensyukuri sumber daya karunia Tuhan YME dalam rangka pemenuhan kebutuhan

1.2.      Mengamalkan ajaran agamadalam pengelolaan keuangan bank dan lembaga keuangan lainnya

2.      Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

2.1.      Bersikap peduli, disiplin, tanggung jawab dalam mengatasi kelangkaan sumber daya

2.2.      Bersikap peduli, kreatif, kerja sama, dan mandiri dalam mengatasi permasalahan ekonomi di lingkungan sekitar

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulandunia.

3.      Memahami dan menerapkan pengetahuanfaktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian,serta menerapkan pengetahuan proseduralpada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

3.1.      Memahami konsep dasar ilmu ekonomi

3.2.      Menganalisis kelangkaan (hubungan antara sumber daya dengan kebutuhan manusia) dan strategi untukmengatasi kelangkaan sumberdaya

3.3.      Menganalisis masalah pokok ekonomi (apa, bagaimana, dan untuk siapa)serta alternatif pemecahannya melalui berbagai sistem ekonomi

3.4.      Memahami perilaku konsumen dan produsen sertaperanannya dalam kegiatan ekonomi

3.5.      Memahami pasar dan bentuk-bentuk pasar (monopoli, oligopoli, persaingan sempurna, persaingan monopolistik, dll) dan peranannya terhadap perskonomian

3.6.      Menganalisis masalah dankebijakan ekonomi (mikro dan makro)

3.7.      Memahami konsep, metode,dan manfaat perhitungan pendapatan nasional

3.8.      Memahami lembaga keuangan Bank dan lembaga keuangan lain (konsep, fungsi, peran, dan produk).

3.9.      Memahami konsep pasar

modal dan perannya dalam perekonomian

4.      Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

4.1.      Menyajikan konsep permintaan, penawaran, dan harga keseimbangan dalam bentuk skedul/tabel, fungsi, dan kurva

4.2.      Menyajikan fungsi konsumsi, tabungan, investasi, dan pendapatan keseimbangan dalam bentuk grafik (dalam perekonomian tertutup sederhana/ekonomi dua sektor)

4.3.      Menghitung indeks harga dan inflasi (konsep, faktorpenyebab dan dampak inflasiterhadap perekonomian Indonesia)

4.4.      Menyajikan konsep permintaan dan penawaran uang dalam bentuk fungsi dan grafik

Kelas XI

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar1.      Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.3.      Mensyukuri sumber daya karunia Tuhan YME dalam rangka pemenuhan kebutuhan

1.4.      Mengamalkan ajaran agamadalam pengelolaan keuangan bank dan lembaga keuangan lainnya

2.      Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung

2.1.      Bersikap kreatif, kerjasama, mandiri dan tanggung jawab dalam upaya

jawab, peduli, santun,ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulandunia.

mengatasi permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia

2.2.      Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, dan tanggung jawab dalam kegiatan penyusunan keuangan perusahaan

2.3.      Menunjukkan perilaku kreatif, percaya diri, disiplin, tanggung jawab, jujur, kerjasama dan mandiri dalam menerapkan kegiatan rencana usaha/bussines plan secarasederhana

3.      Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuanprosedural pada bidangkajian yang spesifik sesuai dengan bakat

3.1.      Menganalisis konsep dasar pembangunan ekonomi, permasalahan pembangunan ekonomi, faktor yang mempengaruhi, dan strategi untuk mengatasinya

3.2.      Memahami pengertian, fungsi, dan tujuan, APBN maupun APBD

3.3.      Menganalisis permasalahan ketenagakerjaan, faktor penyebab dan upaya untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia

3.4.      Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang fiskal dan moneter

3.5.      Memahami konsep manajemen, unsur-unsur

dan minatnya untuk memecahkan masalah.

manajemen, dan fungsi manajemen dalam pengelolaanperusahaan

3.6.      Memahami konsep kewirausahaan , cara mengelola usaha/bisnis secara sederhana dan peran wirausaha dalam perekonomian

3.7.      Memahami akuntansi sebagai sistem informasi

3.8.      Memahami konsep persamaan akuntasi

3.9.      Memahami konsep perusahaan jasa

4.      Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

4.1.      Menerapkan prinsip penyusunan dan penutupan siklus akuntansi perusahaanjasa

4.2.      Membuat perencanaan usaha/bussines plan sederhana dan menerapkannyasecara efektif dan kreatif

Kelas XII

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar1.      Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1.       Mensyukuri sumber daya karunia Tuhan YME dalam rangka pemenuhan kebutuhan

1.2.      Mengamalkan ajaran agamadalam pengelolaan keuangan bank dan lembaga keuangan

lainnya2.      Mengembangkan

perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif), menunjukkansikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa, serta memosisikan diri sebagai agen transformasi masyarakat dalam membangun peradaban bangsa dan dunia.

2.1.      Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, mandiri, dan tanggung jawab dalam melakukan perhitungan dan pencatatan akuntansi

2.2.      Menghargai ajaran agama dalam melakukan kerjasama dan perdagangan internasional

2.3.      Mengembangkan kerjasama dalam perdagangan internasional yang responsif dan proaktif dan bertanggung jawab

2.4.      Menunjukkan perilaku kreatif, percaya diri, disiplin, tanggung jawab, jujur, kerjasama dan mandiri dalam melakukan praktik mengelola koperasisekolah

3.      Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

3.1.      Memahami konsep, manfaat, keuntungan, dan faktor pendorong perdagangan internasional

3.2.      Menganalisis kerjasama internasional dibidang ekonomi dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia

3.3.      Menganalisis peran pelaku ekonomi dalam sistemperekonomian Indonesia (BUMN, BUMS, Koperasi).

3.4.      Memahami konsep perusahaan dagang

menerapkan pengetahuanprosedural pada bidangkajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4.      Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yangdipelajarinya di sekolah secara mandiriserta bertindak secaraefektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

4.1.      Menerapkan penyusunan siklus akuntansi perusahaandagang

4.2.      Menerapkan penutupan siklus akuntansi perusahaandagang

4.3.      Menyajikan penyusunan dan penutupan siklus akuntansi perusahaan dagang

4.4.      Menerapkan teori pengelolaan koperasi sekolah

5.      Langkah-langkah Penyusunan RPP Kurikulum 2013

Langkah-langkah Penyusunan RPP Kurikulum 2013, merupakan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana kerja yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk

mencapai satu kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam

Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana

Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang

terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1

(satu) kali  pertemuan atau lebih.

Setelah memperhatikan rambu-rambu penyusunan RPP kurikulum

2013 dan prinsip-prinsip penyusunan RPP kurikulum 2013,

selanjutnya seorang guru harus memperhatikan langkah-langkah

penyusunan Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibagi

dalam 3 (tiga) langkah besar, Kegiatan pendahuluan, Kegiatan inti

dan Kegiatan penutup dengan rincian sebagai berikut:

A.    Kegiatan Pendahuluan

         Motivasi: guru memberikan gambaran manfaat mempelajari materi

yang akan diajarkan.

         Pemberian acuan:

1)      Berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari.

2)      Ajuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi

pelajaran secara garis besar.

3)      Pembagian kelompok belajar.

4)      Penjelasan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesua

dengan rencana langkah-langkah pembelajaran

B.     Kegiatan Inti

         Proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi inti dan

kompetensi dasar.

         Dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik.

         Menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik

peserta didik dan mata pelajaran dengan proses eksplorasi,

elaborasi dan konfirmasi dilaksanakan melalui aktifitas

mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta.

C.     Kegiatan Penutup

         Kegiatan guru mengarahkan peserta didik untuk membuat

rangkuman/simpulan.

         Pemberian tes atau tugas dan memberikan arahan tindak lanjut

pembelajaran, dapat berupa kegiatan diluar kelas, dirumah atau

tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.

Contoh format RPP dapat dilihat seperti gambar di bawah ini:

C.    Analisis Perbedaan Tujuan dan SK_KD dalam Kurikulum KTSP dan

Kurikulum 2013

Perbedaan Esensial KTSP dan Kurikulum 2013, perbedaan

pokok antara KTSP atau kurikulum tingkat satuan pendidikan

(Kurikulum 2006) yang selama ini diterapkan dengan Kurikulum 2013

yang akan dijalankan secara terbatas mulau Juli 2013 yaitu

berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Dalam KTSP, kegiatan

pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan,

namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih

menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran

tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan

yang bersangkutan.

Meskipun silabus sudah di kembangkan oleh pemerintah pusat,

namun  guru tetap dituntut untuk dapat memahami seluruh pesan dan

makna yang terkandung dalam silabus, terutama untuk kepentingan

operasionalisasi pembelajaran. Oleh karena itu, kajian silabus

tampak menjadi penting, baik dilakukan secara mandiri maupun

kelompok sehingga diharapkan para guru dapat memperoleh

perspektif yang lebih tajam, utuh dan komprehensif dalam

memahami  seluruh isi silabus yang telah disiapkan tersebut.

Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

masih merupakan kewenangan guru yang bersangkutan, yaitu dengan

berusaha mengembangkan dari Buku Babon (termasuk silabus) yang

telah disiapkan pemerintah. Perbedaan esensial dari KTSP dan

kurikulum 2013 itu sendiri adalah sebagai berikut:

No KTSP Kurikulum 20131 Mata pelajaran tertentu

mendukung kompetensitertentu

Tiap mata pelajaranmendukung semua kompetensi(Sikap, Keteampilan,

Pengetahuan)2 Mata pelajaran

dirancang berdirisendiri dan memilikikompetensi dasarsendiri

Mata pelajaran dirancangterkait satu dengan yanglain dan memilikikompetensi  dasar yangdiikat oleh kompetensiinti tiap kelas

3 Bahasa Indonesiasejajar dengan mapellain

Bahasa Indonesia sebagaipenghela mapel lain (sikapdan keterampilanberbahasa)

4 Tiap mata pelajarandiajarkan denganpendekatan berbeda

Semua mata pelajarandiajarkan denganpendekatan yang sama(saintifik) melaluimengamati, menanya,mencoba, menalar.

5 Tiap jenis kontenpembelajaran diajarkanterpisah

Bermacam jenis kontenpembelajaran diajarkanterkait dan terpadu satusama lainKonten ilmupengetahuan diintegrasikandan dijadikan penggerakkonten pembelajaranlainnya

6 Tematik untuk kelas I-III (belum integratif)

Tematik integratif untuk kelas I-III

7 TIK mata pelajaran sendiri

TIK merupakan saranapembelajaran, dipergunakansebagai media pembelajaranmata pelajaran lain

8 Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan

Bahasa Indonesia sebagaialat komunikasi dancarrier of knowledge

9 Untuk SMA ada penjurusan sejak kelas XI

Tidak ada penjurusan SMA.Ada mata pelajaran wajib,peminatan, antar minat,dan pendalaman minat

10 SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi

SMA dan SMK memiliki matapelajaran wajib yang samaterkait dasar-dasarpengetahuan, keterampilandan sikap.

11 Penjurusan di SMK sangat detil

Penjurusan di SMK tidakterlalu detil sampaibidang studi, didalamnyaterdapat pengelompokkanpeminatan dan pendalaman

Struktur Kurikulum meliputi sejumlah mata pelajaran yang

ditempuh dalam satu jenjang pendidikan. Dalam Kurikulum sekarang

(KTSP), materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri

merupakan bagian dari muatan kurikulum. Misal, untuk kurikulum

SMP dan MTs, terdiri dari 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan

pengembangan diri yang harus diberikan kepada peserta didik.

Pada Kurikulum 2013 nanti, ada perubahan mendasar dibanding

kurikulum sekarang, yaitu antara lain:

1.      Untuk SD, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari

10 dapat dikurangi menjadi 6 melalui pengintegrasian beberapa

mata pelajaran:

         IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia ,

Matematika, dll.

         IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKn, Bahasa

Indonesia, dll.

         Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan

Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

         Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata

pelajaran.

2.      Untuk SD, menambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan

proses pembelajaran dan penilaian.

3.      Untuk SMP, meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil

dari 12 dapat dikurangai menjadi 10 melalui pengintegrasian

beberapa mata pelajaran:

         TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran,

tidak berdiri sendiri.

         Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan

Prakarya.

         Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata

pelajaran.

4.      Untuk SMP, menambah 6 jam pelajaran per minggu sebagai akibat

dari perubahan pendekatan proses pembelajaran dan proses

penilaian.

5.      Untuk lebih jelas melihat perbedaan struktur kurikulum, dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

6.      Struktur Kurikulum SD

Struktur Kurikulum SD 2013

Struktur Kurikulum SD 2013

7.      Struktur Kurikulum SMP

Struktur Kurikulum SMP 20138.      Struktur Kurikulum SMA/MA

BAB III

PENUTUP

A.    Simpulan

Berdasarkan BAB II pembahasan di atas, maka penulis dapat

simpulkan perbedaan tujuan, SK_KD, maupun evaluasi secara umum

dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan

satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan

pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah,

kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus

dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan. Rinciannya

adalah sebagai berikut:

No KTSP Kurikulum 20131 Mata pelajaran tertentu

mendukung kompetensitertentu

Tiap mata pelajaranmendukung semua kompetensi(Sikap, Keteampilan,Pengetahuan)

2 Mata pelajarandirancang berdirisendiri dan memilikikompetensi dasarsendiri

Mata pelajaran dirancangterkait satu dengan yanglain dan memilikikompetensi  dasar yangdiikat oleh kompetensiinti tiap kelas

3 Bahasa Indonesiasejajar dengan mapellain

Bahasa Indonesia sebagaipenghela mapel lain (sikapdan keterampilanberbahasa)

4 Tiap mata pelajarandiajarkan denganpendekatan berbeda

Semua mata pelajarandiajarkan denganpendekatan yang sama(saintifik) melaluimengamati, menanya,mencoba, menalar.

5 Tiap jenis kontenpembelajaran diajarkanterpisah

Bermacam jenis kontenpembelajaran diajarkanterkait dan terpadu satusama lainKonten ilmu

pengetahuan diintegrasikandan dijadikan penggerakkonten pembelajaranlainnya

6 Tematik untuk kelas I-III (belum integratif)

Tematik integratif untuk kelas I-III

7 TIK mata pelajaran sendiri

TIK merupakan saranapembelajaran, dipergunakansebagai media pembelajaranmata pelajaran lain

8 Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan

Bahasa Indonesia sebagaialat komunikasi dancarrier of knowledge

9 Untuk SMA ada penjurusan sejak kelas XI

Tidak ada penjurusan SMA.Ada mata pelajaran wajib,peminatan, antar minat,dan pendalaman minat

10 SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi

SMA dan SMK memiliki matapelajaran wajib yang samaterkait dasar-dasarpengetahuan, keterampilandan sikap.

11 Penjurusan di SMK sangat detil

Penjurusan di SMK tidakterlalu detil sampaibidang studi, didalamnyaterdapat pengelompokkanpeminatan dan pendalaman

B.     Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyarankan baik

pada pihak pemerintah yang membuat kurikulum, maupun pihak-pihak

yang akan secara operasional menjalankan, begitu pula masyarakat

luas umumnya, dapat mendukung penyempurnaan kurikulum KTSP

menjadi 2013 dengan sepenuhnya. Ha ini agar apa yang dicita-

citakan atau apa yang menjadi tujuan bangsa indonesia dan

pendidikan nasional dalam menghadapai tantangan kemajuan dapat

dicapai.