Penggunaan Sosial Media sebagai Pembelajaran Islam

25
Penggunaan Sosial Media sebagai Media Pembelajaran Islam Imam Malik, MA Surya University [email protected] [email protected] Yuni Chairani, M.Pd [email protected] Perkembangan teknologi sekarang ini tidak menyisakan ruang untuk mereka yang tidak ingin mengikuti, salah satu perkembangan teknologi adalah inovasi dalam interaksi sosial yaitu media sosial. Indonesia menjadi salah satu Negara dengan tingkat pemakai media sosial terbesar. Penyebaran ajaran islam seharusnya mempertimbangkan perkembangan teknologi ini, adanya media sosial menjadi sarana bagi para pendakwah islam untuk memanfaatkan sebaik-baiknya. Penelitian ini akan mengkaji seberapa sering generasi muda kali ini memanfaatkan sosial media sebagai media pembelajaran islam, beberapa kajian akan diungkap melalui angket dan kuiseioner yang diberikan pada 46 subjek penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa di kota-kota besar di Indonesia dari berbagai fakultas. Kata kunci : media pembelajaran islam, sosial media A. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini hampir setiap sisi kehidupan bergerak ke arah digital. Baik itu bidang pendidikan, kesehatan, sosial termasuk bidang keagamaan. Keuntungan teknologi yang menjadikan hidup manusia menjadi lebih praktis menjadikan teknologi menjadi sarana yang dapat

Transcript of Penggunaan Sosial Media sebagai Pembelajaran Islam

Penggunaan Sosial Media sebagai Media Pembelajaran Islam

Imam Malik, MASurya University

[email protected]@yahoo.com

Yuni Chairani, [email protected]

Perkembangan teknologi sekarang ini tidak menyisakanruang untuk mereka yang tidak ingin mengikuti, salahsatu perkembangan teknologi adalah inovasi dalaminteraksi sosial yaitu media sosial. Indonesia menjadisalah satu Negara dengan tingkat pemakai media sosialterbesar. Penyebaran ajaran islam seharusnyamempertimbangkan perkembangan teknologi ini, adanyamedia sosial menjadi sarana bagi para pendakwah islamuntuk memanfaatkan sebaik-baiknya. Penelitian ini akanmengkaji seberapa sering generasi muda kali inimemanfaatkan sosial media sebagai media pembelajaranislam, beberapa kajian akan diungkap melalui angketdan kuiseioner yang diberikan pada 46 subjekpenelitian. Subjek penelitian dalam penelitian iniadalah mahasiswa di kota-kota besar di Indonesia dariberbagai fakultas.Kata kunci : media pembelajaran islam, sosial media

A. Latar BelakangDi era globalisasi sekarang ini hampir setiap sisi

kehidupan bergerak ke arah digital. Baik itu bidangpendidikan, kesehatan, sosial termasuk bidang keagamaan.Keuntungan teknologi yang menjadikan hidup manusia menjadilebih praktis menjadikan teknologi menjadi sarana yang dapat

dipakai untuk mengembangkan setiap bidang keilmuan, takterkecuali dalam bidang perkembangan dakwah islam.

Salah satu teknologi yang berkembang pesat adalahteknologi mengenai media sosial, media dimana manusia dapatberinteraksi dengan sesamanya melalui teknologi yang merekagenggam sehari-hari. Media sosial di Indonesia sangatdigandrungi oleh berbagai kalangan dan usia. Indonesiamenjadi pemakai facebook terbanyak ke 4 di dunia, menurutdata yang dilansir oleh situs www.portal-indutri.com,pengguna facebook di Indonesia mencapai 48,8 juta, sebuahangka yang besar.1

Dari fakta ini, jika kita mngamati lalu-lintasinformasi melalui timeline, topik mengenai agama islam jelastidak terlepas dari topik perbincangan di media sosial,muncul beberapa akun berbau islam yang mengatasnamakanpribadi, golongan ataupun institusi resmi. Setiapperkembangan zaman akan selalu mempunyai sisi positif dandampak negatifnya. Begitu pula dengan perkembangan mediasosial sebagai lahan dakwah islam. Selain berimplikasi positif, pun implikasi negatifnyajuga ada, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa akun terselubungyang disadari atau tidak justru kontra produktif denganperjuangan Islam. Akun-akun ini menulis dan meneruskanberita-berita yang masih diragukan faliditasnya, bahkasebagian aku terkesan melakukan fitnah, menebar permusuhanterhadap yang lain, juga penyebaran kebencian terhadapgolongan di luar dirinya, meskipun kadang-kadang justrumasih sesama islam. Padahal, jika kita kembali merujuk padatujuan awal penyebaran islam atau gerakan dakwah islam, efeknegatif tersebut justru menjauhkan dakwah dari tujuanasalnya.

1 http://industri.bisnis.com/read/20140415/105/219583/10-negara-dengan-pengguna-facebook-terbesar-di-dunia-indonesia-peringkat-berapa

Pada mulanya, penyebaran atau dakwah islam ditujukanuntuk mengubah attitude atau perilaku manusia, dari yang tidakberadab menjadi beradab, dari yang tidak manusiawi menjadimanusiawi, dari yang nista menjadi terpuji (akhlaq al karima).Hal ini merujuk pada salah satu hadist Nabi yang mengatakanbahwa beliau diutus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlakmanusia. Intinya, tujuan utama dari penyebaran Islamsebetulnya untuk membentuk pribadi yang baik, yangmenyenangkan dan bermanfaat bagi orang lain.

Namun, seriring dengan berjalannya waktu, penyebaranatau dakwah islam mulai bergeser dan memiliki tujuan-tujuanlain di luar tujuan pembentukan pribadi-pribadi yangberakhlak baik atau kesalehan personal, motif-motif lainseperti motif politik, motif ekonomi, dan bahkan menyuburkankembali politik identitas. Bahkan, tidak sedikit dalam upayapenyebaran islam ini, semangat utamanya adalaheksklusivisme, yakni menganggap yang lain diluar kelompoknyaadalah musuh dan harus diperangi. Fenomena ini semakinmenunjukkan bahwa semangat awal penyebaran islam untukmembentuk dan memperbaiki perilaku manusia, sudah bergeserjauh dan terjerembab dalam kubangan eksklusifisme danberorientasi pada motif profan.

Secara garis besar, sebaran demografi juga mempengaruhicorak dan pola beragama generasi muda islam, yang palingmenonjol adalah dari kemampuan mengakses terhadap sumberinformasi, karakter tokoh agama di masing-masing daerah, danterakhir struktur sosial masyarakatnya. Pada bagianstruktur sosial masyarakat ini, secara sederhana bermuladari perbedaan struktur pembagian kerja di daerah perkotaanatau urban dan struktur pembagian kerja di daerah rural ataupedesaan. Pada wilayah rural, pembagian kerja ditentukanoleh jenis kelamin, strata sosial atau faktor tradisionallain sedangkan di wilayah urban, pembagian kerja ditentukanoleh kemampuan atau akses yang dimiliki, tidak terbatas pada

jenis kelamin atau faktor tradisional lain. Dari pembagiandemografi seperti itu, ditambah lagi dengan perbedaan aksesinformasi, maka kita bisa membedakan arah, pola, corak,dansemangat keislamannya, diantaranya: 1. Wilayah rural dan semangat asketisisme

Pada wilayah ini, generasi muda Islam cenderung padapembentukan sikap asketisisme, hal ini dipengaruhi olehsumber informasi mengenai islam yang diperoleh dari guru-guru, dan tokoh agama disekitarnya yang berorientasikepada pembentukan pribadi muslim yang baik. Titik tekanasketisisme ini lebih condong pada nilai-nilai jujur,sabar, dan bisa menerima setiap pemberian dari tuhan,dalam istilah yang lain, bersyukur atas setiap pemberiantuhan. Dengan kata lain, di wilayah rural, narasi kecillebih mudah diterima ketimbang narasi besar.

Pada wilayah ini, ide-ide mengenai Negara islam,syariatisasi islam, khilafah dan kepemimpnan islam bukanmerupakan isu-isu yang seksi dan mudah diterima. Selainkarena keterbatasan informasi, berbagai macam narasibesar seperti negara islam merupakan ide yang kerapkaliditampik.

2. Wilayah urban dan semangat Politisasi IslamBerbeda dengan di wilayah rural, di wilayah urban ini,

narasi-narasi besar seperti isu Negara islam,syariatisasi, dan isu-isu mengenai kepentingan politikislam merupakan isu yang amat digandrungi. Pada wilayahini, selain karena mudahnya mengakses informasi mengenaiisu-isu internasional, pun di saat yang sama, lalu-lintaside di kawasan urban lebih mudah diakses. Implikasinya,berbagai narasi besar seperti isu-isu terorismeinternasional, Negara islam, syariatisasi lebih banyak

berkembang. Sedangkan pada sisi yang lain, isu-isu yangbersifat narasi kecil, tidak terlalu berkembang.

Indonesia, sebagai Negara dengan populasi pendudukpenganut ajaran islam terbesar di dunia, tentu saja tidakterpisah dari pengaruh dan isu-isu internasional yangberkembang di dunia muslim, beberapa diantaranya bisakita klasifikasi ke dalam 4 isu besar, diantaranya:

1. Isu Palestinaisu ini tidak hanya populer di Indonesia, di Negaraberpenduduk muslim lainnya, isu ini juga menjadi isuabadi. Perbedaannya, di Indonesia, isu ini kemudianmenjadi komoditas politik beberapa partai politiktertentu yang berafiliasi dengan gerakan ikhwanulmuslimin di timur-tengah.

2. Politik Identitas Isu mengenai politik identitas ini memang bukan isu yangbaru, perbedaan suku, ras, dan agama ini, dalam beberapamomen tertentu kerapkali menjadi masalah serius, salahsatu contohnya adalah kasus penolakan beberapa ormasislam terhadap Ahok atau Basuki Tjahaya Purnama sebagaiGubernur DKI Jakarta. Alasan beberapa ormas Islam inikarena Ahok beretnis tionghoa dan Kristen, dimana keduaidentitas ini merupakan identitas minoritas di Jakarta.

3. LiberalismeIsu liberalisme ini pertama kali dikemukakan ke ruangpublik oleh sekelompok intelektual muda muslim yangprogresif. Digawangi oleh Ulil Abshar-Abdalla, jaringanyang berawal dari grup diskusi di milis ini kemudianberkembang menjadi Jaringan Islam Liberal (JIL),beberapa isu sensitif dalam islam seperti soal teologi,dikritisi oleh kelompok ini. Hal ini menimbulkan reaksiyang cukup ekstrim dari kalangan yang bertolak belakang.Isu liberalisme ini hingga kini masih menjadi isu hangatdi Indonesia.

4. PurifikasiIsu purifikasi atau pemurnian dalam islam ini sebetulnyasudah lama masuk ke Indonesia, isu ini berasal daripemahaman dan pemikiran islam yang bermazhab Wahabi diSaudi Arabia. Isu purifikasi ini, selain bertujuanpemurnian ajaran islam, juga bertujuan untuk penyebaranajaran Wahabi. Hingga kini, isu purifikasi ini masihmenjadi perbincangan serius di Indonesia.

Dari paparan di atas, maka peneliti akan membuat sebuahkajian tentang “Penggunaan Sosial Media sebagai MediaPembelajaran Islam”

B. Pertanyaan PenelitianPenelitian ini akan menjawab pertanyaan1. Bagaimana frekuensi penggunan sosial media sebagai media

pembelajaran islam di kalangan generasi muda?2. Bagaimana persepsi generasi muda mengenai pemakaian

sosial media sebagai media dakwah islam?3. Bagaimana bentuk dakwah yang sebaiknya dilakukan melalui

media sosial?

C. Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah:1. Mengkaji bagaimana frekuensi penggunan sosial media

sebagai media pembelajaran islam di kalangan generasimuda?

2. Mengkaji bagaimana persepsi generasi muda mengenaipemakaian sosial media sebagai media dakwah islam?

3. Mengkaji bagaimana bentuk dakwah yang sebaiknya dilakukanmelalui media sosial?

D. Manfaat PenelitianSetelah data dari penelitian ini dikumpulkan dan dianalisis,hasilnya dapat digunakan sebagai rujukan bagi para praktisi

teknologi maupun para penggiat dakwah islam atau aktifisdialog antar-agama untuk membuat inovasi dalam halpembelajaran islam atau pembelajaran dialog antar agama bagigenerasi muda.

E. Tinjauan Pustaka

Perkembangan Dakwah Islam

Informasi mengenai bagaimana pola dan penyebaran Islamdi Nusantara (kini Indonesia), hingga kini masih menjaditopik perdebatan oleh sebagian besar kalangan akademisi. Halini disebabkan oleh langkanya sumber atau catatan sejarahyang cukup memadai dalam upaya menjelaskan bagaimana pola-pola penyebaran islam baik sejak awal masuknya ke Indonesia,maupun dalam konteks penyebaran islam yang paling mutakhir.

Dari sekian banyak teori yang mencoba menjelasakanbagaimana masuk dan menyebarnya islam di Indonesia,setidaknya ada 3 arus besar pemikiran, diantaranya: Pertama,penyebaran islam di Indonesia dilakukan oleh para pedagangyang berasal dari Gujarat, India. Kedua, penyebaran islam diIndonesia dilakukan oleh para utusan dari kekhalifahan islamdi Jazirah Arab, dalam beberapa sumber disebutkan bahwapenyebaran atau ekspansi dakwah besar-besaran ke asiatenggara terjadi pada kekhalifahan ke 3 Islam, yaknikekhalifahan Utsman Ibn Affan (644-656), sekitar abad ke IX.Ketiga, penyebaran islam di Indonesia dilakukan oleh parapedagang dan utusan dari negeri China, yang dipimpin olehLaksamana Cheng Ho, pada abad ke X.2

Jika ditilik dari studi literatur atau sisi kajianpustaka, ada 3 sumber informasi dari buku-buku yang selalumenjadi rujukan utama dalam menjelaskan bagaimana penyebaranislam di Indonesia, diantaranya: Pertama, buku Hikayat Raja-Raja

2 RIcklefs.M.C, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta, Penerbit Serambi, 2008, hal 3-26.

Pasai, naskah aslinya berbahasa melayu, kemudian disalin kedalam bahasa jawa di Demak pada tahun 1814. Buku inimenceritakan bagaimana masuknya islam ke tanah Sumatera,selain berisi tentang cerita raja-raja di sumatera, bukuini juga berisi tentang ramalan nabi Muhammad bahwa akan adasebuah kota besar di timur bernama samudera, yang akanmenghasilkan banyak orang suci.

Kedua, buku Sejarah Melayu, buku ini Ditulis pada tahun1021 Hijriah atau tahun 1612 Masehi, buku ini berisi sebuahkisah masuk islamnya Raja Malaka. Salah satu kisah darisekian banyak kisahnya disini, disebutkan bahwa seorangulama dari tanah Arab bernama Sayid Abdul Aziz tiba diMalaka dan melakukan sembahyang di tepi pantai, darikejadian itulah, kemudian Raja Malaka memutuskan memelukIslam.

Ketiga, buku Babad Tanah Jawi, dalam buku ini disebutkanberbagai informasi mengenai masuknya Islam di tanah jawapada abad ke XVII. Naskah ini mengisahkan pengislamanpertama orang-orang jawa pada kegiatan Sembilan Wali ataulebih dikenal dengan sebutan “Wali Songo” , dalam pengertianyang lain, wali songo berarti “Sembilan Orang Suci”.Kesembilan wali ini adalah: Sunan Ampel atau Raden Rahmat,Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim, Sunan Bonang atauMaulana Makhdum Ibrahim, Sunan Drajat, Sunan Kudus, SunanGiri, Sunan Kalijaga, Sunan Muria atau Raden Umar Said, danSunan Gunug Djati atau Syarif Hidayatullah.3

Dari beberapa data dan informasi diatas, kita bisasimpulkan bahwa pola penyebaran islam awal di Indonesiamemiliki 3 jenis pola umum, diantaranya: Pertama, relasiekonomi. Dalam hal ini dicontohkan dalam interaksi hubunganjual-beli dan perniagaan, kemudian terjadi kohesi sosial danpenyebaran agama islam. Kedua, relasi pernikahan. Dalam polayang kedua ini, pada mulanya interaksi sosial hanya

3 Ibid, halaman 27.

berlangsung dalam hubungan jual-beli dan faktor ekonomisaja, kemudian lambat laun berkembang ke hubungan pernikahandan penyebaran agama islam. Ketiga, setelah melakukanperdagangan dan pernikahan, langkah selanjutnya biasanyamelakukan okupasi atau pendudukan kerajaan-kerajaan lokal,yakni dengan mengislamkan rajanya, lalu menjadikan islamsebagai agama resmi kerajaan.

Pada perkembangan berikutnya, pola penyebaran islam diIndonesia mempunyai beberapa varian, diantaranya: 1. Pesantren

Setelah pola-pola masuknya islam di Indonesia kitaketahui, maka objek berikutnya yang penting diketahui adalahmedia pembelajaran islam. Salah satu badan atau institusiyang berperan besar dalam penyebaran islam adalah pondokpesantren. Institusi ini, menurut beberapa sumber, mulaidikenal sejak era maulana malik Ibrahim atau sunan ampel, didaerah kembang kuning, Surabaya.

Perkembangan berikutnya, institusi ini kemudian meluashingga ke seluruh pelosok negeri, beberapa pondok pesantrenpelopor pasca era penyebaran islam ini adalah pondokpesantren Darussalam Gontor Ponorogo, Pondok PesantrenTebuireng Jombang, Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan,Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Pondok Pesantren APIKKaliwungu Kendal, Pondok Peantren Babakan CiwaringinCirebon, Pondok Pesantren Buntet Pesantren Cirebon, PondokPesantren Cipasung Tasikmalaya, dan Pondok PesantrenManonjaya Tasikmalaya. Dari beberapa pesantren inilahkemudian berkembang pondok pesantren lainnya yang dirintisoleh murid-murid atau santri-santri alumni dari masing-masing pesantren induk tadi.

Metode yang diajarkan di pesantren merupakan metodeBoarding School atau sistem asrama yang menginap dan diberikanpendidikan 24 jam. Perkembangannya kemudian, pesantrensecara garis besar dibagi lagi menjadi 2 kelompok: pertama,

pesantren tradisional/salaf, pada pesantren tradisional inibiasanya sistem pendidikan belum terlalu solid, masihmengandalkan dan tergantung pada figure pimpinannya, adapunkurikulum yang digunakan biasanya menggunakan sumber-sumberatau buku-buku klasik khazanah peradaban islam abad ke 17ketika peradaban islam berpusat di Baghdad, Iraq dandipimpin oleh khalifah Al-Ma’mun dan HArun Al-Rasyid,kurikulum di pesantren tradisional lebih menekankan padakemampuan Tasawuf/kesalehan individu dengan tujuan “taqarrub”atau mendekatkan diri kepada Tuhan, para lulusannya biasanyadipersiapkan untuk kembali ke kampong halaman dan menjadipenjaga stabilitas struktur sosial keagamaan atau pengamansosial di daerahnya masing-masing. Kedua, pesantren modern,pada pesantren modern, kurikulum yang digunakan biasanyamerupakan kombinasi dari khazanah klasik peradaban islamdengan interpretasi penulisnya, disamping itu, pesantrenmodern juga mengajarkan disiplin ilmu lainnya di luardisiplin ilmu agama.

2. Tabligh AkbarMedia penyebaran islam yang lain, selain melalui

institusi pondok pesantren yang mengajarkan agama dengansistem asrama, juga melalui ceramah umum atau tabligh akbar.Metode ini sebenarnya sudah diterapkan sejak masa-masa awalislam masuk ke Indonesia, tapi metode ino menjadi sangatpopular pada kurun waktu sekitar 1970an hingga tahun 1990an.Pada era ini, muncul mubalig-mubalig legendaris sepertiK.H.Zaenuddin MZ, H.Rhoma Irama, dan K.H.Nur Iskandar SQ.

Konten atau isi dari ceramahnya berkisar seputarpentingnya bersabar, menerima apapun yang kita alami danhadapi,serta diselingi humor dan kemampuan berorasi yangmemukau. Belakangan, metode seperti ini juga kerapkaliberisi ceramah-ceramah yang bermuatan kepentingan politisislam, baik dalam bentuk kampanye sebuah partai politik

tertentu, hal ini berbarengan dengan tren menguatnya gerakanislam politik.

3. Sekolah FormalSetelah kita membahas mengenai penyebaran islam di sektor

informal seperti pesantren dan tabligh akbar, media lainyang kemudian menjadi sarana bagi penyebaran islam adalahsekolah-sekolah umum seperti SLTP dan SLTA. Pada tingkatanini, penyebaran islam melalui dua jalur, diantaranya:Pertama, melalui mata pelajaran Agama Islam. Dalam hal inikurikulum pengajaran islam sudah disusun dan dirancang olehkementerian pendidikan dan kebudayaan. Kedua, melaluilembaga ekstra kurikuler intra sekolah, yakni Rohis. Dalamhal ini penyebaran dan pengajaran agama islam tidakmenggunakan kurikulum yang standar dan disusun olehkementerian terkait, tetapi disusun berdasarkan pengetahuanmentor masing-masing. Biasanya, mentornya sendiri merupakanalumni dari sekolah tersebut, atau kakak kelas yang sudahduduk di bangku universitas. Pada jenis yang kedua ini,menurut survey yang dilakukan oleh Lembaga Kajian Islam danPerdamaian (LaKIP) pada tahun 2011, kegiatan Rohis yangtidak memiliki standar dan kurikulum tertentu justrumenyumbang besar terhadap fenomena radikalisasi di kalangansekolah.4 4. Media Cetak

Ketika arus dan tuntutan gerakan politik untuk reformasidi Indonesia pada tahun 1998 bergemuruh, implikasiberikutnya adalah menguatnya tuntutan kebebasan pers, salahsatunya adalah media cetak. Dalam situasi seperti ini,kebangkitan islamisme juga beririsan dan berbarengan dengansemangat reformasi. Setelah reformasi 1998, media-media

4 Radicalization on Student (2011), Published By Lembaga Kajian Islam dan Perdamaianhttp://www.tempo.co/read/fokus/2011/04/26/1855/Separuh-Pelajar-Setuju-Aksi-Radikal-Berlabel-Agama

cetak islam mulai bermunculan, dari mulai yang berbau mistikseperti majalah Sabili dan Hidayah, juga majalah-majalahyang disponsori oleh kelompok politik tertentu sepertiHizbut Tahrir Indonesia seperti majalah Khilafah, ataumajalah Syir’ah terbitan anak-anak muda NU.

Media ini lebih pada pertempuran gagasan di ranah publik,perebutan pembaca dan pasar masyarakat Islam ini juga tidakberhenti di situ saja. Lebih dari itu, dunia mode pun mulaimelirik dan memanfaatkan gejala neo-islamisme setelah ordebaru ini dengan tren Hijab dan kerudung sekaligus busanamuslim, baik untuk pasar laki-laki ataupun untuk pasarperempuan. Salah satu yang paling awal majalah Noor yangdisertai dengan promosi produk baju muslim hasil desainerItang Yunasz, dengan merek dagang Preview.

5. Media Elektronik Metode penyebaran islam berikutnya adalah melalui media

elektronik, metode ini baru populer di Indonesia sejaktelevisi swasta mulai memperoleh izin yang relatif mudahpasca-Reformasi 1998. Menggeliatnya industri televisi iniditandai dari munculnya stasiun-stasiun televisi swastaseperti Metro TV, RCTI, Indosiar, SCTV, Indosiar,TV One danstasiun televisi swasta yang lain dalam kurun satu dasawarsaterakhir ini.

Varian dari penyebaran islam melalui media elektronik inicukup beragam, diantaranya: Pertama, kuliah subuh, metodeyang digunakan adalah tausiah atau ceramah agama, beberapatokoh yang menggunakan metode ini diantaranya;Prof.Dr.Quraish Shihab, Prof.Dr.Nasarudin Umar, danakademisi lainnya. Kedua, dialog interaktif, biasanyapenceramah membuka segmen Tanya jawab dan membuka layanancurhat (baca:curahan hati), baik melalui sambungan teleponmaupun langsung dengan pemirsa di studio, beberapa tokoh

yang menggunakan metode ini diantaranya ; Mamah Dedeh,Alm.Ustadz Jeffry Al-Bukhari, Aa Gym, ustadz Solmed, danbeberapa tokoh yang lain. Ketiga, metode ensiklopedia,informasi mengenai islam disampaikan melalui narasi dandisertai dengan gambar visual, salah satu contohnya adalahacara Khazanah di Trans TV. 6. Sosial Media

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasidan situs-situs jejaring sosial, maka penyebaran islampunberkembang pesat hingga ke ranah sosial media ini. Biasanya,ada dua situs jejaring sosial yang paling popular dankemudian digunakan sebagai media penyebaran islam,diantaranya: Pertama, Facebook. Situs jejaring sosial yangdidirikan oleh Mark Zuckerberg ini kerap dijadikan sebagaimedia dakwah, misalnya beberapa fitur pembuatan group, salahsatu yang paling popular adalah grup diskusi “Belajar Islam”di grup ini, informasi mengenai islam cukup kaya denganbeberapa narasumber yang kompeten. Kedua, Twitter. Situsjejaring sosial yang satu ini juga menjadi salah satu situsyang kerap digunakan untuk penyebaran islam. Ada dua jenisakun yang biasanya menjadi rujukan: (a) akun pribadi,seperti misalnya akun @ShihabAlwi , @Haidar_Bagir dan akunpersonal lain, (b) akun kelompok, seperti misalnya@FaktaAgama @Nasehat_Islam atau @Belajar_Islam.

F. Prosedur penelitian1. Jenis dan langkah Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dan akan paparkansecara deskriptif. Metode pengambilan data menggunakansurvey online menggunakan perangkat google survey.

2. Subjek PenelitianPenelitian ini dilakukan dengan mengambil 46 subjek daribeberapa kampus yang berbeda di kota besar Indonesia.

Pengambilan subjek dilakukan secara purposive denganmengambil mahasiswa yang dianggap dapat merepresentasikangenerasi mahasiswa di kota besar.

Tabel 1. Sebaran Subjek Penelitian

Daerah Asal JumlahBandung 7Jakarta 22Pontianak 1Serang 1Salatiga 2Boyolali 1Malang 2Jogjakarta 1Palembang 1Semarang 1Tunisia 1Daerah Lain 6Total 46

Rentang usia responden adalah 18 sampai 24 tahun,responden merupakan generasi muda yang masih terdaftarsebagai mahasiswa di universitas-universitas masing-

masing kota. Rasio responden menurut fakultasnya dapatdilihat dalam tabel berikut:

Diagram 1. Rasio Responden per fakultas

27%

41%

27%

5%

MIPA, Teknik, IlkomPendidikan, PsikologiSosial Politik, Ekonomi , Agama, HukumKesehatan

3. Instrumen PenelitianData diambil dengan menggunakan angket yang berisi

pertanyaan-pertanyaan terbuka. Pemilihan jenis pertanyaantersebut karena peneliti ingin menggali pendapat subjeksecara lebih mendalam. Penulisan instrument penelitianmenggunakan fasilitas google survey. Validasi yangdigunakan untuk instrument penelitian adalah validasiisi. Dalam penelitian ini dilakukan analisis secarakualitatif terhadap seluruh jawaban setiap responden.

G. Temuan PenelitianInstrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian ini

adalah angket. Angket berisi 11 pertanyaan dengan pilihanjawaban ya atau tidak, 3 pertanyaan terbuka dan 3 pertanyaandengan 3 pilihan jawaban. Jenis pilihan pertanyaan

disesuaikan dengan jawaban yang akan diungkap dariresponden. Pertanyaan dan persentasi hasil jawaban respondenadalah sebagai berikut:

Tabel. Pertanyaan dan hasil persentase jawaban responden

No Pertanyaan Ya % Tidak

%

1 Apakah kamu aktif bersosial media? 44 95.7

2 4.3

2 Apakah kamu setiap hari mempostingsesuatu dalam akun sosial media mu?

15 32.6

31 67.4

3 Dilihat dari interaksi yang kamu lakukan apakah kamu termasuk pengguna aktif atau pengguna pasif?

34 73.9

12 26.1

4 Apakah kamu mengikuti akun-akun ustad / tokoh agama atau akun lainberbau islam?

27 58.7

19 41.3

5 Apakah kamu memfollow mereka karena tau latar belakang mereka?

24 52.2

22 47.8

6 Apakah kamu mengikuti isu tentang islam yang terjadi di Indonesia melalui sosial media?

38 82.6

8 17.4

7 Saat kamu membaca berita tentang isu tersebut apakah kamu mengecek sumber berita tersebut?

38 82.6

8 17.4

8 Apakah kamu mengomentari atau mengemukakan pendapatmu mengenai isu tersebut?

17 37.0

29 63.0

9 Apakah kamu sering mem-posting status yang berkaitan dengan islam?

13 28.3

33 71.7

10 Apakah kamu sering berdiskusi dengan teman-temanmu tentang islamdi sosial media?

15 32.6

31 67.4

11 Menurutmu, apakah dakwah dapat dilakukan melalui sosial media?

45 97.8

1 2.2

Menurut hasil di atas 95.7 % responden aktif bersosialmedia, yang aktif melakukan posting di dalam akun mediasosial dan berinteraksi dengan sesama pengguna (74%).Sebanyak 58.7% responden mengikuti isu tentang islam yangterjadi di Indonesia melalui sosial media. Akun sosial mediaislam yang responden follow sebanyak 52 akun. Contoh akunyang banyak diikuti oleh responden adalah: @islamicfreedom,@QURANdanSUNNAH, @felixsiauw, @gadisberjilbabb, @sabdarosul,@Yusuf_Mansur, @TeladanRasul, @quraishihab, @aagym.

52.2% responden mengatakan bahwa alasan merekamengikuti aku tersebut di atas karena mereka memang mengenaltokoh. Sebanyak 82,6% responden mengatakan bahwa merekaselalu mengikuti isu tentang islam yang sedangdiperbincangkan dan jumlah yang sama menunjukan bahwa saatmereka mendengar isu islam mereka selalu mencari kebenaranisu tersebut.

Jumlah yang sedikit ditemui saat peneliti menanyakantentang keterlibatan langsung mereka. Hanya 28.3% respondenyang sering memposting status yang berkaitan dengan islamdan hanya 32.6% saja responden yang sering berdiskusimengenai islam di sosial media. Seluruh responden memilikiakun sosial media yang membedakan adalah banyak akun mediasosial yang mereka miliki. Frekuensi akun sosial media dapatdilihat dalam tabel berikut:

Tabel. Frekuensi Jumlah Akun Media Sosial

1 – 3 4 – 6 > 602468101214161820

Dari keseluruhan responden, peneliti menanyakan tentang akunislam di media sosial yang mereka ikuti, lebih dari 50%mengikuti paling tidak satu akun islam. Secara lebih rincidapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel. Jumlah akun islam yang diikuti di media sosial

0 1 – 3 4 – 6 >6024681012141618

Berikut ini adalah salah satu jawaban terbuka darisalah satu responden mengenai hal di atas: “tidak mengikutisecara sengaja, namun karena ada di Home/timeline saja”. Hal inimenunjukkan bahwa metode penyebaran islam di dunia mayasudah sangat popular dan teknologi di dunia maya

memungkinkan sesama muslim berbagi informasi dengan carayang mudah dan penyebaran informasi dari satu akun mediasosial dapat tersebar secara lebih cepat.

Pertanyaan selanjutnya adalah: “Menurutmu, apakah generasimuda mempunyai ketertarikan untuk mengikuti akun dakwah?” Hasil dariresponden tampak dari diagram berikut:

Diagram. Ketertarikan responden mengikuti akun dakwah

DarPada diagram di atas 78% setuju bahwa generasi mudasebenarnya mempunyai ketertarikan untuk mengikuti akundakwah. Pertanyaan selanjutnya adalah: “Apakah penggunaan

78%

4%

17%

setujukurang setujutidak setuju

sosial media untuk dakwah islam akan berpengaruh terhadap sikap generasimuda Indonesia?” Hasil dari responden tampak dari diagramberikut:

Diagram. Dampak dakwah terhadap sikap generasi muda

59%26%

15%

setujukurang setujutidak setuju

Dari diagram di atas 59% setuju bahwa generasi mudasebenarnya mempunyai ketertarikan untuk mengikuti akundakwah. Pertanyaan selanjutnya adalah: “Apakah menurutmu akuntersebut efektif untuk menyebarkan dakwah?” Hasil dari respondentampak dari diagram berikut:

Diagram. Sosial media efektif untuk dakwah islam

7%

85%

4%4%

sangat setujusetujukurang setujutidak setuju

Dari diagram di atas 85% setuju bahwa generasi muda percayabahwa sosial media kan efektif untuk menjadi media dakwah.

Setelah melakukan pengambilan data, peneliti menemukanbeberapa jawaban menari yang akan diulas secara lebih dalam.

Salah satu responden menyampaikan paparan: “Beberapateman facebook sering share isi dakwah dari ustad yang bersosial media.Menurut saya efektif karena saya yang tidak mengikuti secara sengajapunakhirnya baca juga tanpa harus pergi ke pengajian atau majlis-majlis dakwah.”.Hal ini menunjukkan bahwa metode penyebaran islam di duniamaya, khususnya di situs jejaring sosial lebih memungkinkanuntuk diakses oleh umat muslim, terutama bagi mereka yangberusia muda dan memiliki aktifitas yang padat,tetapi halini tidak berarti bahwa metode dakwah konvensional yangdilakukan di tempat-tempat ibadah seperti masjida danmushola tidak lagi menarik.

Saat dilontarkan mengenai pertanyaan ketertarikangenerasi muda mengikuti pembelajaran islam melalui mediasosial, salah satu jawaban responden adalah sebagaiberikut:v”Iya, karena dakwah disampaikan secara tidak langsung dan tanpapaksaan sehingga mudah diterima masyarakat”. Salah satu kelebihandari metode pembelajaran islam di situs jejaring sosialmempunyai kelebihan tidak ada unsur memaksa. hal inimenunjukkan bahwa stigma pemaksaan nilai, indoktrinasi, danpenanaman dogmatism yang bersifat memaksa tidak terjadi dimetode pembelajaran islam melalui situs jejaring sosial.

Selanjutnya, kesadaran mengenai literasi muncul darijawaban responden berikut: “Dakwah bisa dilakukan tidak hanyamelalui lisan secara langsung, tetapi juga tulisan seperti tulisan di sosial media.Dengan peran sosial media, dakwah disampaikan lebih segar dan tidakmemaksakan, serta bisa dibaca sewaktu-waktu, kapanpun tidak harus datangke majelis seperti pengajian di masjid. Dakwah di sosial media seharusnyadijalankan dengan membuat tulisan yang bermutu dan berkualitas denganmenyertakan sumber-sumber yang akurat”. Temuan yang menarik dariresponden diatas menunjukkan bahwa animo generasi mudamuslim yang menggunakan situs jejaring sosial, dan mempunyaipendidikan lebih baik menginginkan agar pembelajaran islam

di media sosial lebih memperhatikan referensi, dan literasiyang valid dan bisa dipertanggungjawabkan.

Dengan adanya kemudahan untuk mengakses dan membuatakun di media sosial harus dibarengi dengan kepintaranliterasi, yakni kejelian pengguna untuk memilah informasidan akun mana yang seharusnya diikuti dan diserap. Jawabansalah satu responden mengenai hal ini adalah sebagaiberikut: “Apabila akun tersebut bisa di percaya dan dipertanggungjawabkan kenapa tidak”. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaranislam melalui situs jejaring sosial juga perlu menyeleksiakun-akun yang akan dijadikan sebagai rujukan, hal ini untukmenghindari akun-akun anonim yang kadang-kadang justru hanyamenyebarkan virus kebencian.

Adanya resiko penyalahgunaan akun oleh beberapa oknumyang memiliki niat kurang baik pun harus disadari olehpengguna media sosial, salah satu responden mengatakanbahwa: “Generasi muda Indonesia cenderung mengamini apapun yangdikatakan oleh pemuka agama yang ia percaya tanpa mempertanyakan danbersikap kritis akan hal itu”. Jawaban responden diatas menunjukkanbahwa kecenderungan masyarakat muslim di Indonesia masihmempunyai ketergantungan terhadap pemimpin agama. Olehkarena itu, para pemuka agama perlu menyesuaikan dengankondisi ini sehingga bisa menjadi sosok yang layak menjadipanutan.

Setiap agama sebenarnya berdasar kepada kebaikan dankedamaian, salah satu responden mengungkapkan jawaban :“Bagi sebagian generasi muda memiliki ketertarikan namun saya sendiri lebihkepada kebutuhan akan spiritual. Tidak harus akun dakwah dari agama Islamnamun juga bisa dari agama lain selama itu membuat saya menjadi pribadiyang baik”. Temuan ini menunjukkan bahwa generasi muda muslimmempunyai kecenderungan untuk mencari sumber informasimengenai relijiusitas tidak terbatas pada agama islam saja.Lebih dari itu, generasi muda muslim juga sudah mulai

berfikir kosmopolit dan lebih terbuka untuk mempelajarinilai-nilai kebaikan yang terdapat pada agama lain.

Pertanyaan terakhir yang diberikan pada respondenadalah “Menurutmu, bagaimana cara yang efektif dan cocok dengan generasimuda untuk melakukan dakwah di sosial media?”. Jawaban yangditemukan sangat beragam. Seluruh responden mengatakan bahwadakwah sebaiknya dilakukan dengan cara kreatif seperticerpen, video, Kultwit, Gambar, Komik, Meme, Komedi, Forumdiskusi online. Responden mengatakan bahwa sebaiknya kontekdakwah islam bersifat:

Tidak menggurui Tidak terlalu kaku dan baku Menggunakan bahasa yang ringan Dihubungkan dengan kehidupan sehari hari dan isu

yang sedang terjadi Mempertimbangkan sisi psikologi generasi muda Mementingkan aspek toleransi yakni tidak menyinggung

agama lain Berisi motivasi dan ajakan pada nilai kebaikan

H. Kesimpulan dan Saran

Dari hasil temuan penelitian, disimpulkan beberapa halberikut:

1. Seluruh responden memiliki lebih dari 1 akun mediasosial dan lebih dari 50% responden mengikuti akunislam.

2. 59% responden berpendapat bahwa generasi muda tertarikmengikuti akun medial sosial tentang dakwah islam

3. 85% responden berpendapat bahwa penyebaran dakwah islamakan efektif melalui sosial media

4. 78% responden berpendapat bahwa secara tidak langsungfreuensi penyebaran dakwah islam melalui sosial mediasecara rutin akan berdampak pada sifat generasi muda.

5. Responden memberikan pendapat bahwa sebaiknya dakwahislam melalui media sosial sebaiknya dikemas dalamkonsep yang lebih kreatif seperti cerpen, komik,gambar, video dan bentuk karya kreatif lainnya. Yangbersifat sebagai berikut:

Tidak menggurui Tidak terlalu kaku dan baku Menggunakan bahasa yang ringan Dihubungkan dengan kehidupan sehari hari dan isu

yang sedang terjadi Mempertimbangkan sisi psikologi generasi muda Mementingkan aspek tolaransi yakni tidak

menyinggung agama lain Berisi motivasi dan ajakan pada nilai kebaikan

Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti memberikansaran sebagai berikut:1. Sosial media dipakai menjadi media dakwah secara lebih

efektif dengan membuat kemasan dakwah melalui karyakreatif seperti video , gambar, animasi dan bentuklainnya secara berkelanjutan.

2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenaipersepsi generasi muda setelah diberikan bentuk kreatifdakwah islam

Daftar Pustaka

Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Serambi:Jakarta.

Baso, Ahmad. 2005. Islam Pasca Kolonial: Perselingkuhan Agama, Kolonialisme,dan Lliberalisme. Mizan: Jakarta.

Rahardjo, M.Dawam. 2012. Kritik Nalar Islamisme dan Kebangkitan Islam.Freddom Institute: Jakarta.

Madjid, Nurcholish. 1992. Islam: Doktrin dan Peradaban. Yayasan WakafParamadina: Jakarta.