ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar

52
- ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar) KATA PENGANTAR Bissmillahirahmanirahim Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu Rasa syukur patut kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T yang telah mengijinkan dan memberi nikmat kemudahan kepada kami dalam menyusun dan menulis makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang berjudul Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar. Hal yang paling mendasar yang mendorong kami menyusun makalah ini adalah tugas dari mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD), untuk mencapai nilai yang memenuhi syarat perkuliahan. Pada kesempatan ini kami semua mengucapkan banyak terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan dosen dan semua pihak sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik Andai ada kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh Makassar , Mei 2012 Kelompok penulis

Transcript of ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar

- ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

(Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar)

KATA PENGANTAR

Bissmillahirahmanirahim                                

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu

Rasa syukur patut kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T yang

telah mengijinkan dan memberi nikmat kemudahan kepada kami dalam

menyusun dan menulis makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang

berjudul Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar.

Hal yang paling mendasar yang mendorong kami menyusun makalah

ini adalah tugas dari mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

(ISBD), untuk mencapai nilai yang memenuhi syarat perkuliahan.

Pada kesempatan ini kami semua mengucapkan banyak terimakasih

yang tak terhingga atas bimbingan dosen dan semua pihak sehingga

makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik

Andai ada kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf yang

sebesar-besarnya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Makassar , Mei 2012

Kelompok penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................

i

DAFTAR

ISI..............................................................

.. ii

BAB

I................................................................

........... 1

PENDAHULUAN......................................................

. 1

a.    Latar Belakang

Masalah............................................ 1

b.    Rumusan

Masalah...................................................... 2

c.    Tujuan

Penulisan........................................................

. 3

d.    Manfaat

Penulisan...................................................... 3

BAB

II ..............................................................

........... 4

PEMBAHASAN.......................................................

.. 4

a.    Hakikat , Tujuan dan Ruang Lingkup ISBD.............. 4

b.    ISBD di Dalam Kehidupan Bermasyarakat............. 7

c.    Komponen Ilmu Sosial Budaya Dasar...................... 7

d.    Masalah Sosial dan Pendekatan ISBD.................... 8

BAB

III..............................................................

............ 11

PENUTUP..........................................................

......... 11

a.   

Kesimpulan ......................................................

.......... 11

b.    Saran –

saran ...........................................................

..11

DAFTAR PUSTAKA.................................................

12

BAB I

PENDAHULUAN

1)  Latar Belakang Masalah

Ilmu sosial budaya dasar adalah suatu rangkaian pengetahuan

mengenai aspek – aspek yang paling mendasar dan menonjol yang ada

di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki

budaya dan permasalahan – permasalahan yang bersifat ada .

Aspek lain dari pengantar ilmu sosial budaya dasar merupakan

pengenalan teori – teori ilmu sosial dan kebudayaan sehngga

diekspektasikan seseorang dapat memiliki wawasan keilmuan yang

bersifat multidipsliner yang bersangkutan dengan keagamaan,

kesetaraan , dan manusia di dalam kehidupan bersosialisasi.

Secara umum, ilmu sosial budaya dasar bertujuan untuk

mengembangkan kepribadian manusia sebaga makhluk sosial ( zoon

politicon ) dan sebagai makhluk budaya ( homo humanus ), sehingga

mampu menghadapi secara kritis dan berwawasan luas masalah yang

mengenai sosial budaya dan permasalahan lingkungan sosial budaya,

serta dapat menyelesaikannya dengan baik, tujuan umum ilmu sosial

budaya dasar ada beberapa yaitu yang pertama pengembangan

kepribadian manusia sebagai makhluk sosial dan makhlik berbudaya,

yang kedua kemampuan seseorang menanggapi secara kritis dan

berwawasan luas terhadap permasalahan sosial budaya dan

permasalahan lingkungan sosial budaya, dan yang terakhir ketiga

adalah kemampuan di dalam menyelesaikan secara baik, bijaksana

dan obyektif permasalahan – permasalahan di dalam kehidupan

bermasyarakat.

Sehingga secara umum kita harus memahami konsep – konsep

dasar mengenai manusia sebagai makhluk sosial, dan manusia

sebagai makhluk berbudaya memlki daya kritis, wawasan yang luas

terhadap permasalahan lingkungan sosial budaya.

Manusia sebagai makhluk berbudaya ( homo humanus ) artinya ,

manusia itu makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling

sempurna, karena sejak lahir sudah di bekali dengan unsure akal

(ratio), rasa (sense) yang membedakannya dengan makhluk lainnya.

Manusia sebagai makhluk sosial ( zoon politicon ) artinya ,

manusia sebagai individu tidak akan mampu hidup sendiri dan

berkrmbang sempurna tanpa hidup bersama dengan individu manusia

lainnya. Manusia harus hidup bermasyarakat saling berhubungan dan

berinteraksi satu sama lain dalam kelompoknya dan juga dengan

individu di luar kelompoknya guna memperjuangkan dan memenuhi

kepentingannya.

2)  Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

a.    Bagaimana hakikat, tujuan dan ruang lingkup ilmu sosial budaya

dasar ?

b.    Bagaimana ilmu sosial budaya dasar di dalam kehidupan

bermasyarakat ?

c.    Apa sajakah komponen-komponen ilmu sosial budaya dasar ?

d.    Apakah masalah sosial dan pendekatan ilmu sosial budaya dasar ?

3) Tujuan Penulisan

Dari perumusan masalah di atas. Tujuan penulisan makalah ini

sebagai berikut :

a.    Untuk mengetahui  hakikat, tujuan dan ruang lingkup ilmu sosial

budaya dasar

b.    Untuk mengetahui ilmu sosial budaya dasar di dalam kehidupan

bermasyarakat

c.    Memahami komponen-komponen ilmu sosial budaya dasar

d.    Mengetahui masalah sosial dan pendekatan ilmu sosial budaya

dasar

4) Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini

mencakup beberapa diantaranya sebagai berikut :

a.    Mengerti  hakikat, tujuan dan ruang lingkup ilmu sosial budaya

dasar

b.    Mengetahui ilmu sosial budaya dasar di dalam kehidupan

bermasyarakat

c.    Memahami komponen-komponen ilmu sosial budaya dasar

d.    Mengerti akan masalah sosial dan pendekatan ilmu sosial budaya

dasar

BAB II

PEMBAHASAN

1)  Hakikat , Tujuan dan Ruang Lingkup Ilmu Sosial Budaya Dasar

Ilmu sosial budaya dasar adalah bertujuan untuk mengembangkan

kepribadian manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk

budaya yang berwawasan luas dan kritis serta dapat menyelesaikan

sebuah masalah dengan baik , memahami konsep – konsep dasar

tentang manusia sebagai makhluk sosial .

Manusia sebagai makhluk sosial ( zoon politicon ) artinya ,

manusia sebagai individu tidak akan mampu hidup sendiri dan

berkrmbang sempurna tanpa hidup bersama dengan individu manusia

lainnya. Manusia harus hidup bermasyarakat saling berhubungan dan

berinteraksi satu sama lain dalam kelompoknya dan juga dengan

individu di luar kelompoknya guna memperjuangkan dan memenuhi

kepentingannya.

Manusia sebagai makhluk berbudaya ( homo humanus ) artinya ,

manusia itu makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling

sempurna, karena sejak lahir sudah di bekali dengan unsure akal

(ratio), rasa (sense) yang membedakannya dengan makhluk lainnya.

Sebagai makhluk berbudaya, manusia hanya mampu mengembangkan diri

dan budayanya apabila berhubungan dengan manusia lain.

Berdasarkan hakikat keilmuan, maka tujaun ilmu sosial budaya

dasar sebagai bagian dari berkehidupan bermasyarakat adalah :

a.    Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang

keanekaragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia sebagai

individu dan makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

b.    Menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif dalam memahami

keragaman, kesederajatan, dan kemartabatan manusia dengan

landasan nilai estetika, etika, dan moral dalam kehidupan

bermasyarakat.

c.    Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta

keyakinan kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup

bermasyarakat, selaku individu dan makhluk sosial yang beradab

dalam memperaktekkan pengetahuan akademik, dan keahliannya serta

mampu memberikan problem solving sosial budaya secara bijaksana.

Ilmu sosial budaya dasar selalu membantu perkembangan wawasan

pemikiran yang lebih luas dan cirri-cir kepribadian yang

diharapkan dari setiap anggota golongan pelajar Indonesia

khususnya berkenan dengan sikap dan tingkah laku serta pola piker

manusia dalam menghadapi manusia lain termasuk pula sikap dan

tingkah laku serta pola piker manusia terhadap manusia yang

bersangkutan. Berpangkal dari tujuan pembelajaran matakuliah ilmu

sosial budaya dasr sebagaimana diungkapkan di atas, maka ada 2

(dua) permasalahan yang dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup pembahasan, yaitu :

a.    Adanya berbaga aspek panda kenyataan-kenyataan yang bersama-

sama merupakan suatu masalah sosial, bias ditanggapi dengan

pendekatan yang berbeda – beda oleh bidang – bidang pengetahuan

keahlian yang berbeda – beda sebagai pendekatan tersendiri maupun

gabungan.

b.    Adanya keanekaragaman golongan dan satuan sosial dalam

masyarakat yang masing – masing mempunyai kepentingan kebutuhan

serta pola – pola pemkiran dan pola  pola tingkah laku sendiri,

tetapi ada juga persamaan kepentingan kebutuhan serta persamaan

dalam pola pemikiran dan pola tingkah laku yang menyebabkan

adanya pertentangan – pertentangan maupun hubungan – hubungan

kesetiakawanan dan kerjasama dalam masyarakat.

Berdasrkan ruang lingkup kajian sebagaimana tersebut di atas

kiranya masih memerlukan penjabaran lebih lanjut untuk bias di

oprasionalkan ke dalam pokok pembahasan dan sub pokok bahasan :

a.    Mempelajari dan menyadari adanya berbagai masalah kependudukan

dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan.

b.    Mempelajari dan menyadari adanya masalah – maslah individu,

keluarga, dan masyarakat.

c.    Mengkaji masalah – masalah kependudukan dan sosialsasi serta

menyadari identitasnya sebagai pemuda dan mahasiswa penerus

bangsa dan bernegara.

d.    Mempelajari hubungan antara warga Negara dan Negara.

e.    Mempelajari hubugan antara pelapisan sosial dan persamaan

derajat.

f.     Mempelajari masalah – masalah yang dihadapi oleh masyarakat

perkotaan dan masyarakat pedesaan.

g.    Mempelajari dan menyadari adanya pertentangan – pertentangan

sosial bersamaan dengan adanya integrasi masyarakat.

h.    Mempelajari usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

oleh manusia untuk memenfaatkan kemakmuran dan pengurangan

kemiskinan.

2)  Ilmu Sosial Budaya Dasar di Dalam Kehidupan Bermasyarakat

Ilmu sosial budaya dasar sebagai bagian dari kehidupan

bermasyarakat mempunyai tema pokok sebagaimana dikemukakan oleh

Temanggor dkk (2010), yaitu hubungan timbal balik antara manusia

dengan lingkungannya. Dengan wawasan tersebut agar dapat

menghasilkan tiga jens kemampuan secara simultan diantaranya

adalah :

a.    Kemampuan personal artinya, yaitu para tenaga ahli diharapkan

memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, tingkah

laku, dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia,

memahami dan mengenal nilai – nilai keagamaan, kemasyarakatan dan

keanekaragaman, serta memiliki pandangan yang luas dan kepekaan

terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat

Indonesia.

b.    Kemampuan akademik artinya, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi

secara ilmiah baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan

analisis maupun berfikir logis, kritis, sistematis, analitis,

memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan

merumuskan masalah yang di hadapi serta mampu menawarkan

alternative  pemecahannya.

c.    Kemampuan professional artinya, yaitu kemampuan dalam bidang

profesi sesuia keahlian bersangkutan, para ahli diharapkan

memiliki pengetahun dan keterampilan yang tinggi dalam bidang

profesinya.

3)  Komponen Ilmu Sosial Budaya Dasar

Ilmu sosial budaya dasar sebagai komponen yaitu sebagai

proses pembelajaran dilaksanakan dengan mempertimbangkan guna

menjadi penunjang atau penopang bidang keahlian, sehingga out

putnya mampu membentuk mahasiswa yang memiliki kemampuan

professional ( natural science ).

Wawasan, sikap, dan perilaku melalui ilmu sosial budaya dasar

diharapkan mahasiswa yang mempelajarinya dapat menjadi manusia

yang memiliki kemampuan personal, kemampuan akademik, dan

kemampuan professional. Oleh karena itu, para lulusan akan mampu

menjabarkan permasalahan dan mengatasi permasalahan tersebut

dengan kearifan. Dengan demikian maka problematika kemanusiaan

dan peradaban manusia merupakan fakta obyektif yang penting

dikenali secara akademik, rasional, bukan common sense dan

sekaligus tetap menjunjung tinggi pemikiran serta nilai – nilai

luhur tradisi yang member kebijaksanaan.

4)  Masalah Sosial dan Pendekatan Ilmu Sosial Budaya Dasar

Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial selama dihadapkan

kepada masalah sosial yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

Masalah sosial ini timbul sebagai akibat dan hubungannya dengan

sesama manusia lainnya dan akibat tingkah lakunya. Masalah sosial

ini tidaklah sama antara masyarakat yang satu dengan masyarakat

lainnya karena adanya perbedaan dalam tingkat perkrmbangan

kebudayaannya, sifat kependudukannya, dan keadaan lingkungan

alamnya.

Disiplin – disiplin ilmu pengetahuan yang tergolong ke dalam

ilmu sosial telah mempelajari hakikat masyarakat dengan

perspektif yang berbeda – beda, maka terhadap keanekaragaman

dalam melihat dan mempelajarinya. Masalah – masalah sosial

merupakan hambatan dalam usaha untuk mencapai sesuatu yang

diinginkan. Pemecahannya menggunakan cara yang diketahuinya dan

yang berlaku, tetapi aplikasinya menghadapi kenyataan, hal yang

biasanya berlaku telah berubah, atau terhambat pelaksanaanya.

Masalah – masalah tersebut dapat terwujud sebagai masalah sosial,

masalah moral, masalah politik, masalah ekonomi, masalah agama,

atau masalah – masalah lainnya.

Yang membedakan masalah sosial dengan masalah lainnya adalah

bahwa masalah sosial selalu ada kaitannya yang dekat dengan nilai

– nilai moral dan pranata – pranata sosial, serta ada kaitannya

dengan hubungan – hubungan manusia itu terwujud ( nisbet, 1961 ).

Pengertian masalah sosial memiliki dua pendenefisian, yang

pertama itu adalah menurut umum atau warga masyarakat, segala

sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masalah soial,

dan yang kedua yaitu menurut para ahli masalah sosial adalah

suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat

yang berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat

menimbulakan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara

keseluruhan.

Salah satu contoh yang kami ambil d buku masalah seorang

pedagang kaki lima. Menurut defenisi umum pedagang kaki lima

bukan masalah sosial karena merupakan upaya mencari nafkah untuk

kelangsungan hidupnya, dan pelayanan bag warga masyarakat pada

taraf ekonomi tertentu sebaliknya para ahli perencanaan kota

masyarakat pedagang kaki lima sebagai sumber kekacauan lalu

lintas dan peluang kejahatan.

Sehingga ada beberapa pakar ilmu yang mengemukakan

pendapatnya diantaranya oleh Leslie ( 1949 ) dan Cohen ( 1964 ),

a.    Menurut Leslie ( 1949 ), bahwa masalah – masalah sosial adalah

suatu kondisi yang mempunyai pengaruh kepada kehidupan sebagian

besar warga masyarakat sebagai sesuatu yang tidak di inginkan

atau tidak di sukai, oleh karena itu dirasakan perlunya untuk

diatasi atau diperbaiki. Batasan masalah sosial sebenarnya agak

rumit, mengingat maslah sosial berkaitan dengan system nilai yang

berlaku di masyarakat yang bersangkutan.

b.    Menurut Cohen ( 1964 ), bahwa masalah sosial adalah terbatas

pada masalah keluarga, kelompok, atau tingkah laku individual

yang menuntut adanya campur tangan dari masyarakat yang teratur

agar masyarakat dapat meneruskan fungsinya.jadi masalah sosial

adalah suatau cara bertingkah laku yang dapat dipandang sebagai

tingkah laku yang menentang norma – norma yang telah disepakati

bersama oleh warga masyarakat. Batasan ini, masih mengandung

aspek obyektif dan subyektif. Tetapi yang jelas, tidak ad satupun

tingkah laku manusia yang dapat dianggap sebaga suatu masalah

sosial, apabila tdak dianggap suatu penyimpangan secara moral

dari norma – norma yang telah diterima secara umum.

Masalah dan kenyataan sosial yang beraneka ragam itu, maka

untuk memahami dan mendalami masalahnya perlu ditelusuri dengan

berbagai pendekatan yaitu : pendekatan antar bidang ( interdicipline

approach ) dan pendekatan beragam ( multidicipline approach ) hal

seperti in disebabkan oleh keanekaragaman golongan dan kesatuan

sosial yang ada di dalam masyarakat yang masing – masing

mempunayai kepentingan, kebutuhan, pola pemikiran dan tingkah

laku yang berbeda – beda. Tetapi di balik itu tetap ada

persamaan, tetapi tidak kurang menimbulkan pertentangan dan

hubungan kesetiakawanan.

BAB III

PENUTUP

1)   Kesimpulan

Dari beberapa penjelasan mengenai pengantar ilmu sosial

budaya dasar kelompok kami menyimpulkan bahwa manusia itu tidak

dapat hidup sendiri manusia adalah zoon politicon yang berarti di

dalam berkembang kita harus saling melengkapi saling tolong

menolong dan tidak dapat hidup sendiri butuh kerja sama

bersosialisasi di ruang lingkup masyarakat, manusai juga sebagai

makhluk yang berbudaya atau homo humanis yaitu manusia diciptakan

memiliki ratio dan sense, manusia juga dapat mengembangkan budaya

yang iya miliki dengan cara berbaur atau bergaul dengan suatu

kelompok atau di dalam kehidupan berkeluarga.

Di dalam kehidupan juga kita tidak luput dari sebuah

permasalahan yang ada di mulai dari masalah sosial, masalah

keluarga, masalah budaya,masalah tingkah laku itu semua

disebabkan akibat tingkah laku seseorang sendiri,sementara

masalah sosial disebabkan karena adanya perbedaan dalam tingkat

perkembangan kebudayaan, sifat kependudukannya dan keadaan

lingkungan sekitarnya sehngga kita harus menempatkan diri dengan

sebaik – baiknya berbaur dengan yang bak agar dapat berfikir dan

mengarjakan sesuatu denga cara positif.

2)  Saran – saran

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan

gambaran dan menambah wawasan kita tentang Ilmu Sosial Budaya

Dasar serta perkembangannya dari waktu ke waktu, lebih jauhnya

penyusun berharap dengan memahami kebudayaan  kita semua dapat

menyikapi segala kemajuan dan perkembangannya sehingga dapat

berdampak positif bagi kehidupan kita semua .

DAFTAR PUSTAKA

Leslie, White. 1949. The Science of Culture. Strauss: Penerbit Farrar.

Cohen, 1964. Social Work and Social Problem. New York: Penerbit NSW.

Ahmadi, Abu. 1991. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Al-Attas, S.M, Al-Naquib. 1981. Islam dan Sukalarisme. Bandung:

Pustaka.

masyarakat.html 17

Makalah Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kesehatan

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanau

Wata’ala yang telah melimpahkan  rahmat, karunia dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Judul makalah ilmiah ini yang penulis ambil adalah “Pengaruh

Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kesehatan”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah

satu metode pembelajaran bagi Mahasiswa/i (Universitas Negeri

Riau) dalam memenuhi tugas (Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar

Semester II). Ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan

kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah ini, diantaranya :

1.      Muh. Amiruddien Saliem. selaku dosen pengampu.

2.      Teman – teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga

tersusun      makalah ini.

Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam

pembuatan karya tulis ilmiah ini yang namanya penulis tidak dapat

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam

pembuatan karya tulis ilmiah ini, sehingga akan menjadi suatu

kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan dan

saran yang membangun agar karya tulis ilmiah ini sehingga

selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif.

Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ilmiah ini

bermanfaat bagi semua pihak dan sebagai media pembelajaran budaya

khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu

budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan

datang.

                                                                                       Riau, 10 April 2013

PenulisSITI ROHMI

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang

banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam

hal perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam

bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang

berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh

masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.

Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan

penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda

bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami

suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan

budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif.

Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya,

sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana

dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan

tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan

dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala

masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting

bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan,

tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu

penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang

dianut hubungannya dengan kesehatan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian kesehatan?

2.      Bagaimana hubungan kebudayaan dan pengobatan tradisional?

3.      Bagaimana konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat?

4.      Apa faktor pendorong dan penghambat?

5.      Bagaimana solusi peranan pengobatan tradisional dalam

pelayanan kesehatan?

C.    Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui pengertian kesehatan.

2.      Untuk mengetahui Bagaimana hubungan kebudayaan dan pengobatan

tradisional.

3.      Untuk mengetahui Bagaimana konsep sehat dan sakit menurut

budaya masyarakat.

4.      Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat.

5.      Untuk mengetahui Bagaimana Solusi Peranan pengobatan

tradisional dalam pelayanan kesehatan.

BAB III

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan

pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,

pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.

Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan

bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk

membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang

mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.

Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green

dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah

kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah

adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.

Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen

rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari

lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti

Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap

'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari

golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan

kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam

manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa

kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan

kesehatan itu sendiri.

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan

adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam

pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan

yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan

di dalamnya kesehatan jiwa merupakanbagian integral kesehatan.

B.     Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional

Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk

penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu

kedokteran yang menganggap bahwa penyebab penyakit adalah kuman,

kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut dapat

mematikan kuman penyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional,

tidak semua penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis.

Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib,

sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan

menyebabkan sakit.

Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul

akibat guna-guna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi

dukun untuk meminta pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia

memiliki dukun atau tetua adat sebagai penyembuh orang yang

terkena guna-guna tersebut. Cara yang digunakan juga berbeda-beda

masing-masing suku. Begitu pula suku-suku di dunia, mereka

menggunakan pengobatan tradisional masing-masing untuk

menyembuhkan anggota sukunya yang sakit.

Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika

anggota sukunya jari kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan

melalui  jalan biasa dan dia terkena penyakit tuberkulosis maka

dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu disebabkan oleh

serangan tukang sihirdan korban tidak akan sembuh sampai serangan

itu berhenti.

Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat

disebabkan oleh dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang

terkena dapat mencari pertolongan ke dukun. Dukun itu biasa

disebut Shaman. Dengan suatu upacara penyembuhan maka Shaman

akan mengeluarkan benda asing itu dari tubuh pasien.1[1]

C.    Konsep Sehat dan Sakit Menurut Budaya Masyarakat

Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan

universal karena ada faktor–faktor lain diluar kenyataan klinis

yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua

pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya

dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.

Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi,

kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba

memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau

dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit

1

merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau

ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara

biologis, psikologis maupun sosio budaya.

Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita

penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang

menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun

seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin,

pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan

kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.2[2]

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan

resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah

maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi

penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat

yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being ,

merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:

1.            Environment atau lingkungan.

2.            Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua

dihubungkan dengan ecological balance.

3.            Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi,

distribusi penduduk, dan sebagainya.

4.            Health care service berupa program kesehatan yang bersifat

preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku

merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap

tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku

2

sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh

faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan

budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara

klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat

menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.

Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, social dan

pengertian profesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan

kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan dan

penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat

harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari

berbagai aspek. WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu

keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan

social seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna

jasmaninya?

Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang

sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-

aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia,

terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang

sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan

penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena

penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat

menjalankan peran normalnya secara wajar.

Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan

kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai

masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut:

sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya

seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja,

sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit, maunya

tiduran atau istirahat saja.3[3]

Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara

daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari

kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut.

Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan

sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu

generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.

Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria,

yang saat ini masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua

(Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah sagu yang

tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari

mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut

beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang dapat

menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.

Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah

pertanian, dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit

dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit

tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa

hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan

untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam

beberapa hari penderita akan sembuh.

Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan

dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya

3

penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara

busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada sebagian

penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati

dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi

ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang

disegani digunakan sebagai obat malaria.

D.    Faktor Pendorong Dan Penghambat

a.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengobatan dalam

Masyarakat

Perilaku yang dinyatakan di atas adalah berkaitan dengan upaya

atau tindakan individu ketika sedang sakit atau kecelakaan.

Tindakan atau perilaku ini bisa melalui dengan cara mengobati

sendiri sehingga mencari pengobatan ke luar negeri.

Menurut Blum(1974) yang dipetik dari Notoadmodjo(2007), faktor

lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesehatan

individu, kelompok, atau masyarakat manakala faktor perilaku pula

merupakan faktor yang kedua terbesar. Disebabkan oleh teori ini,

maka kebanyakan intervensi yang dilakukan untuk membina dan

meningkatkan lagi kesehatan masyarakat melibatkan kedua faktor

ini. Menurut Notoadmodjo juga mengatakan mengikut teori

Green(1980), perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:

1.      Faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai

yang dianuti masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya.

2.      Faktor pemungkin yang mencakup ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat contohnya

fasilitas pelayanan kesehatan.

3.      Faktor penguat pula mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh

yang dipandang tinggi oleh masyarakat contohnya tokoh masyarakat

dan tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas yang sering

berinteraksi dengan masyarakat termasuk petugas kesehatan.

Selain itu, faktor undang-undang dan peraturan-peraturan yang

terkait dengan kesehatan juga termasuk dalam faktor ini.4[4]

Aspek sosial (mitos) yang berkembang di masyarakat yang berkaitan

dengan kesehatan anak :

1.      Dukun sebagai penyembuh 

Masyarakat pada beberapa daerah beranggapan bahwa bayi yang

mengalami kejang-kejang disebabkan karena kemasukan roh halus,

dan dipercaya hanya dukun yang dapat menyembuhkannya. 

2.      Timbulnya penyakit sebagai pertanda

Contoh Demam atau diare yang terjadi pada bayi dianggap pertanda

bahwa bayi tersebut akan bertambah kepandaiannya, seperti sudah

bisa untuk berjalan.

3.      Kesehatan anak juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan sosial.

Dimana hingga kini masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan

masih menjalankan kepercayaan tersebut. Hal tersebut disebabkan

karena kebiasaan yang telah turun temurun terjadi .

4

Tetapi ada baiknya jika masyarakat juga mempertimbangkan dengan

pemahaman menurut para medis karena para medis lebih memahami

tentang mana yang baik dalam tumbuh kembang kesehatan anak.

b.      Faktor Penghambat Pengobatan Dalam Masyarakat

Belum...............................................

E.     Solusi Peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan

kesehatan.

Kebijakan peningkatan peran pengobatan tradisional dalam system

pelayanan kesehatan, yaitu :

1.      Pengobatan tradisional perlu dikembangkan dalam rangka

peningkatan peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan

primer.

2.      Pengobatan tradisional perlu dipelihara dan dikembangkan

sebagai warisan budaya bangsa, namun perlu membatasi praktek-

praktek yang membahayakan kesehatan.

3.      Dalam rangka peningkatan peran pengobatan tradisional, perlu

dilakukan penelitian, pengujian dan pengembangan obat-obatan dan

car-cara pengobatan tradisional.

4.      Pengobatan tradisional sebagai upaya kesehatan nonformal tidak

memerlukan izin, namun perlu pendataan untuk kemungkinan

pembinaan dan pengawasannya. Masalah pendaftaran masih memerlukan

penelitian lebih lanjut.

5.      Pengobatan tradisional yang berlandaskan pada cara-cara

organobiologik, setelah diteliti, diuji dan diseleksi dapat

diusahakan untuk menjadi bagian program pelayanan kesehatan

primer. Contoh : dukun bayi, tukang gigi, dukun patah tulang.

Sedangkan cara-cara psikologik dan supranatural perlu diteliti

lebih lanjut, sebelum dapat dimanfaatkan dalam program.

6.      Pengobatan tradisional tertentu yang mempunyai keahlian khusus

dan menjadi tokoh masyarakat dapat dilibatkan dalam upaya

kesehatan masyarakat, khususnya sebagai komunikator antara

pemerintah dan masyarakat.5[5]

5

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Untuk menyimpulkan pandangan-pandangan mengenai pengobatan

tradisional, saya yakin bahwa jika di nilai dari banyak fungsi

yang di harapkan dapat memenuhi oleh pengobatan dan keterbatasan-

keterbatasan yang ada pada penelitian medis yang sistematik dalam

masyarakat-masyarakat tersebut, maka system-sistem medis

tradisional, yang di lihat sebagai sarana adaptif, telah berhasil

dengan baik. Mereka telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu,

telah memberikan harapan dan penyembuhan kepada yang sakit,

mereka menangani juga penyakit-penyakit sosial, dan mereka telah

memberikan sumbangan terhadap penambahan populasi dunia secara

lambat.

Saya juga percaya bahwa beda dengan pengobatan ilmiah ,baik dari

aspek-aspek preventif dan , klinisnya, serta semua kekurangan

dalm perawatan kesehatannya maka pengobatan tradisional adalah

cara kurang memuaskan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan dari

penduduk masa kini. Hal ini bukanlah merupakan penilaian kami

saja melainkan keputusan para penilai utama, konsumen-konsumen

tradisional yang semakin meningkat dalam memilih antara

pengobatanya sendiri dengan pengobatanya ilmiah lain.

B.     Saran

Saya para penulis dapat berharap kepada para pembaca,

setelah membaca makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa

keperawatan dapat mengaplikasikanya nanti. dapat mengetahui

bagaiman system medis tradisional ,apalagi sisi positif dan

negatif dari pengobatan system tradisional.

DAFTAR PUSTAKA

Uciha Itachi , 2013 Pengaruh Nilai Sosial Budaya Terhadap

Keshatan, 2012 http://macrofag.blogspot.com/

Robertha Natalia Gracia, 2010 Hubungan Aspek Sosial Terhadap

Pembangunan Kesehatan, http://roberthanatalia.blogspot.com/

Supardi, S., Feby Nurhadiyanto Arief, Sabarijah WittoEng. 2003.

Penggunaan Obat Tradisional Buatan Pabrik dalam Pengobatan

Sendiri di Indonesia. Jurnal bahan alam Indonesia, Volume 2 Nomor4.

Supardi, S., Mulyono Notosiswoyo, Nani Sukasediati, Winarsih,

Sarjaini Jamal, M.J Herman. 1997. Laporan Penelitian Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Penggunaan Obat dan Obat Tradisional Dalam Pengobatan Sendiri di

Pedesaan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan

Litbangkes.

Supardi, S., Feby Nurhadiyanto Arief, Sabarijah WittoEng. 2003.

Penggunaan Obat Tradisional Buatan Pabrik dalam Pengobatan

Sendiri di Indonesia. Jurnal bahan alam Indonesia, Volume 2.

Sugeng, Dwi. (2007). Pengobatan Alternatif. Yogyakarta: PT. Media

Abadi

Antropologi dan Konsep Kebudayaan

BAB I

PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA DI INDONESIA AbstrakKebudayaan mempunyai banyak pengertian, tidak terkecuali para ahli sosial juga berusaha merumuskan berbagai definisi tentang kebudayaan. Namun dari pengertian itu masih kurang memuaskan,dan ada dua aliran yang mengartikan kebudayaan itusendiri yaitu aliran idiasional dan aliran behaviorisme atau materialisme. Kebudayaan itu sendiri tersusun dari beberapa komponen yaitu komponen yang bersifat kognitif, normatif, dan material. Dalam perubahan kebudayaan meninjau dari nilai-nilai sosial dan budaya,yang disebut dengan proses modernisasi.Dalam perubahan kebudayaan terdapat beberapa faktor pendorong. Antara manusia dan kebudayaan juga terdapat hubungan yangsangat erat, bahkan semua yang dilakukan oleh manusia adalah kebudayaan.Namun yang bersifat nalurial bukan termasuk kebudayaan, dan manusia mempunyai kebudayaan tetap yaitu: penganut kebudayaan,pembawa kebudayaan,manipulator kebudayaan, dan pencipta kebudayaan. Semuanya lazim menyadarkan atau menampilkan nilai-nilai keteladanan, baik dalam aspek gagasan, aspek pengorganisasian dan kegiatan sosial, maupun dalam aspek-aspek kebendaan. Aspek-aspek ini senantiasa dimuati oleh nilai-nilai kearifan dan kebijakan yang memberikan acuan bagaimana orang

mesti berfikir, berasa, berkarsa dan berkarya dalam upaya bertanggung jawab pada dirinya, pada sesamanya, dan pada lingkungannya, serta pada Sang Khalik Yang Maha Murbeng Alam ini.Perubahan sosial adalah menunjukkan suatu proses dari serangkaianupaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional yang disebut proses modernisasi kebudayaan. Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang semakin meng-global pada saat kini dan mendatang. Perubahan keebudayaan juga dapat menimbulkan konflik, terutama di negara Indonesia, namun di Indonesia semakin berkembangnya kebudayaan semakin kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan lokal. Semakin menonjolnya budaya luar, bahkan perkembangan kebudayaan sebagian besar dari budaya luar, bakanya budaya lokal yang di sempurnakan oleh budaya luar namun budaya luar yang sedikit di selipkan budaya lokal. Itulah perkembaangan budaya di indonesia. Konflik-konflik yang terjadi di indonesia antara lain adalah: pembrontakan Republik Maluku Selatan (RMS), Pemberontakan Darul Islam (DI/TII) di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh, dan Pemberontakan PRRI/Permesta. Kata Kunci : kebudayaan, sosial, budaya, modrnisasi.

A. PENDAHULUANKebudayaan sering kali dipahami dengan pengertian yang tidak tepat. Beberapa ahli ilmu sosial telah berusaha merumuskan berbagai definisi tentang kebudayaan dalam rangka memberikan pengertian yang benar tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaantersebut. Kebudayaan sebagai sebuah tradisi lama, peninggalan nenekmoyang berupa kesenian, yang diwariskan secara turun menuru sampai anak cucu, bahkan sampai sekarang. Dapat diartikan pula sebuah kesenian pada suatu wilayah atau pada suatu perkumpulan masyarakat, yang berbeda dengan kesenian yang lain. Dapa pula diartikan kebiasaan yang turun temurun dilakukan seperti kegiatanada.Akan tetapi ternyata definisi-definisi tersebut tetap saja kurang

memuaskan. Terdapat dua aliran pemikiran yang berusaha memberikankerangka bagi pemahaman tentang pengertian kebudayaan ini, yaitu aliran ideasional dan aliran behaviorisme atau materialisme. Dariberbagai definisi yang telah dibuat tersebut, Koentjaraningrat berusaha merangkum pengertian kebudayaan dalam tiga wujudnya, yaitu kebudayaan sebagai wujud cultural system, social system, dan artifact. ( By windynovita) Kebudayaan sendiri disusun atas beberapa komponen yaitu komponen yang bersifat kognitif, normatif, dan material. Dalam memandang kebudayaan, orang sering kali terjebak dalam sifat chauvinisme yaitu membanggakan kebudayaannya sendiri dan menganggap rendah kebudayaan lain. Seharusnya dalam memahami kebudayaan kita berpegangan pada sifat-sifat kebudayaan yang variatif, relatif, universal, dan counterculture.( By windynovita) Sifat chauvinisme pada saat ini suda terasa berkureang dengan banyaknya kebudayaan yang dikenal, dan banyaknya kebudayaan yang bercampur, bahkan ada pula kebudayaan yang terhimpit oleh kebudayaan lain yanag menyebabkan kebudayaan tersebut kurang menonjol dikalangan masyarakat bahkah mendekati kepunahan. Namun semua itu dapat di atasi, sesua dengan perkembangan zaman dan makin banyak budaya luar yang masuk kedalam masyarakat, yaitu dapat diatasi dengan modernisasi kebudayaan. Dalam suatu proses modernisasi, suatu proses perubahan yang direncanakan, melibatkan semua kondisi atau nilai-nilai sosial dan kebudayaan secar pengklasifikasian yaitu suatu nilai yang akan diambil terlebih dahulu di sejajarkan dengan kondisi dan nilai-nilai sosial dan kebudayaan yang ada, bila ada yang sesuai dan dapat meningkatkan nilai sosial dan kebudayaan, bahkan dapat memperbaharuinya, namun jika ada yang kuran sesuaiu, diabaikan atau tidak terpakai, dapan pula disimpulkan kebudayaan lain diambil dan dipilah-pilah dan diambil yang positif dan yang negatif dibuang, dan tanpa merubah dasar dari kebudayan kita sendiri. Atas dasar ini, semua pihak, tokoh masyaraka, dan anggota masyarakat seharusnya memahami dan menyadari, apabila salah satu aspek atau unsur sosial atau kebudayaan mengalami perubahan, maka unsur-unsur lainnya pasti akan mengondisi dengan unsur-unsur lain yang telah berubah terlebih dulu.( Senin, 10-12-2007 15:28:51 oleh: sekar ramadhania wahyu & hanna merliandra) Oleh karena itu perlu memahami dan menyadari bahwa sistem nilai

yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan ada yang berkualifikasi . Di mana norma tersebut tergantung pada aspek waktu, ruang (tempat, dan kelompok sosial yang bersangkutan) sedangkan nilai skala keberlakuannya lebih universal (aspek yang mencakup lebih luas). Dalam tatanan masyarakat yang maju atau modern, maka nilai-nilai sosial dan budaya yang bersifat universal dan mengisi semua aspek kehidupan masyarakat yang bersangkutan.( Senin, 10-12-2007 15:28:51 oleh: sekar ramadhania wahyu & hanna merliandra)Setiap kehidupan di dunia ini tergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap lingkungannya dalam arti luas. Akan tetapi berbeda dengan kehidupan lainnya, manusia membina hubungan denganlingkungannya secara aktif. Manusia tidak sekedar mengandalkan hidup mereka pada kemurahan lingkungan hidupnya seperti ketika Adam dan Hawa hidup di Taman Firdaus. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengelola lingkungan dan mengolah sumberdaya secara aktif sesuai dengan seleranya. Karena itulah manusia mengembangkan kebiasaan yang melembaga dalam struktur sosial dan kebudayaan mereka. Karena kemampuannya beradaptasi secara aktif itu pula, manusia berhasil menempatkan diri sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya di muka bumi dan paling luas persebarannya memenuhi dunia. Di lain pihak, kemampuan manusia membina hubungan dengan lingkungannya secara aktif itu telah membuka peluang bagi pengembangan berbagai bentuk organisasi dan kebudayaan menuju peradaban. Dinamika sosial itu telah mewujudkan aneka ragam masyarakat dan kebudayaan dunia, baik sebagai perwujudan adaptasikelompok sosial terhadap lingkungan setempat maupun karena kecepatan perkembangannya.

Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat,sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu prosesinternalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.

Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai:1. penganut kebudayaan,2. pembawa kebudayaan,3. manipulator kebudayaan, dan4. pencipta kebudayaan. Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara.Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.( By windynovita)B. PEMBAHASANPerubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakanpenyebab dari perubahan.Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakatlain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bilaterjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan. (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial budaya

Terjadinya sebuah perubahan tidak selalu berjalan dengan lancar, meskipun perubahan tersebut diharapkan dan direncanakan. Terdapatfaktor yang mendorong sehingga mendukung perubahan, tetapi juga ada faktor penghambat sehingga perubahan tidak berjalan sesuai yang diharapkan.Faktor pendorong perubahanFaktor pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya perubahan. Menurut Soerjono Soekanto ada sembilan faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial, yaitu:

a. Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan bahkanhasil perpaduannya. Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan dan tentu akan memperkaya kebudayaan yang ada.b. Sistem pendidikan formal yang maju.Pendidikan merupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkatkemajuan sebuah masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal iniakan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaanmasyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah perubahan atau tidak.c. Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.Sebuah hasil karya bisa memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya. Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri.d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.e. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya geraksosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka

kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.f. Penduduk yang heterogen.Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan sosial.g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentuRasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan,dan berbagai gerakan revolusi untuk mengubahnya.h. Orientasi ke masa depanKondisi yang senantiasa berubah merangsang orang mengikuti dan menyesusikan dengan perubahan. Pemikiran yang selalu berorientasike masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.i. Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup.Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan.( MF Modifier di 19.20 | Jumat, 10 Desember 2010)

2. Modernisasi Sebagai Kasus Perubahan Sosial dan KebudayaanModernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka dipertentangkan dengan nilai-nilai tradisi. Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity (modernitas), yang diartikan sebagai nilai-nilai yang keberlakuandalam aspek ruang, waktu, dan kelompok sosialnya lebih luas atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values. Sedangkan yang lazim dipertentangkan dengan konsep modern adalah tradisi, yang berarti barang sesuatu yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses pewarisan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi meliputi sejumlah norma (norms) yang keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang (tempat), waktu,

dan kelompok (masyarakat) tertentu. Artinya keberlakuannya terbatas, tidak bersifat universal seperti yang berlaku bagi nilai-nilai atau values. Sebagai contoh atau kasus, seyogianya manusia mengenakkan pakaian, ini merupakan atau termasuk kualifikasi nilai (value). Semua fihak cenderung mengakui dan menganut nilai atau value ini. Namun, pakaian model apa yang harus dikenakan itu? Perkara model pakaian yang disukai, yang disenangi, yang biasa dikenakan, itulah yang menjadi urusan norma-norma yang dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, dan dari kelompok ke kelompok akan lebih cenderung beraneka ragam.Spesifikasi norma-norma dan tradisi bila dilihat atas dasar proses modernisasi adalah sebagai berikut:a. ada norma-norma yang bersumber dari tradisi itu, boleh dikatakan sebagai penghambat kemajuan atau proses modernisasi,b. ada pula sejumlah norma atau tradisi yang memiliki potensi untuk dikembangkan, disempurnakan, dilakukan pencerahan, atau dimodifikasi sehingga kondusif dalam menghadapi proses modernisasi,c. ada pula yang betul-betul memiliki konsistensi dan relevansi dengan nilai-nilai baru. Dalam kaitannya dengan modernisasi masyarakat dengan nilai-nilai tradisi ini, maka ditampilkan spesifikasi atau kualifikasi masyarakat modern, yaitu bahwa masyarakat atau orang yang tergolong modern (maju) adalah mereka yang terbebas dari kepercayaan terhadap tahyul. Konsep modernisasi digunakan untuk menamakan serangkaian perubahan yang terjadi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat tradisional sebagai suatu upaya mewujudkan masyarakat yang bersangkutan menjadi suatu masyarakat industrial. Modernisasi menunjukkan suatu perkembangan dari struktur sistem sosial, suatu bentuk perubahan yang berkelanjutan pada aspek-aspek kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, tradisi dan kepercayaan dari suatu masyarakat, atau satuan sosial tertentu.Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang semakin meng-globalpada saat kini dan mendatang. Diharapkan dari proses menduniakan seseorang atau masyarakat yang bersangkutan, manakala dihadapkan pada arus globalisasi tatanan kehidupan manusia, suatu masyarakat

tertentu (misalnya masyarakat Indonesia) tidaklah sekedar memperlihatkan suatu fenomena kebengongan semata, tetapi diharapkan mampu merespons, melibatkan diri dan memanfaatkannya secara signifikan bagi eksistensi bagi dirinya, sesamanya, dan lingkungan sekitarnya. Adapun spesifikasi sikap mental seseorang atau kelompok yang kondusif untuk mengadopsi dan mengadaptasi proses modernisasi adalah: a. nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berorientasi kemasa depan dan dengan cermat mencoba merencanakan masa depannya,b. nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berhasrat mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensi-potensi sumber daya alam, dan terbuka bagi pengembangan inovasi bidang iptek. Dalam hal ini, memang iptek bisa dibeli, dipinjam dan diambil alih dariiptek produk asing, namun dalam penerapannya memerlukan proses adaptasi yang sering lebih rumit daripada mengembangkan iptek baru,c. nilai budaya atau sikap mental yang siap menilai tinggi suatu prestasi dan tidak menilai tinggi status sosial, karena status ini seringkali dijadikan suatu predikat yang bernuansa gengsi pribadi yang sifat normatif, sedangkan penilai obyektif hanya bisa didasarkan pada konsep seperti apa yang dikemukakan oleh D.C. Mc Clelland (Koentjaraningrat, 1985), yaitu achievement-oriented,d. nilai budaya atau sikap mental yang bersedia menilai tinggi usaha fihak lain yang mampu meraih prestasi atas kerja kerasnya sendiri.Tanpa harus suatu masyarakat berubah seperti orang Barat, dan tanpa harus bergaya hidup seperti orang Barat, namun unsur-unsur iptek Barat tidak ada salahnya untuk ditiru, diambil alih, diadopsi, diadaptasi, dipinjam, bahkan dibeli. Manakala persyaratan ini telah dipenuhi dan keempat nilai budaya atau sikap mental yang telah ditampilkan telah dimiliki oleh suatu masyarakat tersebut. Khusus untuk masyarakat di Indonesia, sejarah masa lampau mengajarkan bahwa sistem ekonomi, politik, dan kebudayaan dari kerajaan-kerajaan besar di Asia seperti Indiadan Cina, yang diadopsi dan diadaptasi oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ini, seperti Sriwijaya dan Majapahit, namun fakta sejarah tidak membuktikan bahwa orang-orang Sriwijaya dan Majapahit, dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-nilai

kebudayaan tadi sekaligus menjadi orang India atau Cina.Proses modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat perkotaan (urban community), terutama di kota-kota Negara Sedang Berkembang, seperti halnya di Indonesia. Kota-kota di negara-negara sedang berkembang menjadi pusat-pusat modernisasi yang diaktualisasikan oleh berbagai bentuk kegiatan pembangunan, baik aspek fisik-material, sosio-kultural, maupun aspek mental-spiritual. Kecenderungan-kecenderungan seperti ini, menjadikan daerah perkotaan sebagai daerah yang banyak menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi penduduk pedesaan, terutama bagi generasi mudanya. Obsesi semacam ini menjadi pendorong kuat bagi penduduk pedesaan untuk beramai-ramai membanjiri dan memadati setiap sudut daerah perkotaan, dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi. Fenomena demografis seperti ini, selanjutnya menjadi salah satu sumber permasalahan bagi kebijakan-kebijakan dalam upaya penataan ruang dan kehidupanmasyarakat perkotaan. Sampai dengan saat sekarang ini masalah perkotaan ini masih menunjukkan gelagat yang semakin ruwet dan kompleks.( Prof. Dr. Awan Mutakin, M.Pd) 3. Orientasi PerubahanYang dimaksudkan orientasi atau arah perubahan di sini meliputi beberapa orientasi, antara lain:a. perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial yang mesti ditinggalkan atau diubah,b. perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru,c. suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada masa lampau. Tidaklah jarangsuatu masyarakat atau bangsa yang selain berupaya mengadakan proses modernisasi pada berbagai bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan keamanan, dan bidang iptek; namundemikian, tidaklah luput perhatian masyarakat atau bangsa yang bersangkutan untuk berupaya menyelusuri, mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai kepribadianatau jatidiri sebagai bangsa yang bermartabat.Tidaklah jarang, bahwa tokoh-tokoh dan ungkapan-ungkapan yang bernuansa seni sastra pada masa lampau, baik suatu fenomena yang bernuansa imajinasi, yang ditampilkan oleh berbagai bentuk

ceritera rakyat atau folklore. Semuanya lazim menyadarkan atau menampilkan nilai-nilai keteladanan, baik dalam aspek gagasan, aspek pengorganisasian dan kegiatan sosial, maupun dalam aspek-aspek kebendaan. Aspek-aspek ini senantiasa dimuati oleh nilai-nilai kearifan dan kebijakan yang memberikan acuan bagaimana orang mesti berfikir, berasa, berkarsa dan berkarya dalam upaya bertanggung jawab pada dirinya, pada sesamanya, dan pada lingkungannya, serta pada Sang Khalik Yang Maha Murbeng Alam ini.Nilai-nilai seperti inilah yang menjadi nuansa-nuansa dalam membagun kepribadian atau jatidiri sebagian besar masyarakat atausuatu kelompok bangsa dimanapun mereka berada.Dalam memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang memberikan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, yang antara lain adalah sebagai berikut.:a. suatu sikap, baik skala individu maupun skala kelompok, yang mampu menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besaratau kecilnya produktivitas kerja itu sendiri. b. adanya kemampuan untuk mentolerir adanya sejumlah penyimpangandari bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya salah satu pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-hal yang rutin. Memang salah satu ciri yang hakiki dari makhluk yang disebut manusia itu adalah sebagai makhluk yang disebut homo deviant, makhluk yang suka menyimpang dari unsur-unsur rutinitas,c. mengokohkan suatu kebiasaan atau sikap mental yang mampu memberikan penghargaan (reward) kepada pihak lain (individual, kelompok) yang berprestasi dalam berinovasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan iptek,d. adanya atau tersedianya fasilitas dan pelayanan pendidikan danpelatihan yang memiliki spesifikasi dan kualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka bagi semua fihak yang membutuhkannya.

Precedent dari suatu proses perubahan sosial tidak mesti diorientasikan pada isu kemajuan atau progress semata, sebab tidaklah mustahil bahwa proses perubahan sosial itu justru mengarah ke isu kemunduran atau kearah suatu regress, atau mungkin mengarah pada suatu degradasi pada sejumlah aspek atau nilai kehidupan dalam masyarakat yang bersangkutan. Suatu proses regresi atau kemunduran dan degradasi (luntur atau berkurangnya

suatu derajat atau kualifikasi bentuk-bentuk atau niali-nilai dalam masyarakat), tidak hanya suatu arah atau orientasi perubahan secara linier, tetapi tidak jarang terjadi karena justru sebagai dampak sampingan dari keberhasilan suatu proses perubahan. Sebagai contoh perubahan aspek iptek, dari iptek yang bersahaja ke iptek yang modern (maju), mungkin menimbulkan kegoncangan-kegoncangan pada unsur-unsur atau nilai-nilai yang tengah berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, yang sering disebut sebagai culture-shock atau kejutan-kejutan budaya yang terjadi pada tatanan kehidupan suatu masyarakat yang tengah menghadapi berbagai perubahan.( Prof. Dr. Awan Mutakin, M.Pd)4. MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN INDONESIADinamika sosial dan kebudayaan itu, tidak terkecuali melanda masyarakat Indonesia, walaupun luas spektrum dan kecepatannya berbeda-beda. Demikian pula masyarakat dan kebudayaan Indonesia pernah berkembang dengan pesatnya di masa lampau, walaupun perkembangannya dewasa ini agak tertinggal apabila dibandingkan dengan perkembangan di negeri maju lainnya. Betapapun, masyarakatdan kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu tidak pernah mengalami kemandegan sebagai perwujudan tanggapan aktif masyarakat terhadap tantangan yang timbul akibat perubahan lingkungan dalam arti luas maupun pergantian generasi. Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang mmicu perubahan sosial, Petama, adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka . Betapapun cepat atau lambatnya perkembangan sosial budaya yang melanda, dan factor apapun penyebabnya, setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan reaksi pro dan kontra terhadap masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Besar kecilnya reaksi pro dan kontra itu dapat mengancam kemapanan dan bahkan dapat pula menimbulkan disintegrasi sosial terutama dalam masyarakat

majemuk dengan multi kultur seperti Indonesia.( Senin, 10-12-200715:28:51 oleh: sekar ramadhania wahyu & hanna merliandra)5. PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN DEWASA INIMasyarakat Indonesia dewasa ini sedang mengalami masa pancaroba yang amat dahsyat sebagai akibat tuntutan reformasi secara menyeluruh. Sedang tuntutan reformasi itu berpangkal pada kegiatan pembangunan nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat pelaksanaannya. Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan orientasi baru. Tidaklah mengherankan apabila masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu seolah-olah mengalami kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik dan kebudayaan dewasa ini. a. Penerapan teknologi majuPenerapan teknologi maju untuk mempercepat pebangunan nasional selama 32 tahun yang lalu telah menuntut pengembangan perangkat nilai budaya, norma sosial disamping ketrampilan dan keahlian tenagakerja dengn sikap mental yang mendukungnya. Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya itu memerlukan penanaman modalyang besar (intensive capital investment); Modal yang besar itu harus dikelola secara professional (management) agar dapat mendatangkan keuntungan materi seoptimal mungkin; Karena itu jugamemerlukan tenagakerja yang berketrampilan dan professional dengan orientasi senantiasa mengejar keberhasilan (achievement orientation). Tanpa disadari, kenyataan tersebut, telah memacu perkembangan tatanan sosial di segenap sector kehidupan yang pada gilirannya telah menimbulkan berbagai reaksi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Dalam proses perkembangan sosial budaya itu, biasanyahanya mereka yang mempunyai berbagai keunggulan sosial-politik, ekonomi dan teknologi yang akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan bebas. Akibatnya mereka yang tidak siap akan tergusur dan semakin terpuruk hidupnya, dan memperlebar serta memperdalam kesenjangan sosial yang pada gilirannya dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang memperbesar potensi konflik sosial.dalam masyarakat majemuk dengan multi kulturnya.b. Keterbatasan lingkungan (environment scarcity)Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya cenderung bersifat exploitative dan expansif dalam pelaksanaannya. Untuk mengejar

keuntungan materi seoptimal mungkin, mesin-mesin berat yang mahalharganya dan beaya perawatannya, mendorong pengusaha untuk menggunakannya secara intensif tanpa mengenal waktu. Pembabatan dhutan secara besar-besaran tanpa mengenal waktu siang dan malam,demikian juga mesin pabrik harus bekerja terus menerus dan mengoah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap di lempar ke pasar. Pemenuhan bahan mentah yang diperlukan telah menimbulkan tekanan pada lingkungan yang pada gilirannya mengancam kehidupan penduduk yang dilahirkan, dibesarkan dan mengembangkan kehidupan di lingkungan yang di explotasi secara besar-besaran. Di samping itu penerapan teknologi maju juga cenderung tidak mengenal batas lingkungan geografik, sosial dan kebudayaan maupunpolitik. Di mana ada sumber daya alam yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan industri yang ditopang dengan peralatan modern, kesana pula mesin-mesin modern didatangkan dan digunakan tanpa memperhatikan kearifan lingkungan (ecological wisdom) penduduk setempat. Ketimpangan sosial-budaya antar penduduk pedesaan dan perkotaan ini pada gilirannya juga menjadi salah satu pemicu perkembangan norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya yang befungsi sebagai pedoman dan kerangka acuan penduduk perdesaan yang harus nmampu memperluas jaringan sosial secara menguntungkan. Apa yang seringkali dilupakan orang adalah lumpuhnya pranata sosial lama sehingga penduduk seolah-olahkehilangan pedoman dalam melakukan kegiatan. Kalaupun pranata sosial itu masih ada, namun tidak berfungsi lagi dalam menata kehidupan pendudduk sehari-hari. Seolah-olah terah terjadi kelumpuhan sosial seperti kasus lumpur panas Sidoarjo, pembalakan liar oleh orang kota, penyitaan kayu tebangan tanpa alas an hokum yang jelas, penguasaan lahan oleh mereka yang tidak berhak. Kelumpuhan sosial itu telah menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan dan berlanjut dengan pertikaian yang disertai kekerasan ataupun amuk. (Senin, 10-12-2007 15:28:51 oleh: sekar ramadhania wahyu & hanna merliandra)6. DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAFenomena perubahan sosial budaya yang terjadi sangat tergantung dari kemampuan masyarakat dalam mengarungi perubahan itu termasukkesiapan dalam melakukan perubahan. Perubahan secara cepat dapat terjadi apabila ada keinginan umum untuk mendorong terjadinya

perubahan itu, ada pemimpin, tujuan yang pasti, dan waktu yang tepat untuk melaksanakan perubahan yang cepat tersebut.Berdasarkan tingkat perubahan yang terjadi, adakalanya perubahan tersebut memiliki pengaruh yang besar dan mendasar, tetapi ada juga yang pengaruhnya tidak begitu besar dan tidak mendasar. Sebagai contoh, perkembangan mode pada fashion bersifat siklis dan pengaruhnya tidak begitu mendasar karena hanya bersifat sementara, jangka waktu perubahan relatif cepat. Contoh perubahanyang amat mendasar dan memerlukan waktu yang panjang adalah perubahan dari masyarakat agraris be masyarakat industri.Adakalanya perubahan itu memang direncanakan data tahapan-tahapantertentu. Data sejarah pembangunan Indonesia, kita mengenal adanya tahapan-tahapan data pembangunan (PELITA), sehingga perubahan itu pada suatu saat tertentu akan memperoleh hasil yangdiharapkan.Apa dan bagaimana perubahan sosial budaya dapat terjadi? Kalau kita pikirkan sebenarnya yang selalu abadi dalam perjalanan kehidupan manusia adalah “perubahan” itu sendiri. Namun, secara garis besar, kita dapat membedakan sebab terjadinya perubahan tersebut berasal dari faktor internal dan faktor eksternal.Perilaku masyarakat akibat perubahan sosial dapat berupa pemberontakan, aksi pastes, demonstrasi, data tindakan kriminal. Berikut beberapa contoh perubahan sosial budaya di indonesia:1.Pemberontakana.Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) terjadi ketika sebagian kecil kelompok masyarakat Ambon yang dipimpin oleh Christian Robert Steven Soumokil, bekas Jaksa Agung Negara Indonesia Titnur (NIT) tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke negara kesatuan setelah Konfe-rensi Meja Bandar (KMB).Pemberontakan ini menggunakan unsur KNIL yang merasa tidak pasti tentang status mereka setelah KMB. Pemberontakan ini berlangsung sekitar 4 balms dan berakhir setelah pemimpin mereka, dr. Soumokil, ditangkap. Sebagian dari yang berhasil lolos dari kejaran tentara RI melarikan diri ke Belanda data bergabung dengan mereka yang telah bermigrasi lebih awal serta membentuk RMS di pengasingan. Di sini jelas bahwa pemberontakan yang merekalakukan karena adanya perubahan sosial-budaya khususnya status mereka anggota KNIL setelah KMB.

b.Pemberontakan Darul Islam (DI/TII) di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.Pemberontakan ini merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan membentuk negara Indonesia berazaskan hukum Islam. Pemberontakan di daerah-daerah tersebut pada umumnya terjadi karena ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat yang tidak memberikan penghargaan yang pastas untuk mereka yang telah berjuang membela dan mempertahankan RI. Bentuk ketidakpuasan itu tentu mempunyai latar belakang yang berbeda. Yang pasti pars pemimpin gerakan merasa tidak puas karena adanya perubahan sosial budaya. Di Aceh misalnya Daud Beureh tidak puas akan kedudukannya yang semula sebagai gubemur Daerah istimewa Aceh menjadi salah satu karesidenan Sumatra utara bukan lagi provinsi. Pemerintah RI setelah kembali menjadi negara kesatuan melakukan penyederhanaan administrasi, sehingga status Daud Beureh tidak lagi menjadi gubernur Aceh melainkan hanya seorang residen.c. Pemberontakan PRRI/Permesta.Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) terjadi di Sumatra Barat dan Permesta di Sulawesi Utara. Kedua pemberontakan ini terjadi karena ketidakpuasan terhadap kebijakanekonomi tersentralisir yang dikeluarkan pemerintah pusat yang semula otonomi. Sebab dalam kenyataannya hasil yang diperoleh dari daerah ke pusat tidak dimanfaatkan untuk mensejahterakan penduduk daerah mereka sendiri. Mereka menuntut kembali adanya desentralisasi ekonomi khususnya di bidang ekspor.( GEOGRAFI dan SOSIOLOGI - Yudhistira Ghalia Indonesia)7. DAMPAK PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN TERHADAP BUDAYA GLOBALTak dapat dipungkiri bahwa faktor kemajuan peradaban dunia sebagai indikasi kemajuan berfikir umat manusia, tak salah apabila disebut bahwa umat manusia dewasa ini telah diperhadapkanpada situasi yang serba maju, instant dan pola pemikiran yang kritis. Kemajuan peradaban itu banyak mengakibatkan perubahan di segala aspek kehidupan individu, keluarga, masyarakat, bernegara maupun berbangsa.Banyak di antara masyarakat itu menerima perubahan peradaban itu sebagai sesuatu yang lumrah sebagai sebuah proses yang harus dijalani, dimaklumi dan kehadirannya senantiasa menimbulkan berbagai perubahan dalam praktiknya. Sehingga memaksa masyarakat budaya, mau tak mau atau sadar atau tidak sadar diperhadapkan

pada situasi yang sulit antara menerima perubahan perdaban itu (karena tidak ingin dianggap kolot) atau menolak perubahan itu kendatipun dianggap primitif, konvensional dan ortodoks.Perselisihan atau tepatnya perbedaan pemikiran seperti itu dapat muncul sebagai reaksi terhadap berbagai tindakan yang bagi sebagian orang bergerak seolah-olah meninggalkan kebudayaannya sedang sebagian orang ingin mempertahankannya sebagai sebuah warisan leluhur bersama (common heritage) yang wajib dijaga dan dilestarikan. Fenomena berikutnya adalah diakibatkan oleh mobilitas tanpa limit, dimana manusia tidak lagi dapat begitu saja dihempang dalam mobilitasnya.Katakan saja, andai seseorang ingin bepergian ke tempat lain (negara Lain) maka tak seorangpun yang dapat menghempangnya apabila ia telah menetapkan bahwa ia harus berangkat. Keadaan inijuga mengakibatkan adanya perpaduan (assimilation) di tempat barudimana ia berpijak, sehingga melahirkan penilaian apa yang diperoleh, diidolakan sebelumnya dengan dimana ia tinggal dan lihat.Penilaian itu dapat saja memicu lahirnya interpretasi bahwa apa yang melekat pada dirinya ketika memutuskan untuk bepergian itu dinilai sebagai sesuatu yang kolot, tradisional dan tertinggal. Ia kemudian mengenakan berbagai atribut yang dianggap sebagai simbolisasi budaya maju seperti kritis, egoisme, dan materialistis. Kondisi lain adalah meningkatnya mobilitas sekolahantara negara dimana juga telah mempengaruhi pengakuan terhadap budaya lokalnya.Keadaan dimana sipelaku diperhadapkan pada situasi dan alternatifyang kritis seperti itu telah menciptakan adanya anggapan bahwa budaya (lokal) tidak mampu menyaingi budaya (global) yang sedang mendunia. Namun demikian, bagi sebahagian orang tidak demikilan, bahwa budaya lokal senantiasa akan bertahan (lestari) apabila sipelaku tidak membiarkan budaya (lokal)-nya itu tidak tertindas,tidak tradisional dan tidak terbelakang apabila terdapat upaya sipelaku memajukan atau melakukan perubahan (innovation) dan penerapan (invention) terhadap apa yang disebut dengan budaya lokalnya itu. Lantas dalam situasi yang demikian ini dimana kemajuan zaman dan pola berfikir manusia tidak lagi dapat dibatasi, serta tingginya faktor komunikasi dan media penyampai, seberapa jauhkah budaya lokal itu dapat bertahan? ( Erond Litno

Damanik MSi)8. DAMPAK MODERNISASI TERHADAP PERUBAHAN SOSIALTak dapat disangsikan bahwa kemajuan pemikiran manusia yang senantiasa berupaya untuk menghasilkan hal-hal baru dalam hidupnya adalah hal wajar yang dilakukan sebagai makhluk yang berakal. Berangkat dari asumsi bahwa pemikiran manusia akan senantiasa merubah kondisi sosial, maka hal yang demikian itu dapat diterima secara mutlak.Pada dasarnya perubahan itu dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, peradaban (civilzation) dan kesempurnaan hidupnyayang meskipun pada dasarnya akan senantiasa juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi peradaban itu sendiri. Katakanlah, kebiasaan manusia mengkonsumsi (membeli) makanan yangserba instant, tanpa ada upaya untuk membuatnya, akan melemahkan dan memandulkan kreativitas. Belum lagi hal yang serupa itu diterima dan meresap pada diri anak-anak, maka seumur hidupnya akan menjadi pengkonsumsi utama tanpa adanya niat untuk mencoba membuatnya dengan keinginan sendiri. Alhasil, generasi yang muncul berikutnya adalah generasi yang nirkreativitas.Perubahan sosial, baik yang direncanakan maupun yang tidak dapat dikategorikan ke dalam hal di atas yang pada intinya adalah pengupayaan ke arah yang lebih baik dengan mencoba mereduksi dampak negatif dari social change itu. Siklusnya dapat dicerna melalui adanya rekayasa sosial (social engineering), rekontruksi sosial (social recontruction). Pada tahap ini akan muncul sikap menerima (receive) ataupun berupaya menolaknya (defence). Kemudian, dalam upaya menghindari bentrok budaya (paling tidak dalam paradigma) pemikiran) maka pada saat itu dibutuhkan agen-agen perubahan (social agent) sebagai media penyampai agenda perubahan itu. Apabila, perubahan itu muncul sebagai yang tidak direncanakan, maka peran itu akan digantikan oleh sosok atau figur yang dapat menjembatani perubahan yang sedang terjadi.Dengan begitu, perubahan yang sedang terjadi dan akan terjadi, maupun yang direncanakan ataupun tidak (kurang) direncanakan tidak akan mengalami benturan kebudayaan (peradaban) pada masyarakat kekinian. Justru dengan demikian, yang tengah terjadi adalah pemerkayaan khasanah kebudayaan dan bukan pergeseran. Dengan begitu, hipotesa kebudayaan selanjutnya adalah bahwa tidakakan pernah terjadi pergeseran kebudayaan apalagi upaya

meninggalkan budaya lokal itu yang meskipun pada tataran performaseolah-olah kebudayaan itu telah bergeser atau ditinggalkan. Perubahan yang demikian itu justru harus dimaknai sebagai upaya pemberdayaan dan pemerkayaan kebudayaan itu sendiri sebagai system makna (system of meaning) ( Erond Litno Damanik MSi).

C. PENUTUP1. KesimpulanSebuah peradaban mempunyai kebiasaan tingkah laku dan kesenian yang dapat disebut kebudayaan. Seiring waktu berjalan sebuah kesenian itu akan tersisih oleh waktu dan minat dari masyarakat untuk melestarikanya, begitu juga dengan masuknya atau datangnya sosial budaya luar yang lebih diminati masyaraka, yang seiring waktu akan menyisihkan kebudayaan lokal itusendiri. Untuk mempertahan kan kebudayaan itu sendiri harus melakukan perubahan atau penambahan dari kebudayaan yang telah ada ditambah dengan kebudayaan yang baru. Semua itu membutuhkan sebuah proses untuk memilah-milah kebudayaan luar yang dapat diterima dimasyarakat. Dalam menambah kebudayan atau mencampur kebudayan kita sebaiknya melakukan pengklasifikasdian, karena penambahan kebudayaan akan mempengaruni berubahnya nilai-nilai sosial dan budaya. Semua proses tersebut dapat dinamakan sebagai proses modernisasi kebudayan.Setiap proses pasti terdapat kelemahan atau segi negatif, begitu pula dengan proses modernisasi budaya ini juga terdapat nilai-nilai negatif terutama yang telah terjadi di Indonesia ini, dapatdi contohkan konflik-konflik yang telah terjadi yaitu pembrontakan Republik Maluku Selatan, pembrontakan Darul Islam diJawa Barat,Sulawesi Selatan dan Aceh, dan pembrontakan PRRI/pemersta. Semua itu terjadi dikarenakan perubahan kebudayaanyang signifikan dan merubah nilai-nilai sosial dan budaya dalam waktu yang lebih terasa cepat dari yang seharusnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://mgmpips.wordpress.com/2007/03/05/proses-perubahan-sosial-budaya/ (Sabtu, 08-01-2011, 09:37 WIB)http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya (Sabtu, 08-01-2011, 09:53 WIB)http://windynovita.wordpress.com/2010/01/03/artikel-ilmu-budaya-dasar/ (Sabtu, 08-01-2011, 10:21 WIB)http://www.wikimu.com/News/DisplayNewsRemaja.aspx?id=5142 (Sabtu,08-01-2011, 10:44 WIB)http://www.silaban.net/2006/11/26/budaya-lokal-vs-budaya-global-sanggupkah/ (Sabtu, 08-01-2011, 11:00 WIB) P