Sistem Pengetahuan (Wawasan Sosial Budaya Maritim)

25
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................ 2 BAB I PENDAHULUAN..................................... 3 Latar Belakang.................................... 3 Maksud dan Tujuan................................. 4 Rumusan Masalah................................... 4 BAB II PEMBAHASAN..................................... 5 Pengertian Sistem Pengetahuan.....................5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.......6 Macam-macam Sistem Pengetahuan....................7 Sistem Pengetahuan Masyarakat Maritim............10 BAB III PENUTUP...................................... 16 KESIMPULAN....................................... 16 DAFTAR PUSTAKA....................................... 17 1

Transcript of Sistem Pengetahuan (Wawasan Sosial Budaya Maritim)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................2BAB I PENDAHULUAN.....................................3 Latar Belakang....................................3 Maksud dan Tujuan.................................4 Rumusan Masalah...................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................5 Pengertian Sistem Pengetahuan.....................5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.......6 Macam-macam Sistem Pengetahuan....................7 Sistem Pengetahuan Masyarakat Maritim............10

BAB III PENUTUP......................................16 KESIMPULAN.......................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................17

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah tercinta atas anugrah kepekaan rasa

dalam menerima segala keindahan dan kenikmatan. Tak lupa kita

hanturkan salam dan shalawat atas nabi besar Muhammad SAW.

Alhamdulillah berkat rahmat ,hidayah,kesehatan, dan kesempatan

yang diberikan oleh Allah(Tuhan Maha Kuasa) kami selaku kelompok

IV dapat menyelesaikan tugas makalah wawasan sosial budaya

maritim yang berjudul “Sistem Pengetahuan” yang diberikan oleh

Bapak Dr. A. Adri Arief, S.Pi. N.Si. Tugas ini kami susun berkat

bantuan dan sumber informasi yang kami peroleh. Kurang lebih dua

minggu waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas ini, dan

sekarang , alhamdulillah tugas ini dapat kami selesaikan. Begitu

benyak kendala yang kami alami dalam mengerjakan tugas ini, Namun

berkat bantuan dari beberapa pihak dan sumber informasi terutama

bapak yang telah memberikan sedikit penjelasan tentang sistem

pengetahuan masyarakat maritim.

Akhir kata mohon maaf jika makalah yang kami buat tidak

sempurna, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik

Allah, semoga banyak ilmu yang bermanfaat yang bisa kalian

dapatkan dalam makalah ini.

Makassar, 22 September 2014

2

Penyusun

Kelompok IV

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

  Kebudayaan pada dasarnya adalah keseluruhan pengetahuan

yang dimiliki secara bersama oleh warga suatu masyarakat.

Pengetahuan yang telah diakui sebagai kebenaran sehingga

fungsional sebagai pedoman. Satuan-satuan pengetahuan itu

terumuskan dalam wujud kata-kata, kalimat-kalimat, ungkapan-

ungkapan, pepatah-petitih, peribahasa, wacana-wacana, dalil-

dalil, rumusan-rumusan, bahkan teori-teori. Keseluruhannya

digunakan secara selektif dan kontekstual sesuai dengan

kebutuhan atau persoalan yang dihadapi. Penggunaan

pengetahuan oleh orang per orang atau kelompok orang atau

masyarakat, menggambarkan bahwa sejatinya pengetahuan

dimaksud telah dipahami, diresapi, dan diyakini berkat adanya

3

suatu proses pendidikan panjang (dari sejak kecil sampai

dewasa) dalam bentuk internalisasi dan sosialisasi. 

Pengetahuan sebagai salah satu dari tujuh unsur

kebudayaan yang bersifat universal menurut Koentjaraningrat

tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Pengetahuan

juga adalah salah satu aspek yang membedakan manusia dengan

makhluk lainnya. Bahkan dewasa ini pengetahuan manusia sudah

berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Pengetahuan sejatinya

memiliki konsep yang cukup luas. Hal ini terlihat dari ruang

lingkupnya yang mencakup beberapa hal yang cukup luas jika

dirinci. Luasnya ruang lingkup pengetahuan manusia itu karena

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Permasalahan-permasalahan

itulah yang akan dibahas dalam makalah ini.

4

Maksud dan Tujuan

Makalah yang berjudul “ Sistem Pengetahuan” memiliki maksud

untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Sosial Budaya

Maritim yang diberikan oleh Bapak Dr. A. Adri Arief, S.Pi. N.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memerikan

gambaran kepada saya dan orang-orang yang membaca makalah ini

tentang bagaimana sebenarnya sistem pengetahuan masyarakat

Indonesia khususnya masyarakat maritim yang memiliki potensi

yang sangat luar biasa namun belum mampu memanfaatkannya

secara maksimal. Dan bagaimana kita memaknai sistem

pengetahuan itu sebagai acun untuk mengembangkan sistem

pengetahuan itu.

Rumusan Masalah

1. Pengertian Sistem Pengetahuan

2. Faktor-faktor yang Menpengaruhi Pengetahuan

3. Macam-macam Sistem Pengetahuan

4. Bagaimana Sistem Pengetahuan masyarakat maritim

5

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Sistem Pengetahuan

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam

bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of

Philosophy dijelaskan bahwa difinisi pengetahuan adalah

kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).

Sedangkan secara terminologi definisi pengetahuan ada

beberapa definisi.

a) Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil

pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil

dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai.

Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.

Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari

usaha manusia untuk tahu. 

b) Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui

manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam

hal ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui

(objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif

sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui

pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.

Dalam arti lain, Pengetahuan merupakan pengalaman yang

bermakna dalam diri tiap orang yang tumbuh sejak ia

dilahirkan. Oleh karena itu, manusia yang normal, sekolah

6

atau tidak sekolah, sudah pasti dianggap memiliki

pengetahuan. Pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena

dua hal. Pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat

mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar

belakangi informasi tersebut. Kedua, manusia mempunyai

kemampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu yang

merupakan kemampuan menalar. Penalaran merupakan suatu proses

berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa

pengetahuan.

Selanjutnya dalam kaitannya dengan ilmu. Ilmu sesungguhnya

merupakan pengetahuan yang sudah mencapai taraf tertentu yang

telah memenuhi sistematika, memiliki objek kajian, dan metode

pembahasan akan kajian tersebut . ilmu dapat diartikan

sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan

menggunakan kekuatan pemikiran, dimana pengetahuan tersebut

selalu dapat dikontrol oleh setiap orang yang ingin

mengetahuinya.

Ilmu pengetahuan bersifat fungsional dalam kehidupan manusia

sehari hari. Jika pengetahuan dan ilmu pengetahuan diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka menghasilkan

sesuatu, maka akan menghasilkan kemampuan apa yang kemudian

disebut sebagai teknologi. Oleh karena itu, sebagai mana

dikatakan Brown dan Brown (1980), bahwa teknologi pada

hakikatnya merupakan penerapan pengetahuan oleh manusia guna

mengerjakan sesuatu tugas yang dikehendakinya. Dengan kata

7

lain, teknologi merupakan penerapan praktis pengetahuan untuk

mengerjakan sesuatu yang diinginkan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap satu atau beberapa hal

berbeda dengan orang lain. hal tersebut dipengaruhi oleh

beberapa hal, baik dari intern manusia itu sendiri, ataupun

dari ekstern manusia itu sendiri. Pengetahuan seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1) Pendidikan

Pendidikan” adalah sebuah proses pengubahan sikap dan

tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi

pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

2) Media

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai

masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media

massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.

3) Keterpaparan informasi

Pengertian informasi menurut Oxfoord English

Dictionary, adalah “that of which one is apprised or told:

intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa informasi

adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang

menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan.

Informasi itu sendiri mencakup data, teks, image, suara,

8

kode, program komputer, databases . Adanya perbedaan

definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi

tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi

itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh

dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita

serta diteruskan melalui komunikasi

4) Pengalaman 

Pengalaman dialami oleh manusia karena manusia selalu

berkarya, baik secara sengaja maupun tidak disengaja.

Pengalaman yang dialami manusia dapat berbekas dalam

ingatan manusia yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat mempengaruhi pengetahuan manusia itu

sendiri. Semakin banyak pengalaman yang dialami oleh

seseorang, maka kemungkinan semakin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut

Macam-macam Sistem Pengetahuan1. Pengetahuan Pra Ilmiah

Pengetahuan pra ilmiah diperoleh terutama dengan

mengandalkan dugaan perasaan, keyakinan dan tanpa diikuti

proses pemikiran yang cermat . oleh karenanya pencarian

pengetahuan dengan cara ini persentase kebenarannya

sangat rendah. Pengetahuan yang diperoleh mungkin saja

benar atau mungkin saja salah. Sampai saat ini belum ada

metode tertenu yang dapat digunakan untuk mendekati

kebenaran pengetahuan pra ilmiah, namun pada umumnya

9

manusia melakukan pendekatan terhadap suatu hal melalui

beberapa cara berikut ini :

Mitos

Merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman

namun sebagian lainnya berupa dugaan, imajinasi dan

kepercayaan. Mitos dapat diterima karena

keterbatasan pengindraan, penalaran, hasrat ingin

tahu yang harus dipenuhi manusia.

Wahyu

Merupakan komunikasi antara Sang Pencipta dengan

makhluknya dan merupakan substansi pengetahuan yang

disampaikan kepada utusannya. Manusia dalam menerima

pengetahuan ini bersifat pasif, namun dengan

keyakinan bahwa semuanya benar. Wahyu merupakan

kebenaran mutlak dan tidak dapat dipertanyakan dan

diperdebatkan kebenarannya dengan akal pikiran

manusia namun dapat dipelajari maksud atau makna

yang terkandung didalamnya

Otoritas dan Tradisi

Pengetahuan yang teah ada sering digunakan pleh

pemimpin atau secara tradisi untuk menyatakan

kebenaran. Sebagai contoh sampai abd pertengahan,

manusia menganggap bumi adalah pusat dari alam

semesta, sehingga saat Corpenicus menyatakan bahwa

bumi bukan sebagai pusat alam semesta dan hanya

10

merupakan planet dari sistem tata surya, maka

penguasa dan kepercayaan pada saat itu menolak

dengan keras. Sampai-sampai Bruno sebagai pengikut

Copernicus dengan paham tadi serta penemuan-penemuan

yang lain yang sangat bertentangan dengan penguasa

saat itu, dianggap kemasukan setan dan dibakar mati

pada tahun 1600.

Prasangka

Berupa dugaan yang kemungkinannya benar atau

salah. Dengan prasangka orang sering mengambil

keputusan atau kesimpulan yang keliru. Cara ini

hanya berguna untuk mencari kemungkinan lain tentang

konsep kebenaran

Intuisi

Istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa

melalui penalaran rasional dan intelektualitas.

Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya

dari dunia lain dan di luar kesadaran.  Intuisi

manusia terkadang tidak terlalu tajam melihat dan

memproyeksikan masa depan, dengan kata lain secara

intuitif tidak mempunyai logika atau pola berpikir

tertentu serta langkah sistematik dan terkendali.

Contohnya seorang astrolog pada saat meramal nasib

seseorang, disamping menggunakan rumusanya, juga

sering menggunakan intuisinya.

Penemuan Kebetulan

11

Beberapa pengetahuan pada awalnya ditemukan secara

kebetulan dan bebrapa diantaranya adalah sangat

berguna. Sebagai contoh adalah penemuan obat kina

sebagai obat malaria. Seorang pengembara yang sedang

mengalami demam malaria melalui sebuah rawa, karena

merasa haus, ia meminum air rawa tersebut. Namun

demikian air rawa terasa pahit karena mengandung

ekstrak pohon kina besar yang tumbang didalamnya.

Ternyata setelah meminum air tersebut demam yang

dideritanya berangsur-angsur sembuh.

Cara coba-coba

Cara ini merupakan serangkaian percobaan asal atau

coba-coba saja yang tidak didasari oleh teori yang

adasebelumnya, sehingga tidak memungkinkan

diperolehnya kepastian pemecahan suatu masalah atau

hal yang diketahui. Cara ini mengandung uncur

pembelajaran dengan pengalaman yang bertambah, waktu

yang lama dan biaya yang relatif besar.

Kebenaran pengetahuan yang diperoleh melalui beberapa

cara di atas yang sifatnya pra ilmiah, hal ini berarti

kebenaran tersebut tidak mempunyai arti sama sekali.

Kebenaran melalui cara ini juga terkadang dapat digunakan

sebagi penunjang untuk melakukan penelitian ilmiah

sehingga yang tadinya tidak ilmiah dapat berubah mencadi

bersifat ilmiah jika diteliti secara ilmiah. Artinya

12

tidak menutup kemungkinan suatu jenis pengetahuan pra

ilmiah akan menjadi ilmiah apabila memenuhi kriteria-

kriteria pengetahuan secara ilmiah.

2. Pengetahuan Ilmiah

Pencarian pengetahuan dengan cara ilmiah dilakukan

berdasarkan pemikiran rasional, pengalaman empiris maupun

berdasarkan referensi pengalaman sebelumnya. Pengetahuan

yang diperoleh dengan menggunakan cara atau metode ilmiah

disebut ilmu. Artinya nanti dapat disebut ilmu apabila

memenuhi dua kriteria utama yaitu rasional dan empirik.

Menurut Helmy A. Kotto, ilmu pengetahuan adalah

kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik,

konsisten, dan berkesinambungan serta telah teruji

kebenarannya dan dapat diandalkan kegunaannya bagi

manusia.

Adapun kriteria Ilmu Pengetahuan sebagai berikut :

Logis atau Masuk Akal

Sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan yang diakui

kebenarannya.

Objektif

Harus sesuai objek yang dikaji dan didukung oleh

fakta empiris.

Metodik

Pengetahuan diperoleh dengan cara-cara tertentu

teratur, dirancang, diamati, terkontrol.

Sistematik

13

Pengetahuan disusun dalam satu sistem yang satu

dengan yang lainnya saling berkaitan dan saling

menjelaskan sehingga merupakan satu kesatuan yang

utuh.

Universal

Pengetahuan berlaku untuk siapa saja dan dimana

saja dengan tata cara dan variable eksperimentasi

yang sama, akan diperoleh hasil hasil yang sama atau

konsisten

Komulatif Berkembang

Khasanah ilmu pengetahuan selalu bertambah dengan

hadirnya ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan

yang terbukti salah harus diganti dengan pengetahuan

yang benar (sifatnya tentatif)

Sistem Pengetahuan Masyarakat Maritim

Masyarakat Pesisir meyakini bahwa lautan yang dimiliki

oleh mereka berdasarkan pembagian kawasan laut yang disahkan

oleh Raja Desa itu merupakan suatu sumber daya alam yang

dijadikan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan lebihnya dijual

untuk keuntungannya.

Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan

karakterisik masyarakat agraris atau petani. Dari segi

penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat

dikontrol karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil

pangan atau ternak yang mereka miliki dapat ditentukan untuk

14

mencapai hasil pendapatan yang mereka inginkan. Berbeda

halnya dengan masyarakat pesisir yang mata

pencahariannya  didominasi dengan pelayan. Pelayan bergelut

dengan laut untuk mendapatkan penghasilan, maka pendapatan

yang mereka inginkan tidak bisa dikontrol. “Nelayan

menghadapi sumberdaya yang bersifat open acces dan beresiko

tinggi. Hal tersebut menyebabkan masyarakat pesisir sepeti

nelayan memiliki karakter yang tegas, keras, dan terbuka”

(Satria, 2002).

Selain itu, karakteristik masyarakat pesisir dapatdilihat dari beberapa aspek diantaranya, aspek pengetahuan,kepercayaan (teologis), dan posisi nelayan sosial. Dilihatdari aspek pengetahuan, masyarakat pesisir mendapatpengetahuan dari warisan nenek moyangnya misalnya merekauntuk melihat kalender dan penunjuk arah maka merekamenggunakan rasi bintang.

 Secara garis besar Sistem pengetahuan kemaritiman

dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: pengetahuan

pelayaran, pengetahuan kondisi lingkungan dan sumber daya

laut, dan pengetahuan lingkungan sosial budaya. Yang dimana

ketiga subsistem pengetahuan ini berkaitan satu sama lain

secara fungsional.

1. Pengetahuan Pelayaran Memiliki pengetahuan tentang

musim, kondisi cuaca dan suhu , kondisi dasar, dan

tanda-tanda alam lainnya merupakan hal-hal yang mutlak

diperlukan dan diketahui oleh nelayan khususnya. Dengan

berbekal pengetahuan tersebut nelayan mampu menentukan

15

waktu-waktu kegiatan pelayaran yang efektif dan menjamin

keselamatan di Laut. Di Nusantara ini, Masyarakat

nelayan memiliki pengetahuan tentang dua tipe musim

yaitu musim barat dan musim timur, yang memiliki pola

dan karakteristik masing-masing, sebagai berikut:

Musim barat terjadi pada bulan Desember sampai dengan

Juni ditandai dengan hujan lebat, angin/badai besar

dan arus kuat dari arah barat ke timur. Pada musim

ini kemungkinan untuk melakukan aktifitas pelayaran

sangat kurang.

Musim timur terjadi pada bulan Juli Desember ditandai

dengan angin dan arus gerak lemah dari timur ke

barat. Pada musim ini memberikan peluang besar bagi

nelayan untuk melakukan aktifitasnya secara intensif.

Selain dari kedua musim tersebut Nelayan juga harus

mengetahui musimberikut :

Musim peralihan merupakan peralihan musim barat ke

musim timur yang

berlangsung selama kurang lebih tiga bulan yakni

bulan Mei sampai dengan Juli.Musim ini ditandai

dengan goncangan ombak kurang menentu yang tak henti-

hentinya.

Selain musim barat, musim timur, dan musim peralihan

terdapat pula musim yang memungkinkan nelayan untuk

menangkap ikan. Musim ini berlangsung antara bulan

Oktober sampai dengan April. Nelayan pulau Sembilan

16

mengetahui secara pasti waktu-waktu yang tepat untuk

menangkap ikan.. Terjadinya perubahan musim, perubahan

cuaca dan suhu, kondisi air laut, kondisi dasar,

membawa pengaruh positif dan negatif pada aktivitas

pelayaran yang dilakukan oleh nelayan. Ditinjau dari

pengalaman dan warisan pengetahuan, Nelayan memiliki

perangkat-perangkat pengetahuan tentang lokasi-lokasi

berbahaya, seperti selat-selat yang memiliki banyak

pusaran air, tempat-tempat yang dihuni oleh banyak

hiu, gurita, dan paus. Nelayan juga memiliki

pengetahuan tentang tempat-tempat keramat yang dihuni

oleh hantu-hantu laut, dan juga tempat-tempat yang

aman untuk dilalui dan digunakan sebagai tempat

beristirahat. Selain itu, Nelayan juga memiliki

pengetahuan tentang kondisi dasar (dalam, dangkal,

berpasir, berlumpur, berbatu-batu, rata, landai,

curam) dan kondisi air laut (berombak dan berarus).

Pengetahuan seperti ini diperlukan bagi pilihan

penggunaan tipe-tipe alat tangkap.

2. Pengetahuan tentang Lingkungan dan Sumber Daya Laut.

Kategori pengetahuan masyarakat maritim tentang

lingkungan dan sumber daya laut berbeda dari satu kelompok

ke kelompok atau komunitas dari satu tempat ke tempat

lain. Sebagai contoh, Nelayan Indonesia yang memiliki

klasifikasi pengetahuan lokal seperti berikut : Udang

laut. Nelayan pengguna kawasan karang Sulawesi Selatan

17

mengetahui tiga jenis udang/ lobster merupakan komoditi

ekspor andalan, yaitu udang mutiara, udang bamboo, dan

udang kipas. Teripang. Nelayan pulau Sembilan mengenal

kurang lebih 20 jenis teripang, diantaranya ialah teripang

koro, teripang buang kulit asli, teripang buang kulit

biasa, teripang tai kongkong, teripang batu, teripang

tenas, teripang pandang .Sedangkan para pedagang di

Makassar hanya mengetahui kurang lebih 40 jenis teripang.

Bagi nelayan pulau Sembilan, berbagai klasifikasi biota

liar dan tidak liar, seperti penyu, hiu, siput (lola,

kima, mata tujuh,dll), akar bahar, rotan laut, dan agar-

agar merupakan komoditi tangkapan utama nelayan untuk

diekspor sejak abad ke-16. Walaupun Nelayan memiliki

banyak pengetahuan mengenai hal tersebut namun klasifikasi

pengetahuan nelayan lokal masih dinilai sangat minim, hal

ini dikarenakan nelayan hanya perlu memberi nama pada

jenis-jenis ikan dan biota lainnya berdasarkan nilai

ekonominya, berbahaya, bermakna simbolik, dan berfungsi

praktis bagi kehidupan masyarakat nelayan. Berbeda dengan

pengetahuan dari komunitas saintis (dosen, mahasiswa,

peneliti, pengelola laboratorium, ahli lingkungan dan

pengelola museum) yang mengetahui ratusan bahkan ribuan

jenis ikan dan biota laut lainnya dengan nama/istilah

latin. Mereka mengetahui lokasi dan perkembangbiakan,

kondisi populasi dan perilaku biota laut melalui

pendidikan dan penelitian ilmiah.

18

3. Pengetahuan tentang Lingkungan Sosial

Masyarakat maritim khususnya nelayan memerlukan dan

memiliki pengetahuan tentang lingkungan sosial di

sekelilingnya dengan siapa mereka bertransaksi, bekerjasama,

meminta jasa perlindungan keamanan, atau sebaliknya

melakukan persaingan dan konflik memperebutkan potensi

sumber daya dan jasa-jasa laut Lingkungan sosial masyarakat

maritim berdasarkan buku Wawasan Sosial Budaya Maritim

(2011:111) meliputi:

• Para pedagang hasil laut, pengusaha modal, pasar,

industry hasil laut, tukang perahu, pembuat alat-alat

tangkap, toko bahan pembuatan alat tangkap dan alat-alat

pertukangan serta bahan perlengkapan dan perbekalan ke laut.

• Kelompok-kelompok nelayan penyaing yang mengusahakan

hasil laut yang sama. Penggunaan tipe teknologi tangkap

lain, kelas usaha perikanan yang lebih tinggi dan dominan,

petambak dan pembudidaya laut, yang berasal dari daerah dan

suku bangsa yang berlainan atau sama.

• Pihak pemerintah dari instansi terkait, aparat

keamanan laut, peneliti. Pemerhati lingkungan laut, LSM,

lembaga donor, pelayar, petambang, industri pariwisata,

seniman, dan ragawan laut, pencari harta karun, dan

sebagainya. Pengetahuan mengenai hal-hal tersebut dapat

digunakan sebagai bahan acuan dalam menentukan sikap dan

membuat suatu keputusan. 

19

Contoh lain yang dapat kita lihat tentang pengetahuan yaitu

Pengetahuan tentang pelayaran nelayan patorani

Sistem pengetahuan tentang pelayaran nelayan patorani meliputi

unsur-unsur pengetahuan, seperti :

a) Pengetahuan tentang berlayar : adanya kepercayaan terhadap

roh-roh yang mendiami satu tempat atau lokasi penangkapan.

Untuk menghindari murkanya maka kesemuanya harus diselati

melalui upacara selamatan membuang daun sirih dari tembakau.

b) Pengetahuan tentang musim dan hari pemberangkatan: Untuk

kelompok pa’rengge, bulan Oktober/November dan untuk kelompok

pa’ttorani, bulan Maret/April (Musim Timur). Kegiatan ini

dikenal dengan istilah “assawakung” meninggalkan desa mencari

daerah tangkapan (fishing ground). Penetapan “hari baik”

berdasarkan kepercayaan yang diyakininya juga tertampilkan.

Hari senin dan kamis merupakan hari yang dipercayai oleh

masyarakat nelayan di desa ini sebagai “hari baik” untuk

melakukan “assawakung”.Mereka percaya, bahwa kesalahan dalam

penentuan waktu pemberangkatan dapat menimbulkan hal yang

fatal. Oleh karena itu pencatatan waktu pemberangkatan harus

diperhitungkan secara cermat dan teliti mungkin. Penentuan

hari baik dan hari jelek berdasarkan pada tradisi dan

kebiasaan yang sudah lama dipertahankan atau berdasarkan pada

tradisi dan kebiasaan yang sudah lama dipertahankan atau

berdasarkan pengalaman yang berlangsung kali teruji

kebenarannya, seperti hari pemberangkatan sedapat mungkin

20

hari selasa, rabu, sabtu, dan minggu. Selain hari itu

merupakan pantangan untuk dijadikan sebagai hari

pemberangkatan.

c) Pengetahuan tentang awan: kondisi awan juga menjadi pedoman

bagi nelayan torani dalam melakukan aktivitasnya, seperti:

bila awan tidak bergerak tetap pada posisinya berarti teduh

dan angin tidak bertiup kencang, bila awan bergerak selalu

berubah-ubah bentuk berati akan ada angin kencang atau badai,

bila arah awan gelapnya dari barat akan menuju timur berarti

akan datang hujan atau badai.

d) Pengetahuan tentang bintang (mamau) dan Bulan : tanda lain

yang sering juga diperhatikan adalah dengan melihat bintang,

seperti; bintang porong-porong akan terjadi musim barat,

bintang tanra tellu akan terjadi hujan lebat, bintang

wettiung menjadi pedoman berlayar, bintang mano dan

sebagainya.

e) Pengetahuan tentang petir dan kilat: petir dan kilat dimaknai

suatu kekuatan bertujuan untuk mengusir/mengejar setan dilaut

yang menganggu nelayan beraktivitas. Oleh karena itu, setiap

ada petir maupun kilat nelayan-nelayan patorani menghentikan

aktivitas sejenak lalu membaca doa keselamatan.

f) Pengetahuan tentang gugusan karang (sapa) : pengetahuan

mengenai keberadaan gugusan karang (sapa) melalui tanda-tabda

seperti; adanya pantulan sinar matahari yang nampak kelihatan

bercahaya, keadaan ombak disekitar karang tenang dan tidak

21

berarus, adanya gerombolan burung yang terbang rendah dengan

menukik dan berkicau.

g) Pantangan (pamali) yang berkaitan dalam aktivitas pelayaran:

hal-hal yang harus dihindari selama aktivitas pelayaran

menurut kepercayaan nelayan adalah; tidak boleh bersiul-siul

karena akan mengundang datangnya angin, dilarang mencelupkan

alat-alat dapur di laut karena dapat mendatangkan badai,

dilarang menghalagi atau menegur jalan seorang nelayan

apabila hendak menuju ke perahu, dilarang memanggil orang

yang berada di daratan apabila sedang berada di atas perahu,

dilarang takabbur atau bicara hal-hal yang tidak sopan karena

mengundang datangnya ikan hiu, dilarang tidur tengkurap atau

tiarap selama berlayar.

Sistem pengetahuan lokal nelayan patorani sarat dengan

pola-pola yang mempraktekkan sistem pengetahuan tradisional

yang bersumber dari pengalaman yang diturunkan dari generasi

ke generasi. Bertahannya sistem pengetahuan lokal disebabkan

oleh kuatnya kepercayaan bagi nelayan patorani yang memandang

nilai keseimbangan mikro kosmos terhadap makrokosmos sesuatu

yang fundamental dalam interaksi manusia dan alam fisik.

22

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Pada dasarnya kebudayaan manusia atau masyarakat

dipengaruhi oleh beberapa unsur, salah satunya

adalah pengetahuan. Sebagai makhluk berakal manusia

menggunakan pengetahuan untuk menjawab berbagai

persoalan hidup dengan cara yang diyakininya

sehingga cara tersebut dianut secara turun temurun

dalam suatu masyarakat dan menjadi seuatu

kebudayaan.

Masyarakat pesisir pada umumnya mempunyai

kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat non

pesisir karena adanya perbedaan kebutuhan dan

kondisi lingkungan. Pengetahuan masyarakat pesisir

yang identik dengan pengetahuan nelayan atau

penangkap ikan cenderung mengarah kepada pengetahuan

pelayaran, pengetahuan mengenali cuaca dan kondisi

alam serta pengetahuan tentang lingkungan sosial

masyarakat pesisir. Pengetahuan-pengetahuan tersebut

dianut masyarakat pesisir sebagai suatu cara untuk

23

memenuhi kebutuhan mereka yang kemudian

diaplikasikan dalam suatu tindakan atau tata

kelakuan yang memasyarat dan akhirnya menjadi suatu

budaya masyarakat pesisir.

24

DAFTAR PUSTAKA

Herminanto and winarno. 2013. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar . Jakarta : Bumi Aksara

Buku Ajar Sosial Budaya Maritim. Makassar:UPT.MKU Unhas.

Hanapi Usman,dkk. 2013.Buku Ajar Wawasan Ipteks.Makassar:UPT.MKU Unhas. 

Sulviyana, dkk. 2012. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir.

Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo Kendari.

http://triachia.blogspot.com/2013/10/masyarakat-pesisir-ditinjau-dari-

segi.html

25