Islamisasi Ilmu Pengetahuan

49
Islamisasi Ilmu Pengetahuan Hari Widada

Transcript of Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Hari Widada

Desakralisasi Ilmu Pengetahuan

Pro-Kontra Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Aksi dari Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Sebuah proses yang panjang

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer

Desakralisasi Ilmu Pengetahuan

Seyyed Hossein NasrSyed Muhammad Naquib al-AttasIsmail Raji al-Faruqi

Kritik terhadap Sains Modern yang sekular:

1.Pandangan sekular tentang alam semesta yang melihat tidak ada jejak Tuhan di dalam keteraturan alam. Alam bukan lagi sebagai ayat-ayat Alah tetapi entitas yang berdiri sendiri.

2. Alam yang digambarkan secara mekanistis bagaikan mesin dan jam. Alam menjadi sesuatu yang bisa ditentukan dan diprediksikan secara mutlak-yang menggiring kepada munculnya masyarakat industri modern dan kapitalisme.

3. Rasionalisme dan empirisisme.

4. Warisan dualisme Descartes yang mengandaikan sebelumnya pemisahan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui.

5. Eksploitasi alam sebagai sumber kekuatan dan dominasi.

(Ibrahim Kalin, The philosophy of Seyyed Hossein Nasr, 453).

Seyyed Hossein Nasr (1933)

Akar dari kemunduran umat Islam dalam berbagai dimensi karena dualisme sistem pendidikan. Dalam pandangannya mengatasi dualisme sistem pendidikan inilah yang merupakan tugas terbesar kaum Muslimin pada abad ke-15 H. Pada satu sisi, sistem pendidikan Islam mengalami penyempitan dalam pemaknannya dalam berbagai dimensi, sedangkan pada sisi yang lain, pendidikan sekular sangat mewarnai pemikiran kaum Muslimin.

Ismail Raji al-Faruqi (1921-1986)

Tantangan terbesar yang dihadapi kaum Muslimin adalah ilmu pengetahuan modern yang tidak netral telah merasuk ke dalam praduga-praduga agama, budaya dan filosofis, yang sebenarnya berasal dari refleksi kesadaran dan pengalaman manusia Barat. Jadi, ilmu pengetahuan modern harus diislamkan.

Syed Muhammad Naquib al-Attas (1931)

Syed Muhammad Naquib al-Attas:Westernisasi ilmu telah mengangkat keraguan dan dugaan ke tahap metodologi ‘ilmiah ’ dan menjadikannya sebagai alat epistemologi yang sah dalam keilmuan.

Westernisasi ilmu bukan dibangun di atas Wahyu dan kepercayaan agama, tetapi dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, berubah terus menerus.

DEWESTERNISASI ILMU PENGETAHUAN

Syed Muhammad Naquib al-Attas:

Ilmu pengetahuan Barat-modern dibangun di atas visi intelektual dan psikologis budaya dan peradaban Barat.(1)Akal diandalkan untuk membimbing kehidupan

manusia;(2)bersikap dualistik terhadap realitas dan

kebenaran;(3) menegaskan aspek eksistensi yang

memproyeksikan pandangan hidup sekular;(4)membela doktrin humanisme; dan (5)menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-

unsur yang dominant dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan.

DEWESTERNISASI ILMU PENGETAHUAN

Syed Muhammad Naquib al-Attas:Wahyu merupakan sumber ilmu tentang realitas dan kebenaran akhir berkenaan dengan makhluk ciptaan dan Pencipta.Wahyu merupakan dasar kepada kerangka metafisis untuk mengupas filsafat sains sebagai sebuah sistem yang menggambarkan realitas dan kebenaran dari sudat pandang rasionalisme dan empirisisme.

DEWESTERNISASI ILMU PENGETAHUAN

Syed Muhammad Naquib al-Attas:“Tanpa Wahyu, ilmu sains dianggap satu-satunya pengetahuan yang otentik (science is the sole authentic knowledge) dan ilmu pengetahuan hanya dikaitkan dengan fenomena. Akibatnya, kesimpulan kepada fenomena akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Tanpa Wahyu, realitas yang dipahami hanya terbatas kepada alam nyata ini yang dianggap satu-satunya realitas.”

DEWESTERNISASI ILMU PENGETAHUAN

Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer: S. M. N. Al-Attas

• Ilmu-ilmu modern harus diperiksa dengan teliti. Ini mencakup metode, konsep, praduga, simbol, dari ilmu modern; beserta aspek-aspek empiris dan rasional, dan yang berdampak kepada nilai dan etika; penafsiran historisitas ilmu tersebut, bangunan teori ilmunya, praduganya berkaitan dengan dunia, dan rasionalitas proses-proses ilmiah, teori ilmu tersebut tentang alam semesta, klasifikasinya, batasannya, hubung kaitnya dengan ilmu-ilmu lainnya serta hubungannya dengan sosial harus diperiksa dengan teliti.

KONTRA ISLAMISASI ILMU

FAZLUR MUHSIN ABDUS ABDUL BASSAMRAHMAN MAHDI SALAM KARIM TIBI SORUSH

Kontra atas Islamisasi Ilmu• Konsep Ilmu menurut Fazlur Rahman:• Ilmu pengetahuan tidak bisa diislamkan karena tidak ada yang buruk di dalam ilmu pengetahuan. Masalahnya hanya dalam menyalahgunakan.

• Ilmu pengetahuan memiliki dua kualitas, seperti “senjata bermata dua” yang harus digunakan dengan hati-hati dan bertanggung-jawab sekaligus sangat penting menggunakannya secara benar ketika memperolehnya

Kontra Islamisasi Ilmu Pengetahuan

• Konsep ilmu dalam pandangan Fazlur Rahman adalah relatif.

• “It is obviously not necessary that a certain interpretation once accepted must continue to be accepted; there is always both room and necessity for new interpretations, and this is, in truth, an ongoing process.”

• (Islam and Modernity, 145).

Kontra atas Islamisasi Ilmu• Abdus Salam:• “Hanya ada satu sains universal, problem-problemnya dan bentuk-bentuknya adalah internasional dan tidak ada sesuatu seperti sains Islam sebagaimana tidak ada sains Hindu, sains Yahudi atau sains Kristen.” (There is only one universal science, its problems and modalities are international and there is no such thing as Islamic science just as there is no Hindu science, no Jewish science, nor Christian science)

Kontra atas Islamisasi Ilmu

• Bassam Tibi:• Islamisasi ilmu pengetahuan juga dianggap sebagai pribumisasi (indigenization).

• Islamisasi ilmu adalah tanggapan dunia ketiga kepada klaim universalitas ilmu pengetahuan Barat. Islamisasi adalah penegasan kembali lokalitas menentang ilmu pengetahuan global yang menginvasi.

Kontra atas Islamisasi Ilmu

• Abdul Karim Sorush:• Islamisasi ilmu pengetahuan adalah tidak logis atau tidak mungkin (the impossibility or illogicality of Islamization of knowledge). Alasannya, Realitas bukan Islami atau bukan pula tidak Islami. Kebenaran untuk hal tersebut bukan Islami atau bukan pula tidak Islami. Oleh sebab itu, Sains sebagai proposisi yang benar, bukan Islami atau bukan pula tidak Islami. Para filosof Muslim terdahulu tidak pernah menggunakan istilah filsafat Islam. Istilah tersebut adalah label yang diberikan oleh Barat (a western coinage).

Kontra atas Islamisasi Ilmu

• Abdul Karim Sorush: • (1) metode metafisis, empiris atau logis adalah independent dari Islam atau agama apa pun. Metode tidak bisa diislamkan; (2) Jawaban-jawaban yang benar tidak bisa diislamkan. Kebenaran adalah kebenaran dan kebenaran tidak bisa diislamkan; (3) Pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang diajukan adalah mencari kebenaran, sekalipun diajukan oleh Non-Muslim; (4) Metode yang merupakan presupposisi dalam sains tidak bisa diislamkan.

Sains Sakral Kebenaran ada dalam semua tradisi

Konsep ManusiaIntelek dan Rasio

Seyyed Hossein Nasr: Makna IslamIslam merujuk kepada dua makna. Pertama, Islam yang bermakna kepada agama yang diwahyukan melalui al-Qur’an. Kedua, Islam dalam makna yang lebih umum, yaitu bermakna agama saja. (In a particular sense Islam refers to the religion revealed through the Quran but in a more general sense it refers to religion as such).

« Muslim » mengandung tiga level makna yang berbeda. Pertama siapa saja yang menerima wahyu Tuhan adalah seorang ‘Muslim ‘ dalam makna yang paling universal, terlepas apakah dia itu seorang Mulim, Kristen, Yahudi, Majusi ataupun Hindu. Kedua, ‘Muslim’ bermakna seluruh makhluk di alam semesta yang menerima Hukum Tuhan yang di dunia Barat dikenal dengan ‘hukum alam’. Ketiga, ‘Muslim’ bermakna yang merujuk kepada para wali dan inilah makna yang paling tinggi.

“Tuhan tidak mengirim kebenaran-kebenaran yang berbeda kepada para Nabi-Nya yang banyak tetapi ungkapan-ungkapan dan bentuk-bentuk yang berbeda dari kebenaran mendasar tentang Tauhid. Nabi Ibrahim as merupakan simbol kesatuan tradisi Yahudi, Kristen dan Islam, dimana anggota-anggota komunitas Ibrahim (Abrahamic community) berasal. Yahudi, Kristen dan Islam berasal dari tradisi Ibrahim (Abrahamic tradition). Yahudi dianggap sebagai tradisi pertama tradisi Ibrahim.”

“Islam merupakan manifestasi ketiga dari tradisi Ibrahim.” (…the third great manifestation of the Abrahamic tradition, after Judaism and Christianity).

Seyyed Hossein NasrAgama-Agama Samawi

mensejajarkan Islam dengan agama Yahudi dan Kristen sebagai satu kelompok agama yang bersumber kepada kepercayaan agama Ibrahim, yang ketiga-tiganya berasal dari Allah melalui Nabi Musa as, ‘Isa as dan Muhammad saw. Padahal, hanya ada satu agama yang berasal dari agama Ibrahim, yaitu agama Islam, yang dulunya dikenal dengan Din al-Fitrah. Jadi, Islam bukanlah agama yang terakhir (the ‘last religion’), setelah agama Yahudi dan Kristen. Namun, Islam adalah satu-satunya agama samawi yang asli yang diturunkan kepada manusia untuk setiap masa dan tempat. Islam adalah satu-satunya agama wahyu. Islam adalah satu-satunya agama samawi yang dibawa oleh semua nabi-nabi terdahulu, baik nabi Ibrahim, Musa ataupun ‘Isa. Dengan datangnya Muhammad saw, agama samawi ini akhirnya disahkan Allah sebagai agama-Nya dengan nama Islam. Agama Yahudi dan Kristen bukanlah termasuk agama samawi. Keduanya adalah agama budaya.

Seyyed Hossein Nasr

ا ن�� أ� ا ل أ�� له أ�� لا ه ن�� أ� ه� ي� ل� أ�� ي� وح� ن�� ا ل أ�� ول رس� ن� م�� ك" ل� ب% ق�' ن� م�� ا لن� رس� أ� ا دون�وم� ن% اع� ف��Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (Al-Anbiya 21: 25).

Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, Karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Al-Baqarah 2: 213).

ل ز4 ن�� وأ� ن� ي�� ر� � د4 ن� وم� ن� ي�8 ر� ش:� ب% م� ي<ن� � ن� ب@� أل�ن� أهلل عث: ب% ق�� دة' وأح�� ه' م أ� اس أل�ن� ان� ك�ه� ي� ق�� لف� ب' أخ�� ا وم� ه� ي� ق�� وأ لف� ب' أخ�� ما ي� ق�� اس� أل�ن� ن� ي< ب�% م ك ح ي� ل�� � ق' ح ال� ن�%� اب% ن' ك� أل� عهم م� أهلل هدى ف�� هم ن� ب< ب�@ ا ن� ع� ب�% اب' ب� � ب< ن% أل� هم اءت�' ح�% ا م� عد� ب�% ن� م�� وة ون�' أ� ن� ي�8 � د� أل� ا ل أ��

اء ش: ي�� ن� م� ى� هد� ت�� وأهلل ه� � ن�� ذ� �pا ن�@� � ق' ح أل� ن� م�� ه� ي� ق�� وأ لف� ب' أخ�� ما ل�� وأ ن� م� sأ ن� ي�8 � د� أل�م ي� ق'� سب' م� رأط ص� لى أ��

Allah berfirman yang artinya:

Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Al-Nahl: 16: 36)

هم ن� ف��م� وب' اغ� أل�ط وأ ن% ب4 ب' وأخ�% أهلل دوأ ن% أع� � ن� أ� ولا رس� ه' م أ� ل� ك� ي� ف�� ا ب� عث: ب�% د ق' � ول� رض� ألا� ي� ف�� روأ ي� س� ق�� لاله' أل�ض� ه� لي� ع� ث' ق' ح� ن� م� هم ن� وم�� أهلل دى ه� ن� م�ي<ن� ب�%� � د� مك أل� ة� ي% اق�' ع� ان� ك� ف� ب� ك� روأ ظ� ان�� ف��

• Allah mengingatkan "Bahwa ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya" (Q.s. al-An'am: 153).

عوأ ب% ب� ب�� ولا عوة ب% ات�' ف�� ما ي� ق' م�سب' صرأط�ي أ ه�د� ن� وأ�له ن� س�ب@ ع�ن� كم ن�% ف�رق' ب' ق�� ل أل�سن%

Allah berfirman:

ا ف�' د� ض م� م ك ن� ل� أ�� � أهلل ول رس� ى� �� ن� أ�� ل ن� ت�8 سرأ أ�� ي� ن4� ت�@ ا ن�� م مري�� ن� أي�% سي ي� ع�� ال ف�' ذ� وأ��ا لم ف�� مد ح� أ� مه أس� ى� عد� ب�% ن� م�� ى� �' ن8 ا� ن�� ول ن�%�زس� رأ ش:� ب% وم� ورأة'� أل�ن' ن� م�� دى� ن�� ن� ي< ب�% ما ل��

ي<ن� ن%� م� ح©ر س�� أ د� ه� وأ ال� ف�' � اب' ب� � ب< ن% ال� ن�%� م اءه� ح�%Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata.“ (Al-Saff: 6)

Seyyed Hossein Nasr • Menolak sekularisasi dan desakralisasi ilmu pengetahuan

• Mengartikulasikan kembali warisan S & T Islam sebagai contoh Islamisasi S & T modern

• Saintis Muslim terdahulu mengadaptasikan S & T kuno dan menyesuaikanya dengan pandangan alam/hidup Islam untuk menciptakan S & T yang Islami.

Seyyed Hossein Nasr:• An Introduction to Islamic Cosmological Doctrines: Conceptions of Nature and Methods Used for its Study by the Ikhwan al-Shafa, al-Biruni and Ibn Sina (1964)

• Science and Civilization in Islam (1968)• Islamic Science: An Illustrated Study (1976)

• Knowledge and the Sacred (1981)• Man and Nature (1987)• The Need for a Sacred Science (1993)

Seyyed Hossein Nasr• Tawhid digunakan sebagai dasar untuk integrasi alam tabi’i (natural world)

• Alam tabi’i sebagai tanda kepada Realitas Absolut

• Mengimani kepada multi-eksistensi seperti alam tabi’i, alam yang tidak tampak, dll.

• Sains sakral dibangun di atas konsep kesatuan transendent agama-agama yang termanifestasikan dalam ruang dan waktu yang berbeda.

• Phytagoras dan Plato mengekspresikan kebenaran dalam semua agama. Oleh sebab itu, mereka berada dalam alam Islami dan tidak dianggap asing kepadanya. (Knowledge and the Sacred, 71-72).

• Tradisionalisasi sains atau sains sakral.

Seyyed Hossein Nasr

Ismail Raji al-Faruqi menyimpulkan solusi terhadap persoalan sistem pendidikan dualisme yang terjadi dalam kaum Muslimin saat ini adalah dengan Islamisasi ilmu pengetahuan. Sistem pendidikan harus dibenahi dan dualisme sistem pendidikan harus dihapuskan dan disatukan dengan jiwa Islam dan berfungsi sebagai bagian yang integral dari paradigmanya. Paradigma tersebut bukan imitasi dari Barat, bukan juga untuk semata-mata memenuhi kebutuhan ekonomis dan pragmatis pelajar untuk ilmu pengetahuan profesional, kemajuan pribadi atau pencapaian materi. Sistem pendidikan harus diisi dengan sebuah misi, yang tidak lain adalah menanamkan visi Islam, menancapkan hasrat untuk meralisasikan visi Islam dalam ruang dan waktu.

Geneaologi Gagasan Islamisasi Ilmu Ismail Raji al-Faruqi

(l.1921)I.R. al-Faruqi mengundang S. M. N. Al-Attas pada tgl 22-24 April 1976 sebagai pembicara utama pada forum Association of Muslim Social Scientists (AMSS) di Philadelphia.

I. R. Al-Faruqi meminta S. M. N. Al-Attas menulis buku Dialogue with Secularism pada tanggal 17 Februari 1976.

Geneaologi Gagasan Islamisasi Ilmu Ismail Raji al-Faruqi (l.1921)

Menyampaikan gagasan “Islamizing the Social Sciences” pada Konferensi Dunia Pertama Pada tahun 1977.

Mendirikan International Institute of Islamic Thought (IIIT) pada tahun 1981.

Menulis The Islamization of Knowledge (IIIT: 1982).

Menulis Tawhid: Its Implications for Thought and Life (1982)

Gagasan Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi

• Akar dari persoalan ummat: politik, ekonomi, agama, budaya dan pendidikan.

• Memfokuskan pada ilmu-ilmu sosial

• (Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences)

• Islamisasi dibagun di atas konsep Tawhid, Penciptaan, Kebenaran dan Ilmu Pengetahuan Kehidupan dan Kemanusiaan.

Sains dalam pandangan Ismail Raji Al-Faruqi

• Pendekatan hukum • Berdasarkan kepada usul fiqh dan teks Qur’an/Hadits

• Berguna untuk menentukan hukum dan etika dari produk sebuah sains tetapi bukan isi sains tersebut.

Sistem pendidikan di dunia Muslim saat ini selain terpengaruh dengan ilmu sekular juga memiliki kekurangan dan kelemahan internal. Kekurangan metodologi tradisional selanjutnya diatasi dengan prinsip-prinsip metodologi Islam seperti Tawhid (The Unity of Allah), kesatuan penciptaan (The Unity of Creation), Kesatuan Kebenaran dan Kesatuan Ilmu Pengetahuan (The Unity of Truth and the Unity of Knowledge) dan Kesatuan Kehidupan (The Unity of Life).

(1) menguasai disiplin-disiplin ilmu pengetahuan

(2) mensurvey disiplin-disiplin ilmu pengetahuan

(3) menguasai warisan Islam: antologi

(4) menguasai warisan Islam: analisis

(5) menetapkan relevansi Islam kepada disiplin-displin(6) menilai kritis disiplin-disiplin modern

(7) menilai kritis warisan Islam(8) mensurvei problem-problem utama ummat

(9) mensurvei problem-problem utama manusia

(10) analisa kreatif dan sintesis

(11) buku-buku teks Universitas

(12) penyebaran ilmu pengetahuan Islam.

(1)menguasai disiplin-disiplin ilmu pengetahuan

(2) mensurvey disiplin-disiplin ilmu pengetahuan

(3) menguasai warisan Islam: antologi

(5) menetapkan relevansi Islam kepada disiplin-displin

(6) menilai kritis disiplin-disiplin modern(7) menilai kritis warisan Islam

(8) mensurvei problem-problem utama ummat

(9) mensurvei problem-problem utama manusia

(10) analisa kreatif dan sintesis

(11) buku-buku teks Universitas

(12) penyebaran ilmu pengetahuan Islam.

Ilmu Pengetahuan Barat Warisan Islam

Menguasai disiplin ilmu pengetahuan substansif

menguasai teknnik-teknik analitis dan sintetis

Buku-buku teks Universitas

Ilmu Pengetahuan Barat Warisan Islam

Metode-metode Barat

Metode-Metode

Metode-metode Usul

Ilmu pengetahuan Islam

Ilmu Pengetahuan Barat Warisan Islam

Menguasai disiplin ilmu pengetahuan substansif oleh sarjana-Sarjana individu

menguasai teknnik-teknik analits dan sintetis oleh sarjana-sarjana individu

Buku-buku teks Universitas

Review kritis oleh komunitas ilmiah Muslim

Ilmu pengetahuan Islam

International Institute of Islamic Thought di Herndon, Virginia, pada tahun 1981.International Islamic University, Malaysia (1983)Fakultas Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences.Penambahan Kurikulum dalam studi Islam di semua fakultas yang ada.The American Journal of Islamic Social Sciences (Diterbitkan bersama oleh Asosiasi Sarjana-Sarjana Sosial dan International Institute of Islamic Thought) dan diterbitkan secara simultan di Washington DC, Kuala Lumpur dan Islamabad, Pakistan.

Ismail Raji al-Faruqi:

Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer: S. M. N. Al-Attas

Pra-syarat Islamisasi ilmu• Seseorang yang mengislamkan ilmu perlu memenuhi pra-syarat, yaitu ia harus mampu mengidentifikasi pandangan-hidup Islam (the Islamic worldview) sekaligus mampu memahami budaya dan peradaban Barat.

Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer: S. M. N. Al-Attas

• Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer melibatkan dua proses:

• (i) mengisoliir unsur-unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk budaya dan peradaban Barat (5 unsur yang telah disebutkan sebelumnya), dari setiap bidang ilmu pengetahuan modern saat ini, khususnya dalam ilmu pengetahuan humaniora. Bagaimanapun, ilmu-ilmu alam, fisika dan aplikasi harus diislamkan juga khususnya dalam penafsiran-penafsiran akan fakta-fakta dan dalam formulasi teori-teori.

Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer: S. M.

N. Al-Attas

• (ii) memasukkan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dalam setiap bidang dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevant.

Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer: S. M. N. Al-Attas

• Membebaskan manusia dari magik, mitologi, animisme, tradisi budaya nasional yang bertentangan dengan Islam, dan kemudian dari kontrol sekular kepada akal dan bahasanya.

• membebaskan akal manusia dari keraguan (shakk), dugaan (Ðann) dan argumentasi kosong (mira’) menuju keyakinan akan kebenaran mengenai realitas spiritual, intelligible dan materi

Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer: S. M. N. Al-Attas

• Mengeluarkan penafsiran-penafsiran ilmu pengetahuan kontemporer dari ideologi, makna dan ungkapan sekular.

Syed Muhammad Naquib al-Attas mendirikan International Institute of Islamic Thought and Civilization pada tahun 1989 dan ia memimpinnya hingga 13 Oktober 2002.

Jurusan:Islamic ThoughtIslamic ScienceIslamic Civilization