Pengertian deterjen dan manfaatnya

21
Pengertian deterjen dan manfaatnya Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut: 1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu: a. Anionik : -Alkyl Benzene Sulfonate -Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS) -Alpha Olein Sulfonate (AOS) b. Kationik : Garam Ammonium c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines 2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. a. Phosphates : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP) b. Acetates : – Nitril Tri Acetate (NTA) - Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA) c. Silicates : Zeolith d. Citrates : Citrate acid 3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh : Sodium sulfate

Transcript of Pengertian deterjen dan manfaatnya

Pengertian deterjen dan manfaatnya

Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang

terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk

terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain

mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh

kesadahan air.

Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:

1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang

mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe

(suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan

air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan

bahan.

Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:

a. Anionik : -Alkyl Benzene Sulfonate

-Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)

-Alpha Olein Sulfonate (AOS)

b. Kationik : Garam Ammonium

c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle

d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari

surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.

a. Phosphates : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)

b. Acetates : – Nitril Tri Acetate (NTA)

- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)

c. Silicates : Zeolith

d. Citrates : Citrate acid

3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai

kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.

Contoh : Sodium sulfate

4. Additives adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk

lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak

berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan

lebih untuk maksud komersialisasi produk.

Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose

(CMC).

Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas

dalam bentuk produk-produk seperti:

1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti

sampo, sabun cuci tangan, dll.

2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang

paling populer di masyarakat.

3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik

untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.

4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai,

pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.

Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel

pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang

menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-

alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan

lagi. Oleh karena banyaknya manfaat penggunaan deterjen, sehingga

menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

masyarakat modern.

 Dampak§ negatif dibalik manfaat deterjen

Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan

sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada

deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan

maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni

surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan

tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.

Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban

alami yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas

permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia

hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kima dengan

kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada

kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan

dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang

terdapat dalam deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses

klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa

kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.

Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri

deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko

tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan

bahan lain yaitu LAS.

Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia

aman di lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai

(biodegradable). ABS dalam lingkungan mempunyai tingkat biodegradable

sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai ‘non-

biodegradable’. Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat

terurai, sekitar 50% bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk

dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat menimbulkan masalah keracunan

pada biota air dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai karakteristik

lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS

mempunyai gugus alkil lurus / tidak bercabang yang dengan mudah dapat

diurai oleh mikroorganisme.

Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak

insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan

terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun.

Keberadaan busa-busa di permukaan air menjadi salah satu penyebab

kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut.

Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan

dapat menyebabkan kematian.

Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen

adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk

deterjen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan

air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi

softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Phosphate

yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate

(STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya

merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup.

Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan

pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air,

sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae

(phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.

Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat

dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan

pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya.

Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam deterjen telah dilarang.

Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate

sebagai builder dalam deterjen.

§ Pemilihan produk

Kesadaran masyarakat pengguna deterjen akan dampak dibalik manfaat

deterjen perlu ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam mengurangi

dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan deterjen sangat

diharapkan. Banyaknya pilihan produk yang diinformasikan melalui iklan

memang bisa menguntungkan konsumen. Tetapi konsumen tetap perlu

berhati-hati, karena kesalahan memilih produk akan merugikan konsumen

sendiri.

Sebaiknya konsumen memilih deterjen yang pada kemasannya mencantumkan

penandaan nama dagang, isi / netto, nama bahan aktif, nama dan alamat

pabrik, nomor ijin edar, nomor kode produksi, kegunaan dan petunjuk

penggunaan, juga tanda peringatan serta cara penanggulangan bila

terjadi kecelakaan. Selain itu dianjurkan bagi konsumen untuk memilih

produk yang mencantumkan bahan aktif yang lebih aman dan ramah

lingkungan. Informasi mengenai produk ramah lingkungan dapat dilihat

pada label baik berupa logo hijau maupun klaim ramah lingkungan. Selain

itu produsen sebaiknya memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai

produknya.

Takaran penggunaan deterjen§ 

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam menggunakan

deterjen adalah cara penggunaan yang benar. Pada beberapa deterjen

bubuk ternyata terdapat petunjuk yang tidak tepat. Yaitu ketika

konsumen dianjurkan menggunakan takaran genggam. Hal ini sungguh

berisiko karena deterjen bersifat basa yang berarti korosif terhadap

kulit. Apalagi jika kulit pengguna bersifat sensitif, maka takaran

deterjen yang menggunakan istilah ‘genggam’ tersebut akan langsung

memberikan reaksi pada kulit berupa gatal, mengering dan pecah-pecah.

Selain itu, takaran genggam bukan ukuran yang bersifat pasti, karena

hanya berupa kira-kira yang sangat tergantung kepada ukuran tangan

seseorang. Jadi kecenderungan konsumen untuk menggunakan berlebihan

memang besar. Disamping itu, karena slogan-slogan pada iklan produk

deterjen baik di media elektronik maupun media cetak, timbul persepsi

konsumen bahwa busa banyak bisa mencuci lebih bersih. Padahal busa yang

terlalu banyak bukan berarti deterjen menjadi lebih efektif, malah

sebaliknya, daya cucinya terhambat. Selain itu keberadaan busa-busa di

permukaan badan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air

terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan

menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan

kematian.

Oleh karena itu sebaiknya konsumen menggunakan takaran khusus untuk

deterjen dan produsen menyediakan alat takar tersebut di dalam kemasan

produknya.

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat.

Rantai hidrokarbon, R, di dalam molekul sabun di atas mungkin adalah rantai hidrokarbon yang lurus atau rantai hidrokarbon yang bercabang.

Detergen sudah sangat akrab di kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga. Detergen digunakan untuk mencuci pakaian. Untuk menyempurnakan kegunaannya, biasanya pabrik menambahkan Natrium Perborat, pewangi, pelembut, Naturium Silikat, penstabil, Enzim, dan zat lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi diantara zat-zat tersebut ada yang tak bisa dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme sehingga otomatis menyebabkan pencemaran lingkungan. Apabila air yang mengandungi detergen dibuang ke dalam air, tercemarlah air dan pertumbuhan Alga yang sangat cepat. Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen dalam air berkurangan dan otomatis ikan, tumbuhan laut, dan kehidupan air lainnya mati. Selain itu limbah

Detergen juga menyebabkan pencemaran tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanahyang mengakibatkan tanaman serta hidupan tanah termasuk cacing mati. Padahal cacingbisa menguraikan limbah organik, non organik & menyuburkan tanah.

Bahan utamanya ialah garam natrium yaitu asam organik yang dinamakan asam sulfonik.Asam sulfonik yang digunakan dalam pembuatan detergen merupakan molekul berantai panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per molekul.

Detergen pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium dari alkyl hydrogen sulfat. Alkohol berantai panjang dibuat dengan cara penghidrogenan lemak dan minyak.

Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil hydrogen sulfat yang kemudian dinetralkan dengan basa.

Natrium lauril sulfat adalah detergen yang baik. Karena garamnya berasal dari asam kuat, larutannya hampir netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam larutannya, sehingga dapat dipakai dengan air lunak atau air sadah. Pada masakini, detergen yang umum digunakan adalah alkil benzenasulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui tiga tahap. Alkena rantai lurus dengan jumlah karbon 14-14 direaksikan dengan benzena dan katalis Friedel-Craft (AlCl3 atau HF) membentuk alkilbenzena. Sulfonasi dan penetralan dengan basa melengkapi proses ini.Rantai alkil sebaiknya tidak bercabang. Alkil benzenasulfonat yang bercabang bersifat tidak dapat didegradasi oleh jasad renik (biodegradable). Detergen ini mengakibatkan masalah polusi berat pada tahun 1950-an, yauti berupa buih pada unit-unit penjernihan serta disungai dan danau-danau. Sejak tahun 1965, digunakan alkil benzenasulfonat yang tidak bercabang. Detergen jenis ini mudah didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme dan tidak berakumulasi dilingkungan kita.

PENGERTIAN

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan

membersihkan. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun

secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh

air bersih.

Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk

membantu pembersihan. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai

keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik.

SIFAT-SIFAT SABUN :

1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga

akan dihidrolisis parsial oleh air yang menyebabkan larutan

sabun dalam air bersifat basa.

2. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan

buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Sabun

dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam

air mengendap.

3. Sabun mempunyai sifat membersihkan

SIFAT-SIFAT DETERJEN :

1. Dapat melarutkan lemak

2. Tak dipengaruhi kesadahan air

KEGUNAAN

Deterjen dan sabun digunakan sebagai pembersih karena air murni

tidak dapat menghapus atau menghilangkan kotoran pakaian/barang yang

berminyak, atau terkena pengotor organik lainnya. Pada dasarnya,

sabun dan deterjen memungkinkan minyak dan air untuk bercampur

sehingga kotoran berminyak dapat dihilangkan selama pencucian.

PEMBUATAN SABUN

1. Alat-alat yang digunakan

    a. Neraca

    b. Termometer

    c. Beaker glass

    d. Pengaduk

    e. Cetakan sabun

2. Bahan-bahan yang dibutuhkan

    a. Minyak kelapa

    b. Aquades

    c. NaOh

    d. Pewangi

3. Cara Pembuatan

    a. Melarutkan NaOH

    b. Panaskan minyak kelapa sampai suhu 600 C

    c. Masukkan larutan NaOH ke dalam minyak pada suhu 550C

    d. Aduk hingga mengental

    e. Masukkan pewangi lalu diaduk

    f. Tuang dalam cetakan dan diamkan sampai mengeras

    g. Keluarkan sabun dari cetakan

    

PEMBUATAN DETERJEN

1. Alat-alat yang digunakan

    a. Wadah

    b. Pengaduk

    c. Saringan deterjen

2. Bahan-bahan yang dibutuhkan

    a. Sodium lauryl sulfonate

    b. Na2SO4 secukupnya

    c. NaHCO3 25%

    d. NaCO3 7%

    e. STPP / CMC secukupnya

    f. Pewangi secukupnya

3. Cara Pembuatan

    a. Sodium lauryl sulfonate ditambah dengan  NaHCO3 lalu aduk

    b. Campuran (1) ditambah  Na2CO3 lalu aduk

    c. Campuran (2) ditambah Na2SO4 lalu aduk

    d. Campuran (3) ditambah  STPP/CMC lalu aduk

    e. Setelah itu diayak dan keringkan

    f. Tambahkan pewangi secukupnya

    g. Deterjen siap dipasarkan

Bahan Baku untuk Pembuatan Deterjen:

1.  Bahan Aktif.

Bahan aktif ini merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan

ini harus ada dalam pembuatan deterjen. Secara kimia bahan kimia ini

dapat berupa sodium lauryl ether sulfat (SLES). SLES ini dikenal

dengan beberapa nama dagang dengan nama cottoclarin, texapone,

ataupun ultra SLES. Secara fungsional bahan mempunyai andil dalam

meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif ini mempunyai busa

banyak dan bentuknya gel translucent (pasta). Selain SLES, bahan

aktif dari sabun bubuk adalah garam Linear Alkyl Benzene Sulfonat

(LAS), bentuknya gel/pasta berwarna kuning muda. Fungsi LAS sama

seperti Ultra SLES, sebagai bahan pembersih utama pembuatan Sabun

Bubuk, dengan LAS, maka sabun bubuk akan lebih mudah dibilas/ kesat.

2.  Bahan pengisi

Bahan ini berfungsi sebagai bahan pengisi dari keseluruhan bahan

baku. Pemberian bahan pengisi ini dimaksudkan untuk memperbesar atau

memperbanyak volume. Keberadaan bahan ini dalam deterjen semata-mata

dilihat dari aspek ekonomis. Bahan pengisi deterjen disini

menggunakan Sodium Sulfat (Na2SO4).

3.  Bahan penunjang

Salah satu contoh bahan penunjang deterjen adalah soda abu (Na2CO3)

yang berbentuk serbuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi sebagai

meningkatkan daya bersih. Keberadaan bahan ini dalam deterjen tidak

boleh terlalu banyak, sebab dapat menimbulkan efek panas pada tangan

saat mencuci pakaian. Bahan penunjang lainnya adalah STPP (sodium

tripoly posphate) yang juga penyubur tanaman. Ini dapat dibuktikan

air bekas cucian disiramkan ke tanaman akan menjadi subur. Hal ini

disebabkan oleh kandungan fosfat yng merupakan salah satu unsur

dalam jenis pupuk tertentu.

4.  Bahan Tambahan (aditif)

Bahan tambahan ini sebenarnya tidak harus ada didalam pembuatan

deterjen. Namun demikian, produsen mencari hal-hal baru untuk

mengangkat nilai dari deterjen itu sendiri. Salah satu contoh bahan

tambahan ini adalah Enzym AR. Bahan ini berbentuk serbuk putih yang

berfungsi mencegah kotoran kembali ke pakaian (anti redeposisi).

5.  Bahan Pewangi/ Bibit Parfum

Keberadaan bahan wangi ini sangat penting keberadaannya, sebab suatu

deterjen dengan kualitas baik , Harum & Disukai Pelanggan. Parfum

untuk deterjen bentuknya cair kekuning-kuningan. Pemilihan parfum

ini sangat penting, karena biasanya konsumen selalu membau dulu

barang yang akan dibeli, baru mencoba untuk memakai produk tersebut.

6. Bahan Tambahan untuk membuat sabun yang kulitas istimewa:

Extrableach : Untuk Memutihkan Cucian yang khusus berwarna putih,

pemakiannya 3-10%

Lipozyme: Pembersih noda yang disebabkan oleh minyak, lemak & gemuk.

Dengan ditambah lypozyme, maka daya cuci sabun terhadap kotoran yang

mengandung minyak, lemak ataupun gemuk yang membandel akan lebih

mudah dibersihkan. Dosis pemakaian 2-10%.

Protease: Pembersih noda yang membandel disebabkan oleh protein,

seperti darah, kecap, susu, saos dll. Dengan ditambah Protease, maka

daya cuci sabun terhadap kotoran yang disebabkan protein seperti

darah, makanan bayi, susu, saos, kecap dll yang membandel akan lebih

mudah dibersihkan. Dosis Pemakaian 2-10%.

Bioenzyme (Bintik Biru) dosis pemakaian secukupnya.

Komposisi Pembuatan Deterjen:

1. Cottoclarin/Ultra Sles/Texapone 5-10%

2. LAS 5-10%

3. Na2SO4 10-20%

4. Na2CO3 35% - 50%

5. STPP 5-20 %

6. Enzym AR 2-10 %

7. Parfum secukupnya

Peralatan yang dibutuhkan : Wadah, pengaduk kayu, dan saringan

deterjen

Untuk meproduksi detergent dalam jumlah besar bisa menggunakan

POWDER MIXER

Cara Membuat Deterjen:

1. Cottoclarin + LAS diaduk rata

2. Semua Bahan Bahan Serbuk di aduk rata

3. (1) + (2) aduk rata

4. (3) + Bahan Tambahan

5. Diayak dan keringkan

6. Semprot dengan Parfum

7. Dikemas & Siap dipasarkan

Kata orang ada tiga hal yang pembuatannya tidak ingin mereka lihat,

yaitu: undang-undang, sosis dan sabun. Mengenai sabun, saya merasa

penting membahasnya sehubungan dengan profesi saya sebagai guru

mengingat hal ini merupakan materi pelajaran IPA SMP kelas 8.

Sabun yang dipakai buat bersih-bersih itu dibuat dalam keadaan yang

serba kotor, misalnya orang-orang Romawi membuat sabun dengan cara

mencampurkan kapur basah dengan abu kayu yang masih panas kemudian

diaduk sampai rata. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam

air panas lalu dicampur dengan beberapa potong lemak domba dan

dididihkan selama beberapa jam sampai terbentuk buih berwarna coklat

di atasnya. Selanjutnya campuran tersebut didinginkan sampai padat

lalu dipotong-potong. Itulah yang disebut sabun.

Saat ini banyak sekali macam sabun mulai dari yang padat, cream

ataupun bubuk dengan beraneka aroma wewangian. Ya, sabun masa kini

sudah sangat dimurnikan lalu ditambah dengan bahan pengisi, pewarna,

farfum, agen anti bakteri dan sebagainya.

Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan alkali (basa

kuat). Lemak merupakan senyawa organik sedangkan alkali merupakan

senyawa anorganik, sehingga molekul sabun mempunyai dua kaki yaitu:

sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-bahan

organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang

bergandengan dengan air. Itu sebabnya sabun mempunyai kemampuan

tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh atau

pakaian ke dalam air. Sifat inilah yang menyebabkan sabun digunakan

untuk bersih-bersih.

Selain sabun kita mengenal detergen. Detergen dibuat dari bahan LAS

atau ABS yang direaksikan dengan basa (natrium hidroksida). LAS

(Lauryl Alkyl Sulphonate) dan ABS (Alkyl Benzena Sulphonate)

merupakan produk berbahan dasar minyak bumi. Detergen yang dibuat

dari bahan dasar LAS lebih aman karena lebih mudah diuraikan oleh

mikroorganisme.

Baik sabun maupun detergen mengandung surfaktan (surface active

agents) yaitu suatu zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan air

sehingga air mudah membasahi permukaan benda kemudian menarik

kotoran benda tersebut ke dalam air. Surfaktan yang biasa digunakan

adalah sodium lauryl sulphate (SLS) atau sodium lauryl ether

sulphate (SLES) atau dapat juga digunakan sodium dodecyl sulphate

atau ammonium lauryl sulphate.

Perbedaan antara sabun dan detergen dalam penggunaannya adalah:

sabun lebih mudah diuraikan oleh bakteri sedangkan detergen sukar

diuraikan oleh bakteri pengurai. Kelebihan detergen dibanding sabun

adalah molekul tetergen tidak bereaksi dengan ion calsium dan ion

magnesium dalam air sadah sehingga detergen dapat digunakan untuk

mencuci dengan air sadah (air yang mengandung ion kalsium dan

magnesium).

Perbedaan sabun dan deterjen

Memang apa bedanya sabun dan deterjen? Jelas beda dong, sabun adalah

hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali.

Deterjen adalah campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang

memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media. Jadi kalau

kita disuruh membandingkan mana yang lebih baik deterjen atau sabun,

jelas beda fungsinya. Sabun biasanya digunakan untuk membersihkan

kotoran yang berhubungan langsung dengan kulit manusia seperti sabun

mandi/ sabun handsoap. Sedangkan, deterjen digunakan untuk

membersihkan pakaian, lantai dll yang tidak berhubungan dengan tubuh

manusia. Apa jadinya jika bahan untuk pembersih pakaian digunakan

untuk membersihkan kulit? Tentunya kulit manusia sangat berbeda

dengan cucian pakaian bukan?

Gliseryn

Dalam proses pembuatan sabun dari bahan alami akan menghasilkan

produk sampingan yakni gliseryn. Bahan ini merupakan moisturizer

yang berguna untuk menjaga kelembaban kulit. Namun pada industry

pembuatan bahan sabun, griseryn dipisahkan dan dijual tersendiri

karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Biasanya gliseryn

digunakan untuk produk-produk lotion atau kosmetik. Sebagai

gantinya, industry sabun mandi mengganti glyserin dengan bahan

sintetik kimia yang bisa saja tidak sesuai dengan tubuh kita.

Kelebihan Sabun Natural : 

1. Tidak Membuat Kulit Kering

2. Menjaga Kelembapan Kulit

3. Menghasilkan Gliserin Alami 

4. Tidak Menimbulkan alergi/iritasi

5. Busa alami dari proses pembuatan sabun

PERBEDAAN SABUN DAN DETERJEN

1. Sabun

a. Sabun adalah garam alkali karboksilat.

b. Molekulsabunlebihmudahterdegradasioleh bakteripengurai.

c. Tidak bisadipakaiuntuk mencucidalamair sadah,

karenasabunakanbereaksidengan ion Ca2+ dan Mg2+

d. Sabun adalah hasil proses penetralan asam lemak dengan

menggunakan alkali

e. Sabun biasanya digunakan untuk membersihkan suatu product

yang berhubungan langsung dengan kulit manusia

seperti sabun mandi/ sabun handsoap yang membutuhkan

pelembab dalam hal ini biasanya disebut moisture jika suatu sabun

memiliki moisture makin besar maka makin lembut

kulit kita menggunakannya.

2. Deterjen

a. Detergen adalah garam alkali alkil sulfat atau sulfoniat.

b. Molekul detergen harganya lebih murah dan sukar terdegradasi

oleh bakteri pengurai.

c. Molekul detergen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ dan ion Mg2+

d. Deterjen adalah campuran zat kimia dari sintetik ataupun

alam yang memiliki sifat yang dapat menarik zat

pengotor dari media.

e. Deterjen digunakan sebagai sabun cuci pakaian

Proses terjadinya Misel

Misel adalah molekul-molekul surfaktan yang mulai berasosiasi karena

penambahan surfaktan berikutnya, pada satu saat akan tercapai

keadaan Diana permukan antarmuka menjadi jenuh/ tretutupi oleh

surfaktan dan adsorbsisurfaktan ke permukaan-antarmuka tidak terjadi

lagi. misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan

kepala gugus hidrofilik bersinggungan dengan solven yang

mengelilinginya, mengasingkan ekor gugus hidrofobik didalam pusat

misel

Misel biasanya berbentuk globular dan secara garis besar berbentuk

speris, akan tetapi dapat pula berbentuk elipsoida, silinder, dan

bilayer. Bentuk dan ukuran misel merupakan fungsi dari geometri

molekular dari molekul surfaktan tersebut dan kondisi larutan

seperti konsentrasi surfaktan, temperatur, pH, dan kekuatan ionik.

Proses pembentukan misel disebut sebagai miselisasi.

Bentuk misel yang berukuran koloid termasuk koloid asosiasi.

Perubahannya bersifat reversible. Koloid asosiasi ini meliputi :

-                Sabun-sabun

-                Alkil sulfat tinggi

-                Alkil sulfonat tinggi

-                Garam amina tinggi

-                Zat-zat warna tertentu

-                Ester gliserol tinggi

-                Polietilena oksida

Sabun, alkil sulfat, dan alkil sulfonat termasuk micelles anion,

garam amina termasuk micelles kation sedang polietilena oksida

termasuk micelles non ionic. Kenaikan temperature, menaikkan CMC dan

pada temperature tinggi tidak terjadi lagi micelles. Adanya

elektrolit, merendahkan CMC. Berat molekul koloid asosiasi pada CMC

sudah dapat ditentukan dengan cara light scattering dan berharga

10.000-30.000 gram/mol. Banyak koloid anionic, kationik, dan non

ionic merupakan emulgator, detergent dab stabilizer koloid yang

baik. Beberapa merupakan stabilizer zat organic dalam air

Fenomena terbentuknya misel dapat diterangkan, yaitu  dibawah

konsentrasi kritis misel, konsentrasi surfaktan (sabun) yang

mengalami adsorpsi pada antar muka bertambah jika konsentrasi

surfaktan total dinaikkan. Akhirnya tercapailah suatu titik dimana

baik antar muka maupun dalam cairan menjadi jenuh dengan monomer

keadaan inilah yang disebut kkm, jika sulfaktan terus bertambah lagi

hingga berlebihan, maka mereka akan beragregasi terus membentuk

misel. Pada peristiwa ini tenaga bebas sistem berkurang

Zat pengaktif permukaan (surfaktan) bersifat sebagai zat terlarut

normal  dalam Larutan encer,. Untuk larutan dengan konsentrasi

tinggi/ larutan pekat, maka akan terjadi perubahan mendadak pada

beberapa sifat fisik seperti: tekanan osmosis, turbiditas, daya

hantar listrik dan tegangan muka. Surfaktan dan zat aktif permukaan

merupakan spesies yang aktif pada antarmuka antara dua fase, seperti

antarmuka antara fase hidrofil dan hidrofob.Surfaktan berakumulasi

pada antarmuka, dan mengubah tegangan permukaan (Atkins,1997).

Surfaktan (sabun) merupakan salah satu contoh koloid asosiasi. Sabun

merupakan molekul organic yang terdiri dari dua kelompok gugus.Gugus

pertama, dinamakan liofolik (hidrofob bila medium pendespersinya

adalah air) yang berarti benci air dan gugus kedua,dinamakan

liofilik (hidrofilik bila medium pendespirsinya air) yang mempunyai

arti suka air.Pada sabun, gugus hidrofilik memiliki afinitas yang

sangat kuat terhadap medium air, sedangkan gugus hidrofob bergabung

dengan gugus hidrofob dari molekul sabun lain membentuk agregat yang

dinamakan misel. Misel-misel ini dapat terdiri dari 100 molekul.

Gugus-gugus hidrofob akan berkumpul dibagian dalam misel, sedangkan

gugus hidrofilik akan berada diluar (Bird, 1993).

Misel adalah kumpulan molekul berukuran koloid, walaupun tidak ada

tetesan lemak. Hal ini, disebabkan oleh adanya ekor hidrofobnya

cenderung berkumpul, dan kepala hidrofilnya memberikan perlindungan.

Dan misel merupakan penggabungan (agregasi dari ion – ion

surfaktan), dimana rantai hidrokarbon yang lipofil akan menuju ke

bagian dalam misel, meninggalkan gugus hidrofil yang berkontak

dengan medium air. Misel hanya terbentuk diatas konsentrasi misel

kritis (CMC) dan di atas temperature Kraft (Atkins, 1997).

Bentuk misel yang berukuran koloid termasuk koloid asosiasi.

Perubahannya bersifat reversible. Koloid asosiasi ini meliputi :

-                Sabun-sabun

-                Alkil sulfat tinggi

-                Alkil sulfonat tinggi

-                Garam amina tinggi

-                Zat-zat warna tertentu

-                Ester gliserol tinggi

-                Polietilena oksida

Sabun, alkil sulfat, dan alkil sulfonat termasuk micelles anion,

garam amina termasuk micelles kation sedang polietilena oksida

termasuk micelles non ionic. Kenaikan temperature, menaikkan CMC dan

pada temperature tinggi tidak terjadi lagi micelles. Adanya

elektrolit, merendahkan CMC. Berat molekul koloid asosiasi pada CMC

sudah dapat ditentukan dengan cara light scattering dan berharga

10.000-30.000 gram/mol. Banyak koloid anionic, kationik, dan non

ionic merupakan emulgator, detergent dab stabilizer koloid yang

baik. Beberapa merupakan stabilizer zat organic dalam air (Sukardjo,

1989)