Mini Survey Peran Jumantik Desa Baru Pancur Batu

53
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD DI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini telah berkembang sejak lama di dunia, pertama kali dikenali pada tahun 1779 di Kairo, dan pada tahun yang sama juga di dapati di Asia yaitu di Jakarta yang dahulu masih bernama Batavia. Penanggulangan wabah DBD seperti halnya wabah pada umumnya, melibatkan peran serta masyarakat namun sifatnya persuasif. Dalam penjelasan Pasal 5 Undang-undang No. 4 Tahun 1984, dikatakan bahwa penyuluhan kepada masyarakat adalah kegiatan komunikasi yang bersifat persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar masyarakat mengerti sifat-sifat penyakit, sehingga dapat melindungi diri dari penyakit, dan apabila terkena, tidak menular pada orang lain. Dalam pasal tersebut dikatakan juga bahwa penyuluhan dilakukan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam menanggulangi wabah. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue menyebutkan bahwa “upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan melalui kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan, penderita, pengamatan penyakit dan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat”. Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pelacakan penderita/tersangka lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue di rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih lanjut. Universitas Methodist Indonesia KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 1

Transcript of Mini Survey Peran Jumantik Desa Baru Pancur Batu

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti. Penyakit ini telah berkembang sejak lama di dunia,

pertama kali dikenali pada tahun 1779 di Kairo, dan pada tahun yang sama

juga di dapati di Asia yaitu di Jakarta yang dahulu masih bernama Batavia.

Penanggulangan wabah DBD seperti halnya wabah pada

umumnya, melibatkan peran serta masyarakat namun sifatnya persuasif.

Dalam penjelasan Pasal 5 Undang-undang No. 4 Tahun 1984, dikatakan

bahwa penyuluhan kepada masyarakat adalah kegiatan komunikasi yang

bersifat persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan

wabah agar masyarakat mengerti sifat-sifat penyakit, sehingga dapat

melindungi diri dari penyakit, dan apabila terkena, tidak menular pada

orang lain. Dalam pasal tersebut dikatakan juga bahwa penyuluhan

dilakukan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam menanggulangi

wabah.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992

tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue menyebutkan

bahwa “upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan

melalui kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan, penderita,

pengamatan penyakit dan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan

seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat”.

Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pelacakan penderita/tersangka

lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah

dengue di rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam

radius sekurang-kurangnya 100 meter, serta tempat umum yang

diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih lanjut.

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 1

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Pemberantasan vektor merupakan upaya yang mutlak untuk memutuskan

rantai penularan. Strategi yang dilakukan di Indonesia adalah

Pemberantasan sarang nyamuk, Pengasapan, dan larvasiding, yaitu

memusnahkan jentik nyamuk dengan menaburkan abate ke air yang

tergenang di dalam tampungan-tampungan air. PSN dilakukan dengan

menerapkan 3MIT (Menutup wadah-wadah tampungan air, Mengubur atau

Membakar barang-barang bekas, Menguras atau mengganti air di tempat

tampungan air, dan Telungkup wadah-wadah yang tidak terpakai).

Kegiatan 3MIT dihimbau untuk dilakukan oleh masyarakat 1 minggu

sekali.

Menurut Glosarium Depkes 2006, Jumantik adalah orang yang

ditunjuk dan diberi tugas untuk memantau jentik nyamuk dari rumah ke

rumah. Kegiatan jumantik sangat perlu dilakukan untuk mendorong

masyarakat agar dapat secara mandiri dan sadar untuk selalu peduli dan

membersihkan sarang nyamuk dan membasmi jentik nyamuk Aedes

Aegepti.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas., maka permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah Peran Jumantik dalam Pemberantasan DBD di

Desa Baru kecamatan Pancur Batu

Masalah yang dihadapi adalah kurangnya Pelatihan terhadap Kader

Jumantik serta kurangnya penyuluhan tentang 3MIT kepada warga.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan, sikap, dan

tindakan Jumantik dalam pemberantasan DBD di Desa Baru,

Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 2

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

2. Tujuan Khusus

1) Mendorong Jumantik untuk melakukan penyuluhan tentang 3M1T

kepada warga

2) Meningkatkan kesadaran warga tentang pentingnya 3MIT dalam

pemberantasan DBD

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

A. Peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi

tentang Bahaya DBD.

B. Peneliti dapat mengetahui Peran Jumantik dalam pemberantasan

DBD di Desa Baru

2. Bagi Puskesmas

A. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan

Puskesmas Pancur Batu berupa informasi dan data pengetahuan,

sikap dan tindakan jumantik di Desa Baru.

B. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Puskesmas Pancur

Batu dalam meningkatkan peran jumantik dalam pemberantasan

DBD di Desa Baru.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat membantu warga dalam pemberantasan

DBD

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 3

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

DATA WABAH DBD DI PUSKESMAS PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG (KASUS BARU)

TAHUN 2013

No BLNGOLONGAN UMUR (TAHUN) JMLH

(org)<1 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 >60

1 JAN - - - - - - - - - -

2 FEB - - - - - - - - - -

3 MAR - - - 1 - - - - - 1

4 APR - - - - - - - - - -

5 MEI - - - - - - - - - -

6 JUN - - - 2 2 - - - - 4

7 JUL 1 3 3 3 - - - - - 10

8 AUG - - - - 2 1 - - - 3

9 SEPT - 1 - 1 3 2 - - - 7

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 4

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1. Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang

ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang

jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa

petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,

hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.

2.1.2. Agent Infeksius

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam

grup B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family

flaviviridae, yang terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN

4. Masingmasing saling berkaitan sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit

pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di

Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama

terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga

merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat

keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita

banyak yang meninggal.

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 5

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

2.1.3 Vektor Penular

Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor

penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitannya.

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah

urban) sedangkan daerah pedesaan (daerah rural) kedua spesies nyamuk tersebut

berperan dalam penularan.

2.2. Penularan Virus Dengue

2.2.1. Mekanisme Penularan

Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan

manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan

melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok

arthropod borne diseases. Virus dengue berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat

terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.

Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue,

yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue masuk ke dalam tubuh

nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, kemudian

virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

dan Aedes albopictus yang infeksius.

Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif)

merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7

hari mulai 1-2 hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita

DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk

ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan

menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva. Kira-

kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik),

nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 6

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes

aegypti yang telah menghisapvirus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang

hidupnya.

Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk),

sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat

tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur

inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Hanya nyamuk Aedes

aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue. Nyamuk betina sangat

menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang. Kebiasaan

menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam

16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-

pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter).

Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber

makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk

tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu.

Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah

terjadi.

2.2.2. Tempat Potensial Bagi Penularan Penyakit DBD

Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat

nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD

adalah :

a. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis)

b. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang

datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran

beberapa tipe virus dengue cukup besar.

Tempat-tempat umum itu antara lain :

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 7

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

i. Sekolah

Anak murid sekolah berasal dari berbagai wilayah, merupakan

kelompok umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD.

ii. Rumah Sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya :

Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan

diantaranya adalah penderita DBD, demam dengue atau carier virus

dengue.

iii. Tempat umum lainnya seperti :

Hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat-tempat ibadah dan

lain-lain.

c. Pemukiman baru di pinggiran kota. Karena di lokasi ini, penduduk umumnya

berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita

atau carier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing

lokasi awal.

2.3. Nyamuk Penular DBD

2.3.1. Morfologi

Nyamuk Aedes aegypti mempunyai morfologi sebagai berikut :

a. Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan

rata-rata nyamuk yang lain. Mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-

bintik putih pada bagian badan dan kaki.

b. Pupa (Kepompong)

Pupa atau kepompong berbentuk seperti “Koma”. Bentuknya lebih

besar namun lebih ramping dibandingkan larva (jentik)nya. Pupa nyamuk

Aedes aegypti berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan rata-rata

pupa nyamuk lain.

c. Larva (jentik)

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 8

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Ada 4 tingkat (instar) larva sesuai dengan pertumbuhan larva

1) Larva instar I berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm.

2) Larva instar II berukuran 2,5-3,8 mm.

3) Larva instar III berukuran lebih besar sedikit dari larva instar II.

4) Larva instar IV berukuran paling besar 5mm.

Larva dan pupa hidup pada air yang jernih pada wadah atau tempat

air buatan seperti pada potongan bambu, dilubang-lubang pohon, pelepah

daun, kaleng kosong, pot bunga, botol pecah, tangki air, talang atap,

tempolong atau bokor, kolam air mancur, tempat minum kuda, ban bekas,

serta barang-barang lainnya yang berisi air yang tidak berhubungan

langsung dengan tanah.15 Larva sering berada di dasar container, posisi

istirahat pada permukaan air membentuk sudut 45 derajat, sedangkan

posisi kepala berada di bawah.

d. Telur

Telur berwarna hitam dengan ukuran lebih 0,80 mm. Telur

berbentuk oval yang mengapung satu persatu pda permukaan air yang

jernih, atau menempel pada dinding penampungan air, Aedes aegypti

betina bertelur diatas permukaan air pada dinding vertikal bagian dalam

pada tempat-tempat yang berair sedikit, jernih, terlindung dari sinar

matahari langsung, dan biasanya berada di dalam dan dekat rumah. Telur

tersebut diletakkan satu persatu atau berderet pada dinding tempat air, di

atas permukaan air, pada waktu istirahat membentuk sudut dengan

permukaan air.

2.3.2. Lingkungan Hidup

Nyamuk Aedes aegypti seperti nyamuk lainnya mengalami metamorfosis

sempurna yaitu telur – jentik – kepompong – nyamuk. Stadium telur, jentik dan

kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik

dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam air. Telur dapat bertahan

hingga kurang lebih selama 2-3 bulan apabila tidak terendam air, dan apabila

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 9

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

musim penghujan tiba dan kontainer menampung air, maka telur akan terendam

kembali dan akan menetas menjadi jentik.

Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium pupa

(kepompong) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi dewasa

9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan.

Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa

dan ke tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang. Jarak terbang

nyamuk betina biasanya 40-100 meter. Namun secara pasif misalnya angin atau

terbawa kendaraan maka nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh.

2.3.3. Variasi Musiman

Pada musim hujan tempat perkembang biakan Aedes aegypti yang pada

musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum

sempat menetas akan menetas. Selain itu pada musim hujan semakin banyak

tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan

sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu pada

musim hujan populasi nyamuk Aedes aegypti terus meningkat. Bertambahnya

populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan

penularan penyakit dengue.

2.3.4. Tempat Perkembangbiakan Aedes aegypt

Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti ialah pada

tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu

tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum,

biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak

dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah.

Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 10

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

a. Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk menampung air

guna keperluan sehari-hari, seperti: tempayan, bak mandi, ember, dan lain-lain.

b. Bukan tempat penampungan air (non TPA), yaitu tempat-tempat yang biasa

menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti : tempat minum

hewan peliharaan (ayam, burung, dan lain-lain), barang bekas (kaleng, botol, ban,

pecahan gelas, dan lain-lain), vas bunga,perangkap semut, penampung air

dispenser, dan lain-lain.

c. Tempat penampungan air alami, seperti : Lubang pohon, lubang batu, pelepah

daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu,

dan lain-lain.

2.4. Epidemiologi Penyakit DBD

2.4.1. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang

DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD

lebih banyak pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat

kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok

umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan

transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan untuk tertularnya virus dengue

lebih besar, dan juga karena adanya infeksi virus dengue jenis baru yaitu DEN 1,

DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah.

Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur

memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang

dari 15 tahun (86-95%). Namun pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita

yang digolongkan dalam usia dewasa muda meningkat. Di Indonesia penderita

DBD terbanyak pada golongan anak berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang

berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984.

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 11

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

2.4.2. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat

Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat

dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang

tinggi dengan suhu yang rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak

sempurna.

Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya

dan Jakarta tahun 1968 angka kejadian sakit infeksi virus dengue meningkat dari

0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun 1998.

Sampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.

Meningkatnya kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan

karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru,

dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya

empat tipe virus yang menyebar sepanjang tahun.

2.4.3. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu

Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan

kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-320C) dengan kelembaban yang

tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama.

Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap

tempat maka

pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau Jawa pada

umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus

sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 12

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

2.4.4. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit DBD

Penularan penyakit DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu agent

(virus), host (pejamu), dan lingkungan, yaitu :

1. Agent (penyebab penyakit) adalah semua unsur atau elemen hidup atau

mati yang kehadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang efektif

dengan manusia rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi

stimuli untuk mengisi dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit.

Dalam hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran DBD adalah virus

dengue.

2. Karakteristik host (pejamu) adalah manusia yang kemungkinan terjangkit

penyakit DBD. Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD pada

manusia yaitu :

i. Mobilitas penduduk akan memudahkan penularan dari suatu

tempat ke tempat yang lainnya. Hasil penelitian Fathi (2004) di

kota Mataram mobilitaspenduduk tidak ikut berperan dalam

terjadinya KLB penyakit DBD di kota Mataram, hal ini dapat

dikaitkan dengan mobilitas penduduk di kota Mataram yang relatif

rendah yaitu sebagian besar adalah petani.20 Hasil penelitian

Arsunan dan Wahiduddin (2003) di kota Makassar mobilitas

penduduk berperan dalam penyebaran DBD, hal ini disebabkan

mobilitas penduduk di kota Makassar yang relatif tinggi.21 Hal ini

sesuai dengan Sumarmo bahwa penyakit biasanya menjalar

dimulai dari suatu pusat sumber penularan (kota besar), kemudian

mengikuti lalu-lintas (mobilitas) penduduk. Semakin tinggi

mobilitas makin besar kemungkinan penyebaran penyakit DBD.

ii. Pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan

penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan, hal ini

berkaitan dengan pengetahuan. Hasil penelitian Nicolas Duma

(2007) di kecamatan Baruga kota Kendari ada hubungan yang

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 13

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

sangat signifikan antara pengetahuan dengan kejadian DBD. Hal

ini juga sesuai dengan hasil penelitian Arsunan dan Wahiduddin

(2003) di kota Makassar yang mendapatkan adanya hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan kejadian DBD. Hasil

penelitian Kasnodiharjo (1997) di Subang Jawa Barat menyatakan

bahwa seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan atau

buta huruf , pada umumnya akan mengalami kesulitan untuk

menyerap ide-ide baru dan membuat mereka konservatif karena

tidak mengenal alternatif yang lebih baik.

iii. Kelompok umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan

penyakit DBD. Hasil penelitian Soegeng Soegijanto (2000) di Jawa

Timur dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi kasus

DBD terbanyak adalah pada kelompok umur 5-9 tahun. Tetapi

pada tahun 1998 dan 2000 proporsi kasus pada kelompok umur 15-

44 tahun meningkat, keadaan tersebut perlu diwaspadai bahwa

DBD cenderung meningkat pada kelompok umur remaja dan

dewasa.4 Hal ini sesuai dengan Suroso bahwa di Indonesia pada

tahun 1995-1997 proporsi kasus DBD telah bergeser ke usia ≥ 15

tahun.5 Hasil penelitian Fitri (2005) di Pekanbaru proporsi

penderita terbanyak lebih sering pada kelompok umur ≥ 15 tahun.

iv. Jenis kelamin, berdasarkan penelitian Widyana (1998) di Bantul

pada tahun 1997 menemukan bahwa proporsi penderita perempuan

lebih tinggi dibanding laki-laki yaitu sebesar 52,6 %.23 Hasil

serupa juga di peroleh oleh Enny dkk (2003) di Jakarta pada tahun

2000 sebagian besar penderita adalah perempuan (58,2%). Namun

secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin

penderita DBD dan sampai sekarang tidak ada keterangan yang

dapat memberikan jawaban dengan tuntas mengenai perbedaan

jenis kelamin pada penderita DBD. Hal ini juga didukung oleh

penelitian yang dilakukan Djelantik di RSCM Jakarta (1998)

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 14

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

menyatakan bahwa tidak terdapatm perbedaan yang signifikan

antara angka insiden laki-laki dan perempuan.

3. Lingkungan, lingkungan yang terkait dalam penularan penyakit DBD

adalah :

i. Tempat penampungan air / keberadaan kontainer, sebagai tempat

perindukan nyamuk Aedes aegypti. Hasil penelitian Yukresna

(2003) dengan desain penelitian case control di kota Medan

mendapatkan kondisi tempat penampungan air mempunyai

hubungan dengan kejadian DBD dengan OR 5,706 (CI 95% 1,59 –

20,39).

ii. Ketinggian tempat suatu daerah mempunyai pengaruh terhadap

perkembangbiakan nyamuk dan virus DBD. Di wilayah dengan

ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut tidak

ditemukan nyamuk Aedes aegypti.

iii. Curah hujan, pada musim hujan (curah hujan diatas normal) tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang pada musim

kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang belum

sempat menetas, dalam tempo singkat akan menetas, dan

kelembaban udara juga akan meningkat yang akan berpengaruh

bagi kelangsungan hidup nyamuk dewasa dimana selama musim

hujan jangka waktu hidup nyamuk lebih lama dan berisiko

penularan virus lebih besar. Dari hasil pengamatan penderita DBD

yang selama ini dilaporkan di Indonesia bahwa musim penularan

DBD pada umumnya terjadi pada musim hujan yaitu awal dan

akhir tahun. Hasil penelitian Fitri (2005) kasus penyakit DBD di

kota Pekanbaru akan lebih tinggi pada saat curah hujan tinggi yaitu

diatas 300 mm.

iv. Kebersihan lingkungan / sanitasi lingkungan, dari penelitian

Yukresna (2003) di kota Medan dengan desain penelitian case

control yang mendapatkan bahwa kebersihan lingkungan

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 15

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

mempunyai hubungan dengan kejadian DBD dengan OR 2,90 (CI

95% 1,63-5,15).26 Penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan

Seogeng, S (2004) yang menyatakan bahwa kondisi sanitasi

lingkungan berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk

Aedes aegypti.

2.4.5. Manifestasi Klinis

Infeksi oleh virus dengue dapat bersifat asimtomatik maupun simtomatik

yang meliputi demam biasa (sindrom virus), demam dengue, atau demam

berdarah dengue termasuk sindrom syok dengue (DSS). Penyakit demam dengue

biasanya tidak menyebabkan kematian, penderita sembuh tanpa gejala sisa.

Sebaliknya, DHF merupakan penyakit demam akut yang mempunyai ciri-ciri

demam, manifestasi perdarahan, dan berpotensi mengakibatkan renjatan yang

dapat menyebabkan kematian. Gambaran klinis bergantung pada usia, status imun

penjamu, dan strain virus.

2.5. Pencegahan Primer

Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu

pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan

tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat

agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.

2.5.1. Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk

Gerakan PSN adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit DBD yang disertai

pemantauan hasil-hasilnya secara terus menerus. Gerakan PSN DBD merupakan

bagian terpenting dari keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD, dan

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 16

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

merupakan bagian dari upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta prilaku

sehat dalam rangka mencapai masyarakat dan keluarga sejahtera. Dalam

membasmi jentik nyamuk penularan DBD dengan cara yang dikenal dengan

istilah 3M, yaitu :

1. Menguras bak mandi, bak penampungan air, tempat minum hewan

peliharaan minimal sekali dalam seminggu.

2. Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga

tidak dapat diterobos oleh nyamuk dewasa.

3. Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, yang

semuanya dapat menampung air hujan sebagai tempat

berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti.

2.6. Pencegahan Sekunder

Pada pencegahan sekunder dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

2.6.1. Penemuan, Pertolongan dan Pelaporan Penderita

Penemuan, pertolongan, dan pelaporan penderita DBD dilaksanakan oleh

petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara :

1. Bila dalam keluarga ada yang menunjukkan gejala penyakit DBD, berikan

pertolongan pertama dengan banyak minum, kompres dingin dan berikan

obat penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat serta segera

bawa ke dokter atau unit pelayanan kesehatan.

2. Dokter atau unit kesehatan setelah melakukan pemeriksaan/diagnosa dan

pengobatan segaera melaporkan penemuan penderita atau tersangka DBD

tersebut kepada Puskesmas, kemudian pihak Puskesmas yang menerima

laporan segera melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengamatan

penyakit dilokasi penderita dan rumah disekitarnya untuk mencegah

kemungkinan adanya penularan lebih lanjut.

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 17

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

3. Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan

kejadian luar biasa (KLB) kepada Camat, dan Dinas Kesehatan

Kota/Kabupaten, disertai dengan cara penanggulangan seperlunya.

2.6.2. Diagnosis

Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO

tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium.

1. Kriteria Klinis

a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus

menerus selama 2-7 hari.

b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan : uji tourniquet positif,

petechie, echymosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan

gusi, hematemesis dan malena. Uji tourniquet dilakukan dengan terlebih

dahulu menetapkan tekanan darah. Selanjutnya diberikan tekanan di antara

sistolik dan diastolik pada alat pengukur yang dipasang pada lengan di atas

siku; tekanan ini diusahakan menetap selama percobaan. Setelah dilakukan

tekanan selama 5 menit, diperhatikan timbulnya petekia pada kulit di

lengan bawah bagian medial pada sepertiga bagian proksimal. Uji

dinyatakan positif apabila pada 1 inchi persegi (2,8 x 2,8 cm) didapat lebih

dari 20 petekia.

c. Pembesaran hati (hepatomegali).

d. Syok (renjatan), ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan

nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan gelisah.

2. Kriteria Laboratorium

a. Trombositopeni ( < 100.000 sel/ml)

b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau

lebih.

3.Derajat Penyakit DBD, menurut WHO tahun 1997

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 18

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat, yaitu :

a. Derajat I Demam disertai dengan gejala umum nonspesifik, satu-satunya

manifestasi perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniquet yang positif.

b. Derajat II Selain manifestasi yang dialami pasien derajat I, perdarahan

spontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau

perdarahan lainnya.

c. Derajat III Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai

hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi

nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau

hipotensi disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah.

d. Derajat IV Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai

hepatomegali dan ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat

dengan tekanan darah dan denyut nadi yang tidak terdeteksi.

2.6.3. Pengobatan Penderita DBD

Pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan

suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.

1. Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi :

a. Istirahat total di tempat tidur.

b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air

ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh

karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka

cairan inravena harus diberikan.

c. Berikan makanan lunak

d. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat

diberikan kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin,

atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena dapat menyebabkan

perdarahan.

e. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi

sekunder.

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 19

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

2. Penatalaksanaan pada pasien syok :

a. Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer

laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.

b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan

tiap jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam

pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.

Nilai normal Hemoglobin :

1) Anak-anak : 11,5 – 12,5 gr/100 ml darah

2) Laki-laki dewasa : 13 – 16 gr/100 ml darah

3) Wanita dewasa : 12 – 14 gr/100 ml darah

Nilai normal Hematokrit :

1) Anak-anak : 33 – 38 vol %

2) Laki-laki dewasa : 40 – 48 vol %

3) Wanita dewasa : 37 – 43 vol %

c. Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht

maka diberi transfusi darah.

2.6.4. Penyelidikan Epidemiologi (PE)

Penyelidikan Epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita/tersangka

DBD lainnya dan pemeriksaan jentik rumah, yang dilakukan dirumah penderita

dan 20 rumah disekitarnya serta tempat-tempat umum yang diperkirakan menjadi

sumber penularan, hasilnya dicatat dalam formulir PE dan dilaporkan kepada

Kepala Puskesmas selanjutnya diteruskan kepada Lurah melalui Camat dan

penanggulangan seperlunya untuk membatasi penularan. Maksud penyelidikan

epidemiologi ialah untuk mengetahui ada/tidaknya kasus DBD tanbahan dan luas

penyebarannya, serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyebaran

penyakit DBD lebih lanjut dilokasi tersebut.

Bila pada hasil PE ditemukan penderita DBD lain atau jentik dan penderita

panas tanpa sebab yang jelas lebih dari 3 orang maka akan dilakukan penyuluhan

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 20

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

3 M plus, larvasida, fogging fokus / penanggulangan fokus, yaitu pengasapan

rumah sekitar tempat tinggal penderita DBD dalam radius 200 meter, yang

dilaksanakan berdasarkan hasil dari penyelidikan epidemiologi, dilakukan 2 siklus

dengan interval 1 minggu. Bila pada hasil PE tidak ditemukan kasus lain maka

dilakukan penyuluhan dan kegiatan 3M.

2.7. Pencegahan Tersier

Pencegahan tingkat ketiga ini dimaksudkan untuk mencegah kematian

akibat penyakit DBD dan melakukan rehabilitasi. Upaya pencegahan ini dapat

dilakukan dengan :

a. Transfusi Darah

Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan

malena diindikasikan untuk mendapatkan transfusi darah secepatnya.

b. Stratifikasi Daerah Rawan DBD

Adapun jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan stratifikasi

daerah rawan seperti :

i. Endemis

Yaitu Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun terakhir

selalu ada kasus DBD. Kegiatan yang dilakukan adalah fogging

Sebelum Musim Penularan (SMP), Abatisasi selektif, dan

penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

ii. Sporadis

Yaitu Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun terakhir

ada kasus DBD. Kegiatan yang dilakukan adalah Pemeriksaan

Jentik Berkala (PJB), PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan

3M, penyuluhan tetap dilakukan.

iii. Potensial

Yaitu Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun terakhir

tidak ada kasus DBD. Tetapi penduduknya padat, mempunyai

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 21

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

hubungan transportasi dengan wilayah lain dan persentase rumah

yang ditemukan jentik > 5%. Kegiatan yang dilakukan adalah PJB,

PSN, 3M dan penyuluhan.

iv. Bebas

Yaitu Kecamatan, Kelurahan yang tidak pernah ada kasus

DBD. Ketinggian dari permukaan air laut > 1000 meter dan

persentase rumah yang ditemukan jentik ≤ 5%. Kegiatan yang

dilakukan adalah PJB, PSN, 3M dan penyuluhan.

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 22

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Konsep Penelitian

3.2 Defenisi Operasional

1. Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh Responden dalam upaya

pemberantasan DBD.

2. Sikap adalah keputusan yang dilakukan oleh Responden dalam upaya

pemberantasan DBD.

3. Tindakan adalah cara yang dilakukan oleh Responden dalam upaya

pemberantasan DBD.

4. Manfaat Peran Jumantik adalah untuk memberantas penyakit DBD.

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 23

Peran Jumantik dalam Upaya Pemberantasan

DBD

Karateristik Jumantik :

Pengetahuan Sikap Tindakan

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian bersifat survey deskriptif yaitu : suatu peneltian

yang memberikan gambaran tentang Peran Jumantik dalam Upaya

pemberantasan Demam Berdarah Dengue.

4.2 Populasi dan Sampel

Untuk pengumpulan informasi yang diperlukan penulis bersumber

dari :

1. Populasi

Menurut Arikunto (2002:108) bahwa populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian. Apalagi meneliti semua elemen yang ada didalam

wilayah penelitian,maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Sesuai dengan pendapat diatas, populasi yang dijadikan sebagai

sumber data dalam penelitian ini adalah Jumantik di Desa Baru

Kecamatan Pancur Batu yang berjumlah 20 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.

Berdasarkan pedapat di atas maka peneliti mengambil sampel

berdasarkan Kerjcie dan morgan 1970 yang membuat daftar tabel dari

Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan tentang Konsep

Pembuatan Karya Tulis Ilmiah dan Thesis untuk Mahasiswa Kesehatan

Populasi Sampel

7201 20

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 24

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Dari tabel diatas maka populasi yang di teliti oleh peneliti adalah 7201

orang di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu, dan sampel yang di teliti

oleh peneliti adalah 20 orang.

4.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu,

Kabupaten Deli Serdang

4.4 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada hari Sabtu 06 Oktober 2013 sampai

dengan minggu 07 Oktober 2013.

4.5 Cara Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang menunjang dan melengkapi

penelitian ini dilakukan dengan penggunakan data primer dan data

sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengisian

kuisioner yang dibuat dengan mengarah kepada metode Krejcie dan

Morgan 1970 dalam Uma Sekaran (1992) yang membuat daftar yang dapat

menetukan jumlah sample. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh

dari Kepala Desa dan Bidan Desa di Desa Baru.

4.6 Pengolahan Data

Data dikelolah secara manual dan selanjutnya disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dengan tahapan :

1. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya

dengan memberikan kode tertentu.

2. Tabulasi yaitu data yang terkumpul ditabulasikan dalam bentuk

tabel.

3. Data analisa secara deskriptif.

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 25

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

4.7 Analisa Data

Dengan mengumpulkan pendapat dari masing-masing jawaban

responden, lalu ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel distribusi frekuensi,

kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan dalam bentuk naratif.

4.8 Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipakai adalah berupa quisioner yang terdiri dari

30 pertanyaan tentang pengetahuan Jumantik dalam upaya

penanggulangan DBD.

4.9 Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran atau penelitian Pengetahuan, sikap dan tindakan

Jumantik dalam upaya pemberantasan DBD:

i. Baik, jika jawaban benar > 75% dari jumlah pertanyaan.

ii. Cukup, jika jawaban benar 50%-75% dari jumlah pertanyaan.

iii. Kurang, jika jawaban benar < 50% dari jumlah pertanyaan.

Pengetahuan Jumantik dalam upaya penanggulangan DBD berdasarkan

skor (maksimum skor untuk quisioner adalah 30)

i. Baik > 20

ii. Cukup 15 - 20

iii. Kurang < 15

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 26

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Data Hasil Penelitian

Mini survey di Desa Baru diikuti oleh 20 responden dengan hasil sebagai

berikut :

No Pengetahuan Jumantik dalam upaya

pemberantasan DBD

Jumlah

Jumantik

Presentase

1 Baik 14 70%

2 Cukup 6 30%

3 Kurang 0 0%

Pada analisis data yang disajikan berbagai jawaban dari responden atas

questioner yang berisi pertanyaan variable bebas yang telah disebarkan.

Keterangan :

1 - 20 : Nomor Responden

1 - 30 : Nomor Pertanyaan

Penyajian data identitas responden berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan.

Tabel 1. Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Sampel Persentase

A SD 1 5%

B SMP 9 45%

C SMA 7 35%

D SARJANA 3 15%

Jumlah 20 100%

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 27

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang berstatus SD adalah 1

orang (5%), responden yang berstatus SMP adalah 9 orang (45%) responden yang

berstatus SMA adalah 7 orang (35 %) responden yang berstatus SARJANA

adalah 3 orang (15 %).

Tabel 2. Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Sampel Persentase

A Tidak / Belum Bekerja 1 5 %

B Petani 5 25 %

C PNS 1 5%

D Pegawai Swasta 8 40%

E Wiraswasta 5 25%

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang tidak/belum bekerja

adalah 1 orang (5 %), responden yang pekerjaannya Petani adalah 5 orang (25%)

responden yang pekerjaannya PNS adalah 1 orang (5%) responden yang

pekerjaannya Pegawai Swasta adalah 8 orang (40%) dan responden yang

pekerjaannya Wiraswasta adalah 5 orang (25%).

Tabel 3. Apakah Anda tahu cara pencegahan DBD dengan Mengubur, Menguras,

Menutup, dan Telungkup (3M1T)?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 18 90 %

B Tidak 2 10 %

Jumlah 20 100 %

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 28

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui cara

pencegahan DBD ada 18 orang (90 %) dan yang tidak mengetahui ada 2 orang

(10%).

Tabel 4. Apakah Anda tahu jika terjadi wabah DBD harus melapor ke kepala

desa?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 20 100%

B Tidak 0 0%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa semua Jumantik mengetahui jika terjadi

wabah DBD harus melapor ke kepala desa.

Tabel 5. Apakah Anda tahu pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam

seminggu?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 12 60 %

B Tidak 8 40 %

Jumlah 20 100 %

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui pemantauan

jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu ada 12 orang (60%) dan

Jumantik yang tidak mengetahui ada 8 orang (40%).

Tabel 6. Apakah Anda tahu dengan memberikan bubuk Abate dapat mematikan

jentik nyamuk?

No Jawaban Sampe Persentase

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 29

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

l

A Ya 19 95%

B Tidak 1 5%

Jumlah 20 100 %

Pada tabel 6 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui, dengan

memberikan bubuk Abate dapat mematikan jentik nyamuk ada 19 orang (95%)

dan yang tidak mengetahui ada 1 orang (5%).

Tabel 7. Apakah Anda tahu bahwa penaburan bubuk Abate dilakukan dua

sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram Abate (± 1 sendok makan)

untuk 100 Liter air?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 15 75%

B Tidak 5 25%

Jumlah 20 100 %

Pada tabel 7 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui, penaburan

bubuk Abate dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram

Abate (± 1 sendok makan) untuk 100 Liter air ada 15 orang (75%) dan yang tidak

mengetahui ada 5 orang (25%).

Tabel 8. Apakah Anda tahu bahwa kader Jumantik harus mengikuti pelatihan?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 18 90%

B Tidak 2 10%

Jumlah 20 100 %

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 30

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Pada tabel 8 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui harus

mengikuti pelatihan ada 18 orang (90%) dan yang tidak mengetahui ada 2 orang

(10%).

Tabel 9. Apakah Anda tahu bahwa dengan menanam bunga Lavender dapat

mengusir nyamuk?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 18 90%

B Tidak 2 10%

Jumlah 20 100 %

Pada tabel 9 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui dengan

menanam bunga Lavender dapat mengusir nyamuk ada 18 orang (90%) dan yang

tidak mengetahui ada 2 orang (10%).

Tabel 10. Apakah Anda tahu bahwa fogging dapat membrantas sarang nyamuk?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 20 100%

B Tidak 0 0%

Jumlah 20 100 %

Pada tabel 10 menunjukkan bahwa semua Jumantik mengetahui bahwa

fogging dapat membrantas sarang nyamuk.

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 31

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Tabel 11. Apakah Anda tahu bahwa tidur dengan menggunakan kelambu dapat

mencegah DBD?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 20 100%

B Tidak 0 0%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 11 menunjukkan bahwa semua Jumantik mengetahui bahwa

tidur dengan menggunakan kelambu dapat mencegah DBD.

Tabel 12. Apakah Anda tahu bahwa penyuluhan tentang 3M1T kepada warga

dapat mencegah wabah DBD?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 18 90%

B Tidak 2 10%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 12 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui

penyuluhan tentang 3M1T kepada warga dapat mencegah wabah DBD ada 18

orang (90%) dan yang tidak mengetahui ada 2 orang (10%).

Tabel 13. Apakah Anda setuju cara pencegahan DBD dengan Mengubur,

Menguras, Menutup, dan Telungkup (3M1T)?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 18 90%

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 32

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

B Tidak 2 10%

Jumlah 20 100 %

Pada tabel 13 menunjukkan bahwa Jumantik yang menyetujui cara

pencegahan DBD dengan Mengubur, Menguras, Menutup, dan Telungkup

(3M1T) ada 18 orang (90%) dan yang tidak menyetujui ada 2 orang (10%).

Tabel 14. Apakah Anda setuju jika terjadi wabah DBD harus melapor ke kepala

desa?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 19 95%

B Tidak 1 5%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 14 menunjukkan bahwa Jumantik yang menyetujui jika terjadi

wabah DBD harus melapor ke kepala desa ada 19 orang (95%) dan yang tidak

menyetujui orang (5%).

Tabel 15. Apakah Anda setuju pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali

dalam seminggu?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 13 65%

B Tidak 7 35%

Jumlah 20 100 %

Pada tabel 15 menunjukkan bahwa yang menyetujui pemantauan jentik

nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu ada 13 orang (65%) dan yang tidak

menyetujui ada 7 orang (35%).

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 33

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Tabel 16. Apakah Anda setuju dengan memberikan bubuk Abate dapat

mematikan jentik nyamuk?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 20 100%

B Tidak 0 0%

Jumlah 20 100 %

Pada tabel 16 menunjukkan bahwa semua Jumantik menyetujui dengan

memberikan bubuk Abate dapat mematikan jentik nyamuk.

Tabel 17. Apakah Anda setuju bahwa penaburan bubuk Abate dilakukan dua

sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram Abate (± 1 sendok makan)

untuk 100 Liter air?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 20 100%

B Tidak 0 0%

Jumlah 20 100 %

Pada tabel 17 menunjukkan bahwa semua Jumantik menyetujui

penaburan bubuk Abate dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10

gram Abate (± 1 sendok makan) untuk 100 Liter air.

Tabel 18. Apakah Anda setuju bahwa kader Jumantik harus mengikuti pelatihan?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 18 90%

B Tidak 2 10%

Jumlah 20 100 %

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 34

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Pada tabel 18 menunjukkan bahwa Jumantik yang menyetujui kader

Jumantik harus mengikuti pelatihan ada 18 orang (90%) dan yang tidak

menyetujui ada 2 orang (10%)

Tabel 19. Apakah Anda setuju bahwa dengan menanam bunga Lavender dapat

mengusir nyamuk?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 20 100%

B Tidak 0 0%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 19 menunjukkan bahwa semua Jumantik menyetujui dengan

menanam bunga Lavender dapat mengusir nyamuk.

Tabel 20. Apakah Anda setuju bahwa fogging dapat memberantas sarang

nyamuk?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 20 100%

B Tidak 0 0%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 20 menunjukkan bahwa semua Jumantik menyetujui fogging

dapat memberantas sarang nyamuk.

Tabel 21. Apakah Anda setuju bahwa tidur dengan menggunakan kelambu dapat

mencegah DBD?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 20 100%

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 35

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

B Tidak 0 0%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 21 menunjukkan bahwa semua Jumantik menyetujui tidur

dengan menggunakan kelambu dapat mencegah DBD.

Tabel 22. Apakah Anda setuju bahwa penyuluhan tentang 3M1T kepada warga

dapat mencegah wabah DBD?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 20 100%

B Tidak 0 0%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 22 menunjukkan bahwa semua Jumantik menyetujui

penyuluhan tentang 3M1T kepada warga dapat mencegah wabah DBD.

Tabel 23. Apakah Anda pernah melakukan pencegahan DBD dengan Mengubur,

Menguras, Menutup, dan Telungkup (3M1T)?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 15 75%

B Tidak 5 25%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 23 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah melakukan

pencegahan DBD dengan Mengubur, Menguras, Menutup, dan Telungkup

(3M1T) ada 15 orang (75%) dan yang tidak pernah melakukan ada 5 orang (25%).

Tabel 24. Apakah Anda pernah melaporkan wabah DBD ke kepala desa atau

pemerintah setempat?

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 36

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 12 60%

B Tidak 8 40%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 24 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah melaporkan

wabah DBD ke kepala desa atau pemerintah setempat ada 12 orang (60%) dan

yang tidak pernah melakukan ada 8 orang (40%).

Tabel 25. Apakah Anda pernah melakukan pemantauan jentik nyamuk satu kali

dalam seminggu?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 7 35%

B Tidak 13 65%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 25 menunjukkan Jumantik yang pernah melakukan pemantauan

jentik nyamuk satu kali dalam seminggu ada 7 orang (35%) dan yang tidak

pernah melakukan ada 13 orang (65%).

Tabel 26. Apakah Anda pernah memberikan bubuk Abate ke dalam bak mandi

dan mensosialisasikannya bahwa dapat mematikan jentik nyamuk?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 17 85%

B Tidak 3 15%

Jumlah 20 100%

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 37

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Pada tabel 26 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah memberikan

bubuk Abate ke dalam bak mandi dan mensosialisasikannya bahwa dapat

mematikan jentik nyamuk ada 17 orang (85%) dan yang tidak pernah melakukan

ada 3 orang (15%).

Tabel 27. Apakah Anda pernah melakukan penaburan bubuk Abate yang

dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram Abate (± 1

sendok makan) untuk 100 Liter air dan mensosialisasikannya.

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 17 85%

B Tidak 3 15%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 27 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah melakukan

penaburan bubuk Abate yang dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan

takaran 10 gram Abate (± 1 sendok makan) untuk 100 Liter air dan

mensosialisasikannya ada 17 orang (85%) dan yang tidak pernah melakukan ada

3 orang (15%).

Tabel 28. Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan untuk menjadi kader

Jumantik?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 3 15%

B Tidak 17 85%

Jumlah 20 100%

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 38

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Pada tabel 28 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah mengikuti

pelatihan untuk menjadi kader Jumantik ada 3 orang (15%) dan yang tidak

pernah mengikuti ada 17 orang (85%).

Tabel 29. Apakah Anda pernah menanam bunga Lavender dan menggunakannya

dengan tujuan untuk mengusir nyamuk?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 1 5%

B Tidak 19 95%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 29 menunjukkan Jumantik yang pernah menanam bunga

Lavender dan menggunakannya dengan tujuan untuk mengusir nyamuk ada 1

orang (5%) dan yang tidak pernah melakukan ada 19 orang (95%).

Tabel 30. Apakah Anda pernah melakukan fogging yang tujuannya untuk

memberantas nyamuk?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 20 100%

B Tidak 0 0%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 30 menunjukkan semua Jumantik pernah melakukan fogging

yang tujuannya untuk memberantas nyamuk.

Tabel 31. Apakah Anda pernah memakai kelambu pada saat tidur dan

mensosialisasikannya guna mencegah DBD?

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 39

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 19 95%

B Tidak 1 5%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 31 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah memakai

kelambu pada saat tidur dan mensosialisasikannya guna mencegah DBD ada 19

orang (95%) dan yang tidak pernah melakukan ada 1 orang (5%).

Tabel 32. Apakah Anda pernah melakukan penyuluhan tentang 3M1T kepada

warga guna mencegah wabah DBD?

No Jawaban Sampe

l

Persentase

A Ya 7 35%

B Tidak 13 65%

Jumlah 20 100%

Pada tabel 32 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah melakukan

penyuluhan tentang 3M1T kepada warga guna mencegah wabah DBD ada 7

orang (35%) dan yang tidak pernah melakukan ada 13 orang (65%).

Tabel 33. Hasil Mini survey di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Diikuti

oleh 20 Responden Jumantik

No Pengetahuan tentang Peran

Jumantik dalam Pemberantasan

DBD

Responden Persentase

1 Baik 14 70%

2 Cukup 6 30%

3 Kurang 0 0%

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 40

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Dari tabel 33 menunjukkan bahwa Pengetahuan Jumantik dalam

Pemberantasan DBD tergolong BAIK yaitu sebanyak 14 orang dari 20 responden

atau sekitar 70% dan yang tergolong CUKUP sebanyak 6 orang dari 20

responden atau sekitar 30%.

Tabel 34. Hasil Mini survey di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Diikuti

oleh 20 Responden Jumantik

No Sikap Jumantik dalam

Pemberantasan DBD

Responden Persentase

1 Baik 19 95%

2 Cukup 1 5%

3 Kurang 0 0%

Dari tabel 34 menunjukkan bahwa Sikap Jumantik dalam Pemberantasan

DBD tergolong BAIK yaitu sebanyak 19 orang dari 20 responden atau sekitar

95% dan yang tergolong CUKUP sebanyak 1 orang dari 20 responden atau

sekitar 5%.

Tabel 35. Hasil Mini survey di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Diikuti

oleh 20 Responden Jumantik

No Tindakan Jumantik dalam

Pemberantasan DBD

Responden Persentase

1 Baik 3 15%

2 Cukup 5 25%

3 Kurang 12 60%

Dari tabel 35 menunjukkan bahwa Tindakan Jumantik dalam

Pemberantasan DBD tergolong KURANG yaitu sebanyak 12 orang dari 20

responden atau sekitar 60% ,yang tergolong CUKUP sebanyak 5 orang dari 20

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 41

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

responden atau sekitar 25%, dan yang tergolong BAIK sebanyak 3 orang dari 20

Responden atau sekitar 15%.

BAB VI

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai

tingkat pendidikan terbanyak adalah SMP yakni sebanyak 9 orang dari 20

responden atau sekitar 45%. Responden yang mempunyai pekerjaan terbanyak

adalah Pegawai Swasta yakni sebanyak 8 orang dari 20 responden atau sekitar

40%

Pengetahuan Jumantik dalam pemberantasan DBD yang tergolong BAIK

sebanyak 14 orang dari 20 responden atau sekitar 70%, yang tergolong CUKUP

sebanyak 6 orang dari 20 responden atau sekitar 30%.

Sikap Jumantik dalam Pemberantasan DBD yang tergolong BAIK

sebanyak 19 orang dari 20 responden atau sekitar 95% dan yang tergolong

CUKUP sebanyak 1 orang dari 20 responden atau sekitar 5%.

Tindakan Jumantik dalam Pemberantasan DBD yang tergolong KURANG

sebanyak 12 orang dari 20 responden atau sekitar 60% ,yang tergolong CUKUP

sebanyak 5 orang dari 20 responden atau sekitar 25%, dan yang tergolong BAIK

sebanyak 3 orang dari 20 Responden atau sekitar 15%.

Masih kurangnya tindakan Jumantik dalam pemberantasan DBD di Desa

Baru Kecamatan Pancur Batu disebabkan pelatihan yang kurang terhadap kader

Jumantik. Kurangnya pelatihan terhadap kader Jumantik ini dilihat dari masih

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 42

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

sedikitnya kader jumantik yang sudah mengikuti pelatihan (15%), masih

sedikitnya kader Jumantik yang melakukan pemantauan jentik nyamuk setiap 1

minggu sekali (35%), dan masih sedikitnya jumantik yang melakukan penyuluhan

tentang 3M1T kepada warga (35%).

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada Jumantik

mengenai Pemberantasan DBD di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu,

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang dilakukan pada tanggal 05-06

oktober 2013 yang diikuti oleh 20 responden, dapat ditarik beberapa

kesimpulan:

1. Dari data di atas, yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang

pemberantasan DBD di Desa Baru ditemukan adanya 14 Orang dari 20

responden atau 70%, pengetahuan yang cukup tentang pemberantasan

DBD di Desa Baru ditemukan adanya 6 Orang dari 20 responden atau

30%.

2. Dari data di atas, yang memiliki sikap yang baik tentang

pemberantasan DBD di Desa Baru ditemukan adanya 19 Orang dari 20

responden atau 95%, sikap yang cukup tentang pemberantasan DBD di

Desa Baru ditemukan adanya 1 Orang dari 20 responden atau 5%.

3. Dari data di atas, yang memiliki tindakan yang baik tentang

pemberantasan DBD di Desa Baru ditemukan hanya 3 Orang dari 20

responden atau 15%, tindakan yang cukup tentang pemberantasan

DBD di Desa Baru ditemukan hanya 5 Orang dari 20 responden atau

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 43

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

25% dan tindakan yang kurang tentang pemberantasan DBD di Desa

Baru ditemukan adanya 12 orang dari 20 responden atau 60%.

7.2 Saran

1. Perlunya melakukan pelatihan terhadap kader jumantik sehingga kader

jumantik dapat lebih mengerti cara pemberantasan DBD sehingga tujuan

untuk menurunkan jumlah warga yang terkena DBD dapat tercapai.

2. Perlunya melakukan penyuluhan terhadap warga tentang pentingnya

melakukan 3M1T guna mencegah terjadinya wabah DBD.

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 44

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

BAB VIII

DAFTAR PUSTAKA

1. Noer, Sjaifoellah. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam J i l i d 1 .

Jakarta: FKUI

2. Soegeng, Soegiarto. 2006. Demam Berdarah Dengue Edisi 2. Surabaya: Penerbit

Airlangga.

3. WHO. 2008. Demam Berdarah Dengue Edisi 2. Jakarta: EGC

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 45

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

KUESIONER MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD

DI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATUTAHUN 2013

IDENTITAS RESPONDEN

UNTUK PEWAWANCARA DAN OBSERVASI

Nomor Responden :Nama Responden :Alamat Responden :Keberadaan jentik Aedes aegypti : Ada Tidak Ada

I. Umur

II. Jenis Kelamin:1. Laki-laki2. Perempuan

III. Pendidikan :

1. Tidak tamat SD2. Tamat SD3. Tamat SMP4. Tamat SMA5. Sarjana Muda6. Sarjana

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 46

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

IV. Pekerjaan:1. Tidak/ Belum bekerja2. Petani3. Buruh4. Nelayan5. PNS/ABRI/Polri6. Pegawai Swasta7. Pensiunan8. Wiraswasta

V. Suku:1. Jawa2. Melayu3. Batak4. Karo

VI. Lamanya tinggal di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu

.......................................................1. 1 – 5 tahun

.......................................................2. 6 – 10 tahun

.......................................................3. 11 – 15 tahun

.......................................................4. 16 – 20 tahun

.......................................................5. ≥ 21 tahun

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 47

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

KUESIONER MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD

DI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATUTAHUN 2013

I. PENGETAHUAN

Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dengan cara memberi tanda “ √” pada jawaban pilihan Anda.

No. Pertanyaan Ya Tidak1. Apakah Anda tahu cara pencegahan DBD dengan

Mengubur, Menguras, Menutup, dan Telungkup (3M1T)?

2. Apakah Anda tahu jika terjadi wabah DBD harus melapor ke ke kepala desa?

3. Apakah Anda tahu tahu pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu?

4. Apakah Anda tahu dengan memberikan bubuk Abate dapat mematikan jentik nyamuk?

5. Apakah Anda tahu bahwa penaburan bubuk Abate dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram Abate (± 1 sendok makan) untuk 100 Liter air?

6. Apakah Anda tahu bahwa kader Jumantik harus mengikuti pelatihan?

7. Apakah Anda tahu bahwa dengan menanam bunga Lavender dapat mengusir nyamuk?

8. Apakah Anda tahu bahwa fogging dapat membrantas sarang nyamuk?

9. Apakah Anda tahu bahwa tidur dengan menggunakan kelambu dapat mencegah DBD?

10. Apakah Anda tahu bahwa penyuluhan tentang 3M1T kepada warga dapat mencegah wabah DBD?

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 48

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

II. SIKAP

Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dengan cara memberi tanda “ √” pada jawaban pilihan Anda.

No. Pertanyaan Setuju Tidak Setuju

1. Apakah Anda setuju cara pencegahan DBD dengan Mengubur, Menguras, Menutup, dan Telungkup (3M1T)?

2. Apakah Anda setuju jika terjadi wabah DBD harus melapor ke kepala desa?

3. Apakah Anda setuju pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu?

4. Apakah Anda setuju dengan memberikan bubuk Abate dapat mematikan jentik nyamuk?

5. Apakah Anda setuju bahwa penaburan bubuk Abate dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram Abate (± 1 sendok makan) untuk 100 Liter air?

6. Apakah Anda setuju bahwa kader Jumantik harus mengikuti pelatihan?

7. Apakah Anda setuju bahwa dengan menanam bunga Lavender dapat mengusir nyamuk?

8. Apakah Anda setuju bahwa fogging dapat membrantas sarang nyamuk?

9. Apakah Anda setuju bahwa tidur dengan menggunakan kelambu dapat mencegah DBD?

10. Apakah Anda setuju bahwa penyuluhan tentang 3M1T kepada warga dapat mencegah wabah DBD?

III. TINDAKAN

Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dengan cara memberi tanda “ √” pada jawaban pilihan Anda.

No. Pertanyaan Pernah Tidak Pernah

1. Apakah Anda pernah melakukan pencegahan DBD dengan Mengubur, Menguras, Menutup, dan Telungkup (3M1T)?

2. Apakah Anda pernah melaporkan wabah DBD ke kepala desa atau pemerintah setempat?

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 49

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

3. Apakah Anda pernah melakukan pemantauan jentik nyamuk satu kali dalam seminggu?

4. Apakah Anda pernah memberikan bubuk Abate ke dalam bak mandi dan mensosialisasikannya bahwa dapat mematikan jentik nyamuk?

5. Apakah Anda pernah melakukan penaburan bubuk Abate yang dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram Abate (± 1 sendok makan) untuk 100 Liter air dan mensosialisasikannya?

6. Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan untuk menjadi kader Jumantik?

7. Apakah Anda pernah menanam bunga Lavender dan menggunakannya dengan tujuan untuk mengusir nyamuk?

8. Apakah Anda pernah melakukan fogging yang tujuannya untuk memberantas nyamuk?

9. Apakah Anda pernah memakai kelambu pada saat tidur dan mensosialisasikannya guna mencegah DBD?

10. Apakah Anda pernah melakukan penyuluhan tentang 3M1T kepada warga guna mencegah wabah DBD?

DOKUMENTASI

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 50

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Kantor Kepala Desa Baru Tempat Penyampaian Kuesioner Mini Survey Peran Jumantik

dalam Pemberantasan DBD

Foto Bersama di depan Kantor Kepala Desa dalam rangka Gotong Royong

Pemberantasan DBD di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 51

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Pengisian Kuesioner Peran Jumantik Dalam Pemberantasan DBD di Desa Baru

Kecamatan Pancur Batu

Pengisian Kuesioner Peran Jumantik Dalam Pemberantasan DBD di Desa Baru

Kecamatan Pancur Batu

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 52

MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013

Pengisian Kuesioner Peran Jumantik Dalam Pemberantasan DBD di Desa Baru

Kecamatan Pancur Batu

Pengisian Kuesioner Peran Jumantik Dalam Pemberantasan DBD di Desa Baru

Kecamatan Pancur Batu

Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 53