Mini Survey Peran Jumantik Desa Baru Pancur Batu
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Mini Survey Peran Jumantik Desa Baru Pancur Batu
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti. Penyakit ini telah berkembang sejak lama di dunia,
pertama kali dikenali pada tahun 1779 di Kairo, dan pada tahun yang sama
juga di dapati di Asia yaitu di Jakarta yang dahulu masih bernama Batavia.
Penanggulangan wabah DBD seperti halnya wabah pada
umumnya, melibatkan peran serta masyarakat namun sifatnya persuasif.
Dalam penjelasan Pasal 5 Undang-undang No. 4 Tahun 1984, dikatakan
bahwa penyuluhan kepada masyarakat adalah kegiatan komunikasi yang
bersifat persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan
wabah agar masyarakat mengerti sifat-sifat penyakit, sehingga dapat
melindungi diri dari penyakit, dan apabila terkena, tidak menular pada
orang lain. Dalam pasal tersebut dikatakan juga bahwa penyuluhan
dilakukan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam menanggulangi
wabah.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992
tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue menyebutkan
bahwa “upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan
melalui kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan, penderita,
pengamatan penyakit dan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan
seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat”.
Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pelacakan penderita/tersangka
lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah
dengue di rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam
radius sekurang-kurangnya 100 meter, serta tempat umum yang
diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih lanjut.
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 1
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Pemberantasan vektor merupakan upaya yang mutlak untuk memutuskan
rantai penularan. Strategi yang dilakukan di Indonesia adalah
Pemberantasan sarang nyamuk, Pengasapan, dan larvasiding, yaitu
memusnahkan jentik nyamuk dengan menaburkan abate ke air yang
tergenang di dalam tampungan-tampungan air. PSN dilakukan dengan
menerapkan 3MIT (Menutup wadah-wadah tampungan air, Mengubur atau
Membakar barang-barang bekas, Menguras atau mengganti air di tempat
tampungan air, dan Telungkup wadah-wadah yang tidak terpakai).
Kegiatan 3MIT dihimbau untuk dilakukan oleh masyarakat 1 minggu
sekali.
Menurut Glosarium Depkes 2006, Jumantik adalah orang yang
ditunjuk dan diberi tugas untuk memantau jentik nyamuk dari rumah ke
rumah. Kegiatan jumantik sangat perlu dilakukan untuk mendorong
masyarakat agar dapat secara mandiri dan sadar untuk selalu peduli dan
membersihkan sarang nyamuk dan membasmi jentik nyamuk Aedes
Aegepti.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas., maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah Peran Jumantik dalam Pemberantasan DBD di
Desa Baru kecamatan Pancur Batu
Masalah yang dihadapi adalah kurangnya Pelatihan terhadap Kader
Jumantik serta kurangnya penyuluhan tentang 3MIT kepada warga.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan, sikap, dan
tindakan Jumantik dalam pemberantasan DBD di Desa Baru,
Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 2
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
2. Tujuan Khusus
1) Mendorong Jumantik untuk melakukan penyuluhan tentang 3M1T
kepada warga
2) Meningkatkan kesadaran warga tentang pentingnya 3MIT dalam
pemberantasan DBD
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
A. Peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi
tentang Bahaya DBD.
B. Peneliti dapat mengetahui Peran Jumantik dalam pemberantasan
DBD di Desa Baru
2. Bagi Puskesmas
A. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan
Puskesmas Pancur Batu berupa informasi dan data pengetahuan,
sikap dan tindakan jumantik di Desa Baru.
B. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Puskesmas Pancur
Batu dalam meningkatkan peran jumantik dalam pemberantasan
DBD di Desa Baru.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat membantu warga dalam pemberantasan
DBD
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 3
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
DATA WABAH DBD DI PUSKESMAS PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG (KASUS BARU)
TAHUN 2013
No BLNGOLONGAN UMUR (TAHUN) JMLH
(org)<1 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 >60
1 JAN - - - - - - - - - -
2 FEB - - - - - - - - - -
3 MAR - - - 1 - - - - - 1
4 APR - - - - - - - - - -
5 MEI - - - - - - - - - -
6 JUN - - - 2 2 - - - - 4
7 JUL 1 3 3 3 - - - - - 10
8 AUG - - - - 2 1 - - - 3
9 SEPT - 1 - 1 3 2 - - - 7
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 4
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
2.1.1. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang
ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang
jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa
petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.
2.1.2. Agent Infeksius
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam
grup B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family
flaviviridae, yang terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN
4. Masingmasing saling berkaitan sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit
pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama
terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga
merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat
keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita
banyak yang meninggal.
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 5
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
2.1.3 Vektor Penular
Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitannya.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah
urban) sedangkan daerah pedesaan (daerah rural) kedua spesies nyamuk tersebut
berperan dalam penularan.
2.2. Penularan Virus Dengue
2.2.1. Mekanisme Penularan
Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan
manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan
melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok
arthropod borne diseases. Virus dengue berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat
terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.
Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue,
yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue masuk ke dalam tubuh
nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, kemudian
virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang infeksius.
Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif)
merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7
hari mulai 1-2 hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita
DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk
ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan
menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva. Kira-
kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik),
nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 6
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes
aegypti yang telah menghisapvirus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang
hidupnya.
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk),
sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat
tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur
inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Hanya nyamuk Aedes
aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue. Nyamuk betina sangat
menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang. Kebiasaan
menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam
16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-
pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter).
Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber
makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk
tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu.
Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah
terjadi.
2.2.2. Tempat Potensial Bagi Penularan Penyakit DBD
Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat
nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD
adalah :
a. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis)
b. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang
datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran
beberapa tipe virus dengue cukup besar.
Tempat-tempat umum itu antara lain :
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 7
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
i. Sekolah
Anak murid sekolah berasal dari berbagai wilayah, merupakan
kelompok umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD.
ii. Rumah Sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya :
Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan
diantaranya adalah penderita DBD, demam dengue atau carier virus
dengue.
iii. Tempat umum lainnya seperti :
Hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat-tempat ibadah dan
lain-lain.
c. Pemukiman baru di pinggiran kota. Karena di lokasi ini, penduduk umumnya
berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita
atau carier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing
lokasi awal.
2.3. Nyamuk Penular DBD
2.3.1. Morfologi
Nyamuk Aedes aegypti mempunyai morfologi sebagai berikut :
a. Nyamuk dewasa
Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan
rata-rata nyamuk yang lain. Mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-
bintik putih pada bagian badan dan kaki.
b. Pupa (Kepompong)
Pupa atau kepompong berbentuk seperti “Koma”. Bentuknya lebih
besar namun lebih ramping dibandingkan larva (jentik)nya. Pupa nyamuk
Aedes aegypti berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan rata-rata
pupa nyamuk lain.
c. Larva (jentik)
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 8
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Ada 4 tingkat (instar) larva sesuai dengan pertumbuhan larva
1) Larva instar I berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm.
2) Larva instar II berukuran 2,5-3,8 mm.
3) Larva instar III berukuran lebih besar sedikit dari larva instar II.
4) Larva instar IV berukuran paling besar 5mm.
Larva dan pupa hidup pada air yang jernih pada wadah atau tempat
air buatan seperti pada potongan bambu, dilubang-lubang pohon, pelepah
daun, kaleng kosong, pot bunga, botol pecah, tangki air, talang atap,
tempolong atau bokor, kolam air mancur, tempat minum kuda, ban bekas,
serta barang-barang lainnya yang berisi air yang tidak berhubungan
langsung dengan tanah.15 Larva sering berada di dasar container, posisi
istirahat pada permukaan air membentuk sudut 45 derajat, sedangkan
posisi kepala berada di bawah.
d. Telur
Telur berwarna hitam dengan ukuran lebih 0,80 mm. Telur
berbentuk oval yang mengapung satu persatu pda permukaan air yang
jernih, atau menempel pada dinding penampungan air, Aedes aegypti
betina bertelur diatas permukaan air pada dinding vertikal bagian dalam
pada tempat-tempat yang berair sedikit, jernih, terlindung dari sinar
matahari langsung, dan biasanya berada di dalam dan dekat rumah. Telur
tersebut diletakkan satu persatu atau berderet pada dinding tempat air, di
atas permukaan air, pada waktu istirahat membentuk sudut dengan
permukaan air.
2.3.2. Lingkungan Hidup
Nyamuk Aedes aegypti seperti nyamuk lainnya mengalami metamorfosis
sempurna yaitu telur – jentik – kepompong – nyamuk. Stadium telur, jentik dan
kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik
dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam air. Telur dapat bertahan
hingga kurang lebih selama 2-3 bulan apabila tidak terendam air, dan apabila
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 9
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
musim penghujan tiba dan kontainer menampung air, maka telur akan terendam
kembali dan akan menetas menjadi jentik.
Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium pupa
(kepompong) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi dewasa
9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan.
Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa
dan ke tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang. Jarak terbang
nyamuk betina biasanya 40-100 meter. Namun secara pasif misalnya angin atau
terbawa kendaraan maka nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh.
2.3.3. Variasi Musiman
Pada musim hujan tempat perkembang biakan Aedes aegypti yang pada
musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum
sempat menetas akan menetas. Selain itu pada musim hujan semakin banyak
tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan
sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu pada
musim hujan populasi nyamuk Aedes aegypti terus meningkat. Bertambahnya
populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan
penularan penyakit dengue.
2.3.4. Tempat Perkembangbiakan Aedes aegypt
Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti ialah pada
tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu
tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum,
biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak
dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah.
Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 10
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
a. Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk menampung air
guna keperluan sehari-hari, seperti: tempayan, bak mandi, ember, dan lain-lain.
b. Bukan tempat penampungan air (non TPA), yaitu tempat-tempat yang biasa
menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti : tempat minum
hewan peliharaan (ayam, burung, dan lain-lain), barang bekas (kaleng, botol, ban,
pecahan gelas, dan lain-lain), vas bunga,perangkap semut, penampung air
dispenser, dan lain-lain.
c. Tempat penampungan air alami, seperti : Lubang pohon, lubang batu, pelepah
daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu,
dan lain-lain.
2.4. Epidemiologi Penyakit DBD
2.4.1. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang
DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD
lebih banyak pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat
kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok
umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan
transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan untuk tertularnya virus dengue
lebih besar, dan juga karena adanya infeksi virus dengue jenis baru yaitu DEN 1,
DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah.
Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur
memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang
dari 15 tahun (86-95%). Namun pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita
yang digolongkan dalam usia dewasa muda meningkat. Di Indonesia penderita
DBD terbanyak pada golongan anak berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang
berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984.
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 11
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
2.4.2. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat
Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat
dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang
tinggi dengan suhu yang rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak
sempurna.
Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya
dan Jakarta tahun 1968 angka kejadian sakit infeksi virus dengue meningkat dari
0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun 1998.
Sampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.
Meningkatnya kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan
karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru,
dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya
empat tipe virus yang menyebar sepanjang tahun.
2.4.3. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu
Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan
kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-320C) dengan kelembaban yang
tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama.
Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap
tempat maka
pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau Jawa pada
umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus
sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 12
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
2.4.4. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit DBD
Penularan penyakit DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu agent
(virus), host (pejamu), dan lingkungan, yaitu :
1. Agent (penyebab penyakit) adalah semua unsur atau elemen hidup atau
mati yang kehadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang efektif
dengan manusia rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi
stimuli untuk mengisi dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit.
Dalam hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran DBD adalah virus
dengue.
2. Karakteristik host (pejamu) adalah manusia yang kemungkinan terjangkit
penyakit DBD. Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD pada
manusia yaitu :
i. Mobilitas penduduk akan memudahkan penularan dari suatu
tempat ke tempat yang lainnya. Hasil penelitian Fathi (2004) di
kota Mataram mobilitaspenduduk tidak ikut berperan dalam
terjadinya KLB penyakit DBD di kota Mataram, hal ini dapat
dikaitkan dengan mobilitas penduduk di kota Mataram yang relatif
rendah yaitu sebagian besar adalah petani.20 Hasil penelitian
Arsunan dan Wahiduddin (2003) di kota Makassar mobilitas
penduduk berperan dalam penyebaran DBD, hal ini disebabkan
mobilitas penduduk di kota Makassar yang relatif tinggi.21 Hal ini
sesuai dengan Sumarmo bahwa penyakit biasanya menjalar
dimulai dari suatu pusat sumber penularan (kota besar), kemudian
mengikuti lalu-lintas (mobilitas) penduduk. Semakin tinggi
mobilitas makin besar kemungkinan penyebaran penyakit DBD.
ii. Pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan
penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan, hal ini
berkaitan dengan pengetahuan. Hasil penelitian Nicolas Duma
(2007) di kecamatan Baruga kota Kendari ada hubungan yang
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 13
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
sangat signifikan antara pengetahuan dengan kejadian DBD. Hal
ini juga sesuai dengan hasil penelitian Arsunan dan Wahiduddin
(2003) di kota Makassar yang mendapatkan adanya hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan kejadian DBD. Hasil
penelitian Kasnodiharjo (1997) di Subang Jawa Barat menyatakan
bahwa seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan atau
buta huruf , pada umumnya akan mengalami kesulitan untuk
menyerap ide-ide baru dan membuat mereka konservatif karena
tidak mengenal alternatif yang lebih baik.
iii. Kelompok umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan
penyakit DBD. Hasil penelitian Soegeng Soegijanto (2000) di Jawa
Timur dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi kasus
DBD terbanyak adalah pada kelompok umur 5-9 tahun. Tetapi
pada tahun 1998 dan 2000 proporsi kasus pada kelompok umur 15-
44 tahun meningkat, keadaan tersebut perlu diwaspadai bahwa
DBD cenderung meningkat pada kelompok umur remaja dan
dewasa.4 Hal ini sesuai dengan Suroso bahwa di Indonesia pada
tahun 1995-1997 proporsi kasus DBD telah bergeser ke usia ≥ 15
tahun.5 Hasil penelitian Fitri (2005) di Pekanbaru proporsi
penderita terbanyak lebih sering pada kelompok umur ≥ 15 tahun.
iv. Jenis kelamin, berdasarkan penelitian Widyana (1998) di Bantul
pada tahun 1997 menemukan bahwa proporsi penderita perempuan
lebih tinggi dibanding laki-laki yaitu sebesar 52,6 %.23 Hasil
serupa juga di peroleh oleh Enny dkk (2003) di Jakarta pada tahun
2000 sebagian besar penderita adalah perempuan (58,2%). Namun
secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin
penderita DBD dan sampai sekarang tidak ada keterangan yang
dapat memberikan jawaban dengan tuntas mengenai perbedaan
jenis kelamin pada penderita DBD. Hal ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan Djelantik di RSCM Jakarta (1998)
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 14
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
menyatakan bahwa tidak terdapatm perbedaan yang signifikan
antara angka insiden laki-laki dan perempuan.
3. Lingkungan, lingkungan yang terkait dalam penularan penyakit DBD
adalah :
i. Tempat penampungan air / keberadaan kontainer, sebagai tempat
perindukan nyamuk Aedes aegypti. Hasil penelitian Yukresna
(2003) dengan desain penelitian case control di kota Medan
mendapatkan kondisi tempat penampungan air mempunyai
hubungan dengan kejadian DBD dengan OR 5,706 (CI 95% 1,59 –
20,39).
ii. Ketinggian tempat suatu daerah mempunyai pengaruh terhadap
perkembangbiakan nyamuk dan virus DBD. Di wilayah dengan
ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut tidak
ditemukan nyamuk Aedes aegypti.
iii. Curah hujan, pada musim hujan (curah hujan diatas normal) tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang pada musim
kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang belum
sempat menetas, dalam tempo singkat akan menetas, dan
kelembaban udara juga akan meningkat yang akan berpengaruh
bagi kelangsungan hidup nyamuk dewasa dimana selama musim
hujan jangka waktu hidup nyamuk lebih lama dan berisiko
penularan virus lebih besar. Dari hasil pengamatan penderita DBD
yang selama ini dilaporkan di Indonesia bahwa musim penularan
DBD pada umumnya terjadi pada musim hujan yaitu awal dan
akhir tahun. Hasil penelitian Fitri (2005) kasus penyakit DBD di
kota Pekanbaru akan lebih tinggi pada saat curah hujan tinggi yaitu
diatas 300 mm.
iv. Kebersihan lingkungan / sanitasi lingkungan, dari penelitian
Yukresna (2003) di kota Medan dengan desain penelitian case
control yang mendapatkan bahwa kebersihan lingkungan
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 15
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
mempunyai hubungan dengan kejadian DBD dengan OR 2,90 (CI
95% 1,63-5,15).26 Penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan
Seogeng, S (2004) yang menyatakan bahwa kondisi sanitasi
lingkungan berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti.
2.4.5. Manifestasi Klinis
Infeksi oleh virus dengue dapat bersifat asimtomatik maupun simtomatik
yang meliputi demam biasa (sindrom virus), demam dengue, atau demam
berdarah dengue termasuk sindrom syok dengue (DSS). Penyakit demam dengue
biasanya tidak menyebabkan kematian, penderita sembuh tanpa gejala sisa.
Sebaliknya, DHF merupakan penyakit demam akut yang mempunyai ciri-ciri
demam, manifestasi perdarahan, dan berpotensi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian. Gambaran klinis bergantung pada usia, status imun
penjamu, dan strain virus.
2.5. Pencegahan Primer
Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu
pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan
tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
2.5.1. Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Gerakan PSN adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit DBD yang disertai
pemantauan hasil-hasilnya secara terus menerus. Gerakan PSN DBD merupakan
bagian terpenting dari keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD, dan
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 16
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
merupakan bagian dari upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta prilaku
sehat dalam rangka mencapai masyarakat dan keluarga sejahtera. Dalam
membasmi jentik nyamuk penularan DBD dengan cara yang dikenal dengan
istilah 3M, yaitu :
1. Menguras bak mandi, bak penampungan air, tempat minum hewan
peliharaan minimal sekali dalam seminggu.
2. Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga
tidak dapat diterobos oleh nyamuk dewasa.
3. Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, yang
semuanya dapat menampung air hujan sebagai tempat
berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti.
2.6. Pencegahan Sekunder
Pada pencegahan sekunder dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
2.6.1. Penemuan, Pertolongan dan Pelaporan Penderita
Penemuan, pertolongan, dan pelaporan penderita DBD dilaksanakan oleh
petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara :
1. Bila dalam keluarga ada yang menunjukkan gejala penyakit DBD, berikan
pertolongan pertama dengan banyak minum, kompres dingin dan berikan
obat penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat serta segera
bawa ke dokter atau unit pelayanan kesehatan.
2. Dokter atau unit kesehatan setelah melakukan pemeriksaan/diagnosa dan
pengobatan segaera melaporkan penemuan penderita atau tersangka DBD
tersebut kepada Puskesmas, kemudian pihak Puskesmas yang menerima
laporan segera melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengamatan
penyakit dilokasi penderita dan rumah disekitarnya untuk mencegah
kemungkinan adanya penularan lebih lanjut.
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 17
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
3. Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan
kejadian luar biasa (KLB) kepada Camat, dan Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten, disertai dengan cara penanggulangan seperlunya.
2.6.2. Diagnosis
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO
tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium.
1. Kriteria Klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan : uji tourniquet positif,
petechie, echymosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis dan malena. Uji tourniquet dilakukan dengan terlebih
dahulu menetapkan tekanan darah. Selanjutnya diberikan tekanan di antara
sistolik dan diastolik pada alat pengukur yang dipasang pada lengan di atas
siku; tekanan ini diusahakan menetap selama percobaan. Setelah dilakukan
tekanan selama 5 menit, diperhatikan timbulnya petekia pada kulit di
lengan bawah bagian medial pada sepertiga bagian proksimal. Uji
dinyatakan positif apabila pada 1 inchi persegi (2,8 x 2,8 cm) didapat lebih
dari 20 petekia.
c. Pembesaran hati (hepatomegali).
d. Syok (renjatan), ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan
nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan gelisah.
2. Kriteria Laboratorium
a. Trombositopeni ( < 100.000 sel/ml)
b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau
lebih.
3.Derajat Penyakit DBD, menurut WHO tahun 1997
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 18
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat, yaitu :
a. Derajat I Demam disertai dengan gejala umum nonspesifik, satu-satunya
manifestasi perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniquet yang positif.
b. Derajat II Selain manifestasi yang dialami pasien derajat I, perdarahan
spontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau
perdarahan lainnya.
c. Derajat III Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi
nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau
hipotensi disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah.
d. Derajat IV Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat
dengan tekanan darah dan denyut nadi yang tidak terdeteksi.
2.6.3. Pengobatan Penderita DBD
Pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan
suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
1. Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi :
a. Istirahat total di tempat tidur.
b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air
ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh
karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka
cairan inravena harus diberikan.
c. Berikan makanan lunak
d. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat
diberikan kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin,
atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena dapat menyebabkan
perdarahan.
e. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi
sekunder.
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 19
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
2. Penatalaksanaan pada pasien syok :
a. Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer
laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan
tiap jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam
pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Nilai normal Hemoglobin :
1) Anak-anak : 11,5 – 12,5 gr/100 ml darah
2) Laki-laki dewasa : 13 – 16 gr/100 ml darah
3) Wanita dewasa : 12 – 14 gr/100 ml darah
Nilai normal Hematokrit :
1) Anak-anak : 33 – 38 vol %
2) Laki-laki dewasa : 40 – 48 vol %
3) Wanita dewasa : 37 – 43 vol %
c. Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht
maka diberi transfusi darah.
2.6.4. Penyelidikan Epidemiologi (PE)
Penyelidikan Epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita/tersangka
DBD lainnya dan pemeriksaan jentik rumah, yang dilakukan dirumah penderita
dan 20 rumah disekitarnya serta tempat-tempat umum yang diperkirakan menjadi
sumber penularan, hasilnya dicatat dalam formulir PE dan dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas selanjutnya diteruskan kepada Lurah melalui Camat dan
penanggulangan seperlunya untuk membatasi penularan. Maksud penyelidikan
epidemiologi ialah untuk mengetahui ada/tidaknya kasus DBD tanbahan dan luas
penyebarannya, serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyebaran
penyakit DBD lebih lanjut dilokasi tersebut.
Bila pada hasil PE ditemukan penderita DBD lain atau jentik dan penderita
panas tanpa sebab yang jelas lebih dari 3 orang maka akan dilakukan penyuluhan
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 20
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
3 M plus, larvasida, fogging fokus / penanggulangan fokus, yaitu pengasapan
rumah sekitar tempat tinggal penderita DBD dalam radius 200 meter, yang
dilaksanakan berdasarkan hasil dari penyelidikan epidemiologi, dilakukan 2 siklus
dengan interval 1 minggu. Bila pada hasil PE tidak ditemukan kasus lain maka
dilakukan penyuluhan dan kegiatan 3M.
2.7. Pencegahan Tersier
Pencegahan tingkat ketiga ini dimaksudkan untuk mencegah kematian
akibat penyakit DBD dan melakukan rehabilitasi. Upaya pencegahan ini dapat
dilakukan dengan :
a. Transfusi Darah
Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan
malena diindikasikan untuk mendapatkan transfusi darah secepatnya.
b. Stratifikasi Daerah Rawan DBD
Adapun jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan stratifikasi
daerah rawan seperti :
i. Endemis
Yaitu Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun terakhir
selalu ada kasus DBD. Kegiatan yang dilakukan adalah fogging
Sebelum Musim Penularan (SMP), Abatisasi selektif, dan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
ii. Sporadis
Yaitu Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun terakhir
ada kasus DBD. Kegiatan yang dilakukan adalah Pemeriksaan
Jentik Berkala (PJB), PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan
3M, penyuluhan tetap dilakukan.
iii. Potensial
Yaitu Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun terakhir
tidak ada kasus DBD. Tetapi penduduknya padat, mempunyai
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 21
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
hubungan transportasi dengan wilayah lain dan persentase rumah
yang ditemukan jentik > 5%. Kegiatan yang dilakukan adalah PJB,
PSN, 3M dan penyuluhan.
iv. Bebas
Yaitu Kecamatan, Kelurahan yang tidak pernah ada kasus
DBD. Ketinggian dari permukaan air laut > 1000 meter dan
persentase rumah yang ditemukan jentik ≤ 5%. Kegiatan yang
dilakukan adalah PJB, PSN, 3M dan penyuluhan.
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 22
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Konsep Penelitian
3.2 Defenisi Operasional
1. Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh Responden dalam upaya
pemberantasan DBD.
2. Sikap adalah keputusan yang dilakukan oleh Responden dalam upaya
pemberantasan DBD.
3. Tindakan adalah cara yang dilakukan oleh Responden dalam upaya
pemberantasan DBD.
4. Manfaat Peran Jumantik adalah untuk memberantas penyakit DBD.
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 23
Peran Jumantik dalam Upaya Pemberantasan
DBD
Karateristik Jumantik :
Pengetahuan Sikap Tindakan
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian bersifat survey deskriptif yaitu : suatu peneltian
yang memberikan gambaran tentang Peran Jumantik dalam Upaya
pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
4.2 Populasi dan Sampel
Untuk pengumpulan informasi yang diperlukan penulis bersumber
dari :
1. Populasi
Menurut Arikunto (2002:108) bahwa populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Apalagi meneliti semua elemen yang ada didalam
wilayah penelitian,maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Sesuai dengan pendapat diatas, populasi yang dijadikan sebagai
sumber data dalam penelitian ini adalah Jumantik di Desa Baru
Kecamatan Pancur Batu yang berjumlah 20 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.
Berdasarkan pedapat di atas maka peneliti mengambil sampel
berdasarkan Kerjcie dan morgan 1970 yang membuat daftar tabel dari
Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan tentang Konsep
Pembuatan Karya Tulis Ilmiah dan Thesis untuk Mahasiswa Kesehatan
Populasi Sampel
7201 20
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 24
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Dari tabel diatas maka populasi yang di teliti oleh peneliti adalah 7201
orang di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu, dan sampel yang di teliti
oleh peneliti adalah 20 orang.
4.3 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu,
Kabupaten Deli Serdang
4.4 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada hari Sabtu 06 Oktober 2013 sampai
dengan minggu 07 Oktober 2013.
4.5 Cara Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang menunjang dan melengkapi
penelitian ini dilakukan dengan penggunakan data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengisian
kuisioner yang dibuat dengan mengarah kepada metode Krejcie dan
Morgan 1970 dalam Uma Sekaran (1992) yang membuat daftar yang dapat
menetukan jumlah sample. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh
dari Kepala Desa dan Bidan Desa di Desa Baru.
4.6 Pengolahan Data
Data dikelolah secara manual dan selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dengan tahapan :
1. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya
dengan memberikan kode tertentu.
2. Tabulasi yaitu data yang terkumpul ditabulasikan dalam bentuk
tabel.
3. Data analisa secara deskriptif.
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 25
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
4.7 Analisa Data
Dengan mengumpulkan pendapat dari masing-masing jawaban
responden, lalu ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel distribusi frekuensi,
kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan dalam bentuk naratif.
4.8 Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai adalah berupa quisioner yang terdiri dari
30 pertanyaan tentang pengetahuan Jumantik dalam upaya
penanggulangan DBD.
4.9 Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran atau penelitian Pengetahuan, sikap dan tindakan
Jumantik dalam upaya pemberantasan DBD:
i. Baik, jika jawaban benar > 75% dari jumlah pertanyaan.
ii. Cukup, jika jawaban benar 50%-75% dari jumlah pertanyaan.
iii. Kurang, jika jawaban benar < 50% dari jumlah pertanyaan.
Pengetahuan Jumantik dalam upaya penanggulangan DBD berdasarkan
skor (maksimum skor untuk quisioner adalah 30)
i. Baik > 20
ii. Cukup 15 - 20
iii. Kurang < 15
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 26
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Data Hasil Penelitian
Mini survey di Desa Baru diikuti oleh 20 responden dengan hasil sebagai
berikut :
No Pengetahuan Jumantik dalam upaya
pemberantasan DBD
Jumlah
Jumantik
Presentase
1 Baik 14 70%
2 Cukup 6 30%
3 Kurang 0 0%
Pada analisis data yang disajikan berbagai jawaban dari responden atas
questioner yang berisi pertanyaan variable bebas yang telah disebarkan.
Keterangan :
1 - 20 : Nomor Responden
1 - 30 : Nomor Pertanyaan
Penyajian data identitas responden berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan.
Tabel 1. Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Sampel Persentase
A SD 1 5%
B SMP 9 45%
C SMA 7 35%
D SARJANA 3 15%
Jumlah 20 100%
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 27
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang berstatus SD adalah 1
orang (5%), responden yang berstatus SMP adalah 9 orang (45%) responden yang
berstatus SMA adalah 7 orang (35 %) responden yang berstatus SARJANA
adalah 3 orang (15 %).
Tabel 2. Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Sampel Persentase
A Tidak / Belum Bekerja 1 5 %
B Petani 5 25 %
C PNS 1 5%
D Pegawai Swasta 8 40%
E Wiraswasta 5 25%
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang tidak/belum bekerja
adalah 1 orang (5 %), responden yang pekerjaannya Petani adalah 5 orang (25%)
responden yang pekerjaannya PNS adalah 1 orang (5%) responden yang
pekerjaannya Pegawai Swasta adalah 8 orang (40%) dan responden yang
pekerjaannya Wiraswasta adalah 5 orang (25%).
Tabel 3. Apakah Anda tahu cara pencegahan DBD dengan Mengubur, Menguras,
Menutup, dan Telungkup (3M1T)?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 18 90 %
B Tidak 2 10 %
Jumlah 20 100 %
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 28
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui cara
pencegahan DBD ada 18 orang (90 %) dan yang tidak mengetahui ada 2 orang
(10%).
Tabel 4. Apakah Anda tahu jika terjadi wabah DBD harus melapor ke kepala
desa?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 20 100%
B Tidak 0 0%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa semua Jumantik mengetahui jika terjadi
wabah DBD harus melapor ke kepala desa.
Tabel 5. Apakah Anda tahu pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam
seminggu?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 12 60 %
B Tidak 8 40 %
Jumlah 20 100 %
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui pemantauan
jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu ada 12 orang (60%) dan
Jumantik yang tidak mengetahui ada 8 orang (40%).
Tabel 6. Apakah Anda tahu dengan memberikan bubuk Abate dapat mematikan
jentik nyamuk?
No Jawaban Sampe Persentase
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 29
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
l
A Ya 19 95%
B Tidak 1 5%
Jumlah 20 100 %
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui, dengan
memberikan bubuk Abate dapat mematikan jentik nyamuk ada 19 orang (95%)
dan yang tidak mengetahui ada 1 orang (5%).
Tabel 7. Apakah Anda tahu bahwa penaburan bubuk Abate dilakukan dua
sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram Abate (± 1 sendok makan)
untuk 100 Liter air?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 15 75%
B Tidak 5 25%
Jumlah 20 100 %
Pada tabel 7 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui, penaburan
bubuk Abate dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram
Abate (± 1 sendok makan) untuk 100 Liter air ada 15 orang (75%) dan yang tidak
mengetahui ada 5 orang (25%).
Tabel 8. Apakah Anda tahu bahwa kader Jumantik harus mengikuti pelatihan?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 18 90%
B Tidak 2 10%
Jumlah 20 100 %
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 30
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Pada tabel 8 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui harus
mengikuti pelatihan ada 18 orang (90%) dan yang tidak mengetahui ada 2 orang
(10%).
Tabel 9. Apakah Anda tahu bahwa dengan menanam bunga Lavender dapat
mengusir nyamuk?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 18 90%
B Tidak 2 10%
Jumlah 20 100 %
Pada tabel 9 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui dengan
menanam bunga Lavender dapat mengusir nyamuk ada 18 orang (90%) dan yang
tidak mengetahui ada 2 orang (10%).
Tabel 10. Apakah Anda tahu bahwa fogging dapat membrantas sarang nyamuk?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 20 100%
B Tidak 0 0%
Jumlah 20 100 %
Pada tabel 10 menunjukkan bahwa semua Jumantik mengetahui bahwa
fogging dapat membrantas sarang nyamuk.
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 31
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Tabel 11. Apakah Anda tahu bahwa tidur dengan menggunakan kelambu dapat
mencegah DBD?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 20 100%
B Tidak 0 0%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 11 menunjukkan bahwa semua Jumantik mengetahui bahwa
tidur dengan menggunakan kelambu dapat mencegah DBD.
Tabel 12. Apakah Anda tahu bahwa penyuluhan tentang 3M1T kepada warga
dapat mencegah wabah DBD?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 18 90%
B Tidak 2 10%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 12 menunjukkan bahwa Jumantik yang mengetahui
penyuluhan tentang 3M1T kepada warga dapat mencegah wabah DBD ada 18
orang (90%) dan yang tidak mengetahui ada 2 orang (10%).
Tabel 13. Apakah Anda setuju cara pencegahan DBD dengan Mengubur,
Menguras, Menutup, dan Telungkup (3M1T)?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 18 90%
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 32
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
B Tidak 2 10%
Jumlah 20 100 %
Pada tabel 13 menunjukkan bahwa Jumantik yang menyetujui cara
pencegahan DBD dengan Mengubur, Menguras, Menutup, dan Telungkup
(3M1T) ada 18 orang (90%) dan yang tidak menyetujui ada 2 orang (10%).
Tabel 14. Apakah Anda setuju jika terjadi wabah DBD harus melapor ke kepala
desa?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 19 95%
B Tidak 1 5%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 14 menunjukkan bahwa Jumantik yang menyetujui jika terjadi
wabah DBD harus melapor ke kepala desa ada 19 orang (95%) dan yang tidak
menyetujui orang (5%).
Tabel 15. Apakah Anda setuju pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali
dalam seminggu?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 13 65%
B Tidak 7 35%
Jumlah 20 100 %
Pada tabel 15 menunjukkan bahwa yang menyetujui pemantauan jentik
nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu ada 13 orang (65%) dan yang tidak
menyetujui ada 7 orang (35%).
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 33
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Tabel 16. Apakah Anda setuju dengan memberikan bubuk Abate dapat
mematikan jentik nyamuk?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 20 100%
B Tidak 0 0%
Jumlah 20 100 %
Pada tabel 16 menunjukkan bahwa semua Jumantik menyetujui dengan
memberikan bubuk Abate dapat mematikan jentik nyamuk.
Tabel 17. Apakah Anda setuju bahwa penaburan bubuk Abate dilakukan dua
sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram Abate (± 1 sendok makan)
untuk 100 Liter air?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 20 100%
B Tidak 0 0%
Jumlah 20 100 %
Pada tabel 17 menunjukkan bahwa semua Jumantik menyetujui
penaburan bubuk Abate dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10
gram Abate (± 1 sendok makan) untuk 100 Liter air.
Tabel 18. Apakah Anda setuju bahwa kader Jumantik harus mengikuti pelatihan?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 18 90%
B Tidak 2 10%
Jumlah 20 100 %
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 34
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Pada tabel 18 menunjukkan bahwa Jumantik yang menyetujui kader
Jumantik harus mengikuti pelatihan ada 18 orang (90%) dan yang tidak
menyetujui ada 2 orang (10%)
Tabel 19. Apakah Anda setuju bahwa dengan menanam bunga Lavender dapat
mengusir nyamuk?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 20 100%
B Tidak 0 0%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 19 menunjukkan bahwa semua Jumantik menyetujui dengan
menanam bunga Lavender dapat mengusir nyamuk.
Tabel 20. Apakah Anda setuju bahwa fogging dapat memberantas sarang
nyamuk?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 20 100%
B Tidak 0 0%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 20 menunjukkan bahwa semua Jumantik menyetujui fogging
dapat memberantas sarang nyamuk.
Tabel 21. Apakah Anda setuju bahwa tidur dengan menggunakan kelambu dapat
mencegah DBD?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 20 100%
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 35
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
B Tidak 0 0%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 21 menunjukkan bahwa semua Jumantik menyetujui tidur
dengan menggunakan kelambu dapat mencegah DBD.
Tabel 22. Apakah Anda setuju bahwa penyuluhan tentang 3M1T kepada warga
dapat mencegah wabah DBD?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 20 100%
B Tidak 0 0%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 22 menunjukkan bahwa semua Jumantik menyetujui
penyuluhan tentang 3M1T kepada warga dapat mencegah wabah DBD.
Tabel 23. Apakah Anda pernah melakukan pencegahan DBD dengan Mengubur,
Menguras, Menutup, dan Telungkup (3M1T)?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 15 75%
B Tidak 5 25%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 23 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah melakukan
pencegahan DBD dengan Mengubur, Menguras, Menutup, dan Telungkup
(3M1T) ada 15 orang (75%) dan yang tidak pernah melakukan ada 5 orang (25%).
Tabel 24. Apakah Anda pernah melaporkan wabah DBD ke kepala desa atau
pemerintah setempat?
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 36
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 12 60%
B Tidak 8 40%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 24 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah melaporkan
wabah DBD ke kepala desa atau pemerintah setempat ada 12 orang (60%) dan
yang tidak pernah melakukan ada 8 orang (40%).
Tabel 25. Apakah Anda pernah melakukan pemantauan jentik nyamuk satu kali
dalam seminggu?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 7 35%
B Tidak 13 65%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 25 menunjukkan Jumantik yang pernah melakukan pemantauan
jentik nyamuk satu kali dalam seminggu ada 7 orang (35%) dan yang tidak
pernah melakukan ada 13 orang (65%).
Tabel 26. Apakah Anda pernah memberikan bubuk Abate ke dalam bak mandi
dan mensosialisasikannya bahwa dapat mematikan jentik nyamuk?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 17 85%
B Tidak 3 15%
Jumlah 20 100%
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 37
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Pada tabel 26 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah memberikan
bubuk Abate ke dalam bak mandi dan mensosialisasikannya bahwa dapat
mematikan jentik nyamuk ada 17 orang (85%) dan yang tidak pernah melakukan
ada 3 orang (15%).
Tabel 27. Apakah Anda pernah melakukan penaburan bubuk Abate yang
dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram Abate (± 1
sendok makan) untuk 100 Liter air dan mensosialisasikannya.
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 17 85%
B Tidak 3 15%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 27 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah melakukan
penaburan bubuk Abate yang dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan
takaran 10 gram Abate (± 1 sendok makan) untuk 100 Liter air dan
mensosialisasikannya ada 17 orang (85%) dan yang tidak pernah melakukan ada
3 orang (15%).
Tabel 28. Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan untuk menjadi kader
Jumantik?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 3 15%
B Tidak 17 85%
Jumlah 20 100%
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 38
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Pada tabel 28 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah mengikuti
pelatihan untuk menjadi kader Jumantik ada 3 orang (15%) dan yang tidak
pernah mengikuti ada 17 orang (85%).
Tabel 29. Apakah Anda pernah menanam bunga Lavender dan menggunakannya
dengan tujuan untuk mengusir nyamuk?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 1 5%
B Tidak 19 95%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 29 menunjukkan Jumantik yang pernah menanam bunga
Lavender dan menggunakannya dengan tujuan untuk mengusir nyamuk ada 1
orang (5%) dan yang tidak pernah melakukan ada 19 orang (95%).
Tabel 30. Apakah Anda pernah melakukan fogging yang tujuannya untuk
memberantas nyamuk?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 20 100%
B Tidak 0 0%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 30 menunjukkan semua Jumantik pernah melakukan fogging
yang tujuannya untuk memberantas nyamuk.
Tabel 31. Apakah Anda pernah memakai kelambu pada saat tidur dan
mensosialisasikannya guna mencegah DBD?
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 39
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 19 95%
B Tidak 1 5%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 31 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah memakai
kelambu pada saat tidur dan mensosialisasikannya guna mencegah DBD ada 19
orang (95%) dan yang tidak pernah melakukan ada 1 orang (5%).
Tabel 32. Apakah Anda pernah melakukan penyuluhan tentang 3M1T kepada
warga guna mencegah wabah DBD?
No Jawaban Sampe
l
Persentase
A Ya 7 35%
B Tidak 13 65%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 32 menunjukkan bahwa Jumantik yang pernah melakukan
penyuluhan tentang 3M1T kepada warga guna mencegah wabah DBD ada 7
orang (35%) dan yang tidak pernah melakukan ada 13 orang (65%).
Tabel 33. Hasil Mini survey di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Diikuti
oleh 20 Responden Jumantik
No Pengetahuan tentang Peran
Jumantik dalam Pemberantasan
DBD
Responden Persentase
1 Baik 14 70%
2 Cukup 6 30%
3 Kurang 0 0%
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 40
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Dari tabel 33 menunjukkan bahwa Pengetahuan Jumantik dalam
Pemberantasan DBD tergolong BAIK yaitu sebanyak 14 orang dari 20 responden
atau sekitar 70% dan yang tergolong CUKUP sebanyak 6 orang dari 20
responden atau sekitar 30%.
Tabel 34. Hasil Mini survey di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Diikuti
oleh 20 Responden Jumantik
No Sikap Jumantik dalam
Pemberantasan DBD
Responden Persentase
1 Baik 19 95%
2 Cukup 1 5%
3 Kurang 0 0%
Dari tabel 34 menunjukkan bahwa Sikap Jumantik dalam Pemberantasan
DBD tergolong BAIK yaitu sebanyak 19 orang dari 20 responden atau sekitar
95% dan yang tergolong CUKUP sebanyak 1 orang dari 20 responden atau
sekitar 5%.
Tabel 35. Hasil Mini survey di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Diikuti
oleh 20 Responden Jumantik
No Tindakan Jumantik dalam
Pemberantasan DBD
Responden Persentase
1 Baik 3 15%
2 Cukup 5 25%
3 Kurang 12 60%
Dari tabel 35 menunjukkan bahwa Tindakan Jumantik dalam
Pemberantasan DBD tergolong KURANG yaitu sebanyak 12 orang dari 20
responden atau sekitar 60% ,yang tergolong CUKUP sebanyak 5 orang dari 20
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 41
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
responden atau sekitar 25%, dan yang tergolong BAIK sebanyak 3 orang dari 20
Responden atau sekitar 15%.
BAB VI
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai
tingkat pendidikan terbanyak adalah SMP yakni sebanyak 9 orang dari 20
responden atau sekitar 45%. Responden yang mempunyai pekerjaan terbanyak
adalah Pegawai Swasta yakni sebanyak 8 orang dari 20 responden atau sekitar
40%
Pengetahuan Jumantik dalam pemberantasan DBD yang tergolong BAIK
sebanyak 14 orang dari 20 responden atau sekitar 70%, yang tergolong CUKUP
sebanyak 6 orang dari 20 responden atau sekitar 30%.
Sikap Jumantik dalam Pemberantasan DBD yang tergolong BAIK
sebanyak 19 orang dari 20 responden atau sekitar 95% dan yang tergolong
CUKUP sebanyak 1 orang dari 20 responden atau sekitar 5%.
Tindakan Jumantik dalam Pemberantasan DBD yang tergolong KURANG
sebanyak 12 orang dari 20 responden atau sekitar 60% ,yang tergolong CUKUP
sebanyak 5 orang dari 20 responden atau sekitar 25%, dan yang tergolong BAIK
sebanyak 3 orang dari 20 Responden atau sekitar 15%.
Masih kurangnya tindakan Jumantik dalam pemberantasan DBD di Desa
Baru Kecamatan Pancur Batu disebabkan pelatihan yang kurang terhadap kader
Jumantik. Kurangnya pelatihan terhadap kader Jumantik ini dilihat dari masih
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 42
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
sedikitnya kader jumantik yang sudah mengikuti pelatihan (15%), masih
sedikitnya kader Jumantik yang melakukan pemantauan jentik nyamuk setiap 1
minggu sekali (35%), dan masih sedikitnya jumantik yang melakukan penyuluhan
tentang 3M1T kepada warga (35%).
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada Jumantik
mengenai Pemberantasan DBD di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu,
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang dilakukan pada tanggal 05-06
oktober 2013 yang diikuti oleh 20 responden, dapat ditarik beberapa
kesimpulan:
1. Dari data di atas, yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang
pemberantasan DBD di Desa Baru ditemukan adanya 14 Orang dari 20
responden atau 70%, pengetahuan yang cukup tentang pemberantasan
DBD di Desa Baru ditemukan adanya 6 Orang dari 20 responden atau
30%.
2. Dari data di atas, yang memiliki sikap yang baik tentang
pemberantasan DBD di Desa Baru ditemukan adanya 19 Orang dari 20
responden atau 95%, sikap yang cukup tentang pemberantasan DBD di
Desa Baru ditemukan adanya 1 Orang dari 20 responden atau 5%.
3. Dari data di atas, yang memiliki tindakan yang baik tentang
pemberantasan DBD di Desa Baru ditemukan hanya 3 Orang dari 20
responden atau 15%, tindakan yang cukup tentang pemberantasan
DBD di Desa Baru ditemukan hanya 5 Orang dari 20 responden atau
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 43
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
25% dan tindakan yang kurang tentang pemberantasan DBD di Desa
Baru ditemukan adanya 12 orang dari 20 responden atau 60%.
7.2 Saran
1. Perlunya melakukan pelatihan terhadap kader jumantik sehingga kader
jumantik dapat lebih mengerti cara pemberantasan DBD sehingga tujuan
untuk menurunkan jumlah warga yang terkena DBD dapat tercapai.
2. Perlunya melakukan penyuluhan terhadap warga tentang pentingnya
melakukan 3M1T guna mencegah terjadinya wabah DBD.
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 44
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
1. Noer, Sjaifoellah. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam J i l i d 1 .
Jakarta: FKUI
2. Soegeng, Soegiarto. 2006. Demam Berdarah Dengue Edisi 2. Surabaya: Penerbit
Airlangga.
3. WHO. 2008. Demam Berdarah Dengue Edisi 2. Jakarta: EGC
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 45
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
KUESIONER MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD
DI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATUTAHUN 2013
IDENTITAS RESPONDEN
UNTUK PEWAWANCARA DAN OBSERVASI
Nomor Responden :Nama Responden :Alamat Responden :Keberadaan jentik Aedes aegypti : Ada Tidak Ada
I. Umur
II. Jenis Kelamin:1. Laki-laki2. Perempuan
III. Pendidikan :
1. Tidak tamat SD2. Tamat SD3. Tamat SMP4. Tamat SMA5. Sarjana Muda6. Sarjana
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 46
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
IV. Pekerjaan:1. Tidak/ Belum bekerja2. Petani3. Buruh4. Nelayan5. PNS/ABRI/Polri6. Pegawai Swasta7. Pensiunan8. Wiraswasta
V. Suku:1. Jawa2. Melayu3. Batak4. Karo
VI. Lamanya tinggal di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu
.......................................................1. 1 – 5 tahun
.......................................................2. 6 – 10 tahun
.......................................................3. 11 – 15 tahun
.......................................................4. 16 – 20 tahun
.......................................................5. ≥ 21 tahun
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 47
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
KUESIONER MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD
DI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATUTAHUN 2013
I. PENGETAHUAN
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dengan cara memberi tanda “ √” pada jawaban pilihan Anda.
No. Pertanyaan Ya Tidak1. Apakah Anda tahu cara pencegahan DBD dengan
Mengubur, Menguras, Menutup, dan Telungkup (3M1T)?
2. Apakah Anda tahu jika terjadi wabah DBD harus melapor ke ke kepala desa?
3. Apakah Anda tahu tahu pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu?
4. Apakah Anda tahu dengan memberikan bubuk Abate dapat mematikan jentik nyamuk?
5. Apakah Anda tahu bahwa penaburan bubuk Abate dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram Abate (± 1 sendok makan) untuk 100 Liter air?
6. Apakah Anda tahu bahwa kader Jumantik harus mengikuti pelatihan?
7. Apakah Anda tahu bahwa dengan menanam bunga Lavender dapat mengusir nyamuk?
8. Apakah Anda tahu bahwa fogging dapat membrantas sarang nyamuk?
9. Apakah Anda tahu bahwa tidur dengan menggunakan kelambu dapat mencegah DBD?
10. Apakah Anda tahu bahwa penyuluhan tentang 3M1T kepada warga dapat mencegah wabah DBD?
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 48
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
II. SIKAP
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dengan cara memberi tanda “ √” pada jawaban pilihan Anda.
No. Pertanyaan Setuju Tidak Setuju
1. Apakah Anda setuju cara pencegahan DBD dengan Mengubur, Menguras, Menutup, dan Telungkup (3M1T)?
2. Apakah Anda setuju jika terjadi wabah DBD harus melapor ke kepala desa?
3. Apakah Anda setuju pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu?
4. Apakah Anda setuju dengan memberikan bubuk Abate dapat mematikan jentik nyamuk?
5. Apakah Anda setuju bahwa penaburan bubuk Abate dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram Abate (± 1 sendok makan) untuk 100 Liter air?
6. Apakah Anda setuju bahwa kader Jumantik harus mengikuti pelatihan?
7. Apakah Anda setuju bahwa dengan menanam bunga Lavender dapat mengusir nyamuk?
8. Apakah Anda setuju bahwa fogging dapat membrantas sarang nyamuk?
9. Apakah Anda setuju bahwa tidur dengan menggunakan kelambu dapat mencegah DBD?
10. Apakah Anda setuju bahwa penyuluhan tentang 3M1T kepada warga dapat mencegah wabah DBD?
III. TINDAKAN
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dengan cara memberi tanda “ √” pada jawaban pilihan Anda.
No. Pertanyaan Pernah Tidak Pernah
1. Apakah Anda pernah melakukan pencegahan DBD dengan Mengubur, Menguras, Menutup, dan Telungkup (3M1T)?
2. Apakah Anda pernah melaporkan wabah DBD ke kepala desa atau pemerintah setempat?
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 49
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
3. Apakah Anda pernah melakukan pemantauan jentik nyamuk satu kali dalam seminggu?
4. Apakah Anda pernah memberikan bubuk Abate ke dalam bak mandi dan mensosialisasikannya bahwa dapat mematikan jentik nyamuk?
5. Apakah Anda pernah melakukan penaburan bubuk Abate yang dilakukan dua sampai tiga bulan sekali dengan takaran 10 gram Abate (± 1 sendok makan) untuk 100 Liter air dan mensosialisasikannya?
6. Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan untuk menjadi kader Jumantik?
7. Apakah Anda pernah menanam bunga Lavender dan menggunakannya dengan tujuan untuk mengusir nyamuk?
8. Apakah Anda pernah melakukan fogging yang tujuannya untuk memberantas nyamuk?
9. Apakah Anda pernah memakai kelambu pada saat tidur dan mensosialisasikannya guna mencegah DBD?
10. Apakah Anda pernah melakukan penyuluhan tentang 3M1T kepada warga guna mencegah wabah DBD?
DOKUMENTASI
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 50
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Kantor Kepala Desa Baru Tempat Penyampaian Kuesioner Mini Survey Peran Jumantik
dalam Pemberantasan DBD
Foto Bersama di depan Kantor Kepala Desa dalam rangka Gotong Royong
Pemberantasan DBD di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 51
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Pengisian Kuesioner Peran Jumantik Dalam Pemberantasan DBD di Desa Baru
Kecamatan Pancur Batu
Pengisian Kuesioner Peran Jumantik Dalam Pemberantasan DBD di Desa Baru
Kecamatan Pancur Batu
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 52
MINI SURVEY PERAN JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBDDI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2013
Pengisian Kuesioner Peran Jumantik Dalam Pemberantasan DBD di Desa Baru
Kecamatan Pancur Batu
Pengisian Kuesioner Peran Jumantik Dalam Pemberantasan DBD di Desa Baru
Kecamatan Pancur Batu
Universitas Methodist IndonesiaKKS Ilmu Kesehatan Masyarakat 53