PRPOSAL AISYAH BARU

93
1 PR0P0SAL PENELITIAN TESIS Nama : AISYAH NIM : 211310033 Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam Judul Tesis : Pemberian Ganjaran Sebagai Motivasi Belajar Peserta Didik di SMP Muhammadiyah Pinrang ”. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya dilaksanakan dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

Transcript of PRPOSAL AISYAH BARU

1

PR0P0SAL PENELITIAN TESIS

Nama : AISYAHNIM : 211310033Konsentrasi : Pendidikan Agama IslamJudul Tesis : “Pemberian Ganjaran Sebagai Motivasi

Belajar Peserta Didik di SMP Muhammadiyah Pinrang”.

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada umumnya dilaksanakan dalam rangka

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan

kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan

pendidikan nasional yang termaktub dalam UU No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkankemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadi yang berimandan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

2

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratisserta bertanggung jawab”.1

Salah satu cara merealisasikan tujuan pendidikan

nasional di atas adalah melalui proses belajar

mengajar. Sebab disanalah semua siswa akan

berinteraktif dan akan memperoleh berbagai ilmu

pengetahuan baik pengetahuan umum maupun pengetahuan

agama yang akan bermanfaat bagi tercapainya tingkat

perkembangan individunya.

Sekolah sebagai salah satu lembaga yang

menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan

penting dalam usaha untuk mendewasakan anak dan

menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang baik,

serta menjadikan anak senang berbuat kebaikan. Namun

untuk menjadikan anak dengan baik secara instan

tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan,

karena masing – masing anak mempunyai potensi prilaku

bawaan yang ada pada anak itu sendiri sehingga terjadi

kendala dalam menghadapi dan mendidik anak untuk lebih

1 UU RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Bandung:Citra Umbara, 2003), h, 7.

3

cepat mengalami perubahan, pada watak anak terdapat

bermacam-macam model prilaku yang harus dihadapi

misalnya saja anak acuh, cepat bosan dan anak

overaktif.

Menurut Mallary M.Collins, diterjemahkan oleh:

Ny. Kathleen Sri Wardhani, dalam bukunya yang berjudul

Mengubah Perilaku Peserta didik, anak overaktif

adalah anak yang perilakunya terlalu aktif yang

diakibatkan oleh pengendalian diri yang kurang efektif

dan tidak konsisten.2 Sebagian besar peserta didik

ini oleh guru disebut sebagai,tukang melamun, tidak

pernah mennyelesaikan tugas, tidak bisa duduk tenang,

selalu berpindah-pindah tempat duduk atau berlari-lari

di kelas, gelisah, ceroboh, hanya mengikuti dorongan

hati”, mudah mengalihkan perhatian, banyak bicara.

Semua sifat yang berhubungan dengan perilaku anak

overaktif menghambat usaha berprestasi dan/atau

mengganggu aktifitas di dalam kelas. Selain itu

2 Lihat Mallary M.Collins, diterjemahkan oleh Ny.Kathleen Sri Wardhani, Mengubah Perilaku Siswa, (Jakarta:PT.BPK.Gunung Mulia, 1992), h.112.

4

peserta didik ini sering mengalami kesulitan dalam

bergaul dengan teman sebayanya, terutama dalam

permainan yang melibatkan lebih dari satu anak.

Masalah tersebut tentunya memerlukan suatu perhatian

khusus dari pendidik.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

penangangan walikelas dan guru terhadap peserta didik

yang overaktif masih mengarah pada sangsi-sangsi atau

hukuman, guru masih cenderung melihat pada kesalahan

yang dibuat oleh peserta didik, daripada

keberhasilannya, prestasinya serta perilaku baik yang

pernah dilakukan oleh peserta didik. Sikap guru

semacam ini menyebabkan peserta didik merasa tidak

pernah dapat berbuat benar. Peserta didik, seperti

halnya orang dewasa, cenderung menghindari situasi

yang mereka anggap negatif, selain itu, untuk pribadi-

pribadi tertentu, hukuman merupakan dorongan yang kuat

dan merangsang untuk berperilaku yang tidak diterima.

Selain itu salah satu akibat penerapan hukuman

sebagai teknik pengendali kelas adalah bahwa peserta

5

didik akan bertindak karena rasa takut pada akibat

yang akan menimpa dirinya, bukan karena hasrat untuk

berprestasi. Rasa takut bukanlah bentuk emosi yang

patut dikembangkan dalam diri peserta didik. Lagi pula

hukuman bila sering diterapkan, maka rasa takut akan

terus berkembang dan diperkuat. Penerapan hukuman

sebagai metode utama pengendalian sering menimbulkan

rasa marah dan kecewa para peserta didik. Peserta

didik yang sering mendapat hukuman sering merasa

diperlakukan tidak adil dan memendam rasa tidak suka

terhadap guru. Terkadang perasaan ini diungkapkan

secara langsung umpamanya : aku benci pada Ibu,Bapak

Guru jahat . Tetapi lebih sering kemarahan itu

diledakkan melalu berbagai bentuk perilaku agresif

yang pasif, seperti menentang, membangkang, keras

kepala, tidak patuh, dan memberontak. Setiap anak

berbeda dalam menanggapi hukuman. Beberapa anak

patuh, yang lain marah atau melawan sementara yang

lain lagi menarik diri, menimbun emosinya, gugup

merasa bersalah atau takut, kurang percaya diri,

6

bercitra diri negatif atau menunjukkan gejala gangguan

emosi atau pribadi.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apapun

jenis ganjaran yang diterapkan oleh kebanyakan guru

termasuk perhatian yang negatif dalam bentuk ucapan,

bentakan, teriakan, kritikan, celaan, dan bentuk

hukuman yang lain, bila terlalu sering diterapkan akan

mempengaruhi perkembangan kepribadian yang sehat dan

biasanya merupakan metode yang tidak efektif dalam

proses belajar mengajar.

Pengendalian perilaku peserta didik, guru perlu

mengalihkan penekanan dari perhatian atas kelakuan

yang buruk ke perhatian atas kelakuan yang benar.

Dalam sikap ini guru lebih memperhatikan perilaku yang

baik dan kurang memperhatikan perbuatan peserta didik

yang tidak pantas atau kelakuan yang buruk dalam

melakukan pembelajaran pada setiap mata pelajarannya.

Metode tersebut disebut dengan Sistem Ganjaran.

Pemberian ganjaran untuk memotivasi peserta didik

untuk belajar dan berperilaku yang baik, cara ini

7

akan memberikan hasil yang lebih memuaskan daripada

menghukum.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan

menjabarkan tentang penerapan sistem ganjaran sebagai

salah satu upaya penciptaan suasana tertib di kelas

bagi peserta didik yang berkelakuan buruk, bandel,

overaktif yang diberi judul “Pemberian Ganjaran sebagai

Motivasi Belajar Peserta Didik di SMP Muhammadiyah Pinrang ”.

Tujuan Peserta didik belajar di sekolah adalah

agar ia dapat mengikuti pelajaran sehingga dapat

memperoleh prestasi belajar yang menggembirakan. Namun

terkadang ada peserta didik selalu menunjukkan dengan

perilaku-perilakunya yang buruk, di antaranya : sering

melakukan kebiasaan yang kurang baik di kelas, seperti

selalu ramai di kelas, sering berpindah-pindah tempat

duduk, sering mengganggu teman, sering tidak

mengerjakan Pekerjaan Rumah, tidak memperhatikan guru

yang mengajar, dan lain-lain, maka tujuan

pembelajaran yang diharapkan oleh guru tidak dapat

dicapai sesuai dengan ketentuan yang ada.

8

Perilaku peserta didik seperti itu perlu

penanganan yang khusus, karena prilaku yang dilakukan

pasti ada penyebabnya, mungkin pengaruh lingkungan

keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan sekolah,

atau mungkin karena dorongan dari dalam diri anak

sendiri, yaitu anak ingin mendapat perhatian.

Perilaku yang kurang baik tersebut dapat disebabkan

oleh dorongan untuk mendapatkan perhatian, maka

penanganan yang paling efektif adalah dengan

memberikan perhatian pada perilaku anak, perhatian

pada perilaku yang baik yaitu dengan memberikan

penghargaan atas perilakunya yang baik, bukan memberi

hukuman.

Sebagai bentuk ironi, banyak timbul masalah

akibat penerapan hukuman dalam pengendalian perilaku

peserta didik, Guru lebih memusatkan perhatian pada

perilaku-perilaku peserta didik yang buruk, guru

kurang menaruh perhatian pada kebaikan-kebaikan yang

sudah dilakukan peserta didik. Padahal semua anak

berperilaku untuk memperoleh imbalan yang

9

menyenangkan. Konsekuensi dari imbalan itu dapat

meningkatkan, memelihara perilaku yang baik dan

mengurangi perilaku-perilaku yang buruk. Imbalan

tersebut berupa ganjaran. Ganjaran akan memberikan

dorongan dan motivasi pada peserta didik untuk

berperilaku baik lagi. Maka melalui metode ganjaran

ini sebagai langkah penanganan yang efektif dalam

pengendalaian perilaku peserta didik di kelas.

B. Rumusan Masalah

Dalam proses pengajaran diperlukan adanya suatu

sistem tentang kondisi dan situasi dimana proses

pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dengan

memberikan ganjaran pada peserta didik sebagai usaha

peningkatan proses pembelajaran dan motivasi belajar

bagi peserta didik, maka Insya Allah tentunya

pendidikan akan lebih terpokus pada pencapaian tujuan

sebagaimana yang diharapkan dalam era yang maju

ini.Untuk lebih memahami, penulis merumuskan beberapa

10

permasalahan sebagai analisis berdasarkan dari latar

belakang sebagai berikut :

1. Apakah Pemberian Ganjaran dapat memberi motivasi

pada peserta didik di SMP Muhammadiyah Pinrang?

2. Bagaimana jenis ganjaran yang dilakukan oleh

guru SMP Muhammadiyah Pinrang sehingga peserta

didik termotivasi untuk belajar?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian.

Tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan

penelitian ini adalah berusaha untuk memperoleh data

dan informasi secara akurat tentang pemberian ganjaran

sebagai motivasi belajar pada peserta didik di SMP

Muhammadiyah Pinrang secara lebih khusus penelitian

ini bertujuan antara lain :

Untuk mengetahui pemberian ganjaran peserta

didik di SMP Muhammadiyah Pinrang dalam mempengaruhi

11

semangat, motivasi dan keaktifan peserta didik dalam

melakukan proses pembelajaran baik secara kualitas

maupun secara kuantitas belajar .

a. Untuk mengidentifikasi secara mendalam

pemberian ganjaran dalam memotivasi belajar

peserta didik dalam belajar di SMP Muhammadiyah

Pinrang.

b. Untuk mengetahui jenis ganjaran apa yang

memotivasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah

Pinrang.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Ilmiah

Manfaat yang diharapkan dari hasil

penelitian ini adalah sebagai suatu karya

ilmiah, tesis ini dapat memberi sumbangsih

pemikiran yang signifikan terhadap pendidik,

lembaga pendidikan, pemikir intelektual dalam

rangka meningkatkan profesionalisme dan

kreativitas guru dalam mengelola proses

12

pembelajaran terutama yang sedang membina

sekolah, Khususnya pada di SMP Muhammadiyah

Pinrang dan pada umumnya seluruh sekolah-

sekolah di Kabupaten Pinrang dalam rangka

berusaha dengan sungguh-sungguh dalam

meningkatkan kualitas dan sumber daya sekolah

kedepan.

b. Manfaat praktis.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberi arti penting bagi pendidik atau guru

agar dalam pengajarannya dapat meningkatkan

kemampuan mereka dalam memilih dan memberikan

ganjaran menciptakan kreasi baru dalam

melakukan motivasi dalam meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman kepada peserta

khusunya di SMP Muhammadiyah Pinrang sehingga

dengan langkah-langkah yang dilakukan sudah

dianggap baik sekaligus mengembangkan aspek-

aspek yang dapat dikembangkan atau untuk

menciptakan suasana pembelajaran yang baru

13

sesuai dengan peluang, kebutuhan, dan kemampuan

peserta didik dan guru serta lingkungan

masyarakat dalam mencapai tujuan pendidikan

nasional.

Dalam penelitian unsur manfaat adalah sesuatu

yang urgen bahwa dari judul penelitian itu bisa

diambil manfaatnya. dalam penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi peneliti dan sekaligus bagi

objek yang dijadikan penelitian diantaranya:

1) Sebagai bahan informasi kepada pendidik pada

SMP Muhammadiyah Pinrang tentang suatu

pendekatan yang dapat menjadikan proses

pembelajaran bisa lebih baik.

2) Diharapkan hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai motivasi bagi pendidik

bahwa pemberian ganjaran sangat perlu

dilakukan untuk meningkatkan motivasi

belajar peserta didik, agar dapat terbentuk

pribadi dan watak yang mandiri dalam

pengembangan personal individunya.

14

D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian.

Pada definisi operasional ini penulis terlebih

dahulu memberikan pengetahuan dan pemahaman Judul

yang ingin diteliti melalui :

1. Pengertian Judul.

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya

pemahaman yang berbeda terhadap judul proposal ini,

maka ada beberapa konsep terminologi yang penting

dijelaskan oleh penulis yaitu3 :

a. Pemberian adalah menyerahkan sesuatu kepada

orang atau pada peserta didik.

b. Ganjaran adalah hadiah sebagai pembalas jasa,

hukuman : balasan

c. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri

seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk

melakukan suatu tindakan dengan tujuan

tertentu.

3Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III,departemen pendidikannasional pn. Balai pustaka.

15

d. Belajar adalah berusaha memperoleh

kepandaian atau ilmu melalui latihan dan

membaca serta merubah tinkah laku.

e. Peserta didik adalah anak didik, siswa ,murid,

anak yang diberi tuntunan, ajaran, ilmu atau

kecerdasan.

2. Definisi Operasional.

Berdasarkan beberapa pengertian judul di atas

maka secara operasional penulis memberi batasan

pengertian agar tidak terjadi kesimpan siuran dalam

memahami sasaran penelitian yang dilakukan penulis

dimana bahwa yang dimaksud dengan “Pemberian ganjaran

sebagai motivasi belajar pada peserta didik di SMP Muhammadiyah

Pinrang.” adalah kecakapan dan usaha yang dilakukan oleh

guru berupa ganjaran, hukuman, hadiah yang dapat

memberikan motivasi belajar peserta didik yang

mengakibatkan adanya perubahan- perubahan tingkah laku

yang dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan berupa

fisiologi,rasa aman,rasa cinta, adanya rasa

16

penghargaan,aktualisasi diri (percaya diri),

mengetahui dan mengerti serta adanya rasa estetika

yang dirasakan oleh peserta didik itu sendiri sehingga

pemberian ganjaran tersebut peserta didik dapat

melaksanakan pembelajaran termasuk mengerjakan tugas

dengan baik.

3. Ruang Lingkup Penelitian.

Pada penelitian ini penulis berfokus pada

pemberian ganjaran yang dilakukan oleh guru mata

pelajaran kepada peserta didik di SMP Muhammadiyah

Pinrang dalam usaha meningkatkan motivasi

belajarnya.dan pada penelitian ini penulis mengambil

data pada seluruh kelas yang terdiri dari kelas 7, 8,

dan 9 dengan jumlah enam kelas .

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

17

Penulis menyadari bahwa penelitian tentang

ganjaran dalam kaitannya dengan motivasi belajar

peserta didik sudah pernah dilakukan oleh peneliti

lain, seperti hukuman dalam pendidikan Islam yang

ditulis oleh Nisa Islami dimana dalam pembahasan

tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ganjaran atau

sanksi yang ditimbulkan oleh tindakan yang tidak

sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan

bertujuan agar anak didik menyadari kesalahan yang

telah diperbuatnya dan tidak mengulangi lagi dan

menjadikan anak itu baik sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai dalam proses pembelajaran.4 Pemberian

hukuman dan ganjaran kepada peserta didik oleh

A.Suherman; dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Arab FPBS

UPI yang intinya bahwa hukuman yang diberikan pada

peserta didik adalah usaha untuk menghilangkan dengan

segera tingkah laku peserta didik yang tidak

diharapkan menjadi lebih baik.5 Akan tetapi

4 . Nisa Islami, Hukuman Dalam Pendidikan Islam,20105. A.Suherman, Pemberian Hukuman dan Ganjaran Kepada Peserta

Didik,2011

18

berbicara secara spesifik tentang kemampuan guru dalam

memberikan ganjaran kepada peserta didik belum penulis

temukan, Oleh karena itu, penulis mencoba untuk

melakukan penelitian tentang pemberian ganjaran

sebagai motivasi peserta didik serta berusaha mengkaji

judul tersebut secara mendalam.

B. Landasan teori.

1. Ganjaran dan motivasi

Ganjaran adalah alat pendidikan represif yang

menyenangkan. atau dikatakan juga, bahwa ganjaran

adalah penilaian yang bersifat positif terhadap

belajarnya murid.6

1) Istilah tsawab ( واب� ganjaran, didapatkan dalam ( ت��Al Qur'an dalam menunjukkan apa yang diperbuat

oleh seseorang dalam kehidupan ini akhirat

kelak karena amal perbuatannya yang baik.

6 .Amin Danien Indrakusuma, (1973). Pengantar Ilmu Pengetahuan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang. h.159

19

Allah berfirman dalam Q.S . al - Imran / 3 : 148

Terjemahannya : ”Maka Allah berikan ganjaran kepada mereka didunia dan di akhirat dengan ganjaran yang baik.Dan Allah cinta kepada orang-orang yang berbuatbaik ”.7

Firman Allah Swt tersebut searah dengan ungkapan Amin

Danien Indrakusuma bahwa Ganjaran merupakan penilaian

yang bersifat positif terhadap belajar peserta didik,

pada umum nya ganjaran/pujian merupakan motivator yang

jauh lebih berkhasiat dari pada celaan, hukuman atau

ujian ulangan8. Pada umunya jiwa anak melihat bahwa

pujian guru itu sebagai sumber mendapatkan kepuasan,

maka tindakan guru itu akan menjadi pendorong untuk

terjadinya tingkah laku.9 Pujian dapat dilakukan

7 . Departemen Agama RI Al Qur’an Dan terjemahan8 . Balnadi Sutadipura, (1982). Aneka Problema Keguruan.

Bandung: Angkasa, h. 1329 . Samuel Soeitoe, (1982). Psikologi Pendidikan. Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.h. 36

20

dengan memperteguh respon yang baru dengan

mengasosiasikan pada stimulus tertentu, Skinner

menyebutkan hal ini dengan reinforcement (peneguhan),

misalnya bila setiap anak menyebut kata yang sopan

kita segera memujinya, kelak anak itu akan mencintai

kata-kata yang sopan dalam komunikasinya, atau pada

waktu siswa membuat prestasi yang baik kita

menghargainya dengan sebuah buku yang bagus, maka

siswa tersebut akan meningkatkan prestasinya.10

Dari hasil pemaparan konsep diatas dapat dipahami

bahwa pemberian ganjaran adalah berbagai bentuk

apresiasi atau penghargaan suatu prestasi oleh satu

atau kelompok anak dalam aktifitas tertentu. Pada

umumnya ganjaran dapat diartikan sebagai hadiah dan

hukuman yang diberikan kepada anak sebagai motivasi

setelah atau sebelum mencapai prestasi atau

menghasilkan sesuatu yang dapat membanggakan baik oleh

guru, orang tua, teman, atau dirinya sendiri. Adapun

indikatornya adalah anak yang berbuat baik, dipuji,10 . Jalaluddin Rahmat, (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.h.24

21

diberi buku, diberi permen, diberi penghargaan atas

prestasi yang didapat seperti tepuk tangan, dan lain-

lain.

b. Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul

pada diri seseorang secara sadar atau tidak

sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan

tujuan tertentu atau dapat juga diartikan

sebagai usaha yang dapat menyebabkan sesorang

atau kelompok orang tertentu untuk tergerak

melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan

yang dikehendaki oleh peserta didik atau

mendapat kepuasan dengan perbuatan peserta didik

itu sendiri.11sedang MC Donald mengartikan

motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam

diri pribadi peserta didik yang ditandai dengan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai

tujuan12. Dari pendapat - pendapat Mc Donald

tersebut Omar Hamalik merumuskan tiga unsur yang

11Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, departemen pendidikan nasional pn.Balai pustaka. h. 756. 12 Oemar Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran,Pn.Bumi Aksara, h.105

22

saling terkait dalam reaksi motivasi tersebut

yaitu:

a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energidalam pribadi

b. Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan.danc. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk

mencapai tujuan pribadi yang bermotivasimemberikan respons-respons kearah suatutujuan tertentu dimana respons-respons ituberfungsi mengurangi ketegangan yangdisebabkan oleh perubahan energi dalam diripeserta didik dari hasil pemberian ganjaran13.

Lebih lanjut Maslow mempertegas bahwa motivasi itu

adalah tingkah laku manusia yang dibangkitkan dan

diarahkan oleh kebutuhan - kebutuhan tertentu yang

ada pada diri peserta didik, dimana kebutuhan-

kebutuhan ini menurut maslow terdiri dari tujuh

kategori yang memotivasi tingkah laku seseorang yaitu

:

1. Fisiologi2. Rasa aman3. Rasa cinta4. Adanya penghargaan dan5. Aktualisasi diri.6. Mengertahui dan mengerti7. Rasa estetika.14

13 . ibid. h. 106 14 . Slameto, Belajar Dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhinya, Pn.Rineka Cipta. h. 171-172

23

Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi

merupakan respon peserta didik terhadap sejumlah

pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari

dalam diri peserta didik agar tumbuh dorongan untuk

bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh peserta didik

tercapai.

2. Teoritis Pendekatan Ganjaran

a. Pendekatan Ganjaran

Menurut Menurut Singgih D,Gunarso, dalam bukunya

Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Menyebabkan

bahwa pendekatan ganjaran adalah teknik pengendalian

perilaku anak dengan memberi sesuatu yang berfungsi

sebagai insentif , sesuatu yang penting bagi anak dan

memperbesar kemungkinan terulangnya perilaku yang

diinginkan.15

Merangkaikan konsekuensi dengan peraturan atau

harapan merupakan aspek yang paling penting dalam

pengendalian perilaku. Semua anak berperilaku untuk15 .Singgih D, Gunarso , Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Yang

Diterbitkan Oleh BPK.Gunung Mulia thn. 1986 h. 108

24

mendapatkan imbalan yang menyenangkan atau untuk

menghindarkan situasi-situasi yang kurang

menyenangkan. Konsekuensi dapat meningkatkan,

memelihara atau mengurangi perilaku tertentu,

tergantung penerapannya.

Ada 3 bentuk konsekuensi utama yang dapat

digunakan dalam merubah perilaku, antara lain:

1). Penghargaan atau konsekuensi positif

Yaitu dengan memberikan ganjaran bila dijumpai

perilaku anak yang baik, dengan kata lain sertailah

perilaku itu dengan perhatian yang positif, yaitu

sesuatu yang penting dan menyenangkan bagi anak.

2). Hukuman atau konsekuensi negatif

Yaitu dengan menjatuhi hukuman bila dijumpai anak

berperilaku kurang baik, dengan kata lain sertailah

perilaku itu dengan perhatian yang negatif, yaitu

sesuatu yang tidak menyenangkan peserta didik.’

25

3).   Pengabaian atau tanpa konsekuensi

Yaitu mengabaikan jika dijumpai anak berperilaku

kurang baik. Memang sangat mungkin bahwa perhatian

yang anda berikan itu menjadi alasan perilaku itu.

Oleh karena itu jangan menyertai perilaku itu dengan

perhatian yang negatif atau yang positif.

Meskipun ada tiga konsekuensi utama

penghargaan/ganjaran, hukuman dan pengabaian, yang

dapat diterapkan dalam menanamkan disiplin atau

pengendalian perilaku peserta didik, sesuai dengan

batasan permasalahan pada karya tulis ini, maka hanya

dibahas salah satu konsekuensi yaitu konsekuensi

positif/Penghargaan/Ganjaran.

Pada pendekatan ganjaran, guru lebih memperhatian

perilaku-perilaku yang baik peserta didik dan kurang

memperhatikan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tidak

pantas. Pendekatan posistif ini terutama dilakukan

dengan memberikan konsekuensi berupa ganjaran.

Ganjaran jangan diartikan sebagai sogokan, uang dan

sejenisnya. Penghargaan dapat didefinisikan sebagai

26

susuatu yang berfungsi sebagai insentif, sesuatu yang

penting bagi anak dan memperbesar kemungkinan

terulangnya perilaku yang diinginkan.

Penghargaan ini sering harus bersifat pribadi.

Apa yang diberikan kepada seorang peserta didik

mungkin tidak banyak arti bagi peserta didik lain.

Karena itu, pentinglah menentukan apa yang mendorong

peserta didik. Ini dapat dilakukan dengan mengamati

peserta didik secara cermat.

b.   Teori Behavioristik Sebagai LandasanFilosofis Pendekatan Ganjaran.

1). Pengertian Teori Belajar Behavioristik.

Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang

dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian

teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar

yang berpengaruh terhadap pengembangan teori

pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai

aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada

27

terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil

belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan

stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar

sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku

tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau

pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin

kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila

dikenai hukuman.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia

dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori

ini dalam belajar yang penting adalah input yang

berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada

peserta didik, sedangkan respon berupa reaksi atau

tanggapan peserta didik terhadap stimulus yang

diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi

antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan

tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus

28

dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh

guru ( stimulus ) dan apa yang diterima oleh peserta

didik (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori

ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran

merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau

tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran

behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement).

Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)

maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon

dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement ) maka

respon juga semakin kuat.

2). Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik.

a).   Perilaku nyata dan terukur memiliki

makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan

dari jiwa atau mental yang abstrak

b).   Aspek mental dari kesadaran yang tidak

memiliki bentuk fisik adalah pseudo

problem untuk sciene, harus dihindari.

29

c).  Penganjur utama adalah Watson: overt,

observable behavior, adalah satu-satunya

subyek yang sah dari ilmu psikologi yang

benar.

d). Dalam perkembangannya, pandangan Watson

yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh

para behaviorist dengan memperluas ruang

lingkup studi behaviorisme dan akhirnya

pandangan behaviorisme juga menjadi tidak

seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan

faktor-faktor internal juga, meskipun fokus

pada overt behavior tetap terjadi.

e).    Aliran behaviorisme juga menyumbangkan

metodenya yang terkontrol dan bersifat

positivistik dalam perkembangan ilmu

psikologi.

30

f). Para ahli membagi behaviorisme ke dalam

dua periode, yaitu behaviorisme awal dan

yang lebih belakangan.16

3).   Tokoh-Tokoh Aliran Behavioristik

a).  Edward Lee Thorndike 1874-1949

Menurut Thorndike, belajar merupakan proses

interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah

apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar

seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat

ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi

yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, juga

dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan.

Teori Thorndike ini sering disebut teori

koneksionisme.

Prinsip pertama teori koneksionisme adalah

belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection)

16 . http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik”Hing ini Higher Education. London: Paul Chapman Publising

31

antara kesan panca indera dengan kecenderungan

bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau

tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan

cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini

dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan

menghasilkan prestasi memuaskan.

Dengan adanya pandangan-pandangan Thorndike yang

memberikan sumbangan cukup besar di dunia pendidikan

tersebut, maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh

pelopor dalam psikologi pendidikan. Selain itu, bentuk

belajar yang paling khas baik pada hewan maupun pada

manusia menurutnya adalah “trial and error learning atau

selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut

hukum-hukum tertentu.

Menurut Thorndike terdapat tiga hukum belajar yang

utama yaitu :

1) The Law of Effect (Hukum Akibat)

Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon yang

cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan

cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.

32

Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya

koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang

disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan

dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu

perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan

cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi. Koneksi

antara kesan panca indera dengan kecenderungan

bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada

“buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan.

Misalnya, bila anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR),

ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika

sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan

PR akan membentuk sikapnya.

2) The Law of Exercise (Hukum Latihan)

Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku

diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut

akan semakin kuat. Dalam hal ini, hukum latihan

mengandung dua hal:

33

-        The Law of Use : hubungan-hubungan atau

koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat,

kalau ada latihan yang sifatnya lebih memperkuat

hubungan itu

-         The Law of Disuse : hubungan-hubungan atau

koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah atau

terlupa kalau latihan-latihan dihentikan, karena

sifatnya yang melemahkan hubungan tersebut.

3) The Law of Readiness (Hukum Kesiapan)

Hukum kesiapan yaitu semakin siap suatu organisme

memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka

pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan

kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung

diperkuat.

Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar

merupakan suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection)

antara kesan panca indera dengan kecenderungan

bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau

tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan

cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini

34

dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan

menghasilkan prestasi memuaskan.

b).  John Watson 1878-1958 .

Watson adalah seorang behavioris murni, kajiannya

tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain

seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi

pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana

dapat diamati dan diukur.

Menurut Watson, belajar merupakan proses

interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus

dan respon tersebut harus dapat diamati dan diukur.

Jadi perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang

selama proses belajar, tidak perlu diperhitungkan

karena tidak dapat diamati.17

17. Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon. h.56

35

Pandangan utama Watson:

1).    Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R

Psychology). Yang dimaksud dengan stimulus adalah

semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan

jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang

dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai

dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga

termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt

dan covert, learned dan unlearned

2).    Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan)

sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah

hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat

penting. Dengan demikian pandangan Watson bersifat

deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh

faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.

3).    Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson

sederhana saja. Baginya, mind mungkin saja ada,

tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan

dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan

berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia

36

hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah.

Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah

ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh

para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang

berbeda-beda.

3)   Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang

obyektif, maka psikologi harus menggunakan metode

empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalah

observation, conditioning, testing, dan verbal reports.

4).   Secara bertahap Watson menolak konsep insting,

mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang

unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan

oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali

kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan

lain-lain.

5).    Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang

vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh

behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar

perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh

dua hukum utama, recency dan frequency. Watson

37

mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of

effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses

conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada

percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti

bahwa teori belajar dari Watson punya banyak

kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike

salah.

6).   Pandangannya tentang memory membawanya pada

pertentangan dengan William James. Menurut Watson

apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh

seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata

lain, sejauh smana sesuatu dijadikan habits. Faktor

yang menentukan adalah kebutuhan.

7).    Proses thinking and speech terkait erat. Thinking

adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir

didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat

disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak

terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui

gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture

lainnya.

38

8).   Sumbangan utama Watson adalah ketegasan

pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada

hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adalah ilmu

yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini

dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada

situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan

kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali

semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka

jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen

terkontrol18.

c).  Clark L. Hull 1884-1952

Clark Hull juga menggunakan variable hubungan

antara stimulus dan respon untuk menjelaskan

pengertian belajar. Menurut Clark Hull, semua fungsi

tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar

organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull

mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan

kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan

menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan

18 .Ibid

39

manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam

belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan

biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin

dapat berwujud macam-macam.

Prinsip-prinsip utama teorinya :19

1)  Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar

yang harus ada. Namun fungsi reinforcement bagi

Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied

factor.

2) Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu

dikaji adalah peranan dari intervening variable

(atau yang juga dikenal sebagai unsur O

(organisma). Faktor O adalah kondisi internal dan

sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat

dilihat pada faktor R yang berupa output.20 Karena

pandangan ini Hull dikritik karena bukan

behaviorisme sejati.

19 . Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti:Jakarta, h. 8720 . Ibid

40

3) Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan

biologis terjadi. Di sini tampak pengaruh teori

Darwin yang mementingkan adaptasi biologis

organism.

d).    Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum

kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang

disertai suatu gerakan. Guthrie juga menggunakan

variabel hubungan stimulus dan respon untuk

menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi

karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah

situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang

dapat terjadi. Hubungan antara stimulus dan respon

bersifat sementara, sehingga dalam kegiatan belajar

peserta didik perlu diberi stimulus dengan sering agar

hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan

menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman

(punishment) memegang peranan penting dalam proses

41

belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat

akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

e).   Burrhus Frederic Skinner 1904-1990

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang

belajar lebih mengungguli konsep para tokoh

sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara

sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner

hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi

melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian

menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah

sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh

sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang

tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang

diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar

stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan.

Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-

konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang

nantinya mempengaruhi munculnya perilaku.

Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku

seseorang secara benar harus memahami hubungan antara

42

stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami

konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai

konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon

tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan

menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat

untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah

rumitnya masalah karena perlu penjelasan lagi.

3.   Bentuk Pendekatan Ganjaran

Ada lima kategori utama bentuk ganjaran positif

yang dengan mudah diperoleh dalam kelas, yaitu :

a.    Ganjaran berupa pujian

Merupakan aset utama para guru, termasuk ucapan pujian

seperti : Wah hebat, Bagus sekali, Bapak senang kamu

duduk di kelas ini , pujian tertulis Bagus sekali,

gambar bintang”, ungkapan pujian senyum, anggukan,

tepuk tangan, tepukan di bahu, acungan jempol, dsb.

b.    Ganjaran berupa aktivitas

Berupa segala kegiatan yang dapat dinikmati dan

menyenangkan peserta didik, misalnya, mendengarkan

43

kaset, waktu bermain ekstra, berdiri paling depan

dalam barisan, menghias dinding atau menggambar, dan

sebagainya.

c.    Ganjaran berupa memamerkan hasil kerja

Memamerkan hasil kerja atau proyek yang dihasilkan

oleh peserta didik juga

akan menghasilkan pengakuan orang lain dan akan

menunjang untuk berperilaku baik.

d.    Ganjaran berwujud atau penunjang bendawi

Bagi beberapa anak perlu diberikan ganjaran secara

langsung dan sering. Hal ini berlaku bagi mereka yang

masih muda. Mereka belum mengerti nilai ganjaran yang

diberikan dalam bentuk pujian atau yang tidak

berwujud. Untuk anak-anak ini perlu memakai ganjaran

berupa bendawi. Ganjaran dalam wujud bendawi juga

dapat diberikan dalam usaha mengubah perilaku yang

terjadi secara tetap.

Ganjaran berwujud atau penunjang bendawi itu, sesuatu

yang nyata dan berharga bagi peserta didik, termasuk

44

permen, stiker, pensil, pembatas buku, kartu gambar,

dan sebagainya.

e.    Ganjaran berupa tanda kredit.

Ganjaran ini sendiri tidak bernilai tinggi, tetapi

kelak dapat dipertukarkan dengan sesuatu yang

berharga. Tanda kredit yang diterapkan di dalam kelas

ini dapat dilaksanakan dengan mudah dan dapat

memotifasi para peserta didik. Peserta didik

memperoleh ganjaran berupa nilai, kepingan atau cap

yang kelak dapat ditukarkan dengan fasilitas, benda-

benda atau aktivitas khusus.

Sasaran akhir penerapan pemberian ganjaran adalah

agar peserta didik terdorong dari dalam diri sendiri

untuk berperilaku postitif. Jika hal ini terjadi,

peserta didik tidak lagi membutuhkan ganjaran berupa

aktifitas atau bendawi, Ia bersedia berperilaku

positif , karena perilaku itu menyenangkannya. Menepuk

dada sendiri atas hasil kerja yang memuaskan atau

melakukan perbuatan baik merupakan ganjaran dari dalam

atau intrinsik.

45

4. Tujuan Pendekatan Ganjaran

Pemberian ganjaran bukan sogokan agar peserta

didik mau melakukan apa yang seharusnya mereka

lakukan. Menyogok adalah membayar seseorang untuk

melakukan sesuatu yang tidak sah atau tidak benar,

misalnya, meminta teman untuk menyelesaikan urusan

pelanggaran. Banyak orang dewasa yang bekerja karena

imbalan tertentu. Mereka tidak menganggap gaji mereka

sebagai sogokan. Mereka mempoleh ganjaran untuk tugas

yang telah mereka selesaikan. Mereka bekerja karena

konsekuensi positifnya (gaji) lebih baik daripada

tindakan lain (tinggal di rumah).Penerapan konsekuensi

positif (ganjaran) merupakan cara yang sangat

effektif untuk mengajarkan apa yang harus atau tidak

boleh dilakukannya.

Kerisauan kita bahwa peserta didik akan

berperilaku keliru agar mendapat ganjaran. Kalau-kalau

ada peserta didik tertentu akan menjadi pandai

memanipulasi keadaan. Mereka akan belajar memanipulasi

guru dengan berperilaku tidak baik agar memperoleh

46

ganjaran pada saat mereka menunjukkan perilaku yang

baik. Hal ini tidak akan terjadi, bila guru menguasai

keadaan dan menentukan harapan berikut

konsekuensinya.Bentuk manipulasi perilaku ini hanya

akan timbul jika guru tidak bersikap konsisten.

Perilaku ini juga akan meningkat jika anak berada di

atas angin, yaitu jika dibiarkan memanipulasi keadaan

untuk keuntungan pribadinya. Guru harus selalu

bersikap konsisten dan memegang kendali untuk dapat

menghindarkan tumbuhnya perilaku yang manipulatif.

Guru harus konsekuen dengan apa yang sudah dikatakan

dan harus menentukan peraturan berikut konsekuensinya.

Meskipun guru memegang kendali, sebetulnya peserta

didik sendirilah yang menentukan apa yang akan terjadi

atas dirinya. Ini dapat dicapai dengan mencanangkan

peraturan atau perilaku yang diharapkan berikut dengan

konsekuensinya.

Kekawatiran para guru bahwa peserta didik itu

selalu mengharapkan ganjaran untuk prestasinya

sepanjang masa sekolahnya, peserta didik hanya akan

47

berbuat seperti yang diharapkan untuk memperoleh

ganjaran. Dalam arti tertentu hal ini memang benar.

Karena itulah diharapkan para guru terus menerapkan

pemberian ganjaran (berupa pujian) atas perilaku

mereka yang pantas dalam masa pendidikan di sekolah.

Bentuk dorongan semacam ini harus selalu ada dalam

hubungan manusia. Namun demikian, ganjaran bendawi

maupun aktivitas harus dihapuskan secepat mungkin

karena sasaran sistem ini adalah agar peserta didik

pada akhirnya mau melakukan fungsinya untuk memperoleh

imbalan intrinsik. Maksudnya, peserta didik

berperilaku tertentu karena merasa senang dan ia mau

melakukannya.

Jadi menurut penulis tujuan utama pemberian

ganjaran adalah agar peserta didik sudi melakukan apa

yang diminta atau diharapkan. Ganjaran sering mengubah

motivasi peserta didik, akan mengubah perilaku peserta

didik dalam menghadapi sesuatu yang semula dianggap

tidak menarik menjadi sesuatu yang ingin dilakukannya.

48

5.    Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam

Ganjaran

Ganjaran merupakan konsekuensi yang sangat kuat

dan dapat dimanfaatkan untuk mengubah perilaku.

Meskipun demikian ada beberapa hal yang patut

dipertimbangkan agar pemberian ganjaran itu dapat

berhasil dengan baik, yaitu :

a.    Ganjaran harus bersifat pribadi

Imbalan yang menjadi ganjaran bagi peserta didik yang

satu mungkin tidak mempunyai pengaruh bagi peserta

didik lain. Saat menentukan ganjaran bagi peserta

didik tertentu, harus diperhatikan dengan seksama pada

kebutuhan, minat dan kebiasaan pribadi anak itu. Buang

jauh-jauh penilaian diri, apa yang penting bagi guru

dan apa yang berhasil bagi anak lain. Guru perlu

mengamati peserta didik dengan cermat dan mencoba

mengenali hal-hal atau kegiatan yang penting artinya

bagi peserta didik. Guru sungguh-sungguh harus

memasang telinga, memperhatikan mereka dalam bermain

menanyakan apa yang paling disukainya, atau apa yang

49

ingin dikerjakannya. Kebanyakan anak dapat dimotivasi

dengan insentif, namun beberapa peserta didik memang

sulit ditentukan.

b.    Ganjaran sosial harus selalu diberikan

Dalam pemberian insentif (misalnya, bendawi atau

aktivitas), ganjaran berupa pujian (misalnya, sapaan

ramah) harus selalu dikaitkan dengan perilaku itu.

Seperti disinggung pada bab terdahulu bahwa tujuan

utama pemberian ganjaran bendawi atau aktivitas adalah

untuk memotivasi peserta didik agar mau berperilaku

dengan cara tertentu. Namun pada akhirnya ganjaran

intrinsik harus dapat menggantikan kedudukan, tetapi

untuk ini pujian harus tetap diberikan mendampingi

perilaku yang bersangkutan.

c.    Jangan memberikan ganjaran sebelumnya

Ganjaran harus berdasarkan pada perilaku dan selalu

mengikuti perilaku. Jika ganjaran diberikan sebelum

perilaku dilaksanakan, maka diperoleh hasil yng tidak

memuaskan. Sebagai misal, kita membayar seseorang

lebih dahulu untuk mengecat rumah, biasanya hasilnya

50

akan setengah-setengah atau tidak memuaskan. Hal ini

sama bila kita memberi ganjaran kepada peserta didik

kemudian mengharapkan agar ia melakukan sesuatu,

peserta didik melakukan sesuatu tidak dengan sungguh-

sungguh/akan berpura-pura.

d.    Ganjaran yang seharusnya diterima harus

diberikan

Peserta didik patut memperoleh ganjaran untuk perilaku

tertentu, tetapi tidak jadi diterima karena ia

melakukan suatu yang lain. Ini cara yang pasti untuk

menghancurkan efektifitas sistim ganjaran. Ganjaran

yang patut diterima harus diberikan.Contohnya, guru

mengatakan pada Budi ‘kalau kamu menyelesaikan tugas

PAImu, kamu boleh keluar kelas untuk istirahat. Budi

bekerja keras untuk menyelesaikan tugasnya. Ketika

selesai, ia berjalan menuju meja guru untuk

menyerahkan pekerjaannya. Tetapi, ditengah jalan ia

memukulkan bukunya ke kepala Agus. Guru mengatakan,

“Budi, kamu tidak boleh keluar kelas sekarang karena

kamu memukul Agus”. Mulai saat itu sulit sekali

51

memberikan dorongan pada budi untuk menyelesaikan

tugas PAInya.

e.  Ganjaran harus diberikan langsung sesudah

perilaku dikehendaki

Jika peserta didik melakukan sesuatu pada saat ini,

pantasnya ia mendapatkan ganjaran saat ini juga, bukan

minggu depan atau bulan depan. Efektifitas ganjaran

ditentukan oleh kaitannya dengan perilaku yang hendak

dikendalikan.

Hasil guna pemberian ganjaran tidak ditentukan oleh

kuantitas atau harganya, melainkan oleh

kesertamertaannya. Karena itu ganjaran hendaknya

diberikan secepat mungkin.

f.     Perbaikan harus mendapat ganjaran

Sistim ganjaran tidak berhasil karena guru

mengharapkan perubahan terlalu banyak dalam waktu

singkat, tetapi mereka tidak memberikan ganjaran pada

perbaikan. Oleh karena itu dalam menerapkan sistim

ganjaran, perilaku atau sasarannya harus dipecah dalam

langkah demi langkah dan setiap perbaikan kecil

52

(peningkatan secara bertahap) harus mendapatkan

ganjaran. Tidak mungkin peserta didik mengadakan

perubahan perilaku 100 % dalam satu malam. Sikap

longgar atas kesalahannya lebih baik dalam hal ini.

Jadi tidak mengharapkan perbaikan sebanyak 100%

.g.    Ganjaran perlu diganti

Tujuan penerapan pemberian ganjaran adalah untuk

mengubah perilaku, pada gilirannya, minat dan sikap

juga dimodifikasi. Karena itu, bentuk ganjaran yang

pada awalnya berharga untuk peserta didik mungkin akan

menjadi kurang efektif di kemudian hari. Mungkin

peserta didik mulai akan bosan hingga bentuk ganjaran

itu tidak berharga atau menarik lagi. Peserta didik

akan kehilangan minat ada pemberian ganjaran yang

selalu sama, maka ganjaran perlu diganti-ganti, tetapi

tidak dalam waktu singkat.

h.    Ganjaran hendaknya mudah dicapai

Bila sistem ganjaran diterapkan untuk pertama

kalinya, hendaknya tidak terlalu rumit atau sulit,

Sebaiknya target disusun sedemikian rupa agar peserta

53

didik dapat berhasil mencapainya, kemudian menerima

ganjaran. Guru tidak menargetkan terlalu tinggi. Jika

terlalu tinggi target kita dan peserta didik tidak

mampu untuk mencapai target berikut insentifnya,

seluruh sistim akan gagal.

Harapan hendaknya realistis hingga anak dapat

memperoleh ganjaran. Peserta didik harus mampu

memperoleh ganjaran dengan cukup mudah agar ia masuk

dalam sistim tersebut. Hal ini akan memperbesar

kemungkinan sistim ganjaran berikutnya menjadi efektif

dan perubahan akan terjadi.

C. Macam-macam ganjaran.

Ganjaran yang kita berikan kepada peserta didik

terdapat beberapa macam ganjaran. Ag. Soejono pada

garis besarnya dapat dibedakan ganjaran itu kepada

empat macam, yaitu: 21

1. Pujian 21 . Ag. Soejono 1980 Manajemen Pengajaran pn. Rineka Cipta h.161

54

Pujian adalah satu bentuk ganjaran yang paling

mudah dilaksanakan. Pujian dapat berupa kata-kata

seperti: baik, bagus sekali dan sebagainya,

tetapi dapat juga berupa kata-kata yang bersifat

sugestif. Di samping berupa kata-kata, pujian

dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertanda-

pertanda. Misalnya dengan menunjukkan ibu jari

(jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk

tangan dan sebagainya;

2. Penghormatan

Ganjaran berupa penghormatan dapat berbentuk dua

macam, yaitu: Pertama, berbentuk semacam

penobatan, yaitu anak yang mendapat penghormatan

diumumkan dan ditampilkan di hadapan teman-

temannya, dapat juga di hadapan teman-temannya

sekelas, teman-teman sesekolah, atau mungkin juga

di hadapan para teman dan para orang tua murid;

Kedua, penghormatan berbentuk pemberian kekuasaan

untuk melakukan sesuatu, misalnya kepada anak

yang berhasil menyelesaikan suatu soal yang

55

sulit, disuruh mengerjakannya di papan tulis

untuk dicontoh teman-temannya. Anak yang rajin

diserahi wewenang/tugas untuk mengurusi

perpustakaan sekolah. Anak-anak yang senang

bekerja diberi tugas untuk membantu guru

memelihara alat-alat pelajaran, dan sebagainya;

3. Hadiah.

Yang dimaksud dengan hadiah di sini adalah

ganjaran yang berbentuk pemberian berupa barang.

Ganjaran berbentuk ini disebut juga ganjaran

materiil. Ganjaran berupa pemberian barang ini

sering mendatangkan pengaruh yang negatif pada

belajar peserta didik, yakni bahwa hadiah ini

lalu menjadi tujuan dari belajar anak. Anak

belajar bukan karena ingin menambah pengetahuan,

tetapi belajar karena ingin mendapatkan hadiah.

Apabila tujuan untuk mendapatkan hadiah ini tidak

bisa tercapai, maka anak akan mundur belajarnya.

Oleh karena itu, pemberian hadiah berupa barang

ini lebih baik jangan sering dilakukan. Berikan

56

hadiah berupa barang jika dianggap memang perlu,

dan pilihlah pada saat yang tepat;

4. Tanda Penghargaan.

Jika hadiah merupakan ganjaran berupa barang,

maka tanda penghargaan adalah kebalikannya. Tanda

penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan

kegunaan barang-barang tersebut seperti halnya

hadiah, melainkan tanda penghargaan dinilai dari

segi "kesan" atau "nilai kenangannya". Oleh

karena itu, ganjaran berupa tanda penghargaan

disebut juga ganjaran symbolis. Ganjaran symbolis

dapat berupa surat-surat tanda penghargaan, surat

tanda jasa, sertifikat, piala dan sebagainya.

Tanda penghargaan yang diperoleh anak akan

merupakan sumber pendorong bagi perkembangan anak

selanjutnya.

D. Syarat-Syarat Pemberian Hukuman

Beberapa persyaratan pemberian hukuman yang

terpenting di antaranya ialah22:

22 . Amin Danien Indrakusuma, 1973 h. 155

57

1). Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta

kasih sayang. Kita memberikan hukuman kepada anak,

bukan karena ingin menyakiti hati anak, bukan karena

ingin melampiaskan rasa dendam dan sebagainya. Kita

menghukum anak demi untuk kebaikan, demi kepentingan

anak, demi masa depan dari anak. Oleh karena itu,

sehabis hukuman itu dilaksanakan, maka tidak boleh

berakibat putusnya hubungan cinta kasih sayang

tersebut;

2). Pemberian hukuman harus didasarkan kepada alasan

"keharusan". Artinya, sudah tidak ada alat

pendidikan yang lain yang bisa dipergunakan. Dalam

hal ini kiranya patut diperingatkan, bahwa kita

jangan terlalu terbiasa dengan hukuman. Kita tidak

boleh terlalu murah dengan hukuman. Hukuman, kita

berikan kalau memang hal itu betul-betul diperlukan,

dan harus kita berikan secara bijaksana;

3). Pemberian hukuman harus menimbulkan kesan pada

hati anak. Adanya kesan itu, anak akan selalu

mengingat pada peristiwa tersebut dan kesan itu akan

58

selalu mendorong anak kepada kesadaran dan

keinsyafan, tetapi sebaliknya hukuman tersebut tidak

boleh menimbulkan kesan negatif pada anak. Misalnya

saja menyebabkan rasa putus asa pada anak, rasa

rendah diri dan sebagainya;

4). Pemberian hukuman harus menimbulkan keinsyafan dan

penyesalan pada anak. Inilah yang merupakan hakikat

dari tujuan pemberian hukuman. Dengan adanya

hukuman, anak harus merasa insyaf dan menyesali

perbuatan-perbuatannya yang salah itu, dan dengan

keinsyafan ini anak bejanji di dalam hatinya untuk

tidak mengulangi perbuatannya lagi;

5). Pada akhirnya, pemberian hukuman harus diikuti

dengan pemberian ampun dan disertai dengan harapan

serta kepercayaan. Setelah anak selesai menjalani

hukumannya, maka guru sudah tidak lagi menaruh atau

mempunyai rasa ini dan itu terhadap anak tersebut.

Guru harus membebaskan diri dari rasa ini dan itu

dari anak tersebut. Di samping itu, kepada anak

harus diberikan kepercayaan kembali serta harapan,

59

bahwa anak itu pun akan sanggup berbuat baik seperti

teman-temannya yang lain;

6). Menurut Suwarno syarat-syarat pemberian hukuman

hendaknya:23

(a). hukuman harus selaras dengan kesalahannya;

(b). hukuman harus seadil-adilnya;

(c). hukuman harus lekas dijalankan agar anak

mengerti benar apa sebabnya ia dihukum dan apa

maksud hukuman itu;

(d). memberikan hukuman harus dalam keadaan tenang,

jangan dalam keadaan emosional (marah);

(e). hukuman harus sesuai dengan umur anak;

(f). hukuman harus diikuti dengan penjelasan, sebab

bertujuan untuk membentuk kata hati, tidak hanya

sekedar menghukum saja;

(g). hukuman harus diakhiri dengan pemberian ampun;

(h). hukuman kita gunakan jika kita terpaksa, atau

hukuman merupakan alat pendidikan yang terakhir

23 . Suwarno 1992 h. 116

60

karena penggunaan alat-alat pendidikan yang lain

sudah tidak dapat lagi;

(i). yang berhak memberikan hukuman hanyalah mereka

yang cinta pada anak saja, sebab jika tidak

berdasarkan cinta, maka hukuman akan bersifat

balas dendam;

(j). hukuman harus menimbulkan penderitaan pada

yang dihukum dan yang menghukum (sebab yang

menghukum itu terpaksa).

E. Hubungan Pendekatan Ganjaran dengan Peserta Didik yangOveraktif Tujuan penerapan pemberian ganjaran adalah untuk

mengubah perilaku, pada gilirannya peserta didik

terdorong dari dalam dirinya untuk berperilaku yang

baik. Ia bersedia berperilaku tertentu, karena

perilaku itu menyenangkannya. Peserta didik bangga

pada hasil kerjanya yang memuaskan atau melakukan

perbuatan baik merupakan ganjaran dari dalam atau

intrinsik.

61

Sikap anak overaktif yang selalu gelisah dan

usil saat duduk, tidak bisa duduk diam, berlari saat

ia seharusnya berjalan tenang, melompat dari aktifitas

yang satu ke aktivitas yang lain, mengganggu anak

lain, atau tampak seakan-akan tidak pernah berhenti

bercakap, secara umum merupakan usaha anak untuk

mendapatkan perhatian, oleh karena itu perhatian perlu

diberikan pada anak overaktif terutama perhatian pada

prestasi kerja yang dilakukannya, bukan memberi

hukuman pada pelanggarannya. Perhatian itu diwujudkan

dalam penghargaan atau ganjaran atas perubahan

perilaku anak, bila guru telah berhasil mengubah

perilakunya, maka guru mengaitkan dengan ganjaran

kata sanjungan, pujian atau ganjaran yang lain dengan

perilaku yang baru. Kebanyakan peserta didik mau

melakukan banyak hal untuk mendapatkan kata sanjungan,

sesuatu yang langka terjadi dalam kelas. Tindakan ini

sudah cukup untuk merubah dan memelihara kelangsungan

perilaku. Pada akhirnya peserta didik akan terus

melakukan perilaku karena lebih menggembirakan dan

62

menyenangkan (ganjaran intrinsik) untuk menyelesaikan

tugas pada waktunya daripada membuang waktu dan

menerima bentakan, dihukum atau konsekuensi negatif

lain.

I. Kerangka pikir.

Dalam al-Qur’an dijelaskan tentang ganjaran yang

digunakan untuk membalas orang yang beriman dan

beramal shaleh agar mereka termotivasi mempertinggi

keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah.Hal ini seseuai

dengan Firman Allah Swt.Q.S. al-Bayyinah/ 98 : 7-8

Terjemahannya: (7) Sesungguhnya orang-orang yang beriman danmengerjakan amal shaleh mereka itu adalahsebaik-baik makhluk. (8) Balasan mereka di sisi

63

Tuhan mereka ialah surga ‘dan yang mengalirdibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya selama - lamanya.Allah ridha terhadapmereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yangdemikian itu adalah (balasan) bagi orang yangtakut kepada Tuhannya”. (QS. al-Bayyinah: 7-8)24

Dalam pemberian ganjaran yang dilakukan oleh guru

juga merupakan bentuk strategi dalam memberikan

motivasi pada peserta didik. Pemberian motivasi juga

belum tentu selalu diberikan pada anak seperti pada

anak terpandai di kelas, karena memang anak yang

pandai selalu menunjukkan hasil yang baik dan hal

tersebut tidak perlu selalu diberi ganjaran, sebab

itu ganjaran akan berfungsi sebagai upah yang

diberikan kepada anak tersebut karena kepandaiannya.

Akan tetapi anak yang biasa-biasa saja akan menjadikan

dirinya sebagai fungsi dalam mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak kepribadian pada masa akan datang

sehingga terbentuk potensi anak bertaqwa,cakap,kreatif

dan mandiri yang juga akan terlaksana proses

pembelajaran yang baik disekolah maupun dirumah. Hal

24 Departemen Agama RI Al Qur’an Dan terjemahan.

64

ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang

termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkankemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadi yang berimandan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri danmenjadi warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab”.25

Salah satu cara merealisasikan tujuan pendidikan

nasional di atas adalah melalui proses pembelajaran

yang baik dan terarah sebab disanalah semua peserta

didik akan berinteraktif dan akan memperoleh

berbagai ilmu pengetahuan baik pengetahuan umum

maupun pengetahuan agama yang akan bermanfaat bagi

tercapainya tingkat perkembangan individunya.

Berdasarkan rujukan di atas dapat dirumuskan bahwa

pemberian ganjaran yang dilakukan oleh guru kepada

siswa memiliki peranan yang sangat penting dalam

memberikan motivasi belajar pada peserta didik untuk

25 UU RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Bandung:Citra Umbara, 2003) h 7.

65

belajar dengan penuh perhatian dan usaha dalam

memerima dan mengerjakan tugas pelajaran yang

diberikan sehingga dapat mencapai tujuan yang

diharapkan oleh peserta didik yang ditunjukkan dengan

proses pembelajaran akan meningkat, jadi hal ini

ganjaran atau hadiah dapat memberi motivasi kualitas

belajar peserta didik. Keterangan diatas maka dalam

penelitian ini penulis terdorong untuk melakukan

penelitian tentang pemberian ganjaran/hadiah sebagai

motivasi belajar pada peserta didik sebagaimana

dengan gambar skema sebagai berikut :

Gambar 1 Kerangka Fikir Penelitian

Proses pem belajaran

Guru

Pemberianganjaran

Motivasi

Peserta didik

Motivasi

66

E.Hipotesis

Mengacu pada konsep di atas, khususnya pada rumusan

masalah maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai

berikut :

1. Pemberian Ganjaran yang dilakukan oleh guru diduga

dapat memberi motivasi pada peserta didik dalam

belajar dan melaksanakan tugas pada setiap

pelajaran di SMP Muhammadiyah Pinrang.

2. Pemberian ganjaran yang dilakukan oleh guru

bervariasi sebagai usaha untuk dalam membuat

peserta didik termotivasi untuk belajar di SMP

Muhammadiyah Pinrang.

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan lokasi Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan

penelitian lapangan (field research) bila dilihat dari

jenis datanya, maka penelitian termasuk penelitian

kualitatif dan kuantitatif diskriftif yaitu

67

penelitian yang dilakukan dengan pengumpulan data yang

sifatnya subjektif, penampilan data yang kemudian

memberikan penafsiran terhadap data tersebut secara

deskriptif.

Berdasarkan judul penelitian, maka lokasi penelitian

ini adalah di SMP Muhammadiyah Pinrang dengan alamat

Jl. A. Abdullah No. 16 yang berada pada wilayah

Kecamatan Watang Sawitto Kab. Pinrang.

B. Pendekatan Penelitian.

Pendekatan penelitian banyak dipengaruhi oleh

jenis dan banyaknya variabel dan begitu pula

sebaliknya jenis variabel juga dipengaruhi oleh jenis

pendekatan, selain pendekatan penelitian ini juga

dipengaruhi oleh banyak dan jenis variabel, tetapi

masih ada faktor-faktor lain yang juga tidak kalah

penting artiya faktor-faktor yang mempengaruhi jenis

pendekatan ini antara lain (1).Tujuan penelitian,

( 2). Waktu dan dana yang tersedi ,(3). Tersedianya

68

subjek penelitian , (4) minat dan selera peneliti.26

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa

pendekatan antara lain :

2. Pendekatan pedagogis, yaitu pendekatan yang

digunakan untuk mengetahui kemampuan guru meliputi:

pemahaman terhadap siswa, rencana pelaksanaan

pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran,pemahaman terhadap penilaian

pembelajaran dan mamnfaat dalam memberikan dan

melaksanakan ganjaran oleh guru dan peserta didik

3. Pendekatan psikologis, yaitu pendekatan yang

dilakukan dengan cara untuk mengetahui kemampuan

guru memahami prilaku, minat, motivasi peserta

didik dalam kegiatan belajar di SMP Muhammadiyah

Pinrang.27

4. Pendekatan deskriftif,berupa survei, yaitu

mengumpulkan data sebanyak banyaknya mengenai

26Suharsimi Arikunto , prosedur penelitian suatu pendekatan praktek,edisi revisi VI pn. Rineka Cipta h. 108.

27Kaelany HD, Islam dan aspek –aspek kemasyarakatan, (Cet.I,Jakarta: Bumi Aksara 2000), h. 18.

69

faktor – faktor yang merupakan pendukung terhadap

kualitas pemberian ganjaran/ hadiah dalam proses

pembelajaran kemudian menganalisis faktor–faktor

tersebut untuk dicari peranannya terhadap

peningkatan motivasi peserta didik dalam proses

pembelajaran, sehingga peserta didik dapat

memahami dan menerima bahwa dengan adanya ganjaran

yang diberikan dapat menjadi sadar dan termotivasi

dalam melakukan pembelajaran.28 Dalam penelitian

ini, penulis hanya mengukur apakah ganjaran yang

diberikan oleh guru dapat membuat peserta didik

termotivasi dalam belajar dengan baik.

Sifat atau model penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif dan kuatitatif, Menurut Whitney”

metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan

interpretasi yang tepat”29 dilain pihak Abustan

mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah

mempelajari masalah - masalah dalam masyarakat, serta

28 . Op.cit, h.10829 . Moh Natsir . Metode Penelitian . Jakarta Ghalia Indonesia, 1999. H 63

70

tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-

situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-

kegiatan, sikap dan pandangan-pandangan, serta proses

yang sedang berlangsung30

Berdasarkan konsep tersebut maka dalam penelitian

tesis ini dilakukan penyajian data pendekatan

kualitatif dengan melakukan survey dan persentase. Van

Dalen mengemukakan bahwa” Studi survey merupakan bagian

dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari

kedudukan, fenomena dan menentukan kesamaan status

dengan cara membandingkan dengan standar yang sudah

ada”31 Oleh karena itu penelitian ini berusaha

mengungkap kemampuan guru dalam memberikan ganjaran

sebagai motivasi belajar peserta didik di SMP

Muhammadiyah Pinrang.

C. Sumber Data

30 . Idrus abustan Metode Penelitian Administrasi.Makassar. Program Magister Administrasi Kerjasama UNHAS- LAN,2000. H. 350.31 . Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : SuatuPendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipra. 1993 h. 102.

71

Pada penelitian penulis mengambil data dengan

menyusuaikan tujuan serta kegunaan penelitian, maka

sumber data penelitian ini adalah personil sekolah

dan dokumen yang sangat sesuai serta mendukung fakta-

fakta pelaksanaan dalam melakukan penelitian dengan

perincian sebagai berikut :

1. personil sekolah

a). Kepala sekolah

b). Guru mata pelajaran

c). Peserta didik

2. Dokumen

a). Administrasi penilaian guru.

b). Administrasi pembelajaran guru.

c) Dokumen sekolah

72

D. Populasi dan sampel

1. Populasi

Untuk memahami secara detail populasi yang akan

dijadikan obyek dalam penelitian tesis ini, maka

penulis mengemukakan pengertian populasi dari

beberapa penelitri antara lain :

Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa Populasi

adalah keseluruhan objek yang menjadi sasaran

peneliti 32 atau juga berarti semua individu yang

dapat dijadikan sumber pengambil sampel33 sedang

Ine Amirman Tousda mengatakan bahwa “populasi”

adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik

berupa benda, kejadian, nilai, maupun hal-hal

yang terjadi34

Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapat

dikomparasikan dengan apa yang dikemukakan oleh

Mardalis yang mengatakan bahwa populasi adalah

32 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta bumi Aksara 1993) h. 5333 .Ibid, h. 13134 Ine Amirman Tousda Penelitian dan statistik Pendidikan . ( Jakarta Bumi Aksara 1990) h. 120

73

semua individu yang menjadi sumber pengambilan

sampel35 dari pendapat yang telah dikemukakan

diatas maka olehnya itu penulis merumuskan bahwa

yang menjadi sasaran dan objek dari penelitian

ini adalah peserta didik Kelas VII,VIII, dan IX

dan guru mata pelajaran pada SMP Muhammadiyah

Pinrang.

Untuk mengetahui dengan jelas keadaan siswa

di SMP Muhammadiyah Pinrang dapat dikemukakan

dalam bentuk tabel berikut ini :

Tabel 1

Keadaan Peserta didik Thn Pelajaran 20112/2013

Kelas JumlahKelas

Jenis Kelamin Pesertadidik

VII

VIII

IX

2

2

2

Laki-lakiPerempuan

Laki-lakiPerempuan

Laki-lakiPerempuan

3033

19

23

2616

35 Mardalis Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta Bumi Aksara Cet II 1993) h. 53

74

Jumlah 6 Jumlah 151

Sumber data 36

Data pada Tabel 1 dapat diketahui besarnya jumlah

peserta didik yang ada di SMP Muhammadaiyah

Pinrang dengan princian jumlah laki- laki untuk

kelas VII,VIII, IX sebanyak 76, sedang untuk

perempuan pada Kelas VII,VIII, IX berjumlah 76

peserta didik, jadi jumlah secara keseluruhan

peserta didik pada semua tingkat pembelajaran

adalah 151 peserta didik.

Adapun guru dan pegawai SMP Muhammadiyah Pinrang

berjumlah 20 Orang dan pegawai sebanyak 1 orang

yang akan dijadikan sebagai pendukung dalam

mengumpulkan data dalam penelitian untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Keadaan guru dan pegawai SMP Muhammadiyah Pinrang

36 Laporan Bulanan SMP Muhammadiyah Pinrang per bulan januari Tahun 2013

75

No. Guru Jumlah Pegawai Jumlah

1

2

Laki – laki

perempuan

9

11

Laki – laki

permpuan

2

1

3 Jumlah 20 Jumlah 3

Sumber data Tahun 201337

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah tenaga guru sebanyak

20 orang yang terdiri dari guru tetap dan 6 guru

bantu/Honor 14 sedang untuk tenaga administrasi

sebanyak 3 yang terdiri dari tenaga tetap administrasi

yayasan 2 orang dan tenaga administrasi tidak tetap

berjumlah 1 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebahagian dari populasi38 sebagai

refresentatif dari keseluruhan objek (Populasi)

penelitian. Jadi sampel adalah sebahagian dari

populasi yang dijadikan sasaran penelitian atau sampel

37 . Ibid, Laporan Bulanan SMP Muhammadiyah Pinrang38 Imade Putrawan, Pengujian Hipotesis Dalam Penelitian Penelitian Sosial (Jakarta Rineka Cipta 1990) Hal. 5

76

juga dimaknai sebagai bagian atau wakil populasi yang

diteliti.39

Adapun Tujuan penentuan sampel dalam penelitian

ini adalah untuk memperoleh keterangan mengenai

objek penelitian dengan cara mengamati sebahagian

dari populasi dengan kata lain, sampel merupakan

reduksi dari jumlah objek penelitian.

Tujuan lain dari sampel adalah untuk mengemukakan

dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan

untuk menarik generalisasi dari hasil

penyelidikan40selanjutnya penentuan juga dimaksudkan

untuk mempermudah penafsiran, peramalan dan

pengujian hipotesis

Untuk menentukan besarnya jumlah sampel

penelitian bukanlah hal yang sederhana, namun dengan

pertimbangan bahwa objek penelitian ini berfokus

pada satu sekolah dengan jumlah peserta didik 151

Dengan jumlah yang tergolong sedang tersebut maka

39 Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian sebagai suatu pendekatan praktek penerbit Rineka Cipta Jakarta Edisi Revisi Cet III ( 2006 ) hal. 13140 Lihat suharsimi arikuto Op. Cit hal 105.

77

dalam pengambilan sampel, peneliti tetapkan 50

persen dari populasi penelitian yaitu 75 peserta

didik dan 20 guru, peneliti mengambil jumlah

keseluruhan guru sebagai sampel yang terdiri dari

guru mata pelajaran termasuk kepala sekolah, dalam

penelitian ini dilakukan pengambilan sampel dengan

teknik stratified yaitu melakukan penelitian pada

populasi secara bertingkat pada peserta didik SMP

Muhammadiyah Pinrang yang terdiri dari kelas

VII.VIII, dan IX yang masing - masing dipilih 25

orang peserta didik sebagai sumber perolehan data.

Dengan teknik ini semua anggota populasi memiliki

kemungkinan yang sama dan indevenden untuk dapat

dijadikan sampel, maksudnya bahwa pemilihan satu

peserta didik tidak mempunyai pengaruh dalam

berbagai bentuknya terhadap pemilihan peserta didik

lainnya. Stratified bermakna peneliti menentukan

sendiri bentuk sampel secara berurutan berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan dengan

mempertimbangkan unsur kelayakan perolehan data.

78

Adapun kriteria pengambilan sampel adalah :

a. Kriteria sampel untuk guru mata pelajaran di SMP

Muhammadiyah Pinrang

1. Sampel adalah sumber data yang memegang

peranan penting dalam program persekolahan

dalam hal ini kepala sekolah.

2. Sampel adalah guru – guru yang mengajarkan

bidang studi umum dan keagamaan.

3. Sampel adalah guru-guru yang dapat diambil

datanya dalam pelaksanaan penelitian.

b. Kriteria Sampel Peserta didik.

1. Sampel adalah peserta didik yang terdaftar dan

aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2. Sampel adalah peserta didik yang dipandang

mampu memberi iformasi melalui komunikasi yang

baik dan lancar.

3. Sampel dipilih dari kelas VII,VIII,dan IX

masing - masing 25 orang sehinggah jumlah

sampel mencapai sebanyak 75 Orang peserta

didik secara keseluruhan.

79

Adapun alasan peneliti menggunakan stratified

adalah :

a. Agar seluruh komponen dalam lingkup tema

penelitian dapat dipilih sebagai sampel.

b. Agar peneliti tidak membias pada masalah

lain yang lebih luas

c. Agar lebih mudah membuat perincian sumber

data dan daftar kebutuhan data yang

kemudian tertuang dalam bentuk daftar

pertanyaan

d. Untuk memberikan ruang gerak penentuan

individu yang dianggap lebih kapabel pada

saat berada dilapangan.

E. Metode Pengumpulan Data.

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang

dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan

data41 Dalam pengumpulan data peneliti mempersiapkan

perangkat-perangkat bantu yang digunakan dalam rangka

41 . Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian. ( Jakarta Rineka Cipta 2000) Hal 134.

80

mengefektifkan jalannya proses perolehan data. Data

yang diperoleh dengan menggunakan metode studi pustaka

dan lapangan. Studi pustaka yaitu penulis melakukan

analisis buku-buku perpustakaan dalam mendukung

akurasi data yang diperlukan oleh peneliti yang berupa

teori-teori yang berkaitan dengan judul penelitian.

Sedang studi lapangan adalah yaitu peneliti dalam hal

ini melakukan pengumpulan data dengan cara terlibat

langsung kelapangan untuk mendapatkan keterangan-

keterangan yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan

metode sebagai sebagai alat Instrumen untuk

mengumpulkan data42 sebagai berikut :

1. Observasi dalam penelitian ini adalah melakukan

mengamatan secara langsung pada objek yang

berkaitan dengan penelitian secara sengaja maupun

secara sistematis43 Dalam hal ini peneliti

melakukan pengamatan pada proses motivasi belajar

42 .Op.Cit, Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek hal 14943 .Winarno surahmat, Penelitian Ilmiah. Bandung. Tarsito 1990) hal 100

81

mengajar disekolah dengan menggunakan pemberian

ganjaran di SMP Muhammadiyah Pinrang dengan

melakukan penelitian secara terencana dan

sistematis dengan memfokuskan pada kemampuan guru

dalam mengelola pembelajaran secara tim sehingga

peserta didik senang dan termotivasi belajar.

2. Wawancara (Interview) yaitu melakukan pengumpulan

data dengan cara berdialog kepada pihak-pihak yang

berkompoten untuk mendapatkan informasi dengan

mengungkapkan pertanyaan secara langsung pada

informan.44 Dari pengertian tersebut dapat dipahami

bahwa wawancara itu lebih ditekankan dalam bentuk

komunikasi secara langsung, meskipun wawancara itu

bisa dilakukan tampa tatap muka, dalam hal ini

penulis memberikan pertanyaan–pertanyaan kepada

responden dengan cara terstruktur dan non struktur

seperti kepala sekolah, guru dan peserta didik SMP

Muhammadiyah Pinrang.

44. Joko Subagyo, Metode penelitian dalam teory dan praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, 1991) h. 39

82

3. Angket atau kuesioner merupakan alat pengumpul

data yang terdiri dari susunan sejumlah pertanyaan

tertulis untuk diajukan kepada responden sebagai

sampel penelitian45 dalam bentuk kuesioner

tertutup yaitu suatu bentuk angket yang

disusun dengan menyediakan pilihan jawaban

yang disampaikan secara langsung pada peserta

didik SMP Muhammadiyah Pinrang.

4. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal

yang berupa catatan atau arsip-arsip sebagai

sumber data dan sebagainya yang berhubungan dengan

objek penelitian.46 Adapun yang dimaksud dokumen

disini adalah dokumen yang diambil dari sekolah

sebagai pelengkap data seperti jumlah peserta

didik,guru dan lain-lain pada SMP Muhammadiyah

Pinrang.

F. Metode Analisis Data.

45 . Suharsimi Arikuto OP. Cit 199146 .Ibid Hal 236

83

Menganalisis data merupakan hal yang sangat

penting dalam mendapatkan suatu jawaban terhadap

permasalahan. Oleh karena itu data yang terkumpul

diproses dan dianalisis secara kualitatif deskriftif

dan kuantitatif. Dalam proses ini penulis meneliti dan

menyeleksi data sesuai jenis dan temuannya dengan

melalui tahapan – tahapan dan analisis tertentu yang

sesuai dengan penelitian seperti :

1. Mengidentifikasi bahan dan pernyataan kunci

2. Memberikan kode terhadap masing-masing tema

3. Memberikan penilaian terhadap bahan dan pernyataan

sesuai dengan tema.

4. Menyusun bahan dan pernyataan sesuai tema.

5. Menginterpretasi pernyataan data.

Selanjutnya data yang diperoleh melalui angket diolah

dan dianalisis dengan menggunakan uji persentase

(%).dalam rangka mengetahui tolak ukur hasil

penelitian yang datanya bersumber dari guru mata

pelajaran,dan peserta didik47. 47 .Prof Dr. Suharsimi Arikunto Manajemen Penelitian Edisi

Revisi ,Pn Rineka Cipta Jakarta 2010 h. 268

84

G. Jadwal Penelitian.

Dalam melakukan penelitian ini diperlukan

jadwal kegiatan yang dilaksanakan, adapun jadwal

kegiatan penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

No

UraianKegiatan

BULAN MARET APRIL MEI JUNI1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan

Proposal

√ √ √ √

2 SeminarProposal

3 Pengumpulan Data

√ √

4 Analsisdata

5 PembuatanDraf/hasil Laporan

6 Penyusunan tesis

7 SeminarHasil

85

DAFTAR PUSTAKA

AL – Qur’an Dan terjemahan Departemen Agama RI

Ali, Muhammad, 1975, Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern,Jakarta: Pustaka Amani.

Ag. Soejono 1980 Manajemen Pengajaran pn. RinekaCipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.

Arie Asnaldi, 2005. Teori -Teori belajar

Amien Di’ien, 1973. Strategi Belajar Mengajar Jakarta: PT.

Raja Grafindo

Aziz Wahab, Abdul. 2008. Metode dan Model Mengajar; IlmuPengetahuan Sosial. Bandung: Alfabeta

Bahri Djamarah, Syaiful. 1994. Prestasi Belajar danKompetensi Guru. Surabaya:Usaha Nasional

86

Bimo Walgito, 1995, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogjakarta: Andy Offset

Balnadi Sutadipura, (1982). Aneka Problema Keguruan. Bandung: Angkasa.

Djumhur dan Moh.Surya, 1975, Bimbingan dan Penyuluhan DiSekolah, Bandung: CV.Ilmu.

Ismail, Andang, 2006, Education Games; Menjadi Cerdas DanCeria Dengan Permainan Edukatif, Yogyakarta: Pilar Media

Ismail, Imamuddin dan Zakiyah Drajat. 1980.Pengembangan Kemampuan Belajar pada Anak-Anak. Jakarta:Bulan Bintang

Joko Subagyo, Metode penelitian dalam teory dan praktek,( Jakarta, Rineka cipta, 1991)

Jalaluddin Rahmat, (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung:Rosda Karya.

Kaelany HD, 2000, Islam Dan Aspek –Aspek Kemasyarakatan, (Cet.I, Jakarta: Bumi Aksara)

Kartini Kartono, 1985 , Mengenal Dunia Kanak-Kanak,Jakarta: CV. Rajawali.

Kamus besar bahasa indonesia edisi ke tiga,departemenpendidikan Nasional pn. Balai pustaka

Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and TeacTeori Belajar Behavioristik

Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta

87

Mallary M.Collins, 1992 diterjemahkan olehNy.Kathleen Sri Wardhani, Mengubah Perilaku Siswa,Jakarta: PT.BPK.Gunung Mulia.

Marzuki. 2000. Metodologi Riset. Yogyakarta: FakultasEkonomi UII

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Prof Dr. Suharsimi Arikunto Manajemen Penelitian edisirevisi ,Pn rineka cipta jakarta 2010

Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta

R.I. Suhartin, 1989, Mengenal Kesulitan-kesulitan DalamMendidik Anak, Jakarta: BPK. Gunung Mulia.

Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon

Sofyan S. Willis, Drs.August Setyawan, 1984, MembinaKebahagiaan Murid, Bandung: Angkasa.

Singgih D, Gunarso , thn. 1986 dalam bukunyaPsikologi Perkembangan Anak dan Remaja yangditerbitkan oleh BPK.Gunung Mulia

Samuel Soeitoe, (1982). Psikologi Pendidikan. Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia

Sugiyono 2011 Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D,Cetke 13 pn. Alpabeta

S, Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses BelajarMengajar CetakanVIII. Jakarta: Bumi Aksara.

88

S. Sukmadinata, Nana. 2007. Metode Penelitian Pendidikan,Bandung, PT Remaja Rosdakarya

Tamrin Nasution, Nurhalimah Nasution, 1989, PerananOrangtua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, Jakarta:BPK.Gunung Mulia.

UU RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,(Bandung: Citra Umbara.)

Undang - undang RI Nomor 20 Tahun 2005 Tentang Gurudan Dosen dan Undangundang

Winarno surahmat, Penelitian Ilmiah. Bandung. Tarsito

1990)

http://www.scribd.com/doc/21251076/TEORI-BEHAVIORISME

http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/03/teori-behaviorisme.htm:01Febr. 2011, 13.00

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik” hing ini Higher Education. London: Paul Chapman Publising

http://asnaldi.multiply.com/journal/item/

http://en.wikipedia.org/wiki/Behaviorism#column-one

89

Komposisi Bab

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang masalahB. Rumusan MasalahC. Tujuan dan manfaat Penelitian

BAB II Tinjauan PustakaA. Hasil-hasil Penelitian TerdahuluB. Landasan Teori

1. Ganjaran dan motivasi2. Teoritis pendekatan ganjaran3. Bentuk pendekatan ganjaran

C. Macam-macam GanjaranD. Syarat-syarat pemberian ganjaranE. Hubungan pendekatan Ganjaran dengan peserta didik

yang overaktifF. Kerangka PikirG. Hipotesis

BAB III Metode PenelitianA. Jenis dan lokasi penelitian

90

B. Pendekatan penelitianC. Sumber dataD. Metode pengumpulan dataE. Instrumen penelitianF. Teknik pengolahan dan analisis dataG. Teknik Analisis Data

BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian A. Pemberian ganjaran dapat memberi Motivasi pada

peserta didik di SMP Muhammadiyah PinrangB. Jenis Ganjaran yang dilakukan Oleh guru SMP

Muhammadiyah Pinrang dalam memotivasi belajar peserta didik

BAB V PenutupA. Saran dan kesimpulan B. Penutup

Daftar PustakaLampiran-Lampiran

BAB V

PENUTUP

A.   KESIMPULAN

91

Dari segenap pembahasan yang telah dipaparkan,

maka penulis dapat mengambil kesimpulan, antara lain:

1.    Anak overaktif adalah anak yang perilakunya

terlalu aktif yang diakibatkan oleh pengendalian

diri yang kurang efektif dan tidak konsisten.

Sebagian besar peserta didik ini oleh guru disebut

sebagai “tukang melamun”, “tidak pernah

mennyelesaikan tugas”, “tidak bisa duduk tenang”,

“selalu berpindah-pindah tempat duduk atau berlari-

lari di kelas”, “gelisah”, “ceroboh”, “hanya

mengikuti dorongan hati”, “mudah mengalihkan

perhatian”, “banyak bicara”.

2.   Peserta didik yang overaktif memerlukan

penanganan khusus yakni dengan teknik pengendalian

dalam kelas maupun dalam teknik pemberian ganjaran.

3.   Pendekatan ganjaran adalah teknik pengendalian

perilaku anak dengan memberi sesuatu yang berfungsi

sebagai insentif , sesuatu yang penting bagi anak

dan memperbesar kemungkinan terulangnya perilaku

yang diinginkan.

92

4.   Teori belajar behavioristik merupakan landasan

filosofis pentingnya pendekatan ganjaran terutama

bagi peserta didik overaktif.

5.   Sikap overaktif peserta didik dapat diatasi

dengan mengaplikasikan atau menerapkan pendekatan

ganjaran yakni dengan lebih memberikan penguatan (

reinforcement ) positif pada setiap tingkah laku

peserta didik.

B.   SARAN

Sebagai calon guru Sekolah Dasar mahasiswa

hendaknya perlu memahami pentingnya ganjaran positif

dalam setiap tingkah laku atau umpan bailik peserta

didik dalam kegiatan pembelajaran terutama bagi

peserta didik yang overaktif.

93

dengan rumus sebagai berikut :

ʄ

∑ X ═─ X 100

n

Keterangan :

X = jumlah sampel

ʄ = Jumlah frekuensin = Responden