PRPOSAL AISYAH BARU
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of PRPOSAL AISYAH BARU
1
PR0P0SAL PENELITIAN TESIS
Nama : AISYAHNIM : 211310033Konsentrasi : Pendidikan Agama IslamJudul Tesis : “Pemberian Ganjaran Sebagai Motivasi
Belajar Peserta Didik di SMP Muhammadiyah Pinrang”.
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada umumnya dilaksanakan dalam rangka
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional yang termaktub dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkankemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadi yang berimandan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
2
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratisserta bertanggung jawab”.1
Salah satu cara merealisasikan tujuan pendidikan
nasional di atas adalah melalui proses belajar
mengajar. Sebab disanalah semua siswa akan
berinteraktif dan akan memperoleh berbagai ilmu
pengetahuan baik pengetahuan umum maupun pengetahuan
agama yang akan bermanfaat bagi tercapainya tingkat
perkembangan individunya.
Sekolah sebagai salah satu lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan
penting dalam usaha untuk mendewasakan anak dan
menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang baik,
serta menjadikan anak senang berbuat kebaikan. Namun
untuk menjadikan anak dengan baik secara instan
tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan,
karena masing – masing anak mempunyai potensi prilaku
bawaan yang ada pada anak itu sendiri sehingga terjadi
kendala dalam menghadapi dan mendidik anak untuk lebih
1 UU RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Bandung:Citra Umbara, 2003), h, 7.
3
cepat mengalami perubahan, pada watak anak terdapat
bermacam-macam model prilaku yang harus dihadapi
misalnya saja anak acuh, cepat bosan dan anak
overaktif.
Menurut Mallary M.Collins, diterjemahkan oleh:
Ny. Kathleen Sri Wardhani, dalam bukunya yang berjudul
Mengubah Perilaku Peserta didik, anak overaktif
adalah anak yang perilakunya terlalu aktif yang
diakibatkan oleh pengendalian diri yang kurang efektif
dan tidak konsisten.2 Sebagian besar peserta didik
ini oleh guru disebut sebagai,tukang melamun, tidak
pernah mennyelesaikan tugas, tidak bisa duduk tenang,
selalu berpindah-pindah tempat duduk atau berlari-lari
di kelas, gelisah, ceroboh, hanya mengikuti dorongan
hati”, mudah mengalihkan perhatian, banyak bicara.
Semua sifat yang berhubungan dengan perilaku anak
overaktif menghambat usaha berprestasi dan/atau
mengganggu aktifitas di dalam kelas. Selain itu
2 Lihat Mallary M.Collins, diterjemahkan oleh Ny.Kathleen Sri Wardhani, Mengubah Perilaku Siswa, (Jakarta:PT.BPK.Gunung Mulia, 1992), h.112.
4
peserta didik ini sering mengalami kesulitan dalam
bergaul dengan teman sebayanya, terutama dalam
permainan yang melibatkan lebih dari satu anak.
Masalah tersebut tentunya memerlukan suatu perhatian
khusus dari pendidik.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
penangangan walikelas dan guru terhadap peserta didik
yang overaktif masih mengarah pada sangsi-sangsi atau
hukuman, guru masih cenderung melihat pada kesalahan
yang dibuat oleh peserta didik, daripada
keberhasilannya, prestasinya serta perilaku baik yang
pernah dilakukan oleh peserta didik. Sikap guru
semacam ini menyebabkan peserta didik merasa tidak
pernah dapat berbuat benar. Peserta didik, seperti
halnya orang dewasa, cenderung menghindari situasi
yang mereka anggap negatif, selain itu, untuk pribadi-
pribadi tertentu, hukuman merupakan dorongan yang kuat
dan merangsang untuk berperilaku yang tidak diterima.
Selain itu salah satu akibat penerapan hukuman
sebagai teknik pengendali kelas adalah bahwa peserta
5
didik akan bertindak karena rasa takut pada akibat
yang akan menimpa dirinya, bukan karena hasrat untuk
berprestasi. Rasa takut bukanlah bentuk emosi yang
patut dikembangkan dalam diri peserta didik. Lagi pula
hukuman bila sering diterapkan, maka rasa takut akan
terus berkembang dan diperkuat. Penerapan hukuman
sebagai metode utama pengendalian sering menimbulkan
rasa marah dan kecewa para peserta didik. Peserta
didik yang sering mendapat hukuman sering merasa
diperlakukan tidak adil dan memendam rasa tidak suka
terhadap guru. Terkadang perasaan ini diungkapkan
secara langsung umpamanya : aku benci pada Ibu,Bapak
Guru jahat . Tetapi lebih sering kemarahan itu
diledakkan melalu berbagai bentuk perilaku agresif
yang pasif, seperti menentang, membangkang, keras
kepala, tidak patuh, dan memberontak. Setiap anak
berbeda dalam menanggapi hukuman. Beberapa anak
patuh, yang lain marah atau melawan sementara yang
lain lagi menarik diri, menimbun emosinya, gugup
merasa bersalah atau takut, kurang percaya diri,
6
bercitra diri negatif atau menunjukkan gejala gangguan
emosi atau pribadi.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apapun
jenis ganjaran yang diterapkan oleh kebanyakan guru
termasuk perhatian yang negatif dalam bentuk ucapan,
bentakan, teriakan, kritikan, celaan, dan bentuk
hukuman yang lain, bila terlalu sering diterapkan akan
mempengaruhi perkembangan kepribadian yang sehat dan
biasanya merupakan metode yang tidak efektif dalam
proses belajar mengajar.
Pengendalian perilaku peserta didik, guru perlu
mengalihkan penekanan dari perhatian atas kelakuan
yang buruk ke perhatian atas kelakuan yang benar.
Dalam sikap ini guru lebih memperhatikan perilaku yang
baik dan kurang memperhatikan perbuatan peserta didik
yang tidak pantas atau kelakuan yang buruk dalam
melakukan pembelajaran pada setiap mata pelajarannya.
Metode tersebut disebut dengan Sistem Ganjaran.
Pemberian ganjaran untuk memotivasi peserta didik
untuk belajar dan berperilaku yang baik, cara ini
7
akan memberikan hasil yang lebih memuaskan daripada
menghukum.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan
menjabarkan tentang penerapan sistem ganjaran sebagai
salah satu upaya penciptaan suasana tertib di kelas
bagi peserta didik yang berkelakuan buruk, bandel,
overaktif yang diberi judul “Pemberian Ganjaran sebagai
Motivasi Belajar Peserta Didik di SMP Muhammadiyah Pinrang ”.
Tujuan Peserta didik belajar di sekolah adalah
agar ia dapat mengikuti pelajaran sehingga dapat
memperoleh prestasi belajar yang menggembirakan. Namun
terkadang ada peserta didik selalu menunjukkan dengan
perilaku-perilakunya yang buruk, di antaranya : sering
melakukan kebiasaan yang kurang baik di kelas, seperti
selalu ramai di kelas, sering berpindah-pindah tempat
duduk, sering mengganggu teman, sering tidak
mengerjakan Pekerjaan Rumah, tidak memperhatikan guru
yang mengajar, dan lain-lain, maka tujuan
pembelajaran yang diharapkan oleh guru tidak dapat
dicapai sesuai dengan ketentuan yang ada.
8
Perilaku peserta didik seperti itu perlu
penanganan yang khusus, karena prilaku yang dilakukan
pasti ada penyebabnya, mungkin pengaruh lingkungan
keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan sekolah,
atau mungkin karena dorongan dari dalam diri anak
sendiri, yaitu anak ingin mendapat perhatian.
Perilaku yang kurang baik tersebut dapat disebabkan
oleh dorongan untuk mendapatkan perhatian, maka
penanganan yang paling efektif adalah dengan
memberikan perhatian pada perilaku anak, perhatian
pada perilaku yang baik yaitu dengan memberikan
penghargaan atas perilakunya yang baik, bukan memberi
hukuman.
Sebagai bentuk ironi, banyak timbul masalah
akibat penerapan hukuman dalam pengendalian perilaku
peserta didik, Guru lebih memusatkan perhatian pada
perilaku-perilaku peserta didik yang buruk, guru
kurang menaruh perhatian pada kebaikan-kebaikan yang
sudah dilakukan peserta didik. Padahal semua anak
berperilaku untuk memperoleh imbalan yang
9
menyenangkan. Konsekuensi dari imbalan itu dapat
meningkatkan, memelihara perilaku yang baik dan
mengurangi perilaku-perilaku yang buruk. Imbalan
tersebut berupa ganjaran. Ganjaran akan memberikan
dorongan dan motivasi pada peserta didik untuk
berperilaku baik lagi. Maka melalui metode ganjaran
ini sebagai langkah penanganan yang efektif dalam
pengendalaian perilaku peserta didik di kelas.
B. Rumusan Masalah
Dalam proses pengajaran diperlukan adanya suatu
sistem tentang kondisi dan situasi dimana proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dengan
memberikan ganjaran pada peserta didik sebagai usaha
peningkatan proses pembelajaran dan motivasi belajar
bagi peserta didik, maka Insya Allah tentunya
pendidikan akan lebih terpokus pada pencapaian tujuan
sebagaimana yang diharapkan dalam era yang maju
ini.Untuk lebih memahami, penulis merumuskan beberapa
10
permasalahan sebagai analisis berdasarkan dari latar
belakang sebagai berikut :
1. Apakah Pemberian Ganjaran dapat memberi motivasi
pada peserta didik di SMP Muhammadiyah Pinrang?
2. Bagaimana jenis ganjaran yang dilakukan oleh
guru SMP Muhammadiyah Pinrang sehingga peserta
didik termotivasi untuk belajar?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian.
Tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan
penelitian ini adalah berusaha untuk memperoleh data
dan informasi secara akurat tentang pemberian ganjaran
sebagai motivasi belajar pada peserta didik di SMP
Muhammadiyah Pinrang secara lebih khusus penelitian
ini bertujuan antara lain :
Untuk mengetahui pemberian ganjaran peserta
didik di SMP Muhammadiyah Pinrang dalam mempengaruhi
11
semangat, motivasi dan keaktifan peserta didik dalam
melakukan proses pembelajaran baik secara kualitas
maupun secara kuantitas belajar .
a. Untuk mengidentifikasi secara mendalam
pemberian ganjaran dalam memotivasi belajar
peserta didik dalam belajar di SMP Muhammadiyah
Pinrang.
b. Untuk mengetahui jenis ganjaran apa yang
memotivasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah
Pinrang.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Ilmiah
Manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah sebagai suatu karya
ilmiah, tesis ini dapat memberi sumbangsih
pemikiran yang signifikan terhadap pendidik,
lembaga pendidikan, pemikir intelektual dalam
rangka meningkatkan profesionalisme dan
kreativitas guru dalam mengelola proses
12
pembelajaran terutama yang sedang membina
sekolah, Khususnya pada di SMP Muhammadiyah
Pinrang dan pada umumnya seluruh sekolah-
sekolah di Kabupaten Pinrang dalam rangka
berusaha dengan sungguh-sungguh dalam
meningkatkan kualitas dan sumber daya sekolah
kedepan.
b. Manfaat praktis.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi arti penting bagi pendidik atau guru
agar dalam pengajarannya dapat meningkatkan
kemampuan mereka dalam memilih dan memberikan
ganjaran menciptakan kreasi baru dalam
melakukan motivasi dalam meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman kepada peserta
khusunya di SMP Muhammadiyah Pinrang sehingga
dengan langkah-langkah yang dilakukan sudah
dianggap baik sekaligus mengembangkan aspek-
aspek yang dapat dikembangkan atau untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang baru
13
sesuai dengan peluang, kebutuhan, dan kemampuan
peserta didik dan guru serta lingkungan
masyarakat dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Dalam penelitian unsur manfaat adalah sesuatu
yang urgen bahwa dari judul penelitian itu bisa
diambil manfaatnya. dalam penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi peneliti dan sekaligus bagi
objek yang dijadikan penelitian diantaranya:
1) Sebagai bahan informasi kepada pendidik pada
SMP Muhammadiyah Pinrang tentang suatu
pendekatan yang dapat menjadikan proses
pembelajaran bisa lebih baik.
2) Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai motivasi bagi pendidik
bahwa pemberian ganjaran sangat perlu
dilakukan untuk meningkatkan motivasi
belajar peserta didik, agar dapat terbentuk
pribadi dan watak yang mandiri dalam
pengembangan personal individunya.
14
D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian.
Pada definisi operasional ini penulis terlebih
dahulu memberikan pengetahuan dan pemahaman Judul
yang ingin diteliti melalui :
1. Pengertian Judul.
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya
pemahaman yang berbeda terhadap judul proposal ini,
maka ada beberapa konsep terminologi yang penting
dijelaskan oleh penulis yaitu3 :
a. Pemberian adalah menyerahkan sesuatu kepada
orang atau pada peserta didik.
b. Ganjaran adalah hadiah sebagai pembalas jasa,
hukuman : balasan
c. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu.
3Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III,departemen pendidikannasional pn. Balai pustaka.
15
d. Belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu melalui latihan dan
membaca serta merubah tinkah laku.
e. Peserta didik adalah anak didik, siswa ,murid,
anak yang diberi tuntunan, ajaran, ilmu atau
kecerdasan.
2. Definisi Operasional.
Berdasarkan beberapa pengertian judul di atas
maka secara operasional penulis memberi batasan
pengertian agar tidak terjadi kesimpan siuran dalam
memahami sasaran penelitian yang dilakukan penulis
dimana bahwa yang dimaksud dengan “Pemberian ganjaran
sebagai motivasi belajar pada peserta didik di SMP Muhammadiyah
Pinrang.” adalah kecakapan dan usaha yang dilakukan oleh
guru berupa ganjaran, hukuman, hadiah yang dapat
memberikan motivasi belajar peserta didik yang
mengakibatkan adanya perubahan- perubahan tingkah laku
yang dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan berupa
fisiologi,rasa aman,rasa cinta, adanya rasa
16
penghargaan,aktualisasi diri (percaya diri),
mengetahui dan mengerti serta adanya rasa estetika
yang dirasakan oleh peserta didik itu sendiri sehingga
pemberian ganjaran tersebut peserta didik dapat
melaksanakan pembelajaran termasuk mengerjakan tugas
dengan baik.
3. Ruang Lingkup Penelitian.
Pada penelitian ini penulis berfokus pada
pemberian ganjaran yang dilakukan oleh guru mata
pelajaran kepada peserta didik di SMP Muhammadiyah
Pinrang dalam usaha meningkatkan motivasi
belajarnya.dan pada penelitian ini penulis mengambil
data pada seluruh kelas yang terdiri dari kelas 7, 8,
dan 9 dengan jumlah enam kelas .
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
17
Penulis menyadari bahwa penelitian tentang
ganjaran dalam kaitannya dengan motivasi belajar
peserta didik sudah pernah dilakukan oleh peneliti
lain, seperti hukuman dalam pendidikan Islam yang
ditulis oleh Nisa Islami dimana dalam pembahasan
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ganjaran atau
sanksi yang ditimbulkan oleh tindakan yang tidak
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan
bertujuan agar anak didik menyadari kesalahan yang
telah diperbuatnya dan tidak mengulangi lagi dan
menjadikan anak itu baik sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai dalam proses pembelajaran.4 Pemberian
hukuman dan ganjaran kepada peserta didik oleh
A.Suherman; dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Arab FPBS
UPI yang intinya bahwa hukuman yang diberikan pada
peserta didik adalah usaha untuk menghilangkan dengan
segera tingkah laku peserta didik yang tidak
diharapkan menjadi lebih baik.5 Akan tetapi
4 . Nisa Islami, Hukuman Dalam Pendidikan Islam,20105. A.Suherman, Pemberian Hukuman dan Ganjaran Kepada Peserta
Didik,2011
18
berbicara secara spesifik tentang kemampuan guru dalam
memberikan ganjaran kepada peserta didik belum penulis
temukan, Oleh karena itu, penulis mencoba untuk
melakukan penelitian tentang pemberian ganjaran
sebagai motivasi peserta didik serta berusaha mengkaji
judul tersebut secara mendalam.
B. Landasan teori.
1. Ganjaran dan motivasi
Ganjaran adalah alat pendidikan represif yang
menyenangkan. atau dikatakan juga, bahwa ganjaran
adalah penilaian yang bersifat positif terhadap
belajarnya murid.6
1) Istilah tsawab ( واب� ganjaran, didapatkan dalam ( ت��Al Qur'an dalam menunjukkan apa yang diperbuat
oleh seseorang dalam kehidupan ini akhirat
kelak karena amal perbuatannya yang baik.
6 .Amin Danien Indrakusuma, (1973). Pengantar Ilmu Pengetahuan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang. h.159
19
Allah berfirman dalam Q.S . al - Imran / 3 : 148
Terjemahannya : ”Maka Allah berikan ganjaran kepada mereka didunia dan di akhirat dengan ganjaran yang baik.Dan Allah cinta kepada orang-orang yang berbuatbaik ”.7
Firman Allah Swt tersebut searah dengan ungkapan Amin
Danien Indrakusuma bahwa Ganjaran merupakan penilaian
yang bersifat positif terhadap belajar peserta didik,
pada umum nya ganjaran/pujian merupakan motivator yang
jauh lebih berkhasiat dari pada celaan, hukuman atau
ujian ulangan8. Pada umunya jiwa anak melihat bahwa
pujian guru itu sebagai sumber mendapatkan kepuasan,
maka tindakan guru itu akan menjadi pendorong untuk
terjadinya tingkah laku.9 Pujian dapat dilakukan
7 . Departemen Agama RI Al Qur’an Dan terjemahan8 . Balnadi Sutadipura, (1982). Aneka Problema Keguruan.
Bandung: Angkasa, h. 1329 . Samuel Soeitoe, (1982). Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.h. 36
20
dengan memperteguh respon yang baru dengan
mengasosiasikan pada stimulus tertentu, Skinner
menyebutkan hal ini dengan reinforcement (peneguhan),
misalnya bila setiap anak menyebut kata yang sopan
kita segera memujinya, kelak anak itu akan mencintai
kata-kata yang sopan dalam komunikasinya, atau pada
waktu siswa membuat prestasi yang baik kita
menghargainya dengan sebuah buku yang bagus, maka
siswa tersebut akan meningkatkan prestasinya.10
Dari hasil pemaparan konsep diatas dapat dipahami
bahwa pemberian ganjaran adalah berbagai bentuk
apresiasi atau penghargaan suatu prestasi oleh satu
atau kelompok anak dalam aktifitas tertentu. Pada
umumnya ganjaran dapat diartikan sebagai hadiah dan
hukuman yang diberikan kepada anak sebagai motivasi
setelah atau sebelum mencapai prestasi atau
menghasilkan sesuatu yang dapat membanggakan baik oleh
guru, orang tua, teman, atau dirinya sendiri. Adapun
indikatornya adalah anak yang berbuat baik, dipuji,10 . Jalaluddin Rahmat, (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.h.24
21
diberi buku, diberi permen, diberi penghargaan atas
prestasi yang didapat seperti tepuk tangan, dan lain-
lain.
b. Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak
sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu atau dapat juga diartikan
sebagai usaha yang dapat menyebabkan sesorang
atau kelompok orang tertentu untuk tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendaki oleh peserta didik atau
mendapat kepuasan dengan perbuatan peserta didik
itu sendiri.11sedang MC Donald mengartikan
motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam
diri pribadi peserta didik yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan12. Dari pendapat - pendapat Mc Donald
tersebut Omar Hamalik merumuskan tiga unsur yang
11Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, departemen pendidikan nasional pn.Balai pustaka. h. 756. 12 Oemar Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran,Pn.Bumi Aksara, h.105
22
saling terkait dalam reaksi motivasi tersebut
yaitu:
a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energidalam pribadi
b. Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan.danc. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk
mencapai tujuan pribadi yang bermotivasimemberikan respons-respons kearah suatutujuan tertentu dimana respons-respons ituberfungsi mengurangi ketegangan yangdisebabkan oleh perubahan energi dalam diripeserta didik dari hasil pemberian ganjaran13.
Lebih lanjut Maslow mempertegas bahwa motivasi itu
adalah tingkah laku manusia yang dibangkitkan dan
diarahkan oleh kebutuhan - kebutuhan tertentu yang
ada pada diri peserta didik, dimana kebutuhan-
kebutuhan ini menurut maslow terdiri dari tujuh
kategori yang memotivasi tingkah laku seseorang yaitu
:
1. Fisiologi2. Rasa aman3. Rasa cinta4. Adanya penghargaan dan5. Aktualisasi diri.6. Mengertahui dan mengerti7. Rasa estetika.14
13 . ibid. h. 106 14 . Slameto, Belajar Dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhinya, Pn.Rineka Cipta. h. 171-172
23
Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi
merupakan respon peserta didik terhadap sejumlah
pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari
dalam diri peserta didik agar tumbuh dorongan untuk
bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh peserta didik
tercapai.
2. Teoritis Pendekatan Ganjaran
a. Pendekatan Ganjaran
Menurut Menurut Singgih D,Gunarso, dalam bukunya
Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Menyebabkan
bahwa pendekatan ganjaran adalah teknik pengendalian
perilaku anak dengan memberi sesuatu yang berfungsi
sebagai insentif , sesuatu yang penting bagi anak dan
memperbesar kemungkinan terulangnya perilaku yang
diinginkan.15
Merangkaikan konsekuensi dengan peraturan atau
harapan merupakan aspek yang paling penting dalam
pengendalian perilaku. Semua anak berperilaku untuk15 .Singgih D, Gunarso , Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Yang
Diterbitkan Oleh BPK.Gunung Mulia thn. 1986 h. 108
24
mendapatkan imbalan yang menyenangkan atau untuk
menghindarkan situasi-situasi yang kurang
menyenangkan. Konsekuensi dapat meningkatkan,
memelihara atau mengurangi perilaku tertentu,
tergantung penerapannya.
Ada 3 bentuk konsekuensi utama yang dapat
digunakan dalam merubah perilaku, antara lain:
1). Penghargaan atau konsekuensi positif
Yaitu dengan memberikan ganjaran bila dijumpai
perilaku anak yang baik, dengan kata lain sertailah
perilaku itu dengan perhatian yang positif, yaitu
sesuatu yang penting dan menyenangkan bagi anak.
2). Hukuman atau konsekuensi negatif
Yaitu dengan menjatuhi hukuman bila dijumpai anak
berperilaku kurang baik, dengan kata lain sertailah
perilaku itu dengan perhatian yang negatif, yaitu
sesuatu yang tidak menyenangkan peserta didik.’
25
3). Pengabaian atau tanpa konsekuensi
Yaitu mengabaikan jika dijumpai anak berperilaku
kurang baik. Memang sangat mungkin bahwa perhatian
yang anda berikan itu menjadi alasan perilaku itu.
Oleh karena itu jangan menyertai perilaku itu dengan
perhatian yang negatif atau yang positif.
Meskipun ada tiga konsekuensi utama
penghargaan/ganjaran, hukuman dan pengabaian, yang
dapat diterapkan dalam menanamkan disiplin atau
pengendalian perilaku peserta didik, sesuai dengan
batasan permasalahan pada karya tulis ini, maka hanya
dibahas salah satu konsekuensi yaitu konsekuensi
positif/Penghargaan/Ganjaran.
Pada pendekatan ganjaran, guru lebih memperhatian
perilaku-perilaku yang baik peserta didik dan kurang
memperhatikan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tidak
pantas. Pendekatan posistif ini terutama dilakukan
dengan memberikan konsekuensi berupa ganjaran.
Ganjaran jangan diartikan sebagai sogokan, uang dan
sejenisnya. Penghargaan dapat didefinisikan sebagai
26
susuatu yang berfungsi sebagai insentif, sesuatu yang
penting bagi anak dan memperbesar kemungkinan
terulangnya perilaku yang diinginkan.
Penghargaan ini sering harus bersifat pribadi.
Apa yang diberikan kepada seorang peserta didik
mungkin tidak banyak arti bagi peserta didik lain.
Karena itu, pentinglah menentukan apa yang mendorong
peserta didik. Ini dapat dilakukan dengan mengamati
peserta didik secara cermat.
b. Teori Behavioristik Sebagai LandasanFilosofis Pendekatan Ganjaran.
1). Pengertian Teori Belajar Behavioristik.
Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian
teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap pengembangan teori
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
27
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori
ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
peserta didik, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan peserta didik terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi
antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
28
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh
guru ( stimulus ) dan apa yang diterima oleh peserta
didik (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori
ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement).
Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon
dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement ) maka
respon juga semakin kuat.
2). Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik.
a). Perilaku nyata dan terukur memiliki
makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan
dari jiwa atau mental yang abstrak
b). Aspek mental dari kesadaran yang tidak
memiliki bentuk fisik adalah pseudo
problem untuk sciene, harus dihindari.
29
c). Penganjur utama adalah Watson: overt,
observable behavior, adalah satu-satunya
subyek yang sah dari ilmu psikologi yang
benar.
d). Dalam perkembangannya, pandangan Watson
yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh
para behaviorist dengan memperluas ruang
lingkup studi behaviorisme dan akhirnya
pandangan behaviorisme juga menjadi tidak
seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan
faktor-faktor internal juga, meskipun fokus
pada overt behavior tetap terjadi.
e). Aliran behaviorisme juga menyumbangkan
metodenya yang terkontrol dan bersifat
positivistik dalam perkembangan ilmu
psikologi.
30
f). Para ahli membagi behaviorisme ke dalam
dua periode, yaitu behaviorisme awal dan
yang lebih belakangan.16
3). Tokoh-Tokoh Aliran Behavioristik
a). Edward Lee Thorndike 1874-1949
Menurut Thorndike, belajar merupakan proses
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah
apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, juga
dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan.
Teori Thorndike ini sering disebut teori
koneksionisme.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah
belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection)
16 . http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik”Hing ini Higher Education. London: Paul Chapman Publising
31
antara kesan panca indera dengan kecenderungan
bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau
tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan
cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini
dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan
menghasilkan prestasi memuaskan.
Dengan adanya pandangan-pandangan Thorndike yang
memberikan sumbangan cukup besar di dunia pendidikan
tersebut, maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh
pelopor dalam psikologi pendidikan. Selain itu, bentuk
belajar yang paling khas baik pada hewan maupun pada
manusia menurutnya adalah “trial and error learning atau
selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut
hukum-hukum tertentu.
Menurut Thorndike terdapat tiga hukum belajar yang
utama yaitu :
1) The Law of Effect (Hukum Akibat)
Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon yang
cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan
cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
32
Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya
koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang
disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan
dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu
perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan
cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi. Koneksi
antara kesan panca indera dengan kecenderungan
bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada
“buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan.
Misalnya, bila anak mengerjakan pekerjaan rumah (PR),
ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika
sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan
PR akan membentuk sikapnya.
2) The Law of Exercise (Hukum Latihan)
Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku
diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut
akan semakin kuat. Dalam hal ini, hukum latihan
mengandung dua hal:
33
- The Law of Use : hubungan-hubungan atau
koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat,
kalau ada latihan yang sifatnya lebih memperkuat
hubungan itu
- The Law of Disuse : hubungan-hubungan atau
koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah atau
terlupa kalau latihan-latihan dihentikan, karena
sifatnya yang melemahkan hubungan tersebut.
3) The Law of Readiness (Hukum Kesiapan)
Hukum kesiapan yaitu semakin siap suatu organisme
memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan
kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung
diperkuat.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar
merupakan suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection)
antara kesan panca indera dengan kecenderungan
bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau
tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan
cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini
34
dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan
menghasilkan prestasi memuaskan.
b). John Watson 1878-1958 .
Watson adalah seorang behavioris murni, kajiannya
tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain
seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi
pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana
dapat diamati dan diukur.
Menurut Watson, belajar merupakan proses
interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus
dan respon tersebut harus dapat diamati dan diukur.
Jadi perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang
selama proses belajar, tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati.17
17. Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon. h.56
35
Pandangan utama Watson:
1). Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R
Psychology). Yang dimaksud dengan stimulus adalah
semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan
jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang
dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai
dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga
termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt
dan covert, learned dan unlearned
2). Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan)
sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah
hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat
penting. Dengan demikian pandangan Watson bersifat
deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh
faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
3). Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson
sederhana saja. Baginya, mind mungkin saja ada,
tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan
dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan
berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia
36
hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah.
Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah
ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh
para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang
berbeda-beda.
3) Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang
obyektif, maka psikologi harus menggunakan metode
empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalah
observation, conditioning, testing, dan verbal reports.
4). Secara bertahap Watson menolak konsep insting,
mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang
unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan
oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali
kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan
lain-lain.
5). Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang
vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh
behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar
perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh
dua hukum utama, recency dan frequency. Watson
37
mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of
effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses
conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada
percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti
bahwa teori belajar dari Watson punya banyak
kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike
salah.
6). Pandangannya tentang memory membawanya pada
pertentangan dengan William James. Menurut Watson
apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh
seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata
lain, sejauh smana sesuatu dijadikan habits. Faktor
yang menentukan adalah kebutuhan.
7). Proses thinking and speech terkait erat. Thinking
adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir
didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat
disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak
terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui
gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture
lainnya.
38
8). Sumbangan utama Watson adalah ketegasan
pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada
hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adalah ilmu
yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini
dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada
situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan
kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali
semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka
jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen
terkontrol18.
c). Clark L. Hull 1884-1952
Clark Hull juga menggunakan variable hubungan
antara stimulus dan respon untuk menjelaskan
pengertian belajar. Menurut Clark Hull, semua fungsi
tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar
organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan
kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan
menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan
18 .Ibid
39
manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam
belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin
dapat berwujud macam-macam.
Prinsip-prinsip utama teorinya :19
1) Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar
yang harus ada. Namun fungsi reinforcement bagi
Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied
factor.
2) Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu
dikaji adalah peranan dari intervening variable
(atau yang juga dikenal sebagai unsur O
(organisma). Faktor O adalah kondisi internal dan
sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat
dilihat pada faktor R yang berupa output.20 Karena
pandangan ini Hull dikritik karena bukan
behaviorisme sejati.
19 . Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti:Jakarta, h. 8720 . Ibid
40
3) Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan
biologis terjadi. Di sini tampak pengaruh teori
Darwin yang mementingkan adaptasi biologis
organism.
d). Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum
kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang
disertai suatu gerakan. Guthrie juga menggunakan
variabel hubungan stimulus dan respon untuk
menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi
karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah
situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang
dapat terjadi. Hubungan antara stimulus dan respon
bersifat sementara, sehingga dalam kegiatan belajar
peserta didik perlu diberi stimulus dengan sering agar
hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan
menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses
41
belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat
akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
e). Burrhus Frederic Skinner 1904-1990
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang
belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara
sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner
hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi
melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian
menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah
sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh
sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang
tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang
diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan.
Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-
konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang
nantinya mempengaruhi munculnya perilaku.
Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku
seseorang secara benar harus memahami hubungan antara
42
stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami
konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai
konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon
tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan
menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat
untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah
rumitnya masalah karena perlu penjelasan lagi.
3. Bentuk Pendekatan Ganjaran
Ada lima kategori utama bentuk ganjaran positif
yang dengan mudah diperoleh dalam kelas, yaitu :
a. Ganjaran berupa pujian
Merupakan aset utama para guru, termasuk ucapan pujian
seperti : Wah hebat, Bagus sekali, Bapak senang kamu
duduk di kelas ini , pujian tertulis Bagus sekali,
gambar bintang”, ungkapan pujian senyum, anggukan,
tepuk tangan, tepukan di bahu, acungan jempol, dsb.
b. Ganjaran berupa aktivitas
Berupa segala kegiatan yang dapat dinikmati dan
menyenangkan peserta didik, misalnya, mendengarkan
43
kaset, waktu bermain ekstra, berdiri paling depan
dalam barisan, menghias dinding atau menggambar, dan
sebagainya.
c. Ganjaran berupa memamerkan hasil kerja
Memamerkan hasil kerja atau proyek yang dihasilkan
oleh peserta didik juga
akan menghasilkan pengakuan orang lain dan akan
menunjang untuk berperilaku baik.
d. Ganjaran berwujud atau penunjang bendawi
Bagi beberapa anak perlu diberikan ganjaran secara
langsung dan sering. Hal ini berlaku bagi mereka yang
masih muda. Mereka belum mengerti nilai ganjaran yang
diberikan dalam bentuk pujian atau yang tidak
berwujud. Untuk anak-anak ini perlu memakai ganjaran
berupa bendawi. Ganjaran dalam wujud bendawi juga
dapat diberikan dalam usaha mengubah perilaku yang
terjadi secara tetap.
Ganjaran berwujud atau penunjang bendawi itu, sesuatu
yang nyata dan berharga bagi peserta didik, termasuk
44
permen, stiker, pensil, pembatas buku, kartu gambar,
dan sebagainya.
e. Ganjaran berupa tanda kredit.
Ganjaran ini sendiri tidak bernilai tinggi, tetapi
kelak dapat dipertukarkan dengan sesuatu yang
berharga. Tanda kredit yang diterapkan di dalam kelas
ini dapat dilaksanakan dengan mudah dan dapat
memotifasi para peserta didik. Peserta didik
memperoleh ganjaran berupa nilai, kepingan atau cap
yang kelak dapat ditukarkan dengan fasilitas, benda-
benda atau aktivitas khusus.
Sasaran akhir penerapan pemberian ganjaran adalah
agar peserta didik terdorong dari dalam diri sendiri
untuk berperilaku postitif. Jika hal ini terjadi,
peserta didik tidak lagi membutuhkan ganjaran berupa
aktifitas atau bendawi, Ia bersedia berperilaku
positif , karena perilaku itu menyenangkannya. Menepuk
dada sendiri atas hasil kerja yang memuaskan atau
melakukan perbuatan baik merupakan ganjaran dari dalam
atau intrinsik.
45
4. Tujuan Pendekatan Ganjaran
Pemberian ganjaran bukan sogokan agar peserta
didik mau melakukan apa yang seharusnya mereka
lakukan. Menyogok adalah membayar seseorang untuk
melakukan sesuatu yang tidak sah atau tidak benar,
misalnya, meminta teman untuk menyelesaikan urusan
pelanggaran. Banyak orang dewasa yang bekerja karena
imbalan tertentu. Mereka tidak menganggap gaji mereka
sebagai sogokan. Mereka mempoleh ganjaran untuk tugas
yang telah mereka selesaikan. Mereka bekerja karena
konsekuensi positifnya (gaji) lebih baik daripada
tindakan lain (tinggal di rumah).Penerapan konsekuensi
positif (ganjaran) merupakan cara yang sangat
effektif untuk mengajarkan apa yang harus atau tidak
boleh dilakukannya.
Kerisauan kita bahwa peserta didik akan
berperilaku keliru agar mendapat ganjaran. Kalau-kalau
ada peserta didik tertentu akan menjadi pandai
memanipulasi keadaan. Mereka akan belajar memanipulasi
guru dengan berperilaku tidak baik agar memperoleh
46
ganjaran pada saat mereka menunjukkan perilaku yang
baik. Hal ini tidak akan terjadi, bila guru menguasai
keadaan dan menentukan harapan berikut
konsekuensinya.Bentuk manipulasi perilaku ini hanya
akan timbul jika guru tidak bersikap konsisten.
Perilaku ini juga akan meningkat jika anak berada di
atas angin, yaitu jika dibiarkan memanipulasi keadaan
untuk keuntungan pribadinya. Guru harus selalu
bersikap konsisten dan memegang kendali untuk dapat
menghindarkan tumbuhnya perilaku yang manipulatif.
Guru harus konsekuen dengan apa yang sudah dikatakan
dan harus menentukan peraturan berikut konsekuensinya.
Meskipun guru memegang kendali, sebetulnya peserta
didik sendirilah yang menentukan apa yang akan terjadi
atas dirinya. Ini dapat dicapai dengan mencanangkan
peraturan atau perilaku yang diharapkan berikut dengan
konsekuensinya.
Kekawatiran para guru bahwa peserta didik itu
selalu mengharapkan ganjaran untuk prestasinya
sepanjang masa sekolahnya, peserta didik hanya akan
47
berbuat seperti yang diharapkan untuk memperoleh
ganjaran. Dalam arti tertentu hal ini memang benar.
Karena itulah diharapkan para guru terus menerapkan
pemberian ganjaran (berupa pujian) atas perilaku
mereka yang pantas dalam masa pendidikan di sekolah.
Bentuk dorongan semacam ini harus selalu ada dalam
hubungan manusia. Namun demikian, ganjaran bendawi
maupun aktivitas harus dihapuskan secepat mungkin
karena sasaran sistem ini adalah agar peserta didik
pada akhirnya mau melakukan fungsinya untuk memperoleh
imbalan intrinsik. Maksudnya, peserta didik
berperilaku tertentu karena merasa senang dan ia mau
melakukannya.
Jadi menurut penulis tujuan utama pemberian
ganjaran adalah agar peserta didik sudi melakukan apa
yang diminta atau diharapkan. Ganjaran sering mengubah
motivasi peserta didik, akan mengubah perilaku peserta
didik dalam menghadapi sesuatu yang semula dianggap
tidak menarik menjadi sesuatu yang ingin dilakukannya.
48
5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam
Ganjaran
Ganjaran merupakan konsekuensi yang sangat kuat
dan dapat dimanfaatkan untuk mengubah perilaku.
Meskipun demikian ada beberapa hal yang patut
dipertimbangkan agar pemberian ganjaran itu dapat
berhasil dengan baik, yaitu :
a. Ganjaran harus bersifat pribadi
Imbalan yang menjadi ganjaran bagi peserta didik yang
satu mungkin tidak mempunyai pengaruh bagi peserta
didik lain. Saat menentukan ganjaran bagi peserta
didik tertentu, harus diperhatikan dengan seksama pada
kebutuhan, minat dan kebiasaan pribadi anak itu. Buang
jauh-jauh penilaian diri, apa yang penting bagi guru
dan apa yang berhasil bagi anak lain. Guru perlu
mengamati peserta didik dengan cermat dan mencoba
mengenali hal-hal atau kegiatan yang penting artinya
bagi peserta didik. Guru sungguh-sungguh harus
memasang telinga, memperhatikan mereka dalam bermain
menanyakan apa yang paling disukainya, atau apa yang
49
ingin dikerjakannya. Kebanyakan anak dapat dimotivasi
dengan insentif, namun beberapa peserta didik memang
sulit ditentukan.
b. Ganjaran sosial harus selalu diberikan
Dalam pemberian insentif (misalnya, bendawi atau
aktivitas), ganjaran berupa pujian (misalnya, sapaan
ramah) harus selalu dikaitkan dengan perilaku itu.
Seperti disinggung pada bab terdahulu bahwa tujuan
utama pemberian ganjaran bendawi atau aktivitas adalah
untuk memotivasi peserta didik agar mau berperilaku
dengan cara tertentu. Namun pada akhirnya ganjaran
intrinsik harus dapat menggantikan kedudukan, tetapi
untuk ini pujian harus tetap diberikan mendampingi
perilaku yang bersangkutan.
c. Jangan memberikan ganjaran sebelumnya
Ganjaran harus berdasarkan pada perilaku dan selalu
mengikuti perilaku. Jika ganjaran diberikan sebelum
perilaku dilaksanakan, maka diperoleh hasil yng tidak
memuaskan. Sebagai misal, kita membayar seseorang
lebih dahulu untuk mengecat rumah, biasanya hasilnya
50
akan setengah-setengah atau tidak memuaskan. Hal ini
sama bila kita memberi ganjaran kepada peserta didik
kemudian mengharapkan agar ia melakukan sesuatu,
peserta didik melakukan sesuatu tidak dengan sungguh-
sungguh/akan berpura-pura.
d. Ganjaran yang seharusnya diterima harus
diberikan
Peserta didik patut memperoleh ganjaran untuk perilaku
tertentu, tetapi tidak jadi diterima karena ia
melakukan suatu yang lain. Ini cara yang pasti untuk
menghancurkan efektifitas sistim ganjaran. Ganjaran
yang patut diterima harus diberikan.Contohnya, guru
mengatakan pada Budi ‘kalau kamu menyelesaikan tugas
PAImu, kamu boleh keluar kelas untuk istirahat. Budi
bekerja keras untuk menyelesaikan tugasnya. Ketika
selesai, ia berjalan menuju meja guru untuk
menyerahkan pekerjaannya. Tetapi, ditengah jalan ia
memukulkan bukunya ke kepala Agus. Guru mengatakan,
“Budi, kamu tidak boleh keluar kelas sekarang karena
kamu memukul Agus”. Mulai saat itu sulit sekali
51
memberikan dorongan pada budi untuk menyelesaikan
tugas PAInya.
e. Ganjaran harus diberikan langsung sesudah
perilaku dikehendaki
Jika peserta didik melakukan sesuatu pada saat ini,
pantasnya ia mendapatkan ganjaran saat ini juga, bukan
minggu depan atau bulan depan. Efektifitas ganjaran
ditentukan oleh kaitannya dengan perilaku yang hendak
dikendalikan.
Hasil guna pemberian ganjaran tidak ditentukan oleh
kuantitas atau harganya, melainkan oleh
kesertamertaannya. Karena itu ganjaran hendaknya
diberikan secepat mungkin.
f. Perbaikan harus mendapat ganjaran
Sistim ganjaran tidak berhasil karena guru
mengharapkan perubahan terlalu banyak dalam waktu
singkat, tetapi mereka tidak memberikan ganjaran pada
perbaikan. Oleh karena itu dalam menerapkan sistim
ganjaran, perilaku atau sasarannya harus dipecah dalam
langkah demi langkah dan setiap perbaikan kecil
52
(peningkatan secara bertahap) harus mendapatkan
ganjaran. Tidak mungkin peserta didik mengadakan
perubahan perilaku 100 % dalam satu malam. Sikap
longgar atas kesalahannya lebih baik dalam hal ini.
Jadi tidak mengharapkan perbaikan sebanyak 100%
.g. Ganjaran perlu diganti
Tujuan penerapan pemberian ganjaran adalah untuk
mengubah perilaku, pada gilirannya, minat dan sikap
juga dimodifikasi. Karena itu, bentuk ganjaran yang
pada awalnya berharga untuk peserta didik mungkin akan
menjadi kurang efektif di kemudian hari. Mungkin
peserta didik mulai akan bosan hingga bentuk ganjaran
itu tidak berharga atau menarik lagi. Peserta didik
akan kehilangan minat ada pemberian ganjaran yang
selalu sama, maka ganjaran perlu diganti-ganti, tetapi
tidak dalam waktu singkat.
h. Ganjaran hendaknya mudah dicapai
Bila sistem ganjaran diterapkan untuk pertama
kalinya, hendaknya tidak terlalu rumit atau sulit,
Sebaiknya target disusun sedemikian rupa agar peserta
53
didik dapat berhasil mencapainya, kemudian menerima
ganjaran. Guru tidak menargetkan terlalu tinggi. Jika
terlalu tinggi target kita dan peserta didik tidak
mampu untuk mencapai target berikut insentifnya,
seluruh sistim akan gagal.
Harapan hendaknya realistis hingga anak dapat
memperoleh ganjaran. Peserta didik harus mampu
memperoleh ganjaran dengan cukup mudah agar ia masuk
dalam sistim tersebut. Hal ini akan memperbesar
kemungkinan sistim ganjaran berikutnya menjadi efektif
dan perubahan akan terjadi.
C. Macam-macam ganjaran.
Ganjaran yang kita berikan kepada peserta didik
terdapat beberapa macam ganjaran. Ag. Soejono pada
garis besarnya dapat dibedakan ganjaran itu kepada
empat macam, yaitu: 21
1. Pujian 21 . Ag. Soejono 1980 Manajemen Pengajaran pn. Rineka Cipta h.161
54
Pujian adalah satu bentuk ganjaran yang paling
mudah dilaksanakan. Pujian dapat berupa kata-kata
seperti: baik, bagus sekali dan sebagainya,
tetapi dapat juga berupa kata-kata yang bersifat
sugestif. Di samping berupa kata-kata, pujian
dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertanda-
pertanda. Misalnya dengan menunjukkan ibu jari
(jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk
tangan dan sebagainya;
2. Penghormatan
Ganjaran berupa penghormatan dapat berbentuk dua
macam, yaitu: Pertama, berbentuk semacam
penobatan, yaitu anak yang mendapat penghormatan
diumumkan dan ditampilkan di hadapan teman-
temannya, dapat juga di hadapan teman-temannya
sekelas, teman-teman sesekolah, atau mungkin juga
di hadapan para teman dan para orang tua murid;
Kedua, penghormatan berbentuk pemberian kekuasaan
untuk melakukan sesuatu, misalnya kepada anak
yang berhasil menyelesaikan suatu soal yang
55
sulit, disuruh mengerjakannya di papan tulis
untuk dicontoh teman-temannya. Anak yang rajin
diserahi wewenang/tugas untuk mengurusi
perpustakaan sekolah. Anak-anak yang senang
bekerja diberi tugas untuk membantu guru
memelihara alat-alat pelajaran, dan sebagainya;
3. Hadiah.
Yang dimaksud dengan hadiah di sini adalah
ganjaran yang berbentuk pemberian berupa barang.
Ganjaran berbentuk ini disebut juga ganjaran
materiil. Ganjaran berupa pemberian barang ini
sering mendatangkan pengaruh yang negatif pada
belajar peserta didik, yakni bahwa hadiah ini
lalu menjadi tujuan dari belajar anak. Anak
belajar bukan karena ingin menambah pengetahuan,
tetapi belajar karena ingin mendapatkan hadiah.
Apabila tujuan untuk mendapatkan hadiah ini tidak
bisa tercapai, maka anak akan mundur belajarnya.
Oleh karena itu, pemberian hadiah berupa barang
ini lebih baik jangan sering dilakukan. Berikan
56
hadiah berupa barang jika dianggap memang perlu,
dan pilihlah pada saat yang tepat;
4. Tanda Penghargaan.
Jika hadiah merupakan ganjaran berupa barang,
maka tanda penghargaan adalah kebalikannya. Tanda
penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan
kegunaan barang-barang tersebut seperti halnya
hadiah, melainkan tanda penghargaan dinilai dari
segi "kesan" atau "nilai kenangannya". Oleh
karena itu, ganjaran berupa tanda penghargaan
disebut juga ganjaran symbolis. Ganjaran symbolis
dapat berupa surat-surat tanda penghargaan, surat
tanda jasa, sertifikat, piala dan sebagainya.
Tanda penghargaan yang diperoleh anak akan
merupakan sumber pendorong bagi perkembangan anak
selanjutnya.
D. Syarat-Syarat Pemberian Hukuman
Beberapa persyaratan pemberian hukuman yang
terpenting di antaranya ialah22:
22 . Amin Danien Indrakusuma, 1973 h. 155
57
1). Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta
kasih sayang. Kita memberikan hukuman kepada anak,
bukan karena ingin menyakiti hati anak, bukan karena
ingin melampiaskan rasa dendam dan sebagainya. Kita
menghukum anak demi untuk kebaikan, demi kepentingan
anak, demi masa depan dari anak. Oleh karena itu,
sehabis hukuman itu dilaksanakan, maka tidak boleh
berakibat putusnya hubungan cinta kasih sayang
tersebut;
2). Pemberian hukuman harus didasarkan kepada alasan
"keharusan". Artinya, sudah tidak ada alat
pendidikan yang lain yang bisa dipergunakan. Dalam
hal ini kiranya patut diperingatkan, bahwa kita
jangan terlalu terbiasa dengan hukuman. Kita tidak
boleh terlalu murah dengan hukuman. Hukuman, kita
berikan kalau memang hal itu betul-betul diperlukan,
dan harus kita berikan secara bijaksana;
3). Pemberian hukuman harus menimbulkan kesan pada
hati anak. Adanya kesan itu, anak akan selalu
mengingat pada peristiwa tersebut dan kesan itu akan
58
selalu mendorong anak kepada kesadaran dan
keinsyafan, tetapi sebaliknya hukuman tersebut tidak
boleh menimbulkan kesan negatif pada anak. Misalnya
saja menyebabkan rasa putus asa pada anak, rasa
rendah diri dan sebagainya;
4). Pemberian hukuman harus menimbulkan keinsyafan dan
penyesalan pada anak. Inilah yang merupakan hakikat
dari tujuan pemberian hukuman. Dengan adanya
hukuman, anak harus merasa insyaf dan menyesali
perbuatan-perbuatannya yang salah itu, dan dengan
keinsyafan ini anak bejanji di dalam hatinya untuk
tidak mengulangi perbuatannya lagi;
5). Pada akhirnya, pemberian hukuman harus diikuti
dengan pemberian ampun dan disertai dengan harapan
serta kepercayaan. Setelah anak selesai menjalani
hukumannya, maka guru sudah tidak lagi menaruh atau
mempunyai rasa ini dan itu terhadap anak tersebut.
Guru harus membebaskan diri dari rasa ini dan itu
dari anak tersebut. Di samping itu, kepada anak
harus diberikan kepercayaan kembali serta harapan,
59
bahwa anak itu pun akan sanggup berbuat baik seperti
teman-temannya yang lain;
6). Menurut Suwarno syarat-syarat pemberian hukuman
hendaknya:23
(a). hukuman harus selaras dengan kesalahannya;
(b). hukuman harus seadil-adilnya;
(c). hukuman harus lekas dijalankan agar anak
mengerti benar apa sebabnya ia dihukum dan apa
maksud hukuman itu;
(d). memberikan hukuman harus dalam keadaan tenang,
jangan dalam keadaan emosional (marah);
(e). hukuman harus sesuai dengan umur anak;
(f). hukuman harus diikuti dengan penjelasan, sebab
bertujuan untuk membentuk kata hati, tidak hanya
sekedar menghukum saja;
(g). hukuman harus diakhiri dengan pemberian ampun;
(h). hukuman kita gunakan jika kita terpaksa, atau
hukuman merupakan alat pendidikan yang terakhir
23 . Suwarno 1992 h. 116
60
karena penggunaan alat-alat pendidikan yang lain
sudah tidak dapat lagi;
(i). yang berhak memberikan hukuman hanyalah mereka
yang cinta pada anak saja, sebab jika tidak
berdasarkan cinta, maka hukuman akan bersifat
balas dendam;
(j). hukuman harus menimbulkan penderitaan pada
yang dihukum dan yang menghukum (sebab yang
menghukum itu terpaksa).
E. Hubungan Pendekatan Ganjaran dengan Peserta Didik yangOveraktif Tujuan penerapan pemberian ganjaran adalah untuk
mengubah perilaku, pada gilirannya peserta didik
terdorong dari dalam dirinya untuk berperilaku yang
baik. Ia bersedia berperilaku tertentu, karena
perilaku itu menyenangkannya. Peserta didik bangga
pada hasil kerjanya yang memuaskan atau melakukan
perbuatan baik merupakan ganjaran dari dalam atau
intrinsik.
61
Sikap anak overaktif yang selalu gelisah dan
usil saat duduk, tidak bisa duduk diam, berlari saat
ia seharusnya berjalan tenang, melompat dari aktifitas
yang satu ke aktivitas yang lain, mengganggu anak
lain, atau tampak seakan-akan tidak pernah berhenti
bercakap, secara umum merupakan usaha anak untuk
mendapatkan perhatian, oleh karena itu perhatian perlu
diberikan pada anak overaktif terutama perhatian pada
prestasi kerja yang dilakukannya, bukan memberi
hukuman pada pelanggarannya. Perhatian itu diwujudkan
dalam penghargaan atau ganjaran atas perubahan
perilaku anak, bila guru telah berhasil mengubah
perilakunya, maka guru mengaitkan dengan ganjaran
kata sanjungan, pujian atau ganjaran yang lain dengan
perilaku yang baru. Kebanyakan peserta didik mau
melakukan banyak hal untuk mendapatkan kata sanjungan,
sesuatu yang langka terjadi dalam kelas. Tindakan ini
sudah cukup untuk merubah dan memelihara kelangsungan
perilaku. Pada akhirnya peserta didik akan terus
melakukan perilaku karena lebih menggembirakan dan
62
menyenangkan (ganjaran intrinsik) untuk menyelesaikan
tugas pada waktunya daripada membuang waktu dan
menerima bentakan, dihukum atau konsekuensi negatif
lain.
I. Kerangka pikir.
Dalam al-Qur’an dijelaskan tentang ganjaran yang
digunakan untuk membalas orang yang beriman dan
beramal shaleh agar mereka termotivasi mempertinggi
keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah.Hal ini seseuai
dengan Firman Allah Swt.Q.S. al-Bayyinah/ 98 : 7-8
Terjemahannya: (7) Sesungguhnya orang-orang yang beriman danmengerjakan amal shaleh mereka itu adalahsebaik-baik makhluk. (8) Balasan mereka di sisi
63
Tuhan mereka ialah surga ‘dan yang mengalirdibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya selama - lamanya.Allah ridha terhadapmereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yangdemikian itu adalah (balasan) bagi orang yangtakut kepada Tuhannya”. (QS. al-Bayyinah: 7-8)24
Dalam pemberian ganjaran yang dilakukan oleh guru
juga merupakan bentuk strategi dalam memberikan
motivasi pada peserta didik. Pemberian motivasi juga
belum tentu selalu diberikan pada anak seperti pada
anak terpandai di kelas, karena memang anak yang
pandai selalu menunjukkan hasil yang baik dan hal
tersebut tidak perlu selalu diberi ganjaran, sebab
itu ganjaran akan berfungsi sebagai upah yang
diberikan kepada anak tersebut karena kepandaiannya.
Akan tetapi anak yang biasa-biasa saja akan menjadikan
dirinya sebagai fungsi dalam mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak kepribadian pada masa akan datang
sehingga terbentuk potensi anak bertaqwa,cakap,kreatif
dan mandiri yang juga akan terlaksana proses
pembelajaran yang baik disekolah maupun dirumah. Hal
24 Departemen Agama RI Al Qur’an Dan terjemahan.
64
ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang
termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkankemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadi yang berimandan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri danmenjadi warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab”.25
Salah satu cara merealisasikan tujuan pendidikan
nasional di atas adalah melalui proses pembelajaran
yang baik dan terarah sebab disanalah semua peserta
didik akan berinteraktif dan akan memperoleh
berbagai ilmu pengetahuan baik pengetahuan umum
maupun pengetahuan agama yang akan bermanfaat bagi
tercapainya tingkat perkembangan individunya.
Berdasarkan rujukan di atas dapat dirumuskan bahwa
pemberian ganjaran yang dilakukan oleh guru kepada
siswa memiliki peranan yang sangat penting dalam
memberikan motivasi belajar pada peserta didik untuk
25 UU RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Bandung:Citra Umbara, 2003) h 7.
65
belajar dengan penuh perhatian dan usaha dalam
memerima dan mengerjakan tugas pelajaran yang
diberikan sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan oleh peserta didik yang ditunjukkan dengan
proses pembelajaran akan meningkat, jadi hal ini
ganjaran atau hadiah dapat memberi motivasi kualitas
belajar peserta didik. Keterangan diatas maka dalam
penelitian ini penulis terdorong untuk melakukan
penelitian tentang pemberian ganjaran/hadiah sebagai
motivasi belajar pada peserta didik sebagaimana
dengan gambar skema sebagai berikut :
Gambar 1 Kerangka Fikir Penelitian
Proses pem belajaran
Guru
Pemberianganjaran
Motivasi
Peserta didik
Motivasi
66
E.Hipotesis
Mengacu pada konsep di atas, khususnya pada rumusan
masalah maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai
berikut :
1. Pemberian Ganjaran yang dilakukan oleh guru diduga
dapat memberi motivasi pada peserta didik dalam
belajar dan melaksanakan tugas pada setiap
pelajaran di SMP Muhammadiyah Pinrang.
2. Pemberian ganjaran yang dilakukan oleh guru
bervariasi sebagai usaha untuk dalam membuat
peserta didik termotivasi untuk belajar di SMP
Muhammadiyah Pinrang.
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan lokasi Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan
penelitian lapangan (field research) bila dilihat dari
jenis datanya, maka penelitian termasuk penelitian
kualitatif dan kuantitatif diskriftif yaitu
67
penelitian yang dilakukan dengan pengumpulan data yang
sifatnya subjektif, penampilan data yang kemudian
memberikan penafsiran terhadap data tersebut secara
deskriptif.
Berdasarkan judul penelitian, maka lokasi penelitian
ini adalah di SMP Muhammadiyah Pinrang dengan alamat
Jl. A. Abdullah No. 16 yang berada pada wilayah
Kecamatan Watang Sawitto Kab. Pinrang.
B. Pendekatan Penelitian.
Pendekatan penelitian banyak dipengaruhi oleh
jenis dan banyaknya variabel dan begitu pula
sebaliknya jenis variabel juga dipengaruhi oleh jenis
pendekatan, selain pendekatan penelitian ini juga
dipengaruhi oleh banyak dan jenis variabel, tetapi
masih ada faktor-faktor lain yang juga tidak kalah
penting artiya faktor-faktor yang mempengaruhi jenis
pendekatan ini antara lain (1).Tujuan penelitian,
( 2). Waktu dan dana yang tersedi ,(3). Tersedianya
68
subjek penelitian , (4) minat dan selera peneliti.26
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa
pendekatan antara lain :
2. Pendekatan pedagogis, yaitu pendekatan yang
digunakan untuk mengetahui kemampuan guru meliputi:
pemahaman terhadap siswa, rencana pelaksanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran,pemahaman terhadap penilaian
pembelajaran dan mamnfaat dalam memberikan dan
melaksanakan ganjaran oleh guru dan peserta didik
3. Pendekatan psikologis, yaitu pendekatan yang
dilakukan dengan cara untuk mengetahui kemampuan
guru memahami prilaku, minat, motivasi peserta
didik dalam kegiatan belajar di SMP Muhammadiyah
Pinrang.27
4. Pendekatan deskriftif,berupa survei, yaitu
mengumpulkan data sebanyak banyaknya mengenai
26Suharsimi Arikunto , prosedur penelitian suatu pendekatan praktek,edisi revisi VI pn. Rineka Cipta h. 108.
27Kaelany HD, Islam dan aspek –aspek kemasyarakatan, (Cet.I,Jakarta: Bumi Aksara 2000), h. 18.
69
faktor – faktor yang merupakan pendukung terhadap
kualitas pemberian ganjaran/ hadiah dalam proses
pembelajaran kemudian menganalisis faktor–faktor
tersebut untuk dicari peranannya terhadap
peningkatan motivasi peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik dapat
memahami dan menerima bahwa dengan adanya ganjaran
yang diberikan dapat menjadi sadar dan termotivasi
dalam melakukan pembelajaran.28 Dalam penelitian
ini, penulis hanya mengukur apakah ganjaran yang
diberikan oleh guru dapat membuat peserta didik
termotivasi dalam belajar dengan baik.
Sifat atau model penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif dan kuatitatif, Menurut Whitney”
metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat”29 dilain pihak Abustan
mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah
mempelajari masalah - masalah dalam masyarakat, serta
28 . Op.cit, h.10829 . Moh Natsir . Metode Penelitian . Jakarta Ghalia Indonesia, 1999. H 63
70
tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-
situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-
kegiatan, sikap dan pandangan-pandangan, serta proses
yang sedang berlangsung30
Berdasarkan konsep tersebut maka dalam penelitian
tesis ini dilakukan penyajian data pendekatan
kualitatif dengan melakukan survey dan persentase. Van
Dalen mengemukakan bahwa” Studi survey merupakan bagian
dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari
kedudukan, fenomena dan menentukan kesamaan status
dengan cara membandingkan dengan standar yang sudah
ada”31 Oleh karena itu penelitian ini berusaha
mengungkap kemampuan guru dalam memberikan ganjaran
sebagai motivasi belajar peserta didik di SMP
Muhammadiyah Pinrang.
C. Sumber Data
30 . Idrus abustan Metode Penelitian Administrasi.Makassar. Program Magister Administrasi Kerjasama UNHAS- LAN,2000. H. 350.31 . Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : SuatuPendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipra. 1993 h. 102.
71
Pada penelitian penulis mengambil data dengan
menyusuaikan tujuan serta kegunaan penelitian, maka
sumber data penelitian ini adalah personil sekolah
dan dokumen yang sangat sesuai serta mendukung fakta-
fakta pelaksanaan dalam melakukan penelitian dengan
perincian sebagai berikut :
1. personil sekolah
a). Kepala sekolah
b). Guru mata pelajaran
c). Peserta didik
2. Dokumen
a). Administrasi penilaian guru.
b). Administrasi pembelajaran guru.
c) Dokumen sekolah
72
D. Populasi dan sampel
1. Populasi
Untuk memahami secara detail populasi yang akan
dijadikan obyek dalam penelitian tesis ini, maka
penulis mengemukakan pengertian populasi dari
beberapa penelitri antara lain :
Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa Populasi
adalah keseluruhan objek yang menjadi sasaran
peneliti 32 atau juga berarti semua individu yang
dapat dijadikan sumber pengambil sampel33 sedang
Ine Amirman Tousda mengatakan bahwa “populasi”
adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik
berupa benda, kejadian, nilai, maupun hal-hal
yang terjadi34
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapat
dikomparasikan dengan apa yang dikemukakan oleh
Mardalis yang mengatakan bahwa populasi adalah
32 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta bumi Aksara 1993) h. 5333 .Ibid, h. 13134 Ine Amirman Tousda Penelitian dan statistik Pendidikan . ( Jakarta Bumi Aksara 1990) h. 120
73
semua individu yang menjadi sumber pengambilan
sampel35 dari pendapat yang telah dikemukakan
diatas maka olehnya itu penulis merumuskan bahwa
yang menjadi sasaran dan objek dari penelitian
ini adalah peserta didik Kelas VII,VIII, dan IX
dan guru mata pelajaran pada SMP Muhammadiyah
Pinrang.
Untuk mengetahui dengan jelas keadaan siswa
di SMP Muhammadiyah Pinrang dapat dikemukakan
dalam bentuk tabel berikut ini :
Tabel 1
Keadaan Peserta didik Thn Pelajaran 20112/2013
Kelas JumlahKelas
Jenis Kelamin Pesertadidik
VII
VIII
IX
2
2
2
Laki-lakiPerempuan
Laki-lakiPerempuan
Laki-lakiPerempuan
3033
19
23
2616
35 Mardalis Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta Bumi Aksara Cet II 1993) h. 53
74
Jumlah 6 Jumlah 151
Sumber data 36
Data pada Tabel 1 dapat diketahui besarnya jumlah
peserta didik yang ada di SMP Muhammadaiyah
Pinrang dengan princian jumlah laki- laki untuk
kelas VII,VIII, IX sebanyak 76, sedang untuk
perempuan pada Kelas VII,VIII, IX berjumlah 76
peserta didik, jadi jumlah secara keseluruhan
peserta didik pada semua tingkat pembelajaran
adalah 151 peserta didik.
Adapun guru dan pegawai SMP Muhammadiyah Pinrang
berjumlah 20 Orang dan pegawai sebanyak 1 orang
yang akan dijadikan sebagai pendukung dalam
mengumpulkan data dalam penelitian untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Keadaan guru dan pegawai SMP Muhammadiyah Pinrang
36 Laporan Bulanan SMP Muhammadiyah Pinrang per bulan januari Tahun 2013
75
No. Guru Jumlah Pegawai Jumlah
1
2
Laki – laki
perempuan
9
11
Laki – laki
permpuan
2
1
3 Jumlah 20 Jumlah 3
Sumber data Tahun 201337
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah tenaga guru sebanyak
20 orang yang terdiri dari guru tetap dan 6 guru
bantu/Honor 14 sedang untuk tenaga administrasi
sebanyak 3 yang terdiri dari tenaga tetap administrasi
yayasan 2 orang dan tenaga administrasi tidak tetap
berjumlah 1 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebahagian dari populasi38 sebagai
refresentatif dari keseluruhan objek (Populasi)
penelitian. Jadi sampel adalah sebahagian dari
populasi yang dijadikan sasaran penelitian atau sampel
37 . Ibid, Laporan Bulanan SMP Muhammadiyah Pinrang38 Imade Putrawan, Pengujian Hipotesis Dalam Penelitian Penelitian Sosial (Jakarta Rineka Cipta 1990) Hal. 5
76
juga dimaknai sebagai bagian atau wakil populasi yang
diteliti.39
Adapun Tujuan penentuan sampel dalam penelitian
ini adalah untuk memperoleh keterangan mengenai
objek penelitian dengan cara mengamati sebahagian
dari populasi dengan kata lain, sampel merupakan
reduksi dari jumlah objek penelitian.
Tujuan lain dari sampel adalah untuk mengemukakan
dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan
untuk menarik generalisasi dari hasil
penyelidikan40selanjutnya penentuan juga dimaksudkan
untuk mempermudah penafsiran, peramalan dan
pengujian hipotesis
Untuk menentukan besarnya jumlah sampel
penelitian bukanlah hal yang sederhana, namun dengan
pertimbangan bahwa objek penelitian ini berfokus
pada satu sekolah dengan jumlah peserta didik 151
Dengan jumlah yang tergolong sedang tersebut maka
39 Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian sebagai suatu pendekatan praktek penerbit Rineka Cipta Jakarta Edisi Revisi Cet III ( 2006 ) hal. 13140 Lihat suharsimi arikuto Op. Cit hal 105.
77
dalam pengambilan sampel, peneliti tetapkan 50
persen dari populasi penelitian yaitu 75 peserta
didik dan 20 guru, peneliti mengambil jumlah
keseluruhan guru sebagai sampel yang terdiri dari
guru mata pelajaran termasuk kepala sekolah, dalam
penelitian ini dilakukan pengambilan sampel dengan
teknik stratified yaitu melakukan penelitian pada
populasi secara bertingkat pada peserta didik SMP
Muhammadiyah Pinrang yang terdiri dari kelas
VII.VIII, dan IX yang masing - masing dipilih 25
orang peserta didik sebagai sumber perolehan data.
Dengan teknik ini semua anggota populasi memiliki
kemungkinan yang sama dan indevenden untuk dapat
dijadikan sampel, maksudnya bahwa pemilihan satu
peserta didik tidak mempunyai pengaruh dalam
berbagai bentuknya terhadap pemilihan peserta didik
lainnya. Stratified bermakna peneliti menentukan
sendiri bentuk sampel secara berurutan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan dengan
mempertimbangkan unsur kelayakan perolehan data.
78
Adapun kriteria pengambilan sampel adalah :
a. Kriteria sampel untuk guru mata pelajaran di SMP
Muhammadiyah Pinrang
1. Sampel adalah sumber data yang memegang
peranan penting dalam program persekolahan
dalam hal ini kepala sekolah.
2. Sampel adalah guru – guru yang mengajarkan
bidang studi umum dan keagamaan.
3. Sampel adalah guru-guru yang dapat diambil
datanya dalam pelaksanaan penelitian.
b. Kriteria Sampel Peserta didik.
1. Sampel adalah peserta didik yang terdaftar dan
aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2. Sampel adalah peserta didik yang dipandang
mampu memberi iformasi melalui komunikasi yang
baik dan lancar.
3. Sampel dipilih dari kelas VII,VIII,dan IX
masing - masing 25 orang sehinggah jumlah
sampel mencapai sebanyak 75 Orang peserta
didik secara keseluruhan.
79
Adapun alasan peneliti menggunakan stratified
adalah :
a. Agar seluruh komponen dalam lingkup tema
penelitian dapat dipilih sebagai sampel.
b. Agar peneliti tidak membias pada masalah
lain yang lebih luas
c. Agar lebih mudah membuat perincian sumber
data dan daftar kebutuhan data yang
kemudian tertuang dalam bentuk daftar
pertanyaan
d. Untuk memberikan ruang gerak penentuan
individu yang dianggap lebih kapabel pada
saat berada dilapangan.
E. Metode Pengumpulan Data.
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data41 Dalam pengumpulan data peneliti mempersiapkan
perangkat-perangkat bantu yang digunakan dalam rangka
41 . Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian. ( Jakarta Rineka Cipta 2000) Hal 134.
80
mengefektifkan jalannya proses perolehan data. Data
yang diperoleh dengan menggunakan metode studi pustaka
dan lapangan. Studi pustaka yaitu penulis melakukan
analisis buku-buku perpustakaan dalam mendukung
akurasi data yang diperlukan oleh peneliti yang berupa
teori-teori yang berkaitan dengan judul penelitian.
Sedang studi lapangan adalah yaitu peneliti dalam hal
ini melakukan pengumpulan data dengan cara terlibat
langsung kelapangan untuk mendapatkan keterangan-
keterangan yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan
metode sebagai sebagai alat Instrumen untuk
mengumpulkan data42 sebagai berikut :
1. Observasi dalam penelitian ini adalah melakukan
mengamatan secara langsung pada objek yang
berkaitan dengan penelitian secara sengaja maupun
secara sistematis43 Dalam hal ini peneliti
melakukan pengamatan pada proses motivasi belajar
42 .Op.Cit, Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek hal 14943 .Winarno surahmat, Penelitian Ilmiah. Bandung. Tarsito 1990) hal 100
81
mengajar disekolah dengan menggunakan pemberian
ganjaran di SMP Muhammadiyah Pinrang dengan
melakukan penelitian secara terencana dan
sistematis dengan memfokuskan pada kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran secara tim sehingga
peserta didik senang dan termotivasi belajar.
2. Wawancara (Interview) yaitu melakukan pengumpulan
data dengan cara berdialog kepada pihak-pihak yang
berkompoten untuk mendapatkan informasi dengan
mengungkapkan pertanyaan secara langsung pada
informan.44 Dari pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa wawancara itu lebih ditekankan dalam bentuk
komunikasi secara langsung, meskipun wawancara itu
bisa dilakukan tampa tatap muka, dalam hal ini
penulis memberikan pertanyaan–pertanyaan kepada
responden dengan cara terstruktur dan non struktur
seperti kepala sekolah, guru dan peserta didik SMP
Muhammadiyah Pinrang.
44. Joko Subagyo, Metode penelitian dalam teory dan praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, 1991) h. 39
82
3. Angket atau kuesioner merupakan alat pengumpul
data yang terdiri dari susunan sejumlah pertanyaan
tertulis untuk diajukan kepada responden sebagai
sampel penelitian45 dalam bentuk kuesioner
tertutup yaitu suatu bentuk angket yang
disusun dengan menyediakan pilihan jawaban
yang disampaikan secara langsung pada peserta
didik SMP Muhammadiyah Pinrang.
4. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
yang berupa catatan atau arsip-arsip sebagai
sumber data dan sebagainya yang berhubungan dengan
objek penelitian.46 Adapun yang dimaksud dokumen
disini adalah dokumen yang diambil dari sekolah
sebagai pelengkap data seperti jumlah peserta
didik,guru dan lain-lain pada SMP Muhammadiyah
Pinrang.
F. Metode Analisis Data.
45 . Suharsimi Arikuto OP. Cit 199146 .Ibid Hal 236
83
Menganalisis data merupakan hal yang sangat
penting dalam mendapatkan suatu jawaban terhadap
permasalahan. Oleh karena itu data yang terkumpul
diproses dan dianalisis secara kualitatif deskriftif
dan kuantitatif. Dalam proses ini penulis meneliti dan
menyeleksi data sesuai jenis dan temuannya dengan
melalui tahapan – tahapan dan analisis tertentu yang
sesuai dengan penelitian seperti :
1. Mengidentifikasi bahan dan pernyataan kunci
2. Memberikan kode terhadap masing-masing tema
3. Memberikan penilaian terhadap bahan dan pernyataan
sesuai dengan tema.
4. Menyusun bahan dan pernyataan sesuai tema.
5. Menginterpretasi pernyataan data.
Selanjutnya data yang diperoleh melalui angket diolah
dan dianalisis dengan menggunakan uji persentase
(%).dalam rangka mengetahui tolak ukur hasil
penelitian yang datanya bersumber dari guru mata
pelajaran,dan peserta didik47. 47 .Prof Dr. Suharsimi Arikunto Manajemen Penelitian Edisi
Revisi ,Pn Rineka Cipta Jakarta 2010 h. 268
84
G. Jadwal Penelitian.
Dalam melakukan penelitian ini diperlukan
jadwal kegiatan yang dilaksanakan, adapun jadwal
kegiatan penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
No
UraianKegiatan
BULAN MARET APRIL MEI JUNI1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
Proposal
√ √ √ √
2 SeminarProposal
√
3 Pengumpulan Data
√ √
4 Analsisdata
√
5 PembuatanDraf/hasil Laporan
√
6 Penyusunan tesis
√
7 SeminarHasil
√
85
DAFTAR PUSTAKA
AL – Qur’an Dan terjemahan Departemen Agama RI
Ali, Muhammad, 1975, Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern,Jakarta: Pustaka Amani.
Ag. Soejono 1980 Manajemen Pengajaran pn. RinekaCipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.
Arie Asnaldi, 2005. Teori -Teori belajar
Amien Di’ien, 1973. Strategi Belajar Mengajar Jakarta: PT.
Raja Grafindo
Aziz Wahab, Abdul. 2008. Metode dan Model Mengajar; IlmuPengetahuan Sosial. Bandung: Alfabeta
Bahri Djamarah, Syaiful. 1994. Prestasi Belajar danKompetensi Guru. Surabaya:Usaha Nasional
86
Bimo Walgito, 1995, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogjakarta: Andy Offset
Balnadi Sutadipura, (1982). Aneka Problema Keguruan. Bandung: Angkasa.
Djumhur dan Moh.Surya, 1975, Bimbingan dan Penyuluhan DiSekolah, Bandung: CV.Ilmu.
Ismail, Andang, 2006, Education Games; Menjadi Cerdas DanCeria Dengan Permainan Edukatif, Yogyakarta: Pilar Media
Ismail, Imamuddin dan Zakiyah Drajat. 1980.Pengembangan Kemampuan Belajar pada Anak-Anak. Jakarta:Bulan Bintang
Joko Subagyo, Metode penelitian dalam teory dan praktek,( Jakarta, Rineka cipta, 1991)
Jalaluddin Rahmat, (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung:Rosda Karya.
Kaelany HD, 2000, Islam Dan Aspek –Aspek Kemasyarakatan, (Cet.I, Jakarta: Bumi Aksara)
Kartini Kartono, 1985 , Mengenal Dunia Kanak-Kanak,Jakarta: CV. Rajawali.
Kamus besar bahasa indonesia edisi ke tiga,departemenpendidikan Nasional pn. Balai pustaka
Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and TeacTeori Belajar Behavioristik
Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta
87
Mallary M.Collins, 1992 diterjemahkan olehNy.Kathleen Sri Wardhani, Mengubah Perilaku Siswa,Jakarta: PT.BPK.Gunung Mulia.
Marzuki. 2000. Metodologi Riset. Yogyakarta: FakultasEkonomi UII
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Prof Dr. Suharsimi Arikunto Manajemen Penelitian edisirevisi ,Pn rineka cipta jakarta 2010
Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta
R.I. Suhartin, 1989, Mengenal Kesulitan-kesulitan DalamMendidik Anak, Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon
Sofyan S. Willis, Drs.August Setyawan, 1984, MembinaKebahagiaan Murid, Bandung: Angkasa.
Singgih D, Gunarso , thn. 1986 dalam bukunyaPsikologi Perkembangan Anak dan Remaja yangditerbitkan oleh BPK.Gunung Mulia
Samuel Soeitoe, (1982). Psikologi Pendidikan. Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia
Sugiyono 2011 Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D,Cetke 13 pn. Alpabeta
S, Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses BelajarMengajar CetakanVIII. Jakarta: Bumi Aksara.
88
S. Sukmadinata, Nana. 2007. Metode Penelitian Pendidikan,Bandung, PT Remaja Rosdakarya
Tamrin Nasution, Nurhalimah Nasution, 1989, PerananOrangtua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, Jakarta:BPK.Gunung Mulia.
UU RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,(Bandung: Citra Umbara.)
Undang - undang RI Nomor 20 Tahun 2005 Tentang Gurudan Dosen dan Undangundang
Winarno surahmat, Penelitian Ilmiah. Bandung. Tarsito
1990)
http://www.scribd.com/doc/21251076/TEORI-BEHAVIORISME
http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/03/teori-behaviorisme.htm:01Febr. 2011, 13.00
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik” hing ini Higher Education. London: Paul Chapman Publising
http://asnaldi.multiply.com/journal/item/
http://en.wikipedia.org/wiki/Behaviorism#column-one
89
Komposisi Bab
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang masalahB. Rumusan MasalahC. Tujuan dan manfaat Penelitian
BAB II Tinjauan PustakaA. Hasil-hasil Penelitian TerdahuluB. Landasan Teori
1. Ganjaran dan motivasi2. Teoritis pendekatan ganjaran3. Bentuk pendekatan ganjaran
C. Macam-macam GanjaranD. Syarat-syarat pemberian ganjaranE. Hubungan pendekatan Ganjaran dengan peserta didik
yang overaktifF. Kerangka PikirG. Hipotesis
BAB III Metode PenelitianA. Jenis dan lokasi penelitian
90
B. Pendekatan penelitianC. Sumber dataD. Metode pengumpulan dataE. Instrumen penelitianF. Teknik pengolahan dan analisis dataG. Teknik Analisis Data
BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian A. Pemberian ganjaran dapat memberi Motivasi pada
peserta didik di SMP Muhammadiyah PinrangB. Jenis Ganjaran yang dilakukan Oleh guru SMP
Muhammadiyah Pinrang dalam memotivasi belajar peserta didik
BAB V PenutupA. Saran dan kesimpulan B. Penutup
Daftar PustakaLampiran-Lampiran
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
91
Dari segenap pembahasan yang telah dipaparkan,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan, antara lain:
1. Anak overaktif adalah anak yang perilakunya
terlalu aktif yang diakibatkan oleh pengendalian
diri yang kurang efektif dan tidak konsisten.
Sebagian besar peserta didik ini oleh guru disebut
sebagai “tukang melamun”, “tidak pernah
mennyelesaikan tugas”, “tidak bisa duduk tenang”,
“selalu berpindah-pindah tempat duduk atau berlari-
lari di kelas”, “gelisah”, “ceroboh”, “hanya
mengikuti dorongan hati”, “mudah mengalihkan
perhatian”, “banyak bicara”.
2. Peserta didik yang overaktif memerlukan
penanganan khusus yakni dengan teknik pengendalian
dalam kelas maupun dalam teknik pemberian ganjaran.
3. Pendekatan ganjaran adalah teknik pengendalian
perilaku anak dengan memberi sesuatu yang berfungsi
sebagai insentif , sesuatu yang penting bagi anak
dan memperbesar kemungkinan terulangnya perilaku
yang diinginkan.
92
4. Teori belajar behavioristik merupakan landasan
filosofis pentingnya pendekatan ganjaran terutama
bagi peserta didik overaktif.
5. Sikap overaktif peserta didik dapat diatasi
dengan mengaplikasikan atau menerapkan pendekatan
ganjaran yakni dengan lebih memberikan penguatan (
reinforcement ) positif pada setiap tingkah laku
peserta didik.
B. SARAN
Sebagai calon guru Sekolah Dasar mahasiswa
hendaknya perlu memahami pentingnya ganjaran positif
dalam setiap tingkah laku atau umpan bailik peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran terutama bagi
peserta didik yang overaktif.