manajemen in house training di sekolah - Repository UIN ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of manajemen in house training di sekolah - Repository UIN ...
MANAJEMEN IN HOUSE TRAINING DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS NEGERI 14 PEKANBARU
OLEH
DESNIWITA
NIM. 11413203061
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1441 H/2019M
MANAJEMEN IN HOUSE TRAINING DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS NEGERI 14 PEKANBARU
Skripsi
diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
(S.Pd.)
Oleh:
DESNIWITA
NIM. 11413203061
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1441 H/ 2019 M
iii
PENGHARGAAN
Alhamdulill ahirabbil’alamin penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,
Maha Suci Allah SWT karna izin-Nya, rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam penulis kirimkan untuk
junjungan alam Nabi Muhammad SAW. Allahumma Sholli’ala Sayyidina
Muhammad Wa’ala Ali Sayyidina Muhammad. Skripsi ini berjudul “Manajemen
In House Training di Sekolah Menegah Atas Negeri 14 Pekanbaru. Merupakan
hasil karya ilmiah yang ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapat
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Manajemen Pendidikan
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis baik moral maupun spiritual dalam menyelesaikan skripsi ini.
Teristimewa untuk Ayahanda Zulkarnaini, Ibunda Murniati, Kakak penulis
Welyamarini dan Abang Ipar Harmen Tarius dengan sabar mengiringi langkah
penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Strata Satu (SI) ini serta memberikan
motivasi besar dalam suka maupun duka sampai pada tujuan selesainya skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah berkenan
memberikan bantuan demi terselesainya skripsi ini, yaitu:
1. Prof. Dr. KH. Akhmad Mujahidin, S.Ag, M.Ag., selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau beserta Wakil Rektor I Dr. Drs. H.
Suryan A. Jamrah, M.A, dan Wakil Rektor III Drs. H. Promadi, M.A, Ph.D.,
yang telah memberikan izin dan waktu untuk menimba ilmu di perguruan
tinggi ini.
iv
2. Dr. H. Muhammad Syaifuddin, S.Ag, M.Ag., selaku Dekan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
beserta Wakil Dekan I Dr. Drs. Alimuddin, M.Ag., Wakil Dekan II Dr. Dra.
Rohani, M.Pd., dan Wakil Dekan III Dr. Drs. Nursalim, M.Pd., yang telah
memberikan rekomendasi kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
3. M. Khalilullah, S.Ag, M.A., selaku Ketua jurusan Manajemen Pendidikan
Islam dan Muspika Hendri, S.Pd.I, M.A., selaku Sekretaris jurusan berserta
Staf jurusan yang telah memberikan motivasi dan kemudahan berurusan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. H. Umar Faruq, M.Pd., sebagai Pembimbing skripsi penulis, ucapan terima
kasih yang tidak terkira penulis sampaikan karena telah memberikan banyak
bimbingan dan arahan, tenaga dan luangan waktu, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Serta telah banyak memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada penulis dalam menghadapi kehidupan.
5. Prof. Dr. H. Salfen Hasri, M.Pd., selaku Penasehat Akdemik yang telah
mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmu yang tidak ternilai
harganya.
7. Drs. Syamwar, selaku Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Pekanbaru
yang telah memberikan izin dalam penelitian, Sri Harni. selaku Kepala Tata
Usaha, Zahar, S.Pd,M.Pd selaku Wakil Kepala bagian Kurikulum, Drs. Afifi
selaku Wakil Kepala bagian Kesiswaan, Aslindawati, S.Pd,M.Pd selaku
Wakil Kepala bagian Sarana dan Prasarana beserta Guru dan Staf yang telah
banyak meluangkan waktu dan membantu penulis dalam memperoleh data
yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
v
Semoga Allah SWT akan membalas segala kebaikan yang diberikan
dan selalu membimbing kita menuju jalan yang diridhai-Nya, penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
sehingga segala banyak bentuk kritik dan saran sangat diharapkan dan
diterima dengan senang hati. Semoga skripsi ini akan membawa manfaat bagi
pembaca dan khusunya bagi penulis.
vi
PERSEMBAHAN
Tiada kemudahan melainkan apa yang Allah jadikan mudah. Dia menjadikan
suatu kepayahan menjadi mudah apabila Dia menghendaki.
...........................................................
Ayahanda Zulkarnaini Ibunda Murniati
Tiada satu apapun yang bisa menggantikan kasih sayang yang telah Ayah dan
Ibu curahkan padaku. Pengorbanan, do`a, harapan, dan kasih sayang itu telah
menjadikan Ananda semakin optimis untuk terus melangkah menjadi terbaik.
Ayahanda Zulkarnaini Ibunda Murniati
Pengorbananmu sungguh tak pernah mengenal lelah, demi masa depan anak-
anakmu…
Takkan bisa terhitung berapa banyak keringat yang telah banyak mengalir dari
tubuhmu, membuat ananda tak pernah haus akan kasih sayangmu…
Ayahanda Zulkarnaini Ibunda Murniati
Maafkan Ananda, jika pernah membuatmu luka, jika telah menyebabkan
jatuhnya air mata. Dari hati ini hanya kebahagiaan yang ingin ananda beri
kepada Ayah dan Ibu, semoga karya ini bisa mengukir senyuman indah dari
wajahmu Ibu dan memberi ketenangan untukmu Ayah
Ibu...Ayah...terimakasih atas semua pengorbanan dan kesabaranmu jasamu
takkan pernah Ananda lupakan...
Semoga Allah membalas kebaikanmu...Amin
Amin Ya Rabbal Alamin....
vii
ABSTRAK
Desniwita, (2019) : Manajemen In House Training di Sekolah Menengah
Atas Negeri 14 Pekanbaru
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen in house
training di Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Pekanbaru. Jenis penelitian ini
adalah metode kualitatif. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala
sekolah bidang kurikulum, dan dua orang guru di Sekolah Menengah Atas Negeri
14 Pekanbaru, sedangkan objek penelitian ini adalah manajemen in house training
di Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Pekanbaru. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan
reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa manajemen in house training di Sekolah Menengah Atas Negeri 14
Pekanbaru adalah: (1) Perencanaan, dalam perencanaan in house training di
Sekolah mencakup aspek mengadakan rapat guru, menunjuk guru-guru yang
mengikuti program in house training, membuat daftar guru yang mengikuti in
house training, membuat anggaran yang dibutuhkan, dan menyusun program. (2)
Pengorganisasian, dalam pengorganisasian in house training di Sekolah mencakup
aspek menetapkan pengelola dan staf pembantu program in house training,
menetapkan tujuan, bahan ajar, metode-metode yang akan digunakan, menetapkan
alat bantu, menetapkan tempat dan waktu, menetapkan instruktur, menyusun
rencana kegiatan dan jadwal, dan menghitung anggaran yang dibutuhkan. (3)
Pelaksanaan, dalam pelaksanaan in house training dilaksanakan berdasarkan
prinsip membimbing dan mengarahkan, pelaksanaan in house training dikelola
oleh panitia yang berasal dari sekolah sendiri. Tujuan pelaksanaan in house
training yaitu untuk meningkatkan profesionalisme kerja guru, meningkatkan
semangat dan etos kerja, mempererat tali persaudaraan antar teman sekerja, dan
menyusun program-program berkualitas yang akan berdampak pada kemajuan
sekolah dan siswa. (4) Pengawasan, dalam pengawasan dilaksanakan oleh panitia
in house training khususnya Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah bidang
Kurikulum. Kepala Sekolah menerima laporan dan mengoreksi serta mengawasi.
Pengawasan bisa dilakukan dengan cara membandingkan hasil atau pengalaman
penyelenggarakan in house training yang telah lalu.
Kata kunci: Manajemen In House Training
vii
ABSTRACT
Desniwita, (2019): In House Training Management at State Senior High
School 14 Pekanbaru
This research aimed at knowing how In House Training management at State
Senior High School 14 Pekanbaru was. Qualitative method was used in this
research. The subjects of this research were the Headmaster, a vice of headmaster
on curriculum affairs, and two teachers. The object was In House Training
management at State Senior High School 14 Pekanbaru. Interview and
documentation were the techniques of collecting the data. Techniques of
analyzing the data were reducing the data, presenting the data, and concluding.
The research findings showed In House Training management at State Senior
High School 14 Pekanbaru about (1) planning, planning In House Training at
school scooped the aspects of conducting the teacher meeting, choosing teachers
who should join In House Training program, listing teachers joining In House
Training program, drawing up the needed budget, and arranging the program, (2)
organizing, organizing In House Training at school scooped the aspects of
determining organizer and staff to help the program, determining the aims,
teaching materials, methods, props, places, time, and instructors, arranging the
plans of activity and schedule, calculating the needed budget, (3) implementing,
the implementation of In House Training was based on the principles of guiding
and directing, the implementation was managed by the committee that was from
its school; the aims of implementing In House Training were to increase teacher
working professionalism, enthusiasm and work ethic, to strengthen friendly
relations among friends, and to arrange qualified programs affecting school and
student progress, and (4) supervising, supervising was done by In House Training
committee, especially the headmaster and the vice of headmaster on curriculum
affairs; the headmaster received the report, corrected, and supervised; supervising
could be done by comparing the result or the experience of implementing In
House Training in the previous year.
Keywords: In House Training Management
ix
ملخص بكنبارو. 01إدارة التدريب في البيت بالمدرسة الثانوية الحكومية (: 9102دسنيويتا، )
44إدارة التدريب يف البيت بادلدرسة الثانوية احلكومية هذا البحث يهدف إىل معرفة هذا البحث حبث كيفي. أفراد هذا البحث رئيس ادلدرسة، ونائب رئيس ادلدرسة لشؤون بكنبارو.
إدارة وموضوع هذا البحثبكنبارو. 44ادلدرسة الثانوية احلكومية ادلنهج الدراسي، ومدرسان يف أسلوبا مجع البيانات يف هذا البحث بكنبارو. 44التدريب يف البيت بادلدرسة الثانوية احلكومية
نات، وعرض البيانات، مقابلة وتوثيق. أساليب حتليل البيانات يف هذا البحث هي مجع البيا 44إدارة التدريب يف البيت بادلدرسة الثانوية احلكومية واالستنباط. ودلت نتيجة البحث على أن
التصميم، ويشتمل تصميم التدريب يف البيت على مشاورة ادلدرسني، ( 4هي ما يلي: ) بكنباروعيني ادلدرسني ادلشرتكني إلدارة التدريب يف البيت، وتعيني األشياء احملتاجة إليها، وترتيب الربامج. وت( تنظيم التدريب يف البيت يشمل على تعيني ادلسؤول، ومساعد رعاية برنامج التدريب يف 2)
يم، وتعيني وتعيني وسائل التعلالبيت، وتعيني اذلدف، ومادة التعليم، وطرق التعليم ادلستخدمة، األماكن واألوقات، وتعيني ادلدربني، وتصميم األنشطة واجلدول، وحساب األشياء احملتاجة إليها،
التدريب يف البيت على مبدأ إشراف وادلراقبة، وتنفيذ التدريب تفذه ادلسؤول من ادلدرسة. تنفيذ ( 3)ماسة والعمل وتقوية صلة أهداف تنفيذ التدريب يف البيت هي ترقية احرتاف ادلدرس، وترقية احل
وادلراقبة ( 4)الرحيم بني الزمالء يف العمل، وتصميم الربامج ذات قيمة لتقدم ادلدرسة والتالميذ. لشؤون ادلنهج رئيس ادلدرسةنّفذهتا جلنة التدريب يف البيت وخصوصا رئيس ادلدرسة ونائب
وانعقدت ادلراقبة مبقارنة النتيجة واخلربة الدراسي. رئيس ادلدرسة ينال التقدمي وقام بالتفتيش وادلراقبة. يف تنفيذ التدريب يف البيت ادلاضي.
إدارة التدريب في البيت.الكلمات األساسية:
x
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ……………………………………………………….. i
PENGESAHAN ......................................................................................... ii
PENGHARGAAN ..................................................................................... iii
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Penegasan Istilah ....................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ..................................................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Teoritis ......................................................................... 10
B. Penelitian Relevan ..................................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 48
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 48
C. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................... 48
D. Informan Penelitian ................................................................... 49
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 50
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 52
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ....................................................... 55
B. Penyajian Data .......................................................................... 66
C. Analisis Data ............................................................................. 77
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 88
B. Saran .......................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
xii
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Data Tenaga Pengajar SMAN 14 Pekanbaru Tahun
Pelajaran 2018/2019 ............................................................. 60
Tabel IV.2 Keadaan Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 14
Pekanbaru. ............................................................................ 64
Tabel IV.3 Data Sarana dan Prasarana SMAN 14 Pekanbaru Tahun
Ajaran 2018/2019 ................................................................. 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.1 Pelatihan merupakan bagian dari
pendidikan. Pendidikan lebih bersifat filosofis dan teoritis. Walaupun
demikian, pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yang sama, yaitu
pembelajaran. Di dalam pembelajaran terdapat pemahaman secara implisit.
Melalui pemahaman, guru dimungkinkan untuk menjadi seorang inovator,
pengambil inisiatif, pemecah masalah yang kreatif, serta menjadikan guru
efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaannya.2 Pelatihan merupakan
sebagai usaha yang sistematis untuk menguasai keterampilan, peraturan,
konsep atau cara berperilaku yang berdampak pada peningkatan kompetensi
dalam rangka meningkatkan kinerja. Pelatihan menjadi faktor yang paling
besar mempengaruhi profesional guru bidang studi, maka guru bidang studi
dapat memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan.3
Manajemen (pengelolaan) adalah hal yang paling sering dilakukan
manajer. Dan seperti bidang studi ilmu lainnya yang menyangkut manusia,
manajemen pun sulit didefinisikan secara universal. Bila kita mempelajari
1 Engkoswara dkk, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) h. 6
2 Fandy Tjiptono dkk, Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003)h. 212
3 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 61
2
literature manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen
mengandung tiga pengertian. Yaitu pertama, manajemen adalah sebagai suatu
proses. Manajemen dianggap sebagai sebuah proses karena semua manajer
memerlukan cara yang sistematis untuk melakukan pekerjaan, dan melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan. Proses tersebut terdiri dari
kegiatan-kegiatan manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan.
Kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain segenap orang-orang yang
melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut
manajemen. Dalam arti singular (tunggal) disebut manajer. Manajer adalah
pejabat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya beragam aktivitas
manajemen agar tujuan organisasi yang dipimpinnya tercapai melalui orang
lain.
Ketiga, manajemen adalah seni atau suatu ilmu. Luther Gullick
mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science)
yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana
manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat kerjasama ini
lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
Sebagai ilmu, manajemen juga memerlukan disiplin ilmu pengetahuan
lain dalam penerapannya, misalnya ilmu ekonomi, statistik, akuntansi,
sosiologi, ilmu agama, dan lain sebagainya. Segolongan mengatakan
manajemen adalah seni. Dalam kaitan ini salah seorang pemikir manajemen
3
mazhab perilaku yakni Mary Parker Follet menegaskan bahwa pada dasarnya
manajemen adalah “the art of getting things done through people” (seni
menyelesaikan suatu pekerjaan melalui orang lain). Artinya manajer dalam
mencapai tujuan organisasinya melalui pengaturan terhadap orang lain dan
tidak melakukan tugas sendirian.4
Dalam buku The Function of the Executive, Chester I Bernard
mengatakan bahwa manajemen itu adalah seni dan juga sebagai ilmu. Begitu
juga Henry Fayol, Alfin Brown, Harold Koontz dan Cyril O’Donnel dan
George R. Terry beranggapan bahwa manajemen itu adalah ilmu sekaligus
seni.5
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa manajemen bukan
hanya ilmu atau seni saja. Melainkan kombinasi keduanya. Manajemen
adalah ilmu sekaligus seni. Pada umumnya manajer mempergunakan
pendekatan ilmiah (ilmu pengetahuan) dalam pembuatan keputusan, apalagi
dengan penerapan teknologi. Di samping itu, banyak aspek perencanaan,
kepemimpinan, komunikasi dan segala sesuatu yang menyangkut interaksi
dengan manusia, manajer tentu juga mesti menggunakan pendekatan artistik
(seni).
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan dan pengawasan sumber daya untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan.6
4 Ibid, h. 63
5 Ibid, h. 64
6 Nurrahmy Hayani, Pengantar Manajemen, (Pekanbaru: Benteng Media, 2014) h. 1-2
4
Adapun jenis pelatihan dapat dibagi menjadi dua, yaitu pelatihan
internal dan external. Pelatihan internal berupa: pelatihan in house training,
pelatihan program magang, pelatihan kemitraan sekolah, pelatihan belajar
jarak jauh, pelatihan berjenjang dan pelatihan kursus singkat LPTK
sedangkan pelatihan external berupa: pelatihan keahlian, pelatihan ulang,
pelatihan cross functional training, pelatihan tim, dan pelatihan creativity
training.7
Menurut Sujoko, in house training merupakan program pelatihan yang
diselenggarakan di tempat sendiri, sebagai upaya untuk meningkatkan
kompetensi guru, dalam menjalankan pekerjaannya dengan mengoptimalkan
potensi-potensi yang ada.
Selanjutnya menurut Danim, in house training merupakan pelatihan
yang dilaksanakan secara internal oleh kelompok kerja guru, sekolah atau
tempat lain yang ditetapkan sebagai penyelenggaraan pelatihan yang
dilakukan berdasar pada pemikiran bahwa sebagai kemampuan dalam
meningkatkan kompetensi dan karier guru tidak harus dilakukan secara
eksternal, namun dapat dilakukan secara internal oleh guru sebagai trainer
yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki oleh guru lain.8
Jadi bisa dipahami bahwasanya In house training itu adalah Program
pelatihan atau training yang diselenggarakan oleh suatu lembaga pendidikan
7 Suwatno dkk, Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis, (Bandung:
Alfabeta, 2016) h. 118 8 Corinorita, Pelaksanaan In house training untuk meningkatkan Kompetensi Guru
dalam Menyusun RPP, Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, Sains, dan Hu maniora, Vol. 3, No. 1, Maret
2017 h. 119
5
dengan menggunakan tempat pelatihan sendiri, peralatan sendiri, menentukan
peserta dan dengan mendatangkan trainer sendiri.
Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Pekanbaru adalah sebuah lembaga
atau institusi pendidikan yang beralamat di Jl. Tengku Bey/ Sei Mintan, Kel.
Simpang Tiga, Kec. Bukit Raya, Pekanbaru. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan penulis di lapangan, Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Pekanbaru
telah melakukan Pelatihan In house training dalam bentuk Workshop dengan
nama program In house training Peraturan Perundang-undangan
Kepegawaian pada tanggal 22 Desember 2018 di Sekolah Menengah Atas
Negeri 14 Pekanbaru. Materi-materi yang diberikan kepada peserta yaitu
peraturan pemerintah tentang manajemen pegawai negeri sipil dan peraturan
pemerintah tentang gaji dan kesejahteraan pegawai negeri sipil. Sedangkan
narasumbernya didatangkan dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP) dan kegiatan ini dilaksanakan sehari penuh dan dilakukan satu kali
dalam setahun, dikuti oleh seluruh guru Sekolah Menengah Atas Negeri 14
pekanbaru, kegiatan ini juga dihadiri oleh pengawas pembina dari dinas
pendidikan kota pekanbaru. Kegiatan workshop ini sudah menjadi agenda
sekolah dalam pengembangan kompetensi profesional guru.
Berdasarkan pengamatan awal yang telah penulis lakukan, maka
penulis menemukan gejala-gejala sebagai berikut:
1. Masih kurangnya planning dalam kegiatan in house training di Sekolah.
2. Kurang jelasnya organizing pada kegiatan in house training di Sekolah.
6
3. Pelaksananan yang tidak sesuai dari yang direncanakan atau yang
ditetapkan.
4. Sistem evaluasi yang masih sebatas koreksi, belum tindak lanjut tentang
hasil dari kegiatan in house training.
Berdasarkan gejala-gejala yang telah dipaparkan di atas, penulis sangat
tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam bentuk sebuah penelitian
ilmiah yang berjudul: Manajemen In house training di Sekolah Menengah
Atas Negeri 14 Pekanbaru.
B. Penegasan Istilah
Judul penelitian ini ialah “Manajemen In house training di Sekolah
Menegah Atas Negeri 14 Pekanbaru”. Agar dalam penulisan ini dapat
dipahami dengan jelas, maka beberapa istilah yang digunakan memerlukan
penjelasan lebih jelas, istilah-istilah tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan dan pengawasan sumber daya untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan.9
2. In House Training
Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan lebih
bersifat filosofis dan teoritis. Walaupun demikian, pendidikan dan
pelatihan memiliki tujuan yang sama, yaitu pembelajaran. Di dalam
pembelajaran terdapat pemahaman secara implisit. Melalui pemahaman,
9 Hani Handoko, Manajemen, (Yokyakarta: DPFE-Yogyakarta, 2009) h. 8
7
guru dimungkinkan untuk menjadi seorang inovator, pengambil inisiatif,
pemecah masalah yang kreatif, serta menjadikan guru efektif dan efisien
dalam melakukan pekerjaannya.10
In house training adalah program pelatihan/training yang
diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau organisasi dengan
menggunakan tempat pelatihan sendiri, peralatan sendiri, menentukan
peserta dan dengan mendatangkam trainer sendiri.11
C. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan gejala-gejala yang telah
ditemukan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
a. Manajemen in house training di Sekolah Menegah Atas Negeri 14
Pekanbaru.
b. Pelatihan in hose training bagi guru di Sekolah Menegah Atas Negeri
14 Pekanbaru.
c. Bagaimana manajemen terhadap in house training di Sekolah
Menengah Atas Negeri 14 Pekanbaru.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan untuk membatasi
penelitian agar lebih fokus dan sesuai sasaran, maka penelitian dititik
10
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi
Offset, 2003) h. 212 11
Corinorita, Op.Cit, h. 119
8
beratkan pada kajian mengenai “Manajemen In house training di Sekolah
Menengah Atas Negeri 14 Pekanbaru”.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana fungsi Manajemen
terhadap In house training di Sekolah Menengah Atas Negeri 14
Pekanbaru.?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk dapat mengetahui Manajemen In house
training di Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Pekanbaru.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis, sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu
(S1) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Manajemen
Pendidikan Islam, Konsentrasi Administrasi Pendidikan.
b. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi
dalam menentukan kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan
peningkatan tentang manajemen in house training.
c. Bagi Prodi Manajemen Pendidikan Islam Konsentrasi Administrasi
Pendidikan, sebagai bahan informasi dan dapat memberikan
9
sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Prodi
Manajemen Pendidikan Islam Konsentrasi Administrasi Pendidikan.
d. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi
jika ingin mengadakan penelitian yang berhubungan dengan tugas-
tugas perkembangan.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Manajemen Pendidikan
Secara sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan
dari studi dan praktik yang terkait dengan organisasi pendidikan.
Manajemen pendidikan merupakan proses manajemen dalam pelaksanaan
tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber secara efisien
untuk mencapai tujuan secara efektif. Namun demikian untuk
mendapatkan pengertian yang lebih komprehensif, diperlukan pemahaman
tentang pengertian, proses, dan subtansi pendidikan.
Menurut Brubecker education should be trough of as process of
man reciprocal adjusman to nature. Dinyatakan bahwa pendidikan
merupakan proses timbal balik antara kepribadian individu dalam
penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan. Yang dimaksud dengan
lingkungan pendidikan adalah suatu upaya yang diciptakan untuk
membantu kepribadian individu tumbuh dan berkembang serta bermanfaat
bagi kehidupan.
Dalam kamus Dictionary of aducation mendefinisikan pendidikan
sebagai (a). proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan
11
tingkah laku dalam masyarakat; (b). proses sosial yang menyediakan
lingkungan yang terpilih dan terkontrol untuk mengembangkan
kemampuan sosial dan individual secara optimal.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan
usaha yang diciptakan lingkungan secara sengaja dan bertujuan untuk
mendidik, melatih, dan membimbing seseorang agar dapat
mengembangkan kemampuan individu dan sosial.
Pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap sosial, dan
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dengan demikian pendidikan merupakan suatu sistem terencana
untuk menciptakan manusia seutuhnya. Sistem pendidikan memiliki
garapan dasar yang dikembangkan, diantaranya terdiri dari:
a. Bidang garapan peserta didik
b. Bidang garapan tenaga kependidikan
c. Bidang garapan kurikulum
d. Bidang garapan sarana prasarana
e. Bidang garapan keuangan
f. Bidang garapan kemitraan dengan masyarakat
g. Bidang garapan bimbingan dan pelayanan khusus
12
Mengadaptasi pengertian manajemen dari para ahli dapat
dikemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha pendidikan agar
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan
pendidikan yang dilakukan melalui aktifitas perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan staf, pembinaan, pengkoordinasian,
pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran, pengendalian,
pengawasan, penilaian, dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai
tujuan pendidikan secara berkualitas.
Dalam lingkup Mikro, Hastrop mendefinisikan bahwa manajemen
pendidikan ialah upaya seseorang untuk mengarahkan dan memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk melaksanakan pekerjaan secara
efektif, dan menerima pertanggung jawaban pribadi untuk, mencapai
pengukuran hasil yang ditetapkan. Dengan demikian manajemen
pendidikan lebih ditekankan pada upaya seseorang pemimpin
menggerakkan dan pengelola sumber daya untuk mencapai tujuan
pendidikan.12
Pengadaptasian pengertian manajemen dari para ahli dapat
dikemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha pendidikan agar
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
12 Ibid, h. 78-79
13
Manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan
pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan staf, pembinaan, pengkoordinasian,
pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran, pengendalian,
pengawasan, penilaian, dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai
tujuan pendidikan secara berkualitas.13
a. Tujuan Manajemen Pendidikan
Dilakukan manajemen agar pelaksanan suatu usaha terencana
secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat, dan lengkap
sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif, dan
efisien.
1) Produktivitas adalah perbandigan terbaik antara hasil yang diperoleh
(output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input).
Produktivitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas.
Kuantitas output berapa jumlah tamatan dan kuantitas input berupa
jumlah tenaga kerja dan sumber daya selebihnya (uang, peralatan,
pelengkapan, bahan, dan sebagainya). Produktivitas dalam ukuran
kualitas tidak dapat diukur dengan uang, produktivitas ini
digambarkan dari ketetapan mengunakan metode atau cara kerja dan
car dan alat yang tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat
respon positif dan bahkan pujian dari orang lain atas hasil kerjanya.
13
Ibid, h. 87-89
14
Kajian terhadap produktivitas secara lebih komprehensif adalah
keluaran yang banyak dan bermutu dari tiap-tiap fungsi atau peranan
menyelengaraan pendidikan.
2) Kualitas, menujukan kepada suatu ukuran penilaian atau
penghargaan yang diberikan atau dikenakan pada barang (products)
dan jasa (services) tentu berdasarkan pertimbangan objektif atas
bobot dan kinerjanya. Jasa/pelayanan atau produk tersebut harus
menyamai atau melebihi kebutuhan atau harapan pelanggannya.
Dengan demikian mutu adalah jasa/produk yang menyamai bahkan
melebihi harapan pelanggan sehingga pelanggan mendapat
kepuasan.
3) Efektifitas, adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi. Etzioni
mengatakan bahwa “keefektifan adalah derajat dimana organisasi
mencapai tujuannya”, atau menurut Sergiovani yaitu,“kesesuaian
hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan”. Efektivitas institusi
pendidikan terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan
sekolah, guru, tenaga kependidikan dan personil lainnya, siswa,
kurikulum, sarana-prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah
dan masyarakat, pengelolaan bidang khusus lainnya hasil nyatanya
merajuk kepada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan
kedekatan/kemiripan antara hasil nyata dengan hasil yang
diharapkan.
15
4) Efisensi, berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan betul
(doing things right) sementara efektivitas adalah menyangkut tujuan
(doing the right things) atau efektivitas adalah perbandingan antara
rencana dengan tujuan yang dicapai, efisiensi lebih ditekannkan pada
perbandingan antar input/sumber daya dengan output. Suatu kegiatan
dikatakan efisien bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan
penggunaan atau pemakain sumber daya yang minimal. Efisiensi
pendidikan adalah bagaimana tujuan itu dicapai dengan memiliki
tingkat efisiensi waktu, biaya, tenaga dan sarana.14
b. Pendekatan-Pendekatan Manajemen
Koontz, menemukan sebelas macam pendekatan terhadap teori dan
praktik manajemen, sebagai berikut:
1) Empirikal atau kasus, ilmu dan praktik manajemen dikembangkan
melalui pengkajian kasus yang telah dialami dimasa lalu.
2) Perilaku antar pribadi (interpersonal behavior), ilmu dan praktik
manajemen dipelajari melalui hubungan-hubungan antar pribadi
pada organisasi dengan fokus kajian pada individu dan motivasinya.
3) Perilaku kelompok, studi tentang pola-pola perilaku kelompok dalam
organisasi lebih dominan dari pada kepada hubungan antar pribadi.
4) Sistem-sistem sosial kooperatif, memadukan antara hubungan
pribadi dengan kelompok. Bahwa mempelajari manajemen dapat
14
Ibid, h. 89-90
16
dilakukan dengan mempelajari hubungan manusia sebagai sistem
sosial yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan.
5) Sistem-sistem sosio-teknikal, bahwa sistem teknikal memberikan
pengaruh besar pada sistem sosial, sehingga perlu dikembangkan
keterpaduan perhatian dan praktik secara simultan untuk keduanya.
6) Teori kepuasan (Decision Theory), bahwa manajer adalah pengambil
keputusan sehingga pengembangan manajemen ada pada
kemampuan dan keahlian mengambil keputusan.
7) Sitem (Systems Approach), mempelajari bagian-bagian
interdependen organisasi dan hubungan dengan lingkungan yang
mempengaruhinya.
8) Matematikal atau “management science”, mempelajari manajemen
secara matematikal melalui pengkajian model-model alat identifikasi
problem dan penilaian alternative sosial.
9) Kontingensi atau situasional, kredibilitas manajer diukur dari
kontribusinya memberikan saran praktik manajemen yang cocok
untuk suatu situasi tertentu.
10) Peranan-peranan manajerial, observasi yang dilakukan manajer
untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi peranan-peranana yang
bersifat umum bagi manajer.
17
11) Oprasional, menggunakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori serta
teknik-teknik sebagai landasan dan menghubungkannya dengan
fungsi atau proses manajemen.15
c. Prinsip Manajemen
Douglas merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan
sebagai berikut:
1) Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan
mekanisme kerja.
2) Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab
3) Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya
sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya.
4) Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia
5) Relativitas nilai-nilai.
Prinsip di atas memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan
prakteknya harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan
nilai-nilai. Hal ini hampir selaras dengan apa yang dikemukakan fattah
yang mengklasifikasikan prinsip manajemen ke dalam tiga ranah yaitu:
1) Prinsip manajemen berdasarkan sasaran; bahwa tujuan adalah sangat
esensial bagi organisasi. Hendaknya organisasi merumuskan tujuan
dengan tepat sesuai dengan arah organisasi, tuntutan zaman dan
nilai-nilai yang berlaku. Tujuan suatu organisasi dapat dijabarkan
dalam bentuk visi, misi, dan sasaran-sasaran. Ketiga bentuk tujuan
15
Ibid, h. 90-91
18
itu harus dirumuskan dalam satu kekuatan tim yang memiliki
komitmen terhadap kemajuan dan masa depan organisasi.
Prinsip manajemen berdasarkan sasaran sudah
dikembangkan menjadi suatu teknik manajemen yaitu MBO
(management by objective) yang pertama digagas oleh Drucker
sebagai suatu pendekatan dalam perencanaan. Penerapan pada
manajemen pendidikan adalah bahwa kepala dinas memimpin tim
yang beranggotakan unsur pejabat dan fungsional dinas, dan lebih
baik terdapat stakeholders untuk merumuskan visi, misi, dan objektif
dinas pendidikan. Pada tingkat sekolah, kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru, TU, komite sekolah, siswa, orang tua siswa,
masyarakat dan stakeholders duduk bersama membahas rencana
strategi sekolah dengan mengembangkan tujuh langkah MBO yaitu:
(a) Menentukan hasil akhir apa yang ingin dicapai sekolah
(b) Menganalisis apakah hasil itu berkaitan dengan tujuan sekolah
(c) Berunding menetapkan sasaran-sasaran yang dibutuhkan
(d) Menetapkan kegiatan apa yang tepat untuk mencapai sasaran
(e) Menyusun tugas-tugas untuk mempermudah mencapai sasaran
(f) Menentukan batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang
akan dipergunakan oleh atasan
(g) Lakukan monitoring dan buat laporan.
2) Prinsip manajemen berdasarkan orang; keberadaan orang yang
sangat penting dalam organisasi. Karena tanpa orang organisasi
19
bukanlah apa-apa. Orang adalah penggerak organisasi yang perlu
diperhatikan secara manusiawi kebutuhannya, tuntutannya,
keinginannya, aspirasinya, perkembangannya, dan juga keluhan-
keluhannya. Manajemen pendidikan berdasarkan orang adalah suatu
aktivitas manajemen yang diarahkan pada pengembangan sumber
daya manusia.
3) Prinsip manajemen berdasarkan informasi; banyak aktivitas
manajemen yang membutuhkan data dan informasi secara cepat,
lengkap dan akurat. Suatu aktivitas pengambilan keputusan sangat
didukung oleh informasi begitupun untuk melaksanakan kegiatan
rutin dan insidental diperlukan informasi yang telah dirancang
sedemikian rupa sehingga memudahkan manajer dan pengguna
mengakses dan mengolah informasi.16
d. Fungsi Manajemen
Kehadiran manajemen dalam organisasi adalah untuk
melaksanakan kegiatan agar suatu tujuan tercapai dengan efektif dan
efisien. Secara tegas tidak ada rumusan yang sama dan berlaku umum
untuk fungsi manajemen. Namun demikian, fungsi manajemen dapat
ditelaah dari aktivitas-aktivitas utama yang dilakukan para manajer
yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Matriks berikut adalah
fungsi-fungsi manajemen menurut pendapat beberapa ahli.
16
Ibid, h. 91-92
20
Mengadaptasi fungsi manajemen dari para ahli, fungsi manajemen
yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara umum adalah
melaksanakan fungsi planning, organizing, staffing. Coordinating,
leading (facilitating, motivating, innovating), reporting, controlling.
Namun demikian dalam operasionalisasinya dapat dibagi dua yaitu
fungsi manajemen pada tingkat/level makro/messo seperti Departemen
dan Dinas dengan melakukan fungsi manajemen secara umum dan pada
level institusi pendidikan mikro yaitu sekolah yang lebih menekankan
pada fungsi planning, organizing, motivating, innovating, controlling.
Fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf,
pelaksanaan kegiatan dan pengawasan merupakan esensial pada setiap
organisasi tidak terkecuali organisasi pendidikan. Namun dalam
menginterpretasikan actuating pada dunia pendidikan lebih disesuaikan
dengan karakteristik lembaga dunia pendidikan.
Pada dunia pendidikan, istilah directing lebih tepat dengan leading
dengan perluasan peran motivating dan facilitating. Pemakaian istilah
motivating dan facilitating lebih filosofis dibandingkan dengan istilah
directing. Motivating mengandung makna membangun kepercayaan diri
agar seluruh potensi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dalam dunia pendidikan fungsi kepengawasan dilaksanakan
sebagai bagian dari pelaksanaan manajerial. Pada level sekolah,
pengawas lebih berperan sebagai “quality assurance” dengan tugas
21
supervisi sebagai upaya pembinaan terhadap staf untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pendidikan.17
Manajemen adalah suatu bentuk kerja, Manajer dalam melakukan
pekerjaannya, harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, yang
dinamakan fungsi-fungsi manajemen, yang terdiri dari:
1) Planning; Menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama
suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar
dapat mencapai tujuan-tujuan tertentu.
2) Organizing; mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan
penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanaan kegiatan-
kegiatan itu.
3) Staffing; menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia,
pengarahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
4) Motivating; mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia
kearah tujuan-tujuan.
5) Controlling; mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan
menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan
mengambil tindakan-tindakan korektif dimana perlu.
Fungsi-fungsi manajemen:
1) Perencanaan
(a) Self-audit: menentukan keadaan organisasi sekarang.
(b) Survey: lingkungan.
17
Ibid, h. 92-93
22
(c) Menentukan tujuan: objective.
(d) Forecast: ramalan keadaan-keadaan yang akan dating.
(e) Melakukan tindakan-tindakan dan sumber pengarahan.
(f) Evaluate: pertimbangan tindakan-tindakan yang diusulkan.
(g) Ubah dan sesuaikan: “revise and ajust” rencana-rencana
sehubungan dengan hasil-hasil pengawasan dan kadaan-keadaan
yang berubah-ubah.
(h) Comunicate: berhubungan terus selama proses perencanaan
2) Pengorganisasian
(a) Indentity: tetapkan dengan teliti dan tentukan pekerjaan yang
akan dilaksanakan.
(b) Break work down: bagi-bagi pekerjaan menjadi tugas-tugas
setiap orang.
(c) Tugas-tugas kelompok menjadi posisi-posisi
(d) Tentukan persyaratan-persyaratan setiap posisi
(e) Kelompok-kelompok posisi menjadi satuan-satuan yang dapat
dipimpin dan saling berhubungan dengan baik
(f) Bagi-bagian pekerjaan, bertanggung jawaban dan luas kekuasaan
yang akan dilaksanakan
(g) Ubah dan sesuaikan organisasi sehubungan dengan hasil-hasil
pengawasan dan kondisi-kondisi yang berubah-ubah.
(h) Berhubungan selalu selama proses pengorganisasian.
23
3) Kepegawaian
(a) Tentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia
(b) Kerahkanlah pegawai-pegawai sedapat mungkin
(c) Latih dan kembangkan sumber-sumber daya manusia
(d) Ubah dan sesuaikan kuantitas dan kualitas sumber-sumber daya
manusia sehubungan dengan hasil-hasil pengawasan dan
perubahan-perubahan kondisi
(e) Berhubungan setelah dan selama proses pengisian pegawai.
4) Pemotivasian
(a) Berhubungan dengan staf dan jelaskan tujuan-tujuan kepada
bawahan
(b) Bagian-bagian ukuran-ukuran pelaksanaan: “performance
standards”
(c) Latih dan bimbing bawahan untuk memenuhi ukuran-ukuran
pelaksanaan itu
(d) Beri bawahan upah berdasarkan pelaksanaan
(e) Puji dan tegur dengan jujur
(f) Adakah lingkungan yang memberikan dorongan dengan
meneruskan keadaan yang berubah-ubah serta tuntutan-
tuntutannya
(g) Ubah dan sesuaikan cara-cara memotivasikan sehubungan
dengan hasil pengawasan dan kondisi yang berubah
(h) Berhubungan selalu selama proses pemotivasian.
24
5) Pengawasan
(a) Tetapkan ukuran-ukuran
(b) Monitor hasil-hasil dan bandingkan dengan ukuran-ukuran
(c) Perbaiki penyimpangan-penyimpangan
(d) Ubah dan sesuaikan cara-cara pengawasan sehubungan dengan
hasil-hasil pengawasan dan perubahan kondisi-kondisi
(e) Berhubungan selalu selama proses pengawasan.18
e. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
Substansi yang menjadi garapan manajemen pendidikan sebagai
proses atau disebut juga sebagai fungsi manajemen adalah:
1) Perencanaan;
2) Pengorganisasian;
3) Pengarahan (motivasi, kepemimpinan, kekuasaan, pengambilan
keputusan, komunikasi, koordinasi, negoisasi, manajemen konflik,
perubahan organisasi, keterampilan interpersonal, membangun
kepercayaan, penilaian kinerja, dan kepuasan kerja);
4) Pengendalian meliputi pemantauan (monitoring), penilaian, dan
pelaporan.19
18
George R. Terry dkk, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) h. 9-12 19
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta Timur:
Bumi Aksara, 2009) h. 15
25
2. Pelatihan (In House Training)
a. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan proses untuk membentuk dan membekali
guru dengan menambah keahlian, kemampuan, pengetahuan, dan
perilakunya.20
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan
bahwa pelatihan adalah proses melatih, kegiatan atau pekerjaan.
Marbun, mengartikan bahwa pelatihan adalah suatu usaha untuk
meningkatkan atau memperbaiki kinerja guru dalam pekerjaan sekarang
dan dalam pekerjaan lain yang terikat dengan yang sekarang yang
dijabatnya baik secara individu maupun sebagai bagian dari sebuah tim
kerja.21
Pelatihan adalah proses meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan guru yang meliputi pengubahan sikap sehingga guru dapat
melakukan pekerjaan yang lebih efektif. Berdasarkan beberapa
pendapat di atas maka pelatihan dapat diartikan sebagai suatu proses
yang meliputi serangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam bentuk
pemberi bantuan kepada guru yang dilakukan oleh tenaga profesional
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi profesional guru. 22
Pelatihan merupakan langkah awal yang sederhana yang diikuti
oleh guru dan tidak terlepas dari tujuan akhir yaitu memberikan
20
Kasmir, Manajemen Sumber daya Manusia, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016)
h. 126 21
Maris Setiyo Nugroho, Skripsi, Keefektifan In house training Pekerja Beton Dalam
Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Teknik Bangunan SMK Negeri 2 Pengasih,
(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2015) h. 17-18 22
Ibid, h. 18
26
kontribusi positif terhadap peningkatan kerja guru. Pelatihan dapat
mempengaruhi kinerja guru dalam menjalankan tugasnya.23
Pelatihan adalah merupakan suatu program yang diharapkan dapat
memberikan rangsangan atau stimulus kepada seseorang untuk dapat
meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan tertentu dan memperoleh
pengetahuan umum dan pemahaman terhadap keseluruhan lingkungan
kerja organisasi.24
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas dapat dipahami bahwa
pelatihan adalah suatu usaha untuk memperbaiki performansi pekerjaan
yang sedang menjadi tanggung jawabnya yang melibatkan keahlian,
konsep, peraturan, sikap, produktivitas, untuk meningkatkan
profesional guru.
Pelatihan dalam bentuk in house training adalah pelatihan yang
dilaksanakan secara internal di kelompok kerja guru (KKG) atau
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), sekolah atau tempat lain
yang ditetapkan untuk penyelenggaraan pelatihan. Strategi pembinaan
melalui in house training dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa
sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru
tidak harus dilakukan secara eksternal, tapi dapat dilalukan oleh guru
yang memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat lebih
menghemat waktu dan biaya.25
23
Daryanto, Manajemen Diklat, (Yogyakarta: Gava Media, 2014) h. 26 24
Herman Sofyandi, Manajemen Sumberdaya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008)
h. 113 25
Maris Setyo Nugroho, Op.Cit, h. 20
27
In house training adalah sebuah bentuk program pelatihan, dimana
materi pelatihan, waktu serta tempat pelatihan ditentukan sesuai dengan
yang diminta dan dibutuhkan oleh peserta atau sekolah yang meminta.
Dan juga in house training merupakan program pelatihan yang
diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan-pengetahuan dan
keterampilan guru dalam bidang tertentu sesuai dengan tugasnya, agar
dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam melakukan tugas-
tugas tersebut.26
Jadi in house training adalah pelatihan guru yang dilaksanakan
berdasarkan permintaan pihak sekolah, Program pelatihan atau training
yang diselenggarakan oleh suatu lembaga pendidikan dengan
menggunakan tempat pelatihan sendiri, peralatan sendiri, menentukan
peserta dan dengan mendatangkan trainer sendiri. Pesertanya berasal
dari satu sekolah, dengan materi pelatihan yang disesuaikan oleh pihak
sekolah dan dilaksanakan di sekolah tempat guru tersebut bekerja.
b. Dimensi-dimensi Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu proses untuk meningkatkan kompetensi
profesional guru yang dilakukan dalam waktu relatif singkat baik untuk
guru baru maupun guru lama. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan para guru secara terus
menerus.
26
Ibid. h. 21
28
Program pelatihan dapat diukur yang diberikan kepada tenaga
pendidik yang efektif melalui:
1) Isi pelatihan, merupakan isi program pelatihan relevan dan sejalan
dengan kebutuhan pelatihan;
2) Metode pelatihan, metode yang diberikan dalam pelatihan harus
sesuai dengan subjek itu dan metode pelatihan harus disesuaikan
dengan gaya belajar peserta pelatihan;
3) Sikap dan keterampilan instruktur, seorang instruktur harus
mempunyai sikap dan keterampilan penyampaian yang mendorong
orang untuk belajar;
4) Lama waktu pelatihan, yaitu berapa lama waktu pemberian materi
pokok yang harus dipelajari;
5) Fasilitas pelatihan, yaitu apakah tempat penyelenggaraan pelatihan
dapat dikendalikan oleh instruktur apakah relevan dengan jenis
pelatihan.27
c. Tujuan Pelatihan (In House Training)
Penyelenggaraan pelatihan (in house training) diarahkan untuk
membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi guru guna
meningkatkan kemampuan produktivitas dan kesejahteraan pegawainya
secara terus menerus. Secara rinci, tujuan-tujuan dari pelatihan dan
menurut Simamora adalah sebagai berikut:
27
Ibid, h. 119
29
1) Memperbaiki kinerja guru yang tidak memuaskan karena
kekurangan keterampilan. Kendati tidak dapat memecahkan semua
masalah kinerja yang efektif, program pelatihan yang sehat mampu
meminimalkan masalah ini;
2) Memukhtahirkan keahlian para guru sejalan dengan kemajuan
teknologi. Melalui pelatihan, pelatihan memastikan bahwa guru
dapat mengaplikasikan teknologi baru secara efektif. Karena
pekerjaan senantiasa berubah, maka keahlian dan kemampuan guru
haruslah dimuktakhirkan melalui pelatihan, sehingga kemajuan
teknologi dapat diintegrasikan dalam organisasi;
3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi guru baru agar kompeten
dalam pekerjaan. Seorang guru baru sering kali tidak menguasai
keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi job
competent, yaitu mencapai output dan standar mutu yang
diharapkan;
4) Membantu memecahkan masalah operasional. Para manajer harus
mencapai tujuan mereka dengan kelangkaan dan kelimpahan sumber
daya, kelangkaan sumber daya finansial dan teknologi manusia
(human technological resource), serta kelimpahan masalah
keuangan, manusia, dan teknologi.
5) Mempersiapkan guru untuk promosi. Satu cara untuk menarik,
menahan, dan memotivasi guru adalah dengan program
pengembangan karir yang sistematis. Pengembangan kemampuan
30
profesional guru haruslah konsisten dengan kebijakan sumber daya
manusia yang ada didalamnya. Pelatihan adalah unsur kunci dalam
sistem pengembangan karir. Dengan mengembangkan dan
mempromosikan sumber daya manusia melalui pelatihan, manajer
dapat menikmati karyawan yang berbobot, termotivasi, dan
memuaskan;
6) Mengoreantasikan guru terhadap organisasi. Oleh karena alasan
inilah, beberapa penyelenggaraan orientasi melakukan upaya
bersama dengan tujuan mengorientasikan para guru baru terhadap
organisasi dan bekerja secara benar;
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi. Misalnya, sebagian
besar manajer berorientasi pencapaian dan membutuhkan tantangan
baru, maka pelatihan dapat memainkan peran ganda dengan
menyediakan aktivitas-aktivitas yang menghasilkan efektivitas
organisasional dan meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua
guru.28
Secara umum, pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan dan
membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional, yang
memiliki kemampuan melaksanakan dedikasi dan kemampuan yang
berdisiplin yang baik. Pelatihan juga berfungsi untuk meningkatkan
produktifitas kerja, meningkatkan kualitas kerja, meningkatkan
ketepatan perencanaan sumber daya manusia, meningkatkan sikap
28
Indah Puji Hartatik, Mengembangkan SDM , (Jogjakarta: Laksana, 2014) h. 89
31
moral dan semangat kerja, meningkatkan rangsangan agar pegawai
mampu berprestasi secara maksimal, dan meningkatkan perkembangan
pegawai.
Adapun tujuan in house training menurut Henry Simamora dalam
Ambar T.Sulistiyani & Rosidah yaitu:
1) Memperbaiki kinerja;
2) Memutakhirkan keahlian para pegawai sejalan dengan kemajuan
teknologi;
3) Membantu memecahkan persoalan operasional;
4) Mengorientasikan pegawai terhadap organisasi;
5) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi;
6) Untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas kerja pegawai dalam
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.29
d. Manfaat Pelatihan (In House Training)
In house training mempunyai andil besar dalam menentukan
efektivitas dan efesiensi organisasi. Beberapa manfaat nyata yang
didapat dari program pelatihan in house training dalah:
1) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (guru).
Hal ini dapat diharapkan dalam mendukung visi dan misi sekolah
yang telah ditetapkan;
29
Maris Setio Nugroho, Op. Cit, h. 46
32
2) Menciptakan interaksi antara peserta.
Dengan in house training peserta dapat bertukar informasi sehingga
bukan tidak mungkin ini cara yang paling efektif untuk
menciptakan standarisasi kinerja yang paling efektif;
3) Mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan antara guru.
Karena mereka bekerja unruk satu naungan yang sama, mungkin
tidak mungkin mereka tidak lagi kaku untuk sharing, bersahabat
dan lebih kompak antar sesama guru.
4) Meningkatkan motivasi dan budaya belajar yang berke-
sinambungan. Hal ini bisa mengeksplorasi permasalahan-
permasalahn yang dihadapi di lapangan yang berkaitan dengan
peningkatan efektifitas kerja guru, sehingga dapat mencari solusi
secara bersama-sama dengan kemungkinan solusi terbaik.30
Manfaat pelatihan menurut William B. Werther dan Keith Davis,
“The benefits of training may extend throughout a person’s career and
help develop that person for future responbilities”. Manfaat dari
pelatihan mampu meningkatkan jenjang karier seseorang dan
membantu pengembangan untuk menyelesaikan-penyelesaian tanggung
jawabnya di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Hendry
Simamora manfaat dari program pelatihan yaitu:
1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas.
30
Maris Setyo Nugroho, Op. Cit, h. 50-51
33
2) Mengurangi waktu belajar yang diperlukan guru untuk mencapai
standar-standar kinerja yang dapat diterima.
3) Menciptakan sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih
menguntungkan.
4) Memenuhi persyaratan-persyaratan perencanaan sumber daya
manusia.
5) Mengurangi jumlah dan biaya kecelakan kerja.
6) Membantu guru dalam peningkatan dan pengembangan pribadi
mereka31
e. Komponen-komponen Pelatihan (In House Training)
Anwar Prabu Mangkunegara membagi komponen-komponen
pelatihan (in house training) beberapa macam, yaitu:
1) Tujuan dan sasaran pelatihan harus jelas dan dapat diukur;
2) Para pelatih (trainers) harus memiliki kualifikasi yang memadai;
3) Materi latihan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai;
4) Metode pelatihan harus sesuai dengan tingkat kemampuan pegawai
yang menjadi peserta;
5) Peserta pelatihan (trainee) harus memenuhi persyaratan yang
ditentukan.32
31 Suwatno, Donni Juni Priansa, manajemen SDM dalam Organisasi public dan Bisnis,
(Bandung: Alfabeta, 2014) h. 124 32
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusaan, (Bandung:
Rosdakarya, 2001) h. 44
34
Komponen dalam proses pelatihan antara lain:
1) Analisis kebutuhan pelatihan.
Kebutuhan pelatihan harus dilakukan melalui suatu analisis, baik
ditingkat organisasi, jabatan, maupun individu. Analisis tingkat
organisasi (organizational analysis) ditunjukan untuk mengetahui
dibagian mana dalam organisasi yang memerlukan program
pelatihan. Analisis tingkat jabatan, tugas (job/task analysis) untuk
mengidentifikasi isi dari pelatihan yang dibutuhkan, dalam arti apa
yang harus dilakukan oleh tenaga kerja untuk dapat melaksanakan
tugas dan jabatannya dengan kompeten. Analisi tingkat individu
(individual analysis) untuk mengidentifikasi karakteristik dari tenaga
kerja, dalam arti kemampuan dan keterampilan apa yang masih
kurang dipunyai untuk dapat melaksanakan tugas jabatannya.
Penentuan kebutuhan akan pelatihan dengan analisis di tingkat
organisasi, jabatan, tugas dan individu tersebut dapat dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu yang akan
menganalisis berbagai kebutuhan.
2) Sasaran pelatihan.
Setiap pelatihan harus terlebih dahulu ditetapkan secara jelas sasaran
yang ingin dicapai. Apakah pelatihan tersebut sasarannya untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan teknis mengerjakan
pekerjaan (technical skill) ataukah untuk meningkatkan kecakapan
memimpin (managerial skills) atau conceptual skills. Pelatihan guru
35
diperlukan untuk mengatasi kesenjangan antara kualitas pelaksanaan
tugas dengan standar kualitas minimal yang diperlukan, serta untuk
meningkatkan kualitas kerja dalam rangka mempersiapkan guru
tertentu untuk menempati posisi yang lebih tinggi. Pelatihan yang
akan diberikan, tergantung dari apa yang dinilai masih kurang, apa
yang ingin ditingkatkan, serta apa yang dianggap perlu dipersiapkan
untuk guru yang bersangkutan sebagai persiapan untuk menempati
posisi baru. Jika sasaran yang ingin dicapai adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, mungkin dapat dilakukan dengan cara
memberi ceramah atau dalam kelas, jika sasarannya untuk
meningkatkan keterampilan maka cara yang digunakan adalah
dengan melatih langsung dalam praktik kegiatan pekerjaan.
3) Kurikulum pelatihan.
Dalam penyusunan suatu program pelatihan, hal- hal yang perlu di
perhatikan adalah kaitannya dengan jangka waktu penyelenggaraan
pelatihan, kategorisasi berbagai mata pelajaran atau mata kuliah
misalnya kategori inti, pokok dan penunjang kategori lainnya, ada
tidaknya keperluan untuk kegiatan ekstra kurikuler seperti
widyawicara dan teacing aids yang diperlukan. Program pelatihan
yang diselenggarakan harus bersifat taylor-made dalam arti benar-
benar disesuaikan dengan kebutuhan spesifik suatu organisasi
tertentu guna terpenuhinya kebutuhan organisasi yang
menyelenggarakan sekaligus mewujudkan perilaku administrasi
36
yang diidam-idamkan. Wahana yang paling efektif untuk memenuhi
persyaratan taylor-made adalah melalui penyusunan kurikulum yang
dapat didukung oleh kegiatan lainnya yang berkaitan dengan
kegiatan kurikuler. Dalam kegiatan ini beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan kurikulum suatu program
pendidikan dan latihan adalah: a) kaitannya dengan jangka waktu
penyelenggaraan pelatihan; b)kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler
untuk mendukung kegiatan kurikulum; c)alat bantu pengajaran yang
diperlukan seperti overhead projector dan peralatan lain yang
tentunya sangat berkaitan erat dengan teknik dan metode belajar
mengajar yang akan digunakan.
4) Peserta pelatihan.
Dalam program pelatihan, peserta merupakan salah satu unsur yang
penting karena program pelatihan merupakan suatu kegiatan yang
diberikan kepada guru oleh pihak sekolah dalam rangka untuk
meningkatkan kapabilitas guru, berupa pemberian bekal
pengetahuan dan keterampilan baik teknik maupun non teknik
kepada guru, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-
masing. Sebelum mengikuti program pelatihan, terlebih dahulu
perlu ditetapkan syarat-syarat dan jumlah pesera yang dapat
mengikuti program pelatihan, misalnya usia, jenis kelamin,
pengalaman kerja dan latar belakang pendidikan.
37
5) Pelatihan (trainer).
Mencari dan memiliki pelatih (trainer) bukanlah perkara yang susah
bukan pula perkara yang mudah. Dalam lembaga pendidikan,
terdapat bagian khusus yang disebut bagian pelatihan atau training
dapartemen yang dikepalai oleh seorang kepala bagian pelatihan
(training manager). Sebelum latihan dilaksanakan, training manager
menentukan trainer yang akan melatih para guru. Bagi sekolah yang
tidak mempunyai trainer sendiri, hal ini dapat diserahkan pada
lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan yang khusus
menyediakan untuk keperluan tersebut, misalnya lembaga
pendidikan dan pelatihan manjemen, lembaga pendidikan dan latihan
computer, dan sebagainya.
6) Pelaksanaan.
Dalam melaksanakan program pelatihan ini setiap pelatih
mengajarkan materi pelatihan kepada trainee. Sebelum
melaksanakan program pelatihan, peran pemimpin sangatlah berarti.
Dalam memberikan tugas-tugas kepada para bawahan, seorang
pimpinan harus dapat bertindak sebagai pelatih. Dalam memberikan
tugas kepada guru, harus dan mengubah metode kerja pada guru lam,
seorang pemimpin harus dapat mempelajari dan menguraikan suatu
bentuk kerja tertentu ke dalam tahap-tahap pengerjaan dengan
memberikan petunjuk urutan pekerjaan, sedang petunjuk
pelaksanaanya menguraikan secara terperinci cara bagaimana
38
pekerjaan itu harus dilakukan tiap tahap. Jika pemecahan terhadap
suatu jenis pekerjaan tersebut telah dilakukan, tinggal menyusun
bagian-bagian intruksi (yang harus dilatihkan) dengan dilengkapi
oleh bahan-bahan maupun alat-alat perlengkapannya setelah segala
sesuatu siap pada tempatnya barulah pemberian petunjuk ini dapat
dimulai. Dalam pelaksanaan program pelatihan, biasanya urutan-
urutan memberikan latihan itu adalah terlebih dahulu memberikan
persiapan, kemudian menyajikan dan memberi kesempatan untuk
mencoba serta membiarkan guru untuk melaksanakan pekerjaannya.
Dalam melaksanakan program pelatihan harus dilakukan dengan
disiplin yang tinggi dari para peserta, disamping pula kedisiplinan
instruktur. Ketaatan pada jadwal yang telah ditentukan merupakan
salah satu indikator suksesnya pelatihan dilaksanakan. Program
pelatihan yang dilakukan harus diakhiri dengan evaluasi untuk
mengetahui sejauh mana sasaran pelatihan itu tercapai.
7) Evaluasi pelatihan.
Faustino Cardoso Gomes menyatakan bahwa program pelatihan
bisa dievaluasi berdasarkan informasi yang bisa diperoleh.33
33 Suwatno, dkk, Op. Cit, h. 126-132
39
f. Kendala Pelatihan (In House Training)
Kendala pelatihan (in house training) yang dilaksanakan selalu ada
dan kita harus berusaha memahami pengaruh kendala-kendala tersebut.
Kendala-kendala ini akan menghambat lancarnya pelaksanaan latihan,
sehingga sasaran yang tercapai kurang memuaskan.
Kendala-kendala pengembangan berkaitan dengan peserta, pelatih
atau instruktur, fasilitas pengembangan, kurikulum, dan dana.34
1) Peserta
Peserta pengembangan mempunyai latar belakang yang tidak
sama atau heterogen, seperti pendidikan dasar, pengalaman kerja,
dan usia. Hal ini akan menghambat kelancaran pelaksanaan latihan,
karena daya tangkap, persepsi, dan daya nalar mereka terhadap
pelajaran yang diberikan berbeda;
2) Pelatih atau instruktur
Pelatih atau instruktur yang ahli dan cakap mentransfer
pengetahuannyakepada para peserta latihan dan pendidikan
sangatlah sulit didapat. Akibatnya, sasaran yang diinginkan tidak
tercapai, misalnya, ada peltaih yang ahli dan pintar, tetapi tidak
dapat mengajar dan berkomunikasi secara efektif (teaching skillnya
tidak efektif). Dia hanya pintar serta ahli untuk dirinya sendiri;
34
Indah Puji Hartatik, Op. Cit, h. 113
40
3) Fasilitas pengembangan
Fasilitas sarana dan prasarana pengembangan yang dibutuhkan
untuk latihan sangat kurang atau tidak baik. Misalnya, buku-buku,
alat-alat, dan mesin-mesin, yang akan digunakan untuk praktik
kurang atau tidak ada. Hal ini akan menyulitkan dan menghambat
lancarnya pengembangan.
4) Kurikulum
Kurikulum yang diajarkan kurang serasi atau menyimpang serta
tidak sistematis untuk mendukung sasaran yang diinginkan oleh
pekerjaan atau jabatan peserta yang bersangkutan. Untuk itu perlu
ditetapkan kurikulum dan waktu yang tepat untuk mengajarkannya.
5) Dana
Dana yang tersedia untuk pengembangan sangat terbatas,
sehingga sering dilakukan secara terpaksa, bahkan meskipun
pelatih maupun pesertanya kurang memenuhi persyaratan yang
dibutuhkan.35
g. Perencanaan Program Pelatihan
Perencanaan program pelatihan merupakan kegiatan merencanakan
program pelatihan secara menyeluruh. Kegiatan perencanaan pelatihan
pada umumnya adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan pengelola dan staf pembantu program pelatihan
2) Menetapkan tujuan pelatihan
35
Ibid
41
3) Menetapkan bahar ajar pelatihan
4) Menetapkan metode-metode yang akan digunakan
5) Menetapkan alat bantu pelatihan
6) Menetapkan cara evaluasi pelatihan
7) Menetapkan tempat dan waktu pelatihan
8) Menetapkan instruktur pelatihan
9) Menyusun rencana kegiatan dan jadwal pelatihan
10) Menghitung anggaran yang dibutuhkan36
h. Kebutuhan Pelatihan (In House Training)
Pelatihan akan berhasil jika proses mengisi kebutuhan pelatihan
dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan itu adalah untuk
memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau
sikap dengan masing-masing kadar yang bervariasi.
Kebutuhan pelatihan dapat digolongkan menjadi:
1) Kebutuhan memenuhi tuntutan sekarang. Kebutuhan ini biasanya
dapat dikenali dari prestasi guru yang tidak sesuai dengan standar
hasil kerja yang dituntut pada jabatan itu. Meskipun tidak selalu
penyimpangan ini dapat dipecahkan dengan pelatihan.
2) Memenuhi kebutuhan tuntutan jabatan lainnya. Pada tingkat hirarki
manapun dalam perusahaan sering dilakukan rotasi jabatan.
Alasannya bermacam-macam, ada yang menyebutnya untuk
mengatasi kejenuhan, ada juga yang menyebutkan untuk membentuk
36
Haris Mujiman, Manajemen Pelatihan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2011) h.
64
42
orang generalis. Seorang manajer keuangan, sebelum dipromosikan
menjadi general manajer tentunya perlu melewati jabatan fungsional
lainnya.
3) Untuk memenuhi kebutuhan perubahan. Perubahan-perubahan, baik
intern (perubahan sistem, struktur organisasi) maupun ekstern
(perubahan teknologi, perubahan orientasi bisnis) sering
memerlukan adanya tambahan pengetahuan baru. Meskipun pada
saat ini tidak ada persoalan antara kemampuan orangnya dengan
tuntutan jabatannya, tetapi dalam rangka mengahadapi perubahan di
atas dapat diantisipasi dengan adanya pelatihan yang bersifat
potensial.37
i. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan (In House Training)
Upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelatiahan adalah dengan mengumpulkan dan menganalisis gejala dan
informasi yang diharapkan dapat menunjukkan adanya kekurangan dan
kesenjangan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja guru dengan
kualifikasi posisi jabatan tertentu dalam suatu sekolah.
Upaya untuk melakukan identifikasi pelatihan dapat dilakukan
antara lain dengan cara:
1) Membandingkan uraian pekerjaan/jabatan dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki guru atau calon guru.
37
Meldona, Manajemen Sumber Daya Manusia Perspektif Integratif, (Malang: UIN-
Malang, 2009) h. 240-241
43
2) Menganalisis penilaian prestasi. Beberapa prestasi yang di bawah
standar dianalisis dan ditentukan apakah penyimpangan yang terjadi
disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan.
3) Menganalisis catatan guru, dari catatan guru yang berisi tentang latar
belakang pendidikan, hasil tes seleksi penerimaan, pelatihan yang
pernah diikuti, promosi, demosi, rotasi, penilaian prestasi secara
periode, temuan hasil pemeriksaan, satuan pemeriksaan, kegagalan
kerja, evektivitas kerja yang menurun, produktivitas kerja yang
menurun. Dari catatan ini bisa ditentukan kekurangan-kekurangan
yang dapat diisi melalui pelatihan, dan jika masih memiliki potensi
untuk dikembangkan.
4) Menganalisis laporan, yaitu tentang keluhan guru, tingkat absensi,
kecakatan kerja, kerusakan mesin, dan lain-lain yang dapat dipelajari
dan disimpulkan adanya kekurangan-kekurangan yang bisa
ditanggulangi dengan pelatihan.
5) Menganalisis masalah. Masalah yang dihadapi sekolah secara umum
dipisahkan ke dalam dua masalah pokok yaitu masalah yang
menyangkut sistem dan SDM-nya. Masalah yang menyangkut SDM
sering ada implikasinya dengan pelatihan.
6) Merancang rencana jangka panjang. Rancangan jangka panjang ini
mau tidak mau memasukkan bidang SDM di dalam prosesnya. Jika
dalam prosesnya banyak sekali mengantisipasi adanya perubahan-
perubahan, kesenjangan potensi pengetahuan dan keterampilan dapat
44
dideteksi sejak awal. Dari kebutuhan pelatihan yang bersifat
potensial ini dapat dirumuskan sasaran dan rancang programnya.
Sumber informasi untuk menyelenggarakan suatu pelatihan dapat
diperoleh dari catatan, laporan dan rencana yang telah dibuat dengan
baik. Informasi kebutuhan pelatihan tersebut perlu digali dengan
berbagai cara, antara lain:
1) Observasi di lapangan.
2) Mengumpulkan permintaan pelatihan dari para manajer.
3) Mengadakan wawancara dengan target peserta, atasan yang
bersangkutan, bawahannya atau temannya.
4) Diskusi kelompok.
5) Kuesioner.
6) Permintaan guru karena kebutuhan pekerjaan.
7) Tes tulis
Masing-masing metode untuk penilaian kebutuhan pelatihan
mempunyai sisi keunggulan dan kelemahan. Pemilihan metode mana
yang akan dilaksanakan harus sesuai dengan keadaan sekolah
tersebut.38
38
Ibid, h. 241-243
45
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dilakukan dengan maksud untuk menghindari
kesamaan penelitian. Di samping menunjukan keaslian penelitian, bahwa
topik ini belum pernah diteliti oleh peneliti dengan konteks yang sama. Selain
itu dengan mengenal peneliti terdahulu, maka membantu peneliti dalam
memilih dan menempatkan desain penelitian yang sesuai, karena penelitian
telah memperoleh gambaran dan perbandingan dari desain-desain yang telah
dilakukan.
1. Fitroh Hanrahmawan (2010), dengan penelitian yang berjudul: revitalisasi
manajemen pelatihan tenaga kerja. Studi kasus balai latihan kerja industry
Makassar, dalam penelitiannya hasilnya adalah (a)perencanaan program
pelatihan, (b)pengembangan program pelatihan, (c)pelaksanaan pelatihan,
(d)evaluasi pelatihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan
program pelatihan yang berfokus pada identivikasi kebutuhan pelaksanaan
pelatihan telah dilaksanakan sesuai lokasi dan dana proyek yang tersedia,
pengembangan program pelatihan berfokus pada kerja sama pelatihan
eksternal dengan perusahaan yang kurang berkembang, pelaksanaan
program berfokus pada pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi belum
sepenuhnya dilaksanakan dan evaluasi pelatihan hasilnya sebatas menjadi
bahan koreksi dan perbaikan bagi manajemen.39
2. Fernando Stefanus Lodjo (2013), dengan penelitian yang berjudul:
pengaruh pelatihan terhadap kepuasan kerja. Tujuan penelitian ini untuk
39
Fitroh Hanrahmawan, Jurnal, Revalitasi Manajemen Tenaga Kerja Studi Kasus Pada
Balai Kerja Industri, Jurnal UIN Alauddin Makassar, Volume. 1 No. 1 Tahun2010, h. 78
46
menganalisis baik secara simultan dan persial pengaruh pelatihan terhadap
kepuasan kerja. Penelitian ini dilakukan pada PT. PLN Wilayah
Suluttenggo Manado menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jumlah
responden sebanyak 127 orang. Hasil penelitian diperoleh bahwa pelatihan
signifikan terhadap kepuasan kerja, dapat disimpulkan bahwa variabel
pelatihan merupakan variabel yang lemah.40
3. Atika Haririya (2016), dengan penelitian yang berjudul: Pengaruh
Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Guru Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di SMK Negeri 3 Dumai pada tahun 2011. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan dan dilanjutkan dengan menganalisa data yang dapat maka
hasilnya yaitu untuk korelasi (r) sebesar 0,961 sehingga terdapat hubungan
yang sangat kuat antara Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) terhadap kinerja
guru PNS di SMKN 3 Dumai. Diklat memiliki pengaruh yang sangat besar
yakni 92,3% sedangkan sisanya 7,7% dipengaruhi oleh faktor lain diluar
penelitian ini.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang terdahulu adalah sama-sama meneliti tentang
manajemen pelatihan (in house training), tetapi belum ada yang membahas
tentang bagaimana manajemen in house training di Sekolah. Penelitian Fitroh
Hanrahmawan lebih mengarah kepada latihan kerja industry. Penelitian
Fernando Stefanus Lodjo mengarah kepada pelatihan terhadap kepuasan
kerja. Pelatihan Atika Haririya lebih mengarah kepada pelatihan terhadap
40
Fernando Stefanus Lodjo, Jurnal, Pengaruh Pelatihan Terhadap Kepuasan Kerja,
Jurnal Universitas Sam Ratulangi, Volume. 1 No. 3, Tahun 2013, h. 747
47
kinerja guru pegawai negeri sipil. Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami
bahwa penelitian yang peneliti lakukan belum pernah diteliti oleh peneliti
sebelumnya.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Peneltian
Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif karena
peneliti dapat memperoleh data dari suatu pandangan dari dalam melalui
reaksi, tanggapan dan penglihatan yang tidak dapat diperoleh melalui
wawancara dan observasi semata. Sifat dan jenis penelitian dilakukan dalam
jumlah kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam. Pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini sebagai
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini di mulai pada Bulan Januari sampai dengan Mei 2019.
berlokasi di Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Pekanbaru, dengan alamat di
Jl. Tengku Bey/Sei Mintan, Kel. Simpang Tiga, Kec. Bukit Raya, Pekanbaru,
Riau.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Kepala Sekolah yaitu Drs. Syamwar,
Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum Zahar S.Pd, M.Pd, dan dua orang
49
Guru Drs. Afifi, Mahdalena M.Pd. Jadi subjek yang diteliti berjumlah 4
(empat) orang. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah
Manajemen In house training di Sekolah Menengah Atas Negeri 14
Pekanbaru.
D. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek
penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek
penelitian.41
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan peneliti
utama (key informan). Yang dimaksud dengan key informan adalah orang
yang paling tahu banyak informasi mengenai objek yang sedang diteliti atau
data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumber pertama.42
Dalam hal ini yang menjadi informan penelitian utama (key informan)
adalah :
1. Kepala Sekolah, informasi yang diperoleh antara lain tentang manajemen
in house training.
2. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum, informasi yang diperoleh yaitu
manajemen in house training.
3. Guru, informasi yang diperoleh antara lain tentang manajemen in house
training.
Selain menggunakan informan penelitian utama, penelitian ini juga
menggunakan sumber data penunjang (sekunder). Yang dimaksud data
41
Burhan Bugin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007) h.
76. 42
Ibid, h. 77
50
sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti dari bahan kepustakaan
sebagai penunjang dari data utama (key informan). Data referensi yang terkait
dengan penelitian ini.43
Untuk memperoleh data yang sesuai dan mendukung penelitian ini,
maka diperlukan sumber data, diantaranya adalah sumber data mengenai hal-
hal berupa catatan, transkip, dokumen-dokumen dan sebagainya. Sumber data
yang tertulis dalam penelitian ini adalah buku-buku atau literatur yang ada
hubungannya dengan penelitian yang penulis lakukan. Jadi data sekunder ini
sifatnya sebagai data penunjang dan penguat dari data primer saja (key
informan).
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara berarti melakukan interaksi komunikasi atau
percakapan antara pewawancara (interviewer) dan terwawancara
(interviewee) dengan maksud menghimpun informasi dari interviewee,
interviewee pada penelitian kualitatif adalah informan yang dari padanya
pengetahuan dan pemahaman diperoleh.44
Peneliti dalam penelitian ini
menggunakan dua teknik wawancara, yaitu:
43
Hermawan Wasito, Pengantar Metedologi Penelitian, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,
1995) h. 88 44
Djam’an Satori, M.A dan Dr. Aan Komariah, M.Pd, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Alfabeta, 2011) h. 25
51
a. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.45
Peneliti menggunakan wawancara ini kepada informan kunci
untuk memperoleh informan sumber data yang telah dipilih oleh
informan kunci dengan pertimbangannya, dimana pertannyaan dalam
wawancara ini belum tersusun secara sistematis, tetapi hanya pedoman
secara garis besar agar peneliti dapat menggali informasi lebih dalam
lagi tentang siapa saja yang pantas menjadi informan. Wawancara ini
digunakan bertujuan untuk menggali dan mendalami informasi tentang
informan yang dianggap bisa mewakili situasi yang akan diteliti.
Informan dalam wawancara ini adalah Kepala Sekolah, Wakil kepala
sekolah bidang Kurikulum di Sekolah Menengah Atas Negeri 14
Pekanbaru.
b. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila data atau pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam
melakukan wawancara pengumpulan data telah menyiapkan instrumen
45
Sugiyono, Op. Cit h. 233
52
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan.46
Peneliti akan mewawancara informan yang telah ditunjuk oleh
informan kunci (dua orang guru) dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang sama kepada setiap informan dan menyiapkan
alternative jawabannya. Peneliti menggunakan wawancara ini karena
peneliti telah merumuskan tentang manajemen in house training.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental
dari seseorang.47
Pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi
untuk memperoleh catatan atau dokumen yang dapat berupa foto kegiatan
penelitian dan profil Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Pekanbaru.
F. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori
menjabarkan dalam unit–unit, melakukan sintesa menyusun ke dalam pola
memilih mana yang penting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
46
Sugiyono, Loc.Cit. 47
Ibid, h. 231
53
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak untuk
itu maka diperlukan catatan secara teliti dan rinci. Mareduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok mengidentifikasikan pada hal-hal
yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan data yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya
bila diperlukan. Di dalam penelitian ini reduksi data dilakukan dengan
memfokuskan hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif ini, penyajian data dapat
dilakukan dalam uraian singkat, bagan hubungan antar kategori dan lain-
lain. Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data,
maka akan memudahkan utuk memahami apa yang akan terjadi,
merencanakan kerja selnjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Data Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan)
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru
yang belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau suatu
gambaran objek yang sebelumnya remang-remang atau gelap sehingga
setelah diteliti menjadi jelas. Pada tahap ini peneliti mengambil
kesimpulan terhadp data yang telah di reduksi ke dalam laporan secara
sistematis dengan cara membandingkan, menghilangkan, dan memilih data
54
yang mengarah pada pemecahan masalah serta mampu menjawab
permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai. 48
48
Sugiyono, Memahami Penelitiaan Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2012) h. 89
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dan temuan dilapangan yang telah
peneliti sampaikan, maka peneliti menyimpulkan bahwa Manajemen In house
training di Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Pekanbaru dapat ditinjau
dengan indikator a) Perencanaan, b) Pengorganisasian, c) Pelaksanaan, dan d)
Pengawasan.
1. Perencanaan dalam pelaksanaan in house training di Sekolah Menengah
Atas Negeri 14 Pekanbaru mencakup aspek: Mengadakan rapat guru
untuk mensosialisasikan program in house training, menunjuk guru-guru
yang mengikuti program in house training, membuat daftar guru yang
mengikuti in house training, membuat anggaran yang dibutuhkan yang
tersedia dari Dinas Pendidikan Provinsi maupun Kota, dan menyusun
program, prosedur yang ditempuh untuk melaksanakan in house training
seperti perizinan, pelaporan, dan lain-lain, menginformasikan tutor yang
akan membimbing guru-guru di dalam program in house training,
pelaksanaan program in house training dilakukan pada hari sabtu atau
pada hari libur, serta membuat laporan.
2. Pengorganisasian in house training mencakup menetapkan pengelola dan
staf pembantu program in house training, menetapkan tujuan, bahan ajar,
metode-metode yang akan digunakan, menetapkan alat bantu, menetapkan
89
tempat dan waktu, menetapkan instruktur, menyusun rencana kegiatan dan
jadwal, dan menghitung anggaran yang dibutuhkan.
3. Pelaksanaan in house training dilaksanakan berdasarkan prinsip
membimbing dan mengarahkan, pelaksanaan in house training dikelola
oleh panitia yang berasal dari sekolah sendiri. Tujuan pelaksanaan in
house training yaitu untuk meningkatkan profesionalisme kerja guru,
karena program in house training dapat menambah wawasan yang dapat
menunjang profesinya, menyatukan visi misi, sehingga dapat
meningkatkan komitmen guru sebagai bagian dari kemajuan sekolah, masa
depan siswa, meningkatkan semangat dan etos kerja, mempererat tali
persaudaraan antar teman sekerja, dan dapat menyusun program-program
berkualitas yang akan berdampak pada kemajuan sekolah dan siswa.
4. Pengawasan dilaksanakan oleh panitia in house training khususnya Kepala
Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum. Kepala Sekolah
menerima laporan dan mengoreksi serta mengawasi. Pengawasan bisa
dilakukan dengan cara membandingkan hasil atau pengalaman
menyelenggarakan in house training yang telah lalu. Pengawasan
dilakukan terhadap aspek-aspek penentu keberhasilan in house training
seperti tujuan in house training, instruktur, materi, metode, peserta,
pembagian waktu, lingkungan, dan lain sebagainya.
90
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat penulis berikan adalah
sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat melaksanakan program in house
training dengan perangkat pembelajaran lainnya.
2. Sekolah hendaknya membuat perencanaan yang lebih matang dengan
mempertimbangkan metode penyampaian materi yang sesuai dengan
tujuan materi;
3. Sekolah hendaknya melakukan analisis kebutuhan bukan hanya untuk
menentukan topik tetapi juga untuk menentukan pemateri yang
dibutuhkan peserta;
4. Sekolah hendaknya tidak memprioritaskan beberapa tujuan saja, agar
seluruh tujuan dapat dicapai secara optimal dan menetapkan kegiatan
untuk mencapai tujuan tersebut.
91
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusaan. Bandung: Rosdakarya.
Brantas. (2001). Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Burhan Bugin. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Corinorita. (2017). Pelaksanaan In house training untuk Meningkatkan
Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP. Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial,
Sains. dan Humaniora.
Daryanto. (2014). Manajemen Diklat. Yogyakarta: Gava Media.
Djam’an Satori. M.A dan Dr. Aan Komariah, M.Pd. (2011). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Engkoswara dkk. (2012). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Fandy Tjiptono dkk. (2003). Total Quality Management. Yogyakarta: Andi
Offset.
Fernando Stefanus Lodjo. (2013). Pengaruh Pelatihan terhadap Kepuasan
Kerja. Jurnal Universitas Sam Ratulangi.
Fitroh Hanrahmawan. (2010). Revalitasi Manajemen Tenaga Kerja Studi
Kasus Pada Balai Kerja Industri. Jurnal UIN Alauddin Makassar.
Jurnal Universitas Sam Ratulangi.
George R. Terry dkk. (2009). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara.
Herman Sofyandi. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Hani Handoko. (2009). Manajemen. Yokyakarta: DPFE-Yogyakarta.
92
Haris Mujiman. (2011). Manajemen Pelatihan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Hermawan Wasito. (1995). Pengantar Metedologi Penelitian. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka.
Husaini Usman. (2013). Manajemen. Jakarta Timur: Bumi Aksara.
Husaini Usman. (2009). Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan.
Jakarta Timur: Bumi Aksara.
Indah Puji Hartatik. (2014). Mengembangkan SDM . Jogjakarta: Laksana.
Jejen Musfah. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana.
Maris Setiyo Nugroho. (2015). Skripsi. Keefektifan In house training
Pekerja Beton dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Teknik
Bangunan SMK Negeri 2 Pengasih. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Meldona. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Perspektif Integratif,
Malang: UIN-Malang.
Mulyasa. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosda.
Nurrahmy Hayani. (2014). Pengantar Manajemen. Pekanbaru: Benteng
Media.
Suwatno dkk. (2016). Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
Suwatno, Donni Juni Priansa. (2014). manajemen SDM dalam Organisasi public
dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitiaan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tukiran Taniredja dkk. (2016). Guru yang Profesional. Bandung: Alfabeta.
Umberto Sihombing. (2000). Pendidikan Luar Sekolah, Manajemen Strategi. PD:
Mahkota.
INSTRUMEN PENELITIAN
MANAJEMEN IN HOUSE TRAINING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 14 PEKANBARU
Oleh:
DESNIWITA
NIM. 11413203061
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1440H/ 2019M
PEDOMAN WAWANCARA
WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH TENTANG MANAJEMEN
IN HOUSE TRAINING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 14 PEKANBARU
Identitas Informan Kunci
Nama Informan : Drs. Syamwar
Umur :
Jenis Kelamin : Laki- laki
Status/ Jabatan Informan : Kepala Sekolah/ Informan Kunci
Hari/ Tanggal Wawancara : Senin/ 11 Februari 2019
Tempat Wawancara : Ruangan Kepala Sekolah
1. Apakah ada in house training di Sekolah Bapak/ Ibu?
2. Sebelum melakukan in house training apakah ada persiapan khusus yang
dilakukan oleh sekolah Bapak/ Ibu?
3. Bagaimana prosedur perencanaan in house training Bapak/ Ibu?
4. Apa tujuan yang hendak dicapai dari perencanaan in house training?
5. Siapa yang bertanggung jawab dalam in house training?
6. Apakah semua guru yang mengikuti in house training?
7. Apakah panitia in house training berasal dari Sekolah atau dari LPMP?
8. Apa saja materi dalam in house training?
9. Bagaimana prosedur pelaksanaan in house training di Sekolah Bapak/ Ibu?
10. Apakah hasil dari in house training ini sudah diterapkan atau belum oleh guru?
11. Apakah Bapak/ Ibu mengawasi pelaksanaan in house training ini dari awal
sampai akhir?
12. Apa faktor penghambat pengawasan in house training?
PEDOMAN WAWANCARA
WAWANCARA UNTUK WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG
KURIKULUM TENTANG MANAJEMEN IN HOUSE TRAINING DI
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 14 PEKANBARU
Identitas Informan Kunci
Nama Informan : Zahar S.Pd,. M.Pd
Umur :
Jenis Kelamin : Laki- laki
Status/ Jabatan Informan : Wakil Kurikulum/ Informan Kunci
Hari/ Tanggal Wawancara : Senin/ 04 Maret 2019
Tempat Wawancara : Ruangan Wakil Kurikulum
1. Apakah ada in house training di Sekolah Bapak/ Ibu?
2. Sebelum melakukan in house training apakah ada persiapan khusus yang
dilakukan oleh sekolah Bapak/ Ibu?
3. Bagaimana prosedur perencanaan in house training Bapak/ Ibu?
4. Siapa yang bertanggung jawab dalam in house training?
5. Apakah semua guru yang mengikuti in house training?
6. Apakah panitia in house training berasal dari Sekolah atau dari LPMP?
7. Apa saja materi dalam in house training?
8. Bagaimana prosedur pelaksanaan in house training di Sekolah Bapak/ Ibu?
9. Apakah hasil dari in house training ini sudah diterapkan atau belum oleh guru?
10. Apakah Bapak/ Ibu mengawasi pelaksanaan in house training ini dari awal
sampai akhir?
11. Apa faktor yang menghambat pengawasan terhadap in house training?
PEDOMAN WAWANCARA
WAWANCARA UNTUK GURU TENTANG MANAJEMEN IN HOUSE
TRAINING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 14 PEKANBARU
Identitas Informan Kunci
Nama Informan : Mahdalena M.Pd
Umur :
Jenis Kelamin : Perempuan
Status/ Jabatan Informan : Guru Mapel Fisika/ Informan Pendukung
Hari/ Tanggal Wawancara : Selasa/ 23 April 2019
Tempat Wawancara : Ruangan Guru
1. Apakah kebutuhan perlengkapan dalam in house training disediakan oleh
panitia atau dibawa sendiri oleh peserta?
2. Bagaimana jenis in house training yang Bapak/ Ibu ikuti?
3. Apa kendala Bapak/ Ibu dalam mengikuti in house training?
4. Apa yang Bapak/ Ibu dapatkan dari mengikuti in house training?
5. Apakah hasil dari in house training ini sudah Bpak/ Ibu terapkan?
PEDOMAN WAWANCARA
WAWANCARA UNTUK GURU TENTANG MANAJEMEN IN HOUSE
TRAINING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 14 PEKANBARU
Identitas Informan Kunci
Nama Informan : Drs. Afifi
Umur :
Jenis Kelamin : Laki- laki
Status/ Jabatan Informan : Guru Mapel Sejarah/ Informan Pendukung
Hari/ Tanggal Wawancara : Selasa/ 23 April 2019
Tempat Wawancara : Ruangan Guru
1. Apakah kebutuhan perlengkapan dalam in house training disediakan oleh
panitia atau dibawa sendiri oleh peserta?
2. Bagaimana jenis in house training yang Bapak/ Ibu ikuti?
3. Apa kendala Bapak/ Ibu dalam mengikuti in house training?
4. Apa yang Bapak/ Ibu dapatkan dari mengikuti in house training?
5. Apakah hasil dari in house training ini sudah Bpak/ Ibu terapkan?
1. Transkip wawancara dengan Kepala SMA Negeri 14 Pekanbaru
dapat dilihat sebagai berikut:
Peneliti Selamat pagi Pak…
Kepsek Iya selamat pagi.
Peneliti
Sebelumnya saya minta maaf sudah mengganggu waktu Bapak dan
terimakasih banyak atas waktu yang Bapak luangkan untuk wawancara
pagi hari ini.
Kepsek
Iya sama-sama, silahkan dimulai wawancaranya.
Peneliti Apakah ada in house training di Sekolah Bapak?
Kepsek Ada, Biasanya diadakan 1 tahun sekali dengan catatan kalau dananya ada.
Peneliti
Sebelum melakukan in house training apakah ada persiapan khusus yang
dilakukan oleh Sekolah Bapak?
Kepsek
Ada, biasanya persiapan khusus yang Bapak tau seperti persiapan
administrasi, persiapan narasumber, dan persiapan pelaporan hasil dari in-
house training.
Peneliti
Bagaimana prosedur perencanaan in house training nya Pak?
Kepsek
Prosedur perencanaanya ada beberapa yang dilakukan seperti menyusun
rencana kegiatan, jadwal pelatihan, tempat dan waktu pelatihan, bahan
ajar, tujuan pelatihan, dan evaluasi pelatihan.
Peneliti
Apa tujuan yang hendak dicapai dari perencanaan in house training?
Kepsek
Tujuan khusus dari perencanaan in house training ini agar kegiatan
berjalan dengan baik, penuh persiapan jadi tidak terjadi permasalahan pada
saat diselenggarakan.
Peneliti
Siapa yang bertanggung jawab dalam in house training?
Kepsek
Kalau masalah tanggung jawab pelaksanaan acara in house training itu
biasanya saya sendiri dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kalau
untuk narasumber biasanya langsung dari Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP).
Peneliti
Apakah semua guru yang mengikuti in house training?
Kepsek
Tidak, tergantung kondisi kapan acara in house training ini diadakan,
misalnya jika hari libur sekolah, seperti hari sabtu, maka semua guru harus
ikut in house training, jika acara diadakan pada hari aktif sekolah maka
yang mengikuti hanya guru yang tidak mengajar. Agar proses belajar
mengajar siswa tidak terganggu.
Peneliti
Apakah panitia in house training berasal dari Sekolah atau LPMP?
Kepsek
Iya berasal dari sekolah.
Peneliti
Apa saja materi dalam in house training?
Kepsek
Biasanya materi yang kita angkat berhubungan dengan kondisi yang di
butuhkan oleh pendidik ataupun kependidikan contohnya seperti in house
training yang diadakan beberapa waktu lalu materinya yaitu: Peraturan
Pemerintah tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, dan Peraturan
Pemerintah tentang Gaji dan Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil.
Peneliti
Bagaimana prosedur pelaksanaan in house training di Sekolah Bapak?
Kepsek
Seperti yang Bapak ketahui prosedur pelaksanaannya yaitu, menganalisis
kebutuhan in house training bagi organisasi, menentukan sasaran dan
materi in house training, menentukan metode in house training dan
mengevaluasi in house training.
Peneliti
Apakah hasil dari in house training ini sudah diterapkan atau belum oleh
guru?
Kepsek
Sudah diterapkan.
Peneliti
Apakah Bapak mengawasi pelaksanaan in house training ini dari awal
sampai akhir?
Kepsek
Iya, untuk berjalan lancarnya acara, saya ikut mengawasi pelaksanaan in-
house training, dan juga sebagai Kepala Sekolah sekaligus sebagai
penyelenggaraan in house training, saya juga melakukan pengawasan,
walaupun pada dasarnya saya tidak langsung melaksanakan pengawasan
secara langsung. Ada wakil maupun panitia yang bertugas langsung, saya
menerima laporan, jadi saya bisa mengoreksi dan mengawasi khususnya
untuk penyelenggaraan in house training pada waktu kedepannya. Intinya
pengawasan bisa dilakukan dengan cara membandingkan hasil atau
pengalaman menyelenggarakan in house training yang sudah-sudah.
Peneliti
Apa faktor yang menghambat pengawasan in house training?
Kepsek
Pada beberapa kasus, in house training memang berhasil meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan guru. Akan tetapi pada beberapa penelitian
diketahui bahwa ada kalanya in house training gagal dalam meningkatkan
kompetensi guru karena disebabkan oleh beberapa faktor: seperti
pemberian materi yang kurang tepat sehingga tidak terjadi peningkatan
pengetahuan dan keterampilan, in house training kurang direncanakan
dengan matang, komponen in house training seperti penyajian teori,
umpan balik, dan lainnya tidak dilakukan dengan baik, penggunaan
metode in house training kurang tepat, dan motivasi dalam mengikuti in
house training rendah. Oleh karena itu SMA Negeri 14 ini kami sangat
berhati-hati melakukan evaluasi terhadap hasil atau proses pelaksanaan in
house training yang telah dilaksanakan.
2. Transkip wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bidang
Kurikulum SMA Negeri 14 Pekanbaru dapat dilihat sebagai berikut:
Peneliti Selamat pagi Pak…
Waka Iya selamat pagi.
Peneliti Sebelumnya saya minta maaf sudah mengganggu waktu Bapak dan
terimakasih banyak atas waktu yang Bapak luangkan untuk wawancara
pagi hari ini.
Waka
Iya sama-sama, silahkan dimulai saja apa yang ingin ditanyakan.
Peneliti
Apakah ada in house training di Sekolah Bapak?
Waka
Iya ada, in house training ini dilakukan hanya 1 kali dalam setahun.
Peneliti
Sebelum melakukan in house training apakah ada persiapan khusus yang
dilakukan oleh sekolah Bapak?
Waka
Tentunya ada, seperti persiapan administrasi, persiapan koordinasi,
menyiapkan bahan dan narasumber, diadakan di SMA Negeri 14 dengan
mengundang narasumber dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP), dan pelaporan hasil. Tapi sebelum dilakukan identifikasi
kebutuhan jenis in house training kami mengadakan rapat koordinasi
mengenai kepanitiaan dan uji fasilitator. Kelompok penyelenggaraan in
house training terdiri dari pejabat sruktural (Kasi Penyelenggaraan, Kasi
Pengembangan, dan Ka TU) dan pejabat fungsional, kemudian
menentukan tempat in house training, membagi anggaran yang ada untuk
sebagai keperluan, menyiapkan tutor, transportasi, konsumsi, peralatan,
sarana, media yang dibutuhkan, dan lain sebagainya. Kapan kegiatan akan
dilaksanakan, dan bagaimana pelaksanaannya baik pada saat proses
penyelenggaraan in house training maupun setelah berakhirnya in house
training.
Peneliti
Bagaimana prosedur perencanaan in house training nya pak?
Waka
Prosedur yang biasa kami lakukan dalam in house training di SMA Negeri
14 ini adalah, menetapkan pengelola dan staf pembantu program in house
training, menetapkan tujuan in house training, menetapkan bahan ajar in-
house training, menetapkan metode-metode yang akan digunakan,
menetapkan alat bantu in house training, menetapkan cara evaluasi in-
house training, menetapkan tempat dan waktu in house training,
menetapkan instruktur in house training, menyusun rencana kegiatan dan
jadwal in house training, dan menghitung anggaran yang dibutuhkan.
Selain itu prosedur pelaksanaannya yaitu, menganalisis kebutuhan in
house training bagi organisasi, menentukan sasaran dan materi in house
traing, menetukan metode-metoda in house training, dan mengevaluasi in
house training.
Peneliti
siapa yang bertanggung jawab dalam in house training?
Waka
Yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan in house training ini yaitu
kepala sekolah dan saya sendiri, kalau untuk narasumber biasanya kami
undang langsung dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).
Peneliti
Apakah semua guru yang mengikuti in house training?
Waka
Tidak, tergantung kondisi kapan acara in house training ini diadakan,
misalnya jika hari libur sekolah, seperti hari sabtu, maka semua guru harus
ikut in house training, jika acara diadakan pada hari aktif sekolah maka
yang mengikuti hanya guru yang tidak mengajar. Agar proses belajar
mengajar siswa tidak terganggu.
Peneliti
Apakah panitia in house training berasal dari Sekolah atau dari LPMP?
Waka
Berasal dari sekolah, tetapi kalau narasumber baru dari Lembaga
Pnjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).
Peneliti
Apa saja materi dalam in house training?
Waka
Materinya yang kita bahas berhubungan dengan kondisi yang di butuhkan
oleh pendidik ataupun kependidikan seperti in house training yang
diadakan beberapa waktu lalu materinya yaitu, Peraturan Pemerintah
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, dan Peraturan Pemerintah
tentang Gaji dan Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil.
Peneliti
Bagaimana prosedur pelaksanaan in house training di Sekolah Bapak?
Waka
Prosedur pelaksanaannya yaitu, menganalisis kebutuhan in house training
bagi organisasi, menentukan sasaran dan materi in house training,
menentukan metode in house training dan mengevaluasi in house training.
Peneliti
Apakah hasil dari in house training ini sudah diterapkan atau belum oleh
giru?
Waka
Sudah diterapkannya.
Peneliti
Apakah Bapak mengawasi pelaksanaan in house training ini dari awal
sampai akhir?
Waka
Yang mengawasi in house training ya kepala sekolah, saya hanya
mengikuti dan menjalankan tanggung jawab yang diberikan kepala sekolah
kepada saya. Tentunya pengawasan in house training dalam hal ini bukan
seperti mengawasi anak belajar di kelas, tapi pengawasan terhadap
hasilnya juga. Pengawasan dilakukan terhadap aspek-aspek penentu
keberhasilan in house training seperti tujuan in house training itu,
instruktur, materi, metode, peserta, pembagian waktu, lingkungan, dan lain
sebagainya.
Peneliti
Apa faktor yang menghambat dari pengawasan terhadap in house training?
Waka
Intinya pengawasan berprinsip pada perencanaan, apa yang ingin dicapai
dalam perencanaan, maka hal itulah yang menjadi salah satu fokus
pengawasan. Jika pengawasan tidak seperti yang direncanakan maka harus
dilakukan tindakan koreksi seperti koreksi terhadap kesalahan, koreksi
terhadap penyimpangan atau penyelewengan jika ada pemborosan,
hambatan pelaksanaan, dan lain sebagainya.
3. Transkip wawancara dengan Guru SMA Negeri 14 Pekanbaru dapat
dilihat sebagai berikut:
Peneliti Selamat pagi Buk…
Guru Iya selamat pagi nak.
Peneliti
Sebelumnya saya minta maaf sudah mengganggu waktu Ibuk, dan
terimakasih banyak atas waktu yang Ibuk luangkan untuk wawancara pagi
hari ini.
Guru
Iya sama-sama nak, silahkan dimulai saja apa yang ingin ditanyakan.
Peneliti
Apakah kebutuhan perlengkapan dalam in house training disediakan oleh
panitia atau dibawa sendiri oleh peserta buk?
Guru
Iya, beberapa perlengkapan kebutuhan untuk memfasilitasi berjalannya
acara disediakan oleh panitia seperti infokus, ruangan dll. Kecuali laptop
dibawa sendiri oleh peserta itupun kalau diperlukan.
Peneliti
Bagaiaman jenis in house training yang Ibuk ikuti?
Guru
Jenis in house training seperti workshop dan saat saya mengikuti ada juga
diskusi dalam bentuk kelompok dan kemudian saling bertukar pendapat.
Peneliti
Apakah kendala Ibuk dalam mengikuti in house training?
Guru
Kendalanya dari sisi pemateri jika penyampaian materi dari narasumber
atau pemateri tidak menarik maka kendala yang sering saya rasakan cepat
jenuh atau bosan.
Peneliti
Apa yang Ibuk dapatkan dari mengikuti in house training?
Guru
Yang Ibuk dapatkan pastinya menambah wawasan tentang materi yang
disampaikan, dan juga semakin mempererat hubungan silaturrahim sesama
guru.
Peneliti
Apakah hasil dari in house training ini sudah Ibuk terapkan?
Guru
Alahamdulillah sudah ibuk terapkan nak.
4. Transkip wawancara dengan Guru SMA Negeri 14 Pekanbaru dapat
dilihat sebagai berikut:
Peneliti Selamat pagi Pak…
Guru Iya selamat pagi.
Peneliti
Sebelumnya saya minta maaf sudah mengganggu waktu Bapak, dan
terimakasih banyak atas waktu yang Bapak luangkan untuk wawancara
pagi hari ini.
Guru
Iya sama-sama, apa yang bisa Bapak bantu.
Peneliti
Apakah kebutuhan perlengkapan dalam in house training disediakan oleh
panitia atau dibawa sendiri oleh peserta Pak?
Guru
Tergantung perlengkapannya, beberapa perlengkapan kebutuhan untuk in
house training yang disediakan oleh panitia seperti infokus, ruangan dll.
Seperti laptop jika diperlukan dibawa sendiri oleh peserta.
Peneliti
Bagaiaman jenis in house training yang Bapak ikuti?
Guru
Jenis in house training seperti workshop dan ada juga diskusi dalam
bentuk kelompok dan kemudian saling bertukar pendapat.
Peneliti
Apakah kendala Bapak dalam mengikuti in house training?
Guru
Kendalanya dari sisi pemateri jika penyampaian materi dari narasumber
atau pemateri tidak menarik maka kendala yang sering saya rasakan cepat
jenuh atau bosan.
Peneliti
Apa yang Bapak dapatkan dari mengikuti in house training?
Guru
Yang Bapak dapatkan pastinya bisa meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (guru), menciptakan interaksi antara peserta, mempererat rasa
kekeluargaan dan kebersamaan antara guru.
Peneliti
Apakah hasil dari in house training ini sudah Bapak terapkan?
Guru
Sudah ibuk terapkan.
RIWAYAT HIDUP
Desniwita, anak kedua dari pasangan Zulkarnaini dan
Murniati yang bertempat tinggal di Koto Alam, Kecamatan
Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota,
Provinsi Sumatera Barat, Penulis dilahirkan disebuah Desa
yang bernama Koto Alam tepatnya tanggal 09 Desember
1994.
Pada Tahun 2001-2007 Penulis menyelesaikan jenjang Pendidikan Dasar
di SD Negeri 01 Koto Alam. Kemudian pada tahun 2007-2010 Penulis
Menyelesaikan jenjang Pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 5
Payakumbuh. Selanjutnya pada tahun 2010-2013 Penulis menyelesaikan jenjang
pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Payakumbuh, penulis melanjutkan
pendidikan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN SUSKA
Riau) tepatnya di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Manajemen
Pendidikan Islam konsentrasi Administrasi Pendidikan. Penulis melaksanakan
penelitian pada bulan Januari 2019 di SMA Negeri 14 Pekanbaru dengan Judul
Manajemen In House Training di Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Pekanbaru
dan diujikan pada tanggal 8 November 2019 dengan hasil sangat memuaskan
dengan predikat IPK terakhir 3,32.
I