makalah titrasi redoks - baixardoc
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of makalah titrasi redoks - baixardoc
MAKALAH
KIMIA ANALITIK I
TITRASI REAKSI OKSIDASI
DISUSUN OLEH :
A. NURUL ANA HUSAIN
1213041019
PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak
sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui
tentang titrasi reduksi dan oksidasi. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah ini memuat tentang “TITRASI OKSIDASI-REDUKSI” yang merupakan
tugas dalam mata kuliah Kimia Analitik I. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada
dosen karena telah memberikan tugas agar kami bisa mengerti tentang materi ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
keritiknya. Terima kasih.
Makassar, 04 Desember 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat anorganik
maupun organik.
Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi redoks dapat
menggunakan perubahan potensial untuk mengamati titik akhir titrasi. Selain itu cara sederhana
juga dapat dilakukan dengan menggunakan indikator.
Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka
dikenal beberapa jenis titrimetri redoks sperti iodometri, iodimetri dan permanganometri.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini disusun dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan titrasi reduksi dan oksidasi?
2. Bagaimana prinsip dari titrasi reduksi dan oksidasi?
3. Apa saja macam-macam titrasi reduksi dan oksidasi?
4. Bagaimana cara kerja titrasi reduksi dan oksidasi?
5. Bagaimana cara penentuan titik akhir titrasi redoks?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari titrasi reduksi dan oksidasi
2. Untuk mengetahui prinsip dari titrasi reduksi dan oksidasi
3. Untuk mengetahui macam-macam titrasi reduksi dan oksidasi
4. Untuk mengetahui cara kerja dari titrasi reduksi dan oksidasi
5. Untuk mengetahui cara penentuan titik akhir titrasi redoks
BAB II
PEMBAHASAN
A. Titrasi Reduksi dan Oksidasi
Semula istilah “oksidasi” diterapkan pada reaksi suatu senyawa yang bergabung dengan
oksigen dan istilah “reduksi” digunakan untuk menggambarkan reaksi dimana oksigen diambil
dari suatu senyawa. Suatu reaksi redoks dapat terjadi apabila suatu pengoksidasian bercampur
dengan zat yang dapat tereduksi. Dari percobaan masing-masing dapat ditentukan pereaksi dan
hasil reaksi serta koefisiennya masing-masing (Syukri, 1999).
Reduksi–oksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu oksidator ke reduktor.
Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi terjadinya penurunan bilangan
oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi adalah pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan
bilangan oksidasi.
Reduksi–oksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu oksidator ke reduktor.
Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi terjadinya penurunan bilangan
oksidasi. Sedangkan reaksioksidasi adalah pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan
bilangan oksidasi. Jadi, reaksi redoks adalah reaksi penerimaan elektron dan pelepasan elektron
atau reaksi penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. Reaksi redoks secara umum dapat
dituliskan sebagai berikut :
Ared + Boks → Aoks + Bred
Jika suatu logam dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion logam lain, ada
kemungkinan terjadi reaksi redoks, misalnya:
Ni(s) + Cu2+
(l) → Ni2+
+ Cu(s)
Artinya logam Ni dioksidasi menjadi Ni2+
dan Cu2+
di reduksi menjadi logam
Cu.Demikian pula peristiwa redoks tersebut terjadi pada logam lain seperti besi. Sepotong besi
yang tertutup lapisan air yang mengandung oksigen akan mengalami korosi (Arsyad, 2001)
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi
redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari senyawa/unsur/ion yang
bersifat oksidator dengan unsur/senyawa/ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya
oksidator, maka analat harus bersifat reduktor atau sebaliknya.
Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau
sebaliknya, titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya diantaranya :
1. Permanganometri
2. Dikromatometri
3. Cerimetri
4. Iodimetri, iodometri dan iodatometri
5. Bromometri, bromatometri
6. Nitrimetri
Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi
dengan semua senyawa oksidator dan reduktor, sehingga diperlukan berbagai senyawa titran.
Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang penyetaraan reaksi redoks
memegang peran penting. Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan cara
membuat kurva titrasi anatara potensial larutan dengan volume titran (potensiometri), atau dapat
juga menggunakan indikator. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai
indikator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan
kalium dikromat.
Beberapa titrasi redoks menggunakan amilum sebagai indikator, khususnya titrasi redoks
yang melibatkan iodine. Indikator yang lain yang bersifat reduktor/oksidator lemah juga sering
dipakai untuk titrasi redoks jika kedua indikator diatas tidak dapat diaplikasikan, misalnya
ferroin, metilen, blue, dan nitroferoin.
Contoh titrasi redoks yang terkenal adalah iodimetri, iodometri, permanganometri
menggunakan titrant kalium permanganat untuk penentuan Fe2+ dan oksalat, Kalium dikromat
dipakai untuk titran penentuan Besi(II) dan Cu(I) dalam CuCl. Bromat dipakai sebagai titrant
untuk penentuan fenol, dan iodida (sebagai I2 yang dititrasi dengan tiosulfat), dan Cerium(IV)
yang bisa dipakai untuk titrant titrasi redoks penentuan ferosianida dan nitrit.
B. Prinsip dari Titrasi Reduksi dan Oksidasi
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan
dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron yang dilepaskan oleh
reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk
menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah
reaksi (metode ion elektron). Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai
berikut:
1. Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron, arus listrik adalah perpindahan elektron
2. Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani; Arus listrik dapat
menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani dan sel elektrolisis adalah sel
elektrokimia.
Persamaan elektrokimia yang berguna dalam perhitungan potensial sel adalah persamaan
Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi
redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya,
dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan titran.
C. Macam-Macam Titrasi Reduksi dan Oksidasi
Dikenal berbagai macam titrasi redoks yaitu permanganometri, dikromatrometri, serimetri,
iodo-iodimetri dan bromatometri.
Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4 (oksidator kuat)
sebagai titran. Dalam permanganometri tidak diperlukan indikator , karena titran bertindak
sebagai indikator (auto indikator). Kalium permanganat bukan larutan baku primer, maka larutan
KMnO4 harus distandarisasi, antara lain dengan arsen(III) oksida (As2O3) dan Natrium oksalat
(Na2C2O4). Permanganometri dapat digunakan untuk penentuan kadar besi, kalsium dan
hidrogen peroksida. Pada penentuan besi, pada bijih besi mula-mula dilarutkan dalam asam
klorida, kemudian semua besi direduksi menjadi Fe2+, baru dititrasi secara permanganometri.
Sedangkan pada penetapan kalsium, mula-mula .kalsium diendapkan sebagai kalsium oksalat
kemudian endapan dilarutkan dan oksalatnya dititrasi dengan permanganat.
Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat sebagai
oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi lebih lemah dari permanganat.
Kalium dikromat merupakan standar primer. Penggunaan utama dikromatometri adalah untuk
penentuan besi(II) dalam asam klorida.
Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara langsung), dan iodometri (cara
tidak langsung). Dalam iodimetri iodin digunakan sebagai oksidator, sedangkan dalam iodometri
ion iodida digunakan sebagai reduktor. Baik dalam iodometri ataupun iodimetri penentuan titik
akhir titrasi didasarkan adanya I2 yang bebas. Dalam iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk
mentitrasi iodium yang dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan standar sekunder dan
dapat distandarisasi dengan kalium dikromat atau kalium iodidat.
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi dari ion
bromat (BrO3). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini menunjukkan bahwa
kalium bromat adalah oksidator kuat Hanya saja kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi. Untuk
menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam
kuat. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion bromida
bereaksi dengan ion bromat, dan bromin yang dibebaskan akan merubah larutan menjadi warna
kuning pucat, warna ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir. (2)
Bromin yang dibebaskan ini tidak stabil, karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan
mudah menguap, karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu terendah mungkin, serta labu
yang dipakai untuk titrasi harus ditutup.
Metode bromometri dan bromatometri ini terutama digunakan untuk menetapkan senyawa-
senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom substitusi. Metode ini dapat juga
digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan stibium dalam bentuk trivalent walaupun
tercampur dengan stanum valensi empat. (2)
Dalam suatu titrasi, bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya tidak pasti, perlu
dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut larutan baku
primer, yaitu larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara penimbangan zat secara
seksama yang digunakan untuk standarisasi suatu larutan karena zatnya relatif stabil. Selain itu,
pembakuan juga bisa dilakukan dengan menggunakan larutan baku sekunder, yaitu larutan yang
konsentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan oleh larutan baku primer, karena sifatnya
yang labil, mudah terurai, dan hidroskopis (Khopkar, 1990).
Syarat-syarat larutan baku primer yaitu :
1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni
2. Mudah dikeringkan
3. Stabil
4. Memiliki massa molar yang besar
5. Reaksi dengan zat yang dibakukan harus stoikiometri sehingga dicapai dasar perhitungan
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium
tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. larutan tidak boleh
distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar
primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Tembaga murni dapat
digunakan sebagi standar primer untuk natrium tiosulfat ( Day & Underwood, 2002 )
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat anorganik maupun
organik.
Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi redoks dapat
menggunakan perubahan potensial untuk mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu cara
sederhana juga dapat dilakukan dengan menggunakan indikator.
Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka dikenal
beberapa jenis titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri danm permanganometri.
1. Iodimetri dan Iodometri
a) Teknik ini dikembangkan berdasarkan reaksi redoks dari senyawa iodine dengan
natrium tiosulfat. Oksidasi dari senyawa iodine ditunjukkan oleh reaksi dibawah ini :
I2 + 2 e → 2 I- Eo = + 0,535 volt
b) Sifat khas iodin cukup menarik berwarna biru didalam larutan amilosa dan berwarna
merah pada larutan amilopektin. Dengan dasar reaksi diatas reaksi redoks dapat diikuti
dengan menggunaka indikator amilosa atau amilopektin.
c) Analisa dengan menggunakan iodine secara langsung disebut dengan titrasi iodimetri.
Namun titrasi juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan iodida, dimana
larutan tersebut diubah menjadi iodine, dan selanjutnya dilakukan titrasi dengan natrium
tiosulfat, titrasi tidak iodine secara tidak langsung disebut dengan iodometri. Dalam
titrasi ini digunakan indikator amilosa, amilopektin, indikator carbon tetraklorida juga
digunakan yang berwarna ungu jika mengandung iodin
2. Permengantometri
a) Permanganometri merupakan titrasi redoks menggunakan larutan standar Kalium
permanganat. Reaksi redoks ini dapat berlangsung dalam suasana asam maupun dalam
suasana basa. Dalam suasana asam, kalium permanganat akan tereduksi menjadi Mn2+
dengan persamaan reaksi :
MnO4- + 8 H+ + 5 e → Mn2+ + 4 H2O
b) Berdasarkan jumlah ellektron yang ditangkap perubahan bilangan oksidasinya, maka
berat ekivalen Dengan demikian berat ekivalennya seperlima dari berat molekulnya atau
31,606.
c) Dalam reaksi redoks ini, suasana terjadi karena penambahan asam sulfat, dan asam sulfat
cukup baik karena tidak bereaksi dengan permanganat.
d) Larutan permanganat berwarna ungu, jika titrasi dilakukan untuk larutan yang tidak
berwarna, indikator tidak diperlukan. Namun jika larutan permangant yang kita
pergunakan encer, maka penambahanindikator dapat dilakukan. Beberapa indikator yang
dapat dipergunakan seperti feroin, asam N-fenil antranilat.
Analisa dengan cara titrasi redoks telah banyak dimanfaatkan, seperti dalam analisis vitamin
C (asam askorbat). Dalam analisis ini teknik iodimetri dipergunakan. Pertama-tama, sampel
ditimbang seberat 400 mg kemudian dilarutkan kedalam air yang sudah terbebas dari gas
carbondioksida (CO2), selanjutnya larutan ini diasamkan dengan penambahan asam sulfat encer
sebanyak 10 mL. Titrasi dengan iodine, untuk mengetahui titik akhir titrasi gunakan larutan kanji
atau amilosa.
D. Cara Kerja Titrasi Reduksi dan Oksidasi
Cara Melakukan Titrasi redoks, antara lain:
1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret yang telah
ditera
2. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau erlenmeyer).
Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran
3. Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator kanji
4. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat dibawah ujung
buret, dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di bawah wadah titrat
5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit) sampai larutan di
dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan
titrasi.
E. Penentuan Titik Akhir Titrasi Redoks
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Titik Akhir Titrasi (TAT) redoks dapat dilakukan
dengan megukur potensial larutan dan dengan menggunakan indikator. TAT dengan mengukur
potensial memerlukan peralatan yang agak lebih banyak deperti penyediaan voltameter dan
elektroda khisus, dan kemudian diikuti dengan pembuatan kurva titrasi redoks maka dengan
alasan kemudahan dan efisiensi maka TAT dengan menggunakan indikator yang lebih banyak
untuk diaplikasikan.
Beberapa Jenis Indikator Pada Titrasi Redoks :
1. Indikator Sendiri
Apabila titrant dan analit salah satunya sudah berwarna, sebagai contoh penentuan
oksalat dengan permanganate dimana larutan oksalat adalah larutan yang tidak berwarna
sedangkan permanganate berwarna ungu tua, maka warna permanganate ini dapat dipakai
sebagai indikator penentuan titik akhir titrasi.
Pada saat titik akhir titrasi terjadi maka warna larutan akan berubah menjadi berwarna
merah muda akibat penambahan sedikit permanganate. Karena titik akhir titrasi terjadi
setelah titik equivalent terjadi (baca: TAT diamati setelah penambahan sejumlah kecil
permanganate agar tampak warna merah muda ) maka penggunaan blanko sangat dianjurkan
untuk mengkoreksi hasil titrasi pada waktu melakukan titrasi ini. Contoh lain titrasi redoks
yang melibatkan indikator sendiri adalah titrasi alkohol dengan menggunakan kalium
dikromat.
2. Indikator Amilum
Indikator amilum dipakai untuk titrasi redoks yang melibatkan iodine. Amilum dengan
iodine membentuk senyawa kompleks amilum-iodin yang bewarna biru tua. Pembentukan
warna ini sangat sensitive dan terjadi walaupun I2 yang ditambahkan dalam jumlah yang
sangat sedikit. Titrasi redoks yang biasa menggunakan indikator amilum adalah iodimetri
dan iodometri.
3. Indikator Redoks
Indikator redoks melibatkan penambahan zat tertentu kedalam larutan yang akan dititrasi.
Zat yang dipilih ini biasanya bersifat sebagai oksidator atau reduktor lemah atau zat yang
dapat melakukan reaksi redoks secara reversible. Warna indikator dalam bentuk teroksidasi
dengan bentuk tereduksinya berbeda sehingga perubahan warna ini dapat dipakai untuk
penentuan titik akhir titrasi redoks. Reaksi indikator dapat dituliskan sebagai berikut: (Inox