Titrasi Bebas Air

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selain dalam air reaksi asam basa juga dapat berlangsung dalam pelarut non air. Sebenarnya pemeriksaan ini agak baru dalam pemeriksaan kimia, tetapi untuk pemakaiannya kini digunakan untuk senyawa organik maupun anorganik. Sesungguhnya dalam reaksi titrasi bebas air ini juga berlangsung titrasi netralisasi. Walaupun cara ini terhitung baru namun para analis telah merasakan betapa cara ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya untuk senyawa yang tidak dapat larut dalam air, dapat larut dalam pereaksi yang mudah didapat dan dikenal sehingga untuk menentukan kadarnya tidak kesulitan dalam mencari pelarut yang lain untuk melarutkannya. Keuntungan lain dengan pemakaian metode ini adalah karena dalam percobaan ini digunakan pelarut nonair seperti asam asetat glasial, dan pelarut ini memiliki kekuatan asam basa yang sangat kuat. Teori titrasi bebas air sangat singkat, air sangat dapat bersifat asam atau basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air dapat

Transcript of Titrasi Bebas Air

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selain dalam air reaksi asam basa juga dapat

berlangsung dalam pelarut non air. Sebenarnya

pemeriksaan ini agak baru dalam pemeriksaan kimia,

tetapi untuk pemakaiannya kini digunakan untuk

senyawa organik maupun anorganik. Sesungguhnya

dalam reaksi titrasi bebas air ini juga berlangsung

titrasi netralisasi.

Walaupun cara ini terhitung baru namun para

analis telah merasakan betapa cara ini memiliki

beberapa keuntungan diantaranya untuk senyawa yang

tidak dapat larut dalam air, dapat larut dalam

pereaksi yang mudah didapat dan dikenal sehingga

untuk menentukan kadarnya tidak kesulitan dalam

mencari pelarut yang lain untuk melarutkannya.

Keuntungan lain dengan pemakaian metode ini

adalah karena dalam percobaan ini digunakan pelarut

nonair seperti asam asetat glasial, dan pelarut ini

memiliki kekuatan asam basa yang sangat kuat.

Teori titrasi bebas air sangat singkat, air

sangat dapat bersifat asam atau basa lemah. Oleh

karena itu, dalam lingkungan air, air dapat

berkompetisi asam-asam atau basa-basa yang sangat

lemah dalam hal menerima atau memberi proton.

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar

suatu sampel dengan metode titrasi bebas air

berdasarkan reaksi netralisis. Dalam dunia farmasi

metode titrasi ini digunakan untuk penetapan kadar

obat-obatan yang bersifat asam atau basa yang

sangat lemah hiingga tidak akan terionisasi.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara pembakuan suatu

zat dengan metode volumetri.

2. Tujuan Percobaan

Menentukan kadar papaverin HCl dengan metode

titrasi bebas air.

C. Prinsip Percobaan

Penetapan kadar papaverin HCl dengan

menggunakan metode titrasi bebas air berdasarkan

reaksi netralisasi antara sampel dengan titran

dimana dengan menggunakan pelarut organik dan

titran HClO4 0,0956 N dan indikator kristal violet

dimana titik akhir titrasi ditandai dengan

perubahan warna larutan dari ungu menjadi hijau

zamrud.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum

Titrasi titrimetri dalam lingkungan bebas air,

pelarut mengambil bagian yang amat penting untuk

reaksi stoikiometri, dimana pelarut tersebut dapat

mengambil bagian dalam reaksi. Ada tiga teori yang

menerangkan reaksi netralisasi dalam suatu pelarut

yaitu teori ikatan hidrogen, teori Lewis dan teori

Bronsted. (Roth, 1988: 232)

Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang

tidak menggunakan air sebagai pelarut. Tetapi

digunakan pelarut organik seperti alkohol, eter

atau pelarut-pelarut organik lain karena senyawa

tersebut tidak dapat larut dalam air, disamping itu

kurang reaktif dalam air seperti misalnya garam-

garam amina, dimana garam-garam ini dirombak lebih

dahulu menjadi basa yang bebas larut dalam air,

sari dengan pelarut organik lain dan direaksikan

dengan asam baku berlebih, yang kemudian pelarutnya

diuapkan dan barulah kelebihan asam ditentukan

kembali dengan basa baku sedangkan senyawa-senyawa

organik yang mengandung nitrogen ditentukan dengan

metode Kjeldahl, dimana senyawa-senyawa yang berupa

garam natrium diasamkan dahulu, kemudian senyawa

yang tidak larut dalam air disari dengan pelarut

lain (organik), pelarut diuapkan dan sisa

dikeringkan dan ditimbang. (Underwood, 1993: 168)

Pada pelarut asam lemah dan basa lemah dalam

lingkungan bebas air harus diperhatikan pengaruh

pelarut bukan air terhadap tetapan ionisasi,

tetapan dissosiasi, tetapan asam asam dan basa

senyawa yang hendak dititrasi. Yang tidak kalah

penting adalah pengaruh konstante dialetrik pada

reaksi protolisis pada pelarut bukan air. (Wunas,

1986: 98)

Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang

tidak menggunakan air sebagai pelarut. Tetapi

digunakan pelarut organik seperti alkohol, eter

atau pelarut-pelarut organik lain karena senyawa

tersebut tidak dapat larut dalam air, disamping itu

kurang reaktif dalam air seperti misalnya garam-

garam amina, dimana garam-garam ini dirombak lebih

dahulu menjadi basa yang bebas larut dalam air,

sari dengan pelarut organik lain dan direaksikan

dengan asam baku berlebih, yang kemudian pelarutnya

diuapkan dan barulah kelebihan asam ditentukan

kembali dengan basa baku sedangkan senyawa-senyawa

organik yang mengandung nitrogen ditentukan dengan

metode Kjeldahl, dimana senyawa-senyawa yang berupa

garam natrium diasamkan dahulu, kemudian senyawa

yang tidak larut dalam air disari dengan pelarut

lain (organik), pelarut diuapkan dan sisa

dikeringkan dan ditimbang. (Ibnu Gholib, 1999: 151)

Jenis dan pengaruh pelarut dalam titrasi ini

harus mendapat perhatian. Pada dasarnya pelarut

dibedakan menjadi dua jenis pelarut yaitu :

1. Pelarut aprotik

Pelarut aprotik adalah pelarut yang tidak dapat

memberikan proton, yaitu pelarut yang tidak

terdisosiasi menjadi proton dan anion pelarut.

Sebagai contoh adalah pelarut benzen. Penggunaan

pelarut aprotik dalam titrasi bebas air adalah

karena pelarut ini tidak dapat menyetingkatkan pada

keasaman/kebasaan asam dan basa yang bereaksi

sesamanya. Selain itu garam yang terjadi pada

titrasi tidak akan diuraikan secara protolitik oleh

pelarut. Kerugiannya adalah sifatnya yang sedikit

polar atau nonpolar yang mempunyai daya larut yang

amat kecil, selain itu hantaran suatu larutan akan

sangat dikurangi.

2. Pelarut protik

Pelarut protik adalah pelarut yang menunjukkan

disosiasi sendiri menjadi proton dan anion pelarut.

Secara praktis pelarut yang seperti ini selalu

dapat memberi dan menerima proton. Pelarut yang

seperti ini dinamakan pelarut amfiprotik atau

pelarut amfolit. Pada penggunaan pelarut aprotik

keadaan ideal ini hampir tercapai. Jika dilakukan

dengan pelarut amfiprotik maka pelarut akan

bertindak sebagai peserta pada proses netralisasi

dan tetapan inisiasi, disosiasi keasaman dan

kebasaan tentu akan dipengaruhi

Pengaruh pelarut aprotik terhadap titrasi bebas

air adalah senyawa HCl yang dilarutkan akan tidak

bereaksi dengan pelarut, karena itu kekuatan

asamnya tidak berkurang. Sebagai ukuran untuk

kekuasaan asam adalah afinitas proton. Makin kuat

proton terikat makin sedikit proton yang diberikan

dan asamnya akan semakin meningkat/kuat. Begitupun

dengan basa. (Rivai, 1995: 142-144)

Kesetimbangan dapat didefenisikan sebagai

suatu kesetimbangan antara dua kekuatan yang

bertentangan persyaratan tersebut berlawanan,

melainkan suatu kesamaan yang dinamis antara dua

kecepatan kesetimbangan kimia mengangkut

konsentrasi dan reaktan dan tetapan produk. Semua

reaksi kimia, kemungkinan besar tanpa kecuali

berlangsung dalam dua arah jika hasil reaksi yang

terbentuk tidak dihilangkan. Tetapi ada juga reaksi

yang hamper sempurna dan untuk tujuan praktis bisa

dikatakan tidak dikembalikan lagi (irreversible).

Topik kesetimbangan kimia membicarakan sistem

reversible yang sebenarnya dan termasuk reaksi

sperti anisasi, elektrolit lemah. (Alfrad Martin,

1990: 302)

Analisis volumetrik juga dikenal sebagai

titrimetri, dimana zat dibiarkan bereksi dengan zat

yang lain konsentrasinya diketahui dan dialirkan

dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi

larutan yang diketahui (analit) kemudian dihitung.

Syaratanya adalah reaksi harus berjalan cepat,

reaksi berlansung kuantitatif dan tidak salah dalam

memilih indikator. (Khopkar, 1990: 83)

Dalam menguji suatu reaksi untuk menetakan

apakah reaksi itu digunakan untuk suatu titrasi,

embuatan suatu titrasi atau kurva titrasi asam

membantu pemahaman untuk titrasi asam basa suatu

kurva titrasi. Terdiri dari suatu alur pH atau poH

versus volume ml titran. Kurva semacam itu

membentuk dalam mempertimbangkan kebanyakan suatu

titrasi dan dalam memilih indicator yang tepat.

(Underwood, 2002: 211)

Zat-zat anorganik dapat didesifikasikan dalam

tiga golongan penting, asam, basa, atau garam. Asam

didefenisikan sebagai zat bila dilarutkan dalam

air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion ion

hydrogen sebagai suatu satu-satunya ion positif.

Asam kuat berdisosiasi hamper sempurna dengan

pengenceran yang sedang karena itu ia merupakan

elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi, hanya

sedikit pada konsentrasi hanya sedikit pada

konsentrasi sedang bahkan konsentrasi rendah.

(Svehla, 1990: 93)

Kuat relatif asam dan basa dalam larutan

bergantung pada afinitas mereka terhadap proton

yang berlangsung. Maka kuat asam , makin lemah basa

konjugatnya. Dan kumpulan reaksi kimia yang dikenal

relative sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar

untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan

berikut sebelum digunakan, yaitu:

1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu

persamaan tertentu. Tidak boleh ada reaksi

sampingan.

2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan

lengkap pada titik ekuivalen. Dengan kata lain,

tetapan kesetimbangan reaksi harus sangat besar.

3. Beberapa metode harus tersedia untuk

menetapkan titik ekuivalen tercapai. Suatu

indicator haruslah tersedia atau beberapa metode

secara instrument dapat digunakan untuk

memeberikan analisis kapan penambahan titran

terhenti.

4. Reaksi berjalan cepat ( dalam beberapa menit

saja)

(Underwood,

2002: 214)

Air murni tidak mempunyai rasa, bau, dan warna.

Bila mengandung zat tertentu. Air deapat terasa

asam, pahit,asin dan sebagainya. Air yang

mengandung zat lain dapat pula menjadi warna cairan

yang berasa asam disebut larutan asam, yang terasa

asin disebut larutan garam, sedangkan terasa lain

dan pahit disebut larutan basa. (Syukri, 1999: 24)

Untuk indikator asam-basa biasanya dibuat dalam

bentuk. Larutan indikator asam-basa adalah zat yang

berubah warnanya atau memebentuk flurosensi atau

kekeruhan pada suatu range ( trayek pH tertentu ).

Indikator asam-basa terletak pada titik ekuivalen

dan ukuran pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam

atau basa, larut dan stabil serta akan menunjukkan

perubahan warna yang kuat, biasanya merupakan zat

organik. (Khopkar, 1990: 80)

Indikatot adalah zat warna larut yang

penambahan warnanya tampak jelas dalam rentang pH

yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah asam-

asam organik yang lemah mempunyai warna berbeda

dan basa konjugatnya. Indikator yang baik

memepunyai intensitas warna yang sedemikian rupa

sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator

yang sedang di uji. Konsentrasi molekul indikator

yang sangat rendah ini hampir tidak berpengaruh

terhadap pH larutan. Penambahan warna indikator

mencerminkan pengaruh asam dan basa dalam larutan.

(Oxtoby, 2001: 183)

Titrasi bebas air adalah titrasi yang tidak

menggunakan air sebagai pelarut, tetapi digunakan

pelarut organik. Seperti yang telah diketahui asam

atau basa besifat lemah seperti halnya asam-asam

organik atau alkaloida-alkaloida, cara titrasi

dalam lingkungan berair tidak dapat dilakukan,

karena disamping sukar larut dalam air juga kurang

relatif dalam air, seperti misalnya garam-garam

amino, dimana garam-garam ini dirombak lebih dahulu

menjadi basa bebas yang larut dalam air.

Ada tiga teori yang diunakan untuk menerangkan

reaksi netralisasi dalam suatu pelarut, yaitu teori

titrasi ikatan hidrogen, teori lewis dan teori

bronsted. Senyawa senyawa murni dapat dititrasi

secara langsung, tetapi sering juga diperlukan

isolasi dari bahan-bahan yang berkhasiat untuk

mencegah terhadp bahan penambah. Dalam urutan

penurunan basa kuat adalah kalium mefilat, natrium

metilat dan litium metilat.

Pelarut yang digunakan dalam titrasi lingkungan

bebas air ini dapat menjadi dua golongan:

1. Pelarut protolitis

Atau pelarut yang disebut pelarut inert,

proton-proton ini tidak member atau menerima ,

misalnya benzen, nitro benzen, dan kloform.

Jika asam pikrat dilarutkan dalam benzene tidak

memberikan warna, karena asam ini tidak

teroksidasi dimana benzene tidak dapat menerima

proton dari asam pikrat, kalau dalam larutan ini

ditambahkan suatu basa misalnya aniline makan

akan terbentuk ion pikrat yang dilihat dari

warna kuning dar lartan.

C2(NO2)OH+C6H5NH2→C6H5NH2→C6H5(NO2)3O-+C6H5NH3

2. Pelarut Amfiprotolitis

Pelarut ini dapat memberi atau menerima

proton dengan demikian dapat bersifat sebagai

suatu basa atau asam salah satu pelarut dengan

golongan ini terpenting dan terbanyak adalah

asam cuka. (Underwood,2002: 62)

Asam asetat glacial adalah akseptor proton yang

sangat lemah sehingga tidak berkomposisi secara

efektif dengan basa lemah untuk proton. Hanya asam

yang sangat kuat akan cukup besar untuk

memprotonasi asam asetat sesuai dengan persamaan

yang ditunjukkan berikut ini :

CH3COOH + HA ↔ CH3COOH2 + A-

Asam perklorat adalah asam yang paling kuat

diantara asam-asam yang umum didalam larutan asam

asetat, dam medium titrasi yang biasanya digunakan

untuk menghilangkan air dari asam perklorat air.

Basa lemah berkompotisi sangat efektif dengan asam

asetat untuk proton. Biru asetat, merah kuinalidin,

dan violet Kristal ( basa yang sangat lemah )

digunakan sebagai indikator pada jenis titrasi air.

Pada saat basa berada dalam bentuk garam asam

lemah, penghilangan suatu ion sebelum di titrasi

tidak perlu dilakukan , misalnya untuk garam basa

dengan asam lemah seperti tartat, asetat, dan

suksinat. Akan tetapi, jika basa berada dalam

bentuk garam klorida atau bromide, ion lawan harus

dihilangkan sebelum titrasi. Hal ini dapat

dilakukan dengan penambaha merkuri asetat ; asetat

yang dibebaskan kemedium titrasi dengan asam

perklorat berasetat, hal ini ditunjukkan dalam

contoh fenileflin HCl :

Hg ( CH3COO )2 + 2Cl- → HgCl2 +

2CH3COO-

2CHCOOH2 + 2CH3COO- → 4CH3COOH

Titrasi bebas air dengan asam perklorat

berasetat digunakan dalam penetapan kadar dalam

farmakope untuk : adfenalin, metronidazol, kodein,

klorheksidin asetat, klorpromozin HCl, amitriptilin

HCl, propranalol HCl, lignokain HCl, dan garam

amin. Kuarterner seperti neostigmin bromida dan

pantoronium bromida.

Untuk titrasi bebas air asam lemah, pelarut

seperti alcohol atau pelarut aprotik digunakan yang

tidak berkompetisi secara kuat dengan asam lemah

untuk menyumbang proton. Titran-titran yang umum

digunakan adalah litium metoksida dalam methanol

atau tetrabofil ammonium hidroksida dalam dimetil

formamida. Deteksi titik akhir dapat dilakukan

dengan biru timol sebagai indicator atau secara

pentosiometri.

Titrasi bebas air pada gugus yang bersifat asam

dilakukan pada penetapan kadar dalam farmakope

untuk : barbitorat, urasil, dan sulfanamida.

(Watson, 2007: 79-81)

Teori titrasi bebas air ( TBA ) sanagt singkat,

sebagai berikut:air dapat bersifat asam lemah dan

basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air,

air dapat berkopetisi dengan asam-asam atau basa-

basa yang sangat lemah dalam hal menerima atau

memberi proton sebagaimana ditunjukkan pada

gambar :

H2O + H H3O+

akan berkompetisi dengan RNH2 + H+

RNH3+

H2O + B OH + BH-

akan berkompetisi dengan ROH + B

RO- + BH+

kompetisi air dengan asam lemah dan basa

lemah untuk memberi dan menerima proton. (Rohman,

2007:142)

Adanya pengaruh kompetisi ini,berakibat pada

kecilnyatitik infleksi pada kurva titrasai asam

sangat lemah dan basa sangat lemah sehingga

mendekati batas pH 0 – 14. Oleh karena itu, deteksi

titik akhir titrasi sangat sulit. Sebagai aturan

umum : basa-basa dengan pKa < 7 atau asam-asam

dengan pKa > 7 tidak ditentukan kadarnya secara

tepat pada media air. Berbagai macam pelarut

organik dapat digunakan untuk menggantikan air

karena pelarut-pelarut ini kurang bekompetisi

secara efektif dengan analit dalam hal menerima

atau memberi proton. (Rohman, 2007: 142)

Beberapa klasifikasi pelarut telah diusulkan.

Laitnen mengusulkan empat jenis. Pelarut

ampifrotik mempunyai baik sifat asam maupun basa

seperti halnya air. Air mengalami atoprototlisis,

sampai dimana reaksi titrasi berlangsung sempurna

merupakan suatu fungsi dari reaksi ini. Sebagian,

seperti methanol dan etanol memiliki sifat asam

basa yang mirip dengan air dan bersama dengan air

disebut pelarut netral. Lainnya yang disebut

pelarut asam seperti asam asetat, asam format, dan

asam sulfat adalah asam-asam yang jauh lebih kuat

dan basa-basa yang jauh lebih lemah dari pada air.

Pelarut basa seperti amonia cair dan etilendiamina

mempunyai kebasaan yang lebih besar dan keasaman

yang lebih kecil daripada air. (Underwood, 1999:

178)

Teori titrasi bebas air sangat singkat,

sebagai berikut air bisa bersifat asam lemah dan

basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air,

air dapat berkompetisi dengan asam-asam atau basa-

basa yang sangat lemah dalam hal menerima dan

memberi proton.

1. Titrasi bebas air basa lemah

Asam asetat merupakan penerima proton yang sangat

lemah sehingga tidak berkompetisi secara efektif

dengan basa-basa lemah dalam hal menerima proton.

Hanya asam yang sangat kuat yang mampu

memprotonasi asam asetat.

2. Titrasi bebas air asam-asam lemah

Pelarut yang digunakan adalah pelarut-pelarut yang

tidak berkompetisi secara kuat dengan asam lemah

dalam hal memberikan proton, alkohol dengan

pelarut-pelarut aprotik dapat digunakan sebagai

pelarut. Pelarut aprotik merupakan pelarut yang

dapat menurunkan ionisasi asam-asam dan basa-basa.

Termasuk dalam kelompok pelarut ini adalah

pelarut-pelarut non-polar seperti benzene, karbon

tetraklorida, serta hidrokarbon alifatik. (Ibnu

Gholib, 1999: 213)

Titrasi titrimetri dalam lingkungan bebas

air, pelarut mengambil bagian yang amat penting

untuk reaksi stoikiometri, dimana pelarut tersebut

dapat mengambil bagian dalam reaksi. Ada tiga

teori yang menerangkan reaksi netralisasi dalam

suatu pelarut yaitu teori ikatan hidrogen, teori

Lewis dan teori Bronsted. (Donald Claim, 2003:

200)

B. Uraian Bahan

1. Asam asetat glasial(Dirjen POM. 1979 : 42)

Nama resmi :ACIDUM ACETICUM GLACIALE

Nama Lain : Asam asetat glasial

RM / BM : CH3COOH / 60,05

Pemerian : Cairan jernih, tidak

berwarna, berbau khas, tajam, jika

diencerkan dengan air, rasa asam.

Kelarutan : Dapat bercampur

dengan air, dengan etanol (95%) P

dan dengan gliserol P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Asam perklorat(Dirjen POM. 1979 : 651)

Nama resmi : ACIDUM PERCLORAT

Nama lain : Asam perklorat

RM/BM : HClO4 / 100,5

Pemerian : Cairan jernih, tak

berwarna

Kelarutan : Bercampur dengan air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

baik

Kegunaan : Sebagai larutan baku

3. Kristal violet (Dirjen POM. 1979 : 698)

Nama resmi : KRISTAL VIOLET

Nama Lain : Gertian violet

RM / BM : C25H30ClN3 / 408

Pemerian : Hablur berwarna hijau

tua.

Kelarutan : Sukar larut dalam

air, agak sukar larut dalam etanol

(95%) P. Larutannya berwarna

lembayung tua.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

baik

Kegunaan : Sebagai indikator

4. Raksa (II) Asetat (Dirjen POM. 1979 : 724)

Nama Resmi :RAKSA ASETAT

Nama Lain :Raksa (II) Asetat

Rumus molekul : (CH3CO2)3 Hg

Pemerian :Serbuk haablur putih

Kelarutan :Larut dalam air hangat, jika

dididihkan akan terhidrolisa.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan :Sebagai Pereaksi

5. Papaverin HCl (Dirjen POM.

1979 : 472)

Nama Resmi :PAPAVERINI HYDROCHLORIDUM

Nama Lain :Papaverin HCl

RM / BM :C20H21NO4.HCl / 375,86

Rumus Bangun :

Pemerian :Hablur atau serbuk hablur, putih,

tidak berbau, rasa pahit kemudian.

Kelarutan :Larut dalam lebih kurang 40 bagian

air dan dalam lebih kurang 120

bagian etanol (95 %) P, larut dalam

kloroform P, praktis tidak larut

dalam eter P

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan :Sebagai Sampel

C. Prosedur Kerja (Haeria.2011 : 13)

1. Pembuatan dan standarisasi larutan asam

perklorat 0,1 N

a. Pembuatan Larutan baku HClO4 0,1

Campurkan 8,5 ml asam perklorat (70%) P

dengan 500 ml asam asetat glasial P dan 21 ml

anhidrida asetat P, dinginkan dan tambahkan

asam asetat glasial P secukupnya hingga 1000

ml.

b. Pembakuan larutan baku HClO4 0,1 N

Timbang seksama lebih kurang 700 mg kalium

biftalat P yang sebelumnya telah dihaluskan

dengan hati-hati dan keringkan pada suhu 120oC

selama 2 jam dan larutkan dalam 50 ml asam

asetat glasial P dalam labu 250 ml. Tambahkan 2

tetes kristal violet LP dan lakukan penetapan

blanko. Hitung normalitas larutan.

1 ml asam perklorat 0,1 N setara dengan

20,42 mg kalium biftalat

2. Penetapan Sampel

a. Penetapan kadar Efedrin HCl

Timbang seksama lebih kurang 500 mg sampel,

larutkan dalam 25 ml asam asetat glasial P.

Tambahkan 10 ml Raksa (II) asetat LP dan 2

tetes kristal violet. Titrasi dengan asam

perklorat 0,1 N hingga warna hijau zamrud.

Lakukan penetapan blanko. Ulangi perlakuan 2

kali lagi, hitung kadar Efedrin HCl dalam

sampel.

Tiap ml asam perklorat 0,1 N setara dengan

20,17 efedrin HCl

b. Penetapan kadar Kafeina

Timbang seksama 400 mg sampel kafeina,

larutkan dalam 40 ml asam asetat anhirad P.

Panaskan dan dinginkan, tambahkan 20 ml benzen

P. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N

menggunakan indikator kristal violet, titrasi

dilakukan hingga terjadi warna hijau zamrud.

Ulangi perlakuan 2 kali lagi, hitung kadar

kafeina dalam sampel.

Tiap ml asam perklorat 0,1 N setara dengan

19,42 mg kafeina

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang Digunakan

Botol semprot, buret, beker gelas, bola

hisap, erlemeyer 250 ml, gelas piala 250 ml,

gelas kimia, gelas ukur, labu tentukur 100 ml,

timbangan analitik, pipet volum, pipet tetes,

sendok tanduk, statif dan klem.

2. Bahan-bahan yang digunakan

Aluminium foil, indikator kristal violet,

kertas timbang, larutan baku asam perklorat,

larutan asam asetat glasial, papaverin HCl,

raksa (II) asetat LP.

B. Cara Kerja

Penetapan kadar Papaverin HCl

Pertama-tama, disiapkan alat dan bahan dan

dibebaskan dari air alat yang akan digunakan,

ditimbang Papaverin HCl sebanyak 200 mg secara

seksama lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer,

ditambahkan 10 ml asam asetat glasial lalu

ditambahkan 5 ml raksa asetat LP dan beberapa

tetes indikator kristal violet, dititrasi dengan

HClO4 hingga ungu menjadi hijau zamrud lalu

dilakukan blanko.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

Penentuan konsentrasi asam perklorat

No Sampel Berat Papaverin HCl Volume HClO4

1.

2.

I

Blanko

0,2078 gram

-

2 ml

0,05 ml

B. Perhitungan

1. Blanko= Volume titrasi – Volume blanko

= 2 ml – 0,05 ml

= 1,95 ml

2. mgrek Papaverin HCl = mgrek HClO4

mg/BE = N x V

mgrek Papaverin HCl = N HClO4 x V HClO4 x BE

Papaverin HCl

mgrek Papaverin HCl = 0,0956 x

1,95 x 375,86

= 70,0678 mg

= 0,0700 gr

0,0700 gr% kadar Papaverin HCl = x 100 %

0,2078 gr

= 33,6862 %

C. Reaksi

2 HCl + (CH3CO2)2Hg HgCl + 2

CH3COOH

HClO4 + CH3COOH CH3COOH2+ + ClO4

-

+ CH3COOH2+

+ CH3COOH

BAB V

PEMBAHASAN

Titrasi Bebas Air adalah suatu titrasi yang tidak

menggunakan air sebagai pelarut tetapi digunakan

pelarut organik. Titrasi ini dilakukan pada zat-zat

asam atau basa lemah seperti halnya asam-asam organik

atau alkoloida. Alkoloida sukar larut dalam air seperti

garam-garam amina dimna garam-garam di rombak dulu

menjadi basa bebas yang larut dalam air. Pelarut yang

ang bisa digunakan aalah berupa senyawa organik yng

bersifat asam atau basa lemah, dimana warna molekulnya

berbeda dengan warna bentuk ionnya. Senyawa yang dapat

ditirasi dengan metodi ini yaitu, Papaverin HCl,

Efedrin HCl, dan Morfin HCl.

Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar

Papaverin HCl, dimana sampel yang digunakan 200 gr yang

kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer kemudian

dilarutkan dengan 10 ml asam asetat glasial, lalu

ditambahkan indikator kristal violet sehingga larutan

berwarna ungu. Setelah itu dititrasi dengan HClO4

sampai larutan berwarna hijau zamrud. Titik akhir

titrasi ditandai dengan tepat berubahnya warna larutan

dari ungu menjadi hijau zamrud lalu dihitung kadar

papaverin HCl serta dilakukan blanko.

Titrasi bebas air adalah titrasi yang dilakukan

untuk larutan yang tidak dapat larut dalam air tetapi

dapat larut dalam pelarut-pelarut organik lainnya,

digunakan pelarut organik karena asam dan basa lemah

seperti halnya asam-asam organik atau alkoloida hanya

larut dalam pelarut organik. Dalam percobaan ini semua

alat harus dibebas airkan. Tidak digunakannya air dalam

percobaan kali ini karena kadar yang terkandung didalam

pereduksi (pentiter, pelarut, dan indikator) sangat

tinggi. Selain itu, air bersifat asam lemah dan basa

lemah, oleh karena itu dalam lingkungan air, air dapat

berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang

sangat lemah dalam hal menerima atau memberikan proton.

Alasan penggunaan bahan, digunakan asam perklorat

karena asam perklorat merupakan asam yang lebh kuat

dari pada asam asetat dan larut baik dalam asam asetat.

Digunakan asam asetat glasial karena dalam lingkungan

asam reaksi akan lebih cepat terjadi berlangsung.

Digunakan raksa asetat karena raksa astat dapat

mengikat HCl yang ada pada papavedrin HCl sehingga HCl

tersebut tidak ikut bereaksi. Digunakan indikator

kristal Violet agar titik akhir titrasi dapat terlihat

jelas.

Pada percobaan ini dilakukan titrasi blanko.

Titrasi blanko dapat dilakukan dengan mentitrasi asam

asetat glasial dengan indikator krital violet.

Dalam percobaan ini, akan terbentuk HgCl2 dan asam

asetat melalui reaksi antara HCl yang direkasikan

dengan Raksa (II) asetat ( (CH3CO2)2Hg) . asam aetat

yang terbentuk akan bereaksi dengan asam perklorat

(HClO4) membentuk CH3COOH2+ dan ClO4

-. Ion CH3COOH2+ yang

terbentuk bereaksi dengan papaverin HCl membentuk

,dengan warna

hijau zamrud.

Pada pembuatan asam perklorat ditambahkan asam

asetat anhidrat untuk mereaksikan asam asetat anhidrat

dengan air, sehingga benar-benar bebas air. Hal ini

sesuai dengan reaksi :

CH3-CO-O-OC-CH3 + H2O 2 CH3COOH

berdasarkan reaksi di atas air akan terikat dengan asam

asetat anhidrat sehingga akan membentuk asam asetat.

Adapun hasil yang diperoleh dalam percobaan ini

yaitu sampel Papaverin HCl memiliki berat 0,2078 gr,

volume titrasinya 2 ml, kadarnya 33,6862 %. Hasil ini

tidak sesuai dengan literatur dimana kadar rata-rata

papaverin HCl tidak kurang dari 99,0 % dan adapun hasil

blanko yang diperoleh dalam percobaan ini yaitu 1,95

ml.

Hubungan dalam dunia Farmasi digunakan untuk

menentukan kadar obat-obatan seperti Destromelfaton,

Etil morfin hidroksida dan sebagian besar obat-obatan

yang bersifat asam atau basa lemah.

Adapun faktor-faktor yang dapat salah pengamatan

dalam melakukan percobaan ini adalah. Alat-alat yang

digunakan tidak benar-benar bebas air.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh

hasil sebagai berikut kadar Papaverin HCl 33,6862

%. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur dimana

kadar rata-rata Papaverin HCl tidak kurang dari

99,0 %.

B. Saran

Laboratorium

Alat dan bahan agar lebih dilengkapi agar

praktikum berjalan lancar Asisten

Agar lebih sabar mendampingi praktikan

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen

Kesehatan RI : Jakarta. 1979

Haeriah.,S.Si., Penuntun Praktikum Kimia Analisa. UIN

Alauddin : Makassar. 2011

Ibnu Ghalib G, Rahman., Kimia Farmasi Analisis. Pustaka

pelajar : Yogyakarta. 1999.

Khopkar. S,M., Konsep-konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press :

Jakarta. 1990.

Martin, Alferd., Farmasi Fisik. UI Press : Jakarta.1990.

Oxtoby, dkk., Prinsip-prinsip Kimia Modern. Erlangga :

Jakarta. 2001

Rivai, Harrizal, Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas

Indonesia Press : Jakarta. 1995.

Rohman., Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar :

Yogyakarta. 2007

Roth, J., Blaschke, G., Analisa Farmasi, UGM Press :

Yogyakarta, 1988.

Syukri., Kimia Dasar 2. ITB press : Bandung. 1999.

Svehla.G., Analisis Anorganik Kuantitatif. PT. Kalman media

pustaka : Jakarta.

1990.

Underwood, A.L., Day, RA., Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Edisi

VI, Erlangga :

Jakarta, 2002.

Underwood, A.L., Day, RA., Analisa Kimia Kuantitatif Edisi V,

Erlangga : Jakarta,1993.

Wunas, J., Said, S., Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif, UNHAS :

Makassar, 1986.

SKEMA KERJA

Penentuan kadar Sampel Papaverin HCl

Bebas airkan alat

Timbang Papaverin HCl 200 mg

+ 10 ml Asam Asetat glasial

+ 5 ml Raksa (II) asetat LP

+ Indikator Kristal Violet2-3 tetes

Titrasi dengan HClO4

(Hijau Zamrud)

Lakukan Blanko