LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS TITRASI KOMPLEKSOMETRI
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS TITRASI KOMPLEKSOMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
GOLONGAN/ KELOMPOK : R/ D
NAMA KELOMPOK :
1. VELISIANA M (2443012033)
2. LAILI MUFIDAH (2443012098)
3. PATRISIUS H (2443012146)
4. I PUTU WAHYU P (2443012267)
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar secara
Kompleksometri.
II. DASAR TEORI
Kompleks adalah dibentuk melalui reaksi ion logam,
sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral
yang larut namun sedikit terdisosiasi. Titrasi
kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk
kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak
digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam
dinatrium etil diamina tetra asetat (dinatrium EDTA).
EDTA merupakan salah satu jenis asam amina
polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan
seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion
logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-
nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung
lebih dari dua atom koordinasi per molekul. Suatu
EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besarion logam sehingga EDTA merupakan ligan
yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam,
dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan
sempurna kompleks logam, yang menghasilkan produk
baru seperti CuHY.
Faktor-faktor yang membuat EDTA sebagai titrimetri :
1. Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan
dengan ion logam.
2. Kestabilannya dalam membentuk kelat sangat konstan
sehingga reaksi berjalan sempurna (kecuali dengan
logam alkali).
3. Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion
logam.
4. Telah dikembangkan indikatornya secara khusus.
5. Mudah diperoleh bahan baku primernya.
6. Dapat digunakan baik sebagai bahan yang dianalisis
maupun sebagai bahanuntuk standardisasi.
EDTA akan membentuk kompleks yang stabil dengan semua
logamkecuali logam alkali seperti natrium dan kalium.
Logam alkali tanah sepertikalsium dan magnesium membentuk
kompleks yang tidak stabil dengan EDTApada pH rendah,
karena titrasi logam-logam ini dengan EDTA dilakukan
padalarutan buffer ammonia pH 10. Persamaan reaksi umum
pada titrasikompleksometri adalah:
Untuk mendeteksi titik akhir titrasi digunakan zat warna.
Indikator zatwarna ditambahkan pada larutan logam pada
saat awal sebelum dilakukan titrasi dan akan membentuk
kompleks berwarna dengan sejumlah logam kecil.
Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi
kompleksometri ini antara lain:
1. Mureksida garam monium dari asam purpurat dan
anionnya mempunyai struktur marupakan indikator ion
logam pertama yang digunakan dalam titrasi EDTA,
berwarna ungu kemerahan pH 9 sampai pH 11 dan biru
di atas pH 11.
2. Biru Tua Solokrom atau Kalkon Nama lain hitam
eriokrom RC mempunyai 2 atom hidrogen fenolat yang
dapat terionisasi secara bertahap dengan pK masing-
masing 7,4 dan 13,5, pada titrasi kalsium secara
kompleksometri dengan adanya magnesium ini harus
dilakukan pada pH kira-kira 12,3. Perubahan warnanya
dari merah jambu menjadi biru murni.
3. Kalmagit Indikator ini mempunyai perubahan warna
yang sama seperti hitam solokrom, tetapi warnanya
agak lebih jelas dan tajam. Larutan indikator ini
stabil hampir tanpa batas waktu.
4. Kalsikrom mempunyai struktur lingkaran dan sangat
selektif untuk kalsium. Zat ini sebenarnya tidak
begitu sesuai sebagai indikator EDTA.
5. Hitam Solokrom (Hitam Eriokrom T) Indikator ini peka
terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada
pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya
berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri
berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati,
demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan
indikator ini dilakukan pada pH 10.
6. Jingga xilenol Indikator ini berwarna kuning sitrun
dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali.
Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena
itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.
Macam-macam titrasi komplesometri:
Titrasi langsung Merupakan metode yang paling sederhana
dan sering dipakai. Larutan ion yang akan ditetapkan
ditambah dengan buffer, misalnya buffer pH 10 lalu
ditambah indikator logam yang sesuai dan dititrasi
langsung dangan larutan baku dinatrium edetat. Untuk
mecegah pengendapan logam hidroksida atau garam basa
dengan buffer, dilakukan dengan penambahan pembentuk
akopleks pembantu misalnya tartrat, sitrat, atau
trietanol amin.
Titrasi subtitusi Cara ini dilakukan bila ion logam
tersebut memberikan titik akhir yang jelas apabila
dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali,
atau juga ionlogam tersebut membentuk komples dengan
dinatrium edetat lebih stabil dari pada logam lain
seperti magnesium dan kalsium. Kalsium, timbal dan raksa
dapat ditetapkan dengan cara ini dengan indikator hitam
eriokrom dengan hasil yang memuaskan.
Titrasi tidak langsung Cara titrasi tidak langsung dapat
digunakan untuk menetukan kadar ion-ion seperti anion
yang tidak bereaksi dengan pengkelat. Sebagi contoh
barbiturate etidat bereaksi dengan EDTA, akan tetapi
secara kuantitatif dapat diendapkan dengan ion merkuri
dalam keadaan bas sebagai ion kompleks. Setelah
pengendapan dengan kelebihan Hg(II), kompleks dipindahkan
dengan cara penyaringan dan dilarutkan kembali dalam
larutan baku EDTA berlebihan.
III. PROSEDUR PENETAPAN KADAR
Nama Zat :
Ca Pentotenat BM 430,38
Pemerian :
Serbuk hablur, granul atau serbuk putih, tida berbau,
tidak berasa, stabil di udara (FI IV, hal 166).
Kelarutan :
Agak sukar (dan lambat) larut dalam air, mudah larut
dalam ar mendidih, tidak larut dalam etanol, larutan
bersifat netral terhadap lakmus (FI IV,hal 166).
Penetapan Kadar Ca Pantotenat :
Timbang seksama lebih kurang 800 mg larutkan dalam
150 ml air yang mengandung 2 ml HCl 3 N tambahkan 15 ml
NaOH 1N LV dan 300 mg indikator calcoon, titrasi dengan
dinatrium EDTA 0,05 M LV sampai titik akhir titrasi
warna biru.
1 ml dinatrium EDTA 0,05 M setara dengan 2,004 mg Ca
(FI IV p.161)
Pembuatan HCl 3N
BJ HCl = 1,1878
m HCl = 1,1878 x 1000 = 1187,8 gram
N = 1187,8 x 37% / 36,5 = 12,04 N
Ukur HCl 12 N sebanyak 5 ml tambahkan air ad 20 ml
Cara pembuatan NaOH 1 N
Timbang 6 gram NaOH, masukan dalam beaker glass
tambahkan air ad 150 ml.
Cara pembuatan indikator EBT (Erichrome Black T)
Larutkan 0,95 gram EBT dalam 10 ml alkohol.
Pembuatan larutan baku primer ZnSO4 0,05 M
Timbang 0,7188 gram ZnSO4, dimasukan dalam labu takar
50 ml, larutkan dalam air ad tanda garis batas pada
labu takar.
Pembuatan larutan baku sekunder Na-EDTA 0,05 M
Timbang 5,64 gram Na-EDTA, masukan dalam beaker glass,
tambahkan air ad 300 ml, aduk homogen.
Pembakuan larutan Na-EDTA 0,05 M dengan ZnSO4 0,05 M
1. Pipet 10 ml ZnSO4 menggunakan pipet volume
2. Tambahkan 5 ml buffer salmiak (pH 10)
3. Tambahkan 50 mg indikator EBT sampai timbul warna
merah ungu.
4. Titrasi dengan larutan Na-EDTA ad perubahan warna
biru
5. Lakukan titrasi sebanyak 3 kali, catat volume
titran.
Cara pembuatan larutan dapar salmiak
Larutan buffer ammonia dan ammonia chloride (pH 10).
142 ml ammonia + 17,5 gram ammonium chloride + air ad
250 ml (Vogel Textbook of quantitative chemical
analysis, 325).
Pembuatan dapar salmiak 50 ml
Nh4OH pekat = 50 ml/ 250ml X 142 = 28,4 ml
NH4Cl = 50 ml/ 250mlX 17,5 gram = 3,5 gram
Air = ad 50ml
Penetapan kadar Ca pantotenat
1. Timbang sampel sebanyak 5 gram, masukan dalam
erlenmayer
2. Tambahkan 150 ml air yang telah diberi 2 ml HCl 3N.
3. Tambahkan 7,5 ml NaOH 1N dan cek pH 12,0
4. Tambahka indikator calcoon sampai terjadi warna
merah ungu.
5. Titrasi dengan larutan Na-EDTA 0,05 M LV sampai
warna biru.
6. Lakukan titrasi 3 kali, catat volume titran.
IV. PRINSIP DASAR REAKSI
Reaksi kompleksometri:
Reaksi ion Zn2+ + dengan EBT
Zn2+ + HO2+ ZnO- (merah) + H+
Reaksi (Zn2+ + EBT) dengan EDTA
ZnO- (merah) + H2Y2 ZnY2- + H2O (biru)
V. DATA PENIMBANGAN & PENGAMATAN
Penimbangan lar. baku primer ZnSO4 0,05 M 50 ml
Berat zat = 0,7193 mg
1. Perhitungan BJ dengan piknometerBerat kosong = 18,0367Berat + zat = 28,2115
BJ Ca =
=
= 1,01748
2. Perhitungan Baku Sekunder NaOH 1 N 150 ml
m = 6 gram + aq.dest ad 150 ml
3. Pembakuan
No.
V. lar bakuprimer
M. lar bakuprimer
V titran(NaOH)
M titran(NaOH)
1. 10,00 ml 0,0500 9,65 ml 0,05182. 10,00 ml 0,0500 9,55 ml 0,05243. 10,00 ml 0,0500 9,55 ml 0,0524
1. V1 M 1 = V2 M 210 . 0,0500 = 9,65 . M 2M 2 = 0,0518
2. V1 M 1 = V2 M 210 . 0,0500 = 9,55 . M 2M 2 = 0,0524
3. V1 M 1 = V2 M 210 . 0,0500 = 9,55. M 2M 3 = 0,0524
M T (NaOH) =
= 0,0522
5. Penetapan Kadar Sampel
S W sampel VT (NaOH) Kadar %I. 5,0126 g 6,65 ml 3,36 b/vII. 2,530 g 3,39 ml 3,40 b/v
III. 2,520 g 3,96 ml 3,97 b/v
% Kadar = x BJ
I. % Kadar =
II. % Kadar =
III. % Kadar =
Rata-rata % kadar = 3,58 b/v
Perhitungan 4ƌ
* 3,97
4ƌ = 4 x 0,02 ƌ* = 3,38 –3,97
= 0,08 < = 0,59
Data * dibuang
3,36
3,40
% benar = 3,18 b/v
% kesalahan = 3,38 – 3,18 = 0,2
=
VI. PEMBAHASAN
0,0
0,5
0,020,02
ƌ =
Digunakan. Rata-rata =3,38 b/v
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar Ca
Pantotenat secara kompleksometri. Titrasi
kompleksometri dilakukan untuk senyawa-senyawa logam.
Kompleks dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah
kation, dengan sebuah anion atau molekul netral yang
larut namun sedikit terdisosiasi. Yang berperan sebagai
logam adalah ion Ca. Larutan baku yang digunakan adalah
Na EDTA. EDTA akan membentuk senyawa kompleks dengan
ion logam. Selain itu, EDTA bersifat stabil. Sebelumnya
Na EDTA dibakukan terlebih dahulu dengan ZnSO4. Zn
berfungsi untuk menghindari pengendapan yang terjadi
akibat buffer salmiak. Dikarenakan titrasi
kompleksometri dilakukan dalam suasana basa. Suasana
basa didapatkan dengan penambahan NaOH. pH yang
diharapkan berkisar antara 12,0-13,0
Pertama kali yang kami lakukan adalah pembakuan
larutan Na EDTA dengan ZnSO4. Larutan baku primer ZnSO4
ditambahkan dengan 5 ml dapar salmiak pH 10, kemudian
ditambah indikator EBT (qs) terjadi perubahan warna
merah ungu. Dititrasi dengan larutan Na EDTA sampai
warna berubah menjadi biru.
Setelah didapatkan Molaritas Na EDTA, kemudian
dilakukan penetapan kadar Ca Pantotenat. Ditimbang
sampel sebanyak 5 g, kemudian dilarutkan dalam air yang
mengandung HCl 3 N. Tujuan penambahan HCl ini adalah
untuk membantu melarutkan senyawa logam, yaitu Ca.
Kemudian ditambahkan 7,5 ml NaOH sehingga didapatkan pH
12,0. Setelah itu ditambah dengan serbuk indikator
calcoon hingga terjadi warna merah ungu. Dititrasi
dengan Na EDTA 0,05 M sampai terjadi perubahan warna
biru.
Setelah dilakukan penetapan kadar, kami memperoleh
kadar 3, 36 b/v; 3,40 b/v; dan 3,97 b/v. Setelah itu
dilakukan koreksi kesalahan (perhitungan tertulis)
didapatkan rata-rata kadar 3,38 b/v. Kadar sebenarnya
adalah 3,18 b/v. Presentase kesalahan sebesar 6%.
VII. KESIMPULAN
Kadar Asam Mefenamat yang diperoleh 3,38 b/v
Kadar sebenarnya 3,18 b/v
Persen kesalahan 6%
VIII. PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi IV , Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III , Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Vogel,1985, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, PT. Kalman
Media Pusaka, Jakarta.