laporan praktikum kimia analitik ekstraksi pelarut

28
PEMISAHAN DENGAN CARA EKSTRAKSI PELARUT I.Tujuan a. Melakukan pemisahan ion dari dalam larutan air dan KI dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut kloroform. b. Menentukan konstanta distribusi iod pada sistem air dan kloroform. c. Memisahkan asam lemak yang terdapat dalam sabun dan menentukan kuantitasnya dengan cara titrasi asam basa. II.Landasan Teori Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling bercampur. Menurut Nerst, zat terlarut akan terdistribusi pada kedua solven sehingga perbandingan konsentrasi pada kedua solven tersebut tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap. Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan 1

Transcript of laporan praktikum kimia analitik ekstraksi pelarut

PEMISAHAN DENGAN CARA EKSTRAKSI PELARUT

I.Tujuan

a. Melakukan pemisahan ion dari dalam larutan air

dan KI dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut

kloroform.

b. Menentukan konstanta distribusi iod pada sistem

air dan kloroform.

c. Memisahkan asam lemak yang terdapat dalam sabun

dan menentukan kuantitasnya dengan cara titrasi

asam basa.

II.Landasan Teori

Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan

berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu

pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling

bercampur. Menurut Nerst, zat terlarut akan

terdistribusi pada kedua solven sehingga

perbandingan konsentrasi pada kedua solven tersebut

tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap.

Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila

pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak

mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan

aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas)

atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair,

ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya

dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan

1

ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa

cair itu sesempurna mungkin.

(Shevla, 1985)

Metode pemisahan pada ekstraksi diantaranya :

1. Ekstraksi bertahap adalah cara yang paling

sederhana,mencampurkan pelarut pengekstraksinya

yang tidak bercampur dengan pelarut semula

kemudian dilakukan pengocokan.

2. Ekstraksi kontiyu adalah perbandingan

distribusi relatif kecilsehingga untuk

pemisahan yang kuantitatif diperlukan

beberapatahap distribusi.

3. Ekstraksi Counter current adalah fase cair

pengekstraksi dialirkan dengan arah yang

berlawanan dengan larutan yangmengandung zat

yang akan diekstraksikan. Biasanya digunakan

untuk pemisahan zat, pemurnian ataupun isolasi

Mekanisme ekstraksi dengan proses distribusi

dari zat yang terekstraksi ke fase organik,

tergantung pada bermacam faktor,antara lain:

kebasaan ligan, faktor stereokimia dan adanya garam

pada sistem ekstraksi. Kelarutan kompleks logam

selain ditetapkan oleh perbandingan koefisien

distribusinya juga ditentukan oleh perubahan

aktivitas zat terlarut pada masing-masing fase.

2

Pengaruh adanya pelarut lain yang tercampur

pada pelarut pertama dapat menambah kelarutannya

bila pelarut keduatersebut bereaksi dengan zat

terlarut. Jenis ikatan mempengaruhi kelarutan

kompleks pada fase organik. Kelarutan elektrolit

pada medium yang sangat polar akan bertambah dengan

gaya elektrostatik. Kelarutan zat pada air atau

alkohol lebih ditentukan oleh kemampuan zat tersebut

membentuk ikatan hidrogen. Kelarutan zat-zat

aromatik pada fase organik sebanding dengan

kerapatan elektron pada inti aromatik dari senyawa-

senyawa tersebut. Garam-garam logam tidak dapat

larut sebab bersifat sebagai elektrolit kuat. Sifat

kelarutan khelat atau asosiasi ion sangat penting

pada mekanisme ekstraksi.

(Khopkar, 2008)

Partikel-partikel zat terlarut antara dua cairan

yang tidak campur menawarkan banyak kemungkinan yang

menarik untuk pemisahan analitis. Seringkali

pemisahan secara ekstraksi dapat dilakukan dalam

beberapa menit, teknik itu dapat diterapkan untuk

suatu batas-batas konsentrasi yang luas, dan telah

dipakai secara ekstensif untuk isolasi isotop-isotop

bebas pembawa dalam  jumlah yang sangat sedikit

yang diperoleh baik dari transmutasi nuklir maupun

dari material-material industri yang dihasilkan

dalam jumlah ton. Pemisahan ekstrasi

3

pelarut biasanya “bersih” dalam arti tidak ada

analogi kopresipitasi dengan sistem sejenis itu.

Pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut,

semua bahan yang diinginkan akan larut dalam satu

pelarut dan semua bahan yang tidak  diinginkan akan

larut dalam pelarut yang lain. Pemindahan semua

atau tidak satu pun dari satu pelarut kepelarut yang

lain yang demikian itu jarang,

dan besar kemungkinannya untuk didapatkan campuran

bahanyang hanya berbeda sedikit dalam

kecenderungannya untuk berpindah dari pelarut yang

satu ke yang lain.Jadi satu kali pemindahan tidak

akan berakibatkan pemisahan yang benar-benar murni.

(Underwood, 1986)

Fakta pembagian solut antara dua solvent yang

tak saling campur telah memberikan banyak

kemungkinan bagi metode pemisahan, baik untuk tujuan

preratif maupun analitik. Ekstraksi solvent

(pelarut) merupakan metode pemisahan yang didasarkan

atas fakta diatas. Cara ini cukup banyak digunakan

karna dapat menggunakan alat yang sederhana seperti

corong pisah.

Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan

solut dalam pelarut A dengan menggunakan pelarut B.

pada saat penambahan pelarut B, solut akan membagi

diri antara 2 pelarut yang tak saling campur

tersebut. Pada saat kesetimbangan terdapat hubungan

4

antara konsentrasi solut dalam 2 pelarut tersebut.

Hal ini sesuai dengan Hukum Distribusi yang

dinyatakan oleh Nernst dan dirumuskan sebagai:

KD=CA

CBDimana KD adalah tetapan distribusi dan CA serta

CB adalah konsentrasi solut, masing-masing dalam

solvent A dan B. harga ketettapan kesetimbangan

distribusi yang khas untuk masing-masing zat. Dan

satu hal yang penting untuk di ingat bahwa Hukum

Distribusi tersebut hanya dapat ditrapkan pada zat-

zat yang tak mengalami disosiasi dan asosiasi serta

tidak bereaksi dengan solvent.

Proses ekstraksi dilakukan secara berulang kali

akan memberikan tingkat efisien yang lebih tinggi

dari pada ekstraksi satu kali, meskipun volum yang

digunakan dalam pelarut sama.

(Tim Kimia Analitik, 2014)

III.Prosedur Percobaan

III.1 Alat dan Bahan

Alat

Alat-alat

gelas

Pipet tetes

5

Ring

penyangga

Pisau

Buret

Kaca arloji

Spatula

Krus

Neraca

Hot plate

Corong pisah

Standar dan klem

Lampu spirtus

Batang pengaduk

Bahan

Kloroform

Na-Tiaosufat

Indikator

amilium

Etanol

NaOH

Sabun

Larutan Iodium

Aquades

Indikator PP

NaCl

PE (Petroleum Enter)

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Pemisahan Larutan Iod Dalam Air dan

Menentukan Kostanta Distribusi.

di standarisasi dengan

titrasi menggunakan

diambil

6

Larutan iod

0,1 N

Na-Tiosulfat

25 ml larutan

dimasukkan dalam corong

pisah,

ditambahkan

dikocok selama ±15 menit

dibiarkan membentuk dua

lapisan

dipisahkan dalam kloroform

ditambahkan

dilakukan titrasi

menggunakan

larutan standart

7

25 ml

Larutan Iod

Bagian atas

Na-Tiosulfat

Indikator

Hasil

Larutan Iod

Bagian bawah

Na-Tiosulfat

Hasil

diamati

dicatat

3.2.2 Pemisahan Asam Lemak Dalam Sabun dan Penentuan

Kadarnya

dipotong kecil-kecil

dilarutkan dalam

ditambahkan

dipanaskan hingga hampir

mendidih

didinginkan dan diencerkan

hingga volum 500 ml

dimasukkan 20 ml larutan

tersebut dalam corong pisah

ditambahkan

8

10 ml PE

2 tetes

400 ml

0,5 gram

sabun

dikocok, jika terbentuk emulsi

ditambahkan

dikocok kembali selama ±15 menit

dibiarkan hingga terjadi

pemisahan

dipisahkan

dilakukan kembali ekstraksi

sebanyak 3 kali masing - masing

dengan menggunakan 10 ml larutan

PE

dimasukkan kedalam corong pisah

ditambahkan

dikocok kembali

dipisahkan airnya

ditambahkan lagi

dikocok kembali hingga air tidak

bersifat basah

ditambahkan

9

2 ml air dan 2 tetes

Larutan PE

10 ml NaCl

larutan PE yang mengandung

asam lemak

dikocok selama 15 menit

dibiarkan hingga terbentuk

lapisan

dipisahkan dan ditempatkan dalam

erlenmeyer serta ditambahkan

dititrasi alkohol tersebut

dengan menggunakan

diamati

dicatat

10

Hasil

NaOH 0,01 N

2 tetes

indikator PP

Larutan alkohol

20 ml larutan

etanol

IV.Hasil dan Pembahasan

IV.1 Hasil

Penentuan kadar I2 dalam KI yang digunakan

Perlakuan Hasil pengamatan10 ml larutan I2

dititrasi dengan larutan

Na2S2O3 0,1 N

Sebanyak 0,3 ml larutan

Na2S2O3 0,1 N mengubah

warna larutan iod dari

semula kuning menjadi

bening.

Pemisahan larutan Iod dalam air dan menentukan

konstanta distribusi

Perlakuan Hasil pengamatan25 ml larutan Iod + 25

ml kloroform (dalam

corong pisah), lalu

digajlog selama 15

menit/sampai terbetuk 2

lapisan

Tidak terbentuk lapisan

berbeda fasa pada

larutan. Larutan

terlihat homogen .

20 ml (larutan Iod +

kloroform) +3 tetes

indikator amilum +

dititrasi dengan larutan

Na2S2O3 0,1 N

Sebanyak 0,5 ml Na2S2O3

bereaksi mengubah warna

larutan yang semula

kuning menjadi bening.

Pemisahan asam lemak dalam sabun dan penentuan

kadarnya.

11

Perlakuan Hasil pengamatan0,5 gram potongan sabun

+ 400 ml air+ 2 tetes

indikator PP,

dipanaskan. Kemudian

diencerkan samapai

volume 500 ml.

Larutan sedikit keruh

selama pelarutan dan

pemanasan.

20 ml larutan sabun + 10

ml dietil eter + 10 ml

NaCl jenuh. Dikocok

selama 15 menit.

Diulangi sebanyak 3 kali

Terbentuk 2 lapisan

berbeda fasa.

Lapisan atas merupakan

dietil eter yang

mengandung asam lemak

(ekstrak sabun)

Lapisan bawah merupakan

lapisan air.Lapisan eter yang

dipisahkan + 2 ml air +

2 tetes indikator PP,

dikocok (dalam corong

pisah)

Larutan asam lemak dalam

dieti eter yang tidak

bersifat basa.

Larutan ekstrak + 20 ml

etanol digojlog dan

dipisahkan

Laruatn tidak dapat

dipisahkan, karean

bersifat homogenAsam lemak yang

terkandung pada alkohol

+ 2 tetes indikator PP +

titran NaOH 0,1 N

Larutan menjadi berwarna

pink setelah 8,1 ml NaOH

0,1 N ditambahkan.

12

IV.2 Pembahasan

Pada praktikum ini bertujuan untuk

mengekstraksi suatu zat atau senyawa menggunakan

pelarut. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi

suatu zat terlarut (solut) diantara 2 fasa cair yang

tidak saling bercampur teknik ekstraksi sangat

berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik

untuk zat organic maupun untuk zat anorganik. Cara

ini juga dapat digunakan untukanalisis makro maupun

mikro. Ekstraksi banyak digunakan untuk pekerjaan –

pekerjaan preparative dalam bidang kimia organik,

biokimia dan anorganik dilaboratorium. Alat yang

digunakan berupa corong pisah, alat ekstraksi

soxlet, sampai yang paling rumit berupa alat

(counter current craig).

Pada praktikum yang dilaksanakan, ada percobaan

ekstraksi yang dilakukan yaitu

1. Pemisahan larutan Iod dalam air dan

menetukan konstanta distribusinya.

2. Pemisahan asam lemak dalam sabun dan

penentuan kadarnya

1. Pemisahan larutan Iod dalam air dan menetukan

konstanta distribusinya.

Pada percobaan ini praktikan akan mengekstraksi

kandungan Iod dalam larutan KI dengan menggunakan

13

pelarutan kloroform dan menetukan konstanta

distribusinya.

Ion I- merupakan senyawa halida yang mudah

larut dalam pelarut organik seperti kloroform maupun

pelarut air. Ketika kloroform di reaksikan dengan

ion I- dalam laruatn KI maka akan membentuk reaksi

kesetimbangan sebagai berikut :

CHCl3+I−¿→CHI3+3Cl

−¿¿¿

Reaksi ini terjadi karena daya oksidasi dari

Cl- yang lebih besar daripada I- sehingga dapat

mendesak I- untuk berikatan. Sedangkan ion I- dalam

KI akan terlarut dalam air membentuk kesetimbangan

ionisasi:

KI⇌K+¿+I−¿¿¿

Masing-masing pelarut tersebut memiliki

kelarutan yang berbeda satu sama lainnya. Disamping

itu kedua pelarut tersebut merupakn senyawa yang

tidak saling melarutkan, artinya ketika dicampurkan

maka akan terbentuk dua fasa yang berbeda pada

larutan, sehingga keduanya dapat dipisahkan

menggunakan corong pisah.

Sebelum memulai prosedur ekstraksi, perku

diketahui konsentrasi dari Ion I- yang akan

digunakan. Karena itu perlu dilakukan standarisasi

menggunakan larutan standar seperti Natrium

tiosulfat dengan metode titrasi.

14

Dari hasil pengamatan terhadap praktikum yang

dilakukan. Untuk larutan KI yang digunakan setelah

dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sebanyak 0,3

tetes diketahui normalitas dari larutan KI sebesar

0,0015 N. Reaksi yang berlangsung saat titrasi ini

yaitu:

I2(aq)+2Na2S2O3(aq)→2NaI(aq)+Na2S4O6(aq)

Natrium tiosulfat akan mereduksi I2 menjadi I-

disertai perubahan warna pada larutan, yang semla

kuning akibat adanya I2 menjadi bening ketika

menjadi I-.

Prosedur ekstraksi yang dilakukan menggunakan

25 ml larutan I- dengan pelarut kloroform sebanyak 25

ml dengan disertai penggojlogan yang bertujuan untuk

memaksimalkan proses reaksi ekstraksi.

Dari hasil pengamatn yang dilakukan, tidak

terbentuknya 2 fasa pada larutan. Kemungkinan

terjadi kesalahan dalam proses pelarutan ion I-

sebelumnya dengan pelarut air, sehingga pelarutan

tidak maksimal. Dengan mengambil 20 ml sampel dari

larutan tersebut, praktikan mencoba untuk mengetahui

jumlah mol ion I- yang terkandung dalam larutan

menggunakan metode titrasi dengan larutan standar

Natrium tiosulfat 0,1 N dan penambahan indikator

amilum.

15

Ketika indikator amilum ditambahkan dalam

larutan, maka akan terjadi reaksi pengikatan Ion I-

dengan amilum. Reaksinya:

I−¿+amilum→I−amilum¿

Setelah dilakukan titrasi maka reaksi yang terjadi

adalah:

2I−amilum+2S2O32−¿→2I−¿+S4O6

2−¿±amilum ¿¿¿

Penggunaan indikator kanji atau amilum ini

dalam proses titrasi natrium thiosulfat karena

Natrium thiosulfat lebih kuat pereaksinya

dibandingkan dengan amilum sehingga amilum atau

larutan kanji tersebut dapat didesak keluar dari

proses reaksi tersebut. Jadi hal ini menyebabkan

warna berubah kembali seperti semula setelah

dilakukannya titrasi dengan Natrium thiosulfat.

Sebanyak 0,5 ml titran Na-tiosulfat bereaksi

dengan larutan Iod membentuk perubahan warna pada

larutan, dari semula kuning menjadi bening. Dan

setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa jumlah

mol dari larutan I- setelah diekstraksi lebih besar

dari pada sebelum diekstraksi, yaitu dengan selisih

0,01 mmol.

Kejadian tersebut merupakan dampak dari tidak

terpisahnya larutan iod dalam kloroform maupun dalam

air. Kemungkinan terjadi reaksi yang berlebihan yang

menyebabkan adanya senyawa yang ikut beraksi dengan

Na-tiosulfat sehingga perhitungannya tidak sesuai

16

dengan teori yang ada. Dan efek lain dari tidak

terpisahnya kedua pelarut tersebut, praktikan tidak

dapat menentukan konstanta distribusi pelarut dalam

prosedur ekstraksi larutan iod ini.

2. Pemisahan asam lemak dalam sabun dan penetuan

kadarnya

Prosedur ini menjelaskan bagaimana proses

ekstraksi senyawa yang terkandung dalam sabun

menggunakan metode ekstraksi pelarut. Diketahui

bahwa sabun merupakan persenyawaan antara senyawa

logam alkali dengan asam karbosilat. Reaksi ini

disebut saponifikasi, berikt reaksinya

R−COOH+NaOH⇌R−COO−Na+H2O

Reaksi ini berlangsung reversibel sehingga dapat

digunakan untuk menentukan kandungan asam lemaknya.

Pada praktikum yang dilakukan, sebanyak 0,5 gr

sabun dilarutkan dalam air untuk melarutkan ion-

ionya. Senyawa alkali karbosilat akan mengalami

reaksi penguraian membentuk asam lemaknya dan

larutan yang bersifat basa. Reaksinya:

R−COO−Na+H2O∆→RCOO−¿−H+¿+Na+¿−OH−¿¿ ¿¿¿

R−COO−Na+H2O∆→R−COOH+NaOH

Dengan terbentuknya kembali asam lemak dari

senyawanya, maka dapat diekstraksi untuk memperoleh

kadarnya.

17

Prosedur ekstraksi ini menggunakan pelarut

dietil eter. Sebanyak 20 ml larutan sabun diektraksi

dengan 10 ml dietil eter sebanyak 3 kali guna untuk

memaksimalkan pelarutan dari asam lemak. Kemudian

dari hasil ekstraksi dengan pelarut dietl eter

tersebut kemudian ditambahkan etanol untuk

melarutkan asam lemak yang terkandung pada pelarut

sebelumnya.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan kelarutan

pelarut dietil eter dengan etanol sangat besar. Hal

tersebut mengakibatkan tidak terpisahnya kedua

pelarut tersebut dalam larutan. karena itu praktikan

mengalami kesulitan dalam prosedur pemisahannya.

Setelah disimpulkan bahwa reaksi di atas tidak

dapat dipisahkan, maka praktikan melanjutkan

prosedur dengan menitrasi menggunakan larutan NaOH

0,1 N. Tujuan titrasi ini untuk menentukan jumlah

mol kandungan asam lemak dalam larutan sehingga

dapat diketahui kadarnya terhadap senyawa sampel.

Sebanyak 8,1 ml larutan NaOH digunakan untuk

menitrasi asam lemak dalam larutan yang terlebih

dahulu ditambahkan indikator PP sebagai media

perubahan. Dan setelah melalui perhitungan

diketahuilah jumlah mol asam lemak yang terkandung

dalam senyawa sabun yang digunakan yaitu sebanyak

0,23 gram (dengan menganggap bahwa kandungan asam

lemak yang dimaksud adalah asam stearat). Dengan

18

begitu kadar kandungan asam lemak dalam media

sampel yang digunakan sebesar 46 %.

V.Kseimpulan dalam Saran

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,

maka dapat disimpulkan:

1. Ekstraksi merupakan prosedur pemisahan yang

menggunakan prinsip perbedaan kelarutan

dalam sistemnya.

2. Proses pemisahan ekstraksi pelarut merupakan

prosedur pemisahan yang menggunakan media

pelarut dalam menentukan kuantitas ekstrak

yang akan dipisahkan.

3. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi

suatu zat trlarut (solut) diantara 2 fasa

cair yang tidak saling bercampur teknik

ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan

secara cepat dan bersih baik untuk zat

organic maupun untuk zat anorganik.

4. Larutan iod lebih banyak terdistribusi

kedalam kloroform dibandingkan air.

19

5. Kadar asam lemak dalam sabun diperoleh

sebesar 46 %.

V.2 Saran

Pada praktikum yang telah dilakukan, sebagai

saran dari praktikan yaitu perlu dilengkapi lagi

perlatan yang mendukung saat menjalankan praktikum,

karena pada praktikum sebelumnya terjadi

keterlambatan prosedur akibat kurangnya peralatan.

Diharapkan pada praktikum selanjutnya baik itu

peralatan maupu bahan tidak mengalami keterkendalaan

dalam hal pengadaannya.

VI.Daftar Pustaka

Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press.

Jakarta.

Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorgami Kualitatif Makro dan

Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka

Tim Kimia Analitik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik

II. Jambi : Universitas Jambi.

Underwood & R.A Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif.

Erlangga. Jakarta

20

Perhitungan

1. Penentuan larutan Iod dalam air dan menetukan

konstanta distribusinya

Penentuan norlmalitas larutan Iod dengan metode

titrasi menggunakan larutan standar Na2S2O3.

Persamaan reaksi yang terjadi:

I2(aq)+2Na2S2O3(aq )→2NaI(aq )+Na2S4O6(aq)

1 mol 2mol

A. Menentukan Normalitas larutan I2

Normalitas larutan iod sebelum diekstrak

Volume larutan Iod = 10 ml

Normailtas Na2S2O3 = 0,1 N

Volume titrasi Na2S2O3 = 0,3 ml

molNa2S2O3

2=molI2

N1xV1

2=N2xV2

0,1Nx0,3ml2

=N2x10ml

N2=0,1Nx0,3ml

2x10ml=0,0015N

Normalitas larutan Iod setelah diekstrak

21

Volume larutan Iod setelah diekstraksi =

20 ml

Normailtas Na2S2O3 = 0,1 N

Volume titrasi Na2S2O3 = 0,5

ml

Indikator amilum = 3

tetes

molNa2S2O3

2=molI2

N1xV1

2=N2xV2

0,1Nx0,5ml2

=N2x20ml

N2=0,1Nx0,5ml

2x20ml=0,00125N

B. Menentukan Mol I2 yang terekstrak

Mol I2 dalam larutan sebelum diekstrak

mol=NxV=0,0015Nx10ml=0,015mmol Mol I2 dalam larutan sesudah diekstrak

mol=NxV=0,00125Nx20ml=0,025mmol Selisih mol yang terekstrak (Δmol)

∆mol=molsebelumdiekstrak−molsesudahdiekstrak=0,015mmol−0,025mmol¿−0,01mmol

2. Penentuan kandungan asam lemak dalam sabun

A. Penentuan Normalitas ekstrakasam lemak

22

Volume ekstrak asam lemak = 20 ml

Normalitas NaOH = 0,1 N

Volume NaOH = 8,1 ml

molasamlemak=molNaOHN1xV1=N2xV2

N1x20ml=0,1Nx8,1ml

N1=0,1Nx8,1ml

20ml=0,405N

B. Penentuan mol ekstrak asam lemak

molektrakasamlemak=NxV=0,405Nx20ml=0,81mmolmassaesktraasamlemak (asamstearat)=molxMr

¿0,81mmolx284,48 mgmmol

¿230,4288mg=0,23gr

23

kadarasamlemakdalamsabun=massaasamlemak

massasabunx100%=

0,23gr0,5gr

x100%=46%

Lampiran

1. Suatu zat x dalam pelarut B memiliki KD sebesar

500 ingin diekstraksi dengan pelarut A. jika

volum pelarut B dan A masing-masing 100 ml.

dilakukan dua cara ekstraksi, yang pertama

dengan menggunakan 100 ml larutan A sekaligus

dan kedua dilakukan ekstraksi secara bertahap

sebanyak 10 kali dengan 10 ml pelarut A tiap

kali ekstraksi. Perlihatkan dengan perhitungan

bahwa cara kedua lebih evisien?

Jawab:

Penyelesaian

mis : massa awal sampel = 5 gram

dik : KD = 500

Vair = 100 mL

Vorg = 100 mL

Wo = 5 gram

dit : W1 ….. ?

Jawab :

W1=Wo[ VairKD.Vorg+Vair ]1

24

= 5gr [ 100mL500.100mL+100mL ]1

= 5gr [100mL50100 ]1 = 0,078

Zat yang terekstraksi dapat dihitung

menggunakan rumus :

W = WO – W1

= 5 gram – 0,078

= 4,922

Untuk ekstraksi berulang sebanyak 10 kali

W1=Wo[ VairKD.Vorg+Vair ]10

= 5gr [ 100mL500.10mL+100mL ]10

= 5gr [100mL5100 ]10 = 19.10-30

Zat yang terekstraksi dapat dihitung

menggunakan rumus :

W = WO – W1

= 5 gram – 19.10-30

25

= 4,999999999999999999999999002

Dari perhitungan didapat hasil, bahwa ekstraksi

berulang jauh lebih effisien. Berdasarkan

literatur, ekstraksi dengan bayak pengulangan

lebih efektif karena jumlah zat terlarut yang

tertinggal setiap kali ekstraksi akan semakin

berkurang

2. Buatlah reaksi redoks yang terjadi pada titrasi

iod dengan Na-tiosulfat dan tentukan berapa

kadar iod jika volume Na-tiosulfat 0,1 N yang

terpakai sebanyak 1 ml?

Jawab:

Reaksi redoks

I2+2S2O32−¿→2I−¿+S4O6 2−¿¿¿ ¿

0 +2 -1 +2,5

Reduksi

oksidasi

Reduksi : 2I- + 2e- I2

Oksidasi : 2S2O32- S4O6

2- + 2e

Hasil : I2 + 2S2O32- 2I- + S4O6

2-

3. Jenis asam lemak apakah yang umumnya terdapat

dalam minyak dan berapakah massa molekul

relative dari massa asam stearat?

26

Jawab :

Umumnya asam lemak yang terkandung dalam minyak

adalah asam lemak jenuh, seperti asam stearat

yang mempunyai rumus molekul C17H35COOH dengan

massa atom relative sebesar 284,48 g/mol

Pertanyaan pascapraktikum

1. Pada titrasi iod dalam kloroform dengan Na-

tiosulfat tidak digunkan indicator amilum,

sedangkan pada titrasi iod dalam air digunakan

indicator amilum. Mengapa demikian, apakah

tujuannya, jelaskan?

Jawab:

digunakan indicator amilum yang berfungsi untuk

mengetahui apakah seluruh iod telah habis

bereaksi atau belum.

2. Hitunglah konstanta distribusi dalam iod

berdasarkan data hasil percobaan, bandingkan

dengan data dari literature, serta hitung

persentase kesalahan?

Jawab:

Berdasarkan literature :

KD = C1 / C2

= 0,098 / 0,888

= 1,11364

27

3. Hitunglah kadar asam lemah dalam sabun, anggap

saja bahwa asam lemah yang ada dalam sabun hanya

asam stearat?

Jawab:

Volume ekstrak asam lemak = 20 ml

Normalitas NaOH = 0,1 N

Volume NaOH = 8,1 ml

molasamlemak=molNaOHN1xV1=N2xV2

N1x20ml=0,1Nx8,1ml

N1=0,1Nx8,1ml

20ml=0,405N

molektrakasamlemak=NxV=0,405Nx20ml=0,81mmolmassaesktraasamlemak (asamstearat )=molxMr

¿0,81mmolx284,48 mgmmol

¿230,4288mg=0,23gr

kadarasamlemakdalamsabun=massaasamlemak

massasabunx100%=

0,23gr0,5gr

x100%=46%

28