Makalah Hukum Bisnis Kelompok 6

23
KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul Perlindungan Konsumen “. Didalam pembuatan makalah ini, kami berusaha menguraikan dan menjelaskan tentang perlindungan terhadap konsumen. Akhir kata kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran, kritik dan petunjuk d a r i berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari. Semoga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan informasi pada masa yang akan datang, terimakasih. 1

Transcript of Makalah Hukum Bisnis Kelompok 6

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya k a m i d a p a t m e n y e l e s a i k a n m a k a l a h i n i t e p a t p a d a w a k t u n y a . M a k a l a h i n i b e r j u d u l “  Perlindungan Konsumen “.

Didalam pembuatan makalah ini, kami berusaha menguraikan dan menjelaskan tentang perlindungan terhadap konsumen. Akhir kata kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya, o leh karena i tu kami mengharapkan saran, kr i t ik dan petunjuk dar i  berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari. Semoga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan informasi pada masa yang akan datang, terimakasih.

1

Bandung, 6 Maret 2015

Kelompok 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………......2

BAB I

PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………..3

1.1            Latar Belakang………………………………………………………………………….3

1.2            Identifikasi Masalah……………………………………………………………….....4

BAB IITINJAUAN TEORI………………………………………………………………………………..5

2.1 Pengertian dan Pengaturan Perlindungan Konsumen………………………..5

2.2 Klausula Baku Dalam Perjanjian……………………………………………………..6

2.3 Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha…………………………….7

2

2.4 Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen……………………………………….9

2.5 Tujuan Perlindungan Konsumen……………………………………………………10

2.6 Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha…......................................10

2.7 Penegakan Hukum Konsumen………………………………………………………11

BAB III

KASUS…………………………………………………………………………………………………..14

3.1 Kasus Perlindungan Konsumen di Indonesia…………………………………..14

BAB IV PEMBAHASAN KASUS………………………………………………………………………..15

4.1 Analisis Kasus ……………………………………………………………………………..15

BAB V KESIMPULAN & SARAN….…………………………………………………………………..18

5.1

Kesimpulan………………………………………………………………………………....18

5.2

Saran……………………………………………………………………………………………18

3

DAFTAR PUSTAKA

…………………………………………………………………………………………………...19

BAB IPENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Perlindungan konsumen a d a l a h j a m i n a n y a n g s e h a r u s n y a d i d a p a t k a n o l e h p a r a konsumen atas setiap produk bahan makanan yang dibeli. Namun dalam kenyataannya saat ini konsumen seakan-akan d ianak t i r ikan oleh para produsen. Dalam beberapa kasus banyak  di temukan pelanggaran-pelanggaran yang merugikan para konsumen dalam t ingkatan yang dianggap membahayakan kesehatan bahkan jiwa dari para konsumen. Beberapa contohnya adalah : M a k a n a n k a d a l u a r s a y a n g k i n i b a n y a k b e r e d a r b e r u p a p a r c e l d a n p r o d u k - p r o d u k   kadaluarsa pada dasarnya sangat berbahaya karena berpotensi ditumbuhi jamur dan bakteriyang akhirnya bisa menyebabkan keracunan.

Masih ditemukan ikan yang mengandung formalin dan boraks, seperti kita ketahui bahwakedua jenis cairan kimia ini sangat berbahaya jika dikontaminasikan dengan bahan makanan, ditambah lagi jika bahan makanan yang sudah terkontaminasi dengan formalin dan boraks t e r s e b u t d i k o n s u m s i s e c a r a t e r u s - m e n e r u s a k i b a t k e t i d a k t a h u a n k o n s u m e n m a k a kemungkinan besar yang terjadi adalah timbulnya sel-sel kanker yang pada akhirnya dapat memperpendek usia hidup atau menyebabkan kematian.

Daging sisa atau bekas dari hotel dan restoran yang diolah kembali, beberapa waktu lalu publ ic d igemparkan dengan isu mengenai dag ing bekas hotel dan restoran yang dio lah kembal i atau d ikenal dengan sebutan daging l imbah atau daging sampah. Mendengar  namanya saja kita akan merasa jijik dan seakan-akan tidak percaya pada hal tersebut, namun fakta menyebutkan bahwa dikawasan cengkareng, Jakarta Barat te lah d i temukan serta d i t a n g k a p s e o r a n g p e l a k u p e n g o l a h a n d a g i n g s a m p a h . D a l a m p e n g a k u a n n y a p e l a k u menjelaskan tahapan-tahapan yang ia lakukan, yaitu ; Limbah daging dibersihkan lalu dicucidengan cairan formalin, selanjutnya diberi pewarna tekstil dan daging digoreng kembali sebelum dijual dalam berbagai bentuk seperti sup, daging empal dan bakso sapi. Dan halyang lebih mengejutkan lagi adalah

4

pelaku mengaku bahwa praktik tersebut sudah ia jalani selama 5 (lima) tahun lebih.

Produk susu China yang mengandung melamin. Ber i ta yang sempat menghebohkan  publik China dan juga Indonesia adalah ditemukannya kandungan melamin di dalam produk- produk susu buatan China. Zat melamin itu sendiri merupakan zat yang biasa digunakan d a l a m p e m b u a t a n p e r a b o t a n r u m a h t a n g g a a t a u p l a s t i k . N a m u n j i k a z a t m e l a m i n i n i dicampurkan dengan susu maka secara otomatis akan meningkatkan kandungan protein pada susu. Walaupun demikian, hal ini bukan menguntungkan para konsumen justru sebaliknya h a l i n i s a n g a t m e r u g i k a n k o n s u m e n . K a n d u n g a n m e l a m i n y a n g a d a p a d a s u s u i n i menimbulkan efek samping yang sangat berbahaya. Faktanya banyak bayi yang mengalami penyakit-penyaktit tidak lazim seperti, gagal ginjal, bahkan tidak sedikit dari mereka yang meninggal dunia.

Dar i keempat contoh diatas dapat k i ta ketahui bahwa konsumen menjadi p ihak yang  pal ing d irug ikan. Sela in konsumen harus membayar dalam jumlah atau harga yang boleh dikatakan semakin lama semakin mahal, konsumen juga harus menanggung resiko besar yang membahayakan kesehatan dan jiwanya hal yang memprihatinkan adalah peningkatan harga yangterus menerus terjadi tidak dilandasi dengan peningkatan kualitas atau mutu produk. Hal-hal tersebut mungkin disebabkan karena kurangnya pengawasan dari Pemerintah serta badan-badan hukum sepert i Dinas kesehatan, satuan Po l is i Pamong Praja , serta d inas Perdagangan dan Perindustrian setempat. Eksistensi konsumen tidak sepenuhnya dihargai karenatujuan utama dari penjual adalah memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dalam jangka pendek bukan untuk jangka panjang. O l e h k a r e n a i t u , k a m i m e n y u s u n m a k a l a h i n i y a n g b e r i s i t e n t a n g P e r l i n d u n g a n konsumen. Dalam makalah ini kami akan menjelaskan lebih lanjut serta membuat solusi yang mungkin akan berguna bagi pembaca khususnya mahasiswa/I dimasa yang akan datang.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam makalah ini penulis akan membahas sebagai berikut:1. Pengertian dan pengaturan perlindungan konsumen,2. Klausula Baku Dalam Perjanjian 3. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha 4. Asas Perlindungan Konsumen5. Tujuan Perlindungan Konsumen 6. Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha7. Penegakan Hukum Konsumen

5

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian dan Pengaturan Perlindungan Konsumen

Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda).15 Pengertian tersebut secara harfiah diartikan sebagai ”orang atau perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu” atau ”sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang”.16 Amerika Serikat mengemukakan pengertian ”konsumen” yang berasal dari consumer berarti ”pemakai”, namun dapat juga diartikan lebih luas lagi sebagai ”korban pemakaian produk yang cacat”, baik korban tersebut pembeli, bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan korban yang bukan pemakai, karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula oleh korban yang bukan pemakai.17 Perancis berdasarkan doktrin dan yurisprudensi yang berkembang mengartikan konsumen sebagai ”the person who obtains goods or services for personal or family purposes”. Dari definisi diatas terkandung dua unsur, yaitu (1) konsumen hanya orang dan (2)

6

barang atau jasa yang digunakan untuk keperluan pribadi atau keluarganya.

Istilah konsumen juga dapat kita temukan dalam peraturan perundang-undangan Indonesia. Secara yuridis formal pengertian konsumen dimuat dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, ”konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”

Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar hukum yang pasti, perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan penuh optimisme. Pengaturan tentang hukum perlindungan konsumen telah diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPK disebutkan bahwa Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen berupa perlindungan terhadap hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-undang khusus, memberi harapan agar pelaku usaha tidak bertindak sewenang-wenang yang selalu merugikan hak-hak konsumen. UU Perlindungan Konsumen memiliki beberapa asas, yakni:

1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar – besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan pada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajiban secara adil.

3. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan. Dan keselamatan kepada konsumen jasa dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang / jasa yang dikonsumsi.

4. Asas kesimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah.

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaran perlindungan konsumen serta Negara menjamin kepastian hukum.

Sedangkan yang merupakan tujuan dari perlindungan konsumen yang diatur dalam UU No.8 Tahun 1995 adalah sebagai berikut:

7

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang / jasa.

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak – haknya sebagai konsumen.

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha

6. Meningkatkan kualitas barang / jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang / jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

2.2 Klausula Baku Dalam Perjanjian Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-

syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan / atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen, klausula Baku aturan sepihak yang dicantumkan dalam kuitansi, faktur / bon, perjanjian atau dokumen lainnya dalam transaksi jual beli tidak boleh merugikan konsumen.

Saat ini dengan lahirnya UU No. 8 Tahun 1999, pencantuman klausula baku dalam dokumen atau perjanjian, dibatasi guna menempatkan kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak. Pasal 18 UU No. 8 Tahun 1999 tersebut menyatakan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang / jasa yang ditunjukan untuk diperdagangkan dilarang membuat / mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen atau perjanjian apabila :

1. Pengalihan tanggungjawab dari pelaku usaha kepada konsumen;2. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang

dibeli konsumen;3. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan uang yang dibayarkan

atas barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen;4. Pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli secara angsuran;

5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli konsumen;

8

6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;

7. Tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan atau lanjutan dan / atau pengubahan lanjutan yang dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;

8. Konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;

2.3 Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha

Sebagai pemakai barang dan/ atau jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Pengetahuan akan hak-hak konsumen adalah hal yang sangat penting agar masyarakat dapat bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri sehingga ia dapat bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya ketika ia menyadari hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.

Secara umum dikenal 4 (empat) hak dasar konsumen, yaitu :33

1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety) Konsumen berhak mendapatkan keamanan dan barang dan jasa

yang ditawarkan kepadanya. Produk barang dan jasa itu tidak boleh membahayakan jika dikonsumsi sehingga konsumen tidak dirugikan baik secara jasmani atau rohani terlebih terhadap barang dan/ atau jasa yang dihasilkan dan dipasarkan oleh pelaku usaha yang berisiko sangat tinggi .34Untuk itu diperlukan adanya pengawasan secara ketat yang harus dilakukan oleh pemerintah. 2. Hak untuk mendapatkan informasi (the right tobe informed)

Setiap produk yang diperkenalkan kepada konsumen harus disertai informasi yang benar baik secara lisan, melalui iklan di berbagai media, atau mencantumkan dalam kemasan produk (barang). Hal ini bertujuan agar konsumen tidak mendapat pandangan dan gambaran yang keliru atas produk barang dan jasa.

3. Hak untuk memilih (the right to choose)

Konsumen berhak untuk menentukan pilihannya dalam mengkonsumsi suatu produk. Ia juga tidak boleh mendapat tekanan dan paksaan dari pihak luar sehingga ia tidak mempunyai kebebasan untuk membeli atau tidak membeli

9

4. Hak untuk didengar (the right to be heard)

Hak ini berkaitan erat dengan hak untuk mendapatkan informasi. Ini disebabkan informasi yang diberikan oleh pihak yang berkepentingan sering tidak cukup memuaskan konsumen.36 Untuk itu konsumen harus mendapatkan haknya bahwa kebutuhan dan klaimya bisa didengarkan, baik oleh pelaku usaha yang bersangkutan maupun oleh lemabaga-lembaga perlindungan konsumen yang memperjuangkan hak-hak konsumen.Selain keempat Hak diatas, Hak-hak Konsumen juga diatur dalam

Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yaitu sebagai berikut :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/ atau jasa;

2. Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang dan/ atau jasa tersebut sesuai dengannilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannyaa atas barang dan/ atau jasa yang digunakan;

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif; 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau

penggantian, apabila barang dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Selain memperoleh hak tersebut, konsumen juga mempunyai kewajiban. Ketentuan kewajiban konsumen dapat kita lihat dalam Pasal 5 UUPK, yaitu :

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/ atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

2. Beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/ atau jasa;

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; 4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

Undang-undang Perlindungan Konsumen tidak hanya mengatur tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban konsumen, melainkan juga hak-hak dan kewajiban-kewajiban pelaku usaha. Pasal 1 ayat (3) UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memberikan pengertian

10

”pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri amupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”. Pelaku usaha yang termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.

Untuk menciptakan kenyamanan berusaha bagi para pelaku usaha dan sebagai keseimbangan atas hak-hak yang diberikan kepada konsumen, kepada pelaku usaha diberikan hak sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 UUPK. Hak Pelaku Usaha adalah :

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan;

2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang tidak beriktikad tidak baik;

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan;

5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Sebagai konsekuensi dari hak konsumen, maka kepada pelaku usaha dibebankan pula kewajiban-kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 7 UUPK, yakni :

1. beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; 2. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/ atau atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;

3. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

4. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/ atau jasa yang berlaku;

5. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/ atau mencoba barang dan/ atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/ atau garansi atas barang yang dibuat dan/ atau diperdagangkan;

6. memberi kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan.

7. memberi kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

11

2.4 Asas Perlindungan Konsumen

Beberapa asas perlindungan konsumen dapat kita lihat dalam Pasal 2 UUPK sebagai berikut :

a. Asas Manfaat

Asas ini mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara bersamaan. Asas ini menghendaki bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk menempatkan salah satu pihak di atas pihak lain atau sebaliknya, tetapi untuk memberikan perlindungan kepada masing-masing pihak yaitu kepada produsen dan konsumen apa yang menjadi haknya dan berada pada posisi sejajar.

b. Asas Keadilan Maksud daripada asas ini agar partisipasi seluruh masyarakat dapat

diwujudkan secara maksimal dan dapat memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk mendapatkan haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. Asas ini menghendaki bahwa melalui pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen, pelaku usaha dan konsumen dapat berlaku adil dalam memperoleh hak dan melaksanakan kewajibannya. c. Asas Keseimbangan

Asas ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah baik materil atau spiritual. Asas ini menghendaki agar kepentingan konsumen, produsen dan pemerintah diatur dan harus diwujudkan sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing.

d. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen Maksud asas ini adalah untuk memberikan jaminan atas keamanan

dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/ atau jasa yang akan digunakan oleh konsumen.

e. Asas Kepastian Hukum Asas ini dimaksudkan agar konsumen dan pelaku usaha menaati

hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara yang menjamin kepastian hukum.

12

2.5 Tujuan Perlindungan Konsumen Pasal 2 UUPK menyebutkan tujuan perlindungan konsumen sebagai

berikut : 1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri. 2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang/ jasa. 3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen. 4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

6. Meningkatkan kualitas barang/ jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang/ jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

2.6 Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha Untuk melindungi pihak konsumen dari ketidakadilan, perundang-

undangan memberikan larangan-larangan tertentu kepada pelaku usaha dalam hubungan dengan kegiatannya sebagai pelaku usaha. Larangan-larangan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Larangan yang berhubungan dengan barang atau jasa yang diperdagangkan.

2. Larangan yang berhubungan dengan promosi/iklan yang menyesatkan.3. Larangan dalam hubungan dengan penjualan barang secara obral atau

lelang yang menyesatkan.4. Larangan yang berhubungan dengan waktu dan jumlah yang tidak

diinginkan.5. Larangan terhadap tawaran dengan iming-iming hadiah.6. Larangan terhadap tawaran dengan paksaan.7. Larangan terhadap tawaran dalam hubungan dengan pembelian

melalui pesanan.8. Larangan yang berhubungan dengan pelaku usaha periklanan.9. Larangan yang berhubungan dengan klausula baku.

2.7 Penegakan Hukum Konsumen

13

A. Konsekuensi Yuridis terhadap Pelanggaran Perundang-Undangan tentang Perlindungan Konsumen

Pelaku usaha yang melanggar ketentuan perundang-undangan tentang perlindungan konsumen berakibatkan terhadap konsekuensi-konsekuensi hukum sebagai berikut:i. Kewajiban pelaku usaha/importer/penjual untuk menghentikan

kegiatannya atau menarik barangnya dari peredaran, dan atauii. Memberikan ganti rugi kepada konsumen dalam waktu 7 (tujuh) hari

setelah transaksi dengan beban pembuktian di pihak pelaku usaha/importir/penjual, dan/atau

iii.Tuntutan pidana kepada pelaku usaha/importir/penjual, dengan beban pembuktian pada pelaku usaha/importir/penjual tersebut.

B. Badan Perlindungan Konsumen Nasional

Untuk mengembangkan upaya perlindungan konsumen, dibentuk Badan Perlindungan Konsumen Nasional yang berkedudukan di ibu kota Negara, dengan anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usulan menteri setelah dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Bila perlu, Badan Perlindungan Konsumen Nasional dapat membentuk perwakilan di daerah tingkat provinsi.

Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:

i. Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka menyusun kebijakan di bidang perlindungan nasional.

ii. Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap perundang-undangan.

iii. Melakukan penelitian terhadap barang dan atau jasa yang menyangkut keselamatan konsumen.

iv. Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

v. Memasyarakatkan prinsip perlindungan konsumen.vi. Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen.vii. Melakukan survei yang menyangkut dengan kebutuhan konsumen.viii.Bekerja sama dengan organisasi konsumen internasional.

C. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat yang memenuhi syarat, diakui oleh pemerintah. Lembaga ini mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:i. Menyebarluaskan informasi untuk meningkatkan kesadaran tentang

perlindungan konsumen.

14

ii. Memberi nasihat kepada konsumen yang memerlukannya.iii. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan

perlindungan konsumen.iv. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk

menerima keluhan atau pengaduan dari konsumen.v. Melakukan peengawasan bersama dengan pemerintah dan

masyarakat terhadap jalannya perlindungan konsumen ini.

D. Badan Penyelesaian Sengketa KonsumenMenyelesaikan sengketa kkonsumen dapat dilakukan didalam

pengadilan(peradilan umum)maupun di luar pengadilan, berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.Jadi para pihak dapat memilih secara sukarela penyelesaian sengketa konsumennya,bias melalui pengadilan atau diluar pengadilan.Menurut 45 ayat (2) UU no.8 tahun 1999 menyatakan bahwa:

“penyelesaian sengketa konsumen tidak menutup kemungkinan penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa yaitu tanpa melalui pengadilan atau badan penyelesaian sengketa konsumen dan tidak bertentangan dengan undang undang ini.”

Tugas dari badan penyelesaian sengketa konsumen adalah sebagai berikut:

i. Menangani penyelesaiain sengketa konsumen dengan cara mediasi,konsolidasi dan arbitrase

ii. Memberikan konsultasi perluindungan llonsumen.iii. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku.iv. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran

ketentuan perundang undangan di bidang perlindungan konsumenv. Menerima pengaduan konsumen.vi. Melakukan penelitian dan pemeriksaan atas sengketa perlindungan

konsumen.vii. Memanggil pelaku usaha yang di duga melakukan pelanggaran.viii. Memanggil dan menghadirkan saksi saksi ix. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku

usaha,saksi,saksi ahli, atau pihak pihak lainnyax. Mendapatkan,meneliti dan menilai alat bukti dokumen atau alat

bukti lainxi. Menetapkan ada atau tidaknya kerugian konsumen xii. Memberikan pemberitahuan putusan kepada pelaku usaha yang

bersangkutan.xiii. Menjatuhkan sanksi administrasi kepada pelaku usaha berupa ganti

rugi maksimum Rp.200.000.000

E. Penerapan Sanksi - Sanksi

15

sanksi sanksi yang dapat di jatuhkan kepada konsumen adalah sebagai berikut:i. Sanksi Pidana

Sanksi pidana berupa pidana pokok, yaitu:1. Penjara maksimum 5 tahun atau denda 2.000.000.000 ,00 untuk

perbuatan tertentu,2. Penjara maksimum 2 tahun atau denda 500.000.000,00 untuk

perbuatan tertentu, atau pidana penjara umum atau denda umum yang berlaku

Disamping itu,terdapat suka pidana tambahan berupa:1. perampasan barang tertentu 2. pengumuman putusan hakim3. pembayaran ganti rugi4. penghentian kegiatan tertentu5. kewajiban penarikan barang darin peredaran.6. pencabutan izin usaha

ii. Sanksi Perdata Sanksi perdata kepada pihak pelaku usaha yang telah merugikan

konsumen mungkin diberikan dalam bentuk kompensasi atau ganti rugi perdata yang di jatuhkan oleh pengadilan perdata yang berwenangiii. Sanksi Administrasi

Selain itu tersedia juga sanksi administrasi bagi pelaku usaha yang melanggar perundang undangan yang berlaku ,berupa:

1. Sanksi administrasi berupa ganti rugi dapat di jatuhkan oleh badan penyelesaian sengketa konsumen atau pengadilan umum.

2. Sanksi administrasi lainnya yang dijatuhkan oleh pengadilan atau pejabat pemerintah yang berwenang.

F. Pembinaan dan Pengawasan Perlindungan KonsumenPasal 29 UU no.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

menegaskan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas pemnbinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin di perolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha.

Pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen meliputi upaya untuk:

1. Tercipta iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen.

16

2. Berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat

3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen.

Sedangkan menurut pasal 30 UU no .8 Tahun 1999,pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen diatur secara penerapan ketentuan peraturan perundang undangan di selenggarakan oleh:

1. Pemerintah,dilaksanakan oleh menteri dan /atau menteri teknis terkait.

2. Masyaeakat dan3. Lembaga perlindungan konsumen masyarakat,dilakukan terhadap

barang dan/atau jasa yang beredar di pasar dengan cara penelitian,pengujian,dan/survey

Hasil pengawasan yang di selenggarakan masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat dapat di sebarluaskan kepada masyarakat dan dapat di sampaikan kepada menteri dan menteri teknis.Ini berarti hasil pengawasan masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat tidak bersifat rahasia,sebab dapat di sebarluaskan. Peraturan pemerintah akan mengatur lebih lanjut ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen.

BAB IIIKASUS

3.1 Kasus Perlindungan Konsumen

“Penarikan Produk Obat Anti-Nyamuk HIT”Pada hari Rabu, 7 Juni 2006, obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan akan ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia, sementara yang di pabrik akan

17

dimusnahkan. Sebelumnya Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi mendadak di pabrik HIT dan menemukan penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat turunan Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT Megarsari Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni 2006.Korbannya yaitu seorang pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT.Masalah lain kemudian muncul. Timbul miskomunikasi antara Departemen Pertanian (Deptan), Departemen Kesehatan (Depkes), dan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Menurut UU, registrasi harus dilakukan di Depkes karena hal tersebut menjadi kewenangan Menteri Kesehatan. Namun menurut Keppres Pendirian BPOM, registrasi ini menjadi tanggung jawab BPOM.Namun Kepala BPOM periode sebelumnya sempat mengungkapkan, semua obat nyamuk harus terdaftar (teregistrasi) di Depkes dan tidak lagi diawasi oleh BPOM.Ternyata pada kenyataanya, selama ini izin produksi obat anti-nyamuk dikeluarkan oleh Deptan. Deptan akan memberikan izin atas rekomendasi Komisi Pestisida. Jadi jelas terjadi tumpang tindih tugas dan kewenangan di antara instansi-instansi tersebut.

BAB IVPEMBAHASAN KASUS

18

4.1 Analisis KasusDalam kasus ini terdapat salah satu hak konsumen yang dilanggar

berdasarkan Pasal 4 Butir A Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK), yaitu hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

Sesuai Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, maka PT Megarsari Makmur dinyatakan bersalah karena obat anti-nyamuk HIT diatas menggunakan pestisida, diklorvos (zat turunan Chlorine) yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung, yang berarti PT Megarsari Makmur telah melanggar hak konsumen untuk kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

Dalam kasus tersebut PT Megarsari Makmur juga dilaporkan ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya karena salah satu konsumennya mengalami gangguan kesehatan setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat-nyamuk HIT.

Sesuai Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, maka PT Megarsari Makmur juga bersalah karena tidak menjalankan kewajibannya(BAB III Pasal 7 Butir D UUPK) untuk menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku sehingga menyebabkan salah satu konsumennya mengalami gangguan kesehatan.

Berhubungan dengan hal tersebut PT Megarsari Makmur harus menjalankan kewajibannya(BAB III Pasal 7 Butir F UUPK) yaitu memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan, dalam hal ini PT Megarsari Makmur harus membawa salah satu konsumennya yang mengalami gangguan kesehatan setelah menggunakan obat-nyamuk HIT tersebut ke rumah sakit untuk berobat.

19

kami setuju dengan tindakan salah satu konsumen obat-nyamuk HIT yang melaporkan PT Megarsari Makmur ke kepolisian. kami setuju karena, apabila konsumen tersebut merasa dirugikan tetapi ia tetap diam saja maka dikhawatirkan akan lebih banyak lagi konsumen yang mengalami gangguan kesehatan dan pemerintah juga dapat segera menangani kasus tersebut dengan memberantas peredaran obat-nyamuk HIT tersebut di pasaran.

Konsumen sebenarnya juga harus lebih selektif untuk memilih produk apa yang akan mereka konsumsi, dan juga harus lebih selektif. Kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang berkualitas kini juga semakin menipis, masyarakat Indonesia kini cenderung lebih memilih produk yang murah dibandingkan yang berkualitas. Peran masyarakat juga sangat penting didalam memberantas produk berbahaya tesebut, karena pemerintah tidak akan pernah tahu produk apa yang membahayakan apabila masyarakat tidak mengadukannya kepada pemerintah. Walaupun dalam pengedaran produknya harus diregistrasi terlebih dahulu oleh Departemen Kesehatan, namun karena terjadi tumpang tindih kekuasaan antara Departemen Pertanian, Departemen Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maka banyak muncul kebingungan dari pihak produsen.

Agar tidak terjadi lagi kejadian-kejadian yang merugikan bagi konsumen, maka kita sebagai konsumen harus lebih teliti lagi dalam memilah milih barang/jasa yang ditawarkan dan adapun pasal-pasal bagi konsumen, seperti:

1. Kritis terhadap iklan dan promosi dan jangan mudah terbujuk;2. Teliti sebelum membeli;3. Biasakan belanja sesuai rencana;4. Memilih barang yang bermutu dan berstandar yang memenuhi

aspek keamanan, keselamatan,kenyamanan dan kesehatan;5. Membeli sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan;6. Perhatikan label, keterangan barang dan masa kadaluarsa;

20

BAB VKESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan terhadap Perlindungan Konsumen

Dengan adanya UU Perlindungan Konsumen ini sudah cukup representatif apabila telah dipahami oleh semua pihak, karena di dalamnya juga memuat jaminan adanya kepastian hukum bagi konsumen, meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen, meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandir ian konsumen untuk mel indungi d i r i , mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif   pemakaian barang dan/atau jasa, meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memil ih , m e n e n t u k a n d a n m e n u n t u t h a k - h a k n y a s e b a g a i k o n s u m e n . F a c t o r u t a m a y a n g m e n j a d i kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen.

5.2 Saran

P e m e n u h a n h a k - h a k k o n s u m e n s e b a g a i s a l a h s a t u p e l a k u u s a h a s e h i n g g a t e r c i p t a kenyamanan dalam transaksi perdagangan.Mempertegas tanggungjawab pelaku usaha sebagaimana diatur dalam undang-undang sehingga tidak merugikan konsumen.Pemerintah bertanggungjawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumenyang menjamin d iperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta d i laksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha.

21

Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat,dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

DAFTAR PUSTAKANurani,Nina.2009.Hukum Bisnis Suatu Pengantar.Bandung. TLO: CV. Insan Mandiri.

Lesmana,Ayi.2013.Hukum Bisnis.http://ayicandralesmana23.blogspot.com/2013/10/makalah- hukum-bisnis-tentang.html.4 Februari 2015

Inola,Ravi.2014.Perlindungan Konsumen.http://riaviinola.blogspot.com/2014/09/makalah- perlidungan-konsumen.html.4 Februari 2015

Widiawati.2013.Kasus Perlindungan Konsumen.http://widiawati-blogs. blogspot. com/2013/07/ contoh-kasus-perlindungan-konsumen.html.4 Februari 2015

Sabil,Silmi.2013.Kasus Perlindungan Konsumen.http://silmi-sabila.blogspot.com/2013/07/ contoh-kasus-perlindungan-konsumen.html.4 Februari 2015

Cuzzyncuz.2013.Perlindungan Konsumen.http://cuzzyncuz.wordpress.com/2013/05/20/ perlindungan-konsumen-dan-contoh-kasus/.4 Februari 2015

22

Rahayu,Nadia.2012.Perlindungan Konsumen.http://nadi4rahayu.blogspot.com/2012/12/ makalah-perlindungan-konsumen.html.4 Februari 2015

Nunung,Ardita.2013.Hukum Bisnis.http://arditanunung.blogspot.com/2013/05/makalah- hukum-bisnis-tentang.html.4 Februari 2014

23