makalah etika bisnis

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari etika dan bagaimana etika menurut perspektif barat maupun menurut perspektif Islam ? 2. Apa pengertian dari bisnis ? 3. Apa pengertian etika bisnis ? 4. Apa pengertian etika bisnis dalam ekonomi Islam ? 5. Apa saja indikator etika bisnis ? 6. Apa saja prinsip etika dalam berbisnis ? 7. Bagaimana ketentuan umum etika bisnis dalam ekonomi Islam ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian etika dan bagaimana etika menurut perspektif barat maupun menurut perspektif Islam. 2. Untuk mengetahui pengertian dari bisnis. 3. Untuk mengetahui pengertian etika bisnis. Etika Bisnis 1

Transcript of makalah etika bisnis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari etika dan bagaimana etika

menurut perspektif barat maupun menurut perspektif

Islam ?

2. Apa pengertian dari bisnis ?

3. Apa pengertian etika bisnis ?

4. Apa pengertian etika bisnis dalam ekonomi Islam ?

5. Apa saja indikator etika bisnis ?

6. Apa saja prinsip etika dalam berbisnis ?

7. Bagaimana ketentuan umum etika bisnis dalam

ekonomi Islam ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian etika dan bagaimana

etika menurut perspektif barat maupun menurut

perspektif Islam.

2. Untuk mengetahui pengertian dari bisnis.

3. Untuk mengetahui pengertian etika bisnis.

Etika Bisnis 1

4. Untuk mengetahui pengertian etika bisnis dalam

ekonomi Islam.

5. Untuk mengetahui saja indikator etika bisnis.

6. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika dalam

berbisnis.

7. Untuk mengetahui ketentuan umum etika bisnis

dalam ekonomi Islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Secara etimologi kata etika bersasal dari Yunani yang

dalam bentuk tunggal yaitu ethos dan dalam bentuk

jamaknya yaitu ta etha. “Ethos” yang berarti sikap cara

berpikir, watak kesusilaan atau adat. Kata ini identik

dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin

“mos” yang dalam bentuk jamaknya Mores yang berarti

juga adat atau cara hidup. Jadi secara etimologis,

etika adalah ajaran atau ilmu tentang adat kebiasaan

yangb erkenaan dengan kebiasaan baik atau buruk, yang

Etika Bisnis 2

diterima umum mengenai sikap, perbuatan, kewajiban dan

sebagainya

Menurut Larkin (2000) “Ethics is concerned with moral

obligation, responsibility, and social justice” . Hal ini berarti

bahwa etika sangat memperhatikan hal-hal yang

berhubungan dengan kewajiban moral, tanggung jawab dan

keadilan sosial. Etika yang dimiliki individu ini

secara lebih luas mencerminkan karakter

organisasi/perusahaan, yang merupakan kumpulan

individu-individu. Etika menjelaskan standar dan norma

prilaku baik dan buruk yang kemudian diimplementasikan

oleh masing-masing karyawan dalam organisasi

(Fatt,1995) dan (Louwers,1997). Etika menurut Gray

(1994) merupakan nilai-nilai tingkah laku atau aturan-

aturan tingkah laku yang diterima oleh suatu golongan

tertentu atau individu.

Untuk lebih jelas berikut pengertian etika dalam

perspektif yang berbeda antara perspektif barat dan

perspektif Islam.

a. Etika dalam Perspektif Barat

Dalam sistem etika Barat ini, ada tiga teori etika yang

akan dibahas, antara lain :

1. Teleologi

Teori yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham dan

John Stuart Mill ini mendasarkan pada dua konsep

Etika Bisnis 3

yakni : Pertama, konsep Utility (manfaat) yang

kemudian disebut Utilitarianisme. artinya,

pengambilan keputusan etika yang ada pada konsep

ini dengan menggunakan pertimbangan manfaat

terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya.

Dengan kata lain, sesuatu yang dinilai benar

adalah sesuatu yang memaksimalisasi apa yang baik

atau meminimalisir apa yang berbahaya bagi banyak

pihak. Maka, sesuatu itu dinilai sebagai perbuatan

etis ketika sesuatu itu semakin bermanfaat bagi

banyak orang.

Dan kedua, teori Keadilan Distribusi

(Distribitive Justice) atau keadilan yang

berdasarkan pada konsep Fairness. Inti dari teori

ini adalah perbuatan itu dinilai etis apabila

menjunjung keadilan distribusi barang dan jasa

berdasarkan pada konsep Fairness. Yakni konsep

yang memiliki nilai dasar keadilan.

Dalam hal ini, suatu perbuatan sangat beretika

apabila berakibat pada pemerataan atau kesamaan

kesejahteraan dan beban, sehingga konsep ini

berfokus pada metode distribusinya. Distribusi

sesuai bagiannya, kebutuhannya, usahanya,

sumbangan sosialnya dan sesuai jasanya, dengan

ukuran hasil yang dapat meningkatkan kerjasama

antar anggota masyarakat.

Etika Bisnis 4

2. Deontologi

Teori yang dikembangkan oleh Immanuel Kant ini

mengatakan bahwa keputusan moral harus berdasarkan

aturan-aturan dan prinsip-prinsip universal, bukan

"hasil" atau "konsekuensi" seperti yang ada dalam

teori teleologi. Perbuatan baik bukan karena

hasilnya tapi mengikuti suatu prinsip yang baik

berdasarkan kemauan yang baik.

Dalam teori ini terdapat dua konsep, yaitu :

Pertama, Teori Keutamaan (Virtue Ethics). Dasar

dari teori ini bukanlah aturan atau prinsip yang

secara universal benar atau diterima, akan tetapi

apa yang paling baik bagi manusia untuk hidup.

Dasar dari teori ini adalah tidak menyoroti

perbuatan manusia saja, akan tetapi seluruh

manusia sebagai pelaku moral. Memandang sikap dan

akhlak seseorang yang adil, jujur, mura hati, dsb

sebagai keseluruhan.

Kedua, Hukum Abadi (Eternal Law), dasar dari

teori ini adalah bahwa perbuatan etis harus

didasarkan pada ajaran kitab suci dan alam.

3. Hybrid

Dalam teori ini terdapat lima teori, meliputi :

a) Personal Libertarianism

Dikembangkan oleh Robert Nozick, dimana

perbuatan etikal diukur bukan dengan

Etika Bisnis 5

keadilan distribusi kekayaan, namun dengan

keadilan atau kesamaan kesempatan bagi semua

terhadap pilihan-pilihan yang ada

(diketahui) untuk kemakmuran mereka. Teori

ini percaya bahwa moralitas akan tumbuh

subur dari maksimalisasi kebebasan individu.

b) Ethical Egoism

Dalam teori ini, memaksimalisasi kepentingan

individu dilakukan sesuai dengan keinginan

individu yang bersangkutan. Kepentingan ini

bukan harus berupa barang atau kekayaan,

bisa juga berupa ketenaran, keluarga

bahagia, pekerjaan yang baik, atau apapun

yang dianggap penting oleh pengambil

keputusan.

c) Existentialism

Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah

Jean-Paul Sartre. Menurutnya, standar

perilaku tidak dapat dirasionalisasikan.

Tidak ada perbuatan yang benar-benar salah

ataua benar-benar benar atau sebaliknya.

Setiap orang dapat memilih prinsip etika

yang disukai karena manusia adalah apa yang

ia inginkan dirinya menjadi.

d) Relativism

Etika Bisnis 6

Teori ini berpendapat bahwa etika itu

bersifat relatif, jawaban dari etika itu

tergantung dari situasinya. Dasar pemikiran

teori ini adalah bahwa tidak ada kriteria

universal untuk menentukan perbuatan etis.

Setiap individu mempunyai kriteria sendiri-

sendiri dan berbeda setiap budaya dan

negara.

e) Teori Hak (right)

Nilai dasar yang dianut dalam teori in

adalah kebebasan. Perbuatan etis harus

didasarkan pada hak individu terhadap

kebebasan memilih. Setiap individu memiliki

hak moral yang tidak dapat ditawar.

b. Etika dalam Perpektif Islam

Masyarakat Islam adalah masyarakat yang dinamis sebagai

bagian dari peradaban. Dalam hal ini, etika dengan

agama berkaitan erat dengan manusia, tentang upaya

pengaturan kehidupan dan perilakunya. Jika barat

meletakkan "Akal" sebagai dasar kebenarannya. Maka,

Islam meletakkan "Al-Qur'an" sebagai dasar kebenaran.

Berbagai teori etika Barat dapat dilihat dari

sudut pandang Islam, sebagai berikut :

Etika Bisnis 7

1. Teleologi Utilitarian dalam Islam adalah hak

individu dan kelompok adalah penting dan

tanggungjawab adalah hak perseorangan.

2. Distributive Justice dalam Islam adalah Islam

mengajarkan keadilan. Hak orang miskin berada pada

harta orang kaya. Islam mengakui kerja dan

perbedaan kepemilikan kekayaan.

3. Deontologi dalam Islam adalah Niat baik tidak

dapat mengubah yang haram menjadi halal. Walaupun

tujuan, niat dan asilnya baik, akan tetapi apabila

caranya tidak baik, maka tetap tidak baik.

4. Eternal Law dalam Islam adalah Allah mewajibkan

manusia untuk mempelajari dan membaca wahyu dan

ciptaanNya. Keduanya harus dilakukan dengan

seimbang, Islam mewajibkan manusia aktif dalam

kegiatan duniawi yang berupa muamalah sebagai

proses penyucian diri.

5. Relativisme dalam Islam adalah perbuatan manusia

dan nilainya harus sesuai dengan tuntunan Al-

Qur'an dan Hadis. Prinsip konsultasi dengan pihak

lain sangat ditekankan dalam Islam dan tidak ada

tempat bagi egoisme dalam Islam.

6. Teori Hak dalam Islam adalah menganjurkan

kebebasan memilih sesuai kepercayaannya dan

menganjurkan keseimbangan. Kebebasan tanpa

tanggungjawab tidak dapat diterima. Dan

Etika Bisnis 8

tanggungjawab kepada Allah adalah hak

individu.Sistem saluran pemasaran (marketing channel

system) adalah sekelompok saluran pemasaran

tertentu yang digunakan oleh sbuah perusahaan dan

keputusan tentang system ini merupakan salah satu

merupakan keputusan terpenting yang dihadapi oleh

manajemen. Salah satu peran utama saluran

pemasaran adalah mengubah pembeli potensial

menjadi pelanggan yang menguntungkan. Saluran

pemasaran tidak hanya melayani pasar, tetapi

mereka juga harus membentuk pasar.

B. Pengertian Bisnis

Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris, yaitu business

(Plural business). Mengandung sejumlah arti diantaranya

: Commercial activity involving the exchange of moner for goods or

services – Usaha komersial yang menyangkut soal penukaran

uang bagi produsen dan distributor (goods) atau bidang

jasa (services)

Pengertian bisnis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah:

1. Kegiatan dengan mengarahkan tenaga pikiran atau

badan untuk mencapai suatu maksud.

2. Kegiatan di bidang perdagangan/perbisnisan..

Bisnis dapat pula diartikan berdasarkan konteks

organisasi atau perusahaan yaitu : usaha yang dilakukan

Etika Bisnis 9

orgnisasi atau perusahaan dengan menyediakan produk

barang atau jasa dengan tujuan memperoleh nilai lebih

(value added). Karena organisasi (perusahaan ) yang

menyediakan produk barang atau jasa tentu dengan tujuan

memperoleh laba selalu memperhitungkan perbedaan

penerimaan bisnis dengan biaya yang dikeuarkan. Maka

laba disini merupakan pemicu (driver) bagi pebisnis

untuk memulai dan mengembankan bisnis. Bagaimanapun

juga pebisnis mendapatkan laba dari risiko yang diambil

ketika meginvestasikan sumber daya (modal,

skillkeahlian, dan waktu) mereka.

Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang

digunakan al-tijarah, al-bai’, tadayantum, dan isytara. Tetapi

yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam

bahasa arab tijaraha, berawal dari kata dasar t-j-r,

tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang

atau berniaga. At-tijaratun walmutjar yaitu perdagangan,

perniagaan (menurut kamus al-munawwir).

Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa term bisnis

dalam Al-Qur’an dari tijarah pada hakikatnya tidak

semata-mata bersifat material dan hanya bertujuan

mencari keuntungan material semata, tetapi bersifat

material sekaligus immaterial, bahkan lebih meliputi

dan mengutamakan hal yang bersifat immaterial dan

kualitas.

Etika Bisnis 10

Aktivitas bisnis tidak hanya dilakukan semata

manusia tetapi juga dilakukan antara manusia dengan

Allah swt, bahwa bisnis harus dilakukan dengan

ketelitian dan kecermatan dalam proses administrasi dan

perjanjian-perjanjian dan bisnis tidak boleh dilakukan

dengan cara penipuan, dan kebohongan hanya demi

memperoleh keuntungan.

Dalam hal ini, ada dua definisi tentang pengertian

bisnis, dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu

menurut mufassir dan ilmu fikih:

1. Menurut Mufassir, Bisnis adalah pengelolaan modal

untuk mendapatkan keuntungan.

2. Menurut Tinjauan Ahli Fikih, Bisnis adalah saling

menukarkan harta dengan harta secara suka sama

suka, atau pemindahan hak milik dengan adanya

penggantian.

C. Pengertian Etika Bisnis

Etika Bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip

etika yang diterapkan dalam dunia bisnis (Lozano,

1996). Istilah etika bisnis mengandung pengertian bahwa

etika bisnis merupakan sebuah rentang aplikasi etika

yang khusus mempelajari tindakan yang diambil oleh

bisnis dan pelaku bisnis. Menurut David (1998), etika

bisnis adalah aturaan main prinsip dalam organisasi

yang menjadi pedoman membuat keputusan dan tingkah

Etika Bisnis 11

laku. Etika bisnis adalah etika pelaku bisnis. Pelaku

bisnis tersebut bisa saja manajer, karyawan, konsumen

dan masyarakat.

Pada dasarnya etika bisnis menyoroti moral

perilaku manusia yang mempunyai profesi di bidang

bisnis dan dimiliki secara global oleh perusahaan

secara umum, sedangkan perwujudan dari etika bisnis

yang ada pada masing-masing perusahaan akan terbentuk

dan terwujud sesuai dengan kebudayaan perusahaan yang

bersangkutan. Etika bisnis ini akan muncul ketika

masing-masing perusahaan berhubungan dan berinteraksi

satu sama lain sebagai sebuah satuan stakeholder.

Tujuan etika bisnis disini adalah menggugah kesadaran

moral para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis

dengan “baik dan bersih”. (Erni,2011)

Menurut Bartens etika bisnis adalah studi tentang

aspek-aspek moral dari kegiatan ekonomi dan bisnis.

Etika bisnis dapat dijalankan pada tiga taraf : taraf

makro, meso dan mikro. Tiga taraf ini berkaitan dengan

tiga kemungkinan yang berbeda untuk menjalankan

kegiatan ekonomi dan bisnis. Pada taraf makro, etika

bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem

ekonomi keseluruhan. Jadi, disni masalah etika disoroti

pada skala besar. Misalnya masalah keadilan : bagaimana

sebaiknya kekayaan di bumi ini dibagi dengan adil ?

beberapa contoh lain adalah : aspek-aspek etis dari

Etika Bisnis 12

kapitalisme; masalah keadilan sosial dalam suatu

masyarakat, terutama berkaitan dengan kaum buruh,

masalah utang-utang negara.

Pada taraf meso (menengah),, etika bisnis

menyelidiki masalah-masalah etis di bidang organisasi.

Organisasi disini berarti perusahaan, serikat buruh,

lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain.

Pada taraf mikro yang difokuskan ialah individu

dalam hubungan dengan ekonomi atau bisnis. Disini

dipelajari tanggung jawab etis dari karyawan dan

majikan, bawahan dan manajer, produsen dan konsumen,

pemasok dan investor.

D. Pengertian Etika Bisnis dalam Ekonomi Islam

Pemikiran etika bisnis Islam muncul ke permukaan

dengan landasan bahwa Islam adalah agama yang sempurna.

Ia merupakan kumpulan aturan-aturan ajaran dan nilai-

nilai yang dapat menghantarkan manusia dalam

kehidupannya menuju tujuan kebahagiaan hidup baik di

dunia maupun akhirat. Etika bisnis Islam tak jauh

berbeda dengan pengejawantahan hukum dalam fiqih

muamalah.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa, Etika bisnis

adalah norma-norma atau kaidah etik yang dianut oleh

bisnis, baik sebagai institusi atau organisasi, maupun

dalam interaksi bisnisnya dengan “stakeholders”nya.

Etika Bisnis 13

A. Riawan Amin menjelaskan dalam bukunya

“Menggagas Manajemen Syariah” bahwa prinsip-prinsip

etika bisnis menurut al-Quran yaitu :

1. Melarang bisnis yang dilakukan denagn proses

kebatilan (QS. An-Nisa:29). Bisnis harus didasari

pada kerelaan dan keterbukaan antara kedua belah

pihak dan tanpa ada pihak yang dirugikan . Orang yang

berbuat batil termasuk perbuatan aniaya, melanggar

hak dan berdosa besar (QS. An-Nisa:30). Sementara

orang yang menjauhinya, maka akan selamat dan akan

mendapat kemuliaaan (QS. An-Nisa:31).

2. Bisnis tidak boleh mengandung unsur riba (QS. Al-

Baqarah:275).

Dengan demikian, bisnis dalam Islam memposisikan

pengertian bisnis yang pada hakikatnya merupakan usaha

manusia untuk mencari keridhaan Allah swt. Bisnis tidak

bertujuan jangka pendek, individual dan semata-mata

keuntungan yang berdasarkan kalkulasi matematika,

tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka

panjang, yaitu tanggung jawab pribadi dan sosial

dihadap masyarakat, negara dan Allah swt

Berdasarkan uraian di atas, kajian ini akan

berupaya mencari prinsip-prinsip etika bisnis dalam

perspektif al-Quran, yaitu etika bisnis yang

mengedepankan nilai-nilai al-Quran. Pernyataan ini pada

satu sisi bertujuan menolak anggapan bahwa bisnis hanya

Etika Bisnis 14

merupakan aktifitas keduniaan yang terpisah dari

persoalan etika dan pada sisi lain akan mengembangkan

prinsip-prinsip etika bisnis al-Qur’an, sebagai upaya

konseptualisasi sekaligus mencari landasan persoalan-

persoalan praktek mal bisnis..

E. Indikator Etika Bisnis

Dari berbagai pandangan tentang etika bisnis, beberapa

indikator yang dapat dipakai untuk menyatakan apakah

seseorang dan suatu perusahaan telah melaksanakan etika

bisnis dalam kegiatan usahanya antara lain adalah:

Indikator ekonomi; indikator peraturan khusus yang

berlaku; indikator hukum; indikator ajaran agama;

indikator budaya dan indikator etik dari masing-masing

pelaku bisnis.

1. Indikator Etika bisnis menurut ekonomi adalah

apabila perusahaan atau pebisnis telah melakukan

pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam

secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.

2. Indikator etika bisnis menurut peraturan khusus yang

berlaku. Berdasarkan indikator ini seseorang

pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya

apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-

aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.

Etika Bisnis 15

3. Indikator etika bisnis menurut hukum. Berdasarkan

indikator hukum seseorang atau suatu perusahaan

dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila

seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan

telah mematuhi segala norma hukum yang

berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.

4. Indikator etika berdasarkan ajaran agama.

Pelaku bisnis dianggap beretika bilamana dalam

pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada

nilai- nilai ajaran agama yang dianutnya.

5. Indikator etika berdasarkan nilai budaya. Setiap

pelaku bisnis baik secara individu maupun

kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan

mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat

yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah

dan suatu bangsa.

6. Indikator etika bisnis menurut masing-masing

individu adalah apabila masing-masing pelaku bisnis

bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas

pribadinya.

F. Prinsip Etika Dalam Berbisnis

Secara umum, prinsip-prinsip yang dipakai dalam bisnis

tidak akan pernah lepas dari kehidupan keseharian kita.

Namun prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis

Etika Bisnis 16

sesungguhnya adalah implementasi dari prinsip etika

pada umumnya.

1. Prinsip Otonomi

Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa

yang menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis. la akan

sadar dengan tidak begitu saja mengikuti saja norma

dan nilai moral yang ada, namun juga melakukan

sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik,

karena semuanya sudah dipikirkan dan dipertimbangkan

secara masak-masak. Dalam kaitan ini salah satu

contohnya perusahaan memiliki kewajiban terhadap para

pelanggan, diantaranya adalah:

a. Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang

terbaik dan sesuai dengan tuntutan mereka;

b. Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua

transaksi, termasuk pelayanan yang tinggi dan

memperbaiki ketidakpuasan mereka;

c. Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan

dan keselamatan pelanggan, demikian juga kualitas

Iingkungan mereka, akan dijaga kelangsungannyadan

ditingkatkan terhadap produk dan jasa

perusahaan;

d. Perusahaan harus menghormati martabat manusia

dalam menawarkan, memasarkan dan mengiklankan

produk.

Etika Bisnis 17

Untuk bertindak otonom, diandaikan ada kebebasan

untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan

keputusan yang menurutnya terbaik. karena kebebasan

adalah unsur hakiki dari prinsip otonomi ini. Dalam

etika, kebebasan adalah prasyarat utama untuk

bertindak secara etis, walaupun kebebasan belum

menjamin bahwa seseorang bertindak secara otonom dan

etis.

Unsur lainnya dari prinsip otonomi adalah

tanggungjawab, karena selain sadar akan kewajibannya

dan bebas dalam mengambil keputusan dan tindakan

berdasarkan apa yang dianggap baik, otonom juga harus

bisa mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya

(di sinilah dimung-kinkan adanya pertimbangan moral).

Kesediaan bertanggungjawab merupakan ciri khas dari

makhluk bermoral, dan tanggungjawab disini adalah

tanggung jawab pada diri kita sendiri dan juga

tentunya pada stakeholder.

2. Prinsip Kejujuran

Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada

kejujuran, karena kejujuran merupakan modal utama

untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnis-nya,

baik berupa kepercayaan komersial, material, maupun

moril. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan

kebenaran. Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang

berkaitan dengan kejujuran:

Etika Bisnis 18

a. Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat

perjanjian dan kontrak. Pelaku bisnis disini

secara a priori saling percaya satu sama lain,

bahwa masing-masing pihak jujur melaksanakan

janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar,

maka tidak mungkin lagi pihak yang dicuranginya

mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha lainnya

akan tahu dan tentunya malas berbisnis dengan

pihak yang bertindak curang tersebut.

b. Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa

dengan mutu dan harga yang baik. Kepercayaan

konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis.

Karena jika ada konsumen yang merasa tertipu,

tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang

menyebabkan konsumen tersebut beralih ke produk

lain.

c. Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern

dalam suatu perusahaan yaitu antara pemberi

kerja dan pekerja, dan berkait dengan

kepercayaan. Perusahaan akan hancur jika kejujuran

karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.

3. Prinsip Keadilan

Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan

secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan

kriteria yang rasional objektif dan dapat

dipertanggungjawabkan. Keadilan berarti tidak ada

Etika Bisnis 19

pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. Salah

satu teori mengenai keadilan yang dikemukakan oleh

Aristoteles adalah:

a. Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara

individu atau kelompok masyarakat dengan negara.

Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan

yangsama sesuai dengan hukum yang berlaku. Secara

khusus dalam bidang bisnis, keadilan legal

menuntut agar Negara bersikap netral dalam

memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara

menjamin kegiatan bisnis yang sehat dan baik

dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang

berlaku secara sama bagi semua pelaku bisnis.

b. Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur

hubungan yang adil antara orang yang satu dan yang

lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal

antara negara dan warga negara, dan hubungan

horizontal antar warga negara. Dalam bisnis

keadilan ini berlaku sebagai kejadian tukar, yaitu

menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak

yang terlibat.

c. Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan

ekonomi, yaitu distribusi ekonomi yang merata atau

dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia

bisnis keadilan ini berkaitan dengan prinsip

perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan

Etika Bisnis 20

ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan

baik.

4. Prinsip Saling Menguntungkan

Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk

saling menguntungkan satu sama lain. Dalam dunia

bisnis, prinsip ini menuntut persaingan bisnis

haruslah bisa melahirkan suatu win-win situation.

5. Prinsip Integritas Moral

Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis selayaknya

dijalankan dengan tetap menjaga nama baiknya dan nama

baik perusahaan.

Dari kelima prinsip yang tentulah dipaparkan di

atas, menurut Adam Smith, prinsip keadilanlah yang

merupakan prinsip yang paling penting dalam berbisnis.

Prinsip ini menjadi dasar dan jiwa dari semua aturan

bisnis, walaupun prinsip lainnya juga tidak akan

terabaikan. Karena menurut Adam Smith, dalam prinsip

keadilan khususnya keadilan komutatif berupa no harm,

bahwa sampai tingkat tertentu, prinsip ini telah

mengandung semua prinsip etika bisnis lainnya. Karena

orang yang jujur tidak akan merugikan orang lain, orang

yang mau saling menguntungkan dengan pibak lain, dan

bertanggungjawab untuk tidak merugikan orang lain tanpa

alasan yang diterima dan masuk akal.

Etika Bisnis 21

G. Ketentuan Umum Etika Bisnis dalam Ekonomi Islam

Secara detil, terdapat beberapa konsep kunci yang

membentuk sistem etika Islam, diantaranya yaitu

keesaan, keseimbangan, kehendak bebas, tanggung jawab,

dan kebajikan.

1. Kesatuan (Tauhid/Unity)

Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan

dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-

aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi,

politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta

mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang

menyeluruh.

Dari konsep ini maka Islam menawarkan keterpaduan

agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan.

Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis

menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal, membentuk

suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.

Penerapannya dalam etika bisnis diantaranya yaitu

: pertama, seorang pengusaha muslim tidak akan

menimbun kekayaan dengan penuh keserakahan. Konsep

kepercayaan dan amanah memiliki makna yang sangat

penting baginya karena ia sadar bahwa semua harta dunia

bersifat sementara, dan harus dipergunakan sebaik

mungkin. Tindakan kaum muslimin tidak semata-mata

merujuk kepada keuntungan, dan tidak mencari kekayaan

dengan cara apapun. Ia menyadari bahwa : “Harta dan

Etika Bisnis 22

anak-anak adalah perhiasan kehidupan di dunia, namun

amalan-amalan yang kekal dan shaleh adalah lebih baik

pahalanya di mata Allah Swt dan tidak baik sebagai

landasan harapan-harapan”. Kedua, Seorang pengusaha

muslim tidak akan bisa dipaksa (disuap) oleh siapapun

untuk berbuat tidak etis, karena ia hanya takut dan

cinta kepada Allah Swt. Ia selalu mengikuti alur

perilaku yang sama dimanapun ia berada apakah itu di

masjid, di dunia kerja atau aspek apapun dalam

kehidupannya, dan ia selalu merasa bahagia. Ketiga,

pengusaha tersebut tidak akan berbuat diskriminatif

terhadap pekerja, pemasok, pembeli, atau para pemegang

saham perusahaaan tersebut atas dasar ras, agama, kulit

dan lain sebagainya.

2. Keseimbangan (Equilibrium/Adil)

Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam

berbisnis, dan melarang berbuat curang atau berlaku

dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun

keadilan. Prinsip keseimbangan atau kesetaraan berlaku

baik secara harfiah maupun kias dalam dunia bisnis.

Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu

orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang

lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar

atau menimbang untuk orang selalu dikurangi.

Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran

bisnis tersebut, karena kunci keberhasilan bisnis

Etika Bisnis 23

adalah kepercayaan. Al-Qur’an memerintahkan kepada kaum

muslimin untuk menimbang dan mengukur dengan cara yang

benar dan jangan sampai melakukan kecurangan dalam

bentuk pengurangan takaran dan timbangan.

لا ي�� و أ سن� ي� ح� ر وأ ي� ك� خ� ل� م ذ� ي� ق ت مس ل� اس أ& ط س ق ل� أ& وأ ي�, ن�� م وز� ي ل أ ك� ذ� ل أ3 ي� ك ل� وأ أ& ف� و وأ “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan

timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih

utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.(Q.S. al-

Isra’: 35).

Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis,

Islam mengharuskan untuk berbuat adil,tak terkecuali

pada pihak yang tidak disukai. Hal ini sesuai dengan

firman Allah dalam Surat Al-Maidah : 8 yang artinya :

“Hai orang-orang beriman,hendaklah kamu jadi orang-

orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah

SWT,menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-

sekali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu

untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah karena adil

lebih dekat dengan takwa”.

3. Kehendak Bebas (Free Will)

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika

bisnis islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan

kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka

lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang

Etika Bisnis 24

mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja

dengan segala potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan konsep kehendak bebas, manusia memilki

kebebasan untuk membuat kontrak dan menepatinya ataupun

mengingkarinya. Seorang muslim, yang telah menyerahkan

hidupnya pada kehendak Allah Swt, akan menepati semua

kontrak yang telah dibuatnya. Berdasarkan firman-

Nya ;”Hai orang –orang beriman! Penuhilah semua

perjanjian itu”. Dalam ayat tersebut, Allah Swt

memerintahkan kepada kaum muslimin untuk memenuhi akad

yang telah disepakati. Juga kewajiban bisnis kita

kontrak formal mengenai tugas-tugas tertentu yang harus

dilakukan ataupun kontrak tak tertulis mengenai

perlakuan layak yang harus diberikan kepada para

pekerja .kaum muslimin harus mengekang kehendak

bebasnya untuk bertindak berdasarkan aturan-aturan

moral seperti yang telah digariskan Allah ..

4. Tanggung jawab (Responsibility)

Jika seorang pengusaha muslim berperilaku secara tidak

etis, ia tidak dapat menyalahkan tindakannya pada

persoalan tekanan bisnis ataupun pada kenyataan bahwa

setiap orang juga berperilaku tidak etis. Ia harus

bertanggung jawab atas tindakan yang ia lakukan. Allah

Swt berfirman :”Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas

apa yang telah diperbuatnya. Semua kewajiban harus

dihargai kecuali jika secara moral ia salah. Semua

Etika Bisnis 25

perusahaan harus bersikap pro aktif berkaitan dengan

persoalan tanggung jawab sosial. Mereka dituntut tampil

sebagai pakar-pakar strategi kepercayaan dalam

mengembangkan sejumlah piranti keuangan untuk

meningkatkan perekonomian umat.

5. Kebenaran : kebajikan dan kejujuran

Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna

kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua

unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks

bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan

perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi)

proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan

maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan

keuntungan.

Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis

Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap

kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang

melakukan transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam

bisnis.

Penerapan konsep kebajikan dalam etika bisnis

menurut Al Ghazali, terdapat lima bentuk

kebajikan :pertama, jika seseorang membutuhkan sesuatu,

maka orang lain harus memberikannya dengan mengambil

keuntungan yang sedikit mungkin, jika sang pemberi

melupakan keuntungannya, maka hal tersebut akan lebih

baik baginya. Kedua, jika seseorang membeli sesuatu

Etika Bisnis 26

dari orang miskin, akan lebih baik baginya untuk

kehilangan sedikit uang dengan membayarnya lebih dari

harga yang sebenarnya. Tindakan seperti ini akan

memberikan akibat yang mulia. Bukan suatu hal yang

patut dipuji untuk membayar orang kaya lebih dari apa

yang seharusnya diterima manakala ia dikenal sebagai

orang yang suka mencari keuntungan yang tinggi. Ketiga,

dalam mengabulkan hak pembayaran dan pinjaman, seorang

pebisnis Islam harus bertindak secara bijaksana dengan

memberi waktu yang lebih banyak kepada sang peminjam

untuk membayar hutangnya dan jika diperlukan, seseorang

harus membuat pengurangan pinjaman untuk meringankan

beban sang peminjam. Keempat, ketika pebisnis menjual

barang secara kredit kepada seseorang, ia harus cukup

bermurah hati, tidak memaksa membayar dalam waktu yang

telah ditetapkan. Kelima, barang atau uang yang

dipinjam harus dikembalikan tanpa diminta.

Meskipun konsep-konsep diatas menuntun kita dalam

tingkah laku sehari-hari, konsep-konsep tersebut lebih

merupakan deskriptif filsafat etika bisnis Islam. Al-

Qur’an dan sunnah melengkapi konsep-konsep ini dengan

merumuskan tingkat keabsahan hukum bentuk-bentuk

perilaku penting sebagaimana bisnis pengusaha. Dalam

melihat perilaku etis seseorang, sangatlah penting bagi

kaum muslim baik untuk menghindari hal-hal yang tidak

Etika Bisnis 27

halal dan juga menghindari hal-hal yang tidak halal

menjadi sesuatu yang halal. Hal yang sebaliknya juga

berlaku sama.

Rasululah SAW sangat banyak memberikan petunjuk

mengenai etika bisnis, di antaranya ialah:

1. Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah

kejujuran. Dalam doktrin Islam, kejujuran merupakan

syarat paling mendasar dalam kegiatan bisnis.

Rasulullah sangat intens menganjurkan kejujuran dalam

aktivitas bisnis. Dalam hal ini, beliau

bersabda:“Tidak dibenarkan seorang muslim menjual

satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia

menjelaskan aibnya” (H.R. Al-Quzwani). “Siapa yang

menipu kami, maka dia bukan kelompok kami” (H.R.

Muslim). Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur

dalam berbisnis. Beliau melarang para pedagang

meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan barang

baru di bagian atas.

2. 2Kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan

bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya

sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya,

sebagaimana yang diajarkan Bapak ekonomi kapitalis,

Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap

ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi

sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan

mencari untung material semata, tetapi didasari

Etika Bisnis 28

kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan

menjual barang.

3. Tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad saw

sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan

sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis Dalam

sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi bersabda, “Dengan

melakukan sumpah palsu, barang-barang memang terjual,

tetapi hasilnya tidak berkah”. Dalam hadis riwayat

Abu Zar, Rasulullah saw mengancam dengan azab yang

pedih bagi orang yang bersumpah palsu dalam bisnis,

dan Allah tidak akan memperdulikannya nanti di hari

kiamat (H.R. Muslim). Praktek sumpah palsu dalam

kegiatan bisnis saat ini sering dilakukan, karena

dapat meyakinkan pembeli, dan pada gilirannya

meningkatkan daya beli atau pemasaran. Namun, harus

disadari, bahwa meskipun keuntungan yang diperoleh

berlimpah, tetapi hasilnya tidak berkah.

4. Ramah-tamah. Seorang pelaku bisnis, harus bersikap

ramah dalam melakukan bisnis. Nabi Muhammad SawÂ

mengatakan, “Allah merahmati seseorang yang ramahÂ

dan toleran dalam berbisnis” (H.R. Bukhari dan

Tarmizi).

5. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga

tinggi, agar orang lain tertarik membeli dengan harga

tersebut. Sabda Nabi Muhammad, “Janganlah kalian

melakukan bisnis najsya (seorang pembeli tertentu,

Etika Bisnis 29

berkolusi dengan penjual untuk menaikkan harga, bukan

dengan niat untuk membeli, tetapi agar menarik orang

lain untuk membeli).

6. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar

orang membeli kepadanya. Nabi Muhammad Saw bersabda,

“Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan

maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang

lain” (H.R. Muttafaq ‘alaih).

7. Tidak melakukan ihtikar. Ihtikar ialah (menumpuk

dan menyimpan barang dalam masa tertentu, dengan

tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan

keuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah melarang

keras perilaku bisnis semacam itu.

8. Takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam

perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus

benar-benar diutamakan. Firman Allah: Celakalah bagi

orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima

takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan

apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang

lain, mereka mengurangi” ( QS. 83: 112).

9. Bisnis tidak boleh menggangu kegiatan ibadah

kepada Allah. Firman Allah, “Orang yang tidak

dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah, dan

dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka

takut kepada suatu hari yang hari itu, hati dan

penglihatan menjadi goncang”.

Etika Bisnis 30

10. Membayar upah sebelum kering keringat karyawan.

Nabi Muhammad Saw bersabda, “Berikanlah upah kepada

karyawan, sebelum kering keringatnya”. Hadist ini

mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh

ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan

kerja yang dilakukan.

11. Tidak monopoli. Salah satu keburukan sistem

ekonomi kapitalis ialah melegitimasi monopoli dan

oligopoli. Contoh yang sederhana adalah eksploitasi

(penguasaan) individu tertentu atas hak milik

sosial, seperti air, udara dan tanah dan kandungan

isinya seperti barang tambang dan mineral. Individu

tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa

memberi kesempatan kepada orang lain. Ini dilarang

dalam Islam.

12. Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi

eksisnya bahaya (mudharat) yang dapat merugikan dan

merusak kehidupan individu dan sosial. Misalnya,

larangan melakukan bisnis senjata di saat terjadi

chaos (kekacauan) politik. Tidak boleh menjual

barang halal, seperti anggur kepada produsen minuman

keras, karena ia diduga keras, mengolahnya menjadi

miras. Semua bentuk bisnis tersebut dilarang Islam

karena dapat merusak esensi hubungan sosial yang

justru harus dijaga dan diperhatikan secara cermat.

Etika Bisnis 31

13. Komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang

suci dan halal, bukan barang yang haram, seperti

babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dsb. Nabi

Muhammad Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah

mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan

“patung-patung” (H.R. Jabir).

14. Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan.

Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman,

janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan

cara yang batil, kecuali dengan jalan bisnis yang

berlaku dengan suka-sama suka di antara kamu” (QS.

4: 29).

15. Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya.

Rasulullah memuji seorang muslim yang memiliki

perhatian serius dalam pelunasan hutangnya. Sabda

Nabi Saw, “Sebaik-baik kamu, adalah orang yang

paling segera membayar hutangnya” (H.R. Hakim).

16. Memberi tenggang waktu apabila pengutang

(kreditor) belum mampu membayar. Sabda Nabi Saw,

“Barang siapa yang menangguhkan orang yang kesulitan

membayar hutang atau membebaskannya, Allah akan

memberinya naungan di bawah naunganNya pada hari

yang tak ada naungan kecuali naungan-Nya” (H.R.

Muslim).

17. Bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur

riba. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman,

Etika Bisnis 32

tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman (QS.

al-Baqarah:: 278) Pelaku dan pemakan riba dinilai

Allah sebagai orang yang kesetanan(QS. 2: 275). Oleh

karena itu Allah dan Rasulnya mengumumkan perang

terhadap riba.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

dari itu para pembaca disarankan untuk membaca tentang

Etika Bisnis 33

merncang dan mengelola saluran pemasaran teritegrasi

pada referensi – referensi lainnya, agar pengetahuan

pembaca makin semakin banyak sehingga memperluas

khazanah keilmuan kita bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K., 1997. Etika, Jakarta : PT GramediaPustaka Utama

Dwi Suwikyo, 2010. Ayat-ayat Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ernawan Erni, 2011. Business Ethics, Bandung :Alfabeta

http://handyleonardoetikabisnis.blogspot.com/2012/09/pengertian-etika-etika-bisnis-dan.html

http://baddaysp.blogspot.com/2013/10/pengertian-etika-bisnis-indikator-etika.html

http://www.markazinayah.com/prinsip-dan-etika-bisnis-dalam-islam.html

http://staincurup.ac.id/etika-bisnis-dalam-islam/

Etika Bisnis 34