Mazhab Etika

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda) (Aristoteles (384 SM - 322SM)). Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Itu adalah definisi dari filsafat yang akan sangat berhubungan Mahzab Etika. Lalu berhubungan dengan Etika (Etimologik), berasal dari kata Yunani "Ethos" yang berarti watak kesusilaan dan adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata Latin "Mos" yang dalam bentuk jamaknya "Mores" yang berarti juga adat atau cara hidup. Etika dan Moral sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau Moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Berbicara etika tidak lepas dengan Moral, kedua hal tersebut memiliki arti yang berbeda namun saling terkait ketika dibicarakan di masyarakat. Ada beberapa pendapat ahli yang mengatakan bahwa Etika merupakan cabang ilmu 1 | Filsafat Komunikasi

Transcript of Mazhab Etika

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi

kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu

metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik,

dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala

benda) (Aristoteles (384 SM - 322SM)). Filsafat juga

diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan

dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam

dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh

dengan segala hubungan. Itu adalah definisi dari filsafat

yang akan sangat berhubungan Mahzab Etika.

Lalu berhubungan dengan Etika (Etimologik), berasal

dari kata Yunani "Ethos" yang berarti watak kesusilaan

dan adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal

dari kata Latin "Mos" yang dalam bentuk jamaknya "Mores"

yang berarti juga adat atau cara hidup. Etika dan Moral

sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada

sedikit perbedaan. Moral dan atau Moralitas dipakai untuk

perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika dipakai

untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.

Berbicara etika tidak lepas dengan Moral, kedua hal

tersebut memiliki arti yang berbeda namun saling terkait

ketika dibicarakan di masyarakat. Ada beberapa pendapat

ahli yang mengatakan bahwa Etika merupakan cabang ilmu1 | Filsafat Komunikasi

filsafat yang secara teoritik menyoroti, menganalisis dan

mengevaluasi ajaran-ajaran tentang mana perilaku yang

baik dan mana yang buruk. (Alois A.Nugroho) kemudian

Moral menurutnya (Alois A.Nugroho) adalah suatu ajaran

tentang menyoroti suatu perilaku yang baik dan buruk

(mutlak).

Dalam realitasnya, filsafat terbagai ke dalam

beberapa mazhab. Kemunculan mazhab ini terutama berada di

abad pertengahan sebagai konsekuensi dari munculnya

golongan-golongan pemikir yang sepaham dengan teori,

ajaran, bahkan aliran tertentu terhadap tokoh-tokoh

filsafat atau filsuf. Untuk khususnya pada pembahasan ini

kami akan membahas salah satu mazhabnya yaitu mahzab

etika.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. ETIKA

Etika sebagai salah satu cabang pokok ilmu filsafat

menelaah dan menyelidiki gejala-gejala yang timbul dalam

diri manusia baik sebagai individu yang mandiri maupun

sebagai anggota masyarakat. Etika mencoba untuk meneliti

tingkah laku manusia yang dianggap merupakan cerminan

dari apa yang terkandung dalam jiwanya atau dalam hati

nuraninya.2 | Filsafat Komunikasi

Kita sekalian memberi hukum kepada beberapa

perbuatan bahwa “ia baik atau buruk, benar atau salah,

hak atau batal”. Hukum ini merata diantara manusia, baik

yang tinggi kedudukannya maupun yang rendah, baik dalam

perbuatan yang besar maupun yang kecil, di ucapkan oleh

ahli hukum dalam soal undang-undang atau oleh ahli

perusahaan pada perusahaan mereka, bahkan oleh anak-anak

dalam permainan mereka, maka apakah artinya “baik dan

buruk?” dan dengan ukuran “apakah” kita mengukur

perbuatan yang akan kita beri hukum “baik atau buruk?”.

Kami melihat juga beberapa orang berbeda agak jauh

di dalam tujuan yang mereka kehendaki, setengah dari

mereka menghendaki harta, setengahnya menghendaki

kemerdekaan, segolongan dari mereka menghendaki kekuasaan

dan pangkat, sedang golongan lainnya menghendaki

kemasyhuran, lain dari mereka menghendaki ilmu dan

lainnya menjauhi dan tidak menuntut semua itu, dan

menunjukkan kehendaknya kearah hidup sesudah mati, di

situlah mereka mensucikan jiwanya dan merasakan

kenikmatan. Akan tetapi dengan sedikit pandangan, kita

mendapat petunjuk bahwa banyak dari tujuan-tujuan ini

dapat menjadi tujuan akhir, atau dengan perkataan lain,

tidak sesuai menjadi tujuan segala tujuan-tujuan. Karena

kalau engkau tanyakan, apa sebab mereka menghendaki

harta, atau pangkat atau ilmu, mungkin tergambar dari

jawab mereka, bahwa dibelakang tujuan itu ada tujuan

lain, seperti bahagia umpamanya. Maka adakah bagi hidup

manusia seluruhnya satu tujuan yang akhir, atau puncak

3 | Filsafat Komunikasi

tujuan dari segala tujuan. Puncak tujuan mana adalah

menjadi ukuran segala perbuatan. Perbuatan yang dekat

dengannya berarti baik, sebaliknya yang jauh dari padanya

berarti buruk. Maka apakah puncak tujuan yang paling

akhir?

Menurut William Benton Etika adalah studi yang

sistematis dari konsep-konsep nilai baik,

buruk,harus,benar, salah dan sebagainya atau prinsip-

prinsip umum yang membenarkan kita dalam penerapannya

dalam segala hal yang disebut juga filsafat moral

(Encyclopedia Britannica, 1972).

Ragam definisi etika ditinjau dari pengertian dibagi

menjadi 3 :

1. Etika deskriptif, Dalam pengertian ini etika bersangkutan

dengan nilai dan ilmu pengetahuan yang membicarakan

masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia dalam

kehidupan masyarakat. Etika bersangkutan dengan

pencatatan terhadap corak-corak predikat serta tanggapan-

tanggapan kesusilaan yang dapat ditemukan dalam

masyarakat. Sehingga ilmu ini hanya bersifat pemaparan

atau penggambaran saja.

2. Etika normatif, Etika sering dipandang sebagai suatu ilmu

yang mengadakan ukuran-ukuran atau norma-norma yang dapat

dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan

tingkah laku seseorang dalam bermasyarakat. Etika

4 | Filsafat Komunikasi

normatif ini berusaha mencari ukuran umum bagi baik dan

buruknya tingkah laku.

3. Etika kefilsafatan, Analisis tentang apa yang orang

maksudkan bilamana mempergunakan predikat-predikat

kesusilaan. Apa yang disebut perbuatan etis, tidak etis

dan sebagainya. Analisis ini diperoleh dengan mengadakan

penyelidikan tentang penggunaan yang sesungguhnya dari

predikat-predikat yang terdapat dalam pernyataan secara

lebih jelas kefilsafatan mempersoalkan tentang arti-arti

yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang

dipergunakan oleh orang dalam membuat tanggapan-tanggapan

kesusilaan.

Dari segala ini di selidiki oleh Etika, suatu ilmu

yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa

yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada

lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia

didalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk

melakukan apa yang harus diperbuat.

2.2. PERBEDAAN ETIKA, ETIKET, MORAL DAN AGAMA

Perbedaan Etika dan Etiket :

Seringkali dua istilah tersebut disamakan artinya,padahal perbedaan antara keduanya sangat mendasar. Dariasal katanya saja berbeda, yakni Ethics dan Ethiquetle.Etika berarti moral sedangkan Eiket berarti sopan santun.

Namun meskipun berbeda, ada persamaan antara keduanya,yaitu :

Keduanya menyangkut perilaku manusia

5 | Filsafat Komunikasi

Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secaranormative, artinya memberi norma bagi perilaku manusiadan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukanatau tidak boleh dilakukan.

Perbedaannya yang penting antara lain yaitu :

Etika1. Selalu berlaku walaupun tidak ada saksi mata. 

Contoh : larangan untuk mencuri tetap ada walaupun tidak adayang melihat kita mencuri.

2. Bersifat jauh lebih absolut atau mutlak.Contoh : “Jangan Mencuri” adalah prinsip etika yang tidak bisaditawar-tawar lagi.

3. Memandang manusia dari segi dalam.Contoh : Walaupun bertutur kata baik, pencuri tetaplahpencuri. Orang yang berpegang teguh pada etika tidak mungkinmunafik.

4. Memberi norma tentang perbuatan itu sendiri.Contoh : Mengambil barang milik orang lain tanpa izin orangtersebut tidak diperbolehkan.

 

Etiket1. Hanya berlaku dalam pergaulan. Etiket tidak berlaku saat

tidak ada orang lain atau saksi mata yang melihat.Contoh : Sendawa di saat makan melakukan perilaku yangdianggap tidak sopan. Namun, hal itu tidak berlaku jika kitamakan sendirian, kemudian sendawa dan tidak ada orang yangmelihat sehingga tidak ada yang beranggapan bahwa kita tidaksopan.

2. Bersifat relatif.Contoh : Yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan bisasaja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.

3. Hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja.

6 | Filsafat Komunikasi

Contoh : Banyak penipu dengan maksud jahat berhasil mengelabuikorbannya karena penampilan dan tutur kata mereka yang baik.

4. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukanoleh manusia.

Misalnya : Memberikan sesuatu kepada orang lain denganmenggunakan tangan kanan.

Perbedaan Moral dan Hukum :

Sebenarnya atas keduanya terdapat hubungan yangcukup erat. Karena antara satu dengan yang lain salingmempengaruhi dan saling membutuhkan. Kualitas hukumditentukan oleh moralnya. Karena itu hukum harusdinilai/diukur dengan norma moral. Undang-undang moraltidak dapat diganti apabila dalam suatu masyarakatkesadaran moralnya mencapai tahap cukup matang.Sebaliknya moral pun membutuhkan hukum, moral akanmengambang saja apabila atidak dikukuhkan, diungkapkandan dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian hukumdapat meningkatkan dampak social moralitas.

Walaupun begitu tetap saja antara Moral dan Hukumharus dibedakan. Perbedaan tersebut antara lain :

Hukum bersifat obyektif karena hukum dituliskan dandisusun dalam kitab undang-undang. Maka hukum lebihmemiliki kepastian yang lebih besar.

Norma Moral bersifat subyektif dan akibatnya seringkalidiganggu oleh pertanyaan atau diskusi yang menginginkankejelasan tentang etis dan tidaknya.

Hukum hanya membatasi ruang lingkupnya pada tingkah lakulahiriah manusia saja.

Sedangkan moralitas menyangkut perilaku batin seseorang. Sanksi hukum bisanya dapat dipakasakan. Sedangkan sanksi moral satu-satunya adalah pada kenyataan

bahwa hati nuraninya akan merasa tidak tenang. Sanksi hukum pada dasarnya didasarkan pada kehendak

masyarakat. Sedangkan moralitas tidak akan dapat diubah oleh

masyarakat

7 | Filsafat Komunikasi

Perbedaan Etika dan Agama :

Etika adalah kepercayaan yang tidak mengandungpengapdian, sedangkan agama adalah kepercayaan yangmengandung pengabdian kepada Tuhan.

Etika mempersoalkan kehidupan moral manusia di dunia,sedangkan agama mengajarkan adanya dua macam kehidupanyaitu dunia dan akhirat.

Etika bersumber dari hasil pemikiran dan pengalamanmanusia sedangkan agama bersumber dari Tuhan.

Tidak semua ajaran etika diterima agama, sedangkan ajaranagama dapat memperkuat atau melengkapi ajaran etika.

Perbedaan Etika dan Moral

Etika lebih condong kearah ilmu tentang baik atauburuk. Selain itu etika lebih sering dikenal sebagai kodeetik. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asasdan atau nilai yang berkenaan dengan baik buruk. Duakaidah dasar moral adalah :

Kaidah Sikap Baik. Pada dasarnya kita mesti bersikap baikterhadap apa saja. Bagaimana sikap baik itu harusdinyatakann dalam bentuk yang kongkret, tergantung dariapa yang baik dalam situasi kongkret itu.

Kaidah Keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yangmasih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain.Kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan harus sama,yang tentu saja disesuaikan dengan kadar anggota masing-masing.

2.3. MAZHAB – MAZHAB DALAM ETIKA

Pengertian mazhab menurut kamus bahasa Indonesia dapat

berarti :

1. Haluan atau aliran mengenai hokum fikih yang menjadi ik

utan umat Islam.Kecenderungan umat islam di Indonesia b

anyak yang mengandung mazhab syafii

8 | Filsafat Komunikasi

2. Golongan pemikir yang sepaham dalam teori, ajaran atau

aliran tertentu di bidang ilmu, cabang keseniaan, dan

sebagainya dan yang berusaha memajuakan hal ituetika

selalu berhubungan dengan hal-hal yang baik dan buruk,

antara hal-hal yangsusila dan tidak susila, ataupun

antara hal-hal yang tidak boleh dilakuakn maupunyang

boleh dilakuakan.

Mazhab etika terdiri dari empat pendekatan,

yaitu Pertama Egoisme: Kaidah atau peraturan yang berlaku

dalam egoisme adalah bahwa tindakan/perbuatan yang paling

baik adalah yang membawa hasil manfaat bagi dirinya untuk

jangka waktu selama diperlukan. Kedua, Deontologisme : Berasal

dari Bhs. Yunani deon yang berarti diharuskan/diwajibkan.

Baik buruknya atau benar salahnya suatu tindakan tidak

diukur berdasarkan akibat yang ditimbulkannya, akan

tetapi    berdasarkan siafat-sifat tertentu dari

tindakan/perbuatan yang dilakukan. Tindakan  tidak dinilaidari hasil yang dicapai, akan tetapi dinilai dari kewajiban

moral dan keharusan. Ketiga,Utilitarialisme : Baik buruknya

suatu tindakan dilihat dri akibat yang ditimbulkan.

Keempat,Theonomisme : Kehendak Tuhan/Allah adalah merupakan

ukuran baik buruknya suatu tindakan.

1. Egoisme

Egoisme terdiri dari tiga kategori, yaitu Hedonisme  dan

Eudaemonisme. 

9 | Filsafat Komunikasi

Hedonisme :  Berasal dari Bhs. Yunani Hedone berarti

kesenangan. Tema sentral dari Hedonisme adalah memperoleh

kesenangan. Artinya hal yang baik adalah hal yang memuaskan

kesenangan manusia, teristimewa keinginan akan

kesenangan. Sedangkan Eudaemonisme : Berasal dari Bhs.

Yunani Eudaemonia yang berarti bahagia atau kebahagiaan. Tujuan

Eudaemonisme adalah memperoleh kebahagiaan, baik kebahagiaan

rohaniah maupun badaniah. Timbulnya raya kebahagiaan adalah

keharmonisan, keseimbangan, dan keselarasan dalam dirinya

sendiri, bahkan dengan alam sekitarnya.

Perbedaan pokok antara hedonisme adalah pada kebahagiaan

rohaniah. Pangkal kebahagiaan adalah pengalaman. Kebahagiaan

merupakan nilai tertinggi dalam kehidupaan

manusia. Kebahagiaan tidak akan tercapai apabila hanya

mengejar kesenangan saja.

Hedonisme Etis : Kesenangan merupakan keharusan tindakan.

Bagaimana seharusnya orang bertingkah laku dan berbuat. 

Hedonisme Psikologis : Manusia dalam hidupnya selalu berusaha

untuk mencari kesenangan. 

Hedonisme Egois : Maanusia mementingkan kesenangan diri

sendiri. Setiap orang memang seharusnya mencari

kesenangan yang sebanyak mungkin.

Hedonisme Altruistis : Kaidah kesusilaan yang berlaku adalah

segala perbuatan yang menghasilkan kesenangan yang

sebesar-besarnya bagi jumlah manusia yang sebanyak-

banyaknya.

10 | Filsafat Komunikasi

Hedonisme Universalitas : Setiap manusia seharusnya mencari

kesenangan yang sebanyak mungkin bagi kebahagiaan

masyarakat banyak.

Hedonisme Estetis : Faktor penentu baik buruknya suatu

perbuatan adalah adanya suatu keindahan. Nilai tertinggi

dari suatu kesusilaan adalah merasa senang dengan hal

yang indah, dimana keindahan itu ada, dalam alam,

kesenian atau dunia manusia. 

Hedonisme Relegius : Religi diperlukan untuk membangkitkan

perasaan-perasaan tertentu, yang memberikan keinsyafan

tentang ksenangan. Manusia akan merasa senang apabila

menjalankan kewajiban keagamaannya. Sehingga manusia yang

lain akan menilainya  sebagai orang baik. Hedonisme Analitis : Istilah baik dan menyenangkan berarti

sama, maka suatu yang baik adalah yang menghasilkan

konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan.

Hedonisme Sintesis Empiris : Diumpamakan bahwa istilah baik

tidak sama dengan menghasilkan kesenangan tetapi

pengalaman menunjukkan bahwa tindakan baik itu

menghasilkan kesenangan.

Hedonisme Sintesis Apriori : Istilah baik dan menyenangkan

dianggap tidak sama artinya, tetapi yang satu perlu

mempunyai hubungan dengan yang lain atau dikualifikasi

oleh yang lain. Tindakan baik itu tidak hanya

menghasilkan kesenangan, melainkan harus menghasilkan

kesenangan.

11 | Filsafat Komunikasi

Eudaemonisme : Berasal dari bahasa Yunani eudemonia yang

berarti bahagia atau kebahagiaan yang lebih tertuju pada rasa

bahagia. Tujuan eudaemonisme adalah memperoleh kebahagiaan,

baik kebahagiaan badaniah maupun kebahagiaan rohaniah.

Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan tercapai dalam

kegiatan yangmerealisaikan bakat-bakat dan kesenangan manusia,

setiap manusia harushidup dengan mengembangkan bakat dan

kemampuan yang ada pada dirinyasehingga dengan demikian

kebahagiaan yang merupakan tujuan utama akantercapai.

2. Deontologisme (diharuskan / diwajibkan),

Deontologisme berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti

yang diharuskan atau yang diwajibkan. Deontologisme berpendapat

bahwa baik buruknya atau benar salahnya suatu tindakan tidak

diukur berdasarkan akibat yang ditimbulkannya, melainkan

berdasarkan sifat-sifat tertentu dari tindakan dan perbuatan

yang dilakukan. Suatu tindakan tidak dinilai dari hasil yang

dicapainya, tetapi dinilai dari kewajiban moral dan keharusan.

Baik buruknya suatu perbuatn tidak dinilai dari hasil suatu

kejanya, tetapi yang dinilai adalah sejauh mana ia berusaha

untuk mendapatkan hasil tersebut. Bentuknya ada 2 :

Deontologisme Tindakan

Adalah baik dan buruknya tindakan dapat dirumuskan atau

diputuskan dalam dan untuk situasi tertentu dan sama

sekali tidak ada peraturan umum (etika situasi).

Misalnya jujur bagi si A adalah baik, belum tentu bagi

12 | Filsafat Komunikasi

B, sebab B adalah seorang tentara yang sedang berperang

dan tertangkap oleh musuh, sehing ga bagi si B justru

berbohong itu lebih baik, karena akan menyelamatkan

seluruh bangsa dan Negara.

Deontologis Peraturan

Adalah kaidah moral yang berlaku adalah baik buruknya

diukur pada satu atau beberapa peraturan yang berlaku

umum, dan bersifat mutlak, tidak dilihat dari baik

buruknya perbuatan itu. Contoh apabila ada satu atau

beberapa peraturan yang selalu berbunyi jangan

membunuh, maka perbuatan membunuh itu harus dihindarkan

dalam keadaan apapun.

3. Utilitarianisme

Mazhab ini berpendapat bahwa baik buruknya tindakan

seseorang diukur dari akibat yang ditimbulkannya. Yang menjadi

tujuan adalah hasil atau konsekuensi yang timbul akibat

perbuatan yang dikerjakan. Akibat baik berarti menguntungkan

dan bermanfaat terutama bagi kepentingan banyak manusia, dan

menghindarkan akibat-akibat buruk. Istilah lain untuk menyebut

mazhab ini adalah teleologis. Ada 2 bentuk utilitarianisme, yaitu

:

Utilitarianisme Tindakan,

13 | Filsafat Komunikasi

Bentuk ini menganjurkan agar segala tindakan manusia

akan mengakibatkan sedemikian rupa kelebihan akibat

baik yang sebesar mungkin. Contoh : Berbohong terkadang

diperbolehkan demi untuk menyenangkan pasangan hidup

kita.

Ulititarianisme Peraturan, betindaklah sesuai perturan.

Suatu tindakan dianggap baik apabila pada akhirnya

menghasilkan kelebihan akibat baik bagi berlakunya

suatu peraturan.

4. Theonom

Mazhab ini mengatakan bahwa kehendak Allah adalah

merupakan ukuran baik buruknya suatu tindakan. Perbuatan

susila harus mendasarkan diri pada kehendak dan sifat-sifat

Allah, sehingga teori ini sering disebut Theological Theory. Ada 2

macam teori ini yaitu:

Teori Theonom Murni

Kaidah yg terkandung adalah suatu perbuatan dianggap

benar atau susila jika sesuai dengan kewajiban-

kewajiban yang diperintahkan Allah kepada manusia.

Contoh membunuh, tidak diperbolehkan bukan karena

mengakibatkan hal-hal buruk, tetapi membunuh itu

dilarang karena sesungguhnya Allah tidak menyukai

perbuaan membunuh.

14 | Filsafat Komunikasi

Teori umum kodrat / etika perwujudan diri

Sesuai dengan hokum kodrat bahwa Allah menciptakan

manusia dan memang keberadaan manausia sudah

dikehendakai Allah. Manusia di dunia diberi kebebasan

untuk menjalankan apa yang baik bagi dirinya, karena

itu kebaikan suatu perbuatan tergantung dari manausia

itu sendiri, apakah perbuatan itu dapat mewujudkan

nilai-nila manausiawi atu tidak.

2.4. ETIKA KOMUNIKASI

Etika tidak hanya dibutuhkan dalam kehidupanbersosialisasi terhadap lingkungan kita. Etika dibutuhkandi berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam duniakomunikasi. Hal ini pun telah dibentuk dalam berbagaikode etik profesi yang berkaitan dengan komunikasi diIndonesia. Fungsinya tak lain adalah sebagai pedomandalam memberikan informasi kepada masyarakat, khususnyaoleh media, untuk menjaga agar hak publik untukmendapatkan informasi yang benar dapat terpenuhi. Namunsangat disayangkan, media yang ada sekarang ini justrulebih mengarahkan usahanya sebagai komoditas di dalamdunia bisnis. Akibatnya, etika kerap kali terbengkalaidan terkalahkan oleh pertarungan kepentingan dalam halpolitik, ekonomi, atau budaya.

Dalam cara berpikir industri, informasi pertama-tamadianggap sebagai barang dagangan, sehingga misi utama

15 | Filsafat Komunikasi

media untuk mengklarifikasi dan memperkaya debatdemokrasi pun musnah (Haryatmoko, 2007: 20). Informasihanya dianggap sebagai alat untuk meraih keuntungansebesar mungkin, bahkan media terkadang mengorbankanprofesionalismenya demi menampilkan sesuatu yang lebihsensasional atau spektakuler agar dapat meningkatkannilai jualnya. Akibatnya, kerja wartawan yang berada didalam media tersebut pun kini seakan hanya terbatas padamempublikasikan kehidupan selebritis dan orang-orangpenting yang laku dipasaran. Hal ini menunjukkan betapakejamnya dunia bisnis terhadap kelangsungan hidupkomunikasi melalui media yang sesungguhnya. Bahkan banyakpimpinan media datang dari dunia perusahaan bukan daridunia jurnalisme, dan harus diakui bahwa mereka tidakpeka terhadap tuntutan informasi yang sesungguhnya.

Pudarnya etika dalam tubuh media menyebabkanfenomena yang tampak seperti logika simulasi, dimanaorang tidak akan dapat mencapai kebenaran karena antararealitas, representasi, hiperrealitas, atau tipuan tidakdapat dibedakan lagi (Haryatmoko, 2007: 22). Hal ini punmemacu timbulnya mimitisme, yaitu gairah yang mendorongmedia untuk meliput kejadian karena media lain, yangmenjadi acuannya, meliput berita tersebut. Anehnya, dalamsituasi ini, berita yang diliput belum tentu penting.Ketergesaan untuk meliput kejadian yang sama ini munculhanya karena adanya persaingan antarmedia untuk menjadiorang pertama yang memberitakannya.

Yang dimaksud dengan etika di dalam pembahasan initidak hanya terbatas pada apa yang disampaikan kepadapublik. Jelas bahwa kebenaran dan keakuratan isi beritamerupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam proses

16 | Filsafat Komunikasi

penyampaian informasi tersebut. Namun perlu diingat bahwabahasa yang dipergunakan, pilihan gambar yangditampilkan, serta kejadian-kejadian yang difokuskandalam pemberitaan juga perlu dipertimbangkan kembalisebelum digunakan untuk membentuk berita tersebut.Frekuensi dan sudut pandang pemberitaan pun perludiperhatikan agar tidak menimbulkan permasalahan baru.Hal ini bukan dilakukan bukan hanya demi pandanganmasyarakat tentang media itu sendiri, melainkan jugauntuk menjaga narasumber itu sendiri.

2.5. STUDI KASUS

Contoh kasus dari bidang jurnalistik yang dapat kitaambil tentang bagaimana akibatnya jika etika tidakdipedulikan adalah pemberitaan yang dilakukan olehMetroTV tentang korban dari tragedi jatuhnya pesawatHercules milik TNI AU. Peristiwa yang mengerikan danmenggemparkan itu sempat menjadi fokus utama, bahkanpemberitaan tentang korban-korban yang berjatuhan akibatkejadian itu sempat memakan waktu berjam-jam dalampemberitaan. MetroTV bahkan sempat mengemasnya di dalamsatu program acara khusus. Namun, karena belum memperolehhasil penyelidikan dari tim yang berwajib tentangpenyebab jatuhnya pesawat tersebut secara pasti, isipemberitaan pun akhirnya didominasi oleh berita tentangbagaimana keluarga korban bereaksi saat mengetahui bahwakeluarga mereka menjadi korban dalam peristiwa naastersebut.

17 | Filsafat Komunikasi

Pada saat itu, MetroTV meliput habis-habisan tentangbagaimana kesedihan yang menimpa keluarga korban,terutama saat jenazah para korban tiba di tempatkediamannya hingga proses penguburannya. Bahkan beberapareporter MetroTV sengaja di tempatkan di beberapa rumahkorban untuk meliput secara langsung kesedihan yangdialami oleh keluarga korban. Di dalam peliputan tersebutpun terlihat bagaimana kameramen ikut berdesakan bersamakeluarga korban yang sedang saling berpelukan danmenangis, demi mendapatkan gambar wajah mereka yang penuhdengan kesedihan itu. Beberapa reporter pun sempatmelakukan wawancara langsung terhadap keluarga korbanyang intinya adalah mempertanyakan bagaimana perasaanmereka atas kematian sanak saudara mereka itu. Dan akibatdari pertanyaan itu adalah keluarga korban kembalimenangis karena teringat akan apa yang menimpa keluargamereka.

Tayangan yang paling menyayat hati adalah saatkameramen meliput ekspresi dan tangis histeris salah satuistri korban saat menghantarkan kepergian suaminya ketempat peristirahatan yang terakhir. Ibu tersebutmenangis sejadi-jadinya hingga kehabisan tenaga, danuntuk berjalan saja ia harus dipapah oleh orang-orang disekelilingnya. Hal ini menunjukkan ketidakmanusiawian danketidaketisan media dalam melakukan peliputan danpemberitaan. Berita yang seharusnya juga menggambarkanbahwa media pun turut berduka atas tragedi itu, formatnyajustru berubah menjadi format infotainment. Untukmenggugah dan merenyuh sisi humanis kemanusiaan,dramatisasi dapat dibenarkan namun tetap dalam bingkaidan norma yang berlaku, terutama tetap harus berdasarkanfakta (Iswandi, 2006: 184).

18 | Filsafat Komunikasi

Sama seperti mereka mengejar artis-artis untukmeminta keterangan lebih lanjut tentang kehidupan pribadimereka, di dalam kasus ini pun mereka memaksakan kehendakuntuk mewawancarai keluarga korban. Padahal harus kitaakui bahwa gambar-gambar yang berhasil diambil olehwartawan sudah menunjukkan secara jelas apa yangdirasakan oleh keluarga korban. Sebenarnya hal ini tidakboleh dilakukan mengingat narasumber masih berada dalamtrauma kejiwaan dan hal ini pun telah diatur di dalamKode Etik Jurnalistik pasal 2 yang berbunyi, wartawanIndonesia menempuh cara-cara yang profesional dalammelaksanakan tugas jurnalistik. Yang termasuk di dalamnyaadalah menghormati pengalaman traumatik narasumber dalampenyajian gambar, foto, suara. Sehingga dapat dikatakanbahwa wartawan tidak dibenarkan untuk melakukan wawancaralangsung dengan pihak keluarga korban maupun meliputgambar secara berlebihan untuk menambah efek dramatisasi.Padahal kejadian ini sudah cukup mengagetkan masyarakattanpa perlu ditambahi efek seperti itu.

Dalam menangani berita, wartawan memiliki memangmemiliki kebebasan dalam menulis. Namun kebebasan itutetap dibatasi oleh moral, yaitu etika. Memang wartawandituntut untuk memberikan berita secara cepat, tapi cepatbukan berarti ngawur. Berita yang akan dan telah ditulisitu tetap harus dipertimbangkan kembali dari segihumanisnya serta dampaknya terhadap orang-orang yangterlibat di dalamnya. Dalam kasus ini, peliputan yangdilakukan menunjukkan bahwa wartawan melupakan sisihumanisnya, di mana wartawan justru mengekspose kesedihankeluarga korban untuk disajikan kepada publik dalamdurasi waktu yang berlebihan. Bahkan penayangan gambar-

19 | Filsafat Komunikasi

gambar yang paling menunjukkan ekspresi kesedihan itutidak hanya diputar satu kali saja, melainkan beberapakali di dalam program berita yang berbeda-beda.

Etika yang diabaikan dalam dunia komunikasi dapatmenghilangkan kepekaan sosial dan rasa peduli terhadapsesama. Komunikasi memang sangat diperlukan di dalambersosialisasi dan bermasyarakat, dan media adalah alatyang digunakan untuk menyampaikan informasi-informasiyang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun dalamberkomunikasi, terutama dalam menyampaikan informasimelalui media, di mana media dapat dengan mudah membentukcara pandang masyarakat, banyak hal-hal yang harusdipertimbangkan kembali berkaitan dengan etika. Sedangkanmasyarakat jaman sekarang sudah terbiasa untukmenyaksikan kejadian-kejadian ekstrim yang disajikanmelalui media, sehingga kepekaan mereka akan pelanggaranetika yang dilakukan dalam dunia komunikasi melalui mediapun sering tak mereka sadari, bahkan hanya diterimamentah-mentah sebagai sebuah informasi semata.

Sangat disayangkan bahwa di era sekarang ini, nilaietika tampaknya sudah mulai pudar dan bergeser. Banyaktindakan yang dulunya dianggap melanggar etika, kinijustru diterima begitu saja oleh masyarakat seakan haltersebut adalah hal yang biasa-biasa saja dan tidakmengganggu. Salah satu penyebab pergeseran etika,terutama dalam bidang komunikasi, tersebut adalah mediamassa yang makin meningkat jumlahnya. Dengan berbagaisudut pandang yang dimiliki oleh tiap media terhadapsuatu berita, mereka pun mengemasnya sesuai denganideologi masing-masing perusahaan dan makin seringmelupakan etika yang berlaku secara umum karena tuntutandari persaingan bisnis dengan perusahaan media lainnya.

20 | Filsafat Komunikasi

Akibatnya, mereka seakan membuat batasan baru tentangetika komunikasi yang disesuaikan dengan ideologiperusahaannya masing-masing.

Kesimpulan yang dapat diambil mengenai etika dalamberkomunikasi ini adalah etika sangat dibutuhkan sebagaipedoman dalam melakukan proses menyampaikan dan menerimapesan. Dalam menyampaikan pesan melalui media, tidakboleh hanya memikirkan apakah berita tersebut memilikinilai jual yang tinggi, melainkan juga memikirkan dampakyang akan terjadi terhadap narasumber, pihak-pihak yangterkait dengan kejadian itu, maupun audience yang menjadikonsumen berita tersebut. Etika juga dibutuhkan untukmenjaga agar informasi yang disampaikan tidak merugikanatau mengganggu privasi seseorang. Pengalaman traumatikyang menyerang kejiwaan seseorang atau narasumber jugapatut menjadi pertimbangan sebelum wartawan inginmenggali informasi lebih lanjut. Dengan tetap berpegangpada etika yang ada, maka sisi sosial dan humanis,keadilan, dan kebebasan berpendapat yang sesungguhnyatidak akan terabaikan.

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Etika ialah segala perbuatan yang timbul dari orang

yang melakukan dengan ikhtiar dan sengaja, dan ia

mengetahui waktu melakukannya apa yang ia perbuat. Inilah

yang dapat kita beri hukum “baik dan buruk”, demikian

21 | Filsafat Komunikasi

juga segala perbuatan yang timbul dengan tiada kehendak,

tetapi dapat diikhtiarkan penjagaan sewaktu sadar.

Adapun diantara mazhab-mazhab Etika adalah :

1.      Egoisme

2.      Deontologisme

3.      Utilitarianisme / teleologis

4.      Theonom / Theological Theory

3.2. SARAN

Dengan munculnya permasalahan tersebut, maka di

harapkan kepada pihak yang berkepentingan agar dalam

pembuatan soal selanjutnya perlu memperhatikan faktor-

faktor eksternal yang bisa menimbulkan dampak negatif

bagi pihak lain.

DAFTAR PUSTAKA

22 | Filsafat Komunikasi

Angga. Etika dan Filsafat Komunikasi. 2011.

http://www.scribd.com/doc/11435697/Etika-Filsafat-Kom-ut

Admin. Konsep Etika Komunikasi. 2009. Diakses 2014.

http://materikomunikasi.blogspot.com/2009/06/konsep-etika-

komunikasi.html.

Detik. Investigasi kasus kemunculan nama jokowi di soal un.

2014. Diakses 7 Mei 2014.

http://news.detik.com/read/2014/04/15/015122/2555131/10/kpai-

minta-mendikbud-segera-investigasi-kasus-munculnya-jokowi-di-

soal-un

Kangarul. Pengertian dan Mazhab Filsafat. 2009. Diakses 2004.

http://kangarul.wordpress.com/2009/07/31/pengertian-dan-

mazhab-filsafat/

SUMARNO. A.P, buku materi pokok filsafat dan etika komunikasi, cet. III,

Jakarta: Universitas Terbuka,  2003.

Purnama, Hasyim. Etika Komunikasi. 2013. Diakses 2014.

http://ueu5783.weblog.esaunggul.ac.id/2013/12/23/etika-

komunikasi/

Aswin, S, 1981, Etika Dalam Penelitian, dalam : Dasar-DasarMetodologi Riset Ilmu Kedokteran, Departemen Pendidikan danKebudayaan, Konsorsium Ilmu Kedokteran, Jakarta. - See more at:

http://bahan-kuliahmu.blogspot.com/2012/09/persamaan-dan-

perbedaan-etika-dan-agama.html#sthash.X4bRT8aa.dpuf

23 | Filsafat Komunikasi