Mazhab Etika
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Mazhab Etika
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik,
dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala
benda) (Aristoteles (384 SM - 322SM)). Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan
dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam
dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh
dengan segala hubungan. Itu adalah definisi dari filsafat
yang akan sangat berhubungan Mahzab Etika.
Lalu berhubungan dengan Etika (Etimologik), berasal
dari kata Yunani "Ethos" yang berarti watak kesusilaan
dan adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal
dari kata Latin "Mos" yang dalam bentuk jamaknya "Mores"
yang berarti juga adat atau cara hidup. Etika dan Moral
sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada
sedikit perbedaan. Moral dan atau Moralitas dipakai untuk
perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika dipakai
untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
Berbicara etika tidak lepas dengan Moral, kedua hal
tersebut memiliki arti yang berbeda namun saling terkait
ketika dibicarakan di masyarakat. Ada beberapa pendapat
ahli yang mengatakan bahwa Etika merupakan cabang ilmu1 | Filsafat Komunikasi
filsafat yang secara teoritik menyoroti, menganalisis dan
mengevaluasi ajaran-ajaran tentang mana perilaku yang
baik dan mana yang buruk. (Alois A.Nugroho) kemudian
Moral menurutnya (Alois A.Nugroho) adalah suatu ajaran
tentang menyoroti suatu perilaku yang baik dan buruk
(mutlak).
Dalam realitasnya, filsafat terbagai ke dalam
beberapa mazhab. Kemunculan mazhab ini terutama berada di
abad pertengahan sebagai konsekuensi dari munculnya
golongan-golongan pemikir yang sepaham dengan teori,
ajaran, bahkan aliran tertentu terhadap tokoh-tokoh
filsafat atau filsuf. Untuk khususnya pada pembahasan ini
kami akan membahas salah satu mazhabnya yaitu mahzab
etika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. ETIKA
Etika sebagai salah satu cabang pokok ilmu filsafat
menelaah dan menyelidiki gejala-gejala yang timbul dalam
diri manusia baik sebagai individu yang mandiri maupun
sebagai anggota masyarakat. Etika mencoba untuk meneliti
tingkah laku manusia yang dianggap merupakan cerminan
dari apa yang terkandung dalam jiwanya atau dalam hati
nuraninya.2 | Filsafat Komunikasi
Kita sekalian memberi hukum kepada beberapa
perbuatan bahwa “ia baik atau buruk, benar atau salah,
hak atau batal”. Hukum ini merata diantara manusia, baik
yang tinggi kedudukannya maupun yang rendah, baik dalam
perbuatan yang besar maupun yang kecil, di ucapkan oleh
ahli hukum dalam soal undang-undang atau oleh ahli
perusahaan pada perusahaan mereka, bahkan oleh anak-anak
dalam permainan mereka, maka apakah artinya “baik dan
buruk?” dan dengan ukuran “apakah” kita mengukur
perbuatan yang akan kita beri hukum “baik atau buruk?”.
Kami melihat juga beberapa orang berbeda agak jauh
di dalam tujuan yang mereka kehendaki, setengah dari
mereka menghendaki harta, setengahnya menghendaki
kemerdekaan, segolongan dari mereka menghendaki kekuasaan
dan pangkat, sedang golongan lainnya menghendaki
kemasyhuran, lain dari mereka menghendaki ilmu dan
lainnya menjauhi dan tidak menuntut semua itu, dan
menunjukkan kehendaknya kearah hidup sesudah mati, di
situlah mereka mensucikan jiwanya dan merasakan
kenikmatan. Akan tetapi dengan sedikit pandangan, kita
mendapat petunjuk bahwa banyak dari tujuan-tujuan ini
dapat menjadi tujuan akhir, atau dengan perkataan lain,
tidak sesuai menjadi tujuan segala tujuan-tujuan. Karena
kalau engkau tanyakan, apa sebab mereka menghendaki
harta, atau pangkat atau ilmu, mungkin tergambar dari
jawab mereka, bahwa dibelakang tujuan itu ada tujuan
lain, seperti bahagia umpamanya. Maka adakah bagi hidup
manusia seluruhnya satu tujuan yang akhir, atau puncak
3 | Filsafat Komunikasi
tujuan dari segala tujuan. Puncak tujuan mana adalah
menjadi ukuran segala perbuatan. Perbuatan yang dekat
dengannya berarti baik, sebaliknya yang jauh dari padanya
berarti buruk. Maka apakah puncak tujuan yang paling
akhir?
Menurut William Benton Etika adalah studi yang
sistematis dari konsep-konsep nilai baik,
buruk,harus,benar, salah dan sebagainya atau prinsip-
prinsip umum yang membenarkan kita dalam penerapannya
dalam segala hal yang disebut juga filsafat moral
(Encyclopedia Britannica, 1972).
Ragam definisi etika ditinjau dari pengertian dibagi
menjadi 3 :
1. Etika deskriptif, Dalam pengertian ini etika bersangkutan
dengan nilai dan ilmu pengetahuan yang membicarakan
masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia dalam
kehidupan masyarakat. Etika bersangkutan dengan
pencatatan terhadap corak-corak predikat serta tanggapan-
tanggapan kesusilaan yang dapat ditemukan dalam
masyarakat. Sehingga ilmu ini hanya bersifat pemaparan
atau penggambaran saja.
2. Etika normatif, Etika sering dipandang sebagai suatu ilmu
yang mengadakan ukuran-ukuran atau norma-norma yang dapat
dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan
tingkah laku seseorang dalam bermasyarakat. Etika
4 | Filsafat Komunikasi
normatif ini berusaha mencari ukuran umum bagi baik dan
buruknya tingkah laku.
3. Etika kefilsafatan, Analisis tentang apa yang orang
maksudkan bilamana mempergunakan predikat-predikat
kesusilaan. Apa yang disebut perbuatan etis, tidak etis
dan sebagainya. Analisis ini diperoleh dengan mengadakan
penyelidikan tentang penggunaan yang sesungguhnya dari
predikat-predikat yang terdapat dalam pernyataan secara
lebih jelas kefilsafatan mempersoalkan tentang arti-arti
yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang
dipergunakan oleh orang dalam membuat tanggapan-tanggapan
kesusilaan.
Dari segala ini di selidiki oleh Etika, suatu ilmu
yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa
yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada
lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia
didalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat.
2.2. PERBEDAAN ETIKA, ETIKET, MORAL DAN AGAMA
Perbedaan Etika dan Etiket :
Seringkali dua istilah tersebut disamakan artinya,padahal perbedaan antara keduanya sangat mendasar. Dariasal katanya saja berbeda, yakni Ethics dan Ethiquetle.Etika berarti moral sedangkan Eiket berarti sopan santun.
Namun meskipun berbeda, ada persamaan antara keduanya,yaitu :
Keduanya menyangkut perilaku manusia
5 | Filsafat Komunikasi
Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secaranormative, artinya memberi norma bagi perilaku manusiadan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukanatau tidak boleh dilakukan.
Perbedaannya yang penting antara lain yaitu :
Etika1. Selalu berlaku walaupun tidak ada saksi mata.
Contoh : larangan untuk mencuri tetap ada walaupun tidak adayang melihat kita mencuri.
2. Bersifat jauh lebih absolut atau mutlak.Contoh : “Jangan Mencuri” adalah prinsip etika yang tidak bisaditawar-tawar lagi.
3. Memandang manusia dari segi dalam.Contoh : Walaupun bertutur kata baik, pencuri tetaplahpencuri. Orang yang berpegang teguh pada etika tidak mungkinmunafik.
4. Memberi norma tentang perbuatan itu sendiri.Contoh : Mengambil barang milik orang lain tanpa izin orangtersebut tidak diperbolehkan.
Etiket1. Hanya berlaku dalam pergaulan. Etiket tidak berlaku saat
tidak ada orang lain atau saksi mata yang melihat.Contoh : Sendawa di saat makan melakukan perilaku yangdianggap tidak sopan. Namun, hal itu tidak berlaku jika kitamakan sendirian, kemudian sendawa dan tidak ada orang yangmelihat sehingga tidak ada yang beranggapan bahwa kita tidaksopan.
2. Bersifat relatif.Contoh : Yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan bisasaja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
3. Hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja.
6 | Filsafat Komunikasi
Contoh : Banyak penipu dengan maksud jahat berhasil mengelabuikorbannya karena penampilan dan tutur kata mereka yang baik.
4. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukanoleh manusia.
Misalnya : Memberikan sesuatu kepada orang lain denganmenggunakan tangan kanan.
Perbedaan Moral dan Hukum :
Sebenarnya atas keduanya terdapat hubungan yangcukup erat. Karena antara satu dengan yang lain salingmempengaruhi dan saling membutuhkan. Kualitas hukumditentukan oleh moralnya. Karena itu hukum harusdinilai/diukur dengan norma moral. Undang-undang moraltidak dapat diganti apabila dalam suatu masyarakatkesadaran moralnya mencapai tahap cukup matang.Sebaliknya moral pun membutuhkan hukum, moral akanmengambang saja apabila atidak dikukuhkan, diungkapkandan dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian hukumdapat meningkatkan dampak social moralitas.
Walaupun begitu tetap saja antara Moral dan Hukumharus dibedakan. Perbedaan tersebut antara lain :
Hukum bersifat obyektif karena hukum dituliskan dandisusun dalam kitab undang-undang. Maka hukum lebihmemiliki kepastian yang lebih besar.
Norma Moral bersifat subyektif dan akibatnya seringkalidiganggu oleh pertanyaan atau diskusi yang menginginkankejelasan tentang etis dan tidaknya.
Hukum hanya membatasi ruang lingkupnya pada tingkah lakulahiriah manusia saja.
Sedangkan moralitas menyangkut perilaku batin seseorang. Sanksi hukum bisanya dapat dipakasakan. Sedangkan sanksi moral satu-satunya adalah pada kenyataan
bahwa hati nuraninya akan merasa tidak tenang. Sanksi hukum pada dasarnya didasarkan pada kehendak
masyarakat. Sedangkan moralitas tidak akan dapat diubah oleh
masyarakat
7 | Filsafat Komunikasi
Perbedaan Etika dan Agama :
Etika adalah kepercayaan yang tidak mengandungpengapdian, sedangkan agama adalah kepercayaan yangmengandung pengabdian kepada Tuhan.
Etika mempersoalkan kehidupan moral manusia di dunia,sedangkan agama mengajarkan adanya dua macam kehidupanyaitu dunia dan akhirat.
Etika bersumber dari hasil pemikiran dan pengalamanmanusia sedangkan agama bersumber dari Tuhan.
Tidak semua ajaran etika diterima agama, sedangkan ajaranagama dapat memperkuat atau melengkapi ajaran etika.
Perbedaan Etika dan Moral
Etika lebih condong kearah ilmu tentang baik atauburuk. Selain itu etika lebih sering dikenal sebagai kodeetik. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asasdan atau nilai yang berkenaan dengan baik buruk. Duakaidah dasar moral adalah :
Kaidah Sikap Baik. Pada dasarnya kita mesti bersikap baikterhadap apa saja. Bagaimana sikap baik itu harusdinyatakann dalam bentuk yang kongkret, tergantung dariapa yang baik dalam situasi kongkret itu.
Kaidah Keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yangmasih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain.Kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan harus sama,yang tentu saja disesuaikan dengan kadar anggota masing-masing.
2.3. MAZHAB – MAZHAB DALAM ETIKA
Pengertian mazhab menurut kamus bahasa Indonesia dapat
berarti :
1. Haluan atau aliran mengenai hokum fikih yang menjadi ik
utan umat Islam.Kecenderungan umat islam di Indonesia b
anyak yang mengandung mazhab syafii
8 | Filsafat Komunikasi
2. Golongan pemikir yang sepaham dalam teori, ajaran atau
aliran tertentu di bidang ilmu, cabang keseniaan, dan
sebagainya dan yang berusaha memajuakan hal ituetika
selalu berhubungan dengan hal-hal yang baik dan buruk,
antara hal-hal yangsusila dan tidak susila, ataupun
antara hal-hal yang tidak boleh dilakuakn maupunyang
boleh dilakuakan.
Mazhab etika terdiri dari empat pendekatan,
yaitu Pertama Egoisme: Kaidah atau peraturan yang berlaku
dalam egoisme adalah bahwa tindakan/perbuatan yang paling
baik adalah yang membawa hasil manfaat bagi dirinya untuk
jangka waktu selama diperlukan. Kedua, Deontologisme : Berasal
dari Bhs. Yunani deon yang berarti diharuskan/diwajibkan.
Baik buruknya atau benar salahnya suatu tindakan tidak
diukur berdasarkan akibat yang ditimbulkannya, akan
tetapi berdasarkan siafat-sifat tertentu dari
tindakan/perbuatan yang dilakukan. Tindakan tidak dinilaidari hasil yang dicapai, akan tetapi dinilai dari kewajiban
moral dan keharusan. Ketiga,Utilitarialisme : Baik buruknya
suatu tindakan dilihat dri akibat yang ditimbulkan.
Keempat,Theonomisme : Kehendak Tuhan/Allah adalah merupakan
ukuran baik buruknya suatu tindakan.
1. Egoisme
Egoisme terdiri dari tiga kategori, yaitu Hedonisme dan
Eudaemonisme.
9 | Filsafat Komunikasi
Hedonisme : Berasal dari Bhs. Yunani Hedone berarti
kesenangan. Tema sentral dari Hedonisme adalah memperoleh
kesenangan. Artinya hal yang baik adalah hal yang memuaskan
kesenangan manusia, teristimewa keinginan akan
kesenangan. Sedangkan Eudaemonisme : Berasal dari Bhs.
Yunani Eudaemonia yang berarti bahagia atau kebahagiaan. Tujuan
Eudaemonisme adalah memperoleh kebahagiaan, baik kebahagiaan
rohaniah maupun badaniah. Timbulnya raya kebahagiaan adalah
keharmonisan, keseimbangan, dan keselarasan dalam dirinya
sendiri, bahkan dengan alam sekitarnya.
Perbedaan pokok antara hedonisme adalah pada kebahagiaan
rohaniah. Pangkal kebahagiaan adalah pengalaman. Kebahagiaan
merupakan nilai tertinggi dalam kehidupaan
manusia. Kebahagiaan tidak akan tercapai apabila hanya
mengejar kesenangan saja.
Hedonisme Etis : Kesenangan merupakan keharusan tindakan.
Bagaimana seharusnya orang bertingkah laku dan berbuat.
Hedonisme Psikologis : Manusia dalam hidupnya selalu berusaha
untuk mencari kesenangan.
Hedonisme Egois : Maanusia mementingkan kesenangan diri
sendiri. Setiap orang memang seharusnya mencari
kesenangan yang sebanyak mungkin.
Hedonisme Altruistis : Kaidah kesusilaan yang berlaku adalah
segala perbuatan yang menghasilkan kesenangan yang
sebesar-besarnya bagi jumlah manusia yang sebanyak-
banyaknya.
10 | Filsafat Komunikasi
Hedonisme Universalitas : Setiap manusia seharusnya mencari
kesenangan yang sebanyak mungkin bagi kebahagiaan
masyarakat banyak.
Hedonisme Estetis : Faktor penentu baik buruknya suatu
perbuatan adalah adanya suatu keindahan. Nilai tertinggi
dari suatu kesusilaan adalah merasa senang dengan hal
yang indah, dimana keindahan itu ada, dalam alam,
kesenian atau dunia manusia.
Hedonisme Relegius : Religi diperlukan untuk membangkitkan
perasaan-perasaan tertentu, yang memberikan keinsyafan
tentang ksenangan. Manusia akan merasa senang apabila
menjalankan kewajiban keagamaannya. Sehingga manusia yang
lain akan menilainya sebagai orang baik. Hedonisme Analitis : Istilah baik dan menyenangkan berarti
sama, maka suatu yang baik adalah yang menghasilkan
konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan.
Hedonisme Sintesis Empiris : Diumpamakan bahwa istilah baik
tidak sama dengan menghasilkan kesenangan tetapi
pengalaman menunjukkan bahwa tindakan baik itu
menghasilkan kesenangan.
Hedonisme Sintesis Apriori : Istilah baik dan menyenangkan
dianggap tidak sama artinya, tetapi yang satu perlu
mempunyai hubungan dengan yang lain atau dikualifikasi
oleh yang lain. Tindakan baik itu tidak hanya
menghasilkan kesenangan, melainkan harus menghasilkan
kesenangan.
11 | Filsafat Komunikasi
Eudaemonisme : Berasal dari bahasa Yunani eudemonia yang
berarti bahagia atau kebahagiaan yang lebih tertuju pada rasa
bahagia. Tujuan eudaemonisme adalah memperoleh kebahagiaan,
baik kebahagiaan badaniah maupun kebahagiaan rohaniah.
Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan tercapai dalam
kegiatan yangmerealisaikan bakat-bakat dan kesenangan manusia,
setiap manusia harushidup dengan mengembangkan bakat dan
kemampuan yang ada pada dirinyasehingga dengan demikian
kebahagiaan yang merupakan tujuan utama akantercapai.
2. Deontologisme (diharuskan / diwajibkan),
Deontologisme berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti
yang diharuskan atau yang diwajibkan. Deontologisme berpendapat
bahwa baik buruknya atau benar salahnya suatu tindakan tidak
diukur berdasarkan akibat yang ditimbulkannya, melainkan
berdasarkan sifat-sifat tertentu dari tindakan dan perbuatan
yang dilakukan. Suatu tindakan tidak dinilai dari hasil yang
dicapainya, tetapi dinilai dari kewajiban moral dan keharusan.
Baik buruknya suatu perbuatn tidak dinilai dari hasil suatu
kejanya, tetapi yang dinilai adalah sejauh mana ia berusaha
untuk mendapatkan hasil tersebut. Bentuknya ada 2 :
Deontologisme Tindakan
Adalah baik dan buruknya tindakan dapat dirumuskan atau
diputuskan dalam dan untuk situasi tertentu dan sama
sekali tidak ada peraturan umum (etika situasi).
Misalnya jujur bagi si A adalah baik, belum tentu bagi
12 | Filsafat Komunikasi
B, sebab B adalah seorang tentara yang sedang berperang
dan tertangkap oleh musuh, sehing ga bagi si B justru
berbohong itu lebih baik, karena akan menyelamatkan
seluruh bangsa dan Negara.
Deontologis Peraturan
Adalah kaidah moral yang berlaku adalah baik buruknya
diukur pada satu atau beberapa peraturan yang berlaku
umum, dan bersifat mutlak, tidak dilihat dari baik
buruknya perbuatan itu. Contoh apabila ada satu atau
beberapa peraturan yang selalu berbunyi jangan
membunuh, maka perbuatan membunuh itu harus dihindarkan
dalam keadaan apapun.
3. Utilitarianisme
Mazhab ini berpendapat bahwa baik buruknya tindakan
seseorang diukur dari akibat yang ditimbulkannya. Yang menjadi
tujuan adalah hasil atau konsekuensi yang timbul akibat
perbuatan yang dikerjakan. Akibat baik berarti menguntungkan
dan bermanfaat terutama bagi kepentingan banyak manusia, dan
menghindarkan akibat-akibat buruk. Istilah lain untuk menyebut
mazhab ini adalah teleologis. Ada 2 bentuk utilitarianisme, yaitu
:
Utilitarianisme Tindakan,
13 | Filsafat Komunikasi
Bentuk ini menganjurkan agar segala tindakan manusia
akan mengakibatkan sedemikian rupa kelebihan akibat
baik yang sebesar mungkin. Contoh : Berbohong terkadang
diperbolehkan demi untuk menyenangkan pasangan hidup
kita.
Ulititarianisme Peraturan, betindaklah sesuai perturan.
Suatu tindakan dianggap baik apabila pada akhirnya
menghasilkan kelebihan akibat baik bagi berlakunya
suatu peraturan.
4. Theonom
Mazhab ini mengatakan bahwa kehendak Allah adalah
merupakan ukuran baik buruknya suatu tindakan. Perbuatan
susila harus mendasarkan diri pada kehendak dan sifat-sifat
Allah, sehingga teori ini sering disebut Theological Theory. Ada 2
macam teori ini yaitu:
Teori Theonom Murni
Kaidah yg terkandung adalah suatu perbuatan dianggap
benar atau susila jika sesuai dengan kewajiban-
kewajiban yang diperintahkan Allah kepada manusia.
Contoh membunuh, tidak diperbolehkan bukan karena
mengakibatkan hal-hal buruk, tetapi membunuh itu
dilarang karena sesungguhnya Allah tidak menyukai
perbuaan membunuh.
14 | Filsafat Komunikasi
Teori umum kodrat / etika perwujudan diri
Sesuai dengan hokum kodrat bahwa Allah menciptakan
manusia dan memang keberadaan manausia sudah
dikehendakai Allah. Manusia di dunia diberi kebebasan
untuk menjalankan apa yang baik bagi dirinya, karena
itu kebaikan suatu perbuatan tergantung dari manausia
itu sendiri, apakah perbuatan itu dapat mewujudkan
nilai-nila manausiawi atu tidak.
2.4. ETIKA KOMUNIKASI
Etika tidak hanya dibutuhkan dalam kehidupanbersosialisasi terhadap lingkungan kita. Etika dibutuhkandi berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam duniakomunikasi. Hal ini pun telah dibentuk dalam berbagaikode etik profesi yang berkaitan dengan komunikasi diIndonesia. Fungsinya tak lain adalah sebagai pedomandalam memberikan informasi kepada masyarakat, khususnyaoleh media, untuk menjaga agar hak publik untukmendapatkan informasi yang benar dapat terpenuhi. Namunsangat disayangkan, media yang ada sekarang ini justrulebih mengarahkan usahanya sebagai komoditas di dalamdunia bisnis. Akibatnya, etika kerap kali terbengkalaidan terkalahkan oleh pertarungan kepentingan dalam halpolitik, ekonomi, atau budaya.
Dalam cara berpikir industri, informasi pertama-tamadianggap sebagai barang dagangan, sehingga misi utama
15 | Filsafat Komunikasi
media untuk mengklarifikasi dan memperkaya debatdemokrasi pun musnah (Haryatmoko, 2007: 20). Informasihanya dianggap sebagai alat untuk meraih keuntungansebesar mungkin, bahkan media terkadang mengorbankanprofesionalismenya demi menampilkan sesuatu yang lebihsensasional atau spektakuler agar dapat meningkatkannilai jualnya. Akibatnya, kerja wartawan yang berada didalam media tersebut pun kini seakan hanya terbatas padamempublikasikan kehidupan selebritis dan orang-orangpenting yang laku dipasaran. Hal ini menunjukkan betapakejamnya dunia bisnis terhadap kelangsungan hidupkomunikasi melalui media yang sesungguhnya. Bahkan banyakpimpinan media datang dari dunia perusahaan bukan daridunia jurnalisme, dan harus diakui bahwa mereka tidakpeka terhadap tuntutan informasi yang sesungguhnya.
Pudarnya etika dalam tubuh media menyebabkanfenomena yang tampak seperti logika simulasi, dimanaorang tidak akan dapat mencapai kebenaran karena antararealitas, representasi, hiperrealitas, atau tipuan tidakdapat dibedakan lagi (Haryatmoko, 2007: 22). Hal ini punmemacu timbulnya mimitisme, yaitu gairah yang mendorongmedia untuk meliput kejadian karena media lain, yangmenjadi acuannya, meliput berita tersebut. Anehnya, dalamsituasi ini, berita yang diliput belum tentu penting.Ketergesaan untuk meliput kejadian yang sama ini munculhanya karena adanya persaingan antarmedia untuk menjadiorang pertama yang memberitakannya.
Yang dimaksud dengan etika di dalam pembahasan initidak hanya terbatas pada apa yang disampaikan kepadapublik. Jelas bahwa kebenaran dan keakuratan isi beritamerupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam proses
16 | Filsafat Komunikasi
penyampaian informasi tersebut. Namun perlu diingat bahwabahasa yang dipergunakan, pilihan gambar yangditampilkan, serta kejadian-kejadian yang difokuskandalam pemberitaan juga perlu dipertimbangkan kembalisebelum digunakan untuk membentuk berita tersebut.Frekuensi dan sudut pandang pemberitaan pun perludiperhatikan agar tidak menimbulkan permasalahan baru.Hal ini bukan dilakukan bukan hanya demi pandanganmasyarakat tentang media itu sendiri, melainkan jugauntuk menjaga narasumber itu sendiri.
2.5. STUDI KASUS
Contoh kasus dari bidang jurnalistik yang dapat kitaambil tentang bagaimana akibatnya jika etika tidakdipedulikan adalah pemberitaan yang dilakukan olehMetroTV tentang korban dari tragedi jatuhnya pesawatHercules milik TNI AU. Peristiwa yang mengerikan danmenggemparkan itu sempat menjadi fokus utama, bahkanpemberitaan tentang korban-korban yang berjatuhan akibatkejadian itu sempat memakan waktu berjam-jam dalampemberitaan. MetroTV bahkan sempat mengemasnya di dalamsatu program acara khusus. Namun, karena belum memperolehhasil penyelidikan dari tim yang berwajib tentangpenyebab jatuhnya pesawat tersebut secara pasti, isipemberitaan pun akhirnya didominasi oleh berita tentangbagaimana keluarga korban bereaksi saat mengetahui bahwakeluarga mereka menjadi korban dalam peristiwa naastersebut.
17 | Filsafat Komunikasi
Pada saat itu, MetroTV meliput habis-habisan tentangbagaimana kesedihan yang menimpa keluarga korban,terutama saat jenazah para korban tiba di tempatkediamannya hingga proses penguburannya. Bahkan beberapareporter MetroTV sengaja di tempatkan di beberapa rumahkorban untuk meliput secara langsung kesedihan yangdialami oleh keluarga korban. Di dalam peliputan tersebutpun terlihat bagaimana kameramen ikut berdesakan bersamakeluarga korban yang sedang saling berpelukan danmenangis, demi mendapatkan gambar wajah mereka yang penuhdengan kesedihan itu. Beberapa reporter pun sempatmelakukan wawancara langsung terhadap keluarga korbanyang intinya adalah mempertanyakan bagaimana perasaanmereka atas kematian sanak saudara mereka itu. Dan akibatdari pertanyaan itu adalah keluarga korban kembalimenangis karena teringat akan apa yang menimpa keluargamereka.
Tayangan yang paling menyayat hati adalah saatkameramen meliput ekspresi dan tangis histeris salah satuistri korban saat menghantarkan kepergian suaminya ketempat peristirahatan yang terakhir. Ibu tersebutmenangis sejadi-jadinya hingga kehabisan tenaga, danuntuk berjalan saja ia harus dipapah oleh orang-orang disekelilingnya. Hal ini menunjukkan ketidakmanusiawian danketidaketisan media dalam melakukan peliputan danpemberitaan. Berita yang seharusnya juga menggambarkanbahwa media pun turut berduka atas tragedi itu, formatnyajustru berubah menjadi format infotainment. Untukmenggugah dan merenyuh sisi humanis kemanusiaan,dramatisasi dapat dibenarkan namun tetap dalam bingkaidan norma yang berlaku, terutama tetap harus berdasarkanfakta (Iswandi, 2006: 184).
18 | Filsafat Komunikasi
Sama seperti mereka mengejar artis-artis untukmeminta keterangan lebih lanjut tentang kehidupan pribadimereka, di dalam kasus ini pun mereka memaksakan kehendakuntuk mewawancarai keluarga korban. Padahal harus kitaakui bahwa gambar-gambar yang berhasil diambil olehwartawan sudah menunjukkan secara jelas apa yangdirasakan oleh keluarga korban. Sebenarnya hal ini tidakboleh dilakukan mengingat narasumber masih berada dalamtrauma kejiwaan dan hal ini pun telah diatur di dalamKode Etik Jurnalistik pasal 2 yang berbunyi, wartawanIndonesia menempuh cara-cara yang profesional dalammelaksanakan tugas jurnalistik. Yang termasuk di dalamnyaadalah menghormati pengalaman traumatik narasumber dalampenyajian gambar, foto, suara. Sehingga dapat dikatakanbahwa wartawan tidak dibenarkan untuk melakukan wawancaralangsung dengan pihak keluarga korban maupun meliputgambar secara berlebihan untuk menambah efek dramatisasi.Padahal kejadian ini sudah cukup mengagetkan masyarakattanpa perlu ditambahi efek seperti itu.
Dalam menangani berita, wartawan memiliki memangmemiliki kebebasan dalam menulis. Namun kebebasan itutetap dibatasi oleh moral, yaitu etika. Memang wartawandituntut untuk memberikan berita secara cepat, tapi cepatbukan berarti ngawur. Berita yang akan dan telah ditulisitu tetap harus dipertimbangkan kembali dari segihumanisnya serta dampaknya terhadap orang-orang yangterlibat di dalamnya. Dalam kasus ini, peliputan yangdilakukan menunjukkan bahwa wartawan melupakan sisihumanisnya, di mana wartawan justru mengekspose kesedihankeluarga korban untuk disajikan kepada publik dalamdurasi waktu yang berlebihan. Bahkan penayangan gambar-
19 | Filsafat Komunikasi
gambar yang paling menunjukkan ekspresi kesedihan itutidak hanya diputar satu kali saja, melainkan beberapakali di dalam program berita yang berbeda-beda.
Etika yang diabaikan dalam dunia komunikasi dapatmenghilangkan kepekaan sosial dan rasa peduli terhadapsesama. Komunikasi memang sangat diperlukan di dalambersosialisasi dan bermasyarakat, dan media adalah alatyang digunakan untuk menyampaikan informasi-informasiyang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun dalamberkomunikasi, terutama dalam menyampaikan informasimelalui media, di mana media dapat dengan mudah membentukcara pandang masyarakat, banyak hal-hal yang harusdipertimbangkan kembali berkaitan dengan etika. Sedangkanmasyarakat jaman sekarang sudah terbiasa untukmenyaksikan kejadian-kejadian ekstrim yang disajikanmelalui media, sehingga kepekaan mereka akan pelanggaranetika yang dilakukan dalam dunia komunikasi melalui mediapun sering tak mereka sadari, bahkan hanya diterimamentah-mentah sebagai sebuah informasi semata.
Sangat disayangkan bahwa di era sekarang ini, nilaietika tampaknya sudah mulai pudar dan bergeser. Banyaktindakan yang dulunya dianggap melanggar etika, kinijustru diterima begitu saja oleh masyarakat seakan haltersebut adalah hal yang biasa-biasa saja dan tidakmengganggu. Salah satu penyebab pergeseran etika,terutama dalam bidang komunikasi, tersebut adalah mediamassa yang makin meningkat jumlahnya. Dengan berbagaisudut pandang yang dimiliki oleh tiap media terhadapsuatu berita, mereka pun mengemasnya sesuai denganideologi masing-masing perusahaan dan makin seringmelupakan etika yang berlaku secara umum karena tuntutandari persaingan bisnis dengan perusahaan media lainnya.
20 | Filsafat Komunikasi
Akibatnya, mereka seakan membuat batasan baru tentangetika komunikasi yang disesuaikan dengan ideologiperusahaannya masing-masing.
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai etika dalamberkomunikasi ini adalah etika sangat dibutuhkan sebagaipedoman dalam melakukan proses menyampaikan dan menerimapesan. Dalam menyampaikan pesan melalui media, tidakboleh hanya memikirkan apakah berita tersebut memilikinilai jual yang tinggi, melainkan juga memikirkan dampakyang akan terjadi terhadap narasumber, pihak-pihak yangterkait dengan kejadian itu, maupun audience yang menjadikonsumen berita tersebut. Etika juga dibutuhkan untukmenjaga agar informasi yang disampaikan tidak merugikanatau mengganggu privasi seseorang. Pengalaman traumatikyang menyerang kejiwaan seseorang atau narasumber jugapatut menjadi pertimbangan sebelum wartawan inginmenggali informasi lebih lanjut. Dengan tetap berpegangpada etika yang ada, maka sisi sosial dan humanis,keadilan, dan kebebasan berpendapat yang sesungguhnyatidak akan terabaikan.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Etika ialah segala perbuatan yang timbul dari orang
yang melakukan dengan ikhtiar dan sengaja, dan ia
mengetahui waktu melakukannya apa yang ia perbuat. Inilah
yang dapat kita beri hukum “baik dan buruk”, demikian
21 | Filsafat Komunikasi
juga segala perbuatan yang timbul dengan tiada kehendak,
tetapi dapat diikhtiarkan penjagaan sewaktu sadar.
Adapun diantara mazhab-mazhab Etika adalah :
1. Egoisme
2. Deontologisme
3. Utilitarianisme / teleologis
4. Theonom / Theological Theory
3.2. SARAN
Dengan munculnya permasalahan tersebut, maka di
harapkan kepada pihak yang berkepentingan agar dalam
pembuatan soal selanjutnya perlu memperhatikan faktor-
faktor eksternal yang bisa menimbulkan dampak negatif
bagi pihak lain.
DAFTAR PUSTAKA
22 | Filsafat Komunikasi
Angga. Etika dan Filsafat Komunikasi. 2011.
http://www.scribd.com/doc/11435697/Etika-Filsafat-Kom-ut
Admin. Konsep Etika Komunikasi. 2009. Diakses 2014.
http://materikomunikasi.blogspot.com/2009/06/konsep-etika-
komunikasi.html.
Detik. Investigasi kasus kemunculan nama jokowi di soal un.
2014. Diakses 7 Mei 2014.
http://news.detik.com/read/2014/04/15/015122/2555131/10/kpai-
minta-mendikbud-segera-investigasi-kasus-munculnya-jokowi-di-
soal-un
Kangarul. Pengertian dan Mazhab Filsafat. 2009. Diakses 2004.
http://kangarul.wordpress.com/2009/07/31/pengertian-dan-
mazhab-filsafat/
SUMARNO. A.P, buku materi pokok filsafat dan etika komunikasi, cet. III,
Jakarta: Universitas Terbuka, 2003.
Purnama, Hasyim. Etika Komunikasi. 2013. Diakses 2014.
http://ueu5783.weblog.esaunggul.ac.id/2013/12/23/etika-
komunikasi/
Aswin, S, 1981, Etika Dalam Penelitian, dalam : Dasar-DasarMetodologi Riset Ilmu Kedokteran, Departemen Pendidikan danKebudayaan, Konsorsium Ilmu Kedokteran, Jakarta. - See more at:
http://bahan-kuliahmu.blogspot.com/2012/09/persamaan-dan-
perbedaan-etika-dan-agama.html#sthash.X4bRT8aa.dpuf
23 | Filsafat Komunikasi