Laporan Praktikum SISTEM PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIS

11
Laporan Praktikum SISTEM PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIS Dosen Pengampu : Taufik Hery Purwanto, S.Si, M.Si Oleh : Aulia Purnasari Dian Fertilita 12/342137/PGE/01017 MAGISTER PENGINDERAAN JAUH FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

Transcript of Laporan Praktikum SISTEM PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIS

Laporan Praktikum

SISTEM PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIS

Dosen Pengampu : Taufik Hery Purwanto, S.Si, M.Si

Oleh :

Aulia Purnasari Dian Fertilita 12/342137/PGE/01017

MAGISTER PENGINDERAAN JAUH

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Menentukan Jalur Terbang

Penerbangan dijadwalkan pada jam 10 pagi dan sore, untuk mendapatkan penyinaran maksimal dan

bayangan minimal. Secara keseluruhan maka banyak waktu, usaha, dan biaya yang dipergunakan untuk

perencanaan dan pelaksanaan pembuatan foto. Aspek geometri dalam perencanaan penerbangan

menggunakan parameter (a) panjang fokus kamera yang digunakan (b) ukuran format kamera (b) skala foto

yang dikehendaki (c) luas daerah yang akan dipotret (e) tinggi terbang rata-rata di atas permukaan daerah

yang dipotret (f) tampalan yang diinginkan (g) tampalan samping yang didinginkan dan (g) kecepatan

pesawat yang akan digunakan.

Berdasarkan parameter di atas maka perencanaan penerbangan melakukan perhitungan dan

pembuatan peta jalur sebagai petunjuk penerbangan (1) ketinggian terbang di atas bidang rujukan untuk

pemotretan; (2) lokasi, arah, dan jumlah jalur terbang yang harus dibuat pada seluruh daerah yang dipotret;

(3) interval waktu antar pemotretan; (4) jumlah pemotretan tiap satu jalur tebang dan (5) jumlah seluruh

pemotretan yang diperlukan pada misis penerbangan tersebut.

Pada praktikum ini, kamera telah disetting untuk memotret setiap detiknya. Pesawat yang digunakan

adalah pesawat tanpa awak dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam dan pada ketinggian 330 km disesuaikan

dengan bangunan tertinggi di sekitar lokasi pemotretan agar pesawat tidak menghantam bangunan. Pesawat

ini memiliki daya baterai hingga 20 menit. Pesawat ini terbuat dari stereoform padat, namun tergolong

ringan, sehingga jadwal penerbangan memperhatikan kondisi angin di lokasi. Lokasi penerbangan yang

berada pada kota dengan ciri angin turbulensi cukup menyulitkan karena dapat mengganggu jalur terbang,

dan kestabilan ketinggian terbang pesawat. Pesawat yang dikendalikan oleh pilot otomatis dengan panduan

GPS sesuai untuk daerah dengan gangguan sinyal yang sedikit karena banyaknya gangguan sinyal dapat

mengurangi sinyal kontrol dari kendali pusat. Kamera yang digunakan adalah kamera berlensa tunggal

dengan jenis Canon PowerShot SX260 HS, Resolusi 4000x3000, panjang fokus 4,5 mm, dan prekalibrasi

EXIF. Hasil pemotretan terdiri dari ratusan foto, namun yang diproses lebih lanjut untuk di mozaik adalah

lima foto. Tampalan pada foto sekitar 80% untuk mengurangi kemungkinan daerah yang tidak terfoto

dengan baik karena gangguan.

Jalur terbang disetting menggunakan software Mission Planer, kemudian diinput ke dalam auto pilot

pesawat. Jalur terbang disetting serapat mungkin agar foto yang dihasilkan maksimal. Jalur terbang

diusahakan seminimal mungkin, namun hal ini juga dipengaruhi oleh arah angin di lokasi, sehingga sebelum

keberangkatan pesawat, diadakan cek jalur terbang kembali. Kondisi yang berangin dan badai dapat

menciptakan gerakan yang berlebihan dan menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan kamera terarah

tegak, sulit untuk mengikuti jalur terbang yang direncanakan, dan untuk mengatur tinggi terbang yang tetap.

Apabila tutupan awan lebih dari 10% tetapi letaknya tinggi sehingga berada di atas tinggi terbang

yang direncanaka, maka kondisi ini kurang menguntungkan karena akan terjadi bayangan awan yang luas

diatas tanah yang menyebabkan benda-benda tidak tampak pada foto. Adanya kabut, kabut campur asap,

debu, dan asap menghamburkan sinar pada seluruh spektrum dan tidak dapat disaring dengan baik. Kondisi

langit yang terlalu cerah juga mengganggu pengambilan foto karena atap yang terbuat dari logam akan

memantulkan sinar yang terlalu kuat sehingga menutupi objek lainnya. Kondisi langit yang gelap juga

mengganggu, karena pada dasarnya foto udara merupakan sensor pasif yang membutuhkan sinar dari

matahari. Hal ini menyebabkan sensor tidak dapat menangkap pantulan yang sempurna dari benda.

Gambar 1 ilustrasi jalur terbang yang dipilih untuk medapatkan jumlah terbang yang minimal

Gambar 2 mozaik yang dihasilkan dari 46 buah foto

Gambar 2 merupakan sebagian hasil pemotretan di Lapangan Pancasila dengan tampalan depan

hingga 80%. Kesalahan yang sering terjadi pada foto udara bersumber pada distorsi lensa kamera,

pembiasan atmosferik, lengkung bumi, kegagalan sumbu fidusial untuk berpotongan pada titik utama, dan

pengkerutan atau pengembangan material fotografik.

Praktikum Lapangan

Gambar 3 Beberapa komponen di dalam pesawat Gambar 4 Proses pemasangan komponen

Pesawat yang digunakan terdiri dari komponen baterai, auto pilot, rotor, dan kamera digital. Sebelum

menerbangkan pesawat, dilaksanakan pemasangan peralatan seperti kamera, kaca pelapis untuk melindungi

lensa kamera, dan beberapa komponen lainnya

Gambar 5 Tahap mengatur keseimbangan pesawat Gambar 6 Tahap Pemasangan Kamera

Pengaturan keseimbangan pesawat dilakukan untuk menyesuaikan dengan auto pilot. Kamera Canon

PowerShot SX260 HS yang telah disetting untuk memotret setiap detik dan diaktifkan GPSnya, dipasang ke

dalam pesawat. Setelah peralatan telah terpasang dilakukan beberapa kali percobaan terbang untuk

memastikan auto pilot telah terkoneksi dengan baik.

Pengolahan Foto Udara

Pada umumnya, gambar yang baik untuk titik kontrol foto harus memenuhi dua syarat, yaitu (1)

harus tajam, jelas, dan mudah dikenali pada semua foto, dan (2) harus terletak pada lokasi yang baik dalam

foto. Gambar untuk kontrol foto dipilih berdasarkan pengkajian foto dengan seksama. Pengkajian tersebut

termasuk penggunaan stereoskop untuk menjamin kejelasan pandangan stereoskopik. Persyaratan jumlah

titik kontrol dan letaknya yang optimum pada foto tergantung pada tujuan penggunaannya.

Gambar 7 Penentuan Ground Control Point

Nilai Ground Control Point dari citra satelit

1 432202.84 9141347.77 174

2 432182.70 9141335.85 174

3 432211.12 9141301.83 174.5

4 432176.87 9141224.44 172

5 432136.71 9141223.90 172

6 432288.61 9141292.94 175

7 432288.49 9141378.50 175

8 432137.61 9141281.03 173.5

1

2

3 4

5

6

7

8

Gambar 8 Ilustrasi timpalan pada foto dan arah terbang pesawat

Gambar 9 Lima lembar foto yang ditampalkan

1

2

Pengolahan Foto menggunakan Software Agisoft

(a) Membuat Geometri dengan tipe smooth (b) Membuat Geometri dengan Cloud Point

(c) Membuat tanda pada foto (d) Gambar setelah insert GCP

(e) Gambar setelah mengalami proses optimize (f) Gambar Proses eksport ke JPEG dengan tipe

mozaik dan di split

Hasil Pengolahan

Data Survey

Gambar 10 lokasi kamera dan overlap foto

Keterangan:

Number of images: 5 Camera stations: 5

Flying altitude: 6.16671e-008 m Tie-points: 21613

Ground resolution: 1.37603e-011 m/pix Projections: 56694

Coverage area: 3.58559e-021 sq km Error: 6.50561 pix

Gambar 10 menunjukkan besarnya overlap pada foto. Angka satu merupakan daerah yang tidak

overlap. Angka dua merupakan daerah yang overlap antara dua lembar foto. Angka tiga merupakan daerah

yang overlap antara tiga lembar foto. Angka empat merupakan daerah yang overlap antara empat lembar

foto, dan angka lima merupakan daerah yang overlap antara lima lembar foto. Dari luasan daerah yang

overlap, dapat dihitung persentase overlap foto hasil pemotretan.

Gambar 11 Lokasi kamera

Lingkaran merah dengan titik hitam di tengah merupakan posisi kamera ketika mengambil ke lima

foto tersebut, sedangkan 2.04891e-008m adalah resolusi efektif maksimum yang disesuaikan secara

otomatis oleh software.

Tabel besar kesalahan dalam menentukan Ground Control Point

Error pada pixel dapat disebabkan karena penentuan GCP di foto yang tidak tepat, atau GCP di

lapangan yang tidak akurat.

Gambar 12 Rekonstruksi Digital Elevation Model

Keterangan:

Resolution: 5.27241e-011 m/pix Point density: 6.21109e+020 points per sq m

Gambar rekonstruksi DEM menunjukkan daerah yang berwarna merah lebih tinggi dari derah

sekitarnya, sedangkan warna hijau merupakan daerah datar. Warna biru menunjukkan daerah yang kontras

lebih rendah dari sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Lillesand, T. M., Kiefer, R. W., and Chipman, J. 2008, Remote Sensing and Image Interpretation, 6th

edition. New York: John Wiley and Sons.

Wolf, Paul, R., 1993. Element Of Photogrammetry, New York: McGraw-Hill.

Gambar orthophoto hasil mozaik yang di split