FOTOGRAFIK PENGINDRAAN JAUH

15
TUGAS PAPER PENGINDRAAN JAUH “Foto Udara” OLEH : BAGUS DARMAWAN 26020111130049 IK-A PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Transcript of FOTOGRAFIK PENGINDRAAN JAUH

TUGAS PAPER

PENGINDRAAN JAUH

“Foto Udara”

OLEH :

BAGUS DARMAWAN

26020111130049

IK-A

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015

Fotogrametri

Fotogrametri berasal dari kata Yunani yakni dari

kata “photos” yang berarti sinar, “gramma” yang berarti

sesuatu yang tergambar atau ditulis, dan “metron” yang

berarti mengukur. Oleh karena itu “fotogrametri”

berarti pengukuran scara grafik dengan menggunakan

sinar. (Thompson, 1980 dalam Sutanto, 1983). Dalam

manual fotografi edisi lama, fotogrametri didefinisikan

sebagi ilmu atau seni untuk memperoleh ukuran

terpercaya dengan mengguanakan foto. Di dalam manual

edisi ketiga, definisi fotogrametri dilengkapi dengan

menambahkan interpretasi foto udara kedalamnya dengan

fungsi yang hampir sama kedudukannya dengan penyadapan

ukuran dari foto. Setelah edisi ketiga pada tahun 1996,

definisi fotogrametri diperluas lagi hingga meliputi

penginderaan jauh. (Sutanto, 1983). Sehingga dapat

disimpilkan bahwa Fotogrametri adalah suatu seni, ilmu,

dan teknik untuk memperoleh data-data tentang objek

fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui proses

perekaman, pengukuran, dan penafsiran citra fotografik.

Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari

referensi pengukuran secara terestris, mulai dari

penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga

kepada pengukuran batas tanah. Batas-batas tanah yang

diidentifikasi pada peta foto harus diukur di lapangan.

Citra fotografik adalah foto udara yang diperoleh

dari pemotretan dari udara yang menggunakan pesawat

terbang atau wahana terbang lainnya. Hasil dari proses

fotogrametri adalah berupa peta foto atau peta garis.

Peta ini umumnya dipergunakan untuk berbagai kegiatan

perencanaan dan desain seperti jalan raya, jalan kereta

api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan listrik,

jaringan telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan

perkotaan, dsb.Fotogrametri atauaerial surveying adalah

teknik pemetaan melalui foto udara. Hasil pemetaan

secara fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapat

langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan peta

Foto Udara

Foto Udara adalah citra fotografi hasil perekaman

dari sebagian permukaan bumi yang diliput dari pesawat

udara pada ketinggian tertentu menggunakan kamera

tertentu. Foto udara yang dipergunakan dapat berupa

foto udara metrik, yaitu foto udara yang diambil dengan

kamera udara metrik (biasanya berukuran 23 x 23 cm).

Foto udara jenis ini sangat tinggi ketelitiannya karena

kamera foto dibuat khusus untuk keperluan pemetaan

dengan ketelitian tinggi dan resolusi citra foto yang

sangat baik. Pada kamera metrik dilengkapi dengan

titik-titik yang diketahui koordinatnya (disebut

sebagai titik Fiducial Mark) yang akan dipakai sebagai

acuan / referensi dalam pengukuran dimensi objek. Jenis

foto lainnya adalah foto non-metrik, yaitu foto yang

dihasilkan dari kamera non-metrik (kamera biasa atau

kamera khusus). Biasanya ukuran foto yang dihasilkan

lebih kecil dari foto metrik. Kamera ini biasa dipakai

untuk keperluan pengambilan foto secara umum, dan

pemotretan udara dengan menggunakan pesawat kecil atau

pesawat model. Ketelitian yang diperoleh tidak sebaik

kamera metrik dan daerah cakupan jauh lebih kecil.

Foto udara selanjutnya diklasifikasikan sebagai

foto udara vertikal dan foto udara condong. Foto udara

vertikal, yaitu apabila sumbu kamera pada saat

pemotretan dilakukan benar-benar vertikal atau sedikit

miring tidak lebih dari 3˚. Sebagian besar dari foto-

foto udara termasuk dalam jenis foto udara vertikal.

Tipe kedua dari foto udara yakni foto udara condong

(oblique) yaitu apabila sumbu foto mengalami kemiringan

antara 3˚ dan 90˚ dari kedudukan vertikal. Jika horizon

tidak tampak, disebut condong / miring rendah. Jika

horizon tampak, disebut condong tinggi / sangat miring.

Keuntungan foto udara vertikal dibandingkan dengan foto

udara condong

Skala foto vertikal kira-kira selalu tetap

dibandingkan dengan skala foto condong. Ini

menyebabkan lebih mudah untuk melakukan

pengukuran-pengukuran pada foto dan hasil yang

diperoleh lebih teliti.

Untuk keperluan tertentu foto udara vertikal dapat

digunakan sebagai pengganti peta.

Foto udara vertikal lebih mudah diinterpretasi

dari pada foto udara condong. Ini dikarenakan

skala dan obyek-obyek yang lebih tetap bentuknya,

tidak menutupi obyek-obyek lain sebanyak yang

terjadi pada foto udara condong.

Keuntungan foto udara condong dibandingkan dengan foto

udara vertikal

Foto udara condong meliputi kawasan yang lebih

luas dari pada kawasan yang diliput oleh suatu

foto udara vertikal.

Jika lapisan awan seringkali menutupi suatu daerah

yang tidak memungkinkan dilakukan dengan

pemotretan vertikal, maka dapat dilakukan dengan

pemotretan condong.

Beberapa obyek yang tidak dapat dilihat /

tersembunyi dari atas pada foto udara vertikal,

misalnya : obyek dibawah bangunan tinggi, dapat

terlihat pada pemotretan condong.

Pemetaan pada dasarnya dapat ditempuh dari dua

cara atau kelompok, pemetaan cara teristis atau

pemetaan langsung dengan peralatan ukur lapangan, serta

pemetaan lewat media pengambilan data baik dari

pemotretan udara atau  menggunakan citra satelit yang

dikenal pemetaan fotogrametrik. Pada mulanya ilmu

fotogrametri diawali dari pengambilan obyek topografi

medan berbukit sulit dipetakan langsung, maka awal

fotografi mulai dimanfaatkan untuk membuat gambar

pertampalan atau stereogram model dari bagian topografi

tersebut, fotogrametri udara (aerial photogrammetry) dimulai

setelah dapat dipergunakannya kamera udara untuk

pemotretan wilayah luas maka cara fotogrametri akan

lebih efisien dan ekonomis tetapi untuk medan yang

tidak luas dan mudah dijangkau cara ukur teristis jauh

lebih mudah dan ekonomis terutama pada kawasan yang

tidak dapat dijangkau potret udara, karena masalah

skala dan variasi skala foto udara, alternatif

pemakaian pemetaan topografi dengan dengan upaya

pemetaan secara teristris masih ada peluang. Namun

untuk wilayah yang terlalu luas untuk peralatan cara

teristris foto udara satu-satunya jawaban untuk

pemetaan. Beberapa alternatif pengambilan data untuk

keperluan pemetaan fotri, kombinasi kamera dan wahana

menghasilkan kelompok pemotretan udara (data

capturing) sebagai berikut :

a.       Pesawat berawak + kamera udara dan GPS

navigasi dilibatkan

b.      Pesawat berawak + kamera foto non metrik +

GPS navigasi

c.       Pesawat Trike dan kamera non metrik

(terbatas luasan medan)

d.      Pesawat model (tak berawak/remote kontrol)

+kamera non metrik

e.       Citra satelit hasil pengambilan data non

fotografi (dari citra satelit)

Dari berbagai alternatif, kamera udara atau kamera

digital dapat dipakai untuk mendapatkan data awal

(input data) pemetaan secara digital, sehingga dapat

dikelompokkan :

a.      Data foto udara (berbagai ukuran) perlu

ditransformasikan ke dalam format digital, secara

penyiaman (scanning) pada ketajaman dpi tertentu

b.     Data format digital langsung hasil pemotretan

kamera digital

c.      Data format digital dari citra satelit (pada

umumnya format digital)

Pada kualitas hasil penyiaman sangat tergantung

pemakaian alat scanner yang memiliki kemampuan “dpi”

tertentu (dpi = dot per inch) serta pemakaian data dari

negatif atau hasil cetak (hardcopy), disarankan

penyiaman langsung dari data film negatif (data analog

format asli hasil pemotretan). Ukuran scanner juga

bermacam ragam sehingga untuk format kecil lebih banyak

dipakai karena dari kapasitas scanning data maupun

kualitas dpi yang dijanjikan. Perkembangan kamera

digital akan merupakan masa depan pemotretan tersendiri

sebab meskipun banyak kelemahan kamera digital

(terutama pada tingkat resolusi gambar) pada saatnya

nanti peningkatan kemampuan sampai beberapa MB (mega

bites) untuk satu frame foto dapat mengimbangi kamera

optik.

Citra FotoCita foto dibedakan atas dasar spektrum

elektromagnetik yang digunakan, posisi sumbu kamera, sudut

lipatan kamera, jenis kamera, warna yang digunakan,

dan sistem wahananya.

1. Citra foto berdasarkan warna yang digunakan

a. Citra Foto Warna Asli

b. Citra Foto Warna Semu

2. Citra foto berdasarkan posisi sumbu kamera

a. Citra Foto Vertikal, yaitu citra foto yang dibuat

dengan posisi sumbu tegak lurus terhadap permukaan bumi

b. Citra Foto Condong, yaitu citra foto yang dibuat

dengan posisi sumbu kamera miring, dengan sudut

kemiringan kamera lebih dari 100. Adadua jenis foto

condong yaitu :

– Citra foto agak condong, yaitu jika cakrawala tidak

tergambar pada foto

– Citra foto sangat condong, yaitu jika cakrawala

tergambar pada foto.

3. Citra foto berdasarkan sudut lipatan kamera

Jenis kamera Sudut Liputan Jenis Foto

Sudut kecil

(narrow angle)< 600 Sudut kecil

Sudut normal

(normal angle)600 – 750

Sudut

normal/sudut

standar

Sudut lebar 750 – 1000 Sudut lebar

(wide angle)

Sudut sangat

lebar

(super-wide

angle)

> 1000Sudut sangat

lebar

4. Citra foto berdasarkan jenis kamera yang digunakan

a. Citra foto tunggal, citra foto yang dibuat dengan

kamera tunggal

b. Citra foto jamak, citra foto yang dibuat pada

saat yang sama dan menggambarkan obyek liputan

yang sama. Foto jamak dapat dibuat dengan 3

cara :Multikamera, menggunakan beberapa kamera

yang diarahkan secara bersamaan ke satu obyek.

Multilensa, menggunakan satu kamera yang memiliki

banyak lensa

Kamera tunggal berlensa tunggal dengan pengurai

warna

5. Citra foto berdasarkan sistem wahananya

A. Citra Foto Udara, yaitu citra foto yang dibuat

dengan menggunakan wahan yang bergerak di udara

misalnya pesawat terbang, helikopter dll

B. Citra Foto Satelit, yaitu citra foto yang dibuat

dengan menggunakan wahana satelit yang bergerak di

luar angkasa.

6. Citra foto berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang

digunakan

A. Citra Foto Ultraviolet, yaitu citra foto yang

dibuat dengan menggunakan spektrum Ultraviolet

B. Citra Foto Otokromatik, yaitu citra foto yang

dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari

warna biru hingga sebagian warna hijau

C. Citra Foto Pankromatik, yaitu cira foto yang

dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum tampak

D. Citra Foto Inframerah Asli, yaitu citra foto yang

dibuat dengan menggunakan spektrum infamerah

E. Citra Foto Inframerah Modifikasi, yaitu citra foto

yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah

dan sebagian spektrum tampak dari warna merah dan

sebagian hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Dibyosaputro, Suprapto. 1997. geomorfologi Dasar.Yogyakarta : Universitas GadjahMada.

Ejasta, IKM. 1998. Kesesuaian Lahan Kering TanamanPalawija Di Kecamatan Tejakula KabupatenTingkat II Buleleng. Singaraja.Hartono, DEA DESS. 2004. Aplikasi PenginderaanJauh dan SIG di Bidang Pendidikan. UniversitasGadjah Mada. Yogyakarta.

Kiefer dab Lillisand. 1993. Penginderaan Jauh danInterpretasi Citra. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.Suharyadi. 1991. Sistem Informasi Geografi.Universitas Gajdah Mada. Yogyakarta.

Sutanto. 1983. Pengetahuan Dasar Fotogrametri.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada