LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM GENETIKA

28
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM GENETIKA GENETIKA MANUSIA DAN DERMATOGLIFI OLEH: KELOMPOK II GANJIL ANGGOTA: 1. FICI ENGLIANI 1010423042 2. ZICKA MULYAWATI 1110423035 3. BAYU AFNOVANDRA P. 1210421009 4. YUL AMARIA 1210422043 5. RIZKI SEKAR ARUM 1210423005 6. NINDY LADYFANDELA 1210423041 ASISTEN PENANGGUNG JAWAB: 1. YULIWAN SAPUTRA 2. MUTHIARA HIDAYAH LABORATORIUM GENETIKA DAN SITOLOGI

Transcript of LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM GENETIKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM GENETIKA

GENETIKA MANUSIA DAN DERMATOGLIFI

OLEH:

KELOMPOK II GANJIL

ANGGOTA: 1. FICI ENGLIANI 1010423042

2. ZICKA MULYAWATI 1110423035

3. BAYU AFNOVANDRA P. 1210421009

4. YUL AMARIA 1210422043

5. RIZKI SEKAR ARUM 1210423005

6. NINDY LADYFANDELA 1210423041

ASISTEN PENANGGUNG JAWAB: 1. YULIWAN SAPUTRA

2. MUTHIARA HIDAYAH

LABORATORIUM GENETIKA DAN SITOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2014

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Genetika berasal dari bahas latin genos yang berarti suku

bangsa atau asal usul. Dengan demikian genetika berarti

ilmu yang mempelajari bagaimana sifat keturunan

(hereditas) yang diwariskan kepada anak cucu, serta

variasi yang mungkin timbul didalamnya. Genetika berlaku

juga pada manusia. Genetika yang mempeljari bagaimana

hereditas itu diwariskan pada manusia disebut genetika

manusia (Pai, 1987).

Genetika manusia membahas fakta menarik perilaku

manusia, kepribadian karakteristik, tubuh fisik dan

karakteristik wajah semua konsekuensi dari gen yang

diwarisi dari orang tua. Sebagai contoh, bentuk hidung,

mulut dan telinga, warna mata dan rambut, dan letak

telinga pada manusia semua ditentukan oleh gen yang

diperoleh pada tahap embrio. Hal ini juga berlaku untuk

beberapa karakteristik lain seperti lesung pipi di pipi

dan dagu dan pembentukan gurat-gurat pada jari dan

telapak tangan dan kaki (Goodenough, 1988).

Genetika manusia penting dipelajari karena dengan

hal inilah manusia dapat mengetahui sifat-sifat keturunan

manusia itu sendiri serta setiap makhluk yang hidup

dilingkungan manusia, mengetahui kelainan atau penyakit

keturunan serta usaha untuk menanggulanginya juga

menjajagi sifat keturunan seseorang. Misalnya, golongan

darah yang kemungkinan diperlukan dalam penelitian

warisan harta dan kriminalitas (Elvita, et al, 2008).

Pewarisan sifat untuk manusia didasarkan pada model

pewarisan sifat Gregor Mendel. Mendel memperkirakan

pewarisan sifat yang terjadi dikarenakan suatu unit, yang

disebut gen. Gen yang berikatan dengan kromosom tubuh

disebut autosom, sedangkan yang berikatan dengan kromosom

kelamin disebut gonosom. Pada manusia terjadi pewarisan

yang diakibatkan aleh autosom dominan dan autosom

resesif. Pada autosom dominan, jika satu saja orang tua

memilikinya maka hal ini cukup untuk menyebabkan sifat

ini muncul pada generasi berikutnya. Autosom resesif

biasanya merupakan pola pewarisan untuk penyakit yang

diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Karena memerlukan dua kopian sifat untuk menampilkan ciri

sifat tersebut, maka banyak yang menjadi pembawa sifat

(carier) daripada penderita (Campbell, 2005).

Sidik jari bersifat genetik, tetapi juga dipengaruhi

oleh faktor lingkungan pada trimester pertama kehamilan.

Pembentukannya terjadi selama masa embrio dan tidak

pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara

kebetulan akibat luka-luka, terbakar, penyakit atau

penyebab lain yang tidak wajar pada jari dan telapak

tangan (Elvayandri, 2002).

Pola sidik jari dapat digunakan untuk

mengidentifikasi orang-orang dengan predisposisi genetik

untuk perkembangan penyakit tertentu. Karena sidik jari

diturunkan secara genetik dan tidak dipengaruhi

lingkungan eksternal setelah lahir seperti geografi,

ekonomi, dan lain-lain, sidik jari memiliki ciri yang

paling bermanfaat untuk menentukan hubungan mendasar

dalam kehidupan. Sejumlah gen yang ditemukan pada sindrom

kelainan kromosom, ternyata juga ditemukan keabnormalan

pada pola sidik jari atau dermatoglifinya (Fuller, 1973).

Menurut penelitian yang dilakukan di New Delhi oleh

Chintamani (2007) dikatakan bahwa pola sidik jari atau

dermatoglifi pada pasien kanker payudara memiliki

beberapa cirri khas yang berbeda dengan pasien normal,

seperti terdapatnya 6 atau lebih pola melingkar (whorl)

disidik jarinya, juga ditemukan pola whorl meningkat di

jari telunjuk kanan dan jari kelingking kanan

dibandingkan control (Fuller, 1973).

Untuk mengetahui bagaimana pola-pola hereditas yang

diwariskan kepada seseorang serta mengetahui sifat-sifat

yang dominan dan resesif yang ada pada manusia, penting

dilakukan sebuah praktikum yang berhubungan dengan

variasi genetik dan dermatoglifi. Pola sidik jari yang

terdapat pada manusia dapat mengidentifikasi penyakit

tertentu dan kelainan kromosom.

1.2 Tujuan

1.Untuk mengenal dan mengidentifikasi pola-pola sidik

jari serta perhitungan jumlah sulur pada populasi

manusia.

2.Untuk melatih keterampilan dalam mengumpulkan data

populasi dan menentukan frekuensi alel dalam populasi

serta menganalisisnya secara genetik.

3.Untuk mengidentifikasi berbagai karakter fisik manusia

dan sifat pewarisannya serta menganalisis secara

statistik sesuai konsep genetika.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Genetika Manusia

Genetika manusia sangat penting dipelajari karena adanya

pola-pola pewarisan sifat pada manusia. Prinsip genetika

perlu dikuasai untuk mempelajari sifat kejiwaan seseorang

yang ditentukan oleh sifat keturunan, misalnya kelebihan

satu jenis kromosom yang ada hubungannya dengan kelainan

jiwa bersifat asosial dan kriminal (Elvita, et al, 2008).

Variasi selalu terjadi dalam batasan informasi

genetik yang ada. Dalam ilmu genetika, batas-batas ini

disebut kelompok gen. Variasi menyebabkan semua

karakteristik yang ada didalam kantung gen (Hall, et al,

1994). Jenis kelamin (seks) merupakan salah satu karakter

fenotip kita yang lebih nyata, meskipun perbedaan

anatomis dan fisiologis antara pria dan wanita banyak.

Namun, dasar kromosom seksnya sedikit lebih sederhana.

Seperti pada kebotakan, kebotakan dapat disebabkan oleh

faktor eksternal seperti makanan dan gangguan penyakit

pada kulit kepala. Namun, dapat juga disebabkan oleh

faktor genetik. Gen pembawa sifat botak adalah salah satu

gen yang dipengaruhi jenis kelamin (Campbell, 1998).

Adapun variasi–variasi genetika pada manusia yaitu:

1.Telinga, cuping telinga bebas/lepas dibentuk oleh gen

dominan terhadap cuping telinga yang tidak bebas atau

lengket. Kondisi ini diwariskan sebagai gen autosomal

dengan suatu penetrasi yang tidak lengkap dan ekspresi

(pemunculan) yang bermacam–macam (Suryo, 2001). 2.Hidung,

ada sejumlah karakteristik hidung yang menunjukkan

pewarisan sifat sederhana seperti tulang hidung yang

cembung memperlihatkan karakter dominan daripada karakter

tulang hidung yang lurus atau cekung. 3.Mulut, bibir

berbentuk lubang saluran pada mulut dan sangat menentukan

bagaimana wajah seseorang. Ketika bibir dibentuk pada

embrio genesit selama dua bulan proses perkembangan,

proses ini membentuk bibir atas secara normal. 4.Mata,

pada kebanyakan pada keluarga yang kedua orang tuanya

bermata biru atau abu–abu semua anaknya bermata biru atau

abu- abu bersifat resesif alami. Kelainan hereditas yang

sangat umum pada mata adalah rabun dekat. Kondisi ini

memperlihatkan hereditas yang dipengaruhi oleh gen

autosomal resesif (Lewis, 2001). 5.Jari, kebanyakan gen

yang mempengaruhi jari tangan juga mempengaruhi jari

kaki. Sifat hereditas yang mempengaruhi jari adalah

seperti ada atau tidaknya bulu rambut pada ruas jari.

6.Tinggi, orang tua yang pendek terkadang mempunyai anak

yang tinggi, ada beberapa gen yang menyebabkan epistasis

(penutupan oleh gen yang berbeda alel) pada seluruh

kelompok multipel gen yang mempengaruhi tinggi pada

kebanyakan orang (Suryo, 2001). 7. Rambut, warna rambut

memperlihatkan bahwa karakter ini dipengaruhi oleh

multipel gen. Bentuk rambut tergantung pada bentuk pindah

silang. Rambut berombak, keriting, kribo menunjukkan

derajat progressif (Freeman,1860).

2.2 Dermatoglifi

Dermatoglifi adalah gambaran sulur-sulur dermal yang

paralel pada jari-jari tangan dan kaki, serta telapak

tangan dan telapak kaki (Syahrum, et al., 1993).

Dermatoglifi pada setiap orang tidak mungkin persis sama,

tetapi bersifat sangat stabil dan tidak berubah sepanjang

hidup kecuali bila terjadi kerusakan yang sangat parah

hingga lapisan sub dermis (Ramelan, 1999; Hidayati, et al.,

1980).

Gambaran sulur-sulur dermal ditentukan oleh banyak

gen yang saling berpengaruh dan mungkin beberapa

diantaranya bersifat dominan dan tidak dipengaruhi oleh

faktor luar sesudah lahir, misalnya geografik, ekonomi,

dan lain-lain (Rafi’ah, et al, 1980). Sidik jari merupakan

objek yang menarik untuk diselidiki dan telah digunakan

baik untuk keperluan identifikasi, hubungan keturunan,

maupun membantu diagnosis (Suryadi, 1999).

Sidik jari ditemukan pada manusia dan beberapa hewan

dan sangat unik untuk tiap individu karena tidak ada dua

jari yang memiliki pola yang persis sama, tidak ada dua

orang yang memiliki pola yang sama, tidak berubah seumur

hidup. Bentuk menetap sejak fetus berusia 4 bulan dalam

kandungan dan hanya bertambah dalam ukuran saja sesuai

pertambahan usia. Beberapa peneliti berpendapat bahwa

konfigurasi sidik jari kemungkinan dibentuk oleh multiple

gen pada multiple kromosom sehingga menarik untuk

diteliti dibandingkan dengan kelainan genetik yang

bersifat monogenik. Sidik jari bisa tetap diamati dengan

cara menggulirkan jari ke permukaan kertas dengan memberi

cat atau tinta ke permukaan jari dan dicetak ke permukaan

kertas.

Sampai saat ini ditemukan 4 tipe pokok sidik jari

pada masyarakat yang distribusinya sangat bervariasi

tergantung dengan ras dan jari-jari yang berbeda. Tipe

itu adalah loop urnal dan radial, whorl, arch dan tented

arch. Tipe arch, garis dimulai dari satu sisi jari

ditengah sedikit meninggi dan dan keluar pada sisi yang

berlawanan. Tented arch didapati paling tidak ada satu

atau lebih garis lengkung yang membentuk sudut 45^. Pola

whorl minimal ditemukan satu garis melingkar 360^

dibagian tengah pola sidik jari. Untuk pola loop terlihat

satu atau lebih garis yang membentuk garis lengkung yang

berawal dan berakhir pada sisi yang sama. Pada pola sidik

jari dapat kita temukan adanya gambaran triradius. Adapun

yang dimaksud dengan triradius adalah titik pertemuan

tiga garis dari asal yang berbeda. Pada pola arch tidak

ditemukan adanya pola melainkan hanya garis lengkung

sehingga tidak ada titik triradius dan bila mau dilakukan

penghitungan garis-garis jumlahnya adalah nol. Tipe loop

hanya mempunyai satu triradius, dekat titik pusat, untuk

menghitung jumlah garis yang dibentuk oleh pola tertentu

dengan menghubungkan pada triradius. Pola whorl ada dua

triradius dan penghitungan jumlah garis bisa dilakukan

dua arah dimana biasanya jumlah garis berbeda pada

masing-masing sisi (Washington, 2003).

Tahun 1686, Marcello Malphigi, professor anatomi di

Universitas Barcelona pertama kali dalam sejarah meneliti

sidik jari dibawah mikroskop (Campbell, 1998; Washington,

2003). Ditemukan perbedaan antara loop ulnar dan radial,

sedangkan pada whorl ada perbedaan bentuk whorl dengan

lingkaran konsentris dan bentuk seperti spiral. Ada juga

pola peacock eye yang merupakan gabungan pola loop dan

whorl (gambaran pola loop dengan bentuk mata ditengahnya.

Bentuk composite dikenal didalam textbook FBI sebagai

double loop whorl. Sedangkan bentuk compound atau

peacock’s eye dikenal juga sebagai a central pocket loop

whorl (Barret, 1998; Campbell, 1998).

Menurut Penrose (1971), rata-rata jumlah semua sulur

pada jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan.

Distribusi dermatoglifi berbeda oleh jenis kelamin maupun

ras. Pria memiliki lebih banyak pola whorl daripada wanita

dan wanita memiliki pola arch yang lebih sederhana dari

pria (Jones, 1993). Pola guratan-guratan sidik jari tidak

hanya bermanfaat untuk identifikasi tetapi juga bisa

bermanfaat untuk menemukan adanya abnormalitas

dermatoglifi yang khas yang seringkali berhubungan dengan

banyak kelainan kromosom (Graham dan Brown, 2005).

Memeriksa sidik jari dan gurat telapak tangan serta

telapak kaki. Sidik jari dan gurat telapak ada standarnya

bagi orang normal. Penderita kelainan keturunan, terutama

karena aberasi kromosom, memiliki dermatoglifi yang khas.

Dengan pemeriksaan dermatoglifi ini, banyak dapat

didiagnosa berbagai penyakit atau cacat keturunan,

seperti sindrom down, klinefelter, edward, parau dan

turner. Bahkan seorang ibu yang anaknya menderita down,

sedang ia sendiri normal akan ada memperlihatkan sidik

dan gurat yang khas, sehingga dapat dipakai sebagai bahan

untuk genetic counseling (Yatim, 1980).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum genetika manusia dan dermatoglifi dilaksanakan

pada hari Senin, 08 September 2014 di Laboratorium

Teaching IV, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah penggaris,

busur, pensil, bantalan tinta, timbangan, meteran dan

kaca pembesar. Adapun bahan yang digunakan adalah tissue,

data genetika manusia Jurusaan Ilmu Politik dan kartu

rekaman sidik jari.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Genetika Manusia

Dilakukan pengamatan kepada 30 responden dari Jurusan

Ilmu Politik angkatan 2014 dan seluruh praktikan dengan

melakukan pengamatan seperti jenis kelamin, suku, umur,

berat badan, tinggi, bentuk lidah, telinga, lesung pipi

ada atau tidak, pusar kepala searah jarum jam atau

berlawana arah jarum jam, bentuk kening kepala, rambut

pada ruas jai tangan ada atau tidak dan bentuk dagu

membelah atau lurus. Setelah itu data tersebut

dibandingkan dan dilakukan perhitungan frekuensi gen

berdasarkan hukum Hardy-Weinberg.

3.3.2 Dermatoglifi

Dibuat sudut jari tangan kanan dan tangan kiri dengan

cara menekan jari pada bantalan tinta, lalu ditempelkan

pada kertas, kemudian dibuat sudut ATD dengan menekan

telapak tangan pada bantalan dan ditempelkan pada kertas.

Kemudian untuk sudut jari tentukan pola sidik jari,

jumlah sulur, jumlah triradius, sedangkan untuk sudut

ATD, tentukan sudut ATD yang dibentuk oleh triradius pada

telapak tangan. Titik A triradius dibawah jari telujuk,

titik T triradius dibawah pergelangan tangan dan titik D.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Genetika Manusia

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 1. Frekuensi Karakter Dominan Dan Resesif Pada

Manusia pada ahasiswa Sistem Komputer 2014No

.

Karakter Dominan ∑ P Resesif ∑ q

1. Lidah

menggulung

Bisa 5 0,

17

Tidak 25 0,

832. Pelekatan

telinga

Lepas 1

2

0,

40

Lengket 18 0,

163. Lesung pipi Ada 6 0,

20

Tidak ada 24 0,

80

4. Pusar kepala Searah

jarum jam

1

9

0,

63

Berlawanan 11 0,

375. Bentuk kening

kepala

Widow peak 2 0,

07

Lurus 28 0,

936. Ibu jari Dapat

ditekuk

8 0,

27

Tidak bisa 22 0,

737. Rambut Keriting 2 0,

07

Lurus 28 0,

938. Rambut pada

ruas jari

Ada 2

8

0,

93

Tidak ada 2 0,

079. Bentuk dagu Membelah 1 0,

03

Lurus 29 0,

9710

.

Lidah melipat Tidak 4 0,

13

Melipat 26 0,

87

Hasil yang didapatkan pada praktikum genetika manusia

yang diobservasi pada mahasiswa baru jurusan Sistem

Komunikasi tahun 2014 sangat beragam. Untuk bentuk kepala

widow peak hanya ditemukan pada dua orang mahasiswa.

Untuk yang memiliki belahan dagu hanya satu orang saja.

Frekuensi karakter dominan tertinggi adalah adanya rambut

pada ruas jari dengan nilai 0,93 dan yang terendah adalah

bentuk dagu membelah dengan nilai 0,03. Sedangkan

frekuensi karakter resesif yang paling tinggi adalah

bentuk dagu lurus dengan nilai 0,97 dan yang terendah

adalah tidak adanya rambut pada ruas jari dengan nilai

0,07.

Pada mahasiswa Sistem Komputer tahun 2014 sifat

resesif yang paling banyak ditemui adalah bentuk dagu dan

bentuk kening. Sedangkan sifat dominan yang paling banyak

ditemui adalah rambut pada ruas jari begitupun dengan

praktikan kelompok II ganjil. Menurut Safro (1994), dalam

setiap spesies terdapat anggota kelompok populasi dengan

ciri–ciri yang berbeda satu sama lain. Secara genetika

tidak ada dua individu dalam satu spesies memiliki

karakter yang persis sama. Apalagi faktor–faktor

lingkungan juga ikut berpengaruh terhadap munculnya

karakteristik sebagai fenotip. Perbedaan ciri yang tampak

pada spesies ini menyebabkan keanekaragaman dalam

spesies.

Dalam genetika dikenal istilah pewarisan dominan dan

resesif. Pewarisan dominan merupakan pewarisan sifat yang

disebabkan oleh gen dominan dan pewarisan resesif yaitu

pewarisan sifat yang disebabkan oleh gen resesif. Namun

dalam kehidupan sehari-hari pewarisan secara dominan

jarang ditemukan dibandingkan pewarisan resesif. Beberapa

contoh kelainan yang diwariskan secara dominan adalah

penyakit Anonikia, yaitu suatu kelainan dimana beberapa

atau semua kuku jari dan kuku kaki tidak terbentuk atau

rudimenter (Roberts dan Marcus, 1995).

Tabel 2. Frekuensi Karakter Dominan Dan Resesif Pada

Manusia pada Praktikan Kelompok II GanjilNo

.

Karakter Dominan ∑ P Resesif ∑ q

1. Lidah

menggulung

Bisa 3 0,

5

Tidak 3 0,

52. Pelekatan

telinga

Lepas 4 0,

67

Lengket 2 0,

333. Lesung pipi Ada 1 0,

17

Tidak ada 5 0,

834. Pusar kepala Searah

jarum jam

4 0,

63

Berlawanan 2 0,

335. Bentuk kening

kepala

Widow peak 2 0,

33

Lurus 4 0,

676. Ibu jari Dapat

ditekuk

3 0,

5

Tidak bisa 3 0,

57. Rambut Keriting 2 0,

33

Lurus 4 0,

678. Rambut pada

ruas jari

Ada 6 1 Tidak ada 0 0

9. Bentuk dagu Membelah 0 0 Lurus 6 110

.

Lidah melipat Tidak 5 0,

83

Melipat 1 0,

17

Hasil yang didapatkan pada praktikum genetika

manusia yang diobservasi pada praktikan kelompok II

ganjil juga sangat beragam. Untuk bentuk kepala widow

peak hanya ditemukan pada dua orang mahasiswa. Frekuensi

karakter dominan tertinggi adalah adanya rambut pada ruas

jari dengan nilai 1 dan yang terendah adalah bentuk dagu

membelah dengan nilai 0. Sedangkan frekuensi karakter

resesif yang paling tinggi adalah bentuk dagu lurus

dengan nilai 1 dan yang terendah adalah tidak adanya

rambut pada ruas jari dengan nilai 0.

Karakter dominan yang diobservasi berupa lidah bisa

menggulung, daun telinga lepas, adanya lesung pipi, pusar

kepala searah jarum jam, bentuk kening kepala widow peak,

ibu jari dapat ditekuk, rambut keriting, rambut pada ruas

jari ada, dagu membelah dan lidah dapat melipat.

Sedangkan sifat resesif yang diamati adalah lidah tidak

dapat menggulung, daun telinga lengket, tidak ada lesung

pipi, pusar kepala berlawanan jarum jam, bentuk kening

kepala lurus, ibu jari tidak dapat ditekuk, rambut lurus,

rambut pada ruas jari tidak ada, dagu licin dan lidah

tidak bisa melipat. Hal ini seperti yang dikatakan oleh

Suryo (2001) bahwa lidah menggulung, telinga bebas,

lesung pipi, pusar kepala searah jarum jam, bentuk kening

widow peak, ibu jari bisa melekuk, rambut lurus, adanya

rambut pada ruas jari dan bentuk dagu membelah merupakan

sifat yang ditentukan oleh gen dominan. Tidak semua sifat

ditentukan oleh gen dominan, bahkan ada sifat yang lebih

banyak ditentukan oleh gen resesif seperti tidak adanya

lesung pipi, bentuk kening lurus, dan dagu lurus.

Crown hair whorl adalah arah tumbuhnya rambut pada

kepala di bagian yang berbentuk pusaran rambut. Crown hair

whorl ditentukan oleh dua alel. Alel C untuk

mendeskripsikan genotip sifat pusaran tumbuh rambut di

kepala searah jarum jam. Alel c untuk mendeskripsikan

genotip sifat pusaran tumbuh rambut di kepala berlawanan

arah jarum jam. Tongue rolling adalah kemampuan suatu

individu untuk secara sederhana membentuk huruf u atau

membentuk tabung ke arah sumbu anterior tubuh. Kemampuan

tongue rolling dimiliki oleh individu dengan ciri genotip

homozigot dominan TT atau heterozigot dominan Tt. Attached

ear lobe adalah sifat suatu individu yang dicirikan dengan

fenotip cuping telinga yang melekat. Attached ear lobe

merupakan sifat dominan yang dinotasikan dengan F.

Attached ear lobe, dengan sifat homozigot dominan

dilambangkan dengan FF dan heterozigot dominan

dilambangkan dengan Ff. Widow’s peak adalah sifat suatu

individu yang dicirikan dengan garis rambut bagian

meruncing ke depan. Widow’s peak dipengaruhi oleh alel

dominan W. Individu dengan sifat widow’s peak memiliki

kemungkinan memiliki alel homozigot dominan WW atau alel

heterozigot dominan Ww (McDonald 2011).

Salah satu faktor yang menyebabkan adanya variasi

antara individu dalam suatu spesies adalah jenis kelamin.

Variasi jenis kelamin berhubungan dengan kromosom X dan

Y, betina diberi istilah kelamin homogenetik dan yang

jantan heterogenetik (Goodenough, 1988). Contoh faktor

lingkungan yang menyebabkan variasi adalah suku

(tergantung pada daerah atau tempat asal keluarga). Berat

tubuh dan tinggi tubuh bisa berubah akibat variasi diet

yang dilakukan. Hal ini tidak menunjukkan tidak semua

variasi yang ditemukan disebabkan oleh faktor keturunan

(Kimball,1993).

4.2 Dermatoglifi

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil,

yaitu:

Tabel 2. Pola Dermatoglifi Pada Praktika Kelompok II

GanjilNo

.

Nama Pola Sidik Jari Jumlah

Trirad

ius

Jumla

h

Sulur

Sudut ATDA LU LR W LH RH

1. Fici Engliani 2 7 - 1 10 112 50˚ 48˚2. Zicka

Mulyawati

- 6 - 4 14 102 40˚ 40˚

3. Bayu

Afnovandra

1 7 1 - 9 105 45˚ 43˚

4. Yul Amaria - 10 - - 10 137 50˚ 39˚5. Rizki Sekar

Arum

- 7 - 3 13 122 45˚ 38˚

6. Nindy

Ladyfandela

- 8 - 2 12 149 43˚ 42˚

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan beragam

pola sidik jari. Pola sidik jari yang umum didapatkan

adalah pola loop urnal, sedangkan pola sidik jari yang

jarang didapatkan adalah loop radial dan arch. Setiap

pola sidik jari yang diciptakan tidak memiliki bentuk

yang sama. Pola sidik jari arch biasanya mengindikasikan

down syndrome pada seseorang. Campbell (1998) mengatakan

bahwa pola loop dan whorl lebih sering dijumpai pada

sidik jari seseorang. Untuk pola tipe tented sering

dijumpai pada telapak tangan. Bila ada kekurangan satu

diantara tiga dari lima tipe pola yang sering dijumpai,

menyatakan suatu predisposisi terjadinya beberapa efek

kongential.

Tipe pola sidik jari pada masing-masing praktikan

sangat berbeda. Pada praktikan yang bernama Fici memiliki

2 arch, 7 loop ulnar dan 1 whorl. Pada Zicka memiliki

tipe pola 6 loop ulnar dan 4 whorl. Pada Bayu memiliki

tipe pola 1 arch, 7 loop ulnar, I loop radial dan 1

whorl. Yul memiliki tipe pola semuanya (10) loop ulnar.

Rizki Sekar memiliki 7 loop ulnar dan 3 whorl dan Nindy

memiliki 8 loop ulnar dan 2 whorl. Sedangkan untuk jumlah

sulur pada Fici totalnya 112, Zicka totalnya 102, Bayu

totalnya 105, Yul totalnya 137, Rizki Sekar totalnya 122

dan pada Nindy totalnya 149 sulur.

Hasil dari praktikum menunjukkan jumlah sulur laki-

laki lebih sedikit dibandingkan perempuan. Hal ini tidak

sesuai dengan Penrose (1971) yang mengatakan bahwa jumlah

sulur laki-laki sebenarnya lebih banyak dibandingkan

jumlah sulur pada perempuan. Jumlah sulur pada loop

umumnya berkisar antara 8-10, sedangkan pada whorl

berkisar antara 13-15. Besar sudut ATD yang didapatkan

>30˚. Besar sudut yang paling tinggi adalah 50˚ dan yang

paling rendah adalah 38˚. Campbell (1998) menyatakan

bahwa sudut ATD dibawah 30˚ mengindikasikan penyakit

trisomi. Sudut ATD umumnya berkisar 45˚.

Berdasarkan sistem Galton, dapat dibedakan tiga

pola dasar dari bentuk jari yaitu bentuk lengkung atau

arch, bentuk loop dan bentuk lingkaran atau whorl. Jumlah

rigi dari sidik jari seseorang akan tetap pada waktu

kira-kira minggu keduabelas setelah konsepsi dan tidak

akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Klasifikasi dari

bentuk sidik jari tersebut didasarkan atas banyaknya

tiradius, yaitu titik-titik darimana rigi-rigi menuju

ketiga arah dengan sudut kira-kira 120o. Frekuensi dari

berbagai pola sidik jari sangat bervariasi dari satu jari

dengan jari lainnya. Kira-kira 5% dari bentuk sidik jari

pada ujung jari adalah tipe lengkung. Bentuk loop kira-

kira 65-70% dan kira-kira 25-30% adalah tipe whorl

(Suryo, 2001).

Penderita kelainan keturunan, terutama karena

aberasi kromosom, memiliki dermatoglifi yang khas. Dengan

pemeriksaan dermatoglifi ini, banyak dapat didiagnosa

berbagai penyakit atau cacat keturunan, seperti sindrom

down, klinefelter, edward, parau dan turner. Bahkan

seorang ibu yang anaknya menderita down, sedang ia

sendiri normal akan ada memperlihatkan sidik dan gurat

yang khas, sehingga dapat dipakai sebagai bahan untuk

genetic counseling (Yatim, 1980).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat diambil

kesimpulan, yaitu:

1. Tipe pola sidik jari yang banyak dimiliki oleh

praktikan kelompok 2 A adalah pola loop urnal dan whorl.

Sedangkan yang paling sedikit adalah pola radial loop dan

arch. Rata-rata sulur yabg ditemukan adalah berjumlah

121.

2. a. Frekuensi alel dominan pada mahasiswa baru Sistem

Komputer 2014 yang tertinggi adalah rambut pada ruas

jari (0,93) dan terendah adalah dagu membelah (0,03).

Sedangkan untuk frekuensi alel resesif yang tertinggi

adalah dagu lurus (0,97) dan terendah adalah tidak ada

rambut pada ruas jari (0,07).

b. Frekuensi alel dominan pada praktikan kelompok II A

yang tertinggi adalah rambut pada ruas jari (1,00) dan

terendah adalah dagu membelah (0,00). Sedangkan untuk

frekuensi alel resesif yang tertinggi adalah dagu lurus

(1,00) dan terendah adalah tidak ada rambut pada ruas

jari (0,00).

3. Karakter yang diperhatikan dalam pendataan Genetika

Manusia adalah lidah (menggulung atau melipat), telinga

(lepas atau menempel), pusar kepala, lesung pipi, bentuk

kening kepala, ibu jari, rambut pada ruas jari dan bentuk

dagu.

5.2 Saran

Disaran pada setiap praktikan agar lebih teliti dalam

melaksanakan praktikum dan tidak main-main pada saat

melaksanakan praktikum. Praktikan juga disarankan agar

lebih memahami materi yang akan di praktikumkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bridges, C.H. 1963. Practical Finger Prints. Illionis University:Illionis.

Campbell, Neil A., Jane B.Reece, Lawrene G. Mitchell.2005. Biologi, Edisi Kelima, Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Campbell. 1998. Fingerprints and Palmar Dermatoglyphics.http://www.dermatoglyphic.com. Diakses 10September 2014.

Dwijosaputro, D. 1997. Pengantar Genetika. Bharatara:Jakarta

Elvita, A., Peldi, W., et al. 2008. Genetika Dasar.University of Riau: Pekanbaru.

Freeman. 1860. Principle of Human Genetics Wh.Freeman andCompany: San Fransisco

Fuller C. 1973. A Diagnostic Aid. Journal of Medical GeneticDermatoglyphic.

Goodenough, V. 1988. Genetika. Soemartono Adisoemarto(penerjemah). Erlangga. Jakarta.

Graham R dan Brown B.T. 2005. Lecture Notes Dermatology. EdVIII. Jakarta : Erlangga Medical Series, pp : 1-9.

Hidayati RS, Rafi’ah RtSt, Kamajaya, Satmoko, Suryadi R,dan Sidiarto Lily, 1980. Dermatoglifi PenderitaSindrom Down : Penelitian Pola Triradius GarisSimian pada Telapak Tangan Anak-anak PenderitaSindrom Down di Sumber Asih Jakarta. Maj KedoktIndon, 30 : 202-206.

Jones dan Christopher. 1993. Fingerprint Patterns ProbablyInherited. Osney, Oxford OX2 0BA : CheirologicalSociety.

Kimball, J.W. 1993. Biologi Jilid I. Erlangga: Jakarta.

Lewis,R. 2001. Human Genetic Concept and Application Second Edition.The University et Ebony Careflet Medical Group.Secret Body: New York.

Naffah J. 1977. Dermatoglyphic analysis : anthropologicaland medical aspects. Bulletin of The New York Academy ofMedicine

Pai, A.C. 1987. Dasar-Dasar Genetika. Ilmu Untuk Masyarakat Edisi Ke-2. ITB: Erlangga.

Penrose LS, 1971. Finger-Prints, Palm and Chromosome.In : Levine L (ed). Papers On Genetics, A book ofReading. St. Louis : The CV Mosby comp, pp. 208-209.

Rafi’ah Rt. St, Satmoko, Suryadi R., Ramelan W., Yusuf,Yuniar, Lutfiah SN, Tajuddin MK, dan Syahrum MH.1980. Pola TRC dan TTC jari-jari kelompok khusussarjana dan kelompok umum. Majalah KedokteranIndonesia. 8 : 198-201.

Ramelan W, 1999. Perkembangan Genetika Manusia dalamHubungan dengan Reproduksi. Maj Kedokt Indon, 49(6): 228-239.

Safro,A.S. 1994. Keanekaragaman Genetika. Andi Offset:Yogyakarta.

Suryadi R, 1999. Pola Sidik Jari dan Jumlah Jalur TotalMahasiswa Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia. Maj Kedokt Indon, 43(12) : 751-754.

Suryo. 1998. Genetika. Gadjah Mada University press:Yogyakarta.

Suryo. 2001. Genetika Manusia. Gadjah Mada Univeristy Press.Yogyakarta.

Syahrum MH, Suhana, Warrouw ED, 1993. Dermatoglifi TelapakTangan pada penderita Diabetes Mellitus. Maj Kedokt Indon,9 : 501-505.

University et Ebony Careflet Medical Group. Secret Body:New York.

Washington, A.J., 2003. Do Family Members Have a SimilarFingerprints?. http://www.dermatogltphic.com. Diaksespada 10 September 2014.

Yatim, W. 1980. Genetika. Torsito: Bandung.