PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Safety, sterilisasi dan flora normal
I. Safety (Keamanan Kerja di Lab. Mikrobiologi) Pendahuluan
Keamanan Laboratorium merupakan hal yang
penting, sebagai upaya keselamatan dalam
melaksanakan pemeriksaan/praktikum di laboratorium,
dengan tujuan melindungi pekerja/praktikan dan
orang sekitarnya dari resiko terkena gangguan
kesehatan yang ditimbulkan laboratorium. Laboratorium
Mikrobiologi adalah laboratorium yang kegiatannya
berhubungan dengan mikroorganisme. Khususnya
mikroorganisme penyebab infeksi.
Bekerja di Lab. Mikrobiologi
1. Melindungi petugas/ Praktikan
Hindari penyebaran percikan bahan infeksi dari
spesimen (mis : saat penanaman /pembakaran
dengan sengkelit
Tempatkan spesimen pada wadah yang tahan bocor
Dekontaminasi permukaan meja dengan dekontaminan
yang sesuai
Cuci tangan pada saat yang tepat dengan
sabun/desinfektan, jangan menyentuh mulut,
hidung dan mata saat bekerja
Jangan makan/minum/merokok saat bekerja
Gunakan jas praktikum saat bekerja
Hindari luka/tertusuk pada saat bekerja (lakukan
segala sesuatu dengan hati-hati)
2. Melakukan sterilisasi yang cukup sebelum mencuci
alat/membuang sisa spesimen
3. Menyediakan tempat tersendiri untuk peralatan yang
digunakan dan telah terkontaminasi dengan bakteri
4. Menyediakan tempat untuk sampah terkontaminasi dan
tidak terkontaminasi
5. Gunakan sarung tangan dengan tepat
Penggunaaan alat-alat di laboratorium
1. Cara menggunakan pipet dan alat bantu pipet
Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat
bantu, masukkan sumbat kapas untuk mengurangi
kontaminasi.
Jangan mencampur bahan infeksi dengan
menghisap/meniup pipet
Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet
secara paksa
Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila
ada tetesan spesimen yang jatuh di meja,
kemudian kapas di buang di tempat khusus untuk
diautoclave
Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24
jam
2. Cara menggunakan jarum suntik (kecelakaan penggunaan
jarum suntik penyebab umum infeksi yang terjadi di
laboratorium dan fasilitas kesehatan lain)
Hindari gerakan cepat dan tergesa-gesa saat
memegang jarum suntik
Gunakan sarung tangan
Buang kelebihan udara, cairan, gelembung secara
vertikal ke kapas yang telah ada desinfektan
Jangan membengkokkan atau memindahkan jarum
dengan tangan
Buang jarum suntik pada tempat khusus sebelum
steril
3. Cara pembukaan wadah
Pembukaan wadah botol atau cawan petri dan tabung
biakan, memiliki potensi terinfeksi, karena tak
terlihat dapat menimbulkan aerosol atau kontaminasi
pada kulit atau daerah kerja. Pembukaan wadah di
tempat kerja sering dilakukan, bila tidak hati-hati,
bahan terinfeksi yang ada dalam wadah dapat
menularkan secara langsung atau jatuh ke tempat
kerja. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk
menghindari resiko terinfeksi adalah sebagai
berikut :
Buka tutup wadah di tempat kerja dengan hati-
hati agar isi dalam wadah tidak terpencar ke
luar.
Gunakan jas lab. dan sarung tangan.
Hindari aerosol.
Spesimen yang bocor atau pecah hanya dibuka di
dalam Safety Cabinet.
4. Penerimaan spesimen di Laboratorium
Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan
spesimen. Jika jumlah spesimen tidak banyak,
maka tempat pemeriksaan spesimen dapat dilakukan
pada meja khusus dalam areal laboratorium.
Spesimen harus di tempatkan dalam wadah yang
tertutup rapat untuk mencegah tumpahnya/bocornya
spesimen.
Wadah harus dapat didisinfeksi atau diautoklaf.
Wadah terbuat dari bahan tidak mudah
pecah/bocor.
Wadah diberi label tentang identitas spesimen.
Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat
dari logam atau plastik yang dapat didisinfeksi
atau diautoklaf ulang.
Baki harus didisinfeksi / diautoklaf secara
teratur setiap hari.
Jika mungkin, wadah diletakkan di atas baki
dalam posisi berdiri.
5. Petugas pembawa spesimen dalam Laboratorium
Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat
pada bagian depan saat membawa spesimen.
Membawa spesimen di atas kaki
Mencuci tangan dengan disinfektan jika terkena
tumpahan/percikan dari spesimen.
Jika spesimen bocor / tumpah di atas baki,
dekontaminasi baki dan sisa spesimen diautoklaf.
Lapor pada petugas/panitia keamanan kerja
laboratorium jika terluka saat bekerja.
6. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh
Tindakan di bawah ini dibuat untuk melindungi petugas
laboratrorium terhadap infeksi yang ditularkan
melalui darah seperti Virus hepatitis B, HIV (Human
Immunodeficiency Virus) dan lain-lain.
a. Mengambil, melabel dan membawa spesimen
Gunakan sarung tangan
Hanya petugas lab yang boleh melakukan
pengambilan darah.
Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari
sempritnya dengan alat khusus yang sekaligus
merupakan wadah penyimpanan jarum habis pakai.
Pindahkan darah ke dalam tabung spesimen
dengan hari-hati dan tutup rapat mulut tabung
spesimen. Jarum suntik habis pakai sebaiknya
dibakar dalam alat insinerasi. Jika fasilitas
insinerasi tidak tersedia, jarum suntik dan
sempritnya diautoklaf dalam kantong yang
terpisah.
Tabung spesimen dan formulir permintaan harus
diberi label BAHAYA INFEKSI.
Masukkan tabung ke dalam kantung plastik untuk
dibawa ke laboratorium. Formulir permintaan
dibawa secara terpisah.
b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel
Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan
biologis Kelas I dan Kelas II.
Gunakan sarung tangan
Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung
setelah dibungkus kain kasa.
c. Kaca dan benda tajam
Jika mungkin, gunakan alat terbuat dari
plastik sebagai pengganti kaca/gelas. Bahan
kaca/gelas dapat dipakai jika terbuat dari
borosilikat.
Sedapat mungkin, hindari penggunaan alat
suntik selain untuk mengambil darah.
d. Sediaan darah pada kaca objek
Pegang kaca objek dengan forsep
e. Peralatan otomatis
Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed
type)
Cairan yang keluar dari alat/effalut harus
dikumpulkan dalam tabung/wadah tertutup atau
dibuang ke dalam sistem pembuangan limbah.
Jika memungkinkan, alirkan hipoklorit atau
glutaraldehid ke dalam alat disinfektan hanya
pada keadaan tertentu.
f. Melakukan sentrifus
Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup
Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi
penutup
g. Jaringan
Fiksasi jaringan dengan formalin. Spesimen
berukuran kecil, seperti dari biopsi jarum,
dapat difiksasi dan didekontaminasi dalam
waktu kurang lebih 2 jam, tetapi spesimen
berukuran besar membutuhkan waktu beberapa
hari.
Setelah melakukan potong beku (frozensection),
alat (cryotome) haru didekontaminasi.
7. Kecelakaan di Laboratorium
Di laboratorium mikrobiologi, infeksi bakteri
merupakan resiko yang sering terjadi sebagai penyebab
penularan utama pada petugas pemeriksa laboratorium.
Oleh sebab itu perlu diupayakan tindakan pencegahan
dengan urutan prioritas sebagai berikut :
a. Perlindungan petugas pemeriksa
Batasi kontaminasi
Dekontaminasi pegawai
Dekontaminasi areal yang berhubungan
b. Dekontaminasi kulit
detergen tidak boleh digunakan, perawatan harus
dilakukan dengan tidak merusak kulit
c. Dekontaminasi mata = dilakukan dengan perawatan air
untuk mencegah penyebaran kontaminasi dari satu area
ke area lainnya.
d. Dekontaminasi pakaian
pakaian yang terkontaminasi harus dipindahkan
secepatnya dan diletakkan pada wadah tertentu. Harus
dipindahkan dari lokasi tumpahan sampai kontaminasi
dapat termonitor.
e. Dekontaminasi daerah kerja
Basahi semua daerah yang terkena tumpahan termasuk
wadah yang rusak dengan disinfektan. Diamkan 10
menit. Bersihkan dengan tissue atau lap dengan
menggunakan sarung tangan.
Dianjurkan disinfektan yang digunakan adalah
Hypochlorite. Bila terjadi kecelakaan diruang kerja
laboratorium, batasi orang yang masuk di daerah tersebut
sampai dilakukan monitor terhadap kontaminasi oleh
petugas. Kotak peralatan P3K yang lengkap harus tersedia
di laboratorium dan diletakkan di tempat yang diketahui
oleh semua staf laboratorium. Sebaiknya kotak peralatan
tersebut disertai dengan petunjuk lengkap tentang
pertolongan pada kecelakaan, terpotong/tersengat, luka
bakar, keracunan, shock/collapse serta terbaca oleh
semua staff.
II. Sterilisasi Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam
diagnosa mikrobilogi, sterilisasi sangat diutamakan baik
alat-alat yang dipakai maupun medianya. Bila penanaman
spesimen dalam media, petri, ose maupun media yang digunakan
tidak steril, maka sangat tidak mungkin untuk membedakan
apakah kuman yang berhasil diisolasi tersebut berasal dari
penderita atau merupakan hasil kontaminasi dari alat-alat
atau media yang digunakan.
Suatu alat atau bahan dikatakan steril bila alat/bahan
tersebut bebas dari mikroba baik dalam bentuk vegetatif
maupun sopra. Tindakan untuk membebaskan alat atau media
dari jasad renik disebut sterilisasi. Ada beberapa cara
sterilisasi, untuk pemilihannya tergantung dari bahan/alat
yang akan disterilkan. Secara garis besar sterilisasi dapat
dibagi sebagai berikut :
a. pemanasan
b. filtrasi
c. penyinaran dengan sinar gelombang pendek (radiasi)
d. kimia (khemis)
A. Sterilisasi dengan Pemanasan
1. Dengan pemanasan kering
Pembakaran
Alat yang digunakan adalah lampu spiritus/bunsen.
Pembakaran dapat dilakukan dengan cara :
- Memijarkan
Pembakaran dengan cara ini hanya cocok untuk alat-alat
logam (ose, pinset, dll), yang dibiarkan sampai
memijar. Dengan cara ini seluruh mikroorganisme,
termasuk spora, dapat dibasmi.
- Menyalakan
Dapat diartikan suatu pelintasan alat gelas (ujung
pinset, bibir tabung, mulut erlenmeyer, dll) melalui
nyala api. Cara ini merupakan hal darurat dan tidak
memberikan jaminan bahwa mikroorganisme yang melekat
pada alat dengan pasti terbunuh.
Cara mensterilkan ose :
Ose disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api
lampu spiritus atau lampu gas. Pada waktu memanaskan ose,
dimulai dari pangkal kawat dan setelah terlihat merah
berpijar secara pelan-pelan pemansan dilanjutkan ke ujung
ose. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terloncatnya
kuman akibat pemanasan langsung dan terlalu cepat pada
mata ose. Nyala api pada sterilisator mempunyai perbedaan
dalam derajat panas.
ABCD (diarsir) : merupakan ruang
oksidasi
ABCD : merupakan ruang reduksi
AB : dasar api
a : ruang oksidasi atas
b : ruang oksidasi bawah
c : ruang reduksi atas
d : ruang reduksi bawah
e : bagian yang paling
tidak panas
Tempat yang paling panas adalah ruang oksidasi bawah
yang letaknya kira-kira sepertiga bawah dari tingginya
nyala api. Yang perlu diperhatikan :
- jangan memegang mata ose dengan tangan sebelum ose
disterilkan
- jangan meletakkan ose di atas meja, tetapi letakkan
pada tempat yang disediakan setelah disterilkan.
Dengan udara panas (hot air oven)
Cara ini menggunakan udara yang dipanaskan dan kering,
serta berlangsung dalam sterilisator udara panas (oven).
Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk sterilisasi
alat-alat laboratorium dari gelas misalnya : petri, tabung
gelas, botol pipet dll, juga untuk bahan-bahan minyak dan
powder misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas dan kasa
tidak dapat ditserilkan dengan cara ini.
Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan
dikeringkan dan dibungkus dengan kertas tahan panas,
kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada
temperatur antara 150 - 170ºC, selama kurang lebih 90 – 120
menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa di antara
bahan yang disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup,
untuk menjamin agar pergerakan udara tidak terhambat.
2. Dengan pemanasan basah
Dengan merebus
Digunakan untuk mensterilkan alat-alat seperti gunting,
pinset, skalpel, jarum, spuit injeksi dan sebagainya dengan
cara direbus dalam suasana mendidih selama 30-60 menit.
Dengan uap air panas
Digunakan terutama untuk mensterilkan media-media yang
akan mengalami kerusakan bila dikerjakan dengan sterilisasi
uap air panas dengan tekanan (autoklav) ataupun untuk alat-
alat tertentu. Cara ini dijalankan dengan pemanasan 100ºC
selama 1 jam. Perlu diingat bahwa dengan cara ini spora
belum dimatikan, dan ada beberapa media yang tidak tahan
pada panas tersebut (misalnya media Loewenstein, Urea
Broth). Media tersebut disterilkan dengan cara sterilisasi
bertingkat ataupun filtrasi. Alat yang digunakan adalah
sterilisator, autoklav, dimana tekanan dalam autoklav dijaga
tetap 1 atmosfer (klep pengatur tekanan dalam keadaan
terbuka).
Dengan uap air bertekanan (Autoklav)
Dengan cara pengatur tekanan dalam autoklav, maka dapat
dicapai panas yang diinginkan. Cara ini dipakai untuk
sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan tinggi.
Sterilisasi biasanya dijalankan dengan menggunakan panas
120ºC selama 10 – 70 menit tergantung kebutuhan. Hal yang
perlu diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan
menggunakan autoklav :
- harus ditunggu selama bekerja
- hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav
(perubahann temperatur dan tekanan secara mendadak
dapat menyebabkan cairan yang disterilkan meletus dan
gelas-gelas dapat pecah).
Pada sterilisasi dengan pemanasan kering, bakteri akan
mengalami proses oksidasi putih telur, sedang dengan
sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan terjadinya
koagulasi putih telur bakteri. Dalam keadaan lembab jauh
lebih cepat menerima panas daripada keadaan kering sehingga
sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).
Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol.
Panas yang digunakan 61,7ºC selama 30 menit.
B. Sterilisasi dengan Filtrasi
Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan
cairan atau gas pada saringan berpori kecil sehingga dapat
menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Kegunaan:
- untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap
pemanasan, misalnya Urea Broth ataupun untuk
sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin.
- Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja
secara aseptis
Virus seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma)
umumnya tidak dapat ditahan oleh filter.
C. Sterilisasi dengan Penyinaran (radiasi)
Sterilisasi dengan cara ini diperlukan jika sterilisasi
panas maupun dinding tidak dapat dilakukan. Beberapa macam
radiasi mengakibatkan letal terhadap sel-sel jasad renik dan
mikroorganisme lain. Jenis radiasi termasuk bagian dari
spkterum elektromagnetik, misalnya : sinar ultraviolet,
sinar gamma, sinar x dan juga sinar katoda elektro kecepatan
tinggi. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang 15-390
nm. Lampu sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 260 –
270 nm, dimana sinar dengan panjang gelombang sekitar 265 nm
mempunyai daya bakterisid yang tinggi. Lampu ultraviolet
digunakan untuk mensterilkan ruangan, misalnya di kamar
bedah, ruang pengisian obat dalam ampul dan flakon di
industri farmasi, juga bisa digunakan diperusahaan makanan
untuk mencegah pencemaran permukaan.
Sinar x mempunyai daya penetrasi lebih besar dibanding
dengan sinar ultraviolet. Sinar gamma mempunyai daya
penetrasi lebih besar dibandingkan dengan sinar x dan
digunakan untuk mensterilkan material yang tebal, misalnya
bungkusan alat-alat kedokteran atau paket makanan. Sinar
katoda biasa dipakai menghapus hama pada suhu kamar terhadap
barang-barang yang telah dibungkus.
D. Cara Kimia (Khemis)
Merupakan cara sterilisasi dengan bahan kimia. Beberapa
istilah yang perlu difahami:
- Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat
membunuh sel-sel vegetatif dan jasad renik. Biasanya
digunakan untuk obyek yang tidak hidup, karena akan
merusak jaringan. Prosesnya disebut desinfeksi.
- Antiseptik adalah suatu bahan atau zat yang dapat
mencegah, melawan maupun membunuh pertumbuhan dan
kegiatan jasat renik. Biasanya digunakan untuk tubuh.
Prosesnya disebut antiseptis.
- Biosidal adalah suatu zat yang aksinya dipakai unhtuk
membunuh mikroorganisme, misal : bakterisid, virosid,
sporosid.
- Biostatik adalah zat yang aksinya untuk
mencegah/menghambat pertumbuhan organisme, misal :
bakteriostatik, fungistatik.
Ada beberapa zat yang bersifat anti mikroba.
1. Fenol dan derivatnya
Zat kimia ini bekerja dengan cara mempresipitasikan
protein secara aktif atau merusak selaput sel dengan
penurunan tegangan permukaan. Fenol cepat bekerja sebagai
desinfektan maupun antiseptik tergantung konsentrasinya.
Daya antimikroba fenol akan berkurang pada suasana
alkali, suhu rendah, dan adanya sabun.
2. Alkohol
Alkohol beraksi dengan mendenaturasi protein dengan
jalan dehidrasi dan melarutkan lemak sehingga membran sel
rusak dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol.
Etil alkohol (etanol) 50-70% mempunyai sifat bakterisid
untuk bentuk vegetatif. Metanol daya bakterisidnya kurang
dibandingkan etanol, dan beracun terhadap mata.
3. Halogen beserta gugusannya
Halogen beserta gugusannya ini mematikan mikroorganisme
dengan cara mengoksidadi protein sehingga merusak membran
dan menginaktifkan enzim-enzim. Misalnya :
- Yodium dipakai untuk mendesinfeksi kulit sebelum
dilakukan pembedahan
- Hipoklorit digunakan untuk sanitasi alat-alat rumah
tangga. Yang umum dipakai adalah kalsium dipoklorit dan
sodium hipoklorit.
4. Logam berat dan gugusannya
Logam berat dapat memprestasikan enzim-enzim atau
protein esensial lain dalam sel sehingga dapat berfungsi
sebagai anti mikroba.
Contoh :
- Merkurokrom, merthiolat sebagai antiseptik.
- Perak nitrat sebagai tetes mata guna mencegah penyakit
mata pada bayi (Neonatol gonococcal ophthalmitic).
5. Deterjen
Dengan gugus hipofilik dan hidrofilik, deterjen akan
merusak membran sitoplasma.
i. Aldehid
Aldehid mendesinfeksi dengan cara mendenaturasi protein.
Contoh : formalin (formaldehid)
ii. Gas sterilisator
Digunakan untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan
dengan panas tinggi atau dengan zat kimia cair. Pada
proses ini material disterilkan dengan gas pada suhu
kamar. Gas yang dipakai adalah ethilen oksida.
Kebaikannya : ethilen oksida mempunyai daya
sterilisasi yang besar dan daya
penetrasinya besar
Kejelekannya : ethilen oksida bersifat toksis dan
mudah meledak.
III. Flora Normal
Sejak lahir manusia hidup di dalam biosphere yang
mengandung mikroorganisme. Komposisi mikroorganisme di dalam
lingkungan tidak pernah stastis, selalu berubah, ada
pengurangan, ada penambahan, baik kualitatif ataupun
kuantitatif. Dalam tubuh manusia terdapat bagian tubuh yang
dihuni banyak mikroorganisme, disamping itu terdapat pula
bagian yang steril. Habitat mikroorganisme temporer (tidak
tetap) pada tubuh manusia, terdapat di bagian : laring,
trakhea, bronkhi, sinus nasalis, esofagus, lambung dan
bagian atas usus halus, traktus urinarius bagian atas,
uretra posterior, bagian distal organ genetalis pria dan
wanita.
Menentukan bahwa mikroorganisme yang ditemukan dalam
spesimen adalah penyebab suatu infeksi tidaklah mudah.
Mengingat ada beberapa bagian tubuh yang memiliki flora
normal. Sedangkan kriteria patogen sangat sulit ditentukan
mengingat banyak organisme oportunis patogen kadang-kadang
dapat menyebabkan penyakit tergantung beberapa faktor baik
dalam hal kondisi hospes, mikroorganisme sendiri dan
lingkungan yang sering berkaitan dengan tubuh manusia,
sebenarnya batasnya tidak jelas. Untuk dapat menentukan
bahwa organisme yang ditemukan pada spesimen klinik
merupakan penyebab infeksi, atau hanya organisme kontaminan,
memerlukan berbagai dukungan data yang lain.
Untuk dapat menentukan bahwa suatu mikroorganisme
patogen atau mikroorganisme indigenous (penghuni flora
normal) menjadi penyebab suatu penyakit atau gangguan
kesehatan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Spesimen yang diperiksa untuk analisa mikrobiologik,
berasal dari lesi yang dicurigai terlibat dalam proses
infeksi, bukan dari area lain.
2. Pengambilan spesimen telah dipersiapkan secara benar
(diambil secara aseptik).
3. Terdapat suatu informasi mengenai hospes alamiah, ataupun
variasi mikroflora setempat (distribusi geografis).
4. Latar belakang sosio-ekonomik, diet, cuaca, dan faktor
lain yang dapat mempengaruhi hospes alamiah sehingga
mempengaruhi mikrobiota dalam tubuh hospes.
Sampai saat ini tidak terdapat batasan jelas mengenai
tingkat bahaya suatu mikroorganisme dalam hubungannya dengan
manusia, untuk dapat dikategorikan sebagai spesimen patogen,
tidak berbahaya atau organisme komensial. Mikroorganisme
yang biasanya hidup terbatas dalam tubuh hewan liar, ataupun
hewan piaraan, atau biasa merupakan penghuni tanah, tanaman
dapat menjadi patogen pada manusia. Contohnya : Bacillus.sp
tertentu, yang biasanya dianggap tidak berbahaya, ternyata
mampu menimbulkan penyakit mata, terutama iridocyclitis dan
panophtalmitis. Pada pasien yang lemah, organisme yang sama
merupakan agen penyebab meningitis dan bakteremia. Kadang-
kadang Bacillus.ssp menghambat penyembuhan luka bedah. Bacillus
yang lain, penghasil toksin, dapat menimbulkan keracunan
makanan.
A. Mikroorganisme Pada Traktus Respiratorius
Area yang selalu dihuni oleh mikroorganisme adalah :
mulut, tenggorokkan (termasuk orofaring, nasofaring dan
tonsil), sedangkan laring, bronkhi, bronkhioli, alveoli, dan
sinus nasalis, biasanya merupakan area steril. Kontaminasi
oleh organisme biasanya tergantung dari berbagai mekanisme
pertahanan setempat.
Mulut yang terdiri atas cavum buccalis, gigi, lidah,
ginggiva, palatum, dan saliva selalu ditumbuhi berbagai
macam organisme dalam jumlah banyak, sehingga sangat sulit
menentukan batasan jumlah mikroorganisme sebagai penentu
tingkat patogenitas kemoterapi jangka panjang yang mengalami
luka pada lidah. Pasien yang mengalami defisiensi nutrisi
atau kondisi kurang baik, sering mengalami lesi membran di
permukaan rongga mulut.
B. Luka dan Luka Bakar
Mikrobiota dari luka tergantung pada okasi anatomik,
sebab terjadinya luka, derajat kontaminasi dari bagian yang
batasannya dengan luka. Faktor di atas lebih berperan
dibanding faktor penanganan keseimbangan hospes-parasit.
Komplikasi pada luka traumatik biasanya disebabkan oleh
organisme aerob endogen, terutama P. aeruginosa, S. aureus, E. Coli,
Proteus spp, acinetobacter spp, enterococcus, Streptococcus group A,
flavobakteria. Sedangkan organisme anaeorb yang sering terlibat
adalah clostridia neurotoksik dan histotoksik, yang
menyebabkan timbulnya gas gangren adalah C. perfringens tipe A,
Clostridium Septicum, dan Clostridium nouyii. Clostridium tetani, tidak
akan menimbulkan masalah p-ada individu yang telah
diimunisasi.
C. Mikroorganisme di Traktus Genitorinarius
Area yang biasanya ditumbuhi oleh mikroorganisme adalah
: genitalia eksterna, uretra anterior, vagina, sedangkan
bagian lain pada umumnya steril. Flora pada genitalia
eksterna biasanya sama dengan flora kulit. Sedang flora
vagina, dipengaruhi oleh umur, faktor hormonal, kebiasaan
seksual dan sebagainya.
Mikroorganisme di Kulit, Telinga dan Mata
Mikroorganisme tetap membentuk populasi pada kulit,
telinga dan mata sangat dipengaruhi oleh kontak, kebiasaan,
profesim, dan lain-lain dari individu yang bersangkutan.
Mikroorganisme di Traktus Gastrointestinalis
Distribusi geografis, diet, kebiasaan dan sanitasi
merupakan faktor-faktor penentu mikroflora traktus
gastrointestinalis. Area yang paling banyak mengandung
mikrobiota adalah usus besar, organisme fekal juga ditemukan
di ileum bawah pada orang sehat. Sedangkan area yang
biasanya steril adalah esofagus dan lambung, walaupun