PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

22
PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Safety, sterilisasi dan flora normal I. Safety (Keamanan Kerja di Lab. Mikrobiologi) Pendahuluan Keamanan Laboratorium merupakan hal yang penting, sebagai upaya keselamatan dalam melaksanakan pemeriksaan/praktikum di laboratorium, dengan tujuan melindungi pekerja/praktikan dan orang sekitarnya dari resiko terkena gangguan kesehatan yang ditimbulkan laboratorium. Laboratorium Mikrobiologi adalah laboratorium yang kegiatannya berhubungan dengan mikroorganisme. Khususnya mikroorganisme penyebab infeksi. Bekerja di Lab. Mikrobiologi 1. Melindungi petugas/ Praktikan Hindari penyebaran percikan bahan infeksi dari spesimen (mis : saat penanaman /pembakaran dengan sengkelit Tempatkan spesimen pada wadah yang tahan bocor Dekontaminasi permukaan meja dengan dekontaminan yang sesuai

Transcript of PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Safety, sterilisasi dan flora normal

I. Safety (Keamanan Kerja di Lab. Mikrobiologi) Pendahuluan

Keamanan Laboratorium merupakan hal yang

penting, sebagai upaya keselamatan dalam

melaksanakan pemeriksaan/praktikum di laboratorium,

dengan tujuan melindungi pekerja/praktikan dan

orang sekitarnya dari resiko terkena gangguan

kesehatan yang ditimbulkan laboratorium. Laboratorium

Mikrobiologi adalah laboratorium yang kegiatannya

berhubungan dengan mikroorganisme. Khususnya

mikroorganisme penyebab infeksi.

Bekerja di Lab. Mikrobiologi

1. Melindungi petugas/ Praktikan

Hindari penyebaran percikan bahan infeksi dari

spesimen (mis : saat penanaman /pembakaran

dengan sengkelit

Tempatkan spesimen pada wadah yang tahan bocor

Dekontaminasi permukaan meja dengan dekontaminan

yang sesuai

Cuci tangan pada saat yang tepat dengan

sabun/desinfektan, jangan menyentuh mulut,

hidung dan mata saat bekerja

Jangan makan/minum/merokok saat bekerja

Gunakan jas praktikum saat bekerja

Hindari luka/tertusuk pada saat bekerja (lakukan

segala sesuatu dengan hati-hati)

2. Melakukan sterilisasi yang cukup sebelum mencuci

alat/membuang sisa spesimen

3. Menyediakan tempat tersendiri untuk peralatan yang

digunakan dan telah terkontaminasi dengan bakteri

4. Menyediakan tempat untuk sampah terkontaminasi dan

tidak terkontaminasi

5. Gunakan sarung tangan dengan tepat

Penggunaaan alat-alat di laboratorium

1. Cara menggunakan pipet dan alat bantu pipet

Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat

bantu, masukkan sumbat kapas untuk mengurangi

kontaminasi.

Jangan mencampur bahan infeksi dengan

menghisap/meniup pipet

Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet

secara paksa

Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila

ada tetesan spesimen yang jatuh di meja,

kemudian kapas di buang di tempat khusus untuk

diautoclave

Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24

jam

2. Cara menggunakan jarum suntik (kecelakaan penggunaan

jarum suntik penyebab umum infeksi yang terjadi di

laboratorium dan fasilitas kesehatan lain)

Hindari gerakan cepat dan tergesa-gesa saat

memegang jarum suntik

Gunakan sarung tangan

Buang kelebihan udara, cairan, gelembung secara

vertikal ke kapas yang telah ada desinfektan

Jangan membengkokkan atau memindahkan jarum

dengan tangan

Buang jarum suntik pada tempat khusus sebelum

steril

3. Cara pembukaan wadah

Pembukaan wadah botol atau cawan petri dan tabung

biakan, memiliki potensi terinfeksi, karena tak

terlihat dapat menimbulkan aerosol atau kontaminasi

pada kulit atau daerah kerja. Pembukaan wadah di

tempat kerja sering dilakukan, bila tidak hati-hati,

bahan terinfeksi yang ada dalam wadah dapat

menularkan secara langsung atau jatuh ke tempat

kerja. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk

menghindari resiko terinfeksi adalah sebagai

berikut :

Buka tutup wadah di tempat kerja dengan hati-

hati agar isi dalam wadah tidak terpencar ke

luar.

Gunakan jas lab. dan sarung tangan.

Hindari aerosol.

Spesimen yang bocor atau pecah hanya dibuka di

dalam Safety Cabinet.

4. Penerimaan spesimen di Laboratorium

Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan

spesimen. Jika jumlah spesimen tidak banyak,

maka tempat pemeriksaan spesimen dapat dilakukan

pada meja khusus dalam areal laboratorium.

Spesimen harus di tempatkan dalam wadah yang

tertutup rapat untuk mencegah tumpahnya/bocornya

spesimen.

Wadah harus dapat didisinfeksi atau diautoklaf.

Wadah terbuat dari bahan tidak mudah

pecah/bocor.

Wadah diberi label tentang identitas spesimen.

Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat

dari logam atau plastik yang dapat didisinfeksi

atau diautoklaf ulang.

Baki harus didisinfeksi / diautoklaf secara

teratur setiap hari.

Jika mungkin, wadah diletakkan di atas baki

dalam posisi berdiri.

5. Petugas pembawa spesimen dalam Laboratorium

Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat

pada bagian depan saat membawa spesimen.

Membawa spesimen di atas kaki

Mencuci tangan dengan disinfektan jika terkena

tumpahan/percikan dari spesimen.

Jika spesimen bocor / tumpah di atas baki,

dekontaminasi baki dan sisa spesimen diautoklaf.

Lapor pada petugas/panitia keamanan kerja

laboratorium jika terluka saat bekerja.

6. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh

Tindakan di bawah ini dibuat untuk melindungi petugas

laboratrorium terhadap infeksi yang ditularkan

melalui darah seperti Virus hepatitis B, HIV (Human

Immunodeficiency Virus) dan lain-lain.

a. Mengambil, melabel dan membawa spesimen

Gunakan sarung tangan

Hanya petugas lab yang boleh melakukan

pengambilan darah.

Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari

sempritnya dengan alat khusus yang sekaligus

merupakan wadah penyimpanan jarum habis pakai.

Pindahkan darah ke dalam tabung spesimen

dengan hari-hati dan tutup rapat mulut tabung

spesimen. Jarum suntik habis pakai sebaiknya

dibakar dalam alat insinerasi. Jika fasilitas

insinerasi tidak tersedia, jarum suntik dan

sempritnya diautoklaf dalam kantong yang

terpisah.

Tabung spesimen dan formulir permintaan harus

diberi label BAHAYA INFEKSI.

Masukkan tabung ke dalam kantung plastik untuk

dibawa ke laboratorium. Formulir permintaan

dibawa secara terpisah.

b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel

Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan

biologis Kelas I dan Kelas II.

Gunakan sarung tangan

Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung

setelah dibungkus kain kasa.

c. Kaca dan benda tajam

Jika mungkin, gunakan alat terbuat dari

plastik sebagai pengganti kaca/gelas. Bahan

kaca/gelas dapat dipakai jika terbuat dari

borosilikat.

Sedapat mungkin, hindari penggunaan alat

suntik selain untuk mengambil darah.

d. Sediaan darah pada kaca objek

Pegang kaca objek dengan forsep

e. Peralatan otomatis

Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed

type)

Cairan yang keluar dari alat/effalut harus

dikumpulkan dalam tabung/wadah tertutup atau

dibuang ke dalam sistem pembuangan limbah.

Jika memungkinkan, alirkan hipoklorit atau

glutaraldehid ke dalam alat disinfektan hanya

pada keadaan tertentu.

f. Melakukan sentrifus

Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup

Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi

penutup

g. Jaringan

Fiksasi jaringan dengan formalin. Spesimen

berukuran kecil, seperti dari biopsi jarum,

dapat difiksasi dan didekontaminasi dalam

waktu kurang lebih 2 jam, tetapi spesimen

berukuran besar membutuhkan waktu beberapa

hari.

Setelah melakukan potong beku (frozensection),

alat (cryotome) haru didekontaminasi.

7. Kecelakaan di Laboratorium

Di laboratorium mikrobiologi, infeksi bakteri

merupakan resiko yang sering terjadi sebagai penyebab

penularan utama pada petugas pemeriksa laboratorium.

Oleh sebab itu perlu diupayakan tindakan pencegahan

dengan urutan prioritas sebagai berikut :

a. Perlindungan petugas pemeriksa

Batasi kontaminasi

Dekontaminasi pegawai

Dekontaminasi areal yang berhubungan

b. Dekontaminasi kulit

detergen tidak boleh digunakan, perawatan harus

dilakukan dengan tidak merusak kulit

c. Dekontaminasi mata = dilakukan dengan perawatan air

untuk mencegah penyebaran kontaminasi dari satu area

ke area lainnya.

d. Dekontaminasi pakaian

pakaian yang terkontaminasi harus dipindahkan

secepatnya dan diletakkan pada wadah tertentu. Harus

dipindahkan dari lokasi tumpahan sampai kontaminasi

dapat termonitor.

e. Dekontaminasi daerah kerja

Basahi semua daerah yang terkena tumpahan termasuk

wadah yang rusak dengan disinfektan. Diamkan 10

menit. Bersihkan dengan tissue atau lap dengan

menggunakan sarung tangan.

Dianjurkan disinfektan yang digunakan adalah

Hypochlorite. Bila terjadi kecelakaan diruang kerja

laboratorium, batasi orang yang masuk di daerah tersebut

sampai dilakukan monitor terhadap kontaminasi oleh

petugas. Kotak peralatan P3K yang lengkap harus tersedia

di laboratorium dan diletakkan di tempat yang diketahui

oleh semua staf laboratorium. Sebaiknya kotak peralatan

tersebut disertai dengan petunjuk lengkap tentang

pertolongan pada kecelakaan, terpotong/tersengat, luka

bakar, keracunan, shock/collapse serta terbaca oleh

semua staff.

II. Sterilisasi Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam

diagnosa mikrobilogi, sterilisasi sangat diutamakan baik

alat-alat yang dipakai maupun medianya. Bila penanaman

spesimen dalam media, petri, ose maupun media yang digunakan

tidak steril, maka sangat tidak mungkin untuk membedakan

apakah kuman yang berhasil diisolasi tersebut berasal dari

penderita atau merupakan hasil kontaminasi dari alat-alat

atau media yang digunakan.

Suatu alat atau bahan dikatakan steril bila alat/bahan

tersebut bebas dari mikroba baik dalam bentuk vegetatif

maupun sopra. Tindakan untuk membebaskan alat atau media

dari jasad renik disebut sterilisasi. Ada beberapa cara

sterilisasi, untuk pemilihannya tergantung dari bahan/alat

yang akan disterilkan. Secara garis besar sterilisasi dapat

dibagi sebagai berikut :

a. pemanasan

b. filtrasi

c. penyinaran dengan sinar gelombang pendek (radiasi)

d. kimia (khemis)

A. Sterilisasi dengan Pemanasan

1. Dengan pemanasan kering

Pembakaran

Alat yang digunakan adalah lampu spiritus/bunsen.

Pembakaran dapat dilakukan dengan cara :

- Memijarkan

Pembakaran dengan cara ini hanya cocok untuk alat-alat

logam (ose, pinset, dll), yang dibiarkan sampai

memijar. Dengan cara ini seluruh mikroorganisme,

termasuk spora, dapat dibasmi.

- Menyalakan

Dapat diartikan suatu pelintasan alat gelas (ujung

pinset, bibir tabung, mulut erlenmeyer, dll) melalui

nyala api. Cara ini merupakan hal darurat dan tidak

memberikan jaminan bahwa mikroorganisme yang melekat

pada alat dengan pasti terbunuh.

Cara mensterilkan ose :

Ose disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api

lampu spiritus atau lampu gas. Pada waktu memanaskan ose,

dimulai dari pangkal kawat dan setelah terlihat merah

berpijar secara pelan-pelan pemansan dilanjutkan ke ujung

ose. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terloncatnya

kuman akibat pemanasan langsung dan terlalu cepat pada

mata ose. Nyala api pada sterilisator mempunyai perbedaan

dalam derajat panas.

ABCD (diarsir) : merupakan ruang

oksidasi

ABCD : merupakan ruang reduksi

AB : dasar api

a : ruang oksidasi atas

b : ruang oksidasi bawah

c : ruang reduksi atas

d : ruang reduksi bawah

e : bagian yang paling

tidak panas

Tempat yang paling panas adalah ruang oksidasi bawah

yang letaknya kira-kira sepertiga bawah dari tingginya

nyala api. Yang perlu diperhatikan :

- jangan memegang mata ose dengan tangan sebelum ose

disterilkan

- jangan meletakkan ose di atas meja, tetapi letakkan

pada tempat yang disediakan setelah disterilkan.

Dengan udara panas (hot air oven)

Cara ini menggunakan udara yang dipanaskan dan kering,

serta berlangsung dalam sterilisator udara panas (oven).

Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk sterilisasi

alat-alat laboratorium dari gelas misalnya : petri, tabung

gelas, botol pipet dll, juga untuk bahan-bahan minyak dan

powder misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas dan kasa

tidak dapat ditserilkan dengan cara ini.

Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan

dikeringkan dan dibungkus dengan kertas tahan panas,

kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada

temperatur antara 150 - 170ºC, selama kurang lebih 90 – 120

menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa di antara

bahan yang disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup,

untuk menjamin agar pergerakan udara tidak terhambat.

2. Dengan pemanasan basah

Dengan merebus

Digunakan untuk mensterilkan alat-alat seperti gunting,

pinset, skalpel, jarum, spuit injeksi dan sebagainya dengan

cara direbus dalam suasana mendidih selama 30-60 menit.

Dengan uap air panas

Digunakan terutama untuk mensterilkan media-media yang

akan mengalami kerusakan bila dikerjakan dengan sterilisasi

uap air panas dengan tekanan (autoklav) ataupun untuk alat-

alat tertentu. Cara ini dijalankan dengan pemanasan 100ºC

selama 1 jam. Perlu diingat bahwa dengan cara ini spora

belum dimatikan, dan ada beberapa media yang tidak tahan

pada panas tersebut (misalnya media Loewenstein, Urea

Broth). Media tersebut disterilkan dengan cara sterilisasi

bertingkat ataupun filtrasi. Alat yang digunakan adalah

sterilisator, autoklav, dimana tekanan dalam autoklav dijaga

tetap 1 atmosfer (klep pengatur tekanan dalam keadaan

terbuka).

Dengan uap air bertekanan (Autoklav)

Dengan cara pengatur tekanan dalam autoklav, maka dapat

dicapai panas yang diinginkan. Cara ini dipakai untuk

sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan tinggi.

Sterilisasi biasanya dijalankan dengan menggunakan panas

120ºC selama 10 – 70 menit tergantung kebutuhan. Hal yang

perlu diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan

menggunakan autoklav :

- harus ditunggu selama bekerja

- hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav

(perubahann temperatur dan tekanan secara mendadak

dapat menyebabkan cairan yang disterilkan meletus dan

gelas-gelas dapat pecah).

Pada sterilisasi dengan pemanasan kering, bakteri akan

mengalami proses oksidasi putih telur, sedang dengan

sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan terjadinya

koagulasi putih telur bakteri. Dalam keadaan lembab jauh

lebih cepat menerima panas daripada keadaan kering sehingga

sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).

Pasteurisasi

Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol.

Panas yang digunakan 61,7ºC selama 30 menit.

B. Sterilisasi dengan Filtrasi

Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan

cairan atau gas pada saringan berpori kecil sehingga dapat

menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Kegunaan:

- untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap

pemanasan, misalnya Urea Broth ataupun untuk

sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin.

- Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja

secara aseptis

Virus seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma)

umumnya tidak dapat ditahan oleh filter.

C. Sterilisasi dengan Penyinaran (radiasi)

Sterilisasi dengan cara ini diperlukan jika sterilisasi

panas maupun dinding tidak dapat dilakukan. Beberapa macam

radiasi mengakibatkan letal terhadap sel-sel jasad renik dan

mikroorganisme lain. Jenis radiasi termasuk bagian dari

spkterum elektromagnetik, misalnya : sinar ultraviolet,

sinar gamma, sinar x dan juga sinar katoda elektro kecepatan

tinggi. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang 15-390

nm. Lampu sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 260 –

270 nm, dimana sinar dengan panjang gelombang sekitar 265 nm

mempunyai daya bakterisid yang tinggi. Lampu ultraviolet

digunakan untuk mensterilkan ruangan, misalnya di kamar

bedah, ruang pengisian obat dalam ampul dan flakon di

industri farmasi, juga bisa digunakan diperusahaan makanan

untuk mencegah pencemaran permukaan.

Sinar x mempunyai daya penetrasi lebih besar dibanding

dengan sinar ultraviolet. Sinar gamma mempunyai daya

penetrasi lebih besar dibandingkan dengan sinar x dan

digunakan untuk mensterilkan material yang tebal, misalnya

bungkusan alat-alat kedokteran atau paket makanan. Sinar

katoda biasa dipakai menghapus hama pada suhu kamar terhadap

barang-barang yang telah dibungkus.

D. Cara Kimia (Khemis)

Merupakan cara sterilisasi dengan bahan kimia. Beberapa

istilah yang perlu difahami:

- Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat

membunuh sel-sel vegetatif dan jasad renik. Biasanya

digunakan untuk obyek yang tidak hidup, karena akan

merusak jaringan. Prosesnya disebut desinfeksi.

- Antiseptik adalah suatu bahan atau zat yang dapat

mencegah, melawan maupun membunuh pertumbuhan dan

kegiatan jasat renik. Biasanya digunakan untuk tubuh.

Prosesnya disebut antiseptis.

- Biosidal adalah suatu zat yang aksinya dipakai unhtuk

membunuh mikroorganisme, misal : bakterisid, virosid,

sporosid.

- Biostatik adalah zat yang aksinya untuk

mencegah/menghambat pertumbuhan organisme, misal :

bakteriostatik, fungistatik.

Ada beberapa zat yang bersifat anti mikroba.

1. Fenol dan derivatnya

Zat kimia ini bekerja dengan cara mempresipitasikan

protein secara aktif atau merusak selaput sel dengan

penurunan tegangan permukaan. Fenol cepat bekerja sebagai

desinfektan maupun antiseptik tergantung konsentrasinya.

Daya antimikroba fenol akan berkurang pada suasana

alkali, suhu rendah, dan adanya sabun.

2. Alkohol

Alkohol beraksi dengan mendenaturasi protein dengan

jalan dehidrasi dan melarutkan lemak sehingga membran sel

rusak dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol.

Etil alkohol (etanol) 50-70% mempunyai sifat bakterisid

untuk bentuk vegetatif. Metanol daya bakterisidnya kurang

dibandingkan etanol, dan beracun terhadap mata.

3. Halogen beserta gugusannya

Halogen beserta gugusannya ini mematikan mikroorganisme

dengan cara mengoksidadi protein sehingga merusak membran

dan menginaktifkan enzim-enzim. Misalnya :

- Yodium dipakai untuk mendesinfeksi kulit sebelum

dilakukan pembedahan

- Hipoklorit digunakan untuk sanitasi alat-alat rumah

tangga. Yang umum dipakai adalah kalsium dipoklorit dan

sodium hipoklorit.

4. Logam berat dan gugusannya

Logam berat dapat memprestasikan enzim-enzim atau

protein esensial lain dalam sel sehingga dapat berfungsi

sebagai anti mikroba.

Contoh :

- Merkurokrom, merthiolat sebagai antiseptik.

- Perak nitrat sebagai tetes mata guna mencegah penyakit

mata pada bayi (Neonatol gonococcal ophthalmitic).

5. Deterjen

Dengan gugus hipofilik dan hidrofilik, deterjen akan

merusak membran sitoplasma.

i. Aldehid

Aldehid mendesinfeksi dengan cara mendenaturasi protein.

Contoh : formalin (formaldehid)

ii. Gas sterilisator

Digunakan untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan

dengan panas tinggi atau dengan zat kimia cair. Pada

proses ini material disterilkan dengan gas pada suhu

kamar. Gas yang dipakai adalah ethilen oksida.

Kebaikannya : ethilen oksida mempunyai daya

sterilisasi yang besar dan daya

penetrasinya besar

Kejelekannya : ethilen oksida bersifat toksis dan

mudah meledak.

III. Flora Normal

Sejak lahir manusia hidup di dalam biosphere yang

mengandung mikroorganisme. Komposisi mikroorganisme di dalam

lingkungan tidak pernah stastis, selalu berubah, ada

pengurangan, ada penambahan, baik kualitatif ataupun

kuantitatif. Dalam tubuh manusia terdapat bagian tubuh yang

dihuni banyak mikroorganisme, disamping itu terdapat pula

bagian yang steril. Habitat mikroorganisme temporer (tidak

tetap) pada tubuh manusia, terdapat di bagian : laring,

trakhea, bronkhi, sinus nasalis, esofagus, lambung dan

bagian atas usus halus, traktus urinarius bagian atas,

uretra posterior, bagian distal organ genetalis pria dan

wanita.

Menentukan bahwa mikroorganisme yang ditemukan dalam

spesimen adalah penyebab suatu infeksi tidaklah mudah.

Mengingat ada beberapa bagian tubuh yang memiliki flora

normal. Sedangkan kriteria patogen sangat sulit ditentukan

mengingat banyak organisme oportunis patogen kadang-kadang

dapat menyebabkan penyakit tergantung beberapa faktor baik

dalam hal kondisi hospes, mikroorganisme sendiri dan

lingkungan yang sering berkaitan dengan tubuh manusia,

sebenarnya batasnya tidak jelas. Untuk dapat menentukan

bahwa organisme yang ditemukan pada spesimen klinik

merupakan penyebab infeksi, atau hanya organisme kontaminan,

memerlukan berbagai dukungan data yang lain.

Untuk dapat menentukan bahwa suatu mikroorganisme

patogen atau mikroorganisme indigenous (penghuni flora

normal) menjadi penyebab suatu penyakit atau gangguan

kesehatan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Spesimen yang diperiksa untuk analisa mikrobiologik,

berasal dari lesi yang dicurigai terlibat dalam proses

infeksi, bukan dari area lain.

2. Pengambilan spesimen telah dipersiapkan secara benar

(diambil secara aseptik).

3. Terdapat suatu informasi mengenai hospes alamiah, ataupun

variasi mikroflora setempat (distribusi geografis).

4. Latar belakang sosio-ekonomik, diet, cuaca, dan faktor

lain yang dapat mempengaruhi hospes alamiah sehingga

mempengaruhi mikrobiota dalam tubuh hospes.

Sampai saat ini tidak terdapat batasan jelas mengenai

tingkat bahaya suatu mikroorganisme dalam hubungannya dengan

manusia, untuk dapat dikategorikan sebagai spesimen patogen,

tidak berbahaya atau organisme komensial. Mikroorganisme

yang biasanya hidup terbatas dalam tubuh hewan liar, ataupun

hewan piaraan, atau biasa merupakan penghuni tanah, tanaman

dapat menjadi patogen pada manusia. Contohnya : Bacillus.sp

tertentu, yang biasanya dianggap tidak berbahaya, ternyata

mampu menimbulkan penyakit mata, terutama iridocyclitis dan

panophtalmitis. Pada pasien yang lemah, organisme yang sama

merupakan agen penyebab meningitis dan bakteremia. Kadang-

kadang Bacillus.ssp menghambat penyembuhan luka bedah. Bacillus

yang lain, penghasil toksin, dapat menimbulkan keracunan

makanan.

A. Mikroorganisme Pada Traktus Respiratorius

Area yang selalu dihuni oleh mikroorganisme adalah :

mulut, tenggorokkan (termasuk orofaring, nasofaring dan

tonsil), sedangkan laring, bronkhi, bronkhioli, alveoli, dan

sinus nasalis, biasanya merupakan area steril. Kontaminasi

oleh organisme biasanya tergantung dari berbagai mekanisme

pertahanan setempat.

Mulut yang terdiri atas cavum buccalis, gigi, lidah,

ginggiva, palatum, dan saliva selalu ditumbuhi berbagai

macam organisme dalam jumlah banyak, sehingga sangat sulit

menentukan batasan jumlah mikroorganisme sebagai penentu

tingkat patogenitas kemoterapi jangka panjang yang mengalami

luka pada lidah. Pasien yang mengalami defisiensi nutrisi

atau kondisi kurang baik, sering mengalami lesi membran di

permukaan rongga mulut.

B. Luka dan Luka Bakar

Mikrobiota dari luka tergantung pada okasi anatomik,

sebab terjadinya luka, derajat kontaminasi dari bagian yang

batasannya dengan luka. Faktor di atas lebih berperan

dibanding faktor penanganan keseimbangan hospes-parasit.

Komplikasi pada luka traumatik biasanya disebabkan oleh

organisme aerob endogen, terutama P. aeruginosa, S. aureus, E. Coli,

Proteus spp, acinetobacter spp, enterococcus, Streptococcus group A,

flavobakteria. Sedangkan organisme anaeorb yang sering terlibat

adalah clostridia neurotoksik dan histotoksik, yang

menyebabkan timbulnya gas gangren adalah C. perfringens tipe A,

Clostridium Septicum, dan Clostridium nouyii. Clostridium tetani, tidak

akan menimbulkan masalah p-ada individu yang telah

diimunisasi.

C. Mikroorganisme di Traktus Genitorinarius

Area yang biasanya ditumbuhi oleh mikroorganisme adalah

: genitalia eksterna, uretra anterior, vagina, sedangkan

bagian lain pada umumnya steril. Flora pada genitalia

eksterna biasanya sama dengan flora kulit. Sedang flora

vagina, dipengaruhi oleh umur, faktor hormonal, kebiasaan

seksual dan sebagainya.

Mikroorganisme di Kulit, Telinga dan Mata

Mikroorganisme tetap membentuk populasi pada kulit,

telinga dan mata sangat dipengaruhi oleh kontak, kebiasaan,

profesim, dan lain-lain dari individu yang bersangkutan.

Mikroorganisme di Traktus Gastrointestinalis

Distribusi geografis, diet, kebiasaan dan sanitasi

merupakan faktor-faktor penentu mikroflora traktus

gastrointestinalis. Area yang paling banyak mengandung

mikrobiota adalah usus besar, organisme fekal juga ditemukan

di ileum bawah pada orang sehat. Sedangkan area yang

biasanya steril adalah esofagus dan lambung, walaupun

mikroorganisme sering tertelan dibagian tersebut, tetapi

tidak akan pernah hidup lama bagian dari traktus

gastrointestinalis ini. Hal yang sama terjadi di usus halus

(kecuali ilium bagian distal), hati, kantong empedu,

biasanya bebas dari mikroorganisme.