Kebijakan Pendidikan Kota Tangerang era Otonomi Daerah
-
Upload
fitk-uinjkt -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Kebijakan Pendidikan Kota Tangerang era Otonomi Daerah
Kebijakan Pendidikan Lokal Era Otonomi Daerah
(Analisis Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 11 Tahun 2007
Tentang Penyelenggaraan Pendidikan)
Tugas Individu
Dibuat memenuhi tugas UAS pada mata kuliah Studi Kebijakan Pendidikan
Dosen : Prof. Dr. Husni Rahim, MA
Didin Hafifuddin, Ph.D
Disusun oleh
Yudhi Fachrudin 2112011000010
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
Pendahuluan
Otonomi daerah ditetapkan dengan kebijakan nasional melalui Undang-Undang No.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti Undang-Undang No. 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Kedua UU ini menjamin pelaksanaan otonomi daerah dapat berjalan dengan baik.
Pemberian wewenang daerah sebagai jalan pemberdayaan dan pengembangan suatu
wilayah agar dapat mengatur sendiri wilayahnya sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan
di wilayah tersebut disertai pemberian modal keuangannya untuk melaksanakan otonomi di
daerah masing-masing. Maka ditemukan keberagaman dan perbedaan bentuk kebijakan antar
daerah dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakatnya. Dalam tulisan ini diangkat Peraturan daerah Kota Tangerang Nomor 11
Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pendidikan di Kota Tangerang. Pembahasan akan
menganalisis pasal-pasal yang berhubungan dengan pendidikan, faktor-faktor
keberhasilannya, serta kendala yang dihadapi dalam implementasi peraturan tersebut.
Pembahasan
A. Profil Kota Tangerang
Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Banten, Indonesia, tepat di
sebelah barat kota Jakarta, serta dikelilingi oleh Kabupaten Tangerang di sebelah selatan,
barat, dan timur. Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga terbesar
di kawasan perkotaan Jabotabek setelah Jakarta.1 Letaknnya sebagai penyangga ibukota
Jakarta, kompleksitas permasalahan kota metropolitan serta tuntutan yang tinggi akan
pelayanan publik.
Kota Tangerang yang terbentuk pada tanggal 28 Februari 1993 berdasarkan Undang-
undang No.2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang,
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Secara geografis Kota Tangerang
terletak pada 106’36 – 106’42 Bujur Timur (BT) dan 6’6 – 6 Lintang Selatan (LS),
dengan luas wilayah 183,78 Km2 (termasuk luas Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69
Km2).
Letak Tangerang yang strategis hanya 26 kilometer barat Jakarta, tumbuh menjadi
salah satu zona industri terpenting dan menjadi daerah penyangga Ibukota jakarta. Wilayah
ini juga dipersiapkan untuk mendorong kegiatan perdagangan dan industri, mengembangkan
pusat-pusat pemukiman dan menjaga keserasian pembangunan antara DKI Jakarta dengan
daerah-daerah yang berbatasan langsung. Keadaan tersebut merubah suasana pusat kota
Tangerang menjadi lebih modern dengan penduduk yang berbudaya urban berpadu dengan
penduduk asli yang sederhana dengan pendidikan rendah.
Tangerang mengalami perubahan yang sangat drastis. Padahal masa lalu sungguh
berbeda jauh dengan keadaan Kota Tangerang pada masa sekarang, sepuluh tahun yang lalu
Tangerang merupakan kota yang sangat kotor, jorok dan kumuh. Kesemrawutan terjadi di
setiap sudut, baik pemukiman seperti menjemur pakaian di sembarang tempat, jalan
berlubang kubangan kerbau, terlebih lagi pasar yang berjualan sampai ke jalan, warga
terbiasa dengan bau got yang sangat menyengat, bagi orang yang baru datang ke Tangerang
akan merasa aneh melihat warga yang aman-aman saja walau lingkungan kotor, tidak hanya
lingkungan yang semrawut, masyarakatnya pun seperti tidak mengenal aturan tata krama dan
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tangerang
aturan agama, berjudi menjadi suatu hal yang biasa dilakukan warga penduduk sebagai
pengisi waktu atau untuk meramaikan tatkala ada salah satu warga yang sedang punya
hajatan atau ada salah satu keluarga yang berduka, saat berjudi sudah seperti pelengkap
dengan minum arak.
Masyarakat Tangerang banyak yang tidak mementingkan pendidikan, prestise bagi
mereka adalah jika bisa melaksanakan hajatan (menikahkan atau khitanan salah satu
anaknya) ada warga yang menggelar pesta selama 3 hari tiga malam, salah satu malamnya
mengundang penari Cokek padahal keadaan ekonomi mereka tergolong sederhana.2
Banyaknya penjara yang berada di wilayah Tangerang seperti Penjara wanita, penjara
khusus anak-anak dan penjara pemuda kelas 1, menambah buramnya kesan Kota Tangerang
sehingga kita yang berada jauh dari kota ini , tak jarang mendengar orang tua yang menakuti
jika ada anak yang nakal akan di buang ke Tangerang. 3
Wahidin Halim (WH) sebagai Walikota selama 2 periode, 2003-2008 dan 2008-2013.
Dua periode kepemimpinan yang pasti ada kelebihan dan kekurangannya dari sudut pandang
ke-manusia-annya, tetapi sarat dengan berbagai prestasi dari sisi kinerja.
Sejumlah penghargaan telah diraih Kota Tangerang. Ppenghargaan Indonesia Road
Safety Award (Irsa) tahun 2013 kategori Kota Metropolitan pilar kendaraan yang
berkeselamatan dari Kementerian Perhubungan. Selain itu, penghargaan Plakat wahana Tata
Nugraha dari Kementerian Perhubungan RI sebagai Kota Metropolitan dengan
penyelenggaraan sistem transportasi yang baik tahun 2013. Penghargaan inovasi manajemen
perkotaan (IMP) Award dari Kementerian Dalam Negeri tahun 2013, penghargaan Kinerja
Pemerintah Daerah Terbaik Nasional Berdasarkan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (LPDD) tahun 2013, serta penghargaan kota sehat kategori swasti saba wiwerda dari
kementerian kesehatan Tahun 2013 dan penghargaan Innovative Goverment Award (IGA)
Kategori pelayanan publik dari Kementerian Dalam Negeri tahun 2012.
Tangerang juga menyabet predikat Terbaik Nasional dalam kinerja kota otonomi daerah
tahun 2012, berdasarkan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah tahun 2011. Lalu
penghargaan Baksyacaraka atas upaya Pemkot Tangerang dalam meningkatkan iklim
ekonomi kreatif dari kementrian Menkokesra tahun 2012, Piagam penghargaan pemerintah
2 Ini menjadi sebuah kebiasaan di Tangerang untuk memeriahkan acara maka mereka biasa berjudi dan
minum sampai mabuk, bahkan di hari-hari biasapun judi dan mabuk kerap dilakukanpun dengan tanpa dosa
menjual minuman yang mengandung alkohol sehingga mereka menjadi pemalas 3 Lia Amalia, Tesis Kebijakan Pendidikan di Kota Tangerang, 2013 FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
daerah inovatif 2012 dari Kementerian dalam negeri, penghargaan Kota Sehat dari
Kementerian Kesehatan "Swasti Saba Padapa" tahun 2011. Juga Penghargaan Adipura
Kencana 2013 sebagai Kota Metropolitan terbersih nasional, penghargaan Langit Biru dari
Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2012 dan 2013.
Bahkan Kota Tangerang peringkat pertama kategori kota metropolitan terbersih dalam
penghargaan Adipura tahun 2012. Penghargaan Kota Terbersih dari Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono tahun 2011.4
Dengan keseriusan dalam peningkatan mutu pendidikan di Kota Tangerang, tercatat
penghargaan-penghargaan yang diraih Pemkot Tangerang bidang mutu pendidikan
No Penghargaan Tahun Keterangan
1
Kelulusan terbaik se-Banten
Empat tahun berturut-turut
dengan indeks kelulusan
mencapai 99%.
2011
Pripinsi
2
Rangking ke 3 Kelulusan UN
SMA/SMK/MA tingkat
Nasional
2011
Nasional
3
Predikat Pelopor Pendidikan
Nasional dari Depdiknas RI,
2008
Nasional
4
Predikat Pembangunan
Sekolah dengan Kualitas
Terbaik Standar Bermutu
Tingkat Nasional dari
Depdiknas RI,
2008
Nasional
5
Pelopor se-Abad Kebangkitan
Nasional dari
Jawa Post, tahun 2008.
2008
Nasional
6
Tanda Penghargaan Lencana
Melati dari Kwartir Nasional,
2008
Nasional
4 Silvanus Alvin, sumber http://news.liputan6.com/read/779017/ratu-atut-tersangka-tangerang-raih-
sejumlah-penghargaan-nasional, diakses pada 07 Januari 2014
7
Penghargaan Sebagai Pemuda
Pelopor dari Menpora RI
2007
Nasional
9
Penghargaan Ksatria Bakti
Husada Kartika,
2010
Nasional
10
Pelayanan Publik Terbaik dari
Kementerian PAN RI
2007
Nasional
11
Innovative Govermment
Award (IGA)
2012
Nasional
Sumber : Pemerintah Kota Tangerang.
Untuk dapat terciptanya hal tersebut maka perlu adanya kebijakan-kebijakan yang harus
di keluarkan oleh pemerintah daerah, karena daerahlah yang tahu persis persoalan-persoalan
yang timbul di daerahnya. Kebijakan yang lahir tiap daerah sesuai konteks permasalahan
yang dihadapi masing-masing daerah. Begitu juga dinamika politik pengambilan kebijakan
dalam perumusannya, kebijakan-kebijakan yang ada sedikit banyaknya sebagai representasi
kepentingan kelompok yang ada di dalamnya. Peraturan-peraturan daerah lahir sebagai
kesepakatan dari DPRD dan gubernur tingkat provinsi. DPRD dan walikota atau bupati
tingkat kotamadya atau kabupaten.
Ruang terbuka dalam membuat sebuah kebijakan tiap daerah memungkinkan masing-
masing kelompok yang ada menginginkan peraturan yang dibuat bersesuaian kepentingan
kelompoknya. Peraturan yang dibuat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi tiap
daerahnya dengan cepat. Ruang terbuka ini lahir sebagai hasil dari Otonomi daerah yang
sudah dijalankan bangsa Indonesia.
Era Otonomi daerah ditandai dengan telah ditetapkannya kebijakan nasional melalui
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti Undang-
Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah. Kedua UU ini menjamin pelaksanaan otonomi daerah dapat berjalan
dengan baik. Pemberian wewenang daerah sebagai jalan pemberdayaan dan pengembangan
suatu wilayah agar dapat mengatur sendiri wilayahnya sesuai dengan permasalahan dan
kebutuhan di wilayah tersebut disertai pemberian modal keuangannya untuk melaksanakan
otonomi di daerah masing-masing.
Dengan semangat otonomi daerah ini, agar tiap daerah terjadi peningkatkan akses
layanan-layanan publik dengan mudah dan cepat. Sehingga pemercepatan dan pemerataan
pembangunan bisa dirasakan di tiap daerah masing-masing. Dalam konteks pembangunan
nasional, otonomi daerah erat hubungannya kebijakan peningkatan kualitas pendidikan.
Pendidikan sebagai salah satu bidang yang diotonomkan ke daerah masing-masing. Maka
akan ditemukan keberagaman dan perbedaan bentuk kebijakan antar daerah dalam mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya.
Lahir sejumlah peraturan-peraturan di Kota Tangerang yang bermuatan pendidikan
diantaranya; Perda Nomor 7 tahun 2005 tentang Pelarangan Pengedaran dan Penjualan
Minuman Beralkohol. Perda No 7 tahun 2005 tentangn larangan peredaran minuman keras
dan perda No 8 tahun 2005 tentang larangan prostitusi. Perda No 5 tahun 2010, tentang
larangan merokok. Peraturan daerah Kota Tangerang Nomor 11 Tahun 2007 tentang
penyelenggaraan pendidikan. Peraturan ini tidak lepas dari polemik dan dinamika
kepentingan yang ada di dalamnya.
Mengutip pendapat Lee Kam Hing, dinamika yang terjadi di dunia pendidikan sangat
erat terkait dengan dinamika politik, ekonomi, serta sosio-kultural masyarakat. Khususnya
kepentingan-kepentingan politik senantiasa saja menjadi pertimbangan yang memberi warna
dan corak bagi perkembangan pendidikan yang ada. 5 pendapat ini dikenal sebagai makro
pendidikan yang ada dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Kualitas pendidikan juga tergantung mulai dari kualitas penerimaaan peserta didik baru,
kegiatan belajar mengajar, kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, kurikulum
serta sarana dan prasarana belajar. Komponen-komponen pendidikan ini yang dikenal mikro
pendidikan.
HAR Tilaar berpendapat, “pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan, setiap
proses yang bertujuan tentunya mempunyai ukuran dalam mencapai tujuan tersebut”,
selanjutnya menurut Paul legrad untuk mencapai tujuannya pendidikan mengalami rintangan
yang besar dalam perjalanan kemajuannya, pertahanan nasional tidak lagi ditentukan di
dalam tank-tank, tetapi di dalam laboratorium para ilmuwan”6 pendidikan menjadi ruang
publik dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan manusia.
Otonomi yang lebih luas memberi pemerintah daerah kesempatan untuk lebih dekat
kepada masyarakat, lebih bertanggungjawab dalam memanfaatkan seluruh sumberdaya
5 Lee Kam Hing, Educational and Politic in Indonesia 1945-1965, (Kuala Lumpur University of Malaya
Pess, 1995), h. 23 6 Paul Legrand, Pendidikan dipersoalkan, Krisis Dalam pendidikan, (Jakarta, PN Balai Pustaka, 1982)
h.23
(uang dan alam) yang pada hakekatnya adalah milik masyarakat. Pemerintah adalah pihak
yang diamanahi untuk mengelola sumberdaya tersebut, dan bukan pemiliknya. Sumberdaya
ini mestinya diorganisir secara serius untuk melayani masyarakat secara berkelanjutan, tidak
sekedar dimanfaatkan untuk komoditas politik.
Di bidang pendidikan, pemerintah daerah juga memegang peran penting sejak
desentralisasi. TK hingga SLTA sekarang menjadi urusan daerah, hanya perguruan tinggi
yang yang masih dipegang pusat.
Otonomi memberikan kesempatan yang luas bagi pemerintah daerah untuk
mengeksplorasi kemampuan setempat, mulai dari komitmen pemimpin dan
masyarakat untuk memperbaiki pendidikan baik sistem manajemen, isi, dana, sarana dan
prasarana di bidang pendidikan.
B. Kebijakan Pendidikan di Kota Tangerang
Dalam bidang pendidikan visi Pemkot Tangerang adalah terwujudnya pendidikan
yang merata dan bermutu dengan melibatkan semua stakeholders guna membentuk
sumberdaya manusia yang unggul dan berakhlaqul karimah. Kebijakan Pemkot di bidang
pendidikan adalah membebaskan biaya pendidikan bagi masyarakat yang tidak mampu,
menyediakan sarana dan prasarana yang berkualitas, pendidik dan tenaga kependidikan yang
professional, dan meningkatkan kesejahteraan guru. Dinas Pendidikan Kota Tangerang
menargetkan tahun 2016 mendatang seluruh guru dari SD hingga SLTA berpendidikan S1 –
sebagaimana diwajibkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
Majunya pendidikan di Kota Tangerang membuat beberapa daerah di Indonesia
meniru pelayanan pendidikannya. DPRD dan Dinas Pendidikan Kabupaten Tabalong,
Kalimatan Selatan, pernah mengunjungi kota ini. Pemkab Serang juga berniat mempelajari
pembangunan fisik sarana pendidikan di Tangerang (Banten online, 2007). Anggota
Komisi A DPRD Kabupaten Belawan, Provinsi Riau juga datang meninjau untuk
mencontoh fasilitas dan sarana pendidikan (Tangerang News, 2011).
Pemikiran lahirnya Peraturan daerah Nomor11 Tahun 2007 Kota tangerang tentang
pendidikan di dasarkan pada Undang-Undang nomor 23 tahun 2004 tentang pemerintah
daerah, serta Undang-Undang nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antar
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen7
Selanjutnya lahirnya Peraturan Daerah ini dengan menimbang bertujuan untuk
menyelenggrakan pendidikan yang diarahkan pada perwujudan masyarakat yang beriman,
bertakwa, berbudaya dan berakhlak mulia, serta memiliki kualitas sumber daya manusia yang
dapat diandalkan dalam pembangunan, serta untuk melaksanakan wewenang dan
mewujudkan kemandirian daerah dalam bidang pendidikan, perlua adanya pengaturan
penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan menurut norma-norma yang mengacu pada
sitem Pendidikan Nasional dan berpedoman pada program pembangunan nasional8.
Perda Pendidikan yang akan di teliti disini adalah yang berkaitan dengan penambahan
jam PAI dari 2 jam pelajaran menjadi 3 jam pelajaran yang masuk pada bagian kebijakan
bidang Kurikulum, kebijakan program wajib belajar 12 tahun gratis serta kebijakan yang
mengatur masalah anggaran pendidikan dengan alokasi 20% dan bisa lebih besar lagi.
C. Analisis Kebijakan Pendidikan di Kota Tangerang
a. Program Wajib Belajar 12 Tahun Gratis
Paragraf 2 Pendanaan Pendidikan Pasal 29 ayat 2
“ Pemerintah Daerah berkewajiban memberikan bantuan
penyelenggaraan pendidikan sebagai dana operasional sekolah kepada peserta didik
dalam upaya penuntasan wajib belajar pendidikan 12 (duabelas) tahun.”
Pasal 29 ayat 2 berisikan penyelenggaraan pendidikan agar dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat dengan program wajib belajar 12 tahun secara gratis.
Masyarakat bisa menikmati pendidikan gratis sampai tingkat SMA/SMK/MA. Rencana
wajib belajar 12 tahun yang dirintis lewat program pendidikan menengah universal 2013
disambut beragam respons. Ada daerah yang menggulirkan program serupa dan ada
yang menunggu tambahan dana pendamping dari pemerintah kota/kabupaten. Di DKI
Jakarta, pendidikan menengah jenjang SMA/SMK negeri mulai digratiskan pada tahun
7 Lembaran Dearah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang, Nomor 11 tahun 2007 Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan, h. 2 8 Lembaran Dearah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang, Nomor 11 tahun 2007 Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan, h. 1
ajaran 2012/2013.9 Sedangkan di Kota Tangerang perelesasiaannya di mulai pada tahun
ajaran 2013-2014 dalam bentuk Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) 2013 dengan
perwal nomor 43 Tahun 2012 dengan sasaran BOP, adalah; Satuan Pendidikan jenjang
SDN dan MIN, SMPN dan MTsn, SMAN dan MAN dan Satuan Pendidikan SMKN.
Maka pada awal tahun ajaran 2013-2014 semua sekolah negeri di kota Tangerang tidak
boleh memungut biaya pendidikan kepada siswa. Selain itu juga dalam penerimaan
peserta didik baru pada pasal 18 poin 9 dituliskan sekolah harus memperhatikan calon
peserta didik dari keluarga miskin di lingkungan sekitar sekolahnya dalam lingkup Kota.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, alokasi BOS
pendidikan menengah memang baru menanggung 70 persen biaya operasional per
siswa. Untuk itu, dibutuhkan dukungan pemerintah daerah. Pemerintah menghimbau
Pemerintah daerah yang sudah memiliki program wajib belajar 12 tahun di daerahnya
harus mempertahankan programnya. Pemerintah daerah yang belum mesti bisa memberi
tambahan dana agar pendidikan menengah kian terjangkau.
Program 12 tahun wajib belajar mendapat dukungan dari Wali Kota dan Wakil Wali
Kota Tangerang Arief R. Wismansyah dan Sachrudin menyatakan program pendidikan
dan kesehatan gratis akan terus dilanjutkan. Untuk pendidikan gratis melalui program
Tangerang Cerdas sedangkan untuk kesehatan gratis melalui program Multiguna. 10
Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang, Tabrani mengatakan memasuki ajaran
tahun baru Juli mendatang, SPP bagi SMA dan SMK Negeri gratis. Semuanya akan
ditanggung oleh pemerintah melalui APBD,” kata Tabrani. Dikatakanya, penggratisan
tersebut menyusul dari penerapan SPP gratis bagi SD dan SMP yang sudah lebih dahulu
diterapkan oleh pemerintah pusat. “Sudah disetujui oleh Dewan. Ini adalah salah satu
upaya pemerintah Kota Tangerang untuk ikut mensukseskan program pemerintah
tentang pendidikan dan juga membantu masyarakat untuk meringankan biaya,” terang
Tabrani.Adapun untuk sekolah-sekolah swasta, menurut mantan Kadispora ini, bahwa
pemerintah belum bisa ikut menggratiskan biaya SPP-nya. Akan tetapi pemerintah Kota
Tangerang sudah menyiapkan program lain. Ia menerangkan untuk sekolah swasta
programnya adalah pemberian bantuan pendidikan kepada siswa tidak mampu baik itu
9 Ester Lince Napitupulu, Wajib Belajar 12 Tahun direspon beragam,
http://edukasi.kompas.com/read/2012/09/01/11474811/Wajib.Belajar.12.Tahun.Direspons.Beragam, diakses
pada 07 Januari 2014 10
Nurhamidah, sumber http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/13/12/24/myayz8-wali-kota-
tangerang-janjikan-pendidikan-gratis-untuk-keluarga-tak-mampu, diakses pada 07 Januari 2014
dari SMA ataupun SMK yang besarnya Rp 150 ribu perbulan. Diketahui pemerintah
Kota Tangerang untuk anggaran pendidikan tahun 2013 telah mengalokasikan anggaran
dari APBD sebesar Rp.390 miliar.11
b. Alokasi Anggaran Pendidikan 20% dari APBD atau Bisa Lebih
Paragraf 2 Pendanaan Pendidikan Pasal 29 ayat 3
“Pemerintah Daerah bertanggung jawab mengusahakan penyediaan anggaran
pendidikan minimal 20 % (dua puluh persen) dari APBD di luar gaji tenaga pendidik,
tenaga kependidikan dan pendidikan kedinasan.”
Pasal 29 berisikan anggaran pendidikan 20% bahkan dalam praktiknya Kota
Tangerang mengalokasikan bisa sampai 48% dari APBD secara keseluruhan. Terlihat
dari APBD 2004 Rp. 595.959.247.256.31 sektor pendidikan mengeluarkan biaya
sebesar Rp. 286.121.081.805.81 dengan prioritas pembangunan sarana prasana
pendidikan dan bantuan siswa. Jumlah sekolah yang telah dibangun tiap tahunnya
meningkat, pada 2005 dibangun 220 sekolah, tahun 2008 mencapai 400 unit. Alokasi
pendidikan mencapai 213 miliyar urutan paling tinggi dari pos-pos anggaran dari
APBD. 12
Pendirian sekolah Pasal 6 (1) Pendirian Sekolah adalah Pembukaan sekolah
baru yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan /atau Masyarakat. (2) Pendirian
Sekolah didasarkan atas kebutuhan masyarakat untuk memperoleh pendidikan dan
rencana pengembangan pendidikan di Daerah.
Anggaran Pemkot untuk bidang ini pada 2010 adalah Rp 471,53 milyar atau 31,9
% dari total APBD yang Rp 1,476 trilyun. Juga dibagikan insentif sebesar Rp 4,5
milyar untuk 3.000 guru ngaji --Rp 1,5 juta/tahun untuk tiap guru.
Proses pelaksanaannya, Pemkot memberikan insentif kepada guru sebesar Rp.
450.000,- per bulan –tertinggi di Provinsi Banten. Pelatihan bagi guru untuk
meningkatkan mutu pendidikan juga dilakukan oleh Pemkot Tangerang, seperti
pelatihan untuk MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) Matematika SMA Kota
Tangerang dan seminar penelitian tindakan keras yang diselenggarakan bagi 1.000
guru .
11
http://kontakmediainfo.blogdetik.com/2013/02/07/spp-smk-dan-sma-di-kota-tangerang-gratis/ 12
Yopie, Pendidik harus mengenakan pakaian seragam,
http://pwitangerang.wordpress.com/2011/03/07/pendidik-harus-menggunakan-pakaian-seragam/, diakses pada
28 Desember 2013
Hasil dan dampak yang dirasakan Di Kota Tangerang banyak gedung sekolah yang
sudah bertingkat. Pada tahun 2011 Pemkot membangun dan merenovasi 21 sekolah
dengan anggaran Rp 66 miliar (Ikatan Alumni Yuppentek, 2011). Sementara itu 70%
gurunya telah bergelar S1, dan ada pula yang S2 (tidak tersedia angka pasti). Isi dan
proses pembelajaran ditingkatkan mutunya melalui peningkatan profesionalitas pendidik
dan tenaga kependidikan. Hasilnya jumlah tingkat kelulusan ujian mendekati 100%,
yakni dari 99,72% pada 2010 dan 99,92% pada 2011 (dari jumlah peserta ujian
8.482 siswa SMA di 79 sekolah penyelenggara dan 12.632 siswa SMK di 88
sekolah). 13
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI H. Marzuki Alie memberikan apresiasi
terhadap Walikota Tangerang H. Wahidin Halim atas komitmennya dalam membangun
Kota Tangerang di berbagai bidang, khususnya bidang pendidikan sehingga mengalami
kemajuan. Apresiasi juga diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.14
Dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kota Tangerang, segenap potensi dapat
diberdayakan, sebagaimana tertuang pada Bab III Tentang Prinsip Penyelenggaraan
pendidikan Pasal 4, disebutkan bahwa, pendidikan diselenggarakan dengan
memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pemdidikan15
, selanjutnya dalam
Bagian Ketiga tentang penyelenggaraan pendidikan dan managemen pendidikan formal
pasal, pada pasal 12, ditulis, Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah,
pengawas sekolah dan kepala sekolah dapat mengoptimalkan peran dan fungsi gugus
sekolah, melalui Pusat Kegiatan guru (PKG), Kelompok Kerja Guru (KKG), musyawarah
Guru mata Pelajaran, Musyawarah Guru Pembimbing, Kelompok Kerja Kepala Sekolah
dan musyawarah Kerja Kepala Sekolah dan organisasi profesi pendidik lainnya dalam
penyelenggaraan pendidikan, selanjutnya Pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan harus
mengarah pada upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu
melalui pembentukan Komite sekolah/Madrasah.
13
Samodra Wibawa dan Aryo Dwi Harprayudi, Pelayanan Gratis untuk Masyarakat Miskin di Kota
Tangerang, sumber http://lab-ane.fisip-untirta.ac.id/wp-
content/uploads/2011/06/20%20Samodra%20Wibawa%20dan%20Aryo.pdf, diakses pada 07 Januari 2014 14
Tempo, 201 0 . Prioritaskan Pendidikan. dari http://www.rancahbetah.info/2010/04/prioritas kan-
pendidikan.html#?max-results=5, diakses pada 6 Januari 2013. 15
Lembaran Dearah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang, Nomor 11 tahun 2007 Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan, h12
c. 3-5 Jam Mata Pelajaran PAI dalam Sepekannya
Hal ini sesuai Pasal 16 “Khusus mata pelajaran Pendidikan Agama Sekurang-
kurangnya 3 jam pelajaran dalam sepekan”.
Pasal 16 berisikan penambahan jam pelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi 3
jam pelajaran. Penambahan jam PAI ini sejalan dengan pasal 14 ayat 1 tentang
Kurikulum Nasional yang ditetapkan berdasarkan kebijakan Departemen Pendidikan
Nasional dimana tiap satuan pendidikan yang dilaksanakan oleh masyarakat
dimungkinkan untuk menambah mata pelajaran sesuai dengan ciri khas masing-masing
dengan berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan kementerian Agama. Penguatan PAI
sendiri di sekolah sudah diatur dalam sistem pendidikan nasional pasal 37 ayat 1 UU
Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa, kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat a. Agama. Adapun penambahan jam mata pelajaran PAI menjadi 3 jam
dalam sepekannya, di Kota Tangerang 1 jam satu jam difokuskan pada Pembelajaran
Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ). Pelajaran BTQ masuk kedalam program ektrakuriler
sekolah. Saat kurikulum 2013 telah ditetapkan dimana mata pelajaran PAI bertambah
menjadi 3 jam pelajaran maka total pelajaran PAI menjadi 4 jam (3 jam PAI + 1 jam
BTQ). Selain itu juga, jika meninjau Bab III, pasal 16 ditulis, isi kurikulum muatan
lokal memuat mata pelajaran wajib adalah budi pekerti dilaksanakan pada semua
jenjang pendidikan. Pelajaran Budi pekerti dialokasikan 1 jam pelajaran disampaikan
oleh wali kelas atau guru PAI, maka total mata pelajaran PAI ada 5 (3 jam PAI+ 1 jam
BTQ+ 1 jam muatan lokal) jam pelajaran.
Ada manfaat yang dirasakan dengan penambahan jumlah jam mata pelajaran PAI ini.
Harapan yang diinginkan adalah siswa SMA/SMK/MA di Kota Tangerang bebas buta
huruf Al-Qur’an, dalam rangka mewujudkan akhlaqul karimah melalui nilai-nilai
religius. Berikut perbandingan perbedaan antara jumlah Jam PAI 2JP dengan 3JP.
No
PAI 2 Jam pelajaran
PAI 3 Jam Pelajaran
1 PAI dengan Kopetensi
pokok: Al-Qur’an, Akidah,
Akhlak, Muamalah, Tarikh.
Adanya penambahan materi
Tadarus Al-Qur’an, pemahaman
tajwid pada kompetensi Al-Qur’an,
Akidah, Akhlak, Muamalah dan
Tarikh.
2 Intensitas tatap muka
dengan siawa lebih sedikit,
sehingga jam PAI
disampaikan singkat
Intensitas pertemuan dengan siswa
lebih lama sehingga penyampaian
materi tidak terburu-buru
Sekalipun dalam praktiknya, penambahan jam PAI dalam perda pendidikan masih
perlu perbaikan dalam pembinaan yang serius terhadap pelajar, perlu memperhatikan
perbedaan kemampuan masing-masing siswa sendiri dalam baca tulis Alquran.
Pemerintah perlu memfasilitasi kepada pengawas PAI dan guru PAI untuk mendesain
kurikulum yang disesuaikan dengan 3 jam pelajaran serta pemantauan terhadap
pelaksanaan Jam PAI, agar dampak dari kebijakan tersebut dapat menjadikan pelajar di
Kota tangerang bebas buta aksara Alquran, sehingga nilai-nilai alquran dapat dipahami
dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penghargaan yang tinggi dalam bidang keagamaan ini, maka Kota Tangerang
mendapat penghargaan Amal Bhakti dari Departemen Agama tahun 2010, atas
Kepedulian Pemkot Tangerang terhadap Perkembangan Pendidikan Agama di
daerahnya.
D. Dinamika Lahirnya Peraturan Daerah Kota Tangerang
1. Peran Walikota dan DPRD dalam melahirkan Perda
Reformasi di bidang politik dan pemerintahan telah melahirkan agenda dan
kesepakatan nasional baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Hal ini
ditandai dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
yang telah menimbulkan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah, menggantikan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah.16
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004, telah memisahkan lembaga eksekutif dengan legislatif, yaitu Kepala Daerah
beserta Perangkat Daerah lainnya yang kemudian disebut Pemerintah Daerah dan
lembaga legislatif daerah yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Sebelumnya DPRD ditempatkan sebagai bagian dari Pemerintah Daerah, sekarang
16
http://repository.unand.ac.id/1041/1/dhil%27s_noviades_04211071.rtf
DPRD adalah sebagai mitra kerja dan tidak berada di bawah dominasi Kepala Daerah
(Gubernur / Bupati/Wali Kota). Perubahan ini dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan
demokrasi dan demokratisasi yang merupakan saripati dari agenda reformasi17
.
Kelahiran Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 11 Tahun 2007 sebagai
konsekuensi peraturan yang muncul di era otonomi daerah. Peraturan daerah ini dengan
mengacu kepada Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sisitem Pendidikan
Nasional yang pada pokoknya adalah menjamin kesempatan Pendidikan, peningkatan
mutu serta relevansi dan efisiensi Mangemen pendidikan, hal ini dilakukan untuk
menghadapi tantangan dan perubahan baik kehidupan lokal sebagai konsekuensi
otonomi daerah (Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1999.
Persentuhan antar legislatif maupun eksekutif di tingkat pemerintah kota tangerang
terjadi secara intens. Kesamaan visi dan pandangan dalam melihat permasalahan yang
dihadapi di daerahnya khususnya di bidang pendidikan memudahkan peraturan
penyelenggaraan pendidikan ini terbit.
Menurut Wahidin Halim, “komponen yang memiliki peranan penting dalam
mengakselerasi kebijakan publik itu adalah komponen eksekutif atau aparatur negara
dan komponen legislatif atau anggota DPR, dalam hal ini DPRD”, 18
Sebuah kebijakan
melibatkan legislatif dan eksekutif. Kedua-duanya memberi kontribusi yang positif bagi
pertumbuhan masyarakat tanpa keterlibatan aktif dari eksekutif dan legislatif, kehidupan
di suatu daerah, membutuhkan sebuah kebijakan untuk mengelola daerahnya dalam
rangka peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
2. Peran Walikota Wahidin Halim
Peran Wahidin bagi pembangunan di Kota Tangerang sangat besar. Hal ini tentunya
dilandasi gagasan dan pemikiran Wahidin sendiri mengenai arah dan pembangunan
yang hendak diwujudkannya. Pemikiran wahidin yang tertuang dalam buku-buku
karangan; Ziarah Budaya Kota Tangerang menuju Masyarakat berperadaban Akhlakul
Karimah, (Jakarta, Auracitra 2011, cet 2), Wahidin Halim dengan editor, M.Harry
Mulya Zain), Piagam Akhlakul Karimah, Meretas Jalan.
17
Bambang, Yudoyono. Otonomi Daerah Desentralisasi dan Pengembangan SDM Aparatur Pemda dan
Anggota DPRD, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2001, hal. 49 18
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang menuju Masyarakat berperadaban Akhlakul
Karimah, (Jakarta, Auracitra 2011, cet 2) h.86
Masyarakat Madani (Jakarta, Pendulum 2006). Dari sini bagaimana Wahidin dalam
merancang bernagai peraturan Daerah mengarah pada kemajuan Pendidikan untuk Kota
tangerang.
Menurut Wahidin pembangunan daerah dalam rangka mewujudkan kehidupan yang
beradab,
“Setiap pribadi, setiap komponen masyarakat yang tumbuh dan berkembang di
wilayah Kota Tangerang, memiliki kewajiban untuk memberdayakan Kota
Tangerang ke wilayah yang lebih beradab. Kewajiban membangun Kota yang
beradab ini, sebagai upaya untuk menciptakan iklim masyarakat madani, masyarakat
sipil yang memiliki kewibawaan, yang di dalamnya tumbuh nilai-nilai moral dan
nilai-nilai kebajikan yang tinggi”.19
Menurut Wahidin seorang pemimpin penting untuk mengambil keputusan yang
harus sesuai dengan potensi dan keadaan daerah masing-masing;
“Dalam mewujudkan kebijakan pengembangan kota Tangerang dan semangat
desentralisasi dari pusat, maka pengambil keputusan yang lebih besar di tingkat kota
harus di dukung oleh efisiensi birokrasi dan pelayanan, begitupun dengan potensi
penduduk kota yang besar merupakan aset kota harus diberdayakan untuk mencapai
manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat kota mandiri. Ketika
membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil mutlak harus sesuai dengan
kondisi daerah yang bersangkutan baik itu masalah kebutuhan maupun potensi
daerah yang bersangkutan.konsekwensi logisnya penelitian mendalam tentang
keadaan tiap daerah perlu dilakukan guna mendapatkan informasi dan data yang
berguna bagi penentuan rencana pembangunan secara tepat”.20
Kepedulian Walikota Wahidin Halim terhadap persoalan sosial terutama dunia
pendidikan, ia wujudkan dengan membentuk sebuah lembaga,yakni Yayasan
Kemanusiaan Nurani Kami pada tahun 1977. Yayasan ini sampai sekarang mampu
memberikan beasiswa kepada 150 orang, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi.
Dalam bidang sosial kemasyarakatan, Wahidin menuliskan;
“Dalam mencegah kemungkaran, seperti membersihkan kota dari pelacuran, minuman
keras, kriminalitas dan berbagai penyakit sosial lainnya, sangat memerlukan peran aktif
masyarakat. Dalam pandangan Wahidin, jika kita berada di masjid, lalu mendengar ada
orang berbuat zina, mencuri dan membunuh, terus kita dalam hati membenarkannya,
maka kita memiliki derajat yang sama dengan pelaku kemungkaran itu (. Kita wajib
19
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju Masyarakat Berperadabab Akhlakul
Karimah, (jakarta, Auracitra, 2005) 20
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang menuju Masyarakat berperadaban Akhlakul
Karimah, (Jakarta, Auracitra 2011, cet 2) h.86
mencegahnya dengan tindakan. Jika tidak mampu, maka harus mencegahnya dengan
lisan. Setidaknya, membenci kemungkaran itu dengan hati. Prinsip ini, tampaknya,
yang menyemangati diberlakukannya Perda tentang Pelarangan Pelacuran di Kota
Tangerang, sebagai salah satu langkah untuk menciptakan masyarakat yang berakhlak
mulia”21
.
Banyaknya prestasi penghargaan-penghargaan yang diraih selama kepemimpinan
Wahidin Halim di tingkat Nasional, sebagai bukti bagaimana kepemimpinan yang
bagus, cukup berperan signifikan bagi penyelenggaraan pemerintah yang profesional.
Kepemimpinan yang profesional berkontribusi bagi peningkatan mutu dan layanan
kepada masyarakat-masyarakatnya.
3. Peran DPRD dalam melahirkan Perda
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) dapat berasal dari DPRD atau kepala daerah
(gubernur, bupati, atau wali kota). Raperda yang disiapkan oleh Kepala Daerah disampaikan
kepada DPRD. Sedangkan Raperda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan
DPRD kepada Kepala Daerah.Pembahasan Raperda di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama
gubernur atau bupati/wali kota. Pembahasan bersama tersebut melalui tingkat-tingkat
pembicaraan, dalam rapat komisi/panitia/alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani
legislasi, dan dalam rapat paripurna22
.
Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur atau
Bupati/Walikota disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Gubernur atau Bupati/Walikota
untuk disahkan menjadi Perda, dalam jangka waktu palinglambat 7 hari sejak tanggal
persetujuan bersama. Raperda tersebut disahkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota dengan
menandatangani dalam jangka waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui oleh DPRD dan
Gubernur atau Bupati/Walikota. Jika dalam waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui
bersama tidak ditandangani oleh Gubernur atau Bupati/Walikota, maka Raperda tersebut sah
menjadi Perda dan wajib diundangkan.
Susunan Pimpinan dan anggota Panitia Khusus Raperda penyelenggaraan
pendidikan di ketahui dari surat keputusan Pimpinan Dewan perwakilan Rakyat daerah Kota
21
Wahidin Halim (editor, M.Harry Mulya Zain), Piagam Akhlakul Karimah, Meretas Jalan Masyarakat
Madani (Jakarta, Pendulum 2006) 22
Lembaran Pemandangan Umum Fraksi-fraksi Dewan Perwakilan rakyat Daerah Kota tangerang
Terhadap Pengatar nota Keuangan Rancangan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota
Tangerang Tahun Anggaran 2004.h.24
tangerang Nomor 171/KEP/.013-PIM.DPRD/2007 tentang pembentukan Panitia Khusus
pembahasan Raperda penyelenggaraan Pendidikan Kota tangerang :
Susunan Panitia Khusus Raperda Pendidikan
No Nama Jabatan Keterangan
1 Drs.H.M.Krisna Gunata Koordinator F.Golkar
2 Ir.Moh.Bonnie Mufizar Wk.Koordinator F.PKS
3 Herry Rumawatine,S.H Wk.Koordinator F.Demokrat
4 Drs. PO Abbas Sunarya Ketua F.Golkar
5 Drs.H. Deddi Rustandi Wk.Ketua F.PAN
6 Asep Mulyawan,S.Pd Sekretaris F.PKS
7 Hj. Ulfah Anggota F.Golkar
8 Saeroji Anggota F.PKS
9 John Alfred Nikijuluw Anggota F.Demokrat
10 Sakti Nasution Anggota F.Demokrat
11 M. Happy Dwi Atmoko Anggota F.PDIP
12 Dra.Yati Rohayati Anggota F.PPP
13 Ir. Suratno Abubakar Anggota F.PAN
14 H. Endang Zulkarnain Anggota F.K.Benteng
15 Saiful Millah Anggota F.K.Benteng
Sumber: Dewan Perwakilan Rakyat daerah kota tangerang
Selanjutnya setelah panitia bekerja membahas Raperda tersebut maka keluarlah
Surat Keputusan bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat daerah Kota Tangerang dengan
Walikota Tangerang dengan Nomor surat: 188.34/KEP.014.DPRD/2007-
188.34/KEP.120.KUMDANG/2007 Tentang persetujuan terhadap 4 (empat) buah raperda
Kota Tangerang yaitu :
1. Raperda Tentang Penyelenggaraan Pendidikan
2. Raperda Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Benda
3. Raperda Tentang Retribusi Izin Gangguan
4. Raperda Tentang Pencabutan Perda Kota Tangerang No 3 tahun 2001 tentang
Retrebusi Dispensasi pemakaian jalan
Surat Keputusan ini ditandatangani oleh Walikota Tangerang H. Wahidin Halim
dengan Ketua DPRD Kota tangerang H.M. Krisna Gunata pada tanggal 20 Juni 2007, dengan
tembusan kepada gubernur Banten, Pimpinan dan para anggota DPRD Kota Tangerang dan
Unsur Muspida.23
E. Faktor pendukung dan keberhasilan penetapan perda-perda di Kota Tangerang
a. Visi, Misi, Nilai Budaya Penyelenggaraan Pemerintahan
Visi “Kota Tangerang sebagai Kota Industri, Perdagangan dan Permukiman yang Ramah
Lingkungan dalam Masyarakat yang Berakhlak Mulia”. Dalam penjelasan di situs resmi
pemerintah Kota Tangerang. Masyarakat yang berahklak mulia dicerminkan melalui
kualitas hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antara manusia itu
sendiri. Akhlak yang mulia menjadi landasan moral dan etika dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pemahaman dan pengamalan agama secara benar diharapkan
dapat mendukung terwujudnya masyarakat Kota Tangerang yang religius, demokratis,
mandiri, berkualitas sehat jasmani-rohani, serta tercukupi kebutuhan material-spiritual.
Sedangkan Misi Kota Tangerang, diantaranya; “Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas
Pelayanan Publik”.
Sejalan juga dengan Nilai Inti Budaya Kota Tangerang yang berpegangan pada Akhlak
mulia (akhlaqul karimah). Begitu juga dalam perumusan penyelenggaraan pendidikan di
Kota Tangerang dengan mempertimbangkan pada perwujudan masyarakat yang beriman,
bertakwa, berbudaya dan berakhlak mulia serta memiliki kualitas sumber daya manusia
yang dapat diandalkan.
23
Lia Amalia, Tesis Studi Kebijakan Pendidikan Kota Tangerang, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Dukungan Politik dan partisipasi masyarakat.
Peraturan pendidikan sebagai hasil pemikiran dan persetujuan bersama antara Walikota
Tangerang dengan Anggota DPRD Kota Tangerang yang memang sepakat untuk
meningkatkan dan mempermudah masyarakat dalam memperoleh pendidikan di Kota
Tangerang. Kesatuan gagasan dan kepentingan diantara pemangku kekuasaan dimana
lebih mementingkan peningkatan layanan bagi masyarakat dibandingkan individu dan
kelompok. Dukungan yang besar baik anggota legislatif maupun eksekutif ditambah
peran serta masyarakat kota Tangerang dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Hal ini
terlihat dari lembar perda Nomor 11 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
yang ditanda tangani Walikota Tangerang, Wahidin Halim dan Ketua DPRD Kota
Tangerang, M. Krisna Gunata. Kota Tangerang sendiri sebagai masyarakat per kotaan,
maka transparansi, akuntabilitas, dan demokratisasi menjadi tuntutan yang mendesak
bagi keterpenuhan hak-hak publik yang mendorong keberhasilan pelahiran peraturan
daerah serta keterlaksanaan peraturan tersebut. Isi Perda berisi program wajib belajar 12
tahun secara gratis, penambahan jam pelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi 3 jam
pelajaran, anggaran pendidikan 20% bahkan dalam praktiknya Kota Tangerang
mengalokasikan bisa sampai 48% dari APBD secara keseluruhan. Begitu juga peraturan-
peraturan pendukung pendidikan lainnya. Dalam pasal-pasal di dalamnya banyak pasal
yang membela kepada masyarakat lemah agar dapat mengenyam pendidikan dan juga
pasal yang mendorong pada perilaku masyarkat agar tercipta kota yang berakhlakul
karimah.
H Husein Syah Ketua Dewan Pendidikan Kota Tangerang menjelaskan bahwa
pemerintahan Kota Tangerang yang dipimpin H Wahidin Halim sangat merespon segala
program pendidikan. Karena itu antara walikota dan Dinas Pendidikan Kota Tangerang
serta Dewan Pendidikan dan unsur pendidik di Kota Tangerang sangat menyatu dalam
memajukan pendidikan di Kota Tangerang ini, ” untuk menampung program dan aspirasi
dari sekolah-sekolah juga, Dewan Pendidikan Kota Tangerang membentuk Forum
Komite Sekolah yang terdiri dari masing-masing kecamatan sebanyak 5 Komite “.24
24
Yopie, Pendidik harus mengenakan pakaian seragam,
http://pwitangerang.wordpress.com/2011/03/07/pendidik-harus-menggunakan-pakaian-seragam/, diakses pada
28 Desember 2013
c. Sosok kepemimpinan yang menggerakkan.
Faktor kepemimpinan menjadi poin penting dari keberhasilan pembangunan pendidikan
dan di bidangn lainnya di Kota Tangerang. Beruntung kota Tangerang memiliki sosok
pemimpin seperti Wahidin Halim dengan sejumlah penghargaan diraih baik tingkat
provinsi maupun nasional. Sifat kepedulian pada pendidikan dengan memprioritaskan
pembangunan sekolah-sekolah tiap tahunnya bertambah. Visi akhlakul karimah ala
Wahidih Halim dalam pembangunan kota Tangerang berorientasi pada masyarakat
Madani sehingga semua komponen yang ada harus melihat arah pembangunan yang
berpijak pada kepentingan masyarakat secara keseluruhan, bukan kepentingan yang
bertumpu pada pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok. Sukses penciptaan suasana
religius di lingkungan kerja lingkungan pemerintahan dengan berpakaian se-Islami
mungkin. Dalam perumusan Perda baik pendidikan maupun perda pendukung
pendidikan lainnya, Wahidin yang mengusulkan kepada DPRD Kota Tangerang. Dengan
integritas dan karya-karyanya Wahidin mendapat kepercayaan yang tinggi dari
masyarakat, wajar jika Wahidin mampu memimpin kota Tangerang selama 2 periode.
Ikhsan Tamara, Redaktur Harian Satelitnews pemerintah saat ini perlu menghargai peran
besar Wahidin Halim.
Hari ini, amat pantas pasangan pemimpin baru dan warga Kota Tangerang
berterimakasih pada WH. Bukan saja karena ragam prestasi WH di berbagai bidang
pembangunan, tetapi juga karena secara personal mereka berutang setidaknya
pengalaman birokrasi, sejarah, strategi dan taktik politik, rasa dan visi selama 10
tahun terakhir dia berkuasa.
Berutang jalan-jalan conblok di setiap sudut gang. Berutang menghilangnya becak
dari jalan-jalan protokol. Berutang hilangnya pemandangan yang kumuh di pasar
Cikokol dulu. Berutang bangunan-bangunan sekolah, berutang insentif para guru.
Berutang pengobatan gratis. Berutang tak ada gonjang-ganjing politik di DPRD.
Berutang munculnya para pemimpin-pemimpin muda. Sebut dan deretkan sendiri apa
lagi.
Kota Tangerang jelas kehilangan pribadi pemimpin yang berkarakter dan berkemauan
kuat, mudah membaur, tak segan blusukan—yang dilakukannya jauh sebelum
Jokowi—, dan unik dalam cara berbahasa, berkomunikasi serta berinteraksi.25
Selepas Wahidin Halim tidak menjabat lagi sebagai Walikota Tangerang, dengan
sudah banyak meraih segudang penghargaan, capaian-capaian prestasi ini tidak
menghentikan Pemkot Tangerang untuk terus berprestasi. Keberhasilan kepemimpinan
Wahidin-Arief, diharapkan dapat terus berlanjut dan lebih baik pada kepemimpinan
kedepannya yang dijabat oleh Arief-Sachrudin.
25
Ikhsan Tamara, Vonis MK dan WH, sumber http://satelitnews.co.id/?p=23774, diakses pada 07 Januari 2014
Penutup
Kebijakan penyelenggaraan pendidikan di Kota Tangerang sebagai wujud otonomi
daerah. Kelahiran Peraturan Daerah Kota Tangerang, Nomor 11 tahun 2007 Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan tidak terlepas dari peran Walikota Wahidin Halim dan DPRD
pada masanya. Melalui Perda ini mewujudkan kualitas dan penyelenggaraan pendidikan
yang lebih merata dan bermutu di Kota Tangerang. Diantaranya wajib belajar 12 Tahun
secara gratis, Alokasi anggaran yang bisa mencapai 20% dari APBD atau bahkan lebih serta
penambahan jumlah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Faktor-faktor keberhasilan pendidikan di Kota Tangerang memiliki visi dan misi
pembangunan Kota Tangerang yang terarah dengan Akhlaqul Karimah sebagai moral
penggeraknya, dukungan politik yang intens antara DPRD dan Walikota serta kepemimpinan
yang inspiratif dari Hahidin Halim sendiri.
Daftar Pustaka
Lembaran Daerah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang, Nomor 11 tahun
2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Amalia, Lia, Tesis Kebijakan Pendidikan di Kota Tangerang, 2013 FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Bambang, Yudoyono. Otonomi Daerah Desentralisasi dan Pengembangan SDM Aparatur
Pemda dan Anggota DPRD, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2001
Halim, Wahidin, Ziarah Budaya Kota Tangerang menuju Masyarakat berperadaban
Akhlakul Karimah, (Jakarta, Auracitra 2011, cet 2)
--------------------, (editor, M.Harry Mulya Zain), Piagam Akhlakul Karimah, Meretas Jalan
Masyarakat Madani (Jakarta, Pendulum 2006)
Hing, Lee Kam, Educational and Politic in Indonesia 1945-1965, (Kuala Lumpur University
of Malaya Pess, 1995)
Legrand, Paul, Pendidikan dipersoalkan, Krisis Dalam pendidikan, (Jakarta, PN Balai
Pustaka, 1982)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tangerang
Silvanus Alvin, sumber http://news.liputan6.com/read/779017/ratu-atut-tersangka-tangerang
raih-sejumlah-penghargaan-nasional, diakses pada 07 Januari 2014
Ester Lince Napitupulu, Wajib Belajar 12 Tahun direspon beragam,
http://edukasi.kompas.com/read/2012/09/01/11474811/Wajib.Belajar.12.Tahun.Direp
ons.Beragam, diakses pada 07 Januari 2014
Nurhamidah, sumber
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/13/12/24/myayz8-wali-kota-
angerang-janjikan-pendidikan-gratis-untuk-keluarga-tak-mampu, diakses pada 07
Januari 2014
http://kontakmediainfo.blogdetik.com/2013/02/07/spp-smk-dan-sma-di-kota-tangerang
gratis/
Yopie, Pendidik harus mengenakan pakaian seragam,
http://pwitangerang.wordpress.com/2011/03/07/pendidik-harus-menggunakan-
pakaian-seragam/, diakses pada 28 Desember 2013
Samodra Wibawa dan Aryo Dwi Harprayudi, Pelayanan Gratis untuk Masyarakat Miskin di
Kota Tangerang, sumber http://lab-ane.fisip-untirta.ac.id/wp-
content/uploads/2011/06/20%20Samodra%20Wibawa%20dan%20Aryo.pdf, diakses
pada 07 Januari 2014
Tempo, 2010. Prioritaskan Pendidikan. dari http://www.rancahbetah.info/2010/04/prioritas
kan-pendidikan.html#?max-results=5, diakses pada 6 Januari 2013.
http://repository.unand.ac.id/1041/1/dhil%27s_noviades_04211071.rtf
Ikhsan Tamara, Vonis MK dan WH, sumber http://satelitnews.co.id/?p=23774, diakses pada
07 Januari 2014