KAJIAN PENCATATAN USAHA PADA KELOMPOK TANI ...

42
i KAJIAN PENCATATAN USAHA PADA KELOMPOK TANI NGUDI MAKMUR (Dusun Jombor Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang) Oleh: Devi Mayasari NIM: 232011219 FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Transcript of KAJIAN PENCATATAN USAHA PADA KELOMPOK TANI ...

i

KAJIAN PENCATATAN USAHA PADA KELOMPOK TANI

NGUDI MAKMUR

(Dusun Jombor Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang)

Oleh:

Devi Mayasari

NIM: 232011219

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

ii

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

JalanDiponegoro 52-60 Telp : (0298) 21212, 311881

Telex 22364 ukwsaia

Salatiga 50711 – Indonesia Fax. (0298) 213433

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR

Yang bertandatangan di bawahini

Nama : Devi Mayasari

NIM : 232011219

Program Studi: AKUNTANSI

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen SatyaWacana

Salatiga

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir,

Judul : Kajian Pencatatan Usaha Pada Kelompok Tani Ngudi

Makmur (Dusun Jombor Kecamatan Bandungan

Kabupaten Semarang)

Pembimbing : Like Soegiono, SE., MSi.

Tanggal diuji : 19 Juni 2015

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam

bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan

saya sendiri tanpa memberikan pengakuan tanpa penulisaslinya.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin

atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya

bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Universitas Kristen SatyaWacana, termasuk pencabutan gelar

kesarjanaan yang telah saya peroleh

Salatiga, 31 Mei 2015

Yang memberi pernyataan

DEVI MAYASARI

iii

iv

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat, bimbingan, dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan kertas kerja

yang berjudul “Kajian Pencatatan Usaha Pada Kelompok Tani Ngudi Makmur

(Dusun Jombor Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang)” dengan baik.

Kertas kerja ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk

mencapai gelar S-1 pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unuversitas Kristen

Satya Wacana Salatiga.

Dengan selesainya kertas kerja ini, tepatlah kiranya bila pada kesempatan

kali ini penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Orang tua tercinta yaitu Bapak dan Ibu yang telah memberi dukungan

penuh selama proses pembuatan dari awal hingga selesainya kertas

kerja ini.

2. Ibu Like Soegiono, SE., Msi. Yang telah membimbing penulis dari

awal hingga selesainya kertas kerja ini.

3. Bapak Hari Sunarto, SE, M.Com, Ph.D, selaku dekan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

4. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE, MBA, selaku kepala program studi

akuntansi.

5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama

kegiatan belajar mengajar di Universitas Kristen Satya Wacana.

6. Dhimas Pusthika Regiyan Mufti yang telah mendukung, memberi

semangat dan menemani setiap proses dari awal hingga selesainya

kertas kerja ini.

7. Mbak tika, Theo, Leony, Mbak wiwik, mbak tutik, Ryan, yang

memberi motivasi dan bantuan.

8. Sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan, Airin, Dieta, Nia,

Devira, Mita, Yemima, Arum, Dian dan Sani.

v

9. Teman-teman angkatan 2011 Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

10. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan serta dukungan

dalam penyusunan kertas kerja ini yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu.

vi

MOTTO

“ Jadilah seperti bunga teratai, yang tetap indah bunganya walaupun air

dibawahnya kotor” By Mario Teguh

vii

KATA PENGANTAR

Penyusunan kertas kerja ini diajukan untuk melengkapi persyarat untuk

mencapai gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Kristen Satya Wacana.Kertas kerja ini merupakan hasil penelitian mengenai

kebutuhan mengenai pencatatan pada petani yang didukung oleh data primer yang

berupa hasil wawancara langsung terhadap para petani, dan data sekunder yang

berupa daftar anggota kelompok tani yang diperoleh dari pengurus (ketua)

kelompok.Pencatatan dalam usaha tani menarik untuk diulas karena penelitian ini

masih jarang dilakukan karena masih banyak yang mengaggap bahwa usaha tani

merupakan usaha yang tidak membutuhkan pencatatan.

Penulis menyadari masih memiliki kekurangan dalam penulisan kertas

kerja ini, sehingga penulis mengharapkan adanya masukan kritik dan saran yang

dapat menjadikan kertas kerja ini menjadi lebih baik.Penulis juga mengharapkan

dapat memberikan manfaat bagi pembaca agar dapat memberikan pengetahuan

dari hasil penelitian ini.

Salatiga, 31 Mei 2015

Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... i

Pernyataan Keaslian Karya Tulis .......................................................................... ii

Halaman Persetujun/Pengesahan .......................................................................... iii

Ucapan Terimakasih.............................................................................................. iv

Halaman Motto...................................................................................................... vi

Kata Pengantar ...................................................................................................... vii

Daftar Isi................................................................................................................ viii

Daftar Tabel .......................................................................................................... ix

Daftar Gambar ....................................................................................................... x

Daftar Lampiran .................................................................................................... xi

PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

KAJIAN PUSTAKA

Usahatani ........................................................................................................ 5

Pencatatan Usaha ........................................................................................... 6

METODA PENELITIAN ..................................................................................... 7

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani ........................................................................................ 8

Pencatatan Usaha Oleh Petani Ngudi Makmur .............................................. 10

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

Lampiran-lampiran ................................................................................................ 25

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Karakteristik Responden

Tabel 2 Karakteristik petani yang menggunakan Pencatatan

Tabel 3 Karakteristik Petani yang Tidak Menggunakan Pencatatan

Tabel 4 Karakteristik petani yang pernah Menggunakan Pencatatan

Tabel 5. Media Pencatatan yang Digunakan oleh Petani Ngudi Makmur

Tabel 6. Data Pencatatan yang Digunakan oleh Petani Ngudi Makmur

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Data Penggunaan Pencatatan Pada Petani Ngudi Makmur

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Pencatatan Pupuk Pada Kelompok Tani Ngudi Makmur

Lampiran 2 Daftar Anggota Kelompok Tani Ngudi Makmur

Lampiran 3 Daftar Pertanyaan Wawancara

ABSTRACT

The objective of the research was to identify the bookkeeping of the “Ngudi

Makmur” farmer group in Jombor village, Bandungan subdistrict, Semarang. The

method of the research was case study involving 62 Ngudi Makmur’s farmers.

The result showed that all farmers already know about the bookkeeping, however

from all members there was only 29% who still using the bookkeeping. The

majority of Ngudi Makmur’s farmers choose not to use the bookkeeping (48%),

and the remaining (23%) are farmers who ever used the bookkeeping in their

farmings activity.

Key word: Farming, Bookkeeping

1

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sangat mengandalkan

sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dan sebagai sumber penopang

pembangungan.Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan,

subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor

kehutanan (Sukanto, 2011). Sektor pertanian merupakan salah satu sumber

penghasilan devisa yang besar bagi Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik

(2013), pada tahun 2003 sektor pertanian berada pada urutan kedua setelah sektor

industri pengolahan. Menurut Hayati (2013) Sektor pertanian dapat memenuhi

kebutuhan pangan masyarakat, menciptakan lapangan kerja, menyediakan pasar

dan bahan baku untuk produksi sektor industri, menciptakan pendapatan dan

menghasilkan devisa yang dibutuhkan untuk proses pembangungan.

Perkembangan perekonomian di Indonesia yang berdasarkan pada konsep

perkembangan perekonomian rakyat banyak diperoleh dari sektor Usaha Kecil

Menengah (UKM) khususnya usaha bidang pertanian. Menurut Indonesia Small

Business Research Center dalam Pinasti (2007), Di indonesia, industri kecil

mampu menyerap 88% tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk

domestik bruto sebesar 40% dan mempunyai potensi sebagai salah satu sumber

penting pertumbuhan ekspor khususnya ekspor non-migas. Dalam

perkembangannya, beras merupakan salah satu komoditi utama di Negara

Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir oleh FAO (Organisasi Pangan Dunia)

dibawah naungan PBB pada tahun 2009, Indonesia berada di peringkat ketiga

produsen padi terbesar di dunia. Hal tersebut menunjukan bahwa Negara

Indonesia merupakan negara agraris yang sebenarnya memiliki hasil yang cukup

besar dalam pertanian padi.Namun pada kenyataannya Indonesia masih

melakukan impor beras untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat

Indonesia. Hal tersebut dilakukan karena harga beras di luar negeri cenderung

lebih murah dan lebih bermutu bila dibandingkan dengan beras dalam negeri.hal

tersebut dapat terjadi karena pertanian di Indonesia yang masih belum efektif dan

efisien.

2

Menurut margunani (2002), pembangunan pertanian menghadapi berbagai

tantangan yaitu berupa peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan

masyarakat.Selain itu, Pembangunan perumahan, sarana transportasi, industri dan

lain-lain yang mengakibatkan beralihnya fungsi lahan pertanian.Tantangan lain

dalam pembangunan pertanian Menurut Badan Pusat Statistik (2013) adalah,

rendahnya kualitas sumber daya manusia, kecilnya skala usaha, serta lahan

pertanian yang makin menyempit sejak 1999.

Proses pengelolaan sektor pertanian adalah dimulai dari pembentukan

karakter dan keterampilan yang baik bagi para petani (Badan Pusat Statistik

2013). Para petani di Indonesia harus memiliki pengetahuan dan keterampilan

yang baik dalam mengolah tanah pertaniannya. Dengan demikian para petani

dapat meningkatkan hasil panen mereka dan bisa memperbaiki kondisi ekonomi

mereka.Selain itu, para petani indonesia juga harus dibiasakan dengan adanya

pencatatan, agar para petani bisa mengambil keputusan dengan tepat untuk

usahanya, dan bisa merancang strategi bisnis yang baik untuk kedepannya.

Kebanyakan UKM khususnya pada bidang pertanian di Indonesia belum

menerapkan pencatatan laporan keuangan dalam usahanya. Padahal dalam

penelitian Warsono dalam Zahri (2014) menyatakan bahwa dengan akuntansi

yang memadai maka pengusaha UKM dapat memenuhi persyaratan dalam

pengajuan kredit berupa laporan keuangan, mengevaluasi kinerja, dan mengetahui

posisi keuangan, menghitung pajak dan manfaat lainnya. Menurut PSAK No.1

Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan

informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang

bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan

keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukan hasil

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang

dipercayakan pada mereka.Pencatatan keuangan memiliki peran yang penting

dalam menjalankan usaha, termasuk bagi usaha Kecil (Ermalina, 2013).

Pertanian di Jawa Tengah khususnya di Dusun Jombor Kecamatan

BandunganKabupaten semarang, didominasi oleh subsektor holtikultura. Sebagian

3

besar penduduk di dusun Jombor memiliki mata pencaharian sebagai petani.Petani

di Dusun Jombor merupakan petani yang menanam bahan pangan dan bunga.Para

petani ini biasanya melakukan penanaman dengan pola campuran antara tanaman

utama dan tanaman lainnya.Petani di Dusun Jombor menggunakan sistem

penggiliran tanaman (croprotation), yaitu penanaman tanaman secara bergantian

dalam satu lahan (www.wordpress.com). Jenis tanamannya disesuaikan dengan

musim dan memiliki fungsi untuk menjaga kesuburan tanah agar tidak berkurang.

Usahatani yang dilakukan oleh petani Dusun Jombor masih bersifat

sederhana, yang mana hasil produksi yang didapat kemudian dijual dan digunakan

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk membangun dan mengembangkan

usaha pertanian di Dusun Jombor, para petani membentuk sebuah kelompok yaitu

“Kelompok Tani Ngudi Makmur”. Kelompok tani ini beranggotakan seluruh

petani yang berada di Dusun Jombor. Kelompok tani ini memiliki tujuan

membangun pertanian yang lebih baik sehingga dapat memperbaiki perekonomian

para anggota.

Dengan adanya kelompok tani ini, pengurus berharap agar para petani bisa

berbagi pengalaman, bisa saling membantu antar petani dalam mengelola

usahatani dan ingin membentuk karakter baru bagi anggotanya, yaitu membuat

usahatani menjadi lebih terorganisir walaupun usaha yang mereka jalankan masih

tergolong usaha kecil. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan pencatatan

pada usahatani agar mereka mampu mengendalikan usaha mereka, sehingga akan

mengurangi kerugian seperti pernyataan dari Leatemina dan Sari (2012),

Pembukuan Usahatani bukan hanya dilakukan oleh petani-petani yang telah maju

atau perkebunan-perkebunan besar tetapi perlu juga diterapkan kepada petani

dengan usaha berskala kecil (pertanian rakyat).

Pada awal berdirinya kelompok tani, pengurus kelompok memberikan

sebuah kertas untuk melakukan pencatatan yang berisi format pencatatan (Lihat

lampiran 1) untuk mencatat pupuk yang mereka butuhkan. Kelompok tani ini juga

sering memberikan masukan agar seluruh anggota mencatat seluruh biaya

produksi dan hasil dari penjualan dengan catatan sederhana yang bisa mereka buat

4

dan pahami sendiri agar mereka mampu menganalisis usahanya, apakah

mengalami keuntungan atau kerugian.

Para petani Ngudi Makmur belum sepenuhnya menyadari arti penting dari

sebuah pencatatan dalam usahatani. Meskipun kelompok tani Ngudi Makmur

pada Dusun Jombor sudah memberikan informasi mengenai pentingnya

pencatatan dalam menjalankan usahatani, tetapi materi penyuluhan belum

sepenuhnya masuk dan diterima dengan baik oleh seluruh Petani Ngudi Makmur.

Hal ini terjadi karena sebagian besar petani menganggap bahwa pencatatan

dipandang tidak terlalu berguna dalam usahatani, dan mereka merasa sudah

memiliki pengalaman yang lebih dalam bidang pertanian. Padahal dengan

pencatatan usaha tani yang baik, petani akan dapat mengelola keuangan usahatani

dengan baik sehingga perencanaan usahatani kedepannya menjadi lebih baik.

Penelitian mengenai pencatatan dalam usahatani masih relatif jarang

dilakukan. Penelitian terdahulu kebanyakan meneliti tentang pola pendapatan dan

peranan sektor pertanian pada pertumbuhan ekonomi. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Rochdiani (2008) yang meneliti tentang Pola Pendapatan Petani

Akar Wangi Di Kecamatan Semarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

Penelitian ini berfokus pada pola dan kontribusi pendapatan petani dan kendala

yang mengakibatkan gagalnya usaha pertanian yang dijalankan. Padahal menurut

Zimmerer (1996) dalam Ermalina (2013), salah satu penyebab gagalnya

wirausaha dalam menjalankan usahanya adalah kurangnya kemampuan dalam

mengendalikan keuangan pada usahanya. Pengendalian keuangan dalam suatu

usaha dapat dilakukan dengan adanya pencatatan uasaha, seperti yang

diungkapkan oleh Ermalina (2013) Pencatatan yang dilakukan dengan cermat,

akan membantu pengusaha dalam mengendalikan usahanya, sehingga usaha yang

dijalankan akan berkembang lebih baik. Oleh sebab itu, menarik untuk diteliti

mengenai pencatatan usaha pada pertanian di kelompok tani Ngudi Makmur

Dusun Jombor, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa wawasan dan

pengetahuan yang baru kepada masyarakat khususnya para petani bahwa

melakukan pencatatan merupakan hal yang penting dalam menjalankan suatu

5

bisnis. Tidak hanya bisnis perdagangan saja namun pertanian juga merupakan

suatu bisnis yang sebenarnya memerlukan pencatatan. Selain itu, penelitian ini

juga berusaha memperlihatkan kepada pembaca bahwa para petani kecil di

Indonesia juga ada yang menggunakan pencatatan dalam usahanya, walaupun

masih berjumlah sedikit dan masih bersifat sederhana.

Masalah dan persoalan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

pencatatan usaha yang ada pada anggota kelompok tani Ngudi Makmur di Dusun

Jombor, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana tanggapan dan penggunaan pencatatan bagi para

petani Ngudi Makmur di Dusun Jombor, Kecamatan Bandungan, Kabupaten

Semarang.

KAJIAN PUSTAKA

Usahatani

Menurut Soekartawi dalam Warsana (2007), usahatani pada hakekatnya

adalah perusahaan, maka seorang petani atau produsen sebelum mengelola

usahataninya akan mempertimbangkan antara biaya dan pendapatan, dengan cara

mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, guna

memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.

Menurut Kadarsan dalam shinta (2011), usahatani merupakan suatu tempat

dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur

produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan

berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.

Menurut mosher dalam shinta (2011), usahatani merupakan pertanian

rakyat dari perkataan Farm dalam bahasa inggris, Dr. Mosher memberikan

definisi farm sebagai suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi dimana

pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik,

penyakap atau manajer yang digaji. Usahatani juga dapat diartikan sebagai

himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang

diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan

6

yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan

diatas tanah itu dan sebagainya.

Dari beberapa definisi pertanian, dapat disimpulkan bahwa usaha pertanian

atau usahatani adalah kegiatan manusia untuk mengusahakan atau mengolah

berbagai sumber daya yang telah disediakan oleh alam dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan dimasa yang akan datang.

Tujuan dari usahatani yaitu bagaimana petani dapat memperbesar hasil

sehingga kehidupan seluruh keluarganya menjadi lebih baik (isaskar, 2014).

Usahatani yang dilakukan oleh rumah tangga petani umumnya mempunyai dua

tujuan, yaitu mendapatkan keuntungan yang maksimal atau untuk sekuriti

(keamanan) dengan cara meminimalkan risiko, termasuk keinginan untuk

memiliki persediaan pangan yang cukup untuk konsumsi rumah tangga dan

selebihnya untuk dijual (Soedjana, 2007).

Pencatatan Usaha

Definisi dari pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang

peredaran bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung

jumlah pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final. Pembukuan

merupakan suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk

mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,

modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan

barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca,

dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut

(www.kanwilpajakkhusus.depkeu.go.id).

Sedangkan menurut Hernanto (1996), pembukuan merupakan kegiatan

pencatatan dan dilanjutkan dengan perhitungan mengenai kedudukan dari

perubahan kekayaan dan modal, penerimaan, dan pengeluaran dari usahatani

sebagai satuan organisasi ekonomi yang berdiri sendiri, dengan berbagai tujuan

kegunaannya, dengan kegiatan yang dilakukan secara kontinyu dalam jangka

waktu tertentu.

Menurut Rodjak (2006), pembukuan usahatani dapat dibedakan atas :

7

1. a) Pembukuan tunggal yang hanya mencatat hasil-hasil yang dijual dan

biaya-biaya yang dikeluarkan dalam waktu tertentu, dan

b) Pembukuan tunggal yang mencakup inventarisasi, sarana serta

prasarana, hasil-hasil yang dijual dan biaya-biaya yang dikeluarkan

yang dicatat dalam satu buku tertentu.

2. Pembukuan majemuk, pembukuan yang mencakup catatan yang terdapat

pada pembukuan (a) dan (b) diatas ditambah catatan fisik produk yang

dihasilkan usahatani. Pembukuan ini akan memberikan informasi yang

lengkap untuk bahan analisis usahatani dalam periode usaha tertentu, yang

mencakup semua cabang usahatani yang dikelola petani yang

bersangkutan dalam jangka waktu tertentu.

Hasil pembukuan usahatani yang dilakukan dapat digunakan sebagai dasar

untuk membuat neraca untung rugi dalam usahatani pada akhir kegiatan usaha.

Dengan menganalisis neraca untung rugi maka akan diketahui posisi keuangan

suatu usahatani pada akhir tahun (Leatemina dan Sari, 2012).

METODA PENELITIAN

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif-

kualitatif.Menurut Bodgan dan Taylor dalam Basrowi dan Suwandi (2009: 21),

Penelitian kualitatif ialah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Tujuan dari

penelitian kualitatif menurut Basuki (2010:78) ialah untuk memperoleh gambaran

seutuhnya mengenai sesuatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Dalam

penelitian ini, pendekatan deskriptif-kualitatif digunakan untuk menggambarkan

perilaku para petani mengenai penggunaan pencatatan dalam menjalankan usaha

pertanian. Objek dari penelitian ini adalah Kelompok Tani Ngudi Makmur yang

berada di Dusun Jombor, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.Subjek

pada penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok tani Ngudi Makmur yang

berjumlah 62 responden.

8

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara

langsung terhadap 62 responden dengan pedoman pertanyaan ( Lampiran 3). Jenis

dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer berupa profil petani dan hasil dari wawancara kepada

responden. Data sekunder dari penelitian ini berupa daftar anggota kelompok tani

Ngudi Makmur yang diperoleh dari ketua kelompok.

Proses pengumpulan data diawali dengan meminta izin kepada ketua

kelompok untuk mendapatkan daftar anggota dan untuk melakukan wawancara.

Kemudian menemui satu per satu anggota kelompok untuk melakukan

wawancara, beberapa responden membutuhkan waktu lebih dari satu kali untuk

bisa ditemui dan melakukan wawancara. Lalu mengumpulkan semua hasil

wawancara dan memahami gambaran objek penelitian. Kemudian langkah analisis

yang dilakukan pertama kali adalah mengelompokan data untuk karakteristik

responden. Lalu yang kedua mengelompokkan hasil wawancara sesuai dengan

kriteria yang ditentukan, untuk mengetahui berapa banyak responden yang

menggunakan dan tidak menggunakan pencatatan usaha. kemudian yang ketiga

adalah mengklasifikasikan alasan responden. Dan yang terakhir adalah menarik

kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

KarakteristikResponden

Kelompok Tani Ngudi Makmur merupakan kelompok tani yang berada di

Dusun Jombor, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Kelompok tani ini

beranggotakan 62 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mayoritas dari

anggota kelompok tani Ngudi Makmur adalah petani berjenis kelamin laki-laki

yaitu sebesar 92% dan sisanya sebesar 8% adalah berjenis kelamin perempuan.

Para anggota yang berjenis kelamin perempuan adalah mereka yang sudah tidak

memiliki suami dan masih aktif dalam usaha tani, sehingga mereka bisa terdaftar

dalam anggota kelompok. Jenis kelamin tersebut merupakan yang terdaftar dalam

9

kelompok tani. Namun dalam praktiknya, banyak juga petani wanita yang

mengurus pertaniannya.

Anggota kelompok tani Ngudi Makmur didominasi oleh petani yang

berusia ≥ 46 tahun yaitu sebesar 71%, kemudian petani yang berusia antara 36-45

tahun yaitu sebesar 23%. Petani yang berusia antara 26-35 tahun adalah sebesar

5%, dan jumlah yang paling kecil adalah petani yang berumur ≤ 25 tahun, yaitu

sebesar 1%. Tingkat pendidikan para petani di kelompok tani Ngudi Makmur

sebagian besar adalah Sekolah Dasar (55%). Sedangkan petani yang memiliki

tingkat pendidikan paling tinggi adalah Sekolah Menengah Keatas (11%).

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

perilaku para petani Ngudi Makmur dalam mengambil keputusan yang

berhubungan dengan pelaksanaan usahanya. Namun didalam kelompok tani ini,

tingkat pendidikan tidak mempengaruhi keterampilan dalam bertani. Sebagian

besar petani Ngudi Makmur hanya berlatar belakang pendidikan SD (55%).

Bahkan ada beberapa petani (11%) yang tidak memiliki latar belakang pendidikan

sama sekali (tidak bersekolah). Keterampilan bertani mereka pelajari bukan dari

pendidikan formal, namun mereka dapatkan secara turun temurun dari keluarga

mereka dan juga dari pengalaman. Mereka menggunakan pengetahuan yang

mereka dapatkan, baik dari keluarga, orang tua, lingkungan sekitar maupun

pengalaman yang mereka peroleh selama menjadi petani untuk mengelola usaha

tani yang mereka jalankan agar memperoleh hasil yang lebih baik. Mosher (1978)

dalam rochdiani (2008) berpendapat bahwa pengetahuan petani tidak harus

melalui pendidikan tingkat formal yang ditempuh tetapi pengalaman petani dapat

dijadikan faktor penentu bahwa mereka memiliki pengetahuan dan lebih terampil

dalam berusaha tani.

Sebagian besar para petani Ngudi Makmur menjadikan usaha pertaniannya

sebagai usaha pokok (71%), sedangkan sisanya (29%) menjadikan usaha tani

sebagai usaha sampingan.Para petani yang menjadikan usaha taninya sebagai

usaha sampingan biasanya memiliki usaha pokok yaitu sebagai pedagang, tukang,

10

karyawan, dan buruh. Para petani yang tidak memiliki usaha sampingan pada

umumnya akan cenderung lebih fokus dalam menjalankan usaha taninya,

sehingga mereka akan memiliki hasil yang lebih maksimal bila dibandingkan

dengan petani yang menjadikan usaha taninya sebagai usaha sampingan. Berikut

adalah data yang diperoleh dari penelitian:

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi Presentase

Jenis Kelamin:

a. Laki-laki

b. Perempuan

57

5

92%

8%

Total 62 100%

Usia

a. ≤ 25 tahun

b. 26 tahun - 35 tahun

c. 36 tahun - 45 tahun

d. ≥ 46 tahun

1

3

14

44

1%

5%

22%

71%

Total 62 100%

Tingkat Pendidikan:

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Diploma

e. Sarjana

f. Tidak Bersekolah

34

14

7

0

0

7

55%

23%

11%

0%

0%

11%

Total 62 100%

Jenis Usaha:

a. Pokok

b. Sampingan

44

18

17%

29%

Total 62 100%

Sumber : Data Diolah

Pencatatan Usaha oleh Petani Ngudi Makmur

Bagi petani Ngudi Makmur pencatatan bukanlah hal yang asing, hampir

semua petani Ngudi Makmur sudah mengetahui tentang pencatatan walaupun

mereka belum sepenuhnya mengetahui makna dan fungsi dari sebuah

pencatatan.Pengetahuan mengenai pencatatan mereka dapatkan dari pengurus

kelompok tani Ngudi Makmur. Petani Ngudi Makmur rutin melakukan pertemuan

setiap 2-3 bulan sekali untuk membahas masalah-masalah yang mereka hadapi.

11

Mereka juga bisa saling berbagi pengetahuan dan bertukar pikiran mengenai

pertanian yang mereka jalankan. Bagi sebagian petani Ngudi Makmur, pencatatan

merupakan hal yang cukup penting dalam menjalankan usaha, sehingga mereka

lebih memilih untuk menggunakan pendatatan didalam usahanya, namun ada

beberapa petani juga yang lebih memilih untuk tidak menggunakan pencatatan.

berikut adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan pada

kelompok Tani Ngudi Makmur Dusun Jombor Kecamatan Bandungan Kabupaten

Semarang:

Gambar 1. Data Penggunaan Pencatatan Pada Petani Ngudi Makmur

Diagram tersebut menjelaskan bahwa petani yang menggunakan

pencatatan dalam menjalankan usaha taninya hanya sebesar 29%. Sedangkan

petani yang pernah menggunakan pencatatan yaitu sebesar 23%, dan jumlah

petani yang sama sekali tidak menggunakan pencatatan cenderung lebih besar

yaitu sebesar 48%.

Anggota kelompok tani Ngudi Makmur yang memutuskan untuk

menggunakan pencatatan usaha dalam usahataninya (29%) memiliki alasan dan

Menggunakan

Tidak Menggunakan

Pernah Menggunakan

23% 29%

48%

12

karakteristik yang berbeda-beda. Berikut ini merupakan hasil penelitian mengenai

daftar petani yang menggunakan pencatatan:

Tabel 2.Karakteristik Petani yang Menggunkan Pencatatan

Karakteristik Frekuensi Presentase

Usia

a. ≤ 25 tahun

b. 26 tahun - 35 tahun

c. 36 tahun - 45 tahun

d. ≥ 46 tahun

0

1

7

10

0%

6%

39%

56%

Total 18 100%

Tingkat Pendidikan:

a. Tidak Bersekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Diploma

f. Sarjana

0

10

5

3

0

0

0%

56%

28%

17%

0%

0%

Total 18 100%

Jenis Usaha:

a. Pokok

b. Sampingan

14

4

78%

22%

Total 18 100%

Sumber : Data Diolah

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa dari keseluruhan petani yang

menggunakan pencatatan yaitu berjumlah 18 petani, sebagian besar adalah petani

yang berusia ≥ 46 tahun yaitu sebanyak 10 petani (56%). Dari tingkat pendidkan,

sebagian besar petani yang menggunakan pencatatan adalah petani yang memiliki

latar belakang pendidikan (SD) yaitu sebanyak 10 petani (56%), Dan apabila

dilihat dari kriteria usaha, maka usaha pokoklah yang memiliki jumlah paling

banyak yaitu berjumlah 14 petani (78%).

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada para petani Ngudi Makmur,

terdapat beberapa alasan mengapa para petani yang menggunakan pencatatan

dalam usahanya, alasan yang pertama, untuk mengingat hal-hal pokok seperti

jumlah pupuk, jumlah bibit yang dibutuhkan, dll. Seperti beberapa petani Ngudi

Makmur yang menggunakan pencatatan untuk mencatat jumlah pupuk yang

mereka beli per karung dan mereka titipkan di warung yang sudah ditunjuk oleh

13

pengurus kelompok tani untuk menyediakan pupuk. Warung tersebut memiliki

sebuah gudang yang berisi persediaan pupuk untuk para petani Ngudi Makmur.

Para petani yang membeli pupuk perkarung, biasanya akan membayar dimuka.

Untuk itu penting bagi mereka melakukan pencatatan agar tidak lupa berapa

jumlah pupuk yang masih tersedia atau berapa jumlah pupuk yang sudah diambil.

Pencatatan yang mereka gunakan masih tergolong pencatatan sederhana, mereka

melakukan pencatatan hanya untuk kepentingan pribadi. Seperti hasil wawancara

yang dilakukan kepada Bapak Sutiyono berikut:

“Ya kan saya beli pupuknya perkarung mbak, jadi ya harus nyatet, biar ga

kisruh sama pemilik warung apa petani lainnya, nyatetnya ya terserah

saya aja, tidak harus yang gimana-gimana, yang penting saya paham dan

tidak lupa sudah ambil pupuk berapa kilo di warung”

Pencatatan mengenai pupuk dan bibit hanya berfokus pada kuantitasnya dan tidak

mencatat biayanya. Sedangkan untuk pencatatan mengenai hasil panen, biasanya

mereka mencatat hasil penjualan panen yang di dapat, tanpa melihat jumlah panen

(kuantitasnya).

Alasan petani Ngudi Makmur yang kedua dalam menggunakan pencatatan

adalah untuk mengingat hutang dan piutang terkait dengan hasil panen dan

keuangan mereka. Biasanya para petani saling pinjam meminjam hasil panen

maupun dalam bentuk uang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Para petani

melakukan pencatatan hanya berfokus pada hutang piutang mereka saja dengan

tujuan untuk membantu mereka agar tidak lupa dengan kewajiban mereka pada

pihak lain. Selain itu, para petani juga beranggapan bahwa jika mereka tidak

melakukan pencatatan, maka mereka akan sering lupa dengan hutang piutang

mereka. Para petani yang melakukan pencatatan namun tidak mencatat jumlah

pupuk adalah petani yang membeli pupuk secara eceran, mereka membeli pupuk

hanya saat membutuhkan saja. Jadi bagi petani tersebut, mencatat jumlah pupuk

adalah tidak terlalu penting.

14

Alasan para petani Ngudi Makmur yang ketiga dalam menggunakan

pencatatan adalah untuk mengetahui apakah mereka mengalami keuntungan atau

kerugian. Alasan ini dimiliki oleh beberapa petani yang bisa disebut sebagai

petani pemborong. Dari seluruh anggota kelompok tani Ngudi Makmur, terdapat

tiga petani pemborong. Dalam menjalankan usahanya, para petani ini biasanya

membeli atau membayar dimuka tanaman yang ada di ladang milik petani

lainnya.Jadi pada saat panen, hasil panen adalah seluruhnya milik pembeli. Dalam

menentukan harga, biasanya petani ini hanya mengandalkan perkiraan saja. Para

petani ini, biasanya melakukan pencatatan untuk mencatat jumlah biaya yang

mereka keluarkan untuk memborong tanaman milik petani lain dan untuk

mencatat hasil penjualan panen. Dengan demikian mereka akan mengetahui

apakah mereka mengalami keuntungan atau kerugian. Pencatatan juga

dimaksudkan untuk mengingat kapan dan kepada siapa saja mereka melakukan

pemborongan.Pencatatan juga mereka gunakan sebagai pedoman untuk

pengambilan keputusan dalam usaha mereka selanjutnya. Seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Muhsinin berikut ini:

“Kalau sudah punya catatan kan enak, kemarin disini dapet segini, disana

dapet berapa gitu, jadi kita bisa ngira-ngira kalau tanah seperti ini,

luasnya segini, tanamannya seperti ini, kira-kira kalau saya panen 3-4

bulan lagi lakunya berapa, itu kaitu kalau buat saya sudah bisa dikira-

kira mbak, walaupun kadang ya ada melesetnya”

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa dengan melakukan pencatatan, maka bapak

Muhsinin menggunakan pencatatannya untuk mempertimbangkan keputusannya

ketika ingin melakukan pemborongan pada petani lain. Beliau akan melihat

catatannya kembali ketika akan melakukan pemborongan ditempat yang sama,

dan ketika akan melakukan pemborongan di tempat lain, beliau sudah bisa

memperkirakannya, walaupun terkadang perkiraannya tidak sesuai dengan yang

diharapkan.

15

Dari ketiga alasan tersebut, dapat dilihat bahwa petani Ngudi Makmur

memiliki alasan yang berbeda-beda dalam penggunaan pencatatan usaha.Mereka

memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda, sehingga pencatatan usaha

yang ada di kelompok tersebut masih beragam.Apabila dikaitkan dengan jenis

pembukuan menurut Rodjak (2006), jenis pembukuan yang dilakukan oleh

beberapa petani Ngudi Makmur tergolong dalam jenis pembukuan tunggal.

Pembukuan tunggal terdiri dari dua jenis, yaitu pembukuan yang hanya mencatat

hasil-hasil yang dijual dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam waktu tertentu,

dan beberapa petani lainnya khususnya petani pemborong menggunakan

pembukuan yang tergolong dalam pembukuan tunggal yang mencakup

inventarisasi, sarana serta prasarana, hasil-hasil yang dijual dan biaya-biaya yang

dikeluarkan yang dicatat dalam satu buku tertentu.

Pada kelompok tani Ngudi Makmur, sebagian besar anggotanya adalah

petani yang tidak menggunakan pencatatan (48%). Para petani ini hanya akan

menggunakan perkiraan dan ingatan mereka untuk hal-hal penting seperti hutang,

piutang, biaya pengeluaran, hasil panen, dan lain-lain. mereka meyakini bahwa

mereka tidak akan lupa dengan hutang piutang dan hal penting lainnya. Berikut

merupkan data mengenai petani yang tidak menggunakan pencatatan:

16

Tabel 3. Karakteristik Petani yang Tidak Menggunakan Pencatatan

Karakteristik Frekuensi Presentase

Usia

e. ≤ 25 tahun

f. 26 tahun - 35 tahun

g. 36 tahun - 45 tahun

h. ≥ 46 tahun

0

1

3

26

0%

3%

10%

87%

Total 30 100%

Tingkat Pendidikan:

g. Tidak Bersekolah

h. SD

i. SMP

j. SMA

k. Diploma

l. Sarjana

7

19

3

1

0

0

23%

64%

10%

3%

0%

0%

Total 30 100%

Kategori Usaha:

c. Pokok

d. Sampingan

24

6

80%

20%

Total 30 100%

Sumber : Data Diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk kategori petani yang tidak

menggunakan pencatatan yaitu sebanyak 30 petani, sebagian besar petani ini

berusia ≥46 tahun yaitu sebanyak 26 petani(87%). Jumlah petani yang memiliki

latar belakang pendidikan SD juga merupakan yang paling paling besar

yaitusebanyak 19 petani (64%). Sebagian besar petani yang menggunakan

pencatatan juga merupakan petani yang menjadikan usaha pertaniannya sebagai

usaha pokok yaitu sebanyak 24 petani (80%).

Dari hasil wawancara yang dilakukan, terdapat beberapa alasan mengapa

para petani tidak menggunakan pencatatan dalam usahanya, yang pertama adalah

petani beranggapan bahwa melakukan pencatatan hanya akan merepotkan dan

mereka juga tidak ada waktu untuk melakukannya. Untuk itu mereka memilih

untuk tidak menggunakan pencatatan seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mugi

tambar sebagai berikut:

“halah, buat apa mbak, malah ngrepotin kalau pakai pencatatan. Lagian

saya juga banyak kerjaan lain mbak, repot mbak”

17

Alasan yang kedua adalah pencatatan bukanlah hal yang penting atau tidak

bermanfaat dalam usahatani. Mereka beranggapan bahwa melakukan pencatatan

ataupun tidak, tidak akan merubah hasil panen ataupun hasil penjualan. Menurut

Bapak Diyono, ada hal lain yang lebih penting untuk diperhatikan dalam

menjalankan usaha tani, yaitu seperti berikut:

“ya soalnya gak penting mbak, wong kalau pake pencatatan apa enggak

ya sama aja hasilnya mbak, gak bikin panennya jadi banyak. Yang penting

tu kalau menurut saya kok ini to mbak, kita harus tlaten, sabar dan ngerti

sama tanduran kita.”

Menurut Bapak Diyono, yang terpenting dalam menjalankan usaha tani adalah

sabar dan teliti. Selain itu, menjadi seorang petani juga harus mengerti tentang

kondisi lingkungan dan apa yang mereka tanam. Alasan yang ketiga adalah latar

belakang pendidikan.Latar belakang pendidikan merupakan salah satu alasan

mengapa para petani tidak menggunakan pencatatan.Beberapa petani Ngudi

Makmur mengalami buta huruf karena mereka memiliki latar belakang yang

paling rendah (tidak bersekolah). Oleh karena itu, sangat tidak memungkinkan

bagi mereka untuk membuat sebuah pencatatan dalam usaha mereka. Para petani

yang seperti ini tidak pernah memperhitungkan apakah mereka mengalami

keuntungan atau kerugian, karena bagi mereka yang terpenting adalah hasil

panennya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh

Bapak Mugiyono berikut ini:

“ya gak tau mbak untung apa rugi, yang penting jualan panennya laku

dan cukup untuk kebutuhan sehari-hari”

Selain petani yang menggunakan dan tidak menggunakan pencatatan

dalam usaha tani, terdapat juga beberapa petani Ngudi Makmur yang sudah

pernah menggunakan pencatatan (23%), tetapi hanya untuk beberapa saat saja dan

selanjutnya mereka tidak menggunakan pencatatan lagi dalam usahanya. berikut

ini adalah data petani yang pernah menggunakan pencatatan :

18

Tabel 4. Karakteristik Petani yang Pernah Menggunakan Pencatatan

Karakteristik Frekuensi Presentase

Usia

a. ≤ 25 tahun

b. 26 tahun - 35 tahun

c. 36 tahun - 45 tahun

d. ≥ 46 tahun

1

1

4

8

7%

7%

29%

57%%

Total 14 100%

Tingkat Pendidikan:

a. Tidak Bersekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Diploma

f. Sarjana

0

5

6

3

0

0

0%

36%

43%

21%

0%

0%

Total 14 100%

Kriteria Usaha:

a. Pokok

b. Sampingan

6

8

43%

57%

Total 14 100%

Sumber : Data Diolah

Dari tabel tersebut menunjukan bahwa sebagian petani yang pernah

menggunakan pencatatan adalah berusia ≥ 46 tahun yaitu sebanyak 8 petani

(57%). Sedangkan latar belakang pendidikan untuk petani yang pernah

mengunakan pencatatan didominasi oleh petani yang bersekolah sampai dengan

jenjang SMP yaitu sebanyak 6 petani (43%). Dan para petani ini sebagian besar

merupakan petani yang memiliki pekerjaan lain selain di bidang pertanian atau

menjadikan usaha pertanian sebagai usaha sampingan yang berjumlah 8 petani

(57%).

Dalam hal ini, beberapa petani memiliki alasan yang hampir sama dengan

petani yang tidak menggunakan pencatatan, yaitu tidak terlalu bermanfaat bagi

usaha tani. Pada awal bergabung dengan kelompok tani, Para petani ini masih

rutin melakukan pencatatan sederhana untuk usahanya. Namun semakin lama

mereka merasa bahwa melakukan pencatatan tidak membuat usaha mereka

menjadi lebih baikseperti yang diungkapkan oleh Bapak Ngatimin:

19

“yo pernah nyatet dulu, tapi lama-lama kok malas, soalnya kok gak ada

manfaatnya menurut saya. Wong semuanya kan bisa di kira-kira kalau

masalah pupuk-pupuk gitu mbak. Nek jatahe panen banyak yo panen

banyak kabeh mbak, kan manut cuacane, ora manut catetane”

Menurut Bapak Ngatimin, menggunakan pencatatan di dalam menjalankan usaha

tidak terlalu bermanfaat, karena semua hal di dalam usaha masih bisa untuk

diingat saja, dan menggunakan pencatatan tidak membantu membuat hasil panen

menjadi lebih banyak, karena hal tersebut hanya tergangung pada cuaca atau

kondisi alam, bukan pada pencatatan.

Alasan lain yang menjadikan para petani berhenti melakukan pencatatan

adalah karena mereka sering lupa dengan kegiatan pencatatannya. Selain itu malas

juga menjadi alasan mengapa para petani tidak menggunakan pencatatan.Seperti

yang dialami oleh Bapak Sukamto. Pada awal bergabung dengan kelompok tani,

beliau selalu melakukan pencatatan sederhana untuk usaha pertaniannya, namun

dengan berjalannya waktu Bapak Sukamto sering lupa untuk melakukan

pencatatan dan lama kelamaan beliau memilih untuk tidak melakukan pencatatan

karena malas. Dari hasil wawancara yang didapat, Bapak Sukamto menjadikan

faktor usia sebagai alasan mengapa beliau sering lupa untuk melakukan

pencatatan. Berikut adalah penjelasan dari Bapak Sukamto:

“Iya pernah mbak, waktu dulu awal2 masuk kelompok tani semua anggota

dikasih kertas buat catat pupuk dan bibit yang digunakan, tapi lama

kelamaan saya malas dan lupa jadi gak nyatet lagi soalnya kan repot

mbak”

Keseluruh petani yang saat ini sudah tidak mengunakan pencatatan,

hampir semuanya tidak memiliki ketertarikan lagi untuk menggunakan pencatatan

dalam usahanya dengan alasan yang sama yaitu malas, hanya merepotkan, tidak

ada waktu, dan kurang bermanfaat. Hal ini disebabkan karena sebagian besar para

petani Ngudi Makmur beranggapan sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan

yang cukup untuk mereka andalkan dalam menjalankan usaha mereka.

20

Dari uraian hasil pembahasan dan analisis diatas, maka dapat dilihat

bahwa sebagian besar petani (48%) tidak menggunakan pencatatan dengan alasan

merepotkan, tidak ada waktu untuk melakukan pencatatan, tidak bermanfaat bagi

kegiatan usaha, dan beberapa petani juga mengalami buta huruf sehingga tidak

memungkinkan bagi mereka untuk melakukan pencatatan. Lalu terdapat juga

beberapa petani yang sudah pernah menggunakan pencatatan namun kemudian

tidak menggunakannya lagi (23%) dengan alasan yang hampir sama dengan

petani yang dari awal sudah tidak menggunakan pencatatan yaitu pencatatan yaitu,

merepotkan dan tidak ada waktu, selain itu lupa dan malas untuk melanjutkan

kegiatan pencatatan. Namun dikelompok tani ini terdapat juga petani yang sampai

saat ini masih rutin melakukan pencatatan untuk kegiatan usahanya (29%). Para

petani ini memiliki alasan diantaranya adalah untuk mengingat hal-hal pokok

(jumlah pupuk, bibit, obat, hasil panen, dll) dalam pertanian, untuk mengingat

hutang piutang, untuk mengetahui laba/rugi dalam usaha taninya dan untuk

mengingat waktu dan jumlah pengeluuaran yang mereka lakukan. Berikut adalah

media pencatatan yang digunakan oleh petani Ngudi Makmur:

Tabel 5. Media Pencatatan yang Digunakan oleh Petani Ngudi Makmur

No Media Pencatatan Keterangan

1 Kertas Pencatatan Untuk mencatat persediaan pupuk yang

disediakan di warung

2 Buku tulis Untuk mencatat biaya pengeluaran,

penghasilan panen dan hutang piutang.

3 Kalender Untuk menandai waktu-waktu penting

dalam pertanian, seperti tanggal

penanaman tanggal panen dll.

Dari data diatas, dijelaskan bahwa media pencatatan yang digunakan oleh

petani Ngudi makmur berupa kertas kerja, buku tulis, dan kalender.Masing-

masing petani menggunakan media pencatatan yang berbeda-beda sesuai dengan

kebutuhan masing-masing.

21

Tabel 6. Data Pencatatan yang Digunakan oleh Petani Ngudi Makmur

Latar

Belakang

Pendidikan

Media Pencatatan Perhitungan Laba/Rugi Catatan Hutang

PiutangSD

SD 1. Buku tulis

2. Kalender

3. Kertas

pencatatan

Perhitungan laba rugi

hanya dilakukan oleh

beberapa petani yang

menggunakan media

pencatatan Buku tulis,

mereka menghitung laba

rugi kotor yang diperoleh

dari (penghasilan panen –

biaya pengeluaran)

1. hutang piutang

pupuk di warung

2. hutang piutang

dengan sesama

petani / warga lain

3. pinjam meminjam

hasil panen (beras)

SMP 1. Buku tulis

2. Kertas

pencatatan

Perhitungan laba rugi

hanya dilakukan oleh

beberapa petani yang

menggunakan media

pencatatan Buku tulis,

mereka menghitung laba

rugi kotor yang diperoleh

dari (penghasilan panen –

biaya pengeluaran)

1. hutang piutang

pupuk di warung

2. hutang piutang

dengan sesama

petani / warga lain

3. pinjam meminjam

hasil panen (beras)

SMA 1. Kertas

pencatatan

Tidak melakukan

perhitungan laba/rugi

1. hutang piutang

pupuk di warung

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa para petani dengan latar

belakang pendidikan SD justru memiliki pencatatan yang lebih beragam bila

dibandingkan dengan petani yang memiliki latar belakang pendidikan lebih

tinggi.Hal ini menunjukan bahwa penggunaan pencatatan pada petani Ngudi

Makmur, tidak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan ataupun karakteristik

lainnya, namun lebih dipengaruhi oleh kebutuhan dari masing-masing petani. Para

petani akan menggunakan pencatatan ketika mereka merasa membutuhkannya.

Seperti yang dilakukan oleh para petani pemborong, mereka akan cenderung

menggunakan pencatatan usaha yang lebih lengkap bila dibandingkan dengan

petani lain, karena mereka merasa pencatatan merupakan hal yang penting bagi

mereka meskipun mereka memiliki pendidikan yang lebih rendah. Hal ini

berbanding terbalik dengan para petani yang cenderung memiliki latar belakang

22

pendidikan lebih tinggi, mereka hanya menggunakan pencatatan untuk hal-hal

tertentu saja karena mereka merasa tidak membutuhkan pencatatan yang lebih.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

semua Petani Ngudi Makmur sudah mengetahui tentang pencatatan, karena pada

awal berdirinya kelompok tani ini para petani sudah diberikan sedikit pelatihan

untuk melakukan pencatatan.Mereka diberikan sebuah kertas catatan yang berisi

format untuk melakukan pencatatan sederhana yang berfokus pada pupuk dalam

usaha mereka.Namun tidak semua petani dapat menerima hal tersebut dengan

baik.Para petani Ngudi Makmur banyak yang lebih memilih untuk tidak

menggunakan pencatatan tersebut karena mereka merasa pencatatan merupakan

hal yang tidak bermanfaat, merepotkan dan hal yang menyulitkan bagi usaha

pertanian. Namun tidak sedikit juga petani yang menggunakan pencatatan dalam

usaha pertaniannya, walaupun beberapa petani pada akhirnya tidak

menggunakannya lagi dengan alasan yang sama dengan petani yang tidak

menggunakannya sama sekali. Dan beberapa petani yang sampai saat ini masih

menggunakan pencatatan adalah mereka yang merasa bahwa pencatatan

merupakan hal yang prnting dan dibutuhkan dalam menjalankan usaha pertanian.

Para petani yang tidak menggunakan pencatatan, tidak memiliki

ketertarikan lagi apabila diminta untuk membuat pencatatan kembali, karena bagi

mereka melakukan pencatatan adalah kegiatan yang merepotkan dan tidak

memiliki pengaruh yang besar dalam kegiatan usahanya.

Saran

Bagi para petani yang sudah menggunakan pencatatan, sebaiknya terus

dipertahankan agar usaha pertaniannya bisa semakin baik.Kelompok tani Ngudi

Makmur juga sebaiknya memberikan penjelasan atau pengertian yang lebih

23

kepada anggotanya mengenai pentingnya melakukan pencatatan dalam suatu

bisnis yang tidak hanya dilihat dari segi keuntungan saja. Pengurus petani dapat

melakukannya disaat sedang melakukan pertemuan, dengan memasukkan topik

pencatatan sebagai salah satu bahan perbincangan. Selain itu pengurus kelompok

juga bisa meminta agar pada saat mengadakan pertemuan para petani diwajibkan

membawa pencatatan hasil pertaniannya untuk didiskusikan bersama. Sehingga

para petani bisa terdorong untuk menggunakan pencatatan dalam menjalankan

usahanya dan tujuan awal dari kelompok tani ini bisa tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Agustono.2013. Analisis Sektor Pertanian Ditinjau Dari Peran Terhadap

Pertumbuhan Dan Stabilitas Produk Domestik Regional Bruto Di Provinsi

Jawa Tengah. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Vol. 9

No. 2 Februari 2013 (283-296).

Badan Pusat Statistik. 2013

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka

Cipta

Basuki, Sulistyo.2010. Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.

Ermalina.2013. Implementasi Pencatatan Keuangan Oleh Para Pengusaha

Mikro-Kecil Di Kecamatan Ciputat.Jurnal Liquidity STIE Ahmad Dahlan

Jakarta Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2013.

Hayati, Fia Fany. 2013. Implementasi Pencatatan Akuntansi Pada Usaha

Penggilingan Padi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Jawa

Timur.

Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebarswadaya. Jakarta.

24

Isaskar, Riyanti. 2014. Modul 1. Pendahuluah: Pengantar Usahatani.

Laboratorium Analisis dan Manajemen Agrabisnis. Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya. Diunduh Pada 25 April 2015

Katalog BPS 2013.Potensi Pertanian Indonesia.

Leatemina, Ester D, R. Milyaniza Sari. 2012. Pelatihan Pembukuan Usahatani Di

Desa Hutumuri Kecamatan Leitimur Kota Ambon.Jurnal Bakti Vol. 1 No.

1 Tahun 2012.

Margunani. 2002. Pengaruh Output Sektor Pertanian Terhadap Produk Domestik

Bruto Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Universitas Negeri

Semarang Jurusan Ekonomi dan Manajemen Vol. 11 No. 2 Tahun 2002.

Pinasti, M. 2007. Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi

Akuntansi terhadap Presepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi:

Suatu Riset Eksperimen. Jurnal Risel Akuntansi Indonesia Vol. 10 No. 3

(Hal. 321-331).

PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009)

Rochdiani, Dini. 2008. Pola Pendapatan Petani Akar Wangi Di Kecamatan

Semarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.Jurnal Agrikultura

Universitas Padjadjaran Bandung Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Vol.

19 No. 3, Tahun 2008.

Rodjak, Abdul. 2006. Manajemen Usahatani. Pustaka Giratuna. Bandung.

Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. UB Press: Malang.

Soedjana, Tjeppy D. 2007.Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak

Sebagai Respon Petani Terhadap Faktor Resiko. Jurnal Litbang

Pertanian. Badan Peneltian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

25

Sukanto, Dimas Gadang Tattaqun. 2011. Analisis Peranan Sektor Pertanian

Terhadap Perekonomian Jawa Tengah (Pendekatan Analisis Input-

Output). Semarang; Universitas Diponegoro.

Tambunan, Mangara. 2010. Menggagas Perubahan Pendekatan Pembangunan:

Menggerakan Kekuatan Lokal dalam Globalisasi Ekonomi. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Warsana. 2007. Analisis Efisiensi Dan Keuntungan Usaha Tani Jagung (Studi Di

Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora). Universitas Diponegoro.

Zahri, Rihan Mustafa. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Presepsi

Pengusaha Tentang Pentingnya Pelaporan Keuangan Dengan Jumlah

Kredit Serta Prospek Implementasi SAK ETAP. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

www.kanwilpajakkhusus.depkeu.go.id

www.wordpress.com

1

Lampiran 1

Format Pencatatan Pupuk Pada Kelompok Tani Ngudi Makmur

No Jenis Pupuk

Tanggal (............) Tanggal (..............) Tanggal (............)

2

Lampiran 2

Daftar Anggota Kelompok Tani Ngudi Makmur

No Nama No Nama

1 Amat Trimo 32 Suratman

2 Agus Sari 33 Sutiyono

3 Bardi 34 Sami’an

4 Kartiman 35 Sutriyono

5 Kusroni 36 Sam’ani

6 Sukamto 37 Suyarno

7 Karinah 38 Sumarno

8 Hartono 39 Sunoto

9 Mintarso 40 Suimin

10 Marsono 41 Tugimin

11 Mugi Tambar 42 Turochmad

12 Muhsinin 43 Teguh

13 Mugiyono 44 Harjo Minarso

14 Nur Iswanto 45 Julemi

15 Ngatimin 46 Juwarno

16 Nasta’in 47 Juremi

17 Diyono 48 Yatno

18 Suparmin 49 Yani Maryoto

19 Susilo Hadiprayitno 50 Pontiyah

20 Rochmadi 51 Wahyudi

21 Rochimun 52 Ridi

22 Sutrimo 53 Slamet Y

23 Slamet 54 Supriyanto

24 Suprih 55 Ramijah

25 Sugeng 56 Triyono

26 Srinoto 57 Moyong

27 Sutris 58 Saminah

28 Afandi 59 Yetno

29 Sunyoto 60 Siswati

30 Suliyono 61 Suranto

31 Suhardi 62 Sumarmin

3

Lampiran 3

Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Apakah anda pernah mendengar tentang pencatatan ?

2. Menurut anda pencatatan itu seperti apa?

3. Mencatat apa saja?

4. Apakah anda pernah menerapkannya di dalam usaha pertanian anda?

5. apakah ada keuntungannya saat anda melakukan pencatatan dulu?

6. Apa alasan anda menggunakan pencatatan?

7. Hal-hal apa saja yang anda catat dalam pencatatan anda?

8. Bagaimana cara anda menentukan keuntungan dan kerugian jika tidak

menggunakan pencatatan?

9. Jika tidak melakukan pencatatan apapun, lalu bagaimana cara anda mengingat-

ingat hal-hal penting seperti hutang piutang, jumlah pendapatan, jumlah

pengeluaran dan lain-lain?

10. Apakah anda tidak melakukan pencatatan untuk pembelian pupuk?

11. Kalau misalnya diminta untuk membuat catatan lagi apakah anda bersedia?