KELOMPOK 10, I-A, TUGAS KELOMPOK BIOLOGI PERKEMBANGAN VIROLOGI
KAJIAN PENCATATAN USAHA PADA KELOMPOK TANI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of KAJIAN PENCATATAN USAHA PADA KELOMPOK TANI ...
i
KAJIAN PENCATATAN USAHA PADA KELOMPOK TANI
NGUDI MAKMUR
(Dusun Jombor Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang)
Oleh:
Devi Mayasari
NIM: 232011219
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
JalanDiponegoro 52-60 Telp : (0298) 21212, 311881
Telex 22364 ukwsaia
Salatiga 50711 – Indonesia Fax. (0298) 213433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR
Yang bertandatangan di bawahini
Nama : Devi Mayasari
NIM : 232011219
Program Studi: AKUNTANSI
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen SatyaWacana
Salatiga
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir,
Judul : Kajian Pencatatan Usaha Pada Kelompok Tani Ngudi
Makmur (Dusun Jombor Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang)
Pembimbing : Like Soegiono, SE., MSi.
Tanggal diuji : 19 Juni 2015
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam
bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan
saya sendiri tanpa memberikan pengakuan tanpa penulisaslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin
atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen SatyaWacana, termasuk pencabutan gelar
kesarjanaan yang telah saya peroleh
Salatiga, 31 Mei 2015
Yang memberi pernyataan
DEVI MAYASARI
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, bimbingan, dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan kertas kerja
yang berjudul “Kajian Pencatatan Usaha Pada Kelompok Tani Ngudi Makmur
(Dusun Jombor Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang)” dengan baik.
Kertas kerja ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk
mencapai gelar S-1 pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unuversitas Kristen
Satya Wacana Salatiga.
Dengan selesainya kertas kerja ini, tepatlah kiranya bila pada kesempatan
kali ini penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:
1. Orang tua tercinta yaitu Bapak dan Ibu yang telah memberi dukungan
penuh selama proses pembuatan dari awal hingga selesainya kertas
kerja ini.
2. Ibu Like Soegiono, SE., Msi. Yang telah membimbing penulis dari
awal hingga selesainya kertas kerja ini.
3. Bapak Hari Sunarto, SE, M.Com, Ph.D, selaku dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
4. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE, MBA, selaku kepala program studi
akuntansi.
5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
kegiatan belajar mengajar di Universitas Kristen Satya Wacana.
6. Dhimas Pusthika Regiyan Mufti yang telah mendukung, memberi
semangat dan menemani setiap proses dari awal hingga selesainya
kertas kerja ini.
7. Mbak tika, Theo, Leony, Mbak wiwik, mbak tutik, Ryan, yang
memberi motivasi dan bantuan.
8. Sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan, Airin, Dieta, Nia,
Devira, Mita, Yemima, Arum, Dian dan Sani.
v
9. Teman-teman angkatan 2011 Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
10. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan serta dukungan
dalam penyusunan kertas kerja ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
vi
MOTTO
“ Jadilah seperti bunga teratai, yang tetap indah bunganya walaupun air
dibawahnya kotor” By Mario Teguh
vii
KATA PENGANTAR
Penyusunan kertas kerja ini diajukan untuk melengkapi persyarat untuk
mencapai gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana.Kertas kerja ini merupakan hasil penelitian mengenai
kebutuhan mengenai pencatatan pada petani yang didukung oleh data primer yang
berupa hasil wawancara langsung terhadap para petani, dan data sekunder yang
berupa daftar anggota kelompok tani yang diperoleh dari pengurus (ketua)
kelompok.Pencatatan dalam usaha tani menarik untuk diulas karena penelitian ini
masih jarang dilakukan karena masih banyak yang mengaggap bahwa usaha tani
merupakan usaha yang tidak membutuhkan pencatatan.
Penulis menyadari masih memiliki kekurangan dalam penulisan kertas
kerja ini, sehingga penulis mengharapkan adanya masukan kritik dan saran yang
dapat menjadikan kertas kerja ini menjadi lebih baik.Penulis juga mengharapkan
dapat memberikan manfaat bagi pembaca agar dapat memberikan pengetahuan
dari hasil penelitian ini.
Salatiga, 31 Mei 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Karya Tulis .......................................................................... ii
Halaman Persetujun/Pengesahan .......................................................................... iii
Ucapan Terimakasih.............................................................................................. iv
Halaman Motto...................................................................................................... vi
Kata Pengantar ...................................................................................................... vii
Daftar Isi................................................................................................................ viii
Daftar Tabel .......................................................................................................... ix
Daftar Gambar ....................................................................................................... x
Daftar Lampiran .................................................................................................... xi
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
KAJIAN PUSTAKA
Usahatani ........................................................................................................ 5
Pencatatan Usaha ........................................................................................... 6
METODA PENELITIAN ..................................................................................... 7
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Petani ........................................................................................ 8
Pencatatan Usaha Oleh Petani Ngudi Makmur .............................................. 10
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
Lampiran-lampiran ................................................................................................ 25
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Karakteristik Responden
Tabel 2 Karakteristik petani yang menggunakan Pencatatan
Tabel 3 Karakteristik Petani yang Tidak Menggunakan Pencatatan
Tabel 4 Karakteristik petani yang pernah Menggunakan Pencatatan
Tabel 5. Media Pencatatan yang Digunakan oleh Petani Ngudi Makmur
Tabel 6. Data Pencatatan yang Digunakan oleh Petani Ngudi Makmur
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Format Pencatatan Pupuk Pada Kelompok Tani Ngudi Makmur
Lampiran 2 Daftar Anggota Kelompok Tani Ngudi Makmur
Lampiran 3 Daftar Pertanyaan Wawancara
ABSTRACT
The objective of the research was to identify the bookkeeping of the “Ngudi
Makmur” farmer group in Jombor village, Bandungan subdistrict, Semarang. The
method of the research was case study involving 62 Ngudi Makmur’s farmers.
The result showed that all farmers already know about the bookkeeping, however
from all members there was only 29% who still using the bookkeeping. The
majority of Ngudi Makmur’s farmers choose not to use the bookkeeping (48%),
and the remaining (23%) are farmers who ever used the bookkeeping in their
farmings activity.
Key word: Farming, Bookkeeping
1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sangat mengandalkan
sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dan sebagai sumber penopang
pembangungan.Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan,
subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor
kehutanan (Sukanto, 2011). Sektor pertanian merupakan salah satu sumber
penghasilan devisa yang besar bagi Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik
(2013), pada tahun 2003 sektor pertanian berada pada urutan kedua setelah sektor
industri pengolahan. Menurut Hayati (2013) Sektor pertanian dapat memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat, menciptakan lapangan kerja, menyediakan pasar
dan bahan baku untuk produksi sektor industri, menciptakan pendapatan dan
menghasilkan devisa yang dibutuhkan untuk proses pembangungan.
Perkembangan perekonomian di Indonesia yang berdasarkan pada konsep
perkembangan perekonomian rakyat banyak diperoleh dari sektor Usaha Kecil
Menengah (UKM) khususnya usaha bidang pertanian. Menurut Indonesia Small
Business Research Center dalam Pinasti (2007), Di indonesia, industri kecil
mampu menyerap 88% tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk
domestik bruto sebesar 40% dan mempunyai potensi sebagai salah satu sumber
penting pertumbuhan ekspor khususnya ekspor non-migas. Dalam
perkembangannya, beras merupakan salah satu komoditi utama di Negara
Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir oleh FAO (Organisasi Pangan Dunia)
dibawah naungan PBB pada tahun 2009, Indonesia berada di peringkat ketiga
produsen padi terbesar di dunia. Hal tersebut menunjukan bahwa Negara
Indonesia merupakan negara agraris yang sebenarnya memiliki hasil yang cukup
besar dalam pertanian padi.Namun pada kenyataannya Indonesia masih
melakukan impor beras untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat
Indonesia. Hal tersebut dilakukan karena harga beras di luar negeri cenderung
lebih murah dan lebih bermutu bila dibandingkan dengan beras dalam negeri.hal
tersebut dapat terjadi karena pertanian di Indonesia yang masih belum efektif dan
efisien.
2
Menurut margunani (2002), pembangunan pertanian menghadapi berbagai
tantangan yaitu berupa peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan
masyarakat.Selain itu, Pembangunan perumahan, sarana transportasi, industri dan
lain-lain yang mengakibatkan beralihnya fungsi lahan pertanian.Tantangan lain
dalam pembangunan pertanian Menurut Badan Pusat Statistik (2013) adalah,
rendahnya kualitas sumber daya manusia, kecilnya skala usaha, serta lahan
pertanian yang makin menyempit sejak 1999.
Proses pengelolaan sektor pertanian adalah dimulai dari pembentukan
karakter dan keterampilan yang baik bagi para petani (Badan Pusat Statistik
2013). Para petani di Indonesia harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang baik dalam mengolah tanah pertaniannya. Dengan demikian para petani
dapat meningkatkan hasil panen mereka dan bisa memperbaiki kondisi ekonomi
mereka.Selain itu, para petani indonesia juga harus dibiasakan dengan adanya
pencatatan, agar para petani bisa mengambil keputusan dengan tepat untuk
usahanya, dan bisa merancang strategi bisnis yang baik untuk kedepannya.
Kebanyakan UKM khususnya pada bidang pertanian di Indonesia belum
menerapkan pencatatan laporan keuangan dalam usahanya. Padahal dalam
penelitian Warsono dalam Zahri (2014) menyatakan bahwa dengan akuntansi
yang memadai maka pengusaha UKM dapat memenuhi persyaratan dalam
pengajuan kredit berupa laporan keuangan, mengevaluasi kinerja, dan mengetahui
posisi keuangan, menghitung pajak dan manfaat lainnya. Menurut PSAK No.1
Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan pada mereka.Pencatatan keuangan memiliki peran yang penting
dalam menjalankan usaha, termasuk bagi usaha Kecil (Ermalina, 2013).
Pertanian di Jawa Tengah khususnya di Dusun Jombor Kecamatan
BandunganKabupaten semarang, didominasi oleh subsektor holtikultura. Sebagian
3
besar penduduk di dusun Jombor memiliki mata pencaharian sebagai petani.Petani
di Dusun Jombor merupakan petani yang menanam bahan pangan dan bunga.Para
petani ini biasanya melakukan penanaman dengan pola campuran antara tanaman
utama dan tanaman lainnya.Petani di Dusun Jombor menggunakan sistem
penggiliran tanaman (croprotation), yaitu penanaman tanaman secara bergantian
dalam satu lahan (www.wordpress.com). Jenis tanamannya disesuaikan dengan
musim dan memiliki fungsi untuk menjaga kesuburan tanah agar tidak berkurang.
Usahatani yang dilakukan oleh petani Dusun Jombor masih bersifat
sederhana, yang mana hasil produksi yang didapat kemudian dijual dan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk membangun dan mengembangkan
usaha pertanian di Dusun Jombor, para petani membentuk sebuah kelompok yaitu
“Kelompok Tani Ngudi Makmur”. Kelompok tani ini beranggotakan seluruh
petani yang berada di Dusun Jombor. Kelompok tani ini memiliki tujuan
membangun pertanian yang lebih baik sehingga dapat memperbaiki perekonomian
para anggota.
Dengan adanya kelompok tani ini, pengurus berharap agar para petani bisa
berbagi pengalaman, bisa saling membantu antar petani dalam mengelola
usahatani dan ingin membentuk karakter baru bagi anggotanya, yaitu membuat
usahatani menjadi lebih terorganisir walaupun usaha yang mereka jalankan masih
tergolong usaha kecil. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan pencatatan
pada usahatani agar mereka mampu mengendalikan usaha mereka, sehingga akan
mengurangi kerugian seperti pernyataan dari Leatemina dan Sari (2012),
Pembukuan Usahatani bukan hanya dilakukan oleh petani-petani yang telah maju
atau perkebunan-perkebunan besar tetapi perlu juga diterapkan kepada petani
dengan usaha berskala kecil (pertanian rakyat).
Pada awal berdirinya kelompok tani, pengurus kelompok memberikan
sebuah kertas untuk melakukan pencatatan yang berisi format pencatatan (Lihat
lampiran 1) untuk mencatat pupuk yang mereka butuhkan. Kelompok tani ini juga
sering memberikan masukan agar seluruh anggota mencatat seluruh biaya
produksi dan hasil dari penjualan dengan catatan sederhana yang bisa mereka buat
4
dan pahami sendiri agar mereka mampu menganalisis usahanya, apakah
mengalami keuntungan atau kerugian.
Para petani Ngudi Makmur belum sepenuhnya menyadari arti penting dari
sebuah pencatatan dalam usahatani. Meskipun kelompok tani Ngudi Makmur
pada Dusun Jombor sudah memberikan informasi mengenai pentingnya
pencatatan dalam menjalankan usahatani, tetapi materi penyuluhan belum
sepenuhnya masuk dan diterima dengan baik oleh seluruh Petani Ngudi Makmur.
Hal ini terjadi karena sebagian besar petani menganggap bahwa pencatatan
dipandang tidak terlalu berguna dalam usahatani, dan mereka merasa sudah
memiliki pengalaman yang lebih dalam bidang pertanian. Padahal dengan
pencatatan usaha tani yang baik, petani akan dapat mengelola keuangan usahatani
dengan baik sehingga perencanaan usahatani kedepannya menjadi lebih baik.
Penelitian mengenai pencatatan dalam usahatani masih relatif jarang
dilakukan. Penelitian terdahulu kebanyakan meneliti tentang pola pendapatan dan
peranan sektor pertanian pada pertumbuhan ekonomi. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Rochdiani (2008) yang meneliti tentang Pola Pendapatan Petani
Akar Wangi Di Kecamatan Semarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.
Penelitian ini berfokus pada pola dan kontribusi pendapatan petani dan kendala
yang mengakibatkan gagalnya usaha pertanian yang dijalankan. Padahal menurut
Zimmerer (1996) dalam Ermalina (2013), salah satu penyebab gagalnya
wirausaha dalam menjalankan usahanya adalah kurangnya kemampuan dalam
mengendalikan keuangan pada usahanya. Pengendalian keuangan dalam suatu
usaha dapat dilakukan dengan adanya pencatatan uasaha, seperti yang
diungkapkan oleh Ermalina (2013) Pencatatan yang dilakukan dengan cermat,
akan membantu pengusaha dalam mengendalikan usahanya, sehingga usaha yang
dijalankan akan berkembang lebih baik. Oleh sebab itu, menarik untuk diteliti
mengenai pencatatan usaha pada pertanian di kelompok tani Ngudi Makmur
Dusun Jombor, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa wawasan dan
pengetahuan yang baru kepada masyarakat khususnya para petani bahwa
melakukan pencatatan merupakan hal yang penting dalam menjalankan suatu
5
bisnis. Tidak hanya bisnis perdagangan saja namun pertanian juga merupakan
suatu bisnis yang sebenarnya memerlukan pencatatan. Selain itu, penelitian ini
juga berusaha memperlihatkan kepada pembaca bahwa para petani kecil di
Indonesia juga ada yang menggunakan pencatatan dalam usahanya, walaupun
masih berjumlah sedikit dan masih bersifat sederhana.
Masalah dan persoalan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
pencatatan usaha yang ada pada anggota kelompok tani Ngudi Makmur di Dusun
Jombor, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana tanggapan dan penggunaan pencatatan bagi para
petani Ngudi Makmur di Dusun Jombor, Kecamatan Bandungan, Kabupaten
Semarang.
KAJIAN PUSTAKA
Usahatani
Menurut Soekartawi dalam Warsana (2007), usahatani pada hakekatnya
adalah perusahaan, maka seorang petani atau produsen sebelum mengelola
usahataninya akan mempertimbangkan antara biaya dan pendapatan, dengan cara
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, guna
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Menurut Kadarsan dalam shinta (2011), usahatani merupakan suatu tempat
dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur
produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan
berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.
Menurut mosher dalam shinta (2011), usahatani merupakan pertanian
rakyat dari perkataan Farm dalam bahasa inggris, Dr. Mosher memberikan
definisi farm sebagai suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi dimana
pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik,
penyakap atau manajer yang digaji. Usahatani juga dapat diartikan sebagai
himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan
6
yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan
diatas tanah itu dan sebagainya.
Dari beberapa definisi pertanian, dapat disimpulkan bahwa usaha pertanian
atau usahatani adalah kegiatan manusia untuk mengusahakan atau mengolah
berbagai sumber daya yang telah disediakan oleh alam dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan dimasa yang akan datang.
Tujuan dari usahatani yaitu bagaimana petani dapat memperbesar hasil
sehingga kehidupan seluruh keluarganya menjadi lebih baik (isaskar, 2014).
Usahatani yang dilakukan oleh rumah tangga petani umumnya mempunyai dua
tujuan, yaitu mendapatkan keuntungan yang maksimal atau untuk sekuriti
(keamanan) dengan cara meminimalkan risiko, termasuk keinginan untuk
memiliki persediaan pangan yang cukup untuk konsumsi rumah tangga dan
selebihnya untuk dijual (Soedjana, 2007).
Pencatatan Usaha
Definisi dari pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang
peredaran bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final. Pembukuan
merupakan suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca,
dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut
(www.kanwilpajakkhusus.depkeu.go.id).
Sedangkan menurut Hernanto (1996), pembukuan merupakan kegiatan
pencatatan dan dilanjutkan dengan perhitungan mengenai kedudukan dari
perubahan kekayaan dan modal, penerimaan, dan pengeluaran dari usahatani
sebagai satuan organisasi ekonomi yang berdiri sendiri, dengan berbagai tujuan
kegunaannya, dengan kegiatan yang dilakukan secara kontinyu dalam jangka
waktu tertentu.
Menurut Rodjak (2006), pembukuan usahatani dapat dibedakan atas :
7
1. a) Pembukuan tunggal yang hanya mencatat hasil-hasil yang dijual dan
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam waktu tertentu, dan
b) Pembukuan tunggal yang mencakup inventarisasi, sarana serta
prasarana, hasil-hasil yang dijual dan biaya-biaya yang dikeluarkan
yang dicatat dalam satu buku tertentu.
2. Pembukuan majemuk, pembukuan yang mencakup catatan yang terdapat
pada pembukuan (a) dan (b) diatas ditambah catatan fisik produk yang
dihasilkan usahatani. Pembukuan ini akan memberikan informasi yang
lengkap untuk bahan analisis usahatani dalam periode usaha tertentu, yang
mencakup semua cabang usahatani yang dikelola petani yang
bersangkutan dalam jangka waktu tertentu.
Hasil pembukuan usahatani yang dilakukan dapat digunakan sebagai dasar
untuk membuat neraca untung rugi dalam usahatani pada akhir kegiatan usaha.
Dengan menganalisis neraca untung rugi maka akan diketahui posisi keuangan
suatu usahatani pada akhir tahun (Leatemina dan Sari, 2012).
METODA PENELITIAN
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif-
kualitatif.Menurut Bodgan dan Taylor dalam Basrowi dan Suwandi (2009: 21),
Penelitian kualitatif ialah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Tujuan dari
penelitian kualitatif menurut Basuki (2010:78) ialah untuk memperoleh gambaran
seutuhnya mengenai sesuatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Dalam
penelitian ini, pendekatan deskriptif-kualitatif digunakan untuk menggambarkan
perilaku para petani mengenai penggunaan pencatatan dalam menjalankan usaha
pertanian. Objek dari penelitian ini adalah Kelompok Tani Ngudi Makmur yang
berada di Dusun Jombor, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.Subjek
pada penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok tani Ngudi Makmur yang
berjumlah 62 responden.
8
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara
langsung terhadap 62 responden dengan pedoman pertanyaan ( Lampiran 3). Jenis
dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer berupa profil petani dan hasil dari wawancara kepada
responden. Data sekunder dari penelitian ini berupa daftar anggota kelompok tani
Ngudi Makmur yang diperoleh dari ketua kelompok.
Proses pengumpulan data diawali dengan meminta izin kepada ketua
kelompok untuk mendapatkan daftar anggota dan untuk melakukan wawancara.
Kemudian menemui satu per satu anggota kelompok untuk melakukan
wawancara, beberapa responden membutuhkan waktu lebih dari satu kali untuk
bisa ditemui dan melakukan wawancara. Lalu mengumpulkan semua hasil
wawancara dan memahami gambaran objek penelitian. Kemudian langkah analisis
yang dilakukan pertama kali adalah mengelompokan data untuk karakteristik
responden. Lalu yang kedua mengelompokkan hasil wawancara sesuai dengan
kriteria yang ditentukan, untuk mengetahui berapa banyak responden yang
menggunakan dan tidak menggunakan pencatatan usaha. kemudian yang ketiga
adalah mengklasifikasikan alasan responden. Dan yang terakhir adalah menarik
kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS
KarakteristikResponden
Kelompok Tani Ngudi Makmur merupakan kelompok tani yang berada di
Dusun Jombor, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Kelompok tani ini
beranggotakan 62 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mayoritas dari
anggota kelompok tani Ngudi Makmur adalah petani berjenis kelamin laki-laki
yaitu sebesar 92% dan sisanya sebesar 8% adalah berjenis kelamin perempuan.
Para anggota yang berjenis kelamin perempuan adalah mereka yang sudah tidak
memiliki suami dan masih aktif dalam usaha tani, sehingga mereka bisa terdaftar
dalam anggota kelompok. Jenis kelamin tersebut merupakan yang terdaftar dalam
9
kelompok tani. Namun dalam praktiknya, banyak juga petani wanita yang
mengurus pertaniannya.
Anggota kelompok tani Ngudi Makmur didominasi oleh petani yang
berusia ≥ 46 tahun yaitu sebesar 71%, kemudian petani yang berusia antara 36-45
tahun yaitu sebesar 23%. Petani yang berusia antara 26-35 tahun adalah sebesar
5%, dan jumlah yang paling kecil adalah petani yang berumur ≤ 25 tahun, yaitu
sebesar 1%. Tingkat pendidikan para petani di kelompok tani Ngudi Makmur
sebagian besar adalah Sekolah Dasar (55%). Sedangkan petani yang memiliki
tingkat pendidikan paling tinggi adalah Sekolah Menengah Keatas (11%).
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
perilaku para petani Ngudi Makmur dalam mengambil keputusan yang
berhubungan dengan pelaksanaan usahanya. Namun didalam kelompok tani ini,
tingkat pendidikan tidak mempengaruhi keterampilan dalam bertani. Sebagian
besar petani Ngudi Makmur hanya berlatar belakang pendidikan SD (55%).
Bahkan ada beberapa petani (11%) yang tidak memiliki latar belakang pendidikan
sama sekali (tidak bersekolah). Keterampilan bertani mereka pelajari bukan dari
pendidikan formal, namun mereka dapatkan secara turun temurun dari keluarga
mereka dan juga dari pengalaman. Mereka menggunakan pengetahuan yang
mereka dapatkan, baik dari keluarga, orang tua, lingkungan sekitar maupun
pengalaman yang mereka peroleh selama menjadi petani untuk mengelola usaha
tani yang mereka jalankan agar memperoleh hasil yang lebih baik. Mosher (1978)
dalam rochdiani (2008) berpendapat bahwa pengetahuan petani tidak harus
melalui pendidikan tingkat formal yang ditempuh tetapi pengalaman petani dapat
dijadikan faktor penentu bahwa mereka memiliki pengetahuan dan lebih terampil
dalam berusaha tani.
Sebagian besar para petani Ngudi Makmur menjadikan usaha pertaniannya
sebagai usaha pokok (71%), sedangkan sisanya (29%) menjadikan usaha tani
sebagai usaha sampingan.Para petani yang menjadikan usaha taninya sebagai
usaha sampingan biasanya memiliki usaha pokok yaitu sebagai pedagang, tukang,
10
karyawan, dan buruh. Para petani yang tidak memiliki usaha sampingan pada
umumnya akan cenderung lebih fokus dalam menjalankan usaha taninya,
sehingga mereka akan memiliki hasil yang lebih maksimal bila dibandingkan
dengan petani yang menjadikan usaha taninya sebagai usaha sampingan. Berikut
adalah data yang diperoleh dari penelitian:
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi Presentase
Jenis Kelamin:
a. Laki-laki
b. Perempuan
57
5
92%
8%
Total 62 100%
Usia
a. ≤ 25 tahun
b. 26 tahun - 35 tahun
c. 36 tahun - 45 tahun
d. ≥ 46 tahun
1
3
14
44
1%
5%
22%
71%
Total 62 100%
Tingkat Pendidikan:
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Diploma
e. Sarjana
f. Tidak Bersekolah
34
14
7
0
0
7
55%
23%
11%
0%
0%
11%
Total 62 100%
Jenis Usaha:
a. Pokok
b. Sampingan
44
18
17%
29%
Total 62 100%
Sumber : Data Diolah
Pencatatan Usaha oleh Petani Ngudi Makmur
Bagi petani Ngudi Makmur pencatatan bukanlah hal yang asing, hampir
semua petani Ngudi Makmur sudah mengetahui tentang pencatatan walaupun
mereka belum sepenuhnya mengetahui makna dan fungsi dari sebuah
pencatatan.Pengetahuan mengenai pencatatan mereka dapatkan dari pengurus
kelompok tani Ngudi Makmur. Petani Ngudi Makmur rutin melakukan pertemuan
setiap 2-3 bulan sekali untuk membahas masalah-masalah yang mereka hadapi.
11
Mereka juga bisa saling berbagi pengetahuan dan bertukar pikiran mengenai
pertanian yang mereka jalankan. Bagi sebagian petani Ngudi Makmur, pencatatan
merupakan hal yang cukup penting dalam menjalankan usaha, sehingga mereka
lebih memilih untuk menggunakan pendatatan didalam usahanya, namun ada
beberapa petani juga yang lebih memilih untuk tidak menggunakan pencatatan.
berikut adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan pada
kelompok Tani Ngudi Makmur Dusun Jombor Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang:
Gambar 1. Data Penggunaan Pencatatan Pada Petani Ngudi Makmur
Diagram tersebut menjelaskan bahwa petani yang menggunakan
pencatatan dalam menjalankan usaha taninya hanya sebesar 29%. Sedangkan
petani yang pernah menggunakan pencatatan yaitu sebesar 23%, dan jumlah
petani yang sama sekali tidak menggunakan pencatatan cenderung lebih besar
yaitu sebesar 48%.
Anggota kelompok tani Ngudi Makmur yang memutuskan untuk
menggunakan pencatatan usaha dalam usahataninya (29%) memiliki alasan dan
Menggunakan
Tidak Menggunakan
Pernah Menggunakan
23% 29%
48%
12
karakteristik yang berbeda-beda. Berikut ini merupakan hasil penelitian mengenai
daftar petani yang menggunakan pencatatan:
Tabel 2.Karakteristik Petani yang Menggunkan Pencatatan
Karakteristik Frekuensi Presentase
Usia
a. ≤ 25 tahun
b. 26 tahun - 35 tahun
c. 36 tahun - 45 tahun
d. ≥ 46 tahun
0
1
7
10
0%
6%
39%
56%
Total 18 100%
Tingkat Pendidikan:
a. Tidak Bersekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Diploma
f. Sarjana
0
10
5
3
0
0
0%
56%
28%
17%
0%
0%
Total 18 100%
Jenis Usaha:
a. Pokok
b. Sampingan
14
4
78%
22%
Total 18 100%
Sumber : Data Diolah
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa dari keseluruhan petani yang
menggunakan pencatatan yaitu berjumlah 18 petani, sebagian besar adalah petani
yang berusia ≥ 46 tahun yaitu sebanyak 10 petani (56%). Dari tingkat pendidkan,
sebagian besar petani yang menggunakan pencatatan adalah petani yang memiliki
latar belakang pendidikan (SD) yaitu sebanyak 10 petani (56%), Dan apabila
dilihat dari kriteria usaha, maka usaha pokoklah yang memiliki jumlah paling
banyak yaitu berjumlah 14 petani (78%).
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada para petani Ngudi Makmur,
terdapat beberapa alasan mengapa para petani yang menggunakan pencatatan
dalam usahanya, alasan yang pertama, untuk mengingat hal-hal pokok seperti
jumlah pupuk, jumlah bibit yang dibutuhkan, dll. Seperti beberapa petani Ngudi
Makmur yang menggunakan pencatatan untuk mencatat jumlah pupuk yang
mereka beli per karung dan mereka titipkan di warung yang sudah ditunjuk oleh
13
pengurus kelompok tani untuk menyediakan pupuk. Warung tersebut memiliki
sebuah gudang yang berisi persediaan pupuk untuk para petani Ngudi Makmur.
Para petani yang membeli pupuk perkarung, biasanya akan membayar dimuka.
Untuk itu penting bagi mereka melakukan pencatatan agar tidak lupa berapa
jumlah pupuk yang masih tersedia atau berapa jumlah pupuk yang sudah diambil.
Pencatatan yang mereka gunakan masih tergolong pencatatan sederhana, mereka
melakukan pencatatan hanya untuk kepentingan pribadi. Seperti hasil wawancara
yang dilakukan kepada Bapak Sutiyono berikut:
“Ya kan saya beli pupuknya perkarung mbak, jadi ya harus nyatet, biar ga
kisruh sama pemilik warung apa petani lainnya, nyatetnya ya terserah
saya aja, tidak harus yang gimana-gimana, yang penting saya paham dan
tidak lupa sudah ambil pupuk berapa kilo di warung”
Pencatatan mengenai pupuk dan bibit hanya berfokus pada kuantitasnya dan tidak
mencatat biayanya. Sedangkan untuk pencatatan mengenai hasil panen, biasanya
mereka mencatat hasil penjualan panen yang di dapat, tanpa melihat jumlah panen
(kuantitasnya).
Alasan petani Ngudi Makmur yang kedua dalam menggunakan pencatatan
adalah untuk mengingat hutang dan piutang terkait dengan hasil panen dan
keuangan mereka. Biasanya para petani saling pinjam meminjam hasil panen
maupun dalam bentuk uang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Para petani
melakukan pencatatan hanya berfokus pada hutang piutang mereka saja dengan
tujuan untuk membantu mereka agar tidak lupa dengan kewajiban mereka pada
pihak lain. Selain itu, para petani juga beranggapan bahwa jika mereka tidak
melakukan pencatatan, maka mereka akan sering lupa dengan hutang piutang
mereka. Para petani yang melakukan pencatatan namun tidak mencatat jumlah
pupuk adalah petani yang membeli pupuk secara eceran, mereka membeli pupuk
hanya saat membutuhkan saja. Jadi bagi petani tersebut, mencatat jumlah pupuk
adalah tidak terlalu penting.
14
Alasan para petani Ngudi Makmur yang ketiga dalam menggunakan
pencatatan adalah untuk mengetahui apakah mereka mengalami keuntungan atau
kerugian. Alasan ini dimiliki oleh beberapa petani yang bisa disebut sebagai
petani pemborong. Dari seluruh anggota kelompok tani Ngudi Makmur, terdapat
tiga petani pemborong. Dalam menjalankan usahanya, para petani ini biasanya
membeli atau membayar dimuka tanaman yang ada di ladang milik petani
lainnya.Jadi pada saat panen, hasil panen adalah seluruhnya milik pembeli. Dalam
menentukan harga, biasanya petani ini hanya mengandalkan perkiraan saja. Para
petani ini, biasanya melakukan pencatatan untuk mencatat jumlah biaya yang
mereka keluarkan untuk memborong tanaman milik petani lain dan untuk
mencatat hasil penjualan panen. Dengan demikian mereka akan mengetahui
apakah mereka mengalami keuntungan atau kerugian. Pencatatan juga
dimaksudkan untuk mengingat kapan dan kepada siapa saja mereka melakukan
pemborongan.Pencatatan juga mereka gunakan sebagai pedoman untuk
pengambilan keputusan dalam usaha mereka selanjutnya. Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Muhsinin berikut ini:
“Kalau sudah punya catatan kan enak, kemarin disini dapet segini, disana
dapet berapa gitu, jadi kita bisa ngira-ngira kalau tanah seperti ini,
luasnya segini, tanamannya seperti ini, kira-kira kalau saya panen 3-4
bulan lagi lakunya berapa, itu kaitu kalau buat saya sudah bisa dikira-
kira mbak, walaupun kadang ya ada melesetnya”
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa dengan melakukan pencatatan, maka bapak
Muhsinin menggunakan pencatatannya untuk mempertimbangkan keputusannya
ketika ingin melakukan pemborongan pada petani lain. Beliau akan melihat
catatannya kembali ketika akan melakukan pemborongan ditempat yang sama,
dan ketika akan melakukan pemborongan di tempat lain, beliau sudah bisa
memperkirakannya, walaupun terkadang perkiraannya tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
15
Dari ketiga alasan tersebut, dapat dilihat bahwa petani Ngudi Makmur
memiliki alasan yang berbeda-beda dalam penggunaan pencatatan usaha.Mereka
memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda, sehingga pencatatan usaha
yang ada di kelompok tersebut masih beragam.Apabila dikaitkan dengan jenis
pembukuan menurut Rodjak (2006), jenis pembukuan yang dilakukan oleh
beberapa petani Ngudi Makmur tergolong dalam jenis pembukuan tunggal.
Pembukuan tunggal terdiri dari dua jenis, yaitu pembukuan yang hanya mencatat
hasil-hasil yang dijual dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam waktu tertentu,
dan beberapa petani lainnya khususnya petani pemborong menggunakan
pembukuan yang tergolong dalam pembukuan tunggal yang mencakup
inventarisasi, sarana serta prasarana, hasil-hasil yang dijual dan biaya-biaya yang
dikeluarkan yang dicatat dalam satu buku tertentu.
Pada kelompok tani Ngudi Makmur, sebagian besar anggotanya adalah
petani yang tidak menggunakan pencatatan (48%). Para petani ini hanya akan
menggunakan perkiraan dan ingatan mereka untuk hal-hal penting seperti hutang,
piutang, biaya pengeluaran, hasil panen, dan lain-lain. mereka meyakini bahwa
mereka tidak akan lupa dengan hutang piutang dan hal penting lainnya. Berikut
merupkan data mengenai petani yang tidak menggunakan pencatatan:
16
Tabel 3. Karakteristik Petani yang Tidak Menggunakan Pencatatan
Karakteristik Frekuensi Presentase
Usia
e. ≤ 25 tahun
f. 26 tahun - 35 tahun
g. 36 tahun - 45 tahun
h. ≥ 46 tahun
0
1
3
26
0%
3%
10%
87%
Total 30 100%
Tingkat Pendidikan:
g. Tidak Bersekolah
h. SD
i. SMP
j. SMA
k. Diploma
l. Sarjana
7
19
3
1
0
0
23%
64%
10%
3%
0%
0%
Total 30 100%
Kategori Usaha:
c. Pokok
d. Sampingan
24
6
80%
20%
Total 30 100%
Sumber : Data Diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk kategori petani yang tidak
menggunakan pencatatan yaitu sebanyak 30 petani, sebagian besar petani ini
berusia ≥46 tahun yaitu sebanyak 26 petani(87%). Jumlah petani yang memiliki
latar belakang pendidikan SD juga merupakan yang paling paling besar
yaitusebanyak 19 petani (64%). Sebagian besar petani yang menggunakan
pencatatan juga merupakan petani yang menjadikan usaha pertaniannya sebagai
usaha pokok yaitu sebanyak 24 petani (80%).
Dari hasil wawancara yang dilakukan, terdapat beberapa alasan mengapa
para petani tidak menggunakan pencatatan dalam usahanya, yang pertama adalah
petani beranggapan bahwa melakukan pencatatan hanya akan merepotkan dan
mereka juga tidak ada waktu untuk melakukannya. Untuk itu mereka memilih
untuk tidak menggunakan pencatatan seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mugi
tambar sebagai berikut:
“halah, buat apa mbak, malah ngrepotin kalau pakai pencatatan. Lagian
saya juga banyak kerjaan lain mbak, repot mbak”
17
Alasan yang kedua adalah pencatatan bukanlah hal yang penting atau tidak
bermanfaat dalam usahatani. Mereka beranggapan bahwa melakukan pencatatan
ataupun tidak, tidak akan merubah hasil panen ataupun hasil penjualan. Menurut
Bapak Diyono, ada hal lain yang lebih penting untuk diperhatikan dalam
menjalankan usaha tani, yaitu seperti berikut:
“ya soalnya gak penting mbak, wong kalau pake pencatatan apa enggak
ya sama aja hasilnya mbak, gak bikin panennya jadi banyak. Yang penting
tu kalau menurut saya kok ini to mbak, kita harus tlaten, sabar dan ngerti
sama tanduran kita.”
Menurut Bapak Diyono, yang terpenting dalam menjalankan usaha tani adalah
sabar dan teliti. Selain itu, menjadi seorang petani juga harus mengerti tentang
kondisi lingkungan dan apa yang mereka tanam. Alasan yang ketiga adalah latar
belakang pendidikan.Latar belakang pendidikan merupakan salah satu alasan
mengapa para petani tidak menggunakan pencatatan.Beberapa petani Ngudi
Makmur mengalami buta huruf karena mereka memiliki latar belakang yang
paling rendah (tidak bersekolah). Oleh karena itu, sangat tidak memungkinkan
bagi mereka untuk membuat sebuah pencatatan dalam usaha mereka. Para petani
yang seperti ini tidak pernah memperhitungkan apakah mereka mengalami
keuntungan atau kerugian, karena bagi mereka yang terpenting adalah hasil
panennya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Mugiyono berikut ini:
“ya gak tau mbak untung apa rugi, yang penting jualan panennya laku
dan cukup untuk kebutuhan sehari-hari”
Selain petani yang menggunakan dan tidak menggunakan pencatatan
dalam usaha tani, terdapat juga beberapa petani Ngudi Makmur yang sudah
pernah menggunakan pencatatan (23%), tetapi hanya untuk beberapa saat saja dan
selanjutnya mereka tidak menggunakan pencatatan lagi dalam usahanya. berikut
ini adalah data petani yang pernah menggunakan pencatatan :
18
Tabel 4. Karakteristik Petani yang Pernah Menggunakan Pencatatan
Karakteristik Frekuensi Presentase
Usia
a. ≤ 25 tahun
b. 26 tahun - 35 tahun
c. 36 tahun - 45 tahun
d. ≥ 46 tahun
1
1
4
8
7%
7%
29%
57%%
Total 14 100%
Tingkat Pendidikan:
a. Tidak Bersekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Diploma
f. Sarjana
0
5
6
3
0
0
0%
36%
43%
21%
0%
0%
Total 14 100%
Kriteria Usaha:
a. Pokok
b. Sampingan
6
8
43%
57%
Total 14 100%
Sumber : Data Diolah
Dari tabel tersebut menunjukan bahwa sebagian petani yang pernah
menggunakan pencatatan adalah berusia ≥ 46 tahun yaitu sebanyak 8 petani
(57%). Sedangkan latar belakang pendidikan untuk petani yang pernah
mengunakan pencatatan didominasi oleh petani yang bersekolah sampai dengan
jenjang SMP yaitu sebanyak 6 petani (43%). Dan para petani ini sebagian besar
merupakan petani yang memiliki pekerjaan lain selain di bidang pertanian atau
menjadikan usaha pertanian sebagai usaha sampingan yang berjumlah 8 petani
(57%).
Dalam hal ini, beberapa petani memiliki alasan yang hampir sama dengan
petani yang tidak menggunakan pencatatan, yaitu tidak terlalu bermanfaat bagi
usaha tani. Pada awal bergabung dengan kelompok tani, Para petani ini masih
rutin melakukan pencatatan sederhana untuk usahanya. Namun semakin lama
mereka merasa bahwa melakukan pencatatan tidak membuat usaha mereka
menjadi lebih baikseperti yang diungkapkan oleh Bapak Ngatimin:
19
“yo pernah nyatet dulu, tapi lama-lama kok malas, soalnya kok gak ada
manfaatnya menurut saya. Wong semuanya kan bisa di kira-kira kalau
masalah pupuk-pupuk gitu mbak. Nek jatahe panen banyak yo panen
banyak kabeh mbak, kan manut cuacane, ora manut catetane”
Menurut Bapak Ngatimin, menggunakan pencatatan di dalam menjalankan usaha
tidak terlalu bermanfaat, karena semua hal di dalam usaha masih bisa untuk
diingat saja, dan menggunakan pencatatan tidak membantu membuat hasil panen
menjadi lebih banyak, karena hal tersebut hanya tergangung pada cuaca atau
kondisi alam, bukan pada pencatatan.
Alasan lain yang menjadikan para petani berhenti melakukan pencatatan
adalah karena mereka sering lupa dengan kegiatan pencatatannya. Selain itu malas
juga menjadi alasan mengapa para petani tidak menggunakan pencatatan.Seperti
yang dialami oleh Bapak Sukamto. Pada awal bergabung dengan kelompok tani,
beliau selalu melakukan pencatatan sederhana untuk usaha pertaniannya, namun
dengan berjalannya waktu Bapak Sukamto sering lupa untuk melakukan
pencatatan dan lama kelamaan beliau memilih untuk tidak melakukan pencatatan
karena malas. Dari hasil wawancara yang didapat, Bapak Sukamto menjadikan
faktor usia sebagai alasan mengapa beliau sering lupa untuk melakukan
pencatatan. Berikut adalah penjelasan dari Bapak Sukamto:
“Iya pernah mbak, waktu dulu awal2 masuk kelompok tani semua anggota
dikasih kertas buat catat pupuk dan bibit yang digunakan, tapi lama
kelamaan saya malas dan lupa jadi gak nyatet lagi soalnya kan repot
mbak”
Keseluruh petani yang saat ini sudah tidak mengunakan pencatatan,
hampir semuanya tidak memiliki ketertarikan lagi untuk menggunakan pencatatan
dalam usahanya dengan alasan yang sama yaitu malas, hanya merepotkan, tidak
ada waktu, dan kurang bermanfaat. Hal ini disebabkan karena sebagian besar para
petani Ngudi Makmur beranggapan sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang cukup untuk mereka andalkan dalam menjalankan usaha mereka.
20
Dari uraian hasil pembahasan dan analisis diatas, maka dapat dilihat
bahwa sebagian besar petani (48%) tidak menggunakan pencatatan dengan alasan
merepotkan, tidak ada waktu untuk melakukan pencatatan, tidak bermanfaat bagi
kegiatan usaha, dan beberapa petani juga mengalami buta huruf sehingga tidak
memungkinkan bagi mereka untuk melakukan pencatatan. Lalu terdapat juga
beberapa petani yang sudah pernah menggunakan pencatatan namun kemudian
tidak menggunakannya lagi (23%) dengan alasan yang hampir sama dengan
petani yang dari awal sudah tidak menggunakan pencatatan yaitu pencatatan yaitu,
merepotkan dan tidak ada waktu, selain itu lupa dan malas untuk melanjutkan
kegiatan pencatatan. Namun dikelompok tani ini terdapat juga petani yang sampai
saat ini masih rutin melakukan pencatatan untuk kegiatan usahanya (29%). Para
petani ini memiliki alasan diantaranya adalah untuk mengingat hal-hal pokok
(jumlah pupuk, bibit, obat, hasil panen, dll) dalam pertanian, untuk mengingat
hutang piutang, untuk mengetahui laba/rugi dalam usaha taninya dan untuk
mengingat waktu dan jumlah pengeluuaran yang mereka lakukan. Berikut adalah
media pencatatan yang digunakan oleh petani Ngudi Makmur:
Tabel 5. Media Pencatatan yang Digunakan oleh Petani Ngudi Makmur
No Media Pencatatan Keterangan
1 Kertas Pencatatan Untuk mencatat persediaan pupuk yang
disediakan di warung
2 Buku tulis Untuk mencatat biaya pengeluaran,
penghasilan panen dan hutang piutang.
3 Kalender Untuk menandai waktu-waktu penting
dalam pertanian, seperti tanggal
penanaman tanggal panen dll.
Dari data diatas, dijelaskan bahwa media pencatatan yang digunakan oleh
petani Ngudi makmur berupa kertas kerja, buku tulis, dan kalender.Masing-
masing petani menggunakan media pencatatan yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
21
Tabel 6. Data Pencatatan yang Digunakan oleh Petani Ngudi Makmur
Latar
Belakang
Pendidikan
Media Pencatatan Perhitungan Laba/Rugi Catatan Hutang
PiutangSD
SD 1. Buku tulis
2. Kalender
3. Kertas
pencatatan
Perhitungan laba rugi
hanya dilakukan oleh
beberapa petani yang
menggunakan media
pencatatan Buku tulis,
mereka menghitung laba
rugi kotor yang diperoleh
dari (penghasilan panen –
biaya pengeluaran)
1. hutang piutang
pupuk di warung
2. hutang piutang
dengan sesama
petani / warga lain
3. pinjam meminjam
hasil panen (beras)
SMP 1. Buku tulis
2. Kertas
pencatatan
Perhitungan laba rugi
hanya dilakukan oleh
beberapa petani yang
menggunakan media
pencatatan Buku tulis,
mereka menghitung laba
rugi kotor yang diperoleh
dari (penghasilan panen –
biaya pengeluaran)
1. hutang piutang
pupuk di warung
2. hutang piutang
dengan sesama
petani / warga lain
3. pinjam meminjam
hasil panen (beras)
SMA 1. Kertas
pencatatan
Tidak melakukan
perhitungan laba/rugi
1. hutang piutang
pupuk di warung
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa para petani dengan latar
belakang pendidikan SD justru memiliki pencatatan yang lebih beragam bila
dibandingkan dengan petani yang memiliki latar belakang pendidikan lebih
tinggi.Hal ini menunjukan bahwa penggunaan pencatatan pada petani Ngudi
Makmur, tidak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan ataupun karakteristik
lainnya, namun lebih dipengaruhi oleh kebutuhan dari masing-masing petani. Para
petani akan menggunakan pencatatan ketika mereka merasa membutuhkannya.
Seperti yang dilakukan oleh para petani pemborong, mereka akan cenderung
menggunakan pencatatan usaha yang lebih lengkap bila dibandingkan dengan
petani lain, karena mereka merasa pencatatan merupakan hal yang penting bagi
mereka meskipun mereka memiliki pendidikan yang lebih rendah. Hal ini
berbanding terbalik dengan para petani yang cenderung memiliki latar belakang
22
pendidikan lebih tinggi, mereka hanya menggunakan pencatatan untuk hal-hal
tertentu saja karena mereka merasa tidak membutuhkan pencatatan yang lebih.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
semua Petani Ngudi Makmur sudah mengetahui tentang pencatatan, karena pada
awal berdirinya kelompok tani ini para petani sudah diberikan sedikit pelatihan
untuk melakukan pencatatan.Mereka diberikan sebuah kertas catatan yang berisi
format untuk melakukan pencatatan sederhana yang berfokus pada pupuk dalam
usaha mereka.Namun tidak semua petani dapat menerima hal tersebut dengan
baik.Para petani Ngudi Makmur banyak yang lebih memilih untuk tidak
menggunakan pencatatan tersebut karena mereka merasa pencatatan merupakan
hal yang tidak bermanfaat, merepotkan dan hal yang menyulitkan bagi usaha
pertanian. Namun tidak sedikit juga petani yang menggunakan pencatatan dalam
usaha pertaniannya, walaupun beberapa petani pada akhirnya tidak
menggunakannya lagi dengan alasan yang sama dengan petani yang tidak
menggunakannya sama sekali. Dan beberapa petani yang sampai saat ini masih
menggunakan pencatatan adalah mereka yang merasa bahwa pencatatan
merupakan hal yang prnting dan dibutuhkan dalam menjalankan usaha pertanian.
Para petani yang tidak menggunakan pencatatan, tidak memiliki
ketertarikan lagi apabila diminta untuk membuat pencatatan kembali, karena bagi
mereka melakukan pencatatan adalah kegiatan yang merepotkan dan tidak
memiliki pengaruh yang besar dalam kegiatan usahanya.
Saran
Bagi para petani yang sudah menggunakan pencatatan, sebaiknya terus
dipertahankan agar usaha pertaniannya bisa semakin baik.Kelompok tani Ngudi
Makmur juga sebaiknya memberikan penjelasan atau pengertian yang lebih
23
kepada anggotanya mengenai pentingnya melakukan pencatatan dalam suatu
bisnis yang tidak hanya dilihat dari segi keuntungan saja. Pengurus petani dapat
melakukannya disaat sedang melakukan pertemuan, dengan memasukkan topik
pencatatan sebagai salah satu bahan perbincangan. Selain itu pengurus kelompok
juga bisa meminta agar pada saat mengadakan pertemuan para petani diwajibkan
membawa pencatatan hasil pertaniannya untuk didiskusikan bersama. Sehingga
para petani bisa terdorong untuk menggunakan pencatatan dalam menjalankan
usahanya dan tujuan awal dari kelompok tani ini bisa tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Agustono.2013. Analisis Sektor Pertanian Ditinjau Dari Peran Terhadap
Pertumbuhan Dan Stabilitas Produk Domestik Regional Bruto Di Provinsi
Jawa Tengah. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Vol. 9
No. 2 Februari 2013 (283-296).
Badan Pusat Statistik. 2013
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta
Basuki, Sulistyo.2010. Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.
Ermalina.2013. Implementasi Pencatatan Keuangan Oleh Para Pengusaha
Mikro-Kecil Di Kecamatan Ciputat.Jurnal Liquidity STIE Ahmad Dahlan
Jakarta Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2013.
Hayati, Fia Fany. 2013. Implementasi Pencatatan Akuntansi Pada Usaha
Penggilingan Padi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Jawa
Timur.
Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebarswadaya. Jakarta.
24
Isaskar, Riyanti. 2014. Modul 1. Pendahuluah: Pengantar Usahatani.
Laboratorium Analisis dan Manajemen Agrabisnis. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Diunduh Pada 25 April 2015
Katalog BPS 2013.Potensi Pertanian Indonesia.
Leatemina, Ester D, R. Milyaniza Sari. 2012. Pelatihan Pembukuan Usahatani Di
Desa Hutumuri Kecamatan Leitimur Kota Ambon.Jurnal Bakti Vol. 1 No.
1 Tahun 2012.
Margunani. 2002. Pengaruh Output Sektor Pertanian Terhadap Produk Domestik
Bruto Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Universitas Negeri
Semarang Jurusan Ekonomi dan Manajemen Vol. 11 No. 2 Tahun 2002.
Pinasti, M. 2007. Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi
Akuntansi terhadap Presepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi:
Suatu Riset Eksperimen. Jurnal Risel Akuntansi Indonesia Vol. 10 No. 3
(Hal. 321-331).
PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009)
Rochdiani, Dini. 2008. Pola Pendapatan Petani Akar Wangi Di Kecamatan
Semarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.Jurnal Agrikultura
Universitas Padjadjaran Bandung Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Vol.
19 No. 3, Tahun 2008.
Rodjak, Abdul. 2006. Manajemen Usahatani. Pustaka Giratuna. Bandung.
Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. UB Press: Malang.
Soedjana, Tjeppy D. 2007.Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak
Sebagai Respon Petani Terhadap Faktor Resiko. Jurnal Litbang
Pertanian. Badan Peneltian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
25
Sukanto, Dimas Gadang Tattaqun. 2011. Analisis Peranan Sektor Pertanian
Terhadap Perekonomian Jawa Tengah (Pendekatan Analisis Input-
Output). Semarang; Universitas Diponegoro.
Tambunan, Mangara. 2010. Menggagas Perubahan Pendekatan Pembangunan:
Menggerakan Kekuatan Lokal dalam Globalisasi Ekonomi. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Warsana. 2007. Analisis Efisiensi Dan Keuntungan Usaha Tani Jagung (Studi Di
Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora). Universitas Diponegoro.
Zahri, Rihan Mustafa. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Presepsi
Pengusaha Tentang Pentingnya Pelaporan Keuangan Dengan Jumlah
Kredit Serta Prospek Implementasi SAK ETAP. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
www.kanwilpajakkhusus.depkeu.go.id
www.wordpress.com
1
Lampiran 1
Format Pencatatan Pupuk Pada Kelompok Tani Ngudi Makmur
No Jenis Pupuk
Tanggal (............) Tanggal (..............) Tanggal (............)
2
Lampiran 2
Daftar Anggota Kelompok Tani Ngudi Makmur
No Nama No Nama
1 Amat Trimo 32 Suratman
2 Agus Sari 33 Sutiyono
3 Bardi 34 Sami’an
4 Kartiman 35 Sutriyono
5 Kusroni 36 Sam’ani
6 Sukamto 37 Suyarno
7 Karinah 38 Sumarno
8 Hartono 39 Sunoto
9 Mintarso 40 Suimin
10 Marsono 41 Tugimin
11 Mugi Tambar 42 Turochmad
12 Muhsinin 43 Teguh
13 Mugiyono 44 Harjo Minarso
14 Nur Iswanto 45 Julemi
15 Ngatimin 46 Juwarno
16 Nasta’in 47 Juremi
17 Diyono 48 Yatno
18 Suparmin 49 Yani Maryoto
19 Susilo Hadiprayitno 50 Pontiyah
20 Rochmadi 51 Wahyudi
21 Rochimun 52 Ridi
22 Sutrimo 53 Slamet Y
23 Slamet 54 Supriyanto
24 Suprih 55 Ramijah
25 Sugeng 56 Triyono
26 Srinoto 57 Moyong
27 Sutris 58 Saminah
28 Afandi 59 Yetno
29 Sunyoto 60 Siswati
30 Suliyono 61 Suranto
31 Suhardi 62 Sumarmin
3
Lampiran 3
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Apakah anda pernah mendengar tentang pencatatan ?
2. Menurut anda pencatatan itu seperti apa?
3. Mencatat apa saja?
4. Apakah anda pernah menerapkannya di dalam usaha pertanian anda?
5. apakah ada keuntungannya saat anda melakukan pencatatan dulu?
6. Apa alasan anda menggunakan pencatatan?
7. Hal-hal apa saja yang anda catat dalam pencatatan anda?
8. Bagaimana cara anda menentukan keuntungan dan kerugian jika tidak
menggunakan pencatatan?
9. Jika tidak melakukan pencatatan apapun, lalu bagaimana cara anda mengingat-
ingat hal-hal penting seperti hutang piutang, jumlah pendapatan, jumlah
pengeluaran dan lain-lain?
10. Apakah anda tidak melakukan pencatatan untuk pembelian pupuk?
11. Kalau misalnya diminta untuk membuat catatan lagi apakah anda bersedia?